Kedudukan Hadis “Rasulullah SAW Memberikan Fadak Pada Sayyidah Fathimah AS”

Kupersembahkan Tulisan Ini Untuk Para Pecinta Sayyidah Al Jannah Fathimah Az Zahra Alaihis Salam Wanita Yang Termulia Di Dunia dan Akhirat.


Kedudukan Hadis “Rasulullah SAW Memberikan Fadak Pada Sayyidah Fathimah AS”

Telah diriwayatkan dengan sanad yang hasan bahwa Rasulullah SAW di masa hidup Beliau telah memberikan Fadak kepada Sayyidah Fathimah AS. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam Musnad Abu Ya’la 2/334 hadis no1075 dan 2/534 hadis no 1409

قرأت على الحسين بن يزيد الطحان حدثنا سعيد بن خثيم عن فضيل عن عطية عن أبي سعيد الخدري قال : لما نزلت هذه الآية { وآت ذا القربى حقه } [ الاسراء : 26 ] دعا النبي صلى الله عليه و سلم فاطمة وأعطاها فدك

Qara’tu ‘ala Husain bin Yazid Ath Thahan yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Khutsaim dari Fudhail bin Marzuq dari Athiyyah dari Abi Said Al Khudri yang berkata “ketika turun ayat dan berikanlah kepada keluarga yang dekat akan haknya [Al Isra ayat 26]. Rasulullah SAW memanggil Fathimah dan memberikan Fadak kepadanya.

Kedudukan Hadis
Hadis tersebut sanadnya hasan. Para perawinya tsiqat dan hasan. Perawi tsiqat yaitu Sa’id bin Khutsaim dan Fudhail bin Marzuq sedangkan perawi yang hasan hadisnya yaitu Husain bin Yazid dan Athiyyah Al Aufi. Berikut analisis terhadap para perawinya.

.

.

Husain bin Yazid Ath Thahan
Husain bin Yazid bin Yahya Al Thahan Al Anshari Abu Ali Al Kufy adalah perawi hadis dalam Sunan Tirmidzi dan Sunan Abu Dawud. Beliau termasuk perawi yang sedikit hadisnya. Ibnu Hibban memasukkan beliau dalam kitabnya Ats Tsiqat juz 8 no 12906 dan berkata

حسين بن يزيد القرشي أبو عبد الله الطحان من أهل الكوفة يروى عن وكيع ثنا عنه الحسن بن سفيان وغيره

Husain bin Yazid Al Qurasy Abu Abdullah Ath Thahan, termasuk Ahli Kufah yang meriwayatkan hadis dari Waki’ dan meriwayatkan darinya Hasan bin Sufyan dan yang lainnya.

Disebutkan dalam At Tahdzib juz 2 no 645 bahwa selain Hasan bin Sufyan telah meriwayatkan darinya Imam Tirmidzi, Abu Dawud, Abu Zar’ah, Abu Bakar Al Atsram, Abu Ya’la dan yang lainnya. Imam Tirmidzi telah menghasankan hadisnya dalam kitab Sunan Tirmidzi 4/683 no 2546, 5/585 no 3610 dan 3611, 5/701 no 3874. Dalam At Tahdzib disebutkan

قال أبو حاتم لين الحديث وذكره بن حبان في الثقات

Abu Hatim berkata “layyin” dan disebutkan Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat.

Abu Hatim adalah satu-satunya orang yang melemahkan Husain bin Yazid, padahal Husain adalah seorang Syaikh atau guru para hafiz seperti Imam Tirmidzi, Abu Dawud, Abu Zar’ah dan Abu Ya’la. Selain itu pula Husain telah dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Hibban dan Imam Tirmidzi telah menghasankan hadisnya. Abu Hatim terkenal dengan sikapnya yang berlebihan dalam menjarh perawi. Adz Dzahabi dalam Siyar ‘Alam An Nubala 13/260 mengatakan

إذا وثق أبو حاتم رجلاً فتمسك بقوله فإنه لا يوثق إلا رجلاً صحيح الحديث، وإذا لين رجلاً أو قال: لا يحتج به فتوقف حتى ترى ما قال غيره فيه، فإن وثقه أحد فلا تبن على تجريح أبي حاتم فإنه متعنت في الرجال قد قال في طائفة من رجال الصحاح : ليس بحجة ، ليس بقوي أو نحو ذلك

Jika Abu Hatim menyatakan tsiqah seorang perawi maka ambillah karena ia tidaklah menyatakan tsiqat kecuali pada perawi yang shahih hadisnya dan jika ia menyatakan layyin (melemahkan) seorang perawi atau mengatakan “tidak bisa dijadikan hujjah” maka bertawaqquflah sampai diketahui perkataan ulama lain tentang perawi tersebut dan jika ada ulama lain menyatakan tsiqat maka tak perlu dianggap pencacatan Abu Hatim karena ia suka mencari-cari kesalahan perawi, ia sering mengatakan pada perawi-perawi shahih “bukan hujjah” dan “tidak kuat” atau perkataan lainnya.

Setidaknya ada 3 alasan untuk menguatkan bahwa Husain bin Yazid adalah perawi yang hasan hadisnya yaitu

  • Husain bin Yazid telah mendapat predikat ta’dil dari Ibnu Hibban dan Imam Tirmidzi. Ibnu Hibban menyatakannya tsiqat dan Imam Tirmidzi menghasankan hadisnya.
  • Husain bin Yazid adalah seorang Syaikh dimana telah meriwayatkan darinya para hafiz yang tsiqat seperti Imam Tirmidzi, Abu Dawud, Abu Ya’la, Abu Zar’ah, Hasan bin Sufyan, Abu Bakar Al Atsram dan lain-lain.
  • Satu-satunya yang melemahkan Husain adalah Abu Hatim dimana jika ia menyendiri dalam mencacatkan perawi maka jarhnya tidak kuat apalagi Abu Hatim tidak menampilkan alasan jarhnya tersebut sehingga dalam hal ini jarhnya tidak diterima dan lebih diunggulkan penta’dilan terhadap Husain bin Yazid.

Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/220 telah melakukan kekeliruan dimana ia mengikuti Abu Hatim dan mengatakan “layyin al hadis” .Pernyataan Ibnu Hajar tidaklah benar dan beliau telah dikoreksi oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Bashar Awad Ma’ruf dalam Tahrir Taqrib At Tahdzib no 1361, dimana mereka berkata

Perkataan “layyin al hadis” hanyalah mengikuti Abu Hatim dimana ia menyendiri (tafarrud) dalam mengatakannya. Dia (Husain) adalah seorang Syaikh dimana telah meriwayatkan darinya sekelompok orang yang tsiqah dan tsabit. Diantara mereka adalah Abu Dawud dalam Sunannya dan ia tidak memasukkan kedalamnya kecuali yang ia anggap tsiqat, Muslim mengeluarkan dalam As Shahih, Abu Zar’ah Ar Razi, dan telah disebutkan oleh Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat. Jadi dia(Husain) hadisnya hasan.

Syaikh Husain Salim Asad pentahqiq Musnad Abu Ya’la juga menghasankan hadis Husain bin Yazid Ath Thahan dalam Musnad Abu Ya’la 4/143 no 2201 dan Syaikh Al Albani telah menshahihkan hadisnya dalam Shahih Sunan Tirmidzi no 2546

.

.

Sa’id bin Khutsaim Al Hilali
Sa’id bin Khutsaim Abu Ma’mar adalah perawi Tirmidzi dan Nasa’i. Ada yang menyebutnya Sa’id bin Khaitsam. Beliau merupakan perawi yang tsiqat telah dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in, Al Ajli, dan Ibnu Hibban. Abu Zar’ah dan An Nasa’i menyatakan “tidak ada cacat” padanya. Ibnu Junaid dalam Su’alat Ibnu Junaid no 617 berkata

سألت يحيى عن سعيد بن خيثم الهلالي فقال شيخ كوفي ليس به بأس ثقة

Aku bertanya pada Ibnu Ma’in tentang Sa’id bin Khaitsam Al Hilali dan ia berkata Syaikh Kufah, tidak ada masalah dengannya dan tsiqat.

Al Ajli dalam Ma’rifat Ats Tsiqat no 585 berkata

سعيد بن خثيم بن رشد هلالي كوفي ثقة

Sa’id bin Khutsaim bin Rasyd Al Hilali, orang kufah yang tsiqat.

Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat juz 6 no 8101 ia berkata

سعيد بن خثيم أبو معمر الهلالي من أهل الكوفة وقد قيل إنه من بنى سليط يروى عن جده راشد بن عبد الله وعن أخيه معمر بن خثيم روى عنه جعفر بن حيان

Sa’id bin Khutsaim Abu Ma’mar Al Hilali termasuk Ahli Kufah, dikatakan bahwa ia dari Bani Sulaith. Meriwayatkan dari kakeknya Rasyd bin Abdullah dan saudaranya Ma’mar bin Khutsaim, meriwayatkan darinya Ja’far bin Hayyan.

Imam Tirmidzi telah menyatakan shahih hadis Sa’id bin Khutsaim dalam kitabnya Sunan Tirmidzi 5/499 no 3443 dan dishahikan pula oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi. Hal ini juga ditegaskan oleh Ibnu Hajar

Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 4 no 32 menyebutkan

وقال أبو زرعة لا بأس به وقال النسائي ليس به بأس وذكره بن حبان في الثقات وصحح الترمذي حديثه

Abu Zar’ah berkata “tidak ada cacat” dan An Nasa’i berkata “tidak ada masalah”. Ibnu Hibban menyebutkannya dalam Ats Tsiqat dan At Tirmidzi menshahihkan hadisnya.

Jadi Sa’id bin Khutsaim adalah perawi yang tsiqah seperti yang dikatakan para ulama, cukuplah dikutip penilaian Syaikh Ahmad Syakir terhadap Sa’id bin Khutsaim. Syaikh Ahmad Syakir berkata dalam Syarh Musnad Ahmad no 1260

Sa’id bin Khutsaim adalah seorang yang tsiqah. Dia dianggap tsiqah oleh Ibnu Ma’in Al Ajli dan yang lainnya, Tirmidzi juga menshahihkan hadisnya.

.

.

Fudhail bin Marzuq
Fudhail bin Marzuq Al Aghar Ar Raqasy adalah perawi yang dijadikan hujjah oleh Bukhari dalam Raf’ul Yadain dan Muslim dalam Shahihnya serta Ashabus Sunan. Beliau telah dinyatakan tsiqat oleh sekelompok ulama diantaranya Sufyan Ats Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Ibnu Ma’in dan  Al Ajli. Selain itu Fudhail bin Marzuq juga mendapat predikat ta’dil dari Ahmad bin Hanbal, Ibnu Syahin, Ibnu Ady, Al Bukhari dan Muslim. Terdapat sebagian ulama yang membicarakannya seperti Al Hakim, Ibnu Hibban, An Nasa’i dan Abu Hatim tetapi mereka tidak menampilkan alasan yang jelas atas jarhnya ditambah lagi mereka terkadang memberikan predikat ta’dil pula kepada Fudhail bin Marzuq.

Ad Dauri dalam Tarikh Ibnu Ma’in no 1298 berkata

سمعت يحيى يقول فضيل بن مرزوق ثقة

Aku mendengar Yahya berkata “Fudhail bin Marzuq tsiqah”.

Al Ajli dalam Ma’rifat Ats Tsiqat no 1488 berkata

فضيل بن مرزوق جائز الحديث ثقة

Fudhail bin Marzuq hadisnya Ja’iz(boleh) dan tsiqat.

Dalam At Tahdzib juz 8 no 546, Ibnu Hajar menyebutkan dalam biografi Fudhail bin Marzuq.

قال معاذ بن معاذ سألت الثوري عنه فقال ثقة وقال الحسن بن علي الحلواني سمعت الشافعي يقول سمعت بن عيينة يقول فضيل بن مرزوق ثقة وقال بن أبي خيثمة عن بن معين ثقة وقال عبد الخالق بن منصور عن بن معين صالح الحديث إلا أنه شديد التشيع وقال أحمد لا أعلم إلا خيرا

Muadz bin Muadz berkata aku bertanya kepada Ats Tsauri, ia berkata “tsiqat”. Hasan bin Ali Al Halwani berkata aku mendengar Syafii berkata aku mendengar Ibnu Uyainah berkata “Fudhail bin Marzuq tsiqat”. Ibnu Abi Khaitsamah berkata dari Ibnu Ma’in “tsiqat”. Dan Abdul Khaliq bin Mashur berkata dari Ibnu Ma’in “hadisnya baik hanya saja ia berlebihan dalam tasyayyu’ dan Ahmad berkata “Tidak aku ketahui tentangnya kecuali yang baik”.

Ibnu Ady dalam Al Kamil 6/19 berkata

ولفضيل أحاديث حسان وأرجو أن لا بأس به

Fudhail hadisnya hasan dan kukira tidak ada masalah pada dirinya.

Dalam Tarikh Al Kabir juz 7 no 547 Bukhari menyebutkan tentang Fudhail bin Marzuq dan sedikitpun ia tidak mencacatnya. Pada sumber yang lain Bukhari memberikan predikat ta’dil Muqarib Al Hadis pada Fudhail bin Marzuq. Ta’dil ini berada pada tingkatan kelima setingkat dengan shalih al hadis atau hasan al hadis. Hal ini disebutkan dalam Tartib Ilal Tirmidzi Abu Thalib Al Qadhi 1/390 no 81

قال محمد فضيل بن مرزوق مقارب الحديث

Muhammad berkata “Fudhail bin Marzuq muqarib al hadis (hadisnya mendekati)”

.

Pembahasan Jarh Fudhail bin Marzuq

Memang terdapat sebagian Ulama yang menjarh Fudhail bin Marzuq. Berikut akan disebutkan mereka yang menjarh Fudhail dalam At Tahdzib juz 8 no 546 yaitu An Nasa’i, Abu Hatim, Ibnu Hibban dan Al Hakim.

وقال النسائي ضعيف

An Nasa’i berkata “dhaif”

Jarh An Nasa’i ini tidak bisa diterima karena ia tidak menyebutkan alasan yang tepat atas jarhnya padahal Fudhail telah dinyatakan tsiqat dan dita’dilkan oleh banyak ulama. Apalagi ternyata An Nasa’i tidak memasukkan Fudhail dalam kitabnya tentang para perawi dhaif Ad Dhu’afa wal Matrukin.

وقال بن أبي حاتم عن أبيه صالح الحديث صدوق يهم كثيرا يكتب حديثه قلت يحتج به قال لا

Ibnu Abi Hatim berkata dari ayahnya “hadisnya baik, shaduq(jujur) tetapi melakukan banyak kesalahan dalam hadisnya, hadisnya bisa ditulis”.Aku bertanya dapatkah dijadikan hujjah?. Jawabnya “tidak”.

Abu Hatim mengatakan bahwa Fudhail bin Marzuq “tidak bisa dijadikan hujjah” tetapi sebelumnya ia juga mengatakan bahwa Fudhail seorang yang jujur dan hadisnya baik hanya saja sering melakukan kesalahan. Yang perlu diperhatikan adalah Abu Hatim termasuk ulama yang terlalu ketat dalam menjarh, beliau terkadang menjarah para perawi shahih dengan sebutan “tidak bisa dijadikan hujjah”.

Kesalahan dalam hadis Fudhail adalah berkenaan dengan hadis-hadisnya dari Athiyyah Al Aufi seperti yang dikatakan Ibnu Hibban.

قال بن حبان في الثقات يخطىء وقال في الضعفاء كان يخطئ على الثقات ويروي عن عطية الموضوعات

Ibnu Hibban meyebutkan dalam Ats Tsiqat bahwa ia sering salah dan berkata dalam Ad Dhu’afa ia melakukan kesalahan dari para perawi tsiqat dan meriwayatkan dari Athiyyah hadis-hadis palsu.

Athiyyah ini termasuk perawi yang dinyatakan dhaif oleh Abu Hatim dan Ibnu Hibban bahkan Ibnu Hibban mengatakan bahwa Fudhail meriwayatkan dari Athiyyah hadis-hadis palsu. Intinya jarh terhadap Fudhail adalah karena ia banyak meriwayatkan dari Athiyyah dan sebagaimana yang masyhur bahwa Athiyyah meriwayatkan hadis palsu dari Al Kalbi dengan tadlis suyukh. Mengenai Athiyyah telah terdapat pembahasan khusus yang membuktikan bahwa tuduhan tadlis itu adalah tuduhan yang tidak berdasar dan tidak layak untuk dijadikan dasar mencacat Athiyyah apalagi jika dikait-kaitkan dengan Fudhail bin Marzuq sungguh jauh sekali. Mengenai Fudhail bin Marzuq, Ibnu Hibban sendiri mengakui kredibilitasnya dengan memasukkan namanya dalam Ats Tsiqat tetapi beliau juga memasukkan namanya dalam Al Majruhin terkait dengan hadis-hadis Fudhail dari Athiyyah Al Aufi.

قال مسعود عن الحاكم ليس هو من شرط الصحيح

Mas’ud berkata dari Al Hakim “tidaklah ia memenuhi syarat shahih”

Jarh Al Hakim tidak bisa diterima karena Al Hakim sendiri telah berhujjah dengan hadis-hadis Fudhail bin Marzuq dalam Al Mustadrak Ash Shahihan seraya berkata “hadis shahih dengan syarat Muslim”. Dapat dilihat dalam Al Mustadrak diantaranya hadis no 1877, 2482, 2974, 3112,4434, 5681.

.

.

Athiyyah bin Sa’ad bin Junadah Al Aufi
Athiyyah adalah perawi yang mendapat predikat dhaif oleh sebagian ulama. Hal ini dikarenakan tuduhan tadlis suyukh dimana ia meriwayatkan hadis-hadis palsu dari Al Kalbi. Maksudnya adalah ia meriwayatkan hadis dari Al Kalbi dengan menyebut Al Kalbi sebagai Abu Sa’id. Orang-orang mengira kalau Abu Sa’id itu adalah Abu Sa’id Al Khudri sahabat Nabi padahal Abu Sa’id itu adalah Al Kalbi seorang pendusta dan pemalsu hadis. Sayang sekali tuduhan ini tidak berdasar dan saya telah membahas tuntas kredibilitas Athiyyah dalam tulisan yang khusus. Kesimpulannya Hadis Athiyyah adalah hasan dan mereka yang mengatakan dhaif telah keliru.

Hadis Fadak di atas telah dinyatakan dhaif oleh Al Haitsami dan Syaikh Husain Salim Asad pentahqiq kitab Musnad Abu Ya’la. Dan satu-satunya alasan pendhaifan mereka adalah kredibilitas Athiyyah Al Aufi. Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid 7/139 no 11125 berkata

رواه الطبراني وفيه عطية العوفي وهو ضعيف متروك

Riwayat Thabrani dan didalamnya ada Athiyyah Al Aufi, ia dhaif matruk.

Sekali lagi Athiyyah adalah perawi yang tsiqah dan hasan hadisnya sedangkan mereka yang mendhaifkan Athiyyah tidak memiliki alasan yang kuat selain Tadlis Suyukh yang ternyata hanyalah tuduhan tak berdasar. Oleh karena itu sudah selayaknya nama Athiyyah dibersihkan. Athiyyah adalah perawi yang hasan hadisnya.

.

.

Kritik Pentahqiq Kitab Lubab An Nuqul
Hadis Fadak di atas ternyata ditulis pula oleh Al Hafiz As Suyuthi dalam kitabnya Lubab An Nuqul Fi Asbabun Nuzul hal 146 Surah Al Isra. Abdurrazaq Al Mahdi pentahqiq kitab ini mengatakan bahwa hadis tersebut  batil dan sanadnya dhaif jiddan karena Athiyyah Al Aufi dan Fudhail bin Marzuq [komentar riwayat no 639]. Pernyataan Abdurrazaq Al Mahdi adalah keliru dan telah berlalu penjelasan saya bahwa Athiyyah Al Aufi dan Fudhail bin Marzuq adalah perawi yang bisa dijadikan hujjah.

Ada satu hal yang harus mendapat perhatian dari mereka yang gemar membaca kitab-kitab yang ditahqiq oleh para ulama Salafy yaitu Tidak setiap kesimpulan mereka terhadap suatu hadis adalah benar. Mereka memang mengutip perkataan jarh wat ta’dil dari para ulama dari berbagai kitab Rijal tetapi mereka tidak sepenuhnya konsisten dengan kaidah-kaidah ulumul hadis. Contoh paling jelas dalam hadis di atas adalah Fudhail bin Marzuq. Beliau telah dinyatakan tsiqat oleh para ulama dan jarh terhadapnya tidak memiliki alasan yang kuat dan mengandung kontradiksi. Syaikh Ahmad Syakir dalam Syarh Musnad Ahmad no 1251 berkata

Fudhail bin Marzuq juga tsiqah. Dia dinyatakan tsiqah oleh Ats Tsauri, Ibnu Uyainah dan yang lainnya. Orang-orang yang mempermasalahkan kredibilitasnya sebenarnya mempermasalahkan hadis yang dia riwayatkan dari Athiyyah Al Aufi.

Oleh karena itu penelitian yang mendalam terhadap Fudhail bin Marzuq akan menghasilkan kesimpulan bahwa dia adalah perawi yang tsiqah sedangkan keraguan terhadapnya adalah kembali pada kredibilitas Athiyyah Al Aufi. Jadi sebenarnya cacat bagi hadis Fadak di atas kembali pada tuduhan terhadap Athiyyah Al Aufi. Awalnya saya sendiri sempat meragukan kredibilitas Athiyyah tetapi dengan penelitian dan pembacaan yang berulang-ulang maka saya berpandangan bahwa hadis Athiyyah adalah hasan dan tuduhan terhadapnya tidak berdasar seperti yang telah saya tuliskan dalam pembahasan yang khusus tentang Athiyyah.

.

.

Kesimpulan

Akhir kata saya telah membuktikan bahwa para perawi hadis Fadak di atas adalah perawi yang tsiqat dan perawi yang hasan hadisnya. Dalam hal ini saya katakan tidaklah benar bertaklid atas pendapat yang mendhaifkan ketika telah jelas kekeliruannya karena hujjah ditegakkan dengan dasar-dasar yang benar bukan sekedar taklid. Oleh karena itu hadis tersebut sanadnya hasan dan yang mendhaifkan hadis ini telah keliru.

Salam Damai

.

.

Catatan :

  • Segala puji bagi Allah SWT akhirnya tulisan ini bisa keluar dari tempat persembunyiannya 🙂
  • Terimakasih kepada saudara-saudaraku yang memberikan masukannya 🙂

11 Tanggapan

  1. PERTAMAX!

    Usaha yang sangat pantas diacungi telunjuk, eh Jempol :mrgreen:

    *menyimak dulu*

    Salam

  2. PREMIUM !

    Memang sangat pantas Rasulullah saw memberikan tanah Fadak pada Sayyidah Fathimah as, karena semasa hidupnya Rasulullah saw untuk kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh hasil dari tanah Fadak.

    Wassalam

  3. Sudah ada PERTAMAX dan PREMIUM jadi saya SOLAR aja deh
    Kapan sih pentahgig dari golongannya Salafyiin seperti Abdurazzak menshahihkan hadits2 yang memuliakan Ahlulbait. Kalaupun terpaksa mereka akan katakan masih diragukan. Tapi kalau ada hadits2 direkayasa untuk memuliakan Muawiyah, bosnya dan konco2nya. Walaupun Ulama sedunia katakan dhaif. Mereka tetap katakan shahih.
    Kita lihat nanti. Wasalam

  4. turunkan harga PERTAMAX! PREMIUM! dan SOLAR!

  5. Mengenai tanah Fadak yang diberikan Rasulullah kepada Syaidati Fatimah as.
    Menurut riwayat pada waktu ayat 26 Surah al-Isra disampaikan Jibril kepada Rasul: yang berbunyi ” Dan berikanlah hak untuk keluarga (mu)”
    Ketika ayat Qur’an ini turun Rasul bertanya kepada Jibril: “Siapakah keluargaku dan apa hak mereka?”
    Jibril menjawab: “Berilah Fadak kepada Fatimah karena itu adalah haknya dan apa saja yang menjadi Hak Allah dan Rasulnya atas Fadak, hak tsb juga adalah haknya, maka berikanlah Fadak itu kepadanya.(Tafsir mengenai ayat ini diriwayatkan melalui Bazzar, Abu Yala, Ibnu Hatim, Ibnu Marduwaih dari Abu Said Khudri dan melalui ibnu Marduwaih dari Ibnu Abbas. Tafsir Durr-al-Mantsur jil.4 hal.177; Kanzul al-Ummal, jil 2 hal.158; Syarah-e-Muwaqif, hal.735; Tarikh Ahmadi hal.45 Ruh al- Ma’ani jil.15 hal.62)
    Masihkah ada yang berkukuh bahwa Rasul tidak meninggalkan warisan? Masa Allah. Wasalam

  6. Perlu Anda teliti lagi tentang ayat di atas dan hadis tersebut. Walaupun hadis tersebut – menurut pendapat Anda – adalah hasan, tapi ayat tersebut adalah ayat Makkiyah (ayat yang turun sebelum hijrah Nabi SAW) sedangkan masalah Fadak ini terjadi setelah perang Khaibar (ini terjadi setelah Nabi hijrah). Oleh karena itu Ibnu Hajar menyatakan dan menegaskan bahwa hadis itu adalah layyin (lemah). Jadi, tidaklah mungkin menggabungkan antara hadis itu dan ayat di atas.

  7. perlu anda pelajari lagi pak “ustadz”. buka kitab asli, jangan pke terjemahan. smua dalil harus pke bahasa arab. q tunngu koment selanjutnya

  8. mantap deh

  9. @ibn alawy
    masalah ayat makkiyah maka perlu anda ketahui bahwa dalam ilmu tafsir cara paling utama untuk menentukan apakah suatu ayat makkiyah dan madaniyah adalah dengan melihat asbabun nuzulnya. Jadi kembali kepada riwayat hadis. Dan perlu anda ketahui pula bahwa dalam ilmu tafsir sudah dikenal fenomena adanya “ayat makkiyah dalam surat madaniyah” dan “ayat madaniyah dalam surat makkiyah”.

    Hujjah itu kembali kepada apakah ada riwayat yang menunjukkan bahwa ayat tersebut makkiyah ataukah madaniyah. Kembali ke hadis soal Fadak mengenai surat al isra’ ayat 26, riwayat itu sendiri menjadi bukti bahwa ayat tersebut turun di madinah setelah hijrah

  10. Terima kasih kepada Sp atas tulisan yang baik

    Maaf, saya kurang bersetuju dengan analisis berkenaan Fudhail bin Marzuq

    Sp katakan:

    “Mengenai Athiyyah telah terdapat pembahasan khusus yang membuktikan bahwa tuduhan tadlis itu adalah tuduhan yang tidak berdasar dan tidak layak untuk dijadikan dasar mencacat Athiyyah apalagi jika dikait-kaitkan dengan Fudhail bin Marzuq sungguh jauh sekali.”

    Saya dapati Sp tidak menanggapi perkataan Ibnu Hibban tersebut. Ibnu Hibban tidak membicarakan tadlis hadis palsu dari Al Kalbi tapi dia membicarakan khas berkenaan hadith-hadith palsu yang diriwayatkan oleh Fudhail bin Marzuq melalui jalan ‘Atiyyah

    Sp telah mencampurkan dua isu yang berlainan.

    Maka Ibnu Hibban tidak menafikan dia sebagai tsiqah. Maka atas sebab itulah dia memasukkannya dalam as-Tsiqat tapi dia khas memasukkan beliau dalam al-Majruhin bagi periwayatan yang diambil dari ‘Atiyyah

    Maka periwayatan Fudhail bin Marzuq dari A’tiyyah tidak boleh diterima menurut Ibnu Hibban

    Ini jugalah yang disokong oleh Syeikh Ahmad Syakir dalam Syarh Musnad Ahmad no 1251

    “Fudhail bin Marzuq juga tsiqah. Dia dinyatakan tsiqah oleh Ats Tsauri, Ibnu Uyainah dan yang lainnya. Orang-orang yang mempermasalahkan kredibilitasnya sebenarnya mempermasalahkan hadis yang dia riwayatkan dari Athiyyah Al Aufi”

  11. @Hamba Allah

    Maaf logika syaa seperti ini. Ibnu Hibban memasukkan Fudhail dalam Ats Tsiqat dan berkata “yukhti’u” tetapi ia juga memasukkannya dalam Al Majruhin dengan berkata “yukhti’u” dan meriwayatkan dari Athiyah hadis-hadis palsu. Kalau anda mau katakan riwayat Fudhail dari Athiyah tertolak dengan dasar ini maka itu hujjah bagi anda tetapi tidak bagi saya. Karena saya memahami lafaz “meriwayatkan dari Athiyah hadis-hadis palsu” tidak menjadikan cacat bagi Fudhail. Sekarang saya tanya “hadis-hadis palsu” yang dikatakan Ibnu Hibban itu adalah ulah siapa apakah Fudhail ataukah Athiyyah. Jika itu ulah Fudhail maka Ibnu Hibban tanaqudh mengapa ia memasukkan dalam Ats Tsiqat perawi yang ia sendiri tuduh memalsukan hadis. Maka saya melihat tuduhan ini kembali pada Athiyyah, Ibnu Hibban termasuk ulama yang berpandangan Athiyah melakukan tadlis syuyukh dari Al Kalbi. Jadi wajar kalau Ibnu Hibban mencacatkan Athiyyah karena ia meriwayatkan hadis-hadis dari Al Kalbi yang pemalsu hadis dan mengesankan ini sebagai hadis Abu Sa’id. Sayangnya hujjah Ibnu Hibban tidaklah benar, kalau memang Al Kalbi pemalsu hadis dan pendusta maka seharusnya tuduhannya terhadap Athiyyah juga tidak bisa diterima.

Tinggalkan komentar