Apakah Imam Ali Merasa Paling Berhak Sepeninggal Nabi SAW? : Dalil Kepemimpinan Imam Ali

Apakah Imam Ali Merasa Paling Berhak Sepeninggal Nabi SAW? : Dalil Kepemimpinan Imam Ali

Diriwayatkan dengan sanad yang shahih bahwa Imam Ali mengakui kalau dirinya adalah orang yang paling berhak dalam urusan kepemimpinan sepeninggal Nabi SAW. Tetapi walaupun begitu demi kemaslahatan umat islam, Beliau tetap pada akhirnya memberikan baiat kepada para khalifah yaitu Abu Bakar RA, Umar RA dan Utsman RA. Hal ini tentu saja bertujuan agar tidak terjadi perpecahan di kalangan kaum muslimin. Sebagian orang yang ingkar menjadikan baiat-nya Imam Ali sebagai alasan untuk membenarkan kepemimpinan ketiga khalifah. Sebaik-baik bantahan bagi mereka adalah pernyataan Imam Ali sendiri yang mengakui kalau ia adalah orang yang paling berhak sepeninggal Nabi SAW bukan Abu Bakar, bukan Umar dan bukan pula Utsman.

حدثني روح بن عبد المؤمن عن أبي عوانة عن خالد الحذاء عن عبد الرحمن بن أبي بكرة أن علياً أتاهم عائداً فقال ما لقي أحد من هذه الأمة ما لقيت توفي رسول الله صلى الله عليه وسلم وأنا أحق الناس بهذا الأمر فبايع الناس أبا بكر فاستخلف عمر فبايعت ورضيت وسلمت ثم بايع الناس عثمان فبايعت وسلمت ورضيت وهم الآن يميلون بيني وبين معاوية

Telah menceritakan kepadaku Rawh bin Abdul Mu’min dari Abi Awanah dari Khalid Al Hadzdza’ dari Abdurrahman bin Abi Bakrah bahwa Ali mendatangi mereka dan berkata “Tidak ada satupun dari umat ini yang mengalami seperti yang saya alami. Rasulullah SAW wafat dan sayalah yang paling berhak dalam urusan ini . Kemudian orang-orang membaiat Abu Bakar terus Umar menggantikannya, maka akupun ikut membaiat, pasrah dan menerima. Kemudian orang-orangpun membaiat Utsman maka akupun ikut membaiat, pasrah dan menerima. Dan sekarang mereka bingung antara aku dan Muawiyah” [Ansab Al Asyraf Al Baladzuri 1/294]

Atsar di atas shahih. Para perawinya terpercaya. Rawh bin Abdul Mu’min adalah Syaikh atau guru Al Baladzuri dan ia seorang yang tsiqat. Sedangkan perawi lainnya adalah perawi shahih.

  • Rawh bin Abdul Mu’min Al Hudzalli adalah Syaikh [guru] Al Bukhari yang tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Abu Hatim berkata “shaduq” [At Tahdzib juz 3 no 553]. Adz Dzahabi berkata “tsiqat” [Al Kasyf no 1594]. Ibnu Hajar berkata “shaduq” [At Taqrib 1/304] dan dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib kalau Rawh bin Abdul Mu’min seorang yang tsiqat [Tahrir At Taqrib no 1963]
  • Abu Awanah adalah Wadhdhah bin Abdullah Al Yasykuri seorang perawi kutubus sittah yang tsiqat wafat tahun 176 H. Abu Hatim, Abu Zar’ah, Ahmad, Ibnu Sa’ad, Ibnu Abdil Barr menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 11 no 204]. Al Ajli menyatakan ia tsiqah [Ma’rifat Ats Tsiqat no 1937]. Ibnu Hajar menyatakan Abu Awanah tsiqat tsabit [At Taqrib 2/283] dan Adz Dzahabi berkata “tsiqat” [Al Kasyf no 6049]
  • Khalid bin Mihran Al Hadzdza’ Abu Munazil Al Bashri adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat wafat tahun 141 H. Ibnu Ma’in, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Al Ijli berkata “tsiqat” [At Tahdzib juz 3 no 224]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/264] dan Adz Dzahabi berkata “tsiqat imam” [Al Kasyf no 1356]
  • Abdurrahman bin Abi Bakrah adalah tabiin perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Hibban, Ibnu Sa’ad, Ibnu Khalfun dan Al Ijli berkata “tsiqat” [At Tahdzib juz 6 no 302]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat” [At Taqrib 1/563]. Adz Dzahabi menyebutkan kalau ia mendengar dari ayahnya dan Ali [Al Kasyf no 3154]

Atsar Imam Ali di atas memuat pengakuan Imam Ali bahwa Beliau adalah orang yang paling berhak dalam urusan kekhalifahan sepeninggal Nabi SAW. Oleh karena itu bisa dimaklumi bahwa selepas Rasulullah SAW wafat dan orang-orang membaiat Abu Bakar maka Imam Ali tidak memberikan baiat atau menundanya sampai 6 bulan. Imam Ali merasa dirinya yang paling berhak tetapi orang-orang malah membaiat Abu Bakar. Hal ini telah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW

حدثنا أبو حفص عمر بن أحمد الجمحي بمكة ثنا علي بن عبد العزيز ثنا عمرو بن عون ثنا هشيم عن إسماعيل بن سالم عن أبي إدريس الأودي عن علي رضى الله تعالى عنه قال إن مما عهد إلي النبي صلى الله عليه وسلم أن الأمة ستغدر بي بعده

Telah menceritakan kepada kami Abu Hafsh Umar bin Ahmad Al Jumahi di Makkah yang berkata telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdul Aziz yang berkata telah menceritakan kepada kami Amru bin ‘Aun yang berkata telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Ismail bin Salim dari Abi Idris Al Awdi dari Ali Radhiyallahu ‘anhu yang berkata “Diantara yang dijanjikan Nabi SAW kepadaku bahwa Umat akan mengkhianatiku sepeninggal Beliau”. [Al Mustadrak 3/150 no 4676 dishahihkan oleh Al Hakim dan Adz Dzahabi]

Selama masa 6 bulan itu ternyata pemerintahan Abu Bakar mengalami berbagai masalah seperti adanya “kaum yang murtad” dan adanya Nabi palsu Musailamah Al Kadzdzab beserta pengikutnya. Berbagai masalah ini dapat dimanfaatkan oleh orang-orang munafik untuk memecah belah umat. Merekapun juga melihat tindakan memisahkan diri yang dilakukan Imam Ali dan hal ini bisa saja dimanfaatkan oleh mereka untuk menyebarkan fitnah perpecahan. Oleh karena itulah setelah 6 bulan Imam Ali memutuskan memberikan baiat untuk menutup celah yang akan dimanfaatkan oleh kaum munafik dan baiat ini adalah demi keutuhan umat islam. Inilah yang dimaksud Imam Ali bahwa ia mengalami penderitaan dan kesulitan sepeninggal Nabi SAW [hal ini telah diberitakan oleh Nabi SAW kepada Imam Ali]. Di satu sisi Beliaulah yang paling berhak tetapi beliau tetap memberikan baiat demi keutuhan umat islam.

أخبرنا أحمد بن سهل الفقيه البخاري ثنا سهل بن المتوكل ثنا أحمد بن يونس ثنا محمد بن فضيل عن أبي حيان التيمي عن سعيد بن جبير عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : قال النبي صلى الله عليه و سلم لعلي أما أنك ستلقى بعدي جهدا قال في سلامة من ديني ؟ قال : في سلامة من دينك

Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Sahl seorang faqih dari Bukhara yang berkata telah menceritakan kepada kami Sahl bin Mutawwakil yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail dari Abi Hayyan At Taimi dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas RA yang berkata Nabi SAW berkata kepada Ali “Sesungguhnya kamu akan mengalami kesukaran [bersusah payah] sepeninggalKu”. Ali bertanya “apakah dalam keselamatan agamaku?”. Nabi SAW menjawab “dalam keselamatan agamamu” [Mustadrak Ash Shahihain 3/151 no 4677 dishahihkan oleh Al Hakim dan Adz Dzahabi]

Pernyataan Imam Ali kalau Beliau adalah yang paling berhak sepeninggal Nabi SAW jelas berdasarkan apa yang telah dikatakan oleh Nabi SAW sendiri, diantaranya

ثنا محمد بن المثنى حدثنا يحيى بن حماد عن أبي عوانة عن يحيى ابن سليم أبي بلج عن عمرو بن ميمون عن ابن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لعلي أنت مني بمنزلة هارون من موسى إلا أنك لست نبيا إنه لا ينبغي أن أذهب إلا وأنت خليفتي في كل مؤمن من بعدي

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hamad dari Abi ‘Awanah dari Yahya bin Sulaim Abi Balj dari ‘Amr bin Maimun dari Ibnu Abbas yang berkata Rasulullah SAW bersabda kepada Ali “KedudukanMu di sisiKu sama seperti kedudukan Harun di sisi Musa hanya saja Engkau bukan seorang Nabi. Sesungguhnya tidak sepatutnya Aku pergi kecuali Engkau sebagai KhalifahKu untuk setiap mukmin sepeninggalKu[As Sunnah Ibnu Abi Ashim no 1188 dengan sanad yang shahih]

Sepeninggal Abu Bakar, Umar ditunjuk Abu Bakar untuk menggantikannya dan orang-orangpun membaiat Umar. Disini Imam Ali melihat betapa orang-orang menerima keputusan Abu Bakar dan membaiat Umar padahal Imam Ali merasa bahwa Beliau adalah yang paling berhak. Hal inilah yang dinyatakan oleh Beliau sebagai penderitaan dan kesulitan tetapi beliau tetap bersabar dan ikut memberikan baiat pula kepada Umar agar tidak menimbulkan perpecahan di kalangan kaum muslimin.

Sepeninggal Umar, beliau memerintahkan pemilihan khalifah melalui Majelis syura yang ia bentuk. Terdapat berbagai riwayat seputar masalah ini yang terkadang “agak kontroversi” tetapi singkat cerita majelis tersebut mengangkat Utsman sebagai khalifah. Sekali lagi Imam Ali melihat orang-orang memilih Utsman padahal Imam Ali merasa yang paling berhak. Hal inilah yang dinyatakan Imam Ali sebagai penderitaan dan kesulitan yang beliau alami. Tidak ada satupun dikalangan umat yang mengalami penderitaan dan kesulitan seperti itu. Beliau yang berhak tetapi beliau tetap bersabar dan menerima. Tentu saja akhlak seperti ini hanya dimiliki orang-orang khusus.

Perhatikanlah baik-baik masalah kekhalifahan ini sangat rentan untuk menimbulkan perpecahan di kalangan umat. Contoh nyata adalah apa yang terjadi antara Imam Ali dan Muawiyah. Sepeninggal tragedi Utsman, orang-orang membaiat Imam Ali tetapi apa yang dilakukan Muawiyah, ia tidak memberikan baiat dengan alasan naïf “menuntut darah Utsman”. Dan silakan lihat akibatnya sebagian kaum muslimin lebih memihak Muawiyah sehingga terjadilah perpecahan yang disebut “perang shiffin”. Seandainya Muawiyah memberikan baiat kepada Imam Ali dan membantu Imam Ali untuk mencari atau menyelesaikan perkara “pembunuhan Utsman” maka mungkin tidak akan terjadi yang namanya perpecahan.

Inilah bedanya akhlak Imam Ali dan akhlak Muawiyah. Imam Ali merasa dirinya paling berhak dan ketika orang-orang membaiat orang lain, Beliau tidaklah menentang dengan menghimpun atau mempengaruhi banyak orang. Beliau bersikap diam, menunda baiatnya walaupun pada akhirnya membaiat demi mencegah perpecahan Umat. Sedangkan Muawiyah yang tidak ada sedikitpun hak pada dirinya, tidak mau membaiat Imam Ali bahkan menghimpun dan mempengaruhi orang-orang yang akhirnya malah bertentangan dengan Imam Ali sehingga terjadilah perpecahan di kalangan kaum muslimin [perang shiffin]. Semua ini menjadi bukti bahwa masalah kekhalifahan sangat rentan menimbulkan perpecahan dan Imam Ali sebagai orang yang paling arif tentu sangat mengerti akan hal ini berbeda halnya dengan Muawiyah dan pengikutnya. Sehingga sangat bisa dimaklumi kalau salafy nashibi pecinta Muawiyah tidak bisa memahami tindakan dan akhlak Imam Ali. Mereka tidak bisa mengerti “mengapa Imam Ali membaiat jika Beliau merasa paling berhak?”. Bahkan mereka mengatakan mustahil Imam Ali bersikap pengecut seperti itu. Sungguh kasihan, betapa kebodohan mereka membawa mereka kepada perkataan yang mungkar. Imam Ali merasa paling berhak tetapi beliau tetaplah membaiat dan itulah yang diriwayatkan oleh atsar shahih di atas. Imam Ali bahkan menyebutkan hal itu sebagai penderitaan dan kesulitan yang ia alami baik pada masa Abu Bakar, Umar, Utsman dan pada masa pemerintahan Beliau ketika sebagian kaum muslimin ternyata lebih memilih untuk memihak Muawiyah dan menentang Beliau.
.

.

.

Tahrif Perkataan Imam Ali

Sebagian ulama ternyata merasa risih dengan perkataan Imam Ali di atas. Mereka ternyata meriwayatkan atsar ini dengan melakukan tahrif pada kata-kata pengakuan Imam Ali kalau Beliaulah yang paling berhak. Atsar Imam Ali di atas juga diriwayatkan dalam kitab As Sunnah Abdullah bin Ahmad bin Hanbal tetapi mengalami tahrif [perubahan]

حدثني أبي وعبيد الله بن عمر القواريري وهذا لفظ حديث أبي قالا حدثنا يحيى بن حماد أبو بكرنا أبو عوانة عن خالد الحذاء عن عبد الرحمن بن أبي بكرة أن عليا رضي الله عنه أتاهم عائدا ومعه عمار فذكر شيئا فقال عمار يا أمير المؤمنين فقال اسكت فوالله لأكونن مع الله على من كان ثم قال ما لقي أحد من هذه الأمة ما لقيت إن رسول الله صلى الله عليه وسلم توفي فذكر شيئا فبايع الناس أبا بكر رضي الله عنه فبايعت وسلمت ورضيت ثم توفي أبو بكر وذكر كلمة فاستخلف عمر رضي الله عنه فذكر ذلك فبايعت وسلمت ورضيت ثم توفي عمر فجعل الأمر إلى هؤلاء الرهط الستة فبايع الناس عثمان رضي الله عنه فبايعت وسلمت ورضيت ثم هم اليوم يميلون بيني وبين معاوية

Telah menceritakan kepadaku Ayahku dan Ubaidillah bin Umar Al Qawaririiy [dan ini adalah lafaz hadis ayahku] keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hamad Abu Bakar yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Khalid Al Hadzdza’ dari Abdurrahman bin Abi Bakrah bahwa Ali mendatangi mereka dan bersamanya ada Ammar. Kemudian [Ali] menyebutkan sesuatu, Ammar berkata “Ya Amirul Mukminin”. Ali berkata “diamlah, demi Allah aku bersama Allah, kemudian beliau berkata “tidak ada satupun dari umat ini yang mengalami seperti yang saya alami. Ketika Rasulullah wafat [Ali] menyebutkan sesuatu, kemudian orang-orang membaiat Abu Bakar RA dan  akupun membaiat, pasrah dan menerima. Kemudian Abu Bakar wafat dan [Ali] menyebutkan suatu perkataan terus Umar RA menggantikannya [Ali] menyebutkan hal itu, dan aku membaiat, pasrah dan menerima. Kemudian Umar wafat dan ia meninggalkan urusan ini kepada enam orang, orang-orang pun membaiat Utsman RA  dan aku membaiat, pasrah dan menerima. Kemudian sekarang hari ini mereka bingung antara Aku dan Muawiyah” [As Sunnah Abdullah bin Ahmad bin Hanbal 3/245 no 1315]

حدثني إبراهيم بن الحجاج الناجي بالبصرة أنا أبو عوانة عن خالد الحذاء عن عبد الرحمن بن أبي بكرة قال أتاني وقال مرة أخرى أتانا علي رضي الله عنه عائدا ومعه عمار فذكر كلمة فقال علي والله لأكونن مع الله على من كان ما لقي أحد من هذه الأمة ما لقيت توفي رسول الله صلى الله عليه وسلم فذكر كلمة فبايع الناس أبا بكر فبايعت ورضيت ثم توفي أبو بكر فذكر كلمة فاستخلف عمر فبايعت ورضيت ثم توفي عمر فجعلها يعني عمر شورى فبويع عثمان فبايعت ورضيت ثم هم الآن يميلون بيني وبين معاوية

Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Hajjaj An Naji di Bashrah yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Khalid Al Hadzdza’ dari Abdurrahman bin Abi Bakrah yang berkata Ali mendatangiku terkadang ia berkata Ali mendatangi kami dan bersamanya ada Ammar. Kemudian [Ali] menyebutkan suatu perkataan. Kemudian Ali berkata “demi Allah aku bersama Allah, tidak ada satu orangpun diantara umat ini yang mengalami seperti yang kualami, Rasulullah SAW wafat [Ali] menyebutkan suatu perkataan. Kemudian orang-orang membaiat Abu Bakar maka aku membaiat dan menerima kemudian Abu Bakar wafat [Ali] menyebutkan suatu perkataan, Umar menggantikannya dan aku membaiat menerima. Kemudian Umar menjadikan Syura, terus membaiat Utsman maka aku membaiat dan menerima. Kemudian sekarang mereka bingung antara Aku dan Muawiyah” [As Sunnah Abdullah bin Ahmad bin Hanbal 3/246 no 1316]

Kedua atsar inipun shahih. Ayah Abdullah bin Ahmad adalah Ahmad bin Hanbal seorang Al Hafizh Tsiqat Faqih Hujjah [At Taqrib 1/44 no 96] dan Ubaidillah bin Umar Al Qawaririiy seorang yang tsiqat tsabit [At Taqrib 1/637]. Sedangkan Yahya bin Hamad adalah seorang yang tsiqat [At Taqrib 2/300]. Ibrahim bin Hajjaj An Naji adalah gurunya Abdullah bin Ahmad bin Hanbal seorang yang dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Hibban dan Daruquthni [At Tahdzib juz 1 no 200]. Atsar di atas menunjukkan adanya tahrif yaitu lafaz ”menyebutkan sesuatu” atau ”menyebutkan perkataan”. Mustahil Imam Ali berkata seperti itu, yang sebenarnya adalah lafaz itu telah diganti. Perkataan Imam Ali yang sebenarnya disembunyikan dan diganti dengan kata-kata ”menyebutkan sesuatu” atau ”menyebutkan perkataan”. Jika kita memperhatikan riwayat Al Baladzuri sebelumnya maka lafaz yang ditutupi itu adalah ”sayalah yang paling berhak dalam urusan ini”. Mungkin sebagian orang merasa risih dengan lafaz ini sehingga berkepentingan untuk menutup-nutupinya. Jadi lafaz sebenarnya adalah sebagai berikut. Imam Ali berkata

Tidak ada satupun dari umat ini yang mengalami seperti yang saya alami. Ketika Rasulullah wafat sayalah yang paling berhak dalam urusan ini, kemudian orang-orang membaiat Abu Bakar RA dan  akupun membaiat, pasrah dan menerima. Kemudian Abu Bakar wafat dan sayalah yang paling berhak dalam urusan ini terus Umar RA menggantikannya padahal sayalah yang paling berhak dalam urusan ini dan aku membaiat pasrah dan menerima, kemudian Umar wafat dan ia meninggalkan urusan ini kepada enam orang, orang-orang pun membaiat Utsman RA  dan aku membaiat, pasrah dan menerima. Kemudian sekarang hari ini mereka bingung antara Aku dan Muawiyah.

Siapa yang sebenarnya melakukan tahrif dalam kitab As Sunnah itu bisa dibilang kami tidak tahu pasti walaupun kemungkinan yang melakukannya adalah Abdullah bin Ahmad bin Hanbal penulis kitab As Sunnah tersebut. Siapa orangnya bukan masalah yang terlalu penting untuk dibahas disini.

.

.

.

Syubhat Salafy Nashibi

Di antara syubhat salafy nashibi yang mereka alamatkan kepada orang yang mengakui kepemimpinan Imam Ali sepeninggal Nabi SAW adalah Hal ini berarti menuduh para sahabat menyimpang karena para sahabat tidak membaiat Imam Ali malah membaiat orang lain. Konsekuensinya adalah mengkafirkan para sahabat Nabi padahal mereka adalah pembawa risalah bagi umat islam.

Inilah logika ngawur yang tidak memiliki dalil kecuali hanya perkataan sakit hati. Perhatikanlah apakah Imam Ali menyatakan kalau mereka kaum muslim yang membaiat Abu Bakar, Umar dan Utsman itu kafir?. Bagi kami jelas permasalahan ini tidaklah mengkafirkan para sahabat. Jika dikatakan para sahabat keliru maka itu benar tetapi kekeliruan mereka tidaklah sama untuk masing-masing orang. Mereka sahabat yang berduyun-duyun mengajak orang membaiat Abu Bakar tidaklah sama dengan sahabat yang ikut membaiat karena sekelompok sahabat telah membaiat Abu Bakar.

Jika baiat telah ditetapkan oleh sebagian orang dari kaum muslimin maka mereka yang menyelisihi akan beresiko diperangi oleh kaum muslimin tersebut. Jadi dapat dipahami kalau sebagian sahabat berijtihad untuk membaiat Abu Bakar karena ia telah dibaiat terlebih dahulu oleh sebagian orang. Begitu pula dalam kasus Umar, mereka para sahabat hanya mengikuti wasiat Abu Bakar yang menurut mereka baik. Seandainya pun ada sahabat yang menentang penunjukkan Umar maka tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali mengikuti sebagian orang yang telah berbaiat terlebih dahulu kepada Umar. Dalam kasus Utsman penetapan khalifah adalah melalui mekanisme Syura’ yang ditetapkan Khalifah Umar. Tentu saja para sahabat menganggap bahwa keputusan Syura’ lah yang sebaiknya mereka ikuti. Seandainya pun ada yang tidak setuju kepada pengangkatan Utsman maka tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali ikut membaiat khalifah Utsman yang telah dibaiat terlebih dahulu oleh sebagian yang lain. Bagi kami perkara para sahabat membaiat ketiga khalifah adalah ijtihad yang mereka lakukan mungkin baik menurut mereka atau mungkin itulah yang bisa mereka lakukan. Tidak ada urusan bagi kami untuk mengkafirkan mereka para sahabat.

Kepemimpinan Imam Ali telah ditetapkan berdasarkan dalil-dalil shahih. Bagi yang menyelisihi maka sudah jelas keliru dan kekeliruan ini tergantung kadar masing-masing mereka. Bukankah telah diriwayatkan dalam kitab Tarikh sekelompok sahabat yang pada awalnya menolak membaiat Abu Bakar, sebagian mereka berkumpul di rumah Sayyidah Fathimah sehingga Umar berniat mau membakar rumah Sayyidah Fathimah karena perkumpulan ini. Lihatlah baik-baik perkara baiat atau kekhalifahan ini sangat rentan sekali menimbulkan perpecahan bahkan Sayyidah Fathimah putri tercinta Nabi SAW tidak membuat hati Umar gentar.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ ، عْن أَبِيهِ أَسْلَمَ ؛ أَنَّهُ حِينَ بُويِعَ لأَبِي بَكْرٍ بَعْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، كَانَ عَلِيٌّ وَالزُّبَيْرُ يَدْخُلاَنِ عَلَى فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فَيُشَاوِرُونَهَا وَيَرْتَجِعُونَ فِي أَمْرِهِمْ ، فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ خَرَجَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى فَاطِمَةَ ، فَقَالَ : يَا بِنْتَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وَاللهِ مَا مِنْ الْخَلْقِ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيْنَا مِنْ أَبِيك ، وَمَا مِنْ أَحَدٍ أَحَبَّ إِلَيْنَا بَعْدَ أَبِيك مِنْك ، وَأَيْمُ اللهِ ، مَا ذَاكَ بِمَانِعِيَّ إِنَ اجْتَمَعَ هَؤُلاَءِ النَّفَرُ عِنْدَكِ ، أَنْ آمُرَ بِهِمْ أَنْ يُحَرَّقَ عَلَيْهِمَ الْبَيْتُ قَالَ : فَلَمَّا خَرَجَ عُمَرُ جَاؤُوهَا ، فَقَالَتْ : تَعْلَمُونَ أَنَّ عُمَرَ قَدْ جَاءَنِي ، وَقَدْ حَلَفَ بِاللهِ لَئِنْ عُدْتُمْ لَيُحَرِّقَنَّ عَلَيْكُمَ الْبَيْتَ ، وَأَيْمُ اللهِ ، لَيَمْضِيَنَّ لِمَا حَلَفَ عَلَيْهِ ، فَانْصَرِفُوا رَاشِدِينَ  فَرُوْا رَأْيَكُمْ ، وَلاَ تَرْجِعُوا إِلَيَّ ، فَانْصَرَفُوا عنها ، فَلَمْ يَرْجِعُوا إِلَيْهَا ، حَتَّى بَايَعُوا لأَبِي بَكْرٍ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Umar telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam dari Aslam Ayahnya yang berkata ”Ketika Bai’at telah diberikan kepada Abu Bakar sepeninggal Rasulullah SAW. Ali dan Zubair masuk menemui Fatimah binti Rasulullah, mereka bermusyawarah dengannya mengenai urusan mereka. Sehingga ketika Umar menerima kabar ini Ia bergegas menemui Fatimah dan berkata ”Wahai Putri Rasulullah SAW demi Allah tidak ada seorangpun yang lebih aku cintai daripada ayahmu dan setelah Ayahmu tidak ada yang lebih aku cintai dibanding dirimu tetapi demi Allah hal itu tidak akan mencegahku jika orang-orang ini berkumpul di sisimu untuk kuperintahkan agar rumah ini dibakar bersama mereka yang ada di dalam rumah”. Ketika Umar pergi, mereka datang dan Fatimah berbicara  kepada mereka “tahukah kalian kalau Umar datang kemari dan bersumpah akan membakar rumah ini jika kalian kemari. Aku bersumpah demi Allah ia akan melakukannya jadi pergilah dan jangan berkumpul disini”. Oleh karena itu mereka pergi dan tidak berkumpul disana sampai mereka membaiat Abu Bakar [Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 14/567 no 38200 dengan sanad shahih sesuai syarat Bukhari Muslim]

Mungkin dalam pandangan Umar apa yang ia lakukan adalah untuk menegakkan kebenaran karena baiat telah ditetapkan kepada Abu Bakar. Jika Putri tercinta Nabi SAW sendiri mendapat perlakuan seperti itu maka apalagi sahabat lain yang kemuliaannya sangat jauh dibawah Sayyidah Fathimah. Sehingga dapat dimaklumi pasca persitiwa ancaman pembakaran rumah Sayyidah Fathimah, sebagian sahabat yang awalnya tidak mau membaiat malah ikut membaiat Abu Bakar. Nah kedudukan mereka ini jelas tidak sama dengan kedudukan sahabat yang dari awal membaiat Abu Bakar atau dari awal mengajak orang berduyun-duyun untuk membaiat Abu Bakar. Salafy tidak bisa memahami perincian seperti ini karena pikiran mereka memiliki arah yang sama yaitu taklid terhadap para ulama mereka.

Apakah salafy nashibi itu menganggap sahabat Nabi tidak bisa salah?. Lantas bagaimana dengan berbagai hadis shahih yang meriwayatkan kesalahan sebagian sahabat. Apakah menyatakan kesalahan sahabat berarti mengkafirkan sahabat? Atau jangan-jangan salafy meyakini kalau para sahabat terbebas dari kesalahan

Satu lagi syubhat yang dilontarkan oleh Salafy nashibi yaitu mengakui kepemimpinan Imam Ali sepeninggal Nabi SAW adalah akidah syiah rafidhah yang sesat lagi menyesatkan. Hal ini jelas contoh lain betapa pikiran para salafy itu tidak bisa membedakan umum dan khusus, tidak bisa membedakan garis besar dan perincian, tidak bisa membedakan keseluruhan dan sebagian. Perkara Syiah rafidhah meyakini kepemimpinan Imam Ali sepeninggal Nabi SAW itu sudah jelas tetapi tidak setiap mereka yang mengakui kepemimpinan Imam Ali dikatakan Syiah rafidhah. Kami pribadi mengakui kepemimpinan Imam Ali sepeninggal Nabi SAW dan kami bukanlah Syiah rafidhah. Kami mengakui kepemimpinan Imam Ali sepeninggal Nabi SAW karena dalil-dalil yang sahih menyatakan demikian. Kami berpegang pada dalil bukannya taklid terhadap ulama tertentu.

Apakah ketika sebagian ulama membolehkan menjamak shalat wajib tidak saat berpergian dan tidak pula karena hujan, maka ulama tersebut dikatakan Syiah rafidhah?. Apakah ketika Ibnu Umar dan Ali bin Husain menyatakan lafaz azan Hayya ‘Ala Khayru Amal, maka keduanya dikatakan Syiah rafidhah?. Apakah berpegang pada Kitab Allah dan Itrah Ahlul Bait Rasul, dikatakan syiah rafidhah?. Kemana akal kalian wahai salafy nashibi, tidakkah kalian melihat hadis-hadis shahih telah menyebutkan semua perkara tersebut. Ingat baik-baik yang mengaku berpegang pada Sunnah bukan hanya kalian semata, banyak mahzab lain dan individu-individu lain yang tidak terikat mahzab tertentu juga berjuang untuk berpegang pada sunnah. Jika kesimpulan mereka berbeda dengan kalian maka tidak perlu kalian menjadi seperti orang kerasukan, bantah sana bantah sini seolah kalian pemegang mutlak kebenaran. Ingatlah Agama Islam tidak selebar daun keladi salafy. Salam Damai

33 Tanggapan

  1. pertamax……

  2. @SP

    Pantas ketika Rasulullah saw mau wafat mengatakan “ya ummati 3x”, karena mayoritas ummat Islam hingga kini telah menyimpang, karena mengakui kekhalifahan Abubakar, Umar dan Utsman. Mungkin begitu ya?

    Wassalam

  3. Kalau menurut saya Imam Ali as adalah seorang figur utama dalam segala hal. Imam Ali telah mengenal Dunia Fana ini maka beliau mentalak TIGA ierhadap dunia. Beliau telah mengenal Akhirat dan begitu pula terhadap Maha Penciptanya. Sehingga diri beliau penuh dengan keimanan pada Allah dan Rasul.
    Kedudukan Imam Ali as hanya dibawah Rasulullah. Telah banyak hadits2 shahih yang diposting SP diblog ini. Umpanya: Kedudukanmu ya Ali disampingku adalah seperti keduduan Harun dengan Musa hanya tidak ada Nabi sesudahku.
    Lalu mengapa kedudukan kepimpinan umat tidak beralih ke Imam Ali tapi Abubakar, Umar dan Utsman? Rasul dan Imam Ali sangat mengetahui bahwa kepimpinan umat pasca Rasul akan dipegang oleh Abubakar, karena Allah telah mentakdiran demikian dan Imam Ali tidak mau melawan takdir. Dan Allah tunjukan bagaimana sesuatu perbuatan yang DHALIM kepada umat yang kemudian.
    Melalui mulut Rasul yang mulia dan disaksikan oleh mereka bahwa Amir para Mukmin sesudah Rasul adalah Imam Ali. Kemudian mereka mendhalilmi Haknya Imam Ali as.
    Semua ini merupakan contoh dan peringatan bagi kita semua. Wasalam

  4. – Pertama aku sampaikan salam hormat kepada SP yg telah menulis artikel ini dengan baik. yang telah menampilkan wacana ilmiah dalam blognya.
    – Kedua aku sampaikan salam hormat kepada mereka pencari kebenaran dan mengikuti kebenaran yg telah didapat.
    – Ketiga aku sampaikan salam hormat dan doa kepada mereka yg mencari dan selalu mencari kebenaran ini dengan ketulusan, karena kebenaran itu akan didapat hanya melalui pintu keikhlasan saja.jauh dari rasa dengki dan hasud. dan bila ajal menghampiri saat pencarian dengan ikhlas maka ke-IKHLAS-an yg akan menyelamatkan.

  5. Kalau kita jujur, tdk perlu puluhan bukti bahwa Imam Ali.as adalah khalifah langsung setelah wafatnya Nabi.saw, satu buktipun sebenarnya sudah cukup. SP sudah terlalu banyak memberikan bukti itu tapi perlu anda ingat, utk salafy mau anda berikan 1 trilyun buah buktipun tdk akan cukup, karena mazhab mereka hadir di muka bumi memang utk mengaburkan bukti2 yg ada dan mereka ditakdirkan memang utk menjadi musuh dlm selimut umat islam.

  6. setuju ytse-jam, satu bukti yang paling nyata seperti peristiwa DIPROKLAMIRKAN Imam Ali di Ghadir Khum harusnya sudah cukup bagi orang yg beriman. Toh peristiwa itu disaksikan oleh ribuan sahabat Nabi saw dan diriwayatkan oleh puluhan sahabat dan terdapat pada puluhan kitab mu’tabar dikalangan muslimin.
    Bukti apa lagi yg diinginkan mereka kecuali kalau bukan karena hati sudah menutup diri untuk masuknya pintu hidayah, na’uzubillah ………………na’uzubillah.

  7. satu bukti cukup : siapa yg akan membantah bahwa sydna Ali adalah yg palling utama diantara para sahabat…???
    kalo jelas beliau paling utama ..,mk adalah kesalahan jk tdk mengakui beliau sbg pemimpinnya stlh wafat nabi saww!!! baik pd masa itu s/d kini hingga kiamat…sekalipun!!!

  8. Memang hanya Imam Ali as yang berhak atas kepemimpinan umat sepeninggal Rasulullah SAW. Sudah terlalu banyak bukti kebenaran mengenai hal ini. Kebenaran adalah terang benderang bagi yang mau mensyukuri nikmat karunia akal yg diberikan Allah dg cara berfikir kritis untuk menemukan kebenaran itu sendiri. Tapi kebenaran bisa menjadi kegelapan pekat yg membutakan mata hati bagi para nashibi.

  9. Assalamualaikum Mas SP.

    Bisa Mas tampilkan hadits berikut sanadnya yang mengatakan bahwa Ibnu Umar dan Ali bin Husain menyatakan lafaz azan Hayya ‘Ala Khayru Amal, dan sekaligus kedudukan haditsnya, apakah shahih atau tidak. Syukron.

  10. Qs;alkahfi 103-106
    103. Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”
    104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
    105. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.
    106. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.

    siapakah yg dimaksud dgn ayat2 Ku?

  11. assalamualaikum wr.wb

    kunjungi http://syiahali.wordpress.com

    kunjungi http://syiahali.wordpress.com

    sebuah website syi’ah imamiyah itsna asyariah terlengkap di indonesia

    memuat ratusan artikel dan foto
    ..

  12. @all : Ada satu hal yang dilupakan. Pertama, bahwa dalam bahasa Arab, kata ahaqqu yang berarti paling berhak. Ini dalam bhs Arab diebut asma’ tafdhil ( nama untuk melebihkan ). Kata paling berhak bukan berarti satu2nya yang berhak. Namun menunjukkan masih ada orang2 lain yang juga memiliki hak, namun jika dilihat dari sisi nasab dan perjuangan, maka Imam Ali A.S lah yang paling berhak dengan Khilafah karena beliau adalah menantu, sepupu dan orang yang pertama Islam dari kalangan anak2. Namun para sahabat lain dari kalangan Qurays. Sebab Rasulullah SAW bersabda,” Al Khilafah min qurays ( H.R. Ahmad/Shahih /Tarikh Khulafa hal.10 ).
    Kedua, ketika Imam Ali A.S didesak untuk menjadi Khalifah sesudah wafatnya Khaligah Utsman R.A, beliau berkata,” Tinggalkanlah aku. Carilah orang selain aku ( untuk menjadi Khalifah )……jika aku menjadi pembantu ( wazir ), itu lebih baik jika aku menjadi Imam ( khalifah )…( Nahjul Balaghah hal. 132 ). Bahkan Imam A.S menganjurkan orang2 untuk membai’at Talhah atau Zubair R.A.
    Tentang pengkhianatan yang di alami oleh Imam Ali A.S, maka itu pelakunya bukan Abu Bakar, Umar atau Utsman. Justru yang melakukan adalah orang2 Kufah dan Iraq yang tidak sepenuh hati membela Imam Ali A.S. Bahkan sebagian dari mereka kemudian memberontak sehingga terbentuklah kaum Khawarij. Jika Abu Bakr, Umar dan Utsman mengkhianati beliau, mengapa anak2 beliau, anak2 Imam hasan dan Husain A.S ada yang bernama Abu Bakar, Umar dan Utsman ?

  13. @deskov
    asumsi anda tambah kacau,kefanatikan anda trhdp abubakar membuat anda melemahkan keutamaan imam ali.as,
    anda rupa2nya mau ikutan taqiyah,tp menyalahi. ingat ya.. taqiyah beda dgn munafik

  14. @ldj : Mestinya anda berbicara dengan ilmiah dan fakta. Jika saya ngawur, di mana ngawurnya ? lagi pula mengapa sih kita harus memaksakan diri untuk membuat kesan permusuhan antara Ahlul Bait A.S dan para sahabat, khususnya Abu Bakar, Umar dan utsman ? Jika ada celah untuk ( dan celah itu terbuka sangat lebar ) untuk membuat penafsiran yang menunjukkan keharmonisan hubungan para Sahabat dan Ahlul Bait, mengapa harus kita paksakan membuat penafsiran permusuhan di antara mereka ? Apa untungnya..apalagi untuk persatuan dan persaudaraan Islam. Penafsiran ini hanya menguntungkan musuh2 Islam ( Yahudi ) dan awalnya memang dibuat oleh mereka. Sementara para Imam Ahlul Bait A.S berlepas tangan dari hal ini

  15. Dan Imam Ali sendiri yang mengatakan bahwa Abu Bakar kemudian Umar adalah umat terbaik setelah Nabi SAW. oleh karena itu mari kita ikuti Imam Ali ra dalam berprinsip, jangan menselisihi beliau jika mau selamat.

  16. @paiman

    ….oleh karena itu mari kita ikuti Imam Ali ra dalam berprinsip, jangan menselisihi beliau jika mau selamat

    Abubakar sendiri telah menyelisihi Fatimah & Ali pasca wafatnya Rasul saw. Bagaimana hal ini menurut mas?

    Salam

  17. Kalau Imam Ali sudah mengatakan bahwa umat terbaik setelah Nabi SAW adalah Abu Bakar kemudian Umar, maka perselisihan itu tidak ada nilainya kecuali hanya perbedaan ijtihad, dan kenyataannya Imam Ali mengakui hadits yang disampaikan oleh Abu Bakar.

  18. @paiman

    Mas, perkataan yg menurut mas dari Imam Ali itu tdk mungkin keluar dari mulut Imam Ali, sebab perselisihan yg muncul pasca wafatnya Nabi saw antara Imam Ali, Sayyidatina Fatimah adalah perselisihan yg tdk ringan yg diantaranya adalah mengakibatkan kemarahan Sayyidatina Fatimah dan pengambilalihan kekhalifahan oleh Abubakar. Jika mas menilai ini tdk ada artinya, maka sy tdk tau lagi perselisihan apa yg bernilai menurut mas.

    Selama mas menempatkan kedudukan Abubakar lbh tinggi dari Imam Ali dan Sayyidatina Fatimah, maka pembelaan mas thd perbuatan Abubakar tdk pernah selesai.

    Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mas bisa mengatakan: oleh karena itu mari kita ikuti Imam Ali ra dalam berprinsip, jangan menselisihi beliau jika mau selamat sementara mas meyakini Imam Ali tdk maksum dan Abubakar lebih utama dari Imam Ali?

    Apakah ini sekedar basa-basi atau memang mas berkeyakinan siapa yg mengikuti Imam Ali pasti selamat?

    Salam

  19. Mas, perkataan yg menurut mas dari Imam Ali itu tdk mungkin keluar dari mulut Imam Ali, sebab perselisihan yg muncul pasca wafatnya Nabi saw antara Imam Ali, Sayyidatina Fatimah adalah perselisihan yg tdk ringan yg diantaranya adalah mengakibatkan kemarahan Sayyidatina Fatimah dan pengambilalihan kekhalifahan oleh Abubakar. Jika mas menilai ini tdk ada artinya, maka sy tdk tau lagi perselisihan apa yg bernilai menurut mas.

    Anda bisa tunjukkan buktinya kalau kata2 beliau tsb tidak pernah keluar dr mulut beliau?

    Selama mas menempatkan kedudukan Abubakar lbh tinggi dari Imam Ali dan Sayyidatina Fatimah, maka pembelaan mas thd perbuatan Abubakar tdk pernah selesai.

    Lha mau gimana lagi Imam Ali sendiri yang bilang spt itu kok

    Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mas bisa mengatakan: oleh karena itu mari kita ikuti Imam Ali ra dalam berprinsip, jangan menselisihi beliau jika mau selamat sementara mas meyakini Imam Ali tdk maksum dan Abubakar lebih utama dari Imam Ali?

    keyakinan Sunni adalah Imam Ali dan para sahabat yang lain adalah satu pemahaman dalam dien ini tidak berbeda dalam hal akidah dan sebagainya, jika ada perselisihan pendapat adalah bukan dalam hal esensial, Ijmak kaum muslimin adalah Abu Bakar dan Umar di atas Imam Ali dan Imam Ali sendiripun berpendirian spt itu, maka itulah yg benar, maka jika mengikuti beliau dalam hal ini kita akan selamat.

  20. @paiman

    keyakinan Sunni adalah Imam Ali dan para sahabat yang lain adalah satu pemahaman dalam dien ini tidak berbeda dalam hal akidah dan sebagainya, jika ada perselisihan pendapat adalah bukan dalam hal esensial

    Jika perselisihan pendapat diantara mereka adalah kecil, kenapa kemudian Imam Ali menunda bai;at Beliau?
    *ahhh paling juga anda akan mengarang2 cerita untuk itu*

    Dan Imam Ali sendiri yang mengatakan bahwa Abu Bakar kemudian Umar adalah umat terbaik setelah Nabi SAW. oleh karena itu mari kita ikuti Imam Ali ra dalam berprinsip, jangan menselisihi beliau jika mau selamat.

    Apakah anda menyadari bahwa anda sedang berdiskusi dengan mereka2 yang kritis dan berfikir secara komrehensive?
    Jika anda tahu itu maka, anda seharusnya juga menjelaskan kepada kami tentang pandangan anda mengenai puluhan (bahkan ratusan) dalil yang menyatakan Imam Ali adalah yang paling mulia. Apakah anda sedang mengharapkan kami sebagaimana anda melupakan dalil2 tsb dan bergantung hanya pada satu riwayat tsb?
    Anda sungguh lugu/naif, jika datang kesini dengan satu dalil yang bertentangan dengan banyak dalil yang sahih tentang kemuliaan Imam Ali… :mrgreen:

    Salam damai

  21. @truthseeker08,

    Jika perselisihan pendapat diantara mereka adalah kecil, kenapa kemudian Imam Ali menunda bai;at Beliau?
    *ahhh paling juga anda akan mengarang2 cerita untuk itu*

    Yang penting beliau berbai’at, maka situ juga mesti ikut beliau mengakui Abu Bakar sebagai khalifah pengganti Nabi SAW, itu yg real terjadi. namanya manusia bisa saja berubah pikiran dan mengakui kebenaran.

    Apakah anda menyadari bahwa anda sedang berdiskusi dengan mereka2 yang kritis dan berfikir secara komrehensive?

    kritis apanya? kebenaran yang sudah jelas berdasarkan logika yg sehat mereka tolak karena prakonsepsi yg ada pada mindset mereka kok dibilang kritis.

    Jika anda tahu itu maka, anda seharusnya juga menjelaskan kepada kami tentang pandangan anda mengenai puluhan (bahkan ratusan) dalil yang menyatakan Imam Ali adalah yang paling mulia. Apakah anda sedang mengharapkan kami sebagaimana anda melupakan dalil2 tsb dan bergantung hanya pada satu riwayat tsb?
    Anda sungguh lugu/naif, jika datang kesini dengan satu dalil yang bertentangan dengan banyak dalil yang sahih tentang kemuliaan Imam Ali… :mrgreen:

    riwayat tentang keutamaan Imam Ali memang banyak, tetapi tidak menjadikan keutamaan beliau di atas Abu Bakar sebagaimana perkataan Imam Ali sendiri yang mutawatir. Demikian juga keutamaan Abu Bakar dan Umar tidak kalah banyaknya daripada keutamaan Ali, bagaimana pandangan anda thd hadits2 tsb, sementara hadits2 tsb adlh hadits2 sunni dimana para periwayat hadits2 sunni tsb melebihkan Abu Bakar dan Umar di atas Imam Ali? siapa yg salah memahami?

  22. @paiman

    Anda bisa tunjukkan buktinya kalau kata2 beliau tsb tidak pernah keluar dr mulut beliau?

    Ah, jangan becandalah mas, bukankah seharusnya mas yg membuktikan bahwa riwayat yg mas bilang dari Imam Ali itu benar adanya? Kan mas yg mengungkapkannya lbh dulu?

    Selama mas menempatkan kedudukan Abubakar lbh tinggi dari Imam Ali dan Sayyidatina Fatimah, maka pembelaan mas thd perbuatan Abubakar tdk pernah selesai.
    Lha mau gimana lagi Imam Ali sendiri yang bilang spt itu kok

    Jika menurut mas Abubakar & Umar lbh tinggi kedudukannya dari Imam Ali, itu sih terserah mas saja. Sy tdk ingin repot2 menekankan siapa yg lbh tinggi kedudukannya dan siapa-siapa yg lbh rendah. Toh mereka-mereka yg kita bicarakan tdk akan berubah kedudukannya. Hanya sebaiknya mas perlu melihat dan membaca (di blog ini tersedia sangat cukup) betapa banyaknya hadits2 dan riwayat mengenai keutamaan Imam Ali di atas sahabat lainnya yg mudah2an bisa membuka akal dan pikiran mas.

    keyakinan Sunni adalah Imam Ali dan para sahabat yang lain adalah satu pemahaman dalam dien ini tidak berbeda dalam hal akidah dan sebagainya, jika ada perselisihan pendapat adalah bukan dalam hal esensial,

    Ini lagi2 angan-angan mas saja kan. Apakah mas tdk mampu mencerna adanya perselisihan2 pasca wafat Nabi saw baik antara sahabat sendiri maupun antara sahabat dgn ahlulbayt? Terserah mas mau bilang tdk esensial atau apa. Tapi perselisihan memang terjadi antara Abubakar dan Ahlulbayt, yg mengakibatkan Imam Ali menahan baiatnya selama 6 bulan atas pengambilalihan hak kekhalifahan beliau serta mengakibatkan kemarahan Fatimah Az-Zahra atas pengambilalihan Tanah Fadak. Kedua peristiwa ini saja sebenarnya sdh menunjukkan bahwa ahlulbayt dan sahabat adalah berbeda. Atau mas anggap kedua peristiwa ini biasa2 saja?

    dan Ijmak kaum muslimin adalah Abu Bakar dan Umar di atas Imam Ali dan Imam Ali sendiripun berpendirian spt itu, maka itulah yg benar, maka jika mengikuti beliau dalam hal ini kita akan selamat.

    Ya..ya silakan berangan-angan mas 🙂 Bukti hadits dan riwayat sangat banyak yg menunjukkan kebalikannya.

    Salam

  23. @armand

    Ah, jangan becandalah mas, bukankah seharusnya mas yg membuktikan bahwa riwayat yg mas bilang dari Imam Ali itu benar adanya? Kan mas yg mengungkapkannya lbh dulu?

    Riwayat tsb shahih dari Bukhari, Ahmad dll

    anda selalu menuduh orang berangan-angan, sedangkan anda gmn? jelas real dan nyata Imam Ali berbaiat kpd Abu Bakar, beliau berkata kepada Abu Bakar pada saat mau berbai’at bahwa beliau tidak mengingkari keutamaan dan anugerah yg diberikan kepada Abu Bakar, hanya beliau merasa tidak di ajak bermusyawarah sebagai keluarga Nabi SAW. baca Bukhari.. padahal terpilihnya Abu Bakar adalah peristiwa accidental yang memang telah dikehendaki oleh Allah. Saat itu Imam Ali sedang mengurusi jenasah Nabi SAW yg hal itu adalah kewajiban beliau sebagai keluarga beliau, sehingga peristiwa di saqifah beliau tidak mengikuti. jadi hanya salah paham saja.

    Imam Ali sebagai kepala keluarga dan suami sayyidah Fatimah-pun juga mengakui kebenaran hadits yg dibawa Abu Bakar soal harta warisan Nabi SAW. dan beliaupun tidak mengubah status tanah Fadak ketika beliau berkuasa.

    Jadi masalah itu sudah selesai, maka ga perlu diungkit-ungkit lg… ikuti saja Imam Ali, akui Abu Bakar sebagai khalifah. selesai..

  24. @paiman

    Yang penting beliau berbai’at, maka situ juga mesti ikut beliau mengakui Abu Bakar sebagai khalifah pengganti Nabi SAW, itu yg real terjadi. namanya manusia bisa saja berubah pikiran dan mengakui kebenaran.

    Hahahahaha..ngawur berat.. :mrgreen:
    Sepicik itu cara pikir anda. Jadi anda menganggap bahwa manusia yang anda muliakan (kalaupun anda juga memuliakan semua sahabat) bahwa mereka suka bermain2 dengan bai’at?
    Kalau gak bisa jawab mending diam jangan menunjukkan kebodohan.

    kritis apanya? kebenaran yang sudah jelas berdasarkan logika yg sehat mereka tolak karena prakonsepsi yg ada pada mindset mereka kok dibilang kritis.

    Sudah jelas bagi anda, dan menurut logika sehat anda.
    Ini adalah gaya bahasa mereka yang tidak kritisi dan tidak biasa pakai logika. Ini adalah gaya bahasa korban2 dogma/doktrin.
    Kalau memang anda kritis dan logis coba puaskan kami dengan logika yang sehat.
    Kalau datang2 bawa 1 dalil dan meminta kami buang semua dalil yang ada dan mengiyakan anda itu sihh gayanya misionaris.

    riwayat tentang keutamaan Imam Ali memang banyak, tetapi tidak menjadikan keutamaan beliau di atas Abu Bakar

    Maksa niii yeeee… :mrgreen:
    Gak usah mikir dah, pokoknya Sy Abu Bakar lebih mulia aja,
    Masa ini yang disebut logis dan kritis?? 😀
    Kayaknya kita sudahkan saja diskusi ini. masih yang sealiran dg anda yang punya argumen jauh lebih baik dari anda yang layak ditanggapi.

    Salam damai.

  25. ga kritis tapi berlagak kritis, terdoktrin menuduh orang lain terdoktrin :mrgreen:

    Kalau memang anda kritis dan logis coba puaskan kami dengan logika yang sehat.
    Kalau datang2 bawa 1 dalil dan meminta kami buang semua dalil yang ada dan mengiyakan anda itu sihh gayanya misionaris.

    menurut anda dalil cuma satu doank? begitu banyak dalil-dalil sunni mengenai keutamaan Abu Bakar, makanya baca, jgn hanya di blog ini saja maennya… justru orang syi’ah-lah yg berlagak missionaris, menukil-nukil hadits sunni.. eh ternyata mayoritas sunni berbeda dalam memahami hadits2 tsb. skrg siapa yg missionaris? :mrgreen:

    Gak usah mikir dah, pokoknya Sy Abu Bakar lebih mulia aja,

    kalau anda ga setuju, silahkan komplen pada Imam Ali ra :mrgreen:

    emangnya argumen anda layak untuk ditanggapi?? OMG… 🙂

  26. @paiman

    :mrgreen:

    Salam damai

  27. @desktov
    saking ngawurnya anda,anda tdk sadar klu anda ngawur
    1.
    kt anda:
    Kata paling berhak bukan berarti satu2nya yang berhak. Namun menunjukkan masih ada orang2 lain yang juga memiliki hak,
    kt sy:
    hak adalah ketika seseorang sdh merasa memiliki,knp kekhalifahan adalah hak dr imam ali krn,allah telah memberikannya kpd beliau melalui rosul,bgmn mungkin anda berasumsi bhw,ummat yg lain memiliki hak kekhalifahan sedang mereka tdk pernah diberikan.
    Apa anda fikir imam ali punya sifat mengambil hak orang lain?
    2.
    kt anda:
    Namun menunjukkan masih ada orang2 lain yang juga memiliki hak, namun jika dilihat dari sisi nasab dan perjuangan, maka Imam Ali A.S lah yang paling berhak dengan Khilafah karena beliau adalah menantu, sepupu
    kt sy
    yg anda tulis adalah keutamaan imam ali yg tdk ada hubnya dgn kekhalifahan,kekhalifahan adalah wahyu dr allah.
    3.
    kt anda:
    dan orang yang pertama Islam dari kalangan anak2.
    kt sy:
    lihatlah anda telah mempersempit keutamaan imam ali dgn asumsi yg jahil,
    pertama anda katakan bhw imam ali yg pertama islam. apa anda punya riwayat bhw imam ali pernah kafir,sprt kafirnya abubakar n umar?
    kedua anak kecil.
    lihat ayat Qs attaubah 100
    .” Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.”
    adakah tertulis anak2
    apa anda mau katakan bhw dr kalangan dewasa adalah abubakar.??
    klu itu jwban anda,semakin ngawurlah anda,masih banyak orang2 dewasa sebelum abubakar yg masuk islam
    4.
    knp imam ali menolak dijadikan khalifah?
    krn orang2 sprt anda pd waktu itu menganggap khalifah adalah persoalan memilih n dipilih,bkn lg persoalan wahyu.
    5.
    kt anda:
    Tentang pengkhianatan yang di alami oleh Imam Ali A.S, maka itu pelakunya bukan Abu Bakar, Umar atau Utsman. Justru yang melakukan adalah orang2 Kufah dan Iraq yang tidak sepenuh hati membela Imam Ali A.S.
    kt sy:
    krn anda ngawur maka anda berkata sprt itu.
    sekali lg bhw kekhalifahan adalah wahyu allah utk imam ali.sedang abubakar umar tlah mengetahuinya,tp mereka berpaling(murtad)
    krn anda berasumsi bhw khalifah adalah bukan wahyu,maka itu sy ktkan anda salah bertaqiyah,sok membela imam ali,pdhal justru menghina beliau.makanya sy katakan beda taqiyah n munafiq.

  28. @deskov
    mdh2an stlh ini anda tdk main kucing2an,lalu yg muncul adalah @syiah ali
    kt anda:
    lagi pula mengapa sih kita harus memaksakan diri untuk membuat kesan permusuhan antara Ahlul Bait A.S dan para sahabat, khususnya Abu Bakar, Umar dan utsman ?
    kt sy:
    justru orang2 sprt andalah yg membuat kesan sprt itu.
    menurut sy adlh hal biasa sj,klu abubakar n umar berbuat salah,krn mereka bknlah maksum sprt ahlulbait.
    Anda sll menutup2i sejarah sbnrnya dgn dalil2 jahil.

    @paiman
    anda memiliki satu dalil,tp syg dalil yg ngawur
    sy memiliki dalil
    barang siapa yg menyatakan bhw ada ummat ku yg lebih utama dr ali,maka dia kafir.
    silahkan kita diskusikan

  29. @paiman

    Riwayat tsb shahih dari Bukhari, Ahmad dll

    Sampai saat ini sy belum melihat riwayat yg mas gembar-gemborkan ini.

    jelas real dan nyata Imam Ali berbaiat kpd Abu Bakar,

    Iya mas setelah 6 bulan kemudian. Itu artinya ada masalah antara Imam Ali dan Abubakar. Dan kalau mas msh belum ngerti, masalahnya adalah karena Abubakar mengambilalih hak kekhalifahan Imam Ali. Atau mas menganggap bukan haknya Imam Ali atas kekhalifahan setelah wafatnya Rasul saw?

    beliau berkata kepada Abu Bakar pada saat mau berbai’at bahwa beliau tidak mengingkari keutamaan dan anugerah yg diberikan kepada Abu Bakar, hanya beliau merasa tidak di ajak bermusyawarah sebagai keluarga Nabi SAW. baca Bukhari..

    Coba deh tampilkan bagaimana persisnya bunyi riwayat itu.

    padahal terpilihnya Abu Bakar adalah peristiwa accidental yang memang telah dikehendaki oleh Allah.

    Wah…wah…accidental ya? Bagaimana mas kejadiannya? Bisa disharing?

    Saat itu Imam Ali sedang mengurusi jenasah Nabi SAW yg hal itu adalah kewajiban beliau sebagai keluarga beliau, sehingga peristiwa di saqifah beliau tidak mengikuti. jadi hanya salah paham saja.

    Ngawur berat! :mrgreen:

    Imam Ali sebagai kepala keluarga dan suami sayyidah Fatimah-pun juga mengakui kebenaran hadits yg dibawa Abu Bakar soal harta warisan Nabi SAW.

    Hal ini sdh disanggah berulangkali bahwa Imam Ali jg berselisih dgn Abubakar mengenai Fadak n sy sdh menyodorkan tulisan mengenainya. Tidak ada yg namanya Imam Ali mengakui kebenaran hadits yang dibawa Abubakar. Mana sih riwayatnya mas?

    Dan beliaupun tidak mengubah status tanah Fadak ketika beliau berkuasa.

    Wah yang ini sy belum tahu. Bagi yg tahu mohon disharing.

    Jadi masalah itu sudah selesai, maka ga perlu diungkit-ungkit lg…

    Oh iya masalahnya memang sdh selesai, jelas kok siapa yg benar dan siapa yg salah. Mas saja yg kemudian ujuk-ujuk muncul mempermasalahkannya kembali :mrgreen:

    ikuti saja Imam Ali

    Oh ya so pasti itu.

    akui Abu Bakar sebagai khalifah. selesai..

    Oh iya memang begitu kejadiannya. Apa mungkin sy mengubah ketetapan Allah swt?

    Salam

  30. @paiman

    Daripada mas terus ngelantur mengenai kedudukan Imam Ali thd Abubakar, kalau mas tau banyak, mending komentari tulisan SP dan riwayat yg disodorkannya di atas. OK?

    Salam

  31. Dengan melihat akhlak umat kepada keluarga Rasul sepeninggal Beliau, maka saya sedang membayangkan jika seorang Nabi memiliki beberapa istri dan anak2 yang masih kecil, dengan dalil tsb para nashibi maka yang terjadi ketika Nabi tsb meninggal dunia adalah:
    Istri2 Nabi dan anak2 nabi diusir dari rumah2 mereka (kalau perlu dengan kekerasan) karena untuk menegakkan dalil bahwa para Nabi tidak meninggalkan warisan. betapa tragis dan menyedihkan umat yang berprinsip spt itu.
    Apakah ini yang akan dilakukan oleh kalian pembenci keluarga Nabi?
    Kalau kalian umat yang mengklaim mencintai keluarga Nabi, maka bukan saja tidak berani mengangkangi hak keluarga Nabi bahkan seharusnya kalian berlomba2 memenuhi kebutuhan mereka untuk menunjukkan penghormatan dan takzim kepada Nabi.

    Ada beberapa hal yang saya ingin tanyakan kepada kalian:
    1. Dikemanakan rumah2 Nabi? Apakah juga disita?
    2. Kemana harta2 Beliau yang lain? Apakah juga disita?
    3. Apakah para istri Nabi yang tinggal di rumah Beliau sudah diusir dari rumah2 mereka oleh Khalifah pada saat itu?

    Salam damai

  32. Dengan melihat akhlak umat kepada keluarga Rasul sepeninggal Beliau, maka saya sedang membayangkan jika seorang Nabi memiliki beberapa istri dan anak2 yang masih kecil, dengan dalil para nashibi tsb maka yang terjadi ketika Nabi tsb meninggal dunia adalah:
    Istri2 Nabi dan anak2 nabi diusir dari rumah2 mereka (kalau perlu dengan kekerasan) karena untuk menegakkan dalil bahwa para Nabi tidak meninggalkan warisan. betapa tragis dan menyedihkan umat yang berprinsip spt itu.
    Apakah ini yang akan dilakukan oleh kalian pembenci keluarga Nabi?
    Kalau kalian umat yang mengklaim mencintai keluarga Nabi, maka bukan saja tidak berani mengangkangi hak keluarga Nabi bahkan seharusnya kalian berlomba2 memenuhi kebutuhan mereka untuk menunjukkan penghormatan dan takzim kepada Nabi.

    Ada beberapa hal yang saya ingin tanyakan kepada kalian:
    1. Dikemanakan rumah2 Nabi? Apakah juga disita?
    2. Kemana harta2 Beliau yang lain? Apakah juga disita?
    3. Apakah para istri Nabi yang tinggal di rumah Beliau sudah diusir dari rumah2 mereka oleh Khalifah pada saat itu?

    Salam damai

  33. KHOTBAH 171

    Tentang Panitia Syura dan Perang Jamal

    Segala puji bagi Allah yang dari pandangan-Nya satu langit tidak menyembunyikan satu langit yang lain, dan satu bumi (tidak menyembunyikan) bumi yang lain.

    Sebagian dari Khotbah yang Sama, Tentang Panitia Syûrâ setelah Wafatnya ‘Umar ibn Khaththab

    Seseorang berkata kepada saya, “Wahai putra Abii Thalib, engkau sangat menginginkan (jabatan) kekhalifahan.”[1] Lalu saya katakan kepadanya:

    “Malah, demi Allah, Anda lebih serakah, walaupun lebih jauh, sementara saya lebih sesuai maupun lebih dekat. Saya telah menuntutnya sebagai hak saya, sedang Anda menghalang antara saya dan (jabatan khalifah) itu, dan sekarang Anda hendak memalingkan wajah saya darinya.” Ketika saya mengetuk telinganya dengan hujah di antara orang banyak dari yang hadir, ia kaget seakan-akan ia terpukau tak tahu memberi jawaban apa kepada saya tentang hal itu.

    Ya Allah, Tuhanku! Saya memohon pertolongan-Mu terhadap Quraisy dan orang-orang yang membantu mereka, karena mereka menyangkali saya (akan hak) kekerabatan, merendahkan kedudukan saya yang tinggi, dan bersatu dalam menentang saya dalam hal (kekhalifahan) yang merupakan hak saya, dan kemudian mereka katakan, “Ketahuilah bahwa yang benar ialah bahwa Anda mempunyainya dan bahwa Anda dapat meninggalkannya.”[2]

Tinggalkan komentar