Pembelaan Untuk Quraish Shihab Tentang Sikapnya Terhadap Syiah

Tulisan saya kali ini adalah sekedar tanggapan untuk tulisan dari situs INSISTS yang ditulis oleh Saudara Adian Husaini. Tulisannya adalah pemaparan kritik Pesantren Sidogiri dalam buku Mungkinkah Sunnah-Syiah Dalam Ukhuwah?

Buku Sidogiri tersebut adalah bantahan terhadap buku Quraish Shihab Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan Mungkinkah?. Saya hanya akan menanggapi singkat tulisan saudara Adian yang begitu memuji buku Pesantren Sidogiri tersebut. Tujuannya sederhana, supaya siapapun yang akan membaca buku Quraish Shihab dan Buku Sidogiri mendapatkan gambaran awal yang lebih objektif. (sebenarnya sih ada yang minta) :mrgreen:

Silakan lihat saja situs INSISTS untuk melihat tulisannya secara lengkap. Saya hanya akan mengutip bagian yang akan saya tanggapi saja 🙂

Sang Penulis menuliskan

Salah satu kesimpulan Quraish Shihab dalam bukunya ialah, bahwa Sunni dan Syiah adalah dua mazhab yang berbeda. ”Kesamaan-kesamaan yang terdapat pada kedua mazhab ini berlipat ganda dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan dan sebab-sebabnya. Perbedaan antara kedua mazhab – dimana pun ditemukan – adalah perbedaan cara pandang dan penafsiran, bukan perbedaan dalam ushul (prinsip-prinsip dasar) keimanan, tidak juga dan Rukun-rukun Islam.” (Cetakan II, hal. 265).

Tanggapan saya : Bisa dikatakan saya sangat setuju dengan pernyataan Quraish Shihab, hal ini pernah saya tulis dalam tulisan saya Telaah Perbedaan Sunni dan Syiah. Bagi pengkaji yang baik dan berpengalaman dalam masalah Sunni dan Syiah, maka kesimpulan Quraish Shihab ini sangat beralasan dan didukung oleh bukti yang kuat dari kalangan Ulama Syiah sendiri. Dalam buku beliau, Quraish Shihab telah memaparkan bagaimana pandangan Syiah seperti yang dikatakan dan dianut oleh Ulama Syiah sendiri. Hal ini jelas berbeda dengan buku-buku Salafy yang berkesan tendensius mengkafirkan dan menghujat di sana-sini, seperti Ihsan Ilahi Zahir, Abdul Mun’im An Namr, Mamduh Farhan Al Buhairi, atau karya ulama klasik seperti Minhaj As Sunnah Ibnu Taimiyyah dan karya Syaikh Wahabi Muhammad bin Abdul Wahab. Semua karya itu hanya menampilkan pandangan Syiah seperti yang mereka katakan tetapi Syiah berlepas diri dari itu, alasannya sederhana yaitu banyak sekali karya Ulama Syiah yang membantah karya-karya mereka dan mengungkapkan fitnah-fitnah yang mereka tujukan terhadap Syiah.

Sebagai sebuah contoh sederhana saya sudah pernah menuliskan kekeliruan fatal karya-karya mereka yang dengan soknya berkata ilmiah dari kitab-kitab Syiah sendiri. Kekeliruan tersebut adalah sebagian dari mereka seenaknya menyatakan bahwa Kedudukan Kitab hadis Syiah Al Kafi adalah sama seperti dengan kedudukan Shahih Bukhari di sisi Sunni. Padahal sudah jelas sekali perbedaannya bagi mereka yang benar-benar meneliti Al Kafi dan Shahih Bukhari.

Oleh karena itu setelah membaca buku Quraish Shihab saya sangat bersimpati kepada beliau, yang dengan tulus berusaha menunjukkan seobjektif mungkin dan tidak terpengaruh dengan Syiahpobhia Kelas Berat 😉

Kemudian Saudara penulis itu menuliskan

Berbeda dengan Quraish Shihab, pada bagian sampul belakang buku terbitan Pesantren Sidogiri, dikutip sambutan KH. A. Nawawi Abdul Djalil, pengasuh Pesantren Sidogiri yang menegaskan: ”Mungkin saja, Syiah tidak akan pernah habis sampai hari kiamat dan menjadi tantangan utama akidah Ahlusunnah. Oleh karena itu, kajian sungguh-sungguh yang dilakukan anak-anak muda seperti ananda Qusyairi dan kawan-kawannya ini, menurut saya merupakan langkah penting untuk membendung pengaruh aliran sesat semacam Syiah.”

Tanggapan saya : Jelas sekali kalau saudara itu juga mensesat-sesatkan Syiah, dan memuji buku Sidogiri yang katanya dapat membendung pengaruh aliran sesat semacam Syiah. Sayangnya buku Sidogiri itu sama saja kelasnya dengan karya-karya Mereka Syiahpobhia yang maaf tidak ada harganya sama sekali menurut saya. Silakan saja kalau mau mempersepsi, kualitas suatu buku atau karya dilihat dari Isinya dan Argumen yang ada di dalamnya. Banyak sekali masalah dalam Buku Sidogiri itu yang hanya pengulangan buku-buku Syiahpobhia Kelas berat yang saya katakan sebelumnya. Dan tentunya Masalah ini sudah menjadi kebosanan Ulama Syiah untuk menjawabnya berulang-ulang. Simple saja, seandainya Salafy Syiahpobhia itu punya telinga untuk mendengar, mata untuk melihat dan akal untuk berpikir sedikit kerendahan hati untuk mendengarkan kesaksian Ulama Syiah, maka sudah pasti jawabannya Sunnah Syiah Sudah Pasti Dalam Ukhuwah .

Mari kita lihat ringkasan Studi Komparatif Penulis terhadap kedua buku Quraish Shihab dan Sidogiri, untuk memudahkan saya akan mengikuti penulisan inisial QS untuk Quraish Shihab dan PS untuk Pesantren Sidogiri.

Abdullah bin Saba’ Tidak Ada Kaitannya Dengan Syiah

Sang Penulis menuliskan

QS: ”Ia adalah tokoh fiktif yang diciptakan para anti-Syiah. Ia (Abdullah bin Saba’) adalah sosok yang tidak pernah wujud dalam kenyataan. Thaha Husain – ilmuwan kenamaan Mesir – adalah salah seorang yang menegaskan ketiadaan Ibnu Saba’ itu dan bahwa ia adalah hasil rekayasa musuh-musuh Syiah.” (hal. 65).

PPS: Bukan hanya sejarawan Sunni yang mengakui kebaradaan Abdullah bin Saba’. Sejumlah tokoh Syiah yang diakui ke-tsiqah-annya oleh kaum Syiah juga mengakui kebaradaan Abdullah bin Saba’. Sa’ad al-Qummi, pakar fiqih Syiah abad ke-3, misalnya, malah menyebutkan dengan rinci para pengikut Abdullah bin Saba’, yang dikenal dengan sekte Saba’iyah. Dalam bukunya, al-Maqalat wa al-Firaq, (hal. 20), al-Qummi menyebutkan, bahwa Abdullah bin Saba’ adalah orang memunculkan ide untuk mencintai Sayyidina Ali secara berlebihan dan mencaci maki para sahabat Nabi lainnya, khususnya Abu Bakar, Umar, dan Utsman r.a. Kisah tentang Abdullah bin Saba’ juga dikutip oleh guru besar Syiah, An-Nukhbati dan al-Kasyi, yang menyatakan, bahwa, para pakar ilmu menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba’ adalah orang Yahudi yang kemudian masuk Islam. Atas dasar keyahudiannya, ia menggambarkan Ali r.a. setelah wafatnya Rasulullah saw sebagai Yusya’ bin Nun yang mendapatkan wasiat dari Nabi Musa a.s. Kisah Abdullah bin Saba’ juga ditulis oleh Ibn Khaldun dalam bukunya, Tarikh Ibn Khaldun. (hal. 44-46).

Tanggapan saya : Dengan optimis saya katakan bahwa dalam hal ini QS yang benar dan PS telah keliru. Dengan alasan ilmiah yang sederhana

  • Kisah Abdullah bin Saba’ memang diriwayatkan oleh Sejarawan Sunni seperti dalam Tarikh Ath Thabari dan Tharikh Ibnu Asakir tetapi dalam sanad kisah Abdullah bin Saba’ terdapat perawi yang dhaif jiddan yaitu Saif bin Umar At Tamimi yang didhaifkan oleh jumhur ulama hadis.
  • Salafy NeoNashibi berapologia dalam membela sanad kisah Abdullah bin Saba’. Mereka membela Saif dengan menyatakan bahwa riwayat Saif tentang Tarikh bisa diterima sedangkan pendhaifan jumhur ulama adalah tentang periwayatan hadis bukan tentang Tarikh. Ini sih cuma berkelit, karena Jarh wat ta’dil oleh ulama selalu berkaitan dengan kredibilitas perawi dalam menyampaikan riwayat, apakah riwayatnya bisa diterima atau tidak. Tidak ada bedanya apakah riwayat itu berkaitan dengan Hadis atau Tarikh. Bukti dalam hal ini adalah justru dilakukan oleh kebanyakan kaum Salafy sendiri yang menilai shahih tidaknya cerita sejarah berdasarkan Jarh wat Tadil yang dilakukan Ulama hadis. Dan logikanya saja untuk orang yang berani berdusta atas Rasulullah SAW maka sudah jelas akan lebih berani berdusta untuk suatu kisah seorang Abdullah bin Saba’.
  • Neosalafy yang lain kembali berapologia dengan mengatakan bahwa terdapat riwayat lain dalam kitab sejarah Sunni tentang Abdullah bin Saba’ yang tidak diriwayatkan oleh Saif bin Umar. Menurut saya ini juga lucu, karena coba tunjukkan riwayat yang dimaksud. Dan jika memang riwayat itu shahih Anda akan lihat bahwa riwayat itu tidak ada sedikitpun yang menyebutkan kalau Abdullah bin Saba’ pendiri Syiah.
  • Soal jawaban PS bahwa Ulama Syiah meriwayatkan Abdullah bin Saba’ dalam kitab mereka. Maka saya katakan bagaimana kedudukan riwayat tersebut dari sisi keilmuan hadis Syiah? Shahihkan riwayat tersebut, atau jangan-jangan malah tidak ada sanadnya. Lagipula riwayat yang dimaksud itu apa benar merupakan dalil yang jelas bahwa Syiah didirikan oleh Abdullah bin Saba’. Just Fitnah semata, karena riwayat yang dimaksud tidak menyebutkan Syiah. Ulama Syiah selalu mengatakan bahwa mahzab mereka bersumber dari Rasulullah SAW dan Ahlul Bait Beliau dan, jadi bukan dari Abdullah bin Saba’.

Kedudukan Abu Hurairah RA

Sang penulis melanjutkan

QS: ”Karena itu, harus diakui bahwa semakin banyak riwayat yang disampaikan seseorang, semakin besar potensi kesalahannya dan karena itu pula kehati-hatian menerima riwayat-riwayat dari Abu Hurairah merupakan satu keharusan. Disamping itu semua, harus diakui juga bahwa tingkat kecerdasan dan kemampuan ilmiah, demikian juga pengenalan Abu Hurairah r.a. menyangkut Nabi saw berada di bawah kemampuan sahabat-sahabat besar Nabi saw, atau istri Nabi, Aisyah r.a.” (hal. 160).

QS: “Ulama-ulama Syiah juga berkecil hati karena sementara pakar hadits Ahlusunnah tidak meriwayatkan dari imam-imam mereka. Imam Bukhari, misalnya, tidak meriwayatkan satu hadits pun dari Ja’far ash-Shadiq, Imam ke-6 Syiah Imamiyah, padahal hadits-haditsnya cukup banyak diriwayatkan oleh kelompok Syiah.” (hal. 150).

PPS: “Sejatinya, melancarkan suara-suara miring terhadap sahabat pemuka hadits sekaliber Abu Hurairah r.a. dengan menggunakan pendekatan apa pun, tidak akan pernah bisa meruntuhkan reputasi dan kebesaran beliau, sebab sudah pasti akan bertentangan dengan dalil-dalil hadits, pengakuan para pemuka sahabat dan pemuka ulama serta realitas sejarah. Jawaban untuk secuil sentilan terhadap Abu Hurairah r.a. sejatinya telah dilakukan oleh para ulama secara ilmiah dan rasional. Banyak buku-buku yang ditulis oleh para ulama khusus untuk membantah tudingan miring terhadap sahabat senior Nabi saw tersebut, diantaranya adalah al-Burhan fi Tabri’at Abi Hurairah min al-Buhtan yang ditulis oleh Abdullah bin Abdul Aziz bin Ali an-Nash, Dr. Al-A’zhami dalam Abu Hurairah fi Dhau’i Marwiyatih, Muhammad Abu Shuhbah dalam Abu Hurairah fi al-Mizan, Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib dengan bukunya Abu Hurairah Riwayat al-Islam dan lain-lain.”

Untuk masalah ini saya tidak akan membenarkan baik kedua belah pihak QS dan PS. Untuk QS apa yang beliau katakan adalah pendapat beliau soal hadis Abu Hurairah, tetapi memang benar bahwa hadis riwayat Ahlul Bait sedikit sekali diriwayatkan jika dibandingkan dengan Abu Hurairah, ini adalah fakta. Untuk PS menurut saya cuma berapologia ketika mengagung-agungkan Abu Hurairah RA. Abu Hurairah RA adalah sama seperti sahabat Nabi SAW yang lain yang tentu sama-sama memiliki kemampuan meriwayatkan hadis. Hanya saja PS dan penulis hanya bersandar pada keterangan Ulama Sunni yang membela Abu Hurairah RA

Lihat tulisan ini

Karena kuatnya bukti-bukti keutamaan Abu Hurairah, maka PPS menegaskan: “Dengan demikian, maka keagungan, ketekunan, kecerdasan dan daya ingat Abu Hurairah tidak perlu disangsikan, dan karena itulah posisi beliau di bidang hadits demikian tinggi tak tertandingi. Yang perlu disangsikan justru kesangsian terhadap Abu Hurairah r.a. seperti ditulis Dr. Quraish Shihab: “Karena itu, harus diakui bahwa semakin banyak riwayat yang disampaikan seseorang, semakin besar potensi kesalahannya dan karena itu pula kehati-hatian menerima riwayat-riwayat dari Abu Hurairah merupakan satu keharusan.” (hal. 322).

Anehnya dalam mata para pengkritik Abu Hurairah argumen ini tidak bernilai, karena keutamaan Abu Hurairah yang selangit itu justru diriwayatkan oleh Abu Hurairah sendiri. Bagaimana mungkin membenturkan argumen keraguan kredibilitas Abu Hurairah RA dengan hadis riwayat Abu Hurairah sendiri. Hadis tersebut justru diragukan oleh para pengkritik Abu Hurairah.

Yang jelas untuk masalah ini saya tidak terlalu peduli, adalah hak Syiah untuk tidak mengambil riwayat Abu Hurairah karena Mereka sudah cukup mengambil agama dari Ahlul Bait. Sedangkan Sunni adalah haknya juga mengambil riwayat Abu Hurairah karena riwayat Ahlul Bait saja tidak memadai sebagi landasan agama (karena sedikitnya) :mrgreen:

Penulis juga berasumsi ketika berkata

Pernyataan seperti yang dilontarkan oleh Dr. Quraish Shihab tersebut sebetulnya hanya muncul dari asumsi-asumsi tanpa dasar dan tidak memiliki landasan ilmiah sama sekali. Sebab jelas sekali jika beliau telah mengabaikan dalil-dalil tentang keutamaan Abu Hurairah dalam hadits-hadits Nabi saw, data-data sejarah dan penelitian sekaligus penilaian ulama yang mumpuni di bidangnya (hadits dan sejarah). Kekurangcakapan Dr. Quraish Shihab di bidang hadits semakin tampak, ketika beliau justru menjadikan buku Mahmud Abu Rayyah, Adhwa’ ‘ala Sunnah Muhammadiyah, sebagai rujukan dalam upaya menurunkan reputasi Abu Hurairah r.a. Padahal, semua pakar hadits kontemporer paham betul akan status dan pemikiran Abu Rayyah dalam hadits.” (hal. 322-323).

Buku Abu Rayyah tidak lebih rendah nilainya dari buku ulama-ulama yang membantahnya. Tentu tidak semua yang dikatakan oleh Abu Rayyah adalah salah, dan ternyata tidak semua yang dikatakan oleh Ulama pembela Abu Hurairah RA itu benar. Saya tidak akan membahas lebih lanjut masalah ini(terlalu panjang), bagi yang ingin meneliti silakan cari buku Abu Rayyah dan bantahannya kemudian bandingkan. Hmmm mungkin buku Abu Hurairah karya Syaikh Sarafudin Al Musawi juga bisa menjadi bahan pertimbangan. Jadi untuk hal ini QS dan PS adalah sama-sama menilai berdasarkan sudut pandang yang berlainan.

Adapun tentang kata-kata

PPS juga menjawab tuduhan bahwa Ahlusunnah diskriminatif, karena tidak mau meriwayatkan hadits dari Imam-imam Syiah. Pernyataan semacam itu hanyalah suatu prasangka belaka dan tidak didasari penelitian ilmiah apa pun. Dalam kitab-kitab Ahlusunnah, riwayat-riwayat Ahlul Bait begitu melimpah.

Dalam-dalam kitab Ahlussunnah riwayat Ahlulbait yaitu Imam Ali AS, Sayyidah Fatimah AS, Imam Hasan AS dan Imam Husain AS adalah sangat sedikit dibanding riwayat Abu Hurairah(apalagi imam-imam yang lain). Jadi banyak dari mana tuh?

Pengkafiran Terhadap Ahlussunnah

Ini tuduhan yang menggelikan, tidak ada Syiah mengkafirkan Ahlussunnah, lihat tulisan saya Telaah Perbedaan Sunni dan Syiah disitu dinyatakan bahwa Imam Ahlul Bait sendiri menyatakan sahnya keislaman Ahlus Sunnah. Hal ini dinyatakan oleh Ulama Syiah berdasarkan riwayat shahih mereka dari para Imam Ahlul Bait.

Sang penulis berkata

Banyak sekali buku-buku referensi utama kaum Syiah yang dirujuk dalam buku terbitan PPS ini. Karena itu, mereka juga menolak pernyataan Dr. Quraish Shihab bahwa yang mengkafirkan Ahlusunnah hanyalah pernyataan orang awam kaum Syiah. PPS juga mengimbau agar umat Islam berhati-hati dalam menerima wacana ”Persatuan umat Islam” dari kaum Syiah. Sebab, mereka yang mengusung persatuan, ternyata dalam kajiannya justru memojokkan Ahlusunnah dan memposisikannya di posisi zalim, sementara Syiah diposisikan sebagai “yang terzalimi”.

Sudah jelas ketika Salafy yang mengaku Ahlus Sunnah atau siapa saja mengkafirkan Syiah maka sudah nyata kezalimannya. Tidak ada yang lebih berat dari itu. hal ini sudah pernah saya tekan kan dalam tulisan saya bahwa Syiah Itu Islam. jadi Mengkafirkan seorang Muslim besar sekali resikonya 😦

Untuk bahasan lanjut atau bantahan terhadap Buku Sidogiri anda mungkin dapat melihat situs ini. Pengelola situs ini sudah menulis banyak kajian tentang buku tersebut dan yah nilai saja sendiri

Buat saudara penulis, Mohon maaf tidak ada niat sedikit pun saya untuk merendahkan, saya cuma memaparkan pandangan saya. Seandainya dalam tanggapan saya terdapat kata-kata yang kurang berkenan saya mohon maaf.

Buat saudara saya, ini dulu yang dapat saya sampaikan. Maafkan jika kurang memuaskan, saya benar-benar sibuk akhir-akhir ini 🙂

Salam Damai

233 Tanggapan

  1. Maaf mas pernyataan anda ada yang salah, dlm kitab karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak ada pembahasan tentang ‘Kedudukan Kitab Hadits Al Kafi’. Sebaiknya anda membaca buku tersebut sebelum memberikan pernyataan (yang diterbitkan oleh Al-Imu Yogyakarta)

  2. Tambahan:
    Salafy tidak mengkafirkan semua Syiah tapi hanya sebagian tergantung dari kesesatannya. Seperti yang menganggap bahwa ‘Ali adalah Tuhan. Disini mas juga secara tendensius menganggap bahwa semua Salafy mengkafirkan Syiah. Salafy sendiri membagi Syiah dlm beberapa kelompok seperti anda ketahui sendiri. Hanya saja saat ini kebanyakan Syiah adalah Rafidlah. Apa alasannya? dikarenakan kebencian mereka terhadap para Sahabat yang Mulia yang ditunjukkan secara nyata baik lewat tulisan, ucapan, maupun amalan. Setahu saya (yg kini baru sedikit belajar Salafy) di kajian2 tidak pernah menyebut Syiah itu kafir, walaupun memang pembahasan tentang Syiah hanya 1% karena kebanyakan kajian membahas tentang Tauhid, Fiqih, dan Akhlak.

    Contoh pembahasan dalam kitab karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah pembahasan tentang nikah mut’ah, syiah yg menghalalkan menjimak istrinya dari dubur, Insya Allah akan saya tulis secara bertahap mas, semoga bisa sharing ilmu.

  3. @Anas
    Hmm saya nggak bilang bahwa dalam kitab Syaikh itu ada pembahasan khusus tentang kedudukan hadis Al Kafi
    Tapi itu juga yang saya tangkap dari membaca karyanya, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab hanya menampilkan riwayat Syiah tetapi tidak menguraikan kedudukan sanad riwayat tersebut disisi Syiah sendiri

    Ada yang begitu eksplisit menyebutkan seperti Ihsan Ilahi Zahir,Abdul Munim An Namr dan Mamduh Farhan Al Buhairi. Merekalah yang saya maksud dalam kata-kata saya

    Sebagai sebuah contoh sederhana saya sudah pernah menuliskan kekeliruan fatal karya-karya mereka yang dengan soknya berkata ilmiah dari kitab-kitab Syiah sendiri. Kekeliruan tersebut adalah sebagian dari mereka seenaknya menyatakan bahwa Kedudukan Kitab hadis Syiah Al Kafi adalah sama seperti dengan kedudukan Shahih Bukhari di sisi Sunni. Padahal sudah jelas sekali perbedaannya bagi mereka yang benar-benar meneliti Al Kafi dan Shahih Bukhari.

    Maaf kalau membuat anda mempersepsi begitu, setidaknya sudah saya jelaskan
    Tapi saya benar-benar sudah baca kok buku Syaikh Wahabi itu, buku yang cukup banyak memuat hadis dhaif yang seharusnya sebagai seorang Syaikh Salafy lebih bersikap kritis dalam masalah hadis

  4. @Anas

    Salafy tidak mengkafirkan semua Syiah tapi hanya sebagian tergantung dari kesesatannya.

    Hmm bisa jadi, tapi saya lebih berkesan begitu

    Seperti yang menganggap bahwa ‘Ali adalah Tuhan. Disini mas juga secara tendensius menganggap bahwa semua Salafy mengkafirkan Syiah.

    Kalau yang begitu sih cuma Salafy yang menyebut mereka Syiah, Syiah sendiri yang saya baca menyatakan berlepas diri dari keyakinan seperti itu.

    Salafy sendiri membagi Syiah dlm beberapa kelompok seperti anda ketahui sendiri. Hanya saja saat ini kebanyakan Syiah adalah Rafidlah. Apa alasannya? dikarenakan kebencian mereka terhadap para Sahabat yang Mulia yang ditunjukkan secara nyata baik lewat tulisan, ucapan, maupun amalan.

    Pengkategorian Syiah Rafidhah itu dengan alasan yang anda sebutkan adalah subjektif. Karena tergantung maksud kebencian dan penunjukkannya itu bagaimana
    Setahu saya Yang sekarang Syiah itu adalah Syiah Imamiyah. Menurut anda samakah Syiah Imamiyah dengan Syiah Rafidhah? Apakah Syiah yang dikatakan kafir oleh Syaikh Jibrin itu merujuk pada Syiah Rafidhah, Syiah Imamiyah atau Syiah yang menurut anda mentuhankan Ali?

    Setahu saya (yg kini baru sedikit belajar Salafy) di kajian2 tidak pernah menyebut Syiah itu kafir, walaupun memang pembahasan tentang Syiah hanya 1% karena kebanyakan kajian membahas tentang Tauhid, Fiqih, dan Akhlak.

    Sebenarnya saya juga tidak membicarakan kajian Salafy, masalah pengkafiran dapayt dibaca dari buku karya Syaikh Salafy yang mengkafirkan Syiah

    Contoh pembahasan dalam kitab karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah pembahasan tentang nikah mut’ah, syiah yg menghalalkan menjimak istrinya dari dubur, Insya Allah akan saya tulis secara bertahap mas, semoga bisa sharing ilmu.

    Silakan Mas, tapi kok saya mendapat kesan kalau buku Syaikh ini juga mengkafirkan Syiah
    Salam

  5. mas Anas pernyataan anda mengenai dibolehkannya menjima’ isteri lewat dubur oleh ulama Syiah menurut saya adalah cerminan keputus-asaan musuh2 Syiah yang dengan segala cara menghancurkan Syiah tetapi Syiah semakin hari semakin tegak dan tegar.

    Di rumah saya punya buku2 mengenai membangun rumah tangga muslim yang dikarang oleh ulama Syiah, tapi tidak ada satupun ada fatwa yang menghalalkan menjima’ istri lewat dubur. Bahkan di satu segi para ulama Syiah berdasarkan hadis yang diriwayatkan para Imam Ahlul Bait sangat menekankan teknik dan perilaku yang sangat Islami dan jauh dari perilaku binatang dan terkesan sangat ketat !

    Tapi ya memang tidak aneh karena sumbernya adalah buku yang ditulis oleh pendiri Wahabi muridnya Ibnu Taimiyyah yang Bani Umayah jelas saja membenci Syiah / Ahlul Bait yang Bani Hasyim.

    Mungkin sebenarnya anda sendiri yang senang teknik begitu ?

  6. Buku ini “Mungkinkah Sunnah-Syiah Dalam Ukhuwah?” Bisa saya dapatkan di mana ya? Mohon infonya…. thanx

  7. Yang sudah pasti ada, di ponpes sidogiri. hehehe…aku juga pingin dapet buku itu biar gak dibilang orang syi’ah itu gak mau baca buku ahlulsunnah.

  8. @ressay….
    jauuuuuuh kale kalo gw harus ke sana? maksud gw dijual di toko-toko buku popular gak? or harus order ke Sidogiri? gak bisa online belinya yak?

  9. @T Mulya
    Benar Mas, saya sependapat dengan anda
    Salafy cuma memaksakan pandangan mereka sendiri walaupun kenyataannya berbeda, tidak lain karena fanatisme mahzab
    Salam

    @hilda alexander
    Cari di toko-toko buku terdekat di kota anda
    Bila perlu toko yang khas Salafy atau yang khas Syiahpobhia :mrgreen:

    @ressay
    ah akhi berhati-hatilah membaca buku itu :mrgreen:

    @hilda alexander

    jauuuuuuh kale kalo gw harus ke sana?

    Kebenaran selalu butuh pengorbanan, Ukhti :mrgreen:

  10. wah…nanti abis mid semester mau jalan-jalan ke gramedia. dah berbulan-bulan gak berkunjung ke gramedia setelah memiliki planning lain penggunaan uang tabungan dan gajian.

    atau coba aja cari informasi di http://www.sidogiri.com

    dah lama gak diskusi di situ euy. eh salah, bukan diskusi. tapi debat kusir. kasian kudanya, orang-orang pada debat kusir terus.

  11. yang diperlukan memang dialog langsung, jadi orang-orang yang berprasangka terhadap syi’ah — yang cuma tau syiah dari buku-buku yang ditulis orang non-syiah atau baca buku syiah secara tidak adil– dan mereka yang berpaham syiah bertemu muka. dan hal ini sebenarnya sudah dilakukan! beberapa orang [termasuk bang adian yang cerewet itu] memang sepertinya kekurangan informasi. kayaknya ingin sekali mengatakan bahwa kursi itu lemari, padahal kursi yah kursi, bukan lemari.

  12. saudaraku yaser,, ada aliran islam baru namanya “Romiyah al-munawaroh”,, serius gw,, kita mengembangkan kajian “islam nusantara”,, ntar gw jelasin..

    sunni itu islam “arabisme”, gw heran kenapa di indonesia bisa berkembang islam arabisme itu?? padahal bangsa arab itu bangsa terkutuk setelah yahudi, tahu kenapa? karna banyak nabi yang di kirim ke mereka, lu tahu khan sebab – sebab turunya nabi… bandingkan dengan indonesia? tidak pernah ada nabi atau rosul disini, tapi umat muslimnya banyak, walaupun bego’.. kita membutuhkan islam dengan rasa “indonesia” ser, konflik sunni – syiah itu maenannya orang arab, kita jangan terjebak dengan konflik mereka,,, orang arab itu dari dulunya emang senang berantem,, dan lucunya ada aja orang – orang indonesia yang sok – sok ikutan cari perkara,,

    syiah dan sunni memang gak akan menyatu, namun bisa saja harmonis, dan itu hanya bisa terjadi di indonesia, kita sebagai bangsa indonesia haruslah sadar dengan segala kelebihan kita, sejarah islam di indonesia haruslah berdiri sendiri, jangan lagi – lagi terjebak dengan “pembodohan” zaman “kelam” ke Khalifahan,,, islam itu moderat, bukanya baduy, islam itu sosialis, bukanlah kapitalis ( baca umayah), islam itu untuk orang indonesia, ajaran dasar islam itu kebanyakan sama dengan sifat asli orang indonesia, coba aja lu pikirin sendiri, gw males nulisnya coy..

    sebenarnya masih banyak yang mau gw paparkan , cuman males ngetik gw, keybordnya gak asik,, intinya satu kunci agar bisa tercipta lingkungan sehat antara sunni – syiah, jadilah seorang bangsa indonesia yang utuh, bersifat ramah, gotong – royong, bhineka tunggal ika, dll. agama itu urusan individu, buat ustad – ustad yang cari perkara dengan menjadi provakasi, berhentilah.. jangan sok jadi sufi, ilmu anda memang tinggi, anda memang jago ngaji, tapi tolong, ini Indonesia!! bangsa yang bermoral… hidup bhineka tunggal ika!!!!

  13. @Romiyyah almunawwaroh
    kajian islam nusantara,……..Islam arbisme……sunni-syiah….kapitalis (baca: umayyah), …….keyboardnya ga asik,………..bhineka tunggal ika…….
    Ini mau ngomong atau apa sih? Ga jelas 🙂

  14. @romiyyah almunawwaroh
    Islam Nusantara yach? Kenapa harus ada Islam Nusantara? kenapa harus ada Islam Liberal? aneh-aneh aja.

    Ok, silakan dijelaskan tetapi jangan disini. Kirim email ke saya: cut_yasser@yahoo.com

    apa yang anda sampaikan baru sekedar informasi, belum berupa pengetahuan. jadi, maaf, kalau saya belum sependapat dengan Anda ketika Anda mengatakan bahwa Bangsa arab itu bangsa yang terkutuk setelah Yahudi. ya sekedar bertanya saja, kalau kita berbicara agama maka itu menyinggung skriptualis. maka dari itu, saya tanyakan Anda mendapatkan pengetahuan seperti itu dari teks mana?

    Konflik sunni syi’ah mainan orang arab? ini pun lagi-lagi aku tanya keilmiahannya.

    jangan-jangan Anda mau membuat kelompok ketiga setelah adanya sunni syi’ah. Jadi nanti konflik antara sunni, syi’ah dan romiyah almunawwaroh adalah maenan Anda. 😀

    Anda mengatakan, “intinya satu kunci agar bisa tercipta lingkungan sehat antara sunni – syiah, jadilah seorang bangsa indonesia yang utuh, bersifat ramah, gotong – royong, bhineka tunggal ika, dll.”

    hehehe…muncul pertanyaan lagi nih. Kalau orang malaysia gimana? kasian donk disuruh jadi bangsa Indonesia yang utuh. Anda itu pingin buat menegakkan agama Islam atau agama Indonesia?

    ok, gitu aja dulu.

    Kalau berkenan, silakan kirimkan email. sudah menanti banyak orang dibelakang saya yang akan siap menanggapi pemikiran Anda.

  15. nanti muncul Islam Melayu, Islam Polinesia, Islam Kaukasia, or entah apa lagi. Kenapa sih seneng banget sama yang namanya atribut? heran deh

  16. @hilda alexander
    karena katanya sih fitrah manusia itu menyenangi hal-hal yang tampak kasat mata.

  17. @ressay
    kasat mata, menyilaukan tapi semu…. citra, atribut, imej, dan entah apa lagi , dan mungkin juga kekuasaan,…. halah kok jadi OOT ya

    @secondprince
    yang saya suka dari Quraish Shihab adalah dia transformer… ide bagus jika kedua buku sama-sama dibedah dan dikaji secara ilmiah melalui forum akademis….

  18. @ressay
    yah, semoga dapet bukunya 🙂

    @gentole
    benar Mas, sikap memaksakan pikiran sendiri itu benar-benar tidak baik 🙂

    @Romiyah Al-Munawwaroh
    Saya baru dengar aliran itu, wah ada-ada aja nih

    sunni itu islam “arabisme”, gw heran kenapa di indonesia bisa berkembang islam arabisme itu?? padahal bangsa arab itu bangsa terkutuk setelah yahudi, tahu kenapa? karna banyak nabi yang di kirim ke mereka, lu tahu khan sebab – sebab turunya nabi…

    Hmm saya rasa istilah arabisme itu subjektif Mas, dan gak ada hubungannya dengan siapa bangsa yang terkutuk, lagipula saya sangat tidak setuju bangsa arab itu bangsa terkutuk setelah Yahudi

    kita membutuhkan islam dengan rasa “indonesia” ser, konflik sunni – syiah itu maenannya orang arab, kita jangan terjebak dengan konflik mereka,,, orang arab itu dari dulunya emang senang berantem,, dan lucunya ada aja orang – orang indonesia yang sok – sok ikutan cari perkara,,

    Bukan mainan orang arab kok, karena perkara Sunni Syiah tidak terkhusus pada orang arab saja dan lagipula pernyataan anda itu benar-benar memerlukan bukti, kalau tidak , saya ragu sekali dengan premis itu. Perbedaan Sunni Syiah udah berusia lama sekali dan itu bukan buatan siapa-siapa 🙂

    syiah dan sunni memang gak akan menyatu, namun bisa saja harmonis, dan itu hanya bisa terjadi di indonesia,

    Maaf saya lagi-lagi tidak setuju dengan anda, hubungan yang harmonis tergantung dengan kesadaran keduabelah pihak untuk beritikad baik dan saling menghargai, bukan tergantung berasal dari bangsa mana 🙂

    islam itu untuk orang indonesia, ajaran dasar islam itu kebanyakan sama dengan sifat asli orang indonesia, coba aja lu pikirin sendiri,

    Maaf Mas, Islam itu untuk seluruh umat manusia
    Salam

    @armand
    he he he bingung kan itu arahnya kemana :mrgreen:

    @ressay
    kalau memang ada diskusi via email, saya juga ingin tahu hasil diskusinya 🙂

    @hilda
    Itu juga yang membuat saya heran, atribut terkadang menipu 🙂

    @ressay
    sukanya manusia bukan berarti itulah yang benar kan, terkadang kebenaran itu tidak begitu disukai

    @hilda

    yang saya suka dari Quraish Shihab adalah dia transformer… ide bagus jika kedua buku sama-sama dibedah dan dikaji secara ilmiah melalui forum akademis….

    Silakan saja, tetapi saya lebih suka mengkaji sendiri, setelah itu baru ikutan forum akademis 🙂

  19. Makanya kita harus belajar epistemologi Islam. yah…kok nyambungnya ke situ yach? hehehe…maklum, lagi seneng ngomongin masalah epistemologi Islam.

  20. kalo saya lagi gandrung baca tulisan-tulisan Gabriel Garcia Marquez… 🙂 ini lebih gak nyambung lagi

    to blog’s owner, sorry nyampah

  21. @ressay
    ya bener sekali
    *pura-pura nyambung* :mrgreen:

    @hildalexander
    gapapa 🙂
    kalau bisa cerita ya, kalau sudah selesai baca bukunya sih

  22. @ yg punya blog
    maap, mo numpang nitip salam aja..

    @ Romiyah Almunawwaroh
    maap, sy baru denger nih. jadi pengen tau 🙂 Jadi, prinsipnya ‘islam nusantara’ itu gmn? (tp jgn djwb disini, ntar digampar yg punya blog :mrgreen: mangga mampir di blog saya)

    maap lagi, yg anda maksud “ustad – ustad yang cari perkara dengan menjadi provakasi” itu sapa? bukan pak Quraisy atau pak Adian kan? Ah rasa2nya anda perlu membca postingan mas ini yg tentang tiranisme salafi deh (smoga mencerahkan) 🙂

    Ah tapi.., bagi sy.. yg terpenting adl gmn caranya agar umat islam senantiasa menjadi khayr ummah & berupaya mengajak manusia kepada yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran.
    Nah, utk ini, kerangka keilmuannya haruslah benar & tidak dibiarkan berubah krn unsur-unsur sofis moderen dalam berbagai bentuk.
    Jika kerangka ini berubah, maka umat islam tidak akan dapat berupaya memahami ajaran-ajaran Al-Qur’an & Rasulullah, serta mendapat manfaat dari kewibawaan tradisi umat manusia lainnya.

  23. ccckk..ccckkk..pd salut dehh ama semuanya, terutama buat SP (bener2 tuan rumah yg baik)..hehe. Salut dg kemauannya utk menanggapi Romiyah Al-Munawwaroh.

  24. @nurma
    salam juga 🙂

    @nothing
    Selagi saya bisa kenapa tidak :mrgreen:

  25. Dari dulu gini mulu..!!! Kapan sih Islam akan bersatu? Org” diluar Islam sedang menyusun satu kesatuan. Didalam Islam justru sebaliknya. Saling menghujat dan menjatuhkan….

  26. Mengkritik bukan berarti menghujat. Jadi, mengkritiklah dengan santun.

  27. @ mutazanas

    😯 apa? Jadi ibnu abdul Wahabi mengizinkan umatnya untuk melakukan SODOMI terhadap istri mereka ?

    😯 buset !!!

    Serem bener kaum Wahabi itu ? Wah nggak heran mereka sering disebut kaum Bar-Bar tidak saja oleh agama / kaum lain tetapi juga umat islam pada umumnya

    😕 masa SODOMI sich !!!

  28. Kalau kita lihat, Abu Hurayrah meriwayatkan lebih dari 5000-an hadits, padahal hanya hidup 3,5-6 tahun dengan Rasulullah. Sementara hadits yang diriwayatkan oleh keluarga Rasulullah SAAW kurang dari itu. Padahal, keluarga nabi jauh hidup lebih lama dibandingkan dengan Abu Hurayrah. Terlebih lagi, Imam ‘Ali ibn Abi Thalib a.s.

    Kita hitung dengan matematika deh maksimal hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurayrah perhari:

    =5.000 : (3,5×365)
    =5.000 : 1277.5
    = 3,91 atau 4 hadits per hari.

    Sekarang kita hitung deh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurayrah per hari minimal:
    =5.000 : (6×365)
    =5.000 : 2190
    = 2,83 atau dua hadits per hari.

    Jadi Abu Hurayrah setiap hari menghafal 3-4 hadits dari Rasulullah SAAW per hari.

    Padahal hadits yang diriwayatkan oleh Ali ibn Abi Thalib lewat jalur ahlus sunnah jauh lebih sedikit daripada Abu Hurayrah. Mungkinkah demikian? Sementara dalam sejarah Rasulullah SAAW hampir selalu bersama Ali ibn Abi Thalib, sampai ada sabda Rasulullah SAAW yang sangat termahsyur:

    “Ana madinatul ilmi wa aliyyun babuha” (Aku adalah pusatnya pengetahuan dan Ali adalah pintunya).

    Tanya kenapa?!?!?!

  29. @romiyah

    Islam Nusantara, wah ada aliran baru nih. Kl ada sintesa “Islam Nusantara”, itu artinya ada antitesa sebelumnya yaitu “Islam”. Dengan kata lain, Islam itu kontradiktif dengan Islam Nusantara. Ayo kita uji!

    Sekarang kita lihat tujuan nusantara ini, di lihat dari UUD 1945:
    * melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia;
    * mencerdaskan kehidupan bangsa;
    * memajukan kesejahteraan umum; dan
    * ikut melaksanakan ketertiban dunia.

    Apakah Islam dapat melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah manusia? Apakah Islam dapat mencerdaskan kehidupan bangsa? Apakah Islam dapat memajukan kesejahteraan umum? Apakah Islam dapat ikut melaksanakan ketertiban dunia?

    Jelas dapat! Lihat saja deh, antara lain:
    1-ayat ritual dengan sosial dalam Quran 1:100 (Ayatullah Khomeini);
    2-khayrunnaas anfa’ahum linnaas (sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat buat manusia lain)
    3-dari sejarah, Rasulullah SAAW disebut dengan ‘abul yataama’ (Bapaknya anak yatim) dan ‘Abul masaakin’ (Bapaknya orang2 misin)
    4-de el el

    Dari sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia sendiri, Islam (ahlul bayt) telah membantu mengobarkan revolusi melepaskan dari belenggu penjajah.

    Misalnya, Sultan Hasanuddin bergelar Al-Baqir, sebuah sebutan yang hanya ada di tradisi Ahlul Bayt, merujuk pada salah seorang Imam. Juga peringatan Suro dalam Tradisi Jawa dengan bubur merah dan putih. Merah berarti darah dan putih artinya kesucian, yang dipengaruhi tradisi ahlul bayt (Tragedi Karbala). Ini menjadi simbol melawan kolonialisme.

    Wahabisme mulai masuk dengan adanya Kaum Paderi di ranah Minang sampai lahirnya organisasi Islam awal 1900an. Sebelumnya, Islam di Indonesia adalah Islam Ahlul Bayt yang memang disebarkan oleh saudagar-saudagar dari Persia.

    Kenapa? Doktrin melawan penindasan adalah bagian dari tradisi Ahlul Bayt. Doktrin mensejahterakan rakyat, khususnya kaum papa dan anak yatim, adalah bagian dari tradisi Ahlul Bayt. Buktinya? Lihat deh peran Hezbollah melawan pendudukan Israel di Lubnaan.

    Kalau begitu, kenapa tidak cukup comfort dengan sebutan ‘Islam’ saja?

  30. @Qqcakep
    Tidak baik itu menghujat dan menjatuhkan, cukup ditanggapi dengan santun 🙂
    Salam

    @ressay
    Setuju, mengkritik itu dihalalkan dan tentu dengan santun 🙂

    @Sahabat Retorika
    Waduh, saya jadi bingung :mrgreen:

    @doonukuneke
    wah soal Abu Hurairah ya, lumayan panjang itu bahasannya 🙂 , Coba saja buat tulisan, biar lebih enak dibahas dan kasih tahu saya ya
    Salam

  31. Komplik…yu komplik ….terus komplik… ane geli lihat…tulisan yg saling menjatuhkan dengan dalil alquran dan hadis ..kalau lawannya belum sekarat kayanya belum puas.! semua lagu lama .. ajam lawan non ajam . Arab dan non arab. itu kan komplik anatomi kedengkian , kesombongan, ashobiyah.diteruskan syiah dan suni. Pantesan Rabiah al adawiyyah mau membakar surga karena diperebutkan dan mau memadamkan nereka karena umat islam saling mendorong supaya masuk nereka. Surga adalah milik Allah dan neraka milik Allah. Yang berhak adalah yg beriman dan beramal soleh. Hilangkan dendam karbala ,hilangkan keangkuhan dan kesombongan kearaban kalian, hilangkan karena merasa menjadi pengikut salaful shalih…! Seandainya Nabi Agung kita masih hidup menyaksikan tingkah laku kita yg konyol dan bodoh ini, yang telah merusak dengan ketajaman pedang hujatan dan fitnahan, merobek dengan pisau kedengkian , menyiram dengan noda najis keangkuhan. Agama ini diturunkan untuk melunakan hati yg keras membatu, meluruskan yg bengkok, menerangi yg gelap, mendamaikan yg bersengkata, mencerdaskan yg bodoh, mengangkat yg terjerumus, meyadarkan yg gila. Seandainya Agama ini tidak merubah kalian , bukannya agama ini yg salah , tapi…kalian yg jahiliyah..maka tempatnya yg paling pantas adalah “NERAKA”..karena kalian telah menjadi guru penyebar Fitnah, penyebar perpecahan, penyebar virus kebodohon. Bagi kalian hawa nafsu telah menjelma menjadi berhala ,karena sudah merasa menyampaikan kebenaran, merasa telah menjadi penerus nabi, menjadi penasihat. Padahal semua itu hanyalah kedok untuk membungkus kebusukan hati kalian. Karena di hati kalian hanya satu ” AKU SUNI” DAN KAMU SYIAH” kalian tidak pernah mengenal Kata ” KITA” Tahukah umur kalian akan di minta pertanggung jawaban di hadapan Allah karena waktu kalian hanya dipergunakan untuk membaca dan membuka kitab-kitab karangan ulama , syekh 2 kalian hanya untuk mencari dalil-dalil tentang keburukan-keburukan , dalil hujatan dan fitnahan untuk ditusukan bagi kelompok lawan.kalian ! Pergunakan waktu kalian untuk membangkitkan umat dari keterpurukan kebodohan dan keterbelakangan . Jangan ditambah lagi dengan beban perpecahan . Sadarkah kita ???? adakah universitas yg menghasilkan putra terbaik yg mampu mengangkat umat dari keterbelakangan, sampai hari tidak ada di negri islam manapun baik di Indonesia atau pun di jazirah arab. Sampai hari , jangankan membuat pesawat terbang seperti jambo/ apalagi jet tempur seperti F 16, membuat sepeda motorpun ngak becus. Apa ngak malu kita ? apa ngak sadar …kita hanya menjadi negri-negri konsumen negri kafir…apa ngak malu kita hanya mampu menjadi tukang impor komplik ?….. Seandainya ..tulisan ini bisa dijadikan renungan untuk memupuk kesadaran kita …maka pantas kita menjadi orang yg “BERAGAMA” tapi sebaliknya bila tidak …! sama saja dengan firman allah Dalam al quran ” Sesungguhnya yg memecah belah agama dan bangga dengan kelompoknya masing-masing , maka mereka bukan golongan kami dan kami tidak bertanggung jawab dengan mereka ”

    wassalam

  32. @ IWAN

    Seandainya Nabi Agung kita masih hidup menyaksikan tingkah laku kita yg konyol dan bodoh ini, yang telah merusak dengan ketajaman pedang hujatan dan fitnahan, merobek dengan pisau kedengkian , menyiram dengan noda najis keangkuhan

    Padahal yang konyol itu komen-komen seperti sampean ini. gak ada hujatan, fitnahan, dengki dan najis dalam tulisan ini, sampean saja yang mikir begitu.

    @secondprince
    Jalan terus akhi
    ana dukung dari atas 😆

  33. Prof. Quraish Syihab
    Diadili Santri Santri Pondok Sidogiri

    Baru baru ini Prof. Quraish Syihab menerbitkan buku dengan judul “Sunnah Syiah Bergandengan Tangan Mungkinkah”, yang berisi pembelaan terhadap Syiah serta menerangkan bahwa antara Ahlussunnah dengan Syiah bisa diadakan Tagrib atau pendekatan.
    Setelah kami dapatkan buku tersebut dan kami baca isinya, langsung Albayyinat mengadakan Jumpa Pers di Surabaya. Dimana kami sangat menyayangkan langkah yang telah ditempuh oleh Prof. Quraish Syihab, karena isinya pemutar balikan aqidah Syiah Imamiyyah Itsna’asyariyyah serta penyesatan masyarakat.
    Dan alhamdulillah keesokan harinya beberapa koran di Jatim memuat Jumpa Pers Albayyinat, bahkan Majalah Alkisah Jakarta juga ikut menyiarkan Jumpa Pers tersebut.

    Rupanya apa yang ditulis oleh Prof. Quraish Syihab tersebut tidak hanya mendapat perhatian dari Albayyinat saja, tapi hampir semua pakar Syiah dari kalangan Ahlussunnah di Indonesia merasa terkejut dan terheran heran dengan pemahaman Quraish Syihab mengenai Syiah, yang mereka nilai sangat minim dan tidak menguasai hakekat Syiah Imamiyyah Itsna’asyariyyah.
    Sehingga banyak orang yang asalnya memuji Prof. Quraish Syihab berubah mengkritiknya. Begitu pula banyak pengagumnya yang berbalik menyerangnya.
    Hal yang demikian itu juga dirasakan dikalangan santri pondok pesantren, sehingga secara diam diam para santri di pondok Sidogiri Pasuruan menulis dan menerbitkan buku “Mungkinkah Sunnah-Syiah Dalam Ukhuwah” yang isinya mengkonter dan mengadili sang Profesor tersebut.
    Buku tersebut disusun sedemikian rupa, dengan didukung marajik yang kuat dan otentik, sehingga benar benar mengena dan menjawab apa apa yang ditulis oleh Prof. Quraish Syihab.
    Satu persatu tulisan Quraish Syihab dibahas, tidak ubahnya bagaikan sebuah pengadilan yang sedang mengadili pesakitan
    Benar benar hebat dan dapat dibanggakan, kini santri santri pondok pesantren sudah berani mengadili dan mengkonter tulisan seorang Profesor.

    Untuk itu kami Albayyinat merasa gembira sekali dengan diterbitkannya buku tersebut dan ternyata buku tersebut juga mendapat sambutan dari para ulama di Indonesia. Sehingga buku tersebut layak dipakai sebagai sandaran dan rujukan bagi siapa saja yang sedang mengkaji kesesatan Syiah Imamiyyah Itsna’asyariyyah, atau yang sekarang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait.

    Sebenarnya apbila Quraish Syihab sungguh sungguh ingin berusaha menyatukan Sunni-Syiah, selayaknya dia mencari dan mempelajari terlebih dahulu kesesatan Syiah dari buku buku rujukan Syiah. Tidak menjiplak dari buku yang ditulis oleh orang Syiah yang terlibat dalam usaha tagrib (pendekatan). Karenanya kami sangat menyayangkan kegegabahan Quraish Syihab dalam menulis buku tersebut. Entah apa yang mendorong dia sampai berani menulis buku tersebut.

    Kita akui Prof. Quraish Syihab memang ahli dalam masalah ilmu Tafsir, tapi dalam masalah aqidah Syiah Imamiyyah Itsna’asyariyyah dia kurang menguasai. Karenanya disaat ulama sedunia mengkafirkan Syiah Imamiyyah Itsna’asyariyah, dia tidak berani mengkafirkan.
    Mungkin dia tahu bahwa Syiah itu sesat, tapi sampai dimana kesesatannya, dia tidak menguasai. Masih islamkah Syiah, apa ajarannya sudah keluar dari Islam.
    Karenanya ada teman teman yang mempertanyakan, apakah buku tersebut murni tulisan Prof. Quraish Syihab, apa ada tangan tangan Syiah yang terlibat ?.
    Disinilah keahlian orang orang Syiah dalam melobi tokoh tokoh kita, segala jalan bisa mereka tempuh dan segala permintaan bisa mereka penuhi.

    Kritikan tajam terhadap Prof. Quraish Syihab ini adalah yang kedua kalinya, dulu dia sudah pernah mendapat kritikan tajam dari para ulama dalam masalah Jilbab. Penyebabnya juga sama, yaitu karena dia kurang menguasai masalah Figih, tapi berani mengeluarkan fatwa mengenai Jilbab.

    Kami menyayangkan posisi Prof. Quraish Syihab yang sudah baik dikalangan pecintanya, akhirnya ternodai dengan kecerobohan kecerobohan tersebut. Mungkin faktor usia yang membuatnya sedemikian itu.

    Harapan kami semoga apa yang dialami Prof. Quraish Syihab ini menjadi pelajaran bagi yang lain yang sok ikut ikutan membela aliran sesat Syiah.
    Demikian apa yang terjadi antara Prof.Quraish Syihab dengan para santri Pondok Sidogiri Pasuruan Jatim.

  34. @showaaig01
    Siapa yg tdk kenal Albayinat dg provokatar Taher Alcaff. Dia dg semangat berteriak teriak darah syiah halal syiah kafir. Wajar aja klu ada kata2 sinis mengenai Syiah dr anda dan kelompok anda AlbayinatJ Supaya anda tau kami sdh pernah berhadapan dg bos anda Taher Alcaff. Tp ternyata orangnya hanya pintar menghujat, memaki-maki kelompok lain dan memfitnah krn dia dibayar oleh Wahabi dan mungkin jg Amerika dg tujuan menghancur Syiah. Jd klu anda menceritakan pandangan anda tsb. diatas yg mengatakan masyarakat islam se-akan mendiskritkan Quraish Syihab mrk itu hanya kelompok albayinat saja. Bayangkan apa yg anda tulis diatas hanya isapan jempol anda. Mana hal2 yg anda katakan ketidak benaran QS.? Tdk anda sebut sbg bahan utk kita diskusikan tp keluar dr kata2 anda hujatan dan fitnah. Mudah2an anda sadar dari kesesatan dan kembali kejln yg benar jln yg diridhai Allah SWT Amin

  35. @IWAN
    wah biasa saja Mas, ini kan cuma tulisan 🙂

    @almirza

    Jalan terus akhi
    ana dukung dari atas

    😆 gimana caranya?yang dukung itu selalu dibawah :mrgreen:
    *aduh akhi udah mulai sesat ya*

    @showaaiq01

    Setelah kami dapatkan buku tersebut dan kami baca isinya, langsung Albayyinat mengadakan Jumpa Pers di Surabaya. Dimana kami sangat menyayangkan langkah yang telah ditempuh oleh Prof. Quraish Syihab, karena isinya pemutar balikan aqidah Syiah Imamiyyah Itsna’asyariyyah serta penyesatan masyarakat.

    kalau menurut saya al bayyinat itu cuma sok ahli soal Syiah, saya yang kecil ini saja bisa melihat kekeliruan tulisan-tulisannya. Lihat tulisan saya Telaah Perbedaan Sunni Syiah

    Buku tersebut disusun sedemikian rupa, dengan didukung marajik yang kuat dan otentik, sehingga benar benar mengena dan menjawab apa apa yang ditulis oleh Prof. Quraish Syihab.
    Satu persatu tulisan Quraish Syihab dibahas, tidak ubahnya bagaikan sebuah pengadilan yang sedang mengadili pesakitan
    Benar benar hebat dan dapat dibanggakan, kini santri santri pondok pesantren sudah berani mengadili dan mengkonter tulisan seorang Profesor.

    wah bukannya terbalik tuh, saya menilai justru karya Quraish Shihab yang objektif 🙂

    Sebenarnya apbila Quraish Syihab sungguh sungguh ingin berusaha menyatukan Sunni-Syiah, selayaknya dia mencari dan mempelajari terlebih dahulu kesesatan Syiah dari buku buku rujukan Syiah.

    beliau sudah merujuk dengan benar kalau menurut saya, sedangkan buku yang anda puji itu justru tidak objektif dalam menilai rujukan atau dalam menafsirkan 🙂

    Kita akui Prof. Quraish Syihab memang ahli dalam masalah ilmu Tafsir, tapi dalam masalah aqidah Syiah Imamiyyah Itsna’asyariyyah dia kurang menguasai. Karenanya disaat ulama sedunia mengkafirkan Syiah Imamiyyah Itsna’asyariyah, dia tidak berani mengkafirkan.

    Ralat Mas, gak ada itu Ulama sedunia mengafikan syiah, yang mengafirkan itu cuma Ulama Salafy, selain itu nggak. memangnya sejak kapan ada orang kafir menunaikan haji 🙂

    Mungkin dia tahu bahwa Syiah itu sesat, tapi sampai dimana kesesatannya, dia tidak menguasai. Masih islamkah Syiah, apa ajarannya sudah keluar dari Islam.
    Karenanya ada teman teman yang mempertanyakan, apakah buku tersebut murni tulisan Prof. Quraish Syihab, apa ada tangan tangan Syiah yang terlibat ?.
    Disinilah keahlian orang orang Syiah dalam melobi tokoh tokoh kita, segala jalan bisa mereka tempuh dan segala permintaan bisa mereka penuhi.

    Begitulah kalau sudah Syiahpobhia, jadi paranoid n suka berprasangka buruk plus menuduh tanpa bukti 🙂

    Kami menyayangkan posisi Prof. Quraish Syihab yang sudah baik dikalangan pecintanya, akhirnya ternodai dengan kecerobohan kecerobohan tersebut. Mungkin faktor usia yang membuatnya sedemikian itu.

    Mungkin juga justru Beliau lah yang benar dan merekalah yang ceroboh 🙂

    Harapan kami semoga apa yang dialami Prof. Quraish Syihab ini menjadi pelajaran bagi yang lain yang sok ikut ikutan membela aliran sesat Syiah.
    Demikian apa yang terjadi antara Prof.Quraish Syihab dengan para santri Pondok Sidogiri Pasuruan Jatim.

    Semoga buku Quraish Shihab itu menjadi pelajaran bagi mereka yang ternodai pikirannya oleh Syiahpobhia.
    Salam Mas

    @aburahat

    Mana hal2 yg anda katakan ketidak benaran QS.? Tdk anda sebut sbg bahan utk kita diskusikan tp keluar dr kata2 anda hujatan dan fitnah.

    Benar Mas, yang penting kan bukti 🙂
    Salam

  36. […] saja isinya tidak mendeskreditkan Islam. Sebanyak 40 ribu buku tersebut dibagikan secara gratis. Quraish Shihab menjelaskan, Ayat Ayat Fitna berusaha meluruskan kesalahpahaman dari ayat-ayat yang dipakai dalil […]

  37. Syi’ah itu kafir apa masih islam ?

    .
    Seseorang jika mengatakan Syi’ah itu islam atau sudah keluar dari islam (KAFIR), maka dia harus mempunyai alasan. Sebab satu aliran bisa dikatakan masih islam apabila ajaran ajarannya sesuai dengan apa yang ada di dalam Al qur’an dan hadits dan selama ajaran ajarannya tidak bertentangan dengan Al qur’an dan Hadits. Begitu pula satu aliran akan dikatakan keluar dari islam apabila ajaran – ajarannya bertentangan dengan Al qur’an dan Hadits, apalagi jika ajarannya menolak Kalamulloh.
    Sekarang kita lihat bagaimana ajaran – ajaran Syi’ah, apakah bertentangan dengan Al qur’an dan Hadits apa tidak bertentangan. Bagaimana sikap Syi’ah terhadap para Sahabat, terhadap istri istri Rosululloh SAW serta bagaimana sikap dan keyakinan mereka terhadap Al qur’an itu sendiri.
    Dalam Al qur’an banyak sekali ayat ayat yang memuji dan menerangkan keutamaan para Sahabat, serta janji Alloh untuk memasukkan mereka dalam Surganya. Sedang dalam ajaran Syi’ah diterangkan bahwa para Sahabat yang dipuji oleh Alloh tsb, setelah Rosululloh SAW.wafat, mereka menjadi MURTAD (baca Al kafi 8-345). Alasan mereka karena para Sahabat membaiat Sayyidina Abubakar r.a sebagai Kholifah dan tidak membaiat Sayyidina Ali k.w.
    Kemudian mereka juga mencaci maki dan memfitnah istri istri Rosululloh SAW. Mereka mengatakan bahwa Siti Aisyah ra telah melakukan perbuatan serong. Padahal Alloh dalam Al qur’an telah menurunkan beberapa ayat dalam Surat An Nur yang isinya menerangkan kesucian Siti Aisyah ra, serta menolak tuduhan tuduhan yang dialamatkan kepada istri Rosululloh SAW tersebut.
    Dengan demikian jelas sekali, berarti ajaran Syi’ah bertentangan dengan Alqur’an, atau jelasnya mereka menolak Kalamulloh (Al qur’an). Sedang orang yang menolak Kalamulloh, tidak diragukan lagi kekufurannya..
    Dalam Al qur’an juga, Alloh telah menjamin keaslian Al qur’an (Q.S. Al-Hijr : 9), tapi dalam ajaran Syi’ah, mereka berkeyakinan bahwa Al qur’an yang ada sekarang ini sudah tidak asli lagi (Muharrof). Ini berarti mereka menolak Kalamulloh. Mereka lebih percaya kata kata ulama mereka dari pada firman Alloh.
    Itulah sebabnya para ulama dengan tegas mengatakan bahwa Syi’ah Imamiyyah Itsnaasyariyyah atau yang sekarang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait, telah keluar dari islam (orangnya yang berkeyakinan seperti itu menjadi MURTAD karena asalnya beragama islam). Dan perlu diketahui ketentuan ini tidak hanya berlaku bagi orang orang Syi’ah saja, tapi siapa saja yang berkeyakinan seperti itu, telah keluar dari islam ( Kafir Murtad )
    Disamping ajaran Syi’ah bertentangan dengan Al qur’an, juga perbedaan kita umat Islam dengan Syi’ah Imamiyyah Itsnaasyariyyah, disamping dalam Furu’ (cabang), juga dalam Ushul (aqidah). Rukun iman kita berbeda dengan rukun iman mereka, juga rukun islam kita juga berbeda dengan rukun islam mereka.
    Selanjutnya, oleh karena rukun iman kita umat Islam berbeda dengan rukun iman mereka (Syiah), maka konsekwensinya mereka mengkafirkan kita umat islam dan sebaliknya kita juga mengkafirkan mereka.
    Disamping itu masih banyak lagi hal hal yang dapat mengeluarkan mereka (Syiah) dari islam, seperti sikap dan keyakinan mereka terhadap Imam Imam mereka. Dimana mereka mendudukkan imam imam mereka diatas para Rosul dan para Malaikat Almugorrobin (AlHukumah Al Islamiah – 52, Khumaini)

    Hal hal semacam inilah yang dipakai rujukan oleh para ulama dalam menghukum KAFIR golongan Syi’ah Imamiyyah Itsnaasyariyyah atau yang sekarang menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait.
    (Kajian diatas kami kutib dari buku; “Al Hasan ra Dan Al Husin ra” oleh Achmad Zein Alkaf)
    Semoga kajian diatas bermanfaat bagi kita semua.

  38. Saya rasa tidak ada seorang muslim yang meragukan kekufuran Syiah imamiyyah itsnaasyariyyah, terkecuali mereka misionaris syiah yang gentayangan menyesatkan ummat islam.

  39. @Soowaiq01 dan Muhammad
    Saya sangat heran trhdp anda2 semua. Tahunya hanya mengkafirkan dg hujtan tanpa bukti. Sekarang saya ingin bertanya: Buktikan bahwa Tuhan anda sama dg Allah yg diajarkan oleh Rasulullah. Bagi kami Allah adalah Zat yg tidak dpt disamakan dgn makhluk CiptaanNya dan meliputi Alam Semesta. Sedangkan Imam Anda2 Ibnu Taimiayah dan Imam Wahabi serta Mufti Ben Bazz kalian mengatakan dlm kitab2nya serta buku2 kalian. Bahwa Tuhan berjisim seperti Manusia dan duduk di Arsy dan kursi serta turun kebumi dg fisik serta melihat dan mendengar dg bayang2nya. Naudzu billah. INI YG DISEBUT KAFIR.

  40. @Soowaiq01 dan Muhammad
    Saudara brdua hrs banyak lagi menelaah buku-buku Islam khususnya buku buku syiah supaya tidak asbun.Janganlah berbicara tanpa dasar ilmu sesungguhnya segala sesuatu ada pertanggungjawabannya.
    Apa saudara sudah mengetahui benar apa itu ahlusunnah ?
    Bagaimana doktrin keadilan sahabat yang dipaksakan ahluunnah ? apakah persahabatan dengan nabi termask rukun iman ?
    Baca dulu baru anda komentar

  41. Saudara, semoga membaca tulisan saya !
    Apakah saudara yakin mazhab Sunni adalah ajaran yang benar ?! Jika ya maka saya memberitahukan saudara apa sebenarnya ajaran sunni itu ?
    Apakah wahyu Islam itu turun pada Muawiyah LA ?
    1.Membolehkan membunuh lalu kemudian berzinah mengikut contoh Khalid Ibn Walid
    2.Membolehkan berzinah ala mughirah bin syubah
    3.Membolehkan tidak shalat karena tidak ada air menurut fatwa Umar
    4.Membolehkan perbuatan bid’ah seperti tarawih, dhuha, shalat qasar dijadikian tamam sedangkan kalau para ulama salah sedikit dibilang bid’ah kalu sahabat dibilang pahala, naudzubillah
    5.Bahkan dr mahmud zaby dalam bukunya sunni yang sunni membela pembunuh ammar ibn yasir yang dikatakan ahli neraka oleh Nabi Saww, mereka juga menolak kalau muawiyah dikatakan pembangkang
    6.Utsman yang memuliakan al hakam orang yang diusir nabi, abdullah ibn abi sarh yang murtad disuruh bunuh nabi, walid ibn uqbah yang fasik malah dikatakan khalifah yang lurus
    alhasil banyak sekali kesimpulan jika saudara membaca sejarah islam, apa penyebab terbunuhnya utsman, apa yang diperbuatnya dan…kita harus menerima semua itu ketimbang mencari pembenaran dengan memuja penguasa.
    sedangkan ajaran sunni membenarkan semua sahabat, wabil khusus bani umayyah, mengapa mereka tidak membela abu dzar, ammar ibn yasir, ibn mas’ud jika kalian memang mencintai sahabat.SUNGGUH AJARAN SUNNI BENAR-BENAR KETERLALUAN !
    Bahkan menurut hemat saya seandainya ajaran syi’ah ini salah maka ajaran Sunni tidak mungkin benar ! Kezaliman jelas-jelas salah dan kebiadaban akan dipertanggungjawabkan, Siapapun anda jika anda berbuat dosa tidak memandang sahabat ataupun bukan sahabat apalagi dosa-dosa besar maka, Allah akan murka !

  42. saya lebih trtarik untuk mengkaji dampak dari dongengan abullah ibn saba, yang mana semuanya bermaksud untuk membenarkan rezim lalim saat itu tidak ada sabda nabi mengenai ibn saba, yang ada hanyalah sabda belau berkaitan dengan al hakam dan benihnya yang dilaknat nabi, orang-orang munafik di masa nabi, orang murtad seperti abi sarh yang diangkat jadi gubernur oleh Utsman ?
    Maaf jika saya terlalu keras, maklum saya anti ketidakadilan dan pmbenci kemunafikan tanpa memansang pangkat atau golongan bagi saya seorang pembunuh, penzina, pemerkosa tetap masuk nerakja meskipun sahabat nabi.

  43. @Showaaiq
    Afwan ana baru belajar.
    Kata antum, banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan keutamaan sahabat, ayat yang mana dan sahabat yang mana?mohon pencerahannya

    Dan apa arti dan pengertian sahabat Rasulullah menurut antum? dan siapa orang-orang munafik yang banyak dijelaskan diayat Alqur’an yang ada disekitar Rasulullah?

    Oh iya antum perang Jamal? perang antara Siti Aisyah dan Imam Ali bin Abi Thalib, menurut antum siapa yang benar? karena diantara 2 perang pasti ada satu yang benar, tidak mungkin keduanya benar atau keduanya salah.

    Antum tau dari mana Syiah menolak keaslian Al-Quran? jangan pernah berkata yang antum tidak ketahui, karena itu akan menjadi fitnah dan antum tahu kan hukum fitnah? Al-Muttaqi’ Ali Ibn Husam al-Din didalm kitabnya Mukhtasar Kanz al-Ummal, (tercetak dalam Musnad Ahmad, ayat 2 hal.2)(Ini dari kitab antum kan …???) dinyatakan Ibn Umar berkata surat al-ahzab yang sebenarnya ada 287 ayat. Nahhhh sekarang gantian antum mau gak ana cap Kafir atau Murtad karena dihadist2 antum banyak yang tidak meyakini Al-Quran sekarang asli???? Antum berani gak mengatakan Umar bin Khatab Kafir???? Antum berani gak mengatakan Ahmad, Bukhari & Muslim Kafir atau murtad karena banyak juga hadist didalam kitabnya yang meragukan keaslian Al-Qur’an, berani gakkkkkkk????

    Ana tunggu semua jawabannya ….

    Syukron sebelumnya atas pencerahan yang ana tunggu, karena kalau ana lihat antum bukan seperti bebek yang selalu mengekor tanpa tahu tujuannya, dan antum bukan bayi yang selalu harus disuapi untuk mencari kebenaran, dan ana yakin antum lebih cerdas dari ulama antum! hehehe no offense. 😉

  44. gak ada yang membela aqidah terhadap para ahli kitab…

    semua menghujat dan menfitnah terhadap sesama saudaranya..Astafirullah..

  45. Saya bukan Syiah, tapi kalo baca kedua buku itu, rasanya jomplang banget mutunya.. Keliatan banget bahwa Buku Sidogiri penuh emosional, datanya ga akurat, logikanya juga morat-marit.. Mungkin dia cuma mendompleng popularitasnya Quraish Shihab aja. Yang lucunya katanya Syiah mengubah Al-Quran?? Lihatlah buku dan film doktor cilik yang Quran dari Iran, apakah Qurannya beda? Padahal Syiah banget tuh, dan pengujinya sendiri adalah hafidz2 Suni. Saya juga banyak kenal dengan alumnus mahasiswa Teheran yang sudah jadi Syiah, tapi Al-Quran yang dipakai juga sama tuh..

  46. realitanya sekarang memang al-qur’an syiah sama dengan yang dibaca sunni, tapi mereka tetap berkeyakinan jika al-qur’an itu tidak lengkap, banyak yang dibuang.
    menurut syiah, yang asli sekarang masih belon dateng, masih depegang al-mahdi. katika abi abdillah mendengar orang membaca al-qur’an sesuai keyakinan syiah (tidak sama dgn al-qur’an kita) beliau marah dan menyuruh orang itu untuk baca qur’an sebagaimana yang dibaca orang lain (kita), nanti kalau al-mahdi udah dateng, baru boleh bacaan qurannya berbeda dengan sunni… gicyu…
    makanya, baca dong al-kafi, fashlul khithob fi ithbati kitabi rabbil arbab, tafsir al-qummi dan kitab-kitab syiah lain. anda akan temukan tafsir-tafsir yang serem dan pendapat pendapat lugas bahwa syiah berkeyakinan jika al-qur’an kita banyak didirstorsi!

  47. @si kultaie
    Kasian emang temen – temen yang mazhabnya Ahlul bayt. Tersesat terus, gak ada nyampe-nya ya..hehehe..

    Ini khan berhubungan dengan Qur’an yang beda ya mas, Beda Qur’an nya dalam hal apa mas? Isi-nya kah? Jumlah ayat-nya kah? Susunan-nya kah?

    Sebenernya sama atau engga-nya Al Qur’an ngga jadi perdebatan koq mas di kalangan syi’i ataupun sunni. Berdas. Semua setuju, Qur’an itu apa yang sekarang dimiliki oleh ummat muslim. Berdas. riwayat, Imam Mahdi menjelaskan makna Qur’an, bukan membawa Qur’an versi baru. Imam Mahdi akan menjelaskan rahasia-rahasia Qur’an seperti AlifLamMim, Yaasin, dsb.

    Sunni-Syiah, Dua dua nya sepakat, Al Qur’an yang sekarang ada, terpelihara dengan baik, karena Allah sendiri yang memeliharanya. Ada seorang ulama hadist syiah mengatakan:

    “Keyakinan kami adalah bahwa Qur’an yang diturunkan Allah kepada Nabinya, Muhammad saww, adalah (sama dengan) Quran di antara dua pembungkus (daffatain). Dan (Qur’an) ini adalah Quran yang berada di tangan umat dan tidak lebih besar daripada Quran yang itu. Jumlah surah sebagaimana umumnya diterima adalah seratus empat belas.. Dan barangsiapa yang menyatakan bahwa Quran yang ini lebih besar dari pada yang itu, maka ia adalah pendusta”.

    Yang menyatakan ini Syekh Shaduq, salah satu ulama hadist terbesar diantara Imam Syi’ah dan diberi gelar Syek al Muhadditsin (artinya yang paling utama diantara ulama – ulama hadis).

    Soal Al kafi (seperti yang mas tulis itu), mas pasti mencuplik perkataan orang – orang wahabi dari riwayat:
    “Tak ada seorangpun yang menyusun Quran dengan lengkap kecuali para Imam Ahlulbait”.

    Kalo boleh tau, mas punya Al Kafi? mas bilang khan “baca dong..”. Btw, Saya sudah baca, tulisannya gini mas:
    “Aku mendengar Abu Ja’far berkata, “tidak ada seorang pun(diantara manusia biasa) yang menyatakan bahwa dia mengumpulkan Quran dengan susunan Quran yang telah diturunkan (kepada MUhammad) kecuali bahwa ia adalah seorang pendusta, (karena) tidak ada seorangpun yang telah mengumpulkan dan mengingatnya dengan sempurna, sebagaimana yang diturunkan oleh Allah, Yang Maha Tinggi, kecuali Ali bin Abi Thalib dan para imam sesudahnya”

    Jadi apakah permasalahan intinya itu, susunan-nya?

    Hadis diatas tidak mengatakan bahwa Qur’an tidak lengkap mas, kalo ditelaah lagi.mas khan tau Al Alaq 1 – 5 merupakan wahyu pertama yang diturunkan (semua mazhab setuju), pertanyaannya:

    Apakah Al Alaq 1-5 adalah surah pertama di dalam Qur’an? Bukan khan? (semua setuju)

    Begitu juga dengan QS Al Maidah ayat 3, adalah ayat terakhir yang diturunkan. Apakah Al Maidah ayat 3 adalah surah terakhir didalam Qur’an?

    Penjelasan ini lebih nyambung mas logika dan rasionalitas-nya (setidaknya buat saya).

    Menurut riwayat lain, bukan hanya imam Ali yang punya Qur’an dengan susunan berbeda. Didalam Hadist sunni sendiri seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, isinya seperti ini:

    Shahih Bukhari hadis no.6518:
    “Aku belajar an – Naza’ir yang digunakan oleh Rasulullah untuk dibaca berpasangan dalam tiap Raka’at”. Kemudian Abdullah berdiri dan Alqama menemaninya ke rumahnya. Dan saat Al Qama keluar, kami menanyainya (tentang surah – surah itu). Dia berkata
    “Ada dua puluh surah, MENURUT PENYUSUNAN YANG DIKERJAKAN OLEH IBNU MAS’UD, yang dimulai dari permulaan al Mufassal, dan diakhiri dengan surah – surah yang diawali dengan Ha Mim, Misalnya: Hah Mim (asap), dan apa yang paling mereka persoalkan (QS.78:1)

    Ternyata, dalam hal ini, penyusunan Qur’an yang berbeda bukan eksklusifitas Imam Ali as semata. Bukan begitu mas?

    Ternyata, didalam kitab yang sama, hadist no 6515, diriwayatkan oleh Yusuf bin Mahk:
    “Ketika saya sedang bersama Aisyah, Ummul Mukminin, datanglah seorang dari Iraq dan bertanya, “kain kafan jenis apa yang paling baik?” Aisyah berkata, “Semoga Allah mengasihimu! Apa yang terjadi?” Dia berkata, “Wahai Ummul Mukminin, tunjukkan kepadaku (salinan) Quran milikmu!”. Aisyah ebrtanya “Mengapa?” Dia berkata, “Untuk menghimpun dan menyusun Quran sesuai dengannya, karena orang – orang membacanya dengan susunan surah yang tidak tepat. ” Aisyah berkata, “Apakah menjadi persoalan dari bagian ayat yang kamu baca pertama kali? (ia memberitahu) bahwa yang pertama diturunkan adalah surah dari Al Mufassal, dan dalamnya disebutkan mengenai surga dan neraka”.

    Dilain hal, Syek Shaduq mengatakan:
    “kami mengatakan bahwa begitu banyak wahyu yang diturunkan yang tidak dimasukkan ke dalam Qur’an sekarang, jika dikumpulkan, tidak diragukan lagi jumlahnya tujuh belas ribu ayat. Meskipun semua itu wahyu, tetapi ayat – ayat tambahan itu BUKAN BAGIAN DARI QUR’AN. Jika ayat – ayat itu bagian dari Quran, pastilah akan dimasukkan ke dalam Quran yang kita miliki.

    Mas musti memiliki pola pikir beda dalam mencermati Hadist – hadist syiah, maksud saya..berbeda dengan kaum sunni yang memiliki kumpulan – kumpulan hadist shahih (kitab2 suci kedua, ketiga, ke empat, dst..) setelah Qur’an, kaum syiah tidak pernah menshahihkan 100% sebuah kitab hadist. Dan para penulisnya pun, tidak pernah meng-klaim bahwa kitab yang mereka tulis 100% benar..kasar-nya, STILL DEBATABLE.

    LHOO!! BUKAN SUSUNANNYA, MAKSUD SAYA ISINYA YANG BEDA!! GIMANA SIH SYIAH SESAT!

    Kalo pertanyaan mas seperti yang diatas, saya justru balik bertanya. Pernahkah mas membaca kitab Shahih Muslim dan Shahih Al Bukhari?

    PERNAH!..

    Okay, kalo itu jawaban mas. Silahkan lihat lagi:
    Shahih Bukhari, no 6468, diriwayatkan oleh Ibrahim:
    “Para sahabat dan Abdullah (Ibnu Mas’ud), datang untuk menemui Abu Darda, (dan sebelum mereka tiba dirumahnya) dia melihat mereka dan menemui mereka. Kemudaian Abu Darda bertanya kepada mereka, “Siapa diantara kalian yang dapat membaca Quran seperti dibaca Abdullah?” Mereka menjawab, “Kami semua.” Dia bertanya lagi, “Siapa diantara kalian yang mengetahuinya diluar kepala?” Mereka menunjuk kepada Alqama. Lalu dia bertanya kepada Alqama, “bagaimana engkau mendegar Abdullah bin Mas’ud membaca Surah A;-Lail (malam Hari)?” Al Qama membacakan, “demi laki laki dan perempuan,” Abu darda berkata,”Aku memberi kesaksian bahwa aku mendengar Rasulullah membacanya seperti itu, tetapi orang – orang ini mengingikan aku untuk membacanya, “Dan demi dia yang telah menciptakan laki laki dan perempuan! Tetapi demi Allah, aku tidak akan mengikuti mereka.”

    Di hadist 585 diriwayatkan oleh Al Qama:
    “..Abu darda selanjutnya berkata, “Bagaimana Abdullah membaca surah yang dimulai dengan Demi malam apabila ia menutupi (cahaya siang) (QS Al-lail:1)?” Kemudian aku membaca dihadapannya, DEMI MALAM SAAT IA DATANG. DAN DEMI SIANG SAAT IA MUNCUL DENGAN CAHAYA TERANG. DAN DEMI LAKI LAKI DAN PEREMPUAN. (QS Al Lail:1-3). Tentang ini Abu Darda berkata, “demi Allah, Rasulullah membuatku membaca surah seperti ini ketika aku mendegarkan beliau (membacanya).”

    Riwayat serupa juga tercantum di dalam hadist shahih muslim dsb mas..

    Sekali lagi, Qur’an itu penuh dengan kodefikasi kodefikasi atau encryption (ya iyalah, orang ilmu tentang Alam Semesta)..siapa yang mampu menjelaskan? Imam Mahdi as lah yang akan menjelaskan (bukan menambahkan)..Setau saya, Imam Mahdi itu akan mengeluarkan teks asli Injil dan taurat yang sekarang tersembunyi mas..

  48. Quraish Shihab semakin kritis dalam berpikir.Dan saya suka akan perkembangan ini.Terus berkarya pak Quraish Shihab….
    Jujur ,dibanding dengan Adian Husaini dkk,saya lebih bisa menerima tulisan-tulisan pak Qurasih.

  49. jazza khairan buat ananda Qusyairi semoga allah memberkati anda wahai saudara atas pembelaan anda terhadap sunnah. telah kita ketahui bersama2 wahai ikhwan semanhaj….syiah memiliki akidah takiya..penipu..mulhid..munafik dan sulit untuk menekan mereka untuk mengakui akidah mereka, akan tetapi bagi pengikut mereka yg tertipu..kami menghimbau untuk bertaubatlah kalian daripada penyeru syethan tersebut…kami tdk menyalahkan kalian..segera rujuk kepada alquran dan hadist..selamatkan diri kalian dan berlepas diri dari mereka…keberadaan syiah,..seruan keneraka ..dan geliat mereka tdk akan hilang sampai akhir zaman…tdk ada dialog dengan mereka kecuali dengan pedang…mereka telah menipu hampir seluruh umat islam, mereka telah membunuhi ulama2 sunnah…dan kesesatan kalian penyeru syiah lebih parah dari yahudi……menghina sahabat, memutarbalikkan fakta…

    terus terang saya tdk percaya akidah syiah begitu parah dan rusak sehingga ketika saya sholat isya dan disamping saya ada seorang jamaah..dan ia sholat dan ketika sholat telah selesai dgn salam apa yg ia lakukan, …ia mengulangi sholatnya lagi…subhanallah..org macam apa ini…mudah2an dia diberi hidayah…..

    kalian telah syiah telah melegalkan zina dgn mut’ah kalian…sungguh buruk perangai kalian penyeru syiah..dan wajar saja ali bin abi thalib membakar kalian sangking marahnya dia thd perangai kalian…

    kalian para pengikut syiah…kembalilah kalian ke alquran dan hadist…jangan ikuti syiah..jika kalian tdk ingin merugi …

  50. aku kira argumen ilmiah. ternyata cuman propaganda busuk.

  51. @h
    Siapa pun mas yang sedang bertaqiyah dengan menggunakan nama samaran “h” ini, apakah mas siap berdialog atau mampir ke sini hanya untuk menyebarkan fitnah yang fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan?

    Salam

  52. duh satu lagi yang belum lulus.

  53. hhh, iya, aku tdk membela syiah atau sunnah, tp lucu lho yg dikemukakan kalo kita berdiskusi spt mas “h”. Cuman bilang ini itu dan itu ini. Tp benarkah nikah mut’ah yg dimaksud? bgmn menurut pengertian temen2 syi’ah di sini mengenai nikah mut’ah tsb ?

  54. Sabar … sabar …. Sabaaaar. Tuur bangun dong ente ! Bilangin tuh semuanya biar pade sabar. Semuanye ngeributin orang-orang yang udah diridhoin ama Allah. Tobat ente semua mas ! Tahan hawa nafsu ente ! Kendaliian omongan ente semua mas. Jangan ngomongin generasi terbaik dari umat nabi. Urusan ente ama Allah masih banyak ! lbadah aje deeh yang banyak buat bekel kite di akherat. Bener gak Tuur ?

  55. iblis mengabdi pada Allah selama ribuan tahun, hanya karena satu kesalahan lantas ia menjadi kafir. sebelumnya, iblis representasi dari ibadah tiba2 mendapat mandat utk ‘sujud’ kepada Adam pemilik keilmuan Allah. dan sejak saat itulah ibadah menjadi kambing hitam untuk ‘tunduk’ kepada hukum Allah. alphetothiya… menuntut ilmu sesaat lebih afdhal dari ibadah sepanjang tahun. jgn pk bangga2in ibadah deh… gaya lama…GAYA IBLIS ! “wa kaana minal KAFEERIN”

  56. Pada amal ibadah terdapat
    Ma’rifat, Syariat, Tarekat, Hakikat.

  57. Pemilik blog yth: beginilah yg terjadi jika comment dibuka 🙂
    Typical blog2 yg memuat tema2 spt ini sm nasibnya. Buat sy untung, krn bs belajar .. hehe
    —–
    bagaimana kedudukan syiah sunni , sptnya qt gperlu terlalu berkeras hati. semuanya akan jelas pada saatnya.

    JIKA segalanya sudah tersampaikan :
    MAKA – silakan beraqidah, silakan beribadah, silakan jg terus menuntut ilmu kl memang itu lebih afdhal dr ibadah (mungkin persepsi ibadah om jeebreel kyk solat- puasa ..? chatingan tdk jd ibadah om 🙂 ). Ya itu jg boleh.. silakan-silakan

    Jangan hawatir, sekeras apapun perdebatan di sini, tdk akan mengubah hati yg memang sudah teguh dalam pemahamannya.. Sampaikan saja silakan.. 🙂

    Masing2 akan cenderung saling menyetujui dng yg lain – yg dia rasa benar.. dst.. hingga bukan skedar sampai tahap saling menyetujui..

    Hingga saatnya tiba.

  58. Indonesia akan menangis bila Dr. Quraish Syihab nanti meninggal dunia, kita akan kehilangan salah satu putra Islam terbaik dinegeri ini. Dan Indonesia akan lebih menangis lagi bila orang2 seperti santri Sidogiri itu mewakili Islam di bumi Nusantara, bisa dibayangkan bagaimana Islam akan hancur bila orang yang yang tak layak dan blunder logika seperti mereka itu menjadi corong suara muslim dinegeri ini, mereka cuma mampu membeo tanpa mau serius meneliti kebenaran, merasa cukup dengan kitab2 usang di ponpres mereka.
    Sayang, mereka punya telinga tapi tak mendengar, punya mata tapi tak melihat, dan punya hati tapi tak bisa merasakan, sehingga wajar saja dongeng2 tentang Syiah terus mereka senandungkan daripada menggunakan sedikit kemampuan otaknya dalam menerima berita. dan menyampaikannya.

  59. @mantan ahlusunnah

    Anda benar. Komentar saya di satu blog yg memfitnah Syiah, http://mumtazanas.wordpress.com/2007/06/26/antara-syiah-dengan-islam/
    tidak ditanggapi, malah dihapus dan dia mengajak saya berdiskusi?
    Semoga kedok mereka dibuka Allah

  60. hehehe sama kayak saya.. komentar2 terakhir saya juga banyak dihapus oleh pemilik blog yg memfitnah sunny,

    jakfari.wordpress.com

    Jika ga percaya tanya aja sama kyai jakfari sendiri.. semoga kedok mereka dibuka oleh Allah

    hehehe

  61. @Tonggos

    Apa saja ya ttg sunni yg beliau fitnahkan itu? Bisa kongsi ga…

  62. @hadi

    Apa saja ya ttg syi’ah yg beliau fitnahkan itu? Bisa kongsi ga…

  63. Salam

    Poser = ?

    Pengikut = ?

    wasSalam

  64. @Tonggos

    Tidak jadi masalah. Nah ini yg dia katakan di blognya:

    Para ulama mencatat ada banyak kesamaan antara ajaran Syi’ah (Imamiyah/Rafidhah) dengan agama Yahudi dan Nashrani, di antaranya:

    1. Agama Yahudi mengatakan, tidak sah kerajaan kecuali pada keturunan Daud Alaihissalaam. Dan agama Syi’ah mengatakan, tidak sah kepemimpinan kecuali pada keturunan Ali Radhiyallahu ‘Anhu.
    2. Agama Yahudi mengatakan, tidak ada jihad fi sabilillah sampai bangkitnya Dajjal dan turun pedang dari langit. Dan agama Syi’ah mengatakan, tidak ada jihad fi sabilillah sampai muncul Al Mahdi dan terdengar suara memanggil dari langit.
    3. Agama Yahudi menunda sembayang sampai munculnya bintang. Dan agama Syi’ah menunda Maghrib sampai munculnya bintang.
    4. Orang-orang Yahudi merubah Taurat dan Syi’ah merubah Al Qur’an.
    5. Orang Yahudi memusuhi Jibril Alaihissalaam dan mengatakan dia adalah musuh kami dari kalangan Malaikat. Begitu pula kaum Syi’ah mengatakan Jibril Alaihissalaam keliru menyampaikan wahyu kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

    Bawakan kami apa aja ‘fitnah terhadap sunni’ yg anda bilang dilakukan oleh Ustaz Ibnu Jakfari itu…

  65. Ah kalau itu ma bukan fitnah emang kenyataan… anda bisa buka sendiri situsnya, dan sorry saya ga ada waktu nglayani anda, soalnya saya melihat track record anda yg suka berjidal di berbagai forum. bukan kebenaran yg didapat, tapi hanya debat kusir.

  66. Y udah toh ya nek ndak mau ngasih tahu fitnah yang mana. Mesakke tenan tho yo cah…cah…

  67. @Tonggos

    Seperti diduga…itulah jawabannya. Maaf jugak karena terlayan orang seperti anda…such a pathetic figure
    Saya juga yidak punya masa melayan pemfitnah spt anda

  68. org2 yg anti Syi’ah harus “berterima kasih” kpd ath- Thabari dan Saif bin Umar yg telah memunculkan dongeng Abdullah ibnu Saba. Lumayan bisa jadi tameng terakhir kalo kehabisan dalil.

  69. halaaah… di kitab sampeyan sendiri aja sa abrek gitu kok… mau mungkir hihihihi… lagian bukan hanya dari jalur saif aja kok hihihi.. N itu bukan tameng terakhir kalee justru br awal hihihi.

  70. Benarkah terdpt kesamaan antara ajaran Syi’ah (Imamiyah/Rafidhah) dengan agama Yahudi dan Nashrani spt ini :

    1. Agama Yahudi mengatakan, tidak sah kerajaan kecuali pada keturunan Daud Alaihissalaam. Dan agama Syi’ah mengatakan, tidak sah kepemimpinan kecuali pada keturunan Ali Radhiyallahu ‘Anhu.

    Kalau kita perhatikan silsilah para Nabi dari Adam as s/d Muhammad saw, maka terdapat garis keturunan yang berkesinambungan dari Nabi Muhammad saw sampai Nabi Adam as. Dan kalau tdk salah Al-Quran menyatakan bahwa para Nabi itu merupakan keturunan dari orang2 saleh pada zamannya. Jadi kalau kita lihat penerus Nabi Daud as adalah Nabi Sulaiman as terus ke Nabi Isa as dan kebetulan sama dg klaim agama Yahudi apa masalahnya ? Begitu juga dg penerus Nabi Muhammad saw yg keturunan Ali bin Abi Talib (Ahlul Bait) yg didasarkan pd wasiat Nabi saw ?

    2. Agama Yahudi mengatakan, tidak ada jihad fi sabilillah sampai bangkitnya Dajjal dan turun pedang dari langit. Dan agama Syi’ah mengatakan, tidak ada jihad fi sabilillah sampai muncul Al Mahdi dan terdengar suara memanggil dari langit.

    Wah ngawur aja. Apa yg ngomong spt engga baca sejarah dan mengikuti perkembangan politik global spt tumbangnya Syah Iran yg merupakan sekutu USA oleh rakyat Iran yg digerakkan oleh para ulama Syi’ah pd th 1979 ? Rasanya sekarang saja tak terasa Iran sudah di embargo total selama 30 tahun. Sementara di Lebanon sana Hizbullah berhasil mengalahkan pasukan Israel dalam perang 30 hari pada th 2006. Menurut saya doktrin spt itu cocoknya ada di Sunni yg terlalu mentolerir penguasa yg dzalim.

    3. Agama Yahudi menunda sembayang sampai munculnya bintang. Dan agama Syi’ah menunda Maghrib sampai munculnya bintang.

    Penggunaan istilah “menunda” brgkali tidak tepat. Yg benar adalah bahwa waktu salat maghrib Sunni dg Syi’ah memang agak berbeda. Menurut Sunni waktu salat maghrib adalah pada saat terbenamnya matahari. Sementara menurut Syi’ah waktu salat maghrib tidak hanya saat terbenamnya matahari, tetapi juga sampai warna merah di sebelah Barat menghilang (kira2 10 menit lebih lambat). Pendapat Syi’ah ini mengacu kpd ayat yg berbunyi :” aqimusholata li dzuluki syamsyi ila ghosyaqil laili….” “ghosyaq” (gelap). Jadi pendapat Syi’ah menurut saya lebih safe ketimbang Sunni yg ada kemungkinan kena diskualif.

    4. Orang-orang Yahudi merubah Taurat dan Syi’ah merubah Al Qur’an.

    Rasanya masalah ini sdh dijawab oleh mas Oky. Baik di Sunni dan Syi’ah sama2 ada riwayat dhaif tahrif Al-Quran.

    5. Orang Yahudi memusuhi Jibril Alaihissalaam dan mengatakan dia adalah musuh kami dari kalangan Malaikat. Begitu pula kaum Syi’ah mengatakan Jibril Alaihissalaam keliru menyampaikan wahyu kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

    Karena spt lelucon, jd no comment.

  71. @tonggos :
    halaaah… di kitab sampeyan sendiri aja sa abrek gitu kok… mau mungkir hihihihi… lagian bukan hanya dari jalur saif aja kok hihihi.. N itu bukan tameng terakhir kalee justru br awal hihihi.

    bisa engga ente beberkan hadis2 yg memuat Abdullah ibnu Saba khususnya dari kitab2 Syi’ah dg teks lengkap. Kalau dari Sunni engga perlu karena cuma 1, 2 jalur aja, itupun bermasalahah.

    Saya tunggu lho !

  72. @Tonggos :
    Maaf mas, mending sampean main di Facebook, F’ster, etc….. soalnya disana kalo nulis ga perlu nunjukin bukti or fakta…. atau tetep gabung sama hakekat.com.. mudah2an mas bisa berontak dari doktrin yang sedang mas hadapi dan mencoba mencari, belajar dan bersabar… semoga Allah memberikan hidayah kepada mas Tonggos.

  73. @ Tonggos
    Bagi anda dan orang2 sunni ,sudah tidak perlu lagi untuk mengkaji (ijtihad) dan mencari kebenaran, sudah cukup apa yang disampaikan oleh orang2 yang golongan anda labelkan dengan gelar ulama padahal tidak punya kapasitas untuk itu, tetapi bagi kami mengkaji dan mencari kebenaran adalah wajib selama masih ada umur dan dunia belum kiamat.

    Dengan bermodalkan pemahaman Sunni, maka tak heran bila sampai hari ini menegakkan syariat Islam sangat mustahil apalagi menggunakan mazhab sunni yang amat rapuh sebagai fondasinya. Bagi Sunni, apapun ucapan dan tulisan para ulama pendahulu sunni telah anda anggap sebagai kebenaran mutlak dan anda telan mentah-mentah semua itu walaupun telah nyata keliru.

    Karena Syiah tidak pernah menutup pintu ijtihat, maka tidak berlebihan bila saya katakan Syiah-lah PEMBUKA PINTU MENUJU KEBENARAN HAKIKI. Dan Syiah lebih layak untuk dikatakan sebagai mazhab yang berjalan sesuai dengan titah Al-Qur’an dan Sunnah Muhammad saw. sebagai pedoman Islam.

  74. @Tonggos, jangan mentang2 ada nama Ibn Saba dlm salah satu kitab Syi’ah trus ente langsung menyimpulkan Ibn Saba adalah pendiri Syi’ah. Spt apa bunyi teks yg mencantumkan nama Ibnu Saba itu ente belum tahu persis kan ?

    Sebenarnya gampang saja untk membuktikan bahwa Ibnu Saba itu sbg pendiri Syi’ah. Coba aja cek dalam deretan nama2 12 Imam Syiah Imamiyah. Ada engga ? Kalau engga ada dimana posisi Ibnu Saba dlm Syi’ah ? Jwbannya gampang : hanya ada di kitab tarikh Thabari.

    Bisa engga mas menjelaskan kenapa cerita Abdullah bin Saba itu hanya muncul pada zaman Khalifah Usman khususnya menjelang peristiwa pembunuhan Usman oleh para sahabat dan setelah itu engga muncul lagi juntrungannya ? Mestinya kan terus muncul paling tdk smp zaman Khalifah Ali ?

  75. @Tonggos

    Anda ditantang tuh sama mereka. Nah…ini masanya anda buktikan kata2 anda.
    Anda jelas tidak tahu ttg mazhab Ahlul Bait kecuali dari jalur musuh yg hati mereka telah ditutup Allah, bukan?
    Apa salahnya anda bertanya sendiri sama para pengikut mazhab itu dari terus terusan menghimpun dosa memfitnah.

    Pada hari mereka melihat-malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata:” Hijraan mahjuura “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.
    QS. al-Furqan (25) : 22-23

    Wassalam

  76. Salam Maya
    Ka sadayana!

    Kliatanya di sini sedang sibuk membenar-benarkan tulisan-tulisan di atas kertas.
    Kliatannya juga ujung tulisan-tulisan itu akan menentukan kedekatan diri dgn Allah.
    Paling kliatan upaya dorong-dorongan ke Neraka bukan tarik-tarikan ke Surga.

    Salam Pikir Tiga!

  77. @Maren Kitatau
    Iyya mba, yang ada masih sama dari dulu sampai sekarang, masing2 menampilkan EGO-nya masing.
    Padahal kita mestinya paham bhw sebagus apapun argumen kita jika yg mendominasi adalah EGO kita maka yg bereaksi dr pihak lain adalah EGO-nya pula. Makanya hampir tdk mungkin terjadi kesepakatan.
    Tapi saya bukan mengatakan semuanya begitu lhoo, ada juga yg cukup menarik untuk disimak.
    Semoga semua diberi kelembutan hati untuk mencoba melihat persamaan di antara kita. Tuhan kita sama, Nabi kita sama, Kitab suci kita sama, agama kita sama…

    Mudah2aqn OOT-nya bisa meneduhkan.. 😉

    Wassalam

  78. @ruthseeker

    Yes!
    Semoga ada kelembutan hati,
    Bukan kekerasan pikiran,
    Dalam melihat sesuatu!

    In every thing I see, I see something good!

    Kebenaran demi kebenaran telah kita jejaki sejak SD hingga nanti.
    Semua pribadi-pribadi memiliki kebenaran dasar tentunya.
    Sebut saja kebenaran itu adalah kebenaran primitif.

    Kebenaran suami beda dgn kebenaran istri, beda dgn tetangga, dst.
    Banyak pribadi seolah merasa menemukan sebuah kebenaran hakiki.
    Ada kebenaran yang tahan uji seperti kebenaran dalil-dalil Fisika.

    Kebenaran alamiah bagai kebenaran murni tak terbantah,
    Dan ternyata kebenaran itu pun banyak anomali,
    Ada banyak paradoksal, ada banyak tak terteliti akal.

    Kebenran demi kebenarna fisika terus diuji
    Secara mikro dan secara nano ataupun pico.
    Kebenaran-kebenaran itu terus berubah,
    Bertumbuh, bahkan jika kecepatan cahaya
    Menjadi mudah diaplikasikan kelak,
    Maka kebenaran Fisika klasik pd tumbang.

    Kebenaran-kebenaran dunia tercatat dlm sejarah manusia.
    Kebenaran-kebenaran ini memuat kebenaran lojik alamiah
    Bercampur kebenaran-kebenaran spiritual rohaniah.

    Kebenaran dunia anutan dari kebenaran-kebenaran kelompok,
    Himpunan dari kebenaran-kebenaran pribadi menjadi kelompok,
    Yaitu kebenaran pribadi yang bersesuaian satu sama lain.

    Banyak kebenaran kelompok menjurus pd keserakahan duniawi.
    Kebenaran seperti itu selalu terjungkal oleh kelompok lain,
    Atau oleh bekas kelompoknya yg setia dulunya.
    Ketamakan saling memakan diujungnya.

    Pertumpahan darah terjadi dimana-mana demi kelompok,
    Atau demi mempertahankan kebenaran kerajaannya,
    Atau demi penganugerahan kebenaran kuasanya,
    Atau demi kebenaran kemerdekaan negaranya.

    Saat ini,
    Kebenaran Negara adalah kebenaran kelompok kita yg termentok.
    Utk negara, kebenaran pribadi kita atau kelompok kita
    Harus sedikit dikorbankan demi kebenaran Negara kita.
    Kita tidak bisa sembarang berkata,
    “Ini tanah milik Allah!”,
    Lalu kita bikin Ruko di atasnya! Wah!

    Yg kita reka-reka sekarang bukanlah kedua kebenaran di atas,
    Yaitu kebenaran pribadi atau pun kebenaran kelompok,
    Melainkan-kebenaran Illahi, ya kan?

    “Bila Allah memberikan curahan hujan dan matahari,
    Walau kpd orang-orang yg membenci-Nya sekalipun”
    Adalah merupakan salah satu kebenaran Illahi,
    Maka kebenaran seperti ini lah yg perlu dihayati,
    Kebenaran yang perlu diadopsi semaksimal bisa,
    Yang tak perlu lagi harus ditegak-tegakkan
    Untuk menjadi rahmat bagi alam semesta!
    Kan?

    Di sinilah kita sering salah lingkuh,
    Bahwa kebenaran yg hrs ditegagkan
    Adalah kebenaran yg ada di atas kertas,
    Kebenaran yg sesuai isi tempurung kepala,
    Kebenaran yang pake logika-logika dunia,
    Kebenaran yang harus masuk akal dan dalil!

    Menurutku bukalah kebenaran yang demikian yang dimaksud,
    Karena yang demikian itu terlalu cocok dgn kebenaran duniawi.
    Bagi dunia, di atas kertas harus sama dlm hati boleh beda.
    Bagi Allah, di atas kertas boleh beda dlm hati harus sama.

    Ke dalam hati yg teduh lah Dia mau berkenan hadir,
    Bukan ke dalam tempurung kepala yang penuh benar.
    Kesimpulanku sementara ini adalah:

    Ada Tiga Kebenaran,
    —Kebenaran pribadi,
    —Kebenaran kelompok,
    —Kebenaran Illahi.

    Salam Pikir Tiga!

  79. Oh! Sorry oot!

    Semoga ootku di atas tidak keterlaluan!

    Salam!

  80. @Maren Kitatau

    Kebenaran pribadi dan kelompok, belum tentu benar menurut kebenaran Ilahi yakni yg bermuara kepada Al Qur’an dan As Sunnah yg shahih dan muttawatir.

    Salam

  81. @falseto dll

    diantaranya adalah:

    1. Al-Nubakhti berkata,

    “as-Sabaiyah menyatakan tentang keimaman Ali, dan bahwa hal itu adalah kewajiban dari Alloh Azza Wa Jalla. Mereka adalah pengikut Abdullah bin Saba’. Mereka terang-terangan mencaci Abu Bakar, Umar, Utsman serta sahabat-sahabat yang lain serta berlepas diri dari mereka. Dia berkata bahwa Ali memerintahkan hal itu. Maka Ali menangkapnya dan menanyakan tentang ucapannya itu, maka dia mengakuinya. Lalu Ali membunuhnya, maka manusia berteriak kepadanya, ‘Wahai Amirul Mukminin apakah engkau membunuh seorang laki-laki yang mengaku sebagai pecinta Ahlul Ba’it, mengakuimu sebagai pemimpin dan berlepas diri dari musuh-musuhmu?’ Maka Ali mengusirnya ke Madain.”

    Diriwayatkan dari segolongan ahli ilmu, bahwa Abdullah bin saba’ adalah seorang Yahudi yang masuk Islam lalu dia menjadi pendukung Ali. Dia mengatakan ketika masih berada dalam keyahudiannya tentang Yusa’ bin Nuri setelah Musa Alaihis Salam perkataan seperti ini. Lalu ketika dia masuk Islam dia mengatakan hal itu kepada Ali dan terang-terangan berlepas diri dari musuh-musuhnya (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan semua sahabat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam). Maka atas dasar inilah orang-orang luar Syi’ah mengatakan bahwa ajaran Rafidhah adalah dari paham Yahudi.

    (Firaqu Asy-Syi’ah/Aliran-aliran dalam Syi’ah, halaman 32-44).

    Tuch baca, dulu si Do’i juga mengaku-aku sbg pencinta ahlul bait lho…

    2. Sa’ad bin Abdullah Al-Asy’ari Al Qumi dalam uraiannya mengatakan tentang As-Sabaiyah,

    “As-Sabaiyah adalah pengikut Abdullah bin Saba’, yaitu Abdullah bin Wahab ar-Rasibi Al-Hamadani. Para pembantunya adalah Abdullah bin Khursi, Ibnu Aswad, mereka berdua adalah pendukung utamanya. Dia adalah orang yang pertama kali secara terang-terangan mencaci maki Abu Bakar, Umar, Utsman, dan para sahabat serta berlepas diri dari mereka.”

    (Al-Maqalat wa al-Firaq, halaman 20).

    Ga bisa diragukan lagi, bahwa tokoh ini memang bener2 ada, dan ajaran syi’ah adalah hasil karyanya.. sebagaimana ajaran Nabi Isa as -pun ternodai oleh ajaran si Yahudi Paulus..

    Jadi ga usah berpayah-payah & memaksakan diri untuk mengingkarinya.. kalian ga bisa begitu saja menghapus file salah satu tokoh yg cukup masyhur yg tercatat di kitab2 sunni dan syi’ah tsb hanya dg alasan Saif bin Umar.. akui sajalah.. apa susahnya seh.. hihihi..

  82. @Tonggos

    Memang benar figur Ibnu Saba disebut oleh 2 tokoh Syiah yg dinamakan itu…malangnya, mereka menuliskan kisahnya tanpa sanad. Bisa anda bawakan sanadnya?

    Mengenai Sa’ad bin Abdullah Al-Asy’ari Al Qumi , al Najashi di dlm ‘Rijal al Najashi’ hlm 177 berkata mengenainya:
    ‘Beliau mendengar banyak hadis dari A’ama(Sunni), beliau berkelana mencari hadis, bertemu dgn ulama mereka (sunni), al Hassan bin Arfa, Muhammad bin Abdul Malik al Daqiqi, Abu Hatim ar Razi dan Abbas al Turqufi’

    Makanya, hasrat anda utk mengaitkan Ibnu Saba dgn Syiah tinggal impian…maaf ya

    Salam

  83. @sand
    Ya!
    Anda benar,
    Kebenaran pribadi beda dgn kebenaran kelompok beda lagi dgn kebenaran Illahi.
    Makanya aku bilang di blogku bahwa kebenaran itu ada pada tiga.

    @ dodorongan
    Kebenaran Illahi bukan pada text.
    Kebenaran kelompok mungkin pada.
    Kebenaran pribadi tak memerlukannya.

    Salam Pikir Tiga!

  84. @hadi

    Memang benar figur Ibnu Saba disebut oleh 2 tokoh Syiah yg dinamakan itu…malangnya, mereka menuliskan kisahnya tanpa sanad. Bisa anda bawakan sanadnya?

    baiklah ttg Abdullah bin Saba, bahwa dia bukan tokoh fiktif, ini saya nukilkan yg dari kitab nya Al-Majlisi saja, Biharul Anwar Jilid 25 Hal 287 yang disertai sanad.. sebenarnya bukan hanya ini aja msh ada lagi, maaf blm ada waktu menukilkannya… silahkan dicek sendiri… kalau mau lagi ntar InsyaAllah saya kasih…


    -بحار الانوار جلد: 25 من صفحه 287
    مقالهم أن اليهود على الحق ولسنا منهم ، وأن النصارى على الحق ولسنا منهم .( 1 )
    39 – كش : محمد بن قولويه عن سعد عن محمد بن عثمان عن يونس عن عبدالله بن
    سنان عن أبيه عن أبي جعفر عليه السلام ان عبدالله بن سبا كان يدعي النبوة ويزعم أن
    أمير المؤمنين عليه السلام هو الله ، تعالى عن ذلك ، فبلغ ذلك أمير المؤمنين عليه السلام فدعاه وسأله
    فأقر بذلك وقال : نعم أنت هو ، وقد كان القي في روعي أنك أنت الله وأني بني .
    فقال له أمير المؤمنين عليه السلام : ويلك قد سخر منك الشيطان فارجع عن هذا ثكلتك
    امك وتب ، فأبى فحبسه واستتابه ثلاثة أيام فلم يتب فأحرقة بالنار ، وقال : إن الشيطان
    استهواه فكان يأتيه ويلقي في روعه ذلك . ( 2 )
    قب : عن ابن سنان مثله . ( 3 )
    40 – كش : محمد بن قولويه عن سعد عن ابن يزيد ومحمد بن عيسى عن علي بن
    مهزيار عن فضالة بن أيوب الازدي عن أبان بن عثمان قال : سمعت أبا عبدالله عليه السلام
    يقول : لعن الله عبدالله بن سبا إنه ادعى الربوبية في أمير المؤمنين ، وكان والله أمير
    المؤمنين عليه السلام عبدا لله طائعا ، الويل لمن كذب علينا ، وإن قوما يقولون فينا مالا
    نقوله في أنفسنا ، نبرأ إلى الله منهم ، نبرأ إلى الله منهم ( 4 ) .
    41 – كش : بهذا الاسناد عن ابن يز يد عن ابن أبي عمير وابن عيسى عن أبيه
    والحسين بن سعيد عن ابن أبي عمير عن هشام بن سالم عن الثمالي قال : قال علي
    بن الحسين عليه السلام : لعن الله من كذب علينا ، إني ذكرت عبدالله بن سبا فقامت كل
    شعرة في جسدي لقد ادعى أمرا عظيما ، ماله لعنه الله .
    كان علي عليه السلام والله عبدا لله صالحا أخو ( 5 ) رسول الله صلى الله عليه وآله ما نال الكرامة من
    * ( هامش ) * ( 1 ) مناقب آل ابى طالب 1 : 227 و 228 .
    ( 2 ) رجال الكشى : 70 .
    ( 3 ) مناقب آل ابيطالب 1 : 227 وفيه اختصار راجعه .
    ( 4 ) رجال الكشى : 70 و 71 .
    ( 5 ) خبر مبتدا محذوف اى هو عليه السلام . [ * ]
    [287]

    Makanya, hasrat anda utk mengaitkan Ibnu Saba dgn Syiah tinggal impian…maaf ya

    wah maaf juga ya.. soalnya ini memang nyata, bukan mimpi, ada di kitab2 muktabar syi’ah. yg saya nukilkan itu baru 3 lho.. masih ada lg yg laen.. sabar aja ya…

  85. @Tonggos

    Benar, terdapat hadis ttg Ibnu Saba dari riwayat Syiah dgn sanad tanpa melalui jalur Saif bin Umar al Kadzab.

    Kami bawakan hadis2 tersebut dari sumber di mana al Majlisi sendiri mengutipnya:

    1. Abdullah Ibn Saba used to claim being a prophet and claimed that TheCommander of Believers, Ali (AS) is God. Allah is Higher than such(claim). This news reached to The Commander of Believers (AS), so he called him and questioned him. But he repeated his claims and said: “You are Him (i.e., God), and it has been revealed to me that you are God and I am a prophet.” So The Commander of Believers (AS) said: “How dare you! Satan has made a mockery of you. Repent for what you said. May your mother weep at your death! Quit (your claim).” But he refused, so (Imam Ali) imprisoned him and asked him three times to repent, but he didn’t. Thus he burnt him with fire and said: “Satan had taken him into his whim, he used to come to him and to induce these (thoughts) in him.” (Rijal, by al-Kushshi)

    2. it is reported that Imam Ali Ibn Husain (AS) said:
    “May the curse of Allah be upon those who tell lies about us. I mentioned Abdullah Ibn Saba and each hair in my body stood up, Allah cursed him. Ali (AS) was, by Allah, a proper servant of Allah, the brother of the Messenger of Allah (PBUH&HF). He did not earn the graciousness/honor from Allah except with the obedience to Allah and His Messenger. And (similarly) the Messenger of Allah (PBUH&HF) did
    not earn the honor from Allah except with his obedience to Allah.”
    (Rijal, by al-KuShshi)

    3. It is reported that Abu Abdillah (AS) said:
    “We are a family of truthfulness. But we are not safe from a liar telling lies about us to undermine our truth with his lies in front of people. The Messenger of Allah (PBUH&HF) was the most truthful among people in what he said (Lahjatan) and the most truthful among all humanity; and Musaylima used to lie on him. The Commander of Believers(AS) was the most truthful one among the creation of Allah after the Messenger of Allah; and the one who used to lie on him, and tried to undermine his truthfulness and claimed lies about Allah, was Abdullah Ibn Saba.”
    (Rijal, by al-Kushshi)

    4. “As he (Aba Abdillah – Ja’far al-Sadiq) was telling his companions in the subject of Abdullah Ibn Saba and that he claimed in Godness of The Commander of Believers, Ali Ibn Abi Talib. He said: When he claimed
    that in Ali, he asked him to repent and he refused, so he burnt him with fire.”
    (Rijal, by al-Kushshi)

    Kesemua hadis2 yg kami bawakan di atas menjelaskan sikap Ghulaw yg dimiliki oleh Ibnu Saba, iaitu:
    1. Menuhankan Ali
    2 Menganggap dirinya sendiri (Ibnu Saba)Nabi.

    Mas, tidak ada seorang Syiah Imamiyah pun yg menganggap Amirul Mukminin Ali as sbg Tuhan dan menganggap si Ibnu Saba sbg Nabi.

    Lalu, mengapa masih ada orang2 yg tidak mahu duduk mendengarkan ihwal Syiah dari penganutnya sendiri, menuduh Syiah adalah ajaran Ibnu Saba? Apakah mereka lebih mengenal apa aja yg diajarkan si Ibnu Saba dlm ajaran Syiah yg Syiah terlepas pandang?

    Anda bisa bawakan sebanyak mana pun hadis2 bersanad spt yg anda dakwakan, namun titik akhirnya tetap sama…tidak ada dlm ajaran Syiah baik akidah, fiqh, akhlak maupun falsafah yg bernuansa pada apa yg dibawakan Ibnu Saba.

    Keberadaan Ibnu Saba dlm riwayat Syiah ini sama sekali berbeda dgn Ibnu Saba dari jalur Saif bin Umar al Kadzab, yg katanya menjadi punca:
    1. Pemberontakan terhadap Uthman
    2.Pecahnya perang Jamal dll

    Makanya…sekali lagi…ia kekal sbg impian

  86. @hadi
    Berarti Ibnu Saba adalah bukan tokoh fiktif kan? Hihihi… satu poin dech dapet..

    Kesemua hadis2 yg kami bawakan di atas menjelaskan sikap Ghulaw yg dimiliki oleh Ibnu Saba, iaitu:

    1. Menuhankan Ali
    2 Menganggap dirinya sendiri (Ibnu Saba)Nabi.

    Mas, tidak ada seorang Syiah Imamiyah pun yg menganggap Amirul Mukminin Ali as sbg Tuhan dan menganggap si Ibnu Saba sbg Nabi.

    Oh iya? Orang syi’ah sekarang tidak memiliki sikap Ghuluw sbgmana yg diajarkan oleh founding father nya si Ibnu Saba’? Baik lah coba kita perhatikan lagi, apa yg dikatakan kitab syi’ah sendiri, yg jika anda membantahnya konsekuensinya anda telah mencacat kitab2 anda sendiri..

    1. “as-Sabaiyah menyatakan tentang keimaman Ali, dan bahwa hal itu adalah kewajiban dari Alloh Azza Wa Jalla (An-Naubakhti) – persis seperti ajaran syi’ah sekarang

    2. Mereka adalah pengikut Abdullah bin Saba’. Mereka terang-terangan mencaci Abu Bakar, Umar, Utsman serta sahabat-sahabat yang lain serta berlepas diri dari mereka. (An-Naubakhti & Al-Qumi) – Cocok seperti ajaran syi’ah saat ini

    3. maka manusia berteriak kepadanya, ‘Wahai Amirul Mukminin apakah engkau membunuh seorang laki-laki yang mengaku sebagai pecinta Ahlul Ba’it, mengakuimu sebagai pemimpin dan berlepas diri dari musuh-musuhmu?’ (An-Naubakhti) – mirip sekali, syi’ah saat ini juga mengaku-aku sebagai pencinta ahlul bait.

    4. Dulu Ibnu Saba menuhankan Ali dg cara terang-terangan, dan pada riwayat no 40 di atas, Ibnu Saba mendakwakan sifat rububiyah kepada Ali :
    لعن الله عبدالله بن سبا إنه ادعى الربوبية في أمير المؤمنين (Al-Majlisi) hal ini mirip dengan apa yang diyakini syi’ah saat ini bahwa para Imam Syi’ah (termasuk Ali tentunya sbg Imam pertama syi’ah) memiliki sifat2 rububiyah sebagaimana yang dimiliki Allah, mari kita buka contohnya :

    Al-Kafi jilid I, hal 261, Kulainy berkata, “Bab bahwasanya para imam mengetahui apa yang telah lalu dan apa yang akan datang, serta bahwasanya tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi dari pengetahuan mereka.” Dia juga telah meriwayatkan dalam halaman yang sama dari sebagian sahabat-sahabatnya bahwa mereka mendengar Abu Abdillah ‘alaihis salam (yang dia maksud adalah Ja’far ash-Shadiq) berkata, “Sesungguhnya aku mengetahui apa-apa yang ada di langit dan di bumi, aku mengetahui apa-apa yang ada di dalam surya dan aku mengetahui apa yang telah lalu serta yang akan datang.”

    Dia juga berkata dalam jilid I, hal 258, “Bab bahwasanya para imam mengetahui kapan mereka akan mati dan mereka tidak akan mati kecuali dengan kemauan mereka sendiri.”

    Husain bin Abdul Wahab dalam kitabnya ‘Uyun al-Mu’jizat hal 28 bercerita bahwasanya, Ali pernah berkata kepada sesosok mayat yang tidak diketahui pembunuhnya, “Berdirilah -dengan izin Allah- wahai Mudrik bin Handzalah bin Ghassan bin Buhairah bin ‘Amr bin al-Fadhl bin Hubab! Sesungguhnya Allah dengan izin-Nya telah menghidupkanmu dengan kedua tanganku!” Maka berkatalah Abu Ja’far Maytsam, Sesosok tubuh itu bangkit dalam keadaan memiliki sifat-sifat yang lebih sempurna dari matahari dan bulan, sembari berkata, “Aku dengar panggilanmu wahai yang menghidupkan tulang, wahai hujjah Allah di kalangan umat manusia, wahai satu-satunya yang memberikan kebaikan dan kenikmatan. Aku dengar panggilanmu wahai Ali, wahai Yang Maha Mengetahui.” Maka berkatalah amirul-mu’minin, “Siapakah yang telah membunuhmu?” Lantas orang tersebut memberitahukan pembunuhnya.

    Sulaim bin Qois dalam kitabnya hal 245 , Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Ali, “Wahai Ali, sesungguhnya engkau adalah ilmu pengetahuan Allah yang paling agung sesudahku, engkau adalah tempat bersandar yang paling besar di hari kiamat. Barang siapa bernaung di bawah bayanganmu niscaya akan meraih kemenangan. Karena hisab (penghitungan amal) para makhluk berada di tanganmu, tempat kembali mereka adalah kepadamu. Mizan (timbangan amalan), shirath (jalan yang mengantarkan para hamba ke surga), dan al-mauqif (tempat berkumpulnya semua makhluk di hari akhir) semua itu adalah milikmu. Maka barang siapa yang bersandar kepadamu, niscaya akan selamat dan barang siapa yang menyelisihimu niscaya akan celaka dan binasa! Ya Allah, saksikanlah 3x!”
    Di dalam kitab Wasail ad-Darojat karangan ash-Shaffar (hal 84), Abu Abdillah berkata: Konon Amirul Mu’minin pernah berkata, “Aku adalah ilmu Allah, aku adalah hati Allah yang sadar, aku adalah mulut Allah yang berbicara, aku adalah mata Allah yang melihat, aku adalah pinggang Allah, aku adalah tangan Allah.”

    Berkata Ni’matullah al-Jazairy dalam kitabnya al-Anwar an-Nu’maniyah (jilid I, hal 30), Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku bersama Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api dan akulah yang menjadikan api itu dingin serta menyelamatkan. Aku juga bersama Nuh di kapalnya lantas akulah yang menyelamatkan dia dari ketenggelaman. Aku juga bersama Musa, lantas aku ajarkan Taurat kepadanya. Aku jugalah yang menjadikan Isa berbicara saat dia masih dalam buaian, kemudian kuajarkan Injil padanya. Akulah yang bersama Yusuf di dalam sumur, lantas kuselamatkan dia dari tipu daya saudara-saudaranya. Dan aku bersama Sulaiman di atas permadani, kemudian aku hembuskan angin baginya.”

    Berkata Imam mereka Ayatullah al-Khomeini di dalam kitabnya Al-Hukumah al- Islamiyah hal 52, “Sesungguhnya para Imam memiliki kedudukan terpuji, derajat yang tinggi dan kekuasaan terhadap alam semesta, di mana seluruh bagian alam ini tunduk terhadap kekuasaan dan pengawasan mereka.”

    Lihatlah.. penuhanan yg dilakukan oleh Syi’ah thd Imam Ali dan imam lainnya.. jika anda berpikir dg hati nurani yg bersih dan tidak sedang taashub buta thd ajaran syi’ah, anda akan melihat kemiripan ajaran syi’ah sekarang dg yg diajarkan the founding father-nya yaitu si Ibnu Saba… sebenarnya msh bnyk lg.. tapi saya kira di atas sdh cukup utk membuktikan bahwa ajaran Syi’ah saat ini adalah turunan ajaran Ibnu Saba…

    Makanya…sekali lagi…ia kekal sbg impian

    Silahkan saja jika anda tetap mengingkarinya tak ada paksaan.. kebenaran itu sungguh nyata kok..

  87. @Tonggos

    Maaf Mas, kami tidak mengatakan bahawa riwayat yg kami bawakan itu shahih walaupun bersanad. Al Tustari dlm kitab Rijalnya telah mengkritik periwayatan oleh al Kashashi tersebut, begitu juga al Askari. Makanya ia bukan point buat anda.

    Riwayat al Naubakhti yg anda jadikan sandaran di atas tidak bisa diandalkan atas sebab yg telah kami nyatakan sebelumnya, iaitu riwayat2 tersebut adalah tanpa sanad. Maka tidak akan kami tanggapi

    Mengenai ilmu para Imam alaihimus salatu wassalam, akan kami jawab kemudian secara berasingan, insya Allah

  88. @dodorongan

    Kliatannya kita asyik sekali berkelakar ke masa lalu,
    Mengorek-ngoreksi kebenaran ilah-illahi text-textual.
    Apa Tuhan kita yang di belakang sana yang paling sahih?

    Salam Pikir Tiga!

  89. Apapun isyu tentang Ibnu Saba adalah hasil dari propaganda musuh Islam dan orang2 munafik yg menginginkan Islam dlm keadaan terpecah belah.

    Mazhab Syi’ah yg berpegang teguh pd perintah Allah SWT dlm QS Al Maidah 67 tentang hadis Tsaqalain yaitu Al Qur’an dan Ithrah Ahlulbait Nabi SAW yg disucikan dlm QS Al Ahzab 33 agar umat tidak akan tersesat sepeninggal Rasulullah SAW dan hadis Ghadir Khum tentang pengangkatan Imam Ali As sebagai pemimpin umat Islam.

    Hal ini sdh jelas merupakan hujjah yg kuat, krn peristiwa tsb disaksikan oleh +/- 120 rb sahabat dan umat Islam yg hadir dan diabadikan dlm 360 kitab Ahlusunnah (Sunni) serta diriwayatkan oleh +/- 84 sahabat pd masa tabiin.

    Salam

  90. @Tonggos

    Kami akan kupas persoalan anda mengenai para Imam mengetahui ilmu ghaib.

    ‘Ghaib’ adalah lawan kata ‘syuhud’ Istilah ghaib digunakan dari sudut makhluk saja. Bagi Allah, tiada beda antara ghaib dan syuhud.

    Menurut al Quran, satu2nya sumber ilmu ghaib adalah Allah:

    Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
    QS. al-An’am (6) : 59

    Katakanlah:” Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah “, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.
    QS. an-Naml (27) : 65

    Namun atas sifat kekuasaan dan kebijaksanaanNya, Allah melimpahkan ilmu ghaib tersebut kepada siapa pun yang Ia kehendaki:

    Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dengan yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara Rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.
    QS. Ali Imran (3) : 179

    Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
    QS. al-Baqarah (2) : 255

    (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
    QS. al-Jinn (72) : 26-27

    Kesimpulan dari ayat2 di atas adalah:
    1. Allah adalah sumber ilmu ghaib
    2.Siapa pun yang memiliki ilmu ghaib adalah jelas bersumber dari anugerah Allah

    Berikut adalah contoh2 mereka yang memiliki ilmu ghaib:

    1. Isa as – dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.
    QS. Ali Imran (3) : 49

    2. Yusuf as – Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta_bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu…’
    QS. Yusuf (12) : 6

    Yusuf berkata: “Tidak disampaikan kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu melainkan aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu sampai kepadamu. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian.
    QS. Yusuf (12) : 37

    3. Nabi Muhammad saaw – Demikian itu (adalah) di antara berita-berita yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) padahal kamu tidak berada pada sisi mereka, ketika mereka memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengatur tipu daya.
    QS. Yusuf (12) : 102

    Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesunguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.
    QS. al-Fath (48) : 27

    Ilmu ghaib yang dimiliki para Imam as.

    Para Imam adalah sandingan al Quran, makanya setelah Nabi saaw, merekalah yang lebih mengetahui tentang al Quran.

    1. Dalam kitab as-Showa’iq al-Muhriqah karya Ibnu Hajar disebutkan, sewaktu Rasul sakit lantas beliau mewasiatkan kepada para sahabatnya, seraya bersabda: “Aku meninggalkan kepada kalian Kitab Allah (al-Quran) dan Itrah (keturunan)-ku dari Ahlul Baitku”. Kemudian beliau mengangkat tangan Ali seraya bersabda: “Inilah Ali bersama al-Quran, dan al-Quran bersama Ali. Keduanya tiada akan berpisah sehingga pertemuanku di al-Haudh (akherat) kelak, maka carilah kedua hal tersebut sebagaimana aku telah meninggalkannya”.[48] Dalam hadis lain disebutkan: “Ali bersama kebenaran dan kebenaran bersama Ali. Keduanya tiada akan pernah berpisah hingga pertemuanku di Haudh kelak di akherat”.
    (Tarikh al-Baghdadi Jil:14 Hal:321. Hadis serupa juga dapat dijumpai dalam kitab Shahih at-Turmudzi Jil:2 Hal:298, Mustadrak as-Shahihain Jil:3 Hal:119, Majma’ az-Zawa’id Jil:7 Hal:235, Kanzul Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi Jil:6 Hal:157, dsb dengan sedikit perbedaan redaksi.)

    2.Sabda Rasulullah saw: “Ali adalah gerbang ilmuku dan penjelas bagi umatku atas segala hal yang karenanya aku diutus setelahku”.
    (Kanz al-Ummal Jil:6 Hal:156)

    3.Sabda Rasulullah saw: “Hikmah (pengetahuan) terbagi menjadi sepuluh bagian, maka dianugerahkan kepada Ali sembilan bagian, sedang segenap manusia satu bagian (saja)”.
    ( Hilliyah al-Auliya’ Jil:1 Hal:65, karya Abu Na’im al-Ishbahani)

    4.Berkata Ibnu Abbas: “Demi Allah, telah dianugerahkan kepada Ali sembilan dari sepuluh bagian ilmu. Dan demi Allah, ia (Ali) telah ikut andil dari satu bagian yang kalian miliki”.
    ( al-Istii’ab Jil:3 Hal:40)

    5.Dalam nukilan kitab lain ia berkata: “Tidaklah ilmuku dan ilmu para sahabat Muhammad saw sebanding dengan ilmu Ali, sebagaimana setetes air dibanding tujuh samudera”.
    (Al-Ishobah Jil:2 Hal:509, Hilliyah al-Auliya’ Jil:1 Hal:65)

    6.Berkata Ibnu Mas’ud: “Sesungguhnya al-Quran turun dalam tujuh huruf. Tiada satupun dari huruf-huruf tadi kecuali didalamnya terdapat zahir dan batin. Dan sesungguhnya Ali bin Abi Thalib memiliki ilmu tentang zahir dan batin tersebut
    (Miftah as-Sa’adah, Jil:1 Hal:400)

    7. Berkata al-Hasan: “Telah meninggalkan kalian, pribadi yang kemarin tiada satupun dari pribadi terdahulu dan akan datang yang bisa mengalahi keilmuannya.
    (Al-Bidayah wa an-Nihayah Jil:7 Hal:332)

    8.Dalam kitab Mustadrak as-Shahihain disebutkan, diriwayatkan dari Mujahid dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasul bersabda: “Aku adalah kota hikmah, sedang Ali adalah pintunya. Barangsiapa yang menghendaki hikmah hendaknya melalui pintunya”.
    (Mustadrak as-Shahihain Jil:11 Hal:204)

    9.Dalam riwayat lain disebutkan: “Aku adalah kota ilmu, sedang Ali adalah pintunya. Barangsiapa yang menghendaki ilmu hendaknya melalui pintunya
    (as-Showa’iq al-Muhriqah Hal:73, Tarikh al-Baghdadi Jil:2 Hal:377, ar-Riyadh an-Nadhrah Jil:2 Hal:193, Kunuz al-Haqa’iq, al-Manawi Hal:43, dsb.)

    10. Rasulullah Saw bersabda:“Penjaga rahasiaku adalah ‘Ali
    (Târikh Dimasyq, jilid 2, hal. 311, hadits ke-722.)

    11. ‘Ali adalah tempat menyimpan ilmuku.”[
    ( Farâidh as-Simthain, jilid 1, hal. 150, bab. 29, hadits ke-113.)

    Lalu dgn segala bukti keilmuan dan penguasaan Imam Ali as terhadap al Quran, yg sumber2nya adalah kitab2 anda, bagaimana bisa Ibnu Saba menyerap masuk doktrinnya ke dlm mazhab Syiah? Apakah anda juga akan berkata bahawa mazhab anda telah terserap ajaran Ibnuy Saba, berdasarkan hadis2 yg kami bawakan dari sumber anda di atas?

    Semoga anda tidak lagi percaya terhadap tuduhan2 mereka yang membenci mazhab Syiah

    Wassalam

  91. Sunni (baca: Salafy) menyerang Syiah dengan dalil Syiah. Syiah bertahan. Syiah panas. Syiah membalas.
    Syiah mengejar Sunni (baca: Salafy) dengan dalil Sunni. Sunni mengelak. Sunni meradang. Sunni membalas.

    Apakah benar ilmu Syiah dipakai untuk menyerang Syiah? Apakah benar ilmu Sunni dipakai untuk mengejar Sunni?

    Saling serang. Adakah yang menang? Adakah yang kalah? Yang menang dapat apa? Yang kalah kehilangan apa?

    Saling balas. Siapa yang terpuaskan? Siapa yang dikecewakan?

    Apakah sekarang lagi perang? Adakah kemenangan yang dicari? Apakah kekalahan yang ditakuti?

    Adakah korelasi antara mencari kebenaran dengan mencari kemenangan? Adakah korelasi antara mencari kebenaran dengan menghindari kekalahan?

    Salam

  92. mantab bung hadi.
    salafy itu tidak percaya/ alergi terhadap yang ghoib. padahal allah yang maha ghoib/latif. pikirnya salafy yang paling kenal banget allah,
    padahal Allah telah memberikan pengetahuan tersebut kepada hamba-hambaNya yang suci, dan AL-quranpun menuliskan tersebut, dasar otak udang.
    mereka gak rela disalahkan imam mereka (ibnu taimiyan dan antek-anteknya) tetapi mereka rela menyalahkan para imam suci yang jelas-jelas alquran sudah menyanjungnya.

  93. @hadi
    Hihihi… seperti biasa, proses pemlintiran sedang terjadi.. seolah-olah riwayat2 syi’ah di atas hanya soal yang biasa2 aja.. perlu ditekankan… yg kita bahas sekarang adalah Ghuluw-nya orang2 syi’ah terhadap para imam-nya sebagaimana ghuluwnya Ibnu Saba terhadap Imam Ali, yang perlu disoroti dari riwayat2 di atas adalah mereka (orang syi’ah) melekatkan sifat2 rububiyah yang hanya pantas untuk Allah kepada imam2 mereka dan hal ini mirip dengan apa yang dilakukan oleh Ibnu Saba..

    <blockquoteKesimpulan dari ayat2 di atas adalah:
    1. Allah adalah sumber ilmu ghaib
    2.Siapa pun yang memiliki ilmu ghaib adalah jelas bersumber dari anugerah Allah
    Jelas itu adalah pendapat kita juga…

    Ayat-ayat Al-Qur’an yang anda kutip sebagian besar menjelaskan secara khusus bahwa yang dikehendaki Allah mendapatkan berita Ghaib adalah Rasul-Rasul Allah, itupun pengetahuan yang terbatas tidak spt yg dilekatkan oleh syi’ah thd imam2 mereka, dimanakah ada keterangan yang khusus dalam Al-Qur’an bahwa para Imam mendapatkan Ilmu Ghaib? Kalau menggunakan ayat yang umum, semua orang yang mengaku memiliki ilmu ghaib bisa aja donk menyandarkannya kepada ayat Al-Qur’an yang umum.. sedangkan akidah Imamiyah adalah akidah pokok syi’ah, seharusnya ada ayat-ayat yg khusus yang memberitakan mengenai hal itu, kalau tidk ada, berarti patut dipertanyakan riwayat2 syi’ah di atas..

    Sedangkan tentang Imam Ali dan keturunannya yg mulia adalah merupakan orang-orang berilmu, kami sependapat.. tetapi ilmu yang bagaimanakah? Kalau anda mengutip riwayat2 sunni (walaupun sebagian besar yg anda kutip adalah masih dipersoalkan keotentikannya oleh para ulama sunni) terlihat bahwa ilmu yang dimiliki oleh Imam Ali adalah ilmu Dien.. kalau pengertian spt ini tidaklah ada yang aneh buat kami.. memang Imam Ali adalah termasuk orang yang berilmu, dan banyak dimintai nasehatnya oleh para sahabat yang lain… Tetapi jika yang dimaksud ilmu di sini adalah berupa sifat-sifat rububiyah yang hanya dimiliki oleh Allah, maka inilah ghuluw yang dilakukan oleh Syi’ah thd imam2 mereka sbgmana yg dilakukan oleh Ibnu Saba thd Imam Ali ra… sedangkan Nabi saja tidak sampai taraf sebagaimana gambaran syi’ah terhadap imam-imam mereka tsb..

    Baik coba kita perhatikan lagi riwayat2 dari sumber syi’ah di atas,

    Al-Kafi jilid I, hal 261, Kulainy berkata, “Bab bahwasanya para imam mengetahui apa yang telah lalu dan apa yang akan datang, serta bahwasanya tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi dari pengetahuan mereka.” Dia juga telah meriwayatkan dalam halaman yang sama dari sebagian sahabat-sahabatnya bahwa mereka mendengar Abu Abdillah ‘alaihis salam (yang dia maksud adalah Ja’far ash-Shadiq) berkata, “Sesungguhnya aku mengetahui apa-apa yang ada di langit dan di bumi, aku mengetahui apa-apa yang ada di dalam surya dan aku mengetahui apa yang telah lalu serta yang akan datang.”

    Di atas jelas adalah sifat yang hanya dimiliki oleh Allah, ini adalah ghuluw yang luar biasa beraninya, jika anda mengatakan itu atas kehendak Allah, maka si Ibnu Saba-pun juga akan bisa beralasan yg sama, bahwa Ali mempunyai sifat rububiyah karena kehendak Allah..

    Dia juga berkata dalam jilid I, hal 258, “Bab bahwasanya para imam mengetahui kapan mereka akan mati dan mereka tidak akan mati kecuali dengan kemauan mereka sendiri.”

    Ini juga parah banget ghuluw mereka thd imam2 mereka, jika Imam syi’ah memang punya sifat spt itu, mengapa Imam Ali meninggalnya dalam keadaan terbunuh? Mengapa beliau tidak mengetahui dan mencegah ketika ada seorang khawarij mengikuti beliau dan menyerang beliau dari belakang yg mengakibatkan beliau syahid? Bagaimana pula dengan Imam Hussein? Imam Hasan?

    Husain bin Abdul Wahab dalam kitabnya ‘Uyun al-Mu’jizat hal 28 bercerita bahwasanya, Ali pernah berkata kepada sesosok mayat yang tidak diketahui pembunuhnya, “Berdirilah -dengan izin Allah- wahai Mudrik bin Handzalah bin Ghassan bin Buhairah bin ‘Amr bin al-Fadhl bin Hubab! Sesungguhnya Allah dengan izin-Nya telah menghidupkanmu dengan kedua tanganku!” Maka berkatalah Abu Ja’far Maytsam, Sesosok tubuh itu bangkit dalam keadaan memiliki sifat-sifat yang lebih sempurna dari matahari dan bulan, sembari berkata, “Aku dengar panggilanmu wahai yang menghidupkan tulang, wahai hujjah Allah di kalangan umat manusia, wahai satu-satunya yang memberikan kebaikan dan kenikmatan. Aku dengar panggilanmu wahai Ali, wahai Yang Maha Mengetahui.” Maka berkatalah amirul-mu’minin, “Siapakah yang telah membunuhmu?” Lantas orang tersebut memberitahukan pembunuhnya.

    Naudzubillahi! Sungguh perkataan yang sangat tidak pantas dan dzalim terhadap Allah Azza wa Jalla.. apa bedanya dengan Ibnu Saba? nampaknya yg ditiru adalah mu’zizatnya nabi Isa as..

    Di dalam kitab Wasail ad-Darojat karangan ash-Shaffar (hal 84), Abu Abdillah berkata: Konon Amirul Mu’minin pernah berkata, “Aku adalah ilmu Allah, aku adalah hati Allah yang sadar, aku adalah mulut Allah yang berbicara, aku adalah mata Allah yang melihat, aku adalah pinggang Allah, aku adalah tangan Allah.”

    Apa bedanya dengan perkataan Ibnu Saba : “engkau adalah Allah”

    Berkata Ni’matullah al-Jazairy dalam kitabnya al-Anwar an-Nu’maniyah (jilid I, hal 30), Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku bersama Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api dan akulah yang menjadikan api itu dingin serta menyelamatkan. Aku juga bersama Nuh di kapalnya lantas akulah yang menyelamatkan dia dari ketenggelaman. Aku juga bersama Musa, lantas aku ajarkan Taurat kepadanya. Aku jugalah yang menjadikan Isa berbicara saat dia masih dalam buaian, kemudian kuajarkan Injil padanya. Akulah yang bersama Yusuf di dalam sumur, lantas kuselamatkan dia dari tipu daya saudara-saudaranya. Dan aku bersama Sulaiman di atas permadani, kemudian aku hembuskan angin baginya.”

    Memangnya kapan Imam Ali ini lahir? Sebenarnya itu Allah atau Ali?Apakah Ali lebih tinggi kedudukannya dari para Nabi dan Rasul?apakah ini bukan yg namanya menuhankan Ali? Sekali lagi apa bedanya dengan dakwaan Ibnu Saba?

    Berkata Imam mereka Ayatullah al-Khomeini di dalam kitabnya Al-Hukumah al- Islamiyah hal 52, “Sesungguhnya para Imam memiliki kedudukan terpuji, derajat yang tinggi dan kekuasaan terhadap alam semesta, di mana seluruh bagian alam ini tunduk terhadap kekuasaan dan pengawasan mereka.”

    Jelas-jelas hanya Allah Rabbul’alamin lah yang Menguasai dan Mengawasi alam semesta, maka bagaimana sifat2 rububiyah tsb oleh Khomeini dilekatkan kepada para imam syi’ah?

    Lalu dgn segala bukti keilmuan dan penguasaan Imam Ali as terhadap al Quran, yg sumber2nya adalah kitab2 anda, bagaimana bisa Ibnu Saba menyerap masuk doktrinnya ke dlm mazhab Syiah? Apakah anda juga akan berkata bahawa mazhab anda telah terserap ajaran Ibnuy Saba, berdasarkan hadis2 yg kami bawakan dari sumber anda di atas?

    1. Anggap saja riwayat2 yg anda kutip dr sumber sunni kita terima (walaupun kenyataannya sebagian besar yg anda kutip tsb masih diragukan keotentikannya oleh para ulama sunni, jadi blm bisa dijadikan pegangan), terlihat dalam riwayat2 sunni tsb, ilmu yang dimiliki oleh Imam Ali dipahami sebagai ilmu dien, bukan ilmu ghaib atau sifat-sifat rububiyah Allah yg dilekatkan kepada beliau sebagaimana riwayat2 syi’ah di atas..

    2. Sedangkan ajaran Ibnu Saba sangat jelas sbgmana penjelasan dr kitab2 syi’ah sendiri, dia menuhankan Ali, mendakwakan sifat2 rububiyah kepada Ali dan Imam Ali berlepas diri terhadap keyakinan dan ajaran Ibnu Saba tsb, bahkan beliau menghukum bakar Ibnu Saba, walaupun Ibnu Saba berpihak dan mengaku sebagai pencinta Ahlul Bait. Maka otomatis pula Imam Ali-pun berlepas diri terhadap ajaran syi’ah yg ghuluw yang mengikuti ajaran Ibnu Saba tsb, walaupun kaum syi’ah mengaku sebagai pencinta Ahlul Bait. Seandainya Imam Ali saat ini masih hidup, dan mengetahui keyakinan Syi’ah spt ini, beliau pasti akan menghukum bakar orang2 syi’ah yang ghuluw terhadap beliau ini sebagaimana yang beliau hendak lakukan thd Ibnu Saba’ dan pengikutnya saat itu… Allahu A’lam..

    Pakailah hati nurani anda.. bebaskanlah diri anda dari ta’ashub buta kepada ajaran syi’ah, semakin anda buka ajaran syi’ah, semakin anda akan lihat keganjilannya dan kemiripannya dg ajaran Ibnu Saba.. silahkan coba kalau anda tidak percaya..

  94. @armand

    Kutip:
    Sunni (baca: Salafy) menyerang Syiah dengan dalil Syiah. Syiah bertahan. Syiah panas. Syiah membalas.
    Syiah mengejar Sunni (baca: Salafy) dengan dalil Sunni. Sunni mengelak. Sunni meradang. Sunni membalas.
    Apakah benar ilmu Syiah dipakai untuk menyerang Syiah? Apakah benar ilmu Sunni dipakai untuk mengejar Sunni?
    Saling serang. Adakah yang menang? Adakah yang kalah? Yang menang dapat apa? Yang kalah kehilangan apa?
    Saling balas. Siapa yang terpuaskan? Siapa yang dikecewakan?
    Apakah sekarang lagi perang? Adakah kemenangan yang dicari? Apakah kekalahan yang ditakuti?
    Adakah korelasi antara mencari kebenaran dengan mencari kemenangan? Adakah korelasi antara mencari kebenaran dengan menghindari kekalahan?
    Salam

    Simpulmu nendang juga.
    Kemenangan mengutamai kebenaran.
    Kemenangan bagai syarat ke Surga.

    Padahal kemenangan itu adalah kelompok.
    Masuk surga nggak boleh boncengan, kan?
    Apa lagi rombongan!

    Jadi, @dodorongan,
    Bila kemenangan riwayat kelompok di masa lalu,
    Pasti menjadi kebenaran Illahi di masa depan,
    Maka kemenangan itu layak diperjuangkan.

    Salam Pikir Tiga!

  95. jika berbicara hal ghoib, maka PASTI TIDAK AKAN TERLEPAS SEBERAPA BESAR KITA MEMAHAMI BAGINDA RASULULLAH.
    Karena Masternya/gurunya/ hamba Allah yang paling tau dan paham tentang ghaib adalah rasulullah, ‘sedikit pengetahuan ‘ versi Allah tentulah sangat banyak versi hambaNya.

    Diterangkan disini juga percuma untuk wahabi, gak bakal nyambung terus, meskipun Al-quran mendukung.

  96. @Tonggos

    Mari kita perhatikan ayat berikut pula:

    1. Ilmu Ghaib:

    a. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
    QS. al-Kahfi (18) : 65

    b. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melubanginya. Musa berkata:” Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? “Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.Dia (Khidhr) berkata:” Bukankah aku telah berkata: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersamaku”.
    QS. al-Kahfi (18) : 71-72

    c. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang pemuda, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang munkar”.Khidhr berkata: “Bukankah sudah ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?”
    QS. al-Kahfi (18) : 74-75

    d. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu xxx penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”.Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
    QS. al-Kahfi (18) : 77-78

    Menurut anda, ilmu apakah yang dimiliki oleh pemuda (Khidir) di atas yg tidak diketahui oleh Musa?
    Dan apakah yang anehnya, apabila dia menguasai ilmu ghaib dari Allah, sedangkan dia tidak menguasai ilmu Allah yg merupakan mukjizat kerasulan Nabi Muhammad saaw yg terbesar iaitu al Quran, sedangkan Imam Ali menguasainya dan merupakan pintu ilmunya Rasul saaw?

    “Aku adalah kota ilmu, sedang Ali adalah pintunya. Barangsiapa yang menghendaki ilmu hendaknya melalui pintunya’

    2. Kemampuan luar adat:

    Berkata Sulaiman: “Wahai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya (dan) dapat dipercaya”.
    Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
    QS. an-Naml (27) : 38-40

    Menurut anda, siapakah orang yg memiliki kemampuan luarbiasa itu? Apakah beliau seorang Nabi?
    Sekiranya dengan berbekalkan ilmu dari al Kitab yg pada zaman Rasulullah saaw termansuh, beliau berkeupayaan besar begitu, lalu bagaimana dengan Imam Ali yg menguasai al Quran secara total?

    ‘Inilah Ali bersama al-Quran, dan al-Quran bersama Ali. Keduanya tiada akan berpisah sehingga pertemuanku di al-Haudh (akherat) kelak’

    Mas, bisa anda jelaskan apa maksud hadis berikut:

    Maksudnya: Daripada Abu Hurairah katanya: Rasulullah S.A.W. bersabda; Sesungguhnya Allah berfirman, sesiapa yang memusuhi wali-Ku, ku mengisytihan perang terhadapnya. Tiada amalan yang mendekatkan dirinya kepada-Ku yang lebih Aku sukai daripada amalan yang Aku fardukan. Hamba-Ku yang mendekatkan diri kepada-Ku dengan sentiasa melakukan amalan sunat Aku akan mengasihinya. Apabila Aku mengasihinya, pendengarannya, penglihatan-nya, tangannya yang digunakan untuk memegang dan kaki yang digunakan untuk berjalan, semuanya berdasarkan keredaan dan kawalan-Ku. Jika dia meminta kepada-Ku, Aku akan memperkenankannya dan jika dia memohon perlindungan-Ku, Aku akan melindunginya.
    (Riwayat Bukhari)

    Mengenai kata anda berikut…’ilmu yang dimiliki oleh Imam Ali adalah ilmu Dien.’

    Apakah hanya beliau saja yg memiliki ilmu ad deen dan tidak sahabat yg lain?

    ‘Ali adalah tempat menyimpan ilmuku’.

    Apa mungkin Nabi mengkhususkan ad deen hanya pada Ali seorang?

    Mengenai kata2 al marhum Imam Khomeini qs spt yg anda dakwakan itu, kami paparkan jawaban berikut:

    Ayatullah Muhammad Jawad Chirri
    Late Director of the Islamic Center of America
    The mercenary writers have tried more than one way to insult the followers of the Members of the House of the Prophet Muhammad. Among these shameful ways is the allegation that the Shi’ite Muslims believe that the Imams from the Members of the House of the Prophet Muhammad control the atoms of the universe.
    These writers declare that such a belief is a belief in the divinity of the Imams. They tried to prove this accusation by another allegation. They accused the revolutionary Islamic leader, Imam Khumayni, of saying in one of his books or lectures that the Imams from the Members of the House of the Prophet Muhammad control the atoms of the universe.
    I have never read such a statement in the books or lectures of Imam Khumayni. However, let us assume that he indeed said this. But let us try to understand his words instead of deliberately trying to misunderstand them. Did the revolutionary leader mean that the Imams have an independent authority over the atoms of nature separate from the authority of God Almighty? Did he mean that the Imams are able, by their own power, to change the course of nature?
    Could he not have meant that the Imams are so absolutely obedient to God, and that because of their purity and obedience to Him, He responds to their prayers? Therefore, if they ask Him to change a natural course, their prayers are answered. There is no doubt that Imam Khumayni does not think that the Imams have power independent from the Almighty. He is too pure and righteous to voice such a thing, write it, or think it. He is one of the most righteous, pure, and obedient to the Almighty.
    If Imam Khumayni had said that the Imams can control the atoms of the universe, he undoubtedly meant that the Imams of the House of the Prophet Muhammad had ascended in their obedience and worship to God to such a high degree that they could have asked the Almighty to transform the atoms of one object into the atoms of another, and He would have granted their request.
    Furthermore, if they had asked Him to revive a dead person, God would have brought him back to life. Is this a belief in the divinity of the Imams? Those who attribute such a statement to Imam Khumayni and consider it a deviation from the Islamic course should give the matter serious thought. They should test such a statement with the contents of the Holy Qur’an.
    The Great Book informs us of the miracles of the Prophets of God. And what is that in thy right hand, O Moses? He said: This is my staff. On it, I lean, and with it, I beat branches for my sheep, and in it I find other uses. “God said: Cast it down, O Moses! He cast it down, and behold! It became a snake, slithering. God said: Grasp it and fear not. We shall return it to its former state. “And draw thy hand to your side, it will come forth white without harm. That will be another miracle.” (ch. 20. vs. 17-22).
    This means that the dead cells which composed the rod of Moses were transformed into living cells. Then those living cells miraculously went back to dead cells.
    In chapter Al-Shu’ara, we read the following words of the Almighty: “We revealed to Moses: Strike the sea with thy staff. It parted, and each part was like a huge mountain.” (ch. 26, v.64)
    Does this not mean that God made the sea obedient to Moses to such a degree that Moses was able to divide the water of the sea into two solid parts, each of them as huge as a mountain in height and size?
    The Qur’an informs us of Jesus
    In Al- ‘Imran, we read that the Almighty informed us about Jesus: “And we will make him a messenger to the children of Israel (with this message): I come to you with a sign from your Lord. Lo! I fashion for you out of clay the likeness of a bird, and breathe into it, and it becomes a bird, by Allah’s leave. I heal those born blind, and the lepers, and I raise the dead by Allah’s leave . . .” (ch. 3, v.49)
    Here we see that the Almighty enabled Jesus to transform a piece of clay into a living bird that could fly like other birds. Is this the work of Moses or Jesus? Would the Qur’an invite us to deify someone other than God?
    The Qur’an Informs us of Muhammad
    In regard to the Prophet Muhammad, we read God’s word in the chapter of The Moon: “The hour (of judgement) is near, and the moon has been split. But if they see a sign, they turn away and say: This is prolonged magic.” (ch. 54, vs. 1-2)
    This verse informs us that Allah split the moon in response to His Messenger Muhammad’s prayer, and this never happened before the time of Muhammad.
    A Tree Walked In Response To The Order Of Muhammad
    We find in Nahj al-Balaghah that Imam Ali reported that he was with the Prophet when the chieftains of Quraysh challenged him and asked him to order a nearby tree to uproot and walk to him. They said that this would be visible evidence of his prophethood. The Messenger of God spoke to the tree saying:
    “Tree, if you believe in Allah and the Hereafter and know that I am a Messenger of God, uproot and walk until you stand in front of me, with permission of God.”
    The tree, obeying the Prophet, uprooted and walked to him while making a loud noise like the wings of a flying bird. When the chiefs saw the tree standing in front of the prophet, they asked him to make half the tree come forward and keep the other half in its original place. When he did that, they said: “Let the half that came to you go back to the other half. He did.” (Nahj al-Balaghah, part 2, pp.158-9)
    Ibn Hisham reported similar to this: “Rukanah Al-Muttalibi was the strongest man in Mecca. He met the Messenger outside Mecca and the Messenger invited him to Islam. Rukanah said:
    “If you can prove that you are a true messenger, I will follow you.”
    The Messenger said:
    “What do you say if I wrestle you down? Will that make you believe that I am a true prophet?”
    Rukanah said:
    “Yes.”
    The Prophet wrestled him down twice.
    Rukanah said:
    “Muhammad, this is really amazing. Did you really wrestle me?”
    The Prophet said:
    “I will show you more amazing things than this if you obey God and follow my way.”
    Rukanah said: What is it?
    The Prophet said: “I will call this tree which you are looking at, and it will come to me.”
    Rukanah said: Call it, and the Prophet called it. The tree came until it stood in front of him.
    The Prophet said to it: “Go back to your place,” and it went to its original place. (Ibn Hisham, AI-Seerah al-Nabawiyyah, part 1, page 391)
    These miracles which occurred in response to prayers of the Messenger of God testify, as documented in the Qur’an, that Allah empowers His great servants to perform miracles by His permission.
    In other words, He responds to the prayers of His Messengers by creating miracles. What happened through the prophets does not indicate that they had any touch of divinity. On the contrary, it testifies that those prophets were true servants of God. They ascended to the highest degree of servitude to Him, and that their obedience to Him was absolute. Had they been otherwise, they would not have been able to perform any miracles, and no prayer by them would have been answered. They obeyed God completely and He responded to their prayers.

    Semoga anda tidak lagi bersangka yg tidak benar ttg Syiah

  97. @hadi

    Sekali lagi saya sampaikan, bahwa tidak ada kita menolak hal-hal yang ghaib, karena Allah sendiri adalah Yang Maha Ghaib.. persoalannya adalah ketika sifat-sifat rububiyah Allah dilekatkan kepada diri Imam-imam Syi’ah.. itu adalah suatu kedzaliman terhadap Allah Azza wa Jalla, sedangkan dalih yang anda bawakan sebenarnya adalah penjelasan mengenai Karomah, mu’zizat, sihir dan semacamnya.. dan keluarbiasaan semacam itu adalah semata-mata kehendak Allah, dan selain sihir, tidak-lah bisa dipelajari atau disengaja oleh seorang hamba.. dan kemampuan tsb adalah terbatas tidak sampai menyentuh tataran rububiyah Allah… sedangkan aqidah Ibnu Saba dan juga Syi’ah telah ghuluw dengan mensifatkan imam-imam mereka pada tataran rububiyyah yang bukan pada tempatnya.. ini adalah kesyirikan yang nyata… silahkan anda perhatikan lagi riwayat2 di atas..

    Sebagaimana pertanyaan saya sebelumnya, tunjukkan dimana dalam Al-Qur’an yang memberitakan secara khusus bahwa Allah telah memberikan sifat Rububiyyah-Nya kepada Imam 12 Syi’ah? Padahal Imamiyah ini adalah akidah utama Syi’ah, sedangkan yang anda kutip adalah kisah khusus tentang para Nabi dan Rasul.. yang jelas-jelas berbeda masanya dengan para Imam Syi’ah. Jika ternyata hal tsb tidak terdapat dalam Al-Qur’an, maka akidah Imamiyah Syi’ah patut untuk dipertanyakan dan hanya bualan orang syi’ah yg mengikuti ajaran pendirinya si Ibnu Saba saja..

    Melihat pembelaan anda terhadap riwayat2 syi’ah di atas, saya ingin tanya kepada anda, kalau begitu apa bedanya keyakinan syi’ah dengan keyakinan Ibnu Saba? So janganlah ditolak jika orang mengatakan bahwa ajaran syi’ah adalah bikinan si Ibnu Saba… dan ini berarti menurut anda Ibnu Saba tidak salah donk? Dia mendakwahkan sifat2 Rububiyyah kepada Imam Ali adalah wajar-wajar saja, karena menurut anda Al-Qur’an juga mengatakan seperti itu.. dan itu berarti pula keyakinan anda berlawanan dengan Imam Ali.. yang jelas2 beliau berlepas diri dari keyakinan Ibnu Saba..

    baiklah supaya tidak bertele-tele, saya akan bawakan lagi riwayat2 di atas, tolong anda tanggapi satu per satu..

    Al-Kafi jilid I, hal 261, Kulainy berkata, “Bab bahwasanya para imam mengetahui apa yang telah lalu dan apa yang akan datang, serta bahwasanya tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi dari pengetahuan mereka.” Dia juga telah meriwayatkan dalam halaman yang sama dari sebagian sahabat-sahabatnya bahwa mereka mendengar Abu Abdillah ‘alaihis salam (yang dia maksud adalah Ja’far ash-Shadiq) berkata, “Sesungguhnya aku mengetahui apa-apa yang ada di langit dan di bumi, aku mengetahui apa-apa yang ada di dalam surga dan aku mengetahui apa yang telah lalu serta yang akan datang.”

    …demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 5:97)

    Perhatikan, bahwa sifat Maha Mengetahui pure hanya milik Allah, mengapa dilekatkan kepada Imam Ja’far? seandainya anda mengatakan itu adalah atas kehendak Allah, mana dari kata2 Ja’far Ash-Shadiq yang mengatakan seperti itu? Dan alasan2 spt itu bisa saja dipakai oleh si Ibnu Saba dalam mensifati Imam Ali.. maka jelas-jelas ini adalah ghuluw luar biasa.. kalau anda tetap membelanya berarti keyakinan anda sudah mirip dengan Ibnu Saba..

    Berkata Ni’matullah al-Jazairy dalam kitabnya al-Anwar an-Nu’maniyah (jilid I, hal 30), Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku bersama Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api dan akulah yang menjadikan api itu dingin serta menyelamatkan. Aku juga bersama Nuh di kapalnya lantas akulah yang menyelamatkan dia dari ketenggelaman. Aku juga bersama Musa, lantas aku ajarkan Taurat kepadanya. Aku jugalah yang menjadikan Isa berbicara saat dia masih dalam buaian, kemudian kuajarkan Injil padanya. Akulah yang bersama Yusuf di dalam sumur, lantas kuselamatkan dia dari tipu daya saudara-saudaranya. Dan aku bersama Sulaiman di atas permadani, kemudian aku hembuskan angin baginya.”

    Tolong komentari apa maksud riwayat ini… apakah seperti ini ilmu ghaib yang diajarkan Allah kepada Ali bin Abi Thalib? Kayaknya Ali bin Abi Thalib ini termasuk orang yang tidak mati selama berabad-abad dan wafatnya hanya karena dibunuh oleh seorang khawarij??…

    Berkata Imam mereka Ayatullah al-Khomeini di dalam kitabnya Al-Hukumah al- Islamiyah hal 52, “Sesungguhnya para Imam memiliki kedudukan terpuji, derajat yang tinggi dan kekuasaan terhadap alam semesta, di mana seluruh bagian alam ini tunduk terhadap kekuasaan dan pengawasan mereka.”

    Saya tambahin di kitab yang sama Khonmeini berkata : “Sesungguhnya para imam kami memiliki kedudukan yang tidak dapat dicapai oleh para malaikat yang didekatkan, tidak juga nabi yang telah diutus.”

    Ghuluw yang tak terkendali… so tolong jangan di maki-maki si Ibnu Saba ya.. soalnya dia adalah Masternya orang Syi’ah lho..

    Jawaban dari Muhammad Jawad Chirri hanya pengelesan saja, semua orang bisa ngomong kyk gitu.. seharusnya tanya tuch sama Khomeini langsung, waktu dia masih hidup…

    konsekuensi dr keyakinan tsb, para imam masih hidup donk sampai sekarang? Kalau ga, alam semesta ga ada yang ngurusi hihihi…

    Satu lagi diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, bahwasanya ia berkata, “Akulah yang telah menjadi tinggi kemudian menundukkan, dan akulah yang menghidupkan dan mematikan, akulah yang pertama dan terakhir, akulah yang nampak dan tersembunyi.” Sebagaimana disebutkan dalam buku “Al Ikhtishash” karya Syeikhul Mufid

    Walah kok susah banget ya bedain antara keyakinan syi’ah dengan keyakinan Ibnu Saba…

    Semoga anda tidak lagi bersangka yg tidak benar ttg Syiah

    Dan semoga anda cepet sadarnya bahwa ajaran syi’ah memang bikinan Ibnu Saba… apel tidak akan jatuh jauh dari pohonnya hihihi…

  98. Salam

    @hadi
    Ucapkan sahaja “tiada paksaan”
    Mari kita berehat….

    wasSalam

  99. Kebanyakan makan sejarah susah laparnya,
    Susah kita mau menelaah Tomorow-Today,
    Jika hanya merindukan Yersterday-Today!

    Salam Pikir Tiga!

  100. @Tonggos

    Kami mulakan bicara dgn hadis berikut:

    Ammar al-Sabati said: I asked Abu Abdillah (Imam Ja’far al-Sadiq) concerning if Imam knows al-Ghayb (Unseen). He replied: “No, but when he wishes to know something, Allah causes him to know that.” (Usul al-Kafi, Kitab al- Hujjah, Tradition #666)

    Dan doktrin mazhab kami seperti yg dinukil oleh Syeikh Mufid:

    ” … Saying that they (Prophet and Imams) possess the knowledge of Ghayb should be refuted as being something clearly incorrect, because the attribute of this can only be for someone who possesses the knowledge of (all) things within himself, not the knowledge obtained from another. And this can only be for Allah, to whom belong Might and Majesty. All Imamis agree on this except those who deviated from them and are called Mufawwidah and extremists (al-Ghulat).” (Awa’il al- Maqalaat, p38).

    Anda belum menjelaskan kpd kami apa maksud hadis Abu Hurairah yg kami suguhkan, mohon anda jelaskan dahulu apa maksudnya.

    Dan, apa pula maksud ayat ini:

    Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
    QS. al-Anfal (8) : 17

    Dan ayat ini:

    Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
    QS. at-Taubah (9) : 105

    Mengenai hadis Madina al Ilm:

    In the Arabic form of this Hadith, the word “The Knowledge” comes as “al-Ilm” which has the article “al” which makes the word universal. This means that in the city of knowledge of the Prophet (PBUH&HF), all kind of the knowledge (which could possibly be attained by human being) existed.

    Imam Ali said: “The Messenger of Allah at that time (before his last breath) taught me a thousand chapters of knowledge, every one of which opened for me one thousand other chapters.”
    Sunni references:
    Kanz al-Ummal, by al-Muttaqi al-Hindi, v1, p392
    Hilyatul Awliyaa, by al-Hafidh Abu Nu’aym

    Ilmu apakah yg dikhususkan oleh Nabi saaw kpd Imam Ali ini?

    Furthermore, Imam Ali (AS) once said:
    “By Allah, I am the Brother of the Messenger of Allah and his friend and his cousin and the inheritor of his knowledge. Who has a better title for succeeding him than me?
    Sunni references:
    al-Khasa’is al-Alawiyyah, al-Nisa’i
    al-Mustadrak, by al-Hakim v3, p112
    al-Dhahabi in his Talkhis of al-Mustadrak has admitted the above words to be genuine.
    Musnad Ahmad Ibn Hanbal, v5, p40

    Also Imam Ali (AS) himself frequently stated in his sermons:
    “Ask me before you lose me. By Allah, if you ask me about anything that could happen up to the Day of Judgment, I will tell you about it. Ask me, for, by Allah, you will not be able to ask me a question about anything without my informing you. Ask me about the Book of Allah, for by Allah, there is no verse about which I do not know whether it was sent down at night or during the day, or whether it was revealed on a plain or in a mountain.”
    Sunni References:
    al-Isabah, by Ibn Hajar al-Asqalani, v4, p568
    Tahdhib al-Tahdhib, by Ibn Hajar al-Asqalani, v7, pp 337-338
    Fat’hul Bari, by Ibn Hajar al-Asqalani, v8, p485
    Tarikh al-Khulafaa, by al-Suyuti, p124
    al-Itqan, by al-Suyuti, v2, p319
    al-Riyadh al-Nadhirah, by Muhibbuddin al-Tabari, v2, p198
    at-Tabaqat, by Ibn Sa’d, v2, Part 2, p101
    al-Isti’ab, by Ibn Abd al-Barr, v3, p1107

    The Messenger of Allah (PBUH&HF) said: “He who wants to see Noah (AS) in his determination, Adam (AS) in his knowledge, Abraham (AS) in his clemency, Moses (AS) in his intelligence and Jesus (AS) in his religious devotion should look at Ali Ibn Abi Talib (AS).”
    Sunni references:
    Sahih al-Bayhaqi
    Musnad Ahmad Ibn Hanbal, as quoted in
    Sharh Ibn Abil Hadid, v2, p449
    Tafsir al-Kabir, by Fakhruddin al-Razi, under the commentary of the Verse of Imprecation (Mubahilah), v2 p288. He wrote this tradition has been accepted as all genuine

    Ketika ciri2 para Nabi utama terhimpun pada Imam Ali, itu semua menunjukkan keutamaan beliau as

    The Prophet (PBUH&HF) said: “There is amongst you a person who will fight for the interpretation of the Quran just as I fought for its revelation.” The people around him raised their heads and cast inquisitive glances at the Prophet (PBUH&HF) and at one another. Abu Bakr and Umar were there. Abu Bakr inquired if he was that person and the Prophet (PBUH&HF) replied in the negative. Then Umar inquired if he was that person and the Prophet (PBUH&HF), replied “No. He is the one who is repairing my shoes (i.e., Ali).”
    Abu Said Khudri said: Then we went to Ali and conveyed the good news to him. He did not even raise his head and remained as busy as he was, as if he had already heard it from the Messenger of Allah (PBUH&HF).”
    Sunni references:
    al-Mustadrak, by al-Hakim, v3, p122, who said this tradition is genuine based on the criteria of al-Bukhari and Muslim.
    al-Dhahabi, also records it in his Talkhis al-Mustadrak and admitted that it is genuine according to the standard of the two Shaikhs.
    Khasa’is, by al-Nisa’i, p40
    Musnad Ahmad Ibn Hanbal, v3, pp 32-33
    Kanz al-Ummal, by al-Muttaqi al-Hindi, v6, p155
    Majma’ al-Zawa’id, by al-Haythami, v9, p133

    Takwil al Quran bukanlah suatu ilmu buat manusia kebanyakan termasuklah para sahabat, namun ia adalah milik khusus Ahlul Bait as, dan ini adalah anugerah Allah buat mereka.

    Tidak ada siapa pun dari penganut mazhab Imamiah yg menyandarkan mutlak sifat2 Rububiyah pada para Imam. Kami akan buktikannya kpd anda kelak, insya Allah, bahawa sama spt Umar al Khatab, pendahulu anda, anda tidak mengerti mengenai takwil dari kata2 para Imam as (itupun jika hadis2 yg anda kutip itu bernilai shahih).

    Saya sgt tertarik dgn penolakan anda terhadap kata2 Ayatullah Muhammad Jawad Chirri. Bisa anda buktikan bahawa anda benar dan beliau salah? Apa beliau tidak memiliki buku al marhum Imam yg anda ‘miliki’ itu, sehingga anda lebih tahu darinya?

    Dan sepertinya saya perlu mohon bantuan anda utk mengenal siapa dia ‘Husain bin Abdul Wahab, penulis kitab ‘Uyun al-Mu’jizat yg anda nukil di atas, tolong ya.

    Dan buat tatapan anda, kami sajikan riwayat2 ‘karamah’ para sahabat yg darjat mereka jauh dari Ahlul Bait, namun mazhab anda mempercayai ‘kelebihan’ yg mereka miliki:

    1. Dalam kitab Al-Thabaqat, Al-Subki menceritakan bahwa Abdullah bin ‘Umar pernah berbicara dengan seekor singa yang mengaum dan menghadang orang-orang di tengah jalan. Singa itu mengibaskan ekornya, lalu pergi. (Dikemukakan dalam kitab Hujjatullah ‘ala al-Alamin)

    Riwayat senada juga dikemukakan dalam kitab Thabaqah karya Al-Munawi. Diceritakan bahwa ketika Abdullah bin ‘Umar sedang menempuh suatu perjalanan, ada seekor singa menghalangi orang-orang di tengah jalan. Ia menghentikan untanya, lalu turun menghampiri singa itu, menggosok telinganya, dan menyingkirkannya dari tengah jalan. Abdullah bin `Umar mengatakan bahwa ia pemah mendengar Rasuulah Saw bersabda, “Jika manusia hanya takut kepada Allah, maka tidak ada hal lain yang bisa menguasainya.”

    Hal senada juga dinyatakan dalam kitab Al-Risalatal-Qusyairiyyah, “Sesungguhnya yang menguasai manusia adalah sesuatu yang menakutkannya. Jika manusia hanya takut kepada Allah, maka tak ada apa pun yang bisa menguasainya.”

    2. Ibnu Abi Dunya meriwayatkan bahwa ketika `Umar bin Khattab r.a. melewati pemakaman Baqi’, ia mcngucapkan salam, “Semoga keselamatan dilimpahkan padamu, hai para penghuni kubur. Kukabarkan bahwa istri kalian sudah menikah lagi, rumah kalian sudah ditempati, kekayaan kalian sudah dibagi.” Kemudian ada suara tanpa rupa menyahut, “Hai `Umar bin Khattab, kukabarkan juga bahwa kami telah mendapatkan balasan atas kewajiban yang telah kami lakukan, keuntungan atas harta yang yang telah kami dermakan, dan penyesalan atas kebaikan yang kami tinggalkan.” (Dikemukakan dalam bab tentang kubur)

    Yahya bin Ayyub al-Khaza’i menceritakan bahwa `Umar bin Khattab mendatangi makam seorang pemuda lalu memanggilnya, “Hai Fulan! Dan orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya, akan mcndapat dua surga (QS Al-Ralunan [55]: 46). Dari liang kubur pemuda itu, terdengar jawaban, “Hai ‘Umar, Tuhanku telah memberikan dua surga itu kepadaku dua kali di dalam surga.” (Riwayat Ibnu ‘Asakir

    Dalam kitab al-Syamil, Imain al-Haramain menceritakan Karamah ‘Umar yang tampak ketika terjadi gempa bumi pada masa pemerintahannya. Ketika itu, ‘Umar malah mengucapkan pujian dan sanjungan kepada Allah, padahal bumi bergoncang begitu menakutkan. Kemudian `Umar memukul bumi dengan kantong tempat susu sambil berkata, “Tenanglah kau bumi, bukankah aku telah berlaku adil kepadamu.” Bumi kembali tenang saat itu juga. Menurut Imam al-Haramain, pada hakikatnya `Umar r.a. adalah amirul mukminin secara lahir dan batin juga sebagai khalifah Allah bagi bumi-Nya dan bagi penduduk bumi-Nya, sehingga `Umar mampumemerintahkan dan menghentikan gerakan bumi, sebagaimana ia menegur kesalahan-kesalahan penduduk bumi.

    Fakhrurrazi dalam tafsir surah Al-Kahfi menceritakan bahwa salah satu kampung di Madinah dilanda kebakaran. Kemudian `Umar menulis di secarik kain, “Hai api, padamlah dengan izin Allah!” ‘Secarik kain itu dilemparkan ke dalam api, maka api itu langsung padam.

    Imam al-Haramain juga mengemukakan kisah tentang sungai Nil dalam kaitannya dengan karamah ‘Umar. Pada masa jahiliyah, sungai Nil tidak mengalir sehingga setiap tahun dilemparlah tumbal berupa seorang perawan ke dalam sungai tersebut. Ketika Islam datang, sungai Nil yang seharusnya sudah mengalir, tenyata tidak mengalir. Penduduk Mesir kemudian mendatangi Amr bin Ash dan melaporkan bahwa sungai Nil kering sehingga diberi tumbal dengan melempar seorang perawan yang dilengkapi dengan perhiasan dan pakaian terbaiknya. Kemudian Amr bin Ash r.a. berkata kepada mereka, “Sesungguhnya hal ini tidak boleh dilakukan karena Islam telah menghapus tradisi tersebut.” Maka penduduk Mesir bertahan selama tiga bulan dengan tidak mengalirnya Sungai Nil, sehingga mereka benar-benar menderita.
    ‘Amr menulis surat kepada Khalifah `Umar bin Khattab untuk menceritakan peristiwa tersebut. Dalam surat jawaban untuk ‘Amr bin Ash, ‘Umar menyatakan, “Engkau benar bahwa Islam telah menghapus tradisi tersebut. Aku mengirim secarik kertas untukmu, lemparkanlah kertas itu ke sungai Nil!” Kemudian Amr membuka kertas tersebut sebelum melemparnya ke sungai Nil. Ternyata kertas tersebut berisi tulisan Khalifah ‘Umar untuk sungai Nil di Mesir yang menyatakan, “Jika kamu mengalir karena dirimu sendiri, maka jangan mengalir. Namun jika Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa yang mengalirkanmu, maka kami mohon kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa untuk membuatmu mengalir.” Kemudian ‘Amr melempar kertas tersebut ke sungai Nil sebelum kekeringan benar-bcnar terjadi. Sementara itu penduduk Mesir telah bersiap-siap untuk pindah meninggalkan Mesir. Pagi harinya, ternyata Allah Swt. telah mengalirkan sungai Nil enam belas hasta dalam satu malam.

    3. ‘Aisyah r.a. bercerita, ‘Ayahku (Abu Bakar Shiddiq) memberiku 20 wasaq kurma (1 wasaq = 60 gantang) dari hasil kebunnya di hutan. Menjelang wafat, beliau berwasiat, `Demi Allah, wahai putriku, tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai ketika aku kaya selain engkau, dan lebih aku muliakan ketika miskin selain engkau. Aku hanya bisa mewariskan 20 wasaq kurma, dan jika lebih, itu menjadi milikmu. Namun, pada hari ini, itu adalah harta warisan untuk dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuanmu, maka bagilah sesuai aturan Al-Qur’an.’ Lalu aku berkata, `Ayah, demi Allah, beberapapun jumlah harta itu, aku akan memberikannya untuk Asma’, dan untuk siapa lagi ya?’ Abu Bakar menjawab, `Untuk anak perempuan yang akan lahir.”‘ (Hadis sahih dari `Urwah bin Zubair)

    Ketika menafsirkan surah Al-Kahfi, Fakhrurrazi sedikit mcngungkapkan karamah para sahabat, di antaranya karamah Abu Bakar r.a. Ketika jenazah Abu Abu Bakar dibawa menuju pintu makam Nabi Saw., jenazahnya mengucapkan “Assalamu alaika ya Rasulullah, Ini aku Abu Bakar telah sampai di pintumu.” Mendadak pintu makam Nabi terbuka dan terdengar suara tanpa rupa dari makam, “Masuklah wahai kekasihku.”

    Ini pula adalah kisah wali Naqshabandiah:

    Pada suatu hari Syekh Muhammad Bahauddin Ra. bersama salah seorang sahabat karib yang bernama Muhammad Zahid pergi ke Padang pasir dengan membawa cangkul. Kemudian ada hal yang mengharuskannya untuk membuang cangkul tersebut. Lalu berbicara tentang ma’rifat sampai datang dalam pembicaraan tentang ubudiyah “Lha kalau sekarang pembicaraan kita sampai begini kan berarti sudah sampai derajat yang kalau mengatakan kepada teman, matilah, maka akan mati seketika”. Lalu tanpa sengaja Syekh Muhammad Bahauddin berkata kepada Muhammad Zahid, “matilah kamu!, Seketika itu Muhammad Zahid mati dari pagi sampai waktu dhuhur.

    Melihat hal tersebut Syekh Muhammad Bahauddin Ra. menjadi kebingungan, apalagi melihat mayat temannya yang telah berubah terkena panasnya matahari. Tiba-tiba ada ilham “He, Muhammad, berkatalah ahyi (hiduplah kamu). Kemudian Syekh Muhammad Bahauddin Ra. berkata ahyi sebanyak 3 kali, saat itulah terlihat mayat Muhammad Zahid mulai bergerak sedikit demi sedikit hingga kembali seperti semula. Ini adalah pengalaman pertama kali Syekh Muhammad Bahauddin Ra. dan yang menunjukkan bahwa beliau adalah seorang Wali yang sangat mustajab do’anya.

    Bagaimana anda menangani hal2 ini?

  101. @F@T L

    Kami juga berharap begitu Mas, namun ada orang yg terus2an menebar berita sepihak yg tidak benar dan tanpa bertanya kpd ahlinya, lalu membuat konklusi sendiri ttg mazhab saudaranya.

  102. @hadi
    Sebagian besar dalil yang anda suguhkan kepada saya adalah tidak relevan dengan persoalan yang kita bahas dan tidaklah itu merupakan jawaban dari pertanyaan2 saya mengenai riwayat-riwayat tentang para imam yg dicantumkan oleh syi’ah di atas.

    Dalil2 yang anda tunjukkan di atas adalah mengenai Mu’zizat para Nabi dan Rasul, Karomah para Aulia yang kami pun mempercayai akan hal-hal tersebut.. sedangkan yang kita bahas sekarang adalah bagaimana orang2 syi’ah mensifati imam-imam mereka dengan sifat2 rububiyyah atau ilahiyah yang sifat2 tersebut hanya milik Allah saja..

    Anda dan orang syi’ah terlihat confused mengenai masalah ini, baiklah saya akan perjelas lagi..

    Mu’zizat, Karomah dan Ma’unah adalah merupakan keluarbiasaan yang terjadi pada diri seorang hamba tidak pada setiap saat atau terus menerus terjadinya, sifatnya accidental, semuanya itu terjadi atas kehendak Allah, dan tidaklah kemudian hamba tersebut disifati dengan keluarbiasaan tersebut.

    Contoh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam diberi beberapa mu’zizat oleh Allah dengan diberi pengetahuan beberapa kejadian di masa depan dan hal-hal yang ghaib, apakah kemudian Nabi disifati “mengetahui hal ghaib”, “mengetahui apa-apa yang terjadi di langit dan bumi”? dan hal ini terus terjadi pada Nabi? Sebagaimana syiah mensifati imam mereka spt di bawah ini?

    Al-Kafi jilid I, hal 261, Kulainy berkata, “Bab bahwasanya para imam mengetahui apa yang telah lalu dan apa yang akan datang, serta bahwasanya tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi dari pengetahuan mereka.” Dia juga telah meriwayatkan dalam halaman yang sama dari sebagian sahabat-sahabatnya bahwa mereka mendengar Abu Abdillah ‘alaihis salam (yang dia maksud adalah Ja’far ash-Shadiq) berkata, “Sesungguhnya aku mengetahui apa-apa yang ada di langit dan di bumi, aku mengetahui apa-apa yang ada di dalam surga dan aku mengetahui apa yang telah lalu serta yang akan datang.”

    Sekarang bandingkan dengan firman Allah yang memerintahkan kepada manusia paling mulia yaitu Nabi Muhammad untuk mengatakan :


    قُلْ لاَ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ
    (artinya): “Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfatan pada diriku dan tidak pula mampu menolak kemudhorotan kecuali yang di kehendaki oleh Allah.
    Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku akan membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudhoratan”. (Al A’raf: 188)

    Rasulullah saja seperti ini, apalagi Ali bin Abi Thalib dan keturunannya..

    Maka perkataan syi’ah di atas benar-benar merupakan kalimatus syirik dan kalimatul kufur yang tidak pantas diucapkan oleh seorang hamba!

    Mudah2 an anda sekarang mulai bisa mengerti bahwa semua jawaban anda mengenai mu’zizat, karomah itu tidak relevan dengan ghuluw yg diperbuat oleh orang syi’ah thd imam2 mereka sbgmana yg dilakukan oleh Ibnu Saba..

    Contoh lagi, Nabi Isa diberikan mu’zizat oleh Allah bisa menghidupkan orang yang sudah mati, apakah kemudian Nabi Isa disifati sebagai “yang menghidupkan dan mematikan” dan beliau terus-menerus menghidupkan orang mati? sebagaimana syi’ah mensifati Imam Ali spt di bawah ini:

    diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, bahwasanya ia berkata, “Akulah yang telah menjadi tinggi kemudian menundukkan, dan akulah yang menghidupkan dan mematikan, akulah yang pertama dan terakhir, akulah yang nampak dan tersembunyi.” Sebagaimana disebutkan dalam buku “Al Ikhtishash” karya Syeikhul Mufid

    Padahal sifat-sifat tersebut mutlak adalah milik Allah dan berfirman untuk diri-Nya :

    “Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus [10]: 31)

    Lagian kapan ya Imam Ali pernah menghidupkan orang mati? Kok ga tercatat dlm sejarah, padahal itu kan termasuk peristiwa yg besar jika itu benar2 terjadi..

    Apakah anda sekarang masih membela juga akan dakwaan2 syi’ah thd imam mereka yang mirip dg apa yg didakwakan Ibnu Saba thd Imam Ali?

    Contoh lagi, Nabi Ibrahim diberi mu’zizat tidak terbakar oleh api, kemudian lantas apakah beliau mensifati dirinya sebagai si pendingin api? Dan keluarbiasaan itu terus ada pada diri beliau?

    Sedangkan orang syi’ah dengan amat parah malah menggantikan kedudukan Allah yang mempunyai sifat-sifat tersebut dengan Ali :

    Berkata Ni’matullah al-Jazairy dalam kitabnya al-Anwar an-Nu’maniyah (jilid I, hal 30), Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku bersama Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api dan akulah yang menjadikan api itu dingin serta menyelamatkan. Aku juga bersama Nuh di kapalnya lantas akulah yang menyelamatkan dia dari ketenggelaman. Aku juga bersama Musa, lantas aku ajarkan Taurat kepadanya. Aku jugalah yang menjadikan Isa berbicara saat dia masih dalam buaian, kemudian kuajarkan Injil padanya. Akulah yang bersama Yusuf di dalam sumur, lantas kuselamatkan dia dari tipu daya saudara-saudaranya. Dan aku bersama Sulaiman di atas permadani, kemudian aku hembuskan angin baginya.”

    Sedangkan Allah berfirman :

    Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, (Al-Anbiya’ : 69)

    Sudahkah anda bisa membedakan? demikian juga dengan mu’zizat2 dan karomah2 lain yang terjadi pada Nabi, Rasul dan para Aulia.. mereka tidak mensifatkannya terhadap diri mereka sendiri sbgmana yg ada dlm riwayat2 syi’ah di atas.. dan sekali lagi, riwayat2 di atas adalah bukti bahwa ajaran syi’ah memang bikinan Ibnu Saba..

    Dan ayat ini:
    Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
    QS. at-Taubah (9) : 105

    Perhatikan tafsirnya ya :
    Mujahid said that this Ayah carries a warning from Allah to those who defy His orders. Their deeds will be shown to Allah, Blessed and Most Honored, and to the Messenger and the believers. This will certainly occur on the Day of Resurrection, just as Allah said,
    [يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لاَ تَخْفَى مِنكُمْ خَافِيَةٌ ]

    (That Day shall you be brought to Judgement, not a secret of you will be hidden.) [69:18],

    [يَوْمَ تُبْلَى السَّرَآئِرُ ]

    (The Day when all the secrets will be examined.)[86:9], and,

    [وَحُصِّلَ مَا فِى الصُّدُورِ ]

    (And that which is in the breasts (of men) shall be made known.)[100:10] Allah might also expose some deeds to the people in this life. Al-Bukhari said that `Aishah said, “If the good deeds of a Muslim person please you, then say,

    [اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ]

    (Do deeds! Allah will see your deeds, and (so will) His Messenger and the believers.)” There is a Hadith that carries a similar meaning. Imam Ahmad recorded that Anas said that the Messenger of Allah said,

    «لَا عَلَيْكُمْ أَنْ تُعْجَبُوا بِأَحَدٍ حَتَّى تَنْظُرُوا بِمَ يُخْتَمُ لَهُ،فَإِنَّ الْعَامِلَ يَعْمَلُ زَمَانًا مِنْ عُمْرِهِ أَوْ بَــرهَةً مِنْ دَهْرِهِ . بِعَمَلٍ صَالِحٍ لَوْ مَاتَ عَلَيْهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلًا سَيِّئًا، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ الْبُرْهَةَ مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ سَيِّءٍ، لَوْ مَاتَ عَلَيْهِ دَخَلَ النَّارَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلًا صَالِحًا، وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَبْلَ مَوْتِه»

    (Do not be pleased with someone’s deeds until you see what his deeds in the end will be like. Verily, one might work for some time of his life with good deeds, so that if he dies while doing it, he will enter Paradise. However, he changes and commits evil deeds. one might commit evil deeds for some time in his life, so that if he dies while doing them he will enter the Fire. However, he changes and performs good deeds. If Allah wants the good of a servant He employs him before he dies.) He was asked, “How would Allah employ him, O Allah’s Messenger” He said,

    «يُوَفِّقُهُ لِعَمِلٍ صَالِحٍ ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْه»

    (He directs him to perform good deeds and takes his life in that condition.) Only Imam Ahmad collected this Hadith.

    Ilmu apakah yg dikhususkan oleh Nabi saaw kpd Imam Ali ini?

    Bukankah Rasulullah juga pernah bersabda tentang sahabat Umar :
    Rasulullah SAW berkata: “Seandainya ada nabi sesudahku, orang itu tentunya Umar bin Khattab”. (Tirmidhi, Kitab-ul-Manaqib).

    Takwil al Quran bukanlah suatu ilmu buat manusia kebanyakan termasuklah para sahabat, namun ia adalah milik khusus Ahlul Bait as, dan ini adalah anugerah Allah buat mereka.

    Oh iya? Padahal Rasulullah pernah mendoakan Ibnu Abbas:

    “Ya ALLAH, pandaikanlah ia dalam agama dan ajarkan kepadanya takwil -tafsir- Al-Qur’an.” (Bukhari, hadits no.143; Muslim, hadits no.138; Ahmad I/266,314,328,335 dan ini lafaznya)

    Abdullah bin Mas’ud berkata, “Sebaik-baik penerjemah (penafsir) Al-Qur’an ialah Abdullah bin Abbas .” Abdullah bin Mas’ud meninggal pada tahun 32 H, dan Abdullah bin Abbas meninggal kurang lebih tiga puluh enam tahun setelah wafatnya Abdullah bin Mas’ud .

    Abu Wa’il berkata, “Ali mengangkat Abdullah bin Abbas sebagai pemimpin haji. Suatu ketika ia berkhotbah menafsirkan surat Al-Baqarah atau An-Nur, yang andaikata saat itu didengar oleh orang-orang Romawi, Turki dan Dailam, pasti mereka masuk Islam.”

    Rasulullah SAW bersabda kepada Muadz bin Jabal ketika Beliau mengutusnya ke Yaman. Rasulullah SAW bertanya, “Dengan apakah engkau akan menetapkan hukum?” Muadz menjawab, “Dengan Kitab ALLAH.” Rasulullah SAW bertanya lagi, “Bagaimana jika engkau tidak mendapatkannya?” Muadz menjawab, “Saya akan berijtihad semampu pikiranku.” Maka Rasulullah SAW menepuk dadanya sambil berkata, ”Alhamdulillah, Segala Puji Bagi ALLAH yang telah memberi taufik kepada Utusan Rasulullah sehingga membuatnya puas.” (HR. Ahlu Sunan dan Musnad dengan sanad baik. [Lihat silsilah Ad dha’ifah,hadits no.881)

    Saya sgt tertarik dgn penolakan anda terhadap kata2 Ayatullah Muhammad Jawad Chirri. Bisa anda buktikan bahawa anda benar dan beliau salah? Apa beliau tidak memiliki buku al marhum Imam yg anda ‘miliki’ itu, sehingga anda lebih tahu darinya?

    Kata siapa dia memiliki buku Khomeini? Itu hanya asumsi dia aja, Nich perkataan dia yg saya kutip dr komentar anda:

    I have never read such a statement in the books or lectures of Imam Khumayni. However, let us assume that he indeed said this…

    Wahai orang syi’ah jangan ghuluw thd imam2 kalian, sebagaimana yang dilakukan oleh ahli kitab (Yahudi & Nashrani)

    Allah Ta’ala berfirman :

    يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلاَ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلاَّ الْحَقَّ
    (artinya): “Wahai Ahlul Kitab janganlah kalian berbuat ghuluw (ekstrim) dalam beragama, dan jangan pula kalian mengatakan tentang Allah kecuali di atas kebenaran”. (An Nisa’: 171)

    So jangan ikuti Ibnu Saba Al-Yahudi itu ya..

  103. @Tonggos

    Saya kira andalah yg ghuluw dengan pemahaman Ahlusunnah Waljama’ahnya, sebagaimana yg dilakukan oleh orang2 yg munafik.

  104. @Tonggos

    Sebelum kami kupas persoalan yang anda tuduhkan itu lebih lanjut, tolong jelaskan pada kami maksud hadis Abu Hurairah yg kami bawakan itu iaitu,

    Daripada Abu Hurairah katanya: Rasulullah S.A.W. bersabda; Sesungguhnya Allah berfirman, sesiapa yang memusuhi wali-Ku, ku mengisytihan perang terhadapnya. Tiada amalan yang mendekatkan dirinya kepada-Ku yang lebih Aku sukai daripada amalan yang Aku fardukan. Hamba-Ku yang mendekatkan diri kepada-Ku dengan sentiasa melakukan amalan sunat Aku akan mengasihinya. Apabila Aku mengasihinya, pendengarannya, penglihatan-nya, tangannya yang digunakan untuk memegang dan kaki yang digunakan untuk berjalan, semuanya berdasarkan keredaan dan kawalan-Ku. Jika dia meminta kepada-Ku, Aku akan memperkenankannya dan jika dia memohon perlindungan-Ku, Aku akan melindunginya.
    (Riwayat Bukhari)

    dan ayat ini:

    Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
    QS. al-Anfal (8) : 17

    Kami akan susulkan bahasan kita insya Allah.

  105. Sudah saya sampaikan, saya sengaja tidak menjawabnya karena hal tsb termasuk yg tidak relevan dengan apa yg kita bahas dan menghindari pelebaran bahasan masalah yg sering terjadi jika berdiskusi dengan orang tipe anda.. ma’af harap maklum.. bukan berarti saya tidak punya penjelasannya ya… sedangkan anda sendiri juga belum menjawab beberapa pertanyaan saya…

  106. Text-text itu pendorong maju ke atas, bukan mundur ke bawah.
    Mari maju mengnghadap ke depan agar mudah ke atas,
    Bukan maju menghadap ke belakang gampang jungkel.

    Kebenaran yg sudah kita tau ada di belakang;
    Dari orang dan dari text dari riwayat,
    Ada di luar kepala, hafal.

    Kebenaran yg sedang kita tau ada di dalam;
    Dari pengalaman dari pencobaan dari rahmat,
    Ada di dalam lubuk hati.

    Kebenaran yg akan kita tau ada jauh di depan;
    Dari Tuhan YME dari inspirasi dari mimpi,
    Adalah rohaniah, bukan sejarah.

    F@T_L, di/pada Maret 25th, 2009 pada 11:16 pm Dikatakan:
    Salam
    Ucapkan sahaja “tiada paksaan”
    Mari kita berehat….
    wasSalam

    dah tidur …!
    esok bangun lagi.

    Bila tidur adalah gambaran mati,
    Dan mati adalah gambaran kiamat,
    Tdurlah dgn gambar menjadi rahmat.

    Salam Hangat!

  107. @Tonggos

    Kami mulakan bicara lagi dengan riwayat berikut:

    The Prophet (PBUH&HF) said: “There is amongst you a person who will fight for the interpretation of the Quran just as I fought for its revelation.” The people around him raised their heads and cast inquisitive glances at the Prophet (PBUH&HF) and at one another. Abu Bakr and Umar were there. Abu Bakr inquired if he was that person and the Prophet (PBUH&HF) replied in the negative. Then Umar inquired if he was that person and the Prophet (PBUH&HF), replied “No. He is the one who is repairing my shoes (i.e., Ali).”
    Abu Said Khudri said: Then we went to Ali and conveyed the good news to him. He did not even raise his head and remained as busy as he was, as if he had already heard it from the Messenger of Allah (PBUH&HF).”

    dan

    Ibn Mas’ud: “Tidaklah kamu memberitahu sesuatu kaum berkenaan (maksud) sesebuah hadith yang tidak dapat dicapai oleh akal mereka melainkan akan menimbulkan fitnah kepada sebahagian daripada mereka”
    (Sahih Muslim, Tahqiq: Muhammad Fuad ‘Abd Al-Baqi, Dar Ihya’ At-Turath Al-’Arabi, Beirut, Lubnan, 1991, 1: 11 (muqaddimah).

    Kami akan tunjukkan kepada anda, betapa dalam bicara para Imam tersebut, terdapat takwil yg harus dimengerti, atau jika tidak, bisa menimbulkan fitnah spt yg sedang berlaku antara kita.

    Kami bawakan riwayat berikut, dan akan menunjukkan betapa anda bersikap persis spt pendahulu anda:

    Allamah Kanji Syafi’i meriwayatkan melalui sanadnya dari Huzaifah bin Yaman yang bertemu Umar bin Khatab. Saat itu Umar bin Khatab bertanya kepadanya, “Bagaimana kabarmu pagi ini, wahai Ibnu Yaman?”

    Dia menjawab, “Bagaimana engkau menginginkanku pagi hari ini? Pagi ini, demi Allah, aku membenci kebenaran, menyukai fitnah, bersaksi dengan apa yang tidak aku lihat, menghafal selain makhluk, bershalat tanpa wudhu, di bumi aku memiliki sesuatu yang tidak dimiliki Allah.”

    Maka Umar bin Khatab marah mendengar jawabannya dan segera berlalu darinya. Umar bin Khatab bertekad menghukumi Huzaifah karena mengeluarkan pendapat tersebut. Dalam perjalanan Umar bin Khatab berpapasan dengan Ali bin Abi Thalib yang melihat amarah di wajah Umar bin khatab.

    Ali bertanya, “Apa yang telah membuatmu marah, wahai Umar?”, Umar menjawab, “Aku bertemu Huzaifah bin Yaman, lalu bertanya tentang kabarnya pagi ini? Dia menjawab bahwa pagi ini dia membenci kebenaran.”

    Ali bin abi Thalib menjawab, “Dia benar. Dia membenci kematian, dan kematian adalah haq (benar).” Umar berkata, “Tidak, dia berkata, “Aku mencintai fitnah.”

    Ali menjawab, “Dia benar, dia mencintai harta dan anaknya. Bukankah Allah swt telah berfirman dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak adalah fitnah…(al-Anfal:28).”

    Umar berkata lagi, “Wahai Ali, dia berkata, “Aku bersaksi atas apa yang tidak aku lihat.” Ali menjawab, “Dia benar, dia bersaksi atas keesaan, kematian, kebangkitan, kiamat, surga, neraka dan shirath, padahal dia tidak dan belum melihat semua itu.”

    Umar berkata lagi, “Wahai Ali, dia berkata, “Sesungguhnya aku menghafal selain makhluk Allah.” Ali menjawab, “Dia benar, dia hapal kitab Allah swt, al-Qur’an dan itu bukan makhluk Allah.”

    Umar berkata, “Dia berkata, “Aku bershalat tanpa wudhu.” Ali menjawab, “Dia benar, shalat (shalat memiliki dua arti; shalat dan shalawat, maksud Huzaifah adalah shalawat –Allohuma shalli ala Muhamad wa aali Muhamad-) kepada putra pamanku, Rasulullah saww tanpa harus berwudhu, seperti itu diperbolehkan.”

    Umar berkata, “Wahai Aba Hasan, dia berkata lebih dari itu.” “Apa yang dia katakan?” tanya Ali. Umar berkata, “Sesungguhnya di bumi ini, aku memiliki apa yang tidak dimiliki Allah swt.”

    Ali menjawab, “Dia benar, dia memiliki anak istri dan Allah tidak memiliki anak dan tidak pula memiliki istri.” Lalu Umar berkata, “hampir saja putra Khatab celaka kalau tidak ada Ali bin Abi Thalib.” Kanji berkata, “Kisah ini banyak dinukil oleh para perawi, disebut oleh para sejarah”. [Kifayah ath-Thalib, Nudzum Durar as-Simthain, Nur al-Abshar, Faraid as-Simthain, Al-Fushul al-Muhimmah Ibnu Shibagh]

    Coba anda semak dialog di atas, apakah Huzaifah al Yamani memasangkan sifat rububiyyah pada dirinya saat dia berkata, ‘di bumi aku memiliki sesuatu yang tidak dimiliki Allah.”?

    Persamaan sikap anda dan Umar:

    1. Tidak mengetahui takwil
    2. Tidak bertanya sendiri kpd ahlinya
    3. Menjatuhkan hukum tanpa dalil

    Keluasan ilmu Imam Ali jelas terserlah dlm dialog di atas, tanpa bertanyakan Huzaifah, beliau mengerti maksud bicaranya, yg oleh Umar, dianggap melanggar hukum.

    Apa Huzaifah juga terpengaruh oleh ‘ajaran’ Ibnu Saba?

    Kami bawakan satu lagi contoh kata2 Imam Ali as yg anda akan kategorikan sbg ‘titisan Ibnu Saba’:

    The 72th hadith Rivayet from the Book Of secrets of Ale Mohammad (Kitab Soleim)

    The Prophet Mohammad peace be upon him one night ordered Ali to greet the Sun
    Soleim says: I heard from Abazar who was saying: One night my lord Mohammad (PBUH) commanded Ali, O Ali, go to the Mount of Baqi tomorrow and stand on the highest part of Baqi. When the Sun rises greet it for Allah wishes to show your rank and your admirable qualities.

    Ali’s conversation with the Sun at the present of SAHABEH

    The next morning, Ali (the Chief of the Faithful) peace be upon him went out in the company of ABABAKR and OMAR and a number of MOHAJERS and ANSARS to the Baqi. Then Hazrat Ali stood on a high part of the mountain. As soon as the Sun rose, Hazrat Ali greeted,’Peace be upon you, o creature of Allah who obeys Him’.
    All of them then heard a thunderous voice from the sky saying: And peace be upon you, O the first and the last and the outward and the innermost and who knows everything.

    The audiences astonishment and unconsciousness of the Sun’s conversation

    When ABABAKR and OMAR and MOHAJERS and ANSARS heard the Sun’s statement they became unconscious and after a few hours after they gained conscious, Hazrat Ali was not there anymore. Then,
    they went to see Prophet Mohammad saaw and said: You said that Ali is a man like us!! But the Sun called him with the names that Allah attributes for Himself.

    Explanation of Sun’s conversation with Ali
    Prophet, peace be upon him asked them, ‘What did the Sun said?
    They said, ‘We heard the Sun said: Ali is the First. The
    Prophet answered, ‘That is true, and he is the first man who believed in me’
    . The Prophet asked again, ‘What else did you hear?
    They said, ‘We heard the Sun said Ali is the last.
    The Prophet answered, ‘That is true, he is the last one who visits me, and he will shroud and bury me. He will put me in my grave’.
    They said we heard the Sun said: Ali is the outward. The
    Prophet answered, ‘That is true, all my knowledge is revealed to Ali’.
    They said, ‘We heard the Sun said: Ali is the innermost.
    The Prophet answered, ‘That is true, for my secrets are inside of Ali’.
    They said, ‘We heard the Sun said that Ali knows everything.
    The Prophet answered, ‘That is true, he knows the HALAL (lawful things) and HARAM (unlawful things), the compulsory and the recommended.
    They all stood and said, ‘Mohammad has put us in the darkness, and then they went out of the Mosque.

    Bagaimana? Ada pengaruh Ibnu Saba disini?

    Mas, bagaimana anda bisa mengatakan bahawa hadis Abu Hurairah itu tidak releven dlm kasus diskusi kita?
    1. Anda menuduh Syiah memakaikan sifat rububiyyah pada para Imam, bukan?
    2. Hadis Abu Hurairah jelas menceritakan Allah memakaikan sifatNya pada manusia.

    Jika itu tidak cukup, ini kami bawakan riwayat Aisyah pula:

    Berkata Aishah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. telah bersabda: Allah s.w.t. telah berfirman:

    “Barangsiapa yang menggangu waliKu, maka ia telah menyatakan perang terhadapKu. Dan tiada
    seorang hambaKu yang bertaqarrub kepadaKu seperti menunaikan segala kefardhuannya. Dan selama
    hambaku bertaqarrub kepadaku dengan Nawafil, sehingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku
    mencintainya, nescaya jadilah Aku (seolah-olah) seperti matanya yang ia melihat dengannya, dan
    telinganya yang ia mendengar dengannya, dan kakinya yang ia berjalan dengannya, dan hatinya
    yang ia memikir dengannya, dan lidahnya yang ia berkata-kata dengannya. Apabila ia meminta, Aku
    akan memberinya, dan apabila ia berdoa, Aku akan mengkabulkannya. Dan tidak pernah teragakagak
    dalam sesuatu perbuatan yang Aku putuskan, seperti teragak-agaknya Aku untuk mewafatkannya.
    Sebab dia bencikan mati, sedang Aku benci pula untuk menyakiti hatinya”.

    “Barangsiapa yang menghina waliKu, maka ia telah menyatakan perang terhadapKu. Wahai anak
    Adam, sesungguhnya engkau tidak sekali-kali akan mengetahui apa yang ada di sisiku kecuali apa
    yang telah Aku fardhukan ke atasmu. Dan hendaklah hambaKu bertaqarrub kepadaKu dengan Nawafil,
    sehingga Aku mencintainya. Maka nescaya jadilah Aku hatinya yang ia memikir dengannya, dan
    lidahnya yang ia berkata-kata dengannya, dan pandangannya yang ia melihat dengannya. Maka
    apabila ia berdoa kepadaKu, akan Kukabulkannya, dan apabila ia meminta padaKu, maka Akan Aku
    beri padanya, dan apabila ia memohon kemenangan dariKu, maka akan Ku berikannya kemenangan.
    Dan sebaik-baik ibadah hambaKu yang Aku sukai adalah nasihat.”
    (diriwayatkan oleh Hakim, Abu Ya’ala, At-Thabraani, Abu Nu’aim dan Ibnu Asakir daripada
    Aisyah ra.)

    Bantahan terhadap dalil2 anda:

    1. Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
    QS. at-Taubah (9) : 105

    Anda berkata…Mujahid said that this Ayah carries a warning from Allah to those who defy His orders. Their deeds will be shown to Allah, Blessed and Most Honored, and to the Messenger and the believers. This will certainly occur on the Day of Resurrection

    -Mas, mengenai hal itu berlaku di hari kebangkitan, hal itu disinggung pada kalimat berikutnya..
    …dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.

    sedangkan Rasul dan orang mukmin melihat pekerjaan mereka itu datang sebelum ayat di atas

    2. Hadis..“Seandainya ada nabi sesudahku, orang itu tentunya Umar bin Khattab”.

    -Hadis ini tidak dikenal disisi kami selain terdapat banyak keanehan di dlmnya.

    3. Hadis..Ya ALLAH, pandaikanlah ia dalam agama dan ajarkan kepadanya takwil -tafsir- Al-Qur’an.”

    -Ibnu Abbas juga adalah murid Imam Ali as, dan berada dibawah komander beliau as pada perang siffin..ilmunya masih tidak apa2 dibanding dgn ilmu Imam Ali as berdasarkan hadis Tsaqalain

    4. Hadis…ijtihad Muadz

    -Anda mengutipnya dari….. silsilah Ad dha’ifah,hadits no.881)? Lalu mengapa anda jadikannya hujjah?

    5.Bantahan terhadap Ayatullah Jawad Chirri. Anda gunakan kalimat ….. I have never read such a statement in the books or lectures of Imam Khumayni. However, let us assume that he indeed said this… sbg bukti bahawa beliau tidak membaca buku Imam Khomeini?

    -Bisa tunjukkan, pada kalimat yg mana aja dlm petikan anda itu bahawa beliau mengakui apa yg anda dakwakan?

    Mas, anda juga belum menjelaskan siapa dia…Husain bin Abdul Wahab, penulis kitab ‘Uyun al-Mu’jizat yg anda nukil di atas,
    Mohon dijelaskan

    Anda menyandingkan kami dgn Ibnu Saba tanpa dalil, kelak anda akan tahu siapa yg berguru dgn Yahudi dan membawa masuk ajaran2 Israiliyyat ke dalam Islam.

  108. @hadi

    Kami juga berharap begitu Mas, namun ada orang yg terus2an menebar berita sepihak yg tidak benar dan tanpa bertanya kpd ahlinya, lalu membuat konklusi sendiri ttg mazhab saudaranya.

    Benar sekali saudara hadi.
    Dalam mengukur/menilai sesuatu adalah suatu keniscayaan untuk menggunakan alat ukur yang tepat/sesuai. Setelah kita memiliki alat ukur yg sesuai/tepatpun masih dituntut untuk menggunakan cara/prosedur yang tepat. Jika kita mengabaikan semua itu maka sudah bisa dipastikan pengukuran/penilaian kita akan ngawur.
    Bagaimana mungkin mengukur suhu dg penggaris.
    Semakin hari kita semakin disibukkan dg mengukur/menilai orang lain, kelompok lain, komunitas lain. Padahal menilai dan mengukur diri diri kita sendiri saja sudah teramat sulit, menilai anak kita, saudara2 kita pun begitu sulit. Begitu takaburnya kita menilai mazhab.
    Hobi2 (menilai orang lain) baru inilah yang menyebabkan perpecahan, [ersengketaan, permusuhan dan kebencian.

    note: perbedaan bukanlah persengketaan, perbedaan adalah suatu keniscayaan. perbedaan adalah bagian dari keadilan Tuhan.

    Wassalam

  109. @truthseeker08

    Salam Mas,

    Saya berharap agar dapat menjelaskan kekeliruan Mas Tonggos ttg mazhab saudaranya yg ia, tanpa mau bertanya saudaranya telah memvonis kufur dan sesat.
    Semoga saya bisa menjaga adab dan akhlak dlm menjelaskan persoalan tersebut.
    Semoga hal ini cepat disadari…

    Wasalam

  110. Wes e wes e wes … bablas angine ..!
    Syukurlah kekeliruan telah ditemukan,
    Moga itu angine, ukur-mengukur rohaniah.

    Salam!

  111. @hadi
    Sekali lagi anda tidak menjawab pertanyaan saya justru malah berputar-putar kemana-mana..

    The Prophet (PBUH&HF) said: “There is amongst you a person who will fight for the interpretation of the Quran just as I fought for its revelation.” The people around him raised their heads and cast inquisitive glances at the Prophet (PBUH&HF) and at one another. Abu Bakr and Umar were there. Abu Bakr inquired if he was that person and the Prophet (PBUH&HF) replied in the negative. Then Umar inquired if he was that person and the Prophet (PBUH&HF), replied “No. He is the one who is repairing my shoes (i.e., Ali).”
    Abu Said Khudri said: Then we went to Ali and conveyed the good news to him. He did not even raise his head and remained as busy as he was, as if he had already heard it from the Messenger of Allah (PBUH&HF).”

    Kalau riwayat itu benar, hal itu terjadi ketika Imam Ali memerangi Khawarij, yang orang2 khawarij telah salah menginterpretasikan Al-Qur’an sehingga mereka melepaskan diri dari pasukan Imam Ali dan mengkafirkan beliau beserta sahabat yang lain dengan slogan “Laa Hukma Ilallah”. Ali pun memberi komentar dengan ucapan yang mansyhur,”Kata-kata haq yang dimaksudkan bathil, sungguh mereka tidak ingin adanya pemimpin dan harus ada pemimpin yang baik ataupun jahat”. Akhirnya Imam Ali memerangi mereka di Nahrawan.. Allahu A’lam..

    Jadi ga ada relevansinya..

    Coba anda semak dialog di atas, apakah Huzaifah al Yamani memasangkan sifat rububiyyah pada dirinya saat dia berkata, ‘di bumi aku memiliki sesuatu yang tidak dimiliki Allah.”?

    Bagaimana status riwayat tsb? Mohon dijelaskan,.. sekali lagi apakah ini jawaban dari pertanyaan2 saya? Bukankah dalam riwayat tsb ada penjelasan dari perkataan Hudzaifah? Dan apakah anda menganggap riwayat2 yang tercantum dlm kitab2 syi’ah tsb sebanding dengan riwayat ini? Dan dengan anda menunjukkan riwayat yg ga jelas ini, maka kalimatussyirik yg terdapat dlm byk kitab2 syi’ah akan termaafkan? Hihihi… anda keliatan banget bersusah payah mencari dalih demi membela keyakinan syi’ah yg mengikut si Ibnu Saba itu hihihi…

    Persamaan sikap anda dan Umar:
    Tidak mengetahui takwil
    2. Tidak bertanya sendiri kpd ahlinya
    3. Menjatuhkan hukum tanpa dalil
    Keluasan ilmu Imam Ali jelas terserlah dlm dialog di atas, tanpa bertanyakan Huzaifah, beliau mengerti maksud bicaranya, yg oleh Umar, dianggap melanggar hukum.

    Tolong ya jelaskan dulu status riwayat tsb, sebelum anda berkata spt itu..

    ok, kalau begitu tolong anda jelaskan satu per satu takwil riwayat-riwayat dr kitab syi’ah yg saya sebutkan di atas jika memang anda mengetahui takwilnya… jangan lari kemana-mana dulu, jika anda tidak bisa menjelaskan… bilang saja tidak bisa atau diam.. jangan berputar-putar kayak gasing, saya akan mengerti kok itu hihihi… dan berarti anda harus belajar dulu kepada para ulama syi’ah untuk menjelaskan riwayat2 tsb, dan jika ulama2 anda juga tidak bisa menjawabnya, berarti memang tidak diragukan lagi, bahwa ajaran syi’ah telah mengadopsi ajaran Ibnu Saba, yaitu ghuluw terhadap imam-imam mereka… maka jangan marah jika ada orang yang menganggap syi’ah adalah bikinan Ibnu Saba, soalnya mirip banget sih, susah untuk dibedakan. Hihihi.. atau kalau ga, hapus riwayat2 semacam itu yg banyak terdapat di kitab2 syi’ah, dan lebih baik lg tinggalkanlah ajaran syi’ah..

    The 72th hadith Rivayet from the Book Of secrets of Ale Mohammad (Kitab Soleim)
    The Prophet Mohammad peace be upon him one night ordered Ali to greet the Sun
    Soleim says: I heard from Abazar who was saying: One night my lord Mohammad (PBUH) commanded Ali, O Ali, go to the Mount of Baqi tomorrow and stand on the highest part of Baqi. When the Sun rises greet it for Allah wishes to show your rank and your admirable qualities.
    Ali’s conversation with the Sun at the present of SAHABEH

    Waduh riwayat apa lagi ini? Percakapan antara Ali dan Matahari? Weleh-weleh kapan itu terjadinya ya… dari sekilas membaca saja sudah keliatan riwayat ini ga bisa dijadikan hujjah! Bukannya justru memperkuat hujjah anda, malah sebaliknya.. bahwa ternyata kitab2 syi’ah itu makin nyata keganjilannya… Ma’af ya…

    Bagaimana? Ada pengaruh Ibnu Saba disini?

    Lha kalau Ibnu Saba juga beralasan bahwa dia mengikuti apa yang dikatakan matahari dalam dakwaannya kepada Ali, terus gimana? Apakah Ibnu Saba benar? Tetapi mengapa Imam Ali justru menghukum dia? Apakah ini berarti Imam Ali tidak mengerti apa yang dimaksud dengan dakwaan Ibnu Saba mengenai sifat2 rububiyyah Ali?

    Apakah anda merasa riwayat di atas adalah cukup sebagai penjelasan dari kalimatussyirik2 yg terdapat pada kitab2 syi’ah?

    Al-Kafi jilid I, hal 261, Kulainy berkata, “Bab bahwasanya para imam mengetahui apa yang telah lalu dan apa yang akan datang, serta bahwasanya tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi dari pengetahuan mereka.” Dia juga telah meriwayatkan dalam halaman yang sama dari sebagian sahabat-sahabatnya bahwa mereka mendengar Abu Abdillah ‘alaihis salam (yang dia maksud adalah Ja’far ash-Shadiq) berkata, “Sesungguhnya aku mengetahui apa-apa yang ada di langit dan di bumi, aku mengetahui apa-apa yang ada di dalam surga dan aku mengetahui apa yang telah lalu serta yang akan datang.”

    Apakah yg dimaksud riwayat di atas, Ali mengetahui yang haram dan halal? kalau itu sih sama dong dengan apa yg saya sampaikan dulu, yaitu ilmu Ali adalah ilmu dien… kalo itu kagak ada masalah hihihi… tetapi itu sangat janggal sekali… kalau yang dimaksud “Ali knows everything” adalah sebatas mengetahui soal halal dan haram saja, mengapa di atas disebutkan sifat-sifat rububiyyah Allah? Mengetahui apa2 di langit dan di bumi? Mengetahui apa2 yg ada dlm surga? Mengetahui yang telah lalu serta yang akan datang?, maka kisah percakapan Ali dengan matahari itu sudah bertentangan dengan firman Allah yang memerintah-kan Rasul-Nya untuk mengatakan :


    قُلْ لاَ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ
    (artinya): “Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfatan pada diriku dan tidak pula mampu menolak kemudhorotan kecuali yang di kehendaki oleh Allah.
    Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku akan membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudhoratan”. (Al A’raf: 188)

    Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” (Al An’am : 50)

    Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): “Aku mempunyai gudang-gudang rezki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib”, dan tidak (pula) aku mengatakan: “Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat”, dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: “Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka.” Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim. (Huud : 31)

    Adakah ia melihat yang ghaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah? (Maryam:78)

    Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (An-Naml : 65)

    Apakah ada pada sisi mereka pengetahuan tentang yang gaib lalu mereka menuliskannya? (Ath-Thur : 41)
    Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib, sehingga dia mengetahui (apa yang dikatakan)? (An-Najm : 35)

    Itulah apa yang difirmankan Allah, maka seandainya seorang hamba diberikan sedikit pengetahuan oleh Allah, maka tidak ada hak hamba tsb berkata / mensifati dirinya sebagaimana Allah mensifatkan kepada diri-Nya spt yang ada dalam riwayat2 syi’ah di atas.. apapun alasannya!

    Maka jika benar riwayat tsb (kalo saya kok ragu ya), Matahari telah mengucapkan kalimatussyirik kepada Allah dengan ucapan2 seperti itu kepada Ali..

  112. Coba sekarang jelaskan yang ini, apa maksudnya :

    Berkata Ni’matullah al-Jazairy dalam kitabnya al-Anwar an-Nu’maniyah (jilid I, hal 30), Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku bersama Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api dan akulah yang menjadikan api itu dingin serta menyelamatkan. Aku juga bersama Nuh di kapalnya lantas akulah yang menyelamatkan dia dari ketenggelaman. Aku juga bersama Musa, lantas aku ajarkan Taurat kepadanya. Aku jugalah yang menjadikan Isa berbicara saat dia masih dalam buaian, kemudian kuajarkan Injil padanya. Akulah yang bersama Yusuf di dalam sumur, lantas kuselamatkan dia dari tipu daya saudara-saudaranya. Dan aku bersama Sulaiman di atas permadani, kemudian aku hembuskan angin baginya.”

    Perhatikan siapa yang menjadi subjek pelaku di atas Allah atau Ali?

    jadi jawaban2 anda itu tidak cukup utk menjelaskan kedurhakaan syi’ah dengan mengucapkan kata-kata yg tidak pantas diucapkan oleh seorang hamba…

    Mas, bagaimana anda bisa mengatakan bahawa hadis Abu Hurairah itu tidak releven dlm kasus diskusi kita?
    1. Anda menuduh Syiah memakaikan sifat rububiyyah pada para Imam, bukan?
    2. Hadis Abu Hurairah jelas menceritakan Allah memakaikan sifatNya pada manusia.
    Jika itu tidak cukup, ini kami bawakan riwayat Aisyah pula:

    Ya iyalah, karena hadits2 wali tsb sbgmana yang saya sampaikan adalah mengenai karomah para wali dan saya sudah jelaskan, sekali lagi saya tanya, apakah wali2 Allah yang mendapatkan pertolongan atau karomah dari Allah karena ketaqwaan mereka lantas mensifatkan dirinya dengan sifat-sifat Allah atas karomah yang terjadi pada diri mereka sbgmana yg tercantum dlm riwayat2 syi’ah di atas?
    Baiklah perhatikan penjelasan salah satu ulama mengenai hadits wali tsb:

    Hadits tersebut di atas menjadi salah satu syubhat/ kesamaran yang dijawab oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam kitabnya, Al-Qowaa’id al-Mutslaa fii Shifaatillaah wa Asmaa-ihil Husna. Menurut Syaikh ‘Utsaimin, hadits tersebut shahih, diriwayat¬kan oleh Al-Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, bab tawadhu’.

    Golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, telah memahami hadits ini menurut dhahirnya dan memberlakukannya menurut apa adanya. Akan tetapi, apakah dhahir dari hadits ini?
    Apakah dikatakan: Dhahir hadits ini bahwa Allah SWT menjadi telinga, mata, tangan dan kaki si Wali? Ataukah dikatakan: Dhahirnya bahwa Allah SWT meluruskan atau membenarkan si Wali dalam pendengaran, penglihatan, gerakan tangan dan langkah kakinya, sehingga pengetahuan dan amal perbuatannya lillaah (ikhlas karena Allah), billaah (dengan memohon pertolongan Allah), dan fillaah (menuruti syari’at Allah)?

    Tidak diragukan lagi, ungkap Syaikh Utsaimin, bahwa perkataan pertama bukanlah dhahir dari hadits tersebut. Bahkan, bagi orang yang memperhatikan lafadznya, hadits ini tidak menunjukkan peng¬ertian itu. Soalnya, terdapat dalam lafadh hadits ini dua alasan yang menolak pengertian tadi (Allah menjadi telinga dst):

    Pertama: bahwa Allah SWT berfirman dalam hadits Qudsi ini:
    “Dan hamba-Ku yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan melaksanakan amal-amal sunnah, maka Aku senantiasa mencintainya.” dan berfirman pula:
    “Bila ia memohon kepada-Ku, Aku perkenankan permohonannya, jika ia meminta perlindungan, ia Kulindungi.”

    Ditetapkan dalam hadits tersebut adanya penghamba dan yang dihambai, yang mendekatkan diri dan yang didekati, yang mencintai dan yang dicintai, yang memohon dan yang dimohoni, yang memberi dan yang diberi, yang minta perlindungan dan yang dimintai, yang memberi perlindungan dan yang diberi. Jadi konteks hadits menun¬jukkan adanya dua dzat yang saling berbeda, masing-masing berdiri sendiri. Ini berarti bahwa yang satu mustahil menjadi sifat bagi yang lain, atau menjadi salah satu bagiannya.

    Kedua: telinga si Wali, matanya, tangannya, dan kakinya, semua itu merupakan sifat atau anggota tubuh pada makhluk yang hadits (baru) yang menjadi ada setelah tidak ada sebelumnya. Bagi orang yang berakal tidak mungkin memahami bahwa Al-Khaliq (Maha Pencipta) Yang Maha pertama, yang sebelumnya tidak ada satu makhlukpun, lalu menjadi alat mendengar, alat melihat, tangan dan kaki si makhluk. Bahkan hati merasa muak untuk membayangkan pengertian ini, dan lisan pun terasa kelu untuk mengucapkannya, sekalipun hanya sekadar pengendalian saja. Oleh karena itu, bagaimana bisa dikatakan bahwa pengertian inilah dhahir hadits qudsi tersebut, dan bahwa pengertian hadits di atas telah dirubah dari dhahir ini. Maha Suci Engkau Ya Allah. Segala puji bagi Engkau. (Syaikh Utsaimin, Kaidah-kaidah Utama Masalah Asma’ dan Sifat Allah SWT, CV MUS Jakarta, 1998, hal. 108-110).
    Selanjutnya, Syaiklh Utsaimin menjelaskan, setelah ternyata bahwa perkataan pertama salah dan tidak dapat dibenarkan, sudah barang tentu yang benar adalah perkatan yang kedua yaitu bahwa Allah SWT meluruskan atau membenarkan si Wali dalam pendengaran, penglihatan, gerakan tangan dan langkah kakinya, sehingga dengan demikian pengetahuannya melalui pendengaran dan penglihatan serta perbuatan dengan tangan dan kaki, semua itu lillaah –ikhlas untuk Allah, billaah –dengan memohon pertolonganNya, fillaah–menuruti dan mengikuti syari’atNya.

    Dengan demikian, dia benar-benar telah mewujudkan ikhlas, minta pertolonganNya (isti’anah), dan mengikuti syari’atnya (mutaba’ah) secara sempurna. Inilah taufiq (persetujuan/pertolongan Allah) yang sesungguhnya. Dan inilah tafsiran yang diberikan oleh ulama Salaf, tafsiran yang sesuai dengan dhahir lafadh¬nya, menurut hakekatnya dan tepat dengan konteksnya. Tidak ada ta’wil di dalamnya atau alterasi (perubahan) nash/teks dari dhahirnya. Hanya milik Allah segala puji dan karunia.

    Tentang Allah dekat

    Allah berfirman:
    Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawa¬blah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo’a kepada-Ku…(QS Al-Baqarah: 186).

    Para ulama Salaf, Ahlus Sunnah wal Jama’ah, memberlakukan nash ini menurut dhahirnya dan hakekat maknanya yang layak bagi Allah Azza wa Jalla, …

    Jadi kesimpulannya :

    1 . hadits wali tersebut mempunyai unsur-unsur yang menjadi penjelas akan makna dari perkataan Allah dalam hadits Qudsi tsb, yg menunjukkan mana yang Rabb mana yang hamba, sedangkan riwayat=riwayat syi’ah sebagaimana yg saya kutip di atas tidak ada unsur penjelasnya sama sekali, jadi benar2 sifat rububiyyah Allah dilekatkan mutlak pada diri Imam2 mereka…

    2. dalam hadits wali yang menjadi Subjek adalah Allah dan hamba adalah sebagai objek yang sangat tergantung pada subjek, sedangkan pada riwayat2 syi’ah yang menjadi subjek adalah para imam yang seakan-akan menjadi tandingan/pengganti Allah dalam hal rububiyah… coba anda perhatikan lagi… demikian juga dg QS. Al-Anfal : 17…

    jadi jelas bedanya kan bro… lagian jika dibandingkan dg riwayat2 syi’ah, hadits agak musykil semacam ini sangat sedikit sekali terdapat di riwayat2 sunni yg mu’tabar

    dan ayat ini:

    Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
    QS. al-Anfal (8) : 17

    Allah’s Signs displayed during Badr, And throwing Sand in the Eyes of the Disbelievers

    Allah states that He creates the actions that the servants perform and that whatever good actions they take, it is He Who should be praised for them, for He directed and helped them perform these actions. Allah said,

    [فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَـكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ]

    (You killed them not, but Allah killed them.) meaning, it is not because of your power and strength that you killed the pagans, who were many while you were few. Rather, it is He Who gave you victory over them, just as He said in another Ayah,

    [وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ]

    (And Allah has already made you victorious at Badr, when you were a weak little force.) [3:123], and,

    [لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِى مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْئاً وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُم مُّدْبِرِينَ ]

    (Truly, Allah has given you victory on many battlefields, and on the day of Hunayn when you rejoiced at your great number, but it availed you naught and the earth, vast as it is, was straitened for you, then you turned back in flight.) [9:25]

    Allah, the Exalted and Ever High, states that victory does not depend on numbers or collecting weapons and shields. Rather, victory is from Him, Exalted He is.

    [كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةٍ كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّـبِرِينَ]

    (How often has a small group overcome a mighty host by Allah’s leave” And Allah is with the patient.) [2:249]
    Allah then mentioned the handful of sand that His Prophet threw at the disbelievers during the day of Badr, when he went out of his bunker. While in the bunker, the Prophet invoked Allah humbly and expressing his neediness before Allah. He then threw a handful of sand at the disbelievers and said,

    «شَاهَتِ الْوُجُوه»

    (Humiliated be their faces.) He then commanded his Companions to start fighting with sincerity and they did. Allah made this handful of sand enter the eyes of the idolators, each one of them were struck by some of it and it distracted them making each of them busy. Allah said,

    [وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَـكِنَّ اللَّهَ رَمَى]

    (And you threw not when you did throw, but Allah threw.)

    Therefore, it is Allah Who made the sand reach their eyes and busied them with it, not you (O Muhammad) .
    Muhammad bin Ishaq said that Muhammad bin Ja`far bin Az-Zubayr narrated to him that `Urwah bin Az-Zubayr said about Allah’s statement,

    [وَلِيُبْلِىَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلاَءً حَسَنًا]

    (that He might test the believers by a fair trial from Him. ) “So that the believers know Allah’s favor for them by giving them victory over their enemy, even though their enemy was numerous, while they were few. They should thus know His right and express gratitude for His favor on them.” Similar was said by Ibn Jarir. It is stated in a Hadith,

    «وَكُلَّ بَلَاءٍ حَسَنٍ أَبْلَانَا»

    (Every trail (from Allah) is a favor for us.)

    Terus apa relevansinya?

    -Mas, mengenai hal itu berlaku di hari kebangkitan, hal itu disinggung pada kalimat berikutnya..
    …dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
    sedangkan Rasul dan orang mukmin melihat pekerjaan mereka itu datang sebelum ayat di atas

    Anda baca lg dech, sangat jelas kok tafsir tsb.. justru ayat sesudahnya adalah penjelas bahwa hal itu akan terjadi pada hari kebangkitan dan yg dipakai adalah future tense.

    2. Hadis..“Seandainya ada nabi sesudahku, orang itu tentunya Umar bin Khattab”.
    -Hadis ini tidak dikenal disisi kami selain terdapat banyak keanehan di dlmnya.

    Tetapi anda kan suka menukil dalil-dalil dari sisi kami juga.. apa masalahnya?

    -Ibnu Abbas juga adalah murid Imam Ali as, dan berada dibawah komander beliau as pada perang siffin..ilmunya masih tidak apa2 dibanding dgn ilmu Imam Ali as berdasarkan hadis Tsaqalain

    Paling tidak kan yang mengerti tafsir Al-Qur’an bukan hanya Imam Ali dan keturunannya saja spt kata anda…

    4. Hadis…ijtihad Muadz
    -Anda mengutipnya dari….. silsilah Ad dha’ifah,hadits no.881)? Lalu mengapa anda jadikannya hujjah?

    Memang hadits tersebut lemah, kalau anda ga mau memakainya ya ga pa2..

    5.Bantahan terhadap Ayatullah Jawad Chirri. Anda gunakan kalimat ….. I have never read such a statement in the books or lectures of Imam Khumayni. However, let us assume that he indeed said this… sbg bukti bahawa beliau tidak membaca buku Imam Khomeini?
    -Bisa tunjukkan, pada kalimat yg mana aja dlm petikan anda itu bahawa beliau mengakui apa yg anda dakwakan?

    Dia mengaku tidak pernah membaca pernyataan tsb dlm buku2 Khomeini, ini berarti kemungkinan dia tidak memiliki buku tsb, atau mungkin dia punya tapi tak menemukannya… tetapi jika alasannya adalah tidak menemukan, seharusnya cukup lah itu dipakai sebagai hujjah, jika dia jujur mengatakannya, tinggal hal tsb dibuktikan saja.. tetapi dia malah memilih menjelaskan pernyataan Khomeini tsb dengan asumsi ..

    Mas, anda juga belum menjelaskan siapa dia…Husain bin Abdul Wahab, penulis kitab ‘Uyun al-Mu’jizat yg anda nukil di atas,
    Mohon dijelaskan

    Ne’matullah Safari Forushani :

    Husayn bn Abdulwahab and ‘Uyun al Mu’jizat
    Uyun al-Mu’jizat is of the works which have been written in early fifth century by some Imamite authors to prove the spiritual leadership of Imams by way of miracles.

    Due to some reasons such as contents of its narrations and the personality of its unknown author, this book was not regarded as an important work by Imamite community till the twelfth century. But in this century, with the development of traditionism, this book quickly find its way through traditionists Majami’ and it is seen in books such as Allama Majlisi’s Bahar a-Anwar, Sheikh Hur Amili’s Ithbat al-Hudat and Sayyid Hashim Bahrani’s Madia al-Maajiz. No longer this book became well-know and its author was regarded as a great faqih ( jurisprudent ).

    The author of the present paper argues that studying this book will help us to know more about the common beliefs in the fifth century regarding the Infallible Imams and some Imamite movements in regions far away from Shiite centers. Having investigated the sources and documents of this book not finding any trace of works written by the great scholars of Qom’s hadith school like Shaykh Saduq and Baghdad’s hadith school like Shaykh Mufid, the author concludes that in this book a new hadith school is found which is different from that of Qom’s traditionist hadith school and Baghdad’s rationalis one.

    Sudahlah… terlalu banyak kalimat ghuluw yg ada pada kitab2 syi’ah, br bbrp saja lho yg diungkap.. dan semakin anda ungkap, semakin terlihat benang merah antara ajaran syi’ah dengan si Ibnu Saba…

  113. Kleatannya kebenaran Illahi itu mutlak pada riwayat.
    Ttidak berani menyongsong kebenaran tak beriwayat.
    Seolah kebaenaran emang selalu lengket adanya.
    Hanya di belakang.

    Salam!

  114. Salam

    Kelihatan, maksud Hak Imam Ali a.s. pada Doa Tawassul tidak ada pengertian untuknya…

    alahai… sayang seribu satu sayang…

    wasSalam

  115. @Tonggos

    Yg jelas pemahaman Aswaja mulai dikenal ketika Muawiyah berkuasa. Dan andalah diantara sekian banyak yg menjadi korban propaganda kekejaman sejarah yg keliru. Jangankan hujjah dalil Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw yg diriwayatkan oleh para Imam Ahlulbait as. Nyawa para Imam pun dihabisi satu persatu yaitu dibunuh dan diracun. Aneh, anda begitu ghuluw dengan Aswaja. Dan Ibnu Saba adalah salah satu hasil propaganda Muawiyah dan Yahudi, makanya anda begitu benci kepada Syi’ah.

    Salam

  116. Salam

    bikin geli baca tulisan Lek Tonggos :

    http://answering-ansar.org/answers/creed_of_shia_explained/en/index.php

    tuh download (bagian kiri atas)

    yang ini jg cocok untuk Nashibi :

    http://answering-ansar.org/wahabis/en/index.php

    (kiri atas jg)

    wassalam

  117. @Tonggos

    Saya jadi hairan, apa benar itu maksud dari hadis Abu Hurairah yg anda bawakan?
    Seperti mana anda menolak zahir hadis tersebut, begitulah kami juga menolak zahir hadis al Kafi spt yg anda bawakan tersebut.

    Coba anda bandingkan hadis2 al Kafi berikut dgn hadis al Kafi yg anda kutip:

    The Imam (a.s.) Possess Divine Authority and the Treasure of Divine Knowledge

    H 486, Ch. 11, h 1

    Muhammad ibn Yahya al-‘Attar has narrated from Ahmad ibn abu Zahir from al-Hassan ibn Musa from Ali ibn Hassan from ‘Abd al-Rahman ibn Kathir who has said that he heard Imam abu ‘Abdallah (a.s.) who has said the following. “We are the ones who has said the following possess Divine authority of the command of Allah, we are the treasury of the knowledge of Allah and the repository of the revelations of Allah.”

    H 487, Ch. 11, h 2

    A number of our people has narrated from Ahmad ibn Muhammad from al-Husayn ibn Sa‘id from Ali ibn Asbat from his father, Asbat from Sawra ibn Kulayb who has said that Imam abu Ja’far (a.s.) said to him the following. “I swear to Allah that we are the treasurers of Allah in His heavens and on His earth but the treasurers of gold or the treasurers of silver but the treasurers of His knowledge.”.

    H 488, Ch. 11, h 3

    Ali ibn Musa has narrated from Ahmad ibn Muhammad from al-Husayn ibn Sa‘id and Muhammad ibn Khalid al-Barqi from al-Nadr ibn Suwayd in a marfu‘ manner from Sudayr who has said that he asked Imam abu Ja’far (a.s.) the following. “may Allah take my soul in service for your cause, what are you?” The Imam (a.s.) said, “We are the treasurers of the knowledge of Allah. We are the translators of the revelations of Allah. We possess complete Divine authority over all that is under the heavens and those above the earth.”

    H 489, Ch. 12, h 4

    Muhammad ibn Yahya has narrated from mmd al-Husayn from al-Nadr ibn Shu‘ayb from Muhammad ibn al-Fudayl from abu Hamza who has said that he hear Imam abu Ja’far (a.s.) say the following. “The Holy Prophet (s.a.) has said that Allah, the Most Holy, the Most High, has said, “My authority is completely established among the unfortunate ones of your followers. Those who would refuse to acknowledge the Divine authority of Amir al-Mu’minin (a.s.) the his successors, (they have rejected My authority). Amir al-Mu’minin (a.s.) and his successors have with your traditions and the traditions of the prophets before you. They are the treasurers of My knowledge after you. The Holy Prophet (s.a.) then said, ” Jibril (Gabrael) has informed me of the successors of Amir al-Mu’minin (a.s.) and the names of their fathers.”

    H 490, Ch. 11, h 5

    Ahmad ibn Idris has narrated from from Muhammad ibn ‘Abd al-Jabbar from Muhammad ibn Khalid from Fudala ibn Ayyub from ‘Abdallh ibn ya‘fur who has said that Imam abu ‘Abdallh (a.s.) said him the following. “O ibn abu ya‘fur, Allah is One and is the only One in His Oneness. He alone issues His command. He created a creature and appointed and measured them for that command (Amr, task). We are, O ibn abu ya‘fur are that creature. We are the authority of Allah over His creatures, the treasurers of His knowledge and the guardians of it.”

    H 491, Ch. 11, h 6

    Ali ibn Muhammad has narrated from Sahl ibn Ziyad from Musa ibn al-Qasim ibn Mu‘awiya and Muhammad ibn Yahya from al-‘Amrakiy ibn Ali altogether from Ali ibn Ja’far from abu al-Hassan Musa (a.s.) who has said the following. “Imam abu ‘Abdallah (a.s.) has said, ‘Allah, the Most Holy, the Most High, created us and He made our creation the best. He formed us and made our the best. He made us the treasurers of in His heavens and His earth. For us the tree spoke and with our worship Allah, the Most Holy, the Most High, is worshipped. Had we not been in existence Allah would have not been worshipped.”

    Apa, anda menemukan kata2 bermandiri para Imam? Apa, anda menemukan kata2 ghulaw dari hadis2 di atas?

    Hal2 yg lain kita bahas kemudian.

  118. @hadi

    Saya jadi hairan, apa benar itu maksud dari hadis Abu Hurairah yg anda bawakan?
    Seperti mana anda menolak zahir hadis tersebut, begitulah kami juga menolak zahir hadis al Kafi spt yg anda bawakan tersebut.

    Kan sudah saya jelaskan perbedaannya, kok masih belum jelas juga…

    Apa, anda menemukan kata2 bermandiri para Imam? Apa, anda menemukan kata2 ghulaw dari hadis2 di atas?

    hihihi… riwayat2 yang anda kutipkan di atas bukannya memperkuat hujjah, malah anda mengungkapkan kalimat2 ghuluw yang lainnya yang terdapat di al-kafi …

    Perhatikan pada riwayat di atas disebutkan bahwa para imam memiliki otoritas ilahiyah atau pembawa perintah dari Allah dan penyimpan ilmu Allah.

    Sepertinya Allah dianggap memerlukan para imam untuk menyimpan ilmuNya, jadi harus “dititipkan” pada para imam syiah. Para imam menyimpan ilmu Allah berarti para imam mengetahui segala sesuatu tanpa batas. Karena ilmu Allah tidak ada batasannya. Bahkan dalam Al Qur’an ilmu Allah sebegitu luas sehingga jika ditulis dengan tinta sebanyak tujuh lautan masih kurang. Sebegitulah ilmu para imam. Ini jelas menyamakan antara imam dengan Allah, karena ilmu Allah dianggap sama dengan ilmu para imam. Lalu bagaimana dengan para Nabi? Jelas para Nabi tidak menyimpan segala ilmu Allah, para Nabi adalah manusia biasa yang diutus oleh Allah utnuk menyampaikan risalahNya kepada manusia. Segala tindakan Nabi dituntun oleh wahyu yang turun pada mereka. maka sudah jelas para Nabi tidak memiliki ilmu Allah, tidak mengetahui apa yang Allah ketahui. Berbeda dengan para imam yang menjadi tempat simpanan ilmu Allah, artinya mereka mengetahui apa saja yang Allah ketahui, ilmu mereka sama dengan ilmu Allah. Jika memang demikian mestinya yang diutus oleh Allah bukannya Nabi tetapi imam. Para Nabi sendiri tidak mengetahui apa yang terjadi pada ummat mereka setelah mereka wafat:

    (Ingatlah), hari diwaktu Allah mengumpulkan para rasul, lalu Allah bertanya (kepada mereka): “Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)mu.” Para rasul menjawab: “Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu); sesungguhnya Engkau-lah yang mengetahui perkara yang ghaib.” (QS. 5:109)

    Tetapi imam Ja’far di atas menyatakan bahwa para imam juga mengetahui perkara-perkara yang ghaib, sama seperti Allah. Nabi Isa pun tidak tahu apa yang terjadi dengan ummatnya. Allah bertanya pada Nabi Isa apakah pernah menyuruh ummatnya untuk menyembah diri dan ibunya. Beliau menjawab pertanyaan Allah:

    Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya, Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib. (QS. 5:116)

    Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: “Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Meyaksikan atas segala sesuatu. (QS. 5:117)

    Ini dikuatkan lagi oleh riwayat berikutnya dari kutipan anda dari Surah bin Kulaib, Abu Ja’far –Muhammad Al Baqir- mengatakan padanya: Demi Allah kami adalah penyimpan Allah di bumi dan langitnya, bukan menyimpan emas dan perak tetapi menyimpan ilmuNya. Sebagai bukti bahwa mereka memiliki ilmu Allah, terdapat riwayat yang menjabarkan ilmu yang dimiliki para imam. Jelas para Nabi tidak memiliki ilmu Allah. Mereka hanya memiliki pengetahuan hal ghaib ketika diberitahu oleh Allah:

    Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. (QS. 72:26)
    Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. 72:27)

    Jadi kesimpulannya riwayat-riwayat yang anda sebutkan di atas sarat dengan ghuluw kepada para imam..

    Perlu anda ketahui, riwayat2 yg anda kutip di atas adalah baru dari satu bab di dalam kitab Al-Kaafi yang berjudul :

    باب أن الائمة عليهم السلام ولاة أمر الله وخزنة علمه
    Bab para imam adalah pembawa perintah Allah dan penyimpan ilmuNya.

    Padahal banyak sekali bab-bab yg lain pada Al-Kaafi ini yg berbicara tentang sifat2 para imam, hanya dengan melihat judul2nya sekilas saja, orang akan langsung bisa menilai begitu ghuluwnya orang syi’ah thd imam2 mereka, yg hal ini mengingatkan pada Ibnu Saba..

    Bab-bab di dalam Al-Kaafi tsb diantaranya adalah:

    Bab Para imam adalah cahaya Allah.

    Bab para imam adalah tiang bumi.

    Bab para imam mewarisi ilmu Nabi Muhammad dan seluruh Nabi dan washi sebelumnya.

    Bab para imam memiliki seluruh kitab suci yang diturunkan oleh Allah.

    Bab tidak ada yang mengumpulkan Al Qur’an yang lengkap selain para imam, dan mereka mengetahui ilmu Al Qur’an seluruhnya.

    Bab para imam memiliki mukjizat para Nabi.

    Bab jumlah para imam bertambah pada malam jum’at.

    Bab para imam jika mereka ingin mengetahui sesuatu mereka akan mengetahuinya.

    Bab bahwa para imam mengetahui kapan mereka mati, mereka hanya mati saat mereka berkehendak.

    Bab para imam akan memberitahukan rahasia orang walaupun mereka tidak diberitahu.

    Bab bumi dan seisinya adalah milik para imam.

    Bab para imam mengetahui seluruh ilmu yang diberikan pada malaikat, Nabi dan Rasulullah Alaihissalam.

    Bab Para imam mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang belum terjadi, tidak ada yang tidak mereka ketahui

    Para imam itu sebenarnya manusia? Ataukah Nabi? Ataukah Malaikat? Ataukah Tuhan itu sendiri?

    Bagaimana anda menjelaskan semua bab di atas? Belum lagi dari kitab2 syi’ah yg lainnya… fuuih…

  119. @Tonggos

    Kami buka bicara dengan firman Allah Yang Maha Tinggi:

    1. mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azab-Ku?
    QS. al-Mu’min (40) : 5

    2. (Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.
    QS. al-Mu’min (40) : 35

    3. …dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang-orang yang diterima alasannya.
    QS. Fushshilat (41) : 24

    4. Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
    QS. al-Mu’min (40) : 56

    Tonggos, setelah sekian kalinya kami berbicara dengan anda, jelas, anda adalah seorang yang tidak menginginkan kebenaran.

    Anda dengan sombongnya menyerang kami dgn pelbagai kata:
    a. Debat kusir
    b. Ghuluw yang tak terkendali
    c. Hihihi… seperti biasa, proses pemlintiran sedang
    terjadi
    d. Ini juga parah banget ghuluw mereka thd imam2
    mereka
    e. anda harus belajar dulu kepada para ulama syi’ah
    untuk menjelaskan riwayat2 tsb

    Sekarang, saksikanlah apa yang anda mintakan selama ini.

    Anda tanpa lelahnya menjaja hadis al Kafi berikut dlm menyerang saudara anda:

    Al-Kafi jilid I, hal 261, Kulainy berkata, “Bab bahwasanya para imam mengetahui apa yang telah lalu dan apa yang akan datang, serta bahwasanya tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi dari pengetahuan mereka.” Dia juga telah meriwayatkan dalam halaman yang sama dari sebagian sahabat-sahabatnya bahwa mereka mendengar Abu Abdillah ‘alaihis salam (yang dia maksud adalah Ja’far ash-Shadiq) berkata, “Sesungguhnya aku mengetahui apa-apa yang ada di langit dan di bumi, aku mengetahui apa-apa yang ada di dalam surya dan aku mengetahui apa yang telah lalu serta yang akan datang.

    Maka inilah jawaban ulama kami:

    Al Kafi Jil.1, hlm.261, Hadis no.2
    عِدَّةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِنَانٍ عَنْ يُونُسَ بْنِ يَعْقُوبَ عَنِ الْحَارِثِ بْنِ الْمُغِيرَةِ وَ عِدَّةٍ مِنْ أَصْحَابِنَا مِنْهُمْ عَبْدُ الْأَعْلَى وَ أَبُو عُبَيْدَةَ وَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بِشْرٍ الْخَثْعَمِيُّ سَمِعُوا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) يَقُولُ إِنِّي لَأَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ وَ أَعْلَمُ مَا فِي الْجَنَّةِ وَ أَعْلَمُ مَا فِي النَّارِ وَ أَعْلَمُ مَا كَانَ وَ مَا يَكُونُ قَالَ ثُمَّ مَكَثَ هُنَيْئَةً فَرَأَى أَنَّ ذَلِكَ كَبُرَ عَلَى مَنْ سَمِعَهُ مِنْهُ فَقَالَ عَلِمْتُ ذَلِكَ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَ جَلَّ يَقُولُ فِيهِ تِبْيَانُ كُلِّ شَيْ‏ءٍ .

    (مجلسي ضعيف على المشهور3/130 – بهبودي ض )

    Al Majlisi menyatakannya DHAIF.

    Tonggos….anda tidak mengutip riwayat ini dari sumbernya, bukan? Pasti anda mengambilnya dari pembenci Syiah. Demikian bersemangatnya anda utk mencari kesesatan Syiah hingga anda terlupa komentar ulama ttg darjat hadis tersebut.

    Bukan itu saja gegabah anda. Berikut kami paparkan lagi sikap tidak konsisten anda. Saat anda dihujat dng dalil, anda mencari jalan keluar dgn memutar maksud spt yg anda lakukan pada riwayat Abu Hurairah, atau bertanyakan kedudukan riwayat dialog Huzaifah al Yamani dgn pendahulu anda. Namun lihat yg berikut, betapa anda sendiri tidak bertanggungjawab atas nama ilmu:

    1.Anda mengutip riwayat yg tidak bersanad dan menyerang saudara anda:

    a. Al-Nubakhti berkata,

    “as-Sabaiyah menyatakan tentang keimaman Ali, dan bahwa hal itu adalah kewajiban dari Alloh Azza Wa Jalla. Mereka adalah pengikut Abdullah bin Saba’. Mereka terang-terangan mencaci Abu Bakar, Umar, Utsman serta sahabat-sahabat yang lain serta berlepas diri dari mereka. Dia berkata bahwa Ali memerintahkan hal itu. Maka Ali menangkapnya dan menanyakan tentang ucapannya itu, maka dia mengakuinya. Lalu Ali membunuhnya, maka manusia berteriak kepadanya, ‘Wahai Amirul Mukminin apakah engkau membunuh seorang laki-laki yang mengaku sebagai pecinta Ahlul Ba’it, mengakuimu sebagai pemimpin dan berlepas diri dari musuh-musuhmu?’ Maka Ali mengusirnya ke Madain.”

    Diriwayatkan dari segolongan ahli ilmu, bahwa Abdullah bin saba’ adalah seorang Yahudi yang masuk Islam lalu dia menjadi pendukung Ali. Dia mengatakan ketika masih berada dalam keyahudiannya tentang Yusa’ bin Nuri setelah Musa Alaihis Salam perkataan seperti ini. Lalu ketika dia masuk Islam dia mengatakan hal itu kepada Ali dan terang-terangan berlepas diri dari musuh-musuhnya (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan semua sahabat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam). Maka atas dasar inilah orang-orang luar Syi’ah mengatakan bahwa ajaran Rafidhah adalah dari paham Yahudi.

    (Firaqu Asy-Syi’ah/Aliran-aliran dalam Syi’ah, halaman 32-44).

    Tuch baca, dulu si Do’i juga mengaku-aku sbg pencinta ahlul bait lho…

    b. Sa’ad bin Abdullah Al-Asy’ari Al Qumi dalam uraiannya mengatakan tentang As-Sabaiyah,

    “As-Sabaiyah adalah pengikut Abdullah bin Saba’, yaitu Abdullah bin Wahab ar-Rasibi Al-Hamadani. Para pembantunya adalah Abdullah bin Khursi, Ibnu Aswad, mereka berdua adalah pendukung utamanya. Dia adalah orang yang pertama kali secara terang-terangan mencaci maki Abu Bakar, Umar, Utsman, dan para sahabat serta berlepas diri dari mereka.”

    (Al-Maqalat wa al-Firaq, halaman 20).

    2. Anda mengutip riwayat dari pengarang yg tidak dikenali dan menggunakannya utk menyerang saudara anda lagi:

    Husain bin Abdul Wahab dalam kitabnya ‘Uyun al-Mu’jizat hal 28 bercerita bahwasanya, Ali pernah berkata kepada sesosok mayat yang tidak diketahui pembunuhnya, “Berdirilah -dengan izin Allah- wahai Mudrik bin Handzalah bin Ghassan bin Buhairah bin ‘Amr bin al-Fadhl bin Hubab! Sesungguhnya Allah dengan izin-Nya telah menghidupkanmu dengan kedua tanganku!” Maka berkatalah Abu Ja’far Maytsam, Sesosok tubuh itu bangkit dalam keadaan memiliki sifat-sifat yang lebih sempurna dari matahari dan bulan, sembari berkata, “Aku dengar panggilanmu wahai yang menghidupkan tulang, wahai hujjah Allah di kalangan umat manusia, wahai satu-satunya yang memberikan kebaikan dan kenikmatan. Aku dengar panggilanmu wahai Ali, wahai Yang Maha Mengetahui.” Maka berkatalah amirul-mu’minin, “Siapakah yang telah membunuhmu?” Lantas orang tersebut memberitahukan pembunuhnya.

    Anehnya…anda sendiri yg memberitakan ttg orang ini spt berikut:

    Husayn bn Abdulwahab and ‘Uyun al Mu’jizat
    Uyun al-Mu’jizat is of the works which have been written in early fifth century by some Imamite authors to prove the spiritual leadership of Imams by way of miracles.
    Due to some reasons such as contents of its narrations and the personality of its unknown author, this book was not regarded as an important work by Imamite community till the twelfth century

    3. Anda bersikeras mendakwa Ayatullah Jawad Chirri tidak membaca buku Al Marhum Imam Khomeini, sptnya anda lebih tahu ttg beliau

    4. Bahkan, anda sendiri mengutip hadis dhaif jalur anda sbg hujjah:

    Hadis…ijtihad Muadz
    -Anda mengutipnya dari….. silsilah Ad dha’ifah,hadits no.881)? Lalu mengapa anda jadikannya hujjah?

    Memang hadits tersebut lemah, kalau anda ga mau memakainya ya ga pa2..

    Saat anda sendiri mengakui hadis tersebut lemah, tahu mengenainya, namun tetap aja anda sodorkan, makanya anda tidak bisa dipercayai ttg sumber2 yg anda bawakan dari pihak lawan bicara anda.

    ….yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah,
    QS. al-Qalam (68) : 11

    Renungkanlah firman Allah berikut:

    Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
    QS. al-Mai’dah (5) : 8

    Lalu mereka berkata:” Kepada Allah-lah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim.”
    QS. Yunus (10) : 85

    Wassalam

  120. @Tonggos

    Kini, jika anda masih mahu meneruskan debat anda, kami mahukan komentar dari ulama2 kami ttg darjat dan syarah riwayatnya sekali supaya, kami tahu persis bahawa anda benar2 mengutipnya dari sumbernya sendiri…jika tidak, kami tidak akan melayani anda lagi dan membiarkan para pembaca menilai siapa sejatinya anda.

    Salam

  121. @Tonggos

    Abu Hurairah adalah antek Muawiyah.

  122. @hadi

    Anda dengan sombongnya menyerang kami dgn pelbagai kata:
    a. Debat kusir
    b. Ghuluw yang tak terkendali
    c. Hihihi… seperti biasa, proses pemlintiran sedang
    terjadi
    d. Ini juga parah banget ghuluw mereka thd imam2
    mereka
    e. anda harus belajar dulu kepada para ulama syi’ah
    untuk menjelaskan riwayat2 tsb

    Bukan saya sombong, emang itu kenyataan kok… apalagi tentang ghuluwnya orang syi’ah thd imam2 mereka adalah 100% benar adanya berdasarkan riwayat2 tsb… justru anda ini yang sombong dg berusaha membela pernyataan2 yg jelas2 ghuluw tsb… kalo anda ga sombong pasti anda akan diam dan mengakui memang kenyataannya ajaran syi’ah berdasarkan kitab pegangan mereka sendiri adalah ghuluw thd imam2 mrk dan mirip dg ajaran Ibnu Saba… kalo anda ga merasa keyakinan anda spt itu berarti anda belumlah menjadi syi’ah sejati.. hihihi…

    Al-Kafi jilid I, hal 261, Kulainy berkata, “Bab bahwasanya para imam mengetahui apa yang telah lalu dan apa yang akan datang, serta bahwasanya tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi dari pengetahuan mereka.” dia juga telah meriwayatkan dalam halaman yang sama dari sebagian sahabat-sahabatnya bahwa mereka mendengar Abu Abdillah ‘alaihis salam (yang dia maksud adalah Ja’far ash-Shadiq) berkata, “Sesungguhnya aku mengetahui apa-apa yang ada di langit dan di bumi, aku mengetahui apa-apa yang ada di dalam surya dan aku mengetahui apa yang telah lalu serta yang akan datang.

    Maka inilah jawaban ulama kami:

    عِدَّةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِنَانٍ عَنْ يُونُسَ بْنِ يَعْقُوبَ عَنِ الْحَارِثِ بْنِ الْمُغِيرَةِ وَ عِدَّةٍ مِنْ أَصْحَابِنَا مِنْهُمْ عَبْدُ الْأَعْلَى وَ أَبُو عُبَيْدَةَ وَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بِشْرٍ الْخَثْعَمِيُّ سَمِعُوا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) يَقُولُ إِنِّي لَأَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ وَ أَعْلَمُ مَا فِي الْجَنَّةِ وَ أَعْلَمُ مَا فِي النَّارِ وَ أَعْلَمُ مَا كَانَ وَ مَا يَكُونُ قَالَ ثُمَّ مَكَثَ هُنَيْئَةً فَرَأَى أَنَّ ذَلِكَ كَبُرَ عَلَى مَنْ سَمِعَهُ مِنْهُ فَقَالَ عَلِمْتُ ذَلِكَ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَ جَلَّ يَقُولُ فِيهِ تِبْيَانُ كُلِّ شَيْ‏ءٍ .
    (مجلسي ضعيف على المشهور3/130 – بهبودي ض )

    Al Majlisi menyatakannya DHAIF.

    Ok.. kalau riwayat tsb didhaifkan oleh Al-Majlisi, bukankah dalam kitabnya sendiri Biharul Anwar dinyatakan :

    عن أبي عبد الله قال « والله لقد أعطينا علم الأولين والآخرين. فقيل له: أعندك علم الغيب؟ فقال له: ويحك! إني لأعلم ما في أصلاب الرجال وأرحام النساء»

    Maksudnya : Daripada Abu Abdullah (Jaafar al-Sadiq) katanya : “Demi Allah telah diberi kepada kami (yakni para Imam Syiah) ilmu golongan terdahulu dan terkemudian”. Maka ditanya kepadanya : Adakah kamu mempunyai ilmu ghaib? Maka jawabnya : “Cis kamu! Sesungguhnya aku mengetahui apa yang ada dalam sulbi lelaki dan rahim wanita”. [Bihar al-Anwar, 27/26].

    kitab Biharul Anwar 26/132
    8 } باب {
    * ( ان الله تعالى يرفع للامام عمودا ينظر به إلى اعمال العباد ) *
    1 – ير : معاوية بن حكيم عن أبي داود المسترق عن محمد بن مروان عن أبي
    عبدالله عليه السلام قال : إن الامام يسمع الصوت في بطن امه ، فإذا بلغ أربعة أشهر كتب
    على عضده الايمن : ” وتمت كلمة ربك صدقا وعدلا لا مبدل لكلماته ” فاذا وضعته
    سطع له نور ما بين السمآء والارض ، فاذا درج رفع له عمود من نور يرى به ما بين
    المشرق والمغرب ( 3 ) .
    Bab Allah membuatkan tiang bagi para imam untuk melihat perbuatan hamba.
    Dari Abu Abdullah –imam Ja’far Ash Shadiq-: mengatakan: Imam mendengarkan suara ketika di perut Ibunya, ketika berusia empat bulan di kandungan dituliskan di lengan kanannya: Dan telah sempurna kalimat Allah yang benar dan adil, jika imam tersebut telah lahir maka akan nampak cahaya antara langit dan bumi, jika dia mulia berjalan maka dibuatkan baginya tiang dari cahaya untuk melihat apa yang ada antara timur dan barat.

    Nah Loh! Ya sama aja tho mas…

    Lagian kalau riwayat di atas didhaifkan oleh Al-Majlisi, bagaimana dengan riwayat2 yg lain dlm Al-Kaafi yg sebagian bab2nya telah saya sebutkan di atas? Apakah semuanya dhaif? Lha kok banyak banget yg dhaif?, ini kitab beneran apa kitab dongengan? Padahal tentang Al-Kaafi ini, penulisnya, Al-Kulaini, yg jelas kedudukannya lebih tinggi dibandingkan Al-Majlisi krn Al-Kulaini ini hidup pada masa Al Ghaibah As Sughra, yaitu masa di mana masih ada empat orang wakil yang boleh berhubungan langsung dengan imam Mahdi. Maka sangat dimungkinkan Kulaini telah “berkonsultasi” dengan imam Mahdi melalui wakilnya. Apalagi ada kisah bahwa imam Mahdi sendiri telah menelaah kitab Al Kafi dan merekomendasikannya sebagai kitab rujukan bagi syi’ah. Di mana ulama syiah lainnya yang mengkritik Al Kafi sudah tidak mungkin lagi berkonsultasi dengan imam Mahdi karena mereka hidup pada era Ghaibah Kubra, yaitu masa di mana tidak ada lagi wakil yang empat bagi imam Mahdi mengatakan dalam pengantar kitabnya : saya katakan kamu ingin memiliki kitab yang lengkap, berisi ajaran ilmu agama yang lengkap bagi pelajar dan dijadikan rujukan bagi mereka yang ingin mencari petunjuk, menjadi referensi bagi mereka yang ingin mencari ilmu agama dan mengamalkannya dengan riwayat yang sahih dari orang-orang jujur [pengantar Al Kafi hal 7].

    Sementara itu Ali Akbar Al Ghifari, pentahqiq kitab Al Kafi menyatakan: mazhab Imamiyah sepakat bahwa seluruh isi kitab Al Kafi adalah sahih.

    Al Faidh Al Kasyani mengatakan: Al Kafi adalah yang paling mulia, paling hebat, paling sahih, paling sempurna dan paling lengkap. Muqaddimah Kitab Al Kafi halaman 9, padahal dia juga mengakui bahwa Al Majlisi menganggap kebanyakan riwayat yang ada dalam kitab Al Kafi adalah tidak sahih.

    Sementara An Nuri At Thabrasi mengatakan: posisi Al Kafi di antara empat kitab adalah bagaikan matahari dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di langit, jika orang yang bersifat objektif menelaah kitab Al Kafi, maka dia tidak perlu lagi meneliti kesahihan perawi yang ada dalam kitab itu, dan akan segera percaya bahwa isi kitab itu adalah sahih dan sahih. Lihat Mustadrak Al Wasa’il jilid 3 hal 532
    Syaikh Muhammad Shadiq As Shadr dalam kitab Asy Syi’ah halaman 122 menyatakan : dikisahkan bahwa kitab Al Kafi ditunjukkan pada Imam Mahdi lalu beliau menyatakan: kitab ini cukup bagi syi’ah kami.
    dan banyak lagi… so anda pikir sendiri dech…
    Mengenai pernyataan An-Nubakhti dan Al-Qumi mengenai Ibnu Saba, menapa anda ragu? Padahal mereka adalah para ulama syi’ah yang diakui, seharusnya anda berfikir mereka tidak akan menceritakan tentang ibnu saba spt itu jika tidak punya dasar, apalagi saya sudah berikan sanadnya dari kitab biharul anwar-nya Al-Majlisi.. so apalagi yg diragukan?

    Anehnya…anda sendiri yg memberitakan ttg orang ini spt berikut:
    Husayn bn Abdulwahab and ‘Uyun al Mu’jizat
    Uyun al-Mu’jizat is of the works which have been written in early fifth century by some Imamite authors to prove the spiritual leadership of Imams by way of miracles.

    Due to some reasons such as contents of its narrations and the personality of its unknown author, this book was not regarded as an important work by Imamite community till the twelfth century

    Kan ada terusannya :

    But in this century, with the development of traditionism, this book quickly find its way through traditionists Majami’ and it is seen in books such as Allama Majlisi’s Bahar a-Anwar, Sheikh Hur Amili’s Ithbat al-Hudat and Sayyid Hashim Bahrani’s Madia al-Maajiz. No longer this book became well-know and its author was regarded as a great faqih ( jurisprudent ).
    The author of the present paper argues that studying this book will help us to know more about the common beliefs in the fifth century regarding the Infallible Imams and some Imamite movements in regions far away from Shiite centers. Having investigated the sources and documents of this book not finding any trace of works written by the great scholars of Qom’s hadith school like Shaykh Saduq and Baghdad’s hadith school like Shaykh Mufid, the author concludes that in this book a new hadith school is found which is different from that of Qom’s traditionist hadith school and Baghdad’s rationalis one.

    Yang intinya di abad ini kitab tersebut mulai dipakai dan dipublikasikan, bahkan pengarang nya dinyatakan sebagai seorang faqih yang agung bahkan diperlihatkan dalam kitab2nya Al-Majlisi, Sheikh Hur Amili dan Sayyid Hashim Bahrani.

    Anda bersikeras mendakwa Ayatullah Jawad Chirri tidak membaca buku Al Marhum Imam Khomeini, sptnya anda lebih tahu ttg beliau

    Lho saya kan Cuma menilai dari ucapannya aja..

    Saat anda sendiri mengakui hadis tersebut lemah, tahu mengenainya, namun tetap aja anda sodorkan, makanya anda tidak bisa dipercayai ttg sumber2 yg anda bawakan dari pihak lawan bicara anda.

    Kan saya tunjukkan juga kelemahannya dg menyebutkan maraji’nya… apakah semua yg saya sodorkan lemah? Lihat lagi dech hihihi, sedangkan anda ga ngrasa ya kalo anda juga menyodorkan riwayat2 yg lemah kepada saya? Hihihi..
    Bukan fitnah itu… kan anda bisa mengeceknya sendiri dalil-dalil yg saya berikan.. itu jika anda punya kitabnya hihihi..

    Kini, jika anda masih mahu meneruskan debat anda, kami mahukan komentar dari ulama2 kami ttg darjat dan syarah riwayatnya sekali supaya, kami tahu persis bahawa anda benar2 mengutipnya dari sumbernya sendiri…jika tidak, kami tidak akan melayani anda lagi dan membiarkan para pembaca menilai siapa sejatinya anda.

    Sebagian saya mengutipnya dari sumbernya langsung lho… justru saya meragukan anda mengutip langsung dari sumber syi’ah…

    jika tidak, kami tidak akan melayani anda lagi dan membiarkan para pembaca menilai siapa sejatinya anda.

    Nah gitu donk… akhirnya mau juga anda mengalahkan ego anda utk berhenti melayani saya, pdhal saya kan ga prnah minta dilayani hihihi… saya hanya menunggu kata2 dr anda yg seperti ini hihihi… hoho jelas itu, biarkn para pembaca yg menilainya sendiri hihihi..

  123. Suka melecehkan dan mentertawakan lawan bicara adalah menunjukkan sikap mental yang tidak baik.

    Tuduhan terhadap Syiah sdh dijawab dan diklarifikasi.
    Jika anjing tetap menggonggong, sebaiknya khalifah terus saja berlalu.

    Salam

  124. @Tonggos

    Bawakan dulu komentar ulama Syiah ttg darjat hadis ini, baru teruskan ketawa anda.
    Kami tunggu…

  125. @all

    ok dech minta maaf jika saya suka ketawa.. itu kan hanya bahasa tulisan aja, kok dibuat serius sih.. sebenarnya pada kenyataannya saat saya mengetik sdg tdk dlm keadaan tertawa kalee… kalo dlm keadaan menahan kantuk emang iya… 😆 eh sorry lg… pake smile aja dech kyk gini 🙂 ok kan?

  126. Imam Ali As berkata ” hal-hal yang mendatangkan keberkahan adalah seseorang yang meninggalkan perdebatan di mana lawan bicaranya tidak mau menerima kebenaran dan seseorang tersebut menolak melanjutkan perdebatan.

    salam hangat,

  127. @Tonggos

    Komentar ttg darjat hadisnya…

  128. @all

    Kliatannya kita suka membahas hidup yg nggak keliatan dan nggak kedengaran oleh kita; Riwayat.
    Hidup yg kliatan di depan mata dan kedengaran di dlm telinga kita nggak pandai membahasnya.
    Apa karna terlalu nyata dan mudah bagi kita, atau karena amat memalukan jika salah duga?

    Mari coba komentar yg kliatan dan kedengaran itu; Mis.:
    http://tertiga.wordpress.com/2009/02/17/bayi-mimpi-binatang-tumbuhan/
    Agar kliatan kita nggak seberapa tau tentang lahir, hidup dan mati kita.

    Salam Pikir Tiga!

  129. @Tonggos

    Sdh jelas Ibnu Saba adlh tokoh fiktif, tetapi tetap saja menuduh Syi’ah spt ajaran Ibnu Saba. Atau mungkin anda pengikut Ibnu Saba yg gemar sekali mengkafirkan umat Islam lainnya yg tidak sepaham?

    Salam

  130. Aneh bila dengan seayat dua bisa,
    Berkekuatan mendorong ke neraka.
    Aneh juga bila dgn riwayat tua bisa.

    Salam Maya!

  131. Ada tanggapan yg aneeh dari salah satu saudara-saudara Suni diatas yg mengatakan bahwa “Syiah menganggap malaikat Jibril salah dalam menyampaikan/menurunkan wahyu, bukan ke Muhammad”….Pertanyaannya adalah: “Kalo Jibril salah dalam menyampaikan wahyu, kenapa ko sampai sedemikian lama.(Qur’an/wahyu diturunkan dalam 22 tahun 22 bulan dan 22 hari)..Apakah tidak dikoreksi oleh Allah SWT..Jadi adalah aneh Malaikat melakukan kesalahan dalam menurunkan Wahyu, sementara Allah tenang-tenang saja…Jangan jangan ini Fitnah keji yg ditujukan ke Syiah…Semoga Allah memberi hidayah kepada penyebar Fitnah tsb , terima kasih

  132. Elegan! Perlakuan keillahian!
    “Semoga Allah memberi hidayah kepada penyebar Fitnah “
    Allah tetap mencurahkan berkatnya walau kpd penentangNya.

    Salam Damai!

  133. Oke deh saya akan perjelas masalah Hadi Vs Tonggos.

    Dahulu kala hiduplah seorg sufi yg sangat kontroversial yaitu Mansur Al Halaj. Mengapa kontroversial, sbb dia sering menyebut Ana Al Haq/akulah kebenaran/akulah Allah. Akhirnya ia dihukum mati oleh penguasa setempat yg didukung oleh para ulama (hehehe mirip masanya Mu’awiyah ya). Sebenarnya yg terjadi pada Mansur AlHallaj adalah tajalli, yaitu penyatuan RUHANI / BATIN (bukan penyatuan fisik) manusia dgn Allah. Itu bisa terjadi pada hamba2x yg super duper sholeh 1000x. Tp beliau menjadi sholeh dan bisa seperti itu atas kehendak Allah, sesungguhnya manusia tdk memiliki daya dan upaya selain dari Allah. Pada saat penyatuan tsb, ucapan dan tindakan Al Halaj adl ucapan dan tindakan ALlah, spt pd ayat yg blg bhw sesungguhnya bukan engkaulah yg melempar, tp aku yg melempar… (hehehe lupa nama ayatnya, benerin sendiri yah…). Demikian jg yg tjd dgn Imam Ali KW ttg api Ibrahim, permadani Sulaiman dll, perkataannya bukan perkataan dari beliau, tp Allah yg berbicara melalui mulut beliau.

    Ingat juga Tonggos, ruh manusia itu dulunya adl dari Allah yg ditiiupkan kpd manusia. Sebelum ditiupkan ya dia berada di dalam ALlah, menjadi bagian dari ALlah. Setelah masuk ke manusia trus dikirim kedunia ya mulai deh ruh itu jauh dari Allah + maksiat yg membuat jauh dan membuat hijab kpd Allah. Lalu ada hamba 2x Allah spt Mansur Al Halaj, para iman, sufi dll mereka sgt sholleh dan dekat dgn Allah sampai BATIN / RUHnya bersatu dgn ALlah dan terbukalah tirai kegaiban, memperoleh sifat 2x rububiyah dll. Tentu itu adl atas kehendak ALlah dan ga semuannya dibuka atw rahasia diberikan oleh ALlah, spt kpn tdnya kiamat dsb.

    Ini termasuk bagian dari ilmu tasawuf. K’lo org wahabi/salafi ya ga bakal ngerti yg kaya ginian. Mereka hanya memperhatikan fisiknya saja, udah gitu otaknya sempit bgt dan menafsirkan ayat hanya secara tekstual atw tersurat. Hehehe, ane baru tau skrg bisa ajah ulama yg mendukung penguasa utk membunuh Mansur AL Halaj adl Wahabi/Salafi, hi……
    Tetapi AL Halaj tdk gentar dan tdk menarik perkataannya, bahkan dia mendukung hukuman mati bwt dirinya. Iya wong dia bisa bersatu selamanya dgn kekasihnya, siapa coba ? Hehe sekali lg Wahabi / Salafi pasti ga ngerti yg kaya ginian, hehehehe…..

  134. Yang lebih penting diperjelas,
    Apakah kebenaran itu lengket?
    Di belakang sana doang?

    Salam Damai!

  135. Abdullah bin Saba’ di KITAB-KITAB AHLUS SUNNAH

    Tentunya sangat banyak sekali penyebutan Abdullah bin Saba’ dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah yang kesemuanya tidak lain menunjukkan keyakinan mereka akan keberadaannya:

    -Ibnu Taimiyyah berkata, “Sesungguhnya permulaan rafidhah berasal dari seorang Zindiq, yaitu Abdullah bin Saba’.” (Majmu’ Fatawa 28/483)
    -Imam Adz-Dzahabi berkata, “Abdullah (bin Saba’) termasuk zindiq yang ekstrim, ia sesat dan menyesatkan.” (Mizanul I’tidal 2/426)
    -Ibnu Hajar berkata, “Abdullah bin Saba’ termasuk zindiq yang paling ekstrim…. Ia memiliki pengikut yang disebut Sabaiyyah, mereka (kaum Sabaiyyah) memiliki keyakinan sifat ketuhanan pada diri Ali bin Abi Thalib. Beliau telah membakar mereka dengan api pada masa kekhilafaannya.” (Lisanul Mizan 3/360)
    -Abul Muzhaffar Al Isfarayini dalam Al Milal wan Nihal ketika menceritakan tentang As-Sabaiyyah berkata, “Dan bahwasanya yang membakar mereka adalah Ali, yaitu kelompok dari rafidhah yang meyakini padanya (pada Ali) ada sifat ketuhanan, merekalah yang disebut kelompok Sabaiyyah pendirinya adalah Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi yang menampakkan keislaman…” (lihat Fathul Bari 12/270)
    -Abdullah bin Muslim bin Qutaibah dalam kitabnya Ta’wilu Mukhtalafil Hadits 1/21 berkata, “Kami tidak pernah mengetahui ada pada ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu yang meyakini adanya sifat ketuhanan pada manusia selain mereka (yaitu rafidhah ekstrim). Sesungguhnya Abdullah bin Saba’ meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Ali.”
    -Az Zarkali berkata, “Abdullah bin Saba’ pendiri kelompok Sabaiyyah.” (Al-A’lam 4/88)
    Demikian pula, para ulama’ Ahlus Sunnah sering sekali menjuluki seorang rawi yang beraqidah Rafidhah ekstrim sebagai Sabaiyyah (pengikut Abdullah bin Saba’), kalau seandainya Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif mana mungkin mereka memakai istilah tersebut.

    Ash-Shafadi berkata, “As-Sabaiyyah dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba’.’ (Al-Wafil Wafayat 5/30)
    Beliau juga berkata, “Pendiri As-Sabaiyyah adalah Abdullah bin Saba’, dialah pendiri kelompok Sabaiyyah, dia pula yang berkata kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, ‘Kamu adalah Tuhan.” (5/393)
    Ibnu Hibban berkata, “Dan adalah al-Kalbi seorang Sabaiyyah termasuk yang berkeyakinan Sesungguhnya Ali belum mati, dia akan kembali ke dunia sebelum hari kiamat…” (Al-Majruhin 2/253)
    Ibnu Makula berkata dalam kitab Rijalnya, “Faraj bin Sa’id bin ‘Alqamah bin Abyadh bin Hamal As Sabay… dan Sabayyah termasuk rafidhah yang paling ekstrim nisbah kepada Abdullah bin Saba’. (lihat Ikmalul Kamal 4/536)
    As Sam’ani dalam kitabnya Al Ansab 3/209 berkata, “Dan Abdullah bin Wahb as Saba’i, gembong khawarij, menurutku bahwa Abdullah bin Wahb ini dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba’, dia dari rafidhah, dan jama’ah dari mereka yang dinisbahkan kepadanya disebut, as Sabaiyyah.”
    As Suyuthi dalam kitabnya Lubbul Lubab fi Tahriril Ansab 1/42 berkata, “…Dan (dinisbahkan juga) kepada Abdullah bin Saba’ pendiri Sabaiyyah dari rafidhah.”
    Dan selain mereka banyak sekali.

    Abdullah bin Saba’ di KITAB-KITAB SYIAH

    -Al Kisysyi dalam kitabnya Ar-Rijal 1/324 meriwayatkan dari Muhammad bin Qauluwiyah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Sa’d bin Abdillah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Ya’qub bin Yazid dan Muhammad bin ‘Isa dari Ali bin Mihziyar dari Fudhalah bin Ayyub al-Azdi dari Aban bin Utsman ia berkata, “Aku mendengar Abu Abdillah berkata, ‘La’nat Allah atas Abdullah bin Saba’, sesungguhnya ia meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Amirul Mukminiin (Ali), padahal demi Allah! Amirul Mukminin hanyalah seorang hamba yang taat.”
    -Demikian pula Al Qummi dalam kitabnya Al Khishal meriwayatkan seperti diatas dengan sanad yang berbeda.
    -Dan selain keduanya.

  136. @ all

    Banyak orang rindu kesumat pada “Today of Yesterday”.
    Tak sedikit yang berpikir fokus pada “Tomorow of Today”.
    Paling banyak yg “Now-now” ajah (Kumaha eungke weh!).

    Salam Pikir Tiga!

  137. @all
    kita semua adalah SYIAH. Maka mereka yang mencerca syiah berarti antek2 YAHUDI atau BUSH. Wasalam

  138. @ all

    Syiah tak syiah tak penting,
    Lebih penting kita manusia
    Yg hrs bertanggung jawab.

    Salam DamaI

  139. @aburahat

    Eh, sebentar…. maksudnya SYIAH (pengikut) Muhammad saw kan? 🙂

  140. @armand
    BENAR. Kita semua umat Muhammad Rasulullah SAW adalah pengikut(syiah) beliau. Abubakar, Umar, Usman, Ali dll adalah syiah beliau dan bukan sahabat. Apabila ada yang mengatakan mereka sahabat berarti melecehkan derajat dan kedudukan beliau sebagai makhluk Allah yang paling mulia. Wasalam

  141. @aburahat
    Sy setuju jika kita tdk menggunakan istilah sahabat utk orang-orang di sekitar Nabi saw pada waktu itu. Lebih pantas adalah pengikut, murid, dll yg menunjukkan perbedaan derajat (kecuali keluarganya yg memang berbeda). Namun sy kira sebaiknya ada dalil naqli yg menguatkan. Apakah di quran atau hadits/riwayat ada menyatakan hal ini? Atau apakah sebaliknya, Nabi saw memang telah menyebut-nyebut mereka sebagai sahabat?

    Salam

  142. @aburahat
    Sy setuju jika kita tdk menggunakan istilah sahabat utk orang-orang di sekitar Nabi saw pada waktu itu. Lebih pantas adalah pengikut, murid, dll yg menunjukkan perbedaan derajat (kecuali keluarganya yg memang berbeda). Namun sy kira sebaiknya ada dalil naqli yg menguatkan. Apakah di quran atau hadits/riwayat ada menyatakan hal ini? Atau apakah sebaliknya, Nabi saw memang telah menyebut-nyebut mereka sebagai sahabat beliau?

    Salam

  143. Wahh!

    Masih asyik ….
    Per definisi dunia buatan manusia.
    Definisi yg seolah takkan berubah!

    Salam Damai!

  144. @aburahat
    abujafar = armand

    Salam

  145. Hm! Pan, apa kubilang!
    Melihat kebelakang sambil maju kedepan gampang jungkel.
    Apa emang jungkelik-jungkedang lebih asyik dari para layang?

    Salam Bingung!

  146. @!abuafar
    Nash Alqur’an tidak pernah menyebut bahwa Nabi punya sahabat.
    Dalam Alqur’an hanya mengatakan teman. Teman dan sahabat sangat beda. Kalau sahabat se-tidak2nya hak asasi mereka sama sedangkan teman tidak. Kemudian mas abuafar (maaf huruf kurang krn ada trouble dihuruf tsb) mengatakan Rasul pernah menyebut mereka Sahabat. Saya rasa harus dipertanyakan kesahihannya. Karena Imam Ali tdk pernah menyebut Rasul Sahabat. Karena Imam Ali sangat menghormati Rasul. Menurut saya mereka memunculkan kata sahabat sesudah Rasul meninggal dan ada maksud atau latar belakang untuk memecahkan umat Islam. Dan kenyataan yang kita alami demikian. Mereka tdk berani menentang Rasul pada waktu itu. Tetapi sesudah Rasul meninggal. Ada kata2 Rasulkan manusia biasa sama dengan kita bedanya hanya beliau menerima wahyu. Benar ada Nash Alqur’an yang mengatakan bahwa Rasul seperti kamu. Seperti tapi tidak sama. Yang dimaksud disini adalah lahiriah atau asad beliau sama dengan manusia tapi Bathin beliau tdk. Tidak ada satu makhlukpun yang sama dengan beliau. Beliau sangat Mulia dlm segala hal.
    Karena mereka menganggap Rasul sama maka banyak hal yang menurutkan derajat beliau sebagai makhluk suci.
    Mereka mengatakan Rasul berbuat salah, lupa menggendong Aisyah. Mengatakan Rasul menceritakan pada Abu Huerairah Nabi Musa lari telanjang dan masih banyak lagi kata2 yg tdk mungkin terjadi pd Rasul. Allah telah menaga Rasul dari berbuat salah. Ada Nashnya. Setelah iRasul menininggal teradi pembunuhan atas keluarga Rasul. Mengapa? Karena kekuatan dan kebenaran Islam berada dikeluarga Nubuwah. Sebenarnya kalau kita pelajari sejarah islam dengan teliti akan kelihatan kebobrokan ini. Sebenarnya saya ingin menulis konspirasi mereka ini. Tapi saya bukan penulis yang baik . Wasalam

  147. Teman atau sahabat sama saja.. mereka-lah yg menemani Rasulullah dengan mempertaruhkan jiwa, raga, harta dan keluarga mereka dalam berjuang menegakkan risalah Allah.. dengan perantaraan mereka Allah membukakan kemenangan di seluruh Jazirah Arab, menggulung kekaisaran Persia sampai menjadi hina dan menundukkan kekaisaran Romawi. Hingga akhirnya cahaya Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia..

    Hingga itu semua menjadikan orang kafir, musyrik dan munafik begitu benci dan menyimpan dendam kesumat kepada mereka…

  148. @antirafidhah
    memangnya semua orang berjasa itu pasti masuk surga, apa mereka gak bisa salah. antum memang keracunan shahabat. antum hanya melihat sepenggal saja dari sejarah, banyak sekali bagian sejarah yang tidak antum lihat. Pembunuhan Usman itu ulah sahabat, Perang yang banyak memakan korban orang islam seperti jamal shiffin ulah sahabat juga, makanya baca yang bener, jangan cuma keracunan nashibi :lol

  149. @aburahat

    Kalo, Muhammadiyah = Pengikut Muhammad…..sama gak mas….

  150. @antirafidah

    Kemenangan sebuah negeri dalam peperangan-peperangan serta perluasan wilayah kekuasaan tdk hanya dialami oleh Islam saja dan hal itu merupakan sebuah keniscayaan bagi negeri-negeri yg memiliki tentara dan moral perjuangan yg kuat Banyak sekali contoh-contoh utk itu. Spt tentara Mongol dgn Jengis Khan nya, Majapahit dgn Gajah Mada & Hayam Wuruk nya, Jerman dengan Hitlernya, Inggeris, Perancis menguasai hingga ke Afrika, dll. Namun apakah kemudian kemenangan-kemenangan itu lantas membuktikan bahwa kebenaran juga bersama pribadi-pribadi penguasanya? Apakah kita pernah mendengar kisah heroik Utsman? Muawiyah? Yazid? Sebaliknya malah! Yang kita dengar adalah lemah dan KKNnya Utsman, liciknya Muawiyyah serta buruknya moral Yazid.

    Jadi berhentilah memuja-muja pribadi yg tidak layak utk dipuja terutama berkaitan dgn kemenangan-kemenangan Islam.

    Salam

  151. @Maren Kitatau

    Melihat kebelakang sambil maju kedepan gampang jungkel.

    Melihat ke depan sambil mundur ke belakang lebih-lebih gampang terjungkel

    Maju ke depan tanpa melihat ke belakang bisa tersesat

    Maju ke depan dan selalu melihat ke belakang lebih-lebih bisa tersesat

    🙂

    Salam

  152. @Maren kitatau

    Ralat: Baris ketiga ga usah dibaca.

  153. Itulah gaya orientalis & rafidhah dalam berpikir, tidak bisa membedakan antara pergerakan Islam dengan yg non Islam.. bukti sudah jelas akan perjuanagn mereka, kesaksian Allah & Rasul-Nya pun sudah jelas, sedangkan kalian menzerokannya.. yg selalu diingat di otak orientalis & rafidhah adalah yang negatif2 saja yg ada pada generasi awal Islam.. makanya ga bakalan bersatu InsyaAllah yg namanya rafidhah sama sunni.. never..

  154. @antirafidhah

    Sy tdk tau siapa yg anda maksud dgn orientalis & rafidhah. Apakah karna hanya memisahkan antara kejayaan Islam dgn pribadi penguasanya lantas bisa disebut seperti itu?

    Lagipula apa itu rafidhah? Siapa pendirinya? Siapa imam-imamnya? Apa kitab fiqhnya? Setahu sy yang ada adalah Syiah Imamiyah. Apakah Syiah Imamiyah yg anda maksudkan dgn Rafidhah?

    Rafidhah dan Sunni ga bakalan bersatu karna rafidhah memang ga ada dan cuman angan-angan. Maksud anda mungkin syiah dan sunni?

    Salam

  155. antirafidhah dan kebenaran gak bakal bersatu karena antirafidhah kental sekali mental nashibinya 😆

  156. syi’ah imamiyah/itsnaatsariyah = syi’ah rafidhah

  157. @antirafidhah

    Sabar jangan emosi.
    Tidak perlu untuk menjadi syiah untuk menyetujui statement arman.
    Islam bukanlah agama yang expansive (bagaimana mungkin keimana dilakukan dalam paksaan). Anda memuja2 penaklukan, apakah itu yang diperintahkan oleh Allah & Rasul-Nya?
    Apakah Spanyol setelah ditaklukan dengan pedang dan dijajah selama 600 tahun lebih kemudian rakyatnya menjadi muslim?
    Bukankah Indonesia yang tiada pertumpahan darah malah muslimnya terbesar di dunia?
    Kalau saya mengikuti hawa nafsu saya tentu saya juga berfikiran spt anda, saya tidak ingkari disitu ada kebanggaan yang mengotori jiwa. Tapi jika dengan kepala dingin kita coba telaah bukankah sebagian besar penaklukan adalah nafsu dari penguasa?
    Semoga antirafidhah tidak melampiaskan nafsu (emosi) saja, apalagi sampai berani mendo’akan yang jelek.

    Wassalam

  158. antirafidhah = nasibi

  159. – Syi’ah (Rafidhah) => Khawarij
    – Khawarij = Nashibi
    – Syi’ah Rafidhah = Nashibi

  160. @Maren kitatau
    Ralat: Baris ketiga ga usah dibaca.

    Ya!
    Bagusan tidak pakai kata “melihat”, yah!
    Melukis-lukis lebih tepat,
    Mewarnainya lalu melengket-lengketkan.

    Banyak orang rindu kesumat pada “Today of Yesterday”.
    Tak sedikit yang berpikir rindu pada “Tomorow of Today”.
    Paling banyak yg “Now-now” sajah – kumaha eungke weh!

    Artinya,
    Banyak orang yg menyukai jiwa dari daging,
    Tak sedikit yang berharap roh dari jiwa,
    Paling banyak yg Cesera-sera!

    Bagiku,
    Yesterday adalah daging,
    Today adalah jiwa, dan
    Tomorow adalah roh,

    Makanlah daging itu selesai!
    Bukan untuk dilukis-lukis diwarna-warnain,
    Dilengket-lengketkan.
    Lalu kemudian,
    Berantem tinggi-rendah-
    Jungkelik-jungkedang.
    Kapan para layang …?

    Salam Damai!

  161. @truthseeker88

    Cool,
    Reliable,
    And peacefull!

    Salam!

  162. antirafidhah=nasibi
    nasibi=pembenci ahlul bait
    pembenci ahlul bait=khawarij
    antirafidhah=khawarij
    khawarij=keluar dari islam
    antirafidhah=……….silakan simpulkan sendiri 😆

  163. – Syi’ah (Rafidhah) => Khawarij
    – Khawarij = Nashibi
    – Syi’ah Rafidhah = Nashibi
    – Khawarij = keluar dari Islam
    – syi’ah Rafidhah ??? silahkan dipikir sendiri… :mrgreen:

  164. perkataan antirafidhah yang khawarij nashibi itu kagak bisa dipercaya, tukang fitnah yang mau memecah belah islam tapi ngaku-ngaku islam :mrgreen:

  165. Gitu doank komentarnya??? 😆

  166. ooooh sangat cukup, itulah hakekat antirafidhah 😆

  167. Kamus pun didorong-dorong?
    Lupakan muslihat-muslihat itu,
    Inga-inga tingngng yangggg ini:

    Kalah jadi abu,
    Menang jadi arang,
    Kayu bakar jadi abis!

    Mari pikirkan,
    Hanya ada satu Bumi,
    Dan yg semakin rusak …

    Salam Pikir Tiga!

  168. @antirafidhah
    Bagi anda teman atau sahabat sama saja. Kalau anda anggap sama, maka saya menyebut mereka teman selama bersama Rasul. Dan teman dalam peralanan se-waktu2 bisa ditinggalkan kalau membosankan. Dan ini benar2 terjadi setelah ketiadaan Rasul hilang segela ketaatan. Dan BENAR. Setelah Rasul meninggal tidak ada ketaatan norma2 keadilan dan kebenaran yang pernah disampaikan Rasulullah SAW. kepada mereka.Wasalam

  169. @all

    Jadi bener dong, kebenaran itu ada pada tiga:
    Kebenaran pribadi
    Kebenaran kelompok
    Kebenaran Illahi, kan?

    Kebenaran ada pd tiga!

    Salam Pikir Tiga!

  170. @Maren Kitatau
    Dua kebenaran adalah relatif hanya satu yang absulit, Salam cari yang absulit

  171. @all

    Kenapa harus dicari, jika dia bisa datang sendiri?

    Salam!

  172. Sesuatu yang hilang tidak mungkin datang sendiri. Harus dicari. Kalau tidak anda hidup dalam ke-ragu2an dan bisa tersesat.Wasalam

  173. Yuo are right!
    Bagi yg merasa kehilangan kebenaran, carilah.
    Bagi yg merasa telah mendapatkannya praktekkan lah.
    Dengan mempraktekkan adalah rahmatlilalamin.

    Menurutku,
    Kebenaran bagi tubuhku adalah kebaikan,
    Kebenaran bagi jiwaku adalah kesucian,
    Kebenaran bagi rohku adalah kemerdekaan.

    Salam Pikir Tiga!

  174. sekali lagi coba kita pahami masalah ini sebagai rangkaian dari sebuah pendewasaan keragaman kehidupan keagamaan. kita jangan saling menghujat satu sama laiinya, dan hal yang terpenting adalah kita semua belajar untuk menjawab tantangan tentang permaslahan agama islam dari dalam islam sendiri

  175. @Maren Kitatau
    Dari cara anda menjawab ketahuan bahwa anda tidak tau apa itu KEBENARAN. Sudahlah tidak usah sok mengatakan sudah memiliki kebenaran.

  176. @dot
    Pulen!


    @Aburahat
    Wahh!

    Berarti kau selama ini telah menuduhku,
    Bahwa aku telah tau apa itu kebenaran?
    Wahh …!

    Dan apakah setelah aku menulis,

    Menurutku,
    Menurutku,
    Kebenaran bagi tubuhku adalah kebaikan,
    Kebenaran bagi jiwaku adalah kesucian,
    Kebenaran bagi rohku adalah kemerdekaan.

    Lalu baru kau sadari,
    Bahwa aku adalah manusia biasa?
    Wahh … Cilaka!

    Salam Damai!

  177. Ilmu…..
    pemikiran…..pemahaman…..Ego…..jg kepentingan pribadi….

    membawa perbedaan yg membuat kita slalu bersatu….

  178. Rame sekali diskusinya, jadi pusing bagi kita yang awam, :
    Kalau saya punya tangan, punya kaki, punya telinga bukan berarti binatang, tetap saya manusia, kalau kepala saya sebesar buah semangka bukan berarti kepala saya semangka, kalau ahli sunnah taqlid buta terhadap sahabat bukan berarti seperti Nasrani yang menganggungkan sahabat nabi isa, Syiah mengagungkan 12 imam bukan berarti seperti Yahudi yang memiliki 12 kabilah, saya mendengar,saya bisa melihat bukan berarti saya memiliki sifat Rububiyah seperti Allah yang Samiun – basyirun, kayanya berbahaya menggunakan Qias selagi ada dalil, seperti iblis yang tidak mau sujud kepada adam karena merasa diri terbuat dari api lebih tinggi dari Adam as yang terbuat dari tanah, saya ampun maaf atas tulisan ini kepd siapa saja yg membacanya dan saya berlepas tangan atas siapapun yang mengutip/ menjiplak dll, munkin lg mabuk, mari do’a yuuu sama2, Ihdinashshiratal Mustaqiem, wa ilallahi turjaul umuuur

  179. Assalamu’alaikum

    Belajar dari beberapa pihak sekaligus, yg pro yg kontra dan yg gak pro+kontra. Cuma sebatas kumpulan huruf tanpa emosi.
    Bisa jadi semua yg kumpulan huruf di atas kumpulan huruf-huruf ini (Thx) adalah semu atau bisa jadi sesuatu yg riil, mungkin benar mungkin tidak benar.
    Ikhlas saja, dan ihsan usahakan!

    Thx semuanya.
    Wassalam
    Thx

  180. SALAM. PELAJARILAH SYIAH TIDAK HANYA SUNNI/SALAFI. NISCAYA PIKIRAN ANDA AKAN TERBUKA SECARA LUAS, DIDAK KAWATIR AKAN SEGALA HAL, PASTI ANDA MEMPUNYAI KEKHAWATIRAN SAAT INI WAHI SAUDARA KU SUNNI………….SALAMUALAIKUM

  181. SALAM. PELAJARILAH SYIAH TIDAK HANYA SUNNI/SALAFI. NISCAYA PIKIRAN ANDA AKAN TERBUKA SECARA LUAS, DIDAK KAWATIR AKAN SEGALA HAL, PASTI ANDA MEMPUNYAI KEKHAWATIRAN SAAT INI WAHAI SAUDARA KU SUNNI………….SALAMUALAIKUM

  182. Assalamu’alaikum wr. wb.
    Numpang nulis sedikit saja: Alloh SWT berfirman :

    Dan orang-orang Yahudi berkata: “Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,” padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.

    (QS: Al – Baqarah 113).

    Tiga hal yang relevan dengan masalah ini yang harus kita catat :

    1. Alloh SWT mempersamakan antara orang – orang yahudi dan Nashrony dengan mereka yang sukanya saling menyalahkan.

    2. Mereka yang dipesamakan dengan yahudi & nashrony tersebut adalah golongan yang tidak tahu (bodoh) .

    3. Alloh Al – Hakim sendiri yang akan memutuskan perkara yang mereka perselisihkan kelak dihari Qiyamat.

    Saya beharap semoga kita bukan termasuk mereka .

    wassalamu’alaikum wr. wb.

  183. (Sudah jelas ketika Salafy yang mengaku Ahlus Sunnah atau siapa saja mengkafirkan Syiah maka sudah nyata kezalimannya. Tidak ada yang lebih berat dari itu. hal ini sudah pernah saya tekan kan dalam tulisan saya bahwa Syiah Itu Islam. jadi Mengkafirkan seorang Muslim besar sekali resikonya :()

    benar juga kita tidak bleh sembarang mengkafirkan orang apalagi sahabat nabi sampai-sampai dikafirkan atau di tuduh munafik, kalau beigtu nabi muhammad nabi yang mudah dikibulin oleh kaum munafik

  184. @iwanmak

    Apa maksud sampeyan mengatakan “kalau beigtu nabi muhammad nabi yang mudah dikibulin oleh kaum munafik”?

    Pertanyaan retorik ini tdk sepantasnya keluar dari mulut seorang yang mengaku muslim. Nampak memang segolongan manusia lebih memandang tinggi sahabat daripada nabinya sendiri.

    Kenyataannya mas, di sekitar Nabi saw memang ada sekelompok manusia yang munafik. Keterangan dan riwayat mengenai ini, baik dari hadits2 maupun dari Alquran sdh banyak disodorkan hanya nampaknya belum terbaca oleh sampeyan atau sampeyan kesulitan utk memahaminya.

    Salam

  185. @iwanmak

    Saat Khalid al Walid membunuh Malik bin Nuwairah seorang sahabat Nabi saaw….menurut anda, ukuran apa yg digunapakai oleh Khalid? Apa dia menganggap Malik munafik? Atau dia menganggap Malik itu kafir?

    Jika anda mengatakan Malik itu munafik…maka Nabi sendiri tidak membunuh Abdullah bin Ubai. Jika anda mengatakan Malik itu kafir…berarti mejadi sahabat itu, bukan suatu status kebal, mereka bisa aja berbalik ke belakang selepas kewafatan Nabi saaw spt yg dibahaskan Syiah (namun, kami meyakini keimanan penuh Malik bin Nuwairah, sahabat Nabi saaw)

    Lalu apa tanggapan anda dalam hal ini? Menyalahkan Khalid? Menyalahkan Malik? Atau mengatakan itu ijtihad?

  186. @iwanmak

    Tolong bandingkan ucapan sampeyan di atas dengan ayat ini;

    Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: “Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya.” Katakanlah: “Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu.” Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. (Attaubah: 61)

    Salam

  187. Imam ali sendiri tidak mengakfirkan kaum khawarij yang jelas-jelas mengkafirkan imam ali, dalam pidatonya imam ali tidak melarng mereka sholat dimasjidnya, imam ali memerngi mereka karena mereka ingkar atau bugot terhadap pemerintahan, kalau saya sih mengikuti imam nya ahlu bait, imam ALi taat pada ketika khilfah sebelunya saya ikut nabi karena sebelum meninggal nabi wanti-wanti agar umatnya mengikuti khulafaur rasyidin dan imam ali mengikuti wasiat nabi dan tidak pernah membangkang ataupun memerontak apalagi mencap mereka munafik. mungkin imam ali kaum sunni berbeda dengan imam ali kaum syiah (just kidding biar kagak serius)

    saya mau tanya bagaimanaa nasib anaknya nabi nuh dan istrinya nabi lut , padahal mereka semua adalah ahlu bainya mereka

  188. sebelum membahas munafik, kita harus sepkat arti munafik, munafik mempunyai dua pengertian munafik aqidah atau amali bahkan hanya bahasa, kalau munafik aqidah orang kafir yang pura-pura masuk islam dan menampakan keislaman (kalau syiah dibalik orang atau disebut taqiyah) sedang munafik amali munafik pada pada amal atau mempunyai sifat tertentu seperti dalam hadits nabi(3 tanda munafik) Atau secara bahasa artinya mau tapi mau. Kalau orang syiah mengartikan yang pertama berarti mereka mengkafirkan sahabat bahkan mayoritas sahabat dan konsekuensinya amat berat kita saja . mengkafirkan seorang muslim saja dilarang bagaimana mengkafirkan sahabat nabi yang nabi sendiri melarang umatnya mencaci makinya bahkan bila ulama-ulama syiah berinfak segunung uhud juga tidak bakalan menyaimai infaknya segengam sahabt. Kalu inte masi bersikeras tentang takfir sahabt silakan ente menjawab pertanyaan saya yang lainnya tapi tangapi ini dulu

  189. [Mereka mengatakan Rasul berbuat salah, lupa menggendong Aisyah. Mengatakan Rasul menceritakan pada Abu Huerairah Nabi Musa lari telanjang dan masih banyak lagi kata2 yg tdk mungkin terjadi pd Rasul. Allah telah menaga Rasul dari berbuat salah. Ada Nashnya. Setelah iRasul menininggal teradi pembunuhan atas keluarga Rasul. Mengapa? Karena kekuatan dan kebenaran Islam berada dikeluarga Nubuwah. Sebenarnya kalau kita pelajari sejarah islam dengan teliti akan kelihatan kebobrokan ini. Sebenarnya saya ingin menulis konspirasi mereka ini. Tapi saya bukan penulis yang baik . Wasalam]

    bagaimana tetang larinya nabi yunus sebelum tepat waktu yang haruss beliau tunggu sampai-sampai Allah menghukum beliau dimakan ikan, bagaimana kisah pembunuhan nabi musa terhadap seorang mesir, bagaimana nabi adam di turnkan dimuka bumi.

    ini tersirat dan tersurat didalam alquran loh

  190. @iwanmak

    Sudahlah…Tidak usah menghindar-hindar dgn membawakan istilah baru tentang munafik (belum lagi bahasanya jg sulit sy pahami). Ini termasuk penyakit syiahphobia dan wahabiyyun. Semua hal yg tak mampu dijawab, kemudian diusunglah istilah baru yang mrk pikir dapat menuntaskan masalah-masalah yg dihadapi. Namun kenyataannya malah semakin mengalami kesulitan dan menambah masalah.

    Bila sampeyan mau, dan ingin memahami apa yg sy maksud di atas, mari kita diskusi mengenai sahabat & kemunafikan di sini: https://secondprince.wordpress.com/2009/07/01/sahabat-nabi-yang-dikatakan-munafik-dalam-shahih-muslim/ Sekalian bantu rekan sampeyan yg entah hingga saat ini nampaknya mengalami mesulitan utk menjawab.

    Salam

  191. saya sudah menduga kaum syiah akan menggunakan hadits tersebut saya akan mengatjukan pertanyaan, apakah jumlah tersebut tetap atau hilang setelah nabi meninggal, lagian dalam hadits tersebut nabi hanya meneybut 12, sedangkan syiah berpendapat mayoritas . dan hadits itu menunjukan kemukjizatan nabi, karena nabi muhammad seorang nabi tentu nabi dikasih tau orang munafik, sedangkan syiah meyakini mayoritas sahabt adalah munafik, kalu begitu nabi muhmaad nabi yang mudah di bohongi sahabat. Pada kasus nmeninggal gembong munafik para sahabat bertanya mengapa nabi memberi jubah kepada orang munafik, ini berarti sahabt nabi tau orang ynag munafik. tau ddari nabi dan ciri-cirinya. ente bilang sahabat munafik tapi ente sendiri melakukan aqidah munafik (taqiyah)

  192. {Sudahlah…Tidak usah menghindar-hindar dgn membawakan istilah baru tentang munafik (belum lagi bahasanya jg sulit sy pahami). Ini termasuk penyakit syiahphobia dan wahabiyyun. Semua hal yg tak mampu dijawab, kemudian diusunglah istilah baru yang mrk pikir dapat menuntaskan masalah-masalah yg dihadapi. Namun kenyataannya malah semakin mengalami kesulitan dan menambah masalah.]
    saya sudah biasa dialog dengan orang syiah dan saya sering ditaqiyah, walaupun semua orang tahu bahwa dia syiah tapi tetap aja tidak mengaku, setahu saya imam ali adalah orang yang pemberani sehingga tidak takut mati untuk mengatkan kebenaran

    sebenarnya pertanyaan saya itu konfirmasi sehingga bila kata tersebut disepakat diskusi akan berlanjut , mirip pra pegadilan. karena banyak istilah yang sama tapi pengertiannya beda contoh kata syirik dalam islam berbeda dengan kata syirik dalam kehidupan Kita(syirik dalam islam=menduakan tuhan syirik kita=iri) , contoh jangan di jakarta dan dan beda kata bisa bisa berari racun atau kemauan. ini adalah manhaj saya berdialog bila ente tidak menjawab berarti emang ente tidak mau berdiskusi dengan baik

  193. [Saat Khalid al Walid membunuh Malik bin Nuwairah seorang sahabat Nabi saaw….menurut anda, ukuran apa yg digunapakai oleh Khalid? Apa dia menganggap Malik munafik? Atau dia menganggap Malik itu kafir?] Bagaimana sikap nabi terhadap Kholid bin walid, apakah nabi

  194. @iwanmak

    Terdapat faktor yang beragam terkait dengan kemunculan berbagai aliran dan mazhab dalam Islam. Di antaranya adalah ketidakpedulian sekelompok umat Islam terhadap wasiat-wasiat dan ucapan Rasulullah Saw sehubungan dengan masalah khilafah dan keimamahan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As, menyusupnya para pemeluk agama lain di kalangan umat Islam, percampuran dan pertukaran budaya dengan mereka, adanya jarak masa yang jauh antara umat Islam dengan ajaran Islam yang orisinil dan pengetahuan Ahlubait As, adanya pelarangan atas penulisan hadis-hadis Nabi Saw hingga berlangsung satu abad lamanya, campur tangan tangan-tangan jahil para khalifah Bani Umayyah dalam membuat hadis-hadis palsu dalam memuji sebagian sahabat yang munafik, campur tangan para khalifah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah dengan menciptakan perselisihan mazhab di antara kaum muslimin dengan tujuan menangkap ikan di air keruh untuk tujuan agar tetap dapat mempertahankan kekuasaan mereka, kebodohan umat dan terpengaruhnya mereka dengan berbagai propaganda busuk.

    Sudah tentu, bahwa sebagian faktor itu sengaja diciptakan untuk tujuan merubah dan menghancurkan ajaran Islam. Khusunya gerakan dan perubahan yang dilakukan oleh sebagian kaum Yahudi, yaitu dengan membuat hadis-hadis palsu yang dikenal dengan sebutan “Israiliyyat”. Dan sebagian faktor lainnya diciptakan karena sifat tamak terhadap dunia dan karena hasud dan kedengkian hati yang mendalam. Setiap kelompok dengan memperalat politik berhasil menjauhkan sebagian besar umat Islam dari para Imam Ahlulbait As yang merupakan hidayah shirat al-mustaqim (petunjuk jalan lurus) dan menciptakan aliran tertentu. Tetapi sebagian aliran tersebut telah musnah ditelan masa dan sebagian lainnya muncul kembali pada abad-abad modern sekarang ini. Walaupun mereka begitu gigih untuk menghancurkan Islam, tetapi berkat bimbingan dan kerja keras para Imam Ahlulbait As dengan penuh kesabaran, istiqamah dan juga dengan usaha keras para pengikut setia Imam-imam suci Ahlulbait As, ajaran Islam yang asli dan sumber wahyu Ilahi yang agung masih tetap terjaga secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya hingga hari ini.

    Wassalam

  195. @iwanmak

    Sy tentu tdk keberatan berdialog dgn sampeyan. Tapi thread mengenai sahabat & kemunafikan lbh tepat di link yg sy sodorkan, bukan di sini.

    Tapi mohon gunakan kata-kata/bahasa yg jelas. Sy sungguh tdk faham sampeyan itu nulis apa mengenai istilah-istilah munafik

    Salam

  196. [Sudah tentu, bahwa sebagian faktor itu sengaja diciptakan untuk tujuan merubah dan menghancurkan ajaran Islam. Khusunya gerakan dan perubahan yang dilakukan oleh sebagian kaum Yahudi, yaitu dengan membuat hadis-hadis palsu yang dikenal dengan sebutan “Israiliyyat”. Dan sebagian faktor lainnya diciptakan karena sifat tamak terhadap dunia dan karena hasud dan kedengkian hati yang mendalam. Setiap kelompok dengan memperalat politik berhasil menjauhkan sebagian besar umat Islam dari para Imam Ahlulbait As yang merupakan hidayah shirat al-mustaqim (petunjuk jalan lurus) dan menciptakan aliran tertentu. Tetapi sebagian aliran tersebut telah musnah ditelan masa dan sebagian lainnya muncul kembali pada abad-abad modern sekarang ini. Walaupun mereka begitu gigih untuk menghancurkan Islam, tetapi berkat bimbingan dan kerja keras para Imam Ahlulbait As dengan penuh kesabaran, istiqamah dan juga dengan usaha keras para pengikut setia Imam-imam suci Ahlulbait As, ajaran Islam yang asli dan sumber wahyu Ilahi yang agung masih tetap terjaga secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya hingga hari ini.]

    kalo begitu ajaran islam ada yang hilang , berarti kalau begitu ajaran islam belum sempurna dan perlu nabi lagi untuk meyempurnakan ajaran yang hilang ( ini logika antum)

  197. Jika tidak mengenal imam zaman maka akan seperti jahiliah.
    Jadi Salafy/Wahaby pasti ikutan jadi orang jahiliah. Ngomongnya ngawur.

  198. Dr. Quraishi Shihab sebenarnya adalah seorang syiah, yang super hebat dalam bertaqiyah. Ingat, ketika beliau menjadi menteri agama di era Suharto, betapa dia menjilat kepada Pak Harto dan keluarganya. Bahkan ketika Bu Tien wafat, Quraishi Shihab menjamin bahwa Ibu Tien akan masuk sorga. Betapa hebatnya beliau, menjual aqidah demi kedudukannya sebagai menteri agama, demi duniawinya. Apakah seperti itu seroang yang diakui sebagai ulama. Luar biasa hebantnya.

  199. @Ki Sentot Adidaya.
    Apa yang anda uraikan diatas adalah FAKTA. Tapi yang salah
    anda tidak mengenal Dr. Quraish Shihab seblumnya. Sebelum ia di Jakarta beliau berada di Makasar sebagai Ulama dan ia adalah salah satu yang ANTI MAULUD Nabi.
    Jadi kalau anda katakan ia adalah seorang SUPER HEBAT DALAM TAGIYAH. Anda SALAH besar. Baru 15 tahun terakhir ini beliau berubah menjadi SUNI sejati. Apakah SALAH manusia berobah karena mendapat Hidayah dari Allah.
    Dan dalam bukunya ia berusaha menyatukan perbedaan (khilaf) dalam Siyah dan Suni. Perbuatan beliau saya anggap MULIA demi kesatuan Islam. Tapi anda rupanya tidak senang umat Islam bedrsatu. Sehingga usaha beliau anda cap sebagai seorang Super hebat Tagiyah.
    Kalau demikian cara anda berpikir, maka anda sama saja dengan mereka pembenci Islam. Wasalam

  200. @Ki Sentot Adidaya,

    Anda yg luar biasa hebatnya dlm memfitnah orang :mrgreen:

  201. @Ki Sentot Adidaya
    Ooo..begitu to Ki, terus tentang Adian Husaini gimana? Apa dia juga seorang “ulama” yg super hebat? Tanya sedikit Ki, topik artikelnya apa sih?

  202. Dr. Quraishi Shihab sebenarnya adalah seorang syiah,

    Hanya tebak2an yang berpotensi fitnah ==> Sampah.

    yang super hebat dalam bertaqiyah. Ingat,

    Tebak2an lagi. ==> sampah.

    ketika beliau menjadi menteri agama di era Suharto, betapa dia menjilat kepada Pak Harto dan keluarganya.

    Bahasa hasut, dengki (mencontoh infotainment) ==> Sampah

    Bahkan ketika Bu Tien wafat, Quraishi Shihab menjamin bahwa Ibu Tien akan masuk sorga.

    Tunjukkan sumber sahihnya, kalau tidak ada dan penjelasan dr QS, jika tidak ada ==> sampah

    Betapa hebatnya beliau, menjual aqidah demi kedudukannya sebagai menteri agama, demi duniawinya.

    Analisa tukang gibhah dan hasut (infotainment) ==> Sampah

    Apakah seperti itu seroang yang diakui sebagai ulama. Luar biasa hebantnya.

    Apakah begini cara mengambil kesimpulan dgn mengumpulkan gosip2 dan dugaan2? ==> sampah

    Sampah tempatnya di tempat sampah

    Salam damai.

  203. @truthseekers 08
    Demikian cara berpikir mereka selalu berbau kotoran=SAMPAH. Very good respond

  204. Kesejahteraan dan Cahaya
    26 Agustus 2006

    Allohlah yang menciptakan langit dan bumi
    Segala kebenaran berasal dariNya
    Semoga aku dalam jalanNya, Jalan Alloh yang Maha Perkasa
    Para Rosul telah diutusNya, untuk mengabarkan
    Bahwa Alloh sajalah yang berhak disembah
    Telah nyata jalan yang benar dan jalan yang sesat
    Manusia adalah makhluk yang lemah
    Dengan penuh kesombongan melawan PenciptaNya
    Tak bermanfaat hal demikian ini
    Justru merugikan dirinya sendiri
    Lihatlah Fir’aun dan kaum-kaum yang dihancurkan Alloh
    Begitulah akhir bagi yang sombong
    Adzab akherat lebih pedih dan keras lagi
    Beruntunglah orang yang beriman dan beramal sholeh
    Dan selalu berbuat kebaikan dan juga patuh pada Alloh
    Balasan Alloh adalah kebaikan di dunia dan di akherat
    Alloh memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki
    Hikmah segala hal ada padaNya, Allohlah Maha Mengetahui Maha Bijaksana
    Peperangan dan perdamaian yang terjadi pada umat manusia adalah kehendak Alloh
    Semua telah diatur dalam kitab yang nyata
    Sesungguhnya lihatlah segala hal disekelilingmu
    Engkau akan melihat kekuasaan Alloh begitu besarnya
    Kenapa engkau tidak patuh dan bertaqwa kepadaNya?
    Kenapa engkau ingkar dan merasa pandai?
    Sungguh kegelapan-kegelapan itu akan menutupi pandangan mata yang buta
    Manusia sangatlah kecil di hadapan Alloh
    Manusia seharusnya bersyukur kepada Alloh
    Lihatlah manusia tidak akan lolos dari usia
    Manusia akan mati dan akan dibangkitkan lagi
    Pengetahuan ini telah datang dari Alloh dari lisan-lisan RosulNya
    Kenapa manusia tetap berpaling?
    Dunia ini selalu menutupi pandangan yang jernih
    Setan dan iblis berlomba menjerumuskan anak Adam
    Sungguh kebanyakkan manusia tidak mengerti
    Mereka hanya beranggapan dunia ini kehidupan dan akan hancur
    Sesungguhnya Alloh akan menepati janjiNya
    Akan datang hari pembalasan itu
    Tiada orang yang selamat kecuali orang yang dirahmatiNya
    Alloh Maha Pengasih dan Maha Penyayang
    Perintah Alloh agar manusia tidak menyekutukanNya
    Manusia untuk sholat, zakat
    Alloh memerintahkan untuk penegakkan hukum qisos
    Larangan syirik dan berbuat dosa
    Alloh mengampuni hamba dan mengadzab yang dikehendakiNya
    Apakah bermanfaat semua perbuatan manusia jika dia mendustakan Alloh dan RosulNya?
    Sungguh tidak bermanfaat baginya kehidupan didunianya
    Karena dia akan menderita dan diadzab di dalam neraka
    Peralatan yang canggih dan ilmu pengetahuan modern yang dibanggakan manusia?
    Apakah mampu mencegah adzab dari Alloh?
    Sungguh apa yang dikehendaki adzab oleh Alloh maka dia tiada bisa menghindar
    Sungguh yang kelihatan jauh dan tidak mungkin itu adalah dekat dan pasti
    Sungguh manusia yang mendustakan itu akan benar-benar menyesal disana
    Penyesalan yang tiada gunanya
    Manusia pandai mengolah kata, manusia bermain logika
    Tidak bermanfaat kata-kata yang melawan kata-kata tuhannya
    Kata-kata kesesatan akan hancur dan menghancurkan
    Sungguh kemuliaan dan segala pujian itu hanya bagi Alloh
    Logika yang melawan Alloh hanyalah sia-sia
    Akan mengotori pikiran dan jiwa
    Manusia akan merasa benar namun dia dalam keragu-raguan yang nyata
    Allohlah yang memberi petunjuk, mohonkanlah kepadaNya kebaikkan
    Sesunggunya setan akan selalu mengganggu anak adam
    Perlindungan Alloh dan penjagaanNya sangatlah kuat
    Alloh melarang manusia untuk berzina dan juga riba
    Alloh menyukai manusia menikah dan memperbanyak keturunan
    Alloh menyuruh manusia untuk mengasihi kedua orang tua
    Sebagian manusia mau berfikir sebagian tetap dalam keingkaran dan kesombongan
    Sungguh pengetahuan yang datang dari Alloh itu adalah yang benar
    Dan penyesalan di suatu hari akan dirasakan oleh para pendusta
    Muhammad telah diutus, dan didampingi oleh sahabat-sahabat yang mulia
    Tidakkah engkau lihat kisah dan perjuangan mereka dalam menegakkan
    Dan membela agama Alloh?
    Sungguh contohlah mereka, ikutilah jalan mereka, niscaya engkau akan beruntung
    Berbagai pertempuran, berbagai cobaan hidup mereka lalui dengan sabar
    Mereka adalah pendahulu dalam islam
    Mereka adalah contoh kita dalam kehidupan
    Sungguh kisah para nabi dan rosul selalu menunjukkan akan penegakkan agama Alloh
    Sungguh Alloh akan membalas semua itu dengan kebaikan yang berlipat-lipat
    surgaNya yang indah dan ridhoNya
    penuh ketentraman dan cahaya-cahaya wajah kebahagiaan

  205. @navri
    Kita mencontohi yang jelas2 Rasulullah SAW PERINTAHKAN. Dan tidak mencontohi apa yang diperintahkan oleh Ulama yang bertentangan dengan perintah Rasul. Rasul telah memerintah umatnya untuk berpegang pada Alqur’an dan Itrahti Ahlulbaiti agar tidak SESAT. Siapa yang tidak berpegang pada kedua ini mereka akan SESAT.

  206. Mendukung dan mengutip Mengutip “truthseeker08”

    “Dr. Quraishi Shihab sebenarnya adalah seorang syiah, ”

    Hanya tebak2an yang berpotensi fitnah ==> Pernyataan SAMPAH.

    ” yang super hebat dalam bertaqiyah. Ingat”

    Tebak2an lagi. ==> PERNYATAAN SAMPAH

    “ketika beliau menjadi menteri agama di era Suharto, betapa dia menjilat kepada Pak Harto dan keluarganya”

    Bahasa hasut, dengki (mencontoh infotainment) ==> SAMPAH-SAMPAH-SAMPAH MULUT BAU

    “Bahkan ketika Bu Tien wafat, Quraishi Shihab menjamin bahwa Ibu Tien akan masuk sorga. ”

    Tunjukkan sumber sahihnya, kalau tidak ada dan penjelasan dr QS, jika tidak ada ==> FITNAH KLAS SAMPAH

    “Betapa hebatnya beliau, menjual aqidah demi kedudukannya sebagai menteri agama, demi duniawinya”

    Analisa tukang gibhah dan hasut (infotainment) ==> SAMPAH dan DIHARAMKAN MUI

    “Apakah seperti itu seroang yang diakui sebagai ulama. Luar biasa hebantnya”

    Apakah begini cara mengambil kesimpulan dgn mengumpulkan gosip2 dan dugaan2? ==> TUKANG SAMPAH TAK PERNAH KULIAH

    Sampah tempatnya di tempat sampah BUKAN DI FORUM ILMIAH

    Salam damai BUAT ORANG_ORANG YANG BISA MEMBEDAKAN SAMPAH DAN EMAS…

  207. SYIAH SAUDARAKU, SUNI KELUARGAKU. ALQUR’AN DAN SUNAH MENGAJARKAN UKHUWAH. “SESUNGGUHNYA MUSLIM ITU BERSODARA” (QUR’AN). YANG MENENTANG AJARAN QUR’AN DAN SUNAH DAN MENGGANTIKANNYA DENGAN AJARAN ULAMA DAN ALIRAN SAMPAH ADALAH ANTI ISLAM YANG BERKEDOK ISLAM, IBLIS BERKEDOK JUBAH. ISLAM=SUNI+SYIAH

  208. Terlihat kejeniusan Prof Dr Quraish Shihab, terlihat ketololan salafiyun, dangkal, picik, baru tahu bumi dah merasa tahu langit.
    Mendukung sepenuhnya untuk Dr. Quraish Shihab yang cerdas, ilmiah, dan insya Alloh lebih mulia dari para dedengkot salafy tolol.

  209. Setahu saya, dimana ada salafy disitu ada kekacauan. Salafy adalah molotof yang meledakkan pertikaian sesama muslim. Salafy selalu mengkafirkan siapapun yang berbeda faham dengannya, bukan hanya mengkafirkan syiah. Bahkan setahu saya, sesama ulama salafy sendiri yang berbeda paham saling mengkafirkan, apalagi dengan kelompok lain. Mungkin dimasa datang, akan segera difatwakan “halal ditumpahkan darahnya bagi selain salafy” sebab selain salafy dianggap kafir, dan kafir dianggap halal darahnya. Kasus nyata di Aceh, pertempuran salafi dengan warga yang dianggap kafir sudah terekspose oleh wartawan.

    SAY NO TO SALAFY + WAHABI !!!

  210. @ninoc
    Apakah anda tidak sadar bahwa dengan kata2 anda tsb diatas, anda telah membuka kedodok anda sebagai PENGUMPUL SAMPAH?

  211. aku setuju mas iwan! tp akan lebih baek lagi diskusi ni di sampaikan dgn bahasa yang santun.. islam adalah santun.

  212. tp, gimana pun juga profesor QS adalah seorang sunni, tak lebih dari seorang manusia.

  213. QS bukan sunni, beliau hanya bertaqiyah. taqiyah adalah salah satu akidah syiah. apakah taqqiyah? apakah taqqiyah dibolehkan dalam Islam? mari kita simak, dan dipenghujung akan ana buktikan kalau QS adalah syiah yg sedang bertaqiyyah menjadi sunni. taqqiyah dan kewajiban bertaqqiyah dalam syiah dibawah ini, definisi dan fungsinya, seperti yg dikutip dari kitab2 syiah (kitab dan halamannya termaktub)

    Taqiyyah Menurut Tinjauan Syi’ah Rafidhah

    Atas dasar riwayat-riwayat batil yang ada pada mereka, maka dapat dipastikan bahwa mereka telah berbuat 3 kesalahan fatal:

    A. Definisi Taqiyyah Yang Bertentangan Dengan Definisi Taqiyyah Secara Syar’i Di dalam Al Kasykul 1/202 karya Yusuf Al Bahrani mengatakan: “ Yang dimaksud dengan taqiyyah adalah menampakkan kesamaan dengan keyakinan agama orang-orang yang menyelisihi mereka karena adanya rasa takut.”

    Al Kulaini meriwayatkan -dengan dusta- dari Abu Ja’far, beliau berkata: “Berkumpullah dengan mereka (orang-orang yang menyelisihi Syi’ah Rafidhah -red) secara dhahir namun selisihilah mereka secara batin”.
    Al Khomeini di dalam Kasyful Asrar hal. 147 mendefinisikan makna taqiyyah: “Seseorang yang mengucapkan atau mengamalkan sesuatu, berbeda dengan kenyataan (hatinya) yang membatalkan timbangan-timbangan syariat …”.

    Tampak dari ucapan-ucapan mereka bahwa definisi taqiyyah menurut Syi’ah Rafidhah:

    1. Tidak membedakan apakah taqiyyah mereka amalkan dihadapan kaum muslimin atau orang-orang kafir. Lalu apa bedanya mereka dengan orang-orang munafik di jaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam ?!.

    2. Apa yang mereka sembunyikan bukanlah keimanan namun justru kekufuran tatkala berkumpul dengan kaum muslimin.

    3. Taqiyyah mereka tidak memperhatikan timbangan-timbangan atau kriteria-kriteria syar’i.

    B. Kedudukan dan Keutamaan Taqiyyah yang Berlebihan Menurut Syi’ah Rafidhah

    1. Taqiyyah adalah pokok agama mereka.
    Al Kulaini di dalam Al Kafi 2/174 menukilkan –dengan dusta- ucapan Abu Ja’far: “Taqiyyah merupakan agamaku dan agama para pendahuluku. Tidak ada keimanan bagi seseorang yang tidak bertaqiyyah”. Dalam riwayat lain -dengan dusta- dari Abu Abdillah: “Tidak ada agama bagi seorang yang tidak bertaqiyyah”.

    2. Taqiyyah adalah kemuliaan agama seseorang.
    Al Kulaini di dalam Al Kafi 2/176 meriwayatkan –dengan dusta- ucapan Abu Abdillah kepada Sulaiman bin Khalid: “Wahai Sulaiman, sesungguhnya engkau diatas agama yang apabila seseorang menyembunyikannya (bertaqiyyah), maka Allah akan muliakan dia. Barangsiapa menampakkannya maka Allah akan hinakan dia”.

    3. Taqiyyah merupakan sebuah ibadah yang paling dicintai Allah

    Abu Abdillah mengatakan di dalam Al Kafi 2/219 karya Al Kulaini –dengan dusta- : “Tidaklah Allah diibadahi dengan suatu amalan yang lebih Dia cintai daripada Al Khab’u. Aku (periwayat) bertanya: “Apa itu Al Khab’u ? Beliau menjawab: “Taqiyyah”.

    4. Taqiyyah merupakan seutama-utama amalan hamba.
    Di dalam Tafsirul Askari hal. 163 dinukilkan -dengan dusta- bahwa Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Taqiyyah merupakan salah satu amalan mukmin yang paling utama. Dia menjaga diri dan saudaranya dengan taqiyyah dari orang-orang jahat (kaum muslimin -red).

    5. Taqiyyah merupakan semulia-mulia akhlak.
    Dari Al Baqir, dia berkata: “Semulia-mulia akhlak para imam dan orang-orang mulia dari kelompok kami adalah taqiyyah”. (Al Ushul Ashliyah hal. 320 karya Abdullah Syabbar)

    6. Hukum taqiyyah setingkat tauhid dan shalat wajib
    Al Qummi di dalam Al I’tiqadaat mengatakan: “Taqiyyah hukumnya wajib. Barangsiapa meninggalkannya maka kedudukannya seperti meninggalkan shalat wajib.”
    Dia meriwayatkan didalam kitab tersebut dari Ali bin Hasan –dengan dusta– beliau berkata: “Allah mengampuni seluruh dosa seorang mukmin dan mensucikannya di dunia dan akhirat kecuali 2 dosa: meninggalkan taqiyyah dan meninggalkan hak-hak saudaranya (saudara sesama Syi’ah Rafidhah –red).”

    7. Mereka membatasi kewajiban bertaqiyyah sampai munculnya Imam Mahdi

    Al Qummi di dalam Al I’tiqadaat juga mengatakan: “Taqiyyah hukumnya wajib. Tidak boleh menghapus kewajiban itu sampai muculnya Imam Mahdi…”.

    C. Munculnya Amalan-Amalan Kemungkaran Sebagai Realisasi Pandangan Sesat Mereka Terhadap Taqiyyah
    1. Pengkafiran kaum muslimin yang tidak melakukan taqiyyah ala Syi’ah Rafidhah

    Al Qummi di dalam Al I’tiqadaat ketika menyebutkan tentang kewajiban taqiyyah, mengatakan: “… Barangsiapa meninggalkan (taqiyyah) sebelum munculnya Imam Mahdi maka dia telah keluar dari agama Allah, agama Imamiyyah dan menyelisihi Allah, Rasul serta para imam mereka.”

    2. Pembolehan untuk melakukan taqiyyah didalam segala keadaan walaupun dalam keadaan tidak terpaksa
    Ath Thusi meriwayatkan –dengan dusta– di dalam Al Amaali hal. 229 dari Ash Shadiq, beliau berkata: “Bukanlah dari golongan kami, seseorang yang tidak menjadikan taqiyyah sebagai syiar dan bajunya walaupun ditengah orang-orang yang dia percayai. Hal itu tetap dia lakukan agar selalu menjadi tabiatnya ketika ditengah orang-orang yang mengancamnya.”

    3. Ibadah yang diiringi dengan taqiyyah memiliki keutamaan besar

    Ash Shaduq di dalam Man Laa Yahdhuruhul Faqih 1/266 meriwayatkan –dengan dusta– dari Abu Abdillah, berkata: “Tidaklah salah seorang diantara kalian menunaikan shalat wajib sesuai waktunya lalu shalat lagi dengan taqiyyah bersama mereka (kaum muslimin) dalam keadaan berwudlu’ kecuali Allah tulis (keutamaan) baginya sebesar 25 derajat. Oleh karena itu berharaplah kalian untuk mendapatkannya.”

    4. Riwayat-riwayat para Imam mereka yang bertolak belakang dengan aqidah mereka dianggap sebagai taqiyyah (diringkas dari Firaqusy Syi’ah hal. 85-87 karya An Naubakhti)

    5. Penafsiran yang batil terhadap ayat-ayat Allah Ta’ala
    Surat Fushshilat 34 :

    وَلاَ تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلاَ السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
    yang artinya: “Dan tidaklah sama antara kebaikan dan kejelekan. Balaslah (kejelekan itu) dengan cara yang lebih baik.”

    Abu Abdillah berkata: “Kebaikan itu adalah taqiyyah, sedangkan kejelekan itu adalah terang-terangan di dalam beragama.” (Al Kafi 2/173 karya Al Kulaini)
    Sedangkan ‘cara yang lebih baik’ itu adalah taqiyyah. (Al Kafi hal. 482 karya Al Kulaini)

    Surat Al Hujurat 13 :

    إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
    yang artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah adalah yang paling taqwa.”
    Ash Shadiq – seorang syi’i – berkata: “Yaitu orang-orang yang paling mengetahui tentang taqiyyah.” (Al I’tiqadaat karya Al Qummi)

    Aqidah Taqiyyah Merupakan Ciri Khas Syi’ah Rafidhah
    Di dalam Al I’tiqadaat karya Al Qummi diriwayatkan –dengan dusta– dari Ali bin Husain, beliau berkata: “Kalau seandainya tidak ada taqiyyah maka wali-wali kami tidak akan dikenal diantara musuh-musuh kami.”

    Hakekat Taqiyyah Syi’ah Rafidhah Sama Dengan Kemunafikan

    Sangat tepat untuk dinyatakan bahwa hakekat taqiyyah mereka tidaklah beda dengan kemunafikan di masa kenabian Rasul Shallallahu ‘alaihi wassallam. Padahal Allah Ta’ala banyak memperingatkan sifat-sifat mereka (kaum munafik) di dalam kitab-Nya, diantaranya:

    وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
    Artinya : “Dan jika mereka (kaum munafik) bertemu dengan orang-orang beriman mereka berkata: ‘Kami beriman.’ Namun bila mereka bertemu dengan para syaithan, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami bersama kalian. Kami hanyalah mengejek mereka (kaum muslimin).” (Al Baqarah: 14)

    Allah juga berfirman :

    قُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ
    yang artinya: “Mereka (orang-orang munafik) mengatakan sesuatu yang berbeda dengan apa yang ada di hatinya.” (Al Fath: 11)

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam mengingatkan tentang keadaan mereka:

    “Dan kalian akan dapati sejelek-jelek manusia adalah yang bermuka dua, yaitu dia mendatangi suatu kaum dengan satu wajah dan mendatangi kaum yang lain dengan wajah yang lain pula.” (Muttafaqun ‘alaihi)

    Ahli Bait Berlepas Diri Dari Taqiyyah

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah di dalam Minhajus Sunnah 2/46 menyebutkan bahwa Allah membersihkan kaum mukminin dari kalangan Ahli Bait dari perbuatan taqiyyah. Bahkan mereka merupakan manusia paling jujur dalam keimanan. Agama mereka adalah ketaqwaan dan bukan taqiyyah.

    (Dikutip dari Buletin Islam Al Ilmu Edisi 39/III/II/1425. Diterbitkan Yayasan As Salafy Jember. Judul asli Syi’ah dan Taqiyyah)

  214. Benarkah Quraish Shihab penganut paham Syi’ah?

    LPPI pernah mendapatkan surat pernyataan dari Osman Ali Babseil (PO Box 3458 Jedah, Saudi Arabia, dengan nomor telepon 00966-2-651 7456). Usianya kini sekitar 74 tahun, lulusan Cairo University tahun 1963.

    Dengan sungguh-sungguh seraya berlepas diri dari segala dendam, iri hati, ia menyatakan:

    1. Sebagai teman dekat sewaktu mahasiswa di Mesir pada tahun 1958-1963, saya mengenal benar siapa saudara Dr. Quraish Shihab itu dan bagaimana perilakunya dalam membela aqidah Syi’ah.

    2. Dalam beberapa kali dialog dengan jelas dia menunjukkan sikap dan ucapan yang sangat membela Syi’ah dan merupakan prinsip baginya.

    3. Dilihat dari dimensi waktu memang sudah cukup lama, namun prinsip aqidah terutama bagi seorang intelektual, tidak akan mudah hilang/dihilangkan atau berubah, terutama karena keyakinannya diperoleh berdasarkan ilmu dan pengetahuan, bukan ikut-ikutan.

    4. Saya bersedia mengangkat sumpah dalam kaitan ini dan pernyataan ini saya buat secara sadar bebas dari tekanan oleh siapapun.

    Pernyataan itu dibuat Osman Ali Babseil sepuluh tahun lalu (Maret 1998), namun hingga kini masih relevan, karena Quraish Shihab pun hingga kini terbukti masih menyebarluaskan doktrin Syi’ah.

    Ke-Syi’ah-an Quraish Shihab juga terlihat ketika ia meluncurkan Ensiklopedi Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya, yang diterbitkan oleh Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal bekerjasama dengan Yayasan Bimantara (2007). Salah satu indikasinya, dalam Ensiklopedi itu terlalu gandrung menggunakan tafsir Syi’ah Al Mizan karangan Tabataba’i sebagai referensi dalam penulisan entri. Bahkan dapat dikatakan, rujukan utama Ensiklopedi ini adalah tafsir Syi’ah yang memberikan penafsiran terhadap Al-Qur’an sesuai dengan pemahaman aliran Syi’ah yang memusuhi sahabat-sahabat Nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam.

    Contoh lain ketika ia menerbitkan buku berjudul Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? Pada buku itu antara lain dikatakan, bahwa di antara Sunnah-Syi’ah terdapat kesamaan dalam prinsip-prinsip ajaran, sedang dalam rinciannya terdapat perbedaan. Namun persamaannya jauh lebih banyak. Ini bisa dilihat dari masalah keimanan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari kemudian, ketaatan kepada Rasul dan mengikuti apa yang dinilai sah bersumber dari beliau, serta melaksanakan Rukun Islam yang lima.

    Benarkah demikian?

    Dalam buku Syi’ah sendiri dinyatakan: Abi Abdullah berpesan; sesungguhnya dunia dan akhirat adalah kepunyaan Imam, diberikannya kepada yang dikehendakinya dan ditolaknya bagi yang tak diingininya. Ini kekuasaan yang diberikan oleh Allah kepada Imam. Sebagaimana ditulis oleh Muhammad bin Ya’kub al-Kulaini dalam kitab Ushul Kafi, khususnya pada bab yang berjudul Bumi Seluruhnya Adalah Milik Imam.

    Salah satu ulama Syi’ah lainnya, Jakfar as-Shadiq diklaim mengatakan:

    “Yang punya bumi adalah Imam, maka apabila Imam keluar kepadamu cukuplah akan menjadi cahaya (nur). Manusia tidak akan memerlukan matahari dan bulan.” (lihat Tarjumah Maqbul Ahmad, hal. 339). Tarjumah Maqbul Ahmad. (bahasa Urdu) hal. 339. Diterjemahkan secara harfiyah

    Padahal, Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan dalam Al-Qur’an, surat al-Araf:

    إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ

    “Sesungguhnya bumi adalah kepunyaan Allah, diwariskan kepada orang yang dikehendaki-Nya”. (QS Al-A’raf: 128)

    Menurut Quraish pula, secara bahasa Suni atau Sunah berarti perilaku atau tindakan Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan Syi’ah berarti mengikuti, maksudnya adalah menjadi pengikut Nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, semua Sunah adalah Syi’ah, dan semua Syi’ah adalah Sunah. Karena mereka yang mengikuti perilaku Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam adalah pengikutnya Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam dan begitu juga sebaliknya.

    Padahal, makna Syi’ah adalah pengikut (‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu). Quraish jelas telah memanipulasi makna Syi’ah. Kalau Sunnah dan Syi’ah tidak ada perbedaan, tentu tak perlu repot-repot mengidentifikasikan dirinya dengan nama yang berbeda. (lihat tulisan berjudul Ahmadiyah, Syi’ah dan Liberal, April 7, 2008 2:30 am).

    Masalah Jilbab

    Selain berpaham Syi’ah militan, Quraish Shihab juga berbanjar bersama-sama dengan sejumlah orang yang menempatkan berjilbab (menutup aurat) pada posisi khilafiah, sebagaimana ditulisnya dalam sebuah buku berjudul Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah: Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer di tahun 2006.

    Menurut Quraish, ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang pakaian wanita mengandung aneka interpretasi. Selain itu, ketetapan hukum tentang batas yang ditoleransi dari aurat atau badan wanita bersifat zhanniy yakni dugaan semata. Quraish juga bersikap, bahwa adanya perbedaan pendapat para pakar hukum tentang batasan aurat adalah perbedaan antara pendapat-pendapat manusia yang mereka kemukakan dalam konteks situasi zaman serta kondisi masa dan masyarakat mereka, serta pertim-bangan-pertimbangan nalar mereka, dan bukannya hukum Allah yang jelas, pasti dan tegas.

    Sikap seperti itu jelas menepis Al-Qur’an. Sebab, Allah sudah secara tegas berfirman melalui surat Al-Ahzaab ayat 59:

    يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا(59)

    Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. (QS Al-Ahzab/ 33: 59).

    Sedangkan berkenaan dengan batasan aurat, sudah secara tegas difirmankan melalui surat QS An Nuur ayat 31:

    وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ ءَابَائِهِنَّ أَوْ ءَابَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(31)

    Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS An-Nur/ 24: 31).

    Sebab turunnya ayat ini, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Asma’ binti Murtsid pemilik kebun kurma, sering dikunjungi wanita-wanita yang bermain-main di kebunnya tanpa berkain panjang sehingga kelihatan gelang-gelang kakinya, demikian juga dada dan sanggul-sanggul mereka. Berkatalah Asma’: 揂langkah buruknya (pemandangan) ini. Turunlah ayat ini (S.24:31) sampai عَوْرَاتِ النِّسَاءِ auratinnisa (aurat wanita) berkenaan dengan peristiwa tersebut yang memerintahkan kepada Kaum Mu’minat untuk menutup aurat mereka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Muqatil yang bersumber dari Jabir bin Abdillah.)

    Sebab turunnya ayat (penggalan selanjutnya QS 24: 31) ini, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang wanita membuat dua kantong perak yang diisi untaian batu-batu mutu manikam sebagai perhiasan kakinya. Apabila ia lewat di hadapan sekelompok orang-orang, ia memukul-mukulkan kakinya ke tanah sehingga dua gelang kakinya bersuara beradu . Maka turunlah kelanjutan ayat ini ( S. 24 : 31, dari وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ “wala yadlribna bi arjulihinna” sampai akhir ayat) yang melarang wanita menggerak-gerakan anggota tubuhnya untuk mendapatkan perhatian laki-laki. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Hadhrami). (KHQ Shaleh dkk, Asbabun Nuzul, CV Diponegoro, Bandung, cetakan 7, tt, hlm 356).

    Fatwa-fatwa tentang jilbab.

    Mari kita bandingkan pendapat Quraish Shihab tersebut di atas dengan fatwa-fatwa berikut ini.

    1. Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh berfatwa: Bahwa wanita itu adalah aurat, diperintahkan untuk berhijab dan menutup. Dan dilarang tabarruj (membuka aurat yang diperintahkan untuk ditutupi, atau berhias dan bertingkah laku untuk dilihat lelaki) dan dilarang memperlihatkan perhiasannya, kecantikannya, dan bagian-bagian tubuh yang menimbulkan fitnah. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 59, QS An-Nur: 31, dan QS Al-Ahzab: 33.

    وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

    Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu (QS Al-Ahzab/ 33: 33). (Fatawa dan surat-surat Muhammad bin Ibrahim Alu Al-Syaikh juz 2/ halaman 124).

    2. Fatwa dari Qitho’il Ifta’ di Kuwait: Wajib atas perempuan muslimah sejak umur baligh untuk menutup seluruh badannya selain wajah dan dua tapak tangannya. Hal itu apabila ia keluar dari rumahnya atau adanya laki-laki bukan mahramnya, maka tidak boleh bagi perempuan muslimah menampakkan kepada lelaki ajnabi (bukan mahramnya) sebagian tubuhnya seperti: rambutnya, atau lehernya, atau hastanya (lengan/ dzira’) atau betisnya yang oleh sebagian wanita muslimah biasa terbuka pada masa kini menirukan orang bukan Islam. Apabila wanita muslimah menampakkan sebagian dari tubuhnya itu maka sungguh dia telah berbuat haram yang telah pasti haramnya.

    Dalil atas wajibnya wanita menutup seluruh badannya selain wajah dan dua tapak tangan adalah nash-nash yang banyak dari Al-Qur’anul karim dan sunnah Nabi yang shahih. Di antaranya firman Allah Ta’ala dalam QS An-Nur:

    31. Maksud dari firman-Nya إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا (kecuali yang (biasa) nampak daripadanya) adalah wajah dan dua tapak tangan. Sebagaimana hal itu telah ditunjukkan oleh As-Sunnah dan atsar dari sahabat. Maksud dari firman-Nya { وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ } (Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya), adalah hendaknya wanita melabuhkan kerudung yakni tutup kepalanya dimana agar menutup jaibuts tsaub yaitu bukaan leher. Oleh karena itu Allah berfirman:

    يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا(59)

    Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. (QS Al-Ahzab/ 33: 59).

    Dan dari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

    يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لا يَصْلُحُ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلاَّ هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى كَفِّهِ وَوَجْهِهِ (أخرجه أبو داود (4/62 ، رقم 4104) ، والبيهقى فى السنن الكبرى (7/86 ، رقم 13274) . وأخرجه أيضًا : فى شعب الإيمان (6/165 ، رقم 7796) ). – ( ضعيف ) وصححه الشيخ الألباني في صحيح سنن أبي داود وقال في الترغيب والترهيب : ( حسن لغيره برقم 2045)

    Wahai Asma’: Sesungguhnya wanita apabila telah sampai haidh maka tidak pantas untuk dilihat daripadanya kecuali ini dan ini, dan beliau menunjuk ke telapak tangan beliau dan wajah beliau. (HR Abu Dawud, dan Al-Baihaqi, dhaif, tetapi dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud, dan dihasankan lighoirihi dalam At-Targhib wat Tarhib).

    Atas dasar yang demikian itulah maka telah terjadi ijma’ ulama ummat sejak zaman Nabi, maka siapa yang menganggap bolehnya wanita muslimah di depan lelaki ajnabi (bukan mahram) membuka rambutnya atau lehernya atau semacamnya dari apa-apa yang diperintahkan untuk ditutupnya, maka sungguh telah menyelisihi Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’, dan telah menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Fatawa Qitha’il Ifta’ bil-Kuwait juz 6 halaman 223-224).

    Kembali ke sikap dan pemahaman yang dihembuskan Quraish Shihab:

    Anak perempuan Quraish Shihab, Najwa Syihab (penyiar televisi swasta?), dalam salah satu edisi majalah buatan kelompok yang dekat dengan liberal, menjadi gambar sampul, dengan tulisan mencolok, terhormat tanpa memakai jilbab. Dia menganggap, jilbab tidak wajib, dan dia mengaku bahwa itu mengikuti fatwa bapaknya.

    Begitulah watak Quraish Shihab, terhadap urusan yang sudah jelas landasannya saja ia masih berani membantah. (haji/tede).

    الفتاوى:

    1- أَن المرأَة عورة، ومأْمورة بالاحتجاب والستر. ومنهية عن التبرج وإِظهار زينتها ومحاسنها ومفاتنها، قال الله تعالى: (*) الآية(1). وقال تعالى: (*)(2). وقال تعالى: (*)(3).

    (1) سورة الأحزاب آية 59 .

    (2) سورة النور آية 31 .

    (3) سورة الأحزاب آية 33 .

    )فتاوى ورسائل محمد بن إبراهيم آل الشيخ – (ج 2 / ص 124)(

    2- يجب على المرأة المسلمة منذ سنّ البلوغ أن تستر جميع بدنها ما عدا الوجه والكفين ، وذلك إذا خرجت من بيتها أو كانت بمحضر رجال من غير محارمها ، فلا يجوز لها أن يظهر منها للرجال الأجانب عنها شئ من شعرها أو رقبتها أو ذراعيها أو ساقيها ممّا اعتادت بعض النساء المسلمات كشفه في هذا العصر تقليداً لغير المسلمات ، فإن ظهرت المرأة المسلمة شيئاً من ذلك فقد فعلت محرما مقطوعاً بتحريمه.

    والدليل على وجود ستر المرأة جميع بدنها ما عدا الوجه والكفين نصوص كثيرة من القرآن الكريم ، والسنة النبوية الصحيحة منها قول الله تعالى :{ وقل للمؤمنات يغضضن من أبصارهن ويحفظن فروجهن ولا يبدين زينتهن إلاّ ما …ظهر منها وليضربن بخمرهن على جيوبهن ولا يبدين زينتهن إلاّ لبعولتهن أو آبائهن أو آباء بعولتهن أو أبنائهن أو أبناء بعولتهن أو إخوانهن أو بني إخوانهن …أو نسائهن أو ما ملكت أيمانهن أو التابعين غير أولى الإربة من الرجال أو الطفل الذين لم يظهروا على عورات النساء ولا يضربن بأرجلهن ليعلم ما يخفين من زينتهن وتوبوا إلى الله جميعا أيها المؤمنون لعلكم تفلحون } (سورة النور الآية رقم 31)، والمراد بقوله تعالى في هذه الآية {إلاّ ما ظهر منها} هو الوجه والكفان. كما دلتّ على ذلك السنة والآثار عن الصحابة والمراد بقوله تعالى: { ولْيضربْن بخُمُرهن على جيوبهن} أن تلوي المرأة الخمار وهو (غطاء الرأس ) بحيث يستر جيب الثوب وهو ( فتحة العنق ) ومن ذلك قول الله تعالى { يا أيها النبي قل لأزواجك وبناتك ونساء المؤمنين يدنين عليهن من جلابيبهن ذلك أدنى أن …يعرفن فلا يؤذين وكان الله غفوراً رحيماً } (سورة الأحزاب الآية رقم59 ) ومن السنة النبوية قول الرسول صلى الله عليه وسلم ( يا أسماء إن المرأة إذا بلغت المحيض لم يصلح أن يُرى منها إلا هذا وهذا ، وأشار إلى الوجه والكفين ) رواه أبو داود عن عائشة رضى الله عنها.

    …وعلى ذلك انعقد إجماع علماء الأمة منذ عهد النبوة ، فمن ادعى جواز كشف المرأة المسلمة أمام الرجال الأجانب شعرها أو عنقها أو نحوهما مما أمرت بستره فقد خالف الكتاب والسنة والإجماع واستحل ما حرمه الله تعالى ورسوله صلى الله عليه وسلم 0

    )فتاوى قطاع الإفتاء بالكويت – (ج 6 / ص – 224 -223)

  215. SYI’AH

    Syi’ah adalah mereka yang mengaku-aku mengikuti dan menolong ahli bait. Allah berfirman ketika menyebutkan kisah Nuh:

    “Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh).” (QS. Ash Shaffat : 83)

    Yaitu Ibrahim mengikutinya dan menolong agamanya (Nuh) karena setelah Allah mengisahkan Nuh ‘Alaihis Salam, Dia berfirman dengan ayat di atas.
    Makna asal syi’ah berarti mengikuti dan menolong.
    Kemudian nama ini diterapkan kepada golongan ini yaitu golongan yang menyatakan bahwasanya mereka mengikuti ahli bait yaitu Ali bin Abi Thalib Radliyallahu ‘Anhu dan keturunannya.

    Mereka menganggap bahwa Ali diwasiati kekhalifahan sesudah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan bahwasanya Abu Bakar, Umar, Utsman dan para shahabat telah menzhalimi Ali dan merampas kekhalifahan darinya. Demikianlah mereka menyatakan. Sungguh mereka telah berdusta tentang hal itu karena sesungguhnya para
    shahabat berkumpul dan sepakat untuk membaiat Abu Bakar dan Ali pun termasuk dari mereka (shahabat) ketika dia ikut membaiat Abu Bakar, Umar dan Utsman.
    Hal itu berarti bahwa sesungguhnya mereka telah menuduh Ali Radliyallahu ‘Anhu mengkhianati wasiat itu (karena beliau ikut membaiat, ed.).
    Mereka mengkafirkan para shahabat kecuali sedikit dari para shahabat yang mereka anggap baik. Mereka melaknat Abu Bakar dan Umar dan memberi gelar keduanya dengan sebutan “dua berhala Quraisy”.
    Termasuk dari madzhab mereka, mereka ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap imam-imam dari kalangan ahli bait. Bahkan mereka memberikan hak kepada imam-imam tersebut untuk membuat syariat dan menghapus hukum-hukum. Mereka juga menyangka bahwa Al Quran telah diselewengkan dan dikurangi. Bahkan perbuatan mereka sudah sampai pada menjadikan para imam sebagai tuhan-tuhan selain Allah dan mereka membangun
    kubur-kubur imam tersebut dan memberi kubah-kubah di atasnya kemudian mereka ber-thawaf mengelilinginya. Di atas kuburan itu juga mereka menyembelih dan bernadzar.
    Syi’ah terpecah menjadi golongan yang banyak, sebagiannya lebih ringan kesesatannya dari yang lain dan sebagian lebih keras dari yang lain. Di antara golongan syi’ah: Zaidiyyah, rafidlah itsna ‘asyariyah, ismailiyyah dan fathimiyyah, qaramithah dan lain-lain.

    Demikianlah setiap orang yang berpaling dari kebenaran, mereka senantiasa dalam perselisihan dan perpecahan. Allah Ta’ala berfirman:

    “Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya sungguh mereka telah mendapat petunjuk dan jika mereka berpaling sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah
    Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 137)

    Maka barangsiapa yang berpaling dari Al Haq akan diberi musibah dengan kebatilan, penyimpangan, perpecahan dan tidak akan tercapai tujuan bahkan berakhir dengan kerugian. Wal iyadzu billah.

    Syi’ah terpecah ke dalam golongan dan aliran yang banyak. Qadariyah terpecah ke dalam golongan dan aliran yang banyak. Khawarij terpecah ke dalam golongan dan aliran yang banyak seperti al azriqah, al haruriyyah, an najdat, ash shafariyyah, al ibadhiyyah. Sebagian
    mereka ghuluw dan sebagian lain tidak.

  216. Quraish Shihab, Syi’ah, dan Jilbab

    Salah satu mata acara saat Sahur, di Metro TV, Jakarta, disajikan tanya jawab keagamaan (Islam) antara sejumlah audiens dengan narasumber kesohor yaitu Quraish Shihab. Dia ini pria kelahiran Rappang (Sulawesi Selatan) pada 16 Februari 1944, pernah menjabat sebagai rector IAIN Jakarta, kemudian menjadi Menteri Agama RI selama 70 hari di akhir masa pemerintahan Soeharto yang lengser Mei 1998.

    Di acara Metro TV, salah seorang peserta ketika mengajukan pertanyaan berkenaan dengan latar belakang adanya kebiasaan memperingati atau merayakan hari anak yatim (10 Muharram), Quraish Shihab menjawabnya dengan memasukan doktrin Syi’ah tentang perang Karbala yang menewaskan cucu Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam yakni Husein radhiyallahu ‘anhu. (Metro TV edisi Selasa 02 Ramadhan 1429 H bertepatan dengan 02 September 2008)

    Menurut Quraish Shihab, perayaan anak yatim yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram itu adalah untuk mengenang kematian Husein radhiyallahu ‘anhu dan keluarganya yang tewas pada perang Karbala. Dari peperangan itu menghasilkan banyak anak yatim. Peristiwa Karbala yang menewaskan Husein radhiyallahu ‘anhu terjadi pada 10 Muharram tahun 61 Hijriyah.

    Jawaban khas Syi’ah ala Quraish Shihab itu, menunjukkan bahwa ia memang penganjur Syi’ah yang konsisten dan gigih. Di berbagai kesempatan, bila ada peluang memasukkan doktrin dan ajaran Syi’ah, langsung dimanfaatkannya, apalagi di hadapan audiens yang awam (tidak mengerti apa itu Syi’ah, dan bagaimana ajarannya yang sesat dan menyesatkan).

    Pada dasarnya, Islam sangat memuliakan anak yatim. Semasa Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam masih hidup, anjuran untuk menyantuni anak yatim sudah disosia-lisasikan bahkan dipraktekkan sendiri. Artinya, anjuran dan praktek itu sudah ada jauh sebelum Husein radhiyallahu ‘anhu wafat. Sehingga pernyataan Quraish Shihab tersebut terkesan ahistoris, bila menyantuni anak yatim dikaitkan dengan kematian Husein radhiyallahu ‘anhu di Karbala.

    Dalam salah satu hadits riwayat An-Nasa’i, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    9150 – عن أبي شريح الخزاعي قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : { اللَّهُمَّ إنِّي أُحَرِّجُ حَقَّ الضَّعِيفَيْنِ : حَقَّ الْيَتِيمِ وَ حَقَّ الْمَرْأَةِ } (سنن النسائي الكبرى – (ج 5 / ص 363)

    Ya Allah sungguh saya mengharamkan (penyia-nyiaan) hak dua macam manusia yang lemah yaitu: hak anak yatim dan hak wanita. (HR An-Nasaai nomor 9150).

    Namun demikian, dalam ajaran Islam tidak ada waktu-waktu khusus yang ditetapkan untuk memperingati atau merayakan anak yatim. Tanggal 10 Muharram yang oleh sebagian kalangan dijadikan momentum merayakan atau memperingati atau menyantuni anak yatim –sebagaimana dilakukan oleh sejumlah masjid yang secara madzhab dan kultural dekat dengan NU– pada dasarnya tidak ada contohnya. Pada tangal 9 dan 10 Muharram ummat Islam disunahkan berpuasa.

    Dalam Hadits Shahih Riwayat Muslim,

    وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ : يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ .( رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

    Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa di hari ‘Asyura’, maka beliau menjawab, “Puasa itu bisa menghapuskan (dosa-dosa kecil) pada tahun kemarin.” (HR Muslim).

    Benarkah Quraish Shihab penganut paham Syi’ah?

    LPPI pernah mendapatkan surat pernyataan dari Osman Ali Babseil (PO Box 3458 Jedah, Saudi Arabia, dengan nomor telepon 00966-2-651 7456). Usianya kini sekitar 74 tahun, lulusan Cairo University tahun 1963.

    Dengan sungguh-sungguh seraya berlepas diri dari segala dendam, iri hati, ia menyatakan:

    1. Sebagai teman dekat sewaktu mahasiswa di Mesir pada tahun 1958-1963, saya mengenal benar siapa saudara Dr. Quraish Shihab itu dan bagaimana perilakunya dalam membela aqidah Syi’ah.
    2. Dalam beberapa kali dialog dengan jelas dia menunjukkan sikap dan ucapan yang sangat membela Syi’ah dan merupakan prinsip baginya.
    3. Dilihat dari dimensi waktu memang sudah cukup lama, namun prinsip aqidah terutama bagi seorang intelektual, tidak akan mudah hilang/dihilangkan atau berubah, terutama karena keyakinannya diperoleh berdasarkan ilmu dan pengetahuan, bukan ikut-ikutan.
    4. Saya bersedia mengangkat sumpah dalam kaitan ini dan pernyataan ini saya buat secara sadar bebas dari tekanan oleh siapapun.

    Pernyataan itu dibuat Osman Ali Babseil sepuluh tahun lalu (Maret 1998), namun hingga kini masih relevan, karena Quraish Shihab pun hingga kini terbukti masih menyebarluaskan doktrin Syi’ah.

    Ke-Syi’ah-an Quraish Shihab juga terlihat ketika ia meluncurkan Ensiklopedi Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya, yang diterbitkan oleh Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal bekerjasama dengan Yayasan Bimantara (2007). Salah satu indikasinya, dalam Ensiklopedi itu terlalu gandrung menggunakan tafsir Syi’ah Al Mizan karangan Tabataba’i sebagai referensi dalam penulisan entri. Bahkan dapat dikatakan, rujukan utama Ensiklopedi ini adalah tafsir Syi’ah yang memberikan penafsiran terhadap Al-Qur’an sesuai dengan pemahaman aliran Syi’ah yang memusuhi sahabat-sahabat Nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam.

    Contoh lain ketika ia menerbitkan buku berjudul Sunnah-Syi’ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? Pada buku itu antara lain dikatakan, bahwa di antara Sunnah-Syi’ah terdapat kesamaan dalam prinsip-prinsip ajaran, sedang dalam rinciannya terdapat perbedaan. Namun persamaannya jauh lebih banyak. Ini bisa dilihat dari masalah keimanan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari kemudian, ketaatan kepada Rasul dan mengikuti apa yang dinilai sah bersumber dari beliau, serta melaksanakan Rukun Islam yang lima.

    Benarkah demikian?

    Dalam buku Syi’ah sendiri dinyatakan: Abi Abdullah berpesan; sesungguhnya dunia dan akhirat adalah kepunyaan Imam, diberikannya kepada yang dikehendakinya dan ditolaknya bagi yang tak diingininya. Ini kekuasaan yang diberikan oleh Allah kepada Imam. Sebagaimana ditulis oleh Muhammad bin Ya’kub al-Kulaini dalam kitab Ushul Kafi, khususnya pada bab yang berjudul Bumi Seluruhnya Adalah Milik Imam.

    Salah satu ulama Syi’ah lainnya, Jakfar as-Shadiq diklaim mengatakan:

    “Yang punya bumi adalah Imam, maka apabila Imam keluar kepadamu cukuplah akan menjadi cahaya (nur). Manusia tidak akan memerlukan matahari dan bulan.” (lihat Tarjumah Maqbul Ahmad, hal. 339). Tarjumah Maqbul Ahmad. (bahasa Urdu) hal. 339. Diterjemahkan secara harfiyah

    Padahal, Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan dalam Al-Qur’an, surat al-Araf:
    إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ

    “Sesungguhnya bumi adalah kepunyaan Allah, diwariskan kepada orang yang dikehendaki-Nya”. (QS Al-A’raf: 128)

    Menurut Quraish pula, secara bahasa Suni atau Sunah berarti perilaku atau tindakan Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan Syi’ah berarti mengikuti, maksudnya adalah menjadi pengikut Nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, semua Sunah adalah Syi’ah, dan semua Syi’ah adalah Sunah. Karena mereka yang mengikuti perilaku Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam adalah pengikutnya Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam dan begitu juga sebaliknya.

    Padahal, makna Syi’ah adalah pengikut (‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu). Quraish jelas telah memanipulasi makna Syi’ah. Kalau Sunnah dan Syi’ah tidak ada perbedaan, tentu tak perlu repot-repot mengidentifikasikan dirinya dengan nama yang berbeda. (lihat tulisan berjudul Ahmadiyah, Syi’ah dan Liberal, April 7, 2008 2:30 am).

    Masalah Jilbab

    Selain berpaham Syi’ah militan, Quraish Shihab juga berbanjar bersama-sama dengan sejumlah orang yang menempatkan berjilbab (menutup aurat) pada posisi khilafiah, sebagaimana ditulisnya dalam sebuah buku berjudul Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah: Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer di tahun 2006.

    Menurut Quraish, ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang pakaian wanita mengandung aneka interpretasi. Selain itu, ketetapan hukum tentang batas yang ditoleransi dari aurat atau badan wanita bersifat zhanniy yakni dugaan semata. Quraish juga bersikap, bahwa adanya perbedaan pendapat para pakar hukum tentang batasan aurat adalah perbedaan antara pendapat-pendapat manusia yang mereka kemukakan dalam konteks situasi zaman serta kondisi masa dan masyarakat mereka, serta pertim-bangan-pertimbangan nalar mereka, dan bukannya hukum Allah yang jelas, pasti dan tegas.

    Sikap seperti itu jelas menepis Al-Qur’an. Sebab, Allah sudah secara tegas berfirman melalui surat Al-Ahzaab ayat 59:

    يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا(59)

    Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. (QS Al-Ahzab/ 33: 59).

    Sedangkan berkenaan dengan batasan aurat, sudah secara tegas difirmankan melalui surat QS An Nuur ayat 31:

    وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ ءَابَائِهِنَّ أَوْ ءَابَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(31)

    Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS An-Nur/ 24: 31).

    Sebab turunnya ayat ini, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Asma’ binti Murtsid pemilik kebun kurma, sering dikunjungi wanita-wanita yang bermain-main di kebunnya tanpa berkain panjang sehingga kelihatan gelang-gelang kakinya, demikian juga dada dan sanggul-sanggul mereka. Berkatalah Asma’: 揂langkah buruknya (pemandangan) ini. Turunlah ayat ini (S.24:31) sampai عَوْرَاتِ النِّسَاءِ auratinnisa (aurat wanita) berkenaan dengan peristiwa tersebut yang memerintahkan kepada Kaum Mu’minat untuk menutup aurat mereka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Muqatil yang bersumber dari Jabir bin Abdillah.)

    Sebab turunnya ayat (penggalan selanjutnya QS 24: 31) ini, dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang wanita membuat dua kantong perak yang diisi untaian batu-batu mutu manikam sebagai perhiasan kakinya. Apabila ia lewat di hadapan sekelompok orang-orang, ia memukul-mukulkan kakinya ke tanah sehingga dua gelang kakinya bersuara beradu . Maka turunlah kelanjutan ayat ini ( S. 24 : 31, dari وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ “wala yadlribna bi arjulihinna” sampai akhir ayat) yang melarang wanita menggerak-gerakan anggota tubuhnya untuk mendapatkan perhatian laki-laki. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Hadhrami). (KHQ Shaleh dkk, Asbabun Nuzul, CV Diponegoro, Bandung, cetakan 7, tt, hlm 356).

    Fatwa-fatwa tentang jilbab.

    Mari kita bandingkan pendapat Quraish Shihab tersebut di atas dengan fatwa-fatwa berikut ini.

    1. Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh berfatwa: Bahwa wanita itu adalah aurat, diperintahkan untuk berhijab dan menutup. Dan dilarang tabarruj (membuka aurat yang diperintahkan untuk ditutupi, atau berhias dan bertingkah laku untuk dilihat lelaki) dan dilarang memperlihatkan perhiasannya, kecantikannya, dan bagian-bagian tubuh yang menimbulkan fitnah. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 59, QS An-Nur: 31, dan QS Al-Ahzab: 33.

    وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

    Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu (QS Al-Ahzab/ 33: 33). (Fatawa dan surat-surat Muhammad bin Ibrahim Alu Al-Syaikh juz 2/ halaman 124).

    2. Fatwa dari Qitho’il Ifta’ di Kuwait: Wajib atas perempuan muslimah sejak umur baligh untuk menutup seluruh badannya selain wajah dan dua tapak tangannya. Hal itu apabila ia keluar dari rumahnya atau adanya laki-laki bukan mahramnya, maka tidak boleh bagi perempuan muslimah menampakkan kepada lelaki ajnabi (bukan mahramnya) sebagian tubuhnya seperti: rambutnya, atau lehernya, atau hastanya (lengan/ dzira’) atau betisnya yang oleh sebagian wanita muslimah biasa terbuka pada masa kini menirukan orang bukan Islam. Apabila wanita muslimah menampakkan sebagian dari tubuhnya itu maka sungguh dia telah berbuat haram yang telah pasti haramnya.

    Dalil atas wajibnya wanita menutup seluruh badannya selain wajah dan dua tapak tangan adalah nash-nash yang banyak dari Al-Qur’anul karim dan sunnah Nabi yang shahih. Di antaranya firman Allah Ta’ala dalam QS An-Nur: 31. Maksud dari firman-Nya إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا (kecuali yang (biasa) nampak daripadanya) adalah wajah dan dua tapak tangan. Sebagaimana hal itu telah ditunjukkan oleh As-Sunnah dan atsar dari sahabat. Maksud dari firman-Nya { وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ } (Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya), adalah hendaknya wanita melabuhkan kerudung yakni tutup kepalanya dimana agar menutup jaibuts tsaub yaitu bukaan leher. Oleh karena itu Allah berfirman:

    يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا(59)

    Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. (QS Al-Ahzab/ 33: 59).

    Dan dari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

    يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لا يَصْلُحُ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلاَّ هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى كَفِّهِ وَوَجْهِهِ (أخرجه أبو داود (4/62 ، رقم 4104) ، والبيهقى فى السنن الكبرى (7/86 ، رقم 13274) . وأخرجه أيضًا : فى شعب الإيمان (6/165 ، رقم 7796) ). – ( ضعيف ) وصححه الشيخ الألباني في صحيح سنن أبي داود وقال في الترغيب والترهيب : ( حسن لغيره برقم 2045)

    Wahai Asma’: Sesungguhnya wanita apabila telah sampai haidh maka tidak pantas untuk dilihat daripadanya kecuali ini dan ini, dan beliau menunjuk ke telapak tangan beliau dan wajah beliau. (HR Abu Dawud, dan Al-Baihaqi, dhaif, tetapi dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud, dan dihasankan lighoirihi dalam At-Targhib wat Tarhib).

    Atas dasar yang demikian itulah maka telah terjadi ijma’ ulama ummat sejak zaman Nabi, maka siapa yang menganggap bolehnya wanita muslimah di depan lelaki ajnabi (bukan mahram) membuka rambutnya atau lehernya atau semacamnya dari apa-apa yang diperintahkan untuk ditutupnya, maka sungguh telah menyelisihi Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’, dan telah menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Fatawa Qitha’il Ifta’ bil-Kuwait juz 6 halaman 223-224).

    Kembali ke sikap dan pemahaman yang dihembuskan Quraish Shihab:

    Anak perempuan Quraish Shihab, Najwa Syihab (penyiar televisi swasta?), dalam salah satu edisi majalah buatan kelompok yang dekat dengan liberal, menjadi gambar sampul, dengan tulisan mencolok, terhormat tanpa memakai jilbab. Dia menganggap, jilbab tidak wajib, dan dia mengaku bahwa itu mengikuti fatwa bapaknya.

    Begitulah watak Quraish Shihab, terhadap urusan yang sudah jelas landasannya saja ia masih berani membantah. (haji/tede).

    الفتاوى:

    1- أَن المرأَة عورة، ومأْمورة بالاحتجاب والستر. ومنهية عن التبرج وإِظهار زينتها ومحاسنها ومفاتنها، قال الله تعالى: (*) الآية(1). وقال تعالى: (*)(2). وقال تعالى: (*)(3).

    (1) سورة الأحزاب آية 59 .

    (2) سورة النور آية 31 .

    (3) سورة الأحزاب آية 33 .

    )فتاوى ورسائل محمد بن إبراهيم آل الشيخ – (ج 2 / ص 124)(

    2- يجب على المرأة المسلمة منذ سنّ البلوغ أن تستر جميع بدنها ما عدا الوجه والكفين ، وذلك إذا خرجت من بيتها أو كانت بمحضر رجال من غير محارمها ، فلا يجوز لها أن يظهر منها للرجال الأجانب عنها شئ من شعرها أو رقبتها أو ذراعيها أو ساقيها ممّا اعتادت بعض النساء المسلمات كشفه في هذا العصر تقليداً لغير المسلمات ، فإن ظهرت المرأة المسلمة شيئاً من ذلك فقد فعلت محرما مقطوعاً بتحريمه.

    والدليل على وجود ستر المرأة جميع بدنها ما عدا الوجه والكفين نصوص كثيرة من القرآن الكريم ، والسنة النبوية الصحيحة منها قول الله تعالى :{ وقل للمؤمنات يغضضن من أبصارهن ويحفظن فروجهن ولا يبدين زينتهن إلاّ ما …ظهر منها وليضربن بخمرهن على جيوبهن ولا يبدين زينتهن إلاّ لبعولتهن أو آبائهن أو آباء بعولتهن أو أبنائهن أو أبناء بعولتهن أو إخوانهن أو بني إخوانهن …أو نسائهن أو ما ملكت أيمانهن أو التابعين غير أولى الإربة من الرجال أو الطفل الذين لم يظهروا على عورات النساء ولا يضربن بأرجلهن ليعلم ما يخفين من زينتهن وتوبوا إلى الله جميعا أيها المؤمنون لعلكم تفلحون } (سورة النور الآية رقم 31)، والمراد بقوله تعالى في هذه الآية {إلاّ ما ظهر منها} هو الوجه والكفان. كما دلتّ على ذلك السنة والآثار عن الصحابة والمراد بقوله تعالى: { ولْيضربْن بخُمُرهن على جيوبهن} أن تلوي المرأة الخمار وهو (غطاء الرأس ) بحيث يستر جيب الثوب وهو ( فتحة العنق ) ومن ذلك قول الله تعالى { يا أيها النبي قل لأزواجك وبناتك ونساء المؤمنين يدنين عليهن من جلابيبهن ذلك أدنى أن …يعرفن فلا يؤذين وكان الله غفوراً رحيماً } (سورة الأحزاب الآية رقم59 ) ومن السنة النبوية قول الرسول صلى الله عليه وسلم ( يا أسماء إن المرأة إذا بلغت المحيض لم يصلح أن يُرى منها إلا هذا وهذا ، وأشار إلى الوجه والكفين ) رواه أبو داود عن عائشة رضى الله عنها.

    …وعلى ذلك انعقد إجماع علماء الأمة منذ عهد النبوة ، فمن ادعى جواز كشف المرأة المسلمة أمام الرجال الأجانب شعرها أو عنقها أو نحوهما مما أمرت بستره فقد خالف الكتاب والسنة والإجماع واستحل ما حرمه الله تعالى ورسوله صلى الله عليه وسلم 0

    )فتاوى قطاع الإفتاء بالكويت – (ج 6 / ص – 224 -223)

  217. ADALAH FITNAH YG NYATA MENUDUH MANHAJ SALAF MUDAH MENKAFIR-KAFIRKAN. JUSTRU MANHAJ SALAFLAH YG PALING BERHATI-HATI DALAM MENGKAFIR-KAFIRKAN. KARENA ADANYA PETUNJUK DAN PEDOMAN KAPAN DAN BAGAIMANA SUATU GOLONGAN/KELOMPOK/ORANG DIKATAKAN KAFIR. BERDASARKAN DALIL2/HUJJAH2. Kaidah-Kaidah dalam Pengkafiran Abu Al-Jauzaa’ :, 06 Maret 2010 Pertama : Pengkafiran adalah hukum syar’i dan merupakan hak murni milik Allah ta’ala, tidak dimiliki oleh individu atau kelompok tertentu. Konsekuensi dari kaidah ini adalah seseorang tidaklah dikafirkan kecuali yang memang telah dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : وهذا بخلاف ما كان يقوله بعض الناس كأبي إسحاق الإسفراييني ومن اتبعه يقولون لا نكفر إلا من يكفر فإن الكفر ليس حقا لهم بل هو حق لله وليس للإنسان أن يكذب على من يكذب عليه ولا يفعل الفاحشة بأهل من فعل الفاحشة بأهله بل ولو استكرهه رجل على اللواطة لم يكن له أن يستكرهه على ذلك ولو قتله بتجريع خمر أو تلوط به لم يجز قتله بمثل ذلك لأن هذا حرام لحق الله تعالى ولو سب النصارى نبينا لم يكن لنا أن نسبح المسيح والرافضة إذا كفروا أبا بكر وعمر فليس لنا أن نكفر عليا “Hal ini bertentangan dengan pekataan sebagian orang seperti Abu Ishaq Al-Isfirayiiniy serta orang yang mengikuti pendapatnya, mereka mengatakan : Kami tidak mengkafirkan kecuali orang-orang mengkafirkan (kami). (Perkataan ini salah), karena takfir itu bukanlah hak mereka tapi hak Allah. Seseorang tidak boleh berdusta kepada orang yang pernah berdusta atas namanya. Tidak boleh pula ia berbuat keji (zina) dengan istri seseorang yang pernah menzinahi istrinya. Bahkan kalau ada orang yang memaksanya untuk melakukan liwath (homo sex), tidak boleh baginya untuk membalas dengan memaksanya untuk melakukan perbuatan yang sama, karena hal ini merupakan pelanggaran terhadap hak Allah. Seandainya orang Nashrani mencela Nabi kita, kita tidak boleh mencela Al-Masih (‘Isa ‘alaihis-salaam). Demikian pula seandainya orang-orang Rafidlah mengkafirkan Abu Bakar dan ‘Umar, tidak boleh bagi kita untuk mengkafirkan ‘Ali radliyallaahu ‘anhum ajma’iin” [Minhajus-Sunnah, 5/244 – Muassasah Qurthubah, Cet. 1 Th. 1406]. Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata dalam Qashidah Nuniyyah-nya : الكفر حق الله ثم رسوله*** بالنص يثبت لا بقول فلان من كان رب العالمين وعبده*** قد كفراه فذاك ذو الكفران “Kekafiran itu adalah hak Allah dan Rasul-Nya — dengan nash yang tetap bukan dengan perkataan si Fulan Barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya —- telah mengkafirkannya maka diaah orang kafir” [Qashidah Nuniyyah, hal. 277; Maktabah Ibni Taimiyyah, Cet. 2/1417, Kairo]. Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata : الحكم بالتكفير والتفسيق ليس إلينا بل هو إلى الله تعالى ورسوله صلى الله عليه وسلم، فهو من الأحكام الشرعية التي مردها إلى الكتاب والسنة، فيجب التثبت فيه غاية التثبت، فلا يكفر ولا يفسق إلا من دل الكتاب والسنة على كفره أو فسقه. “Menghukumi kafir atau fasiq bukanlah hak kita, namun ia merupakan hak Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ia merupakan hukum-hukum syari’ah yang harus dikembalikan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Oleh karena itu, wajib untuk menelitinya dengan seksama. Tidak boleh mengkafirkan atau memfasikkan kecuali orang-orang yang memang telah ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang kekafirannya atau kefasikannya” [Al-Qawaaidul-Mutslaa, hal. 87; Universitas Islam Madinah, Cet. 3/1421]. Kedua : Asal dari seorang muslim secara dhahir adalah ‘adil dan tetap di atas ke-Islaman serta keadilannya sampai benar-benar diketahui lenyapnya dua hal tersebut darinya berdasarkan dalil syar’i. Tidak boleh menggampangkan dalam mengkafirkan atau memfasikkannya karena dalam hal ini terdapat dua larang besar : a. Membuat-buat kedustaan terhadap Allah ta’ala dalam menghukumi dan terhadap orang yang dihukumi. b. Terjatuh dalam hal menuduh saudaranya, jika dia selamat dari tuduhan itu. عن ابن عمر؛ أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : “إذا كفر الرجل أخاه فقد باء بها أحدهما”. Dari Ibnu ‘Umar : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila seseorang mengkafirkan saudaranya, maka hal itu akan kembali pada salah satu dari keduanya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6104 dan Muslim no. 60]. Oleh sebab itu, merupakan kewajiban sebelum menghukumi seorang muslim dengan kekafiran atau kefasikan untuk memperhatikan dua perkara ini : a) Bahwasannya Al-Qur’an dan As-Sunnah menunjukkan bahwa suatu perkara atau perbuatan itu mengharuskan kekafiran dan kefasikan (pelakunya). b) Kesesuaian hukum tersebut, untuk diterapkan terhadap pembicara dan pelaku tertentu, dimana telah terpenuhi syarat-syarat[1] pengkafiran dan pemfasikan pada dirinya serta tidak ada penghalang/pencegah[2] yang menghalangi penjatuhan hukum tersebut. Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya tentang syarat-syarat pengkafiran terhadap seorang muslim dan hukum terhadap orang yang melakukan perbuatan kafir dengan bercanda, lalu beliau menjawab : للحكم بتكفير المسلم شرطان : أحدهما : أن يقوم الدليل على أن هذا الشيء مما يكفر. الثاني : انطباق الحكم على من فعل ذلك بحيث يكون عالماً بذلك قاصداً له، فإن كان جاهلاً لم يكفر. لقوله –تعالى- : ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غير سبيل المؤمنين نوله ما تولى ونصله جهنم وساءت مصيراً. وقوله : وما كان الله ليضل قوماً بعد إذ هداهم حتى يبين لهم ما يتقون. وقوله : وما كنا معذبين حتى نبعث رسولاً. لكن إن فرط بترك التعلم والتبين ، لم يعذر ، مثل أن يبلغه أن عمله هذا كفر فلا يتثبت ، ولا يبحث فإنه لا يكون معذوراً حينئذ. وإن كان غير قاصد لعمل ما يكفر لم يكفر بذلك ، مثل أن يكره على الكفر وقلبه مطمئن بالإيمان ، ومثل أن ينغلق فكره فلا يدري ما يقول لشدة فرح ونحوه ، كقول صاحب البعير الذي أضلها ، ثم اضطجع تحت شجرة ينتظر الموت فإذا بخطامها متعلقاً بالشجرة فأخذه ، وقال: “اللهم أنت عبدي وأنا ربك” أخطأ من شدة الفرح. لكن من عمل شيئاً مكفراً مازحاً فإنه يكفر لأنه قصد ذلك ، كما نص عليه أهل العلم. “Ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam mengkafirkan seorang muslim : (1) Terdapat dalil tentang perbuatan yang ia lakukan termasuk perkara kekafiran, (2) Adanya kesesuaian hukum dari satu perbuatan kufur dengan keadaan pelakunya dimana ia dalam keadaan mengetahui dan berniat (menyengaja) melakukannya. Jika ia tidak mengetahui (jaahil), maka tidak dikafirkan, berdasarkan firman Allah ta’ala : ‘Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali’ (QS. An-Nisaa’ : 115). ‘Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka hingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi’ (QS. At-Taubah : 115). ‘Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasu’ (QS. Al-Israa’ : 15). Namun jika ia meremehkan dengan meninggalkan belajar dan mencari penjelasan, maka ia tidak diberikan ‘udzur. Misalnya : Telah sampai kepadanya bahwa perbuatan yang ia lakukan itu termasuk kekufuran, namun (setelah itu) ia tidak mencari kejelasan dan menyelidikinya. Pada saat itulah ia tidak dianggap sebagai orang yang diberikan ‘udzur. Jika ia tidak berniat/menyengaja melakukan perbuatan kekufuran, maka ia tidak dikafirkan. Misalnya : orang yang dipaksa berbuat kekufuran namun hatinya tetap tenang dalam keimanan, orang yang tertutup pikirannya sehingga ia tidak tahu (tidak sadar) apa yang dikatakannya (merupakan kekufuran) karena saking gembiranya, atau yang semisalnya. Hal itu seperti perkataan pemilik onta yang kehilangan ontanya, kemudian ia berbaring istirahat di bawah sebuah pohon menantikan maut (karena seluruh perbekalannya dibawa oleh ontanya yang hilang tadi). (Setelah terbangun), tiba-tiba tali kekang onta tertambat di pohon (yang ia sandari), kemudian ia mengambilnya. Ia pun berkata : ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku, dan aku adalah Rabb-Mu’. Ia keliru dalam perkataannya karena terlalu gembiranya. Namun, barangsiapa yang melakukan satu perbuatan kekufuran dengan bercanda, maka ia dikafirkan karena ia telah menyengaja berbuat demikian, sebagaimana dikatakan oleh para ulama[3]” [Majmu’’ Fataawaa wa Rasaail, 2/no. 220]. Salah satu dalil atas kaidah ini adalah : عن أسامة بن زيد قال : بعثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم في سرية. فصبحنا الحرقات من جهينة. فأدركت رجلا. فقال: لا إله إلا الله. فطعنته فوقع في نفسي من ذلك. فذكرته للنبي صلى الله عليه وسلم. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم” أقال: لا إله إلا الله وقتلته؟” قال قلت: يا رسول الله! إنما قالها خوفا من السلاح. قال” أفلا شققت عن قلبه حتى تعلم أقالها أم لا”. فما زال يكررها علي حتى تمنيت أني أسلمت يومئذ. Dari Usamah bin Zaid ia berkata : Kami pernah dikirim Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam satu pasukan perang. Lalu kami sampai di Al-Huruqaat, daerah Juhainah pada waktu shubuh. Maka aku temukan seorang laki-laki. Ia mengucapkan Laa ilaha illallaah, lalu aku pun menikamnya.Kemudian aku sampaikan hal itu kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apakah ia telah mengucapkan Laa ilaha illallaah lantas engkau tetap membunuhnya ?”. Aku berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ia hanya mengucapkannya karena takut terhadap hunusan pedang”. Beliau bersabda : “Tidakkah engkau belah hati orang tersebut sehingga engkau tahu apakah hatinya mengucapkan Laa ilaha illallaah atau tidak ?”. Beliau terus-menerus mengucapkannya kepadaku hingga berangan-angan aku baru masuk Islam pada hari itu” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 4269 dan Muslim no. 96]. An-Nawawiy rahimahullah berkata saat menjelaskan hadits di atas : ومعناه أنك إنما كلفت بالعمل بالظاهر وما ينطق به اللسان، وأما القلب فليس لك طريق إلى معرفة ما فيه، فأنكر عليه امتناعه من العمل بما ظهر باللسان…… وقوله صلى الله عليه وسلم: “أفلا شققت عن قلبه” فيه دليل للقاعدة المعروفة في الفقه والأصول أن الأحكام يعمل فيها بالظواهر والله يتولى السرائر. “Maknanya adalah : Sesungguhnya engkau hanya dibebani dengan untuk beramal sebagaimana dhahirnya saja dan apa-apa yang diucapkan oleh lisan. Adapun masalah hati, tidak ada jalan bagimu untuk mengetahui apa yang ada di dalamnya. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengingkarinya (Usaamah) karena tidak beramal dengan apa yang nampak pada lisan (dari orang tersebut)….. Dan sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Tidakkah engkau belah hati orang tersebut’ ; padanya terdapat dalil atas kaidah yang ma’ruf dalam ilmu fiqh dan ushul : Bahwasannya hukum-hukum diamalkan sesuai dengan dhahirnya, dan Allah yang akan menghukumi apa-apa yang tersembunyi (dalam hati)” [Syarh Shahih Muslim, 2/104, 107; Cet. 1/1347]. Ketiga : Seorang muslim tidaklah menjadi kafir hanya dengan perkataan, perbuatan, dan keyakinan; kecuali setelah ditegakkan kepadanya hujjah dan dihilangkan darinya syubhat (kesamaran). Allah ta’ala berfirman : وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُضِلّ قَوْماً بَعْدَ إِذْ هَدَاهُمْ حَتّىَ يُبَيّنَ لَهُم مّا يَتّقُونَ إِنّ اللّهَ بِكُلّ شَيْءٍ عَلِيمٌ “Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka sehingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” [QS. At-Taubah : 115]. كُلّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَآ أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ * قَالُواْ بَلَىَ قَدْ جَآءَنَا نَذِيرٌ فَكَذّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزّلَ اللّهُ مِن شَيْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلاّ فِي ضَلاَلٍ كَبِيرٍ Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?”. Mereka menjawab: “Benar ada”, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar.” [QS. Al-Mulk : 8-9]. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : وليس لأحد أن يكفر أحدًا من المسلمين ـ وإن أخطأ وغلط ـ حتي تقام عليه الحجة، وتبين له المحَجَّة، ومن ثبت إسلامه بيقين لم يزل ذلك عنه بالشك، بل لا يزول إلا بعد إقامة الحجة، وإزالة الشبهة‏.‏ “Dan tidak boleh bagi seorangpun untuk mengkafirkan orang lain dari kaum muslimin – walau ia bersalah dan keliru – sampai ditegakkan padanya hujjah dan dijelaskan kepadanya bukti dan alasan. Barangsiapa yang telah tetap ke-Islam-an padanya dengan yakin, maka tidaklah hilang darinya hanya karena sebuah keraguan. Bahkan tidak hilang kecuali setelah ditegakkan kepadanya hujjah dan dihilangkan darinya syubhat” [Majmuu’ Al-Fataawaa oleh Ibnu Taimiyyah, 12/466]. Di antara dalil yang mendasari kaidah ini adalah sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : أربعة يوم القيامة يدلون بحجة : رجل أصم لا يسمع و رجل أحمق و رجل هرم و من مات في الفترة ، فأما الأصم فيقول : يا رب جاء الإسلام و ما أسمع شيئا و أما الأحمق فيقول : جاء الإسلام و الصبيان يقذفونني بالبعر و أما الهرم فيقول : لقد جاء الإسلام و ما أعقل و أما الذى مات على الفترة فيقول : يا رب ما أتاني رسولك فيأخذ مواثيقهم ليطعنه ، فيرسل إليهم رسولا أن ادخلوا النار ، قال : فوالذي نفسي بيده لو دخلوها لكانت عليهم بردا و سلاما ” “Ada empat golongan pada hari kiamat yang akan mengajukan hujjah : (1) Orang tuli yang tidak dapat mendengar, (2) orang idiot, (3) orang yang tua renta lagi pikun, dan (4) orang yang meninggal pada jaman fatrah. Orang yang tuli akan berkata : ‘Wahai Rabbku, Islam datang namun aku tidak mendengar sesuatupun tentangnya’. Orang idiot berkata : ‘Islam datang, namun anak-anak melempariku dengan kotoran hewan’. Orang yang tua lagi pikun berkata : ‘Sungguh Islam telah datang, namun aku tidak mengerti/paham’. Dan orang yang mati di jaman fatrah berkata : ‘Wahai Rabbku, Rasul-Mu tidak mendatangiku’. Lalu diambillah perjanjian terhadap mereka untuk diuji. Kemudian akan diutus seorang utusan (Rasul) kepada mereka untuk memasuki api. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya mereka ke dalam api itu niscaya mereka akan merasakan dingin dan selamat (dari adzab)” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy 2/79, Adl-Dliyaa’ no. 1454, dan yang lainnya; shahih. Lihat Ash-Shahiihah no. 1434]. Dalam hadits ini terdapat penjelasan bahwa Allah ta’ala tidak akan mengadzab hamba-hamba-Nya setelah disampaikan kepada mereka risalah dan/atau ditegakkan pada mereka hujjah. Perlu menjadi catatan penting adalah bahwa tegaknya hujjah itu tidak hanya sekedar hujjah tersebut sampai kepadanya. Tapi hal itu mensyaratkan kepahaman dari orang tersebut (atas hujjah yang disampaikan) tanpa ada syubhat yang menghalanginya. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : وهكذا الأقوال التي يكفر قائلها قد يكون الرجل لم تبلغه النصوص الموجبة لمعرفة الحق، وقد تكون عنـده ولم تثبت عنده،أو لم يتمكن من فهمها،وقد يكون قد عرضت له شبهات يعذره الله بها، فمن كان من المؤمنين مجتهداً في طلب الحق وأخطأ، فإن الله يغفر له خطأه ـ كائنا ما كان ـ سواء كان في المسائل النظرية، أو العملية‏.‏ هذا الذي عليه أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم، وجماهير أئمة الإسلام “Demikian juga perkataan-perkataan yang dapat mengkafirkan pengucapnya. Kadang-kadang seseorang tidak sampai kepadanya nash-nash yang mengantarkannya kepada kebenaran. Kadang sampai kepadanya nash, namun menurutnya tidak shahih, atau ia tidak memahaminya, atau ada syubhat yang Allah memberikan ‘udzur padanya. Barangsiapa yang termasuk orang-orang beriman yang bersungguh-sungguh mencari kebenaran namun kemudian tersalah, maka Allah akan mengampuni kesalahannya itu, apapun masalahnya, baik yang menyangkut pemahaman ataupun pengamalan. Inilah yang menjadi pegangan para shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan jumhur para imam kaum muslimin” [Majmuu’ Al-Fatawaa, 23/346]. Keempat : Tidak ada perbedaan dalam masalah pengkafiran antara masalah ushul dan masalah furu’, i’tiqad/keyakinan dan fatwa. Membedakan antara ushul dan furu’ atau antara hukum-hukum far’iyyah/cabang dan ushul i’tiqad dalam hal memberi ‘udzur karena kejahilan tidak ada landasannya sama sekali. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mempunyai perkataan yang sangat bagus dalam hal ini : أن المتأول الذي قصده متابعة الرسول لا يكفر بل ولا يفسق إذا اجتهد فأخطأ وهذا مشهور عند الناس في المسائل العملية وأما مسائل العقائد فكثير من الناس كفر المخطئين فيها وهذا القول لا يعرف عن أحد من الصحابة والتابعين لهم بإحسان ولا عن أحد من أئمة المسلمين وإنما هو في الأصل من أقوال أهل البدع الذين يبتدعون بدعة ويكفرون من خالفهم كالخوارج والمعتزلة والجهمية ووقع ذلك في كثير من أتباع الأئمة كبعض أصحاب مالك والشافعي وأحمد وغيرهم وقد يسلكون في التكفير ذلك فمنهم من يكفر أهل البدع مطلقا ثم يجعل كل من خرج عما هو عليه من أهل البدع وهذا بعينه قول الخوارج والمعتزلة الجهمية وهذا القول أيضا يوجد في طائفة من أصحاب الأئمة الأربعة وليس هو قول الأئمة الأربعة ولا غيرهم وليس فيهم من كفر كل مبتدع بل المنقولات الصريحة عنهم تناقض ذلك ولكن قد ينقل عن أحدهم أنه كفر من قال بعض الأقوال ويكون مقصوده أن هذا القول كفر ليحذر ولا يلزم إذا كان القول كفرا أن يكفر كل من قاله مع الجهل والتأويل فإن ثبوت الكفر في حق الشخص المعين كثبوت الوعيد في الآخرة في حقه وذلك له شروط وموانع “Sesungguhnya orang yang men-ta’wil yang niatnya mengikuti Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tidaklah kafir dan bahkan tidaklah fasiq apabila dia berijtihad dan kemudian salah. Dan inilah yang masyhur di kalangan ulama dalam masalah amal. Adapun dalam masalah ‘aqaaid (keyakinan), kebanyakan manusia mengkafirkan orang yang salah di dalamnya. Perkataan seperti ini tidak pernah diketahui dari kalangan shahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dari kalangan tabi’in, serta tidak pula dari kalangan imam kaum muslimin. Padahal, perkataan itu berasal dari ahli bid’ah yang mengada-adakan hal yang baru dalam agama. Mereka mengkafirkan orang-orang yang menyelisihi mereka seperti kaum Khawarij, Mu’tazillah, dan Jahmiyyah. Dan telah terjatuh pula kebanyakan dari pengikut para imam (dalam kesalahan yang sama) seperti sebagian pengikut Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad, dan yang lainnya. Mereka mengikuti para ahli bid’ah tersebut dalam hal takfir, dimana sebagian diantara mereka mengkafirkan ahlul-bida’ secara mutlak yang kemudian mereka menjadikan setiap orang yang tergabung dengan ahlul-bida’ (sebagai kafir). Ini sebenarnya adalah (asal dari) perkataan Khawarij, Mu’tazillah, dan Jahmiyyah (yang mengkafirkan orang-orang yang menyelisihi mereka). Dan ini pulalah yang kemudian ditemukan dari sebagian perkataan pengikut imam empat. Padahal ini bukanlah merupakan perkataan imam empat atau imam-imam yang lain. Tidaklah seorang pun dari mereka yang mengkafirkan setiap mubtadi’. Bahkan nukilan-nukilan yang sharih dari mereka bertolak belakang dengan hal itu. Akan tetapi, kadang-kadang dinukil dari salah seorang di antara mereka bahwa ia mengkafirkan orang yang mengatakan sebagian perkataan (kufur). Padahal, maksudnya adalah perkataan tersebut adalah perkataan kufur dan harus dijauhi. Tidaklah setiap perkataan kufur itu mengharuskan untuk mengkafirkan setiap orang yang mengucapkannya jika ucapan tersebut diucapkan karena kejahilan/kebodohan[4] atau penakwilan. Sebab, menetapkan kekafiran pada individu tertentu seperti menetapkan baginya ancaman di akhirat. Dan hal ini memiliki syarat-syarat dan pencegah-pencegah” [Minhajus-Sunnah, 5/239-240]. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah membantah perkataan sebagian orang bahwa pemberian ‘udzur itu hanya pada masalah furu’, sedangkan pada masalah i’tiqad tidak diberikan ‘udzur (sehingga jika ia tersalah, jatuhlah vonis kafir bagi dirinya). Telah tetap dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : قال رجل لم يعمل حسنة قط لأهله إذا مات فحرقوه ثم أذروا نصفه في البر ونصفه في البحر فوالله لئن قدر الله عليه ليعذبنه عذابا لا يعذبه أحدا من العالمين فلما مات الرجل فعلوا ما أمرهم فأمر الله البر فجمع ما فيه وأمر البحر فجمع ما فيه ثم قال لم فعلت هذا قال من خشيتك يا رب وأنت أعلم فغفر الله له “Ada seseorang yang tidak berbuat kebaikan sama sekali berpesan kepada keluarganya : ‘Apabila aku mati, maka buanglah sebagian anggota tubuhku di darat dan sebagian di lautan. Demi Allah, jika Allah mentaqdirkan, pasti Dia akan menyiksaku dengan siksaan yang tidak pernah Dia siksakan kepada orang lain di alam ini’. Setelah orang tersebut mati, keluarganya melaksanakan pesannya. Kemudian Allah memerintahkan daratan agar menyatukan jasad orang tersebut, dan memerintahkan lautan agar juga menyatukan jasadnya. Lalu Allah bertanya kepada orang tersebut (di hari kiamat) : ‘Mengapa kamu melakukan yang demikian itu ?’. Dia menjawab : ‘Karena aku takut siksa-Mu ya Rabbku, sedangkan Engkau Maha Mengetahui’. Maka Allah mengampuninya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 7506 dan Muslim no. 2756]. Orang tersebut adalah orang yang masih ragu terhadap kekuasaan Allah dan kemampuan-Nya untuk mengembalikan jasadnya seperti sediakala. Dia mempunyai keyakinan (i’tiqad) bahwa dengan jasadnya dipotong-potong, maka dia tidak akan dibangkitkan di hari kiamat dan tidak dimintai pertanggungjawaban atas segala amal yang telah ia lakukan. Keyakinan ini adalah keyakinan kufur menurut kesepakatan kaum muslimin. Termasuk kufur syakk (ragu-ragu). Akan tetapi orang tersebut adalah bodoh. Ia melakukannya karena takut akan siksa Allah dan ia adalah seorang yang beriman kepada-Nya. Disebabkan iman dan rasa takutnya tersebut, maka ia diampuni. Di sini menunjukkan bahwa tidak setiap perkataan dan keyakinan kufur otomatis menyebabkan pelakunya kafir. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : وليس كل من خالف في شيء من هذا الاعتقاد يجب أن يكون هالكًا، فإن المنازع قد يكون مجتهدًا مخطئًا يغفر الله خطأه، وقد لا يكون بلغه في ذلك من العلم ما تقوم به عليه الحجة، وقد يكون له من الحسنات ما يمحو الله به سيئاته……. “Dan tidaklah setiap orang yang menyelisihi perkara i’tiqad ini harus binasa. Karena orang yang menyelisihi tersebut bisa jadi seorang mujtahid yang keliru dimana Allah akan mengampuni kekeliruannya itu, atau bisa jadi tidak sampai kepadanya ilmu sehingga dapat tegak padanya hujjah, atau bisa jadi ia mempunyai kebaikan-kebaikan yang dengannya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya…” [Mamuu’ Al-Fataawaa, 3/179]. Kelima : Memberi ‘udzur dalam permasalahan-permasalahan rumit dan tersembunyi lebih utama dan lebih ditekankan daripada memberi ‘udzur dari perkara selainnya (yang lebih gamblang). Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : ولا ريب أن الخطأ في دقيق العلم مغفور للأمة وإن كان ذلك في المسائل العلمية ولولا ذلك لهلك أكثر فضلاء الأمة‏. وإذا كان الله يغفر لمن جهل تحريم الخمر لكونه نشأ بأرض جهل، مع كونه لم يطلب العلم فالفاضل المجتهد في طلب العلم بحسب ما أدركه في زمانه ومكانه إذا كان مقصوده متابعة الرسول بحسب إمكانه هو أحق بأن يتقبل الله حسناته ويثيبه على اجتهاداته ولا يؤاخذه بما أخطأ تحقيقا لقوله {رَبّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا} “Tidak diragukan lagi bahwa kesalahan dalam permasalahan yang rumit akan diampuni bagi umat ini, walaupun itu termasuk masalah yang bersifat ilmiah. Seandainya tidak begitu maka akan binasalah kebanyakan orang-orang mulia (ulama) dari kalangan umat ini. Apabila Allah mengampuni orang bodoh tentang keharaman khamr, karena dia hidup di lingkungan kebodohan dan dia tidak mencari ilmu, maka seorang yang mulia yang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu sesuai dengan apa yang ia dapati jamannya dan di tempatnya – jika ia bermaksud mengikuti Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sesuai dengan kemampuannya – maka ia lebih berhak untuk diterima di sisi Allah dan diberi pahala ijtihad serta tidak diberi sanksi atas kesalahannya. Sebagaimana firman-Nya : ‘Wahai Tuhanku, janganlah Engkau siksa kami jika kami lupa atau bersalah’ (QS. Al-Baqarah : 286)” [Majmu’ Al-Fataawaa, 20/165-166]. Keenam : Memberikan ‘udzur pada satu jaman dan tempat yang telah didominasi oleh kebodohan dan sedikitnya ilmu lebih utama dan lebih ditekankan dibandingkan memberikan ‘udzur di jaman dan tempat dimana banyak ulama dan ilmu sudah menyebar. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : وكثير من الناس قد ينشأ في الأمكنة والأزمنة الذي يندرس فيها كثير من علوم النبوات، حتى لا يبقى من يبلغ ما بعث الله به رسوله من الكتاب والحكمة، فلا يعلم كثيرًا مما يبعث الله به رسوله ولا يكون هناك من يبلغه ذلك، ومثل هذا لا يكفر، ولهذا اتفق الأئمة على أن من نشأ ببادية بعيدة عن أهل العلم والإيمان، وكان حديث العهد بالإسلام، فأنكر شيئًا من هذه الأحكام الظاهرة المتواترة فإنه لا يحكم بكفره حتى يعرف ما جاء به الرسول، “Banyak diantara manusia yang hidup di tempat dan jaman yang telah banyak terhapusnya ilmu-ilmu kenabian, hingga tidak tersisa lagi orang yang menyampaikan apa-apa yang oleh karenanya Allah mengutus Rasul-Nya berupa Al-Qur’an dan Al-Hikmah (As-Sunnah). Sehingga banyak yang tidak mengetahui apa-apa yang menyebabkan Allah mengutus Rasul-Nya (berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah) dan tidak ada yang menyampaikan hal tersebut. Hal yang seperti ini tidak menjadikan dia kafir. Oleh karena itu para imam telah sepakat bahwa barangsiapa yang hidup di tempat terpencil yang jauh dari ahli ilmu dan iman, atau dia baru masuk Islam, kemudian ia mengingkari sesuatu dari hukum-hukum yang telah jelas mutawatir; maka ia tidak dihukumi kafir sampai ia mengetahui (dan memahami) apa-apa yang dibawa oleh Rasul shallallaahu ‘alaihi wa sallam (berupa ilmu Al-Qur’an dan As-Sunnah)” [Majmuu’ Al-Fataawaa, 11/407]. وهؤلاء الأجناس، وإن كانوا قد كثروا في هذا الزمان، فلقلة دعاة العلم والإيمان، وفتور آثار الرسالة في أكثر البلدان، وأكثر هؤلاء ليس عندهم من آثار الرسالة وميراث النبوة ما يعرفون به الهدى، وكثير منهم لم يبلغهم ذلك‏.‏ وفي أوقات الفترات، وأمكنة الفترات‏:‏ يثاب الرجل على ما معه من الإيمان القليل، ويغفر اللّه فيه لمن لم تقم الحجة عليه ما لا يغفر به لمن قامت الحجة عليه، كما في الحديث المعروف‏:‏ ‏(‏ يأتي على الناس زمان لا يعرفون فيه صلاة، ولا صيامًا، ولا حجًا، ولا عمرة، إلا الشيخ الكبير، والعجوز الكبيرة‏.‏ ويقولون‏:‏ أدركنا آباءنا وهم يقولون‏:‏ لا إله إلا الله فقيل لحذيفة بن اليمان‏:‏ ما تغني عنهم لا إله إلا اللّه‏؟‏ فقال‏:‏ تنجيهم من النار‏)‏ ‏.‏ “Orang-orang yang seperti ini telah menjadi mayoritas pada jaman sekarang. Pada saat itu terdapat sedikit da’i yang menyeru kepada ilmu dan iman, tenggelamnya peninggalan risalah kenabian di kebanyakan negeri, dimana kebanyakan dari mereka tidak memiliki warisan kenabian yang yang bisa mengenalkan mereka kepada petunjuk, serta mayoritas dari mereka tidak sampai kepadanya hal ini. Pada waktu dan tempat fatrah (kekosongan penyampaian risalah), seseorang diberi pahala atas keimanannya yang sedikit dan Allah mengampuni bagi yang belum tegak kepadanya hujah yang tentu berbeda keadaannya dengan orang yang telah sampai kepadanya hujjah. Hal adalah sesuai dengan hadits : “Akan datang kepada manusia satu jaman yang mana mereka tidak mengenal apa itu shalat, apa itu puasa, apa itu haji, dan apa itu ‘umrah. Kecuali orang yang telah sangat tua diantara mereka mengatakan : ‘Kami mendapatkan bapak-bapak kami mengatakan Laa ilaaha illallaah’. Maka dikatakan kepada Hudzaifah : Apa manfaat Laa ilaaha illallaah ?. Hudzaifah berkata : (Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab 🙂 “Kalimat tersebut akan menyelamatkan mereka dari api neraka” [Majmu’ Al-Fatawa, 35/165]. Ketujuh : Memberikan ‘udzur kepada orang yang tidak mampu mendapatkan ilmu, lebih utama dan lebih ditekankan daripada orang yang mampu untuk mendapatkannya. Allah ta’ala berfirman : إِنّ الّذِينَ تَوَفّاهُمُ الْمَلآئِكَةُ ظَالِمِيَ أَنْفُسِهِمْ قَالُواْ فِيمَ كُنتُمْ قَالُواْ كُنّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الأرْضِ قَالْوَاْ أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُواْ فِيهَا فَأُوْلَـَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنّمُ وَسَآءَتْ مَصِيراً * إِلاّ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرّجَالِ وَالنّسَآءِ وَالْوِلْدَانِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلاَ يَهْتَدُونَ سَبِيلاً * فَأُوْلَـَئِكَ عَسَى اللّهُ أَن يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللّهُ عَفُوّاً غَفُوراً “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?.” Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).” Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?.” Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah). Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun” [QS. An-Nisaa’ : 97-99]. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : وإذا تبين هذا، فمن ترك بعض الإيمان الواجب لعجزه عنه، إما لعدم تمكنه من العلم، مثل ألا تبلغه الرسالة، أو لعدم تمكنه من العمل ـ لم يكن مأمورًا بما يعجز عنه، ولم يكن ذلك من الإيمان والدين الواجب في حقه، وإن كان من الدين والإيمان الواجب في الأصل، بمنزلة صلاة المريض، والخائف، والمستحاضة، وسائر أهل الأعذار، الذين يعجزون عن إتمام الصلاة، فإن صلاتهم صحيحة بحسب ما قدروا عليه، وبه أمروا إذ ذاك، وإن كانت صلاة القادر على الإتمام أكمل وأفضل “Apabila hal ini telah jelas, maka barangsiapa yang meninggalkan sebagian keimanan yang wajib karena ketidakmampuannya, apakah karena tidak mampu untuk mendapatkan pengetahuan seperti tidak sampainya risalah kenabian, atau tidak mampu untuk mengamalkannya ; maka ia tidak diperintahkan dengan apa-apa yang dia tidak mampu. Dan hal ini tidak termasuk keimanan dan dien yang wajib pada dirinya, walaupun pada asalnya hal itu termasuk dien dan keimanan yang wajib seperti shalatnya orang yang sakit, shalatnya orang yang takut, shalatnya mustahadlah (wanita yang terus menerus mengeluarkan darah selain hari-hari haidlnya – akibat penyakit/sakit), dan selain mereka dari orang-orang yang mendapatkan ‘udzur yang tidak mampu untuk menyempurnakan shalat. Shalatnya tetap sah sesuai dengan kemampuannya. Dan dengan itulah mereka diperintahkan pada waktu itu, walaupun shalatnya orang yang mampu untuk menyempurnakan lebih sempurna dan afdlal” [Majmuu’ Al-Fataawaa, 12/478-479]. Kedelapan : Memberi ‘udzur kepada orang yang berniat dan berusaha mencari kebenaran yang kemudian tersalah, lebih diutamakan daripada orang yang telah mengetahui kebenaran namun sengaja melanggarnya. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : المؤمن بالله ورسوله باطنا وظاهرا الذي قصد اتباع الحق وما جاء به الرسول إذا أخطأ ولم يعرف الحق كان أولى أن يعذره الله في الآخرة من المتعمد العالم بالذنب فإن هذا عاص مستحق للعذاب بلا ريب وأما ذلك فليس متعمدا للذنب بل هو مخطىء والله قد تجاوز لهذه الأمة عن الخطأ والنسيان “Seorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya secara dhahir dan batin serta berniat untuk mengikuti kebenaran dan apa-apa yang diturunkan kepada Rasul; maka apabila ia bersalah dan belum mengerti kebenaran, maka dia lebih utama untuk Allah berikan ‘udzur di akhirat daripada orang yang telah mengetahui (kebenaran) namun sengaja melakukan dosa. Orang kedua ini adalah orang yang telah bermaksiat yang berhak diadzab tanpa ada keraguan. Adapun orang pertama, maka ia bukan orang yang sengaja melakukan dosa, namun ia hanyalah seorang yang tersalah. Dan Allah telah memaafkan umat ini dari kesalahan dan lupa yang mereka lakukan” [Minhajus-Sunnah, 5/250]. وقد اتفق أهل السنة والجماعة على أن علماء المسلمين لا يجوز تكفيرهم بمجرد الخطأ المحض، بل كل أحد يؤخذ من قوله ويترك إلا رسول الله صلى الله عليه وسلم، وليس كل من يترك بعض كلامه لخطأ أخطأه يكفر ولا يفسق، بل ولا يأثم، فإن الله تعالي قال في دعاء المؤمنين ‏رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا وفي الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم‏:‏‏(‏أن الله تعالي قال‏:‏ قد فعلت‏)‏‏. “Dan Ahlus-Sunnah telah bersepakat bahwa ulama kaum muslimin tidak boleh dikafirkan atas sebab kesalahan murni. Bahkan setiap orang boleh diambil ataupun ditinggalkan perkataannya kecuali Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dan tidaklah setiap orang yang ditinggalkan sebagian perkataannya karena kesalahannya dapat dikafirkan atau difasiqkan. Bahkan, (mungkin saja) ia tidak berdosa; karena Allah ta’ala telah berfirman tentang doanya orang mukminin : “Wahai Tuhanku, janganlah Engkau siksa kami jika kami lupa atau salah” (QS. Al-Baqarah : 286). Dan dari kitab Ash-Shahiih, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Bahwasannya Allah ta’ala telah berfirman (tentang doa tersebut) : Telah Aku lakukan (yaitu mengampunimu)” [Majmuu’ Al-Fataawaa, 35/100]. إن استفرغ وسعه في طلب الحق فإن الله يغفر له خطأه وإن حصل منه نوع تقصير فهو ذنب لا يجب ان يبلغ الكفر وإن كان يطلق القول بأن هذا الكلام كفر كما أطلق السلف الكفر على من قال ببعض مقالات الجهمية مثل القول بخلق القرآن أو إنكار الرؤية أو نحو ذلك مما هو دون إنكار علو الله على الخلق وأنه فوق العرش فإن تكفير صاحب هذه المقالة كان عندهم من أظهر الأمور فإن التكفير المطلق مثل الوعيد المطلق لا يستلزم تكفير الشخص المعين حتى تقوم عليه الحجة التي تكفر تاركها “Apabila ia telah mengerahkan segala daya upayanya dalam mencari kebenaran, niscaya Allah akan mengampuni kesalahannya. Dan jika terdapat kekurangan (dalam hal kesungguhannya), maka ini merupakan suatu dosa yang tidak mengharuskan sampai pada tingkat kekafiran, meskipun perkataan tersebut secara mutlak adalah perkataan kufur. Sebagaimana kaum salaf memutlakkan kekafiran kepada siapa saja yang berkata dengan sebagian perkataan Jahmiyyah; seperti perkataan Khalqul-Qur’aan (Al-Qur’an adalah makhluk), atau mengingkari ru’yah (melihat kepada Allah kelak di akhirat), atau yang lainnya selain dari pengingkaran terhadap ketinggian Allah di atas para makhluk-Nya, dan bahwasannya Ia di atas ‘Arsy – karena sesungguhnya pengkafiran terhadap orang yang mengatakan perkataan-perkataan ini menurut mereka (salaf) termasuk dari hal-hal yang paling jelas. Dan sesungguhnya pengkafiran secara muthlak seperti halnya ancaman secara mutlak yang tidak melazimkan pengkafiran secara mu’ayyan (individu), hingga tegak padanya hujjah yang mana bisa mengkafirkan orang yang meninggalkannya” [Al-Istiqaamah oleh Ibnu Taimiyyah, 1/164, tahqiq Dr. Muhammad Rasyaad Saalim; Universitas Muhammad bin Su’uud, Cet. 1/1403] Kesembilan : Pengkafiran berbeda-beda berdasarkan keadaan individu pelaku. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : فالتكفير يختلف بحسب اختلاف حال الشخص، فليس كل مخطئ ولا مبتدع، ولا جاهل ولا ضال، يكون كافرًا، بل ولا فاسقًا، بل ولا عاصيا “Pengkafiran itu berbeda sesuai dengan keadaan individunya. Maka, tidak setiap orang yang bersalah, mubtadi’, jaahil, ataupun sesat otomatis menjadi kafir. Bahkan bisa jadi bukan seorang yang fasik dan bukan pula seorang yang durhaka” [Majmuu’ Al-Fataawaa, 12/180] وقد يتعذر أو يتعسر على السالك سلوك الطريق المشروعة المحضة، إلا بنوع من المحدث لعدم القائم بالطريق المشروعة علمًا وعملًا‏.‏ فإذا لم يحصل النور الصافي، بأن لم يوجد إلا النور الذي ليس بصاف‏.‏ وإلا بقى الإنسان في الظلمة، فلا ينبغي أن يعيب الرجل وينهى عن نور فيه ظلمة‏.‏ إلا إذا حصل نور لا ظلمة فيه، وإلا فكم ممن عدل عن ذلك يخرج عن النور بالكلية، إذا خرج غيره عن ذلك؛ لما رآه في طرق الناس من الظلمة‏.‏ ………. وكل واحد من العاجز عن كمال الحسنات، والمضطر إلى بعض السيئات معذور، فإن اللّه يقول ‏: ‏فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ ‏[‏التغابن‏:‏ 16‏]‏، وقال‏:‏ ‏لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ‏ ‏[‏البقرة‏:‏ 286‏]‏ ـ في البقرة والطلاق ـ وقال‏:‏‏ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ‏ ‏[‏الأعراف‏:‏ 42‏] …….. فهذا طريق الموازنة والمعادلة، ومن سلكه كان قائمًا بالقسط الذي أنزل اللّه له الكتاب والميزان‏. “Kadang-kadang sulit bagi orang yang berjalan itu menelusuri jalan syari’at yang murni, kecuali ada sedikit perkara muhdats (bid’ah) karena ketidakadaan orang yang tegak di jalan syari’at itu secara ilmu dan amal (yang membimbingnya). Maka jika dia mendapatkan cahaya yang murni (an-nuurush-shaafi) – karena ia tidak mendapatkan cahaya tersebut kecuali cahaya yang tidak murni – maka itu boleh baginya untuk mengambilnya. Jika tidak, maka manusia tetap berada dalam kegelapan. Oleh sebab itu, tidak selayaknya orang dicela dan dilarang dari mendapatkan cahaya yang bercampur dengan kegelapan, kecual jika ia (mampu) untuk mendapatkan cahaya murni yang tidak bercampur dengan kegelapan. Jika tidak, maka berapa banyak orang yang akan keluar dari cahaya secara keseluruhan bila yang lainnya keluar darinya dengan sebab ia melihat kegelapan (yang mencampuri cahaya) di jalannya manusia. ………… Dan setiap orang yang lemah dalam menjalankan kesempurnaan dari amal-amal kebaikan, dan juga orang yang terpaksa menjalankan sebagian kejelekan; maka ia dimaafkan. Karena Allah berfirman : “Bertaqwalah kepada Allah sesuai dengan kemamuanmu” (QS. At-Taghaabun : 16). “Allah tidak membebani suatu kaum melainkan sesuai dengan kemampuannya” (QS. Al-Baqarah : 286 dan Ath-Thalaq : 65). “Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal shalih, Kami tidak membebaninya kecuali sesuai dengan kemampuannya. Merekalah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya” (QS. Al-A’raf : 42). ………… Inilah jalan yang seimbang lagi adil. Barangsiapa yang menempuhnya, maka dia tegak dengan keadilan yang karenanya Allah menurunkan Al-Qur’an dan al-miizaan” [Majmuu’ Al-Fataawaa, 10/364-366]. Kesepuluh : Wajib dibedakan antara pengkafiran (takfir) yang bersifat mutlak (umum) dengan takfir yang bersifat mu’ayyan (individu). Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : فإن نصوص الوعيد، التي في الكتاب والسنة، ونصوص الأئمة بالتكفير، والتفسيق ونحو ذلك لا يستلزم ثبوت موجبها في حق المعين، إلا إذا وجدت الشروط وانتفت الموانع، لا فرق في ذلك بين الأصول، والفروع‏.‏ “Maka nash-nash ancaman yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta perkataan para imam tentang permasalahan pengkafiran (takfir), pemfasikan (tafsiq), dan yang lainnya tidaklah melazimkan tetapnya hal itu secara individu; kecuali jika terpenuhi syarat-syaratnya dan hilang penghalang-penghalangnya. Tidak ada bedanya tentang hal itu antara masalah ushul dan furu’” [Majmuu’ Al-Fataawaa, 10/372]. فإذا رأيت إمامًا قد غلظ على قائل مقالته، أو كَفَّره فيها، فلا يعتبر هذا حكمًا عامًا في كل من قالها، إلا إذا حصل فيه الشرط الذي يستحق به التغليظ عليه، والتكفير له…..‏.‏ “Apabila engkau melihat seorang imam bersikap keras terhadap seseorang karena perkataannya (yang keliru) atau bahkan mengkafirkannya, maka itu tidaklah bisa dianggap hukum secara umum terhadap setiap orang yang mengatakannya. Kecuali bila terpenuhi syaratnya sehingga berhak untuk bersikap keras kepadanya dan mengkafirkannya” [Majmuu’ Al-Fataawaa, 6/61]. Ibnu Abil-‘Izz Al-Hanafiy rahimahullah berkata : أن الأقوال الباطلة المبتدعة المحرمة المتضمنة نفي ما أثبته الرسول ، أو إثبات ما نفاه ، أو الأمر بما نهى عنه ، أو النهي عما أمر به – : يقال فيها الحق ، ويثبت لها الوعيد الذي دلت عليه النصوص ، ويبين أنها كفر ، ويقال : من قالها فهو كافر ، ونحو ذلك ، كما يذكر من الوعيد في الظلم في النفس والأموال ، وكما قد قال كثير من أهل السنة المشاهير بتكفير من قال بخلق القرآن [ وأن الله لا يرى في الآخرة ولا يعلم الأشياء قبل وقوعها . وعن أبي يوسف رحمه الله ، أنه قال : ناظرت أبا حنيفة رحمه الله مدة ، حتى اتفق رأيي ورأيه : أن من قال بخلق القرآن فهو كافر ] . وأما الشخص المعين ، إذا قيل : هل تشهدون أنه من أهل الوعيد وأنه كافر ؟ فهذا لا نشهد عليه إلا بأمر تجوز معه الشهادة ، فإنه من أعظم البغي أن يشهد على معين أن الله لا يغفر له ولا يرحمه بل يخلده في النار ، فإن هذا حكم الكافر بعد الموت . ولهذا ذكر أبو داود في سننه في كتاب الأدب : باب النهي عن البغي ، وذكر فيه عن أبي هريرة رضي الله عنه ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : كان رجلان في بني إسرائيل متواخيين ، فكان أحدهما يذنب ، والآخر مجتهد في العبادة ، فكان لا يزال المجتهد يرى الآخر على الذنب ، فيقول : أقصر ، فوجده يوماً على ذنب ، فقال له : أقصر . فقال : خلني وربي ، أبعثت علي رقيباً ؟ فقال : والله لا يغفر الله لك ، أو لا يدخلك [الله] الجنة فقبض أرواحهما ، فاجتمعا عند رب العالمين ، فقال لهذا المجتهد : أكنت بي عالماً ؟ أو كنت على ما في يدي قادراً ؟ وقال للمذنب : اذهب فادخل الجنة برحمتي ، وقال للآخر : اذهبوا به إلى النار . قال أبو هريرة : والذي نفسي بيده ، لتكلم بكلمة أوبقت دنياه وآخرته . وهو حديث حسن . ولأن الشخص المعين يمكن أن يكون مجتهداً مخطئاً مغفوراً له ، [ ويمكن أن يكون ممن لم يبلغه ما وراء ذلك من النصوص ] ، ويمكن أن يكون له إيمان عظيم وحسنات أوجبت له رحمة الله ، كما غفر للذي قال : إذا مت فاسحقوني ثم اذروني ، ثم غفر الله له لخشيته وكان يظن أن الله لا يقدر على جمعه وإعادته ، أو شك في ذلك . لكن هذا التوقف في أمر الآخرة لا يمنعنا أن عاقبته في الدنيا ، لمنع بدعته ، وأن نستتيبه ، فإن تاب وإلا قتلناه . ثم إذا كان القول في نفسه كفراً قيل : إنه كفر والقائل له يكفر بشروط وانتفاء موانع ، ولا يكون ذلك إلا [ إذا ] صار منافقاً زنديقاً . فلا يتصور أن يكفر أحد من أهل القبلة المظهرين الإسلام إلا من يكون مناففاً زنديقاً . وكتاب الله يبين ذلك ، فإن الله صنف الخلق فيه ثلاثة أصناف : صنف : كفار من المشركين ومن أهل الكتاب ، وهم الذين لا يقرون بالشهادتين . وصنف : المؤمنون باطناً وظاهراً . وصنف أقروا به ظاهراً لا باطناً . وهذه الأقسام الثلاثة مذكورة في أول سورة البقرة . وكل من ثبت أنه كافر في نفس الأمر وكان مقراً بالشهادتين . فإنه لا يكون إلا زنديقاً ، والزنديق هو المنافق . “Bahwasanya perkataan-perkataan batil, bid’ah, lagi diharamkan yang menganung peniadaan sesuatu yang ditetapkan oleh Rasul shallallaahu ‘alaihi wa sallam, atau menetapkan sesuatu yang beliau tiadakan, atau perintah terhadap sesuatu yang beliau larang, atau larangan dari sesuatu yang beliau perintahkan; maka harus dikatakan kepadanya kebenaran, menetapkan padanya ancaman yang telah ditunjukkan oleh nash-nash, menerangkan bahwasannya hal itu merupakan kekufuran, dan sekaligus dikatakan (padanya) : ‘Barangsiapa yang mengatakannya, maka ia kafir’. Atau yang sejenisnya – sebagaimana disebutkannya ancaman atas kedhaliman yang terjadi pada jiwa dan harta. Dan sebagaimana pula telah dikatakan oleh kebanyakan ulama Ahlus-Sunnah yang masyhur tentang kafirnya orang yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk, Allah tidak dapat dilihat di akhirat, dan Allah tidak mengetahui sesuatu sebelum terjadi. Dari Abu Yuusuf rahimahullah, ia berkata : ‘Satu kali aku pernah berdebat dengan Abu Haniifah rahimahullah hingga kemudian terjadi kesepakatan antara pendapatku dan pendapatnya bahwa siapa saja yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia kafir. Adapun penghukuman pada individu tertentu apabila dikatakan : ‘Apakah engkau dapat memberi kesaksian ia termasuk golongan orang-orang yang diancam dan termasuk kafir ?’. Maka dengan ini kami nyatakan bahwa kami tidak memberi kesaksian atasnya kecuali dengan perkara yang diperbolehkan ada kesaksian bersamanya. Karena hal itu termasuk kejahatan yang sangat besar, yaitu memberi kesaksian terhadap individu bahwa Allah tidak akan mengampuni dan merahmatinya, bahkan kekal ada di neraka. Sesungguhnya ini semua merupakan hukuman bagi orang kafir setelah kematiannya. Oleh karena itu, Abu Dawud menyebutkan dalam Sunan-nya pada Kitaabul-Adab, Baab An-Nahyi ‘anil-Baghyi. Ia menyebutkan riwayat dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Dahulu ada dua orang laki-laki bersaudara dari kalangan Bani Israail. Salah seorang di antara mereka sering berbuat dosa dan yang lain rajin beribadah. Senantiasa orang yang rajin beribadah melihat saudaranya melakukan dosa, dan ia pun berkata : ‘Berhentilah (berbuat dosa)’. Pada satu hari, ia kembali mendapatkannya sedang berbuat dosa, maka ia berkata : ‘Berhentilah’. Orang yang berbuat dosa itu berkata : ‘Tinggalkanlah aku bersama Rabbku. Apakah engkau diutus sebagai orang yang selalu mengawasiku ?’. Ia pun berkata : ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu’ – atau ia berkata : ‘Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam surga. Lalu Allah mewafatkan mereka berdua dan kemudian berkumpul di sisi Rabbul-‘Aaalamiin (Allah). Allah berfirman kepada orang yang rajin beribadah : ‘Apakah engkau mengetahui tentang Aku ?. Ataukah engkau mempunyai kemampuan atas apa-apa yang ada di tangan-Ku ?’. Allah berfirman kepada orang yang berbuat dosa : ‘Pergi dan masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku’. Dan kemudian berfirman kepada yang lain (rajin beribadah) : ‘Giringlah ia ke dalam neraka’. Abu Hurairah berkata : ‘Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh orang itu telah mengucapkan satu kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya’. Hadits ini hasan. Karena individu tadi mungkin saja orang yang berijtihad yang kemudian salah, lalu Allah mengampuninya. Mungkin saja ia termasuk orang yang belum sampai padanya nash-nash. Mungkin saja ia termasuk orang yang mempunyai keimanan yang besar dan kebaikan-kebaikan yang mengharuskannya mendapatkan rahmat Allah, sebagaimana diampuninya orang yang mengatakan : ‘Apabila aku mati, maka leburkanlah aku lalu taburkanlah ke laut’ – yang kemudian Allah mengampuninya karena rasa takutnya, padahal ia menyangka Allah tidak mampu mengumpulkan dan mengembalikannya (setelah jasadnya ditaburkan ke lautan), atau dia ragu akan hal itu. Namun diam dalam perkara akhirat tidaklah menghalangi kita untuk memberikan sanksi kepadanya di dunia dengan tujuan mencegah kebid’ahannya dan memintanya untuk bertaubat – jika ia bertaubat (maka kita terima taubatnya), dan jika tidak, maka dibunuh. Kemudian jika ada satu perkataan kufur, maka harus dikatakan itu kufur. Adapun orang yang mengucapkannya, ia dikafirkan apabila terpenuhi syaratnya dan hilang penghalang-penghalangnya. Hal itu tidaklah terjadi kecuali ia seorang yang munafik lagi zindiq. Tidak tergambarkan/terbayangkan untuk mengkafirkan seseorang dari ahli kiblat kecuali ia seorang munafiq lagi zindiq. Kitabullah telah menjelaskannya. Allah ta’ala membagi manusia menjadi tiga golongan : (1) Orang kafir dari kalangan orang-orang musyrik dan ahli kitab – merekalah orang yang tidak mengikrarkan dua kalimat syahadat, (2) Mukmin yang dhahir dan batin, dan (3) Orang yang mengikrarkan dua kalimat syahadat secara dhahir, namun tidak secara batin. Inilah tiga golongan yang disebutkan di awal surat Al-Baqarah. Setiap orang yang ditetapkan padanya kekafiran namun ia mengikrarkan dua kalimat syahadat, maka ia adalah seorang zindiq; dan seorang zindiq, maka ia seorang munafik” [Syarh Al-‘Aqiidah Ath-Thahaawiyyah oleh Ibnu Abil-‘Izz Al-Hanafiy, 2/435-438, tahqiq : Dr. ‘Abdullah bin ‘Abdil-Muhsin At-Turkiy, takhrij : Syu’aib Al-Arna’uth; Muassasah Ar-Risalah, Cet. 9/1417]. Kesebelas : Kekafiran dan keimanan terdiri dari pokok dan cabang. Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata : ولما كان الإيمان أصلا له شعب متعددة وكل شعبة منها تسمى إيمانا فالصلاة من الإيمان وكذلك الزكاة والحج والصيام والأعمال الباطنة كالحياء والتوكل والخشية من الله والإنابة إليه حتى تنتهي هذه الشعب إلى إماطة الأذى عن الطريق فإنه شعبة من شعب الإيمان, وهذه الشعب منها ما يزول الإيمان بزوالها كشعبة الشهادة, ومنها ما لا يزول بزوالها كترك إماطة الأذى عن الطريق, وبينهما شعب متفاوتة تفاوتا عظيما منها ما يلحق بشعبة الشهادة ويكون إليها أقرب, ومنها ما يلحق بشعبة إماطة الأذى ويكون إليها أقرب. وكذلك الكفر ذو أصل وشعب. فكما أن شعب الإيمان إيمان فشعب الكفر كفر, والحياء شعبة من الإيمان, وقلة الحياء شعبة من شعب الكفر, والصدق شعبة من شعب الإيمان والكذب شعبة من شعب الكفر, والصلاة والزكاة والحج والصيام من شعب الإيمان, وتركها من شعب الكفر, والحكم بما أنزل الله من شعب الإيمان والحكم بغير ما أنزل الله من شعب الكفر, والمعاصي كلها من شعب الكفر كما أن الطاعات كلها من شعب الإيمان. وشعب الإيمان قسمان: قولية وفعلية. وكذلك شعب الكفر نوعان: قولية وفعلية. ومن شعب الإيمان القولية شعبة يوجب زوالها زوال الإيمان, فكذلك من شعبه الفعلية ما يوجب زوالها زوال الإيمان وكذلك شعب الكفر القولية والفعلية. فكما يكفر بالإتيان بكلمة الكفر اختيارا وهي شعبة من شعب الكفر فكذلك يكفر بفعل شعبة من شعبه كالسجود للصنم والاستهانة بالمصحف “Dan ketika disebutkan iman merupakan pokok, maka ia mempunyai cabang-cabang yang berjumlah banyak. Setiap cabang tersebut juga dinamakan iman, seperti halnya shalat adalah iman; begitu pula zakat, haji, puasa, amal-amal batin seperti rasa malu, tawakkal, takut kepada Allah taubat kembali kepada-Nya – hingga cabang keimanan tersebut berakhir pada menyingkirkan ganguan dari jalan, karena ia merupakan cabang dari cabang-cabang iman. Di antara cabang keimanan ada yang menyebabkan hilangnya iman dengan hilangnya cabangnya seperti cabang syahadat, dan di antaranya ada juga yang tidak menyebabkan hilangnya iman seperti meninggalkan menyingkirkan gangguan dari jalan. Di antara keduanya ada cabang-cabang yang bertingkat-tingkat dimana sebagiannya ada yang digolongkan dalam cabang syahadat dan ia lebih dekat kepadanya, serta yang lain ada yang digolongkan dalam cabang menyingkirkan gangguan dari jalan dan ia lebih dekat kepadanya. Begitu pula kekafiran mempunyai pokok dan cabang. Sebagaimana cabang keimanan merupakan iman, maka cabang kekafiran pun merupakan kekafiran. Malu adalah cabang dari keimanan, sedangkan sedikitnya malu adalah cabang dari cabang-cabang kekufuran. Kejujuran adalah cabang dari cabang-cabang keimanan, sedangkan dusta adalah cabang dari cabang-cabang kekafiran. Shalat, zakat, haji, dan puasa adalah cabang-cabang iman, sedangkan meninggalkannya adalah cabang-cabang kekufuran. Berhukum dengan apa yang diturunkan Allah adalah cabang keimanan, sedangkan berhukum dengan selain yang diturunkan Allah adalah cabang kekafiran. Setiap kemaksiatan adalah cabang kekafiran sebagaimana berbagai macam ketaatan adalah cabang keimanan. Cabang keimanan ada dua bagian : perkataan dan perbuatan. Begitu pula dengan kekafiran yang terdiri dari dua bagian : perkataan dan perbuatan. Di antara cabang keimanan yang berupa perkataan, ada yang dapat menyebabkan hilangnya keimanan jika ia tidak ada. Hal yang sama dengan keimanan yang berupa perkataan. Dan begitu pula dengan cabang kekafiran yang berupa perkataan dan perbuatan. Ada yang menjadikannya kafir seperti mengikuti (mengucapkan) kalimat kekafiran tanpa adanya paksaan, karena ia adalah cabang dari cabang-cabang kekafiran. Dapat dikafirkan pula orang yang mengerjakan cabang kekafiran seperti sujud pada berhala, dan menghina mushhaf Al-Qur’an” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa oleh Ibnul-Qayyim, hal. 55-56; Maktabah Ats-Tsaqaafah, Madinah]. Keduabelas : Tidaklah melazimkan orang yang mengerjakan satu perbuatan kekafiran dari cabang kekafiran dinamakan kafir. Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata : وهو أنه لا يلزم من قيام شعبة من شعب الإيمان بالعبد أن يسمى مؤمنا وإن كان ما قام به إيمانا ولا من قيام شعبة من شعب الكفر به أن يسمى كافرا وإن كان ما قام به كفرا, كما أنه لا يلزم من قيام جزء من أجزاء العلم به أن يسمى عالما ولا من معرفة بعض مسائل الفقه والطب أن يسمى فقهيا ولا طبيبا, ولا يمنع ذلك أن تسمى شعبة الايمان إيمانا وشعبة النفاق نفاقا وشعبة الكفر كفرا. وقد يطلق عليه الفعل كقوله: “فمن تركها فقد كفر”. “ومن حلف بغير الله فقد كفر”, وقوله: “من أتى كاهنا فصدقه بما يقول فقد كفر ومن حلف بغير الله فقد كفر”. رواه الحاكم في صحيحه بهذااللفظ. فمن صدر منه خلة من خلال الكفر فلا يستحق اسم كافر على الإطلاق, وكذا يقال لمن ارتكب محرما إنه فعل فسوقا وإنه فسق بذلك المحرم ولا يلزمه اسم فاسق إلا بغلبة ذلك عليه. وهكذا الزاني والسارق والشارب والمنتهب لا يسمى مؤمنا وإن كان معه إيمان كما أنه لا يسمى كافرا وإن كان ما أتى به من خصال الكفر وشعبه إذ المعاصي كلها من شعب الكفر كما أن الطاعات كلها من شعب الإيمان “Tidak selalu mengkonsekuensikan bagi seseorang yang mengerjakan salah satu cabang dari cabang-cabang keimanan disebut sebagai mukmin, meskipun yang ia kerjakan adalah satu perbuatan keimanan. Begitu pula tidaklah selalu mengkonsekuensikan bagi seseorang yang mengerjakan salah satu cabang dari cabang-cabang kekafiran disebut sebagai kafir, meskipun yang ia kerjakan adalah satu perbuatan kekafiran. Sebagaimana halnya tidak mengkonsekuensikan bagi seseorang yang mengerjakan sebagian dari bagian-bagian ilmu disebut sebagai seorang ‘alim (ulama), serta orang yang mengetahui sebagian permasalahan fiqh dan pengobatan disebut sebagai faqiih dan dokter (thabiib). Akan tetapi, itu semua tidaklah menghalangi kita untuk menyebut cabang keimanan sebagai iman, cabang kemunafikan sebagai kemunafikan, dan cabang kekafiran sebagai kekafiran. Dimutlakkan (penyebutan/penamaan) atas perbuatannya, seperti sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Barangsiapa yang meninggalkannya (yaitu shalat), maka ia kafir’; ‘Barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia kafir’. Dan juga sabda beliau : ‘Barangsiapa yang mendatangi dukun dan membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia kafir. Dan barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia kafir’. Diriwayatkan oleh Al-Haakim dalam Shahih-nya dengan lafadh ini. Barangsiapa pada dirinya ada satu perangai dari perangai-perangai kekafiran, maka tidak dibenarkan untuk memutlakkan nama kafir padanya. Begitu pula dikatakan bagi orang yang mengerjakan satu keharaman, maka telah mengerjakan satu kefasikan dan ia fasik dengan keharaman (yang ia kerjakan), namun tidak boleh menamakannya faasiq/fasik (secara mutlak) kecuali dengan kefasikan tersebut tampak mendominasi pada dirinya. Begitu pula dengan orang yang berzina, pencuri, peminum khamr, dan perampok tidak boleh disebut mukmin (secara mutlak) meskipun ada keimanan padanya, sebagaimana pula ia tidak dinamakan kafir (secara mutlak) meskipun yang ia kerjakan termasuk tabiat dan cabang kekafiran. Karena setiap kemaksiatan termasuk cabang kekafiran, sebagaimana setiap ketaatan termasuk cabang keimanan” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal. 62]. Ketigabelas : Kadangkala berkumpul atas diri seseorang beberapa sifat, seperti keimanan, kekafiran, ketaatan, ataupun kemaksiatan. Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata : أن الرجل قد يجتمع فيه كفر وإيمان وشرك وتوحيد
  218. Setelah wafatnya Rasulullah SAAW. dan berdirinya rezim-rezim ( muawiyah- abbasiyah) yang mengatas namakan Islam, yang membunuh keluarga Rasul yang mulia, maka banyak hadis-hadis produk mereka, dari “ulama-ulama” yang tertekan oleh kekuasaan dan cinta dunia, kebenaran Islam tetap terpelihara oleh Al Quran dan Itrah Rasulullah. Yaitu para ahlil bait Rasul. Perbedaan antara Sunni dan Syiah adalah perbedaan politik dan kepentingan, kita jangan menjadi “agen musuh Islam” pemecah belah antar umat Islam. Semoga kita disatukan dalam tauhid dan kecintaan kepada Rasul dan keluarga sucinya.

  219. @laqif
    tahu dari mana anda ulama2 itu tertekan dan cinta dunia, aneh?

  220. @orang awam
    Untuk menjawab pertanyaan anda: Bacalah buku/kitab para ahli sejarah dari semua golongan. Anda akan mendapat jawabannya. Jangan hanya fanatik pada satu golongan, kitab2 dari golongan lain anda tolak. Kalau cara demikian anda tidak mungkin melihat kebenaran. Saya ingin bertanya pada anda, Mengapa Ali b Abi Thalib dibunuh? Mengapa Hasan b. Ali dan Husein b Ali dibinuh. Mengapa Abu Dzar diasingkan? Apa arti ucapan Abu Hurairah : ” Kalau mau surga berpegang pada Ali dan kalao mau Dunia berpegang pada Muawiyah?” Baca kitab2. Wasalam

  221. dalam keluargaku ada salafi, ada jamaah tabligh, ada alumni mesir, ada polisi, ada guru, ada dokter, ada juga filosof, kami semua sering makan sama2…rasanya enak..tergantung menunya…mau coto makassar atau masakan padang..pedesnya bikin keringat…uenaaaak…aku sendiri hobby playstation…asyiiiiiiikkkkk…

  222. he9xxxrame gening….kalo anda pengen selamat jauhi segla macam bentuk jidal,,,palagi para pemuja akal macam golongan syi’ah dan mereka yang yang disebut sebagai agen syi’ah…

  223. blog syiah bener

  224. yang pasti sunni pengetahuan tentang siah sangatlah minim, karena saudara sunni tidak mungkin mempelajari siah secara langsung dari sumbernya, tetapi penganut siah terutama di Indonesia kebanyakan adalah mantan sunni … jadi ….kesimpulannya mari kita pikirkan sendiri … salam damai untuk semuanya

  225. kekurangan literatur dan kebencian yang suudah mendarah daging

  226. kebencian kepada syiah ygg sudah mendarah daging, siapapun yangg berkata jujur akan dianggap sebagai ‘anttek syiah” padahal itulah kebenarandan fakta

  227. @haidar
    kebencian yg sudah mendarah daging?…..apakah kebencian mereka pada syiah karena mereka dirugikan secara materiil,? apakah mereka terzolimi,keluarganya di tindas, hidupnya tidak nyaman dan termiskinkan oleh orang2 syiah..? sepertinya kebencian mereka pd syiah bukan kerena itu semua, kebanyakan mereka hanyalah korban dari hasutan dan propaganda nashibi

  228. @arif>>>>

    kadang saking semangatnya arek2 syiah sampai lupa bagaimana imam Ali AS dalam bersikap dan memberi contoh. Yah maklum mas manusia kadang tergoda…hehehehe. Atau jangan2 ada orang2 wahabi yang menyelundup mengaku syiah dengan posting disini hii syerem kabur sajah heheheheheh

  229. orang2 yang anti SP dan anti syiah kok isi komentnya muter2 ngga fokus ya? saya ngga yakin mereka salafi/wahabi sebab yang saya tahu wahabi berhujjah selalu dengan dalil kok dan argumentative, dan anti taqlid buta, jadi apa pengoment2 diatas ini siapa?jangan2 golongan anti pancasila alirannya nurdin top? yang modal semangat doang?wah densus88 perlu mewaspadai nih

  230. Dari koment bung anonim :
    Mau beragama a, b, c atau tidak beragama sekalipun kalau orangnya baik mah ga masalah, ketimbang orang munafik.

    …Jd tau kita siapa yg sesat!!!

  231. Bismillahirahmanirahim…” Liat vidio ini yang dihadiri oleh ulama kelas dunia dan cendikiawan muslim seluruh dunia sebagaian terlihat difoto ini, habib umar bin hafidz, syaikh said al bouthi dan lainya……..https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=ZAJXOuybAgM

  232. saya di besarkan dari keluarga NU setelah saya mengkaji terus menerus dan saya meyakini NU adalah adalah syiah tetapi minus Imamah,
    tapi mengapa? pndok sebesar sidogiri pasuruan bisa tidak bijaksana dan menyesatkan faham syiah madzhab ahlul bait, saya kira ini aneh…saya pernah mondok di sana pada waktu Yai Mas Hasani r.a masih hidup
    marhaban ya nurul aini…marhaban…
    marhaban ya jaddal husaeini…marhaban…

  233. Makasih infonya.

Tinggalkan komentar