Akidah Syiah Tentang Al Quran

Sebelumnya perlu disampaikan, Tulisan ini bukanlah tulisan saya. Tapi ada seseorang yang menyampaikan tulisannya kepada saya sebagai tanggapan atas tulisan blog haulasyiah.wordpress.com. Nah lihat baik-baik

Yth. Sdr. J. Algar

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Dibawah ini saya kirimkan artikel tanggapan kami yang telah dua kali kami layangkan kepada blog wahabi/salafi “haulasyiah.wordpress.com” (tgl. 3 Januari 2008 dan 11 januari 2008) tentang tuduhan tahrif kepada syiah, akan tetapi tidak pernah ditampilkan sampai hari ini.

Sebagaimana kebanyakan blog/situs kelompok wahabil/salafi lainnya, sering-kali berlaku pengecut dan tidak jantan untuk memuat tanggapan yang kiranya tidak dapat mereka sanggah atau tanggapan itu membuka kedok, fitnah dan tuduhan-tuduhan palsu mereka!

Kami telah mengatakan sebelumnya kepada pengelola blog “haulasyiah” tersebut, jika tanggapan kami tidak dimuat maka artikel ini akan kami kirim ke blog/situs yang berseberangan dengan mereka, sebagai bukti bahwa mereka tidak sportif (tidak amanah), penakut dan pengecut.

Melihat blog saudara J. Algar yang banyak menulis tentang wahabi/salafi, maka kami berharap Akhina J. Algar yth. sudi dan berkenan memuat artikel kami ini di blog saudara, dan kami siap mendiskusikan tuduhan palsu tentang tahrif tersebut dengan wahabiyyun/salafiyyun!

Jazakumullah khairan

Huda Anshori

peace.guy@hotmail.com

***************************************************

@Tanggapan atas artikel blog “haulasyiah.wordpress.com”

-AKIDAH SYIAH TENTANG Al-QUR’AN-

http://haulasyiah.wordpress.com/2007/06/30/aqidah-syiah-tentang-al-quran/#comment-444

@Haulasyiah

Assalamu alaikum wr. wb

Sebagai seorang muslim saya yakin bahwa Al Qur’an Al Karim terjaga dari segala bentuk kebatilan; kepalsuan isinya, penyimpangan teksnya; penambahan ataupun pengurangan. Keyakinan itu saya imani berdasarkan bukti dan bukan atas dasar taklid buta atau fanatisme tak berdasar. Semua isu yang menebar keragu-raguan terhadap kesucian dan keterjagaan Al Qur’an adalah -palsu dan dapat dibuktikan- sebagai cara musuh-musuh Islam untuk menjauhkan umat Islam dari kitab suci pedomannya.

Akan tetapi, hal aneh yang justru saya saksikan dari sebagian penulis muslim –yang kebanyakan dari mereka yang berafiliasi dengan faham dan kelompok Islam tertentu di Timur Tengah- mereka memiliki kegemaran menyebar:

(1) Isu bahwa Syi’ah mempunyai Al Qur’an sendiri yang berbeda dengan Al Qur’an kaum Muslimin, dan Al Qur’an mereka itu baru dan dikeluarkan di akhir zaman nanti.

(2) Isu bahwa Al Qur’an yang ada di kalangan kaum Muslmin sekarang ini telah mengalami perubahan dalam pandangan Syi’ah.

Sebagai bukti kebenaran isu yang dituduhkan ini, para penulis itu menyebutkan beberapa riwayat dari kitab-kitab Syi’ah yang menyebut-nyebut bahwa ayat tertentu yang tertera di sana berbeda dengan ayat-ayat yang ada di dalam Al Qur’an kaum Muslimin. Seperti yang disebutkan dalam makalah di atas… dengan dasar adanya riwayat-riwayat seperti itu, maka disimpulkan bahwa Al Qur’an Syi’ah memang berbeda dengan Al Qur’an umat Islam.

Semua pernyataan para ulama Syi’ah yang tegas menolak isu tahrif tidak digubris dan dianggap sebagai aksi taqiyyah belaka!

Bapak pengelolah blog “haulasyiah” yang saya hormati, kalau memang demikian logikanya, maka masalahnya akan menjadi runyam, sebab di dalam kitab-kitab Ahlusunnah wal Jama’ah juga dapat ditemukan riwayat-riwayat yang bahkan diakui keshahihannya, sementara isinya tegas-tegas mengatakan bahwa Al Qur’an yang ada kini telah mengalami perubahan. Atau di dalamnya termuat hadis yang mengatakan bahwa teks ayatnya berbeda dengan teks ayat yang ada di Al Qur’an yang ada ditangan kita sekarang. Lalu apakah kita akan menerima tuduhan bahwa kita (Ahlusunnah) atau paling tidak si penulis kitab tersebut telah meyakini adanya perubahan pada teks Al Qur’an?!

Jika jawabannya tidak, mengapa kita berdasarkan sekedar adanya riwayat tertentu itu (dan belum tentu atau tidak dianggap shahih oleh mereka) menuduh kelompok lain meyakini punya Al Qur’an yang ayat-ayatnya berbeda dengan Al Qur’an yang beredar sekarang?!

Bapak pengelolah yang saya muliakan, saya akan sedikit berbagi informasi dengan bapak dan para pengunjung blog ini tentang riwayat-riwayat seperti itu.

Saya harap Bapak bersabar mengikutinya dan setelahnya saya memohon tanggapan Bapak atasnya. Saya hanya pencari kebenaran dan pecinta persatuan serta meyakini bahwa kebenaran pasti akan tampil gemilang dan Islam pasti akan jaya di akhir zaman. Amin.

Perubahan Al Qur’an Dalam Kitab Hadis Imam Bukhari-rahimahullahu:

(1) Surah Wal laili Idzâ Yaghsyâ.[92]

Dalam Al Qur’an umat Islam yang turun kepada Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wa sallama- ayat itu berbunyi demikian:

وَ ما خَلَقَ الذَّكَرَ وَ الْأُنْثى‏

Dan Demi Yang menjadikan laki- laki dan perempuan” (Surat al-Laili, ayat; 3)

Ayat ini dalam versi Imam Bukhari berbunyi demikian:

وَ الذَكَرِ و الأُنْثَى.

“Dan demi laki-lak dan perempuan”.

Pada ayat versi Imam Bukhari mengalami pengurangan kalimat: وَ ما خَلَقَ dan kemudian harakat kata الذَّكَر dibaca karsah bukan fathah, seperti dalam Al Qur’an yang ada.

Dalam riwayat disebutkan bahwa sahabat Abu Darda’ -Radhiyallahu ‘anhu- menyatakan bahwa demikianlah sebenarnya ayat itu turun kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallama- dan beliau ajarkan. Jusrtu bunyi ayat seperti yang tertera dalam Al Qur’an sekarang itu dikatakan oleh riwayat Imam Bukhari sebagai hasil paksaan dan rekayasa para penguasa.

Jadi apakah kita akan menuduh Imam Bukahri -rahimahullahu- meyakini Al Qur’an yang berbada?! Atau kita akan menuduh Abu Darda’-Radhiyallahu ‘anhu- juga meyakini adanya perubahan dalam Al Qur’an?! Wal Iyadzu billah.

Untuk melihat langsung hadis tersebut baca Shahih Bukhari, Kitab at tafsir, tafsir wal laili idâ Yaghsyâ: 6/210.

(2) Surah Tabbat Yadâ

Dalam Al Qur’an umat Islam yang turun kepada Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wa sallama- ayat itu berbunyi demikian:

تَبَّتْ يَدا أَبي‏ لَهَبٍ وَ تَبَّ

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” (surat al-Lahab [111], ayat: 1)

Dalam Al Qur’an versi Imam Bukhari berbunyi demikian:

تَبَّتْ يَدا أَبي‏ لَهَبٍ وَقَدْ تَبَّ

Jika pada kasus pertama terjadi pengguguran beberapa kata, di sini justru mengalami penambahan sebuah huruf قد yang berfungsi sebagai huruf tahqiq/penguat dalam istilah kaidah bahasa Arab.

Ayat Al Qur’an versi Imam Bukhari ini dapat dijumpai dalam Shahih Bukhari, kitab at-tafsir, tafsir Tabat Yadâ Abi Lahabin wa-Tabb: 6/221.

Sekali lagi, kita harus jujur bertanya, apakah dengan dasar hadis riwayat Imam Bukhari ini, kita boleh menuduh beliau telah meyakini Al Qur’an lain selain yang ada di tangan kaum muslimin dan diyakini kesuciannya oleh kaum Muslimin?!

Jika kesimpulan itu tidak boleh kita ambil, mengapakah kita menuduh orang lain yang sekedar meriwayatkan sebuah hadis tertentu (dan belum tentu ia yakini keshahihannya, berbeda dengan Imam Bukari yang meyakni kesahihan seluruh hadis kitab beliau) yang mengandung redaksi lain ayat Al Qur’an dari yang ada di tangan kaum Muslimin dengan tuduhan bahwa ia mayakini tahrif dan perubahan dalam Al Qur’an?!

Saya pikir, kita umat Islam perlu berpikir positif dan jujur dalam menyikapi berbagai masalah yang ada!

(3) Surah asy Syu’arâ’ [26] Ayat214.

Bunyi ayat tersebut dalam Al Qur’an yang ada di kalangan umat Islam demikian:

وَ أَنْذِرْ عَشيرَتَكَ الْأَقْرَبينَ

“Dan berilah peringatan kepada kerabat- kerabatmu yang terdekat,” ( as-Syu’ara’, ayat; 214)

Sementara redaksi ayat itu sesuai versi Imam Bukahri adalah sebagai berikut:

وَ أَنْذِرْ عَشيرَتَكَ الْأَقْرَبينَ، وَ رَهْطَكَ الْمُخْلَصِيْنَ.

“Dan berilah peringatan kepada kerabat- kerabatmu yang terdekat dan kabilahmu yang terpilih.”

Hadis yang memuat ayat tersebut adalah dari riwayat sahabat Ibnu Abbas –Radhiyallahu ‘anhu-, beliau mengatakan demikian: Ketika turun ayat:

وَ أَنْذِرْ عَشيرَتَكَ الْأَقْرَبينَ، وَ رَهْطَكَ الْمُخْلَصِيْنَ.

Jadi demikianlah sebenarnya ayat tersebut turun kepada Nabi-–Shallallahu alaihi wa sallama-, bukan seperti yang beredar dalam Al Qur’an yang dibaca umat Islam. Dalam Al Qur’an yang beradar di kalangan kita ayat tersebut mengalami pengurangan satu bagian yaitu kalimat:

وَ رَهْطَكَ الْمُخْلَصِيْنَ..

Ayat Al Qur’an versi Imam Bukhari ini dapat dijumpai dalam Shahih Bukhari, kitab at tafsir, tafsir Tabat Yadâ Abi Lahabin wa Tabb: 6/221.

Bapak pengelolah blog haulasyiah yang saya muliakan, demikian tanggapan saya atas tulisan di atas. Saya berharap Bapak sudi memuatnya sebagai bahan perbandingan dan renungan. dan saya menunggu tanggapan dan jawaban saudara.

Perlu saya informasikan di sini bahwa saya termasuk pengunjung rutin blog “haulasyiah” dan juga blog-blog (situs) yang berseberangan dengan Bapak untuk studi perbandingan. Saya mungkin terpaksa mengirim tanggapan saya ini ke blog-blog tersebut jika Bapak berkeberatan memuat tanggapan saya ini.

Terima kasih dan ma’af jika kurang berkenan.

wassalam,

Huda Anshori

peace.guy@hotmail.com

Tanggapan Saya

Salafy memang aneh sekali. Suatu waktu mereka akan menunjukkan sikap yang benar-benar kritis terhadap suatu riwayat dengan mengandalkan metode Jarh Wat Ta’dil tapi di lain waktu mereka malah seenaknya mengutip riwayat Kitab orang lain tanpa menyatakan validitasnya.

Yang saya maksud, lihat saja tulisan blog haulasyiah yang mengutip banyak riwayat dari Kitab Syiah tetapi satupun dia tidak menampilkan bagaimana kedudukan riwayat itu menurut metode keilmuan di sisi Syiah. Apa kata Ulama Syiah tentang riwayat yang dikutip blog haulasyiah tersebut tidak pernah dia bersusah-susah untuk menampilkannya?. Jelas sekali tulisan haulasyiah itu hanya sekedar nukilan-nukilan lama, lagu lama yang basi, fitnah biasa bagi Salafy yang mengkafirkan Syiah. Sekedar Informasi anda bisa lihat pandangan Pengikut Syiah sendiri dan bagaimana pendapat Ulama Syiah yang dikutip oleh pengikut Syiah dan bukan kutipan dari Salafy

Bagaimana keyakinan Pengikut Syiah terhadap Al Quran?

Dalam hal ini saya telah menanyakan langsung kepada pengikut Syiah yang bisa saya temui dan jawabannya adalah Mereka sama seperti Sunni meyakini Keaslian Al Quran tanpa perubahan. Jadi apa lagi yang bisa dikatakan oleh para pemfitnah itu (baca :Salafy) selain cuma omong kosong. Semoga balasan atas ucapan mereka itu berbalik kepada mereka sendiri.

Lucunya Pengikut Salafy seperti Haulasyiah itu sering kali tinggi hati dan sombong untuk mendengarkan pembelaaan dari para pengikut Syiah terhadap Fitnah Salafy. Tidak jarang komentar yang membela atau tanggapan yang menyudutkan mereka dihapus. Sikap seperti ini menunjukkan sikap pengecut yang tidak layak dimiliki mereka yang mengaku berpegang pada Al Quran dan Sunnah. Jadi singkatnya sebagian dari mereka yang komentar atau tanggapannya tidak diacuhkan oleh Salafy dengan terpaksa menampilkan tanggapannya ke blog lain seperti yang sudah anda baca di atas.

Saya pribadi tidak keberatan untuk menampilkan tulisan atau tanggapan itu. Silakan saja, tidak ada masalah. Nah seperti biasa para pengecut Salafy akan bersorak-sorak menuduh saya sebagai pembela Syiah adalah Syiah dan tidak jarang mereka terang-terangan menuduh saya Syiah sambil sebelumnya menuduh Syiah itu kafir. Semoga ucapan itu berbalik ke mereka sendiri. Mereka mengaku pengikut Sunnah tetapi dengan sombongnya menuduh mereka yang Mengikuti Ahlul Bait berdasarkan perintah Rasulullah SAW sendiri dalam hadis Tsaqalain sebagai pengikut Yahudi Abdullah bin Saba’. Mereka mengaku pengikut Sunnah tetapi mendustakan bahwa Ahlul Bait adalah pedoman umat Islam agar tidak sesat dalam hadis Tsaqalain. Mereka mengaku pengikut Sunnah tetapi mendustakan pesan Rasulullah bahwa Al Quran dan Ahlul Bait adalah dua peninggalan Rasulullah SAW agar umat islam tidak tersesat. Kemana Sunnah yang diteriak-teriakkan itu. Begitulah jika fanatisme dan taklid jadi penyakit.

Satu-satunya pandangan yang saya tampilkan adalah Pandangan Bahwa Syiah adalah Islam sama seperti Sunni. Jadi yah gak perlu memfitnah yang tidak-tidak

Salam damai

Tambahan : Ternyata Tanggapan yang sama dimuat juga disini

49 Tanggapan

  1. Wah, gitu ternyata ya. Makasih saya dapat tambahan info lagi nih.

    Btw, yang ironis bagi saya ketika seseorang meyakini bahwa AQ itu di jaga langsung oleh Allah sehingga tidak mungkin di rubah-rubah isinya. Tapi di lain sisi orang tersebut menuduh orang telah menggunakan AQ yang di rubah isinya. Lah, berarti AQ bisa di rubah dunk sebenarnya???

    Atau mungkin orang tersebut adalah sebagai pasukan Allah yang menjaga AQ itu, dan tindakan menyebutkan ada AQ yang di rubah itu adalah dari bagian penjagaan Allah itu.

    *kontemplasi*

  2. @second
    aku punya pertanyaan untuk anda tentang keterjagaan al-Qur’an dan kemungkinan salahnya mushaf usmani. tapi nanti yah. lagi di warnet, bahannya lupa. 😀

  3. @danalingga
    Mungkin maksudnya Teks Al Quran dan Penafsiran Al Quran

    @gentole
    silakan Mas

  4. @ second
    hemmm ” Salafy memang aneh sekali. Suatu waktu mereka akan menunjukkan sikap yang benar-benar kritis terhadap suatu riwayat dengan mengandalkan metode Jarh Wat Ta’dil tapi di lain waktu mereka malah seenaknya mengutip riwayat Kitab orang lain tanpa menyatakan validitasnya. ”

    sama kah ??????? suatu waktu membanggakan satu ulama’, lain waktu mengkeritik sebagian pendapat itu

  5. @secondprince
    bener, mas. lagu lama yang diulang-ulang.
    banyak yang suka hal2 seperti ini. tutup mata, tutup telinga trus teriak ‘aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa’. kebenaran bisa diabaikan sejenak untuk mencapai ‘tujuan yang lebih mulia’.

    @ bersatu
    apanya yang sama, mas? nggak ada tuh standar ganda yang saya lihat di tulisannya mas secondprince. masa’ sampai cara membaca aja sampeyan harus diajarin, sih? sepertinya yang suka membanggakan ulama tertentu itu seseorang yang lain, deh.

  6. @ r husein h
    hemmm coba baca tulisan mengenai kritik sholat sujud mendahulukan lutut

  7. @ r husein h
    ini tulisannya klo gak betul
    ” ” Hadis ini memiliki sanad yang shahih tetapi terdapat sebagian ulama yang melemahkan hadis ini dengan melemahkan Syarik. Syaikh Al Albani dalam Shahih Sifat Shalat Nabi telah melemahkan hadis ini karena diriwayatkan oleh Syarik yang terkenal rusak hafalannya. Pernyataan Syaikh Al Albani jelas kurang tepat. ”
    tapi di tulisan lain al banni dipakai rujukan, nah apa itu yang bukan namanya nafs, atau semata mata ilmu, trus kita dengan mudah mengesampingkan ulama’ ????

  8. @ bersatu
    saya tulis ulang lagi, ya?
    Pernyataan Syaikh Al Albani jelas kurang tepat.
    apa yang salah dengan tulisan ini? apa anda pernah membaca tulisan secondprince yang menyatakan bahwa syaikh al-albaniy itu ma’sum? trus apa hubungannya dengan nafs? apa yang anda maksud dengan mengesampingkan ulama? apakah kita sebagai sunni syafi’i lantas bisa dikatakan mengesampingkan imam ja’far shadiq, imam abu hanifah, imam malik dan imam ahmad ibn hambal karena hanya menuruti nafsu?

    coba dibaca lagi deh tulisan yang anda kutip di atas. jika anda merasa bahwa membaca saja tanpa dibimbing ulama itu bisa sesat, coba di print dan baca bersama guru anda yang insyaallah bisa membantu anda memahami tulisan tersebut.

    saya coba bantu untuk menjelaskan tulisan secondprince mengenai kekeliruan salafy yang anda kutip di atas. mereka mengquote hadits2/riwayat2 yang justru dianggap dhaif oleh pihak syi’ah sendiri. tapi mereka tidak menulis bahwa hadits2/riwayat2 tersebut justru dibantah oleh pihak syiah sehingga kesannya seolah-olah apa yang mereka (salafy) sampaikan tersebut adalah pandangan syi’ah sesungguhnya.

    mudah2an anda bisa memahami ini.

  9. @ r husin h
    hemmm tolong dicari tulisan saya yang mengatakan al banni ma’sum ??????? ada gak ya ??????, yang saya maksut itu sekali tempo pake rujukan satu orang sekali tempo menolak rujukan satu orang , saya tidak mengesampingkan para imam mas, tapi klo kita udah memakai rujukan imam syafi’i maka rujukan lain hanya sebagak pengetahuan mas, jadi rancu klo kita ikut semua madzab, contoh dalam hal wudhu yang satu imam dengan imam lainnya ada perbedaan, contoh seseorang wudhu memakai faham imam syafi’i, tetapi pada saat bersentuhan tangan dengan wanita yang bukan muhrimnya dia tidak wuhdu dengan alasan rujukan dari imam hanbali, nah padahal menurut imam syafi’i bersentuhan kulit lawan jenis yang bukan muhrim hukumnya batal ………….. bingung ya , makanya kita harus tetap punya pegangan, gak asal baca terus kritik sana keritik sini. yang saya tegaskan adalah berujar denga keterangan al banni, tapi mengesampingkan pendapat imam lain, sekali tempo mengeritik al banni sendiri ……………. bingung kan, tapi bagi orang yang gemar mengkeritik yan akan tidak bermasalah karena tugasnya mengkeritik, contoh kritikus lukisan, siapa pun yang melukis pasti ada kritikny karena tugasnya adalah mengkeritik …………. jadi tolong jangan salah sangka, mari kita belajar dengan ilmu, tidak dengan nafs

  10. @ bersatu
    hemmm tolong dicari tulisan saya yang mengatakan al banni ma’sum ??????? ada gak ya ??????

    lalu apa anda menganggap pendapat syaikh al-albany itu semuanya benar dan tidak bisa salah? kenapa? kenapa anda tidak bisa menerima bahwa ada pendapat ulama lain yang lebih benar dari pendapat syaikh al-albany?

    lalu kalau secondprince atau saya atau siapa saja menganggap syaikh al-albany bisa salah, apa persamaannya dengan salafy yang sengaja menyembunyikan fakta saat mengutip hadits2 syiah?

    tolong jawabannya nggak usah mutar2 sana sini. nggak usah pake analogi2 nggak nyambung yang bikin anda sendiri bingung.
    kalau kurang jelas dengan pertanyaan2 saya coba kasih tahu kurang jelasnya di bagian mana.

    nggak ada yang salah sangka di sini. dan sepertinya anda masih tetap dengan fitnah anda bahwa yang berilmu itu cuma anda dan guru anda saja sedangkan yang lain cuma menuruti nafsu.

  11. @ r husain H
    hemmmm ini tandanya orang yang tidak berilmu ………….
    ” lalu apa anda menganggap pendapat syaikh al-albany itu semuanya benar dan tidak bisa salah? kenapa? kenapa anda tidak bisa menerima bahwa ada pendapat ulama lain yang lebih benar dari pendapat syaikh al-albany? ”

    saya tida menganggap beliau benar, tapi saudara second yang menganggap benar dalam masalah fadak ( walau katanya tidak diambil sarahnya, hanya diambil terjemahannya )
    baca posting di riwayat fadak, nanti anda akan bisa tahu bahwa ilmu bukan hanya dari kitab tapi harus ada sanadnya, entak klo wahabi, atau lainnya yang tida bersanad. sekali tempo mamakai rujukan dari al banni, sekali tempo mengkeritik, terus mana sanadnya, saya tanya pada sampean, apa sampean juga seperti itu, hanya belajar dari buku ????????? klo iya ya sama dengan boong mas, buku tidak bisa di pertanggung jawabkan besok CAMKAN ITU .
    KLO masalah al banni saya udah baca riwayat singkatnya, beliau hanya belajar dari buku buku yang diambild ari perpustakaan, terus berfatwah, beda dengan imam imam lainnya, seperti imam syafi’i, handabi, maliki, hanifa, ibnu hajar, dll yang kesemuanya berkaitan nama satu dengan lainnya yang disebut sanad, ingat sanad itu penting untuk ilmu agama, agar bisa dijadikan hujjah kelak di hari pembalasan, klo kamu ditanya besok, terus kamu ditanya saya ambil fatwah dari buku yang dikarang si fulan, maka bisa saja si fulan mengelak bahwa dia baca buku saya tampa ijin dari saya , hayooooooo bingung kan , makanya sanad itu utama, tanpa sanad fatwahnya bathil, alias ngaco

  12. saya tida menganggap beliau benar, tapi saudara second yang menganggap benar dalam masalah fadak ( walau katanya tidak diambil sarahnya, hanya diambil terjemahannya )

    oh, jadi maksud anda syaikh al-albany tidak mungkin benar? kalo begitu saya yang salah.
    yang saya baca dari komentar secondprince di riwayat fadak itu adalah bahwa ia hanya mengutip haditsnya saja dan karena hadits dalam redaksi yang sama ada dalam fath a-bari maka omelan anda tentang sanad jadi sia2.

    yang bisa diambil dari komentar2 di tulisan tersebut adalah bahwa:
    1. anda punya buku cetakan wana hijau yang tidak jelas siapa penulisnya dan siapa penerbitnya.
    2. penulis maupun otentisitas buku cetakan berwarna hijau itu jadi tidak penting karena anda bisa mencek langsung kepada guru anda yang punya jalur sanad tersendiri yang mungkin beda dari sanad yang ada di kitab2 hadits.

    dari komentar anda di atas:
    3. mempelajari kitab2 hadits bukhari muslim dll, adalah perbuatan sia2 karena toh mereka sudah meninggal dan kita tidak bisa memperoleh izin mereka untuk mempelajari buku mereka.
    4. tentunya beda dengan anda yang belajar dari guru anda sehingga nantinya anda tinggal menyodorkan guru anda saja saat anda dimintai pertanggungjawaban atas ilmu anda “nih orangnya. saya belajar dari dia, kok”.

    pentingnya sanad bagi saya adalah karena ia merupakan bagian dari ilmu hadits yang mana kita memerlukannya untuk memastikan bahwa apa yang kita pegang tidak menyimpang. masalah hari akhir, itu hak allah.

    anda belum menjawab pertanyaan saya yang ini (saya ubah sedikit):lalu kalau secondprince atau saya atau siapa saja menganggap syaikh al-albany bisa benar dan bisa salah, apa persamaannya dengan salafy yang sengaja menyembunyikan fakta saat mengutip hadits2 syiah?

    dan sepertinya anda masih tetap dengan fitnah anda bahwa yang berilmu itu cuma anda dan guru anda saja sedangkan yang lain cuma menuruti nafsu.

  13. @bersatu
    Sebenarnya Mas kan kita udah beda metode dari awal
    Maaf menurut saya Mas belum mengerti masalah sanad
    Guru Mas boleh punya sanad sendiri, ya terserah
    Dan kitab hadis pun memiliki sanad sendiri
    Adanya sanad tidk langsung menjadi bukti kebenaran suatu hadis, sanad hadis perlu dinilai
    Untuk menilai sanad suatu hadis diperlukan metode jarh wat ta’dil
    Tidak ada salahnya menentukan kedudukan hadis dengan metode ini
    Dan kita bisa mengutip jarh wat ta’dil dan hadis dari berbagai kitab hadis atau kitab tentang perawi hadis

    Pendapat Mas yang seolah-olah menunjukkan bahwa ilmu mesti sanad peroral dan tidak ada selain sanad peroral adalah bentu kekeliruan yang jelas
    Ilmu juga dipelajari lewat tulisan dari berbagai kitab

    soal Syaikh Al albani, penjelasannya gampang
    Saya tidak punya kebiasaan bertaklid seperti Mas
    oleh karena itu perkara saya mengambil pendapat ulama dan mengkritiknya di saat yang lain adalah biasa-biasa saja karena saya menilai pendapat ulama dengan metode bukan dengn taklid 🙂
    salam

  14. @ second
    tolong munculkan bukti bahwa berilmu itu tidak perlu sanad, cukup dengan membaca kitab ( omong – omong kosong , jaman anbi ada kitab gak ya ) sapa yang punya gagasan menilai dari metode jarh wat ta’dil, ya setali tiga uang, al banni mengkeritik hadist, maka dia juga dikeritik gitu kah, terus keberkahan ilmunya dari mana, mana ajaran nabi tentang adab kepada guru, hadist bukhari menerangkan kita harus menghormati guru, bukan menghormati kitab , kamu pake hadist bukhari kan ????? klo iya munculkan buktimu

  15. @ r husin h
    hemmm ” yang saya baca dari komentar secondprince di riwayat fadak itu adalah bahwa ia hanya mengutip haditsnya saja dan karena hadits dalam redaksi yang sama ada dalam fath a-bari maka omelan anda tentang sanad jadi sia2.
    he he he h, sebenarnya saya juga udah nulis bahwa second cuma mengutib, padahal dulu dia paling anti klo cuma dibilang tukang ngutip, tukang comot, gunting riwayat, sekarang dia bilang ngutip, melalui kamu, lucu ya, trus masalah fath bari ada syarahnya mas, dan itu penting, seperti catatan kaki, karena ibnu hajar belajarnya dari guru, ke guru , ke guru sampek ke yang buat kitab, bukan dari buku, terus berfatwah mas, redaksi hadist bisa sama tapi cara atau, maknanya bisa berbeda, nah bukan buku yang menerangkan, tetapi orang yang bertemu dengan orang yang mebuat tulisan itu mas, yang bisa menerangkan dengan baik

    hemmm ” mempelajari kitab2 hadits bukhari muslim dll, adalah perbuatan sia2 karena toh mereka sudah meninggal dan kita tidak bisa memperoleh izin mereka untuk mempelajari buku mereka.
    bertentangan dengan tulisanmu sendiri ” pentingnya sanad bagi saya adalah karena ia merupakan bagian dari ilmu hadits yang mana kita memerlukannya untuk memastikan bahwa apa yang kita pegang tidak menyimpang ” nah klo seseorang itu tidak mempunyai sanad sama sekali terus berfatwah gimana dong jadinya, sama gak dengan tukang obat yang berkoar hanya untuk supaya dagangannya laku,betul akan sia sia jadinyamempelajari ilmu tanpa sanad, kecuali kita belajar kepada orang yang pernah belajar kepada seseorang dan seterusnya sampai kepada si pengarang kitab, enak mana nonton filem yang udah jadi, ato diajak orang yang bikin filem untuk tahu cara pembuatan sampai dengan hasil akhirnya, klo orang awam ya enak nonton film yang udah jadi, tinggal duduk mojok, nonton deh, beda dengan orang pintar, atau pengamat film, dia lebih senang diajak pada saat proses pembikinan, sampai jadi suatu kesatuan filem yang siap edar, enak mana hi hi hi hi hi

    hemmm kurang satu ” secondprince atau saya atau siapa saja menganggap syaikh al-albany bisa benar dan bisa salah, apa persamaannya dengan salafy yang sengaja menyembunyikan fakta saat mengutip hadits2 syiah?
    persamaannya adalah sama sama berkata dengan pijakan yang lemah, tidak bagus untuk dijadikan hujjah, taunya dari kitab doang, tanpa tahu arti sebenarnya, ibarat anak kecil yang tau bahwa jalan raya itu banyak kendaraan, tapi tidak tahu bahaya main di jalan raya yang rame kendaraan

    maaf satu lagi ” dan sepertinya anda masih tetap dengan fitnah anda bahwa yang berilmu itu cuma anda dan guru anda saja sedangkan yang lain cuma menuruti nafsu.

    yang bikin fitnah bukan saya, saya cuma mengatakan ilmu tanpa sanad adalah bathil berfatwah, alhamdulillah saya dikatakan tukang fitnah, semoga Tuhan mengampuni dosa saya yang suka memfitnah orang sembarangan amin

  16. @ bersatu

    …sebenarnya saya juga udah nulis bahwa second cuma mengutib, padahal dulu dia paling anti klo cuma dibilang tukang ngutip, tukang comot, gunting riwayat, sekarang dia bilang ngutip, melalui kamu…

    jelas beda mengutip hadits dari kitab yang pasti ada sanadnya dan menjelaskannya dengan pandangan ulama2 terdahulu serta memaparkan analisanya mengapa pandangan ulama yang satu berbeda dengan ulama lain jika dibandingkan dengan label tukang kutip, tukang comot dan tukang gunting riwayat.

    saya belum melihat bantahan anda untuk melengkapi riwayat yang (menurut anda) tergunting dengan riwayat utuh versi anda dan guru anda serta melengkapinya dengan keterangan yang jelas. anda hanya berputar2 dengan analogi2 yang aneh dan nggak nyambung. setelah tidak bisa menyebutkan judul buku bersampul hijau milik anda, penulisnya dan penerbitnya anda kemudian berkutat pada sanad menurut pemahaman anda yaitu sanad via guru anda.

    …bertentangan dengan tulisanmu sendiri ” pentingnya sanad bagi saya adalah…

    sudah jelas bagi saya bahwa pengertian sanad menurut anda berbeda dengan apa yang saya pahami mengenai sanad. dan sepertinya anda bahkan tidak paham apa yang saya bilang dengan analogi yang aneh2 dan nggak nyambung sebab anda masih terus mengulang2 melakukan hal itu.

    persamaannya adalah sama sama berkata dengan pijakan yang lemah, tidak bagus untuk dijadikan hujjah, taunya dari kitab doang, tanpa tahu arti sebenarnya…

    jika itu persamaannya menurut anda saya bisa memahaminya. tapi saya bisa membedakan kualitas komentar2 anda yang belajar dari guru anda dan komentar2 orang lain yang “taunya dari kitab doang”.

    yang bikin fitnah bukan saya, saya cuma mengatakan ilmu tanpa sanad adalah bathil berfatwah, alhamdulillah saya dikatakan tukang fitnah, semoga Tuhan mengampuni dosa saya yang suka memfitnah orang sembarangan amin

    bahkan dalam hal ini anda tidak bisa berkata jujur. bukan sekali dua anda mengatakan orang lain hanya mementingkan nafsu tanpa bisa memahami apa yang sedang disampaikan atau memberikan bantahan yang valid.

    akhir2 ini saya lihat anda tidak lagi seenak hati mengganti nama/nick orang. mudah2an selanjutnya anda tidak lagi mengatakan orang hanya mengandalkan nafsu dan mengesampingkan ilmu (walaupun definisi ilmu menurut anda sepertinya beda dengan apa yang jadi pemahaman saya).

    sorry mas secondprince, komentar2 saya sepertinya sudah jauh dari topik tulisan ini. kalaupun tak ada manfaatnya bagi yang lain mudah2an anda tidak keberatan saya mengambil manfaat dari apa yang saya lakukan di sini. 😛

  17. @ bersatu

    tolong munculkan bukti bahwa berilmu itu tidak perlu sanad, cukup dengan membaca kitab ( omong – omong kosong , jaman anbi ada kitab gak ya )

    Mas, siapa yang bilang ilmu itu tidak perlu sanad? tidak ada yang bilang begitu
    Nyatanya tulisan saya tetap pakai sanad dalam kitab hadis, artinya saya mengakui ilmu itu juga pakai sanad
    Andalah yang ngotot sanad itu mesti peroral
    Salah besar Mas, sanad itu juga banyak dalam kitab hadis

    Apa perlunya anda bicara zaman Nabi, memangnya sanad itu sendiri ada pada zaman Nabi?jawab mas
    Siapa yang bilang ilmu itu pakai sanad?Nabi kah?tunjukkan buktinya

    sapa yang punya gagasan menilai dari metode jarh wat ta’dil, ya setali tiga uang, al banni mengkeritik hadist, maka dia juga dikeritik gitu kah,

    Itu gagasan para Ulama dimulai dari tabiin, dari dulu ulama hadis telah banyak membahas ini. Ketidaktahuan anda jelas menunjukkan kedangkalan ilmu anda. Maklum anda cumanya bisa mengutip guru anda

    terus keberkahan ilmunya dari mana, mana ajaran nabi tentang adab kepada guru, hadist bukhari menerangkan kita harus menghormati guru, bukan menghormati kitab ,

    memangnya apa hubungannya dengan adab guru, kalau guru anda salah maka yang ia katakan tetap benar karena ia guru anda, silakan saja telan sendiri
    kritik dalam jarh wat ta’dil sudah dilakukan oleh ulama hadis, bahkan Bukhari memiliki kitab Dhuafa Al Kabir yang membhas perawi dhaif, Ibnu Hajar memiliki kitab Tahdzib At Tahdzib tentang kritik perawi hadis. Jadi mereka sudah menerapkan metode itu gak asal comot mas.

    kamu pake hadist bukhari kan ????? klo iya munculkan buktimu

    Pertanyaan aneh, kalau saya pakai hadis Bukhari saya sebutkan sumbernya dari Kitab Shahih Bukhari
    Itu bukti nyata

  18. @ bersatu

    yang bikin fitnah bukan saya, saya cuma mengatakan ilmu tanpa sanad adalah bathil berfatwah, alhamdulillah saya dikatakan tukang fitnah, semoga Tuhan mengampuni dosa saya yang suka memfitnah orang sembarangan amin

    Lucu sekali Mas ini, fitnah anda itu salah satunya menyatakan fatwa orang seperti syaikh al Albani itu bathil dengan alasan

    nah klo seseorang itu tidak mempunyai sanad sama sekali terus berfatwah gimana dong jadinya, sama gak dengan tukang obat yang berkoar hanya untuk supaya dagangannya laku,betul akan sia sia jadinyamempelajari ilmu tanpa sanad,

    Itu jelas fitnah karena Syaikh al albani berfatwa dengan hadis-hadis dalam kitab hadis yang memiliki sanad dan Beliau menilai sanad itu dengan metode jarh wat ta’dil

    Intinya Mas itu cuma mengakui sanad peroral sedangkan sanad kitab hadis itu tidak berguna, begitu ya Mas, benar tidak? kalau iya sudah cukup, kita memang berbeda metode

  19. @ second
    mas yang baik hati, begini loh. saya emang pelupa tapi anda kan pintar, kenapa selalu dangkal ya, klo tahu sanad itu penting, kok masih nyangkal, sekarang saya tanya apa cukupkah sanad itu membaca ????? itu yang saya maksut, klo iya ya sama dong dengan gak perlu belajar sama guru, nih orang agak labil kah ????

    hemmm ” Nyatanya tulisan saya tetap pakai sanad dalam kitab hadis, artinya saya mengakui ilmu itu juga pakai sanad ”
    hi hi hi hi tapi kok masih suka ngutip, hayooooo ketahuan, klo sanad itu ya jelas bertemu dengan orang yang mempunyai sanad kepada si pembikin kitab, ngapain 4 madzah besar itu kok saling berkaitan satu dengan yang lainnya, imam ini berguru kepada imam itu, imam itu bergur kepada imam yang lainnya teruuuuuuuus sapek tabi’in, apakah ada riwayat seseorang berguru hanya kepada kitabnya saja , beda dong denga kita sekarang, yang punya kitab tapi karena kedangkalan akal kita, kita hanya mampu terjemahannya, dan itu pu kadang kadang masih ngeyel,

    hemmmm ” Apa perlunya anda bicara zaman Nabi, memangnya sanad itu sendiri ada pada zaman Nabi?jawab mas
    Siapa yang bilang ilmu itu pakai sanad?Nabi kah?tunjukkan buktinya . ”
    ok sekarang saya balik, apa fatwah nabi cukup membaca kitab saja trus orang bisa berfatwah ??????. lah perjumpaan sahabat dengan Nabi yang sejaman, perjumpaan tabi’in dengan sahabat yang sejaman, teruuussss turun ke kita ini apa bukan sanad, dan yang saya maksut itu sanad yang lahir batin, jadi tau siapa yang membawa sanad, dan siapa yang hanya tukan baca kitab

    hemm …………… ” memangnya apa hubungannya dengan adab guru, kalau guru anda salah maka yang ia katakan tetap benar karena ia guru anda, silakan saja telan sendiri
    kritik dalam jarh wat ta’dil sudah dilakukan oleh ulama hadis, bahkan Bukhari memiliki kitab Dhuafa Al Kabir yang membhas perawi dhaif, Ibnu Hajar memiliki kitab Tahdzib At Tahdzib tentang kritik perawi hadis. Jadi mereka sudah menerapkan metode itu gak asal comot mas.

    iya betul, klo kita dianjurkan beradab dengan guru, kan gak ada anjura beradab dengan ktiab, itu menunjukkan guru pembimbing itu penting mas ku sayang, klo itu gak penting kenapa NaBI MEwanti wanti kita untuk selalu beradab dengan guru, masak kita umatnya mau ganti beradab dengan kitab.
    klo guru saya salah, ya selama tidak bertentangan dengan syar’i maka saya akan menghargai pendapat beliau, wahhhh ini orang emang lucu, ini lohhh klo belajar dari kitab, gak tahu gimana omongan orang yang baik saya yang kurang baik, itu yang dinamakan adab kepada guru, sebenarnya ada riwayat dari ulama’ tapi gak tak tampilkan, nati teriak mana dalilnya, mana kitab nya ………………

    nah klo udan tahu kok masih suka kritik, itu gak benar itu salah, nah ibnu hajar sendiri punya kitabnya, ( katamu lohhh ) tapi kok gak sampe kepada pemahaman anda bahwa derajat ibnu hajar itu gimana, kok saya pake syarahnya masih ditentang, katanya ada mursal, ada yang doif, klo ulama’ sekelas ibnu hajar bisa meriwayatkan suatu riwayat, walau kata anda ada bagian yang mursal, terus anda kirtik gitu, nahhhh ini lagi cara pemikiran yang dangkal, taunya hanya dipermukaan, sama dengan salafi yang menganggap kitab al ihya’ karya hujjatul islam imam ghazali sebagai kitab yang dipenuhi dengan hadist mungkar, do’if karena didalammnya tidak dilengkapi perawi dll. wah klo orang berilmu yang bicara, barangkali kita akan meneliti dulu, tapi klo orang awam yang ngomong wahhhhhhhhhh ………. nah klo anda menemui isi kitab yang didalamnya tidak disebut perawinya, gimana anda tahu bahwa suatu riwayat itu benar ??????
    BANDINGKAN
    1. jaman dahulu kitab suci setelah dibukukan, bentuknya tidak seperti sekarang mas, tidak ada harokat, dan tanda baca, tapi orang dahulu udah faham isinya, karena memang bahasaya sama dengan kitab suci
    2. coba jaman sekarang, pasti udah beda karena orang sekarang banyak dari suku yang bukan arab, dll dan aqidahnya merosot jauh dari orang – orang pada permulaan islam, trus secara tidak sengaja anda menemukan lembaran tulisan arab yang sebenarnya adalah kitab sucimu, karena kedangkalan pikiran kita, maka anda abaikan atau anda buang, nah terus gimana jadinya.
    fungsi harokat itu hampir sama dengan kitab yang ada ulama’nya,a tu gurunya. COBA ANDA JAWAB DENGAN JUJUR, ” emang dulu pas ngaji, anda ngaji terjemahan, atu ada gurunya ( yang saya maksut mengaji huruf hijaiyah ), jama sekarang aja yang udah canggih ada metode belajar kitab suci pasti ada gurunya, entah bentuk vcd, atau buku TUHHHH KAN masih dibutuhkan guru

    hemmm lagi …………… ” Pertanyaan aneh, kalau saya pakai hadis Bukhari saya sebutkan sumbernya dari Kitab Shahih Bukhari
    Itu bukti nyata
    nah ini lagi lagi ngomong dipermukaan, iya klo yang sampena baca itu kitab sahih bukhari yang benar, klo yang palsu gimana, apa anda tahu sendiri bahwa itu asli, bukan palsu, wong cetakan kitab suci aja pernah terbongkar bahwa itu palsu, apalagi selain kitab suci, nahhh ini yang anda tolak, ternyata penting juga peroral ( apa itu ????? hi hi hi hi ) jadi kita bisa tahu dari seseorang yang menerangkan bahwa itu kitab bukhari asli, atau sebaliknya

    ada lagi nihhh ………… ” Lucu sekali Mas ini, fitnah anda itu salah satunya menyatakan fatwa orang seperti syaikh al Albani itu bathil dengan alasan
    saya bukan memfitnah mas, ok MUNCULKAN SATU SAJA NAMA GURU DARI AL BANNI, YANG MEMPUNYAI RANGKAIAN SAMPAI KEPADA SALAH SATU IMAM, PERTANYAAN INI JUGA BERLAKU UNTUK ANDA ( itupun klo anda mau njawab ), dan yang saya maksut berfatwah tanpa sanad itu bathil mas

    ehhh ternyata ada lagi …………… ” Itu jelas fitnah karena Syaikh al albani berfatwa dengan hadis-hadis dalam kitab hadis yang memiliki sanad dan Beliau menilai sanad itu dengan metode jarh wat ta’dil
    tuh kan masih ngotot, yang dibaca kitab kan ?????, bukan berguru kan, ANDA BERKATA TIDAK ADA HUBUNGAN DENGAN DI JAMAN NABI, lah katanya sebaik baiknya petunnjuk adalah kitabullah, dan nabi, ditambah ahlul bait, sahabat, nah kenapa anda alergi dengan cara nabi yang menurunkan riwayat tidak disuruh belajar sendiri dari kitab, nah ini lagi hikmah dibalik semuanya itu, trus kenapa semua orang dituntut untuk bersekolah yang ada gurunya,w alaupun banyak sekali buku dijual bebas ????? anda sendiri dokter, apa anda lulus hanya belajar dari buku kedokteran, tidak perlu kuliah dengerin dosen ????, klo cukup dengan membaca dan bisa langsung faham, kenapa begitu bodohnya orang orang membangun tempat pendidikan, yang harganya pasti lebih mahal dari hanya buku.

    EHH MAAF SATU LAGI …………. Intinya Mas itu cuma mengakui sanad peroral sedangkan sanad kitab hadis itu tidak berguna, begitu ya Mas, benar tidak? kalau iya sudah cukup, kita memang berbeda metode
    tuh kan ada yang difitnah, makstunya itu begini lohhhh, kita boleh membaca suatu kitab, tapi kita juga harus punya guru pembimbing, bukan belajar sendiri. kitabnya shahih tapi karena kita tidak ngerti bahawa arab, kita memaksakan baca terjemahannya nah ini yang repot ( COBA ANDA CARI DEGAN HATI YANG JERNIH, PASTI AKAN KETEMU DIMANA SUATU WAKTU TERJEMAHAN ITU TIDAK SAMA DENGAN MAKNA SEBENARNYA, APALAGI TERJEMAHAN DARI BAHASA ARAB )

  20. @ second
    tolong tunjukkan kitab sanad anda, biografinya saja ok
    nanti bisa dinilai dengan metode saya ok

  21. @ bersatu

    …he he he h, sebenarnya saya juga udah nulis bahwa second cuma mengutib, padahal dulu dia paling anti klo cuma dibilang tukang ngutip, tukang comot, gunting riwayat, sekarang dia bilang ngutip, melalui kamu…

    jelas beda mengutip sesuatu dengan menyampaikan sumbernya dan kemudian membandingkannya dengan sumber lain disertai analisa dan penjelasan mengapa pendapat yang satu lebih tepat dari pendapat yang lainnya, jika dibandingkan dengan apa yang anda sebut tukang kutip, tukang comot dan tukang gunting riwayat. masalahnya anda sendiri tidak bisa memberikan bantahan dengan cara menyampaikan riwayat yang ‘utuh dan tidak tergunting’.

    saat anda diminta dan tidak mampu menyampaikan kejelasan (judul, penulis dan penerbit) buku anda yang bersampul hijau itu, anda melarikan diri darinya dengan mempergunakan argumen ‘sanad dari guru anda’ sesuai dengan pemahaman anda yang salah.

    …bertentangan dengan tulisanmu sendiri ” pentingnya sanad bagi saya adalah…” nah klo seseorang itu tidak mempunyai sanad sama sekali terus berfatwah gimana dong jadinya, sama gak dengan tukang obat…

    anda tidak perlu memaksakan pemahaman anda yang keliru mengenai sanad. jangan membuat malu guru anda. dan sepertinya anda bahkan tidak mengerti dengan apa yang saya sebut ‘analogi2 yang nggak nyambung dan membikin anda sendiri bingung’ karena anda terus menerus melakukan hal itu.

    persamaannya adalah sama sama berkata dengan pijakan yang lemah, tidak bagus untuk dijadikan hujjah, taunya dari kitab doang, tanpa tahu arti sebenarnya, ibarat anak kecil…

    jika anda menganggap itu persamaannya saya bisa terima karena memang begitu pemahaman anda mengenai ilmu (yang anda kait2kan dengan pengertian sanad versi anda). tapi saya bisa sampaikan bahwa yang saya lihat adalah perbedaan di saat mereka sebenarnya mampu menyampaikan sesuatu dengan lengkap, mereka (pengkritik syiah) dengan sengaja mengabaikan kebenaran untuk mencapai maksud2 mereka.

    yang bikin fitnah bukan saya, saya cuma mengatakan ilmu tanpa sanad adalah bathil berfatwah, alhamdulillah saya dikatakan tukang fitnah, semoga Tuhan mengampuni dosa saya yang suka memfitnah orang sembarangan amin

    bahkan untuk hal ini anda tidak bisa berkata jujur. anda tidak hanya mengatakan ilmu tanpa sanad adalah bathil berfatwah. bukan sekali dua anda mengatakan bahwa secondprince juga saya menggunakan nafsu sedangkan anda menggunakan ‘ilmu’.

    saran saya sebaiknya anda mencoba mencari tahu dulu apa itu sanad sebelum memaksakan pengertian anda tentang sanad kepada orang lain dan mengulang-ulang hal yang keliru.

    satu lagi: coba hindari penggunaan tanda baca yang tidak perlu. satu tanda tanya sudah cukup untuk satu kalimat tanya.

    saya lihat anda masih bisa dikoreksi karena setelah ditegur mengenai amalan anda mengganti nama/nick orang lain anda bisa menahan diri untuk tidak melakukannya lagi.

  22. @bersatu
    Mas anggota JT ya ?

  23. @rhuseinh
    hehehehe…mau juga ngeladenin.

    @second and rhuseins
    aku bingung dengan ayat al-Furqan 58 dan 70. apakah bisa bantu? karena kok secara redaksional gak nyambung/konsisiten yah dengan ujaran-ujaran lain dalam al-Qur’an. dan oh yah, soal hukum rajam bagaimana mas second? mas bersatu boleh komentar lagi soal itu. 😀

  24. @ re husinh H
    hemmmm gitu ya …. jadi menurut anda sanad itu apa dong, …………….
    ” jelas beda mengutip sesuatu dengan menyampaikan sumbernya dan kemudian membandingkannya dengan sumber lain disertai analisa dan penjelasan mengapa pendapat yang satu lebih tepat dari pendapat yang lainnya ”

    oooh gitu ya, lah sapa yang membandingkan? , pake ilmu apa dia membandingkan? , ” setan itu juga pake ilmu pada saat membandingkan dirinya dengan Nabi adam, karena ilmunya menganggap bahwa api lebih mulia dari pada tanah keras, terus apa jadinya kalau perbandingan itu tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi , ingat kita manusia banyak salah, kok bisanya membandingakan fatwah para alim yang lebih dekat jamannya kepada nabi basar. awas loh saya gak bilang anda itu bodoh

    hemmm ” anda tidak perlu memaksakan pemahaman anda yang keliru mengenai sanad. jangan membuat malu guru anda. ”
    ohh gitu ya …….. klo gitu yang benar gimana, apa sanad yang anda mengerti itu seperti perbandingan api dan tanah keras ??

    hemmm …………. ” mereka (pengkritik syiah) dengan sengaja mengabaikan kebenaran untuk mencapai maksud2 mereka. ”
    ohh gitu ya , …….. coba sih tolong sebutkan apa saja yang diabaikan oleh para pengkritik syiah ……… ????

    hemm ……. ” bukan sekali dua anda mengatakan bahwa secondprince juga saya menggunakan nafsu sedangkan anda menggunakan ‘ilmu’. ”

    ohh gitu ya ///// lah terus yang benar gimana, kok pas saya kritik anda dengan pemikiran nafs anda gak setuju, tapi teriak teriak pembantaian tulisan, kritk sini kritik situ ………………. mengedepankan akal dll

    sanad adalah puanjang, ringkasnya adalah jalan yang dapat menyampaikan perkataan atau perbuatan yang bersumber dari nabi. beda dengan menghafal sanad, yang tidak bertemu dengan pembawa sanad. tapi hanya belajar dari kitabnya saja, tanpa tau apa benar apa tidak ????
    lah klo menurut kamu sanad itu bisa diperoleh hanya dengan membaca kitab saja, ya terserah klo gitu galangkan saja membaca kitab, tanpa belajar dari guru yang mempunyai kitab. sama dengan gak perlu sd, smp, sma, kuliah, karena kita bisa membacanya sendiri di rumah, tanpa harus pergi ke tempat belajar, jadi nanti pas bekerja anda tinggal bilang saya sudah lulus membaca buku a, b, c, dll, jadi gak perlu ijazah, kira kira diterima gak ya kita bekerja ????? kil .
    sekali lagi kalau anda berkeras bahwa sanad ilmu , terutama sanad ilmu agama itu tidak perlu peroral ( kata second ) ya sudah tidak apa apa, jadi pemahaman anda tidak jauh beda dengan orang yang tidak memiliki ijazah dalam bidang ilmu dunia, otodidak bahasa kerennya.

  25. @ bersatu

    oooh gitu ya, lah sapa yang membandingkan? , pake ilmu apa dia membandingkan?

    kenapa hal ini penting menurut anda? kenapa tidak anda bantah saja dan tunjukkan mana yang lebih benar?

    setan itu juga pake ilmu pada saat membandingkan dirinya …
    … awas loh saya gak bilang anda itu bodoh …
    … klo gitu yang benar gimana, apa sanad yang anda mengerti itu seperti perbandingan api dan tanah keras ??

    anda tidak bilang saya bodoh, tapi anda sedang menyamakan saya dengan setan. anda memang suka sekali hal2 yang seperti ini.

    sanad adalah mata rantai penutur hadits/sunnah nabi.

    coba sih tolong sebutkan apa saja yang diabaikan oleh para pengkritik syiah

    banyak. anda bisa mulai dari membaca tulisan di atas dengan teliti. mulai dari sini dulu.

    lah terus yang benar gimana, kok pas saya kritik anda dengan pemikiran nafs anda gak setuju, tapi teriak teriak pembantaian tulisan, kritk sini kritik situ ………………. mengedepankan akal dll

    nggak ada yang teriak2 di sini, tapi tentunya anda pernah mendengar/membaca penggalan ayat2 alqur’an yang mengandung frasa seperti: afalaa ta’qiluun atau liqaumin yatafakkaruun.

    sanad adalah puanjang …

    sanad adalah mata rantai penutur hadits/sunnah nabi.
    nggak usah dibikin rumit, nanti susah sendiri.

    lah klo menurut kamu sanad itu bisa diperoleh hanya dengan membaca kitab saja …

    sanad ada dalam kitab hadits yang umum dipelajari. anda masih terus menggunakan analogi yang nggak nyambung.

    sekali lagi kalau anda berkeras bahwa sanad ilmu , terutama sanad ilmu agama itu tidak perlu peroral …

    yang ngotot itu cuma anda sendiri. silahkan lihat komentar2 yang lain yang walaupun saling berbeda pandangan tapi masih bisa berdiskusi dengan baik. nggak ada yang memiliki pemahaman yang sama dengan anda mengenai ‘sanad’.

  26. pinter2 an omong aja rek, marakke ngelu.

  27. @ r husin h
    hemm ……. “yang ngotot itu cuma anda sendiri. silahkan lihat komentar2 yang lain yang walaupun saling berbeda pandangan tapi masih bisa berdiskusi dengan baik. nggak ada yang memiliki pemahaman yang sama dengan anda mengenai ’sanad’.

    masak sih, lah yang ngotot bunda fatimah marah karena tanah fadak siapa hayoooo ………… , klo yang lain pada ngamini tulisan tentang sanad yang dari fersi anda ya jelas, tapi kan bukan kebanyakan orang, klo anda tidak suka disebut setan ya jangan marah, saya cuma bilang, setan itu menghukumi nabi adam adalah rendah menurut ilmunya, bukan dari pentingnya perintah Tuhan untuk menyembah. karena apa merasa paling benar, bisa menghukumi suatu itu hanya dengan akalnya, lah klo saya bilang nafs trus apa bedanya, gak usah marah. mari kita diskusi yang benar. kamu bilang ” sanad adalah mata rantai penutur hadits/sunnah nabi.” namanya mata rantai itu tidak terputus mas, dan jama’ ulama bilang yang dimaksut adalah mata rantai keilmuan antara guru dan murid, sambung menyambung menjadi satu, bukan satu belajar hanya dari kitab saja, bedakan dong jangan di sama ratakan. masak yang saya bikin satu pun gak ada yang anda pikirkan.
    KLO DISIPLIN ILMU CUKUP HANYA MENBACA SAJA, BUBARKAN SAJA SEKOLAH SEKOLAH, PERGURUAN TINGGI GAK PENTING, WONG ADA BUKU, TAPI ……….. BISA GAK ORANG DIAKUI KLO TIDAK MENGIKUTI JENJANG YANG SUDAH DISEPAKATI BERSAMA ????.

    makanya mas ada hadist yang menerangkan kita harus punya adab denga guru, sekali lagi dengan guru, bukan dengan kitab, sekali lagi bukan dengan kitab. anda masih mengedepankan kitab, memang benar semua kita rujukan ada sanadnya, tetapi yang dimaksut bukan sanad itu bung, wes gini aja loh, semua buku itu pasti menyebutkan pengarangnya. tapi apa kita mau menelaah sendiri buku tersebut, hai orang yang baik sekali lagi klo buku itu sudah cukup, jadi gak perlu sekolah, gak perlu kuliah gitu kah ????????

  28. @ andeswaa
    buka saya jemaah muslim, pipinan Nabi Muhammad

  29. @ bersatu
    Sudah jelas, sanad itu memang mata rantai perawi hadis. Dan sanad adanya dalam kitab hadis
    Jadi umat islam dapat merujuk pada kitab hadis yang sudah dilengkapi sanadnya
    Alangkah repotnya kalau setiap bicara hadis mau datang dulu kepada Ulama anda, itu fanatik namanya

    KLO DISIPLIN ILMU CUKUP HANYA MENBACA SAJA, BUBARKAN SAJA SEKOLAH SEKOLAH, PERGURUAN TINGGI GAK PENTING, WONG ADA BUKU, TAPI ……….. BISA GAK ORANG DIAKUI KLO TIDAK MENGIKUTI JENJANG YANG SUDAH DISEPAKATI BERSAMA ????.

    Anda ini ngawur, kita kan baca kitab hadis untuk mempelajari hadis bukan cari gelar atau mau jadi ulama
    Jadi gak ada masalah dengan membaca kitab hadis
    Masa’ sih semua orang islam kalau mau bicara hadis pakai sanad gaya anda yang panjang mentereng, mereka kan cukup merujuk pada Kitab hadis yang sudah lengkap sanadnya dan lebih terjamin karena tercatat
    Kalau sanad anda kan cuma dihafal dan melalui jauh lebih banyak orang yang Yah bisa saja mereka salah, gak ma’sum kan

    Banyak orang yang tidak begitu tolol sampai membaca hadis saja tidak bisa
    Lagipula memangnya anda butuh pengakuan siapa, kita belajar bukan cari pengakuan

    Sanad memang tidak terputus sampai pada pemilik kitab hadis, dan kita dapat membaca hadis dalam kitab tersebut
    kalau menuruti anda itu maka sanad hadis akan terus bertambah panjang, gak tahu deh nantinya sepanjang apa

    Gila bicara satu hadis saja, sanadnya panjang bukan main
    Lagipula perawi-perawi sanad yang anda maksud itu apa bisa dijamin ketsiqahan dan hafalannya, bagaimana cara menjaminnya? Kan kita gak kenal
    Kalau perawi di kitab hadis sudah tercatat dalam Kitab Rijal Hadis

    Intinya kalau mau belajar sama guru ya tentu bagus tapi mau belajar sendiri juga bisa
    Otak anda mungkin saja pas-pasan tapi otak orang lain belum tentu
    lagipula ulama sekarang sudah banyak bikin kitab yang bisa dibaca, gak perlu tatap muka langsung zaman sudah canggih
    Peace bro 😆

  30. @ bersatu

    masak sih, lah yang ngotot bunda fatimah marah karena tanah fadak siapa hayooo …

    kalau anda tidak bisa memberikan bantahan terhadap pendapat orang, tidak lantas berarti orang itu ngotot. itu hanya berarti anda tidak bisa membantah pernyataan orang tersebut.

    klo yang lain pada ngamini tulisan tentang sanad yang dari fersi anda ya jelas, tapi kan bukan kebanyakan orang …

    sanad versi saya? bukan kebanyakan orang?

    … , klo anda tidak suka disebut setan ya jangan marah, saya cuma bilang … saya bilang nafs trus apa bedanya, gak usah marah.mari kita diskusi yang benar …

    siapa yang marah? saya sedang menunjukkan kepada anda amalan2 anda yang buruk. mudah2an anda bisa belajar darinya.

    namanya mata rantai itu tidak terputus mas, dan jama’ ulama bilang yang dimaksut adalah mata rantai keilmuan antara guru dan murid, sambung menyambung menjadi satu, bukan satu belajar hanya dari kitab saja, bedakan dong jangan di sama ratakan. masak yang saya bikin satu pun gak ada yang anda pikirkan.

    eh? justru anda yang sekarang mencampuradukkan sanad hadits dengan entah apa lagi yang ada di pikiran anda.

    makanya mas ada hadist yang menerangkan kita harus punya adab denga guru, sekali lagi dengan guru, bukan dengan kitab…

    hubungannya apa, ya? nggak nyambung.

    … semua buku itu pasti menyebutkan pengarangnya. tapi apa kita mau menelaah sendiri buku tersebut, hai orang yang baik sekali lagi klo buku itu sudah cukup, jadi gak perlu sekolah, gak perlu kuliah gitu kah

    nggak nyambung juga.

  31. @bersatu

    mas yang baik hati, begini loh. saya emang pelupa tapi anda kan pintar, kenapa selalu dangkal ya, klo tahu sanad itu penting, kok masih nyangkal, sekarang saya tanya apa cukupkah sanad itu membaca ????? itu yang saya maksut, klo iya ya sama dong dengan gak perlu belajar sama guru, nih orang agak labil kah ????

    Suka sekali nih menyudutkan saya, saya agak labil ya? Masa’ sih. Nggak lah Mas. Saya ini biasa-biasa saja :mrgreen:

    Intinya Mas, sanad itu sudah ada dalam kitab hadis. Nah saya cuma membawakan hadis yang bersanad, kok anda malah memusingkan yang tidak-tidak. Gak setuju ya sudah 🙂

    Kalau anda mau bilang jika ada orang menyampaikan hadis maka dia harus menyebutkan sanad hadis itu sampai kepadanya, wah repot Mas. Silakan saja berpandangan seperti itu tapi ya jangan paksakan dengan orang lain

    Tidak setiap orang mendapat anugerah seperti anda yang punya sanad peroral atau dengan kata lain tidak setiap orang bisa jadi perawi hadis

    Bagi mereka yang tidak punya anugerah seperti anda itu, ya orang-orang seperti saya ini maka lebih baik merujuk kepada kitab hadis yang hadisnya sudah bersanad
    Soal kitab hadis itu asli apa tidak? jawabannya mudah, banyak ulama yang dapat mengklarifikasi autentik tidaknya kitab hadis yang dimaksud

    Salam, eh nyantai aja bahasanya. Gak perlu merendahkan dan menggunakan analogi yang bisa disalahartikan buruk oleh orang lain

    @andeswaa
    wah mas bersatu anggota JT? kok begitu

    @Amir
    Ah ada lagi yang sependapat dengan saya nih 🙂
    Salam kenal

    @rhuseinh
    Hmm iya, saya juga berpikir banyak yang nggak nyambung
    Mungkin kebiasaan beranalogi, tetapi ya nyantai aja 🙂

  32. @ secondprice

    Gak perlu merendahkan dan menggunakan analogi yang bisa disalahartikan buruk oleh orang lain

    jadi ternyata saya selama ini salah mengartikan analogi2 dari bersatu? 😛
    *garuk garuk*
    saya sih santai aja, mas. ato mungkin mas merasa saya ‘nggak nyantai’ gara2 komentar saya yang tercetak tebal di atas? itu kan cuma salah penulisan tag saja. makanya sekarang saya lebih suka pakai <blockquote>
    😀

  33. @second
    anda memang bijaksana dan sabar.

    @rhuseinh
    wah hebat bisa sabar meladeni mas bersatu. 😀

  34. @ all
    trimakasih semuanya telah mengoreksi saya
    Husinh , ok bebas anda mau baca kitab cukup, boleh, mengetahui sanad ( peroral ) gak penting boleh, suka suka lah
    klo anda bilang bahwa hadist tentang adab murid kepada guru, gak ada sangkut pautnya ya bebas, karena pemahaman orang kan lain lain, klo saya menganggapnya sebagai salah satu cara kita mendapat ilmu dari seseorang ( guru ) biar ilmu kita nyambung, jadi bukan membaca kitabnya saja, tapi juga berguru kepadanya. ya terus terang saya ini orang udik, jadi masih memakai cara lama belajar ilmu agama harus dengan guru, nah imam besar saja saling terjalin hubungan antar mereka bukan degan kitabnya, tapi dari ketersambungannya satu dengan yang lainnya,ada yang menjadi guru, dan ada yang menjadi murid. coba deh mas yang pintar cari biografi ulama’ ulama’ tersebut, pasti berkaitan satu denga yang lainnya.
    lah klo anda cukup puas hanya dengan membaca kitabnya, ya terserah dong, mau berfatwah menggunakan modal baca kitab, ya bebas, ya terrus terang menjadi beda dengan jaman dulu ya yang tidak bisa sembarang orang berfatwah, ya itu kan seperti hadist Nabi yang mengatakan bahwa umat akhir jaman, akan memecahkan masalah kepada orang yang bukan ahlinya. hemmmmm bebas itu semua akan menunjukkan bahwa sekarang akhir jaman udah sangat dekat

  35. @ amir
    Anda ini ngawur, kita kan baca kitab hadis untuk mempelajari hadis bukan cari gelar atau mau jadi ulama
    Jadi gak ada masalah dengan membaca kitab hadis
    Masa’ sih semua orang islam kalau mau bicara hadis pakai sanad gaya anda yang panjang mentereng, mereka kan cukup merujuk pada Kitab hadis yang sudah lengkap sanadnya dan lebih terjamin karena tercatat
    Kalau sanad anda kan cuma dihafal dan melalui jauh lebih banyak orang yang Yah bisa saja mereka salah, gak ma’sum kan

    hi hi hi pendapat yang grusa grusu
    anda bilang mempelajari kan, nah perlu ilmu kan, klo anda tidak perlu guru ya bebas, klo kitab hadist ( dalam hal agama ) tidak bisa disamakan mencari gelar seperti kita belajar pendidikan forlam, atau dunia. ya bebas intinya kan belajar, bedanya satu ilmu agama, satunya ilmu dunia. anda jadi bungung juga ternyata ya, mas yang saya makstu itu , berfatwah tanpa ilmu ( sanad ) yang menjadi sayarat utama itu bukan fatwah namanya mas, klo kita orang awam pengan belajar saja ya tidak apa apa, menjadi apa apa bila tidak ada yang membimbing pak, klo hanya bermodal buku, tanpa bimbingan dikawatirkan salah mas, tapi klo maksa ya gak pa pa kok, ya gak jau beda kok dengan para salapi yang tukang tuduh hanya bermodalkan potongan kitab, tanya second deh pasti akan mengiyakan, gimana para salapi yang grusa grusu menghukumi sesuatu, padahal kitab yang dirujuknya sahih, tapi menjadi samar dan akhirnya kabur karena akal kita mas.

  36. @ second
    intinya anda pernah memakai riwayat al banni dalam riwayat fadak, tanpa menghiraukan pendapat ibnu hajar, karena menurut ilmu yang beredar ada yang mursal yaitu keterangan asabihh …….. nah sekelas ibnu hajra mestinya tahu yang diriwayatkan itu ada yang mursal, kenapa masih diutarakan, anda akan bingung dengan cerita kaum sufi yang mendapat pelajaran dari Nabi secara langsung, padahal nabi sudah meninggal… tapi gak perlu aku bahas karena akan menjadi fitnah saja, ya seperti omongan anak SD, akan menjadi bingung bila yang dibahas kelasnya sudah profesor. ok jadi tak cukupkan pemahaman saya tentang anda,
    1.sekali tempo anda memakai rujukan albanni, sekali tempo menolak rujukannya
    hampir sama dengan tulisan anda , Salafy memang aneh sekali. Suatu waktu mereka akan menunjukkan sikap yang benar-benar kritis terhadap suatu riwayat dengan mengandalkan metode Jarh Wat Ta’dil tapi di lain waktu mereka malah seenaknya mengutip riwayat Kitab orang lain tanpa menyatakan validitasnya.
    tentang analog saya yang menurut ilmu anda sangat berantakan sekali , saya minta maaf, ya sebatas bahasa pasar yang saya bisa. sekali lagi saya tida bisa menggugah anda untuk lebih menghargai ilmu yang bermanfaat dengan menghargai para alim yang lebih dekat jamannya dengan Nabi, tinimbang memakai metode kritik yang anda terapkan, klo mau mengkritik ok bebas semua harus dikritik dan itu yang menjadi kebanggaan anda

  37. @secondprince:
    1.Terima kasih telah mengajarkan sabar pada saya.
    2. Doktrin tidak mengenal logika, logika mengharamkan kontradiksi, sedangkan doktrin tdk peduli dg kontradiksi.
    @bersatu
    1. Membaca buku (menggali ilmu) bukanlah sesuatu yg haram. Anda bs tanyakan ke guru anda.
    2. Bersanad secara lisan terutama diperuntukkan utk mrk yg oleh guru mrk dianggap msh junior.
    3. Pertanyaan: apakah guru anda setelah guru beliau meninggal tdk lg membaca buku?, krn jika beliau membaca buku tanpa ada guru mk beliau tdk bersanad.
    4. Pertanyaan: Apakah semua murid guru anda tg ribuan tdk lg membaca buku?
    5. Pertanyaan: Apakah mampu seorg guru menyampaikan semua ilmu yg dimilikinya dg lisan? Jika tdk mk secara alamiah akan terjadi penurunan kulaitas manusia, krn keterbatasan pengajaran lisan.
    6. Anda hrs tahu bhw guru anda dlm mengajar akan berbeda kpd murid2nya, bergantung pd kapasitas sang murid. Ada mrk2 yg diajar msh dlm tahap doktrin2, krn kapasitas org tsb blm sanggup menerima perbedaan2.

  38. @truthseeker1964
    Semoga dijawab sama yang bersangkutan

  39. @bara

    nah sekelas ibnu hajra mestinya tahu yang diriwayatkan itu ada yang mursal, kenapa masih diutarakan,

    Wah Mas jelas sekali Ibnu Hajar tahu, beliau nyata-nyata bilang begitu dalam kitabnya
    Yang jadi masalah tahukah anda kalau hadis mursal itu tidak shahih menurut jumhur ulama hadis
    Hadis mursal bisa jadi hujjah jika didukung dengan hadis lain yang shahih
    Saya tidak membuat-buat Mas, begitulah menurut Ilmu Hadis

    sekali lagi saya tida bisa menggugah anda untuk lebih menghargai ilmu yang bermanfaat dengan menghargai para alim yang lebih dekat jamannya dengan Nabi, tinimbang memakai metode kritik yang anda terapkan, klo mau mengkritik ok bebas semua harus dikritik dan itu yang menjadi kebanggaan anda

    Saya menghargaisemua ulama dan mengambil hikmah dari mereka, tapi saya tidak pernah taklid dengan siapapun
    Soal kritik saya selalu menampilkan dasar dan alasannya, kalau memang salah selayaknya ditunjukkan yang mana yang salah
    Bukan dengan membuat-buat keraguan seputar kredibilitas pengkritik atau dengan kata lain Ad Hominem
    Bagi saya, kritik terhadap Ulama bukan berarti menjatuhkan atau merendahkan mereka. kebenaran tidak dipandang dari orangnya semata tetapi lebih kepada hujjahnya
    Salam

  40. 😆 yang namanya bara itu dari dulu gak berubah

    Dsikusi yang seru, tapi udah telat sih kalau mau ikutan

  41. @almirza
    yah begitulah Mas
    emeng telat banget :mrgreen:

  42. hem hujjah anda juga tidak berdasar, anda lupa dengan hadist lainnya, setelah ada hadist lainnya ( periwwayat sama dari imam bukhari ) anda berelak, gunakan hadist dari para ahlul bait ……………. hemmmmmm, memang dari cara ngomong, apalagi almiraz saya bisa tarik benang bahwa pemahaman anda berhenti pada teks, tapi maknanya …………… gak ada yang tahu, nah begitulah kalau belajar dari buku hi hi hi hi
    kata anda
    Hadis mursal bisa jadi hujjah jika didukung dengan hadis lain yang shahih
    Saya tidak membuat-buat Mas, begitulah menurut Ilmu Hadis
    nah apa anda kurang yaqin dengan penjelasan ibnu hajar, kalau tidak jelas maka yang menjadi pertanyaan adalah dari anda sendiri, wong banyak ulama berpatokand ari beliau, hanya anda saja yang tidak setuju, ya sama seperti orang yang percaya musadhek itu nabi, tapi kebanyakan kan tidak percaya, nah barang kali anda jadi yang minoritas ya

  43. @bersatu

    hem hujjah anda juga tidak berdasar, anda lupa dengan hadist lainnya, setelah ada hadist lainnya ( periwwayat sama dari imam bukhari ) anda berelak, gunakan hadist dari para ahlul bait …

    Hadis mana ya Mas, kayaknya Mas meloncat-loncat komentarnya. saya jadi kurang mengerti ini masalah apa yang dibahas

    hemmmmmm, memang dari cara ngomong, apalagi almiraz saya bisa tarik benang bahwa pemahaman anda berhenti pada teks, tapi maknanya

    Bukan Mas, yang benar pemahaman saya adalah memahami teks dengan sebaik-baiknya dan tidak menyelewengkan makna teks sesuai dengan fanatisme mahzab. Maaf jika saya keliru, anda bahkan tidak bisa memahami teks dengan baik. Tidak ada yang namanya almiraz disini, yang ada almirza dan pemahaman saya adalah pemahaman saya, pemahaman Mas MIrza ya pemahaman dia tentu, pemahaman anda sudah jelas pemahaman anda
    Gak ada masalah kan 🙂
    salam

  44. Assalamualaikum Wr Wb.
    Sungguh banyak perbedaan didunia ini dan jadikanlah rahmat karena itulah perintah Alloh. Kesemuanya memiliki kebenaran meski itu berbeda karena memenuhi syarat yg dianjurkan.
    Tapi yang saya takutkan kebencian merasuki hati dan menggelapkan karena kebenaran yang kita emban tidak bisa diterima orang lain. Sungguh setan kan berpesta pora kita yg berilmu dapat terjebak kedalam bujukannya.
    Saat nabi bertanya kepada Alloh perihal keislaman pamanya yg tak mau masuk hingga ajal menjemput, Alloh menegur Rosul karena hidayah adalah nikmat yg hanya kan diberikan oleh Alloh dan Muhammad tidak sesekali mampu berbuat itu rosul hanyalah penyampai pesan.
    Lalu bagaimana kita mengukuhkan seseorang harus meyakini apa yg kita yakini sedangkan kita manusia biasa.
    Lalu siapa yg salah dan yang benar, itu juga merupakan soal yg penting. Tapi alangkah celakanya jika kita berputar disitu lalu menimbulkan perselisihan dan lempar fitnah yg keji.
    Tidak ada salahna kita berbagi pemahaman kita kepada orang lain tapi jangan sesekali memaksanya.
    Disini bukan kejaksaan yg dicari siapa yg benar dan yang salah…jika serumit itu urusanya biarlah Alloh yg mengadilinya kelak,,,karena perbedaan itu rahmat saya yakin bila banyak kesalahan Alloh tidak akan murka tapi kepada yg memelihara kebencian dan nafsu karena pendapatnya tak bisa d terima lawan bicara maka sungguh dia yg celaka.
    Sekian dari saya orang yg lancang…semoga menjadi pelajaran khususnya buat saya dan bermamfaat bagi kita semua.
    Wassalam Wr Wb.

  45. […] mengenai tahrif al Qur’an, bisa dibaca disini: https://secondprince.wordpress.com/2008/02/07/akidah-syiah-tentang-al-quran/ Jika blm puas, silahkan dicari […]

  46. […] mengenai tahrif al Qur’an, bisa dibaca disini: https://secondprince.wordpress.com/2008/02/07/akidah-syiah-tentang-al-quran/ Jika blm puas, silahkan dicari […]

Tinggalkan komentar