Seluruh Manusia Adalah Anak Pelacur Dan Setan Bersama Mereka Kecuali Syi’ah?

Seluruh Manusia Adalah Anak Pelacur Dan Setan Bersama Mereka Kecuali Syi’ah?

Judul yang mengerikan dan itulah syubhat yang dilontarkan oleh sang pencela dengan mengandalkan riwayat-riwayat dhaif dalam mazhab Syi’ah. Perlu kami ingatkan wahai para pembaca, dalam mazhab Syi’ah juga dikenal Ilmu hadis. Pencela  yang hidup dalam dunianya sendiri, mungkin menganggap ilmu hadis Syi’ah itu sampah dan tidak bisa dibandingkan dengan ilmu hadis Sunni.

Kami tidak menafikan bahwa ilmu hadis Syi’ah dan ilmu hadis Sunni memiliki banyak perbedaan, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan tetapi menyatakan ilmu hadis Syi’ah sebagai sampah jelas terlalu berlebihan dan hanya muncul dari orang yang akalnya sudah tertutup dengan kedengkian. Menurut kami ilmu hadis Syi’ah adalah salah satu timbangan yang baik untuk mengukur validitas riwayat-riwayat yang sering dijadikan syubhat oleh para pencela untuk merendahkan Syi’ah.

.

.

 Al Kafiy juz 8

Al Kafiy juz 8 hal 154

علي بن محمد، عن علي بن العباس، عن الحسن بن عبد الرحمن، عن عاصم بن حميد، عن أبي حمزة، عن أبي جعفر (عليه السلام) قال: قلت له: إن بعض أصحابنا يفترون ويقذفون من خالفهم فقال لي: الكف عنهم أجمل، ثم قال: والله يا أبا حمزة إن الناس كلهم أولاد بغايا ما خلا شيعتنا

Aliy bin Muhammad dari Aliy bin ‘Abbaas dari Hasan bin ‘Abdurrahman dari ‘Aashim bin Humaid dari Abi Hamzah dari Abu Ja’far [‘alaihis salaam], [Abu Hamzah] berkata aku berkata kepadanya “sesungguhnya sebagian dari sahabat kami mencela dan menuduh siapa yang menyelisihi mereka”. Maka Beliau berkata kepadaku ”sebaiknya mereka menghentikan hal itu” kemudian Beliau berkata “demi Allah wahai Abu Hamzah, sesungguhnya manusia semuanya adalah anak pelacur kecuali Syi’ah kami”…[Al Kafiy 8/154 no 431]

Riwayat di atas sanadnya dhaif jiddan di sisi ilmu hadis Syi’ah karena di dalam sanadnya terdapat Aliy bin ‘Abbaas dan Hasan bin ‘Abdurrahman. Aliy bin ‘Abbaas Ar Raaziy dikatakan oleh An Najasyiy seorang yang tertuduh ghuluw dan dhaif jiddan [Rijal An Najasyiy hal 255 no 668].

Sedangkan Hasan bin ‘Abdurrahman, di adalah Al Himmaniy sebagaimana yang disebutkan oleh Sayyid Al Khu’iy bahwa ia meriwayatkan dari Abu Hasan [‘alaihis salaam], ‘Aashim bin Humaid dan Aliy bin Abi Hamzah  dan telah meriwayatkan darinya Aliy bin ‘Abbaas. [Mu’jam Rijal Al Hadiits Sayyid Al Khu’iy 5/364 no 2900]. Ia seorang yang majhul

الحسن بن عبد الرحمان: الحماني – مجهول – روى عن أبي الحسن موسى بن جعفر (ع) في الكافي

Al Hasan bin ‘Abdurrahman Al Himmaniy majhul, ia meriwayatkan dari Abu Hasan Muusa bin Ja’far [‘alaihis salaam] dalam Al Kafiy [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Hadiits Muhammad Al Jawahiriy hal 143]

Sayyid Aliy Alu Muhsin menegaskan kedhaifan riwayat ini dalam kitabnya Lillaahil Haqiiqah 2/490.

Lillah Haqiqah juz 2

Lillah Haqiqah juz 2 hal 490

.

.

.

عن إبراهيم بن أبي يحيى عن جعفر بن محمد عليه السلام قال: ما من مولود يولد الا إبليس من الأبالسة بحضرته، فان علم الله انه من شيعتنا حجبه عن ذلك الشيطان، وان لم يكن من شيعتنا أثبت الشيطان إصبعه السبابة في دبره فكان مأبونا وذلك أن الذكر يخرج للوجه فان كانت امرأة أثبت في فرجها فكانت فاجرة، فعند ذلك يبكى الصبي بكاءا شديدا إذا هو خرج من بطن أمه، والله بعد ذلك يمحو ما يشاء ويثبت وعنده أم الكتاب

Dari Ibrahim bin Abi Yahya dari Ja’far bin Muhammad [‘alaihis salaam] yang berkata Tidaklah seseorang dilahirkan kecuali ada satu iblis yang mendatanginya. Jika Allah mengetahui bahwa dia dari Syi’ah kami, maka Allah akan melindunginya dari setan itu. Dan jika bukan dari Syi’ah kami, maka setan akan menancapkan jari telunjuknya di duburnya, lalu ia akan menjadi orang yang buruk, oleh karenanya zakar keluar di depan. Dan jika ia seorang perempuan, setan akan menancapkan jari telunjuknya di kemaluannya sehingga ia menjadi pezina. Di saat itulah seorang bayi akan menangis dengan kencang jika ia keluar dari perut ibunya. Dan setelah itu, Allah akan menghapus dan menetapkan apa yang dikehendaki-Nya, dan di sisi-Nya lah terdapat Ummul Kitab [Tafsir ‘Ayasyiy 2/234 no 73]

Riwayat di atas sanadnya dhaif karena ketidakjelasan perawi yang meriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad [‘alaihis salaam]. Dalam sebagian naskah disebutkan bahwa perawi tersebut adalah Abi Maitsam bin Abi Yahya sebagaimana dikutip dalam catatan kaki dari pentahqiq kitab Tafsir Al ‘Ayasyiy.

Riwayat ini juga dikutip oleh Al Majlisiy dalam Bihar Al Anwar dan disebutkan bahwa perawi tersebut adalah Abi Maitsam bin Abi Yahya. Dalam catatan kaki pentahqiq kitab Bihar Al Anwar disebutkan bahwa ia majhul [Bihar Al Anwar Al Majlisiy 4/121 no 64]. Tidak jelas disini siapakah ia apakah Ibrahim bin Abi Yahya ataukah Abi Maitsam bin Abi Yahya dan biografinya tidak ditemukan dalam kitab Rijal Syi’ah.

 Bihar Al Anwar juz 4

Bihar Al Anwar juz 4 hal 121

Yang kami tidak mengerti adalah apa sebenarnya maksud dari si pencela tersebut mengutip riwayat dalam tafsir Al ‘Ayasyiy di atas. Jika melihat dari judul tulisan yang ia buat, nampak bahwa pencela tersebut memahami riwayat ‘Ayasyiy dengan makna bahwa “setan bersama seluruh manusia kecuali Syi’ah”

.

.

Riwayat yang agak mirip tapi tak sama juga ditemukan dalam kitab hadis Ahlus Sunnah dan riwayat tersebut shahih

Shahih Bukhariy juz 2

Shahih Bukhari no 3286

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ بَنِي آدَمَ يَطْعُنُ الشَّيْطَانُ فِي جَنْبَيْهِ بِإِصْبَعِهِ حِينَ يُولَدُ غَيْرَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَهَبَ يَطْعُنُ فَطَعَنَ فِي الْحِجَابِ

Telah menceritakan kepada kami Abul Yamaan yang berkata telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Abu Az Zanaad dari Al A’raj dari Abu Hurairah [radiallahu ‘anhu] yang berkata Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata semua anak adam akan ditusuk setan dengan jarinya pada perutnya ketika dilahirkan kecuali Iisa bin Maryam, setan berusaha menusuknya tetapi ia menusuk pada hijab [Shahih Bukhariy no 3286]

Dan kalau kita gunakan kacamata pencela itu dalam memahami riwayat maka hadis Bukhari di atas akan ia pahami sebagai “setan bersama seluruh manusia kecuali Iisa bin Maryam”. Mari kita lihat, apakah riwayat ini akan ia jadikan bahan untuk mencela Ahlus Sunnah atau ia akan membuat dalih kengeyelan untuk meredakan “kontroversi hati” yang ia alami setelah membaca tulisan ini.

11 Tanggapan

  1. sedih juga jika dilakukan dgn cara memfitnah spt ini -saya meyakini jika perkara hadist dhaif ataupun maudhu dapat terjadi baik di sunni maupun syiah-dan keduanya sama sekali tdk dapat dijadikan hujjah. yang kedua jika perkara ghuluw baik sunni maupun syiahpun ada dan aku yakin keduanya pun memeranginya. dan aku setuju admin untuk mengajak kita berhujjah secara ilmiah didasari dgn keilmuan, karena demikianlah apa yang diajarkan nabi. dan sikap tabbayyun hendak nya ada dalam setiap pikiran orang-orang mukmin. waallahu’alam.

  2. “Kontroversi hati” karena apa yang dituduhkan ke kelompok sebelah selalu ada juga di kelompok sendiri. Menarik juga kalau dibukukan tentang persamaan suni-Syiah dalam hal riwayat-riwayat ganjil.

  3. ustad, bongkar semua kejahatan pencela, jangan sisakan satu pun. saya mendukung langkah ustad 1000 persen.

  4. syiah sesat..jangn diajak berdebat kita serahkan saja urusannya pada Allah..

  5. @denie:
    Kalo anda yakin syiah itu sesat, justru anda bisa gunakan media “debat” utk memperlihatkan “kebenaran anda” & “kebatilan pihak syiah”. Kalo tidak melalui debat, lalu gimana cara memeriksa kebenaran & kebatilan? apakah dgn cara pemaksaan, intimidasi, vonis sepihak, & pembasmian?!
    Kalo anda merasa berfaham benar, mestinya anda siap jika faham anda juga diperiksa dgn metode kritik. Kalo faham anda bisa menjawab kritik dgn bernas, faham anda tampil mantap kokoh. Tapi, kalo faham anda tidak bisa menjawab kritik atau menjawab dgn konsekuensi logika yg bertabrakan, ya faham anda akan terbukti keropos.

    Tentu yg saya maksud “debat’ adalah adu argumentasi ilmiah dalam koridor akhlak mulia, bukan adu cela-mencela/caci-maki.

    Ada satu hal yg saya setujui dari kalimat anda, yaitu frase “kita serahkan saja urusannya pada Allah”. Nah, kalo setelah diskusi kritis, debat ilmiah, belum didapatkan kesepakatan, gimana? Kesepakatan total bisa dikatakan utopia, mustahil; tapi, ada peluang kesepakatan parsial [sebagian]; maka, kesepakatan parsial dijadikan ruang bersama utk menjaga persaudaraan, kerjasama & persatuan umat. Sementara, perbedaan yg belum bisa disepakati, segenap pihak bisa sepakat berkata, “Kita serahkan urusannya kpd Allah. Setiap pihak mempertanggungjawabkan fahamnya masing2 kpd Allah Al-Rahman Al-Rahim. Allah yg akan menuntaskan urusan perbedaan faham itu pada Sidang Hari Akhir.”

  6. Sudah begitu dari sananya. Sya sepakat jika diskusi ilmiah bukan sekedar mencela dan mencaci tanpa landasan yang kuat. Salam damai.
    Rasulullah Saw bersabda, “Ali as adalah bendera hidayah dan pemimpin para waliku. Ia menjadi cahaya siapa saja yang menaatiku. Ali merupakan nama yang kuwajibkan kepada orang-orang bertakwa untuk mengikutinya. Barangsiapa mencintainya, berarti ia mencintai aku dan barangsiapa yang menaatinya, berarti ia menaatiku.”

  7. denie.., memang bnr, smw diserahkan kpd Allah, sp yg sesat Wahabi nashibi yg tukang fitnah atw Syiah?

  8. TAQIYYAH MODE ON . . . . . . . !

  9. ente2 golongan syiah tuh aneh yah…sama seperti golongan nasrani…yang diumbar-umbar adalah bahwa diluar syiahnya selalu bilang Sayidina Ali RA ataupun keluarga Rasulullah (diluar eyang2 dan istri2 serta mertua2nya) dianggap dimusuhi…??? bener2 keblinger…sama dengan Nasrani yang selalu bilang kalo Islam tidak pernah mengakui Yesus Kristus

    Top Markotob kalo’pun ente yang jago tafsir hadits ini mengumumkan perang dan lawan kelompok2 Syiah yang memang sering kali menggunakan hadist2 palsu ataupun dhaif….jangan sampai keutamaan ISLAM, Allah dan RasulNya disalahgunakan oleh iblis LA

    Termasuk didalmnya kelompok2 syiah selalu menggunakan “GELAR KEBANGGAAN ALLAH’ untuk Iblis dan Syetan kepada para lawan kelompoknya yaitu LA (LAKNATULLAH). hehehehe maklum ane juga pembela keluarga Rasulullah (tapi termasuk eyang buyut, para istri dan menantu, para anak2 beliau, para mertua beliau dan para sahabat2 beliau) dan DEMI ALLAH kepahaman ane masih dangkal dan perlu banyak ilmu bermanfaat dari ente2 semua disini

  10. Logika berpikir teman sepertinya harus ditinjau kembali

  11. saya tidak setuju istilah serahkan pada Allah, kapan ? bagaimana caranya, padahal kita butuh jawaban itu untuk dipakai didunia ini? manusia diberi akal untuk menimbang dan memperbandingkan secara ilmiah dan intelektual pendapat2 yang berbeda, hampir mirip ataupun yang bertentangan, dan kemudian menentukan pilihannya., agak aneh kalau dengan mudahnya kita jawab “serahkan pada Allah” terus buat apa Allah kasih kita otak?

Tinggalkan komentar