Kebohongan Demi Kebaikan Yang Lebih Besar

Pernah berbohong?, mungkin iya, ragu-ragu atau dengan yakin berkata tidak pernah. Ah terserahlah, setiap orang punya urusan masing-masing. Tetapi pernahkah anda berpikir bahwa Kebohongan ternyata juga punya riwayat hidup yang baik. 🙂

Saudara Kandung Kebohongan

Dahulu sebelum Kebohongan lahir, kedua orang tuanya punya seorang anak bernama Kejujuran. Sang anak pertama sangat disayangi kedua orang tuanya. Ia dibesarkan dengan halus dan baik, tumbuh berkembang menjadi lebih besar dan kuat. Sayangnya Kejujuran juga menghadapi banyak masalah dalam kehidupan. Sering kali dia diganggu oleh Temannya Yang Pamrih dan Musuh Besarnya Yang Munafik. Tak henti-hentinya mereka mengintimidasi Kejujuran. Hal ini membuat Kejujuran merasa sangat menderita.

Kejujuran selalu percaya bahwa Ia punya kekuatan yang sangat besar tetapi sayangnya Ia tidak punya Keyakinan. Kejujuran seringkali dihinggapi Keraguan dari Temannya Yang Pamrih dan Musuhnya Yang Munafik. Sang Pamrih seringkali menghasut Kejujuran agar tidak perlu selalu menonjolkan diri. Sang Pamrih memberikan nasehat agar di saat-saat tertentu Kejujuran harus merendah diri, berkorban demi Dirinya Yang Pamrih. Sang Munafik adalah Musuh yang dibenci Kejujuran. Tetapi Kejujuran Tidak Bisa Menyembunyikan Kebenciannya, Ia tidak punya kemampuan untuk itu. Oleh karena itu jika Kejujuran bersama Sang Munafik, maka sang Munafik akan menampakkan raut Bijaksana dan Keramahtamahan Yang Dipalsukan sedangkan Kejujuran tak pernah bisa menyembunyikan kebenciannya. Kejujuran tidak mengerti mengapa Ia begitu membenci Raut Yang Bijak dan Ramahtamah, Kejujuran benar-benar merasa bersalah dan tidak mengerti.

Begitulah Dilema besar Sang Kejujuran 😦

Lahirnya Kebohongan Demi Kebaikan Yang Lebih Besar

Kebohongan lahir di tengah-tengah Dilema Saudaranya. Ia melihat betapa Saudaranya Dipermainkan dan menderita. Kebohongan merasa sedih dan Ia tumbuh dalam kesedihan. Kesedihan itu makin lama makin berat hingga menyatu kedalam jiwanya. Kesedihan itu telah membuat jiwanya terbagi menjadi Kepercayaan dan Ketidakpercayaan. Di satu sisi Ia percaya bahwa Ia sangat Menyayangi Kejujuran dan disisi lain tumbuh Ketidakpercayaan dengan apapun. Ketidakpercayaan yang ia pelajari dari Dilema Kejujuran. Dilema yang mengajarkan betapa Apa Yang Dilihat Tidak Sesuai Dengan Kenyataan Sebenarnya. Sang Teman Yang Tidak Memiliki Apapun Selain Pamrih. Sang Munafik Yang Mengelabui dengan Kebaikan yang dibuat-buat.

Tidak tahan melihat apa yang dialami saudaranya. Maka Kebohongan mengambil keputusan besar. Kebohongan akan memberikan Kepercayaan yang ia miliki untuk Kejujuran. Dengan Kepercayaan itu Kejujuran akan memiliki keyakinan bahwa apa yang Ia lakukan selama ini adalah sebuah Kebenaran. Dengan Kepercayaan itu Kejujuran akan dapat melihat wujud Nyata Kepamrihan dan Kemunafikan.

Pengorbanan itu harus dibayar mahal oleh Kebohongan. Kebohongan tidak memiliki Apapun selain Ketidakpercayaan. Tiada Yang tersisa dari Kebohongan Selain Ketidakpercayaan. Bahkan Ia tidak pernah percaya bahwa Ia adalah Saudara dari Kejujuran . Dan tentu saja Ia tidak akan pernah percaya bahwa Ia telah memberikan Pengorbanan Demi Kebaikan Yang Lebih Besar.

Sayangnya Kejujuran Yang Telah Memiliki Keyakinan tidak bisa melihat apapun di dalam Kebohongan selain Ketidakpercayaan. Kejujuran telah melihat bahwa Kebohongan adalah Wujud Nyata Yang Berlawanan Dengan Dirinya.

Akhirnya Berpisahlah Kedua Saudara Itu dan Mengambil Tempat Yang Telah Ditetapkan.

25 Tanggapan

  1. “Apa yang dilihat tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya”

    Means, mata menipu dunk….kita selalu melihat secara kasat mata. Padahal apa yang dilihat bukan kenyataannya. Lantas kenyataannya seperti apa? ada peluang merekayasa kenyataan?

    Atau memang yang melihat hanya dengan mata tanpa ‘mata’ dalam arti memperhatikan dengan hati, adalah para munafikun atau fasikun, atau kafirun? hehehe….

    mohon pencerahannya

  2. Keduax….
    berbohong demi kebaikan lebih nikmat daripada berjujur tetapi menimbulkan angkara…..

    *garuk-garuk kepala*

    Tampilkan juga dunk, kisah-kisah kebohongan demi kebaikan yang dilakukan para nabi…..ntar aku copy paste….buat dicerikatan kembali kepada anak-anak singgah

  3. Ketigaxx….Hatrix….

    *halah, basiiiii banget*

    Tampilkan juga visualisasinya biar lebih menarik…..

  4. Mohon ijin untuk memasukkan blog Anda ke dalam blogroll saya. Syukron

  5. @hildalexander
    Untung ya punya mata
    Melihat sesuatu tidak sesuai kenyataan sebenarnya jauh lebih tidak bermasalah dibanding selalu bisa melihat kenyataan sebenarnya

    berbohong demi kebaikan lebih nikmat daripada berjujur tetapi menimbulkan angkara…

    Apa anda benar-benar yakin ada kebohongan demi kebaikan ? 🙂

    Mohon ijin untuk memasukkan blog Anda ke dalam blogroll saya. Syukron

    Ah silakan 🙂

  6. justru itu saya menulis karena saya belum menyaksikan berbohong demi kebaikan itu yang seperti apa? kebanyakan berbohong ya berbohong tanpa embel-embel demi kebaikan….

  7. I’m back … my fellow Second Prince … It was a long journey from the place where I’ve been … 😀

    So, you have mastered the art of honesty …

    May the Force of Truth and Kindness bless you …

    Please come to my village if you have time …

  8. yang ada……kebohongan hanya akan diikuti kebohongan lain yang mendukungnya begitu seterusnya seolah olah itulah kejujuran.
    dan …..kebohongan yang diikuti kejujuran mungkin akan menyakitkan tapi itulah kejujuran yang sebenarnya.
    sedangkan……kejujuran tidak perlu diikuti kebohongan.
    Memang…..sudah selayaknya kejujuran dan kebohongan menempati tempatnya masing-masing.

  9. @hilda
    suatu hari mungkin saja ada

    @Altair
    🙂

    @ER EN
    Sederhana Mas, baik kebohongan atau kejujuran bisa saja saling mengikuti karena yah tergantung individunya

  10. mungkinkah ini ajaran taqiyah itu?

  11. Great. Bener-bener mengupas kejujuran dan kebohongan. Dalam kemasan ‘asal-muasal’.

    Tapi menurut saya, sama seperti hal lain di muka bumi ini. Kejujuran dan Kebohongan membuat keseimbangan dalam ekosistem hidup kita.

    Ini asli tulisan Second Prince?

    Boleh saya salin? Dengan tetap menulis sumbernya (secondprince.wordpres..com) ?

    Terima kasih.

  12. @semoga Allah meridhai Abu Bakar dan Umar
    😆 , ada-ada aja nih
    aneh banget ya nyasar ke sana 😛

    @Leonardo
    Asli
    silakan,silakan 🙂

  13. thx atas konfirmasinya ya.

  14. @Leonardo
    kembali 🙂

  15. membaca judulnya kupikir soal “kebohongan” Dumbledore dalam HP yg Deathly Hollows ^-^ ternyata bukan yak??!

    Hmmh.., kalo sebegitu kontrasnya watak mereka, kenapa kita bisa akrab dengan keduanya. Bahkan kadang, kita bisa “bohong” ditengah “jujur” kita.
    Emg menurut akh “white lies” itu ada?
    menurutku (yg ampe skr kupahami) bhw tidak berkata apa2 (dan membiarkan org menafsir dg bebasnya ttg prilaku kita) itu lebih baik drpd berkata bohong / menutupi yg sebenarnya.

  16. membaca judulnya kupikir soal “kebohongan” Dumbledore dalam HP yg Deathly Hollows ^-^ ternyata bukan yak??!

    Hmmh.., kalo sbegitu kontrasnya watak mereka, kenapa kita bisa akrab dengan keduanya. Bahkan kadang, kita bisa “bohong” ditengah “jujur” kita.
    Emg menurut akh “white lies” itu ada?
    menurutku (yg ampe skr kupahami) bhw tidak berkata apa2 (dan membiarkan org menafsir dg bebasnya ttg prilaku kita) itu lebih baik drpd berkata bohong utk menutupi yg sebenarnya.

  17. kebohongan demi kebaikan??? yang namanya bohong tetap aja bohong walaupun itu demi kebaikkan…

  18. @nurma

    membaca judulnya kupikir soal “kebohongan” Dumbledore dalam HP yg Deathly Hollows ^-^ ternyata bukan yak??!

    Idenya dari sana lho 🙂

    Hmmh.., kalo sbegitu kontrasnya watak mereka, kenapa kita bisa akrab dengan keduanya. Bahkan kadang, kita bisa “bohong” ditengah “jujur” kita.

    karena keduanya berasal dari orang tua yang sama :mrgreen:

    Emg menurut akh “white lies” itu ada?
    menurutku (yg ampe skr kupahami) bhw tidak berkata apa2 (dan membiarkan org menafsir dg bebasnya ttg prilaku kita) itu lebih baik drpd berkata bohong utk menutupi yg sebenarnya.

    Ada kali, katakan saja sesuatu dengan benar tetapi entah bagaimana orang lain mempersepsi sebaliknya, ketika ia tahu ia salah ia akan berkata kita bohong padahal kita berkata jujur hanya ia saja yang mempersepsi sebaliknya
    Walaupun sebenarnya kebohongan yang ia persepsi itu bukan sesuatu yang tidak kita harapkan :mrgreen:
    seperti energi yang negatif dan itu kebohongan yang berseni 😛

    @nazel0612
    Iya lah bohong tetap aja bohong, tetapi bohong itu ada yang keren dan berkelas atau malah ada juga bohong yang bloon 🙂

  19. Wah ‘masuk’ banget tuh! Tapi istilahnya jangan ‘bohong’lah, hanya sedikit memanfaatkan gaya bahasa dan persepsi manusia (ini dibahas loh di kelas Interpersonal-intrapersonal communications) dan bukankah kita blajar ilmu untuk diterapkan?? He..

    “…tetapi bohong itu ada yang keren dan berkelas atau malah ada juga bohong yang bloon..”
    Hahaha..

  20. @nurma
    he he he benar kan, ah anda juga suka jahil seperti saya ya :mrgreen:

  21. sayang sekali, kebohongan tidak menyadari bahwa saudaranya punya kemampuan dan kepercayaan diri yang besar.
    andai dia menyadarinya sedari awal, tentu dia tidak perlu terpuruk dan menderita seperti itu. 😀

  22. @watonist
    saya bersimpati dengan pengorbanan kebohongan yang begitu besar bagi saudaranya :mrgreen:

  23. kebohongan demi kbaikan, sy sering mlakukanya.
    demi kbaikan diri sndiri,hehe…

  24. kurang lengkap dan cenderung membingungkan…harusnya dibahas sekalian ttg jenis kebohongan, ide dasar kebohongan, methoda kebohongan, watak kebohongan, dll…biar tuntas dan tidak ngambang…
    ben tambah mumet sekalian…

  25. kebohongan demi kebaikan semua orang bukankah lebih baik, dari pad abohong demi kepentingan diri sendiri

Tinggalkan komentar