Aqidah Busuk : Para Imam Syiah Adalah Mata, Telinga dan Lisan Allah? Kejahilan Nashibiy

Aqidah Busuk : Para Imam Syiah Adalah Mata, Telinga dan Lisan Allah? Kejahilan Nashibiy

Berikut adalah salah satu contoh kejahilan nashibiy dalam memahami makna hadis dan dalam memahami makna kesyirikan. Nashibi sang pencela mengatakan dengan bodohnya bahwa hadis berikut termasuk aqidah syirik dan busuk versi Syi’ah

.

 At Tauhid Shaduq

At Tauhid Shaduq hal 167

أبي رحمه الله، قال: حدثنا سعد بن عبد الله، قال: حدثنا أحمد بن محمد ابن عيسى، عن الحسين بن سعيد، عن فضالة بن أيوب، عن أبان بن عثمان، عن محمد بن مسلم قال: سمعت أبا عبد الله عليه السلام يقول: إن لله عز وجل خلقا من رحمته خلقهم من نوره ورحمته من رحمته لرحمته (١) فهم عين الله الناظرة، وأذنه السامعة ولسانه الناطق في خلقه بإذنه، وأمناؤه على ما أنزل من عذر أو نذر أو حجة، فبهم يمحو السيئات، وبهم يدفع الضيم، وبهم ينزل الرحمة، وبهم يحيي ميتا، وبهم يميت حيا، وبهم يبتلي خلقه، وبهم يقضي في خلقه قضيته، قلت: جعلت فداك من هؤلاء؟ قال: الأوصياء

Ayahku [rahimahullah] berkata telah menceritakan kepada kami Sa’d bin ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Iisa dari Husain bin Sa’id dari Fadhalah bin Ayuub dari Aban bin ‘Utsman dari Muhammad bin Muslim yang berkata aku mendengar Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] mengatakan Allah ‘azza wajalla menciptakan dari rahmatnya, menciptakan mereka dari cahaya-Nya dan rahmat dari rahmat-Nya untuk rahmat-Nya. Mereka adalah mata Allah yang melihat, telinga-Nya yang mendengar dan lisan-Nya yang berbicara tentang ciptaan-Nya atas izin-Nya. Para pemegang amanah-Nya atas apa yang diturunkan berupa dalil, peringatan dan hujjah. Karena mereka, Dia menghapus keburukan, karena mereka Dia menghapus kezaliman, karena mereka Dia menurunkan rahmat, karena mereka Dia menghidupkan orang mati, karena mereka Dia mematikan orang hidup. Karena mereka, Dia menguji makhluk-Nya dan karena mereka Dia memutuskan tentang makhluknya dengan keputusan-Nya. Aku berkata “aku menjadi tebusanmu, siapakah mereka?. Beliau berkata “Para washiy” [At Tauhiid Syaikh Shaduuq hal 167]

Bagaimanakah kedudukan hadis ini berdasarkan ilmu Rijal Syi’ah?. Berikut keterangan mengenai para perawinya dalam kitab Rijal Syi’ah

  1. Ayah Syaikh Shaduq adalah ‘Aliy bin Husain bin Musa bn Babawaih Al Qummiy disebutkan oleh An Najasyiy Syaikh yang faqih dan tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 261 no 684]
  2. Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135]
  3. Ahmad bin Muhammad bin Iisa Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 351]
  4. Husain bin Sa’id bin Hammaad seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 355]
  5. Fadhalah bin Ayuub Al Azdiy disebutkan oleh An Najasyiy bahwa ia tsiqat dalam hadis dan lurus dalam agamanya [Rijal An Najasyiy hal 310-311 no 850]
  6. Aban bin ‘Utsman Al Ahmar adalah seorang yang tsiqat [Al Muufid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 2]
  7. Muhammad bin Muslim Ath Tha’ifiy dikatakan An Najasyiy bahwa ia termasuk orang yang paling tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 323-324 no 882]

Ternukil illat [cacat] terhadap sanad ini sebagaimana yang disebutkan An Najasyiy dalam biografi Fadhalah bin Ayuub.

قال لي أبو الحسن البغدادي السورائي البزاز. قال لنا الحسين بن يزيد السورائي: كل شئ تراه الحسين بن سعيد عن فضالة، فهو غلط، إنما هو الحسين عن أخيه الحسن عن فضالة وكان يقول: إن الحسين بن سعيد لم يلق فضالة، وإن أخاه الحسن تفرد بفضالة دون الحسين

Telah berkata kepadaku Abu Hasan Al Baghdadiy As Sawara’iy Al Bazaaz yang berkata telah berkata kepada kami Husain bin Yazid As Sawara’iy bahwa semua yang diriwayatkan Husain bin Sa’id dari Fadhalah maka itu keliru, sesungguhnya Husain hanya meriwayatkan dari saudaranya Hasan dari Fadhalah dan ia mengatakan Husain bin Sa’id tidak bertemu Fadhalah, dan sesungguhnya saudaranya Hasan menyendiri meriwayatkan dari Fadhalah tanpa Husain. [Rijal An Najasyiy hal 311]

Seandainya riwayat yang dinukil An Najasyiy ini shahih maka benarlah hal ini menjadi illat [cacat] yang menjatuhkan sanad riwayat Ash Shaduq di atas, tetapi Husain bin Yazid dalam riwayat An Najasyiy tidak diketahui kredibilitasnya dan disebutkan dalam Masyaikh Tsiqat bahwa Husain bin Yaziid ini dhaif karena jahalah [tidak dikenal] [Masyaikh Ats Tsiqat hal 39]

Hadis di atas telah dishahihkan oleh Syaikh Aliy Asy Syahruudiy ketika ia menyebutkan biografi Fadhalah bin Ayuub

وفي التوحيد باب 24 معنى العين والأذن بإسناده الصحيح رواية عظيمة مهمة في شؤون الولاية

Dan dalam kitab At Tauhiid bab 24 makna mata, telinga dengan sanad shahih riwayat yang agung dan penting mengenai urusan wilayah [Mustadrakat Ilm Rijal Al Hadits 6/200]

.

Dalam pandangan nashibi tersebut mungkin matan hadis di atas mengandung kesyirikan karena terdapat lafaz bahwa para washiy menjadi mata telinga dan lisan Allah SWT. Sebenarnya hal ini hanya menunjukkan kerendahan akal nashibiy tersebut dan sebaik-baik bantahan bagi nashibiy tersebut adalah riwayat Shahih Bukhariy yang juga menggunakan lafaz mirip seperti riwayat Ash Shaduq. Silakan perhatikan riwayat berikut

 Shahih Bukhari

Shahih Bukhari 6502

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ كَرَامَةَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ حَدَّثَنِي شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Utsman bin Karamah yang berkata telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad yang berkata telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilaal yang berkata telah menceritakan kepadaku Syarik bin ‘Abdullah bin Abi Namir dari Atha’ dari Abi Hurairah yang berkata Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku umumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan terus menerus hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan yang sunnah sehingga Aku mencintai dia. Jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang dia mendengar dengannya, dan penglihatannya yang dia melihat dengannya, dan tangannya yang dia menyentuh dengannya, dan kakinya yang dia berjalan dengannya. Jikalau dia meminta kepada-Ku niscaya pasti akan Kuberi, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya pasti akan Kulindungi. [Shahih Bukhariy no 6502]

Menurut kami cara ahlus sunnah memahami hadis Bukhari di atas tidaklah jauh berbeda dengan cara syi’ah memahami hadis riwayat Ash Shaduq sebelumnya. Kalau nashibiy tersebut menghina Syi’ah karena riwayat Ash Shaduq maka patutlah ia juga menghina ahlus sunnah karena riwayat Bukhariy di atas.

.

.

Dan sekedar tambahan, ahlus sunnah memiliki banyak hadis yang lebih aneh, salah satu diantaranya adalah hadis dimana Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] melihat Allah SWT dalam bentuk pemuda amrad. Hadis tersebut telah dishahihkan oleh sekelompok ulama ahlus sunnah seperti Abu Zur’ah, Ibnu Shadaqah, Ath Thabraniy dan Ibnu Taimiyyah. Pembahasan lengkapnya dapat para pembaca lihat pada tulisan kami disini.

Dan tentunya kalau kita menggunakan akal rendah versi nashibiy tersebut maka dapat dengan mudah dinyatakan bahwa aqidah ahlus sunnah juga aqidah yang busuk. Akhir kata, kerendahan akal dalam memahami matan riwayat sering mengakibatkan kekacauan para nashibiy dalam berhujjah dan menunjukkan kerusakan aqidah mereka. Dan jika mereka punya sedikit kerendahan hati untuk menilai ulang cara pikir akal mereka maka insya Allah mereka akan mendapatkan petunjuk dalam memahami matan riwayat dan memahami apa sebenarnya makna kesyirikan.

Tinggalkan komentar