Dhaif : Riwayat Syiah Para Nabi Diciptakan Untuk Berwilayah Kepada Aliy

Dhaif : Riwayat Syiah Para Nabi Diciptakan Untuk Berwilayah Kepada Aliy

Sungguh mengherankan melihat para pencela begitu gemar mencaci Syiah dan pemeluknya karena riwayat dhaif yang ada dalam kitab mereka. Fenomena ini sangatlah tidak layak dalam perdebatan [sepanjang masa] antara Sunni dan Syiah. Sudah saatnya kedua belah pihak [terutama para da’i mereka] belajar berdiskusi dengan hujjah yang objektif tanpa saling merendahkan satu sama lain.

Seorang Syiah tidak layak mencaci Sunni dan pemeluknya karena riwayat dhaif dalam kitab Sunni begitu pula seorang Sunni tidak layak mencaci Syiah dan pemeluknya karena riwayat dhaif dalam kitab Syiah. Jika anda baik sunni atau syiah ingin membuat tuduhan satu sama lain maka silakan buktikan shahih tidaknya tuduhan anda tersebut. Jika anda terburu-buru maka dikhawatirkan anda hanya menunjukkan kejahilan dan kenashibian, terlalu membenci syiah dan pengikutnya adalah ciri khas neonashibi zaman ini sehingga tidak jarang tulisan-tulisan mereka secara langsung maupun tidak langsung merendahkan ahlul bait Nabi hanya dalam rangka membantah Syiah.

ابن سنان، عن المفضل بن عمر قال: قال لي أبو عبد الله عليه السلام: إن الله تبارك و تعالى توحد بملكه فعرف عباده نفسه، ثم فوض إليهم أمره وأباح لهم جنته فمن أراد الله أن يطهر قلبه من الجن والإنس عرفه ولايتنا ومن أراد أن يطمس على قلبه أمسك عنه معرفتنا ثم قال يا مفضل والله ما استوجب آدم أن يخلقه الله بيده وينفخ فيه من روحه إلا بولاية علي عليه السلام، وما كلم الله موسى تكليما ” إلا بولاية علي عليه السلام، ولا أقام الله عيسى ابن مريم آية للعالمين إلا بالخضوع لعلي عليه السلام

Ibnu Sinan dari Mufadhdhal bin ‘Umar yang berkata Abu ‘Abdullah [‘alaihis salam] berkata kepadaku Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Ta’ala itu adalah Tuhan Yang Maha Esa dan memberikan pada para hamba-Nya pengetahuan akan hal itu, kemudian Allah memasrahkan perkara-Nya pada para hambaNya dan memperbolehkan para hambaNya untuk menikmati Surganya. Maka barangsiapa yang menginginkan hatinya disucikan baik dari jin dan manusia maka Allah mengenalkan orang tersebut akan wilayah kami. Dan barangsiapa ingin dihilangkan hatinya dari kesucian maka Allah akan mengambil ma’rifat akan wilayah kepada kami dari orang tersebut. Kemudian Abu ‘Abdillah ‘alaihis salam bersabda: ”wahai mufadhal, Demi Allah, tidaklah mewajibkan Adam yang dimana Allah menciptakan Adam dengan Tangan-Nya dan meniupkan ruh pada Adam [‘alaihis salam] kecuali dengan wilayah kepada ‘Ali [‘alaihis salam]. Dan tidaklah Allah telah berbicara kepada Musa [‘alaihis salam] secara langsung itu kecuali dengan dengan wilayah kepada ‘Ali [‘alaihis salam]. Dan tidaklah Allah telah menciptakan ‘Isa putra Maryam sebagai bentuk tanda kebesaran Allah bagi alam semesta itu kecuali dengan tujuan agar ‘Isa [‘alaihis salam] merendahkan diri kepada ‘Ali [‘alaihis salam]… [Al Ikhtishaash Syaikh Mufiid hal 250]

Bihar Al Anwar juz 26

Bihar Al Anwar juz 26 hal 294

Riwayat Syaikh Mufid ini juga dikutip oleh Al Majlisiy dalam Bihar Al Anwar 26/294 sebagaimana nampak di atas. Riwayat yang dibawakan Syaikh Mufid dalam kitab Al Ikhtishaash ini sanadnya dhaif tidak bisa dijadikan hujjah karena Muhammad bin Sinan, ia perawi yang diperselisihkan keadaannya di sisi Syiah dan yang rajih kedudukannya dhaif. An Najasyiy menyebutkan bahwa Abu Abbas Ahmad bin Muhammad bin Sa’id menyatakan Muhammad bin Sinan dhaif jiddan. Ia juga mengutip Fadhl bin Syadzan yang mengatakan “aku tidak mengizinkan kalian meriwayatkan hadis Muhammad bin Sinan” [Rijal An Najasyiy hal 328 no 888]. An Najasyiy sendiri mendhaifkan Muhammad bin Sinan, dalam biografi Miyaah Al Mada’iniy [Rijal An Najasyiy hal 424 no 1140]. Syaikh Ath Thuusiy berkata “Muhammad bin Sinan tertuduh atasnya, dhaif jiddan” [Tahdzib Al Ahkam 7/361]. Ibnu Ghada’iriy berkata “dhaif ghuluw” [Rijal Ibnu Dawud hal 174 no 1405].

Adapun Mufadhdhal bin ‘Umar, ia seorang yang diperselisihkan. An Najasyiy berkata “jelek mazhabnya, mudhtharib riwayatnya, tidak dipedulikan dengannya” [Rijal An Najasyiy hal 416 no 1112]. Ibnu Ghada’iriy berkata “dhaif” [Majma’ Ar Rijal Syaikh Qahbaa’iy 6/131]. Sayyid Al Khu’iy dalam biografi Mufadhdhal bin ‘Umar menukil tautsiq syaikh Al Mufid dan berbagai riwayat Imam Ahlul Bait yang memuji dan mencela Mufadhdhal bin ‘Umar, ia merajihkan riwayat yang memuji Mufadhdhal, sehingga ia berkesimpulan bahwa Mufadhdhal seorang yang tsiqat jaliil [Mu’jam Rijalul Hadits 19/318-330, no 12615].

Selain itu riwayat di atas memiliki cacat lain yaitu Syaikh Ath Thuusiy menyebutkan dalam muqaddimah kitab Tahdzib Al Ahkam bahwa Syaikh Al Mufid lahir pada tahun 336 atau 338 H [Tahdzib Al Ahkam 1/6]. Sedangkan Muhammad bin Sinan disebutkan An Najasyiy wafat pada tahun 220 H [Rijal An Najasiy hal 328 no 888]. Artinya Syaikh Al Mufiid tidak meriwayatkan langsung dari Muhammad bin Sinan maka riwayatnya mursal.

.

.

.

Riwayat yang serupa yaitu dalam matannya terdapat keterangan bahwa para Rasul diutus atas wilayah Aliy, ternyata diriwayatkan juga dalam kitab hadis Ahlus Sunnah yaitu Ma’rifat Ulumul Hadits Al Hakim

Ma'rifat Ulumul Hadits

Ma'rifat Ulumul Hadits no 222

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُظَفَّرِ الْحَافِظُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ غَزْوَانَ ، قَالَ : ثنا عَلِيُّ بْنُ جَابِرٍ ، قَالَ : ثنا مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ : ثنا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ ، قَالَ : ثنا مُحَمَّدُ بْنُ سُوقَةَ , عَنْ إِبْرَاهِيمَ , عَنِ الأَسْوَدِ , عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” يَا عَبْدَ اللَّهِ أَتَانِي مَلَكٌ ، فَقَالَ : يَا مُحَمَّدُ ، وَسَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا عَلامَ بُعِثُوا ؟ قَالَ : قُلْتُ : عَلامَ بُعِثُوا ؟ قَالَ : عَلَى وِلايَتِكَ وَوِلايَةِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ “

Telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Muhammad bin Mudhaffar Al Hafizh yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad bin Ghazwaan yang berkata telah menceritakan kepada kami Aliy bin Jaabir yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khaalid bin ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Suuqah dari Ibrahim dari Aswad dari Abdullah yang berkata Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “wahai Abdullah telah datang Malaikat kepadaku, maka ia berkata “wahai Muhammad tanyakanlah dari Rasul-rasul yang diutus sebelum kamu atas dasar apa mereka diutus”. Aku bertanya “atas dasar apa mereka diutus?”. Ia berkata “atas wilayah-Mu dan wilayah Aliy bin Abi Thalib” [Ma’rifat Ulumul Hadits Al Hakim hal 316 no 222]

Hadis riwayat Al Hakim di atas sanadnya dhaif jiddan karena Aliy bin Jabir tidak dikenal dan Muhammad bin Khalid bin Abdullah termasuk perawi Ibnu Majah, dikatakan Abu Zur’ah dhaif, Ibnu Ma’in menyatakan ia pendusta, Al Khaliliy berkata “dhaif jiddan” dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 9 no 199].

Intinya riwayat dhaif tentang perkara ini ditemukan baik dalam mazhab Syi’ah maupun mazhab Ahlus sunnah maka atas dasar apa para pencela menjadikan riwayat ini sebagai dasar untuk merendahkan Syi’ah. Jawabannya tidak lain atas dasar kejahilan dan kedengkian. Semoga Allah SWT melindungi kita dari kejahilan dan kedengkian.

11 Tanggapan

  1. mentep

  2. apakah benar syiah tidak mencaci maki sahabat, dan istri2 nabi? terutama aisyah r.a. maksud saya begini admin, jika memang tdk ‘mengakui’ selayaknya tidak perlu menghina dan mencaci maki, jika tidak bersikap santun, kapan ukhuwah???..yg ada hanya fitnatul qubra, setuju gak???

  3. mana buktinya syiah mencaci maki aisyah bung?

  4. Bismillahirrahmanirrahim Yang Mulia Ayatullah Al-Uzma Sayid Ali Al-Khamenei Al-Husaini Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

    Umat Islam mengalami krisis metode yang mengakibatkan penyebaran fitnah (cekcok) antar para penganut mazhab-mazhab Islam dan mengakibatkan diabaikannya prioritas-prioritas bagi persatuan barisan muslimin. Hal ini menjadi sumber bagi kekacauan internal dan terhamburkannya kontribusi Islam dalam penyelesaian isu-isu penting dan menentukan. Salah satu akibatnya adalah teralihkannya perhatian terhadap capaian-capaian putra-putra umat Islam di Palestina, Lebanon, Irak, Turki, Iran dan negara-negara Islam lainnya. Salah satu hasil dari metode ekstrim ini adalah tindakan-tindakan yang menjurus kepada pelecehan secara sengaja dan konstan terhadap ikon-ikon dan keyakinan-keyakinan yang diagungkan oleh para penganut mazhab suni yang kami muliakan.

    Maka, bagaimanakah pendapat Yang Mulia tentang hal-hal yang dilontarkan dalam sebagian media televisi satelit dan internet oleh sebagian orang yang menyandang predikat ilmu berupa penginaan terang-terangan dan pelecehan berupa kalimat-kalimat tak senonoh dan melecehkan istri Rasul saw., Ummulmukminin Aisyah serta menuduhkan dengan hal-hal yang menodai kehormatan dan harkat istri-istri nabi, semoga Allah Taala meridai mereka?

    Karenanya, kami memohon Yang Mulia berkenan memberikan pernyataan tentang sikap syar’i secara jelas terhadap akibat-akibat yang timbul dari sensasi negatif berupa ketegangan di tengah masyarakat Islam dan menciptakan suasana yang diliputi ketegangan psikologis antar sesama muslim baik di kalangan para penganut mazhab ahlulbait maupun kaum muslimin dari mazhab-mazhab Islam lainnya, mengingat penghujatan-penghujatan demikian telah dieksploitasi secara sistematis oleh para provokator dan penebar fitnah dalam sejumlah televisi satelit dan internet demi mengacaukan dan mengotori dunia Islam dan menyebarkan perpecahan antar muslimin.

    Sebagai penutup, kami berdoa semoga Yang Mulia senantiasa menjadi pusaka bagi Islam dan muslimin.

    Tertanda, Sejumlah ulama dan cendekiawan Ahsa, 4 Syawal 1431 H

    Jawaban Imam Khamenei:

    Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

    Diharamkan menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita, ahlusunah, berupa tuduhan terhadap istri Nabi saw. dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan terhadap istri- istri para nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia saw.

    Semoga Anda semua mendapatkan taufik untuk setiap kebaikan.

  5. Jazzakallahu khairan-admin. inshaallah saya sudah banyak tercerahkan baik oleh admin sampaikan maupun oleh referensinya lainnya. saya hanya masih tertanggu dgn anggapan sikap ‘taqiyyah’ syiah. apakah benar anda -menghormati- sahabat nabi (abu bakar, umar dan ustman) ? selain syadinna ali.ra tentunya. apakah benar anda tidak mencaci maki sahabat nabi? meskipun syiah zaidiyyah mengakuinya-maksud saya begini admin-saya tdk perlu dijelaskan perihal sejarah dan hujjah mengenai hal tsb. saya hanya bertanya secara realitas dan faktual. artinya jika tidak mengakui kekhalifan abu bakar, umar dan ustman secara de-jure, namun janganlah ada penghinaan dan pencaci makian. saya sangat terganggu sekali dengan terminologi nashibi dan rafidhah kenapa ini selalu didengung-dengungkan?? apakah fitnah-fitnah yang kita inginkan??

  6. Menurut saya pelihara ukhuwah perbedaan antara Sunni dan Syi`ah adalah kenyataan sejarah yang tidak mungkin kita pungkiri, jauhi saling menghujat biarlah Alloh yang akan menilai amalan kita baik Sunni ataupun Syi`ah. Karena kebenaran haqiqi hanyalah milik Alloh. Kita sebagai hambanya tidak patut mengklaim kebenaran ada pada kita sedangkan yang lain salah …. ah sombong banget …. emang siapa kita ….???? Marilah kita beramal sesuai dengan keyakinan madhab yang kita anut dan janganlahlah kita berani mencela madhab lain apalagi mengkafirkannya !!!!
    Untuk SP semoga Alloh merahmati Anda dan memunculkan banyak SP-SP baru …..

  7. saudara nizam azhar
    saya sangat mengerti apa yg antum rasakan. tapi perlu anda ketahui pula berapa banyak hati-hati orang syiah yg tersakiti, tersayat ketika org2 suni dikalangan anda setiap peringatan isra miraj dan maulidan ” menghujat dan mengkafir-kafirkan abu thalib dalam perayaan itu”

    1. padahal acuan yg kalian gunakan adalah hadist yg lemah berasal dari mussayyab bin hazn dan abu hurairah dimana keduanya memeluk islam thn ke-9 dan ke-7 hijrah.dan mereka tdk pernah berada dalam kamar abu thalib ketika wafat (pembahasan terlalu panjang jika diungkapkan disini)

    2. banyak ayat2 Al-Quran yg membantah tentang kekafiran abu thalib tapi ayat ini tak pernah digubris oleh sebagian kalangan suni.

    3. puisi2 abu thalib yg dirangkum sengaja ataupun tidak oleh ulama2 tarikh seperti ibnu jarir ath tahbari, ibnu ishaq, ibnu hisyam dll. jelas-jelas menandakan beliau adalah seorang mukmin sejati. tapi sekali lagi sebagian besar suni menepisnya.

    sekarang timbul pertanyaan:
    1. bagaimana syiah mau berdiam diri ( tidak melaknat abu bakar, umar dan usman) sedangkan kaum suni melaknat abu thalib dgn menyebut kata KAFIR kepada ayahanda imam Ali as.

    2. Bukankah semua ulama syiah dan suni mengakui bahwa abu thalib adalah pelindung nabi saw dan berhandai taulan ( berkasih sayang ) diantara mereka, abuthalib merawat, memberi makan, pakaian sampai nabi meneikah. bahkan abu thalib pasang badan dan rela diembargo selama 3 thn oleh kafir quraisy dan tak ada satupun sahabat yg dilaknat syiah tersebut yg membantu nabi saw. INILAH FAKTA SEJARAH

    3. Apakah dgn pengorbanan yg besar tersebut berakhir sia2 belaka dimata Allah dan rasulNYA. bahkan sejarah mencatat tak pernah abu thalib ditemukan menyembah berhala walaupun hanya sekali saja. dan sebagai bukti tambahan tak pernah sejarah mencatat abu thalib menentang perkataannabi saw baik sewaktu nabi menjadi asuhan beliau sampai nabi saw diangkat menjadi rasul Allah

    dgn bukti2 ini apakah pantas kita mengatakan abu thalib mati dalam keadaan “KAFIR” nauzubillah min dzalik.

    sedangkan pemahaman suni sahabat yg baru sehari saja melihat nabi ia keungkinan besar masuk surga lalu bagaimana ABU THALIB YG MENGASUH, MEMBERI MAKAN, PAKAIAN,PERLINDUNGAN , TAAT PADA NABI SAW, TAK PERNAH MENYEMBAH BERHALA DAN SELAMA KURANG LEBIH 43 TAHUN MENDAMPINGI NABI DGN PENUH KETAATAN HARUS DIMASUKAN KEDALAM NERAKA KARENA IA MUSRYIK..

    LALU BANDINGKAN DGN PEMAHAMAN SUNI DAN PIKIRLAH DGN HATI YG JERNIH TANPA DOKTRIN PASTI ANTUM KAN MENEMUKAN KEJANGGALAN2AN YG NYATA

  8. Alangkah bijaknya jika kita kembalikan pada ulama tepatnya konfrensi islam diaman yordania thn 2005 dan di Iran 2008 bahwa syiah syah keislamannya. dan dilarang saling mencaci maki diantara sesama muslim.

    artinya dari pihak suni juga tlg disosialisasi juga jgn setiap acara perayaan dan pengajian mengatakan abu thalib kafir. jika memang meyakini hal tersebut kami siap menghadirkan hujjah2 ttg abu thalib adalah seotrang muslim berdasarkan kitab hadist kami maupun dari kitab hadist dan tarikh suni. intinya harus tabayun kepada ulama syiah sebelum melontarkannya,

    saya rasa jika ini tak dilakukan oleh kalangan suni maka dgn sendirinya kaum syiah akan menghentikan hujatan kepada 3 khalifah tsb.
    anda tahu kenapa ?
    karena dalam syiah kami lebh patuh terhadap kepemimpinan ahlul bait. jika ahlul bait ngomong A maka kami akan ikuti. karena kami punya sososk yg harus diikuti. sedangkan suni tak jelas ulama mana yg harus diikuti. apakah ulama suni berpaham wahabi, maturidi atau yg lain.

    demikian penjelasan saya semoga kita dapat merajut ukhuwah yg selama ini tercerai berai dan digunakan dgn baik oleh kaum kufar. semoga rahmad keatas kamu nizam azhar.

  9. ya admin saya paham-saya pribadi tidak pernah mencela beliau ayahanda ali r.a yg mulia. justru yg menjadi pertanyaan saya apakah benar ada hadist bahwasanya Allah menolak permohonan Rasul ketika beliau memohon ampunan / menshalati kepada abu thalib. justru itulah yang menjadi ironi disaat beliau dipenuhi kesedihan, penderitaan beliaulah pelindungnya namun stigmanya menjadi terbalik-tetapi saya tetap ingin menangis dikala ‘mereka’ menertawai kita yg saling menghujat..aku terus terang sedih-terminologi nashibi dan rafidhah semoga tidak pernah ada lagi…Ya Allah..sejarah fitnatul qubra itu semoga tidak pernah berulang…

  10. Tenang aja bung, biasanya kalau yang berkata2 kasar dan ngawur itu karena sedikit ilmunya, beda dengan yang betul2 Ulama dan berilmu tinggi pasti santun dalam berdiskusi dan tidak merendahkan atau meremehkan lawan diskusi maupun pendapatnya, ini berlaku untuk siapapun yg berdiskusi, sunni,syiah,islam,kristen,atheis,yahudi ya itu sama kalau yg urakan pasti ilmunya kosong

Tinggalkan komentar