Keputusan Abu Bakar Yang Bertentangan Dengan Sunah Rasul SAW

Keputusan Abu Bakar Yang Bertentangan Dengan Sunah Rasul SAW

Pada masa pemerintahan Abu Bakar pernah disebutkan kalau ia menetapkan keputusan yang bertentangan dengan sunnah Rasul diantaranya soal pelarangan haji tamattu dan pembagian khumus. Telah diriwayatkan dengan sanad yang shahih bahwa Rasulullah SAW memberikan khumus kepada kaum kerabat Beliau SAW

حدثنا عبيد الله بن عمر بن ميسرة ثنا عبد الرحمن بن مهدي عن عبد الله بن المبارك عن يونس بن يزيد عن الزهري قال أخبرني سعيد بن المسيب قال أخبرني جبير بن مطعم أنه جاء هو وعثمان بن عفان يكلمان رسول الله صلى الله عليه و سلم فيما قسم من الخمس بين بني هاشم وبني المطلب فقلت يارسول الله قسمت لإخواننا بني المطلب ولم تعطنا شيئا وقرابتنا وقرابتهم منك واحدة فقال النبي صلى الله عليه و سلم ” إنما بنو هاشم وبنو المطلب شىء واحد ” قال جبير ولم يقسم لبني عبد شمس ولا لبني نوفل [ شيئا ] من ذلك الخمس كما قسم لبني هاشم وبني المطلب . قال وكان أبو بكر يقسم الخمس نحو قسم رسول الله صلى الله عليه و سلم غير أنه لم يكن يعطي قربى رسول الله صلى الله عليه و سلم ما كان النبي صلى الله عليه و سلم يعطيهم قال وكان عمر بن الخطاب يعطيهم منه وعثمان بعده

Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Umar bin Maisarah yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi dari Abdullah bin Al Mubarak dari Yunus bin Yazid dari Az Zuhri yang berkata telah mengabarkan kepadaku Sa’id bin Al Musayyab yang berkata telah mengabarkan kepadaku Jubair bin Muth’im bahwa ia bersama Utsman bin ‘Affan datang untuk berbicara kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang bagian seperlima [khumus] yang beliau bagikan diantara Bani Hasyim dan Bani Al Muththalib. Kemudian aku berkata “wahai Rasulullah, anda telah membagi untuk saudara-saudara kami Bani Al Muththalib, dan anda tidak memberikan [sesuatupun] kepada kami, padahal kerabat kami dan kerabat mereka bagi anda adalah satu”. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya Bani Hasyim dan Bani Muththalib adalah satu.” Jubair mengatakan Beliau tidak membagikan kepada Bani Abdusy Syams dan Bani Naufal dari seperlima tersebut sebagaimana beliau membagikan kepada Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Jubair berkata “Abu Bakar membagikan khumus sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membagikannya hanya saja ia tidak memberikan khumus kepada kaum kerabat [qurba] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan khumus kepada mereka”. Jubair berkata “dan Umar bin Al Khaththab memberikan kepada mereka [kerabat Rasul SAW] dari bagian tersebut begitu juga Utsman setelahnya” [Shahih Sunan Abu Dawud no 2978 dishahihkan oleh Syaikh Al Albani]

Keputusan Abu Bakar yang tidak memberikan bagian khumus kepada kerabat Rasulullah SAW [qurba] jelas menyalahi apa yang telah Rasulullah SAW lakukan. Rasulullah SAW justru memberikan bagian khumus kepada kaum kerabat Beliau SAW. Berbeda dengan Abu Bakar, diriwayatkan bahwa Umar dan Utsman memberikan bagian khumus kepada kaum kerabat Rasulullah SAW. Tidak diketahui apa alasan Abu Bakar menetapkan demikian hanya saja yang aneh bin ajaib adalah Abu Bakar sendiri pernah mengatakan kalau ia tidak akan meninggalkan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Abu Bakar mengatakan hal ini ketika ia menolak permintaan Sayyidah Fathimah soal fadak. Abu Bakar berkata

لست تاركا شيئا كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعمل به إلا عملت به، فإني أخشى إن تركت شيئا من أمره أن أزيغ

Aku tidak akan meninggalkan sesuatu yang dulu diperbuat oleh Rasulullah SAW kecuali aku akan melaksanakannya, Sesungguhnya aku khawatir menyimpang dari kebenaran bila aku meninggalkan sesuatu dari urusan Beliau [Shahih Bukhari no 2926]

Cukuplah dikatakan bahwa Abu Bakar keliru baik dalam soal fadak ataupun khumus. Dalam soal fadak kebenaran bersama Sayyidah Fathimah AS dan mengenai khumus sudah jelas bahwa kaum kerabat Rasulullah SAW [qurba] berhak mendapat bagian.

248 Tanggapan

  1. Yg namanya sahabat kan manusia juga, semoga kesalahan Abubakar diampuni Allah swt, amin. Pertamax 🙂

  2. Kalau membaca hadits2 yang disodorkan dlm blog ini. Saya ingin bertanya . Mengapa para SAHABAT hendak mempersembit ruang gerak serta reziki mereka ?
    Apakah perbuatan tersebut sesuatu yang WAJAR atau DHALIM ? Wasalam

  3. @yadi
    KESALAHAN itu ada macam.
    1. Karena lupa
    2. Karena tidak tahu
    3. Karena ijtihad
    4. Karena sengaja
    5.Karena drndam
    Kalau 1 s/d 3 masih bisa dimaafkan karena atau kebodohan. Tapi 4 dan 5 yaah………

  4. Sebaiknya kita hati2 dalam menilai riwayat dan pribadi sahabat Abubakar ini. Sepanjang yg sy ketahui, Abubakar termasuk sahabat yg menonjol kewaraannya yg sangat berhati-hati dalam mengambil kebijakan dalam kepemimpinannya, khususnya persoalan2 syar’i yg sdh pernah dianjurkan/dicontohkan dan persoalan2 yg pernah dilarang/tdk dicontohkan Nabi saw (berbeda dgn Umar & Utsman). Lagipula informasi ini bersifat sepihak bagi Abubakar. Sy lihat tidak ada kesempatan hak jawab bagi Abubakar 🙂 Adakah Abubakar mengakui atau pernah mengatakan & mengeluarkan perintah utk melarang memberikan khumus bagi kerabat Nabi saw?

    @SP
    Menurut sy, sesungguhnya mencari tau latar belakang kebijakan Abubakar yg tdk memberikan khumus bagi kerabat Nabi saw ini sangat penting 🙂 guna menguatkan kedudukan riwayat. Atau paling tidak ada 1-2 riwayat lain yg senada dgnnya.

    Bukan maksud sy utk membela-bela Abubakar lho. Hanya pribadi beliau saja yg agak bertentangan dgn riwayat ini. Tolong koreksi kalau sy keliru.

    Salam

  5. @armand
    Anda menghendaki penjelasan lebih lanjut mengenai riwayat tsb diatas. Saya coba memberikan penjelasan serta penulis2 yang mencantum dalam shahihnya.
    1.Dasar Rasul mengeluarkan khumus untuk keluarga beliau adalah Firman Allah dalam Surah Al Anfal ayat 41.
    Semua ulama sepakat bahwa Rasul SAW di masa hidupnya mengkhususkan satu bagian dari lima bagian KHUMUS untuk beliau dan satu bagian khusus untuk keluarga dekat beliau dan ketetapan ini tidak beliau rubah hingga wafatnya. Tindakan Rasul ini dibukukan oleh penulis berdasarkan riwayat dalam kitab2 tafsir mereka; Tafsir Al-Kasysyah 2/158 ; Fathur al-Qadir 2/295 ;Tafsir Al-Qurtubi 8/10 ; Tafsir ath-Thabari 10/4-5 ; ad-Durr al-Mantsur 3/185-186 ; Tafsir al-Manar 10/15-16 ; tafsir an-Nuburi (dlm at-Thabari 10) ; Ahkam Alqur’an oleh al-Jashshash 3/60 A ; Ahkam as-Sulthanyiah oleh al-Mawardi 168-171 dll.

    Dan kita Abu Bakar menjadi Khalifah maka ia gugurkan bagian Nabi dan Dzawi al-Qurba.
    Dapat dibaca dalam tafsir dalam kitab seperti tsb diatas (ibid)
    2. Riwayat membatalkan ZAKAT para MU’ALLAF
    Rasul mengeluarkan zakat untuk Mu’allah berdasarkan firman Allah dalm Surah At-Thaubah yat 60.
    Dan ketika Abubakar menjadi Khalifah para Mu’allaf datang meminta bagian mereka. Maka Abubakar menulis sepucuk surat kepada Umar b. Khattab. Setelah sampi ke Umar dan meminta hak mereka sambil menunjukan surat Khalifah, Umar menolak dan merobek surat Khalifah.
    Mereka lalu kembali ke Abubakar dan mengatakan:
    ” Sebenarnya yang sebagai Khalifah ini anda atau Umar?’ Abubakar menjawab : ” Dia Insya Allah ”
    Selanjut dan seterusnya Abubakar melaksanakan sesuai keputusan Umar.
    Terdapat dalam, Ad-Dimukrathyiah Abada 155 ; Syekh ‘Allamah Dawalibi dalam ushulnya 239 dan Al-Mughni oleh Ibnu Qudamah 2/526.
    Demikian penjelasan kami. Mudah2 bisa lebih mencerahkan.
    @SP
    Maaf saya mendahului Mas. Wasalam

  6. @chany

    Makasih tanggapannya. Bisakah mas menyodorkan ke sy isi salah tafsir di atas (Tafsir Al-Qurtubi atau Ath-Thabari)? Bagaimanapun kata2 (kutipan) mas “Dan ketika Abu Bakar menjadi Khalifah maka ia gugurkan bagian Nabi dan Dzawi al-Qurba. Dapat dibaca dalam tafsir dalam kitab seperti tsb diatas“, bagi sy, maaf, msh belum membantu utk membuktikan tindakan Abubakar yg menyalahi sunnah Nabi saw mengenai khumus.

    Salam

  7. @armand
    Anda bisa baca penjelasan dalam buku Dua Pusaka.
    Dan pengarang buku ini tidak akan berbohong atas kitab2 yang menjadi rujukannya.
    Agar anda lebih yakin benar tidak tertulis kata2 tsb diatas sebaiknya anda baca kitab2 tafsir tsb. Mungkin kalau saya jelaskan, anda aakan bertanya lagi cetakan mana kitab tsb atau kapan terbitan dan banyak pertanyaan lain. Jadi sarya sarankan anda cari sendiri banyak terdapat di toko buku.. Karena sudah jelas Kitabnya hal.amanya serta jilidnya. Salam Damai. Wasalam

  8. @chany

    Berdasarkan penjelasan SP, menurut saya mah Abubakar itu orang yg serakah, karena setelah menguasai kekhalifahan, maka fadak dan khumuspun dikuasainya.

    Wassalam

  9. Bukankah Abu Bakar dan Umar bin Khattab adalah orang pertama yg memberikan ucapan selamat kepada Imam Ali as pada peristiwa Al Ghadir? Tapi mengapa Abu Bakar bersedia dibaiat pada peristiwa di Saqifah Bani Saidah? Mengapa pula dia mewariskan kekhalifahan pada Umar bin Khattab? Bukankah apa yg dilakukannya ini merupakan kesalahan2 yg sangat fatal dan akhirnya membawa sebagian umat menyimpang dari apa yg telah diwasiatkan Nabi Agung Muhammad SAW?

  10. @yadi
    Bagaimana menurut pendapat anda, keteika khalifah Abubakar mengirim pasukan ke Yaman dan menyerang penduduk disana dengan alasan tidak membayar ZAKAT? Yang mengakibat ratusan mukmin meninggal dan 300 penghapal Alqur’an meninggal. Wasalam

  11. saya merasa diskusi ini terdiri dari teman2 se aliran saja yg berani mengkritisi sejarah kehidupan sahabat Nabi saw. saya berharap ada pembaca lain yg mau membela pribadi sahabat mulia yg lagi dikritisi ini.
    mana suara bakriyah dan umariyah ? supaya diskusi agak hangat………….monggo…………

  12. @fuad
    Ah anda ini macam2 aja. Mana mereka berani muncul. Sudah kehabisan bahan. Kalau berdiskusi bukan mempergunakan asumsi tapi nash mungkin tidak kehabisan bahan. Wasalam

  13. @fuad
    Mungkin mereka teringat dengan hadits Rasulullah:

    “Innama buistu liutammima makarimal akhlaq”

    Salam damai.

  14. @all..

    Sorry banget, tapi kayaknya ada miss link deh dalam artikelnya…
    Coba deh dibaca-baca lagi tentang bab khumus ini dalam kitab2 Fiqh…

    Semoga Allah merahmati mertua Rasulullah, Abu Bakar ash-Shidiq radhiyallaahu’anhu.
    Amin.

  15. @chany

    Betapa kejam dan jahatnya Abubakar sebagai khalifah mengirim pasukannya untuk membunuh orang yg tidak membayar zakat, sehingga ratusan Mukmin dan 300 penghapal Al Qur’an meninggal dunia. Sungguh telah keliru pemahaman orang2 yg memuliakannya. Yg menjadi pertanyaan kenapa hal tsb bisa terjadi?

    Wassalam

  16. @Yadi
    Pada kekhalifaan Abubakar kata Murtad menjadi alasan penyerangan suatu suku.
    Di Hadramaut ada suku yang tidak mau membayar zakat ke Madinah karena mereka menolak Abubakar sebagai Khalifa dan mereka tidak pernah membbaiat kepada Abukar.
    Mereka mengatakan Zakat yang mereka ambil adalah dari orang2 kaya dari suku mereka dan akan diberikan pada fakir miskin suku mereka.
    Karena mereka menolak membayar zakat maka Khalifa Abubakar mencap mereka MURTAD dan harus diperangi. Dan pasukan yang pergi adalah mereka yang hidup bersama Rasul dan menghapal Alqur’an.. Danpenyerbuan ini terkenal dengan Perang Raddah
    Silahkan baca buku brjudul:” Sejarah Islam” yang ditulis Rasul Ja’farian trbitan Lentera bab Khalifah Abubakar. Wasalam

  17. @yadi/chany

    Bagaimana sikap kita thd riwayat mengenai kebijakan abubakar sejatinya meniru sikap yg diambil oleh Imam Ali, ahlulbaytnya atau dzuriat ahlulbaytnya. Kadang apa-apa yg kita anggap keterlaluan, buruk, zalim mengenai pribadi seorang sahabat berbeda dgn anggapan atau pandangan para imam yang mulia.

    Contoh yg mudah adalah riwayat mantan presiden ke-2 kita, Jendral Soeharto. Bagaimana penilaian kita thd kebijakan2 yg ia ambil semasa memerintah kiranya kita sdh mahfum. Tapi kenyataannya tetap menunjukkan tdk sedikit para habaib dan para ulama yg memandang baik kepadanya serta mendoakan keselamatannya, baik ketika ia msh hidup maupun setelah ia meninggal.

    Mengenai pengiriman pasukan dan pembunuhan yg dilakukan pada masa pemerintahan abubakar thd sebuah kaum di Hadramaut ini sy pribadi menilai hal yg sama dgn mas berdua, namun sejatinya penilaian dan sikap kita harus langsung merujuk kepada sikap dan penilaian mereka para imam yang mulia. Adakah mas berdua memiliki riwayat bagaimana sikap dan penilaian para imam mengenainya? Jika ada mohon bisa disharing di sini. Jika ada pengecaman oleh mrk thd kebijakan Abubakar ini, maka sy dgn berlega hati menyampaikan sikap sy.

    Salam

  18. @fuad

    Agar lebih hangat 🙂 , sy coba tanggap komen dari sdr @pemburu ilmu di 4-Mei

    Bukankah Abu Bakar dan Umar bin Khattab adalah orang pertama yg memberikan ucapan selamat kepada Imam Ali as pada peristiwa Al Ghadir?

    Ya, mrk berdua termasuk orang yg bersegera (tdk menentang) yg memberikan ucapan selamat.

    Tapi mengapa Abu Bakar bersedia dibaiat pada peristiwa di Saqifah Bani Saidah?

    Pertanyaan “mengapa” thd Abubakar ini pada hakikatnya hanya Abubakar dan orang2 dekatnya yg mengetahui. Kita yg hidup di jaman setelahnya hanya bisa menduga2. Baik itu dugaan buruk maupun dugaan baik. Namanya saja dugaan, ia bisa salah bisa juga benar. Jika kita menduga yang baik thd tindakan Abubakar ini maka jika pada akhirnya keliru, Insya Allah prasangka baik kita mendapat nilai tersendiri di hadapan Allah swt. Bukankah para Imam ahlulbayt dan dzuriatnya, yakni para Habib jg berprasangka baik kepada Abubakar?
    Sebaliknya jika menduga yg buruk namun kemudian ternyata dugaan kita keliru, maka prasangka buruk kita pada akhirnya merugikan kita sendiri. Terpulang kepada kita masing-masing, dugaan mana yang akan kita ambil.

    Dugaan buruk yg bisa muncul thd prilaku Abubakar yg mengambil alih kekhalifahan di antaranya yg sering sy dengar adalah karena tdk ingin dipimpin oleh orang yg lebih muda (Imam Ali), memutuskan tali kepemimpinan dari keluarga Nabi karena dikhawatirkan kekhalifahan Islam secara turun-temurun akan dipegang terus oleh keluarga Nabi, nafsu ingin berkuasa, ada hasut di hati thd kemuliaan Imam Ali yg tdk ditunjukkan ketika Nabi saw msh hidup, dll. Masing2 dgn argumen2 dan dalil yg menguatkan.

    Dugaan baik yg bisa muncul thd prilaku Abubakar, yg mungkin tdk pernah terpikirkan adalah; Abubakar ingin mencegah timbulnya permusuhan antara umat Muhammad saw dgn Imam Ali (ahlulbayt Nabi saw). Setelah kepergian Nabi saw, Abubakar kemungkinan menyaksikan mayoritas umat berkeberatan dgn kepemimpinan Imam Ali dan ia melihat akan terjadi pertikaian antara umat jika dibiarkan Imam Ali menjadi khalifah. Dengan umur Islam yg sangat muda, beliau “terpaksa” mengambil tindakan ini.
    Dugaan ini sy munculkan karena:

    (1) Hanya sedikit sekali dari umat Muhammad saw saat itu (dalam satu riwayat disebutkan tdk mencapai 40 orang) yg tetap mendukung Imam Ali sebagai khlaifah dan tdk bersedia membaiat Abubakar. Itu artinya mayoritas tdk setuju jika Imam Ali sebagai khalifah.
    Ini sy kira telah diisyaratkan dalam surah Al-Maidah: 67 yg bagi kita telah mahfum maknanya.

    (2) Apa yg melatarbelakangi Imam Ali ketika setelah 6 bulan beliau bersedia membaiat seadalah demi menjaga keutuhan umat. Karena bila ketidakmembaiatannya diteruskan, ia melihat akan terjadi pertikaian antara umat sendiri. Jika alasan ini bisa diterima, maka secara logika alasan yg mungkin diambil oleh Abubakar yg sy komen di atas mestinya jg bisa dipahami.

    Wallahu a’lam.

    Mengapa pula dia mewariskan kekhalifahan pada Umar bin Khattab?

    Ini kemungkinannya adalah sebuah keterlanjuran. Abubakar meilhat Umar memiliki pandangan yg mirip dgnnya bagaimana cara menangani umat dan ia melihat semasa pemerintahannya selama kurang lbh 2 tahun, umat msh menunjukkan keberatannya thd kepemimpinan Imam Ali serta lebih condong kepada Umar bin Khattab. Wallahu a’lam.

    Bukankah apa yg dilakukannya ini merupakan kesalahan2 yg sangat fatal

    Bagi yang berprasangka baik tdk akan menyimpulkan demikian. Bahkan fatal dan tdk pun hanya kesimpulan pribadi dgn tendensi yg sangat kuat.

    ….dan akhirnya membawa sebagian umat menyimpang dari apa yg telah diwasiatkan Nabi Agung Muhammad SAW?

    Wasiat apa yg mas maksud? Berpeganglan kepada kitabullah dan itrati ahlulbayti?
    Bukankah sekarang itrati ahlulbayt msh yg terdepan dan msh menjadi sumber ilmu dan pengetahuan? Lihat saja di Indonesia, bagaimana para Habib yang mulia selalu menjadi yang terdepan dalam dakwah dan sumber ilmu pengetahuan?

    Salam

  19. @armand
    Saya ingin kembali bertanya. Apakah para sejarahwan berbohong dalam penulisannya. Kalau anda katakan mungkin, maka kita belum bisa percaya setiap penulisan sejarah dan juga perawi Hadits. Berarti Masa lalu Islampun akan diragukan. Tetapi apabila anda mengakui kebenaran yang mereka tulis karena penulis2 tsb dapat dipercaya, maka saya ingin bertanya apakah perbuatan Khalifah BUKAN perbuatan yang DHALIM.?

  20. @chany

    Sebenarnya tdk penting bagaimana penilaian sy terhadap kebijakan Abubakar semasa ia memerintah. Karena ini menyangkut hal yg syubhat, sy ingin menggantungkan saja penilaian sy kepada manusia-manusia suci yg kita teladani. Bukankah manusia-manusia suci para imam ahlulbayt telah kita ikrarkan sebagai panutan kita? Nah sepanjang pengetahuan sy, tidak ada dari para imam ahlulbayt menyatakan dhalim, jahat, thd apa yg diperbuat oleh Abubakar. Jika mas-mas memiliki riwayat imam ahlulbayt mengatakan spt yg mas katakan, maka tolong disharing.

    Penilaian yg kita keluarkan dan sikap kita thd penilaian ini bisa berpotensi keluar dari thariqah para imam yang suci.
    Bagaimana berbahayanya hal ini telah dicontohkan kepada kita, bila kita mau mengambil i’tibar, yakni berpalingnya para pengikut Ali terhadap Imam Ali as karena penilaian yang berbeda terkait dengan masalah tahkim atau hakamiyah setelah perang Shiffin antara Imam Ali dan Muawiyyah. Yang kemudian mereka dikenal dgn Khawarij.

    Semoga dapat dipahami.

    Salam

  21. @armand
    1. Imam Ali as enam bulan baru mmbaiat Abubakar. Mengapa? Kalau benar Imam Ali SETUJU tentu langsung ia membaiat. Itu tanda PROTES orang SUCI beda dengan KITA.
    2. Imam Husein as BERKORBAN demi menentang ke DHALIMAN
    3. Imam Zaid b. Muhammad Bagir. Mengankat senjata menentang ke DHALIMAN. Apakah kita menyontoi mereka.
    Oleh karena itu pertanyaan saya tadi, apakah perbuatan Khalifah tadi dhalim atau bukan. Saya tidak akan komentar disini apa yang diucapkan Sayidati Fatimah.
    Saya rasa cukup penjelasan saya. Anda minta kita menyontoi Ahlibait dan para Imam. Kita tidak mampu menentang ke Dhaliman seperti para Ahlulbait dan para Imam perbuat . Wasalam

  22. @chany

    Dgn alasan tidak membayar zakat, maka suatu suku dianggap murtad. Maka tidak heran pemahaman seperti ini masih saja diikuti oleh para pencinta Abubakar hingga kini, malah yg lebih parah lagi apabila tidak sama mazhabnya dianggap sesat/kafir. Ternyata pemahaman seperti ini telah ada semenjak khalifah Abubakar.

    @armand

    Pengaruh kekuasaan sungguh sangatlah besar kepada pemahaman (mazhab), karena dgn kekuasaan banyak para Ulama/Habaib menjadi penjilat penguasa. Utk penjelasan anda selanjutnya saya memahaminya, banyak hikmah yg diambil didalamnya.

    Wassalam

  23. @armand
    Ada tambahan
    Dalam menegakan/menjalankan NAHI MUNGKAR kewajiban kita adalah menentang/menegakkan dengan cara sbb:
    Pertama dengan perlawanan FISIK, apabila tidak mampu dengan KATA-KATA, tidak mapu lagi dengan DIAM, tidak mampu lagi dengan MENGHINDAR.
    Yang mana dari saya sebut diatas mapu kita laksanakan silahkan laksanakan. Salam damai .Wasalam

  24. @chany

    1. Imam Ali as enam bulan baru mmbaiat Abubakar. Mengapa? Kalau benar Imam Ali SETUJU tentu langsung ia membaiat. Itu tanda PROTES orang SUCI beda dengan KITA.

    Mas mau bilang apa, sy tdk paham. 🙂

    2. Imam Husein as BERKORBAN demi menentang ke DHALIMAN

    Ya karna memang pantas hal itu bagi Yazid bin Muawiyyah. Sy kira tdk ada yg menentang atas apa yg dilakukan oleh Imam Husein as, kecuali mrk pencinta Yazid.

    3. Imam Zaid b. Muhammad Bagir. Mengankat senjata menentang ke DHALIMAN. Apakah kita menyontoh mereka.

    Pada saat itu, jika kita anggap Zaid b. Muhammad Al-Bagir sebagai imam, maka wajib bagi kita mengikuti langkahnya. Namun pilihan lainnya adalah mengikuti imam Ja’far Shadiq yg berbeda pandangan dgn Imam Zaid.

    Oleh karena itu pertanyaan saya tadi, apakah perbuatan Khalifah tadi dhalim atau bukan. Saya tidak akan komentar disini apa yang diucapkan Sayidati Fatimah.

    Saya rasa cukup penjelasan saya. Anda minta kita menyontoi Ahlibait dan para Imam. Kita tidak mampu menentang ke Dhaliman seperti para Ahlulbait dan para Imam perbuat . Wasalam

    Maaf yg ini sy jg tdk paham 🙂

    Ada tambahan

    Dalam menegakan/menjalankan NAHI MUNGKAR kewajiban kita adalah menentang/menegakkan dengan cara sbb:
    Pertama dengan perlawanan FISIK, apabila tidak mampu dengan KATA-KATA, tidak mapu lagi dengan DIAM, tidak mampu lagi dengan MENGHINDAR.
    Yang mana dari saya sebut diatas mapu kita laksanakan silahkan laksanakan. Salam damai

    Kalau sy begini. Jika ia berlaku pada masa para imam, maka penafsiran kezaliman sy serahkan kepada mrk, dan sy beri’tikad mengikuti apa pun yg mrk tetapkan dan putuskan, apapun sikap yg mrk keluarkan. Tidak peduli bagaimana penilaian sy pribadi.

    Jika ia berlaku dimasa sekrg dan ada dzuriat (itrah) ahlulbayt yg kita anggap sebagai guru, maka penilaian kezaliman dan sikap sy, sy serahkan pula kepada beliau.

    Jika ia berlaku dimasa sekrg dan tdk ada dzuriat ahlulbayt yg kita anggap sebagai teladan, maka sy kira baru berlaku apa yg mas paparkan di atas.

    Salam

  25. @ armand

    Nah sepanjang pengetahuan sy, tidak ada dari para imam ahlulbayt menyatakan dhalim, jahat, thd apa yg diperbuat oleh Abubakar. Jika mas-mas memiliki riwayat imam ahlulbayt mengatakan spt yg mas katakan, maka tolong disharing.

    kalo hadits ini bgmn mas…armand

    Dari Aisyah, Ummul Mukminah RA, ia berkata “Sesungguhnya Fatimah AS binti Rasulullah SAW meminta kepada Abu Bakar sesudah wafat Rasulullah SAW supaya membagikan kepadanya harta warisan bagiannya dari harta yang ditinggalkan Rasulullah SAW dari harta fa’i yang dianugerahkan oleh Allah kepada Beliau.[Dalam riwayat lain :kamu meminta harta Nabi SAW yang berada di Madinah dan Fadak dan yang tersisa dari seperlima Khaibar 4/120] Abu Bakar lalu berkata kepadanya, [Dalam riwayat lain :Sesungguhnya Fatimah dan Abbas datang kepada Abu Bakar meminta dibagikan warisan untuk mereka berdua apa yang ditinggalkan Rasulullah SAW, saat itu mereka berdua meminta dibagi tanah dari Fadak dan saham keduanya dari tanah (Khaibar) lalu pada keduanya berkata 7/3] Abu Bakar “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “Harta Kami tidaklah diwaris ,Harta yang kami tinggalkan adalah sedekah [Sesungguhnya keluarga Muhammad hanya makan dari harta ini, [maksudnya adalah harta Allah- Mereka tidak boleh menambah jatah makan] Abu Bakar berkata “Aku tidak akan biarkan satu urusan yang aku lihat Rasulullah SAW melakukannya kecuali aku akan melakukannya] Lalu Fatimah binti Rasulullah SAW marah kemudian ia senantiasa mendiamkan Abu Bakar [Ia tidak mau berbicara dengannya]. Pendiaman itu berlangsung hingga ia wafat dan ia hidup selama 6 bulan sesudah Rasulullah SAW. Ketika Fatimah meninggal dunia, suaminya Ali RA yang menguburkannya pada malam hari dan tidak memberitahukan kepada Abu Bakar. Kemudian Ia menshalatinya. (Kitab Mukhtasar Shahih Bukhari oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani jilid 3 hal 608 dengan no hadis 1345 terbitan Pustaka Azzam Cetakan pertama 2007 dengan penerjemah :Muhammad Faisal dan Thahirin Suparta.)

  26. Pendapat Imam Ali as..terhadap Khalifah Abu bakarr dlm versi Khalifah Umar ibn khattab
    begini haditsnya..

    :

    فلما توفي رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم قال أبو بكر: أنا وليُّ رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم، فجئتما تطلب ميراثك كن ابن أخيك و يطلب هذا ميراث إمرأته من أبيها فقال أبو بكر: قال رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏قال: ما نورث ما تركنا صدقة! فرأيتماه كاذبا آثما غادرا خائنا والله يعلم أنه فيها صادق بار راشد تابع للحق …..

    “… Dan ketika Rasulullah saw. wafat, Abu Bakar berkata, ‘Aku adalah walinya Rasulullah, lalu kalian berdua (Ali dan Abbas) dating menuntut warisanmu dari anak saudaramu dan yang ini menuntut bagian warisan istrinya dari ayahnya. Maka Abu Bakar berkata, ‘Rasulullah saw. bersabda: “Kami tidak diwarisi, apa- apa yang kami tinggalkan adalah shadaqah.”, lalu kalian berdua memandangnya sebagai pembohong, pendosa, penipu dan pengkhianat. Demi Allah ia adalahseorang yang jujur, bakti, terbimbing dan mengikuti kebenaran. Kemudian Abu Bakar wafat dan aku berkata, ‘Akulah walinya Rasulullah saw. dan walinya Abu Bakar, lalu kalian berdua memandangku sebagai pembohong, pendosa, penipu dan pengkhianat…. “ (HR. Muslim, Kitab al Jihâd wa as Sair, Bab Hukm al Fai’,5/152)

    kalo sudah begini..bagaimana sikap kita mas @ armand..

  27. “Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya”, tapi setelah rasul meninggal, Ali nda boleh ngapa-ngapain alias “pintunya” ditutup, trus ngambil ilmunya lewat mana dong? lewat genteng ya…? maling donk

  28. @armand
    Anda katakan kita harus menyontoi Imam Ali as dan para Imam Lain as.
    Saya berikan contoh bahwa mereka tidak pernah KOMPROMI dengan ke DHALIMAN.
    Dan DHALIM tidak mengenal waktu apakah itu zaman Imam Ali as atau sekarang DHALIM tetap DHALIM.
    Siapapun yang berbuat DHALIM maka semampu kita untuk mencegah. Jangan terlalu bertoliransi sehingga jadi SEKULER.
    Salam damai. Wasalam

  29. @armand
    tahukah anda knp ummat ini terpecah belah,yg pd dasarnya sebenarnya ummat ini satu.
    ini dikarnakan masing2 dgn hawa nafsunya merasa bhw dirinya lebih baik,n lebih pantas utk menjadi pemimpin ummat ini.
    klu anda merasa sejarah yg lalu msh dlm ketidak pastian
    (kt anda:”Kita yg hidup di jaman setelahnya hanya bisa menduga2.”).
    coba anda analogikan dgn akal,knp ummat ini menjd terpecah belah,saling membenci n membunuh.n merasa dirinya adalah murni pembw sunnah rosul.
    dgn analogi akal yg sy berikan,tentunya kita mengetahui, bahwa awal terjadinya perpecahan ummat ini adalah ketika wafat nya rosul,ummat tdk berpegang kpd alquran n ahlulbait.
    yaitu mereka tdk berpegang kpd imam ali,sebagai khalifah rosul.
    Akibat dr semua ke adaan yg ada ini,dari mulai saqifah,terbunuhnya imam ali,imam husein n terbunuhnya ummat2 terbaik,hingga terpecah belahnya ummat ini. ini adalah dikarnakan mereka yg awalnya menentang allah n rosulnya dlm hal khalifah.
    Anda bisa bayangkan,akibat dr semua ini ternyata dikarnakan 2 orang ini.
    masihkah kita membela keduanya,sedang akibat dr apa yg diperbuat oleh mereka korban yg terbesar adalah penganiyayaan n pembunuhan atas ahlulbait manusia pilihan dunia n akhirat

  30. @armand
    sy ingat betul ucapan @sp dan sy anggap ini kalimat yg sangat istimewa
    “perkataan baik yg ditujukan utk kebathilan”

  31. @armand
    Terima kasih atas tanggapannya. Saya tertarik dg poin bung Armand yg ini :

    — “Dugaan baik yg bisa muncul thd prilaku Abubakar, yg mungkin tdk pernah terpikirkan adalah; Abubakar ingin mencegah timbulnya permusuhan antara umat Muhammad saw dgn Imam Ali (ahlulbayt Nabi saw). Setelah kepergian Nabi saw, Abubakar kemungkinan menyaksikan mayoritas umat berkeberatan dgn kepemimpinan Imam Ali dan ia melihat akan terjadi pertikaian antara umat jika dibiarkan Imam Ali menjadi khalifah. Dengan umur Islam yg sangat muda, beliau “terpaksa” mengambil tindakan ini.”—

    Benar, mayoritas umat saat itu tdk menghendaki kepemimpinan Imam Ali as. Bermacam-macam dalih yg mereka kemukakan, dan jelas mereka tdk menggubris wasiat Nabi SAW yg termaktub dlm hadis Tsaqalain. Tapi juga perlu digaris bawahi bahwa mereka juga tdk menghendaki Abu Bakar atau Umar. Bahkan Kaum Anshar berniat memilih pemimpin dari kaum mereka sendiri. Sempat terjadi kegaduhan dan ketegangan di Saqifah. Lalu dg “kepiawaian dan pengaruhnya”, Umar berhasil membelokkan pendapat mayoritas utk memilih Abu Bakar. Dan Abu Bakar menerima jabatan khalifah yg dia dan Umar mengerti bahwa sebenarnya itu adalah sepenuhnya hak Imam Ali as.

    Pertanyaan saya : Mengapa Umar atau Abu Bakar tdk menggunakan “kepiawaian dan pengaruhnya” agar umat memilih orang yang benar2 berhak yaitu Imam Ali as? Bukankah mereka bisa menggunakan “kepiawaian dan pengaruhnya” agar umat memilih Abu Bakar yg sebelumnya umat jg tdk menghendakinya? Mengapa mereka memakai busana kekhalifahan utk mereka sendiri yg tdk punya hak utk itu? Benarkah dalam hal ini Abu Bakar bertujuan utk mencegah perpecahan umat ? Dg jalan menyingkirkan org yg berhak dan mengambilnya utk dirinya sendiri?

    Tentang pendapat Imam Ali as tentang kekhalifahan Abu Bakar, berikut saya kutipkan dari salah satu Khotbahnya yg terkenal, Asy-Syiqsyiqiyyah:

    Demi Allah, putra Abu Quhafah (Abu Bakar) membusanai dirinya dengan (kekhalifahan) itu, padahal ia pasti tahu bahwa kedudukan saya sehubungan dengan itu adalah sama dengan kedudukan poros pada penggiling. Air bah mengalir (menjauh) dari saya dan burung tak dapat terbang sampai kepada saya. Saya memasang tabir terhadap kekhalifahan dan melepaskan diri darinya.

    Kemudian saya mulai berpikir, apakah saya harus menyerang ataukah menanggung dengan tenang kegelapan membutakan dan azab, di mana orang dewasa menjadi lemah dan orang muda menjadi tua, dan orang mukmin yang sesungguhnya hidup di bawah tekanan sampai ia menemui Allah (saat matinya). Saya dapati bahwa kesabaran atasnya lebih bijaksana. Maka saya mengambil kesabaran, walaupun ia menusuk di mata dan mencekik di kerongkongan. Saya melihat perampokan warisan saya sampai orang yang pertama menemui ajalnya, tetapi mengalihkan kekhalifahan kepada Ibnu Khaththab sesudah dirinya. Dst…dst.

    Sumber : http://www.al-shia.org/html/id/books/nahjol-balahgee/khotbah/003.htm

    —“Wasiat apa yg mas maksud? Berpeganglan kepada kitabullah dan itrati ahlulbayti?
    Bukankah sekarang itrati ahlulbayt msh yg terdepan dan msh menjadi sumber ilmu dan pengetahuan? Lihat saja di Indonesia, bagaimana para Habib yang mulia selalu menjadi yang terdepan dalam dakwah dan sumber ilmu pengetahuan?”—

    Benar. Saya katakan ada sebagian umat yg menyimpang dari wasiat Nabi SAW, tidak semuanya. Tentunya ada sebagian umat yg berpegang teguh dg wasiat Nabi saw kan?

  32. @Pemburu ilmu
    Karena anda pemburu ilmu saya yakin anda betul2 meneliti sejarah terbentuk Khalifa. Terutama pembetukan khalifah di Saqifah dan menempatkan Abubakar sebagai Kahlifah.
    Pertanyaan saya adalah mengapa kalau mereka benar2 TAAT pada Allah dan Rasulullah SAW, tidak menunggu sampai selesai penguburan Rasul.? Mengapa mengambila kesempatan dengan tidak hadir Bani Hasyim? Wasalam

  33. Wah…wah…repot jg jadi “sunni” ya? :mrgreen:
    Jawaban sy di bawah sebatas pengetahuan yg sy miliki. Mohon dikoreksi karena sangat mungkin mengandung kekeliruan.

    @Bob

    Ya mas riwayat sayyidatina Fatimah marah kepada Abubakar itu sy ketahui memang diakui kevalidannya oleh semua kalangan, hanya penafsirannya saja yg berbeda.

    Ada beberapa point penting di sini yg bisa kita pertimbangkan bagaimana kemudian mensikapi Abubakar atas apa yg telah diperbuatnya thd puteri tercinta Nabi saw, dgn dasar pemikiran adalah sayyidatina Fatimah, ahlulbayt Nabi saw, sebagai manusia yg dijamin kesucian dan kebenarannya tdk mungkin keliru bersikap, sementara Abubakar yg tdk maksum bisa saja keliru dalam sikap dan perbuatannya. Sy pribadi (mohon maaf jika keliru) tdk menyangkal bahwa dari perselisihan ini Abubakar berada dalam posisi yg salah karena telah membantah dan menolak hujjah dan permintaan sayyidatina Fatimah sehingga menimbulkan kemarahan beliau as. Sebagaimana kita ketahui Nabi saw pernah mengatakan “Fatimah adalah bagian dari diriku, barangsiapa yang membuatnya marah, ia telah membuatku marah”

    Point2 yg saya maksud adalah;

    (1) Sebagai seorang yg tdk maksum dan berbeda derajatnya dgn ahlulbayt Nabi saw, bukan sesuatu yg mengherankan bila Abubakar mampu menyalahi sayyidatina Fatimah. Memojokkan dan mencerca Abubakar bahkan menjudge beliau ra dgn lebel2 yg buruk sesungguhnya mengisyaratkan ketidakpahaman kita bagaimana berbedanya kedudukan Abubakar dgn sayyidatina Fatimah. Pencercaan dan penistaan kepada pribadi Abubakar dari sementara orang, sy lihat pada intinya bertujuan utk merendahkan kedudukannya dan sekaligus baik sengaja maupun tdk, ingin meninggikan kedudukan sayyidatina Fatimah orang yg diselisihinya, yang ini sama artinya menempatkan derajat sayyidatina Fatimah pada derajat yg sama dgn Abubakar . Nah, jika kita sdh meyakini bahwa sayyidatina Fatimah memiliki derajat yg tinggi yg berbeda dgn Abubakar, bukankah pada hakikatnya pencercaan ini tdk ada artinya? Toh tanpa dipojokkan dan dicerca derajat keduanya masing2 tetap tdk berubah? Buat apa coba, kecuali nafsu & fanatisme yg telah keluar jalur? Wallahu a’lam.

    (2) Sikap marah yg muncul dari sayyidatina Fatimah apakah berlanjut dgn pencercaan dan penistaan thd pribadi Abubakar oleh sayyidatina Fatimah? Sepanjang yg sy ketahui tidak. Kita saja jaman skrg yg bermulut usil dan kotor mencerca dan menista Abubakar dgn dalih marahnya Fatimah. Padahal tdk ada kan contohnya. Jika kita ingin mencontoh sayyidatina Fatimah, maka contohlah marah beliau dgn berdiam diri selama 6 bulan tanpa pencercaan dan penistaan. Kita ini jaman skrg sdh berapa bulan marah pada Abubakar coba? 🙂
    Kita suka menilai dan berkesimpulan dgn alur2 logik kita padahal alur logika bisa saja keliru dan tdk sejalan dgn alur logika dan sikap dari ahlulbayt Nabi saw.

    (3) Bagaimana kemudian sikap Imam Ali as menghadapi peristiwa ini adalah menjadi bagian penting. Begitu pula peristiwa-peristiwa yg mengikutinya. Apakah Imam Ali membenci Abubakar dan mencerca, menista serta memberikan label2 yg buruk kepada Abubakar? Yang sy ketahui malah Imam Ali as tdk hijrah dan tetap memberikan nasehat-nasehat beliau saat dibutuhkan. Jika kita menggunakan logika, maka jika beliau tdk setuju dgn kekhalifahan Abubakar dan membencinya, maka beliau mestinya hijrah dan tdk bersedia bila dimintai bantuannya sama seperti sikap junjunggannya Muhammad saw yg hijrah ketika menghadapi kaum Qurays Makkah. Wallahu a’lam.

    (4) Pencercaan & penistaan thd pribadi tokoh yg sangat dihormati oleh sebuah kelompok lain hanya akan menimbulkan permusuhan yg tdk berkesudahan yang akirnya memutuskan ikatan ukhuwah. Bukankah Nabi saw sangat menganjurkan ukhuwah? Dan bagaimana kecintaan beliau thd umatnya sdh sangat jelas. Bukankah keputusan Imam Ali as utk membaiat Abubakar tujuannya adalah semata-mata demi kelangsungan umat Muhammad saw dan menjaga ukhuwah? Sebuah kesabaran yg sangat luar biasa serta keputusan yg berat dan agung, namun lihatlah, kita yg mengaku sebagai pengikut Imam Ali as malah memutuskan ikatan ini? Ah, sy jadi prihatin dgn hal ini.

    Demikian mas tanggapan sy. Mohon maaf jika tdk berkenan. Semoga Imam Ali as dan sayyidatina Fatimah as memberikan petunjuk bagaimana kita bersikap yg semestinya. Shalawat dan salam kepada mereka berdua manusia-manusia suci.

    Salam

  34. @Bob

    Seperti yg mas katakan, riwayat HR. Muslim, Kitab al Jihâd wa as Sair, Bab Hukm al Fai’,5/152 itu adalah versi Umar bin Khattab, jadi bukan ucapan yg keluar dari mulut Imam Ali as langsung.

    Perkataan “…..lalu kalian berdua memandangnya sebagai pembohong, pendosa, penipu dan pengkhianat” menurut sy adalah bagian ucapan seseorang yg dipenuh perasaan bersalah. Apakah hal itu menunjukkan bahwa Imam Ali as dan Abdullah bin Abbas jg berpandangan spt itu terhdp Abubakar dan Umar? Sy yakin tidak. Prasangka buruk menghinggapi pikiran Imam Ali as?

    Salam

  35. @chany, di/pada Mei 8, 2010 pada 7:42 am

    Berkompromi dgn kezaliman? Sy kadang kurang mengerti komen mas maunya apa 🙂

    Apakah menurut mas Abubakar mengambil kekhalifahan adalah zalim? Lalu mengapa Imam Ali as kemudian bersedia membaiat? Apakah kemudian Imam Ali as menjadi sekuler?

    Apakah menurut mas Muawiyyah zalim? Lalu mengapa Imam Ali as bersedia mengadakan perundingan dan berkompromi? Serta mengapa Imam Hasan as bersedia berdamai dgn Muawiyyah? Apakah kemudian Imam Hasan as menjadi sekuler?

    Salam

  36. @armand
    Apa yang dilansir oleh pemburu ilmu menunjukan komentar anda hanya merupakan DUGAAN tanpa Nash. Kita berbicara agar tidak merupakan pendapat sendiri harus dengan NASH. Se-tidak2nya bukti sejarah.
    Ada beberapa teman dalam blog ini ingin kedamaian sehingga berprinsip BERPRADUGA BAIK terhadap sahabat tertentu dengan alasan menyontoi akhlak Rasul dan Imam Ali as serta Ahlulbait Nabi.
    Mereka menganggap bukti sejarah yang kita sodorkan disini adalah untuk mencaci mereka. Pemikiran yang demikian SALAH Kita wajib meberitahukan kepada yang belum mengetahui KEBENARAN. Para BERPRADUGA BAIK mengatakan apabila menceritakan kesalahan mereka jangan kita sebut nama mereka dllsb untuk menjaga nama mereka. Bagi saya ini suatu keanehan karena dengan tidak menyebut nama2 mereka
    1. Kita me-nutup2i kebenaran sejarah yang kita akui kebenarannya.
    2. Allah tidak menutupi nama2 mereka yang jahat Silahkan anda baca Surah Yusuf (kita tidak boleh menutupi sejarah.)

    3.Alasan lain mereka mengatakan menyebut nama2 para munafik bukan Akhlak Rasul
    Saya ingin bertanya apakah dengan tidak menyebut nama simunafik tidak akan timbul dugaan2 negatif yang akhirnya menimbulkan FITNAH.
    Contoh, Rasul mengatakan bahwa ada sahabat2 Rasul munafik. Bisa saja kita katakan (apalagi Wahabi) Imam Ali, Salman Al Farisi, Migdad, Yasser b. Ammar.
    Dan apakah akhlak Rasul untuk menjaga nama satu dua orang, kemudian memunculkan FITNAH dalam Umatnya?
    5. Apakah anda2 belum pernah membaca atau mendebgar
    bahwa ber-puluh2 kitab berisi hadits yakni Muwatha dan Musnad hilang atau dibakar. Dan apakah tidak mendengar bahwa banyak para Muhaddits menghafal hadits tapi tidak dibukukan? Apakah tidak mungkin ada2 sabda2 Rasul yang langsung menyebut siapa2 yang munafik?
    Terlalu banyak pertanyaan yang bisa diajukan kepada teman2 yang BERPRADUGA BAIK terhadap sahabat2 yang terang2 munafik berdasarkan kreteria Rasul. Wasalam

  37. @armand
    Saya sangat heran pertanyaan anda Apakah menurut mas Abubakar mengambil kekhalifahan adalah zalim? Lalu mengapa Imam Ali as kemudian bersedia membaiat? Apakah kemudian Imam Ali as menjadi sekuler.
    Saya pernah baca tulisan anda yang mengakui bahwa semua yang hadir di Khaidir Ghum menerima Imam Ali sebagai pemimpin para Mukmin termasuk Abubakar dan Umar malahan mereka mengucapkan: Selamat ya abal Hasan Engkau menjadi pemimpin kami. Kemudian tanah Fadak Hak Syaidati Faimah. Bagaimana pendapat anda terhadap orang yang dengan kekuatan/kekuasaan mengambil hak anda. Apakah menurut anda dia orang YANG ADIL?
    Kemudian Imam Ali as membaiat itu urusan lain. Kita tidak mengetahui alasan beliau. Yang kita ketahui adalah menjaga keutuhan umat Islam. Karena pada waktu itu Islam baru merupakan Bayi yang baru lahir. Beda keadaannya seperti sekarang mas.
    Mengenai Muawiyah. Anda jangan melihat dari segi politik mereka. Kita berbicara perbuatan Muawiyah.
    Perbuatan DHALIM tetap DHALIM mampu kita menghancurkan atau tidak tergantung keadaan waktu itu.
    Imam Ali as dan Imam Hasan as berdamai bukan berarti mereka mentoliler atas KEDHALIMAN.
    Allah benci KEDHALIMAN, SIRIK dan semua perbuatan Iblis. Tapi mengapa Allah membiarkan mereka hidup terus dan melaksanakan perbuatan Iblis? Apakah Allah menyetujui/toleransi atas perbuatan mereka? Wasalam

  38. @aldj, di/pada Mei 8, 2010 pada 9:42 am

    ….dgn analogi akal yg sy berikan,tentunya kita mengetahui, bahwa awal terjadinya perpecahan ummat ini adalah ketika wafat nya rosul,ummat tdk berpegang kpd alquran n ahlulbait, yaitu mereka tdk berpegang kpd imam ali,sebagai khalifah rosul.
    Akibat dr semua ke adaan yg ada ini,dari mulai saqifah,terbunuhnya imam ali,imam husein n terbunuhnya ummat2 terbaik,hingga terpecah belahnya ummat ini. ini adalah dikarnakan mereka yg awalnya menentang allah n rosulnya dlm hal khalifah.

    Sy tdk menyangkal bahwa ketika wafatnya Rasul saw umat tdk berpegang dan berpedoman kepada ahlulbayt Nabi saw. Namun peristiwa2 buruk yg terjadi setelahnya, menurut sy tdk harus dinisbatkan kepada kesalahan itu. Kenapa, karena itu merupakan hal yg ghaib, dan hal yg ghaib itu hanya Allah swt yg mengetahui serta manusia-manusia tertentu yg diberikan pengetahuan oleh-Nya. Dengan dimikian kita hanya bisa menduga-duga, dimana dugaan kita bisa benar dan bisa salah . Bahkan peristiwa2 di atas yg kita anggap buruk memiliki hikmah2 tertentu;

    (1) Allah swt ingin memperlihatkan kepada Nabi dan hamba-Nya bahwa bagaimana pun usaha keras yg dilakukan utk kebaikan umat, maka itu semua hanya terbatas pada harapan & iktiar, yg menjadi tugas Nabi dan semua manusia. Allah swt lah yg berhak dan berkuasan penuh atas seluruh makhluk-Nya. Ini membuat kita menyadari akan kelemahan kita. Wallahu a’lam.

    (2) Allah swt ingin memperlihatkan kepada kita semua, mana hamba-hamba-Nya yg patuh dan taat kepada Nabi-Nya, mana yg berpaling, mana yg mengikuti dan meneladani ahlulbayt Nabi saw, mana yg menentang, serta mana yang kemudian ridla dan menyerahkan semuanya kepada kehendak Allah swt. Kemudian, melihat karakter, kecenderungan dan sifat manusia yg sangat beragam terutama karakter umat Islam saat itu yg msh dipengaruhi oleh karakter2 jahiliyyah, maka perselisihan dan permusuhan msh mungkin terjadi. Apakah dalam skala kecil maupun besar wallahu a’lam. Skenario Allah swt dan yang tertulis di Lauhil Mahfudz tidaklah kita mengetahuinya.

    (3) Peristiwa-peristiwa buruk yg terjadi pada keluarga Nabi saw sangat besar hikmahnya bagi umat setelahnya. Ia memisahkan mana umat yg benar2 mencintai mrk dan mana yg biasa2 saja serta mana yg malah membenci mrk.

    Msh banyak lagi sy kira hikmah2 yg bisa kita ambil. Pada intinya adalah ridlakah kita atas apa yg ditetapkan Allah swt dan jalan yg diambil oleh ahlulbayt Nabi saw?

    Semoga (belum) puas 🙂

    Salam

  39. @Pemburu ilmu, di/pada Mei 8, 2010 pada 7:50 pm Dikatakan: r

    Terima kasih jg atas tanggapannya

    Pertanyaan saya : Mengapa Umar atau Abu Bakar tdk menggunakan “kepiawaian dan pengaruhnya” agar umat memilih orang yang benar2 berhak yaitu Imam Ali as? Bukankah mereka bisa menggunakan “kepiawaian dan pengaruhnya” agar umat memilih Abu Bakar yg sebelumnya umat jg tdk menghendakinya? Mengapa mereka memakai busana kekhalifahan utk mereka sendiri yg tdk punya hak utk itu? Benarkah dalam hal ini Abu Bakar bertujuan utk mencegah perpecahan umat ? Dg jalan menyingkirkan org yg berhak dan mengambilnya utk dirinya sendiri?

    Pertanyaan yg menarik dan sesungguhnya pertanyaan mengenai kejadian pengambilalihan kekhalifahan ini tdk akan pernah habis 🙂 Namun rasa penasaran ini harus segera dihapus dgn mulai mengevaluasi itikad kita thd ketaatan dan peneladanan kita kepada Imam Ali as. Karena apa pun pendapat dan penilaian kita semestinya sikap yg kita tunjukkan tdk boleh bertentangan dgn sikap dan kebijakan yg beliau keluarkan. Sy kira ini adalah sebuah konsekuensi kita atas apa yg telah kita itikadkan dan ikrarkan.
    Mengenai hal ini sdh sy singgung di jawaban ke sdr @bob.

    Adapun khutbah Asy-Syiqsyiqiyyah beliau as, sy termasuk yg meyakini kebenarannya. Ah, sy tdk tau bagaimana menilai Abubakar (dan Umar) dgn khutbah ini. Tapi sikap dan keputusan yg dikeluarkan Imam Ali yg luar biasa dalam kata-katanya ini yg mestinya kita teladani:

    Kemudian saya mulai berpikir, apakah saya harus menyerang ataukah menanggung dengan tenang kegelapan membutakan dan azab, di mana orang dewasa menjadi lemah dan orang muda menjadi tua, dan orang mukmin yang sesungguhnya hidup di bawah tekanan sampai ia menemui Allah (saat matinya). Saya dapati bahwa kesabaran atasnya lebih bijaksana. Maka saya mengambil kesabaran, walaupun ia menusuk di mata dan mencekik di kerongkongan. Saya melihat perampokan warisan saya sampai orang yang pertama menemui ajalnya, tetapi mengalihkan kekhalifahan kepada Ibnu Khaththab sesudah dirinya. Dst…dst.

    Bagaimana mungkin kesabaran & pengorbanan beliau yg begitu suci dan agung akan kita nodai dgn menanamkan kebencian thd Abubakar (dan Umar)?

    Mohon maaf mas jika tdk berkenan.

    Salam

  40. @chany, di/pada Mei 9, 2010 pada 8:37 am

    Mereka menganggap bukti sejarah yang kita sodorkan disini adalah untuk mencaci mereka. Pemikiran yang demikian SALAH Kita wajib meberitahukan kepada yang belum mengetahui KEBENARAN. Para BERPRADUGA BAIK mengatakan apabila menceritakan kesalahan mereka jangan kita sebut nama mereka dllsb untuk menjaga nama mereka.

    Ini yg dimaksud bukan sy kan? 🙂
    Karena sy sangat tdk berkeberatan dgn pemaparan riwayat2 mengenai prilaku-prilaku “buruk” para sahabat Nabi saw. Yg menjadi keberatan adalah penilaian dan kesimpulan serta sikap atas pemaparan itu yg sy anggap sdh melenceng dari thariqahnya imam ahlulbayt kita. Sy kan sekedar mengoreksi dan menyampaikan nasehat yg belum tentu jg apa yg saya sampaikan merupakan sebuah kebenaran.

    Dan eh, ini bukan sekedar prasangka baik lho. Pribadi yg kita diskusikan ini memang memiliki banyak sifat2 yg baik dan ketaatan yg tinggi thd Nabi saw serta dihormati oleh Imam Ali as.

    Saya ingin bertanya apakah dengan tidak menyebut nama simunafik tidak akan timbul dugaan2 negatif yang akhirnya menimbulkan FITNAH.

    Apakah mas punya riwayat siapa-siapa saja yg pernah disebut munafik oleh Nabi saw? Apakah para imam ahlulbayt pernah menyebut2nya? Tolong disharing mas.

    Terlalu banyak pertanyaan yang bisa diajukan kepada teman2 yang BERPRADUGA BAIK terhadap sahabat2 yang terang2 munafik berdasarkan kreteria Rasul

    Jika para imam ahlulbayt tdk pernah menyebut2, lalu kenapa kita ribut dan bersikeras utk menyebut-nyebut? Sy kira ini yg aneh karena kita begitu keras dan lantang menyatakan mengikuti ahlulbayt, tapi dalam keadaan2 tertentu kita sadar atau tdk enggan mengikuti mrk.

    Maaf ya…. 🙂

    Salam

  41. @All

    Saya pikir sudah jelas dlm khutbah Asy-Syiqsyiqiyyah, bahawa Imam Ali as mengambil sikap yg bijaksana yaitu sabar walaupun warisannya sebagai khalifah yg hak telah dirampok oleh Abubakar dan Umar yg dhalim. Disini kita mencontoh saja keteladanan Imam Ali as yaitu bersabar hingga semuanya orang2 yg dhalim menemui ajalnya.

    Wassalam

  42. @chany, di/pada Mei 9, 2010 pada 9:04 am

    Bagaimana pendapat anda terhadap orang yang dengan kekuatan/kekuasaan mengambil hak anda. Apakah menurut anda dia orang YANG ADIL?

    Sy kan sdh sebutkan sebelumnya bahwa pada akhirnya penilaian kita menjadi tdk berarti, karena kita penilaian kita pada akhirnya kita serahkan pada sikap yg diambil oleh Imam Ali as?

    Kemudian Imam Ali as membaiat itu urusan lain. Kita tidak mengetahui alasan beliau. Yang kita ketahui adalah menjaga keutuhan umat Islam. Karena pada waktu itu Islam baru merupakan Bayi yang baru lahir. Beda keadaannya seperti sekarang mas.

    Jika menurut mas beda, pertanyaan sy ini; “Bagaimana penilaian & sikap mas thd Abubakar dan thd Imam Ali as jika mas berada bersama-sama pada masa itu”? Tolong dijawab ya….

    Mengenai Muawiyah. Anda jangan melihat dari segi politik mereka. Kita berbicara perbuatan Muawiyah. Perbuatan DHALIM tetap DHALIM mampu kita menghancurkan atau tidak tergantung keadaan waktu itu.

    Tentu saja. Dhalim tetaplah dhalim, ia tdk berubah menurut waktu (?)
    Tapi jika menyerahkan sikap setelah penilaian itu kepada Imam Ali, maka penilaian dhalim kita tdk berarti, bukan?

    Imam Ali as dan Imam Hasan as berdamai bukan berarti mereka mentoliler atas KEDHALIMAN.

    Setuju. Jika mrk berdamai, maka kenapa kita, yg tdk tau menahu urusan pada waktu itu, mulai menyulut permusuhan & peperangan? Siapakah yg igin kita teladani?

    Salam

  43. kalo saya perhatikan dan cermati, ada suatu kesimpulan yg fatal yg dilakukan sebagian teman2 diskusi ini……….,

    pertama, dari sebagian teman/kelompok ada yg berpikiran bahwa penyebutan nama orang2 munafik tdk dilakukan oleh Nabi Saww, alasannya dikarenakan akhlaknya yg sangat mulia sehingga Nabi Saww tdk menyebutkan nama.
    bagi saya asumsi ini akan menimbulkan akibat2 yg Fatal bagi para sahabat dan umat islam, karena jika memang Nabi tdk pernah menyebutkan nama para munafik, tentunya hal ini akan terjadi saling menuduh dan apalagi pd seorang muslim yg imannya sangat rendah dan tingkat akhlaknya yg kurang maka gosip akan cepat menyebar dan saling curiga pasti terjadi yg dapat memecah belah umat akibat tdk jelasnya siapakah sebenarnya orang2 munafik diantara para sahabat yg telah diindikasikan oleh Nabi Saww tanpa menyebut nama itu.
    Nabi Saww pasti menurut saya akan menyebut nama siapa sebenarnya orang munafik itu, hanya saja hal ini hanya disampaikan pd murid2nya yg terpercaya dan amanah saja…

    kedua, ada anggapan segala tindakan yg terlihat mengalah oleh para Imam Ahlulbayt terhadap perbuatan zolim Abu Bakar dan Umar dianggap sikap Toleran Imam Ali sehingga terkesan hal tsb menjadi pembenaran seluruh tindakan kedua Syekh Khalifah tsb padahal sangat jelas mereka berdua mestinya dengan segala upaya dan kepiawaiannya dlm mempengaruhi umat membay’at Iamam Ali dan bukan justru memanfaatkan kelebihannya itu utk kepentingan dirinya sendiri (meletakan Jubah kekhalifahan pd dirinya sendiri)….jika demikian lalu apa bedanya sikap ‘damai’ Imam ali dan Imam Hasan pd Muawiyah dan Yazid ? mengapa anda disatu sisi terkesan membela Abubakar dan Umara tetapi dilain sisi menentang Muawiyah dan Yazid ? Kejadian Muawiyah dan Yazid adalah ‘ekor’ dari ‘kepalanya’ Abubakar dan Umar.

    ketiga, seolah-olah kita selalu berpatokan pada sikap dan tindakan Imam Ali saja di dalam menyikapi segala perbuatan zolim para penguasa atau siapa saja yg berbuat munkar pd zamannya. padahal setiap zaman para Imam mempunyai hak Ijtihad yg berbeda, dan setiap tindakan para Imam mempunyai sikap dan karakter yg berbeda satusama lainnya dlm menyikapi kezoliman di setiap masanya, artinya, dlm hal ini adanya dinamika sikap dan keputusan dari para imam, dari Imam Ali As sampai pd Imam Mahdi AS….hal inilah kemudian yg terjadi di Iran, Lebanon dan Iraq, terbukti apa yg telah dilakukan para Ulama Ahlulbayt menyikapi para zolimun, ada yg melawan langsung dengan kekuatan dan ini merupakan masalah ijtihad dari sebagian akhlak para Imam Ahlulbayt As.

    Akibat sikap dan pandangan yg kaku dlm menilai pribadi2 suci Imam Ahlulbayt inilah, bahwa Imam ali terkesan memberlakukan Abubakar dan Umar dengan baik dan Imam Hasan saja berdamai dg Muawiyah, seolah-olah hanya sikap dan tindakan mereka saja yg harus kita tiru, lalu kemudian para Imam selanjutnya dan Imam Ghoib Al Mahdi As menjadi kehilangan hak ijtihadnya…..ingatlah bahwa segala kebijakan Imam itu Dinamis, dan pastinya kita saat ini harus beritiba pd segala kebijakan Imam Zamannya dg tdk memungkiri segala akhlak mulia para Imam sebelumnya.

    mohon maaf jika ada kesalahan, Salam Persatuan.

  44. @Armand
    Benar2 saya tidak menegerti atas komentar anda. Menurut tanggapan saya komentar anda diatas se-akan2 anda menuduh saya pembenci Sahabat tertentu.

    SEKALI LAGI SAYA JELASKAN BAHWA SAYA MENGUNGKAPKAN BERDASARKAN SEJARAH PERBUATAN
    SAHABAT2 TERTENTU. UNTUK MENGETAHUI KEBENARAN BERDASARKAN SEJARAH. SAYA YAKIN BANYAK DARI UMAT ISLAM TIDAK MENGETAHUI SEJARAH BEBERAPA SAHABAT TERMASUK TINGKAH LAKU MEREKA
    Dengan data2 sebagai pembanding.
    Contoh, saya bertanya apakah perbuatan memperkosa hak2 seseorang itu ADIL. Anda tidak menjawab malahan dikembalikan pada penilaian Imam Ali
    Apakh menurut anda kita harus menutupi sejarah.
    Saya teringat akan kata2 seseorang: Setiap ada orang yang menyintai Imam Ali as atau Ahlulbait dicap Syiah.
    Sekarang kebalikan: Setiap kali kita ungkapkan sejarah para sahabat kita dikatakan PEMBENCI SAHABAT. Ooh sungguh aneh.
    Anda bertanya:Jika menurut mas beda, pertanyaan sy ini; “Bagaimana penilaian & sikap mas thd Abubakar dan thd Imam Ali as jika mas berada bersama-sama pada masa itu”? Tolong dijawab ya…
    Saya sudah menjawab pertanyaa anda ini sebelum anda bertanya. Perhatikan komentar saya hari ini jam 9 am
    Yaitu bersabar karena Islam pada waktu masih merupakan Bayi yang baru lahir dan harus dijaga keberadaannya. Jangan gara2 soal pribadi merusak segala USAHA Rasul. Maka bersabar.
    Kalau sayapun demikian TAQIYAH.
    Tapi apabila kekuatan pencinta Imam Ali waktu itu seperti sekarang ini pasti DITERJANG.

    Mas, saya ingin bertanya pada anda; Apabila ada yang mendhalimi anda dan keluarga anda. Apakah tindakan anda berdasarkan penilaian Imam Ali ?
    Saya bertanya ini berdasarkan komentar anda yang saya KOPAS; @chany, di/pada Mei 9, 2010 pada 9:04 am

    Bagaimana pendapat anda terhadap orang yang dengan kekuatan/kekuasaan mengambil hak anda. Apakah menurut anda dia orang YANG ADIL?

    Sy kan sdh sebutkan sebelumnya bahwa pada akhirnya penilaian kita menjadi tdk berarti, karena kita penilaian kita pada akhirnya kita serahkan pada sikap yg diambil oleh Imam Ali as?. Salam damai .Wasalam

  45. @chany
    Saya bukan peneliti sejarah. Saya orang awam maka saya harus memburu ilmu. Pertanyaan anda sama dengan pertanyaan saya. Pertemuan di Saqifah memang diadakan dg memanfaatkan ketidakhadiran Ahlul Bait as yg sedang sibuk mengurus jenazah suci Rasululllah SAW. (Pertanyaan lagi yg muncul : Dimana rasa cinta mereka pada Rasulullah SAW? Begitukah cara mereka menunjukkan rasa bela sungkawa, jenazah suci beliau blm selesai diselenggarakan tapi mereka sdh sibuk berebut kekhalifahan? Inikah etika model (mayoritas) generasi pertama Islam yg sebagian orang menganggapnya sbg generasi terbaik Islam?)

    Mengapa mereka memanfaatkan ketidakhadiran Ahlul Bait as? Seandainya Ahlul Bait as hadir, saya yakin dg kefasihan, keluasan ilmu, kewibawaan dan segala keutamaannya, Imam Ali as yg memang berhak thd kekhalifahan akan terpilih sbg khalifah pertama dlm pertemuan Saqifah tsb. Makanya mereka mencuri kesempatan di saat Ahlul Bait as sedang sibuk menyelenggarakan jenazah suci Nabi SAW.

    @armand
    Kita memang tdk perlu menanamkan kebencian thd Abu Bakar, Umar atau Usman. Yg perlu kita lakukan adalah menempatkan mereka secara proporsional. Saya tdk memungkiri bahwa ketiganya mempunyai jasa dalam perkembangan Islam. Tapi kita juga tdk usah menyembunyikan kesalahan2 mereka. Menurut saya kesalahan mereka yg paling fatal adalah dalam hal kekhalifahan karena ini menyangkut kepemimpinan di tubuh umat Islam, menyangkut masa depan Islam. Parameternya sangat jelas yaitu amanat dan wasiat Nabi SAW. Siapa yg menyelisihinya berarti pihak yg menyimpang. Siapa yg memegang dan melaksanakannya berarti pihak yg benar.

    Hikmah yg bisa kita ambil adalah : para sahabat telah gagal ketika Allah mengujinya dg kekuasaan.

    Dalam bukunya yg berjudul “Dua Pusaka Nabi SAW: Al Quran dan Ahlul Bait”, pada hal 35 sang penulis, Ali Umar Al Habsyi menuliskan :
    …yg menarik perhatian kita adalah adanya ramalan Nabi SAW bahwa para sahabat beliau akan berebut kekuasaan. Bukhari dalam Shahih-nya meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah: ia berkata bahwa Nabi saw bersabda :
    “Sesungguhnya kalian akan serakah terhadap kepemimpinan, dan ia akan menjadi (penyebab) penyesalan kalian pada hari kiamat. Maka ia sebaik-baik yg memberi susu (hasil) dan sejelek-jelek penyapih (yg memutus hasil)”

  46. Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang terpercaya di sisi Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam. Jika beliau seorang munafiq, tidak mungkin Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam memerintahkan beliau mengimami shalat menggantikan Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam saat Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam sakit menjelang wafat. Jika Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu seorang pengkhianat, maka Imam Ja’far Ash Shadiq ‘alayhis Salam tidak akan mengatakan,” Yaa Allah, sesungguhnya aku mencintai Abu Bakar dan Umar dan setia kepada keduanya. Yaa Allah..jika di dalam hatiku ada selain ini, maka aku tidak akan mendapat Syafaat Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam. Imam Ash Shadiq juga berkata,” Wahai salim, adakah seseorang mencaci kakeknya. Abu Bakar adalah kakekku. Aku tidak pernah mengharapkan syafaat sebagaimana kecuali syafaat itu aku harapkan didapat Abu Bakar ?”. Jika Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu seorang penjahat, maka bagaimana mungkin Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain ‘alayhimus salaam menamai anak2 mereka dengan namanya ?
    Tentang riwayat yang anda kemukakan di atas, andaikan riwayat tesebut shahih, maka tidak otomatis merupakan petunjuk kejahatan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Pada saat pasca perang Hunain, Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam juga tidak memberikan ghanimah/rampasan perang kepada kaum Anshar. Namun beliau memberikan ghanimah kepada para muallaf dari kalangan Quraisy yang masih lemah imannya.
    Dalam konteks Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu saya pikir juga sama. Saat itu, kaum muslimin menghadapi guncangan dengan munculnya serangkaian pemberontakan dan munculnya kaum murtadin serta nabi palsu. Seluruh kaum muslimin mengghadapi situasi yang sulit. Pada posisi yang demikian ini, apalagi dengan keterbatasan jumlah pampasan perang, sangat masuk akal jika Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu untuk sementara memprioritaskan kaum muslimin selain ahlun bait dalam rangka menguatkan semangat mereka berjihad dan mengokohkan keimanan mereka. Sementara Ahlul Bait, karena keimanan mereka telah kukuh dan semangat mereka tidak terpengaruh oleh materi, maka hak mereka dihentikan demi mencapai tujuan yang lebih besar. Jadi sekali lagi, ini pernah juga dilakukan oleh Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam dalam ghanimah perang Uhud. Nasehat saya, sesungguhnya Ahlul Bait sangat dalam cinta mereka kepada Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar al faruq dan Utsman Radhiyallahu ‘anhum. Bagaimana kalian mengklaim pecinta Ahlul bait tapi membenci kecintaan mereka ?

  47. bedakan sikap Wara (hati2) dan sikap suuzon.
    terhadap para sahabat yg banyak diriwayatkan menyakikiti para Imam Ahlulbyat dan zolim thdpnya, sikap hati-hati mesti dikedepankan. Jelas, Abubakar dan Umar telah menyebabkan Sayyidah Fatimah As meninggal dengan membawa rasa murka yg dalam pad para Sayyid tsbt. yaaah…hatihatilah terhadap mereka….tentunya berbeda sikap kita thdp para sahabat yg mulia seperti Sayyidina Hamzah, Djafar Atthoyr, Abudzar, Salman, Amar bin yassir ..dll…mereka adalah pengikiut setia dan tanpa pernah berkhianat thdp paraImam Ahlulbayt As.

  48. @ hiroali

    kalo saya perhatikan dan cermati, ada suatu kesimpulan yg fatal yg dilakukan sebagian teman2 diskusi ini……….,

    Sy anggap “teman” itu sy 🙂 dan maaf kalau sdh memberikan kesan yg keliru

    Pertama, dari sebagian teman/kelompok ada yg berpikiran bahwa penyebutan nama orang2 munafik tdk dilakukan oleh Nabi Saww, alasannya dikarenakan akhlaknya yg sangat mulia sehingga Nabi Saww tdk menyebutkan nama.

    Sy rasanya belum pernah menyebutkan alasannya mas.

    bagi saya asumsi ini akan menimbulkan akibat2 yg Fatal bagi para sahabat dan umat islam, karena jika memang Nabi tdk pernah menyebutkan nama para munafik, tentunya hal ini akan terjadi saling menuduh dan apalagi pd seorang muslim yg imannya sangat rendah dan tingkat akhlaknya yg kurang maka gosip akan cepat menyebar dan saling curiga pasti terjadi yg dapat memecah belah umat akibat tdk jelasnya siapakah sebenarnya orang2 munafik diantara para sahabat yg telah diindikasikan oleh Nabi Saww tanpa menyebut nama itu.

    Apa yg mas uraikan sebagai akibat dari tdk disebutkan nama2 yg munafik msh berupa dugaan2. Sy tdk tau apakah penting utk membahas mengenai akibat yg mungkin timbul jika nama2 orang yg munafik tdk disebutkan?

    Nabi Saww pasti menurut saya akan menyebut nama siapa sebenarnya orang munafik itu, hanya saja hal ini hanya disampaikan pd murid2nya yg terpercaya dan amanah saja…

    Sy setuju mas. Hanya orang2 tertentu saja yg mendapat berita spt ini.

    kedua, ada anggapan segala tindakan yg terlihat mengalah oleh para Imam Ahlulbayt terhadap perbuatan zolim Abu Bakar dan Umar dianggap sikap Toleran Imam Ali sehingga terkesan hal tsb menjadi pembenaran seluruh tindakan kedua Syekh Khalifah tsb

    Maaf kalau sdh memberikan kesan yg keliru. Sy tdk bermaksud demikian. Sy sdh menyatakan sebelumnya di komen sy ke @chany, bahwa namanya dhalim tetaplah dhalim. Abubakar menurut sy pun telah keliru karena mengambil alih kekhalifahan umat milik imam Ali as. Begitu pula Umar. Tapi bagaimana sikap yg diambil atas keduanya setelahnya, itulah hal yg sangat penting.

    padahal sangat jelas mereka berdua mestinya dengan segala upaya dan kepiawaiannya dlm mempengaruhi umat membay’at Iamam Ali dan bukan justru memanfaatkan kelebihannya itu utk kepentingan dirinya sendiri (meletakan Jubah kekhalifahan pd dirinya sendiri)….jika demikian lalu apa bedanya sikap ‘damai’ Imam ali dan Imam Hasan pd Muawiyah dan Yazid ? Mengapa anda disatu sisi terkesan membela Abubakar dan Umara tetapi dilain sisi menentang Muawiyah dan Yazid ?

    Nama Muawiyyah sdh sering disebut2 oleh Rasul saw dgn label yg buruk dan menjadi musuh Imam Ali as dan Imam Hasan as, sementara Yazid telah memerangi dan melakukan pembantaian kepada Imam Husein as dan keluarganya. Namun tdk demikian dgn Abubakar & Umar. Rasul saw tdk pernah menyebut2 keburukan mrk dan tdk ada permusuhan atau peperangan dgn Imam Ali as dan ahlulbaytnya semasa mrk memerintah. Perselisihan yg terjadi pasca wafatnya Rasul saw dgn ahlulbayt Nabi saw menunjukkan kelemahan mrk sebagai manusia yg tdk maksum.

    …..Kejadian Muawiyah dan Yazid adalah ‘ekor’ dari ‘kepalanya’ Abubakar dan Umar

    Tidak tau mas. Muawiyyah dan Yazid ini lambang keburukan manusia. Entah siapa yg akan mereka perangi dan bunuh jika takdir berbeda, Abubakar & Umar mau menyerahkan kepemimpinan umat kepada Imam Ali as.

    ketiga, seolah-olah kita selalu berpatokan pada sikap dan tindakan Imam Ali saja di dalam menyikapi segala perbuatan zolim para penguasa atau siapa saja yg berbuat munkar pd zamannya. padahal setiap zaman para Imam mempunyai hak Ijtihad yg berbeda, dan setiap tindakan para Imam mempunyai sikap dan karakter yg berbeda satusama lainnya dlm menyikapi kezoliman di setiap masanya, artinya, dlm hal ini adanya dinamika sikap dan keputusan dari para imam, dari Imam Ali As sampai pd Imam Mahdi AS….hal inilah kemudian yg terjadi di Iran, Lebanon dan Iraq, terbukti apa yg telah dilakukan para Ulama Ahlulbayt menyikapi para zolimun, ada yg melawan langsung dengan kekuatan dan ini merupakan masalah ijtihad dari sebagian akhlak para Imam Ahlulbayt As.

    Sy sangat setuju apa yg mas katakan ini bahwa di setiap masa para imam bisa saja mempunyai ijtihad yg berbeda. Ini merupakan point yg penting sy kira sehingga kita memiliki pilihan dalam mensikapi berbagai hal sesuai kecenderungan-kecenderungan kita.

    Akibat sikap dan pandangan yg kaku dlm menilai pribadi2 suci Imam Ahlulbayt inilah, bahwa Imam ali terkesan memberlakukan Abubakar dan Umar dengan baik dan Imam Hasan saja berdamai dg Muawiyah, seolah-olah hanya sikap dan tindakan mereka saja yg harus kita tiru, lalu kemudian para Imam selanjutnya dan Imam Ghoib Al Mahdi As menjadi kehilangan hak ijtihadnya…..ingatlah bahwa segala kebijakan Imam itu Dinamis, dan pastinya kita saat ini harus beritiba pd segala kebijakan Imam Zamannya dg tdk memungkiri segala akhlak mulia para Imam sebelumnya.

    Sesungguhnya di awal, atau mungkin di komen yg lain dalam mengomentari sdr @chany, sy pernah menyebutkan adanya 2 pilihan dalam menghadapi kezaliman pada masa Imam Jafar. Mengikuti Imam Zaid ataukah mengikuti Imam Jafar dalam menghadapi kezaliman pemerintah saat itu. Saudara2 Syiah Imamiyyah mengikuti langkah yg diambil oleh Imam Jafar, berdiam diri, sementara saudara2 Syiah Zaidiyah mengikuti Imam Zaid memberontak kepada penguasa. Jika melihat karakter2 sebagian saudara Syiah di sini, karakter Imam Zaid rasanya lebih cocok 🙂

    Mengenai Imam Mahdi, maka ijtihad beliau dalam menghadapi kezaliman nantinya, suka tdk suka, mau tdk mau kita wajib mengikutinya.

    mohon maaf jika ada kesalahan, Salam Persatuan.

    Sama-sama mas. Salam

  49. @chany

    Aduh…maaf jika mas jid berkesan spt itu 🙂

    Sekarang kebalikan: Setiap kali kita ungkapkan sejarah para sahabat kita dikatakan PEMBENCI SAHABAT. Ooh sungguh aneh.

    Sy sdh komen yg ini mas dan sy kira sy tdk mengatakan spt itu. Mas baca lagi deh komen sy terakhir ke mas.

    Tapi apabila kekuatan pencinta Imam Ali waktu itu seperti sekarang ini pasti DITERJANG.

    Apa maksud mas DITERJANG?
    Sy tdk tau. Dukungan ke Imam Ali mestilah signifikan saat itu.

    Mas, saya ingin bertanya pada anda; Apabila ada yang mendhalimi anda dan keluarga anda. Apakah tindakan anda berdasarkan penilaian Imam Ali ?

    Benar. Sy akan mempertahankan semampu sy mempertahankan hak sy. Namun jika di situ ada pilihan2, maka pilihan yg paling kecil mudlaratnya yg sy ambil.
    Mengenai pilihan yg diambil Imam Ali as utk menjaga keutuhan umat semestinya kita meneruskannya bukan malah menodainya.

    Saya bertanya ini berdasarkan komentar anda yang saya KOPAS; @chany, di/pada Mei 9, 2010 pada 9:04 am
    Bagaimana pendapat anda terhadap orang yang dengan kekuatan/kekuasaan mengambil hak anda. Apakah menurut anda dia orang YANG ADIL?
    Sy kan sdh sebutkan sebelumnya bahwa pada akhirnya penilaian kita menjadi tdk berarti, karena kita penilaian kita pada akhirnya kita serahkan pada sikap yg diambil oleh Imam Ali as?

    Yang ini maksudnya terjadi di masa Imam Ali as lho 🙂

    Salam

  50. @Pemburu ilmu di/pada Mei 9, 2010 pada 3:25 pm

    Iya mas. Tidak ada masalah. Sy berpandangan yg mirip dgn mas.

    Salam

  51. Mas truthseeker ada dimana? :mrgreen:

    Terlalu banyak komen dari sy, khawatir tergelincir.

  52. BENARKAH PARA IMAM AHLUL BAIT A.S MEMBENCI ABU BAKAR R.A ?

    Berkatal Imam Ja’far bin Muhammad Al Baaqir A.S. tentang Abdullah Ibnu Abbas, putera paman Rasul yang juga putera paman Ali :

    “Ketika
    Ibnu Abbas wafat dan jenazahnya dibawa keluar, tiba-tiba muncullah
    dari balik kafannya seekor burung putih bersih dan segera pula
    terbang ke angkasa lalu menghilang. Sungguh, ayahku sangat mencintai
    beliau.” 1)

    Al-Mufid2) Juga mengatakan

    “Amirulmu’minin semalam makan di rumah Hasan, semalam makan di rumah Hussein dan semalam makan dirumah Abdullah bin Abbas.” 3)

    Ibnu Abbas, kesayangan Ali itu, menyatakan tentang Abubakar:
    “Semoga
    Abubakar memperoleh rahmat dari Allah. Beliau amat sayang kepada kaum
    fakir dan miskin. Tidak henti-hentinya beliau membaca Al-Qur’an.
    Beliau mengerti betul liku-liku agamanya dan merupakan seorang,
    pencegah kemungkaran, amat takut kepada Allah. Menganjurkan semua
    orang untuk berbuat kebaikan dan bertindak tegas terhadap para
    pelanggar larangan agama. Sepanjang malam berjaga. Siang hari
    berpuasa. Taat dan sederhana, melebihi kawan-kawannya yang lain.
    Beliau lebih zuhud dan menahan diri dibanding kawan-kawannya.”
    4)
    Imam Hasan
    bin Ali A.S. mengatakan tentang Abubakar bahwa Rasulullah
    pernah mengatakan : “Dalam diriku martabat Abubakar adalah alat
    pendengaranku.” 5) Beliau juga sangat menghormati Abubakar dan Umar, sehingga dijadikan
    persyaratan dalam membuat perjanjian dengan Mu’awiyah RA. Diwajibkan
    pengamalan hukum berdasarkan Al-Qur’an, sunnah Rasul dan sebagaimana
    yang dilaksanakan oleh Khulafa’ Ar-rasyidiin. Dalam naskah lain
    disebut Khulafa’ Ash-Shoolihiin. 6)
    Imam Ali Zainal Abidin A.S. , diriwayatkan bahwa
    beliau telah didatangi oleh beberapa orang Iraq. Mereka itu
    menjelek-jelekkan nama Abubakar, Umar dan Usman RA. Setelah
    orang-orang itu selesai berbicara demikian, Ali bin Al-Husin berkata
    :”Mengapa
    kalian tidak mau mengatakan bahwa mereka adalah kaum muhaajiriin
    angkatan pertama yang diusir dari kampung halaman mereka dan dijauhi
    dari harta benda mereka, demi mendambakan karunia dan ridha Allah
    semata ? Mereka itulah orang-orang yang paling benar.”
    Kemudian
    ia menyebut ayat : “Dan orang-orang yang telah menempati kota
    Madinah dan telah beriman (anshaar) sebelum kedatangan mereka
    (muhaajiriin), mereka mengasihi orang-orang yang hijrah kepada
    mereka. Dan tidak ada dalam hati mereka rasa iri karena orang-orang
    Muhaajiriin memperoleh harta rampasan bahkan mereka lebih
    mengutamakan (al-muhaajiriin) daripada mereka sendiri, sekalipun
    mereka sendiri sangat membutuhkannya.” (Al-Hasyr : 9)
    Walaupun
    demikian kaum pembenci shahabat itu masih saja berpegang pada pendirian mereka,
    tidak bergeser setapakpun. Melihat sikap mereka yang jahat itu, Ali
    Al-Hasan bin Ali mengatakan dengan tegas :
    “Rupanya
    kalian ini samasekali tidak berkeinginan untuk menjadi antara dua
    golongan yang disebut tadi. Sungguh, aku bersedia sebagai saksi di
    hadapan Allah bahkan kalian bukanlah dari golongan yang disebut Allah
    : ‘Yaa Tuhan kami, berilah ampunan kepada kami dan kepada
    saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan
    janganlah Engkau biarkan kedengkian dalam hati kami terhadap
    orang-orang yang beriman.’ Keluarlah kalian dari rumah ini, Allah
    akan menghukum kalian.’ ” 7)

    Imam Muhammad Al Baqir A.S, telah ditanya tentang
    memperhias pedang, sebagaimana yang dikisahkan oleh al-Arbili8)
    dalam bukunya “Kasyful Ghummah” :
    Berdasarkan
    kisah Abi Abdullah Al-Ja’fi yang diperoleh dari Urwah bin Abdullah :
    “Telah kutanya Abu Ja’far Muhammad bin Ali AS tentang memperhias
    pedang ?” Beliau menjawab :”Tidak mengapa, karena Abubakar
    Siddiq telah menghias juga pedangnya.” Kutanya pula padanya :
    “Kau sebut ia itu ‘Ash-Shiddiiq’?” Secepatnya imam itu
    bergeser menghadap qiblat sambil berkata dengan tandas : “Ya,
    benar Ash-Shiddiiq. Siapa yang tidak menyebut ia sebagai Shiddiiq,
    maka Allah tidak akan lagi mempercayai kata-katanya di dunia dan di
    akhirat.” 9)

    Bukankah kakeknya sendiri, Rasulullah, yang mengucapkan wahyu Ilahi dan
    menjuluki Ash-Shiddiiq, sebagaimana yang dikisahkan Al-Bahrani dalam
    tafsirnya Al-Burhan, yang dikutip dari Ali bin Ibrahim mengatakan :
    Dari kisah ayahku yang diperoleh dari beberapa ahli hadits bahwa Abi
    Abdullah AS mengatakan “Ketika Rasulullah di gua, beliau berkata
    kepada Abubakar : ‘Aku seperti melihat kapal Ja’ far beserta
    kawan-kawannya terombang-ambing di lautan. Perhatikanlah para
    pendukungnya yang sedang celaka itu’. Abubakar menegur :
    Kau lihatkah semua itu, ya Rasulullah ? Ya, aku lihat semua itu, jawab
    Rasulullah. Perlihatkan aku, ya Rasulullah, pinta Abubakar. Lalu
    Rasulullah menyapu kedua mata Abubakar. Maka terlihatlah semuanya
    itu. Setelah itu Rasulullah mengatakan : Kau adalah Ash-Shiddiiq. 10)
    At-Tobrusi juga bercerita bahwa Imam al-Baqir A.S. mengatakan : “Aku tidak
    mengingkari keutamaan Abubakar dan tidak pula mengingkari keutamaan
    Umar, tetapi bagaimanapun Abubakar lebih utama dari Umar.” 11)
    Kemudian puteranya, Al Imam Abu Abdullah Ja’far a.S., telah ditanya tentang Abubakar dan
    Umar sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Qaadhi Nurullah
    Asy-Syusyturi,
    “Telah bertanya seseorang kepada Al-Imam Ash-Shoodiq AS : Wahai putera
    Rasulullah, bagaimanakah pendapat anda tentang Abubakar dan Umar ?
    Imam itu lalu menjawab : ‘Kedua imam itu adil dan bijaksana. Mereka
    hidup dalam kebenaran dan wafat dalam kebenaran pula. Allah akan
    melimpahkan rahmatnya kepada mereka berdua di hari kiamat nanti.”
    12)
    Al-Kulaini
    bercerita panjang lebar perihal ucapan imam keenam tentang kezuhudan
    Abubakar yang tak ada tandingannya itu. Dikatakannya bahwa kezuhudan
    Abubakar menduduki tempat pertama dan setelah itu menyusul Abu Dzar
    dan Salman.
    Diriwayatkan pula oleh Arbili bahwa Imam Ash Shadiq A.S. berkata: “Aku dilahirkan
    Abubakar dua kali.” 13)
    Ibunya Ummu Farwah binti Al-Qosim bin Muhammad bin Abubakar,
    sedangkan ibu dari Ummu Farwah adalah Asmaa’ binti Abdurrahman bin
    Abubakar.” 14)
    Dan inilah pernyataan imam terakhir, yaitu Hasan bin Ali yang dijuluki al-Hasan
    al-‘Askari Imam kesebelas ia menceritakan kisah Hijrah. Setelah
    Rasulullah menanyakan kepada Imam Ali A.S. tentang tidurnya Imam Ali A.S. di tempat
    Rasulullah, kemudian beliau bertanya kepada Abubakar RA : “Relakah
    anda bersama aku, meminta sebagaimana yang aku pinta, dan anda
    mengetahui bahwa anda telah memikul beban apa yang aku da’wahkan, dan
    karena aku pula anda mengalami berbagai siksaan ? Abubakar menjawab :
    Ya Rasulullah, andaikan aku diperkenankan untuk hidup sepanjang umur
    dunia ini dan selama itu aku disiksa dengan siksaan yang paling pedih
    sekalipun tanpa harus mati, aku lebih rela demi kecintaanku kepadamu,
    Bari pada aku diberi keni’matan yang berlimpah ruah tapi aku
    diharuskan menentangmu. Diriku, hartaku dan anak-anaku kukorbankan
    semuanya demi membela engkau. Lalu Rasulullah berkata Tak satu
    dosapun yang melekat dalam hati saat Allah memeriksanya. Dan semuanya
    sesuai dengan yang kau ucapkan, sehingga kau dijadikan Allah senilai
    sebagai telingaku, mata, kepada dari jasad dan roh dari badan.”15)
    Telah banyak kitab yang ditulis oleh golongan Syi’ah yang mengisahkan
    tentang penghargaan Muhammad SAW dan Imam Ali bin Abi Thalib A.S. imam
    pertama terhadap Abubakar R.A. Sebagai pelengkap, di bawah ini kami
    kisahkan dua buah riwayat yang berasal dari Ahlul Bait Ali, yang juga
    terdapat dalam kitab-kitab mereka
    Kisah
    yang pertama dari Zeyd bin Ali bin Al-Husein bin Ali bin Abi Thalib,
    adik dari Imam Muhammad al-Baqir A.S. dan paman dari Imam Ja’far ash-Shodiq A.S, yang
    mengatakan : “Beliau adalah kawan terdekat Al-Quran.”16).
    Zeyd bin Zainul AbiBin bin Al-Husein telah diminta pendapatnya tentang
    Abubakar, sebagaimana yang disebut dalam Nasikhut Tawaariikh.
    Tokoh-tokoh Kufah yang membai’at Zeyd, suatu hari mendatangi Zeyd dan
    bertanya : “Bagaimana pendapat anda tentang Abubakar dan Umar ?”
    Beliau menjawab : “Mereka adalah orang-orang baik. Ahlulbaitku
    juga sependapat dengan aku dan menyatakan mereka adalah orang-orang
    baik. Tidak pernah mereka mendhalimi salah seorang pun dari fihak
    kami. Dan mereka mengamalkan Kitabullah dan Sunnah Rasulnya.” 17)
    Setelah
    mereka mendengar sikap Zeyd yang tegas itu, maka tokoh-tokoh itu
    menolaknya (rofadhohu). Kemudian
    Zeyd mengatakan : “Mereka telah menolak kami saat ini.”
    Karena itulah mereka disebut sebagai Jama’ah Arroofidhah.18)
    Dan
    kisah kedua, tentang kisah yang dibuat-buat oleh Syi’ah terhadap diri
    Salman Al-Farisi, yang oleh mereka dijuluki sebagai Salman
    Al-Muhammadi, dan digolongkan sebagai ahlulbait Nabi, karena
    Rasulullah pernah mengatakan : “Salman dari kami ahlulbait.”19)
    “Pada
    saat itu setelah wafatnya Nabi, semua sahabat telah murtad kecuali
    tiga orang, Miqdad, Abu Dzar dan Salman.”20)
    Dikatakan pula : “Bahwa Salman adalah pintu gerbang Allah di bumi, siapa
    yang mengenalinya maka ia sebagai mu’min dan siapa yang
    mengingkarinya adalah kafir.”21)
    Padahal
    Salman sendiri menyatakan : “Rasulullah
    telah menyatakan tentang sahabatnya itu sebagai berikut : ‘Tak ada
    yang melebihi Abubakar dalam puasa dan shalat, demikian pula
    keyakinan hatinya’.” 22
    )
    Demikian pujian Rasulullah SAW kepada Abubakar, pada saat perang Badr Abubakar
    telah menghunus pedangnya untuk berduel dengan salah seorang
    puteranya yang kebetulan berada di barisan Quraisy. Secepatnya
    Rasulullah mencegahnya dengan berkata : “Sarungkan kembali
    pedang itu. Kembalilah ke tempatmu, agar engkau bisa lebih lama
    bersama aku.” Allah memanjangkan usia Abubakar demi sebagai
    pendamping Rasulullah.23)

    Rujukan :
    1″Rijaalul
    Kassyie” bal. 55, cetakan Karbala.

    2Al-Mufid
    adalah gelar yang diberikan kepada Muhammad bin Nu’man Al-‘Akbari
    AI-Bagdadi. Lahir tahun 338 dan wafat di Baghdad tahun 413. Ia
    dikenal dengan nama julukannya Al-Mufid, karena gelar itu diberikan
    kepadanya oleh Imam yang Ghaib. (Ma’aalimul Ulama, hal 101). Ia
    merupakan tokoh dan penghulu ulama Syi’ah. Dianggap sebagai orang
    yang paling menguasai bidang fiqh, ilmu Kalam dan arriwaayah (rawi
    hadits). Ia termasuk andalan golongan Syi’ah. Karya tulisnya hampir
    dua ratus judul buku, baik tebal maupun tipis.

    3Al-Irsyad,
    halaman 14.

    4Naasikhut
    Tawaariikh, juz V Kitab kedua, halaman 143 dan 144. Cetakan Teheran.

    5Uyuunul
    Akhbaar, juz I hal 313; Juga pada “Kitab Ma’aanil Akhbaar”,
    hal 110 cetakan Iran.

    6Muntahal
    Ammaal, halaman 212, juz II, cetakan Iran.

    7Kasyful
    Ghummah, karya Arbili jus II, hal. 78, cet. Tibris Iran.

    8Al-Arbili,
    Nama lengkapnya Baha’uddin Abul Hasan Ali bin Alhusein Fakhruddin
    lsa bin Abil Fatah Al-Arbili. Lahir pada abad ke tujuh Hijriyah di
    Arbil dekat Musil, wafat di Bagdad tahun 693. Kata Al-Qummi, Arbili
    termasuk ulama besar Imamiyah. Ia seorang alim, penyair, sasterawan,
    penulis, ahli Hadits, sebagai andalan yang terpuji, memiliki
    keutamaan dan kebaikan, sebagai hujjah. Iapun sebagai penulis kitab
    Kasyful Ghummah Fii Ma’rifatil A’immah yang diselesaikan penulisanya
    tahun 687. Banyak bait syairnya yang memuji para imam yang dimuat
    dalam buku Kasyful Ghummah. Dan kitab ini tinggi nilainya,
    menyeluruh dan indah. (AI-Kunni Wal Alqoob jus II hal. 14 dan 15,
    cet, Qum).

    Tentang
    tokoh ini Al-Khowansari berkata : Ia termasuk tokoh besar ahli
    hadits Syi’ah, tergolong ulama yang 107. Telah sepakat seluruh ulama
    Imamiyah bahwa Ali bin Isa ini sebagai ulama besarnya, yang tunggal
    corak tulisannya. Seorang ulama yang tulisannya terjamin dari sifatsalah. (Roudhootul Jannaat, jus 4 hal 341, 342).

    9Kasyful
    Ghummah, jus II hal 147.

    10al-Burhan,
    jus 2 hal. 125.

    11Al-Ihtijaaj,
    karya At-Tobrusi, hal. 230. Nama lengkap Attobrusi, ialah Abul Masur
    Ahmad bin Ali bin Abi Thalib dari Tobrustan. Ia termasuk tokoh
    angkatan pertama. Karyanya Al-Ihtijaj, buku yang mendapat tempat dan
    penghargaan di kalangan Syi’ah. Disebut pula, ia sebagai ulama yang
    bijaksana, ahli hadits yang diandalkan. Kitabnya sangat bermanfaat.
    (Roudhaatul Jannaat jus I, hal. 65). Dalam kitab Al-Kunni Wal
    Alqoob, ulama Syi’ah ini juga mendapat pujian yang cukup besar.

    12″Ihqooqul
    Hak”, karya Syusyturi jus I hal. 16, cet. Mesir.

    Nama
    lengkap Syusyturi adalah Nurullah bin Syarafud-Din Asyusyturi, Ulama
    Syi’ah yang ternama di India. Ia sebagai kadi di Lahore di zaman
    Jahangir, sultan dari Monggolia. Seorang ahli Hadits, ahli ilmu
    Kalam, peneliti yang bijaksana, allamah. Banyak kltab-kitabnya
    sebagai pembelaan terbadap Syi’ah. la mati terbunuh karena dituduh
    pengikut Syi’ah rafidhah pada abad sebelas. la digelari oleh
    golongan Syi’ah sebagai Syahid ke tiga. (Roudhaatul Jannaat jus
    VIII, hal. 160).

    Asyusyturi
    adalah pengarang buku “Majaalisul Mu’minin” dan “Ihqooqul
    Haq”, dan “Mashoo’ibun Nawaashib”. Buku-bukunya
    sangat bernilai bagi golongan Syi’ah, karena luas dan padatnya ilmu
    yang dijangkau. (Al-Kunni Wal Al-Qoob).

    13Kasyful
    Ghummah, jus II, ha]. 161.

    14Firoqusy karya
    Naubakhti, hal 78.

    15Tafsir
    al-Hasan al’Askari, hal. 164 dan 165. Cet. Iran.

    16Al-Irsyad,
    Lilmufid, hal. 268, dalam bab “Dzikir Ikhwatuhu”.

    17Naasikhut
    Tawaariikh, jus II, hal. 590.

    Buku
    tersebut karya Mirza Taqi Sibhar Khan. seorang fanatikus Syi’ah.
    Syiah Rafidhah Imamiyah Ja’fariyah Saba’iyah
    http://www.syiah.net Powered by: Joomla! Generated: 9 May, 2010, 02:49

    Syiah Rafidhah Imamiyah Ja’fariyah Saba’iyah
    http://www.syiah.net Powered by: Joomla! Generated: 9 May, 2010, 02:49
    18Ibid.

    19Rijaalul
    Kasysyi, hal. 18 dan 20, cet. Karbala.

    20Al-Roudhah
    minal kaafi, jus VIII, hal, 245.

    21Rijaalul
    Kasysyi, hal 70.

    22Majaalisul
    Mu’minin, karya Syusyturi, hal. 89.

    23Kasyful
    Ghummah, jus I hal, 190.

  53. Saya tidak memungkiri nahwa dalam madzhab kita ada riwayat2 yang mengutuk Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar al Faruq R.A. Atau riwayat2 yang menceritakan kedzaliman Khalifah Abu Bakar dan Umar agar timbul kebencian kepada keduanya. Sehingga di sini ada kontradiksi dengan apa yang saya sampaikan di atas. Terhadap hal ini ada beberapa kemungkinan.
    1. Para Imam kita melakukan taqiyyah. Tapi kemungkinan ini mustahil. Bagaimana mungkin taqiyyah dilakukan terhadap pengikutnya sendiri ? Sebagaimana maklum, dialog2 pujian para imam A.S. terhadap Syaikhain bukan dihadapan kaum Sunni. Tapi dihadapan kaum Syi’ah. Lagi pula, mungkinkah para Imam melakukan A.S. taqiyyah hingga harus menamai putera-puteri mereka dengan nama musuh2 nya ? Perlu di ketahui, bahwa hingga Imam Ali An Naqi, nama Aisyah masih digunakan oleh kalangan Ahlul Bait. Bahkan salah seorang puteri Imam An Naqi juga bernama Aisyah. Sedemikian penakutkah Imam kita hingga harus bersikap demikian ?
    2. Ini yang Insya allah benar. Bahwa ada penyusupan riwayat dari musuh2 Islam dalam Madzhab kita. Sebagaimana kita ketahui, penyusupan ini terjadi sedemikian rupa dari membuat riwayat kutukan terhadap Sahabat Nabi, terutama Abu Bakar dan Umar hingga munculnya berbagai sekte sesat seperti Ismailiyah, Druz hingga Bahaiyyah. Penyusupan ini tidak hanya terjadi di kalangan Syiah. Saudara-saudara kita yang Sunni pun disusupi oleh Yahudi hingga muncul sekte musyabbihat dan mujassimah. Wallahu A’lam

  54. @All

    Menurut saya para sahabat (umat Islam) yg mengingkari hadits Tsaqalain adalah orang tersesat, karena itu kita harus maklum apabila para sahabat tsb berbuat dhalim. Namanya juga orang yg tersesat suka berbuat yg aneh2. Kita harus tetap sabar demi menjaga ukhuwah Islamiah.

    Wassalam

  55. @deskov,

    Apakah anda tahu bahwa Imam pada zamannya melakukan Taqiyah? klo tahu coba anda jelaskan! klo tidak tahu berarti penjelasan anda yg panjang lebar sepertinya akan sia2, karena anda tidak mengetahui sejarah para Imam pd zamannya.

    Wassalam

  56. Kalau tersesat, lantas mana mungkin Imam2 Ma’shum menamai anak2 mereka dengan ABU Bakar, Umar, dan Utsman? Sadarlahlah saudara2ku..sesungguhnya kebencian kepada Khulafa rashidin masuk dalam madzhab kita baru pada masa2 terakhir sesudah Ghaibnya Imam 12. Ini terbukti dengan penghormatan para Imam terhadap Khalifah rashidin.
    @ Yadi : Ungkapan anda yang mengatakan bahwa para sahabat meninggalkan hadist tsaqalain hanya menurut tafsiran anda. Sedangkan menurut tafsiran Imam Ali dan para Imam yang lain, berdasarkan riwayat2 di atas, para sahabat adalah orang lurus.

  57. @armand & all
    Tidak ada yang membenci mereka yang dinamakan Sahabat. Apakah ketidak senangan kita atas perbuatannya lalu kita disebut membenci? Jauh dari LOGIKA.
    Kita mengulangi sejarah agar menjadi pelajaran bagi kita.
    Kalau kita mempelajari dari sejarah maka Rasul dan Imam Ali serta Ahlulbait as sudah mengetahui apa yang akan terjadi. Allah telah membuka Hijab didiri mereka Allah berfirman : Akan Ku berikan IlmuKu kepada siapa yang Ku kehendaki. Imam Ali dan Ahlulbait mendapat ilmu dari Rasul dan Rasul mendapat dari Allah.
    Rasul dan Imam Ali as semasih hidup sudah mengetahui apa yang bakal terjadi sampai hari Kiamat. Tapi mereka tidak mau tunjukan Ilmu mereka karena bertentangan dengan SYAREAT.
    Rasul dan Imam Ali telah mengetahui bahwa Allah menetapkan/mentakdir bahwa sesudah Rasul yang akan memegang kekuasaan pada Umat Islam adalah selain Imam Ali.
    Coba anda pikirkan dengan jernih. Kalau mereka telah mengetahui bahwa sesudah Rasul meninggal Khalifah akan dijabat oleh Abubakar, kemudian, Umar, kemudian Utsman. Mengapa terjadi peristiwa KHAIDIR GHUM?
    Mdngapa Imam Ali mau merima menjadi Khalifa ke IV.
    Mengapa terjadi perang JAMAL dan SHIFFIN.
    Padahal Imam Ali as tahu bakal terjadi kejadian tsb.
    Apakah kita akan membeci sesuatu yang Allah TAKDIRKAN? Kan tidak mungkin. Tapi takdir Allah itu menyuruh kita berpikir HIKMAHNYA.

    @armand
    Saya tidak mengatakan anda mengatakan demikian tapi saya katakan ada yang mengatakan.
    Anda berkata:Sesungguhnya di awal, atau mungkin di komen yg lain dalam mengomentari sdr @chany, sy pernah menyebutkan adanya 2 pilihan dalam menghadapi kezaliman pada masa Imam Jafar. Mengikuti Imam Zaid ataukah mengikuti Imam Jafar dalam menghadapi kezaliman pemerintah saat itu. Saudara2 Syiah Imamiyyah mengikuti langkah yg diambil oleh Imam Jafar, berdiam diri, sementara saudara2 Syiah Zaidiyah mengikuti Imam Zaid memberontak kepada penguasa. Jika melihat karakter2 sebagian saudara Syiah di sini, karakter Imam Zaid rasanya lebih cocok
    Saudara armand. Anda jangan memfokuskan diri masa lalu untuk menilai sesuatu perbuatan yang tidak disenangi Allah. Tetapi apa yang harus kita perbuat menghadapi perbuatan yang Allah tidak senang.
    Contoh yang anda sampaikan tidak valid dijaman sekarang. Pada waktu itu KEKUATAN DAN KEKUASAAN berada ditangan LAWAN. Toh Zaid masih mau menentang. Imam Jafar lain. Ia mengetahui karena petunjuk Allah ( dan secara logika bisa menerima.) Imam Jafar tidak punya kekuatan. Apakah mau mati konyol?
    Tapi SEKARANG INI pengikut dan pencinta Ahlulbait banyak. Sanggup mempertahankan diri. Buat apa takut/taqiyah. Lihat Iran berani menentang Amerika, karena merasa sanggup. Dan Imam Ali as apabila mendapat 40 MUKMIN yang membelanya (sesuai nasehat Rasul) pasti terjadi pertempuran pada waktu itu. Tetapi Allah menghendaki lain.
    Jadi menurut saya yang anda contohkan diatas tidak sesuai dengan Akhlak Rasul, Imam Ali dan Ahlulbait terhadap kedhaliman. Contoh Imam Husein adalah KORBAN karena mentang kedhaliman. Salam damai .Wasalam

  58. @ Yadi wrote :
    Apakah anda tahu bahwa Imam pada zamannya melakukan Taqiyah? klo tahu coba anda jelaskan! klo tidak tahu berarti penjelasan anda yg panjang lebar sepertinya akan sia2, karena anda tidak mengetahui sejarah para Imam pd zamannya.
    saya katakan, taqiyyah adalah langkah orang yang terdesak dan lemah. Sedangkan para Imam A.S. adalah orang yang kuat dan jantan. Sehingga pujian mereka kepada Abu Bakar dan Umar R.A. memang wujud respek dan penghormatan. Jika mereka mengucapkan hal2 yang kontradiktif, sudah tentu hal ini akan membingungkan Ummat. Dan sudah tentu hal ini tidak sesuai dengan missi sebagai pembawa kejelasan agama. Jadi mustahil mereka melakukan Taqiyah. Lagi pula, ketika para Imam meberi teladan kepada kita untuk menghormati Abu Bakar dan Umar R.A., mengapa kita harus ngotot membuat berbagai penakwilan dan dalih untuk membencinya ? Bukankah ini menyimpang dari jalan para Imam Ma’shum A.S ?

  59. Hadist ghadier khum jika kita cermati memiliki banyak penafsiran. Dari kata wali misalnya. Apakah pengakuan Imam Ali sebagai wali harus berkonsekuensi menjadikan beliau sebagai Khalifah ? Jika memang demikian, mengapa Imam Hasan A.S. rela melepas jabatan Khalifah ? Mengapa Imam Ali, Salman dan Abu Dzar membaiat Abu Bakar, Umar, dan Utsman dan bahkan menamai anakk-anak mereka dengan nama2 sahabat itu ? Mengapa ketika Imam Ali A.S diajak untuk dibaitat slepas kewafatan Khalifah Utsman R.A beliau menolak dan menganjurkan untuk berbaiat kepada Zubair atau Thalhah R.A ?Mengapa Imam Al Baqir respek terhadap Umar bin Abdul Azis R.A ? Jadi menutrut saya, marilah kita bersyiah dengan tetap menghormati kepada Khalifah rashidun sebagaimana diteladankan oleh para Imam A.S.

  60. @Deskov

    Sudah sangat jelas hadits Tsaqalain adalah hadits yg mutawatir dimana Rasulullah saw bersabda bahwa manusia wajib berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Ithrah Ahlulbait, maka tidak akan tersesat. Apakah anda meyakini kebenaran hadits tsb?

  61. @Deskov

    Pada penjelasan anda di/pada Mei 9, 2010 pada 8:18 pm Dikatakan: r . Itulah yg dinamakan Taqiyah untuk menjaga ukhuwah Islam. 🙂

  62. @armand
    singkat sj utk anda klu anda berbicara hikmah.
    hikmah tdk akan didapat klu perbuatan baik itu kebenaran atwpun kezaliman tdk diungkap/ditutupi maka hikmah tdk akan dpt diraih.
    cerita2 dialquran ttg kekufuran firaun adalah hikmah bwt kita,
    begitu pula pengunkapan atas pengingkaran ummat muhammad adalah hikmah.
    jd jgn ditutup2 tutupi.
    sy sebenarnya (kt anda:”Kita yg hidup di jaman setelahnya hanya bisa menduga2.”).mengajak anda menganalogikan dgn akal kt2 anda tsb.tp anda berbicara hikmah,tp syg ternyata anda keliru menafsirkan hikmah

  63. @yadi
    kt anda:
    :Disini kita mencontoh saja keteladanan Imam Ali as yaitu bersabar hingga semuanya orang2 yg dhalim menemui ajalnya.
    kt sy:
    knp imam ali tdk berbuat serupa ketika menghadapi muawiyah n khawarij?
    ada hal2 terentu imam ali as mengambil sikap n ada hal2 tertentu beliau diam
    menurut sy bkn krn abubakar maka imam ali diam,tp jg bkn krn muawiyah imam ali berperang.
    tp kondisi lah yg beliau bersikap,
    begitu pula halnya dgn kita,bukan krn pribadi seseorang maka kita diam atwpun bersikap

  64. @ Mas armand

    Sayyidah Fatimah as marah dan mendiamkan Khalifah abu bakar selama 6 bulan (sampai wafatnya) dan jgn lupa beliau juga mewasiatkan agar tdk disholati oleh org2 tsb maka..
    (sehingga dimakamkan malam hari)
    sikap marah beliau yg luar biasa ini apakah dimotivasi karena persoalan Harta/personal ataukah karena Ada org Yg membuat/memproduksi HADITS PALSU ?

    kalau konsisten dgn logika anda maka sikapnya adalah “marah sampai kita wafat” krn perbuatan itu sampai saat ini sdh tdk bisa dirubah lagi.

    sementara kalau di khotbah Asy syiqsyiqiyyah beliau meng atakan
    Aku menyasikan harta pusakaku DIJARAH , hingga PENJARAH pertama meninggal …dst

    kalo mengikuti logika anda maka sebutannya adalah PENJARAH donk.. btw ini kok mirip sama omomngannya Umar ibn khottob yah…

    menurut anda ini bgmn sih ?

  65. @all
    penungkapan sejarah sebenarnya ttg umat setelah wafatnya rosul,bukanlah atw jgnlah diartikan suatu kebencian pd seseorang.
    tulisan @deskov n @syiah ali,sangat menarik utk disimak.,tp toh perlu jg dipertanyakan kebenarannya. n kesahihannya.
    sy sendiri memaknai tulisan tsb sebagai pembekokan yg lurus yg melemahkan keyakinan.
    tinggal kita melihat dgn sebenar2 nya penglihatan,apakah yg lurus itu sebenarnya bengkok kemudian diluruskan atw sebaliknya
    utk pembuktiannya dr sy salah satunya adalah analogi akal ttg ummat ini terpecah belah(diskusi sy dgn @arman).

  66. @deskov
    sy sendiri memiliki dalil ttg ucapan buruk n kotor dr abubakar trhdp fatimah as n imam ali as(versi ahlusunnah)
    tp utk sementara sy tdk ungkapkan terlebih dahulu

  67. @armand
    benarkah menurut anda bahwa rasulullah tdk pernah mengatakan hal@ yang buruk thd Abubakar dan Umar ? secara langsung mgkin iya, tetapi secara kesatuan ruh sebagai manusia Suci, Sayiddah Fatimah jelas telah menampakan murka/marahnya pd Syaikhan tsbt. Bukankah dikatakan oleh Rosulullah Saww, “Fatimah dariku, barang siapa yg menyakitinya maka berarti menyakitiku dan menyakiti Allah SAW”….

    Pendapat anda mengenai Imam Mahdi…pastinya bumi tdk akan ditinggal sedetikpun tanpa hujjah dari para Imam suci. dan kita tdk perlu menunggu nanti pd saat kemunculannya, karena hujjah beliau Al Ghoib As sdh terwakili oleh para Ulama-ulama yg terjaga akhlaknya saat ini”.

    Wassalam

  68. @desktop
    bagi saya, tdk masalah dg segala pujian dan keluhuran akhlak, kejuhudan Abubakar dan Umar sprti yg anda kutipkan riwayatnya di atas.

    Namun, kembali terpikir oleh saya, untuk mencontoh pribadi2 mereka akan sangat riskan terganggu dan timbul kekhawatiran yg mendalam pd diri saya akan perilaku zolim mereka pd pribadi Agung nan Suci kelak akan di contoh oleh anak cucu saya.
    Jika mereka bisa berbuat zolim pd ahlulbyt NAbi Saww, sangat dengan mudah berbuat hal serupa dan bahkan lebih pd manusia-manusia biasa lainnya…..Kami tentunya selalu berlindung dr perbuatan zolim dan selalu kami lantunkan setiap harinya harapan besar pd Illahi Robbulalamin seperti tersurat dlm Al Quran. Al Fatihah:6-7.

  69. @hiroali, di/pada Mei 9, 2010 pada 2:51 pm

    alasannya dikarenakan akhlaknya yg sangat mulia sehingga Nabi Saww tdk menyebutkan nama.
    bagi saya asumsi ini akan menimbulkan akibat2 yg Fatal bagi para sahabat dan umat islam, karena jika memang Nabi tdk pernah menyebutkan nama para munafik, tentunya hal ini akan terjadi saling menuduh

    Tuduh menuduh dan hasut menghasut tidak bergantng pada apakah Rasul menyebut nama mereka atau tidak. Tuduh menuduh adalah sifat buruk manusia yang akan muncul dengan berbagai alasan. Ketika ada daftar munafik pun akan tetap ada tuduh menuduh dan hasut menghasut.

    dan apalagi pd seorang muslim yg imannya sangat rendah dan tingkat akhlaknya yg kurang maka gosip akan cepat menyebar dan saling curiga pasti terjadi yg dapat memecah belah umat akibat tdk jelasnya siapakah sebenarnya orang2 munafik diantara para sahabat yg telah diindikasikan oleh Nabi Saww tanpa menyebut nama itu.

    Di awal kalimat ini anda sudah benar yaitu bahwa sifat tuduh menuduh, curiga mencurigai, hasut menghasut adalah terhubung dengan iman dan akhlak.
    Jika Rasulullah menyebut 10 nama mereka yang munafik maka akan muncul 100 nama tambahan dari mereka yang akhlaknya rendah untuk menghasut.
    Sekarang kita coba lihat dengan keyakinan anda bahwa Rasulullah sudah menyebutkan nama mereka2 munafik. Apakah Sy Abu Bakar ada di dalam list tsb? Jika tolong sebutkan dalilnya. Jika tidak maka ini hanya menunjukkan bahwa benar adanya akan ada manusia2 yang akan menambahkan list tsb.

    Nabi Saww pasti menurut saya akan menyebut nama siapa sebenarnya orang munafik itu, hanya saja hal ini hanya disampaikan pd murid2nya yg terpercaya dan amanah saja…

    Ini dugaan ataukah kenyataan? Tolong berikan dalilnya. Namun saya juga tidak menafikan (bahkan semua kelompok dalam islam) meyakini beberapa orang adalah munafikun dan sudah diketahui namanya. Hanya saja bedanya mereka dengan syi’ah adalah mengenai siapa saja munafiqun tsb.
    Tolong juga dijelaskan mengenai Firman Allah yang menyatakan ada dari mereka yang munafik tsb tidak diketahui oleh Rasulullah.

    kedua, ada anggapan segala tindakan yg terlihat mengalah oleh para Imam Ahlulbayt terhadap perbuatan zolim Abu Bakar dan Umar dianggap sikap Toleran Imam Ali sehingga terkesan hal tsb menjadi pembenaran seluruh tindakan kedua Syekh Khalifah tsb

    Ini kan hanya pendapat anda saja. Anda harusnya mengetahui bahwa semua hal (bahkan Firman pun bisa ditafsirkan macm apalagi tindakan Imam Ali). Semua kembali pada i’tiqad masing2 dan tidak perlu memaksakan kehendak kita.

    jika demikian lalu apa bedanya sikap ‘damai’ Imam ali dan Imam Hasan pd Muawiyah dan Yazid ? mengapa anda disatu sisi terkesan membela Abubakar dan Umara tetapi dilain sisi menentang Muawiyah dan Yazid ?

    Janganlah menjadikan kebodohan anda sebagai dalil dan kesimpulan. Tidak semua yang membaca komentar arman mempunyai kesimpulan sebagaimana anda.
    Sikap Imam Ali dan Imam Hasan sangat konsisten dan jelas maknanya.

    Kejadian Muawiyah dan Yazid adalah ‘ekor’ dari ‘kepalanya’ Abubakar dan Umar.

    Ini khan ahanya analisa dan dugaan anda (krn anda memang inginnya spt itu). Anda harus lebih memahami manusia dengan nafsu2/Ego2nya (dengan logika tsb bisa2 anda bingung mencari tahu kenapa Qabil membunuh Habil.. :mr green: ).

    ketiga, seolah-olah kita selalu berpatokan pada sikap dan tindakan Imam Ali saja di dalam menyikapi segala perbuatan zolim para penguasa atau siapa saja yg berbuat munkar pd zamannya

    Why not…!!!!

    . padahal setiap zaman para Imam mempunyai hak Ijtihad yg berbeda,

    Dalilnya? Jangan asal ngomong. Anda mulai ngawur.

    dan setiap tindakan para Imam mempunyai sikap dan karakter yg berbeda satusama lainnya dlm menyikapi kezoliman di setiap masanya, artinya, dlm hal ini adanya dinamika sikap dan keputusan dari para imam, dari Imam Ali As sampai pd Imam Mahdi AS…

    .
    Bagaimana nih cara pikir anda. Kuta sedang bicara tentang sikap ara Imam 12 atas isu yang sama. Bukan bicara tentang di masing2 jamannya.
    Apakah anda akan mengatakan bahwa para Imam bertentangan (berbeda dalam menyikapi Sy Abu Bakar ??. Kesyia’han anda harus dipertanyakan.
    Semua Imam mempunyai sikap yang sama atas peristiwa yang sama. Tidak ada Imam Yang berijtihad atas peristiwa yang sama, mereka akan meneladani ayah2 mereka. ijtihad adalah hanya pada syari’at dan masalah baru. Pada hakikatnya tidak ada ijtihad pada semua Imam 12. Hakikatnya disini contohnya bahwa ukhuwah diatas klaim kekhalifahan. Sehingga mestinya menjadi jelas kenapa Imam Muhammad al Baqir berbeda pendapat dengan saudaranya Imam Zaid b Ali.

    hal inilah kemudian yg terjadi di Iran, Lebanon dan Iraq, terbukti apa yg telah dilakukan para Ulama Ahlulbayt menyikapi para zolimun,

    Koq melenceng. Kita khan sedang bicara Imam 12.

    ada yg melawan langsung dengan kekuatan dan ini merupakan masalah ijtihad dari sebagian akhlak para Imam Ahlulbayt As.

    Tiak ada satupun dari mereka yang mengorbankan ukhuwah. Semua pada akhirnya mencontohkan yang sama yaitu “mengalah jika itu sudah mengorbankan ukhuwah”. Inilah ajaran para Imam 12, yang ternyata ironisnya ditentang oleh sebagian dari mereka yang mengaku syi’ah Imam 12. Dengan cara pikir anda, mestinya anda tidak masuk syi’ah Imamiyah namun masuk syi’ah Zaidiyah yang berperang thd kedzaliman saat itu, alih2 mengikuti Imam Muhammad al Baqir dan keturunan beliau yang memilih diam.

    Akibat sikap dan pandangan yg kaku dlm menilai pribadi2 suci Imam Ahlulbayt inilah,

    Hehehe..bagi kami yang ta’at kepada Imam Ali anda katakan kaku, dan anda2 yang tidak ta’at kepada beliau menjadi yang benar?? Hmmm..betapa nyatanya bagaimana nafsu mengendalikan manusia.

    bahwa Imam ali terkesan memberlakukan Abubakar dan Umar dengan baik dan Imam Hasan saja berdamai dg Muawiyah,

    Jadi menurut kesan anda sendiri bagaimana?. Luar biasa ngawurnya anda, bahwa kami yang memuliakan sikap dan akhlak beliau a.s. yang mulia, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah, malah anda salahkan. Dan anda anggap benar nafsu anda yang penuh dengan kebencian.

    seolah-olah hanya sikap dan tindakan mereka saja yg harus kita tiru, lalu kemudian para Imam selanjutnya dan Imam Ghoib Al Mahdi As menjadi kehilangan hak ijtihadnya….

    Hehehe…rupanya anda tidak belajar pada ingkarnya kaum khawarij. Memang tidak gampang menjadi pengikut ahlul bayt. Anda memilih nafsu anda sebagai pedoman. Mereka Imam yang tidak sesuai dengan selera anda, maka anda coba memilih Imam yang lain yang sesuai selera anda???. Imam Mahdi tidak akan berbeda hakikat dengan Imam Ali dan Imam2 lainnya. Hanya kebodohan anda saja yang menyebabkan anda mengira bahwa mereka berbeda (anda paham gak sih tentang konsep Imamiyah??).

    .ingatlah bahwa segala kebijakan Imam itu Dinamis, dan pastinya kita saat ini harus beritiba pd segala kebijakan Imam Zamannya dg tdk memungkiri segala akhlak mulia para Imam sebelumnya.

    Artinya anda sedang berijtihad dan tidak sedang meneladani Imam Ali? Anda pasti menolak pernyataan saya, karena anda belum seberani itu. Namun itulah kesan yang didapat dari sikap anda.
    Tolong anda sampaikan disini dimana perbedaan Imam Zaman dengan Imam Ali???. Dan teladan Imam Zaman yang mana yang anda contoh.

    mohon maaf jika ada kesalahan, Salam Persatuan.

    Sama2, saya juga mohon maaf. Pastinya terasa keras komentar saya, namun ini saya niatkan untuk kebaikan kita. Jika ada yang salah dari saya (yang tentunya ada) mohon sampaikan kepada saya, dan mohon maaf sebelumnya.

    Salam damai.

  70. @hiroali, di/pada Mei 9, 2010 pada 3:53 pm

    Sayyidah Fatimah As meninggal dengan membawa rasa murka yg dalam pad para Sayyid tsbt.

    Astagfirullah.
    Bagaimana anda memahami kemaksuman beliau a.s., dan bagaimana anda memahami kemuliaan akhlak dan kezuhudan beliau a.s.??? Sampai begitu teganya anda mengatakan bahwa beiau.a.s. meninggal dengan membawa murka????
    Dunia ini sudah tidak ada di hati mereka. Jika ayahanda SAW beliau a.s.adalah penuh maaf dan kasih sayang maka itulah yang beliau a.s. juga teladani.

    Salam damai.

  71. Revisi tampilan atas comment yang sama:

    @hiroali, di/pada Mei 9, 2010 pada 2:51 pm

    alasannya dikarenakan akhlaknya yg sangat mulia sehingga Nabi Saww tdk menyebutkan nama.
    bagi saya asumsi ini akan menimbulkan akibat2 yg Fatal bagi para sahabat dan umat islam, karena jika memang Nabi tdk pernah menyebutkan nama para munafik, tentunya hal ini akan terjadi saling menuduh

    Tuduh menuduh dan hasut menghasut tidak bergantng pada apakah Rasul menyebut nama mereka atau tidak. Tuduh menuduh adalah sifat buruk manusia yang akan muncul dengan berbagai alasan. Ketika ada daftar munafik pun akan tetap ada tuduh menuduh dan hasut menghasut.

    dan apalagi pd seorang muslim yg imannya sangat rendah dan tingkat akhlaknya yg kurang maka gosip akan cepat menyebar dan saling curiga pasti terjadi yg dapat memecah belah umat akibat tdk jelasnya siapakah sebenarnya orang2 munafik diantara para sahabat yg telah diindikasikan oleh Nabi Saww tanpa menyebut nama itu.

    Di awal kalimat ini anda sudah benar yaitu bahwa sifat tuduh menuduh, curiga mencurigai, hasut menghasut adalah terhubung dengan iman dan akhlak.
    Jika Rasulullah menyebut 10 nama mereka yang munafik maka akan muncul 100 nama tambahan dari mereka yang akhlaknya rendah untuk menghasut.
    Sekarang kita coba lihat dengan keyakinan anda bahwa Rasulullah sudah menyebutkan nama mereka2 munafik. Apakah Sy Abu Bakar ada di dalam list tsb? Jika ada tolong sebutkan dalilnya. Jika tidak ada maka ini hanya menunjukkan bahwa benar adanya, bahwa akan ada manusia2 yang akan menambahkan list tsb.

    Nabi Saww pasti menurut saya akan menyebut nama siapa sebenarnya orang munafik itu, hanya saja hal ini hanya disampaikan pd murid2nya yg terpercaya dan amanah saja…

    Ini dugaan ataukah kenyataan? Tolong berikan dalilnya. Namun saya juga tidak menafikan (bahkan semua kelompok dalam islam) meyakini beberapa orang adalah munafikun dan sudah diketahui namanya. Hanya saja bedanya mereka dengan syi’ah adalah mengenai siapa saja munafiqun tsb.
    Tolong juga dijelaskan mengenai Firman Allah yang menyatakan ada dari mereka yang munafik tsb yang tidak diketahui oleh Rasulullah (bukankah berarti bahwa daftar yang manapun tidak akan pernah lengkap, dan saya yakin bahwa Rasulullah tidak akan membuat daftar tsb..

    kedua, ada anggapan segala tindakan yg terlihat mengalah oleh para Imam Ahlulbayt terhadap perbuatan zolim Abu Bakar dan Umar dianggap sikap Toleran Imam Ali sehingga terkesan hal tsb menjadi pembenaran seluruh tindakan kedua Syekh Khalifah tsb

    Ini kan hanya pendapat anda saja. Anda harusnya mengetahui bahwa semua hal (bahkan Firman pun bisa ditafsirkan macam2 apalagi tindakan Imam Ali). Semua kembali pada i’tiqad masing2 dan tidak perlu memaksakan kehendak kita.

    jika demikian lalu apa bedanya sikap ‘damai’ Imam ali dan Imam Hasan pd Muawiyah dan Yazid ? mengapa anda disatu sisi terkesan membela Abubakar dan Umara tetapi dilain sisi menentang Muawiyah dan Yazid ?

    Janganlah menjadikan kebodohan dan ketidaktahuan kita sebagai dalil dan kesimpulan. Tidak semua yang membaca komentar armand mempunyai kesimpulan sebagaimana anda.
    Sikap Imam Ali dan Imam Hasan sangat konsisten dan jelas maknanya.

    Kejadian Muawiyah dan Yazid adalah ‘ekor’ dari ‘kepalanya’ Abubakar dan Umar.

    Ini khan hanya analisa dan dugaan anda (krn anda memang inginnya spt itu). Anda harus lebih memahami manusia dengan nafsu2/Ego2nya (dengan logika tsb bisa2 anda bingung mencari tahu kenapa Qabil membunuh Habil.. :mrgreen: ).

    ketiga, seolah-olah kita selalu berpatokan pada sikap dan tindakan Imam Ali saja di dalam menyikapi segala perbuatan zolim para penguasa atau siapa saja yg berbuat munkar pd zamannya

    Why not…!!!!

    . padahal setiap zaman para Imam mempunyai hak Ijtihad yg berbeda,

    Dalilnya? Jangan asal ngomong. Anda mulai ngawur.

    dan setiap tindakan para Imam mempunyai sikap dan karakter yg berbeda satusama lainnya dlm menyikapi kezoliman di setiap masanya, artinya, dlm hal ini adanya dinamika sikap dan keputusan dari para imam, dari Imam Ali As sampai pd Imam Mahdi AS…

    .
    Bagaimana nih cara pikir anda. Kita sedang bicara tentang sikap para Imam 12 atas satu isu yang sama. Bukan bicara tentang isu2 di masing2 jamannya.
    Apakah anda akan mengatakan bahwa para Imam bertentangan (berbeda dalam menyikapi Sy Abu Bakar ??. Kesyia’han anda harus dipertanyakan.
    Semua Imam mempunyai sikap yang sama atas peristiwa yang sama. Tidak ada Imam Yang berijtihad atas peristiwa yang sama, mereka akan meneladani ayah2 mereka. ijtihad adalah hanya pada zahir dan masalah2 baru. Pada hakikatnya tidak ada ijtihad pada semua Imam 12. Hakikatnya disini contohnya adalah bahwa ukhuwah diatas klaim kekhalifahan. Sehingga menjadi jelas kenapa Imam Muhammad al Baqir berbeda pendapat dengan saudaranya Imam Zaid b Ali.

    hal inilah kemudian yg terjadi di Iran, Lebanon dan Iraq, terbukti apa yg telah dilakukan para Ulama Ahlulbayt menyikapi para zolimun,

    Koq melenceng. Kita khan sedang bicara Imam 12 kenapa jauh ke ulama?.

    ada yg melawan langsung dengan kekuatan dan ini merupakan masalah ijtihad dari sebagian akhlak para Imam Ahlulbayt As.

    Tiak ada satupun dari mereka yang mengorbankan ukhuwah. Semua pada akhirnya mencontohkan yang sama yaitu “mengalah jika itu sudah mengorbankan ukhuwah”. Inilah ajaran para Imam 12, yang ternyata ironisnya ditentang oleh sebagian dari mereka yang mengaku syi’ah Imam 12. Dengan cara pikir anda, mestinya anda tidak masuk syi’ah Imamiyah namun masuk syi’ah Zaidiyah yang berperang thd kedzaliman saat itu, alih2 mengikuti Imam Muhammad al Baqir dan keturunan beliau yang memilih diam.

    Akibat sikap dan pandangan yg kaku dlm menilai pribadi2 suci Imam Ahlulbayt inilah,

    Hehehe..bagi kami yang ta’at kepada Imam Ali anda katakan kaku, dan anda2 yang tidak ta’at kepada beliau menjadi yang benar?? Hmmm..betapa nyatanya bagaimana nafsu mengendalikan manusia.

    bahwa Imam ali terkesan memberlakukan Abubakar dan Umar dengan baik dan Imam Hasan saja berdamai dg Muawiyah,

    Jadi menurut kesan anda sendiri bagaimana?. Luar biasa ngawurnya anda, bahwa kami yang memuliakan sikap dan akhlak beliau a.s. yang mulia, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah, malah anda salahkan. Dan anda anggap benar nafsu anda yang penuh dengan kebencian.

    seolah-olah hanya sikap dan tindakan mereka saja yg harus kita tiru, lalu kemudian para Imam selanjutnya dan Imam Ghoib Al Mahdi As menjadi kehilangan hak ijtihadnya….

    Hehehe…rupanya anda tidak belajar pada ingkarnya kaum khawarij. Memang tidak gampang menjadi pengikut ahlul bayt. Anda memilih nafsu anda sebagai pedoman. Mereka Imam yang tidak sesuai dengan selera anda, maka anda coba memilih Imam yang lain yang sesuai selera anda???. Imam Mahdi tidak akan berbeda hakikat dengan Imam Ali dan Imam2 lainnya. Hanya kebodohan kita saja yang menyebabkan kita mengira bahwa mereka berbeda (anda paham gak sih tentang konsep Imamiyah??).

    .ingatlah bahwa segala kebijakan Imam itu Dinamis, dan pastinya kita saat ini harus beritiba pd segala kebijakan Imam Zamannya dg tdk memungkiri segala akhlak mulia para Imam sebelumnya.

    Artinya anda sedang berijtihad dan tidak sedang meneladani Imam Ali? Anda pasti menolak pernyataan saya, karena anda belum seberani itu. Namun itulah kesan yang didapat dari sikap anda.
    Tolong anda sampaikan disini dimana perbedaan Imam Zaman dengan Imam Ali???. Dan teladan Imam Zaman yang mana yang anda contoh.

    mohon maaf jika ada kesalahan, Salam Persatuan.

    Sama2, saya juga mohon maaf. Pastinya terasa keras komentar saya, namun ini saya niatkan untuk kebaikan kita. Jika ada yang salah dari saya (yang tentunya ada) mohon sampaikan kepada saya, dan mohon maaf sebelumnya.

    Salam damai.

  72. Perbedaan antara Bapak Chany dengan Armand, adalah pada bahwa:
    Armand sedang membicarakan bagaimana untuk bersikap terhadap peristiwa2 tsb (armand menyarankan untuk meneladani bagaimana Imam Ali bersikap).
    Sedangkan Bapak Chany masih mempermasalahkan siapa yang benar dan siapa yang salah.

    Memang betul armand ada mencoba mengajukan skenario berprasangkan baik. Namun tepat jelas bahwa itu bukan menjadi esensi tulisan armand. Yang manapun skenarionya, adalah pada kenyataannya Imam Ali a.s. sudah menunjukkan sikap yang jelas, yang semestinya diteladani oleh kita para pengikutnya. tanpa harus menambahkan dalih apapun. Dan sejarah menunjukkan mereka yang tetap ta’at meneladani beliau as.s tetap menajdi syi’ah beliau a.s., dan mereka (pengikut) yang tidak sanggup meneladani menjadi khawarij (ingat mereka khawarij pun punya dalil untuk tidak meneladani Imam Ali a.s.)
    Disini pulalah bedanya Imam Ali a.s. dengan sahabat yang lain pada keta’atan kepada Rasulullah.

    PS: Tidak semua kebenaran disampaikan ke semua orang, kitapun memilih kebenaran2 yang bisa kita sampaikan kepada anak2 kita. Kita sampaikan kepada mereka ketika mereka sudah sanggup untuk menghandle kebenaran itu.
    Imam Ali a.s. pun (dengan mencontoh rasulullah SAW) tidak menyampaikan semua kebenaran kepada semua orang, sebagaimana Rasulullah tidak membebankan suatu ilmu kepada mereka yang belum siap menerimanya. Setiap manusia ada derajatnya.

    Salam damai.

  73. @truthseekers08
    maaf ikut nimbrung,
    mesti diketahui iltihad Imam ali n imam hasan atwpun imam husein berbeda terhadap sesorang yg sama misalkan muawiyah adalah bukan menunjukan bhw mereka berbeda.dlm hal ijtihad.
    anda mesti memahami situasi n kondisi pd wkt zaman imam ali n imam hasan adalah berbeda sehingga ijtihad mereka pun berbeda.wlw pun lwn mereka adalah sama yaitu muawiyah.
    kondisi yg hampir sama kemudian ijtihad yg hampir sama antara imam ali n imam hasan adalah ketika imam ali berhadapan dgn abubakar kemudian imam hasan berhadapan dgn muawiyah .
    sy sendiri jg melihat ada kekakuan dlm pemikiran anda trhdp sikap yg mesti diambil dlm menanggapi suatu sejarah yg berkenaan dgn ahlulbait.
    Situasi kondisi sekarang ini berbeda dgn sikon pd zaman imam ali,sehingga sikap kita pun berbeda dlm menanggapi sejarah.Tp ini bkn berarti kita berbeda atw pun menentang imam ali.
    Anda bisa lihat contoh sikon yg berbeda kemudian terjadi ijtihad yg berbeda.
    yaitu:imam ali berperang melawan kekuatan muawiyah sedang imam husein tdk melakukan peperangan melawan yazid sprt halnya imam ali berperang mlw muawiyah,atw pun imam hasan tdk melakukan peperangan trhdp muawiyah.
    padahal ketiganya memiliki lawan yg sama(zalim) bahkan yazid tdk kurang zalimnya dgn muawiyah.
    bisa jd Anda tdk bersikap sama trhdp muawiyah apabila anda berada diarab saudi,dgn apabila anda berada diindonesia

  74. @all
    perihal murka n marah ataupun melaknat,adalah sesuatu yg wajar sj,karna banyak dalil baik alquran yg membolehkan hal tsb,persoalannya adalah
    apakah murka dsb yg ditampakan oleh rosul n ahlulbaitnya adalah sama dgn murkanya kita.?
    yg prlu digaris bawahi bhw murka rosul n ahlulbaitnya adalah bukan murka yg berlandaskan hawa nafsu.
    hadits;”murka fatimah adalah murka ku n murka ku adalah murkanya allah”
    dari dalil tsb apabila kita hub dgn ayat quran
    An najm 3-4
    3. dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.
    4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
    dgn ayat tsb jelaslah bhw murkanya rosul bukanlah dikarnakan hawa nafsu,tp hal tsb bag dr wahyu.
    sekarang bgmn dgn murka fatimah,tentu sj murka fatimah adalah murka rosul,sehingga murka fatimah pun bukan dari hawa nafsu.
    sehingga apa yg dikatakan @hiroali bhw fatimah wafat dgn membw murka,adalah hal yg kita tdk memposisikan fatimah menjadi rendah.
    Jadi sanggahan dari@TS 08 trhdp @hiroali menurut sy tdklah mengena.justru @TS telah menafsirkan salah ttg murka fatimah,dgn mempersamakan murka beliau dgn murka yg berdasarkan hawa nafsu

  75. @truthseekers 08
    Anda mengatakan Perbedaan antara Bapak Chany dengan Armand, adalah pada bahwa:
    Armand sedang membicarakan bagaimana untuk bersikap terhadap peristiwa2 tsb (armand menyarankan untuk meneladani bagaimana Imam Ali bersikap).
    Sedangkan Bapak Chany masih mempermasalahkan siapa yang benar dan siapa yang salah.

    Sdr. Truthseekers. Melihat komentar anda diatas se-akan2 saya hanya berbicara kebenaran yang bisa bertentangan dengasn akhlak. Kalau demikian tanggapan anda atas komentar saya, maka pemahaman anda atas akhlak Ahlulbait dan Itrahti (Imam 12 ) SALAH.
    Demikian saya bisa katakan bahwa yang anda maksud dengan AKHLAK Ahlulbait adalah Tingkah laku (behaviour)
    Setahu saya Akhlak Rasul, Imam Ali dan Itrati adalah Akhlak ALQUR’AN. Dari Akhlak Alqur’an ini tercermin dalam tingkah laku mereka kita sebut kebjaksanaan (dengan kearifan). Tapi tetap mereka menentang kebathilan. Mereka sepadan dengan Alqur’an (Tsaqalain). Mereka telah bersatu denga Alqur’an.
    Alqur’an pembawa kebenaran, maka setiap yang bathil mereka tolak. Sedangkan tingkah laku (sikap) mereka merupakan kearifan bertindak (bijaksana)
    Mungkin anda tidak melihat atau mendengar mereka melaknat/mengutuk/ membeci/murka. Dan itu BENAR.
    Tapi karena Akhlak mereka Akhlak Alqur’an, sedikit saja tergores dihati mereka yang sudah keterlauan tidak perlu dengan ucapan atau tindakan. Allah Ridha atas kemurkaan mereka. Dan SIKSA Allah sangat PEDIH. Beda dengan kita ini. Walau sebesar apapun kita menunjukan kemurkaan kita, tidak seberat murka mereka yang DIAM.
    Jadi anda katakan mencontohi Ahlulbait hanya pada tingkat BEHAVIOUR.
    Jadi akhlak mereka adalah MENEGAKAN KEBENARAN.
    Salam damai Wasalam

  76. @armand

    Anda bertanya ke mas Chany;

    Apa maksud mas DITERJANG?

    Kelanjutannya mungkin begini DITERJANG menerjang terjang, tak gentar2, menyerang2, majulah2 menang…. :mrgreen:

  77. @aldj,

    Benar Mas, Imam Ali pada zaman Abubakar bersikap sabar kerana situasi dan kondisi ketika itu Islam masih muda perkembangannya dan para pendukung Imam Ali sangatlah sedikit, klo menurut istilah mas Chany mah seperti bayi yg baru lahir. Sedangkan musuh2 Islam disekitarnya banyak yg mengintai kelemahan Islam itu sendiri, baik intern maupun ekstern.

    Wassalam

  78. @aldj
    Mungkin perlu diperiksa tulisan saya, yaitu bahwa saya menyatakan hakikat dari keputusan para Imam tidaklah berbeda:
    1. Imam Ali membai’at Sy Abu Bakar adalah demi kesatuan umat dan jumlah yang kecil.
    2. Imam Ali memerangi Muawiyah karena beliau khalifah, muawiyah adalah pemberontak.
    3. Imam Hasan memerangi Muawiyah karena beliau adalah khalifah, muawiyah adalah pemberontak.
    4. Imam Hasan berdamai dengan Muawiyah adalah demi kesatuan umat.
    5. Imam Husein diam karena alasan yang sama dengan Imam Ali.
    6. Imam2 selanjutnya pun begitu hingga Imam Mahdi.

    Mengenai murkanya Sayyidati Fatimah, yang saya permasalahkan adalah bahwa saudara Hiroali adalah bahwa Beliau murka sampai wafatnya.
    Sedangkan bahwa Beliau murka atas sikap2 yang menyalahi Beliau itu memang bisa2 saja, namun saya meyakini bahwa pasti Beliau sudah memaafkannya sehingga Beliau tidak mungkin meninggal dengan membawa murka ini ke alam kubur:

    Rasulullah bersabda:

    “Ada tiga hal yang jika dimiliki seseorang, ia akan mendapatkan pemeliharaan dari Allah, akan dipenuhi dengan rahmat-Nya, dan Allah akan senantiasa memasukkannya dalam lingkungan hamba yang mendapatkan cinta-Nya, yaitu (1) seseorang yang selalu bersyukur manakala mendapat nikmat dari-Nya, (2) seseorang yang mampu meluapkan amarahnya tetapi mampu memberi maaf atas kesalahan orang, (3) seseorang yang apabila sedang marah, dia menghentikan marahnya.” (HR. Hakim).

    Rasulullah bersabda, “Maukah aku ceritakan kepadamu tentang sesuatu yang menyebabkan Allah memuliakan bangunan dan meninggikan derajatmu? Para sahabat menjawab, tentu. Rasul bersabda, “Kamu bersikap sabar (hilm) kepada orang yang membencimu, memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu, dan menghubungi orang yang telah memutuskan silaturrahim denganmu.” (HR. Thabrani).

    QS:42:40:. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.

    “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159).

    “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran: 134)

    Pada saat pembebasan kota Makkah, Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada kita untuk berusaha memaafkan orang yang telah berbuat semena-mena kepada kita. Rasul berkata kepada kaum quraisy : ”Wahai orang-orang Quraisy. Menurut pendapat kamu sekalian, apa yang akan aku perbuat terhadap kamu sekarang?” Jawab mereka, ”Yang baik-baik. Saudara yang pemurah, sepupu kami yang pemurah.” Mendengar jawaban itu Nabi berkata, ”Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas!”.

    ” Memaafkan itu lebih mendekatkan kepada taqwa. ” (QS. 2 ; 237)

    Dan masih banyak lagi dalil dan contoh bahwa memaafkan itu adalah mulia dan saya meyakini bahwa Sayyidati Fatimah sangat layak untuk dimuliakan.
    Adalah sangat mengherankan ketika saya berprasangka baik bahwa Sayyidati Fatimah memiliki sifat pemaaf, kemudian para “pecintanya” menolak hal tsb. Apakah membawa dendam hingga wafat adalah kemuliaan?

    Salam damai

  79. @chany

    Sdr. Truthseekers. Melihat komentar anda diatas se-akan2 saya hanya berbicara kebenaran yang bisa bertentangan dengasn akhlak.

    Maaf Bapak Chany, di tulisan saya yang mana saya menyatakan (menyiratkan) kebenaran bertentangan dengan akhlak?.

    Salam damai

  80. @truthseeker08

    Menurut saya; Sayyidati Fatimah murka (marah) adlh karena Allah ketika menerima perlakuan Abubakar yg dhalim sampai akhir hayatnya, hingga bayi dlm kandungannya meninggal. Klo Beliau mema’afkan berarti membenarkan kelakuan Abubakar tsb. Jadi rancu deh antara hak dan bathil. 🙂

    Wassalam

  81. @yadi
    Saya jadi kaget juga begitu sulit untuk memahami maksud saya.. 🙂
    Begini saja, sekarang anda ambil riwayat yang terjadi kepada Rasulullah. Apakah ada mereka yang menzalimi Rasulullah dan dimaafkan oleh Beliau?
    Berikut adalah pertanyaan2 dari saya:
    1. Apakah Rasulullah pernah memaafkan kesalahan seseorang?.
    2. Jika ya, apakah maaf Rasulullah tsb berarti membenarkan kesalahan tsb?
    3. Manakah yang lebih mulia mendendam ataukah memaafkan?.

    Klo Beliau mema’afkan berarti membenarkan kelakuan Abubakar tsb. Jadi rancu deh antara hak dan bathil. 🙂

    :mrgreen:
    Beginikah logika anda??
    Jadi menurut anda perbuatan memberi maaf adalah suatu kerancuan?. Pantas saja kalau anda menjadi manusia pendendam.
    Apakah anda membaca dalil2 yang saya sampaikan tentang kemuliaan memberi maaf.
    *geleng..geleng saking surprisenya*

    Salam damai.

  82. @truthseeker08,

    Ma’af, justru logika anda yg rancu. Disini sangat jelas bahwa sikap yg diambil Sayyidati Fatimah as marah hingga akhir hanyatnya karena kedhaliman Abubakar yg telah melanggar sunnah Rasulullah saw, berarti juga melanggar perintah Allah swt yg sangat penting. Pertanyaan2 anda saya jawab bahwa Rasulullah saw mema’afkan kesalahan sesuai dgn kadarnya (derajatnya). Saya kira anda tidak bisa menempatkan kata ma’af secara proporsional dan menuduh saya pendendam (saya juga geleng..geleng saking surprisenya) 🙂

    Wassalam

  83. @yadi
    Memaafkan (kesalahan) = membenarkan (kesalahan)
    Baru dengar nihh saya. Coba bantu saya untuk lebih memahaminya.
    Kalau mau dibilang rancu, maka konsep ini yang saya anggap rancu.
    karena jika memaafkan = membenarkan maka memaafkan adalah suatu tindakan yang harus diperangi… :mrgreen:
    Nahh..tapi bagaimana denga perintah2 Allah SWT utk kita menjadi pemaaf? Dan bagaimana dengan sunnah Rasul yang pemaaf???

    Salam damai

  84. @truthseeker08

    Dlm salah satu ayat Al Qur’an (sy lupa ayatnya) apabila membunuh manusia tanpa membuat kerusakan dimuka bumi, maka = membunuh manusia seluruhnya. Apakah kadar kesalahan tsb bisa dima’afkan? Demikian juga dgn kasus Abubakar vs Sayyidati Fatimah as.

    Wassalam

  85. @truthseeker08

    Anda bertanya;

    Nahh..tapi bagaimana denga perintah2 Allah SWT utk kita menjadi pemaaf? Dan bagaimana dengan sunnah Rasul yang pemaaf???

    Benar kata anda; bahwa perintah Allah dan Rasul-Nya lebih baik menjadi pema’af karena lebih dekat kepada ketakwaan, namun harus sesuai dgn kadarnya (proporsional). Mohon ma’af apabila ada kesalahan.

    Salam Damai

  86. @truthseekrs
    klu anda bicara hakekat para imam,tentu sj sama.
    persoalannya jd sy koreksi adalah,anda mengatakan “sikap mereka sama pd peristiwa yg sama”.

    mengenai murka fatimah,sy terima dalil dari anda,tp maaf dalil tsb masih belum berhub dgn murka fatimah.
    utk itu sy berikan pertanyaan utk anda
    1.apakah murka fatimah kpd abubakar sebelum beliau wafat adalah berdasarkan hawa nafsu?
    2.apakah diwaktu beliau murka berarti beliau kontra dgn dalil2 yg anda berikan?
    Anda lg memposisikan murka fatimah seperti murkanya manusia biasa,yg dlm lingkup yg susah utk terbebas dr murka yg membawa hawa nafsu.
    Maaf … sempat terlintas difikiran sy,yaitu
    Klu anda meyakini kebenaran riwayat bhw ada perselisihan antara fatimah n abubakar,sedang anda waktu itu berada pd zaman n pd tempat yg sama.
    kemudian anda melihat fatimah murka,bisa jadi anda akan berada diposisi ditengah2.kemudian anda menegur fatimah utk jgn murka,dgn membawa dalil yg anda sampaikan.
    sekali lg maaf…
    ini hanya utk memperjelas,bhw murka,marah n benci tdk sll identik dgn hawa nafsu.
    salam damai n persaudaraan…

  87. @yadi
    Maaf..anda sendiri jg memposisikan fatimah dgn posisi bhw beliau murka ke abubakar jg dgn hawa nafsu.
    dalam kondisi ini tdk ada lg diposisi beliau maaf atw tdk memaafkan.
    bukankah ayat quran surah an najm 3-4 sdh jelas,bhwsanya apa yg disampaikan bukan dari hawa nafsu.
    jadi menurut sy apa yg dilakukan oleh fatimah itu jg akan dilakukan oleh rosul.
    Jadi smua yg dilakukan oleh fatimah itu sebenarnya adalah petunjuk buat abubakar,di terima atw tdk itu tanggung jwb abubakar nanti dihadapan allah n rosulnya,sebagaimana hal tsb jg sdh disampaikan oleh fatimah ke abubakar.
    Jadi memaaf kan atw tdk adalah bukan level fatimah.
    Tp apa yg dilakukan beliau adalah petunjuk
    salam….

  88. Dari pada diskusi ngalor ngidul, lebih baik kita tanggapi komentar mas deskov tentang hadist di atas. MKenurut saya, analisisnya cukup bagus. Uraiannya terus terang membuat saya cukup tergugah untuk tidak lagi mencari2 kelemahan Abu Bakar dan Umar R.A. dengan tetap komitmen dengan Imam-Imam Ahlul Bait. Bagaimana dengan kawan2 ?

  89. @aldj
    1. Tidak..!
    2. Tidak..!

    Salam damai

  90. @yadi
    Saya yang lebih layak minta maaf kepada anda.
    Saya hanya bisa sarankan kita lebih berhati2 dengan asumsi2 (dugaan2) kita:
    ==> bahwa kesalahan yang dimaafkan ada derajatnya? ini adalah asumsi kita karena kita mengukur pada diri kita yang lemah dan penuh dg amarah. Karena derajat kita begitu jauh dibanding mereka. sehingga terkadang yang kita anggap wajar bagi diri kita kita sematkan/nisbahkan kepada mereka.

    Salam damai

    Salam damai.

  91. @Syiah ali
    1. Silakan deskov membuat summary dan point2nya agar bisa lebih fokus.
    2. Kami disini sudah alergi dengan menanggapi copas2. karena sering terjadi pembawa copas tidak menguasai yang dia copas sehingga diskusi jadi tidak menarik.
    3. Banyak dari copas2 sudah dibahas dimana2.

    Salam damai.

  92. @truthseekrs
    salam damai n sejahtra

  93. @truthseekers 08
    Saya tidak mengatakan bahwa anda membedakan KEBENARAN dan AKHLAK.
    Tapi pada komentar anda tgl 10 jam 3.34 (silahkan baca lagi tulisan anda), maka saya katakan SE-AKAN2.
    Dan bagi saya tidak ada pembahasan lagi. Yang penting saya bisa ungkapan pandangan serta pemahaman saya terhadap KEBENARAN dan AKHLAK. Salam damai Wasalam

  94. @truthseeker08 @aldj

    Saya tidak mengukur kasus Abubakar vs Sayyidati Fatimah as berdasarkan hawa nafsu, namun diukur dgn firman Allah swt:

    ” Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.“ ( QS AL Maa-idah :32)

    Menurut para Mufassir bahwa membunuh disini bisa ditafsirkan membunuh karakter seseorang, sehingga ia dan keturunannya lah yg salah. Disini jelas bahwa Abu Bakar keliru baik dalam soal fadak ataupun khumus. Akibatnya hingga kini yg menjadi hak Sayyidati Fatimah as secara turun temurun dikuasai oleh orang2 yg bukan haknya dan kebenaran Islam hampir punah ditelan zaman.

    Salam Damai

  95. @truthseeker08

    Anda mempertanyakan ini;

    ==> bahwa kesalahan yang dimaafkan ada derajatnya?

    Apakah sama derajatnya: pencuri semangka dgn koruptor? pencuri sendal dgn teroris? membunuh binatang dgn membunuh manusia? perampok bank dgn perampok kekhalifahan?

    Salam Damai

  96. @yadi
    mungkin anda tdk membc tulisan sy scr cermat.
    bukan levelnya fatimah utk sakit hati trhdp kesalahan abubakar,fatimah tdk terpengaruh dgn hal tsb.jd beliau pun tdk perlu murka dgn hawa nafsu,kemudian akan berakhir dgn memaafkan atw tdk memaafkan.
    bliau adalah pemimpin wanita sejagat raya,alam semsta n isi nya tdk ada artinya buat beliau.krn alam semesta ini terbuat dr cahaya mereka.
    jadi apalah artinya seorang abubakar buat beliau,murka beliau sekali lagi adalah PETUNJUK buat abubakar n kita semua n beliau jg adalah “shirothol mustaqim”.
    kerugian buat abubakar
    1.dia telah mengambil sesuatu yg bukan haknya
    2.dia menutup hatinya dari petunjuk yg akan menyelamatkan dirinya.

    salam

  97. @aldj

    Benar, sekarang saya baru paham yg anda maksudkan. Sedikit tambahan dari saya bahwa kedudukan (level) Sayyidati Fatimah as sedemikian tinggi sehingga kerelaan dan amarahnya menjadi kriteria kerelaan dan amarah Rasulullah saw. Dan kerelaan dan amarah Rasulullah saw menjadi kerelaan dan murka Allah swt. Sebagaimana Nabi saw bersabda dalam sebuah hadis, “Fatimah adalah belahan jiwaku. Barangsiapa yang membahagiakannya maka ia telah membahagiakanku. Dan barangsiapa yang membahagiakanku, maka ia telah membahagiakan Allah swt. Barangsiapa yang menyakitinya ia telah menyakitiku dan barangsiapa yang menyakitiku maka ia telah menyakiti Allah swt.” Dan juga riwayat lain menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Fatimah adalah orang yang paling terkasih di sisiku.”

    Wassalam

  98. @yadi

    ==> bahwa kesalahan yang dimaafkan ada derajatnya?

    Hati2, jangan dipenggal2 statement saya.
    Kesalahan tentu ada derajatnya. yang saya pertanyakan adalah: kesalahan yang dimaafkan. Apakah ada bedanya kesalahan yang mana yang bisa dimaafkan dan yang tidak bisa dimaafkan? Apakah ada tuntunannya/klasifikasinya/derajatnya kesalahan spt yang bisa dimaafkan dan yang tidak bisa dimaafkan?

    1. Hindun, dengan kesalahan yang begitu besar apakah layak atau tidak dimaafkan? kenyataannya Rasulullah memaafkan.
    2. Abu Sufyan, berapa banyak umat Islam yang meninggalkan harta dan keluarga, utk hijrah, berapa banyak umat islam yang terbunuh dlm peperangan yang dibiayai oleh Abu Sufyan, apakah Abu Sufyan tidak dimaafkan?
    Apakah pernah kita mendengar riwayat ada pertimbangan derajat kesalahan oleh Rasulullah dalam memaafkan suatu kesalahan?
    Jadi harap dibaca lebih hati2 dan dipahami.

    Ada satu hal lagi yang kiita harus berhati2, yaitu: janganlah kita gegabaha comot sana comot sini ayat2 Al Qur’an dalam menyikapi sesuatu. Dengan cara kita main comot, maka sama saja kita setuju kepada mereka yang menentang Rasulullah ketika Rasulullah membuat keputusan yang seolah2 (menurut pemahaman kita) tidak sejalan dengan (teks) ayat AQ.
    Ini pun telah terjadi dan semestinya menjadi pelajaran bagi kita ketika khawarij menggunakan teks AQ dalam menentang keputusan Imam Ali.
    Begitu juga yang sering terjadi pada sahabat yang “keberatan” dengan keputusan2 Rasulullah (krn ketidakmampuan mereka mendalamai/memahami keputusan2 tsb).
    Barangkali jika kita (yang terbiasa dg main comot ayat) berada di jaman itu, kita pun akan protes dengan keputusan Rasulullah memaafkan Hindun, Abu Sufyan dll. Bukankah menurut ayat AQ mereka harus dihukum mati.
    Kebiasaan kita yang beradu teks AQ (comot sana comot sini) menyebabkan perselisihan), krn masing2 menganggap benar dengan telah mengutip ayat AQ.

    Nahhh, dengan ayat yang anda kutip tsb, bagaimana anda menjawab maaf2 dan pengampunan2 yang telah Rasulullah berikan kepada mereka2 yang berlumuran darah umat islam?

    Salam damai

  99. @chany
    Bapak Chany yang saya hormati.
    Sebagaimana contoh yang saya berikan kepada yadi, coba kita lakukan renungan kembali:
    Bagaimana jika:
    1. Hindun dihukum bunuh dengan dalil ayat AQ ==> Kebenaran?
    2. Kafir2 Quraisy di penaklukan Mekkah dihukum pancung semua ==> kebenaran dan ada ayat yang akan bisa membenarkannya.

    Namun apa yang dilakukan Rasulullah?? Akhlak Beliau, kasih sayang beliau, sifat pemaaf Beliau dan kemuliaan2 lainnya dari Beliau telah membawa Beliau kepada keputusan yang luar biasa dan spektakuler, yang sekarang terus menjadi buah bibir manusia baik muslim maupun non-muslim. Rasulullah membuka jalan maaf bagi mereka, Rasulullah berikan fasilitas bagi Abu Sufyan (shg mrk yang berada di rumah Abu Sufyan tidak akan diganggu).
    Betapa membanggakannya menjadi umat Beliau SAW.
    Yaa Rasulullah terimalah daku menjadi umatmu.

    Salam damai

  100. @aldj

    Pertamax..!!.. 😉

    Salam damai & sejahtera.

  101. @Truthseekers 08
    Karena anda menyebut Bapak Chany yang saya hormati, maka saya memanggil anda Anak yang saya cintai.
    Begini mengenai point tsb diatas, yang anda katakan hukum pancung QS ada kelanjutannya. Yaitu apabila engkau maafkan maka itu lebih baik bagimu. Dan pasti Rasulullah mengambil yang terbaik. Wasalam

  102. @truthseeker08

    Betapa mulianya akhlak Rasulullah saw yg telah mema’afkan musuh2nya yg berlumuran darah umat Islam. Demikian juga Sayyidati Fatimah as dan para Imam Ahlulbait as, tentu saja sama dgn akhlak Rasulullah saw. Sungguh begitu mulianya akhlak manusia2 suci tsb.

    Berdasarkan penjelasan anda, berarti hukum Islam seperti ; pancung, rajam, potong tangan dsb tidak sesuai dgn akhlak Rasulullah saw?

    Wassalam

  103. @yadi
    :mrgreen:
    Akhlak itu adalah pilihan.
    Ketika disitu ada pilihan maka kita harus kedepankan akhlak kita.
    Jika pada hukum tsb ada pilihan maka yang berkesesuaian dengan akhlak yang mulia lah yang dipilih.
    Hati2 anda dengan hitam putih cara berfikir anda. karena ketika ada beberapa pilihan, maka yang tidak dipilih bukan dikatakan salah, dan yang dipilih benar. Namun yang dipilih dengan akhlak yang mulia adalah yang paling mulia (benar). namun semua akan kembali kepada derajat masing.
    Apakah karena Rasulullah berperang maka kita akan katakan akhlak Rasulullah adalah doyan perang??. Tidaklah begitu, akhlak Rasulullah adalah akhlak yang cinta damai. Kemudian apakah kemudian dikatakan perintah perang bertentangan dengan akhlak Rasulullah? Tidak juga mesti begitu.
    Damai (menghindari perang) adalah pilihan pertama, namun ketika damai (menghindari perang) tidak memberikan solusi (ada tujuan yang lebih utama dari diam) maka perang menjadi pilihan. Namun perang yang dijalani pun adalah perang yang dipenuhi akhlak yang mulia, dengan adanya aturan2 (fiqh perang).
    Ada lagi saat dimana damai lebih utama, maka damai menjadi pilihan.

    Salam damai.

  104. @truthseeker08

    Namun anda belum menjawab pertanyaan ini;
    Berdasarkan penjelasan anda, berarti hukum Islam seperti ; pancung, rajam, potong tangan dsb tidak sesuai dgn akhlak Rasulullah saw? wong Beliau saw mema’afkan orang yg berlumuran darah umat Islam.

    Salam

  105. @yadi
    Jangan tergesa2 menyatakan bahwa komentar saya yang terdahulu tidak menjawab pertanyaan anda. bagi sebagian orang itu sudah menjawab, namun bagi sebagian (anda) terlalu sulit untuk memahami.
    Karena anda tidak mampu memahami penjelasan yang lebih komprehensiv maka saya jawab dengan yang mudah anda pahami.
    Jawaban saya:
    Sesuai..!!
    :mrgreen:

    Salam damai

  106. @truthseeker08,

    Mohon ma’af klo saya yg terlalu sulit untuk memahami penjelasan anda, mungkin kerana pengetahuan saya yg masih dangkal dan bodoh mengenai agama. Saya sangat senang berdiskusi dgn anda.

    Wassalam

  107. @yadi

    Kayaknya tidak terkait dengan jumlah pengetahuan kita deh, Lebih pada mau atau tidak mau.. 🙂 . Kadang mind set-up kita menolak pendapat2 yang bertentangan dengan apa yang sudah kita yakini.
    Yang saya tahu tidak lebih banyak dari yang anda tahu.
    Saya hanya mencoba konsisten dalam mengimani kesucian dan kemuliaan mereka. Sehingga ketika ada keinginan2 saya, pertimbangan2, perasaan2 saya saya yang bertentangan dengan peneladan mereka, maka semua milik saya harus saya singkirkan jauh2,
    Keterjebakan kita dalam usaha kita mencari pembenaran2 atas sikap kita yang berbeda dengan mereka membawa kita kepada “kesalahan”.
    Amarah kita, kebencian kita, kepada mereka yang “menyakiti” ahlul bayt telah menipu kita, sehingga kita keluar dari peneladanan. Sehingga muncullah mereka2 yang mengaku pengikut ahlul bayt namun memiliki akhlak yang bertentangan dengan ahlul bayt (penuh dengan dendam, benci, murka, caci maki, merasa paling benar sendiri).
    wahh jadi ngelantur.. 😉

    Salam damai

    Salam damai

  108. @truthseeker08

    Menurut saya penjelasan anda tidak nglantur, namun sangat bermanfa’at untuk dicontoh bagi umat Islam yg suka mengkafirkan sesama Muslim diantara Sunni dan Syi’ah. Namun kita harus tetap waspada terhadap musuh2 Islam yg mengaburkan perjuangan Rasulullah saw dan para Imam Ahlulbayt as, demi tegaknya Islam sebagai agama yg Rahmatan lil’Alamin. Alhamdulillah…

    Wassalam

  109. @yadi & truthseeker08

    Kesalahan Hindun, Abu Sufyan dan org sejenisnya boleh jadi dimaafkan oleh Rasulullah saw, karena itu menjadi ciri akhlak seorang Rasul yg agung. Tetapi ingat masih ada urusan dg Allah Swt yg harus “diselesaikan” oleh yg mereka yg memusuhi Rasul/Islam secara sadar.

  110. @wahyudi

    Tetapi ingat masih ada urusan dg Allah Swt yg harus “diselesaikan” oleh yg mereka yg memusuhi Rasul/Islam secara sadar.

    :mrgreen:
    Rupanya anda tetap tidak ikhlas untuk menelaani Rasulullah. Tanggalkan kebencian, kalau Rasulullah memaafkan maka sebagai pengikutnya harus bagaimana? Memang tidak mudah, sehingga mereka berbedalah mereka yang sudah memasuki maqam2 yang tinggi mereka mencontoh Rasulullah hingga pada batin Beliau SAW. Jangan anda pikir bahwa mereka yang meneladani Rasulullah tidak mengalami konflik kebencian seperti itu pada awalnya. Mereka mengalami fase yang sama sebelumnya, namun mereka secara istiqomah memerangi nafsu (kebencian tsb).
    Mengenai urusan mereka dengan Allah itu bukan hak kita menduga2, berasumsi apa yang akan Allah lakukan.

    Salam damai.

  111. @truthseeker08
    Rupanya anda tetap tidak ikhlas untuk menelaani Rasulullah”

    Saya mengatakan begitu bukan berarti tdk ikhlas meneladani Rasulullah saw. Maksudnya dg dimaafkannya org2 spt Hindun dan Abu Sufyan bukan berarti mereka sama kedudukannya dg org2 yg masuk Islam di masa awal Nabi berdakwah dan tetap menjadi pendukung Nabi sampai meninggalnya, sbgmana Al-Quran mengelompokkan sahabat sesuai kadar imannya.

    Urusan mereka dg Allah saya tdk menduga-duga/berasumsi, tetapi jelas menurut Al-Quran semua org pasti akan dihisab oleh Allah di akhirat kelak baik yg mendukung Nabi apalagi yg memusuhi Nabi saw.

  112. @truthseeker08

    Saya setuju bahwa kita tdk boleh menjadi pendendam. Tetapi pemaaf adalah suatu hal dan penegakan syariat adalah hal lain. Artinya dg memaafkan seseorang bukan berarti membenarkan perbuatannya. Salah ya tetap salah. Benar ya tetap benar.

  113. @armand

    Boleh2 saja org mencari tahu latar belakang tindakan Abu Bakar tidak memberi bagian khumus kpd kerabat Rasulullah saw, tapi jangan dijadikan pembenaran atas tindakannya itu, apapun alasannya. Dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab 36 Allah berfirman :”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.”

  114. @wahyudi

    Saya mengatakan begitu bukan berarti tdk ikhlas meneladani Rasulullah saw. Maksudnya dg dimaafkannya org2 spt Hindun dan Abu Sufyan bukan berarti mereka sama kedudukannya dg org2 yg masuk Islam di masa awal Nabi berdakwah dan tetap menjadi pendukung Nabi sampai meninggalnya, sbgmana Al-Quran mengelompokkan sahabat sesuai kadar imannya.

    Ketika kita membicarakan tentang meneladani Rasulullah memaafkan musuh2 Islam saat itu, semestinya kita cukupkan dengan tidak menambahkan hal2 (mengenai bagaimana dosa mereka dahulu) yang memberi kesan ketidak setujuan/keikhlasan kita.
    Namun dari sini kita belajar bahwa bagaimana sulitnya bagi para sahabat pada saat itu yang mempunyai derajat berbeda2 untuk tetap ta’at karena seperti kita yang masih geram kepada musuh2 islam tsb, terlebih mereka yang langsung berhadap2an dalam perang, dan merekalah (para sahabat) yang kehilangan harta/rumah, dan keluarga yang mati dalam perang.

    Urusan mereka dg Allah saya tdk menduga-duga/berasumsi, tetapi jelas menurut Al-Quran semua org pasti akan dihisab oleh Allah di akhirat kelak baik yg mendukung Nabi apalagi yg memusuhi Nabi saw.

    Mengenai hisab, kita gak usah bahas krn kita tidak ada perbedaan pendapat disana.
    Nahh.lagi2 kita hendak sembarang comot dalil/nash AQ menurut nafsu kita. Bukankah juga ada nash2 AQ yang menyatakan bahwa Allah Maha Pengampun. Misal:

    “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan Aku-lah yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 159-160)

    QS: 8: 38:Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu .”

    Kenapa saya menyatakan anda menduga2 dan berasumsi adalah, karena mereka tetap punya peluang spt ayat2 tsb diatas.

    Saya setuju bahwa kita tdk boleh menjadi pendendam. Tetapi pemaaf adalah suatu hal dan penegakan syariat adalah hal lain. Artinya dg memaafkan seseorang bukan berarti membenarkan perbuatannya. Salah ya tetap salah. Benar ya tetap benar.

    Ini lagi2 hal yang dimana kita tidak berselisih. Jika anda menduga bahwa maaf itu sama dengan membenarkan yang salah, maka anda terlalu lugu (saya sudah katakan ttg ini di komentar saya sebelumnya). Sangat keterlaluan kalau ada yang beranggapan bahwa maaf = pembenaran atas kesalahan.
    Maaf/pengampunan adalah kesalahan yang dihapus hukumannya.

    Salah ya tetap salah. Benar ya tetap benar.

    Maksud anda apa ini?
    Hakilkat dari salah memang salah, hakikat dari benar adalah benar. Namun ketika kita bicara pengampunan, maka kita tidak bicara ttg hakikat, namun kita bicara mengenai pengampunan atas hukuman/implikasi dari kesalahan tsb.
    Apakah anda masih beranggapan bahwa mereka yang berdosa dan memohon ampun/bertobat tetap akan dihukum atas dosa tsb???
    Bagi saya Islam telah jelas tegas mengenai ini, hanya saja nafsu anda (kebencian) thd mereka membuat anda tidak relajika mereka tidak dihukum.

    Salam damai.

  115. @wahyudi, di/pada Mei 19, 2010 pada 10:41 am

    Boleh2 saja org mencari tahu latar belakang tindakan Abu Bakar tidak memberi bagian khumus kpd kerabat Rasulullah saw, tapi jangan dijadikan pembenaran atas tindakannya itu, apapun alasannya.

    Ya…kita tdk berbeda pandangan dalam hal ini. Bagaimana pun tidak mentataati perintah Nabi saw adalah sebuah “kesalahan”.

    Tapi sy mau tanya. Jika, kita berandai-andai nih, keputusan yg diambil oleh Abubakar adalah sebuah keputusan yg berat dan sangat terpaksa yang mau tidak mau harus diambil karena alasan tertentu, misalnya saja sy katakan demi kemaslahatan umat.
    Menurut mas wahyudi, bagaimanakah sikap yg mesti kita ambil? Masihkah kita menuduh dan mencercanya spt sebelumnya? 🙂

    Dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab 36 Allah berfirman :”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata

    Wow…ayat yg berat!
    Semoga kita bisa memahaminya dgn penuh kearifan.

    Salam

  116. Abubakar dan Umar tidak berbuat kesalahan pada kita dan juga bukan pada Ahlulbait maupun Imam Ali as mereka berbuat kesalahan pada Allah dan Rasul. Salam Damai Wasalam

  117. @All : Sahabat2, tentang topik di atas, mohon untuk menanggapi komeen saya di atas. Baik, di sini akan saya kutip lagi,
    Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang terpercaya di sisi Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam. Jika beliau seorang munafiq, tidak mungkin Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam memerintahkan beliau mengimami shalat menggantikan Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam saat Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam sakit menjelang wafat. Jika Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu seorang pengkhianat, maka Imam Ja’far Ash Shadiq ‘alayhis Salam tidak akan mengatakan,” Yaa Allah, sesungguhnya aku mencintai Abu Bakar dan Umar dan setia kepada keduanya. Yaa Allah..jika di dalam hatiku ada selain ini, maka aku tidak akan mendapat Syafaat Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam. Imam Ash Shadiq juga berkata,” Wahai salim, adakah seseorang mencaci kakeknya. Abu Bakar adalah kakekku. Aku tidak pernah mengharapkan syafaat sebagaimana kecuali syafaat itu aku harapkan didapat Abu Bakar ?”( Uqud al almas hal. 97 ). Jika Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu seorang penjahat, maka bagaimana mungkin Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain ‘alayhimus salaam menamai anak2 mereka dengan namanya ?
    Tentang riwayat yang anda kemukakan di atas, andaikan riwayat tesebut shahih, maka tidak otomatis merupakan petunjuk kejahatan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Pada saat pasca perang Hunain, Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam juga tidak memberikan ghanimah/rampasan perang kepada kaum Anshar. Namun beliau memberikan ghanimah kepada para muallaf dari kalangan Quraisy yang masih lemah imannya.
    Dalam konteks Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu saya pikir juga sama. Saat itu, kaum muslimin menghadapi guncangan dengan munculnya serangkaian pemberontakan dan munculnya kaum murtadin serta nabi palsu. Seluruh kaum muslimin mengghadapi situasi yang sulit. Pada posisi yang demikian ini, apalagi dengan keterbatasan jumlah pampasan perang, sangat masuk akal jika Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu untuk sementara memprioritaskan kaum muslimin selain ahlul bait dalam rangka menguatkan semangat mereka berjihad dan mengokohkan keimanan mereka. Sementara Ahlul Bait, karena keimanan mereka telah kukuh dan semangat mereka tidak terpengaruh oleh materi, maka hak mereka dihentikan demi mencapai tujuan yang lebih besar. Jadi sekali lagi, ini pernah juga dilakukan oleh Rasulullah Shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam dalam ghanimah perang Uhud.

  118. @truthseekers08:
    “Ketika kita membicarakan tentang meneladani Rasulullah memaafkan musuh2 Islam saat itu, semestinya kita cukupkan dengan tidak menambahkan hal2 (mengenai bagaimana dosa mereka dahulu) yang memberi kesan ketidak setujuan/keikhlasan kita.”

    Ini sifatnya subyektif: menurut anda terkesan tdk ikhlas tapi blm tentu menurut org lain. Tapi sekali lagi saya setuju banget untuk meneladani sifat pemaaf Nabi saw.

    @truthseekers08:
    “Namun dari sini kita belajar bahwa bagaimana sulitnya bagi para sahabat pada saat itu yang mempunyai derajat berbeda2 untuk tetap ta’at karena seperti kita yang masih geram kepada musuh2 islam tsb, terlebih mereka yang langsung berhadap2an dalam perang, dan merekalah (para sahabat) yang kehilangan harta/rumah, dan keluarga yang mati dalam perang.”

    Bagaimana anda tahu para sahabat yg mempunyai derajat berbeda2 tetap taat kpd Allah dan Rasul-Nya ?

    @truthseekers08:
    “Mengenai hisab, kita gak usah bahas krn kita tidak ada perbedaan pendapat disana.
    Nahh.lagi2 kita hendak sembarang comot dalil/nash AQ menurut nafsu kita. Bukankah juga ada nash2 AQ yang menyatakan bahwa Allah Maha Pengampun.”

    Jadi anda berpendapat dg dimaafkannya Hindun dan Abu Sufyan oleh Nabi saw, maka persoalan dunia akhiratnya tuntas sudah. Ok saya menghargai pendapat anda.

    @truthseeker08:

    “Kenapa saya menyatakan anda menduga2 dan berasumsi adalah, karena mereka tetap punya peluang spt ayat2 tsb diatas.” (QS. Al-Baqarah [2]: 159-160) & (QS: 8: 38)

    Andapun ternyata menduga-duga bahwa mereka yg memusuhi Nabi saw khususnya Hindun dan Abu Sufyan telah bertobat (?). Justru dg pernyataan saya bahwa Allah akan menghisab mereka menunjukkan bahwa merekapun punya peluang mendapatkan rahmat Allah apabila mereka benar2 tobat.

    @truthseekers08:
    “Ini lagi2 hal yang dimana kita tidak berselisih. Jika anda menduga bahwa maaf itu sama dengan membenarkan yang salah, maka anda terlalu lugu (saya sudah katakan ttg ini di komentar saya sebelumnya). Sangat keterlaluan kalau ada yang beranggapan bahwa maaf = pembenaran atas kesalahan.
    Maaf/pengampunan adalah kesalahan yang dihapus hukumannya.”

    Ya saya pernah baca komentar anda spt itu dan juga komentar spt ini :
    “Namun apa yang dilakukan Rasulullah?? Akhlak Beliau, kasih sayang beliau, sifat pemaaf Beliau dan kemuliaan2 lainnya dari Beliau telah membawa Beliau kepada keputusan yang luar biasa dan spektakuler, yang sekarang terus menjadi buah bibir manusia baik muslim maupun non-muslim. Rasulullah membuka jalan maaf bagi mereka, Rasulullah berikan fasilitas bagi Abu Sufyan (shg mrk yang berada di rumah Abu Sufyan tidak akan diganggu).”

    Jangan lupa bahwa perlakukan Nabi terhdp Hindun dan Abu Sufyan itu yg mengampuni/tidak menghukum mereka, disamping memang karena akhlak Islam, juga karena mereka tidak melakukan perlawanan. Dan ini memang patut diteladani oleh para pengikut Nabi saw. Tapi saya kira keliru kalau kasus ini diterapkan pada situasi/kondisi yg lain khususnya pada kasus Abu Bakar yg menurut hadis yg dikutip SP terlihat menyalahi Sunnah Rasul.

    Barangkali pernyataan anda yg kurang tuntas itu membuat saya juga yadi dan hiroali punya kesan bahwa anda dg mengetengahkan kasus2 Nabi atau para Imam yg memaafkan lawan2nya telah mengaburkan masalah sesuai topik diatas. Saya faham bahwa maksud anda tdk demikian tapi ingin menonjolkan sifat Nabi dan para Imam yg pemaaf.

    @truthseeker08:
    “Maksud anda apa ini?
    Hakilkat dari salah memang salah, hakikat dari benar adalah benar. Namun ketika kita bicara pengampunan, maka kita tidak bicara ttg hakikat, namun kita bicara mengenai pengampunan atas hukuman/implikasi dari kesalahan tsb.

    Maksudnya ya kalau memang Abu Bakar dg keputusannya itu salah ya kita katakan salah. Masalah maaf lain lagi. Saya engga keberatan dg akhlak pemaaf ini. Tapi sekali lagi jangan sampai mengaburkan substansi masalah karena masalahnya tdk semata-mata maaf-memaafkan.

    @truthseeker08:
    “Apakah anda masih beranggapan bahwa mereka yang berdosa dan memohon ampun/bertobat tetap akan dihukum atas dosa tsb???”

    Anda rupanya sama juga “lugu” spt saya. Masalah mereka yg berdosa dan /memohon ampun bertobat jelas Allah akan mengampuni dosa2nya dg catatan bahwa permohonan ampun/tobatnya dilakukan sebelum ajal menjemputnya.

    @truthseeker08:
    “Bagi saya Islam telah jelas tegas mengenai ini, hanya saja nafsu anda (kebencian) thd mereka membuat anda tidak relajika mereka tidak dihukum”

    waduh..kok jauh amat sih. Memang anda apanya Abu Bakar cs sampai menuduh saya spt itu ? Kalaupun saya membenci Abu Bakar itu lebih karena kecintaan saya kpd Ahlul Bait dan saya membenci siapa yg dibenci oleh Ahlul Bait dan mencintai siapa yg dicintai oleh Ahlul Bait. Jadi saya engga ada urusan pribadi dg Abu Bakar cs.

    @armand:
    “Tapi sy mau tanya. Jika, kita berandai-andai nih, keputusan yg diambil oleh Abubakar adalah sebuah keputusan yg berat dan sangat terpaksa yang mau tidak mau harus diambil karena alasan tertentu, misalnya saja sy katakan demi kemaslahatan umat.
    Menurut mas wahyudi, bagaimanakah sikap yg mesti kita ambil? Masihkah kita menuduh dan mencercanya spt sebelumnya?”

    Sorry mas armand sebelumnya, soalnya komentar anda kali ini agak lain dri biasanya.

    Atas pertanyaan mas saya jawab: karena berandai-andai dan dalam keadaan terpaksa demi kemaslahatan umat, maka saya bisa memahami tindakan Abu Bakar dan tdk menyalahkannya. Artinya keputusan diambil dlm keadaan darurat. Hanya saja sampai detik ini saya/kita belum menemukan informasi bahwa keputusan Abu Bakar itu dibuat dlm keadaan darurat. Yg kita tahu bahkan sebaliknya yaitu ada satu hadis yg disebut al-hadis Haudh yg menggambarkan bahwa sebagian sahabat tidak bisa berkumpul bersama2 Nabi di Telaga Haudh karena perbuatan mereka yg merubah sunah rasul setelah Nabi wafat. Jelas yg dimaksud adalah para sahabat yg memegang kekuasaan (khalifah).

    @armand:
    “Wow…ayat yg berat!
    Semoga kita bisa memahaminya dgn penuh kearifan”

    Saya tidak mengaitkan Abu Bakar dg ayat tsb. lho…!Saya hanya mengaitkan ayat itu dg org2 yg dimaksud dlm hadis al-Haudh.

    Anyway thanks for mas truthseeker08 dan mas armand.

  119. @all
    Allah akan mengampuni hambanya apabila hambanya bertoubat.
    Pintu ampunan allah sll terbuka,bg mereka yg bertaubat.apabila mereka tdk bertaubat pintu ttp terbuka,tp syg ada beberapa hambanya tdk memasukinya dgn bertubat.
    apakah abubakar bertaubat atw tdk ketika beliau menyalahi ahlulbait,itu urusan allah n rosulnya
    jd persoalan memaafkan atw tdk pun buka kapasitas kita ummat sekarang ini,
    Tp kenyataan sejarah bhw abubakar memang sdh menyalahi ahlulbait.
    n apabila sjarah membukanya,ya pembela abubakar tdk perlu sewot,krn ini kenyataan sejarah.Tp penentang abubakar pun tdk perlu mencela n menghujat.krn celaan n hujatan anda tdk berarti apa2 bwt abubakar.
    Krn klu abubakar tdk bertaubat toh hukuman allah akan ttp berjalan n klu pun abubakakar bertaubat,sia2 lah hujatan anda,malah akan menambah dosa.

  120. @deskov
    Anggap yang anda komentari mengenai Abubakar dan Umar benar.
    Saya ingin bertanya pada anda:
    Senua kelebihan yang anda sebut diatas, bagaiman apabila dibandingkan dengan ketaatan terhadap Allah dan Rasul?.
    Pertanyaan ini saya ajukan karena sejarah mencatat bahwa:
    1. Abukakar dan Umar tidak taat pada Hukum Allah, tapi mengambil
    keputusan berdasar Ra’yu
    2. Abubakar dan Umar pernah menolak perintah Rasulullah.Wasalam

  121. @ Chany : Dalam kasus apa mas Abu bakar dan umar membangkang kepada Allah dan Rasul ?

  122. @deskov
    jawab dulu pertanyaan saya. Baru kita lanjutkan diskusi

  123. Umar sering menentang nabi.saw salah satunya ketika perjanjian Hudaibiyah dimana umar tdk puas dgn keputusan Nabi.saw sampai2 ia menghardik Nabi.saw, Umar berkata: Apakah anda Rasulullah ya asli? (HR. Bukhari & Muslim)

  124. @Ytse: Apa yang dilakukan oleh Umar adalah karena karakter beliau yang keras. Walaupun demikian, andaikan itu sebuah kesalahan, bukankah Allah SWT telah meridhainya dan meaafkannya. Dalam Q.S. Al fath : 18, Allah berfirman,” Allah benar2 telah ridho terhadap orang2 mukminketika mereka membaiatmu di bawah pohon…”. Mereka yang mendapat ridho tsb termasuk Abu Bakar, Umar, Imam Ali dan para sahabat yang lain yang ikut berbaiat di Hudaibiyah. Ibnu Abbas ra. Berkata,”Jasad Umar bin Khathab ra. dibaringkan di atas tempat tidurnya kemudian orang-orang mengerumuninya, mereka mendoakan, memuji dan menyalatkan sebelum diangkat (ke kuburnya) dan aku berada di antara mereka”. Kemudian dia( Ibnu Abbas ) melanjutkan,”Tidak ada yang menarik perhatianku kecuali dengan seorang lelaki yang menarik pundakku dari belakang, maka aku pun menoleh ke arahnya, ternyata dia adalah Ali yang turut berduka cita atas meninggalnya Umar. Kemudian dia ( Ali ) berkata,”Tidak ada orang yang lebih aku sukai ketika berjumpa dengan Allah dengan seperti amal perbuatannya daripada engkau, mudah-mudahan Allah menempatkanmu bersama dua orang sahabatmu ( Rasulullah SAW dan Abu Bakar R.A ). Dalam hal ini aku sering mendengar Rasulullah saw. Bersabda,”Saya datang bersama Abu Bakar dan Umar. Aku masuk surga bersama Abu Bakar dan Umar. Dan aku pun keluar bersama Abu Bakar dan Umar. Sungguh aku berharap semoga Allah berkenan mempertemukanmu dengan mereka ( Rasulullah SAW dan Abu Bakar ) ( H.R. Bukhari no. 4402 ). Umar juga seorang peserta Badar, sedangkan terhadap peserta badar, Rasulullah SAW bersabda,”“Tahukah engkau, boleh jadi Allah telah memerhatikan ahli Badr, lalu berfirman: ‘Berbuatlah sekehendak kalian, sungguh telah Aku ampunkan untuk kalian’.”( H.R. Bukhari )

  125. @all

    Nabi SAW bersabda : wajib bagi kalian berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafa’urrasyidin yang membawa petunjuk.

    Apakah disebut pembangkangan atau ketidaktaatan ketika Imam Ali ra menolak perintah Rasulullah untuk menghapus tulisan Muhammad Rasulullah dan diganti Muhammad bin Abdullah pada perjanjian Hudaibiyah?, sehingga akhirnya Nabi SAW menghapusnya sendiri dengan tangan beliau. hal ini menunjukkan ketidakmaksuman Imam Ali.

    benarlah do’a Imam Ali : “Dalam hal ini aku sering mendengar Rasulullah saw. Bersabda,”Saya datang bersama Abu Bakar dan Umar. Aku masuk surga bersama Abu Bakar dan Umar. Dan aku pun keluar bersama Abu Bakar dan Umar. Sungguh aku berharap semoga Allah berkenan mempertemukanmu dengan mereka ( Rasulullah SAW dan Abu Bakar )” ( H.R. Bukhari no. 4402 )

    Amin.

    demikian juga aku berdo’a semoga Allah mempertemukan aku dengan Rasulullah, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan sahabat2 Rasulullah SAW, karena mereka adalah orang2 yang aku cintai.

    Amin.

  126. @Deskov:
    @Ytse: Apa yang dilakukan oleh Umar adalah karena karakter beliau yang keras.”

    Seharusnya kalau sdh menjadi mukmin sejati karakter keras digunakan untuk hal2 yg positif, bukan untuk mendebat Nabi saw.

    @Deskov:
    “bukankah Allah SWT telah meridhainya dan memaafkannya. Dalam Q.S. Al fath : 18, Allah berfirman,” Allah benar2 telah ridho terhadap orang2 mukminketika mereka membaiatmu di bawah pohon…”. Mereka yang mendapat ridho tsb termasuk Abu Bakar, Umar, Imam Ali dan para sahabat yang lain yang ikut berbaiat di Hudaibiyah. Ibnu Abbas ra.”

    Menurut saya QS S Al-Fath 18 tidak mengindikasikan adanya ampunan untuk orang per orang selama hidupnya. Ayat itu hanya mengatakan bahwa Allah telah ridho kepada org2 yg telah membaiat Nabi saw. Adapun setelah membaiat Nabi, saya tdk melihat ayat tsb bisa diartikan sbg jaminan bhw seseorang bakal dapat ridho dari Allah sampai meninggalnya.

    Mendptkan rido atau tdk hanya Allah saja yg mengetahuinya. Namun kalau anda mengacu kpd QS Al-Ahzab 57 yg berbunyi:” Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya Allah akan mela’natinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.”, maka salah seorang sahabat yg mendebat Nabi dg sangat keras pada waktu Perjanjian Hudaibiyah akan terkena ayat tsb.

    Adapun hadis2 yg anda kutip perihal keutamaan Abu Bakar dan Umar, mungkin saja sahih dari sisi sanad. Tetapi matannya masih perlu dirujuk dulu ke ayat2 Al-Quran dan hadis2 lain yg lebih sahih.

    @paiman:
    “Nabi SAW bersabda : wajib bagi kalian berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafa’urrasyidin yang membawa petunjuk.”

    Mengenai hadis ini bisa diartikan dua hal :
    1. Yg dimaksudkan sunnah khulafa’urrasyidin adalah khalifah Abu Bakar, Umar dan Usman.
    2. Yg dimaksud sunnah khulafa’urrasyidin adalah para Imam Ahlul Bait yg maksum.

    Kalau mengacu kpd makna rasyidin = yg mendapatkan petunjuk dari Allah, maka yg lebih pantas adalah org2 yg senantiasa disucikan oleh (lihat QS Al-Ahzab 33) dan hadis Ashabul Kisa.

    @paiman:
    “Apakah disebut pembangkangan atau ketidaktaatan ketika Imam Ali ra menolak perintah Rasulullah untuk menghapus tulisan Muhammad Rasulullah dan diganti Muhammad bin Abdullah pada perjanjian Hudaibiyah?, sehingga akhirnya Nabi SAW menghapusnya sendiri dengan tangan beliau. hal ini menunjukkan ketidakmaksuman Imam Ali.”

    Makna riwayat ini bertentangan dg fakta2 kehidupan Imam Ali yg selama hidupnya selalu taat dan membela Rasulullah baik dlm keadaan damai maupun perang. Secara logika apa benar Imam Ali disuruh untuk menghapus tulisan saja tdk mau, kok disuruh menggantikan Rasulullah di tempat tidur beliau pada saat hijrah ke Madinah Imam Ali mau, padahal taruhannya nyawa.

    Kalau ada satu riwayat yg menggambarkan Imam Ali tdk maksum silahkan dibandingkan dg hadis2 lain yg lebih sahih spt hadis ashabul kisa dan QS 33:33.

    Biasanya hadis2 yg menggambarkan keutamaan Abu Bakar dan Umar adalah hadis2 dhaif bahkan maudhu. Lihat tulisan2 mas SP dlm hal ini.

  127. @ Deskov

    Mentang mentang punya karakter keras memang boleh menghardik nabi.saw???? Dan, Berani pula nanya sama Nabi.saw ” Apakah anda Rasulullah yg asli?” Gak puas dapat jawaban dari Nabi.saw lalu dia mendatangi Abu Bakar nanya lagi “Apakah dia Rasulullah yg asli” Saking ragunya dia Abu Bakar menyarankannya ” Pertahankanlah imanmu”

    Apakah ini bukti kuatnya iman Umar yg konon salah satu “khulafaau ar-rasyidin????

  128. @paiman

    Nabi SAW bersabda : wajib bagi kalian berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafa’urrasyidin yang membawa petunjuk.

    1. Kalau sunnah Rasul adalah wahyu, apakah status dari sunnah Khulafaurrasyidin?
    2. Apakah Khulafaurasyidin maksum?
    3. Apakah belum sempurna Islam sepeninggal Rasulullah sehingga dibutuhkan sunnah Khulafaurasyidin?
    4. Apakah yang harus dilakukan ketika sunnah khulafaurasyidin berbeda dari sunnah Rasul?
    5. Bagaimana dengan perbedaan diantara Khulafaurasyidin sendiri?
    6. Apakah sunnah khulafaurasyidin tidak dimasukan sebagai bid’ah?

    Pertanyaan2 ini saya ajukan untuk mengetahui pemahaman dan prinsip anda sebelum kita lanjutkan diskusi ini.

    Salam damai.

  129. @paiman

    Apakah disebut pembangkangan atau ketidaktaatan ketika Imam Ali ra menolak perintah Rasulullah untuk menghapus tulisan Muhammad Rasulullah dan diganti Muhammad bin Abdullah pada perjanjian Hudaibiyah?, sehingga akhirnya Nabi SAW menghapusnya sendiri dengan tangan beliau. hal ini menunjukkan ketidakmaksuman Imam Ali.

    Sebelum menjawab ini, sebaiknya kita harus jelas dahulu bahwa pembangkangan itu harus disertai dengan i’tikad. Sedang dalam isu ini ada beberapa hal yang cukup jelas (bagi saya):
    1. Bahwa penolakan Imam Ali adalah karena memuliakan Rasulullah.
    2. Rasulullah tidak mengulangi dan tidak menegur Imam Ali atas penolakan tsb. Karena dari sejarah kita ketahui bahwa Rasulullah akan menunjukkan kemarahan (ketidaksukaan) Beliau SAW ketika ada yang tidak ta’at.
    3. Bahkan saya mengambil hikmah dari kasus ini bahwa rasulullah ingin menunjukkan kepada kafir Quraisy bahwa betapa hormat dan berimannya umat muslim atas kepangkatan (derajat) kenabian/kerasulan Rasulullah SAW.
    4. Apa jadinya kemuliaan Imam Ali jika sejarah mencatat bahwa Imam Ali menghapus tulisan tsb. Bukankah Imam Ali akan jadi sasaran empuk musuh2nya (pembencinya)?

    Sangat keterlaluan mereka yang sudah pernah membaca sejarah Islam kemudian masih menyematkan penolakan tsb sebagai pembangkangan. Dimanakah kesulitan menghapus tulisan tsb sehingga layak dikategorikan sebagai pembangkangan, terlebih jika dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh Imam Ali bagi Rasul dan Islam.

    Salam damai

  130. @wahyudi

    2. Yg dimaksud sunnah khulafa’urrasyidin adalah para Imam Ahlul Bait yg maksum.

    Kalau mengacu kpd makna rasyidin = yg mendapatkan petunjuk dari Allah, maka yg lebih pantas adalah org2 yg senantiasa disucikan oleh (lihat QS Al-Ahzab 33) dan hadis Ashabul Kisa.

    Yang pernah menjadi khalifah di kalangan Ahlul Bait hanya dua orang, yaitu : Imam Ali dan Al-Hasan ra, ini berarti Husein dan keturunannya bukan khulafa’ur rasyidin

    Makna riwayat ini bertentangan dg fakta2 kehidupan Imam Ali yg selama hidupnya selalu taat dan membela Rasulullah baik dlm keadaan damai maupun perang. Secara logika apa benar Imam Ali disuruh untuk menghapus tulisan saja tdk mau, kok disuruh menggantikan Rasulullah di tempat tidur beliau pada saat hijrah ke Madinah Imam Ali mau, padahal taruhannya nyawa.

    demikian juga dengan Abu Bakar yang bersedia menemani Nabi SAW dalam hijrah, sehingga dia pun bertaruh nyawa, karena mereka berdua dalam kejaran kaum Qurays.

    Biasanya hadis2 yg menggambarkan keutamaan Abu Bakar dan Umar adalah hadis2 dhaif bahkan maudhu. Lihat tulisan2 mas SP dlm hal ini.

    siapa bilang? karena ga pernah ditampilin aja keutamaan mereka dalam hadits2 yg shahih di blog ini. sehingga anda ga tahu.

    @truthseeker08

    Itu Sabda Nabi, silahkan anda merenungkannya, garis bawahi : para khalifah yang mendapat petunjuk

    Mengenai analisa anda thd kisah Imam Ali tsb, silahkan anda perlakukan analisa spt itu thd sahabat yang lain, maka jelas Imam Ali dan sahabat yg lain tidaklah maksum.

  131. @paiman:
    “Yang pernah menjadi khalifah di kalangan Ahlul Bait hanya dua orang, yaitu : Imam Ali dan Al-Hasan ra, ini berarti Husein dan keturunannya bukan khulafa’ur rasyidin”

    Anda memasukkan Imam Hasan dlm Khulafa’urrasyidin berdasarkan apa ? Yg saya tahu menurut pandangan Sunni hanya Imam Ali saja yg diakui sbg Khulafa’urrasyidin bersama-sama dg Abu Bakar, Umar dan Usman. Itupun dimasukkan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz pada Dinasti Umayyah (kira2 th 80 H).

    @paiman:
    “demikian juga dengan Abu Bakar yang bersedia menemani Nabi SAW dalam hijrah, sehingga dia pun bertaruh nyawa, karena mereka berdua dalam kejaran kaum Qurays.”

    Saya kira sangat berbeda posisi org yg siap dibunuh di tempat tidur Nabi oleh org2 Quraisy dan org yg sdh berangkat duluan ke Madinah. Kenapa Ali yg ditunjuk Nabi saw ? Karena Nabi tahu persis karakter Ali yg pemberani dan kalau beliau menunjuk org selain Ali, maka kemungkinan besar tidak akan ada yg mau. Beberapa peperangan membuktikan bahwa sejumlah sahabat lari dari medan pertempuran. Al-Quran pun banyak mengecam para sahabat yg enggan berjihad.

    @paiman:
    “siapa bilang? karena ga pernah ditampilin aja keutamaan mereka dalam hadits2 yg shahih di blog ini. sehingga anda ga tahu.”

    Siapa bilang engga pernah ditampilkan di blog ini. Coba dong anda buka di arsip th 2009 atau dlm tulisan yg berjudul : “Hadis Mungkar Pengakuan Akan Keutamaan Abu Bakar dan Umar”. Atau juga dlm tulisan yg berjudul “Kedudukan Hadis “Jika Ada Nabi SetelahKu Maka Ia Umar bin Khattab”. Anda akan menemukan bahwa hadis2 semacam itu dhaif baik sanad maupun matannya.

  132. @wahyudi

    nah anda tahu siapa itu khulafa’ur rasyidin

    lha menurut anda mengapa Nabi minta Abu Bakar menemani beliau saat Hijrah

    Orang yang mungkar saja yang tidak mengakui keutamaan Abu Bakar dan Umar.. emang ga baca apa di Bukhari dan Muslim?

  133. @paiman
    anda yakin Rosulullah Saww meminta pd Abubakar utk menemani ? Bukankah justru Abubakar sendiri yg nyamperin ingin ngikut bersama Nabi Saww ? baca sejarahnya lagi deh.

    @armand
    Tidak ada Previlage buat Abu Bakar dan Umar dr Rosulullah Saww utk menjadi khalifah setelah beliau Saww wafat, meskipun dalam keadaan darurat atau luar biasa, terkecuali anda bisa membuktikan sebaliknya bahwa dlm keadaan tertentu/forcemajur Abubakar dan umar dibolehkan dg adanya amanat dr Rosul utk mengambil tindakan sprti di Saqifah utk menjadi Khalifah. Lagian kalaupun alasannya karena keadaan pd waktu itu yg menjadikannya harus bertindak sprt di Saqifah, tentunya para sahabat yg laen pun khususnya sahabat Ansor mesti punya hak yang sama pula….ini berbeda sekali dengan Previlage Imam Ali As dr Rosulullah Saww, yang di sampaikan secara langsung dan terbuka di hadapan para sahabat yg berjumlah seratus ribuan lebih di Ghadirkum, dan ini tanpa adanya prasarat / embel2 bahwa Iamam Ali As bisa menjadi khalifah jika keadaannya lancar atau tdk ada keadaan darurat.

  134. @paiman:
    “lha menurut anda mengapa Nabi minta Abu Bakar menemani beliau saat Hijrah”

    Ya kalau mengajak hijrah memang tugas beliau sbg Nabi. Masa Nabi engga mengajak hijrah, kan aneh. Emang Abu Bakar pada saat itu musuh Nabi? Ini engga ada keistimewaan sedikitpun. Hanya saja sebelum berangkat Nabi bertanya kpd Abu Bakar mengenai apakah niatnya bulat dan karena Allah atau karena yg lain. Ini dia dialognya :

    Setelah Nabi meminta Ali untuk tidur di tempat tidurnya, Nabi saw berkata pada Abubakar:
    “Apakah engkau rela menyeru sebagaimana aku menyeru, berdakwah sebagaimana aku, dan menahan siksaan sebagaimana aku ?”. Abubakar berkata : “Wahai Rasulullah, jika aku hidup seumur dunia dan tersiksa dengan pedih, dimana tidak ada kematian dan tidak pula ada kesenangan, jika semua itu karena mencintai anda, maka hal itu lebih aku sukai daripada hidup dalam kenikmatan dan menjadi penguasa bagi semua kerajaan dan menentangmu. diriku, hartaku, dan anak-anakku menjadi tebusan bagi anda”. Rasulullah [Shalallahu alaihi wa aalihi wassalam] berkata kepadanya : “Tidak diragukan bahwa Allah mengetahui hatimu yang sesuai dengan lisanmu. Kedudukanmu di sisiku bagaikan kedudukan telinga, mata dan kepala bagi tubuh, dan bagaikan kedudukan nyawa atas badan.

    Demikian pula Ali memiliki kedudukan seperti itu di sisiku, bahkan lebih dari itu dengan kelebihan keutamaannya dan kemuliaannya. Wahai Abubakar, jika seseorang telah berjanji kepada Allah, kemudian ia tidak melanggar dan merusaknya, tidak mengubah dan tidak hasad kepada orang yang telah Allah tetapkan keutamaannya, maka akan bersama kami dalam kedudukan tertinggi. Jika kau melewati jalan yang Allah inginkan, dan tidak mengikuti apa-apa yang Allah benci, dan setia atas keputusan-Nya, maka kau berhak berada dalam wilayah Allah dan berada di Syurga bersama kami”

    Dialog tsb menggambarkan bahwa Nabi masih perlu mempertanyakan niat Abu Bakar ikut hijrah ke Madinah beserta konsekuensi2nya antara lain mengingatkan Abu Bakar untuk menepati janjinya kpd Allah dan tdk melanggaranya dan tdk hasad kpd Ali yg kelak akan menggantikan beliau setelah beliau wafat.

    Ternyata dlm kenyataannya ketika Nabi wafat Abu Bakar telah melanggar janjinya kpd Allah.

    @paiman:
    Orang yang mungkar saja yang tidak mengakui keutamaan Abu Bakar dan Umar.. emang ga baca apa di Bukhari dan Muslim?

    Saya tdk memungkiri bahwa Abu Bakar sbg salah satu sahabat Nabi ketika Nabi masih hidup, memliki keutamaan2 paling tdk ikut berjuang bersama Nabi di Mekkah, walaupun dlm referensi Sunni sendiri diungkapkan bahwa Abu Bakar dan Umar termasuk org2 yg lari dari medan Perang Uhud, Perang Hunain dan Khaibar.

    Mas saya ini terlahir Sunni. Jadi insya Allah kitab hadis Bukhori dan Muslim tdk terlewat. Kalau anda merasa sdh membaca dg baik kedua kitab tsb seharusnya anda menemukan banyak hal yg aneh spt mencoba menutup-nutupi perbuatan sahabat yg tdk sesuai sunnah Rasul dan sebaliknya memasukkan riwayat2 yg menjelekkan Nabi saw., dsb.

  135. @deskov & paiman
    Anda berdua mempergunakan H.R Bukhari 4402 dan yang lain berbunyi sbb: Rasulullah SAW bersabda,”“Tahukah engkau, boleh jadi Allah telah memerhatikan ahli Badr, lalu berfirman: ‘Berbuatlah sekehendak kalian, sungguh telah Aku ampunkan untuk kalian’.”( H.R. Bukhari ) sebagai PERISAI untuk menempatkan posisi kedua orang tsb diatas Imam Ali

    Sayang sekali. Umpanya hadits tsb juga benar, anda2 telah terperosok dalam kebodohan. Mungkin karena anda2 hanya KOPAS maka anda tidak mendalami maksud hadits tsb. Baca sekali lagi yang tenang, tapi saya yakin anda2 tetap tidak mengerti.
    Prhatikan kata2 BERBUAT SEKEHENDAK KALIAN.
    Dan di HR 4402 Dan aku pun keluar bersama Abu Bakar dan Umar. Sungguh aku berharap semoga Allah berkenan mempertemukanmu dengan mereka ( Rasulullah SAW dan Abu Bakar )”
    Rasul mengharap bukan berdoa agar Allah berkenan.
    Mengharapkan sesuatu kebaikan berarti sebelumnya dia tidak benar
    Beda dengan sabda Rasul kepada Imam Ali as. Engkau dari aku. Siapa yang memusuhimu berarti memusuhiku. Dan siapa yang memusuhi aku berarti memusuhi Allah.
    Disini Rasul tidak mengharapkan kepada Allah untuk memusuhi siapa2 yang memusuhi Imam Ali.
    Jadi kesimpulannya Abubakar dan Umar belum tentu bisa ketemu Rasul karena Rasul hanya MENGHARAPKAN.agar Allah….
    Sedangkan Imam Ali Rasul langsaung MENETAPKAN.

  136. Sesungguhnya riwayat kebenaran jalan Abu Bakar, Umar dan Utsman sangat banyak bagi mereka yang mendalami madzhab Ahlul Bait dengan benar ( bukan dengan campuran Yahudi ). Buat Channy, saya akan menyampaikan kepada anda dua riwayat saja untuk anda tanggapi. Dari Urwah bin Abdullah, dia berkata.
    “Telah kutanya Abu Ja’far Muhammad bin Ali AS tentang memperhias
    pedang ?” Beliau menjawab :”Tidak mengapa, karena Abubakar
    Siddiq telah menghias juga pedangnya.” Kutanya pula padanya :
    “Kau sebut ia itu ‘Ash-Shiddiiq’?” Secepatnya imam itu
    bergeser menghadap qiblat sambil berkata dengan tandas : “Ya,
    benar Ash-Shiddiiq. Siapa yang tidak menyebut ia sebagai Shiddiiq,
    maka Allah tidak akan lagi mempercayai kata-katanya di dunia dan di
    akhirat.” ( Kasyful Ghummah, jus II hal 147 )

    Salah seoarang tokoh Syiah India abad XI H. adalah Syaikh Syusyturi. Nama lengkap beliau adalah Nurullah bin Syarafud-Din Asyusyturi, Ulama
    Ia dikenal sebagai kadi di Lahore di zaman
    Jahangir, sultan dari Monggolia. Seorang ahli Hadits, ahli ilmu
    Kalam, peneliti yang bijaksana, allamah. Banyak kltab-kitabnya
    sebagai pembelaan terbadap Syi’ah. Beliau mati terbunuh karena dituduh
    pengikut Syi’ah rafidhah pada abad sebelas. la digelari oleh
    golongan Syi’ah sebagai Syahid ke tiga. (Roudhaatul Jannaat jus
    VIII, hal. 160). Nah, berikut ini adalah riwayat beliau tentang Abu Bakar. “Telah bertanya seseorang kepada Al-Imam Ash-Shoodiq AS : Wahai putera
    Rasulullah, bagaimanakah pendapat anda tentang Abubakar dan Umar ?
    Imam itu lalu menjawab : ‘Kedua imam itu adil dan bijaksana. Mereka
    hidup dalam kebenaran dan wafat dalam kebenaran pula. Allah akan
    melimpahkan rahmatnya kepada mereka berdua di hari kiamat nanti.”
    (“Ihqooqul Hak”, karya Syusyturi jus I hal. 16, cet. Mesir ).
    Anda berada di dalam akidah ( dgn mengatasnamakan Ahlul Bait ) yang antipati kepada Abu Bakar dan Umar. Padahal dari riwayat di atas, sangat jelas bahwa akidah anda berlawanan dlm masalah Abu Bakar dan Umar berlawanan dengan Akidah Ahlul Bait. Bahkan dalam riwayat di atas, Imam Al Baqir A.S menjadikan Abu Bakar rujukan dalam masalah hukum. Bagaimana mungkin orang sesat dijadikan rujukan dalam masalah hukum ?

  137. @deakov
    Saya belum mempercayai riwayat tersebut karena, riwayat yang anda sanpaikan diatas bertentangan dengan logika dan kenyataan. Sedangkan apa yang disampaikan oleh Ahlulbait Rasul dan Itrahnya (para Imam) pasti dapat diterima oleh akal sehat dan kata2 mereka terbukti kebenarannya. Karena mereka selalu dalam KEBENARAN.
    Mengapa saya katakan demikian?

    Anda membawa riwayat sbb: : “Ya,
    benar Ash-Shiddiiq. Siapa yang tidak menyebut ia sebagai Shiddiiq,
    maka Allah tidak akan lagi mempercayai kata-katanya di dunia dan di
    akhirat.” ( Kasyful Ghummah, jus II hal 147 )
    1. Kita yang mempunyai akal SEHAT tidak dapat menerima riwayat ini, karena kata Ash-Shiddig berarti selalu benar. Kata2 ini hanya bisa dimiliki oleh mereka yang TAAT atas perintah Allah dan Rasulullah dan tidak pernah berbuat salah. Dan ini hanya dimiliki dalam diri mereka yang MAKSUM. Pertanyaan saya apakah Abubakar MAKSUM?

    2.Yang anda riwayatkan ini bertentangan dengan kenyataan yang kita hadapi sekarang: “Imam itu lalu menjawab : ‘Kedua imam itu adil dan bijaksana. Mereka
    hidup dalam kebenaran dan wafat dalam kebenaran pula. Allah akan
    melimpahkan rahmatnya kepada mereka berdua di hari kiamat nanti.”
    (“Ihqooqul Hak”, karya Syusyturi jus I hal. 16, cet. Mesir ).
    Pertama mulai kapan mereka berdua disbut IMAM
    Kedua ADIL? Silahkan anda baca buku Syech anda Nasaruddin Albani yang selalu mendiskritkan Ahlulbait Rasul dalam bukunya “SILSILAH AL-HADITS adh-DHAIFAH wa al-MAUDHU’AH dan masih banyak dari ulama Suni
    Ketiga, Dua Mut’ah yang diharamkan Umar, yang kita raskan sampai sekarang akibatnya Cerai satu kali ucapan dalam majilis TALAK TIGA. Dan masih banyak lagi yang lain. Apakah mereka yang tidak TAAT pada Allah dan Rasul, kemudian Imam Muhammad Al-Bagr mengucapkan kalimat tsb diatas. Inilah suatu REKAYASA kebohongan. Dan saya katakan jangan anda se-kali2 melimpahkan suatu kebohongan kepada Ahlulbai.
    Gunakan AKAL anda menilai sesuatu sebelum disampaikan. NGAWUR

  138. @deskov
    sy heran kpd anda,dgn membawa dalil yg tdk valid.
    yg lebih mengherankan lg,anda sendiri tdk menguasai yg apa anda sampaikan,sehingga apa bila argument anda dipatahkan,anda langsung ngeloyor.
    pemahaman anda trhdp ahlulbait,adalah pemahaman yg bertujuan hanya utk menghina n mengaburkan keutamaan ahlulbait.dgn menyampaikan riwayat2 yg dusta.
    Jd pengakuan dr diri anda bhw anda pengikut imam ali hanyalah dusta.
    Dengan tulisan anda yg scr tdk langsung mengatakan bhw imam ali pernah musrik/kafir.adalah suatu bukti bhw anda hanyalah pembawa berita dusta.
    Jd anda jgn sok bw dalil2 dr imam2 ahlulbait.sedang anda sendiri dlm posisi seorang pendusta,sehingga dalil yg anda bw kan pun menjadi tdk bernilai.
    Sy masih berharap ketulusan anda,

  139. @deskov / syiahali
    dr awal klu anda bc tulisan sy ttg anda sdh sy sindir bhw anda pembw dusta,tp anda msh bersikeras,kemudian sy sindir anda dgn kata munafik,tp msh sj anda tdk punya malu dgn membw dalil dusta.
    skrg anda sendiri yg mngungkapnya tanpa sadar.
    yg sy geli dgn kata2 anda bhw anda berdua orang yg berbeda sama2 sekolah di najaf.
    Kebiasaan buruk ini tdk lain kebiasaan orang2 wahabi n yahudi.
    Mdh2an anda malu n berubah,
    mdh2an anda muncul lg dgn jiwa yg bersih.itu klu anda berjiwa besar
    kawan2 disini sy yakin tdk terlalu mempermasalahkan ttg kesalahan anda
    salam n sejahtera

  140. mas @ syiah ali alias desckhof

    mbok sekali2 sampeyan scan tulisan arabnya kitab yg anda tulis itu dari kitab aslinya termasuk sampul depannya…
    pengen tau anda baca dari kitab itu atau dari kutipa dari kitab lain…

    bgmn ditunggu ya mas…
    sekalian ditulis takhrij ulama syiahnya ttg masalah ini..yah..

  141. Channy wrote
    Saya belum mempercayai riwayat tersebut karena, riwayat yang anda sanpaikan diatas bertentangan dengan logika dan kenyataan. Sedangkan apa yang disampaikan oleh Ahlulbait Rasul dan Itrahnya (para Imam) pasti dapat diterima oleh akal sehat dan kata2 mereka terbukti kebenarannya. Karena mereka selalu dalam KEBENARAN.
    Mengapa saya katakan demikian?
    Saya katakan, Justru sangat tidak masuk akal jika Imam Ali dan Imam Ahlul Bait A.S menghukumi Abu Bakar dan Umar R.A sebagai orang sesat. Jika Abu Bakar R.A orang sesat, mengapa Imam Ali mengambil Muhammad bin Abu Bakar saat Abu Bakar meninggal sebagai anak asuhnya ? Kemudian pada saat Imam Ali memerintah, Muhammad bin Abu Bakar beliau angkat sebagai Gubernur Mesir. Kelak cucu dari Muhammad bin Abu Bakar ini ( farwa ) menikah dengan Imam Al baqir A.S dan melahirkan Imam Ja’far A.S. Karena itulah, Imam Ja’far berkata kepada Salim bin Abi hafshah, salah seorang murid beliau saat beliau sakit,” Wahai salim, adakah seseorang mencaci kakeknya ? Abu bakar adalah kakekku. Aku tidak mengharapkan syafaat atasku kecuali aku juga mengharapkan syafaat Abu Bakar ( Uqud Almas hal. 97 ). Jika Abu Bakar sesat dan dzalim, mengapa Imam hasan A.S ketika menyerahkan Khilafah kepada Mu’awiyah mensyaratkan agar ia berpedoman kepada Al Qur’an, Sunnah dan keputusan2 Abu Bakar dan Umar ? ( Muntahal Amal Juz 2 hal. 212 cet. Iran ). Jika Umar dzalim, mengapa Imam Ali A.S menerimanya sebagai menantunya ? Bahkan Imam Ali, Imam Hasan dan Imam husain menamai anak2nya dengan Abu Bakar, Umar dan Utsman.
    @Aldj: Mestinya anda mengkritik dengan analisis ilmiyah. Bukan menghakimi bahwa saya bohong atau ngawur. Jika bohong denga riwayat2 yang saya sampaikan bohongnya di mana dan ngawurnya di mana.
    @ Bob : Referensi yang saya pakai, khususnya kasyful ghummah, muntahal amal sudah sangat umum di kalangan pengkaji syiah. Silahkan anda periksa di perpustakaan ustadz anda.

  142. Memang, di kalangan madzhab kita ada riwayat2 yang kontradiktif. Satu riwayat memuji Abu Bakar dan Umar. Satu riwayat lain mencela keduanya. Tapi menurut saya, yang paling masuk akal adalah bahwa para Imam Ahlul Bait A.S adalah pecinta Abu Bakar dan Umar. Sedangkan riwayat2 yang mencaci keduanya saya pastikan adalah susupan kaum Yahudi dan Majusi ke dalam Syiah. Sebab kedua komunitas ini paling sakit hati terhadap Abu Bakar dan Umar. Kaum Majusi dendam karena Persia takluk ke dalam Islam karena kebijaksanaan politik Abu Bakar dan Umar. Sedangkan Yahudi dendamnya terhadap Islam sudah sejak masa rasulullah SAW: Hal ini bukan hanya terjadi di kalangan Syiah. Sunni pun disusupi, walaupun dengan kadar yang lebih ringan. Masuknya penyusup dalam madzhab syiah ( palsu ) merupakan upaya yang berlangsung ratusan tahun. Salah satu contoh adalah kitab Al Kafi. Sayyid Abu Ja’far Ath Thusi ( wafat tahun 460 H. ) mengatakan bahwa Al Kafi terdiri dari 30 kitab( Al Fahrasat hal. 161 ). Namun 600 tahun kemudian, Sayyid Husain bin Haidar Al Karki Al Amili ( W. 1076 ) mengatakan bahwa Al kafi terdiri dari 50 kitab. Jadi selama 600 tahun terjadi penambahan Al Kafi sebanyak 10 kitab dari 40 kitab atau sekitar 33 persen dari yang ada pada masa Sayyid Husain bin Haidar. Pertanyaanya adalah siapa yang menambah dan tentunya mereka menambah dengan tendensi tertentu. Inilah contoh penyusupan dari golongan Majusi, « Sesungguhnya Allah telah menyelamatkannya ( Kisra ) dari neraka dan api neraka diharamkan baginya « ( Biharul Anwar 41/4 ). Mengapa Kisra diharamkan dari neraka ? Bukankah ia penyembah Api ? Siapa lagi yang membuat bualan ini kalau bukan orang Majusi. Dan inilah contoh penyusupan kalangan Yahudi. Dalam kitab Al Usuhul Minal Kafi Juz 1 hal. 397, ” Jika Al Qaim dari keluarga Muhammad SAW muncul, maka dia akan berhukum dengan hukum Dawud dan Sulaiman”. Sudah tentu, ini adalah ucapan orang Yahudi murni. Sebab Al Qaim A.S. adalah Ummat Muhammad SAW sekaligus keturunan beliau. Sudah tentu Al Qaim A.S. akan berhukum dengan hukum Muhammad SAW. Sayyid Hasyim Al husna berkata,” Setelah menelusuri hadist2 yang tersebar di kitab2 hadist seperti Al kafi, Al Wafi dan yang lainnya, kita mendapati bahwa orang2 ekstrem dan dengki terhadap para Imam A.S tidak meninggalkan satu bab pun kecuali mereka memasukkan di dalamnya pemikiran mereka untuk merusak hadist2. Yang umumnya adalah untuk memburukkan nama baik mereka/para Imam A.S. ( Al Maudhuat hal. 165 dan 253 ). Untuk lebih mengetahui lebih lanjut, silahkan sahabat2 membaca buku2 Almarhum Ayatullah Udzma Al Burqu’i, salah seorang marja’ di Iran

  143. @Deskov,

    Berdasarkan penjelasan anda, berarti semua yg berdiskusi di Blog ini yg mengaku Syiah adlh PALSU yg disusupi Yahudi dan Majusi ke dalam Syiah. Dan Pemilik Blog juga yg tidak mau mengaku Sunni dan Syiah adlh juga PALSU, karena mengatakan bahwa Abubakar dan Umar keliru dlm kasus Fadak dan Khumus. Klo begitu bagaimana pemahaman anda mengenai kasus Fadak dan Khumus yg benar? ditunggu penjelasannya.

    Wassalam

  144. @deskov
    Perlu anda tanamkan dalam hati anda kami tidak pernah membenci mereka yang mendampingi Rasulullah SAW dalam penyiaran agama Islam. Tapi yang kami TOLAK adalah. PERBUATAN MEREKA. Apakah anda tidak mengerti waktu membaca Komentar kita? Bahwa yang kita salahkan cara bertindak dlsbnya.
    Apakah menurut anda SALAH. Apabila kita membicarakan perbuatan2 yang mengakibatkan Umat Islam ter-pecah belah sekarang ini? Saya pernah mengomentari dalam blog ini, bahwa mereka yang mengambil alih kedudukan KEKHALIFAAN, adalah ditakdirkan Allah. Tapi takdir Allah itu menyuruh kita berpikir untuk mencari kebenaran serta HIKMAH apa atas takdir Allah tsb .
    Dan juga sebut mengenai Muhammad b. Abubakar. Apakah karena kesalahan satu orang maka kita menyalahkan seluruh keluarga? Tidak deskov. Hanya orang tidak berakal menganggap demikian. Dan inilah salah satu dari akhlak2 Ahlulbai dan keturunnya. Wasalam

  145. @deskov alias syiahali(?)
    mnurut sy anda ini persis perawi2 hadits zaman muawiyah.
    yg membuat hadits2 palsu.posisi anda pribadi sendiri sdh tdk masuk dlm orang yg bisa dipercaya,n lucunya anda sendiri tdk menyesali prbuatan anda yg buruk itu.
    anda katakan sy tdk ilmiah dlm mengkritik anda,pdhal sdh banyak tulisan anda sy kritik dgn ilmiah tp anda,main loncat n tdk bisa menyanggahnya,lalu mmbuat persoalan baru, sedang persoalan tsb anda tdk kuasai.
    Tp baik sy tanggapi anda dgn satu pertanyaan
    yaitu apa yg pernah anda katakan bhw imam ali orang pertama yg masuk islam.
    Apa dalil anda ttg hal tsb?krn anda sdh memvonis scr tdk langsung bhw imam ali pernah musrik sprt musriknya abubakar pd wkt itu,jd tunjukan ke saya dalil bhw imam ali pernah musrik.

  146. Siapa saja yang mengambil oran/kelompok menjadi PANUTAN atau MERUJUK hukum2 agama selain Allah dan Rasul adalah……….tafsirkan sendiri tanda titik2 (Firman Allah)
    Menurut saya terkecuali Ahlulbai dan Itrahti Rasul yang mengtaati Allah dan Rasul dan ini menjadi Panutan dan Rujukan saya. Wasalam

  147. @Deskov:
    “Saya katakan, Justru sangat tidak masuk akal jika Imam Ali dan Imam Ahlul Bait A.S menghukumi Abu Bakar dan Umar R.A sebagai orang sesat.”

    Mungkin Abu Bakar dan Umar lebih tepat dikatakan sbg org yg ingkar janji setia kpd Nabi saw dan washinya (Imam Ali). Ingat pada waktu di Ghadir Khum Umar termasuk salah satu yg mengucapkan selamat kpd Ali atas pengangkatannya sbg pengganti Nabi saw.

    @Deskov:
    “Jika Abu Bakar R.A orang sesat, mengapa Imam Ali mengambil Muhammad bin Abu Bakar saat Abu Bakar meninggal sebagai anak asuhnya ? Kemudian pada saat Imam Ali memerintah, Muhammad bin Abu Bakar beliau angkat sebagai Gubernur Mesir. Kelak cucu dari Muhammad bin Abu Bakar ini ( farwa ) menikah dengan Imam Al baqir A.S dan melahirkan Imam Ja’far A.S.”

    mas anda kurang mendalami sejarah. Muhammad bin Abu Bakar memang anak Abu Bakar tapi berbeda dg ayahnya beliau adalah PENGIKUT IMAM ALI YG SETIA. Buktinya beliau dibunuh oleh Muawiyah.
    Itulah sebabnya cucunya menikah dg Imam Baqir as.

    @Deskov:
    “Jika Abu Bakar sesat dan dzalim, mengapa Imam hasan A.S ketika menyerahkan Khilafah kepada Mu’awiyah mensyaratkan agar ia berpedoman kepada Al Qur’an, Sunnah dan keputusan2 Abu Bakar dan Umar ? ( Muntahal Amal Juz 2 hal. 212 cet. Iran ).”

    Bagaimana mungkin Imam Hasan berkata begitu padahal ayahnya sendiri (Imam Ali) ketika diadakan pemilihan khalifah pengganti Umar tdk bersedia menerima syarat untuk melaksanakan “sunnah khalifah sebelumnya, shg beliau mengundurkan diri dari pemilihan.

    @Deskov:
    “Memang, di kalangan madzhab kita ada riwayat2 yang kontradiktif. Satu riwayat memuji Abu Bakar dan Umar. Satu riwayat lain mencela keduanya. Tapi menurut saya, yang paling masuk akal adalah bahwa para Imam Ahlul Bait A.S adalah pecinta Abu Bakar dan Umar. Sedangkan riwayat2 yang mencaci keduanya saya pastikan adalah susupan kaum Yahudi dan Majusi ke dalam Syiah”.

    wah berat mas kalau riwayat2 yg mengkritik Abu Bakar dan Umar dianggap dari Yahudi dan Majusi maka hampir semua ulama hadis terkemuka Sunni spt Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majjah dll adalah agen Yahudi dan Majusi ? Kalau begitu bgmn dong dg kedudukan Sahih Bukhori yg dikatakan paling sahih setelah Al-Quran di kalangan Sunni ?

    @Deskov:
    “Sebab kedua komunitas ini paling sakit hati terhadap Abu Bakar dan Umar. Kaum Majusi dendam karena Persia takluk ke dalam Islam karena kebijaksanaan politik Abu Bakar dan Umar.”

    Lagi2 anda kurang mendalami sejarah dan hanya merefer atau mengutip sumber2 kaum salafi nashibi.

    Walaupun Umar meng-Islamkan bangsa Persia dg cara penaklukan (peperangan), sebagian besar bangsa Persia menerima Islam dg sepenuh hati. Keberhasilan Umar menaklukan Persia ditopang oleh kebencian rakyat trhdp Kerajaan Sassania yg menindas rakyat.

    Benarkah org Persia membenci Abu Bakar dan Umar ? Fakta yg sesungguhnya adalah ketika zaman Dinasti Umayyah para penguasa membagi masyarakat menjadi dua kelompok :
    1. Arab
    2. Mawali (non Arab termasuk salah satunya Persia).

    Perlakukan para penguasa Umayyah trhdp bangsa Mawali sangat tdk adil dan bersifat menindas shg menimbulkan kebencian di kalangan kaum Mawali. Hal ini dimanfaatkan oleh Bani Abbasiyah untuk melakukan pemberontakan/kudeta trhdp penguasa Umayyah.
    Fakta ini oleh kaum salafi nashibi dipelintir menjadi seolah-olah dilakukan oleh kaum Syi’ah yg sakit hati terhdp Abu Bakar dan Umar.
    Seandainya penguasa Umayyah tidak berlaku zalim trhdp kaum mawali, maka tidk akan terjadi pemberontakan.

    @Deskov:
    “Salah satu contoh adalah kitab Al Kafi. Sayyid Abu Ja’far Ath Thusi ( wafat tahun 460 H. ) mengatakan bahwa Al Kafi terdiri dari 30 kitab( Al Fahrasat hal. 161 ). Namun 600 tahun kemudian, Sayyid Husain bin Haidar Al Karki Al Amili ( W. 1076 ) mengatakan bahwa Al kafi terdiri dari 50 kitab. Jadi selama 600 tahun terjadi penambahan Al Kafi sebanyak 10 kitab dari 40 kitab atau sekitar 33 persen dari yang ada pada masa Sayyid Husain bin Haidar.”

    He he alangkahnya naifnya menilai asli tdknya suatu kitab hadis dari jumlah kitabnya. Kalau saya katakan kitab hadis Bukhori yg katakan saja aslinya lima kitab dan ketika diterjemahkan menjadi hanya satu kitab apakah berarti ada pengurangan/pemalsuan ? Belum tentu kan ? Bisa saja kitab terjemahannya hanya memuat hadis2 pilihan atau ringkasan.

    Kalau mau obyektif anda hrs menghitung jumlah hadisnya. Menurut Majlisi Al-Kafi berjumlah 16121 hadis dan jumlah tsb tdk berbeda dg perhitungan para ulama Syi’ah lainnya.
    Saya kira tuduhan penyusupan Yahudi dan Majusi kdlm ajaran Syi’ah hanya angan2 kaum salafi nashibi saja.

    Selanjutnya mengenai Al-Mahdi / Al_qoim pun yg kata anda akan menegakkan hukm Daud dan Sulaiman ketika saya baca buku karangan Syeikh Mufid kalimat yg sebenarnya adalah bahwa Al-Qoim/Al-Mahdi akan menegakkan hukum (Islam) spt yg dilakukan Daud dan Sulaiman.
    Secara prinsip ajaran Daud dan Sulaiman dg ajaran yg dibawa Muhammad adalah sama, yaitu Islam yg berlandaskan Tauhid. Anda harus membedakan antara ajaran Daud/Sulaiman dg ajaran Yahudi yg sdh dipalsukan.

    Sekali lagi kaum salafi nashibi memang paling jago memelintir makna suatu kalimat untuk memojokkan Syi’ah.

    Dg pelintirannya itu kaum salafi nashibi ingin mengesankan kpd umat Islam bahwa ajaran Syi’ah berasal dari Persia. Padahal Syi’ah sdh muncul ketika Nabi masih hidup dan masuk ke Persia/Iran pada th 175 H pada zaman Dinasti Abbasiyah melalui kaum ‘Alawi yg ditindas oleh para penguasa Abbasiyah.

  148. @wahyudi
    Good argument..!!

    Deskov ==> Syiah Ali?
    Semakin lama anda semakin mirip salafy.
    Argumen2 anda sangat mirip dengan argumen salafy (yang belajar ttg syi’ah) kemudian datang mencoba memborbadir dengan dalil2 yang dimanipulasi. Yang anda sampaikan sudah pernah disampaikan oleh salafy2. Mereka modifikasi dahulu dalil2 syiah sesuai dengan misi mereka. Alhamdulillah saya menemukan blog2 yang mengungkap kekejian seperti ini.
    Sangat menyedihkan jika memang begini cara salafy bekerja. menghalalkan segala cara…??

    Salam damai.

  149. @wahyudi
    siip.. n jgn berharap jwbn dr deskov/syiahali(?)

    @truthseekers08
    he..he..he.. agak terlambat anda mengetahui.
    dr awal sy sdh mengetahui,diskusi sprt ini pola baru dr wahabi(mirip yahudi) utk melemahkan keyakinan bg mereka2 yg berpegang kpd ahlulbait,tp memiliki sdikit pengetahuan.
    Asal tahu sj skrg ini mereka jg lg gencar membuat tulisan2 sprt deskov.
    awalmya mereka berdalih ukhuwah dgn dalil2 tdk jelas dr ahlulbait.kemudian mereka memberikan dalil2 yg seolah2 ada perbedaan(pertentangan) antar ahlulbait.
    Anda perhatikan lg ada yg baru masuk dgn pertanyaan2 bhw ahlulbait berbeda/bertentangan
    salam

  150. @aldj
    Terlambat? Saya hanya tidak ingin tergesa2.. :mrgreen:

    awalmya mereka berdalih ukhuwah dgn dalil2 tdk jelas dr ahlulbait

    Ahhh..anda telah campur adukkan mereka dengan yang berdalih ukhuwah. Saya tidak melihat mereka berdalih ukhuwah, mereka dengan tegas menyalahkan ahlul bayt.
    Yang berdalih dengan ukhuwah adalah mereka yang berusaha semaksimalkan mungkin meneladani ahlul bayt. Siapa yang meneladani kepada kita untuk menjaga ukhuwah? Bukankah Rasulullah dan ahlul bayt?
    Ukhuwah bukanlah mengaburkan salah dan benar. Salah dan benar telah jelas. Hanya saja setelah kita tahu benar dan salah, maka ada beberapa pilihan atas sikap kita.
    Ada pilihan mencaci maki yang salah.
    Ada pilihan memaafkan yang salah.
    Dari keduanya mana yang dicontohkan oleh ahlul bayt? Atau anda ada alyternatif lain silakan sampaikan… 😀

    Salam damai.

  151. @truthseekers 08
    anda kembali lg dgn kalimat meneladani ahlulbait,sy khawatir sj apabila ada yg berbeda dgn anda kemudian anda katakan tdk meneladani ahlulbayt.
    ukhuwah sendiri bisa kadang masing2 orang berbeda dlm definisi.
    klu sy lebih cocok dgn kalimat,”apa sj yg mudhorotnya lebih banyak kebih baik ditinggalkan”
    soal memaafkan terhadap hal2 yg terjadi dimasa lalu oleh ummat trhdp ahlulbait,itu bkn kapasitas kita.
    maaf lg buru2
    salam

  152. @aldj

    anda kembali lg dgn kalimat meneladani ahlulbait,sy khawatir sj apabila ada yg berbeda dgn anda kemudian anda katakan tdk meneladani ahlulbayt.

    Wahhh..kalau bicara kuatir sihh, apa saja bisa dikuatirkan.
    Bukankah hadits tsaqalain memerintahkan kita meneladani mereka agar tidak sesat. Kalau belum apa2 anda sudah kuatir terpeleset dalam peneladanan, bagaimana kita meminta orang lain menta’ati wasiat tsb.
    Silakan anda uji apakah saya spt yang anda persangkakan.. 😀

    ukhuwah sendiri bisa kadang masing2 orang berbeda dlm definisi.
    klu sy lebih cocok dgn kalimat,”apa sj yg mudhorotnya lebih banyak kebih baik ditinggalkan”

    Hehehhe..bukan hanya ukhuwah, semua hal bisa berbeda persepsi, namanya juga manusia.
    Nanti kita juga bisa gak kemana untuk memilih mana yang lebih banyak mudharatnya dan mana yang lebih sedikit… :mrgreen:
    Tapi kayaknya Islam setuju bahwa ukhuwah adalah perintah Allah SWT.

    soal memaafkan terhadap hal2 yg terjadi dimasa lalu oleh ummat trhdp ahlulbait,itu bkn kapasitas kita.

    Begitu juga untuk menilai, membenci dan mencaci mereka. Makanya saya ambil yang paling aman, yaitu mencontoh apa yang dicontohkan ahlul bayt. Sesuai dengan hadits tsaqalain khan.

    maaf lg buru2

    Hati2, terburu2 dalam bertindak, bergerak, berbicara, menilai, menyimpulkan akan membawa pada mudharat… 😀

    Salam damai

  153. @truthseekers
    Kita sama2 meyakini bhw sanya ahlulbait adalah panutan ummat
    persoalannya adalah apakah anda mengetahui semua tauladan ahlulbait?
    klu anda mengetahui semua tauladan mereka.maka sy akan meyakini apabila bertentangan dgn anda,maka akan bertentangan dgn ahlulbait.
    Tp klu anda tdk mengetahui semua tauladan mereka,maka bisa sj disaat anda berbeda dgn orang lain,ternyata disitulah anda tdk mengetahui sebagian dr tauladan mereka.sedang lawan anda mengetahuinya.
    kt anda:
    Nanti kita juga bisa gak kemana untuk memilih mana yang lebih banyak mudharatnya dan mana yang lebih sedikit… :
    kt sy:
    ga juga,kan kita diberi kemampuan utk berfikir.andai anda bermarja akan lebih mudah
    kt anda
    Tapi kayaknya Islam setuju bahwa ukhuwah adalah perintah Allah SWT.
    kt sy:
    ko pake kayanya…ada keraguan..?
    kt anda:
    Begitu juga untuk menilai, membenci dan mencaci mereka. Makanya saya ambil yang paling aman, yaitu mencontoh apa yang dicontohkan ahlul bayt. Sesuai dengan hadits tsaqalain khan.
    kt sy:
    membenci tdk sebanding dgn mencaci.
    tdk ada masalah ko dgn membenci,marah.murka n melaknat.
    tp klu mencaci ya lain…
    kt anda:
    Hati2, terburu2 dalam bertindak, bergerak, berbicara, menilai, menyimpulkan akan membawa pada mudharat
    kt sy:
    betul..,makanya sy tulis cuman sedikit,
    maklum di doru 3 bidadari he..he..he..

    salam…

  154. he..he..he..
    ko yg muncul @chany,maklumin ya SP

  155. He he he he…………..Salam…( OOT )

  156. Deskov, di/pada Mei 22, 2010 pada 5:24 am Dikatakan: r

    …. Kutanya pula padanya :
    “Kau sebut ia itu ‘Ash-Shiddiiq’?” Secepatnya imam itu
    bergeser menghadap qiblat sambil berkata dengan tandas : “Ya,
    benar Ash-Shiddiiq. Siapa yang tidak menyebut ia sebagai Shiddiiq,
    maka Allah tidak akan lagi mempercayai kata-katanya di dunia dan di
    akhirat.” ( Kasyful Ghummah, jus II hal 147 )
    =======================================

    mohon ikutan ustadz… saya seorang sunni, tapi sehubungan dengan gelar sahabat utama Rasul SAAW saya pernah baca ( tapi lupa lagi ), kalo gelar2 sahabat utama awalnya merupakan gelar untuk Imam Ali AS, seperti gelar Sayidina Abubakar, As-Shiddiq , karena memang Imam Ali dalam kebenaran, gelar Sayidina Umar, Al-Farouq, pembeda yg hak dan batil, karena memang Imam Ali yang paling tidak mentolerir kebatilan, gelar Sayidina Usman, Dzunnur’ain, pemilik dua cahaya mata, karena Imam Ali memiliki Imam Hasan dan Imam Husein yang disayang Rasul SAAW, gelar Sayidina Khalid bin Walid, Saifullah, pedang Allah, karena memang pedang Imam Ali yang paling ditakuti musuh. Tetapi oleh Dinasti Umayah dirubah dan gelar2 tersebut ‘dicopot’ dari imam Ali karena mereka hasad dan dengki sama Imam Ali. Saya sendiri meyakini hal tersebut. Bagi ustadz2 yang mengetahui riwayat2 mengenai pemberian gelar2 tersebut apakah berupa hadist maupun atsar agar kiranya disharing ya…
    Syukrom……

  157. @aldj

    persoalannya adalah apakah anda mengetahui semua tauladan ahlulbait?

    TIDAK..!!
    Namun kita sedang bicara kasus per kasus, untuk kasus per kasus ternyata begitu jelas teladan yang sudah ditunjukkan. Jadi jangan dilebarkan apakah saya tahu semua atau tidak. Dalam kasus bai’at ke khalifahan Abu Bakar, disana ada tauladan Ahlul Bayt.
    Jadi kita sedang memicarakan tauladan yang kita ketahui bersama (bukan yang hanya saya ketahui)

    kt anda:
    Nanti kita juga bisa gak kemana untuk memilih mana yang lebih banyak mudharatnya dan mana yang lebih sedikit… :
    kt sy:
    ga juga,kan kita diberi kemampuan utk berfikir.andai anda bermarja akan lebih mudah

    Gak Nyambung..!! .. :mrgreen:
    Saya sedang menyampaikan bahwa sifat dasar manusia menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat (di semua hal), jadi tidak ada jaminan, topik yang manapun akan bisa memicu perselisihan. Bukan topiknya sebagai penyebab namun sang manusianya.
    Karena kita “berfikir” maka terjadi perbedaan .. 😛
    Masalah bermarja tidak menjamin semua orang menjadi sama. Terlebih kalau kita bermarja kepada orang yang berbeda. Kepada yang sama saja bisa berbeda (krn kita akan punya perbedaan dalam menafsirkan keputusan Imam kita).

    kt anda:
    Tapi kayaknya Islam setuju bahwa ukhuwah adalah perintah Allah SWT.
    kt sy::
    ko pake kayanya…ada keraguan..?

    Oo anda tidak paham bahwa ini adalah gaya bahasa?.. 😉
    Ini adalah sindiran halus.. 😀

    kt anda:
    Begitu juga untuk menilai, membenci dan mencaci mereka. Makanya saya ambil yang paling aman, yaitu mencontoh apa yang dicontohkan ahlul bayt. Sesuai dengan hadits tsaqalain khan.
    kt sy:
    membenci tdk sebanding dgn mencaci.
    tdk ada masalah ko dgn membenci,marah.murka n melaknat.
    tp klu mencaci ya lain…

    Betul membenci tidak sebanding dengan mencaci. Membenci lebih buruk..
    Saya tidak tahu kata apa dalam bahasa arab yang digunakan. Bisa saja juga ada kesalahan dalam penterjemahan.
    Ketika kita bicara membenci yang dimaksudkan adalah membenci dengan disertai kebencian. Kebencian adalah salah satu penyakit hati yang kita harus selalu berdo’a agar dihilang dari kita.
    “Membenci” jika kita paksakan menggunakan kata ini hanyalah berlaku pada kebencian kepada suatu perbuata bukan pada seseorang. Karena membenci pada suatu perbuata tidak akan mungkin ditunggangi oleh kebencian. Berbeda dengan membenci seseorang yang mana akan disertai dengan penyakit hati kebencian.

    kt anda:
    Hati2, terburu2 dalam bertindak, bergerak, berbicara, menilai, menyimpulkan akan membawa pada mudharat
    kt sy:
    betul..,makanya sy tulis cuman sedikit,
    maklum di doru 3 bidadari he..he..he..

    Salam buat 3 bidadarinya yaa.. 😉

    Salam damai

  158. @abah zahra,

    Saya juga seorang Sunni, namun setelah membaca penjelasan tsb, saya baru mengetahui bahwa gelar yg diberikan kepada Abubakar, Umar dan Utsman adlh gelar yg diberikan oleh Dinasti Umayah. Yg sesungguhnya bahwa gelar tsb adlh milik Sayyidina Ali Kwj. Ini artinya bahwa sejarah Islam telah melenceng dari kebenaran, krn telah dirubah oleh Dinasti Umayah. Berarti secara tidak sadar selama ini saya memeluk Islam ala Bani Umayah.

    Wassalam

  159. @truthseekers 08
    semoga tdk OOT
    kata anda:
    Namun kita sedang bicara kasus per kasus, untuk kasus per kasus ternyata begitu jelas teladan yang sudah ditunjukkan. Jadi jangan dilebarkan apakah saya tahu semua atau tidak.
    kt sy:
    he..he..he.. setiap kasus selalu anda hub dgn akhlak ahlulbait, n sebagian anda tdk berikan dalil bhw disitu ada ahlak ahlul bait.contoh anda katakan bhw fatimah memaafkan abubakar pdhal anda tdk memberikan dalil bhw ada dalil yg fatimah memaafkan abubakar.
    kt anda:
    Jadi kita sedang memicarakan tauladan yang kita ketahui bersama (bukan yang hanya saya ketahui)
    kt sy:
    tauladan yg mana toh yg anda ketahui n semua jg ketahui
    kt anda:
    Gak Nyambung..
    kt sy:
    he..he..he.. iya kali,krn sy n chany jg ga faham tulisan anda jd coba2 faham..
    kt anda:
    Karena kita “berfikir” maka terjadi perbedaan ..
    kt sy
    jgn mikir dong…biar sama2 OON
    sy sih sebaliknya
    kt anda:
    Masalah bermarja tidak menjamin semua orang menjadi sama. Terlebih kalau kita bermarja kepada orang yang berbeda.
    kt sy:
    kan sdh sy bilang mempermudah…
    kt anda:
    Oo anda tidak paham bahwa ini adalah gaya bahasa?
    Ini adalah sindiran halus..
    kt sy:
    Ooo jd ada toh perintah allah ttg ukhuwah
    kt anda:
    Betul membenci tidak sebanding dengan mencaci. Membenci lebih buruk..
    kt sy:
    ga lah..mencaci adalah buruk tp membenci blum berarti buruk.
    begitu jg dgn marah murka atw melaknat
    kt anda:
    Salam buat 3 bidadarinya yaa.
    kt sy :
    kum salam
    n big boss ins.allah sdh nyampe

  160. @sahabat
    Kita tidak mencari atau menguNgkit kesalahan orang. Tapi kita berdiskusi agar diketahui mana yang benar. Anda sendiri mengatakan baru sekarang anda ketahui mana yang benar. Berarti blog ini mengungkapan kebenran. Dan tidak mengungkit pribadi2 orang.
    Tapi, saya sangat mengharapkan dari anda JANGAN SE-KALI2 MENYALAHKAN GOLONGAN LAIN. wASALAM .

  161. @chany:
    “Tapi, saya sangat mengharapkan dari anda JANGAN SE-KALI2 MENYALAHKAN GOLONGAN LAIN. wASALAM .”

    Menurut saya dlm tataran ilmu boleh2 saja menyalahkan golongan lain, karena kalau tdk maka sulit menentukan mana yg benar mana yg salah. “Salah” belum tentu berarti “kafir”.

    Kalimat “Jangan menyalahkan gol lain” barangkali harus diterapkan dlm tataran akhlak atau dlm pergaulan sosial.

  162. @wahyudi
    OK

  163. aldj, di/pada Mei 23, 2010 pada 9:06 am Dikatakan
    sy tanggapi anda dgn satu pertanyaan yaitu apa yg pernah anda katakan bhw imam ali orang pertama yg masuk islam. Apa dalil anda ttg hal tsb?krn anda sdh memvonis scr tdk langsung bhw imam ali pernah musrik sprt musriknya abubakar pd wkt itu,jd tunjukan ke saya dalil bhw imam ali pernah musrik.
    Saya katakan : Silahkan memeriksa kitab yang memuat biografi Imam 12, Nurul Abshar oleh Asy Syablanji. Imam Ali A.S pertama masuk Islam bukan berarti beliau pernah musyrik. Namun maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa beliau masuk Islam sebagai sebuah syariat. Sebagaimana Salman Al farisi juga walaupun sebelumnya beliau seorang nasrani monotheis, namun harus juga mengikuti prosedur pensyahadatan.
    wahyudi, di/pada Mei 24, 2010 pada 9:18 am
    Wahyudi wrote
    Mungkin Abu Bakar dan Umar lebih tepat dikatakan sbg org yg ingkar janji setia kpd Nabi saw dan washinya (Imam Ali). Ingat pada waktu di Ghadir Khum Umar termasuk salah satu yg mengucapkan selamat kpd Ali atas pengangkatannya sbg pengganti Nabi saw.
    Saya katakan:
    Imam Ali A.S berkata, “ Seandainya kami tidak melihat Abu Bakar itu pantas memegang Khilafah, tentu kami tidak akan membiarkannya” ( Al Kafi, Juz 1 hal. 30 ). Imam Ali A.S berkata tentang Khalifah Umar,” Orang-oramg Islam telah memilih seorang lelaki dari mereka, lalu dia pun berbuat adol dan istiqamah “ ( AlKafi Juz 4 hal. 519 ).
    Wahyudi wrote
    @Deskov:
    “Jika Abu Bakar sesat dan dzalim, mengapa Imam hasan A.S ketika menyerahkan Khilafah kepada Mu’awiyah mensyaratkan agar ia berpedoman kepada Al Qur’an, Sunnah dan keputusan2 Abu Bakar dan Umar ? ( Muntahal Amal Juz 2 hal. 212 cet. Iran ).”
    Bagaimana mungkin Imam Hasan berkata begitu padahal ayahnya sendiri (Imam Ali) ketika diadakan pemilihan khalifah pengganti Umar tdk bersedia menerima syarat untuk melaksanakan “sunnah khalifah sebelumnya, shg beliau mengundurkan diri dari pemilihan.
    Saya katakan, Silahkan anda protes kepada pengarang Muntahal Amal, Ayatullah Abbas Al Qummi ( guru hadist Imam Khumaini ghafarahullah ). Saya pikir beliau lebih menerti hadist dari pada anda. Dan perlu diketahui, karangan2 beliau menjadi kitan standar para talabeh ( santri ) naik di Najaf atau Qum, seperti Safinatul Bihar atau Mafayih Jinan
    Wahyudi wrote
    wah berat mas kalau riwayat2 yg mengkritik Abu Bakar dan Umar dianggap dari Yahudi dan Majusi maka hampir semua ulama hadis terkemuka Sunni spt Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majjah dll adalah agen Yahudi dan Majusi ? Kalau begitu bgmn dong dg kedudukan Sahih Bukhori yg dikatakan paling sahih setelah Al-Quran di kalangan Sunni ?
    Saya katakana,
    Bukhari, Tirmidzi dll tidak pernah mengatakan riwayat yang Abu Bakar, Umar dan Utsman khianat, munafik apalagi murtad
    Wahyudi wrote
    Benarkah org Persia membenci Abu Bakar dan Umar ?
    Saya katakan,
    Bukankah pembunuh Umar ( Abu Lu’lu’ ) orang Majusi/Parsi ? Menurut mas Wahyudi, riwayat2 ini susupan atau bukan,
    « Sesungguhnya Allah telah menyelamatkannya ( Kisra ) dari neraka dan api neraka diharamkan baginya « ( Biharul Anwar 41/4 ).
    “ Hati2lah terhadap orang Arab. Larena memiliki kabar buruk, maka sesungguhnya tidak akan keluar seorangpun dari mereka bersama Al Qaim “ ( Biharul Anwar, 52/333 ). Lalu bagaimana dengan Sayyid Hasan Nasrallah, Ayatullah Udzma Khu’i, Ayatullah Hakim Sadr dan kaum syiah Arab yang lain ?
    “ Tidak ada yang tersisa antara kami dan orang arab selain pembantaian “( Biharul Anwar,52/349 )…?????
    Mestinya gugatan terhadap isu penyusupan dlm Syiah palsu ini jangan anda arahkan kepada saya. Tapi kepada Sayyid Hasyim Al Husna yang berkata,” Setelah menelusuri hadist2 yang tersebar di kitab2 hadist seperti Al kafi, Al Wafi dan yang lainnya, kita mendapati bahwa orang2 ekstrem dan dengki terhadap para Imam A.S tidak meninggalkan satu bab pun kecuali mereka memasukkan di dalamnya pemikiran mereka untuk merusak hadist2. Yang umumnya adalah untuk memburukkan nama baik mereka/para Imam A.S. ( Al Maudhuat hal. 165 dan 253 ).
    Abah Zahra : Saya hanya mengutip dari salah satu kitan standar Madzhab Ahlul Bait, Kasyful Ghummah. Bukan dari perawi Bani Umayyah.
    All : Saya bukan Nashibi..Saya percaya dengan para Imam A.S. Saya juga anti Wahhabi. Tapi saya ingin bersyiah secara benar, syiah yang tidak terkontaminasi oleh susupan2 Yahudi, Nasrani dan Majusi

  164. @Deskov
    Wahyudi wrote

    Benarkah org Persia membenci Abu Bakar dan Umar ?
    Saya katakan,
    Bukankah pembunuh Umar ( Abu Lu’lu’ ) orang Majusi/Parsi ?

    :mrgreen:
    Logika apa ini? Satu orang membunuh, maka seluruh bangsanya sampai hari kiamat disimpulkan sebagai pembenci yang dia bunuh???
    Anda pakai dalil apa? Krn dalil akal tidak akan bisa terima, jadi berikan dalil apa saja yang mendukung kesembronoan anda.
    Jadi jika ada orang arab membunuh sahabat Nabi apakah disimpulkan semua orang arab membenci sahabat Nabi?

    Salam damai.

  165. @deskov
    sy sdh males diskusi dgn anda,
    1.anda tdk punya niatan baik dlm diskusi,
    2.sebagian besar argumen anda ngawur
    3.anda tdk pernah menerima argumen orang lain klu argumen anda sdh dipatahkan,tp anda main loncat dgn masalah baru
    4.anda tdk pernah menjawab pertanyaan2 lwn diskusi anda
    5.dalil yg anda pake pun tdk jelas,kesannya anda memaksa dalil tsb.tp ketika diberikan dalil2 yg kuat dlm mematahkan dalil anda,anda malah menghindar.
    6.Jd tujuan anda dlm diskusi hanya utk memaksakan niatan buruk anda,tanpa perduli dgn dalil naqli n aqli
    maaf…n wassalam

  166. @Deskov:
    “Saya katakan:
    Imam Ali A.S berkata, “ Seandainya kami tidak melihat Abu Bakar itu pantas memegang Khilafah, tentu kami tidak akan membiarkannya” ( Al Kafi, Juz 1 hal. 30 ).”

    Saya engga tau apa anda mengutip langsung dari Al Kafi atau melalui sumber lain, tapi kalau anda merujuk ke Khutbah Syiqsyiqiyyah dlm Nahjul Balaghah Khutbah no. 3, Imam Ali berkata yg sebaliknya :
    “Demi Allah, putra Abu Quhafah (Abu Bakar) membusanai dirinya dg (kekhalifahan) itu, padahal ia pasti tahu bahwa kedudukan saya sehubungan dg itu adalah sama dg kedudukan poros pada kincir. Air bah mengalir menjauh dari saya dan burung tak dpt terbang sampai kpd saya. Saya memasang tabir terhdp kekhalifahan dan melepaskan diri darinya. Kmdn saya mulai berfikir apakah saya harus menyerang ataukah menanggung dg tenang kegelapan yg membutakan dan azab, dimana org dewasa menjadi lemah dan org muda mnjadi tua, dan org mukmin yg sesungguhnya hidup dibawah tekanan smp ia menemui Allah. Saya dapati bahwa KESABARAN ATASNYA LEBIH BIJAKSANA. Maka saya mengambil kesabaran, walaupun ia menusuk di mata dan mencekik kerongkongan. Saya melihat PERAMPOKAN warisan saya sampai ORANG PERTAMA menemui ajalnya, tetapi mengalihkan kekhalifahan kpd Ibnu Khattab sesudah dirinya.”

    Jelas sekali kan tanggapan Imam Ali atas dirampasnya kekhalifahan oleh Abu bakar.

    @Deskov:
    “Saya katakan, Silahkan anda protes kepada pengarang Muntahal Amal, Ayatullah Abbas Al Qummi ( guru hadist Imam Khumaini ghafarahullah ). Saya pikir beliau lebih menerti hadist dari pada anda. Dan perlu diketahui, karangan2 beliau menjadi kitan standar para talabeh ( santri ) naik di Najaf atau Qum, seperti Safinatul Bihar atau Mafayih Jinan”

    Ada dua kemungkinan : Ayatullah Abbas Al Qummi menulis dmkn atau anda mengutip sepotong-sepotong spt kebiasaan salafi nashibi yg banyak terbukti. Katakanlah kemungkinan yg pertama benar, berarti Imam Hasan adalah pengikut Umar ? Dan kalau benar, kenapa Muawiyah tdk membiarkan Imam Hasan menjabat khalifah menggantikan Imam Ali dan kenapa beliau harus diracun/dibunuh (oleh Muawiyah)? Fakta ini membuktikan bahwa Imam Hasan memang benar2 salah satu dari Ahlul Bait yg disucikan Allah yg nota bene sangat dimusuhi oleh Bani Umayah yg berkonspirasi dg Quraisy Jahiliyyah.

    @Deskov:
    Wahyudi wrote:
    “wah berat mas kalau riwayat2 yg mengkritik Abu Bakar dan Umar dianggap dari Yahudi dan Majusi maka hampir semua ulama hadis terkemuka Sunni spt Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majjah dll adalah agen Yahudi dan Majusi ? Kalau begitu bgmn dong dg kedudukan Sahih Bukhori yg dikatakan paling sahih setelah Al-Quran di kalangan Sunni ?”

    “Saya katakana,
    Bukhari, Tirmidzi dll tidak pernah mengatakan riwayat yang Abu Bakar, Umar dan Utsman khianat, munafik apalagi murtad”

    Anda kan mengatakan bahwa riwayat2 yg mencela Abu Bakar, Umar dan Usman berasal dari Yahudi dan Majusi. Saya katakan bahwa riwayat2 tsb ada dlm kitab Sahih Bukhori sendiri. Jadi anda harus mengakui dong bhw riwayat2 tsb bukan dari Yahudi/Majusi tapi dari ulama hadis Sunni sendiri.

    @Deskov:
    “Wahyudi wrote
    Benarkah org Persia membenci Abu Bakar dan Umar ?
    Saya katakan,
    Bukankah pembunuh Umar ( Abu Lu’lu’ ) orang Majusi/Parsi ? Menurut mas Wahyudi, riwayat2 ini susupan atau bukan,”

    Boleh jadi yg membunuh Umar adalah org majusi/Persia. Tapi janganlah fakta lantas ini dikait-kaitkan dg Iran yg Syi’ah. Anda harus jeli bhw ketika Umar menaklukan Persia pd pertengahan abad ke 7 M, maka Islam yg masuk ke Persia adalah Islam Sunni. Jadi kalau di kmdn hari Umar terbunuh oleh seorang Parsi, maka pembunuh tsb kalau bukan Majusi pasti Muslim Sunni. Perlu diketahui ajaran Syi’ah dari Arab masuk ke Persia pada abad 7 M, artinya jauh setelah masa Umar. Anda hrs tau bhw wilayah geografis Syiah sepanjang sejarah Islam klasik adalah di tanah Arab terutama Hijaz, Irak dan Yaman dan bukannya Iran/Persia. Pengikut terbanyak Imam Ali sendiri sepanjang periode beliau adalah org2 Arab. Mengikuti laporan sejarah, penduduk Persia ketika itu sebaliknya kebanyakan bermazhab Sunni baik secara kekuasaan, pemikiran dan akidah spt yg sdh sy kemukakan diatas.

    @Deskov:
    All : Saya bukan Nashibi..Saya percaya dengan para Imam A.S. Saya juga anti Wahhabi. Tapi saya ingin bersyiah secara benar, syiah yang tidak terkontaminasi oleh susupan2 Yahudi, Nasrani dan Majusi”

    Tolong jawab : apakah anda mengutip langsung dari kitab2 Syiah yg anda sebutkan diatas atau melalui sumber lain ?

  167. Tolong jawab : apakah anda mengutip langsung dari kitab2 Syiah yg anda sebutkan diatas atau melalui sumber lain ?

    pertanyaan yang bagus, semoga ada jawabannya :mrgreen:

  168. @wahyudi
    he..he..he.. percuma,semua sdh memberikan argumen yg mematahkan argumennya,semua sdh memberikan dalil yg lebih kuat dr dalilnya.
    paling tdk stlh ini dia buat mslh baru,tanpa mengakui kekeliruanya,atw dia tau keliru,tp krn fanatik buta,maka kebenaran dia tutupi
    salam

  169. @chany

    Thanks, anda telah menanggapi komentar saya. Tapi pada umumnya (mayoritas) umat Islam meyakini bahwa mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah (Sunni) yg benar dan masuk surga, krn sesuai dgn hadis dibawah ini;

    Dari Shahabat Auf r.a. berkata; Rasulullah SAW bersabda; “Demi yang jiwa saya ditangan-Nya, benar-benar akan pecah ummatku menjadi 73 golongan, satu masuk surga dan 72 golongan masuk neraka, ditanya siapa yang di surga Rasulullah? Beliau menjawab; golongan mayoritas (jama’ah). Dan yang dimaksud dengan golongan mayoritas mereka yang sesuai dengan sunnah para shahabat.”

    Rasulullah SAW bersabda : “Akan pecah ummatku menjadi 73 golongan, yang selamat satu golongan, dan sisanya hancur, ditanya siapakah yang selamat Rasulullah? Beliau menjawab, “Ahlussunnah wal Jama’ah,” beliau ditanya lagi apa maksud dari Ahlussunnah wal Jama’ah? Beliau menjawab; golongan yang mengikuti sunnahku dan sunnah shahabatku”.

    Dikutip dari: Faidlul Qadir juz II, lalu kitab Sunan Abi Daud juz. IV, kitab Sunan Tirmidzy juz V, kitab Sunan Ibnu Majah juz. II dan dalam kitab Al-Milal wan Nihal juz. I.

    Makanya saya heran kenapa keputusan Sayyidina Abubakar ra ada yg bertentangan dgn sunnah Rasulullah SAW? Kan sudah jelas berdasarkan hadis yg dikutip tsb bahwa yg benar dan masuk surga adalah Ahlussunnah wal Jama’ah.

    Wassalam

  170. @sahabat
    Terima kasih kembali. Sama2 Insya Allah kita sama2 selalu berada dalam kebenaran. Amin
    Hadits yang anda sampaikan diatas mengenai Mayoritas, mungkin saya bisa terima. Karena pengertian saya mengenai mayoritas adalah MAYORITAS MUKMIN. Jadi bukan KWANTITAS tapi KUALITAS. Karean Rasul diutus agar hamba Allah ini beriman dan bertaqwa. Jadi golongan mana yang pengikutnya banyak yang Mukmin adalah mayoritas.
    Sedangkan hadits yang kedua saya anggap Hadits yang direkayasa.
    Sebab ada Hadits yang mutawatir dan Shahih intinya adalah
    Agar kamu tidak sesat berpegang teguh pada dua hal (At-Tsaqalain) Yakni Alqur’an dan Itrahti Ahlulbaiti.
    Mereja2 ini lebih mengetahui SUNAh Rasul dari siapapun.
    Sebenar Hadits Tsaqalain didasarkan atas Firman Allah disurah An-Aam 65.
    Sekarang terserah anda untuk menilai mana yang lebih BENAR. Wasalam

  171. @chany,

    Maksudnya hadis yang direkayasa gimana? dan siapa yg merekayasa hadis tsb? kenapa hal ini bisa terjadi?

  172. @sahabat

    Anda membawa riwayat sbb: Rasulullah SAW bersabda : “Akan pecah ummatku menjadi 73 golongan, yang selamat satu golongan, dan sisanya hancur, ditanya siapakah yang selamat Rasulullah? Beliau menjawab, “Ahlussunnah wal Jama’ah,” beliau ditanya lagi apa maksud dari Ahlussunnah wal Jama’ah? Beliau menjawab; golongan yang mengikuti sunnahku dan sunnah shahabatku
    Kalau hadits ini benar maka Hadits At-Tsaqalain palsu.
    Tapi keshahihan Hadits Tsaqalain tidak diragukan lagi.
    Yang merekayasa mereka dari Bani Umayah. Dalam sejarah diriwayatkan permusuhan antara Bani Hasyim dan Bani Umayah sangat mendalam. Bani Umayah tidak menghendaki kemulian berada di Bani Hasyim. Setiap ada Hadits untuk kemulian Ahlulbait selalu dikonter dengan hadits yang mereka buat. Dan Hadits2 demikian banyak yang ditolak oleh Ulama2 dari Suni termasuk yang paling anti Ahlulbait yakni Syech Nasaruddin Albani. Saya rasa dengan penjelasan ini sudah terjawab ketiga pertanyaan anda. Wasalam

  173. @ Wahyudi
    Wahyudi wrote
    Saya engga tau apa anda mengutip langsung dari Al Kafi atau melalui sumber lain, tapi kalau anda merujuk ke Khutbah Syiqsyiqiyyah dlm Nahjul Balaghah Khutbah no. 3, Imam Ali berkata yg sebaliknya :
    “Demi Allah, putra Abu Quhafah (Abu Bakar) membusanai dirinya dg (kekhalifahan) itu, padahal ia pasti tahu bahwa kedudukan saya sehubungan dg itu adalah sama dst..
    Saya katakan,
    Saya tidak memungkiri adanya riwayat2 semacam itu atau bahkan ada yang lebih sadis dengan mengatakan semua sahabat rasulullah SAW murtad kecuali beberapa gelintir orang dst. Hanya saja, ketika kita melihat berbagai riwayat di atas ( riwayat yang merekomendasikan kelurusan Abu Bakar dan Umar, riwayat yang mengkritkdengan lunak hingga riwayat yang mengutuk ) dalam madzhab kita, jika hal ini kita cocokkan dengan realitas di mana Imam Ali A.S bermuamalah dengan sangat baik dengan Abu Bakar dan Umar, mengambil Umar sebagai menantunya, mengirimkan Imam Hasan dan Husain untuk mengawal rumah Khalifah Utsman saat beliau dikepung pemberontak dan bahkan menamai anak2 beliau dengan nama Abu Bakar, Umar dan Utsman, maka sangat jelas bahwa berbagai riwayat yang mendeskreditkan Abu Bakar, Umar dan Utsman atas nama para Imam A.S adalah kebohongan..dan mereka yang mempercayainya telah menjadi korban riwayat sampah susupan Yahudi ini.

    Wahyudi wrote
    Anda kan mengatakan bahwa riwayat2 yg mencela Abu Bakar, Umar dan Usman berasal dari Yahudi dan Majusi. Saya katakan bahwa riwayat2 tsb ada dlm kitab Sahih Bukhori sendiri. Jadi anda harus mengakui dong bhw riwayat2 tsb bukan dari Yahudi/Majusi tapi dari ulama hadis Sunni sendiri.
    Saya katakan,
    Ya..saya akui juga bahwa di kalangan sunni juga ada riwayat2 yang tidak dapat dipertanggung jawabkan sekasihannya. Terutama yang mendeskriditkan Abu Bakar, Umar dan Utsman. Di samping juga dalam masalah2 lain. Jadi, Islam memang mengalami upaya pembusukan dari kaum Yahudi, nasrani dan majusi di samping kaum munafik yang berusaha membelokkan ummat dari Islam yang lurus dan benar.

    Wahyudi wrote
    Anda harus jeli bhw ketika Umar menaklukan Persia pd pertengahan abad ke 7 M, maka Islam yg masuk ke Persia adalah Islam Sunni. Jadi kalau di kmdn hari Umar terbunuh oleh seorang Parsi, maka pembunuh tsb kalau bukan Majusi pasti Muslim Sunni.
    Saya katakan :
    Bagaimana kita mencurigai upaya pengIslaman Khalifah Umar, semntara di dalam operasi pembebasan tersebut melibatkan Salman Al farisi, sahabat dekat Imam Ali A.S. Bahkan Salman oleh Khalifah Umar di angkat menjadi gubernur di Persia ? Imam Ali A.S juga terlibat dalam pemaklukkan ini dengan memberikan nasehat2 kepada Khalifah Umar. Bahkan Imam Husain A.S mendapatkan salah seorang puteri Persia sebagai isteri beliau yang kemudian melahirkan Imam As Sajjad A.S.

    Wahyudi Wrote :
    Tolong jawab : apakah anda mengutip langsung dari kitab2 Syiah yg anda sebutkan diatas atau melalui sumber lain ?

    Saya katakan,
    Kalau nggak ngutip langsung, alangkah sia2nya kitab2 dari Najaf di Perpustakaan ?

    All:
    Maaf, jika sahabat sebgaian komennya tidak saya tanggapi. Saya hanya menanggapi komen2 yang relevan. Oh ya..buat teman2 dari Najaf/Qum dan teman2 Syi’i senior..silahkan bergabung buat nyambung kembali silaturrahim sekaligus saling menambah wawasan kita.

  174. Sebagai tambahan, sebagai bukti adanya penyusupan2 dalam kitab2 rujukan madzhab kita, ada juga riwayat2 dalam kitab2 induk, sepeti Al Kafi, Biharul Anwar dll yang melecehkan para Imam A.S. dan juga pelecehan Imam oleh sahabat beliau yang menjadi rawi banyak hadist rujukan. Tapi Insya Allah saya kupas lain kali jika waktunya sudah memungkinkan.

  175. @deskov
    Anda berkata: ” Bagaimana kita mencurigai upaya pengIslaman Khalifah Umar, semntara di dalam operasi pembebasan tersebut melibatkan Salman Al farisi, sahabat dekat Imam Ali A.S. Bahkan Salman oleh Khalifah Umar di angkat menjadi gubernur di Persia ? Imam Ali A.S juga terlibat dalam pemaklukkan ini dengan memberikan nasehat2 kepada Khalifah Umar. Bahkan Imam Husain A.S mendapatkan salah seorang puteri Persia sebagai isteri beliau yang kemudian melahirkan Imam As Sajjad A.S
    Dalam pemberitaan anda, anda hanya melihat AKIBAT dari suatu sebab. Sehingga terilihat se-akan2 suatu kebaikan.
    1.Apa sebab Salman Al- Farisi membantu Umar? Anda harus ketahui.
    2. Mengapa Imam Ali turut memberi NASEHAT. Harus diketahui MENGAPA.
    3.Mengapa hingga dua putri Raja Persia dikawinkan kepada kedua anaknya Imam Ali yakni Imam Hasan as dan Imam Husein as.
    Jadi berpikir dulu baru anda bawakan argumen anda.

  176. @sahabat, di/pada Mei 27, 2010 pada 9:08

    Dari Shahabat Auf r.a. berkata; Rasulullah SAW bersabda; “Demi yang jiwa saya ditangan-Nya, benar-benar akan pecah ummatku menjadi 73 golongan, satu masuk surga dan 72 golongan masuk neraka, ditanya siapa yang di surga Rasulullah? Beliau menjawab; golongan mayoritas (jama’ah). Dan yang dimaksud dengan golongan mayoritas mereka yang sesuai dengan sunnah para shahabat.”

    Mohon dicek lagi kevalidan yg anda sebut di atas berkaitan dgn mayoritas. Alquran malah menyatakan sebaliknya, yakni betapa buruknya mayoritas;

    Ar-Ra’d: 1
    Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Quran). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya)

    Al-Maidah: 49
    Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik

    Al-An’am: 116
    Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).

    Al-An’am: 119
    Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.

    Ar-Ruum: 30
    Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

    Al-Mu’min: 57
    Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

    Dan msh banyak lagi ayat2 yg senada dgn ini. Jika anda bisa menjelaskan adanya perbedaan ini, sy silakan.

    Salam

  177. @Channy : nggak usah berbelit2. Kenyataan menunjukkan bahwa Imam Ali A.S, dan kedua puteranya, Salman, Abu Dzar semuanya sangat korporatif dengan Khaliah Umar. Setiap orang bisa menafsirkan ini dengan pemikiran bawah sadarnya. Mereka yang menjdi korban info sampah Yahudi akan membuat argumen bahwa konsisinya darurat, untuk menjaga persatuan dll. Mereka yang berpikir jernih dan selektif terhadap riwayat sampah susupan Yahudi akan melihat bahwa hal tersebut sebagai kewajaran karena pada dasarnya antara imam Ali dan ahlul bait dgn Umar disatukan dalam akidah yang sama dalam suasana saling mencintai dan menghormati. Sebagaimana tercermin dalam riwayat2 para Imam yang saya kutip di atas.

  178. @Deskov

    Setiap orang bisa menafsirkan ini dengan pemikiran bawah sadarnya. Mereka yang menjdi korban info sampah Yahudi

    Maaf menyela diskusi anda, saya cuma penasaran bagaimana cara anda menentukan suatu riwayat sebagai riwayat sampah susupan Yahudi?. Apakah ada kaidah khusus soal itu, tolong dishare kalau memang ada, itu pasti sangat membantu , terimakasih 🙂

  179. @deskov
    Anda berdalil saya ber-belit2. Tangkapan saya atas komentar ini:
    1. Anda tidak tahu apa2 mengenai sajarah. Terutama mengenai komentar anda terdahulu.
    2. Anda takut kepada kebenaran
    3. Semua yang anda sampaikan dengan alasan ber-belit2 Hanya ingin menghindar sepert Salafy

  180. @chany @armand

    Selama ini saya meyakini bahwa mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah (Sunni) yg benar, krn Guru saya mengajarkannya seperti itu (sesuai dgn hadis yg saya kutip). Tetapi setelah memahami penjelasan anda dan artikel2 di situs ini, ternyata sejarah Islam itu ada dua versi yakni versi Sunni dan versi Syiah. Dan saya juga membaca penjelasan dari sdr Deskov bahwa ada penyusupan dari Yahudi dan Majusi diantara Sunni dan Syiah. Jujur, saya jadi bingung dgn semua ini, apakah sdr Deskov itu Sunni atau Syiah? Dan anda sdr Chany dan sdr Armand, Sunni atau Syiah? dan anda juga sdr Secondprince (pemilik situs) Sunni atau Syiah?

    Mohon jawaban yg sejujurnya.

    Wassalam

  181. @sahabat
    terus terang aja. Buat apa berdusta. Saya bukan Syiah dan juga bukan Suni. Saya berpegang pada Ahlulbait Rasul dan Itrahti Ahlulbait Sesuai Yang telah Rasulullah SAW sabdakan.
    Karena saya YAKIN mereka selalu dalam KEBENARAn. Dan saya tidak mau menjadi otang SESAT. Wasalam.

  182. @chany

    Yg saya ketahui bahwa mazhab Syiah pd umumnya meyakini kebenaran hadis Tsaqalain sprti yg anda sampaikan (semua juga sama di situs Syiah). Berarti anda orang Syiah, betulkan?

  183. @sahabat
    Kebenaran tidak tergantung pada mazhab. Mereka dari Syiah tidak mengakui Khalifah I, II,.dan ke III. Saya mengakui. Tapi tidak berpanutan pada mereka. Yang saya komentari adalah KESALAHAN2 yang mereka perbuat. Imam Ali as sangat mengetahui bahwa Allah berkendak kekhalifaan akan diambil darinya. Kalau Allah tidak berkehendak demikian maka mereka tidak mungkin menjadi khalifah, dan ini merupakan TAKDIR. Apakah yang Allah takdirkan kita cela?
    Tapi ingat bahwa apa yang Allah takdirkan merupakan kejadian yang harus kita pikirkan apa Hikmahnya. Allah mewahyukan melalui Rasul Imam Ali sebagai penerus/khalifah. Tapi Allah takdirkan Abubakar sebagai Khalifah. Mengapa? Apa Hikmahnya. Kita disuruh Allah untuk berpikir dan membedakan BENAR dan SALAH. Wasalam

  184. @sahabat

    Tidak ada yg salah jika anda menganggap mazhab ahlussunnah adalah mazhab yg benar. Namun yg menjadi penting adalah mazhab ahlussunnah bukanlah satu-satunya mazhab Islam “yang benar”

    Bila dikotak-kotakkan, maka sy sendiri ga tau apa sy syiah atau sunni? 🙂 Apakah harus memilih dari keduanya?

    Salam

  185. @sahabat
    Dalam sunnipun ada yg pro dg hadis tsaqalain. Dalam sebuah mazhab perbedaan pendapat adalah wajar. Sehingga dalam satu mazhab besar dpt terjadi perbedaan pendapat yg bahkan bisa bertentangan. Misalnya dlm mazhab sunni terdpt perbedaan yg bertentangan antara maiki, hambali, safii juga hanafi.

  186. @chany @armand @BL

    Trims atas komentar2nya. Klu hadis yg saya kutip tsb salah dan hadis Tsaqalain benar, ini artinya yg membuat hadis tsb telah berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya. Berarti pula mazhab Sunni (mayoritas) adlh mazhab yg berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya. Saya tidak mau disebut orang yg berdusta, krn Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa berdusta adlh amal2an ahli neraka.

    @chany

    Menurut anda apakah TAKDIR bisa dirubah?

    @armand

    Saya bingung dgn komentar anda bahwa saya menganggap mazhab Ahlusunnah adlh benar, tapi bukan satu2nya yg benar. Lalu yg kedua, ketiga dst… yg benar… yg mana? kenapa anda tdk tahu utk memilih diantara Sunni dan Syiah?

    @BL

    Memang ada yg pro hadis Tsaqalain, tapi cara penafsirannya yg berbeda.

    Wassalam

  187. @sahabat
    anda tdk bisa mengeneralisasi,msh bnyk ahlusunnah yg berpegang kpd hadits tsaqalain.
    maaf mungkin sy katagorikan berpegangnya mereka dgn tdk konsisten.
    atw setdknya definisi ittrah ahlulbait sendiri msh berbeda.
    salah satu contohnya thariqah yg ada hampir semuanya bersanad ke imam ali as,tp terpisahnya kebanyakan dr setelah imam ja’far as

  188. @Deskov:

    Dari pernyataan anda sy berkesimpulan bhw :

    1. antara Imam Ali dan Abu Bakar cs tidak ada pertentangan “ideologi”
    2. hadis2 yg menyudutkan Abu bakar atau Umar adalah penyusupan Yahudi dan Majusi

    Pendapat anda no. 1 sangat terburu2 dan hanya berdasarkan hadis2 “lunak” perihal Abu Bakar yg anda kutip dari kitab2 Syi’ah (?).

    Mari kita berpikir secara jernih dan menggunakan logika yg sehat. Kalau memang antara Ali dg Abu Bakar cs tdk ada pertentangan/perbedaan ideologi, kenapa dlm kenyataannya ketika Nabi saw wafat, Abu Bakar dan Umar tdk mengamankan situasi dan menempatkan Ali sbg khalifah Nabi tetapi bahkan merampasnya, padahal Abu Bakar dan Umar tahu bhw sewaktu di Ghadir Khum Imam Ali telah dilantik menjadi pengganti Nabi. Fakta selanjutnya sebelum wafatnya Abu Bakar tdk menunjuk Ali sbg khalifah tetapi justru Umar, dst smp dg tegaknya Dinasti Umayyah dan Abbasiyyah ? Apakah rentetan peristiwa yg terjadi tdk bermakna apa2 dan hanya suatu kebetulan ?

    Terkait pendapat anda yg no. 2: Benarkah hadis2 yg menyudutkan Abu Bakar dan Umar otomatis berasal dari penyusupan Yahudi atau Majusi ?

    Fakta membuktikan bhw dlm Sahih Bukhori umpamanya cukup banyak memuat hadis2 yg menyudutkan Abu Bakar dan Umar. Hanya saja oleh sang perawi (Bukhori) telah disamarkan sedemikan rupa shg hal2 yg menyudutkan kedua tokoh itu tdk terlihat dg jelas. Satu contoh hadis Bukhori sbb :
    Rasulullah saw mndpt berita ttg perjalanan kafilah dagang Quraisy dan beliau bermaksud mencegatnya. Maka Rasulullah saw mengajak para sahabat untuk musyawarah. Maka berdirilah Abu Bakar dan mengatakan sesuatu, lalu Rasulullah saw berkata, “BAGUS !”. Lalu berdirilah Umar dan mengatakan sesuatu, lalu Rasulullah saw berkata, “BAGUS” ! Selanjutnya Miqdad bin ‘Amr berdiri dan berkata :”Ya Rasulullah berjalanlah sesuai dg apa yg telah Allah perlihatkan kpd anda, niscaya kami bersama anda. Demi Allah kami tdk akan mengatakan kpd anda sbgmn yg telah dikatakan Bani Israil kpd Musa manakala mereka mengatakan, Pergilah kamu berdua dgn Tuhanmu dan berperanglah, adapun kami biar duduk di sini saja menunggumu; melainkan kami mengatakan ‘Pergilah kamu berdua dg Tuhanmu dan berperanglah dan kamipun ikut berperang bersama anda berdua. Demi Zat yg mengutus anda dg kebenaran, meskipun anda membawa kami ke dalam lautan, kami akan tetap berperang bersama anda shg anda sampai kepadanya”. Maka Rasulullah saw berkata kpdanya, “BAGUS”! dan beliau berdoa untuknya (Miqdad).

    Yg menjadi pertanyaan sebenarnya apa sih yg dikatakan Abu Bakar dan Umar kpd Rasulullah saw ? Kalau memang bagus kenapa Bukhori tdk menyebutkan dan hanya menyebutkan ucapan Miqdad saja ?
    Rupanya Bukhori melihat ada sesuatu dlm ucapan Abu Bakar dan Umar yg telah membuat Rasulullah tdk berkenan dan berpaling dari ucapan keduanya. Untuk menjaga “kemuliaan” mereka berdua maka Bukhori menutupinya dg tdk mengungkapkan apa yg telah diucapkan mereka berdua. Ternyata menurut Waqidi, Abu Bakar dan Umar mengucapkan sesuatu yg memuliakan kafilah Quraisy tsb shg membuat Rasulullah saw berpaling dari keduanya.

    Apakah ini buatan Yahudi ? Saya kira tidak. Hadis2 semacam ini cukup banyak bertebaran didlm kitab2 hadis Sunni dan menurut saya ini bukan perbuatan Yahudi, tapi perbuatan “org2 internal sendiri” (para perawi pendukung “fanatik” Abu Bakar dan Umar). Sebenarnya bukan hanya hadis2 semacam ini. Banyak pula hadis2 mengenai keutamaan para sahabat pesanan para penguasa yg tdk rela kekuasaannya dipegang oleh ahlul bait, yg dibuat oleh para ulama bayaran pada zaman Dinasti Umayyah dan Abbasiyah dan sama sekali bukan dibuat oleh org2 Yahudi.

    Boleh jadi banyak riwayat2 yg saling bertentangan atau hadis2 dhaif /maudhu dlm kitab2 hadis Syi’ah spt Al-Kafi, Biharul Anwar dll. Namun apakah adanya hadis2 dhaif/maudhu dlm kitab2 hadis Syi’ah otomatis menjadi “representative” ajaran Syi’ah ? Bukankah Allah Swt tdk menjamin keaslian hadis dan hanya menjamin keaslian Al-Quran saja ? Oleh karena itu rasanya sangat wajar dlm suatu kitab hadis baik di Sunni maupun Syi’ah terdpt riwayat2 yg dhaif/maudhu. Masih bercampurnya hadis2 sahih dg dhaif dlm Al-Kafi atau Biharul Anwar umpamanya, bukanlah salah si penyusunnya. Toh baik Al-Kulaini maupun Al-Majlisi hanya mengumpulkan dan mengkompilasikan hadis2 sesuai dg kategori hadis.

    Sementara untuk meneliti dan memisahkan mana yg sahih dan mana yg dhaoif adalah tugas ulama lain atau generasi berikutnya baik dari segi sanad maupun matannya. Bagi Syi’ah yg paling menentukan sahih atau tdknya suatu hadis bukanlah sanad, tetapi kesesuaian matan hadis dg Al-Quran.

    Saya kira dlm menyikapi adanya hadis2 yg bertentangan (kalau ada) dlm kitab hadis2 Syi’ah perihal sikap para Imam kpd Abu Bakar dkk pada prinsipnya harus dilakukan perbandingan antara hadis2 yg mengecam dg hadis2 yg menerima keabsahan kekhalifahan Abu Bakar/Umar , mana yg lebih sahih/kuat dan mana yg lebih sesuai dg Al-Quran, bukannya terburu-buru menarik kesimpulan bhw ajaran Syi’ah telah kemasukan ajaran Yahudi/Majusi.
    Dg kata lain adanya hadis2 dhaif atau yg anda katakan berbau Yahudi/Majusi dlm kitab2 hadis Syi’ah tdk serta merta bisa dijadikan hujjah bhw ajaran Syi’ah terpengaruh oleh ajaran Yahudi/Majusi atau menggambarkan keyakinan Syi’ah.

    Perlu diketahui juga bhw karakter Majusi berbeda dg Yahudi. Sepanjang sejarah, Yahudi dikenal sbg suatu kelompok yg senantiasa menyelusupkan idea2nya kedalam ajaran yg dibawa para nabiyullah, shg ketika nabinya wafat, ajarannya sdh berbeda dg aslinya (palsu). Yg sdh menjadi korbannya adalah ajaran yg dibawa oleh para nabi Bani Israil dan menurut saya Islam pun tdk lepas dari infiltrasi Yahudi yg bekerja sama dg org2 Arab Quraisy. Al-Quran sendiri banyak menggambarkan karakter Yahudi spt ini. Jadi kalau anda mengatakan bhw ada infiltrasi idea2 majusi patut dipertanyakan.

  189. @Deskov:
    @Channy : nggak usah berbelit2. Kenyataan menunjukkan bahwa Imam Ali A.S, dan kedua puteranya, Salman, Abu Dzar semuanya sangat korporatif dengan Khaliah Umar. Setiap orang bisa menafsirkan ini dengan pemikiran bawah sadarnya. Mereka yang menjdi korban info sampah Yahudi akan membuat argumen bahwa konsisinya darurat, untuk menjaga persatuan dll. Mereka yang berpikir jernih dan selektif terhadap riwayat sampah susupan Yahudi akan melihat bahwa hal tersebut sebagai kewajaran karena pada dasarnya antara imam Ali dan ahlul bait dgn Umar disatukan dalam akidah yang sama dalam suasana saling mencintai dan menghormati. Sebagaimana tercermin dalam riwayat2 para Imam yang saya kutip di atas.

    Riwayat2 ahlul bait yg anda kutip yg menggambarkan sikap kooperatif Imam Ali, Hasan, Husein dan Salman sesungguhnya tidak membuktikan adanya “kesatuan akidah” antara Imam Ali dan Abu Bakar cs. Perkataan Imam Ali dlm Nahjul Balagah lebih sesuai dg fakta sejarah, dimana Imam Ali digagalkan menjadi khalifah Nabi oleh suatu konspirasi Quraisy pimpinan Abu Bakar/Umar.

    Sikap kooperatif Imam Ali disamping menunjukkan kebesaran jiwa beliau juga menunjukkan bhw sikap kooperatif hanya terbatas pada bidang teknis pengelolaan negara dan juga sbg warga negara yg baik. Imam Ali as saya yakin tdk akan mau “kooperatif” dlm masalah akidah atau dlm bahasa yg lebih tajam, beliau tdk mau dan tdk rela “melacur ilmu dan keyakinan”. Beliau adalah salah satu rentetan proses pemilihan para nabi dan washi yg sesuai sunatullah yg tdk pernah berubah dari mulai Nabi Adam as smp Imam Mahdi as.

    Secara dalil akal dan naql mustahil Imam Ali as membenarkan apa yg dilakukan Abu Bakar cs. yg secara tdk langsung telah “meletakkan” dasar2 negara Islam sekuler.

  190. @sahabat.
    TIDAK. Apakah menurut anda bisa berubah? Silahkan

  191. @chany

    Menurut saya takdir bisa dirubah, contoh: takdir sakit bisa dirubah menjadi sembuh dgn berobat ke dokter (obat dan dokter adlh takdir), takdir miskin bisa dirubah dgn berusaha dan berdoa (usaha dan doa adlh takdir). Jadi takdir yg satu bisa dirubah dgn takdir yg lain.

    @aldj

    Setahu saya ada thariqah yg silsilahnya tidak bersanad kpd Sayyidina Ali kw. Klu tdk salah dimulai dari Allah SWT, Jibril as Rasulullah SAW, Sayyidina Abubakar ra… Sayyidina Ja’far Shadiq ra dst. Saya juga tdk mengerti knp Sayyidina Ali kw tdk ada dlm silsilah tsb? namun Ja’far Shadiq ra disebutkan, mungkin anda bisa menjelaskannya?

    Wassalam

  192. @sahabat
    Itu namanya bukan takdir mas, itu adalah perjalanan hidup manusia. Anda ditakdirkan bahwa selama hidup anda hari ini anda kaya dan besok miskin. Hari ini sakit besok sembuh.Kalau didasarkan pengertian anda maka setiap menit takdir anda berobah. Saya beri contoh. Umpama Allah menetapkan/ mentakdirkan seseorang mati disebabkan ketabrak, ia tidak mungkin merobah matinya ditampat tidur. Wasalam

  193. @chany

    Contoh lagi, mudah2an anda mengerti:

    Pernah dikatakan kepada Imam `Ali a.s. yang bangkit dari tembok yang dia gunakan sebagai tempat berteduh, ketika itu tembok itu tampak nyaris roboh, “Apakah Anda menghindar dari takdir Allah?”

    Imam Ali a.s. menjawab, `Aku menghindar dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lainnya.”‘

    Sebagaimana berteduh di tembok yang nyaris roboh merupakan takdir’ Allah, maka sesungguhnya bangkit darinya dan juga selamat darinya merupakan takdir Allah Swt yang lain.

    Wassalam

  194. @sahabat
    Kalau belum terjadi itu bukan takdir. Allah berfirman:
    Qadirun ‘ala ma yasya. Apakah anda bisa merobah kehendak Allah. Kejadian pada Imam Ali adalah beliau belum ditakdirkan mati. Bukan beliau yang ditakdirkan untuk kena robohnya tembok. tapi temboknya yang ditakdirkan roboh./ Wasalam

  195. @sahabat
    thariqah naqhsabandi maksud anda,sy fikir tdk perlu dipermasalahkan,ntar OOT.
    intinya anda jgn mengeneralisasi.

  196. @chany

    Trims atas tanggapannya, mungkin penjelasan dibawah ini anda akan memahaminya:

    Sesungguhnya semua unsur-unsur yang mempengaruhi pembatasan takdir manusia terbagi di dalam dua bagian, yaitu;

    Pertama, unsur-unsur yang bersifat materi. Ia mencakup perbuatan, usaha, lemah, malas, lingkungan, keluarga, teman, pemimpin, masyarakat, obat, kuman, kebersihan, kekayaan, alam, dan kejadian-kejadian yang menimpa seseorang. Setiap unsur itu memiliki peranannya tersendiri di dalam perjalanan takdir seseorang. Oleh karena itu, setiap orang memiliki takdirnya sendiri yang ditunggu dan dipilihnya berdasarkan kehendaknya sendiri. Allah Swt berfirman:

    ” Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri “.

    Kedua, unsur-unsur yang bersifat maknawi yang dapat mengubah takdir, diantaranya: doa, jihad dijalan Allah, sadaqah, bertawakal kepada Allah dan percaya kepada-Nya.

    Oleh karena itu, mungkin saja bagi seseorang untuk mengubah takdirnya. Akan tetapi, dalam semua keadaan dia tetap tidak dapat terlepas dari takdir. Yakni, perubahan takdir tetap masih dalam ruang lingkup takdir itu sendiri dan dia tidak dapat menentang hukum kausalitas.

    Wassalam

  197. @aldj

    Saya tdk menggeneralkan, cuman seseorang (termasuk saya) klu mazhabnya Sunni cenderung tidak mengetahui hadis Tsaqalain, maka pemahamannya mengenai agama tentu saja berbeda dgn yg meyakini kebenaran hadis tsb. Ini pengalaman saya ketika manasik haji disebuah yayasan pendidikan Islam (mungkin) terbesar dikota Bandung (soalnya jema’ahnya banyak). Para Ustadz pembimbing menyarankan kepada jema’ahnya untuk tidak mengakses mazhab Syiah (tanpa alasan yg jelas), baik di media elektronik maupun dilingkungan sekitarnya. Ini artinya mazhab Syiah dibendung untuk berkembang sedini mungkin. Dengan fenomena tsb, bagaimana tanggapan anda?

    Wassalam

  198. @sahabat
    Terima kasih atas penjelasan anda.
    Perlu saya jelaskan contoh serta ayat yang anda sampaikan
    disebut NASIB. OOT. Wasalam

  199. @chany

    Masalah takdir masih merupakan salah satu masalah yang terpenting yang mengundang perdebatan yang luas. Hal itu disebabkan oleh pemahaman yang keliru tentang takdir atau memang didasarkan niat yang buruk. Untuk lebih menjelaskan pemahaman ini, kita coba membahas hal ini secara bersama-sama. Pengertian takdir menurut pandangan Islam adalah terminologi tentang kemunculan yang pasti bagi para nabi dengan kehendak Allah (qadha’). Kemunculan ini yang memuat ukuran dan ciri khasnya bersumber dari kehendak Allah juga (qadar)…bersambung

  200. @sahabat
    pertama kali yg msti difahami bhw hadits tsaqalain adlh bkn cm milik syiah,
    soal ustd yg memberikan warning thdp jamaahnya buat sy ada 3 hikmah.
    1.bagi mereka yg haus akan kebenaran justru akan membuat mereka tertarik dgn info tsb,banyak sekali ummat ini yg beralih ke syiah gara2 hal sprt ini,n justru mereka yg beralih ini adalah orang2 yg memiliki tingkat intelektual yg tinggi.
    2.bagi mereka yg berilmu pernyaataan ustd tsb justru akan merendahkan derajat ustadz tsb dimata mereka,krn ucapannya hanyalah bersifat fitnah tnp ada pembuktian
    3.bagi mereka2 yg jahil akan bertambah kejahilannya
    jd bwt sy ini semua adalah hikmah.
    @sp
    maaf OOT

  201. @chany

    Nasib adalah bagian dari takdir itu sendiri, seperti keadaan seseorang ketika dia sehat, sakit, kaya, miskin dll. Pendek kata semua kejadian-kejadian yang menimpa seseorang.

    Wassalam

  202. @aldj,

    Ada benarnya tanggapan anda, tapi saya waktu itu (kejadiannya minggu kemarin) ingin bertanya kenapa kita tidak boleh mengakses mazhab Syiah? inilah yg menjadi bahan renungan saya hingga saat ini. Maaf, OOT itu apa sih?

  203. @sahabat
    mdh2an anda menjd orang sll ingin mencari kebenaran, sehingga anda berada dlm hikmah yg sy maksdkan.
    OOT Out Of Topix (mungkin)

  204. @aldj,

    Thank atas pencerahannya, semoga yg hadir di situs ini dapat mengambil hikmah untuk menemukan kebenaran yg hakiki. OOT itu Out Of Topix, klu gitu maaf saya sudah OOT 🙂

  205. assalamualiaikum

    maaf tiba tiba2 menyela
    @ sahabat
    pada tanggal Mei 30, 2010 pada 8:28 pm anda menulis bahwa “Selama ini saya meyakini bahwa mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah (Sunni) yg benar, krn Guru saya mengajarkannya seperti itu (sesuai dgn hadis yg saya kutip)”

    yang menjadi pertanyaan bagi anda apakah dengan mengikuti apa yang guru anda ajarkan ada jaminan skan selamat? jika iya tolong tunjukan dalilnya jangan berperasngka benar apa yang anda ikuti karena berperasangka itu belum tentu membawa kita kepada kebenaran

    wassalam

  206. @G2

    Dalilnya kan sudah saya tampilkan pd komentar sebelumnya, sbb:

    Dari Shahabat Auf r.a. berkata; Rasulullah SAW bersabda; “Demi yang jiwa saya ditangan-Nya, benar-benar akan pecah ummatku menjadi 73 golongan, satu masuk surga dan 72 golongan masuk neraka, ditanya siapa yang di surga Rasulullah? Beliau menjawab; golongan mayoritas (jama’ah). Dan yang dimaksud dengan golongan mayoritas mereka yang sesuai dengan sunnah para shahabat.”

    Rasulullah SAW bersabda : “Akan pecah ummatku menjadi 73 golongan, yang selamat satu golongan, dan sisanya hancur, ditanya siapakah yang selamat Rasulullah? Beliau menjawab, “Ahlussunnah wal Jama’ah,” beliau ditanya lagi apa maksud dari Ahlussunnah wal Jama’ah? Beliau menjawab; golongan yang mengikuti sunnahku dan sunnah shahabatku”.

    Dikutip dari: Faidlul Qadir juz II, lalu kitab Sunan Abi Daud juz. IV, kitab Sunan Tirmidzy juz V, kitab Sunan Ibnu Majah juz. II dan dalam kitab Al-Milal wan Nihal juz. I.

    Dari hadis tsb jelas yg selamat adlh golongan mayoritas yaitu Ahlussunnah wal Jama’ah.

    Wassalam

  207. @sahabat
    tap dalam alquran bahwa yang kebanyakan (mayoritas) belum tentu akan membawa kepada kebaikan malahan akan menyesatkan dari jalan Allah. coba anda baca alquran surat al-anam [6] ayat 116. apakah benar yang mayoritas itu akan membawa pada kebenaran?

    wassalam

  208. @G2

    Hal itu sudah dibahas sama sdr. Armand, sbb:

    Al-An’am: 116
    “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”

    Klu ayat tsb dihubungkan dgn hadis yg saya kutip mungkin artinya hadis tsb adlh hadis dusta (terhadap Allah), apa betul? lalu orang di muka bumi yg sedikit itu yg mana? tolong sebutkan hadisnya dan jelaskan?

    Wassalam

  209. @aldj

    Saya pikir lagi bicara masalah takdir tdk OOT2 amat, krn situs ini tujuannya utk merubah takdir yg salah menjadi takdir yg benar, sprti artikel ini menjelaskan keputusan Abubakar yg betentangan dgn sunnah Rasulullah SAW.

    Pemilik situs mengambil kesimpulan:
    “Cukuplah dikatakan bahwa Abu Bakar keliru baik dalam soal fadak ataupun khumus. Dalam soal fadak kebenaran bersama Sayyidah Fathimah AS dan mengenai khumus sudah jelas bahwa kaum kerabat Rasulullah SAW [qurba] berhak mendapat bagian”

    Dalam kesimpulan tsb jelas mana takdir yg benar dan takdir yg salah.

    Wassalam

  210. @sahabat
    anda salah alamat,mungkin yg anda tuju adalah @chany
    tp sy akan coba tanggapi sdikit
    kt anda:
    Dalam kesimpulan tsb jelas mana takdir yg benar dan takdir yg salah.
    kt sy:
    sedikit sy luruskan,kondisi ttg fadak adalah,bhwsanya allah maha berkehendak,agar ummat ini mengikuti apa yg diperintahkannya.
    tp sebagian,manusia berkeinginanan lain,
    sedang takdir dlm masalah ini adalah ketetapan allah bagi manusia yg berupa jalan bg manusia utk memilih.
    contoh
    dipermisal takdir itu suatu jalan yg satu menuju kekebaikan,yg satu menuju keburukan.sang pembuat jalan adalah allah.
    manusia dipersilahkan memilih takdirnya(jalannya).tp allah berkehendak manusia menuju kekebaikan.
    abu bakar telah memilih takdirnya,pdhal allah telah memberi petunjuk,yaitu melalui fatimah

  211. @aldj

    Iya, maaf komentar tsb ditujukan buat sdr. Chany dan terimakasih anda sudah menanggapi komentar tsb secara mendetail mengenai takdir yg dipilih oleh Abubakar.

    Wassalam

  212. @sahabat
    pada tulisan anda terus menerus mengagungkan yang mayoritas padahal pada alquran surat al-anam [6] ayat 116 itu yang jelas menunjukkan bahwa yang mayoritas itu tidak akan membawa kepada yang kebenaran malahan akan menyesatkan dari jalan Allah.
    tapi yang akan menyelamatkan dunia akhirat yaitu Shirotol Mustaqim jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang telah di beri nikmat oleh ALLah sebagaimana tercantum dalam Alquran surat alfatihah ayat 6-7.
    yang jadi pertanyaan pada anda adalah apakah anda tahu siapa orang-orang yang telah di beri nikmat oleh Allah SWT? dan tunjukkan Alqurannya bahwa yang mayoritas (kebanyakan orang) akan membawa pada kebenaran?

    wassalam

  213. @sahabat
    Sahabat, anda tidak tahu apa yang akan terjadi 1 menit akan datang atau satu jam yang akan datang, apa yang akan terjadi besok dstnya. Bagaimana anda bisa merobah ketetapan Allah yang anda TIDAK TAHU. Tidak ada satupun yang mngetahui yang GAIB (yang akan te3rjadi ) kecuali Allah dan mereka2 yang Allah berikan ILMU.
    Anda katakan Abubakar merobah TAKDIR. Darimana ia ketahui bahwa ia merobah takdir. Atau darimana anda jetahui bahwa Abubakar merobah takdir. Wasalam

  214. @chany

    Maaf sdr Chany, anda salah paham bukannya Abubakar merubah takdir, tapi Abubakar memilih takdirnya sendiri yg keliru dlm soal fadak ataupun khumus.

    Wassalam

  215. @G2,

    Justru itu yg saya ingin tanyakan kpd anda siapa orang-orang yang telah di beri nikmat oleh Allah SWT?

    Anda bertanya:
    dan tunjukkan Alqurannya bahwa yang mayoritas (kebanyakan orang) akan membawa pada kebenaran?

    Saya menjawab:
    Saya tidak menemukan di dlm Al Qur’an bahwa yg mayoritas (kebanyakan orang) akan membawa pada kebenaran.

    Makanya saya bertanya kpd anda siapakah yg minoritas (orang yg sedikit) akan membawa pada kebenaran?

    Wassalam

  216. @sahabat
    sdr. Sahabat, tidak ada yang bisa memilih TAHDIR. Imam Ali as tahu bahwa ia bakal terbunuh, dan ia tidak memilih untuk selamat. Rasul tahu bahwa cucunya Imam Husein akan mati terbunuh di Karbala, tapi Rasul tidak dapat menolak dengan memohon pada Allah. Apalagi kita yang tidak MENGETAHUI APA YANG AKAN ALLAH TAKDIRKAN UNTUK KITA. Apakah kita besok mati atau akan menjadi Presiden. Gelap bagi kita. Imam Ali as bersabda:”TAKDIR UMPAMA LAUT YANG SANGAT DALAM DAN GELAP JANGAN COBA MENYALAM. Kalau anda belum bisa memahami arti takdir saya sarankan anda pelajari Alqur’an lebih mendalam lagi.
    Salam damai Wasalam

  217. @chany,

    Coba anda pelajari dan pahami yg dibawah ini, daripada diskusi ini berlarut-larut. Soalnya klu saya yg menjelaskan nanti bisa salah paham 🙂

    http://www.musavilari.org/html/20/book/10/035.htm

    Wassalam

  218. @Sahabat
    untuk orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah yang akan membawa ke jalan Shirotol Mustaqim yaitu jalan yang akan selamt menurut Alquran coba anda baca alquran surat Annisa [4] ayat 69. disitu jelas sekali orang-orang yang di beri nikmat oleh Allah.

    dalam tulisan terdahulu saya tidak pernah menulis bahwa yang mayoritas (kebanyakan orang) akan membawa pada kebenaran, tapi saya menulis bahwa yang mayoritas itu tidak akan membawa kepada yang kebenaran malahan akan menyesatkan dari jalan Allah malahan Alqurannya jelas sessuai apa yang sudah dibahas sama sdr. Armand coba anda renungkan dalil2 alquran tersebut!!!

    Yang saya jadi aneh kenapa harus saya yang harus menunjukkan dalil2 (alquran) tentang orang kebanyakan(mayoritas) akan membawa pada kebenaran seharusnya andalah seharusnya yang membawakan dalil2 (alquran) yang menganggap bahwa orang kebanyakan(mayoritas) akan membawa pada kebenaran bukan saya.

    maaf saya terus terang tidak tahu dalil yang menyatakan bahwa yang minoritas akan membawa kebenaran, tapi yang saya tahu dalil2 dari alquran bahwa yang akan membawa pada kebenaran dan keselamatan yaitu jalan yang lurus malahan hal ini ditegaskan dalam alquran surat alanam [6] ayat 153 surat alfatihah ayat 6-7 yaitu Orang-Orang yang telah diberi Nikmat Oleh Allah

    wassalam

  219. @sahabat
    Saya hanya meminta anda untuk mengerti apa yang Allah maksudkan dengan TAKDIR agar presepsi kita sama.
    Coba anda perhatikan Firman Allah dalam Surah Yusuf ayat 68
    1.. Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Ya’qub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui

    2.Surah Fushilat ayat12. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah TAKDIR Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

    3.Surah Al An’am ayat
    96. Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah TAKFIR Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui

    4. Surah at-Thalaq ayat 3. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah men TAKDIRKAN bagi tiap-tiap sesuatu.
    Ini adalah pdnjelasan Allah. Saya tidak mmbutuhkan penjalasan dari yang lain.
    Saya tidak tahu apa penafsiran/pengertian anda atas Firman Allah tsb (dan masih banyak lagi ayat2 tentang TAKDIR)
    Pengertian saya bahwa MANUSIA TIDAK BISA DAN TIDAK MAMPU MERUBAH TAKDIR ALLAH. Salam damai Wasalam

  220. @G2,

    Trims atas penjelasannya, berarti saya telah keliru mengutip hadis bahwa yg mayoritas (Ahlussunah Wal Jama’ah) adalah golongan yg selamat, krn saya tidak menemukan di dalam Al Qur’an mengenai hal itu. Justru kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini (mayoritas) yg akan menyesatkanmu dari jalan Allah.

    Wassalam

  221. @chany,

    Dlm buku tsb dijelaskan bahwa do’a termasuk unsur yang sangat mempengaruhi perjalanan takdir seseorang. Terkadang sebuah ketentuan yang sudah diputuskan (takdir) dapat ditolak (dibatalkan) dengan do’a seorang hamba. Rasulullah saw bersabda, “Doa dapat menolak takdir meskipun takdir itu telah diputuskan pasti terjadi.”3

    Allah Swt berfirman, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah; bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.4

    Bagaimana tanggapan anda dgn penjelasan tsb?

    Wassalam

  222. @ SP, Wahyudi dll :
    Fakta yang jelas dari adanya penyusupan tsb dalam madzhab syiah adalah munculnya berbagai aliran ghuluww seperti Ismailiyyah, Druze atau Baha’i. Di samping itu, banyaknya keyakinan di kalangan Syiah tentang perubahan Al Qur’an juga merupakan petunjuk nyata adanya penyusupan ini. Silahkan anda baca hal ini dalam kitab Al Ukdzubah fi Tahrifil Qur’an ( Kebohongan isu perubahan Al Qur’an ) oleh Ayatullah Rasul Ja’fariyyah.
    Sementara di kalangan Sunni, penyusupan ini juga terjadi dengan adanya hadist2 palsu di sana-sini. Juga dengan maraknya pemikiran Liberal/Muktazilah. Sementara susupan Nasrani adalah munculnya berbagai riwayat yang mengajak kepada kerahiban dgn sanad yang palsu.
    Untuk menilai sebuah riwayat tsb Islami/bukan, sudah tentu ada dua cara. Pertama adalah aspek matannya. Jika matannya bertentangan dengan prisnsip2 dasar Islam dan tidak bisa lagi ditakwil serta lebih mewakili kepentingan Yahudi, Nasrani atau majusi, maka riwayat tsb susupan. Seperti hadist « Sesungguhnya Allah telah menyelamatkannya ( Kisra ) dari neraka dan api neraka diharamkan baginya « ( Biharul Anwar 41/4 ). Ini jelas palsu dan susupan Majusi tanpa kita harus memeriksa sanadnya. Riwayat tentang penyiksaan Sayyidah fathimah A.S misalnya. Riwayat ini simpang siur dari berbagai buku sejarah syiah. Ada yang mengatakan pelakunya Umar, ada yang mengatakah Khalid, ada yang mengatakan Mughirah, ada yang mengatakan Qunfudz, ada yang mengatakan kejaidannya di rumah, ada yang mengatakan kejaidannya di jalan dll. Karena itulah, Ayatullah Sayid Ja’far Murtadha Al Amili dalam kitab “ Zhulumat Ummi Kaltsum” mengatakan,
    « Tidak perlu dijelaskan lagi, bahwa jika nampak kontradiksi dalam banyak riwayat yang menceritakan tentang suatu kejadian, maka sangat wajar jika kita meragukan validitas riwayat-riwayat itu, bahkan keraguan akan muncul di hati para peneliti, dan memaksanya untuk mencari riwayat yang shahih dan mana yang berisi kebohongan dari riwayat-riwayat itu, ini jika kita tidak ingin mengatakan : KONTRADIKSI INI MEMBUAT KITA RAGU APAKAH KEJADIAN INI BENAR ATAU TIDAK ». Menurut saya, riwayat ini sangat tidak masuk akal ketika kita melihat ketulusan Abu Bakar dan Umar dalam bersikap terhadap Ahlul Bait. Ketika Abbas masuk Islam, Umar mengatakan » Wallahi wahai Abbas, keislamanmu lebih mebuatku berbahagia dari pada keislaman bapakku. Sebab keislamanmu lebih membahagiakanhati Rasulullah SAW ».
    Kedua dari sisi sanad. Ini bisa kita lacak dari kitab2 jarh wat ta’dil.
    Satu hal lagi yang penting adalah bahwa pengertian susupan Yahudi dll di sini tidak mesti dilakukan oleh orang Yahudi. Susupan ini bisa juga terjadi dilakukan oleh muslim yang sebelumnya telah terpengaruh pemikiran Yahudi kemudian membuat riwayat2 palsu untuk membenarkan pemikiran yang rusak tersebut. Ini tentunya studi yang menarik dan mebutuhkan curahan tenaga/waktu..
    Wahyudi Wrote
    Mari kita berpikir secara jernih dan menggunakan logika yg sehat. Kalau memang antara Ali dg Abu Bakar cs tdk ada pertentangan/perbedaan ideologi, kenapa dlm kenyataannya ketika Nabi saw wafat, Abu Bakar dan Umar tdk mengamankan situasi dan menempatkan Ali sbg khalifah Nabi tetapi bahkan merampasnya, padahal Abu Bakar dan Umar tahu bhw sewaktu di Ghadir Khum Imam Ali telah dilantik menjadi pengganti Nabi. Fakta selanjutnya sebelum wafatnya Abu Bakar tdk menunjuk Ali sbg khalifah tetapi justru Umar, dst smp dg tegaknya Dinasti Umayyah dan Abbasiyyah ?
    Saya katakan
    Abu Bakar, Umar dan para sahabat yang lain meyakini juga hadist Ghadir Khaum. Hanya saja hadist di atas tidak secara jelas menunjukkan Imam Ali A.S sebagai Khalifah sesudah Rasulullah SAW. Memang, kata “Maula” hadist tsb bisa dimaknai bahwa Imam Ali a.s adalah pengganti Rasulullah SAW ( Khalifah ). Tapi juga bisa dimaknai sebagai macam makna yang jumlahnya sekitar 16 makna. Di antaranya Tuan, sekutu, sahabat dll. Karena itu, Asy Syafi’i yang juga pernah terlibat dalam pemberontakan Syiah di Yaman mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Maula dalam hadist al Ghadir adalah sekutu dalam Islam sebagaimana Q.S. Muhammad : 11 ). Andaikan hadist Al Ghadir di atas bermakna kewajiban untk mengangkat Imam Ali A.S dan para Imam sesudahnya menjadi Khalifah sesudah wafat Rasulullah SAW dan kewajiban ini menjadi bagian fundamental akidah Islam, tentunya Imam Hasan A.S tidak akan berkompromi dengan Mu’awiyah sedikitpun dalam masalah ini. Bagaimana mungkin ia akan menyerahkan Imamah kepada orang yang tidak mendapatkan nash untuk menerima Imamah ( andaikan Imamah itu personnya ditentukan dengan nash ). Imam Ali A.S juga tidak akan menganjurkan mesyarakat untuk berbai’at kepada Az Zubair atau Thalhah sasudah Khalifah Utsman wafat. Dan andaikan Umar berkhianat dalam masalah Imamah sebagai salah satu fondamen agama, bagaimana mungkin Imam Ali A.S menerima Umar sebagai menantunya ? Bagaimana mungkin Imam Ali A.S menerima menantu seorang yang akidahnya berbeda, seorang pengkhianat Islam, pengkhianat Allah dan Rasululuuah SAW. Karena itu, saya cenderung kepada Syiah yang masih mengakui Abu Bakar, umar dan Utsman sebagai Khalifah sebagaimana para Imam A.S juga bersikap demikian dalam riwayat2 mereka. Saya juga meyakini bahwa walaupun ada perbedaan di anatar Abu Bakar, umar dan Utsman dan Imam Ali, namun akidah mereka sama.
    Wahyudi wrote
    Fakta membuktikan bhw dlm Sahih Bukhori umpamanya cukup banyak memuat hadis2 yg menyudutkan Abu Bakar dan Umar. Hanya saja oleh sang perawi (Bukhori) telah disamarkan sedemikan rupa shg hal2 yg menyudutkan kedua tokoh itu tdk terlihat dg jelas. Satu contoh hadis Bukhori sbb :
    Rasulullah saw mndpt berita ttg perjalanan kafilah dagang Quraisy dan beliau bermaksud mencegatnya. Maka Rasulullah saw mengajak para sahabat untuk musyawarah. Maka berdirilah Abu Bakar dan mengatakan sesuatu, lalu Rasulullah saw berkata, “BAGUS !”…dst
    Kata saya,
    Anda terlalu terburu2 menjadikan Al Waqidi sebagai rujukan dalam menjelaskan maksud ini. Padahal, sebagaimana riwayat, Ahmad bin Hanbal Al Waqidi dikenal sebagai pembohong dan pemalsu hadist ( Lihat Mizan I’tidal ). Tentunya tidak layak untuk dijadikan rujukan. Maaf, di sini anda secara tidak sadar telah menjadi korban informasi susupan itu sehingga membawa anda untuk menjadikan Abu Bakar dan Umar pada posisi “tertuduh”.

  223. @sahabat
    Firman Allah yang benar sedangkan Hadits yang anda bawa masih diragukan kebenaran, dan ayat yang anda pakai sebagai argumen untuk mempertahan asumsi anda OOT.
    Saya tidak tahu anda berpaham apa. Firman Allah anda tolak, dan berpegang pada hadits yang belum tahu keshahihannya..

  224. @deskov
    Anda tidak punya jawaban lain lagi?. Sudah bosan membaca komentar2 yang sama ber-ulang2. Dari anda dan kelompok2 anda

  225. @chany,

    Saya meyakini kebenaran ayat2 Al Qur’an yg anda sampaikan mengenai takdir, mungkin kita hanya beda cara menafsirkannya saja. Saya ambil contoh dgn topik dari artikel ini (biar tidak OOT) yaitu Keputusan Abu Bakar Yang Bertentangan Dengan Sunah Rasul SAW. Keputusan Abu Bakar adlh takdir yg keliru, sedangkan Sunnah Rasulullah SAW adlh takdir yg benar. Klu seandainya Abu Bakar menyadari atas keputusannya itu keliru, maka dia dapat memilih takdir yg benar tsb dgn cara mengebalikan fadak kpd Sayyidah Fathimah AS dan khumus kpd yg berhak yaitu kerabat Rasulullah SAW [qurba]. Jadi kesimpulannya takdir yg satu dapat berubah kepada takdir yg lain, namun masih dlm ruang lingkup takdir itu sendiri.

    Wassalam

  226. @sahabat
    sy fikir anda sdh memahami pendpt dr sy…

  227. @sahabat & chany

    Silakan dilanjut masalah takdir di kolom OOT Mode On: https://secondprince.wordpress.com/oot-mode-on/
    Sehingga yang lain tidak segan ikut nimbrung.

    Salam

  228. @Deskov:
    “Fakta yang jelas dari adanya penyusupan tsb dalam madzhab syiah adalah munculnya berbagai aliran ghuluww seperti Ismailiyyah, Druze atau Baha’i.”

    Jawab: Mas kita hidup bukan dlm ruang yg hampa. Jadi masalah penyusupan ajaran itu boleh dibilang sdh sunatullah. Selama Yahudi masih bergentayangan di dunia ini maka tdk ada satu ajaranpun yg masih utuh, kecuali Al-Quran karena adanya jaminan dari Allah untuk menjaga keotentikan Al-Quran sampai Hari Kiamat.

    Aliran2 spt Ismailiyah, Druze, Baha’i dan aliran lain yg guluw adalah aliran2 sempalan. Namanya juga sempalan, ya sdh engga sama lagi dg aslinya. Syi’ah yg asli menurut saya ada dlm aliran Itsna Asy’ariah.

    @Deskov:
    “Di samping itu, banyaknya keyakinan di kalangan Syiah tentang perubahan Al Qur’an juga merupakan petunjuk nyata adanya penyusupan ini. Silahkan anda baca hal ini dalam kitab Al Ukdzubah fi Tahrifil Qur’an ( Kebohongan isu perubahan Al Qur’an ) oleh Ayatullah Rasul Ja’fariyyah.

    Jawab: Bukan hanya di Syi’ah saja terdpt keyakinan tahrif Al-Quran, tetapi juga di kalangan Sunni cukup banyak. Namun mayoritas ulama baik Sunni maupun Syi’ah telah menolak adanya riwayat2 tahrif Al-Quran. tahrif dlm Al-Quran.

    Menurut saya hal2 spt ini (riwayat2/penafsiran tahrif) walaupun ada dlm referensi Sunni maupun Syi’ah, itu tdk menggambarkan keyakinan mainstream Sunni maupun Syi’ah. Riwayat tahrif adalah suatu hal dan realitas keyakinan umat Islam baik Sunni maupun Syi’ah adalah hal lain. Artinya bagaimana mungkin Al-Quran yg sejak awal sdh mendapat perhatian kaum muslimin dan sampai kpd kita secara mutawatir dan dihafal oleh tiap generasi Islam itu bisa terjadi perubahan (tahrif) ? Kalau sdh demikian sy kira setiap ada perubahan sekecil apapun pasti mampu dideteksi dan dikoreksi oleh umat Islam.

    @Deskov:
    “Menurut saya, riwayat ini sangat tidak masuk akal ketika kita melihat ketulusan Abu Bakar dan Umar dalam bersikap terhadap Ahlul Bait. Ketika Abbas masuk Islam, Umar mengatakan » Wallahi wahai Abbas, keislamanmu lebih mebuatku berbahagia dari pada keislaman bapakku. Sebab keislamanmu lebih membahagiakanhati Rasulullah SAW ».”

    He he bagaimana mungkin Abu Bakar dan Umar bisa dibilang tulus trhdp Ahlul Bait fakta di Saqifah engga bisa anda pungkiri. Kita tdk bicara pikiran tapi bicara fakta bahkan rentetan fakta yg sangat2 jelas dan gamblang mengungkapkan adanya benang merah konspirasi jahat Quraisy trhdp Ahlul Bait.

    @Deskov:
    “Saya katakan Abu Bakar, Umar dan para sahabat yang lain meyakini juga hadist Ghadir Khaum. Hanya saja hadist di atas tidak secara jelas menunjukkan Imam Ali A.S sebagai Khalifah sesudah Rasulullah SAW. Memang, kata “Maula” hadist tsb bisa dimaknai bahwa Imam Ali a.s adalah pengganti Rasulullah SAW ( Khalifah ).”

    He he cuma pengikut Ibnu Taymiyah saja yg mata hatinya “rabun” dan tdk mampu atau pura2 tdk melihat teks yg sangat2 jelas mengenai pengangkatan Imam Ali sbg khalifah. Kata “maula” memang punya arti macam2. Tapi anda hrs lihat konteksnya dong. Engga mungkin dong seorang Rasul yg merasa sebentar lagi dipanggil Yang Maha Kuasa ngumpulan org setelah haji terakhirnya cuma mau pengumuman bhw Ali adalah seorang “penolong” kaum muslimin ? Kalau begitu alangkah lebih hebatnya Abu Bakar yg menjelang kematiannya telah menunjuk penggantinya (Umar) dibanding Nabi yg tdk memikirkan maslah penting spt kepemimpinan ? Apa benar demikian ? Tentu tdk demikian. Pendapat yg mengatakan bhw Nabi tdk secara jelas menentukan siapa yg akan menjadi penggantinya sama saja dg melawan sunatullah / ketetapan Allah yg menyatakan bhw Allah memilih dan mengutus para /nabirasul dan para washinya kpd setiap kaum pada setiap zaman sejak jaman Adam smp Hari Kiamat. Tidak ada perubahan dlm sunah Allah.

    @Deskov:
    “Andaikan hadist Al Ghadir di atas bermakna kewajiban untk mengangkat Imam Ali A.S dan para Imam sesudahnya menjadi Khalifah sesudah wafat Rasulullah SAW dan kewajiban ini menjadi bagian fundamental akidah Islam, tentunya Imam Hasan A.S tidak akan berkompromi dengan Mu’awiyah sedikitpun dalam masalah ini. Bagaimana mungkin ia akan menyerahkan Imamah kepada orang yang tidak mendapatkan nash untuk menerima Imamah ( andaikan Imamah itu personnya ditentukan dengan nash )”

    Mas mengalahnya Imam Hasan kpd Muawiyah tdk bisa diartikan Imam Hasan membenarkan tindakan Muawiyah. Penyerahan kekuasaan secara de facto kpd Muawiyah tdk menggugurkan pengangkatannya sbg khalifah Nabi secara de jure sbg tercantum dlm nash secara jelas.

    @Deskov:
    Dan andaikan Umar berkhianat dalam masalah Imamah sebagai salah satu fondamen agama, bagaimana mungkin Imam Ali A.S menerima Umar sebagai menantunya ?

    Saya kira masalah keluarga tdk bisa dijadikan tolok ukur benar dan salah. Contohnya Aisyah yg banyak dikecam dlm Al-Quran adalah salah satu istri Nabi saw. Apakah dg dmkn Nabi juga ikut salah dlm mencari istri ? Katakanlah anak Ali (Ummi Kalsum) menjadi isteri Umar. Tetapi apakah Ummi Kalsum sama dg Umar dan akan menanggung semua dosa2 Umar ?

    @Deskov:
    “Anda terlalu terburu2 menjadikan Al Waqidi sebagai rujukan dalam menjelaskan maksud ini. Padahal, sebagaimana riwayat, Ahmad bin Hanbal Al Waqidi dikenal sebagai pembohong dan pemalsu hadist ( Lihat Mizan I’tidal ). Tentunya tidak layak untuk dijadikan rujukan. Maaf, di sini anda secara tidak sadar telah menjadi korban informasi susupan itu sehingga membawa anda untuk menjadikan Abu Bakar dan Umar pada posisi “tertuduh”.

    Mas, Waqidi menurut anda pembohong. Tapi menurut saya lebih jujur dari Bukhori yg menyembunyikan apa yg sebenarnya yg diucapkan Abu B & Umar. Bayangkan Bukhori yg dianggap master dlm bidang hadis di kalangan Sunni ternyata seorang yg tidak jujur dan lebih membela para sahabat ketimbang Rasul.

    Benar kata org bahwa di kalangan Sunni seorang ulama hadis makin berani mengungkap kesalahan para sahabat, makin dianggap pembohong dan hadisnya dianggap dhaif. Sebaliknya makin menutup-nutupi kesalahan para sahabat atau makin menonjolkan keutamaan sahabat maka makin dianggap terpercaya dan hadisnya dianggap paling sahih.

  229. @truthseekers 08
    Saya rasa tidak perlu kita bicarakan mengenai takdir. Atau pindah ke OOT Mode On, Karena sdh cukup bagi saya penjelasan yang saya samapikan. Dan dari komentar2nya saya sdh tahu samapai dimana kemampuan berpikir Salam damai. Wasalam

  230. @sahabat:
    “Rasulullah SAW bersabda : “Akan pecah ummatku menjadi 73 golongan, yang selamat satu golongan, dan sisanya hancur, ditanya siapakah yang selamat Rasulullah? Beliau menjawab, “Ahlussunnah wal Jama’ah,” beliau ditanya lagi apa maksud dari Ahlussunnah wal Jama’ah? Beliau menjawab; golongan yang mengikuti sunnahku dan sunnah shahabatku”.

    Sorry agak mundur ke belakang.
    Menurut penelitian saya baik dlm riwayat Abu Daud, Tirmidzy maupun Ibnu Majah tidak terdpt istilah “Ahlul Sunnah wal Jamaah”. Yg ada hanya istilah “Jamaah”.

    Istilah “jamaah” bisa diartikan firqah selamat (najiyah) atau juga firqah yg binasa (halak).

    Dilihat dari segi matan saja banyak kelemahan2 dan bertentangan dg hadis2 yg lebih sahih/kuat spt hadis Tsaqalain dan Al-Haudh. Kalimat “ma ana ‘alaihi wa ash-habi (gol yg mengikuti sunnahku dan sunnah sahabatku) telah menjadikan sahabat, disamping Nabi sbg tolok ukur pemberi hidayat dan keselamatan. Apakah pantas para sahabat yg bertikai satu sama lain dan yg dlm hadis al-Haudh dikatakan telah mengadakan perubahan sepeninggal Rasul patut dijadikan teladan ?

    @sahabat:
    Saya meyakini kebenaran ayat2 Al Qur’an yg anda sampaikan mengenai takdir, mungkin kita hanya beda cara menafsirkannya saja. Saya ambil contoh dgn topik dari artikel ini (biar tidak OOT) yaitu Keputusan Abu Bakar Yang Bertentangan Dengan Sunah Rasul SAW. Keputusan Abu Bakar adlh takdir yg keliru, sedangkan Sunnah Rasulullah SAW adlh takdir yg benar. Klu seandainya Abu Bakar menyadari atas keputusannya itu keliru, maka dia dapat memilih takdir yg benar tsb dgn cara mengebalikan fadak kpd Sayyidah Fathimah AS dan khumus kpd yg berhak yaitu kerabat Rasulullah SAW [qurba]. Jadi kesimpulannya takdir yg satu dapat berubah kepada takdir yg lain, namun masih dlm ruang lingkup takdir ”

    Menurut saya qadar atau takdir adalah ilmu/rancangan Allah Swt yg baik dan yg buruk yg mendahului segala sesuatu dan meliputi segala tindakan para hamba.
    Sementara manusia atau dlm kasus diatas, Abu Bakar adalah “mukhayyar” (yg melakukan ikhtiar), dimana segala sesuatu bergantung pada iradah (kehendak) ybs dan terikat dg apa yg ada di luar jangkauan iradahnya. Dan seorang muslim yg sadar akan berusaha menggabungkan antara kedua hal tsb secara benar.

    Jadi perbuatan/keputusan Abu Bakar diatas menurut saya bukan takdir tapi adalah ikhtiarnya yg salah.
    Takdir baik atau buruk ditentukan oleh iradah manusia, kecuali dlm hal yg berada di luar jangkauan iradahnya.

  231. @wahyudi

    Trims atas penjelasannya, gimana ya? hmmm…mungkin contoh takdir lebih yg sederhana adlh apabila seseorang berbuat salah dan kesalahan tsb sudah berlalu, maka hal tsb disebut dgn takdir yg buruk. Kemudian apabila dia sadar atas kesalahannya tsb dan bertaubat (ikhtiar), maka ia beralih kepada takdir yg baik. Demikian juga dgn kasus keputusan Abu Bakar yg bertentangan dgn sunnah Rasulullah SAW.

    Wassalam

  232. @Deskov:

    Ummu Kalsum anak Imam Ali menikah dg Umar ? Ternyata memang benar tapi Ummu Kalsum binti Abu Bakar.

    @sahabat:
    Trims atas penjelasannya, gimana ya? hmmm…mungkin contoh takdir lebih yg sederhana adlh apabila seseorang berbuat salah dan kesalahan tsb sudah berlalu, maka hal tsb disebut dgn takdir yg buruk. Kemudian apabila dia sadar atas kesalahannya tsb dan bertaubat (ikhtiar), maka ia beralih kepada takdir yg baik. Demikian juga dgn kasus keputusan Abu Bakar yg bertentangan dgn sunnah Rasulullah SAW.”

    Dg kalimat terakhir diatas, apakah anda ingin mengatakan bhw sebelum wafatnya Abu Bakar sempat bertaubat dan meminta maaf ? Kepada siapa ?

  233. @sahabat
    Saya akan bawakan pada and suatu cerita..
    Anda mempunyai sebuah mobil yang sudah lama anda ingin menjual dengan harga 150 jt. Tapi belum juga laku2. Tak disangka-sangka datang seorang pembeli, yang akan membeli mobil anda dengan harga tsb. Karena uang belum cukup maka ia berikan tanda jadi 25 juta dengan syarat apabila dalam seminggu tidak dilunaskan maka uang tersebut menjadi milik anda.
    Apakah anda bergembira dan mengatakan akhirnya mobil saya terjual. Apakah ini sudah merupakan takdir mobil itu terjual dengan 150 jt.? salam damai Wasalam

  234. @wahyudi

    Saya tidak menemukan riwayat bahwa Abu Bakar menyadari kesalahannya dgn meminta maaf dan bertaubat, maka dari itu Abu Bakar sampai akhir hayatnya ada pada takdir yg buruk. Dan sdr SP pd akhir kesimpulannya mengatakan bahwa Abu Bakar telah keliru baik dalam soal fadak ataupun khumus.

    Wassalam

  235. @chany

    Menurut saya mobil tsb belum terjual secara keseluruhan 150jt.
    Jadi belum dikatakan takdir, krn belum terjadi. (ini yg OOT) 🙂

    Wassalam

  236. @ Sahabat, Chany, Wahyudi

    Good….good…..Beginilah seharusnya orang Islam berdiskusi. Beradab dan santun. Kita tunggu saja orang2 seperti Deskov, Abu Jufri, dan orang2 yang seide dengan mereka, bisakah mereka berdiskusi dengan santun dan beradab?

  237. @wahyudi n @sahabat
    kt anda
    Dg kalimat terakhir diatas, apakah anda ingin mengatakan bhw sebelum wafatnya Abu Bakar sempat bertaubat dan meminta maaf ? Kepada siapa ?
    kt sy
    menurut sy tdk penting bagi ummat ini apakah abubakar bertaubat n meminta maaf,
    klu boleh sy bertanya ke anda adakah manfaatnya buat ummat ini klu abubakar bertaubat atw tdk?

  238. @sahabat
    Nah, sdekarang akui bahwa takdir itu apabila sudah terjadi.. Menurut anda Abubakar memilih TAKDIR yang salah. Bagaimana dia bisa memilih sesuatu yang belum ada. Jadi takdir apabila sudah terjadi.
    Dan memilh harus ada yang dipilih untuk dibandingkan. Salam damai Wasalam

  239. @sahabat
    Saya pernah katakan pada anda bahwa apabila suatu peristiwa sudah terjadi baru dikatakan takdir. Pada waktu itu anda tidak setuju. Tapi hari ini anda akui. Terima kasih. Wasalam

  240. @chany,

    Maaf sdr Chany, tolong tunjukkan pada komentar saya sebelumnya bahwa saya pernah mengatakan takdir adlh suatu peristiwa yg belum terjadi, sehingga saya bisa mengoreksinya.

    Wassalam

  241. @sahabat
    Coba anda baca lagi yang teliti komentar saya tgl 7 jam 10.25 pm. Apakah saya pernah mengatakan sesuasai komentar anda hari ini. Atau bahasa saya yang jelek sehingga anda menafsirkan lain. Saya meminta anda baca kembali komentar saya. agar bisa diketahui jeleknya bahasa saya. Salam damai wasalam

  242. @chany

    Benar, anda mengatakan bahwa takdir adlh suatu peristiwa yg telah terjadi. Namun yg menjadi perdebatan adlh saya berpendapat bahwa takdir bisa berubah dari takdir yg satu kpd takdir yg lainnya dgn pengaruh unsur materi dan maknawi. Sedangkan anda dari awal berpendapat bahwa takdir tidak bisa berubah. Hanya itu saya kira.

    Wassalam

  243. @sahabat
    Mengapa saya mengatakan demikian karena sangat berpengaruh terhadap kepimpinan Abubakar. Bagaimana kalau dilanjutkan di OOT Mode On. Wasalam

  244. asslkm……………………..

    @ Sp

    bng maju troz pntang mundur…..

    insya Allah kebenaran pasti akan trwujud………………………

    bang bisa mnta emailnya gak?????

  245. @SP
    Dengan cara brutal ada dari orang yang ingin mengacaukan blog anda dan mereka menyagka bisa berhasil. TIDAK anda2 tidak berhasil. Kami berprinsip
    BIAR ANHIBG2 NEBGGONGGONG KAFILAH TETAP BERLALU.
    OMWARD SP NO RETREAT. Salam damai wasalam

  246. tes

    :mrgreen: 😆

  247. 😎

  248. imam zayd ibn ali zainal abidin ibn hussain
    bukan imam zayd ibn muhammad al baghir ibn ali ibn hussain
    imam zayd saudara imam muhammad al baghir
    tp beda ibu
    meski umur imam zayd lebih dekat kpd umur imam jafar ibn muhammad al baghir

Tinggalkan komentar