Tiranisme Pengikut Salafy

Judul yang aneh dan kesannya berlebihan, memang pada dasarnya begitu, ya mungkin karena keterbatasan pelampiasan ekspresi dalam suatu tulisan yang membuat seseorang menampilkannya dalam bentuk bahasa yang dilebihkan. Tulisan ini adalah sebuah bentuk kepedulian(keprihatinan tepatnya) bagi pikiran-pikiran tertentu yang bercorak layaknya Penguasa. Pikiran yang membunuh setiap apapun yang menjatuhkan pikirannya, ya pikiran yang telah menjadi Tiran bagi dirinya dan orang lain. Pikiran yang menjadi sesuatu yang bernyawa sehingga apapun yang mengancamnya harus dibunuh, benar-benar seperti Tiran

Siaaaap

Siap

Siapkan diri baik-baik ya panjang soale 🙂

Peristiwa Pertama
Di suatu tempat, Ada beberapa orang yang berada disitu dan sebutlah Si Saya salah satunya. Karena bosan akhirnya Si Saya memilih untuk mengajak bicara seseorang

Si Saya : Menurut saya pendapatmu tentang Musik itu tidak benar, boleh-boleh saja mendengarkan musik.
Jawabnya ”Nggak, kamu salah banyak dalil dari Al Quran dan Hadis yang menyatakan Musik itu haram”.

Si Saya : Tapi kan ada juga hadis yang mengindikasikan bahwa musik itu dibolehkan, lagipula Ayat Al Quran yang kamu maksud, setelah saya baca tidak jelas menyatakan haramnya musik. Jujur saja kalau saya membacanya itu gak ada kaitannya langsung dengan nyanyian dan musik
Jawabnya ” Semua itu sudah menjadi dalil oleh ulama-ulama, kamu Jangan menafsirkan sesuai dengan hawa nafsumu”

Si Saya : Maaf saya menafsirkannya dengan pikiran saya dan juga pendapat ulama kok.
Jawabnya ”Memangnya siapa ulama yang kamu maksud?”

Si Saya : Yusuf Qardhawi
(tertawa)Jawabnya ”Lebih baik kamu Jangan baca buku-buku dia, dia itu menyimpang dari ulama salaf”

Si Saya : Kata siapa, penjelasannya bagus dan dalilnya juga kuat kok
Jawabnya ”kamu jangan tertipu ,pembid’ah itu memang manis bicaranya”.

Si Saya : Kamu pernah baca bukunya
Jawabnya ”lah kamu ini gimana, kan aku yang larang kamu baca buku dia ,jadi mana mungkin aku membaca bukunya”.

Si Saya : Tapi kan lebih baik kalau dibaca dulu buat perbandingan.
Jawabnya ”Untuk apa kan haramnya sudah jelas, lagipula mana ada sih seorang ulama menghalalkan apa yang sudah diharamkan Allah SWT, kalau ada itu sudah sesat namanya dan buku yang sesat kayak gitu haram dibaca” .

*gubrak*

Akhirnya Si Saya itu bungkam, pikirannya untuk berdiskusi sudah terbunuh dengan serangan terakhir yang mematikan
.

.

.

Gimana, kita lanjut 😉

Peristiwa Kedua
Kali yang lain tentu dengan Tiran yang lain, Si Saya dan seseorang yang tentunya dirahasiakan namanya sedang berdiskusi tentang Tanda-tanda Kebesaran Allah SWT, sampai Si Saya berkata

Si Saya : Manusia itu harus banyak bersyukur dengan bertafakur memikirkan penciptaan langit dan bumi. Lihat saja kekuasaan Allah SWT yang telah menjadikan sistem tata surya dengan planet-planet yang mengitari matahari yang semuanya begitu teratur, kamu tahu Azaz Antropi dalam Fisika, salah satunya jika pada awalnya kedudukan bumi bergeser sedikit saja dari orbitnya maka kehidupan di bumi ini tidak akan terbentuk”.
Jawabnya ”Yang benar matahari yang mengelilingi bumi, bumi ini pusat tata surya”

Si Saya : ????……(oooooh dalam hati Si Saya baru ingat) “Kalau menurut saya, bumi mengelilingi matahari itu sudah menjadi hal yang dasar dalam Ilmu Astronomi, banyak yang membuktikan hal itu, lagipula dari pelajaran Fisika di sekolah dulu seperti itu yang diajarkan”.
Jawabnya ”Itu Cuma konspirasi yang dibuat-buat oleh orang kafir untuk mengelabui orang Islam, karena yang benar menurut Salafus salih adalah matahari mengelilingi bumi”.

Si Saya : Saya tahu memang ada ulama yang berpendapat begitu tetapi setelah saya baca dalilnya baik Al Quran maupun hadis penunjukannya tidaklah jelas ,tidak menafikan kalau bumi mengelilingi matahari, itu Cuma sekedar penafsiran.
Jawabnya ”Kita harus menafsirkan sesuai pemahaman salafus salih karena Itulah yang benar, tidak boleh menafsirkan dengan hawa nafsu”.

Si Saya : Saya menafsirkan dengan akal saya
Jawabnya ”Tidak boleh mendahulukan akal dari Al Quran dan Hadis”

Si Saya terbunuh lagi setelah bangkit dari kematiannya, dalam hati muncul suara-suara “sungguh tidak berperikepikiran benar”.

Jadi teringat sesuatu

hmmmmm

he he he 

Sudah mulai menyebalkan ya 😦

Peristiwa Ketiga
Pengalaman ini ternyata tidak berhenti, Selanjutnya Si Saya suatu ketika ditanya seseorang “eh Syiah itu apa?”.
Si Saya menjawab “Syiah itu orang Islam yang sangat mencintai Keluarga Nabi SAW, kenapa tanya itu?”.
Jawabnya “Ah nggak, kemarin ngobrol sama temen tentang politik dunia seperti masalah Nuklir Iran dan lain-lain terus gak tahu gimana ceritanya dia cerita juga masalah Syiah? Kalau gak salah ada juga masalah bentrokan fisik Sunni dan Syiah, dia cerita banyak tentang Sunni dan kalau kita ini Sunni begitulah tapi dia cerita sedikit tentang Syiah. Jadi Syiah itu orang Islam kan”.

Sebelum Si Saya sempat menjawab ada yang menimpali dari samping ”Bukan, Syiah itu Aliran sesat, Mereka itu suka mencaci sahabat nabi dan banyak ajaran yang gak ada kaitannya dengan islam”. (nih orang gak sopan banget ya :mrgreen: )
Si Penanya bingung ”oh begitu ya”.

Si Saya tidak tinggal diam ”Bukan seperti itu, itu cerita yang tidak benar ,yang penting mereka itu Islam, Cuma pemahamannya ada yang berbeda dengan Islam sunni”.
Si Penimpal menimpal lagi ”Salah, banyak ulama yang menyatakan mereka itu bukan Islam, ada banyak buku yang membahas masalah ini”. Kemudian si Penimpal menoleh kepada Si Saya dan berkata ”Aku heran kok kamu bisa bilang kayak gitu, aku tahu kamu pintar tapi kamu harus lebih banyak membaca tentang ini” .

Si Saya menjawab ”Oh iya tentu saja aku banyak membaca masalah ini juga dari tipe buku yang kamu baca, tetapi aku juga baca buku-buku dari Ulama Syiah sendiri yang pada umumnya adalah bantahan terhadap buku yang tipe kamu itu”.
Si Penimpal menjawab “Pantas saja kamu itu sudah terpengaruh dengan propaganda Syiah”.

Si Saya dengan rasa tidak suka berkata ”Propaganda Bagaimana? Aku kan Cuma membandingkan apa yang dituduhkan terhadap Syiah dengan pernyataan Ulama Syiah sendiri, juga mempelajari dalil-dalil apa yang menjadi landasan mahzabnya dalilnya dari Al Quran dan Hadis kok, bila perlu kita bisa bicara panjang tentang ini. Lagi pula untuk mengetahui pasti tentang Syiah kita tidak bisa mengabaikan pernyataan orang Syiah sendiri kan”.
Si Penimpal berkata “Orang-orang Syiah itu pembohong mereka itu sering membuat hadis palsu untuk menunjang mahzabnya Al Qurannya saja beda dengan Al Quran kita”.

Si Saya menjawab “Enggak ah Al Qurannya sama, itu Cuma fitnah dan mereka juga menggunakan hadis-hadis yang diterima oleh orang Sunni”
Jawaban Si Penimpal “Hadis-hadis yang mereka bilang itu tidak benar, mereka menafsirkannya sesuai dengan hawa nafsu mereka”.

Si Saya berkata “ Rasanya kan lebih baik kalau kamu baca dulu buku ulama Syiah sebelum bicara seperti itu”
Si Penimpal berkata ”Buku aliran sesat buat apa dibaca ntar terpengaruh, lagipula orang Syiah itu pendusta banyak ulama yang bilang kalau mereka itu orang yang paling pendusta, jadi untuk apa baca buku Syiah”.

Si Saya berkata “Cara kamu itu tidak benar, itu menghukum secara sepihak namanya, pantas saja kamu menuduh yang bukan-bukan tentang Syiah”.
Si Penimpal berkata ”kamu itu sudah terpengaruh dengan Syiah lebih baik kamu tidak usah baca-baca buku kayak gitu, baca buku-buku ulama Salafus salih saja biar nggak sesat jadinya”.

Si Saya berkata “Aku sudah baca buku-buku yang kata kamu Salafus salih itu, jadi kenapa kita tidak diskusi mendalam soal ini, kita bahas satu-persatu biar jelas”
Si Penimpal berkata “Aku masih perlu banyak belajar buat diskusi, lagipula semuanya sudah jelas kok”.
Si Saya mengakhiri “Ya sudah kalau begitu” dalam hatinya ada suara yang berkata “muncul satu Tiran lagi”.

Ah Jelas kan

Pernah ngalamin

Gak enak ya

Huuuuuuuuuuf 😈

Ok lanjut

Pembahasan
Tiga peristiwa di atas adalah contoh mereka yang menggunakan Logika Tiran, membunuh pendapat orang lain karena berbeda dengan pendapatnya sendiri. Adalah wajar setiap orang punya pendapat masing-masing, dan sebenarnya terserah orang juga mau berpendapat seperti apa. Tapi ada sesuatu yang perlu diperhatikan yaitu Hubungan sesama manusia, ketika seseorang meyakini sesuatu dan menyuarakan pendapatnya kepada orang lain baik dengan sengaja ataupun tidak maka seharusnya dia sadar kalau dia telah berhubungan dengan teritori orang lain, nah disinilah letak permasalahannya.

Teritori orang lain adalah sepenuhnya milik orang tersebut, dan pada area ini orang tersebut punya kekuasaan untuk menyatakan pendapatnya yang mungkin timbul karena ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain. Tiran-tiran ini telah melanggar batas teritori orang lain, mempersempitnya sehingga orang tersebut tidak punya area untuk Menyampaikan pendapatnya lebih lanjut, memang ini sih tergantung orang tersebut juga karena dia bisa menjadi menjijikkan juga dan menjadi Tiran yang lain, dan terjadilah perang antar Tiran. Tetapi bagi orang yang berperikepikiran atau bagi orang yang punya niat baik dengan dirinya sendiri seperti saya tentu dia akan menjauhkan diri dari niat untuk membalas pendapat orang lain karena sekedar sakit hati. Yang dimaksud itu dia tidak akan melanjutkan diskusinya dengan cara-cara Tiran yang menjijikkan yaitu dengan melanggar batas teritori orang lain, lebih baik baginya untuk menghentikan kezaliman ini dengan mengakhiri diskusi

Tiran

Tiran :mrgreen:
Lihat dialog pertama, Si Saya telah menyatakan pendapatnya “Menurut saya pendapatmu tentang Musik itu tidak benar, boleh-boleh saja mendengarkan musik”. Kemudian Tiran itu menjawab ”Nggak, kamu salah banyak dalil dari Al Quran dan Hadis yang menyatakan Musik itu haram”. Pada batas ini bisa dibilang semua masih dalam teritori masing-masing. Tetapi pada saat Si Saya mencoba membuka alasan yang mendasari pernyataannya, Si Tiran telah menghempaskan dengan pernyataannya “ Semua itu sudah menjadi dalil oleh ulama-ulama, kamu Jangan menafsirkan sesuai dengan hawa nafsumu”. Di sini Si Tiran mulai menjadi Tiran, dia mulai mempersempit ruang gerak pikiran Si Saya, Padahal Si Saya baru ingin memulai diskusi lebih lanjut tentang dalil-dalilnya dengan berkata “Tapi kan ada juga hadis yang mengindikasikan bahwa musik itu dibolehkan, lagipula Ayat Al Quran yang kamu maksud, setelah saya baca tidak jelas menyatakan haramnya musik. Jujur saja kalau saya membacanya itu gak ada kaitannya langsung dengan nyanyian dan musik”. Tapi Si Tiran itu telah menusuknya dengan menyatakan bahwa pendapat Si Saya itu Cuma berdasar hawa nafsunya sambil menggunakan Argumentum Ad Populum sudah menjadi dalil oleh ulama-ulama. Dalam batas ini Si Saya bisa saja berpikir apa gunanya melanjutkan diskusi lebih lanjut apapun yang saya katakan dia cukup menusuknya dengan Pedang “itu hawa nafsumu”. 😦

Tetapi dengan sedikit sabar dan penuh kedongkolan Si Saya tetap melanjutkan pendapatnya dengan menyebutkan ulama yang menjadi dasar pendapatnya, dia berharap nama ulama ini dapat menggugah si Tiran untuk membahas masalahnya dengan saling berbagi dalil dan argumen secara ilmiah layaknya diskusi yang berkualitas. Sayangnya Si Tiran kembali menusuk ”Lebih baik kamu Jangan baca buku-buku dia, dia itu menyimpang dari ulama salaf”. Dan menusuk lagi ”kamu jangan tertipu ,pembid’ah itu memang manis bicaranya”. Si Saya sepertinya terluka cukup parah tapi dia belum juga menyerah perjuangan masih belum berakhir, kali ini dia membalas dengan mengatakan apakah si Tiran sudah baca bukunya dan wah ternyata si Tiran tidak pernah membacanya, tentu saja dengan itikad baik Si Saya berkata “Tapi kan lebih baik kalau dibaca dulu buat perbandingan”. Si Tiran justru menusuknya dengan serangan terakhir yang mematikan ”Untuk apa kan haramnya sudah jelas, lagipula mana ada sih seorang ulama menghalalkan apa yang sudah diharamkan Allah SWT, kalau ada itu sudah sesat namanya dan buku yang sesat kayak gitu haram dibaca” . Tepat menusuk Jantung pikiran Si Saya, dia pun bungkam jadi dari tadi ternyata saya cuma sendirian, yah mau bagaimana lagi apapun yang dikatakan Si Saya bagi si Tiran semua sudah jelas pendapatnya yang benar dan Si Saya salah, si Tiran tidak ada niat untuk diskusi rupanya dia cuma mau menunjukan kekuasaannya di hadapan Si Saya. Si Saya akhirnya pergi dan si Tiran berpuas diri, dia tidak tahu kalau dalam hati Si Saya bersyukur “Untung saya tidak menderita penyakit ganas seperti itu”. :mrgreen:

Contoh yang sederhana memang, kalau dilihat lebih lanjut tidak ada satupun pendapat (lebih tepat tusukan) si Tiran itu yang logis semua cuma berdasar dugaan, tuduhan tak berdasar dan Argumentum Ad Populum yang diputar-diputar ”Untuk apa kan haramnya sudah jelas, lagipula mana ada sih seorang ulama menghalalkan apa yang sudah diharamkan Allah SWT, kalau ada itu sudah sesat namanya dan buku yang sesat kayak gitu haram dibaca”. Ulama yang dimaksud itu tidak menghalalkan apa yang diharamkan Allah SWT, justru dia menyatakan bahwa menurut pendapatnya itu halal dan menolak pendapat ulama yang mengatakan itu haram jadi yang benar ulama itu menghalalkan apa yang dinyatakan haram oleh ulama lain, rasanya tidak sulit untuk mengerti masalah ini :mrgreen: . Memang si Tiran itu karena pengaruh penyakitnya tidak dapat memahami dengan benar perkataan orang lain, dia cuma bisa melihat dirinya sendiri dan orang lain dibawahnya, yah mungkin penyakit ini akibat kemewahan pikiran kelompoknya atau ulamanya yang dia telan sepuas-puasnya, kenikmatan yang membuatnya menjadi begitu grandiosa sehingga dia memandang orang lain yang tidak memiliki kemewahan itu sebagai orang yang miskin agamanya. 😆

Waham

Waham

Waham……… 😆

Mari kita lihat dialog yang kedua dengan Tiran yang lain, pada dialog ini Si Saya berbicara tentang kekuasaan Allah SWT dan salah satunya yaitu mengenai keteraturan dalam sistem tata surya. Menanggapi ini Si Tiran menyatakan bahwa Si Saya itu salah yang benar Matahari mengelilingi bumi. Kemudian Si Saya menjawab “Kalau menurut saya, bumi mengelilingi matahari itu sudah menjadi hal yang dasar dalam Ilmu Astronomi, banyak yang membuktikan hal itu, lagipula dari pelajaran Fisika di sekolah dulu seperti itu yang diajarkan”. Kalau dilihat Si Saya menggunakan Argumentum Ad Populum yang berdasarkan fakta, maksudnya yang dibicarakannya itu memang ada. Dalam Ilmu Fisika khususnya Astronomi hal itu memang menjadi konsensus yang disepakati di seluruh dunia saat ini.

Dan jawaban si Tiran adalah ”Itu Cuma konspirasi yang dibuat-buat oleh orang kafir untuk mengelabui orang Islam, karena yang benar menurut Salafus salih adalah matahari mengelilingi bumi”. Ini adalah sebuah serangan ,sangat jelas sekali kalau si Tiran itu tidak bisa menolak apa yang dinyatakan oleh Si Saya tetapi dia membalik masalahnya bahwa konsensus itu adalah konspirasi orang kafir, si Tiran menggunakan Argumentum Ad Populum yang berdasarkan angan-angannya semata. Menggunakan argumen yang seperti ini adalah bentuk kekonyolan cara berpikir yang menunjukkan Oksidentalisme paranoid si Tiran. Oleh karena itu wajar sekali Si Saya tidak menanggapi kekonyolan ini, dia cuma menanggapi bagian terakhir tentang Salafus salih dengan kata-kata “Saya tahu memang ada ulama yang berpendapat begitu tetapi setelah saya baca dalilnya baik Al Quran maupun hadis penunjukannya tidaklah jelas ,tidak menafikan kalau bumi mengelilingi matahari, itu Cuma sekedar penafsiran”. Pernyataan Si Saya adalah pembuka yang jelas untuk membahas masalah ini dengan dalil dan argumen yang ilmiah, dia mengawali dengan garis besar pendapatnya dan sudut pandangnya dalam masalah ini, menanggapi ini orang yang diajak bicara dapat merespon dengan bertanya Bagaimana tepatnya penafsiran yang Si Saya bicarakan, tetapi Si Tiran tidak memahami isyarat ini dia justru mempersempit area Si Saya dengan berkata ”Kita harus menafsirkan sesuai pemahaman salafus salih karena Itulah yang benar , tidak boleh menafsirkan dengan hawa nafsu”. Nyata sekali kalau Si Tiran ini tidak mau mendengar dalil Si Saya, baginya sudah cukup pemahaman salafus salihnya dan setiap yang bertentangan dengan itu dia nyatakan menafsirkan dengan hawa nafsu, padahal sedikitpun dia belum mendengar apa tepatnya penafsiran Si Saya.

Dalam batas ini Si Saya cukup terluka oleh serangan itu oleh karenanya dia membela dirinya dengan berkata “Saya menafsirkan dengan akal saya” , yang ingin ditekankannya adalah dia menggunakan kemampuan berpikirnya untuk memahami Al Quran dan Hadis yang dimaksud, tetapi si Tiran entah karena berpura-pura tidak mengerti atau memang tidak mengerti apa yang dibicarakan menjawab dengan tikaman ”Tidak boleh mendahulukan akal dari Al Quran dan Hadis”. Pernyataan ini cukup telak membuat Si Saya berpikir si Tiran ini tidak mengerti sedikitpun pembicaraan, kalau sudah begini apa yang mau dikatakan lagi. Memang mereka para Tiran ini mempersempit teritori orang lain dengan argumen atau kata-kata yang seolah-olah benar padahal tidak atau tidak pada tempatnya. Dan seandainya ada yang membantah argumennya dia akan membalasnya dengan sengit dan terburu-buru seolah-olah pikiran itu berbahaya sehingga perlu secepatnya dimatikan. 😦

Sesat kamu

Sesat kamu

Sesaaaaaaaaaaaat 😛

Dialog yang terakhir mengenai masalah Sunni dan Syiah terjadi karena ada seseorang yang bertanya kepada Si Saya dan Si Saya menjelaskan apa yang dia tahu, tetapi si Penimpal datang walaupun tidak tak terduga(menurut Si Saya) dan mengatakan kalau Si Saya itu salah, percakapan Selanjutnya membuktikan kalau si Penimpal itu ternyata Tiran juga. Dimulai dari pernyataan si Tiran “ Pantas saja kamu itu sudah terpengaruh dengan propaganda Syiah”. Sebelumnya Si Saya cuma mengatakan kalau dia membaca banyak buku tentang Syiah termasuk karya ulama Syiah sendiri, tetapi si Tiran menjawab dengan tuduhan aneh seperti itu, makanya Si Saya menjawab ”Propaganda Bagaimana? Aku kan Cuma membandingkan apa yang dituduhkan terhadap Syiah dengan pernyataan Ulama Syiah sendiri, juga mempelajari dalil-dalil apa yang menjadi landasan mahzabnya dalilnya dari Al Quran dan Hadis kok, bila perlu kita bisa bicara panjang tentang ini. Lagi pula untuk mengetahui pasti tentang Syiah kita tidak bisa mengabaikan pernyataan orang Syiah sendiri kan”. Ini adalah cara yang terang-terangan untuk mengajak si Tiran berdiskusi dengan dalil dan argumen yang ilmiah (mungkin Si Saya menyadari kalau si Tiran ini tidak dapat menangkap isyarat dalam kata-kata yang halus seperti pengalamannya sebelumnya dengan Tiran yang lain).

Dan tidak tak terduga si Tiran menyerang niat baik Si Saya dengan kata “Orang-orang Syiah itu pembohong mereka itu sering membuat hadis palsu untuk menunjang mahzabnya Al Qurannya saja beda dengan Al Quran kita”. Lihat baik-baik yang ingin si Tiran ini katakan bahwa tidak ada gunanya membandingkan atau membaca buku ulama Syiah karena mereka semua pembohong, Si Saya berpikir kalau sudah begitu apalagi yang bisa dibicarakan, tapi walaupun begitu Si Saya tetap menjawab “Enggak ah Al Qurannya sama, itu Cuma fitnah dan mereka juga menggunakan hadis-hadis yang diterima oleh orang Sunni”.

Si Saya ingin membantah si Tiran tentang tuduhannya terhadap Al Quran Syiah dan hadis palsu yang dikatakan si Tiran, tentu saja Si Saya ingin si Tiran menanggapi dengan menanyakan Si Saya apa dalilnya bicara begitu? Tapi lain yang diharapkan Si Tiran Malah menyerang Si Saya dengan berkata “Hadis-hadis yang mereka bilang itu tidak benar, mereka menafsirkannya sesuai dengan hawa nafsu mereka”. Si Saya membatin saya rasa kamulah yang bicara dengan hawa nafsu, Padahal kamu belum pernah membaca buku ulama Syiah . Si Saya berharap pernyataan ini akan menggugah Si Tiran, paling tidak akan membuatnya menyadari kalau dia menyatakan sesuatu padahal dia belum membaca buku ulama syiah yang dia bicarakan. Ternyata si Tiran itu benar-benar tidak menyadari dan menjawab dengan serangan selanjutnya ”Buku aliran sesat buat apa dibaca ntar terpengaruh, lagipula orang Syiah itu pendusta, banyak ulama yang bilang kalau mereka itu orang yang paling pendusta, jadi untuk apa baca buku Syiah”.

Sebelumnya Serangan seperti ini akan mematikan niat Si Saya untuk melanjutkan diskusi tetapi mungkin karena pengalamannya Si Saya tetap bertahan dan kembali ke medan laga dia berkata “Cara kamu itu tidak benar, itu menghukum secara sepihak namanya, pantas saja kamu menuduh yang bukan-bukan tentang Syiah”. Alih- alih tersudut si Tiran Malah semakin garang dan melancarkan serangan Argumentum Ad Hominem ”kamu itu sudah terpengaruh dengan Syiah lebih baik kamu tidak usah baca-baca buku kayak gitu, baca buku-buku ulama salafus salih saja biar nggak sesat jadinya”. Secara tidak langsung yang ingin si Tiran katakan Si Saya sudah mulai sesat. Si Saya tidak senang dituduh macam-macam oleh karena itu dia membela diri sambil menyatakan ajakan yang terakhir “Aku sudah baca buku-buku yang kata kamu salafus salih itu, jadi kenapa kita tidak diskusi mendalam soal ini, kita bahas satu-persatu biar jelas”. Jawaban si Tiran sama seperti sebelumnya penolakan yang diiringi serangan akhir “Aku masih perlu banyak belajar buat diskusi, lagipula semuanya sudah jelas kok”. Si Saya mendengar dirinya sendiri membatin “oh jadi kamu belum banyak belajar untuk bisa melontarkan semua tuduhan yang kamu sampaikan dan saya rasa kamu tidak akan belajar kalau kamu pikir semuanya sudah jelas, saya heran apa yang kamu pelajari, kasihan sekali orang-orang yang tidak tahu apa artinya belajar”. Akhirnya Si Saya menutup diskusi yang memuakkannya dengan berkata “Ya sudah kalau begitu” . 😈

Seperti yang dikemukakan Si Saya ternyata si Tiran itu tidak mengerti apa artinya belajar, bagi si Tiran itu satu-satunya yang ia sebut belajar adalah menelan semua ajaran kelompoknya dan ulamanya bulat-bulat(atau apapun bentuknya) karena hanya itu yang benar dan selain dari itu adalah ajaran hawa nafsu. Dia tidak punya cukup mata untuk melihat bahwa ulamanya bukan satu-satunya ulama yang ada di dunia, tetapi Bagaimana mungkin dia bisa melihat itu kalau dia sendiri tidak bisa memperhatikan kalau orang lain punya sesuatu yang dengan seenaknya dia bunuh :mrgreen: . Berkali-kali kita lihat si Tiran menyabet dengan Pedang “itu hawa nafsumu”, seolah-olah dia bisa melihat menembus hati manusia seraya melupakan dirinya yang penuh nafsu membunuh, Ya nafsu membunuh pikiran orang lain yang sadar atau tidak sering sekali dilakukannya. sombong sekali 😦

Nafsu lagi

Nafsu lagi

Nafsu lagi yang disalahin :mrgreen:

Tarik nafas dulu 🙂

Tiran-tiran seperti ini dan cara berpikirnya benar-benar menjijikkan dan menyebalkan, mereka ini dengan penyakitnya benar-benar menyebabkan orang lain mengalami “Sindroma Tak Ada Gunanya” jika berbicara dengan mereka. Tetapi kita melihat mereka ini dengan penuh grandiosa menyebut mereka golongan yang selamat, golongan yang benar, dan golongan yang berada di atas jalan yang lurus :mrgreen: .

Cara berpikir Tiran seperti ini jelas tidak baik dan sedapat mungkin harus dihindari. Keberadaan orang lain harus menjadi perhatian bagi siapapun yang ingin hidup bersama orang lain. Perbedaan pendapat tentunya dapat ditolerir selagi setiap orang dapat menghormati teritori masing-masing. Memang ini adalah bentuk ideal dari yang diharapkan, pada kenyatannya ada saja orang seperti Tiran ini yang suka melanggar batas teritori orang lain atau orang yang kelewat nyaman dalam teritorinya sehingga tidak bisa menerima apapun pendapat orang lain(yang dimaksud itu orang yang tidak mau mendengar pendapat orang lain tetapi paling tidak dia tidak membunuhnya seperti yang dilakukan para Tiran). Kedua tipe yang seperti ini cukup menyulitkan dalam interaksi antarmanusia sebagai makhluk yang punya pikiran masing-masing, tapi bisa ditekankan kalau tipe pertama yaitu para Tiran itu lebih berbahaya bagi kehidupan pikiran-pikiran manusia yang akan berinteraksi dengannya.

Bahaya

Bahaya

Bahaya 😛

Penutup

Sebelum mengakhiri tulisan ini saya akan menambahkan sedikit untuk mencegah kritik atau komentar yang tidak penting yang mungkin muncul dari para Tiran yang tersinggung atau dari siapapun yang akan menyatakan bahwa tulisan anda itu tidak benar, Musik itu memang haram, Matahari memang mengelilingi bumi dan Syiah itu memang sesat. Kalau memang ada yang seperti ini saya mohon maaf untuk kelancangan saya mengatakan kepadanya bahwa anda tidak mengerti sedikitpun apa yang saya bicarakan. Tulisan ini yang menampilkan dialog-dialog tentang masalah tertentu tidaklah membahas mengenai substansi dari permasalahan dialog tersebut tetapi hanya membicarakan cara berpikir Tiran dalam dialog itu, terlepas dari kenyataan kebenaran ada pada pihak siapa, karena seandainyapun para Tiran yang benar, itu tidak membuatnya berhak mematikan pikiran-pikiran orang yang mau berdialog dengannya. Untuk masalah substansi dialog tersebut saya rasa ada tulisan khusus yang membahasnya.

Salam damai

Catatan : Tulisan ini cuma daur ulang tulisan lama, jadi maaf deh kalau terkesan basi dan sudah pernah dibaca 🙂

132 Tanggapan

  1. Memang Tiran bukan hanya seorang pemimpin negara, tetapi bisa berupa tiran agama. salah satunya orang beriman tersebut, amat sangat Tiran.

    “Pokoknya sesat walaupun belum pernah baca bukunya.”

    Pokoknya sesat walaupun di dalam diskusi saya kalah (kehabisan argumen).

    Pokoknya sesat…!!

    ya…Pokoknya kambing walaupun bisa terbang.

    Pokoknya sesat walaupun mengucapkan dua kalimat syahadat.

  2. Kan Syahadat mereka:
    Tiada Islam selain Kami…

  3. @ressay
    Tul kali 🙂

    @javanese-script.com
    eh direvisi dikit
    Tiada Islam Yang Benar Selain Kami 🙂

  4. Masih untung kalau cuma ngomong,

    “Untuk apa kan haramnya sudah jelas, lagipula mana ada sih seorang ulama menghalalkan apa yang sudah diharamkan Allah SWT, kalau ada itu sudah sesat namanya dan buku yang sesat kayak gitu haram dibaca”.

    Kalau tuduhan sesatnya tidak benar, kan dia sendiri yang akhirnya sesat :mrgreen: Tapi ada yang lebih parah bos! sampe ngomong,

    “KALAU SAMA DENGAN KOTORAN NGAPAIN DIBACA !!!”

    Berani baca aja kagak, udah ngaco menjustifikasi sesat, aqlani, rasionalis de el el kepada orang lain. Emang ngapa juga kalo rasionalis? 🙄 Emang salah kalo aqlaniyyun? 🙄 Menurut gue selama akal dan rasio tidak mengalahkan hujah dalil “SO WHAT GHITU LOCH!”

    Sukses terus dech bro! Gue juga Bete banget sama mereka, para SALAFI EXTREME YAMANI :EVIL:

  5. sesat kamu!!!!!

    *ditabok Bharma*

    susah kalo mengajak diskusi orang yang sudah pake kata pokoknya itu 😀

  6. @secondprince

    Akhirnyaaaaaaaa……ada juga tulisan baru yang bisa saya ‘sesati’ eh komentari 🙂

    Begini Bung, dari judul, saya agak kurang setuju, dan agak multitafsir. Tiranisme Pengikut Salafy….apakah semua pengikut salafy itu tiran? bagaimana dengan teman ikhwansalafy.wordpress.com? Salafy seperti apa yang tiran? kendati sudah beberapa kali dibahas, bagi blogger yang baru membaca tulisan ini mungkin akan langsung menjustifikasi bahwa Anda tak ubahnya serupa ‘oknum salafy yang ditulis’. Hanya karena membuat judul ‘Tiranisme Pengikut Salafy’, kesannya menggeneralisir….

    i’m wondering saja, dari beberapa blog yang saya baca yang membahas tentang salafy, tak satu pun yang mengupas mengapa mereka menjadi tiran? motivasi terkuat yang membuat mereka menjadi tiran? apa tujuan mereka men’tirankan’ diri? Mengapa komunitas muslim (entah elit entah cendekiwian, entah akademisi, entah ulama, entah umara) membiarkan tumbuh dan kembangnya tiranisme ini? Dan apakah mereka (pengikut salafy ‘sayap’ negativisme) ini betul-betul menyadari dan mau menjadi bagian dari tiranisme tersebut?

    Mohon pencerahannya…..

  7. puisiku buat salafay

    salafy oh…salafy
    kesannya rendah hati, tapi begitu tirani
    kesannya sopan, tapi penuh arogansi
    kesannya lembut, tapi ngomongnya penuh emosi
    kesannya sabar, tapi tidak mampu menahan diri
    kesannya berilmu, tapi akalnya terkebiri

    salafy oh…salafy
    ngakunya cinta ahlulbait Nabi, tapi yang 2 masih lebih hebat dari imam ali
    ngakunya cinta keluarga Nabi, tapi hadit tsaqalain tidak mau mengerti
    ngakunya cinta Nabi, tapi kesengsaraan anak-cucunya tidak peduli
    ngakunya pelaksana sunnah Nabi, tapi begitu banyak yang diingkari

    salafy oh…salafy
    diri ini tidak mengerti mengapa hatimu begitu pekat?
    diri ini tidak mengerti mengapa pikiranmu begitu cupat?
    diri ini tidak mengerti mengapa sikapmu begitu arogan?
    diri ini tidak mengerti mengapa ulahmu begitu tiran?

    mengapa…..
    mengapa…..
    mengapa…..

    salafy oh…salafy
    apa….apa…apa lagi yang harus kami terangkan?

    damai….damai

  8. @ hildalexander

    bagaimana dengan teman ikhwansalafy.wordpress.com?

    Mbak, kalau yang itu bukan blog salafy, itu blog hizby, kikikik!!

    *kabur sebelum dikejer pak Ibnu Abd. Muis…*

  9. @Ibn Abd Muis
    Siiip, bener Mas nggak ada masalah mau akalisme atau yang lain, yang penting selalu ada dasarnya dan bisa dinilai 🙂

    @Mbak Ira
    He he he itulah saya :mrgreen:
    *saya gak pernah nabok, apalagi wanita :mrgreen: *

    @hilda alexander

    Begini Bung, dari judul, saya agak kurang setuju, dan agak multitafsir. Tiranisme Pengikut Salafy….apakah semua pengikut salafy itu tiran?

    Maaf begini Mbak, judul di atas memang multitafsir dan memang tidak semua pengikut Salafy adalah tiran, saya cuma membahas Tiranisme yang muncul dari pengikut Salafy

    bagaimana dengan teman ikhwansalafy.wordpress.com?

    Sejauh yang saya tahu beliau Salafy yang menyenangkan tentu bukan tiran 🙂

    Salafy seperti apa yang tiran?

    Pengikut Salafy seperti yang saya contohkan di atas, dan saya rasa yang seperti ini tidak terbatas pada Salafy saja kok Mbak

    kendati sudah beberapa kali dibahas, bagi blogger yang baru membaca tulisan ini mungkin akan langsung menjustifikasi bahwa Anda tak ubahnya serupa ‘oknum salafy yang ditulis’. Hanya karena membuat judul ‘Tiranisme Pengikut Salafy’, kesannya menggeneralisir…

    Oleh karena itu saya pikir penting sekali untuk membaca tulisan sampai habis dan tidak langsung menjustifikasi hanya dengan membaca judulnya, dan maaf saya tidak berniat menggeneralisasi. Makanya saya lebih suka judul Tiranisme Pengikut Salafy bukan Tiranisme Salafy

    @armand
    Puisi yang bagus Mas 🙂

    @Amed
    Ah Akhi jangan diumbar-umbar, itu rahasia pribadi :mrgreen:

  10. @ yg punya blog

    “…untuk mencegah kritik atau komentar yang tidak penting…” (belum2 udah gak boleh komen)
    “…anda tidak mengerti sedikitpun apa yang saya bicarakan…” (belum2 udah menghakimi)
    Lha??! bukannya ini juga bentuk lain dari ‘tiranisme’??!
    ^-^ hehe

    Damai pak! damai!!

  11. @seconprince

    Itulah Om, sayangnya tidak semua komentator mau membaca keseluruhan tulisan sampai tuntas…tas…tas…..

  12. Pokoknya sesat walaupun aku gak baca semua…!!!

    hehehehe…

    Piss..!!!

  13. @nurma

    “…untuk mencegah kritik atau komentar yang tidak penting…” (belum2 udah gak boleh komen)

    Bukan gak boleh komen, silakan saja
    Saya cuma mau mencegah komen yang tidak perlu :mrgreen:
    Kalau masih saja ya apa boleh buat

    “…anda tidak mengerti sedikitpun apa yang saya bicarakan…” (belum2 udah menghakimi)

    Bukan menghakimi
    Dalam bagian penutup sudah saya jelaskan maksud saya
    Kalau ada yang komen gak jelas tentang misalnya Musik itu memang haram, Syiah itu memang sesat atau Matahari memang mengelilingi bumi. Maka sudah jelas mereka tidak mengerti maksud tulisan saya
    Tulisan saya membahas tentang arogansi yang seperti Tiran yang mereka tunjukkan dalam berinteraksi dengan orang lain
    Semoga anda mengerti :mrgreen:
    Salam damai

    @hilda alexander
    He he he kepanjangan ya
    Yang gak mau baca tuntas ya udah, gak masalah
    Dan kalau salah persepsi itu diluar kemampuan saya :mrgreen:

    @ressay
    Pokoknya……. 😆

  14. @ Amed,
    “Dhuasar ghuendueng!!!… Emang nape kalo hizbi, so what ghitu loch….

    @prince,
    Bukan rahasia kok, diumbar ajha…. 😆

    “WOY AMED, TUNGGU…. AWAS KALO KENA YEE….” [Ngibrit ngejar Amed ghendeng… 😳 :mrgreen: ]

  15. Sesat! Sesat! Sesat!

    *Dihajar pake DVD bajakan ayat-ayat cinta*

  16. […] nganggepnya gimana ya?” Sekali lagi, ini gak ada hubungannya dengan kampanye IQMA ataupun post-nya mas ini karena emang gak ada hubungannya, pikiranku hanya sedang sedikit ‘tersentil’ aja […]

  17. @Ibn Abd Muis
    wah boleh diumbar nih :mrgreen:

    @Mansup
    lama tak besua 🙂

    *gak pake DVD sayang ah*

  18. Si Saya : Saya menafsirkan dengan akal saya
    Jawabnya ”Tidak boleh mendahulukan akal dari Al Quran dan Hadis”

    Benar. Tapi, agama itu Untuk orang yang berakal…
    Kenapa nggak jawab begitu aja?

    Si Penimpal berkata “Orang-orang Syiah itu pembohong mereka itu sering membuat hadis palsu untuk menunjang mahzabnya Al Qurannya saja beda dengan Al Quran kita”.
    Si Saya menjawab: …

    Kenapa nggak ditanya: “apa alasan kamu bilang begitu” pada si Penimpal?

    menjauhkan diri dari niat untuk membalas pendapat orang lain karena sekedar sakit hati.

    Wah, sepertinya saya harus belajar banyak tentang yang satu ini deh, 😛

    Memang si Tiran itu karena pengaruh penyakitnya tidak dapat memahami dengan benar perkataan orang lain, dia cuma bisa melihat dirinya sendiri dan orang lain dibawahnya,

    *berdo’a semoga dijauhkan dari hal itu*
    Yah, do’a khan saja semoga si Tiran itu dapat obat atas penyakit ganasnya itu :mrgreen:

    SP (baca:SecondPrince), sepertinya kita harus banyak-banyak Istighfar deh kalo berhadapan dengan si Tiran menyedihkan itu. *sigh*

    si Tiran menggunakan Argumentum Ad Populum yang berdasarkan angan-angannya semata. Menggunakan argumen yang seperti ini adalah bentuk kekonyolan cara berpikir yang menunjukkan Oksidentalisme paranoid si Tiran..

    …Nyata sekali kalau Si Tiran ini tidak mau mendengar dalil Si Saya, baginya sudah cukup pemahaman salafus salihnya dan setiap yang bertentangan dengan itu dia nyatakan menafsirkan dengan hawa nafsu, padahal sedikitpun dia belum mendengar apa tepatnya penafsiran Si Saya.

    *mengingat ‘salah dua’ arti dalam ayat Al-Qur’an*

    “Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka… (2:7)”
    “Mereka tuli, bisu, dan buta, sehingga mereka tak dapat kembali (2:18)”

    PS.
    Tulisan nya emang panjang-panjang, Saya aja sampe memotong-motong waktu unutuk bisa membaca keseluruhan.

    ~ Peace…

  19. @Snowie

    Benar. Tapi, agama itu Untuk orang yang berakal…
    Kenapa nggak jawab begitu aja?

    Iya ya kenapa Si Saya gak menjawab begitu :mrgreen:
    Mungkin begini ya, Si Saya berpikir Si Titan salah mengambil premis, itu terlihat dari kata-kata

    Pernyataan ini cukup telak membuat Si Saya berpikir si Tiran ini tidak mengerti sedikitpun pembicaraan, kalau sudah begini apa yang mau dikatakan lagi.

    Si Saya sedang membicarakan penafsiran Al Quran berdasarkan akal atau logika bahasa yang jelas, tetapi Si Tiran malah mengira itu berarti mendahulukan akal dibanding Al Quran. Padahal yang dimaksud itu memahami Al Quran dengan akal. mungkin begitu ya
    Kalau dijawab Benar. Tapi, agama itu Untuk orang yang berakal…, nanti kesannya membenarkan mispersepsi Si Tiran

    Kenapa nggak ditanya: “apa alasan kamu bilang begitu” pada si Penimpal?

    Bisa juga sih ditanya 🙂

    Wah, sepertinya saya harus belajar banyak tentang yang satu ini deh

    Mari, tetap berusaha 🙂

    *berdo’a semoga dijauhkan dari hal itu*
    Yah, do’a khan saja semoga si Tiran itu dapat obat atas penyakit ganasnya itu

    Amiiiin :mrgreen:

    SP (baca:SecondPrince), sepertinya kita harus banyak-banyak Istighfar deh kalo berhadapan dengan si Tiran menyedihkan itu. *sigh*

    Insya Allah, dan berusaha bersabar juga

    *mengingat ’salah dua’ arti dalam ayat Al-Qur’an*

    “Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka… (2:7)”
    “Mereka tuli, bisu, dan buta, sehingga mereka tak dapat kembali (2:18)”

    Maaf Mbak bukannya saya mau menyalahkan, tetapi cuma menurut saya konteksnya agak beda sih, ayat pertama itu ditujukan untuk orang kafir dan yang kedua ditujukan untuk orang munafik
    kayaknya Si Tiran itu walau begitu masih saudara seagama sih :mrgreen:

    Tulisan nya emang panjang-panjang, Saya aja sampe memotong-motong waktu unutuk bisa membaca keseluruhan.

    Wah Mbak bukan yang pertama lho bilang begitu, jadi gak enak juga nih 🙂 , ada sarankah?

  20. @2nd Prince

    Antum masih “sedikit” beruntung drpd pengalaman ane. Kl dulu ane bahkan sampai dirobek poster-poster yang ada gambar di sebuah kampus. Alasan orang yang mengikuti Salafy tersebut, “Gambar adalah haram”. Padahal dia bukan pengurus musholla.

    Memang antum benar. Dalam dialog dua orang sebenarnya ada tiga ruang yang bermain, yaitu “ruang ke-Aku-an” orang pertama, “ruang ke-Aku-an” orang kedua, dan “Ruang Komunal”.

    Ruang ke-Aku-an merupakan semua ide kita, nilai-nilai kita, dan pemikiran yang ada pada diri kita.

    Pada dialog yang sehat, ruang komunal merupakan ruang bertukar pikiran dan saling “beradu” argumentasi. Ruang ini hanya tercipta jika ada niat baik untuk mengetahui pandangan orang lain, bukan memaksakan kebenaran.

    Tp bagaimana kalau seorang Tiran berdiskusi? Ia ingin memaksakan kehendaknya. Karena itu, ruang komunal tidak tercipta. Yang ada hanya “ruang ke-Aku-an” Si Tiran yang diperluas hingga menjajah “ruang ke-Aku-an” pihak lawannya. Walhasil, diskusi pun tidak sehat. Yang ada hanya pemaksaan pendapat dan indoktrinasi.

    Dan itu melelahkan…

  21. @doonukuneke
    Pengalaman yang menarik, bukan :mrgreen:
    istilahnya bagus juga Ruang Komunal

  22. Maaf Mbak bukannya saya mau menyalahkan, tetapi cuma menurut saya konteksnya agak beda sih, ayat pertama itu ditujukan untuk orang kafir dan yang kedua ditujukan untuk orang munafik
    kayaknya Si Tiran itu walau begitu masih saudara seagama sih :mrgreen:

    Ember…
    tapi setidaknya, mereka itu tetap orang -orang yang tidak mau menerima petunjuk. Maksudnya, udah jelas di Ilmu Astronomi itu bumi mengelilingi matahari, eh si Tiran tetep bersikukuh dengan pendapat sebaliknya CMIIW :mrgreen:

    Wah Mbak bukan yang pertama lho bilang begitu, jadi gak enak juga nih 🙂 , ada sarankah?

    Wah, maaf nggak punya. But, IMHO nggak papalah panjang-panjang. Setidaknya, untuk ikut diskusi disini emang butuh kesabaran dan keseriusan. 😛

    Ps.
    Udah baca bukunya Agus Mustofa?

  23. @BdSnowie

    Wah, maaf nggak punya. But, IMHO nggak papalah panjang-panjang. Setidaknya, untuk ikut diskusi disini emang butuh kesabaran dan keseriusan

    Hmmm begitu ya 🙂

    Udah baca bukunya Agus Mustofa?

    Belum, gimana kalau Mbak saja yang cerita
    Gak usah semuanya, cukup spoilernya :mrgreen:

  24. Sangat banyak para salafy sekarang berkeliaran. Ya para salafi sprt yg diceritakan mas. Saya anjurkan apabila ketemu mereka kita jadi Abu Nawas aja. Berhadapan dg mereka saya ingat salah satu cerita antara Abu Nawas dg Harun Al Rasyid. Begini ceritanya: Raja Harun Al Rasyid telah banyak cara ditempuh agar bisa menghukum AN tp selalu gagal. Pikir punya pikir HAR mendpt satu cara. Yakni menyuruh AN mencari sapi yg berbentuk manusia. Sdh dipikir walaupun pusing keliling akhir dpt akal. AN jln2 kepsr. satu demi satu orang yg diketemu ditanya: BESOK HARI APA. Pd hr pertanyaan dilontarkan ada hari rabu. Semua menjawab hr Kamis. Akhirnya ketemu seorang yg jawaban lain. Dijawabnya besok hr Minggu. AN tanya kau yakin ia ia krn Syechnya menyatakan demikian. Orang dibawah dan dihadapan ke Raja. Berkata AN ini sapi yg anda Amir inginkan. Dijawab raja inikan manusia. Kata AN tanyakan dia besok hr apa. Ketika raja bertanya dijawab oleh sifulan td hr Minggu . Kontan disambung AN: Nah ini sapi berbentuk manusia

  25. i’m wondering saja, dari beberapa blog yang saya baca yang membahas tentang salafy, tak satu pun yang mengupas mengapa mereka menjadi tiran? motivasi terkuat yang membuat mereka menjadi tiran? apa tujuan mereka men’tirankan’ diri? Mengapa komunitas muslim (entah elit entah cendekiwian, entah akademisi, entah ulama, entah umara) membiarkan tumbuh dan kembangnya tiranisme ini? Dan apakah mereka (pengikut salafy ’sayap’ negativisme) ini betul-betul menyadari dan mau menjadi bagian dari tiranisme tersebut?

    Nahh..br menarik, syukur dehh ada yg sepemikiran, knp mrk menjadi spt ini. Saya dah nyoba2 merenungkan hal tsb mba hilda. Akhirnya sy msk pd suatu teori yg spekulatif..hehe (biar gak diprotes).
    Ada bbrp hal dasar yg hrs kita perhatikan:
    1. Tiranisme hanya muncul dikarenakan adanya usaha keras utk menyebarkan suatu paham/kehendak, usaha ini akan dilakukan dg cara tiran krn paham tsb tdk sanggup ditegakkan dg nalar/nilai2.
    2. Tiranisme ini mengakar dan menyebar krn ada suatu kekuatan/kekuasaan yg mendukungnya.
    3. Tiranisme itu bs menular krn sifat/ego manusia yg menjadi titik lemah yg didompleng oleh kelompok ini.

    Poin2 di atas adalah poin general bagi segala paham yg diusung secara tiran. Sekrg kt msk ke specific case yaitu wahabi/salafy. Utk itu kt hrs kembali ke sejarah.
    Awal semua ini adalah rasa benci/iri/dengki/permusuhan Bani Umayyah thd Bani Hasyim yg mempunyaikeunggulan2 dan kemuliaan atas Ka’bah dan pengelolaan “haji” sejak jaman sebelum Rasulullah lahir. Kebencian dan iri dengki ini diwariskan kpd Abu Sofyan vs Nabi Muhammad, shg perang islam dg kafir quraish pun lbh banyak berputar disana, Rasulullah dg Imam Ali (sahabat yg paling banyak membunuh kafir quraish dan terutama klan Umayyah). Illustrasi sedikit, ada riwayat ttg perang Badar, dr sekitar 70-an kafir quraish yg tewas 36 orang oleh Imam Ali. Jadi dr sini sangat jelas kebencian yg mendalam adalah kpd Imam Ali.
    Setelah mrk masuk islam (ikhlas maupun terpaksa krn kalah perang) tdk mungkin mrk mebenci Rasulullah secara terang2an. Hingga seluruh kebencian akhirnya ditumpahkan kpd Imam Ali (inilah salah satu penyebab knp Imam Ali sedikit mendapat dukungan sbg pengganti Rasulullah, krn mayoritas umat islam saat itu adalah mrk2 yg sedikitnya keluarga tewas oleh Imam Ali.
    Perseteruan ini (Bani Umayyah vs Bani Hasyim, Abu Sofyan vs Rasulullah, Muawiyyah vs Imam Ali, Imam Husein vs Yazid b Muawiyyah) berlanjut terus menerus dan tdklah masuk islamnya mrk menghapuskan dendam ini (kt bs lihat sbrp besar dendam mrk kpd bani hasyim adalah dr bisa2nya seorg wanita Hindun membelah tubuh Hamzah dan mengunyah jantung beliau), Kebencian spt apakah ini, apakah kebencian yg bs hilang dg kalah perang dan masuk islam?.
    Puncak dr teori ini adalah pd saat Umayyah berkuasa. Tentunya mrk tdk akan melepaskan kesempatan ini utk, memutarbalikkan keadaan yaitu mencoba menggunakan segala fasilitas/alat/usaha utk memuliakan kembali klan mrk (Umayyah) dan mengurangi kemuliaan Bani Hasyim. Dan pribadi yg paling mudah diserang adalah Imam Ali. Yg mrk lakukan adalah:
    1. Membuat tafsir Al-Qur’an menurut versi mrk.
    2. Membunuh para sahabat yg tetap setia kpd Imam Ali (ahl bayt).
    3. Menarik secara halus dan kekerasan sahabat utk memihak kpd mrk.
    4. Menajamkan sentimen kpd Imam Ali dg mengingatkan keluarga mrk yg kafir yg dibunuh Imam Ali.
    5. Memperoduksi hadits yg memuliakan mrk.
    6. Menghilangkan jejak hadits yg memuliakan ahl bayt.
    7. Memproduksi sejarah menurut versi mrk.
    8. Mengejar dan membunuh ahl bayt beserta pengikutnya, shg muncul ketakutan yg tdk disadari bagi umat islam dlm membela ahl bayt.
    9. Menonjolkan kemuliaan sahabat yg lain lebih drpd Imam Ali, terutama yg berselisih thd hak kepemimpinan Imam Ali. Shg secara tdk langsung akan mengucilkan Imam Ali.
    10. Semua ini dilakukan dg konsisten ratusan thn lamanya.

    Tdk cukup sampai disini, kebencian ini mrk wariskan kpd mrk2 yg sangat dikuasai nafsunya. Kita bs lihat bgm dg mudahnya muncul dengki dan benci kpd para keturunan Rasulullah krn kemuliaan mrk. Coba kt introspeksi ke diri sendiri, sebetulnya kt semua secara tdk sadar akan protes jika keluarga Rasulullah ini diberi kemuliaan. Sbgm sejarah menunjukkan munculnya Al-Irsyad:
    “Pada tahn 1912 pengurus Jamiat Khair mendatangkan lagi 3 org guru dr luar
    negeri yaitu Syeikh Muhammad Thayyib dr Maroko, Syeikh Muhammad Abd Hamid dr
    Makkah dan Syeikh Ahmad Soorkatti dr Sudan.
    Namun Syeikh Ahmad Soorkatti tdk lama mengajar disana. Pd thn 1913 ia mengundurkan diri dg pelbagai alasan, antara lain timbulnya bbrp perbedaan pendapat antara dirinya dg pengurus dlm bbrp masalah fiqh (khilafiyah) dll.
    Menurut gw juga adalah ketidaksetujuannya atas sebutan kata Sayyid bagi bbrp keturunan Alawiyyin ygmenjadi pengurus. Kemudian dg bantuan bbrp org PEDAGANG ARAB, Syeikh Ahmad Soorkatti mendirikan perkumpulan baru bernama Jam’iyat al-Islah wal Irsyad al-Arabiyah, disingkat Al-Irsyad.”
    Dari bibit dengki dan iri inilah mk dg mudah tersebar paham yg membenci ahl bayt.
    Dg perjalan waktu tentunya kebencian itu tdk bs lg berwujud sbgm jaman Dinasti Umayyah shg setiap jaman paham wahabi mencoba mengakomodir hal2 yg tdk sanggup mrk usung krn kuatnya tekanan dr mazhab lain. Setiap waktu muncul kelemahan2 mrk, shg berusaha keras menutup2inya. Dan secara natural mrk sbgm agama lain (kristen) yg lemah dlm nalar/nilai2 (berdiri nyadr kebohongan2 sejarah) mk mrk terpaksa hrs melakukan 2 hal:
    1. Agama/mazhab tsb hrslah tiran/dogmatis.
    2. Bid’ah haruslah menjadi senjata utama dlm menyelamatkan eksistensi mrk.
    Maaf sdh kepanjangan, sori SP..

    Wassalam.

  26. Saya setuju dg anda truthseeker tentang munculnya tirana serta berkembang. Tp sangat heran anutan mrk yg tiranis. Mrk mengaku Islam dan percaya pd Hari Akhirat. Bahwa ada pengadilan nanti. Apalagi Allah dg tegas mengatakan tdk masuk sorga mereka yg dlm hatinya ada bersemayam hasut, dengki. Jadi pikir punya pikir mereka menolak segala kebenaran krn TAKUT. Takut hilangnya yg mereka miliki yakni kekuasaan duniawi. Jd mereka lari dr kebenaran. Mereka takut apabila mereka mengakui kebenaran yg ada maka segala teori mrk gugur dan habislah kejayaan mrk. Menurut saya orang yg bodoh yg mempertahankan kebodohan dg cara TIRANI apalagi mereka tlh menyusun power klu perlu bekerja sama dg kaum kafir untk mempertahankan power ini. Jd Wahabi jgn di anggap mazhab tapi isme jd WAHABIISME

  27. Assalamualaikum,,
    antum semua kok menjelek-jelekan salafy dengan menyebut ‘tirani’, lantas kalo emang seseorang salah apa harus dibiarkan?? menutup-nutupi kebenaran Allah dengan alasan menjaga perasaan orang?? Subhanallah,, lantas apakah ucapan antum tentang salafy tidak mengisyaratkan bahwa antum semua menyinggung salafy?? antum itu seperti orangtua yang memberi larangan merokok pada anaknya tapi dianya sendiri merokok di depan anaknya!! menyuruh seseorang untuk tidak tirani tapi antum sendiri mengucapkan sesuatu yang menyinggung salafy!!
    satu lagi apakah antum semua merasa mampu untuk memikirkan sesuatu hal mengenai syariat deengan akal antum?? apakah antum merasa bahwa antum lebih hebat pengetahuan agamanya dari mereka para ulama salaf=terdahulu?? apakah antum merasa lebih hebat dari ibnu abbas ra.??
    kl tentang syiah laknatullah,, sudah jelas kalo mereka itu laknatullah!! dengan ritual-ritual keagamaan yang tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW lantaas kita masih menyebutnya baik?? dan satu lagi syiah telah mendzalimi aisyah,, apakah itu baik??padahal rasulullah telah bersabda bahwa segala seesuatu yang tidak dicontohkan adalah bidah dan setiap bidah itu kesesatan dan kesesatan itu tempatnya di neraka..

  28. @abumizan

    satu lagi apakah antum semua merasa mampu untuk memikirkan sesuatu hal mengenai syariat deengan akal antum?? apakah antum merasa bahwa antum lebih hebat pengetahuan agamanya dari mereka para ulama salaf=terdahulu?? apakah antum merasa lebih hebat dari ibnu abbas ra.??

    saya tidak tahu terlalu banyak tentang pertikaian kalian (salafi dan non salafi), tapi untuk pertanyaan diatas, saya jawab “YA”, bahkan “HARUS” (penekanan ke arah internal), islam tidak pernah mengajarkan kita untuk “menjadi inferior terhadap apapun kecuali pada Allah“.

  29. ralat :
    – peletakan tanda petik, seharusnya

    islam tidak pernah mengajarkan kita untuk “menjadi inferior terhadap apapun”, kecuali pada Allah.

  30. Sdr. Abumizan yg baik. Ass.ww. Kita sdg menganalisa dan mencari kebenaran atas suatu masaalah. Klu kita menganalisa sesuatu hrs punya dasar. Klu sekarang ini yg tdk berhadapan dg Rasullah maka kita harus mempunyai referensi sbg dasar untuk mempertahankan argumentasi kita. Nah dasar selama ini yg kita pakai adalah Alqura’an dan Hadis Shahih yg diakui oleh umat islam dan tdk bertentangan dg Alqura’an. Nah buku2 referensi hadith itu seperti Shahih Buchari Muslim, Tarmuji dll.
    Tp ternyata dr salafi lebih berpegang pd apa kata Ustadz mereka atau Syech mereka atau ulama mereka. Melarang membaca buku yg lain kecuali punya mereka. Semua yg mereka anggap haram atau bida’ah hrs kita setuju klu tdk sesat. Paksaan2 demikian apakah bukan sifat2 TIRANI? yg benar hanya GUE yg lain salah

  31. @truthseeker
    Mengacu pada teori Anda, dengan demikian, Sebagian salafy menjadi tiran (saya tidak sepakat dengan istilah tiranisme salafy karena menggeneralisir semua salafy adalah tiran) karena diuntungkan oleh posisi politis. Sebagian salafy menjadi tiran juga karena tidak (belum?) ada penyeimbang dengan kualifikasi setara yang mencuat dalam ranah keberagamaan. Ini bisa jadi karena pemikir-pemikir ‘rival’ (kalau boleh dikatakan demikian) masih berkutat pada perdebatan dan pertentangan yang bersifat gugatan terhadap eksistensi masing-masing.

    Kenapa tidak melompat pada isu yang lebih realistis dan pragmatis menyangkut kehidupan bermasyarakat. ‘Sang Rival’, entah syi’i, entah yang lain, merealisasikan pemikiran mereka dalam sebuah struktur politis. Terlibat secara politis, apalagi turut serta dalam memproduksi kebijakan demi kepentingan ummat saya rasa akan mereduksi dominasi ‘ekspose dan ‘publikasi’ (kalau tidak mau disebut propaganda) sebagian salafy tiran….

    Mohon maaf kalo keliru

  32. @abumizan
    Salah satu Tiranisme Salafy adalah mudahnya mengklaim dan memvonis suatu kelompok/golongan sebagai pembid’ah.
    Yang sangat mengherankan dan mengecewakan adalah ketika mereka mengeluarkan fatwa bahwa perbuatan ini bid’ah, perayaan ini bid’ah kemudian kita mempertanyakan latar belakang, hal2 yg berkaitan dengannya, (golongan Salafy) anda serta-merta terdiam dan terkesan tak mampu menjawab. Golongan Salafy tidak pernah siap untuk menjawab pertanyaan yg bersifat kritis. Karena apa? Karena metode pengajaran dan pembelajaran (golongan) anda adalah doktrinasi. Saya yakin anda dan golongan anda tidak pernah mengenal apa yang namanya ‘Mencari Kebenaran’, bukan?

    *pasangkuda-kuda*

  33. Saya bkn mengerti and sdr Hilda tp ingin bertanya: Bgm apabila seseorang menteror anda atas nama institusi? Kedua bgm cara hidup anda bermasyarakat apabila dlm kelompok anda ada yg terus menyarang ada dg mempersalahkan anda dan mrk tdk punya rasa toleransi terhadap paham anda atau kebenaran yg anda anut?

  34. Untuk sdr Abumizan tercinta. Saya rasa telah banyak penjelasan mengenai bid’ah yg disampaikan olh para analis tp mungkin tak terbaca. Saya tdk tau apa pemahaman anda ttg BID’AH. Klu pemahaman anda mengenai bid’ah adalah perbuatan kt sekarang yg tdk ada pd jaman Rasul atau tdk dilaksanakan oleh Rasul. Maka yg pastikan bahwa kita serta anda banyak berbuat bid’ah. Terkecuali ada arti yg lain

  35. @abumizan

    antum semua kok menjelek-jelekan salafy dengan menyebut ‘tirani’, lantas kalo emang seseorang salah apa harus dibiarkan??

    Mas Abu harap to be cleared bhw saya (krn mas Abu bilang semua) sangat menghindarkan “menjelek2an tp saya jg bukan berarti tdk berani berbicara yg sebenarnya (saya cb memilih kalimat yg proporsional). Mas Abu mengungkapkan fakta yg buruk/salah bukanlah termasuk dlm kategori menjelek2an. Mas Abu dipersilakan utk membantah dg argumen logis mas Abu. Tapi utk mas Abu ketahui (mestinya sdh tahu) bhw kenyataan di sekitar kita Wahabi/salafy ( jgn sekali2 diartikan salafy dg tokoh yg terdahulu krn setiap mazhab bs saja menggunakan nama apa saja yg terbaik (salafy) tanpa hrs mengikuti salafy, jd saya pribadi melihat sangat jauh ajaran para salaf dg apa yg dilakukan salaf2) telah meresahkan umat islam dg doktrin bid’ah & takfiriyah, bkn hanya meresahkan namun sdh memakan korban jiwa, pengrusakan pesantren2 dll.

    apakah antum merasa bahwa antum lebih hebat pengetahuan agamanya dari mereka para ulama salaf=terdahulu?? apakah antum merasa lebih hebat dari ibnu abbas ra.??

    Sama sekali tdk saya tdk merasa lbh pintar dr mrk apalg ibnu abbas ra. Namun dg seyakin2nya saya katakan mazhab salafy jauh dr yg diajarkan salaf2, bhkn sy menganggap mazhab salafy sdh merusak nama salaf (pd saat kami menggunakan kata salafy mk yg diartikan adalah mazhab salafy bkn para tokoh salaf. Disinilah perbedaan kita mazhab salaf mengklaim mrk pewaris salaf krn mrk menggunakan nama salafy, bukankah kalian msh kalah murni dibanding Muhamadiyah krn mrk pewaris murni Rasulullah?? Apakah spt ini logika yg sdg mas Abu paksakan (tiranisme). Apakah mas Abu tdk mengerti arti kata dr tiranisme?. Apakah bkn tiranisme bhw salafy memaksakan mana2 yg bid’ah siapa2 yg kafir seenak perut kalian. Apa bedanya para tiran memenjarakan mrk2 yg tdk sependapat dg mrk.

    kl tentang syiah laknatullah,, sudah jelas kalo mereka itu laknatullah!! dengan ritual-ritual keagamaan yang tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW lantaas kita masih menyebutnya baik??.

    Ini yg sy tdk habis pikir, apakah mas Abu tdk bs melihat dg gamblang (inconsistency, kepicikan, kontradiksi) cara berfikir mas Abu??. Baru saja mas Abu menolak disebut tirani, dlm sepersekian detik mas Abu sdh melakukan tiranisme. Jika org lain tdk boleh menjelek2an mazhab mas Abu, tp mas Abu bs saja sewenang (tirani) melaknat dan mengkafirkan mazhab lain, inilah mas Abu yg kami sebut dg tiranisme.

    dengan ritual-ritual keagamaan yang tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW lantaas kita masih menyebutnya baik?? dan satu lagi syiah telah mendzalimi aisyah,, apakah itu baik??padahal rasulullah telah bersabda bahwa segala seesuatu yang tidak dicontohkan adalah bidah dan setiap bidah itu kesesatan dan kesesatan itu tempatnya di neraka..

    Jelas tdk bagi mas Abu bhw tuduhan kami bhw mazhab sdr sungguh tiran. Ada bnyk hal yg msh hrs diperdebatkan:
    1. Apakah yg dimaksud dg bid’ah (apa2 saja yg msk bid’ah?).
    2. Apakah semua bid’ah itu buruk?. Apa komentar mas Abu ttg pernyataan imam syafei bhw ada bid’ah hasanah? apakah beliau msk neraka?
    3. Apakah mas Abu tahu bhw saya bisa tunjukkan/buktikan ke mas Abu bhw tdk ada satupun mazhab islam yg tdk terlepas dr bid’ah jika menggunakan definisi wahabi ttg bid’ah.
    4. Apakah setelah syi’ah mas Abu akan mengkafirkan saudara2 kita dr sunni krn tdk satupun dr mrk yg lepas dr bid’ah mas Abu?.
    5. Apakah mas Abu tahu brp banyak sahabat yg melakukan bid’ah??? Hati2 mas dg claim mas Abu. Masih terbuka lebar penafsiran umat islam ttg bid’ah.

    Syiah menzalimi siti aisyah ra? tolong buktikan. Kecuali mas Abu jg setuju Bukhori menzalimi siti aisyah ra.

    Penutup: Ada pertanyaan yg jika mas Abu jawab dg logis dan jujur saya akan menyerah:
    “Apakah ijtihad adalah sesuatu yg baru?”
    “Apakah semua ijtihad adalah bid’ah?”

    Wassalam. Semoga mas Abu mau menjawab tanpa tiranisme.

  36. @HA

    Mengacu pada teori Anda, dengan demikian, Sebagian salafy menjadi tiran (saya tidak sepakat dengan istilah tiranisme salafy karena menggeneralisir semua salafy adalah tiran) karena diuntungkan oleh posisi politis. Sebagian salafy menjadi tiran juga karena tidak (belum?) ada penyeimbang dengan kualifikasi setara yang mencuat dalam ranah keberagamaan. Ini bisa jadi karena pemikir-pemikir ‘rival’ (kalau boleh dikatakan demikian) masih berkutat pada perdebatan dan pertentangan yang bersifat gugatan terhadap eksistensi masing-masing.

    Krn mba hilda sdh specifik menyatakan sy mengeneralisir salafy tiran, mk sy meminta mba utk membaca ulang tulisan/komentar sy. Apakah mba hilda tdk melihat bgm usaha keras sy utk menghindari generalisasi. Yg sy cb lakukan adlh melakukan investigasi bgm munculnya tiranisme secara umum (namun krn tulisan sy mengomentari tulisan SP mk terkesan spt itu).
    Sekali lg tiranisme muncul krn ketidakmampuan dlm memperjuangkan secara rasional paham2 mrk. Jadi sangat aneh jika mba hilda mengatakan tdk ada rival dlm pemikiran mrk, apakah ini artinya lbh maju/bijak dlm berfikir? Jika mrk lbh bijak maka impossible terjadi tiranisme. itu kl kt bicara tirani secara umum, jika kt msk ke ranah (biar sama pake ranah..) salafy mk pertanyaan sy adalah menurut pendapat mba hilda pribadi apakah mrk sdh bijak dlm menyebarkan paham mrk?. Jika jawabannya tidak, maka pasti mrk tdk terlepas dr potensi utk menjadi tiran, jika mrk sdh bijak mk mari kt perdebatkan arti kata bijak itu sendiri..hehe.

    Kenapa tidak melompat pada isu yang lebih realistis dan pragmatis menyangkut kehidupan bermasyarakat. ‘Sang Rival’, entah syi’i, entah yang lain, merealisasikan pemikiran mereka dalam sebuah struktur politis. Terlibat secara politis, apalagi turut serta dalam memproduksi kebijakan demi kepentingan ummat saya rasa akan mereduksi dominasi ‘ekspose dan ‘publikasi’ (kalau tidak mau disebut propaganda) sebagian salafy tira

    Apakah mba hilda mengira bhw semua org syi’ah atau mazhab lain hanya sibuk ngurusin salafy? gak koq mba. Mba bisa lihat hasil/produk syi’ah dan sunni utk kemaslahatan umat, cm mslhnya apakah ada yg mau menerapkan?. Oyaa mba hilda, biar mba tahu (pastinya udah tahu sihh) reaksi dr sunni, syiah dan mazhab2 lain yg begitu gencar adalah dikarenakan paham wahabi sdh masuk dlm ranah “criminal”, halal darah syi’ah, syech abd qadir al jailani penyembah berhala, NU raja bid’ah. Apakah bijak ini dibiarkan? apakah ini potensial perpecahan yg parah (perang), dan sdh terjadi di awal berdirinya mazhab ini.

  37. @truthseeker to abumizan
    Klop dan mengena

  38. @jahil
    contohnya lumayan mengena Mas :mrgreen:

    @truthseeker1964

    Tiranisme hanya muncul dikarenakan adanya usaha keras utk menyebarkan suatu paham/kehendak, usaha ini akan dilakukan dg cara tiran krn paham tsb tdk sanggup ditegakkan dg nalar/nilai2.

    saya sepakat dengan ini Mas, ketidakmampuan dengan cara yang benar mendorong orang bertindak dengan cara yang tidak benar 🙂

    Tiranisme ini mengakar dan menyebar krn ada suatu kekuatan/kekuasaan yg mendukungnya.

    Bisa tetapi gak mesti, sederhana saja tiranisme ini adalah watak kolektif yang muncul setelah melalui tahap brainwashing tertentu, gak mesti didukung oleh kekuasaan.

    Tiranisme itu bs menular krn sifat/ego manusia yg menjadi titik lemah yg didompleng oleh kelompok ini

    .
    setuju sekali Mas

    Sekrg kt msk ke specific case yaitu wahabi/salafy. Utk itu kt hrs kembali ke sejarah.
    Awal semua ini adalah rasa benci/iri/dengki/permusuhan Bani Umayyah thd Bani Hasyim yg mempunyaikeunggulan2 dan kemuliaan atas Ka’bah dan pengelolaan “haji” sejak jaman sebelum Rasulullah lahir.

    Sebenarnya teori ini sangat menarik. Masalahnya adalah apakah semua bukti yang dimiliki itu memang menjurus ke arah sana. Saya melihat sedikit lompatan historis yang cukup mengesankan 🙂

    @jahil

    Mereka takut apabila mereka mengakui kebenaran yg ada maka segala teori mrk gugur dan habislah kejayaan mrk.

    Ini poin yang baru, Tiranisme muncul justru karena ketakutan. Wah banyak pemikir yang kreatif disini ya :mrgreen:

    @abumizan

    Assalamualaikum,,
    antum semua kok menjelek-jelekan salafy dengan menyebut ‘tirani’, lantas kalo emang seseorang salah apa harus dibiarkan??

    Waalaikum salam
    Salafy yang Tirani itu jelas sebuah deskripsi, kalau adisebut menjelekkan kurang tepat karena mereka memang menunjukkan sifat seperti itu, setidaknya pengikut salafy yang saya temui. Kalau seseorang salah boleh-boleh saja untuk tidak membiarkannya, tulisan di atas justru salah satu cara untuk mengingatkan pengikut Salafy yang tiran bahwa cara berpikir mereka itu keliru

    menutup-nutupi kebenaran Allah dengan alasan menjaga perasaan orang??

    begini Mas, mungkin saja apa yang anda yakini sebagai kebenaran itu bisa jadi adalah suatu kesalahan. Oleh karena itu jika ingin mengingatkan orang lain maka lebih baik menggunakan bahasa yang santun dan lemah lembut. setidaknya orang lain akan bersedia mendengarkan ketimbang memvonis dengan kata sesat, bid’ah, kafir dan sebagainya 🙂

    Subhanallah,, lantas apakah ucapan antum tentang salafy tidak mengisyaratkan bahwa antum semua menyinggung salafy??

    Kalau saya pribadi Mas, yang saya bicarakan itu memang Salafy. Seandainya ada pengikut Salafy yang tidak terima dan merasa tersinggung maka saya mohon maaf. Saya tidak berniat untuk merendahkan siapapun hanya prihatin dengan mereka pengikut Salafy yang menunjukkan arogansinya dalam berhubungan dengan orang lain

    antum itu seperti orangtua yang memberi larangan merokok pada anaknya tapi dianya sendiri merokok di depan anaknya!! menyuruh seseorang untuk tidak tirani tapi antum sendiri mengucapkan sesuatu yang menyinggung salafy!!

    Apa yang saya tampilkan adalah salah satu cara untuk mengingatkan para tiran salafy, tetapi jika anda menganggap itu menyinggung Salafy maka saya cuma bilang jika anda pengikut Salafy yang bukan tiran maka tidak perlu tersinggung. Tulisan saya cuma menyinggung mereka pengikut Salafy yang bergaya tiran 🙂

    satu lagi apakah antum semua merasa mampu untuk memikirkan sesuatu hal mengenai syariat deengan akal antum??

    Bisa kok Mas, walaupun tidak seluruhnya. Yang jelas Allah SWT sendiri mengajarkan manusia untuk menggunakan akalnya dengan baik.

    apakah antum merasa bahwa antum lebih hebat pengetahuan agamanya dari mereka para ulama salaf=terdahulu?? apakah antum merasa lebih hebat dari ibnu abbas ra.??

    Kalau saya tidak Mas

    kl tentang syiah laknatullah,, sudah jelas kalo mereka itu laknatullah!! dengan ritual-ritual keagamaan yang tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW lantaas kita masih menyebutnya baik??

    Kalau saran saya Mas, berhati-hatilah dengan kata-kata anda sendiri. sejelek-jeleknya Salafy biasanya para penentang Salafy tidak menggunakan kata-kata la’natullah untuk mereka para Salafy. Jadi janganlah berbuat zalim

    dan satu lagi syiah telah mendzalimi aisyah,, apakah itu baik??

    Kalau setahu saya Syiah tidak begitu, tapi mungkin saja Mas merasa lebih ahli. Masalahnya kalau anda mau menuduh seperti itu lebih baik bersandarkan bukti-bukti yang jelas 🙂

    padahal rasulullah telah bersabda bahwa segala seesuatu yang tidak dicontohkan adalah bidah dan setiap bidah itu kesesatan dan kesesatan itu tempatnya di neraka..

    Masalahnya adalah konsep bid’ah itu sendiri banyak macamnya, terus bid’ah mana yang anda maksud 🙂
    Salam

    @watonist

    islam tidak pernah mengajarkan kita untuk “menjadi inferior terhadap apapun” kecuali pada Allah

    Wah, wah saya hampir setuju dengan anda 🙂

    @jahil
    benar Mas, saya sependapat dengan anda dalam masalah ini. senangnya melihat banyak orang pintar

    @Mbak Hilda

    Kenapa tidak melompat pada isu yang lebih realistis dan pragmatis menyangkut kehidupan bermasyarakat.

    ada kok Mbak 🙂

    @armand

    Golongan Salafy tidak pernah siap untuk menjawab pertanyaan yg bersifat kritis. Karena apa? Karena metode pengajaran dan pembelajaran (golongan) anda adalah doktrinasi.

    wah sependapat lagi, sepertinya saya nggak perlu sering-sering menjawab komentar ya :mrgreen:

    @jahil

    Saya rasa telah banyak penjelasan mengenai bid’ah yg disampaikan olh para analis tp mungkin tak terbaca.

    menurut saya Mas, mungkin sudah terbaca 🙂
    kalau di tulisan saya sih khusus di kategori Kritik Salafy
    *promosi nih*

    @truthseeker1964
    Jawaban yang mengesankan Mas, wah sebaiknya Mas cepet-cepet buat blog deh 🙂
    *merayu mode on* 😉

    melihat komen Mas untuk Mbak Hilda, no komen ah
    *sambil nunggu Mbak Hilda*

    @armand
    kena banget 😉

  39. @SP
    Wah-wah…serangannya udah disiapin duluan ya :loi:
    *nungguin serangan lainnya*

  40. Assalamualaikum ya akhi,,
    Insya Allah ana akan menanggapi satu per satu perkataan antum,, tapi maaf kalo kepanjangan,,
    1. Bidah hasanah
    Ya akhi kalau antum meyakini bahwa ada bid’ah (dalam hal ini adalah masalah syariat) yang baik (hasanah) bukankah itu berarti bahwa antum meyakini bahwa ada suatu kebaikan baru yang tidak dikenal oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya, maka apakah antum merasa lebih pintar dari mereka dalam hal din?? Atau barangkali antum meyakini bahwa Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam tahu tapi tidak menyampaikan? Subhanallah, kalau begitu antum menuduh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam khianat, karena apa? karena ada suatu kebaikan yang disembunyikan dan tidak disampaikan kepada kita?
    Mengenai perkataan imam syafii mengenai adanya bid’ah hasanah ana akan terangkan juga.
    Ya akhi, benar apa yang antum bilang bahwa imam syafi’i telah mengatakan adanya bid’ah hasanah. Ana pun Alhamdulillah telah mengetahuinya. Memang mula pertama adanya istilah bid’ah hasanah itu sesungguhnya memang benar dari ijtihad Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Nu’aim Al-Asfahani rahimahullah dalam kitab beliau Hilyatul Auliya’ jilid 9 halaman 113 dengan sanadnya dari Harmalah bin Yahya bahwa dia menceritakan: Aku mendengar Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i menyatakan:
    “Bid’ah itu ada dua: Bid’ah yang terpuji dan bid’ah yang tercela. Maka apa saja yang mencocoki As-Sunnah, berarti dia itu adalah bid’ah yang terpuji; dan yang menyelisihi As-Sunnah, maka ia adalah bid’ah yang tercela.” Kata Abu Nu’aim: “Beliau berpendapat demikian, karena berhujjah dengan omongan Umar bin Al-Khattab yang mengatakan tentang Qiyam Ramadhan (yakni shalat tarawih): “Bid’ah yang baik itu adalah yang seperti ini.”
    Disamping omongan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu yang menjadi landasan bagi Asy-Syafi’i, juga omongan Al-Imam Al-Hasan Al-Basri rahimahulah, imam dari kalangan Tabi’in yang menyatakan:
    “Membikin majlis di masjid yang isinya kisah-kisah yang mengandung pelajaran adalah perbuatan bid’ah, akan tetapi betapa bagusnya bid’ah yang satu ini. Berapa banyak saudara kita yang mendapat manfaat dari majlis ini. Dan betapa do’a yang dipanjatkan di majlis ini dikabulkan oleh Allah Ta’ala.” Demikian diriwayatkan oleh Al-Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Al-Amru bil Ittiba’ wan Nahyu Anil Ibtida’ halaman 88.
    Dengan keterangan yang demikian ini, khususnya yang bermadzhab Asy-Syafi’i, mereka pasti sangat getol dalam berpendapat bahwa bid’ah itu ada yang dinamakan bid’ah hasanah dan ada pula yang dinamakan bid’ah madzmumah (yakni tercela).
    Perkataan Imam Asy-Syafi’i tersebut di atas sangat berbeda dengan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa alihi wasallam tentang bid’ah. Beliau bersabda:
    “Dan hati-hatilah kalian dari perkara agama Islam yang baru diadakan (yakni perkara agama yang tidak pernah dikenal oleh Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa alihi wasallam atau tidak pernah dikenal oleh para Shahabat beliau). Karena segala perkara baru itu adalah bid’ah dan seluruh yang dinamakan bid’ah itu adalah sesat dan segenap orang yang sesat dan mati dalam keadaan tidak taubat dari padanya, maka ia di neraka.” (HR. An-Nasa’i dan At-Tirmidzi dan beliau mengatakan: Hadits HASAN SHAHIH)
    Perbedaannya terletak pada sisi, dimana Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa alihi wasallam menyatakan bahwa semua bid’ah itu adalah sesat. Sedangkan Imam Syafi’i menyatakan bahwa tidak semua bid’ah itu sesat, tetapi ada yang hasanah (baik) dan ada yang madzmumah (tercela). Maka bila konsisten dengan pengakuan bahwa perkataan imam Syafi’i benar, tentunya kita berpegang dengan apa yang menjadi prinsip Imam Asy-Syafi’i rahimahullah. Prinsip beliau dalam memahami Islam telah dinyatakan dalam beberapa penegasan beliau sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Hafidz Abu Nu’aim Ahmad bin Abdullah Al-Ashfahani rahimahullah dalam kitabnya yang berjudul Hilyatul Auliya’ jilid 9 halaman 106 s.d. 107 sebagai berikut:
    “Bila telah pasti keshahihan satu hadits bahwa itu dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa alihi wasallam, maka aku pun berpendapat seperti yang tertera di hadits itu dan aku bermadzhab dengannya dan aku tetap berpendapat dengannya. Dan bila satu hadits itu tidak aku yakini keshahihannya, aku pun tidak berpegang dengannya dalam berpendapat.”
    Juga beliau menyatakan:
    “Setiap aku berpendapat dengan suatu pendapat, dan ternyata pendapatku itu berbeda dengan riwayat shahih dari sabda Nabi Shallallahu ‘alayhi wa alihi wasallam, maka hadits Nabi yang shahih itu lebih utama untuk kamu ikuti dan jangan bertaqlid (yakni ikut membabi buta –pent) kepadaku.” (Al-Hilyah jilid 9 hal. 106-107).
    Juga beliau menegaskan :
    “Apabila engkau dapati ajaran dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa alihi wasallam, maka ikutilah ajaran itu dan jangan kalian menoleh kepada pendapat seorang pun.” (Al-Hilyah jilid 9 hal. 106-107)
    Al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi rahimahullah juga meriwayatkan dalam kitabnya yang berjudul Siar A’lamin Nubala’ jilid 10 hal. 34 pernyataan Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah sebagai berikut:
    Ar-Rabi’ bin Sulaiman Al-Muradi meriwayatkan: Aku mendengar Asy-Syafi’i menyatakan: “Apabila kalian mendapati dalam kitabku perkara yang berbeda dari Sunnah Rasulillah Shallallahu ‘alayhi wa alihi wasallam (yakni ajarannya), maka hendaknya kalian berpendapat sesuai dengan Sunnah itu, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan padanya.”
    Maka dengan berbagai riwayat pernyataan Al-imam Asy-Syafi’i tersebut, mestinya bila konsisten dengan madzhab Syafi’i, kita merujuk kepada sabda Nabi Shallallahu ‘alayhi wa alihi wasallam tentang kenyataan bahwa bid’ah itu semuanya sesat. Dan kita meninggalkan pendapat Al-Imam Asy-Syafi’i yang menyatakan bahwa bid’ah itu tidaklah semuanya sesat, akan tetapi ada yang sesat dan ada yang hasanah (yang baik). Apalagi Imam Syafi’i dalam berijtihad sehingga melahirkan pendapat yang demikian itu berdalil dengan omongan Umar bin Khattab dan bukan berdalil dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan kalau kita meninggalkan pendapat seorang Imam karena pendapatnya tidak mencocoki Sunnah Nabi, bukanlah berarti kita mencerca atau menghina Imam tersebut. Akan tetapi kita meninggalkan pendapat beliau dalam satu masalah, adalah karena bimbingan beliau juga dalam mentaati Sunnah Nabi. Kita juga menilai pendapat seorang Imam itu tidak mencocoki Sunnah Nabi, bukan berarti kita menilai bahwa Imam tersebut telah menyimpang dari Sunnah Nabi. Akan tetapi kita menilai demikian karena kita diajari oleh beliau-beliau para Imam itu, bahwa seorang Imam itu tidaklah ma’shum (ma’shum itu maknanya ialah terjaga dari kemungkinan lupa dan salah dalam berijtihad memahami Islam) seperti ma’shumnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa alihi wasallam. Bahkan Nabi kita mengajari kita bahwa kekeliruan dalam berijtihad itu sebagai orang yang mengemban ilmu Al-Qur’an dan As-Sunnah bukanlah tercela bahkan sebagai amalan yang diberi pahala oleh Allah dengan satu pahala. Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa alihi wasallam bersabda:
    “Apabila seorang hakim menetapkan satu hukum dengan berijtihad kemudian ijtihadnya benar, maka dia mendapat dua pahala. Dan apabila dia menetapkan satu hukum dengan berijtihad kemudian ternyata ijtihadnya salah, maka dia dapat satu pahala.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya kitab Al-I’tisham bil Kitab was Sunnah bab Ajril Hakim Idzajtahada fa Ashaba wa Akhta’a hadits ke 7352 dari Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu)

    2. ijtihad
    ya akhi seperti hadist yang telah ana sebutkan tadi bahwa
    “Apabila seorang hakim menetapkan satu hukum dengan berijtihad kemudian ijtihadnya benar, maka dia mendapat dua pahala. Dan apabila dia menetapkan satu hukum dengan berijtihad kemudian ternyata ijtihadnya salah, maka dia dapat satu pahala.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya kitab Al-I’tisham bil Kitab was Sunnah bab Ajril Hakim Idzajtahada fa Ashaba wa Akhta’a hadits ke 7352 dari Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu)
    Maka bukankah hadist (ucapan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam) tersebut mengisyaratkan bahwa rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam memperbolehkan adanya ijtihad? jadi ya akhi,, ijtihad telah dikenal oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan itu berarti bahwa ijtihad bukanlah merupakan hal yang baru dalam agama dan itu bukanlah bid’ah? Allahu a’lam
    ya akhi,, mudah-mudahan jawaban ana yang menggunakan sanad yang jelas dan tidak berdasarkan ‘hanya’ pada akal pemikiran dan ucapan “menurut akal saya” ini bisa membantah ucapan bahwa “golongan salafy tidak pernah siap untuk menjawab pertanyaan yg bersifat kritis.”
    Ada lagi yang mau ditanyakan??
    Wassalamualaikum,,

  41. Assalamualaikum,,
    punten atuh ana tadi melewatkan pertanyaan tentang bukti-bukti penghinaan syiah rafidhah kepada aisyah ra. kalau begitu Ini nih buktinya..
    1. Dinukilkan secara dusta di dalam kitab Ikhtiyar Ma’rifatur Rijal karya At Thusi hal. 57-60 bahwa Abdullah bin Abbas pernah berkata kepada Aisyah: “Kamu tidak lain hanyalah seorang pelacur dari sembilan pelacur yang ditinggalkan oleh Rasulullah…”
    2. Memang sih, diantara para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Aisyah radhiyallahu ‘anha-lah yang paling dibenci kaum Syi’ah Rafidhah. Syiah merendahkan kehormatan istri yang paling dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut dengan kedustaan-kedustaan yang nyata. Celaan kepada beliau akan mengakibatkan dua ribu lebih hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beberapa ayat Al Qur`an gugur. Beliaulah wanita yang paling banyak, menghafal dan meriwayatkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di antara para sahabat yang lainnya.

    Syiah : Lho mas abu segitu aja buktinya???
    Ana : Lho,, tentu tidak,, ini nih bukti lain untuk antum semua para pencari ‘kebenaran’.
    Ini niih beberapa celaan kaum Syi’ah Rafidhah terhadap kehormatan Aisyah:
    1. Aisyah telah keluar dari iman dan menjadi penghuni jahannam. (Tafsirul Iyasi 2/243 dan 269)
    2. Aisyah digelari Ummusy Syurur (ibunya kejelekan) dan Ummusy Syaithan (ibunya syaithan), hal ini dikatakan oleh Al Bayadhi di dalam kitabnya Ash Shirathal Mustaqim 3/135 dan 161.
    3. Riwayat-riwayat beliau bersama Abu Hurairah dan Anas bin Malik tertolak di sisi Syi’ah Rafidhah (Al Khishal 1/190 karya Ibnu Babuyah Al Qumi).
    4. Aisyah telah menggerakkan kaum muslimin untuk memerangi Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu (Minhajul Karamah hal. 112, karya Ibnu Muthahhar Al Hilali).
    5. Aisyah sangat memusuhi dan membenci Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu sampai meletuslah perang Jamal (An Nushrah hal. 229 karya Al Mufid).
    6. Aisyah tidak mau bertaubat dan terus menerus memerangi Ali sampai meninggal. (At Talkhishusy Syafi hal. 465-468).
    Inna lillahi wa Inna ilaihi raji’un!! Kesesatan apa yang menghinggapi hati antum=syiah? Sedemikian besarkah kedengkian dan kebencian antum=syiah terhadap para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terutama Aisyah?

    Berikut ini tuduhan-tuduhan Dusta Syi’ah Rafidhah kepada Aisyah Berkaitan dengan Perang Jamal

    1. Aisyah tidak menerima dan dengki terhadap pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah pengganti Utsman bin Affan. (Siratul A`immah Itsna Asyar 1/4222)
    2. Pemberontakan Aisyah terhadap kekhilafahan Ali bin Abi Thalib dan keinginannya untuk saudara sepupunya yaitu Thalhah bin Ubaidillah menjadi khalifah. (Syarhu Nahjil Balaghah 2/460)
    3. Aisyah menolak tawaran Ali bin Abi Thalib untuk damai dan pulang ke Madinah. (Al Khishal 2/377)
    4. Aisyah-lah yang memulai perang Jamal melawan Ali bin Abi Thalib. (Siratul A`immah 1/456)
    Sebenarnya tidak hanya kepada aisyah saja syiah melakukan penghinaan, tetapi kepada seluruh istri Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam

    Syiah : Lho mas abu mana buktinya??????
    Abu : yah nanti aja kaleee kan belum ada yang nanya langsung…..

    waduh af1 nih,,
    sekali lagi ada yang mau ditanyakankah?
    oh ya ada pertanyaan yang terlewat gak seeeehhh??
    mohon maaf atuh apabila ana ada kesalahan….
    Wassalamualaikum,,

  42. @abu mizan

    Mas Abu tolong dijawab semua dulu.
    Kalau bisa dg ringkas saja.
    Oyaa mas Abu salah paham dg pertanyaan saya ttg ijtihad (mgkn kalimat saya kurang lengkap), mksd saya: “apakah produk dr ijtihad itu adalah sesuatu (hukum) yg baru? Jika baru, kmd apa bedanya dg bid’ah.
    Mas Abu, sangat penting mas Abu menjawab semua pertanyaan agar nanti saya bs gunakan jawaban mas Abu sebagai pengikat mas Abu agar tdk merubah2 statement.

    Kemuadian jg mas Abu tolong diterima bhw setiap orang bisa punya persepsi yg berbeda ttg kalimat (dalil) yg sama. Saya gunakan setiap orang ini termasuk ulama2 besar.

    [blockquote]Ya akhi kalau antum meyakini bahwa ada bid’ah (dalam hal ini adalah masalah syariat) yang baik (hasanah) bukankah itu berarti bahwa antum meyakini bahwa ada suatu kebaikan baru yang tidak dikenal oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya, maka apakah antum merasa lebih pintar dari mereka dalam hal din?? Atau barangkali antum meyakini bahwa Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam tahu tapi tidak menyampaikan? Subhanallah, kalau begitu antum menuduh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam khianat, karena apa? karena ada suatu kebaikan yang disembunyikan dan tidak disampaikan kepada kita?[/blockquote]

    Kalimat ini jg akan saya tanggapi lebih lengkap setelah mas Abu jawab semua pertanyaan saya. Krn mas Abu terlihat salah mengerti ttg apa saja hal2 yg baru yg dimaksud. Jangan diartkan bhw sesuatu yg baru itu berupa hukum2 baru saja. Bukankah mas Abu menerima kenyataan ttg hukum ijtihad bhkn jika salah msh dapat pahala, bukankah ijtihad akan menghasilkan sesuatu yg baru dlm ibadah, bahkan sesuatu tsb adalah menjadi hukum. Knp mas Abu tdk menggunakan argumen yg sama spt pd perkara bid’ah ?:[blockquote]Atau barangkali antum meyakini bahwa Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam tahu tapi tidak menyampaikan? Subhanallah, kalau begitu antum menuduh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam khianat, karena apa? karena ada suatu kebaikan yang disembunyikan dan tidak disampaikan kepada kita?[/blockquote]

    Saya tunggu jawaban dr pertanyaan2 sebelumnya. Saya kasih tau clue/arah dr semua yg saya sampaikan adalah:
    1. Saya ingin mas Abu membedakan ijtihad dg bid’ah (jika bisa).
    2. Saya ingin membenturkan definisi mas Abu dg kasus2 yg terelakkan oleh siapapun dan itu akan masuk dlm kategori bid’ahnya mas Abu.
    3. Saya ingin menunjukkan bhw mas Abu nanti akan mengalami kontradiksi dlm mendefinisikan kata ibadah.

    Salam.

  43. Assalamualaikum,,
    sekali lagi ah,,,, sekarang ana yang nanya…
    1. Menurut antum sendiri apakah ucapan-ucapan syiah la’natullah di atas mengenai aisyah ra. bukan merupakan ucapan yang bersifat keji dan mendzalimi aisyah ra.?
    2. kalau begitu tolong sebutkan ucapan keji itu yang seperti apa sih?? perkataan di atas tadi tergolong keji tidak sih??
    3. oh ya,, kalo di syiah kan ada ritual-ritual keagamaan yang aneh-aneh,,
    Syiah : apa mas abu yang aneh itu,,
    Abu : antum lebih mengetahuinya
    Syiah : yah mas abu,, bilang aja gak tau,,,
    Abu : yah, ntar kepanjangan kalo disebutin satu per satu,, pokoknya yang ana ingin tanyakan,, apakah ritual tersebut ada contohnya dari Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam? apakah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam sang uswatun khasanah (suri tauladan yang baik) pernah melakukannya? kalo belum lalu mencontoh siapa?? adakah manusia yang lebih baik dari Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam sang uswatun khasanah????

    mohon ‘pencerahannya’…
    mohon maaf atas segala kesalahan ana
    Wassalamualaikum,,

  44. @abumizan
    Saya sangat tdk mengerti akan tuduhan anda untk truhseeker se-akan2 menghina Rasul. Apakah anda mengerti dan memahami benar hadis Rasul yg anda cantumkan coba anda baca yg benar. Raslul mengatakan bidah dlm agama dan bukan dlm amal. Anda tunjukan kelompok yg sekarang sekarang yg keluar atau adan penambahan dlm din. Din beda dg Amal lho mas abu. Dr golongan anda mengatakan gambar yg ditempat dirumah haram krn bidah. Apakah ini yg dimaksuud Rasul dg BIDAH DIN?.

  45. @abumizan
    Anda mengatakan bahwa ada hasits yg mengatakan apabila sorang hakim memutuskan sesuatu perkara dan apabila benar dpt 2 pahala dan klu salah 1 pahala ijtihad. Lalu bgm jawaban hakim memutuskan utk membunuh seorang islam yg taat kp Allah

  46. Lalu bgm jawaban hakim memutuskan utk membunuh seorang islam yg taat kp Allah

    tergantung niatnya 🙂

  47. @jahil, sory … ikutan nyela 😀

  48. @ abumizan
    Ternyata yg anda sampaikan mengenai penghinaan terhdp Siti Aisyah adalah Syiah Rafidhi. Klu itu lain bkn dari Sunny maupun Syiah Immamiah. Kamipun saya rasa tdk setuju dg Syiah Rafidhi. Cuma jgn mengatasnamaka Syiah. Terlalu banyak Sekte yg keluar dr norma2 agama dan ini yg dinamakan BID’AH dlm DIN

  49. @watonist
    Klu Hakim tsb bekerja sama dg pemerintah yg dhalim masihkah dia mendpt SATU pahala?

  50. @truthseeker

    Terima kasih atas jawaban Anda terhadap pertanyaan saya. Dan saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas usaha keras Anda untuk meyakinkan saya bahwa Anda tidak menggeneralisir semua salafy adalah tiran. Mohon maaf, saya tidak menuduh Anda menggeneralisir. Yang saya maksud, saya tetap tidak sepakat dengan istilah tiranisme salafy. Saya tetap menggunakan kata-kata ‘sebagian salafy yang tiran’…

    —Sekali lg tiranisme muncul krn ketidakmampuan dlm memperjuangkan secara rasional paham2 mrk. Jadi sangat aneh jika mba hilda mengatakan tdk ada rival dlm pemikiran mrk, apakah ini artinya lbh maju/bijak dlm berfikir? Jika mrk lbh bijak maka impossible terjadi tiranisme. itu kl kt bicara tirani secara umum, jika kt msk ke ranah (biar sama pake ranah..) salafy mk pertanyaan sy adalah menurut pendapat mba hilda pribadi apakah mrk sdh bijak dlm menyebarkan paham mrk?. Jika jawabannya tidak, maka pasti mrk tdk terlepas dr potensi utk menjadi tiran, jika mrk sdh bijak mk mari kt perdebatkan arti kata bijak itu sendiri..hehe.—-

    kita bahas sebagia salafy yang tiran saja deh 🙂 inti pertanyaan saya sudah dijawab secara komprehensif. Tapi saya belum terpuaskan. Kenapa sebagian salafy itu tiran? apakah mereka didukung oleh kekuatan politik? atau apakah ada keterkaitan historis dengan masa lalu yang menyebabkan mereka menjadi tiran? ataukah dendam yang diproduksi sejak kelahiran mahzab mereka? Perkara mereka tidak mamp[u merasionalisasikan paham mereka kemudian akhirnya menjadi tiran, saya rasa bukan satu-satunya alasan.

    —-Oyaa mba hilda, biar mba tahu (pastinya udah tahu sihh) reaksi dr sunni, syiah dan mazhab2 lain yg begitu gencar adalah dikarenakan paham wahabi sdh masuk dlm ranah “criminal”, halal darah syi’ah, syech abd qadir al jailani penyembah berhala, NU raja bid’ah. Apakah bijak ini dibiarkan? apakah ini potensial perpecahan yg parah (perang), dan sdh terjadi di awal berdirinya mazhab ini.—-

    Jika akibat dari implementasi paham yang didoktrinkan itu memicu tindak kriminalitas, sudah seharusnya mereka dikenai tindakan hukum… bukan begitu. Masalahnya kenapa terjadi ‘pembiaran’. kendati kini sudah ada suara-suara yang menentang tindak tanduk sebagian salafy tiran ini……

  51. @jahil
    again … tergantung niatnya 😀

  52. @watonist
    Wah jawaban yg relatif. Jd klu menghukum bunuh demi menjaga stabilitas kerajaam pahala jg satu krn niatnya baik utk menjaga stabilitas kerajaan. Kira2 begitu maksud anda?

  53. Assalamu ‘Alaikum Ikhwan.
    Saya paling malas mengomentari/ penjelasan panjang2 dan ber-tele2 tp kali ini terpaksa asal tdk membosankan teman2. Saya menulis ini utk menjelaskan dan mengharap agar sdr Abumizan jgn terlalu memaksakan teorinya mengenai bid’ah utk kelompok yg lain. Saya bertolak dr Hadits yg disampaikan oleh mas Abu yg berbunyi sbb: DAN HATI2 KALIAN DARI PERKARA AGAMA ISLAM YG BARU DIADAKAN KRN SEGALA PERKARA BARU ADALAH BID’AH DAN SEMUA YG DINAMAKAN BID’AH ADALAH SESAT.
    Saya ingin menceritakan perjalanan saya dg seorang Ustadz Yg berfaham Wahabi (dikenalkan oleh teman saya di Jeddah} dan saya menganggap negara Saudi adalah pust Wahabi dan paling getol menganggap sesuatu yg tdk sesuai dg keinginan mrk disebut BID’AH. Saya akan memulai dg:
    1. MEROKOK. Kami ber-jalan2 di Jeddah sampai tiba waktu Magrib{mrk W. sangat displi mengenai wkt shalat} pd saya sdg merokok katanya ayo kt shalat di Mesjid dan buang rokokmu krn HARAM nerokok dekat mesjid. Saya menolak{krn ingin tau reaksinya} ia agak tersinggung waktu saya menolak. Saya katakan saya shalat dirmh aja. Dikatakan tdk menurut Rasul shalat paling afdal adalah pd waktunya. Saya jwb singkat. Allah tdk membutuhkan shalat kita. Kita yg membutuhkan Allah jd klu kita mau menghadap Allahhrs menganggap sdg berdialog dg Allah dan skrg bkn waktunya saya tetap tdk shalat berjamaah dimesjid.
    2. SEPEDA NABI ADAM
    Di Jeddah disuatu perempatan jln ada sepeda yg sangat besar dibuat oleh Korea. Saya diajak kesana{sadar/tidak}. Selelah sampai ditempat tsb. dn melihat sepeda tsb. Kontan saya katakan apakah anda2 tdk
    merasa ini suatu bid’ah dlm agama krn mengatas nama Nabi Adam sdgkan nabi Adam tdk pernah naik sepeda {klupun pd zaman itu sdh ada pabrik speda. Komentarnya. Nda apa2 itu mainan bkn bid’ah[dlm hati lucu ya cara mengklaim bid’ah oleh mereka}
    3. DI MEKKAH.
    Kami sama2 naik mobil ke Mekkah utk Umrah. Sblm saya sdh Haji tp krn melaksanakan ibadah sy tdk menghiraukan hal2 spele tp kali ini lain. Sesdh kami sampai di Mekkah dan mau masuk kedlm Masjidilharam. Ia katakan kt masuk dr Mabbul Salam. Saya sengaja katakan kok pintu msk pakai nama segala. Katanya ya krn banyaknya spy tdk tersesat. Saya katakan pd zaman Rasulullah tdk ada. Dia katakan pd zaman Mesjidnya nda sebesar ini. {dlm hati saya kan menrt anda sesuatu yg tdk ada pd zaman Rasulullah klu diadakan maka itu bid’ah}. Pd waktu mau masuk kedlm mesjid sebelah kiri ada bukit dan bangunan. Saya tanya bangunan apa itu? Ia katakan itu tempat peristirahat Raja Fahd. Saya katakan dg bergurau Wah rmh peristirahatan Raja lbh tinggi dr Rmh Allah ya. Kaget Ustdz diam dia. Ketika kita sdh berada didlm saya melihat fugaraha yg me-minta2. Saya tanya, siapa mrk? jwbnya pengemis. Merk itu biasanya dr Afrika dll. Saya katakan Zaman Rasulullah tdk ada yg demikian maka dibiarkan. Raja menempati tempat lb tinggi dr rmh Allah kok mereka yg miskin dibiarkan begitu saja. Rupanya krn saya sering kritik paham mereka. Setiba kembali di Jeddah dia tdk mau lagi di ajak ke Maddinah. Inilah pengalaman saya dg Ustadz Wahabi. Banyak lg hal2 yg memang benar bid’ah terjadi dipusat penentang bid’ah. Blm perbuatan2n yg bertentangan dg Firman Allah.
    Kesimpulannya: BERSIHKAN RUMAH SENDIRI DULU BARU BERSIHKAN RUMAH TETANGGA.
    Sebenarnya banyak lagi saya mau kupas sampai bersih tp udah cape. Capedeeh

  54. Maaf klu dlm penulisan ada kata2 yg salah ditulis nda keburu dibaca ulang langsung dikirim. Sekali lagi maaf. Wassalam

  55. @jahil
    selamat kenal mas jahil

  56. Tapi saya belum terpuaskan. Kenapa sebagian salafy itu tiran? apakah mereka didukung oleh kekuatan politik? atau apakah ada keterkaitan historis dengan masa lalu yang menyebabkan mereka menjadi tiran? ataukah dendam yang diproduksi sejak kelahiran mahzab mereka?

    Mba Hilda, penjelasan sy yg dikhususkan ke mba hilda dimulai dg penjelaan hakikat dr tirani. Mba hilda tdk usah membayangkan yg jauh2, tirani ada di sekitar (bhkn ada di diri kita). Tidak selalu dibutuhkan kekuatan “politis”. Segala jenis kekuatan bs digunakan; kekuatan org tua-anak, kekuatan tua-muda, kekuatan fisik, kekuatan atasan bawahan, kekuatan guru-murid dll. Shg dg konsep ini kt akan bs menerima bhw tirani bs dilakukan oleh siapa saja (tdk hrs raja or pemerintah). Dlm diskusi2 saja pun kt bs merasakan tirani tsb.

    Perkara mereka tidak mampu merasionalisasikan paham mereka kemudian akhirnya menjadi tiran, saya rasa bukan satu-satunya alasan.

    mba hilda, kl mmg mba hilda bs menemukan root cause yg lain sy senang bs dikasi tahu. Atau mgkn mba hilda mencampurkan penyebab dg cara melakukan tirani?.
    mba hilda, tirani adalah suatu tindakan paksa, knp dipilih menggunakan tindakan paksa (jgn bayangkan raja pd rakyat saja) krn dg cara yg bijak, elegan dan halus tdk mempan. Nahh tdk mempan mmg bs saja krn mrk tdk mampu menjelaskan, bisa jg krn mmg yg dijelaskan bandel/bodoh, ataupun krn yg berusaha dijelaskan mmg sesuatu yg salah shg tak pernah bs diterima. Pd titik spt ini lah mk muncul tirani/paksaan.
    mba hilda bs uji premis sy, tlg beri cth dimana “root-cause”nya bukan hal2 yg sy sampaikan.

    Jika akibat dari implementasi paham yang didoktrinkan itu memicu tindak kriminalitas, sudah seharusnya mereka dikenai tindakan hukum… bukan begitu.

    Hehehe..mba hilda jgn senaif itu donk. Tentunya semua yg mengalami tirani protes dan sebisa mgkn menuntut tindakan (hukum). Apakah dg berkata begitu bhw semua urusan sdh selesai? khan kenyataan hidup tdk spt itu mba hilda, mba bs lihat tirani2 disekitar kt bebas begitu saja dan tak tersentuh (mknya mba diskusi ini adlh salah satu cara utk membuka mata kita semua agar kt buykan sekedar meminta mrk dihukum namun lbh mulia dr itu bhw agar mrk menyadari ketirani-an mrk shg bs dicegah/dikurangi terjadinya tirani2.

    Masalahnya kenapa terjadi ‘pembiaran’. kendati kini sudah ada suara-suara yang menentang tindak tanduk sebagian salafy tiran ini……

    Pertanyaan ini mba tanyakan kpd siapa? kl mba tanyakan kpd sy, ya inilah yg bs sy lakukan utk mencegah tirani berkembang besar, dan kl mba bertanya knp tdk diambil tindakan hukum mk mba hilda kembali lg terlalu naif utk tdk bs melihat itulah hidup bhw “keadilan itu hrs diperjuangkan”. Mbah hilda bukan sy yg berkewajiban menghukum mrk (akan terbentuk tirani baru donk). Mba holda harap diterima ini sbg suatu kenyataan hidup shg kt mengerti knp kt semua ada disini berjam2 menghabiskan wkt.

  57. @truthseeker.
    Selamat jg berkenalan anda sungguh enak mengikuti diskusi ini. Selamat berjuang mas dlm menegakan kebenaran/keadilan melalui media eloktronik. Slamat dan tetap dalam kedamaian

  58. @truthseeker
    oke deh… terima kasih. mencerahkan.

  59. @jahil
    🙂
    @hilda alexander
    Terima kasih juga buat mba hilda yg menjadi katalis..:)
    Terima kasih juga utk mas SP yg membuat blog ini.
    Terima kasih utk ISP
    Terima kasih utk yg menemukan komputer.
    Terima kasih utk yg menemukan internet.
    Segala puji syukur kpd Allah SWT yg menciptakan manusia2 spt mba hilda dan mas SP.
    Segala puji syukur kpd Allah SWT yg mempertemukan kt dlm kedamaian dan diskusi yg bermanfaat.
    Segala puji syukur kpd Allah SWT yg menjadi sebab dr semua ini.

  60. @jahil
    Assalamu’alaikum ya jahil…….,,
    Saya akan menjelaskan terlebih dahulu secara gamblang mengenai konsep bid’ah yang saya yakini,, walaupun jahil ‘sepertinya’ sudah sangat mengerti konsep saya,,
    ya jahil,, Imam Al-Syatibi berkata: Bidah ialah gambaran satu perjalanan dalam agama yg diada-adakan,yg menyerupai syara’,dimaksudkan dengan itu supaya bersungguh berbakti kepada Alloh swt.

    Untuk bisa memahami bidah,gunakan pertanyaan sbb:
    *apakah perbuatan itu ada perintah dan disebutkan caranya?

    Tentu pertanyaan ini berkaitan dengan ibadah mahdhoh.Yg oleh Alloh dinyatakan bahwa legalitas agama sudah sempurna.Tatacara kita mendekatkan diri kepada Alloh semua sudah diajarkan Rasul.Tak perlu ditambah dan tak perlu dikurangi.Jika ditambah/dikurangi ini menjadi bidah.

    Karena Bid’ah menurut syareat adalah sesuatu yg tidak mempunyai dasar dlm agama sbg tempat rujukan. Adapun ana mengambil contoh misalkan dalam pengumpulan Alquran dlm satu kitab, itu punya dasar dlm agama sebab Nabi telah memerintahkan kepada sahabat untuk di tulis.Kenapa nabi tidak membukukan ?karena pada saat itu banyak sahabat yg hapal quran.Kemudian setelah nabi meninggal kemudian dikumpulkan oleh sahabat dalam satu mushaf.Jadilah seperti sekarang.

    Imam Malik berkata : Sesungguhnya apa yg ditinggalkan oleh nabi dan para sahabatnya padahal ada sebab dan perangsangnya, maka mereka meninggalkannya atas perbuatan itu,adalah merupakan bukti bahwa perbuatan tersebut tidak disyareatkan dan tidak diperbolehkan dalam agama.

    Maka kita bisa lihat bahwa perbuatan yg ditinggalkan Nabi itu bisa dibagi menjadi 2 bagian:
    1.Ada yg menjadi Bidah:apa-apa yg ditinggalkan Rasul padahal ada motif serta perangsang untuk mengerjakannya dan tidak ada kendala untuk mengamalkannya.
    2.Ada yg menjadi maslahat mursalah:Apa-apa yg ditinggalkan Rasul krn tidak ada motivasi pendorong dan perangsang untuk mengamalkannya sementara ada faktor kendala untuk mengerjakannya.
    Contoh : membukukan alquran adalah maslahat mursalah.Dizaman nabi tidak dilakukan karena tidak atau belum ada motivasi untuk melakukan hal itu.yakni Nabi dan sahabat masih ada,sahabat yg hafal juga banyak,disamping terdapat hambatan untuk mengerjakanya karena wahyu masih terus turun.

  61. SP:
    Belum, gimana kalau Mbak saja yang cerita
    Gak usah semuanya, cukup spoilernya :mrgreen:

    Me:
    maaf, baru bisa konfirm sekarang 😛
    BTW, sebenarnya sy sgt ingin cerita ttg buku itu, tapi kondisi sekarang tdk memungkinkan 😦
    So, just wait for the further info if still need it :mrgreen:

  62. Wah jawaban yg relatif. Jd klu menghukum bunuh demi menjaga stabilitas kerajaam pahala jg satu krn niatnya baik utk menjaga stabilitas kerajaan. Kira2 begitu maksud anda?

    menurut sampeyan, dari kasus tersebut salahnya dimana ??

    sori kalau malah balik nanya, soalnya kalau cuman jawab “iya”, kok ya terlalu pendek :mrgreen:

  63. @ Abu mizan

    2.Ada yg menjadi maslahat mursalah:Apa-apa yg ditinggalkan Rasul krn tidak ada motivasi pendorong dan perangsang untuk mengamalkannya sementara ada faktor kendala untuk mengerjakannya.

    Memangnya sampean gak tahu kalau maulid Nabi itu mengandung maslahat mursalah seperti yang sampean bilang. Maulid adalah motivasi pendorong untuk mengenang ajaran Nabi Muhammad SAW.
    Memangnya sampean gak tahu kalau peringatan Asyura untuk mengenang Imam Husain AS mengandung maslahat mursalah sebagai motivasi jihad .Tidak ada motivasi jihad yang lebih besar daripada perjuangan Imam Husain AS.
    Terus ngapain wahabi membid’ahkan maulid dan peringatan asyura?

    Makanya jangan cuma Pokoknya
    Menelan ludah sendiri :mrgreen:
    *menjijikkan*

  64. @almirza
    terima kasih atas pencerahan anda utk abumizan klupun ia mempergunakan akal yg sehat. Krn kelihatan sdr abumizan asal ngomong aja tanpa pikir hingga senjata makan tuan. Saya tdk perlu berkomentar lagi krn sya sdh tau tingkat pengetahuannya. Capedeeeh utk mengomentari

  65. Assalamualaikum,,
    Yaa akhi, memang ana tidak sepintar antum (mungkin??) tapi ana memaklumi kok kedangkalan ilmu antum,,

    Sebelum membantah semua ucapan antum mengenai bid’ah dan maslahat mursalah dan menjawab kenapa salaf membid’ahkan maulid dan peringatan asysyura, ana yang bodoh ini mau nanya dulu boleh gak??
    1. Maulid itu kan bahasa Arab sama artinya dies natalis dalam bahasa latin, Birthday atau ulang tahun. Alias sama saja dengan natal. Kalau memang itu baik kenapa para sahabat seperti Ali ra., dll , tabi’in, tabiut tabiin tidak melakukannya?? antum lebiih faham dari mereka mengenai kebaikan??
    2. Antum merayakan maulidkah?? atau setidaknya setuju bahwa maulid itu bukan kebid’ahan????? kalu iya ana mau nanya,, Apa benar Muhammad Bin Abdullah dilahirkan pada tanggal 12 rabiul awal.???? kalau iya tolong buktikan atuh!! kalau antum bisa membuktikan kalau Muhammad Bin Abdullah lahir pada tanggal tersebut berarti antum pintar banget………………………..MENGARANGNYA…..yu mari…

    Sorry ana gak mau jawab dulu pertanyaan antum (soalnya ana meniru truthseekerrr yang juga gak mau mnanggaapi jawaban ana mengenai bid’ah hasan), yah antm tau sendiri kan tingkat pengetahuan ana?? ya kan?? ana kan masih duduk di bangkuu SMA gitu loch,,, tapi semua jawaban ana di blog ini seluruhnya bukan pemikiran ana kok,, karena jawaban2nya ana sandarkan kepada yang lebiiiiiiiiiih pintaar pengetahuan agamanya dari ana,, mengutip ucapan dari para ulama, sahabat, dll jadi kalau menurut antum ana salah berarti,, sahabat juga salah,,capedeeeeeeh
    sekalllli lagi ah capedeeeeeeeeeeeehh,,

  66. @Abu Mizan

    Maulid itu kan bahasa Arab sama artinya dies natalis dalam bahasa latin, Birthday atau ulang tahun. Alias sama saja dengan natal. Kalau memang itu baik kenapa para sahabat seperti Ali ra., dll , tabi’in, tabiut tabiin tidak melakukannya?? antum lebiih faham dari mereka mengenai kebaikan??

    Sekarang coba Mas jelaskan, sebutan Radiallahuanhu(RA) untuk sahabat Nabi SAW itu sudah adakah pada zaman Nabi SAW dan Sahabat Nabi, kalau gak ada ya bid’ah dong sebutan itu, kalau memang itu baik sudah pasti para sahabat sudah mengucapkannya, apakah kita merasa lebih baik dari mereka 🙂

  67. Sorry ana gak mau jawab dulu pertanyaan antum (soalnya ana meniru truthseekerrr yang juga gak mau mnanggaapi jawaban ana mengenai bid’ah hasan),

    Mas AM, koq saya dibawa2..:). Saya blm jawab pertanyaan mas krn mas blm menjawab semua pertanyaan sy. Jawab saja dl ttg Ijtihad, apakah ijtihad itu mengahsilkan sesuatu (hukum) yg baru? Jika baru, apakah, spt mas AM katakan Rasulullah tidak tahu shg perlu sahabat berijtihad??. Jika iyya, apakah mas AM akan bilang jg menghasilkan suatu (hukum) yg baru dpt 2 pahala jika benar (siapa yg akan menentukan itu benar atau tidak?.
    Begini saja mas AM, sy akan jelaskan pengertian ijtihad dan bid’ah:
    IJTIHAD

  68. Lanjutannya (terlanjur terkirim yg sebelumnya)

    IJTIHAD

    Pengertian ijtihad pd jaman Rasulullah muncul dikarenakan adanya jarak (lokasi yg berjauhan) antara umat islam dg Rasulullah. Misal saja, umat islam di Iraq, Syria. Pada saat mrk menghadapi suatu permasalahan hukum yg mrk belum tahu (bukan yg tdk ada di Al-Qur’an dan hadits). Maka mrk akan mengambil ijtihad (temporer) atas itu. validitas hukum/ijtihad itu hanyalah sampai mrk mendapat jawaban dr Rasulullah melalui utusan. Dan disitu yg menjudge/menyatakan benar dan salahnya ijtihad tsb adalah Rasululah sendiri. Yg terpenting dr sini adalah bhw :
    1. Ijtihad itu selalu bersifat temporer, dan disebabkan keterbatasan jarak kepd otoritas (rasul/Imam).
    2. Ijtihad bersifat terbatas dlm waktu maupun area/daerah.
    3. Islam telah sempurna dan lengkap, shg tdk ada yg baru dlm hakikat hukum2nya, yg ada adalah perbedaan tafsir, keterbatasan kemampuan/pengetahuan. Misal: ada banyak fiqh yg berbeda ttg sholat, apakah syariat sholat sendiri blm ada?? Tidak, syariat sholat sdh ada lengkap dan jelas. Namun knp banyak muncul perbedaan?

    BID’AH
    Bid’ah adalah mengada2kan sesuatu yg tdk dicontohkan oleh Rasulullah, jgn diartikan sesuatu yg baru. Misalnya: sholat subuh 3 raka’at dan yg sejenisnya.

    Jangan bid’ah malah ditempatkan pd yg salah. spt menuduh maulid adalah bid’ah. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kt utk memuliakan para Rasul & Nabi, itu adalah hakikat dan dasar dr maulid (walaupun secara semena2 mas Abu menyatakan tdk ada dasarnya), nahh sdgkan bgm cara memuliakan Nabi selama tdk bertentangan dg aqidah islam syah2 sajalah. Pd jaman Rasul pun para sahabat berbeda2 cara dlm memuliakan Rasul dan semuanya sah2 saja krn tdk bertentangan dg aqidah.
    Mas AM, terlalu banyak hal2 yg akan menjadi bid’ah yg telah dilakukan oleh umat islam termasuk wahabi/salafy, termasuk sahabat, salafus shalih, jika pengertian bid’ah adalah spt yg mas AM mksdkan. Mushaf Al-Qur’an,Khutbah dg bhs selain bhs arab, shalat yg berbeda, tarawih, dan banyak lg hukum2 yg berbeda di antar mereka.

  69. @watonist
    Klu orangnya dhalim ya semua putusannya berstatus dhalim dan baginya tdk ada pahala malahan tempat si Hakim dan antek2nya NARAKA JAHANAM. Sebab predikat DHALIM sdh ada duluan yah logika matematik hehehe. Bgm ? kira2 logis mas?

  70. @Abu mizan

    1. Maulid itu kan bahasa Arab …….Kalau memang itu baik kenapa para sahabat seperti Ali ra., dll , tabi’in, tabiut tabiin tidak melakukannya?? antum lebiih faham dari mereka mengenai kebaikan??

    Yang ini harap diperjelas dan dibuktikan dulu mas; Bagaimana mas tau bahwa sahabat Ali ra., dll tidak melakukan? Apakah hanya karena menurut mas tidak ada riwayat yg menyebutkan mereka merayakan Maulid shg mas berkesimpulan perayaan Maulid tidak pernah dilakukan sebelumnya. Ingat mas, bisa saja perayaan Maulid dirayakan oleh Imam Ali dan sahabat lain namun dengan cara sedikit berbeda dengan seperti yang kita kenal sekarang ini. Namun hakikatnya sama untuk melakukan doa dan puji-pujian thd Baginda Rasullullah saw.

    2. Antum merayakan maulidkah?? atau setidaknya setuju bahwa maulid itu bukan kebid’ahan????? kalu iya ana mau nanya,,

    Ya. Kami merayakan Maulid. Ada apa dengan Maulid mas? Bukankah isinya doa dan puji-pujian thd Baginda Rasulullah saw? Pernahkah Rasulullah saw melarang umatnya untuk merayakan kelahirannya? Jika mas mengatakan hal tsb bid’ah karena tidak pernah dilakukan oleh Nabi saw, maka sebaiknya mas ngaca dulu dan ingat-ingat dulu mengenai inisiatif Umar bin Khattab untuk menjadikan shalat Taraweh di bulan Ramadhan dengan shalat berjamaah. Sementara di jaman Rasulullah saw dan sahabat Abubakar shalat Taraweh ini dilaksanakan sendiri-sendiri (Ga perlu haditsnya kan, kecuali memang perlu disuapi lagi). Yang mana yang bid’ah sebenarnya nih mas?

    Apa benar Muhammad Bin Abdullah dilahirkan pada tanggal 12 rabiul awal.???? kalau iya tolong buktikan atuh!! kalau antum bisa membuktikan kalau Muhammad Bin Abdullah lahir pada tanggal tersebut berarti antum pintar banget………………………..MENGARANGNYA…..

    Memang penentuan kapan kelahiran Nabi Muhammad saw sempat menjadi polemik di kalangan ulama dan peneliti sejarah. Namun petikan dari tulisan berikut patut juga dipakai sebagai landasan kemudian untuk menetapkan kelahiran Nabi saw adalah pada 12 Rabbiul Awwal tahun ke-10 Hijriyyah.
    (Petikan ini dicuplik dari salah satu Blog, saya tidak [mau] bertanggung jawab jika keliru. Jika ngga percaya…ya periksa sendiri :mrgreen: jangan protes ke saya karena bukan saya yang nulis. Lagian saya juga bukan penulis sejarah)
    “……Kesamaran sejarah kelahiran Muhammad ini mengakibatkan perselisihan penanggalan yang cukup kontras dikalangan umat Islam. Kebanyakan ulama Syiah misalnya, berpendapat bahwa Muhammad dilahirkan pada tanggal 17 Rabiwul Awwal Tahun Gajah. Pendapat ini dibantah oleh segelintir ulama Syiah pula, seperti Abu Ja’far Muhammad bin Ya’kub Al-Kulaini Ar-Razi, dengan ucapan: Rasulullah SAW dilahirkan pada 12 Rabiwul Awwal Tahun Gajah”.
    Ulama seperti Ibrahim bin Al-Munzeir, Al-Bukhari dan Khalifah bin Al-Khayat menukilkan adanya ijma’ bahwa Rasulullah SAW dilahirkan pada hari senin bulan Rabiwul Awwal, namun mereka tidak seragam dalam menentukan tanggalnya. Ada empat pendapat yang termahsyur, yaitu: pada hari kedua, kedelapan, kesepuluh dan kedua belas (Al-Janjani:1984). Mahmud Pasha, seorang ahli Ilmu Falak Mesir, mengambil jalan yang menurutnya dapat dipercaya dengan melakukan berbagai penghitungan, selanjutnya menyimpulkan bahwa Muhammad dilahirkan pada tanggal 12 Rabiwul Awwal, bertepatan dengan 20 April Tahun 571 Masehi, ditinjau dari sudut pandang sistem penanggalan Hijriyah, maka tanggal lahir Muhammad jatuh pada tanggal yang sama dengan tanggal wafatnya beliau, 12 Rabiwul Awwal tahun ke-10 Hijriyah, bertepatan dengan 8 Juni 632 Masehi.”

    Semoga mas tidak berkecil hati mengetahui bahwa perayaan Maulid Nabi saw di tanggal tsb telah memiliki sandarannya.

    …yu mari…

    Yu mari…..cari kebenaran. Yu mari mulai merespon pertanyaan2 yang diajukan ke mas.

    Damai….damai

  71. ana kan masih duduk di bangkuu SMA gitu loch,,, tapi semua jawaban ana di blog ini seluruhnya bukan pemikiran ana kok,, karena jawaban2nya ana sandarkan kepada yang lebiiiiiiiiiih pintaar pengetahuan agamanya dari ana,, mengutip ucapan dari para ulama, sahabat, dll jadi kalau menurut antum ana salah berarti,, sahabat juga salah,,capedeeeeeeh
    sekalllli lagi ah capedeeeeeeeeeeeehh,,

    jangan ngawur sampean, memangnya sahabat mana yang bilang maulid itu bid’ah?, jangan ngasal kan jadinya capeeeeeedeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeh :mrgreen:

  72. Kok repot amat. Kaya nda tau sifat2 mereka dr sekte Wahabi/salafy. Mereka kan mengikuti Imam mereka Ibnu Taimiyah yg selalu membawa nama sahabat dlm hal mencaci dan fitnah kay blm tau aja. Mana merka mau berdialog secara jantan. Krn ilmu mereka hanya menuduh, mencaci dan menfitnah

  73. @aburahat
    logis … logis kok,
    tapi saya bingung “pernyataan saya yang mana yang sampeyan sanggah ??” 🙂

  74. @watonist
    Maaf mas yg tgl 23 april.

  75. ooo … yang itu,

    kalau menurut sampeyan sendiri, orang dhalim itu niatnya baik nggak ??

  76. @watonist
    Klu menurut saya predikat dhalim diberikan karena selalu mendhalimi. Dan biasanya kata Dhalim itu sangat erat hubungannya antara sekuat dan silemah. Dgn kata kasar penindasan hak asasi yg lemah. Jd klu sdh pd tingkat ini niat baik tdk ada. Krn EGO thx. Atau kira2 mau ajak diskusi Nih

  77. jadi … kesimpulan saya tidak salah kan ??
    “tergantung niatnya”

  78. @watinist
    Anda hebat. Yg pasti bisa jd relatif tergantung siapa yg kita hadapi. 2+2 bs =5 tergantung siapa yg menjawab

  79. memang, boleh saja 2+2=5
    tapi Allah juga sudah menetapkan “konsistensi” sebagai salah satu tolok ukur “kebenaran”.

  80. @watonist
    Anda benar. Dan konsistensi Allah terhadap kebenaran orang DHALIM. Semua amalnya tdk ada artinya (tdk diterima) disisi Allah

  81. Salafy adalah KECAP NOMOR 1!!
    –itu intinya kalau salah-fi(kir) mulai berargumen–

  82. @truthseeker
    Assalamu’alaikum,,
    Ya akhi, antum sudah menyampaikan pengertian bid’ah menurut antum, oleh karena itu sudah seharusnya ana juga menyampaikan pengertian bid’ah yang detail tentunya agar antum mengerti juga bagaimana konsep bid’ah menurut salafy (walaupun antum seolah-olah telah mengerti). Antum kan berfikir kalo misalkan maulid dibid’ahkan oleh salafy lantas mengapa mushaf al-quran tidak ( ya emang tidak, itu merupakan maslahat mursalah, dan maslahat mursalah adalah lawannya bid’ah) namun sebelum menjelaskan maslahat mursalah ana akan menyampaikan terlebih dahulu konsep bid’ah yang detail menurut salafy,,,

    Ya akhi, banyak sekali hadits-hadits nabawi yang mengisyaratkan makna syar’i dari kata bid’ah, ana akan mengutip di antaranya:
    1. Hadits Al Irbadh Ibnu Sariyah, di dalam hadits ini ada perkataan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:
    “Jauhilah hal-hal yang baru (muhdatsat), karena setiap yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.”
    2. Hadits Jabir bin Abdullah, bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pernah berkata dalam khuthbahnya:
    “Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah dan sebagus-bagusnya tuntunan adalah tuntunan Muhammad dan urusan yang paling jelek adalah sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) dan setiap yang diada-adakan (dalam agama) itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setap kesesatan itu (tempatnya) di neraka.”
    Dan jika telah jelas dengan kedua hadits ini, bahwa bid’ah itu adalah al-mubdatsah (sesuatu yang diada-adakan dalam agama), maka hal ini menuntut kita untuk meneliti makna ibda’ (mengada-adakan dalam agama) di dalam sunnah, dan ini akan dijelaskan dalam hadits-badits berikut:
    3. Hadits Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
    “Barangsiapa mengada-ada (sesuatu) dalam urusan (agama) kami ini, padahal bukan termasuk bagian di dalamnya, maka dia itu tertolak.”
    4. Dalam Riwayat Lain:
    “Barangsiapa mengamalkan amalan yang tidak ada dasarnya dalam urusan(agama) kami, maka dia akan tertolak.” [Hadits Riwayat. Muslim 12/16]
    Keempat hadits di atas, jika diteliti secara seksama, maka kita akan mendapatkan bahwa semuanya menunjukkan batasan dan hakikat bid’ah menurut syari’at. Maka dari itu bid’ah syar’iyyah memiliki tiga batasan (syarat) yang khusus. Dan sesuatu tidak bisa dikatakan bid’ah menurut syari’at, kecuali jika memenuhi tiga syarat, yaitu:
    1. Al-Ihdaats (mengada-adakan)
    2. Mengada-adakan ini disandarkan kepada agama
    3. Hal yang diada-adakan ini tidak berpijak pada dasar syari’at, baik secara khusus maupun umum.

    Nah, ini penjelasannya,,
    1. Al-Ihdats (Mengada-ada) Sesuatu yang Baru
    Dalil syarat ini adalah sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam
    “Artinya : Barang siapa mengada-ada (sesuatu yang baru).”
    Dan sabdanya:
    “Artinya : Dan setiap yang diada-adakan itu adalah bid’ah.”
    Jadi yang dimaksud al-ihdaats adalah mendatangkan sesuatu yang baru, dibuat-buat, dan tidak ada contoh sebelumnya. Maka masuk di dalamnya: segala sesuatu yang diada-adakan, baik yang tercela maupun yang terpuji, baik dalam agama atau bukan. Dan dengan batasan ini maka yang tidak diada-adakan tidak dapat disebut bid’ah misalnya melaksanakan semua syi’ar agama seperti shalat fardlu, puasa ramadlan, dan melakukan hal-hal yang sifatnya duniawi seperti makan, pakaian dan lain-lain. Karena hal yang baru itu bisa terjadi dalam urusan duniawi dan urusan agama (dien) ,untuk itu perlu adanya pembatasan dalam dua batasan berikut ini:
    2. Sesuatu Yang Baru Itu Disandarkan Kepada Agama
    Dalil batasan ini adalah sabda Rasuhdlah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:
    “Artinya : Dalam urusan (agama) kami ini.”
    Dan yang dimaksud dengan urusan nabi di sini adalah agama dan syari’atnya. Maka makna yang dimaksud dalam bid’ah itu adalah bahwa sesuatu yang baru itu disandarkan kepada syari’at dan dihubungkan dengan agama dalam satu sisi dari sisi-sisi yang ada, dan makna ini bisa tercapai bila mengandung salah satu dari tiga unsur berikut ini:
    Pertama : Mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang tidak disyari’atkan.
    Kedua : Keluar menentang (aturan) agama.
    Ketiga : Yaitu hal-hal yang bisa menggiring kepada bid’ah.
    Dengan batasan (syarat) yang ke dua ini, maka hal-hal yang baru dalam masalah-masalah materi dan urusan-urusan dunia tidak termasuk dalam pengertian bid’ah, begitu juga perbuatan-perbuatan maksiat dan kemungkaran yang baru, yang belum pernah terjadi pada masa dahulu, semua itu bukan termasuk bid’ah, kecuali jika hal-hal itu dilakukan dengan cara yang menyerupai taqarrub (kepada Allah) atau ketika melakukannya bisa menyebabkan adanya anggapan bahwa hal itu termasuk bagian agama.
    3. Hal Yang Baru Ini Tidak Berlandaskan Syari’at, Baik Secara Khusus Maupun Umum.
    Dalil batasan (syarat) ini adalah sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
    Wasallam:
    “Artinya : Sesuatu yang bukan darinya.”
    Dan sabdanya:
    “Artinya : Yang tidak ada dasarnya dalam urusan kami.”
    Dengan batasan ini, maka keluar dari pengertian bid’ah hal-hal baru yang berhubungan dengan agama, tapi mempunyai landasan syar’i yang umum ataupun khusus.Di antara sesuatu yang baru dalam agama ini tapi masih berlandaskan pada dalil syar’i yang umum adalah hal-hal yang ditetapkan melalui al-mashalih al-mursalah, seperti pengumpulan Al Qur’an oleh para sahabat, adapun contoh yang khusus adalah pelaksanaan shalat tarawih secara berjama’ah pada zaman Umar bin Khaththab.
    Dengan melihat makna lughawi (bahasa) untuk kata al-ihdats, maka hal-hal yang berlandaskan kepada dalil syar’i dapat dinamakan muhdatsat, karena hal-hal syar’i ini dilakukan kedua kalinya setelah ditinggalkan dan dilupakan (orang), ini adalah ihdats nisbiy (pengada-adaan yang relatif).
    Sudah dimaklumi bahwa setiap hal yang baru keabsahannya telah ditunjukan oleh dalil syar’i, maka hal ini tidak dinamakan -dalam kacamata syariat- sebagai bentuk ibtida’ (mendatangkan bid’ah), karena ibtida’ menurut pandangan syariat- hanya dikaitkan dengan sesuatu yang tidak mempunyai dalil. Supaya lebih jelas dan lebih yakin tentang tiga batasan itu, berikut kita simak ungkapan berikut ini:
    Ibnu Rajab berkata: “Setiap orang yang mengada-ada sesuatu yang baru dan menisbatkannya kepada agama, padahal tidak ada landasan yang bisa dijadikan rujukan, maka hal semacam ini adalah sesat dan agama lepas darinya.”
    fiuh,, cape
    Wassalamualaikum..

  83. Assalamu’alaikum,,
    Ok, sekarang kita lihat mengenai maulid,,
    Mengagungkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga termasuk ibadah. Demikian juga kecenderungan terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk bagian dari agama karena mengandung kecenderungan terhadap syari’atnya. Jadi, perayaan hari kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengagungkan RasulNya merupakan ibadah. Karena ini merupakan ibadah, sementara ibadah itu sama sekali tidak boleh dilakukan sesuatu yang baru dalam agama Allah yang tidak berasal darinya, maka perayaan hari kelahiran ini bid’ah dan haram.

    Ok sekarang ana berikan contoh yang lain,,
    Apakah memakan pisang goreng itu bid’ah? tentu tidak, tapi bisa menjadi bid’ah apabila kita meyakini bahwa memakan pisang goreng itu merupakan kemuliaan dan dengan memakan pisang goring kita akan mendapatkan pahala,, jika keyakinan tersebut ada maka tak pelak lagi bahwa memakan pisang goreng hukumnya bid’ah walaupun hukum asalnya adalah boleh dan saya sangat menganjurkan apalagi jika pisgornya isi keju yang enak, mantap, yu mari………….,
    Ok tertarik makan pisang goreng??,,

  84. Assalamu’alaikum,,
    Ok kita balik lagi ke masalah mauled,,
    Antum bilang
    “Jangan bid’ah malah ditempatkan pd yg salah. spt menuduh maulid adalah bid’ah. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kt utk memuliakan para Rasul & Nabi, itu adalah hakikat dan dasar dr maulid (walaupun secara semena2 mas Abu menyatakan tdk ada dasarnya), nahh sdgkan bgm cara memuliakan Nabi selama tdk bertentangan dg aqidah islam syah2 sajalah. Pd jaman Rasul pun para sahabat berbeda2 cara dlm memuliakan Rasul dan semuanya sah2 saja krn tdk bertentangan dg aqidah.”

    Wah-wah antum emang gak tau, atau pura-pura gak tau tapi tau atau malah tahu goreng isi udang, hah?? Ya akhi sebenarnya banyak penyimpangan yang dilakukan dalam maulid nabi tapi ana akan memberikan contoh yang paling berbahaya,,
    Dalam perayaan maulid terdapat kemungkaran-kemungkaran besar yang tidak diakui syari’at, naluri dan akal, di mana para pelakunya mendendangkan qasidah-qasidahyang mengandung ghuluw (berlebih-lebihan) dalam mengagungkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sampai-sampai memposisikan beliau lebih utama daripada Allah. Na’udzu billah. Berikut adalah beberapa kalimat kufur dan syirik yang terdapat dalam kitab Barzanji sekaligus komentar dari sebagian ulama.

    Hambamu yang miskin mengharapkan
    “Karuniamu (wahai Rasul) yang sangat banyak”
    Padamu aku telah berbaik sangka
    “Wahai pemberi kabar gembira dan Pemberi Peringatan”
    Maka tolonglah Aku, selamatkan Aku
    “Wahai Penyelamat dari Sa’iir (Neraka)”
    Wahai penolongku dan tempat berlindungku
    “Dalam perkara-perkara besar dan berat yang menimpaku”

    Seandainya Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam mendengar pekataan SEMACAM ini , tentu beliau akan menghukumi dengan hukum SYIRIK AKBAR , yang pelakunya keluar dari millah Islam, sebab yang memberi pertolongan, bantuan dan tempat bersadar serta yang dapat menghilangkan derita hanyalah Allah Subhanahu wa ta’ala SEMATA. Allah berfirman
    “Atau SIAPAKAH yang mengabulkan do’a orang yang berada dalam kesulitan bila ia berdo’a kepada-Nya dan menghilangkan kesusahan,…..” (Surat An Nahl :62)
    BAHKAN Allah-pun memerintahkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam agar memaklumkan kepada segenap manusia
    “KATAKANLAH :”Sesungguhnya aku tidak mampu mendatangkan bagimu kemudharatan dan manfaat .” (Surat Al Jin : 21)
    Dan Nabi Shalallahu alaihi wa sallam sendiri bersabda :
    “Bila kamu meminta (sesuatu) , mintalah kepada Allah . Dan bila kamu memohon pertolongan , maka mohonlah kepada Allah .” (HR. Tirmidzi , ia berkata hadits Hasan shahih).

    Selain itu pula, saya mendengar dari kebodohan para pelakunya, ketika dibacakan kisah kelahiran beliau, lalu bacaannya itu sampai pada kalimat ‘wulida al-musthafa’ mereka semuanya berdiri dengan satu kaki, mereka berujar bahwa ruh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir di situ maka kami berdiri untuk memuliakannya. Sungguh ini suatu kebodohan dan ketololan dan kogoblogan. Kemudian dari itu, berdirinya mereka itu tidak termasuk adab, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak menyukai orang berdiri untuknya.

    Apakah itu sah-sah saja?? Dan tidak bertentangan dg aqidah?? lantas aqidah antum itu seperti apa??.

  85. Assalamu’alaikum,, Oh ya untuk masalah penghinaan syiah terhadap aisyah antum tidak menanggapi,, wah kalo begitu antum setuju,, horeeee,,, atttaaaauuuuuuuu antum mau menjawab seperti ini,, “kan mas abu belum tau pendapat ulama syiah tentang hal tersebut” lho, yang menulis pernyataan kan ulama syiah juga, masa dibantah sama ulama syiah juga,, atau jangan-jangan,, oh ya ana lupa kalo di ajaran syiah terdapat sebuah ajaran yang membolehkan bagi penganut syiah untuk menyembunyikan keyakinannya di depan non syiah, keyakinan itu disebut dengan taqiyyah kan??.
    Lagi-lagi menurut keterangan ulama syiah sendiri bahwa taqiyah hukumnya wajib hingga imam ke 12 bangkit dari “tidur panjangnya”. Ibnu Babawaih Al Qummi yang dijuluki Ash Shaduq –yang selalu berkata benar- mengatakan:
    “Keyakinan kami bahwa taqiyah adalah wajib, meninggalkan taqiyah sama seperti meninggalkan shalat, tidak boleh ditinggalkan hingga keluarnya Imam Mahdi. Siapa yang meninggalkan taqiyah sebelum keluarnya Imam Mahdi maka telah keluar dari agama Allah (Islam), keluar dari agama Imamiyah dan menyelisihi Allah, Rasul dan para imam.”

  86. Islam itu sempurna, menambah atau mengurangi, ya bid’ah. Menjadikan sesuatu yang bukan agama menjadi suatu bagian agama, atau suatu yang merupakan bagian agama kemudian dianggap bukan bagian agama. inilah bid’ah…..

  87. @atasku
    mana yang lebih menguntungkan ?? jadi bid’ah apa jadi sekuler ??

  88. @watonist
    antum seharunya banyak belajar kpd iblis

    Iblis itu niatnya baik, tidak bersedia sujud kpd Adam as. semata-mata demi memurnikan tauhidnya – menurut persepsi iblis – Sujudnya iblis hanya untuk Allah bukan yg lainnya. Tapi kenapa kemudian Allah melaknatnya ?

    Ternyata niat baik saja tidak cukup ya akhi, tetapi harus juga dibarengi dengan ketaatan dan kepatuhan kepada perintah dan larangan Nya. Itulah TAQWA.

  89. @bahlul
    Rupanya anda senang main bilyard ya bahlul. Cara mengefek bagus sekali Am yg dituju W yg disodok

  90. Iblis itu niatnya baik, tidak bersedia sujud kpd Adam as. semata-mata demi memurnikan tauhidnya – menurut persepsi iblis – Sujudnya iblis hanya untuk Allah bukan yg lainnya.

    begitukah ??

  91. @watonist
    Begitulah maksud bahlul jd pikiran para wahabi sama dg iblis tdk mau menyembah terkecuali pd Allah

  92. […] teman-teman yang malas tidak memiliki kesempatan untuk membaca apalagi membeli buku tsb. Sekalian memenuhi janji dan menyelesaikan diskusi yang terlantar dengan pihak-pihak tertentu. Dan TIDAK sedikitpun secara […]

  93. @jahil 23 April

    Gambar,, jelas bid’ah dan sangat memenuhi syarat bid’ah seperti yang telah saya sampaikan. bukankah gambar merupakan perkara yang keluar (menentang) dari agama?? banyak sekali hadis yang menunjukkan haramnya gambar,, berikut penjelasannya,,

    Dalam masalah gambar tentu salafy juga tidak pernah dan tidak akan secara semena-mena mengatakan bahwa hal tersebut adalah haram apabila tidak ada dasarnya,, namun Sebelum ana bahas tentang hukum gambar sebenarnya dalam timbangan syara’, maka perlu diketahui dan dipahami bahwa gambar berdasarkan hukumnya bisa terbagi menjadi dua bagian.
    -gambar yang tidak bernyawa(yang ini tidak terlarang menurut mayoritas ulama)
    -gambar yang bernyawa, terbagi menjadi dua bentuk
    1. Menggambar dengan tangan (melukis), maka yang seperti ini terlarang dan hukumnya haram, dalilnya:
    Riwayat Ibnu Abbas:
    Artinya, “Setiap pelukis berada dalam neraka, dijadikan kepadanya setiap apa yang dilukis/digambar bernyawa dan mengadzabnya dalam neraka Jahannam.” (H.R Muslim).
    2. menggambar dengan alat (yang ini terdapat ulama yang membolehkan karena pertimbangan tertentu dan ada juga yang mengharamkan juga dengan pertimbangan tertentu)

    Saya kira sudah jelas bahwa gambar (yang bernyawa) itu BID’AH DAN HARAM hukumnya karena menyelisihi syariat,,

    @jahil 24 April

    Saya rasa pembahasan saya mengenai bid’ah (27 Mei 2008) telah meluruskan kesalahpahaman antum mengenai konsep bid’ah,, bahwa tidak semua yang tidak ada pada jaman Rasulullah Sallallahu’alaihi wa sallam adalah bid’ah kecuali jika hal yang baru tersebut disandarkan ke dalam syariat dan seolah-olah menjadi bagian dalam agama (tentu dengan syarat-syarat tertentu)

    @almirza 26 April
    wah2 saya gak tau tuh,, heu2,
    saudaraku almirza,, SAMPEAN jangan sembarangan menentukan suatu perkara apakah hal tersebut masuk ke dalam maslahat mursalah atau tidak,, Saya menghimbau dari dalam hati yang terdalam agar antum belajar terlebih dahulu sebelum nge-BACOT (ups berbicara),, karena apa????? asal SAMPEAN tahu,, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dan baru kita bisa mengatakan bahwa hal tersebut termasuk atau tidak ke dalam maslahat mursalah,, dan sekali lagi saya tekankan bahwa maslahat mursalah adalah lawan dari bid’ah.. Apa masih perlu dijelaskan lebih lanjut syarat2nya?? (mengutip ucapan armand 2 Mei “kecuali memang perlu disuapi lagi” maka saya akan jelaskan),,

    makanya jangan asal nge-BACOT (ups berbicara), sebaiknya belajar dulu, yu mariiiii
    menelan ludah sendiri
    *Enak kali yeeeeeeeee*

    @armand 2 mei
    1. ya benar saya meyakini mereka tidak melakukannya karena tidak ada riwayat yang menyebutkan hal tersebut,,Lantas?? kalau mereka melakukan hal tersebut tentu dan pasti akan ada riwayatnya bukan??
    Alhamdulillah saya masih percaya kualitas keilmuan Imam Bukhari ,dll. atau jangan-jangan antum menuduh Imam Bukhari ,dll khianat karena menyembunyikan riwayat?? mudah-mudahan tidak,,

    2. “Ada apa dengan maulid mas??” yang jelas gak mungkin saya mengatakan sambil bersantai tidak ada apa-apa tuh dan kemudian berlalu begitu saja sambil bersiul, heu2, coba antum baca tulisan ana mengenai maulid yang ditujukan kepada truthseeker,,(ga perlu penjelasan yang lebih lebar lagi kan, kecuali memang perlu disuapi lagi)

    3. itulah,, Malam kelahiran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diketahui secara pasti, tapi sebagian ulama kontemporer memastikan bahwa itu pada malam kesembilan Rabi’ul Awal (alasannya pun dapat dipertanggungjawabkan), bukan malam kedua belasnya. Kalau benar demikian, bukankah perayaan pada malam kedua belas tidak benar menurut sejarah? bukankah itu menunjukkan adanya ketidakjelasan??

    4. Yu mari…..cari kebenaran.

    5. mau dong disuapi,,

    @aburahat 2 Mei
    Siapa bilang salafy tidak mau berdialog secara jantan?? mau secara betina juga hayu,,,

    @balboa 12 Mei
    “salafy adalah KECAP NOMOR 1!!
    Ana mau tanya,, bukankah ini yang namanya mencaci, menuduh dan memfitnah?, sedangkan apakah ucapan salafy yang mengatakan bahwa kelompok anu sesat, kafir, dll itu yang dinamakan mencaci, menuduh, memfitnah???ha2 (penjelasannya nanti aja, kecuali kalo antum memang perlu disuapi)

    @All
    yu cari ‘KEBENARAN’,, yuuuuuuuuu mariiiiiii capedeeeeeeh
    Jika ada perkataan yang menyinggung perasaan antum, ana dari lubuk hati yang terdalam meminta maaf yang sebesar-besarnya,, mari kita sama-sama mencari kebenaran yang haqiqi,

  94. @Abu Mizan
    Anda jgn asal menjawab. Anda katakan berdasarkan riwayat Ibnu Abbas HR Muslim. Jelaskan dong Bab fasal mengenai apa. anda hanya menggeneralisai.Dan anda katakan telah tuntas menjelaskan mengenai bidah. Saya tdk melihat tuntasnya dimana. Anda ngerti nda bunyi hadis mengenai bid’ah coba anda baca lg. DAN HATI2 KALIAN DARI PERKARA AGAMA ISLAM YG BARU DIADAKAN KRN SEGALA PERKARA BARU ADALAH BID’AH DAN SEMUA YG DINAMAKAN BID’AH ADALAH SESAT.
    Disini maksud hadis tsb bahwa yg baru itu adalah dlm soal agama dan bukan amal perbuatan. Contoh yg baru dlm agama:
    1. SHALAT TARAWIH BERJAMAAH. Pd Zaman Rasul tdk ada. Tp diadakan pd zaman Khalifah Umar
    2. MUT’AH KAWIN DAN HAJI. Diharamkan oleh Umar
    3.MEMBUNUH. dilaksankan oleh Khalid b Wallid oleh Abubakar tdk dihukum
    4.ZINA idem
    Pada zaman Khalifah Usman lebih2 lagi. Dan banyak lg hal2 lain. Ini semua YG BARU DLM AGAMA ISLAM. yg merusak ketetapan Allah dan Rasul. Tp apabila sesuatu perbuatan yg BARU dan trdk merusak agama malahan menguatkan kita utk mengingat Allah dan Rasul masa itu bid’ah. Dan Hadis yg anda bawa mengatas nama ibnu Abbas saya ragu krn datanya tdk komplit. Jd yg anda bilang tuntas adalah NOL tdk ada yg anda tuntaskan hanya ocehan murahan

  95. @ Abu Mizan

    Saya kira sudah jelas bahwa gambar (yang bernyawa) itu BID’AH DAN HARAM hukumnya karena menyelisihi syariat,,

    Kembali, saya mau tanya, Pak… Kalau begitu gambar yang ada di sini BID’AH DAN HARAM juga dong ya Pak?

    Mohon dijawab dengan YA atau TIDAK, jangan bertele-tele dan mencoba mengaburkan inti pertanyaan saya. Saya sudah pernah menanyakannya dan saya malah banyak dimaki-maki. Kalaupun ada yang mencoba menjawab, ya itu tadi, berputar-putar dan tidak tuntas. Anda kelihatannya begitu yakin dengan dalil anda, jadi kembali saya bertanya, gambar itu BID’AH HARAM apa tidak?

    Jika ya, saya tanya, negara mana yang mengeluarkannya? KENAPA ULAMA SALAFY DI SANA TIDAK MELARANGNYA?

    Sekali lagi, jawab dengan lugas, mohon jangan berputar-putar lagi!

  96. @Abu Mizan

    Karena Bid’ah menurut syareat adalah sesuatu yg tidak mempunyai dasar dlm agama sbg tempat rujukan. Adapun ana mengambil contoh misalkan dalam pengumpulan Alquran dlm satu kitab, itu punya dasar dlm agama sebab Nabi telah memerintahkan kepada sahabat untuk di tulis.Kenapa nabi tidak membukukan ?karena pada saat itu banyak sahabat yg hapal quran.Kemudian setelah nabi meninggal kemudian dikumpulkan oleh sahabat dalam satu mushaf.Jadilah seperti sekarang.

    1. Jadi bid’ah boleh kalau ada dasarnya? Khan menurut antum semua bid’ah adalah dhalalah?. Jadi antum skr sdh mulai menafsirkan/takwil hadits? kalau mazhab antum boleh menafsirkan knp mazhab lain tdk boleh?
    Antum, tau khan ada perintah utk memuliakan Rasulullah? Nah dasar itu yg dipakai utk peringatan maulid. Kalau antum dg sewenang2 tdk trima dasar itu, kt mau bilang apalg, kecuali bhw antum cm pasang badan tanpa akal atas fatwa2 syeikh antum.
    setiap bid’ah yg kt cthkan telah dilakukan oleh sahabat, mk mazhab antum boleh mencla mencle dg mempertahankannya, pdhal bid’ah2 tsb di urursan yg sangat besar, Mut’ah Haji, Mut’ah nikah, Shalat Tarawih,
    2.

  97. @Abu Mizan

    Karena Bid’ah menurut syareat adalah sesuatu yg tidak mempunyai dasar dlm agama sbg tempat rujukan. Adapun ana mengambil contoh misalkan dalam pengumpulan Alquran dlm satu kitab, itu punya dasar dlm agama sebab Nabi telah memerintahkan kepada sahabat untuk di tulis.Kenapa nabi tidak membukukan ?karena pada saat itu banyak sahabat yg hapal quran.Kemudian setelah nabi meninggal kemudian dikumpulkan oleh sahabat dalam satu mushaf.Jadilah seperti sekarang.

    1. Jadi bid’ah boleh kalau ada dasarnya? Khan menurut antum semua bid’ah adalah dhalalah?. Jadi antum skr sdh mulai menafsirkan/takwil hadits? kalau mazhab antum boleh menafsirkan knp mazhab lain tdk boleh?
    Antum, tau khan ada perintah utk memuliakan Rasulullah? Nah dasar itu yg dipakai utk peringatan maulid. Kalau antum dg sewenang2 tdk trima dasar itu, kt mau bilang apalg, kecuali bhw antum cm pasang badan tanpa akal atas fatwa2 syeikh antum.
    setiap bid’ah yg kt cthkan telah dilakukan oleh sahabat, mk mazhab antum boleh mencla mencle dg mempertahankannya, pdhal bid’ah2 tsb di urursan yg sangat besar, Mut’ah Haji, Mut’ahnikah, Shalat Tarawih, dzan jum’at, membunuh & zina semua menjadi sah & halal oleh kalian. Sedangkan maulid yg jelas dlm rangka menjalankan perintah Allah: memuliakan & meninggikan Rasulullah kalian mlh berontak, pakai baju seragam militer kalian anggap bid’ah, paham apa2an ini??

    2. Apakah antum mau bilang jg bhw Rasulullah tdk tahu bhw para penghapal hadits ini suatu saat akan meninggal juga?. Knp khalifah Abu Bakar tdk menjalani sunnah Rasul saja yaitu meminta umat islam lain utk menghafalkan Al-Qur’an, khan jelas cara ini dicontohkan Rasulullah??. Sampai skr pun banyak org yg bs menghafal Al-Qur’an, bikin saja aturan utk setiap 1 yg hafal meninggal maka hrs ada penggantinya, jauh lbh mudah dan cocok dg ajaran Rasulullah. Tp khan mazhab antum/salafy muter2 cr cara utk membela dg dalil yg dalil itu tdk bs digunakan org lain pd kasus yg kalian sdh tetapkan bid’ah.

  98. @Abu Mizan

    3. Hal yang diada-adakan ini tidak berpijak pada dasar syari’at, baik secara khusus maupun umum.

    Siapa yg menentukan bhw sesuatu itu ada dasarnya atau tidak? Apakah ulama2 kami boleh atau hanya syaikh2 kalian saja?
    Kmd tolong tanggapi hadits berikut:

    Sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa membuat buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya” (Shahih Muslim hadits no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan banyak lagi).

  99. @Abu Mizan

    Oh ya untuk masalah penghinaan syiah terhadap aisyah antum tidak menanggapi,, wah kalo begitu antum setuju,, horeeee,,,

    Mas AM, sebetulnya ada alasan utk tdk menanggapi, yg jelas krn bukan saya yg harus jawab (mestinya teman2 syi’ah yg hrs jawab). Tapi sy akan jawab sejauh pengetahuan dan logika saya (tp jgn dianggap mewakili syi’ah lho..yaa.. :mrgreen:)

    1. Apakah yg antum mksd personil/oknum syi’ah ataukah ajaran syi’ah?. Krn sy ada kenal teman syi’ah yg tdk pernah mencaci maki, trus ygmn donk yg mewakili syi’ah?
    2. Kalau masalah penghinaan kpd sahabat saya pikir bukan hanya dilakukan oleh syi’ah, antum bs baca shahih Bukhori/Muslim ada diantara sahabat yg menghina sahabat pula.
    3. Bagaimana antum menjelaskan siti Aisyah, Talha, Zubair memerangi penguasa/khlaifah yg sah Ali b Abi Thalib? Apakah memerangi tdk lbh buruk drpd menghina?. Saya tdk pernah melihat kita/Sunni maupun Salafy yg membela Khalifah Ali? Kalau bicara sahabat yg lain kalian dg keras menentang walaupun dg hanya mengutip hadits ttg kekurangan sahabat, tp org yg memerangi Khalifah Ali blm ada tuh komentar dr Salafy.

    Jadi saya kembalikan pd kejujuran dan ketulusan antum utk menilai. Kalau jk pembelaan2 antum hanya krn sentimen kpd syi’ah/ahl bayt dan antum tdk peduli dg benar/salah tentunya susah buat antum meyakini org2 yg logis.

  100. @Abu Mizan

    di ajaran syiah terdapat sebuah ajaran yang membolehkan bagi penganut syiah untuk menyembunyikan keyakinannya di depan non syiah, keyakinan itu disebut dengan taqiyyah kan??.

    Lagi2 bukan urusan saya, krn teman2 syi’ah yg hrs jawab (mknya sy kagum ama SP yg tdk pernah tergugah utk menjawab pertanyaan yg berkaitan dg syi’ah.. :mrgreen: )
    Mas AM, biarpun sy bukan syi’ah tp sy tdk mengharamkan taqiyah, krn bagi sy Sunni pun mengakui taqiyah, krn mmg taqiyah adalah ajaran yg dihalakan oleh Allah maupun Rasul-Nya.

    AQ:Ali-Imran 28:
    28. Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali[192] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).

    AQ: An-Nahl 106
    Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.

    Begitu jg jika antum membaca kisah sahabat Ammar dan jg ttg Taqiyyahnya istri Fir’aun. Semua taqiyah mrk mendapat restu Allah dan Rasul-Nya. Kmd bgm restu tsb oleh mazhab kalian diharamkan, susahnya dalil sekuat apapun tdk akan menggoyahkan keyakinan antum, krn selama syeikh antum instruksikan taqiyah adalah sesat mk antum akan pasang badan membela yg salah tsb.

  101. @Amed 29 Mei
    waduh itu gambar uang arab saudi bukan?? af1 ana gak tau,, tapi……..
    ANTUM BERKATA : “Apakah gambar yang ada di link tersebut juga haram”
    ANA JAWAB : YA itu haram dan bid’ah (LUGAS , SINGKAT, PADAT, TIDAK JELAS, HEU2),, antum pasti mau nanya lagi “lho berarti mas abu tidak pernah menggunakan uang bergambar dong”, heu2 lihat dulu deh link di bawah ini
    ANTUM BERKATA : “KENAPA ULAMA SALAFY DI SANA TIDAK MELARANGNYA ?”
    ANA JAWAB : heeeeeiiiiiii,, kata siapa Pak?? ha3,, untuk semua pengunjung blog ini,, dengan bangga saya sampaikan bahwa ini adalah sebenar-benarnya tuduhan, inilah, ini baru yang dinamakan tuduhan tanpa fakta dan hanyalah OCEHAN MURAHAN (meniru ucapan abu rahat 28 Mei)..
    ANA BERKATA : Antum pasti tau ulama salafy bernama Syaikh Bin Baz kan. Tau kan?? Sekarang ana tanya,, Ulama manakah dia???
    ANA BERKATA LAGI : ups jangankan antum ding, ana sendiri gak tau,heu2, TAPI YANG JELAS dia bukan berasal dari bojong kenyot kok ataupun ciamis apalagi bandung, dan dia juga bukan berasal dari sidoarjo lho, heu2,,antum pasti tau deh (apa perlu dikasih tau lagi?? kecuali kalau antum memang perlu disuapi lagi),,
    ANA BERKATA : ANTUM JANGAN SEMBARANGAN MENUDUH,, ANTUM JANGAN SEKALI-KALI menyangka bahwa Para ulama tidak melaksanakan amar ma’ruf terhadap pemerintah, khususnya dalam permasalahan pembuatan gambar/foto dalam mata uang. Padahal para ulama telah memperingatkan kepada siapa saja, tidak hanya kepada pemerintah akan keharaman pembuatan gambar/foto.

    Sebagai bukti atas tuduhan antum terhadap para ulama Saudi Arabia (ups jawabannya ketahuan deh Syaikh Bin Baz dari mana),, maka perhatikanlah fatwa Syeikh Bin Baz berikut :

    http://binbaz.org.sa/index.php?pg=mat&type=fatawa&id=61

    http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=325

    Nah, Trus ketika pemerintah telah diperingatkan oleh Ulama, namun tetap saja ada pembuatan gambar/foto-foto. Pantaskah kita katakan bahwa para ulama tidak melaksanakan amar ma’ruf terhadap pemerintah karena “menurut antum nih yeeee-TIDAK MELARANGNYA”? [Sungguh jauh Panggang dari Api, Alangkah buruk ucapan yang keluar dari mulut antum itu/ ahli ahwa’]
    Lantas Haruskah para ulama Membrontak ? berdemo dengan cara-cara yang anarkis seperti sebagian mahasiswa indonesia untuk menyampaikan aspirasi??
    Bagi mereka yang menempatkan hawa nafsu lebih tinggi dari ayat-ayat Allah Ta’ala dan Sunnah Nabi Muhammad Shallallohu ‘alaihi wasallam, tentunya membrontak, demonstrasi menjadi jalan utama untuk meraih apa yang diinginkan oleh nafsu mereka.
    Tetapi bagi para ulama yang memiliki ilmu yang dalam tentang AlQuran dan AsSunnah tentunya lebih memilih untuk tetap taat kepada Allah Ta’ala dan RosulNya, serta mengikuti jejak para salafus shalih untuk tetap taat kepada ulil amri.
    Maka tuduhan antum yang menuduh ulama salafy (diam saja-tidak melarang) dan mendeskreditkan para ulama karena kesalahan-kesalahan yang dibuat orang lain (pemerintah) adalah ibarat pepatah “Lain Gatal, Lain digaruk”, Adakah dosa orang lain bisa ditimpakan kepada orang yang tak bersalah ?
    ANA BERKATA : wah2, kennnnnaaaa deh,,, mari sama-sama cari kebenaran,,
    ANA BERKATA : Oh ya, pembahasannya, silahkan antum baca sendiri di link yang disediakan agar lebih jelas !!,,
    ANA BERKATA : ana bukan bapak-bapak lho pak!! yu mariii,,,,
    ANA BERKATA : antum jangan ikut berputar-putar seperti ana ya,,yuuu
    ANA BERKATA : sebagaimana kita ketahui bahwa Alloh meninggikan tempat bagi orang-orang yang berilmu jauh diatas mereka yang jahil, apalagi yang tidak menyadari akan kejahilannya (ups-ntar dikritik lagi deh,yuu).
    ANA BERKATA : Tolong klarifikasi soal tuduhan antum mengenai ulama arab saudi,, tapi jangan meniru ucapan salah seorang selebriti indonesia ketika diwawancara ya,, yaitu: “No Comment deh”,,yuuu

  102. @truthseeker 29 Mei jan 10.47
    ANTUM : Jadi bid’ah boleh kalau ada dasarnya?
    ANA : Siapa bilang? emang pembahasan ana mengisyaratkan seperti itu ya??. ya akhi, kalau ada dasarnya ya itu bukan bid’ah, coba baca pembahasan ana mengenai bid’ah yang disampaikan kepada antum, coba fahami syarat-syarat mengapa suatu perkara termasuk ke dalam kategori bid’ah, adapun yang dilakukan oleh sahabat r.a itu bukanlan bid’ah, ana akan jelaskan di pembahasan selanjutnya,, lantas maulid??
    ANA : ya memang ada perintah utk memuliakan Rasulullah, tapi apa dengan cara-cara yang bodoh (coba antum baca lagi bahasan ana mengenai maulid) seperti itu? yang menyelisihi syariat?? Come on maaann!!!…klo kita ingin mengenang Rasulullah..kenanglah dalam hati dengan bersalawat dan salam dan medoakannya..klo kita memang cinta Rasulullah..ayo jalankan sunnahnya yang benar bedasarkan hadist SHAHIH yang jelas RIWAYATNYA, Sedangkan bukankan ucapan sholawat dan salam atas Rasulullah adalah merupakan pendekatan diri kepada Allah yang paling baik, dan merupakan perbuatan yang baik, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an :
    “Sesungguhnya Allah dan Malaikat malaikatNya bersholawat kepada Nabi, hai orang orang yang beriman, bersholawatlah kalian atas Nabi dan ucapkanlah salam dengan penghormatan kepadanya” ( QS. Al Ahzab, 56 ).
    Dan Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
    “Barang siapa yang mengucapkan sholawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersholawat ( memberi rahmat ) kepadanya sepuluh kali lipat.”
    Sholawat itu disyariatkan pada setiap waktu, dan hukumnya Muakkad jika diamalkan pada ahir setiap sholat, bahkan sebagian para ulama mewajibkannya pada tasyahud ahir di setiap sholat, dan sunnah muakkadah pada tempat lainnya, diantaranya setelah adzan, ketika disebut nama Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, pada hari Jum’at dan malamnya, sebagaimana hal itu diterangkan oleh hadits hadits yang cukup banyak jumlahnya.
    ANTUM : Jadi antum skr sdh mulai menafsirkan/takwil hadits?
    ANA : Gak tuh, itu bukan tafsiran ana sendiri kok
    ANTUM : kalau mazhab antum boleh menafsirkan knp mazhab lain tdk boleh?
    ANA : kata siapa? kok ana gak tau ya,, mungkin memang karena keterbatasan, ana jadi belum mengetahui bahwa ada statement dari para ulama salafy yang mengatakan seperti itu,, oleh karena itu, tolong sampaikan satu saja statement dari ulama salafy tentang ucapan tersebut yang pastinya ada kan?, soalnya antum kan kalau berbicara pasti selalu punya dasar (gak juga ga pa pa deh), dan kalo memang ada, baru deh ana menanggapinya,,
    Antum : tau khan ada perintah utk memuliakan Rasulullah?
    ANA : Alhamdulillah tau,, tapi apakah dengan cara-cara yang baru dalam agama dan yang bodoh seperti itu (coba antum baca lagi bahasan ana mengenai maulid)??
    ANA : Sebagian contoh yang antum cantumkan ana akan jelaskan di pembahasan selanjutnya

  103. @truthseeker 29 Mei jan 10.58
    OK, ana menghargai antum mengangkat yang hadits tersebut,, antum pun meminta ana untuk menanggapinya, Insya Allah ana akan tanggapi,, mudah-mudahan tidak ada kekeliruan,,
    “Barangsiapa yang mengadakan sunnah di dalam Islam suatu sunnah yang baik, maka baginya pahala dan pahala orang yang mengamalkan setelahnya tanpa mengurangi pahala orang yang mengikutinya sedikitpun, dan barangsiapa yang mengadakan sunnah di dalam Islam suatu sunnah yang buruk, maka baginya dosa dan dosa orang yang mengamalkan setelahnya tanpa mengurangi dosa orang yang mengikutinya sedikitpun.” Diriwayatkan oleh Muslim (1017).
    Antum gak tau ya?? hihihi,, PERLU ANTUM KETAHUI bahwa maksud hadits ini adalah berlomba-lomba di dalam melakukan kebajikan dan mencontoh pelopor kebajikan tersebut sebagaimana telah terang dari SEBAB HADITS yang disebutkan di dalam SHAHIH MUSLIM sebelum memaparkan hadits ini.
    Kejadiannya adalah bahwa sejumlah sahabat dari Mudhor tiba di Madinah, tampak pada mereka kemiskinan dan kemelaratan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menganjurkan para sahabat untuk bersedekah, lalu datang seorang pria dari Anshar membawa sebuah kantong yang sampai-sampai tampak tangannya tidak mampu membawanya, lantas orang-orang setelahnya mengikutinya bersedekah, pada saat inilah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Barangsiapa yang
    mengadakan sunnah di dalam Islam…” (al-Hadits)
    Tercakup pula di dalam makna hadits ini adalah, orang yang menghidupkan sunnah yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam di suatu negeri yang sunnah tersebut tidak tampak di dalamnya. Adapun apabila difahami maknanya sebagai mengada-adakan sesuatu di dalam agama maka hal ini tidak benar, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam : “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu di dalam agama yang tidak ada perintahnya dari kami maka tertolak.”

  104. @truthseeker 29 Mei jam 1.33
    sebelumnya saya ingin mengucapkan
    1. Saya akan menjawab,, ya, itu bukan merupakan keyakinan personal saja,, Ana akan memberikan contoh terlebih dahulu,, Berkata Ja’far Murtadho dalam bukunya Hadits al-Ifk (hal 17), ((Sesungguhnya kami meyakini, sebagaimana (keyakinan) para ulama-ulama besar kami pakar pemikiran dan penelitian, bahwa isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berpeluang untuk kafir sebagaimana istri Nuh dan istri Luth)), dan yang dimaksud istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini adalah ‘Aisyah. contoh lain,,

    Ucapan ini tentunya tidak berasal dari omong kosong, OCEHAN MURAHAN (meniru ucapan abu rahat) maupun pendapat sendiri, karena dalam ucapan di atas (dalam ucapan pertama) kita lihat ada kata: “kami meyakini”, berarti adalah keyakinan kalangan syiah secara keseluruhan, dan yang perlu diingat bahwa kitab itu dijadikan dasar, selain itu bukankah kata “kami” menunjukan jamak dan bukan tunggal?? dan dia tidak mengatakan “saya meyakini” !! kalo dia mengatakan hal itu (menurut saya) tentu ada kemungkinan itu adalah pendapat personal,Lantas??dia mengatakan “KAMI meyakini” lho, saya rasa sudah jelas bukan??. selain itu, ia juga bukan satu-satunya kok yang mencerca. bahkan beberapa ulama syiah yang lain banyak yang melakukan pencelaan. DAN KALAU ANTUM BELUM meyakini bahwa itu merupakan ajaran syiah,, maka saya akan MEMBEBERKAN ucapan-ucapan ulama syiah yang bahkan tertulis di KITAB yang menurut mereka merupakan POKOK dan terpenting. Wal-‘Iyaadzu billah.

    Lantas,, sahabat antum yang syiah tidak pernah mencela?,, jangan-jangan (mudah-mudahan bener) itu berarti di dalam lubuk hatinya yang terdalam dia tidak membenarkan sikap ulamanya sendiri yang mencerca Ummahatul Mukminin??,, lalu patutlah dipertanyakan apakah dia seorang penganut syiah yang taat??
    Sebuah nasehat untuk penganut syiah yang tidak hanya mencerca Ummahatul Mukminin, tetapi juga para sahabat:
    “Barangsiapa menyakiti mereka (para sahabat), sungguh ia telah menyakitiku. Barangsiapa menyakitiku, sungguh ia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa menyakiti Allah, maka tidak lama lagi Allah akan mengambilnya (menghukumnya).” (Diriwayatkan At-Tirmidzi).

    2. ya memang,, lantas apakah dengan hal tersebut hukum mencerca sahabat jadi diperbolehkan???? jelas ana tidak hanya sentimen khusus terhadap syiah karena siapapun yang mencaci maki sahabat tentu sudah jelas hukumnya,,

    3. kata siapa?? kata siapa salafy tidak menanggapi?? Antum mesti tahu dulu sejarahnya yang shaheh,, baru bicara,,berikut fakta-fakta penting yang harus diperhatikan terkait dengan sejarah mengenai pemberontakan aisyah ra., zubair ra., thalhah ra dan juga muawiyyah ra. terhadap ali ra. yang seringkali tidak pernah diungkap,,
    faktor yang mendasari terjadinya Perang Jamal dan Perang Shiffin sama sekali bukanlah perebutan kekuasaan. Aisyah berangkat pergi ke Irak adalah untuk upaya perdamaian. Muawiyah juga sama sekalli tidak pernah mengangkat dirinya menjadi khalifah sebelum dibaiat oleh Hasan bin Ali r.a. Ia berangkat dari Syam yang berujung pada Perang Shiffin juga adalah demi tuntutan untuk mengadili para pembunuh Khalifah Utsman r.a. Dan Khalifah Ali r.a. bergerak menghadapi pasukan mereka juga lantaran tuntutan kebijakan dan pandangan untuk menyatukan suara Umat di bawah satu pemerintahan. Jadi masing-masing Shahabat ini sama-sama menentukan sikap politiknya sesuai dengan hasil ijtihad masing-masing dalam rangka mencari solusi yang terbaik. Bukan karena “tendensi kebencian”, apalagi “ambisi kekuasaan”.
    Selanjutnya, pasca kejadian yang penuh kabut tersebut, para Shahabat yang terlibat dalam pertikaian tadi merasakan penyesalan yang amat mendalam. Mereka sama sekali tidak mengira bahwa segala upaya perbaikan yang dulunya berusaha mereka lakukan akan berujung para peperangan berdarah tersebut. Coba perhatikan suasana-suasana berikut:
    (a) Selepas peristiwa Perang Jamal Sayyidah Aisyah r.a. mengatakan: “Aku hanya berkehendak untuk memanfaatkan posisiku (dalam mendamaikan sengketa). Aku tidak mengira akan terjadi peperangan antara mereka. Kalaulah aku mengetahui hal itu, sama sekali aku tidak akan memilih langkah tersebut”. Setiap kali membaca ayat “wa qirna fî buyûtikunna” (“dan berdiamlah kalian [wahai para istri] di rumah tempat tinggal kalian”), beliau menangis sejadi-jadinya sampai cadar beliau basah oleh cucuran air mata. [rujuk a.l. Maghâzi Az-Zuhrî : 154].
    (b) Begitu juga Az-Zubair ibnul Awwam r.a. Ia menyatakan: “Sungguh, inilah al-fitnah (bencana) yang dulu pernah diberitakan kepada kami (oleh Rasulullah saw.)”. Seorang budak beliau lalu bertanya: “Bagaimana mungkin Anda menyebutnya sebagai al-fitnah sementara Anda sendiri ikut berperang di dalamnya?”. Az-Zubair r.a. menjawab: “Apa yang kau katakan?! Kami telah ditunjukkan, tapi kami tidak bisa memandang dengan jelas. Tidak ada perkara apapun yang
    tidak aku ketahui di mana seharusnya aku memposisikan kakiku melainkan perkara ini. Sebab sungguh (saat itu) aku tidaklah tahu apakah aku harus maju ataukah aku harus mundur!” [rujuk a.l. Tarikh Ath-Thabari: 4/476].
    (c) Begitu juga Ali bin Abi Thalib r.a. Ketika melihat jasad Thalhah r.a., beliaupun mengusap debu dari wajah Thalhah seraya berkata: “Berat aku melepaskan kepergianmu, wahai Abu Muhammad!”. Kemudian beliau berseru: “Kepada Allahlah semata aku adukan kelemahanku dan kesedihanku!”. Beliau pun lalu menangis sejadi-jadinya bersama para sahabat beliau. Suatu saat di hadapan putra sulungnya beliau berkata: “Wahai Hasan! Wahai Hasan! Ayahmu sama sekali tidak pernah mengira bahwa perkara ini akan berujung seperti sekarang. Ayahmu sangat mendamba untuk meninggal dua puluh tahun sebelum saat ini!”. Pada malam-malam Perang Shiffin pun beliau menyatakan: “Semoga Allah membalas Abdullah bin Umar dan Sa’d bin Malik (karena keduanya memilih sikap untuk menjauhi persengketaan).
    Kalaulah yang mereka lakukan adalah sebuah kebaikan maka pasti pahalanya amatlah besar, dan kalau yang mereka lakukan adalah sebuah kekeliruan maka pasti bahayanya amatlah ringan!” [rujuk a.l. Minhâju `s-Sunnah: 6/902 dan Siyar A`lâmu `n-Nubalâ: 1/36,37].
    (d) Begitu juga dengan Muawiyah bin Abi Shufyan r.a. Ketika datang berita wafatnya Ali r.a. Beliaupun terduduk seraya ber-istirja’: “Sesungguhnya kita adalah milik Allah, dan sesungguhnya kepadanyalah kita akan dikembalikan!”. Beliaupun menangis tersedu-sedu sehingga isterinya bertanya: “Kemarin engkau memeranginya, tapi mengapa sekarang engkau menangisinya?”. Spontan Muawiyah r.a. menjawab: “Apa yang kamu katakan?! Kamu tidak tahu bagaimana orang-orang telah kehilangan keutamaannya, kedalaman pemahamannya, dan ilmu pengetahuannya!” [rujuk a.l. Al-Bidâyah wa `n-Nihâyah: 8/15,133].
    Perhatikan !!!, bagaimana suasana-suasana penuh ketulusan itu kemudian menjadi begitu suram dan kotor di tangan para penulis sejarah (terutama syiah), para analis, dan para intelektual pembual yang begitu mudah menodai nilai metodologi ilmiah yang mereka sanjung-sanjung sendiri !!!!!.
    Mudah-mudahan antum lebih Cermat dan obyektif dalam membaca dan memahami sejarah para Shahabat r.a., baru abis itu ngomong

  105. @truthseeker 29 Mei jam 1.46
    Sebelumnya, ana juga akan membenarkan ucapan antum bahwa Allah ‘Azza wajalla memang menghalalkan taqiyah, itu shaheh, demi perdebatan ana setuju,, tapi apakah taqiyah seperti model syiah juga diperbolehkan??antum lihat dulu kondisinya dong,, asal antum tahu (walaupun antum bukan syiah–Alhamdulillah),, Atas kebolehan taqiyah mereka/syiah selalu berdalil dengan 2 rujukan yang antum sampaikan (ana jadi ragu nih kalau antum bukan syiah–mudah-mudahan keraguan ana salah)
    1. Rujukan pertama,, Ini adalah istidlal (pengambilan dalil) yang salah, menyalahi pengertian ayat yang jelas yang tidak menerima ta’wil semacam di atas, memelihara diri yang dimaksud dalam ayat adalah memelihara diri dari orang-orang kafir.
    2. Rujukan kedua,,Firman Allah ‘Azza wa Jalla, artinya:
    “Kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa).” [An-Nahl: 106].
    Ini juga istidlal yang keliru jauh dari kebenaran karena ayat ini khusus bagi orang yang sudah tidak tahan siksaan, jika ia terpaksa mengucapkan kekufuran, maka ia boleh mengucapkannya tanpa diyakini dan diamalkan.
    Selain itu,, syiah juga beristidlal dengan firman Allah ‘Azza wa Jalla, melalui lisan Ibrahim Alaihis-Salam, artinya:
    “Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang, kemudian ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sakit’,” [Ash-Shaffat: 88-89].

    PERLU DIPERHATIKAN : “INI, SAMA SEKALI TIDAK SAMA” dengan kedustaan dan kebohongan model Syi’ah, tetapi ayat ini membolehkan “tawriyah” (penyamaran) dalam zhahir ucapan jika diharuskan dalam kondisi darurat.
    Ucapan Ibrahim Alaihis-Salam “Sesungguhnya aku sakit.” maksudnya,“Dari amal kamu dan ibadah kamu kepada berhala-berhala itu.”
    Ini bukan dusta tetapi di dalamnya mengandung sindiran (ta’ridh) untuk maksud syar’i, yaitu menghancurkan tuhan-tuhan mereka setelah ditinggalkan oleh para penyembahnya. Bahkan taqiyah Syi’ah tidak hanya halal bagi manusia biasa, tetapi halal juga bagi para Nabi dan Rasul. Ini adalah sangat buruk dan keji serta kemungkaran yang nyata. Karena Allah Ta’ala mengutus para Nabi dan Rasul untuk tugas menyampaikan risalah Tuhan mereka, mengajar manusia dan menyucikan mereka. Jika tidak tentu tidak akan tersebar dakwah mereka, tidak akan muncul pertentangan antara mereka dan orang-orang yang mereka utus kepadanya, tentu tidak akan merasakan cobaan-cobaan, siksaan-siksaan dan mara bahaya. FIKIR YA AKHI !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    Sesungguhnya taqiyah yang dilakukan oleh Rafidhah adalah kemunafikan yang nyata, mereka menginginkan sesuatu tapi mengucapkan dengan sesutu yang
    lain. Memerintahkan sesuatu secara-terang-terangan dan melarangnya dalam kesendirian. Allah Ta’ala telah menjelaskan sifat-sifat orang munafik, dan sifat-sifat tersebut adalah sifat-sifat yang terdapat di orang Syiah yang sudah terbiasa terdidik dengan pendidikan yang rendah, dan dari sana mereka mewariskan kepada putra-putrinya.
    Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
    “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu adalah benar-benar Rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu adalah benar-benar Rasul-Nya.Dan Allah mengetahuI bahwa sesungguhnya orang munafik itu benar-benar orang pendusta.”[Al-Munafiqun:1].

  106. @aburahat 29 Mei
    Saya rasa antum juga perlu membaca lagi dengan lengkap dan penuh keseriusan terlebih dahulu mengenai penjelasan ana tentang maksud SESUATU YANG MENGADA-ADA DALAM AGAMA ITU SEPERTI APA, apa saja yang masuk ke dalamnya, yang pembahasannya ditujukan kepada truthseeker,, dan Sebagian contoh yang antum cantumkan ana akan jelaskan di pembahasan selanjutnya

    Oh ya, antum juga mengatakan bahwa antum tdk melihat tuntasnya dimana?? dan antum juga bilang tuntasnya adalah NOL tdk ada yg ana tuntaskan hanya ocehan murahan, begitu kan??,
    sekarang ana yang nanya: lantas apabila pembahasan ana tersebut masih belum dimengerti oleh antum dan bahkan antum mengatakan “TIDAK ADA SUATU KETUNTASAN”
    maka apakah ana yang salah?? apakah ana yang kurang jelas memaparkan??
    Ana coba jawab sendiri,, belum tentu, bisa jadi iya bahwa pemaparan ana kurang jelas, namun bisa jadi pula bahwa pemahaman antum sendiri yang dangkal, ya kan?? tapi demi perdebatan ana katakan “yah,, mungkin iya juga pemaparan ana kurang jelas”

  107. @aburahat n truthseeker

    ok sekarang penjelasan mengenai conth yang antum paparkan,,,
    1. shalat tarawih berjamaah,,
    Kata siapa itu bid’ah?? kata siapa itu tidak ada di zaman rasulullah?? berikut ana kutip dari kitab Qiyam Ramadhan, Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, Pustaka at Tibyan, Solo.
    Shalat malam berjama’ah pada bulan Ramadhan telah disyari’atkan oleh Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam berdasarkan nash dan dalil yang berdiri kuat dan kokoh serta telah ditahqiq oleh para ulama yang masyhur.

    Dari Jubair bin Nufair, dari Abu Dzar radhiyallaHu ‘anHu, dia berkata,

    “Kami pernah berpuasa bersama Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam pada bulan Ramadhan, dan beliau tidak pernah shalat bersama kami sehingga tersisa tujuh hari (dari bulan Ramadhan). Dimana beliau bangun
    bersama kami sampai sepertiga malam berlalu.
    Kemudian beliau tidak shalat bersama kami pada malam yang keempat. Baru kemudian pada malam berikutnya (malam yang kelima) beliau keluar mengerjakan shalat bersama kami hingga berlalu separuh malam.

    Kami katakan kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, alangkah baiknya jika engkau mengerjakan shalat malam bersama kami pada sisa malam kami ini’. Lalu beliau menjawab,

    ‘Innar rajula idzaa qaama ma’al imaami hatta yanshari fa-husibat laHu qiyaamu laylatin” (yang artinya) Sesungguhnya jika seseorang shalat bersama imam hingga imam pergi, maka ditulis baginya pahala shalat malam dari sisa malamnya itu'” (HR. at Tirmidzi no. 806, an Nasai III/83, Abu Dawud no. 1375 dan Ibnu Majah no. 1327, hadits ini dinilai shahih oleh at Tirmidzi dan oleh muhaqqiq Kitab Jamii’ul Ushul VI/121 serta oleh Syaikh al Albani dalam Shahih Abu Dawud no. 1245 dan al Irwa’
    no. 447)

    Imam at Tirmidzi rahimahullah mengomentari hadits tersebut di atas, “Ibnul Mubarak, Ahmad dan Ishaq memilih shalat bersama imam pada bulan Ramadhan. Dan asy Syafi’i memilih pendapat bahwa seseorang boleh shalat seorang diri jika dia memang ahli qira-ah” (Sunan at Tirmidzi III/170)

    Adapun perkataan sahabat Umar bin al Khaththab radhiyallaHu ‘anHu pada suatu atsar yang shahih, tentang shalat tarawih berjama’ah pada bulan Ramadhan yaitu,

    “Ni’mal bid’atu HaadziHi (Inilah sebaik-baik bid’ah)” (HR. al Bukhari no. 2010 dan lainnya), maka perkataan beliau radhiyallaHu ‘anHu perlu diteliti kembali. Yaitu bid’ah apa yang dimaksudkan.

    Jika ada sebagian kaum muslimin mengira yang dimaksud oleh Umar bin al Khaththab adalah bid’ah yang dimaksud oleh syariat yaitu al muhdats (perkara yang baru, yaitu shalat tarawih di bulan Ramadhan adalah perkara yang baru) maka hal tersebut merupakan sesuatu kekeliruan karena Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam telah mensyari’atkannya shalat tarawih berjama’ah pada bulan Ramadhan sebagaimana hadits Abu Dzar radhiyallaHu ‘anHu di atas.

    Demikian pula, jika ada sebagian kaum muslimin yang mengatakan bahwa hal ini adalah dalil dibolehkannya bid’ah hasanah, maka Allah Ta’ala berfirman,

    “Hai orang – orang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Hujurat : 1).

    Karena kita telah mengetahui bahwa semua bid’ah dalam agama adalah hal yang dilarang oleh syari’at sebagaimana sabda Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam,

    “Wa syarrul umuuri muhdatsaatuHa wa kullu bid’atin dhalaalaH” yang artinya “Seburuk – buruk perkara adalah hal – hal baru yang diada – adakan dan setiap bid’ah adalah sesat” (HR. Muslim no. 867).

    Pada suatu saat ‘Urwah bin Zubair berkata kepada Ibnu Abbas radhiyallaHu ‘anHu,

    “Celaka engkau, engkau telah menyesatkan manusia. Karena engkau memerintahkan untuk melakukan ibadah umrah pada sepuluh hari (pertama bulan Dzulhijjah) padahal tidak ada umrah pada hari – hari itu”

    Maka Ibnu Abbas berkata,

    “Ya Uray, tanyakanlah kepada ibumu !”

    ‘Urwah bin Zubair berkata kembali,

    “Bahwasan-nya Abu Bakar dan ‘Umar tidak pernah berkata seperti itu, sedangkan mereka benar – benar lebih mengetahui dan lebih mengikuti Rasulullah dari padamu”

    Maka dijawab oleh Ibnu Abbas radhiyallaHu ‘anHu,

    “Min Haa Hunaa tu’tawna najii-ukum birasulillaHi watajii-uukuuna bi abii bakrin wa ‘umara !?” yang artinya “Dari sinilah kalian didatangi. Kami membawakan kepadamu (perkataan) Rasulullah dan kamu membawakan (perkataan) Abu Bakar dan Umar !?” (HR. Ahmad, ath Thabrani, Ibnu ‘Abdil Barr, Ibnu Syaibah dan Ishaq bin Rahawaih, dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam al Mathaalib dan dihasankan oleh al Haitsami dalam al
    Majma’ III/234 serta Ibnu Muflih dalam al Aadaabusy Syar’iyyah II/66)

    Setelah membawakan ucapan Ibnu Abbas di atas, Syaikh Abdurahman bin Hasan rahimahullah menuturkan,

    “Dalam ucapan Ibnu Abbas terdapat dalil yang menunjukkan bahwasannya seseorang yang telah sampai padanya suatu dalil lalu tidak mengambilnya karena bertaklid kepada imamnya, maka orang itu wajib
    diingkari, karena sikapnya yang menyelisihi dalil” (Fathul Majiid Syarh Kitaabit Tauhid, hal. 338)

  108. 2. mut’ah kawin
    Kata siapa halal?? memang ini haram kok,, dan rasulullah
    Shallallahu’alaihi wasallam pun mengharamkannya,, nikah mut’ah memang pernah dibolehkan pada awal Islam untuk
    kebutuhan dan darurat waktu itu kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengharamkannya untuk selama-lamanya hingga hari Kiamat. Beliau malah mengharamkan dua kali, pertama pada waktu Perang Khaibar tahun 7 H, dan yang kedua pada Fathu Makkah, tahun 8 H.
    Syi’ah sendiri meriwayatkan bahwa Ali berkata, “Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengharamkan pada Perang Khaibar daging himar jinak dan nikah mut’ah.” (At-Tahdzif Juz II/186)
    Riwayat inipun terdapat dalam sahih Bukhari. Maka semakin jelas tentang agama mereka yang dibangun atas dasar rekayasa, ucapan mereka bertentangan satu sama lain. Maka ana membantah kalian wahai Syi’ah !!, dengan kitab-kitab kalian sendiri.
    Ini adalah salah satu sebab yang membuat mereka berakidah taqiyah (berbohong). Padahal perlu diketahui bahwa dalam agama Syi’ah tidak boleh melakukan taqiyah dalam mut’ah, la taqiyyata fi al-mut’ah (tidak ada taqiyah
    dalam mut’ah).
    dan perlu diketahui bhwa Ali, Umar dan Ibnu Abbas Berlepas Diri dari perkara tersebut,,
    Umar tidak pernah mengatakan, “Mut’ah halal pada zaman Nabi dan saya melarangnya!” Tetapi mut’ah dulu halal dan kini Umar menegaskan dan menegakkan hukum keharamannya. Yang demikian itu karena masih ada orang
    yang melakukannya. Adapun dia mengisyaratkan bahwa dulu memang pernah halal, ya, akan tetapi beberapa waktu setelah itu diharamkan. Di antara yang menguatkan lagi adalah pelarangan ‘Ali ketika menjadi khalifah.
    Syi’ah tidak memiliki bukti dari Salaf Shalih kecuali dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu, akan tetapi Ibnu abbas sendiri telah rujuk dan mencabut kembali kebolehannya kembali kepada pengharamannya, ketika di mengetahui larangan
    dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia (Ibnu Abbas) telah berkata :
    “Sesungguhnya hal ini perlu saya jelaskan agar sebagian Syi’ah Rafidhoh tidak berhasil mengelabui sebagian kaum Muslimin.” (Sunan Al-Baihaqi 318 100 ; muhammad Al-Ahdal, hal. 251-252)
    Sebagaimana kitab Syi’ah sendiri menyebutkan keharamannya, dan Imam Syi’ah ke-enam [yang diangap suci dari kesalahan] telah berkata kepada sebagian sahabatnya : “Telah aku haramkan mut’ah atas kalian berdua” (Al- Furu’ min Al-Kafi 2 48).
    Adapun dalil mereka dengan sebagian hadits-hadits yang ada pada kitab Shahih Ahlussunnah maka hadits-hadits tersebut telah dinasakh [dihapus hukumnya]. Hal ini menjadi jelas dari hadits-hadits yang datang mengharamkan setelahnya.

  109. @abumizan
    Apa sebab saya katakan tdk tuntas karena jawaban anda tdk mempunyai dasar/nash. Tetapi hanya merupakan opini anda anda hrs bukti dg nash Alqur’an atau hadis. Anda mengatakan HR Muslim lalu saya tanya bab mengenai apa dan pasal apa. Kemudian mengenai hadis: DAN HATI2 KALIAN DARI PERKARA AGAMA ISLAM YG BARU DIADAKAN KRN SEGALA PERKARA BARU ADALAH BID’AH DAN SEMUA YG DINAMAKAN BID’AH ADALAH SESAT.
    Dan saya bertanya pd anda PERKARA AGAMA ISLAM YG BARU menurut anda apa. Anda menjelaskan mengenai gambar dll. Dan menurut saya gambar bukan agama yg baru yg merusak Islam. Jd penjelasan anda tdk tuntas. Supaya anda tau klu dipakai hadis mk yg dimaksud adalah: Apabila ada perbuatan2 yg baru dlm islam yg merusak sariat/hukum islam itu baru disebut BID”AH mas . Mudah2an dg penjelasan ini mk anda tau mengapa saya katakan tdk tuntas dan hasilnya nol krn yg kita bicarakan tdk membuahkan hasil. Yaitu antara makna hadis dan bid’ah menurut anda

  110. @abu mizan

    “Jauhilah hal-hal yang baru (muhdatsat), karena setiap yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.”

    Antum selalu menggunakan dalil ini jika antum menolak “bid’ah” yg diluar persetujuan antum, tapi jika antum ditanyakan bid’ah yg dilakukan sahabat (mushaf AQ, tarawih, mut’ah haji) maka antum akan mengecualikannya dg segala macam dalih (dalih2 ini perlu antum tahu hanya diterima oleh selain mazhab antum) dan secara bersamaan antum menolak segala macam dalil dr yg diluar mazhab antum.
    Jadi ana berkesimpulan bhw sampai disini diskusi ttg bid’ah, krn secara tdk logis antum memaksakan paham antum.
    Dan lebih celakanya lagi, antum menganggap bhw hanya antum yg bs mentafsir hadits, shg antum menolak semua tafsir diluar paham antum..hehehe,, bukankah sama saja saya cilaka diskusi dg antum.. :mrgreen:

    Barangsiapa yang mengadakan sunnah di dalam Islam

    Mengadakan itu berarti dr tdk ada menjadi ada, sesuatu yg dr tdk ada menjadi ada maka artinya baru, jika ada sesautu yg baru diadakan dlm islam, mk berarti bid’ah, jika sesuatu yg baru tsb (sunnah) ada yg baik dan buruk, mk sama saja ada bid’ah yg baik. Ini adalah logika sederhana yg semua org paham, namun mgkn sulit bagi mazhab antum memahaminya. Jika begitu mk ana berlepas diri dr ketdk sanggupan antum memahami logika sederhana ini.

  111. @Abu Mizan, di/pada Mei 31st, 2008 pada 5:05 pm Dikatakan:

    Semua tulisan antum yg ini, buat ana totally ngawur.. :mrgreen:
    Ana baru yakin skr kalau mazhab antum mmg tdk membaca selain yg ditulis oleh syaikh2 antum. Sebetulnya ana berfikir antum msh membaca Shahih Bukhari dan Muslim, ternyata kedua kitab itupun antum dk baca. Antum baca dulu sejarah dr sumber yg dipegang oleh Sunni (jgn hanya sejarah yg sdh dipermak oleh syaikh antum) baru antum jawab sekali lg.

    Berkata Ja’far Murtadho dalam bukunya Hadits al-Ifk (hal 17), ((Sesungguhnya kami meyakini, sebagaimana (keyakinan) para ulama-ulama besar kami pakar pemikiran dan penelitian, bahwa isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berpeluang untuk kafir sebagaimana istri Nuh dan istri Luth)), dan yang dimaksud istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini adalah ‘Aisyah

    Ana sebetulnya sdh bilang sm antum bhw ana tdk ada tanggungjawab utk menjawab pertanyaan antum ttg syi’ah. Jadi ana cm akan komentari yg umum2 saja.
    Kalau antum punya nalar yg baik mk antum akan mengerti apa arti kata berpeluang. Mk kl kalimat ini yg antum kutip mk antum akan bs ditemukan dlm AQ ttg perintah Allah agar mrk berhati2 (krn mrk berpeluang):
    QS: 33: 28: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.
    Dan di ayat2 selanjutnya ttg peringatan Allah agar mrk mrk taat pd Rasul.
    Jadi antum hrs buka kamus arti dr kata berpeluang, semua kita2 ini berpeluang utk kafir.

    Kita close saja issue yg ini, sampai antum membaca lg kitab sejarah yg benar.. :mrgreen:

  112. @Abu Mizan

    Sebelumnya, ana juga akan membenarkan ucapan antum bahwa Allah ‘Azza wajalla memang menghalalkan taqiyah, itu shaheh, demi perdebatan ana setuju

    Syukur dehh kl antum msh bs melihat kebenaran, tp sayang koq msh ditambah2 demi perdebatan, antum mmg ga bs ikhlas apa menerima dg sepenuhnya, wong itu semua dalil dr ayat2 Allah.

    Tapi apakah taqiyah seperti model syiah juga diperbolehkan??api apakah taqiyah seperti model syiah juga diperbolehkan??

    Bukan urursan ana, itu uirusan Allah utk menilai. Yg kita bahas hanyalah hukum dr taqiyah tsb. Jadi kl antum menerima bhw taqiyah itu halal, mk jgn lagi antum ama mazhab antum mengharamkan yg halal. Jgn krn kebencian antum pd suatu mazhab shg antum terjebak utk mengharamkan yg halal (itu adalah suara iblis yg menghasut antum melalui kebencian antum). Tdk ada perlunya kt membahas apakah syi’ah bertaqiyah dg cara yg benar. Ilmu ttg taqiyah kayaknya syi’ah lbh paham.. :mrgreen: tp ana yakin antum akan tetap ingin memaksakan dg segala cara bhw taqiyah syi’ah tdk sesuai AQ..hehehe..antum sdh kebablasan dlm mebenci (cb antum bs memberitahu kpd ana kapan Rasulullah mencontohkan kebencian?).
    Jadi kesimpulannya, ana tdk mau mengotori pikiran ana dg menjawab kalimat2 kebencian antum. Ana heran kl antum sekalian tdk bs melihat dg nyata bgm kalian semua memaksakan tafsir2 kalian agar syi’ah menjadi sesat. Dalil apapun yg digunakan umat islam lain tdklah benar menurut mazhab antum..astagfirullah..betapa kerasnya antum kpd kaum muslimin. Apakah antum tdk bs menrima bhw Allah lah nanti yg menetukan siapa yg benar siapa yg salah, apa antum kuatir Allah salah menghukum/mengadili?.

  113. @Abu Mizan
    Tahukah antum bhw dalil nikah mut’ah itu adalah Al-Qur’an?
    Kalau antum tdk tahu maka percuma saja ana bicara mut’ah, dan lagi pula krn antum kaitan mut’ah dg syi’ah mk ana anjurkan antum utk mengunjungi blog2 syi’ah saja. Krn dr penjelasan antum, mk terlihat jelas bhw pengetahuan antum ttg ini msh jauh sekali. Silakan antum kunjungi blog berikut, biar yg berhak yg menjawab.

    Nikah Mut’ah Antara Hukum Islam dan Fitnah Wahhabi (1)

  114. @truthseeker di/pada Juni 2nd, 2008 pada 1:23 pm

    Antum bilang bahwa ana tidak pernah membaca shahih
    bukhari dan muslim??? heu2 ok deh, TADINYA ANA MAU TERIMA AJA TUDUHAN YANG TANPA BUKTI DARI ANTUM TERSEBUT,, tapi setelah difikir-fikir sebaiknya ucapan tersebut –sama persis– ana kembalikan ke antum dengan dilempar secara keras (ups,, maaf),,
    Sekarang, jujur deh, ana benar-benar yakin bahwa antum tidak pernah membaca shahih bukhari dan muslim,,

    PERLU ANTUM KETAHUI BAHWA,, ana tidak pernah dan secara jujur tidak bisa tuh mentafsir hadits,, ana beda ama antum yang jago nafsir hadits menurut pemikiran antum sendiri,, ya kan??

    ok deh, antum mencoba mentafsirkan hadits “Barangsiapa yang mengadakan sunnah di dalam Islam..” itu tafsir , siapa?? antum kan?? heu2 kalo yang ana paparkan itu bukan tafsir ana heu2,,

    ANTUM BACA DONG,, sebab keluarnya hadits tersebut yang disebutkan di dalam SHAHIH MUSLIM sebelum memaparkan hadits itu. bisa baca kan??? kalo enggak sekolah dulu deh,,, yu mariiii

    MAKSUD HADITS TERSEBUT:Sesungguhnya makna dari (barangsiapa yang membuat satu sunnah) adalah menetapkan suatu amalan yang sifatnya tanfidz (pelaksanaan), bukan amalan tasyri’ (penetapan hukum). Maka yang dimaksud dalam hadits ini adalah amalan yang ada tuntunannya dalam Sunnah Rasulullah . Makna ini ditunjukkan pula oleh sebab keluarnya hadits tersebut, yaitu SEDEKAH YANG DISYARIATKAN.

    Pertanyaan : antum lebih pintar mentafsir hadits ??? hi..100

    Kalau antum masih belum menerima sebab hadits tersebut yang disebutkan dalam shahih muslim ana akan jelaskan lagi deh,, antum kan perlu dua kali dijelaskan baru ngerti, iya kan?? atau gak ngerti-ngerti?? hhh, cape deh,, karena antum telah MENCOBA MEMAPARKAN SENDIRI TAFSIR HADITS TERSEBUT, maka yang ini biar ana sendiri yang akan membantah penjelasan antum tersebut,, dan kalo antum belum mengerti juga, ana berlepas diri deh dari ketidakbisapahaman (ups, kebelumpahaman) antum,

    Rasul yang mengatakan:
    “Barangsiapa yang membuat satu SUNNAH(cara atau jalan) yang baik di dalam Islam.”
    Adalah juga yang mengatakan:
    “Semua BID’AH itu adalah sesat.”

    PERLU ANTUM KETAHUI : Tidak mungkin muncul dari Ash-Shadiqul Mashduq (Rasul yang benar dan dibenarkan) suatu perkataan yang mendustakan ucapannya yang lain. Tidak mungkin pula perkataan beliau saling bertentangan.

    Dengan alasan ini, maka tidak boleh kita mengambil satu hadits dan mempertentangkannya dengan hadits yang lain. Karena sesungguhnya ini adalah seperti perbuatan orang yang beriman kepada sebagian Al-Kitab tetapi kafir kepada sebagian yang lain.

    Antum mengatakan : “jika ada sesautu yg baru diadakan dlm islam, mk berarti bid’ah”
    Ana : yap setuju banget tapi….
    Bahwasanya Nabi mengatakan (barangsiapa membuat sunnah) bukan mengatakan (barangsiapa yang membuat bid’ah). Juga mengatakan (dalam Islam). Sedangkan bid’ah bukan dari ajaran Islam. Beliau juga mengatakan (yang baik). Dan perbuatan bid’ah itu bukanlah sesuatu yang hasanah (baik).

    Tidak ada persamaan antara As Sunnah dan bid’ah, karena sunnah itu adalah jalan yang diikuti, sedangkan bid’ah adalah perkara baru yang diada-adakan di dalam agama.

    oh ya, logika yang antum sampaikan adalah logika sederhana yg semua org paham, begitukah??
    untuk orang yang malas berfikir dan bodoh mungkin akan terima begitu saja kali yeeeeeee

    KALAU ANTUM MASIH MAU MEMBANTAH SILAHKAN !!!!!

  115. @truthseeker di/pada Juni 2nd, 2008 pada 1:48 pm

    Lha iya, kita kan memang membicarakan hukum taqiyah tersebut,, dan antum mengangkat kedua hadits di atas,, dan di dalam dalil tersebut telah jelas bagaimana hukum taqiyah yang diperbolehkan,, ya kan?? kalau antum tidak mengakui tafsir ulama mengenai ayat tersebut, coba deh ana mau tau tafsir seorang truthseeker (mufassirin sejati) bagaimana??

    Antum mengatakan : “Dalil apapun yg digunakan umat islam lain tdklah benar menurut mazhab antum”

    Ana : Dalilnya benar dong ya akhi,, tapi kalo penafsirannya salah dan pengambilan dalilnya salah gimana dong, terima aja gitu??? Sekali lagi coba deh ana mau tau tafsir seorang truthseeker (mufassirin sejati) mengenai ayat tersebut bagaimana??

    Antum mengatakan : “betapa kerasnya antum terhadap kaum muslimin”

    Ana : eits, kaum muslimin yang mana dulu atuh,, kalo yang menyimpang masa harus lembut,, gitu???

    Antum : “cb antum bs memberitahu kpd ana kapan Rasulullah mencontohkan kebencian”

    Ana : lha iya pernah, tapi bencinya yang gimana dulu dong, antum perlu tahu,, terhadap yang menyimpang Rasulullah pun benci kok,, ana akan contohkan deh, tapi satu aja ya, biar antum gak susah ngertinya, heu2

    mengenai khawarij misalkan:
    “Khawarij adalah anjing-anjing neraka”. [HR. Ibnu Majah (172) dari ‘Abdurrahman bin Abi Aufa].

    “Anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka! Mereka ini sejelek-jelek orang yang dibunuh di bawah kolong langit ini…” [HR. Ahmad, Ibnu Majah]

    “Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda umurnya tapi bodoh pemikirannya. Mereka berbicara seperti perkataan manusia yang paling baik. Keimanan mereka tidak melewati tenggorokannya. Mereka keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Di mana saja kalian temui mereka, bunuhlah mereka. Sesungguhnya membunuh mereka akan mendapatkan pahala pada hari kiamat.” (HR. Muslim)

    “Sebaik-baik penguasa kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian, yang kalian mendoakan (kebaikan) mereka dan mereka mendoakan kalian. Dan sejelek-jelek penguasa kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka membenci kalian, serta kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian.” Dikatakan:”Wahai Rasulullah, tidakkah kita perangi saja mereka dengan pedang?” Beliau bersabda: “Jangan selama mereka masih menegakkan shalat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat dari penguasa kalian sesuatu yang tidak kalian sukai, bencilah perbuatannya namun jangan mencabut tangan kalian dari ketaatan.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya juz 3 hal. 1481 cet. Daru Ihya`ut Turats Al-‘Arabi, Beirut cet. 1, dari jalan Yazid bin Yazid, dari Zuraiq bin Hayyan, dari Muslim bin Qaradhah, dari ‘Auf radhiyallahu ‘anhu)

    Ana : Mau contoh lagi ?? tp jangan dulu deh, coba cerna dulu aja tulisan ana walaupun dengan usaha yang keras, ups yu mariii…..

  116. @truthseeker, di/pada Juni 2nd, 2008 pada 1:56 pm

    Wah2, TADINYA ana mau sambil santai dan tiduran mengatakan aduh2 gak tau tuh, heu2 untungnya gak jadi,,, tau kok, dan tafsirnya pun tau,,

    ok, deh, antum fikir semua yang ditulis di sana salafy belum tahu?? dan belum dibantah?? heu2

    OK sebelumnya ana mau tanya dulu
    Bukankah kitab Syi’ah sendiri menyebutkan keharamannya, dan Imam Syi’ah ke-enam [yang diangap suci dari kesalahan] telah berkata kepada sebagian sahabatnya : “Telah aku haramkan mut’ah atas kalian berdua” (Al- Furu’ min Al-Kafi 2 48). ??

    Dengan ucapan itu dulu deh, menurut antum gimana??
    Kalau ana sih semakin jelas tentang agama mereka yang dibangun atas dasar rekayasa, ucapan mereka bertentangan satu sama lain sih.

    COBA BANTAH DULU YANG SATU INI !!!!!!

  117. klo mmg anda bnar2 menghormati Nabi, laksanakan sunnahnya, jgn malah meramaikan bid’ah (maulid, tahlilan, dzikir berjamaah, dll)

  118. hmm…. untuk semua deh,

    1. emang hadis bukhari muslim benar ya. kan cuma dibilang sahih bukhari, bukan sahih min rasulullah. Yg gw tau maksudnya sahih bukhari itu y menurut Bukhari sahih, bukan menurut Islam lo. Coba baca di pengantar bukunya. Emang kadang2 orng suka lupa pengantar penulis. Bukhari jg gakpernah bilang hadis2 yg dia pelajari 100% bener lo. Baca di pengantar juga.

    2. Harus percaya siapa ya, gw baru baca Al-Quran QS 33:33. Percaya Ahlul Bait, apa percaya abu bakar, ummar dan utsman ya?

    3. Kan ada hadis yg bilang 12 khalifah dari Bani Hasyim. Itu gw baca dr Bukhari Muslim. Mungkin yg ini gak sahih kali ya menurut Bukhari.

    Dah gitu aja dulu…

  119. bismillah

    di jaman ini banyak FITNAH (din),khususnya di indonesia banyak sekali orang2 yang mengaku nabi di beri hukuman yang sangat ringan.dan juga banyak dai2 sempalan di layar televisi bermodalkan lisan yang memukau tuk mencari nafkah (dai amplop).
    begitu banyak umat islam yang awam,yang jauh mengenal ilmu agama yang tidak sanggup lagi memilah milah mana yang HAQ dan mana yang BATHIL (bid’ah).
    bertebaranlah PARTAI2 berazaskan ISLAM,seolah olah merekalah berjuang di agama ini hampir semua tidak mengetahui.
    padahal mereka kader2 PARTAI ISLAM,tujuan hanyalah DUNIA mencari nafkah menjual agama slogan2 palsu tuk mengelabui umat islam tuk mencapai dukungan yang penuh.
    mereka anggap DAKWAH tauhid,menghalangi perjuangan mereka seolah olah mereka berJIHAD di medan perang.
    hakikat JIHAD mereka kaburkan dengan menTAKWIL jihad parlemen dengan JIHAD di medan perang sama.
    padahal mereka tidak mengetahui JIHAD MUNAFIQUN adalah JIHAD para ulama rabbaniyin.

    Membantah orang-orang munafiq dan para pembawa kebatilan termasuk bagian daripada jihad fisabilillah. Allah dengan tegas memerintahkan kepada Nabi-Nya:
    يا أيها النبي جاهد الكفار و المنافقين و اغلظ عليهم، و مأواهم النار و بئس المصير
    Wahai Nabi, berjihadlah melawan orang-orang kafir dan munafiqin, serta bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat tinggal mereka adalah jahannam, dan itu sejelek-jelek tempat tinggal [At Taubah:73]

    Al Imam Al Mujahid Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah berkata: “Jihad melawan munafiqin ini lebih berat daripada jihad melawan orang-orang kafir. Jihad ini merupakan jihadnya orang-orang khusus dari umat ini, yaitu para ‘ulama pewaris para nabi. Maka orang-orang yang tampil menegakkan jihad jenis ini hanyalah segelintir orang saja, demikian juga orang yang mau membantu mereka hanya sedikit saja. Namun demikian, meskipun secara jumlah mereka itu sedikit, mereka sangat besar kedudukannya di sisi Allah.” –sekian dari Ibnul Qayyim-

    Al Imam Al Harawi meriwayatkan dengan sanad beliau dari Nashr bin Zakariya ia berkata: Saya mendengar Muhammad bin Yahya Adz Dzuhli berkata: “Saya mendengar Yahya bin Yahya berkata: “Membela Sunnah lebih utama daripada jihad fi sabilillah!” Muhammad bin Yahya berkata (keheranan): “Seorang mujahid telah menyerahkan hartanya, mengerahkan kekuatannya dan berjihad di jalan Allah, lantas (bagaimana mungkin) pembela sunnah itu lebih utama daripadanya?”
    “Benar, bahkan (pembela sunnah) jauh lebih utama!” jawab Yahya [Dzammul Kalam lembaran A-111].

    dengan sering mengembar gemborkan JIHAD lewat demo2 di jalan,tidak pernahlah kalian berpikir atau mengkoreksi diri dari perbuatannya yang menyelisihi sunnah nabi shallallahu alaihi wa salam,dan mereka mendustakan AGAMA menyeret2 agama ini ke lubang kebinasaan (demokrasi ala kuffar) seolah olah agama (TAUHID) ini tujuannya hanya untuk bikin PARTAI.
    wallahu musta’an di antara mereka ada orang2 yang berpendidikan,pernah mengenal SUNNAH dan mereka juga menjauhi SUNNAH ini dari umat islam.orang itu di tugaskan tuk mencounter orang2 yang mengHUJJAH firqahnya.

    Ishaq ibnu Ath-Thiba’ rahimahullahu berkata: Aku mendengar Hammad bin Salamah rahimahullahu berkata:
    “Barangsiapa mencari (ilmu, -pen.) hadits untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membuat makar atasnya.”

    umat islam mangkin bingung dari komentar2 satu sama lain yang menganggap dirinya yang paling benar.
    demi allah azza wa jalla tidak ada sanggup semua umat islam yang beri beban tuk MENELAAH antara HAQ dan BATHIL di antara kedua duanya mengunnakan DALIL hanya orang2 tertentu saja yang membedakan TAKWIL.

    Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata dalam kitabnya Al-Majmu’: “Shalat yang dikenal dengan istilah shalat Ar-Ragha`ib yaitu shalat 12 rakaat yang dilakukan antara Maghrib dan ‘Isya pada malam Jum’at pertama di bulan Rajab dan shalat pada malam Nishfu Sya’ban sebanyak seratus rakaat, keduanya adalah amalan bid’ah dan mungkar. Janganlah tertipu karena disebutkannya dua jenis shalat ini dalam kitab Qutul Qulub dan Ihya` ‘Ulumuddin. Dan jangan pula tertipu dengan hadits-hadits yang tersebut di dalam dua kitab tadi. Karena sesungguhnya semua itu batil.”

    sebuah contoh di atas perselisihan,semua di antara mereka mengunakan dalil,membuat umat islam sulit tuk menilai mana yang BATHIL mana yang HAQ?semuanya mengunakan dalil.
    makanya pentingnya umat islam menuntut ilmu agama karena menuntut ilmu agama adalah wajib.

    Al-Hafizh Adz-Dzahabi rahimahullahu berkata:
    “Menuntut ilmu yang merupakan perkara yang wajib dan sunnah yang sangat ditekankan, namun terkadang menjadi sesuatu yang tercela pada sebagian orang. Seperti halnya seseorang yang menimba ilmu agar dapat berjalan bersama (disetarakan, -pen.) dengan para ulama, atau supaya dapat mendebat kusir orang-orang yang bodoh, atau untuk memalingkan mata manusia ke arahnya, atau supaya diagungkan dan dikedepankan, atau dalam rangka meraih dunia, harta, kedudukan dan jabatan yang tinggi. Ini semua merupakan salah satu dari tiga golongan manusia yang api neraka dinyalakan (sebagai balasan, -pen.) bagi mereka.”
    (An-Nubadz fi Adabi Thalabil ‘Ilmi, hal. 10-11)

    demi allah ini murni dari tulisan ana,sebagian mengutip perkataan2 ulama salaf…………tidak ada satu katapun mengambil dari orang lain.walhamdulillah…….

  120. KALAU YANG INI HARUS DIIKUTIN NGGAK YA ??

    Setelah kita muat berita tentang peringatan sebuah lembaga partikelir Saudi “Awashir” terhadap warga Saudi agar berhati-hati menikah di negeri asing, dan fatwa Syekh bin Baz tentang kawin kontrak ala wahabi/salafi atau yang disebut oleh Syekh Bin Baz “NIKAH DENGAN NIAT (akan) DI TALAQ”. kami mendapat banyak tanggapan dan banyak pula para wahabi yang menuduh kami berbohong atau menfitnah, padahal telah kami kutipkan dengan jelas nama buku, halaman, tahun dan tempat cetakan buku rujukan kami tersebut. Maka dengan ini kami muat TEKS FATWA SYEKH BIN BAZ tersebut dan kami sertakan scan-nan buku fatawa tersebut. sebagai bukti kepada para wahabi/salafy bahwa blog kita bukan seperti situs dan blog mereka yang suka menuduh dan tanpa bukti.

    kami heran dengan mereka kenapa tidak mau membuka buku fatawa Syekh Bin Baz tersebut, kami yakin mereka pasti memilikinya, mungkin saja mereka malu karena Imam Agung mereka Syekh bin Baz berfatwa mirip musuh bebuyutannya (syi’ah) tentang kawin mut’ah, bahkan fatwa kawin dengan niat talaq ini lebih jelek karena merupakan bentuk penipuan terhadap calon istri yang akan dinikah.

    Selanjutanya silahkan membaca TEKS FATWA SYEKH BIN BAZ “NIKAH DENGAN NIAT TALAK” yang kami kutip dari buku “Majmuk Fatawa“-nya Syekh Abdul Aziz bin Abdullah yang dikenal dengan sebuatan Bin Baz, Jilid 4, hal 29-30 cetakan Riyadh – Saudi Arabia, Tahun 1411/1990″

    -NIKAH DENGAN NIAT (AKAN) DI TALAQ-

    Pertanyaan: Saya mendengar bahwa anda berfatwa kepada salah seorang polisi bahwa diperbolehkan nikah di negeri rantau (negeri tempat merantau), dimana dia bermaksud untuk mentalak istrinya setelah masa tertentu bila habis masa tugasnya. Apa perbedaan nikah semacam ini dengan nikah mut’ah? Dan bagaimana kalau si wanita melahirkan anak? Apakah anak yang dilahirkan dibiarkan bersama ibunya yang sudah ditalak di negara itu? Saya mohon penjelasanya.

    Jawab: benar. Telah keluar fatwa dari “Lajnah Daimah”, di mana saya adalah ketuanya, bahwa dibenarkan nikah dengan niat (akan) talak sebagai urusan hati antara hamba dan Tuhannya. Jika seseorang menikah di negara lain (di rantau) dan niat bahwa kapan saja selesai dari masa belajar atau tugas kerja, atau lainnya, maka hal itu dibenarkan menurut jumhur para ulama. Dan niat talak semacam ini adalah urusan antara dia dan Tuhannya, dan bukan merupakan syarat dari sahnya nikah.

    Dan perbedaan antara nikah ini dan nikah mut’ah adalah dalam nikah mut’ah disyaratkan masa tertentu, seperti satu bulan, dua bulan, dan semisalnya. Jika masa tersebut habis, nikah tersebut gugur dengan sendirinya. Inilah nikah mut’ah yang batil itu. Tetapi jika seseorang menikah, di mana dalam hatinya berniat untuk mentalak istrinya bila tugasnya berakhir di negara lain, maka hal ini tidak merusak akad nikah. Niat itu bisa berubah-ubah, tidak pasti, dan bukan merupakan syarat sahnya nikah. Niat semacam ini hanyalah urusan dia dan Tuhannya. Dan cara ini merupakan salah satu sebab terhindarnya dia dari perbuatan zina dan kemungkaran. Inilah pendapat para pakar (ahl al-ilm), yang dikutip oleh penulis Al-Mughni Muwaffaquddin bin Qudamah rahimahullah

    ______________________

    Dan dibawah ini Scan dari buku asli Fatwa tersebut.

    fatwa_1_rsz80.jpg

    fatwa2_50.jpg

    fatwa3_9.jpg

  121. Assalamu ‘alaikum..

    sebuah judul yg provokatif pula..
    isinya lebih banyak akal2an..

    walhamdulillah ada bantahan yg tidak akal-akalan..

    semoga Alloh ‘Azza wa Jalla meluruskan ana, pemilik blog ini, dan seluruh kaum muslimin..

  122. salafy membingugnkan
    ketika saya datang ke as sofwa di lenteng agung ( biara salafy turotsi), ustadz2 as sofwa bilang haram hukumnya bermajelis dan bertalim dengan salafy yamani.

    ketika saya hadir di Jalan Haji Asmawi Jakarta selatan ( biara salafy wahdah islamiyyah), pendeta2 salafy wahdah bilang salafiyyin aliran turotsi itu hizbi antek PKS dan ikhwanul muslimin yang termasuk 72 golongan yang masuk neraka jahanam.

    ketika saya hadir ditaklim salafy yang ada di masjid hidyatusalihin poltangan pasarminggu ( gereja markas geng salafy sururi), ustad2nya bilang kalau salafy wahdah islamiyyah adalah khawarij anjing2 neraka yang menggunakan sistem marhala.

    ketika saya hadir di masjid fatahillah ( salah satu sinagog salafy yamani), rabi-rabi salafy yamaninya bilang kalau salafy sururi, salafy haroki, salafy turotsi, salafy ghuroba, salafy wahdah islamiyyah, salafy MTA, salafy persis, salafy ikhwani, salafy hadadi, salafy turoby bukanlah salafy tapi salaf-i (salafi imitasi) yang khawarij, bidah dan hizbi.

    Jafar Umar Thalib (salafy ghuroba) bilang kalau Abdul Hakim Abdat ( salafy turotsi)itu ustad otodidak yang pakar hadas ( najis) bukan pakar hadis

    Muhamad Umar As Seweed ( salafy yamani) bilang kalau Jafar Umar Thalib itu ahli bidah dan khawarij. bahkan komplotan as seweed bikin buku dengan judul ” pedang tertuju di leher Jafar Umar Thalib” yang artinya Jafar Umar Thalib halal dibunuh

    Abdul Hakim Abdat (salafy turotsi) bilang kalau salafy Wahdah Islamiyyah itu sesat menyesatkan dan melakukan dosa besar (hanya) dengan mendirikan yayasan/organisasi.oragnisasi adalah hizbi.

    salafy Wahdah Islamiyyah bilang kalau kalau salafy Yamani dan Abdul Hakim Abdat itu salafy2 primitif dan terbelakang yang hanya cocok hidup di jaman puba atau pra sejarah.

    pokoknya tak terhitung lagi perseteruan antar salafy. dan….ini baru kisah perseteruan antar sesama salafy, belum lagi perseteruan salafy dengan NU, Persis, Muhamadiyyah, Majelis Rasulullah, PKS, DDII, tarbiyyah, Nurul Musthofa, HTI dan banyak lagi.

    ironis sekali, salafy yang mengaku2 anti perpecahan, anti hizbi kok malah berperan sebagai aktor utama perpecahan umat islam.juga sebagai biang kerok kekisruhan dikalangan ahlu sunnah. salafy sendirilah penyebab dakwah salafusalihin menjadi hancur berantakan.

    ironis sekali, rabi-rabi salafy yang konon belajar jauh2 dan lama2 ke timur tengah, tapi ditataran basic yaitu akhlak, sangat bejat dan arogan.

    mereka tak ubahnya seperti orang dungu narsis yang tenggelam di lautan tumpukan buku2 tebal.

    yah…keledai ditengah tumpukan buku2 tebal tetap saja keledai.

    jangan halangi dakwah salaf, biarkan salafy sendiri yang menghalangi dakwah salaf.

    jangan memecah belah barisan salaf, karena barisan salaf akan berpecah belah dengan sendirinya dan secara alami.

    jangan hancurkan salafy, karena cukup salafy sendiri dengan kesadaran penuh dan suka cita menghancurkan dirinya sendiri.

    sudah terlalu lama firqoh salafy dari apapun alirannnya dan sektenya melukai umat islam, melukai ahlu sunnah, melukai ahlu atsar dengan gaya2nya yang egomaniak. mungkin sekarang tiba saatnya pembalasan dari Allah azawajalla.

    gara2 cara dan tabiat orang salafylah yang menyebabkan masyarakat awam menjadi benci terhadap sunnah

  123. Yah, lagi2x salafi/wahabi atau yg sejenisnya.

    Menrurut gw nih, mereka itu terlalu texbook dlm menjalankan Islam. Mereka pikir islam itu hanya fisiknya saja atw syari’atnya saja dgn mengesampingkan aspek ruhani dan batin. Mereka seperti org yg pake akal saja tp tdk pake hati dan nurani. Jadinya kosong dan tdk ada indahnya.
    Mereka fasih dlm berbicara dan melaksankan syari’at, fisik islam, jihad dll tp mereka lupa menata hati (ahlak) dlm memerangi penyakit hati seperti dengki, iri, sombong, riya, sum’ah, ujub, tidak bersyukur dll.. Bukankah Rasullah SAW diturunkan utk menyempurnakan ahlak? Bwt apa berfisik Islam (mengikuti syari’at) tp berahlak Kufur ? Lebih penting mana fisik dgn ruhani ? Saya hampir setuju tuh ama abu qotadah, tp dgn ralat : “gara2 cara dan tabiat orang salafylah yang menyebabkan masyarakat awam menjadi benci terhadap sunnah.” diganti jadi “benci thd islam”. Coba perhatikan ulahnya Amrozi cs, caranya mereka berjuang itu SAKLEK (bahkan KELIRU+GEGABAH) shg non muslim semakin mengecap bhw islam adl teroris.

    Masalah bid’ah, k’lo mo dicap bid’ah, maka hampir semua penduduk islam asli jawa adl ahli bid’ah, mengapa? Krn walisongo yg menyebarkan islam di jawa berda’wah dgn menggunakan budaya musyrik Hindu/Budha seperti Wayang dll. Berarti ga sah dong da’wah islamnya dan juga pemeluknya, weleh 2x!?

  124. @DONO

    Mereka seperti org yg pake akal saja tp tdk pake hati dan nurani.

    Harap tunjukkan/buktikan bahwa mereka (juga) menggunakan akal.

    Wassalam

  125. alooo…
    ikutan ya..

    gue seh gak ada urusannya dengan salafy, tapi gak enak juga ya baca koment yang saling bantah kaya gini…

    bisa liat gak seh serbuk kebencian sesama muslim udah bertebaran disini….

    jadi…?
    peace aja deh…

    sungguh islam itu indah

    klo Allah mau umat manusia jadi satu aja..seragam juga pikirannya….
    tapi kan gak ya…

    itulah hidup…

    untuk penulis blog..
    terus berkarya aja..

    mudah2an blog ini ada mamfaatnya bagi kita semua..
    amin

  126. kasian ya orang yang telah tertipu wahabi. otak tumpul hati beku, bawaannya hawa nafsu yng digedein

  127. salafi ahlusnnah memang sesat, mereka peranakan murni dari LDII zaman nurhasan al ubaidah, teman saya yang baru keluar dari LDII biang LDII terpecah jadi 2, ada yang masih fanatik tentang nurhasan al ubaidah dan ada yang lebih mendengar pada MUI. dan mereka yang fanatik terhadap nurhasan tersisih dan keluar dari LDII yang lebih mendengar pada MUI saat ini, dan mereka membentuk salafi ahlusunnah.

  128. heran

  129. aku ga mau pusing dengan hal-hal yang khilafiyah….

  130. Ada cukup perbedaan antara “tidak mau pusing” dengan “tidak memusingkan”. “Tidak mau pusing” bermakna, jika turut mencampuri, maka akan turut pusing. Lebih baik tidak mencampuri agar tdk pusing.
    Sedangkan “Tidak memusingkan” bermakna, tidak peduli, silakan kalau ada orang lain yg ngurusi.

    🙂

    Salam

  131. Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh, saya pernah baca buku terbitan salafi ttg matahari mengelilingi bumi, saya membacanya dan percaya pendapat salafi, mohon si admin membahas masalah tersebut agar bisa menambah wawasan serta bisa di ambil yang benar.

  132. ada-ada saja sekte salafi-wahabi, matahari mengelilingi bumi, bumi katanya ceper, sekte aneh bin ajaib

Tinggalkan komentar