Alien Menceritakan Hadis Dalam Kitab Syiah?

Alien Menceritakan Hadis Dalam Kitab Syiah?

Sebagian orang pembenci syiah [baca : Nashibi] menyebarkan tulisan aneh yang tujuannya tidak lain untuk mencela mazhab Syiah. Mereka membawakan keterangan dalam salah satu kitab Rijal Syiah bahwa ada orang turun dari langit dan menceritakan hadis. Seperti biasa para orang bodoh dari pengikut mereka tertawa-tawa dan ikut-ikutan mencela Syiah. Aneh, tidak ada satupun diantara mereka yang berusaha sedikit menggunakan akal warasnya untuk memahami permasalahan secara objektif dengan metode ilmiah.

Para pembaca yang terhormat, jika anda melihat dengan baik karakter sang penulis dari tulisan-tulisannya [selain tulisan tentang Syiah]. Anda akan melihat sosok yang katanya berpegang pada kaidah ilmiah [atau lebih tepatnya bergaya sok ilmiah], membahas suatu permasalahan dengan mentakhrij hadis-hadisnya kemudian melakukan analisis perawi dengan kitab-kitab Rijal. Intinya bisa dikatakan jika tidak sedang menulis tentang Syiah, penulis tersebut masih menunjukkan kewarasannya tetapi jika sedang menulis tentang Syiah, tiba-tiba nampak ketidakwarasan yang muncul dari kebenciannya terhadap Syiah. Orang yang biasanya berlagak pintar tiba-tiba menjadi berlagak bodoh. Kami melihat bahwa sebenarnya dalam perkara Syiah, penulis memang tidak sedang mencari kebenaran secara objektif melainkan hanya ingin membuat kabar miring tentang Syiah dan berusaha menggiring para pembacanya yang bodoh agar ikut-ikutan mentertawakan dan mencela Syiah.

Dahulu penulis tersebut pernah membuat tulisan sensasional lainnya dengan judul “Ketika Keledai Telah Menjadi Perawi Hadis”. Penulis membawakan hadis dalam kitab hadis mazhab Syiah yaitu Al Kafi dimana matannya menceritakan ada seekor keledai menyebutkan hadis keutamaan Nabi Muhammad [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Orang-orang bodoh akan tertipu dan tanpa sadar mentertawakan kebodohannya sendiri. Riwayat Al Kafi ini kedudukannya dhaif jika dipandang dari sisi keilmuan hadis Syiah karena ia diriwayatkan atau dinukil tanpa sanad dalam kitab Al Kafi. Maka orang yang objektif akan berpikir bagaimana mungkin mencela mazhab Syiah dengan riwayat yang dhaif di sisi mereka. Betapa banyak riwayat aneh, palsu, mungkar dalam kitab Ahlus Sunnah lantas bisakah riwayat ini dijadikan dasar mencela mazhab Ahlus Sunnah?.

Mari kita lihat riwayat yang menyebutkan “Alien” menjadi perawi hadis dalam kitab Syiah

عمارة بن زيد أبو زيد الخيواني الهمداني لا يعرف من أمره غير هذا ذكر الحسين بن عبيد الله أنه سمع بعض أصحابنا يقول: سئل عبد الله بن محمد البلوي: من عمارة بن زيد هذا الذي حدثك؟ قال: رجل نزل من السماء حدثني ثم عرج

Umaraah bin Zaid, Abu Zaid Al Khaiwaaniy Al Hamdaaniy, tidak diketahui tentangnya selain ini, Al Husain bin ‘Abdullah menyebutkan bahwa ia mendengar sebagian sahabat kami mengatakan Abdullah bin Muhammad Al Balaawiy pernah ditanya “siapakah Umaarah bin Zaid yang menceritakan hadis kepadamu?”. Ia berkata “seorang laki-laki yang turun dari langit menceritakan kepadaku kemudian naik” [Rijal An Najasyiy hal 303 no 827].

Riwayat ini kedudukannya dhaif di sisi keilmuan mazhab Syiah dengan alasan sebagai berikut. Dalam sanadnya terdapat perawi majhul yaitu pada lafaz “sebagian sahabat kami”. Tidak disebutkan nama para sahabat Husain bin ‘Abdullah yang dimaksud maka sanadnya dhaif. Selain itu ‘Abdullah bin Muhammad Al Balaawiy juga seorang yang dhaif di sisi Syiah. Ibnu Dawuud berkata dalam Juz Kedua Rijal Ibnu Dawuud, biografi Abdullah bin Muhammad Al Balaawiy

كذاب وضاع للحديث سئل من عمارة الذي يروي عنه فقال رجل من السماء نزل فحدثني ثم عرج

Pendusta, pemalsu hadis, ia pernah ditanya siapa Umaarah yang ia telah meriwayatkan darinya, ia berkata “orang yang turun dari langit menceritakan kepadaku kemudian naik” [Juz Kedua Rijal Ibnu Dawuud no 277]

An Najasyiy dalam biografi Muhammad bin Hasan bin ‘Abdullah Al Ja’fariy, ia berkata “telah meriwayatkan darinya Al Balaawiy dan Al Balaawiy seorang yang dhaif dan tercela atasnya” [Rijal An Najasyiy hal 324 no 884]

Dengan keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hikayat Umaarah bin Zaid turun dari langit dan menceritakan hadis kepada Abdullah bin Muhammad Al Balaawiy adalah dusta bahkan bisa jadi ini adalah kedustaan Al Balaawiy. Tidak hanya di sisi Syiah, Abdullah bin Muhammad Al Balaawiy ini ternyata juga perawi kitab hadis Ahlus Sunnah, Ibnu Hajar dalam Lisan Al Mizan telah menulis biografi tentangnya

عبد الله بن محمد البلوى عن عمارة بن زيد قال الدارقطني يضع الحديث قلت روى عنه أبو عوانة في صحيحه في الاستسقاء خبرا موضوعا

Abdullah bin Muhammad Al Balaawiy meriwayatkan dari ‘Umaarah bin Zaid, Daruquthniy berkata “pemalsu hadis”. Aku katakan telah meriwayatkan darinya Abu Awanah dalam kitab Shahihnya tentang Al Istisqaa’ kabar maudhu’ [Lisan Al Mizan juz 3 no 1392]

Kesimpulannya, kisah alien ini adalah kedustaan dari seorang perawi yang memang dicela oleh mazhab Syiah dan Sunni. Maka mengapa ada sebagian orang mau-maunya berpikir dengan keras untuk memahami suatu riwayat dusta dan menjadikannya sebagai bahan ejekan bagi mazhab lain, sepertinya orang tersebut memang agak sedikit kurang waras atau menyimpan kenifaqan di hatinya. Yah mana ada kan orang waras mau berpikir keras memahami riwayat dusta dan menjadikan riwayat dusta tersebut untuk mencela mazhab lain.

8 Tanggapan

  1. Memang seseorang tatkala hendak mencela Syi’ah terkadang harus mencampakkan “kewarasan” nya demi mencapai tujuannya yaitu mencela sekaligus membuat stigma buruk terhadap Syi’ah.Dimanapun tulisan banyak sekali ditemukan tulisan dengan kwalitas seperti itu . . . .

  2. Betapa sikap orang tersebut setali tiga uang dengan sikap orientalis Barat dalam memahami ajaran Islam. Pemahaman sikap orientalis Barat yang tidak jujur akan ajaran Islam hanyalah dilandasi oleh persepsi semata bukan bukti konkrit. Mereka sepertinya enggan untuk menelaah dan mengkaji Islam secara detil dan hanya berkutat pada persepsi dan asumsi belaka.

    Akan tetapi lihatlah apa yang orientalis Barat itu lakukan ketika mereka melakukan kajian teologis atas kitab2 mereka. Mereka melakukannya secara kritis dan dengan sungguh2 didasarkan atas timbangan bukti2. Bagi mereka yang pernah duduk dalam kajian teologi Kristen tentulah tidaklah asing lagi

    Tapi mengapa ketika mereka menulis dan mengkaji Islam, sikap dan prinsip akademis tersebut mereka campakan begitu saja seolah mereka cukup berpuas diri dengan hanya berbekal asumsi dan persepsi semata?

    Demikian halnya timbangan yang sama dilakukan kepada Syiah. Ketika ada teman Sunni yang berbicara tentang Syiah, beberapa dari mereka hanya berpuas diri dengan hanya mengutip dan kemudian berasumsi. Sebagaimana hadis alien dalam kitab Syiah diatas.

    Terasa sangat familier….

    Manusia oh manusia…..

  3. alasan sangat takut dengan neraka (mereka) dan memimpikan sorga (mereka) dengan bidadari (mereka) didalamnya, telah menutup pintu hati seseorang dari masuknya kebenaran, padahal kebenaran adalah zat yang akan memasuki seluruh pintu sekalipun ia ditutup erat, maka jangan tolak syiah (kalau anda tidak mau gila) …

  4. Salam.
    Saya suka sekali membaca semua artikel Anda, Mr Secondprince. Dari Anda saya banyak belajar. May Allah bless you.
    Aamiin.

  5. salam damai syiahprince

  6. Kebencian kepada siapapun pasti ada alasan logisnya kecuali kebsncian kepada Syiah. Musuh musuh Syiah akan menghalalkan ssgala cara untuk memfitnah!

  7. syabas SP!
    tulisan anda benar-benar membuat para Takfiri Nawasib ketakutan

  8. kalo nyang eni pegimane

    http://tanyasyiah.wordpress.com/2013/04/17/syiah-memang-alien/

    mam Baqir as. berkata kepada seseorang yang bernama Surah, “Zulkarnain memiliki ikhtiar untuk memilih di antara kedua awan; awan yang keras dan yang tidak keras. Ia memilih awan yang tidak keras, dan awan yang keras disimpan untuk Imam Mahdi af.”

    Kemudian Surah bertanya, “Apa yang dimaksud awan keras?” Imam menjawab, “Ia adalah awan yang di dalamnya terdapat petir dan kilat. Imam Mahdi af. akan menaiki awan itu dan dengannya ia terbang ke langit melewati tujuh langit dan tujuh bumi, yaitu lima bumi yang ditinggali dan dua bumi yang hancur.”

    Mufid, Ikhtishas, hal. 199; Bashairud Darajat, hal. 409; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 321 -Kitab Syiah Rafidhah-

Tinggalkan komentar