Benarkah Muawiyah Menangisi Kematian Imam Ali?

Benarkah Muawiyah Menangisi Kematian Imam Ali?

Ada trend basi di kalangan pengikut nashibi yaitu mereka menggebu gebu ingin membuktikan kemesraan hubungan antara Muawiyah dan Imam Ali. Di antara hujjah mereka yang paling banyak dikutip adalah Muawiyah menangis dan bersedih atas kematian Imam Ali. Tentu saja tujuan mereka bukan untuk mengutamakan Imam Ali tetapi untuk mengangkat keutamaan Muawiyah dan untuk menghapus fakta bahwa Muawiyah termasuk yang mencaci Imam Ali.

Riwayat yang mereka jadikan hujjah adalah riwayat dhaif bahkan sebagian sanadnya dhaif jiddan atau maudhu’. Sangat mengagumkan, nashibi yang biasa mencela syiah [yang kata mereka banyak mengutip riwayat dhaif dan palsu] ternyata juga suka berhujjah dengan riwayat dhaif. Betapa munafiknya kalian wahai nashibi.

وقال جرير بن عبد الحميد ، عن مغيرة قال : لما جاء خبر قتل علي إلى معاوية جعل يبكي ، فقالت له امرأته : أتبكيه وقد قاتلته ؟ فقال : ويحك ! إنك لا تدرين ما فقد الناس من الفضل والفقه والعلم

Jarir bin ‘Abdul Hamiid berkata dari Mughirah yang berkata “ketika kabar terbunuhnya Ali sampai kepada Muawiyah, maka ia menangis. Kemudian istrinya berkata “engkau menangisinya padahal engkau memeranginya”. Muawiyah berkata “celaka engkau, engkau tidak mengetahui bahwa orang-orang telah kehilangan seorang yang utama, faqih dan alim [Al Bidayah Wan Nihayah Ibnu Katsir 11/429]

Riwayat ini dinukil oleh Ibnu Katsir dalam Al Bidayah Wan Nihayah dan diikuti oleh para nashibi untuk dijadikan hujjah. Jika mereka tidak malas dan bukan pemalas maka sangat mudah untuk mengetahui sumber riwayat tersebut. Riwayat Mughirah yang dinukil Ibnu Katsir itu disebutkan dengan sanad yang lengkap oleh Ibnu Asakir dalam Tarikh-nya.

أخبرنا أبو محمد طاهر بن سهل أنا أبو الحسن بن صصرى إجازة نا أبو منصور العماري نا أبو القاسم السقطي نا إسحاق السوسي حدثني سعيد بن المفضل نا عبد الله ابن هاشم عن علي بن عبد الله عن جرير بن عبد الحميد عن مغيرة قال لما جاء قتل علي إلى معاوية جعل يبكي ويسترجع فقالت له امرأته تبكي عليه وقد كنت تقاتله فقال لها ويحك إنك لا تدرين ما فقد الناس من الفضل والفقه والعلم

Telah mengabarkan kepada kami Abu Muhammad Thaahir bin Sahl yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Hasan bin Shashraa telah menceritakan kepada kami Abu Manshur Al ‘Ammaariy yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Qaasim As Saqathiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ishaq As Suusiy yang berkata telah menceritakan kepadaku Sa’id bin Mufadhdhal yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Haasyim dari ‘Ali bin ‘Abdullah dari Jarir bin ‘Abdul Hamiid dari Mughirah yang berkata “ketika kabar terbunuhnya Ali sampai kepada Muawiyah maka ia menangis dan mengucapkan istirja’. Istrinya berkata “engkau menangisinya padahal engkau dahulu memeranginya”. Muawiyah berkata kepada istrinya “celaka engkau, engkau tidak mengetahui bahwa orang-orang telah kehilangan orang yang utama, faqih dan alim [Tarikh Ibnu Asakir 59/142]

Riwayat Mughirah dengan lafaz ini adalah maudhu’ karena di dalam sanadnya terdapat perawi yang tertuduh memalsu hadis, perawi yang majhul dan riwayat Mughirah tersebut sanadnya terputus [mursal].

  • Ishaq As Suusiy adalah Ishaq bin Muhammad bin Ishaq As Suusiy. Ibnu Hajar menyebutkan biografinya dalam Lisan Al Mizan dan menyatakan ia membawakan riwayat riwayat palsu tentang keutamaan Muawiyah, ia tertuduh karenanya atau para syaikhnya yang majhul [Lisan Al Mizan juz 1 no 1159]. Hal yang sama juga disebutkan oleh Abul Wafa’ dalam Kasyf Al Hatsiits [Kasyf Al Hatsiits no 124]
  • Sa’id bin Mufadhdhal yaitu syaikh [guru] Ishaq As Suusiy tidak ditemukan keterangan biorafinya sehingga ia tidak dikenal kredibilitasnya atau majhul
  • Mughirah bin Miqsaam adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat wafat tahun 136 H termasuk perawi thabaqat keenam [At Taqrib 2/208]. Ibnu Hajar menyebutkan bahwa perawi thabaqat keenam tidaklah bertemu satu orang sahabatpun maka riwayat Mughirah tentang perkataan Muawiyah tersebut adalah mursal.

Riwayat Mughirah bin Miqsam yang serupa juga disebutkan oleh Ibnu Abi Dunya dalam Maqtal Aliy no 106 dan Ibnu Asakir dalam Tarikh-nya 42/582-583 dengan jalan sanad dari Yusuf bin Musa dari Jarir dari Mughirah. Status riwayat Mughirah ini adalah dhaif karena Mughirah bin Miqsam tidak bertemu dengan Muawiyah alias mursal. Setelah melihat kualitas riwayat yang menjadi hujjah kaum nashibi maka cukuplah menjadi bukti bahwa nashibi itu adalah orang-orang munafik. Mereka mencela orang lain padahal mereka sendiri sangat tercela. Semoga Allah SWT melindungi kita semua dari nashibi munafik.

.

.

Note : berikut contoh nashibi yang mengutip atau berhujjah dengan riwayat palsu yang dinukil Ibnu Katsir [penulis pernah berdiskusi secara tidak langsung atau melalui perantara dengan para nashibi ini]

  1. Orang yang menyebut dirinya “Tripoly Sunni” yang dapat anda lihat disini http://www.sunniforum.com/forum/archive/index.php/t-69443.html
  2. Orang yang menyebut dirinya “swords of sunnah” yang dapat anda lihat dalam salah satu tulisannya disini http://youpuncturedtheark.wordpress.com/2011/03/02/part-9-nature-of-relationship-between-ahlebaytra-and-muawiyara/

Kedua nashibi aneh ini dalam diskusi suka merendahkan argumen lawan diskusi yang mereka tuduh syiah seperti dengan kata kata “munafik” atau “stupid”. Ternyata kualitas mereka sendiri tidak jauh dari perkataan yang mereka katakan itu.

48 Tanggapan

  1. pertamax……la’natullah ala muawiyah wa yazid minadunnya wa l akhirah…

  2. Saya tidak membantah kalau Muawiyah menangis atas kematian Imam Ali. Dan itu mungkin saja. Tapi menangis sebagai manusia yang bagaimana.
    Saya teringat atas riwayat Nabi Yusuf dengan 10 suadaranya.Yang Allah ceritakan dalam Alqur’an (Surah Yusuf)
    Karena kebencian dan iri/hasut mereka pada Nabi Yusuf, mereka merencanakan membunuhnya. Tapi kehendak Allah lain. Akhirnya dimasukan dalam sumur dipadang pengembalaan mereka. Pada waktu Nabi Ya’kub menayakan mana Yusuf semua menangis dengan sedih melaporkan Nabi Yusuf diterkam Serigala. Mereka menangis dengan sedih. Tapi menangisnya adalah tangisan MUNAFIK BTW mas menyodorkan atsar yang bagus. Wasalam

  3. @SP

    Ada trend basi di kalangan pengikut nashibi …..

    Riwayat yang mereka jadikan hujjah adalah riwayat dhaif bahkan sebagian sanadnya dhaif jiddan atau maudhu’

    .

    Sudah kehabisan hujjah/dalil mengais-ngais di tempat sampah pun mereka lakukan demi sang idola Muawiyah Pengajak orang ke neraka (versi Rasul saw) dan Imam yang memberi petunjuk versi Nashibi wahabi/salafy

    Nashibi apapun dilakukan demi keyakinannya yang bathil… apapun mereka lakukan mulai memalsu,memalsu blog bahkan memalsu kitab2 rujukan, memelintir hadis dan ayat al Qur’an… tanpa malu dan tanpa takut azab Allah SWT

    Jazakallahu khair bro SP !

  4. Saya justru menangisi istri muawiyah. Kasihan beliau. Suaminya impoten dan menderita ejakulasi dini yg parah. Inilah penyebab muawiyah memiliki putera laknat seperti yazid..

  5. Bagi yg hatinya jernih tdk mendengki dan fikirannya sehat kemudian tahu tentang sejarah islam maka akan mengetahui siapa muawiyah, siapa Imam Ali as dn siapa Bani umayah.

    Bagi saya sangat senang jika bang Sp menulis, menganalisa, membongkar subhat dan pemahaman wahabi salafi.

    Mudah2an bang Sp tetap eksis menulis dn diberikan kesehatan oleh Allah.

  6. sayapun ikut menangis atas kematian Muawiyah,… (sempat taubat g seh,..!!!)

  7. Saya rasa tuduhan bahwa Muawiyah menangis ketika saindina Ali wafat hanya untuk menutupi fakta bahwa Muawiyah sebagai salah satu pencaci saidina Ali, hanya logika sederhana atau logika anak-anak. Karena tak pantas bagi sahabat Muawiyah berlaku seperti itu jika hanya karena ingin menutupi kekeliruannya atau kesalahannya. Sebab nabi pernah mendoakan Muawiyah dengan hadistnya “Ya Alloh, anugerahkanlah kepada Mu’âwiyah ilmu al-Kitab (al-Qur`an) dan al-Hisab (ilmu hitung) serta jauhkanlah beliau dari adzab.” (HR Ahmad dan dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah : 3227).Dan juga hadist lainya : Dari Umu Haram Radhiyallâhu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah saw bersabda : “Pasukan pertama dari ummatku yang perang di lautan maka wajib baginya (surga).” [HR Bukhari : 2924]

  8. Saudara sword of sunnah sendiri menyatakan dalam blognya bahawa bukan semua hadith dalam blog beliau sahih

    Jadi Sp tak perlu menuduh beliau sebagai munafik

    Ini yang beliau sebutkan

    Part1:The Nature of Relationship between Ahlebayt(ra) and Sahaba(ra)

    We even want to notify to our readers that in this series “SOME reports which we bring might turn out to be weak” , but the reason we are bringing them along with several authentic narrations is because, to present before you the “other side of the coin“. Since the fitna mongers always tend to mostly use weak narrations, inorder to achieve their evil desires and using those weak narrations they portray that Ahlebayt and sahaba were enemies of each other, So why can’t we use “SOME” weak narrations along with several authentic narrations for a noble cause, which shows the true nature of relationships the Ahlebayt and sahaba had between them, which is even supported by Quran. We do expect some fitna mongers(shian e dajjal) will try to question the authenticity of some narrations inorder to deviate their audience from pondering over the reality, but we demand justice. When its justified for those fitna mongers to use majority of weak narrations against the relationship between Sahaba and Ahlebayt, then what wrong are we doing in presenting before our readers the other side of the coin using “SOME” weak narrations(along with authentic narrations)?

  9. Menangisnya Muawiyah atas kematian Imam Ali as kalau memang benarpun tak ubahnya seperti menangisnya Umar Ibn Khottob atas kematian Rasululah saw. (Tangisan untuk menutupi rasa senang mereka atas meninggalnya para penghalang2 tujuan busuk mereka) Hehehehe….

  10. Ah, itu hanya tuduhan orang-orang kufur terhadap sahabat utama Rasullah.

  11. @Hatim

    maka silakan sampaikan pada teman anda itu agar menjaga lisannya terhadap orang yang ia tuduh syiah. Kalau ia mengakui riwayat itu dhaif dan tetap berhujjah dengan riwayat itu maka sudah jelas kualitas dirinya. Tetapi anehnya teman anda itu sombong sekali menuduh orang lain apalagi terhadap pengikut syiah. orang syiah ya wajar saja gak begitu paham ilmu hadis sunni toh memang bukan bidang yang mereka geluti jadi bisa dimaklumi kalau hadis yang mereka jadikan hujjah terkadang dhaif tetapi teman anda itu ngaku-ngaku ahlussunnah [faktanya ; nashibi] eh malah sengaja berhujjah hadis dhaif. Ia menuduh syiah berdusta tetapi ia sendiri pendusta. Kalau bukan munafik apa namanya. Pikirkan baik-baik sudah tahu hadis itu dhaif tetapi sengaja berhujjah dengannya. Kalau ada orang syiah yang berhujjah dengan hadis sunni dan hadis itu ternyata dhaif ia mudah sekali mencelanya [bahkan menyebut dajjal]. Ia sendiri melakukan perbuatan yang ia cela [nah ia sendiri tidak beda dengan orang yang ia sebut dajjal]. Salut buat teman anda ituh :mrgreen:

  12. @Hatim

    btw spesial buat teman anda “tripoly sunni ” yang merengek rengek disana dengan berkata

    I just saw this thread, I’ll read it soon, seem someone is saying that I am a hypocrite because I used weak narration? As if we’re talking about prophetic narrations here lol, This means that all Shia scholars are hypocrites since I don’t know one Shia scholar who did not use a weak Hadith.

    As for the guy who called me a hypocrite, Astaghfirulah! what kind of a rude person is this? I will not reply in the same manner as this rude enemy of Ahlul-Islam.

    Alangkah lucunya makhluk satu ini. Ia merengek ketika dirinya dikatakan “munafik” tetapi apa pernah ia merenungi perkataannya sendiri. Bukankah belum lama ini ia menujukan kata “munafik” itu kepada saya dengan berkata disini

    I am so sorry to inform you all that unfortunately the guy is an idiot Munafiq… there are smart Munafiqs which you cannot catch… and there are idiot Munafiqs who are easy to spot like our Indonesian friend… so sad, I guess he’s doing Taqqiyah as you said and that won’t help him on judgement day.

    Betapa lucunya ia keberatan dikatakan munafiq tetapi mudah sekali menuduh orang munafik. Kalau tidak mau dikatakan munafiq ya jangan menuduh orang lain munafiq

  13. Preserve tongue? My goodness, a shia saying this, forgetting that his madhab and his scholars are the masters of filthy language, who consider it as a righteous deed to curse pious people. And does this Shia wants us to stop speaking the truth? Well indeed we know that truth is bitter. So carry on your emotional rants my friend.

    Secondly, Alhamdulilah it seems that my article have placed lot of fear in the heart of Shias, which made you misunderstand the motive of those articles. Let me clear that before you again inshallah:

    1. Shias often use weak ahadeeth to portray that the relationships between Sahaba and Ahlebayt were not good. When Ahlesunnah respond them that those narrations are weak, they don’t take it seriously and they mock us for our hadeeth science. And even if we prove before them that those narrations are weak, yet that doesn’t stop them from using those reports against Sahaba inorder to deceive lay muslims. SO what we did is that, by using “some” weak reports, ALONG WITH AUTHENTIC ONES, we have broken the backs of such shias, who used to blindly use weak ahadeeth from sunnis books. Now alhmadulilah , when these reports were presented before unbiased people, they pondered over it and then realized that how the shias were wrong in using weak ahadeeth against Ahlesunnah. Those shias learnt a good lesson from this, they were forced to indulge in hadeeth gradings, which they used to neglect while using weak ahadeeth against sahaba, this exposed their hypocrisy.

    2. SO now whenever any ignorant shia, still tries to use weak ahadeeth inorder to portray that there wasn’t a good relation between Sahaba and Ahlebayt, So we these reports which makes those deceivers run away.

    3. My friend, if you know shias then you will understand that they even don’t know their hadeeth science. Yet that doesn’t stops them from using weak ahadeeth which are in their books which supports their beliefs. SO the main funda of Shias is that, whatever goes along with your desires use it, what doesn’t, reject it. So speaking of hadeeth science to Shias, is a waste of time.

    4. We called them Shia of Dajjal because of several reasons, firstly it is because, they use weak ahadeeth against Sahaba, AND ALWAYS TRY TO REJECT AND NEGLECT AUTHETIC HADEETH, WHICH SHOWS GOOD RELATIONS BETWEEN SAHABA. This according to us is deception, which is a characteristic of Dajjal and his followers. On the otherhand, we used weak ahadeeth to shut the mouths of those shias who use weak ahadeeth to portray that Sahaba and Ahlebayt were enemies, without specifying that those reports are weak. Moreover, as already said, we honestly mentioned that we have used some weak reports along with authentic ones.

    5. Our usage of weak hadeeth along with authentic ones,(notifying that some are weak) could be called as turnings the tables over, because when shias can use weak reports, without any notifications to deceive muslims, why can’t we use some weak reports to stop the muslims from being deceived?

    6. Lastly, the title of Shiatu dajjal, is not just because Shias use weak ahadeeth, its because we find some qualities in Shias, which we have mentioned in one of our article, { The role of fitna mongers inorder to disrupt relations between Sahaba and Ahlebayt }.

    So i hope that your misunderstandings are cleared now inshallah.

  14. @sword of sunnah

    pada dasarnya yang saya sindir adalah kaidah metodologi yang anda pakai dalam membantah syiah. Jika anda mau berhujjah dengan hadis dhaif sebagaimana mereka juga berhujjah dengan hadis dhaif maka baik anda ataupun syiah ya gak ada bedanya. Anda benar maka mereka juga benar. Anda salah maka mereka juga salah.

    Jika anda berdalih bahwa tidak semuanya dhaif maka hal yang sama juga mereka lakukan. Saya lihat tidak semua dalil yang diajukan syiah itu dhaif ada kok yang shahih. Orang yang objektif dapat melihatnya.

    Kalau anda mencela syiah atas apa yang mereka lakukan maka maaf anda sendiri melakukan apa yang anda cela. Hal Ini jika dilakukan dengan sengaja bukankah mirip perbuatan orang munafik. Silakan saja tuh kalau anda atau siapapun membantah syiah. Saya sangat tidak keberatan justru hal itu menjadi bahasan pelajaran bagi orang orang yang berniat mencari kebenaran

    Saya dan anda itu tidak ada masalah. Andalah yang salah paham karena terpengaruh teman anda yang menyebut dirinya “ahlus sunnah” soal tuduhan syiah rafidhah terhadap saya. Dan maaf ya saya sering kali melihat anda dan teman teman anda itu suka mencela jika berdiskusi dengan orang yang anda anggap syiah rafidhah.

  15. Ada ocehan ngeyel dari Triploy sunni. Intinya sih dia menolak dikatakan munafiq tetapi berkeras menuduh saya munafiq. Perkataannya dapat pembaca lihat disini

    Except that what I did is not Nifaq, quoting a weak historical narration is not Nifaq, only an idiot would think of it as Nifaq, I can quote any Hadith of virtue even if it’s weak, Also I did not say the Hadith is Sahih when I quoted it.

    seperti kata anda cuma idiot yang tidak mengerti. Silakan siapa saja mau berhujjah atau berpegang dengan hadis dhaif itu urusan mereka sendiri. Tetapi tanya pada diri anda sendiri, apa yang anda lakukan dengan hadis-hadis yang dijadikan hujjah oleh syiah. Bukankah anda sering melemahkan hadis tersebut dan mencela syiah yang berhujjah dengannya. Lha ternyata anda melakukan perbuatan yang anda cela. Silakan pikirkan itu termasuk “Nifaq” atau bukan. Lagipula itu sindiran bagi lisan anda yang mudah menuduh orang lain sebagai munafiq dengan alasan yang dibuat-buat

    As for when I called him a Munafiq that was when he would quote any random narration to prove that ‘Ali (ra) is superior to everyone else but when we showed him several Ahadith where ‘Ali (ra) says explicitly that ABu Bakr and ‘Umar (ra) are better than him and are the two best men after the Prophet SAWS, he ignored it and said “It’s only because of the Tawadu’u of ‘Ali” That is indeed a hypocrite’s answer and the essense of Nifaq and double standards.

    Itu kan alasan yang mengada-ada. Bagaimana mungkin ketika kami membawakan hadis-hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tentang keutamaan Imam Ali di atas sahabat lainnya maka kami dikatakan munafiq. Jika berpegang pada hadis shahih dikatakan munafiq maka anda sendiri jauh lebih rendah dari munafiq. Bagaimana mungkin ketika kami menafsirkan perkataan Imam Ali tersebut sebagai tawadhu’ kami dikatakan munafiq. Justru orang yang tidak mengartikan atsar tersebut sebagai tawadhu’ akan terjatuh dalam perkataan nashibi. Lihat baik-baik hadisnya

    حدثنا محمد بن كثير ثنا سفيان ثنا جامع بن أبي راشد ثنا أبو يعلى عن محمد بن الحنفية قال : قلت لأبي أي الناس خير بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أبو بكر قال قلت ثم من قال ثم عمر قال ثم خشيت أن أقول ثم من فيقول عثمان فقلت ثم أنت يا أبة قال ما أنا إلا رجل من المسلمين

    Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsiir : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan : Telah menceritakan kepada kami Jaami’ bin Abi Raasyid : Telah menceritakan kepada kami Abu Ya’laa, dari Muhammad bin Al-Hanafiyyah, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada ayahku (‘Aliy bin Abi Thaalib) : “Siapakah manusia yang paling baik setelah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam?. Ia menjawab : “Abu Bakr”. Aku kembali bertanya : “Kemudian siapa ?”. Ia menjawab : “Umar”. Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata : “Lalu aku khawatir jika aku kembali bertanya ‘kemudian siapa ?’, lalu ia menjawab ‘Utsmaan”. Aku lalu bertanya : “Apakah setelah itu engkau wahai ayahku ?”. Ia menjawab : “Aku hanyalah seorang laki-laki dari kaum muslimin”. [Sunan Abu Dawud no 4629]

    Perhatikan lafaz ما أنا إلا رجل من المسلمين itu adalah perkataan Imam Ali. Kalau tidak diartikan tawadhu’ maka itu berarti sama dengan menyatakan kedudukan Imam Ali tidak berbeda dengan anda atau yang lainnya yaitu “seorang laki-laki dari kalangan kaum muslimin”. Apa itu akidah anda? bahwa keutamaan Imam Ali hanya sebagai seorang muslim seperti anda dan yang lainnya. Sangat jelas bahwa ketika Imam Ali membicarakan Abu Bakar dan Umar maka Beliau mengeluarkan dirinya sendiri.

    Dan perhatikan atsar berikut yang memuat pengakuan Abu Bakar bahwa ia bukan yang terbaik diantara sahabat Nabi

    وقال محمد بن اسحاق حدثني الزهري حدثني أنس بن مالك قال لما بويع أبو بكر في السقيفة وكان الغد جلس أبو بكر على المنبر وقام عمر فتكلم قبل أبي بكر فحمد الله وأثنى عليه بما هو أهله ثم قال أيها الناس إني قد كنت قلت لكم بالأمس مقالة ما كانت وما وجدتها في كتاب الله ولا كانت عهدا عهدها الي رسول الله صلى الله عليه وسلم ولكني كنت ارى أن رسول الله سيدبر أمرنا يقول يكون آخرنا وان الله قد أبقى فيكم كتابه الذي هدى به رسول الله فان اعتصمتم به هداكم الله لما كان هداه الله له وأن الله قد جمع أمركم على خيركم صاحب رسول الله صلى الله عليه وسلم وثاني اثنين إذ هما في الغار فقوموا فبايعوه فبايع الناس أبا بكر بيعة العامة بعد بيعة السقيفة ثم تكلم ابو بكر فحمد الله وأثنى عليه بما هو أهله ثم قال أمابعد أيها الناس فاني قد وليت عليكم ولست بخيركم فان أحسنت فأعينوني وان اسأت فقوموني الصدق أمانة والكذب خيانة والضعيف منكم قوي عندي حتى أزيح علته إن شاء الله والقوي فيكم ضعيف حتى آخذ الحق ان شاء الله لا يدع قوم الجهاد في سبيل الله إلا ضربهم الله بالذل ولا يشيع قوم قط الفاحشة إلا عمهم الله بالبلاء أطيعوني ما أطعت الله ورسوله فاذا عصيت الله ورسوله فلا طاعة لي عليكم قوموا الى صلاتكم يرحمكم الله

    Ibnu Katsir menafsirkan perkataan فاني قد وليت عليكم ولست بخيركم sebagai bentuk tawadhu’ Abu Bakar. Nah begitu pula apa yang dikatakan Imam Ali tentang Abu Bakar dan Umar. Lucu bin ajaib ketika Imam Ali menganggap Abu Bakar dan Umar pendusta, pendosa, zalim dan pengkhianat [dalam Shahih Muslim] kalian tidak terima dan membuat tafsiran yang macam-macam tetapi jika Imam Ali memuji Abu Bakar dan Umar kalian merendahkan orang yang menafsirkan itu tawadhu’ dengan menuduhnya munafiq. Kalian sendiri melakukan apa yang kalian cela, siapa yang sebenarnya munafiq biarlah para pembaca yang menilai

  16. @sword of sunnah

    4. We called them Shia of Dajjal because of several reasons, firstly it is because, they use weak ahadeeth against Sahaba, AND ALWAYS TRY TO REJECT AND NEGLECT AUTHETIC HADEETH, WHICH SHOWS GOOD RELATIONS BETWEEN SAHABA. This according to us is deception, which is a characteristic of Dajjal and his followers. On the otherhand, we used weak ahadeeth to shut the mouths of those shias who use weak ahadeeth to portray that Sahaba and Ahlebayt were enemies, without specifying that those reports are weak. Moreover, as already said, we honestly mentioned that we have used some weak reports along with authentic ones.

    Saya jadi terpikirkan dengan perkataan ini. Karena maaf itu juga ada pada diri anda sendiri. Anda juga menggunakan hadis lemah untuk membela sahabat dan anda selalu menolak riwayat authentik yang menunjukkan sebagian sahabat memusuhi ahlul bait contohnya riwayat Mughirah mencaci Imam Ali. Dan dalam tulisan anda rasanya anda menampilkan riwayat tetapi “without specifying that those reports are weak”. yah sama tuh seperti syiah yang anda tuduh Dajjal.Jadi yah kalau ada yang mengatakan anda Dajjal maaf itu kaidah anda sendiri.

  17. Well, you can’t do anything beyond that, like weak losers. What you fail to understand due to lacking common sense is that, my usage of SOME weak reports neutralizes the arguments of Shias which are made on weak reports.(Atleast I have explicitly stated in the beginning that some are weak, unlike your munafiq dajjali brothers who have an allergy for mentioning the truth). So now scores are equal, but

    Alhamdulilah I have used other AUTHENTIC reports too to prove my case, which the Shias failed to. And yes they tried to use some reports which were authentic, BUT as I have explained in the same article that those very deceptively MISINTERPRETED AND wrongly explained by Shias, And I have refuted them in this issue also. SO they are out of the court now. Because all they have are weak reports and misinterpretations, where as we have authentic reports to support or view. So the unbiased readers can judge themselves.

    And about your hypocrisy, (ROFL), it got exposed the moment you tried to misinterpret the authentic report where Ali(ra) himself stated that ABubakr(ra) and Umar(ra) are the best people after Prophet(Saw).

    So all your deceptiveness came out and Inshallah as long as you remain truth and honest you will never be able to refute that view of ALi(ra) for sheikhein. I hope brother AHlesunnah provided you the Jaw breaking answer we gave for that stupidity of yours.

    Lastly, we know that deception comes from the teachings of Shiism , so its not something new for us, we have come across many of undercover Shia agents like you who claim to be sunni , inorder to deceive lay sunnis. And by the help of Allah we know how to expose religious deceivers like you.

  18. @sword of sunnah

    Well, you can’t do anything beyond that, like weak losers. What you fail to understand due to lacking common sense is that, my usage of SOME weak reports neutralizes the arguments of Shias which are made on weak reports.(Atleast I have explicitly stated in the beginning that some are weak, unlike your munafiq dajjali brothers who have an allergy for mentioning the truth). So now scores are equal, but

    heh masih gak ngerti juga. Wahai orang yang suka menghina orang lain, apa engkau pikir cuma dirimu yang mengerti soal “weak reports”. Mengapa engkau menyebut mereka dajjal padahal apa yang mereka lakukan malah engkau ikuti sendiri. Kalau memang engkau seorang pencari kebenaran maka engkau tidak akan sengaja berhujjah dengan hadis dhaif. Tetapi engkau lebih bernafsu membantah syiah daripada mencari kebenaran. Apa dirimu tidak bisa berpikir secara metodis, dengan mengumpulkan semua hadis dhaif maka Muawiyah terbukti terkadang mencaci Imam Ali dan terkadang memujinya. Hal ini hanya membuktikan bahwa Muawiyah seorang munafik seperti para pembelanya ya anda ini.

    Alhamdulilah I have used other AUTHENTIC reports too to prove my case, which the Shias failed to. And yes they tried to use some reports which were authentic, BUT as I have explained in the same article that those very deceptively MISINTERPRETED AND wrongly explained by Shias, And I have refuted them in this issue also. SO they are out of the court now. Because all they have are weak reports and misinterpretations, where as we have authentic reports to support or view. So the unbiased readers can judge themselves.

    wah maaf riwayat mana yang anda bilang autentik, silakan tunjukkan dalam tulisan tentang Muawiyah itu riwayat yang berdasarkan keilmuan anda adalah autentik

    And about your hypocrisy, (ROFL), it got exposed the moment you tried to misinterpret the authentic report where Ali(ra) himself stated that ABubakr(ra) and Umar(ra) are the best people after Prophet(Saw).

    Tidak bisa berkaca wahai orang yang patut dikasihani. Apa yang anda lakukan ketika membaca riwayat Imam Ali menganggap Abu Bakar dan Umar pendusta, pendosa pengkhianat dalam Shahih. Anda punya interpretasi macam macam wahai nashibi. Jika tidak punya maka anda mengakui Abu Bakar dan Umar pendusta, jika punya maka mengapa anda mempermasalahkan orang lain yang juga bisa “punya interpretasi sendiri”. Soal ini ada tulisan tersendiri silakan kalau mau berdiskusi di tempat yang semestinya. Semua banyolan anda itu sudah saya bahas dalam tulisan tersebut.

    So all your deceptiveness came out and Inshallah as long as you remain truth and honest you will never be able to refute that view of ALi(ra) for sheikhein. I hope brother AHlesunnah provided you the Jaw breaking answer we gave for that stupidity of yours.

    Apapun hujjah anda, anda tidak akan bisa menafikan berbagai hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang menunjukkan keutamaan Imam Ali di atas Abu Bakar dan Umar. hadis-hadi inilah yang berusaha keras didhaifkan oleh para nashibi munafik. Secara metodologis hujjah anda itu kacau. Anda berhujjah dengan riwayat Imam Ali bahwa Abu Bakar adalah orang terbaik padahal Abu Bakar sendiri mengakui bahwa ia bukan yang terbaik. Riwayat mana yang menjadi hujjah buat anda wahai nashibi, riwayat Imam Ali atau riwayat Abu Bakar. Kalau anda mau milih salah satu [riwayat Abu Bakar] sebagai tawadhu’ maka apa salahnya kami memilih salah satu juga [riwayat Imam Ali] sebagai tawadhu’. Betapa mudahnya menjawab hujjah anda.

    Lastly, we know that deception comes from the teachings of Shiism , so its not something new for us, we have come across many of undercover Shia agents like you who claim to be sunni , inorder to deceive lay sunnis. And by the help of Allah we know how to expose religious deceivers like you.

    Maka untukmu juga wahai nashibi, hujjah hujjahmu cuma kopipaste hujjah para nashibi. Jadi anda tidak usah ngaku-ngaku ahlus sunnah. Bukankah menurut anda Imam Ali kedudukannya tidak lebih seorang dari kaum muslimin yah seperti dirimu. Kalau soal tuduh menuduh, siapapun bisa. Silakan kalau mau memenuhi diskusi dengan tuduh menuduh. Anda adalah orang yang menyebut orang lain sebagai Dajjal padahal diri anda tidak berbeda dengan orang yang anda tuduh.

  19. for @sword of sunnah (althought the real name is nashibI) especially in their mahzab used Machiavelli is common. some times he do more of machiavelli, order to kill syiah by exploded the bom. Like Dr ashari and Noordin M top with same country with sword….poor you @spoon of sunnah

  20. @sword of sunnah
    I thank you have to changed your name. Don’t use it anymore. A good name for U is SWORD OF MUAWIYAH. So, with that sword U can kill everyone who don’t agree with your idea. Be pleasure.

  21. Well what all i had to say, i said already. Nothing sane enough came from your side, except these childish arguments. It seems that the only thing you value is your prestige nothing else, you are least bothered about truth. That is why you keep raising these childish arguments, which were already covered in my previous answers.

    And i said previously that, I SOME shias as dajjals because they possess some characteristics, like possessing hatred for Shekhein, they curse them, they curse mother of belieers, they lie, etc etc. Read my previous response with open eyes, moron.

    And also i stated previously that, i have notified to the readers that SOME of the hadeeth in my article could be weak. This is 1000 times more honest statement than the religious LIARS(i.e SHias)

    And the problem with you is that, when you are refuted and shattered you try to ignore those replies, in my article, I have dealt with all those WEAK or MISINTERPRETED reports which portray that Muawiya(ra) cursed ALi(ra). Those are just deceptions of you SHIATU DAJJAL. Nothing esle. Yet like a shameless loser you still argue on those refuted reports. What an irony.

    Anyways I would like to make a last try for a person with a brain of child. With a general example whcih is not specifically related to the issue.

    If a fool is arguing that 2 + 2 = 5 , So if we say to that fool that, take 2 rupee , again take 2 rupee, and now give me 5 rupee, why would the later be blamed ? Its ridiculous. You to gain some common sense buddy to discuss these issues

  22. If calling a fool to an idiot is an insult them yes, i have insulted you. But buddy what i said is plain truth. You are indeed a moron, wanna bet? I will prove why.

    This whole rant of yours is based on the argument that , if shias used weak reports then why did i call them shia of dajjal. But the point which everyone should notice, is that, I no where said that, BECAUSE SHIAS USE WEAK REPORTS THEY BECAME SHIA OF DAJJAL, this argument was made by this loser to gain some points in front of his audience, before whom he is being humiliated.

    The fact is that I called Shias as SHiatu dajjal, NOT BECAUSE THEY USE WEAK REPORTS, But because of finding some characterics in them, which i have mentioned in one of the article, where i mentioned the signs of Shiatu dajjal. Moreover, I dont call every single Shia as Shiatudajjal, but this title is for those who possess some characteritics like, cursing, insulting and hating, sheikhein, and mothers of believers. And some more characteristics..

    So no need to act like a clown, because i never said that, BECAUSE shia use weak hadeeth THEY BECAME SHIATU DAJJAL.

  23. Muawatta Book 36, Number 36.19.18: Malik related to me from Yahya ibn Said from Said ibn al−Musayyab that a Syrian man called Ibn Khaybari found a man with his wife and killed him, or killed them both. Muawiya ibn Abi Sufyan found it difficult to make a decision and he wrote to Abu Musa al−Ashari to ask Ali ibn Abi Talib for him about that.

    So Abu Musa asked Ali ibn Abi Talib and AIi said to him, “Is this thing in my land? I adjure you, you must tell me.” Abu Musa explained to him how Muawiya ibn Abi Sufyan had written him to ask Ali about it. Ali said, “I am Abu Hasan. If he does not bring four witnesses, then let him be completely handed over,” (to the relatives of the murdered man). Comments: This shows us the bonding of brotherhood in faith between Ali(ra) and Muawiya(ra) , because though they had differences in political issues, yet it didn’t stop Muawiya(ra) from asking hz ali(ra) a fiqhi question.

    Hz muawiya(ra) SPECIFICALLY SAID ABU MUSA TO ASK TO ALI(RA). Now had it been the conditions like the shian e dajjal often portray, then why would Muawiya(ra) ask question to Ali(ra), if he had hatred for him? He could have asked someone else for that or could have sorted out the issue the way he wanted, who was there to stop him? Many of us might have experienced that, we often don’t ask for help, etc with people whom we hate, since our ego stops us from doing so.

    And yes there could be some situations that there is no other way expect to take help from our enemy(though even in those situations people avoid taking help from their enemies if that enemy of their is a staunch enemy whom they curse day and night), at that time people might take help, but just see here, was there no other way for Muawiya(ra)? He could have easily sorted that issue the way he wanted. Who was going to ask him? But see these great people, and their love for Islam and shariah and for each other. Could any true muslim bear enemity for such great people except the shian e dajjal?

  24. And there are plenty of examples, where Muawiya(ra) used to present gifts to Hassan(ra) and used to honor them.. refer the article

    http://youpuncturedt…-and-muawiyara/

  25. Oh thats why you never dared to answer the explanation i gave for that report, yeah we all understand that why you left that. So these rants reminds me of a proverb that empty vessels make more noise. And regarding the report you are talking about, then again its your deceptive dajjal deception.

    Because ALi(ra) NEVER SAID SO, its the deception of you dajjal parrots who without using your brain raise those arguments. Anyways you are not the first one to raise this, there was one more dajjali brother(atleast better than you) of your who raised similar arguments. This was our response:

    MOST IMPORTANTLY, even if we take the weaker version of this narration from Sahi Muslim, leaving the stronger version of Sahi Bukhari, Yet we find that the words Liar, sinful, treacherous WEREN’T uttered by Ali(ra). So from where did the brainless dajjalis claim that Ali(ra) insulted Abubakar and Umar? Indeed the dajjalis are donkeys.

    Those words were said firstly by Abbas(ra) FOR ALI(RA) and then by Umar(ra), but Ali(ra) never uttered those words. Now let us explain that why Umar(ra) had to use those words.

    Firstly it was Abbas who referred to Ali as “liar, sinful, treacherous, and dishonest.” Therefore, Umar repeated the words of Abbas verbatim in order to prove a point. Umar was making use of rhetoric. The problem is that the Shiatu dajjal have no hold of Arabic Balagha.

    If they did, they would know that direct translation in English would not give the proper understanding. If we apply the Arabic Balagha, the phrase actually means: “So you both thought Abu Bakr was a liar, sinful, treacherous, and dishonest?” This is an example of reductio ad absurdum. Reductio ad absurdum (Latin: “reduction to the absurd”) also known as an apagogical argument(reductio ad impossibile, or proof by contradiction) is a type of logical argument where one assumes a claim for the sake of argument, derives an absurd or ridiculous outcome, and then concludes that the original assumption must have been wrong as it led to an absurd result. The following dialogue is an example of reductio ad absurdum:

    Father- Why did you start smoking?
    Daughter – All my friends were doing it.
    Father- You’re saying that if all your friends jumped off a cliff, you would do that too?

    In this case, Umar used the exact same words (i.e. verbatim) that Abbas used for Ali in order to make a point. Umar was basically saying: “If you think Ali is such-and-such, then you must also think that Abu Bakr and Umar are also that?”

    Another analogy of this is a mother and a father who had told their two sons that the capitol of France was Paris. A few days later, the two sons get in an argument over the capitol of France.

    One brother says the capitol is Berlin, whereas the other says the capitol is London. When they go to their father to arbitrate over this matter, one brother says about the other: “Father, can you settle this dispute of mine with my idiot brother who thinks the capitol of France is Berlin?” The father is not appalled at the fact that his two little sons forgot the capitol of France; this is a mistake that anybody can make. But what he is appalled at is the language used by this son, calling his brother an “idiot.”

    The father then says: “So you thought of Mom as an idiot when she said that Paris was the capitol of France, and you thought I was an idiot when I said that too?” By saying this, the father is trying to dissuade the son from jumping to conclusions about his brother’s character, because in such a process, he would also believe his mother and father to be idiots as well.

    Umar was simply repeating the words of Abbas verbatim. How can the Shiatu dajjal ignore this “coincidence” especially in light of Arabic Balagha? It is obvious from this that Umar was proving a point, and his words should thus be analyzed in this context.

    So we find that the claim of Shiatu dajjal that it was Ali who called Abu Bakr and Umar to be a “liar, sinful, treacherous, and dishonest” was THEIR OWN SELF MADE CLAIM, inorder to deceive people. But the reality is that, it was merely Umar who said that Abbas was implying this.

    http://youpuncturedt…der-microscope/

  26. oh, the dajjali dance.. seems you are pissed of, because of being trapped and left answerless.

    Words of Abubakr(ra) came out due to humblenes, like Prophet(Saw) also gave negative response when he was being considered superior to other Prophets. BUT THIS WAS NOT THE CASE OF ALI(RA).

    1. In the example of Prophet(saw), He(saw) was asked that does he consider himself to be superior to Musa(as) Or people were claiming that Prophet(saw) was better than musa(as), So he prohibited people from that. Here the personality with whom the comparison was made was mentioned.

    2. But in the hadeeth of Ali(ra), he wasn’t given any option, that whether he consider himself superior or ABubakr(ra) superior. He was just asked who were the best people after prophet(saw), WITHOUT ANY OPTIONS being given to him. But Ali(ra) named only two people from himself.

    3. Why didnt Ali(ra) named other companions? If he was being humble then he(ra) should have said that all sahaba are at same level. But he specificaly named Abubakr and Umar.

    4. Why did he differentiate between Abubakr and Umar ? If he was being humble, then he should have applied the same rule towards Abubakr(ra) and Umar(ra). That both were at same level, but he said after Prophet(Saw) Abubaklr is the best and then after him, Umar.

  27. Your stupidity and deception is answer o shia of dajjal. You came across wrong people, we are not some dumb people to whom you dajalis can deceive so easily… Understood religious deceiver. So now start your wailing and your rants…

  28. @sword of sunnah

    Well what all i had to say, i said already. Nothing sane enough came from your side, except these childish arguments. It seems that the only thing you value is your prestige nothing else, you are least bothered about truth. That is why you keep raising these childish arguments, which were already covered in my previous answers.

    Apa anda pikir anda punya argumen yang kuat dan kokoh logikanya?. Maaf dari tulisan dan komentar anda terhadap hadis saja menunjukkan bahwa logika anda dangkal. Lihat saja riwayat Malik yang anda jadikan hujjah sebagai bukti kemesraan Imam Ali dan Muawiyah. Maaf itu bukan logika yang kuat wahai nashibi, jika memang Muawiyah mencintai Ali mengapa ia tidak bertanya langsung kepada Ali mengapa harus lewat perantara Abu Musa. mengapa? karena ia malu, ia bertanya dengan orang yang sering ia caci. Dan anda ingin menunjukkan logika rendahan anda sambil sok merendahkan logika orang lain.

    And i said previously that, I SOME shias as dajjals because they possess some characteristics, like possessing hatred for Shekhein, they curse them, they curse mother of belieers, they lie, etc etc. Read my previous response with open eyes, moron.

    Mereka yang anda sebut Dajjal sama seperti anda wahai nashibi. Perhatikan dan pikirkan apa yang anda tulis

    Mereka membenci Abu Bakar dan umar serta mencaci keduanya itu berdasarkan riwayat yang mereka kutip diantaranya riwayat marahnya Fathimah kepada Abu Bakar, riwayat Umar mengancam membakar rumah Ahlul Bait. Diantara riwayat itu ada yang shahih dan banyak yang dhaif. So mereka sama seperti anda dan tulisan anda itu

    Mereka mencaci Aisyah berdasarkan riwayat yang mereka kutip diantaranya riwayat hadis Fitnah dimana Nabi menunjuk rumah Aisyah, riwayat Aisyah bersujud atas kematian Imam Ali, riwayat Aisyah tidak mau menyebutkan nama Ali dan riwayat lainnya. diantara riwayat itu ada yang shahih dan banyak yang dhaif. Walaupun kami sendiri tidak sependapat dengan mereka tetapi yang kami fokuskan disini adalah mereka sama seperti anda dan tulisan anda. Anda katakan mereka berdusta sama anda sendiri juga berdusta. Anda menyebut mereka dajjal dan mereka akan menyebut anda Dajjal juga.

    Orang rendah seperti anda memang tidak pantas menjadi pembela sunnah. Anggap saja mereka salah maka apa pantas anda mereka sebut Dajjal dan begitu pula jika kalian para nashibi melakukan kesalahan kami tidak merasa pantas untuk menyebut kalian Dajjal tetapi sudah berulang kali dalam diskusi ini anda menyebut kami Dajjal. Lisan kotor anda itu akan dipertanggungjawabkan wahai nashibi

    And also i stated previously that, i have notified to the readers that SOME of the hadeeth in my article could be weak. This is 1000 times more honest statement than the religious LIARS(i.e SHias)

    Saya sudah banyak melihat orang orang syiah beragumen. Mereka kebanyakan mengutip riwayat sunni dan mereka menukil ulama sunni yang menyatakan shahih atau menguatkan hadis tersebut. Terkadang mereka menganalisis setiap perawinya berdasarkan ilmu hadis sunni dan terkadang mereka berhujjah dengan riwayat tanpa menyebutkan kalau riwayat yang mereka katakan shahih walaupun pada akhirnya riwayat itu dhaif.Jika itu anda katakan dusta maka anda sendiri tidak lebih dari yang mereka lakukan. Sama saja wahai nashibi :mrgreen:

    And the problem with you is that, when you are refuted and shattered you try to ignore those replies, in my article, I have dealt with all those WEAK or MISINTERPRETED reports which portray that Muawiya(ra) cursed ALi(ra). Those are just deceptions of you SHIATU DAJJAL. Nothing esle. Yet like a shameless loser you still argue on those refuted reports. What an irony.

    Logika basa basi wahai nashibi, riwayat Muawiyah mencaci Imam Ali itu shahih, sedangkan ulah anda yang melemahkan itu tidak berdasar. riwayat mana yang anda maksud, riwayat yang anda lemahkan dengan mengutip pendapat Ibnu Main tentang Ibnu Sabath maaf saja ya nashibi. Pernyataan Ibnu Ma’in terbukti keliru dan ia tidak memiliki dasar dalam perkataannya. Riwayat mana yang anda katakan misinterpretasi apakah itu riwayat Shahih Muslim dimana Muawiyah memerintahkan kepada Sa’ad. lha anda cuma taklid buta pada An Nawawi dan ulama lainnya tetapi anda tidak memperhatikan pernyataan ulama lain yang mengartikan riwayat Muslim sebagai perintah Muawiyah kepada Sa’ad untuk mencaci Ali. Tulisan tentang ini ada pokok pembahasan sendiri wahai nashibi dan sudah kami buat tulisan khusus. Silakan diskusi disana dan silakan lihat akan kami tunjukkan kekeliruan argumen anda.

  29. @sword of sunnah

    The fact is that I called Shias as SHiatu dajjal, NOT BECAUSE THEY USE WEAK REPORTS, But because of finding some characterics in them, which i have mentioned in one of the article, where i mentioned the signs of Shiatu dajjal. Moreover, I dont call every single Shia as Shiatudajjal, but this title is for those who possess some characteritics like, cursing, insulting and hating, sheikhein, and mothers of believers. And some more characteristics..

    Kalau begitu mengapa anda menyebut kami Dajjal. adakah kami menghina Abu Bakar dan Umar?. Adakah kami menghina Ummul Mukminin Aisyah radiallahu ‘anhu?. Mengapa? heh itu karena watak anda memang emosian dan lisan anda itu memang kotor wahai nashibi. Andalah yang pertama kali menuduh kami syiah rafidhah, mengatakan kami bodoh dan kemudian menyebut kami Dajjal. yah itulah karakteristik Dajjal menurut anda kan “insulting and hating”. sebenarnya Anda ini cuma mau cari pembenaran atas akhlak buruk anda terhadap orang syiah, lucu sekali

  30. @sword of sunnah

    Muawatta Book 36, Number 36.19.18: Malik related to me from Yahya ibn Said from Said ibn al−Musayyab that a Syrian man called Ibn Khaybari found a man with his wife and killed him, or killed them both. Muawiya ibn Abi Sufyan found it difficult to make a decision and he wrote to Abu Musa al−Ashari to ask Ali ibn Abi Talib for him about that.

    So Abu Musa asked Ali ibn Abi Talib and AIi said to him, “Is this thing in my land? I adjure you, you must tell me.” Abu Musa explained to him how Muawiya ibn Abi Sufyan had written him to ask Ali about it. Ali said, “I am Abu Hasan. If he does not bring four witnesses, then let him be completely handed over,” (to the relatives of the murdered man). Comments: This shows us the bonding of brotherhood in faith between Ali(ra) and Muawiya(ra) , because though they had differences in political issues, yet it didn’t stop Muawiya(ra) from asking hz ali(ra) a fiqhi question.

    Lucu wahai nashibi riwayat itu hanya membuktikan bahwa Muawiyah menghadapi masalah dan ia tidak tahu penyelesaiannya maka ia ingin bertanya kepada orang yang jelas lebih berilmu yaitu Imam Ali. Riwayat ini membuktikan bahwa kelimuan Imam Ali diakui baik oleh kawan ataupun lawan Beliau. Hubungan mana yang mesra antara Muawiyah dan Imam Ali. Jika Muawiyah tidak punya masalah dengan Imam Ali maka ia akan menulis surat tersebut langsung kepada Imam Ali dan bertanya tetapi mengapa ia tidak melakukannya. yah karena ia malu dengan dirinya, ia yang biasa mencaci Imam Ali sekarang harus bertanya langsung kepada Imam Ali. Makanya ia mencari perantara untuk menanyakannya. Penarikan kesimpulan anda mengaitkan itu dengan “persaudaraan” adalah basa basi. Kalau memang Muawiyah konsisten mengakui kemuliaan Imam Ali maka mengapa ia perlu memeranginya mengapa ia tidak bersama Imam Ali untuk mencari pembunuh Utsman. apa anda pikir basa basi anda itu bisa menjadi hujjah wahai nashibi

    And yes there could be some situations that there is no other way expect to take help from our enemy(though even in those situations people avoid taking help from their enemies if that enemy of their is a staunch enemy whom they curse day and night), at that time people might take help, but just see here, was there no other way for Muawiya(ra)? He could have easily sorted that issue the way he wanted. Who was going to ask him? But see these great people, and their love for Islam and shariah and for each other. Could any true muslim bear enemity for such great people except the shian e dajjal?

    wahai nashibi kalau anda tidak punya ilmu maka silakan belajar. Apa anda pikir dengan atsar itu saja anda langsung bisa mengetahui kepribadian Muawiyah.

    Muawiyah Menuduh Sahabat Meriwayatkan Hadis Dusta : Inikah Keadilan Sahabat?

    Muawiyah Pemimpin Yang Zalim : Pembaiatan Yazid

    Shahih : Muawiyah Menjual Berhala

    Muawiyah dan Pengikutnya Meninggalkan Sunnah Karena Kebencian Terhadap Imam Ali?

    Hadis Semoga Allah Tidak Mengenyangkan Perut Muawiyah

    Hadis Muawiyah bin Abu Sufyan Seorang Yang Dilaknat Allah SWT?

    Hadis Muawiyah Meminum Minuman Yang Diharamkan : Membantah Syubhat Salafy

    Doa Qunut Imam Ali Terhadap Muawiyah dan Amru bin Ash Beserta Pengikut Mereka

    Hadis Penyimpangan Muawiyah Dalam Sunan Abu Dawud

    Hadis Penyimpangan Muawiyah Dalam Shahih Muslim

    Nah itu semua hadiah kecil dari kami wahai nashibi, silakan lihat orang yang anda agung-agungkan itu dan silakan bela dirinya dengan segenap kemunafikan yang anda miliki.

  31. @sword of sunnah

    And there are plenty of examples, where Muawiya(ra) used to present gifts to Hassan(ra) and used to honor them.. refer the article

    Mana riwayat shahihnya yang anda jadikan hujjah apa riwayat riwayat berikut

    وأنبأنا ابن ناجية قال : حدثنا ابن الأسود ، يعني : الحسين بن علي بن الأسود العجلي قال : حدثنا عبيد الله بن موسى ، عن إسرائيل ، عن ثوير ، عن أبيه قال : انطلقت مع الحسن والحسين رضي الله عنهما وافدين إلى معاوية رحمه الله فأجازهما فقبلا
    1892 From Thuwayr, from his father that he said: I went with Al Hasan and Al Husien (Radiya Allah ‘Anhuma) to Mu’awiya (Rahimahu Allah), so he gave them and they accepted.[Al-Sharee’ah by Al-Ajurri, died in 360 AH]

    Tsuwair itu matruk. Ibnu Ma’in dan Abu Hatim menyatakan dhaif. nasa’i berkata “tidak tsiqat”. daruquthni berkata “matruk”[At Tahdzib juz 2 no 58]

    جرير : عن مغيرة ، قال : بعث الحسن وابن جعفر إلى معاوية يسألانه . فأعطى كلا منهما مائة ألف ، فبلغ ذلك عليا ، فقال لهما : ألا تستحيان ؟ رجل نطعن في عيبه غدوة وعشية تسألانه المال ! ؟ قالا : لأنك حرمتنا وجاد هو لنا

    It is reported in Ibn Asaakir by Mughira that Al Hassan and Ibn Jaafar went to Muawiyah to ask for some money. Muawiyah then gave each of them 100,000 dirhams. When Ali heard of this he said “Aren’t you embarassed? You ask from a man whose indiscretion we mention day and night?” They said “It is because he was benevolent to us but you denied our request at the time” [Siyar A’lam Al-Nubala’]

    وأنبأنا ابن ناجية قال : حدثني محمد بن مسكين قال : حدثنا يحيى بن حسان قال : حدثنا سليمان بن بلال ، عن جعفر بن محمد ، عن أبيه ، أن الحسن ، والحسين ، رضي الله عنهما ، كانا يقبلان جوائز معاوية رحمه الله

    1895 Hasan and Hussein (r) used to accept the gifts of Muwaiya[Al-Sharee’ah by Al-Ajurri, died in 360 AH]

    Kedua riwayat tersebut mursal so silakan belajar lagi ilmu hadis dan riwayat riwayat lain yang anda kutip tidak ada sanadnya yah jadi seperti yang anda katakan jadi penggembira saja. Silakan tampilkan riwayat shahih yang anda jadikan hujjah wahai nashibi

  32. @sword of sunnah

    Oh thats why you never dared to answer the explanation i gave for that report, yeah we all understand that why you left that. So these rants reminds me of a proverb that empty vessels make more noise. And regarding the report you are talking about, then again its your deceptive dajjal deception.

    sombong sekali anda wahai nashibi. Jangan sok deh sebelum menyampaikan argumen dan hujjah. Saya tidak menjawab semua tulisan anda karena tidak merasa perlu dan maaf saya juga sedang malas.

    Because ALi(ra) NEVER SAID SO, its the deception of you dajjal parrots who without using your brain raise those arguments. Anyways you are not the first one to raise this, there was one more dajjali brother(atleast better than you) of your who raised similar arguments. This was our response:

    Dan silakan pikir dahulu sebelum menjawab. apa anda pikir saya belum pernah menyaksikan tingkah anda para nashibi. Forum konyol kesukaan anda, efendi, farid dkk itu sudah jadi bahan usang di mata saya. Sudah lama saya baca hujjah hujjah anda. Dan anda pikir saya tidak mampu menjawabnya, sombong sekali. Silakan silakan

    MOST IMPORTANTLY, even if we take the weaker version of this narration from Sahi Muslim, leaving the stronger version of Sahi Bukhari, Yet we find that the words Liar, sinful, treacherous WEREN’T uttered by Ali(ra). So from where did the brainless dajjalis claim that Ali(ra) insulted Abubakar and Umar? Indeed the dajjalis are donkeys.

    Maaf apa anda tidak bisa baca yeng mengklaim Imam Ali dan Abbas mencela Abu Bakar dan Umar adalah Umar sendiri. Apa anda mau mengatakan Umar itu Dajjal keledai? waduh waduh hati hati nashibi nanti anda dicap rafidhah

    Those words were said firstly by Abbas(ra) FOR ALI(RA) and then by Umar(ra), but Ali(ra) never uttered those words. Now let us explain that why Umar(ra) had to use those words.

    Firstly it was Abbas who referred to Ali as “liar, sinful, treacherous, and dishonest.” Therefore, Umar repeated the words of Abbas verbatim in order to prove a point. Umar was making use of rhetoric. The problem is that the Shiatu dajjal have no hold of Arabic Balagha.

    Retorik? ho interpretasi ngayal heh. Sebelum saya jawab maka saya ingatkan anda wahai nashibi kalau anda bisa menginterpetasi kan retorik maka mengapa perkataan Imam Ali sebelumnya tidak bisa dikatakan tawadhu’. Cuma anda saja yang punya hak untuk menafsirkan macam macam wahai nashibi!. Kalau iya maka cocoklah anda dikatakan munafik.

    If they did, they would know that direct translation in English would not give the proper understanding. If we apply the Arabic Balagha, the phrase actually means: “So you both thought Abu Bakr was a liar, sinful, treacherous, and dishonest?” This is an example of reductio ad absurdum. Reductio ad absurdum (Latin: “reduction to the absurd”) also known as an apagogical argument(reductio ad impossibile, or proof by contradiction) is a type of logical argument where one assumes a claim for the sake of argument, derives an absurd or ridiculous outcome, and then concludes that the original assumption must have been wrong as it led to an absurd result. The following dialogue is an example of reductio ad absurdum:

    Perhatikan lafaz arabnya wahai nashibi

    قَالَ : فَلَمَّا تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ أَبُو بَكْرٍ : أَنَا وَلِيُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَجِئْتُمَا تَطْلُبُ مِيرَاثَكَ مِنَ ابْنِ أَخِيكَ وَيَطْلُبُ هَذَا مِيرَاثَ امْرَأَتِهِ مِنْ أَبِيهَا ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَاهُ صَدَقَةٌ ” ، فَرَأَيْتُمَاهُ كَاذِبًا آثِمًا غَادِرًا خَائِنًا وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُ لَصَادِقٌ بَارٌّ رَاشِدٌ تَابِعٌ لِلْحَقِّ

    Disitu Umar sedang bercerita bahwa dulu saat Rasulullah wafat dan Abu Bakar menggantikannya kalian berdua [Imam Ali dan Abbas] datang meminta warisan istri Imam Ali dari ayahnya dan warisan Abbas dari keponakannya maka Abu Bakar menolak mereka dan berkata dengan sabda Rasulullah مَا نُورَثُ مَا تَرَكْنَاهُ صَدَقَةٌ setelah mendengar ini bagaimana respon Imam Ali dan Abbas nah itu sangat jelas disebutkan فَرَأَيْتُمَاهُ كَاذِبًا آثِمًا غَادِرًا خَائِنًا maka kalian berdua memandangnya pendusta, pendosa dan pengkhianat. Lafaz ini menunjukkan bahwa Imam Ali dan Abbas menolak keputusan Abu Bakar. Nah Umar menekankan justru Abu Bakar lah yang benar, Umar berkata وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُ لَصَادِقٌ بَارٌّ رَاشِدٌ تَابِعٌ لِلْحَقِّ dan Allah mengetahui bahwa ia jujur mendapat petunjuk dan dalam kebenaran.

    Syubhat anda juga tertolak dengan adanya riwayat shahih yang serupa.

    عَنْ مَعْمَرٍ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ ، عَنْ مَالِكِ بْنِ أَوْسِ بْنِ الْحَدَثَانِ النَّصْرِيِّ ، قَالَ : ” أَرْسَلَ إِلَيَّ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أَنَّهُ قَدْ حَضَرَ الْمَدِينَةَ أَهْلُ أَبْيَاتٍ مِنْ قَوْمِكَ ، وَإِنَّا قَدْ أَمَرْنَا لَهُمْ بِرِضْحٍ فَاقْسِمْهُ بَيْنَهُمْ ، فقُلْتُ : يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ ، مُرْ بِذَلِكَ غَيْرِي ، قَالَ : اقْبِضْهُ أَيُّهَا الْمَرْءُ ، قَالَ : فَبَيْنَا أَنَا كَذَلِكَ جَاءَهُ مَوْلاهُ ، فَقَالَ : هَذَا عُثْمَانُ ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ ، وَسَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ ، وَالزُّبَيْرُ بْنُ الْعَوَّامِ ، قَالَ : وَلا أَدْرِي أَذَكَرَ طَلْحَةَ أُمْ لا ؟ يَسْتَأْذِنُونَ عَلَيْكَ ، قَالَ : ائْذَنْ لَهُمْ ، قَالَ : ثُمَّ مَكَثَ سَاعَةً ، ثُمَّ جَاءَ ، فَقَالَ : هَذَا الْعَبَّاسُ وَعَلِيٌّ يَسْتَأْذِنَانِ عَلَيْكَ ، قَالَ : ائْذَنْ لَهُمَا ، قَالَ : ثُمَّ مَكَثَ سَاعَةً ، قَالَ : فَلَمَّا دَخَلَ الْعَبَّاسُ ، قَالَ : يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ ، اقْضِ بَيْنِي وَبَيْنَ هَذَا وَهُمَا يَوْمَئِذٍ يَخْتَصِمَانِ فِيمَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَمْوَالِ بَنِي النَّضِيرِ ، فَقَالَ الْقَوْمُ : اقْضِ بَيْنَهُمَا يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ ، وَأَرِحْ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِنْ صَاحِبِهِ ، فَقَدْ طَالَتْ خُصُومَتُهُمَا ، فَقَالَ عُمَرُ : أَنْشُدُكُمُ اللَّهَ الَّذِي بِإِذْنِهِ تَقُومُ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ ، أَتَعْلَمُونَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : لا نُورَثُ ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ ؟ ، قَالَ : قَالُوا : قَدْ ، قَالَ ذَلِكَ ، ثُمَّ قَالَ لَهُمَا مِثْلَ ذَلِكَ ، فَقَالا : نَعَمْ ، قَالَ لَهُمْ : فَإِنِّي سَأُخْبِرُكُمْ عَنْ هَذَا الْفَيْءِ : إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ، خَصَّ نَبِيَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُ بِشَيْءٍ ، لَمْ يُعْطِهِ غَيْرَهُ ، فَقَالَ : وَمَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْهُمْ فَمَا أَوْجَفْتُمْ عَلَيْهِ مِنْ خَيْلٍ وَلا رِكَابٍ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُسَلِّطُ رُسُلَهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ سورة الحشر آية 6 فَكَانَتْ هَذِهِ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاصَّةً ، ثُمَّ وَاللَّهِ مَا احْتَازَهَا دُونَكُمْ ، وَلا اسْتَأْثَرَ بِهَا عَلَيْكُمْ ، لَقَدْ قَسَمَ وَاللَّهِ بَيْنَكُمْ ، وَبَثَّهَا فِيكُمْ حَتَّى بَقِيَ مِنْهَا هَذَا الْمَالُ ، فَكَانَ يُنْفِقُ عَلَى أَهْلِهِ مِنْهُ سَنَةً ، قَالَ : وَرُبَّمَا ، قَالَ : وَيَحْبِسُ قُوتَ أَهْلِهِ مِنْهُ سَنَةً ، ثُمَّ يَجْعَلُ مَا بَقِيَ مِنْهُ مَجْعَلَ مَالِ اللَّهِ ، فَلَمَّا قُبِضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ أَبُو بَكْرٍ : أَنَا وَلِيُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَهُ ، أَعْمَلُ فِيهِ بِمَا كَانَ يَعْمَلُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى عَلِيٍّ وَالْعَبَّاسِ ، فَقَالَ : وَأَنْتُمَا تَزْعُمَانِ أَنَّهُ فِيهَا ظَالِمٌ فَاجِرٌ ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَنَّهُ فِيهَا صَادِقٌ بَارٌّ تَابِعٌ لِلْحَقِّ ، ثُمَّ وُلِّيتُهَا بَعْدَ أَبِي بَكْرٍ سَنَتَيْنِ مِنْ إِمَارَتِي ، فَعَمِلَتُ فِيهَا بِمَا عَمِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ ، وَأَنْتُمَا تَزْعُمَانِ أَنِّي فِيهَا ظَالِمٌ فَاجِرٌ ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَنِّي فِيهَا صَادِقٌ بَارٌّ تَابَعٌ لِلْحَقِّ ، ثُمَّ جِئْتُمَانِي ، جَاءَنِي هَذَا يَعْنِي الْعَبَّاسَ يَسْأَلُنِي مِيرَاثَهُ مِنِ ابْنِ أَخِيهِ ، وَجَاءَنِي هَذَا يَعْنِي عَلِيًّا يَسْأَلُنِي مِيرَاثَ امْرَأَتِهِ مِنْ أَبِيهَا ، فَقُلْتُ لَكُمَا : إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : لا نُوَرَّثُ ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ ، ثُمَّ بَدَا لِي أَنْ أَدْفَعَهَا إِلَيْكُمَا ، فَأَخَذْتُ عَلَيْكُمَا عَهْدَ اللَّهِ وَمِيثَاقَهُ لَتَعْمَلانِ فِيهَا بِمَا عَمِلَ فِيهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَأَبُو بَكْرٍ وَأَنَا مَا وُلِّيتُهَا ، فَقُلْتُمَا : ادْفَعْهَا إِلَيْنَا عَلَى ذَلِكَ ، أَتُرِيدَانِ مِنَّا قَضَاءً غَيْرَ هَذَا ؟ وَالَّذِي بِإِذْنِهِ تَقُومُ السَّمَاءُ وَالأَرْضُ ، لا أَقْضِي بَيْنَكُمَا بِقَضَاءٍ غَيْرِ هَذَا ، إِنْ كُنْتُمَا عَجَزْتُمَا عَنْهَا فَادْفَعَاهَا إِلَيَّ ، قَالَ : فَغَلَبَهُ عَلِيٌّ عَلَيْهَا ، فَكَانَتْ بِيَدِ عَلِيٍّ ، ثُمَّ بِيَدِ حَسَنٍ ، ثُمَّ بِيَدِ حُسَيْنٍ ، ثُمَّ بِيَدِ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ ، ثُمَّ بِيَدِ حَسَنِ بْنِ حَسَنٍ ، ثُمَّ بِيَدِ زَيْدِ بْنِ حَسَنٍ ، قَالَ مَعْمَرٌ : ثُمَّ بِيَدِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَسَنٍ ، ثُمَّ أَخَذَهَا هَؤُلاءِ يَعْنِي بَنِي الْعَبَّاسِ

    Itu riwayat Abdurrazaq. Anda lihat wahai nashibi disana tidak ada celaan Abbas terhadap Ali tetapi Umar juga menekankan kalau Imam Ali dan Abbas menganggap Abu Bakar zalim dan durhaka. Lafaz lafaz itu menekankan bahwa keduanya Imam Ali dan Abbas menolak keputusan Abu Bakar dan menganggapnya dusta soal hadis “tidak mewariskan”. Buktinya terlihat dari lafaz perkataan Umar

    ثُمَّ جِئْتُمَانِي ، جَاءَنِي هَذَا يَعْنِي الْعَبَّاسَ يَسْأَلُنِي مِيرَاثَهُ مِنِ ابْنِ أَخِيهِ ، وَجَاءَنِي هَذَا يَعْنِي عَلِيًّا يَسْأَلُنِي مِيرَاثَ امْرَأَتِهِ مِنْ أَبِيهَا ، فَقُلْتُ لَكُمَا : إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : لا نُوَرَّثُ ، مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ

    nah itu terjadi saat Abu Bakar wafat dan Umar menjadi khalifah. Mengapa ketika Umar menjadi khalifah Imam Ali dan Abbas datang lagi kepada Umar dan meminta warisan. Bukankah mereka sudah mendengar hadis “Nabi tidak mewariskan” dari Abu Bakar. Itu artinya Imam Ali dan Abbas tidak membenarkan [alias menganggap hadis itu dusta] hadis tersebut makanya mereka berdua kembali meminta warisan tersebut kepada Umar yang menjadi khalifah.

    Father- Why did you start smoking?
    Daughter – All my friends were doing it.
    Father- You’re saying that if all your friends jumped off a cliff, you would do that too?

    In this case, Umar used the exact same words (i.e. verbatim) that Abbas used for Ali in order to make a point. Umar was basically saying: “If you think Ali is such-and-such, then you must also think that Abu Bakr and Umar are also that?”

    Jika itu memang retorika Umar maka ia tidak perlu melibatkan Imam Ali. Cukuplah ia tujukan itu pada Abbas saja. Langsung saja ia berkata pada Abbas, wahai Abbas jika engkau menganggap Ali begini begitu maka kamu juga harus menganggap Abu Bakar begini begitu. Nah faktanya Umar malah menujukan lafaz itu sebagai anggapan mereka berdua yaitu Imam Ali dan Abbas sambil bercerita pula mengenai Imam Ali dan Abbas yang waktu itu meminta warisan kepada Abu Bakar.

    Another analogy of this is a mother and a father who had told their two sons that the capitol of France was Paris. A few days later, the two sons get in an argument over the capitol of France.

    One brother says the capitol is Berlin, whereas the other says the capitol is London. When they go to their father to arbitrate over this matter, one brother says about the other: “Father, can you settle this dispute of mine with my idiot brother who thinks the capitol of France is Berlin?” The father is not appalled at the fact that his two little sons forgot the capitol of France; this is a mistake that anybody can make. But what he is appalled at is the language used by this son, calling his brother an “idiot.”

    The father then says: “So you thought of Mom as an idiot when she said that Paris was the capitol of France, and you thought I was an idiot when I said that too?” By saying this, the father is trying to dissuade the son from jumping to conclusions about his brother’s character, because in such a process, he would also believe his mother and father to be idiots as well.

    Heh justru perandaian itu gak sesuai bahasa arabnya. lafaz فَرَأَيْتُمَاهُ “maka kalian menganggap ia” adalah suatu akibat dari sebab tertentu. Jadi pada kalimat sebelumnya ada sesuatu yang menyebabkan “kalian menganggapnya” begini begitu. Intinya lafaz itu adalah kelanjutan aksi reaksi bukan retorika. Ini analogi yang pas “Dulu ketika kakekmu wafat ayah mendapat wasiat dari kakekmu untuk tidak menjual rumah ini kemudian datang pamanmu meminta ayah untuk menjual rumah ini kemudian ayah sampaikan wasiat kakek maka ia menganggap ayah pendusta, zalim dan pengkhianat padahal Allah tahu bahwa ayah seorang yang jujur”. Lafaz yang kami cetak tebal itu menunjukkan apa yang kami maksud sebab akibat atau aksi reaksi bukannya retorika.

    Umar was simply repeating the words of Abbas verbatim. How can the Shiatu dajjal ignore this “coincidence” especially in light of Arabic Balagha? It is obvious from this that Umar was proving a point, and his words should thus be analyzed in this context.

    Maaf andalah yang tidak paham bahasa Arab. Jika itu sekedar retorika maka mengapa Imam Bukhari dalam shahihnya repot repot menghilangkan kata kata itu dan menggantinya dengan “begini begitu”. Itu berarti Imam Bukhari menganggap lafaz seperti itu gak pantas bagi para sahabat atau ia tidak mau orang membaca ada lafaz seperti itu yang muncul dari sahabat.

    So we find that the claim of Shiatu dajjal that it was Ali who called Abu Bakr and Umar to be a “liar, sinful, treacherous, and dishonest” was THEIR OWN SELF MADE CLAIM, inorder to deceive people. But the reality is that, it was merely Umar who said that Abbas was implying this.

    Orang yang pertama mengklaim Ali menganggap Abu Bakar dan Umar sebagai pendusta adalah Umar sendiri. Jadi anda tidak perlu menuduh Dajjal orang yang mengklaim begitu. Itu berarti sama saja anda menganggap Umar sebagai Dajjal. Kami pribadi melihat hujjah syiah dan kalian nashibi sama sama mengandung bias. Syiah menjadikan hadis ini sebagai dasar betapa rendahnya kedudukan Abu Bakar dan Umar dalam pandangan Imam Ali. tentu saja ini keliru, lafaz itu menunjukkan bahwa dalam permasalahan warisan, Imam Ali berbeda pandangan dengan Abu Bakar dan tidak setuju dengan keputusan Abu Bakar. Walaupun begitu Imam Ali tidak merasa dendam atau benci kepada pribadi Abu Bakar dan Umar.

    Sedangkan kalian para nashibi, mendistorsi hadis Shahih Muslim tersebut seolah olah Umar sedang bermain kata-kata untuk menyindir Abbas. Padahal justru Umar sedang menceritakan bahwa Imam Ali dan Abbas dari awal mula Abu Bakar menjadi khalifah sudah meributkan masalah warisan dan menentang keputusan Abu Bakar.

    Lucunya anda malah emosian disini dan menganggap kami Dajjal dengan alasan kami menghina Abu Bakar dan Umar. Kami tidak pmenghina Abu Bakar dan Umar tetapi kami membnarkan ahlul bait dalam perkara ini dan Abu Bakar dan Umar telah keliru. Topik ini kami singgung untuk menyindir anda wahai nashibi. Bukankah anda bisa menginterpretasikan suatu riwayat yang mengandung lafaz merendahkan Abu Bakar dan Umar demi membela Abu Bakar dan Umar. Nah mengapa anda malah sewot kalau ada orang menginterpretasikan pujian Imam Ali kepada Abu Bakar dan Umar [sebagai yang terbaik] adalah tawadhu’ Imam Ali. Seolah olah di dunia ini cuma anda saja yang punya hak menginterpretasi riwayat.

  33. @sword of sunnah

    Your stupidity and deception is answer o shia of dajjal. You came across wrong people, we are not some dumb people to whom you dajalis can deceive so easily… Understood religious deceiver. So now start your wailing and your rants…

    Silakan nikmati jawaban kami wahai nashibi. Semoga dengan diskusi ini kualitas anda menjadi lebih baik soalnya saya kasihan jika melihat orang sombong tapi tong kosong nyaring bunyinya. Salam

  34. menyimak aja dan memperhatikan siapa yg analisisnya kuat dr segi dalil dn logika walaupun diskusi ini kurang dr normal karena keterbatasan sy utk memahami bhs.

  35. @Sp

    Saya acungkan jempol atas kesabaran anda menghadapi nashibi yang sewot dan sama sekali tidak menunjukkan akhlaq islami.

    caci-maki adalah senjata orang jahil.
    saya tidak mengerti kenapa salafy/wahabi/nashibi yang mengklaim sok
    paling islami dan benar sendiri tapi rata-rata mereka tak mempunyai ahklaq yang baik… tidak masyaikhnya tidak pula awamnya.!

  36. @sword of sunnah
    Maaf komentar komentar anda saya lempar ke akismet. saya mendapat keluhan soal para pembaca yang sulit mengerti komentar yang berbahasa inggris. Jadi kalau ingin komentar anda ditanggapi silakan minta penerjemah anda “nashibi dari negri seberang itu” untuk menerjemahkan ke dalam bahasa indonesia. Jika tidak silakan anda eksis di dunia anda sendiri :mrgreen:

  37. Akhirnya SP takot untuk menjwab sowrd of sunnah, selama ini bisa saja dalam menjawabnya walau dalam bahasa inggeris

  38. @pi’i….apa yg harus ditakutkan dgn kemontar sword sunnah yg isinya cuma celaan bukan arggumentasi….hahahay….di malysia sana tak adakah org yg lebih pandai dari kalian utk berdebat dgn @sp…jiakakak

  39. @syafi’e

    maaf apa anda tidak paham bahasa indonesia, bukankah sudah saya katakan. Para pembaca mulai terganggu dengan komentar bahasa inggris yang anda kopipaste itu. Lagipula biasanya tugas anda menterjemahkan komentar para nashibi. Kenapa? anda jadi malas? aneh komentar saya bisa tuh anda translate kan ke sana lalu kenapa komentar mereka tidak bisa anda translate kan disini. Kalau jawab menjawab bantah membantah semua orang bisa baik orang muslim kafir syiah nashibi. Masalahnya apakah argumen mereka itu bernilai atau tidak. Silakan anda menerjemahkan tulisan nashibi itu dan saya akan menjawabnya, biar pembaca juga melihat kualitas para nashibi yang anda banggakan

    btw saya sudah tulis tuh tulisan tentang Abu Balj, kenapa tidak anda sampaikan pada Farid dkk beserta para nashibi itu. Anda takut mereka jadi terdiam dan tidak bisa bantah. Nah enak tidak dibilang takut :mrgreen:

  40. @admin…ijin menyimak….

  41. ijin comment mas SP, only one word : Muawiyyah LAKNATULLAAH

  42. Artinya islam adalah agama yg gagal, produk2 muhammad 98% cacat, gak mampu menghasilkan lulusan yg qualified kecuali beberapa. itupun yg beberapa itu gak bisa berbuat apa2. imam2 maksum jg gak bisa apa2 selain menjadi korban penganiayaan…

  43. @willy
    UKURAN BERHASIL SUATU UMAT BERAGAMA BUKAN DIukur oleh banyaknya jumlah pengikut,….sejarah para Nabi pun dahulu umatnya hanya segelintir, bahkan di jaman nabi Musa as. sejumlah besar sahabatnya yg sdh menjadi umatnya/berbaiat,. malah berkhianat ketika di tinggal Nabi Musa ku gunung thursina !

    Tuhan YME menciptakan iblis jelas utk menyesatkan manusia sampai akhir jaman..mas anda pikir agama di dunia yg disesatkan iblis hanya yahudi dan nasrani saja dan Islam tidak ?…lalu Islam di jaman para sahabat sepeninggal Nabi SAW terbebas dari usaha Pensesatan iblis yg memang menjadi Tugas Utamanya di Dunia.?…terlalu naif kalaulah anda mencukupkan bahwa semua yg anda terima sekarang dengan mengatakan/berpikiran bahwa ISlam tdk tersentuh oleh upaya sesat iblis …Alquran jelas terjamin kemurniannya dari pensesatan Iblis walau hanya satu huruf…dan perlu anda ingat,.. tapi Tuhan Swt tdk menjamin pemurnian pada berbagai HADISt Nabi juga pada berbagai tafsiran Al Quran oleh para ulama salaf selain Ahlulbayt Al Kisa’..pada akhirnya di situlah (tafsir Alquran dan kitab2 Hadist) peluang iblis masuk utk mensesatkan Islam.
    olehkarenanya Diperintahkan oleh Tuhan YME, agar kita merujuk/berpegang dalam hal KESELAMATAN hanya pada Al Qur’an dan AHlulbayt Al Kisa’ dimana Allah SWT telah menjamin kesucian mereka..logikanya Al Quran Adalah Kitab Suci sangatlah tdk mungkin kemudian di dalam penafsirannya terlebih pada ayatayat mutasyabihatnya kita serahkan pada para sahabat/ulama salaf/manusia yg tdk Allah Sucikan..

  44. syiah sekarang ialah mazhab yg pelik dan bodoh

  45. Para Nashibi emang antek dajjal kok. Wajar mereka tukang caci maki seperti kekasihnya Muawiyah si raja pencaci ahlul bayt sa!

  46. Tidak peduli menggunakan bahasa apapun, para nashibi cenderung mencaci maki ketika kehabisan dalil. Logika mereka adalah logika “pokoke.”
    Tapi lumayan juga para nashibi sampai mencari bala bantuan ke luar negeri saking gemasnya sama bung SP. Dan ketika nalar mereka buntu:
    “Syiah sesat, syiah dajjal, syiah terkutuk” dan segala macam ucapan yang tidak layak keluar dari mulut orang yang berakal (baca: manusia).

  47.  سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ 
    “Mencela seorang Muslim adalah kefasiqan, dan membunuhnya adalah kekufuran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
    Kalau begitu, Hukumnya Mu’awiyah Fasik, Karena Telah Mencaci Sayidina Ali bin Abi Thalib.
    Dan Mu’awiyah adalah Kufur, Karena Telah Membunuh Hujur bin Adi.
    Kalau Syi’ah saja yang mencaci Sahabat Nabi dinyatakan SESAT, Lantas kenapa Mu’awiyah yang mencaci Sahabat sekaligus Keluargga Nabi tidak dinyatakan SESAT?
    Syi’ah saja yang tidak membunuh Sahabat Nabi Dinyatakan KAFIR, Lantaas kenapa Mu’awiyah yang telah membunuh Sahabat Nabi tidak dinyatakan KAFIR??????????????????

  48. Super Ustadz

Tinggalkan komentar