Jawaban Untuk Saudara Ja’far Tentang Ahlul Bait (Ahlul Bait Dalam Hadis Tsaqalain)

Tulisan saya kali ini adalah tanggapan khusus terhadap tulisan saudara Ja’far yang berjudul Siapakah Ahlul Bait Nabi SAW?(kritik terhadap Syiah) yang saya bagi menjadi 4 tulisan. Kesimpulan dari Tulisan Beliau itu adalah Ahlul Bait Nabi SAW tidak terbatas pada keturunan Sayyidah Fatimah Az Zahra as saja. Tanggapan saya adalah apa yang dinyatakan Beliau itu adalah keliru. Berikut adalah pembahasan saya

Kemuliaan Ahlul Bait as adalah hal yang memiliki landasan kukuh dalam Al Quran dan Al Hadis. Al Quranul Karim telah memuliakan Ahlul Bait as secara khusus dalam surah Al Ahzab ayat 33. Sedangkan Hadis Tsaqalain adalah hadis utama yang menunjukkan keutamaan Ahlul Bait as yang menjadi pegangan dan pedoman bagi Umat Islam selain Al Quran. Jadi penting sekali untuk mengetahui siapakah Ahlul Bait as yang dimaksud.

Ahlul Bait dalam Hadis Tsaqalain
Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Wahai manusia sesungguhnya Aku meninggalkan untuk kalian apa yang jika kalian berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat ,Kitab Allah dan Itrati Ahlul BaitKu”.(Hadis riwayat Tirmidzi, Ahmad, Thabrani, Thahawi dan dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albany dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Shahihah no 1761).
Kebanyakan hadis Tsaqalain tidak menjelaskan dengan rinci siapakah Ahlul Bait as yang dimaksud, tetapi ada beberapa riwayat yang mengandung penjelasan tentang siapa Ahlul Bait as dalam hadis Tsaqalain. Mari kita lihat

Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahih Muslim juz II hal 279 bab Fadhail Ali
Muslim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Shuja’ bin Makhlad dari Ulayyah yang berkata Zuhair berkata telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim dari Abu Hayyan dari Yazid bin Hayyan yang berkata” Aku, Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim pergi menemui Zaid bin Arqam. Setelah kami duduk bersamanya berkata Husain kepada Zaid ”Wahai Zaid sungguh engkau telah mendapat banyak kebaikan. Engkau telah melihat Rasulullah SAW, mendengarkan hadisnya, berperang bersamanya dan shalat di belakangnya. Sungguh engkau mendapat banyak kebaikan wahai Zaid. Coba ceritakan kepadaku apa yang kamu dengar dari Rasulullah SAW.

Berkata Zaid “Hai anak saudaraku, aku sudah tua, ajalku hampir tiba, dan aku sudah lupa akan sebagian yang aku dapat dari Rasulullah SAW. Apa yang kuceritakan kepadamu terimalah,dan apa yang tidak kusampaikan janganlah kamu memaksaku untuk memberikannya. Lalu Zaid berkata” pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di hadapan kami di sebuah tempat yang bernama Ghadir Khum seraya berpidato,maka Beliau SAW memanjatkan puja dan puji atas Allah SWT, menyampaikan nasehat dan peringatan.

Kemudian Beliau SAW bersabda “Ketahuilah wahai manusia sesungguhnya aku hanya seorang manusia. Aku merasa bahwa utusan Tuhanku (malaikat maut) akan segera datang dan Aku akan memenuhi panggilan itu. Dan Aku tinggalkan padamu dua pusaka (Ats-Tsaqalain). Yang pertama Kitabullah (Al-Quran) di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya,maka berpegang teguhlah dengan Kitabullah”. Kemudian Beliau melanjutkan, “ dan Ahlul BaitKu, kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu, kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu, kuperingatkan kalian akan Ahlul BaitKu.” Lalu Husain bertanya kepada Zaid” Hai Zaid siapa gerangan Ahlul Bait itu? Tidakkah istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait? Jawabnya “Istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait. Tetapi yang dimaksud Ahlul Bait adalah orang yang tidak diperkenankan menerima sedekah setelah wafat Nabi SAW”, Husain bertanya “Siapa mereka?”.Jawab Zaid ”Mereka adalah Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Ibnu Abbes”. Apakah mereka semua diharamkan menerima sedekah (zakat)?” tanya Husain; “Ya”, jawabnya.

Dalam Shahih Muslim di bab yang sama Fadhail Ali ,Muslim juga meriwayatkan hadis Tsaqalain yang lain dari Zaid bin Arqam dengan tambahan percakapan yang menyatakan bahwa Istri-istri Nabi tidak termasuk Ahlul Bait, berikut kutipannya
“Kami berkata “Siapa Ahlul Bait? Apakah istri-istri Nabi? .Kemudian Zaid menjawab” Tidak, Demi Allah ,seorang wanita(istri) hidup dengan suaminya dalam masa tertentu jika suaminya menceraikannya dia akan kembali ke orang tua dan kaumnya. Ahlul Bait Nabi adalah keturunannya yang diharamkan untuk menerima sedekah”.

Dari kedua hadis ini kita dapati pernyataan Zaid bin Arqam ra tentang siapa Ahlul Bait yang dibicarakan oleh Nabi dalam khotbah Beliau SAW.

• Hadis pertama Zaid berkata “Istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait. Tetapi yang dimaksud Ahlul Bait adalah orang yang tidak diperkenankan menerima sedekah setelah wafat Nabi SAW”.
• Hadis kedua Zaid berkata ”Tidak, Demi Allah ,seorang wanita(istri) hidup dengan suaminya dalam masa tertentu jika suaminya menceraikannya dia akan kembali ke orang tua dan kaumnya. Ahlul Bait Nabi adalah keturunannya yang diharamkan untuk menerima sedekah”.

Kedua hadis ini tampak kontradiktif tetapi sebenarnya bisa dipahami dengan menggabungkan kedua riwayat hadis tersebut. Dengan menggabungkan kedua hadis ini maka akan kita dapati bahwa maksud sebenarnya Zaid ra adalah Istri-istri Nabi termasuk dalam keumuman lafal Ahlul Bait tetapi Ahlul Bait yang dibicarakan oleh Rasulullah SAW di Ghadir Kum ini adalah Keturunan Beliau SAW yang diharamkan menerima sedekah jadi bukan istri-istri Nabi SAW. Oleh karena itu penggunaan kata tetapi atau namun dalam hadis pertama itu menjadi tepat, seolah-olah yang ingin dikatakan Zaid ra itu adalah ”Istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait. Tetapi yang dimaksud Ahlul Bait(disini) adalah orang yang tidak diperkenankan menerima sedekah setelah wafat Nabi SAW” . Menurut Zaid mereka yang diharamkan menerima sedekah ini adalah Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Ibnu Abbas.

Penulis, saudara Ja’far hanya mengutip hadis pertama di atas tetapi tidak memperhatikan hadis kedua, dan langsung menarik kesimpulan bahwa istri-istri Nabi SAW adalah Ahlul Bait yang dimaksud. Kemudian dia membawakan hadis

Dari Anas r.a, ia berkata : “Nabi SAW melangsungkan pernikahan dengan Zainab binti Jahsy dengan hidangan roti dan daging maka saya mengirim makanan. Lalu Nabi SAW keluar dan menuju kamar Aisyah seraya berkata, ‘Assalamu’alaikum ahlul bait wa rahmatullah (salam sejahtera atas kamu, wahai ahlul bait dan semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepadamu)’ Maka Aisyah menjawab, ‘Wa alaika salam wa rahmatullah (dan semoga kesejahteraan dan rahmat Allah atasmu). ‘Lalu Nabi SAW mengitari kamar semua istrinya dan berkata kepada mereka seperti yang dikatakan kepada Aisyah, dan merekapun menjawab seperti jawaban Aisyah” (H.R.Shahih Bukhari)

Mengomentari hadis ini Beliau saudara Ja’far berkata

”Hadis ini sangat jelas mengatakan bahwa istri-istri Nabi SAW juga termasuk ahlul bait”.

Maka jawab saya adalah hadis ini memang menunjukkan bahwa istri-istri Nabi SAW adalah termasuk dalam keumuman lafal Ahlul Bait. Tetapi tidak bisa langsung dikatakan begitu saja bahwa Istri-Istri Nabi SAW adalah Ahlul Bait yang dimaksud dalam Hadis Tsaqalain dan Al Ahzab ayat 33. Lihat saja hadis yang dibawakannya itu tidak berkaitan sedikitpun dengan khotbah Rasulullah SAW di Ghadir Kum dan peristiwa penyelimutan oleh Rasulullah SAW yang berkaitan dengan surah Al Ahzab 33.

Seandainya kita menerima pernyataan Zaid bin Arqam ra dalam hadis Tsaqalain riwayat Muslim maka akan kita dapati bahwa Istri-istri Nabi SAW bukanlah Ahlul Bait yang dibicarakan Rasulullah SAW di Ghadir Kum, dan seandainya kita berpendapat bahwa itu hanya pernyataan Zaid ra semata sehingga tidak menjadi hujjah maka tidak ada dalil bagi kita untuk menyatakan bahwa Istri-istri Nabi SAW adalah Ahlul Bait yang dibicarakan Rasulullah SAW di Ghadir Kum. Jadi dalam hal ini pendapat yang menyatakan bahwa istri-istri Nabi SAW adalah Ahlul Bait yang dimaksud dalam hadis Tsaqalain adalah kurang tepat.

Lalu Siapakah Ahlul Bait as dalam Hadis Tsaqalain? Apakah seperti yang dikatakan sahabat Nabi SAW Zaid bin Arqam ra, yaitu Keluarga Ali, Aqil, Ja’far dan Abbas. Dalam hal ini perlu diperhatikan pandangan Syiah yang menyatakan bahwa Ahlul Bait dalam hadis Tsaqalain sama dengan Ahlul bait dalam Ayat Tathir Al Ahzab ayat 33. Hal ini karena Al Ahzab 33 menetapkan kesucian Ahlul Bait dari dosa dan kesalahan yang sejalan dengan penetapan hadis Tsaqalain bahwa Ahlul Bait adalah pedoman atau pegangan Umat Islam agar tidak tersesat.
Sedangkan Ahlul Bait as dalam ayat Al Ahzab 33 berdasarkan dalil yang shahih di sisi Sunni merujuk kepada Rasulullah SAW, Sayyidah Fatimah Az Zahra as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as dan bukan merujuk kepada istri-istri Nabi SAW.(penjelasan hal ini akan saya tunjukkan pada pembahasan berikutnya)

7 Tanggapan

  1. assalamualaikum,saya tifa .saya juga sependapat kalo ahlul nabi itu hanya”sayyidah fatimah,sayyidina ali,al hasan dan al husain”kalo yang lain seperti istri2nya adalah keluarga nabi yang secara umum.saya adalah pencinta ahlul bait,saya juga melihat dari buku2 yang diterbitkan dari kalangan orang2 sunni,yang menyatakan ahlul bait adalah orang 2 seperti yang saya sebutkan tadi.hal ini juda ditegaskan oleh imam ah wahidi di dalam buku asbabun nuzul ,imam muslim dalam kitab shahihnya dan beberapa tokoh besar sunni lainnya.

  2. @ Boedy
    Waalaikum salam
    terimakasih komentarnya 😀

  3. […] Lalu Siapakah Ahlul Bait as dalam Hadis Tsaqalain? Apakah seperti yang dikatakan sahabat Nabi SAW Zaid bin Arqam ra, yaitu Keluarga Ali, Aqil, Ja’far dan Abbas. Dalam hal ini perlu diperhatikan pandangan Syiah yang menyatakan bahwa Ahlul Bait dalam hadis Tsaqalain sama dengan Ahlul bait dalam Ayat Tathir Al Ahzab ayat 33. Hal ini karena Al Ahzab 33 menetapkan kesucian Ahlul Bait dari dosa dan kesalahan yang sejalan dengan penetapan hadis Tsaqalain bahwa Ahlul Bait adalah pedoman atau pegangan Umat Islam agar tidak tersesat. (Ditulis pada Oktober 11, 2007 oleh secondprince dalam Jawaban Untuk Saudara Ja’far Tentang Ahlul Bait (Ahlul Bait Dalam Hadis Tsaqalain) […]

  4. […] Abbas, serta para istri nabi berserta anak-anak mereka dari wilayah ahlul bait. Lihat tulisan saya Jawaban Untuk Saudara Ja’far Tentang Ahlul Bait(Ahlul Bait Dalam Hadis Tsaqalain) yang bahkan anda sudah kutip juga, tapi sayang anda tidak membacanya dengan benar, saya pernah […]

  5. kuat manasih menisbahkan ayat-ayat satu sama lain dalam surat yang sama (Al Ahzab ayat 6, 32 s.d 34) yang semuanya menceritakan istri-istri nabi dengan adanya hadist-hadist yang menolak ahlul bait itu istri nabi, atau bukan yang dimaksud dengan ahlul bait pada gadhir khum (hihi …ucapan nabi itu eksplisit kan masa ada dua pengertian tentang ahlul bait yang dilafalkan secara umum dan yang dimaksud di Gadhir kum). apalagi Al Ahzab ayat 6 tuh membahas tentang predikat istri-istri nabi sebagai ibunda kaum mukminin (ummul mukminin)….nah loh ini lebih jelas lagi…wahyu Allah SWT……cari deh asbabun nuzul tentang ayat 6 ini…..begitu jelasnya. ibunda harus dicintai yah benul…nah dgn demikian jelaslah sudah jika Rasulullah meninggalkan dua hal yang berat (Al-Quran dan Keluarganya) maka istri-istri nabi itu adalah bagian dari sabda Rasulullah
    terus maksud memperbincangkan ahlul bait ini apa ya? yang penting kita itu mencintai mereka dengan tidak berlebihan (sesuai dengan yang dikehendaki Allah SWT). karena aduh….hadist yang mustinya dicek dulu eh…kita harus dalemin dulu AlQuran yang dimulyakan……baru ke hadist-hadist supaya jelas tidak berkelok-kelok karena menafsir-nafsir AlQuran dari hadist. menurut saya bener ga harusnya kita menafsirkan hadist berdasarkan AlQuran. dan juga kita coba melihat hadist itu yang direferensikan wahyu Allah SWT (Al Quran) …waduh gimana tuh…saya minta kritik dari para ilmuwan islam di sini haha…saya mah orang bodoh…tollong ajarin saya yah
    coba sebagai contoh soal keluarga ibn Abbas yang disebut dalam hadist riwayat Muslim sebagai ahlul bait yang kemudian meruntuhkan dinasti Muawiyah dengan bahu membahu dengan kaum syiah dan berbendera penegakkan keluarga Rasulullah. tapi apa kemudian yang terjadi, dinasti Abbasiah membunuhi para ulama termasuk kaum syiah dan bahkan menurut beberapa pendapat, imam Ali bin Husein Zainal Abidin wafat karena diracun oleh dinasti ini. Kaum syiah pada waktu itu mungkin mengakui juga soal predikat keluarga Abbas sebagai ahlul bait karena berbendera sama pada saat meruntuhkan Muawiyah atau mungkin tidak mengakui hanya nebeng-nebeng untuk balas dendam. nah ini yang saya sendiri agak was-was apalagi ibn Abbas terkenal dengan Abbas as-Shaffah yah…duh. jadi hadist atau sejarah yang saya ungkapkan diatas silahkan dicek karena belum tentu bener kalo bertentangan dengan Al Quran dan hadist (yang saat ini saya berkeyakinan bahwa hadist itu wajib kita ikuti, dan karenanya kita masuk ke dalam gol kafir jika tidak mengikutinya…..namun juga kita berabad jarak dari yang tercinta dan terdekat dengan hati orang mukmin yaitu Rasulullah SAW…maka karena itu wujudkan cinta kepada Rasulullah dengan melihat hadis-hadis yang ada berdasarkan referensi dari AlQuran…kalo kita ragu karena tak berilmu,,,maka lihatlah AlQuran yang diturunkan dalam satu bahasa agar mudah dipelajari mengenai contoh-contoh atau tauladan Rasulullah…yah aku juga takut berkata seperti ini..soalnya takut berarti tidak mengikuti hadist…tidak ya Allah bukan itu maksudku…tapi aku dan banyak diantara kami orang-orang yang bodoh..jangan kau hinakan kami dalam siksa yang pedih karena kebodohan kami….ampunilah kami dan berilah kekuatan untuk terus dekat denganMu

Tinggalkan komentar