Jawaban Untuk Saudara Ja’far Tentang Ahlul Bait (Ahlul Bait Dalam Ayat Tathir)

Ahlul Bait Dalam Al Ahzab 33

Dalam Al Quran surah Al Ahzab ayat 33 terdapat ayat tentang keutamaan Ahlul Bait as, Ayat yang lebih dikenal dengan nama Ayat Tathir. Ayat tersebut berbunyi

Innamaa Yuriidullaahu Liyudzhiba ’Ankumurrijsa Ahlalbayti Wayuthahhirakum Tathhiiraa.(QS Al Ahzab 33).
Sesungguhnya Allah Berkehendak Menghilangkan Dosa Dari Kamu Wahai Ahlul Bait Dan Menyucikan Kamu Sesuci-sucinya.

Ayat ini adalah potongan atau penggalan dari Al Ahzab ayat 33. Terjadi cukup banyak perbedaan pendapat seputar penafsiran ayat ini. Perbedaan itu meliputi dua hal yaitu

• Siapa Ahlul Bait dalam Ayat ini
• Apa maksud ayat ini atau Penafsiran Ayat ini.

Saudara Ja’far dalam tulisannya berkata

Syi’ah berpendapat bahwasanya Ahlul bayt Nabi SAW sesuai dengan Asbabun Nuzul ayat di atas adalah terkhusus kepada Ali, Fatimah, Hasan dan Husein -semoga Allah meridhoi mereka-.

Menurut saya pernyataan bahwa Ahlul Bait dalam Ayat Tathir terkhusus kepada Rasulullah SAW, Sayyidah Fatimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as jelas memiliki dasar dan dalil yang kuat di sisi Sunni.
Dalil yang saya maksud adalah terdapat hadis-hadis yang shahih yang menjelaskan bahwa Ayat Tathir ini dikhususkan kepada Rasulullah SAW, Sayyidah Fatimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as. Dalil ini yang ditolak oleh saudara Ja’far dalam tulisannya.
Sebenarnya Ada dua cara untuk mengetahui siapa yang dituju oleh suatu Ayat dalam Al Quran.

• Cara yang pertama adalah dengan melihat ayat sebelum dan ayat sesudah dari ayat yang dimaksud, memahaminya secara keseluruhan dan baru kemudian menarik kesimpulan.
• Cara kedua adalah dengan melihat Asbabun Nuzul dari Ayat tersebut yang terdapat dalam hadis yang shahih tentang turunnya ayat tersebut.

Cara pertama yaitu dengan melihat urutan ayat, jelas memiliki syarat bahwa ayat-ayat tersebut diturunkan secara bersamaan atau diturunkan berkaitan dengan individu-individu yang sama. Dan untuk mengetahui hal ini jelas dengan melihat Asbabun Nuzul ayat tersebut. Jadi sebenarnya baik cara pertama atau kedua sama-sama memerlukan asbabun nuzul ayat tersebut.

Seandainya terdapat dalil yang shahih dari asbabun nuzul suatu ayat tentang siapa yang dituju dalam ayat tersebut maka hal ini jelas lebih diutamakan ketimbang melihat urutan ayat baik sebelum maupun sesudahnya. Alasannya adalah ayat-ayat Al Quran tidaklah diturunkan secara bersamaan melainkan diturunkan berangsur-angsur. Oleh karenanya dalil shahih dari Asbabun Nuzul jelas lebih tepat menunjukkan siapa yang dituju dalam ayat tersebut.

Berbeda halnya apabila tidak ditemukan dalil shahih yang menjelaskan Asbabun Nuzul ayat tersebut. Maka dalam hal ini jelas lebih tepat dengan melihat urutan ayat baik sebelum maupun sesudahnya untuk menangkap maksud kepada siapa ayat tersebut ditujukan.

Ayat Tathir ternyata memiliki dalil shahih tentang Asbabun Nuzulnya dan ternyata berdasarkan Asbabun Nuzulnya Ayat Tathir ditujukan untuk Rasulullah SAW, Sayyidah Fatimah as,Imam Ali as, Imam Hasan as dan Imam Husain as. Terdapat hadis yang menjelaskan Asbabun Nuzul Ayat Tathir, Hadis ini memiliki derajat yang sahih dan dikeluarkan oleh Ibn Abi Syaibah, Ahmad, Al Tirmidzi, Al Bazzar, Ibnu Jarir Ath Thabari, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Hatim, Al Hakim, Ath Thabrani, Al Baihaqi dan Al Hafiz Al Hiskani. Berikut adalah hadis riwayat Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi.

Diriwayatkan dari Umar bin Abu Salamah yang berkata, “ Ayat berikut ini turun kepada Nabi Muhammad SAW, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya.(QS Al Ahzab 33). Ayat tersebut turun di rumah Ummu Salamah , lalu Nabi Muhammad SAW memanggil Siti Fathimah,Hasan dan Husain,lalu Rasulullah SAW menutupi mereka dengan kain sedang Ali bin Abi Thalib ada di belakang punggung Nabi SAW .Beliau SAW pun menutupinya dengan kain Kemudian Beliau bersabda” Allahumma( ya Allah ) mereka itu Ahlul BaitKu maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.Ummu Salamah berkata,” Dan apakah aku beserta mereka wahai Rasulullah SAW? . Beliau bersabda “ engkau mempunyai tempat sendiri dan engkau menuju kebaikan. (Hadis Sunan Tirmidzi no 3205 dan no 3871).

Saudara Ja’far dengan mudahnya mengabaikan hadis ini seraya berkata

”Tapi menurut Tirmidzi, hadis ini gharib”.

Jawab saya: Memang benar Tirmidzi berkata hadis ini gharib tetapi perkataan ini jelas tidak menunjukkan bahwa hadis ini dhaif. Pernyataan gharib Tirmidzi dari segi sanad menunjukkan bahwa hadis tersebut bersumber dari satu perawi dan tidak ada jalan lain(ini menurut Tirmidzi, karena ada banyak jalan lain dari hadis ini dalam kitab-kitab hadis yang lain).

Pernyataan gharib ini jelas tidak berarti hadis tersebut dhaif. Hadis ini jelas bersanad shahih. Hadis ini telah dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi hadis no 3205 dan 3781. Selain itu hadis ini juga dinyatakan shahih oleh Syaikh Hasan As Saqqaf dalam Shahih Sifat Shalat An Nabiy. Jelas sekali penulis(saudara Ja’far) keliru dalam menilai hadis tersebut.

Selain itu penulis juga terburu-buru dalam masalah ini sehingga mengabaikan hadis lain yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi Kitab Al Manaqib dimana beliau justru menyatakan hadis itu shahih.

Ummu Salamah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menutupi Hasan,Husain, Ali dan Fathimah dengan Kisa dan menyatakan, “wahai Allah ,mereka adalah Ahlul BaitKu dan yang terpilih .Hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka”. Ummu Salamah berkata “aku bertanya kepada Rasulullah SAW ,wahai Rasulullah SAW ,apakah aku termasuk di dalamnya? Beliau menjawab “engkau berada dalam kebaikan (tetapi tidak termasuk golongan mereka)”.

At Turmudzi menulis di bawah hadis ini ,”Hadis ini shahih dan bersanad baik ,serta hadis terbaik yang pernah dikutip mengenai hal ini”. Dari sini dapat diketahui ternyata penulis(saudara Ja’far) juga keliru ketika berkata

”Mungkin inilah yang menyebabkan tirmidzi mengatakan hadis tsb gharib yaitu karena ada tambahan kata-kata tersebut”.

Buktinya hadis di atas tetap dikatakan shahih meski terdapat kata-kata Ummu Salamah, ini jelas memperkuat pernyataan saya sebelumnya bahwa gharib yang dimaksud adalah gharib dari segi sanadnya.

Tidak hanya hadis riwayat Tirmidzi bahkan dalam hadis riwayat Ibnu Jarir dalam Tafsir Ath Thabari saudara Ja’far juga terburu-buru mendhaifkan hanya berdasarkan pendapat Ali As Salus dalam Imamah dan Khilafah. Saudara Ja’far menuliskan

Dalam ath-tabari juga ada hadis yang tidak berasal dari Athiyah yaitu : Abu Kuraib bercerita dari Khalid bin Mukhalid, dari Musa bin Ya’qub, dari Hisyam bin Uqbah bin Abi Waqqash, dari Abdullah bin Wahb bin Zam’ah, ia berkata, “Ummu salamah memberi tahu kepadaku: “Sesungguhnya Rasulullah SAW mengumpulkan Ali dan Husein kemudian beliau memasukkan ke bawah bajunya lalu berseru kepada Allah seraya berkata ‘Mereka Ahlul-Baitku!’ Maka Ummu salamah berkata, ‘Ya Rasulullah! Masukkanlah saya bersama mereka. Nabi Saw berkata, ‘Sesungguhnya kamu termasuk keluargaku.”
DR.Ali Ahmad As-Salus dalam buku “Imamah dan Khilafah” menjelaskan panjang lebar sanad hadis tersebut, bahwasanya hadis tsb dhaif yaitu terdapat Khalid bin Mukhalid yang dinilai dhaif.

Benarkah Khalid bin Mukhallid dinilai dhaif?. Dalam Hadi As Sari Ibnu Hajar Al Asqalani jilid 2 hal 163, Ibnu Hajar justru menta’dilkan Khalid bin Mukhallid Al Qatswani.

• Ibnu Hajar berkata ”Para pemuka dan guru-guru Imam Bukhari meriwayatkan hadis dari Khalid. Imam Bukhari juga meriwayatkan satu hadis darinya”.
• Menurut Al Ajli, Khalid tsiqat tapi bertasyayyu’
• Shalih bin Jazarah berkata ”Khalid itu tsiqat tetapi ia dituduh pemuja Ali yang ekstrim”.
• Menurut Ahmad, Khalid jujur tapi bertasyayyu’
• Abu Dawud juga menilai Khalid jujur tapi bertasyayyu’
• Abu Hatim berkata ”Hadisnya bisa ditulis tapi tidak bisa dijadikan hujjah”
• Ibnu Saad berkata ”Ia seorang Syiah yang berlebih-lebihan”.

Jelas sekali bahwa Khalid adalah seorang tsiqat dan jujur. Sedangkan celaan untuknya hanyalah dia tasyayyu’, dituduh pemuja Ali yang ekstrim dan seorang Syiah yang berlebih-lebihan. Oleh karena itulah Abu Hatim berkata tidak bisa dijadikan hujjah. Hal ini jelas tidak benar karena Khalid justru dijadikan hujjah oleh Bukhari dalam Shahih Bukhari. Jarh terhadap Khalid yang dituduh Syiah ekstrim atau berlebihan telah ditanggapi oleh Ibnu Hajar dengan menyatakan bahwa Khalid hanya bertasyayyu’ dan itu tidak merusak hadisnya atau tidak membahayakan.

Khalid jelas telah dinyatakan tsiqat dan jujur, oleh karenanya jarh terhadap Khalid harus disertai alasan yang kuat. Pernyataan bahwa beliau seorang Syiah jelas tidak menjatuhkan kredibilitas Beliau karena cukup banyak perawi kitab shahih yang dituduh Syiah tetapi tetap dinyatakan tsiqat atau diterima hadisnya. Jadi hadis dalam Tafsir Ath Thabari itu adalah shahih tidak dhaif seperti yang dikatakan oleh Ali As Salus dan dikutip oleh saudara Ja’far.

Mengenai hadis riwayat lain dalam Tafsir Ath Thabari yang dinyatakan dhaif oleh penulis(saudara Ja’far) karena kedudukan Athiyyah. Maka saya jawab: Athiyyah memang dikenal dhaif tetapi beliau juga dita’dilkan oleh Ibnu Saad dan Yahya bin Main. Selain itu Athiyyah adalah perawi Bukhari dalam Adab Al Mufrad dan perawi dalam kitab Sunan. Oleh karena itu pendapat yang benar tentang Athiyyah adalah hadis beliau memang tidak dapat dijadikan hujjah tetapi dapat ditulis dan dijadikan I’tibar atau riwayat pendukung.

Jadi hadis riwayat Athiyyah ini hanyalah pendukung dari riwayat lain yang shahih. Oleh karena itu tidak berlebihan jika saya menerima riwayat Athiyyah tentang Ayat Tathir ini walaupun pada saat yang lain saya tidak menerima riwayat Athiyyah(riwayat ayat tabligh misalnya, karena saya belum menemukan sanad yang shahih tentang ayat tabligh ini).

3 Tanggapan

  1. cantum kan di kitab apa imam ibnu hajar bahwa khalid adalah orang tsiqat dan jujur….????

    serta cantumkan pula jalur hadistnya yang menyatakan khalid
    adalah orang tsiqat dan jujur apakah sampai kepada Rasulullah…???

Tinggalkan komentar