Kontroversi Hadis Madinatul Ilmi

Maafkan kalau tulisan ini lumayan panjang

Tulisan ini tidak mewakili siapapun kecuali pandangan kami sendiri 😉

.

Muqaddimah

Hadis Madinatul Ilmi

Hadis Madinatul Ilmi Shahih

  • Al Hakim
  • Yahya bin Main
  • Ibnu Jarir Ath Thabari
  • Ali Muttaqi Al Hindi dan Al Hafiz As Suyuthi
  • Hafidz Ahmad bin Shiddiq Al Maghribi

Hadis Madinatul Ilmi Maudhu’

  • Bukhari dan Tirmidzi
  • Al Hakim dan Adz Dzahabi
  • Pendapat Daruquthni
  • Penolakan Hadis Madinatul Ilmi Palsu

Hadis Madinatul Ilmi Hasan

Pandangan Kami

Bantahan Terhadap Kemungkaran Hadis Madinatul Ilmi

.

.

Kontroversi Hadis Madinatul Ilmi

Muqaddimah
Sebenarnya sudah lama sekali kami mau menulis tentang ini hanya saja banyak sekali kendala yang membuat kami tertahan dalam membahas hadis ini. Di antaranya adalah kritikan seorang teman tentang hadis ini yang membuat kami bertawaqquf untuk sementara waktu sambil terus mencari dan mencari. Setelah beberapa lama kami pun membahas kembali permasalahan ini dan berusaha menjawab semua kritikan tersebut. Hasilnya memang tidak memuaskan tetapi kami merasa cukup puas dengan pendirian kami dan memutuskan untuk menuliskannya.

.

.
Hadis Madinatul Ilmi
Hadis Madinatul Ilmi salah satunya diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Kitab Al Mustadrak Ash Shahihain jilid III hal 126 Kitab Ma’rifatus Shahabah Bab Manaqib Ali hadis no 4637, 4638 dan 4639. Berikut adalah salah satunya

حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب ثنا محمد بن عبد الرحيم الهروي بالرملة ثنا أبو الصلت عبد السلام بن صالح ثنا أبو معاوية عن الأعمش عن مجاهد عن بن عباس رضى الله تعالى عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أنا مدينة العلم وعلي بابها فمن أراد المدينة فليأت الباب

Telah mengabarkan kepada kami Abu Abbas Muhammad bin Ya’qub yang mendengar dari Muhammad bin Abdurrahiim Al Harawi yang mendengar dari Abu Shult Abdus Salam bin Shalih yang mendengar dari Abu Muawiyah dari ’Amasy dari Mujahid dari Ibnu Abbas RA yang berkata Rasulullah SAW bersabda Aku adalah Kota Ilmu dan Ali adalah pintunya, barangsiapa yang ingin memasuki kota hendaklah melalui pintunya.

Hadis ini menjadi perselisihan di kalangan Ulama hadis. Sebagiannya menyatakan shahih, sebagian lagi menyatakan hasan dan sebagian menyatakan dhaif bahkan maudhu’. Oleh karena itu kami akan membahas secara ringkas tentang kedudukan hadis ini dan menyatakan apa pandangan kami perihal hadis ini.

.

.
Hadis Madinatul Ilmi Shahih
Salah seorang Ustadz menyatakan bahwa hanya Al Hakim yang menyatakan hadis ini Shahih. Pernyataan ini keliru karena ada cukup banyak ulama yang telah menshahihkan hadis ini seperti yang dapat anda lihat dalam tulisan saudara ini. Kami hanya akan mengutip sebagian Ulama yang kami ketahui yaitu Al Hakim, Yahya bin Main, Ibnu Jarir Ath Thabari, Muttaqi Al Hindi dan Hafidz Ahmad bin Shiddiq Al Maghribi.

.
Al Hakim
Berkata Al Hakim dalam Kitab Al Mustadrak jilid III hal 126 Kitab Ma’rifatus Shahabah Bab Manaqib Ali hadis no 4637

حديث صحيح الإسناد ولم يخرجاه وأبو الصلت ثقة مأمون

Hadis dengan sanad Shahih yang diriwayatkan oleh Abu Shult seorang Tsiqat dan Ma’mun.

.
Yahya bin Main
Hadis ini dishahihkan oleh Ibnu Main sebagaimana dikutip Al Khatib dalam Tarikh Baghdad jilid 11 hal 49, Tahdzib At Tahdzib Ibnu Hajar jilid 6 hal 321-322 no 619 juga dikutip oleh Ibnu Zakky Al Mizzi dalam Tahdzib Al Kamal jilid 18 hal 77 no 3421. Berikut kami kutip dari kitab Tahdzib Al Kamal

سألت يحيى بن معين عن هذا الحديث ، فقال : هو صحيح.

Yahya bin Main tentang hadis ini berkata “Shahih”.

.
Ibnu Jarir Ath Thabari
Dalam kitab Tahdzib Al Atsar hal 104 no 1414 dan 1415. Hadis dengan matan yang kami tulis adalah hadis no 1415 sedangkan hadis no 1414 matannya sebagai berikut

أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ” أنا دار الحكمة ، وعلي بابها

Nabi SAW bersabda “Aku adalah Gedung Ilmu dan Ali adalah pintunya”.
Berkata Ibnu Jarir perihal hadis ini

وهذا خبر صحيح سنده

Riwayat ini sanadnya Shahih.

.
Ali Muttaqi Al Hindi dan Al Hafidz Jalaludin As Suyuthi
Hadis ini diriwayatkan oleh Ali Muttaqi Al Hindi dalam kitab hadisnya Kanz Al Ummal jilid 13 hal 128-129 hadis no 3462, 3463 dan 3464 [seperti yang disebutkan As Suyuti dalam Jami’-nya]. Hadis no 3462 matannya sama dengan matan hadis Ibnu Jarir no 1414 sedangkan hadis berikutnya sama dengan matan hadis yang kami kutip dari Al Mustadrak. Pada hadis ke 3464 beliau[As Suyuthi] menuliskan

وقد كنت أجيب بهذا الجواب دهرا إلى أن وقفت على تصحيح ابن جرير لحديث علي في تهذيب الآثار مع تصحيح ( ك ) لحديث ابن عباس فاستخرت الله وجزمت بارتقاء الحديث من مرتبة الحسن إلى مرتبة الصحة – والله أعلم

Sudah cukup lama saya menjawab perihal hadis ini sampai akhirnya saya mengetahui bahwa Ibnu Jarir dalam kitabnya Tahdzib Al Atsar telah menshahihkan hadis ini disamping penshahihan hadis Ibnu Abbas. Kemudian saya beristikharah dan akhirnya yakin bahwa hadis ini yang sebelumnya hasan adalah shahih. Wallahu A’lam.

.
Hafidz Ahmad bin Shiddiq Al Maghribi.
Beliau adalah Ulama hadis yang telah menulis kitab Fath Al Mulk ‘Ali bi Shahah Hadits Babu Madinah Al ‘Ilm ‘Ali. Kitab ini adalah kitab khusus yang membuktikan shahihnya hadis Madinatul Ilmi. Dalam kitab tersebut beliau telah memaparkan sanad-sanad hadis tersebut memberi komentar dan pada akhirnya menyatakan hadis tersebut shahih.

.

.

Hadis Madinatul Ilmi Maudhu’
Sebagian orang menyatakan bahwa sebagian besar Ulama hadis menyatakan hadis ini palsu. Pernyataan ini keliru karena tidak banyak ulama yang menyatakan hadis ini palsu. Dan sudah ada pula Ulama-ulama yang membantah Mereka yang menyatakan hadis ini palsu.
Di antara mereka yang menyatakan hadis ini palsu adalah

  • Adz Dzahabi dalam Kitab Talkhis Al Mustadrak, beliau menolak pernyataan Al Hakim dan justru berkata ”hadis tersebut mauduhu’, Abu Shult bukan tsiqat dan bukan pula ma’mun”.
  • Begitu pula Ibnu Jauzi memasukkan hadis ini dalam kitabnya Al Maudhu’at (Bab Keutamaan Ali hadis ke-10).
  • Ada juga Ibnu Taimiyyah dalam Minhaj As Sunnah, Imam Nawawi, dan Al Uqaili
  • Syaikh Al Albani dalam kitabnya Silsilah Al Hadits Al Dha‘ifah Wa Al Maudhu‘ah hadis no 2955 telah membahas cukup panjang perihal hadis ini dan beliau menyatakan hadis tersebut maudhu’ atau palsu.

.
Bukhari dan Tirmidzi.
Ada yang memasukkan Bukhari dan Tirmidzi sebagai mereka yang menyatakan hadis ini palsu. Pernyataan ini keliru. Bukhari dan Tirmidzi tidak pernah menyatakan hadis tersebut palsu. Bukhari berkata perihal hadis ini mungkar (Al Illal Kabir Tirmidzi jilid I hal 374 hadis no 699) dan Tirmidzi berkata perihal hadis ini ”Gharib Mungkar” dalam Sunan Tirmidzi Bab Manaqib Ali RA hadis no 3723. Pernyataan tersebut tidaklah menunjukkan bahwa hadis tersebut palsu. Siapapun yang membaca metode penulisan Imam Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi maka akan mengetahui bahwa Imam Tirmidzi tidak pernah berniat menuliskan hadis yang menurutnya palsu di dalam Kitab Sunan Beliau. Oleh karena itu kami berpandangan bahwa apa yang dimaksud Bukhari dan Tirmidzi adalah hadis tersebut mungkar dan paling jauh adalah dhaif dan bukan palsu atau maudhu’. Syaikh Ahmad Syakir dan Syaikh Al Albani menyatakan dalam tahkiknya terhadap hadis Sunan Tirmidzi no 3723 bahwa hadis tersebut dhaif. Hal ini cukup membuat kami heran karena di dalam kitab Silsilah Al Hadits Al Dha‘ifah Wa Al Maudhu‘ah beliau Syaikh Al Albani jelas-jelas menyatakan hadis tersebut maudhu’.

.

Al Hakim dan Adz Dzahabi
Perbedaan kedua ulama ini disebabkan perbedaan pandangan terhadap perawi Abu Shult Abdus Salam Al Harawi. Al Hakim menyatakan Abu Shult tsiqat dan ma’mun sedangkan Adz Dzahabi berkata Abu Shult tidak tsiqat dan tidak ma’mun. Memang terdapat perselisihan di kalangan ulama hadis tentang kredibilitas Abu Shult tetapi yang jelas bukan hanya Al Hakim yang menguatkan Abu Shult. Dalam Tahdzib Al Kamal biografi no 3421 terdapat salah satu penukilan Ibnu Main

سألت يحيى بن معين عن أبي الصلت الهروي ، فقال : ثقة صدوق إلا أنه يتشيع.

Yahya bin Main berkata tentang Abu Shult Al Harawi ”Tsiqat, Shaduq tetapi tasyayyu”
Selain itu ada pula yang menyatakan Abu Shult dhaif atau hadisnya mungkar bahkan pendusta. Mengenai ini Ibnu Hajar dalam Taqrib At Tahdzib jilid I hal 600 berkata tentang Abu Shult

صدوق له مناكير وكان يتشيع وأفرط العقيلي فقال كذاب

Abu Shult seorang yang shaduq(jujur) tetapi meriwayatkan hadis-hadis mungkar dan tasyayyu’, Al Uqaili berlebihan ketika menuduhnya pendusta.

Dari sini dapat dinyatakan bahwa Adz Dzahabi berpegang pada mereka yang mencacatkan Abu Shult sedangkan Al Hakim justru menta’dilkan Abu Shult dan hal ini juga dikuatkan oleh ulama lain seperti Ibnu Main dan Ibnu Hajar.

.

Pendapat Daruquthni
Dalam kitab Al Ilal Daruquthni hadis no 386 terdapat juga hadis Madinatul Ilmi dengan matan yang sama seperti hadis dalam Sunan Tirmidzi dan beliau berkata tentang hadis tersebut

والحديث مضطرب غير ثابت

Hadis mudhtarib ghairu tsabit.
Daruquthni tidak mengatakan bahwa hadis tersebut palsu atau maudhu’. Oleh karena itu kami menolak orang yang berkata bahwa Daruquthni menyatakan hadis Madinatul Ilmi palsu. Cacat yang ditunjukkan oleh Daruquthni adalah bahwa hadis tersebut mudhtharib(goncang). Anehnya Mulla Ali Qari dalam Mirqat Mafatih Syarh Misykat Al Mashabih Jilid V hal 571 ketika berbicara panjang lebar soal hadis ini, beliau mengutip

وقال الدارقطني ثابت

Berkata Daruquthni “tsabit”.

Dalam hal ini kami hanya ingin menunjukkan bahwa tidaklah benar memasukkan Daruquthni ke dalam daftar nama mereka yang menyatakan hadis Madinatul Ilmi palsu.

.

.

Penolakan Hadis Madinatul Ilmi Palsu
Hal ini dinyatakan oleh banyak ulama hadis di antaranya Jalaludin As Suyuthi, Al Hafidz Abu Alaiy, Al Hafidz Ibnu Hajar, Asy Syaukani, As Sakhawi, Al Ajluni, dan Az Zarkasy. Mereka semua menyatakan Hadis Madinatul Ilmi hasan. Tidak benar pendapat yang menyatakan bahwa Mereka yang menyatakan hadis Madinatul ilmi shahih atau hasan tidak mengetahui cacat yang dinyatakan oleh mereka yang memaudu’kan hadis tersebut. Justru mereka yang menghasankan hadis ini adalah mereka yang telah mengumpulkan semua sanad hadis Madinatul Ilmi dan membantah pernyataan ulama yang memaudhu’kan hadis tersebut. Mereka telah mengetahui cacat hadis yang dimaksud hanya saja mereka beranggapan kumpulan semua sanad tersebut telah menjadikan hadis tersebut hasan, tidak shahih dan tidak pula dhaif apalagi maudhu’.

.

.

Hadis Madinatul Ilmi Hasan
Berikut adalah nama-nama Ulama yang menghasankan hadis ini setelah mengumpulkan semua sanad hadis tersebut

  • Jalaludin As Suyuthi telah menghasankan hadis ini dalam Kitabnya Tarikh Al Khulafa jilid I hal 69, Kitab Al Laliy Al Mashnu‘ah Fi Al Hadits Al Maudhu‘ah bagian Manaqib Khulafa Al Arba’in.
  • Asy Syaukani menyatakan hadis ini “Hasan Li Ghairihi” dalam kitabnya Fawaid Al Majmuah no hadis 52.
  • As Sakhawi juga menghasankan hadis ini dalam Maqasid Al Hasanah no hadis 189.
  • Al Ajluni menyatakan hadis ini hasan dalam Kasyf Al Khafa’ hadis no 618
  • Az Zarkasy dalam kitabnya Al Laliy Al Mantsurah Fi Al Hadits Al Masyhurah hadis no 151 juga telah menghasankan hadis Madinatul Ilmi.
  • Al Hafidz Ibnu Hajar dan Al Hafidz Shalahuddin Al Alaiy menghasankan hadis ini dan menolak pernyataan maudhu’. Pernyataan ini dikutip dalam Kasyf Al Khafa’ hadis no 618 Karya Al Ajluni.

Berikut pernyataan As Suyuthi yang kami kutip dalam Kitab Tarikh Al Khulafa jilid I hal 69 tentang Hadis-hadis Keutamaan Ali bin Abi Thalib

وأخرج البزار والطبراني في الأوسط عن جابر بن عبد الله وأخرج الترمذي والحاكم عن علي قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” أنا مدينة العلم وعلي بابها ” هذا حديث حسن على الصواب لا صحيح كما قال الحاكم ولا موضوع كما قاله جماعة منهم ابن الجوزي والنووي وقد بينت حاله في التعقبات على الموضوعات

Al Bazzar dan Ath Thabrani dalam Al Awsath meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah dan Imam Tirmidzi serta Al Hakim meriwayatkan dari Ali, dia berkata Rasulullah SAW bersabda “Saya adalah kota ilmu sedangkan Ali adalah pintunya”. Hadis ini hasan dan bukan shahih sebagaimana yang dikatakan Al Hakim dan bukan maudhu’ sebagaimana yang dinyatakan oleh sebagian kalangan diantaranya Ibnu Jauzi dan An Nawawi. Saya telah memberikan catatan tentang kedudukan hadis ini dalam Catatan Kritis Terhadap Kitab Al Maudhu’at Ibnu Jauzi.

Begitu juga Al Hafidz Shalahuddin Al Alaiy menolak pernyataan maudhu’ dan berkata bahwa yang benar hadis tersebut hasan. Pernyataan ini kami kutip dari kitab Kasyf Al Khafa’ hadis no 618, Al Hafidz Al Alaiy berkata

الصواب أنه حسن باعتبار طرقه لا صحيح ول

تعدد ضعيف؛ فضلا أن يكون موضوعا

Sebenarnya kedudukan hadis ini hasan dengan melihat semua jalan sanadnya, tidak shahih dan juga bukan dhaif , lebih utama dari maudhu’
.

.
Pandangan Kami
Pada mulanya kami mengira hadis ini shahih dengan berpegang pada pernyataan Al Hakim dan Ibnu Jarir Ath Thabari tetapi telah sampai kepada kami bahwa hadis ini diperselisihkan sanad-sanadnya. Oleh karena itu kami bertawaqquf dan kembali mempelajari sanad-sanad hadis ini. Kami dapati bahwa sanad hadis ini tidak satupun lepas dari kritikan Ulama hadis tetapi kami berpandangan apa yang dinyatakan oleh mereka yang menshahihkan hadis Madinatul Ilmi seperti Al Hakim, Ibnu Main dan yang lainnya memang memiliki sudut pandang tersendiri.

Walaupun begitu kami jelas tidak sependapat dengan Mereka yang menyatakan hadis ini maudhu’ seperti Ibnu Jauzi, Adz Dzahabi dan yang lainnya. Hal ini dikarenakan Hadis ini memiliki banyak sanad yang jika dikumpulkan akan saling menguatkan sehingga cukup banyak ulama yang menyatakan hadis tersebut hasan dengan mengumpulkan semua jalannya. Kesimpulan kami terhadap hadis ini adalah seperti yang dinyatakan oleh As Suyuthi dan yang lainnya bahwa Hadis tersebut hasan dan bukan maudhu’.

.

.
Bantahan Terhadap Kemungkaran Hadis Madinatul Ilmi
Ada alasan klasik kenapa Ulama-ulama tertentu lebih memilih menyatakan hadis ini dhaif atau palsu. Hal ini dikarenakan mereka beranggapan hadis tersebut mungkar dan tidak layak disandarkan kepada Nabi SAW. Penjelasan tentang ini dapat anda lihat dalam tulisan Hafiz Firdaus perihal hadis Madinatul Ilmi. Penjelasan beliau sang Hafiz ini mungkin cukup mewakili mereka-mereka yang setuju dan berkeras bahwa Hadis Madinatul Ilmi itu maudhu’.
Hafiz Firdaus telah menyebutkan 4 faktor yang membuat hadis Madinatul Ilmi tidak layak disandarkan kepada Rasulullah SAW yaitu

  1. Hadis Madinatul Ilmi mengkhususkan memperoleh ilmu dari Ali saja dan menafikan peran sahabat Nabi yang lain.
  2. Hadis Madinatul Ilmi justru menunjukkan bahwa Ali tidak memiliki ilmu apapun karena Beliau hanyalah Pintu
  3. Hadis Madinatul Ilmi menghina Ali sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat karena jika Rasulullah SAW wafat yang dianalogikannya dengan kota yang kosong atau roboh maka pintu tidak akan berguna.
  4. Hadis Madinatul Ilmi menyatakan Ali akan terus sebagai pintu sedangkan sahabat yang lain yang menyebar mengajarkan ilmunya selepas Rasul SAW wafat telah lulus dan menjadi kota ilmu yang baru sedangkan Ali akan tetap sebagai pintu.

Saya tidak pernah melihat cara pemikiran senaif dan selucu ini. Semua alasan yang dikemukakan berkesan dibuat-buat dan asal masuk saja ke dalam pikirannya. Alasan yang saya sebut sebagai Alasan Skizofrenik. 😉 Yaitu membuat cerita sendiri dan menghapusnya sendiri, itulah skizofrenik alias asyik dengan pikiran sendiri. Padahal premis atau persepsi yang ia pahami dari hadis itu belum tentu benar tapi malah langsung dibantah sendiri.

.

Alasan Pertama
Anda lihat kemungkaran hadis itu menurutnya adalah karena hadis Madinatul Ilmi mengkhususkan kepada Ali semata padahal sahabat Nabi SAW yang lain juga punya kredibilitas dalam menyampaikan ilmu dari Rasulullah SAW. Kami katakan Ini adalah alasan yang skizofrenik. Hadis itu tidak menafikan bahwa sahabat Nabi yang lain bisa mempelajari ilmu dari Rasulullah SAW.

Permisalan sederhana adalah jika anda adalah seorang guru besar dan anda mempunyai banyak murid. Diantara semua murid anda, anda melihat ada seorang murid yang benar-benar luar biasa dalam menyerap ilmu anda sehingga anda memberikan perhatian begitu berharga kepadanya dan memberi banyak ilmu kepadanya dibanding yang lain. Tetapi walaupun begitu anda tidak pernah menelantarkan murid-murid anda yang lain, anda tetap memberikan pengajaran kepada mereka seperti biasa. Pada akhirnya setelah anda sudah menyampaikan semua ilmu anda maka anda berkata kepada orang-orang sambil menunjuk anak yang luar biasa itu ”Jika kalian ingin mengetahui semua ilmuku maka belajarlah pada anak ini”

Apa kesimpulannya? Mudah sekali, anak itu mendapat kedudukan yang luar biasa dibanding murid lain tetapi faktanya murid-murid yang lain tetap saja telah belajar dari anda. 🙂

Sahabat Nabi yang lain jelas belajar dari Nabi SAW tetapi imam Ali telah dinyatakan kelebihan dan kedudukannya dalam hal ilmu dibanding sahabat lain. Setelah kami pelajari hadis ini maka hadis ini tidaklah mungkar di mata kami. Malah kami cenderung menerima matan ini karena sesuai dengan makna Hadis Tsaqalain bahwa Al Quran dan Ahlul Bait adalah pegangan umat islam agar tidak tersesat. Dan tidak diragukan lagi bahwa imam Ali adalah salah satu Ahlul Bait yang dimaksud selain Sayyidah Fatimah, Imam Hasan dan Imam Husain.

.

Alasan Kedua.
Imam Ali itu Cuma pintu dan tidak memiliki ilmu karena jika diibaratkan kota itu dengan universitas maka ilmu itu ada di universitasnya bukan pada pintu universitas. Mau lihat sisi skizofreniknya, Pintu yang dimaksud dalam hadis di atas seharusnya dipahami secara sederhana sebagai sebuah jalan masuk untuk mendapat ilmu dari sang kota ilmu. Bahasa hadis itu adalah perumpamaan yang mudah untuk dipahami tetapi saudara itu malah membenturkannya dengan pemahaman beliau sendiri bahwa pintu ya pintu, ilmunya ada di kota bukan di pintu. Lucu sekali sih(paling tidak menurut saya), seharusnya dengan pikiran seperti itu analoginya itu jelas salah besar, beliau menyebutkan kota diibaratkan universitas dan ilmunya itu ada di universitas bukan di pintu. Ah salah ya akhi, ilmunya mah nggak di universitas tetapi pada mereka yang mengajar di universitas. Universitas mah Cuma gedung, benda mati ituh, nggak bisa apa-apa apalagi ngasih ilmu. So dengan jalan pikiran hafiz itu maka Kota ilmu ya Cuma kota nggak bisa mengajarkan apa-apa, kota itu kan benda mati ya akhi. Pahamilah perumpamaan secara perumpamaan jangan memahami dengan literalis yang aneh. 😦

Saudara Hafiz itu juga berkata

Setiap pembaca yang meneliti Hadis Madinah al-‘Ilm secara adil akan mendapati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak sekali-kali akan merendahkan ‘Ali radhiallahu ‘anh dengan kata-kata sedemikian. Seandainya Rasulullah ingin menerangkan ketinggian ilmu ‘Ali, pasti baginda akan bersabda dengan sesuatu yang jelas-jelas menunjukkan keilmuan ‘Ali, umpama: “Aku dan ‘Ali adalah kota ilmu.”

Kami rasa bukan seperti itu, jika seseorang menelaah makna hadis ini secara adil maka tidak akan ada cerita yang dibuat-buat untuk menolak hadis tersebut. Kecenderungan ashabiyah sangat berperan disini. Kami curiga mereka yang memaudhu’kan hadis ini adalah mereka-mereka yang tidak rela hadis tersebut dijadikan hujjah oleh Syiah(makanya masuk kategori syiahpobhia). Lihat saja baik-baik, seandainya memang ada hadis dengan kata-kata “Aku dan ‘Ali adalah kota ilmu.” seperti yang diandaikan oleh saudara Hafiz kami curiga mereka tetap akan mengatakan mungkar dengan alasan yang bisa saja dibuat-buat. Mereka mungkin akan berkata

“Hadis ini tidaklah mungkin disandarkan kepada Nabi SAW karena hal ini berarti menyamakan seseorang dengan Nabi SAW padahal sudah jelas Nabi SAW tidak bisa disamakan dengan siapapun”.

atau akan ada ulama mereka yang berkata

“Hadis ini tidak mungkin diucapkan Nabi SAW karena hal ini mengkhususkan ilmu pada Ali saja padahal banyak sahabat yang ilmunya tidak kalah dari Ali”

atau mungkin saudara Hafiz itu sendiri yang berkeberatan

“Hadis ini mungkar karena kita tahu bahwa banyak perkara yang tidak diketahui oleh Ali seperti soal hubungan suami istri dan bla bla bla…”

Intinya penolakan mah selalu bisa dicari-cari. Jangan berdalih kalau memang tidak suka :mrgreen:

.

Alasan Ketiga
Hadis Madinatul Ilmi menghina Ali karena jika Rasul wafat (yang dianalogikan dengan kota yang roboh atau kosong ) maka pintu masuk akan tidak berguna. Alasan ini skizofreniknya sangat jelas, yaitu pada analogi yang dibuat seenaknya. Justru dipahami jika Rasul SAW wafat ya kotanya masih ada dan untuk memasukinya lewat Pintu kota yaitu Imam Ali. Mudah sekali kok memahaminya. So kami tidak setuju analogi kota kosong atau roboh, jadi silakan saja bantah cerita yang anda buat sendiri. :mrgreen:

.

Alasan Keempat
Hadis Madinatul Ilmi menyatakan Imam Ali akan terus sebagai pintu sedangkan sahabat Nabi yang lain akan menjadi kota ilmu yang baru. Kami jawab, silakan saja berandai-andai, yang jelas yang kota ilmu itu ya Rasulullah SAW bukannya Sahabat. Pikiran dari mana yang menyatakan bahwa pintu akan tetap di tempat sebagai pintu sehingga Imam Ali akan terus sebagai pintu dan tidak punya ilmu. Aduhai, gampang sekali sebenarnya, pintu itu adalah jalan dimana dengan melaluinya maka seseorang dapat memasuki kota ilmu dan mendapatkan ilmu. Oleh karena itu jika ingin mendapatkan ilmu maka dianjurkan untuk melalui pintu itu yaitu Imam Ali. singkatnya dari Beliau Imam Ali akan didapatkan ilmu Rasulullah SAW. Sangat sederhana bukan dan tidak skizofrenik. :mrgreen:

.

Soal pernyataan Hafiz bahwa hadis ini tidak terkait khalifah maka kami katakan memang hadis ini tidak bicara soal khalifah tetapi berbicara tentang keutamaan Imam Ali dalam hal ilmu.

Kami rasa cukup sampai disini dulu pembahasan kami dan sebagai kesimpulan kami nyatakan pandangan kami bahwa hadis Madinatul Ilmi tersebut tidaklah mungkar.

Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan dan kepada Allah SWT kami mohon petunjuk dan ampunan.

.

.
Salam Damai

Catatan : Maafkan kalau waktuMu terpakai untuk membuat tulisan ini 🙂

13 Tanggapan

  1. Artikel di blog ini bagus-bagus dan berguna bagi para pembaca. Anda bisa lebih mempromosikan artikel Anda di infoGue.com dan jadikan artikel Anda Topik yang terbaik bagi para pembaca di seluruh Indonesia.Telah tersedia plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam Blogger!

    http://www.infogue.com/
    http://agama.infogue.com/kontroversi_hadis_madinatul_ilmi

  2. @SP
    Hafiz Firdaus itu siapa sih? Koq separah itu ilmu bahasanya? Masa kemuliaan Imam Ali sbg pintu ilmu Rasulullah malah dianggap melecehkan…hahahha.. :D. Kalau mau nmenolak hadits tsb yaa mbo cari cara yg lebih elegan.. :mrgreen:

    Sebetulnya kembali lagi pada 2 pilihan:
    1. Mencintai ahl bayt (imam Ali) dan menerima kemuliaan yg Allah berikan kepada mereka.
    2. Dengki kpd ahl bayt dan menolak kemuliaan yg Allah berikan kpd mereka.

    PS: Koq gaya tulisannya beda?.. :mrgreen:

    Wassalam

  3. bosen ah! gambar nya Naruto meluluuuu……
    mas skali2 yng laen dunk,,, kayak spongebob, Dora, One piece, winnie the pooh, mickey mouse,, dll
    kan banyak tu gambar yang lucu-lucu…

  4. Maafkan kalau waktuMu terpakai untuk membaca tulisan ini.

    Tapi bagus siy, meski sudah berkali-kali bacanya. Semakin dan semakin memperyakin diri dan merangsang untuk menuntut ilmu melalui pintunya.

  5. Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
    Kalau antum tidak keberatan tolong dibahas juga hadis Ahlul Bait Nabi seperti Bahtera Nuh, hadis itu juga didhaifkan oleh Wahabi. Pembahasan antum sungguh sangat argumentatif dan menarik, syukron
    Siapa nama Antum sebenarnya?
    Wassalam

  6. @an1k03a
    Silakan, silakan
    yang penting dicantumin aja siapa yang buat :mrgreen:

    @truthseeker08
    Hafiz Firdaus itu setahu saya Pilot yang juga ngarang Buku agama.

    PS: Koq gaya tulisannya beda?..

    Baru tahu ya, tulisan saya memang punya banyak gaya :mrgreen:
    *ditimpuk Monas*

    @google
    he he he ntar aja deh saya pikirin kalau soal gambar 🙂
    thanks masukannya
    *jadi kepikiran*

    @reekoheek
    Terimakasih dan silakan ditanggapi jika ada yang kurang memuaskan 🙂

    @Ali As Saqqaf

    Kalau antum tidak keberatan tolong dibahas juga hadis Ahlul Bait Nabi seperti Bahtera Nuh, hadis itu juga didhaifkan oleh Wahabi.

    Ah terimakasih masukannya, semoga saya punya kesempatan menulis itu 🙂

    Siapa nama Antum sebenarnya?

    Maaf Mas untuk saat ini pertanyaannya belum bisa saya jawab 🙂
    Salam

  7. go ahead mas secondprince !

  8. menurut tulisan di blog ini:

    Ibnu Taymiah: Semua Bukti Ilmu Ali ra. Palsu!!

    banyak juga ulama ahlussunnah yang men-shahihkan hadis “Ana Madinatul Ilmi”

    menarik juga untuk dibaca tulisan di blog tsb tentang bahasan hadis ini.

  9. Jadi intinya hadits itu shahih apa ngak? Kalau cuma pake logika tidak berarti hadits ana madinatul ilmi itu shahih? Bagaimana kita bisa membantah ahlus sunnah yg mendha’ifkan hadits itu? Ada bantahannya ngak?

  10. @mawiana
    Shahih dong. Hanya mereka yang tidak senang pada Imam Ali as yang mendhaikan/tidak mengakui.
    Menurut riwayat dalam buku Faidhul Qadir 1/40-47 bahwa hadits tsb yelah diriwayatkan oleh para ulama dari 10 sahabat yakni: Imam Ali as, Imam Hasan as, Imam Husein as, Ibnu Abbas ra, Jabir b. Abdullah al-Anshari ra, Abdullah b. Umar ra, Anas b Malik ra dan Amr b. Ash ra. Anda jiga bisa baca dalam buku Kanzul Ummal, Musnad Ahmad dll.
    Dan diriwayat oleh para ahli sejarah Islam apabila Khalifah I dan II mengalami kesulitan dalam menjalankan hukum2 Allah maka Imam Ali as tempat rujukan.
    Anda berkata Bagaimana kita bisa membantah ahlus sunnah yg mendha’ifkan hadits itu? Ada bantahannya ngak?
    Pertanyaan saya Ulama Ahli Sunah yang mana membantahnya?

  11. kata ada banyak sanad? tapi yg dipaparkan hanya yg ada Abu Shult pada sanadnya? Betul2 tak ikut kaedah mustalahul hadits langsung kau ni. Nah ambik kau sanad lain dlm mustadrak al hakim , tapi kena kaji sanad dulu bukan ikut perangai syiah kau atau penyamar ahlul bait, aku malas nak kaji utk kau, tapi ambik ni:

    حَدَّثَنَا بِصِحَّةِ مَا ذَكَرَهُ الإِمَامُ أَبُو زَكَرِيَّا يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ، ثنا أَبُو الْحُسَيْنِ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ تَمِيمٍ الْقَنْطَرِيُّ، ثنا الْحُسَيْنُ بْنُ فَهْمٍ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ الضُّرَيْسِ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ الْفَيْدِيُّ، ثنا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: ” أَنَا مَدِينَةُ الْعِلْمِ وَعَلِيٌّ بَابُهَا، فَمَنْ أَرَادَ الْمَدِينَةَ، فَلْيَأْتِ الْبَابَ “، قَالَ الْحُسَيْنُ بْنُ فَهْمٍ، حَدَّثَنَاهُ أَبُو الصَّلْتِ الْهَرَوِيُّ، عَنْ أَبِي مُعَاوِيَةَ.
    قَالَ الْحَاكِمُ: لِيَعْلَمَ الْمُسْتَفِيدُ لِهَذَا الْعِلْمِ أَنَّ الْحُسَيْنَ بْنَ فَهْمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ثِقَةٌ مَأْمُونٌ حَافَظٌ.
    وَلِهَذَا الْحَدِيثِ شَاهِدٌ مِنْ حَدِيثِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ

  12. sanad hadits di atas melalui jalur ..dari ’Amasy dari Mujahid… sedangkan keterangan jalur tersebut adalah :
    Al-A’masy; ia adalah Sulaimaan bin Mihraan. Ia seorang yang tsiqah, namun masyhur dalam tadliis. Di sini ia membawakan dengan ‘an’anah.
    Ibnu Hajar memasukkannya dalam thabaqah kedua. Namun dalam kitab An-Nukat (2/640), ia memasukkan Al-A’masy dalam thabaqah ketiga, dan inilah yang benar; sebab ia sering melakukan tadlis dengan menggugurkan perawi dla’if [lihat Miizaanul-I’tidaal, 2/224]. Ulama mutaqaddimiin tidak menerima tadlis-nya kecuali jika ia menjelaskan tashrih penyimakannya dari gurunya.
    Ad-Daarimiy – setelah membawakan pencelaan Ibnu Ma’iin terhadap mudallis yang menggugurkan perawi dla’if di antara dua perawi tsiqah – berkata : “Al-A’masy sering melakukan hal itu” [Taariikh Ad-Daarimiy, hal. 243 no. 952].
    Abul-Fath Al-Azdiy berkata : “Dan orang yang melakukan tadlis dari orang yang tidak tsiqah, maka tidak diterima haditsnya tersebut jika ia memursalkannya (yaitu dengan shighah riwayat : ‘an) hingga ia berkata : haddatsanii (telah menceritakan kepadaku) Fulaan, atau sami’tu (aku telah mendengar). …… Maka, kami tidak menerima tadlis Al-A’masy karena ia melewatkan (mengugurkan) para perawi yang tidak tsiqah” [Al-Kifaayah, hal. 362].
    Adapun riwayat Al-A’masy dari Mujaahid, maka para ulama banyak memperbincangkannya.
    Ya’quub bin Syaibah berkata : “Tidak benar hadits Al-A’masy dari Mujaahid kecuali sedikit di antaranya. Aku bertanya kepada ‘Aliy bin Al-Madiiniy : “Berapa banyak hadits yang didengar Al-A’masy dari Mujaahid ?”. Ibnul-Madiiniy berkata : “Tidak tsabit darinya kecuali hadits yang ia berkata : ‘sami’tu (aku telah mendengar)’; yang jumlahnya sekitar sepuluh. (Selebihnya), hadits-hadits Al-A’masy dari Mujaahid hanyalah berasal dari (perantaraan) Abu Yahyaa Al-Qattaat” [Tahdziibut-Tahdziib, 4/225]. Saya (Abul-Jauzaa’) berkata : Abu Yahyaa Al-Qattaat adalah perawi dla’iif. Ibnu Hajar berkata : “Layyinul-hadiits” [At-Taqriib – bersama At-Tahriir 4/295 no. 8444. Lihat pula Tahdziibul-Kamaal 34/401-403 no. 7699].
    Telah berkata ‘Abdullah bin Ahmad dari ayahnya dalam hadits-hadits Al-A’masy, dari Mujaahid : Telah berkata Abu Bakr bin ‘Iyaasy darinya (Al-A’masy) : Telah menceritakan kepadaku Laits, dari Mujaahid” [Tahdziibut-Tahdziib, 4/225]. Laits ini adalah Ibnu Abi Sulaim bin Zunaim; seorang yang dla’iif [At-Taqriib – bersama At-Tahriir 3/204 no. 5685. Lihat pula Tahdziibul-Kamaal 24/279-288 no. 5017].
    Ini adalah dua bukti Al-A’masy melakukan tadlis taswiyyah.
    Abu Haatim berkata : “Al-A’masy sedikit penyimakan haditsnya dari Mujaahid. Dan kebanyakan yang ia riwayatkan dari Mujaahid adalah mudallas” [Al-‘Ilal, 2/210].
    Yahya bin Ma’iin berkata : “Al-A’masy telah mendengar dari Mujaahid. Dan setiap yang ia riwayatkan darinya (Mujaahid), ia tidak mendengarnya. Hanya saja ia merupakan riwayat mursal lagi mudallas” [Riwaayat Ibnith-Thuhmaan no. 59]. Masih ada kritikan lain dari para huffadh atas riwayat Al-A’masy dari Mujaahid, seperti : Ibnul-Qaththaan [lihat Muqaddimah Al-Jarh wat-Ta’diil, hal 241].
    Di sini nampaklah kekeliruan sebagian orang yang menerima secara mutlak tadlis Al-A’masy hanya karena melihat peletakan Al-A’masy oleh Ibnu Hajar dalam thabaqah kedua dalam kitab Thabaaqaatul-Mudallisiin.

  13. monet, kalau mau diskusi ngga usah bawa2 syiah atau lainnya, itu tidak penting to the point ke permasalahan yang didiskusikan, dengan disematkan ejekan atau makian itu malah menurunkan respect dari pembaca yang mengikuti diskusi dan ingin belajar dari anda.

Tinggalkan komentar