Hadis Tsaqalain

Peninggalan Rasulullah SAW adalah Al Quran dan Ahlul Bait as

Sebelum Junjungan kita yang mulia Al Imam Rasulullah SAW (Shalawat dan salam kepada Beliau SAW dan Keluarga suciNya as) berpulang ke rahmatullah, Beliau SAW telah berpesan kepada umatnya agar tidak sesat dengan berpegang teguh kepada dua peninggalannya atau Ats Tsaqalain yaitu Kitabullah Al Quranul Karim dan Itraty Ahlul Bait Rasul as. Seraya Beliau SAW juga mengingatkan kepada umatnya bahwa Al Quranul Karim dan Itraty Ahlul Bait Rasul as akan selalu bersama dan tidak akan berpisah sampai hari kiamat dan bertemu Rasulullah SAW di Telaga Kautsar Al Haudh.

Peninggalan Rasulullah SAW itu telah diriwayatkan dalam banyak hadis dengan sanad yang berbeda dan shahih dalam kitab-kitab hadis. Diantara kitab-kitab hadis itu adalah Shahih Muslim, Sunan Ad Darimi, Sunan Tirmidzi, Musnad Abu Ya’la, Musnad Al Bazzar, Mu’jam At Thabrani, Musnad Ahmad bin Hanbal, Shahih Ibnu Khuzaimah, Mustadrak Ash Shahihain, Majma Az Zawaid Al Haitsami, Jami’As Saghir As Suyuthi dan Al Kanz al Ummal. Dalam Tulisan ini akan dituliskan beberapa hadis Tsaqalain yang shahih dalam Shahih Muslim, Mustadrak Ash Shahihain, Sunan Tirmidzi dan Musnad Ahmad bin Hanbal.

1.Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahih Muslim juz II hal 279 bab Fadhail Ali

Muslim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Shuja’ bin Makhlad dari Ulayyah yang berkata Zuhair berkata telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim dari Abu Hayyan dari Yazid bin Hayyan yang berkata ”Aku, Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim pergi menemui Zaid bin Arqam. Setelah kami duduk bersamanya berkata Husain kepada Zaid ”Wahai Zaid sungguh engkau telah mendapat banyak kebaikan. Engkau telah melihat Rasulullah SAW, mendengarkan hadisnya, berperang bersamanya dan shalat di belakangnya. Sungguh engkau mendapat banyak kebaikan wahai Zaid. Coba ceritakan kepadaku apa yang kamu dengar dari Rasulullah SAW. Berkata Zaid “Hai anak saudaraku, aku sudah tua, ajalku hampir tiba, dan aku sudah lupa akan sebagian yang aku dapat dari Rasulullah SAW. Apa yang kuceritakan kepadamu terimalah,dan apa yang tidak kusampaikan janganlah kamu memaksaku untuk memberikannya.
Lalu Zaid berkata ”pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di hadapan kami di sebuah tempat yang bernama Ghadir Khum seraya berpidato, maka Beliau SAW memanjatkan puja dan puji atas Allah SWT, menyampaikan nasehat dan peringatan. Kemudian Beliau SAW bersabda
“Ketahuilah wahai manusia sesungguhnya aku hanya seorang manusia. Aku merasa bahwa utusan Tuhanku (malaikat maut) akan segera datang dan Aku akan memenuhi panggilan itu. Dan Aku tinggalkan padamu dua pusaka (Ats-Tsaqalain). Yang pertama Kitabullah (Al-Quran) di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya,maka berpegang teguhlah dengan Kitabullah”. Kemudian Beliau melanjutkan, “dan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku”

Lalu Husain bertanya kepada Zaid ”Hai Zaid siapa gerangan Ahlul Bait itu? Tidakkah istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait? Jawabnya “Istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait. Tetapi yang dimaksud Ahlul Bait disini adalah orang yang tidak diperkenankan menerima sedekah setelah wafat Nabi SAW”, Husain bertanya “Siapa mereka?”.Jawab Zaid ”Mereka adalah Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Ibnu Abbes”. Apakah mereka semua diharamkan menerima sedekah (zakat)?” tanya Husain; “Ya”, jawabnya.

Hadis di atas terdapat dalam Shahih Muslim, perlu dinyatakan bahwa yang menjadi pesan Rasulullah SAW itu adalah sampai perkataan “kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku” sedangkan yang selanjutnya adalah percakapan Husain dan Zaid perihal Siapa Ahlul Bait. Yang menarik bahwa dalam Shahih Muslim di bab yang sama Fadhail Ali, Muslim juga meriwayatkan hadis Tsaqalain yang lain dari Zaid bin Arqam dengan tambahan percakapan yang menyatakan bahwa Istri-istri Nabi tidak termasuk Ahlul Bait, berikut kutipannya

“Kami berkata “Siapa Ahlul Bait? Apakah istri-istri Nabi? Kemudian Zaid menjawab ”Tidak, Demi Allah, seorang wanita (istri) hidup dengan suaminya dalam masa tertentu jika suaminya menceraikannya dia akan kembali ke orang tua dan kaumnya. Ahlul Bait Nabi adalah keturunannya yang diharamkan untuk menerima sedekah”.

2. Hadis shahih dalam Mustadrak As Shahihain Al Hakim juz III hal 148

Al Hakim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami seorang faqih dari Ray Abu Bakar Muhammad bin Husain bin Muslim, yang mendengar dari Muhammad bin Ayub yang mendengar dari Yahya bin Mughirah al Sa’di yang mendengar dari Jarir bin Abdul Hamid dari Hasan bin Abdullah An Nakha’i dari Muslim bin Shubayh dari Zaid bin Arqam yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda. “Kutinggalkan kepadamu dua peninggalan (Ats Tsaqalain), kitab Allah dan Ahlul BaitKu. Sesungguhnya keduanya tak akan berpisah, sampai keduanya kembali kepadaKu di Al Haudh“

Al Hakim menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain bahwa sanad hadis ini shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim.

3. Hadis shahih dalam kitab Mustadrak As Shahihain Al Hakim, Juz III hal 109.

Al Hakim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Abu Husain Muhammad bin Ahmad bin Tamim Al Hanzali di Baghdad yang mendengar dari Abu Qallabah Abdul Malik bin Muhammad Ar Raqqasyi yang mendengar dari Yahya bin Hammad; juga telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Muhammad bin Balawaih dan Abu Bakar Ahmad bin Ja’far Al Bazzaz, yang keduanya mendengar dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal yang mendengar dari ayahnya yang mendengar dari Yahya bin Hammad; dan juga telah menceritakan kepada kami Faqih dari Bukhara Abu Nasr Ahmad bin Suhayl yang mendengar dari Hafiz Baghdad Shalih bin Muhammad yang mendengar dari Khallaf bin Salim Al Makhrami yang mendengar dari Yahya bin Hammad yang mendengar dari Abu Awanah dari Sulaiman Al A’masy yang berkata telah mendengar dari Habib bin Abi Tsabit dari Abu Tufail dari Zaid bin Arqam ra yang berkata

“Rasulullah SAW ketika dalam perjalanan kembali dari haji wada berhenti di Ghadir Khum dan memerintahkan untuk membersihkan tanah di bawah pohon-pohon. Kemudian Beliau SAW bersabda” Kurasa seakan-akan aku segera akan dipanggil (Allah), dan segera pula memenuhi panggilan itu, Maka sesungguhnya aku meninggalkan kepadamu Ats Tsaqalain(dua peninggalan yang berat). Yang satu lebih besar (lebih agung) dari yang kedua : Yaitu kitab Allah dan Ittrahku. Jagalah Baik-baik dan berhati-hatilah dalam perlakuanmu tehadap kedua peninggalanKu itu, sebab Keduanya takkan berpisah sehingga berkumpul kembali denganKu di Al Haudh. Kemudian Beliau SAW berkata lagi: “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla adalah maulaku, dan aku adalah maula setiap Mu’min. Lalu Beliau SAW mengangkat tangan Ali Bin Abi Thalib sambil bersabda : Barangsiapa yang menganggap aku sebagai maulanya, maka dia ini (Ali bin Abni Thalib) adalah juga maula baginya. Ya Allah, cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya

Al Hakim telah menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain bahwa hadis ini shahih sesuai dengan persyaratan Bukhari dan Muslim.

4. Hadis shahih dalam kitab Mustadrak As Shahihain Al Hakim, Juz III hal 110.

Al Hakim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Ishaq dan Da’laj bin Ahmad Al Sijzi yang keduanya mendengar dari Muhammad bin Ayub yang mendengar dari Azraq bin Ali yang mendengar dari Hasan bin Ibrahim Al Kirmani yang mendengar dari Muhammad bin Salamah bin Kuhail dari Ayahnya dari Abu Tufail dari Ibnu Wathilah yang mendengar dari Zaid bin Arqam ra yang berkata “Rasulullah SAW berhenti di suatu tempat di antara Mekkah dan Madinah di dekat pohon-pohon yang teduh dan orang-orang membersihkan tanah di bawah pohon-pohon tersebut. Kemudian Rasulullah SAW mendirikan shalat, setelah itu Beliau SAW berbicara kepada orang-orang. Beliau memuji dan mengagungkan Allah SWT, memberikan nasehat dan mengingatkan kami. Kemudian Beliau SAW berkata” Wahai manusia, Aku tinggalkan kepadamu dua hal atau perkara, yang apabila kamu mengikuti dan berpegang teguh pada keduanya maka kamu tidak akan tersesat yaitu Kitab Allah (Al Quranul Karim) dan Ahlul BaitKu, ItrahKu. Kemudian Beliau SAW berkata tiga kali “Bukankah Aku ini lebih berhak terhadap kaum muslimin dibanding diri mereka sendiri.. Orang-orang menjawab “Ya”. Kemudian Rasulullah SAW berkata” Barangsiapa yang menganggap aku sebagai maulanya, maka Ali adalah juga maulanya.

Al Hakim telah menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain bahwa hadis ini shahih sesuai dengan persyaratan Bukhari dan Muslim.

5. Hadis dalam Musnad Ahmad jilid V hal 189

Abdullah meriwayatkan dari Ayahnya,dari Ahmad Zubairi dari Syarik dari Rukayn dari Qasim bin Hishan dari Zaid bin Tsabit ra, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Aku meninggalkan dua khalifah bagimu, Kitabullah dan Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya datang ke telaga Al Haudh bersama-sama”.

Hadis di atas diriwayatkan dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari ayahnya Ahmad bin Hanbal, keduanya sudah dikenal tsiqat di kalangan ulama, Ahmad Zubairi. Beliau adalah Muhammad bin Abdullah Abu Ahmad Al Zubairi Al Habbal telah dinyatakan tsiqat oleh Yahya bin Muin dan Al Ajili.

Syarik bin Abdullah bin Sinan adalah salah satu Rijal Muslim, Yahya bin Main berkata “Syuraik itu jujur dan tsiqat”. Ahmad bin Hanbal dan Ajili menyatakan Syuraik tsiqat. Ibnu Ya’qub bin Syaiban berkata” Syuraik jujur dan tsiqat tapi jelek hafalannya”. Ibnu Abi Hatim berkata” hadis Syuraik dapat dijadikan hujjah”. Ibnu Saad berkata” Syuraik tsiqat, terpercaya tapi sering salah”.An Nasai berkata ”tak ada yang perlu dirisaukan dengannya”. Ahmad bin Adiy berkata “kebanyakan hadis Syuraik adalah shahih”.(Mizan Al Itidal adz Dzahabi jilid 2 hal 270 dan Tahdzib At Tahdzib Ibnu Hajar jilid 4 hal 333).

Rukayn (Raqin) bin Rabi’Abul Rabi’ Al Fazari adalah perawi yang tsiqat .Beliau dinyatakan tsiqat oleh Ahmad bin Hanbal, An Nasai, Yahya bin Main, Ibnu Hajar dan juga dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Hibban dalam kitab Ats Tsiqat Ibnu Hibban.

Qasim bin Hishan adalah perawi yang tsiqah. Ahmad bin Saleh menyatakan Qasim tsiqah. Ibnu Hibban menyatakan bahwa Qasim termasuk dalam kelompok tabiin yang tsiqah. Dalam Majma Az Zawaid ,Al Haitsami menyatakan tsiqah kepada Qasim bin Hishan. Adz Dzahabi dan Al Munziri menukil dari Bukhari bahwa hadis Qasim itu mungkar dan tidak shahih. Tetapi Hal ini telah dibantah oleh Ahmad Syakir dalam Musnad Ahmad jilid V,beliau berkata”Saya tidak mengerti apa sumber penukilan Al Munziri dari Bukhari tentang Qasim bin Hishan itu. Sebab dalam Tarikh Al Kabir Bukhari tidak menjelaskan biografi Qasim demikian juga dalam kitab Adh Dhu’afa. Saya khawatir bahwa Al Munziri berkhayal dengan menisbatkan hal itu kepada Al Bukhari”. Oleh karena itu Syaikh Ahmad Syakir menguatkannya sebagai seorang yang tsiqah dalam Syarh Musnad Ahmad.

Jadi hadis dalam Musnad Ahmad diatas adalah hadis yang shahih karena telah diriwayatkan oleh perawi-perawi yang dikenal tsiqah.

6. Hadis dalam Musnad Ahmad jilid V hal 181-182

Riwayat dari Abdullah dari Ayahnya dari Aswad bin ‘Amir, dari Syarik dari Rukayn dari Qasim bin Hishan, dari Zaid bin Tsabit, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda”Sesungguhnya Aku meninggalkan dua khalifah bagimu Kitabullah, tali panjang yang terentang antara langit dan bumi atau diantara langit dan bumi dan Itrati Ahlul BaitKu. Dan Keduanya tidak akan terpisah sampai datang ke telaga Al Haudh”

Hadis di atas diriwayatkan dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari ayahnya Ahmad bin Hanbal, Semua perawi hadis Musnad Ahmad di atas telah dijelaskan sebelumnya kecuali Aswad bin Amir Shadhan Al Wasithi. Beliau adalah salah satu Rijal atau perawi Bukhari Muslim. Al Qaisarani telah menyebutkannya di antara perawi-perawi Bukhari Muslim dalam kitabnya Al Jam’u Baina Rijalisy Syaikhain. Selain itu Aswad bin Amir dinyatakan tsiqat oleh Ali bin Al Madini, Ibnu Hajar, As Suyuthi dan juga disebutkan oleh Ibnu Hibban dalam Kitabnya Ats Tsiqat Ibnu Hibban. Oleh karena itu hadis Musnad Ahmad di atas sanadnya shahih.

7. Hadis dalam Sunan Tirmidzi jilid 5 halaman 662 – 663

At Tirmidzi meriwayatkan telah bercerita kepada kami Ali bin Mundzir al-Kufi, telah bercerita kepada kami Muhammad bin Fudhail, telah bercerita kepada kami Al-A’masy, dari ‘Athiyyah, dari Abi Sa’id dan Al-A’masy, dari Habib bin Abi Tsabit, dari Zaid bin Arqam yang berkata, ‘Rasulullah saw telah bersabda, ‘Sesungguhnya aku tinggalkan padamu sesuatu yang jika kamu berpegang teguh kepadanya niscaya kamu tidak akan tersesat sepeninggalku, yang mana yang satunya lebih besar dari yang lainnya, yaitu Kitab Allah, yang merupakan tali penghubung antara langit dan bumi, dan ‘itrah Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan pernah berpisah sehingga datang menemuiku di telaga. Maka perhatikanlah aku dengan apa yang kamu laksanakan kepadaku dalam keduanya”

Dalam Tahdzib at Tahdzib jilid 7 hal 386 dan Mizan Al I’tidal jilid 3 hal 157, Ali bin Mundzir telah dinyatakan tsiqat oleh banyak ulama seperti Ibnu Abi Hatim,Ibnu Namir,Imam Sha’sha’i dan lain-lain,walaupun Ali bin Mundzir dikenal sebagai seorang syiah. Mengenai hal ini Mahmud Az Za’by dalam bukunya Sunni yang Sunni hal 71 menyatakan tentang Ali bin Mundzir ini “para ulama telah menyatakan ketsiqatan Ali bin Mundzir. Padahal mereka tahu bahwa Ali adalah syiah. Ini harus dipahami bahwa syiah yang dimaksud disini adalah syiah yang tidak merusak sifat keadilan perawi dengan catatan tidak berlebih-lebihan. Artinya ia hanya berpihak kepada Ali bin Abu Thalib dalam pertikaiannya melawan Muawiyah. Tidak lebih dari itu. Inilah pengertian tasyayyu menurut ulama sunni. Karena itu Ashabus Sunan meriwayatkan dan berhujjah dengan hadis Ali bin Mundzir”.

Muhammad bin Fudhail,dalam Hadi As Sari jilid 2 hal 210,Tahdzib at Tahdzib jilid 9 hal 405 dan Mizan al Itidal jilid 4 hal 9 didapat keterangan tentang beliau. Ahmad berkata”Ia berpihak kepada Ali, tasyayyu. Hadisnya baik” Yahya bin Muin menyatakan Muhammad bin Fudhail adalah tsiqat. Abu Zara’ah berkata”ia jujur dan ahli Ilmu”.Menurut Abu Hatim,Muhammad bin Fudhail adalah seorang guru.Nasai tidak melihat sesuatu yang membahayakan dalam hadis Muhammad bin Fudhail. Menurut Abu Dawud ia seorang syiah yang militan. Ibnu Hibban menyebutkan dia didalam Ats Tsiqat seraya berkata”Ibnu Fudhail pendukung Ali yang berlebih-lebihan”Ibnu Saad berkata”Ia tsiqat,jujur dan banyak memiliki hadis.Ia pendukung Ali”. Menurut Ajli,Ibnu Fudhail orang kufah yang tsiqat tetapi syiah. Ali bin al Madini memandang Muhammad bin Fudhail sangat tsiqat dalam hadis. Daruquthni juga menyatakan Muhammad bin Fudhail sangat tsiqat dalam hadis.

Al A’masy atau Sulaiman bin Muhran Al Kahili Al Kufi Al A’masy adalah perawi Kutub As Sittah yang terkenal tsiqat dan ulama hadis sepakat tentang keadilan dan ketsiqatan Beliau..(Mizan Al Itidal adz Dzahabi jilid 2 hal 224 dan Tahdzib At Tahdzib Ibnu Hajar jilid 4 hal 222).Dalam hadis Sunan Tirmidzi di atas A’masy telah meriwayatkan melalui dua jalur yaitu dari Athiyyah dari Abu Said dan dari Habib bin Abi Tsabit dari Zaid bin Arqam.

Athiyyah bin Sa’ad al Junadah Al Awfi adalah tabiin yang dikenal dhaif. Menurut Adz Dzahabi Athiyyah adalah seorang tabiin yang dikenal dhaif ,Abu Hatim berkata hadisnya dhaif tapi bisa didaftar atau ditulis, An Nasai juga menyatakan Athiyyah termasuk kelompok orang yang dhaif, Abu Zara’ah juga memandangnya lemah. Menurut Abu Dawud Athiyyah tidak bisa dijadikan sandaran atau pegangan.Menurut Al Saji hadisnya tidak dapat dijadikan hujjah,Ia mengutamakan Ali ra dari semua sahabat Nabi yang lain. Salim Al Muradi menyatakan bahwa Athiyyah adalah seorang syiah. Abu Ahmad bin Adi berkata walaupun ia dhaif tetapi hadisnya dapat ditulis. Kebanyakan ulama memang memandang Athiyyah dhaif tetapi Ibnu Saad memandang Athiyyah tsiqat,dan berkata insya Allah ia mempunyai banyak hadis yang baik,sebagian orang tidak memandang hadisnya sebagai hujjah. Yahya bin Main ditanya tentang hadis Athiyyah ,ia menjawab “Bagus”.(Mizan Al ‘Itidal jilid 3 hal 79).

Habib bin Abi Tsabit Al Asadi Al Kahlili adalah Rijal Bukhari dan Muslim dan para ulama hadis telah sepakat akan keadilan dan ketsiqatan beliau, walaupun beliau juga dikenal sebagai mudallis (Tahdzib At Tahdzib jilid 2 hal 178). Jadi dari dua jalan dalam hadis Sunan Tirmidzi di atas, sanad Athiyyah semua perawinya tsiqat selain Athiyyah yang dikenal dhaif walaupun Beliau di ta’dilkan oleh Ibnu Saad dan Ibnu Main. Sedangkan sanad Habib semua perawinya tsiqat tetapi dalam hadis di atas A’masy dan Habib meriwayatkan dengan lafal ‘an (mu’an ‘an) padahal keduanya dikenal mudallis. Walaupun begitu banyak hal yang menguatkan sanad Habib ini sehingga hadisnya dinyatakan shahih yaitu

  • Dalam kitab Mustadrak As Shahihain Al Hakim, Juz III hal 109 terdapat hadis tsaqalain yang menyatakan bahwa A’masy mendengar langsung dari Habib.(lihat hadis no 3 di atas). Sulaiman Al A’masy yang berkata telah mendengar dari Habib bin Abi Tsabit dari Abu Tufail dari Zaid bin Arqam ra. Dan hadis ini telah dinyatakan shahih oleh Al Hakim.
  • Syaikh Ahmad Syakir telah menshahihkan cukup banyak hadis dengan lafal’an dalam Musnad Ahmad salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan dengan lafal ‘an oleh A’masyi dan Habib(A’masy dari Habib dari…salah seorang sahabat).
  • Hadis Sunan Tirmidzi ini telah dinyatakan hasan gharib oleh At Tirmidzi dan telah dinyatakan shahih oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan Turmudzi dan juga telah dinyatakan shahih oleh Hasan As Saqqaf dalam Shahih Sifat Shalat An Nabiy.

Semua hadis di atas menyatakan dengan jelas bahwa apa yang merupakan peninggalan Rasulullah SAW yang disebut Ats Tsaqalain (dua peninggalan) itu adalah Al Quran dan Ahlul Bait as. Sebagian orang ada yang menyatakan bahwa hadis itu tidak mengharuskan untuk berpegang teguh kepada Al Quran dan Ahlul Bait melainkan hanya berpegang teguh kepada Al Quran sedangkan tentang Ahlul Bait hadis itu mengingatkan bahwa kita harus menjaga hak-hak Ahlul Bait, mencintai dan menghormati Mereka. Sebagian orang tersebut telah berdalil dengan hadis Tsaqalain Shahih Muslim, Sunan Ad Darimi dan Musnad Ahmad yang memiliki redaksi kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu, dan menyatakan bahwa dalam hadis tersebut tidak terdapat indikasi untuk berpegang teguh pada Ahlul Bait.

Terhadap pernyataan ini kami tidak sependapat dan dengan jelas kami menyatakan bahwa pendapat itu adalah tidak benar. Tentu saja sebagai seorang Muslim kita harus mencintai dan menghormati serta menjaga hak-hak Ahlul Bait tetapi hadis Tsaqalain jelas menyatakan keharusan berpegang teguh kepada Ahlul Bait dan hal ini telah ditetapkan dengan hadis-hadis yang shahih. Dalam hadis Tsaqalain Shahih Muslim, Sunan Ad Darimi dan Musnad Ahmad yang memiliki redaksi kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu, juga tidak terdapat kata-kata yang menyatakan bahwa yang dimaksud itu adalah menjaga hak-hak Ahlul Bait, mencintai dan menghormati Mereka. Justru semua hadis ini harus dikumpulkan dengan hadis Tsaqalain yang lain yang memiliki redaksi berpegang teguh kepada Ahlul Bait atau redaksi Al Quran dan Ahlul Bait selalu bersama dan tidak akan berpisah. Dengan mengumpulkan semua hadis itu dapat diketahui bahwa peringatan Rasulullah SAW dalam kata-kata kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu, tersebut adalah keharusan berpegang teguh kepada Ahlul Bait as.

Sebagian orang yang kami maksud (Ibnu Taimiyah dalam Minhaj As Sunnah dan Ali As Salus dalam Imamah Wal Khilafah). telah menyatakan bahwa hadis–hadis yang memiliki redaksi berpegang teguh kepada Ahlul Bait atau redaksi Al Quran dan Ahlul Bait selalu bersama dan tidak akan berpisah adalah tidak shahih. Kami dengan jelas menyatakan bahwa hal ini tidaklah benar karena hadis tersebut adalah hadis yang shahih seperti yang telah kami nyatakan di atas dan cukup banyak ulama yang telah menguatkan kebenarannya. Cukuplah disini dinyatakan pendapat Syaikh Nashirudin Al Albani yang telah menyatakan shahihnya hadis Tsaqalain tersebut dalam kitab Shahih Sunan Tirmidzi, Shahih Jami’ As Saghir dan Silsilah Al Hadits Al Shahihah .

Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Wahai manusia sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Itrati Ahlul BaitKu”.(Hadis riwayat Tirmidzi,Ahmad,Thabrani,Thahawi dan dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albany dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Shahihah no 1761).

100 Tanggapan

  1. Cayooooo

  2. Iyalah ,knapa memang?semangat semangat ck ck blog baru y
    Selamat menempuh hidup baru

  3. Ternyata Bharma kemaren mau buka blognya Pen!!!!!! 😯

  4. thanx u! Tapi knapo baru sekarang yo ucapannya. ntar lain lagi loo ucapannya! siap-siap b. tunggu kedatangannya…

  5. Setuju !!!

  6. @ Ayuk
    Iya disuruh dia sih

    @ Dzaa
    Kau ni ngomong apo oi
    dasar bahasanya rade aneh terus
    Mr Romens….

    @ Ja’far
    Ya sudah kalau setuju
    Gapapa, saya gak keberatan kok(apa coba!):)

  7. Ada beberapa hal dari syi’ah yang saya kritik. Lihat komen saya di artikel KEUTAMAAN AHLUL BAIT RASUL.
    Tapi saya sangat tidak suka ada yang mengatakan syi’ah itu kafir, sesat dan isi neraka Jahannam.

  8. @ Ja’far
    boleh saja mengkritik
    udah saya baca dan saya balas kritik he he he
    ho ho sama saya sangat tidak suka dengan kata-kata itu
    bagi saya syiah itu Islam dan pecinta Ahlul Bait
    salam

  9. Di blog multiple.com punya Abu Haekal, saya temukan tulisan yang khusus membantah hadis-hadis Sunni yang dijadikan hujjah oleh Syiah, seperti hadis Tsaqolain, hadis Safinah, Hadis alGhadir dll. Dia mengakui bahwa hadis2 tsb berderajat sahih. Namun dia menolak penafsiran Syiah sebagai tidak sahih. Sayang argumentasi penolakannya tidak kuat dan terkesan mengada-ada.

  10. @ T Mulya
    setiap penafsiran selalu bisa dinilai benar atau tidaknya
    terimakasih infonya

  11. […] Syiah menerima hadis dari Ahlul Bait as(hal ini ada dasarnya bahkan dalam kitab hadis Sunni lihat hadis Tsaqalain) sedangkan Sunni sebagian besar hadisnya dari Sahabat Nabi ra. sesuai pengakuan sebagian besar […]

  12. […] riwayat Athiyyah, tidak menjadikan hadis itu dhaif karena hadis ini hanyalah hadis pendukung dari hadis-hadis Tsaqalain lain yang derajatnya shahih. Seharusnya untuk menyatakan bahwa hadis Tsaqalain itu tidak shahih, Ibnul Jauzi harus mengumpulkan […]

  13. […] sebelumnya sudah dibuktikan bahwa hadis ini memiliki sanad yang dhaif dan yang lebih shahih adalah hadis dengan redaksi wa itraty ahlul baity atau hadis Tsaqalain. Walaupun pada dasarnya Kitabullah dan Sunah Rasulullah SAW adalah dua sumber hukum yang mutlak bagi […]

  14. @ kritik
    betulllll nahhhhh kan , betul kan, dua duanya betul

  15. @bara
    Apa ya maksud dua-duanya betul?
    Kayaknya anda perlu memahami dengan baik kok
    Al Quran dan Hadis adalah landasan utama dan saya sependapat tapi dalilnya bukan dari hadis Kitab Allah dan SunahKu, karena hadis itu sanadnya dhaif
    Sedangkan yang shahih dari Rasulullah SAW adalah ketika akhir hidupnya Beliau mewasiatkan berpegang kepada Al quran dan Ahlul Bait
    Jadi yang saya tolak itu wasiat Rasul SAW pada akhir hidupnya untuk berpegang teguh pada Kitab Allah dan Sunahku, karena riwayat ini sanadnya dhaif Mas
    Jadi Gak sama lho

  16. @ j alkgar
    neh orang kata katanya persis second ( janga janga ……………… ) wahhhhhhhh ganti rupa ya ………….
    yo wes terserah kamu deh, klo kamu sekarang bisa bilang ini doif, ini sahih ya boleh lah ( tapi kamu kan bilang sendiri bahwa kamu bukan penentu ini doif, ini sahih, ini mursal dll )
    klo saya sependapat bahwa dua duanya benar, karena yang meriwayatkan juga bukan orang sembarangan, klo akhir jaman ini ada yang mengatakan salah itu wajar ( contoh musadhek yang mengklaim dirinya adalah rasul )jadi sah sah saja lah, klo gak setuju poendapatku ya terserah wong aku pake ilmu yang diajarkan guruku dari gurunya … guru …guru ..sampek kepada Nabi SAW. saya udah tanya kok dan gak ada masalah, aku kawatir aja pemahamannya seperti fadak ( yang ternyata al bani bukan dari golongan muhadist, klo ada yang klaim dia muhadits ya gak pa pa lah, wong ahmad musadhek juga pengikutnya percaya bahwa dia itu rasul, tapi banyak orang mengatakan rasul palsu ) kliatannya sama dengan orang yang makan bakso, itu selera ya he he he he he yang percaya ahmad musadhek sebagai rasul juga beranggapan selera kan he he he he he he , jadi bakso …………….. selera ya he he he he he

  17. @ j algar
    maaf …………..

  18. @bara
    Maaf yang gak nyambung dari awal kan Mas
    di Blog ini nama saya jelas ada kok dalam Penulis, cuma saya lagi malas log in
    Penentuan shahih atau dhaif itu berdasarkan metode yang benar dan dalam hal ini ternyata ada juga Ulama alawiyy yang berpendapat bahwa hadis Tsaqalain yang shahih sedangkan hadis Kitab Allah dan SunahKu adalah dhaif
    beliau adalah syaikh Hasan As Saqqaf, lihat lagi tulisan saya
    Anehnya Mas, malah tidak pernah menanggapi substansi tulisan saya
    Bahkan soal hadis Tsaqalain Mas malah berhujjah dengan pendapat ulama Mas kalau hadis tersebut hasan gharib
    Maaf Mas pendapat ini sebenarnya pendapat Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi, jadi dalam hal ini Ulama anda cuma mengulang pendapat Tirmidzi
    sayangnya Mas malah tidak menghiraukan pendapat Al Hakim, As Suyuthi, Al Haitsami, Adz Dzahabi bahwa hadis Tsaqalain sanadnya shahih

    klo akhir jaman ini ada yang mengatakan salah itu wajar ( contoh musadhek yang mengklaim dirinya adalah rasul )jadi sah sah saja lah, klo gak setuju poendapatku ya terserah wong aku pake ilmu yang diajarkan guruku dari gurunya … guru …guru ..sampek kepada Nabi SAW. saya udah tanya kok dan gak ada masalah, aku kawatir aja pemahamannya seperti fadak ( yang ternyata al bani bukan dari golongan muhadist, klo ada yang klaim dia muhadits ya gak pa pa lah, wong ahmad musadhek juga pengikutnya percaya bahwa dia itu rasul, tapi banyak orang mengatakan rasul palsu ) kliatannya sama dengan orang yang makan bakso, itu selera ya he he he he he yang percaya ahmad musadhek sebagai rasul juga beranggapan selera kan he he he he he he , jadi bakso …………….. selera ya he he he he he

    Silakan saja, yang berselera-selera itu kan Mas , ya tentu dengan selera berupa taklid terhadap Ulama Mas
    Gak ada paksaan disini, yang ada cuma pemaparan dalil
    Tidak sependapat ya terserah,
    Saya sejauh ini sudah menganalisisnya dengan metode yang benar seseuai dengan prinsip-prinsip Ilmu Hadis
    Kalau Mas tidak mengerti, silakan belajar lebih lanjut
    semua prasangka anda sih gak ada gunanya buat saya
    Salam

  19. @ second kok ngabek, katanya ……………….. lah contohnya kan udah ada ahmad mosadek, mati matian mengaku rasul, yang percaya lumayan ribuan orang, tapi yang nolak …………. ( berapa ya kira kira ???? ………………… ) seperti selera makan bakso kan ………. yang pengen bakso kota ribuan ………………. tapi yang pengen bakso solo jutaan ……………… ( bingung ya )
    kata anda
    Silakan saja, yang berselera-selera itu kan Mas , ya tentu dengan selera berupa taklid terhadap Ulama Mas
    Gak ada paksaan disini, yang ada cuma pemaparan dalil
    jawab saya
    pemaparan dalil dengan cara benar atau kurang benar, dalilnya pas apa kurang pas …… pake ilmu apa sekedar baca, analis tepat sesuai aturan apa analis seadanya di pikiran ?????? kan banyak sekali, seperti analisis bola

  20. @bara

    pemaparan dalil dengan cara benar atau kurang benar, dalilnya pas apa kurang pas …… pake ilmu apa sekedar baca, analis tepat sesuai aturan apa analis seadanya di pikiran ?????? kan banyak sekali, seperti analisis bola

    Alah ,ini mah kayak komentator yang sekedar asal-asalan ngomong karena tidak senang
    Tunjukkan dong kalau kurang benar, atau kurang pas
    bukannya sampean yang hujjahnya gak akurat
    Ayo tunjukkan, jangan asal ngomong
    Yang taklid kan sampean
    daripada buat kemungkinan yang belum tentu benar
    tunjukkan dalil-dalil anda

  21. @second
    saya secara pribadi tidak pernah meragukan kesahihan hadits tsaqolain, tetapi tidak serta-merta saya mencampakkan hadits “…kitabillaahi wa sunnati nabiyy..” karena walaupun dianggap dhaif, tetapi dikuatkan oleh Imam Malik dalam Muwattho.
    Dua-duanya saya pakai, tetapi jujur saja sebagai seorang sunni dalam prakteknya hadits dalam Muwattho itulah yang kami pakai. Sedangkan dalam hati yang dalam kami tetap mencintai Nabi saw dan ahli baitnya……
    Hal yang sama/serupa kami lakukan dalam menyikapi Muawiyah dan kroni-kroninya, kami membenci kelakuan mereka, tetapi berusaha untuk tidak membenci orangnya…

  22. @ almiraz
    sudahlah bung ,g ak usah koar, bukti banyak pertanyaan saya yang kamu abaikan …………….. taklid sama ahlul bait ……. ok lah, dari pada taklid sama buku …………. yang ngarang ………………. ulamaknya wahabi ( salapi, kata kamu ) sebagian kamu bantai pemikirannya, sebagian kamu terima …………

  23. @Sunni sejati
    cuma sekedar bertanya. anda mendahulukan yang dianggap dhaif daripada yang dianggap shahih?

    @bara
    mengapa saya sering mendapatkan para pemberi komentar dari (yang mengatasnamakan) pihak ahlussunnah terkesan tidak sopan dalam berbahasa dan cenderung susah untuk dibaca, ya?

    coba perbaiki dulu cara berbahasa/mengetik dengan benar dan terstruktur agar tidak mengganggu pihak2 lain yang coba berdiskusi.

    anda hanya membawa malu bagi pihak2 yang anda rasa anda bela (sunni).

  24. @rhuseinh
    saya berprasangka baik dengan Imam Malik, dimana kita-kita yang lagi berdebat ini tidak setara kefaqihannya bila dibandingkan beliau…apalagi kebiasaan beliau yang mengatakan ‘……….khoiru ma ‘indana….” sebaik-baiknya yang (sampai) disisiku…..dalam setiap menyampaikan dalil/hukum. Saya yakin hadits “…kitabillaahi wa sunnati …” tsb adalah shahih.

  25. @Sunni sejati

    Saya yakin hadits “…kitabillaahi wa sunnati …” tsb adalah shahih.

    tentunya kita semua di sini berusaha menghormati keyakinan masing-masing. saya pribadi (yang bukan ahli hadits) lebih merujuk kepada keshahihan suatu hadits berdasarkan kaidah-kaidah baku yang sudah ditetapkan oleh ahli hadits.

    terima kasih atas tanggapan anda.

  26. @ rhuseinh
    trimakasih atas sarannya, emang tangan ini cepat mengalir, kadang gak terkontrol, mengenai yang anda jawab ke sunni sejati, yang anda mengatakan sudah baku, tapi anda menganggap doif sesuatu yang sebagian ulama’ sunni menganggap bisa dipakai ???????? ( karena kita bukan ahli hadist )

  27. @burit
    ini pertanyaan?

  28. @bara
    sebenarnya akan lebih baik kalau Mas tunjukkan saja langsung dimana kekeliruan tulisan yang Mas maksud

    @Mirza
    saya juga inginnya begitu 😛

    @Sunni sejati
    Perkara mencintai Ahlul Bait itu soal yang lain Mas, kalau hadis Tsaqalain lebih tepat menunjukkan anjuranuntuk berpegang teguh pada mereka agar tidak sesat
    Hadis dalam Al Muwatta jelas dhaif karena Imam Malik tidak menampilkan sanadnya dalam Al Muwatta
    Prasangka baik sih boleh-boleh saja dan maaf itu terserah anda, Yang perlu diperhatikan adalah aneh kalau menentukan keshahihan hadis dengan prasangka baik semata. Maksudnya bayangkan saja kalau semua hadis mursal atau munqathi dianggap shahih hanya berdasarkan prasangka baik,
    Hadis Wa sunnaty bagi saya jelas kedhaifannya, dan tidak berat bagi saya untuk menolak hadis itu
    Anjuran berpegang kepada As Sunnah adalah ketetapan Qathi dari Al Quran, tidak perlu memakai hadis wa sunnaty

    @bara
    Sebenarnya Mas kan tergantung orangnya soal metode yang dia gunakan. Mungkin saja dia tidak memiliki keharusan untuk berpegang pada ulama-ulama yang anda sebutkan.

    @rhuseinh
    terimakasih komennya 😀

  29. @ second
    saya cuma ngatakan klo seseorang bilang sebuah hadist adalah doif, dan mengesampingkan pendapat ulama yang rujukannya banyak dipakai, jadinya kan bingung ……………….. emang ……

  30. @burit
    Nggak kok Mas, hadis yang tidak bersanad dinyatakan oleh jumhur ulama ahli hadis sebagai dhaif
    Mas, lihat sendiri hadis Al Muwatta yang dimaksud, memang tidak bersanad
    lagipula yang dibahas itu hadis yang disampaikannya bukan pendapat ulama
    Tidak semua hadis dalam Al Muwatta adalah shahih
    Dari awal saya lebih mengedepankan metode daripada pendapat Ulama
    Salam

  31. @ burit
    Untuk menjawab kebingungan anda, kita coba kesampingkan dua hadits tsb sebentar….
    Kita pakai dalil dari alQuran (wah surat apa …ayat berapa ….lagi dilupakan oleh Allah swt nih)…bahwa” wa mayyuti’illaaha warosulahu yudhilhu jannah…”

    Taat Allah, kita wujudkan dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan Allah dan mempercayai 100% cerita-cerita dalam alquran,
    Taat Rasul dengan menjalankan perintah rosul, menjauhi larangan rosul , sebagaimana yang sudah dibukukan dalam kitab sembilan ( 6 + 3) ,yakni: Bukhari-Muslim-Nasai-Abu Dawud-Tirmidzi-Ibnu Majah dan juga Muwattho-Musnad Ahmad-Sunan Darimy.
    Semuanya itu kita lakukan dengan maksimum kemampuan kita masing-masing…

    Niscaya kita dijamin surga. Amiin

  32. @ second
    iya lah, kan emang beda ………. klo sesuatu hadist menurut nafs mu baik, kamu pakai, tapi klo menurut nafs mu gak baik kamu buang, padahal kedudukannya sama menurut ulama, jadi ya memang beda mas, apalagi klo metodenya hanya tahu dari terjemahannya
    @ sunni sejati
    iya betul bung, tapi bung lupa, apa yang membawa ( mengartikan ) kitab kitab kepada bung itu orang biasa, saya punya pendapat ulama’ yang menurut saya masuk ” kalau kamu ingin kenal islam, maka kenalilaah dengan sempurna orang yang membawa islam ” , jadi klo kita tidak pernah Bertemu Nabi SAW, tapi kita bisa bertemu orang orang yang pernah bertemu degan orang yang bertemu Nabi itu sama dengan mengenal islam, jadi klo ada anggapan orang yang mengesampingkan ulama …………… wallahu a’lam

  33. @burit
    saya yakin semua sudah pada tahu/faham, bahwa sebenarnya tidak ada “autodidak” dalam belajar agama…semua melalui jalur/sanad…kalo kita yaa belajar dari ulama kita masing-masing….
    Dalam mempelajari kitab-kitab Alquran maupun haditspun kita harus punya sanad. …(Tetapi saya usul masalah ini tidak usah dibahas..karena banyak yang berbeda pandangan..bahkan orang-orang salafy juga menghalalkan ilmu yang didapat dari membaca buku sendirian / tanpa guru ato ulama).
    Dan secara periodik ilmu-ilmu itupun harus di-tashih (dicek ulang kesahihannya, takutnya sudah melenceng pemahamannya). Demikian.. maaf kalo kurang jelas.

  34. @Sunni sejati
    baik sekali 😀

    @burit

    klo sesuatu hadist menurut nafs mu baik, kamu pakai, tapi klo menurut nafs mu gak baik kamu buang, padahal kedudukannya sama menurut ulama, jadi ya memang beda mas, apalagi klo metodenya hanya tahu dari terjemahannya

    Maaf Mas, kalau anda sendiri tidak punya metode yang baik tidak perlulah menjustifikasi orang lain. Anda maaf, hanya bisa bertaklid dengan ulama, yang menurut anda layak dirujuk. Sedangkan ulama lain, maaf anda bahkan tidak kenal.
    Kalau anda memang tidak tahu dasar ilmu hadis lebih baik tidak perlu merendahkan orang lain
    Dalam hal ini andalah yang berpegang pada nafsu anda sendiri yang sekedar mau menyalahkan orang lain.
    Saya menyatakan dhaif hadis itu berdasarkan kaidah ilmu hadis, kalau anda tidak tahu ya bukan salah saya
    Soal terjemahan, gak perlu dipersoalkan. Mas saja mendengar ajaran agama dari ulama Mas dalam bahasa terjemahan
    Salam

  35. @ sunni sejati
    maaf mas emang kaul salafi ( orang banyak bilang wahabi ) membolehkan belajar dari buku, tapi kaum saya tetap berpegang hadist Nabi ” ulama’ adalah penerus Nabi ” baca boleh tapi harus bertanya dengan yang mempunyai sanad, dan saya bukan wahabi yang menganggap cukup dari buku
    @ second
    metode saya ikut hadist Nabi mas, bertanya kepada ulama’ , dan itu sudah saya lakukan, dan pembenaran, itu selera mas, mas bisa membantai pemikiran salafi, berdasar argumen anda kan ???????, nah …………… jadi kan nafs yang bicara, klo anda ngotot anda punya metode, saya ragu mas, karena metode anda tidak sama dengan yang diajarkan Nabi, anda sering belajar dari teks yang tertulis …………… maaf mas metode itu gak ada di jaman Nabi, padahal dijaman beliau sudah ada baca tulis

  36. @burit
    Maaf Mas, bahkan zaman Nabi SAW sendiri Nabi pernah diminta menuliskan khotbah Beliau
    Apa anda tidak tahu bahwa sahabat Abdullah bin Amr punya catatan hadis sendiri
    Kemudian bukankah Al Quran juga ditulis pada zaman Nabi SAW
    Jadi maaf Mas, jangan sembarangan menilai orang tidak ada metode
    Memangnya sanad itu sendiri ada pada zaman Nabi SAW
    Lagipula bagaimana bisa anda menerima Ulama anda tapi menolak Syaikh Al Albani, itu atas dasar apa?nafsukah?
    Gak perlu merendahkan orang lain kalau anda, maaf juga belum tentu lebih baik

  37. @ second
    pertama rancu,
    kan udah tak bilang dijaman Nabi memang ada baca tulis ( kalau baca tulisan pelan pelan mas ) yang saya maksut itu dijama Nabi itu belajar dengan Nabi melalui teks itu gak ada mas ( hi hi hi hi lucu juga nih ) yang saya tahu memang didalam sejarah kitab suci ditulis di pelepah korma, di tulang dll, tapi belum pernah saya dengar bahwa setiap kali nabi mengulangi, atau menyampaikan dan mebelajari murid murid beliau itu selalu merujuk kepada yang tertulis, dan itu berlaku terus dari jaman Nabi , shahabat, tabi’in ………….. dan terus sampai sekarang. apa pernah Nabi bilang tolong buka catatan kalian masing masing …….. atau coba lihat di catatan kitab ini, kitab itu ………. ada gak kira kira ……, maaf mas saya tidak merendahkan, karena dari awal sampean bilang sampean lebih mengedepankan metode ( walau menurut ahlinya metode anda itu gak pas mas, seperti seorang mantri yang mau melakukan operasi bedah tingkat tinggi )
    menganai al banni
    sudah pernah saya tulis mas, kan mas jago . coba deh cari sejarahnya, maaf mas kebanyakan rujukan dari beliau itu diambil dalil oleh orang jaman sekarang yang menamakan diri salafi ( wahabi ) yang sebagian pemikirannya sampean bantai. maaf mas saya udah pernah tanya dan jawabannya sama beliau itu berfatwah bukan dari para muhadist, tapi dari buku buku, dan tidak bertemu dengan para muhadist, makanya fatwahnya batil, karena terputus sanadnya. dan saya bicara bukan dari nafs, karena jelas ilmu tanpa sanad bathil. coba pelan pelan cari di sejarah pernahkah jaman sahabat berfatwah mengbil kitabnya dulu ???? atau jaman tabi’in berfatwah mengambil kitabnya dulu, dan yang pernah saya tulis imam bukhari hafal lebih dari 300 ribu hadits, tapi yang sempat beliau tulis itu 7000 saja, maksutnya yang sempat tertulis mas, bukan berarti yang disahihkan cuma 7000 hadist, sekali lagi yang sempat tertulis, karena semasa hidub beliau, tidak hanya menulis kitab sahih saja mas, tapi juga mendatangi para muhadits untuk mendengar hadits2 lainnya. selebihnya yang tidak ada di kutubhusitah itu terekam dibenak para murid murid beliau mas, yang turun terus ke murid murid lainnya, sampai sekarang mas. sekali lagi mas, metodenya bertanya kepada ahlinya, tidak cukup hanya membaca karyanya mas, karena dijaman Nabi tidak ada metode membaca dari kitab mas, dan jaman beliau tidak ada macam macam kitab seperti jaman sekarang, yang dikenal hanya Al-Qur’an dan perkataan Nabi ( bukan catantan Nabi )

  38. @burit
    Maaf Mas, kalau soal rancu maka semua kata Mas itu rancu
    Memangnya zaman Nabi itu ketika pengajaraannya pakai sanad
    Sanad itu muncul kemudian Mas
    Kalau soal tulisan Mas
    Al Quran dan Hadis itu sudah ditulis waktu zaman Rasul SAW
    Saya tidak menolak pengajaran secara oral, itu baik malah tetapi saya tidak menafikan ilmu dari tertulis
    Justru Mas yang kelihatannya menolak ilmu tertulis
    kalau soal Syaikh al albani, saya sudah jawab Mas di tulisan saya waktu menanggapi Habibnya Mas, Syaikh al Albani berhujjah dengan hadis dalam kitab-kitab hadis yang memiliki sanad
    dan beliau menentukan kedudukan hadis dengan Metode Jarh wat Ta’dil
    yang rancu adalah Mas seolah-olah membanggakan sanad yangbersambung tetapi tidak menilai kedudukan perawi-perawi tiap sanad
    Sanad bersambung maaf Mas tidak cukup menentukan kualitas hadis
    Ini metode dasar ilmu Hadis
    maaf kalau Mas gak tahu, bagaimana bisa Mas menilai orang lain bathil

  39. […] sekali, bagaimana mungkin hadis Tsaqalain yang shahih dapat anda nyatakan lemah. Cukup bagi anda bahwa hadis yang anda nyatakan lemah itu telah […]

  40. alangkah jelasnya jika kita bisa bertanya langsung kepada Imam Malik tentang apa yang beliau tulis dalam Muwattho. Biar jelas mengapa beliau tidak memperjelas tetapi mempercayai terminologi Kitabullah dan Sunah dibanding Kitabullah dan Ithrah Ahlul Bayt..

    Tentunya mengapa saudara Itsna Asyari memilih memiliki mujtahid hidup karena bisa ditanya..

  41. pesan saya tuk yang syiah dan sunni
    kalau anda syiah atau sunni dan yakin dan punya dalil yang kuat maka perdalamlah sampai benar2 tidak ada keraguan dalam diri anda

    mari kita bersatu melawan yang bukan islam buat apa mencari2 masalah mau sesudah kitabullah itu sunnah atau ahlu bait dua2nya kan sama baiknya tidak ada yang perlu diperdebatkan .

  42. @atasku

    Setujuuuuu….

    Ga ada masalah kalo setelah Al-Qur’an kita mesti berpegang teguh sama Sunnah Nabi atau Ahlul Bait Nabi… sama aja itu… isinya ya itu2 juga… satu macam barang punya bermacam istilah…

    Logika yang sehat : ga mungkin ajaran ahlussunnah dan ahlul bait bertentangan… lha wong sumbernya cuman satu kok… kalo ada saling bertentangan yang salah bukan Rasul, Ahlul Bait atau Sahabat… tetapi yang patut disalahkan adalah orang2 yg berdusta atas nama mereka…

    Allahu A’lam

  43. @Atas dan atas

    Tidak perlu ada masalah. Yang penting timbang segala sesuatunya dengan baik. Sebelum anda berkata gak masalah berpegang teguh pada siapa, maka tanya dulu pada diri anda sendiri apa benar anda mengerti apa artinya berpegang teguh pada ahlul bait.

    mari kita bersatu melawan yang bukan islam buat apa mencari2 masalah mau sesudah kitabullah itu sunnah atau ahlu bait dua2nya kan sama baiknya tidak ada yang perlu diperdebatkan .

    Coba saya tanya sama situ, siapa yang harus dilawan? apa mereka yang bukan islam? lantas atas dasar apa anda seenaknya melawan mereka. Apkah itu yang anda maksud berpegang pada sunnah atau ahlulbait?. Memang tidak perlu perdebatan yang tidak ada artinya, kebenaran selalu tampak jelas

    Ga ada masalah kalo setelah Al-Qur’an kita mesti berpegang teguh sama Sunnah Nabi atau Ahlul Bait Nabi… sama aja itu… isinya ya itu2 juga… satu macam barang punya bermacam istilah…

    Jangan menyederhanakan masalah kalau anda tidak tahu masalahnya, saya tanya nih apa ajaran ahlulbait yang anda bilang isinya itu-itu juga?

    Logika yang sehat : ga mungkin ajaran ahlussunnah dan ahlul bait bertentangan… lha wong sumbernya cuman satu kok… kalo ada saling bertentangan yang salah bukan Rasul, Ahlul Bait atau Sahabat… tetapi yang patut disalahkan adalah orang2 yg berdusta atas nama mereka…

    Sehat menurut anda mungkin. apa benar Rasulullah SAW pernah bilang bahwa yang benar itu adalah ahlussunnah. apa ada dalilnya?. Kalau ahlul bait maka hadis2 di atas adalah sebaik2 dalil yang membuktikan bahwa ajaran mereka adalah yang benar. Rasul dan Ahlul bait memang selalu benar tapi kalau sahabat nggak ada dalilnya kok yang menyatakan mereka adalah sumber kebenaran. Jadi jangan terlalu mudah menisbatkan sesuatu kalau anda sendiri hanya mengerti secara sederhana.
    nanya nih, siapa sih orang yang berdusta atas nama mereka, yang anda sebutkan itu?.

  44. @atasku

    he he sederhana itu bukan berarti salah kan? mungkin yg sederhana itu justru adalah kesimpulan final, bisa jadi kan? justru yg rumit2 itu jg blm berarti bener kan? mohon jgn pisahkan antara paragrap 1 dan 2 dr komentar saya di atas, krn paragrap 1 adalah konsekuensi logis dari paragrap 2…

    Mas kalo anda nanya dalil ahlussunnah yg mengikuti sahabat, bukan hanya Rasul saja mas yg bilang tetapi juga firman Allah dalam Al-Qur’an… silahkan anda cari di blog2 sunni…seabrek kok mas dalilnya…pokoknya tidak kalah dech dg dalil mengikuti ahlul bait… dan jgn lupa ahlussunnah pun jg mengambil ilmu dari ahlul bait lho…

    Nah berkaitan dg pertanyaan anda siapakah orang2 yg berdusta atas nama mereka, anda di atas mengatakan bahwa ajaran ahlul bait adalah benar dan wajib kita ikuti… pada prinsipnya saya jg sepakat akan hal itu ok… skrg saya tanya, bagaimana anda mendapatkan ajaran dari ahlul bait tsb? apakah anda langsung mendapatkan ilmu dari mereka? kalo iya, bagaimana caranya? kalo ga, darimana anda dapatkan? kitab apa saja yg dipakai rujukan? bgmana kedudukan kitab2 tsb di madzab anda? bagaimana metode pencatatan & penyaringannya? intinya bagaimana anda bisa yakin bahwa apa yg anda dapatkan selama ini adalah benar2 ajaran dari ahlul bait?, tolong jelaskan kepada saya yg awwam & berpikir terlalu sederhana ini…

    salam damai selalu…

  45. Imam Malik emang enggak memilki sifat maksum layaknya seperti 12 ksatria emas eh maaf 12 Imam Syi’ah Rafidhah.

    Jadi, mungkin aja ia melakukan kesalahan, kan manusia juga sama sama makan nasi, sama kaya’ antum.

    Eh gw mo nanya Khomeini Imam Syi’ah yang keberapa ? ke-13 ?

    Maaf mungkin pertanyaannya agak bodoh…

    “Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah…”(QS. Al Bara’ah, 31)

    “Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”. [QS 48:29]

  46. Khomeini? imam keberapa yach? wah ndak tau saya ustadz.

  47. Salam
    Diriwayatkan dalam tafsir Al-Qummi dengan sanad sampai kepada Imam Muhammad Al-Baqir as bahwa beliau berkata :
    “Hendaklah kalian meraasa senang dengan sebuah nama.” Dia ditanya, “Nama apakah itu?” Dia menjawab, “Yaitu ayat : Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk syiahnya (yakni dari golongan Nuh) (Q.S AsShaffat:83), dan firman-Nya : Maka orang yang dari syiahnya (syiiatihi) (golongannya) meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya (Q.S Al Qashash :15). maka, hendaknya kalian senang dengan nama itu (yakni Syiah).”
    “Syiah” adalah sebuah nama yang bagi orang-orang syiah, dan mereka menjuluki diri mereka dengannya. Adapun ‘ar-Rafidhah’, adalah nama yang para penentang kita menamakan kita (Syiah) dengan nama itu. dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ar-Rafidhah adalah nama bagi orang-orang yang beriman dari kaum Musa as, mereka menamakan diri mereka dengan nama tersebut (ar-Rafidhah) karena mereka menolak Firaun dan kaumnya, maka Allah SWT menyimpan nama ini (ar-Rafidhah) untuk kita wahai segenap orang-orang Syiah.

    @Pengendara Awan Kintoun
    Bukan pertanyaan bodoh, tapi pertanyaan yang menggelikan…
    Sudah jelas Anda sendiri bilang 12 Imam,eh malah nambahin satu, jadinya 13 Imam…
    Damai damai…

  48. […] Syiah menerima hadis dari Ahlul Bait as(hal ini ada dasarnya bahkan dalam kitab hadis Sunni lihat hadis Tsaqalain) sedangkan Sunni sebagian besar hadisnya dari Sahabat Nabi ra. sesuai pengakuan sebagian besar […]

  49. asslm…

    allahumma Sholli ala Muhammad wa aali Muhammad..

    salam kenal ustadz-@dmin…

    sekalian ijin ni ustadz,..tulisan ini saya link di blog saya,..semoga berkenan..dan blog anda sudah saya link di blogroll..

    syukron katsir..selamat berjuang

    bihaqqi Muhammad wa aali Muhammad

    waslm…

  50. asslm…

    allahumma Sholli ala Muhammad wa aali Muhammad..

    salam kenal ustadz-@dmin…

    sekalian ijin ni ustadz,..tulisan ini saya link di blog saya,..semoga berkenan..dan blog anda sudah saya link di blogroll..

    syukron katsir..selamat berjuang

    bihaqqi Muhammad wa aali Muhammad

    waslm…

  51. […] Sumber: Analisis pencari kebenaran […]

  52. Assalamu’alaikum wr wb
    Allohumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala aali Muhammad
    semoga ustadz selalu mendapat bimbingan dari Allah, Baginda Rasulullah saw serta zurriyatnya……..Ana cuma ingin mengingatkan kepada yg dengki pada pencinta ahlul bayt untuk membaca sejarah…….kalau antum membaca sejarah rasullullah saw sampai ke zaman sayyid husain, bagaimana sayyid husain sampai terbunuh oleh lakknatullah yazid bin mu’awiyah yg mengaku islam tetapi membunuh cucu kesayangan rasulullah saw…. antum akan faham. setelah sayyid husain tiada bendera kepemimpinan islam dipengang oleh ahlunnar yg mengaku islam….. Jadi kalau sekarang antum-antum dengki kepada zurriat dari ahlul bayt …antum antum tidak ubahnya seperti yazid laknatullah………
    Alllohumma sholli ala Muhammad wa ala aali Muhammad

  53. […] Sumber: Analisis pencari kebenaran […]

  54. “Kami berkata “Siapa Ahlul Bait? Apakah istri-istri Nabi? Kemudian Zaid menjawab ”Tidak,Demi Allah, seorang wanita (istri) hidup dengan suaminya dalam masa tertentu jika suaminya menceraikannya dia akan kembali ke orang tua dan kaumnya. Ahlul Bait Nabi adalah keturunannya yang diharamkan untuk menerima sedekah”.

    saya kira hadis ini bertentangan dengan alquran kariim,knp?? karena di surat al-ahzab jelas sekali Alloh SWT menyuruh Nabi untuk mengumpulkan istri-istrinya krena Alloh berkehendak membersihkan dosa2 dari ahlul bait, saya kira istri2 nabi juga termasuk dari ahlul bait.

  55. @dewa

    Kami juga percaya bahawa para isteri Nabi saaw adalah Ahlul Bayt namun bukanlah Ahlul Bayt yg dimaksudkan dengan ayat tathir surah al Ahzab.

    Dan kami tidak menemukan ada pertentangan dgn al Quran ttg itu…buktinya, Ahlul Bayt dlm ayat Tathir tidak pernah melakukan kesalahan, namun Ahlul Bayt umum(para isteri), selepas wafatnya Rasul saaw masih tidak terlepas dari melakukan kesalahan.

    Buktinya Aisyah menyulut pembunuhan Usman dan bangkit memerangi Imam Ali as dl Perang Jamal. Masa Allah menyucikannya atas perbuatannya itu setelah terkorbannya 20 ribu org Islam dlm Perang Jamal dan berlakunya pemberontakan terhadap Usman..

    Salam Damai

  56. “Dan hendaklah kamu tetap diam di rumah kamu serta janganlah kamu mendedahkan diri seperti yang dilakukan oleh orang-orang Jahiliyah zaman dahulu; dan dirikanlah sembahyang serta berilah zakat; dan taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah (perintahkan kamu dengan semuanya itu) hanyalah kerana hendak menghapuskan perkara-perkara yang mencemarkan diri kamu – wahai “AhlulBait” dan hendak membersihkan kamu sebersih-bersihnya (dari segala perkara yang keji).

    Surah Al Ahzab Ayat 33

    Ayat ini Allah bagi gambaran sebelum Berlakunya Perang Jamal. Dan kebenaran Ahlul Bait Saidian Alli ,Saidina Hassan dan Saidina Hussin dan juga Kesucian mereka.dan Kebenaran Ali dalam perang tersebut.

    Huruf jawi Akhir ayat tersebut ialah{ KAP MIN } iaitu kata tuju Bagi laki laki… Kalau di tuju pada Isteri Nabi {KAP NUN }iaitu kata ganti bagi wanita.

    Dan kalau Saidina Aisah ikut perintah ini supaya duduk diam dalam rumah dan tidak Aktif berpolitik…maka Perang Jamal tidak akan berlaku.

  57. @SP Ini saya kutip dari hasil tejemahan anda pada hadis yang diriwayatkan Muslim no 4425
    ….. Kemudian Beliau melanjutkan, “dan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian akan Ahlul Bait-Ku”.

    Saya nukil text arabnya:
    ثم قال وأهل بيتي أذكركم الله في أهل بيتي أذكركم الله في أهل بيتي أذكركم الله في أهل بيتي,

    Apakah sudah benar terjemah dalam bahasa Indonesianya seperti itu?

  58. @Tatang

    Apakah sudah benar terjemah dalam bahasa Indonesianya seperti itu?

    terjemahannya “Dan Ahlul Baitku, aku peringatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul Baitku, Aku peringatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul Baitku, Aku peringatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul Baitku”. terimakasih sudah mengingatkan 🙂

  59. Peringatan ini diucapkan sampai 3X, namun toh tetap dilanggar 🙂

    Salam

  60. Pilihan.
    Memilih untuk ta’at ataukah berspekulasi dengan takwil2 yang tercemar oleh permusuhan diantara para salaf.

    Salam Damai.

  61. baiklah saya taruh komentar saya di tempat yg anda minta dengan sedikit perbaikan padanya.

    SP, tampaknya anda berusaha memaksakan pemahaman anda mengenai hadits tsaqalain, saya pribadi tidak sependapat dengan anda bahwa hadits tsaqalain adalah bukti ahlul bait sebagai pegangan umat Islam, yang kemudian menurut logika anda, karena mereka pegangan/pedoman umat, maka mereka harus terbebas dari kesalahan (kalau istilah syi’ah, ahlul bait adlh ma’shum). menurut saya pendapat anda lemah dan terlihat tekstual, anehnya anda terburu-buru meyakininya dan mengkampanyekannya, baik saya coba bahas, hadits tershahih (yang terdapat dalam kutubusittah) tentang tsaqalain ini ada pada shahih Muslim riwayat Zaid bin Arqam ra :

    “Ketahuilah wahai sekalian manusia, aku hanyalah manusia biasa, hampir datang seorang utusan Rabbku dan aku akan memenuhinya, aku tinggalkan kalian dua hal yang berat (Tsaqalain), yang pertama Kitabullah, didalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambilah Kitabullah itu, berpegang teguhlah. Lalu beliau melanjutkan : “Dan terhadap ahli baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku”, beliau mengulang ucapannya sampai tiga kali” (HR Muslim)

    Jelas sekali pada teks hadits tersebut yang menjadi pegangan umat yg mutlak adalah Kitabullah saja, sedangkan ahlul bait salah satu hal yang berat yang diperingatkan oleh Rasulullah kepada umat-nya dan tidak ada keterangan pada teks tersebut perintah berpegang teguh kepada ahlul bait. inilah pemahaman yang benar terhadap hadits tsaqalain. kita berpegang teguh kepada ahlul bait dengan syarat jika ahlul bait tsb berpegang teguh kepada Al-Qur’an.

    Lalu apa maksud peringatan rasulullah mengenai ahlul bait beliau sampai 3 kali dan menjadikan ahlul bait menjadi salah satu dr Ats Tsaqalain? jelas terlihat kalimat beliau di atas seperti seseorang yang menitipkan sesuatu miliknya yang berharga yang dia amat sayangi dalam hal ini adalah ahlul bait (keluarga) beliau.. dan ini adalah hal yang sangat wajar, jangankan rasulullah manusia yang paling mulia yang memiliki keluarga yang mulia, kita pun jika kita akan pergi jauh dan tidak bisa membawa keluarga kita, pastilah kita akan menitipkan keluarga kita kepada orang2 yang kita percayai dengan harapan keluarga kita akan diperlakukan dengan baik, dijaga, dihormati dan diberikan hak-haknya.

    pemahaman ini sesuai dengan firman Allah :

    “…Katakanlah: Aku tidak meminta kepadamu suatu apapun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam keluargaku.” (As-Syura:23)

    Seolah-olah dalam hadits tsb Rasulullah mengetahui apa yang akan terjadi terhadap ahlul bait beliau, perlakuan umatnya terhadap ahlul bait beliau, dimana paling tidak terdapat 3 kategori sikap/perlakuan yg nyata yg eksis ada pada umat yg mengaku umat beliau terhadap ahlul bait beliau sampai hari ini yaitu :

    1. Yang membenci ahlul bait diwakili oleh kaum An-Nawashib
    2. Yang berlebihan mencintai sampai pd taraf mengkultuskan Ahlul Bait yg diwakili oleh kaum syi’ah
    3. Yang berada pada pertengahan, yaitu yang mencintai ahlul bait sesuai kedudukan mereka dan tidak mengkultuskan mereka, yg diwakili oleh ahlus sunnah

    Mungkin SP akan bertanya, dalam teks di atas hanya peringatan saja dan tidak menyebutkan mengenai perlakuan atau sikap kita kpd ahlul bait. Saya jawab, bukankah dalam hadits2 tsaqalain yg lain ada teks yang berbunyi “perhatikan bagaimana kalian memperlakukan kedua-nya (yaitu Kitabullah dan Ahlul Bait)”.

    Maka uslub hadits riwayat Muslim di atas sebagai riwayat tershahih mengenai tsaqalain yg saya pegang dalam memahami hadits-hadits tsaqalain yang lain, bukanlah sebaliknya, pemahaman hadits muslim mengikuti pemahaman hadits2 yg lain.

    Hal senada dengan teks Muslim juga terdapat pada hadits riwayat Sunan Ad Darimi dan Musnad Ahmad yang memiliki redaksi “kuperingatkan kalian akan Ahlul Baitku”, dan dalam hadis tersebut tidak terdapat indikasi untuk berpegang teguh pada Ahlul Bait.

    Lalu pertanyaan berikutnya, bagaimana dengan teks2 hadits yang lain sbgmn contohnya yg dibawakan oleh SP :

    dari Zaid bin Arqam yang berkata Nabi SAW bersabda “Aku tinggalkan untuk kalian yang apabila kalian berpegang-teguh padanya maka kalian tidak akan sesat yaitu Kitab Allah azza wa jalla dan ItrahKu Ahlul BaitKu dan keduanya tidak akan berpisah hingga kembali kepadaKu di Al Haudh. (Ma’rifat Wal Tarikh Yaqub bin Sufyan Al Fasawi 1/536)

    Hadits di ataspun (jika shahih) adalah riwayat dari sahabat yang sama spt riwayat Muslim yaitu Zaid bin Arqam ra, Maka, dalam memahami hadits di atas kita kembali pada uslub yang dipakai dalam riwayat Muslim, yang wajib di pegang teguh agar tidak sesat adalah Kitabullah, sedangkan ithrati ahlul bait adalah salah satu dari Tsaqalain yang diperingatkan oleh rasulullah, yaitu dalam perlakuan kita kepada mereka, sehingga jika kita berpegang teguh dlm memperlakukan ahlul bait dengan benar, maka kita tidak akan sesat… Mungkin timbul pertanyaan, bagaimana memperlakukan ahlul bait yang benar?, jawabannya ya berpegang teguhlah dengan kitabullah dalam hal tsb. sebagaimana hadits Rasulullah shalallahu alaihi wa salam :

    “Rasulullah SAW berdiri ketika Allah SWT menurunkan ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S. al-Syu’ara: 214)”, beliau bersabda: “Wahai orang-orang Quraisy, belilah (selamatkanlah) diri kalian (dari siksa), aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah SWT. Wahai Bani Manaf, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah SWT. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT. Wahai Shafiyah bibi utusan Allah, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT. Wahai Fathimah putri Muhammad SAW, mintalah apa saja yang engkau inginkan dari hartaku, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT.” [H.R. Bukhari]

    Sedangkan uslub yg dipakai pada hadits Yaqub tsb adalah meringkas isi dari ats tsaqalain yaitu Kitabullah dan Ithrati ahlul bait, sedangkan penjelasan mengenai “berpegang teguh padanya” ada pada shahih Muslim.

    Lalu apa maksud kedua-nya tidak akan berpisah hingga kembali kepadaku di telaga Haudh pada hadits tsb? artinya dua-duanya akan tetap berlaku menjadi 2 peninggalan yang berat (tsaqalain) bagi umat beliau sampai hari kiamat, karena jika 2 hal tsb berpisah, bukan tsaqalain lagi namanya. Kita dapati hingga saat ini banyak umat Islam yang tidak lagi berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan buruk perlakuan mereka thd Al-Qur’an dan kita dapati pula sampai hari ini terdapat berbagai kelompok umat sebagaimana yg telah saya sebutkan di atas dalam bersikap (berkeyakinan) terhadap ahlul bait, sehingga diantara mereka ada yang telah sesat dan menyesatkan.. maka Shadaqa Rasul Shalallahu alaihi wa sallam yang telah memperingatkan kita dengan hadits tersebut.

    Hingga keduanya kembali kepada Rasulullah di telaga Haudh. Kalau Al-Qur’an sudah jelas, nanti di akhirat bahkan akan menjadi saksi atas manusia, sedangkan ahlul bait, berdasarkan hadits tsb, maka ahlul bait akan berkumpul kembali dengan Rasulullah di akhirat nanti.

    Sebagai penguat pemahaman ini, jika memang ahlul bait menjadi pegangan bagi umat sebagaimana yg dipahami oleh Syi’ah, tentu akan banyak ayat Al-Qur’an yang menyebutkannya dengan jelas, tetapi kenyataannya yang banyak disebutkan adalah kita diperintahkan untuk ta’at kepada Allah (dalam hal ini kitabullah) dan ta’at kepada Rasul-Nya (dalam hal ini sunnah Rasul) dan (1 ayat) kemudian baru taat kepada pemimpin/amir dari kaum mukminin.

    Sehingga dalam hal ini, kedudukan ahlul bait sebanding dengan sahabat, yang juga merupakan hujjah bagi umat karena memang pada saat itu mereka adalah satu kurun atau generasi dan melebur menjadi satu umat. ayat untuk ahlul bait adlh Al-Ahzab:33 (istri-istri Nabi termasuk di dalamnya) dan untuk sahabat adlh Al-Fath:18, At-Taubah : 100 dll. Kedudukan Ahlul Bait tidaklah bisa melampui kedudukan Sunnah Rasulullah yang banyak disebutkan dalam Alqur’an yang selalu digandengkan dengan keta’atan kepada Allah. “Barangsiapa taat kepada Rasul berarti taat kepada Allah” (An-Nisa :80). Dan firman-Nya: “..Dan Allah beserta Rasul-Nya itulah yang lebih berhak di dambakan keridhoan-Nya“.(An-Nisa:136). Masih banyak lagi ayat Al-Qur’an yang semakna dengan ayat-ayat diatas. Tetapi keutamaan ahlul bait dibandingkan dengan kaum muslimin yg lain adalah karena mereka keluarga seorang manusia paling mulia yaitu Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam yang Allah Azza wa Jalla telah menganugerahi keutamaan kepada beliau dengan membersihkan ahlul bait beliau dari segala kotoran dosa dan mengampuni mereka, yang hal tersebut bukan hanya diberikan kepada istri-istri beliau saja sebagaimana dalam Al-Ahzab : 33, tetapi juga kepada Menantu, Anak perempuan dan kedua cucu beliau atas permintaan beliau pada hadits Kisa’. dan ahlul bait beliau akan kembali berkumpul dengan beliau di telaga Haudh. Dan semua itu dianugerahkan oleh Allah kepada Rasul-Nya agar beliau merasa puas sebagaimana tersebut dalam firmannya dalam surat Adh-Dhuha:5: “Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu sehingga engkau (Muhammad) menjadi puas“.

    Kesimpulan ats Tsaqalain (dua hal yang berat) adalah : Kitabullah dan Ahlul Bait, tetapi kedudukan keduanya berbeda, yang pertama (Kitabullah) lebih agung daripada yg kedua (Ahlul bait), kalimat ini juga terdapat dlm salah satu hadits2 tsaqalain (lepas dari shahih tidaknya hadits tsb), maka kitabullah-lah yang wajib dipegang teguh agar tidak sesat sedangkan ahlul bait adalah salah satu dr dua hal berat (tsaqalain) yang diperingatkan oleh Rasulullah kepada umatnya yang jika umat beliau berpegang teguh dengan Al-Qur’an dalam memperlakukan ahlul bait beliau, maka mereka tidak akan sesat. Dan Rasulullah berpesan agar kita berhati-hati dalam memperlakukan ke-duanya.

    Maka pemahaman SP dan kaum syi’ah selama ini terhadap hadits Tsaqalain adalah tidak benar.

    Wallahu A’lam bishowab.

  62. @SP

    Saya hanya ingin menambahkan saja bahwa hadis ats-tsaqalain tergolong hadis yang paling shahih dan tepercaya di kalangan ulama Islam, bahkan ia adalah hadis yang telah mencapai derajat mutawatir.

    Ia adalah sabda Nabi saw, “Wahai manusia, sesungguhnya telah dekat masanya aku hendak dipanggil (wafat), maka aku pun akan memenuhi panggilan itu. Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian dua peninggalan yang sangat berharga (ats-tsaqalain), yaitu Kitabullah dan keturunanku, Ahli Baitku.”

    Rasulullah saw juga bersabda, “Ali bersama al-Quran, dan al-Quran bersama Ali”

    Sumber-sumber sejarah menyebutkan bahwa Nabi saw sering mengulang-ulang hadis ats-tsaqalain dalam beberapa kesempatan. Nabi saw menyebutkan hadis tersebut dalam haji Wada` di Arafah, ketika beliau sakit di Madinah yang membawa pada kewafatannya, dan di Ghadir Khum, serta ketika beliau kembali dari Thaif.

    Ibn Hajar mengomentari pengulangan hadis ats-tsaqalain ini dalam beberapa kesempatan bahwa hal itu sama sekali tidak bertentangan. Sebab, Nabi saw mengulang-ulang hadis ats-tsaqalain tersebut karena pentingnya al-Quran dan keturunan beliau yang suci.

    Sesungguhnya penggabungan antara al-Quran al-Karim dan Ahlul Bait `alaihimus salam menunjukkan bahwa al-Quran membutuhkan penafsiran dari Ahlul Bait, dan juga menunjukkan keterikatan yang kuat antara keluarga Rasulullah `alaihimus salam dengan al-Quran al-Karim, ia adalah ikatan yang kukuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

    Berdasarkan hal ini, maka sesungguhnya penafsiran al-Quran yang
    jauh dari penafsiran Ahlul Bait `alaihimus salam akan berakibat pada penyimpangan dan kesesatan.

    Sebab, penggabungan antara al-Quran al-Karim dan Ahlul Bait `alaihimus salam menunjukkan bahwa keduanya berjalan pada garis yang sama dan tujuan yang sama pula.

    Oleh karena itu Nabi saw bersabda, “… dan sesungguhnya keduanya (alQuran dan Ahlul Bait) tidak akan pernah berpisah hingga menjumpaiku di Haudh.”

    Berdasarkan hal ini, berpegang hanya dengan salah satunya sama halnya dengan menyingkirkan keduanya sekaligus. Dan dari sini pula kita dapat mengetahui bahaya perkataan, “Cukuplah bagi kita Kitabullah,” yang diucapkan pada situasi yang peka dalam sejarah Islam.

    Kandungan hadis ats-tsaqalain ini juga mengungkapkan makna penting seputar Ahlul Bait `alaihimus salam, yakni kemaksuman dan kesucian mereka sesuci-sucinya.

    Wassalam…

  63. @ SP

    Sesuai dengan konteks kalimat dari hadis (HR MUSLIM 4425) yang anda terjemahkan secara keseluruhan diatas, bagi saya masih ada beberapa bagian yang tidak sesuai padanan katanya. Salah satu contohnya Tsaqalain diartikan dua pusaka.

    Juga merujuk urutan penuturannya maka menurut saya pribadi, apa yang diwasiatkan oleh Rasul SAW pada saat tersebut adalah dua hal yang berat (Tsaqalain), yaitu:
    1. Kitabullah, Rasul SAW mengharuskan kita berpegang tegus dengannya. Kemudian beliau melanjutkan dengan penjelasan-penjelasan (perawi menuliskan ورغب فيه
    2. Ahlul bait, Rasul SAW memperingatkan kita tentang ahlul bait, tidak ada penjelasan pada hadis tersebut tentang maksud “Aku memperingatkan kalian kepada Alloh akan ahlul baitku”, secara tekstual perawi keburu dipotong dengan pertanyaan siapa ahlu bait tsb.

    Wallau ‘alam bishawab
    Thanks yaa, ntar di sambung lagi.

  64. Koreksi
    * Wallahu ‘alam bishawab

  65. @armand
    begitulah kira-kira 🙂

    @truthseeker
    setiap pilihan ada konsekuensinya, iya kan :mrgreen:

    @antirafidhah
    komentar anda sudah saya tanggapi sebelumnya

    @wawansyah17
    setidaknya penafsiran anda jauh lebih berlandaskan pada hadisnya ketimbang ta’wil Mas antirafidhah 🙂

    @Tatang

    Salah satu contohnya Tsaqalain diartikan dua pusaka.

    makanya saya tulis dalam kurung (tsaqalain)

    Juga merujuk urutan penuturannya maka menurut saya pribadi, apa yang diwasiatkan oleh Rasul SAW pada saat tersebut adalah dua hal yang berat (Tsaqalain), yaitu:
    1. Kitabullah, Rasul SAW mengharuskan kita berpegang tegus dengannya. Kemudian beliau melanjutkan dengan penjelasan-penjelasan (perawi menuliskan ورغب فيه
    2. Ahlul bait, Rasul SAW memperingatkan kita tentang ahlul bait, tidak ada penjelasan pada hadis tersebut tentang maksud “Aku memperingatkan kalian kepada Alloh akan ahlul baitku”, secara tekstual perawi keburu dipotong dengan pertanyaan siapa ahlu bait tsb.

    Makanya memerlukan hadis Tsaqalain yang lain untuk menafsirkan dengan lebih tepat 🙂
    jangan sungkan memberi masukan, silakan dan insya Allah jika masukan anda benar dan lebih baik akan saya koreksi kembali
    Salam 🙂

  66. Piye toh mas SP kalau ditambahkan hadits Tsaqalain yg lain ya pasti jelas dan terang benderang,..wong tujuan awalnya biar gak jelas,kabur, samar2 dll kalau sdh begitu pasti cukup ruang untuk mahluk yg namanya Takwil bebas bermain, ya namanya juga Takwil ya suka suka si penakwil he he Afwan afwan Mas SP..jadi ngelantur nih…

  67. Assalamu’alaikum,

    @ SP hal yang ingin saya tunjukan kepada anda disini cukup sederhana saja, tapi hal ini penting bagi saya untuk menilai (ah emang saya siapa sok ngenilai) kemampuan dan ketelitian seseorang menyampaikan pesan atau dakwahnya dalam bentuk tulisan. Berbeda jika dalam bentuk lisan, tentu hal-hal seperti ini bisa dimaklumi, lebih baik lagi jika dalam bentuk lisan pun mampu menuturkan sesuai aslinya.

    Karena bagi saya jika seseorang teliti terhadap hal-hal yang sederhana maka orang tersebut akan lebih teliti lagi dalam hal yang lebih mendasar (baca: penting). Begitu juga sebaliknya, jika dalam hal yang sederhana saja seseorang itu tidak teliti, apalagi dalam hal yang prinsipil.

    Dalam pandangan saya jika anda menterjemahkan saja kurang lengkap bahkan tidak teliti, maka bagi saya (harus jujur saya katakan) anda belumlah termasuk dalam kategori orang yang tsiqoh.
    Tidak usah banyak-banyak, satu contoh dibawah ini adalah beberapa kata dan kalimat yang tidak anda tuliskan dalam terjemahan atas hadits Muslim no 4425 / 2408:
    Text arabnya bisa anda lihat di: http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?Doc=1&Rec=5684

    Terjemahan anda:
    Muslim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Shuja’ bin Makhlad dari Ulayyah yang berkata Zuhair berkata telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim dari Abu Hayyan dari Yazid bin Hayyan yang berkata ”Aku, Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim pergi menemui Zaid bin Arqam. Setelah kami duduk bersamanya berkata Husain kepada Zaid ”Wahai Zaid sungguh engkau telah mendapat banyak kebaikan. Engkau telah melihat Rasulullah SAW, mendengarkan hadisnya, berperang bersamanya dan shalat di belakangnya. Sungguh engkau mendapat banyak kebaikan wahai Zaid. Coba ceritakan kepadaku apa yang kamu dengar dari Rasulullah SAW. Berkata Zaid “Hai anak saudaraku, aku sudah tua, ajalku hampir tiba, dan aku sudah lupa akan sebagian yang aku dapat dari Rasulullah SAW. Apa yang kuceritakan kepadamu terimalah,dan apa yang tidak kusampaikan janganlah kamu memaksaku untuk memberikannya.
    Lalu Zaid berkata ”pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di hadapan kami di sebuah tempat yang bernama Ghadir Khum seraya berpidato, maka Beliau SAW memanjatkan puja dan puji atas Allah SWT, menyampaikan nasehat dan peringatan. Kemudian Beliau SAW bersabda “Ketahuilah wahai manusia sesungguhnya aku hanya seorang manusia. Aku merasa bahwa utusan Tuhanku (malaikat maut) akan segera datang dan Aku akan memenuhi panggilan itu. Dan Aku tinggalkan padamu dua pusaka (Ats-Tsaqalain). Yang pertama Kitabullah (Al-Quran) di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya,maka berpegang teguhlah dengan Kitabullah”. Kemudian Beliau melanjutkan, “dan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku”
    Lalu Husain bertanya kepada Zaid ”Hai Zaid siapa gerangan Ahlul Bait itu? Tidakkah istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait? Jawabnya “Istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait. Tetapi yang dimaksud Ahlul Bait disini adalah orang yang tidak diperkenankan menerima sedekah setelah wafat Nabi SAW”, Husain bertanya “Siapa mereka?”.Jawab Zaid ”Mereka adalah Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Ibnu Abbes”. Apakah mereka semua diharamkan menerima sedekah (zakat)?” tanya Husain; “Ya”, jawabnya.

    Menurut saya:

    1. Nama husain diatas kalau dibahasaindonesiakan maka seharusnya ditulis Hushain atau Hushoin.
    2. Ghadir khum seharusnya “Khum” saja, yaitu sebuah tempat yang disebut Khum terletak antara Makkah dan Madinah (ini tidak anda cantumkan).
    3. Kemudian beliau bersabda: amma ba’du (tidak ditulis)
    4. Dua pusaka (tsaqalain), kata “pusaka” tidaklah sama padanan katanya dengan kata “tsaqal” dalam bahasa arab. Mestinya ditulis saja “dua perkara yang berat”.
    5. Sampai di فخذوا بكتاب الله واستمسكوا به , disitu Zaid bin arkam menyebutkan bahwa rasul SAW Menganjurkan dan mendorong umatnya untuk berpegang teguh kepada kitab Allah (AlQuran).
    Tentu saja disini ada penjelasan yang panjang, tapa disebutkan oleh Zaid Bin Arqam ra, hal yang ingin saya jelaskan adalah, adanya penjelasan perihal perkara berat yang pertama itu dalam kalimat yang panjang, makanya perawi meringkasnya dengan kalimat, فحث على كتاب الله ورغب فيه. ( arti dari kalimat ini tidak anda cantumkan ).
    6. Sudah anda koreksi.

    Khusus untuk poin ke 5, kalau boleh saya jelaskan kepada anda mengenai pengaruh dari tidak dicantumkannya kalimat tersebut adalah, bahwa dua hal yang berat untuk dilaksakan oleh ummat sepeninggal Rasul SAW itu seakan akan dalam konteks kalimat yang sama, padahal tidaklah sama. Lain halnya jika text hadisnya tidak terpotong oleh penuturan rawi … فحث على كتاب الله ورغب فيه ثم قال maka sangat mungkin saya pun memahami hadis ini sesuai dengan yang anda fahami.

    ‘ala kulli hal terima kasih atas tanggapannya, Mohon maaf ya akhi.

  68. @Tatang

    Anda mengatakan seperti ini;

    Karena bagi saya jika seseorang teliti terhadap hal-hal yang sederhana maka orang tersebut akan lebih teliti lagi dalam hal yang lebih mendasar (baca: penting). Begitu juga sebaliknya, jika dalam hal yang sederhana saja seseorang itu tidak teliti, apalagi dalam hal yang prinsipil.

    Pertama-tama, tdk harus selalu jika seseorang teliti terhdp hal2 yg sederhana maka ia akan teliti pada hal2 yg mendasar. Orang2 yg terlalu perfek malah sering mengabaikan hal2 yg utama dan lebih sibuk pada hal2 yg sepele. Begitu pula sebaliknya, tidak sedikit jenis manusia yg mengabaikan hal2 kecil namun mengambil berat hal2 yg prinsipil.

    Kedua, istilah mendasar & penting adalah 2 hal yg berbeda. Kita bisa sepakat dalam hal2 yg mendasar, namun tdk untuk hal2 yg penting. Bagi kita tidur (6-8 jam) adalah hal yg mendasar bagi kebutuhan kesehatan manusia. Namun bagi sementara orang tidur hingga 6 jam bukanlah hal yg penting.

    Sehingga apa2 yg anda anggap penting (jika benar teks Arabnya spt itu) di atas, hingga mencapai 5 point, belum tentu dianggap penting oleh SP. Yang bahkan sy sendiri setelah membaca pun menganggap kelima-limanya semua tdk penting dan bukan hal yg mendasar. Mengherankan jika hanya masalah nama “Husein” anda kritisi karena itu menurut anda penting.

    Yang mendasar & penting adalah apabila Rasul saw menyebutkan 2 pusaka peninggalan beliau, namun SP hanya meriwayatkan 1 saja. Nah itu baru mengabaikan sesuatu yg penting/mendasar.

    Salam

  69. @SP

    Tentu saja..!!
    “Manusia menjadi mulia karena pilihannya, begitu juga sebaliknya, manusia menjadi nista karena pilihannya”

    Salam Damai

  70. Mau tanya….
    teks yg dipoint 5 itu yg katanya tdk dijelaskan oleh @ SP itu kata2 rasul atau bukan…
    mohon dishare….

  71. @Tatang

    Karena bagi saya jika seseorang teliti terhadap hal-hal yang sederhana maka orang tersebut akan lebih teliti lagi dalam hal yang lebih mendasar (baca: penting). Begitu juga sebaliknya, jika dalam hal yang sederhana saja seseorang itu tidak teliti, apalagi dalam hal yang prinsipil.

    oh silakan saja kok Mas, saya tidak ada masalah dengan itu, btw kira-kira jika seseorang sahabat lupa akan hadis Nabi yang diriwayatkan, ia masih dinilai tsiqah nggak? :mrgreen:

    Dalam pandangan saya jika anda menterjemahkan saja kurang lengkap bahkan tidak teliti, maka bagi saya (harus jujur saya katakan) anda belumlah termasuk dalam kategori orang yang tsiqoh.

    saya tidak pernah memaksa orang untuk mempercayai semua apa yang saya tulis. jika memang menurut anda kurang lengkap ya silakan. satu hal yang perlu diperhatikan dalam kaidah linguistik tidak ada suatu penerjemahan yang benar-benar mewakili teks asli, ini adalah masalah yang sangat umum. mari kita bahas poin-poin anda

    1. Nama husain diatas kalau dibahasaindonesiakan maka seharusnya ditulis Hushain atau Hushoin.

    terserah, kalau situ mau menulis dengan huruf seperti itu ya silakan, saya pribadi bukan orang yang terlalu menganggap penting hal ini kecuali memang ada indikasinya. misalnya nih Utsman sering saya tulis Usman, Zaid itu kalau mau ditulis yang benar pakai alif atau pakai ya, masih banyak kok soal ejaan yang bisa anda permasalahkan. sayangnya bahkan kitab-kitab terjemahan salafy juga tak luput dari kesalahan ejaan(kalau memang mau dipermasalahkan)

    2. Ghadir khum seharusnya “Khum” saja, yaitu sebuah tempat yang disebut Khum terletak antara Makkah dan Madinah (ini tidak anda cantumkan)

    ada bedanya gitu Mas?. kalau nggak ya gak ada masalah

    3. Kemudian beliau bersabda: amma ba’du (tidak ditulis)

    sama deh dengan yang no 2

    4. Dua pusaka (tsaqalain), kata “pusaka” tidaklah sama padanan katanya dengan kata “tsaqal” dalam bahasa arab. Mestinya ditulis saja “dua perkara yang berat”.

    ya bisa kok, kira-kira kalau tsaqal diartikan dua perkara berat valid nggak?, kalau diartikan dua peninggalan berharga valid nggak?, peninggalan dan perkara kira-kira sama nggak?, kalau diartikan peninggalan yang berharga bisa nggak?. btw silakan akan ada banyak hal yang bisa kita permasalahkan.

    5. Sampai di فخذوا بكتاب الله واستمسكوا به , disitu Zaid bin arkam menyebutkan bahwa rasul SAW Menganjurkan dan mendorong umatnya untuk berpegang teguh kepada kitab Allah (AlQuran).

    udah ada kata-katanya

    Tentu saja disini ada penjelasan yang panjang, tapa disebutkan oleh Zaid Bin Arqam ra,

    penjelasan panjang yang bagaimana? bisa panjang bisa juga nggak, intinya kata-kata Rasul SAW adalah berpegang teguh, seandainya juga Rasul SAW menggunakan kata-kata yang singkat maka lafaz itu masih cocok.

    hal yang ingin saya jelaskan adalah, adanya penjelasan perihal perkara berat yang pertama itu dalam kalimat yang panjang, makanya perawi meringkasnya dengan kalimat, فحث على كتاب الله ورغب فيه. ( arti dari kalimat ini tidak anda cantumkan ).

    kalimat panjang yang anda maksud itu adalah persepsi anda, kemudian perawi meringkasnya dengan kalimat itu juga adalah persepsi anda juga. apakah perawi meringkas atau tidak kita tidak tahu pasti. dan akan lebih sulit kalau ditanyakan yang meringkas itu siapa?. apakah perawi hadis punya otoritas meringkas riwayat yang ia dengar?. diskusinya akan jauh lebih panjang 🙂

    Khusus untuk poin ke 5, kalau boleh saya jelaskan kepada anda mengenai pengaruh dari tidak dicantumkannya kalimat tersebut adalah, bahwa dua hal yang berat untuk dilaksakan oleh ummat sepeninggal Rasul SAW itu seakan akan dalam konteks kalimat yang sama, padahal tidaklah sama.

    saya tidak sependapat di bagian ini, apa buktinya Mas?. situ kan gak tahu apakah sang perawi benar-benar meringkas kalimat yang panjang atau sang perawi menyampaikan dengan lafaznya kata-kata Rasul SAW yang singkat. lagipula soal ringkas-meringkas kira-kira aneh tidak kalau saya berasumsi bahwa peringatan Rasul SAW soal Ahlul bait yang menurut anda tidak dijelaskan oleh Rasul SAW itu sebenarnya ulah perawi yang meringkas. Aneh sekali kalau Rasul SAW menyampaikan peringatan tetapi tidak ada penjelasan soal peringatannya. masih jauh lebih baik mendudukkan Tsaqalain itu dalam dua konteks yang sama.

    Lain halnya jika text hadisnya tidak terpotong oleh penuturan rawi … فحث على كتاب الله ورغب فيه ثم قال maka sangat mungkin saya pun memahami hadis ini sesuai dengan yang anda fahami

    kalau menurut anda sang perawi meringkas hadis tersebut maka tidak ada gunanya anda atau siapapun berkeras menafsirkan atau memahami hadis Tsaqalain tanpa memahaminya dengan hadis Tsaqalain yang lain. simpel sekali bukan 🙂

    Sekedar info buat anda, hadis Tsaqalain dalam Musnad Ahmad di atas yang mengandung matan khalifah sering diterjemahkan dengan “dua hal”. padahal kalau mau meributkan soal ketelitian maka kata yang tepat itu adalah “dua khalifah”. Anda boleh lihat deh tulisan “Imamah & Khilafah” Ali As Salus Gema Insani Press

    Awalnya saya gak mempermasalahkan hal itu, sehingga dalam tulisan Hadis Tsaqalain ini awalnya saya juga menerjemahkannya dengan kata “dua hal”. Tapi dalam tulisan lain yang berjudul “Khalifah Umat Islam adalah Ahlul Bait” saya menampilkan teks arabnya dan menerjemahkan dengan “dua khalifah”. Itu yang saya maksud sesuai “indikasinya”.

    Kembali ke masukan anda di atas, saya mengucapkan terimakasih atas masukannya, tapi sejauh ini semua masukan yang anda berikan tidak mengubah makna hadis tersebut seperti yang saya maksud.
    Salam

  72. @tatang
    Anda rupanya sangat kritis dan senang menasehati orang.
    Sdr tatang mengenai point 1 tdk penting buat kami dengan alasan orang Indonesia tidak pernah memakai nama dengan tulisan Hushain/Hushoin. Terkecuali dengan perbedaan tulisan tersebut merobah makna.
    2. Tempat itu benar adalah KHUM dan mereka banya periwayat menyebut Khaidir Khum/ghum. Anda tahu tdk arti khadir. Khadir berarti melemahkan. Mereka berada di Khum betul sdh lelah (lemah)
    3. Amma ba’du dipakai pada waktu berpidato/khutbah dan bukan dalam pembicaran biasa.

    4.Tsagalain arti sebenarnya adalah BEKAL dalam perjalanan para mushafir. Tapi para perawi hadits menafsirkan macam2 dan ini juga tdk perlu dikoreksi.
    Kalau BEKAL saya lebih cocok. Karena Alqur’an dan Itrahti Ahlulbait penting untuk menjadi bekal hidup kita.
    5. Apabila anda ingin menterjemahkam secara harafiah makna dari ” fakhudzu bikitabillah wastaamsiku bihi” maka artinya “tunduk/taat dengan kitab Allah dan pegang teguh.”
    Maka apabila berdasarkan tafsiran ini yang harus kita pahami sungguh berat.
    Kalimat “fahtsa dst.” para penterjemah tidak masukan saya tdk tahu, tapi apabila kalimat ini diterjemahkan dan harus ikut diterjemahkan, maka kalimat tsb menunjukan kedudukan Itrahti Ahlulbait. Wasalam

  73. Terima kasih, paling tidak saya semakin mengenal antum dari tulisannya. Dan itu mendorong saya untuk semakin sering belajar banyak hal.
    Senang sekali dapat tanggapan dari antum berdua.

  74. @tatang
    Terima kasih. Saya juga sangat senang mengikuti komentar anda. Dengan demikian kita saling mengisi kekurangan kita. Mudah2an melalui blog ini makin kita tingkat hubungan persaudaraan sesama muslim. Perbedaan pendapat itu wajar. Tidak sepaham, kita kembali kefirman Allah yakni: Lakum a’malakum wa lana a’malana. Wasalam

  75. @All
    Untuk yang di Jakarta Silakan rehat bentar dan menikmati: 105.8 FM Lite FM, tiap kamis malam jam 21:00 – 22:30.

    Semoga bermanfaat.

    Salam Damai

  76. @truthseeker08,

    Apakah anda sebagai pembawa acaranya? 🙂

  77. @wawansyah17

    Hehehe..gak koq, cuma fans berat acara tsb…. :mrgreen:
    Cukup unik jika dibandingkan dengan acara2 serupa. Banyak yang bisa saya pelajari. Yang jelas tidak membawa kepada gontok2an.. 😉

    Salam Damai

  78. @SP :
    Ass…
    mas admin, gimana kalo perdebatan yang dilakukan sebaiknya fokus tiap masalahnya,,jadi kami yg awam2 ini tidak dipusingkan dengan komen2 yg tidak ada hub-nya..
    jadi saya harap ada penegasan2 case yg dibahas…misal setiap pertanyaan dan jawabannya jelas runutan dialognya… trmksh sblmnya ,,,
    Wassalam..

  79. karena hari ini adalah hari Ghaidir khum maka bahasan ini saya angkat ke permukaan lagi….punten @sp

  80. udalah orang persi itu orang pintar, di kalah kan dengan orang ummi ( al amin + sahabat ali, abu bakar, umar dll) dan hadis mereka diluar priode makah dan madinah. udah lah saya tantang anda kirim hadis( perawai ahli bait) anda yang harus di ikuti sumpah yang di pakai ali bin abi thalib ra sebagai berikut” kami keluar dari kekuasan dan kehebatan allah swt apabila hadis ahli bait diluar kata2 nabi muhammad saw”
    bahkan bila perlu imam2 anda harus dilibatkan untuk supah ini. kirim ke email saya arismargono@gmail.com.
    kalau anda berani. dan saya akan menerima dengan fitrah.
    wss
    maka saya akan menerima dengan haqul yakin.
    berani gag

  81. ASS. WR.WB

    KALAU ANE LIHAT DAN BACA DARI SEMUA SITUS YANG BERFAHAM SYI’AH HAMPIR SEMUA MENGEDEPANKAN TOPIK SEJARAH TANAH FADAK, HADIST TSAQALAIN, KAMIS KELABU, DAN YANG PALING SEREM UMAR MEMUKUL FATIMAH HINGGA PATAH TULANG RUSUKNYA…IH SEREM KALI YAH.

    YANG PADA INTINYA MEREKA MENGABARKAN INILAH YANG TERJADI PADA WAKTU DULU KELAKUAN BEBERAPA SAHABAT ROSULULLAH YANG TELAH MENYELEWENG DAN MENYAKITI KELUARGA ROSULULLAH…

    DENGAN SLOGAN “ KATAKAN SALAH KALAU ITU SALAH DAN KATAKAN BENAR KALAU ITU BENAR “ HEBAT…HEBAT…LAKSANA PAHLAWAN YANG MEMBERITAKAN KEBENARAN…

    TAPI ANE TANYA SAMA ENTE KAUM SYI’AH…ADA GA KEMASHLATAN UNTUK UMAT ISLAM PADA UMUMNYA ENTE MENGABARKAN ITU SEMUA ? ENTE PASTI JAWAB ADA…YA ADA TAPI UNTUK KAUM ENTE SENDIRI, MAKIN BENCI KAUM ENTE SAMA SAHABAT.

    DAN YANG MEMBUAT HERAN ANE, HAMPIR SEMUA DALIL YANG ENTE GUNAKAN MENGGUNAKAN DALIL-DALIL KAUM SUNNI, ENTE PAKSAKAN PEMAHAMAN ENTE KEPADA KAUM SUNNI, PADAHAL PEMAHAMAN YANG ENTE KEMUKAKAN JAUH SEKALI BERBEDA DENGAN PEMAHAMAN KAUM SUNNI SEPERTI LANGIT DAN BUMI…ANEH TAPI NYATA…NAMUN MEMANG TERJADI.

    TAPI KALAU ENTE MENGANGGAP PARA SAHABAT TERUTAMA ABU BAKAR, UMAR DAN USTMAN TELAH BERBUAT SALAH SAMA ALI TOLONG JUGA CERITAKAN SEJARAH MENGAPA ALI MENIKAHKAN PUTRINYA UMMU KULTSUM KE SAHABAT YANG ENTE ANGGAP TELAH BERBUAT SALAH, DAN KENAPA ALI MENAMAKAN KETURUNANNYA ABU BAKAR DAN UMAR YANG ENTE TUDUH TELAH MERAMPAS KEKHALIFAHAN ALI…APAKAH ENTE YANG SELALU BERPRASANGKA BURUK TERHADAP SAHABAT ATAU ALI YANG SALAH, MAU MENIKAHKAN ANAKNYA KE SAHABAT DAN KETURUNANNYA DINAMAKAN MUSUH-MUSUHNYA PADAHAL ENTE BERKEYAKINAN ALI ITU SUCI, MUSTAHIL ALI SALAH JADI YANG SALAH DAN SUKA BERBURUK SANGKA DISINI SIAPA…?????

    DARI TAHUN MONYET SAMPAI TAHUN GAJAH ENTE MENCERITAKAN HAL-HAL YANG ITU-ITU SAJA BASI…KAYA OBAT NYAMUK MUTER-MUTER…KATA ANAK SEKARANG LEBAY…

    CARI TOPIK BARU…SEPERTI KEYAKINAN ENTE TENTANG AL-QUR’AN YANG SUDAH TIDAK MURNI LAGI NAH NYAMBUNG LAGI KENAPA ALI TIDAK PROTES TERHADAP AL-QUR’AN YANG DI SUSUN USTMAN YANG KATANYA TIDAK MURNI LAGI PADAHAL ALI ADALAH PINTUNYA ILMU YANG ARTINYA ALI PASTI LEBIH TAHU TENTANG AL-QUR’AN KENAPA ALI DIAM SERIBU BAHASA MELIHAT AL-QUR’AN BANYAK YANG DIKURANGI DAN BANYAK YANG DI TAMBAH.
    TRUS TENTANG MUSHAF FATIMAH YANG KATANYA ADA DI SIMPAN DI KELUARGA NABI YANG BERISI 17 RIBU AYAT
    TRUS TENTANG IMAM-IMAM YANG MAKSUM BAHKAN KATA KHOMAENI DERAJATNYA IMAM-IMAM MELEBIHI MALAIKAT DAN NABI
    TRUS TENTANG IMAM MAHDI YANG NGUMPET DI GOA, PADAHAL ENTE YANG SELALU MANGGIL-MANGIL SUPAYA CEPAT KELUAR EH MALAHAN MAKIN ASIK NGUMPET…PEMIMPIN YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB
    TRUS TENTANG TAQIYAH YANG KATANYA KALAU TIDAK BER TAQIYAH ENTE BUKAN GOLONGAN SYI’AH TRUS TENTANG MUT’AH…NAH INI IBADAH YANG PALING SERU…CERITA DONG JANGAN MALU-MALU…KALAU DARI CERITA-CERITA YANG ANE BACA DAN DENGAR UENAAAK TENAN NIH IBADAH…MAU DONG…TAPI ANE AKAN BERTANYA SAMA ENTE…APAKAH ENTE RIDHO BILA IBU ENTE ANE MUT’AH, ISTRI ENTE ANE MUT’AH, KAKAK PEREMPUAN ENTE ANE MUT’AH, ADIK PEREMPUAN ENTE ANE MUT’AH ATAU BAHKAN ANAK-ANAK PEREMPUAN ENTE ANE MUT’AH…AYO JAWAB BILA ENTE MASIH BERKEYAKINAN AJARAN ITU MASIH BERLAKU SAMPAI SEKARANG…ANE BERDO’A MUDAH-MUDAHAN ITU TERJADI PADA KELUARGA ENTE…AMIN…

    PERNAH ANE TANYA SAMA USTADZ ENTE TENTANG KABAR YANG KATANYA KAUM SYI’AH MEMPECAYAI ADANYA PERUBAHAN AL-QUR’AN DIA JAWAB,

    “ MEMANG ITU KEYAKINAN KAMI YAITU PERUBAHAN SUSUNAN SURAT-SURATNYA YANG TIDAK SAMA WAKTU DITURUNKAN PERTAMA KALI, KAUM SUNNI JUGA PERCAYA AKAN PERUBAHAN ITU ( NASAKH TILAWAH YANG SETELAH ANE TAHU TERNYATA BUKAN ITU MAKSUDNYA DAN HAL INI SELALU MENJADI PEGANGAN KAUM SYIAH BILA ADA YANG MENANYAKAN TENTANG PERUBAHAN AL-QUR’AN ) , SEPERTI CONTOH SURAT AL-ALAQ APAKAH DI SIMPAN DI HALAMAN PERTAMA AL-QUR’AN, TIDAK KAN, ITULAH KEYAKINAN KAMI ATAS PERUBAHAN AL-QUR’AN “

    TAPI WAKTU ANE BACA DI INTERNET ULAMA-ULAMA BESAR ENTE MENULISKAN BAHWA HADIST-HADIST YANG MENGATAKAN PERUBAHAN AL-QUR’AN YANG DIKURANGI DAN DITAMBAH-TAMBAH MEMPUNYAI DERAJAT MUTAWATIR, ANE TANYA UNTUK ORANG YANG MAU BERPIKIR.

    ” SAMA TIDAK ARTINYA PERUBAHAN SUSUNAN SEWAKTU TURUN DENGAN PERUBAHAN YANG DIKURANGI DAN DI TAMBAH “ ?

    HERAN ANE DENGAN KAUM ENTE YANG MUDAH MEMUTAR BALIKAN FAKTA HADIST APAKAH ENTE MERASA LEBIH PINTAR SEHINGGA BERANI BERBUAT SEPERTI ITU PADAHAL YANG MENCERITAKAN HADIST-HADIST ITU ULAMA-ULAMA BESAR ENTE YANG DARI HIDUP SAMPAI MATI ADALAH SYI’AH SEDANG ENTE DAN USTADZ-USTADZ ENTE BARU KEMARIN SORE IKUT AJARAN SYI’AH TAPI BERANI MELAWAN ULAMA-ULAMA BESAR ENTE, JADI ANE TANYA LAGI, ULAMA SYIAH YANG MANA YANG ENTE IKUTI, AJARAN SYI’AH YANG MANA ENTE JALANKAN KARENA YANG ANE TAHU BAPAK MOYANGNYA AJARAN SYI’AH SEPERTI ITU AQIDAHNYA,
    DEMI ALLAH ANE NANYA SAMA ENTE PERCAYA TIDAK SAMA KATA-KATA ALLAH YANG AKAN MENJAGA AL-QUR’AN ? KALAU ULAMA-ULAMA BESAR ENTE SUDAH TIDAK PERCAYA LAGI KEASLIAN AL-QUR’AN KITAB APA YANG ENTE PERCAYAI SEKARANG ATAU ENTE BIKIN AJARAN SYI’AH BARU VERSI INDONESIA..??

    DAN YANG GA LEBIH PENTING TERJEMAHKAN KITAB ENTE YANG NAMANYA AL-KAFI, KAN ITU KITAB SUDAH DIPERLIHATKAN SAMA IMAM MAHDI DAN DIA SETUJU YANG ARTINYA BERARTI SHOHIH SEMUA HADIST-HADISTNYA SEPERTI KITAB BUCHORI-MUSLIM NYA ORANG SUNNI…BUKTIKAN KALAU ITU KITAB HADIST-HADISTNYA AHLU BAIT JANGAN CUMAN DENGER DARI USTADZ-USTADZ TAPI ISI BUKU YANG SEBENARNYA ENTE TIDAK PERNAH TAHU ATAU JANGAN-JANGAN USTAD-USTADNYA JUGA TIDAK PERNAH TAHU…

    APA SEPERTI INI CARA ENTE MENCARI KEBENARAN CARI DALIL-DALIL DI KITAB ORANG SUNNI YANG ENTE RASA COCOK DENGAN PEMAHAMAN ENTE DIAMBIL TRUS DIJADIKAN SANDARAN TAPI DIKALA DALIL YANG LAIN MEMATAHKAN DALIL YANG ENTE AMBIL DENGAN RASA KEYAKINAN PENUH PERCAYA DIRI ENTE JAWAB HARUS DITELITI LAGI KEABSAHAN DALILNYA DAN MEMANG AKAN BERTOLAK BELAKANG DENGAN PEMAHAMAN ENTE KARENA ENTE PAKSAKAN PEMAHANNYA SEBAGAI CONTOH BIAR ENTE PADA NGERTI

    ENTE MENGANGGAP PARA SAHABAT TIDAK MENTAATI HADIST GHADIR KHUM TRUS SAHABAT MENCEGAH NABI MEMBUAT WASIAT YANG DALAM ANGAN-ANGAN ENTE BAHWA NABI AKAN MEMBERITAHUKAN BAHWA ALI LAH YANG AKAN MENJADI PENERUS NABI, ENTE COCOKAN DENGAN ANGAN-ANGAN ENTE, ENTE CARI DI KITAB ORANG SUNNI “ LIHAT ALI MEMBAIAT ABU BAKAR BEBERAPA BULAN KEMUDIAN INI ARTINYA APA BAHWA MEMANG ALI TIDAK RELA DENGAN KEKHALIFAHAN ABU BAKAR “ INI YANG SELALU DAN SELALU ENTE HEMBUSKAN DI MAJELIS ENTE TAPI….INI KAN ANGAN-ANGAN DAN PEMAHAMAN ENTE…ANGAN-ANGAN INGIN ALI MENJADI KHALIFAH PERTAMA NAMUN TAKDIR MENENTUKAN SAHABAT, MERTUA, BAPAK MOYANGNYA ORANG-ORANG YANG ENTE ANGGAP SUCI, YANG ALI NIKAHI ISTRINYA SETELAH BELIAU WAFAT YANG ALI ABADIKAN NAMANYA DIKETURUNAN ALI, TERMASUK UMAT TERBAIK PADA MASA ITU ABU BAKAR RA.

    TAPI BILA ADA DALIL, ALI MENGATAKAN KEUTAMAAN SAHABAT DENGAN ENTENG KAN KALIAN JAWAB HARUS DITELITI DULU KEABSAHANNYA ATAU ITU KAN RIWAYAT DARI MUAWIYAH KARENA KALAU ENTE PERCAYA DENGAN DALIL ALI MENGATAKAN KEUTAMAAN SAHABAT BUBAR SUDAH KEYAKIAN ENTE ATAU ANGAN-ANGAN ENTE AGAR ALI JADI PENERUS PERTAMA NABI MAKA DALILNYA AKAN SALING BERTENTANGAN DAN YANG BIKIN ANE MIRIS ADA GOLONGAN ENTE MENGELUARKAN DALIL DARI SITI AISYAH YANG JUGA ENTE BENCI KARENA BERANI MELAWAN ALI. ORANGNYA ENTE HUJAT TAPI DALILNYA ENTE PAKE SAMPAI ENTE FITNAH SITI AISYAH MAU TAHU CERITANTA, ANE TANYA KENAPA KAUM ENTE MENG-BID’AH KAN SHOLAT DUHA, USTADZ ENTE JAWAB KARENA PADA WAKTU ALI TERBUNUH SITI AISYAH SUJUD SYUKUR NAH SUJUD SYUKUR INILAH YANG DIJADIKAN SHOLAT DHUHA OLEH KAUM SUNNI SEKARANG, INI YANG DICERITAKAN USTADZ ENTE KE ANE. SUNGGUH KEJI ENTE MENELAN BULAT-BULAT KEPERCAYAAN INI DAN CERITA INI DI HEMBUSKAN WAKTU ANE MASIH BERADA DI JEMAAT ENTE, SEPERTI INIKAH YANG DINAMAKAN GOLONGAN “ PENCARI KEBENARAN “ DENGAN EMBEL-EMBEL PECINTA KELUARGA NABI MENGHALALKAN SEGALA CARA DAN UPAYA UNTUK MEMAKSAKAN PEMAHAMAN ENTE TERHADAP ORANG-ORANG YANG TIDAK TAHU INTI AJARAN GOLONGAN ENTE…TERLALU….

    KALAU ADA SESEORANG BIKIN BUKU YANG MEMBONGKAR AJARAN ENTE ANE KASIH CONTOH WAKTU ANE TANYAKAN KEBENARAN BUKU YANG BERJUDUL “ MENGAPA SAYA KELUAR DARI MAZHAB SYIAH “ DAN BUKU “ 12 IMAM “ DALAM BUKU YANG PERTAMA DIA DAHULU TERMASUK ULAMA BESAR SYIAH KARENA ALLAH MEMBERI HIDAYAH AHIRNYA DIA KELUAR DARI AJARAN SYI’AH YANG KEDUA TENTANG IMAM 12 KALIAN , DISANA ADA HADIST YANG MENGATAKAN KEKUASAAN ALI LEBIH BESAR DARI NABI MUHAMMAD DENGAN ENTENG USTADZ ENTE JAWAB ITU BIKINAN ORANG SUNNI YANG BENCI SAMA AJARAN KITA…ANE TANYA SAMA ENTE, APA UNTUNGNYA ORANG SUNNI BIKIN BUKU-BUKU SEPERTI INI ? PENDAPAT ANE AKAN LEBIH MENGUNTUNGKAN JIKA ORANG SUNNI MENTERJEMAHKAN BUKU KITAB AL-KAFI DALAM BAHASA INDONESIA BIAR ORANG AWAM TAHU AJARAN DAN AQIDAH ENTE ITU SEPERTI APA TAPI APAKAH ADA ORANG SUNNI DI INDONESIA YANG MELAKUKAN HAL SEPERT ITU ? ITU ADALAH TANGGUNG JAWAB ENTE KALAU ENTE SANGAT YAKIN AKAN KEBENARAN AQIDAH DAN AJARAN ENTE. TERJEMAHKAN DAN SEBARKAN KE SELURUH INDONESIA,
    KARENA PERNAH ANE COBA UNTUK MENCARI TERJEMAHAN AL-KAFI DI TEMPAT LAIN YANG MASIH SEGOLONGAN ENTE JAWABNYA

    “ TIDAK ADA, KARENA UNTUK MENERJEMAHKAN AL-KAFI BUTUH BIAYA BANYAK SEDANG KAN KAMI BISNIS BILA TIDAK ADA YANG BELI KAMI RUGI “

    KALAU ANE NANYA KE TOKO BUKU ATAU KEPERCETAKAN YANG BIASA MENERJEMAHKAN BUKU ANE FAHAM TAPI INI ANE MENANYAKAN KE GOLONGAN ENTE YANG HARUSNYA PUNYA TANGGUNG JAWAB BESAR UNTUK MEMBERITAHUKAN AKAN KEBENARAN AJARAN ENTE, KALAU MERASA MEMANG AJARAN ENTE BENAR MASA MASALAH AKHIRAT DIKAITKAN DENGAN BISNIS, YANG TERJADI SEPERTI INI HAMPIR SEMUA GOLONGAN ENTE HANYA TAHU SUMBER AQIDAHNYA ITU DARI DONGENG-DONGENG USTADZ-USTADZ ENTE TANPA PERNAH TAHU ADA APA DI BALIK SEMUA AQIDAH ITU.

    ANE YAKIN BANYAK DARI GOLONGAN ENTE YANG KAYA-KAYA ATAU DARI HABIB-HABIB YANG MENERIMA KHUMUS DARI JEMAATNYA TRUS YANG PINTAR-PINTAR BAHASA ARAB SANA PASTI BANYAK DAN BANYAK USTADZ-USTADZ ENTE YANG SUDAH DIKIRIM KE IRAN TAPI KENAPA SAMPAI SEKARANG KAGAK ADA TUH YANG NAMANYA KITAB AL-KAFI TERJEMAHAN INDONESIA KENAPA YAH…JANGAN-JANGAN… JANGAN-JANGAN…DARI KELAS 4 SD NIH ANE TUNGGU-TUNGGU…

    ANE MAU SEDIKIT CERITA WAKTU ANE MASUK JEMAAT SYI’AH MAU PERCAYA MAU TIDAK ITU TERSERAH ENTE..EMANG ANE PIKIRIN…

    “…JADI IMAM MAHDI ITU SETIAP MALAM LAILATUR QODAR MENERIMA SEMUA TAKDIR YANG DITURUNKAN ALLAH UNTUK SELURUH MANUSIA DARI LAHIR, HIDUP SAMPE MATI KARENA NANTI IMAM MAHDI LAH YANG AKAN MEMBAGIKAN SEMUA ITU KE SELURUH MANUSIA KALAU ALLAH MEMBERIKAN LANGSUNG SAMA MANUSIA SEWAKTU DIA LAHIR, DUNIA INI TAK AKAN SANGGUP MENERIMANYA YANG BERAKIBAT KEHANCURAN…” PERCAYA, KAGA PERCAYA…TERSERAH…

    SATU LAGI KEYAKINAN YANG TIDAK DI BUKA KE KHALAYAK RAME..
    “…SAAT ITU IMAM ALI DATANG KESATU DAERAH PINGGIR LAUT UNTUK MENYEBARKAN AGAMA ISLAM SEWAKTU TIBA DI PINGGIR LAUT IMAM ALI BERBICARA DALAM BAHASA BINATANG MENGUCAPKAN SALAM…SEMUA IKAN DAN BINATANG DI LAUT MEMBALAS UCAPAN SALAM IMAM ALI…KECUALI ADA YANG TIDAK MEMBALAS SALAM IMAM ALI YAITU BINATANG ATAU IKAN YANG TIDAK BERSISIK, SEHINGGA IMAM ALI MENGATAKAN “ AKU HARAMKAN UNTUK KALIAN MAKAN BINATANG YANG TIDAK BERSISIK “

    KITA TAHU KAN BINATANG YANG TIDAK BERSISIK..KAYA CUMI-CUMI, SOTONG, LELE DAN BANYAK LAGI, MAKANYA KITA GA AKAN LIHAT KAUM SYI’AH MAKAN PECEL LELE SAMA CUMI BAKAR…HARAM MAN…

    TAPI WAKTU ITU ANE NANYA KENAPA CUMI-CUMI DAN LELE DI HARAMKAN SANG USTADZ JAWAB “ KARENA MEREKA TIDAK MEMBALAS SALAM YANG KEDUA IMAM ALI LEBIH TAHU, BAHWA DIDALAM CUMI-CUMI ITU MENGANDUNG RACUN YAITU TINTANYA DAN UNTUK LELE JUGA BEGITU KARENA LELE BISA HIDUP DI TEMPAT-TEMPAT KOTOR YANG NANTI DAGINGNYA BISA MENJADI RACUN, ITU BERBAHAYA “

    ANE SANGGAH “ LEBIH BERBAHAYA MANA SAMA ROKOK..? KARENA ROKOK SETIAP HARI KITA HISAP SEDANG CUMI SAMA LELE JARANG KITA MAKAN KENAPA ROKOK TIDAK DIHARAMKAN SAMA IMAM ALI ?
    SANG USTADZ…DIAM SERIBU BAHASA….KARENA DIA TAHU HAMPIR SEMUA JEMAAT YANG LAKI-LAKI MEROKOK BAHKAN SANG HABIB PUN MEROKOK ATAU ADA DIANTARA ENTE YANG MAU BANTU SANG USTAD.

    YANG TIDAK KURANG LEBIH SERU TENTANG PEMAHAMAN BAHWA NABI MUHAMMAD TIDAK BUTA HURUF, CERMATI, INI SEPERTI PEMAHAMAN ORANG KAFIR YANG MENUDUH NABI MUHAMMAD SAW SENDIRI YANG MEMBUAT AL-QUR’AN TRUS PAMANYA ABU THOLIB ITU ADALAH SEORANG MUSLIM TIDAK MUNGKIN ABU THOLIB SEORANG KAFIR ALASANNYA ABU THOLIB HIDUP DENGAN ORANG PEMBAWA AGAMA ISLAM YAITU KEPONAKANNYA SENDIRI…

    DAN KATANYA DI MAJELIS YANG ANE IKUTI ITU PUNYA GAMBAR NABI MUHAMMAD SAW SEWAKTU BELIAU MASIH KECIL, WAKTU ANE TANYA, DARIMANA USTAD DAPAT GAMBAR NABI, DARI KELUARGA NABI KATANYA. CUMAN SAYANG ANE GAK BISA LIHAT GAMBAR ITU KARENA DI SIMPAN DIRUANGAN HABIB DAN HANYA UNTUK JEMAAT YANG SUDAH BENAR-BENAR MENJADI SYIAH ATAU USTADZ BISA MELIHAT GAMBAR ITU.

    PEMAHAMAN YANG TIDAK KONSISTEN TERHADAP AL-QUR’AN
    KAUM ENTE LAIN CARA WUDLU NYA ALASANNYA LIHAT DI AL-QUR’AN CARA-CARA WUDLU.
    BUKA PUASA ENTE LAIN WAKTUNYA ALASANNYA LIHAT DI AL-QURAN KAPAN KITA HARUS BUKA PUASA
    SHOLAT JUM’AT TIDAK WAJIB DILAKSANAKAN ALASANNYA
    1. IMAM MAHDI BELUM TURUN
    2. JANGAN MENJADI MAKMUN DI ORANG-ORANG YANG BELUM TAHU BENAR AKAN KETAQWAANYA.
    3. JARAK ANTARA SATU MESJID DENGAN MESJID LAINNYA TIDAK BOLEH KURANG DARI 300-400 METER.

    PERINTAH SHOLAT JUM’AT DI DALAM AL-QUR’AN SUDAH JELAS SEKALI , TANPA HARUS BERPIKIR LAMA-LAMA.
    ENTE LIHAT ALASAN PERTAMA DAN KEDUA YANG TIDAK MASUK AKAL, UNTUK YANG KETIGA MASUK AKAL TAPI ITU JUGA UNTUK ORANG YANG HIDUPNYA DIMANA AGAMA ISLAM MENJADI MINORITAS TAPI KALAU DI INDONESIA ? APA MESTI KE PULAU BALI UNTUK SHOLAT JUM’AT ?

    JADI ALASAN-ALASAN ITU SEBENARNYA SUPAYA JANGAN SHOLAT JUM’AT. NAUDZUBILLAH

    ANE SARANKAN KALAU ENTE MENDENGAR SUATU PEMAHAMAN YANG BARU, CARI TAHU JUGA APA YANG TERSIRAT DALAM PEMAHAMAN TERSEBUT JANGAN ENTE TELAN BULAT-BULAT ITU PEMAHAMAN, HANYA KARENA ENTE SUDAH MERASA YAKIN BAHWA AJARAN YANG ENTE IKUTI SUDAH BENAR TAPI SEBENARNYA MENINGGALKAN AQIDAH YANG NYATA…
    MAU IKUT SARAN…BAGUS..TIDAK IKUT SARAN TERSERAH…

    ALHAMDULILLAH GARA-GARA INILAH ANE DIBERI HIDAYAH UNTUK BERPIKIR LEBIH KRITIS TERHADAP AJARAN YANG AKAN ANE IKUTI WALAUPUN MEREK AJARANNYA DI EMBEL-EMBELI DENGAN KATA CINTA PADAHAL INTI AJARAN SEBENARNYA JAUH PANGGANG DARIPADA API.

    ANE MAU NGOMONG SAMA ORANG SUNNI…NGAPAIN ENTE BANTAH OMONGAN-OMONGAN ORANG SYI’AH…CAPE KAGAK KEPAKE, ENTE BUANG-BUANG ENERGI TIDAK ADA GUNA , LEBIH BAIK KITA BELAJAR LEBIH BANYAK LAGI TENTANG AGAMA KITA KARENA ADA BANYAK SITUS-SITUS YANG MENGHINA AGAMA DAN NABI AGUNG KITA KARENA BELUM ANE TEMUKAN ORANG YANG KATANYA CINTA KELUARGA ROSSUL IKUT NGEBANTAH PADAHAL YANG DIHINA BAPAK MOYANGNYA IMAM-IMAM YANG SUCI, TAPI KALAU SUDAH ADA ANE UCAPKAN BERIBU RIBU TERIMAKASIH KARENA MASIH ADA HARAPAN ENTE UNTUK BERPIKIR LEBIH KRITIS TENTANG SATU AJARAN YANG ENTE IKUTI.

    KALAU ORANG SYIAH MAU NGEBAHAS MASALAH YANG SUDAH ANE TULIS DIATAS KHUSUSNYA TENTANG AQIDAH MEREKA, MARI KITA DISKUSI TAPI ANE TIDAK YAKIN MEREKA MAU DAN BERKATA JUJUR…PAN ENTE TAHU ADA AQIDAH TAQIYAH DI IMAN MEREKA, MAKANYA ANE CEPAT-CEPAT KABUR DARI KAUM MEREKA KARENA PRINSIP ANE

    KALAU MAU MENCARI “ KEBENARAN “ KEBOHONGAN JANGAN DIHALALKAN SEBAB NANTINYA YANG TIMBUL ADALAH “ PEMBENARAN “

    MEMANG BENAR YANG ALLAH SWT BILANG DI DALAM AL-QUR’AN KITA YANG MASIH SUCI, TIDAK ADA PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN DAN AKAN ALLAH JAGA SAMPAI HARI AKHIR.

    SURAT AL-HAJJ AYAT 46
    ” KARENA SESUNGGUHNYA BUKANLAH MATA ITU YANG BUTA,TETAPI YANG BUTA IALAH HATI YANG DI DALAM DADA “ ( KAYA TETANGGA ANE )

    SURAT AL-FATH AYAT 11:
    “…MEREKA MENGUCAPKAN DENGAN LIDAHNYA APA YANG TIDAK ADA DALAM HATINYA…””
    ( KAYA ORANG-ORANG BADUI ARAB)

    TERAKHIR KATA …YA ALLAH SAMPAIKAN SHOLAWAT DAN SALAM KAMI KEPADA HAMBA-MU YANG MULIA NABI MUHAMMAD SAW, KEPADA SEMUA KELURGA DAN KETURUNAN BELIAU DAN JUGA KEPADA SAHABAT-SAHABAT BELIAU TERUTAMA UNTUK SAHABAT ABU BAKAR RA, UMAR RA, USTMAN RA DAN ALI RA YANG TELAH MENGORBANKAN JIWA DAN RAGA MEREKA UNTUK MEMBELA AGAMA YANG ENGKAU RIDHOI PADAHAL KAMI SAAT ITU MASIH BERADA DALAM GENGGAMAN-MU SEDANG MEREKA SUDAH BANYAK BERBUAT UNTUK AGAMA-MU…AMIN…

  82. @abu bakar
    ngomong apa nih org kgk mutu dan kgk nyambung sama topik diatasnya….nulisnya huruf besar semua lagih, kgk ngerti tata krama diskusi yah

  83. @Abu Bakar; ^_^ Jazakalloh sharing nya akhi, sedikit banyak jadi mengerti ajaran syi’ah yg di sembunyikan. Bahasa kerennya “KEBOHONGAN PUBLIK”.
    @Bob; nyambung aja Mr. Bob. ente aja yg SENSI.

  84. Wah jadi bingung nih…Bukhari hafal 300.000 hadis,dan yg sempat tertulis 7000 hadis aja, wah…gawat. padahal bila kurang satu hadis aja dalam islam maka ajaran Islam yg diterima Umat hari dipertanyakan kesempurnaannya. Dan total hadis yg ada pada umat hari ini tidak sampai 300.000. belum lagi yg tidak diketahui oleh Bukhari dll Imam hadis. Mohon penjelasan dari semua mazhab, apa solusinya ?

  85. […] SUMBER: Blog Analisis Pencari Kebenaran […]

  86. […] riwayat Athiyyah, tidak menjadikan hadis itu dhaif karena hadis ini hanyalah hadis pendukung dari hadis-hadis Tsaqalain lain yang derajatnya shahih. Seharusnya untuk menyatakan bahwa hadis Tsaqalain itu tidak shahih, Ibnul Jauzi harus mengumpulkan […]

  87. Salam, Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ali Muhammad…
    Saya adalah mantan suni sejati. Selama bertahun-tahun saya mengikuti apa yang diajarkan oleh guru-guru saya tentang ahlu sunnah, meskipun saya sendiri tidak tahu, aliran ahlusunnah itu ciptaan siapa. Tapi saat ini saya menjadi syiah sejati yang tentunya dengan penelaahan yang panjang dan kajian yang obyektif. Saya mnegharapkan kepada saudara-saudara sunni agar berbicara tidak dengan hawa nafsu, karena nantinya anda akan menyesal menghina dan menghujat keluarga Rasulullah. Salam. Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ali Muhammad…

  88. […] Syiah menerima hadis dari Ahlul Bait as(hal ini ada dasarnya bahkan dalam kitab hadis Sunni lihat hadis Tsaqalain) sedangkan Sunni sebagian besar hadisnya dari Sahabat Nabi ra. sesuai pengakuan sebagian besar […]

  89. Ada beberapa Hadith lain yang memperkuat Hadith Ath-thaqolain (AlQuran dan Ahlul Bait Ku) yang juga dipergunakan oleh Kaum Syiha untuk menjelaskan pendapat Kaum Syiah dar SHOHIH BUKHARI dan SHOHIH MUSLIM

    SHOHIH MUSLIM, Kitab Al Fadail Sahabat (keutamaan para sahabat) tentang Ali ibn Abu Tholib

    SHOHIH BUKHARI, kitab 59 no 553.
    Rasulullah berkata: “Ali dari saya dan saya dari Ali (Ali mini wa ana min Ali).

    Abu Hurairoh melaporkan bahwa Rasulullah berkata: “Kedudukan Ali dengan saya sama dengan kedudukan Harun dengan Musa; kecuali tidak ada nabi/rasul setelah saya!”

    Harun adalah pembantu utama Musa; begitu juga Ali ibn Tholib adalah pembantu utama Rasulullah.

    Ketika Musa pergi (wafat) maka Harun menggantikan Musa; begitu juga ketika Muhammad pergi (wafat) maka Ali ibn Abu Tholib yang wajib menggantikan Nabi Muhammad;

    Ali ibn Abu Tholib dan keturunannya adalah orang2 yang paling mengerti AlQuran; sehingga Ali ibn Abu Tholib keturunannya adalah orang2 yang paling mengerti AlQuran dan Sunnah; bukan para sahabat

    Kaum Sunni rajin menuduh Kaum Syiah sebagai orang2 Yahudi yang dipimpin oleh Abdullah ibn Saba; fakta (kenyataan) Kaum Syiah adalah pengikut Nabi Muhammad yang nyata atau SYIAH MUHAMMAD;

    dan Kaum Sunni adalah penghianat Nabi Muhammad yang nyata; karena semua hadith tentang Ali ibn Abu Tholib sebagai AHLUL BAIT ditolak keras oleh Kaum Sunni;

    sesungguhnya Kaum Sunni adalah INGKAR SUNNAH; karena Hadith tentang Ali ibn Abu Tholib yang dikatakan oleh Nabi Muhammad ditolak keras oleh Kaum Sunnah.

  90. Tingkatan pembohong:
    1. bohong yg prtama
    2. bohong dan bohong
    3. bohong, bohong, dan bohong
    4. bohong, bohong, bohong, dan ia tdk tau klo dirinya brbohong
    5. bohong, bohong, bohong, tak tau klo brbohong, dan menuliskan kebohongannya (di buku, kitab, blog, dsb)…

    Sdh tdk mengherankan lagi klo pengikutnya musailamah al kadzab (musailamah pembohong) adalah pembohong semua, tetapi mreka tdk tau klo mreka telah menyebarkan kebohongannya kepada bnyak orang….

    Wahai saudaraku, semoga Allah memberikan hidayah dan membebaskan kamu semua dari kebohongan yang membelenggu dirimu…. kamu semua hanyalah korban kebohongan orang yahudi musailamah al kadzab, shg kamu trmasuk ke dalam pmbohong tingkat ke lima, kebohongan yg paling buruk, bertaubatlah dan semoga Allah mengampunimu

  91. @Arjuna
    semoga Allah mengampunimu juga, karena kamu sudah menjadi pembohong tingkat 6,
    6, bohong, bohong, bohong, tak tau klo brbohong, dan menuduh orang berbohong karena tidak dapat membuktikan kebohongan orang yang dituduh sebagai pembohong.

  92. @penulis dan semua pembaca:

    Saya mau tanya: “berpegang teguh kepada Ahlu Bait itu caranya/ teknisnya seperti apa? Karena di artikel tsb tidak dijelaskan, mohon penjelasannya!”

  93. […] riwayat Athiyyah, tidak menjadikan hadis itu dhaif karena hadis ini hanyalah hadis pendukung dari hadis-hadis Tsaqalain lain yang derajatnya shahih. Seharusnya untuk menyatakan bahwa hadis Tsaqalain itu tidak shahih, Ibnul Jauzi harus mengumpulkan […]

  94. @arjuna menggigau.. seperti kata umar pada Rasulullah… capek dech.. arjuna arjuna…….

  95. […] Tulisan berasal dari karya ust secondprince dengan judul HADITS TSAQALAIN […]

  96. […] Kesimpulannya hadis riwayat Athiyyah tidak dapat dijadikan hujjah tetapi dapat dijadikan I’tibar atau hadis pendukung. Dan memang demikianlah kedudukannya terhadap Hadis Tsaqalain, hadis riwayat Athiyyah ini hanyalah sebagai pendukung hadis lain yang riwayatnya shahih, bahkan dari hadis-hadis lain riwayat Athiyyah dapat terangkat kedudukannya dan dapat dinyatakan bahwa riwayat Athiyyah dari Abu Said ini benar-benar berasal dari Abu Said Al Khudri ra bukan dari Al Kalbi.Berdasarkan semua keterangan diatas maka pernyataan Ibnul Jauzi bahwa hadis Tsaqalain itu tidak shahih adalah terlalu terburu-buru, karena dengan hanya mengkritik riwayat Athiyyah, tidak menjadikan hadis itu dhaif karena hadis ini hanyalah hadis pendukung dari hadis-hadis Tsaqalain lain yang derajatnya shahih.  […]

  97. […] Bait as(hal ini ada dasarnya bahkan dalam kitab hadis Sunni lihat dan baca hadis Tsaqalain: https://secondprince.wordpress.com/2007/07/21/hadis-tsaqalain/&nbsp😉 sedangkan Sunni sebagian besar hadisnya dari Sahabat Nabi […]

Tinggalkan komentar