Tafsir Ar Ridha Dari Syaikh Shaduq Penghinaan Terhadap Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]?

Tafsir Ar Ridha Dari Syaikh Shaduq Penghinaan Terhadap Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]?

Tafsir yang dimaksud adalah tafsir terhadap salah satu ayat Al Qur’an yaitu Al Ahzab ayat 37 dimana diriwayatkan bahwa Imam Ali Ar Ridha [‘alaihis salaam] menjelaskan suatu perkataan yang didalamnya terkandung penghinaan terhadap Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Begitulah syubhat yang dilontarkan oleh sang pencela dalam salah satu tulisan di situsnya

وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِي أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللَّهَ وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَا اللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَاهُ فَلَمَّا قَضَى زَيْدٌ مِنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا لِكَيْ لَا يَكُونَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِي أَزْوَاجِ أَدْعِيَائِهِمْ إِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًا وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah member nikmat kepadanya: “Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi [QS Al Ahzab : 37]

.

.

.   U'yun Akhbar Ar Ridha

U'yun Akhbar Ar Ridha hal 180

قال الرضا عليه السلام: ان رسول الله (ص) قصد دار زيد بن حارثه بن شراحيل الكلبي فيأمر اراده فرأى امرأته تغتسل فقال لها: سبحان الذي خلقك

Ar Ridha [‘alaihis salaam] berkata bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihiwasallam] pergi ke rumah Zaid bin Haaritsah bin Syarahiil Al Kalbiy dalam urusan yang Beliau kehendaki, kemudian Beliau melihat istrinya [Zaid] sedang mandi maka Beliau berkata “Maha suci Allah yang telah menciptakanmu”…[U’yun Akhbar Ar Ridha, Syaikh Ash Shaduq 1/180-181]

.

Perkataan Imam Ali Ar Ridha [‘alaihis salaam] di atas telah disebutkan oleh Syaikh Ash Shaduq dalam sebuah riwayat yang panjang dalam kitabnya U’yun Akhbar Ar Ridha, sanad riwayat sebagaimana disebutkan Syaikh Ash Shaduq adalah sebagai berikut

U'yun Akhbar Ar Ridha hal 174

حدثنا تميم بن عبد الله بن تميم القرشي رضي الله عنه قال: حدثني أبي عن حمدان بن سليمان النيسابوري عن علي بن محمد بن الجهم قالحضرت مجلس المأمون وعنده الرضا علي بن موسى عليهما السلام فقال له المأمون

Telah menceritakan kepada kami Tamiim bin ‘Abdullah bin Tamiim Al Qurasyiy [radiallahu ‘anhu] yang berkata telah menceritakan kepadaku ayahku dari Hamdaan bin Sulaiman An Naisaburiy dari Aliy bin Muhammad bin Jahm yang berkata aku menghadiri majelis Al Ma’mun dan disisinya ada Ar Ridhaa ‘Aliy bin Musa [‘alaihis salaam], maka Al Ma’mun berkata kepadanya…[U’yun Akhbar Ar Ridha, Syaikh Ash Shaduq 1/174]

.

.

Kedudukan riwayat tersebut berdasarkan ilmu Rijal Syi’ah adalah dhaif karena kedhaifan guru Ash Shaduq yaitu Tamim bin ‘Abdullah.

تميم بن عبد اللهابن تميم القرشي، الذي يروي عنه أبو جعفر محمد بن بابويه، ضعيف،ذكره ابن الغضائري

Tamiim bin ‘Abdullah bin Tamiim Al Qurasyiy, yang telah meriwayatkan darinya Abu Ja’far Muhammad bin Baabawaih, dhaif, disebutkannya oleh Ibnu Ghadhaa’iriy [Mu’jam Rijal Al Hadits, Sayyid Al Khu’iy 4/285-286 no 1930]

تميم بن عبد الله بن تميم القرشي، الذي روى عنه أبو جعفر محمد بن بابويه، ضعيف

Tamiim bin ‘Abdullah bin Tamiim Al Qurasyiy, telah meriwayatkan darinya Abu Ja’far Muhammad bin Baabawaih, dhaif [Khulashah Al Aqwaal, Allamah Al Hilliy hal 329]

تميم بن عبد الله بن تميم القرشي الذي روى عنه أبو جعفر محمد بن بابويه (غض) ضعيف

Tamiim bin ‘Abdullah bin Tamiim Al Qurasyiy, telah meriwayatkan darinya Abu Ja’far Muhammad bin Baabawaih, [Ibnu Ghadha’iriy] dhaif [Rijal Ibnu Dawud hal 234 no 84].

Selain itu ayahnya Tamim bin ‘Abdullah yaitu Abdullah bin Tamiim Al Qurasyiy tidak dikenal kredibilitasnya dalam kitab Rijal Syi’ah atau muhmal. Syaikh Aliy Alu Muhsin berkata mengenai riwayat di atas

 Lillah Haqiqah juz 1

Lillah Haqiqah juz 1 hal 105

هذا الخبر ضعيف السند ، فإن من جملة رواته تميم بن عبد الله بن تميم القرشي، فإنه وإن كان من شيوخ الإجازة للصدوق رحمه الله ، وأكثر الصدوق من الترضي عنه، إلا أنه لم يثبت توثيقه في كتب الرجال، بل ضعفه ابن الغضائري والعلاَّمة الحلي وغيرهماومن رواته والد الراوي السابق، وهو مهمل في كتب الرجال

Kabar ini dhaif sanadnya, berasal dari riwayat Tamiim bin ‘Abdullah bin Tamim Al Qurasyiy dan ia termasuk dalam guru-guru ijazah Ash Shaduq [rahimahullah] dan Shaduq banyak memberikan taradhi kepadanya kecuali bahwa ia tidak tsabit tawtsiq-nya dalam kitab Rijal bahkan ia telah didhaifkan Ibnu Ghadhaa’iriy, Allamah Al Hilliy dan selain mereka berdua, dan riwayatnya ini dari Ayahnya dan ia seorang yang muhmal dalam kitab Rijal [Lillahil Haqiiqah, Sayyid Aliy Alu Muhsin 1/105-106]

.

.

Ash  Shaduq sendiri dalam kitabnya U’yun Akhbar Ar Ridha setelah menuliskan riwayat tersebut, ia melemahkannya dengan kata-kata berikut

U'yun Akhbar Ar Ridha hal 181

هذا الحديث غريب من طريق علي بن محمد بن الجهم مع نصبه وبغضه وعداوته لأهل البيت عليه السلام

Hadis ini gharib dari jalan Aliy bin Muhammad bin Jahm bersamaan dengan kenashibiannya, kebenciannya dan permusuhannya kepada ahlul bait [‘alaihis salaam] [U’yun Akhbar Ar Ridha, Syaikh Ash Shaduq 2/182]

Maka sangat jelas kedhaifan riwayat yang dinukil sang pencela tersebut. Pada hakikatnya ia hanya menyebarkan syubhat seputar masalah ini dengan menukil riwayat dhaif di sisi Syi’ah dan menjadikan riwayat tersebut sebagai dasar untuk mencela Syi’ah.

.

.

.

Seandainya seorang penuntut ilmu atau pencari kebenaran memang bermental jujur dan bersikap objektif maka perkara yang hampir  sama juga ditemukan dalam kitab ahlus sunnah. Terdapat riwayat-riwayat dhaif mungkar yang menceritakan soal Nabi Muhammad [shallallahu ‘alaihiwasallam] dan Zainab binti Jahsy

 Tafsir Ath Thabariy juz 19

Tafsir Ath Thabariy hal 116

حدثني يونس قال : أخبرنا ابن وهب قال : قال ابن زيد : كان النبي – صلى الله عليه وسلم – قد زوج زيد بن حارثة زينب بنت جحش ، ابنة عمته ، فخرج رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يوما يريده وعلى الباب ستر من شعر ، فرفعت الريح الستر فانكشف ، وهي في حجرتها حاسرة ، فوقع إعجابها في قلب النبي – صلى الله عليه وسلم

Telah menceritakan kepadaku Yunus yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ibnu  Wahb yang berkata IbnuZaid berkata Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] telah menikahkah Zaid bin Haritsah dan Zainab binti Jahsy putri bibinya maka Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] suatu hari berada di depan pintu rumah [Zaid] yang tertutup tirai, kemudian bertiuplah angin mengangkat tirai tersebut sehingga nampaklah ia [Zainab] dalam kamarnya dengan keadaan terbuka [kepala dan tangannya], maka muncullah kekaguman dalam hati Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]…[Tafsir Ath Thabariy 19/116]

.

.

Musnad Ahmad juz 19

Musnad Ahmad no 12511

حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ ، عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ : أَتَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْزِلَ زَيْدِ بْنِ حَارِثَةَ ، فَرَأَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ امْرَأَتَهُ زَيْنَبَ ، فَكَأَنَّهُ دَخَلَهُ لَا أَدْرِي مِنْ قَوْلِ حَمَّادٍ ، أَوْ فِي الْحَدِيثِ ، فَجَاءَ زَيْدٌ يَشْكُوهَا إِلَيْهِ ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ ، وَاتَّقِ اللَّهَ ” ، قَالَ : فَنَزَلَتْ وَاتَّقِ اللَّهَ وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَا اللَّهُ مُبْدِيهِ إِلَى قَوْلِهِ زَوَّجْنَاكَهَا سورة الأحزاب آية 37 ، يَعْنِي زَيْنَبَ

Telah menceritakan kepada kami Mu’ammal bin Ismaiil yang berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid yang berkata telah menceritakan kepada kami Tsaabit dari Anas yang berkata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dating ke kediaman Zaid bin Haritsah maka Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] melihat istrinya [Zaid] yaitu Zainab, seolah-olah ia [Zaid] telah menggaulinya, [tidak tahu ini dari perkataan Hammad atau ada dalam hadis], maka datang Zaid mengadukan istrinya, Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata kepadanya “tahanlah istrimu dan bertakwalah kepada Allah ” [perawi] berkata maka turunlah ayat dan “bertakwalah kepada Allah, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya sampai firmannya Kami nikahkan kamu dengan dia, surat Al Ahzab ayat 37 yakni Zainab [Musnad Ahmad bin Hanbal no 12511]

.

.

Kedua riwayat di atas dhaif mungkar di sisi Ahlus sunnah. Riwayat Ath Thabariy sanadnya dhaif mu’dhal. Ibnu Zaid adalah Abdurrahman bin Zaid bin Aslam seorang yang dhaif. Bukhariy telah mendhaifkan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, An Nasa’iy berkata “dhaif”, Aliy bin Madiniy berkata “tidak ada anak dari Zaid bin Aslam yang tsiqat”. Ahmad bin Hanbal mendhaifkannya [Al Kamil IbnuAdiy 4/270]. Dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam tidak menemui masa hidup Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] maka riwayatnya terputus.

Riwayat Ahmad bin Hanbal dhaif karena Mu’ammal bin Ismaiil. Ia telah dinyatakan tsiqat dan shaduq oleh sebagian ulama tetapi bersamaan dengan itu ia juga telah disifatkan dengan banyak kesalahan atau buruk hafalannya. Yahya bin Ma’in menyatakan ia tsiqat, Abu Hatim berkata “shaduq, tegas dalam sunnah, banyak kesalahan dan ditulis hadisnya” [Al Jarh Wat Ta’dil Ibnu Abi Hatim 8/374 no 1079]. Dan dalam riwayat Ahmad di atas terdapat qarinah yang menunjukkan bahwa matan tersebut berasal dari keburukan hafalannya dimana terdapat lafaz “tidak tahu apakah ini berasal dari perkataan Hammad atau ada di dalam hadis”.

.

.

Kesimpulan : Riwayat riwayat dhaif yang mengandung penghinaan terhadap Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dalam perkara ini terdapat dalam kitab Syi’ah dan kitab Ahlus Sunnah maka tidak ada alasan untuk menjadikan riwayat-riwayat di atas sebagai dasar mazhab yang satu untuk mencela mazhab yang lain.

6 Tanggapan

  1. Ikut nimbrung nich, Hanya saran mungkin bagi para ahli/Ulama pakar hadist, Bagaimana kalau hadist yang sudah jelas dhoifnya apalagi matannya yang mendeskriditkan Nabi dihapus saja dalam semua kitab baik Sunni atau Syi`ah. Artinya mereka melakukan pembaharuan terhadap kitab-kitab hadist.

  2. Kalau saya punya usul beda.

    biar saja isi kitab-kitab lama itu sebagaimana adanya.
    tapi pak SP membuat buku baru dengan judul baru yang isinya hadis-hadis dari kedua belah pihak (Sunni & Syiah) yg steril alias bebas dari dhaif.

    kemampuan pak SP ini sangat sayang kalau disia-siakan dan tidak diwujudkan dalam buku-buku. Terus terang saja ustad seperti pak SP ini sangat langkah.

    pak SP, saya berdoa semoga bapak tetap sehat, banyak punya waktu untuk menulis dan terus melanjutkan kajiannya. saya sehari sampai 3 atau 5 kali buka blog bapak ini untuk melihat kajian yang baru. terima kasih.

  3. Kurang lebih 3 tahun yang lalu seseorang memperkenalkan ke saya tentang blog ini. Saya terus mencermatinya. Masya Allah wa Subhanullah blog ini bisa meningkatkan Iman Islam kita.
    Saya melihat tidak satu agama pun termasuk agama Islam yg tdk didistorsi oleh musuh-musuh dan ummatnya sendiri, namun Islam jauh lebih jaya, didistorsi macam apa pun pasti akan terkuak dan ketahuan juga. Cara berpikir blogger ini Masya Allah wa Subhanullah sungguh membuat saya salut, direkonstruksi satu persatu upaya pendistorsian tsb, diurai dan diberi jalan keluarnya. Sungguh cahaya kebenaran tidak bisa dipadamkan dengan cara apapun karena dijaga oleh Pemilik kebenaran itu. Masya Allah wa Subhanullah. Matur suwun blogger atas segala pencerahanya.

  4. Menurut sy org2 syiah tu kurang cerdas N kurang agresif, ktka marak2ny makin bermunculan blog2 yg anti syiah, org2ny syiah cuma pasif tdk menanggapi, mgkn org2 syiah kbingungan. blog2 pembela syiah pun cuma sedikit. sya malah salut dgn AHMADIYAH, yg aktif menjwb fitnah2, n membuat blog2 utk menandingi blog anti AHMADIYAH

  5. Bung SP.

    makin kagum dg anda. Pengetahuan anda luas sekali mengenai ahlusunnah maupun syiah.

  6. hidup tanpa cemooh dan hujatan haq Allah tidak akan muncul, dengan banyak hujatan makin ngetop dan makin memiliki kekuatan hidup orang itu, nggak aneh cemohan dan hujatan apapun kepada nabi Muhammad dan kepada umatnya, tidak akan mengurangi nilai kebaikkan disisi Allah, siapakah yang mau melawan Allah, sangat besar manfaatnya hujatan atau cemohan bagi yang beriman sebagai lahan dalam menambah nilai ubudiyah disisi Allah makin kokoh yaqinnya kepada Sang Pencipta, dan buahnya makin lebat bagaikan pohon tanpa dipupuk dengan kotoran pohonnya makin kerdil, tetapi sebaliknya makin diberikan pupuk kotoran pohonnya makin rindang dan buahnya makin banyak, ambilah pilosopi Quran ini buat orang-orang yang beriman

Tinggalkan komentar