Mengapa Neraka Diciptakan? : Kebodohan Nashibi

Mengapa Neraka Diciptakan? : Kebodohan Nashibi

Tiada kata yang tepat selain kebodohan. Jika diri memang bodoh maka ada baiknya tidak perlu banyak bicara. Dan jika yang bersangkutan berpura-pura bodoh maka yang nampak hanyalah kedustaan. Itulah gambaran yang tepat untuk tulisan “tidak berharga” alias “fitnah murahan” ala nashibiy terhadap Syi’ah. Nashibi tersebut mengutip salah satu riwayat yang disebutkan oleh salah seorang ulama Syi’ah Allamah Mirza Muhammad Taqiy dalam kitabnya Shahifatul Abraar 1/335.

.

.

Riwayat ini juga dinukil Al Majlisiy dalam Bihar Al Anwar 39/247. Asal riwayat tersebut adalah riwayat Ash Shaduq dalam kitab Amaliy

Amali Shaduq

Amali Shaduq hal 466

حدثنا محمد بن أحمد السناني (رضي الله عنه)، قال: حدثنا محمد بن أبي عبد الله الكوفي، قال: حدثنا موسى بن عمران النخعي، عن عمه الحسين بن يزيد، عن علي بن سالم، عن أبيه، عن أبان بن عثمان، عن أبان بن تغلب، عن عكرمة، عن ابن عباس، قال: قال رسول الله (صلى الله عليه وآله): قال الله جل جلاله: لو اجتمع الناس كلهم على ولاية علي ما خلقت النار

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad As Sinaaniy [radiallahu ‘anhu] yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah Al Kuufiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Muusa bin ‘Imraan An Nakha’iy dari pamannya Husain bin Yaziid dari Aliy bin Saalim dari ayahnya dari Aban bin ‘Utsman dari Aban bin Taghlib dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas yang berkata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata Allah Jalla Jalaaluhu berfirman seandainya seluruh manusia berkumpul pada Wilayah Aliy maka aku tidak akan menciptakan neraka [Amaliy Ash Shaduq hal 466]

Riwayat Ash Shaduq di atas kedudukannya sangat dhaif di sisi Ilmu Rijal Syi’ah. Ada empat perawi yang bermasalah dalam riwayat di atas yaitu

  1. Muhammad bin Ahmad As Sinaaniy
  2. Aliy bin Saalim
  3. Ayahnya Aliy bin Saalim
  4. Ikrimah maula Ibnu ‘Abbas

Muhammad bin Ahmad As Sinaaniy yaitu Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Sinaan adalah salah satu dari Syaikh [guru] Ash Shaduq yang mendapat lafaz taradhi [radiallahu ‘anhu] olehnya. Sebagaimana dalam pembahasan khusus yang membahas masalah ini telah kami simpulkan bahwa taradhi Ash Shaduq tidaklah kuat sebagai tautsiq. Muhammad bin Ahmad As Sinaaniy telah dilemahkan oleh Ibnu Ghadha’iriy

محمد بن أحمد بن محمد بن سنان، أبو عيسى نسبه وحديثه مضطرب

Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Sinaan, Abu Iisa, nasab dan hadisnya mudhtharib [Rijal Ibnu Ghada’iriy hal 119]

Ibnu Dawud Al Hilliy telah memasukkan Muhammad bin Ahmad As Sinaaniy dalam kitabnya bagian kedua yang memuat perawi dhaif dan majhul [Rijal Ibnu Dawud Al Hilliy hal 269 no 422]. Disebutkan dalam Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits oleh Muhammad Jawahiriy bahwa ia majhul

محمد بن أحمد السنائي: مجهول – من مشايخ الصدوق أكثر الرواية عنه في كتبه مترضيا عليه

Muhammad bin ‘Ahmad As Sinaaniy majhul, termasuk guru Ash Shaduq dimana ia banyak meriwayatkan darinya dalam kitabnya dan memberikan lafaz taradhi kepadanya [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 496]

Al Majlisi dalam Al Wajiizah menyatakan bahwa Muhammad bin Ahmad As Sinaany seorang yang dhaif. [Al Wajiizah no 1564]

Aliy bin Saalim adalah Ali bin Abi Hamzaah Al Bathaa’iniy sebagaimana yang disebutkan Sayyid Al Khu’iy bahwa nama Abi Hamzah adalah Saalim [Mu’jam Rijal Al Hadits, 13/37 no 8157]. Aliy bin Abi Hamzaah dia seorang yang dhaif. Disebutkan dalam Rijal Al Kisyiy

محمد بن مسعود، قال: حدثني علي بن الحسن، قال: علي بن أبي حمزة كذاب متهم

Muhammad bin Mas’ud berkata telah menceritakan kepadaku Aliy bin Hasan yang berkata Aliy bin Abi Hamzah pendusta tertuduh [Rijal Al Kasyiy 2/742]

Riwayat Al Kasyiy di atas shahih, Muhammad bin Mas’ud termasuk guru Al Kasyiy dan ia seorang yang tsiqat shaduq [Rijal An Najasyiy hal 350 no 944]. Aliy bin Hasan bin Fadhl gurunya juga seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 156].

Allamah Al Hilliy memasukkannya dalam kitabnya bagian kedua yang memuat perawi dhaif [Khulashah Al Aqwaal hal 362]. Ibnu Dawud Al Hilliy juga memasukkannya dalam kitab Rijal-nya bagian kedua yang memuat perawi majruh dan majhul [Rijal Ibnu Dawud Al Hilliy hal 259]. Diantara ulama Syi’ah muta’akahirin yang mendhaifkannya adalah

  1. Sayyid Al Khu’iy menyatakan ia tertuduh pendusta sebagaimana yang dikatakan Ibnu Fadhl [Kitab Thaharah 9/271, Sayyid Al Khu’iy]
  2. Syaikh Al Jawahiriy dalam Jawahir Kalaam menyatakan ia pendusta [Jawaahir Kalam 8/440]
  3. Sayyid Muhammad Shadiq Ruhaniy menyatakan ia dhaif dalam kitabnya Fiqh Ash Shaadiq [Fiqh Ash Shaadiq 26/197]

Adapun ayahnya yaitu Abu Hamzaah yang namanya adalah Saalim disebutkan dalam Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits oleh Muhammad Al Jawahiriy bahwa ia majhul [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 240]

Ikrimah maula Ibnu ‘Abbas termasuk perawi yang dhaif dalam Rijal Syi’ah. Allamah Al Hilliy menyebutkannya dalam bagian kedua kitabnya yang memuat perawi yang dhaif dan ia bertawaquf dengannya [Khulashah Al Aqwaal Allamah Al Hilliy hal 383]. Ibnu Dawud Al Hilliy juga memasukkannya dalam bagian kedua kitabnya yang memuat daftar perawi majruh dan majhul, ia berkata

عكرمة مولى ابن عباس (كش) ضعيف

‘Ikrimah maula Ibnu ‘Abbas dhaif [Rijal Ibnu Dawud Al Hilliy hal 258]

Kesimpulannya hadis atau riwayat Ibnu ‘Abbas di atas dhaif dengan kelemahan yang kami sebutkan. Adapun kebodohan yang disebutkan si pencela itu adalah ucapannya bahwa maksud riwayat di atas adalah lakukan apa saja yang kalian suka menyembah kuburan, menuhankan auliya’, membunuh, berzina dan segala dosa asalkan berwilayah kepada Aliy maka tidak akan masuk neraka. Kami heran bagian mana dari hadis di atas yang menyebutkan demikian?.

.

.

.

Silakan bandingkan dengan hadis di sisi mazhab Ahlus sunnah berikut, dan lihat bagaimana jika kita terapkan kebodohan pencela tersebut terhadap hadis yang dimaksud.

Mustadrak Shahihain juz 3

Mustadrak Shahihain no 4712

حدثنا أبو جعفر أحمد بن عبيد بن إبراهيم الحافظ الأسدي بهمدان ثنا إبراهيم بن الحسين بن دبزيل ثنا إسماعيل بن أبي أويس ثنا أبي عن حميد بن قيس المكي عن عطاء بن أبي رباح و غيره من أصحاب ابن عباس عن عبد الله بن عباس رضي الله عنهما : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال يا بني عبد المطلب إني سألت الله لكم ثلاثا أن يثبت قائمكم و أن يهدي ضالكم و أن يعلم جاهلكم و سألت الله أن يجعلكم جوداء نجداء رحماء فلو أن رجلا صفن بين الركن و المقام فصلى و صام ثم لقي الله و هو مبغض لأهل بيت محمد دخل النار

Telah menceritakan kepada kami Abu Ja’far Ahmad bin Ubaid bin Ibrahim Al Hafizh Al Asdiy di Hamdaan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Husain bin Dabziil yang berkata telah menceritakan kepada kami Ismaiil bin Abi Uwais yang berkata telah menceritakan kepada kami Ayahku dari Humaid bin Qais Al Makkiy dari ‘Atha’ bin Abi Rabaah dan selainnya dari sahabat Ibnu ‘Abbas dari Abdullah bin ‘Abbas [radiallahu ‘anhuma] bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata wahai bani Abdul Muthalib aku telah memohon kepada Allah untukmu tiga perkara agar Allah menetapkan penegakmu, memberi petunjuk kepada yang sesat dan memberi ilmu kepada yang jahil diantara kamu. Dan aku juga memohon daripadaNya supaya menjadikanmu pemurah, berani, suka membantu dan penyayang. Seandainya seseorang berdiri di barisan antara rukn dan maqam [menunaikan haji], mengerjakan solat dan berpuasa kemudian menghadap Allah dalam keadaan membenci terhadap Ahlul Bait Muhammad maka pasti ia masuk neraka [Mustadrak Al Hakim juz 3 no 4712]

Al Hakim berkata setelah menyebutkan hadis ini “hadis hasan shahih sesuai syarat Muslim dan ia tidak mengeluarkannya”. Adz Dzahabiy menyepakatinya dan berkata “atas syarat Muslim”.

Dari segi sanad secara ilmu hadis Ahlus sunnah maka hadis tersebut sanadnya dhaif karena berdasarkan pendapat yang rajih, Ismail bin Abi Uwais dan ayahnya keduanya dhaif tetapi bisa dijadikan i’tibar hadisnya.

Mengenai Ismaiil bin Abi Uwais Ahmad bin Hanbal berkata “tidak ada masalah padanya” [Akwal Ahmad no 166]. Nasa’i berkata “dhaif” [Adh Dhu’afa An Nasa’i no 42]. Daruquthni menyatakan ia dhaif [Akwal Daruquthni fii Rijal no 544]. Abu Hatim berkata “tempat kejujuran dan ia pelupa” [Al Jarh Wat Ta’dil 2/180 no 613]. Terdapat perselisihan soal pendapat Ibnu Ma’in

  1. Ad Darimi meriwayatkan dari Ibnu Ma’in bahwa tidak ada masalah padanya [Al Kamil Ibnu Adiy 1/323].
  2. Ibnu Abi Khaitsamah meriwayatkan dari Ibnu Ma’in bahwa ia shaduq tetapi lemah akalnya [Al Jarh Wat Ta’dil 2/180 no 613].
  3. Muawiyah bin Shalih meriwayatkan dari Ibnu Ma’in bahwa Ismail bin Abi Uwais dhaif [Adh Dhu’afa Al Uqaili 1/87 no 100]
  4. Ibnu Junaid meriwayatkan dari Ibnu Ma’in bahwa Ismail bin Abi Uwais kacau [hafalannya], berdusta dan tidak ada apa apanya [Su’alat Ibnu Junaid no 162]
  5. Abu Abbas Ahmad bin Muhammad bin Qaasim meriwayatkan dari Ibnu Ma’in bahwa ia dhaif, orang yang paling dhaif, tidak halal seorang muslim meriwayatkan darinya [Ma’rifat Ar Rijal Yahya bin Ma’in no 121]

Penjelasan yang masuk akal mengenai perkataan Ibnu Ma’in yang bertentangan adalah Ibnu Ma’in pada awalnya menganggap ia tidak ada masalah tetapi selanjutnya terbukti bahwa ia lemah akalnya, kacau hafalannya dan berdusta maka Ibnu Ma’in menyatakan ia dhaif dan tidak boleh meriwayatkan darinya.

Ibnu Adiy berkata “ini hadis mungkar dari Malik, tidak dikenal kecuali dari hadis Ibnu Abi Uwais, Ibnu Abi Uwais ini meriwayatkan dari Malik hadis-hadis yang ia tidak memiliki mutaba’ah atasnya dan dari Sulaiman bin Bilal dari selain mereka berdua dari syaikh syaikh-nya [Al Kamil Ibnu Adiy 1/324]. Ibnu Jauzi memasukkannya dalam Adh Dhu’afa [Adh Dhu’afa Ibnu Jauzi no 395]. Ibnu Hazm berkata “dhaif” [Al Muhalla 8/7]. Salamah bin Syabib berkata aku mendengar Ismail bin Abi Uwais mengatakan mungkin aku membuat-buat hadis untuk penduduk Madinah jika terjadi perselisihan tentang sesuatu diantara mereka [Su’alat Abu Bakar Al Barqaniy hal 46-47 no 9]

Ibnu Hajar dalam At Taqrib berkata “shaduq tetapi sering salah dalam hadis dari hafalannya” kemudian dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib bahwa ia seorang yang dhaif tetapi dapat dijadikan I’tibar [Tahrir At Taqrib no 460]. Ibnu Hajar dalam Al Fath menyatakan bahwa ia tidak bisa dijadikan hujjah hadisnya kecuali yang terdapat dalam kitab shahih karena celaan dari Nasa’i dan yang lainnya [Muqaddimah Fath Al Bari hal 391]

Adapun Abu Uwais, Ahmad bin Hanbal terkadang berkata “shalih” terkadang berkata “tidak ada masalah padanya atau tsiqat”. Ibnu Ma’in terkadang berkata dhaif al hadits, terkadang berkata shalih, terkadang berkata “tidak kuat”, terkadang berkata shaduq tidak menjadi hujjah. Aliy bin Madiniy berkata “ia di sisi sahabat kami dhaif”. Amru bin Aliy berkata “ada kelemahan padanya dan dia termasuk ahlu shaduq”. Abu Dawud berkata “shalih al hadits”. Nasa’i berkata “tidak kuat”. Ibnu Adiy berkata “ditulis hadisya”. Abu Hatim berkata “ditulis hadisnya, tidak dapat berhujjah dengannya dan tidak kuat”. [Tahdzib Al Kamal 4/180]. Pendapat yang rajih disini adalah Abu Uwais lemah dalam dhabit atau hafalannya sedangkan ia tergolong orang yang shaduq maka hadisnya dhaif tetapi dapat dijadikan mutaba’ah dan syawahid.

Sehingga jika disimpulkan pendapat Al Hakim dan Adz Dzahabiy sebelumnya yang menshahihkan hadis tersebut keliru. Kami berpanjang-panjang mengomentari hadis ini untuk menunjukkan kepada pencela tersebut bahwa dalam penghukuman suatu hadis ada yang namanya kaidah ilmu bukannya main loncat sana loncat sini seenaknya mengutip ulama yang menshahihkan.

Begitu pula hal-nya dalam kitab Syi’ah. Tentu tidak ada gunanya ketika kami telah mendhaifkan suatu hadis berdasarkan kaidah ilmu Rijal Syi’ah maka pencela tersebut seenaknya mengutip ulama Syi’ah yang menurutnya berhujjah atau menshahihkan hadis tersebut. Jutsru hujjah ulama tersebut yang seharusnya ditimbang dengan kaidah ilmu.

Kembali pada matan hadis riwayat Al Hakim di atas, jika kita menuruti kebodohan pencela tersebut dalam memahami matan hadis Syi’ah sebelumnya dan menerapkannya pada hadis riwayat Al Hakim di atas maka dapat dikatakan bahwa menyembah kuburan, menuhankan auliya’, membunuh, berzina dan segala dosa asalkan tidak membenci ahlul bait maka tidak akan memasukannya ke dalam neraka dan sebaliknya walaupun orang tersebut shalat, puasa, haji tetapi membenci ahlul bait maka ia tetap akan dimasukkan ke dalam neraka.

4 Tanggapan

  1. si Nasibi Jaser-leonheart dan kebodohan tak dapat dipisahkan. Jaser, pelihara kemaluan dan kebodohanmu itu dengan ilmu, bukan dgn kejahilan.

  2. Terima kasih Ustad

  3. Pak Ustad ini ada Nashibi stress, menghina Aswaja habis-habisan:

    http://www.nahimunkar.com/terima-kasih-aswaja/#comment-26824

  4. semoga Allah merdhoi ikhtiar sp untuk mencerahkan umat. Dan semoga Allah menjadikan ini sebagai amal jariah sp untuk kami dan semua pencari kebenaran. Bihaqqi muhammad wa alihi shalawatuka alalaihi waalaihim ajma’in.

Tinggalkan komentar