Apakah ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah Termasuk Sahabat Nabi?

Apakah ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah Termasuk Sahabat Nabi?

‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah adalah perawi yang dikenal meriwayatkan hadis keutamaan Mu’awiyah yaitu dimana Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mendoakannya “Ya Allah jadikanlah Mu’awiyah pemberi petunjuk dan diberi petunjuk”. Kami pernah membahas kedudukan hadis ini sebelumnya bahwa hadis ini dhaif mudhtharib dan tidak bisa dijadikan hujjah.

Pada tulisan kali ini kami akan meneliti lebih lanjut status ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah sebagai perawi yang dikenal meriwayatkan hadis keutamaan Mu’awiyah tersebut [sekaligus sebagai tambahan dan revisi tulisan kami sebelumnya tentang hadis keutamaan Mu’awiyah tersebut]. Apakah benar perkataan sebagian ulama bahwa ia tergolong sahabat Nabi? Ataukah ia sebenarnya bukan sahabat Nabi sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama lain.

.

.

Terdapat perselisihan di kalangan ulama mengenai status persahabatannya, sebagian ulama menetapkan bahwa ia sahabat dan sebagian lagi menyatakan bahwa ia bukan sahabat. Diantara yang menyatakan ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah sebagai sahabat adalah Ibnu Abi Hatim Ar Raaziy

عبد الرحمن بن أبي عميرة المزني، له صحبة يعد في الشاميين روى عن القاسم أبو عبد الرحمن وربيعة بن يزيد وجبير بن نفير

‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah Al Muzanniy, sahabat Nabi termasuk penduduk syam, meriwayatkan darinya Al Qaasim Abu ‘Abdurrahman, Rabi’ah bin Yaziid dan Jubair bin Nufair [Al Jarh Wat Ta’dil 5/273 no 1296]

Ibnu Hajar dalam Al Ishabah mengutip bahwa diantara para ulama yang menyatakan ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah sebagai sahabat adalah Abu Hatim, Ibnu Sakan, Ibnu Sa’ad, Bukhariy, Ibnu Barqiy, Ibnu Hibban, Abdush Shamad bin Sa’id dan Abu Hasan bin Sumai’ [Al Ishabah Ibnu Hajar 4/342 no 5181]. Ahmad bin Hanbal memasukkan hadisnya dalam kitab Musnadnya dengan judul Hadis ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah Al Azdiy [Musnad Ahmad 4/216]. Al Baghaawiy memasukkannya dalam Mu’jam Ash Shahabah 4/489. Ibnu Qani’ memasukkannya dalam Mu’jam Ash Shahabah 2/146. Abu Nu’aim memasukkannya dalam Ma’rifat Ash Shahabah no 4129 & 4130. Adz Dzahabiy dalam Tarikh Al Islam 4/309 menyatakan ia sahabat. Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 35/231 juga menyatakan ia sahabat.

Tetapi ternukil pula sebagian ulama yang menyatakan bahwa ia bukan sahabat dan hadisnya tidak tsabit dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Adz Dzahabiy berkata dalam Tarikh-nya

عبد الرحمن بن أبي عميرة المزني، صحابي، له أحاديث، وقد سكن حمص وتاجر.روى عنه: خالد بن معدان، والقاسم أبو عبد الرحمن، وربيعة بن يزيد القصير.وبعضهم يقول: هو تابعي.

Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah Al Muzanniy sahabat Nabi, memiliki hadis-hadis, menetap di Syam telah meriwayatkan darinya Khalid bin Ma’dan, Qaasim Abu ‘Abdurrahman dan Rabi’ah bin Yaziid. Dan sebagian ulama mengatakan “ia tabiin” [Tarikh Al Islam 4/309].

Ibnu Hajar dalam At Taqrib berkata “diperselisihkan bahwa ia sahabat” [At Taqrib 1/575]. Al Hafizh Al Maghlathay memasukkannya dalam kitab Al Inabah Ila Ma’rifat Al Mukhtalaf Fiihim Min Shahabat 2/23 no 667.

Diantara yang menetapkan bahwa Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah bukan sahabat adalah Ibnu Abdil Barr dalam Al Isti’ab yang berkata hadisnya mudhtharib dan tidak tsabit bahwa ia sahabat [Al Isti’ab 2/843]. Ibnu Atsir juga mengatakan demikian [Usud Al Ghabah 3/313]. Diikuti oleh Al Mubarakfuriy dalam Syarh Sunan Tirmidzi [Tuhfatul Ahwaaziy 10/230]. Al Hafizh Al Ala’iy memasukkannya dalam kitabnya Jami’ At Tahsiil Fii Ahkam Al Maraasil no 448 yang berarti di sisinya tidak tsabit bahwa ia sahabat Nabi.

Dalam kitab biografi perawi hadis tidak dikenal tahun lahir dan wafat ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah. Keberadaannya ditetapkan dari hadis-hadis yang ia riwayatkan. Hadis-hadis inilah yang menjadi hujjah para ulama dalam menetapkan status persahabatannya yang berarti hadis-hadis tersebut tsabit di sisi mereka. Dan hadis-hadis ini pulalah yang menyebabkan sebagian para ulama menetapkan bahwa ia tidak tsabit sebagai sahabat karena di sisi mereka hadis-hadis tersebut tidak tsabit sanadnya.

Dalam kitab hadis dan kitab biografi perawi ada empat hadis ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah yang menjadi dasar para ulama menyatakan bahwa ia adalah sahabat Nabi. Hadis-hadis itulah yang akan dibahas dan diteliti apakah benar hadis tersebut tsabit sanadnya.

.

.

.

 

Hadis Pertama Tentang Keutamaan Mu’awiyah

Hadis ini diriwayatkan dengan jalan sanad dari Sa’id bin Abdul Aziz dari Rabi’ah bin Yazid dari Abdurrahman bin Abi Amiirah secara marfu’ kemudian Sa’id juga meriwayatkan dari Yunus bin Maisarah dari Abdurrahman bin Abi Amiirah secara marfu’. Berikut takhrij lengkap hadis tersebut beserta pembahasannya

Riwayat Abu Mushir

حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ ثنا أَبُو مُسْهِرٍ ثنا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عَمِيرَةَ الْمُزَنِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لِمُعَاوِيَةَ اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا ، وَاهْدِهِ وَاهْدِ بِه

Telah menceritakan kepada kami Abu Zur’ah yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Mushir yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’id bin ‘Abdul Aziiz dari Rabii’ah bin Yaziid dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah Al Muzanniy yang berkata aku mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda tentang Mu’awiyah “Ya Allah jadikanlah ia pemberi petunjuk dan diberi petunjuk, berilah petunjuk kepadanya dan petunjuk [bagi umat] dengan keberadaannya [Mu’jam Asy Syamiyyiin Thabraniy no 334]

Riwayat Abu Zur’ah dari Abu Mushir di atas juga disebutkan Abu Nu’aim dalam Ma’rifat Ash Shahabah no 4129, dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq 59/81-82. Abu Zur’ah dalam periwayatan dari Abu Mushir memiliki mutaba’ah sebagai berikut

  1. Muhammad bin ‘Auf Al Himshiy sebagaimana disebutkan Ibnu Abi ‘Aashim dalam Al Ahad Al Matsaaniy 2/358 no 1129
  2. Muhammad bin Sahl bin Askar sebagaimana disebutkan Al Baghaawiy dalam Mu’jam Ash Shahabah 4/491 dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 6/61 dan Tarikh Dimasyiq 59/82.
  3. ‘Abbas bin ‘Abdullah At Tarqufiy sebagaimana disebutkan dalam Juz At Tarqufiy no 46, Al Khatib dalam Tarikh Baghdad 1/207, Al Jurqaaniy dalam Abaathiil Wal Manakiir no 182, Aajurriy dalam Asy Syari’ah no 1917, Al Lalkaa’iy dalam Syarh Ushul I’tiqaad no 2288 dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 59/82.
  4. Yahya bin Ma’in sebagaimana disebutkan Al Aajurriy dalam Asy Syari’ah no 1914 & 1916 dan Ibnu Jauziy dalam Al Ilal Al Mutanaahiyah 1/275 no 442
  5. Muhammad bin Rizqullah Al Kaluudzaaniy sebagaimana disebutkan Al Aajurriy dalam Asy Syari’ah no 1915
  6. Muhammad bin Yahya Adz Dzuhliy sebagaimana disebutkan At Tirmidzi dalam Sunan-nya no 3842.
  7. Al Bukhari sebagaimana yang disebutkannya dalam kitabnya Tarikh Al Kabir 5/240
  8. Ibnu Sa’ad sebagaimana yang disebutkannya dalam kitabnya Thabaqat Al Kubra 7/418
  9. Muhammad bin Mughiirah sebagaimana disebutkan Al Khatib dalam Talkhis Al Mutasyaabih 1/405-406

Abu Mushir dalam periwayatannya dari Sa’iid bin ‘Abdul Aziiz memiliki mutaba’ah yaitu dari Marwan bin Muhammad, ‘Umar bin Abdul Wahiid, Walid bin Muslim, dan Muhammad bin Sulaiman Al Harraniy

Riwayat Marwan bin Muhammad

وقال لي بن أزهر يعني أبا الأزهر نا مروان بن محمد الدمشقي نا سعيد نا ربيعة بن يزيد سمعت عبد الرحمن بن أبي عميرة المزني يقول سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول في معاوية بن أبي سفيان اللهم اجعله هاديا مهديا واهده واهد به

Dan telah mengatakan kepadaku Ibnu Azhar yaitu Abul Azhar yang berkata telah menceritakan kepada kami Marwan bin Muhammad Ad Dimasyiqiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’iid yang berkata telah menceritakan kepada kami Rabii’ah bin Yaziid yang berkata aku mendengar ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah Al Muzanniy yang mengatakan aku mendengar Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata tentang Mu’awiyah bin Abi Sufyaan “Ya Allah jadikanlah ia pemberi petunjuk dan diberi petunjuk, berilah petunjuk kepadanya dan petunjuk [bagi umat] dengan keberadaannya [Tarikh Al Kabiir Bukhari juz 7 no 1405]

Riwayat Abul Azhar di atas juga disebutkan Ibnu Asakir dalam kitabnya Tarikh Dimasyiq 59/80. Abul Azhar dalam periwayatannya dari Marwan bin Mu’awiyah memiliki mutaba’ah yaitu sebagai berikut

  1. Muhammad bin ‘Auf Al Himshiy sebagaimana disebutkan Ibnu Abi ‘Aashim dalam Al Ahad Al Matsaaniy 2/358 no 1129
  2. Salamah bin Syabiib sebagaimana disebutkan Al Baghawiy dalam Mu’jam Ash Shahabah 4/490 dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 59/80
  3. Ibrahiim bin Iisa sebagaimana disebutkan Abu Syaikh Al Ashbahan dalam Thabaqat Al Muhadditsin 2/343 dan Abu Nu’aim dalam Akhbaru Ashbahaan 1/180
  4. Iisa bin Hilaal As Saaliihiy sebagaimana disebutkan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 59/80 dan Al Mizziy dalam Tahdzib Al Kamal 17/321
  5. Shafwan bin Shalih sebagaimana disebutkan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 59/81

Mereka semua meriwayatkan dari Marwan bin Muhammad dari Sa’id bin ‘Abdul Aziz dari Rabi’ah bin Yazid dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah secara marfu’. Muhammad bin Mushaffa meriwayatkan dari Marwan dengan menyebutkan Abu Idris antara Rabiiah dan Ibnu Abi ‘Amiirah.

وَأَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدِ بْنُ الأَكْفَانِيِّ نَا أَبُو مُحَمَّدٍ الْكَتَّانِيُّ أَنَا تَمَّامُ بْنُ مُحَمَّدٍ أَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ بْنُ مَرْوَانَ نَا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُصَفَّى نَا مَرْوَانُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عُمْيَرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا لِمُعَاوِيَةَ فَقَالَ اللَّهُمَّ عَلِّمْهُ الْعِلْمَ ، وَاجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا ، وَاهْدِهِ وَاهْدِ بِهِ

Dan telah mengabarkan kepada kami Abu Muhammad bin Al Akfaaniy yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad Al Kattaaniy yang berkata telah menceritakan kepada kami Tammaam bin Muhammad yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Abdullah bin Marwan yang berkata telah menceritakan kepada kami Zakaria bin Yahya yang berkata telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Mushaffaa yang berkata telah menceritakan kepada kami Marwan bin Muhammad yang berkata telah menceritakan kepadaku Sa’id bin ‘Abdul Aziz dari Rabii’ah bin Yaziid dari Abu Idris dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah bahwa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] mendoakan Mu’awiyah, Beliau berkata “Ya Allah, berikanlah padanya ilmu, jadikanlah ia pemberi petunjuk dan diberi petunjuk, berilah petunjuk kepadanya dan petunjuk [bagi umat] dengan keberadaannya [Tarikh Ibnu Asakir 59/80]

Disini Muhammad bin Mushaffa menyelisihi para perawi tsiqat yang meriwayatkan dari Marwan bin Muhammad dimana mereka tidak menyebutkan Abu Idris antara Rabii’ah bin Yaziid dan ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah. Seolah-olah Muhammad bin Mushaffa melakukan kekeliruan dalam riwayatnya. Hal ini tidaklah benar, karena riwayat Muhammad bin Mushaffa telah dikuatkan oleh riwayat lain yaitu riwayat Umar bin ‘Abdul Wahiid dari Sa’id bin ‘Abdul Aziz.

Riwayat Umar bin ‘Abdul Wahiid

أَخْبَرَنَا أَبُو حَفْصِ بْنُ شَاهِينَ ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سُلَيْمَانَ ثنا مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ يَعْنِي الدِّمَشْقِيَّ ثنا الْوَلِيدُ يَعْنِي ابْنَ مُسْلِمٍ وَعُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْواحِدِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الْخَوْلانِيِّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عُمَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لِمُعَاوِيَةَ اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيَا وَاهْدِ بِهِ وَاهْدِهِ

Telah mengabarkan kepada kami Abu Hafsh bin Syaahiin yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Sulaiman yang berkata telah menceritakan kepada kami Mahmuud bin Khaalid yakni Ad Dimasyiqiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Walid yakni Ibnu Muslim dan ‘Umar bin ‘Abdul Waahid dari Sa’id bin ‘Abdul ‘Aziiz dari Rabii’ah bin Yaziid dari Abu Idriis Al Khawlaniy dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah yang berkata aku mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengatakan kepada Mu’awiyah “Ya Allah, berikanlah padanya ilmu, jadikanlah ia pemberi petunjuk dan diberi petunjuk, berilah petunjuk kepadanya dan petunjuk [bagi umat] dengan keberadaannya” [Juz Abu Dzar Al Haraawiy no 34]

Riwayat Ibnu Syahiin ini juga disebutkan oleh Adz Dzahabiy dalam kitabnya As Siyaar 3/126. Kemudian Adz Dzahabiy dalam kitab Talkhis Al Ilal Al Mutanaahiyah berkata “Diriwayatkan ‘Umar bin ‘Abdul Wahid dan Walid bin Muslim dari Sa’id dari Rabii’ah yang berkata dari Abu Idriis bahwa ia mendengar ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah, sanad ini kuat” [Talkhis Al Ilal Al Mutanaahiyah hal 93 no 225]

Sebagian orang mengira bahwa riwaat Ibnu Abi Dawud dari Mahmuud bin Khaliid di atas syadz karena menyelisihi riwayat jama’ah tsiqat dari Mahmuud yaitu Yaquub bin Sufyan, Ahmad bin Al Mu’alla dan Ishaq bin Ibrahim Al Anmaathiy. Pernyataan ini tidaklah benar, justru riwayat yang lain tersebut menguatkan riwayat Ibnu Abi Dawud.

أَخْبَرَنَا يَعْقُوبُ بْنُ سُفْيَانَ أَبُو يُوسُفَ الْفَارِسِيُّ قَالَ ثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ الأَزْرَقُ قَالَ ثَنَا عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ قَالَ ثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ رَبِيعَةَ بن يَزِيدَ أَنَّ بَعْثًا مِنْ أَهْلِ الشَّامِ كَانُوا مُرَابِطِينَ بِآمِدَ وَكَانَ عَلَى حِمْصَ عُمَيْرُ بْنُ سَعْدٍ فَعَزَلَهُ عُثْمَانُ وَوَلَّى مُعَاوِيَةُ فَبَلَغَ ذَلِكَ أَهْلُ حِمْصَ فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَقَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي عَمِيرَةَ الْمُزَنِيُّ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لِمُعَاوِيَةَ اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا وَاهْدِهِ وَاهْدِ بِهِ

Telah mengabarkan kepada kami Ya’quub bin Sufyaan Abuu Yuusuf Al Faarisiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Mahmuud bin Khaalid Al Azraq yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin ‘Abdul Waahid yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin ‘Abdul ‘Aziiz dari Rab’iiah bin Yaziid bahwa ada utusan dari penduduk Syam, mereka tinggal di ‘Amid dan pada saat itu yang memimpin di Himsh adalah Umair bin Sa’d. Maka Utsman menurunkannya dan mengangkat Mu’awiyah. Ketika hal itu disampaikan kepada penduduk Himsh, mereka keberatan akan hal itu maka ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah Al Muzanniy berkata aku mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengatakan kepada Mu’awiyah “Ya Allah, jadikanlah ia pemberi petunjuk dan diberi petunjuk, berilah petunjuk kepadanya dan petunjuk [bagi umat] dengan keberadaannya” [As Sunnah Al Khalaal 2/450 no 697]

Dalam penyebutan kisah oleh Rabii’ah bin Yaziid, Yaqub bin Sufyan memiliki mutaba’ah dari Ahmad bin Al Mu’alla sebagaimana yang disebutkan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 59/82.

Kisah di atas terjadi di masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan artinya terjadi sebelum tahun 35 H. Rabii’ah bin Yazid dikatakan bahwa usianya sekitar 80 tahun dan ia wafat pada tahun 123 H [As Siyaar Adz Dzahabiy 5/239-240]. Artinya ia lahir lebih kurang tahun 43 H dan tidak mungkin menyaksikan kisah tersebut. Dalam riwayat di atas nampak bahwa Rabii’ah bin Yazid tidak mendengar atau menyaksikan kisah tersebut. Rabii’ah meriwayatkan kisah tersebut secara mursal. Kesimpulannya riwayat Yaqub bin Sufyan dan Ahmad bin Al Mu’alla menunjukkan adanya inqitha’ [keterputusan sanad] antara Rabii’ah dan ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah dan ternyata dalam riwayat Ibnu Abi Dawud disebutkan bahwa diantara mereka berdua ada perawi yang bernama Abu Idris Al Khawlaaniy. Secara keseluruhan maka riwayat-riwayat tersebut saling melengkapi

Adapun riwayat Ishaaq bin Ibrahiim Al Anmaathiy disebutkan Ibnu Qani’ dalam Mu’jam Ash Shahabah 2/146 yaitu dengan sanad sebagai berikut

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الأَنْمَاطِيُّ نا مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ نا عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ نا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عَمِيرَةَ عَنِ النَّبِيِّ

Telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin Ibrahiim Al Anmaathiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Mahmuud bin Khaalid yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin ‘Abdul Waahid yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’id bin ‘Abdul Aziiz dari Rabii’ah bin Yaziid dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah dari Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] [Mu’jam Ash Shahabah Ibnu Qani’ 2/146]

Riwayat Ishaaq bin Ibrahiim Al Anmaathiy adalah ringkasan dari riwayat Ya’qub bin Sufyan dan Ahmad bin Al Mu’alla. Disini disebutkan bahwa Rabii’ah bin Yazid meriwayatkan dengan ‘an anah dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah dan diketahui dari riwayat lain [Yaqub bin Sufyan dan Ahmad bin Al Mu’alla] bahwa ‘an anah tersebut ternyata mursal dan disebutkan dalam salah satu riwayat [Ibnu Abi Dawud] bahwa diantara Rabii’ah dan Ibnu Abi ‘Amiirah ada Abu Idris Al Khawlaaniy. Secara keseluruhan riwayat ‘Umar bin ‘Abdul Wahid memang menunjukkan bahwa sanad Rabii’ah dari Abu Idriis dari Ibnu Abi ‘Amiirah tidaklah syadz.

Riwayat Waliid bin Muslim

Walid bin Muslim meriwayatkan hadis ini dari Sa’iid bin Abdul Aziiz melalui dua jalan sanad yaitu dari Sa’iid dari Rabii’ah dari Ibnu Abi ‘Amiirah dan dari Sa’iid dari Yunus bin Maisarah dari Ibnu Abi ‘Amiirah

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا علي بن بحر ثنا الوليد بن مسلم ثنا سعيد بن عبد العزيز عن ربيعة بن يزيد عن عبد الرحمن بن أبي عميرة الأزدي عن النبي صلى الله عليه و سلم انه ذكر معاوية وقال اللهم اجعله هاديا مهديا واهد به

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Bahr yang berkata telah menceritakan kepada kami Walid bin Muslim yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin ‘Abdul Aziiz dari Rabii’ah bin Yaziid dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah Al Azdiy dari Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahwa ia menyebutkan Mu’awiyah dan berkata “Ya Allah, jadikanlah ia pemberi petunjuk dan diberi petunjuk, berilah petunjuk [bagi umat] dengan keberadaannya” [Musnad Ahmad 4/216 no 17926]

Riwayat Aliy bin Bahr di atas juga disebutkan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 59/83. Ali bin Bahr dalam riwayatnya dari Walid bin Muslim memiliki mutaba’ah yaitu Hisyam bin ‘Ammar sebagaimana disebutkan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 6/61 dan Shafwan bin Shaalih sebagaimana disebutkan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 6/61 dan Tarikh Dimasyiq 59/81. Aliy bin Bahr memiliki mutaba’ah dari Mahmuud bin Khalid sebagaimana disebutkan dalam Juz Abu Dzar Al Haraawiy no 34 hanya saja ia menyebutkan Abu Idriis antara Rabii’ah dan ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah.

حدثنا عبدان بن أحمد ثنا علي بن سهل الرملي ثنا الوليد بن مسلم عن سعيد بن عبد العزيز عن يونس بن ميسرة بن حلبس عن عبد الرحمن بن عمير المزني أنه سمع النبي صلى الله عليه و سلم وذكر معاوية فقال اللهم اجعله هاديا مهديا واهد به

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdaan bin Ahmad yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Sahl Ar Ramliy yang berkata telah menceritakan kepada kami Waliid bin Muslim dari Sa’iid bin ‘Abdul Aziiz dari Yunus bin Maisarah bin Halbas dari ‘Abdurrahman bin ‘Amiir Al Muzanniy bahwa ia mendengar Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] menyebutkan tentang Mu’awiyah, Beliau berkata “Ya Allah jadikanlah ia pemberi petunjuk dan diberi petunjuk, berilah petunjuk [bagi umat] dengan keberadaannya” [Musnad Asy Syamiyyin Ath Thabraniy 1/181 no 311]

Riwayat Aliy bin Sahl Ar Ramliy juga disebutkan Ath Thabraniy dalam Musnad Asy Syamiiyyin 3/254 no 2198, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa’ 8/358 dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 59/83.

Aliy bin Sahl Ar Ramliy dalam periwayatan dari Walid bin Muslim memiliki mutaba’ah dari Zaid bin Abi Zarqaa’ sebagaimana disebutkan Ath Thabraniy dalam Mu’jam Al Ausath 1/205 no 656, Al Khalaal dalam As Sunnah 2/451-452 no 699, Ibnu Qani’ dalam Mu’jam Ash Shahabah 2/146, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa 8/358 dan Abu Qasim Al Ashbahaniy dalam Al Hujjah Fii Bayaan 2/377-378.

Walid bin Muslim Ad Dimasyiq disebutkan Ibnu Hajar bahwa ia seorang yang tsiqat tetapi banyak melakukan tadlis taswiyah [At Taqrib 2/289]. Dalam ilmu hadis, perawi yang melakukan tadlis taswiyah hadisnya diterima jika ia menyebutkan tahdits atau sima’ hadis dari Syaikh-nya dan Syaikh-nya itu menyebutkan tahdits atau sima’ hadis dari Syaikh-nya pula. Dalam riwayat di atas, Walid bin Muslim telah menyebutkan tahdits atau sima’ hadisnya dari syaikh [guru]-nya Sa’iid bin ‘Abdul Aziiz tetapi Sa’iid bin ‘Abdul Aziiz tidak menyebutkan tahdits atau sima’ hadisnya dari Rabii’ah bin Yazid ataupun Yunus bin Maisarah.

Riwayat Muhammad bin Sulaiman Al Harraniy

فَأَخْبَرَنَاهُ أَبُو الْقَاسِمِ زَاهِرٌ وَأَبُو بَكْرٍ وَجِيهٌ ابْنَا طَاهِرِ بْنِ مُحَمَّدٍ وَأَبُو الْفُتُوحِ عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ شَاهِ بْنِ أَحْمَدَ قَالُوا أَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ مُحَمَّدٍ الأَزْهَرِيُّ أَنَا الْحَسَنُ بْنُ أَحْمَدَ الْمَخْلَدِيُّ نَا أَبُو بَكْرٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُسْلِمٍ الإِسْفَرَايِينِيُّ نَا مُحَمَّدُ بْنُ غَالِبٍ الأَنْطَاكِيُّ نَا مُحَمَّدُ بْنُ سُلَيْمَانَ نَا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عُمَيْرَةَ الْمُزَنِيِّ وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُمَّ اجْعَلْ مُعَاوِيَةَ هَادِيًا مَهْدِيًّا وَاهْدِهِ وَاهْدِ عَلَى يَدَيْهِ

Telah mengabarkan kepada kami Abu Qaasim Zaahiir, Abu Bakar Wajiih keduanya anak Thaahir bin Muhammad, Abul Futuuh ‘Abdul Wahhaab bin Syaah bin Ahmad, mereka berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al Hasan bin Muhammad Al Azhariy yang berkata telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ahmad Al Makhladiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Muslim Al Isfaraayiniy yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ghaalib Al Anthaakiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sulaiman yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin ‘Abdul Aziiz dari Rabii’ah bin Yaziid dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah Al Muzanniy dan ia termasuk sahabat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahwa ia mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengatakan “Ya Allah jadikanlah Mu’awiyah pemberi petunjuk dan diberi petunjuk, berilah petunjuk kepadanya dan berilah petunjuk [bagi umat] melalui tangannya” [Tarikh Ibnu Asakir 59/83]

Riwayat ini tidak tsabit sanadnya sampai Sa’id bin ‘Abdul Aziiz karena Muhammad bin Ghaalib Al Anthaakiy tidak dikenal kredibilitasnya. Biografinya hanya disebutkan Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat dan ia menyebutkan bahwa telah meriwayatkan darinya ‘Aliy bin Hamzah bin Shaalih [Ats Tsiqat Ibnu Hibban 9/139 no 15636]. Selain itu Muhammad bin Sulaiman Al Harraniy diperselisihkan, Ibnu Hajar dalam At Taqrib menyatakan ia shaduq tetapi di dalam Tahrir At Taqrib disebutkan bahwa ia dhaif, Abu Hatim menyatakan ia “mungkar al hadits”. Daruquthni berkata dhaif. Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Abu Dawud Al Harraniy menyatakan ia tsiqat. [Tahrir At Taqrib no 5927]

Berdasarkan pembahasan di atas nampak bahwa ada lima perawi yang meriwayatkan dari Sa’id bin ‘Abdul Aziz yaitu Abu Mushir, Marwan bin Muhammad, Umar bin ‘Abdul Wahid, Walid bin Muslim dan Muhammad bin Sulaiman. Riwayat Walid bin Muslim dan Muhammad bin Sulaiman mengandung illat [cacat] seperti yang kami sebutkan sebelumnya.

Riwayat Abu Mushir dan Marwan bin Muhammad dari Sa’iid bin Abdul Aziiz hanya menyebutkan hadis tersebut secara ringkas, sedangkan asal riwayat tersebut adalah riwayat ‘Umar bin Abdul Wahiid yang menyebutkan kisahnya secara lengkap.

Riwayat Marwan bin Muhammad, telah meriwayatkan darinya tujuh orang perawi tsiqat dan shaduq.

  1. Muhammad bin ‘Auf, Ibrahiim bin Iisa, dan Iisa bin Hilaal As Salihiy meriwayatkan dari Marwan dengan menyebutkan lafaz ‘an anah Rabii’ah dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah.
  2. Abul Azhaar, Salamah bin Syabiib dan Shafwan bin Shalih meriwayatkan dari Marwan dengan menyebutkan lafaz sima’ Rabii’ah dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah
  3. Muhammad bin Mushaffa meriwayatkan dari Marwan dengan menyebutkan Rabii’ah meriwayatkan dari Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah melalui perantara Abu Idriis.

Riwayat Abu Mushir, telah meriwayatkan darinya sepuluh perawi tsiqat dan shaduq kecuali Muhammad bin Mughiirah yang tidak dikenal kredibilitasnya

  1. Abu Zur’ah Ad Dimasyiq, Muhammad bin ‘Auf, Abbas At Tarqufiy, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Rizqullah, Muhammad bin Yahya, Bukhari, Ibnu Sa’ad dan Muhammad bin Mughiirah meriwayatkan dari Abu Mushiir dengan menyebutkan lafaz ‘an anah Rabii’ah dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah.
  2. Muhammad bin Sahl bin Askar meriwayatkan dari Abu Mushir dengan menyebutkan lafaz sima’ Rabii’ah dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah

Riwayat ‘Umar bin ‘Abdul Wahid, telah meriwayatkan darinya Mahmuud bin Khalid yang telah meriwayatkan darinya empat orang perawi tsiqat dan shaduq

  1. Ishaaq bin Ibrahiim Al Anmaathiy meriwayatkan dari Mahmuud bin Khaliid dari ‘Umar bin ‘Abdul Wahiid dengan menyebutkan lafaz ‘an anah Rabii’ah dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah
  2. Yaquub bin Sufyaan dan Ahmad bin Al Mu’alla meriwayatkan dari Mahmuud bin Khaliid dari ‘Umar bin ‘Abdul Wahiid dengan menyebutkan bahwa Rabii’ah meriwayatkan secara mursal dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah
  3. Abdullah bin Sulaiman atau Ibnu Abi Dawud meriwayatkan dari Mahmuud bin Khaliid dari ‘Umar bin ‘Abdul Wahiid dengan menyebutkan sanad Rabii’ah dari Abu Idriis dari Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah

Riwayat Waliid bin Muslim, telah meriwayatkan darinya enam perawi tsiqat

  1. Aliy bin Bahr dan Hisyam bin ‘Ammar meriwayatkan dari Walid bin Muslim dengan menyebutkan lafaz ‘an anah Rabii’ah dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah
  2. Shafwaan bin Shaalih meriwayatkan dari Walid bin Muslim dengan menyebutkan lafaz sima’ Rabii’ah dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah
  3. Mahmuud bin Khalid meriwayatkan dari Walid bin Muslim dengan menyebutkan sanad Rabii’ah dari Abu Idriis dari Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah
  4. Aliy bin Sahl Ar Ramliy dan Zaid bin Abi Zarqaa’ meriwayatkan dari Walid bin Muslim dengan menyebutkan sanad dari Sa’id dari Yunus bin Maisarah dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah.

Kalau kita kelompokkan maka dapat dilihat bahwa terjadi idhthirab pada hadis di atas. Seperti yang kami katakan sebelumnya riwayat Umar bin ‘Abdul Wahiid adalah riwayat lengkap hadis di atas sedangkan riwayat Abu Mushir dan Marwan adalah ringkasan dari hadisnya. Oleh karena itu semua riwayat Sa’id yang memuat lafaz ‘an anah Rabii’ah dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah dapat dikembalikan pada riwayat Umar bin ‘Abdul Wahid yang mengandung kisah dimana ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah menyebutkan hadis tersebut di masa Utsman bin ‘Affan. Rabii’ah meriwayatkan secara mursal artinya ia tidak mendengar hadis tersebut dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah. Kemudian terjadi idhthirab

  1. Sa’iid menyebutkan bahwa Rabii’ah meriwayatkan dari Abu Idris dari Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah [yaitu riwayat Umar bin ‘Abdul Wahiid, Walid bin Muslim, dan Marwan bin Muhammad]
  2. Sa’iid menyebutkan bahwa Rabii’ah mendengar langsung dari Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah [yaitu riwayat Marwan bin Muhammad, riwayat Abu Mushir dan riwayat Walid bin Muslim]

Kedua jenis riwayat Sa’id ini sama kuat dan tidak bisa ditarjih maka ini membuktikan bahwa terjadi idhthirab dan perawi yang mengalami idhthirab tersebut tidak lain adalah Sa’id bin ‘Abdul Aziz. Sa’id bin ‘Abdul Aziz adalah seorang yang tsiqat tetapi telah ternukil bahwa ia mengalami ikhtilath atau berubah hafalannya di akhir umurnya. Abu Dawud berkata “berubah hafalannya sebelum wafat”[Su’alat Abu Dawud no 1620]. Abu Mushir mengatakan ia ikhtilath di akhir umurnya [Tarikh Ibnu Ma’in riwayat Ad Duuriy 2/367 no 5377]

Tidak diketahui siapa saja perawi yang meriwayatkan dari Sa’id bin Abdul Aziz setelah ia mengalami ikhtilath. Memang riwayat Abu Mushir dan Marwan dari Sa’id telah diambil Muslim dalam Shahih-nya tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa bisa saja mereka meriwayatkan juga setelah ia mengalami ikhtilath. Illat [cacat] hadis di atas adalah idhthirab dan ini telah kami buktikan dalam pembahasan di atas dan yang mengalami idhthirab adalah Sa’id bin ‘Abdul Aziiz. Pernyataan bahwa Sa’id mengalami ikhtilath hanya sebagai qarinah yang menguatkan bahwa ia mengalami idhthirab dalam hadis di atas.

Sebagian orang berhujjah bahwa Sa’id dikatakan ikhtilath itu berasal dari perkataan muridnya yaitu Abu Mushir dan hadis ini adalah riwayat Abu Mushir maka tidak mungkin riwayat ini diambil setelah Sa’id mengalami ikhtilath. Pernyataan ini masuk akal tetapi tidak selalu benar karena faktanya dalam ilmu hadis terdapat perawi yang tetap meriwayatkan hadis dari gurunya walaupun ia tahu kalau gurunya mengalami ikhtilath.

وأخبرنا يزيد بن هارون قال سمعت من الجريري سنة اثنتين وأربعين ومائة وهي أول سنة دخلت البصرة ولم ننكر منه شيئا وقد كان قيل لنا إنه قد اختلط قال وسمع منه إسحاق الأزرق بعدنا

Dan telah mengabarkan kepada kami Yaziid bin Haruun yang berkata aku mendengar dari Al Jurairiy pada tahun 142 H dan itu tahun pertama aku memasuki Bashrah, kami tidak mengingkari sesuatu darinya dan sungguh dikatakan kepada kami bahwa ia mengalami ikhtilath. Yazid berkata dan telah mendengar darinya Ishaq Al Azraq setelah kami [Thabaqat Ibnu Sa’ad 7/261]

Dalam riwayat di atas terbukti bahwa Yaziid bin Haruun mengetahui Al Jurairiy mengalami ikhtilath dan ia tetap meriwayatkan hadis darinya. Salah satu hadis Yazid bin Harun dari Al Jurairiy dapat ditemukan dalam Shahih Muslim dan Sunan Ibnu Majah.

Ada qarinah lain yang menunjukkan bahwa Sa’id bin Abdul Aziiz mengalami ikhtilath dalam hadis keutamaan Mu’awiyah ini. Ia mengalami kekacauan dalam matan hadis tersebut, terkadang ia meriwayatkannya dengan matan berikut

حدثنا أبو زرعة وأحمد بن محمد بن يحيى الدمشقيان قالا ثنا أبو مسهر ثنا سعيد بن عبد العزيز عن ربيعة بن يزيد عن عبد الرحمن بن أبي عميرة المزني وكان من أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم أن النبي صلى الله عليه و سلم قال لمعاوية اللهم علمه الكتاب والحساب وقه العذاب

Telah menceritakan kepada kami Abu Zur’ah dan Ahmad bin Muhammad bin Yahya keduanya orang Dimasyiq, keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Abu Mushir yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin ‘Abdul Aziiz dari Rabii’ah bin Yaziid dari ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah Al Muzanniy dan ia termasuk sahabat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang berkata kepada Mu’awiyah “Ya Allah berikanlah padanya ilmu tentang alkitab dan ilmu hisab, dan lindungilah ia dari azab” [Musnad Asy Syammiyyiin 1/190 no 333]

Riwayat di atas juga disebutkan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 59/80 dan Tarikh Dimasyiq 35/230. Riwayat ini menunjukkan kekacauan matan hadis yang diriwayatkan Sa’id bin ‘Abdul Aziiz.

.

.

Hujjah para ulama menetapkan ‘Abdurrahman bin ‘Abi ‘Amiirah sebagai sahabat adalah dengan menggunakan hadis keutamaan Mu’awiyah ini yaitu lafal “sami’tu” Abdurrahman dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan lafaz perkataan Sa’id bin ‘Abdul Aziz yang mengatakan bahwa Abdurrahman adalah sahabat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Hujjah ini bisa dikatakan ma’lul karena Sa’id bin ‘Abdul Aziz terbukti mengalami idhthirab dalam hadis tersebut dan kuat dugaan bahwa ia mengalami ikhtilath dalam periwayatan hadis ini sehingga hujjah tersebut tidaklah kuat sebagai bukti persahabatan.

Ada contoh menarik mengenai fenomena ini, masih seputar hadis keutamaan Mu’awiyah. Terdapat hadis yang diriwayatkan oleh para perawi tsiqat tentang keutamaan Mu’awiyah, nampaknya hadis tersebut shahih tetapi ternyata sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut bukanlah sahabat Nabi melainkan seorang yang majhul dan hadisnya mungkar.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ الْبَلْخِيُّ عَنْ لَيْثِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ يُونُسَ بْنِ سَيْفٍ عَنِ الْحَارِثِ بْنِ زِيَادٍ صَاحِبِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا لِمُعَاوِيَةَ فَقَالَ اللَّهُمَّ عَلِّمْهُ الْكِتَابَ وَالْحِسَابَ وَقِهِ الْعَذَابَ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’iid Al Balkhiiy dari Laits bin Sa’d dari Mu’awiyah bin Shalih dari Yunus bin Saif dari Al Haarits bin Ziyaad sahabat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mendoakan Mu’awiyah, beliau bersabda “ya Allah berikanlah padanya ilmu tentang alkitab dan ilmu hisab, dan lindungilah ia dari azab” [Juz Hasan bin ‘Urfah no 36]

Hadis di atas semua perawinya tsiqat kecuali Al Haarits bin Ziyaad. Dalam sanad di atas secara zhahir riwayat ia adalah sahabat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tetapi riwayat ini mengandung illat [cacat] karena Al Harits bin Ziyad bukanlah sahabat Nabi, ia seorang yang majhul. Ibnu Mahdiy meriwayatkan dari Mu’awiyah bin Shalih dari Yunus bin Saif dari Al Haarits bin Ziyaad dari Abu Rahm dari ‘Irbadh bin Saariyah secara marfu’ [Fadha’il Ash Shahabah Ahmad bin Hanbal no 1748]. Ibnu Abdil Barr berkata “Al Haarits bin Ziyaad majhul tidak dikenal selain dari hadis ini” [Al Isti’ab 3/1420]. Jadi zhahir sanad di atas diantara para perawinya ada yang telah keliru dalam meriwayatkan hadis tersebut dan menambahkan lafaz Al Haarits bin Ziyaad sahabat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] padahal sebenarnya ia seorang yang majhul.

‘Abdurrahman bin ‘Abi Amiirah kedudukannya sama seperti Al Haarits bin Ziyaad, ia sebenarnya bukan seorang sahabat dan Sa’id bin ‘Abdul Aziz keliru dalam periwayatan hadis keutamaan Mu’awiyah tersebut.

.

.

.

Hadis Kedua ‘Abdurrahman bin ‘Abi ‘Amiirah

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُصَفَّى نا سُوَيْدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ النَّجْرَانِيِّ عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عَمِيرَةَ الْمُزَنِيِّ قَالَ خَمْسٌ حَفِظْتُهُنَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لا صَفَرَ وَلا هَامَةَ وَلا عَدْوَى وَلا يَتِمُّ شَهْرَانِ سِتِّينَ يَوْمًا وَمَنْ خَفَرَ ذِمَّةَ اللَّهِ تَعَالَى لَمْ يَرَحْ رِيحَ الْجَنَّةِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mushaffaa yang berkata telah menceritakan kepada kami Suwaid bin ‘Abdul Aziiz dari Abu ‘Abdullah An Najraaniy dari Al Qaasim bin ‘Abdurrahman dari ‘Abdurrahman bin ‘Abi ‘Amiirah Al Muzanniy yang berkata lima hal yang aku hafal dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Beliau bersabda “tidak ada shaffar, tidak ada Haamam, tidak ada ‘Adwa, jangan sempurnakan dua bulan enam puluh hari dan barang siapa yang melanggar dzimmah [perlindungan] Allah ta’ala maka ia tidak akan mencium bau surga” [Al Ahad Al Matsaniy Ibnu Abi ‘Ashiim 2/359 no 1130]

Hadis ini diriwayatkan juga oleh Abu Nu’aim dalam Ma’rifat Ash Shahabah no 4635 dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 35/231 dengan jalan sanad Suwa’id bin ‘Abdul Aziiz seperti di atas.

Sebagian ulama seperti Ibnu Hajar menjadikan hadis ini sebagai bukti bahwa ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah adalah sahabat Nabi. Hal ini keliru, hadis di atas kedudukannya dhaif tidak layak sebagai hujjah. Suwaid bin ‘Abdul Aziiz termasuk perawi Tirmidzi dan Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal berkata tentangnya “matruk”. Ibnu Ma’in berkata “tidak tsiqat” terkadang berkata “tidak ada apa-apanya” terkadang berkata ‘dhaif”. Ibnu Sa’ad berkata “meriwayatkan hadis-hadis mungkar”. Bukhari berkata “di dalam hadisnya terdapat hal-hal mungkar”. Nasa’i berkata “tidak tsiqat” terkadang berkata “dhaif”. At Tirmidzi berkata “banyak melakukan kesalahan dalam hadis”. Al Khalaal berkata ‘dhaif al hadits” [At Tahdzib juz 4 no 484]./

.

.

.

Hadis Ketiga ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah

حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ قَالَ حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ قَالَ حَدَّثَنِي بَحِيرُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنِ ابْنِ أَبِي عَمِيرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ النَّاسِ نَفْسُ مُسْلِمٍ يَقْبِضُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ تُحِبُّ أَنْ تَعُودَ إِلَيْكُمْ وَأَنَّ لَهَا الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا غَيْرُ الشَّهِيدِ و قَالَ ابْنُ أَبِي عَمِيرَةَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَأَنْ أُقْتَلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ يَكُونَ لِي الْمَدَرُ وَالْوَبَرُ

Telah menceritakan kepada kami Haywah bin Syuraih yang berkata telah menceritakan kepada kami Baqiyah yang berkata telah menceritakan kepada kami Bahiir bin Sa’d dari Khalid bin Ma’dan dari Jubair bin Nufair dari Ibnu ‘Abi ‘Amiirah bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “tidak seorang muslim pun yang diwafatkan oleh Allah SWT menginginkan untuk kembali kepada kalian walaupun diberikan padanya dunia dan seisinya kecuali orang yang mati syahid. Ibnu ‘Abi ‘Amiirah berkata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “sungguh aku terbunuh di jalan Allah lebih aku sukai daripada aku diberi negri dan lembah ini” [Musnad Ahmad 4/216 no 17925]

Hadis riwayat Ahmad di atas juga disebutkan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyiq 35/230, An Nasa’i dalam Sunan-nya 6/33 no 3153, Ath Thabraniy dalam Musnad Asy Syamiyyin 2/179 no 1145 [lafaz hadis pertama] & 1146 [lafaz hadis kedua], Ibnu Abi Ashim dalam Al Jihaad no 214 [untuk lafaz hadis yang pertama] dan Al Jihaad no 188 [untuk lafaz hadis Ibnu Abi ‘Amiirah yang kedua], Ibnu Jauziy dalam Ats Tsabat Indal Mamaat hal 63-64, Ibnu Qaani’ dalam Mu’jam Ash Shahabat 3/23 no 968 [hanya lafaz hadis pertama], Al Bukhariy dalam Tarikh Al Kabir juz 1 no 5 [hanya lafaz hadis pertama]. Semuanya meriwayatkan dengan jalan sanad dari Baqiyyah dari Bahiir bin Sa’d dari Khalid bin Ma’dan dari Jubair bin Nufair dari Ibnu ‘Abi ‘Amiirah. Hadis ini tidak bisa dijadikan hujjah untuk menetapkan persahabatan Abdurrahman bin ‘Abi Amiirah karena alasan sebagai berikut

  1. Dalam hadis tersebut tidak ada lafaz bahwa Ibnu ‘Abi ‘Amiirah mendengar langsung dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].
  2. Kedudukan hadis tersebut dhaif karena Baqiyah bin Waliid walaupun dinyatakan tsiqat ia sering melakukan tadlis taswiyah [Al Mudallisin Al Iraaqiy hal 37 no 4] [At Tibyaan Asma Al Mudallisin Sibt Ibnu Ajamiy hal 16 no 5]. Abu Hatim pernah menyebutkan hadis yang menjadi bukti tadlis taswiyah dari Baqiyah bin Waliid [Al Ilal Ibnu Abi Hatim no 1957]. Baqiyah memang telah menyebutkan tahdiits nya dari Bahiir bin Sa’d tetapi dalam semua riwayat Bahiir bin Sa’d meriwayatkan dengan ‘an anah dari Khalid bin Ma’dan.
  3. Hadis tersebut sebenarnya bukan milik ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah melainkan milik Muhammad bin Abi ‘Amiirah. Semua riwayatnya [selain riwayat Ibnu Qaani’] disebutkan dengan lafaz “Ibnu Abi ‘Amiirah”. Ahmad bin Hanbal memasukkan hadis tersebut dalam hadis ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah Al Azdiy hal ini keliru, ia telah diselisihi oleh Bukhari yang memasukkan hadis tersebut dalam biografi Muhammad bin Abi ‘Amiirah. Al Mizziy juga memasukkan hadis ini kedalam Musnad Muhammad bin Abi ‘Amiirah [Al Athraaf 8/36 no 496]. Ibnu Qaani’ memasukkan hadis ini kedalam biografi Muhammad bin Abi ‘Amiirah dan ia membawakan hadis yang menyebutkan dengan sharih bahwa Ibnu Abi ‘Amiirah yang dimaksud adalah Muhammad bukan ‘Abdurrahman.

.

.

.

Hadis Keempat ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah

Ibnu Sa’ad dalam kitabnya Ath Thabaqat Al Kubra menyebutkan biografi ‘Abdurrahman bin ‘Abi ‘Amiirah dan membawakan hadis Walid bin Muslim, dimana Walid bin Muslim berkata

قَالَ حَدَّثَنَا شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ دِمَشْقَ قَالَ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مَيْسَرَةَ بْنِ جَلِيسٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي عَمِيرَة الْمُزَنِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلم يَقُولُ يَكُونُ فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ بَيْعَةُ هُدًى

[Walid bin Muslim] berkata telah menceritakan kepada kami Syaikh dari penduduk Dimasyiq yang berkata telah menceritakan kepada kami Yuunus bin Maisarah bin Halbas yang berkata aku mendengar ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah Al Muzanniy mengatakan aku mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengatakan “akan terjadi baiat yang mendapat petunjuk di Baitul Maqdis” [Thabaqat Ibnu Sa’ad 9/421 no 4575]

Hadis ini tidak bisa dijadikan hujjah, kedudukannya dhaif karena terdapat perawi mubham dalam sanadnya yaitu Syaikh penduduk Dimasyiq dimana Walid bin Muslim tidak menyebutkan siapa dirinya.

.

.

.

Kesimpulan

Dengan melihat hadis-hadis ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amiirah maka tidak ada satupun yang tsabit sanadnya sebagai bukti persahabatannya dengan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Para ulama telah berselisih mengenai status persahabatannya. Disini kami lebih merajihkan pendapat yang menyatakan bahwa ia bukan sahabat Nabi. Karena ia tidaklah ma’ruf sebagai sahabat Nabi, tidak diketahui tahun lahir dan wafatnya, bahkan keberadaannya sebagai sahabat hanya dikenal melalui hadis-hadis yang ia riwayatkan dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan telah berlalu dalam pembahasan di atas bahwa hadis-hadis tersebut tidaklah tsabit. Sungguh benarlah Ibnu Abdil Barr dan selainnya yang menyatakan bahwa tidak tsabit hadisnya dan ia bukan sahabat Nabi.

4 Tanggapan

  1. Apakah bisa disebut sebagai sahabat Rasulullah orang-orang yang merampas wasiat Nabi, merampok warisannya, dan membunuh cucu-cucu yang paling beliau sayangi?

  2. o begitu ya?

  3. Tidak ada satupun hadis keutamaan dari muawiyah yang soheh. Pastinya perawi keutamaan keutamaan muawiyah patut diteliti motifnya

  4. Pak Yai SP, mantap. Makin tambah ilmunya. Btw, dari satu tulisan ini saja, ada lebih dari 10 buku yg anda jadikan referensi. Luar biasa…

Tinggalkan komentar