Analisis Baik Dan Buruk

Analisis Baik Dan Buruk
Semua orang bisa bicara baik dan buruk, sangat mudah malah tetapi saya yakin tidak semua orang benar-benar mengerti apa itu baik dan buruk. Tentu saja saya tidak akan menyatakan bahwa saya yang paling ahli dalam hal baik dan buruk. Saya punya pandangan sendiri soal ini dan untuk itulah tulisan ini dibuat. Sekedar berbagi sedikit renungan.

Pertama-tama saya berpikir apa itu baik dan buruk, ketika seseorang melakukan sesuatu atau menyikapi sesuatu maka atribut baik dan buruk ini selalu mengikuti atau tak terpisahkan. Kita manusia senantiasa menilai diri kita atau orang lain yang akhirnya berujung pada baik dan buruk. Kadang seringkali kita menganggap bahwa perbuatan seseorang itu baik atau sebaliknya perbuatan seseorang itu buruk. Jadi Sederhana bukan, baik dan buruk itu adalah suatu Penilaian.

Setiap orang bebas menilai sesuatu dan kadang penilaian itu tidak sama, banyak sekali variasinya. Hal ini terkait dengan persepsi manusia yang beragam dan dinamis. Variasi yang banyak macamnya dan kadang bertolak belakang ini membuat masalah baik dan buruk menjadi rumit. Seseorang bisa saja menganggap suatu perbuatan itu baik tetapi orang lain bisa beranggapan itu buruk. Atau seseorang bisa saja mengatakan suatu perbuatan itu baik dengan sudut pandang tertentu tetapi dengan sudut pandang lain ia bisa juga berkata itu buruk. Sejauh ini anda sudah melihat sedikit kerumitannya
Renungkan sebentar………………………… 🙂

…………………………………………………………………..
………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………. (sok merenung)
:mrgreen:

Mengapa bisa begitu rumit?Mudah sekali ditebak, alasannya yaitu setiap orang punya cara sendiri untuk menilai atau mereka punya dasar penilaian masing-masing baik sadar atau tidak sadar. Walaupun begitu terkadang kita bisa sama-sama sepakat bahwa sesuatu itu baik atau sesuatu itu buruk. Hal ini pun tidak mengherankan karena bisa jadi saat itu kita sama-sama menilai dengan dasar yang sama. Jadi sekarang saya memulai penyederhanaan dengan aksioma Ada dasar dalam menilai baik dan buruk. Saya yakin anda semua sependapat. He he he harus dong 😈

Nah sekarang saya tawarkan sebuah alternatif dasar penilaian baik dan buruk.
Sesuatu perbuatan dinilai baik dan buruk harus mempertimbangkan ketiga aspek berikut
1. Aspek Pelaku
2. Aspek Muatan
3. Aspek Hasil

.

.

Aspek Pelaku
Suatu perbuatan jelas tidak bisa dipisahkan dari pelaku atau subjek yang menghasilkan. Perbuatan bisa disadari atau tidak oleh sang pelaku. Jika disadari maka suatu perbuatan bisa dilandasi niat tertentu. Niat baik atau niat buruk. Yang baik adalah jelas dilandasi niat baik secara sadar. Yang buruk adalah jelas dilandasi niat buruk secara sadar. Bagaimana jika tidak disadari? sebelumnya mari diperjelas apa tepatnya yang saya maksud dengan tidak disadari. Kesadaran yang saya maksud bukanlah kesadaran yang seringkali dibicarakan oleh pakar Neurolog dan ahli Anestesi tetapi kesadaran bertujuan. Oleh karena itu tidak disadari berarti orang tersebut melakukan tidak dengan memaksudkannya atau tidak bertujuan begitu. Misalnya Teman anda tidak sengaja mendorong anda jatuh dan ketika anda jatuh anda menemukan uang Rp 100.000,00. Atau ketika anda sedang ngemil anda tersedak dan pernapasan anda tersumbat kemudian tiba-tiba asal saja teman anda menepuk bahu anda dengan niat mengejutkan anda. Beruntungnya sumbatan itu hilang dan anda terselamatkan dari gagal napas. Teman yang sangat berjasa bukan.

Menurut saya tidak disadari tidak memuat nilai baik dan buruk atau dengan kata lain zero. Alasannya jelas sekali karena memang tidak bermaksud begitu, jika dipaksakan maka penilaian anda menjadi ektopik atau tidak pada tempatnya.

.

.

Aspek Muatan
Setiap Perbuatan dinilai dari kandungannya memiliki muatan baik atau buruk atau malah tidak bermuatan. Muatan baik dan buruk dalam suatu perbuatan ditentukan dengan standar-standar tertentu. Yang paling keren adalah Agama, hukum, norma, moral, adat atau nilai-nilai universal(anda bisa tambahkan yang lain). Nah ini juga bagian yang seringkali membuat jadi lebih rumit. Mencuri itu buruk, Berbohong itu buruk, Sedekah itu baik, Menolong itu baik, iya kan. Sayangnya menolong dengan menyuap atau disuap itu buruk, menolong orang jahat itu buruk, menyedekahkan hasil curian itu buruk, berbohong untuk menyelamatkan nyawa orang lain itu baik, mencuri makanan ketika kelaparan dan jika tidak bisa mati adalah hal yang baik atau anda tidak setuju………… 

Ini memang Kerumitan yang lain, tapi penyederhanaan selalu ada. Deskripsikan perbuatan itu dengan mendetail kemudian lakukan penilaian muatannya dengan standar yang ada. Studi kasus perkasus

Uups hampir lupa, bagaimana yang tidak bermuatan?alias biasa-biasa saja. Misalnya makan, tidur, menyanyi, melamun, diam, berdandan (eh anda setuju tidak kalau saya bilang ini tidak bermuatan)

Ada dua pilihan, pilihan pertama Yang tidak bermuatan maka tidak bernilai, jadi ya tidak baik dan tidak buruk. Anda tidak keberatan kan kalau semua waktu hidup anda tidak semuanya berisi yang baik-baik saja. Pilihan kedua Beri muatan agar bernilai, sedikit rasionalisasi cukup menyenangkan. Saya makan agar saya bisa beribadah, saya tidur biar segar bekerja, saya melamun memikirkan palestina-israel, saya diam karena saya tahu orang lain tidak suka mendengar suara saya, saya berdandan biar suami saya nggak selingkuh. Terserah pilihan anda kan………………  :mrgreen:

.

.

Aspek Hasil
Setiap perbuatan memiliki dampak tertentu atau tidak berdampak sama sekali. Dampak yang baik membuat kita menilainya baik, sebaliknya dampak yang buruk membuat kita menilainya buruk. Perbuatan yang bermanfaat bagi banyak orang cenderung dinilai baik tetapi perbuatan yang menyakiti satu orang saja cenderung dinilai buruk. Yang rumitnya terkadang suatu perbuatan memiliki banyak dampak yang bisa saja baik dan buruk. Anda mencuri dan membagi semua hasil curian ke banyak fakir miskin, dampak yang baik banyak fakir miskin yang anda tolong dan dampak yg buruk anda membuat seseorang merasa kehilangan. Tapi ya namanya pencuri tetap saja pencuri(memang iya). Yang lebih menarik ternyata orang tempat anda mencuri itu koruptor kelas berat bila perlu sangat berat, nah bagaimana penilaian anda selanjutnya. Lumayan berkesan  😉

Bingungkah, he he he kita terus
Jadi dampak atau hasil yang banyak membuat penilaian kita menjadi lebih rumit, satu contoh lagi
Anda dijodohkan dengan seseorang, mulanya biasa saja dan anda setuju. Seiring dengan waktu anda mencintai orang lain dan ia pun cinta mati dengan anda. Seiring dengan waktu pula ternyata orang yang dijodohkan dengan anda itu ketahuan belang buruknya, yang jelas anda sangat tidak suka. Tetapi semua sudah terlambat, undangan sudah disebarkan, acara sudah disiapkan, gedung sudah disewa. Anda bersikeras membatalkan pernikahan dan luar biasa hasilnya

  • Keluarga besar anda malu besar dan anda menyakiti hati orang tua anda, sudah jelas itu buruk
  • Anda pun membuat malu keluarga besar pasangan anda dan menyakiti hati kedua orang tuanya, ini juga buruk
  • Timbul permusuhan antar keluarga besar, siapa bilang ini baik
  • Di sisi lain anda mencegah orang yang anda cintai bunuh diri, dan ini baik sekali
  • Anda menghargai hidup anda karena anda yakin tidak akan hidup bahagia dengan orang yang dijodohkan dengan anda, siapa bilang ini buruk
  • Adik anda ternyata mencintai seseorang yang masih punya ikatan keluarga dengan orang yang dijodohkan dengan anda, keputusan anda membuat hubungan mereka tidak direstui, anda sudah menyakiti hati adik anda sendiri
  • Di sisi lain ada orang lain yang mendapat tugas menyiapkan gedung untuk acara atau jika tidak Ia akan dipecat oleh atasannya. Berbagai tempat sudah ditawarkan tetapi tidak disetujui oleh atasannya kecuali gedung yang sudah anda sewa. Karena anda membatalkan acara anda akhirnya orang itu bisa mendapatkan tempat yang diinginkan atasannya. Anda sudah menyelamatkan orang itu dari dipecat dan keluarganya.

Jadi perbuatan anda yang membatalkan pernikahan anda, itu baik atau buruk? Ini retorika 😛

Setelah melihat kerumitannya Mari kita sederhanakan lagi, Analisis semua dampak yang mungkin terjadi dari suatu perbuatan dan buat gradasinya kemudian putuskan penilaian dengan cara sebijak mungkin.

Kemudian bagaimana ketiga aspek itu diperhatikan. Saya punya penilaian sendiri.

  • Jika ketiga aspek tersebut bernilai baik maka perbuatan atau sesuatu itu disebut baik
  • Jika ketiga aspek tersebut bernilai buruk maka perbuatan atau sesuatu itu disebut buruk
  • Jika ketiga aspek tersebut bervariasi nilainya maka perbuatan atau sesuatu itu juga bervariasi nilainya

.

.

Aplikasi

Ada seseorang mencuri, nah mari kita analisis. Mencuri dari aspek muatan adalah buruk. Anda bisa saja langsung menilai perbuatan itu buruk. Bagi saya penilaian seperti ini adalah patut disayangkan karena hanya meninjau satu aspek saja. Ternyata orang itu mencuri dari rentenir yang telah menyita hartanya dengan cara yang menjijikkan. Dan ia mencuri karena kedua anaknya kelaparan dan akhirnya sakit. Dari aspek pelaku cukup bernilai baik, ia berniat demi kepentingan putranya. Dari aspek hasil anaknya terselamatkan, inipun bernilai baik. Ia menyakiti hati seorang yang terbiasa menzalimi banyak orang termasuk dirinya, burukkah itu? Dari aspek perbuatan ia bisa saja berkeyakinan mengambil kembali hartanya yang dirampas rentenir zalim itu. Secara keseluruhan perbuatan itu bisa dinilai baik.

Ada seorang teman sekelas anda yang begitu menyebalkan dan mungkin berwatak buruk hingga ia dikucilkan banyak orang. Suatu ketika kelas anda mendapat tugas perkelompok. Setiap orang sudah membagi kelompok dan tidak ada satupun yang mengajak si menyebalkan karena dinilai menyusahkan dan membuat masalah. Akhirnya dia tidak diizinkan membuat tugasnya karena tidak ada kelompok. Perbuatan anda yang tidak mengajaknya bernilai buruk, dari aspek pelaku niat anda mungkin baik, agar tidak menyusahkan anda dan kelompok anda. Dari aspek perbuatan ,itu buruk karena sebagai seorang murid satu kelas dia berhak mendapat kelompok , dan anda telah ikut andil dalam menghapuskan haknya. Kemudian dari aspek hasil ternyata dia harus belajar lebih lama dibanding yang lain, yang tentu memberatkan dia dan orang tuanya, cukup buruk. Walaupun begitu terjadi hal yang tak terduga setelah itu karena perilaku anda dan teman-teman sekelasnya, orang itu akhirnya sadar dan berubah menjadi lebih baik kendati dia harus mengenyam pendidikan lebih lama, dari aspek hasil ternyata juga bernilai baik. Mungkin perbuatan anda tetap buruk dan justru si menyebalkan itu yang bernilai baik. Karena aspek hasil lanjutan itu adalah sudah bukan lagi tujuan anda semula, itu adalah usaha si menyebalkan sendiri.

Ada seorang ilmuwan yang telah menemukan sumber energi baru yang murah dan bermanfaat bagi setiap orang. Dari aspek hasil, penemuannya bermanfaat bagi banyak orang, baik sekali. Dari aspek perbuatan ia telah berusaha keras sampai mengabaikan orang-orang yang ia kasihi, keluarganya berantakan, kedua anaknya terlantar dan istrinya jatuh sakit hingga meninggal, cukup buruk. Dari aspek pelaku ternyata penemuan sumber energi murah itu bukan sama sekali tujuannya. Awalnya ia berniat menemukan sumber energi besar yang murah untuk keperluan senjata peledak yang mutakhir demi kepentingan imperialisme negaranya, niatnya tidak terlalu bagus. Jadi secara keseluruhan bagaimana?

.

.

Paradoks

Nah ini bagian yang paling menyebalkan. Dari penjelasan sebelumnya suatu penilaian perlu memperhatikan ketiga aspek yaitu pelaku, muatan dan hasil. Kebiasaan yang hanya memperhatikan satu aspek saja terkadang menyesatkan tetapi memperhatikan ketiganya juga tidak mudah. Aspek pelaku misalnya bagaimana kita bisa benar-benar mengetahui niat orang yang melakukan sesuatu, hampir tidak mungkin, dan begitu pula aspek hasil, ketika perbuatan itu dilakukan bagaimana kita bisa tahu semua dampak yang ditimbulkannya, kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Satu-satunya yang dengan lebih jelas dapat diamati adalah aspek muatan dan bisa diketahui bahwa satu bukan tiga. Aneh, dari awal berbicara tentang penilaian aih-alih memberi solusi, sekarang justru menyatakan bahwa penilaian yang utuh tidak mungkin dilakukan. Apa benar ya, kalau begitu Di dunia ini sekarang tidak ada seseorang yang bisa dikatakan baik. kecuali saya

.

.

Apologia
Sudah panjang ternyata muncul paradoks, memang agak menyebalkan tetapi penyederhanaan selalu ada(itu yang selalu saya katakan). Kita tidak bisa tahu pasti ketiga aspek itu, ya betul tetapi bukan berarti kita tidak tahu apa-apa( ya kalau mau agnostik silakan) :mrgreen: . Sederhananya Perhatikan ketiga aspek itu semampunya. Kasarnya Mengira-ngira walaupun mungkin jika sudah terbiasa anda akan menjadi pengamat yang baik. Pengamat yang baik tidak selalu benar tetapi sedapat mungkin menilai dengan cara yang benar atau lebih tepat. Mencoba memperhatikan ketiga aspek tersebut walau pada akhirnya Cuma meraba-raba adalah jauh lebih baik daripada sengaja mengelak memperhatikan kedua aspek yang tidak mungkin diketahui dengan pasti.

Bagaimana? Tidak memuaskan, ya sisanya adalah tugas anda sendiri :mrgreen:

Salam Damai

30 Tanggapan

  1. Buruk dan baik itu bukannya masalah ethic? Lalu bagaimana dengan benar dan salah?
    untuk yang tidak bermuatan seperti yang Anda katakan; makan, tidur, ngobrol, de el el, kayaknya pantas-pantas saja dilekatkan penilaian juga. Tidur yang baik itu yang seperti apa. Misalnya, tidak telanjang (upsss), telentang, dan tentu saja di atas kasur. Lalu makan yang baik itu seperti apa? ya kalau mengunyah tidak bersuara, tidak sambil ngobrol de el el. Jadi berkaitan erat dengan masalah ethic kan?

  2. tanpa buruk maka baik itu tidak ada.. terlalu buruk tidak bagus terlalu baik kayaknya ga ada deh..
    btw tulisan2mu selalu maksa orang mikir terus om… :p

  3. @hilda alexander
    bisa jadi masalah etik, benar dan salah wah itu cerita lain
    Jadi pilih yang kedua nih, sepertinya anda suka sekali dengan “yang bernilai”

    @almascatie
    kayak dualisme or dikotomi ya boy
    lama tak besua 🙂

  4. hehehe penyeimbang deh… setidaknya kalo ada keburukan maka manusia menjadi lebih hati2 dalam kebaikan..

    iyah neh.. udah jarang bw lagi.. moga2 skr bisa blog dengan nyante
    gimana kabarnya
    *OOT mbanget*
    😆

  5. apakah ada sesuatu yang bebas nilai dalam kesementaraan hidup kita?

    Pilih yang kedua? hidup itu sendiri terdiri atas sekumpulan pilihan. Dengan kita memilih berarti kita dengan sadar telah menggunakan ‘pisau bedah’ untuk, setidaknya, mendapatkan sesuatu (entah bernilai atau tidak). Begitu pula dengan memilih untuk tidak memilih. Ada kesadaran (untuk tidak dikatakan kesengajaan) menggunakan ‘pisau bedah’.

    *jadi pusing*

  6. @almascatie
    kabarnya baik boy 🙂

    @hilda alexander
    semuanya tergantung pilihan, manusia memang selalu bisa memilih 🙂

  7. Rumit juga, wah U kayaknya suka membuat hal yang sederhana menjadi begitu rumit :mrgreen:

    Apa kabar?Rindukah dikau padaku 😆
    BTW tulisanmu tambah banyak 😛

  8. @almirza
    Begitulah saya
    Enak aja, nggaklah saya sih rindu sama orang lain 😛
    silakan silakan

  9. cukup sderhana pemaparan anda ttg penilaian baik dan buruk. Memang trkdng rumit mnilai ssuatu tu baik or bruk ktka dhadapkan pd suatu ksus yg memank dlm muatan-a trdpt nilai baik n buruk. Thanx.

  10. @husni
    benar, sama dengan komentar anda
    yang sama-sama mengandung kata sederhana dan rumit :mrgreen:

  11. rumit? makanya ga usah terjebak sama penilaian baik-buruk. ga usah bilang itu ‘baik’, itu ‘buruk’. toh nanti juga berubah (sok tau). iya soalnya baik-buruk itu kan nafsu (ego gitu) yang pengen dipuaskan (sok tau lagi). kalo itu memuaskan ego ya pasti deh dibilang baik…sebaliknya kalau ga memuaskan ego dibilang buruk. jadi menurut saya hindari mengeluarkan penilaian kepada prilaku/ucapan seseorang dengan atribut ‘baik’ dan ‘buruk’. lalu gimana? ya diam aja. atau kalo ngerti ilmu moral (moral? semoga ga keliru), klasisifikasinya pake ‘benar’ atau ‘salah’ saja. kan kesannya ga ego-an. yang sangat penting agar ‘keliatan’ bijak haruslah diselidiki alasan yang melatarbelakangi suatu perbuatan/ucapan itu.
    contoh: ada seorang mencuri (numpang contoh ya SP?)
    karna secara moral mencuri berakibat orang lain rugi dan dimana-mana perbuatan ini dicela, maka kita bilang orang itu ‘salah’, tidak peduli apakah dgn perbuatan mencuri itu merugikan atau memuaskan ego kita. nah, kalo kita menggunakan penilaian ‘baik’ dan ‘buruk’, kita akan bilang ‘baik’ kalau model pencurian spt yang SP bilang. kita akan bilang ‘buruk’ kalau koruptornya ternyata ketahuan boss kantor kita (hehehe).
    Kemudian, ……………………….(napas dulu)
    Kemudian, baru dilihat alasan yang melatarbelakangi.
    seperti yang SP bilang, si pencuri melakukan pencurian karna agar anaknya yang kelaparan dan sakit bisa terobati. Maka dengan alasan tsb, perbuatan mencuri dapat dimaafkan (benarkan?).
    jadi, dengan penilaian berdasarkan ‘benar’-‘salah’ bisa menghindari kesulitan dari perangkap penilaian ‘baik’-‘buruk”.
    damai…..damai….

  12. @armand
    ho ho ho begitu ya, masalahnya sih kalau benar salah itu harus ada dasarnya kan, evidence base-nya
    Nah itu susahnya cari dasar itu, ini juga beda-beda kok
    Kalau menurut saya baik dan buruk lebih memberi peran pada subjektifitas
    tapi kalau benar dan salah itu ketat ke arah objektifitas yang sudah pasti lebih sulit lagi
    salam damai

  13. ho ho ho (juga) dasarnya ya yang disepakati umum, nilai-nilai universal lah, bukan nilai-nilai yang digunakan oleh syiahphobia..eh…eh sorry… (gimana nyoret kata nih??) maksudnya …oleh segolongan orang saja.
    Misal, membunuh, mencuri, menipu, mengadu domba, menghasut de el el. semuanya sudah disepakati secara universal berkonotasi perbuatan/sikap yang buruk (salah). sementara jujur, ikhlas, suka menolong, sopan, lembut, de el el disepakati (kan?) sebagai perbuatan/sikap yang baik (benar).
    Lalu sulitkah untuk menerapkan peran objektivitas itu? Menurut saya tergantung. bagi sebagian orang (para nabi, imam yang suci dan pengikutnya yang taat) tidak ada kesulitan kok utk membedakan mana salah mana benar karna jiwa mereka yang suci (mudah2an prasangka baik ini benar, sorry datanya hanya dari membaca keutamaan2 mereka). sebaliknya bagi sebagian lain spt para syiahphobia…eh..eh salah lagi (gimana nih nyoretnya??) akan mengalami kesulitan utk membedakan benar dan salah – hehehe…SP ga termasuk yg ini kok – ya alasannya kebalikan dari keutamaan yang dimiliki oleh para imam tadi.
    Lagipula, kesulitan itu harus ditanggapi secara sehat dan wajar untuk mencari kebenaran, bukan? bukan untuk dihindari.
    salam…salam

  14. @armand
    Saya setuju kok dengan standar yang berupa nilai universal. Tetapi apa landasan nilai universal itu sendiri?
    Jangan-jangan tiap orang bebas mempersepsi nilai universal, nah ini yang perlu disayat dan dipisahkan dengan teliti

    Lagipula, kesulitan itu harus ditanggapi secara sehat dan wajar untuk mencari kebenaran, bukan? bukan untuk dihindari.

    Benar sekali, kalau memang dari awal tujuannya mencari maka untuk apa menghindari 🙂

  15. merenung ya…
    ya…ya…..emmmmmhmmm
    (sambil ngrokok, mengepulkan asap, trus menyruput teh panas dalam cangkir, sambil memandang langit-langit kamar…)
    emmm…merenung 🙂

  16. @suhadinet
    silakan merenung 🙂

  17. @secondprince
    “Saya setuju kok dengan standar yang berupa nilai universal”…
    Lha ini kan tandanya tak ada universalitas yang bebas nilai 🙂

  18. @hildalexander
    standar universal memang ada
    Gak bebas nilai, benar sekali 🙂

  19. @armand
    Setuju banget dah.
    @SP
    Kalau mau dibikin repot ya mmg ga pernah bs perfect lahh. Kalau dibilang universal lah, common sense lahh tentunya tdk bebas dr kemungkinan pengecualian; bunuh diri bs jd secara universal adalah salah, tp bagi samurai jaman itu adalah suatu kehormatan/kemuliaan. Tp kan pengecualian itu tdk menyebabkan nilai universal tsb jd gugur.
    Dunia kt inikan bkn dunia absolut yg bs lepas dr pengecualian..hehe..mudah2an ga sok tau.
    Jadi kl kembali ke mslh baik-buruk dan benar salah, kyknya harus pake benar-salah dehh.
    Semisal saya memilih islam bkn sekedar krn islam adalah agama yg baik tp krn islam adalah agama yg benar. Si “A” mengklaim agama budha yg baik buat dia, tentunya kt tdk bs tolak atau perdebatkan krn dia sdh secara implisit menyatakan agama budha “relatif” lebih baik buat dia. Tapi kl dia menyatakan agama budha adalah agama yg benar, tentunya msh terbuka perdebatan disitu. Namun jgn jg bhw perdebatan atau ketidaksetujuan itu dikategorikan sbg relatif/subjektif, tp hrs dikategorikan sbg perbedaan pendapat yg mestinya bs diketemukan titik akhirnya jika sama2 dg tujuan mencari kebenaran tsb.
    Pakai cth lain aja yg simple yaa (oyaa..armand, kl mau ks cth kudu minta ijin dl yaa ama SP..hehe..kulo nuwun ya SP):
    Suatu makanan enak buat saya tdk bs dipaksakan tdk enak buat org lain. Tp makanan itu tdk punya nilai gizi yg cukup itu bs diakhiri dg suatu kata benar/salah.

    Sudah ahhhh…bs tambah ngawur ntar kl dipanjangin.

  20. @nothing

    Kalau mau dibikin repot ya mmg ga pernah bs perfect lahh. Kalau dibilang universal lah, common sense lahh tentunya tdk bebas dr kemungkinan pengecualian; bunuh diri bs jd secara universal adalah salah, tp bagi samurai jaman itu adalah suatu kehormatan/kemuliaan. Tp kan pengecualian itu tdk menyebabkan nilai universal tsb jd gugur.

    saya setuju kok, tapi tetap saja bagaimana kita bisa tahu yang mana yang disebut nilai universal, tidak seenaknya kan

    Jadi kl kembali ke mslh baik-buruk dan benar salah, kyknya harus pake benar-salah dehh.

    bisa kok, tapi tetep aja ada bedanya

    Semisal saya memilih islam bkn sekedar krn islam adalah agama yg baik tp krn islam adalah agama yg benar.

    nah itu yang saya maksud Mas, tetep aja beda kan antara baik dan benar

    Si “A” mengklaim agama budha yg baik buat dia, tentunya kt tdk bs tolak atau perdebatkan krn dia sdh secara implisit menyatakan agama budha “relatif” lebih baik buat dia. Tapi kl dia menyatakan agama budha adalah agama yg benar, tentunya msh terbuka perdebatan disitu.

    Maksud saya begitu Mas, contoh anda menunjukkan bahwa baik dan buruk lebih ke arah subjektivitas, sedangkan benar dan salah mengandung muatan yang objektif

    Namun jgn jg bhw perdebatan atau ketidaksetujuan itu dikategorikan sbg relatif/subjektif, tp hrs dikategorikan sbg perbedaan pendapat yg mestinya bs diketemukan titik akhirnya jika sama2 dg tujuan mencari kebenaran tsb.

    bisa kok kalau kedua belah pihak sama-sama punya itikad baik untuk mencari kebenaran 🙂
    salam

  21. Baik – buruk , selaras dengan Benar – salah.
    Baik – buruk; menyangkut rasa (hati).
    Benar – salah; menyangkut logika (akal).

    Yang Paling Baik adalah Surga…. tempat yang baik dan benar.
    Yang Paling Buruk adalah Neraka…. tempat yang buruk dan salah.

    Jangan campur adukkan antara baik-buruk dengan benar-salah.

    Ingatlah kepada Yang Maha Pemurah.
    Ingatlah kepada Yang Maha Penyayang.
    Ingatlah kepada Yang Maha Bijaksana.

    “skali lagi… sangat filosofis”
    salam.

  22. @iwansyamsumin

    Jangan campur adukkan antara baik-buruk dengan benar-salah.

    Saya sependapat dengan anda dalam masalah ini
    Salam kenal

  23. Salam kenal juga…….!
    Sedikit tambahan.
    Baik-buruk adalah sifat untuk menuju benar-salah.
    Benar-salah diaplikasikan untuk menentukan baik-buruk.
    baik-buruk ibarat telur, benar-salah ibarat ayam. Duluan mana telur ato ayam ?

  24. @iwan
    Salam kenal juga….
    Premisnya “terkesan” benar. Perlu ditakrifkan dulu.
    Duluan Ayam.
    Ini pertanyaan (filosofii) sejak jaman baheula.
    Kenapa ayam? Bisa dengan alasan-alasan berikut:
    (1) Telur adalah hasil perkembangbiakan (output), melalui suatu perkembangbiakan/perkawinan (proses) yang dilakukan oleh induk (input).
    “Input selalu mendahului output” Begitu katanya. Sehingga ayam seyogjanya mendahului telur.
    Namun masih akan ada pertanyaan; Dulu pada awal penciptaan gimana? Jawaban (relatif) ada di nomor (2) ini;
    (2) Penciptaan awal manusia oleh Allah swt bukanlah dari janin atau bahkan sebelum janin yang belum berbentuk, tapi dimulai dari manusia dewasa Adam dengan segala kesempurnaannya. Apa hikmah diciptakannya langsung menjadi dewasa? Salah satunya sehubungan dgn konteks ini adalah manusia dewasa memiliki panca indera yg sdh berfungsi normal, memiliki jiwa yang lebih sempurna yang oleh karenanya memiliki keinginan dan kemampuan utk mempertahankan kehidupannya, memiliki naluri dari menghindar terhadap bahaya/ancaman dan mampu memanfaatkan segala sumber daya alam (sda) yang sudah diciptakan oleh Allah wa jalla.
    Begitu juga saya kira, mengapa ayam seyogjanya diciptakan lebih dulu, adalah karena ayam relatif (bahkan mutlak?) memiliki panca indera yang normal sehingga dengannya mampu bertahan hidup, mampu menghindar dari bahaya yg mengancam serta bisa memanfaatkan sda yg tersedia. Bayangkan saja jika telur yang diciptakan lebih awal, bagaimana ia bisa mempertahankan kehidupannya? wallahu’alam.

    Jawaban semuanya adalah jawaban relatif tentu saja. Sangat mungkin keliru.

    Sorry SP jadi menuh-menuhin blog mas yg (kayaknya) ngga ada hubungannya dg. topik Analisis Baik Buruk. :mrgreen:
    Soale gemes n gatal pengen jawab teka-tekinya

    *lagigemes*

  25. Aturan / Prosedur penilaian :
    baik > baik >>> tulus-iklas-rela-pasrah…
    baik > buruk >>> iri-dengki-sombong-tak rela…
    buruk > baik >>> hina-najis-hindari…
    buruk > buruk >>> faham-sekawan-sama2 tahu…

    TES :
    selalu !
    deklarasikan dulu perbuatan dan pelaku baik-buruk.

    merampok :
    robinhood > tuan tanah >>> ?
    buruk > buruk >>>> sama2 tahu, sama sama licik

    dermawan :
    robinhood > rakyat jelata >>> ?
    baik > baik >>> suka, rela

    perampasan :
    tuan tanah > rakyat jelata >>> ?
    buruk > baik >>> hindari, menyumpah

    pengorbanan :
    rakyat jelata > tuan tanah >>> ?
    baik > buruk >>> sombong, besar kepala

    Equilibrum :::
    Agar tuan tanah tidak sombong dan besar kepala, agar rakyat jelata tidak menyumpah, agar tidak muncul pahlawan robinhood, agar robinhood tidak merampok, MAKA yang terbaik adalah terjadinya keseimbangan antara tuan tanah dan rakyat jelata.
    Lihat ! ada keadilan di antara baik dan buruk.. Keadilan = Equilibrum yang disimbolkan dengan tanda ( = )

    Catatan :
    Ada sifat gravitasi.
    di antara benar dan salah, salah lebih dominan.
    di antara baik dan buruk, buruk lebih dominan.

    Contoh :
    Bagaimana pun kentut itu bau busuk. Maka yang baik adalah, jangan kentut sembarangan. Siapa yang nilai sebaliknya, sini saya kentutkan….. !?!

    Katakan, bagaimana sulitnya mengajarkan anak berhitung ?
    bagaimana sulitnya mengajarkan anak makan sambil duduk tenang ?

    Sekedar nambah paradoks.

  26. sehubungan dengan
    @armand

    Ada isyarat yang aneh mengenai telur-telur dan apa jadinya nanti. Bentuknya bulat lonjong. Ada yang keras dan ada yang lembut kulitnya. Bermacam-macam telur. Misalkan warnanya putih. Kita belum tahu pasti akan jadi seperti apa ayam itu nantinya. Apakah putih, belang hitam putih, ataukah hitam.
    Isyaratnya adalah : ayam, itik, angsa, buaya, ular, cicak, dan lain-lainnya menghasilkan suatu bulat lonjong (semacam seragam atau setipe), beragam ukuran, beragam tekstur dan warna, yang disebut telur. Dari telur-telur ini kemudian menetas menjadi bermacam model binatang (berkaki empat, berkaki dua, bersayap, bahkan dinosaurus).
    Kita melihat kondisi telur itu baik atau buruk (penaksiran dan penilaian kondisi). Kebenaran akan terlihat ketika telur telah menetas dan menjadi ayam. Apakah kondisi ayam sebagaimana kondisi telur sebelumnya ? Lalu bagaimana supaya ayam menghasilkan telur-telur yang bagus ? Mungkin ini akan jadi proses evaluasi dalam memilih bibit unggul.

    Hati-hati menetaskan telur. Maunya ayam, tau-tau Raptor…!?!

  27. @armand dan iwan
    Silakan, silakan
    saya menyimak
    *sambil minum kopi*

  28. Rupanya SP senang buat orang pusing ya hehe. Jadi agar kita jgn pusing bola yg dilempar olh SP kita harus jd bunglon dan rela berkorban br kita bs membedakan apakah perbuatan itu baik atau buruk

  29. Saya lebih suka bicara tentang aplikasi.
    Pembicaraan mengenai Relatifitas Kebenaran dan Analisis Baik Buruk, harus dapat ditarik kesimpulan dan harus dapat diaplikasikan. Kalau tidak, pembicaraan mengenai ini tidak akan pernah habisnya. Perbedaan persepsi, konteks, dan sebagainya hanya akan memperpanjang pembicaraan menjadi semakin liar.
    Contoh :
    Saya yakin, komputer atau robot telah dapat diprogram untuk menentukan salah benar, berdasar database dan input data.
    Namun komputer dan robot belum bisa menentukan baik-buruk, kecuali hanyalah samaran dari logika.

    Fuzzy logic, nampaknya satu pendekatan kepada penilaian baik-buruk. Dia harus dibuatkan rumusan tentang ‘rasa’.

    Saya ingat pada kisah tentang ciri-ciri kiamat. Salah satunya ada disebutkan keluarnya binatang atau makhluk semacam sapi…. yang katanya bisa berbicara. Dia akan mengatakan kepada setiap orang, bahwa orang itu akan masuk neraka atau masuk surga…… Tapi ini hanya kisah. Saya tidak ingat lagi darimana saya mendengar kisah itu. Yang terpikir oleh saya justru, manusialah yang telah membuat makhluk semacam itu. Pembahasan mengenai ini semua adalah cikal-bakal terwujudnya makhluk itu.

    Istilah :
    Dengan mudah kita sebut benar-salah sebagai kebenaran. Kebenaran bernilai benar atau salah.
    Bagaimana dengan baik-buruk ? Kata apa yang tepat untuk mewakili keduanya ?
    Saya lebih suka menyebut keduanya sebagai ‘berperasaan’. Berperasaan akan bernilai baik atau buruk.

    Beberapa logika akan saya sampaikan :
    Kebenaran Mutlak, ternyata tidak berpasangan dengan Kesalahan Mutlak, tetapi dengan Kebenaran Relatif.

    Kebaikan berpasangan dengan Keburukan. Mengapa tidak dibicarakan mengenai Kebaikan Mutlak dan Kebaikan Relatif.

    Allah telah mengisyaratkan ini dengan Namanya :
    Yang Maha Esa …. sementara Maha Besar.
    Yang Maha Benar….. tidak pernah dipasangkan dengan yang maha salah.
    Maha Adil….. tidak pernah dipasangkan dengan maha tidak adil.
    Maha Pengasih….. tidak pernah dipasangkan dengan maha kejam.

    Ingat hukum ‘gravitasi salah’ dan ‘gravitasi buruk’.

    Pengandaian :
    Sebuah kapal menuju sebuah pulau, berpedoman kompas. Pulau sama sekali belum terlihat. Pulau terletak di Barat dan tercantum pada peta sebagai kebenaran mutlak. Posisi Barat kompas adalah kebenaran relatif. Arah hidung kapal adalah baik-buruk.
    Pulau itu bernama ‘Maha Esa’.
    Apabila kompas kapal itu rusak dan apabila cuaca buruk serta gelombang tinggi, Kiranya apa yang akan terjadi ?
    Navigasi keadaan darurat :
    Lihatlah bintang atau matahari. Mereka tidak seperti kompas.
    Berlayarlah pada cuaca yang baik.

    Inilah mungkin arah dari semu pembicaraan disini.
    Trims untuk telah membacanya.

  30. @SP
    Menurut anda apakah kebaikan dan keburukan itu memiliki eksistensi??

Tinggalkan komentar