Apakah Ibnu ‘Abbas Meyakini Adanya Tahrif Al Qur’an?

Apakah Ibnu ‘Abbas Meyakini Adanya Tahrif Al Qur’an?

Tulisan ini agak bernada satir, tidak ada sedikitpun niat penulis untuk merendahkan sahabat Nabi yang Mulia Abdullah bin ‘Abbas [radiallahu ‘anhu]. Kami hanya membawakan riwayat yang shahih dan silakan para pembaca menilai dan memahami sendiri riwayat tersebut.

.

.

Riwayat Pertama

Abdullah bin ‘Abbas [radiallahu ‘anhu] menyatakan bahwa ada kesalahan dalam Al Qur’anul Kariim. Menyatakan kesalahan dalam Al Qur’an baik sedikit ataupun banyak sama halnya dengan meyakini adanya tahrif dalam Al Qur’an

حدثنا ابن بشار قال ثنا محمد بن جعفر قال ثنا شعبة  عن أبي بشر عن سعيد بن جُبير عن ابن عباس في هذه الآية( لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ) وقال إنما هي خطأ من الكاتب حتى تستأذنوا وتسلموا

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Basyar yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abi Bisyr dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas mengenai ayat [Laa tadkhuluu buyuutan ghayra buyuutikum hattaa tasta’nisuu wa tusallimuu ‘alaaa ahlihaa] dan ia berkata “sesungguhnya itu kesalahan dari penulisnya yang benar adalah [hattaa tasta’zinuu wa tusallimuu]. [Tafsir Ath Thabariy 19/145]

Terdapat perselisihan dalam sanad riwayat Syu’bah. Muhammad bin Ja’far [Ghundaar] dalam periwayatan dari Syu’bah di atas memiliki mutaba’ah dari Wahb bin Jarir sebagaimana yang disebutkan Ath Thabariy [Tafsir Ath Thabariy 19/146].

Muhammad bin Ja’far [Ghundaar] adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ia termasuk perawi yang paling tsabit riwayatnya dari Syu’bah. Ibnu Madini berkata “ia lebih aku sukai dari Abdurrahman bin Mahdiy dalam riwayat Syu’bah”. Ibnu Mahdiy sendiri berkata “Ghundaar lebih tsabit dariku dalam riwayat Syu’bah”. Al Ijliy berkata orang Bashrah yang tsiqat, ia termasuk orang yang paling tsabit dalam hadis Syu’bah” [At Tahdzib juz 9 no 129]. Wahb bin Jarir bin Hazm adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat.Al Ijli menyatakan tsiqat. Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 11 no 273]

Keduanya diselisihi oleh Sufyan Ats Tsawriy dimana ia meriwayatkan dari Syu’bah dari Abu Bisyir [Ja’far bin Iyas] dari Mujahid dari Ibnu ‘Abbas, sebagaimana disebutkan Al Hakim dalam Al Mustadrak 2/430 no 3496, Baihaqiy dalam Syu’aib Al Iman 18/305 no 8534 dan Ath Thahawiy dalam Musykil Al Atsar 2/441. Sufyan Ats Tsawriy memiliki mutaba’ah dari Abdurrahman bin Ziyaad Ar Rashaashiy sebagaimana disebutkan Ath Thahawiy dalam Musykil Al Atsar 2/441. Abdurrahman bin Ziyaad dikatakan Abu Hatim “shaduq”, Abu Zur’ah berkata “tidak ada masalah padanya” [Al Jarh Wat Ta’dil 5/235]

Diriwayatkan pula oleh Ya’qub bin Ishaq Al Makhraamiy dari Abu Umar Al Hawdhiy dari Syu’bah dari Ayub As Sakhtiyaaniy dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas, sebagaimana disebutkan Al Baihaqiy dalam Syu’aib Al Iman no 8535. Sanad riwayat ini tidak tsabit sampai ke Syu’bah karena Ya’qub bin Ishaq Al Makhramiy seorang yang majhul hal, biografinya disebutkan Adz Dzahabiy dalam Tarikh Al Islam tanpa menyebutkan jarh dan ta’dil [Tarikh Al Islam 21/337].

Syu’bah dalam periwayatan dari Ja’far bin Iyaas dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas memiliki mutaba’ah yaitu

  1. Husyaim bin Basyiir sebagaimana disebutkan Ath Thabariy dalam Tafsir-nya 19/145-146 dan Al Baihaqiy dalam Syua’ib Al Iman no 8533.
  2. Abu Awanah sebagaimana disebutkan Al Baihaqiy dalam Syu’aib Al Iman no 8532.
  3. Mu’adz bin Sulaiman sebagaimana disebutkan Ath Thabariy dalam Tafsir-nya 19/146.

Oleh karena itu riwayat yang rajih adalah riwayat Syu’bah dari Ja’far bin Iyaas Abu Bisyir dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas. Ja’far bin Iyaas Abu Bisyr perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Ma’in, Abu Hatim, Abu Zur’ah, An Nasa’i dan Al Ijliy menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib Ibnu Hajar juz 2 no 129]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat dan termasuk orang yang paling tsabit dalam riwayat Sa’id bin Jubair, Syu’bah melemahkannya dalam riwayat Habib bin Salim dan Mujahid” [At Taqrib 1/160 no 932]. Sa’id bin Jubair tabiin kutubus sittah seorang yang tsiqat tsabit faqiih [At Taqrib 1/234]. Kesimpulannya riwayat di atas sanadnya shahih. Ibnu Hajar berkata

فأخرج سعيد بن منصور والطبري والبيهقي في الشعب بسند صحيح أن ابن عباس “كان يقرأ حتى تستأذنوا” ويقول أخطأ الكاتب

Telah dikeluarkan oleh Said bin Manshur, Ath Thabari dan Al Baihaqi dalam Syu’ab Al Iman dengan sanad yang shahih bahwa Ibnu Abbas membaca [hattaa tasta’zinuu] dan mengatakan kesalahan penulisnya. [Fath Al Bariy Ibnu Hajar 11/8]

.

.

.

Riwayat Kedua

Ibnu Abbaas berkata mengenai Surat Ar Ra’d ayat 31 ‘Afalam Yay’asilladziina Aamanu

حدثنا أحمد بن يوسف قال حدثنا القاسم قال حدثنا يزيد عن جرير بن حازم عن الزبير بن الخريت أو يعلى بن حكيم عن عكرمة عن ابن عباس أنه كان يقرؤها “أفلم يتبين الذين آمنوا ” قال كتب الكاتب الأخرى وهو ناعس

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yuusuf yang berkata telah menceritakan kepada kami Al Qaasim yang berkata telah menceritakan kepada kami Yaziid dari Jarir bin Hazm dari Az Zubair bin Khurait atau Ya’la bin Hukaim dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbaas bahwa ia membacanya ‘Afalam Yatabayyanilladziina Aamanuu, ia berkata penulisnya telah menulis itu dalam keadaan mengantuk [Tafsir Ath Thabariy 16/452]

Riwayat Ath Thabariy di atas sanadnya shahih diriwayatkan oleh para perawi tsiqat, dengan perincian sebagai berikut

  1. Ahmad bin Yuusuf At Taghlibiy adalah syaikh [guru] Ath Thabariy yang tsiqat. Abdurrahman bin Yuusuf berkata “tsiqat ma’mun”. Abdullah bin Ahmad berkata “tsiqat” [Tarikh Baghdad Al Khatiib 5/218 no 2693]
  2. Al Qaasim bin Sallaam Abu Ubaid, Abu Dawud berkata “tsiqat ma’mun” [Su’alat Al Ajurriy no 1948]. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Ats Tsiqat 9/16 no 14938]. Ibnu Hajar berkata “Imam masyhur tsiqat, memiliki keutamaan, penulis kitab” [At Taqrib 2/19]
  3. Yazid bin Harun Abu Khalid Al Wasithiy termasuk perawi Bukhari dan Muslim yang dikenal tsiqat. Ibnu Madini berkata “ia termasuk orang yang tsiqat” dan terkadang berkata “aku tidak pernah melihat orang lebih hafizh darinya”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Al Ijli berkata “tsiqat tsabit dalam hadis”. Abu Bakar bin Abi Syaibah berkata “aku belum pernah bertemu orang yang lebih hafizh dan mutqin dari Yazid”. Abu Hatim menyatakan ia tsiqat imam shaduq. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat banyak meriwayatkan hadis”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Yaqub bin Syaibah menyatakan tsiqat. Ibnu Qani’ berkata “tsiqat ma’mun” [At Tahdzib juz 11 no 612].
  4. Jarir bin Hazm termasuk perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Ma’in menyatakan tsiqat. Al Ijli menyatakan tsiqat. Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya”. Abu Hatim berkata shaduq shalih. Ibnu Ady menyatakan kalau ia hadisnya lurus shalih kecuali riwayatnya dari Qatadah. Syu’bah berkata “aku belum pernah menemui orang yang lebih hafiz dari dua orang yaitu Jarir bin Hazm dan Hisyam Ad Dustuwa’i. Ahmad bin Shalih, Al Bazzar dan Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 2 no 111].
  5. Zubair bin Khurait, termasuk perawi Bukhariy dan Muslim. Ahmad, Ibnu Ma’in, Abu Hatim, An Nasa’i, dan Al Ijliy menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 3 no 582]
  6. Ya’la bin Hukaim Ats Tsaqafiy termasuk perawi Bukhariy dan Muslim. Ahmad, Ibnu Ma’in, Abu Zur’ah, An Nasa’i menyatakan tsiqat. Abu Hatim berkata “tidak ada masalah padanya”. Ya’qub bin Sufyan berkata “hadisnya lurus”. Ibnu Khirasy berkata “shaduq”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 11 no 675].
  7. Ikrimah maula Ibnu ‘Abbas termasuk perawi Bukhariy. Al Ijli berkata “tsiqat”. Bukhari berkata “tidak seorangpun dari sahabat kami kecuali berhujjah dengan Ikrimah”. Nasa’i berkata “tsiqat”. Abu Hatim menyatakan tsiqat dan dapat berhujjah dengannya [At Tahdzib juz 7 no 476]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat tsabit alim dalam tafsir” [At Taqrib 1/685].

Penyebutan lafaz dari Zubair bin Khurait atau Ya’la bin Hukaim dalam riwayat Ath Thabariy di atas tidaklah memudharatkan sedikitpun karena keduanya dikenal tsiqat. Riwayat ini sanadnya shahih. Ibnu Hajar berkata

وروى الطبري وعبد بن حميد بإسناد صحيح كلهم من رجال البخاري عن بن عباس أنه كان يقرؤها أفلم يتبين ويقول كتبها الكاتب وهو ناعس

Dan diriwayatkan Ath Thabariy dan Abdu bin Humaid dengan sanad shahih, semua perawinya perawi Bukhari dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya ia membaca ‘Afalam Yatabayyani, dan mengatakan penulisnya menulis itu dalam keadaan mengantuk [Fath Al Bariy 8/373]

.

.

.

Riwayat Ketiga

حَدَّثَنِى مُحَمَّدٌ أَخْبَرَنَا مَخْلَدٌ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ سَمِعْتُ عَطَاءً يَقُولُ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ مِثْلَ وَادٍ مَالاً لأَحَبَّ أَنَّ لَهُ إِلَيْهِ مِثْلَهُ ، وَلاَ يَمْلأُ عَيْنَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ » . قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَلاَ أَدْرِى مِنَ الْقُرْآنِ هُوَ أَمْ لاَ . قَالَ وَسَمِعْتُ ابْنَ الزُّبَيْرِ يَقُولُ ذَلِكَ عَلَى الْمِنْبَرِ

Telah menceritakan kepadaku Muhammad yang berkata telah mengabarkan kepada kami Makhlad yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij yang berkata aku mendengar ‘Atha’ mengatakan aku mendengar Ibnu ‘Abbas yang mengatakan aku mendengar Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengatakan “Sekiranya anak adam memiliki harta sebanyak satu bukit niscaya ia akan mengharapkan satu bukit lagi yang seperti itu dan tidaklah mata anak adam itu dipenuhi melainkan dengan tanah dan Allah menerima taubat siapa saja yang ingin bertaubat”. Ibnu ‘Abbas berkata “aku tidak mengetahui apakah itu termasuk Al Qur’an atau tidak”. [Atha’] berkata dan aku mendengar Ibnu Zubair mengatakan itu di atas mimbar. [Shahih Bukhari no 6437]

Sisi pendalilan hadis ini adalah sebagai berikut. Ibnu Abbas berkata bahwa ia tidak mengetahui apakah ayat itu termasuk Al Qur’an atau tidak. Ayat tersebut jelas tidak ada dalam Al Qur’an yang ada sekarang, apa yang membuat Ibnu ‘Abbas ragu apakah ayat tersebut Al Qur’an atau bukan.

Apakah Ibnu Abbas tidak hafal Al Qur’an sehingga ia tidak tahu ayat tersebut ada dalam Al Qur’an atau tidak?. Rasanya tidak mungkin jika sahabat seperti Ibnu Abbas yang dijuluki Tarjuman Al Qur’an tidak hafal Al Qur’an. Jika dikatakan ayat tersebut telah dinasakh tilawah-nya lantas mengapa Ibnu Abbas ragu apakah ayat tersebut termasuk Al Qur’an atau tidak. Jelas sekali ayat Al Qur’an yang telah dinasakh bukan lagi bagian dari Al Qur’an sekarang. Sejak wafatnya Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] maka Al Qur’an itu telah lengkap dan tidak akan mengalami perubahan maka apa yang ada dalam Al Qur’an itu adalah perkara yang jelas. Maka sangat aneh sekali ketika Ibnu ‘Abbas mengabarkan kepada Atha’ mengenai hadis di atas, ia mengatakan bahwa ia tidak tahu apakah ayat tersebut termasuk Al Qur’an atau tidak.

Kalau ada dalam Al Qur’an maka itu adalah Al Qur’an dan kalau tidak ada dalam Al Qur’an ya dengan mudah dikatakan itu tidak ada dalam Al Qur’an. Ungkapan Ibnu Abbas seolah-olah ia mengetahui Al Qur’an yang ada pada masa itu tetapi ia ragu apakah ayat tersebut termasuk dalam Al Qur’an atau tidak, bukankah ini seolah menunjukkan telah terjadi tahrif Al Qur’an di sisi Ibnu ‘Abbas.

Jika Ibnu Abbas meyakini Al Qur’an yang ada sekarang bebas dari tahrif maka apapun yang tidak ada di dalam Al Qur’an sekarang sudah jelas bukan Al Qur’an. Tidak perlu ada keraguan apakah ayat tersebut termasuk Al Qur’an atau tidak. Hadis ini secara zhahir lafaz memang membingungkan, lain ceritanya kalau kita mencari-cari pembenaran maka seaneh apapun lafaz hadis bisa dibenar-benarkan atau dicari-cari pembelaannya.

.

.

Sikap yang paling baik menghadapi hadis-hadis seperti ini adalah bertawaqquf dengannya, berpaling darinya [meskipun shahih sanadnya] karena bertentangan dengan Al Qur’anul Karim yang jelas-jelas dijaga oleh Allah SWT. Tetapi riwayat ini memang menjadi sasaran empuk bagi para penuduh dan kita berlindung kepada Allah SWT dari segala tuduhan tersebut.

20 Tanggapan

  1. Bung SP,

    Dibahas dong kesesatan takfiry di suriah, ganasnya jahbah nusra, bengisnya ISIL dan menjijikannya AlQoida..

  2. @salafi is dead: Mohon dimaklumi kayaknya SP bukan bidangnya dlm hal ini, silahkan baca web: “dina sulaeman” anda akan mendapatkan jawabannya.

  3. sp

    salam alaykum bung @SP
    Saya adalah silent reader dari setiap tulisan Anda, sungguh tulisan Anda sangat teliti, jelas dan tepat pada point-point penting dari setiap permasalahan, Saya bnyak belajar dari Anda.

    Ada hal yang ingin Saya tanyakan mengenai sahabat yang satu ini, jika memang benar terjemah dari hadits itu adalah salah seorang sahabat mengatakan adanya kesalahan dalam penulisan, Saya ingin menilai dari 2 sisi.

    Jika benar sahabat itu bahwa ada kesalahan tulisan dalam Al-Qur’an, bisa jadi hal itu karena kesalahan juru tulis yang menulis Al-Qur’an.

    Jika sahabat itu salah dengan menyatakan bahwa adanya kesalahan dalam penulisan itu, maka bisa jadi beliau tidak hafal isi Al-Qur’an atau telah salah mendengar Al-Qur’an.

    Saya mohon tanggapan jika menilai dari 2 sisi tersebut, atau mungkin bung @SP punya tanggapan lain, silahkan.

  4. yang jelas penulis blog ini orang paling toloool yang pernah saya lihat di dunia maya.
    @ssalafy is dead
    Ente adalah kotoraan syiah, kasian deh lo

  5. Mantab Ustad. Gak nyangka ada ustad yang seperti ini. Jadi tambah ilmu

  6. @ustadz SP/salafy is dead

    Nama saya lana, saya saat ini sedang menjalani nikah mutah, pertanyaan saya adalah, apakah saya mendapat pahala jika menggunakan terong yang sudah dijampi-jampi dengan doa kumail untuk memuaskan hasrat birahi saya bila suami mutah saya mengalami ejakulasi dini?

  7. Wahabi SALAFY kebakaran jenggot karena kebenaran TERUNGKAP, lgsg WAHABI mengeluarkan jurus kata2 kotor, yg namanya KEBENARAN pasti kan NAMPAK

  8. @syiahis.. & lana
    Tulisan anda hanya menunjukkan seberapa dangkal akhlak anda.. Anda harus malu mengaku sebagai umat Muhammad saw yang dimuliakan.
    Kalau tidak memiliki kapasitas untuk membantah atau menyanggah SP lebik baik anda diam.
    Ingatlah bahwa setiap perkataan kita kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.
    “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir,” (QS Qaaf [50]: 18)

  9. @Lana,

    Tidak perlu pake terong.
    Ada cara yg lebih murah.

    Datang saja ke suriah, disana mujahilin salafy wahabi suriah, siapp meng-gangbang anda.

    Tenang, ada 100 orang lelaki kekar yg siapp menemani anda. Dan kelebihannya, anda dianggap berjihad. Jihad sex lho..

    Gimana?

  10. Breaking news !

    Dicari mujahilin2 salafy wahabi, IM atau HTI yg bersedia mati sangit di suriah.

    Saat ini kami, sedang melolong-lolong terkaing-kain dihabisi oleh Hizbullah dan tentara SAA yg jaya.

    Karena itu, kami memanggil para pemuda yg tidak berotak dan pemudi yg siapp melakukan Jihad Sex utk kami gangbang.

    Syarat :
    1. Laki-laki dan wanita segala umur.
    2. Bersedia tidak menggunakan otak.
    3. Bersedia mati sangit.
    4. Bermazhab salafi / wahabi atau anggota IM / HTI.
    5. Untuk wanita, siapp di gangbang oleh 50-100 lelaki. Disediakan fatwa Jihad sex utk kegiatan ini.

    Ttd,

    Al-Gilani
    Jahhat Anus-ra

    Al-Bigoti
    ISIL

    Syahwatiri
    Al-Qoita

  11. @salafy is dead
    maaf bisakah saya mengirimkan anjing betina saya yang haus sex untuk melayani jihad sex anda di surya sana?,

  12. @fatma,

    Bisa, bisa kok.
    Para pemimpin kami, terutama elite jahhat anus, isil dan alqoida juga suka anjing kok utk disodomi..

  13. Hadeeh, komen ajib gak nyambung babar blaasss.
    Beli DVD nonton Batman
    KLo komen disini, mikir dulu man
    Malu sama yg punya rumah atuuh.

  14. Asww, artikel yang menarik dari Bung SP. Klo menurut saya riwayat2 yang dibawakan itu bukannya tahrif, melainkan beda pendapat yang wajar saja terjadi di kalangan. Beda pendapat yang saya maksud adalah karena sebelumnya Al Qur’an yang belum dihimpun, kemudian dihimpun dan diresmikan. Sehingga wajar klo di kalangan sahabat masih ada perbedaan pendapat setelahnya. Gimana tanggapan bung SP?
    @ all comment : Tolong bagi yang ingin berdiskusi disini gunakan bahasa yang sopan & hindarkan caci maki. Disini kita sedang mengkaji ilmu, biar berkah mari kita gunakan Akhlaq. Saya rasa admin perlu mempertimbangkan untuk menghapus komen2 yang berisi caci maki agar tidak mengganggu para pembaca lain yang hendak berdiskusi dengan baik.

  15. @ahmad and all,

    Mohon maaf. Saya pribadi, hampir selalu seratus persen setuju dg isi tulisan bung SP. Tidak ada komentar yg pantas dari saya utk tulisan bung SP selain pujian.

    Bagi saya, bung SP adalah salah satu guru dunia maya.

    Karena itu, utk menghormati bung SP, kadang saya merasa bertugas utk menjawab tulisan2 kotor dari pembenci blog ini. Karena pembenci blog ini tulisan2nya kotor, maka saya menjawabanya pun kotor pula.

    Biarlah saya bertugas menjadi pembersih kotoran dan biarkan bung SP berada pada tempatnya yg mulia.

    Sekian. Harap maklum.

  16. @ SID : Asww, akan lebih mulia jika anda tidak membalas hal yang kotor dengan kekotoran pula. Klo saya lebih setuju komen yang dihapus saja, sehingga orang seperti anda tidak harus menjawabnya dengannya. Sehingga nuansa keilmuan di blog ini semakin baik lagi. Salam Kenal. Afwan.

  17. @salafy is dead
    apakah dalam ajaran syiah seorang wanita boleh berwudhu dengan air kencing kuda binall?

  18. Tentu aja boleh bahkan saya siap jadi kerannya kalau mau.

  19. ayat-ayat Allah memang terbukti kebenarannya 🙂 , kalian tahu kalo ada aplikasi pencari lafaz Alquran menggunakan huruf latin? meskipun panjang pendek dsb tidak tepat asal pengucapan benar dalam tuliasan bisa ketemu looh 😀 silahkan coba http://apps.cs.ipb.ac.id/lafzi/web/ terimakasih 🙂

  20. […] Apakah Ibnu ‘Abbas Meyakini Adanya Tahrif Al Qur’an? […]

Tinggalkan komentar