Analisis Hadis Kisa’ Dalam Musnad Ahmad

Kemuliaan Adalah Pesona

Cahaya Bagi Mereka Para Pemuja

Yah berhubung ada seseorang yang menanggapi salah satu tulisan kami tentang Ayat Tathhir dan dalam komentarnya itu ia telah berhujjah dengan salah satu hadis Kisa’ yang diriwayatkan dalam Musnad Ahmad. Oleh karena itu dengan sedikit berberat hati kami akan sedikit membahas hadis tersebut. Semoga bisa diperhatikan bahwa tulisan ini menegaskan bahwa “Hadis Musnad Ahmad tersebut tidak kami gunakan sebagai hujjah” dan dalam kerangka itulah kami membahasnya. Perhatikan baik-baik kata-kata miring itu. Setelah itu, mari kita langsung melihat hadis Kisa’ yang dimaksud.

حدثنا عبد الله حدثني أبى ثنا أبو النضر هاشم بن القاسم ثنا عبد الحميد يعنى بن بهرام قال حدثني شهر بن حوشب قال سمعت أم سلمة زوج النبي صلى الله عليه و سلم حين جاء نعى الحسين بن على لعنت أهل العراق فقالت قتلوه قتلهم الله غروه وذلوه لعنهم الله فإني رأيت رسول الله صلى الله عليه و سلم جاءته فاطمة غدية ببرمة قد صنعت له فيها عصيدة تحمله في طبق لها حتى وضعتها بين يديه فقال لها أين بن عمك قالت هو في البيت قال فاذهبي فادعيه وائتني بابنيه قالت فجاءت تقود ابنيها كل واحد منهما بيد وعلى يمشى في أثرهما حتى دخلوا على رسول الله صلى الله عليه و سلم فأجلسهما في حجره وجلس على عن يمينه وجلست فاطمة عن يساره قالت أم سلمة فاجتبذ من تحتى كساء خيبر يا كان بساطا لنا على المنامة في المدينة فلفه النبي صلى الله عليه و سلم عليهم جميعا فأخذ بشماله طرفي الكساء وألوى بيده اليمنى إلى ربه عز و جل قال اللهم أهلي اذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا اللهم أهل بيتي اذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا اللهم أهل بيتي اذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا قلت يا رسول الله ألست من أهلك قال بلى فادخلي في الكساء قالت فدخلت في الكساء بعد ما قضى دعاءه لابن عمه على وابنيه وابنته فاطمة رضي الله عنهم

Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Nadhr Hasym bin Al Qasim yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid yaitu Ibnu Bahram yang berkata telah menceritakan kepadaku Syahr bin Hausab yang berkata aku mendengar Ummu Salamah istri Nabi SAW ketika datang berita kematian Husain bin Ali telah mengutuk penduduk Irak. Ummu Salamah berkata “Mereka telah membunuhnya semoga Allah membinasakan mereka. Mereka menipu dan menghinakannya, semoga Allah melaknat mereka. Karena sesungguhnya aku melihat Rasulullah SAW didatangi oleh Fatimah pada suatu pagi dengan membawa bubur yang ia bawa di sebuah talam. Lalu ia menghidangkannya di hadapan Nabi. Kemudian Beliau berkata kepadanya “Dimanakah anak pamanmu(Ali)?”. Fatimah menjawab “Ia ada di rumah”. Nabi berkata “Pergi dan panggillah Ia dan bawa kedua putranya”. Maka Fatimah datang sambil menuntun kedua putranya dan Ali berjalan di belakang mereka. Lalu masuklah mereka ke ruang Rasulullah dan Beliau pun mendudukkan keduanya Al Hasan dan Al Husain di pangkuan Beliau. Sedagkan Ali duduk disamping kanan Beliau dan Fatimah di samping kiri. Kemudian Nabi menarik dariku kain buatan desa Khaibar yang menjadi hamparan tempat tidur kami di kota Madinah, lalu menutupkan ke atas mereka semua. Tangan kiri Beliau memegang kedua ujung kain tersebut sedang yang kanan menunjuk kearah atas sambil berkata “Ya Allah mereka adalah keluargaku maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya”. Ya Allah mereka adalah Ahlul Baitku maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Ya Allah mereka adalah Ahlul Baitku maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Aku berkata “Wahai Rasulullah bukankah aku juga keluargamu?”. Beliau menjawab “Ya benar. Masuklah ke balik kain ini”. Maka akupun masuk ke balik kain itu setelah selesainya doa Beliau untuk anak pamannya, kedua putra Beliau dan Fatimah putri Beliau”.(Hadis dalam Musnad Ahmad Juz 6 hal 298 hadis no 26592 Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

.

.

Telaah Sanad Hadis

Dalam sanad hadis ini terdapat perawi yang dibicarakan hadisnya yaitu Syahr bin Hausab. Dalam kitab Tahdzib At Tahdzib juz 4 biografi no 635 dan Mizan Al Itidal biografi no 3756 disebutkan ada yang menta’dilkan beliau

  • Beliau dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Main, Al Ajli, Yaqub bin Syaibah dan Ahmad bin Hanbal
  • At Tirmidzi mengatakan kalau Bukhari menyatakan hadisnya Syahr bin Hausab hasan.
  • Abu Zar’ah menyatakan bahwa Syahr bin Hausab la ba’sa bihi(tidak cacat)

Tetapi terdapat juga yang mencacatkan beliau diantaranya adalah An Nasa’i, Ibnu Ady, Ibnu Hibban dan lain-lain.

Imam Nasa’i memasukkan Syahr bin Hausab dalam kitabnya Ad Dhu’afa no 294

شهر بن حوشب ليس بالقوي

Syahr bin Hausab itu tidak kuat hadisnya

Al Uqaili juga memasukkan Syahr bin Hausab dalam kitabnya Ad Dhu’afa no 716, Ibnu Hibban memasukkan Syahr bin Hausab dalam kitabnya Al Majruhin no 476 seraya mengatakan bahwa Syahr sering meriwayatkan hadis mu’dal(terputus) dan hadis maqlub(terbalik)

.

.

Dalam Mizan Al Itidal biografi no 3756 terdapat keterangan berikut

قال الفلاس كان يحيى بن سعيد لا يحدث عن شهر

Al Fallas berkata “Yahya bin Said tidak meriwayatkan hadis Syahr bin Hausab”

عن ابن عون قال إن شهرا تركوه

Ibnu ‘Aun berkata “Syahr bin Hausab ditinggalkan hadisnya”

سألت شعبة عن عبدالحميد بن بهرام فقال : صدوق ، إلا أنه يحدث عن شهر

Syu’bah ketika membicarakan Abdul Hamid bin Bahram berkata “Jujur kecuali hadisnya dari Syahr.

.

.

Dalam kitab Tahdzib At Tahdzib juz 4 biografi no 635, terdapat keterangan sebagai berikut

قال الساجي فيه ضعف وليس بالحافظ

As Saji berkata bahwa “Ada kelemahan padanya dan ia tidak hafal”

قال الحاكم أبو أحمد ليس بالقوي

Al Hakim Abu Ahmad berkata “Tidak kuat hadisnya”

قال البيهقي ضعيف

Al Baihaqi berkata “Ia dhaif”

قال بن حزم ساقط

Ibnu Hazm berkata “riwayatnya jatuh”

قال بن عدي ضعيف جدا

Ibnu Adiy berkata “dhaif jiddan(lemah sekali)”

أن شعبة ترك شهرا

Syu’bah meninggalkan hadis Syahr bin Hausab

قال النضر تركوه أي طعنوا فيه

An Nadhr berkata tentang Syahr “Ia ditinggalkan dan tercela”

قال موسى بن هارون ضعيف

Musa bin Harun berkata “Ia dhaif”

.

.

Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Syaikh Ahmad Syakir

Mereka berdua adalah pensyarh kitab Musnad Ahmad dan tanpa merendahkan salah satu dari mereka, maka kami katakan bahwa Mereka berdua memimiliki penilaian berbeda terhadap hadis ini. Kitab Syarh Musnad Ahmad versi Syaikh Ahmad Syakir adalah kitab yang tidak selesai ditulis dan tulisan tersebut dilanjutkan oleh orang lain. Walaupun begitu Syaikh Ahmad Syakir sendiri telah berhujjah dengan hadis Syahr bin Hausab, hal ini telah kami lihat pada hadis-hadis lain. Dalam hal ini Syaikh Ahmad Syakir berpegang pada mereka yang menta’dilkan Syahr bin Hausab. Sedangkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth memiliki pendapat yang berbeda dalam masalah ini. Beliau dalam kitab Musnad Ahmad versi beliau telah menyatakan dhaif hadis ini tampaknya beliau lebih berpegang pada mereka yang mencacatkan Syahr bin Hausab, beliau berkata

إسناده ضعيف لضعف شهر بن حوشب

Hadis ini sanadnya dhaif karena dhaifnya Syahr bin Hausab.

.

.

Pandangan Kami

Sudah kami katakan bahwa kami tidak berhujjah dengan hadis ini, oleh karena itu bagaimana sebenarnya kedudukan hadis ini maka itu bukan urusan kami. Bisa dibilang kami masih memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai Syahr bin Hausab. Ketika kami menuliskan tentang Ayat Tathhir maka sejauh ini kami hanya mengambil dari hadis-hadis yang shahih dan tidak dipermasalahkan hadisnya. Walaupun begitu untuk memudahkan diskusi dengan mereka yang berkeras mau berhujjah dengan hadis ini maka untuk selanjutnya kami akan membahas bagaimana makna hadis itu sebenarnya.

Perlu diingatkan sebelumnya, bahwa setiap orang memiliki masing-masing persepsi dan mungkin saja dalam membahas sesuatu sama-sama memiliki prakonsepsi masing-masing. Hal ini sangat manusiawi dan yang mestinya diingat adalah jika kami punya prakonsepsi dan orang lain juga punya prakonsepsi maka itu tidak berarti bahwa kedua prakonsepsi itu akan menjadi benar begitu saja. Kalau kita membicarakan dan berhujjah dengan hadis maka tolak ukur penafsiran yang benar itu adalah berpegang pada teks hadisnya. Dengan teks hadis itu maka kami menilai apakah prakonsepsi yang kami miliki yang benar atau prakonsepsi orang lain. Jadi Teks hadis adalah bukti yang jelas apa maksud sebenarnya hadis tersebut. Tidak perlu memasukkan pandangan sendiri terhadap suatu teks jika memang teks tersebut sudah jelas tidak seperti itu. Dengan metode Berpegang pada Teksnya maka kami akan membahas hadis Musnad Ahmad tersebut.

Ada seseorang yang berkomentar tentang hadis ini dengan berkata(kami akan kutip komentarnya yang berkaitan dengan Hadis ini)

Dalam hadits riwayat Ahmad dengan jelas Nabi mengiyakan bahwa Ummu Salamah adalah termasuk ahlul baitnya

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, ternyata akhirnya Ummu Salamah pun dibolehkan masuk ke dalam selimut setelah Rasulullah berdo’a untuk keluarga Fathimah.

Kita sudah jelaskan di atas bahwa ahlul bait ini adalah istri-istri Nabi (tidak syak lagi) berdasarkan konteks ayat tsb turun untuk mereka, keterangan dari ayat-ayat Al-Qur’an yang lain yang menyebut istri-istri Nabi dengan sebutan Ahlul Bait, disamping itu juga keterangan dari hadits riwayat Bukhari ketika Rasulullah memanggil istrinya Aisyah dengan panggilan Ahlul Bait. Hadits kisa’ riwayat Ahmad dll.

Dari semua komentarnya itu yang benar hanya yang nomor dua sedangkan yang lainnya itu keliru. Hadis Musnad Ahmad di atas tidak menyatakan bahwa Nabi memasukkan Ummu Salamah sebagai Ahlul Bait dalam Ayat Tathhir. Buktinya dapat dilihat sekali lagi pada teks hadis tersebut.

.

.

Bukti Pertama

Hadis Musnad Ahmad di atas memiliki perbedaan yang nyata dengan hadis Sunan Tirmidzi. Dalam hadis Sunan Tirmidzi yang kami kutip terdapat teks yang berbunyi

Ayat ini turun kepada Nabi SAW (Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya).

Sedangkan pada hadis Musnad Ahmad tidak ada satupun kata-kata yang menyebutkan tentang Ayat Al Ahzab 33 yang turun. Jadi bagaimana bisa langsung main pukul rata kalau hadis Musnad Ahmad bicara soal Asbabun Nuzul Ayat Tathhir.

.

.

Bukti Kedua

Dengan bermaksud tidak merendahkan orang tersebut maka kami katakan ia telah salah dalam menuliskan hadis. Anehnya hal ini sudah kami nyatakan sebelumnya ketika menjawab komentar-komentar beliau. Awalnya beliau tidak hanya keliru menuliskan hadis tetapi juga memotong bagian akhir hadis tersebut. Untuk bagian yang dipotong sepertinya beliau mengakuinya, anehnya untuk bagian yang keliru beliau tetap saja seperti itu.

Bagian inilah yang keliru, ia menuliskan

Ya Allah, (mereka adalah) ahli bait (keluarga)ku, lenyapkanlah kotoran dosa dari mereka.
Ya Allah, (mereka adalah) ahli bait (keluarga)ku, lenyapkanlah kotoran dosa dari mereka.
Ya Allah, (mereka adalah) ahli bait (keluarga)ku, lenyapkanlah kotoran dosa dari mereka.

Aku (Ummu Salamah) berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah aku termasuk ahli bait (keluarga)mu?” Beliau menjawab, “Tentu, masuklah ke dalam selimut.”

Teks hadisnya berbunyi seperti ini

اللهم أهلي اذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا

اللهم أهل بيتي اذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا

اللهم أهل بيتي اذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا

قلت يا رسول الله ألست من أهلك

قال بلى فادخلي في الكساء

Yang kalau terjemahannya adalah

Ya Allah (mereka adalah) Ahli(keluarga)ku, lenyapkanlah kotoran dosa dari mereka.

Ya Allah (mereka adalah) Ahlul BaitKu, lenyapkanlah kotoran dosa dari mereka.

Ya Allah (mereka adalah) Ahlul BaitKu, lenyapkanlah kotoran dosa dari mereka.

Aku (Ummu Salamah) berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah aku termasuk ahli (keluarga)mu?” Beliau menjawab, “Tentu, masuklah ke dalam selimut.”.

Perbedaannya, dengan teks yang ditulis oleh orang itu maka seolah-olah Nabi menyatakan kalau Ummu Salamah adalah Ahlul Bait Beliau. Padahal kalau dengan teks yang sebenarnya maka yang dimaksud itu Nabi menyatakan bahwa Ummu Salamah adalah Ahli nya bukan dengan kata-kata Ahlul Baitnya. Ummu Salamah juga menggunakan kata-kata Ahli bukan Ahul Bait(bukankah aku termasuk ahli (keluarga)mu?). Dan dengan kekeliruan ini orang tersebut langsung mengambil hujjah.

Jadi pernyataan orang itu

Dalam hadits riwayat Ahmad dengan jelas Nabi mengiyakan bahwa Ummu Salamah adalah termasuk ahlul baitnya

Adalah keliru karena pernyataan ini berlandaskan pada penulisan hadis yang keliru.

.

.

Penafsiran Kami
Hadis Musnad Ahmad di atas menceritakan peristiwa lain dimana Rasulullah SAW menyelimuti Ahlul Kisa’ dan berdoa untuk mereka. Peristiwa ini bukan ketika ayat tersebut turun karena dalam hadis Musnad Ahmad di atas tidak disebutkan soal Al Ahzab 33 yang turun sebagaimana yang tertera jelas pada hadis Sunan Tirmidzi. Tetapi saya tidak pernah bilang kalau hadis ini tidak ada kaitannya sama sekali. Hadis ini bisa jadi menunjukkan bahwa Nabi SAW mengulang-ngulang penyelimutan tersebut kepada Ahlul Kisa’ .

Karena lafaz doa ini serupa dengan lafaz Al Ahzab 33 maka ada dua kemungkinan.

  • Peristiwa dalam Hadis Musnad Ahmad terjadi setelah Ayat Tathir turun
  • Peristiwa dalam Hadis Musnad Ahmad terjadi sebelum Ayat Tathhir turun

.

.

Kemungkinan Pertama

Peristiwa ini terjadi setelah Ayat Tathir turun. Maka ini berarti kembali menguatkan bahwa Ummu Salamah selaku istri Nabi bukan Ahlul Bait dalam Al Ahzab 33. Karena untuk apa bertanya atau berharap ikut masuk dalam selimut atau berharap ikut dalam doa Rasulullah SAW. Bukankah sudah jelas kalau ayat tersebut telah turun maka Ummu Salamah sebagai istri Nabi akan tahu bahwa dialah yang dimaksud. Dengan kemungkinan ini maka untuk mereka yang menyatakan(ketika membahas hadis Sunan Tirmidzi)

bahwa Ummu Salamah saat itu bertanya kepada Nabi SAW karena pada saat itu Nabi SAW belum memberitahukan ayat tersebut kepadanya sehingga ia bertanya dalam kondisi tidak tahu.

Maka perhatikan kalau peristiwa ini terjadi setelah turunnya Ayat Tathhir maka hal ini akan menjadi bukti yang menolak dugaan mereka bahwa Nabi SAW belum memberitahu Ummu Salamah. Dari Hadis di atas bahkan setelah Ayat Tathhir turun Ummu Salamah tetap tidak diberitahu oleh Nabi SAW kalau ia yang dimaksud Ayat Tathhir. Beliau tetap ingin ikut bersama Ahlul Kisa’ padahal kalau memang ia yang dimaksud dalam Ayat Tathir maka gak perlu ikut-ikutan mau masuk. Lha kan sudah jelas toh, ngapain nanya lagi. Dengan kata lain bahkan selepas Ayat Tathhir turun Ummu Salamah tidak memahami seperti anggapan mereka para penentang bahwa Istri Nabi adalah Ahlul Bait dalam Ayat Tathhir.

.

.

Kemungkinan Kedua

Persitiwa ini terjadi sebelum Al Ahzab 33 turun. maka hadis ini tidak layak dijadikan hujjah bahwa istri-istri nabi SAW adalah ahlul bait yang dituju dalam ayat tersebut. Lha ayat nya saja belum turun. Justru yang bisa ditangkap dari kemungkinan ini maka Al Ahzab ayat 33 adalah penegasan atau penetapan Allah SWT terhadap apa yang telah dinyatakan oleh Rasulullah SAW bahwa yang disucikan itu adalah Mereka Ahlul Bait yang didoakan dan diselimuti oleh Nabi SAW. Seperti yang telah ditetapkan dalam hadis Sunan Tirmidzi riwayat Umar bin Abu Salamah dan sudah saya bahas.

.

.

Mungkin Peristiwa ini terjadi selepas Ayat Tathir turun sebagaimana yang dimuat dalam hadis Sunan Tirmidzi . Selepas ayat tersebut turun, Rasulullah SAW berulangkali menyelimuti Ahlul Kisa’ dan mendoakan mereka. Doa ini adalah suatu penegasan berulang-ulang bahwa Merekalah ahlul bait yang dimaksud. Melihat hal ini maka Ummu Salamah yang sebelumnya(pada hadis Sunan Tirmidzi) bertanya Apakah aku bersama mereka?, sekarang malah menggunakan kata-kata wahai Rasul bukankah aku termasuk ahlumu?.

Hal ini dikarenakan pada doa Nabi yang pertama, Nabi SAW menggunakan kata Ahlu dan baru yang kedua dan ketiga menggunakan kata Ahlul bait. Nabi menjawab bahwa Ummu Salamah memang ahlu beliau dan mempersilakan masuk ke dalam selimut hanya saja Ummu Salamah masuk setelah semua doa Rasul SAW selesai.

.

.

Kesimpulan Hadis

  • Hadis ini tidak memuat sedikitpun hujjah bahwa Al Ahzab ayat 33 turun untuk istri-istri Nabi SAW. karena memang hadis tersebut tidak menceritakan soal turunnya Al Ahzab ayat 33
  • Hadis ini hanya menceritakan kalau Ummu Salamah adalah Ahlu Nabi, sayangnya beliau bukan termasuk dalam mereka yang didoakan oleh Nabi SAW sebanyak 3 kali dan jelas bukan Ahlul Bait dalam Ayat tathir. Hal ini tampak dalam kata-kata terakhir hadis tersebut bahwa Ummu Salamah masuk ke dalam selimut setelah doanya selesai.

83 Tanggapan

  1. hanya mereka yang membenci ahlul bait saja yang menyatakan bahwa isteri-isteri nabi sebagai ahlul bait yang dalam hal ini khususnya wahabi

  2. @SP

    Bukti Pertama
    Hadis Musnad Ahmad di atas memiliki perbedaan yang nyata dengan hadis Sunan Tirmidzi. Dalam hadis Sunan Tirmidzi yang kami kutip terdapat teks yang berbunyi

    Ayat ini turun kepada Nabi SAW (Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya.).
    Sedangkan pada hadis Musnad Ahmad tidak ada satupun kata-kata yang menyebutkan tentang Ayat Al Ahzab 33 yang turun. Jadi bagaimana bisa langsung main pukul rata kalau hadis Musnad Ahmad bicara soal Asbabun Nuzul Ayat Tathhir.

    Mas anda boleh pegang metode anda yaitu berpegang pada text hadits secara tekstual, itu hak anda dan sah-sah saja (jadi ingat kisah anak kecil yang suka minum teh botol sosro :mrgreen: ). Tetapi anda seharusnya paham bahwa hadits itu bukan ayat Al-Qur’an yang sudah baku text-nya, hadits banyak periwayatnya, kadang dalam menyampaikan hadits, perawi bisa berbeda redaksi dengan perawi yang lain walaupun maksudnya sama dan sumber mereka juga sama. Contoh di dalam hadits kisa’ ini yang sumbernya adalah sama yaitu Ummu Salamah. Dalam hadits Tirmidzi, yang meriwayatkan setelah Ummu Salamah adalah Umar bin Abi Salamah sedangkan di dalam hadits Ahmad yang meriwayatkan setelah Ummu Salamah adalah Syahr bin Hausab. Sehingga bisa dimaklumi jika terdapat perbedaan redaksi diantara kedua hadits tsb. Tetapi yang jelas di dalam kedua hadits tersebut terdapat persamaan yang esensial yang dimuat, yaitu peristiwa penyelimutan Nabi terhadap keluarga Fatimah ra dan do’a beliau untuk mereka. Maka akal kita akan langsung bisa menerima jika sebenarnya peristiwa yang diceritakan oleh kedua hadits tersebut adalah peristiwa yang sama, di rumah yang sama dan di waktu yang sama. Di sinilah diperlukan para ulama hadits untuk mensinkronkan kedua hadits tersebut jika terdapat perbedaan pada redaksinya dan kemudian mengambil kesimpulan dari-nya. Jadi bagi saya kedua hadits tsb menceritakan peristiwa yang sama.

    Yang kalau terjemahannya adalah
    Ya Allah (mereka adalah) Ahli(keluarga)ku, lenyapkanlah kotoran dosa dari mereka.
    Ya Allah (mereka adalah) Ahlul BaitKu, lenyapkanlah kotoran dosa dari mereka.
    Ya Allah (mereka adalah) Ahlul BaitKu, lenyapkanlah kotoran dosa dari mereka.
    Aku (Ummu Salamah) berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah aku termasuk ahli (keluarga)mu?” Beliau menjawab, “Tentu, masuklah ke dalam selimut.”.
    Perbedaannya, dengan teks yang ditulis oleh orang itu maka seolah-olah Nabi menyatakan kalau Ummu Salamah adalah Ahlul Bait Beliau. Padahal kalau dengan teks yang sebenarnya maka yang dimaksud itu Nabi menyatakan bahwa Ummu Salamah adalah Ahli nya bukan dengan kata-kata Ahlul Baitnya. Ummu Salamah juga menggunakan kata-kata Ahli bukan Ahul Bait(bukankah aku termasuk ahli (keluarga)mu?). Dan dengan kekeliruan ini orang tersebut langsung mengambil hujjah.

    Jadi pernyataan orang itu

    Dalam hadits riwayat Ahmad dengan jelas Nabi mengiyakan bahwa Ummu Salamah adalah termasuk ahlul baitnya

    Adalah keliru karena pernyataan ini berlandaskan pada penulisan hadis yang keliru.

    Terima kasih atas ralatnya mas, tetapi saya akan jawab komentar mas :

    1. Baik, di dalam hadits tersebut Rasulullah mengiyakan bahwa Ummu Salamah adalah Ahlu (keluarga) beliau, tetapi ketika Rasulullah berdo’a untuk keluarga Fathimah beliau juga menyebut mereka sebagai “Ahlu” beliau di baris pertama, dan di baris ke dua dan ketiga beliau menyebut mereka “ahlul bait”, hal ini menunjukan bahwa kedua istilah tersebut sebenarnya maknanya tidaklah berbeda yaitu keluarga Rasulullah baik sebagai istri maupun keluarga berdasarkan nasab.

    2. Baik, saya lihat anda masih mempersoalkan dan membedakan istilah “ahlu” dengan “ahlul bait”, marilah kita buat perbandingan:

    Istri-istri Nabi disebut dengan istilah “ahlu” : dalilnya dalam Al-Qur’an spt Thaha : 10, hadits kisa’ riwayat ahmad

    Istri-istri Nabi disebut dengan istilah “ahlul bait” : dalam Al-Qur’an spt : Huud : 73, Al-Ahzab:33, hadits riwayat Bukhari dan Muslim yg sudah saya sebutkan di atas.

    Anak-anak keturunan Nabi disebut dengan istilah “ahlu” : dalam Al-Qur’an spt Huud : 45

    وَنَادَى نُوحٌ رَّبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابُنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ {45}

    Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.”

    Hadits riwayat Muslim

    Dalam peristiwa Mubahalah Nabi saw. memanggil Hasan dan Husain, Fathimah dan Ali ra .kemudian beliau mengatakan أللهم هؤلاء اهلي. “Ya Allah, mereka adalah Ahli (keluarga)ku”

    Anak-anak keturunan Nabi disebut dengan istilah “ahlul bait” : dalam Al-Qur’an tidak disebutkan dengan jelas mengenai mereka tetapi berdasarkan Hadits Kisa’ yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ahmad dll mereka juga termasuk ahlul bait yang termaksud dalam ayat tathhir Al-Ahzab:33.

    Nah jelas, kalau kita lihat dalil-dalil di atas baik istri-istri Nabi maupun anak keturunan Nabi sama-sama di sebut “Ahlu” maupun “Ahlul Bait”. Jadi kalau anda mengatakan bahwa istri-isri Nabi adalah “Ahlu”, anak-anak Nabi pun disebut juga dengan “Ahlu”, kalau anda mengatakan bahwa anak keturunan Nabi adalah “Ahlul Bait”, istri-istri Nabipun dlm dalil2 di atas juga disebut “Ahlul Bait”. Jadi so what gitu loh? :mrgreen:

    Mengenai kemungkinan-kemungkinan yang anda kemukakan, menurut saya terlalu dipaksakan, sebenarnya kedua hadits tersebut menceritakan peristiwa yang sama, hal itu dibuktikan dengan peristiwa penyelimutan yang sama dan do’a dengan lafadz yang sama juga. sedangkan mengenai tidak tercantumnya ayat tsb dan jawaban Rasulullah yang keliatan berbeda kepada Ummu Salamah di hadits riwayat Ahmad, ya menurut saya wajar-wajar saja, sebagaimana yang saya sampaikan sebelumnya, redaksi bisa berbeda tetapi pasti ada persamaan yang esensial dari keduanya sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua hadits tersebut menceritakan peristiwa yang sama dan keduanya sebenarnya saling melengkapi.

    Kesimpulan Hadis
    • Hadis ini tidak memuat sedikitpun hujjah bahwa Al Ahzab ayat 33 turun untuk istri-istri Nabi SAW. karena memang hadis tersebut tidak menceritakan soal turunnya Al Ahzab ayat 33
    • Hadis ini hanya menceritakan kalau Ummu Salamah adalah Ahlu Nabi, sayangnya beliau bukan termasuk dalam mereka yang didoakan oleh Nabi SAW sebanyak 3 kali dan jelas bukan Ahlul Bait dalam Ayat tathir. Hal ini tampak dalam kata-kata terakhir hadis tersebut bahwa Ummu Salamah masuk ke dalam selimut setelah doanya selesai.

    Jika anda mengatakan bahwa hadits di atas tidak memuat sedikitpun hujjah bahwa Al-Ahzab : 33 turun untuk istri-istri Nabi SAW, maka sekali lagi menurut saya terlalu dipaksakan.

    Mengenai tidak didoakan Ummu Salamah dalam riwayat tersebut, sudah saya jawab berkali-kali karena beliau sudah dalam kebaikan (hadits Tirmidzi) dengan turunnya ayat tathhir tsb kepada istri-istri Nabi :mrgreen:

    Semoga mas SP tidak bosan dengan komentator model kyk saya ini…

    Peace @ Peace

    Wassalam

  3. Sorry ralat pada tulisan saya :

    Jika anda mengatakan bahwa hadits di atas tidak memuat sedikitpun hujjah bahwa Al-Ahzab : 33 turun untuk istri-istri Nabi SAW, maka sekali lagi menurut saya terlalu dipaksakan.

    seharusnya seperti ini :

    Jika anda mengatakan bahwa hadits di atas tidak berkaitan sedikitpun dengan turunnya Al-Ahzab : 33 , maka sekali lagi menurut saya terlalu dipaksakan.

    Salam

  4. lihat konteks kejadian sebelum turunnya al ahzab:33, karena sebelum ayat itu turun, ada peristiwa yang ditujukan kepada istri2 rasulullah.

  5. Salam numpang lewat,

    Ahlul Bayt memang selalu dipojokkan dan diserang..selalu dan selalu itu2 saja yg dipermasalahkan. Apakah saudara kita selain syiah tidak pernah puas dengan apa yg diyakini kami ???? Wallahu alam

  6. @atasku

    Saya kira tidak ada yang memojokkan atau menyerang ahlul bait mas, karena sepengetahuan saya selain syi’ah (sunni misalnya) pun sangat menghormati dan mengutamakan seluruh ahlul bait Rasulullah SAW, bedanya mereka tidak mengutamakan yang sebagian terus merendahkan sebagian yang lain, sedangkan syi’ah …,anda tahu sendirilah…. Itulah yang membuat selain syi’ah tidak akan pernah merasa puas dan bahkan “berang” dengan apa yang syi’ah yakini… makanya slogan “persatuan sunni-syi’ah” kadang saya rasa hanya sekedar slogan tanpa akan menjadi kenyataan…

    Salam damai selalu…

  7. @soegi
    Mas katakan: Saya kira tidak ada yang memojokkan atau menyerang ahlul bait mas, karena sepengetahuan saya selain syi’ah (sunni misalnya) pun sangat menghormati dan mengutamakan seluruh ahlul bait Rasulullah SAW,

    Apakah benar kata2 mas? kenyataan tdk demikan contoh: Bagaimana kalau saya katakan Imam Ali (ahlulbait) lbh utama dari sahabat yg lain dan patut sebagai pimpinan umat pasca Rasul? Wasalam

  8. @aburahat

    Ya ga apa2 mas… kecenderungan itu boleh2 aja…dan masing2 orang berbeda… yang penting tidak menjatuhkan atau merendahkan sahabat Rasul lainnya… saya pun juga pengagum Imam Ali kok dan tidak ada yg mengatakan bahwa beliau tidak patut menjadi pemimpin umat pasca Rasul SAW, tetapi bukan berarti 3 khalifah sebelum beliau tidak patut menjadi pimpinan umat saat itu dan terpilihnya mereka bukan berarti merendahkan beliau…

    Orang-orang di sekeliling Rasulullah adalah orang2 pilihan yang mempunyai keutamaan masing2 dan saling melengkapi… banyak riwayat yang menyebutkan bhw khalifah2 sebelum beliau sering meminta pendapat Imam Ali dalam pengambilan keputusan… ungkapan yg lebih tepat adalah mereka saling bersinergi… kalo ga gitu saat itu Islam ga akan pernah menjadi penguasa dunia mas…

    Salam damai selalu…

  9. @Soegi

    “bedanya mereka tidak mengutamakan yang sebagian terus merendahkan sebagian yang lain, sedangkan syi’ah …,anda tahu sendirilah…. ”

    Ada apa dengan syiah mas, bisa dijelasin ? Menghina sahabatkah ? Karena punya 12 imamkah ?

    Tentu anda sudah membaca semua apa yg ditulis/dibahas diblog ini atau di blog mana saja atau di website lain bagaimanakah sikap org2 syiah kepada non syiah, saya rasa tidak ada yg memusuhi, memerangi, menghina bla bla bla…..anda pasti tau itu, kalo tidak tau yaaa cari tau dan kita belajar, jangan asal ngejeplak aj mengenai syiah…

    Slogan mengenai persatuan sunni-syiah, mengapa tidak ???? kalau kita tidak mencobanya siapa yang tau, buktinya sudah banyak kok, anda cari tau aja sendiri…

    Damai

  10. @Soegi

    Banyak sekali “lagu sumbang” yang ditimpakan syiah, tidak ada salahnya dong kita menelaah dan “memerdukan” lagu tersebut, makanya kita jangan pernah takut untuk belajar syiah, jangan alergi mas…saya juga sedang belajar, sorry loh mas cuma ngelurusin, peace ahh, yuk dadah

  11. @soegi
    Bukan soal patut dan tdk patut mas. Dan saya rasa tdk ada yg menggugat ketiga khalifa tersbt. Yg kita inginkan kebenaran. Yg sdh terjadi bukan urusan kita sekarang. Tapi kita mencari kebenaran dari sejarah. Seperti apa yg saya katakan bukan patut dan tdk patut. Tetapi KEUTAMAAN. Siapa yg lbh UTAMA.

    Kalau kita mencari kebenaran menurut anda siapa yg lbh utama menjabat sebagai khalifah pasca Rasul. Bukan menyalahkan lho mas. Tapi mencari kebenara. Wasalam

  12. @Syiah The Changcuters

    Tentu anda sudah membaca semua apa yg ditulis/dibahas diblog ini atau di blog mana saja atau di website lain bagaimanakah sikap org2 syiah kepada non syiah, saya rasa tidak ada yg memusuhi, memerangi, menghina bla bla bla…..anda pasti tau itu, kalo tidak tau yaaa cari tau dan kita belajar, jangan asal ngejeplak aj mengenai syiah…

    masa siih… coba cek lagi… tapi Monggo kerso lah mas….

    @Abu Syahzanan

    Sebenarnya bukan masalah nadanya yang sumbang dan perlu dimerdukan, tapi mestinya liriknya itu lho yang seharusnya dirubah :mrgreen: dan saya pun gak alergi kok mas soalnya saya selalu bawa CTM :lol yuk dadah juga mmuuah…

    @aburahat

    yang jelas saya berbeda dengan anda mas, kebenaran sejarah menurut andapun berbeda dengan kebenaran sejarah menurut saya… saya akan kemukakan logika mayor saya : bahwa generasi terbaik adalah masa rasulullah dan para shahabatnya, maka siapapun khalifah yang terpilih pengganti beliau saat itu adalah yang terbaik yang dipilihkan oleh Allah buat mereka sebagaimana janji-Nya dalam An-Nuur:55, dan terbukti di bawah khalifah2 tsb Islam begitu menyebar dengan kecepatan penyebaran yang belum pernah ada pada agama-agama sebelum Islam dan dengan cepat pula menguasai dunia saat itu, sehingga masalah tingkatan keutamaan, anda tinggal urutkan saja… mudah bukan… itulah kebenaran menurut saya…tetapi bagi saya, bukan berarti kita mengatakan bahwa fulan lebih utama kemudian yang lain tidak utama, bukan seperti itu yg saya maksudkan… untuk logika minornya anda bisa cek sendiri dalil2 nya dari Al-Qur’an maupun Hadits…

    Salam damai selalu…

  13. @soegi
    Saya tdk berbicara sejarah dan hasilnya. Sejarah menunjukan kejadian seperti yg kita ketahui; Abubakar Kh.I kemudian Umar lalu Usman. Tapi yg saya bicara kebenaran. Sejarah menunjukan bahwa Suharto menjabat Presiden sesudah Soukarno. Tetapi apakah benar pembalian alih tsbt. Sejarah pengambil alih ini yg kita bahas. Karena kita mencari kebenaran.
    Anda mengatakan Allah memilih mereka. Tolong beritahukan saya siapa yg menerima wahyu dan mengatakan mereka dipilih oleh Allah. Disini anda telah memutar balikan sejarah. yg benar mereka dipilih berdasarkan musyawarah. Dan semua Muhaddits dan ahli sejarah mengatakan demikian hanya anda yg mengatakan Allah yg memilih.
    Anda katakan bahwa Islam berkembang pesat. Saya mau tanya Islam yg mana. Yang saling membunuh dan saling bermusuhun seperti sekarang ini?. Itukah Islam yg anda maksudkan? Allah melaknat mereka orang2 Islam yg saling membunuh. Dan Rasulullah pernah bersabda dihadapan para sahabat: Apakah anda akan saling menebas leher masing2 sepeninggalku? Inikah Islam yg anda maksud. Wasalam

  14. @aburahat

    Saya tdk berbicara sejarah dan hasilnya. Sejarah menunjukan kejadian seperti yg kita ketahui; Abubakar Kh.I kemudian Umar lalu Usman. Tapi yg saya bicara kebenaran. Sejarah menunjukan bahwa Suharto menjabat Presiden sesudah Soukarno. Tetapi apakah benar pembalian alih tsbt. Sejarah pengambil alih ini yg kita bahas. Karena kita mencari kebenaran.

    kan sudah saya bilang kebenaran sejarah menurut anda dan saya berbeda…dan ga ada tuch menurut yang saya tahu pengambil alihan kekuasaan saat itu, ah jgn2 mas suka baca buku2 teori konspirasi ya?

    Anda mengatakan Allah memilih mereka. Tolong beritahukan saya siapa yg menerima wahyu dan mengatakan mereka dipilih oleh Allah. Disini anda telah memutar balikan sejarah. yg benar mereka dipilih berdasarkan musyawarah. Dan semua Muhaddits dan ahli sejarah mengatakan demikian hanya anda yg mengatakan Allah yg memilih.

    Seingat saya salah satu komentator di sini (mas bims) sudah pernah mengutip dalil2-nya kok, coba aja mas cari…

    Anda katakan bahwa Islam berkembang pesat. Saya mau tanya Islam yg mana. Yang saling membunuh dan saling bermusuhun seperti sekarang ini?. Itukah Islam yg anda maksudkan? Allah melaknat mereka orang2 Islam yg saling membunuh. Dan Rasulullah pernah bersabda dihadapan para sahabat: Apakah anda akan saling menebas leher masing2 sepeninggalku? Inikah Islam yg anda maksud.

    Ah mas melihat Islam itu hanya dari satu sisi saja… coba mas pandang lagi dari berbagai sisi… jika ga ketemu juga… berarti memang kita berbeda dalam memandang… mungkin pandangan kita yg berbeda atau kaca mata yang kita pakai yg berbeda… jadi… yo wis lah…

    Salam damai selalu…

  15. @soegi
    Yg menyampaikan aja dan ketemu kok disuruh orang lain yg cari mas. Saya tdk perlu komentar orang lain semua hanya lasan anda saja. Hehehe Allah memilih diminta bukti katanya sdh ada yg komentar. hehhehe.

  16. @aburahat

    Finally, ketemu juga setelah setiap thread di blog ini saya bukain, ini satu aja saya kutipkan :

    عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ: ادْعِي لِي أَبَا بَكْرٍ أَبَاَكِ وَأَخَاكِ، حَتَّى أَكْتُبُ كِتَابًا، فَإِنِّي أَخَافُ أَنْ يَتَمَنَّى مُتَمَنٍّ، وَيَقُوْلُ قَائِلُ: أَنَا أَوْلَى، وَيَأْبَى اللهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ إِلاَّ أَبَا بَكْرٍ.

    Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anhuا, ia berkata; berkata kepadaku Rasulullah shalallahu ‘alaihi Wasallam: “Panggillah Abu Bakar Bakar, Ayahmu dan saudaramu, sehingga aku tulis satu tulisan (wasiat). Sungguh aku khawatir akan ada seseorang yang menginginkan (kepemimpinan –pent.), kemudian berkata: “Aku lebih utama”. Kemudian beliau bersabda: “Allah dan orang-orang beriman tidak meridlai, kecuali Abu Bakar”. (HR. Muslim 7/110 dan Ahmad (6/144); Lihat Ash-Sha-hihah, juz 2, hal. 304, hadits 690)

    yg ditebalin itu jelas kan mas? semoga anda puas…

    ternyata komentar itu ada di sini :

    Shalat Tarawih Dalam Timbangan Bagian Ketiga

    maaf mas, soalnya saya lagi males kalo hrs nyari-nyari lagi…

    yuk dadah…

    Salam damai selalu…

  17. ustadz soegi, maksud hadits itu apaan toh? bisa tolong di jelaskan gak? saya kok gak bisa memahaminya yach? terus itu kata “kepemimpinan” yang ada dalam tanda kurung memang diucapkan oleh Nabi ataukah tambahan dari periwayat? Kok pake tanda kurung segala yach?

    maklum, saya awam banget.

  18. @ressay

    Walah kok tanyanya sama saya tho mas… saya kan juga cuma copaz aza :mrgreen: dari sononya dah kyk gituch…. di situkan ada tulisannya “-pent.” jadi ya tanya aza ama si “pent.” itu 😛

    Salam damai selalu…

  19. @soegi
    Hadits yg pendek sedimikian ada kemungkinan 2
    1. Bahwa Aisyah tdk mengerti mengenai hadits terebut dan menafsirkan maksudnya disini adalah mengenai kepimpinan.
    Karena tdk mungkin Rasul dan Allah akan berbuat hal yg bertentangan.
    2. Hadits itu adalah rekayasa karena penguasa pada waktu itu Abubakar. Banyak hadits2 mengenai penyesalan Abubakar karena mengambil alih hak Imam Ali. Ini komentar saya terakhir untuk anda. Karena berdiskusi tanpa berdasarkan ilmiah sia2 saja. Wasaalam

  20. @atasku

    tuch kan udah saya bilang sblmnye… dari hal yg paling dasar aja kita dah beda… itu untuk hadits yg menurut saya tergolong jelas pengertiannya, apalagi ntar kalo ketemu hadits yg masih agak kabur2 gmn gituch… makin jauh aja dech kite… :mrgreen:

    Dari awal udah negatip aza bawaannya gmn mo ilmiah? conspiracy syndrome … 😀 yg Aisyah ga ngerti lah.. yg penguasa Abu Bakar nyesel lah… emang ga ada point ke 3 yg positip gitu, misalnya bhwa hadits tsb menunjukkan Allah dan orang2 beriman (di dlmnya termasuk ahlul bait) meridhai beliau?… tp ga pa2 wajar kok… kan dah bs diprediksi dr awal… 😆

    Salam damai selalu…

  21. @soegi
    Oh copas toh? bilang donk dari tadi.

    Terus kok Anda kopas itu disini? maksudnya apa? tentu ada maksudnya donk?

    Penafsirannya apa ya? aku bingung nih menafsirkan hadits yang membingungkan itu.

    Kalau beda, bukankah bisa kita cari ujung persamaannya.

    Tinggal Anda jawab saja.

    Apa benar kata kepemimpinan itu memang di ucapkan Nabi?

    Maksud dari hadits itu apa sih? tolong donk dijelaskan.

    😆

  22. @atasku

    Oh copas toh? bilang donk dari tadi.

    perasaan dah dari kemaren deh bilangnya kalo itu copaz :mrgreen:

    Terus kok Anda kopas itu disini? maksudnya apa? tentu ada maksudnya donk?

    mas aburahat silahkan dijawab 🙂 silahkan kalian berdua berdiskusi… kyknya anda berdua ini cocok dech…

    Penafsirannya apa ya? aku bingung nih menafsirkan hadits yang membingungkan itu.

    Bingung??? Mas Ressay gitu loh! No Way!

    Kalau beda, bukankah bisa kita cari ujung persamaannya

    mohon pencerahannya mas…

    Tinggal Anda jawab saja

    kan udah…

    Apa benar kata kepemimpinan itu memang di ucapkan Nabi?

    khan dah dibilang itu kerjaannya si “-Pent”

    Maksud dari hadits itu apa sih? tolong donk dijelaskan.

    😆

    Salam damai selalu…

  23. ya sudah kalau ustadz soegi yang pinter ini gak mau ngasih tahu saya yang awam ini.

    Pent itu artinya Penterjemah yach? aku kira Pentolan. 😆

    oh, jadi Nabi gak ngomong gitu yach? wah kasian ya Nabi.

  24. @All

    Saya ingin anda semua makna hadits siatas: “Allah dan orang-orang beriman tidak meridlai, kecuali Abu Bakar”. (HR. Muslim 7/110 dan Ahmad (6/144); Lihat Ash-Sha-hihah, juz 2, hal. 304, hadits 690)
    Bagaimana klu kita tafsirkan hadits tsb (ini tafsiran) begini:
    Rasul telah mengetahui apa yg bakal terjadi setelah Beliau wafat;
    Bahwa Allah dan orang2 beriman tdk meridhai pengambilan kekuasaan dari tangan Imam Ali as, kecuali Abubakar. Wasalam

  25. Hadist Kisa telah menjadi perselisihan dikalangan Ulama Hadist,
    Yang menjadi pertanyaan saya apa yang menyebabkan sebagian ulama Hadist melemahkan Syahr bin Hausab.

    Apakah karena dia Syi’ah ?

    Ma’af saya tidak bertaqlid buta kepada ucapan ulama kita hanya karena dia seorang Syi’ah kemudian hadisnya ditinggalkan.

    Adalah kebiasaan ulama kita dimasa lalu setiap ada Hadist berasal dari kaum Syiah. makanya hadisnya ditinggalkan. dan ada juga yang masih toleransi untuk diperiksa kebenarannya.

    INGAT !!!
    Fitnah pernah berkecamuk sepeninggal Nabi.

    Pencari kebenaran.

  26. @Aburahat
    saya setuju dengan penafsiran anda namun mengandung konsekwuensinya yakni “mengapa Abu Bakar tidak menolak atas pengangkatan dirinya menjadi Khalifah??”
    saya harap anda bisa menemukan pemecahannya.Trims.

    @all
    Marilah kita di zaman ini saatnya memetik hikmah tentang apa yang terjadi di masa lalu.
    Di satu sisi kebenaran ada pada Syiah tentang siapa yang di kehendaki Allag dan Rosul sebagai penerus beliau.
    Namun Allah memiliki rencana dan mentakdirkan lain yang hikmahnya dapat diketahui pada masa-masa kita sekarang.
    Untuk itu saat ini kita harus kembali pada Wasiat yang beliau tinggalkan yakni Kitabullah dan Ahlul Bayt beliau.

  27. @aburahat
    maaf saya salah menafsirkan,komentar untuk anda diatas saya tarik.

    Tapi maaf apa anda menafsirkan kalo hanya Abu Bakar saja yang setuju/ridho atas pengambilan kepemimpinan untuk dirinya?? Walau seharusnya Ali ra yang berhak??
    Kalau itu yang anda tafsirkan adalah janggal donk kalo Rosulullah menyuruh Aisyah memanggil ayahnya sedang apa yang ia tulis menyudutkan Abu Bakar.Kalo menurut bahasa kita seharusnya Rosul merasa nggak enaklah sama Abu Bakar sekaligus sama Aisyah.
    Tapi saya tidak menyalahkan anda toh itu sekedar rabaan anda saja yang mungkin bisa keliru dan bukan komentar ato hujjah anda yang kuat.
    Maaf kalo saya salah menafsirkan lagi.
    Damai.

  28. @Tarman Andalas
    Mas, saya kurang paham dengan apa yang mas tulis:
    kalo Rosulullah menyuruh Aisyah memanggil ayahnya sedang apa yang ia tulis menyudutkan Abu Bakar.Kalo menurut bahasa kita seharusnya Rosul merasa nggak enaklah sama Abu Bakar sekaligus sama Aisyah. Tolong dijelaskan agar saya tdk salah tafsir.
    Mengenai kepimpinan yang diambil alih oleh Abubakar, menurut sejarah/riwayat yang saya baca( karena kita tidak berada bersama mereka waktu itu) dalam buku Tragedi Sagifah. Sebenarnya Abubakar tidak berniat untuk menjadi khalifah. Tapi atas desakan Umar b. Khatab. Kalau saya menganilasi dari buku tersebut, maka motor penggerak adalah Umar.
    Jadi kalau anda bertanya apakah Abubakar setuju/ridha pengambilan kepimpinan untuk dirinya.
    Sulit untuk saya katakan. Kalau setuju YA. Karena Abubakar menjadi Khalifah. Tapi kalau Ridha saya rasa tidak. Wasalam

  29. @aburahat

    Sy membaca apa yg mas sampaikan mengenai pengangkatan khalifah Abubakar di atas berbeda sekali dgn yg mas sampaikan di tgl. 11-Nop. Coba mas baca lagi.

    Di sana mas katakan:

    Bagaimana klu kita tafsirkan hadits tsb (ini tafsiran) begini:
    Rasul telah mengetahui apa yg bakal terjadi setelah Beliau wafat;
    Bahwa Allah dan orang2 beriman tdk meridhai pengambilan kekuasaan dari tangan Imam Ali as, kecuali Abubakar. Wasalam

    Mas seolah2 menyatakan bahwa hanya Abubakar yg ridha terhdp pengangkatan dirinya sebag khalifah (inilah yg pertanyakan oleh mas Taman Andalas). Namun di tgl 3-Mei mas seakan-akan menyangkalnya. Mohon penjelasannya.

    Salam

  30. @Aburahat
    Terima kasih atas tanggapannya.
    Sebetulnya saya tidak perlu menjelaskan apa maksud saya karena saya hanya melihat bunyi teks hadis apa adanya seperti yang di tulis sdr Soegi kemudian anda “mengajak” semua untuk menafsirkannya lagi dan anda yang memulai.
    Komentar dan pertanyaan saya hanya berkisar soal bunyi hadis sesuai teks dan tafsiran anda sendiri yang hasilnya persis seperti yang Sdr Armand sampaikan.
    Saya harap anda mau meneliti kembali dengan obyektif.
    Menurut hemat saya penyelesaiannya: kalo ada hadis yang sejenis namun matannya berbeda ato bertentangan dan harus diambil salah satu maka solusinya:
    1. Lebih unggul mana kualitas hadisnya?
    2.Yang mana yang sesuai dengan Nash Al-Quran?
    3.Adakah hadis-hadis lain ato sejarah-sejarah dan riwayat-riwayat yang sahih yang mendukung salah satu hadis tersebut??
    4.Pertimbangan akal sehat dan hati nurani yang merupakan hujjah Allah yang tidak tertulis.
    Dalam kasus ini memang peran akal agak kurang bisa membantu karena yang dibahas semata-mata peristiwa masa lalu tapi kalo poin no. 1-3 dapat dimunculkan maka akal dan hati kita bisa ikut membantu.

    Maaf saya orang awam yang tidak punya kitab-kitab sbgmana yang anda miliki.
    Makanya saya berharap kebenaran dan ilmu dari anda-anda semua.
    Terima kasih.

    @Armand
    Trims, penjelasan anda tepat seperti yang saya maksudkan.Terimakasih.

    Damai.

  31. @Arman dan Tarman Andalas
    Anda2 benar. Yang jelas bahwa hadits tersebut menurut saya adalah rekayasa mengatasanamakan Rasul dan itu telah saya sampaikan utk menjelaskan pd sdr soegi.
    Karena menurut saya tidak mungkin penunjukan kepimpinan Umat hanya diberitahukan kepada yang bakal memimpin dan anaknya. Soal kepimpinan Umat harus diumumkan kepada seluruh Umat seperti apa yang terjadi di KHAIDIR GHUM.
    Karena saya mempunyai keyakinan bahwa apa yang terjadi di Khaidir Ghum sekembali Rasul dari haji Wada yaitu penunjukkan Imam Ali sebagai Pimpinan Umat setelah beliau merupakan kepimpinan yang SAH. Yang diridhai Allah dan para Mukmin terkecuali
    Umar cs.

    Jadi mengenai “Allah dan orang-orang beriman tidak meridlai, kecuali Abu Bakar”. (HR. Muslim 7/110 dan Ahmad (6/144); Lihat Ash-Sha-hihah, juz 2, hal. 304, hadits 690)
    Dan saya buat penasiran:
    Bahwa Allah dan orang2 beriman tdk meridhai pengambilan kekuasaan dari tangan Imam Ali as, kecuali Abubakar. Apakah salah saya katakan demikian karena saya menganggap itu bukan kata2 Rasulullah SAW. Sebab saya berkata demikian mengkonter sdr soegi.
    Dan anda2 menafsirkan se-akan bahwa Abubakar meridhai kepimpinan Imam Ali.
    Coba anda2 baca lagi yang benar yang berbunyi:
    Bahwa Allah dan orang2 beriman tdk meridhai pengambilan kekuasaan dari tangan Imam Ali as, kecuali Abubakar.
    Yang saya tulis jelas2 mengatakan bahwa pengambil alihan kepimpinan dari tangan Imam Ali tidak diridhai oleh Allah dan orang2 beriman terkecuali Abubakar. Ini berarti Abubakar menginginkan kepimpinan bukan pada Imam Ali . Wasalam

  32. @Aburahat, Armand, Soegi and All

    Alhamdulillah saya menemukan sedikit titik terang namun tetap ada kerancuan dengan bunyi teks hadis tersebut.
    Tapi menurutku memang soal kepemimpinan.

    Keterangan hadis :
    Dari ‘Aisyah Radiallahu ‘anha, Ia berkata:
    “Berkata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassallam :”
    “Panggillah Abu Bakar, ayahmu dan saudaramu,sehingga aku tulis satu tulisan (wasiat).kemudian berkata:”Aku lebih utama”.
    Kemudian beliau berkata:
    Allah dan orang-orang beriman tidak meridhai,kecuali Abu Bakar.” (HR MUSLIM 7/110)

    Mari kita tafsirkan bersama-sama (yang di dalam kurung, kapital dan tebal terjemahan kita)

    “Panggillah Abu Bakar,ayahmu dan saudaramu,sehingga aku tulis satu tulisan(wasiat).[logika: ABU BAKAR DATANG BERSAMA SAUDARA AISYAH DAN AISYAH SENDIRI UNTUK MENJADI SAKSI] Sungguh aku khawatir akan ada seseorang yang menginginkan(kepemimpinan-pent.),kemudian berkata:”Aku lebih utama”,[INI KEKHAWATIRAN RASUL]

    kemudian beliau bersabda:
    “Allah dan orang-orang beriman tidak meridhoi,kecuali Abu Bakar.”[KERANCUAN HANYA TERDAPAT PADA KALIMAT INI]

    Kesimpulan:
    Seseorang yang ditulis/ditunjuk Rosul sebagai pemimin siapapun orangnya jelas bukan Abu Bakar karena Abu Bakar, saudara Aisyah dan Aisyah hanya sebagai SAKSI atas orang yang ditulis Rasul. Kalau yang di tunjuk Abu Bakar maka yang ditunjuk/dipanggil sebagai saksi tentulah sahabat yang lain.
    Tidaklah masuk akal Abu Bakar yang di tunjuk Abu Bakar pula yang menjadi saksi (sahabat yang lain kemana??? Padahal ini masalah penting) lagian saudara Aisyah dan Aisyah jelas di pihak Abu Bakar.
    Kemungkinan lain kalo Abu Bakar yang ditunjuk karena Abu Bakar berdekatan/bersama Rosul maka Rosul bisa mengatakan “KAMU AKU PILIH…”(sebagai penegasan apa yang akan/sudah ditulis).

    Sedang kalimat rancu dalam hadis tersebut adalah : “Allah dan orang-orang beriman tidak meridhoi,kecuali Abu Bakar.”
    kalo kita sepakat kalimat ini berhubungan dengan orang yang ditunjuk Rosul, katakanlah FULAN yang dipilih. Maka pengertiannya :
    Allah dan orang-orang beriman tidak meridhoi si FULAN padahal Fulan dipilih Rosulullah dan hanya/kecuali Abu Bakar yang meridhoi/ menyetujui. Ini artinya Allah dan orang-orang beriman versus Abu Bakar dan Rasulullah (karena Fulan dipilih Rosul). ???
    Menang mana ??
    Kalimat ini seolah-olah/bisa menunjukkan keunggulan/keutamaan Abu Bakar karena hanya beliau yang meridhoi atas FULAN yang ditunjuk Rosul.
    Tapi kok yang tidak meridhoi Allah dan orang2 beriman ya??
    Lebih tepat kalo “Allah dan orang2 beriman” diganti dengan “orang-orang munafik” di sekeliling Nabi ato “sahabat-sahabatmu” ato “orang-orang kafir” yang tidak meridhoi si FULAN.
    Apakah ada kesalahan penulisan hadis ato periwayatannya??
    Saya harap saudara Soegi dan Aburahat dan anda semua yang punya kitab mampu mencari pembandingnya.
    Bukankah sdr.Soegi menulis referensinya?? Lihat di:
    Muslim 7/110, Ahmad 6/144, Ash-sha-hihah juz 2, hal 304 hadis no. 690
    Terima kasih.

  33. @aburahat, taman andalas

    Bagaimana kalau kita serahkan dulu ke SP untuk mengecek kesahihan hadits ini? (Yah…jika beliau tdk sedang malas dan tdk sedang capek 🙂 ).
    Setelahnya baru kita rame-rame menafsirkan matannya?

    Jika kita sekrg asyik mendiskusikan makna hadits ini, namun ternyata haditsnya palsu, kan membuang energi sia-sia?

    Oh ya, kayaknya Mr. Soegi ga bisa diajak diskusi mengenai makna hadits ini. Dia keliatannya hanya tertarik melempar bola panas dan namun enggan memegangnya.

    Salam

  34. Ikutan sedikit aja ya…

    hadits yang dibawakan mas Soegi di atas adalah shahih, tidak syak lagi.

    sebenarnya hadits tersebut sedemikian jelas maksud dari matannya, saya heran, apanya sih yang membingungkan?

    mari kita sedikit rubah terjemahannya tanpa merubah maknanya :

    <b“Panggilah Abu Bakar kemari, ayahmu, dan saudara laki-lakimu agar aku menulis sebuah pesan, sebab aku khawatir akan muncul orang yang berharap lalu berkata : “Aku lebih berhak.” Sesungguhnya Alloh dan segenap kaum mukminin hanya rela menerima Abu Bakar.” (HR. Muslim)

    saya kira terjemahan di atas lebih mudah dimengerti.

    Kalo masih tidak yakin bahwa terjemahan/pengertian yg benar spt itu, coba perhatikan yg berikut ini:

    yang dipandang rancu ada pada kalimat :

    وَيَأْبَى اللهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ إِلاَّ أَبَا بَكْرٍ.

    coba kita lihat kalimat yang senada pada riwayat yg lain

    dalam Tarikh Khulafa hal 24 ada riwayat sbb:

    وفي حديث ابن زمعة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أمرهم بالصلاة وكان أبو بكر غائباً فتقدم عمر فصلى فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” لا لا لا يأبى الله والمسلمون إلا أبا بكر يصلي بالناس أبو بكر ” . وفي حديث ابن عمر ” كبر عمر فسمع رسول الله صلى الله عليه وسلم تكبير فأطلع رأسه مغضباً فقال أين ابن أبي قحافة ”

    “Dalam hadits Ibnu Zam’ah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan mereka shalat berjamaah dan saat itu Abu Bakar sedang tidak ada, maka majulah Umar ke depan, Nabi bersabda: “Tidak, tidak, tidak, Allah dan kaum muslimin tidak akan meridhai kecuali Abu Bakar, maka Abu Bakar pun shalat (jadi Imam) bersama manusia.”

    lihatlah ada kata-kata dari Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam yang senada dengan riwayat Aisyah di atas:

    لا لا لا يأبى الله والمسلمون إلا أبا بكر

    Tidak, tidak, tidak, Allah dan kaum muslimin tidak akan meridhai kecuali Abu Bakar

    dalam riwayat tersebut, jelas sekali yang dimaksud dari kata-kata Nabi tersebut adalah : Allah dan kaum muslimin hanya rela/ridha/menghendaki Abu Bakar yang menjadi Imam Shalat, maka Abu Bakar-pun menjadi imam shalat bagi manusia sebagai pengganti Rasulullah saat itu.

    demikian juga hal yang semakna dengan kalimat Rasul dlm hadits Aisyah ra di atas, Allah dan kaum mukminin hanya rela /ridha/menghendaki Abu Bakar sebagai pemimpin umat saat itu.

    Allahu A’lam bishowab

  35. terus ngapain umar maju ke depan, apa ia tidak meridhoi abu bakar? kalo gitu umar kagak masuk “kaum muslimin” , kan katanya kaum muslimin gak akan meridhoi kecuali abu bakar, so pasti kaum muslimin pasti akan menunggu abu bakar dong sampai ia datang, bukannya malah maju ke depan 😆

    antum juga harus baca sejarah dong, kalau antum mengartikan hadis yaitu abu bakar sebagai pemimpin umat terus mengapa Imam Ali dan bani hasyim menolak membaiat abu bakar sampai 6 bulan, apa antum berani mengatakan mereka bukan kaum muslimin, katanya kau mmuslimin kagak ridho kecuali ama abu bakar, kok imam Ali kagak ridho ampe anam bulan 😆

    musykeel banguet 😆

  36. terus ngapain umar maju ke depan, apa ia tidak meridhoi abu bakar? kalo gitu umar kagak masuk “kaum muslimin” , kan katanya kaum muslimin gak akan meridhoi kecuali abu bakar, so pasti kaum muslimin pasti akan menunggu abu bakar dong sampai ia datang, bukannya malah maju ke depan

    wadoh yg kyk ginian kok ditanyain tho bro? Mr. Tonggos, ijinkan saya yg jawab ya?

    soalnya waktu sholat sudah tiba, sedangkan Abu Bakar terlambat datang, jadi Umar berinisiatif untuk menjadi imam sholat, kalo Abu Bakar sudah datang, tentu Umar ga akan berani maju ke depan.. simple banget.. 😆

    antum juga harus baca sejarah dong, kalau antum mengartikan hadis yaitu abu bakar sebagai pemimpin umat terus mengapa Imam Ali dan bani hasyim menolak membaiat abu bakar sampai 6 bulan, apa antum berani mengatakan mereka bukan kaum muslimin, katanya kau mmuslimin kagak ridho kecuali ama abu bakar, kok imam Ali kagak ridho ampe anam bulan

    seberapa persen mereka dibandingkan dg seluruh kaum muslimin bro? perasaan ga ada yg bilang mereka bukan kaum muslimin, tetapi akhirnya mereka mau berbaiat juga kan bro.. jadi benarlah sabda Rasulullah Shalallahu A’laihi Wassalam Allah dan kaum mukminin hanya ridho kepada Abu Bakar.. 😆

  37. ngeles banget, katanya gak ridho kecuali ama abu bakar, lagian kan ada Nabi di situ, baca tu hadis baek-baek. Nabi bilang kaum muslimin kagak redho kecuali ama abu bakar kok umar gampang banget maju ke depan, itu artinya dia redho-redho saja kalau imamnya bukan abu bakar aneh banget ya, 😆

    “seberapa persen mereka dibandingkan dg seluruh kaum muslimin bro? perasaan ga ada yg bilang mereka bukan kaum muslimin, tetapi akhirnya mereka mau berbaiat juga kan bro.”

    mau berpa persen kek terserah, antum pahami dulu maksud orang, kalau menurut hadis itu maka Imam Ali dan bani hasyim yang tidak mau berbaiat itu gimana? apa dibilang bukan kaum muslimin?lha mereka gak berbaiat itu artinya kagak redho, gak usah ngeles pada akhirnya mereka baiat, selama 6 bulan itu apa imam Ali dan bani hasym bukan kaum muslimin? 😆

  38. @assaqaf, antirafidhah

    Mohon maaf….sy menyela sebentar…maaf

    Bagaimana kalo diskusinya ga usah pake icon yg ketawa-ketawa gitu. Kok kesannya meremehkan pendapat lawannya? Kecuali kalo sedang melucu. Buat apa itu? Sy bacanya rada ga enak. Isi argumen lah yg paling penting.

    Itu saja masukan sy. Mohon maaf juga ke tuan rumah.

    Salam

  39. Maksudnya ini apa yah mas ” seberapa persen mereka dibandingkan dg seluruh kaum muslimin bro?

    salam,

  40. @Tonggos
    Islam ini milik siapa sih. Kok hanya diberitahukan kepada mereka bertiga aja bahwa Abubakar yang menjadi Pemimpin setelah Beliau. Mengapa Rasul tidak perintahkan agar mereka yang disebut sebagai SAHABAT berkumpul untuk mendengar pengangkatan Abubakar?
    Sedangkan Hadits Khaidir Ghum yang begitu mutawathirpun bisa didiskritkan. Apalagi hadits perawi hanya Aisyah. Wasalam

  41. Salam,
    Kalau kita melihat konteks dari surat Al-Ahzab Ayat 33, Kan ada 2 bahagian yang satu mengenai istri-istri nabi yang ditegur dan AhlulBait. Artinya istri bukan bagian dari AhlulBait. Logikanya kalau istri merupakan bagian dari ahlulBait kenapa dalam ayat ini mereka dipisahkan…??? perlu ada kajian dech…. makasih

  42. Salam…
    Coba marilah kita melihat surat Al-Baqarah ayat 124, perjanjian Allah dengan Nabi Ibrahim AS. Sangat nyata sekali bahwa yang akan menjadi pemimpin umat harus merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim,…atas permohonan beliau kepada Allah… yang jadi pertanyaan adakah kalifah dari ke-4 kalifah ini merupakan garis keturunan Nabi Ibrahim AS…., jelaskan apalagi… dari sini kita akhirnya berpikir bahwa Isalam menganut paham Teokrasi… pemimpin ditunjuk langsung oleh Tuhan

  43. Hendaknya pertengkaran…. dan perselisihan antara Syiah dan Sunni HARUS…HARUS…HARUS diakhiri… kembalikan semua ini pada keyakinan pribadi masing-masing. Andai Rasullullah melihat ini.. sangat dipastikan beliau akan KECEWA… karna apa yang beliau telah bangun.. ternyata hancur biarkanlah kebenaran yang diyakini oleh saudara-saudara Syiah tetap jadi miliki mereka begitu juga saudara-saudara yang ada di Sunni tetap dengan keyakinannya. Allah Maha Besar… Akan ada pengadilan yang sejati..jaga perasaan Rasullullah… mari kembali kepada UkhuwahIslamiah…Orang Islam pasti bersaudara…

  44. thanks tulisannya

  45. salam

  46. sudah tersebut dalam riwayat yang diketahui oleh kita, setelah turunnya ayat – (Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya), -maka Nabi s.aw memang mereka berempat lalu ditutupinya dengan selimut dan baginda berdoa: “Ya Allah (mereka adalah) Ahlul BaitKu, lenyapkanlah kotoran dosa dari mereka.”

    Jauh Nabi s.a.w dari melakukan perkara yang sia-sia. Baginda lebih memahami ayat Allah, maka dimanakah letak kewajaran untuk baginda mendoakan mereka yang sudah diberi jaminan?

    Sesungguhnya hal demikian menunjukkan baginda s.a.w tahu bahawa Ali, Fatimah, Hasan dan Husain TIDAK TERMASUK dalam Ahl Bait yang disucikan sesuci-sucinya.

    Maka jika benar hal yang didakwa Syiah, kita tahu Rasulullah adalah orang yang arif maka harus dia bacakan ayat itu sahaja kepada mereka, kerana ia wahyu yang perlu disampaikan. Mengapa harus baginda memlakukan perbuatan yang tidak perlu.

    Jesteru itu yang sebenarnya orang Syiahlah yang tidak paham maksud sebenar ayat tersebut.

  47. @painter
    Coba jelaskan Asbabul Nuzul QS 33:33

  48. Sesungguhnya Allah telah turunkan ayat-ayat Al Quran ini dengan bahasa Arab yang terang.

    Dan Allah tidak turunkan ayat-ayatnya untuk menyusahkan Nabi s.a.w.

    Ada perumpamaan untukmu, yang manakah lebih baik pada kamu= diberikan padamu susu dan madu. Susu untuk hak kamu, dari uangmu, uang ibumu dan madu itu hak untuk jiranmu, itu uangnya, uang isterinya. Madu diharamkan itu untuk kamu memakannya.

    Kamu tentu suka jika ia diberikan secara berasingan.
    Akan tetapi orang itu telah memberinya bercampur sudah dibancuh dalam satu bekas. Jadi apa maksudnya?

    2. Kita tahu kaki kita ini ada tiga bagian disambung dengan sendi. 1. peha. 2. betis. 3. kaki. Apakah sama peha dengan betis? Serupakah kaki bentuk dengan betismu? Pasti nggak.

    Akan tetapi jika kamu asingkan betis daripada paha, apakah ini boleh dikatakan kaki yang sempurna?

    Al Quran ini tiada syak lagi datang dari Allah. Dan Allah yang menurunkan Al Quran dan Allah pasti menjaganya!

    Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab yang terang. Tidak Allah turunkan Al Quran itu untuk RasulNya menjadi susah.
    Allah, Tuhan yang maha perkasa, tiada Dia takut akan mana2 makhlukNya dan tidak pernah Dia lupa. Dan tiada Dia berahsia2 dalam urusan untuk manusia.

    Dan Jibrail tidak lalai dalam tugas yang Allah berikan kepadanya.
    Maka jauhlah Nabi s.a.w dari melakukan perkara yang sia-sia.

    Nah, itu adalah pembayang dari saya.

  49. @painter
    Anda sebut anda painter tapi anda tidak mahun dengan tulisan anda.
    Ayat2 atau Firman bukan untuk (dan tidak ada yang sulit buat Rasul). Ayat2 turun untuk kita yang bodoh. Susah bagi yang bodoh mudah bagi yang mendapat petunjuk.
    Contoh anda SALAH
    Kalau kaki benar. Tapi kalau haram dan Halal harus diasingkan. Nah itulah komentar saya untuk anda

  50. Nampaknya perumpamaan itu sudah sedikit terkesan, walaupun tidak semua. Gembiranya saya.

    Memang kata saudara “Susah bagi yang bodoh mudah bagi yang mendapat petunjuk.” Tapi aneh pula saudara ini bila “Ayat2 atau Firman bukan untuk (dan tidak ada yang sulit buat Rasul). Ayat2 turun untuk kita yang bodoh”.

    Adapun susu bercampur madu itu sama seperti ayat 33:33. Syiah berkata sebagian dari ayat itu untuk para isteri tapi sebahagian dari ayat itu pula untuk ahl Bait yang hak iaitu Imam Ali dan ahli keluarganya.

    Hal demikian seperti itulah umpama susu bercampur madu. Bagi Syiah mudah saja dikatakan hadis kisa telah menjelaskan segala-galanya. Tapi loh, aneh, mengapa Rasulullah BERDOA PULA pada Allah dengan MENUNJUK ” Ya Allah MEREKALAH Ahlul BaitKu…” Sekarang sebenarnya apa?

    [“Tapi kalau haram dan Halal harus diasingkan.”] Asingkanlah susu itu daripada madu, jika kamu mau..

    Tentu saja Syiah berkata nashibi seperti saya tidak mengerti apa2. Ayat itu ada sebutan bentuk feminin dan maskulin. Bermula dalam bentuk maskulin, kemudian wakaf, kemudian feminin, wakaf jim dan disudahi ayat tahirah berbentuk maskulin. Maka dakwanya ayat tahirah itu untuk lelaki, bukan untuk para isteri.

    Maka itulah perumpamaanku tentang kaki, betis dan peha.

  51. @painter

    Hal demikian seperti itulah umpama susu bercampur madu. Bagi Syiah mudah saja dikatakan hadis kisa telah menjelaskan segala-galanya. Tapi loh, aneh, mengapa Rasulullah BERDOA PULA pada Allah dengan MENUNJUK ” Ya Allah MEREKALAH Ahlul BaitKu…” Sekarang sebenarnya apa?

    Tidak ada kaitan tafsir ayat ini dengan syiah atau tidak. Lafaz “merekalah ahlul baitKu” menunjukkan bahwa merekalah yang dimaksud ahlul bait dalam ayat tersebut. Jadi lafaz yang anda sebut sebagai doa adalah lafaz penunjukkan bagi siapapun yang mendengar bahwa merekalah ahlul bait yang dimaksud.

    Yang aneh dengan pandangan anda adalah orang yang menurut anda nyata-nyata dituju dalam ayat tersebut yaitu Ummu Salamah [istri Nabi SAW] malah meminta kepada Nabi SAW agar bersama mereka Ahlul Kisa’. Fakta ini justru menjelaskan kalau Ummu Salamah bukanlah yang dituju oleh ayat tersebut sehingga ia meminta Nabi SAW agar dirinya bisa ikut bersama mereka.

    Ada analogi yang pas untuk cara berpikir anda soal “sia-sia”. Ini hujjah seseorang yang saya kutip : Mungkin bisa kita ambil pelajaran dari ayat “Inna Allaha wa malaikatahu yushalluna ‘ala Al-Nabiyy” (Sesungguhnya Allah & para malaikat-Nya bershalawat atas Nabi [Muhammad]).

    Lalu, dari hadis, Nabi Muhammad saw. mengajari kita membaca “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad” (Ya Allah, sampaikanlah shalawat atas Nabi Muhammad & keluarganya).

    Sungguh tidak layak dikatakan bahwa Nabi SAW mengajarkan yang sia-sia karena sudah jelas Allah SWT bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW [sebagaimana yang ditetapkan dalam Al Qur’an] lantas mengapa pula mesti ada doa “ya Allah sampaikanlah shalawat atas Nabi Muhammad SAW “. Jadi pandangan anda soal “sia-sia” itu perlu diteliti kembali. 🙂

  52. @painter
    Anda salah menafsirkan doa Rasul. Apakah Rasul tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui siapa Ahlulbait Rasul. Sehingga Rasul berdoa demikian. Pikirkan. Wasalam

  53. kalau benar surah Al-Ahzab ayat 33 tersebut untuk istri-istri nabi kenapa nabi tidak memanggil semua istri-istrinya sebagaimana Nabi memanggil Siti Fatimah, Imam Ali dan kedua cucunya Al Hasan dan Al Husain?

    wassalam

  54. Sesungguhnya Allah dan malaikatNya berselawat ke atas Nabi (Muhammad s.a.w); wahai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu kepadanya serta ucapkanlah salam sejahtera dengan penghormatan yang sepenuhnya. 33:56

    Ayat selawat menyatakan bahwa 1. Allah dan malaikatNya berselawat ke atas Nabi s.a.w dan 2. Maka Allah pun MEMERINTAHKAN KITA untuk sama berselawat kepada NabiNya s.a.w.

    Maka setelah turun perintah tersebut maka tentu umat mau tahu bagaimanakah caranya berselawat? Lalu Rasul s.a.w MENGAJARKAN CARA berselawat.

    Hikmah Allah menyatakan bahawa Dia dan malaikatNya berselawat ke atas Rasul s.a.w agar tiada orang akan timbul keraguan dalam hatinya merasakan Nabi s.a.w mahu dirinya dipuji-puji.

    Akan tetapi bagaimanakah cara berselawat itu TIDAK DINYATAKAN. Maka jelaslah perkara ini ditugaskan kepada Rasul s.a.w untuk mengajarkannya.

    Sudah berapa ramai orang2 Kristen dan Buddha tersalah cara dalam membesarkan tokoh agungan mereka. Saya pernah membaca risalah agama Buddha. Mereka berkata “ Umum mendakwa kami penganut Buddha menyembah Buddha. Hal itu tidak demikian, kami tidak menyembahnya. Yang sebenarnya kami berdoa kepada Buddha dengan berkata “Wahai Buddha, terima kasih kerana menunjukkan tuhan kepada kami”.”- terus, tuhan itu di mana?

    Maka hal inilah yang perlu dielak,dan itulah yg diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. Sesungguhnya Islam ini sentiasa MENDAHULUKAN Allah dalam setiap urusan karena Allah adalah tumpuan tempat meminta. Oleh itulah selawat kita bermula dengan: Ya Allah, sampaikan (dariku) selawat ke atas Nabi Muhammad.

    Maka kata saudara: [Sungguh tidak layak dikatakan bahwa Nabi SAW mengajarkan yang sia-sia karena sudah jelas Allah SWT bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW [sebagaimana yang ditetapkan dalam Al Qur’an] lantas mengapa pula mesti ada doa “ya Allah sampaikanlah shalawat atas Nabi Muhammad SAW “.] – itu sudah jelas bagi saya, saudara sudah tersalah contoh untuk membaca fikiran saya.

    Panggoda berkata:[ Anda salah menafsirkan doa Rasul. Apakah Rasul tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui siapa Ahlulbait Rasul. Sehingga Rasul berdoa demikian.]

    Hal selawat dengan peristiwa di rumah Umm Salamah adalah dua perkara yang berbeda sama sekali.

    Ingatlah kamu berdua, bahawa Rasul BERDOA KEPADA ALLAH agar ahl Bait di dalam kisa’ itu disucikan juga. Baginda berdoa kepada Allah dan bukannya Baginda BERSABDA/MENGAJARKAN kepada Umm Salamah. Jika benar sepatutnya di PERMULAAN SABDANYA “Wahai Um Salamah, inilah ahlul baitku yang disucikan sesuci-cucinya.” Juga TIDAK ADA APA PERINTAH untuk Rasul berbuat sepertinya hal selawat.

    Hal ini mudah difahami ia adalah maklum balas dari Nabi karena ‘wahyu itu masih panas’ lagi. Baru sebentar diturunkan. Umum tahu Rasul s.a.w adalah seorang yang amat penyayang. Baginda suka cari peluang untuk orang lain diampunkan oleh Allah. Sebab itulah baginda memanggil Imam Ali, Fatimah dan anak2 nya agar tidak tertinggal, karena Allah tadi berbicara dengannya, Jibrail pun tadi sampai.

    Ingatlah permintaan Nabi Nuh ketika di atas kapal, bila melihat anaknya tenggelam timbul, dalam keadaan situisi yang tidak bisa ditanguh-tanguh lagi! Baginda berdoa agar anaknya termasuk selamat bersamanya di dalam bahtera,

    [Dan Nabi Nuh merayu kepada Tuhannya dengan berkata: “Wahai Tuhanku! Sesungguhnya anakku itu dari keluargaku sendiri, dan bahawa janjiMu itu adalah benar, dan Engkau adalah sebijak-bijak Hakim yang menghukum dengan seadil-adilnya”. Hud:45]

    [Allah berfirman: “Wahai Nuh! Sesungguhnya anakmu itu bukanlah dari keluargamu; sesungguhnya bawaannya bukanlah amal yang soleh, maka janganlah engkau memohon kepadaKu sesuatu yang engkau tidak mempunyai pengetahuan mengenainya. Sebenarnya Aku melarangmu dari menjadi orang yang jahil”. Hud:46]

    Nabi Nuh minta agar anaknya termasuk karena anaknya itu belum masuk sebagai orang yang dijamin, sedangkan orang-orang soleh di atas kapal itu sudah terjamin maka tidaklah perlu dipercepatkan apa-apa lagi atas orang2 soleh itu, hanya perlu duduk dan tunggu saja.

    Tambahan, TIDAK TURUN apa-apa ayat YANG BERASINGAN untuk mengesahkan kesucian ahl bait Imam Ali (krw) dan keluarganya seperti angan2 Syiah. Allah sendiri menurunkan ayat itu dalam satu ayat, malah di rumah Umm Salamah! Jika benar Syiah, mengapa harus Imam Ali menjadi tetamu yang dipanggil?

    Itulah yang membawa sakit hati, bagaimanakah madu mau diasingkan dari susu?, Maka Syiah berkatalah hal itu adalah rahsia-rahsia ahl bait, dan para sahabat telah merubahnya.

    [G2 :kalau benar surah Al-Ahzab ayat 33 tersebut untuk istri-istri nabi kenapa nabi tidak memanggil semua istri-istrinya sebagaimana Nabi memanggil Siti Fatimah, Imam Ali dan kedua cucunya Al Hasan dan Al Husain?]

    Maka itu wahai saudaraku G2, hal itu mudah saja, bila orang itu sudah diberi jamin, sudah tertulis dalam surat, mau apa dikejar-kejar lagi? Datang kepadanya dan bacakan saja. Bukankah lebih molek para istri itu berada di rumahnya masing-masing karena Allah berfirman selepas itu:

    Dan ingatlah (serta amalkanlah) apa yang DIBACA DI RUMAH KAMU dari ayat-ayat Allah (Al-Quran) dan hikmah pengetahuan (hadis-hadis Rasulullah). Sesungguhnya Allah Maha Halus tadbirNya, lagi Maha Mendalam pengetahuanNya.

    Untuk siapa? Istri2 nabi. Turun di Rumah siapa? Rumah Istri Nabi s.a.w.

    Loh, Rumah Imam Ali?

  55. @painter

    Hikmah Allah menyatakan bahawa Dia dan malaikatNya berselawat ke atas Rasul s.a.w agar tiada orang akan timbul keraguan dalam hatinya merasakan Nabi s.a.w mahu dirinya dipuji-puji.

    Hikmah memang bisa bebas bagi setiap orang. Jadi setiap orang dengan masing2 keilmuan dan i’tiqadnya akan mengambil hikmah yang berbeda.
    Bagi saya hikmahnya adalah bahwa:
    1. Allah dan Malaikat shallu (terhubungkan) dengan Rasulullah SAW.
    2. Shalawat itu wajib dan berat.
    3. Wajib untuk memuliakan Rasulullah.
    4. Tidak akan seseorang dikatakan terhubungkan dengan Allah jika tidak terhubungkan kpd Rasulullah SAW. Dan tidak akan seseorang terhubungkan kpd Rasulullah jika tidak terhubungkan kpd keluarga Rasul SAW.

    Jika anda mengambil hikmah: agar tiada orang akan timbul keraguan dalam hatinya merasakan Nabi s.a.w mahu dirinya dipuji-puji. Itukan hanya menunjukkan bhw jika Allah tidak mencontohkan maka anda akan berprasangka buruk bhw Nabi mahu dirinya dipuji2.
    Bagi saya apakah Allah mencontohkan ataupun tidak maka saya tidak akan pernah berprasangka bhw Rasulullah mahu dipuji2. Prasangka ini hanya ada pada mrk yang memang ada penyakit di hatinya.

    Salam damai.

  56. @painter

    Allah sendiri menurunkan ayat itu dalam satu ayat, malah di rumah Umm Salamah! Jika benar Syiah, mengapa harus Imam Ali menjadi tetamu yang dipanggil?

    Anda menganggap logika anda sudah benar? Jika didahului dengan usaha/i’tiqad agar ayat tsb utk para istri Rasul tentunya anda (nafsu) akan membawa kesana.
    Saya punya logika yang lain, yaitu:
    Ayat tsb turun (disampaikan) di rumah Ummu Salamah karena:
    1. Akan muncul orang2 spt anda yang akan mengingkari kemuliaan Imam Ali, Sy Fatimah, Imam Hasan, dan Imam Husein. Sehingga jika ayat tsb disampaikan tanpa ada saksi ( di rumah Imam Ali) maka anda dengan sumir akan menolak.
    2. Ummu Salamah dipilih krn beliau paling amanah. Lihat saja hadits yang disampaikan oleh Ummu Salamah. Beliau dengan besar hati menyampaikan bhw beliau bukan termasuk ahlul bayt.

    Saya terus berfikir, masih kurang jelas bagaimana hadits yang disampaikan oleh Ummu Salamah bhw beliau bukan termasuk ahlul bayt, namun masih terus ada orang2 spt anda yang ngotot memasukkan istri Rasul, yang mana istri Rasul itu sendiri membantahnya.
    Saya mengagumi dan memuliakan istri Rasul sebagai bagian dari pemulian dan hormat saya kpd Rasulullah SAW, namun bukan berarti merusak tatanan yang sudah dibentuk oleh Baginda Rasul.

    Salam damai

  57. @painter
    Komentar dan penjelasan anda cukup panjang.
    Tapi penafsiran anda atas QS 33: 56 SALAH sehingga jalan penafsiran QS 33: 33 pun jadi salah serta penjelasan anda selanjutnya jadi salah.
    Makna dari Qs 33 : 56 seharusnya anda terjemahkan begini : SESUNGGUHNYA ALLAH DAN MALAIKAT MENGADAKAN HUBUNGAN ( SHALLI hubungan juga doa). NABI, HAI ORANG2 BERIMAN TINGKAYKAN HUBUNGAN DENGAN………..DST
    Kemudian bagaimana cara bershalawat (berhubunngan) pada Rasulullah Ucapankan Ya Allah hubungkan aku dengan Muhammad dan ALnya (keturunannya). Mengapa dan Al. Karena Salawat ini tdk terputus. Sedanhkan Rasul bakal wafat. Maka hubungan selanjutnya adalah Ahlulnait dan keturunannya.
    Kemudian saya ingin tanyakan anda sehubungan QS 33 : 33.
    1. Mana duluan YANG Allah CIPTAKAN Firman2 Allah dalam Alqur’an atau kenabian Nabi Muhammad SAW?
    2.Apa tujuan QS 33 : 33
    3. Kalau anda tempatkan istri2 Nabi dalam QS 33: 33
    Siapa saja.
    4.Apakah mungkin mereka2 yang telah disucikan sebersih-bersih berbuat dosa sehingga turun ancaman dari Allah. Wasalam

  58. @Truthseeker08

    [Jika anda mengambil hikmah: agar tiada orang akan timbul keraguan dalam hatinya merasakan Nabi s.a.w mahu dirinya dipuji-puji. Itukan hanya menunjukkan bhw jika Allah tidak mencontohkan maka anda akan berprasangka buruk bhw Nabi mahu dirinya dipuji2.]

    Wahai, saya ini muslim dan Allah turunkan ayat selawat itu dengan cara yang cukup berhikmah, hingga dapat dia menutup lubang-lubang puak kafir musyrik dari menghasut. Dan saya membela ayat2 Allah.

    Berapa banyak komentar oleh orang2 kristen yang mengatakan Muhammad itu mau disembah-sembah.

    Sebenarnya saudaralah yang berprasangka buruk ke atas pembelaan saya.

  59. @painter
    Baru dengar saya bahwa ada orang kristen yang menyatakan bhw Muhammad minta disembah2. Sudah sangat jelas islam meletakkan Rasulullah sbg utusan Allah dengan syahadat. Jika kita meyakini/mengimani bhw Muhammad adalah utusan Allah bagaimana Muhammad bisa menjadi dituhankan??
    Al Qur’an penuh dengan doktrin yang menyatakan bahwa Muhammad hanyalah pembawa berita gembira, dan mengecam mereka yang menuhankan selain Allah.
    Yang celakanya atas kekuatiran yang sangat tidak mendasar itu maka kita memangkas kemuliaan2 Beliau ??? Maaf2 saja saya tidak mau menjadi orang celaka spt itu.
    Ribuan tahun umat islam jalan dengan tawassul, tabarruk, maulid dll pemuliaan atas Beliau, belum pernah saya mendengar ada yang menyembah Muhammad. Yang ada hanyalah paranoia kelompok pendengki.

    Wahai, saya ini muslim dan Allah turunkan ayat selawat itu dengan cara yang cukup berhikmah, hingga dapat dia menutup lubang-lubang puak kafir musyrik dari menghasut. Dan saya membela ayat2 Allah.

    Memangnya saya tidak membela ayat2 Allah? Tidak usahlah claim2 sepihak seperti itu. Mereka yang membunuh orang2 tidak berdosa pun mengklaim sedang membela ayat2 Allah.
    Tidak usah kuatir atas hasut puak kafir, islam memiliki doktrin yang kuat:
    1. Syahadat, yang jelas memposisikan Rasulullah sebagai utusan.
    2. Surat Al Ikhlas => sudah pernah bacakan?
    3. Surat Al Kafi 110 => sudah baca?
    dll.
    Jadi anda tidak perlu merncari terlalu jauh, ayat2 yang explisit sudah banyak.

    Salam damai

  60. @painter

    Nabi Nuh minta agar anaknya termasuk karena anaknya itu belum masuk sebagai orang yang dijamin, sedangkan orang-orang soleh di atas kapal itu sudah terjamin maka tidaklah perlu dipercepatkan apa-apa lagi atas orang2 soleh itu, hanya perlu duduk dan tunggu saja

    Ooh.. jadi selama ini anda kira penyucian ahlulbait “hanya” berasal dari doa Nabi saw. Begitukah?

    Apakah anda belum baca ayat Al-Ahzab: 33 yangmana Allahlah (bukan Nabi saw) yang berkehendak mensucikan mereka ahlulbait?

    Salam

  61. @painter
    Anda bilang “Bukankah lebih molek para istri itu berada di rumahnya masing-masing karena Allah berfirman selepas itu”
    Tapi ada salah satu istri Rasulullah Saw setelah turunnya ayat tesebut dan setelah Rasulullah Saw wafat ia keluar rumah dan pergi memerangi kholifah yang sah yaitu Imam Ali as apakah itu tidak bertentangan dengan ucapan anda tersebut dan Alquran Surah al-ahzab ayat 33 sebelum ayat penyucian. Malahan istri Rasulullah Saw tersebut pernah ditegur oleh Allah karena membuat susah Rasulullah Saw kisah ini diabadikan dalam Alqur’an surah At-Tahrim [66]: 4, jika benar ayat penyucian itu benar untuk istri2 Rasulullah Saw seharusnya istri Rasulullah Saw tersebut tidak keluar rumah dan memerangi Kholifah yang sah Imam Ali as.

    wassalam

  62. Saya tidak mengomentari hadits tersebut dari SANADnya.
    Tapi saya adakan pendedakatan dai segi sejarah atas pernyataan Umu Salamah RA.
    1.Sabda Umu Salamah terjadi dirumah Syaidati Fatimah as
    2.Sedangkan ayat Thathirah menurut Ashbabul Nuzul turun
    dirumah Umu Salamah dan menurut Hadits Al-Kisa’ pada
    waktu itu Umu Salamah tidak termasuk dalam Ahlulbait
    yang dimaksudkan dakam QS 33 : 33
    3. Menurut hadits tersebut diatas Umu Salamah menanyakan
    pada Rasul sbb: “Wahai Rasulullah bukankah aku juga keluargamu?”. Beliau menjawab “Ya benar. Masuklah ke balik kain ini”. Maka akupun masuk ke balik kain itu setelah selesainya doa Beliau untuk anak pamannya, kedua putra Beliau dan Fatimah putri Beliau”. Jadi berarti Umu Salamah tidak termasuk dalam Ahlulbaiti sesuai QS 33 : 33
    Karena beliau masuk kebalik kain sesudah Rasul berdoa. Ini berarti apabila SABDA RASUL INI BENAR (shahih) maka posisi Umu Salamah dalam predikat Ahlulbaiti Rasul hanya ahlulbait dalam arti umum dan bukan Ahlulbaiti berdasarkan QS 33:33
    Belum lagi matannya.

  63. @Truthseeker08

    Logika saudara ini jauh. Apakah saudara rasakan jika ia turun di rumah Imam Ali maka Rasul akan diam begitu saja. Apakah Baginda takut?

    2.apakah Ummu salamah berkata selepas itu “Sesungguhnya daku bukan ahl Bait itu.”?

    Jikalau kamu baca keseluruhan ayat 33:33 ternyata ia bersambung dengan seluruh rangkaian ayat-ayat untuk istri2 Nabi s.a.w. Kalaupun kita mahu ambil ayat 33:33 saja untuk turun ke rumah Saidina Ali ternyata struktur ayat itu TIDAK MEMBENARKAN ia turun ke rumah Saidina Ali.

    ===[33] dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya; Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.===

    Apa haruskah Saidina Ali, Hassan dan Hussin tetap diam dirumah? Berhias? Dan kemudian Allah menyuruh mereka solat dan zakat secara berbicara kepada kaum perempuan?

    Kalau ada cuba berkata ayat itu turun selepas doa Nabi s.a.w, ia langsung tidak memberi apa2 makna karena ia tidak sesuai untuk sifat kelakian Imam Ali dan kedua2 anaknya. Karena ia harus dibacakan seluruhnya.

    Mungkin ada yang berkata Allah berfirman kepada istri2 Nabi lalu berpaling pula kepada Ahl Bait. Akan tetapi ayat yang seterusnya langsung tidak membenarkan pikiran seperti itu;

    ===34] Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.===

    Kalau ada berkata Ummu Salamah sudah mendengar ayat itu maka dia menanyakan kepada Baginda akan perlakuannya itu, maka itu hanyalah melihat keganjilan dari perlakuannya berbanding maksud ayat itu. Bukan mengesahkan bhw beliau bukan ahl Bait. Rasulullah tidak mentafsir ayat tersebut tetapi baginda mengambil berkat dari ayat itu. Karena saya sudah katakan dahulu baginda bersabda “Ya Allah” bukan “ Ya Salamah”.

    Tambahan ada ayat2 lain dalam Al Quran yg menjadi petunjuk bhw Ahl Bait itu adalah istri.

    Dari mana arah kamu semua datang untuk mentakwil senafsu kamu, maka kamu akan dapati tidak ada tempat. Allah tidak izinkan, dan kamu tetap berada diluar.

    Tambahan ayat tahirah bermula dari WAKAF JIM. Kalau mau disalahkan Jibrail pun maka Allah sudah memberi kita amaran tentang itu.

    Tidak Allah datangkan ayat trsbt dengan cara bercanggah ini. Tidak pula Dia kirimkan sebahgian ayatnya itu dengan sedikit selit-selit karena kerisauan. Tidakkah kita tahu Allah s.w.t itu tidak takut dan tidak alpa? Karena kata saudara sebelumnya;

    ==Akan muncul orang2 spt anda yang akan mengingkari kemuliaan Imam Ali, Sy Fatimah, Imam Hasan, dan Imam Husein. Sehingga jika ayat tsb disampaikan tanpa ada saksi ( di rumah Imam Ali) maka anda dengan sumir akan menolak.==

    Loh, jika benar saudara maka adalah mudah bagi Allah untuk mengesahkan kemuliaan Imam Ali dan keluarganya. Tetapi Allah tidak izinkan begitu karena hal imamah tidak pernah wujud. Jika benar Syiah, loh? mana rahmat Allah kpd kamu? mengapain jadi begini? Tidakkah Islam itu rahmat dan Nabi s.a.w pun mahu semuanya selamat?

    Yasin[82]
    Sesungguhnya keadaan kekuasaanNya apabila Ia menghendaki adanya sesuatu, hanyalah Ia berfirman kepada (hakikat) benda itu: ” Jadilah engkau! “. Maka ia terus menjadi.

    Hikmah Allah turunkan ayat trsebut dalam BENTUK SEDEMIKIAN adalah karena akan muncul orang2 spt anda yang akan mengerat2 memotong2 ayatNya supaya ditakwil dgn kisah2 kisah bohong hingga ramai yang syirik dan mencela dan mengkafir umat terdahulu rodhiallah hu anhum. Sedangkan merekalah pengumpul dan penjilid Al Quran.

    Oleh itu soalan saya, = tidakkah saudara yakin bahawa Al Quran ini benar, tiada syak ke atasnya datang dari Allah dan Allah juga yg tetap menjaganya?

  64. @ chany

    Saudara, nampaknya saudara juga salah faham dengan sya, apa saudara katakan itu benar tetapi maksud sya hanya untuk menjelaskan bahawa ayat selawat dan doa nabi s.a.w di rumah ummu Salamah adalah dua situasi berbeda.

    1. Mana duluan YANG Allah CIPTAKAN Firman2 Allah dalam Al Qur’an atau kenabian Nabi Muhammad SAW?==

    Pertanyaan saudara sama seperti pertanyaan: mana dahulu, ayam atau telur? Kristen pun bertanya begitu. Pergilah rujuk Injil Barnaba, di sana ada kata2 Nabi Isa. Atau holy Bible pun boleh juga:

    Holy Bible, Isaiah (Yesaya) bab 29 ayat 12
    Dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat
    membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan
    menjawab: “Aku tidak dapat membaca.”
    Yesaya 29:12

    Suka saya ingatkan, janganlah hendaknya saudara bertanya soalan seorang Kristen kepada saya.

    @chany
    4.Apakah mungkin mereka2 yang telah disucikan sebersih-bersih berbuat dosa sehingga turun ancaman dari Allah. Wasalam

    ==@Armand:
    Ooh.. jadi selama ini anda kira penyucian ahlulbait “hanya” berasal dari doa Nabi saw. Begitukah?
    Apakah anda belum baca ayat Al-Ahzab: 33 yangmana Allahlah (bukan Nabi saw) yang berkehendak mensucikan mereka ahlulbait.==

    Terima kasih kerana memberikan sedikit pembayang kepada chany.
    “Allahlah yang berkehendak mensucikan mereka ahlulbait.”

    Hal itu mudah saja, Keseluruhan ayat TIDAK BERSIFAT UNTUK MENETAPKAN apa2 kemaksuman.
    Perhatikan, Allah menggunakan (yuridu) yang maknanya: kehendak @ brmaksud @ keinginan. Dan lafaz (Li+yuzhiba) yg maknanya: Supaya atau Untuk. Maksudnya “Kehendak Allah untuk membersihkan.” Maka itu bukan bersifat menetapkan.

    Jika Allah mentapkan maka tentulah firmannya:

    [ “Sesungguhnya Allah TELAH menghilangkan dosa kamu…..]

    Cuba lihat, Allah telah mentetapkan Rasulnya seorang yg maksum. Bila saja baginda membuat kesilapan maka Allah menurunkan ayat yg menetapkan:

    At Taubah [43] ALLAH MEMAAFKANMU (wahai Muhammad), mengapa engkau izinkan mereka (tidak turut berperang) sebelum nyata bagimu orang-orang yang benar dan (sebelum) engkau mengetahui orang-orang yang berdusta?

    At Taubah[43] ALLAH GIVE THEE GRACE! why didst thou grant them exemption until those who told the truth were seen by thee in a clear light, and thou hadst proved the liars?.

    Mari kita lihat ayat berkenaan wuduk:

    ===[Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sembahyang (padahal kamu berhadas kecil), maka (berwuduklah) iaitu basuhlah muka kamu, dan kedua belah tangan kamu meliputi siku dan sapulah sebahagian dari kepala kamu dan basuhlah kedua belah kaki kamu meliputi buku lali dan jika kamu berjunub (berhadas besar) maka bersucilah dengan mandi wajib dan jika kamu sakit (tidak boleh kena air) atau dalam pelayaran atau salah seorang dari kamu datang dari tempat buang air atau kamu sentuh perempuan, sedang kamu tidak mendapat air (untuk berwuduk dan mandi), maka hendaklah kamu bertayamum dengan tanah (debu) yang bersih, iaitu: Sapulah muka kamu dan kedua belah tangan kamu dengan tanah debu itu. Allah tidak mahu menjadikan kamu menanggung sesuatu kesusahan (kepayahan), tetapi DIA BERKEHENDAK MEMBERSIHKAN (mensucikan) kamu dan hendak menyempurnakan nikmatNya kepada kamu, supaya kamu bersyukur.
    Al Maidah: 06-===

    Ertinya, Allah menyuruh kita wuduk dan kerja wuduk itu begitu dan begini. Tetapi itu bukan maksud Allah untuk menjadikan kita sibuk dan payah, tidaklah melainkan berkehendak untuk menyucikan kita. Bila berwuduk kita jadi bersih. Namun kita tidak akan jadi maksum krn berwuduk. Tentu saja bila kita dengar ini hati kita jd tenang dan gembira.

    Dan jika benar Syiah, maka terang-terang ayat Tahirah itu tidak menetapkan apa2 kemaksuman ke atas Sayidina Ali dan ahli keluarganya berdasar faktor di atas.

    Suka saya jelaskan:
    Maka dalam hal pada ayat2 dalam surah Al Ahzab itu. Allah tidak mencela istri2 Nabi s.a.w tetapi Allah memberikan teguran untuk menundukkan hati mereka. Jelas tiada yg mau cerai dari Nabi, apatah lagi mau tanggung azab yg begitu besar.

    Jadi Allah perintah mereka supaya dengar dan buatlah itu dan ini ; tapi itu bukanlah untuk membuat mereka susah tetapi jika mereka turut perintah itu maka dgn kehendak Allah Dia akan jadikan mereka suci dan mulia. Tentu saja mereka gembira dgn tawaran Allah.

    Katakan contoh seorang suami menegur istrinya: “Istriku, aku ini bkn punya uang banyak untu kamu hidup mewah, jika mau itu semua cari saja suami yg lain, apa suka kau bercerai dariku? Jgn kamu jadi seprti wanita lain yg suka2 keluar dan ngomong2 hal tetangga. Diamlah di rumah dan jagalah anak2 kita.”

    Lantas dia berlalu. Tentu saja wanita mana pun akan bantah dalam hatinya : “Dasar lelaki, orang di suruh diam di rumah, dia sendiri? Habis, aku ini apa…?”
    Jika suami itu sambung dgn kata seterusnya: “ aku bukan bermaksud nyusahkan kamu wahai isteriku tapi hanyalah berkehendak supaya kamu sentiasa baik namamu krn aku sayang kamu”.

    Nah, bukankah ini lebih bijaksana?

    Surah Maryam.

    ==[20] Mariam bertanya (dengan cemas): Bagaimanakah aku akan beroleh seorang anak lelaki, padahal aku tidak pernah disentuh oleh seorang lelaki pun dan aku pula bukan perempuan jahat?

    21] Dia menjawab: Demikianlah keadaannya tak usahlah dihairankan; Tuhanmu berfirman: Hal itu mudah bagiKu dan Kami hendak menjadikan pemberian anak itu sebagai satu tanda (yang membuktikan kekuasaan Kami) untuk umat manusia dan sebagai satu rahmat dari Kami dan hal itu adalah satu perkara yang telah ditetapkan berlakunya.==

    Bukankah bijaksananya Allah memberi penjelasan kpd Maryam?

    Dan bukankah bijaksananya penjelasan untuk istri Nabi Ibrahim?:

    72] Istrinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.

    [73] Para malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.”

    Tidakkah saudara akui akan Kebijaksanaan Allah?

    ====
    @G2,

    Anda bilang “Bukankah lebih molek para istri itu berada di rumahnya masing-masing karena Allah berfirman selepas itu”
    Tapi ada salah satu istri Rasulullah Saw (…)

    Tentang hal itu akan dijawab kemudian…

  65. @painier
    Jawaban anda atas pertanyaan saya JAUH API DARI PANGGANG

    Anda berkata untuk membedakan turunnya ayat SALAWAT dan
    doa dirumah Umu Salamah. Dan menurut anda bahwa dengan doa Nabi baru ayat QS 33:33 turun,
    Maka saya katakan anda salah menafsirkan ayat SALAWAT berarti penafsiran anda atas turun ayat QS 33:33 pun salah. Sedangkan dari no 1s/d4 ada hubungan atas kesalahan tafsir anda.
    Bayangkan anda menjawab pertanyaan saya no1 aja sudah ngawur. Anda menjawab. Sama dengan pertanyaan mana duluan ayam apa telur. Ini berarti anda tidak pernah baca Alqur’an atau anda baca tapi tidak mengerti Firman Allah. Silahkan anda anda baca lagi Alqur’an dan coba supaya dimengerti. Terutama ayat yang menyatakan bahwa Alquran sudah tersmpan di LAUHIM MAUFUD dan diturunkan berdasarkan kehendak Allah secara bertahap.

  66. Saya tidak mengomentari hadits tersebut dari SANADnya.
    Tapi saya adakan pendedakatan dai segi sejarah atas pernyataan Umu Salamah RA.
    1.Sabda Umu Salamah terjadi dirumah Syaidati Fatimah as
    2.Sedangkan ayat Thathirah menurut Ashbabul Nuzul turun
    dirumah Umu Salamah dan menurut Hadits Al-Kisa’ pada
    waktu itu Umu Salamah tidak termasuk dalam Ahlulbait
    yang dimaksudkan dakam QS 33 : 33
    3. Menurut hadits tersebut diatas Umu Salamah menanyakan
    pada Rasul sbb: “Wahai Rasulullah bukankah aku juga keluargamu?”. Beliau menjawab “Ya benar. Masuklah ke balik kain ini”. Maka akupun masuk ke balik kain itu setelah selesainya doa Beliau untuk anak pamannya, kedua putra Beliau dan Fatimah putri Beliau”. Jadi berarti Umu Salamah tidak termasuk dalam Ahlulbaiti sesuai QS 33 : 33
    Karena beliau masuk kebalik kain sesudah Rasul berdoa. Ini berarti apabila SABDA RASUL INI BENAR (shahih) maka posisi Umu Salamah dalam predikat Ahlulbaiti Rasul hanya ahlulbait dalam arti umum dan bukan Ahlulbaiti berdasarkan QS 33:33
    Belum lagi matannya.Wasam

  67. itu tuh jadinya kalau diskusi hanya sibuk dengan argumennya sendiri tanpa memperhatikan dengan baik argumen orang lain. Bermunculan pengulangan syubhat yang sudah lama dibantah. Buat saudara painter, ayat shalawat dan al ahzab 33 memang berbeda tetapi saya menunjukkan kepada anda bahwa cara berpikir anda keliru, siapa nih yang sebelumnya berkata

    sudah tersebut dalam riwayat yang diketahui oleh kita, setelah turunnya ayat – (Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya), -maka Nabi s.aw memang mereka berempat lalu ditutupinya dengan selimut dan baginda berdoa: “Ya Allah (mereka adalah) Ahlul BaitKu, lenyapkanlah kotoran dosa dari mereka.”
    Jauh Nabi s.a.w dari melakukan perkara yang sia-sia. Baginda lebih memahami ayat Allah, maka dimanakah letak kewajaran untuk baginda mendoakan mereka yang sudah diberi jaminan?

    Nah sekarang perhatikan komentar saya yang ini

    Mungkin bisa kita ambil pelajaran dari ayat “Inna Allaha wa malaikatahu yushalluna ‘ala Al-Nabiyy” (Sesungguhnya Allah & para malaikat-Nya bershalawat atas Nabi [Muhammad]). Lalu, dari hadis, Nabi Muhammad saw. mengajari kita membaca “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad” (Ya Allah, sampaikanlah shalawat atas Nabi Muhammad & keluarganya). Sungguh tidak layak dikatakan bahwa Nabi SAW mengajarkan yang sia-sia karena sudah jelas Allah SWT bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW [sebagaimana yang ditetapkan dalam Al Qur’an] lantas mengapa pula mesti ada doa “ya Allah sampaikanlah shalawat atas Nabi Muhammad SAW “

    Kalau saya memakai kata-kata anda maka bunyinya akan jadi begini. Jauh Nabi SAW dari melakukan perkara yang sia-sia. Baginda lebih memahami ayat Allah, maka dimanakah letak kewajaran untuk baginda mengajarkan umatnya untuk mendoakan Nabi yang sudah diberi jaminan oleh Allah SWT?. Dimana letak kewajaran berdoa agar Allah menyampaikan sahlawat kepada Nabi padahal Al Qur’an telah menetapkan Allah bershalawat kepada Nabi. Ngapain berdoa kalau sudah ditetapkan, nah itu kan logika anda.

    Aneh bin ajaib anda malah memberikan jawaban melalang buana soal hikmah ayat shalawat dan sebagainya. Saya tidak pernah mempermasalahkan doa maupun shalawat atau hikmah shalawat, yang saya permasalahkan adalah cara berpikir anda yang benar-benar keliru. Allah telah bershalawat kepada Nabi, tetapi Nabi tetap mengajarkan doa yang berbunyi Ya Allah sampaikanlah shalawat kepada Nabi. Allah telah menyucikan Ahlul Kisa’ dan Rasulullah SAW berkata “Ya Allah sucikanlah mereka sesuci-sucinya”. Kenapa juga anda malah bicarakan soal hikmah shalawat, saya juga berkata kepada anda hikmah dari ucapan Rasulullah SAW “Ya Allah sucikanlah mereka sesuci-sucinya” menunjukkan dengan jelas bahwa ketika al ahzab 33 turun maka orang-orang yang dimaksud sebagai ahlul bait dalam ayat tersebut adalah mereka yang diselimuti Nabi dan mereka yang dikatakan oleh Nabi “Ya Allah sucikanlah mereka sesuci-sucinya” yaitu Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain. Tolong dipahami dulu baik-baik perkataan lawan bicara anda baru anda memberikan bantahan yang melalang buana seperti yang anda tunjukkan.

  68. ayat Al-Ahzab:33 turun untuk istri-istri Nabi sesuai konteks dari rangkaian ayat-ayat tsb, setelah ayat tsb turun, Nabi SAW mendo’akan Fathimah, Ali, Hasan dan Husein ra agar masuk dalam cakupan ahlul bait dalam ayat tsb.

    Jadi ayat tsb turun untuk Nabi SAW, istri-istri beliau dan ahlul kisa’. Selesai, kholas, tuntas, kasus ditutup…

  69. ayat Al-Ahzab:33 turun untuk istri-istri Nabi sesuai konteks dari rangkaian ayat-ayat tsb, setelah ayat tsb turun, Nabi SAW mendo’akan Fathimah, Ali, Hasan dan Husein ra agar masuk dalam cakupan ahlul bait dalam ayat tsb.

    Jadi ayat tsb turun untuk Nabi SAW, istri-istri beliau dan ahlul kisa’. Selesai, kholas, tuntas, kasus ditutup…

  70. @sok tau banget
    Hebaaat kuar biasa penafsiran anda. Terima kasih atas informasi anda. Baru anda yang bisa memberikan informasi seperti ini. Harap anda lebih banyak menjelaskan mengenai QS 33 : 33. Wasaam

  71. @sok tau banget

    Emang dari dulu jg masalah ini sdh selesai, tuntas dan jelas. Cuman jenis manusia spt anda ini yg suka mempermasalahkannya

    Salam

  72. @chany

    ===Bayangkan anda menjawab pertanyaan saya no1 aja sudah ngawur. Anda menjawab. Sama dengan pertanyaan mana duluan ayam apa telur. Ini berarti anda tidak pernah baca Alqur’an atau anda baca tapi tidak mengerti Firman Allah. Silahkan anda anda baca lagi Alqur’an dan coba supaya dimengerti. Terutama ayat yang menyatakan bahwa Alquran sudah tersmpan di LAUHIM MAUFUD dan diturunkan berdasarkan kehendak Allah secara bertahap.=====

    Aha! Bagus, pintar pun kamu!

    Benar sekali, Al Quran itu tersimpan di LAUHIM MAUFUD. Juga KENABIAN MUHAMMAD S.A.W itu juga telah tertulis di LAUHIM MAUFUD. Oleh sebab itu kenabiannya Rasul s.a.w telah tercatat terang di dalam Al Quran oleh Allah swt. Maka dgn keyakinan ini tentu sja Imamah itu juga telah tercatat di dlm Lauhim Maufud. Akan tetapi jika benar begitu kenapa Imamah itu TIDAK DISEBUT dlm Al Quran? Satu kalimah nama Imam Ali dan kesebelasan yang lain pun langsung TIDAK ADA? Apa, sudah tertinggal di Lauhim Maufud? 🙂

    @chany

    ===Maka saya katakan anda salah menafsirkan ayat SALAWAT berarti penafsiran anda atas turun ayat QS 33:33 pun salah. Sedangkan dari no 1s/d4 ada hubungan atas kesalahan tafsir anda.=====

    Maksud saya samada ayat Tahirah itu turun sebelumkah, selepaskah atau apa caranya pun, ia TIDAK ditujukan kpd Saidina Ali, Fatimah dan anak2nya, apatah lagi untuk mengesahkan kemaksuman mereka. Namapaknya kamu tersalah dlm memahami perkataan…

    @chany
    =====Tapi saya adakan pendedakatan dai segi sejarah atas pernyataan Umu Salamah RA.
    1.Sabda Umu Salamah terjadi dirumah Syaidati Fatimah as
    2.Sedangkan ayat Thathirah menurut Ashbabul Nuzul turun
    dirumah Umu Salamah dan menurut Hadits Al-Kisa’ pada
    waktu itu Umu Salamah tidak termasuk dalam Ahlulbait
    yang dimaksudkan dakam QS 33 : 33.=====

    Sahabat, statement kamu ini lagi bercanggah, apa mungkin Rasul di rumah imam Ali jika beliau memanggil mereka masuk ke rumah Umm Salamah?

    @chany======Menurut hadits tersebut diatas Umu Salamah menanyakan
    pada Rasul sbb: “Wahai Rasulullah bukankah aku juga keluargamu?”. Beliau menjawab “Ya benar. Masuklah ke balik kain ini”. Maka akupun masuk ke balik kain itu setelah selesainya doa Beliau untuk anak pamannya, kedua putra Beliau dan Fatimah putri Beliau”. Jadi berarti Umu Salamah tidak termasuk dalam Ahlulbaiti sesuai QS 33 : 33
    Karena beliau masuk kebalik kain sesudah Rasul berdoa. Ini berarti apabila SABDA RASUL INI BENAR (shahih) maka posisi Umu Salamah dalam predikat Ahlulbaiti Rasul hanya ahlulbait dalam arti umum dan bukan Ahlulbaiti berdasarkan QS 33:33
    Belum lagi matannya.=======

    Salah. Jika Umm slamah berada di bawah kisa’ ketika baginda s.a.w berdoa maka itu tidak kena dengan darjat beliau, org yg ditujukan ayat itu. Maksud Nabi saw bkn utuk menipunya tetapi utk mengesahkan bhw beliau adalah Ahl Baitnya.

    Al Quran sendiri telah memberikan petunjuk bhw Ahlul Bait itu adalah ISTRI:

    ==Hud ==[72] Istrinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.

    [73] Para malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai AHLULBAIT! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.”======

    AHLULBAIT di sini adalah Istri Nabi Ibrahim as.

    ====Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui (nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu AHLULBAIT yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?”. al-Qasas 28:12 ======

    AHLULBAIT itu ialah ibu Nabi Musa a.s.
    Saya tertarik dgn APA YANG DIKATAKAN oleh saudara Musa itu.

    @ secondprince, @channy

    Sekarang saya jelaskan perkara yang kalian tidak berpuas hati iaitu hal selawat.

    Berdasarkan petunjuk dari Al Quran, dgn itu posisi istri2 Nabi bukanlah berada di posisi ahl bait umum tetapi merekalah sebenar2nya Ahlul Bait yg ditujukan oleh ayat Allah itu, bkn sprti yg disepakati senafsunya oleh Syiah.

    Dalam hal selawat, Allah telah memerintahkn kita BERSELAWAT ke atas Nabi s.a.w kerana DIA dan para malaikatnya juga BERSELAWAT ke atas nabi s.a.w. Maka tidak apa yg sia2 tentang SELAWAT krn ini PERINTAH ALLAH.

    Nabi s.a.w adalah seorang yang TIADA DOSA, yakni MAKSUM. Oleh krn Baginda maksum maka tidak ada benarnya jika dikatakan SELAWAT itu bermaksud memohon supaya Nabi Muhammad s.a.w DIAMPUNKAN DOSA DAN DISUCIKAN SESUCINYA, krn pendapat itu jelas sia-sia. Kita tak wajar minta kpd Allah mengampunkan Nabi yang telah diHAPUSKAN DOSAnya. Kerna ALLAH JUGA BERSELAWAT ke atas Nabi. Mana mungkin Allah juga memohon agar RasulNya s.a.w disucikan? Dia mau memohon pada siapa? Sudah jelas hal ini bagi kita semua smada Sunnah @ Syiah, tapi saya hanya bikin contoh dalam merangka untuk menyemak semula.

    Dalam perkara hadis kisa’, Rasul telah bersabda “ya Allah ini ahli baitku, maka sucikanlah mereka sesuci-cucinya” sebagai respon kpd ayat 33:33. Maka dalam perkara ini, jika firman {“Sesungguhnya Allah berkehendak untuk me….(…)}” diterjemahkan sebagai tanda bahwa Allah TELAH JADIKAN Iman Ali dan ahli keluarganya MAKSUM dan BERSIH DARI DOSA SEBERSIHNYA; dan selepas itu Nabi MINTA kpd Allah agar MENYUCIKAN mereka yg TELAH SUCI ini sebersih-bersihnya… Loh! Mana mungkin diminta sucikan orang yg telah suci? lagi mau dicucikan apa? Kerna sejak saat itu, (atau sesetengah kata Syiah = sejak dilahirkan), sampai saat ajal mereka pun satu dosa pun takkan diperbuat dan takkan ada. Sepatutnya mereka disebutkan dgn ungkapan: Alaihissalam.

    Baiklah, ada berkata bahwa maksud perbuatan itu adlah sebenarnya ia berkaitan dan berpertalian dengan selawat ke atas Nabi s.a.w. Apabila Nabi s.a.w diselawatkan maka pertalian kerabatnya juga diselawatkan. Erti kata lain ianya adalah selawat sebab orang yang telah suci tidak perlukan kepada doa penyucian. Baik.

    Jadi perbuatan Rasul s.a.w adalah rangka memanjangkan selawat itu kepada Imam Ali dan familinya kerna kesucian mereka. Setuju? Maka kata2 itu merupakan selawat. Betul?

    Jelas kita ketahui SELAWAT itu PERINTAH ALLAH KE ATAS KITA umat Nabi Muhammad s.a.w, kerna darjat baginda adalh tertinggi dari sekalian umat manusia. Apabila disebut sja nama baginda, “Nabi Muhammad”, serentak dengan itu kita wajib berselawat “Solallahu alaihi wasallam”.

    Dalam kes hadis kisa, selepas Allah menyebutkan {….menyucikan kamu wahai Ahl Bait supaya kamu suci sesuci-cucinya.} maka Rasul s.a.w memanggil mereka duduk dibawah kisa’ dan panjangkan selawat atas mereka. Loh! apakah masuk akal Nabi melakukan perkara yang sepatutnya umat melakukannya. Apakah darjat Imam Ali dan keluarganya ini lebih tinggi dari darjat Nabi Muhammad s.a.w? Pasti yang berkata ini dalam rangka utk mengajarkan umatnya tetapi dalam peristiwa itu jelas tiada siapa pun meminta atau bertanya bagaimana mau berbuat begitu.

    Lagipun ayat Tahirah itu tidak bersifat untuk menetapakan kemaksuman ke atas sesiapa pun, ia hanyalah TAWARAN dari Allah.

    Jika Syiah mau kaitkan ayat selawat hadis kisa’ iaitu perbuatan Nabi saw di rumah Umm Salamah, ia sudak kegelinciran krn Nabi saw berdoa kpd Allah dgn sifat MENUNJUK kpd Allah agar lihat mereka spya dapat disucikan. Jika diikut keyakinan syiah ia seolah2 menunjukkan Nabi saw TIDAK FAHAM yg ayat itu ditujukan kpd ahl Bait Imam ali dan keluarganya.

    Berdasarkan itu, baiklah, saya pakai neraca syiah: Syahdan, setelah turun ayat mencela dan amaran kpd istri2 nabi, maka jibrail pun membacakan ayat Tahirah dan diam. Kemudian dia pun membacakan ayat 33:34.

    Oleh krn Rasul tahu ayat itu adlh tanda kesucian ahl bait Hadrat Ali dan keluarganya, hati baginda tiba2 berasakan sulit. Wah, ayat ini sudah bersambung dan bercampur dgn ayat mencela istri2nya. Nanti mereka akan salah sangka dan riak krn merasakan sudah suci. Apakah JIBRAIL sudah TERSALAH atau ALLAH sudah TERSALAH? Apakah ALLAH TIDAK MELIHAT seriusnya perkara ini?!!!

    Krn itu LEKAS2 Nabi MEMANGGIL yang insan2 mulia Ahlul Bait yg susi sesucinya dan untuk menyelawatkan atas mereka dan guna mensaksian atas Ummu Salamah maksud asal ayat Tahirah.
    Saya bertanya; apakah ini keimanan kamu berkenaan SIFAT DAN KEAGUNGAN ALLAH?

    Pemikiran saya tidak keliru, malah pemikiran ahli Sunnah adlah sejalan dgn apa yg diturunkan dlm ayat2 Allah. Saya minta kalian mentelaah keseluruhan ayat dlm jajaran yg luas tapi kalian masuk memerukkan diri dalam jajaran sempit. Kalian lebih percaya kpd omong2an ‘pentafsir’ hadis kalian. Perbuatan kalian inilah umpama memisahkan betis dari kaki dan peha.

    Salam damai.

    .

  73. @painter

    Sekarang saya jelaskan perkara yang kalian tidak berpuas hati iaitu hal selawat.

    Mas painter yang terhormat, sebenarnya yang tidk brpuas hati adalah anda sendiri. Anda memaksakn cara berpikir yang kliru dan anehnya setelah ditunjukkan kekeliruannya anda malah mengulang jawaban yang sama. Kalau anda tidak bisa memahami jawaban orang lain maka tidak usah berkomentr banyak-banyak 🙂

    Berdasarkan petunjuk dari Al Quran, dgn itu posisi istri2 Nabi bukanlah berada di posisi ahl bait umum tetapi merekalah sebenar2nya Ahlul Bait yg ditujukan oleh ayat Allah itu, bkn sprti yg disepakati senafsunya oleh Syiah.

    Maaf justru anda yang sedang bemain nafsu disini. Nabi SAW adlah pribadi yang paling mengerti Al Qur’an dan Beliau SAW mengatakan Ahlul Bait dalam ayat tersebut adalah ahlul kisa’. Ummu salamah sendiri sebagai istri Nabi tidak merasa kalau al ahzab 33 diturunkan untuknya makanya ia mengharap agar bisa bersama Ahlul Kisa’ sebagai orang yang dituju dalam ayat tersebut. Bukan seperti yang nafsu anda bilang

    Dalam hal selawat, Allah telah memerintahkn kita BERSELAWAT ke atas Nabi s.a.w kerana DIA dan para malaikatnya juga BERSELAWAT ke atas nabi s.a.w. Maka tidak apa yg sia2 tentang SELAWAT krn ini PERINTAH ALLAH.

    Lha memang setuju, masalahnya kan kalau menuruti logika anda maka Allah SWT memerintahkan hal yang sia-sia karena untuk apa shalawat dngan lafaz Ya Allah SWT sampaikan shalawat kepada Nabi padahal Allah SWT telah bershalawat kepada Nabi. Bisa tidak anda mengerti kalau sebenarnya logika anda soal “sia-sia” itu ngawur sekali 🙂

    Nabi s.a.w adalah seorang yang TIADA DOSA, yakni MAKSUM. Oleh krn Baginda maksum maka tidak ada benarnya jika dikatakan SELAWAT itu bermaksud memohon supaya Nabi Muhammad s.a.w DIAMPUNKAN DOSA DAN DISUCIKAN SESUCINYA, krn pendapat itu jelas sia-sia. Kita tak wajar minta kpd Allah mengampunkan Nabi yang telah diHAPUSKAN DOSAnya.

    Wes jadi mengerti kn shalawat bukan berarti Nabi itu belum mendapatkan ampunan. Jika Nabi berdoa memohon ampun kepada Allah SWT bukan berarti Nabi SAW itu sebelumnya berdosa sehingga perlu meminta ampun. Buknkah itu persis logika anda, memohon ampun berarti sebelumnya berdosa, untuk apa memohon ampun kalau memang tidak punya dosa. Ahlul Kisa’ itu tidak termsuk ke dalam ayat karena Nabi SAW berdoa, lha untuk apa berdoa jika memang ayat trsebut untuk ahlul kisa’. Bukankah itu logika anda yang aneh. Pahami baik-baik yang bermasalah disini adalah cara berpikir anda ini.

    Kerna ALLAH JUGA BERSELAWAT ke atas Nabi. Mana mungkin Allah juga memohon agar RasulNya s.a.w disucikan? Dia mau memohon pada siapa?

    Lho Allah SWT bershalawat kepada Nabi itu ketetapan Al Qur’an kok. Artinya pikiran anda itulah yang tidak benar bukannya ayat Al Qur’an yang harus menyesuaikan dengan pikiran anda

    Sudah jelas hal ini bagi kita semua smada Sunnah @ Syiah, tapi saya hanya bikin contoh dalam merangka untuk menyemak semula.

    Makanya hal-hal ini sudah jelas bagi mereka yang memahami dengan baik tetapi anehnya muncul orang-orang seperti anda yang membuat syubhat soal “sia-sia” dan ternyata telah ditunjukkan berbagai contoh bahwa konsep sia-sia versi anda itu justru ngawur sekali

    Dalam perkara hadis kisa’, Rasul telah bersabda “ya Allah ini ahli baitku, maka sucikanlah mereka sesuci-cucinya” sebagai respon kpd ayat 33:33. Maka dalam perkara ini, jika firman {“Sesungguhnya Allah berkehendak untuk me….(…)}” diterjemahkan sebagai tanda bahwa Allah TELAH JADIKAN Iman Ali dan ahli keluarganya MAKSUM dan BERSIH DARI DOSA SEBERSIHNYA; dan selepas itu Nabi MINTA kpd Allah agar MENYUCIKAN mereka yg TELAH SUCI ini sebersih-bersihnya… Loh! Mana mungkin diminta sucikan orang yg telah suci? lagi mau dicucikan apa?

    Haloooo bukannya logika anda ini yang keliru. Sama dong untuk apa Nabi berdoa memohon ampun kepada Allah SWT kalau Nabi SAW menurut anda adalah maksum tanpa dosa. Coba pikir kembali, yng ngawur itu sebenarnya cara berpikir anda atau andanya yang tidk mengerti apa yang saya katakan berulang-ulang.

    Kerna sejak saat itu, (atau sesetengah kata Syiah = sejak dilahirkan), sampai saat ajal mereka pun satu dosa pun takkan diperbuat dan takkan ada. Sepatutnya mereka disebutkan dgn ungkapan: Alaihissalam.

    Yup memang Ahlul Bait pantas untuk diucapkan alaihis salam dan maaf ya sebagian ulama seperti Bukhari menybut Ahlul Bait dengan sebutan alaihis salam. Jadi ini gak ada kaitanyya dengan syiah atau nonsyiah 🙂

    Baiklah, ada berkata bahwa maksud perbuatan itu adlah sebenarnya ia berkaitan dan berpertalian dengan selawat ke atas Nabi s.a.w. Apabila Nabi s.a.w diselawatkan maka pertalian kerabatnya juga diselawatkan. Erti kata lain ianya adalah selawat sebab orang yang telah suci tidak perlukan kepada doa penyucian. Baik.

    Ya ampun, selain anda tidak mampu memahami jawabn saya trnyata anda malah salah memahami apa yang saya katakan. Kasihan 😦

    Jadi perbuatan Rasul s.a.w adalah rangka memanjangkan selawat itu kepada Imam Ali dan familinya kerna kesucian mereka. Setuju? Maka kata2 itu merupakan selawat. Betul?

    Silakan tuh asyik dengn pikirannya sendiri

    Jelas kita ketahui SELAWAT itu PERINTAH ALLAH KE ATAS KITA umat Nabi Muhammad s.a.w, kerna darjat baginda adalh tertinggi dari sekalian umat manusia. Apabila disebut sja nama baginda, “Nabi Muhammad”, serentak dengan itu kita wajib berselawat “Solallahu alaihi wasallam”.

    Terus aja gak nyambungnya, saya mah senyum senyum saja 🙂

    Dalam kes hadis kisa, selepas Allah menyebutkan {….menyucikan kamu wahai Ahl Bait supaya kamu suci sesuci-cucinya.} maka Rasul s.a.w memanggil mereka duduk dibawah kisa’ dan panjangkan selawat atas mereka. Loh! apakah masuk akal Nabi melakukan perkara yang sepatutnya umat melakukannya. Apakah darjat Imam Ali dan keluarganya ini lebih tinggi dari darjat Nabi Muhammad s.a.w? Pasti yang berkata ini dalam rangka utk mengajarkan umatnya tetapi dalam peristiwa itu jelas tiada siapa pun meminta atau bertanya bagaimana mau berbuat begitu.

    Lho anda yang berkhayal dan anda membantah khayalan anda sendiri, saya tinggal bertepuk tangan 🙂

    Lagipun ayat Tahirah itu tidak bersifat untuk menetapakan kemaksuman ke atas sesiapa pun, ia hanyalah TAWARAN dari Allah.

    Sekarang anda merasa lebih paham soal tafsir Al Qur’an. Maaf saja wahai tuan, jika anda salah memahami perkataan saya yang gampang sekali dipahami maka bagaimanakah saya bisa percaya tafsir versi anda itu 🙂

    Jika Syiah mau kaitkan ayat selawat hadis kisa’ iaitu perbuatan Nabi saw di rumah Umm Salamah, ia sudak kegelinciran krn Nabi saw berdoa kpd Allah dgn sifat MENUNJUK kpd Allah agar lihat mereka spya dapat disucikan. Jika diikut keyakinan syiah ia seolah2 menunjukkan Nabi saw TIDAK FAHAM yg ayat itu ditujukan kpd ahl Bait Imam ali dan keluarganya.

    Ah aneh sekali ya syiah yang ada dalam pikiran anda itu? :mrgreen:

    Berdasarkan itu, baiklah, saya pakai neraca syiah: Syahdan, setelah turun ayat mencela dan amaran kpd istri2 nabi, maka jibrail pun membacakan ayat Tahirah dan diam. Kemudian dia pun membacakan ayat 33:34.

    ayat mencela istri Nabi yang mana? wah mulai lagi nih ngawurnya. Ini dulu deh 🙂

  74. @painter
    Saya tidak perlu mengomentari atas komentar anda yang tidak berdasar. Apalagi tidak pernah anda menjawab pertanyaan saya lain. Yang sangat erat hubungan satu dengan lain. Wassalam

  75. @painter

    Terima kasih kerana memberikan sedikit pembayang kepada chany.
    “Allahlah yang berkehendak mensucikan mereka ahlulbait.”

    Sy tdk ingin melebar ke masalah penafsiran. Nanti saja. Yang ingin sy pastikan dari anda adalah apakah anda ingin mengoreksi tulisan anda yg mengisyaratkan bahwa “hanya” doa Nabi saw yg berkeinginan mensucikan ahlulbautnya?

    Salam

  76. @painter

    Sebelum saya mulai menanggapi komentar anda, saya ingin anda tahu bahwa komentar anda tidak logis dan semrawut.

    Logika saudara ini jauh. Apakah saudara rasakan jika ia turun di rumah Imam Ali maka Rasul akan diam begitu saja. Apakah Baginda takut?

    Jawaban anda mnunjukan anda tidak paham dengan pernyataan saya. Koq bisa2nya logika anda lompat bahwa saya mengatakan Rasulullah takut menyampaikan jika ayat tsb turun di Rumah Imam Ali..??
    Pernyataan saya adalah untuk membantu umat bahwa jika peristiwa itu hanya disaksikan oleh ahlul bayt maka akan
    muncul pendengki2 yang tidak percaya. Itu adalah hikmahnya, bukan krn Beliau takut.

    2.apakah Ummu salamah berkata selepas itu “Sesungguhnya daku bukan ahl Bait itu.”?

    Kita sedang bicara hikmah turunnya ayat tsb di rumah Ummu Salamah, krn anda menuntut harus turun di rumah Imam Ali jika itu untuk Imam Ali. Dengan jawaban saya , maka saya tunjukkan logika anda ngawur. Tapi ternyata anda krn mmg tidak kokoh, kemudian ngelantur.
    Namun saya tetap akan jawab, yaitu bahwa anda terlalu bodoh untuk memahami hadits tsb sehingga anda butuh pernyataan explisit dr Ummu Salamah bhw beliau bukan ahlul bayt?. Apakah anda tidak sanggup menangkap makna hadits tsb, yaitu bahwa yang dipanggil/disebut ahlul bayt itu masuk dalam kain, sedang Ummu Salamah berada diluar, apakah itu tidak cukup bagi otak anda melihatnya.
    Kalau saya katakan:
    Semua yang bernafas adalah makhluk hidup. Apakah anda akan mengatakan bahwa batu adalah makhluk hidup , krn tidak secara explisit menyatakan bahwa batu tidak bernafas???

    Jikalau kamu baca keseluruhan ayat 33:33 ternyata ia bersambung dengan seluruh rangkaian ayat-ayat untuk istri2 Nabi s.a.w. Kalaupun kita mahu ambil ayat 33:33 saja untuk turun ke rumah Saidina Ali ternyata struktur ayat itu TIDAK MEMBENARKAN ia turun ke rumah Saidina Ali.

    Anda memiliki penyakit di otak anda. Tudak ada keharusan ayat tsb turun di rumah Imam Ali. Ataukah anda memahami rumah (bayt) itu dalam arti fisik?.. :mrgreen:
    Anda tanya saja ke diri anda,
    1.kenapa Imam Ali (ahlul kisa) dipanggil, jika ayat tsb untuk Ummu Salamah.
    2. Kenapa harus ada/digunakan kain yang membatasi mereka dengan Ummu Salamah?.

    ===[33] dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya; Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.===

    Apa haruskah Saidina Ali, Hassan dan Hussin tetap diam dirumah? Berhias? Dan kemudian Allah menyuruh mereka solat dan zakat secara berbicara kepada kaum perempuan?

    Kalau ada cuba berkata ayat itu turun selepas doa Nabi s.a.w, ia langsung tidak memberi apa2 makna karena ia tidak sesuai untuk sifat kelakian Imam Ali dan kedua2 anaknya. Karena ia harus dibacakan seluruhnya.

    Mungkin ada yang berkata Allah berfirman kepada istri2 Nabi lalu berpaling pula kepada Ahl Bait. Akan tetapi ayat yang seterusnya langsung tidak membenarkan pikiran seperti itu;

    Rupanya anda megalami kesulitan memahami ayat tsb karena anda pikir ayat tsb berkaitan dengan sebelum dan sesudahnya?. Anda salah besar jika beranggapan spt itu, dan itu hanya menunjukkan bahwa anda tidak paham (tidak pernah membaca kitab tafsir).
    Jika anda baca kitab tafsir maka anda akan menemukan banyak ulama tafsir (yang tentunya jauh lebih paham tentang bahasa arab dan AQdrpd anda) yang meyakininya sebagai ayat yang terpisah dari ayat sebelum dan sesudahnya. Dan ini bukan hanya terdapat pada ayat ini sahaja.

    ===34] Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.===

    Kalau ada berkata Ummu Salamah sudah mendengar ayat itu maka dia menanyakan kepada Baginda akan perlakuannya itu, maka itu hanyalah melihat keganjilan dari perlakuannya berbanding maksud ayat itu.

    Apa maksud anda ini??
    Apakah anda sedangmengatakan bahwa Ummu Salamah melihat keganjilan dari apa yang sedang dilakukan Rasulullah? Kemudian menurut anda siapa yang salah? Apakah pemahaman Ummu Salamah yang benar ataukah Rasulullah??

    Bukan mengesahkan bhw beliau bukan ahl Bait. Rasulullah tidak mentafsir ayat tersebut tetapi baginda mengambil berkat dari ayat itu. Karena saya sudah katakan dahulu baginda bersabda “Ya Allah” bukan “ Ya Salamah”.

    Atas dasar apa anda mengatakan bahwa Rasulullah tidak sedang mentafsir ayat tsb?.
    Jika Allah sudah menentukan bahwa yang disucikan sesuci2nya adalah istri2 Rasul, apakah boleh Rasulullah menambahkan/merubah menjadi/menambah ahlul kisa??
    Jika Allah setuju tentunya Allah akan jawab/mensahkannya.

    Dari mana arah kamu semua datang untuk mentakwil senafsu kamu, maka kamu akan dapati tidak ada tempat. Allah tidak izinkan, dan kamu tetap berada diluar.

    Wahhh..ksepertinya anda dari kelompok salafy yaa?? Karena yang saya tahu hanya salafy yang tidak membaca buku kecuali yang dikarang oleh ulama mereka.
    Perlu anda ketahui bahwa mayoritas ulama sunni meyakini dan menafsirkan bahwa ahlul bayt pada QS:33:33 adalah ahlul kisa.
    Jangan karena kebodohan dan ketidaktahuan anda maka anda menganggap semua yang berbeda dari anda adalah salah dan tidak ada dalilnya. Silakan baca tafsir2 sunni yang lain (yang terkenal). Karena celaan anda tsb telah mengena kepada ulama2 besar sunni yang meyakini bhw ahlul bayt adalah ahlul kisa.

    Tambahan ayat tahirah bermula dari WAKAF JIM. Kalau mau disalahkan Jibrail pun maka Allah sudah memberi kita amaran tentang itu.

    Tidak Allah datangkan ayat trsbt dengan cara bercanggah ini. Tidak pula Dia kirimkan sebahgian ayatnya itu dengan sedikit selit-selit karena kerisauan. Tidakkah kita tahu Allah s.w.t itu tidak takut dan tidak alpa? Karena kata saudara sebelumnya;

    :mrgreen:
    Hanya otak anda yang sulit memahami, jangan anda salahkan dan katakan bercanggah. Bukan hanya ayat ini saja yang membingungkan (anda) ada banyak ayat yang menjadi perdebatan (makanya) muncul banyak kitab tafsir. Makanya tidak semua/sembarang orang bisa menafsirkan AQ.
    ==Akan muncul orang2 spt anda yang akan mengingkari kemuliaan Imam Ali, Sy Fatimah, Imam Hasan, dan Imam Husein. Sehingga jika ayat tsb disampaikan tanpa ada saksi ( di rumah Imam Ali) maka anda dengan sumir akan menolak.==

    Loh, jika benar saudara maka adalah mudah bagi Allah untuk mengesahkan kemuliaan Imam Ali dan keluarganya. Tetapi Allah tidak izinkan begitu karena hal imamah tidak pernah wujud. Jika benar Syiah, loh? mana rahmat Allah kpd kamu? mengapain jadi begini? Tidakkah Islam itu rahmat dan Nabi s.a.w pun mahu semuanya selamat?

    Yasin[82]
    Sesungguhnya keadaan kekuasaanNya apabila Ia menghendaki adanya sesuatu, hanyalah Ia berfirman kepada (hakikat) benda itu: ” Jadilah engkau! “. Maka ia terus menjadi.

    😀
    Lagi2 logika yang ngawur dan sembrono.
    Dengan logika yang sama anda mestinya bertanya kenapa
    Tidak Allah ciptakan saja semua manusia beriman. Kenapa
    Allah biarkan Islam terpecah2.
    Kenapa Allah tidak gunakan: telah aku sucikan sesuci2nya istri2 Rasul.
    Semakin jelas kenapa anda seperti ini, krn memang anda tidak punya logika yang kokoh.

    Hikmah Allah turunkan ayat trsebut dalam BENTUK SEDEMIKIAN adalah karena akan muncul orang2 spt anda yang akan mengerat2 memotong2 ayatNya supaya ditakwil dgn kisah2 kisah bohong hingga ramai yang syirik dan mencela dan mengkafir umat terdahulu rodhiallah hu anhum. Sedangkan merekalah pengumpul dan penjilid Al Quran.

    Anda sampaikan saja cercaan ini kepada ulama2 suni yang saya panuti tafsirnya. Ya painter, tafsir ini bukan karangan kami2 disini, dan juga bukan milik syi’ah, tafsir ini adalah tafsir mayoritas sunni, kecuali anda anggap wahaby sebagai sunni.

    Oleh itu soalan saya, = tidakkah saudara yakin bahawa Al Quran ini benar, tiada syak ke atasnya datang dari Allah dan Allah juga yg tetap menjaganya?

    Lagi2 main klaim paling benar sendiri dan orang lain merubah AQ (biasanya ini ciri khas wahaby).
    Saya juga bisa menyatakan bahwa anda tidak meyakini kebenaran AQ dan anda sudah merubahnya, tapi itu khan klaim omong kosong.
    Apa anda tidak bisa membedakan teks AQ dengan tafsir?. Kalau anda sebegitu tolol, bagaimana anda menjelaskan perbedaan tafsir di para ulama sunni? apakah yang berbeda tafsir berarti merubah AQ????? :mrgreen:

    Salam damai

  77. @chany,
    =======Saya tidak perlu mengomentari atas komentar anda yang tidak berdasar. Apalagi tidak pernah anda menjawab pertanyaan saya lain. Yang sangat erat hubungan satu dengan lain. Wassalam=====

    Soalan itu jika saudara tidak mau jawab pun tidak mengapa, tapi itu untuk difikirkan dalam benakmu.
    Tentang Aisyah mengapa beliau keluar? Beliau bukan keluar untuk memerangi Saidina Ali tetapi untuk bermesyuarah dgnnya dlm hal pembunuhan Uthman tapi disabotaj oleh pemberontak.

    Istri Nabi saw bkn tidak boleh keluar langsung tetapi jika ada hal2 mustahak tidak mengapa. Meraka pun sudah jadi balu. Cuma yang tidak boleh jika keluar seperti hal perempuan2 jahiliah, ngomong2 hal tetangga…

    Maka soalan itu tidak beri apa2 kesan pun. Cukuplah Kami Sunni berpegang dgn firman Allah dlm Al-Quran bermaksud :

    ===“ Wahai! orang-orang yang beriman jika datang kepada kamu seorang fasiq membawa berita hendaklah kamu selidik agar kamu tidak menimpakan sesuatu musibah ke atas sesuatu golongan tanpa pengetahuan kemudian kamu menyesal apa yang kamu lakukan itu “. ( Al-Hujurat, ayat 6 ) ===

    Dan ayat2 Allah yg membela Aisyah.

    ===“Mengapa di waktu mendengar cerita bohong itu orang-orang Mu’min tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri dan ( mengapa tidak) berkata ini suatu berita bohong yang nyata “. ( Surah An-Nur ; Ayat 12). ===

    hinggakan Allah s.w.t. berfirman pula bermaksud ;

    =====“ Dan mengapa kamu tidak berkata di waktu mendengar berita bohong itu; Sekali-kali tidaklah patut kami memperkatakan tentang berita ini. Maha Suci Engkau ( Ya Tuhan kami ). Ini adalah dusta yang besar. Allah memperingatkan kamu agar jangan kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya jika kamu benar-benar orang yang beriman” ( surah An Nur ayat 16-17 ). ====

    Jadi kami tidak percaya akan cerita2 pojok itu semua. Perang apa bila pertumpahan darah bermula pada waktu malam? Bala tentera apa bila dikepalai oleh seorang wanita?

    Tidak perlu dijelaskan banyak, sebab kamu bukan mau terimanya pun….

    @ J Algar,
    ====Yup memang Ahlul Bait pantas untuk diucapkan alaihis salam dan maaf ya sebagian ulama seperti Bukhari menybut Ahlul Bait dengan sebutan alaihis salam. Jadi ini gak ada kaitanyya dengan syiah atau nonsyiah=====

    Kamu salah faham dong, yg saya maksudkan sepatutnya Nabi saw mengucapkan alaihissalam, bukan “sucikanlah secuci2nya”. Boleh tahan tolol juga kamu ni ya… 🙂

    =====Wes jadi mengerti kn shalawat bukan berarti Nabi itu belum mendapatkan ampunan. Jika Nabi berdoa memohon ampun kepada Allah SWT bukan berarti Nabi SAW itu sebelumnya berdosa sehingga perlu meminta ampun. Buknkah itu persis logika anda, memohon ampun berarti sebelumnya berdosa, untuk apa memohon ampun kalau memang tidak punya dosa. Ahlul Kisa’ itu tidak termsuk ke dalam ayat karena Nabi SAW berdoa, lha untuk apa berdoa jika memang ayat trsebut untuk ahlul kisa’. Bukankah itu logika anda yang aneh. Pahami baik-baik yang bermasalah disini adalah cara berpikir anda ini====

    Ada satu hadis yg isinya menyebut, sahabat ada bertanyakan mengapa baginda amat kuat beribadat dan selalu memohon ampun kpd Allah sedangkan sdh baginda tahu bhw baginda sudah terjamin kedudukan dirinya disisi Allah. Maka jawab baginda salahkah dirinya menjadi hamba yang bersyukur?
    Kita patut tahu hati kpd ibadat itu adalh memohon keampunan kpd Allah.

    Salahkah baginda memohon ampunan kpd Allah? Tidak salah, malah Allah suka kpd org yg selalu takut dan bertaubat kpdNya. Yang salah ialah kita sabagai umatnya tidak sesuai memohon ampun untuk Nabi saw krn ini nampak seolah2 dosa baginda saw masih tersisa.

    Kalau imam Bukhari mau sebut alaihissalam kpd imam Ali seratus kali pun kami peduli apa?

    @ Truthseeker08
    ======Lagi2 logika yang ngawur dan sembrono.
    Dengan logika yang sama anda mestinya bertanya kenapa
    Tidak Allah ciptakan saja semua manusia beriman. Kenapa
    Allah biarkan Islam terpecah2.
    Kenapa Allah tidak gunakan: telah aku sucikan sesuci2nya istri2 Rasul.
    Semakin jelas kenapa anda seperti ini, krn memang anda tidak punya logika yang kokoh=====

    Allah bisa lakukan itu semua jika Dia BERKEHANDAK. Tapi dia tidak berkehendak begitu krn itu bkn tujuanNya. Dunia ini tempat ujian dong, siapa terbaik bertakwa dan beriman dgn keterangan yg jelas nyata dlm Al Quran maka akn selamat. Sesiapa yg kufur setelah datang kpdnya KETERANGAN JELAS NYATA dlm Kitabullah ini maka sesatlah dia.
    Atas kehendak Allah itu, turunkan kitabnya Al Quran yg keterangn nyata lagi jelas isinya tentang KetuhananNya dan RasulNya dan segala tentang agama Nya jelas dan terang dan Dia mau kita beriman dgn itu semua. Setelah jelas semuanya, Allah pun tutup dalam wahyu terakhir dalam surah al Maidah:3.

    Tapi Syiah berkata Imamah itu wajib, siapa tolak akan sesat. Malangnya imamah itu langsung tidak ada nyata, apatah lagi nama Imam Ali satu kalimah pun tidak tertulis nyata dalam al Quran. Jika ia wajib sepatutnya tentu ada keterangan yg nyata. Mau beriman apa dgn yg tidak nyata? Bila mau jadi nyata pula perlu takwil2 dari ulama. Ini beriman kpd keterangan nyata dlm kitabullahkah atau beriman kpd ulama2 sayid2 ayatullah?

    =====Al Baqarah ; 285 Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”.========

    Mana dia kalimah Imamah? Knp tidak dinyatakan? Apakah ini kehendak Allah untuk imamah atau memang Allah tidak berkehendak atas imamah?

    @ Truthseeker08
    ====Kenapa Allah tidak gunakan: telah aku sucikan sesuci2nya istri2 Rasul.====

    Lho! Otakmu memang seperti otak perempuan!! Apakah kamu ingat kami Sunni beranggapan para istri2 Rasul saw itu maksum? Mereka manusia biasa. Maka, habis kenapa Allah tidak gunakan: telah Aku sucikan sesuci2nya Ahl Bait Ali dan kerabatnya? Nampaknya kamu sudah mulai memahami. Checkmate! 🙂

    ==== Jika anda baca kitab tafsir maka anda akan menemukan banyak ulama tafsir (yang tentunya jauh lebih paham tentang bahasa arab dan AQdrpd anda) yang meyakininya sebagai ayat yang terpisah dari ayat sebelum dan sesudahnya. Dan ini bukan hanya terdapat pada ayat ini sahaja====

    Oo… lafaz2 muannas dan muzakkar itu ya.. iya..iya. Dong, ayat tahirah itu lafaznya muzakkar krn merujuk kpd kalimah “Ahl” yg bersifat muzakkar. Maka seluruhnya menjadi lafaz muzakkar juga. Tapi itu tidak akan memisahkan maksud krn Lafaz muzakkar juga boleh mencakupi utk wanita. Malah menguatkan maksud yg Allah bersungguh2 dgn janjinya.

    @ Truthseeker08
    =====Anda sampaikan saja cercaan ini kepada ulama2 suni yang saya panuti tafsirnya. Ya painter, tafsir ini bukan karangan kami2 disini, dan juga bukan milik syi’ah, tafsir ini adalah tafsir mayoritas sunni, kecuali anda anggap wahaby sebagai sunni.======

    Itulah syiah, ngomong dgn jumlah rujukan yg banyak, kata sahih itu ini dari ulama sunnah. Asal ada isi yg pro dan berfaedah buat syiah maka itu sahih dari ulama sunnah, ambil saja buat hujah. Tapi rujukan banyak bukan beerti kebenaran hujah dan hadis itu dianggap sahih jika disepakati oleh ulama hadis yg lain. Namun bila sja ada ulama hadis Sunnah menolak dgn penilaian, maka kamu enteng sja berkata mereka itu buta, taksub mazhab.

    Itulah garis yang memisahkan antara kita.

    @ Truthseeker08
    ====Anda memiliki penyakit di otak anda. Tudak ada keharusan ayat tsb turun di rumah Imam Ali. Ataukah anda memahami rumah (bayt) itu dalam arti fisik?..
    Anda tanya saja ke diri anda,
    1.kenapa Imam Ali (ahlul kisa) dipanggil, jika ayat tsb untuk Ummu Salamah.
    2. Kenapa harus ada/digunakan kain yang membatasi mereka dengan Ummu Salamah?=====

    Inilah penyakit dalam otak anda. Jawaban saya mudah saja. Kamu namakan dirimu Truthseeker. Jika benar kamu dan saya salah, dan jika ideologi syiah berkenaan hadis Kisa’ itu benar dan Sunni salah maka kamu telanlah cerita ngawur ku ini. 🙂

    =====Berdasarkan itu, baiklah, saya pakai neraca syiah: Syahdan, setelah turun ayat mencela dan amaran kpd istri2 nabi, maka jibrail pun membacakan ayat Tahirah dan diam. Kemudian dia pun membacakan ayat 33:34.

    Oleh krn Rasul tahu ayat itu adlh tanda kesucian ahl bait Hadrat Ali dan keluarganya, hati baginda tiba2 berasakan sulit. Wah, ayat ini sudah bersambung dan bercampur dgn ayat mencela istri2nya. Nanti mereka akan salah sangka dan riak krn merasakan sudah suci. Apakah JIBRAIL sudah TERSALAH atau ALLAH sudah TERSALAH? Apakah ALLAH TIDAK MELIHAT seriusnya perkara ini?!!!

    Krn itu LEKAS2 Nabi MEMANGGIL yang insan2 mulia Ahlul Bait yg susi sesucinya dan untuk menyelawatkan atas mereka dan guna mensaksian atas Ummu Salamah maksud asal ayat Tahirah.======

    =@J Algar
    Kamu memang pakar dalam menyobek2 hujah org lain tapi bila saja kamu sampai kpd ceritaku seterusnya kamu terus diam? Lho, apa kena kamu? 🙂

    @ J algar
    ===ayat mencela istri Nabi yang mana? wah mulai lagi nih ngawurnya. Ini dulu deh.===

    Ayat2 mencela istri2 Nabi? Mana ada dong!, ayat2 teguran itu ada. Inikan cerita ngawur2ku saja. Tapi ngawur2 ku itu bukan sebarangan. Saya pakai neraca Syiah deh. Nah, ambil balik neraca syiahmu. Hai, cerita ngawaur tidak dapat ulas? Lucu banget. Ketawalah, menarilah, ayuh goyang… kata orang, manusia tolol itu suka banyak ketawa… 🙂

    Maka kesimpulan yang saya dapat setelah bermain2 dgn kalian adalh:

    Syiah yakin banget hadis Kisa’ itu adalah menandakan kemuliaan Ahl Bait Imam Ali dan ahli kerabatnya, tetapi Syiah tidak dapat menerima dilemma mengapa Allah turunkan ayat Tahirah itu bercampur dgn ayat 33:33 yang bersama dgn ayat2 33:32-34 untuk istri Nabi dalam surah al Ahzab. 🙂

    Sekian saja sampai di sini.

    Wassalam dan Selamat berpuasa.

  78. @painter

    Syiah yakin banget hadis Kisa’ itu adalah menandakan kemuliaan Ahl Bait Imam Ali dan ahli kerabatnya,

    Tidak hanya syiah kok, sunni juga mengakui bahwa hadis Kisa; adalah kemuliaan Ahlul Bait yaitu Imam Ali dan keluarganya 🙂

    tetapi Syiah tidak dapat menerima dilemma mengapa Allah turunkan ayat Tahirah itu bercampur dgn ayat 33:33 yang bersama dgn ayat2 33:32-34 untuk istri Nabi dalam surah al Ahzab

    Tidak ada yang dilema disini, setiap ayat Al Qur’an tidak mesti diturunkan berurutan. Lihat saja memangnya ayat yang turun pertama adalah Fathihah ayat ?, nggak kok. Untuk mengetahui kapan suatu ayat turun ya merujuk pada hadis shahih. Dalam kasus ini terdapat hadis shahih bahwa Ummu salamah mengatakan kalau Al Ahzab 33 turun berkenaan dengan Ahlul Kisa’ bukan istri-istri Nabi SAW. Nah begitulah kesimpulan yang benar, sekian saja untuk anda dan selamat berpuasa, Wassalam 🙂

  79. […] tulisan asal ditulis ->Posted on Oktober 30, 2008 by secondprince […]

  80. ini analisis saya aja sih, kalau maw ambil jalan pintas dalam nafsirin apakah itu ayat include istri nabi or tidak gini aja,
    cari maksud dari ayat itu n lihat realitasnnya dalam applikasi kehidupan setelah ayat ini turun maka akan terlihat jelas siapa yg dimaksud ayat ini.

  81. islam adalah islam
    syiah adalah syiah
    lakum dinukum waliyadin…
    salam damai di bumi
    kelak kita akan tahu siapa yang benar…!!!

  82. Menurut saya syiah sunni itu perbedaan nya jauh…klo syiah saya kurang respek krn ajaranya mencela sahabat dan umul mukminin…sangat bertentangan dgn islam yg rahmatal lill alamin.mencela bukan salah satu ciri rahmatal lill alamin.

Tinggalkan komentar