Kata Nashibi : Syiah Menyucikan Kotoran Imam, Lantas Bagaimanakah Ahlus Sunnah?

Kata Nashibi : Syiah Menyucikan Kotoran Imam, Lantas Bagaimanakah Ahlus Sunnah?

Ada banyak situs nashibi yang gemar mencela mazhab syiah dengan mencatut hal-hal aneh dalam kitab ulama syiah. Tujuan mereka tidak lain hanya untuk merendahkan mazhab syiah dan menyebarkan syubhat di kalangan orang awam. Yang patut disayangkan perilaku ini tampak sekali dungunya karena apa yang mereka tertawakan pada mazhab Syiah tersebut juga ada pada mazhab Sunni yang katanya mereka wakili. Sungguh ironis sekali, perhatikanlah kutipan berikut yang katanya dari kitab Syiah

ليس في بول الأئمة وغائطهم استخباث ولا نتن ولا قذارة بل هما كالمسك الأذفر، بل من شرب بولهم وغائطهم ودمهم يحرم الله عليه النار واستوجب دخول الجنة

Kencing dan tinja para imam bukanlah sesuatu yg menjijikkan, tidak berbau busuk, tidak pula termasuk kotoran. Bahkan keduanya bagaikan misik yang sangat harum. Barangsiapa yang meminum kencing mereka, tinja mereka, dan darah mereka, Allah akan haramkan padanya api neraka dan wajib baginya masuk surga [Anwaarul Wilaayah Ayatullah Al Aakhunid Mullaa Zainal Aabidiin Al Kalbaayakaaniy, hal 440].

.

.

Perkataan ulama Syiah ini memang aneh dan sulit dipercaya tetapi kami pribadi tidak akan menjadikan perkataan ulama syiah ini sebagai bahan tertawaan untuk merendahkan mazhab Syiah dengan alasan sebagai berikut

Pertama : Hal ini tidak menjadi kesepakatan dalam mazhab Syiah, terdapat Ulama Syiah yang justru mendustakan hal tersebut. Ayatullah Sayyid As Sistaniy pernah ditanya mengenai hal ini sebagaimana yang tertulis dalam Al Istifta’at Ayatullah Sayyid As Sistaniy hal 554 persoalan no 2196

 السؤال : 1 – قرأت من صفحة وهابية بأننا نجيز شرب بول الأئمة الأطهار وأن ذلك من موجبات الجنة ؟

Persoalan : 1. Aku pernah membaca dri tulisan Wahabi bahwa kita membolehkan meminum kencing para Imam yang suci dan hal itu akan memasukkan kita ke dalam surga?.

الجواب : 1 – هذا كذب وافتراء نعوذ بالله منه

Ayatullah As Sistaniy menjawab : 1. Hal itu dusta dan mengada-ada, kita berlindung kepada Allah darinya

Kedua : Salafy nashibi hanya menukil pendapat salah satu Ulama Syiah, dan hal ini tidaklah mutlak mewakili mazhab Syiah karena seorang ulama bisa saja keliru akan pendapatnya atau ia tidak memiliki dalil yang kuat untuk mendukung pendapatnya. Dalam hal ini salafy nashibi tidak membawakan satu pun hadis yang shahih di sisi Syiah bahwa meminum kencing dan kotoran Imam mewajibkan masuk surga. Apalagi ternukil pula Ulama Syiah yang mendustakan hal tersebut maka bisa jadi hal tersebut adalah bagian dari ikhtilaf para ulama sebagaimana hal ini juga terjadi dalam mazhab Ahlus Sunnah.

Ketiga : Hal ini tidak bisa dijadikan celaan atas mazhab Syiah karena sebenarnya sudah ada pula Ulama Sunni yang menyatakan hal serupa.

( سُئِلَ ) هَلْ الْمُعْتَمَدُ نَجَاسَةُ فَضَلَاتِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَغَيْرِهِ كَمَا عَلَيْهِ الْجُمْهُورُ وَصَحَّحَهُ الشَّيْخَانِ أَمْ لَا ؟ ( فَأَجَابَ  بِأَنَّ الْمُعْتَمَدَ طَهَارَتُهَا كَمَا جَزَمَ بِهِ الْبَغَوِيّ وَغَيْرُهُ وَصَحَّحَهُ الْقَاضِي حُسَيْنٌ وَغَيْرُهُ وَنَقَلَهُ الْعُمْرَانِيُّ عَنْ الْخُرَاسَانِيِّينَ وَصَحَّحَهُ الْبَارِزِيُّ وَالسُّبْكِيُّ وَالشَّيْخُ نَجْمُ الدِّينِ الْإسْفَرايِينِيّ وَغَيْرُهُمْ ثُمَّ قَالَ الْبُلْقِينِيُّ : وَبِهِ الْفَتْوَى ، وَقَالَ ابْنُ الرِّفْعَةِ : إنَّهُ الَّذِي أَعْتَقِدُهُ وَأَلْقَى اللَّهَ بِهِ قَالَ الزَّرْكَشِيُّ : وَكَذَا أَقُولُ وَيَنْبَغِي طَرْدُهُ فِي سَائِرِ الْأَنْبِيَاءِ

Ditanya : Apakah kotoran Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dinyatakan najis seperti yang lainnya sebagaimana dinyatakan jumhur dan dishahihkan oleh syaikhan ataukah tidak?. Jawab : Bahwa yang mu’tamad adalah kesuciannya [kotoran Nabi] seperti yang dinyatakan oleh Al Baghawiy dan yang lainnya dan dishahihkan Al Qaaadiy Husain dan yang lainnya. Dan telah dinukil Al Umraaniy dari Al Khurasaniyyin dishahihkan oleh Al Baariziy, As Subkiy, Syaikh Najmuddin Al Isfaaraayiiniy dan selain mereka, kemudian telah berkata Al Bulqiiniy “dan berfatwa dengannya”dan Ibnu Raf’ah berkata bahwa ia meyakininya dan berjumpa dengan Allah dalam keadaan meyakininya. Az Zarkasyiy berkata “demikianlah dikatakan dan seyogianya itu juga berlaku untuk seluruh para Nabi” [Fatawa Ar Ramliy 1/169]

Di atas adalah fatwa dari salah seorang ulama ahlus sunnah bermazhab Syafi’i yaitu Ahmad bin Hamzah Ar Ramliy mengenai kesucian kotoran Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

.

Jika para pembaca ingat dulu pernah hangat-hangatnya pembicaraan di Mesir mengenai fatwa salah seorang ulama yaitu Syaikh Ali Jum’ah yang membolehkan minum air kencing Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Pernyataan Beliau ini mendapat kecaman keras dari berbagai kalangan padahal jika ditelaah secara objektif, apa yang dikemukakan Syaikh Ali Jum’ah memang memiliki dasar dalam kitab hadis.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ ، ثنا يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ ، ثنا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ ، عَنْ حُكَيْمَةَ بِنْتِ أُمَيْمَةَ ، عَنْ أُمِّهَا أُمَيْمَةَ ، قَالَتْ : كَانَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدَحٌ مِنْ عِيدَانٍ يَبُولُ فِيهِ ، وَيَضَعُهُ تَحْتَ سَرِيرِهِ ، فَقَامَ فَطَلَبَ ، فَلَمْ يَجِدُهُ فَسَأَلَ ، فَقَالَ : ” أَيْنَ الْقَدَحُ ؟ ” ، قَالُوا : شَرِبَتْهُ بَرَّةُ خَادِمُ أُمِّ سَلَمَةَ الَّتِي قَدِمَتْ مَعَهَا مِنْ أَرْضِ الْحَبَشَةِ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” لَقَدِ احْتَظَرَتْ مِنَ النَّارِ بِحِظَارٍ “

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ma’iin yang berkata telah menceritakan kepada kami Hajjaaj bin Muhammad dari Ibnu Juraij dari Hukaimah binti Umaimah dari ibunya Umaimah yang berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki bejana dari pelepah kurma yang beliau gunakan untuk buang air kecil pada waktu malam hari di bawah ranjangnya, suatu hari Nabi meminta bejana itu dan tidak menemuinya lalu bertanya, “di manakah bejana itu?” Dia menjawab, “Ia diminum oleh Barrah, pembantu Ummu Salamah yang datang bersama dengannya dari tanah Habsyah” Maka bekata Nabi shallallahu alaihi wasallam “Dia telah diharamkan dari jilatan api neraka” [Mu’jam Al Kabir Ath Thabraniy 24/205 no 527]

Al Baihaqiy juga membawakan hadis di atas dalam Sunan Al Kubra 7/67 no 13184 dengan jalan sanad Yahya bin Ma’in di atas dimana Ibnu Juraij menyebutkan sima’-nya dari Hukaimah. Terdapat sedikit perbedaan pada matannya dengan riwayat Thabraniy dimana dalam riwayat Thabraniy orang yang dimaksud adalah Barrah pembantu Ummu Salamah sedangkan dalam riwayat Baihaqiy orang yang dimaksud adalah Barakah pembantu Ummu Habiibah. Al Haitsamiy berkata mengenai hadis Ath Thabraniy di atas

رواه الطبراني ورجاله رجال الصحيح غير عبد الله بن أحمد بن حنبل وحكيمة وكلاهما ثقة

Riwayat Thabraniy dan para perawinya perawi shahih selain Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dan Hukaimah keduanya tsiqat [Majma’ Az Zawaaid Al Haitsamiy 8/220 no 14014]

Sebagian ulama ahlus sunnah menyatakan shahih atau hasan hadis di atas, diantaranya adalah Jalaludin As Suyuthiy

وأخرج الطبراني والبيهقي بسند صحيح عن حكيمة بنت أميمة عن أمها قالت كان للنبي {صلى الله عليه وسلم} قدح من عيدان يبول فيه ويضعه تحت سريره فقام فطلبه فلم يجده فسأل عنه فقال أين القدح قالوا شربته برة خادم أم سلمة التي قدمت معها من أرض الحبشة فقال النبي {صلى الله عليه وسلم} لقد احتظرت من النار بحظار

Dan telah dikeluarkan Ath Thabraniy dan Baihaqiy dengan sanad shahih dari Hukaimah binti Umaimah dari Ibunya yang berkata Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] memiliki bejana dari pelepah kurma yang beliau gunakan untuk buang air kecil pada waktu malam hari di bawah ranjangnya, suatu hari Nabi meminta bekas itu dan tidak menemuinya lalu bertanya, “di manakah bejana itu?” Dia menjawab, “Ia diminum oleh Barrah, pembantu Ummu Salamah yang datang bersama dengannya dari tanah Habsyah” Maka bekata Nabi [shallallahu alaihi wasallam] “Dia telah diharamkan dari api neraka” [Khasa’is Al Kubra As Suyuthiy 2/377]

As Suyuthiy telah berhujjjah dengan hadis di atas dan menshahihkannya, ia memasukkan hadis tersebut dalam bab yang ia tulis dengan judul

باب اختصاصه {صلى الله عليه وسلم} بطهارة دمه وبوله وغائطه

Bab Kekhususan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dengan kesucian darah-nya, air kencing-nya dan tinja-nya

Selain As Suyuthiy, hadis tersebut juga dishahihkan dan dijadikan hujjah oleh Qadhi ‘Iyadh dalam kitabnya Asy Syifaa bi Ta’rif Huquq Al Musthafa [Asy Syifaa 1/55]

An Nawawiy juga menshahihkan hadis tersebut dan mengutip penshahihan Daruquthniy terhadap hadis wanita yang meminum kencing Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Ia berkata

واستدل من قال بطهارتها بالحديثين المعروفين أن أبا طيبة الحاجم حجمه صلى الله عليه وسلم وشرب دمه ولم ينكر عليه وان امرأة شربت بوله صلى الله عليه وسلم فلم ينكر عليها وحديث أبي طيبة ضعيف وحديث شرب المرأة البول صحيح رواه الدار قطني وقال هو حديث صحيح

Dan telah berdalil mereka yang menyatakan kesuciannya [air kencing dan darah Nabi] dengan dua hadis yang sudah dikenal yaitu hadis Abu Thaibah yang membekam Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan meminum darahnya, tidak ada pengingkaran Beliau atasnya dan hadis seorang wanita meminum kencing Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam], tidak ada pengingkaran Beliau atasnya. Hadis Abu Thaibah dhaif dan hadis wanita meminum kencing tersebut shahih, diriwayatkan Daruquthniy dan ia berkata “itu hadis shahih” [Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab 1/234]

Kami tidak menemukan asal penukilan tashih Daruquthniy tersebut [sepertinya bukan berasal dari kitab Sunan-nya] tetapi tashih Daruquthniy tersebut juga dinukil oleh Ibnu Mulaqqin dalam Badr Al Muniir 1/485.

.

.

.

Kami tidak menafikan bahwa sebagian ulama telah melemahkan hadis Ath Thabraniy di atas dengan alasan Hukaimah binti Umaimah tidak dikenal. Ibnu Hibban telah memasukkannya dalam Ats Tsiqat

حكيمة بنت أُمَيْمَة تروى عَن أمهَا أُمَيْمَة بنت رقيقَة وَلها صُحْبَة روى عَنْهَا بن جريج

Hukaimah binti Umaimah meriwayatkan dari Ibu-nya Umaimah binti Ruqaiqah salah seorang sahabat Nabi. Telah meriwayatkan dari-nya Ibnu Juraij [Ats Tsiqat Ibnu Hibban 4/195 no 2460]

Sebagian kalangan menilai tautsiq Ibnu Hibban tidak mu’tamad karena ia dikenal sering memasukkan perawi majhul dalam kitabnya Ats Tsiqat. Tetapi terdapat qarinah yang menguatkan bahwa Hukaimah binti Umaimah tidaklah majhul di sisi Ibnu Hibban karena Ibnu Hibban sendiri telah berhujjah dan menshahihkan hadis Hukaimah binti Umaimah dalam kitab-nya Shahih Ibnu Hibban [Shahih Ibnu Hibban 4/274 no 1426] dimana Ibnu Hibban dalam muqaddimah kitab Shahih-nya menyatakan bahwa salah satu syarat perawi yang ia gunakan dalam kitab-nya tersebut adalah shaduq dalam hadis.

Selain itu hadis Hukaimah binti Umaimah juga dikeluarkan oleh An Nasa’iy dalam kitab-nya Al Mujtaba dimana An Nasa’i menyatakan bahwa semua hadis dalam Al Mujtaba adalah shahih

قال النسائي كتاب السنن كله صحيح وبعضه معلول إلا أنه لم يبين علته والمنتخب منه المسمى بالمجتبى صحيح كله

An-Nasaa’iy berkata Kitab As-Sunan semua haditsnya shahih, dan sebagiannya ma’luul. Hanya saja ‘illat-nya itu tidak nampak. Adapun hadits-hadits yang dipilih dari kitab tersebut, yang dinamakan Al-Mujtabaa, semuanya shahih [An Nukaat Ibnu Hajar 1/84]

Al Hakim juga meriwayatkan hadis Hukaimah binti Umaimah dalam kitabnya Al Mustadrak 1/167 dan ia mengatakan bahwa sanad hadis tersebut shahih. Sebagaimana maklum dikenal dalam Ulumul hadis bahwa penshahihan terhadap hadis berarti tautsiq terhadap para perawi-nya, maka disini terdapat faedah bahwa Hukaimah binti Umaimah mendapat predikat ta’dil di sisi An Nasa’iy dan Al Hakim.

Terlepas dari apa sebenarnya kedudukan hadis tersebut, kami hanya ingin menunjukkan bahwa terdapat sebagian ulama ahlu sunnah yang menguatkan dan berhujjah dengannya. Sehingga kalau kita melihat secara objektif maka apa yang dikatakan salah seorang ulama syiah tersebut tentang Imam mereka sama halnya dengan apa yang dikatakan oleh sebagian ulama ahlu sunnah tentang Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

.

.

.

Lampiran : Berikut adalah scan Kitab Khasa’is Al Kubra oleh Jalaludin As Suyuthiy dimana Beliau telah berhujjah dan menshahihkan hadis riwayat Thabraniy di atas

Khasa'is Al Kubra As Suyuthiy Khasa'is Al Kubra As Suyuthiy1 Khasa'is Al Kubra As Suyuthiy2

Akhir kata kami mengingatkan kepada saudara kami baik yang Syiah maupun yang Ahlus Sunnah agar sama-sama bersikap dewasa dan tidak perlu saling merendahkan dan jangan terpengaruh dengan syubhat para Nashibi. Seperti biasa, salam damai.

22 Tanggapan

  1. damai selalu

  2. Permasalahannya secara sanad dan matan apakah hadis dari Syiah dan Sunni tsb sahih ? Terus terang saja saya sangat meragukan kesahihan hadis tsb. Tolong SP pembahasannya yg tuntas

  3. Sahabat lebih mengetahui kedudukan dan kesucian Nabi saw dari pada kita.

  4. “Tubuh Imam tidak me memiliki bau apa-apa melainkan baunya seperti minyak misk,para imam tidak terkena najis sedikitpun dari kotorannya selain iya selalu mensucikan nya secara hadas besar maupun hadas kecil,para imam selalu melakukan wudhu sehingga tubuhnya tetap suci dari hadas.

    Akhond Mulla Zainul Abideen-al- Galbaigani, dalam bukunya:kitabul anwar walayah rasul bab thaharah hal 440….ini yg Asli yg dipelintir Laknatullah Wahabi,!>:O >=)

  5. @fuad
    Apalagi Ahlul baitnya… Pasti lebih memahami kedudukan dan kesucian Rasulullah saw..

  6. Intinya keyakinan atas kesucian kotoran dikalangan manusia tertentu itu ada dalam doktrin sunni maupun syi’ah terlepas perbedaan mengenai cakupan orang2 yg mereka maksudkan plus perbedaan implemantasi nya dilapangan terhadap keyakinan tersebut.

  7. Jika memang tidak najis niscaya sesuatu yg keluar dari dubur dan qubul tidak membatalkan wudhlu-namun kesucian nabi dan imam tetaplah terjaga-saya pernah mendengar hadist tsb namun saya meragukan keshahinan hadist diatas-mohon penjelasan

  8. eh pan katenye makan eeknye imam bisa masuk surga loh!!!

    http://tanyasyiah.wordpress.com/2012/12/11/syiah-menjilat-eek-nya-sendiri/

  9. DUH INI BLOG YG PUNYA SYI’AH YA?

  10. @anonymous

    Kalau anda bertanya baik-baik, saya akan jawab baik-baik pula. Blog ini saya yang nulis dan satu hal yang pasti saya bukan penganut Syiah

  11. bang SP orang goblog macam anonymous tdk usah ditanggapi, dia diblog mana saja ngacau melulu. dia wahabi tulen, bisanya mencela dan ngeyel yg asal ngeyel tanpa ilmu.

  12. wahabi biasanya selalu percaya penuh dengan aliran dan penafsirannya mengenai agama, bahkan wahabi pada waktu mau berantas bidah dan khurafat selalu dengan gagah melarang orang bertaqlid buta dengan mazhab/ulamanya dan menyuruh orang pakai akal untuk mencari kebenaran hadist, kenapa sekarang cara approach nya berbeda ya pada waktu diskusi? apa karena bukan urusan tahlil dan qunut subuh?

  13. @surdai
    Salah satu syarat masuk mazhab Salafy adalah harus bisa inkonsisten, kalau anda hendak berpegang pada konsistensi maka anda akan tertolak.
    Jadi anda harus bisa menggunakan semua dalil (baca: cara), karena yang terpenting adalah doktrin bisa dipertahankan.
    Sehingga ketika untuk mempertahankan doktrin harus menggunakan akal (baca: akal2an) maka gunakanlah (plus sertakan dalil keutamaan akal), ketika untuk mempertahankan doktrin harus menolak akal, maka laknatlah akal (sekaligus melaknat mereka2 yang menggunakan akal).
    Begitu juga dengan taqlid. Salafy wajib taqlid buta kepada ulama (bahkan ustad) mereka, tapi dalam taqlid tersebut mereka wajib mencela mereka2 yang taqlid.

    😀 😀 😀

    salam.

  14. Masyaallah. Dusta kau membawa nama Allah dan Muhammad serta meyakini kami dengan membawa” Islam didalamnya. Demi Allah muhammad sendiri yang menolak dan mengharamkan umatnya bahkan untuk menghirup bau kotorannya. Tidak kau sadar dimana tempatmu, Neraka paling Jahanam yang tiada duanya, sekarang kau bisa meyakini beberapa orang tetapi tidak semua orang bisa kau bodohi, kau menyesatlan sebagian dari kami, kau sama halnya sebagai seorang kafir yang tidak tau adat dan ilmu. Dan surah dan ayat yang kau masukkan bukanlah dari Alquran. Masyaallah dengan ini semoga kau tidak menyebar fitnah lagi dan lenyaplah kau ditelanbumi tanpa ampunan dengan segeranya.

  15. @Ibnuareza@gmail.com

    Maaf ya kalau anda tidak mampu memahami tulisan orang lain maka saya sarankan lebih baik anda diam. Bagian mana yang menunjukkan saya berdusta? dalam hal apa saya berdusta?. Tulisan di atas hanya menunjukkan bahwa dalam mazhab ahlus sunnah terdapat ulama yang meyakini kesucian kotoran Nabi dan mereka punya dalil dari hadis yang sudah saya tunjukkan. Mengapa anda malah menuduh saya? Mengapa bukan ulama ahlus sunnah yang saya nukil di atas yang anda tuduh dusta?. Lucunya oh lucunya

  16. […] sama dimana sebagian ulama menyatakan kesucian kotoran Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Para pembaca dapat melihatnya dalam tulisan kami disini. Apakah lantas mazhab ahlus sunnah akan ditertawakan dan direndahkan pula?. Kami pribadi jelas […]

  17. […] Kata Nashibi : Syiah Menyucikan Kotoran Imam, Lantas Bagaimanakah Ahlus Sunnah? […]

  18. MENJAWAB FITNAH
    @—————————@
    Makan kotoran Imam dan dijamin masuk surga itu adalah salah satu fitnah keji syiah hater dlm merubah2 isi kitab ulama syiah.
    Mereka selalu menuliskan seperti dibawah ini…. “Kotoran para imam menyebabkan masuk surga Kotoran dan air kencing para imam bukan sesuatu yang menjijikan dan tidak berbau busuk, bahkan keduanya bagaikan misik yang semerbak. Barang siapa yang meminum kencing,darah dan memakan kotoran mereka maka haram masuk neraka dan wajib masuk surga” (Anwarul Wilayat Liayatillah Al Akhun Mulla Zaenal Abiding Al Kalba Yakani : th 1419 halaman 440).

    DAN TERNYATA…INI ISI KITAB ASLINYA
    ” ﺍﻟﻬﻴﺌﺔ ﻟﺪﻳﻬﺎ ﻭﻻ ﺳﻴﻤﺎ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻟﻢ ﺃﻛﻦ ﺭﺍﺋﺤﺔ ﺃﻱ ﺷﻲﺀ ﻭﻟﻜﻦ ﺗﻨﺒﻌﺚ ﻣﻨﻪ ﺭﺍﺋﺤﺔ ﺍﻟﻨﻔﻂ ﻋﺪﺩ ﻗﻠﻴﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻴﻮﺏ، ﻻ ﻳﺘﻌﺮﺿﻮﻥ ﺍﻟﻜﻬﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺑﺖ ﺍﻟﻨﺠﺲ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺮﺍﺏ ﻣﻦ ﻧﻌﻢ ﻫﻮ ﺩﺍﺋﻤﺎ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﺗﻨﻘﻴﺔ ﻫﺪﺍﺱ ﻫﺪﺍﺱ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮﺓ ﻭﺍﻟﺼﻐﻴﺮﺓ، ﺍﻟﻜﻬﻨﺔ ﺩﺍﺋﻤﺎ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺑﺤﻴﺚ ﺟﺴﺪﻩ ﻳﺒﻘﻰ ﺍﻟﻤﻘﺪﺳﺔ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﺍﻟﻄﻘﻮﺱ . ﻭﻟﻜﻦ ﻳﺘﻢ ﺍﻟﺘﺰﻭﻳﺮ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﺍﻹﻧﺠﻠﻴﺰﻳﺔ ﺇﻟﻰ ﺗﺤﺮﻳﻒ ﺍﻟﺘﺎﺭﻳﺦ ﺍﻟﺬﻱ ﻛﺘﺐ ‏( ﺍﻟﻜﻠﻤﺔ ‏) : ﺍﺧﻮﻧﺪ ﺍﻟﻤﻼ ﺯﻳﻦ ﺍﻟﻌﺎﺑﺪﻳﻦ ﺁﻝ i ، ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻪ [Anwar al-Wilayah]
    “Tubuh Imam tidak memiliki bau apa-apa melainkan baunya seperti minyak misk, para imam tidak terkena najis sedikitpun dari kotorannya selain iya selalu mensucikannya secara hadas besar maupun hadas kecil, para imam selalu melakukan wudhu sehingga tubuhnya tetap suci dari hadats.”
    [Akhond Mulla Zainul Abideen-al- Galbaigani, dalam bukunya:kitabul anwar walayah rasul bab thaharah hal 440]

    Anda bisa lihat sendiri diatas isi dr kitab aslinya sangat jauh berbeda dengan apa yg sering kaum jahiliyah takfiri bawakan.

  19. Mantap. Semoga semakin banyak yg mikir, ttg bahaya golongan ahli fitnah berjama’ah ( wahabi takfiri ) itu

Tinggalkan komentar