Apakah Ali dan Abbas Menerima Hadis Abu Bakar dan Umar Tentang Warisan Nabi?

Apakah Ali dan Abbas Menerima Hadis Abu Bakar dan Umar Tentang Warisan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]?

Mohon maaf jika ada yang bosan dengan tema tulisan yang seperti ini. Tulisan ini kami tulis sebagai bantahan kepada “orang yang suka berbasa-basi” tetapi miskin ilmu [baca : alfanarku]. Jika ada orang yang suka membantah tulisan tanpa ilmu maka dialah orangnya. Orang ini tidak punya modal lain selain keahliannya bersilat lidah. Orang yang suka mengotak-atik riwayat dan suka menolak hadis shahih dengan alasan naïf “itu kitab tidak mu’tabar” atau “itu bukan riwayat kutubus sittah”. Ia berkata

Mengapa mereka (orang syi’ah) masih selalu mempermasalahkannya? Karena mungkin itulah yang mereka bisa lakukan dan menu keyakinan yang mereka miliki tidak lain dan tidak bukan hanya mengekspose kasus-kasus yang sudah selesai ribuan tahun silam dimana para pelakunya sudah menghadap yang Maha Kuasa, hal itu dimaklumi karena jika tidak membahas hal-hal tersebut, sama saja mereka merasa seperti tidak punya keyakinan.

Yang mempermasalahkan itu bukan hanya orang Syi’ah, wahai kisanak. Dan itu termasuk masalah sejarah yang terus dikaji ulang oleh mereka yang memang mau meneliti dengan objektif. Orang seperti anda yang terbiasa taklid memang tidak mengenal semangat meneliti seperti itu. Masalah sejarah ya memang sudah selesai ribuan tahun lamanya mengingat para pelaku sejarah itu sudah menghadap Allah SWT. Apakah sejarah yang berlangsung ribuan tahun lamanya tidak boleh dibahas? Itu kan hanya pemikiran sakit yang anda derita. Di masa kini, dimana ilmu berkembang pesat studi kritis terhadap sejarah adalah sesuatu yang lumrah. Apalagi jika sejarah yang dimaksud termasuk sejarah yang didistorsi oleh kalangan salafiyun maka lebih utama untuk dibahas.

Salah seorang syi’ah mengatakan bahwa Ali dan Abbas tetap tidak terima atas keputusan Abu Bakar mengenai harta fa’i peninggalan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan mereka tetap tidak membenarkan hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam yang disampaikan Abu Bakar bahwa Nabi tidak meninggalkan warisan, apa yang ditinggalkan beliau adalah sedekah. Menurutnya hal ini diketahui karena pada masa pemerintahan Umar mereka masih meminta harta tersebut kepada beliau. Apakah demikian adanya?

Bukan Syi’ah yang mengatakan seperti itu tetapi hadis-hadis shahih yang menyatakan demikian. Imam Ali tidak membenarkan hadis yang disampaikan oleh Abu Bakar dan Umar. Imam Ali masih tetap menganggap Ahlul Bait berhak dalam masalah ini. Dan pada masa pemerintaha Umar, Imam Ali memang masih meminta warisan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang Beliau pinta kepada Abu Bakar sebelumnya. Mari kita lihat basa-basi nashibi ini. Ia berkata

Di dalam hadits di atas dengan jelas dan tegas disebutkan pembenaran Ali dan Abbas beserta sahabat yang lainnya yang hadir pada saat itu atas hadits yang disampaikan oleh Abu Bakar bahwa Nabi tidak mewariskan dan apa yang ditinggalkannya adalah sedekah, perkara mereka mengetahui langsung atau tidak langsung mengenai hadits tersebut tidaklah menggugurkan pembenaran mereka atas hadits tersebut.

Orang ini memang tidak punya “akal yang cukup”. Kami sudah membahas tuntas masalah ini. Pertama yang kami bahas adalah apakah Ali dan Abbas mendengar hadis tersebut dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]?. Kami jawab “tidak” dan mereka mendengar adanya hadis itu dari Abu Bakar. Kedua kami sudah membahas bahwa Ali dan Abbas tidak menerima hadis yang Abu Bakar sampaikan. Buktinya juga ada di hadis riwayat yang sama yaitu riwayat Malik bin ‘Aus juga yaitu

Terdapat hadis Az Zuhri dari Malik bin Aus yang mengandung lafaz dimana Ali dan Abbas memang mengingkari hadis Abu Bakar tersebut. Dalam riwayat Abdurrazaq dengan sanad dari Ma’mar dari Az Zuhri dari Malik bin Aus, Umar berkata

فلما قبض رسول الله صلى الله عليه و سلم قال أبو بكر أنا ولي رسول الله صلى الله عليه و سلم بعده أعمل فيه بما كان يعمل رسول الله صلى الله عليه و سلم فيها ثم أقبل على علي والعباس فقال وأنتما تزعمان أنه فيها ظالم فاجر والله يعلم أنه فيها صادق بار تالع للحق ثم وليتها بعد أبي بكر سنتين من إمارتي فعملت فيها بما عمل رسول الله صلى الله عليه و سلم وأبو بكر وأنتما تزعمان أني فيها ظالم فاجر والله يعلم أني فيها صادق بار تابع للحق

Ketika Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] wafat, Abu Bakar berkata “aku adalah Wali Rasulullah setelahnya dan aku akan memperlakukan terhadap harta itu sebagaimana Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] memperlakukannya kemudian datanglah Ali dan Abbas. Umar berkata “kalian berdua menganggap bahwasanya ia berlaku zalim dan durhaka” dan Allah mengetahui bahwa ia dalam hal ini seorang yang jujur baik dan mengikuti kebenaran. Kemudian aku menjadi Wali Abu Bakar selama dua tahun dari pemerintahanku aku perbuat terhadap harta itu sebagaimana yang diperbuat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan Abu Bakar dan kalian menganggap aku berlaku zalim dan durhaka, Allah mengetahui bahwa aku dalam hal ini jujur, baik dan mengikuti kebenaran [Mushannaf Abdurrazaq 5/469 no 9772 dengan sanad yang shahih]

Kemudian ditambah lagi dengan kesaksian Imam Ali yang dengan jelas mengakui kalau ahlul bait berhak dalam urusan ini sebagaimana yang disebutkan dalam Shahih Bukhari setelah wafatnya Sayyidah Fathimah

فَدَخَلَ عَلَيْهِمْ أَبُو بَكْرٍ فَتَشَهَّدَ عَلِيٌّ فَقَالَ إِنَّا قَدْ عَرَفْنَا فَضْلَكَ وَمَا أَعْطَاكَ اللَّهُ وَلَمْ نَنْفَسْ عَلَيْكَ خَيْرًا سَاقَهُ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَكِنَّكَ اسْتَبْدَدْتَ عَلَيْنَا بِالْأَمْرِ وَكُنَّا نَرَى لِقَرَابَتِنَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَصِيبًا

Maka Abu Bakar masuk, Ali mengucapkan syahadat dan berkata “kami mengetahui keutamaanmu dan apa yang telah Allah karuniakan kepadamu, kami tidak dengki terhadap kebaikan yang diberikan Allah kepadamu tetapi kamu telah bertindak sewenang-wenang terhadap kami, kami berpandangan bahwa kami berhak memperoleh bagian karena kekerabatan kami dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] [Shahih Bukhari no 4240 & 4241]  

Pernyataan Imam Ali bahwa Abu Bakar dan Umar berlaku zalim padahal mereka hanya melaksanakan hadis Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang mereka katakan, menunjukkan kalau Imam Ali tidak menerima hadis yang disampaikan Abu Bakar dan Umar. Begitu pula pernyataan Imam Ali yang mengaku kalau ahlul bait lebih berhak dan Abu Bakar sewenang-wenang adalah bukti kalau Imam Ali menolak hadis yang disampaikan Abu Bakar.

Dalam dialog dengan Umar, Ali dan Abbas tidak membenarkan hadis yang disebutkan Umar. Mereka mengakui telah mengetahui adanya hadis itu dari Abu Bakar dan Umar sebelumnya sedangkan sikap mereka sendiri jelas yaitu mereka tetap tidak menerima hadis tersebut bahkan dimasa pemerintahan Umar.

Perlu diketahui bahwa dalam permasalahan ini, Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu bukanlah orang yang bersendirian dalam meriwayatkan hadits. Beberapa shahabat lain memberikan kesaksiannya. Perhatikan riwayat berikut :

Kemudian ia membawakan dua buah riwayat yaitu riwayat ‘Amru bin Al Haarits dan riwayat Abu Hurairah. Soal riwayat ‘Amru bin Al Haarits itu telah kami bahas dalam thread khusus dan menunjukkan bahwa yang bersangkutan cuma mengkopipaste argument idolanya Abul-Jauzaa dan telah kami tunjukkan kebathilannya. Soal riwayat Abu Hurairah, maka kami katakan Abu Hurairah juga meriwayatkan hadis itu dari Abu Bakar, buktinya sebagai berikut

حدثنا محمد بن المثنى قال نا أبو الوليد هشام بن عبد الملك قال : نا حماد يعني ابن سلمة ، عن محمد بن عمرو ، عن أبي سلمة ، عن أبي هريرة ، عن أبي بكر رضي الله عنه ، عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : « لا نورث ، ما تركنا صدقة

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Walid Hisyaam bin ‘Abdul Malik yang berkata telah menceritakan kepada kami Hammad yakni Ibnu Salamah dari Muhammad bin ‘Amru dari Abi Salamah dari Abu Hurairah dari Abu Bakar radiallahu ‘anhu dari Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahwa Beliau bersabda “kami tidak mewariskan, apa yang kami tinggalkan adalah sedekah” [Musnad Al Bazzar 1/26 no 18 dengan sanad yang shahih]

Abu Hurairah memang pernah melakukan tadlis seperti yang pernah kami tunjukkan dalam tulisan yang lain. Abu Hurairah mengetahui adanya hadis Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tidak mewariskan itu juga dari Abu Bakar. Jadi tidak tepat menjadikan hadis Abu Hurairah sebagai syahid bagi hadis Abu Bakar.

Dari riwayat di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya saat itu Ali sedang menjelaskan duduk perkara awal mengapa terjadi hubungan yang kurang enak diantara dia dan keluarganya dengan Abu Bakar dan pada kenyataannya akhirnya Ali menerima keputusan Abu Bakar mengenai harta tersebut dengan bukti bai’at beliau kepada Abu Bakar. Jadi hadits di atas justru menunjukkan penerimaan Ali atas keputusan Abu Bakar pada akhirnya.

Riwayat yang ia maksud adalah riwayat Shahih Bukhari yang kami kutip dimana setelah enam bulan Imam Ali menyatakan kalau ahlul bait lebih berhak dalam urusan ini dan Abu Bakar telah bertindak sewenang-wenang. Imam Ali memang berbaiat kepada Abu Bakar tetapi ketika ia melakukan baiat Beliau menjelaskan bahwa Abu Bakar telah bertindak sewenang-wenang terhadap ahlul bait dan ahlul bait lebih berhak. Jadi tidak ada keterangan Imam Ali menerima keputusan Abu Bakar, justru sampai Imam Ali membaiat beliau menegaskan bahwa Abu Bakar bertindak sewenang-wenang dan ahlul baitlah yang berhak. Kalau memang Imam Ali mengakui bahwa beliau keliru dan Abu Bakar yang benar maka Beliau akan menegaskan kekeliruannya dan menyatakan Abu Bakar yang benar. Faktanya Imam Ali justru menyatakan kalau Abu Bakar telah bertindak sewenang-wenang. Ini fakta jelas yang tidak dipahami oleh akalnya alfanarku. Mungkinkah dikatakan Imam Ali menerima keputusan Abu Bakar padahal dengan jelas Imam Ali menyatakan Abu Bakar bertindak sewenang-wenang. Silakan pembaca pikirkan

Pemberian baiat kepada Abu Bakar bukan berarti Imam Ali membenarkan semua yang telah dilakukan oleh Abu Bakar. Cuma logika orang sakit yang mengatakan begitu. Justru dalam riwayat tersebut Imam Ali tetap menunjukkan pendiriannya yang berbeda dengan Abu Bakar. Kita lihat sekarang bagaimana alfanarku ini suka memelintir riwayat agar sesuai dengan kehendaknya.

Demikian juga dengan Umar, beliau berpandangan sama dengan Abu Bakar, hanya saja di masa pemerintahan-nya, Umar melakukan sendiri apa yang dilakukan Abu Bakar terhadap harta Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam selama 2 tahun saja, kemudian beliau serahkan pengelolaan sebagian harta (harta fa’i Bani Nadhir) kepada Ali dan Abbas, karena mereka berdua datang kepada Umar dan meminta Umar untuk mempercayakan harta tersebut kepada mereka. dan Umar setuju untuk menyerahkan pengelolaan harta tersebut dengan menarik perjanjian dari mereka untuk mengelola harta tersebut sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam, Abu Bakar dan dirinya sendiri.

Soal Abu Bakar dan Umar memperlakukan harta tersebut maka bukan itu yang kami permasalahkan. Yang kami permasalahkan adalah apakah ahlul bait berhak atau tidak akan harta tersebut?. Jika harta tersebut ada pada ahlul bait kami yakin ahlul bait akan melakukan terhadap harta itu sebagaimana Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] melakukannya. Pada masa pemerintahan Umar, Ali dan Abbas datang meminta warisan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tetapi Umar menolak dengan hadis Nabi tidak mewariskan. Ali dan Abbas menyatakan Umar berlaku zalim dan durhaka sama seperti Abu Bakar kemudian karena Umar merasa keduanya terus-terusan meminta harta tersebut maka untuk meredakan sikap mereka maka Umar menyerahkan pengelolaan harta tersebut kepada Ali dan Abbas.

Disini saya berpandangan berbeda dengan orang Syi’ah tersebut, kedatangan Ali dan Abbas kepada Umar bukanlah meminta harta tersebut untuk menjadi milik mereka, tetapi mereka meminta Umar untuk mempercayakan harta tersebut kepada mereka karena kedekatan kekerabatan mereka dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam. Si penulis syi’ah tersebut berdalilkan riwayat berikut ini :

Silakan kalau memang anda berbeda pandangan, tetapi silakan ukur pandangan anda dengan hadis yang jelas-jelas menyatakan Imam Ali dan Abbas meminta warisan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] kepada Umar. Kami sebelumnya membawakan hadis

فَقُلْتُ أَنَا وَلِيُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ فَقَبَضْتُهَا سَنَتَيْنِ أَعْمَلُ فِيهَا بِمَا عَمِلَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ ثُمَّ جِئْتُمَانِي وَكَلِمَتُكُمَا عَلَى كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ وَأَمْرُكُمَا جَمِيعٌ جِئْتَنِي تَسْأَلُنِي نَصِيبَكَ مِنْ ابْنِ أَخِيكِ وَأَتَانِي هَذَا يَسْأَلُنِي نَصِيبَ امْرَأَتِهِ مِنْ أَبِيهَا

Aku [Umar] berkata “aku adalah Wali Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan Abu Bakar, aku pegang harta itu selama dua tahun dan aku perbuat sebagaimana yang diperbuat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan Abu Bakar kemudian kalian berdua mendatangiku dan ucapan kalian berdua sama dan perkara kalian pun sama, engkau [Abbas] mendatangiku untuk meminta bagianmu dari putra saudaramu dan dia ini [Ali] mendatangiku untuk meminta bagian istrinya dari ayahnya [Shahih Bukhari no 7305]

Riwayat di atas sebenarnya dapat dipahami bahwa kedatangan Ali dan Abbas kepada Umar bukanlah meminta harta tersebut untuk dimiliki oleh mereka (harta warisan) karena pasti akan ditolak oleh Umar, tetapi mereka berdua meminta hak pengelolaan atas harta tersebut karena kedekatan kekerabatan mereka dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam dimana di masa Abu Bakar mereka tidak bisa mendapatkannya karena Abu Bakar sangat berhati-hati dalam menjaga amanat tersebut. Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa pemahaman ini lebih mendekati kebenaran? Buktinya adalah dalam riwayat selanjutnya Umar menyetujui untuk menyerahkan harta tersebut kepada Ali dan Abbas dengan syarat keduanya harus mengikuti jalan yang ditempuh oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam, Abu Bakar dan Umar dalam mengelola harta tersebut. Jika harta tersebut diserahkan kepada mereka berdua dalam rangka untuk dimiliki oleh mereka (harta warisan), tentu Umar akan menolaknya.

Pernyataan “Abbas meminta bagian dari putra saudaranya” dan “Ali meminta bagian istrinya dari ayahnya” adalah terkait dengan warisan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] bukannya seperti penjelasan basa-basi ala alfanarku. Ini bukti yang lebih jelas bahwa yang dipinta oleh Abbas dan Ali kepada Umar adalah warisan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Dalam riwayat yang sama dari Abdurrazaq dengan sanad yang shahih. Umar berkata

ثم جئتماني جاءني هذا يعني – العباس – يسألني ميراثه من بن أخيه وجاءني هذا – يعني عليا – يسألني ميراث امرأته من أبيها فقلت لكما أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال لانورث ما تركنا صدقة

Kemudian kalian berdua mendatangiku, datang kepadaku dia yakni Abbas meminta kepadaku warisannya dari putra saudaranya dan dia ini datang kepadaku yakni Ali meminta warisan istrinya dari ayahnya. Maka aku berkata kepada kalian berdua bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “kami tidak mewariskan apa yang kami tinggalkan adalah sedekah” [Mushannaf Abdurrazaq 5/469-470 no 9772 dengan sanad yang shahih]

Duduk permasalahan sebenarnya adalah Imam Ali dan Abbas meminta warisan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] kepada Umar dan Umar menolak keduanya dengan menyatakan hadis Nabi tidak mewariskan. Setelah beberapa lama karena Umar melihat keduanya seperti tidak menerima keputusan Abu Bakar dan Umar [bahkan menganggap Umar berlaku zalim dan durhaka] dan terus-terusan meminta warisan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] maka untuk meredakan sikap mereka Umar menyerahkan urusan pengelolaan harta tersebut kepada mereka berdua.

Jadi bukan seperti yang dikatakan nashibi itu bahwa Ali dan Abbas datang kepada Umar meminta hak pengelolaan atau kepengurusan harta. Sebenarnya Ali dan Abbas datang meminta warisan tetapi ditolak oleh Umar baru setelah beberapa lama untuk meredakan ketegangan antara Umar dengan Ali dan Abbas maka kemudian Umar berinisiatif memberikan kepengurusan harta itu. Lucu sekali kalau ada yang mengatakan Imam Ali dan Abbas menerima keputusan Abu Bakar sebelumnya. Kalau memang menerima kenapa mereka berdua masih meminta warisan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] kepada Umar.

Dengan demikian jelas bahwa ahlul bait dan keturunannya telah mengelola harta tersebut sesuai keputusan Abu Bakar dan Umar. Maka sungguh lemah pandangan orang syi’ah tersebut yang menganggap Imam Ali tetap menolak keputusan Abu Bakar.

Ahlul Bait [Imam Ali] mengelola harta tersebut di masa Umar tidak menunjukkan Imam Ali menerima keputusan Abu Bakar sebelumnya. Abu Bakar tidak pernah tuh menyerahkan urusan ini kepada ahlul bait. Pada masa Umar, Imam Ali meminta warisan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] kepada Umar padahal Abu Bakar telah menyampaikan hadis Nabi tidak mewariskan kepada Imam Ali. Orang yang punya akal pikiran akan paham bahwa Imam Ali tidak menerima hadis yang disampaikan Abu Bakar sehingga Beliau meminta kembali warisan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] kepada Umar. Umar ternyata juga menolak permintaan Imam Ali dengan hadis Abu Bakar tetapi setelah beberapa lama baru kemudian Umar menyerahkan kepengurusan harta tersebut kepada Imam Ali dan Abbas. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan Abu Bakar dan Umar bertujuan untuk meredakan ketegangan antara dirinya dengan Ali dan Abbas.

Satu pertanyaan yang sederhana tetapi cukup membuat orang-orang syi’ah menjadi pusing dan marah-marah karenanya, mengapa ketika Imam Ali telah menjabat khalifah beliau tidak merubah status harta peninggalan Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam tersebut?

Lho anda tahu dari mana Imam Ali tidak mengubah status harta peninggalan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan kalau boleh tahu wahai nashibi, bagaimana status harta peninggalan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] pada masa Utsman, pada masa Imam Ali dan pada masa Muawiyah?. Apa anda mengetahui statusnya?. Riwayat mana yang anda jadikan hujjah?

Padahal beliau memegang kekuasaan saat itu, jawabnya, tidak lain dan tidak bukan adalah karena beliau menerima dan membenarkan keputusan Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma sebagaimana diceritakan dalam riwayat di atas.

Itu kan jawaban anda yang memang sesuai dengan doktrin yang anda anut. Kami pribadi tidak mengetahui bagaimana status harta peninggalan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tersebut pada masa pemerintahan Imam Ali. Dan bagi kami wajar sekali kalau masalah harta peninggalan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] ini belum dibahas secara tuntas karena Imam Ali menghadapi masalah yang lebih mendesak yaitu pertentangan dari para sahabat lainnya sehingga terjadi perang Jamal dan perang Shiffin. Jadi logika cetek anda itu jangan dijadikan tolak ukur, Imam Ali jauh jauh jauh lebih bijaksana dari pandangan anda yang sangat naïf.

Dan yang lebih lucu lagi orang syi’ah ini mencoba mencari-cari dalih bahwa hadits yang didengar Abu Bakar tidaklah benar, karena terdapat beberapa peninggalan Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam yang tidak dijadikan sedekah.

Kalau terdapat peninggalan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang tidak menjadi sedekah maka itu menjadi kemusykilan bagi hadis Abu Bakar bahwa semua peninggalan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] menjadi sedekah. Orang yang sedikit saja “bisa mikir” akan paham kemusykilan yang kami maksud

Riwayat di atas menunjukkan bahwa A’isyah menyimpan kain dan baju kasar tersebut, apakah itu artinya A’isyah mewarisinya? Suatu pertanyaan yang aneh, sebagaimana ketika harta fa’i Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berada di tangan ahlul bait yang diserahkan oleh Umar, apakah kemudian harta tersebut menjadi warisan buat mereka? Aneh-aneh saja orang syi’ah ini dalam mencari-cari dalih.

Lho apa alasannya Aisyah menyimpan pakaian Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]?. Bukankah semua peninggalan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah sedekah. Ingat hadis Abu Bakar tidak hanya berbunyi “Nabi tidak mewariskan” tetapi juga berbunyi “semua yang kami tinggalkan menjadi sedekah”. Pakaian Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] termasuk peninggalan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] maka berdasarkan hadis Abu Bakar hukumnya menjadi sedekah. Apa anda tidak bisa memahaminya wahai nashibi?.

Analogi anda dengan kepengurusan harta oleh Ali dan Abbas jelas tidak nyambung. Kepengurusan harta itu seperti tugas yang diberikan untuk kepentingan orang banyak. Bukannya disimpan sebagai milik pribadi. Dalam masa pemerintahan Umar, kepengurusan harta itu tetap ditujukan untuk sedekah kaum muslimin sedangkan pakaian Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang ada pada Aisyah itu tetap Beliau simpan bahkan sampai Aisyah wafat dan bukan untuk sedekah.

Demikian juga dengan riwayat di atas ini, apalagi akhirnya jubah tersebut dimanfaatkan untuk dipakaikan kepada orang yang sedaag sakit diantara mereka. Satu hal yang musykil menurut saya pribadi dalam riwayat ini adalah bukankah Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam mengharamkan mengenakan sutra untuk laki-laki? Suatu hal yang tidak mungkin beliau memakai pakaian yang mengandung sutra di saat beliau masih hidup. Maka cukuplah ini sebagai petunjuk kelemahan hadits di atas. Allahu A’lam.

Soal pemanfaatan Jubah oleh Asma’ binti Umais itu setelah Aisyah wafat gak ada kaitannya dengan kepemilikan jubah Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tersebut oleh Aisyah ra sepeninggal Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Yang menjadi pokok permasalahan adalah mengapa pakaian itu tidak diambil oleh Abu Bakar padahal semua pakaian Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah peninggalan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] juga jadi statusnya adalah sedekah untuk kaum muslimin tepat setelah Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] wafat.

Soal kemusykilan yang anda katakan, itu muncul akibat anda terlalu banyak bicara tetapi tidak ada ilmunya. Justru hadis Asma’ binti Umais riwayat Ibnu Sa’ad juga diriwayatkan dalam Shahih Muslim dimana Asma’ membantah Ibnu Umar yang mengharamkan sutera secara mutlak [termasuk pakaian dengan sedikit campuran sutera] untuk laki-laki [Shahih Muslim 3/1640 no 2069]. Pakaian yang didalamnya ada campuran sedikit sutera seperti Jubah Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] diperbolehkan sebagaimana yang disebutkan dalam hadis shahih.

وحدثنا ابن أبي شيبة ( وهو عثمان ) وإسحاق بن إبراهيم الحنظلي كلاهما عن جرير ( واللفظ لإسحاق ) أخبرنا جرير عن سليمان التيمي عن أبي عثمان قال كنا مع عتبة بن فرقد فجاءنا كتاب عمر أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( لا يلبس الحرير إلا من ليس له منه شيء في الآخرة إلا هكذا ) وقال أبو عثمان بإصبعيه اللتين تليان الإبهام فرئيتهما أزرار الطيالسة حين رأيت الطيالسة

Telah menceritakan kepada kami Ibn Abi Syaibah [ia adalah Utsman] dan Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhaliy, keduanya dari Jarir [dan lafaz ini adalah lafaz Ishaq] yang berkata telah mengabarkan kepada kami Jarir dari Sulaiman At Taimiy dari Abu Utsman yang berkata kami bersama Utbah bin Farqad kemudian datang kepada kami surat dari Umar bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “Tidak boleh memakai sutera karena ia tidak akan mendapatkan apa-apa di akhirat nanti kecuali hanya seperti ini”. Abu Utsman berkata sambil menunjukkan kedua jari tangannya maka aku melihatnya seperti Jubah Thayalisah ketika aku melihat Jubah Thayalisah dahulu [Shahih Muslim 3/1641 no 2069]

Jadi hadits tersebut bisa dikatakan ada kelemahan pada matan-nya karena bertentangan dengan hadits-hadits yang shahih.

Ucapan ini sudah jelas hanya ucapan ngelantur dari orang yang cuma bisa kopipaste tetapi tidak meneliti permasalahan dengan baik. Hadis tersebut jelas shahih dan tidak bertentangan dengan hadis-hadis larangan memakai sutera yang ia kutip. Kemusykilan yang ia katakan muncul karena ia tidak melihat keseluruhan hadis tentang larangan memakai sutera.

Sebenarnya untuk menjawab syubhat ini ada satu pertanyaan yang bisa kita lontarkan, jika Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam wafat dengan meninggalkan rumah yang sedang ditempati istri-istri dan keluarga beliau yang masih hidup apakah kemudian rumah-rumah tersebut harus disedekahkan sementara rumah-rumah tersebut masih dimanfaatkan oleh keluarga beliau? pakailah akalmu wahai kawan.

Lho justru itu yang pernah kami tanyakan wahai kawan. Kalau memang hadis Abu Bakar benar bahwa “semua yang ditinggalkan Nabi menjadi sedekah” maka bagaimana dengan rumah-rumah Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam].

kesimpulannya harta yang disedekahkan adalah harta Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam sesudah dikurangi harta yang menjadi nafkah bagi keluarga beliau yang ditinggalkan, nafkah kalau dalam bahasa kita adalah sandang (pakaian), pangan (makanan) dan papan (rumah).

Silakan kalau anda mau menjawab demikian, sekarang mari kita ikuti apa yang anda katakan. Anggap saja harta yang disedekahkan adalah harta Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] setelah dikurangi “nafkah”. Mari lihat kembali tanah Fadak, bahkan dari hadis yang anda kutip sendiri tanah Fadak adalah sumber nafkah bagi keluarga Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] yaitu kalau dalam bahasa anda adalah pangan. Maka menurut anda seharusnya tanah Fadak tidak masuk dalam harta yang disedekahkan. Bukan begitu wahai nashibi, atau anda akan mulai ngeles seribu bahasa lagi.

Kemudian soal nafkah yang anda sebut “sandang” [pakaian], kalau yang kita bicarakan dalam hal ini nafkah Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] terhadap istri-istri Beliau, maka pakaian yang dimaksud adalah pakaian untuk istri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] bukannya pakaian Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] sendiri. Logika dari mana, kalau pakaian Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah nafkah untuk Aisyah. Jadi hadis-hadis yang menyebutkan pakaian Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] ada pada Aisyah jelas merupakan kemusykilan bagi hadis Abu Bakar bahwa semua peninggalan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] menjadi sedekah. Apakah menurut Abu Bakar, Aisyah boleh memiliki peninggalan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tetapi Sayyidah Fathimah tidak boleh?.

Silakan wahai nashibi, kalau mau menjawab tetapi tolong dijawab dengan berpikir terlebih dahulu bukan asal mengucapkan “matilah dengan kemarahanmu”. Kalau anda mengeluarkan bantahan ngelantur seperti yang anda tunjukkan ini kami tidak akan marah justru kami kasihan ternyata ada ya orang yang parah sekali cara berpikirnya.

69 Tanggapan

  1. Ya memang jangan bosan2 mengulas TRAGEDI yg menimpa Ahlulbait Rasulullah saw sobat, mengenai ‘SITUS ALFANARKU’ itu hmmm… itung2 untuk ‘sparing partner’ lah. hehehe.

    Salam Damai

  2. Cinta Palsu Syi’ah Terhadap Ahlul Bait

    Siapakah Ahlul Bait Itu?

    Ahlul Bait adalah orang-orang yang sah pertalian nasabnya sampai kepada Hasyim bin Abdi Manaf (Bani Hasyim) baik dari kalangan laki-laki (yang sering disebut dengan syarif) atau wanita (yang sering disebut syarifah), yang beriman kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meninggal dunia dalam keadaan beriman. Diantara Ahlul Bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:

    1. Para istri Rasul, berdasarkan konteks surat Al-Ahzab:33
    2. Putra-putri Rasulullah (tidak dikhususkan pada Fathimah saja)
    3. Abbas bin Abdul Muththalib dan keturunannya
    4. Al-Harits bin Abdul Muththalib dan keturunannya
    5. Ali bin Abi Thalib dan keturunannya (tidak dikhususkan pada Al-Hasan dan Al-Husain saja)
    6. Ja’far bin Abi Thalib dan keturunannya
    7. Aqil bin Abi Thalib dan keturunannya
    (Untuk lebih rincinya, silahkan lihat kitab “Syi’ah dan Ahlul Bait” dan “Minhajus Sunnah An-Nabawiyyah”)

    Kedudukan Ahlul Bait

    Kedudukan Ahlul Bait di sisi Allah dan Rasul-Nya amat mulia. Diantara kemuliaan itu adalah:
    1. Allah bersihkan Ahlul Bait dari kejelekan. Dia shallallahu ‘alaihi wa sallam berfirman yang artinya:
    “Hanyalah Allah menginginkan untuk membersihkan kalian (wahai) Ahlul Bait dari kejelekan dan benar-benar menginginkan untuk mensucikan kalian.” (Al-Ahzab:33)
    2. Perintah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berpegang dengan bimbingan mereka. Beliau bersabda:

    يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي تَرَكْتُ فِيْكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوْا: كِتَابَ اللهِ وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِيْ

    “Wahai manusia sesungguhnya aku telah meninggalkan sesuatu kepada kalian yang apabila kalian berpegang teguh dengannya, maka kalian tidak akan tersesat: Kitabullah dan Ahlul Bait-ku.” (HR. At-Tirmidzi dengan sanad shahih)

    Oleh karena itu tidaklah ragu lagi, bahwa Ahlul Bait memiliki kedudukan yang sangat istimewa di sisi Allah dan Rasul-Nya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Dan tidak ragu lagi bahwa mencintai Ahlul Bait adalah wajib.” Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Dan termasuk memuliakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah berbuat baik kepada keluarga dan keturunan beliau.”

    Para sahabat adalah orang-orang yang sangat memuliakan Ahlul Bait baik dari kalangan para sahabat sendiri maupun para tabi’in.
    Demikianlah hendaknya sikap seorang muslim kepada mereka. Wajib atas dirinya untuk mencintai, menghormati, memuliakan dan tidak menyakiti mereka.

    Namun sudah barang tentu, tolok ukur kecintaan terhadap mereka semata-mata karena iman dan kekerabatan mereka dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tanpa iman tidak akan bermanfaat sama sekali kekerabatan seseorang dengan Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman yang artinya:
    “Yaitu di hari (hari kiamat) yang harta dan anak keturunan tidak lagi bermanfaat. Kecuali seseorang yang menghadap Allah dengan hati yang lurus.” (Asy-Syu’ara:88-89)

    Demikian pula bila ada Ahlul Bait yang jauh dari sunnah Rasul, maka martabatnya di bawah seseorang yang berpegang teguh dengan sunnah Rasul, walaupun dia bukan Ahlul Bait. Allah berfirman yang artinya:
    “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” (Al-Hujurat:13)

    Ahlul Bait Menurut Tinjauan Syi’ah Rafidhah

    Tinjauan mereka tentang Ahlul Bait sangat bathil dan zhalim, yaitu:
    – Mereka membatasi Ahlul Bait Nabi hanya 4 orang: Ali, Fathimah, Al-Hasan dan Al-Husain
    – Mereka keluarkan putra-putri Rasul selain Fathimah dari lingkaran Ahlul Bait
    – Mereka keluarkan semua istri Rasul dari lingkaran Ahlul Bait
    – Mereka keluarkan 12 putra Ali (selain Al-Hasan dan Al-Husain) dan 18 atau 19 putri beliau dari lingkaran Ahlul Bait
    – Mereka keluarkan putra-putri Al-Hasan dari lingkaran Ahlul Bait
    – Mereka mengklaim bahwa keturunan Al-Husain-lah yang Ahlul Bait, namun tragisnya mereka keluarkan pula sebagian keturunan Al-Husain dari lingkaran Ahlul Bait karena tidak dicocoki oleh hawa nafsu mereka. Oleh karena itu, mereka vonis sebagian keturunan Al-Husain dengan kedustaan, kejahatan dan kefasikan, bahkan vonis kafir dan murtad pun dijatuhkan untuk mereka. Wallahul Musta’an. (Lihat kitab “Syi’ah dan Ahlul Bait”)

    Walhasil, Syi’ah Rafidhah mempunyai dua sikap yang saling berlawanan terhadap Ahlul Bait yaitu ifrath (berlebihan di dalam mencintai) sebagian Ahlul Bait dan tafrith (berlebihan di dalam membenci) sebagian yang lain.

    Fakta Sikap Ifrath Syi’ah Rafidhah terhadap Ahlul Bait

    Al-Kulaini di dalam Al-Ushul Minal Kafi 19/197 mengatakan -dengan dusta- bahwa Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Sesungguhnya aku telah diberi beberapa sifat yang belum pernah diberikan kepada seorang pun sebelumku -sekalipun para nabi-: Aku mengetahui seluruh kenikmatan, musibah, nasab, dan keputusan hukum (yang pada manusia). Tidaklah luput dariku perkara yang telah lampau dan tidaklah tersembunyi dariku perkara yang samar.”
    Di dalam kitab Al-Irsyad hal.252 karya Al-Mufid bin Muhammad An-Nu’man: “Ziarah kepada Al-Husain -yaitu kuburnya- radhiyallahu ‘anhu kedudukannya seperti 100 kali haji mabrur dan 100 kali umrah.”

    Semakin parah lagi ketika mereka -dengan dusta- berkata bahwa Baqir bin Zainal Abidin rahimahullah berkata: “Dan tidaklah keluar setetes air mata pun untuk meratapi kematian Al-Husain, melainkan Allah akan mengampuni dosa dia walaupun sebanyak buih di lautan.” Dalam riwayat lain ada tambahan lafazh: “Dan baginya Al-Jannah.” (Jala’ul ‘Uyun 2 hal.464 dan 468 karya Al-Majlisi Al-Farisi)

    Perhatikanlah wahai para pembaca, kecintaan kaum Syi’ah Rafidhah kepada beberapa Ahlul Bait ternyata lebih bersifat pengkultusan, bahkan menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai sekutu bagi Allah. Wallahul Musta’an!!

    Fakta Sikap Tafrith Syi’ah Rafidhah terhadap Ahlul Bait

    Diriwayatkan di dalam kitab Rijalul Kasysyi hal.54 karya Al-Kasysyi bahwa firman Allah yang artinya:
    “Dialah sejelek-jelek penolong dan sejelek-jelek keluarga.” (Al-Hajj:13) turun tentang perihal Al-Abbas (paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).

    Adapun tentang saudara sepupu Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Abdullah bin Abbas, Al-Qahbani di dalam kitab Majma’ur Rijal 4/143 mengatakan: “Sesungguhnya dia ini telah berkhianat kepada Ali dan telah mengambil harta (shadaqah) dari baitul mal di kota Bashrah.”

    Di sisi lain ketika hendak menjelekkan para istri Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa malu mereka menukil secara dusta dari Abdullah bin Abbas bahwa ia pernah berkata kepada Aisyah: “Kamu tidak lain hanyalah seorang pelacur dari sembilan pelacur yang ditinggalkan Rasulullah” (Ikhtiyar Ma’rifatur Rijal karya Ath-Thusi hal.57-60)

    Sikap Para Imam Ahlul Bait terhadap Syi’ah Rafidhah

    Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Tidaklah seseorang mengutamakan aku daripada dua syaikh (Abu Bakar dan Umar) melainkan aku dera dia sebagai pendusta.”
    Muhammad bin Ali (Al-Baqir) rahimahullah berkata: “Keluarga Fathimah telah bersepakat untuk memuji Abu Bakar dan Umar dengan sebaik-baik pujian.”

    Ja’far bin Muhammad (Ash-Shadiq) rahimahullah berkata: “Allah ‘azza wa jalla membenci siapa saja yang membenci Abu Bakar dan Umar.”
    Jelaslah, barangsiapa yang mengaku-ngaku mencintai dan mengikuti jejak Ahlul Bait namun ternyata mereka berlepas diri dari orang-orang yang dicintai Ahlul Bait, maka yang ada hanya kedustaan belaka. Lalu Ahlul Bait mana yang mereka ikuti?! Sangat tepatlah ucapan seorang penyair:

    كُلٌّ يَدَّعِي وَصْلاً بِلَيْلَى
    وَلَيْلَى لاَ تُقِرُّ لَهُمْ بِذَاكَ

    Setiap lelaki mengaku kekasih Laila
    Namun Laila tidak pernah mengakuinya

    Terbunuhnya Al-Husain radhiyallahu ‘anhu tidaklah lepas dari penipuan Syi’ah Rafidhah

    Ternyata Syi’ah Rafidhah menyimpan kebencian terhadap Ahlul Bait.

    Kebencian itu tidak hanya berupa ucapan atau tulisan belaka.

    Bahkan mereka telah membuktikannya dengan perbuatan, yaitu dengan ikut andilnya mereka dalam peristiwa terbunuhnya Al-Husain radhiyallahu ‘anhu.

    Terlalu panjang untuk mengungkapkan peristiwa menyedihkan itu, namun cukuplah tulisan para ulama mereka sebagai bukti atas kejahatan mereka.

    Didalam kitab Al-Irsyad hal.241 karya Al-Mufid diriwayatkan bahwa Al-Husain pernah mengatakan: “Ya Allah jika engkau memanjangkan hidup mereka (Syi’ah Rafidhah) maka porak-porandakanlah barisan mereka, jadikanlah mereka terpecah-belah dan janganlah selama-lamanya engkau ridhai pemimpin-pemimpin mereka. Sesungguhnya mereka mengajak orang untuk membela kami, namun ternyata mereka memusuhi dan membunuh kami.”

    Didalam kitab Al-Ihtijaj 2/29 karya Abu Manshur Ath-Thibrisi diriwayatkan bahwa Ali bin Husain yang dikenal dengan Zainal Abidin pernah berkata tentang kaum Syi’ah Rafidhah di negeri Irak: “Sesungguhnya mereka menangisi kematian kami padahal siapakah yang membunuh kami, kalau bukan mereka?!”

    Masihkah ada keraguan, apakah Syi’ah Rafidhah benar-benar mencintai Ahlul Bait atau hanya sekedar kedok belaka?! Coba silahkan baca dan pahami sekali lagi! Mudah-mudahan Allah ‘azza wa jalla memberikan taufiq kepada kita semua.

    Wahai para pengikut hawa nafsu dan ahli-ahli bid’ah!Ditakuti kalian mati dalam keadaan suul khatimah.Kembalilah ke aqidah yang bersih dari sebarang syubhat yaitu aqidah ahli sunnah.Jika tidak dikuatiri kalian akan mati di dalam suul khatimah.Wal iyazubillah!

  3. ini lah bukti kecintaan ibnu taimiyyah kpd ahlulbait.?

    فإن أبا بكر إمام لا يتصرف لنفسه بل للمسلمين والمال لم يأخذه لنفسه بل للمسلمين وفاطمة تطلب لنفسها

    “….Sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang imam yang bertindak tidak untuk dirinya sendiri tapi untuk orang-orang Muslim, dan tidak karena uang, ia tidak mengambilnya untuk dirinya sendiri tetapi untuk Muslim, sementara Fathimah menuntut untuk dirinya sendiri….” (Minhaj as-Sunnah, 5/522)

  4. 2. ومن طلب أن يحكم له بغير حكم الله ورسوله فغضب وحلف أن لا يكلم الحاكم ولا صاحب الحاكم لم يكن هذا مما يحمد عليه ولا مما يذم به الحاكم بل هذا إلى أن يكون جرحا أقرب منه إلى أن يكون مدحا

    Barangsiapa yang menuntut seseorang untuk memutuskan sebuah hukum yang tidak bersumber dari Allah dan RasulNya lalu (ketika penguasa itu menolaknya) ia marah dan bersumpah untuk tidak berbicara dengan penguasa tersebut dan temannya, padahal sikap tersebut (kemarahan dan berhenti bicara dengan penguasa serta sahabatnya) bukanlah sebuah tindakan yang mendatangkan pujian (bagi yang bersikap seperti itu) atau celaan bagi penguasa tersebut (karena menolaknya), bahkan sikap tersebut lebih pantas disebut perbuatan karena luka hati (karena ditolak) dan bukan sebuah sikap yang patut dipuji (minhaj Sunnah 4/243)

  5. @ilham othmany
    anda belajar dulu siapa yg dimaksud ahlulbait,lihat n baca tulisan sp sblumx ttg hadits dr ummu salamah.

    kata anda:
    Demikian pula bila ada Ahlul Bait yang jauh dari sunnah Rasul, maka martabatnya di bawah seseorang yang berpegang teguh dengan sunnah Rasul, walaupun dia bukan Ahlul Bait

    jadi ahlul bait bisa salah dong(versi anda)?klu bisa salah tentu bisa dikritisikan?
    tidak salah dong ada sebagian ummat yg mengkritisi prilaku mereka? (mereka/ahlulbait versi anda),sprt istri2 rosul
    klu bisa salah(sekali lg versi anda),bgmn dgn hadits tsaqalain utk berpegang teguh kpd alquran n ahlulbait?,klu tdk maka akan sesat..!!
    klu ahlulbait bisa salah(versi anda)/jauh dari sunah rosul,knp rosul memerintahkan utk berpegang teguh?.
    jawaban dr semua ini:
    WAHABI tdk KONSISTEN..!! n cupet akalx

  6. 3.ibnu taimiyyah menyamakan fatimah dgn orang munafiq
    و ليس الله قد ذم المنافقين الذين قال فيهم ومنهم من يلمزك في الصدقات فإن أعطوا منها ورضا وإن .لم يعطوا منها إذا هم يسخطون ولو نهم رضوا ما اتاهم الله ورسوله وقالوا حسبنا الله سيوتينا الله من فضله ورسوله إنا إلى الله راغبون فذكر الله قوما رضوا إن اعطوا وغضبوا إن لم يعطوا فذمهم بذلك

    Tidakkah Allah mengkritik orang munafiq ketika Dia berkata “Dan di antara mereka ada orang yang memaksamu membagikan zakat jika mereka diberi sebagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah. Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah”. Allah menyebutkan orang-orang yang jika mereka diberi, mereka akan senang, tetapi jika mereka tidak diberi mereka marah, dan mengutuk mereka. (Minhaj as-Sunnah 4/245)

    Ulama Sunni Mahmud Subaih dalam Akhta ibn Taymiyah mengatakan :

    خطأ جسيم لابن تيمية لا يغتفر إلا إذا تاب منه قبل رحيله وهو تشبيهه غضب السيدة فاطمة الزهراء رضي الله عنها من الصديق رضي الله عنه بغضب المنافقين

    Sebuah kesalahan besar Ibnu Taymiyah yang tak termaafkan kecuali ia bertobat sebelum kematian, adalah menyamakan kemarahan Sayyidah Fathimah az-Zahra ra terhadap as-Sihddiq ra dengan kemarahan seorang munafik.

  7. @ aldj
    Ahlul bait adalah manusia biasa.Mereka bukan nabi dan tidak maksum.Dari segi ini mereka sama seperti lain-lain sahabat Rasulullah bisa melakukan kekhilafan dan kesilapan.Keistimewaan mereka hanya lah dari segi kekerabatan dan kekeluargaan mereka dengan Rasulullah.Namun kesilapan dan kekhilafan mereka (ahlul bait dan para sahabat) tidak mengurangkan kemuliaan mereka disisi Allah
    Saya salut dengan anda jika anda benar-benar berpegang kepada ilmu ahlul bait.Tapi nyatanya anda tidak berpegang dengan mereka.Yang anda pegang sekarang adalah riwayat-riwayat yang dusta yang dihubung-hubungkan kepada ahlul bait yang suci.Padahal mereka bebas dari ajaran yang anda anuti sekarang.Yang berpegang dengan ilmu ahlul bait adalah kami ahli sunnah.Coba deh cari tau dengan siapa imam Al Syafii belajar.Dengan siapa Imam Abu Hanifah mengambil ilmu.

  8. @ilham othmany

    anda sudah ketinggalan sgt jauh..

  9. @Emansipasi Al Kazim

    sangat setuju……..

  10. @ilham othmany
    imam hanifah berguru ke imam ja’far ya?
    kenapa anda tdk pegang keimam ja’far sekalian?
    anda tdk jwb pertanyaan saya yg lain?
    anda pasti tdk bisa menjawab kan? krn pemahaman n keyakinan anda sekarang ini akan berantakan disebabkan tdk konsistennya anda n wahabiyyin

    @emansipasi al kazim
    ngalah dikit ya..

  11. @ilham othmany

    Hehehe……. Ahlulbait! siapa itu Ahlulbait? Anda baru sekarang ini mengulas ulasan kuno Anda itu tentang Ahlulbait ? Huuuuh… ternyata generasi Islam di negeri ini parah akan pengetuhuan mereka terhadap sejarah Islam khusunya sejarah Nabi saw beserta keluarga beliau, sungguh terlalu!!! Memang Wahabi Salafi sangat pandai membius ummat!

    Yaa tapi maklum lah Anda kan ABG (Anak Baru Gaul) hehehe

  12. Bang SP request, mohon di bahas hadis tentang Khulafa’u Rasyidin dari jalan Irbadh bin Sariyah ra riwayat Ahmad, di tinjau dari sisi sejarah, syari’at dan akal. Dan adakah hadis syawahidnya yang menjelaskan tentang Khulafa’u Rasyidin.
    Kemudian siapa yang di maksud dengan Khulafa’u Rasyidin.

    Terima kasih sebelumnya.
    Indramayu – Jawa Barat

  13. @ all
    Jangan lupa perkataan ahlul bait telah digunakan oleh Al Quran terhadap istri-istri Rasulullah dan para sahabat juga telah mendapat predikat radhiallahu anhum waradhuu anhu di dalam Al Quran.Jadi perkaranya adalah jelas.Mencintai Ahlul bait tidak sampai kita mencaci para sahabat.Memuliakan para sahabt tidak berarti kita mengurangi hak-hak ahlul bait.Perbedaan ahlul bait dan para sahabat hanyalah perbedaan antara umum dan khusus.Tiap-tiap ahlul bait adalah sahabat tapi tidak mesti tiap-tiap sahabat adalah ahlul bait.Wajib setiap orang Islam jika memang ada walau setitikpun darah Islam yang mengalir di dalam tubuhnya utk memuliakan para sahabt di samping ahlul bait karena mereka adalah pembawa-pembawa agama.Misalnya kalulah tidak karena Umar membuka Persia Imam -imam dan para Ayatullah diiran pada hari berkemungkinan besar masih lagi menyembah api.So hurmatilah para sahabat apa adanya dan maafkanlah kekhilafan mereka kalaupun betul mereka ada melakukan kekhilafan seperti Allah telah memaafkan mereka dan meredhai mereka dalam Al Quran.Saya bukan memusuhi Syiah,tapi saya curiga karena banyak bekas-bekas penganut Yahudi dahulu masuk Islam dan berkedok di bawah nama Syiah.

  14. @ilham othmany

    rupanya pengetahuan anda pengetahuan dr hasil “doktrinasi”

    @emansipasi alkazim
    betul kata anda

  15. @ aldj

    Kita kembali kepada Al Quran dan sunnah.Apa kata Al Quran tentang para sahabat:
    Firman Allah:
    لقد رضي الله عن المؤمنين إذ يبايعونك تحت الشجرة )
    Artinya:Sesungguhnya Allah telah redha terhadap orang-orang yang beriman ketika mereka berbai’ah dengan mu di bawah sebatang pokok..
    Di antara para sahabat yang berbai’ah dengan Rasulullah pada waktu itu adalah Sayidina Umar dan Sayidina Abu Bakr.Nas di atas jelas dengan eksplisit menyatakan keredaan Allah ke atas mereka yang berbai’ah dengan nabi yang termasuk di dalamnya Abu Bakar dan Umar.Oleh karena peristiwa bai’ah di dalam ayat di atas berhubungkait dengan janji menuntut bela darah Usman,secara tidak langsung menunjukkan bahawa Allah juga redha kepada sayidina Usman yang bai’ah itu dilakukan karenanya.

    Firman Allah lagi:
    ثاني اثنين في الغار اذ قال لصاحبه لا تحزن ان الله معنا
    Artinya:Dia(Nabi Muhammad) merupakan salah seorang dari dua orang yang bersembunyi di dalam gua ketika Dia(Nabi) berkata kepada sahabatnya (Abu Bakar) “Janganlah kamu takut dan janganlah kamu berdukacita sesungguhnya Allah berserta kita”

    Nah di dalam ayat diatas persahabatan nabi dengan Abu Bakr telah disabitkan dengan nas Al Quran sendiri.

    Apakah anda dan sekelian orang-orang syiah coba menentang nas Al Quran?

  16. @ilham othmany
    yg anda sampaikan sdh prnh dibahas.
    sy sarankan keanda jgn loncat2 dulu dlm diskusi,anda jwb dulu aja pertanyaan sy

  17. @ilham othmany Sesungguhnya Allah telah ridho terhadap org2 mukmin ketika mereka berjanji setia di bawah pohon. (Qs al Fath 18).
    Jaminan Ridha Allah hanya sebatas kejadian bait di bawah pohon artinya setelah bait ridwan jika ada sahabat yang menyimpang tidak tunduk dan patuh kpd Allah dan Rasulnya serta berbuat zalim dan durhaka maka Ridha Allah Tdk akan mengenai mereka dan di hadis shahih banyak di kabarkan bahwa ada beberapa sahabat yang menyimpang dari jalan kebenaran.

    Saya sarankan kpd anda harus lebih banyak belajar lagi… Jangan hanya membaca literatur dari syaikh2 wahabi saja apalagi ibnu taimiyah yang sangat keras permusuhannya kpd syiah.

    Wawasan anda masih jauh… kelihatan dari koment anda…! Dan Bang SP pun tdk menanggapinya.

  18. @salafy jumud=husainahmad.
    Sorry lupa menggantinya…

  19. @salafy jumud
    Penyimpangan apa yang dilakukan oleh para sahabat?Penyimpangan karena tidak mengangkat Ali sebagai khalifah?Kalau begitu Ali juga turut menyimpang karena dia tidak menuntut haknya kalau betul dia telah ditunjukkan oleh nas sebagai khalifah.Mengapa malah baginda di belakang Abu Bakar?Di belakang Umar dan di belakang Usman?Isu pengkhianatan para sahabat adalah isu baru yang datang belakangan dengan munculnya kaum rawafidh.Ingat!Syiah yang awal seumpama syiah zaidiah tidak pernah mengajarkan doktrin takfir atas sahabat-sahabat nabi.Hanya selepas munculnya kaum rawafidh barulah fahaman takfir itu muncul.

  20. Home Kajian Utama Sejarah Syi’ah Konspirasi Rahasia Di Balik Tragedi Karbala dan Terbunuhnya Husain
    Konspirasi Rahasia Di Balik Tragedi Karbala dan Terbunuhnya Husain
    Selasa, 01 Februari 2011 08:21 Redaksi
    Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, atau yang dikenal sebagai Husain Radhiyallahu ‘anhu, adalah cucu Rosululloh Shallalahu alaihi wa sallam, buah hati dan kecintaannya di dunia. Ia adalah saudara Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, penghulu pemuda penduduk surga. Kedudukan tinggi tersebut tidak ia peroleh, kecuali ia lakoni dengan ujian dan cobaan, dan sungguh Husain Radhiyallahu ‘anhu telah berhasil melewati ujian tersebut secara penuh dengan kesabaran dan keteguhan (tsabat) yang sempurna hingga menemui Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Rosululloh Shallalahu alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya ini adalah malaikat yang belum pernah turun ke bumi sebelum ini, ia meminta izin kepada Robbnya untuk mengucapkan salam kepadaku dan menyampaikan kabar gembira bahwa Fathimah adalah penghulu kaum wanita penghuni surga dan bahwasanya Hasan serta Husain adalah penghulu para pemuda penghuni surga.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albani).

    Husain Radhiyallahu ‘anhu dan Kronologis Syahidnya

    Setelah kekhilafahan dilimpahkan kaum Muslimin kepada Hasan bin ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu, kemudian ia turun (lengser) darinya untuk diberikan kepada Mu’awiyah Radhiyallahu ‘anhu untuk memelihara darah kaum Muslimin, dengan syarat selanjutnya Mu’awiyah sendiri yang akan menyerahkan kembali kekhilafahan kepada Hasan Radhiyallahu ‘anhu. Akan tetapi Hasan meninggal dunia sebelum Mu’awiyah meninggal. Maka ketika itu Mu’awiyah memberikan kekhilafahan kepada anaknya, Yazid. Tatkala Mu’awiyah meninggal, maka Yazid memegang perintah, dan Husain enggan memba’iatnya, lalu ia keluar dari Madinah menuju ke Mekkah dan menetap di sana.

    Kemudian golongan pendukung ayahnya dari Syi’ah Kufah mengirim surat kepada Husain agar ia keluar bergabung menemui mereka. Mereka menjanjikan akan menolongnya jika ia telah bergabung. Maka Husain tertipu dengan janji mereka, dan mengira bahwa mereka akan merealisasikannya untuk memperbaiki kebijakan yang buruk dan untuk meluruskan penyelisihan yang diawali pada kekhilafahan Yazid bin Mu’awiyah.

    Perbuatan Husain Radhiyallahu ‘anhu untuk bergabung dengan penduduk Kufah sendiri dinilai salah oleh para penasehatnya. Di antara mereka adalah Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, ‘Abdulloh bin Ja’far Radhiyallahu ‘anhum dan lainnya. Bahkan ‘Abdulloh bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu terus mendesak kepada Husain agar tetap tinggal di Mekkah dan tidak keluar. Namun dengan dilandasi baik sangka, Husain menyelisihi permusyawarahan mereka dan keluar, lalu Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata kepadanya, “Aku menitipkanmu kepada Alloh dari pembunuhan!”.

    Begitu Husain Radhiyallahu ‘anhu keluar, ia menemui Farozdaq di jalan yang berkata kepadanya, “Berhati-hatilah engkau, mereka bersamamu namun pedang-pedang mereka bersama Bani Umayyah. Mereka adalah Syi’ah yang mengirim surat kepadamu, dan mereka menginginkanmu untuk keluar (ke tempat mereka), tetapi hati-hati mereka tidak bersamamu. Secara hakiki mereka mencintaimu, akan tetapi pedang-pedang mereka terhunus bersama Bani Umayyah!”

    Akhirnya, sangat jelas sekali tampaklah pengkhianatan Syi’ah ahli Kufah, walau mereka sendiri yang mengharapkan kedatangan Husain Radhiyallahu ‘anhu. Maka wakil penguasa Bani Umayyah, ‘Ubaidillah bin Ziyad yang mengetahui sepak terjang Muslim bin ‘Aqil yang telah membai’at Husain, segera mendatangi Muslim dan langsung membunuhnya sekaligus tuan rumah yang menjamunya, Hani bin Urwah al-Muradi. Dan kaum Syi’ah Kufah hanya diam seribu bahasa melihat pembantaian dan tidak memberikan bantuan apa-apa, bahkan mereka mengingkari janji mereka terhadap Husain Radhiyallahu ‘anhu. Hal itu mereka lakukan karena ‘Ubaidillah bin Ziyad telah memberikan segepok uang kepada mereka.

    Maka ketika Husain Radhiyallahu ‘anhu keluar bersama keluarga dan pengikutnya, berangkat pula Ibnu Ziyad untuk menghancurkannya di medan peperangan, maka terbunuhlah Husain Radhiyallahu ‘anhu dan terbunuh pula semua sahabat yang mendampinginya secara terzhalimi dan dapat dianggap sebagai pembantaian sadis. Kepala mulianya terpotong, lalu diambil oleh para wanita dan anak-anak yang berada di antara pasukan dan diberikan paksa kepada Yazid di Damaskus. Ketika melihat kepala Husain dibawa ke hadapannya saat itu, Yazid pun sedih dan menangis. Kemudian para wanita dan anak-anak dikembalikan ke kota, sedangkan anak laki-laki ikut terbunuh, sehingga tidak tersisa dari anak-anak (Husain) kecuali ‘Ali Zainul Abidin yang ketika itu masih kecil.

    Kemanakah Syi’ah Kufah Pendusta dan Pengkhianat?

    Sejak pertama, Syi’ah Kufah sudah takut berperang dan telah “siap” menjual kehormatan mereka dengan harta. Mereka merencanakan pengkhianatan untuk mendapatkan kekayaan dan kedudukan semata, walaupun hal itu harus dibayar dengan menyerahkan salah seorang tokoh Ahlul Bait, Husain Radhiyallahu ‘anhu. Mereka tidak memberikan pertolongan kepada Muslim bin ‘Aqil, dan ternyata tidak pula ikut berperang membantu Husain Radhiyallahu ‘anhu.

    Dalam tragedi mengenaskan ini, di antara Ahlul Bait lainnya yang gugur bersama Husain Radhiyallahu ‘anhu adalah putera ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu lainnya, yaitu Abu Bakar bin ‘Ali, ‘Umar bin ‘Ali, dan ‘Utsman bin ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu. Juga putera Hasan sendiri, Abu Bakar bin Hasan Radhiyallahu ‘anhu. Namun anehnya, ketika kita mendengar kaset-kaset, ataupun membaca buku-buku Syi’ah yang menceritakan kisah pembunuhan Husain Radhiyallahu ‘anhu, keempat Ahlul Bait tersebut tidak pernah diungkit. Lantas, apa tujuannya?

    Tentu saja, agar para pengikut Syi’ah tidak memberi nama anak-anak mereka dengan tiga nama sahabat Rosululloh Shallalahualaihi wa sallam yang paling dibenci orang-orang Syi’ah, bahkan yang dilaknat oleh mereka setiap harinya.

    Melihat kebusukan perangai dan pengkhinatan Syi’ah, Husain Radhiyallahu ‘anhu dalam doanya yang sangat terkenal sebelum wafat atas mereka adalah “Ya Alloh, apabila Engkau memberi mereka kenikmatan, maka cerai-beraikanlah mereka, jadikanlah mereka menempuh jalan yang berbeda-beda, dan janganlah restui para pemimpin mereka selamanya, karena mereka telah mengundang kami untuk menolong kami, namun ternyata malah memusuhi kami dan membunuh kami!”.

    Konspirasi dibalik Terbunuhnya Husain Radhiyallahu ‘anhu

    Di balik tragedi Karbala, yaitu terbunuhnya Husain Radhiyallahu ‘anhu dan banyak Ahlul Bait lainnya serta rombongan yang menyertainya, ada rahasia besar yang harus diketahui, yaitu:

    1. Ternyata yang membunuh Husain Radhiyallahu ‘anhu adalah ‘Ubaidillah bin Ziyad yang berkolaborasi dengan Syi’ah Husain.

    Fakta ini bahkan diakui oleh sejarawan Syi’ah sendiri, Mulla Baqir al-Majlisi, Qadhi Nurullah Syustri dan lainnya, tentunya selain fakta sejarah yang jelas dan mengedepankan nilai ilmiah yang selama ini telah banyak beredar.

    Mereka adalah para pengkhianat, musuh-musuh semua kaum Muslimin, bukan hanya bagi Ahlus Sunnah saja.

    2. Kecintaan Syi’ah terhadap Ahlul Bait hanyalah isapan jempol dan kebohongan yang dipropagandakan.

    Bahkan yang Syi’ah da’wahkan tiada lain merupakan upaya untuk menghidupkan kembali pemikiran-pemikiran Majusi Saba’iyah (pengikut Abdulloh bin Saba’).

    3. Keadaan Syi’ah yang selalu diburu dan dihukum oleh kerajaan-kerajaan Islam di sepanjang masa dalam sejarah membuktikan dikabulkannya doa Husain Radhiyallahu ‘anhu di medan Karbala akan adzab Syi’ah.

    4. Upacara dan ritual Asyura’-an, seperti menyiksa badan dengan cara memukul-mukul tubuh dengan rantai, pisau dan pedang pada 10 Muharram dalam bentuk perkabungan yang dilakukan oleh Syi’ah sehingga mengalirkan darah, juga merupakan bukti diterimanya doa Husain Radhiyallahu ‘anhu, bahkan mereka terhina dengan tangan mereka sendiri.

    Dari upaya menelusuri tragedi terbunuhnya Husain Rahimahullah dapat ditarik kesimpulan bahwa:

    1. Syi’ah bukanlah Ahlul Bait, dan Ahlul Bait berlepas diri dari Syi’ah, diantara keduanya terdapat perbedaan yang sangat jauh, bagaikan timur dan barat, bahkan lebih jauh lagi.

    2. Barangsiapa yang mengaku-ngaku mencintai dan mengikuti jejak Ahlul Bait namun ternyata mereka berlepas diri dari orang-orang yang dicintai Ahlul Bait tersebut, maka yang ada hanyalah klaim kedustaan dan propaganda kesesatan.

    [hsm/syiahindonesia.com]

    Wahai ahli-ahli bid’ah!Dikhuatiri kalian akan mati dalam suul khatimah.Kembalilah kepada aqidah sunnah mudah-mudahan kalian mendapat petunjuk.

  21. @ilham othmany
    sesuai saran huseinahmad,anda belajar lg sejarah terutama ttg ahlulbait.
    apa yg anda fahami hanya doktrinasi,

  22. @ilham othmany :
    Kalau ingin diskusi, anda ikuti metode yg diterapkan di blog ini. Apabila anda ingin mengetahui siapa saja yg termasuk ahlul bait, cari bahasan di blog ini yg membahas tentang ahlul bait, silahkan berikan komentar di topik tsb kalau anda tidak setuju.

    Bagi saya, tulisan yg ada posting terakhir tidak bermutu mas, karena tidak nyambung dengan topik yg dibahas dan copy-paste dari sumber lain. Anak SD-pun bisa melakukan ini.

    Salam

  23. APAKAH ISU FADAK?

    Isu Fadak merujuk kepada kes tuntutan Fatimah r.a. daripada Khalifah Abu Bakar Al-Siddiq r.a. terhadap tanah Fadak. Fadak termasuk dalam harta fai’ kerana ia dibuka tanpa melalui peperangan. Ia menjadi milik Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam, dan ketika hayatnya baginda membelanjakan hasil Fadak kepada kaum Muslimin yang memerlukan.

    Abu Bakar al-Siddiq tidak memenuhi tuntutan pusaka oleh Fatimah, dengan alasan bahawa Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam tidak boleh dipusakai. Harta miliknya akan menjadi sedekah selepas wafatnya.

    Untuk lebih memahami isu Fadak, saya bawakan hadis yang menjadi topik dalam isu ini.

    أن فاطمة والعباس عليهما السلام أتيا أبا بكر يلتمسان ميراثهما من رسول الله صلى الله عليه و سلم وهما حينئذ يطلبان أرضيهما من فدك وسهمهما من خيبر فقال لهما أبو بكر سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول (لا نورث ما تركنا صدقة إنما يأكل آل محمد من هذا المال) . قال أبو بكر والله لا أدع أمرا رأيت رسول الله صلى الله عليه و سلم يصنعه فيه إلا صنعته قال فهجرته فاطمة فلم تكلمه حتى ماتت

    Maksudnya: Fatimah dan Abbas a.s datang kepada Abu Bakar menuntut pusaka mereka daripada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Mereka berdua menuntut tanah-tanah mereka di Fadak dan bahagian mereka di Khaibar.
    Lalu Abu Bakar berkata: Aku mendengar Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Kami tidak diwarisi. Apa yang kami tinggalkan adalah sedekah. Sesungguhnya keluarga Muhammad mengecapi rezeki daripada harta ini”.
    Kata Abu Bakar lagi: Demi Allah, aku tidak meninggalkan sesuatu perkara yang aku lihat Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam lakukan pada harta ini, kecuali aku lakukan.
    Lalu Fatimah meninggalkan beliau, dan tidak bercakap dengannya sehingga wafat.
    (Sahih Bukhari no: 6346, dan Muslim no: 1759).

    APA KATA SYIAH?

    Hadis ini digunakan oleh Syiah untuk merendah-rendahkan martabat Abu Bakar as-Siddiq r.a. lantaran beliau tidak memberikan hak pusaka kepada Fatimah r.a. hingga menyebabkan Fatimah marah kepada Abu Bakar dan tidak menegurnya sehingga wafat.

    Kemudian, dikaitkan pula kes ini dengan sabdaan Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam, “Fatimah adalah sebahagian daripada aku. Sesiapa membuatnya murka, maka nescaya dia membuatkan aku murka”. (Direkod oleh Bukhari no 3556, dan Muslim no; 2449).

    Maka mengikut sifir Syiah dalam isu ini, Abu Bakar telah membuatkan Fatimah marah dalam kes Fadak. Sesiapa membuatkan Fatimah marah, maka dia telah membuatkan Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam marah. Natijahnya, Abu Bakar dimurkai oleh Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam.

    JAWAPAN YANG MEMBUNGKAM SYIAH

    1. Dalam kes ini, Syiah mendakwa Fatimah r.a. sepatutnya menerima tanah harta pusaka dari Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Sedangkan dalam mazhab Syiah sendiri, wanita tidak boleh mewarisi harta yang berbentuk ‘aqar (aset tetap seperti tanah, kebun, rumah) daripada simati lelaki.

    Syiah menghikayatkan daripada kitab Ali r.a. “Sesungguhnya wanita-wanita tidak ada hak bagi mereka daripada aset tetap seorang lelaki jika dia meninggal dunia dan meninggalkan harta itu”. (Aqaid al-Syiah al-Itsnai Asyariyyah 162)

    2. Rujukan-rujukan Syiah dalam membangkitkan isu Fadak ini didapati bercanggahan antara satu sama lain. Ada yang menyebut Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam telah memberikan Fadak kepada Fatimah semasa hayatnya, dan ada yang mengatakan Fatimah menuntutnya atas nama harta pusaka.

    Andaikata Fadak patut dimiliki oleh Fatimah secara pemberian semasa hayat, mana mungkin beliau akan menuntutnya pula sebagai pusaka.

    3. Yang sahih dalam kes ini ialah Fatimah menuntut Fadak sebagai harta pusaka daripada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Ia jelas dimaklumi melalui lafaz-lafaz hadis yang sahih.

    Tetapi Abu Bakar tidak menunaikan tuntutan tersebut kerana beliau mendengar sabdaan Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam, “Kami (para nabi) tidak diwarisi. Apa yang kami tinggalkan adalah sedekah”.

    Fatimah telah berijtihad dalam tuntutan beliau, dan menyangka pada awalnya beliau berhak terhadap tanah tersebut. Tetapi apabila Abu Bakar menjelaskan alasan dan hujahnya, Fatimah tidak membangkitkan lagi tuntutan itu.

    Kata Ibn Hajar, “Sebab Fatimah marah biarpun Abu Bakar berhujah dengan hadis tersebut ialah kerana kefahaman Fatimah tentang hadis berbeza dengan kefahaman yang dipegang oleh Abu Bakar. Seolah-olah Fatimah memahami hadis ‘Kami tidak diwarisi’ bahawa terdapat pengkhususan daripada maksud umumnya. Beliau berpendapat faedah (hasil) daripada tanah dan aset tetap yang ditinggalkan baginda tidak menghalang untuk ia diwarisi. Manakala Abu Bakar berpegang kepada keumuman hadis itu”. (Fathul Bari 6/202)

    4. Kedua-dua mereka berijtihad, dan berbeza pendapat. Tetapi tidak ada keraguan dalam kes ini bahawa kebenaran berpihak kepada Abu Bakar. Kerana Sunnah dan ijmak menunjukkan bahawa Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam tidak diwarisi.

    Kata Ibn Taimiyyah, “Fakta bahawa Nabi tidak diwarisi sabit dengan Sunnah yang mencapai kata putus, dan ijmak para sahabat. Kedua-dua hujah ini adalah dalil qath’ie”. (Minhaj al-Sunnah 4/220)

    5. Sebahagian Ahli Bait dari kalangan zuriat Fatimah sendiri menyokong ijtihad Abu Bakar dalam isu Fadak.

    Berkata Zaid bin Ali bin Husain bin Ali, “Adapun aku, kalau aku berada di tempat Abu Bakar r.a, nescaya aku akan putuskan hukum sebagaimana diputuskan oleh Abu Bakar pada Fadak”.
    Direkod dalam Sunan Baihaqi (no: 12524).

    6. Seluruh imam-imam Ahli Bait termasuk Ali r.a. bersepakat bahawa tanah Fadak tidak diwarisi dan menyetujui ijtihad Abu Bakar.

    Kata Al-Qurtubi, “Sesungguhnya apabila Ali menjadi khalifah, beliau tidak mengubahnya daripada apa yang dilaksanakan pada zaman Abu Bakar, Umar dan Utsman. Beliau juga tidak bertindak untuk memiliki tanah itu, dan tidak membahagikan sesuatu pun daripadanya. Malah, beliau menyalurkan hasilnya sebagaimana disalurkan oleh khalifah pada zaman sebelumnya.

    Kemudian, ia dijaga oleh Hasan bin Ali. Kemudian diikuti oleh Husain bin Ali, kemudian Ali bin Hasan, kemudian Husain bin Hasan, kemudian Zain bin Husain, kemudian Abdullah bin Husain. Kemudian dipegang oleh Bani al-Abbas sebagaimana disebut oleh Abu Bakar al-Burqani dalam Sahihnya.

    Mereka itu adalah tokoh-tokoh utama Ahli Bait. Merekalah yang menjadi rujukan Syiah dan imam-imam mereka. Tidak dihikayatkan dari seorang pun bahawa ada yang memilikinya, mewariskannya dan mewarisinya kepada orang lain. Kalau apa yang dikatakan oleh Syiah adalah benar, sudah pasti Ali atau salah seorang Ahli Bait akan mengambilnya”. (Al-Mufhim)

    7. Berkenaan hadis bahawa sesiapa menyebabkan Fatimah marah, nescaya dia menyebabkan Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam marah. Hadis ini berkenaan dengan perbuatan menyebabkan Fatimah marah dalam perkara yang hak. Adapun dalam perkara yang bukan hak, ia tidak termasuk. Kerana kita ketahui bahawa Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam sendiri tidak pernah marah kerana kepentingan peribadi. Marah baginda hanya apabila hak-hak Tuhan dicabar.

    8. Hadis tentang marahnya Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam dengan sebab marahnya Fatimah, punca sabdaan baginda ialah kes Ali berhajat untuk menikahi anak perempuan Abu Jahal.

    Di dalam hadis sahih, Ali meminang anak Abu Jahal. Lalu Fatimah mendengarnya lantas menemui Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Beliau berkata, “Kaum engkau mendakwa bahawa engkau tidak marah demi anak-anak perempuanmu. Ini dia Ali hendak menikahi anak perempuan Abu Jahal”. Lalu baginda pun bangun dan mengucapkan hadis tersebut.
    (Direkod oleh Bukhari no: 3523).

    Walaupun sabdaan baginda dibaca secara umum, iaitu siapa yang membuatkan Fatimah marah maka dia membuatkan Nabi marah, tetapi kes asalnya ialah kes Ali yang menyebabkan Fatimah marah.

    Kalau hadis ini difahami dengan cara Syiah faham iaitu setiap kes yang menyebabkan Fatimah marah, maka Nabi Sallallahu Alahi Wasallam akan marah, maka orang pertama yang sepatutnya mendapat kemurkaan baginda ialah Ali sendiri.

    Kalau Syiah berpendapat bahawa Ali tidak termasuk dalam kalangan orang yang dimurkai Nabi, maka Abu Bakar lebih aula dan utama untuk tidak termasuk kalangan orang yang dimurkai Nabi. Apatah lagi dalam kes yang kebenarannya berpihak kepada Abu Bakar.

    9. Fatimah sendiri telah rujuk daripada tuntutannya terhadap tanah Fadak.

    Kata al-Qurtubi, “Manakala tuntutan Fatimah kepada Abu Bakar terhadap pusakanya daripada ayahandanya, ia berlaku sebelum beliau mendengar hadis yang menunjukkan pengkhususan Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam (bahawa baginda tidak diwarisi). Beliau mulanya berpegang dengan apa yang tersebut dalam Kitabullah. Apabila Abu Bakar memberitahunya tentang hadis, beliau telah berhenti daripada tuntutan itu dan tidak mengulanginya”. (Al-Mufhim 3/563).

    Kata Ibn Katsir, “Kami telah riwayatkan bahawa Fatimah telah berhujah pada mulanya dengan qiyas, dan umum ayat Quran. Lalu Abu Bakar al-Siddiq menjawabnya dengan nas yang mengkhususkan bahawa ada larangan mewarisi daripada Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam. Dan beliau telah menerima apa yang dikatakan oleh Abu Bakar”. (Al-Bidayah wa An-Nihayah 5/252)

    10. Walaupun disebut dalam hadis, bahawa Fatimah marah kepada Abu Bakar ketika kes tersebut, tetapi beliau kembali redha kepada Abu Bakar. Malahan beliau telah wafat dalam keadaan redha kepada Abu Bakar.

    Di dalam Sunan Baihaqi, daripada al-Syaabi: Ketika Fatimah sakit, Abu Bakar al-Siddiq datang untuk melawatnya. Abu Bakar meminta izin untuk masuk melawatnya.
    Ali berkata, “Wahai Fatimah, ini dia Abu Bakar datang meminta izin untuk melawatmu”.
    Fatimah berkata, “Adakah kamu suka bahawa aku memberi keizinan untuk dia masuk?”.
    Ali berkata, “Ya”.
    Lalu Fatimah memberi izin Abu Bakar masuk. Abu Bakar pun masuk dan memohon keredhaannya, dan berkata, “Demi Allah, aku tidak meninggalkan rumah, harta benda, keluarga dan kaum kerabat, kecuali untuk mendapatkan keredhaan Allah, keredhaan RasulNya, dan keredhaan kamu Ahli Bait”.
    Kemudian Abu Bakar memohon keredhaan Fatimah sehingga dia meredhai.
    (Sunan Baihaqi no: 12515).

    Kata Baihaqi: “Ini adalah mursal yang baik, dengan sanad yang sahih”.

    Kata Ibn Katsir: “Ini adalah sanad yang baik dan kuat. Zahirnya, ‘Amir al-Syaabi mendengarnya daripada Ali atau daripada orang yang mendengarnya daripada Ali”. (Al-Bidayah wa An-Nihayah 5/253).

    Kata Ibn Hajar pula, “Walaupun hadis ini mursal, tetapi sanadnya hingga kepada Al-Syaabi adalah sahih”. (Fathul Bari 6/202).

    PENUTUP

    Perselisihan antara Abu Bakar dan Fatimah hanya satu perselisihan feqah seperti mujtahid-mujtahid lain dalam pelbagai masalah. Masing-masing berijtihad, dan dalam masa yang sama saling hormat menghormati antara satu sama lain. Jadi, tidak ada keperluan untuk Syiah-syiah Melayu membangkitkan isu ini. Ia sudah selesai berkurun lamanya.

    Wahai kaum syiah!Kembalilah kepada akidah sunnah karena dikhuatiri kalian akan mati dalam keadaan suul khatimah jika mati tidak sempat bertobat.

    Sumber:http://abuumair1.wordpress.com/2009/05/27/isu-fadak-10-jawapan-kepada-syiah/

    Wallahu A’lam.

  24. walaaah…tambah parah si ilham othmany

  25. hehehehe, inilah politik sebenarnya abu bakar tahu fadak itu warisan, tanah fadak itu pastilah luas, kekhalifahan tanpa fadak pada masa itu pastilah berat apalagi masih adanya peperangan-peperangan dengan rumawi sehingga perlu biaya banyak nggak heran kalau abu bakar merampas fadak dengan dalih hadis ‘sedekah’, trus kenapa sih ngga minta baik-baik pada keluarga nabi kalau harta fadak itu digunakan untuk kepentingan kaum muslimin, pasti mereka akan memberikan, trus kenapa?haha karena abubakar malu masak sudah merampas kekalifahan mau minta baik-baik. mau ditaruh dimana muka ane. maka muncullah muslihatnya.

    kenapa tidak keluarga nabi mewarisi?tidak bertentangan dengan Quran kok?ap sudah dinasak?ap ad pengecualian?bukankah nabi sulaiman mewarisi kerajaan daud???

    sudah jelas kok…..

  26. @ilham othmani

    Wah siapa nanti yang su’ul khatimah ya…?
    Kalau mazhab syi’ah menganggap mazhab sunny adalah saudara.

    Sedangkan kaum salafiyun
    Sangat membenci syi’ah ini terbukti dengan sikapnya yang tdk mau mengucapkan salam, menyapa, mendiamkan tdk mau ngomong bahkan sampai kpd derajat mengkafirkan.

    Jadi ahlaknya menurut anda siapa yang baik mas..?
    Bukankah orang yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik ahlaknya.

  27. @aldj

    🙂 kebiasaan mereka mengulang ulang perkara yang sama.. bila kita sudah jadi lelah menjawab perkara yang sama lalu mereka akan mengatakan kita x bisa membalas hujah mereka segala.

    capek deh..:)

  28. @ madsuki
    Yang diwarisi oleh sulaiman itu apa?Sulaiman hanya mewarisi kerajaan dan kenabian dan baginda mewarisi dengan jalan amanah sedang hadis yang menyatakan nabi tidak dipusakai yaitu tidak dipusakai dengan jalan milik.
    @husain ahmad
    Kami ahli sunnah tidak sesekali akan mengkafirkan seseiapa sahaja yang telah mengucap dua kalimah syahadah dari kalangan ahli-ahli kiblat termasuk terhadap syiah.Tapi beda syiah.Mereka mengkafirkan bukan saja golongan sunni malah myoritas sahabt-sahabat besar Nabi Muhammad saw. turut dikafirkan.

  29. @ilham
    “Yang diwarisi oleh sulaiman itu apa?Sulaiman hanya mewarisi kerajaan dan kenabian dan baginda mewarisi dengan jalan amanah sedang hadis yang menyatakan nabi tidak dipusakai yaitu tidak dipusakai dengan jalan milik.”

    wah terminologi baru nih waris amanah dan waris milik, bru kali ini denger aneh….. dikotomi tersebut kok ga ada baik dlm quran atw hadis yg anda sebutkan….? kasih tw donk….dapet dari mana mas???
    please…

    dr pernyataan anda dpt disimpulkan bahwa nabi boleh waris mewarisi?setuju :),

    dikotomi dengan jalan amanah atau milik itu hanya pikiran anda saja. 🙂 boleh-boleh saja sih 🙂

  30. @ilham
    “Tapi beda syiah.Mereka mengkafirkan bukan saja golongan sunni malah myoritas sahabt-sahabat besar Nabi Muhammad saw. turut dikafirkan.”

    masih ad aja yg kaya gini cape de………..

  31. @ madsuki
    Buktinya nabi sulaiman mewarisi Nabi Daud dengan jalan amanah dan yang diwarisi itu hanyalah kenabian dan kerajaan itu jelas fakta kuat karena hanya nama baginda sahaja yang disebut mewarisi nabi Daud.Emangnya anak Nabi Daud Sulaiman seorang?

  32. @ilham othmany
    anda ngawur berat,
    1.kenabian tdk ada waris mewarisi,kenabian adalah penunjukan dr allah.
    2.dr mana anda tau bhw nabi daud tdk mewariskan hartanya ke nabi sulaiman?
    3.pembelaan anda ke abubakar soal waris membuat anda mendustakan ayat quran yg berbicara soal waris.pd hal dalil hadits yg dibw abubakar adalah kebohongan yg nyata,krn hanya abubakar sj yg meriwayatkan,anaknya aisyah pun ternyata scr tdk langsung tdk menerima kebohongan ayahnya.

    sdh sy katakan ke anda belajarlah lebih banyak ttg ahlulbait ke mereka yg mengetahui,bkn keorang yg membenci ahlulbait.ilmu yg anda miliki hanyalah DOKTRIN dr mereka yg membenci ahlulbait.

  33. @ madsuki
    Barangkali anda belum pernah mendengar hadis para ulama adalah pewaris para nabi?

  34. @ aldj
    Sudah jelas ayat al quran yang menyebut Sulaiman mewarisi nabi Daud tidak dapat dijadilkan dalil bahawa nabi itu diwarisi karena perkataan waris dalam ayat tersebut tidak dimaksudkan dengan makna waris pemilikan melainkan mewarisi dengan jalan amanah.
    Memang benar kenabian tidak diwarisi tapi perkataan waris dalam ayat hanyalah kalimah isti’aarah.

  35. @ilham othmany
    sudah jelas apanya?anda sj salah mengartikan soal waris mewarisi kenabian.
    sy minta dalil dr anda bhw nabi daud tdk mewariskan hartanya anda tdk jawab.
    klu anda tdk jwb berarti ucapan anda yg sdh jelas itu cuma isap jempol.

  36. @ aldj
    Tentang kemusykilan Aisyah menyimpan pakaian nabi itu jelas bukan atas jalan pewarisan.Tapi Abu Bakar sebagai khlaifah yang baginda adalah waliyul amri ketika itu berhak mengizinkan Aisyah menyimpan barang-barang peribadi nabi.Kalau atas jalan pusaka sepantasnya Aisyah tidak sekadar mendapat pakaian.Malah beliau berhak 1/8.

  37. Ayat Al Quran tersebut tidak cukup kriteria utk dijadikan dalil nabi itu diwarisi sebab:
    Aayat tersebut hanya berbicara tentang Nabi Sulaiman seorang padahal Nabi Daud masih punya waris-waris lain selain Sulaiman.
    Hadis yang dikeluarkan oleh Abu Bakr sekalipun ahad tapi bisa dihukumkan sahih karena diriwayatkan oleh Abu Bakr dan tidak ada alasan yang benar-benar valid utk mentajrihkan Abu Bakr sehingga hadis itu dapat dianggap dhaif.Di dalam hal ini hadis ahad yang sahih bisa dipakai bagi mentakhsiskan Al Quran.

  38. @ilham othmany
    pola fikir yg aneh,
    sulaiman mewarisi daud,adalah kalimat umum artix tdk ada membatasi ttg apa yg diwariskan,lalu anda membatasi hal tsb,mestinya anda dong yg memberikan dalil atas penolakan anda.
    sedangkan dalil alquran yg lain jelas bhw seorang anak mempunyai hak mendapatkan waris dr orang tuanya.
    dan ini pun tdk ada pembatasan bhw anak seorang nabi tdk punya hak atas waris.
    itu yg sy katakan anda mendustakan ayat2 allah krn pembelaan n fanatik buta anda trhdp abubakar.
    prihal aisyah adalah tuntutan aisyah ke utsman soal hak warisx dr rosul.tp ditolak utsman,tentu anda belum membaca riwayat ini.
    knp sy anggap abuakar berbohong soal waris,salah satux semua sahabat tdk mengetahuinya,yg lucunya keluarga rosul pun sebagai orang yg berhak mendapatkan waris tdk pernah mendengarnya.

    perihal ayat quran
    Qs;an-naml:Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman;
    anda baca lg,bhw allah lah yg memberi.
    perihal daud hanya memberi ke sulaiman sj
    apa dalilnya?apa anda tau daud punya anak berapa,klu daud punya anak selain sulaiman,apa anda tau bhw daud tdk memberikan warisnya ke anak2nya yg lain?
    yang parah lg abubakar ketika berdebat dgn fatimah,adakah anda tau apa argumen dr abubakar ke fatimah ketika fatimah memberikan dalil alquran ttg sulaiman mewarisi daud?
    sekali lg pertanyaan sy
    berikan dalil ke sy bhw daud tdk memberikan warisan harta kesulaiman

  39. @ilham othmany
    mau tanya mas ilham, harta Rasulullah SAW yang mana saja yang “disita”?. Jika Nabi tidak mewariskan harta tentunya semua harta Beliau harus disita toh? Silakan berikan kami pengetahuan tentang ini. Sebaiknya anda terlebih dahulu tunjukkan daftar harta Rasulullah SAW yang anda ketahui.

    salam damai.

  40. @ truthseeker
    Mengapa anda masih tidak mau menerima kebenaran?Malah ngeles ke daftar harta pusaka Rasulullah segala.Kita tidak perlu tau itu semua utk menentukan apakah Rasulullah itu bisa diwarisi atau tidak.Bukankah telah ada hadisnya Nahnu ma’aasyirul anbiaa’ nuurithu walaa nuurathu?Kalau Fatimah menuntut tanah fadak dengan alasan Nabi bisa diwarisi peninggalannya maka Aisyah dan istri-istri Rasulullah yang lain juga turut mempunyai hak ke atas tanah tersebut.Tidak ada kepentingan peribadi bagi Abu Bakar mengambil tanah tersebut utk dirinya sendiri.Siti Fatimah bukan satu-satunya waris tunggal Rasulullah kalau memang Rasulullah itu boleh diwarisi peninggalannya.

  41. @ilham othmany
    berteletele jadinya…begini saja ma ilham,..bagaimana anda bisa menjelaskan hadist suni soheh ttg kkecewaan/sakithatinya Sayyidah Fatimah sang penghulu wanita syurga kepada AbuBakar sampai meninggalnya dia tdk mau berbicara dengan Abu Bakar dan sahabat tertentu lainnya ?….

  42. @ilham othmany
    😀
    Anda paham tidak ya mengapa kita berdiskusi disini?.. 🙂
    Ini mungkin juga disebabkan anda tidak mau membaca. Masalahnya adalah hadits tsb dipertanyakan kesahihannya (silakan baca artikel terkait).
    Insyaallah jika saya menemukan kebenaran tsb maka saya akan taat kepada kebenaran tsb.
    Mudah2an anda paham bahwa pertanyaan tsb bukanlah untuk ngeles, tapi pertanyaan tsb sebetulnya mempertanyakan kenapa hanya tanah fadak yang dipermasalahkan (disita). Jika memang tujuannya adalah meyita semua warisan Rasulullah SAW (karena menjalankan hadits tsb) maka tentunya bukan hanya tanah fadak toh?, namun rasa2nya yang disita hanya tanah fadak (kecuali anda bisa menunjukkan bhw bukan hanya tanah fadak).
    *paham gak ya..*
    Sangat naif jika anda kembali mengajukan hadits tsb, seolah2 bahwa kami disini belum pernah tahu haduts tsb.. :mrgreen:
    Bukankah sangat jelas di blog sedang menganalisa hadits tsb (sampai begitu detail dan jelas) dan tiba2 anda mengajukan kepada kami hadits tsb seolah2 itu suatu yang baru.

    Tidak ada kepentingan peribadi bagi Abu Bakar mengambil tanah tersebut utk dirinya sendiri.

    😀
    Bukan urusan saya itu. Silakan anda pikirkan sendiri, apakah hujjah seperti itu mencukupi. Bagi saya:
    1. Saya tidak tahu apakah ada kepentingan pribadi disitu (yang sepertinya anda tahu betul).
    2. Tidak selalu sesuatu yang kita lakukan karena adanya kepentingan pribadi yang kuat.

    Siti Fatimah bukan satu-satunya waris tunggal Rasulullah kalau memang Rasulullah itu boleh diwarisi peninggalannya.

    Darimana anda tahu? Bukankah anda hanya sedang mengira2?. Apakah anda tahu bahwa misalnya tanah itu sudah pernah dihadiahkan oleh Rasulullah SAW kepada Sy Fatimah?

    Apakah anda bisa menjelaskan bahwa mengapa Rasulullah tidak mewasiatkan hadits tsb kepada ahli warisnya? Dan mengapa hadits tsb hanya diketahui oleh Sy Abu Bakar seorang?

    salam damai.

  43. Lalu Fatimah memberi izin Abu Bakar masuk. Abu Bakar pun masuk dan memohon keredhaannya, dan berkata, “Demi Allah, aku tidak meninggalkan rumah, harta benda, keluarga dan kaum kerabat, kecuali untuk mendapatkan keredhaan Allah, keredhaan RasulNya, dan keredhaan kamu Ahli Bait”.
    Kemudian Abu Bakar memohon keredhaan Fatimah sehingga dia meredhai.
    (Sunan Baihaqi no: 12515).

    Nah emang bedakan kedudukan sahabat dgn ahlulbait? Abubakar pun mengakuinya. Cuman salafiyyun yg suka ngeles. 🙂

    Sdh jelas siapa yg mesti dibela?

    Salam

  44. sangat disesalkan mereka yg fanatik buta membela abubakar dlm persoalan fadak,tdk menyadari bhw abubakar sempat menyesali perbuatannya terhadap fatimah,Tp ap boleh buat abubakar merubah penyesalannya krn bertemu dgn umar,
    kesalahan abubakar kemudian dibela mati2an oleh nashibi dgn menyalahkan fatimah n ali,yg justru difihak yg benar.
    apa kata imam ahmad bin hambal mengenai ali.?

    Abdullah ibn Ahmad Ibn Hambal bekata: aku bertanya kepada ayahku : “apa pandangan anda terhadap keutamaan.” Ayahku berkata: “didalam khilafah , Abu bakar dan Umar dan Usman”. Maka aku bertanya kembali: “kalau Ali ?” ayahku berkata : “wahai anakku, Ali ibn Abu Thalib adalah dari Ahlulbayt maka tidak ada seorangpun yang bisa dibandingkan dengannya.” {Thabaqat al-Hanabalah jilid 2 halaman 120)

  45. @SP
    dikau tega banget….??

  46. @aldj
    maaf “tega” apa ya maksudnya?

  47. @ all
    Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakr adalah keutamaan kita dalam hal ini.Jadi selagi hadis itu tidak dapat dibuktikan palsu selagi itulah hadis tersebut dapat dipakai sebagai pentakhsis Al Quran.Apabila di kalangan sesama sahabt berlaku perselisihan seperti seorang sahabat membawa satu hadis lalu dinafikan oleh sahabi yang lain maka kaedah menyebutkan dengan jelas “Al Ithbat muqaddamun ala al nafyi” pendapt yang menetapkan adalah di dahulukan atas pendapat yang menafikan karena para sahabat tidak mungkin berdusta atas nama Rasulullah.Lebih-lebih lagi orang yang seumpama Abu Bakar yang keutamaan dan persahabatannya dengan Rasululullah bukan sahaja sabit dengan kias dan sejarah malah datang dengan nas Al Quran.Seseorang yang telah dibenarkan oleh Allah pasti tidak akan menjadi dusta selama-lamanya.Buktikan dari segi apa hadis yang diriwayatkan oleh Sayidina Abu Bakr itu tidak boleh diterima!

  48. @ilham othmany

    Sy lihat anda sibuk dgn kepuasan anda atas keyakinan anda terhdp kebenaran Abubakar tanpa memperhatikan pertanyaan2 yg disodorkan ke anda? Beberapa pertanyaan penting @truthseeker tdk anda jawab. Apakah anda mengalami kesulitan?

    Salam

  49. @SP
    maaf…kadang agak lama tulisan sy dimunculkan

  50. rupanya si ilham othmany hanya sibuk menulis n copas.tanpa membaca tulisan lwn diskusinya.
    @ilham othmany.
    kata anda:”dari sisi mana apa yg diriwayatkan abubakar tdk diterima”

    waaalaaah…!!! dari kemaren2 anda tdk baca toh tulisan2 lwn diskusi anda..??
    ini sih paraaaah…

  51. @aldj,
    @ilham othmany
    sudah jelas apanya?anda sj salah mengartikan soal waris mewarisi kenabian.
    sy minta dalil dr anda bhw nabi daud tdk mewariskan hartanya anda tdk jawab.
    klu anda tdk jwb berarti ucapan anda yg sdh jelas itu cuma isap jempol.
    Jawab saya:
    Anda fahamkan berkenaan kaedah-kaedah usul?Apabila wujud dua nas yang pada zahirnya bertentangan wajiblah diharmoniskan kedua-dua nas itu sebisa-bisanya karena kaedah menyebutkan “I’maalul kalam aula min ihmalihi”Artinya mengamalkan sesuatu perkataan itu lebih aula dari membuangnya.Kaedah ini bermaksud sesuatu perkataan itu samada dalam perkara tasyri’(perkataan Allah dan RasulNya) atau dalam perkara tasarruf(seperti wasiat dari seseorang yang berakal) jika dipahamkan dengan satu makna yang tertentu akan menyebabkan satu-satu nas akan terbuang padahal jika dipahamkan dalam pengertian lainnya tidak ada nas yang akan terbuang maka wajiblah ditanggungkan maknanya kepada makna di mana tidak ada nas yang akan terbuang.Seperti dalam perbincangan kita kalaulah anda ngotot memahamkan bahawa Nabi Sulaiman mewarisi Dawud sebagai mewarisi dengan jalan permilikan berarti hadis Abu Bakar akan terbuang.Makanya tidak boleh tidak perkataan waris dalam ayat Al Quran mesti difahamkan sebagai mewarisi dengan jalan amanah dan bukan dengan jalan permilikan.Malah makna ini adalah sesuai dengan konteks ayat tersebut karena penyebutan hanya Sulaiman seorang yang mewarisi Nabi Daud cukup telah mengisyaratkan kepada kita bahawa yang diwarisi itu adalah kerajaan dan kenabian.Adalah konyol jika kita mengasumsikan bahawa Sulaimanlah waris Daud satu-satunya padahal nabi Daud mempunyai seratus orang istri.
    Tentang kata anda tidak ada nas bahawa Nabi Daud tidak mewariskan hartanya kepada Nabi Sulaiman, bukankah kaedah menyebutkan sesuatu yang tidak ada nas dalam Al Quran maka pendalilannya beralih kepada nas hadis?Nah bukankah Abu Bakar telah membawakan nas daripada hadis sebagai dalil?Bukankah hadis adalah pentafsir kepada Al Quran dan sekaligus dapat menjadi pentakhsis kepada nas-nas Al Quran yang mujmal?

  52. @ilham othmany
    1.sebagian ulama ahlusunnah mengaggap hadits tsb bathil n tdk benar
    2.lucux perdebatan abubakar n fatimah,abubakar menyesalinya,artix dalil yg diberikan adalah kebohongan,tp anda bersikeras membela abubakar,n menyalahkan fatimah.
    3.bertentangan nyata dgn dalil2 quran
    4.banyak ayat2 quran n hadits yg menyatakan bhw ahlulbait khususnya ali n fatima selalu dlm kebenaran
    5..seluruh sahabat istri2 nabi n ahlulbait yg justru terkait langsung dgn waris tdk pernah mendengarnya.
    Dr semua ini apa anda tdk tdk bisa menggunakan akal anda bhw abubakar berbohong?.
    bgmn mungkin anda mau mengharmoniskan sesuatu yg nyata dgn suatu kebohongan.

    Ini sy tampilkan perdebatan antara fatimah n abubakar

    Setelah perampasan tanah fadak sayidah Fatimah menemui Abubakar dan berkata kepada Abubakar mengapa engkau merampas tanah fadak dari kami? Kemudian Abubakar membaca hadis tsb .

    Setelah itu sayidah Fatimah az-Zahra menetapkan satu perkara islami dan dengan 2 ayat al-Quran memberikan dalil bahwa perkataan Abubakar batil dan tidak benar. Sayidah Fatimah az-Zahra berkata : “اترث اباک ولا ارث ابی” Hai Abubakar, kau mewarisi warisan dari ayahmu dan aku Fatimah (putri Nabi saw) tidak mewarisi warisan ayahku (apakah ini bisa diterima akal)?
    ” تزعمون ان لا ارث لي افعلی عمد ترکتم کتاب الله ونبضتموه وراء ظهورکم”

    Apakah kamu tidak membayangkan dengan pikiran ini kamu telah menentang kitab Allah dan perintah-perintah Allah telah kamu letakkan dibawah kakimu (kamu menentang perintah-perintah Allah ). Kamu berkata kalau para Nabi tidak meniggalkan warisan. Akan tetapi al-Quran tentang Nabi Sulaiman dan Nabi Dawud berkata: “وورث سلیمان داوود”(dan Suleiman telah mewarisi warisan dari (ayahnya) Dawud as.)

    Dan juga hubungan antara Nabi Yahya dan Zakaria, Nabi Zakaria berkata :
    “فهب لي من لدنک وليا يرثني ويرث من آل يعقوب” (maka anugerahilah aku dari sisimu seorang putera,yang akin mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub)

    Jika seluruh Nabi tidak memberikan warisan , kenapa Nabi Zakaria meminta kepada Allah swt seorang anak yang anak mewarisi semua miliknya, dan semua milik keluarga Ya’qub?

    Al-Quran mengeluarkan satu hukum yang mutlak yang ditujukan untuk seluruh orang-orang yang islam. Al-Quran berkata :
    “یصیکم الله فی اولادکم للذکر مثل حظ الانثببن” surah an-Nisa ayat 11.

    (Allah mensyariatkan Kepadamu tentang (pembagian pusaka/warisan untuk) anak-anakmu, yaitu bagian seorang anak laki-laki adalah sama dengan 2bagian anak perempuan….)

    (فزعمتم ان لا حظ لي ولا ارث لي من ابي) (ولا ارث من ابي افحکم الله بآیة اخرج ابي منها)
    Apa kamu berfikir kalau ada ayat yang lain yang melarang aku untuk mendapatkan warisan dari ayahku? “ام يقولون اهل ملتین لا یتوارثان”

    Apakah kamu memiliki keyakinan kalau aku bukan seorang muslim dan telah murtad sehingga aku tidak bisa mewarisi warisan ayahku?

    Ini adalah perdepatan antara sayidah Fatimah az-Zahra dan Abu-Bakr , kejadian ini dinukil/diriwayatkan oleh Jauhari salah seorang ulama besar Ahlu sunnah didalam kitab as-Saqifah wa Fadak halaman 144 dan juga dinukil/diriwayatkan oleh Ibn Abi Alhadid didalam kitabnya شرخ نهج البلاغة Begitu juga Ahmad Ibn Abi Thahir Baqdadi yang tereknal dengan Ibn Thaifur dalam kitab بلاغات النساء halaman14 menukilnya

    mudah2an anda menyadari

  53. 1.sebagian ulama ahlusunnah mengaggap hadits tsb bathil n tdk benar
    Jawab:Anda mengada-ngada.Masak sih ada ulama ahli sunnah yang menyanggah periwayatan Abu Bakr?Yg benar ulama sunnah berselisih tentang boleh atau tidak khabar ahad menjadi pentakhsis kepada lafaz am dalam Al Quran.Apabila sesuatu hadis itu tidak bisa dijadikan pentakhsis kepada Al Quran tidak semestinya hadis tersebut adalah bohong.
    2.lucux perdebatan abubakar n fatimah,abubakar menyesalinya,artix dalil yg diberikan adalah kebohongan,tp anda bersikeras membela abubakar,n menyalahkan fatimah.
    Jawab:Mana dalil Abu Bakar menyesali perbuatannya?Adakah anda mengada-ada sekali lagi?

    3.bertentangan nyata dgn dalil2 quran
    Jawab:Kan udah saya bilang hadis bisa mentakhsiskan Al Quran.

    4.banyak ayat2 quran n hadits yg menyatakan bhw ahlulbait khususnya ali n fatima selalu dlm kebenaran
    Jawab:Ali tidak selalu dalam kebnenaran seperti yang anda dakwa.Ali juga perlu kepada teguran-teguran dari orang lain utk membetulkan kesilapannya.Contoh yang palingg nyata ialah bukankah Ali telah tersilap ketika coba meminang putri Abu Jahal lalu ditegur oleh Rasulullah?

    5..seluruh sahabat istri2 nabi n ahlulbait yg justru terkait langsung dgn waris tdk pernah mendengarnya.
    Dr semua ini apa anda tdk tdk bisa menggunakan akal anda bhw abubakar berbohong?.
    bgmn mungkin anda mau mengharmoniskan sesuatu yg nyata dgn suatu kebohongan.
    Jawab:Astaghfirullahal azhiim!Abu Bakar telah diakui sebagai sahabat Rasulullah dengan Kalam Yang Qadim (Al Quran) dan dia adalah salah seorang yang Allah bersamanya di samping Rasulullah di dalam gua.Sekirannya anda mengatakan Dia berbohong berarti anda mengatakan Al Quran berbohong!Karena seorang yang telah dibenarkan oleh Allah tidak akan menjadi pendusta selama-lamanya.Ngerti?
    Tentang debat Siti Fatimah dengan Abu Bakar itu adalah perkara biasa dalam kehidupan para sahabat yang terkadang berlaku percecokan malah peperangan.Tapi itu semua dimotivasikan oleh semangat menegakkan kebenaran di kalangan para sahabat.Saya ingin tanya anda mengapa Abu Bakar mahu berbohong padahal dia sendiri tidak makan hasil tanah fadak tersebut? Dan hasilnya tetap digunakan bagi menyara keluarga ahlul bait?Diceritakan oleh Ibnu Seereen: “Semasa Abu Bakar r.a.hu hendak meninggal dunia dia telah mengatakan kepada anak perempuannya Aishah r.a.ha: “Aku tidak suka menerima sesuatu dari Baitulmal tetapi Umar telah menggesa aku supaya menerima wang sara agar aku tidak payah berniaga dan untuk membolehkan aku menumpukan sepenuh masaku bagi menjalankan tugas-tugasku sebagai seorang Khalifah. Aku tidak ada pilihan tetapi sekarang serahkan kebunku itu kepada pengganti aku sebagai membayar apa yang telah aku terima selama ini.”

    Jadi apabila Abu Bakar meninggal dunia, sebagai memenuhi wasiatnya maka kebunnya itu pun diserahkan kepada Umar oleh Aishah. “Semuga Allah s.w.t. memberkhati ayahmu. Dia telah tidak membuka peluang kepada sesiapa pun untuk mengata-ngatakannya.”

    Sungguhpun wang sara yang diterimanya dari Baitulmal sebagai mengantikan sumber pendapat beliau semasa menjadi Khalifah adalah halal dari segi undang-undang namun itupun tidak meyenangkan beliau.
    Anda dan sekelaian rakan-rakan syiah anda boleh mencaci dan mencerca Abu Bakr sebanyak-banyak yang anda mahu.Tapi ingat kebenaran adalah kebenaran dan Allah tidak akan pernah lupa dan lalai dari apa yang anda perbuat.

  54. @ilham othmany
    1.ini sy bw salah satunya
    “Suatu ketika aku bertanya kepada Ali bin Al-Fariqi, guru pada Madrasah Maghribiyah, di Baghdad : ‘Mengapa Abubakar tidak memberikan Fadak kepada Fatimah, sedangkan Fatimah berkata benar ?’. Ia tersenyum dan berkata lembut serta bersungguh-sungguh : ‘Bila Abubakar menyerahkan Fadak, maka ia mengakui kejujuran dan kebenaran Fatimah. Maka jika esoknya Fatimah datang kepadanya lagi untuk menuntut hak kekhalifahan suaminya (Ali bin Abi Tholib), maka ia (Abubakar) tak akan dapat mengelak, karena ia mesti konsisten dengan pengakuannya atas kejujuran dan kebenaran Fatimah. Dan hal ini akan menggoyahkan kedudukannya sebagai khalifah’.”

    Ref. Ahlusunnah :

    Ibn Abi Hadid, dalam “Syarh Nahjul Balaghah”, jilid 16, hal. 284. [Lihat Catatan kaki no. 68]

    2.bukankah ada dalil abubakar meminta maaf,meminta ridho fatimah
    3.banyak ayat quran berbicara ttg waris,sprt yg sdh sy sampaikan,lalu muncul ucapan abubakar yg berlawanan dgn alquran,yg tdk seorangpun dr ratusan ribu sahabat termasuk ali n fatimah mendengarnya,apa anda fikir klu hadits itu benar lalu rosul tdk mengatakan ke fatimah anaknya itu sesuatu perbuatan yg benar? anda berfikir baik2 sesuatu yg menyangkut anak anda,lalu anda tdk menyampaikan ke anak anda,tp anda menyampaikan ke orang lain yg tdk ada hub apa2 dgn soal yg harus anda sampaikan keanak anda,apakah itu sesuatu yg bisa dibenarkan?
    berfikirlah dgn benar,jgn dgn fanatik anda seolah2 abubakar tdk mungkin salah.
    4.walaah anda bawa riwayat yg sdh dibahas lama,n tdk ada guna. apa anda mau mengatakan bhw hadits rosul ttg ali dlm kebenaran adalah lemah atw palsu?
    5.lg2 anda bw dalil2 lemah ttg abubakar.anda lah yg krn fanatik lalu anda ingkar trhdp ayat quran
    coba anda baca ayat2 ini Al-Naml: 16.
    Maryam: 5-6.
    Al-Anfal:75.
    Al-Nisa’: 11.
    Al-Baqarah: 180
    kt anda:
    Tentang debat Siti Fatimah dengan Abu Bakar itu adalah perkara biasa dalam kehidupan para sahabat yang terkadang berlaku percecokan malah peperangan.

    betul2 parah anda ini,sekali lagi anda tdk kenal ahlulbait,dan anda pandang remeh ucapan2 rosul.ini sy bw dalil lg
    Setelah peristiwa itu, Abubakar dan Umar berkunjung ke rumah Fatimah as, dikarenakan mereka merasa telah menyakiti beliau as. Kemudian Fatimah as berkata : ”Apakah kalian tidak mendengar Rasul saw bersabda ‘Keridhoan Fatimah adalah keridhoanku, Kemurkaan Fatimah adalah kemurkaanku. Barangsiapa mencintai Fatimah, puteriku, berarti mencintaiku dan barangsiapa membuat Fatimah murka berarti membuat aku murka’ ?”

    Mereka berdua menjawab : “Ya, kami telah mendengarnya dari Rasulullah”.

    Fatimah as berkata : “Aku bersaksi kepada Allah dan para malaikat-Nya, sesungguhnya kalian berdua telah membuat aku marah dan kalian berdua membuat aku tidak ridho. Seandainya aku bertemu Nabi saw nanti, aku akan mengadu kepada beliau tentang kalian berdua”.

    Kemudian Fatimah as berkata kepada Abubakar : “Demi Allah, sungguh aku akan mengadukan engkau kepada Allah di setiap sholatku”.

    Ref. Ahlusunnah :

    1. Ibn Qutaibah, dalam “Al-Imamah Was Siyasah”, hal. 14.

    2. Ibn Qutaibah, dalam “Khulafaur Rasyidin”, hal. 13-14.

    Dan Fatimah as tidak berbicara dengan Abubakar sampai wafatnya. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Fatimah bersumpah untuk tidak berbicara selama-lamanya dengan Abubakar dan Umar. Dan Fatimah dikuburkan secara diam-diam pada malam hari.

    Ref. Ahlusunnah :

    1. Sohih Bukhori, juz 3, kitab “Al-Maghazi”, bab “Perang Khaibar”. [Lihat Catatan Kaki no. 34, juga 33]

    2. Al-Hakim, dalam Mustadrak, jilid 3, saat menceritakan wafatnya Fatimah.

    3. Ibnu Sa’ad, dalam “Thabaqat”, jilid 2, bab 2, hal. 84.

    4. Muttaqi Al-Hindi, dalam “Kanzul Ummal”, jilid 7, hadits no 18769. [Lihat Catatan Kaki no. 67]

    5. Thahawi, dalam “Musykil Al-Atsar”, jilid 1, hal. 48.

    Apa anda fikir ini perkara biasa?
    Lebih parah lagi anda katakan peperangan(saling bunuh) antara sahabat adalah perkara biasa.terlalu muak sy membaca nya…!!
    Kebodohan apalagi yg akan anda sampaikan.
    Andalah yg mestinya beristigfar

  55. bersyukurlah mereka yg telah keluar dari Mazhab Para Sohabat menuju Mazhab Ahlulbayt..

    Perkataan Ilham Othmani dengan sendirinx membuka kedok hakekat sesungguhnx akan ajarannya…..sungguh2 sangat tdk beragama..apapun itu agamanya pasti tdk ada yg seperti agamanya si Ilham Othmani….MENGERIKAN

  56. bersyukurlah mereka yg telah keluar dari Mazhab Para Sohabat menuju Mazhab Ahlulbayt..

    Perkataan Ilham Othmani dengan sendirinx membuka kedok hakekat sesungguhnx akan ajarannya…..sungguh2 sangat tdk beragama..apapun itu agamanya pasti tdk ada yg seperti agamanya si Ilham Othmani….MENGERIKAN ..wal’iyyadzubillaahimindzalik

    semoga hidayah dan rahmat Allha tertuju pada mereka…

  57. @ilham othmany
    Semoga anda pahami, bahwa yang sedang anda lakukan adalah:
    1. Menghindar dari dalil aqli.
    2. Bertahan dengan hanya 1 dalil naqli yang juga dipertanyakan kesahihan.

    Anda telah menolak semua dalil yang begitu kuat hanya dengan 1dalil yang berputar2. Sulit bagi mereka yang kritis alih menerima argumen anda, bahkan memahami cara pikir anda saja bingung.. :D.
    Kecuali anda memang sedang bertahan dengan doktrin (tanpa sikap kritis), maka anda salah masuk blog, wong judulnya saja analisa, tentunya adalah cara pikir kritis (bukan asal telan).

    salam damai.

  58. @ All
    Semasa Rasulullah saw wafat para sahabat telah berselisih tentang di manakah akan dikebumikan Rasulullah saw.Ketika itu Abu Bakar telah menyelesaikan masalah ini dengan membawa hadis bahawa para nabi dikebumikan di mana mereka wafat.Hadis ini hanya diketahui oleh Abu Bakar seorang saja.Adakah kalian akan mengatakan juga hadis ini bohong hanya dengan alasan ia hanya diriwayatkan oleh Abu Bakar seorang sahaja???

  59. @ilham othmany

    Abu Bakar diakui sebagai sahabat Rasulullah dg Kalam yg Qadim (Alquran) dan dia adalah salah seorang yang Allah bersamanya di samping Rasulullah. Karena seorang yang telah dibenarkan oleh Allah tdk akan menjadi pendusta selama2nya.

    Jawaban anda anda ini adalah bentuk ghuluw terhadap Abu Bakar, apakah Abu Bakar itu maksum..? ayat diatas menyatakan jaminan keselamatan Allah atas Nabi dan Abu Bakar di karenakan Abu Bakar sangat gelisah dan takut di kejar2 oleh sekelompok pasukan. Bukan berati jaminan Allah terhadap Abu Bakar berlaku selama2nya dalam kebenaran dan tdk akan menjadi pendusta selama2nya. Ini di buktikan dalam sejarah ataupun hadis bawa Abu Bakar bertindak tdk sesuai dg sunnah Nabi.
    – kasus tanah fadak yg kt diskusikan.
    -pembagian khumus yg menyalahi sunnah Nabi.
    -pembentukan khalifah yang menyalahi syariat islam.

    Percekcokan dan perang antar sahabat kamu nyatakan adalah hal yang biasa.

    Omongan anda yang satu ini benar2 menyalahi syariat islam yang mulya dan menyalahi logika yg sehat.

    Kita ambil satu dalil saja.Bukankah Alquran menyatakan bahwa shalat itu bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Percekcokan dan peperangan adalah perbuatan keji dan mungkar jika menyalahi syariah.

  60. @ilham othmany
    anda sdh tdk perlu membuat perkara baru yg tdk berguna,dgn mecari2 pembenaran trhdp apa yg telah diperbuat abubakar trhdp fatimah.
    sdh jelas dalil2 yg sy sampaikan keanda,klu hal tsb tdk berguna buat anda,tdk perlu lg anda membuat hal2 baru.
    semakin anda berdalih semakin anda menunjukan kebodohan anda dikarnakan kefanatikan anda.
    msh adalg dalil2 dr beberapa ulama ahlusunah yg menyatakan bhw hadits yg dibw abubakar adalah kebohongan.
    msh ada dalil2 alquran,hadits rosul n saksi2 dr sahabat n ahlulbait bhw fadak adalah milik fatimah.
    Tapi semua percuma disampaikan,kami hanya berharap hidayah sj bisa merubah anda dr menghilangkan fanatik buta anda.
    Cukup buat sy kalimat bodoh n menjijikan dr anda yg mengatakan pertengkaran/murka fatimah(jg murka rosul) adalah hal biasa n peperangan(saling bunuh) antara sahabat jg biasa.tanpa ada kata2 penyesalan dari anda,bhw anda telah menyesal berucap seperti itu.
    Saran sy sekali lg banyak2 lah mempelajari ttg ahlulbait dr mereka yg mengerti siapa itu ahlulbait,semoga dr situ anda bisa memperoleh hidayah…amiin.

  61. @all
    semasa Rasulullah sakit akan wafat baginda telah menyuruh Aisyah memberitahu bapanya Abu Bakar agar mengimami orang ramai solat.Aisyah kemudian menyuruh Umar dan oleh karena suara Umar sangat kuat hingga terdengar kepada rasulullah saw dan baginda sangat marah apabila mendengar Umar mengimami solat dan bersabda dimana Abu Bakar?Mengapa bukan dia yang mengimami solat?Aisyah lantas mengatakan “Ya Rasulullah,ayahku adalah seorang yang penyedih hatinya dan mudah menangis setiap kali membaca ayat-ayat suci Al Quran..Rasulullah bersabda perintahkan Abu Bakr agar mengimami orang banyak dan baginda bersabda lagi

    ياءبى الله والمؤمنون الا ابا بكر
    Artinya:Allah dan sekelian orang-orang yang beriman enggan melainkan kepada Abu Bakr.
    Hadis ini menunjukkan satu bukti kuat akan kedudukan Abu Bakr mulia di sisi Allah Rasulnya dan oerang-orang tyang beriman.Malah sewaktu berlakunya trajedi hari khamis di mana Rasulullah telah meminta pena dan kertas utk menuliskan wasiat nya .Umar yang kasihan kepada rasulullah saw mengatakan Rasulullah saw semakin berat sakitnya cukuplah bagi kita Al Quran dan sunnah sehingga membawa berlakuknya pertengkaran sehingga menyebabkan Rasulullah tidak jadi menuliskan wasiat baginda sambil berujar seperti perkataan di atas ياءبى الله والمؤمنون الا ابا بكر
    Artinya Allah dan orang-orang yang beriman enggan melainkan Abu Bakr.Ini mengindikasikan Abu Bakrlah orang yang akan diwasiatkan oleh Rasulullah sebagai khalifah tapi baginda tidak jadi menulisnya karena pertengkaran para sahabat dan lagi pun baginda telah sedia tahu bahawa Abu Bakar tetap akan menjadi khalifah seperti kehendak baginda.Perlantikan Abu Bakar sebagai khalifah akhirnya menjadi ijmak semua sahabat termasuk ahlul bait.Dan jika kalian kaum syiah mengingkari kekhalifahan Abu Bakar berarti kalian bukan saja telah menyalahi Quran,bahkan nabi dan ijmak ummat ini yang termasuk di dalamnya sayidina Ali dan sekelian ahlul bait!.Bayangkan apa hukumnya seorang yang mati dalam keadaan menyalahi ijmak?Anda pun tahu sendiri apa yang dicatat oleh Al Quran.

  62. @ All
    Semasa Rasulullah saw wafat para sahabat telah berselisih tentang di manakah akan dikebumikan Rasulullah saw.Ketika itu Abu Bakar telah menyelesaikan masalah ini dengan membawa hadis bahawa para nabi dikebumikan di mana mereka wafat.Hadis ini hanya diketahui oleh Abu Bakar seorang saja.Adakah kalian akan mengatakan juga hadis ini bohong hanya dengan alasan ia hanya diriwayatkan oleh Abu Bakar seorang sahaja???

    Jika kalian beranggapan hadis di atas adalah bohong berarti kalian kaum syiah telah mengiktikadkan Rasulullah saw telah dikebumikan berdasarkan kepada hadis bohong.Alangkah buruknya iktikad yang demikian sama seperti buruknya iktikad bahawa Abu Bakar telah berbhong.Adakah seorang yang telah membenarkan Rasulullah saw di saat semua orang mendustai baginda di awal Islam akan jadi seorang pembohong?Kalian mengatakan hadis itu bohong hanya semata-mata karena ianya diriwayatkan oleh Abu Bakar seorang.Alangkah sepelenya alasan seperti itu.Tidakkah kalian terfikir betapa akrabnya hubungan Rasulullah dengan Abu Bakar dan betapa terpercayanya Abu Bakr dikalangan orang-orang islam pada waktu itu dan Rasulullah mengetahui hal tersebut sehingga sangat-sangat memungkinkan baginda hanya memberitahu Abu Bakar seorang saja sebagian hadis-hadis baginda atas sebab-sebab dan muslihat yang tertentu yang hanya diketahui oleh dan RasulNya shaja.Setelah begitu banyak kebaktian yang ditaburkan oleh Abu bakar ke atas ahgama Islam mengapa kalian menuduhnya sebagai pembohong dengan hanya satu alasan yang sangat sepele?Bukankah lebbih baik kalian bersikap bersangka baik ke atas beliau dan mentakwil perbuatannya berdasarkan alasan-alasan yang positif karena nyatanya belaiu memang berhak utk itu dan berhak merah penghurmatan di atas jasa-jasa baginda yang begitu besar?Alangkah buruknya pekerti kalian ke atas orang yang telah berkorban jiwa dan raganya terhadap Allah,RasulNya dan agama Islam!

  63. Assalamualaikum….
    Mari kita renungkan sedikit saja, dan sekali lagi kita renungkan dan pikirkan dengan pikiran yang jernih bahwasanya Rasulullah adalah seorang yang cerdas dan sangat berhati hati dalam segala hal. Saya rasa anda akan setuju dengan pernyataan saya diatas….insyallah.
    Nah sederhana saja….bila mengenai hal-hal khusus mengenai warisan tentu saja Rasulullah akan membicarakannya dengan Ahlul baytnya, dan bukan dengan Abu Bakar. Terasa aneh saja ketika Abubakar merasa lebih berhak dan tau tentang warisan Muhammad dibandingkan Ahlul Baytnya.
    Coba hal ini kita terapkan setiap manusia..bagaiman mungkin orang lain lebih berhak dan lebih tau masalah harta warisan dibandingkan yang berhak menerimanya seperti dituliskan dalam quran……
    Sungguh suatu peristiwa yang aneh dan tidak masuk akal…

  64. @Ilham Othmani
    assalamualaikum. sebelumnya saya hendak bertanya kepada saudara….mengertikah saudara kenapa abubakar menangis setelah terjadinya perang uhud? sudah bacakah anda riwayat ini?
    Sudahkah anda baca dan pahami peristiwa di saat nabi hendak wafat…yang dikenal dg peristiwa saqifah, yang di situ umar bin khatab merasa lebih tau dari Nabi mengenai umat?
    atau sudahkan anda baca kisah pengirimah pasukan islam ke syam, yang dipimpin oleh usamah yang ditentang oleh abubakar sehingga rasul marah?
    Sudah bacakah anda mengenai peristiwa terbunuhnya seorang yang dipercaya mengumpulkan zakat oleh khalid bin walid..yang setelah dibunuh istrinya dinikahi dan digauli malam itu juga….yang dimaafkan oleh khalifah abubakar?padahal seharusnya berlaku hukum qishas.
    Sudah bacakah anda hadist2 yang meriwayatkan Hasan dan Husein di sisi Rasulullah?

    Jika jawaban saudara adalah belum. Maka lebih baik baca dulu deh biar mengerti saudara bagaimana berhujah.

  65. @alfatih
    sy rasa ilham othmany ini sdh tdk perlu lg kita memberi nasehat n berdiskusi dgnnya,krn yg dia miliki cuma fanatik.
    dr awal diskusi ini kami hanya memakai dalil ahlusunnah.tdk ada yg memakai dalil syiah.tp krn dia tdk bisa mematahkan argumen lawannya,maka dia tdk punya argumen lain kecuali mengatakan bhw lawan diskusinya adalah syiah.dgn cara seperti itu maka puaslah dirinya dgn menghujat syiah.
    di otaknya,.barang siapa yg memberi keterangan yg benar n membela ahlulbait,maka dikatakan syiah,klu syiah maka sesat.
    Jadi apabila kita membela ahlulbait maka kita adalah suatu kaum yg sesat.sdh jelas bagi kami bhw orang sprt ilham othmany ini dilingkari oleh kebencian terhadap ahlulbait
    hujatan dia justru sebenarnya dia menghujat ulama2 ahlusunnah,krn selama ini kami berdalil bersandar dr kitab2 ahlusunnah.
    Tapi begitulah kaum nawashib,cahaya yg terang buat mereka adalah menyakitkan,sehingga mereka tetap bersikeras mencari jalan kegelapan.

  66. agama ada dendam ,marah, iri benci caci maki, mending nonton kungfu cina zet-lie jelas ramenya, dan itu bukan agama tapi film hehe…

  67. kalo cuma ngomong iran juga dari dulu jago ngomongnya, mana dia pernah perang dengan yahudi ?, kalo sahabat rosul berahlak jelek, sungguh rosul gagal mendidik orang selama 23 tahun, berfilirlah jika anda mencari jalan yang haq….

  68. @tatang:
    kalo sahabat rosul berahlak jelek, sungguh rosul gagal mendidik orang selama 23 tahun???
    Berfikirlah yg benar, Akhi. Kalau ada sahabat Nabi saw. berakhlak jelek, yg gagal itu ya si sahabat itu, yaitu si sahabat itu yg gagal mengikuti akhlak Nabi saw. yg sangat mulia.
    Sahabat Nabi saw. ada yg minum khamr pada masa Umar bin Khaththab berkuasa; Apakah Anda menilai Nabi saw. gagal mendidik sahabat tsb utk menjauhi khamr? ataukah sahabat itu sendiri yg gagal mendidik dirinya sehingga tidak mematuhi tuntunan Allah & Rasul-Nya utk menjauhi khamr?
    Nabi saw. berpesan agar para sahabatnya jangan kembali kufur sepeninggal beliau saw., yaitu sebagian mereka menebas leher sebagian yg lain. Lalu, Khalid bin Walid mengeksekusi mati Malik bin Nuwairah r.a. yg juga merupakan sahabat Nabi saw. Anda mau menyimpulkan apa: Nabi saw. gagal mendidik Khalid bin Walid, ataukah Khalid bin Walid itulah yg gagal mengamalkan pesan Nabi saw.?
    Lebih-lebih lagi, perang Jamal & perang Shiffin, sejumlah Sahabat memerangi Imam Ali bin Abi Thalib a.s. Bagaimana Anda berpikir? Nabi saw. gagal mendidik meraka? ataukah meraka sendirilah yg tidak mau menuruti tuntunan Nabi saw. bhw Imam Ali adalah wali setiap mukmin setelah Nabi saw.?
    Ingat juga kisah para nabi2 yg lain: Anak Nabi Nuh a.s. ada yg tidak beriman sehingga ditenggelamkan. Siapa yg gagal? Nabi Nuh a.s. gagal mendidik anaknya ataukah anaknya itu sendiri yg tidak mau beriman? Saya menilai anaknya yg gagal (/tidak mau) beriman; kalau Anda mungkin akan menilai Nabi Nuh a.s. lah yg gagal.
    Sudahkah Anda berfikir dgn teliti ketika mengkaji perbedaan faham? Salam utk Anda. Semoga tercerahkan.

  69. banyak wahabi nya,,semoga ALLAH mengembalikan kesadaran mereka,,insyaallah amin allahumma amin

Tinggalkan komentar