Aliy bin Abi Thalib Pernah Shalat Tanpa Berwudlu’ : Dusta Nashibi

Aliy bin Abi Thalib Pernah Shalat Tanpa Berwudlu’ : Dusta Nashibi

Ada satu riwayat menarik dari kitab tetangga [baca : Syiah] yang dijadikan hujjah para Nashibi untuk merendahkan mazhab Syiah. Setelah kami teliti [tentu dengan merujuk pada kitab-kitab Syiah] maka kami dapati ternyata para Nashibi tersebut tergolong orang yang berkualitas rendah tapi bergaya sok alim dan sok ilmiah. Tidak usah banyak cerita, silakan lihat riwayat yang mereka jadikan hujjah

فأما ما رواه علي بن الحكم ، عن عبد الرحمن العرزمي ، عن أبي عبد الله (ع) قال : صلى علي (ع) بالناس على غير طهر ، وكانت الظهر فخرج مناديه أن أمير المؤمنين (ع) صلى على غير طهر ، فأعيدوا وليبلغ الشاهد الغائب

Dan diriwayatkan Aliy bin Al Hakam dari ‘Abdurrahman Al Arzamiy dari Abu ‘Abdullah yang berkata “Aliy pernah mengimami orang-orang shalat zhuhur dalam keadaan tidak suci [berwudlu’], maka penyerunya keluar dan menyerukan “Amirul mukminin shalat dalam keadaan tidak suci, ulangi shalat kalian dan hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir [Al Istibshaar Syaikh Ath Thuusiy 1/433].

Riwayat ini dilihat dari sudut pandang keilmuan Syiah para perawinya tsiqat, secara zhahir shahih tetapi mengandung illat [cacat]. Abdurrahman Al Arzamiy dalam periwayatan hadis ini ternyata meriwayatkan melalui perantara Ayahnya, hal ini disebutkan oleh Syaikh Ath Thuusiy sendiri dalam kitabnya yang lain yaitu Tahdzib Al Ahkaam

فأما ما رواه علي بن الحكم عن عبد الرحمن بن العرزمي عن أبيه عن أبي عبد الله عليه السلام قال صلى علي عليه السلام بالناس على غير طهر وكانت الظهر ثم دخل فخرج مناديه ان أمير المؤمنين عليه السلام صلى على غير طهر فأعيدوا وليبلغ الشاهد الغائب

Dan diriwayatkan Aliy bin Al Hakam dari ‘Abdurrahman Al Arzamiy dari Ayahnya dari Abu ‘Abdullah yang berkata “Aliy pernah mengimami orang-orang shalat zhuhur dalam keadaan tidak suci [berwudlu’] kemudian Beliau masuk, maka penyerunya keluar dan menyerukan “Amirul mukminin shalat dalam keadaan tidak suci, ulangi shalat kalian dan hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir [Tahdzib Al Ahkaam Syaikh Ath Thuusiy 3/40]

Riwayat yang menyebutkan sanad “dari ayahnya” inilah yang mahfudz sebagaimana dikuatkan oleh ulama lain selain Syaikh Ath Thuusiy yaitu Al Hurr Al Amiliy dalam Wasa’il Syiah.

وبإسناده عن علي بن الحكم ، عن عبد الرحمن العرزمي عن أبيه عن أبي عبدالله  عليه السلام  قال : صلى علي  عليه السلام  بالناس على غير طهر وكانت الظهر ثم دخل ، فخرج مناديه ، أن أمير المؤمنين عليه السلام صلى على غير طهر فأعيدوا فليبلغ الشاهد الغائب

Dan dengan sanadnya dari Aliy bin Al Hakam dari ‘Abdurrahman Al Arzamiy dari Ayahnya dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salam] yang berkata “Aliy [‘alaihis salama] pernah mengimami orang-orang shalat zhuhur dalam keadaan tidak suci [berwudlu’] kemudian Beliau masuk, maka penyerunya keluar dan menyerukan “Amirul mukminin [‘alaihis salam] shalat dalam keadaan tidak suci, ulangi shalat kalian dan hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir [Wasa’il Syiah Syaikh Hurr Al Aamily 8/373]

.

.

Para ulama Syiah ketika menukil riwayat dari Syaikh Ath Thuusiy mereka menyebutkan sanad “Abdurrahman Al Arzamiy dari Ayahnya” sebagaimana riwayat Syaikh dalam Tahdzib Al Ahkam.

وأما ما رواه الشيخ ، عن عبد الرحمن العزرمي ، عن أبيه عن أبي عبد الله قال : صلى علي بالناس على غير طهر وكانت الظهر ثم دخل فخرج مناديه أن أمير المؤمنين صلى على غير طهر فأعيدوا ، وليبلغ الشاهد الغايب

Dan diriwayatkan Syaikh dari ‘Abdurrahman Al Arzamiy dari Ayahnya dari Abu ‘Abdullah yang berkata “Aliy pernah mengimami orang-orang shalat zhuhur dalam keadaan tidak suci [berwudlu’] kemudian Beliau masuk, maka penyerunya keluar dan menyerukan Amirul mukminin shalat dalam keadaan tidak suci, ulangi shalat kalian dan hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir [Dzakhiirah Al Ma’ad Fii Syarh Al Irsyaad 1/393, Muhaqqiq Sabzawariy]

وأما رواية عبد الرحمن العرزمي ، عن أبيه ، عن الصادق قال : صلى علي بالناس على غير طهر وكأن في الظهر ، ثم دخل فخرج مناديه أن أمير المؤمنين صلى على غير طهر ، فأعيدوا وليبلغ الشاهد الغائب

Dan diriwayatkan ‘Abdurrahman Al Arzamiy dari Ayahnya dari Ash Shaadiq yang berkata “Aliy pernah mengimami orang-orang shalat zhuhur dalam keadaan tidak suci [berwudlu’] kemudian Beliau masuk, maka penyerunya keluar dan menyerukan Amirul mukminin shalat dalam keadaan tidak suci, ulangi shalat kalian dan hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir [Manaahij Al Ahkaam hal 524, Mirza Al Qummiy]

ومنها : رواية العزرمي ، عن أبيه ، عن أبي عبد الله قال : صلى علي بالناس على غير طهر ، وكانت الظهر ثم دخل فخرج مناديه أن أمير المؤمنين صلى على غير طهر فأعيدوا ، وليبلغ الشاهد الغائب

Dan darinya Riwayat Al Arzamiy dari Ayahnya dari Abu ‘Abdullah yang berkata “Aliy pernah mengimami orang-orang shalat zhuhur dalam keadaan tidak suci [berwudlu’] kemudian Beliau masuk, maka penyerunya keluar dan menyerukan Amirul mukminin shalat dalam keadaan tidak suci, ulangi shalat kalian dan hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir [Kitab Ash Shalah 5/361, Sayyid Al Khu’iy]

Berdasarkan pembahasan di atas nampak bahwa sanad yang dibawakan Syaikh Ath Thuusiy dalam Al Istibshaar itu keliru atau kurang lengkap [hal ini kemungkinan karena tashif]. Riwayat yang rajih adalah yang dibawakan oleh Syaikh Ath Thuusiy dalam kitabnya Tahdzib Al Ahkaam sebagaimana dikuatkan oleh Al Hurr Al Amiliy dan dinukil oleh para ulama Syiah seperti Muhaqqiq Sabzawariy, Mirza Al Qummiy dan Sayyid Al Khu’iy.

Riwayat ini sanadnya dhaif karena kelemahan ayahnya ‘Abdurrahman Al ‘Arzamiy yaitu Muhammad bin Ubaidillah bin Abi Sulaiman Al Arzamiy, ia tidak dikenal kredibilitasnya alias majhul sebagaimana ditegaskan oleh Sayyid Al Khu’iy [Kitab Ash Shalah 5/361, Sayyid Al Khu’iy]. Riwayat ini juga dilemahkan oleh Muhaqqiq Sabzawariy dan Mirza Al Qummiy.

محمد بن عبيد الله بن أبي سليمان: العرزمي الكوفي – من أصحاب الصادق مجهول

Muhammad bin ‘Ubaidillah bin Abi Sulaiman Al Arzamiy Al Kuufiy, termasuk sahabat Ash Shadiq, majhul [Al Mufid Min Mu’jam Rijal Al Hadits hal 548, Muhammad Al Jawahiriy]

.

.

.

Ada Nashibi yang sok bergaya ilmiah mengatakan bahwa riwayat di atas shahih dan sanad yang benar adalah sanad dalam riwayat Al Istibshaar dimana Abdurrahman Al Arzamiy meriwayatkan langsung dari Abu ‘Abdullah [tanpa menyebutkan ayahnya]. Alasannya karena dalam kitab Rijal dan kitab hadis Syiah, Abdurrahman Al Arzamiy dikenal meriwayatkan langsung dari Abu ‘Abdullah.

Abdurrahman Al ‘Arzamiy memang dikenal meriwayatkan langsung dari Abu ‘Abdullah tetapi dalam kitab Syiah, ia juga pernah meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah melalui perantara Ayahnya. Hal ini disebutkan dalam hadis lain selain hadis di atas yaitu dalam kitab Al Kafi

  مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحَكَمِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْعَرْزَمِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ

Muhammad bin Yahya dari Ahmad bin Muhammad dari Aliy bin Al Hakam dari Abdurrahman Al ‘Arzamiy dari Ayahnya dari Abu ‘Abdullah [Ushul Al Kafi 3/98]

Tidak dipungkiri bahwa riwayat Abdurrahman Al ‘Arzamiy dari Abu Abdullah secara langsung lebih banyak dibanding riwayatnya melalui perantara Ayahnya. Tetapi perkara ini adalah hal yang lumrah dalam periwayatan, sama hal-nya dengan riwayat Ibnu Umar dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dalam mazhab Ahlus sunnah lebih banyak dibanding riwayat Ibnu Umar dari Ayahnya Umar dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

Periwayatan Abdurrahman Al Arzamiy dari ayahnya juga dikenal dalam kitab Rijal Syiah. Sayyid Al Khu’iy dalam kitabnya Mu’jam Rijal Al Hadits 10/368 biografi no 6419 menuliskan nama Abdurrahman bin Al ‘Arzamiy atau Abdurrahman bin Muhammad bin Ubaidillah atau ‘Abdurrahman bin Muhammad Al ‘Arzamiy atau ‘Abdurrahman Al ‘Arzamiy, ia meriwayatkan dari ‘Abu ‘Abdullah dan telah meriwayatkan darinya Aliy bin Hakam, kemudian Al Khu’iy menyatakan

وروى عن أبيه، عن أبي عبد الله (عليه السلام)، وروى عنه علي بن الحكم

Telah meriwayatkan dari ayahnya dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salam] dan telah meriwayatkan darinya Aliy bin Al Hakam [Mu’jam Rijal Al Hadits 10/368 biografi no 6419]

Syaikh Aliy An Namaziy Asy Syahruudiy menyebutkan dalam kitabnya Mustadrakat Ilm Rijal Al Hadits 4/419 no 7775

عبد الرحمن بن محمد بن عبيد الله العردي
لم يذكروه. روى عن أبيه، وعنه أبو المفضل. أمالي الشيخ ج 2 / 171

‘Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Ubaidillah Al ‘Ardiy, mereka tidak menyebutkannya. Ia meriwayatkan dari ayahnya dan telah meriwayatkan darinya Abu Mufadhdhal, dalam Amaliy Syaikh Ath Thuusiy 2/171

Dan jika kita merujuk pada kitab Amaliy Syaikh Ath Thusiy maka sanad yang dimaksud adalah sebagai berikut

قال أخبرنا جماعة، عن أبي المفضل، قال حدثنا عبد الرحمن بن محمد بن عبيد الله العرزمي، عن أبيه، عن عثمان أبي اليقظان، عن أبي عمر زاذان

Ttelah mengabarkan kepada kami Jama’ah dari Abu Mufadhdhal yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Muhammad bin Ubaidillah Al Arzamiy dari Ayahnya dari ‘Utsman Abi Yaqzhaan dari Abi Umar Zaadzaan [Amaliy Syaikh Ath Thuusiy 2/139]

Maka ‘Abdurrahman bin Muhammad bin Ubaidillah yang disebutkan oleh Syaikh Ali An Namaziy itu adalah Al ‘Arzamiy dan ia meriwayatkan dari Ayahnya sebagaimana yang nampak dalam Amaliy Syaikh Ath Thuusiy.

.

.

.

Selain itu dilihat dari segi matan-nya riwayat di atas mengandung kemungkaran dari sisi bertentangan dengan riwayat yang menyatakan bahwa orang yang berimam dengan imam yang ternyata tidak berwudhu’ maka tidak perlu mengulang shalat. Sedangkan zhahir riwayat di atas nampak bahwa mereka diharuskan mengulang shalat mereka.

علي بن إبراهيم بن هاشم، عن أبيه، ومحمد بن إسماعيل، عن الفضل بن شاذان جميعا، عن حماد بن عيسى، عن حريز، عن محمد بن مسلم قال: سألت أبا عبد الله (عليه السلام) عن الرجل أم قوما وهو على غير طهر فأعلمهم بعد ما صلوا، فقال: يعيد هو ولا يعيدون

Aliy bin Ibrahim bin Haasyim dari Ayahnya dan Muhammad bin Ismail dari Fadhl bin Syadzaan, keduanya dari Hammad bin Iisa dari Hariiz dari Muhammad bin Muslim yang berkata aku bertanya kepada Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] tentang seseorang yang menjadi imam dan ia ternyata tidak suci [berwudhu’], ia memberitahu mereka setelah shalat. [Abu ‘Abdullah] berkata “ia mengulang shalat sedangkan mereka tidak perlu mengulang” [Al Kafi  Al Kulaini 3/378]

Kesimpulan : Tidak diragukan lagi bahwa riwayat Imam Ali pernah shalat tanpa berwudlu’ adalah dusta yang diada-adakan atas nama Ima Aliy. Dari sudut pandang keilmuan Syiah riwayat tersebut dhaif dan tidak bernilai hujjah.

Tulisan ini bisa dibilang merupakan pembelaan terhadap Syiah atas ulah sekelompok orang jahil berhati nifaq yang tidak henti-hentinya mencari cara untuk merendahkan mazhab Syiah. Sebagai tetangga yang baik, kami tidak berkeberatan untuk membantu saudara kami [baca : Syiah] atas ulah tetangga-nya yang jahil [baca : Salafy nashibi]. Kita berdoa kepada Allah SWT semoga kejahilan mereka tidak membawa mudharat bagi siapapun kecuali diri mereka sendiri.

6 Tanggapan

  1. Dan sebagai tetangga yang baik sayapun turut mengucapkan banyak terima kasih, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmatNya kepada anda. Amiiin.

  2. keren bisa bahas kitab hadist dlm 2 mahzab besar… nih.. two tumb

  3. lanjutkan terus, singkap kemuskilan-kemuskilan

  4. Ana ikutan nich orang baru ” MuhibbuSy`atu Ali”
    “Ana hanya mau berterima kasih dan mohon izin kepada SP untuk mengkopi seluruh tulisan di blog ini” sangat bermanfaat bagi ana yang sedang mencari kebenaran.

  5. Bung SP,

    Saya heran sekali. Anda kok bisa hapal kitab2 hadits dari 2 mazhab besar ya, sunni dan syiah. Keren sekali deh..

  6. Jika kagak hapalpun kalo punya kitab2nya ya tinggal baca dan dicermati lalu diambil pelajaran. Kalo belum punya ya cari n beli, itulah diantara yg dimaksud ‘jihad bianwal waanfus’. Jangan kerja/bisnis hasilnya cuman untuk foya2 aja..
    Lalu kalo dah beli kitab tapi gak pandai bahasa arab ya tinggal baca dan pahami aja macam artikel2 ginian. Penak to manteb to.. jadi pembaca. Tapi pemikir (sp) sama pembaca (kita2 ini) boleh jadi pahalanya gedean si pemikir.

Tinggalkan komentar