Tinjauan Ulang Hadis Tsaqalain


Sok banget ya

Muqaddimah

Untuk kali ini kami hanya akan membuat tulisan sederhana yang berkaitan dengan Hadis Tsaqalain. Pembicaraan akan difokuskan pada makna sebenarnya hadis Tsaqalain dan siapa Al Ithrah Ahlul Bait Rasulullah SAW. Tulisan ini saya tujukan buat saudara saya baik Syiah dan Sunni. Semoga berkenan :mrgreen:

Hadis Tsaqalain yang saya tampilkan cukup yang ini saja

Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Wahai manusia sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Ithrati Ahlul BaitKu”.(Hadis riwayat Tirmidzi,Ahmad,Thabrani,Thahawi dan dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albany dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Shahihah no 1761).

Hadis ini dishahihkan baik oleh Sunni maupun Syiah atau mungkin lebih tepat kalau disebutkan bahwa sanadnya shahih berdasarkan metode keilmuan hadis di kalangan Sunni dan Syiah.

.

.

.

Makna Hadis Tsaqalain

Makna hadis ini jika dilihat berdasarkan teksnya sudah sangat jelas bahwa Kitab Allah dan Ithrati Ahlul Bait Rasulullah SAW adalah pedoman bagi Umat Islam. Semua penakwilan dan basa-basi tentang penafsiran hadis ini terkesan tidak tepat dan tendensius. Yang saya maksud adalah upaya penakwilan oleh sebagian orang bahwa makna hadis ini adalah Mencintai dan menghormati Ahlul Bait atau menyatakan bahwa hadis ini adalah Keutamaan Ahlul Bait yang besar. Upaya seperti ini hanya berusaha menghindar dari makna sebenarnya yang sangat jelas(paling tidak menurut saya) yaitu berpegang teguh pada Kitab Allah dan Ithrati Ahlul Bait Rasulullah SAW.

Upaya penakwilan seperti itu adalah suatu hal yang tidak layak. Jangan menukar Emas dengan Perak. Jangan mengurangi Keutamaan yang sangat besar dengan memalingkannya pada keutamaan yang besar saja. Sudah jelas sangat besar tidak sama dengan besar. Sebagai seorang muslim sudah menjadi keharusan untuk mencintai dan menghormati Ahlul Bait Rasulullah SAW karena pada dasarnya Mereka Ahlul Bait Rasulullah SAW memang memiliki Keutamaan yang besar. Hadis Tsaqalain ini justru menunjukkan Keutamaan Mereka yang terbesar yaitu sebagai Pedoman Bagi Manusia.

.

.

.

Pertanyaan Siapa Ahlul Bait

Mengenai Kitab Allah itu sudah cukup jelas tetapi siapakah Ithrati Ahlul Bait Rasulullah SAW. Apakah Istri-istri Nabi SAW?, atau Apakah setiap keluarga Nabi SAW? Keluarga dari hubungan pernikahankah? atau justru keluarga dari hubungan Nasab? Atau justru Rasulullah SAW sendiri sudah memberitahu siapakah Ithrati Ahlul Bait yang dimaksud?.

Pertanyaan ini masih bisa ditambah, Apakah Mereka adalah Ulama-ulama dari keturunan Nabi SAW? Apakah Mereka adalah setiap Ulama Salafus Salih? Apakah Mereka yang dikatakan Syiah sebagai Imam-Imam penerus Nabi SAW? Apakah Mereka adalah setiap keturunan Nabi SAW? Keturunan Cucu Nabi SAW Hasan kah? Keturunan Cucu Nabi SAW Husain? Atau apakah Mereka adalah Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Abbas?

Untuk mencari tahu siapa Mereka sebenarnya maka kami akan berpegang pada metode yang kuat dan dengan ini kami menarik kesimpulan. Soal kesimpulan ini akan dipertentangkan oleh Saudara Sunni maupun Syiah itu bukanlah menjadi urusan kami sepenuhnya.

.

.

.

Metode Pertama Al Hadis Sebagai Dalil Naqli

Metode pertama untuk Mencari tahu siapa Mereka adalah dengan merujuk pada Rasulullah SAW sendiri yang mengucapkan hadis tersebut. Jadi jalan pertama lewat Hadis Rasulullah SAW. Kami temukan dalam pencarian kami terhadap hadis-hadis yang berkaitan dengan Ahlul Bait adalah

  • Ahlul Bait Rasulullah SAW adalah Ahlul Kisa’ selain Beliau SAW yaitu Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.
  • Ahlul Bait adalah Istri-istri Nabi SAW.
  • Sahabat Nabi SAW yang dikenal sebagai Salman Al Farisi.

Mengenai Ahlul Bait adalah Ahlul Kisa’ sangat jelas berdasarkan hadis shahih berikut

Diriwayatkan dari Umar bin Abu Salamah yang berkata, Ayat berikut ini turun kepada Nabi Muhammad SAW, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya.(QS Al Ahzab 33). Ayat tersebut turun di rumah Ummu Salamah , lalu Nabi Muhammad SAW memanggil Siti Fathimah,Hasan dan Husain,lalu Rasulullah SAW menutupi mereka dengan kain sedang Ali bin Abi Thalib ada di belakang punggung Nabi SAW .Beliau SAW pun menutupinya dengan kain Kemudian Beliau bersabda” Allahumma( ya Allah ) mereka itu Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.Ummu Salamah berkata,” Dan apakah aku beserta mereka wahai Rasulullah SAW? . Beliau bersabda “ engkau mempunyai tempat sendiri dan engkau menuju kebaikan. (Hadis Sunan Tirmidzi no 3205 dan no 3871).

Hadis ini pun menyiratkan bahwa Istri Nabi Ummu Salamah tidak termasuk dalam kategori Ahlul Bait yang dikatakan Rasulullah SAW. Benarkah begitu? Maka dengan sedikit bersabar kami mencari sumber lain, dan ternyata terdapat keterangan bahwa Rasulullah SAW pernah menyapa Istri-istri Beliau SAW sebagai Ahlul Bait

Dari Anas r.a, ia berkata : “Nabi SAW melangsungkan pernikahan dengan Zainab binti Jahsy dengan hidangan roti dan daging maka saya mengirim makanan. Lalu Nabi SAW keluar dan menuju kamar Aisyah seraya berkata, ‘Assalamu’alaikum ahlul bait wa rahmatullah (salam sejahtera atas kamu, wahai ahlul bait dan semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepadamu)’ Maka Aisyah menjawab, ‘Wa alaika salam wa rahmatullah (dan semoga kesejahteraan dan rahmat Allah atasmu). ‘Lalu Nabi SAW mengitari kamar semua istrinya dan berkata kepada mereka seperti yang dikatakan kepada Aisyah, dan merekapun menjawab seperti jawaban Aisyah” (HR Shahih Bukhari).

Hadis di atas ditujukan untuk semua Istri Nabi SAW termasuk ummu Salamah, tetapi dalam hadis sebelumnya Ummu Salamah dicegah untuk ikut bersama mereka Ahlul Bait yang dikhususkan oleh Rasulullah SAW.

Oleh karena itu kami melakukan tinjauan ulang dan kami simpulkan bahwa Rasulullah SAW menggunakan kata Ahlul Bait dengan 2 pengertian yaitu makna umum dan makna khsusus. Makna umum Ahlul Bait adalah keluarga dan makna khsusus Ahlul Bait adalah salah satunya ketika turun ayat tathir Al ahzab 33 dimana Rasulullah SAW menyatakan bahwa Ahlul Bait yang dimaksud tertuju kepada Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.

Selanjutnya timbul pertanyaan, lalu dalam Hadis Tsaqalain kata Ahlul Bait yang dimaksud itu adalah bermakna apa? Apakah setiap Keluarga Rasulullah SAW yang meliputi kerabat Beliau SAW yaitu Paman-paman Beliau SAW, Sepupu Beliau SAW, Besan Beliau SAW, Istri Beliau SAW dan Anak-anak Beliau SAW?. Adakah penjelasan yang bersumber pada hadis Nabi SAW tentang Ahlul Bait dalam hadis Tsaqalain, ah ternyata ada

Muslim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Shuja’ bin Makhlad dari Ulayyah yang berkata Zuhair berkata telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim dari Abu Hayyan dari Yazid bin Hayyan yang berkata” Aku, Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim pergi menemui Zaid bin Arqam. Setelah kami duduk bersamanya berkata Husain kepada Zaid ”Wahai Zaid sungguh engkau telah mendapat banyak kebaikan. Engkau telah melihat Rasulullah SAW, mendengarkan hadisnya, berperang bersamanya dan shalat di belakangnya. Sungguh engkau mendapat banyak kebaikan wahai Zaid. Coba ceritakan kepadaku apa yang kamu dengar dari Rasulullah SAW.

Berkata Zaid “Hai anak saudaraku, aku sudah tua, ajalku hampir tiba, dan aku sudah lupa akan sebagian yang aku dapat dari Rasulullah SAW. Apa yang kuceritakan kepadamu terimalah,dan apa yang tidak kusampaikan janganlah kamu memaksaku untuk memberikannya. Lalu Zaid berkata” pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di hadapan kami di sebuah tempat yang bernama Ghadir Khum seraya berpidato,maka Beliau SAW memanjatkan puja dan puji atas Allah SWT, menyampaikan nasehat dan peringatan.

Kemudian Beliau SAW bersabda “Ketahuilah wahai manusia sesungguhnya aku hanya seorang manusia. Aku merasa bahwa utusan Tuhanku (malaikat maut) akan segera datang dan Aku akan memenuhi panggilan itu. Dan Aku tinggalkan padamu dua pusaka (Ats-Tsaqalain). Yang pertama Kitabullah (Al-Quran) di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya,maka berpegang teguhlah dengan Kitabullah”. Kemudian Beliau melanjutkan, “ dan Ahlul BaitKu, kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu, kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu, kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu.” Lalu Husain bertanya kepada Zaid” Hai Zaid siapa gerangan Ahlul Bait itu? Tidakkah istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait? Jawabnya “Istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait. Tetapi yang dimaksud Ahlul Bait adalah orang yang tidak diperkenankan menerima sedekah setelah wafat Nabi SAW”, Husain bertanya “Siapa mereka?”.Jawab Zaid ”Mereka adalah Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Ibnu Abbes”. Apakah mereka semua diharamkan menerima sedekah (zakat)?” tanya Husain; “Ya”, jawabnya. (Shahih Muslim juz II hal 279 bab Fadhail Ali).

Dari Hadis ini Ahlul Bait yang dimaksud adalah Istri-istri Nabi SAW,Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Abbas. Sayangnya hal ini adalah pendapat Zaid bin Arqam salah seorang sahabat Nabi SAW yang mulia. Bukan berarti kami meragukan Beliau tetapi alangkah baiknya kalau yang menjadi rujukan langsung adalah Rasulullah SAW sendiri. Lagipula kami menemukan hadis lain juga dalam Shahih Muslim di bab yang sama dengan pendapat Zaid bin Arqam perihal Ahlul Bait yang sedikit berbeda

“Kami berkata “Siapa Ahlul Bait? Apakah istri-istri Nabi? .Kemudian Zaid menjawab” Tidak, Demi Allah ,seorang wanita(istri) hidup dengan suaminya dalam masa tertentu jika suaminya menceraikannya dia akan kembali ke orang tua dan kaumnya. Ahlul Bait Nabi adalah keturunannya yang diharamkan untuk menerima sedekah”.

Jadi dalam hadis ini Zaid bin Arqam ra menolak pendapat bahwa istri Nabi SAW sebagai Ahlul Bait.

Dengan berpegang pada metode yang kuat maka kami akan tetap pada pandangan kami semula bahwa dalam hal ini Rasulullah SAW lebih layak untuk dirujuk. Lagipula Ada dua pernyataan Zaid yang kontradiktif, tidak ada alasan mengesampingkan salah satunya oleh karena itu kami memutuskan lebih baik untuk mengesampingkan keduanya.

Maka kami kembali bertanya

Dalam Hadis Tsaqalain kata Ahlul Bait yang dimaksud itu adalah bermakna apa? Apakah setiap Keluarga Rasulullah SAW yang meliputi kerabat Beliau SAW yaitu Paman-paman Beliau SAW, Sepupu Beliau SAW, Besan Beliau SAW, Istri Beliau SAW dan Anak-anak Beliau SAW?.

Kami menyimpulkan kata Ahlul Bait dalam hadis Rasulullah SAW adalah bermakna khusus bukan bermakna umum karena jika bermakna umum maka hal itu akan meliputi kerabat Rasulullah SAW yang kafir kepada Allah SWT seperti Abu Jahal dkk. Sangat tidak mungkin pedoman umat islam adalah orang kafir. Jadi kami menyimpulkan kata Ahlul Bait dalam hadis Tsaqalain bermakna khusus.

Maka kembali kami meninjau Ahlul Bait dalam arti khusus yang digunakan Rasulullah SAW adalah

  • Tertuju untuk Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.
  • Tertuju untuk Istri-istri Nabi SAW
  • Tertuju untuk Salman Al Farisi

Kembali ke awal, ternyata pemecahan masalah ini masih belum ada kemajuan :mrgreen:

Maka kami kembali merujuk ke teks hadis Tsaqalain, dan kami dapati bahwa pemecahannya ada di sana. Hadis Tsaqalain menyatakan dengan jelas Kitab Allah dan Ithrati Ahlul Baiti(Ithrah Rasulullah SAW Ahlul Bait Rasulullah SAW).

Kami meninjau kembali makna Ithrah dan kami dapati bahwa kata ini bermakna Keturunan. Jadi kami dapati bahwa Ahlul Bait yang dimaksud adalah Ahlul Bait yang terhubung dengan nasab atau keturunan. Dalam hal ini maka sudah jelas Ithrati Ahlal Baiti merujuk pada Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS. Sedangkan Istri-istri Nabi SAW dan Salman Al Farisi tidak terkait sedikitpun dengan nasab atau keturunan Rasulullah SAW.

  • Sayyidah Fatimah AS adalah Putri tercinta Sang Rasul yang Mulia, sangat jelas terkait dengan nasab dan keturunan Nabi SAW
  • Imam Ali AS adalah Sepupu Rasulullah SAW Suami tercinta Sayyidah Fatimah AS, dan Ayah kedua cucu Nabi SAW. Beliau Imam Ali AS terkait dengan nasab dan keturunan Nabi SAW melalui kedua cucu Nabi SAW.
  • Imam Hasan AS adalah Cucu Rasulullah SAW, sangat jelas terkait dengan nasab dan keturunan Nabi SAW.
  • Imam Husain AS adalah Cucu Rasulullah SAW, sangat jelas terkait dengan nasab dan keturunan Nabi SAW.

Maka sudah jelas kami dapati bahwa Ahlul Bait dalam hadis Tsaqalain adalah Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS. Apakah hanya mereka Ithrati Ahlul Bait Rasulullah SAW?. Setelah kami tinjau kembali hadis Tsaqalain maka kami dapati bahwa banyak hadis Tsaqalain menjelaskan bahwa Kitab Allah dan Ithrah Ahlul Bait Rasulullah SAW tidak akan berpisah sampai hari kiamat. Yang menyiratkan bahwa Ithrah Ahlul Bait akan terus ada bersama Kitab Allah. Jika sekarang Kitab Allah masih ada maka begitu pula Ithrah Ahlul Bait Rasulullah SAW.

.

.

.

Metode Kedua Rasio Sebagai Dalil Aqli

Maka kami meninjau kembali apakah masih ada Ithrah atau keturunan Nabi SAW sampai saat ini? Kami temukan bahwa Al Imam Hasan AS dan Al Imam Husain AS memiliki keturunan yang banyak hingga saat ini. kemudian apakah semua keturunan itu adalah Ithrah Rasulullah SAW sang pedoman Umat Islam.

Sang pedoman dalam pandangan kami adalah sosok yang selalu bersama kebenaran dalam hal ini Mereka akan selalu bersama Al Quran. Dalam hal ini kami menyimpulkan bahwa Sosok itu bisa dari keturunan Imam Hasan AS dan bisa dari keturunan Imam Husain AS.

Maka kami kembali ke metode yang pertama yaitu dengan hadis Rasulullah SAW sendiri, adakah hadis yang menjelaskan bahwa sosok itu akan berasal dari keturunan Imam Hasan AS atau keturunan Imam Husain AS atau malah keduanya?. Kami ternyata tidak menemukan hadis yang demikian.

Maka kami meninjau kembali dengan metode yang kedua yaitu Metode Serasional Mungkin :mrgreen:

  • Azaz Rasional pertama, Sosok tersebut harus selalu benar karena begitulah sang Pedoman bagi umat Islam. Seandainya sang pedoman ini salah maka kesalahan tersebut akan dirujuk oleh umat islam sebagai kebenaran. Mungkinkah Tuhan menghendaki kesalahan dijadikan pedoman 😉
  • Azaz Rasional Kedua, Sosok tersebut harus dinyatakan sendiri oleh Pribadi yang selalu benar untuk menghindari semua bentuk subjektivitas. Siapakah Pribadi yang dimaksud? sudah jelas pribadi yang selalu benar dan menjadi rujukan adalah Sang Rasulullah SAW. tetapi bukankah dalam hal ini kami telah menyatakan bahwa kami tidak menemukan hadis yang memuat keterangan tentang Sang pedoman bagi umat islam selain Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.

Dengan kedua azaz di atas kami tinjau

  • Azaz pertama Sang Pedoman selalu benar
  • Azaz kedua Rasulullah SAW Sang Pedoman menetapkan Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS sebagai Sang Pedoman sebagaimana yang tertera dalam hadis Tsaqalain. Jadi Sang Pedoman yang lain harus dinyatakan oleh salah satu dari Sang Pedoman yang diketahui yaitu Rasulullah SAW Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.

Kesimpulan kedua azaz tersebut adalah Sang Pedoman Yang Lain Ditetapkan Oleh Sang Pedoman Yang Diketahui.

Kembali kami meninjau adakah Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS. menetapkan siapa Sang Pedoman yang lain sampai akhir zaman. Disini tidak ada cara lain kecuali dengan merujuk melalui perkataan-perkataan Mereka yang tercatat. Sayangnya kami kembali tidak menemukan catatan-catatan dari Mereka AS.

Kami meninjau kembali dan kami dapati bahwa sebelumnya Rasulullah SAW tidak menjelaskan siapa saja Sang Pedoman sampai akhir zaman atau hari kiamat yang selalu bersama Al Quran dari kalangan Ithrah Ahlul Bait Beliau SAW. Kami menemukan bahwa Rasulullah SAW hanya menyatakan Sang Pedoman yang semasa dengan Beliau SAW. Maka dari sini kami mengambil kesimpulan bahwa

Sang Pedoman Yang Lain Ditetapkan Oleh Sang Pedoman Yang Diketahui Yang Berada Dalam Satu Masa.

Dari sini kami kembali meninjau

  • Masa Sang Pedoman yang Ditetapkan Oleh Allah SWT yaitu Rasulullah SAW
  • Masa Sang Pedoman yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW yaitu Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.
  • Masa Sang Pedoman yang ditetapkan oleh salah satu dari Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS yaitu Sang Pedoman Yang Lain

Penetapan Sang Pedoman adalah demi kepentingan masa selanjutnya, jadi Sang Pedoman yang menetapkan Sang Pedoman Lain untuk masa selanjutnya secara rasional adalah Sang Pedoman yang terdekat dengan masa munculnya Sang Pedoman Lain.

Jika dalam satu masa masih ada lebih dari satu Sang Pedoman maka tidak ada kepentingan untuk menetapkan Sang Pedoman Yang Lain. Hal ini dikarenakan jika salah satu Sang Pedoman meninggal maka masih ada Sang Pedoman untuk masa tersebut. Dalam hal ini Sang Pedoman Yang menetapkan Sang Pedoman Yang Lain adalah Sang Pedoman Yang terakhir wafatnya.

Secara historis kami dapati bahwa Sang Pedoman Terakhir yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW dan terdekat masanya dengan Sang Pedoman Yang Lain adalah Al Imam Husain AS. Jadi dari sini kami menyimpulkan bahwa Al Ithrah Ahlul Bait sebagai Sang Pedoman Yang Bersama Al Quran adalah Dari Keturunan Al Imam Husain AS.

.

.

.

Kesimpulan Tinjauan

Kesimpulan semua tinjauan ini adalah Ithrah Ahlul Bait Rasulullah SAW dalam hadis Tsaqalain adalah Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS beserta keturunan Al Imam Husain AS.

Setelah kami meninjau kembali pandangan ini kami dapati bahwa kesimpulan kami ini adalah sedikit mirip dengan apa yang diyakini oleh saudara kami yang Syiah(mau bagaimana lagi, begitu hasil analisisnya) 😉 siap-siap menerima hujatan dan tuduhan . Walaupun begitu tulisan ini hanyalah analisis kami yang sangat terbatas. Oleh karena itu anda-anda semua sangat patut untuk meragukannya :mrgreen:

Salam Damai

Catatan :

Tulisan kami tentang Hadis Tsaqalain Yang Lain dapat anda lihat di bawah ini

38 Tanggapan

  1. @secondprince
    Maaf kalau saya katakan hampir semua yg anda jelaskan tdk perlu dikoreksi kebenarannya. Jd ada sedikit saja yang dikoreksi :
    PERTAMA: Soal Itrahti. Klu menurut mas SP bahwa Itrahti yg kemudian adalah berdasarkan penunjukan Sang Pedoman Yg Kemudian dan itu jatuh pd keturunan Imam Husain as. Klu menurut saya msh termasuk keluarga Imam Hasan as yg disebut sbg Itrahti Tetapi klu kedudukan sbg Imam ya benar. Dlm keturunan Nabi kita mengenal istilah Itrahti, ada istilah Zuriat dan istilah shalala.
    Sebab menurut saya anak2 Imam Hasan as pun bisa kita berpegang agar tdk sesat. Tp Itrahti dikhuskan kpd mereka yg mendpt hidayah dan bertakwa. Tdk mudah utk menyatakan seseorang bertakwa. Kata TAKWA adalah predikat hanya diberikan Allah kepd seseorang utk menjelaskan petunjuk2 Allah
    KEDUA : Ahlul Bait. Saya sangat setuju dg peninjauan mas SP bahwa ada pengkhususan mengenai arti Ahlul Bait. Sebenarnya kita yg menyebabkan artinya Umum dan khusus. Tetapi Allah sdh jelaskan utk keluarga apakah itu kel. Bani Hasyim dan termasuk istri Rasul disebut dlm ayat Al Mawaddah ( saya lupa dlm surat apa nanti saya carikan) Tp bunyinya kurang lbh bedini: Hai Rasul katakan pd mereka; Aku tdk mengharap upah apa2 dr jerih payahku ini tapi cintai keluargaku(kurba)
    Sdgkan Surah Al Azhab ayat 33 jelas Ahlul Bait. ini merupakan analisa saya. Bisakan mas SP
    KETIGA : Sebab turun wahyu khusus utk Rasul yakni yg terkanal dg Hadits Tsagalain.Wahyu ini turun gara2 Ayat 65 Srah An ‘AAm: Katakanlah:” Dialah yg berkuasa utk mengirim azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dlm golongan2 saling bermusuhan dst”
    Pd waktu ayat turun Rasul langsung ambil wudhu dan melaksanakan shalat 2 raka’at memohohonkan agar jgn diturunkan bala ini dlm umatnya. Yg dua yaitu dari atas dan bawah ditangguhkan Allah SWTtetapi dalam golongan tdk. Sebgm kita ketahui bahwa Rasul sangat menyintai umatnya sehingga dlm setiap shalat Rasul mohonkan keselamatan umatnya. Akhirnya turun wahyu yg kita kenal sbg Hadis Tsagalain. Sampai disini dulu insya Allah ada kelanjutannya

  2. @aburahat
    silakan-silakan, saya terima masukan Mas 🙂

    Klu menurut saya msh termasuk keluarga Imam Hasan as yg disebut sbg Itrahti Tetapi klu kedudukan sbg Imam ya benar. Dlm keturunan Nabi kita mengenal istilah Itrahti, ada istilah Zuriat dan istilah shalala.
    Sebab menurut saya anak2 Imam Hasan as pun bisa kita berpegang agar tdk sesat.

    Bisa kok Mas, saya kan cuma menampilkan sebuah tinjauan 🙂

    Tp Itrahti dikhuskan kpd mereka yg mendpt hidayah dan bertakwa. Tdk mudah utk menyatakan seseorang bertakwa. Kata TAKWA adalah predikat hanya diberikan Allah kepd seseorang utk menjelaskan petunjuk2 Allah

    Masalahnya bagaimana kita tahu siapa yang mendapat hidayah dan bertakwa itu, apakah kita yang menilai? saya rasa ini akan menjadi subjektivitas yang berlarut-larut. Oleh karena itu saya menetapkan azaz bahwa yang menentukan Sang Pedoman Yang Lain itu adalah Sang Pedoman Yang Diketahui dan adalah Pribadi yang pasti benar.
    Salam

  3. @secondprince
    Maaf mas saya ingin penjelasan mengenai Sang Pedoman: Apakah Sang Pedoman yg mas maksud identik dg IMAM. Saya bertanya ini karena saya jg yakin dg WALI ALLAH Yg diketuai oleh Wali Qutub dan mereka2 ini saya yakin bersama Alqur’an

  4. KALO MAU BIKIN BLOG, JANGAN LUPA MASUK SINI: http://www.leoxa.com/
    (Themenya Keren Abiss & Bisa Pake Adsense)

    ========
    ========
    rame yang udah berpindah daripada blog-blog lainnya ke blog Leoxa.com karena theme yang keren

  5. Akhi, maksudnya tinjauan ulang berarti sebelumnya hasil analisis akhi beda dengan yang sekarang ya :mrgreen:

    saya makin heran sama akhi 🙂
    tapi tulisan yang ini memang siip banget

  6. @ abu rahat

    Saya bertanya ini karena saya jg yakin dg WALI ALLAH Yg diketuai oleh Wali Qutub dan mereka2 ini saya yakin bersama Alqur’an

    Menentukan seseorang itu selalu bersama Al Quran harus berdasarkan dalil, bukan dengan sekedar keyakinan semata. Bukankah yang begitu sama halnya dengan subjektivitas yang disinggung oleh SP

  7. @ abumirza
    Saya mengatakan demikian karena saya hanya ngomong aja seperti anda. Saya sering mengikuti pembacaan Alqur’an serta tafsirnya. Klu anda mau coba silihkan asal jgn sdr berdasarkan nafsu anada. Apakah anda mau terima atau tdk itu urusan anda. Tp bagi saya mengerti hakekat tafsir. jgn anda samakan Wali Allah dgn Karamah mas

  8. @almirza
    Maaf, sekali lg maaf cara saya menanggapi komentar anda pd saya. Kata2 demikian seharusnya ditujukan pd mereka yg berkomentar tanpa dalil. Jd saya salah alamat. Tp rasa mas tahu bahwa banyak ayat di Alqur’an yg diangkat derajat oleh Allah terhadap Wali Allah. Namanya Waliullah. Yg berarti wakil Allah didunia. Dan saya carikan utk mas almirza

  9. Saya sampai detik ini blm bisa mengerti terhadap manusia terutama mereka2 yg tdk mengakui kebenaran. Sebagaimana kita ketahui bahwa ciptaan Allah yg paling mulia adalah AKAL. Dan banyak sekali firman2 Allah yg memerintah kpd hambanya untuk berfikir terhdp ayat/tanda2. Sdgkan berfikir harus mempergunakan akal. Berarti mempergunakan akal utk mencapai kebenaran. Tetapi msh banyak yg menolak kebanaran. Tolong jelaskan Mengapa mereka menolak kebenaran yg nyata

  10. @SP

    Kami meninjau kembali dan kami dapati bahwa sebelumnya Rasulullah SAW tidak menjelaskan siapa saja Sang Pedoman sampai akhir zaman atau hari kiamat yang selalu bersama Al Quran dari kalangan Ithrah Ahlul Bait Beliau SAW. Kami menemukan bahwa Rasulullah SAW hanya menyatakan Sang Pedoman yang semasa dengan Beliau SAW

    Saya kurang sepakat dengan peryataan ini mas 🙂 . Karena beberapa riwayat (ternyata) mengisyaratkan bahwa Sang Pedoman telah menyebutkan Sang Pedoman Yang Lain, bahkan jika dipercayai, nama-nama dari Sang Pedoman Yang Lain pun disebutkan dengan jelas.

    Pernahkan mas membaca riwayat ini? (saya belum tau tingkat keshahihannya. Mungkin mas SP bisa)

    (1) Muslim di dalam Sahihnya meriwayatkan dari Jabir bin Samurah sesungguhnya dia berkata:
    ” Aku bersama bapakku berjumpa dengan Rasulullah SAWW. Maka aku mendengar Nabi SAWW bersabda: “Urusan ‘ini’ tidak akan selesai hingga berlaku pada mereka dua belas khalifah.” Dia berkata: Kemudian beliau berbicara dengan perlahan kepadaku. Akupun bertanya bapakku apakah yang diucapkan oleh beliau?
    Dia menjawab: “Semuanya dari Quraisy.”

    (2) Muslim juga meriwayatkan di dalamnya Sahihnya dari Nabi SAWW. Beliau bersabda:
    “Agama sentiasa teguh sehingga Hari Kiamat dan dua belas khalifah memimpin mereka, semuanya dari Quraisy.” Di dalam riwayat lain:
    “Urusan manusia berlalu dengan perlantikan dua belas laki-laki dari Quraisy”
    “Senantiasa Islam itu kuat hingga pada dua belas khalifah daripada Quraisy” dan
    “Senantiasa agama ini kuat dan kukuh hingga dua belas khalifah dari Quraisy.”[Kitabul Imarah, Sahih Muslim, Cairo, 1955, Jilid II, hlm.,1542-1543]

    (3) Ibn Hajr di dalam al-Sawa’iq al-Muhriqah meriwayatkan dari Jabir bin Samurah bahwa Nabi SAW bersabda:
    “Selepasku akan diikuti oleh dua belas khalifah.”
    Al-Qunduzi al-Hanafi di dalam Yanabi al-Mawaddah bab 95, meriwayatkan bahawa Jabir bin Abdullah berkata:
    ” Rasulullah SAWW bersabda: ” Wahai Jabir! Sesungguhnya para wasiku dan para imam selepasku pertamanya Ali kemudian Hasan kemudian Husain kemudian Ali bin Husain. Kemudian Muhammad bin Ali al-Baqir. Anda akan menemuinya wahai Jabir sekiranya anda mendapatinya, maka sampaikan
    salamku kepadanya. Kemudian Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali. Kemudian al-Qaim namanya sama dengan namaku, anak Hasan bin Ali. Dengan beliaulah Allah akan membuka seluruh pelosok bumi di Timur dan di Barat, dialah yang ghaib dari penglihatan. Tidak akan percaya kepada imamahnya melainkan orang yang telah diuji hatinya oleh Allah SWT.”

    Dalam riwayat lain;
    (4) Dalam Ikmal al-Din terdapat sebuah hadits melalui Jabir al-Jufri yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah yang berkata: “Ya Rasulullah kami telah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, lalu siapakah ulil amri yang Allah jadikan ketaatan kepada mereka sama dengan ketaatan kepadamu?” Lalu Nabi SAW bersabda: “Wahai Jabir, mereka adalah penerusku dan para pemimpin muslimin. Yang pertama dari mereka adalah ‘Ali bin Abi Thalib, kemudian (Imam) Hasan dan (Imam) Husain, kemudian ‘Ali bin Husain, kemudian Muhammad bin ‘Ali, yang dikenal dalam taurat dengan nama al-Baqir, yang engkau akan jumpai kelak. Wahai jabir! Apabila engkau menjumpainya, sampaikanlah salamku padanya. Setelahnya adalah ash-Shadiq, Ja’far bin Muhammad; kemudian Musa bin Ja’far, kemudian ‘Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin ‘Ali, kemudian ‘Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin ‘Ali, setelahnya adalah al-Qa’im yang nama asli dan gelarnya sama denganku. Dia adalah hujjah Allah di bumi dan pengingat hamba-hamba-Nya. Dia anak (Imam) Hasan bin ‘Ali (al-‘Askari).

    Dalil naqli ini boleh saja diutak-atik tingkat keshahihannya, dan oleh sebagian orang (golongan) dianggap hadits yang lemah. Namun secara aqli seharusnya penyebutan 12 khalifah dan bahkan berikut dengan nama-namanya oleh Rasul saw bisa diterima. Sebabnya adalah demikian:
    (1) Apakah mungkin Rasulullah saw meninggalkan umatnya tanpa ada pengganti yang pasti, sementara umatnya masih perlu pembimbing? Banyak contoh para sahabat yang saling bertanya tentang hukum dan sahabat lain menjawab. Banyak contoh sahabat melakukan ijtihad yang seharusnya ada pada diri orang-orang yang memiliki ilmu dan kepahaman seperti Rasul saw.
    (2) Apakah mungkin Rasulullah saw membiarkan umatnya bertanya-tanya dan bertikai mengenai siapa itu itrati ahlul bait, sementara kedudukan itrati ini setara dengan Alquran?
    Penyebutan “dan” pada hadits di atas “…Alquran dan itrati ahlulbaity” hanya bermakna bahwa kedudukan Alquran dan itrati adalah setara. Baik ia setara tentang keilmuannya, maupun keterjagaannya terhadap kekeliruan, dll. Makanya ia juga sebagai pedoman di samping Alquran.
    Dengan kedudukannya yang mulia ini. Masuk akalkah jika siapa itrati ini oleh Rasul saw tidak disebutkan?

    Dengan demikian riwayat-riwayat yang saya sebutkan di atas seharusnya benar secara aqli, meski pun saya tidak berhak mengatakan sahih secara naqli karena saya tentu bukan ahlinya.
    Oleh karenanya secara aqli pula, Sang Pedoman Yang Lain memang telah disebutkan oleh Sang Pedoman Yang Diketahui.

    Demikian. Semoga bermanfaat.

    Damai…damai

  11. @SP
    Ada kerancuan sedikit di sini menurut saya mas. Kadang mas menyebut ahlulbait kadang itrati ahlulbait. Sementara hadits tsaqalain di atas menyebut itrati ahlulbaity.
    Mas tulis seperti ini:

    Kesimpulan semua tinjauan ini adalah Ithrah Ahlul Bait Rasulullah SAW dalam hadis Tsaqalain adalah Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS beserta keturunan Al Imam Husain AS

    Dua kata ini [itrati ahlulbait dan ahlulbait] menurut saya, merupakan dua entitas yang sangat berbeda berbeda meski bukan berlawanan. Yang satu ahlul bait, sudah dijelaskan oleh Alquran dan disebutkan mas SP: Ali, Fatimah, Hasan, Husain.
    Sementara itrati ahlulbait adalah (keturunan?) dari ahlulbait. Meskipun saya pribadi masih mencari tau apakah arti itrati itu. Apakah ia berarti keturunan? atau ia berarti keturunan secara khusus atau bisa secara umum saja? Kalau itrati adalah keturunan secara khusus, maka kekhususan seperti apa yang harus dimiliki oleh itrati ahlulbait?
    Pertanyaan-pertanyaan ini sejatinya juga perlu dibahas oleh mas SP agar tulisan mas lebih komprehensif dan memiliki kesimpulan yang relatif lebih lengkap dan akurat.

    Lalu mengapa hal ini perlu pembedaan?
    Jawabannya sederhana saja. Yakni jika itrati ahlulbaity [juga] adalah ahlulbait, maka setelah ahlulbait ini tiada, yang berarti itrati ahlulbait juga tiada, akan muncul kericuhan mengenai siapa-siapa selanjutnya yang akan atau yang berhak mendampingi Alquran. Bukankah Alquran akan terus didampingi oleh manusia-manusia pilihan hingga hari kiamat kelak?

    Demikian mas. Semoga bisa membantu dan bermanfaat.

    Damai…damai

  12. @SP

    Pernahkan mas membaca riwayat ini?

    Tentunya udah. Maaf…maaf

  13. @SP

    Pernahkan mas membaca riwayat ini?

    Tentunya udah. Maaf…maaf 🙂

  14. Saya setuju dengan analis SP di atas. Namun ending yang akhir saya kurang setuju. Maksudnya adalah ketika pedoman itu diwashiatkan dari Sayidina Hasan ke Sayidina Husan karena yang meninggal terakhir adalah Husain. Itukan keyakinan Syiah mengenai washiat antara imam ke imam.
    Seharusnya tidak demikian, karena memang keturunan Rasulullah adalah ada pada Hasan ra. dan Husain ra. maka seharusnya tidak dipilah-pilah mana yang menerima washiat itu. Semuanya keturunan Rasulullah.
    Lagian, kenyataannya dari para habaib di dunia ini tidak sepenuhnya kompak dengan keyakinan semacam itu. Padahal mereka adalah keturunan Sayidina Husain?
    Jadi, kok umpama washiat yang diyakini demikian adalah memang keturunan Sayidina Husain, mengapa hanya para Imam 12. Itupun masih dipertentangkan oleh Syiah.
    Sedangkan keturuan Husain yang juga memeiliki keilmuan yang tinggi, seperti para habaib, namun tidak meyakini seperti keyakinan Syiah sementara ini ternyata tidak digubris.
    Kok saya meragukan terhadap netralitas yang dipedomi oleh SP. Penggiringan pada keimanan, seperti yang di lakukan oleh SP sudah banyak dilakukan oleh teman-teman yang dari Syiah.
    Dan nampak sekali ketika SP mengungkapkan nama Sayidina Hasan dan Sayidina Husain pake AS, itu menandakan bahwa Anda adalah pengiman dan peyakin adalah Imamah 12 yang kata orang Syiah mengungkapkan AS. Karena menurut Anda sama kedudukannya dengan para Nabi.

  15. @Gemini
    1. Menurut anda tdk seharusnya Imam 12 didominasi oleh keturunan Imam Husai sa. (itu intinya) saya jelaskan: Tidak semua manusia bisa bisa menjadi pemimpin umat. Begitu juga keturunan Ahlulbait tdk semua sanggup meneruskan kepimpinan yg Rasul berikan pad Imam Ali KW sebagai Imam I
    2. Mereka para Habaib ada yg tdk kompak. Saya katakan benar dlm syariat tp anda tdk tahu hakekatnya. Klu anda pernah membaca buku2 para Imam Ahlulbait setelah Imam ke 11 maka anda akan tau mengapa..
    3. Anda katakan dlm Syiah sendiri ada perbedaan pendpt. Saya katakan tdk ada perbedaan pendpt dlm Syiah Imamyiah dgn 12 Imam. Anda hrs mengert dulu apa arti kata SYIAH. Syiah berart golongan pengikut. Memang ada berapa syiah Ump. Syiah Zaidiah Fatimiyah dll. ( Sunnypun ada seperti Hambali, Hanafi dlsb) jd ini bukan sbg alasan mendeskritkan Syiah

  16. @ Gemini

    Dan nampak sekali ketika SP mengungkapkan nama Sayidina Hasan dan Sayidina Husain pake AS, itu menandakan bahwa Anda adalah pengiman dan peyakin adalah Imamah 12 yang kata orang Syiah mengungkapkan AS. Karena menurut Anda sama kedudukannya dengan para Nabi.

    Sudah saya katakan sama sampean, mana dalilnya AS itu cuma khusus buat Nabi 😆 ayo ayo mari berdiskusi :mrgreen:

  17. tetapi bukankah dalam hal ini kami telah menyatakan bahwa kami tidak menemukan hadis yang memuat keterangan tentang Sang pedoman bagi umat islam selain Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.

    Masa sehh?.. :mrgreen:

  18. @aburahat

    Maaf mas saya ingin penjelasan mengenai Sang Pedoman: Apakah Sang Pedoman yg mas maksud identik dg IMAM. Saya bertanya ini karena saya jg yakin dg WALI ALLAH Yg diketuai oleh Wali Qutub dan mereka2 ini saya yakin bersama Alqur’an

    Sang Pedoman jelas merupakan Imam bagi manusia Mas, kalau soal Wali dan kebersamaan mereka bersama Al Quran saya tidak menafikan itu. Tetapi perlu diingat
    siapa Wali itu sendiri terkadang subjektif
    Para Wali mungkin berusaha untuk bersama Al Quran tetapi tidak menutup kemungkinan kalau mereka juga bisa keliru.
    Kecuali kalau Wali yang dimaksud ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan nash yang jelas

    @almirza
    Siiip itu maksud saya

    @abu rahat

    Tetapi msh banyak yg menolak kebanaran. Tolong jelaskan Mengapa mereka menolak kebenaran yg nyata

    Jawabannya sederhana Mas, karena manusia tidak hanya punya akal mereka juga punya nafsu

    @armand

    Saya kurang sepakat dengan peryataan ini mas . Karena beberapa riwayat (ternyata) mengisyaratkan bahwa Sang Pedoman telah menyebutkan Sang Pedoman Yang Lain, bahkan jika dipercayai, nama-nama dari Sang Pedoman Yang Lain pun disebutkan dengan jelas.

    Silakan Mas, saya menyimak

    1) Muslim di dalam Sahihnya meriwayatkan dari Jabir bin Samurah sesungguhnya dia berkata:
    ” Aku bersama bapakku berjumpa dengan Rasulullah SAWW. Maka aku mendengar Nabi SAWW bersabda: “Urusan ‘ini’ tidak akan selesai hingga berlaku pada mereka dua belas khalifah.” Dia berkata: Kemudian beliau berbicara dengan perlahan kepadaku. Akupun bertanya bapakku apakah yang diucapkan oleh beliau?
    Dia menjawab: “Semuanya dari Quraisy.”

    (2) Muslim juga meriwayatkan di dalamnya Sahihnya dari Nabi SAWW. Beliau bersabda:
    “Agama sentiasa teguh sehingga Hari Kiamat dan dua belas khalifah memimpin mereka, semuanya dari Quraisy.” Di dalam riwayat lain:
    “Urusan manusia berlalu dengan perlantikan dua belas laki-laki dari Quraisy”
    “Senantiasa Islam itu kuat hingga pada dua belas khalifah daripada Quraisy” dan
    “Senantiasa agama ini kuat dan kukuh hingga dua belas khalifah dari Quraisy.”[Kitabul Imarah, Sahih Muslim, Cairo, 1955, Jilid II, hlm.,1542-1543]
    (3) Ibn Hajr di dalam al-Sawa’iq al-Muhriqah meriwayatkan dari Jabir bin Samurah bahwa Nabi SAW bersabda:
    “Selepasku akan diikuti oleh dua belas khalifah.”

    Ketiga riwayat ini shahih dan isinya menjelaskan ada 12 khalifah bagi umat Islam yang semuanya dari Quraisy, tidak ada nama yang disebutkan

    Al-Qunduzi al-Hanafi di dalam Yanabi al-Mawaddah bab 95, meriwayatkan bahawa Jabir bin Abdullah berkata:
    ” Rasulullah SAWW bersabda: ” Wahai Jabir! Sesungguhnya para wasiku dan para imam selepasku pertamanya Ali kemudian Hasan kemudian Husain kemudian Ali bin Husain. Kemudian Muhammad bin Ali al-Baqir. Anda akan menemuinya wahai Jabir sekiranya anda mendapatinya, maka sampaikan
    salamku kepadanya. Kemudian Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali. Kemudian al-Qaim namanya sama dengan namaku, anak Hasan bin Ali. Dengan beliaulah Allah akan membuka seluruh pelosok bumi di Timur dan di Barat, dialah yang ghaib dari penglihatan. Tidak akan percaya kepada imamahnya melainkan orang yang telah diuji hatinya oleh Allah SWT.”

    Saya pernah membaca riwayat ini, sayangnya saya belum menemukan sanad riwayat ini dengan lengkap. jadi saya tidak bisa berbicara soal keshahihannya

    Dalam riwayat lain;
    (4) Dalam Ikmal al-Din terdapat sebuah hadits melalui Jabir al-Jufri yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah yang berkata: “Ya Rasulullah kami telah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, lalu siapakah ulil amri yang Allah jadikan ketaatan kepada mereka sama dengan ketaatan kepadamu?” Lalu Nabi SAW bersabda: “Wahai Jabir, mereka adalah penerusku dan para pemimpin muslimin. Yang pertama dari mereka adalah ‘Ali bin Abi Thalib, kemudian (Imam) Hasan dan (Imam) Husain, kemudian ‘Ali bin Husain, kemudian Muhammad bin ‘Ali, yang dikenal dalam taurat dengan nama al-Baqir, yang engkau akan jumpai kelak. Wahai jabir! Apabila engkau menjumpainya, sampaikanlah salamku padanya. Setelahnya adalah ash-Shadiq, Ja’far bin Muhammad; kemudian Musa bin Ja’far, kemudian ‘Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin ‘Ali, kemudian ‘Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin ‘Ali, setelahnya adalah al-Qa’im yang nama asli dan gelarnya sama denganku. Dia adalah hujjah Allah di bumi dan pengingat hamba-hamba-Nya. Dia anak (Imam) Hasan bin ‘Ali (al-’Askari).

    Jabir Al Ju’fi dikenal dhaif dikalangan Ulama Sunni Mas

    Dalil naqli ini boleh saja diutak-atik tingkat keshahihannya, dan oleh sebagian orang (golongan) dianggap hadits yang lemah. Namun secara aqli seharusnya penyebutan 12 khalifah dan bahkan berikut dengan nama-namanya oleh Rasul saw bisa diterima.

    saya sependapat dengan ini bahwa Secara Aqli penyebutan nama-nama 12 khalifah itu tidak bertentangan dengan logika apapun.

    (1) Apakah mungkin Rasulullah saw meninggalkan umatnya tanpa ada pengganti yang pasti, sementara umatnya masih perlu pembimbing? Banyak contoh para sahabat yang saling bertanya tentang hukum dan sahabat lain menjawab. Banyak contoh sahabat melakukan ijtihad yang seharusnya ada pada diri orang-orang yang memiliki ilmu dan kepahaman seperti Rasul saw.

    Rasulullah SAW telah menyebutkan Ahlul Bait Beliau yaitu Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan As, dan Imam Husain AS.

    (2) Apakah mungkin Rasulullah saw membiarkan umatnya bertanya-tanya dan bertikai mengenai siapa itu itrati ahlul bait, sementara kedudukan itrati ini setara dengan Alquran?

    Tidak bertentangan dengan tinjauan ulang saya, Rasulullah SAW telah menyebutkan siapa Sang Pedoman setelah Beliau, untuk masa selanjutnya umat silakn bertanya kepada Sang pedoman yang telah ditetapkan

    Penyebutan “dan” pada hadits di atas “…Alquran dan itrati ahlulbaity” hanya bermakna bahwa kedudukan Alquran dan itrati adalah setara. Baik ia setara tentang keilmuannya, maupun keterjagaannya terhadap kekeliruan, dll. Makanya ia juga sebagai pedoman di samping Alquran.
    Dengan kedudukannya yang mulia ini. Masuk akalkah jika siapa itrati ini oleh Rasul saw tidak disebutkan?

    Penyebutan semua nama Ithrati atau tidak disebutkannya semua nama-nama itu tidak bertentangan dengan logika apapun, keduanya bisa saja terjadi. Dalam tinjauan saya Rasulullah SAW menyebutkan kelima nama Sang Pedoman, untuk Sang pedoman berikutnya bisa ditetapkan oleh Sang Pedoman yang ditetapkan Rasulullah SAW. Masih masuk ke akal saya Mas

    Dengan demikian riwayat-riwayat yang saya sebutkan di atas seharusnya benar secara aqli, meski pun saya tidak berhak mengatakan sahih secara naqli karena saya tentu bukan ahlinya.

    Belum tepat Mas, riwayat Al Qanduzi Al Hanafi yang menyebutkan nama jelas tidak bisa langsung dibenarkan secara Aqli. Mas belum membuat proposisi logis yang membenarkan nama-nama itu

    Oleh karenanya secara aqli pula, Sang Pedoman Yang Lain memang telah disebutkan oleh Sang Pedoman Yang Diketahui.

    Begitulah yang saya tulis di atas

    kemudian komentar Mas

    Dua kata ini [itrati ahlulbait dan ahlulbait] menurut saya, merupakan dua entitas yang sangat berbeda berbeda meski bukan berlawanan. Yang satu ahlul bait, sudah dijelaskan oleh Alquran dan disebutkan mas SP: Ali, Fatimah, Hasan, Husain.

    Ithraty Ahlal Baity itu artinya KeturunanKu Ahlul BaitKu, jadi penyebutan saya kelima nama tersebut masih dapat dibenarkan. Sayyidah Fatimah AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS adalah keturunan Nabi dan Ahlul Bait Nabi sedangkan Imam Ali adalah ahlul bait Nabi.

    Sementara itrati ahlulbait adalah (keturunan?) dari ahlulbait. Meskipun saya pribadi masih mencari tau apakah arti itrati itu. Apakah ia berarti keturunan? atau ia berarti keturunan secara khusus atau bisa secara umum saja? Kalau itrati adalah keturunan secara khusus, maka kekhususan seperti apa yang harus dimiliki oleh itrati ahlulbait?

    Ithrati adalah Keturunan Nabi dari Ahlul Bait Beliau, kekhususannya adalah mereka Sang pedoman Umat seperti yang Rasulullah SAW sampaikan. Siapa mereka itu adalah ketetapan Allah, RasulNya dan Sang Pedoman yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Ithrati itu agak kurang tepat kalau diartikan keturunan Ahlul Bait karena yang lebih tepat itu Keturunan Nabi dari Ahlul Bait. jadi keturunan Imam Ali yang bukan dari Sayyidah Fatimah AS tidak termasuk Ithrati Mas 🙂 , mungkin sih

    Jawabannya sederhana saja. Yakni jika itrati ahlulbaity [juga] adalah ahlulbait, maka setelah ahlulbait ini tiada, yang berarti itrati ahlulbait juga tiada, akan muncul kericuhan mengenai siapa-siapa selanjutnya yang akan atau yang berhak mendampingi Alquran. Bukankah Alquran akan terus didampingi oleh manusia-manusia pilihan hingga hari kiamat kelak?

    Ndak kok maksud saya bukan begitu, Itrati akan terus ada dan siapa mereka Ahlul Baitlah yang menetapkan

    Tentunya udah. Maaf…maaf

    Gak perlu minta Maaf Mas

    @Gemini

    Saya setuju dengan analis SP di atas. Namun ending yang akhir saya kurang setuju. Maksudnya adalah ketika pedoman itu diwashiatkan dari Sayidina Hasan ke Sayidina Husan karena yang meninggal terakhir adalah Husain. Itukan keyakinan Syiah mengenai washiat antara imam ke imam.

    Lah analisis saya gak terkait mahzab siapa, murni rasio saya. kalau ada yang keliru silakan dibahas premis-premisnya. Pernyataan tidak setuju karena hal itu adalah keyakinan Syiah hanyalah sekedar Syiahpobhia, dan maaf itu tidak bernilai. Lebih baik jika anda tawarkan bagaimana premis yang benar

    Seharusnya tidak demikian, karena memang keturunan Rasulullah adalah ada pada Hasan ra. dan Husain ra. maka seharusnya tidak dipilah-pilah mana yang menerima washiat itu. Semuanya keturunan Rasulullah.

    Bisa saja Mas kalau memang Ahlul Bait yaitu Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS menetapkan bahwa semua keturunannya baik dari Imam Hasan dan Imam Husain adalah Sang Pedoman yang dimaksud untuk masa seterusnya

    Lagian, kenyataannya dari para habaib di dunia ini tidak sepenuhnya kompak dengan keyakinan semacam itu. Padahal mereka adalah keturunan Sayidina Husain?

    Mau bagaimana pendapat para Habib itu adalah sepenuhnya pendapat mereka, Mas sudah melompat terlalu jauh.

    Jadi, kok umpama washiat yang diyakini demikian adalah memang keturunan Sayidina Husain, mengapa hanya para Imam 12. Itupun masih dipertentangkan oleh Syiah

    Masih tetap melompat, walaupun nggak terlalu jauh. Saya cuma sampai pada keturunan Imam Husain Mas, gak ada tuh kata-kata saya 12 Imam. soal bagaimana syiah, maaf itu juga sepenuhnya urusan mereka, lebih baik fokus ke tulisan saya aja Mas

    Sedangkan keturuan Husain yang juga memeiliki keilmuan yang tinggi, seperti para habaib, namun tidak meyakini seperti keyakinan Syiah sementara ini ternyata tidak digubris.

    Sekali lagi Mas, gak ada hubungannya. Lagipula bagi Syiah 12 Imam Mereka adalah lautan ilmu yang luas gak bisa dibandingkan sama para Habibnya Mas.

    Kok saya meragukan terhadap netralitas yang dipedomi oleh SP. Penggiringan pada keimanan, seperti yang di lakukan oleh SP sudah banyak dilakukan oleh teman-teman yang dari Syiah.

    Dengan berat hati saya katakan Mas sudah dipermainkan oleh ketakutan pikiran-pikiran Mas sendiri. Mirip sih masih mungkin karena akhir tulisan saya yaitu pada Keturunan Imam Husain. Nggak sama kok Mas, sejauh ini saya berpegang pada analisis saya yang logis(menurut saya tentunya)

    Dan nampak sekali ketika SP mengungkapkan nama Sayidina Hasan dan Sayidina Husain pake AS, itu menandakan bahwa Anda adalah pengiman dan peyakin adalah Imamah 12 yang kata orang Syiah mengungkapkan AS. Karena menurut Anda sama kedudukannya dengan para Nabi.

    Jangan Syiahpobhia Mas, Dalam Shahih Bukhari, Bukhari menyebutkan AS pada Sayyidah Fatimah Az Zahra AS. Jadi penyebutan AS untuk Ahlul Bait tidaklah salah Mas. Sangat pantas dengan kedudukan Mereka. Lagipula Mas tunjukkan dalilnya kalau AS cuma buat para Nabi? itu kan cuma prakonsepsi Mas semata
    Salam

    @abu rahat
    he he he silakan, silakan biar lebih jelas

    @almirza
    siiip bener lagi Mas

    @truthseeker
    Silakan kalau mau memberi masukan
    Saya terima dengan hangat :mrgreen:

  19. @secondprince:
    1.) Hadis yg menyebut nama 12 Khalifah di kitab Yanabi’ul- Mawaddah, apakah tidak menyertakan sanad?
    2.) Jabir Al-Ju’fi dikenal dho’if oleh ulama Sunni. Bisa dijelaskan: dho’if karena sebab/alasan apa?
    3.) Bisa mohon disebutkan hadis Bukhori (judul kitab & bab-nya) yg memuat sebutan ‘alay-hi(/ha) al-salam kpd Ahlul-Bayt Nabi saw.?
    Terima kasih & Salam ‘alaykum.

  20. Wedew…..

    untuk kasus dalil naqli, kok seperti ada penganak tirian ???

    untuk kasus dalil aqli,
    secara sederhana ajah, Islam memakai sistem patriarki

    Lucu juga tulisan dalam postingan diatas ^_^

  21. @Muhibbin
    Bagi orang tdk mengerti memang LUCU tp bagi mereka yg berilmu ini merupakan suatu ilmu utk dibahas. Anda katakan kasus dalil nagli kok seperti ada penganak tirian. Klu anda mengatakan Allah menganak tirikan dan anda tdk percaya atas NASH Alqur’an. Anda akan serupa dgn Firman Allah. MEREKA2 YG MENGKUFURKAN AYAT2KU MAKA ALLAH SANGAT KERAS SIKSANYA

  22. Halo, Mas secondprince; Tiga pertanyaan saya terakhir di atas belum dijawab? Mohon tanggapanya ya.
    Sekalian saya tambah pertanyaan: Sulaiman bin Ibrahim yg digelari Al-Qunduzi penulis kitab Yanbi’ul-Mawaddah disinyalir adalah seorang Sunni yg telah pindah ke mazhab Syiah; karena itu, dia menulis hadis nama 12 kholifah Rasul tepat seperti nama 12 imam Ahlul-Bayt menurut Syiah. Benarkah?
    Salam ‘alaykum.

  23. @Badari
    wah maafkan saya kalau terlewat 🙂

    1.) Hadis yg menyebut nama 12 Khalifah di kitab Yanabi’ul- Mawaddah, apakah tidak menyertakan sanad?

    Masalahnya saya tidak memiliki kitab Yanabi Al Mawaddah jadi saya tidak tahu pasti apakah riwayat ini memiliki sanad atau tidak. Saya pernah membaca riwayat ini dalam karya-karya Ulama Syiah :), jadi mohon maaf kalau saya belum bisa memberikan info lebih lanjut

    2.) Jabir Al-Ju’fi dikenal dho’if oleh ulama Sunni. Bisa dijelaskan: dho’if karena sebab/alasan apa?

    Ulama Sunni mendhaifkan Jabir dengan alasan beliau seorang Rafidhah, Pendusta, sering memaki sahabat Nabi dan percaya dengan Raj’ah.

    3.) Bisa mohon disebutkan hadis Bukhori (judul kitab & bab-nya) yg memuat sebutan ‘alay-hi(/ha) al-salam kpd Ahlul-Bayt Nabi saw.?

    kalau saya tidak salah Shahih Bukhari Kitab Fard Al Khumus Bab La Nuris, hmmm saya mengutip dari KItab Mukhtasar Shahih Bukhari oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani jilid 3 hal 608 dengan no hadis 1345

  24. @Muhibbin

    Wedew…..

    untuk kasus dalil naqli, kok seperti ada penganak tirian ???

    Allah SWT telah menetapkan begitu 🙂

    untuk kasus dalil aqli,
    secara sederhana ajah, Islam memakai sistem patriarki

    Gak nyambung kalau menurut saya Mas 🙂

    Lucu juga tulisan dalam postingan diatas

    Terimakasih 🙂
    Salam

    @aburahat
    benar sekali Mas 🙂

    @Badari

    Sulaiman bin Ibrahim yg digelari Al-Qunduzi penulis kitab Yanbi’ul-Mawaddah disinyalir adalah seorang Sunni yg telah pindah ke mazhab Syiah; karena itu, dia menulis hadis nama 12 kholifah Rasul tepat seperti nama 12 imam Ahlul-Bayt menurut Syiah. Benarkah?

    Saya tidak tahu Mas, setahu saya Sulaiman bin Ibrahim adalah Ulama bermahzab Hanafi.
    Maafkan kalau jawaban saya seadanya dan telat banget 🙂
    Salam

  25. gw melihat hadits2 shahih diatas gak ada gunanya sama sekali kecuali hadits tsaqolain, untuk menunjukkan definisi ahlul bait sebenarnya….:D 😀 😀

    akhirnya cuman ra’yu belaka tentang lafadz ithrat di hadits tsaqolain yang di mirip2kan dengan keturunan…. 😀 😀 😀 CuMi….

    yang lebih konyol lagi metode rasio yg menyimpulkan keturunan Husein ra saja yang merupakan tsaqolain di jaman ini.

    untuk mas SP nih,,, supaya banyak yang gak syiahphobia promosikan tuh kawin mut’ah kan enak. gak usah susah2 nyari definisi ahlul bait dengan hadits2 shahih toh akhirnya gak digunakan sama sekali,,, cuman buat pemanasan aja,,, pertama udah tegang bacanya… eh akhirnya….

  26. hehehehe…sayang hanya bisa mengeluarkan bahasa propagandanya saja.

  27. @farid

    gw melihat hadits2 shahih diatas gak ada gunanya sama sekali kecuali hadits tsaqolain, untuk menunjukkan definisi ahlul bait sebenarnya

    Mereka yang Syiahpobhia memang punya masalah khusus dalam mengerti hadis-hadis yang berbicara tentang Ahlul bait.

    akhirnya cuman ra’yu belaka tentang lafadz ithrat di hadits tsaqolain yang di mirip2kan dengan keturunan…. 😀 😀 😀 CuMi….

    Maaf saya tidak pernah tahu kalau Ra’yu itu dilarang dalam Islam. Menurut saya itu malah baik kok 🙂
    eh Ithrah itu memang artinya keturunan, atau anda punya bahasa sendiri. Silakan, silakan diajukan :mrgreen:

    yang lebih konyol lagi metode rasio yg menyimpulkan keturunan Husein ra saja yang merupakan tsaqolain di jaman ini.

    Saya mau tanya nih, dengan dasar apa anda bisa menentukan sesuatu itu konyol atau tidak? Apakah dengan standar khusus? atau perasaan anda semata? kenapa bukan komentar-komentar yang tidak nyambung itu yang disebut konyol? dan sepertinya kita memang punya persepsi yang berbeda soal yang mana yang konyol dan yang mana yang tidak? 🙂

    untuk mas SP nih,,, supaya banyak yang gak syiahphobia promosikan tuh kawin mut’ah kan enak.

    Ini contoh nyata kalau menurut saya. Tulisan panjang saya soal Ahlul bait tidak ada sedikitpun menyinggung soal mut’ah. Lagian kok Mas setiap komen bawa-bawa Mut’ah melulu. Heran sekali saya 🙂

    gak usah susah2 nyari definisi ahlul bait dengan hadits2 shahih toh akhirnya gak digunakan sama sekali,,, cuman buat pemanasan aja,,, pertama udah tegang bacanya… eh akhirnya…

    Karena setiap hadis tidak asal masuk Mas, tetapi perlu dipahami apakah ia tepat atau tidak digunakan dalam menafsirkan hadis lain. Baca yang benar, ada kok hadis yang klop dengan hadis Tsaqalain. Sudah saya bahas di atas 🙂

    @ressay

    hehehehe…sayang hanya bisa mengeluarkan bahasa propagandanya saja

    Kebiasaan yang buruk kalau menurut saya

  28. wa alhamdulillahir Rabbil ‘alamin
    Rasulullah s.a.w.w menyebut itrahnya dengan perintah ALLAH s.w.t. (Yang dipilh-NYA). Bukti-bukti-NYA adalah pada Peristiwa Muhabalah.
    salam al-Mubarak

  29. @Aburahat dan @Lamaru

    Sepertinya diposting ini cocok untuk untuk diskusi mengenai Tsaqalain.

    Wassalam

  30. @asep
    hooo mau disini ya, padahal saya udah buat tempat yang baru :mrgreen:

  31. @SP

    Oh ma’af, saya sudah lancang mendahului tuan rumah. Jadi silahkan kepada sdr SP untuk mengaturnya.

    Wassalam

  32. penetapan siapa itrah nabi dapat dikaji melalui 2 sumber yaitu alqur’an/hadist dan akal. Banyak hadist sudah disampaikan tentang itrah tetapi masih sedikit pembahasan tentang bukti rasional.
    sebenarnya pertanyaan dasar begini..perlukah umat sepeninggal nabi seorang yang dijadikan rujukan dalam hal masalah agama? kalau perlu… siapa kah dia? apakah ilmunya sama dengan ilmu nabi..dalam arti bahwa apa yg diketahui oleh nabi dia pun mengetahuinya..?

  33. diangkat ke permukaan lagi ah….bahasan menarik ini…
    dalam rangka menyambut hari ghadir khum…
    punten mas @ sp

  34. SP, saya pengen tau keistimewaan ahlul bait dong, sehingga hangat dibicarakan nih?? seperti apa sih ?? biar saya lebih yakin terima kasih

  35. bung, pertanyaan yang tak perlu ente tanyakan itu sebenarnya. karena itu sudah ada di tulisan. jadi baca donk baik2 tulisannya.

  36. salam….

  37. @secondprince
    “Kami meninjau kembali makna Ithrah dan kami dapati bahwa kata ini bermakna Keturunan. Jadi kami dapati bahwa Ahlul Bait yang dimaksud adalah Ahlul Bait yang terhubung dengan nasab atau keturunan. Dalam hal ini maka sudah jelas Ithrati Ahlal Baiti merujuk pada Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS. Sedangkan Istri-istri Nabi SAW dan Salman Al Farisi tidak terkait sedikitpun dengan nasab atau keturunan Rasulullah SAW.”

    kalo ithrah bermakna keturunan, kenapa Ali juga termasuk didalamnya? kan beliau bukan keturunan Nabi saw ( atau sepupu/menantu masuk dalam kategori keturunan?). jika ikatan pernikahan dapat memasukkannya ke dalam ithrah, kenapa istri2 nabi tidak masuk didalamnya? sementara Salman Al Farisi yang disebut sebagai ahlul bait oleh Nabi saw sendiri tidak masuk dalam ithrah (sy lupa hadisnya…)

    mohon penjelasannya…..

  38. masih banyak perbedaan dalam memandang istilah ahli bait Nabi SAW saat ini..trutama istilah Dzurriyat, Itrah, Aal..sebagian kaum Alawiyin menganggap istilah2 tsb hanya dikhususkan utk keturunan Nabi SAW dari garis laki krn melanjutkan nasab..sedangkan sebagian ada yg berpendapat spt isi thesis di artikel web ini..

    FIQIH ALAWIYYAH 1 (BAB ISTILAH PENTING DALAM ILMU NASAB)

    1. Ahlulbait أهل البيت adalah Keluarga Nubuwwah Rasulullah (ahlun Nubuwwah Rasulullah) atau disebut pula Ahlul Kisa’ [Yang mendapat selimut kenabian), yang terdiri dari 5 manusia utama yaitu: Nabi Muhammad, Imam Ali bin Abi Thalib, Sayyidah Fathimah Az-Zahra’, Imam Hasan, dan Imam Husain.

    2. Aal bait آل البيت adalah Keluarga besar Rasulullah, mencakup isteri-isteri Rasulullah, anak-anak Rasulullah, cucu Rasulullah, menantu Rasulullah, mertua Rasulullah, keturunan Rasulullah, anak angkat Rasulullah.

    3. Usratun Nabi أسرة النبي adalah Keluarga rumah tangga Nabi yaitu Isteri-isteri Nabi dan anak-anaknya.

    4. Dzurriyyah Nabi ذرية النبي adalah Semua Keturunan Nabi Muhammad. baik dari cucu laki-laki maupun cucu perempuan. Cucu laki-laki Nabi Muhammad adalah: Hasan dan Husain; Cucu Perempuan Nabi Muhammad adalah Zainab binti Ali, dan Ummi Kultsum binti Ali. Dan semua keturunan mereka. Dzurriyyah berkaitan dalam ilmu Waris atau Ilmu Faraidh. Ilmu tentang Dzurriyyah disebut Genealogi atau Ancestry.

    5. ‘Itratun Nabi عترة النبي adalah Keturunan Nabi Muhammad yang ada kaitannya dengan pencatatan Nasab, dari jalur laki-laki. Atau disebut juga dengan TRAH. Harus melalui jalur laki-laki. Karena berkaitan dengan Perwalian dalam Pernikahan. Ilmu tentang Itrah disebut Ilmu Nasab atau Ilmu Trah.

    6. Maula Nabi مولى النبي adalah orang-orang yang menjadi anak angkat Rasulullah, atau budak yang telah dimerdekakan oleh Rasulullah.

    7. Shahabat Nabi صحابة النبي adalah Semua sahabat yang mendampingi dakwah Rasulullah Saw

    8. Mushaharatun Nabi مصاهرة النبي adalah para shahabat yang terkait dengan nabi dalam pernikahan, baik sebagai menantu maupun mertuanya.

    9. Ummatun Nabi أمة النبي adalah Umat Islam yang setia mengikuti Nabi Muhammad.

    karena perbedaan istilah tentu ada maksudnya..tdk mungkin sama artinya jika namanya beda. contoh pada hadits ada yg menyebut istilah Aal, ada yg menyebut istilah Itrah dan ada yg menyebut Dzurriyat sebagai contoh berikut.

    Dari Abu Humaid As Sa’idi Radhiallahu ‘Anhu, bahwa mereka (para sahabat) bertanya:
    “Ya Rasulullah, bagaimana bershalawat kepadamu?”, Nabi menjawab: “Katakanlah: “Allahumma shalli ‘Ala Muhammad wa azwajihi wa dzurriyatihi kama shalaita ‘ala Ali Ibrahim wa baarik ‘ala Muhammadin wa azwajihi wa dzurriyatihi kama baarakta ‘ala Ali Ibrahim innaka hamiidum majid”
    (HR. Bukhari No. 3189, 5999, Muslim No. 407. Abu Daud No. 979. An Nasa’i No. 1294. Ibnu Majah No. 905. Malik dalam Al Muwaththa’ No. 395)

    “Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa azwaajihi ummahatil mu’minin wa dzurriyatihi wa ahli baitihi kamaa shalaita ‘alaa Aali Ibrahim innaka hamidum majid.” (redaksi ini ada tambahan ummahatil mu’minin dan ahli baitihi).
    (HR. Abu Daud, Juz.3, Hal. 163, No. 832. Hadits ini dhaif. Lihat Misykah al Mashabih, No. 932. Dhaif Jami’ush Shaghir no. 5626. Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud, No. 982)

    Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Arafah di dalam haji beliau, yang beliau di atas ontanya yang bernama Al-Qashwa, beliau sedang berkhotbah. Aku mendengar beliau bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan pada kamu sesuatu jika kamu memeganginya niscaya kamu tidak akan sesat: kitab Allah dan ‘itrah-ku (keturunanku/sanak keluargaku), ahli bait-ku. [HR. Tirmidzi, kitab:Manaqib, Bab: Manaqib Ahlil Bait, no:3786; Ahmad di dalam Al-Musnad I/14,17, 26,59]

Tinggalkan komentar