Ilmu Rijal Syi’ah : Ikhtilaf Mengenai Muhammad bin Sinan?

Ilmu Rijal Syi’ah : Ikhtilaf Mengenai Muhammad bin Sinan?

Dalam salah satu tulisan sebelumnya kami pernah melemahkan hadis Syi’ah yang di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Sinan. Kali ini kami akan membahas lebih rinci mengenai kedudukan sebenarnya Muhammad bin Sinan berdasarkan ilmu Rijal Syi’ah. Muhammad bin Sinan adalah perawi yang diperselisihkan kedudukannya dalam ilmu Rijal Syi’ah. Sebagian ulama Syi’ah mendhaifkannya dan sebagian lagi mentautsiq-nya. Pendapat yang rajih adalah ia seorang yang dhaif.

.

.

Ilmu Rijal Syi’ah memiliki perbedaan yang unik dengan Ilmu Rijal Sunni, dalam kitab Rijal Syi’ah terdapat fenomena dimana tautsiq atau jarh seorang perawi berasal dari Imam ahlul bait [yang ma’shum dalam pandangan Syi’ah]. Kemudian jarh dan ta’dil terhadap perawi Syi’ah dari ulama-ulama Syi’ah [dalam kitab Rijal Syi’ah] tidaklah sebanyak jarh dan ta’dil terhadap perawi Sunni dari Ulama-ulama Sunni [dalam kitab Rijal Sunni]. Sehingga dalam mentarjih antara yang mentautsiq dan menjarh [jika terdapat ikhtilaf], tidak terlalu rumit. Secara ringkas ada tiga cara untuk menetapkan kedudukan perawi dalam kitab Rijal Syi’ah

  1. Tautsiq atau Jarh dari Imam Ahlul Bait [jika ada] yang dapat ditemukan dalam riwayat yang sanadnya shahih sampai Imam ma’shum
  2. Tautsiq atau Jarh dari ulama mutaqaddimin
  3. Tautsiq atau Jarh dari ulama muta’akhirin

Tentu saja tautsiq atau jarh dari Imam Ahlul Bait mendapat peringkat paling Utama dalam mentarjih, artinya jika terdapat riwayat shahih dari Imam Ahlul Bait mengenai seorang perawi maka hal ini lebih diutamakan dibanding pendapat para ulama baik mutaqaddimin maupun muta’akhirin.

.

.

Kemudian tentu saja secara sederhana, pendapat ulama mutaqaddimin terhadap seorang perawi lebih diutamakan dibanding pendapat muta’akhirin dengan dasar mereka lebih dahulu masa hidupnya dan lebih mengetahui dibanding orang setelah mereka. Mengenai Muhammad bin Sinan, berikut pernyataan ulama mutaqaddimin tentangnya

وقال أبو العباس أحمد بن محمد بن سعيد أنه روى عن الرضا عليه السلام قال: وله مسائل عنه معروفة، وهو رجل ضعيف جدا لا يعول عليه ولا يلتفت إلى ما تفرد به

Abu ‘Abbas Ahmad bin Muhammad bin Sa’iid berkata bahwa ia [Muhammad bin Sinaan] meriwayatkan dari Ar Ridhaa [‘alaihis salaam], ia dikenal memiliki masa’il darinya, ia seorang yang dhaif jiddan, tidak bisa diandalkan dan tidak perlu diperhatikan riwayat yang ia tafarrud dengannya [Rijal An Najasyiy hal 328 no 888]

An Najasyiy sendiri dalam biografi Miyaah Al Mada’iniy menyatakan bahwa Muhammad bin Sinan dhaif [Rijal An Najasyiy hal 424-425 no 1140]. Ibnu Ghada’iriy berkata tentangnya dhaif ghuluw dan pemalsu hadis [Rijal Ibnu Ghada’iriy hal 92]

قال محمد بن مسعود، قال عبد الله بن حمدويه: سمعت الفضل بن شاذان، يقول: لا أستحل أن أروي أحاديث محمد بن سنان، وذكر الفضل في بعض كتبه: أن من الكاذبين المشهورين ابن سنان وليس بعبد الله

Muhammad bin Mas’uud berkata Abdullah bin Hamdawaih berkata aku mendengar Fadhl bin Syadzaan mengatakan aku tidak mengizinkan meriwayatkan hadis Muhammad bin Sinan, dan Fadhl menyebutkan dalam sebagian kitabnya “bahwa yang termasuk orang-orang yang dikenal pendusta yaitu Ibnu Sinan dan bukanlah yang dimaksud Abdullah [Rijal Al Kasyiy 2/796 no 978]

Muhammad bin Mas’ud termasuk guru Al Kasyiy dan ia seorang yang tsiqat shaduq [Rijal An Najasyiy hal 350 no 944] dan Abdullah bin Hamdawaih disebutkan bahwa ia tsiqat [Fa’iq Al Maqal Fi Hadits Ar Rijal hal 124 no 575]

Syaikh Ath Thuusiy dalam kitab Rijal-nya menyatakan bahwa Muhammad bin Sinan dhaif [Rijal Ath Thuusiy hal 364] dan ia pernah berkomentar dalam kitabnya Tahdzib Al Ahkam

ما في هذا الخبر انه لم يروه غير محمد بن سنان عن المفضل بن عمر، ومحمد بن سنان مطعون عليه ضعيف جدا،

Adapun khabar ini bahwa ia tidak diriwayatkan selain dari Muhammad bin Sinan dari Mufadhdhal bin ‘Umar dan Muhammad bin Sinan tercela atasnya dhaif jiddan [Tahdzib Al Ahkam Syaikh Ath Thuusiy 7/361]

Diantara ulama yang mentautsiq Muhammad bin Sinan adalah Syaikh Al Mufiid dalam kitabnya Al Irsyad dimana ia berkata

فصل فممن روى النص على الرضا علي بن موسى عليهما السلام بالإمامة من أبيه والإشارة إليه منه بذلك، من خاصته وثقاته وأهل الورع والعلم والفقه من شيعته: داود بن كثير الرقي، ومحمد بن إسحاق بن عمار، وعلي ابن يقطين، ونعيم القابوسي، والحسين بن المختار، وزياد بن مروان، والمخزومي، وداود بن سليمان، ونصر بن قابوس، وداود بن زربي، ويزيد ابن سليط، ومحمد بن سنان

Pasal : yang termasuk orang yang meriwayatkan nash atas Ar Ridha Aliy bin Muusa [‘alaihis salaam] tentang Imamah dari ayahnya dan isyarat tentangnya dari golongan khususnya dan tsiqat, ahlul wara’, alim dan faqih dari Syi’ah-nya adalah Dawud bin Katsir Ar Raaqiy, Muhammad bin Ishaq bin ‘Ammar, Ali bin Yaqthiin, Nu’aim Al Qaabuus, Husain bin Mukhtaar, Ziyaad bin Marwaan, Al Makhzuumiy, Dawud bin Sulaiman, Nashr bin Qaabuus, Dawud bin Zarbiy, Yaziid bin Sulaith dan Muhammad bin Sinan [Al Irsyad Syaikh Mufiid 2/247-248]

Tetapi Syaikh Al Mufiid mengalami tanaqudh [pertentangan] dalam perkara ini karena didalam kitabnya yang lain, ia malah menegaskan kedhaifan Muhammad bin Sinan. Syaikh Al Mufid dalam Jawabat Ahl Al Mawshul berkomentar mengenai suatu riwayat

غير معتمد عليه، طريقه محمد بن سنان، وهو مطعون فيه، لا تختلف العصابة في تهمته وضعفه، وما كان هذا سبيله لم يعمل عليه في الدين

Tidak dapat dijadikan pegangan atasnya, di dalamnya ada Muhammad bin Sinan dan ia tercela atasnya, tidak berselisih ashaabah mengenai tuduhan dan pendhaifan terhadapnya, dan yang menjadi jalannya disini adalah tidak beramal dengannya dalam agama [Jawabat Ahl Al Mawshul Syaikh Al Mufiid hal 20]

.

.

.

Sebagian ulama muta’akhirin menguatkan taustiq terhadap Muhammad bin Sinan karena ditemukan riwayat-riwayat dari Imam Ahlul Bait yang memuji Muhammad bin Sinan. Tetapi sebagian ulama mut’aakhirin yang lain menilai bahwa riwayat-riwayat tersebut tidak shahih atau tidak kuat sebagai tautsiq terhadap Muhammad bin Sinan. Riwayat-riwayat Imam Ahlul Bait yang memuji Muhammad bin Sinaan terbagi menjadi dua

  1. Riwayat yang di dalamnya sanadnya terdapat Muhammad bin Sinaan, artinya riwayat tersebut berasal darinya sendiri
  2. Riwayat yang di dalam sanadnya tidak terdapat Muhammad bin Sinaan

Mengenai riwayat pertama maka ia tidak dapat dijadikan hujjah disini karena riwayat tersebut berasal dari Muhammad bin Sinaan sendiri padahal justru kedudukan Muhammad bin Sinaan yang sedang dibahas dhaif tidaknya. Maka pembahasan selanjutnya hanya difokuskan pada riwayat jenis kedua. Ada tiga riwayat yang menunjukkan tautsiq Imam ma’shum kepada Muhammad bin Sinaan

حدثني محمد بن قولويه، قال: حدثني سعد بن عبد الله، قال: حدثني أبو جعفر أحمد بن محمد بن عيسى، عن رجل، عن علي بن الحسين بن داود القمي قال: سمعت أبا جعفر الثاني عليه السلام يذكر صفوان بن يحيى ومحمد بن سنان بخير

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Quluwaih yang berkata telah menceritakan kepadaku Sa’d bin ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan keadaku Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad bin Iisa dari seorang laki-laki dari Aliy bin Husain bin Dawud Al Qummiy yang berkata aku mendengar Abu Ja’far Ats Tsaniy [‘alaihis salaam] menyebutkan Shafwan bin Yahya dan Muhammad bin Sinan dengan kebaikan…[Rijal Al Kasyiy 2/792 no 962]

Riwayat ini sanadnya dhaif karena di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang majhul karena tidak disebutkan namanya.

عن أبي طالب عبد الله بن الصلت القمي، قال: دخلت على أبي جعفر الثاني عليه السلام في آخر عمره فسمعته يقول: جزى الله صفوان بن يحيى ومحمد ابن سنان وزكريا بن آدم عني خيرا فقد وفوا لي ولم يذكر سعد بن سعد

Dari ‘Abi Thalib ‘Abdullah bin Ash Shalth Al Qummiy yang berkata “aku masuk menemui Abu Ja’far Ats Tsaniy [‘alaihis salaam] pada akhir umurnya, aku mendengar ia mengatakan semoga Allah SWT membalas Shafwan bin Yahya, Muhammad bin Sinaan, Zakariya bin Adam dariku dengan kebaikan, sungguh mereka telah setia kepadaku. Beliau tidak menyebutkan Sa’d bin Sa’d…[Rijal Al Kasyiy 2/792 no 963]

Abu Thalib ‘Abdullah bin As Shalt Al Qummiy termasuk perawi yang tsiqat meriwayatkan dari Imam Ar Ridha [‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 217 no 564]. Hanya saja zhahir riwayat Al Kasyiy hanya menyebutkan sanadnya dari Abu Thalib ‘Abdullah bin As Shalt Al Qummiy maka riwayatnya dhaif karena mursal. Al Kasyiy tidak bertemu dengan ‘Abdullah bin As Shalt.

حدثني محمد بن قولويه، قال: حدثني سعد، عن أحمد بن هلال، عن محمد بن إسماعيل بن بزيع، أن أبا جعفر عليه السلام كان لعن صفوان بن يحيى ومحمد بن سنان، فقال: انهما خالفا أمري، قال، فلما كان من قابل، قال أبو جعفر عليه السلام لمحمد بن سهل البحراني: تول صفوان بن يحيى ومحمد بن سنان فقد رضيت عنهما

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Quluwaih yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’d dari Ahmad bin Hilaal dari Muhammad bin Ismaiil bin Bazi’ bahwa Abu Ja’far [‘alaihis salaam] melaknat Shafwan bin Yahya dan Muhammad bin Sinaan. Maka Beliau berkata “keduanya telah menyelisihi perintahku”. [Perawi] berkata namun pada kali berikutnya, Abu Ja’far [‘alaihis salam] berkata kepada Muhammad bin Sahl Al Bahraniy “setialah dengan Shafwan bin Yahya dan Muhammad bin Sinaan, sungguh aku telah meridhai keduanya [Rijal Al Kasyiy 2/793 no 964]

Riwayat ini sanadnya dhaif karena Ahmad bin Hilaal Al Arbata’iy. Ia seorang yang diperselisihkan tetapi yang rajih kedudukannya dhaif jika tafarrud.

أحمد بن هلال أبو جعفر العبرتائي صالح الرواية، يعرف منها وينكر، وقد روى فيه ذموم من سيدنا أبى محمد العسكري عليه السلام

Ahmad bin Hilaal Abu Ja’far Al ‘Abarta’iy shalih riwayatnya, dikenal darinya dan diingkari. Dan sungguh telah diriwayatkan tentangnya celaan dari Sayyid kami Abu Muhammad Al Askariy [‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 83 no 199].

أحمد بن هلال العبرتائي أبو جعفر أرى التوقف في حديثه إلا في ما يرويه عن الحسن بن محبوب من كتاب “المشيخة” ومحمد بن أبي عمير من “نوادره” وقد سمع هذين الكتابين جلة أصحاب الحديث واعتمدوه فيهما

Ahmad bin Hilaal Al ‘Abarta’iy Abu Ja’far, aku berpandangan tawaqquf [berhenti] pada hadisnya kecuali apa yang diriwayatkannya dari Hasan bin Mahbuub dari kitab Al Masyaikh-nya dan Muhammad bin Abi Umair dari Nawadir-nya, dan sungguh telah mendengar dari dua kitab ini ashabul hadis yang Mulia dan berpegang dengannya dalam keduanya [Rijal Ibnu Ghada’iriy hal 111-112]

Syaikh Ath Thuusiy menyatakan Ahmad bin Hilaal dhaif dalam kitabnya Al Istibshaar, dimana ia berkomentar mengenai salah satu riwayat

فهذا الخبر ضعيف جدا لان راويه أحمد بن هلال وهو ضعيف جدا

Maka kabar ini dhaif jiddan karena dalam riwayatnya ada Ahmad bin Hilaal dan ia seorang yang dhaif jiddan [Al Istibshaar Syaikh Ath Thuusiy 3/351]

Syaikh Ash Shaduuq dalam kitabnya Kamal Ad Diin Wa Tammaam An Ni’mah berkomentar mengenai salah satu riwayat yang didalamnya ada Ahmad bin Hilaal

أن راوي هذا الخبر أحمد بن هلال وهو مجروح عند مشايخنا رضي الله عنهم

Bahwa yang meriwayatkan kabar ini adalah Ahmad bin Hilaal dan ia majruh [tercela] di sisi guru-guru kami [radiallahu ‘anhum] [Kamal Ad Diin Wa Tammaam An Ni’mah hal 76]

حدثنا شيخنا محمد بن الحسن بن أحمد بن الوليد رضي الله عنه قال: سمعت سعد بن عبد الله يقول: ما رأينا ولا سمعنا بمتشيع رجع عن التشيع إلى النصب إلا أحمد بن هلال، وكانوا يقولون: إن ما تفرد بروايته أحمد بن هلال فلا يجوز استعماله

Telah menceritakan kepada kami guru kami Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Waliid [radiallahu ‘anhu] yang berkata aku mendengar Sa’d bin ‘Abdullah yang mengatakan “kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar orang yang bertasyayyu’ yang ruju’ dari tasyayyu’ kepada nashibi kecuali Ahmad bin Hilaal, dan mereka mengatakan apa yang diriwayatkan Ahmad bin Hilaal secara tafarrud [menyendiri] maka tidak boleh beramal dengannya [Kamal Ad Diin Wa Tammaam An Ni’mah hal 76]

Muhammad bin Hasan bin Ahmad bin Waliid adalah guru syaikh Shaduq dan dikatakan An Najasyiy “tsiqat tsiqat” [Rijal An Najasyiy hal 383 no 1042] dan Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135]. Maka riwayat dimana Abu Ja’far [‘alaihis salaam] meridhai Muhammad bin Sinan kedudukannya dhaif karena Ahmad bin Hilaal meriwayatkan secara tafarrud tanpa ada yang menguatkannya.

.

.

.

Diantara ulama muta’akhirin yang mendhaifkan Muhammad bin Sinaan adalah Allamah Al Hilliy, Ibnu Dawud, Al Jaza’iriy, Al Bahbuudiy, Muhaqqiq Al Hilliy, Syahid Tsaaniy, Muhaqqiq Al Ardabiliy, As Sabzawariy dan yang lainnya [Ad Dhu’afa Min Rijal Al Hadits 3/193-194, Syaikh Husain As Saa’idiy].

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

  1. Jama’ah ulama mutaqaddimin mendhaifkan Muhammad bin Sinaan
  2. Riwayat Imam Ahlul Bait yang mentautsiq Muhammad bin Sinaan kedudukannya dhaif
  3. Sebagian ulama muta’akhirin mendhaifkan Muhammad bin Sinaan

Maka pendapat yang rajih adalah mereka yang mendhaifkan Muhammad bin Sinan sedangkan sebagian ulama muta’akhirin yang menguatkan Muhammad bin Sinaan telah keliru.

2 Tanggapan

  1. […] Adapun Muhammad bin Sinan berdasarkan pendapat yang rajih kedudukannya dhaif dan kami telah membahas secara khusus tentangnya dalam tulisan yang lalu. Kesimpulannya riwayat yang dijadikan dasar nashibi untuk mencela Syi’ah di atas adalah riwayat yang dhaif. […]

  2. […] bin Sinaan berdasarkan pendapat yang rajih dia adalah perawi yang dhaif. Kami telah membuat pembahasan khusus tentangnya disini [berdasarkan kaidah ilmu dalam mazhab […]

Tinggalkan komentar