Rekayasa Sunnah

Muqaddimah

Judul yang mengerikan tetapi itulah apa adanya. Penjelasannya bisa sangat panjang dan akan saya buat dengan sesederhana mungkin. Apa itu Sunnah? Nah bahaya kan kalau anda salah menangkap apa yang saya maksud. Bisa dilihat disini, disana atau Untuk mempermudah maka anda dapat melihat penjelasan dari Ustad ini. Sederhananya saya ambil yang ini

Sunnah adalah apapun yang berupa perkataan, perbuatan dan sikap yang dinisbatkan kepada Nabi SAW.

Tidak percayakah anda kalau Sunnah ini sudah direkayasa!. Mari pikirkan kemungkinan-kemungkinannya. Rasulullah SAW hidup 1400 tahun yang lalu artinya kita terpisah ruang dan waktu yang sangat jauh untuk mengakses apa itu sebenarnya Sunnah atau Bagaimana Sang Rasul SAW sebenarnya. Semudah itukah? belum karena para Pemuka konservatif akan menjawab semua keraguan atas Sunnah dengan menyatakan bahwa para Ulama sudah melakukan metode tersendiri untuk menjaga kemurnian Sunnah. Mereka telah melakukan pencatatan atas Sunnah dan Melakukan penyaringan dengan Metode khusus yang dapat anda lihat dalam Ulumul Hadis(yah berkaitan dengan Jarh wat Ta’dil dan sebagainya).

Keren jawabannya dan akan memuaskan mereka yang cuma awam-awam saja dan mereka yang biasa bertaklid. Percayakah anda dengan validitas kedua hal yang disebutkan yaitu

  • Pencatatan Atas Sunnah
  • Penyaringan Atas Sunnah

.

.

Pencatatan Sunnah

Kapan dimulai pencatatan? Dulu kabar yang masyhur pencatatan Sunnah dimulai jauh setelah Rasulullah SAW wafat tetapi syubhat ini dibantah oleh Syaikh yang mulia Mustafa Al Azhami. Beliau membantah semua para pengingkar Sunnah yang meragukan pencatatan Sunnah. Singkatnya beliau membuktikan bahwa Sunnah telah mulai dicatat oleh Sahabat Nabi SAW saat Nabi SAW masih hidup. Kemudian pencatatan terus dilakukan orang perorang(orang tertentu) dari tabiin, tabiit tabiin hingga Ulama hadis. Pernah dengar Lembaran or suhuf tertua soal Sunnah yang ditulis oleh Abdullah bin Amr dan Abu Suhail. Yang satu sudah tidak ada lagi alias lenyap tinggal nama dan yang satu lagi masih berupa manuskrip catatan tangan. Kesimpulan: Sunnah sudah ditulis sejak awal Rasulullah SAW hidup dan seterusnya sampai sekarang. So saya sepakati saja yang ini :mrgreen:

.

Siapa itu para pencatat? Manusia yang tidak maksum. Nah ada kemungkinan usil yang lain. Bukankah mereka para pencatat adalah orang-orang yang tidak selalu benar dan mereka punya potensi melakukan kesalahan. jadi bisa saja para pencatat itu melakukan kekeliruan. Ini sebuah kemungkinan yang masih harus dibuktikan tetapi tidak bisa sepenuhnya ditolak. Mari kita melakukan lompatan ribuan tahun dan kembali ke masa kini. Ada berapa banyak kitab yang memuat Sunnah yang anda ketahui? lumayan banyak baik yang semuanya Shahih(menurut Ulama) atau yang campuran shahih, hasan dhaif dan maudhu’.

.

Ok bisa diperinci Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Nasai(Kubra dan Shughra/Al Mujtaba), Sunan Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan Daruquthni, Sunan Baihaqi, Shahih Ibnu Hibban , Shahih Ibnu Khuzaimah, Mustadrak Al Hakim, Musnad Ahmad(suka dengan yang ini), Musnad Al Bazzar, Musnad Abu Ya’la, Mu’jam Al Awsath, Kabir dan Saghir Ath Thabrani. Daftar ini masih bisa dibuat panjang Jami’ As Shaghir Suyuthi, Majma Az Zawaid Al Haitsami, Kanz Al Ummal Al Hindi, Musnad Ibnul Mubarak, Musnad Abu Daud Ath Thayalisi, Musnad Asy Syamiyyin, Musnad Al Hamidi, Musnad Asy Syafii, Musnad Aisyah, Musnad Abu Bakar, Al Mushannaf Abdur Razaq, Mushannaf Ibnu Abi Syaibah dan uups kita melupakan yang paling senior Al Muwatta Imam Malik :mrgreen:

.

Selesaikah? oooh belum masih ada lagi(ini belum ditambah dengan banyaknya catatan di kalangan Islam Syiah), tahukah anda bahwa kitab Al Muwatta itu dulu ada banyak sekali tidak hanya Imam Malik yang punya. Informasi yang saya dapat, ada lebih kurang 70 kitab Muwatta dan yang tersisa sekarang hanya Muwatta versi Imam Malik. Selebihnya lenyap ditelan usia :mrgreen:

.

So apa yang anda pikirkan, Kitab yang mencatat Sunnah itu bisa juga lenyap. Usilkah anda jika berpikir ada Sunnah yang hilang. Boleh saja usil, tapi semua keusilan anda sudah ada apologinya oleh para Pemuka Konservatif. Mereka akan berkata Tidak ada itu yang hilang karena semuanya sudah tercatat pada kitab yang ada. Saya sebut hal itu apologi karena siapa yang bisa membuktikan, toh kitabnya juga sudah tidak ada. Siapa yang bisa memastikan bahwa Sunnah yang tercatat dalam Suhuf Abdullah bin Amr, Kitab Muwatta yang lain dan Kitab-kitab lain(karena masih ada yang lain) itu semuanya tetap tercatat pada kitab yang ada sekarang. Bukankah tetap ada kemungkinan Sunnah yang tidak tercatat. Lagi-lagi ini perlu bukti dan mana bisa dibuktikan kecuali anda menemukan kembali kitab-kitab yang hilang itu dan membandingkannya dengan kitab yang ada sekarang. Jadi berprsangka baik saja :mrgreen:

.

Lalu apa masalahnya? Nah kalau anda belum tahu masalahnya adalah Terlalu banyak Catatan. Hal ini memperbesar kemungkinan kekeliruan para Pencatat. Cuma asumsi sayakah ini? Ooh tidak ini bisa dibuktikan. Pernahkah anda membaca riwayat yang menyatakan bahwa Nabi SAW menikahi Maimunah RA disaat ihram. Padahal ada riwayat lain bahwa Nabi SAW melarang menikah di waktu ihram. Nabi SAW melanggar perkataan Beliau sendiri, nggak mungkin banget kan dan puncaknya ada riwayat lain bahwa Pernikahan Nabi SAW dengan Maimunah RA tidak terjadi waktu ihram. Semua riwayat tersebut Shahih.(sesuai dengan Metode penyaringan). Tidak mungkin 2 hal yang kontradiktif bisa benar. Salah satunya pasti keliru dan lucunya kesalahan dan kekeliruan dijatuhkan pada Sahabat Nabi SAW yang meriwayatkan bahwa Nabi SAW menikahi Maimunah RA disaat ihram.

.

Banyaknya pencatatan menimbulkan banyaknya kemungkinan Inkonsistensi. Mau yang lain lagi nih, pernah dengar riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah melaknat dan mencela orang2 yang tidak berhak mendapatkan laknat dan celaan. Sampai-sampai begitu banyak hadisnya maka ada sang Pencatat Sunnah yang membuat Bab khusus Siapa saja yang pernah dilaknat, dicela dan didoakan jelek oleh Nabi SAW dan dia tidak berhak mendapatkannya maka itu sebagai pembersih, pahala dan rahmat baginya. Padahal ada banyak riwayat lain bahwa Rasul SAW melarang mencela dan melaknat sesama muslim. Yang lebih aneh lagi ada riwayat yang menyatakan bahwa Barang siapa melaknat atau mencela sesuatu yang tidak pantas dilaknat atau dicela maka laknat dan celaan itu akan berbalik pada dirinya sendiri. Luar biasa ternyata semua riwayat tersebut shahih. Nah silakan pikirkan sendiri :mrgreen:

Kritis, silakan dan jangan tanya bagaimana sikap para Pemuka Konservatif. Mereka punya banyak pembelaan yang berkesan apologia. Tidak percaya, silakan lihat sendiri bagaimana Mereka menjelaskan semua itu. Intinya Semuanya harus tampak bagus so apapun yang terjadi Tidak ada yang perlu diragukan 😉

.

.

Penyaringan Sunnah

Bagimana Sunnah disaring? Dengan Metode khusus yang detailnya dapat anda lihat dalam Ulumul Hadis. Saya akan membahas yang paling rawan yaitu Jarh wat Ta’dil . Ilmu ini berkaitan dengan perawi-perawi hadis. Mereka yang belajar ilmu ini kebanyakan adalah cikal bakal pemuka Konservatif. Ilmu ini mempelajari tentang kedudukan mereka yang meriwayatkan hadis, diterimakah atau ditolak hadisnya. Bisa dibilang dalam cabang ilmu ini yang namanya aib dibongkar habis-habisan. Perawi hadis yang tertuduh berdusta, mungkar, dan tidak dipercaya dijabarkan dengan jelas. Ilmu ini adalah ilmu mati alias gak berkembang kemana-mana. Ilmu ini adalah ilmu warisan yang tidak bisa diverifikasi dengan pasti karena anda dituntut percaya atau bertaklid dengan para Pemuka dan Sesepuh sebelumnya.

.

Sebut saja misalnya sang Perawi A, ia dinyatakan tsiqat oleh karena itu hadisnya diterima sedangkan Perawi B tertuduh pendusta sehingga hadisnya ditolak. Nah bagaimana bisa anda memastikan kalau si A benar-benar bisa dipercaya dan si B benar-benar tertuduh pendusta. Verfikasi yang pasti adalah dengan menilai sendiri watak kedua perawi itu alias ketemu langsung dan untuk itu, anda harus melakukan lompatan ruang dan waktu. Gak mungkin bisa kayaknya, jadi standar mesti diturunkan dengan Metode yang memungkinkan yaitu percaya dengan para Sesepuh sebelumnya yang sempat mengenal perawi tersebut atau dari ulama yang pernah belajar sama sesepuh itu atau ulama yang pernah belajar sama ulama yang belajar dari sesepuh. Singkatnya Taklid gitu loh dan bisa dimaklumi kalau orang-orang tertentu tidak berkenan dengan metode ini dan menilainya tidak ilmiah :mrgreen:

.

Tetapi saya tidak setuju dengan mereka yang menyatakan ini tidak ilmiah. Metode itu adalah ilmiah yang bisa dilakukan. Jangan mengharap standar yang tinggi kalau memang mustahil. Meragukan penilaian manusia ya sah-sah saja. Seperti hati orang siapa yang tahu

  • Apakah mereka yang terpercaya itu tidak bisa dipengaruhi kecenderungan tertentu(fanatisme mahzab atau tekanan penguasa, dll) sehingga akhirnya mereka mungkin pernah berbohong dalam menyampaikan hadis walau cuma satu kali atau bisa saja mereka keliru menyampaikan hadis, kan mereka manusia.
  • Apakah mereka yang dinyatakan pendusta itu tidak bisa menyampaikan hadis yang benar?, apakah mereka selalu berdusta? Bisa saja kan mereka berkata benar walau hanya satu kali. Siapa yang bisa memastikan.

Sudah jelas jawabannya tidak ada yang pasti tetapi pemecahannya bisa bersifat metodis.

  • Benar mereka yang tsiqah bisa keliru atau bisa saja dipengaruhi kecenderungan tertentu tapi keraguan ini tidak bisa dibuktikan sehingga lebih aman menerima hadis perawi tsiqah sampai ada kemungkinan yang menguatkan bahwa hadis tersebut keliru. Terima saja sampai ada illat/cacatnya.
  • Benar bahwa mereka yang pendusta bisa saja berkata benar tetapi siapa yang bisa menjamin dan membuktikan bahwa mereka tidak berdusta saat itu. Oleh karena itu untuk amannya lebih baik semua riwayat mereka ditolak sampai ada keterangan yang menyatakan mereka benar misalnya ada perawi tsiqah yang juga meriwayatkan hadis yang sama dengan perawi pendusta tersebut. Tolak saja sampai ada yang menguatkannya.

Lalu apa masalahnya? Nah kalau anda belum tahu masalahnya adalah Terlalu banyak Sesepuh dan Ulama yang ikut andil dalam ilmu ini. Dan seperti biasa catatannya juga banyak dan memungkinkan Inkonsistensi. Sang Perawi tertentu bisa menjadi perdebatan di kalangan sesepuh. Pernah dengar yang ini

  • Athiyyah Al Aufi dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Saad tetapi dihaifkan oleh banyak ulama lain
  • Imam Syafii dinyatakan dhaif oleh Ibnu Main dan tsiqah oleh banyak ulama lain (bisa bayangkan kalau Imam Syafii dhaif, waduh bisa hancur itu mahzab Syafii)
  • Imam Tirmidzi dinyatakan majhul oleh Ibnu Hazm tetapi sangat terpercaya oleh ulama lain(apalagi ini nih masa’ Sunan Tirmidzi kitab majhul/tidak dikenal)
  • Beberapa ulama menyatakan cacat hadis seseorang hanya karena berbeda mahzabnya, Al Jauzjani melakukan pencatatan yang keterlaluan pada banyak perawi yang terkait dengan tasyayyu.
  • Ibnu Ishaq dinyatakan dajjal oleh Imam Malik tetapi beliau juga dipercaya oleh Imam Syafii dan Ali bin Madini serta yang lainnya. Dan sampai sekarang kitab Sirah Ibnu ishaq tetap menjadi referensi umat islam.
  • Katsir Al Muzanni adalah perawi yang sangat dhaif dan ini dinyatakan oleh banyak ulama sampai2 Imam Syafii menyebutnya “Tiang Kebohongan”(ini celaan paling jelek dalam Jarh wat Ta’dil). Anehnya Imam Tirmidzi berhujjah dengan hadis Katsir.
  • Beberapa ulama menyatakan cacat pada setiap perawi yang berbau Rafidhah dengan tuduhan bahwa Rafidhah itu pendusta tetapi anehnya banyak hadis yang diriwayatkan oleh Rafidhah dalam kitab2 hadis. Labih aneh lagi malah ada Rafidhah yang justru dikatakan tsiqat dan jujur.

Jangan dikira para Pemuka Konservatif itu diam saja dengan masalah ini. Mereka punya jawaban sederhana yaitu Jarh didahulukan ketimbang ta’dil dengan alasan mereka yang memuji tidak tahu keburukan perawi yang diketahui oleh mereka yang mencela. Ini adalah Alasan yang digeneralisasi karena kenyataannya ada variasi tertentu dimana mereka yang memuji seorang perawi justru mengetahui dan menolak dengan jelas orang lain yang mencacat atau mencela perawi tersebut.

.

Masalahnya nih seandainya

  • Kesaksian Ibnu Saad soal Athiyah benar maka hadis2 Athiyah (yang tentunya didhaifkan oleh ulama lain) adalah Sunnah yang shahih.
  • Ketika Imam Tirmidzi berhujjah dengan hadis Katsir dan mengatakannya Sunnah maka hal ini keliru jika Katsir memang Tiang kebohongan seperti yang dikatakan Imam Syafii.
  • Jika Imam Malik benar celaannya bahwa Ibnu Ishaq itu dajjal maka semua Sunah Rasulullah SAW yang dinisbatkan kepada Rasul dalam kitab Sirah Ibnu Ishaq adalah tertolak.

Pembuktian pastinya sangat sulit dan yang bisa dilakukan hanya memilih yang lebih aman dan lebih melegakan(alias berprasangka baik) :mrgreen:

Anda lihat Dengan meloncat-loncat pada ulama satu ke ulama lain maka berkesan yang namanya Sunnah itu sudah diRekayasa. 🙄

.

.

Keanekaragaman Inkonsistensi

Penilaian ulama yang berbeda soal hadis akan membuat perbedaan pula terhadap apa itu yang namanya Sunnah. Ulama A berkata hadis ini shahih sehingga dengan dasar ini maka hadis itu adalah Sunnah tetapi Ulama B berkata hadis tersebut dhaif atau bisa saja maudhu’ sehingga dengan dasar ini hadis itu tidak layak disebut Sunnah. Pernah dengar hadis2 yang kontradiktif misalnya nih hadis yang melarang menangisi mayat dan hadis yang membolehkan menangisi mayat. Atau hadis-hadis musykil yang begitu anehnya

  • Nabi Musa telanjang mengejar pakaiannya yang dibawa lari sebongkah batu
  • Nabi Musa menampar malaikat maut sehingga bola mata malaikat itu keluar dan akhirnya Allah SWT mengembalikan bola matanya
  • Hadis yang menjelaskan Nabi SAW berhubungan dengan 9 istrinya dalam satu malam
  • Hadis yang menjelaskan Nabi SAW menikahi anak berumur 9 tahun

Dan masih ada yang lain, semuanya itu hadis-hadis yang Shahih. Belum lagi Sunnah yang diyakini dalam mahzab-mahzab tertentu. Bagi penganut mahzab Syafii, Qunut itu sunnah tetapi bagi mahzab Hanbali dan Salafy Qunnut itu bid’ah yang berarti bukan Sunnah. Jadi apa itu berarti penganut Syafii sudah merekayasa Sunnah?(dengan asumsi mahzab hanbali dan Salafy benar). Dalam mahzab Syiah berpegang pada Ahlul Bait dan menjadikan mereka Syariat adalah Sunnah tetapi bagi mahzab Sunni tidak. Yang anehnya Rekayasa Sunnah ini bahkan sudah terjadi di kalangan sahabat sendiri dimana ada sebagian sahabat yang melarang apa yang sudah ditetapkan dan dibolehkan oleh Nabi SAW salah satunya yaitu Haji tamattu’ (dan bagi Syiah termasuk Nikah Mut’ah).

.

.

Kesimpulan

Jadi Rekayasa Sunnah itu sudah jelas dan memang konsekuensi dari ruang waktu yang berbeda. Jangan diartikan ini sebagai penolakan saya terhadap Sunnah. Bukan seperti itu maksud saya, hanya saja saya mengingatkan bahwa banyaknya sesuatu justru mengaburkan sesuatu. Pilihan anda ya mudah saja, tidak peduli dan ikut aman saja dengan Awamisme Sunnah yang artinya anda tetap saja bagian dari Rekayasa Sunnah yaitu Sunnah yang mayoritas ada membudaya di lingkungan anda atau ikut aktif dalam bagian Rekayasa Sunnah baik dengan mengambil inisiatif bergabung dengan golongan tertentu atau justru membuat Rekayasa Sunnah sendiri seperti saya . :mrgreen:

Pemecahannya mudah

“Jangan pernah menganggap Rekayasa sebagai sesuatu yang menyesatkan. Terima itu apa adanya dan cari pemecahan yang terbaik yang bisa anda lakukan” 😉

Apakah ini buruk? Ngapain sih bahas ini padahal udah deket puasa?. Lho apa hubungannya, memangnya saya sedang bermaksiat? Nggak banget deh 😛 . Waduh waduh saya ini mengingatkan anda semua wahai yang mengaku berpegang pada Sunnah. Anda sama-sama punya masalah jadi mari bahu membahu memecahkan masalah. Tidak mau ya sudah dan tidak perlu menghina. Anggap saja saya salah dan cuma cuap-cuap asal, Gampang kan :mrgreen:

Salam Damai

.

.

Catatan : Tulisan ini juga sebuah Rekayasa Sunnah jadi pilihan ada pada anda untuk memperhatikan apa yang tersirat atau memasukkannya dalam kotak sampah sambil terus mengutuk.

161 Tanggapan

  1. *pasang topeng*

    muahahahaha …
    dari syiah bergeser ke IS rupanya … :mrgreen:

    *lepas topeng*

  2. *baca-baca*

    hmm…menarik nih, tapi saya mesti kerja dulu.

  3. Lah, kemana aja lu mon. 😛

    *baca lebih teliti*

  4. Artikel di blog ini sangat bagus dan berguna bagi para pembaca. Agar lebih populer, Anda bisa mempromosikan artikel Anda di infoGue.com yang akan berguna bagi semua pembaca di seluruh Indonesia. Telah tersediaa plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam Blogger!
    http://www.infogue.com
    http://agama.infogue.com/rekayasa_sunnah

  5. Salam..

    @ ALL

    ada yang menarik dan perlu dicermati di sini :

    http://www.al-islam.org/tahrif/yourimam/index.htm

    wassalam

  6. @SP

    Judul yang mengerikan tetapi itulah apa adanya.

    Jauh ahh judul dr isi… 😛
    Btw, perlu berkali2 baca nih baru bisa comment. Tulisannya kali ini keris dehh, padat, tajam dan lugas. Dan lagi2 sangat sulit diterima oleh kaum konservatif, tapi tetap tak terbantahkan.. :D.

    Kesimpulan: Sunnah sudah ditulis sejak awal Rasulullah SAW hidup dan seterusnya sampai sekarang. So saya sepakati saja yang ini :mrgreen:

    Tumben koq semudah itu menerima??. Malah ini koq yg mestinya jadi salah satu pertanyaan besar.

    Kita ini paling pintar jika menasihati dan mengkoreksi orang lain. Pada mereka2 yg diluar kita (islam) kita minta mereka utk kritis (bahkan sampai kritis pd kitab suci mrk), tapi pd saat kita melakukan telaah kritis pd agama kita (islam) yg sekarang sampai pd kita, lhaa koq pada mencak2. Padahal kritisi yg dilakukan adalah sesuatu yg sangat logis.
    Bagi mrk yg menghendaki kemurnian islam yg dianutnya tentu harus menghadapi pertanyaan apakah semua berita ttg islam dan perangkat2nya setelah 1400 tahun ini terjamin tidak terkontaminasi, tereduksi, dll. Sampai disini mestinya tdk ada yg keberatan kan? (paling tdk yg paham tdk akan keberatan..:P ). Jika kita mengakui adanya kontaminasi, intervensi, reduksi dan penambahan. Maka kita pasti juga akan berujung pada yg SP sampaikan di tulisan ini. Masalahnya tidak semua orang seberani dan semampu SP utk mengangkat ini ke permukaan (khalayak). Diharapkan jangan pd overreactive dan jangan irrasional.
    Kalau sampai ada yg bilang SP adalah ingkarus sunnah, maka tandanya mmg orang itu sangat2 tdk paham tulisan ini, dan juga tdk paham ttg sunnah dan perjalanannya.

    PS: buat sohib2 setia SP, tidak usah terlalu kuatir dg tulisan beliau yg kontroversial. setiap pilihan ada resiko. tp kita harapkan komunitas di blog ini sdh cukup arif utk merespon sesuatu yg berbeda dg mainstream.

    Wassalam

  7. Salam..

    Ko kuatir dengan tulisan SP diatas..? knp ya..? hehehe

    malahan sangat bagus bgt tulisannya..

    mlh klhtn ada ulama yang saling bilang si fulan dajjal lah. .ini lah..itu lah..hehehe…

    mboh ah…

    wassalam

  8. wah..cumi…komp ane abs dipke tmn, lp ganti nama…tp yg diatas komen ana…

  9. @sp

    Pilihan anda ya mudah saja, tidak peduli dan ikut aman saja dengan Awamisme Sunnah yang artinya anda tetap saja bagian dari Rekayasa Sunnah yaitu Sunnah yang mayoritas ada membudaya di lingkungan anda atau ikut aktif dalam bagian Rekayasa Sunnah baik dengan mengambil inisiatif bergabung dengan golongan tertentu atau justru membuat Rekayasa Sunnah sendiri seperti saya .

    Kedua pilihan ini sebenarnya tidak terlalu berbeda. Menjadi awam soal Sunnah dan melibatkan diri dalam upaya merekayasa Sunnah sama-sama tidak memberikan peluang bahwa kita bisa mengetahui dengan pasti apakah ‘Sunnah’ itu. Penjelasan Anda sudah cukup lugas tentang problematika metode hadist sehingga tidak perlu lagi dipersoalkan. Yang menjadi persoalan sekarang, seperti yang ada tulis, apa yang harus kita lakukan?

    Kalangan salafi, dan mayoritas umat Islam, berpendapat bahwa al-Qur’an tidak bisa dimengerti secara benar tanpa Sunnah. Karena itu, mereka optimistik bisa mencari jarum di tumpukan jemari dengan pacul yang kotor. Saya pernah memperhatikan kawan saya yang melakukan takhrij hadist, oalah susah! Melacak sanad, membaca biografi perawi, membandingkan matan, etc. Kesannya sih gampang, tetapi alamak, ada beberapa kitab yang harus dimiliki? Untung ada CD-nya sih, tetapi apakah itu cukup? No. Makanya saya bingung sama SP. Anyway, cara ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah sih. Karena, kata mereka, what else can we do?

    Sebaliknya, kalangan IS semacam Allah-Semata, meskipun mereka tidak suka disebut IS, biasanya mengatakan bahwa be Sunnah dalam pengertian perkataan Nabi selain yang tercatat dalam al-Qur’an itu berbahaya, karena menambah-nambahkan apa yang menurut mereka sudah lengkap dalam al-Qur’an. Jadi, sekalipun hadist itu dari segi matan baik, statusnya jadi ‘bid’ah’, apabila dinisbahkan pada Rasul. Sunnah, bagi mereka adalah al-Qur’an itu sendiri, bukan berjilid-jilid kitab hadist kontradiktif yang isinya bercampur antara kabar yang pasti bohong dan kabar yang hanya mungkin benar. Jadi, mereka menolak Sunnah semuanya. Ini ekstrem memang, cara solatnya pun meraba-raba dari berbagai ayat dalam al-Qur’an.

    Pilihannya ditengah-tengah? Tidak. Buat saya sih pilihannya adalah kita harus curiga pada tiap teks keagamaan, baik itu hadist maupun al-Qur’an itu sendiri. Ingat, kata al-Qur’an yang saya maksud adalah Mushaf Usmani. Secara teologis — jadi ini tidak ada hubungannya dengan penelitian empiris — saya berpendapat bahwa bahasa adalah medium komunikasi antara yang transenden, Allah dalam ke Maha-Lainan-Nya, dengan kita manusia. Jadi, saya mencoba untuk memamah setiap perkataan dengan hati-hati dan selalu membandingkannya dengan berbagai teks yang ada, tentunya secara selektif. Saya dulu tidak terlalu perduli dengan kata ‘al-maidah’, tetapi setelah membaca al-Kitab, pemahaman saya jadi bertambah, meskipun belum tentu benar.Demikian halnya, dengan hadist, kalo kita baca sejarah Islam menggunakan metode penelitian sejarah, yang tidak kedap kritik tentunya, maka hadist2 pun bisa bermakna berbeda. Ini bisa memperkaya pemahaman, tetapi apa yang kita ketahui tidak mutlak atau dogmatis.

    Logika dan bahasa memang bermasalah? Iyah. Karena itu bagi saya yang terpenting adalah ‘upaya’. Dan setiap orang mempunyai kapasitas yang berbeda. Kalo Anda punya anak 10 dan harus menghabiskan waktu menakhrij hadist, saya kira itu tidak bijaksana juga, bukan?

    Ragu-ragu itu waras, kalo kata Haidar Bagir. Yakin itu selalu beresiko. Meskipun, seperti kata Watonist, kalo sudah ‘yakin’ mengapa kuatir resiko?

    Wallahu a’lam

  10. Numpang lewat dulu mumpung bisa akses internet.
    Di kantor error terus

    Salam

  11. Sayangnya ada jenis manusia yg yakin 100% bahwa tidak ada hadits yang hilang, tercecer, terdistorsi, terinfiltrasi apalagi sampai direkayasa dan sengaja diselewengkan.
    Manusia-manusia jenis ini menurut saya jika otaknya masih berfungsi mendingan dipindah ke kepala 🙄 , dan kalau wafat segera saja dikuburkan :mrgreen:

  12. @watonist

    muahahahaha …
    dari syiah bergeser ke IS rupanya

    IS= islam sekuler ya :mrgreen:
    *Topeng mode on*

    @gentole
    yap jangan lupa kerja Mas, itu penting :mrgreen:

    @dana

    Lah, kemana aja lu mon. 😛

    *baca lebih teliti*

    Lagi hancur-hancuran 😛
    *btw, mon itu apa sih*

    @an1k03a
    silakan

    @Bagir
    terimakasih dan saya sudah baca sebelumnya

    @truthseeker08

    Jauh ahh judul dr isi… 😛

    Bukannya judul itu sudah sangat tepat :mrgreen:

    Btw, perlu berkali2 baca nih baru bisa comment. Tulisannya kali ini keris dehh, padat, tajam dan lugas. Dan lagi2 sangat sulit diterima oleh kaum konservatif, tapi tetap tak terbantahkan.. 😀

    Terimakasih tapi benarkah begitu, bukankah bantahan akan selalu ada karena membantah itu mudah :mrgreen:

    Tumben koq semudah itu menerima??. Malah ini koq yg mestinya jadi salah satu pertanyaan besar.

    Karena itu apologia yang saya sukai dan jika mau dibahas maka akn sangat panjanggggg

    Kita ini paling pintar jika menasihati dan mengkoreksi orang lain. Pada mereka2 yg diluar kita (islam) kita minta mereka utk kritis (bahkan sampai kritis pd kitab suci mrk), tapi pd saat kita melakukan telaah kritis pd agama kita (islam) yg sekarang sampai pd kita, lhaa koq pada mencak2. Padahal kritisi yg dilakukan adalah sesuatu yg sangat logis.

    S7 banget deh, begitu juga orang-orang disekitar saya walaupun nggak semua sih

    Bagi mrk yg menghendaki kemurnian islam yg dianutnya tentu harus menghadapi pertanyaan apakah semua berita ttg islam dan perangkat2nya setelah 1400 tahun ini terjamin tidak terkontaminasi, tereduksi, dll. Sampai disini mestinya tdk ada yg keberatan kan? (paling tdk yg paham tdk akan keberatan..:P )

    Masalahnya keyakinan itu tidak bisa tanpa perasaan dan jika dipaksakan maka akan terasa menyakitkan. Rasa sakit sedapat mungkin dihindari, mungkin begitu kendala yang kita alami

    Jika kita mengakui adanya kontaminasi, intervensi, reduksi dan penambahan. Maka kita pasti juga akan berujung pada yg SP sampaikan di tulisan ini.

    Anehnya guru-guru saya disini tidak sepenuhnya sepakat dengan paparan saya. Bahkan ada yang bilang Menjebak

    Masalahnya tidak semua orang seberani dan semampu SP utk mengangkat ini ke permukaan (khalayak). Diharapkan jangan pd overreactive dan jangan irrasional.

    Setiap orang memang punya style masing-masing :mrgreen:

    Kalau sampai ada yg bilang SP adalah ingkarus sunnah, maka tandanya mmg orang itu sangat2 tdk paham tulisan ini, dan juga tdk paham ttg sunnah dan perjalanannya.

    Ya itu karena saya berusaha untuk berpegang pada Sunnah yang Sunnah

    PS: buat sohib2 setia SP, tidak usah terlalu kuatir dg tulisan beliau yg kontroversial. setiap pilihan ada resiko. tp kita harapkan komunitas di blog ini sdh cukup arif utk merespon sesuatu yg berbeda dg mainstream.

    Tinggal tanggapi dengan santun jika memang tidak setuju dan saya akan senang menerimanya
    Salam

    @Suni

    Salam..

    Ko kuatir dengan tulisan SP diatas..? knp ya..? hehehe

    Salam, wah pura-pura nggak tahu nih
    bukannya StatusQuo itu gak boleh diganggu gugat :mrgreen:

    malahan sangat bagus bgt tulisannya..

    Terimakasih

    mlh klhtn ada ulama yang saling bilang si fulan dajjal lah. .ini lah..itu lah..hehehe…

    Kalau kata Ulama hadis, itu termasuk ghibah yang dibolehkan dan bahkan wajib
    Salam

    @Bagir
    Oh begitu ya

    @Gentole

    Kedua pilihan ini sebenarnya tidak terlalu berbeda. Menjadi awam soal Sunnah dan melibatkan diri dalam upaya merekayasa Sunnah sama-sama tidak memberikan peluang bahwa kita bisa mengetahui dengan pasti apakah ‘Sunnah’ itu.

    Itu kalau Mas memandang pada sudut pandang hasil. Tapi saya memandangnya pada sudut pandang Etika dan Metode. Bagi saya jika saya peduli dengan apa yang namnya Sunnah maka saya akan berusaha mengambil jalan yang terbaik untuk mengenal Sunnah.

    Penjelasan Anda sudah cukup lugas tentang problematika metode hadist sehingga tidak perlu lagi dipersoalkan. Yang menjadi persoalan sekarang, seperti yang ada tulis, apa yang harus kita lakukan?

    Pilihannya sudah saya tulis di akhir tulisan. bagi saya, saya lebih suka membuat Rekayasa sendiri karena itu lebih cocok dengan karakter saya 😛 . Untuk yang lain silakan menyesuaikan dengan diri masing2

    Kalangan salafi, dan mayoritas umat Islam, berpendapat bahwa al-Qur’an tidak bisa dimengerti secara benar tanpa Sunnah.

    Saya sepakat dengan perincian tertentu

    Karena itu, mereka optimistik bisa mencari jarum di tumpukan jemari dengan pacul yang kotor

    Begitu pula saya, optimis itu jauh lebih baik dari pesimis atau tidak berbuat apa-apa

    Saya pernah memperhatikan kawan saya yang melakukan takhrij hadist, oalah susah! Melacak sanad, membaca biografi perawi, membandingkan matan, etc. Kesannya sih gampang, tetapi alamak, ada beberapa kitab yang harus dimiliki?

    Awalnya mungkin saja susah tetapi selanjutnya akan jadi terbiasa. Sebenarnya saya pribadi tidak masalah dengan ini karena saya juga bergerak pada bidang yang memiliki masalah serupa. Jika Mas atau siapa saja pernah bergelut dengan ilmu kedokteran maka dalam Metodologi kedokteran ada istilah Evidence Base Medicine. Di dalamnya ada kerumitan yang serupa dan membuat malas orang untuk mempelajarinya, salahsatunya adalah Studi Metaanalitik yang complicated but menarik
    *mulai ngawur nih*

    tetapi apakah itu cukup? No

    Tidak masalah kan, pertama yang namanya cukup itu sendiri relatif bagi tiap orang, kedua sepertinya ada manusia2 tertentu yang tidak akan pernah merasa cukup :mrgreen:

    Makanya saya bingung sama SP

    Mungkin Mas menilai saya begitu tinggi *narsis mode on*
    Saya tidak akan mengklaim bahwa saya yang paling benar, hanya saja saya berusaha semampu saya. Selebihnya saya lebih suka dengan konsep bahwa Tuhan mengetahui niat dan usaha para hambanya. Hasil itu bisa relatif :mrgreen:

    Anyway, cara ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah sih. Karena, kata mereka, what else can we do?

    Sudut pandang ini adalah juga sudut pandang dimana saya berdiri walaupun dengan perincian yang kayaknya beda dengan Para Salafi

    Buat saya sih pilihannya adalah kita harus curiga pada tiap teks keagamaan, baik itu hadist maupun al-Qur’an itu sendiri. Ingat, kata al-Qur’an yang saya maksud adalah Mushaf Usmani. Secara teologis — jadi ini tidak ada hubungannya dengan penelitian empiris

    Saya sepakat bahwa kecurigaan itu penting tetapi perbedaan saya dengan Mas adalah saya berpandangan bahwa Teks al Quran adalah sebuah kebenaran dan yang masuk dalam wilayah kecurigaan itu bagi saya adalah setiap Interpretasi atau penafsiran

    saya berpendapat bahwa bahasa adalah medium komunikasi antara yang transenden, Allah dalam ke Maha-Lainan-Nya, dengan kita manusia. Jadi, saya mencoba untuk memamah setiap perkataan dengan hati-hati dan selalu membandingkannya dengan berbagai teks yang ada, tentunya secara selektif.

    Perbandingan dan analisis itu perlu tetapi hal yang jauh lebih perlu adalah standar Metode yang kita gunakan. Membandingkan semaunya atau dengan rasa subjektif semata sangatlah tidak bijak

    Demikian halnya, dengan hadist, kalo kita baca sejarah Islam menggunakan metode penelitian sejarah, yang tidak kedap kritik tentunya, maka hadist2 pun bisa bermakna berbeda. Ini bisa memperkaya pemahaman, tetapi apa yang kita ketahui tidak mutlak atau dogmatis.

    Saya sepakat dengan dasar bahwa Metode yang Terbaik sudah kita lakukan semampunya

    Logika dan bahasa memang bermasalah? Iyah. Karena itu bagi saya yang terpenting adalah ‘upaya’. Dan setiap orang mempunyai kapasitas yang berbeda

    Kembali pada apa yang terbaik yang bisa dilakukan. Sangat gampang bukan

    Kalo Anda punya anak 10 dan harus menghabiskan waktu menakhrij hadist, saya kira itu tidak bijaksana juga, bukan?

    Ya dan untuk itu kita bisa mencari cara yang lebih bijak

    Ragu-ragu itu waras, kalo kata Haidar Bagir. Yakin itu selalu beresiko. Meskipun, seperti kata Watonist, kalo sudah ‘yakin’ mengapa kuatir resiko?

    Saya sepakat dengan keduanya, Resiko akan selalu ada dan seperti kata Mas Watonist mengapa harus khawatir jika memang sudah yakin
    Salam

    @armand
    Silakan
    ikutan nimbrung Mas
    Salam

  13. Makanya sebelum mempelajari hadis, pelajari dahulu Riwayat hidup Rasulullah SAW. Agar tahu bagaimana sifat dan kebiasaan beliau sebenarnya. Jangan asal percaya hadis aneh yang berbau Israiliyat tapi dianggap shahih.

  14. Ass.W.W.
    Apa yg ditulis oleh SP adalah kenyataan pahit yg kita hadapi sekarang ini. Ini semua akibat rekayasa oleh para Ulama terdahulu. IJMA mereka terhadap semua yg dari Rasul apakah sabda beliau (hadith) atau perbuatan beliau atau yg tdk diperbuat beliau atau diam disebut SUNAH menyebabkan kita menghadapi problem. Apakah ini merupakan kesengajaan atau ketidak tahuan utk menggabung semua lalu dibut SUNAH. Mengapa mereka tdk menyebut saja Hadith serta Ushwat Rasul. Jadi kita hanya mengenal sabda beliau (Hadith) yg tdk mungkin bertentangan dgn Alqur’an dan Ushwat (contoh perbuatan dan tingkah laku beliau) yg tdk mungkin bertentangan dgn Alqur’an. Dgn demikian kita jg bisa menilai apakah pendahulu sampaikan (berupa hadith atau ushwat)
    benar atau tdk. Klu sekarang ini kita hanya bisa menerima dan susah utk menolak.
    Kita sekarang ini telah dibingungkan dan masih adakah tempat rujukan kita dlm menghadapi Sunah.

  15. aku jadi teringat ucapan SP tentang hukum hadist dalam kitab Jarh wat Ta’dil, jadi sekarang berbalik bahwa ada rekayasa sunnah hi hi hi hi hi , aku koq semakin faham dengan kepintarannya yo ….. semakin dewasa dia berfikir, ternyata hukum hadist pun dibuat jauhhhh setelah Nabi wafat jadinya pasti punya celah, apalagi hanya berfatwah dari buku, atau kitab ya mas ………… ada sedikit celoteh
    Sebagaimana berkata Imam Syafii : “Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru
    bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar digelapnya malam, ia membawa
    pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu” (Faidhul
    Qadir juz 1 hal 433), berkata pula Imam Atsauri : “Sanad adalah senjata orang mukmin,
    maka bila kau tak punya senjata maka dengan apa kau akan berperang?”, berkata pula
    Imam Ibnul Mubarak : “Pelajar ilmu yang tak punya sanad bagaikan penaik atap namun
    tak punya tangganya, sungguh telah Allah muliakan ummat ini dengan sanad” (Faidhul
    Qadir juz 1 hal 433)
    ya cuma ucapan seorang imam, tapi hidupnya masih dekat dengan masanya Nabi ……. hi hi hi bandingkan dengan kita yooo …….
    lagi ya ….

    Semakin dangkal ilmu seseorang, maka tentunya ia semakin mudah berfatwa dan
    menghukumi, semakin ahli dan tingginya ilmu seseorang, maka semakin ia berhati hati
    dalam berfatwa dan tidak ceroboh dalam menghukumi.
    Maka fahamlah kita, bahwa mereka mereka yang segera menafikan / menghapus
    hadits dhoif maka mereka itulah yang dangkal pemahaman haditsnya, mereka tak tahu
    mana hadits dhoif yang palsu dan mana hadits dhoif yang masih tsiqah untuk
    diamalkan, contohnya hadits dhoif yang periwayatnya maqthu’ (terputus), maka
    dihukumi dhoif, tapi makna haditsnya misalnya keutamaan suatu amal, maka para
    Muhaddits akan melihat para perawinya, bila para perawinya orang orang yang shahih,
    tsiqah, apalagi ulama hadits, maka hadits itu diterima walau tetap dhoif, namun boleh
    diamalkan karena perawinya orang orang terpercaya, Cuma satu saja yang hilang, dan
    yang lainnya diakui kejujurannya, maka mustahil mereka dusta atas hadits Rasul saw,
    namun tetap dihukumi dhoif, dan masih banyak lagi contoh contoh lainnya,
    ya comotan yang tidak berguna

  16. untuk mas watonist baca baik2 dong tulisan mas SP, jangan langsung nuduh IS. Mas SP cuma ingin mengungkap sesuatu yang menyangkut validitas hadis yang selama ini khususnya di kalangan Sunni cenderung ditutup-tutupi dan penuh dengan kontradiksi. Tujuannya adalah baik yaitu untuk mengembalikan segala sesuatunya perihal hadis menjadi proporsional dan maknanya tidak bertentangan dengan alQuran.

    Mas waton kalau anda mau sedikit memperhatikan sejarah pengumpulan/penyusunan alQuran dan Hadis, maka anda akan melihat bahwa berbeda dengan alQuran yang sudah tersusun sebelum Nabi Muhammad saaw wafat, maka Hadis sebagai cacatan perihal Sunnah Nabi baru tersusun/terbukukan pada tahun 200 H. Bisa dibayangkan betapa ruwet menyusun mata rantai sanadnya dan betapa banyaknya orang/kelompok yang membenci Islam dan orang munafik memanfaatkan momentum itu untuk sebanyak mungkin memproduksi hadis2 palsu yang menguntungkan diri/kelompoknya di satu pihak dan di lain pihak sangat mencoreng Islam dan kesucian dan keagungan Nabinya.

    mas jangan mengira kitab Sahih Bukhori Muslim itu sudah benar2 SAHIH. Ternyata di dalamnya sangat banyak hadis2 yang bertentangan dengan alQuran dan kesucian dan keagungan Nabi Muhammad saaw.

    Sangat banyak di dalam hadis2 Kutubus Sittah Nabi Muhammad saaw digambarkan sebagai pribadi yang bertentangan dengan apa yang digambarkan oleh alQuran sebagai pribadi yang memiliki khuluqul adzim (akhlak yang sangat agung).

    kalau pers Barat atau orang Barat khususnya yang terjadi di Denmark dan Belanda membuat tulisan atau karikatur yang menghina dan melecehkan pribadi Nabi Muhammad saaw, jangan dulu marah terhadap mereka, tapi “marah” dulu sama orang2 yang meloloskan riwayat2 semacam itu kedalam kitab Hadis Kutubus Sittah.

    Kalau kesan orang Barat tentang Nabi Muhammad saaw itu kejam, sangar, sex maniac dsb, maka jangan dulu salahkan mereka.

    Untuk diketahui bahwa kitab hadis Kutubus Sittah telah diterjemahkan paling tidak kedalam bahasa Inggris dan bisa diakses oleh siapa saja.

    Mengenai IS mas Waton jangan kaget kalau yang menjadi pendiri IS adalah Umar ibnu Khattab ! Lho engga percaya. Coba buka kitab “Sahih” Bukhori dalam bab “Tragedi hari Kamis” hadis no. 9468 bab “Ucapan orang yang sakit”. Di situ digambarkan ketika Nabi meminta pena untuk menuliskan wasiatnya, Umar menolaknya dengan kata2nya yang terkenal :”CUKUPLAH KITABULLAH SAJA JADI PEGANGAN KITA.” Artinya apapun yang berasal dari Nabi (Sunnah Rasul) dia akan menolaknya. Dan sejarah membuktikan bahwa Umar (disamping Abu Bakar dan Usman) sangat banyak melakukan “Ijtihad” terhadap sesuatu hukum padahal hukum tsb sudah ditetapkan oleh Nabi.Lama2 kumpulan “kreasi”nya itu oleh kalangan Sunni diberi label atau dianggap “Sunnah Rasul” (baca Sunnah Sahabat) yang campur aduk dengan Sunnah Rasul yang asli yang dalam prakteknya orang Sunni lebih banyak melaksanakan “Sunnah Sahabat” ketimbang Sunnah Rasul yang asli.

  17. @Barata,
    Sebagaimana berkata Imam Syafii : “Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar digelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu” (Faidhul
    Qadir juz 1 hal 433).

    Imam Syafii berguru dengan siapa yah ???

    @Barata
    ya cuma ucapan seorang imam, tapi hidupnya masih dekat dengan masanya Nabi ……. hi hi hi bandingkan dengan kita yooo …….

    Bukannya ada Imam yang hidup semasa dengan Nabi, dan Imam yang selalu diciumi Nabi dan Imam-Imam lain yang lebih dekat masanya dengan Nabi. dan bahkan diwajibkan mencintai para Imam as. makanya kami merujuk kepada Imam Ahlul Bait as.

    Dalam Kitab Nahj Balaghah, Imam Ali as berkata : Ilmu itu dibagi kedalam 2 kategori; Ilmu Potensial dan Ilmu Perolehan. Ilmu perolehan tidak akan bermanfaat tanpa Ilmu Potensial.

    salam damai.

  18. apa yang dimaksud dengan Ilmu Potensial ? apakah sama dengan Ilmu Laduni ?

  19. Imam syafii berguru kepada imam maliki dan seterusnya, nah itu yang dinamakan sanan guru mas. bukan hanya baca kitabnya saja, semua bersambung mas. klo anda bicara kitab , anda harus punya seorang guru yang bersambung dengan Nabi, mas. bacanya pelan pelan dong tulisan saya.
    dan saya faham semua imam bermuara kepada Nabi, turun ke Imam ali dan seterusnya. nah apa anda berani mengatakan cukuplah tulisannya saja yang dipelajari ????? apa itu pendidikan yang diturunkan Nabi kepada para sahabatnya ??????? apa cukup baca kitabnya saja ???

  20. @barata
    “Imam syafii berguru kepada imam maliki dan seterusnya…”

    Koq ngga diterusin mas? atau boleh saya yang melanjutkan? Siapa guru imam maliki, siapa guru imam hanafi..Mungkin kalo anda runut sampai ke Rasulullah akan lebih jelas siapa yg sebenarnya memegang ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah dengan murni…

    “Semakin dangkal ilmu seseorang, maka tentunya ia semakin mudah berfatwa dan menghukumi, semakin ahli dan tingginya ilmu seseorang, maka semakin ia berhati hati dalam berfatwa dan tidak ceroboh dalam menghukumi……..maka mustahil mereka dusta atas hadits Rasul saw..”

    Buat saya, koq mungkin saja mereka berdusta tentang hal itu, karena saya tidak memiliki bukti/statement dari Tuhan kalo mereka2 yang anda maksud itu maksum/bebas dari dosa dan kesalahan.

    Bagaimana kalo perspektifnya saya ubah sedikit, karena yang saya tangkap dari tulisan mas SP justru mengajak kita kepada kehati-hatian dalam mencermati hadist, bukan membuat kita mudah menjudge suatu hadist…

    Saya setuju bahwa semakin dangkal ilmu seseorang, ia akan mudah menjudge sesuatu..tetapi lagi2 ini balik ke masalah perspektif, suatu tulisan bisa memiliki banyak arti buat pembaca-nya, dan masing2 bisa saja memiliki interpretasi sendiri..Buat saya, itu kembali lagi ke kita, apakah kita memiliki level keilmuan yang seimbang atau tidak..jangan2, syak wasangka kita malahan membuat kita berfikir negatif tentang pendapat orang lain, padahal bisa jadi kita kurang menguasai ilmu tersebut.

    Tentu-nya, kalau saya memiliki bukti lain yang berlawanan dengan tulisan mas SP, tentu saya akan mendiskusikannya dengan mas SP, tetapi maaf mas, saya belum bisa melihat argumen anda/bukti otentik yang anda memiliki bisa mengkritisi tulisan mas SP.

  21. mas barata kalau sanad ilmu Imam Syafei sampai kepada Nabi melalui Imam Maliki terus ke Abu Hanifah yang berguru kepada Imam Ja’far Ashodiq (salah satu Imam 12 Syi’ah/Ahlul Bait), kenapa mereka (Imam 4 mazhab dlm Sunni) tidak mengikuti Ahlul Bait yang merupakan Imam zaman sesuai pesan Rasulullah dalam hadis tsaqolain, malah yang terjadi mendirikan mazhab sendiri yang notabene didukung oleh para penguasa Bani Abbasiyah yang memang anti Ahlul Bait.

    Nah, inilah salah satu maksud dari tulisan mas SP dimana kita harus kritis dan mengevaluasi kembali metode hadis/periwayatan yang ada dan berani mengungkap fakta2 sejarah yang kotor yang penuh rekayasa dan melakukan penelitian tidak hanya sampai kepada para sahabat “kecil” saja, tetapi juga sampai kepada para sahabat besar seperti Abu Bakar, Umar, Usman dll. Selama ini kalangan Sunni merasa “tabu” untuk mengutak-utik para sahabat besar dengan alasan “menjaga kemuliaan sahabat”.

    Seperti yang sudah saya ungkapkan bahwa penggambaran pribadi Nabi dalam hadis2 Sahih Bukhori umpamanya penuh dengan rekayasa dengan maksud untuk memberikan kesan kepada khalayak bahwa Nabipun manusia biasa yang bisa salah dan lupa, sehingga levelnya sama dengan para sahabat ! Bahkan melalui hadis2 palsu level sahabat “lebih” tinggi daripada Nabi. Ada satu hadis yang membuat saya tersenyum kecut dimana digambarkan bahwa dalam suatu masalah tawanan Nabi berbeda pendapat dengan Abu Bakar atau Umar. Namun ternyata pendapat sahabat yang benar ! Nabi sambil menangis mendatangi sahabat dan mengakui bahwa pendapatnya yang keliru ! Ini kan bener2 lelucon yang tidak lucu !

    Saya juga teringat dengan sejarah pada masa Imam Ali menjadi Khalifah. Pada saat itu bulan Ramadhan. Sesuai Sunnah Rasul, maka Imam Ali tidak mengadakan yang namanya salat “taraweh” (salat di bulan ramadhan secara berjamaah di mesjid/ditempat lain). Salat taraweh berjamaah pertama kali dilakukan pada zaman Khalifah Umar atas prakarsa Umar (Umar sendiri tidak ikut). Tapi para jamaah sudah berkumpul di mesjid dan berteriak :”sunnah Umar ! sunnah Umar !”

    Sangat hebat dan brilian, dalam waktu sekitar 20 atau 30 tahunan khalifah I,II,III telah mengubah sesuatu yang benar2 Sunnah Rasul dan kemudian Sunnah Rasul yang asli tenggelam oleh “sunnah sahabat” !

    Dengan hadis rekayasa yang mengatakan bahwa selain Sunnah Rasul ada juga “Sunnah Sahabat” yang harus dipedomani oleh umat Islam, maka hasil kreasi (baca ijtihad) para sahabat seperti Abu Bakar, Umar dan Usman yang secara total berjumlah 180 perkara yang bertentangan dengan AlQuran dan Sunnah Rasul, benar2 hampir menenggelamkan Sunnah Rasul yang sebenarnya dan sampai saat ini mendominasi pemikiran Ahlu Sunnah.

    Tujuan SP dg tulisannya saya rasa bukan untuk mengada-ada atau memojokkan pihak lain, tetapi mengingatkan kita terutama saudara2 dari Ahlu Sunnah agar sudi meneliti kembali kitab2 hadisnya sendiri dengan mencari kebenaran sekalipun itu pahit, yakni menemukan kenyataan yang bertolak belakang dengan pandangannya selama ini terutama pada diri para sahabat yang menurut saya sangat menentukan kualitas hadis itu sendiri.

  22. […] Thank you for reading this post. You can now Leave A Comment (0) or Leave A […]

  23. @Khalisa,
    seperti yang dijelaskan oleh Muthahhari :
    Secara teoritik, ilmu dipelajari secara formal adalah hasil dari ilmu potensial yg merupakan bakat bawaan (tanpa proses belajar dari seseorang). jadi Ilmu potensial adalah potensi sesungguhnya dalam potensi berfikir serta berkreasi seseorang.

    @barata,
    Terima kasih info mengenai sanad guru, dari awal saya sudah baca dengan pelan mas, makanya saya tanya siapakah guru nya imam Syafii ? ternyata mas udah tau juga.

    @barata
    dan saya faham semua imam bermuara kepada Nabi, turun ke Imam Ali dan seterusnya. (Alhamdulillah…) nah apa anda berani mengatakan cukuplah tulisannya saja yang dipelajari ?????
    apa itu pendidikan yang diturunkan Nabi kepada para sahabatnya ???????
    apa cukup baca kitabnya saja ???

    saya jawab satu-satu yah mas, untuk yang pertama : anda langsung menganggap tuduhan anda adalah benar bahwa kami tidak memiliki guru. jadi saya tidak berkewajiban manjawab.

    kedua : Jelas tidak !! sebab saat itu belum ada kitab yang ditulis bukan ?

    ke-tiga : sekali lagi mas, saat itu belum ada kitab yang ditulis.

    Mungkin saya jelaskan begini :
    Persoalan menganalisa sebuah informasi yg diterima dan memilah mana yg baik dan mana yg tidak baik merupakan bagian yg tak terpisahkan dari kajian rasional.

    Menurut saya tulisan SP adalah kritik informasi agar memilah mana informasi yang baik dan dapat diterima dan mana yang tidak baik dan tidak dapat diterima.

    Dan kalian sendiri yang mengatakan tidak ada yang maksum selain Nabi. Jelas tidak bisa dikatakan 100% terjamin. karena tidak ada yang maksum selain nabi.

    Dilain pihak ada orang-orang yang berpegang kepada pencatatan dan wasiat Nabi langsung dari Ahlul bait as (yang disucikan Allah). yang berarti 100% terjamin.

    Jika terdapat perbedaan mana yang paling baik sebagai rujukan ??

    Salam damai.

  24. nah ternyata metode kitab juga tidak luput dari ( rekayas hadist ) tulisan SP kan, jadi pembenaran yang tidak proporsional hanya berdasar tulisan, tanpa bertemu dengan orang yang meriwayatkan juga malah jauh dari 100% mas. anda boleh menyangkal kok. wong pendapat ………..
    tulisan anda
    Dan kalian sendiri yang mengatakan tidak ada yang maksum selain Nabi. Jelas tidak bisa dikatakan 100% terjamin. karena tidak ada yang maksum selain nabi.

    Dilain pihak ada orang-orang yang berpegang kepada pencatatan dan wasiat Nabi langsung dari Ahlul bait as (yang disucikan Allah). yang berarti 100% terjamin.

    saya gak mengerti arit kata 100% dari tulisan anda, kok analisisnya gak tepat, antara paragraf pertama dan kedua

  25. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mampir lagi, setelah berulangkali “refresh” dan “refresh”. Internet di kantor lagi error mulu.
    Ada dua kutub perbedaan yang mungkin harus dijembatani:
    1. Pihak yang menganggap bahwa “sunnah sahabat” itupun harus dijadikan pedoman, dan juga akan dapat pahala jika melaksanakan sunnahnya Abubakar, Umar, Utsman dan Ali . Bahkan untuk Umar, ada hadits yang mengatakan bahwa Nabi saw berkata:” Jika ada nabi sesudahku, maka dia adalah Umar”..dan…” Allah swt meletakkan kebenaran di lidahnya Umar”
    2. Pihak kedua yang dinyatakan oleh sdr. Abelardo: “…orang-orang yang berpegang kepada pencatatan dan wasiat Nabi langsung dari Ahlul bait as (yang disucikan Allah). yang berarti 100% terjamin…”

    Selama kedua pihak tidak bisa “ditawar” agar bisa sedikit saja “relax” dan mengendurkan ‘keyakinan’ tsb, maka akan mustahil dicapai titik temu.

    Di pihak Sunni sudah muncul JIL yang sudah berani mengkritisi Sunnah (bahkan al-Quran! — kalo ini saya sulit menerima), tetapi bagaimana dengan Syiah, apakah ada yang sudah berani mengkritisi “kemaksuman ahlulbayt”???

  26. @barata,
    Sekali lagi saya ulang mas, menurut saya tulisan SP adalah kritik informasi kepada apa yang selama ini telah tersebar. saya beri contoh mengenai hadist :
    “Aku tinggalkan dua perkara padamu yang jika kamu berpegang teguh kepada keduanya niscaya kamu tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan sunah Nabi-Nya.”
    …. Al-Hakim mengeluarkan hadis ini di dalam mustadrak-nya[32] dengan dua jalur. Pada jalur pertama terdapat Zaid ad-Dailasi, dari Doimah, dari Ibnu Abbas. Kita tidak mungkin dapat menerima hadis ini karena pada sanadnya terdapat Ikrimah si pendusta.[33] Dia termasuk seorang musuh Ahlul Bait as, dan termasuk orang yang memerangi dan mengkafirkan Ali as. Adapun pada jalur yang kedua terdapat Shalih bin Musa ath-Thalhi, dari Abdul Aziz bin Rafi’, dari Ibnu Shalih, dari Abu Hurairah. Hadis ini pun tidak mungkin dapat diterima, karena menurut riwayat Abu Sa’id al-Khudri hadis ini dikatakan oleh Rasulullah saw pada saat beliau terbaring hendak wafat, sementara pada waktu itu Abu Hurairah sedang berada di Bahrain karena diutus bersama ‘Ala al-Hadhrami satu tahun setengah sebelum Rasulullah saw wafat.

    Lantas kapan Abu Hurairah mendengar Rasulullah saw yang sedang terbaring hendak wafat mengatakan hadis ini?!

    mengenai tulisan saya 100% tidak terjamin dan 100% dijamin maksudnya gini mas :
    Mas baca tulisan SP yang :
    Siapa itu para pencatat? Manusia yang tidak maksum. Nah ada kemungkinan usil yang lain. Bukankah mereka para pencatat adalah orang-orang yang tidak selalu benar dan mereka punya potensi melakukan kesalahan. nah itu yang saya maksud 100% tidak terjamin. maksud kata “kalian” disini bagi saudara-saudara yang menganggap hanya Nabi lah yang maksum.

    nah kalo yang 100% terjamin itu yang bersumber dari Ahlul bait as.

    Salam damai.

  27. @SP
    dari sekian keraguan pada metode periwayatan sunnah nabi, ada satu yang paling membuat saya khawatir, “bagaimana seandainya sang periwayat/pencatat mengalami mispersepsi dengan apa yang dilakukan nabi ??”
    nggak usah jauh-jauh lah contohnya, di dunia per-blogger-an ini saja … banyak kita temui yang fast reader, banyak kita temui yang hanya baca sekilas saja, bahkan ada juga yang sekedar baca judul kemudian merasa sudah paham dan langsung komentar. sangat menakutkan bukan ?!

    sebenarnya nggak mengherankan, memang pada saat kita membaca/mendengar/menginputkan informasi … hal yang paling dominan masuk adalah yang sesuai dengan persepsi-persepsi kita. itulah kenapa lebih susah membaca buku-buku sains dan semacamnya daripada membaca buku novel, komik, dst.
    membaca buku sains, otak kita dipaksa untuk menerima sesuatu yang baru dan bahkan mungkin bertentangan dengan persepsi yang telah kita bangun, saya bilang dipaksa karena kita pada saat yang sama juga tahu dan bisa menerima bahwa (informasi) itu mampu dibuktikan sekarang dan saat ini juga dan oleh diri sendiri, sedangkan pada novel hal tersebut tidak berlaku, pembaca boleh membawa persepsi dan kesimpulannya sendiri tentang informasi yang dibaca.

    padahal, yang saya tahu, sunnah nabi itu sifatnya tidak seperti sains, so ?!

  28. Kalau saja tidak ada tangan-tangan jail untuk ngobok-ngobok Hadist sesuai keinginan Nafsunya sesuai strategy Nafsu Berkuasa pada Bani Umayyah dan Abasiyah, maka aqal, hadist, nash dan fakta yang ada tidak akan pernah bertentangan karena Rosul terbimbing dengan wahyu dan Insya Allah sampai Kiamat tak akan ada yang Menolak Kemaksuman para Imam karena sudah dijamin melalu Al Ahzab 33, kecuali oleh orang-orang yang terhijabi Hati dan Akalnya. Renungkan An-Nisa 59, ketika Husein terbunuh dan Yajid sebagai Penguasa:
    Untuk Sunni :
    Ayat ini harus dimansukh alias jangan jadi rujukan dulu, kalau tidak maka tamsilnya adalah :
    Ketika Adam tercipta Syeitan harus sujud ke Adam, maka pada saat Yajid berkuasa Bani Adam harus sujud ke Syeitan (?)

    Untuk Syiah, ayat ini tetap exist sampai Kiamat, karena sebelum Husein terbunuh, beliau sempat berteriak kepada Zainab, jangan biarkan Dunia kosong dari Keluarga Muhammad, dan anakku tak berhak membalas kematian Ayahnya, karena dia sedang sakit, maka terbebaslah dia dari pembunuhan si laknatullah tentara-tentara Syeitan Yajid dan sekali-kali baca Shahih Muslim No 1196, siapa yang dimaksud itu pasti jawabannya bingung kan atau memang ada jawaban yang lebih canggih lagi dan bila rasional maka saya akan lepas baju Syiahku.

  29. @watonist

    Setuju mas watonist. Itu juga menjadi pemikiran saya. Tapi kita sdh terbentuk dg anggapan bhw mrk para perawi (manusia) sudah lolos verifikasi (manusia), dan seolah2 verifikasi tsb sudah pasti benar. Padahal beberapa dari kita masih membuka peluang verifikasi dari Allah pun masih dipertanyakan. Ahlul bayt sudah diverifikasi langsung oleh Allah, tapi masih juga ada suara sumir yg mentaati mereka dg syarat bahwa selama mereka benar (seolah2 menyatakan bahwa verifikasi Allah masih bisa meleset). Sedangkan verifikasi dari Bukhari, Muslim dll tidak boleh diragukan. Hal2 seperti inilah yang sangat mengganjal.
    Menarik mas watonist telah mengangkat hal penting yang terlupakan bagi banyak orang.
    Apalagi ada yang mensyaratkan seperti ini:

    1. Rawinya bersifat adil, artinya seorang rawi selalu memelihara ketaatan dan menjauhi perbuatan maksiat, menjauhi dosa-dosa kecil, tidak melakukan perkara mubah yang dapat menggugurkan iman, dan tidak mengikuti pendapat salah satu mazhab yang bertentangan dengan dasar syara’.

    Luar biasa syarat ini, dan bagaimana seorang manusia bisa mengetahuinya?. Bukankah hanya Alah yang tahu dosa2 apa saja yang telah dilakukan seseorang?.

    2. Sempurna ingatan (dhabith), artinya ingatan seorang rawi harus lebih banyak daripada lupanya dan kebenarannya harus lebih banyak daripada kesalahannya, menguasai apa yang diriwayatkan, memahami maksudnya dan maknanya.

    Lagi2 tidak terukur, atas dasar ukuran apa disebut lebih banyak lupanya atau lebih banyak ingatnya? Bgm denga mispersepsion?

    3. Sanadnya tiada putus (bersambung-sambung) artinya sanad yang selamat dari keguguran atau dengan kata lain; tiap-tiap rawi dapat saling bertemu dan menerima langsung dari yang memberi hadits.

    Acceptable.

    4. Hadits itu tidak ber’illat (penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshahihan suatu hadits)

    Apa dasar dari tidak ber’illat, mungkin ada yang mengatakan para bisa mengklasifikasikannya. Tapi jika kita lihat lagi Shahih Bukhari, saya pribadi melihat masih banyak yang ber’illat (misalnya saja hadits tentang Nabi Musa menampar Malaikat maut).

    5. Tidak janggal, artinya tidak ada pertentangan antara suatu hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang maqbul dengan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih rajin daripadanya.

    SP bisa tolong komentar deh tentang ini.. :mrgreen:

    Wassalam

  30. 68:37-38

    “Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab yang kamu membacanya? bahwa di dalamnya kamu benar-benar boleh memilih apa yang kamu sukai untukmu.”

  31. Bagus deh, masih ada orang yang menggunakan akalnya seperti SP.

  32. Wah berarti akan ada pembahasan lanjutan nich dari bang SP tentang “REKAYASA MAZHAB AHLUL BAIT” tunggu tanggal mainnya…

  33. @soegi
    Menurut saya rekayasa sunnah ini sudah termasuk untuk mahzab ahlul bait. Logikanya sama saja

  34. @oktara
    Kan yang dibahas di atas adalah rekayasa sunnah versi sunni, kalau rekayasa sunnah versi mazhab ahlul bait dibahas, saya kira akan lebih seru bro, soalnya metode pencatatan dan penyaringan sunnahnya “katanya” lebih ga jelas lagi, full contradictions & too much illat… musykil dech bro… saya kira bang SP lebih ahli dalam hal ini.

    Ada yang mengatakan bahwa ahlul bait sudah diverifikasi oleh Allah, saya tidak mrngingkari hal itu jika kita mengambil riwayat langsung dari mereka… tetapi kenyataannya kan ga seperti itu… sanad antara ulama mazhab yg meriwayatkan sunnah dari ahlul bait ke ahlul bait itu sendiri lho yang “katanya” lebih parah daripada sanad di riwayat2 sunni.. makanya jika hal ini dibahas oleh bang SP saya kira akan lebih seru lagi… gituch. maaf ya kalo saya salah… maklum masih awwam, mohon pencerahannya…

  35. Atau ustadz soegi yang mau bahas. Nampaknya ustadz soegi ini lebih mengetahui akan hal ini. Kita tunggu saja pemaparan dari ustadz soegi.

  36. @atasku

    Eid Mubarak!

    Ah Mas Ressay ini suka bercanda ya…:) masak saya kok dipanggil ustadz… yg bener aja mas…ustadz kok soegi, soegi kok ustadz… he he ga pantes mas…

    Justru Bang SP dan sampeyan para pemilik blog lah yg lebih capable utk membahasnya, apalagi bang SP ini bisa dikatakan muhadist di sini dan jujur saya kagum dg cara dia mengungkapkan pemikiran2nya dan keinginan beliau utk bersikap netral, yang InsyaAllah itulah yg akan jadi kunci sukses beliau untuk melewati “area terlarang” … jadi kita percayakan saja kepada beliau utk membahas rekayasa2 sunnah yg terdapat di kedua mazhab, sunni dan ahlul bait …

    salam damai…

  37. Ustadz soegi, saya pikir ndak salah qo, apalagi berdosa, jika Anda menyampaikannya.

    Dari komentar ustadz diatas menunjukkan, setidaknya sedikit, memiliki pengetahuan akan hal itu.

    Berbagilah pengetahuan kepada kami yang belum memiliki banyak ilmu ini.

    Semoga ustadz berkenan menyampaikan ilmunya kepada kami yang haus akan ilmu agama.

  38. saudara2ku sekalian yg baik,

    sebenarnya yg dibahas oleh saudara kita secondprice ini sudah dibahas oleh ulama2 terdahulu… semua pertanyaan yg ada di sini juga ditanyakan oleh beliau2…

    u/ itulah ada usaha2, misal oleh Imam Bukhari dengan metode2 beliau yg sangat hati2… pernah beliau dikritik oleh teman beliau, apakah dg menulis kelemahan (disebut cacat) seorang perawi tdk termasuk ghibah?

    beliau menjawab bhw usaha beliau semata-mata u/ menjaga sunnah Rasul, bukan u/ ghibah…

    contoh pertanyaan di forum ini, apakah tdk mungkin ada rekayasa…? pertanyaan ini pun ada sejak dulu… oleh karena itu, dg niat krn Allah (krn niat itulah yg menentukan nilai sebuah perbuatan) & cinta Rasul, para muhaddits menyusun kaidah2…

    bgmn bila kaidah2 itu salah…? misal saudara kita secondprice menemukan kesalahan itu… ya gpp… gampang saja… saudara kita secondprice datang saja kpd para muhaddits (misal ke Prof. hadits kita, KH. Ali Mustafa Ya’kub) u/ mendiskusikannya…

    dengan niat cinta Rasul & Allah, insya Allah semua bisa dibicarakan… bukankah Imam Bukhari menempuh perjalanan jauh & bertahun-tahun demi cinta beliau kepada Rasul saw & semata-mata krn Allah…?

    apakah kita tdk mau sedikit bersusah diri u/ berdialog dg para muhaddits… saya yakin, dg akhlak karimah tdk akan ada yg tersinggung…

    begitu dulu, saudara2ku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  39. Menanggapi pendapat teman2 saling berseberangan atas posting mas SP diatas. Maka pendapat saya soal rekayasa bisa terjadi. Utk mengetahui apakah suatu sunah rekayasa atau tdk pembanding adalah Alqur’an. Dan bakal terjadi rekayasa atas sunah Rasul maupun penafsiran Alqur’an Allah dan Rasul sudah tahu. Oleh karena itu Allah memerintahkan pd Rasul agar menyampaikan anjuran Allah agar umat ini tdk sesat. Dan anjuran itu adalah yg disebut hadits Tsagalain agar umat ini tdk tersesat. Sebab dari mereka2 ini Itrahti Ahlulubait tdk mungkin mereka merekayasa.
    Mengapa sunah Rasul direkayasa? Pada hal Rasul mengatakan siapa yg menyampaikan sesuatu bukan dari aku dan dikatakan ini dari aku maka neraka jahanam tempatnya. Itu dari Rasul tapi kalau Sunah Sahabat lain lagi. Sunah mereka (kata2/perbuatan) mereka bukan wahyu. Mau kita ikuti atau tdk tdk ada sanksi.
    Mengenai pengrekayasaan Sunah Rasul bisa terjadi tergantung pd siapa yg menentukan apakah hadits tsb bisa dibukukan atau tdk. Umpama Bukhari dia mengumpulkan/membukukan hadits akhir pemerintahan Bani Umayah dan permulaan Bani Abbasyiah. Dan menurut sejarah ke2dua2nya musuh keturunan Ahlulubait. Mengapa pada waktu itu mereka tdk bertanya kepada guru Imam Maliki dan Abu Hanifah yg waktu itu masih hidup yakni Imam
    Jafar Ashadig?
    Yah krn Imam Jafar adalah Itrahti Ahlulbait. Apabila mereka bertanya atau mengkonfermasi dgn Imam Jafar pasti sampai sekarang kita tdk mempunyai SHAHIH BUKHARI yg setara dgn Alqur’an. Wasalam

  40. saudaraku Aburahat yg baik,

    rumus pertama dalam kehidupan adalah berbaik sangka… waspada boleh, tp tidak boleh berburuk sangka… saya yakin kita semua sdh mendapatkan pelajaran ini…

    kalau dr keterangan sampean, seolah2 Imam Ja’far ash-Shadiq dimusuhi ulama… karena kurangnya ilmu saya, tolong sampean tunjukkan ulama2 yg menurut sampean memusuhi Imam Ja’far ash-Shadiq…tolong teks bahasa Arab & nama kitabnya, bukan terjemahan bhs Indonesia krn cukup banyak beredar di internet terjemahan yg ditelan mentah2 oleh beberapa saudara kita…

    saudaraku,
    Imam Ja’far ash-Shadiq milik semua umat Islam… para ulama tdk mempermasalahkan ahlul bayt atau bukan, semuanya melalui proses verifikasi ketat…

    saudaraku,
    tdk ada ulama yg mengatakan shahih bukhari setara dg Al-Qur’an… para ulama mengatakan, setelah Al-Qur’an, shahih bukhari adalah rujukan kedua krn memuat hadits2 Rasul saw yg verifikasinya terbukti lebih ketat dibanding kitab hadits lain…

    saudaraku,
    hanya sampean yg mengatakan shahih bukhari setara Al-Qur’an… tolong ditunjukkan dalilnya bhw shahih bukhari setara dg Al-Qur’an… semua membutuhkan ilmu, saudaraku… berpendapat pun demikian…

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  41. Saudaraku Faisol yang baik,
    Rumus pertama dalam kehidupan adalah ikhlas. Berbaik sangka boleh namun harus dilandasi dengan keikhlasan….Saya yakin kita semua sudah mendaparkan pelajaran ini.

    kalau dr keterangan sampean, seolah2 Imam Ja’far ash-Shadiq dimusuhi ulama…

    Saudaraku,
    Tulisan mas aburahat di atas tidak ada kesan sama sekali yang menunjukkan seolah-olah Imam Jafar dimusuhi oleh para ulama. Sebaiknya jangan berburuk sangka thd mas aburahat saudaraku.

    Imam Ja’far ash-Shadiq milik semua umat Islam… para ulama tdk mempermasalahkan ahlul bayt atau bukan, semuanya melalui proses verifikasi ketat…

    Saudaraku
    Bisakah menunjukkan kepada saya yang bodoh ini bagaimana cara verifikasi yang dimaksud bahwa semuanya melalui proses verifikasi ketat? Bagaimana bisa terjadi bahwa Imam Jafar sebagai salah satu guru menuntut ilmu bagi Imam Maliki dan Abu Hanifah dicuekin sebagai sumber referensi hukum?

    Saudaraku benar dan saya setuju bahwa Hadits Bukhari tidak dan jangan disetarakan dengan Alquran dimana buatan manusia masih berpotensi memiliki kekeliruan dan kesalahan serta mengandung keraguan, berbeda dengan Alquran yang suci dari kesalahan, kekeliruan dan hal-hal yang meragukan.
    Sebagaimana telah ditegaskan dalam Alquran surah Albaqarah ayat 2:

    “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwameragukan.”

    Begitu saudaraku…semoga Rahmat Allah swt dilimpahkan kepada kita semua. Amin.

    Salam

  42. Ralat;

    Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”

  43. saudaraku Armand yg baik,

    terima kasih saya haturkan atas masukan & nasihatnya… u/ saudaraku Aburahat, mohon dimaafkan bila saya dianggap berburuk sangka… mohon maaf sekali lagi…

    saudaraku,
    berikut ini salah satu contoh verifikasi yg ada :

    pernah suatu ketika Imam Bukhari menemukan perawi yg “menzhalimi” binatang piaraannya… perawi itu memanggil binatang tsb. dgn iming2 makanan… setelah binatang tsb datang, ternyata makanan itu tdk diberikan… oleh Imam Bukhari, hadits yg diriwayatkan oleh perawi ini tdk termasuk kategori shahih…

    andaikan saat ini belum ada alat rekam, niscaya banyak sekali berita yg disampaikan tdk bisa dikategorikan shahih krn penyampai berita tdk lolos tes uji Imam Bukhari…

    saudaraku,
    bila contoh tsb. dianggap belum verifikasi ketat, maka sbgmn saya tulis sebelumnya, kita bisa mendiskusikannya dengan para muhaddits shg ada kaidah baru… bukankah ini semua kita lakukan krn cinta kita kpd Rasul saw..?

    saudaraku,
    karena kurangnya ilmu saya, saya tidak tahu kalau pendapat Imam Ja’far ash-Shadiq dicuekin…

    saudaraku,
    madzhab dalam fiqh yg sampai sekarang dijadikan referensi setahu saya : Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali, Ibnu Hazm (Zhahiri) & Ja’fari (Imam Ja’far ash-Shadiq)…

    sampean bisa baca di buku2 fiqh 5 madzhab, yg bisa 2 arti:
    1. Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali & Zhahiri, atau
    2. Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali & Ja’fari

    saudaraku,
    bahkan, dalam kitab Risalatul Qusyairiyah, Imam Ja’far ash-Shadiq sering dikutip nasihat-nasihat beliau… jd, saya tdk melihat dicuekinnya Imam Ja’far ash-Shadiq…

    saudaraku,
    sebagai info saja, Sunan Kudus nama aslinya adalah Ja’far Shadiq, tafa’ul thd Imam Ja’far ash-Shadiq…

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  44. Salam
    Saya mau menanggapi tulisan Aburahat tentang “pasti sampai sekarang kita tdk mempunyai SHAHIH BUKHARI yg setara dgn Alqur’an”
    Saya menduga bahwa Aburahat menulis demikian karena ada orang2 yang lebih mempercayai isi hadis Bukhari lebih daripada Al-Quran itu sendiri
    maafkan jika dugaan saya tsb salah dan saya mohon maaf sebesar-besarnya…
    @Aburahat
    silakan mas,mohon dijelaskan atas tulisan Anda tentang “pasti sampai sekarang kita tdk mempunyai SHAHIH BUKHARI yg setara dgn Alqur’an”

    salam damai…

  45. @faisol
    Tolong anda katakan pd saya bait mana dari tulisan saya yg mengatakan para ulama memusuhi Imam Jafar. Tolong jgn menyebar fitnah. Baca yg teliti baru ngomong. Saya tdk diajar berprasangka baik klu saya yakin orang tsb salah. Klu salah atau memang tdk benar mengapa harus dikatakan baik. Itu munafik namanya. Berkatalah yg benar walaupun itu sakit.
    Anda katakan bahwa saya mengatakan Shahih Bukhari setara Alqur’an. Tolong anda katakan apa itu arti Shahih. Klu menurut saya artinya adalah BENAR. Sedangkan menurut saya yg benar adalah HANYA Alqu’ran (QS 2:2) Klu Shahih Bukhari itu BENAR apakah td setara dgn Alqur’an? Klu kurang jelas saya jelaskan lagi mengenai Shahih Bukhari. Wasalam

  46. @Arif
    Saya coba menjelaskan pd anda sesuai yg saya ketahui dari beberapa buku sejarah. Dan saya yakin anda juga sdh membaca. Begini:
    Pd jaman Kekuasaan Bani Umayah dan Abasyiah. Mereka terkenal dgn memusuhi Ahlulbait. Setiap tulisan mengenai keutamaan Ahlulbait tulisan dihancurkan dan penulisnya dipenjarakan. Apalagi hadits2 Rasul yg berasal dari Ahlulbait terutama adalah hadis2 tentang keadilan dan kedhaliman dan kebenaran. Dan Imam Jafar tdk mungkin mengeluarkan Hadits palsu. Jadi para pencatat Hadits tdk mau bertanya kepada Imam Jafar (Itrah Ahlulbait) atau meriwayatkan dari Ahlulnait karena semua tulisan akan dihancurkan dan orangnya dipenjara. Terpaksa Bukhari mengumpul Hadits2 tsb berdasarkan apa yg diingini oleh penguasa. Oleh krn itu selamat sampai sekarang ini. Wasalam

  47. saudaraku Aburahat yg baik,

    mohon dimaafkan bila saya dianggap menyebar fitnah…

    saudaraku,
    saya hanya memahami dr tulisan sampean :

    “Mengenai pengrekayasaan Sunah Rasul bisa terjadi tergantung pd siapa yg menentukan apakah hadits tsb bisa dibukukan atau tdk. Umpama Bukhari dia mengumpulkan/membukukan hadits akhir pemerintahan Bani Umayah dan permulaan Bani Abbasyiah. Dan menurut sejarah ke2dua2nya musuh keturunan Ahlulubait. Mengapa pada waktu itu mereka tdk bertanya kepada guru Imam Maliki dan Abu Hanifah yg waktu itu masih hidup yakni Imam Jafar Ashadig?
    Yah krn Imam Jafar adalah Itrahti Ahlulbait. Apabila mereka bertanya atau mengkonfermasi dgn Imam Jafar pasti sampai sekarang kita tdk mempunyai SHAHIH BUKHARI yg setara dgn Alqur’an.”

    => dengan penekanan pada kalimat :
    “Dan menurut sejarah ke2dua2nya musuh keturunan Ahlulubait. Mengapa pada waktu itu mereka tdk bertanya kepada guru Imam Maliki dan Abu Hanifah yg waktu itu masih hidup yakni Imam
    Jafar Ashadig?
    Yah krn Imam Jafar adalah Itrahti Ahlulbait. ”

    saudaraku,
    dr tulisan tsb.lah saya sbg pembaca membuat kesimpulan bhw menurut sampean ada yg memusuhi ahlul bayt, dengan contoh Imam Ja’far ash-Shadiq…

    saudaraku,
    bila pemahaman saya keliru, mohon dimaafkan atas kebodohan & keterbatasan yg saya miliki…

    saudaraku,
    kalau menurut sampean yang benar HANYA Al-Qur’an, maka, apakah di dalam Al-Qur’an tidak ada perintah u/ taat kepada Rasul saw…?

    “Katakanlah, taatlah engkau sekalian kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Ali Imran: 32)

    Siapa yang taat kepada rasul berarti taat kepada Allah.” (an-Nisâ’: 80)

    “Dan tidaklah pantas bagi seorang lelaki mukmin dan juga tidak pantas bagi perempuan mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya memutus sesuatu untuk melakukan suatu pilihan.” (al-Ahzab: 36)

    “Demi Tuhanmu, tidaklah mereka beriman sampai mereka menjadikanmu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam diri mereka sesuatu keberatan terhadap keputusan yang kami berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (an-Nisâ’: 65)

    “Dan apa yang diberikan rasul kepadamu, terimalah ia, dan apa yang dilarang olehnya atasmu, tinggalkanlah.” (al-Hasyr: 7)

    saudaraku,
    saya kira sudah dibahas secara panjang lebar dalam kitab-kitab ushul fiqh, bhw hadits termasuk dalam sumber hukum Islam…

    bgmn kita tahu tata cara shalat bila hanya berpedoman pada Al-Qur’an…? bgmn kita tahu manasik haji bila hanya berdasarkan Al-Qur’an, tdk melihat contoh Rasul saw…?

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  48. Salam
    @Aburahat
    Iya,saya telah mengetahuinya (permusuhan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah) mas…terimakasih atas penjelasannya…
    wassalam

  49. @faisol
    Sdr. fasisol saya minta maaf juga klu saya kasar berbicara. Saya katakan penguasa pd waktu itu bukan ulama pd waktu itu. Dan saya sdh jelaskan bahwa PENGUASA (Pemerintah) yg menentukan mana yg boleh dan mana yg tdk. Dan utk Ahlulbait diterapkan pengawasan sangat ketat. Jd saya tdk mengatakan ulama memusuhi tapi penguasa Bani Umaya dan Bani Abas.
    Saya tdk mengatakan tdk mempercayai hadits dan sunah Rasul. Tapi saya tdk yakin kebenaran orang yg mencatatnya. Apakah anda yakin semua yg ditulis atau yg berada dlm Shahih Bukhari berasal dari Rasul? Wasalam

  50. saudaraku Aburahat yg baik,

    ttg arti kata “SHAHIH”, mari kita dudukkan permasalahannya berdasarkan bgmn kata itu diambil…

    sebagai contoh:
    kita berkata kepada teman kita, “Engkau benar”… apakah salah perkataan ini…?

    oleh karena, definisi shahih harus merujuk kpd mushthalah hadits (istilah-istilah dalam ilmu hadits)…

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmad faisol.blogspot.com

  51. @faisol
    Kalau begitu janganlah ada yg mengatakan atau menolak apabila ada yg mengatakan nahwa ini hadits Rasul tp tdk sama dgn apa yg tertera dlm Bukhari. Tetapi ternyata yg anda artikan tdk sama dgn dlm praktek. Setiap ada hadits yg disampaikan yg tdk seirama walaupun shahih menurut ahli hadits lain karena tdk sama dgn Shahih Bukhari ditolak. Menurut anda bagaimana. Wasalam

  52. saudaraku Aburahat yg baik,

    Shahih Bukhari hanyalah salah satu rujukan… dalam ranking kitab hadits oleh para ulama, urutan kedua ditempati oleh Shahih Muslim…

    apakah Imam Bukhari & Imam Muslim selalu sepakat thd status keshahihan sebuah hadits…? ternyata tidak…

    oleh karena itu, sebenarnya peringkat pertama menurut para ulama adalah hadits2 yg disepakati keshahihannya oleh Imam Bukhari & Imam Muslim, istilahnya Muttafaq ‘alayh…

    Syaikh Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi menyusun kitab Al-lu’lu’ wal-Marjân yg berisi hadits2 yg keshahihannya disepakati oleh Syaikhani (Imam Bukhari & Muslim)…

    selain shahih bukhari & muslim, masih terdapat banyak lagi kitab2 yg memuat hadits2 yg diterima… u/ itulah ada ilmu2 hadits…

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  53. @faisol
    Terima kasih. Anda sdh berbicara atas kebenaran. Dan bukan Shahih Bukhari dan Muslim saja yg SHAHIH masih banyak lagi seperti Shahih Tarmudzi, Baihagi, Ahmad Hambali dgn Musnadnya. Sekarang kebenaran dari Hadits tergantung pd perawnya, sanad mantanya.
    Sekarang saya ingin tanyakan anda sesuai dgn anda katakan diatas bahwa bukab saja Bukhari dan Muslim saja yg bisa membawa haditrs Shahih tapi masih ada yg lain. Sekarang saya ingin tanyakan mengenai hadits Tsagalain: Hanya Bukhari sendiri yg dlm Shihnya menyatakan Alqur’an dan Sunah dan perwinya Abu Hurairah. Sedangkan yg berbunyi Alqur’an dan itrahti Ahlulbait sabgat banyak dan dikenal mutawatir oleh puluhan pengumpul hadits dan dari beratus sahabat. Hadits mana yg anda pegang? Alqur’an dan Sunahti atau Alqur’an dan Itrahti Ahlilbaiti yg ditolak Bukhari? Wasalam

  54. saudaraku Aburahat yg baik,

    saya hanyalah seorang santri & tdk mendalami ilmu hadits scr khusus…

    ada baiknya sampean bertanya langsung kpd ahlinya, misal ke Prof. Ali Mustafa Ya’qub krn beliau memang mendalami ilmu2 hadits & termasuk satu-satunya Profesor hadits di Indonesia… beliau juga Imam Besar Masjid Istiqlal…

    saudaraku,
    karena sampean bertanya kpd saya, maka saya kutipkan jawaban dr Habib Mundzir yg saya ikuti penjelasannya… berikut ini jawaban beliau :

    http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=&func=view&catid=9&id=4734&lang=id&date=2008-06-01

    #################################
    Pertanyaan :

    Assalamungalaikum wrwb.
    Semoga kesehatan, keberkahan, dan keselamatan selalu meliputi habib munzir sekeluarga.

    Mau tanya pak habib. Mengenai hadits ini,

    “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat setelah (berpegang teguh kepada) keduanya; kitabullah (Alqur’an) dan ……..

    Ada dua versi, yaitu: 1. keluargaku (ahli Baitku), dan 2. sunnahku.

    Ada beberapa hal yang kami tanyakan pak habib, mohon dijelaskan,

    1. Apakah kedua versi itu memang diriwayatkan oleh para imam-imam hadits? Apakah keduanya sama-sama shahih derajatnya?
    2. Jika keduanya benar, bagaimana kita menyikapi kedua hadits tersebut. Bolehkah kita hanya condong pada salah satu saja. Maksudnya condong ke ahli bait saja atau ke sunnah saja. Ataukah kita harus melihat sunnah sambil melihat juga bagaimana ahli bait?
    3. Siapakah yg dimaksud ahli bait itu? Apakah semua keturunan baginda nabi (hingga saat sekarang ini) boleh disebut ahli bait semua?

    Mohon maaf pak habib.. banyak tanya. Semoga dakwah pak habib semakin berkembang hingga kiamat nanti. Amien amien amien.

    Wassalamungalaikum wrwb.

    ######################
    jawaban Habib Mundzir :

    Limpahan rahmat dan Inayah Nya swt semoga selalu tercurah pada hari hari anda,

    Saudaraku yg kumuliakan,
    Hadits yg ahli baitku sanad nya hasanun gharib, demikian diriwayatkan pada Sunan Imam Attirmidziy hadits no.3786

    Hadits kedua diriwayatkan pada Sunan Imam baihaqi Al Kubra Juz 10 hal.114 dan Sunan Addaruqutniy sanadnya shahih.
    1. kedua versi itu adalah Hadits Rasulullah saw, yg kedua lebih shahih dari yg pertama.
    2. tentunya dalam hadits sering terdapat hal hal seperti ini, misalnya dalam suatu hadits Rasul saw bersabda sebaik baik amal adalah shalat pada waktunya, dalam hadits lain rasul saw bersabda sebaik baik amal adalah Iman pada Allah dan Jihad fi sabilillah, maka dalam menyikapi hal hal seperti ini menunjukkan bahwa hal hal tersebut merupakan kemuliaan.

    Dan satu sama lain saling berkaitan, tentunya Alqur’an tak akan terlepas dari sunnah, dan Ahlul bait yg patut dipanut adalah ahlul bait yg mengikuti sunnah, saya kira demikian yg lebih sempurna dalam menyatukan dua hadits tersebut

    3. mengenai ahlul bait ini ikhtilaf para ulama, ada yg mengatakan bahwa semua dzurriyah (keturunan Nabi saw hingga kini dari keturunan Hasan dan Husein) adalah ahlulbait, namun pendapat lain yg lebih kuat adalah bahwa yg disebut ahlulbait adalah 5 orang saja, yaitu : Rasul saw, Fathimah binti Rasul saw, Ali bin Abi Thalib kw, Hasan ra dan Husein ra.

    Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

    Wallahu a’lam
    ################################

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  55. @faisol
    Terimah kasih atas penjelasan anda. Masing2 orang bertanggung jawab atas dirinya dihadapan Allah. Kewajiban umat Muhammad SAW wajib mengabarkan ilmu yg diketahui (saya bukan ulama, tapi pada masalah ini saya tau sedikit) walaupun hanya satu kata. Soal diterima atau tdk terserah masing2. Terima kasih cukup sampai sekian penjelasan saya. Maaf apabila ada yg tdk berkenan dihati anda. Wasalam

  56. saudaraku Aburahat yg baik,

    sama2, saudaraku… senang sekali berdiskusi dengan sampean… mohon maaf juga saya haturkan…

    semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  57. @faisol
    Terima kasih saya juga haturkan diikuti maaf. Insya Allah Allah tetap membibing dan memberi petunjuk utk kita semua agar dpt menjalankan kebenran sesuai ya Ia kehendaki. Amin Wasalam

  58. @faisol
    Salam kenal buat Mas Faisol
    saya cuma mau mengomentari bagian ini

    Hadits kedua diriwayatkan pada Sunan Imam baihaqi Al Kubra Juz 10 hal.114 dan Sunan Addaruqutniy sanadnya shahih.
    1. kedua versi itu adalah Hadits Rasulullah saw, yg kedua lebih shahih dari yg pertama.

    Hadis kedua itu sanadnya dhaif baik riwayat Baihaqi atau Daruquthni, silakan saja dicek. Jadi hadis pertama shahih dan hadis kedua adalah dhaif. Saya sudah pernah membahas kutipan dari Majelis Rasulullah yang anda tulis itu. Salam

  59. saudaraku secondprice yg sangat kritis,

    terima kasih saya haturkan atas masukannya…
    salam kenal juga… sbgmn saya jelaskan di atas, saya bukanlah orang yg mendalami ilmu hadits scr khusus…

    dg masukan sampean, nanti akan saya tanyakan lagi status hadits tsb kpd yg lebih ahli…

    saudaraku,
    sudahkah sampean membicarakan hal ini dg Habib Mundzir…? atau dg Prof. Ali Mustafa Ya’qub…? atau Dr. Luthfi Fathullah…? atau dg orang2 yg memang mendalami ilmu hadits scr khusus…?

    kalau sudah, sudilah kiranya sampean berbagi ilmu dg saya… bila belum, sudilah kiranya sampean menghubungi beliau2… bukankah kita lakukan ini semua semata-mata krn cinta kita kpd Rasul saw…?

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  60. Aneh bentar komentar ustadz faisol ini.

    Sepanjang yang saya ketahui, mas secondprince belum memiliki kesempatan untuk bertemu dengan ustadz Munzir yang nampaknya menjadi andalan Anda.

    Lagipula ndak ada keharusan kan harus menghubungi sang habib tersebut?

    Mengapa tidak pula Anda yang menyampaikan kepada sang habib perihal tulisan mas secondprince ini? bukankah Anda memiliki akses itu?

  61. saudaraku ressay yg baik,

    telah saya tulis di atas,
    “dg masukan sampean, nanti akan saya tanyakan lagi status hadits tsb kpd yg lebih ahli…”

    saudaraku,
    saya hanya seorang santri…

    saudaraku,
    saya pun akan berusaha… namun, demi cinta kita kpd Rasul saw, apa salahnya kita bersama-sama berusaha…?

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  62. @faisol
    Mengapa harus bertanya kepada mereka. Apakah pasti mereka benar. Kita disini ingin membuktikan atau mencari yg benar dgn referensi yg kita punyai. Bukan mensyahkan suatu hadits. Klu kita berdiskusi dgn beliau Habib Mundzir apakah nanti dia tdk menyuruh tanya pada gurunya Habib Umar b. Hafidz. Kita punya akal punya kemampuan berpikir. Kita bisa menganalisa. Selama kita ikhlas dan selalu mencari kebenaran tanpa fanatik sesuatu mazab., Insya Allah Allah akan beri petuniuk. Tapi apabila kita fanatik maka kita tdk akan diberi petunjuk. Allah memberi petunjuk kepada siapa yg ingin petunjuk dan menyesatkan siapa ingin sesat. Kita semua sama. Jangan terlalu bertaglid mas. Susah mas klu nerdiskusi sebentar klu kehabisan bahan jawaban nanti saya tanya ustadz saya. Mas SP sdh menunjukan bukti2nya. Kok bukti anda menyuruh SP bertanya kepada guru anda. Mana logika anda mas. Wasalam

  63. saudaraku aburahat yg baik,

    saya ini masih bodoh, saudaraku… saya masih perlu banyak belajar… terima kasih saya haturkan atas masukan & nasihat sampean…

    knp saya menampilkan jawaban Habib Mundzir…? krn beliau termasuk keturunan Rasul saw… bukankah hadits tsb. berhubungan dengan ahlul bayt…? bukankah kita sama-sama mencintai ahlul bayt…?

    begitu dulu, saudaraku… sekali lagi mohon dimaafkan kebodohan saya…

    semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  64. @faisol
    Sama2 mas. Mas, klu mas mau merima nasehat saya, saya anjurkan mas tolong berfikir yg jernih. Sebagaimana mas tahu nama blog ini adalah Anilisa pencari Kebenaran. Jadi masing2 komentartor mempunyai argument yg dapat menganalisa setiap masalah yg dianggap benar utk sama2 kita mencari kebenaran berdasarkan kemampuan kita. Menurut saya apabila ada yg mengatakan Apakah dia Imam Bukhari, Muslim maupun Ahmad Hambal. Apabila mereka menyodorkan suatu Hadits dari Rasul dikatakan Shahih. Saya blm yakin kebenarannya, klu hadits tsb bertentangan dgn Alqur’an atau sifat dan akhlak Rasul.
    Contoh{ Para Muhaddits membawakan suatu hadits yg mengatakan bahwa waktu Rasul Mi’raj kembalinya membawa perintah shalat 5 waktu setelah tawar menawar dgn Allah beberapa kali. Ini menurut saya tdk logis. Krn bertentangan dgn Alqur’an dan akhlak Rasul. Wasalam

  65. saudaraku abu rahat yg baik,

    terima kasih atas nasihat sampean… saya memang masih harus belajar lagi u/ bisa berpikir jernih…

    saudaraku,
    tentang berpikir logis, saya jadi ingat tentang mengusap khuf (semacam sepatu)…

    saudaraku,
    mengusap khuf yg wajib di bag. atas, pdhl menurut logika kita bag. bawah lebih kotor…

    Sahabat Ali kw. menyatakan bhw kalo agama berdasarkan akal semata, niscaya mengusap bag. bawah khuf lebih utama drpd bag. atas… Hadits ttg ini
    riwayat Abu Daud dg sanad shahih…

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    faisol

  66. saudaraku aburahat yg baik,

    menurut saya, sangat logis kalau saya bertanya kpd Habib Munzir krn beliau adalah keturunan Rasul saw… bukankah itu berarti saya berpegang pada hadits tsaqalain…?

    begitu dulu, saudaraku… mohon maaf saya haturkan bila ada hal-hal yg kurang berkenan…

    salam,
    faisol

  67. @faisol
    terimakasih atas sarannya 🙂
    Salam

  68. saudaraku aburahat yg baik,

    saya juga jd teringat pertanyaan teman saya waktu SMA:
    “kalau kita buang angin, mengapa muka yg dibasuh (wudhu kan membasuh muka)…? bukankah seharusnya membasuh bagian buang angin itu…? bukankah ini tidak masuk akal…?”

    ketika ada ustadz menjawab bhw itu sama dengan sakit kepala tapi pantat yg disuntik, ternyata hal ini tidaklah sepadan… hal ini termasuk analogi yg tdk logis…

    seorang paramedis menceritakan bhw u/ menyuntik harus ke pembuluh darah… ada obat yg harus disuntikkan ke pembuluh darah di lengan, tp ada juga obat2 yg bila disuntikkan ke pembuluh darah di lengan maka tubuh akan memberontak krn pembuluh darah di lengan sangat sensitif…

    u/ itulah, harus lewat pembuluh darah di pantat yg tdk sesensitif pembuluh darah lengan…

    nah saudaraku,
    jika kita hanya mendasarkan agama ini pada akal, niscaya banyak sekali ajaran agama yang tidak masuk akal…

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    faisol

  69. saya tidak pernah menyinggung kebodohan Anda, Anda sendiri yang menyinggungnya. Karena saya tidak pernah mempersoalkan itu.

    Saya tunggu jawaban dari sang habib yang banyak jenggotnya itu.

  70. saudaraku ressay yg baik,

    sampean tdk pernah menyinggung saya, saudaraku…

    saudaraku,
    Habib Munzir keturunan Rasul saw, saudaraku… bukankah kita harus mencintai keturunan Rasul…?

    saudaraku,
    biarlah saya yg berusaha mencari jawabannya… sampean tdk perlu bersusah diri, saudaraku…

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    faisol

  71. saudaraku ressay yg baik,

    ijinkan saya bertanya… di hadits tsaqalain, salah satunya tentang ahlul bayt…

    sudilah kiranya sampean menerangkan, siapa yg dimaksud dgn ahlul bayt ini… krn sampean terlihat kurang bersemangat bila disebut Habib Munzir padahal beliau salah satu keturunan Rasul saw…

    begitu dulu, saudaraku… terima kasih saya haturkan atas jawaban sampean…

    salam,
    faisol

  72. @faisol
    Terima kasih mas diskusi kita berlanjut. menurut saya bukan agama berdasarkan akal, tapi kebenaran yg ditunjukan agama kita menerima dengan akal. Malahan saya berpegang pada apa yg disampaikan Imam Husein ra:.” Banyak yg berpegang pada doktrine Agama itu akal tapi kami Agama itu CINTA.” Mas membawa contoh logika. Mas setiap tindakan mempunyai sebab dan akibat dan semua tindakan mempunyai maksud dan tujuan. Mas mengambil contoh membasuh khuf. Tujuan membersihkan bagian atas supaya kelihatan bersih sedangkan yg dibawah dipakai utk menginjak. Logikanya. Khuf td saya akan pakai utk menginjak kotoran utk apa dibersihkan duluan. Tapi apabila dgn khuf itu saya masuk mesjid. Yah yg saya harus bersihkan bawahnya logis. Jadi kita melihat pd tujuan kita melaksanakan sesuatu. Contoh kedua mengenai buang angin. Kalau menurut saya itu tdk logis. Mas menghadap Allah dgn muka bukan membelakangi. Jadi wajah mas yg harus dibersihkan. Malahan menurut saya. Semua boleh bernajis asal hati mas bersih dari najis bathin. Coba mas pikir baik2.
    Mungkin mas pikir saya permasalahkan mas bertanya kepada Habib Munzi. Tidak sama sekali mas. Saya berbicara td dlm kontes apa dulu. Tapi yg lucu mas bertanya pd SP sdh menayakan pd Habib Munzi. Wasalam maaf sdr faisol .

  73. @ressay

    Saya tunggu jawaban dari sang habib yang banyak jenggotnya itu.

    wah tampaknya ada urusan pribadi nich antara mas Ressay & Habib… ga mau ikutan ahhh…

    tuiiinngg… kaburrrr…

  74. @faisol
    Sudah dibahas di weblog ini. Silakan cari lagi.

    Anak Nuh kafir saudaraku. Nuh meninggalkan anaknya karena anaknya menentang Tuhan, saudaraku. Saudaraku, ibrahim bapaknya kafir, saudaraku. Tetapi Ibrahim bisa menjadi Nabi, saudaraku.

    Seorang laki-laki menyertai Imam Ridha dalam perjalanannya ke Khurasan. Imam mengajaknya duduk dalam sebuah jamuan makan. Beliau mengumpulkan para tuan dan budak untuk menyiapkan makanan dan duduk bersama. Orang itu lalu berkata, “Wahai putra Rasulullah, apakah engkau mengumpulkan mereka (tuan dan budak) dalam satu jamuan makan?”

    “Sesungguhnya Allah Swt Esa, dan manusia lahir dari satu bapak dan satu ibu. Mereka berbeda-beda dalam amal perbuatan,” demikian jawab Imam as.

    Salah seorang dari mereka berkata, “Demi Allah, tidak ada yang lebih mulia di muka bumi ini selain engkau, wahai Abal Hasan (panggilan Imam Ridha)!”

    Imam menjawab, “Ketakwaanlah yang memuliakan mereka, wahai saudaraku!”

    Salah seorang bersumpah dan berkata, “Demi Allah, engkau adalah sebaik-baik manusia.”

    Imam menjawabnya, “Janganlah engkau bersumpah seperti itu sebab orang yang lebih baik daripadaku adalah yang lebih bertakwa kepada Allah. Demi Allah, Zat yang menorehkan ayat ini, Kami ciptakan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa.”

    Zaid adalah saudara Imam Ali Ridha as. Dia melakukan pemberontakan di kota Basrah dan membakari rumah orang-orang Abbasiyah, sehingga dia digelari dengan “Sang Api”.

    Khalifah Makmun segera mengirim pasukan besar dan terjadilah pertempuran sengit. Di sana, Zaid menyerah dan meminta damai. Namun, akhirnya ia tertangkap dan dipenjara.

    Makmun memutuskan untuk mengirimkan Zaid kepada Imam. Imam as tidak setuju dengan perbuatan saudaranya yang membakar rumah dan merampas harta benda rakyat tanpa hak.

    Kepada saudaranya, Imam as berkata, “Duhai Zaid, apa yang membuat engkau tertipu hingga engkau menumpahkan darah dan merampok? Apakah kau tertipu oleh perkataan orang-orang Kufah, bahwa Fatimah as telah disucikan rahimnya sehingga Allah mengharamkan anak keturunannya dari api neraka? Celakalah kau Zaid! Sesungguhnya yang dimaksudkan Rasulullah saw dari perkataan itu bukanlah aku, bukan pula kau, tetapi Hasan dan Husain.

    “Demi Allah, sesungguhnya keselamatan dari api neraka itu tidak akan didapati kecuali dengan ketaatan kepada Allah Swt. Apakah engkau mengira akan masuk surga dengan tetap bermaksiat kepada Allah? Kalau begitu, kau lebih besar daripada Allah dan daripada ayahmu, Musa bin Ja’far as!”
    Zaid berkata, “Bukankah aku saudaramu?”

    Imam menjawab, “Ya, kau saudaraku selama kau taat kepada Allah. Bagaimana Nabi Nuh as memohon, ‘Tuhanku, sesungguhnya anakku dari keluargaku dan janjimu pasti nyata dan engkau Maha Pengasih.’”

    “Dan bagaimana Allah membalasnya, ‘Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah dari keluargamu, karena dia bukan perbuatan saleh.’”

    “Demi Allah wahai Zaid! Tidak seorang pun akan mendapatkan kedudukan di sisi Allah kecuali dengan ketaatan kepada-Nya.”

    Begitu dulu ustadz. Semoga esok hari juga begitu dulu.

    Semoga esok hari juga ada saudaraku.

    😆

    @soegi
    Ah gak kok ustadz. Biasa aja. Sapa tahu aku bisa ketularan jenggotnya. Sayang aku bukan keturunan Nabi. Jadi gak bisa seenaknya menggunakan label “keturunan nabi” untuk meraih pengikut banyak, disegani, dihormati, atau mungkin bahkan disembah?

  75. @faisol
    Bisakah mas kasi tau ke saya alamat site dari pendapat Habib Mundzir tentang Hadits Tsaqalain itu? Jika memang demikian yang dikatakan oleh Habib Munzir, maka saya lebih baik menyimpan pendapat saya ini dan tidak berani membantah. Bukankah Beliau termasuk Itrah Ahlulbayt Nabi saw yang dimana kita harus berpegang kepadanya?

    Salam

  76. saudaraku ressay yg baik,
    mohon dimaafkan kurang pahamnya saya… drpd saya salah memahami, mohon sampean jawab saja langsung (to the point) :
    hadits tsaqalain ttg ahlul bait… siapakah ahlul bait…?

    saudaraku aburahat yg baik,
    sampean membahas ttg hadits tsaqalain yg memuat kita harus berpegang pd ahlul bait… Habib Munzir adalah keturunan Rasul saw…

    bukankah sudah jelas bhw kita harus berpegang pd ahlul bait…? masak iya kita mengingkari pernyataan kita sendiri… kalau kita konsisten, maka sdh seharusnya kita bertanya kpd keturunan Rasul saw., bukan malah mengabaikan apalagi meremehkan…

    ataukah : ahlul bait menurut sampean bukanlah keturunan Rasul saw…? lalu, siapa dong…? mohon jawabannya…

    sampean menulis :
    “Mas setiap tindakan mempunyai sebab dan akibat dan semua tindakan mempunyai maksud dan tujuan. Mas mengambil contoh membasuh khuf. Tujuan membersihkan bagian atas supaya kelihatan bersih sedangkan yg dibawah dipakai utk menginjak. ”

    saudaraku aburahat yg baik,
    menurut saya, sampean terlalu melogikakan sesuatu… baiklah jika menurut sampean :
    “kebenaran yg ditunjukan agama kita menerima dengan akal.”

    saudaraku,
    apakah Sahabat Ali kw. mengatakan yg demikian…?

    apakah memang ada pernyataan beliau ttg itu…? bukankah sudah jelas kalimat beliau ” bhw kalo agama berdasarkan akal semata, niscaya mengusap bag. bawah khuf lebih utama drpd bag. atas…”

    apakah kita merasa lebih mengerti agama ini dibandingkan beliau…?

    jika memang jawaban sampean benar, tolong sampean tunjukkan hadits yg menyatakan alasan membasuh khuf bagian atas yg wajib memang spt itu…

    saudaraku,
    tolong sampean jelaskan juga dengan akal :
    Bagaimana mungkin Siti Maryam melahirkan Nabi Isa as., sedangkan beliau belum terjamah oleh laki-laki? Bagaimana pula Nabi Isa as. dapat berbicara ketika masih bayi? (QS Maryam [19] : 27-36)

    saudaraku,
    Islam adalah penyerahan diri… kalau kita melogika sesuatu, bisa jadi nanti babi hukumnya tidak haram krn kemajuan teknologi saat ini yg bisa membuat babi steril, bahkan mengandung protein…

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  77. saudaraku armand yg baik,

    sudah saya tulis di atas… ini saya tuliskan lagi u/ sampean…

    http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=&func=view&catid=9&id=4734&lang=id&date=2008-06-01

    atau bila sampean search di google, tuliskan :

    site:majelisrasulullah.org “hadits tsaqalain”

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  78. saudaraku aburahat yg baik,

    satu lagi ttg khuf… mungkin sampean belum tahu bhw mengusap khuf itu -> u/ shalat, bukan sekadar u/ membersihkan…

    jd, kita tdk perlu mencopot khuf ketika wudhu & shalat pun tetap menggunakan khuf…

    salam,
    faisol

  79. saudaraku ressay yg baik,

    sampean menulis :
    “Sayang aku bukan keturunan Nabi. Jadi gak bisa seenaknya menggunakan label “keturunan nabi” untuk meraih pengikut banyak, disegani, dihormati, atau mungkin bahkan disembah?”

    wah, wah, wah… maksud sampean apa nih…? apakah sampean berburuk sangka kpd keturunan Nabi Muhammad saw…? ingat hadits tsaqalain, saudaraku… ingat, ingat, saudaraku…

    salam,
    faisol

  80. saudaraku ressay yg baik,

    sampean menulis :
    “Sayang aku bukan keturunan Nabi. Jadi gak bisa seenaknya menggunakan label “keturunan nabi” untuk meraih pengikut banyak, disegani, dihormati, atau mungkin bahkan disembah?”

    wah, wah, wah… maksud sampean apa nih…? apakah sampean berburuk sangka kpd keturunan Nabi Muhammad saw…? ingat hadits tsaqalain, saudaraku…

    salam,
    faisol

  81. @Ressay

    anda pasti pernah baca peshawar nights..cb dibaca lg sampai penjelasan ttg ayah ibrahim.

  82. @Faisol
    Mas, saya sdh jelaskan bahwa saya tdk mengatakan agama itu akal. Saya katakan utk mendapatkan kebenaran dlam agama kita pakai akal. SEKALI LAGI SAYA KATAKAN AGAMA BUKAN AKAL. tetapi setiap kebenaran harus pakai akal. Bagaimana mas bisa ketahui benar dan salah kalau tdk pakai akal utk brtpikir. Terlalu banyak ayat yg memerintahkan kita utk berpikir mas. Mengenai khuf yg anda sodorkan sebagai contoh. Sama dengan pertanyaan Imam Jafar. Mana lebih utama Shalat atau Puasa.
    Mas, saya juga tdk mengatakan bahwa saya tdk berpegang pada Ahlulbait. Saya ingin bertanya pada mas. Yg ditunjuk menjadi 12 Imam dari Ahlulbait(itu klu mas percaya ) Mengapa dari keturunan Imam Husein dan bukan dari Imam Hasan? Beliau juga Ahlulbai dan tertua. Semua mas ada sebabnya.,
    Saya sudah baca Najul Balagah serta kata2 mutiara Imam Ali as. Tetapi soal khuf saya tdk terbaca. Apakah terlewat atau tdk ada wallahu a’lam.
    Mas, mungkin belum memahami dgn kata2 saya logik. Logik adalah dapat dipahami oleh akal.
    Mengenai Siti Maryam menurut saya logik. Karena kita telah mengakui bahwa Allah Maha Benar. Dan mengenai sitti Maryam cukup dgn kata Allah Kun Faya Kun. Dan itu logik mas karena Allah mampu berbuat sekehendaknya. Subhanallah maha suci Allah dai pada kekurangan. Wasalam

  83. salam wa rahmah,
    @Faisol
    Silakan Anda search hadits Ats-Tsaqalain di weblog ini. Insya Allah ketemu deh.

    Maksud saya, kalau emang keturunan Nabi itu seorang pezinah, ya di rajam, bukan malah dipuja bahkan sampai disembah. Tuhannya keturunan Nabi yach?

    Hadits Ats-Tsaqalain? inget kok. inget banget deh. Dan seingat saya, tulisan itu ada di weblog ini. Diskusinya pun sudah berjalan sudah lama. tinggal dibaca lagi dari mulai tulisan mas SP, sampai kepada komentar para pengunjungnya.

    @bagir
    wah saya mungkin melewatkan itu. memamgn knapa knapa?

  84. @Ressay

    Mungkin betul mas kelewatan atau mngkin lupa..pokoknya baca dl lagi dech..ok

  85. saudaraku ressay yg baik,

    sepertinya justru sampean yg harus membaca ulang… coba baca lagi di link :

    Tinjauan Ulang Hadis Tsaqalain

    di baris paling bawah, saudara kita SP menulis :
    “Kesimpulan semua tinjauan ini adalah Ithrah Ahlul Bait Rasulullah SAW dalam hadis Tsaqalain adalah Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS beserta keturunan Al Imam Husain AS.”

    sekarang, coba sampean lihat nasab Habib Munzir di (ini juga u/ saudaraku aburahat) :
    :
    http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=5&func=view&catid=9&id=901&lang=id

    yg isi singkatnya sbb :
    “terus terang saja catatan nasab saya ini saya kurang suka menampilkannya dan memamerkannya, karena belum pantas saya menyandang gelar keturunan Rasul saw, Yaa Allah.. betapa hinanya saya ini dan sangat jauh dari selayaknya keturunan Rasul saw.”

    “namun demi memenuhi perintah anda yg menjadi Tamu Mulia di website kami maka saya memberanikan diri menuliskannya :”
    Hamba penuh Dosa Munzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin Ali bin Aqil bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Sulaiman bin Yaasin bin Ahmad Almusawa bin Muhammad Muqallaf bin Ahmad bin Abubakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Alghayur bin Muhammad Faqihil Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khali’ Qasim bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Almuhajir bin Isa Arrumiy bin Muhammad Annaqibm Ali Al Uraidhiy bin Jakfar Asshadiq bin Muhammad Albaqir bin ALi Zainal Abidin bin Husein Dari Fathimah Azahra Putri Rasul saw.

    COBA SAMPEAN PERHATIKAN, DARI GARIS KETURUNAN SIAPAKAH HABIB MUNZIR ITU…?

    saudaraku,
    tulisan sampean yg terdahulu, sungguh tak layak ditampilkan… cobalah sampean tanya kpd semua orang yg pernah belajar Bahasa Indonesia, apa arti tulisan sampean ini :

    “Sepanjang yang saya ketahui, mas secondprince belum memiliki kesempatan untuk bertemu dengan ustadz Munzir yang nampaknya menjadi andalan Anda. ”

    “Saya tunggu jawaban dari sang habib yang banyak jenggotnya itu.”

    “Sayang aku bukan keturunan Nabi. Jadi gak bisa seenaknya menggunakan label “keturunan nabi” untuk meraih pengikut banyak, disegani, dihormati, atau mungkin bahkan disembah?”

    semua orang yg pernah belajar EYD akan menafsirkan tulisan sampean tdk sama dg keterangan sampean berikut ini :

    “Maksud saya, kalau emang keturunan Nabi itu seorang pezinah, ya di rajam, bukan malah dipuja bahkan sampai disembah. Tuhannya keturunan Nabi yach?”
    –> tulisan yg terakhir ini saya setuju krn memang demikianlah yg benar…

    oleh karena itu, saudaraku… mari kita berhati-hati dalam bertindak & bertutur kata…

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  86. saudaraku aburahat yg baik,

    u/ memahami logika menurut sampean, sudilah kiranya sampean membahas peristiwa Isra’ Mi’raj yg menurut sampean ada yg tidak logis…

    hal ini u/ mempermudah saya memahami definisi logis menurut sampean…

    terima kasih saya haturkan…

    salam,
    faisol

  87. saudaraku aburahat yg baik,

    sudah saya tulis bhw hadits itu riwayat Imam Abu Daud… kalau sampean juga mempercayai hadits2 riwayat Imam Abu Daud, insya Allah, sampean pasti menemukannya…

    gampangnya, search saja di google, tulis saja :

    mengusap khuf > sahabat ali

    begitu dulu, saudaraku…
    salam,
    faisol

  88. @faisol

    sepertinya justru sampean yg harus membaca ulang… coba baca lagi di link :

    Tinjauan Ulang Hadis Tsaqalain

    di baris paling bawah, saudara kita SP menulis :
    “Kesimpulan semua tinjauan ini adalah Ithrah Ahlul Bait Rasulullah SAW dalam hadis Tsaqalain adalah Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS beserta keturunan Al Imam Husain AS.”

    Cuma menanggapi yang ini, berhubung Mas mengkopi dari tulisan saya. Kesimpulan itu tentu terkait dengan kata-kata saya

    Azaz kedua Rasulullah SAW Sang Pedoman menetapkan Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS sebagai Sang Pedoman sebagaimana yang tertera dalam hadis Tsaqalain. Jadi Sang Pedoman yang lain harus dinyatakan oleh salah satu dari Sang Pedoman yang diketahui yaitu Rasulullah SAW Sayyidah Fatimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan dan Imam Husain AS.

    Cuma itu kok, semoga tidak salah paham.
    Salam

  89. Saudara…Saudara….(hehehehe…kayak yang biasa ceramah kristen di TIPI)

    @Faisol
    Betul, saya sudah tahu kok, jadi tidak perlu Anda sampaikan ulang.

    Lalu jika seseorang adalah keturunan Husein otomatis dia harus dipatuhi? apakah dia terbebas dari dosa?

    Saya pikir ndak gitu deh yang dikatakan Imam Ali Ar-Ridho as

    Oleh karena itu, mari kita berhati-hati untuk menjadikan seseorang sebagai rujukan.

  90. @ Ressay

    Saya pikir ndak gitu deh yang dikatakan Imam Ali Ar-Ridho as

    tapi apa para Imam Juga mengajarkan ucapan seperti ini :

    ““Sayang aku bukan keturunan Nabi. Jadi gak bisa seenaknya menggunakan label “keturunan nabi” untuk meraih pengikut banyak, disegani, dihormati, atau mungkin bahkan disembah?”

  91. saudaraku ressay yg baik,

    saya setuju dg sampean… oleh krn itu, janganlah kita lupa bhw kita ini pun banyak dosa… mari kita introspeksi diri sendiri terlebih dulu…

    mari kita jalankan nasihat2 bijak,
    “merasa diri bodoh & banyak dosa, jauh lebih baik drpd merasa diri pintar & shalih…”

    mohon dimaafkan atas semua hal yg kurang berkenan di hati sampean… begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  92. Baru saja saya mau bilang, “mari kita tanyakan ke mas SP maksud dari kesimpulannya tersebut.”

    Ternyata mas SP dah duluan ngasih tahu tuh.

  93. @bagir
    wah saya gak tahu tuh.

  94. Yo wis klo ga tau..baca lagi aplikasi yg anda sediakan di link download blog anda ttg nasihat para Imam…ok Ustadz.

  95. ok ustadz.

  96. @faisol
    Karena kita tdk bicara soal ahlulbait maka saya tdk banyak mengkomentar. Cuma perlu saya tambahkan sedikit. Apakah sebab para Habib didikan Tharim maupun Alawiyyin tdk mempersoalkan sahabat dan tdk mengemukakan masalah Alqur’an dan Itrahti ahlulubait (Tsagalain) Itu ada sejarah tersendiri bagi mereka. Pada waktu cakal bakal Alawiyyin (zuriat ahlulbait) yakni Imam Ahmad Al Muhajir memasuki Hadramaut dari Bashrah. Ada perintah khusus utk keturunannya selanjutnya. Saya tdk perlu jelaskan karena ini merupakan rahasia pegangan Alawiyyin Hadramaut. Jadi masalah pendapat Habib Munzir tdk saya persoalkan. Yg saya persoalkan adalah logika sehingga tdk melibatkan pegangan Habib Munzir.
    Mas menanyakan kepada logika Isra’ Mi’raj. Mas guru saya ahli Nahu dan Tafsir Alqur’an mengatakan. Ada dua kata2 yg apanila Allah sebut akal tdk mampu utnuk membahas.
    Dan apabila Allah berkata demikian itu LOGIK. Dua kata tersebut adalah:
    Pertama: Apabila dlm suatu ayat dimulai Dengan kata SUBHANALLAH maka makna ayat tersebut tdk dpt diolah dgn akal .
    Kedua : Apabila Allah menciptakan sesuatu dgn ucapan KUN FAYA KUN.
    Saya mas bisa ,mengerti. Sekali lagi saya katakan LOGIK bukan berarti dapat dijelaskan secara Ilmiah mas. Wasalam

  97. saudaraku,

    sampean pernah menulis :
    “Contoh Para Muhaddits membawakan suatu hadits yg mengatakan bahwa waktu Rasul Mi’raj kembalinya membawa perintah shalat 5 waktu setelah tawar menawar dgn Allah beberapa kali. Ini menurut saya tdk logis. Krn bertentangan dgn Alqur’an dan akhlak Rasul.”

    1. tulisan inilah yg saya tanyakan… di mana letak tidak logisnya…?

    2. apakah di dalam haditsnya memang tercantum kata “tawar-menawar” ataukah itu hanya kesimpulan sampean saja…? tolong sampean tuliskan bahasa Arabnya, lalu kita bahas bersama… jangan terjemahan Indonesia, saudaraku…

    ataukah : pernyataan sampean tersebut sampean hapus shg kita anggap tdk pernah ada…?

    begitu dulu, saudaraku… terima kasih saya haturkan…

    salam,
    faisol

  98. @faisol
    Coba anda tanya pada ustadz anda bagaimana asal mulanya kita diwajibkan shalat 5 waktu. Setiap peringatan IsyrA’ Mi’raj yg diceritakan dari 50 waktu menjadi 5 waktu. Saya dalam soal agama tdk pernah meng-ada2. Mungkin anda sendiri. Saya katakan ada hadits kalau tdk trdk akan ada dlm buku2 peri Hidup Muhammad Rasulullah. Saya tdk mencari siapa da shahih siapa. Krn saya tdk perlu tahu. Dan apabila anda juga tdk mengakuinya syukurlah.
    Pertanyaan anda ini apa maksudnya. Coba anda banyak pertanyaan anda point 1 dan hubungkan dgn point 2.
    Anda mengeri pertanyaan anda apa tdk. saya rasa semua orang akan bingung dgn partanyaan. Ndak percaay tanyalah. Wasalam

  99. @faisol
    Coba anda tanya pada ustadz anda bagaimana asal mulanya kita diwajibkan shalat 5 waktu. Setiap peringatan IsyrA’ Mi’raj yg diceritakan dari 50 waktu menjadi 5 waktu. Saya dalam soal agama tdk pernah meng-ada2. Mungkin anda sendiri. Saya katakan ada hadits kalau tdk ada tdk akan ada dlm buku2 peri Hidup Muhammad Rasulullah. Saya tdk mencari siapa dan dlm shahih siapa. Krn saya tdk perlu tahu. Dan apabila anda juga tdk mengakuinya syukurlah.
    Pertanyaan anda ini apa maksudnya. Coba anda baca pertanyaan anda point 1 dan hubungkan dgn point 2.
    Anda mengerti pertanyaan anda apa tdk. saya rasa semua orang akan bingung dgn partanyaan. Ndak percaya tanyalah. Wasalam

  100. saudaraku aburahat yg baik,

    sampeanlah yg meragukan hadits riwayat Imam Bukhari & Muslim…

    saudaraku,
    kaidah ilmiah mengatakan bhw siapa yg meragukan maka dialah yg harus mengajukan bukti…

    saudaraku,
    pertanyaan no. 1 adalah tentang kalimat sampean “Ini menurut saya tdk logis.” jd saya mempertanyakan kalimat sampean…

    pertanyaan no. 2 adalah tentang kalimat sampean bhw para muhadditslah yg mengatakan bhw tawar-menawar itu terjadi antara Rasul & Allah…

    yg saya tanyakan, benarkah para muhaddits yg mengatakan adanya tawar-menawar, ataukah sampean sendiri dengan mengatasnamakan para muhaddits, padahal para muhaddits tdk pernah berkata spt itu…?

    saudaraku,
    kalau sampean mengatakan “Krn saya tdk perlu tahu”, maka berarti sampean telah menyalahi perkataan sampean sendiri bhw situs ini u/ analisa pencari kebenaran…

    jd saudaraku… kalau memang sampean meragukan riwayat itu, mari kita bahas bersama-sama… tolong sampean tujukkan kesalahannya sehingga kita bersama-sama mengetahuinya…

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    faisol

  101. @aburahat vs faisol

    Mengenai masalah logis…masuk akal, ngga logis…ngga masuk akal, baiknya kita menelaah tulisan dari milis sebelah: http://www.parapemikir.com/articles/52/1/Pengantar-Logika/Page1.html

    Begini katanya;

    Kata ‘Logika’ berasal dari kosa kata bahasa Latin, yaitu ‘Logos’ yang berarti Perkataan atau Sabda. Kemudian diadaptasi kebeberapa bahasa lainnya, Bahasa Arab misalnya, menyebutnya dengan Mantiq, yang diambil dari kata ‘Nataqa’ yang mempunyai arti ‘berucap’ atau ‘berkata’ . Jadi arti kata ‘logika’ adalah perkataan atau ucapan

    Kapan kata ‘logika’ pertama sekali dipergunakan?

    Sebelum Socrates dan Plato yang diakui sebagai printis lahirnya ilmu logika, kata ‘logika’ itu sudah dipergunakan oleh Zeno dari Citium, dan Zeno inilah yang diperkirakan sebagai orang yang pertama sekali menggunakan kata ‘logika’

    Menurut Bertrand Russell (History of Western Philosophy) ‘Logika’ lahir sebagai kajian keilmuan pertama sekali dirintis oleh Aristoteles dan Theoprostus serta kaum Stoa.

    Aristoteles-lah yang kemudian menulis buku tentang logika dan kemudian diterjemahkan ke bahasa arab oleh Hunain bin Ishaq, barulah kemudian orang-orang barat menterjemahkannya kedalam bahasa inggris dan bahasa lainnya.

    Mari kita lihat…

    Dalam bahasa sehari-hari, kita sering mendengar ucapan seperti ini ; Alasannya tidak logis, berita itu tidak logis…, sekilas bagi kita seperti sudah maklum (mengetahui) dengan persis, apa maksud dari kata-kata itu…

    Tapi coba kita check kembali, apakah kita betul-betul sudah mengetahui apa maksud dari kata-kata tersebut. ‘Logis’ yang dimaksud dalam kata-kata tersebut adalah ‘logika’ , jadi apakah logika itu?

    Logika dalam definisi, terdapat berbagai macam definisi tentangnya, namun hampir semua tukang definisi menyimpulkan, Logika adalah ‘Aturan Berpikir Benar’

    Apakah aturan berpikir yang benar itu?

    Aturan berpikir yang benar adalah inti dari kajian logika. Logika bisa digunakan sebagai alat untuk menguji, apakah berpikir seperti ini sudah benar? Ataukah berpikir yang seperti itu yang benar? Dalam perkara menguji aturan berpikir, peran logika persis seperti alat ukur (Meteran,red) untuk situkang jahit, Berapa ukuran baju si fulan? Berapa cm ?

    Atau seperti bandulan pengukur tegak lurus sebuah bangunan, bagi tukang bangunan, dengan bandulan ini tukang bangunan bisa mengukur, Apakah dinding yang ia bangun sudah tegak lurus atau belum.

    Karena ‘tugas’ logika menangani hal-hal yang bersifat ‘aturan’ , maka logika juga bisa didefinisikan sebagai : ‘ Aturan yang mematok hukum-hukum berpikir untuk membedakan penalaran yang benar dari penalaran yang salah’

    Dari tugas itu, sekarang sudah menjadi lebih jelas…bahwa logika tidaklah bertugas untuk mengukur dalamnya isi hati seseorang dan luasnya makna beberapa ayat-ayat dalam kitab suci yang abstrak. Karena tugas logika adalah untuk mengukur cara berpikir yang benar, kemudian timbul pertanyaan, apakah kalau cara berpikirnya sudah benar, logika mampu juga untuk mengukur ISI dari pikiran itu?

    Untuk menjawab itu, mari kita lihat tugas dan pekerjaan logika lebih kedalam lagi….

    Apakah pekerjaan logika?

    Logika bekerja dengan penalaran…

    Kalau begitu sekarang kita harus tahu dulu, bagaimana penalaran (fikr) bekerja. Cara kerja penalaran adalah mengubah hal-hal yang belum diketahui menjadi pengetahuan baru. Yaitu melalui proses berpikir yang bertolak dari sebuah target yang belum diketahui menuju serangkaian premis yang diketahui. Untuk mengerjakan proses ini, pikiran akan membuat bentuk (form) dan tata tertib tertentu, sehingga pikiran bisa bekerja dengan aturan yang baku.

    Jadi sekarang kita sudah tahu, bahwa pekerjaan logika adalah untuk mengendalikan gerak pikiran saat sedang berpikir supaya tetap mengikuti form (bentuk) yang sudah distandarisasi…

    Bagaimana logika mengendalikan penalaran (fikr) ini?

    Mengendalikan, bisa diartikan sebagai mengatur. Logika mengatur gerak pikiran saat sedang berpikir dengan mengendalikan kemungkinan benar dan kemungkinan salah…

    Argumentasi didalam pikiran kita bagaikan sebuah bangunan. Yang disebut dengan sebuah bangunan adalah jika bagian-bagian pengikatnya yang berupa batako, semen, besi dan bahan-bahan bangunan lainnya diambil dari bahan pendukung yang benar sesuai dengan fungsinya masing-masing. Apabila salah satu dari bahan bangunan ini diambil dari materi yang salah, maka akan berakibat langsung dengan keutuhan bangunan tersebut.

    Bagaimana proses berpikir benar yang mengikuti bentuk (form) itu dikerjakan oleh logika?

    Kita ambil contoh yang susunan bentuk (form) kata yang Benar TAPI isinya KELIRU

    A : Alexander adalah manusia
    B : Setiap Manusia suka mencuri
    Kesimpulan : Alexander suka mencuri

    Bentuk (form) diatas adalah BETUL, tapi ISI nya menjadi salah, coba kita teliti lagi :

    A : Alexander adalah manusia = Bentuk dan isi BENAR
    B : Setiap manusia suka mencuri = Bentuk BENAR, tapi isi salah (tidak mungkin setiap manusia suka mencuri)
    Kesimpulan : Alexander suka mencuri = Bentuk (form) nya benar tapi ISI nya menjadi salah ketika menyimpulkan Alexander suka mencuri.

    Contoh lain :

    Kata 1. : Alexander adalah manusia
    Kata 2 : Alexander adalah anggota STUDY CLUB
    Kesimpulan : Manusia adalah anggota STUDY CLUB

    Coba kita perhatikan, terlihat premisnya sudah betul dan sangat berhubungan,
    Alexander adalah Manusia = BETUL
    Alexander adalah anggota STUDY CLUB = BETUL
    Tapi menjadi KACAU ketika disimpulkan menjadi : Manusia adalah anggota STUDY CLUB

    Kalimat-kalimat yang seperti inilah yang sering kita dengar sebagai sebuah pernyataan yang tidak logis…tidak masuk akal ….

    Dan…
    Tugas logika sebenernya ngurusin hal-hal yang seperti ini…inilah pekerjaan utama logika.

    Jadi, kalo kita setuju dengan pernyataan dan argumen di atas, maka:
    Kasus kelahiran Nabi Isa tanpa ayah, peristiwa Iisra’ Mi’raj seyogjanya bisa disimpulkan apakah ia logis atau tidak.

    Maaf nih SP jadi menuh-menuhin 🙂

    Salam

  102. saudaraku armand yg sangat kritis,

    terima kasih saya haturkan atas sharingnya, menarik sekali…

    saudaraku,
    sebenarnya ada wilayah logika & ada wilayah iman… kalau semua harus berdasar logika, maka bisa pusing kepala dibuatnya… 😀

    contoh sederhana yg sering ditanyakan bahkan masih diperdebatkan oleh para ahli logika & filsafat :

    1. apakah hidup itu…?
    bila kita menjawab hidup itu bila ada nyawa yg masih ada, maka hal ini tertolak, krn tumbuhan itu makhluk hidup, tp mengapa semua sepakat bhw tumbuhan tdk punya nyawa…?

    2. pertanyaan kedua ini lebih ekstrim lagi, mohon hati2 membacanya, atau abaikan saja… para ahli filsafat bertanya :

    Apakah Tuhan Maha Kuasa…? jika Ya,
    Apakah Tuhan kuasa menciptakan sebuah batu sehingga Tuhan tidak kuasa mengangkatnya…?

    nah, bingung kan…? itulah keterbatasan manusia… terlalu membangga-banggakan logika, apa hasilnya…? pusiiiiiinngggg….. 😀

    bukankah logika kita hanya mampu mengolah informasi yg sdh ada di dalamnya…? bukankah banyak sekali informasi yg belum kita pelajari atau pernah kita pelajari namun asal-asalan saja…?
    atau juga informasi itu telah kita lupakan…?

    ini ada contoh sederhana u/ menunjukkan bahwa kita ini banyak keterbatasan… oleh krn itu, kita harus rendah hati & tdk merasa diri pintar… contoh kasus :

    “Pada suatu hari, lewat telepon saya katakan padanya bahwa suhu di Miami 80 derajat Fahrenheit (26 derajat Celsius).

    Lalu ia dengan bercanda mengatakan bahwa di Tucson dua kali lebih panas.

    Andaikata sungguh demikian, berapakah temperatur di Tucson? Apakah 160 derajat F (71 derajat C)?”

    adakah di antara kita yg masih sanggup menjawabnya…? padahal pertanyaan ini sederhana sekali….

    mohon maaf kpd saudaraku secondprince, pemilik weblog ini… jd membahas logika… tp, gpp kan saudaraku… toh ilmu juga… 🙂

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  103. mohon maaf, ini yg lebih lengkap…

    Saya tinggal di Miami, Florida-Amerika Serikat sedangkan saudara kembar saya tinggal di Tucson, Arizona.

    Pada suatu hari, lewat telepon saya katakan padanya bahwa suhu di Miami 80 derajat Fahrenheit (26 derajat Celsius).

    Lalu ia dengan bercanda mengatakan bahwa di Tucson dua kali lebih panas.

    Andaikata sungguh demikian, berapakah temperatur di Tucson? Apakah 160 derajat F (71 derajat C)?”

    salam,
    faisol

  104. @Armand
    Terima kasih atas penjelasannya. Sangat jelas pencerahannya.
    Hanya saya ingin bertanya dan juga sdr faisoll kalau dilihat dari tanggapan sdr faisol bahwa logika adalah proses akal.
    Apakah keyakinan juga meropakan proses akal.?. Saya yakin Allah itu ada. Apakah menunggu akal kita memproses baru kita katakan; Allah itu ada logis? Atau sblm akal berproses, maka adanya Allah tdk logis. Wasalam

  105. saudaraku aburahat yg baik,

    sudah saya tulis :
    “sebenarnya ada wilayah logika & ada wilayah iman… kalau semua harus berdasar logika, maka bisa pusing kepala dibuatnya…”

    jd, iman dulu…. akal hanyalah u/ menguatkan iman…

    saudaraku,
    kok sampean jauh banget dari persoalan… yg berbicara tentang logis/tidak adalah sampean, saya hanya menanggapi…

    tulisan sampean jelas sekali :
    “Ini menurut saya tdk logis.”

    coba sampean baca lagi tulisan2 saya, apakah saya mendahulukan akal drpd iman…?

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

  106. Ikut nimbrung OOT 🙂

    @faisol

    sebenarnya ada wilayah logika & ada wilayah iman… kalau semua harus berdasar logika, maka bisa pusing kepala dibuatnya…

    Bukankah pusing dan tidak pusing sifatnya subjektif mas? Bagi anak TK, hitung perkalian dan pembagian membuat mereka pusing. Bagi kita yang sudah mengenal perkalian dan pembagian adalah sangat mudah. Tentu bagi sebagian orang ada hal-hal yang tidak mampu dipikirkan sehingga cukup diimani kebenarannya dan ada sementara orang mampu menalarnya dengan akal kemudian mengimaninya. Sehingga pernyataan mas di atas tentu tidak digeneralisir bukan?

    Mas ada memberikan contoh-contoh yang menarik 🙂

    1. apakah hidup itu…?
    bila kita menjawab hidup itu bila ada nyawa yg masih ada, maka hal ini tertolak, krn tumbuhan itu makhluk hidup, tp mengapa semua sepakat bhw tumbuhan tdk punya nyawa…?

    Saya sendiri belum bisa mendefinisikan ‘hidup’, namun kita bisa mengetahuinya dari ciri-ciri atau sifat hidup. Seperti kita mengenal Allah swt dari Sifat-siat-Nya;
    Ciri-ciri (makhluk) hidup menurut ilmu pengetahuan adalah sbb:
    1. Bergerak
    2. Tumbuh & berkembang
    3. Berkembang biak
    4. Memiliki keinginan (nafs/nafsu)
    5. Mampu beradaptasi
    6. Berpikir
    7. Berinovasi
    dll

    Dari ciri-ciri ini kita akan mengetahui bahwa pada taraf rendah, TUMBUHAN adalah hidup, karena ia bergerak, tumbuh dan berkembang. BINATANG di taraf menengah, adalah hidup, karena (selain memiliki ciri tumbuhan), ia memiliki keinginan (naluri) untuk berkembangbiak, makan, menghindar dari bahaya, dll. Sementara MANUSIA di taraf tertinggi (selain memiliki ciri tumbuhan & binatang), ia memiliki kemapuan beradaptasi, berpikir, berinovasi, dll.

    Tambahan:
    Sepengetahuan saya, istilah ‘nyawa’ itu tidak pernah ada dalam Alquran. Mungkin maksudnya ‘nafs/jiwa’.

    2. pertanyaan kedua ini lebih ekstrim lagi, mohon hati2 membacanya, atau abaikan saja… para ahli filsafat bertanya :

    Apakah Tuhan Maha Kuasa…? jika Ya,
    Apakah Tuhan kuasa menciptakan sebuah batu sehingga Tuhan tidak kuasa mengangkatnya…?

    Sebenarnya ‘teka-teki’ ini mudah saja. Coba simak lagi argumen ‘Logika’ yang saya kutip di atas.

    Pernyataan “Apakah Tuhan kuasa menciptakan sebuah batu sehingga Tuhan tidak kuasa mengangkatnya…?” seharusnya memiliki 2 premis sbb:
    1. Tuhan berkuasa menciptakan sebuah batu —-> bentuk benar, isi benar
    2. Tuhan tidak berkuasa mengangkat batu yang diciptakanNya —–> bentuk benar, isi salah

    Pernyataan 1: Logis dengan sifat-sifat-Nya
    Pernyataan 2: Tidak Logis karena tidak sesuai dengan sifat-sifat-Nya
    Kesimpulannya adalah Tidak Logis / Tidak Mungkin karena salah satu premis isinya tidak benar

    Demikian. Mohon maaf kalau keliru.

    Salam

  107. @faisol
    Mula2 sekali kita berdiskusi suatui hadits yg disodorkan shahih atau tdk. Benarkan? Kemudian saya katakan walaupun ada dlm Shahih Bukhari dan Muslim, selama itu tdk seirma dgn Alqur’an dan bagi saya tdk logis tdk saya terima.
    Itu diskusi yg kita laksanakan. Dan sekarang klu suatu hadits saya tolak kesahihan berdasarkan pola berpikir saya. Ya otomatis saya tdk perlu membahas. Yg mengatakan Shahih yg harus mempertahankan argumentasinya. Bukan yg menolak. Saya contohkan yaitu shalat 5 waktu. Mereka mengatakan bahwa riwayat mi’raj dan bagaimana sampai shalat 5 semua disampaikan oleh Rasul. Karena saya anggap ini tdk benar dan tdk sejalan dgn Alqur’an. Maka saya abaikan saya tdk percaya.
    Sdr katakan:saudaraku,
    kaidah ilmiah mengatakan bhw siapa yg meragukan maka dialah yg harus mengajukan bukti…Kata2 sdr supaya saya membuktikan utk siapa? Kemudian hadits yg mana?
    Kemudian sdr berkata: saudaraku,
    pertanyaan no. 1 adalah tentang kalimat sampean “Ini menurut saya tdk logis.” jd saya mempertanyakan kalimat sampean…Kalau sdr menganggap sesuatu logis kemudian saya katakan TIDAk wajib sya menjelaskan. Tapi sdr sendiri tdk mengatakan benar atau salah. Guna apa saya menjelaskan. Anda harus katakan hadits tsb benar. Baru saya akan jelaskan dimana ketidak benarannya. Tapi kalau sdr sendiri menganggap tdk benar ya podo wae tdk perlu penjelasan.
    Kemudian sdr katakan pertanyaan no. 2 adalah tentang kalimat sampean bhw para muhadditslah yg mengatakan bhw tawar-menawar itu terjadi antara Rasul & Allah
    Sdr mendengar nda ceramah para ustdz/ ulama dlm Isra’ Mi’raj sdh saya jawa pd komentar sebelumnya. :
    Kemudian sdr katakan:alau sampean mengatakan “Krn saya tdk perlu tahu”, maka berarti sampean telah menyalahi perkataan sampean sendiri bhw situs ini u/ analisa pencari kebenaran. Sdr faisol buat apa saya mau mengetahui sesuatu yg saya tau tdk benar. Pikir dong. Saya ingin tanya anda. Maaf terlebih dahulu contoh: Ada teman yg datang kerumah anda dan mengatakan bahwa anak anda diculik. Padahal anak anda sedang duduk dgn anda. Apa anda perlu menyilidiki sipenculik?
    Sdr bertanya apa sampean meragukan riwayat tsb mari kita berdiskusi. Kalau mengenai shalat dari 50 waktu menjadi 5 waktu bukan saya ragu saya TOLAK. Wasalam

  108. saudaraku armand yg baik,

    ilmu pengetahuan tetap harus berkembang…

    saudaraku,
    yg sampean sebutkan adalah CIRI2 MAKHLUK HIDUP, BUKAN HIDUP ITU SENDIRI… sampai saat ini pun tetap diteliti sbgmn penjelasan sampean…

    saudaraku,
    kaum filsafat telah menjelajahi wilayah akal ini… sebagian dr mereka telah menemukan puncaknya, yaitu iman…

    Schwart, seorang pakar matematika Prancis menyatakan, “Fisika abad ke-19 berbangga diri dengan kemampuannya menghakimi segenap problem kehidupan, sampai pun kepada sajak.

    Sedangkan Fisika abad ke-20 ini yakin benar bahwa ia tidak sepenuhnya tahu segalanya, walaupun yang disebut materi sekalipun.”

    Sementara itu, Teori Black Hole menyatakan bahwa pengetahuan manusia tentang alam hanyalah mencapai 3%, sedang 97% selebihnya di luar kemampuan manusia.

    Kierkegaard, seorang tokoh Eksistensialisme menyatakan, “Seseorang harus percaya bukan karena ia tahu, tetapi karena ia tidak tahu.”

    Emanuel Kant pun berkata, “Saya terpaksa menghentikan penyelidikan ilmiah demi menyediakan waktu bagi hati saya untuk percaya.”

    saudaraku,
    istilah nyawa memang tdk ada di Al-Qur’an, krn “nyawa” adalah bahasa Indonesia, bukan bahasa Arab… kalo gak salah, istilah ini pun dari bahasa Jawa, jd bhs ini diserap menjadi bhs Indonesia…

    nyawa adalah terjemahan dari ruh… dlm bhs Indonesia, disebut roh/ruh atau terkadang kita menyebutnya nyawa…

    begitu dulu, saudaraku…

    salam,
    faisol

  109. saudaraku aburahat yg baik,

    saya tdk mempersoalkan hadits ttg Isra’ Mi’raj riwayat Imam Bukhari & Muslim… adapun dr 50 kali ke 5 kali, bukanlah tawar menawar antara Rasul & Allah…

    itu adalah PERMOHONAN, BUKAN TAWAR-MENAWAR…

    saudaraku,
    banyak lafazh dalam doa menggunakan fi’il amar (kata kerja bentuk perintah)… apakah ini berarti kita menyuruh Allah…? tentu tidak bukan…?

    jd, janganlah mengambil kesimpulan adanya “TAWAR-MENAWAR ANTARA RASUL & ALLAH…”

    begitu dulu, saudaraku…
    salam,

  110. saudaraku aburahat yg baik,

    jika sampean tidak keberatan, bolehkah saya tahu alasan logis yg bgmn shg sampean menolak riwayat itu…?

    saudaraku,
    jika sampean menolak riwayat shalat dr 50 waktu ke 5 waktu, sudilah kiranya sampean berbagi bgmn riwayat yang benar menurut sampean…

    terima kasih saya haturkan atas sharingnya…

  111. @faisol
    Menurut mas

    jd, iman dulu…. akal hanyalah u/ menguatkan iman…

    Ini sama artinya dengan menutup kemungkinan akan pencarian kebenaran mas. Jika ternyata akal mengatakan hal yang berbeda dari yang kita imani sebelumnya, gimana mas?

    Maksud saya contohnya begini. Berdasarkan ajaran ayah dan guru saya Tuhan itu ada 3. Karena saya belum memahami hakikat Tuhan sebenarnya, saya ‘terpaksa’ meyakini seperti apa yang disampaikan oleh mereka orang-orang yang saya percayai. Namun dengan berjalannya waktu, belajar dan membaca, tergerak oleh saya sebuah keraguan apakah benar bahwa Tuhan itu ada 3? Kemudian dengan terus menelaah dan tafakkur (dengan akal tentu kan?) saya akhirnya menemukan bahwa tidak mungkin ada 3 Tuhan sebagai Penguasa, harusnya hanya ada 1 Tuhan.

    Pertanyaannya mas:
    (1) Apakah kita memiliki hak atau berkewajiban mencari tau apakah benar apa yang kita yakini selama ini yang berasal dari orang-orang tua kita? Pencarian ini menggunakan apa mas?

    (2) Jika ternyata keyakinan yang kita anut sebelumnya (Tuhan ada 3) berbeda dengan hasil olah akal kita, apakah kita patut untuk mengganti keyakinan kita?

    (3) Sehingga apakah mungkin akal mendahului iman dan akal bukan sekedar penguat? Namun sebagai pengoreksi?

    Bagaimana kemudian kita akan menjelaskan sebagian manusia yang dulunya tidak pernah percaya adanya Tuhan, namun tiba-tiba berubah menjadi penganut agama yang setia? Darimana menurut mas keyakinan baru tsb?

    Pengen bahas masalah ruh, namun ntar jadi tambah OOT 🙂

    Salam

  112. saudaraku armand yg baik,

    kalimat sampean ini menimbulkan banyak pertanyaan lho…?
    “Kesimpulannya adalah Tidak Logis / Tidak Mungkin karena salah satu premis isinya tidak benar”

    bukankah itu bisa berarti 2, yaitu :
    1. Tidak Logis, atau
    2. Tidak Mungkin

    jika pemilihan pada no. 2, bisa kacau, he..he.he..
    krn akan jd begini:
    soal :
    Apakah Tuhan kuasa menciptakan sebuah batu sehingga Tuhan tidak kuasa mengangkatnya…?

    jawab no. 2:
    Tidak Mungkin…

    tanya:
    Kenapa tidak mungkin…?

    wah, jd ribet… sudah, ah… biarlah itu diurusi oleh ahlinya… 😀

  113. saudaraku armand yg sangat kritis,

    terima kasih saya haturkan atas koreksinya…

    saudaraku,
    mungkin kita beda sudut pandang saja…

    1. semua orang pada dasarnya beriman krn manusia lahir dg fitrahnya mengakui Allah sebagai Tuhan

    2. definisi “iman” kita berbeda… ada baiknya kita ganti saja dengan “keyakinan” krn ini lebih bersifat umum…

    sebagai titik temu:
    iman adalah pengoreksi keyakinan… ini saya setuju… walaupun nanti, saya akan mencari lagi jawabannya…

    salam

  114. sori,

    akal adalah pengoreksi keyakinan… begitu.. 🙂

  115. Salam

    @ Aburahat, @Armand, @Faisol

    Maaf, saya break bntr, pgn tanya yg bisa jelasin ini ga :

    Sesungguhnya Allah akan menghisab hamba-hamba-Nya pada hari kiamat sesuai dengan kadar akal yang telah dianugerahkan kepada mereka di dunia.

    smoga ada yg membantu

    wassalam

  116. saudaraku bagir yg baik,

    saya baru tahu tentang hal itu… dari kitab apa…? bila ada teks arabnya lebih baik lagi…

    salam,
    faisol

  117. @faisol
    Sebenarnya masalah “Apakah Tuhan kuasa menciptakan sebuah batu sehingga Tuhan tidak kuasa mengangkatnya” masih bisa kita diskusikan. Namun karna mas membatasinya hanya untuk yg ahli..ya udah ga apa-apa.

    Mengenai iman dan akal, saya kurang mengerti apa mas maksud dengan;

    mungkin kita beda sudut pandang saja…

    Sudut pandang yang mana kita beda? Bukankah kita sama-sama memahami dan menyepakati bahwa penggunaan kata iman adalah hal-hal yang kita yakini melalui hati/perasaan tanpa olah akal?

    Dalil “semua orang pada dasarnya beriman krn manusia lahir dg fitrahnya mengakui Allah sebagai Tuhan”, adalah dalil pengakuan keberadaan Tuhan. Namun bagaimana dengan keberadaan Islam, Nabi saw, Alquran, Manusia-manusia Suci, dll? Bagaimana kemudian sekelompok manusia (dewasa) yang belum mengenal itu semua kemudian dapat mengimani dan meyakini kebenarannya? Apakah bisa sekedar mengandalkan hati/perasaan? Apalagikah kalau bukan peran dari dari olah akal?

    “Keyakinan yang diawali dengan olah akal adalah keyakinan/iman yang hakiki”

    Sebaliknya;

    “Keyakinan yang tidak melalui olah akal adalah keyakinan/iman yang semu”

    Salam

  118. Maaf sdra Faisol, saya baca di sini :

    http://www.al-shia.org/html/id/etrat/baqir/baqir.htm

  119. saudaraku armand yg sangat kritis,

    yg saya maksud dg iman adalah iman menurut pemahaman kita umat Islam… u/ itulah “rukun iman” tdk pernah diterjemahkan menjadi “rukun keyakinan”…

    saudaraku,
    sampean menulis :
    “Keyakinan yang tidak melalui olah akal adalah keyakinan/iman yang semu”

    saudaraku,
    ketika Rasul menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj kpd bangsa Quraisy & terjadi kehebohan krn menurut mereka tdk masuk akal, Sahaba Abu Bakar ra. mengimaninya… apakah iman beliau semu…?

    apakah pada masa 14 abad yg lalu, peristiwa Isra’ Mi’raj bisa diolah dengan akal…?

    saudaraku,
    umat Islam di Eropa & Kutub, lebih susah shalat & puasanya drpd kita di Asia… kenapa…? krn perputaran matahari tidak seenak kita…

    apakah peraturan ttg shalat & puasa berdasarkan terbit & tenggelamnya matahari harus dirubah krn tdk masuk akal bg saudara2 kita di Eropa & kutub…?

    sampean bisa baca curhat salah satu saudara kita di :
    http://ustsarwat.com/search.php?id=1210536203

    saudaraku,
    hidayah datang dari Allah… manusia diwajibkan u/ berusaha, membuka diri & hati shg hidayah bisa masuk…

    bukankah sejak dulu banyak orang terkagum-kagum kpd Al-Qur’an scr akal & bahasa, tp mengapa tdk semua memeluk Islam…?

    sampen menulis lagi,
    “Keyakinan yang diawali dengan olah akal adalah keyakinan/iman yang hakiki”

    menurut saya, perlu direvisi:
    “Keyakinan yang dikuatkan dengan olah akal adalah keyakinan/iman yang kokoh”

    knp demikian…? krn sah hukumnya seseorang beriman walaupun olah akalnya biasa-biasa saja bahkan di bawah standard…

    adapun ttg manusia dewasa ini, yg saya maksud adalah non muslim, mereka memang memeluk Islam krn olah akal (ini sepengetahuan saya)…

    sedangkan kita & pada umumnya umat Islam, beriman krn keturunan (jangan lupa, hakekatnya semua itu dr Allah)… tp ini sah2 saja, tdk ada yg mengatakan hal ini salah…

    tp, jangan lupa, banyak di antara kita yg menguatkan & mengokohkan iman “krn keturunan” dg olah akal…

    begitu dulu, saudaraku…
    salam

  120. maksud saya “di bawah standard” bukanlah gila… yaitu orang2 kemampuan olah akalnya di bawah standard umum sebuah bangsa…

    jd, ukuran standard bisa bervariasi… intinya bukan orang gila…

  121. @faisol
    Keyakinan para sahabat (dan kita) mengenai Isra Miraj jika tidak diolah dengan akal adalah keyakinan yang semu. Karena sesungguhnya bukan kebenaran Isra Miraj saat itu yang mereka yakini. Keyakinan mereka akan kebenaran Isra Miraj adalah notabene disebabkan keyakinan hakiki mereka akan kebenaran dari Yang Menyampaikan. Jika mereka tidak yakin dengan kebenaran Rasul saw Yang Menyampaikan berita, maka peristiwa Isra Miraj Rasul saw hanya akan menjadi bahan tertawaan dan celaan.
    Pada saat itu (14 abad yang lalu) sesungguhnya malah lebih mudah melakukan penalaran Isra Miraj nya Rasul saw berdasarkan sifat-sifat dan kualitas Beliau yang bisa langsung dilihat dan dirasakan.

    Menurut saya, keyakinan semu akan sangat mudah goyah bila dihadapkan dengan berita lain yang bertentangan. Keyakinan semu juga mampu melakukan tipu daya kepada pemegangnya sehingga ia tidak peduli ada kebenaran yang sesungguhnya di hadapannya.

    Hasil doktrinasi adalah salah satu keyakinan semu ini.

    sedangkan kita & pada umumnya umat Islam, beriman krn keturunan….

    Sama saja, apakah dikenakan pada nonmuslim atau pada kita yang muslim. Akal adalah sebagai pengoreksi bukan sekedar penguat.
    Bagaimana mas mau menjelaskan ada sementara kita umat Islam yang berpindah haluan (mazhab) karena menganggap mazhab sebelumnya berisi banyak kekeliruan? Perpindahan ini apakah tidak mirip dengan contoh saya di atas mengenai ketauhidan dimana seseorang setelah bertafakkur berpindah keyakinannya?

    Dimanapun dikenakan, akal seyogjanya digunakan lebih sebagai pengoreksi, pencarian keyakinan akan kebenaran daripada penguat.

    Salam.

  122. @faisol
    Saya minta anda tunjukan Firman Allah bahwa diwajibkan kita shalat 5 waktu. Ingat bahwa Rasul mendapat perintah.
    Kedua Allah berfirman apa yg telah kutetapkan tdk akan berobah
    Ketiga tunjukan hadits mana yg menjelaskan apabila ada perintah Allah Rasul minta dibatalkan.
    Keempat: Apakah Nabi Musa lbh mengetahui Umat Rasul? Dengan nas2 yg ada dan riwayat yg disampaikan, maka ini saya anggap pelecehan Yahudi terhadap Rasul Oleh karena itu saya TOLOK.
    Apa bukan tawar menawar yg dilaksanakan oleh Rasul naik turun ke Siratul Munthaha menawar pd Allah. Apakah anda anggap kalau Rasul berdoa dibumi Allah tdk Kabulkan. Ini merupakan pelecehan terhadap Kemulian Rasul.

    @Sdr Bagir
    Menurut saya benar. Saya juga telah baca di Ihya ULumuddin. Kararang Imam Ghazali dgn segala penjelasan. Coba perhatikan firman Allah dlm Surah Al Imran ayat 7 : Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

    Wasalam

  123. Salam..

    @ Sdr Aburahat

    terimakasih bnyak atas pencerahannya..Insya Allah saya akan cari jg di Ihya Ulumuddin..skli lg terimakasih..

    Wassalam

  124. saudaraku aburahat yg baik,

    1. Saya minta anda tunjukan Firman Allah bahwa diwajibkan kita shalat 5 waktu. Ingat bahwa Rasul mendapat perintah.

    jawab :
    kita shalat sebagaimana Rasul saw. shalat… sudah saya bahas sebelumnya bhw kita pun harus ikut Rasul & sampean setuju bhw sampean juga mengikuti hadits, bukan hanya Al-Qur’an, kecuali sampean meralat tulisan sampean…

    2. Kedua Allah berfirman apa yg telah kutetapkan tdk akan berobah

    jawab :
    berikut ini petikan terjemahan bagian terakhir hadits :

    Maka aku kembali dan Allah berkata, “Shalat itu lima (waktu) dan dinilai lima puluh (pahalanya) dan perkataan-Ku tidak akan berganti.” Aku kembali lagi kepada Musa.

    Musa berkata lagi, “Kembali kepada tuhanmu.” Namun aku berkata, “Aku sudah malu kepada tuhanku.”(HR Bukhari Muslim)

    –> sudah jelas bhw setelah 5 waktu, ketetapan tidak berubah… mari kita baca hadits scr utuh, saudaraku…

    3. Ketiga tunjukan hadits mana yg menjelaskan apabila ada perintah Allah Rasul minta dibatalkan.

    jawab :
    Tidak ada tulisan Rasul minta dibatalkan, itu hanya pemahaman sampean… Rasul memohon kpd Allah & dikabulkan… tolong sampean sebutkan kalimat (Bahasa Arab) yg mengatakan Rasul minta dibatalkan…

    4. Apakah Nabi Musa lbh mengetahui Umat Rasul?

    jawab :
    KH. Zainuddin MZ menjelaskan bhw umat Nabi Musa diwajibkan shalat 50 waktu… krn pengalaman inilah Nabi Musa meminta (bukan perintah) kpd Rasul saw dan Rasul setuju…

    apa salahnya Rasul menyetujui permintaan Nabi Musa, saudara beliau…? bukankah Rasul sering menyetujui permintaan musuh2 beliau…? Rasul sama sekali tdk tersinggung bila diminta oleh kaum kafir… nah, tdh kaum kafir saja Rasul tdk tersinggung, apalagi kalau yg meminta adalah saudara beliau…

    mungkin kitalah yg terlalu berpikir negatif, saudaraku, shg cepat tersinggung…

    saudaraku,
    ada baiknya kita baca lagi kitab ushul fiqh… sebuah kalimah fi’i’ amar tdk selalu berarti perintah…

    Iltimas adalah permintaan dari seseorang kepada sesama tingkatannya.

    Doa adalah permintaan dari yang lebih rendah tingkatannya kepada yang lebih tinggi.

    Dengan demikian iltimas dan doa tidak termasuk dalam definisi al-amru (perintah).

    5. Apa bukan tawar menawar yg dilaksanakan oleh Rasul naik turun ke Siratul Munthaha menawar pd Allah.

    jawab :
    kata “tawar-menawar” itu persepsi sampean sendiri… coba sampean bayangkan proses tawar-menawar yg terjadi di antara kita, misal penjual & pembeli…

    sang pembeli berkata,
    “berapa harga baju ini, mas…?”
    “500 ribu, mas…”
    “wah, mahal sekali… 250 ribu saja, ya…”
    “wah, tidak boleh mas… ya sudah, 450 ribu saja…”
    “masih mahal, mas… gimana kalau 350 ribu saja…”
    “gini saja, 400 ribu saja… sama-sama untung,” kata penjual…

    nah, apakah Allah melakukan proses spt itu, ataukah hanya Rasul yg meminta… coba kita lihat lagi lafazh hadits… ternyata Rasul yg aktif & Allah mengabulkan…

    saudaraku,
    itu berarti Rasul memohon kpd Allah & Allah mengabulkan, bukan tawar-menawar… dan tdk pernah disebutkan kata “tawar-menawar”, itu hanya persepsi sampean saja….

    6. Apakah anda anggap kalau Rasul berdoa dibumi Allah tdk Kabulkan. Ini merupakan pelecehan terhadap Kemulian Rasul.

    jawab :
    kalau begitu, ya tdk usah ke sidratul muntaha… kok sepertinya Allah tdk Maha Kuasa & Rasul tdk diijabahi doa beliau…

    kalau begitu, ya tdk perlu malaikat Jibril u/ menyampaikan wahyu, kok sepertinya Allah sangat tergantung kpd malaikat…

    kalau begitu, ya tdk perlu Rasul berdoa, bukankah Allah Maha Mengetahui…?

    kalau begitu, ya tdk perlu ada Rasul segala.. bukankah Allah Maha Kuasa u/ membuat semua makhluk taat…?

    begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  125. saudaraku armand yg baik,

    saya setuju dengan semua penjelasan sampean… mungkin saya sajalah yg kurang terbiasa dengan kata “keyakinan semu”…

    saya lebih cenderung dengan “keyakinan yg kurang kokoh”…

    begitu dulu, saudaraku… terima kasih saya haturkan atas sharingnya…

    salam,
    achmad faisol
    http://achmadfaisol.blogspot.com

  126. saudaraku aburahat yg baik,

    kalaupun toh misalnya saja Nabi Musa tdk ada syariat shalat 50 waktu (asumsi penjelasan KH. Zainuddin MZ salah), maka hal ini juga tdk ada masalah… toh Nabi Musa as. meminta & Rasul setuju…

    bukankah kita juga sering berbagi (share) dg saudara kita…?

    begitu dulu, saudaraku…
    salam

  127. @faisol
    Sdh saya jelaskan. Tapi anda rupanya tdk mengerti juga. 50 waktu Allah tetapkan dan Rasul menawar atas anjuran Nabi Musa. Anda bahwa hadits dan saya sdh tolak. Anda bawa nama Dai Zainuddin. Maaf mas anda tdk mengerti anda hanya ber=putar2 dgn non ilmiyah sekali maaf. Wasalam

  128. saudaraku aburahat yg baik,

    sampean sebelumnya berkata “tawar-menawar”…

    saudaraku,
    1. amat berbeda kata “menawar” dan “tawar-menawar”… hal ini mirip dengan kata “memukul” dan “pukul-memukul”

    kata “tawar-menawar” berfaidah musyarakah, artinya dilakukan oleh kedua belah pihak (saling)… jd, kata “tawar-menawar” berarti “saling menawar”…

    cobalah sampean bukan Kamus Besar Bahasa Indonesia, atau kitab-kitab bahasa (misal sharaf)…

    2. sampean berkata Rasul menawar… tolong sampean tulis bahasa Arabnya & mana yg mempunyai arti “menawar”…

    tolong sampean sertakan rujukan kamus yg sampean gunakan, apakah al-mu’jam al-wasiith, lisanul ‘Arab, ataukah yg bhs Indonesia, al-Munawwir…

    3. sampean berkata “anjuran Nabi Musa”… ini sama dengan iltimas, jd Rasul boleh tdk menerima…

    bgmn sampean mengatakan saya tdk ilmiah…?
    bukankah saya sdh menyertakan kitab ushul fiqh u/ dibaca lagi…?

    tolong sampean sanggah berdasarkan kitab2 ilmiah…

    begitu dulu, sudaraku…
    salam

  129. saudaraku aburahat yg baik,

    saya niati diskusi ini u/ menuntut ilmu, saudaraku… kiranya sampean berkeberatan diskusi dg saya, mohon maaf saya haturkan…

    begitu dulu, saudaraku…
    salam

  130. @Aburahat vs faisol
    Maaf, sampai saat ini, di sini saya belum baca/melihat riwayat lengkap mengenai Isra Miraj dari mas-mas yang disepakati yang bisa dijadikan bahan diskusi. Mas-mas saya kira saling bantah berdasarkan imajinasi dan persepsi sendiri-sendiri 🙂

    Kalau ada riwayat lengkap mengenai Isra Miraj yang terpampang di sini kan enak? Saya ikuti diskusi mas-mas agak kelimpungan dan sempoyongan 🙂

    *nulis cepat-cepat sambil ngumpet*

  131. saudaraku armand yg sangat kritis,

    saya sih mengiranya semua pada tahu krn hal ini sdh banyak tertera di website2… jd TST, lah… 🙂 krn itu kurang perlu lg ditulis… itu menurut saya, lo… 🙂

    salam

  132. @faisol
    Membaca buku ilmiah dan berbicara ilmiah lain mas Faisol. Anda membahas kata tawar menawar se-akan tdk mungkin. Anda kepasar mau belanja ditawarkan oleh pedagang 50 rb
    anda pergi kemudian anda kembali dan katakan turunkan harganya lalu diturunkan menjadi 40 rb. Anda pergi dan anda kembali anda katakan turunkan dst dan berakhir ke 5 rb. Saya ingin tanyakan pada anda apakah itu bukan tawar menawar. Kalau menurut hadits yg anda pegang Rasul tdk menwar. Jadi bukan menawar mas. sory ya., Mas Faisol anda ini bagaimana sih. Saya tolok hadits tersebut jadai BUKAN saya yg mengatakan, maupun anjuran Nabi Musa. Saya tdk mau membaca dan tak pernah membaca Hadits tsb. Karena saya sekali lagi saya tolak bahwa ada yg mengatakan riwayat Rasul waktu Mi’raj. Kalau apa yg saya dengar bukan demikian. Tolong anda sebutkan hadits yg mengatakan sembahyang 5 waktu hasil Mi’raj Rasul. Sekali lagi saya katakan Mi’raj Rasul bukan membawa perintah sembayang 5 waktu jelas mas. Jangan perdebatkan sesuatu yg bukan Ilmiyah mas. Membuang energi. Kalau anda mau berdiskusi sodorkan riwayat Mi’raj menurut paham anda. Wasalam

  133. saudaraku aburahat yg baik,

    sampean menulis :
    “sodorkan riwayat Mi’raj menurut paham anda…”

    saudaraku,
    “paham” & “pemahaman” amatlah berbeda, saudaraku…

    saya kurang mengerti dengan kalimat sampean… seolah-olah sampean mengatakan bahwa paham kita berbeda…

    mohon dimaafkan bila ada hal-hal yg kurang berkenan di hati sampean… saya tdk akan melanjutkan lagi diskusi ini…

    kita bersaudara… begitu dulu, saudaraku… semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin…

    salam,
    faisol

  134. @Faisol

    Mas FS penjelasan anda sudah cukup jelas dan mencerahkan… siip dah…

    Salam damai selalu…

  135. Salam

    @Faisol

    Salam kenal
    Ma’af saya menyela, saudaraku yg baik mas Faisol, sepertinya anda cerdas dan pintar dalam berdebat. Jadi teruskan dong diskusinya, jangan cepat menyerah.

    Semoga mas Faisol khususnya dan seluruh umat Islam umumnya lebih dilembutkan dan disatukan hatinya oleh Allah Swt, amin.

    Salam

  136. Sodorkan donk riwayat isra’ mi’rajnya. Aku gak tahu nih ustadz-ustadz.

  137. @resay
    Saya ingin menyodorkan riwayat Imam Bukhari dlm bukunya Al-Bucharij Bab-el-Mi’raj dan dtambah oleh syech ul Islam Al-Mantalany dlm Fat-hul-Bary yg saya baca dari buku Peri Hidup Muhammad Rasulullah S.A.W oleh H.Z. Arifin Abbas yg diterbitkan oleh YAYASAN PERSATUAN AMAL BAKTI SUMATERA UTARA MEDAN.
    Tapi tulisan agak panjang.
    Berdasarkan Hadits ini maka saya berani menyatakan menolak kesahihan Hadits tsb. Ini adalah hak dan pendapat saya dgn argumentasi saya. Wasalam

  138. Ass.w.w.
    Sebelum saya terlebih dahulu meminta maaf kepada pemilik blog ini mas Secondprince krn melanggar hak beliau dgn berani memposting tulisan dibawah ini. Tapi karena sudah pernah diberikan izin maka saya beranikan diri utk menulis Riwayat Isyra’ Mi’raj atas permintaan teman2 dlm blog ini.
    Riwayat ini saya ambil dari buku Peri Hidup Muhammad Rasulullah Karangan H.Z. Arifin Abbas.
    Yang saya tuliskan khusus dari riwayat Imam Bukhari yg ada dlm buku ini.. Judulnya:
    RIWAYAT ISRAA’ DAN MI’RADJ menurut riwayat Buchari dan Muslim.
    Saya menulis selengkapnya tanpa ada pengurangan maupun tambahan, agar oleh teman2 dapat menjadi bahan pertimbangan. Terjadi perubahan hanya pada ejaan lama dirubah dlm ejaan baru:

    Adapun tarikh terjadinya Israa’ dan Mi’raj yaitu pada waktu satu tahun lagi sebelum Nabi Hijrah ke Madinah. Yang berkata demikian Ibnu Sa’ad dan lain-2nya dan Imam Nawawi menjazamkan (memutuskan) pendapat yang demikian itu.
    Malahan Ibnu Hazmin telah lebih lagi mengatakan:”Ijmaa’ pendapaat atas yang demikian adanya. Ada pendapat2 yang lain tetapi inilah yg kuat.
    Menurut Imam El-Zurqany, didalam Syarah El-Mawanhibul Ladunyah, VI:14 bahwa kisah Israa’ Mi’raj Nabi Muhammad S.A.W telah diijmakan sekalian sahabat dan hanya orang Zindiq yang tidak mempercayainya, dengan maksud memadamkan cahaya Allah yang tidak akan mungkin mereka padamkan walaupun dengan jalan dan cara apapun.
    Pada umumnya, kisah Israa’ dan Mi’raj yang diterima dari sahabat2 Rasul seperti yang terdapat didalam Al-Bucharij bab-el- Mi’raj ditambah dengan apa yang telah disebutkan Syekh Ul Islam Al-Mantalany didalaam Fat-hul-Bary seperti tersebut dibawah ini:
    Menurut riwayat Imam Al-Bucharij:
    ” Telah mengabarkan kepada kami Hadabah b. Khalid, telah mengabarkan kepada kami Hamman b. Yahya, telah mengabarkan kepada kami Qtadah dari Anas b. Malik dari Malik b. Sha’sha’ah ra, bahwa Rasulullah SAW telah mengabarkan kepadanya mengenai malam Israa’ seperti berikut:
    Sewaktu saya berada di A-Hathim (Hajar), berbaring miring, tiba2 ada yang datang kepada saya. Saya dengan ia berkata: “Belahlah antara ini sampai disini”. Maka sayapun berkata (kata Sha’sha’ah kepada Al-Jarud), Apa yg dimaksud Rasul dengan perkataan diatas? Jawab Al-Jarud “Mulai dari cekuk lehernya sampai kebulu arinya.”
    “Kemudian ia (yang datang itu) mengeluarkan hati saya. Setelah itu dibawa orang sebuah pasu emas yang penuh dengan keimanan. Setelah hati saya dibasuhnya, kemudian dituangkan air kedalamnya dan dikembalikan sebagai semula.
    “Kemudian dibawah kepada saya seekor hewan yang puth, kecil dari bagal, tetapi lebih besar dari keledai. Al-Jarud berkat:” Apakah itu Buraq Hai Pak Hamzah?” “Ya” jawabnya. Hewan itu meletakkan kakinya sejauh yang dapat ditangkap pemandangannya.
    Sayapun dinaikan keatasnya Jibrilpun berangkatlah dengan saya sampai kami kepada langit dunia.
    Maka Jibril pun meminta langit itu dibukakakan.
    Kata orang : “Siapa ini?’ Dijawab Jibril: “Saya Jibril: “Siapa beserta Tuan?” tanya orang dari dalam. “Muhammad” Jawab Jibril. “Apakah beliau sudah dirasulkan malam ini?” tanya yang didalam. “Ya” jawab Jibril. “Selamat datang bagi orang yang palin baik kedatangnya” sahut penjaga dalam itu.
    Setelah dibukakan, Nabi Muhammad pun bertemulah dengan Adam. “Siapa ini?” tanya Nabi. “Orang tua tuan, Adam as, berilah salam kepadanya” kata Jibril pada Nabi. Maka Nabipun memberi salam kepadanya.. Iapun membalas salam Nabi seraya menambah:” Selamat datang anak yang Saleh dan Nabi yang Saleh.”
    Kemudian Jibril membawa saya kelangit yang kedua. Lalu ia meminta bukakan pintu. “Siapa ini?” tanya penjaganya. “Saya Jibril” Sahut Jibril. “Siapa bersama tuan>” “Muahammad” Jawab Jibril. ” Apakah beliau dirasulkan malam ini?” “Ya” jawab Jibril. “Selamat datang orang yang paling baik datang” lalu membukakan pintu.
    Maka Rasul pun bertemu dengan Nabi Yahya dan Isa, yaitu dua orang yang bersaudara ibunya. “Ini adalah Yahya dan Isa beri salam kepada keduanya” kata Jibril. Setelah Nabi memberi salam, keduanya segera membalas serta menambah: “Selamat saudara yang saleh dan Nabi yang saleh”
    Setelah itu mereka naik kelangit yang ketiga. Jibril minta dibukakan pintu. Orang didalam bertanya: “Siapa ini?” “Saya Jibril” “Siapa bersama Tuan?” “Muhammad” jawab jibril. “Apakah dirasulkan malam ini?” “Ya” jawab Jibril. Setelah masuk “INI Yusuf beri salam padanya” Nabi memberi salam, kemudian dibalas oleh Yusuf dan ditambahkan kata2: “Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh.”
    Setelah itu naik menuju langit keempat. Jibril minta dibukakan pintu, penjaga bertanya:Siapa itu” “Saya Jibril” “Siapa bersama Tuan?” “Muhammad” jawab Jibril. “Apakah beliau dirasulkan malam ini?” tanya penjaga pintu. “Ya” kata Jibril. “Selamat datang” kata penjaga.serta membuka pintu.. Maka Nabi pun bertemu dengan Nabi Idris as. “Ini Idris as berikan salam padanya” kata Jibril.
    Setelah Nabi memberi salam lalu dijawab sambil menambah:”Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh”
    Kemudian Nabi dibawah naik kelangit yang kelima. Jibril minta dibukakan pintu. Penjaga bertanya “Siapa itu” “Saya Jibril” jawab Jibril “Siapa bersama tuan?” tanyanya lagi. “Muhammad” jawab Jibril. “Apakah beliau dirasulkan malam ini?” “Ya” jawab Jibril. “Selamat datang orang yang paling baik datangnya” lalu membukakan pintu. Nabi masuk dan ketemu Nabi Harun as. “Ini Harun, berilah salam kepadanya” Setelah Nabi memberi salam kepadanya lalu ia membalas dengan tambahan:”Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh”
    Setelah itu dibawa naik ke langit keenam. Jibril minta dibukakan pintu. Penjaga bertanya: “Siapa itu?” “Jibril” kata Jibril. penjaga bertanya: “Siapa bersama tuan?” “Muhammad” jawab Jibril. “Apakah beliau dirasulkan malam ini?” “Benar” Jawab Jibril. “Selamat datang orang yang paling baik kedatangannya.” kata penjaga sambil membukakan pintu dan Nabipun bertemu dengan Musa as. Kata Jibril :”Ini Musa as beri salam kepadanya”. Setelah Nabi memberi salam, maka Musa pun menjawab salam Nabi serta menambah lagi sebagai berikut:”Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi tyang saleh”
    Setelah Nabi berlalu Musa pun menangis. “Apa sebab tuan menangis tanya orang lain. Jawab Musa:”Karena seorang anak dibelakang saya lebih banyak umatnya yang masuk surga dari umat saya.”
    Kemudian mereka menuju kelangit yang ketujuh. Jibril minta dibukakan pintu. Penjaga bertanya: “Siapa tuan” dijawab Jibril: “Saya Jibril” Siapa bersama tuan?” “Muhammad” Jawab Jibril Apa beliau dirasulkan malam ini?” “Ya” jawab jibril. “Selamat datang orang yang paling baik datang” kata penjaga. seraya membukakan pintu. Dan Nabipun bertemu dengan Ibrahim as. Jibrilpun berkata: “Ini orang tua tuan, beri salam kepadanya”. Setelah Nabi beri salam , lalu dijawab dengan menambahkan: “Selamat datang anak yang saleh dan nabi yang saleh”

    Kemudian mereka naik ke Sidratul-Muntaha yang buahnya besar2 seperti gullah Hajar, daunnya seperti kuping gajah.”Ini pohon Al-Muntaha (penghabisan)” kata Jibril
    Disana terdapat empat buah sungai. Dua yang bathin dan dua yag lahir. Yang bathin yaitu dua buah disurga dan yang lahir yaitu sungai Nil dan Furat.
    Setelah itu Nabi dibawa naik ke Baitul Makmur. Disana Nabi dibawakan minum dalam bejana berisi arak, susu dan manisan lebah. Oleh Nabi dipilih yang berisi susu. Kata Jibril :”Tuan telah memilih yang Fitrah (buatan Tuhan yang masih asli)yang tuan pegang beserta umat tuan.
    “Kemudian diwajibkan atas nabi sembahyang 50 kali setiap hari dan malam.
    Kemudian diwajibkan atas Nabi sembahyang 50 pula dengan Nabi Musa as. Nabi ini bertanya kepada Rasul: APAKAH yang telah diperintahkan kepada tuan dan umat tuan?” Jawab Nabi:” 50 sembahyang sehari semalam”.
    Musa menerangkan: “Umat tuan tidak akan menyanggupi melakukan sembahyan 50 kali sehari semalam. Demi Allah saya sudah mencoba manusia sebelum tuan, saya telah melatih Bani Israel dengan se-keras2nya. Pergilah kembali menghadap Tuhan, mintalah keringan bagi umat tuan.
    Nabi pun kembali menghadap Tuhan meminta keentengan, lalu dikurangi 10 sembahyang. Demikianlah, Nabi kembali menuju pulang dan bertemu juga dengan Musa. Beliau menyuruh Nabi menghadap Tuhan memintan keentengan bagi umatnya, beberapa kali, sampai tinggal 5 sembahnyang saja sehari semalam.
    Ketika Rasul kembali ia bertemu juga dengan Musa, yang menganjurkan Nabi memintakan keentengan lagi,akan tetapi Nabi menyatakan telah ber-kali2 menghadap Allah telah malu meminta dikurangi lagi. Oleh sebab itu saya rela dan menyerah kepada Tuhan kata Rasul. Kemudian Nabi bergerak meninggalkan Musa dan kitika itu juga terdengarlah suatu suara yang mengatakan: “Fardu itu telah saya tetapkan, hamba2 saya telah saya entengkan.
    Demikianlah kisah Israa’ Mi’raj yang diriwayatkan Imam Bucharij didalam shahihnya ( Fat-hul Bary: 140-154 dan Syarah El-Zurqany VI : 14-20). Wasalam

  139. Riwayat ngawur, tidak layak dan sangat tidak masuk akal. Saya ga tau apakah Bukhari keliru atau sudah ada yang melakukan infilrasi serta melakukan perubahan-perubahan secara pengecut, tapi kisah ini benar-benar pelecehan dan penghinaan thd pribadi Nabi Muhammad saw.
    Ngga ada lagikah riwayat yang lebih pantas dan logis yang menunjukkan kemuliaan dan kualitas Nabi?

    Salam

  140. @atasku

    ga ada tuch yg ga masuk akal? sama sekali ga ada tuch penghinaan thd Nabi SAW, mgkn akal ustadz2 sekalian kali yg pada ga sanggup nerima :mrgreen: ngebantah riwayat hanya krn perasaan dan akal yg terbatas adalah hal yg sangat ngawur … 😆

    itu akibatnya kalo akal diletakkan di atas nash… makanya saya setuju apa yg disampaikan mas FS kalo akal itu hanya penguat bukan pengkoreksi… justru orang yg berkeyakinan hanya berdasar akal saja dan mendudukannya di tempat yg tertinggi di atas nash adalah keyakinan yang sangat semu dan lemah bagaikan sarang laba2… contoh ketika kena ayat atau hadits shahih yang seolah-olah tdk sesuai dg akal yg terbatas, langsung colaps tuch keyakinan… 😛

    saya kira apa yg sdh dijelaskan mas Faisol mengenai hadits di atas sdh sgt jelas dan mencerahkan…

    Salam damai selalu..

  141. Makanya namaya jadi Bukharij…ngapain juga ga tanya sama Imam Al Askari as.

  142. @Soegi

    Sewaktu saya berada di A-Hathim (Hajar), berbaring miring, tiba2 ada yang datang kepada saya. Saya dengan ia berkata: “Belahlah antara ini sampai disini”. Maka sayapun berkata (kata Sha’sha’ah kepada Al-Jarud), Apa yg dimaksud Rasul dengan perkataan diatas? Jawab Al-Jarud “Mulai dari cekuk lehernya sampai kebulu arinya.”
    “Kemudian ia (yang datang itu) mengeluarkan hati saya. Setelah itu dibawa orang sebuah pasu emas yang penuh dengan keimanan. Setelah hati saya dibasuhnya, kemudian dituangkan air kedalamnya dan dikembalikan sebagai semula.

    Pelecehan & penghinaan ke-1:
    Nabi saw dianggap belum memiliki keimanan dan hati yang bersih sehingga hati Beliau perlu dibersihkan dan iman Beliau perlu disepuh.
    Sehingga selama ini, sebelum terjadinya Isra Miraj, risalah yang diterima oleh penduduk Makkah ternyata disampaikan oleh Nabi yang belum sempurna imannya dan masih berhati kotor. Bukan begitu mas?

    “Kemudian dibawah kepada saya seekor hewan yang puth, kecil dari bagal, tetapi lebih besar dari keledai. Al-Jarud berkat:” Apakah itu Buraq Hai Pak Hamzah?” “Ya” jawabnya. Hewan itu meletakkan kakinya sejauh yang dapat ditangkap pemandangannya.

    Siapa pak Hamzah? Kalau mas tidak bisa menjelaskan maka ini termasuk Ngawur pertama.

    Bagaimana hewan Buraq itu? Bisakah mas memberikan gambaran yang lebih konkret? Apakah ia bersayap, bertanduk? Kakinya empat? Ada dimana binatang ini sekarang? Adakah fosil jenis binatang ini ditemukan?

    Mampukah mas menjelaskan ke saya? Seharusnya sih mampu sesuai komen mas di atas;

    ga ada tuch yg ga masuk akal?

    Namun jika mas tidak sanggup, ga papa nanti saya masukkan yang ini sebagai Riwayat Yang Tidak Masuk Akal ke-1 dan Ngawur ke-2.

    Lanjutan riwayatnya kemudian,

    Sayapun dinaikan keatasnya Jibrilpun berangkatlah dengan saya sampai kami kepada langit dunia.

    Dimana bagian yang ke Masjidil Aqsha mas? Seperti yang difirmankan Allah swt dalam QS: Al-Israa:1

    Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

    Itulah Ngawur ke-3

    Kemudian kisah perjalananan Nabi saw dan Malaikat Jibril di langit pertama;

    Maka Jibril pun meminta langit itu dibukakakan. Kata orang : “Siapa ini?’ Dijawab Jibril: “Saya Jibril: “Siapa beserta Tuan?” tanya orang dari dalam. “Muhammad” Jawab Jibril. “Apakah beliau sudah dirasulkan malam ini?” tanya yang didalam. “Ya” jawab Jibril. “Selamat datang bagi orang yang palin baik kedatangnya” sahut penjaga dalam itu.
    Setelah dibukakan, Nabi Muhammad pun bertemulah dengan Adam. “Siapa ini?” tanya Nabi. “Orang tua tuan, Adam as, berilah salam kepadanya” kata Jibril pada Nabi. Maka Nabipun memberi salam kepadanya.. Iapun membalas salam Nabi seraya menambah:” Selamat datang anak yang Saleh dan Nabi yang Saleh.”

    I
    tu adalah Penghinaan & pelecehan ke-2, Tidak Masuk Akal ke-2 dan Ngawur ke-4.

    Ngga tau saya mau nulis gimana.
    Begini mas. Apakah mas mengerti bahwa perjalanan Nabi saw ini adalah undangan khusus yang sangat luar biasa dari Allah swt untuk menunjukkan sebagian tanda-tanda kebesaran Allah swt? Ataukah mas berkeyakinan lain yakni bahwa ini adalah murni perjalanan Nabi saw tanpa ‘sepengetahuan’ Allah swt?
    Saya masih percaya bahwa kemungkinan pertamalah yang kita yakini. Iya kan?
    Jika demikian, apakah tidak terpikir oleh mas dan kelompok mas bahwa kedatangan Nabi saw ke langit ini tentunya sudah dikhabarkan terlebih dahulu? Apakah tidak terbetik sedikitpun di hati mas bahwa para malaikat serta penghuni langit sudah menanti-nanti dan siap menyambut kedatangan Beliau Rasulullah saw? Apakah begitu rendahnya pandangan mas thd Nabi saw? Manusia pilihan dari yang terpilih? Manusia termulia dari yang mulia? Nabi teragung dari yang agung?
    Apakah mas hendak mengatakan bahwa Allah swt tidak menyebut-nyebut ini kepada para malaikat dan para penghuni langit lain? Sehingga penghuni langit harus bertanya siapa yang datang bersama Jibril? Bahkan bertanyapun kepada Jbril bukan langsung kepada Beliau? Dimana Nabi saw tampak seperti manusia yang tidak dihiraukan kehadirannya dan tak mengerti apa-apa? Lebih parah lagi Beliau harus bertanya siapa yang menemui Beliau? Sependek itukah pengertahuan Nabi saw sehingga tidak tahu siapa di hadapannya? Itukah yang mas yakini? Logiskah ini? Bukan pelecehankah ini? Tidak super ngawurkah ini?
    Cobalah mas ingat-ingat bagaimana sambutan penduduk Medinah ketika diberitakan akan datangnya Nabi mereka. Bagaimana antusias, terharu dan bahagianya mereka akan bertemu dengan Nabi Pemimpin mereka?
    Bagaimana pula jika ini khusus dipanggil oleh Sang Maha Penguasa?

    Selanjutnya adalah perjalanan-perjalanan Nabi saw ke langit berikutnya hingga ke Sidratul Muntaha;

    Idem. Penghinaan & Pelecehan, Tidak Masul Akal, Super Ngawur

    Nah yang di bawah ini yang terkenal dengan kisah Tawar-Menawar antara Nabi saw dengan Allah swt masalah shalat;

    “Kemudian diwajibkan atas nabi sembahyang 50 kali setiap hari dan malam.
    Kemudian diwajibkan atas Nabi sembahyang 50 pula dengan Nabi Musa as. Nabi ini bertanya kepada Rasul: APAKAH yang telah diperintahkan kepada tuan dan umat tuan?” Jawab Nabi:” 50 sembahyang sehari semalam”.
    Musa menerangkan: “Umat tuan tidak akan menyanggupi melakukan sembahyan 50 kali sehari semalam. Demi Allah saya sudah mencoba manusia sebelum tuan, saya telah melatih Bani Israel dengan se-keras2nya. Pergilah kembali menghadap Tuhan, mintalah keringan bagi umat tuan.
    Nabi pun kembali menghadap Tuhan meminta keentengan, lalu dikurangi 10 sembahyang. Demikianlah, Nabi kembali menuju pulang dan bertemu juga dengan Musa. Beliau menyuruh Nabi menghadap Tuhan memintan keentengan bagi umatnya, beberapa kali, sampai tinggal 5 sembahnyang saja sehari semalam.
    Ketika Rasul kembali ia bertemu juga dengan Musa, yang menganjurkan Nabi memintakan keentengan lagi,akan tetapi Nabi menyatakan telah ber-kali2 menghadap Allah telah malu meminta dikurangi lagi. Oleh sebab itu saya rela dan menyerah kepada Tuhan kata Rasul. Kemudian Nabi bergerak meninggalkan Musa dan kitika itu juga terdengarlah suatu suara yang mengatakan: “Fardu itu telah saya tetapkan, hamba2 saya telah saya entengkan.
    Demikianlah kisah Israa’ Mi’raj yang diriwayatkan Imam Bucharij didalam shahihnya ( Fat-hul Bary: 140-154 dan Syarah El-Zurqany VI : 14-20).

    Buat mas Soegi (dan yang lainnya yang sepemahaman). Cobalah baca lagi dan coba pikirkan secara jernih, gambaran apa yang mas dapat mengenai Nabi saw dan hal-ikhwal penentuan jumlah shalat dari akhir riwayat ini.

    Pertama. Bukankah perjalanan Isra Miraj merupakan ‘undangan’ Allah swt kepada Nabi-Nya untuk memperlihatkan sebagian kekuasaan-Nya? Kenapa ujung-ujungnya malah mengenai jumlah shalat? Jumlah shalat cukup dengan mewahyukan ke Nabi saw.

    Kedua. Bagaimana mungkin Nabi Musa lebih faham mengenai umat Nabi Muhammad saw dibanding Nabi sendiri? Bagaimana mungkin Nabi Muhammad saw harus bolak-balik menghadap Allah swt meminta keringanan jumlah shalat sehingga Nabi menjadi malu? Sedangkan Allah swt lah yang memanggil Beliau untuk menghadap? Apakah Allah swt dan Nabi Musa ingin mempermalukan Nabi saw? Apa yang ada di kepala mas? Setinggi apa atau serendah apa kedudukan Nabi Muhammad saw menurut mas? Janganlah gembar-gembor kecintaan kita kepada Nabi saw hanya keluar di ujung lidah mas.

    Sungguh riwayat yang Menghina & melecehkan pribadi Rasul saw, Tidak Masuk Akal dan Super Ngawur.

    Jika semua itu tidak mampu mas jelaskan, maka tidak keliru bahwa keyakinan kita mengenai Isra Miraj hanyalah Keyakinan Semu. Oleh karena itu, gunakanlah akal mas untuk melakukan koreksi.

    Ingatlah bahwa hadits-hadits yang sampai ke kita sekarang derajatnya tidak setara dengan Alquran sehingga masih layak untuk ditelaah kebenarannya. Kecuali mas dan kelompok mas menganggap hadits-hadits selalu benar sehingga memakan mentah-mentah setiap riwayat dari hadits yang mas terima.

    Semoga Allah swt mengampuni dosa dan kekeliruan kita dan Rahmat-Nya selalu tercurah kepada kita semua. Semoga kita terhindar dari lepasnya safaat Nabi saw di akhirat kelak.

    Salam.

  143. @armand

    Pelecehan & penghinaan ke-1:
    Nabi saw dianggap belum memiliki keimanan dan hati yang bersih sehingga hati Beliau perlu dibersihkan dan iman Beliau perlu disepuh.
    Sehingga selama ini, sebelum terjadinya Isra Miraj, risalah yang diterima oleh penduduk Makkah ternyata disampaikan oleh Nabi yang belum sempurna imannya dan masih berhati kotor. Bukan begitu mas?

    Saya kira bukan seperti itu mas pengertiannya, adalah hal wajar jika Rasul akan dihadapkan kepada Rabb-Nya perlu berbagai persiapan, diantaranya ya itulah… sedangkan kita mau sholat saja harus wudhu dulu kan? tidak terkecuali Rasulullah… hal yg wajar lah saya kira dan bukan suatu pelecehan/penghinaan…

    Siapa pak Hamzah? Kalau mas tidak bisa menjelaskan maka ini termasuk Ngawur pertama.

    mestinya anda tanya sama yg memosting riwayat tsb di forum ini.. kok ada nama pak Hamzahnya ya… :mrgreen:
    ini saya link-kan terjemahan hadits2 tentang Isra’ Mi’raj

    Hadits-hadits Kisah Isra’ Mi’raj

    and cari tulisan arab-nya di

    http://hadith.al-islam.com/

    Bagaimana hewan Buraq itu? Bisakah mas memberikan gambaran yang lebih konkret? Apakah ia bersayap, bertanduk? Kakinya empat? Ada dimana binatang ini sekarang? Adakah fosil jenis binatang ini ditemukan?

    Kok nanya ke saya sih mas… yg jelas Buraq bukan jenis makhluk dunia, jadi ga ninggalin fosil.. 😛 kalo saya sih cukup beriman saja dengan apa yang diberitakan Rasul, apapun bentuk-nya yg jelas itulah kendaraan yg disediakan utk Rasul melakukan Isra’ Mi’raj… kalo anda nanya kok bisa terbang secepat itu? ya karena Allah-lah yang Memperjalankan mereka, jadi ya wajar2 aza…

    Ngga tau saya mau nulis gimana.
    Begini mas. Apakah mas mengerti bahwa perjalanan Nabi saw ini adalah undangan khusus yang sangat luar biasa dari Allah swt untuk menunjukkan sebagian tanda-tanda kebesaran Allah swt? Ataukah mas berkeyakinan lain yakni bahwa ini adalah murni perjalanan Nabi saw tanpa ‘sepengetahuan’ Allah swt?…..

    Yang jelas Allah mengetahuinya… dan para penghuni langit sudah mengetahui tentang akan diperjalankannya Nabi Muhammad, hanya mereka tidak mengetahui kapan waktu tepatnya, dan begitu mereka dikasih tau anda bisa membacanya betapa mereka menyambut dan memuji beliau… jd terlalu berlebihan jika anda anggap Rasul direndahkan ato tidak dihiraukan…

    Pertama. Bukankah perjalanan Isra Miraj merupakan ‘undangan’ Allah swt kepada Nabi-Nya untuk memperlihatkan sebagian kekuasaan-Nya? Kenapa ujung-ujungnya malah mengenai jumlah shalat? Jumlah shalat cukup dengan mewahyukan ke Nabi saw.

    Justru karena Allah ingin menunjukkan begitu pentingnya syari’at Sholat tsb, maka Allah memerintahkannya dengan cara seperti itu.

    Kedua. Bagaimana mungkin Nabi Musa lebih faham mengenai umat Nabi Muhammad saw dibanding Nabi sendiri? Bagaimana mungkin Nabi Muhammad saw harus bolak-balik menghadap Allah swt meminta keringanan jumlah shalat sehingga Nabi menjadi malu? Sedangkan Allah swt lah yang memanggil Beliau untuk menghadap? Apakah Allah swt dan Nabi Musa ingin mempermalukan Nabi saw? Apa yang ada di kepala mas? Setinggi apa atau serendah apa kedudukan Nabi Muhammad saw menurut mas? Janganlah gembar-gembor kecintaan kita kepada Nabi saw hanya keluar di ujung lidah mas.

    Jawabannya mudah sekali mas, karena Nabi Musa saat itu lebih dulu jadi Nabi dan sudah merasakan pahit getirnya ngurus umat, jadi nabi Musa hanya menyampaikan saran saja ke Rasulullah atas dasar pengalaman beliau… satu hal yang harus anda ingat bahwa proses pensyariatan raka’at sholat tsb adalah kehendak dari Allah Azza wa Jalla, jadi sebelum hal tsb terjadi pun Allah telah mengetahui proses tersebut dan semua itu atas kehendak-Nya, hal ini ditunjukkan dari kalimat yg saya kutip dr hadits di atas : “Fardu itu telah saya tetapkan, hamba2 saya telah saya entengkan”,

    Di sini ada beberapa hikmah yg bisa kita ambil, 1. Rasul begitu menyayangi umatnya, 2. Keutamaan Rasulullah SAW bahwa permohonan2 beliau begitu diperhatikan oleh Allah, sebagaimana nantinya Rasul-pun akan memohon syafa’at kepada Allah di yaumil hisab nanti… dan yg kyk gini hanya kekhususan untuk nabi SAW dan ga terjadi lho pada Nabi Musa as maupun nabi2 yang lain…jadi peristiwa di atas malah menunjukkan keutamaan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alahi wassalam dibandingkan dengan Nabi dan Rasul lainnya bukan sebaliknya…

    Salam damai selalu…

  144. Nambah ya… mengenai “Pak Hamzah” tadi mungkin maksudnya adalah Abu Hamzah, itu adalah salah satu panggilan Rasulullah…

    Untuk lebih jelasnya lagi mengenai hadits-hadits tentang Isra’ Mi’raj silahkan baca karya Syaikh Nashiruddin Al-Albani atau download e-book nya di sini :

    http://ummuvanessa.multiply.com/journal/item/153

    Salam damai selalu…

  145. Ya udah mas. Terserah saja. Saya sdh memenuhi kewajiban saya memberikan argumen dan alasan mengapa riwayat Isra Miraj itu Ngawur, Tidak Masuk Akal serta Melecehan & Menghina Nabi saw. Ada pun komen mas di atas tidak akan saya perdebatkan lagi. Karena saya merasa ini tak akan pernah selesai. Biar sebagai masukan bagi pembaca yang lain saja.

    Salam

  146. Bagi saya hadits riwayat Bukhari mengenai Isra’ dan Mi’raj yang menurut mereka dari Rasul itu tidak benar. Haditstersebut merupakan rekayasa dari kelompok tertentu Sebab kalau kita betul2 mengenal Pribadi Rasulullah SAW maka tidak mungkin cerita seperti demikan diucapkan Rasul. Terkecuali mereka2 menyamakan Rasul sama dengan manusia biasa. Tetapi kalau kita berkeyakinan Rasul dengan Akhlak Adhim, Rakhmat Lil Alamin., Setiap tingkah laku dan perbuatan adalah wahyu dan Manusia Utama Yang maksum , maka kita akan katakan hadits diatas dhaif. Wasalam

  147. @soegi

    Yang jelas Allah mengetahuinya… dan para penghuni langit sudah mengetahui tentang akan diperjalankannya Nabi Muhammad, hanya mereka tidak mengetahui kapan waktu tepatnya,

    Spekulatif banget mas soegi. Masa mas soegi tidak bisa melihat kejanggalan riwayat tsb?. Mungkin terbutakan dengan keharusan membela Bukhori?.
    Masa ke langit pakai acara ketuk pintu. Mas soegi seluruh pintu langit sudah terbuka bagi Rasulullah, semua penghuni langit sudah merasakan kedahsyatan malam tsb. Apakah Jibril tiap naik turun langit harus ketuk pintu?
    Apalagi dengan riwayat bhw Rasulullah memerlukan tunggangan “buroq” untuk ke langit? Apakah Jibril tidak sanggup menggandeng Rasulullah (kalaupun menurut saya Rasululah tidak perlu itu), kemuliaan Rasulullah bahkan melebihi Jibril mas soegi, Jibril pun terhenti di batas tertentu utk menemani Rasulullah.

    Jawabannya mudah sekali mas, karena Nabi Musa saat itu lebih dulu jadi Nabi dan sudah merasakan pahit getirnya ngurus umat, jadi nabi Musa hanya menyampaikan saran saja ke Rasulullah atas dasar pengalaman beliau…

    Mudah?? hehehe…kalau tidak perlu dipikirkan memang mudah.
    Mas soegi, Nabi Musa sedang melakukan perbandingan antara umat beliau dengan umat Rasulullah, artinya mas soegi, Nabi Musa harus juga mengetahui tentang umat Rasulullah.
    Ini sudah sangat keterlaluan lho mas soegi. Rasulullah tawar menawar pada syari’at yang diperintahkan Allah SWT. Terlebih lagi membandingkan kemampuan antar umat. Apakah Allah tidak lebih tahu? Apakah ada syari’at berat lainnya yang ditawar/nego oleh Rasulullah? Memangnya syari’at lain tidak lebih berat drpd shalat?. Ini jelas2 riwayat israiliyat yg menyesatkan. Kenapa bukan Nabi Ibrahim yang di langit 6 yang melakukan koreksi tsb? ccckkk..ccckkk, mas soegi, gak usah malu2 untuk mengakui kelemahan riwayat tsb. Sudah banyak koq sunni yang menolak riwayat tsb (termasuk saya). Mas soegi Nabi Besar Muhammad SAW memiliki ilmu yang tidak dibatasi oleh jaman mas.

    Mas soegi, sejak kapan para Nabi dibagi2 posisi kediamannya? Bukankah sangat berbahaya riwayat2 spt ini?.

    “Fardu itu telah saya tetapkan, hamba2 saya telah saya entengkan”,

    Mestinya Nabi Musa deh yang mengatakan ini. Dan kita selalu harus bersyukur kepada Nabi Musa?
    Mas soegi, apakah dg dientengkannya ini sudah mengakibatkan semua umat Islam shalat?, apakah jika shalat tsb 50 raka’at maka akan lebih banyak yg tidak shalat? Salah mas, ini semua ttg iman & ketaqwaan, Allah Maha Tahu.
    Bearapa banyak umat islam yang tidak puasa ataupun puasanya tidak sempurna, mengapa Rasulullah tidak meminta keringanan?
    Yaa terserah sih kepada mas soegi, jika mengelompokkan perbuatan tawar menawar berkali2 masalah syari’at kepada Allah SWT sebagai suatu kemuliaan. Bukankah Rasulullah makhluk paling beriman dan bertaqwa. “Kalau saya sih pasti bilang kepada Nabi Musa, saya yakin Allah Maha Tahu kesanggupan makhluk-Nya jadi saya akan terima (dengar dan taat) tanpa perlu nego.”

    Sekali lagi ditampakkan kejelasan perbedaan antara yang mebela kemuliaan Rasulullah dengan yang membela kemuliaan Bukhori.

    Wassalam

  148. @atasku

    ya silahkan aza kalau mas mau bikin riwayat yg sesuai dengan keinginan mas, yang sesuai alur logika mas yg brilian itu, yang sesuai dg imajinasi mas, yang sesuai dg adat di tmpat mas berada dll… silahkan diatur redaksinya…monggo kerso… ntar saya approve aza dech pake paraf saya :mrgreen:

    Salam damai selalu…

  149. @atasku

    maaf mas, approval anda tidak berlaku disini, karena disini tidak melakukan transaksi ala mas… mungkin kl ditempat mas berada bisa berlaku, silahkan mas tawarkan mereka aja.

    salam damai juga

  150. @truthseeker08

    Ini sudah sangat keterlaluan lho mas soegi. Rasulullah tawar menawar pada syari’at yang diperintahkan Allah SWT

    Menurut saya neh, penjelasan Mas Faisol lebih masuk akal. Tidak ada tawar-menawar, yang ada permohonan.

    Mas soegi, Nabi Musa sedang melakukan perbandingan antara umat beliau dengan umat Rasulullah, artinya mas soegi, Nabi Musa harus juga mengetahui tentang umat Rasulullah

    Menurut saya lagi neh, penjelasan Mas Faisol lebih masuk akal. Nabi Musa meminta Rosululloh sebagai saudara dan Rosululloh setuju. Jadi bukan masalah perbandingan, tapi Nabi Musa sebagai saudara mengajukan saran.

    Salah mas, ini semua ttg iman & ketaqwaan, Allah Maha Tahu.

    Barangkali Mas truthseeker08 bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya:
    1. Katanya Malaikat itu penurut, tapi kok mendebat Alloh?
    2. Kok Alloh bertanya kepada makhluk-Nya?

    Ada di sini :

    Kedudukan Hadis “Manusia Yang Paling Dicintai Rasulullah Adalah Fatimah dan Ali”

    Thx before.

    @armand
    Tentang ke masjidil Aqsho, ada di riwayat Muslim. Jadi Isro’ Mi’roj harus dipahami dari berbagai riwayat. Seperti Mas SP yang selalu membahas satu topik dari banyak literatur.

    Salam damai selalu.

  151. Jadi mas setujukan bahwa riwayat isra’ mi’raj yang diakui keshahihannya di atas termasuk Ngawur ke-3?

    Salam

  152. @Pencari kebenaran
    Jadi mas setujukan bahwa riwayat isra’ mi’raj di atas yang diakui keshahihannya termasuk Ngawur ke-3?

    Salam

  153. @armand

    Menurut saya seh bukan ngawur, tapi Mas Armand tidak melihat hadits Isra’ Mi’raj riwayat Muslim.

    Seperti yang dilakukan Mas SP, kalau membahas sesuatu, Mas SP selalu berpatokan ke banyak literatur yang membahas topik yang sama.

    Isro’ Mi’roj versi Bukhori dan versi Muslim saling melengkapi. Bukhori meriwayatkan yang dia ketahui, Muslim juga sama.

    Setahu saya neh, memahami perkara hadits memang harus dari banyak sumber/buku/kitab biar lengkap dan klop. Gitu, Mas.

    Salam damai selalu.

  154. @pencari kebenaran

    Mas baca ga komen-komen saya? Apakah saya sedang mengkoreksi riwayat Isra’ Mi’rajnya Muslim? Saya ga peduli mana riwayat Bukhari, mana riwayat Bukhari-Muslim, mana riwayat Muslim. Yang saya bilang ngawur adalah riwayat di atas yang dikutip oleh mas Aburahat di November 15th, 2008 pada 11:45 am yang ga ada tulisan mengenai ke Masjidil Aqsha. Itu saja.

    Salam

  155. @armand

    Paham Mas. Saya sudah mengerti maksud Mas sekarang. Thx a lot.

    Salam damai selalu.

  156. @pencari_kebenaran

    Menurut saya neh, penjelasan Mas Faisol lebih masuk akal. Tidak ada tawar-menawar, yang ada permohonan.

    Silakan.
    Meaning of bargain (verb)
    forms: bargained; bargained; bargaining
    to negotiate; to arrive at an agreement

    Menurut saya lagi neh, penjelasan Mas Faisol lebih masuk akal. Nabi Musa meminta Rosululloh sebagai saudara dan Rosululloh setuju. Jadi bukan masalah perbandingan, tapi Nabi Musa sebagai saudara mengajukan saran.

    Hehehe..lagi2 silakan anda memilih yang sesuai dg nalar anda…tidak ada paksaan..tidak ada paksaan… 😉

    1. Katanya Malaikat itu penurut, tapi kok mendebat Alloh?

    Malaikat adalah makhluk yg paling taat (dengan kehendak Allah).
    Malaikat diberi kemampuan saat itu utk bertanya (bukan mendebat) itu juga dg kekuasaan Allah.
    Pernah dengar malaikat yg diberi nafsu yg “diturunkan” ke bumi?

    2. Kok Alloh bertanya kepada makhluk-Nya?

    Saya sering bertanya kepada anak saya yg masih kecil, dan itu bukan karena saya tidak tahu atas jawaban dr pertanyaan saya.
    *bertanya bukan selalu karena tidak tahu*

    Link anda ajukan itu maksudnya apa? Apa yg ada disitu? Mohon penjelasan lebih lanjut.

    Wassalam

  157. @truthseeker08

    Thx for ur answer. Setahu saya neh, bahasa Arab aslinya tidak berarti bargain. Mungkin terjemahan Inggrisnya saja yang seperti itu. Coba sampean lihat terjemahan versi Indonesia yang ditulis Mas Aburahat. Kan tidak ada kata-kata menawar atau bargain.

    Tentang link tsb begini Mas. Kan Mas menulis :

    Bukankah Rasulullah makhluk paling beriman dan bertaqwa. “Kalau saya sih pasti bilang kepada Nabi Musa, saya yakin Allah Maha Tahu kesanggupan makhluk-Nya jadi saya akan terima (dengar dan taat) tanpa perlu nego.”

    Menurut saya, terserah Alloh mau membuat skenario seperti apa. Alloh Maha Tahu itu pasti. Masalah cara, ya terserah Alloh. Seperti Mas bilang bahwa Mas bertanya kepada anak Mas dan itu bukan berarti Mas tidak tahu. Jadi, masalah cara terserah Mas, apakah langsung atau tidak dalam memberi tahu anak.

    Dan nabi tidak nego, tapi memohon. Di teks Arabnya tidak ada kata-kata nego.

    Masalah Malaikat, menurut saya seh bukan diberi kesempatan bertanya oleh Alloh, tapi malaikat langsung mendebat ketika Alloh mengumumkan akan membuat kholifah di bumi. Saya tulis lagi saja ngga papa kan Mas SP. 🙂

    Surah Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:
    Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”

    menurut saya malaikat bukan bertanya tentang penciptaan kholifah di bumi, tapi protes/debat. Karena :

    1. Malaikat meremehkan calon kholifah:
    “Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah”

    2. Malaikat mengunggulkan diri mereka:
    “padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau”

    Terlihat Malaikat ingin menjadi kholifah di bumi. Jadi itu bukan pertanyaan, tapi protes atau debat.

    Jika agak sopan sedikit, bisa disebut kampanye atau propaganda lah.

    Kesimpulan sementara menurut saya:

    Dari ayat-ayat tersebut (Malaikat mendebat Alloh dan Alloh bertanya kepada makhluk walaupun sebenarnya Alloh sudah tahu), berarti cara apa pun yang digunakan Alloh sah-sah saja, termasuk permohonan Rosululloh tentang pengurangan sholat sehingga menjadi 5 waktu yang nilainya = 50 waktu, karena setiap kebaikan dikalikan 10.

    Itu menurut saya lho Mas. Salam damai selalu.

  158. @truthseeker08

    Tambahan:
    Karena protes malaikat itulah (malaikat ingin jadi kholifah) maka ada malaikat yang diberi nafsu untuk dites menjadi kholifah di bumi.

    Kalau memang malaikat bertanya, tentu tidak seperti itu caranya dan tidak akan ada cerita malaikat dites menjadi kholifah di bumi.

    Jadi, hadits tentang Isro’ Mi’roj menurut saya sah-sah saja karena terserah Alloh mau membuat skenario seperti apa pun.

    Ini menurut saya lho Mas. Salam damai selalu.

  159. Mengenal Perawi Syi’ah PDF Cetak E-mail
    Ditulis Oleh Muhammad Abdurrahman
    Kita tidak bisa berguru langsung pada Ali bin Abi Thalib, tapi ajarannya masih dapat kita akses melalui perawi yang menyampaikan ajarannya pada kita, tetapi ketika perawi itu invalid, ucapannya harus kita ragukan. Seorang perawi yang dilaknat oleh Imam Maksum masih dipercaya oleh Syiah
    Riwayat yang datang dari para imam sangat banyak jumlahnya, maka kita memerlukan penelitian guna membedakan antara yang sahih dan cacat. Kita harus meneliti mana yang benar-benar perkataan para imam dan mana yang bukan. Mengapa tidak? Mereka juga berdusta atas nama imam para imam, yaitu Muhammad saw, oleh karena itu maka berdusta atas nama para imam sangat mungkin terjadi.

    Untuk itu disini kami paparkan salah satu gambaran perawi mereka yang paling terkenal dan masyhur, kita lihat sejauh mana kedudukan dan posisinya dikalangan syiah. Dia adalah Zurarah, siapa sebenarnya Zurarah ???

    Dia adalah Zurarah ibn A’yun ibn Sansan, kunyahnya adalah Abul Hasan dan juga Abu Ali. Sanan adalah seorang budak orang Romawi, sebagaimana di katakan dalam Fahrasat karya ath Thusiy hal. 104.

    Zurarah telah banyak meriwayatkan riwayat-riwayat yang jumlahnya mencapai 2094 sebagaimana disebutkan dalam Mu’jamul Hadits juz. 8 hal 254. Oleh karena itu dia diberi gelar “Gudang Hadits Para Imam” sebagaimana disebutkan dalam Rijal Haulal Ahlul Bait juz 2 hal. 94.

    Zurarah juga banyak dikuatkan oleh masyayikh kalangan syiah diantaranya adalah ath Thusiy, an Najasyi, Ibnu Muthahhar dan yang lainnya.

    Akan tetapi hal yang aneh tersembunyi di balik sosok Zurarah yang terkenal itu, dia yang terkenal banyak meriwayatkan hadits, dikuatkan para ulama, riwayatnya banyak dijadikan sandaran ternyata telah dianggap lemah. Misalnya apa yang dikatakan Sufyan Atsauri dalam Lisanul Mizan (juz2, hal 474) tentang Zurarah: ”Dia tidak pernah bertemu Abu Ja’far”, dan ketika dikatakan kepadanya Zurarah meriwayatkan dari Ja’far, dia berkata: ”Zurarah tidak pernah melihat Abu Ja’far dia hanya menulis ucapannya saja.”

    Sebagian para ulama Syiah sekarang ini, seperti Abdul Husein Musawi mengatakan dalam Muraja’at (hal. 313) [diterjemahkan dengan judul Dialog Sunni Syi’ah] : ”Saya tidak mendapatkan satu atsar yang membicarakan tentang Zurarah ibn A’yun, Muhammad ibn Salim dan Mukmin Thoq dan yang semisalnya. Mekipun saya telah membolak-balik dan mengkajinya dengan teliti.” Hal itu tidak lain hanyalah kebohongan dan kezaliman semata. Hal ini menunjukkan pembelaan terhadap Zurarah.

    Saya berusaha untuk memiliki prasangka yang baik dengan mengatakan: ”Mungkin dia belum pernah menemukan riwayat itu walaupun telah mencari dengan susah payah. Saya sendiri telah menemukan ada kurang lebih 36 hadits yang disebutkan oleh penulis Mu’jamu Rijal Al Hadits, dan sebagian dianggap lemah.”

    Pada tempat yang lain dia juga mengemukakan alasan, dan sebagian lain hanya dikomentari dengan komentar yang sifatnya umum atau mengatakan bahwa Zurarah berbuat/berkata seperti itu hanya untuk taqiyyah. Untuk itu saya bermaksud memaparkan sebagaian hadits/riwayat tersebut yang berasal dari imam yang mereka yakini memiliki sifat ma’shum. Kemudian akan saya beri catatan komentar dan saya persilahkan anda untuk memperhatikan dan mengambil kesimpulan sendiri. Semoga Allah memberikan taufiq, hidayah dan kebenaran kepada kita semua dan menyelamtkan dari hawa nafsu dan mengikuti syahwat .

    RIWAYAT PERTAMA

    Kisyi meriwayatkan dari Zurarah bahwasanya dia berkata: ”Saya bertanya kepada Abu Abdillah r.a tentang tasyahud… saya berkata: ‘Attahiyatwash sholawat…’ kemudian saya bertanya tentang bulan, maka dia menjawab dengan jawaban yang sama yaitu: ‘At Tahiyyatar wash sholawat.’ Dan ketika saya keluar maka saya kentut pada jenggotnya. Kemudian saya berkata: ‘Dia tidak akan beruntung selamanya.'” (Ma’rifatu Akhbarir Rijal hal 106)
    Penghinaan yang mana yang lebih besar dari hal ini, setiap orang akan merasa dihinakan dengan perlakuan ini, bagaimana halnya dengan seorang Imam seperti Ja’far Shodiq. Barangkali perkataan ini muncul dari diri Zurarah sendiri, adapun keberanian berbuat seperti itu tidak akan pernah ditemukan selain pada dirinya. Riwayat ini cukuplah sebagai bukti dan akal pun akan bisa menilainya.

    RIWAYAT KEDUA

    Wahai pembaca yang budiman jangan heran terhadap penuturan di atas. Riwayat berikut merupakan riwayat yang benar berasal dari Imam Ja’far. Ziad ibn Abi Halal meriwayatkan, bahwasanya dia berkata: ”Saya bertanya kepada Abu Abdullah: ‘Sesungguhnya Zurarah meriwayatkan tentang ‘istitha’ah (mampu)’ dari kamu suatu hal, kemudian kami terima riwayat itu dan kami benarkan. Disini kami ingin menanyakan kembali kepada anda.’ Maka Abu Abdillah berkata: ‘Ya.’ Saya berkata: ‘Dia mengklaim bahwasanya dia pernah bertanya kepada mu tentang firman Allah: ‘Dan diwajibkan bagi manusia untuk menunaikan ibadah hajji, bagi siapa saja yang mempunyai kemampuan.’ Kemudian kamu menjawab: ‘Bagi siapa saja yang memiliki bekal dan kendaraan.’ Maka dia berkata kepadanya: ‘Siapa saja yang memiliki harta dan kendaraan berarti dia mampu untuk mengerjakan haji, meskipun dia tidak pergi haji ? Maka anda menjawab: ‘Ya'”
    Maka Abu Abdullah berkata: ”Bukan demikan dia bertanya dan juga bukan demikian saya menjawab, demi Allah dia telah berdusta kepadaku, demi Allah semoga Allah melaknat Zurarah, Zurarah terlaknat, semoga Allah melaknat Zurarah. Sesungguhnya apa yang sebenarnya dia katakan adalah: ‘Barang siapa yang memiliki harta dan kendaraan, apakah dia dikatagorikan mampu menunaikan haji?’ Saya menjawab: ‘Telah wajib baginya.’ Dia berkata: ‘Apakah dia mampu ?’ Maka saya berkata: ‘Tidak sehingga diijinkan.'”

    Abu Abdillah berkata: “Beritahukan hal ini kepada Zurarah!” Maka ketika kami datang di Kufah dan kami bertemu dengan Zurarah, saya beritahukan kepadanya yang telah dikatakan Abu Abdullah dan dia pun tidak bereaksi dengan ucapan laknat Abu Abdullah. Dia berkata: ”Dia memberi pengertian “istitho’ah” dengan sesuatu yang tidak bisa difahami. Sesungguhnya Abu Abdillah adalah orang yang tidak begitu faham akan orang lain.”
    Riwayat ini di nukilkan oleh Kasyi sebagaimana disebutkan Khoui dalam Mu’jamur Rijalil Hadits (juz. 8, hal. 236-247) dan tidak ada komentar tentangnya.
    Tidak diragukan bagi anda sekalian, bahwa laknat adalah diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah, Laknat ini pun keluar dari – yang menurut aqidah syiah- orang yang mereka anggap ma’shum. Dengan demikian apakah kiranya orang yang sudah dilaknat oleh imamnya akan masih diterima dan riwayatnya dianggap kuat? Ada yang mengatakan hal ini adalah taqiyah, bentuk perlindungan Abu Abdillah kepada Zurarah, sebagaimana dikatakan sebagian ulama syiah. Akan tetapi bukankah yang menjadi lawan bicara Abdullah adalah juga seorang syiah, untuk kepentingan apa Abu Abdillah mengadakan taqiyah???? Zaid bin Halal dianggap tsiqoh oleh Najasyi, untuk apa Abu Abdillah bertaqiyyah?

    Jika memang benar itu untuk taqiyyah, lalu apa alasan Zurarah mencela Abu Abdillah dan mengatakan dia tidak faham omongan orang? Perhatikanlah wahai pembaca, jika anda membaca dan meneliti riwayat-riwayat syiah maka anda akan menemukan kontradiksi yang mengherankan.
    Kemudian sebagian ulama syiah mengatakan: “Bahwa ketika Imam mencela Zurarah tujuannya adalah untuk membela dan menjaganya dari aniaya musuh.” Hal ini diriwayatkan oleh Abdullah ibn Zurarah. Dan tidak disangsikan lagi bahwa riwayat anak yang tujuannya mengadakan pembelaan terhadap bapaknya, adalah riwayat yang cacat.

    RIWAYAT KETIGA

    Kisyi menukilkan sebuah riwayat yang disebutkan pengarang kitab Mu’jamu Rijalil Hadits (juz. 8, hal 234) setelah menyebutkan urutan sanad dari Zurarah berkata: ”Berkata kepadaku Abu Ja’far: ‘Ceritakan tentang Bani Israel maka (hal itu)tidak apa-apa.’ Saya berkata: ‘Demi Allah sesungguhnya dalam hadits syiah ada kisah-kisah yang lebih aneh dari kisah Bani Israel.’ Berkata: ‘Tentang hal apa wahai Zurarah?’ Berkata rowi: ‘Maka hatiku seperti tercuri, sehingga aku berdiam untuk beberapa waktu dan aku tidak mengetahui apa yang aku maksudkan.’ Kemudian dia berkata: ‘Barangkali yang anda maksudkan adalah masalah ghaibah.’ Saya berkata: ‘Ya.’ Berkata: ”Percayalah pada hal itu karena itu merupakan kebenaran.”
    Bukankah riwayat ini menunjukkan keraguan yang ada pada diri Zurarah terhadap aqidah tentang ghaibah. Seolah-olah dia belum yakin dengannya. Padahal soal aqidah tidak boleh ada keraguan di dalamnya. Dan bagaimana mungkin keraguan datang dari seorang yang merupakan gudangnya hadits para imam???

    RIWAYAT KEEMPAT

    Disebutkan oleh Khoui dalam Mu’jamul Rijalil Hadits (juz 8 hal. 243-244) setelah menyandarkan sanadnya kepada Isa ibn Abi Manshur dan Abi Usamah Asyahham dan Ya’kub ibn Ahmar (semuanya) berkata: ”Kami sedang duduk-duduk bersama Abu Abdillah, kemudian masuklah Zurarah dan berkata: ‘Sesungguhnya Hakam ibn ‘Ayyinah menceritakan dari bapakmu bahwasanya dia berkata: ‘Sholatlah maghrib sebelum sampai di Muzdalifah.’ Maka berkata Abu Abdillah: ‘Setelah saya ingat-ingat, bapakku tidak mengatakan demikian, Hakam telah berdusta kepada bapakku.’ Maka keluarlah Zurarah sambil berkata: ‘Menurut saya Hakam tidak berdusta pada bapaknya (abu Abdillah).'”

    Perhatikanlah perkataan Zurarah, bagaimana mendustakan Imam yang ma’shum dan menganggapnya salah hanya karena perkataan imam tadi berbeda dengan perkataannya. Dan bagaimana mungkin orang semacam ini dipercaya?

    RIWAYAT KELIMA

    Dalam Mu’jam Rijal ul Hadits disebutkan (juz8, hal 239) Kisyi menukilkan dari Jamil ibn Darraj dan yang lainnya bahwasanya dia berkata: ”Zurarah mengutus anaknya yang bernama Ubaid ke Madinah guna mencari berita tentang Abil Hasan dan Abdullah ibn Abi Abdillah. Akan tetapi anaknya meninggal dunia sebelum pulang sampai ke rumahnya.”

    Mahasa Suci Allah, seorang nara sumber hadits tidak mengetahui Imam zamannya padahal dia termasuk orang yang paling dekat dengan bapaknya? Dan pantaskah kalau dia lupa terhadap orang yang sudah jelas di nashkan keimamahannya dan diturunkan wahyu tentang keimamahannya???
    Ada yang mengatakan bahwa sebenarnya dia sudah mengetahui Imam pada masa itu akan tetapi dia mengirim anaknya untuk mengenal lebih dekat dan dengan alasan taqiyah. Bukahkah hal ini bertentangan dengan perkataannnya sendiri ketika mengatakan: ”Untuk mencari berita tentang Abul Hasan dan Abdullah ibn Abi Abdullah, siapakah diantara keduanya yang menjadi imam???” Maka kita dapati perkataan para imam syiah banyak bertentangan dengan hadits yang mereka sendiri menganggapnya sahih, seperti riwayat ini.

    Pembaca yang budiman, ini adalah sebagian riwayat yang hanya saya sebutkan sebagian saja supaya tidak terlalu panjang. Akan tetapi saya sangat terheran-heran ketika saya mendapatkan komentar tentang sebagian riwayat yang mencela Zurarah. Kita dapati disana sebagian riwayat akan dianggap lemah padahal di buku lain perowinya dianggap kuat oleh sebagian ulama syiah lainnya, seperti Muhammad ibn Isa ibn Ubaid. Dan apabila Muhammad ibn Isa kebetulan meriwayatkan satu hal yang berisi celaan terhadap Zurarah, maka mereka lemahkan. Sebaliknya apabila meriwayatkan satu riwayat yang mengandung pujian terhadap Zurarah maka mereka bersedia menggunakan Muhammad ibn Isa. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Hawil Aqwal Fii Ma’rifatir Rijal (juz.1 hal 393) ketika memuji Zurarah dalam satu riwayat dari Abi Abdullah.

    Pembaca budiman, ini adalah sebagaian riwayat yang kami paparkan kepada anda. Saya menunggu komentar dan kajian anda dengan kajian yang teliti. Seandainya benar, maka itu adalah dari Allah, akan tetapi jika salah itu berasal dari itu adalah dari diriku dan dari setan. Dan jangan sekali-kali menggunakan pandangan orang yang taklid, akan tetapi gunakan akalmu, sehingga kita bisa mengatakan bahwa ini adalah salah dan itu adalah benar. Sehingga kita bisa lebih banyak mendapatkan kesepakatan. Dan semoga Allah menunjukkan kita kepada seluruh jalan menuju kebaikan dan kebenaran. Amin

  160. @Ali

    Alhamdulillah…, saya memahami pemaparan anda yang begitu nyata dengan akal bahwa riwayat-riwayat tsb diatas telah usang ditelan zaman. Dan semoga anda mendapat taufik dan hidayah dari Allah swt menuju jalan kebaikan dan kebenaran. Amin

    Wassalam

  161. Saya nggak sempat membaca tanggapan2, tapi saya langsung menanggapi tulisan diatas.

    Mazhab2 baru terbentuk pada abad 4H, yaitu mazhab Maliki, mazhab Syafii, Mazhab, Hambali, Mazhab Hanafi dan Mazhab Ahl Bait. Pada abad 2-H di saat Maliki, Syafii, Hambali, Hanafi dan Ahl Bait masih hidup, tak ada mazhab2 tsb. Dan ajaran2 mazhab tsb berbeda dengan ulama yg dijadikan nama mazhab, misal ajaran di mazhan Syafii berbeda dengan ajaran Syafii yg ada di kitab Al Umm. Begitu pula ajaran Mazhab Ahl Bait berbeda dengan ajaran Ahl Bait, karena pembawa ajaran di mazhab Ahl Bait adalah para tokoh yg telah menulis kitab2 yg menjadi pegangan mazhab ini adalah : Kulayni, Saduq, Tusi, Mufid, Majlisi, dll yg notabene tak pernah bertemu langsung dengan Ahl Bait. Maka saya usulkan agar digunakan ilmu Jarh wat Ta’dil utk menilai kredibilitas mereka tokoh2 sentral mazhab ahl bait. apakah mereka kredibel atau tidak jika dibandingkan dengan Maliki yg pernah menjadi murid langsung Ahl Bait.

Tinggalkan komentar