Kucing Hominem

Disclaimer: Ini adalah keluhan dari saya buat siapa saja yang merasa.

Saya ini adalah manusia biasa, sedikit sibuk, agak kurang tahu balas budi dan kebanyakan narsis. Tapi apapun itu saya adalah manusia, sama seperti halnya anda, dia dan, manusia-manusia lainnya. Bagaimanapun buruknya saya dalam kehidupan nyata saya harap itu tidak perlu dikait-kaitkan dengan blog tempat dimana saya menulis. Dan begitu pula seburuk apapun tulisan saya dalam pandangan anda maka tak perlulah itu dikait-kaitkan dengan saya dalam dunia nyata.

  • Jika saya ini rada keparat dalam pandangan anda maka tak perlulah anda berkata “Alah keparat macam begitu bisa menulis soal agama” atau “gak perlu nulis dengan sok alim deh kalau moral aja gak becus”
  • Jika tulisan saya benar-benar jelek dalam pandangan anda maka tak perlulah anda berkata “Huh tulisan aja sedikit-sedikit Syiah tapi kalau dibilang Syiah langsung mencak gak karuan” atau “lu bisa lihat sendiri kan dari tulisan yang seperti ini jelas orangnya patut diwaspadai”.

Blog SP ini hanyalah tempat dimana saya bisa menuliskan pandangan saya, pendapat saya atau sesuatu yang mengganjal dalam pikiran saya. siapapun yang setuju atau tidak setuju tidak akan menguntungkan atau merugikan saya. Tapi cara bersikap yang buruk yaitu dengan

  • Menilai buruk seseorang hanya karena ide-ide tulisannya adalah suatu hal yang memuakkan saya.
  • Begitu pula menilai buruk suatu tulisan hanya karena saya yang menulis benar-benar sangat menyinggung perasaan.

Sungguh, Sikap-sikap seperti ini agak membuat saya berputus asa. Mungkin saja Blog SP seperti kata seseorang penuh dengan “Tulisan Yang Kontroversial” dan seseorang lain sedikit melengkapi dengan berkomentar “Agak Berbau Syiah”. Saya pribadi mencoba memahami maksud perkataan ini dan ketika saya berdiri pada sudut pandang mereka maka saya katakan “ya itu benar”. Tapi satu sudut pandang bukanlah ukuran segalanya. Dengan sudut pandang yang jauh lebih baik saya katakan “tulisan saya tidak masalah”.

Ambil satu contoh yang sering dibicarakan. Tulisan Rekayasa Sunnah, Beberapa guru saya menyayangkan saya menulis ini. Tentu tanpa merendahkan mereka semua maka saya katakan bahwa saya hanya menuangkan pandangan pribadi saya. Saya akui kalau saya agak kurang peduli dengan bagaimana orang akan tersesat oleh tulisan saya. Simple saja, itu bukan urusan saya. Saya yakin kebanyakan pembaca blog adalah orang-orang yang sudah dewasa dan punya tanggung jawab sendiri terhadap apa yang ia baca. Seorang penulis bertanggung jawab untuk menulis dengan jujur. Dan rasanya bukan tanggung jawabnya mengenai bagaimana orang lain akan mengartikan tulisan yang ia tulis. Ketika saya berkata begitu maka Pria itu tersenyum dan berkata

Kebanyakan manusia itu tidak bisa terlepas dari budaya dimana ia begitu terlarut di dalamnya. Tidak banyak orang yang bisa menyikapi pandangan asing dengan baik. Sudah sangat biasa kalau orang lain bersikap sinis dengan pandangan seseorang yang menentang apa yang biasa mereka pahami. Sikap sinis yang secara tidak sadar sering mereka tunjukkan dengan perubahan sikap kepada orang tersebut. Sikap yang walaupun tidak benar-benar buruk tapi bisa dibilang agak kurang ramah. Sudah saatnya kau memutuskan untuk memperhatikan bahwa orang lain tidak begitu terobsesi untuk menjadi bijak. Mereka lebih memperhatikan apa yang mereka yakini dan apa yang mereka rasakan. Tulisan-tulisanmu baik dan beberapa menurutku luar biasa tapi yah sayangnya aku bukan mereka dan mereka bukan pula dirimu.

Berulang kali dipikirkan entah mengapa kata-kata itu sudah cukup sebagai kunci penyelesaian masalah ini. Tapi saya akan sedikit mengambil jalan lain dengan menyampaikan sesuatu

Bagi saya, sikap orang yang terbiasa sinis dengan melakukan penyetaraan antara Pribadi Orang dan Pandangan Orang adalah suatu kesalahan besar sama sekali. Keduanya memiliki area masing-masing. Pribadi Orang dapat dinilai dari akhlak dan tingkah lakunya sedangkan Pandangan Orang dapat dinilai dengan standar-standar yang ada. Jika pandangan itu terkait Ilmu dan Sains maka standarnya sudah jelas Metode Ilmiah, jika pandangan itu terkait dengan agama maka standarnya jelas ada pada agama yang dimaksud. Maksud saya adalah bagaimana mungkin orang melakukan kawin silang dengan menilai Pribadi Orang lain dari apa yang ia tulis(pandangan orang tesebut) atau Menilai tulisan orang dari melihat pribadinya. Ini kan salah tempat namanya. Dan kesalahan ini entah mengapa menjadi begitu biasa.

Penyakit ini mengingatkan saya akan Kisah jadul yang cukup populer.

Waktu Jaman Muda dulu, sering ada jargon brengsek yang mewabah di lingkungan saya. Bahwa Mahasiswa yang Nonislam itu patut dicurigai dan hati-hati bergaul dengan mereka. Semakin lama jargon ini semakin kelihatan brengseknya. Secara saya pribadi, setelah bergaul dengan mereka teman-teman mahasiswa saya yang nonislam ternyata adalah orang-orang yang menyenangkan dan tidak sedikitpun berpengaruh buruk pada saya pribadi. Anehnya kalau memang tidakmau disebut lucu, mahasiswa yang terkenal rada sok alim dan sering berkumpul di tempat2 suci adalah orang yang menyebalkan dan telah mencap saya sebagai orang dengan Stempel “Hati-hati”.

Sangat lucu kalau hanya karena “NonIslam” maka perlu dicap “Hati-hati”. Gak ada kaitannya kan, tapi bukankah sikap hati-hati yang seperti itu adalah suatu bentuk kezaliman yang tersembunyi. Misalnya nih

  • Si A yang non islam mau meminjam buku sama saya dengan tujuan ya menyelesaikan tugas, tapi karena saya udah terjangkiti wabah brengsek itu maka saya bilang saya lagi pake itu buku. Ini jujur, saya memang sedang baca buku itu tapi yah gak mendesak amat kok seandainya ditunda juga gapapa.
  • Si B yang islam mau meminjam buku sama saya dengan tujuan ya menyelesaikan tugas. Karena ia bukan nonislam jadi wabah brengsek yang menjangkiti saya jadi gak aktif dan walaupun saya mau pakai itu buku yah gapapa deh silakan pakai saja dulu.

Intinya Pandangan dan Pribadi adalah dua hal yang berbeda dan dinilai dengan cara yang berbeda, tindakan kawin silang seenaknya yang menilai pandangan orang dari pribadinya atau menilai pribadi orang dari pandangannya adalah kekeliruan yang tidak layak bagi mereka yang mengaku orang-orang Intelektual. Cukup kiranya kita berbeda pandangan sewajarnya dan bersikap dengan selayaknya. apa sih yang perlu ditakutkan dari orang yang berbeda pandangan atau keyakinan. Apakah takut tercemar? Yah silakan nikmati kesucian semu itu. Apakah takut terpengaruh? lha kan sudah besar dan bukannya mudah untuk menjadi orang yang keras kepala. Yah semoga penyakit yang sudah biasa ini akan mendapat perhatian lebih baik.

.

.

Salam Damai

.

Catatan :

  • Buat Kutipan seseorang yang saya sensor semoga dapat dimaklumi karena anonimitas itu penting. :mrgreen:
  • Tulisan ini tidak dibuat untuk menyinggung siapapun hanya sekedar kritikan yang gak penting.

16 Tanggapan

  1. he he he… bicara konotasinya langsung dianggap dakwah. alhasil, dianggap menyebarkan pandangan tertentu. saya gak tau arti sebenarnya kata satu itu. boleh jadi karena itu ada yg menganggap Anda perlu diwaspadai… :mrgreen:

  2. Ambil satu contoh yang sering dibicarakan. Tulisan Rekayasa Sunnah, Beberapa guru saya menyayangkan saya menulis ini.

    Makanya mas SP biar ga dibilang kekiri-kirian atau kekanan-kananan :mrgreen: bikin juga artikel mengenai Rekayasa Sunnah ala mazhab Ahlul Bait juga… jangan ala sunni aja yg dibahas… biar guru sampeyan bisa manggu-manggut seneng 🙂

    Tapi itu cuman saran aja lho… kalo ga berkenan jgn dimasukin hati… 🙂

    Salam damai selalu…

  3. 🙂

  4. Nampaknya ustadz soegi juga bisa kok.

    Tinggal postingkan saja apa yang mas soegi ketahui.

  5. Begitulah kita… hendak mencapai darjat asyik kepada ahlul bait Nabi saww pun banyak ujian dan dugaan.
    wasSalam

  6. cekokan doktrin yang juga pernah saya alami :mrgreen:
    memuakkan!

  7. *lho? tag strikenya kok ngilang 😯

  8. menyesatkan ya ha2. aku termasuk yang menyatakan blog mu bisa menyesatkan bar, menyesatkan bila dbaca orang2 yang g cukup ilmunya, g luas pandangannya, g bijak sikapnya, g memahami tulisanmu dengan sebenarnya. makanya kalau aku mencap blog mu degan cap “sesat bagi yang tak mampu”.
    mengenai jaman mudamu tentang nonislam itu, saya setuju, terkadang mereka, teman2 kita yang non islam itu, lebih bisa kita andalkan dan memang benar2 membantu dan memgerti kita daripada yang sok alim tapi terkadang berlaku kebalikannya (awal semester teriak masalah banyaknya umat islam dipengaruhi gaya hidup barat “pacaran”, tapi diakhir semster ternyata menjadi pengejar wanita paling jago. juga dengan jargon ingin mengalahkan nonislam dalam segala bidang, eh di akhir semester paling jago cari posisi untuk mnejar limpahan jawaban ujian gratis). hidup mahasiswa! hahaha

  9. yah kirain td soal mu’a & mimbar nb (ah, berarti aku kalah suara)

    Kok kucing sih Bar???!! *singsingkan lengan baju*
    *menyelesaikan diluar blog*

  10. @SP
    Mas, kalau boleh saya sarankan. Jgn coba2 utk berada diposisi yg kontra maupun pro. SP adalah SP sendiri yg tetap menyuarakan kebenaran. Kita tahu bahwa menyampaikan kebenaran itu sakit. Tapi kebenaran tetap kebenaran. Jgn krn sedikit cemohon dan sinis sbgn orang lalu mas kecewa. Masih banyak orang mempercayai kebenaran. Biar anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Wasalam

  11. Waduh ada apa gerangan dengan SP. Setelah sekian lama ngeblog kok baru sekarang mengeluhnya? 😀

  12. pantesan kucing saya ngilang dari kemaren 😕
    .
    *ndak fokus*
    X-D

  13. GARFIEEEEEEELD!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    Ups,, 😛

    aniwei, hal kaya gitu *ngekotak2in orang* itu emang biasa kejadian, dari jaman kuliahan di FK juga gitu kan? *jangan2 itu komennya temen di FK lagi?* 😛

    Enaknya sih belajar dikit dikit lah buat ga menilai orang dari tempelannya aja, emang sendirinya mau digituin? ngga tho?

    kalo masalah tulisan di sini yang agak nyeleneh, Ma pribadi ngerasa tulisan Bharma biasa aja kok, ga segitunya banget, lagian kalo pake pusing dan bingung, minimal ada proses berpikir kan?
    Masa masih mau disuapin yang mana yang perlu dan ga perlu di baca sih? 😛

    lots of luck,, 😛

    @ Gentole
    Dia ngeluhnya dari dulu kok.. 😆

  14. rizma
    Gentole kayaknya gak pernah baca catatan/disclaimer dr SP… 😉

  15. @All

    Ada gak sich manusia yang gak pernah mengeluh? masih enak kalo baru dianggap ini atau itu (syiah, kanan2an atau ke kiri2an), coba kalo kejadiannya sampe menyakiti secara fisik???????? anyway, mencoba menegakan/mencari kebenaran itu pasti ada rintangannya, itu wajar to……jangan patah semangat, insya Allah saya dukung terus mas SP (walau baru baca beberapa tulisannya)…..

    Jadi ingat kata imam Ali di Bihar al-Hikam 77:400,

    “Beri siapapun kau akan jadi tuannya; minta bantuan kepada siapapun kau akan jadi tawanannya; mandiri dari siapapun kau akan jadi tandingannya.”

    Jangan berhenti…………..
    Jangan berhenti……………
    Jangan berhenti……………
    Karena berhenti berarti menyerah/Kalah…………………………….

    Lets kick phobia (syiah and sunni) out of islam

    Damai….mai…..mai…..mai…………

  16. Suarakan dengan lantang saja mas. Permasalahan yang dikatakan guru mas bahwa yang membaca bukanlah beliau dan bukan pula mas itu permasalahan lain.
    Setiap titik (orang) akan memiliki kecenderungan yang tertarik dengan titik2 lain (yang memiliki karakteristik sama). Pemetaan ini akan mengatur ulang dirinya terus menerus hingga akhir zaman. Kemungkinan terbesar orang masih membaca tulisan mas, karena serupa. Dan yang tidak serupa dengan mas akan tertolak dan menjauh dari lingkaran.
    Ini sesuatu yang mengatur kenapa ada syiah phobia dan ada definisi rawafidh. Karena kecenderungan manusia lah yang bersyiah.

Tinggalkan komentar