Membantah Syubhat Orang Yang Mengaku ASWJ Terhadap Hadis Kisa’

Membantah Syubhat Orang Yang Mengaku ASWJ Terhadap Hadis Kisa’

Tulisan ini kami buat dengan tujuan membantah syubhat yang dilontarkan orang yang mengaku dirinya Ahlus Sunnah tetapi sebenarnya ia mengidap penyakit khas salafy nashibi yaitu “syiahpobhia” [untuk selanjutnya kami sebut ia aswj]. Ia mengutip hadis-hadis Kisa’ yang kami tulis kemudian sok membantah kami dengan gaya bantahan terhadap Syiah.

Perlu kami ingatkan kepada pembaca yang terhormat bahwa kami bukanlah penganut Syiah. Kami berhujjah dengan hadis kisa’ semata-mata karena kecintaan kami kepada Ahlul Bait. Kami tidak mengusung mazhab tertentu, kami hanya menyampaikan kebenaran terlepas dari apakah kebenaran itu memihak mazhab tertentu atau tidak.

Perkara Syiah meyakini kemaksuman Ahlul Bait atau menjadikan itu sebagai akidah maka itu adalah urusan mazhab Syiah yang tidak ada sangkut pautnya dengan kami. Hadis kisa’ yang kami tulis adalah hujjah bagi kami sedangkan Syiah memiliki hujjah sendiri yaitu hadis-hadis kisa’ yang jumlahnya banyak dalam kitab-kitab mereka. Maka aneh dan nampak skizofrenik jika hadis yang kami tulis dibantah dengan bantahan terhadap Syiah.

.

.

Pada tulisan ini kami hanya akan membahas hadis-hadis yang dilemahkan dengan cara yang ngawur oleh aswj. Aswj menyatakan bahwa hadis kisa’ adalah hujjah kemaksuman ahlul bait di sisi Syiah dan menjadi akidah di sisi mereka. Maka kami katakan, kalau begitu apa urusannya dengan kami.

Hadis kisa’ di sisi kami adalah bukti bahwa ahlul bait adalah orang-orang yang disucikan oleh Allah SWT. Kesucian itu adalah keutamaan yang besar bagi mereka seiring dengan status mereka sebagai sumber pedoman bagi umat islam. Perkara anda aswj, sunni, salafy atau syiah atau siapa saja mau menyebut kesucian itu sebagai kemaksuman maka itu tidak ada sangkut pautnya dengan kami.

Mengapa? Karena kemaksuman itu telah diartikan dengan cara yang berbeda-beda baik oleh sunni, salafy, nashibi, syiah dan bahkan mungkin oleh si aswj ini. Silakan para pembaca tanyakan pada aswj kemaksuman versi apa yang ia anut.

  • Apakah kemaksuman dalam arti tidak mungkin salah dan lupa?. Kalau begitu bagaimana dengan hadis yang menyebutkan para Nabi terbukti melakukan kesalahan dan pernah lupa.
  • Apakah kemaksuman itu diartikan tidak pernah berdosa?. Kalau begitu bagaimana dengan para Nabi yang mengakui bahwa mereka pernah berbuat dosa dan bertaubat kepada Allah SWT.
  • Apakah kemaksuman itu berarti tidak pernah marah?. Kalau begitu bagaimana dengan para Nabi yang dikabarkan ternyata pernah marah.
  • Apakah kemaksuman itu berarti dijaga oleh Allah SWT?. Kalau begitu silakan jelaskan apa tepatnya yang dijaga oleh Allah SWT jika para Nabi terbukti pernah salah, lupa, berbuat dosa dan marah.

Kalau aswj itu beranggapan para Nabi tidak pernah salah, tidak pernah lupa, tidak pernah berbuat dosa dan tidak pernah marah karena mereka maksum maka nampaknya ia sendiri meyakini kemaksuman versi Syiah yang sering digembar-gemborkan oleh salafy nashibi. Intinya sebelum anda aswj sibuk mengulang-ngulang kata kemaksuman maka ada baiknya anda definisikan kemaksuman yang anda yakini sebagai akidah.

.

.

Selanjutnya kami akan menyorot penggunaan kata akidah yang disebutkan oleh aswj dimana ia menyatakan hadis untuk masalah akidah harus shahih dan qathi’. Ada beberapa hal yang perlu diluruskan terlebih dahulu

Apa yang dimaksud sebagai akidah oleh aswj?. Apakah akidah yang dimaksud adalah sesuatu yang jika tidak diyakini akan mengeluarkan kita dari agama islam?. Apakah akidah yang dimaksud adalah perkara yang tidak diperbolehkan khilaf [berselisih] diantara sesama umat islam?. Apakah akidah itu adalah akidah versi aswj asyariyah wa maturidiah? Atau apakah akidah itu akidah versi salafy wa nashibi?.

Ambil contoh sederhana apakah keyakinan “semua sahabat adalah adil” versi salafy termasuk akidah?. Lantas apakah ada dalil shahih dan qathi’ tentang keadilan sahabat?. Salafy nashibi akan mengutip berbagai ayat Al Qur’an dan hadis tentang keutamaan sahabat tetapi mereka lupa bahwa ada ayat Al Qur’an dan hadis yang menunjukkan keburukan sebagian sahabat.

Ambil contoh lain, apakah “berpegang pada hukum islam” adalah akidah? Seandainya tidak berpegang pada hukum islam apakah itu berarti melanggar akidah. Apakah tawasul itu termasuk perkara akidah?. Lantas bagaimana dengan sunni asyariyah yang membolehkan tawasul dan salafy yang melarang tawasul?. Apakah keduanya sunni asyariyah dan salafy berbeda akidah?. Apakah mengutamakan Abu Bakar dan Umar di atas sahabat lain termasuk perkara akidah?. Apakah mengakui keutamaan Muawiyah termasuk perkara akidah?. Daftar pertanyaan ini dapat kami buat lebih panjang untuk membangunkan aswj dari tidurnya. Ia sok berhujjah dengan kata “akidah” padahal apa maksud akidah yang ia katakan itu?. Apakah ia meyakini kemaksuman para Nabi dan menjadikannya sebagai akidah?. Kalau begitu apa dalil shahih dan qathinya menurut anda aswj?.

Ada lagi yang lucu, aswj mengatakan bahwa dalam perkara akidah hadisnya mesti shahih dan qathi. Mengapa kami katakan lucu karena dulu kami pernah mengikuti diskusi soal ini antara orang yang mengaku sunni asyariyah dan orang yang mengaku salafy. Menurut sunni asyariyah hadis dalam masalah akidah harus mutawatir tidak cukup hanya dengan hadis ahad yang shahih sedangkan menurut salafy, hadis dalam masalah akidah bisa dengan hadis ahad yang shahih tidak perlu mutawatir. Dan memang terjadi perdebatan diantara para ulama apakah hadis ahad bisa dijadikan hujjah dalam akidah?. Dalam perkara ini si aswj ini mengaku asyariyah tetapi sejatinya salafy. Atau mungkin sebenarnya hanya orang awam sok mengaku ahlussunnah dan sok mengaku asyariyah maturidiyah.

Kami tidak akan berpanjang-lebar membahas soal akidah atau bukan. Hujjah kami sangat sederhana yaitu kesucian Ahlul Kisa’. Apa dalilnya? Yaitu Al Qur’an Al Ahzab 33 dan hadis Kisa’. Apakah dalilnya shahih? Tentu saja dan dalam keilmuan yang kami pelajari, hadis shahih itu ada dua macam yaitu shahih lidzatihi dan shahih lighairihi. Apakah hadis hasan bisa digunakan? Tentu saja karena dalam ilmu hadis yang kami pelajari, hadis hasan bisa dijadikan hujjah.

.

.

Mari kita masuk ke bagian inti yaitu hadis-hadis yang aswj kutip dan ia lemahkan dengan cara yang ngawur seolah-olah ilmiah padahal cuma taklid tanpa meneliti dengan baik.

وحدثنا ابن أبي داود أيضا قال حدثنا سليمان بن داود المهري قال حدثنا عبد الله بن وهب قال حدثنا أبو صخر عن أبي معاوية البجلي عن سعيد بن جبير عن أبي الصهباء عن عمرة الهمدانية قالت قالت لي أم سلمة أنت عمرة ؟ قالت : قلت نعم يا أمتاه ألا تخبريني عن هذا الرجل الذي أصيب بين ظهرانينا ، فمحب وغير محب ؟ فقالت أم سلمة أنزل الله عز وجل إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا وما في البيت إلا جبريل ورسول الله صلى الله عليه وسلم وعلي وفاطمة والحسن والحسين رضي الله عنهما وأنا فقلت : يا رسول الله أنا من أهل البيت ؟ قال أنت من صالحي نسائي قالت أم سلمة : يا عمرة فلو قال نعم كان أحب إلي مما تطلع عليه الشمس وتغرب

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Dawud yang berkata telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Dawud Al Mahriy yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Wahb yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Shakhr dari Abu Muawiyah Al Bajaliy dari Sa’id bin Jubair dari Abi Shahba’ dari ‘Amrah Al Hamdaniyah yang berkata Ummu Salamah berkata kepadaku “engkau ‘Amrah?”. Aku berkata “ya, wahai Ibu kabarkanlah kepadaku tentang laki-laki yang gugur di tengah-tengah kita, ia dicintai sebagian orang dan tidak dicintai oleh yang lain. Ummu Salamah berkata Allah SWT menurunkan ayat Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya, dan ketika itu tidak ada di rumahku selain Jibril, Rasulullah, Ali, Fathimah, Hasan, Husein dan aku, aku berkata “wahai Rasulullah apakah aku termasuk Ahlul Bait?”. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “engkau termasuk istriku yang shalih”. Ummu Salamah berkata “wahai ‘Amrah sekiranya Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] menjawab iya niscaya jawaban itu lebih aku sukai daripada semua yang terbentang antara timur dan barat [dunia dan seisinya] [Asy Syari’ah Al Ajjuri 4/248 no 1542]

Hadis ini kedudukannya shahih sesuai dengan standar ilmu hadis. Aswj melemahkan hadis ini karena ‘Amrah Al Hamdaniyah majhul dimana ia hanya ditautsiq oleh Ibnu Hibban dan Al Ijli. Aswj mengatakan keduanya dikenal mutasahil dalam penilaian tsiqat.

Pernyataannya Ibnu Hibban dan Al Ijli dikenal mutasahil patut diberikan catatan. Ibnu Hibban memang dikenal mutasahil dalam arti ia memasukkan dalam kitabnya Ats Tsiqat perawi yang ia sendiri menganggapnya majhul atau tidak dikenal. Ibnu Hibban mengakui bahwa perawi yang tidak ternukil jarh-nya maka ia dianggap adil meskipun perawi tersebut majhul. Standar Ibnu Hibban ini tidak disepakati oleh para ulama sehingga banyak yang menuduhnya tasahul.

Apa yang terjadi pada Ibnu Hibban sangatlah berbeda dengan Al Ijli. Tidak ada keterangan dalam kitab Al Ijli bahwa ia menetapkan standar yang sama dengan Ibnu Hibban yaitu menganggap perawi majhul sebagai tsiqat. Tidak ada satupun ulama mutaqaddimin dan mutaakhirin yang menyatakan Al Ijli tasahul. Yang menuduh Al Ijli tasahul adalah sebagian ulama salafy yaitu Al Mu’allimiy dan Al Albaniy [diikuti oleh ulama salafy lainnya]. Sebagian ulama lain tidak menerima tuduhan tasahul terhadap Al Ijli seperti Syaikh Ahmad Syakir dan Syaikh Mahmud Sa’id Mamduh. Bahkan ulama hadis terkenal Ibnu Hajar Al Asqallaniy tidak menganggap Al Ijli tasahul sebaliknya ia malah sering sekali berhujjah dengan tautsiq Al Ijli.

Perkara ini adalah fakta ilmiah yang tidak dikenal oleh pengikut salafy yang baru belajar ilmu hadis. Ilmu hadis mereka murni taklid buta dari syaikh syaikh salafy mereka. Kami akan buktikan kepada para pembaca bahwa di sisi Ibnu Hajar, pentautsiqan Al Ijli juga menjadi hujjah.

Ibnu Hajar dalam kitabnya At Tahdzib menyebutkan biografi Hujr bin Qais Al Hamdaniy perawi Abu Dawud, Nasai dan Ibnu Majah seorang tabiin yang meriwayatkan dari sahabat Nabi dan telah meriwayatkan darinya dua orang perawi. Al Ijli menyatakan ia tsiqat dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 2 no 394]. Ibnu Hajar tidak menyebutkan ulama lain yang mentautsiqnya, ia hanya mengutip Al Ijli dan Ibnu Hibban. Lantas bagaimana pendapat Ibnu Hajar sendiri? Apakah seperti aswj, Ibnu Hajar mengganggap Hujr bin Qais majhul?. Jawabannya tidak. Dalam kitabnya At Taqrib, Ibnu Hajar menyatakan Hujr bin Qais tsiqat [At Taqrib 1/191].  Masih banyak contoh lain

  • Hassan bin Adh Dhamriy, perawi Nasa’i disebutkan Ibnu Hajar bahwa ia termasuk tabiin yang meriwayatkan dari sahabat Nabi, telah meriwayatkan darinya satu orang yaitu Abu Idris Al Khaulaniy. Nasa’i berkata “tidak masyhur”. Al Ijli berkata “orang syam yang tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 2 no 455]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/198]
  • Hafsh bin Umar bin Ubaid Ath Thanaafisiy, perawi Tirmidzi disebutkan Ibnu Hajar tiga orang meriwayatkan darinya. Ibnu Hajar hanya mengutip Al Ijli yang menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 2 no 715]. Kemudian dalam At Taqrib Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/227].
  • Rabii’ bin Barra’ bin ‘Aazib perawi Tirmidzi dan Nasa’i disebutkan Ibnu Hajar dia seorang tabiin yang meriwayatkan dari ayahnya [sahabat Nabi] dan telah meriwayatkan darinya Abu Ishaq. Al Ijli berkata “orang kufah tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 3 no 463]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/293]
  • Rabi’ah bin Naajid Al ‘Azdiy perawi Nasa’i dalam Khasa’is Aliy disebutkan Ibnu Hajar dia seorang tabiin yang meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib dan telah meriwayatkan darinya Abu Shaadiq. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan Al Ijli menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 3 no 498]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/298]
  • Sulaiman bin Sinan Al Muzanniy perawi Nasa’i disebutkan Ibnu Hajar bahwa ia seorang tabiin yang meriwayatkan dari sahabat Nabi dan telah meriwayatkan darinya dua orang perawi. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan Al Ijli berkata “tabiin mesir yang tsiqat” [At Tahdzib juz 4 no 336]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/386]
  • Ummul Aswad Al Khuza’iyah perawi Ibnu Majah, Ibnu Hajar hanya mengutip Al Ijli yang menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 12 no 2912]. Ibnu Hajar berkata dalam At Taqrib “tsiqat” [At Taqrib 2/664]

Contoh-contoh diatas kami kutip sebagai bukti bahwa Ibnu Hajar mengambil perkataan Al Ijli sebagai hujjah dan tidak menganggapnya tasahul seperti aswj. Selain Ibnu Hajar ternyata Adz Dzahabiy juga mengambil tautsiq Al Ijli dan tidak menuduhnya tasahul.

  • Adz Dzahabiy dalam Al Mizan biografi Hujayyah bin Adiy Al Kindiy mengutip Abu Hatim yang menyatakan ia majhul tidak bisa dijadikan hujjah dengannya. Adz Dzahabiy membantahnya dengan berkata “telah meriwayatkan darinya Al Hakam, Salamah bin Kuhail dan Abu Ishaq, ia seorang yang shaduq insya Allah sungguh Al Ijli telah berkata tentangnya “tsiqat” [Mizan Al Itidal juz 1 no 1759].
  • Adz Dzahabi dalam Al Mizan biografi Abdullah bin Farukh At Taimiy mengutip Abu Hatim yang berkata majhul. Adz Dzahabi membantahnya dengan berkata “ia shaduq masyhur telah meriwayatkan darinya jama’ah dan Al Ijli menyatakan ia tsiqat” [Mizan Al Itidal juz 2 no 4505]. Adz Dzahabiy hanya mengutip tautsiq dari Al Ijli dan dalam Al Kasyf  ia berkata “tsiqat” [Al Kasyf no 2906]
  • Adz Dzahabi dalam Al Mizan biografi ‘Abdurrahman bin Maisarah Al Himshiy mengutip pernyataan Al Ijli “tsiqat” dan Ibnu Madini berkata “majhul” [Mizan Al Itidal juz 2 no 4986]. Adz Dzahabiy hanya mengutip tautsiq dari Al Ijli kemudian ia menyimpulkan dalam Al Kasyf  tentang ‘Abdurrahman bin Maisarah bahwa ia tsiqat [Al Kasyf no 3327]

Ketiga contoh di atas menunjukkan bahwa di mata Adz Dzahabiy tautsiq Al Ijli tetap dapat dijadikan hujjah. Adz Dzahabiy tidak menganggapnya tasahul bahkan ia mendahulukan tautsiq Al Ijli daripada pernyataan majhul Abu Hatim.

Mengapa ada ulama semisal Al Mu’allimiy dan Al Albaniy yang menganggap Al Ijli tasahul?. Jawabannya karena terdapat sebagian perawi yang dinyatakan tsiqat oleh Al Ijli tetapi dinyatakan majhul dan dhaif oleh ulama lain.

Hal ini jelas bukanlah bukti kuat bahwa Al Ijli tasahul, perkara ini adalah perbedaan ijtihad yang biasa terjadi diantara para ulama jarh dan ta’dil. Ada sebagian ulama yang menta’dilkan perawi tetapi dalam pandangan ulama lain perawi tersebut majhul atau mendapat predikat jarh. Perkara seperti ini tidak hanya terjadi pada Al Ijli, tetapi juga pada ulama lain seperti Abu Hatim, Ibnu Ma’in, Ahmad bin Hanbal dan yang lainnya.

Perbedaan seperti itu hendaknya disikapi secara metodologis, kami pribadi juga tidak semata-mata membela Al Ijli secara buta. Jika seandainya ternukil pendapat ulama lain yang bertentangan dengan pendapat Al Ijli maka hendaknya ditimbang secara adil, dinilai mana yang lebih kuat atau rajih. Tetapi jika tidak ternukil pendapat ulama yang bertentangan dengan Al Ijli maka tautsiq Al Ijli dapat diterima. Inilah pendapat yang benar dan kami ambil perihal tautsiq Al Ijli.

.

.

Aswj yang bisanya cuma bilang majhul sebenarnya tidak paham kriteria majhul dalam ilmu hadis dan pembahasannya. Majhul itu ada dua macam yaitu majhul ‘ain dan majhul hal atau mastur. Perawi yang diriwayatkan oleh dua orang perawi tsiqat maka terangkat majhul-nya yaitu majhul ‘ain dan kedudukannya adalah majhul hal atau mastur. Apakah perawi dengan kedudukan majhul hal tertolak?. Ia memang tidak bisa dijadikan hujjah tetapi bisa dijadikan penguat syawahid atau mutaba’ah. Inilah yang dikenal dalam ilmu hadis. Selain itu di sisi para ulama, terdapat nilai tambah jika perawi mastur tersebut adalah tabiin awal yang bertemu dan meriwayatkan dari para sahabat.

Syaikh Al Albani sendiri menilai hadis yang diriwayatkan oleh tabiin yang mastur atau majhul hal dan dimasukkan Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat sebagai hadis hasan. Inilah contohnya

  • Hadis Abu Sa’id Al Ghifari, tabiin yang meriwayatkan darinya dua orang perawi tsiqat dan biografinya disebutkan Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat. Syaikh Al Albani menguatkan hadisnya dan menilainya hasan [Silsilah Ahadits Ash Shahihah no 680]
  • Hadis Hasan bin Muhammad Al Abdiy, tabiin yang telah meriwayatkan darinya dua orang perawi tsiqat dan biografinya disebutkan Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat. Syaikh Al Albani menghasankan hadisnya [Irwa’ Al Ghalil no 225]

Jadi kepada aswj kami sarankan agar perbanyak belajar ilmu hadis jangan cuma taklid pada perkataan salafy nashibi dan da’i-da’i mereka yang sok ilmiah. Tidak perlu anda sok mengatasnamakan diri sebagai ahlus sunnah wal jamaah apalagi dengan embel-embel Asy’ariyah Maturidiyah. Bersikap jantanlah dan jangan berlindung dibalik nama besar mazhab tertentu.

.

.

حدثنا فهد ثنا عثمان بن أبي شيبة ثنا حرير بن عبد الحميد عن الأعمش عن جعفر بن عبد الرحمن البجلي عن حكيم بن سعيد عن أم سلمة قالت نزلت هذه الآية في رسول الله وعلي وفاطمة وحسن وحسين  إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا

Telah menceritakan kepada kami Fahd yang berkata telah menceritakan kepada kami Usman bin Abi Syaibah yang berkata telah menceritakan kepada kami Jarir bin Abdul Hamid dari ’Amasy dari Ja’far bin Abdurrahman Al Bajali dari Hakim bin Saad dari Ummu Salamah yang berkata Ayat ini turun untuk Rasulullah, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain yaitu Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya [Musykil Al Atsar Ath Thahawi 1/227]

Hadis ini diriwayatkan oleh para perawi tsiqat kecuali Ja’far bin Abdurrahman Al Bajalliy. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Ats Tsiqat juz 6 no 7050]. Ia seorang tabiin yang meriwayatkan dari sahabat Nabi yaitu Ummu Thariq maula Sa’ad bin Ubadah. Telah meriwayatkan darinya Al A’masy dimana ia berkata tentang Ja’far bin ‘Abdurrahman “Syaikh” [Tarikh Al Kabir Bukhari juz 2 no 2174]. Lafaz “syaikh” dalam ilmu hadis dikenal sebagai lafaz ta’dil yang ringan.

Al Haitsami membawakan hadis Ja’far dari Ummu Thariq dan berkata “riwayat Ahmad dan Thabraniy dalam Al Kabir, para perawinya tsiqat” [Majma’ Az Zawaid 2/361 no 3823]. Hal yang sama juga diungkapkan Al Buushiriy ketika membawakan hadis Ja’far dari Ummu Thariq, ia berkata “sanad ini diriwayatkan orang-orang tsiqat”[Ittihaaful Khairah 6/16 no 5304]. Hal ini menunjukkan bahwa Al Haitsami dan Al Buushiriy menganggap Ja’far bin ‘Abdurrahman sebagai perawi tsiqat. Hadis Ja’far ini dikuatkan oleh hadis berikut

أَخْبَرَنَا أَبُو سَعْدٍ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَفْصٍ الْمَالِينِيُّ ، أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ الْحَسَنُ بْنُ رَشِيقٍ بِمِصْرَ ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ سَعِيدِ بْنِ بَشِيرٍ الرَّازِيُّ ، حَدَّثَنِي أَبُو أُمَيَّةَ عَمْرُو بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الأُمَوِيُّ ، حَدَّثَنَا عَمِّي عُبَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ ، عَنِ الثَّوْرِيِّ ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ ، عَنْ زُبَيْدٍ ، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ، : أَنَّ رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” دَعَا عَلِيًّا ، وَفَاطِمَةَ ، وَحَسَنًا ، وَحُسَيْنًا ، فَجَلَّلَهُمْ بِكِسَاءٍ ، ثُمَّ تَلا : إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا  قَالَ وَفِيهِمْ أُنْزِلَتْ

Telah mengabarkan kepada kami Abu Sa’d Ahmad bin Muhammad bin ‘Abdullah bin Hafsh Al Maaliiniy yang berkata telah mengabarkan kepada kami Abu Muhammad Hasan bin Rasyiiq di Mesir yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Sa’id bin Basyiir Ar Raaziy yang berkata telah menceritakan kepadaku Abu Umayyah ‘Amru bin Yahya bin Sa’id Al Umawiy yang berkata telah menceritakan kepada kami pamanku ‘Ubaid bin Sa’id dari Ats Tsawriy dari ‘Amru bin Qais dari Zubaid dari Syahr bin Hausab dari Ummu Salamah radiallahu ‘anha bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] memanggil Ali, Fathimah, Hasan dan Husein kemudian menyelimutinya dengan kain kemudian membaca “Sesungguhnya Allah SWT berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya” dan berkata “untuk merekalah turunnya ayat” [Muudhih Awham Jami’ Wal Tafriq Al Khatib Baghdad 2/281]

Hadis riwayat Al Khatib ini diriwayatkan para perawi yang tsiqat kecuali Syahr bin Hausyab, ia seorang yang shaduq tetapi diperbincangkan oleh sebagian ulama. Syahr bin Hausab perawi Bukhari dalam Adabul Mufrad, Muslim dan Ashabus Sunan. Nasa’i berkata “tidak kuat”. Ahmad berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Ma’in menyatakan tsiqat. Al Ijli menyatakan tsiqat. Yaqub bin Syaibah berkata “tsiqat sebagian mencelanya”. As Saji berkata “dhaif tidak hafizh”.Abu Zur’ah berkata “tidak ada masalah padanya”. Abu Hatim berkata “tidak bisa dijadikan hujjah”. Ibnu Adiy berkata “tidak kuat dalam hadis dan tidak bisa dijadikan hujjah”. Ibnu Hibban berkata “ia sering meriwayatkan dari perawi tsiqat hadis-hadis mu’dhal dan sering meriwayatkan dari perawi tsabit hadis yang terbolak-balik. Al Baihaqi berkata “dhaif” [At Tahdzib juz 4 no 635]. Ibnu Hajar berkata “shaduq banyak melakukan irsal dan wahm” [At Taqrib 1/423]. Adz Dzahabi memasukkannya dalam Man Tukullima Fiihi Wa Huwa Muwatstsaq no 162.

Kedua hadis Ummu Salamah riwayat Ath Thahawiy dan riwayat Al Khatib saling menguatkan sehingga kedudukannya menjadi shahih lighairihi. Hadis Ummu Salamah dikuatkan pula oleh hadis Abu Sa’id berikut.

حدثنا الحسن بن أحمد بن حبيب الكرماني بطرسوس حدثنا أبو الربيع الزهراني حدثنا عمار بن محمد عن سفيان الثوري عن أبي الجحاف داود بن أبي عوف عن عطية العوفي عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه في قوله عز و جل إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا قال نزلت في خمسة في رسول الله صلى الله عليه و سلم وعلي وفاطمة والحسن والحسين رضي الله عنهم

Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ahmad bin Habib Al Kirmani yang berkata telah menceirtakan kepada kami Abu Rabi’ Az Zahrani yang berkata telah menceritakan kepada kami Umar bin Muhammad dari Sufyan Ats Tsawri dari Abi Jahhaf Daud bin Abi ‘Auf dari Athiyyah Al ‘Aufiy dari Abu Said Al Khudri RA bahwa firman Allah SWT [Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya] turun untuk lima orang yaitu Rasulullah SAW Ali Fathimah Hasan dan Husain radiallahuanhum [Mu’jam As Shaghir Thabrani 1/231 no 375]

Hadis Abu Sa’id di atas diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat dan shaduq kecuali Athiyyah Al ‘Aufiy, ia seorang yang diperbincangkan. Pada dasarnya ia seorang tabiin yang shaduq tetapi dituduh melakukan tadlis syuyukh sehingga banyak yang mendhaifkannya. Kami sudah pernah membahas kedudukannya secara khusus. Secara garis besar pendapat para ulama terhadapnya adalah

  • Mereka yang menta’dilkannya seperti Ibnu Sa’ad, Al Ijli, Ibnu Ma’in, Tirmidzi, Ibnu Syahiin, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hajar.
  • Mereka yang melemahkannya karena ia melakukan tadlis syuyukh seperti Ahmad bin Hanbal, Ibnu Hibban, dan Sufyan.
  • Mereka yang melemahkan dari segi dhabitnya atau dengan jarh mubham seperti Abu Zur’ah, Abu Hatim, Ibnu Adiy

Tuduhan tadlis syuyukh atas Athiyah Al Aufiy adalah tuduhan dusta dan mereka yang melemahkan Athiyah karena tadlis syuyukh telah keliru. Mengapa? karena tuduhan ini berasal dari Al Kalbi yang dikenal pendusta. Jadi tinggallah penta’dilan atas Athiyah dan kelemahan dari segi dhabitnya. Maka hadisnya hasan dengan adanya penguat atau jikapun dhaif ia bisa dijadikan i’tibar.

Secara keseluruhan hadis tersebut saling menguatkan maka turunnya al ahzab 33 untuk ahlul kisa’ yaitu Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Ali, Fathimah, Hasan dan Husain adalah shahih.

.

.

Aswj tidak memahami ilmu hadis dengan baik. Ilmu hadis yang ia pelajari adalah ilmu hadis versi salafy nashibi yang tidak bisa menerima hadis lemah walaupun memiliki syawahid dan mutaba’ah. Di sisi aswj hadis yang bisa dijadikan hujjah hanya hadis shahih yang para perawinya tsiqat tanpa cacat atau zero jarh-nya [ini ilmu hadis ala nashibi]. Mungkin aswj akan berdalih bahwa dalam masalah akidah hadisnya harus shahih qathi tanpa cacat sedikitpun.

Kami katakan itu adalah aturan anda sendiri dan tidak ada urusan dengan kami. Andalah yang sibuk bicara soal syiah padahal anda mengutip hadis yang kami tulis. Andalah yang sibuk bicara akidah padahal kami tidak menyinggungnya. Sejauh yang kami ingat pokok bahasan hadis kisa’ ini berkenaan dengan manaqib ahlul bait. Hadis dengan sedikit kelemahan dan saling menguatkan dapat terangkat kedudukannya sehingga menjadi shahih lighairihi dan dapat dijadikan hujjah. Jika anda aswj tidak paham maka silakan dibuka Ulumul hadis jangan cuma kopipaste nukilan para nashibi. Kelihatan sekali kalau anda tidak membaca sendiri apa yang anda tulis melainkan hanya mengutip sepotong-sepotong dari da’i salafy nashibi bahkan dari nashibi di luar negri sana.

.

.

حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب ثنا العباس بن محمد بن الدوري ثنا عثمان بن عمر ثنا عبد الرحمن بن عبد الله بن دينار ثنا شريك بن أبي نمر عن عطاء بن يسار عن أم سلمة رضي الله عنها أنها قالت : في بيتي نزلت هذه الآية { إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت } قالت : فأرسل رسول الله صلى الله عليه و سلم إلى علي و فاطمة و الحسن و الحسين رضوان الله عليهم أجمعين فقال : اللهم هؤلاء أهل بيتي قالت أم سلمة : يا رسول الله ما أنا من أهل البيت ؟ قال : إنك أهلي خير و هؤلاء أهل بيتي اللهم أهلي أحق

Telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Muhammad bin Ya’qub yang berkata telah menceritakan kepada kami Abbas bin Muhammad bin Ad Duuriy yang berkata telah menceritakan kepada kami Utsman bin Umar yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin Diinar yang berkata telah menceritakan kepada kami Syarik bin Abi Namr dari Atha’ bin Yasaar dari Ummu Salamah radiallahu ‘anha bahwa ia berkata “di rumahku turun ayat sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu Ahlul Bait, [Ummu Salamah] berkata “maka Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] memanggil Ali, Fathimah, Hasan dan Husain dan berkata “ya Allah mereka adalah ahlul baitku”. Ummu Salamah berkata “wahai Rasulullah, bukankah aku termasuk ahlul bait”. Beliau berkata “sesungguhnya kamu keluargaku yang baik dan mereka adalah ahlul baitku, ya Allah keluargaku yang haq” [Al Mustadrak Ash Shahihain 3/278 no 3558]

Berkenaan dengan hadis di atas, Al Hakim berkata “hadis ini shahih dengan syarat Bukhari hanya saja ia tidak mengeluarkannya”. Adz Dzahabi berkata “atas syarat Muslim”.

Jika diteliti dengan baik hadis riwayat Al Hakim ini mengandung kelemahan yaitu ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin Diinar, ia termasuk perawi Bukhari yang diperbincangkan. Ibnu Main berkata “disisiku terdapat kelemahan dalam hadisnya dan telah meriwayatkan darinya Yahya Al Qaththan”. Abu Hatim berkata “ada kelemahan padanya, ditulis hadisnya dan tidak dijadikan hujjah”. Ibnu Adiy menyatakan ia termasuk perawi dhaif yang ditulis hadisnya. Abu Qasim Al Baghawiy berkata “shalih al hadits”. Ali bin Madini berkata “shaduq” [At Tahdzib juz 6 no 422]. Ibnu Hibban berkata “tidak dapat dijadikan hujjah jika tafarrud” [Al Majruhin Ibnu Hibban 2/52]

Memang dalam riwayat ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin Dinar yang lain nampak perbedaan lafaz jawaban Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yaitu sebagaimana diriwayatkan Baihaqi

قَالَتْ: فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمَا أَنَا مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ؟ قَالَ: بَلَى إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى

[Ummu Salamah] berkata “wahai Rasulullah bukankah aku termasuk ahlul bait?. Beliau berkata “tentu jika Allah menghendaki” [Sunan Baihaqi 2/149]

Aswj dan nashibi yang dikutipnya beranggapan kalau lafaz ini saling bertentangan padahal sebenarnya akal mereka saja yang lemah. Sebelum kita mengatakan bertentangan ada baiknya kita pahami terlebih dahulu kedua lafaz tersebut baik-baik. Perhatikan lafaz pertama yaitu “sesungguhnya kamu keluargaku yang baik dan mereka adalah ahlul baitku, ya Allah keluargaku yang haq”.

Aswj [dan nashibi yang dikutipnya] bingung dengan lafaz ini karena terkesan membedakan antara “ahlu” dan “ahlul bait”. Pada dasarnya kedua kata tersebut memiliki makna yang sama tetapi yang satu lebih luas maknanya dibanding yang lain. Kata “ahlu” lebih luas maknanya dibanding kata “ahlul bait” hal ini tergantung penggunaannya dalam kalimat. Kata “ahlu” bisa bermakna keluarga, kerabat bahkan pengikut sedangkan “ahlul bait” walaupun bermakna keluarga, ia bersifat lebih khusus. Jadi masih mungkin seseorang disebut ahlu Nabi tetapi bukan ahlul bait Nabi. Contoh : Watsilah bin Asqa’ dalam suatu hadis disebut juga ahlu Nabi tetapi ia bukanlah ahlul bait Nabi.

Seorang istri Nabi seperti Ummu Salamah, ia bisa disebut sebagai ahlu Nabi dan ahlul bait Nabi [hal ini tertera dalam hadis-hadis shahih]. Tentu saja Ummu Salamah sebagai istri Nabi paham bahwa ia termasuk ahlul bait Nabi. Tetapi dalam hadis Kisa’, Ummu Salamah bertanya “apakah aku termasuk ahlul bait” atau “bukankah aku termasuk ahlul bait” atau “apakah aku bersama mereka”. Pernahkah para pembaca memikirkan untuk apa Ummu Salamah mengajukan pertanyaan seperti itu padahal ia sebagai istri Nabi jelas adalah ahlul bait. Jawabannya karena ahlul bait yang dibicarakan dalam hadis kisa’ bukanlah ahlul bait secara umum yang maknanya sama dengan “ahlu” tetapi ahlul bait yang disucikan oleh Allah SWT.

Ahlul Bait dalam al ahzab 33 tidak diperuntukkan untuk semua keluarga dan kerabat Nabi yang disebut ahlul bait. Bukankah istri-istri Nabi, keluarga Ali, keluarga Ja’far, Keluarga Abbas dan Keluarga Aqil juga disebut ahlul bait Nabi?. Tetapi apakah al ahzab 33 diperuntukkan bagi mereka semua. Tidak, ayat tersebut ditujukan kepada ahlul bait yang khusus dan siapa mereka? Yaitu yang tertera dalam hadis Kisa’ dimana Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menyatakan dengan jelas ahlul bait yang dimaksud.

Kembali ke lafaz “sesungguhnya kamu keluargaku yang baik”, ini maknanya sama dengan “kamu menuju kebaikan” atau “kamu di atas kebaikan” atau “sesungguhnya kamu termasuk istriku yang shalih”. Ini adalah keutamaan Ummu Salamah yang dikatakan Nabi untuk membedakan dengan keutamaan ahlul bait yang disucikan dalam al ahzab 33. Sehingga lafaz selanjutnya “ dan mereka adalah ahlul baitku, ya Allah keluargaku yang haq” maksud dari lafaz ini adalah mereka yang diselimuti Nabi adalah ahlul bait dalam al ahzab 33, yaitu keluarga [ahlu] Nabi yang berhak atas keutamaan tersebut diantara banyak ahlu Nabi lainnya.

Kemudian lafaz kedua yang dianggap bertentangan yaitu Ummu Salamah berkata “wahai Rasulullah bukankah aku termasuk ahlul bait?” menunjukkan bahwa Ummu Salamah tahu bahwa dirinya ahlul bait tetapi ia bertanya untuk mengetahui apakah ia termasuk ahlul bait yang disucikan dalam al ahzab 33. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menjawab “tentu jika Allah menghendaki”. Lafaz ini bermakna Ummu Salamah bukanlah ahlul bait yang dimaksud dalam al ahzab 33, karena pada saat itu Allah SWT telah menurunkan al ahzab 33 kepada Rasulullah dan Beliau telah mengetahui siapa ahlul bait yang dikehendaki Allah untuk disucikan sehingga Beliau mengumpulkan mereka, menyelimuti mereka dan membacakan ayat tersebut untuk mereka. Jadi untuk siapa al ahzab 33 diturunkan telah jelas diketahui Nabi.

Nah jika memang ayat tersebut diturunkan untuk Ummu Salamah selaku istri Nabi maka mengapa Nabi berkata “tentu jika Allah menghendaki”. Lafaz “jika Allah menghendaki” hanya ditujukan untuk perkara yang belum pasti kebenarannya atau belum pasti ketetapan Allah SWT atasnya. Jadi tidak lain lafaz ini menunjukkan bahwa Ummu Salamah pada dasarnya bukanlah ahlul bait yang dimaksud dalam al ahzab 33. Silakan perhatikan para pembaca, setelah dipahami dengan baik kedua lafaz yang menurut anggapan aswj dan nashibi bertentangan sebenarnya memiliki makna yang sama.

.

.

.
وأنبأنا أبو محمد عبد الله بن صالح البخاري قال حدثنا الحسن بن علي الحلواني قال حدثنا يزيد بن هارون قال حدثنا عبد الملك بن أبي سليمان عن عطاء عن أم سلمة وعن داود بن أبي عوف عن شهر بن حوشب عن أم سلمة  وعن أبي ليلى الكندي عن أم سلمة رحمها الله بينما النبي صلى الله عليه وسلم في بيتي على منامة له عليها كساء خيبري إذ جاءته فاطمة رضي الله عنها ببرمة فيها خزيرة فقال لها النبي صلى الله عليه وسلم ادعي زوجك وابنيك  قالت : فدعتهم فاجتمعوا على تلك البرمة يأكلون منها ، فنزلت الآية : إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا  فأخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم فضل الكساء فغشاهم مهيمه إياه ، ثم أخرج يده فقال بها نحو السماء ، فقال اللهم هؤلاء أهل بيتي وحامتي فأذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا  قالت : فأدخلت رأسي في الثوب ، فقلت : رسول الله أنا معكم ؟ قال إنك إلى خير إنك إلى خير قالت : وهم خمسة : رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وعلي ، وفاطمة ، والحسن والحسين رضي الله عنهم

Telah memberitakan kepada kami Abu Muhammad ‘Abdullah bin Shalih Al Bukhari yang berkata telah menceritakan kepada kami Hasan bin ‘Ali Al Hulwaaniy yang berkata telah menceritakan Telah memberitakan kepada kami Abu Muhammad ‘Abdullah bin Shalih Al Bukhari yang berkata telah menceritakan kepada kami Hasan bin ‘Ali Al Hulwaaniy yang berkata telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Malik bin Abi Sulaiman dari Atha’ dari Ummu Salamah dan dari Dawud bin Abi ‘Auf dari Syahr bin Hawsyaab dari Ummu Salamah dan dari Abu Laila Al Kindiy dari Ummu Salamah “sesungguhnya Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] berada di rumahku di atas tempat tidur yang beralaskan kain buatan Khaibar. Kemudian datanglah Fathimah dengan membawa bubur, maka Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “panggillah suamimu dan kedua putramu”. [Ummu Salamah] berkata “kemudian ia memanggil mereka dan ketika mereka berkumpul makan bubur tersebut turunlah ayat Sesungguhnya Allah SWT berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlul Bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya, maka Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengambil sisa kain tersebut dan menutupi mereka dengannya, kemudian Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengulurkan tangannya dan berkata sembari menghadap langit “ya Allah mereka adalah ahlul baitku dan kekhususanku maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah sesuci-sucinya. [Ummu Salamah] berkata “aku memasukkan kepalaku kedalam kain dan berkata “Rasulullah, apakah aku bersama kalian?. Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “kamu menuju kebaikan kamu menuju kebaikan. [Ummu Salamah] berkata “mereka adalah lima orang yaitu Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Ali, Fathimah, Hasan dan Husein raidallahu ‘anhum” [Asy Syari’ah Al Ajjuri 4/383 no 1650]

Hadis di atas kedudukannya shahih diriwayatkan oleh Abu Laila Al Kindy, Syahr bin Hausab dan Atha’ dari Ummu Salamah dan merupakan hadis kisa’  Ummu Salamah yang paling shahih. Dalam hadis tersebut Ummu Salamah mengakui bahwa ahlul bait dalam al ahzab 33 adalah lima orang yaitu Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Ali, Fathimah, Hasan dan Husain.

Banyak diantara ulama ahlussunnah yang mengakui bahwa al ahzab 33 turun untuk Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Ali, Fathimah, Hasan dan Husain diantaranya Ath Thahawiy, Al Ajjuriy, Asy Syaukaniy, Ibnu Asakir dan Adz Dzahabiy. Adz Dzahabiy pernah berkata

وفي فاطمة وزوجها وبنيها نزلت إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا فجللهم رسول الله صلى الله عليه وسلم بكساء وقال : اللهم هؤلاء أهل بيتي

Dan untuk Fathimah, suaminya dan kedua anaknya turun ayat “sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai ahlul bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya, Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menyelimuti mereka dengan kain dan berkata “ya Allah mereka ahlulbaitku” [Tarikh Al Islam Adz Dzahabiy 3/44]

Kami cukup heran dengan orang yang menyebut dirinya Aswj, ia mengatakan hanya syiah bertaraf junior saja yang mengutip riwayat-riwayat ini karena terdapat pembahasan yang menolaknya. Lucu sekali makhluk satu ini, seolah ia ingin mengesankan bahwa syiah senior, sesepuh atau ulama mereka mengutip riwayat-riwayat brilian yang tidak terdapat pembahasan menolaknya. Padahal dalam anggapan nashibi mau junior, senior, sesepuh atau ulama jika mereka Syiah semua pembahasannya harus ditolak karena Syiah itu menyesatkan.

Anggap saja toh Syiah menjadikan kemaksuman ahlul bait sebagai akidah, maka patutlah kita bertanya apa akidah syiah itu mereka ambil dari kitab hadis sunni?. Alangkah naifnya anda wahai aswj, Syiah punya banyak kitab hadis yang jadi pegangan buat mereka dan gak perlu jauh-jauh mengutip riwayat seperti yang kami kutip hanya untuk menegakkan akidah mereka. Yah memang kebanyakan pengikut nashibi menunjukkan ketidakwarasan jika menyangkut kebencian mereka terhadap Syiah. Hanya orang yang bebas dari kebencian yang bisa membahas permasalahan dengan tenang dan objektif.

Kami katakan pada anda wahai Aswj kami bukan bagian dari Syiah. Pandangan kami adalah apa yang kami peroleh dari penelitian terhadap kitab-kitab hadis dimana sampai saat ini masih kami baca dan pelajari. Kami bukan orang seperti anda yang gampangan dan bangga mengatasnamakan mazhab tertentu. Kami hanya mewakili diri kami sendiri. Salam Damai

51 Tanggapan

  1. Akhirnya artikel baru keluar. Two thumbs up!

    Tetap semangat bro,
    Salam

  2. @ SP

    Ada pertanyaan yg menggelitik, dalil apakah yang menjelaskan kema’shuman 12 imam diluar ahlul Kisaa?

    Salam

  3. bagaimana kabarnya Bang SP? Lama menanti tulisan baru…

  4. @jack
    dalil doa nabi ibrahim yg dikabulkan allah,agar keturunan nya menjadi imam

  5. @aldj

    Syukron

    Tp ada lagi, adakah bukti berupa hadits sahih dari Rasulullah saw yang menyatakan nama-nama 12 Imam ?

    Salam

  6. @Sp

    MasyaAllah baik sekali, thumbs up

    Cukup menjadikan salafi/sunni/wahabi/ashari terdiam 🙂

    Cuma pencerahan dari pak Sp akan komentar awal,

    “Perlu kami ingatkan kepada pembaca yang terhormat bahwa kami bukanlah penganut Syiah. Kami berhujjah dengan hadis kisa’ semata-mata karena kecintaan kami kepada Ahlul Bait. Kami tidak mengusung mazhab tertentu, kami hanya menyampaikan kebenaran terlepas dari apakah kebenaran itu memihak mazhab tertentu atau tidak.

    Perkara Syiah meyakini kemaksuman Ahlul Bait atau menjadikan itu sebagai akidah maka itu adalah urusan mazhab Syiah yang tidak ada sangkut pautnya dengan kami. Hadis kisa’ yang kami tulis adalah hujjah bagi kami sedangkan Syiah memiliki hujjah sendiri yaitu hadis-hadis kisa’ yang jumlahnya banyak dalam kitab-kitab mereka. Maka aneh dan nampak skizofrenik jika hadis yang kami tulis dibantah dengan bantahan terhadap Syiah”

    Saya pikir Sp silap disini, ayat ini memang nyata akan kemaksuman ahlul bait sebab ayat tahir gunapakai ‘tathiran’. Hanya satu kali dalam al-Quran semisal ayat ini. Udah tentu ahlul bait ini maksum dan suci.

    Sp sendiri berkata ini,

    “Hadis kisa’ di sisi kami adalah bukti bahwa ahlul bait adalah orang-orang yang disucikan oleh Allah SWT. Kesucian itu adalah keutamaan yang besar bagi mereka seiring dengan status mereka sebagai sumber pedoman bagi umat islam. Perkara anda aswj, sunni, salafy atau syiah atau siapa saja mau menyebut kesucian itu sebagai kemaksuman maka itu tidak ada sangkut pautnya dengan kami”

    Kalo udah jadi pedoman, mesti maksum. Itu adalah keutamaan ahlul bait.

    Hanya teguran sikit dari saya, tidak mencacatkan konteks kesemuanya

  7. tidak ada masalah, akan dijawab semula. 🙂

    InsyaAllah…

  8. artikel apa ini?

    akidah itu mmg memerlukan hadis yg sohih dan qothie, apa anda tidak tahu ????

  9. Salam,

    secondprince:

    Apakah ia meyakini kemaksuman para Nabi dan menjadikannya sebagai akidah?. Kalau begitu apa dalil shahih dan qathinya menurut anda aswj?.

    CMP:

    akidah ialah perkara yg tidak boleh diperselisihkan, itu sahaja, apa yg menjadi masalahnya? apa anda ini tidur? syiah menggunakan hadis2 ini dan mahu berbicara soal akidah.

    saya ada satu soalan untuk secondprice, boleh atau tidak boleh menggunakan hadis-hadis yang kamu katakan ini sebagai hujah dalam akidah?

    jawab, saya mahu tunggu jawaban anda. usah berlindung menggunakan nama sunni. jijik…

  10. Kalau meyakini bahwa Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi dan rasul kira2 termasuk persoalan aqidah tidak ya ? Sebab rancu juga rasanya membaca pernyataan yg mengatakan : “…akidah ialah perkara yg tidak boleh diperselisihkan,…”.

    Kalau itu ukurannya mana ada sih perkara didalam agama ini yg tidak diperselisihkan oleh para pengikutnya. Lantas apakah karena diperselisihkan maka perkara aqidah berubah menjadi bukan aqidah ?

  11. pintar… tapi bodoh….

  12. Assalam,,,,,SAYA pernah bertanya pada salah seorang Ustadz suny, Kenapa begitu banyak HADITS dhoif/lemah maupun PALSU, masih tetap di pakai bahkan PERLU,,, Jawabanya; Memotifasi umat untuk berAMAL/berbuat KEBAIKAN ,,, -Menurut SECONPRINCE bagaimana tanggapan ANDA dari segi HUKUM AKIDAH,!!? Mohon penjelasannya,,,!!! Trimsss,,,

  13. Sangat mencerahkan. Labaika Ya HUsain…..

  14. Kebenaran semakin terbuka. Apalagi adanya kelompok yang ber-Imam bukan pada Ahlulbayt Rasulullah tetapi membaiat imam yang berasal dari kediri, jelas tidak memiliki dasar syariat sama sekali. begitu banyak yang mengklaim kelompoknyalah yang benar lainnya salah dan sesat padahal pemilik kebenaran adalah Allah SWT, dan surga seolah miliknya sehingga menyebut diluar kelompoknya sesat. Sesungguhnya kebenaran adalah milik Allah SWT, bukan milik kelompok2. Sholawat

  15. Bersabda Rasulullah SAWA:”Wahai manusia, aku tinggakan kepada kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh kepadanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya: Kitabullah dan Itrahku, Ahlul Baytku.”

    Sabdanya lagi:”Utusan Tuhanku tidak lama lagi akan datang, dan aku segera menyahutinya. Sungguh, aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka berat (thaqalain): pertama Kitab Allah. Di dalamnya, ada petunjuk dan cahaya. Kedua: Ahlul Baytku. Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul Baytku ini, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul Baytku ini” [90].

    Jika kita renungkan makna hadith yang mulia ini, yang diriwayatkan oleh buku-buku hadith sahih Ahlul Sunnah Wal Jamaah, maka kita dapati bahawa hanya Syiah sahaja yang mengikuti Thaqalain ini: Kitab Allah dan keluarga Nabi yang suci. Sementara Ahlul Sunnah ikut kata-kata Umar:”Cukuplah untuk kami Kitab Allah sahaja.”

    Oh, alangkah bahagianya jika mereka benar-benar ikut Kitab Allah, tanpa menakwilkannya mengikut hawa nafsu mereka. Jika Umar sendiri tidak faham apa makna kalalah, tidak tahu ayat tayammum dan berbagai hukum-hukum yang lain, maka bagaimana mereka yang datang kemudian lalu mentaklidnya (mengikutnya) tanpa berijtihad, atau berijtihad dengan pandangannya semata-mata di dalam nas-nas Qurani.

  16. Bersabda Nabi SAWA:”Siapa yang ingin hidup seperti hidupku, mati seperti matiku, tinggal di syurga Ad’n yang ditanam oleh Tuhanku maka jadikanlah Ali sebagai walinya selepasku dan mewila’ walinya serta ikut Ahlul Baytku yang datang selepasku. Mereka adalah Itrah keluargaku, diciptakan dari bahagian tanahku dan dilimpahkan kefahaman serta ilmuku. Maka celakalah orang-orang yang mendustakan keutamaan mereka dari umatku yang memutuskan tali perhubungan kasih sayang dengan mereka. Kelak Allah tidak akan memberikan syafaatku kepadanya”

  17. Syaikh Sulaiman al-Balkhi (Ahli Sunnah) :
    “Hadis imam dua belas tidak sesuai jika dimaksudkan dengan Khalifah al-Rasyidin karena jumlah mereka kurang dari 12. Dan ia juga tidak sesuai dengan khalifah-khalifah Bani Umayyah karena jumlah mereka lebih dari 12. Kesemuanya zalim kecuali Umar bin Abdul Aziz, dan mereka juga bukan dari Bani Hashim karena Nabi bersabda: Semua Pemimpin ISLAM haruslah dari Bani Hashyim. Dan ia juga tidak sesuai dengan khalifah-khalifah dari Bani ‘Abbas karena mereka lebih dari 12. Mereka juga menindas anak cucu Rasulullah dan melanggar perintah al-Qur’an. Oleh karenanya itu satu satunya cara untuk mentafsirkan hadis itu ialah menerima 12 imam dari Ahl Bait Rasulullah Saw. Karena mereka yang paling alim, paling takwa, mempunyai sifat-sifat yang paling baik, paling tinggi nasab-nya dan lebih mulia dari sisi Allah, dan ilmu-ilmu mereka diambil dari ayah ayah mereka yang berhubung langsung dengan kakek mereka Muhammad Saw.”
    (Yanabi al-Mawaddah, him. -447).

  18. @ All

    1. Adakah bukti berupa hadits sahih dari Rasulullah saw yang menyatakan nama-nama 12 Imam ?

    2. Kitab Yanabi’ul Mawaddah (Syaikh Sulaiman Al-Qundusi Al-Hanafi) ternyata adalah menyadur dari Tulisan Syaikh Abu Ja’far Muhammad bin ‘ali bin Babawaih al-Qummi, atau dikenal juga dengan Syaikh Shaduq berarti Kitab tsb. bukan Kitab Sunni. Mohon penjelasan.

  19. @ Jack

    1. Ada. di dalam literatur Syiah Imamiyah terlalu banyak.

    2. Kitab Yanabi al-Mawaddah bukan kitab ASWJ? Siapa ajar sdr membuat penilaian sedemikian rupa?

  20. kepada sepuluh penjejak

    buktikan Yanabi al-Mawaddah adalah kitab aswj yg diiktiraf oleh ulama yg sezaman dgn pengarangnya.

  21. @SP
    Bagaimana mas meminta definisi MAKSUM kepada mereka yang tdk mengetahui maksud dan tujuan QS 33:33. Apakah ada Nabi terkeduali meneriman Firman deperti QS 33:33?

  22. @CUCU, on Maret 29, 2012 at 7:34 pm

    akidah ialah perkara yg tidak boleh diperselisihkan, …

    Menurut Anda doktrin keadilan semua sahabat termasuk akidah nggak?

  23. @ CUCU

    Anda masih baru dlm memahami firqah ASWJ bukan? pelajari yang itu dahulu sebelum masuk ke ruang perbahasan.

  24. @sepuluhpenjejak

    1. Yg saya tanyakan adalah: Adakah bukti berupa hadits sahih dari Rasulullah saw yang menyatakan nama-nama 12 Imam ? tentunya hadis2 tsb bersumber dari ulama2 sunni bukan ulama2 syiah, sebab kalau dari sumber ulama2 syiah sudah tidak lagi dipermasalahkan.

    2. Kitab Yanabi al-Mawaddah bukan kitab ASWJ? Siapa ajar sdr membuat penilaian sedemikian rupa?

    Karena menurut keterangan/penjelasan yg saya ketahui bahwa Syaikh Sulaiman Al-Qundusi Al-Hanafi ternyata telah menyadur dari tulisan Syaikh Abu Ja’far Muhammad bin ‘ali bin Babawaih al-Qummi, atau dikenal juga dengan Syaikh Shaduq mengenai perihal nama2 12 imam, sedangkan Syaikh Shaduq dikenal sebagai dedengkot syiah. Jadi menurut saya dalil mengenai nama2 12 imam yg tertera didalam kitab Yanabi al-Mawaddah tidak mewakili dalil mazhab sunni. Salam

  25. @ Jack

    1. Sudah tentu ada. Itu anda harus tanya pada Abu Hurairah yg telah menyembunyikan satu lagi karung hadis.

    2. Bisa anda bawakan bukti yg mengatakan Yanabi al Mawaddah itu cedukkan dari Sheikh Saduq itu?

    Salam damai.

  26. 1. Sudah tentu ada. Itu anda harus tanya pada Abu Hurairah yg telah menyembunyikan satu lagi karung hadis.

    Kok jawabanyya sptitu? heheheh

    2. Bisa anda bawakan bukti yg mengatakan Yanabi al Mawaddah itu cedukkan dari Sheikh Saduq itu?

    Ok, langsung saya copas aja

    Dari Jabir bin Yazid al-Ju’fi, dia berkata, aku mendengar Jabir bin Abdullah al-Anshari berkata,
    Rasulullah (s.`a.w.) bersabda kepadaku: “Wahai Jabir! Sesungguhnya para wasiku dan para imam selepasku pertamanya `Ali kemudian Hasan kemudian Husain kemudian `Ali b. Husain. Kemudian Muhammad b. `Ali al-Baqir. Anda akan menemuinya wahai Jabir sekiranya anda mendapatinya, maka sampailah salamku kepadanya. Kemudian Ja`far b. Muhammad, kemudian Musa b. Ja`far, kemudian `Ali b. Musa, kemudian Muhammad b. `Ali, kemudian `Ali b. Muhammad, kemudian Hasan b. `Ali. Kemudian al-Qa’im namanya sama dengan namaku dan kunyahnya adalah kunyahku, anak Hasan b. `Ali. Dengan beliaulah Allah akan “membuka” seluruh pelusuk bumi di Timur dan di Barat,dialah yang ghaib dari penglihatan. Tidak akan percaya kepada imamahnya melainkan orang yang diuji hatinya oleh Allah SWT”.

    Jabir berkata: Wahai Rasulullah! Adakah orang ramai boleh mengambil faedah darinya ketika ghaibnya? Beliau menjawab: “Ya! Demi yang mengutuskan aku dengan kenabian sesungguhnya mereka mengambil cahaya daripada wilayahnya ketika ghaibnya, seperti orang ramai mengambil faedah dari matahari sekalipun ianya ditutupi awan”. Ini adalah di antara rahsia-rahsia ilmu Allah yang tersembunyi. Justeru itu rahsiakanlah mengenainya melainkan kepada orang yang ahli.

    Comment :

    Riwayat semisal ini dapat ditemui dalam Tafsir al-Mizaan, Sayyid Thabathaba’i, yang menyebut berasal dari tafsir al-Burhan, dari Ibn Babawaih dg sanad dari Jabir bin Abdullah al-Anshari, :

    في تفسير البرهان عن ابن بابويه بإسناده عن جابر بن عبد الله الانصاري: لما أنزل الله عز وجل على نبيه محمد صلى الله عليه وآله وسلم – يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول – واولى الامر منكم – قلت يا رسول الله عرفنا الله ورسوله – فمن اولوا الامر الذين قرن الله طاعتهم بطاعتك – فقال صلى الله عليه وآله وسلم هم خلفائي يا جابر – وأئمة المسلمين من بعدى – أولهم على بن أبى طالب ثم الحسن…..

    Kemudian di bawahnya Sayyid Thabathaba’i menyebut rujukan Yanabi’ul Mawaddah dan Ghayatul Maram lilBahraani, dan selainnya.
    http://al-shia.org/html/ara/books/lib-quran/almizan04/07.htm (408-409)

    Dari Yanabi’ul Mawaddah :
    وفي المناقب: حدثنا أصحابنا وقالوا: حدثنا محمد بن همام، قال: حدثنا جعفر ابن محمد بن مالك الفزاري، قال: حدثني الحسين بن محمد بن سماعة قال: حدثني أحمد بن الحارث، قال: حدثني المفضل بن عمر، عن يونس بن ظبيان، عن جابر بن يزيد الجعفي قال: سمعت جابر بن عبد الله الانصاري يقول
    http://yasoob.com/books/htm1/m025/29/no2920.html (398-399)

  27. okay. justru apakah hadis itu sahih atau tidak?

  28. @sepuluhpenjejak, on April 2, 2012 at 4:08 pm said:

    okay. justru apakah hadis itu sahih atau tidak?

    Permasalahan disini bukan masalah sahih atau tidak, ya kan?
    Permasalahan disini adalah dalil tsb adalah dalil syiah bukan dalil sunni, kira2 paham gak maksud saya, salam

  29. @Jack

    Seringkali Sunni berdalil dengan sumber Sunni di hadapan Syiah ketika membicarakan sesuatu isu mazhab. Namun apabila anda bertanya kepercayaan Syiah, sudah tentu kami juga akan berbuat hal yg sama, iaitu membawakan dalil dari sumber kami. Kerana itu kepercayaan kami.

    Untuk apa syiah berdalil dengan sumber Sunni kalau Sunni sendiri tak dapat terima dalil Syiah?

    Dan kalau dikeranakan perawi2 dlm hadis tersebut adalah dari kalangan Syiah. Maka Sahih Bukhari yg mempunyai perawi Syiah juga harus ditolak. Sekaligus runtuhlah status kitab SAHIH bukhari anda kerana dicemari dgn perawi Syiah.

    Bilamana anda memasuki ke ruang kepercayaan Syiah. Maka sudah tentu anda harus menggunakan radas2 Syiah. Bukannya Sunni. Mengerti mas?

    Salam damai.

  30. Heheheh… perlu diketahui saya bertanya ini bukan mewakili pihak syiah atau sunni, saya bertanya ini hanya sbg pihak diri saya sendiri karena saya menginginkan pemahaman yg benar untuk diri saya sendiri (mungkin juga untuk oran lain) dari pihak manapun atau dari siapapun saja, salam

  31. saya ada pertanyaan:
    1. Dalam hadis kisa diatas dinyatakan bhw kemaksuman berlaku pd 5 org yaitu Rasulullah SAW, Ali, fatimah, hasan dan husein. Lalu adakah hadis2 atau ayat2 quran yg menyatakan kemaksuman berlaku jg sampai imam2 selanjutnya yaitu sampai 12 imam?
    2. Bagaimana status kesahihan hadis yg menyatakan bhw imam ada sampai 12 berikut nama2nya? Mengapa ada syiah ismailiyah dan zaidiyah. Syiah ismailiyah cm ada 7 imam dimana imam ke-7nya itu Ismail bin ja’far bukan musa al kadzim dan syiah zaidiyah cm ada 5 imam dimana imam ke5nya zaid bin ali bukan muhammad al baqir, kenapa ada perbedaan jumlah dan nama imam?

  32. sebaiknya jangan menggunakan nama nama firqoh untuk nama akun, semisal swaja ,syiah dll. sebab bukan hanya tidak bisa menjadi representasi dari firqoh2 tsb bahkan hal tsb amalah bisa membuat citra buruk firqoh itu sendiri

  33. @faisaldanyani

    Alhamdulillah, lama tak bertemu apa kabarnya? semoga faisal dan istrinya dalam keadaan sehat selalu. Mengenai pertanyaannya maka saya hanya bisa sedikit berkomentar

    1. Dalam hadis kisa diatas dinyatakan bhw kemaksuman berlaku pd 5 org yaitu Rasulullah SAW, Ali, fatimah, hasan dan husein. Lalu adakah hadis2 atau ayat2 quran yg menyatakan kemaksuman berlaku jg sampai imam2 selanjutnya yaitu sampai 12 imam?

    Saya tidak keberatan untuk meluruskan hal ini. Dalam pandangan saya hadis kisa’ bicara soal kesucian ahlul bait. Kalau saudara menganggap kesucian itu sama halnya dengan kemaksuman maka silakan saja. Kemudian soal kemaksuman 12 imam, itu adalah keyakinan yang dimiliki saudara kita yang syiah. Jika saudara ingin mengetahui apa dasar kemaksuman 12 imam di sisi Syiah maka silakan saudara menanyakan hal itu kepada saudara kita yang syiah atau merujuk pada referensi Syiah. Saya pribadi [dan saya yakin saudara mengetahuinya] bukanlah pihak yang mewakili Syiah atau salah satu penganut Islam Syiah. Apa yang saya tulis di atas adalah sesuatu yang saya kaji dan teliti serta tidak mewakili pihak manapun.

    2. Bagaimana status kesahihan hadis yg menyatakan bhw imam ada sampai 12 berikut nama2nya? Mengapa ada syiah ismailiyah dan zaidiyah. Syiah ismailiyah cm ada 7 imam dimana imam ke-7nya itu Ismail bin ja’far bukan musa al kadzim dan syiah zaidiyah cm ada 5 imam dimana imam ke5nya zaid bin ali bukan muhammad al baqir, kenapa ada perbedaan jumlah dan nama imam?

    Saya pribadi belum menemukan hadis shahih yang menyebutkan nama duabelas imam dalam kitab-kitab yang sering saya rujuk. Kemudian mengapa Syiah ada bermacam-macam bagi saya itu bukan masalah yang begitu membingungkan, hal itu sama halnya mengapa umat islam bisa berbeda mazhabnya padahal rujukannya sama Al Qur’an dan As Sunnah. Salam

  34. @faisaldanyani
    mungkin kita bisa gunakan dalil AQLI kita utk menganalisa apakah 12 imam itu maksum atau tidak.. kl mereka itu memang penerus Rasul SAW, maka mereka harus maksum, krn jika mereka tidak maksum mana bisa mereka dinisbatkan sbg penerus pembawa risalah Illahi . Dan jika mereka adalah org2 yg bergelimang dosa dan penuh kekhilafan, bagaimana org2 akan bisa menerima mereka sbg penerus Rasul SAW jika mereka penuh dgn dosa dan kekhilafan..

  35. @ faisaldanyani

    Salam,

    Jujurnya saya tidak tahu apakah anda mahukan pendalilan dari sumber Sunni atau Syiah.

    Utk waktu yg singkat ini, saya biarkan ulama Sunni sendiri mentakrifkan kesucian Itrah Ahlul Bayt a.s:

    (teks bahasa Urdu)

    میں (قاضی صاحب ) کہتا ہوں یہ درست ہے کہ رسول اللہ (ص) نے حضرت فاطمہ (ع) کے بارے میں بھی کہا جبکہ آپ (ع) شادی حضرت علی (ع) سے کی اے اللہ میں اسے اور اس کی اولاد کو شیطان کے شر سے تیری پناہ میں دیتا ہوں .اسی طرح حضرت علی (ع) سے فرمایا جسے ابن حبان نے حضرت انس سے روایت کیا ، حضور (ص) کی دعا حضرت عمران کی بیوی سے زیادہ قبولیت کے لائق ہے ، میں آپ (ع) کی اور آپ (ع) کی اولاد کی شیطان مردود کے چھونے سے محفوظ ہونے کی امید رکھتا ہوں
    (تفسیر مظہری اردو ، ج 2 ، ص 56 ، طبع پاکستان )

    “Aku berkata, ini benar karena Nabi saaw saat pernikahan Hazrat Fatimah a.s dan Imam Ali a.s berdoa, “Ya Allah! Lindungilah dia (Fatimah a.s) dan keturunannya daripada kejahatan syaitan, dan Baginda saaw berkata hal yang sama mengenai Imam Ali a.s, yang dinukil oleh Ibnu Hibban daripada Anas bin Malik, doa Nabi saaw lebih utama utk diterima daripada doanya isteri Imran, aku berharap beliau (Fatimah a.s) dan keturunannya selamat daripada kejahatan syaitan.”
    [Tafsir Mazhari 2/56, cetakan Pakistan]

    Manakala, di sisi Syiah, mempunyai riwayat Nabi saaw yg menyinggung hal sucinya/maksumnya 12 Imam a.s keturunan Husein a.s…

    Secara peribadi, saya tidak tahu kefahaman anda ttg ‘suci’ itu. Barangkali anda boleh menjelaskan terlebih dahulu bagaimana anda memahami makna perkataan ‘suci’ itu..

    Salam Damai.

  36. @secondprince
    alhamdulillah kami sekeluarga sehat. Iya lama g ngeliat blog ini, hehe.
    Btw, smg sukses n lancar acara tgl 22 ny nanti. Hehe

    @ferick
    terimakasih tapi saya butuh dalil dari quran dan sunnah.
    Bicara ttg penlogika an melalui akal, saya jd ingin bertanya. Kalo fungsi 12 Imam adalah penerus risalah Rasulullah saw bukankah ada ulama2? Okelah anggap saja mgkn ulama2 bisa salah dan menyeleweng, jd memang perlu penerus risalah Rasulullah saw yg suci dan bebas dari penyelewangan, tp mengapa hanya dibatasi 12 imam saja, knp g sampai akhir zaman saja agar Risalah rasulullah SAW tersampaikan dgn baik di tiap zaman?

    @sepuluh penjejak
    kemaksuman nabi brdasarkan yg saya ketahui adalah bebas dari dosa, tdk pernah melanggar syariat, tdk melalaikan kewajiban. Akan tetapi bs saja salah dalam hal ijtihad, namun bila ijtihad itu salah akan ditegur Allah.
    Bgmn defini maksum menurut saudara? Apakah kemaksuman imam sama persis dgn kemaksuman nabi?

  37. @faisaldanyani
    terimakasih mas, dari Abi Zar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya tentang jumlah para nabi, “Jumlah para nabi itu adalah seratus dua puluh empat ribu (124.000) nabi.” “Lalu berapa jumlah Rasul di antara mereka?” Beliau menjawab, “Tiga ratus dua belas (312)” Hadits riwayat At-Turmuzy. Setelah membaca hadits td, kita jg bisa bertanya knp nabi hanya ada 124rb org dan Rasul 312 org..??
    Atau knp penerus nabi Musa as dan nabi Isa as (hawariyyun) jg hanya 12 org? Pembatasan merupakan hak Allah mas.

    Sebetulnya, imam Mahdi lah yg mengemban tugas sbg imam akhir zaman, beliau ghaib krn Allah ingin melindungi beliau as dr kejaran musuh2 Islam dan Allah ingin menguji ummat apakah kita benar2 berpegang kpd Kitabullah dan itrah Rasul SAW sebagaimana yg telah disabdakan beliau SAW dlm hadits tsaqalain. Dan dalam kaghaiban beliau as, sesungguhnya kita dpt mengambil manfaat seperti kita mengambil cahaya matahari dr balik awan, itu pun kl kita meyakininya….

    Utk masalah kemaksuman imam2, mereka spt yg telah disebutkan dlm
    hadits tsaqalain bhw mereka tdk akan terpisah (Al Qur’an dan Itrah Rasul SAW) sampai berjumpa dgn Rasul SAW di telaga Haudh pd hari akhir nanti.
    Sy yakin semua sepakat bahwa Al Qur.an tidak ada kebatilan di dalamnya. Oleh krn itu, dengan tidak terpisahnya pegangan kedua dari al-Quran, maka hal ini menunjukkan bahwa pegangan kedua pun memiliki sifat non batil alias kemaksuman. Jika tidak, maka akan terjadi perpisahan antara al-Quran dan pegangan kedua saat terjadi kesalahan dan dosa atau segala bentuk kebatilan yg dilakukan itrah Rasul SAW. Inilah yang dinafikan oleh hadis secara jelas dan menjadi satu hal yang menunjukkan keterjagaan itrah (keluarga Rasul SAW) sebagai pegangan kedua dari segala noda dan dosa. Kita bs mengatakan bahwa Al Qur’an yg suci hanya dapat digandengkan dgn yg suci pula mas..
    terimakasih, moga2 agak menjawab

  38. Semoga SP panjang umur dan sehat walafiat. Semoga apa yang direncanakan berjalan lancar 🙂

  39. Salam. Mohon bertanya..adakah hukum mlkukan solat scra qasar ketka bermusafir eg: ke rumah mertua kurang dr 10hari itu hukumnye wajib….?

  40. wahabi saudi, tanduk setan dari nejd,.. mau bagaimanapun wahabi memang berbahaya

  41. akhlak dan aqidah sama2 penting.

  42. @SP

    Assalamu’alaikum,

    Sebetulnya sih maslah basi, dan gak perlu di bahas, cuman dikarenakan penasaran dan hanya ingin tau saja, maka kalau berkenan mohon Sdr SP jelaskan kedudukan hadis berikut (kalau gak berkenan ya gpp :))

    وقوله تعالى: { يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ } يعني: يوم القيامة، حين تبيض وجوه أهل السنة والجماعة، وتسودّ وجوه أهل البِدْعَة والفرقة، قاله ابن عباس، رضي الله عنهما4

    Ibnu Abbas berkata, “Yakni pada hari kiamat, ketika menjadi putih wajah-wajah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dan menjadi hitam wajah-wajah ahlul bid’ah dan perpecahan.”
    (Tafsiir Ibni Katsiir (II/92, cet. Daar Thayyibah) dan Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah)

    Syukron katsiron, salam damai

  43. Sebetulnya hadis yang dijadikan sandaran dalam akidah cukup hadis yang sahih saja tidak perlu mutawattir.Apabila sesutu perkara itu telah sabit berdasarkan kepada sesuatu hadis sahih maka maka sabitlah perkara itu sebagai ilmu yang zanni dengan berdasarkan kepada hadis tersebut dan wajib diterima serta jatuh hukum fasik kepada sesiapa yang menolak.Hanyasanya tidak bisa dikafirkan karena hukum kafir hanya bisa dijatuhkan keatas mereka yang menolak khabar yakin yaitu khabar mutawattir.Wallahu a’lam.

  44. Menurut saya maksud disucikan itrah RasuluLlah itu ialah tidak lain disucikan daripada:
    1)Harta zakat yang mana keturunan baginda diharamkan daripada menerima zakat yang mana zakat itu adalah dianggap daki dari harta kaum muslimin.
    2)Akhlak yang keji dan akidah yang batil.

    Namun ianya tetap tidak menolak kemungkinan bahawa keturunan baginda ada yang berbuat keliru dan tersilap di dalam sesetengah perkara.Jadi ayat al kisa tidak mengindikasikan kemaksuman mereka.

  45. @ilham othmany
    Apakah dalam comment ini, anda membedakan ataukah menyamakan antara keturunan Baginda Rasul dengan Ahlul Bayt (al kisa)?
    btw, anda bisa saja memiliki kesimpulan yang berbeda itu bukan masalah, tapi bagaimana perjalanan dicapainya kesimpulan, itulah yang penting untuk disampaikan dan diuji.

    salam.

  46. Bantahan kepada Secondprince yang mengaku sunni tetapi berguru dengan Syiah

    Secondprince:

    Tulisan ini kami buat dengan tujuan membantah syubhat yang dilontarkan orang yang mengaku dirinya Ahlus Sunnah tetapi sebenarnya ia mengidap penyakit khas salafy nashibi yaitu “syiahpobhia” [untuk selanjutnya kami sebut ia aswj]. Ia mengutip hadis-hadis Kisa’ yang kami tulis kemudian sok membantah kami dengan gaya bantahan terhadap Syiah.

    Bantahan kami:

    di permulaan artikelnya sudah tak perlu kami jelaskan lagi akidah melaknatnya, ia persis akidah syiah, mazhab Iblis, paling lucu ia katakan:

    ” sok membantah kami dengan gaya bantahan terhadap Syiah”

    kami katakan bahawa ia adalah kerana pembelaannya, adalah persis gaya pembelaan syiah, cuma ia berselindung dibalik nama aswj.

    Secondprince:

    Perlu kami ingatkan kepada pembaca yang terhormat bahwa kami bukanlah penganut Syiah. Kami berhujjah dengan hadis kisa’ semata-mata karena kecintaan kami kepada Ahlul Bait. Kami tidak mengusung mazhab tertentu, kami hanya menyampaikan kebenaran terlepas dari apakah kebenaran itu memihak mazhab tertentu atau tidak.

    Bantahan kami:

    Ini teknik penuntut ilmu yang penakut dalam berhujah iaitu enggan mendedahkan kaedahnya, agar nampak ia neutral dan adil, walhal ia berhujah gaya al rafidoh. Paling menggelikan ia mengaku, ia tidak mengusung mana-mana mazhab, teringat kami kata-kata dr. al butti berkenaan sosok sebegini.

    Secondprince:

    Perkara Syiah meyakini kemaksuman Ahlul Bait atau menjadikan itu sebagai akidah maka itu adalah urusan mazhab Syiah yang tidak ada sangkut pautnya dengan kami. Hadis kisa’ yang kami tulis adalah hujjah bagi kami sedangkan Syiah memiliki hujjah sendiri yaitu hadis-hadis kisa’ yang jumlahnya banyak dalam kitab-kitab mereka. Maka aneh dan nampak skizofrenik jika hadis yang kami tulis dibantah dengan bantahan terhadap Syiah.

    Bantahan Kami:

    Nampaknya jika Dajjal dibantu dengan Ya’juj Ma’juj, elok juga kita katakan mazhab rafidoh dibantu secondprice. Hadis Kisa’ yang dibantah adalah dari sudut konteks pendalilannya dalam isu akidah, syiah mendakwa bahawa ia layak digunakan isu akidah, maka kami bantah dan jelaskan mengapa ia tidak layak, tapi muncul pula seorang yg tidak bermazhab mengatakan kami membantah hadis-hadis nabi saw dalam konteks perbahasan manaqib. jelek sungguh..

    bersambung….

  47. Secondprince:

    Pada tulisan ini kami hanya akan membahas hadis-hadis yang dilemahkan dengan cara yang ngawur oleh aswj. Aswj menyatakan bahwa hadis kisa’ adalah hujjah kemaksuman ahlul bait di sisi Syiah dan menjadi akidah di sisi mereka. Maka kami katakan, kalau begitu apa urusannya dengan kami.

    Bantahan kami:

    Disini nampaknya org yg tidak bermazhab ini sekali lagi keliru, benarlah bebas mazhab merupakan bidaah terbesar bak kat al butti, kami jelaskan kepada pembaca sekelian, bahawa syiah menggunakan hadis dalam sunni utk perbahasan akidah, maka, automatis mereka mengatakan sunni mengabaikan hadis-hadis dalam kitab sendiri dalam membahaskan perkara-perkara akidah. paling kami heran soalannya, iaitu apa urusannya dengan kami, ya, hal ini mmg tiada urusan dengan orang yg tidak mempunyai mazhab.

    Secondprince:

    Hadis kisa’ di sisi kami adalah bukti bahwa ahlul bait adalah orang-orang yang disucikan oleh Allah SWT. Kesucian itu adalah keutamaan yang besar bagi mereka seiring dengan status mereka sebagai sumber pedoman bagi umat islam. Perkara anda aswj, sunni, salafy atau syiah atau siapa saja mau menyebut kesucian itu sebagai kemaksuman maka itu tidak ada sangkut pautnya dengan kami.

    bantahan kami:

    nampaknya orang yang tidak bermazhab ini sekali lagi terkeliru, kami jug amengalami masalah untuk memahami apa yang cuab ia sampaikan? kami tidak mahu menuduhnya sebagai rafidhoh, cuma apabila ada satu mazhab mengatakan kesucian itu kemaksuman dan sesiapa menolak kemaksuman itu adalah nashibi, dan mengikut standard mereka nashibi itu halal darahnya dan boleh dirampas hartanya, kenapa pula sosok tidak bermazhab ini mengatakan ayat yg melucukan ini:

    “kemaksuman maka itu tidak ada sangkut pautnya dengan kami.”

    Bersambung….

  48. @ aswj

    1. siapa aja yg ngata ‘kalau menolak kemaksuman itu adalah nashibi’?

    yg sebetulnya adalah ‘nashibi memang menolak kemaksuman itu’. lain kali pelajari kaedah logis yg benar ya Mas. jangan bikin malu sama kaum Salafy

    2. yah kalau anda sendiri mengakui diri anda adalah Nashibi, ngapaan anda masih selesa duduk di dalamnya deh?

  49. @aswj

    Maaf tolong kalau mau membantah yang substantif, jangan malah perkara ngeyelisme yang mau didiskusikan. Saya lihat bantahan anda gak ada satupun yang layak dibahas. Perkara anda membantah syiah maka itu urusan anda. Lihat saja dari semua tulisan di blog anda hanya tulisan pertama anda yang saya bantah karena dalam tulisan anda yang pertama itu yang mengkopipaste tulisan saya dan bukankah awal mulanya anda sendiri yang datang ke blog ini kemudian mempromosikan bantahan anda pada saya. Itu berarti anda menganggap saya sebagai Syiah yang masuk dalam bantahan anda. Nah saya luruskan bahwa saya bukan Syiah jadi bantahan anda terhadap Syiah ya gak kena jika dihantam ke saya. Perkara kebencian anda pada Syiah jangan dibawa-bawa disini. Silakan anda curhat berkasih sayang dengan para nashibi di ujung dunia sana. Salam :mrgreen:

  50. Quran itu kan suci dan perlu dipraktekkan oleh seorang figur spt para nabi yg jelas harus suci (maksum) pula shg antara ajaran AlQuran dan prakteknya persisi sama (istilah hadis Tsaqalain “tidak pernah terpisah). Apa setelah Nabi saw wafat engga lagi diperlukan figur2 yg maksum spt itu? Kalo tdk maka antara Quran dan prakteknya niscaya terpisah alias tdk sama. Dan menurut saya hal ini mustahil. Wajib ada figur2 yg maksum mutlak sampai Hari Kiamat.

  51. kutip boss iwanoel aka boss Jefry Rasyad
    “Wajib ada figur2 yg maksum mutlak sampai Hari Kiamat”
    siape aje boss nyang maksum ampe kiamat, minta nama ama alamatnye sekalian phon numbernye dong biar dikroscek nantinye, pan hebat ade orang nyang maksum di jaman eni

    mantabz!!! boss iwanoel aka boss Jefry Rasyad

Tinggalkan komentar