BAGAIMANA CARA PIKIRAN BEKERJA

BAGAIMANA CARA PIKIRAN BEKERJA

Manusia adalah makhluk yang berpikir, ini pasti benar dan tidak perlu membuang waktu untuk mengkritik masalah ini, karena pada saat anda mau mengkritik anda justru membuktikan kalau pernyataan itu benar.

Masalahnya pikiran manusia itu macam-macam, ini juga benar dan sekali lagi tidak perlu mengkritik karena saat anda mau mengkritik, anda justru membuktikan pernyataan itu benar, kritikan anda justru menunjukkan perbedaan pikiran anda dan pikiran saya. Kenapa pikiran itu macam-macam? Nah satu-satunya alternatif jawabannya adalah karena cara berpikir manusia yang bermacam-macam.

Kita berpikir karena sesuatu, tidak tahu apa pastinya terserah bisa apa saja yang penting ada alasannnya. Alasannya bisa dari luar si pemikir atau dari dalam si pemikir, alasan ini bisa dalam bentuk informasi, pertanyaan, perasaan atau sesuatu yang tak terkatakan(apa maksudnya anda bisa lihat dialog di akhir tulisan ini).

Alasan-alasan ini dapat disebut sebagai input awal yang biasanya juga memancing input-input yang lain. Input ini yang bisa apa saja akan memasuki proses yang kita sebut Berpikir. Dan setiap proses ini akan selalu menghasilkan sesuatu yang disebut Output. Selalu, benarkah? Anda sudah mulai mau mengkritik Bagaimana kalau apa ya istilahnya ….ah iya pikiran itu buntu, begitu bukan? kalau buntu kan gak ada outputnya. Yang saya maksud jelas tidak seperti itu, walaupun pikiran anda buntu tetap saja ada outputnya yaitu “Anda tahu kalau anda tidak tahu”.

Jadi berpikir melibatkan 3 unsur, Cuma 3 yaitu Input, Proses dan Output. Cara berpikir ada dalam Proses. Saya hanya akan bahas tentang Proses. Proses yang terjadi dalam otak anda dan saya ini bermacam-macam, tetapi yang bermacam-macam itu hanyalah bentuk keseluruhannya. Karena dalam keanekaragaman proses yang terjadi ada aturan seragam yang sederhana yang secara tidak sadar menjadi atom-atom logika manusia.

Aturan itu disebut Hukum-hukum berpikir. Hukum-hukum ini yang menjadi dasar proses berpikir manusia, siapapun dan apapun dia. Hukum-hukum ini bersifat pasti benar, benar dalam arti hukum-hukum ini tidak punya potensi salah. Hukum-hukum ini tidak ada yang bisa dikatakan selain bahwa itu “ada” dan adanya itu juga berarti benarnya. Hal ini tampak seperti “Dasein”, mungkin sih.

.

.

Hukum-hukum berpikir

Hukum-hukum berpikir merupakan hukum dasar dalam berpikir yang harus terbukti dengan sendirinya artinya apapun yang kita tetapkan untuk hukum-hukum tersebut selalu berimplikasi bahwa hukum-hukum tersebut benar. Saya akan menyajikan 3 hukum tersebut, mungkin pembaca dapat menambahkan yang lain tentu saja dengan syarat hukum tersebut terbukti dengan sendirinya.

Hukum Sebab Akibat

Hukum ini menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki sebab dan akibat dimana sesuatu dapat menjadi sebab dan menimbulkan sesuatu yang lain sebagai akibat atau sesuatu akibat selalu didahului sesuatu yang menjadi sebab munculnya sesuatu akibat tersebut.

Pembuktian
Hukum ini memiliki dua kemungkinan yaitu benar dan salah . Kalau hukum tersebut benar tentu kita tidak perlu mempermasalahkannya kemudian jika hukum tersebut salah kita selalu bisa mempertanyakan kenapa hukum ini salah? Dan mungkin akan ada yang menjawab dengan argumen-argumen tertentu, atau ada alasan yang menyebabkan hukum ini salah, Jadi hal ini justru membuktikan bahwa ada hubungan sebab akibat yang membuktikan kebenaran hukum tersebut.

.

.

Hukum Nonkontradiksi

Hukum ini menyatakan bahwa sesuatu itu tidak mungkin benar dan sekaligus salah pada saat yang sama.

Hukum ini terbukti dengan sendirinya jika benar ataupun salah. Karena jika hukum ini salah maka itu berarti bahwa sesuatu yang benar adalah salah dan sesuatu yang salah juga adalah benar. Sehingga dari pernyataan ini jika hukum di atas salah maka pada saat yang sama hukum ini juga benar .Jadi apapun yang kita tetapkan pada hukum tersebut baik benar atau salah selalu akhirnya berakibat hukum nonkontradiksi itu benar.

.

.
Hukum Perbandingan

Hukum ini menyatakan bahwa sesuatu itu senantiasa dapat dibandingkan dengan sesuatu yang lain dan ditentukan kualitasnya .

Kualitas itu bisa berarti sama atau tidak sama dan jika tidak sama dapat dinyatakan dalam bentuk lebih… atau kurang… dibanding yang lain. Hukum ini juga bersifat selalu benar. Seandainya hukum ini ditetapkan salah maka pernyataan ini (“hukum ini salah”) dapat dibandingkan dengan pernyataan hukum perbandingan diatas. Kemudian kita tetapkan bahwa pernyataan “hukum ini salah” tidak sama dengan pernyataan hukum perbandingan di atas, sehingga itu justru membuktikan bahwa hukum perbandingan itu benar.

.

.

Ketiga hukum ini merupakan hukum-hukum yang utama dalam proses berpikir manusia sehingga dari sini manusia bisa berpikir dengan segala macam keragamannya. Bahkan yang paling sederhana, konyol dan pikiran yang tidak benarpun tetap saja mengandung ketiga hukum ini. Mari kita lihat dialog para Ibu yang penuh perhatian dan kepedulian berikut

Ibu Ani berkata ”Eh jeng tahu nggak tadi waktu saya ke PTC saya lihat ibu Susi itu diantar sama bapak-bapak, orang kaya sih kayaknya dilihat dari mobilnya”.

Ibu Ana (dengan penuh semangat) berkata ”wah gosip baru nih Jeng gimana? gimana ceritanya? orangnya itu gimana?”

Ibu Ani berkata ”orangnya udah tua kepala lima kalau dilihat-lihat , pendek, gemuk, aduh itu badan apa gentong sih terus kepalanya botak lagi, gak bisa dibandingin deh sama Pak Anton, kok mau ya Ibu Susi sama bapak-bapak kayak gitu”.

Ibu Ana menyahut “huh paling-paling doyan sama uangnya doang, bener-bener gak tahu diri ya, kasihan Pak Anton punya istri mata duitan”.

Ibu Ani menimpal “awalnya sih kirain siapa senyum-senyum eh tahunya mesra-mesraan gitu pakai acara pura-pura jatuh lagi, ih kegatelan banget sih saya aja sampai gak tahan ngelihatnya, eh yang gak tahu diri waktu kepergok saya, dia senyum-senyum pakai nanya belanjaan segala kayak gak ada rasa bersalah sedikitpun”.

Kemudian datang Ibu Mira tetangga Ibu Susi, yang langsung menyapa “Aduh ibu-ibu seru banget ngomongin apa sih?”.

Ibu Ana menjawab “ah ini lho jeng ada gosip baru tentang Ibu Susi, itu tetangga Ibu Mira” . Kemudian ibu Ana bercerita seolah-olah dia yang lihat sendiri.

Ibu Mira memperkeruh suasana langsung menyahut ”oh pantes tahu tidak waktu pak Anton Berangkat ke luar kota seminggu yang lalu, sering ada yang datang lho ke rumah Ibu Susi, orangnya agak pendek, botak dan gemuk persis deh, saya aja sampai heran, bukannya mau ikut campur urusan orang waktu mau pulang saya intip eh pakai dadah-dadahan gitu”.

Ibu Ani menimpal ”bikin malu aja, bener-bener deh gak bisa dibiarin kita harus kasih tahu sama Bu RT waktu arisan nanti”.

Ibu Mira menjawab ”iya tuh biar tahu rasa, eh ngomong-ngomong soal Bu RT kemarin malam saya lewat rumah Bu RT, ternyata Bu RT lagi ribut-ribut sama suaminya, eh sempet denger sih mereka ribut soal……” . Dicukupkan sampai disini saja, sepertinya gak habis-habis pikiran mereka kalau diteruskan. Benar-benar penuh perhatian ibu-ibu itu.

.

.

Dialog tersebut kalau kita lihat adalah para pemikir yang kreatif dalam mengembangkan imajinasinya. Ibu Ani misalnya tentu saja dia bisa langsung mengenal kalau itu Ibu Susi dan bapak yang bersamanya bukan suami Ibu Susi nah dari sini timbul pikiran-pikiran baru.

Proses pengenalan seperti ini sangat berkaitan dengan hukum nonkontradiksi dan hukum perbandingan, sederhananya Ibu Ani meyakini benarnya apa yang dia lihat(dan tidak salah lagi itu Ibu Susi) dengan hukum nonkontradiksi, dan pengenalan dengan bapak gemuk itu menggunakan hukum perbandingan bahwa bapak gemuk itu ternyata tidak sama dengan suami Ibu Susi jadi bukan suaminya. Dengan hukum perbandingan juga Ibu Ani mendeskripsikan bapak gemuk itu dan membandingkan dengan pak Anton “orang kaya sih kayaknya dilihat dari mobilnya dan orangnya udah tua kepala lima kalau dilihat-lihat , pendek, gemuk, aduh itu badan apa gentong sih terus kepalanya botak lagi, gak bisa dibandingin deh sama Pak Anton”.

Tidak diragukan kalau Ibu Ani seorang pengamat (walaupun dia katanya tak tahan dengan apa yang diamatinya) dan analis yang baik dia menarik kesimpulan ada apa-apa antara Ibu Susi dan bapak gemuk itu makanya dia berkata ” kok mau ya Ibu Susi sama bapak-bapak kayak gitu”. Tentu saja kesimpulan ini ada dasarnya makanya Ibu Ani bercerita “awalnya sih kirain siapa senyum-senyum eh tahunya mesra-mesraan gitu pakai acara pura-pura jatuh lagi, ih kegatelan banget sih saya aja sampai gak tahan ngelihatnya”, dalam pandangan Ibu Ani perilaku aneh Ibu Susi (aneh menurut Ibu Ani tentunya) menjadi tanda tanya , senyum-senyum mesra (kembali menurut Ibu Ani, ini menunjukan kemampuan pengamatan yang baik sekali) atau pura-pura jatuh (Ibu Ani ternyata menganalisis kalau Ibu Susi pura-pura jatuh). Jelas sekali perilaku itu menunjukan kalau Ibu Susi ingin menarik perhatian bapak gemuk (begitu dalam pandangan Ibu Ani). Penarikan kesimpulan ini jelas sekali menunjukkan kerja hukum sebab akibat dalam kepala Ibu Ani, Ibu Susi suka sama bapak gemuk oleh karena Itulah hal ini menyebabkan perilaku aneh Ibu Susi.

Ibu Ana juga tidak bisa diremehkan dia juga memikirkan lebih jauh yaitu alasan kenapa Ibu Susi suka sama bapak gemuk itu. Alasan yang sayang sekali Ibu Ani tidak tahu dilihat dari kata-kata, “kok mau ya Ibu Susi sama bapak-bapak kayak gitu”. Disini kita lihat Ibu Ana ternyata lebih piawai dibanding Ibu Ani dalam menggunakan hukum sebab akibat, Ibu Ana berkata alasannya “huh paling-paling doyan sama uangnya doang, bener-bener gak tahu diri ya, kasihan Pak Anton punya istri mata duitan”.

Lihat baik-baik cukup dari sedikit cerita Ibu Ani, Ibu Ana langsung tahu kalau bapak gemuk itu benar-benar kaya tidak seperti Ibu Ani yang berkata “orang kaya sih kayaknya dilihat dari mobilnya”. Mungkin Ibu Ani meragukan bapak gemuk itu orang kaya jika dilihat dari ciri-cirinya tetapi dia melihat mobil itu benar mobil orang kaya makanya dia menggunakan kata-kata kayaknya. Ibu Ana jelas lebih berpengalaman oleh karenanya dia langsung yakin tak diragukan lagi kalau orang dengan ciri-ciri pendek, gemuk, kepala botak dan punya mobil adalah orang kaya, mungkin ada beberapa kenalan Ibu Ana yang kaya dan ciri-cirinya persis sama. Jadi selain hukum sebab akibat Ibu Ana juga lebih piawai dibanding Ibu Ani dalam menggunakan hukum perbandingan, dia membandingkan bapak gemuk itu dengan kenalannya yang kaya ( kemungkinannya sih begitu).

Ibu Mira juga tidak kalah dalam menggunakan hukum sebab akibat, setelah mendengar cerita itu ternyata cerita itu menjawab hal aneh yang dia lihat ”oh pantes tahu tidak waktu pak Anton Berangkat ke luar kota seminggu yang lalu, sering ada yang datang lho ke rumah Ibu Susi, orangnya agak pendek, botak dan gemuk persis deh, saya aja sampai heran bukannya mau ikut campur urusan orang waktu mau pulang saya intip eh pakai dadah-dadahan gitu”. Ibu Mira sama halnya seperti Ibu Ani juga seorang pengamat yang baik ,dia menyatakan kalau bapak gemuk yang dia lihat dan yang dibicarakan adalah orang yang sama (dengan menggunakan hukum perbandingan).

Kemudian dengan keyakinan atas kebanaran kesaksiannya (ini kerja hukum nonkontradiksi) bahwa ia melihat bapak gemuk itu datang ke rumah Ibu Susi waktu suaminya keluar kota. Oh iya dan juga sikapnya yang tidak mau ikut campur urusan orang lain itu membuatnya menyaksikan perilaku dadah-dadahan yang tampaknya aneh sekali(dalam pandangan Ibu Mira). Setelah mendengar cerita Ibu Susi ternyata dia juga mengambil kesimpulan bahwa Ibu Susi suka sama bapak gemuk oleh karenanya Ibu Susi menujukkan perilaku yang aneh(kembali dalam pandangan Ibu Mira). Penarikan kesimpulan seperti ini jelas menunjukkan kerja hukum sebab akibat dalam kepala Ibu Mira.

Dialog di atas cukup membuktikan bahwa pikiran yang paling konyol sekalipun tetap mengandung unsur ketiga hukum berpikir itu, bisa dikatakan berpikir menjadi mungkin oleh ketiga hukum itu, apapun bentuknya baik berpikir kritis, biasa saja, tidak kritis, hiperkritis atau bahkan yang paling konyol. Sepertinya tidak berlebihan kalau ketiga hukum berpikir ini menunjukkan Atomisme logis manusia.

6 Tanggapan

  1. *ngakak abis*
    itu contoh mikirnya keren bangeeet!!!

    (tapi Ma jadi rada kesindir nih,,) 😛

  2. @ Ayuk
    iya dong, mereka para Ibu yang penuh perhatian dan kepedulian layak mendapat apresiasi
    maaf yuk bener2 gak maksud, eh tapi kesindirnya bagian mana sih, oh ternyata Ayuk juga ibu yang pemikir,uuups maaf belum jadi ibu kan, jadi calon ibu yang pemikir…..tapi kesannya gak tepat juga, nikah aja belum…..damai!!!!!

  3. heeeeeeh kamu!! diserempet serempetin ke nikah mulu sih,,
    eh artinya biar Ma juga ada logikanya ya kalo lagi ngomong,,

    iya sih,, Ma kan pinter,, udah diakuin Bharma!
    *bangga*
    😆

  4. Ntar ya , da jam 2 kurang sepermapt nieh…..

    besok mo nyambung lage bacanya, skalian mo komentar lagi.

    Aq, tertarik. Ntar aq tuangin bocoran2 otak gw kesini, sapa tau keserempet Logika berfikirnya J. Algar Ini……

    Muahhhhhhhhhh……………Hoammm….hoammmmmmmmmmmmmmm

    ngantukszzzzzzzz

  5. […] manusia, sejak kapan pikiran manusia pasti benar. Lalu apa yang pasti benar dari akal? Saya katakan Hukum-hukum berpikir akal itu yang pasti benar. Dengan kata lain akal memiliki hukum-hukum yang pasti benar yang […]

  6. […] sejak kapan pikiran manusia pasti benar. Lalu apa yang pasti benar dari akal? Saya katakan Hukum-hukum berpikir akal itu yang pasti benar. Dengan kata lain akal memiliki hukum-hukum yang pasti benar yang […]

Tinggalkan komentar