Pembahasan Matan Hadis “Jika Kamu Melihat Muawiyah Di MimbarKu Maka Bunuhlah Ia”

Pembahasan Matan Hadis “Jika Kamu Melihat Muawiyah Di MimbarKu Maka Bunuhlah Ia”.

Kami telah membahas mengenai sanad hadis “Jika Kamu Melihat Muawiyah Di MimbarKu Maka Bunuhlah Ia”. Kami menyimpulkan bahwa hadis ini bersanad hasan. Anehnya banyak Ulama yang menyatakan hadis ini maudhu’, mereka menilai bahwa matan hadis ini batil dan mungkar. Mustahil Nabi SAW menyuruh membunuh Sahabat Beliau sendiri, jadi hadis tersebut sudah pasti palsu.

رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إذا رأيتم معاوية على منبري فاقتلوه

Rasulullah SAW bersabda “Jika Kamu melihat Muawiyah di MimbarKu maka bunuhlah Ia”.

Perlu diperhatikan, masalah Matan hadis yang mungkar sering dijadikan kambing hitam dalam menolak suatu hadis atau mencacatkan seorang perawi tsiqah. Bukan berarti tidak ada hadis yang matannya bermasalah, hanya saja kita tidak bisa seenaknya mencap suatu matan hadis bermasalah. Contohnya seperti ini,

  • Bukankah seorang Nabi adalah Utusan Tuhan yang sudah pasti memiliki akhlak paling baik, kami rasa semua orang pasti sepakat dengan ini.
  • Kemudian bukankah membunuh seseorang yang tidak bersalah adalah perbuatan yang mungkar dan batil, kami rasa semua orang sepakat dengan ini.

Nah bagaimana jika ada cerita yang menyatakan seorang Nabi membunuh seseorang yang tidak bersalah. Mungkin beramai-ramai orang-orang akan menolak cerita itu dengan berkata cerita itu batil dan dusta, sungguh mustahil seorang Nabi berbuat demikian, yang bercerita itu sudah jelas kafir, atau kata-kata lainnya yang tidak enak didengar. Tapi pernahkah mereka berhenti sejenak untuk mendengarkan terlebih dahulu, siapakah yang bercerita seperti itu. Ternyata Al Qur’an lah yang berbicara seperti itu, silakan lihat surat Al Kahfi dan bacalah Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa yang terkenal. Bacalah pada bagian Nabi Khidir membunuh seorang anak padahal saat itu anak tersebut tidak membunuh orang, hanya saja anak itu nantinya akan membawa kedua orang tuanya menjadi kafir. Tapi inti masalahnya adalah pada saat itu ia masih anak-anak, ia jelas belum bersalah saat itu. Siapakah yang dengan berani mau mengatakan kisah tersebut mungkar?.

Kembali ke hadis “Jika Kamu Melihat Muawiyah Di MimbarKu Maka Bunuhlah Ia”, hadis tersebut tidak begitu saja dikatakan mungkar. Nabi SAW suatu ketika pernah memerintahkan sahabat untuk membunuh seseorang yang sedang mengerjakan shalat. Diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad 5/42 no 20448 tahqiq Syaikh Syu’aib dan no 20310 tahqiq Syaikh Ahmad Syakir dan Hamzah Zain

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا روح ثنا عثمان الشحام ثنا مسلم بن أبي بكرة عن أبيه أن نبي الله صلى الله عليه و سلم مر برجل ساجد وهو ينطلق إلى الصلاة فقضى الصلاة ورجع عليه وهو ساجد فقام النبي صلى الله عليه و سلم فقال من يقتل هذا فقام رجل فحسر عن يديه فاخترط سيفه وهزه ثم قال يا نبي الله بأبي أنت وأمي كيف أقتل رجلا ساجدا يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله ثم قال من يقتل هذا فقام رجل فقال أنا فحسر عن ذراعيه واخترط سيفه وهزه حتى أرعدت يده فقال يا نبي الله كيف اقتل رجلا ساجدا يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله فقال النبي صلى الله عليه و سلم والذي نفس محمد بيده لو قتلتموه لكان أول فتنة وآخرها

Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Rawh yang berkata telah menceritakan kepada kami Utsman Asy Syaham yang berkata telah menceritakan kepada kami Muslim bin Abi Bakrah dari Ayahnya bahwa Nabi Allah SAW  bertemu dengan seorang laki-laki yang sedang sujud ketika Beliau hendak Shalat. Setelah Beliau SAW shalat Beliau melihat laki-laki itu masih tetap sujud. Kemudian Beliau SAW berdiri dan berkata “Siapakah yang bersedia membunuh laki-laki itu?”. Kemudian berdirilah seorang laki-laki menyingsingkan lengannya dan menghunus pedang dan mengayunkannya, kemudian ia berkata “Wahai Rasulullah Ayah dan Ibuku jadi tebusanmu bagaimana mungkin aku membunuh orang yang sedang sujud dan bersaksi Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan UtusanNya. Rasulullah SAW berkata lagi “Siapakah yang bersedia membunuh laki-laki itu?”. Kemudian berdirilah seorang laki-laki menyingsingkan lengannya dan menghunus pedang dan mengayunkannya hingga bergetar tangannya, kemudian ia berkata “Wahai Rasulullah Ayah dan Ibuku jadi tebusanmu bagaimana mungkin aku membunuh orang yang sedang sujud dan bersaksi Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan UtusanNya. Maka Rasulullah SAW berkata “Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangannya, seandainya kalian membunuh orang itu maka itu akan menjadi awal fitnah sekaligus akhirnya”.

Hadis ini adalah hadis yang shahih. Disebutkan dalam Musnad Ahmad tahqiq Syaikh Ahmad Syakir dan Hamzah Zain no 20448 bahwa sanadnya shahih. Dan disebutkan bahwa kedua laki-laki yang menyahuti perintah Rasulullah SAW tetapi tidak jadi melakukannya adalah Abu Bakar dan Umar. Al Haitsami setelah membawakan hadis ini berkata dalam Majma’ Az Zawaid 6/335 no 10339

ورجال أحمد رجال الصحيح

Para perawi Ahmad adalah perawi Shahih.

Hadis ini juga diriwayatkan dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim no 938 dan telah dinyatakan Shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Zhilal Al Jannah no 938.

Diriwayatkan juga dari Abu Said Al Khudri dalam Musnad Ahmad 3/15 no 11133

عن أبي سعيد الخدري ان أبا بكر جاء إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال يا رسول الله إني مررت بوادي كذا وكذا فإذا رجل متخشع حسن الهيئة يصلي فقال له النبي صلى الله عليه و سلم اذهب إليه فاقتله قال فذهب إليه أبو بكر فلما رآه على تلك الحال كره ان يقتله فرجع إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم قال فقال النبي صلى الله عليه و سلم لعمر اذهب فاقتله فذهب عمر فرآه على تلك الحال التي رآه أبو بكر قال فكره أن يقتله قال فرجع فقال يا رسول الله إني رأيته يصلي متخشعا فكرهت أن أقتله قال يا علي اذهب فاقتله قال فذهب علي فلم يره فرجع علي فقال يا رسول الله انه لم يره قال فقال النبي صلى الله عليه و سلم ان هذا وأصحابه يقرؤون القرآن لا يجاوز تراقيهم يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية ثم لا يعودون فيه حتى يعود السهم في فوقه فاقتلوهم هم شر البرية

Dari Abi Sa’id Al Khudri bahwa Abu Bakar datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata “Wahai Rasulullah, aku melewati lembah “kadza wa kadza” dan kulihat seorang laki-laki yang berpenampilan mengesankan sedang menunaikan shalat dengan khusyu’. Maka Nabi SAW bersabda “Pergilah kepadanya dan bunuhlah orang itu”. Abu Bakar pergi tetapi ketika melihat orang itu sedang shalat ia mengurungkan niat untuk membunuhnya. Ia pun kembali pulang kepada Rasulullah SAW. Kemudian Nabi SAW berkata kepada Umar “Pergilah dan bunuhlah orang itu”. Umar pun pergi tetapi ketika melihat orang itu dalam keadaan seperti yang dilihat Abu Bakar maka ia pun mengurungkan niat untuk membunuhnya. Umar kembali kepada Rasulullah SAW dan berkata “Wahai Rasulullah SAW aku melihat ia shalat dengan khusyu’ maka aku tidak mau membunuhnya. Rasulullah SAW kemudian berkata “Ya Ali pergi dan bunuhlah orang itu”. Maka Ali pun pergi tetapi ia tidak menemukannya di tempat itu sehingga ia kembali dan berkata “Wahai Rasulullah, dia tidak ada”. Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya orang itu beserta sahabat-sahabatnya gemar membaca Al Qur’an namun bacaan mereka tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari busurnya, kemudian mereka tidak akan kembali sebagaimana anak panah tidak akan kembali ke busurnya. Oleh karena itu bunuhlah mereka, sebab mereka adalah seburuk-buruk manusia.

Hadis ini disebutkan dalam Musnad Ahmad tahqiq Syaikh Ahmad Syakir dan Hamzah Zain no 11060 bahwa sanadnya hasan. Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ahadits As Shahihah no 2495 menyatakan bahwa sanad hadis ini hasan. Al Haitsami menyebutkan hadis ini dalam Majma’ Az Zawaid 6/335 no 10400 dan berkata

رواه أحمد ورجاله ثقات

Hadis riwayat Ahmad dan para perawinya terpercaya.

Ibnu Hajar dalam Fath Al Bari 12/298 berkata tentang hadis ini

أخرجه أحمد بسند جيد عن أبي سعيد

Dikeluarkan oleh Ahmad dengan sanad yang Jayyid (baik) dari Abu Sa’id.

Coba perhatikan kedua hadis tersebut, bukankah isinya menyebutkan kalau Rasulullah SAW memerintahkan untuk membunuh seorang Muslim di zaman Nabi (yang istilahnya bisa dibilang Sahabat Nabi juga). Anehnya Hadis ini malah dijadikan hujjah oleh Syaikh Salafiyun Salim bin Id Al Hilali dalam kitabnya Manahy Asy Syar’iyah Fii Shahih As Sunnah Nabawiyah (Ensiklopedi Larangan jilid 1 hal 180). Tidak ada kok Syaikh Salim bin Id Al Hilali mengatakan bahwa hadis tersebut mungkar, beliau malah menegaskan keshahihannya. Tidak ada yang mungkar dengan hadis itu, Rasulullah SAW dengan izin Allah mengetahui bahwa nanti laki-laki tersebut atau keturunannya akan memecah umat islam setelah Rasul SAW wafat oleh karena itu Rasulullah SAW mengucapkan kata-kata seperti itu. Lagi-lagi pilihan bagi siapapun yang mendengar hadis tersebut, mau mentaati Rasul SAW atau merasa tidak sanggup melakukannya seperti Abu Bakar dan Umar. Apakah akan ada yang mencela Abu Bakar dan Umar karena tidak jadi melaksanakan perintah Rasul SAW?

Perhatikan hadis “Jika Kamu Melihat Muawiyah Di MimbarKu Maka Bunuhlah Ia”. Hadis tersebut menyatakan perintah bersyarat bukan perintah langsung. Hadis tersebut seolah menjelaskan kepada siapapun yang mendengarnya bahwa Muawiyah tidak diperbolehkan berada di Mimbar Nabi. Mimbar Nabi yang dimaksud disini adalah simbol kekhalifahan karena hanya Pemimpin tertinggi Umat yang berhak berdiri di Mimbar Nabi. Hadis tersebut bisa saja dipahami bahwa ketika Muawiyah menjabat kekhalifahan maka ia akan membuat kemungkaran-kemungkaran yang membuat Beliau layak dihukum bunuh misalnya ketika

Silakan dilihat ada saja cara untuk memahami hadis tersebut. Kami lebih cenderung memahami hadis tersebut bahwa Rasulullah SAW menginginkan agar Umat Islam tidak mengikuti Muawiyah dan tidak menjadikannya Khalifah bagi Umat karena hal itu akan membawa banyak kemungkaran. Tentu saja ini hanyalah sebuah penafsiran semata dan bisa didiskusikan.

.

.

Kesimpulan

Seorang Nabi atau manusia yang disucikan oleh Allah SWT memiliki pengetahuan dan Ilmu yang langsung berasal dari Allah SWT. Sehingga tidaklah dengan mudahnya kita dapat mengatakan bahwa suatu perkataan yang tsabit dari Nabi SAW sebagai perkataan yang mungkar hanya karena berdasarkan pengetahuan kita semata bahwa perkataan tersebut bathil. Dalam hal ini bersikap hati-hati dan memahami dengan baik adalah sesuatu yang penting.

Salam Damai

49 Tanggapan

  1. Setuju Mas…wong nenek moyang Muawiyah juga yang membunuh Paman Nabi Hamzah khan….

  2. @ SP
    Pembahasan dan kesimpulan yang sangat bagus.. Sukran mas.

    kita nantikan pembela-pembela Muawiyah yang membelokkan topik ini dengan pertanyaan2 yang sama, mengangkat kasus baru yg melenceng dari pembahasan diatas dan dengan asumsi2 sesuai kapasitas otak mereka.

    salam.

  3. Saya meng­ucapkan SELAMAT men­jalankan PUASA RAMADHAN.. sekaligus Mohon Maaf Lahir dan Bathin jika ada kata kata maupun omongan dan pen­dapat yang telah menying­gung atau melukai per­asaan para sahabat dan saudaraku yang kucinta dan kusayangi.. semoga bulan puasa ini men­jadi momen­tum yang baik dalam melang­kah dan meng­ham­piriNYA.. dan men­jadikan kita manusia seutuh­nya meliputi lahir dan bathin.. meraih kesadaran diri manusia utuh..

    Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabat Sahabatku ter­chayaaaaaank
    I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll

  4. hati-hati..hahaha

  5. @SP

    Seorang Nabi atau manusia yang disucikan oleh Allah SWT memiliki pengetahuan dan Ilmu yang langsung berasal dari Allah SWT. Sehingga tidaklah dengan mudahnya kita dapat mengatakan bahwa suatu perkataan yang tsabit dari Nabi SAW sebagai perkataan yang mungkar hanya karena berdasarkan pengetahuan kita semata bahwa perkataan tersebut bathil.

    Setuju..!!
    Hanya saja perlu diingat juga ada banyak hadits yang juga secara sanad sahih namun secara matan “jelas-jelas” tidak mungkin dari Rasulullah. Di blog ini bisa dapati contoh ttg hadits dari Abu Hurairah ttg Nabi Musa dll. Apakah kesimpulan yang sama bisa dinisbahkan kpd hadits2 tsb.

    Nabi Khidir membunuh seorang anak padahal saat itu anak tersebut tidak membunuh orang, hanya saja anak itu nantinya akan membawa kedua orang tuanya menjadi kafir.

    Contoh ini tidak bisa disandingkan dg kasus ini. “Nabi” Khaidir tidak membawa syari’at, sedangkan Rasulullah membawa syari’at dan bahkan menjadi contoh. Jadi ada hal2 yang boleh dilakukan orang lain, namun tidak (boleh) oleh beliau.

    Kemudian Beliau SAW berdiri dan berkata “Siapakah yang bersedia membunuh laki-laki itu?”.

    Bagi saya kalimat Ini berbeda. Karena disini Rasulullah dg pengetahuannya (nubuwwah) mengetahui bhw orang tsb akan menjadi manusia yang layak dibunuh.
    Tapi harap perhatikan lagi, kalimat tsb hanya menanyakan kesediaan yang akan membunuh, bukan perintah membunuh. Jika mmg orang tsb harus dibunuh, bukankah akan berupa kalimat perintah.
    Dan bukankah akhir tetap saja orang tsb tidak dibunuh. Jika Rasulullah menganggap harus dibunuh bukankah ada banyak pengikut beliau yang akan melaksanakannya?. Bukankah juga bhw mereka bisa membunuhnya ketika orang tsb tidak sedang shalat? Atau Rasulullah memerintahkan kpd mereka yang jelas2 ta’at untuk menerima perintah apa saja (baik yg belum mereka pahami).

    Silakan dilihat ada saja cara untuk memahami hadis tersebut. Kami lebih cenderung memahami hadis tersebut bahwa Rasulullah SAW menginginkan agar Umat Islam tidak mengikuti Muawiyah dan tidak menjadikannya Khalifah bagi Umat karena hal itu akan membawa banyak kemungkaran. Tentu saja ini hanyalah sebuah penafsiran semata dan bisa didiskusikan.

    Tafsir ini terlalu dipaksakan. Ada banyak cara untuk mencegah Muawiyah menjadi khalifah koq.. Ada banyak cara yang lebih lugas untuk menyampaikan hal ini. Hadits tsb mengandung konsekuensi hukum & syariat yang fatal shg tidak mungkin Rasulullah menyampaikan dg bias pemahaman yg begitu jauh.

    Summary:

    1. Rasulullah mengemban misi syari’at dan peneladanan, sehingga hal2 yang bersifat hakikat tidak pernah beliau campur adukan.
    2. Ada banyak pengetahuan masa depan yang Allah berikan kepada Rasulullah, namun tidak pernah kita dapatkan beliau melakukan tindakan (syari’at) untuk mencegah hal buruk di masa depan tsb terjadi. Misal; beliau sudah tahu bahwa Imam Husein akan dibantai di karbala. Beliau tetap menjalankan syari’at yg ada. Beliau tetap menerima pengakuan keIslaman dr Abu Sofyan, Muawiyah, Hindun walaupun beliau tahu banyak konsekuensinya. Beliau juga tetap memfasilitasi mereka sesuai dg posisi dan peran mereka.
    3. Kisah “Nabi” Khaidir tidak bisa dipakai sbg hujjah, krn Nabi Khaidir tidak membawa syari’at.
    4. Jika memang ada perintah ini, jikapun tidak ada sahabat yang ta’at kepada beliau, maka paling tidak Imam Ali, Imam Hasan, & Imam Husein yang akan merealisasikannya. Namun yang terjadi adalah Imam Ali tidak melakukannya begitu juga Imam Hasan yang bahkan terpaksa berdamai dan menyerahkan kekhalifahan kpd Muawiyah. Ataukah sekarang naik mimbar diartikan dg harfiah, dan secara harfiah Muawiyah tidak pernah naik mimbar Rasulullah?.
    5. Jika Naik mimbar diartikan sbg kiasan, maka perintah membunuh yang begitu fatal dan crusial tidak memiliki kejelasan, bukankah berpotensi multi tafsir.
    6. Jika naik mimbar Rasul diartikan sebagai harfiah, maka akan disimpulkan bhw kesalahan Muawiyah adalah karena naik mimbar, shg jika Muawiyah tidak pernah naik mimbar Rasul maka Muawiyah tidak salah (tidak layak dibunuh). Pertanyaannya adalah apakah salahnya naik mimbar Rasul sehingga ada konsekuensi dibunuh (jangan campur adukkan dg kesalahan Muawiyah yg lain).
    7. Syari’at yang diajarkan Rasul adalah adanya pengadilan sebelum dihukum (bahkan dalam islam begitu tegas dalam proses peradilan).

    PS: Komentar ini bukan bagian dari pembelaan thd Muawiyah.
    Karena bagi dg pembangkangannya thd panggilan Rasulullah (shg muncul hadits ttg Allah tidak akan mengenyangkan Muawiyah) sudah menunjukkan ketidak ketulusan Muawiyah berwilayah kpd Rasulullah. Saya yakin muslim jaman skr yg kelas paling kerocopun akan ngantri di depan rumah Rasulullah untuk sekedar bisa melihat beliau, apa lagi dipanggil.

    Wassalam

  6. @truthseeker

    Hanya saja perlu diingat juga ada banyak hadits yang juga secara sanad sahih namun secara matan “jelas-jelas” tidak mungkin dari Rasulullah. Di blog ini bisa dapati contoh ttg hadits dari Abu Hurairah ttg Nabi Musa dll. Apakah kesimpulan yang sama bisa dinisbahkan kpd hadits2 tsb

    Setiap kesimpulan boleh saja dipaparkan dan sudah seharusnya setiap kesimpulan dikritisi dengan benar. Masalah matan hadis yang mungkar bukan masalah yang mudah tetapi bagi saya “tetap ada hadis yang matannya mungkar”.

    Contoh ini tidak bisa disandingkan dg kasus ini. “Nabi” Khaidir tidak membawa syari’at, sedangkan Rasulullah membawa syari’at dan bahkan menjadi contoh. Jadi ada hal2 yang boleh dilakukan orang lain, namun tidak (boleh) oleh beliau.

    Kalau begitu bagaimana dengan anak tersebut atau orang tua dan kerabat anak tersebut, apakah mereka dilindungi oleh syariat Tuhan?. Perbuatan Nabi Khidir tidak mengubah statusnya sebagai seorang Nabi?.
    Bagi saya kalimat Ini berbeda. Karena disini Rasulullah dg pengetahuannya (nubuwwah) mengetahui bhw orang tsb akan menjadi manusia yang layak dibunuh.

    Tapi harap perhatikan lagi, kalimat tsb hanya menanyakan kesediaan yang akan membunuh, bukan perintah membunuh. Jika mmg orang tsb harus dibunuh, bukankah akan berupa kalimat perintah

    Maaf poinnya bukan disitu, poinnya adalah perkataan Rasulullah SAW itu ditafsirkan oleh lelaki tersebut sebagai anjuran atau mungkin perintah. Baik itu anjuran, perintah, ataupun hal yang diizinkan oleh Nabi SAW maka itu tetaplah perkataan Nabi SAW sebagai hujjah kebenaran. btw hadis Ahmad riwayat Abu Sa’id malah menyebutkan lafal perintah 🙂

    Dan bukankah akhir tetap saja orang tsb tidak dibunuh.

    Begitu juga dengan Muawiyah.

    Jika Rasulullah menganggap harus dibunuh bukankah ada banyak pengikut beliau yang akan melaksanakannya?.

    Nah itu berarti pilihan, Rasulullah SAW menyerahkan pilihan tersebut pada pengikutNya.

    Bukankah juga bhw mereka bisa membunuhnya ketika orang tsb tidak sedang shalat?

    mungkin dan itupun kalau mereka berhasil menemukannya

    Atau Rasulullah memerintahkan kpd mereka yang jelas2 ta’at untuk menerima perintah apa saja (baik yg belum mereka pahami).

    Sekali lagi saya mmepersepsi itu sebagai pilihan bagi pengikutNya. Di hadis lain Imam Ali juga menyahuti perintah Nabi SAW tetapi Beliau tidak menemukan orang yang dimaksud

    Tafsir ini terlalu dipaksakan. Ada banyak cara untuk mencegah Muawiyah menjadi khalifah koq.

    bisa saja, tetapi tidak semua manusia paham akan cara-cara yang dipakai para Nabi seperti yang dilakukan Nabi Khidir. btw penolakan terhadap suatu hadis juga bisa dikatakan terlalu memaksa, itu tergantung persepsi manusia

    Ada banyak cara yang lebih lugas untuk menyampaikan hal ini.

    bisa saja, dan itu tidak menutup kemungkinan kalau Nabi SAW menyampaikan dengan kata-kata seperti itu

    Hadits tsb mengandung konsekuensi hukum & syariat yang fatal shg tidak mungkin Rasulullah menyampaikan dg bias pemahaman yg begitu jauh

    saya sudah bawa contoh riwayat yang lain yaitu riwayat Ahmad di atas. Mengizinkan atau menganjurkan untuk membunuh orang bukan karena ia membunuh orang lain, apalagi saat itu ia sedang shalat, apakah hal semacam itu ditolak juga dengan dasar bertentangan syariat. btw ada cara yang lebih baik memahaminya tanpa penolakan

    1. Rasulullah mengemban misi syari’at dan peneladanan, sehingga hal2 yang bersifat hakikat tidak pernah beliau campur adukan.

    Pemisahan syariat dan hakikat itu sendiri adalah yang seharusnya bisa didiskusikan lebih lanjut

    Ada banyak pengetahuan masa depan yang Allah berikan kepada Rasulullah, namun tidak pernah kita dapatkan beliau melakukan tindakan (syari’at) untuk mencegah hal buruk di masa depan tsb terjadi.

    Ada cara untuk memahami bahwa hall itu tidak bertentangan dengan syariat

    Misal; beliau sudah tahu bahwa Imam Husein akan dibantai di karbala. Beliau tetap menjalankan syari’at yg ada. Beliau tetap menerima pengakuan keIslaman dr Abu Sofyan, Muawiyah, Hindun walaupun beliau tahu banyak konsekuensinya. Beliau juga tetap memfasilitasi mereka sesuai dg posisi dan peran mereka.

    Gak ada kaitan langsungnya Mas, yang membantai Imam Husain dan keluarga Beliau bukan Abu Sufyan, Muawiyah ataupun Hindun.

    Kisah “Nabi” Khaidir tidak bisa dipakai sbg hujjah, krn Nabi Khaidir tidak membawa syari’at.

    Maaf hujjah saya dengan kisah itu adalah tidak bisa dengan mudahnya seorang menjudge suatu matan hadis sebagai mungkar.

    Jika memang ada perintah ini, jikapun tidak ada sahabat yang ta’at kepada beliau, maka paling tidak Imam Ali, Imam Hasan, & Imam Husein yang akan merealisasikannya.

    Lho bukankah di atas saya sudah jelaskan pemahaman lain bahwa intinya adalah agar Muawiyah itu dicegah untuk berkuasa di Mimbar Nabi. Lagi-lagi itu pilihan bagi pengikut Nabi SAW

    Namun yang terjadi adalah Imam Ali tidak melakukannya begitu juga Imam Hasan yang bahkan terpaksa berdamai dan menyerahkan kekhalifahan kpd Muawiyah.

    Itu karena banyak umat islam yang bersedia mendukung Muawiyah, seharusnya yang dilakukan Umat adalah meninggalkan Muawiyah dan berpihak pada Imam Hasan

    Ataukah sekarang naik mimbar diartikan dg harfiah, dan secara harfiah Muawiyah tidak pernah naik mimbar Rasulullah?.

    Apa iya tuh, gak tahu bukan berarti gak ada

    Jika Naik mimbar diartikan sbg kiasan, maka perintah membunuh yang begitu fatal dan crusial tidak memiliki kejelasan, bukankah berpotensi multi tafsir.

    btw ada banyak hadis yang bersifat multitafsir dan itu tidak menjadikan hadis tersebut harus ditolak.

    Jika naik mimbar Rasul diartikan sebagai harfiah, maka akan disimpulkan bhw kesalahan Muawiyah adalah karena naik mimbar, shg jika Muawiyah tidak pernah naik mimbar Rasul maka Muawiyah tidak salah (tidak layak dibunuh). Pertanyaannya adalah apakah salahnya naik mimbar Rasul sehingga ada konsekuensi dibunuh (jangan campur adukkan dg kesalahan Muawiyah yg lain).

    Perhatikan hadis di atas itu bisa jadi perintah atau anjuran bersyarat artinya jika Muawiyah menguasai mimbar Nabi (saya mengartikannya itu sebagai kekhalifahan) dan ketika muawiyah menjadi khalifah, ia melakukan kesalahan yang membuatnya layak untuk dihukum qishas atau bunuh. Kesalahannya adalah ia banyak membunuh orang muslim bahkan sahabat Nabi. Mungkin saja Rasulullah SAW mengetahui hal ini sehingga muncullah hadis seperti itu.

    Syari’at yang diajarkan Rasul adalah adanya pengadilan sebelum dihukum (bahkan dalam islam begitu tegas dalam proses peradilan)

    Makanya hadis di atas bagi saya adalah pilihan bagi Umat, silakan lihat kembali riwayat Ahmad yang saya kutip. Mungkin saja Rasulullah SAW mengetahui bahwa hadis itu tidak akan dilaksanakan tetapi dengan adanya hadis itu Rasulullah SAW memberikan gambaran tentang penyimpangan yang dilakukan orang tersebut. btw bagi saya silakan saja mau menerima atau menolak hadis di atas. Sejauh ini saya hanya membahas bahwa hadis di atas tidak bisa dengan mudahnya dikatakan mungkar, yang tidak sependapat ya silakan saja.
    Salam damai

  7. Blog saya juga banyak membahas khidir, juga muawiyah

    semoga berkenan berkunjung

    wassalam, qarrobin

  8. @SP

    Kalau begitu bagaimana dengan anak tersebut atau orang tua dan kerabat anak tersebut, apakah mereka dilindungi oleh syariat Tuhan?. Perbuatan Nabi Khidir tidak mengubah statusnya sebagai seorang Nabi?.

    Bagi saya kalimat Ini berbeda. Karena disini Rasulullah dg pengetahuannya (nubuwwah) mengetahui bhw orang tsb akan menjadi manusia yang layak dibunuh.
    Wahhh..jangan2 ngajak diskusi ttg Nabi Khaidir (waktu khan kuta belum selesai?). Btw, apakah kita sudah setuju orang yang disebut di AQ yang bertemu Nabi Musa adalah Nabi?… 😉

    Bagi saya kalimat Ini berbeda. Karena disini Rasulullah dg pengetahuannya (nubuwwah) mengetahui bhw orang tsb akan menjadi manusia yang layak dibunuh.

    Ooo..kalau masalah layak dibunuh saya sih tidak keberatan. layak khan bukan status hukum.

    Maaf poinnya bukan disitu, poinnya adalah perkataan Rasulullah SAW itu ditafsirkan oleh lelaki tersebut sebagai anjuran atau mungkin perintah. Baik itu anjuran, perintah, ataupun hal yang diizinkan oleh Nabi SAW maka itu tetaplah perkataan Nabi SAW sebagai hujjah kebenaran. btw hadis Ahmad riwayat Abu Sa’id malah menyebutkan lafal perintah 🙂

    Tetap saja masih bisa ditafsirkan bhw itu sebagai perintah uiian thd sahabat2 yang mmg sudah biasa membangkang (dan sahabat2 yang sok tahu), tentunya dasarnya adalah bhw Rasulullah mengetahui sesuatu yg tdk diketahui oleh mereka, shg orang tsb masuk kategori layak dibunuh. Karena jika mmg ada kebutuhan untuk membunuh orang tsb, maka Rasulullah tentu dapat melakukannya sendiri jikia tdk ada yang mau (sebagaimana Nabi Khaidr.. 😉 ).

    bisa saja, tetapi tidak semua manusia paham akan cara-cara yang dipakai para Nabi seperti yang dilakukan Nabi Khidir. btw penolakan terhadap suatu hadis juga bisa dikatakan terlalu memaksa, itu tergantung persepsi manusia

    Krn saya konisien tdk menyamakan kasus pd Rasulullah dg “Nabi” Khaidir, maka saya tidak melihat bhw Rasulullah ada melakukan hal tsb. Saya bukan menekankan pada ketidakpahaman kita atas perintah tsb, namu lebih kpd bhw Rasulullah tidak akan bertentangan dg syari’at yg beliau ajarkan. Akan sangat membantu jika bisa menunjukkan 1 (satu) saja riwayat yang menunjukkan Rasulullah pernah melakukan sesuatu “bertentangan” dg syari’at/hukum yang beliau ajarkan.
    Penolakan thd hadits? Yang dimaksud disini? apakah penolakan thd ahdits yg kita yakini tersambung kpd Rasulullah?. Bukan itu khan? Krn kita disini bicara ttg apakah hadits tsb tersambung kpd Rasulullah. Mungkin secara kriteria hadits yg ada (saya tdk mempunyai kewajiban utk ta’at pd kriteria tsb) hadits tsb seolah2 tersambung. Tapi untuk hal ini saya masih beranggapan bhw hadits ini tdk tersambung kpd Rasulullah.
    Saya meyakini kriteria yang sdh ditetapkan oleh Rasulullah dan juga pernah disampaikan oleh Imam Ali, yaitu mereka menekankan pada “matan”..(bisa rame yaa?.. 🙂 )

    saya sudah bawa contoh riwayat yang lain yaitu riwayat Ahmad di atas. Mengizinkan atau menganjurkan untuk membunuh orang bukan karena ia membunuh orang lain, apalagi saat itu ia sedang shalat, apakah hal semacam itu ditolak juga dengan dasar bertentangan syariat. btw ada cara yang lebih baik memahaminya tanpa penolakan

    Ketika saya mempunyai pilihan atas tafsir baik ayat maupun hadits, saya akan memilih untuk tidak menisbahkan keburukan kpd Rasulullah. Rasulullah tidak bermuka masam, Rasulullah tidak kena sihir, Rasulullah tidak lupa, Rasulullah tidak menikah dg anak kecil dibawah umur. Walaupun datang kpd saya argumen bhw itu semua dilakukan oleh Rasulullah namun kita saja yg tidak paham.
    Jika niat saya untuk melakukan pembelaan kpd Muawiyah tentu itu akan salah, namun ketika niatnya krn tidak percaya Rasulullah melakukan itu (krn saya memuliakan beliau), maka saya rasa pilihan saya jauh lebih baik. Jawaban ini saya berikan ketika kita berdua bisa menerima bhw hadits tsb bisa benar (sahih) bisa, salah (tdk tersambung).

    Ada cara untuk memahami bahwa hall itu tidak bertentangan dengan syariat

    Jika saya punya cara tsb, tentunya akan berbeda pendirian saya. Pendirian saya muncul dikarenakan saya tdk menemukannya.

    Maaf hujjah saya dengan kisah itu adalah tidak bisa dengan mudahnya seorang menjudge suatu matan hadis sebagai mungkar.

    Apakah saya terkesan dg mudah memungkarkan hadits tsb?
    Saya mengkategorikannya sama dg hadits2 lain maupun tafsir2 ayat yang sejenis. Sebagaimana saya memungkarkan tafsir bhw Sayyidina Abu Thalib dinyatakan kafir dll.

    Apa iya tuh, gak tahu bukan berarti gak ada

    Kalimat saya kalimat bertanya lhoo bukan statement.

    Wassalam

  9. @ SP & truthseeker

    Saya tdk hendak mencampuri diskusi anda2 tapi saya hanya ingin memberikan masukan/ informasi. Mudah2an ada manfaatnya.
    Pada waktu Rasul perintahkan semua pintu rumah menuju Mesjid ditutup hanya pintu rumah Imam Ali as tetap dibuka. Muncul protes dari para sahabat. Rasul menjawab: Ini bukan dari aku tapi perintah dari Allah. Wasalam

  10. isinya aneh aneh, penipunya yang mana sih mas? apa semua orang sy**h itu penipu ya mas? kalo awamnya juga? astaghfirulloh

  11. @SP

    رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إذا رأيتم معاوية على منبري فاقتلوه

    Rasulullah SAW bersabda “Jika Kamu melihat Muawiyah di MimbarKu maka bunuhlah Ia”.

    @SP

    kok tidak dicantumkan sanad haditsnya?
    Agar lebih ilmiah, tolong anda sebutkan sanadnya dan penjelasan para ahli hadits ttg perawi/matan hadits tsb.
    Anda kan orangnya jeli, kalo seperti itu kesannya anda asal comot hadits asal sesuai hawa nafsu anda..

  12. @Pecinta Ahlul Bait
    nafsu apaan sih Mas, makanya sebelum komentar berpikirlah terlebih dahulu, sanad hadisnya sudah saya bahas di tulisan ini, Kedudukan Hadis “Jika Kamu Melihat Muawiyah Di MimbarKu Maka Bunuhlah Ia”.

  13. Oke lah kita anggap hadits tsb hasan lighoirihi walaupun sebagian ulama hadits ada yg mendhaifkan. Tapi matan hadits itu bisa jadi hanya menunjukkan ketidaksukaan Rosululloh apabila hal itu terjadi, bukan menunjukkan bahwa muawiyah seorang yg tidak patut dihormati layaknya seorang sahabat dan juga diikuti ketika menjadi khalifah yg diakui oleh kaum muslimin.

    Dalam hal ini bisa saja muawiyah salah, tapi Allah berkehendak lain melalui imam Hasan yg mau berdamai dan merelakan kekhalifahan kpd Muawiyah.

    Kalau memang yg dimaksud hadits tsb menunjukkan bahwa kekhalifahan Muawiyah akan membawa kemungkaran apalagi KEKUFURAN seperti yg dituduhkan para penganut syiah, maka imam Hasan pasti akan berusaha memeranginya sampai titik darah penghabisan. Tapi buktinya malah sebaliknya, imam Hasan -seperti yang diramalkan oleh Rosul- malah menjadi pendamai antara 2 kelompok muslim yg bertikai kala itu. Dan imam Hasan lebih tau bahwa keputusan yg beliau ambil merupakan yg terbaik bagi umat islam kala itu maupun yg akan datang. Bila kaum syiah menganggap bahwa keputusan imam Hasan tsb salah, maka hal itu mustahil karena kaum syiah sendiri menganggap imam Hasan maksum. Kalau kaum syiah menjawab bahwa imam Hasan berdamai karena dibawah ancaman/terpaksa, maka ini tidak bisa dijadikan udzur, karena waktu itupun imam Hasan bisa saja melawan.

  14. @Pecinta Ahlul Bait

    Tapi matan hadits itu bisa jadi hanya menunjukkan ketidaksukaan Rosululloh apabila hal itu terjadi, bukan menunjukkan bahwa muawiyah seorang yg tidak patut dihormati layaknya seorang sahabat dan juga diikuti ketika menjadi khalifah yg diakui oleh kaum muslimin.

    Kalau anda mengakui hadis di atas maka bagaimana mungkin seorang yang dikatakan harus dibunuh patut dihormati dan diikuti oleh kaum muslimin?. Logika yang aneh, atau lebih tepatnya tidak pakai logika 🙂

    maka imam Hasan pasti akan berusaha memeranginya sampai titik darah penghabisan.

    Anda tidak perlu mengukur dan menilai perbuatan Imam Hasan dengan standar pikiran anda. Lihat saja Rasulullah SAW beliau jelas-jelas berada dalam kebenaran tetapi ada kalanya beliau menerima perjanjian dengan orang-orang kafir. Begitu pula Imam Hasan, beliau lebih mendahulukan menyelamatkan darah kaum muslimin bukan mengakui Muawiyah. Lihat saja baik-baik dalam hadis yang sudah pernah saya bahas. Tidak ada sedikitpun Beliau mengakui Muawiyah yang ada malah beliau mengatakan bahwa Rasulullah SAW tidak menyukai Bani Umayyah berdiri di mimbar Nabi. 🙂

  15. @SP

    Kalau anda mengakui hadis di atas maka bagaimana mungkin seorang yang dikatakan harus dibunuh patut dihormati dan diikuti oleh kaum muslimin?. Logika yang aneh, atau lebih tepatnya tidak pakai logika 🙂

    justru anda yg pake logika aneh, atau lebih tepatnya tidak pakai logika! Buktinya Imam Hasan tidak membunuh Muawiyah! Apakah Imam Hasan tidak pake logika atau lebih tepatnya IMAN, sehingga berani melanggar perintah Rosul? Padahal jelas2 Rosul menyuruh membunuh Muawiyah!
    Kalo anda menjawab: “tapi kan waktu itu kondisinya lain, kalo dilaksanakan perintah Rosul maka resikonya akan terjadi pertumpahan darah”.
    Memangnya kalo membunuh orang tidak ada resikonya?
    Atau tunjukkan kalo memang ada hadits yg mengatakan “Jika kamu melihat muawiyah di mimbarku maka bunuhlah ia, kecuali kalo takut terjadi banyak pertumpahan darah, jangan kau laksanakan perintahku”.

    Dari sikap Imam Hasan tsb maka muncul 2 konsekwensi:
    1. Imam Hasan telah SALAH atau MEMBANGKANG terhadap perintah Rosul, meskipun dgn dalih menghindari pertumpahan darah. Karena setiap orang juga tau setiap tindakan pasti ada resikonya, apalagi membunuh. Padahal bisa saja Imam Hasan menyuruh orang membunuh Muawiyah seperti halnya Imam Ali dibunuh agar bisa menghindari banyaknya korban. Ataukah Imam Hasan seorang PENGECUT?
    Pasti anda tidak akan berani mengatakan IYA dengan pernyataan diatas, karena hal itu memang mustahil. Atau..

    2. Rosululloh tidak pernah mengatakan seperti hadits diatas. Dan mungkin inilah yg menjadi alasan para Ahli hadits mempermasalahkan matan hadits tsb.
    Malah sebaliknya, justru Imam Hasan telah melaksanakan sabda Rosululloh yg meramalkan bahwa Imam Hasan yg akan mendamaikan 2 kelompok kaum muslimin yg bertikai.

    Kalo anda memang bukan pengikut syiah, (dan saya yakin anda memang bukan, karena anda SEORANG PENCARI KEBENARAN dan sering sekali menggunakan hadits2 yg dipakai ahlus sunnah dan juga cukup paham ulumul hadits) atau kalo memang anda pencinta ahlulbait, yg pasti akan menaati setiap perintah Rosululloh, maka saya akan membawakan beberapa hadits yg berkenaan dgn wajibnya taat kpd pemimpin/penguasa walaupun mereka zhalim, dibawah ini:

    Dari Ummu Salamah radliallahu anha berkata, “Telah besabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Akan ada sesudahku para penguasa, yang kalian mengenalinya dan kalian mengingkarinya. Barangsiapa yang mengingkarinya maka sungguh ia telah berlepas diri. Akan tetapi siapa saja yang ridho dan terus mengikutinya (dialah yang berdosa -pent). Maka para sahabat berkata. “Apakah tidak kita perangi saja mereka dengan pedang?” Beliau menjawab, “Jangan, selama mereka menegakkan shalat bersama kalian” (HSR Muslim)

    Dari Hudzaifah ibnul Yaman radliallahu anhu berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Akan datang sesudahku para pemimpin, mereka tidak mengambil petunjukku dan juga tidak melaksanakan sunnahku. Dan kelak akan ada para pemimpin yang hatinya seperti hati syaithon dalam jasad manusia. “Maka aku berkata, “Yaa Rasulullah, apa yang aku perbuat jika aku mendapati hal ini?” Beliau berkata, “Hendaklah engkau mendengar dan taat pada amir/pemimpinmu, walaupun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu” (HSR Muslim)

    Dari Auf bin Malik radliallahu anhu berkata, berkata Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Ketahuilah barangsiapa yang di bawah seorang wali/pemimpin dan ia melihat padanya ada kemaksiatan kepada Allah, maka hendaklah ia membenci kemaksiatannya. Akan tetapi janganlah (hal ini menyebabkan) melepaskan ketaatan kepadanya” (HSR Muslim)

    Dari Abu Hurairah radliallahu anhu berkata, berkata Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: Barangsiapa yang mentaati aku berarti ia telah mentaati Allah, Barangsiapa yang bermaksiat kepadaku maka ia telah bermaksiat kepada Allah. Barangsiapa yang mentaati amir/penguasa maka ia telah mentaatiku, barangsiapa yang bermaksiat kepada amir/penguasa maka ia telah bermaksiat kepadaku” (HSR Bukhari dan Muslim)

    Dari Anas radliallahu anhu, berkata, berkata Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Mendengar dan taatlah kalian walaupun yang memimpin kalian adalah bekas budak dari Habasyah, yang kepalanya seperti kismis, selama dia menegakan kitabullah diantara kalian” (HSR Bukhari)

    Bahkan kalaupun anda menganggap bahwa kepemimpinan muawiyah merupakan kezhaliman, maka ini lebih baik daripada terdapat 2 kepemimpinan. Karena sepeninggal Imam Ali, terdapat 2 kelompok muslim yg sama2 mengangkat seorang imam, dan Imam Hasan mengalah dgn membiarkan Muawiyah menjadi pemimpin kaum muslimin.
    Ini dilakukan Imam Hasan karena beliau paham sekali akan syariat islam yg diajarkan oleh kakek beliau dimana Rosululloh melarang perpecahan dan melarang adanya 2 kepemimpinan. Karena apabila terdapat 2 pemimpin, maka hakikatnya kaum muslimin secara keseluruhan tidak memiliki pemimpin yg benar2 sah untuk diikuti. Dan ini merupakan keadaan yg buruk/tidak baik, seperti perkataan Imam Ali dibawah ini:

    Ali bin Abi Thalib berkata,

    لا يصلح للناس إلا أمير عادل أو جائر ، فأنكروا قوله : أو جائر فقال : نعم يؤمن السبيل ، ويمكن من إقامة الصلوات ، وحج البيت

    “Tidaklah baik bagi suatu masyarakat jika tanpa pemimpin, baik dia adalah orang yang shalih ataupun orang yang zalim.” Ada yang menyanggah beliau terkait dengan kalimat ‘ataupun orang yang zalim’. Ali menjelaskan, “Memang dengan sebab penguasa yang zalim jalan-jalan terasa aman, rakyat bisa dengan tenang mengerjakan shalat dan berhaji ke Ka’bah.” (Tafsir Al Kabir wa Mafatih Al Ghaib karya Muhammad ar Razi 13/204 cetakan Dar al Fikr 1981/1401)

    Semoga uraian diatas bisa menjadi bahan renungan bagi anda sekalian yg betul2 mencari KEBENARAN.

  16. @Pecinta Ahlul Bait

    justru anda yg pake logika aneh, atau lebih tepatnya tidak pakai logika! Buktinya Imam Hasan tidak membunuh Muawiyah! Apakah Imam Hasan tidak pake logika atau lebih tepatnya IMAN, sehingga berani melanggar perintah Rosul? Padahal jelas2 Rosul menyuruh membunuh Muawiyah!

    Lha apa gak dibaca hadis di atas itu, para sahabat yang tidak mau membunuh orang yang sedang shalat itu termasuk diantaranya Abu Bakar dan Umar apa gak pakai logika atau lebih tepatnya gak pakai Iman sehingga berani melanggar perintah Rasul SAW. Padahal perkataan Rasul SAW sangat jelas.

    Kalo anda menjawab: “tapi kan waktu itu kondisinya lain, kalo dilaksanakan perintah Rosul maka resikonya akan terjadi pertumpahan darah”.
    Memangnya kalo membunuh orang tidak ada resikonya?

    Yang harusnya anda salahkan bukan Imam Hasan tetapi salahkan semua umat islam yang berada di pihak Muawiyah, berani-beraninya ikutan memerangi Imam Hasan. Imam Hasan telah menjelaskan apa yang telah beliau lakukan, anda tidak mau menerima alasan Beliau ya sudah bukan urusan saya. Sangat jelas terlihat kok siapa orang yang dengan semangatnya membela Muawiyah yang memerangi Ahlul bait.

    Atau tunjukkan kalo memang ada hadits yg mengatakan “Jika kamu melihat muawiyah di mimbarku maka bunuhlah ia, kecuali kalo takut terjadi banyak pertumpahan darah, jangan kau laksanakan perintahku”.

    Memangnya sebuah hadis itu harus sesuai dengan kehendak anda, gak perlu macam2 Mas. Kalau memang mau berpegang pada hadis tidak perlu mencari-cari dalih, dalih hanya untuk mereka yang ingkar saja 🙂

    Dari sikap Imam Hasan tsb maka muncul 2 konsekwensi:
    1. Imam Hasan telah SALAH atau MEMBANGKANG terhadap perintah Rosul, meskipun dgn dalih menghindari pertumpahan darah. Karena setiap orang juga tau setiap tindakan pasti ada resikonya, apalagi membunuh. Padahal bisa saja Imam Hasan menyuruh orang membunuh Muawiyah seperti halnya Imam Ali dibunuh agar bisa menghindari banyaknya korban. Ataukah Imam Hasan seorang PENGECUT?

    Saya hafal betul tabiat orang seperti anda, orang yang maaf “logikanya rusak”. Dan btw orang seperti andalah yang akhirnya bilang “imam Husain telah salah” atau “membangkang perintah Rasul” karena beliau telah memberontak terhadap khalifah Yazid, karena beliau tidak mau berbaiat. Tidak heran kalau ulama-ulama dengan logika rusak seperti anda berkata “Imam Husain terbunuh karena Syariat kakeknya”. Kalian itu tidak pantas mengaku pecinta Ahlul Bait, karena kalian selalu mencari-cari alasan untuk membela musuh-musuh Ahlul Bait dan tidak segan-segan lisan kalian berbicara buruk tentang Ahlul Bait.

    2. Rosululloh tidak pernah mengatakan seperti hadits diatas. Dan mungkin inilah yg menjadi alasan para Ahli hadits mempermasalahkan matan hadits tsb.

    hadis tersebut sanadnya kuat dan matannya tidak bermasalah seperti yang anda katakan, lihat pembahasan saya di atas matan hadis dimana Rasulullah menyuruh membunuh orang yang sedang shalat bukan matan yang bermasalah.

    Malah sebaliknya, justru Imam Hasan telah melaksanakan sabda Rosululloh yg meramalkan bahwa Imam Hasan yg akan mendamaikan 2 kelompok kaum muslimin yg bertikai.

    Maka dari itu pahamilah dengan baik kenapa Imam Hasan bertindak seperti itu, untuk menyelamatkan kaum muslimin dari pertumpahan darah.

    Dari Ummu Salamah radliallahu anha berkata, “Telah besabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Akan ada sesudahku para penguasa, yang kalian mengenalinya dan kalian mengingkarinya. Barangsiapa yang mengingkarinya maka sungguh ia telah berlepas diri. Akan tetapi siapa saja yang ridho dan terus mengikutinya (dialah yang berdosa -pent). Maka para sahabat berkata. “Apakah tidak kita perangi saja mereka dengan pedang?” Beliau menjawab, “Jangan, selama mereka menegakkan shalat bersama kalian” (HSR Muslim)

    Dari Hudzaifah ibnul Yaman radliallahu anhu berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Akan datang sesudahku para pemimpin, mereka tidak mengambil petunjukku dan juga tidak melaksanakan sunnahku. Dan kelak akan ada para pemimpin yang hatinya seperti hati syaithon dalam jasad manusia. “Maka aku berkata, “Yaa Rasulullah, apa yang aku perbuat jika aku mendapati hal ini?” Beliau berkata, “Hendaklah engkau mendengar dan taat pada amir/pemimpinmu, walaupun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu” (HSR Muslim)

    Dari Auf bin Malik radliallahu anhu berkata, berkata Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Ketahuilah barangsiapa yang di bawah seorang wali/pemimpin dan ia melihat padanya ada kemaksiatan kepada Allah, maka hendaklah ia membenci kemaksiatannya. Akan tetapi janganlah (hal ini menyebabkan) melepaskan ketaatan kepadanya” (HSR Muslim)

    Dari Abu Hurairah radliallahu anhu berkata, berkata Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: Barangsiapa yang mentaati aku berarti ia telah mentaati Allah, Barangsiapa yang bermaksiat kepadaku maka ia telah bermaksiat kepada Allah. Barangsiapa yang mentaati amir/penguasa maka ia telah mentaatiku, barangsiapa yang bermaksiat kepada amir/penguasa maka ia telah bermaksiat kepadaku” (HSR Bukhari dan Muslim)

    Dari Anas radliallahu anhu, berkata, berkata Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Mendengar dan taatlah kalian walaupun yang memimpin kalian adalah bekas budak dari Habasyah, yang kepalanya seperti kismis, selama dia menegakan kitabullah diantara kalian” (HSR Bukhari)

    btw dengan hadis-hadis seperti inilah ada ulama yang mengatakan “imam Husain terbunuh karena syariat kakeknya”. Karena menurutnya Imam Husain telah keliru karena menentang kekhalifahan Yazid.

    Bahkan kalaupun anda menganggap bahwa kepemimpinan muawiyah merupakan kezhaliman, maka ini lebih baik daripada terdapat 2 kepemimpinan. Karena sepeninggal Imam Ali, terdapat 2 kelompok muslim yg sama2 mengangkat seorang imam, dan Imam Hasan mengalah dgn membiarkan Muawiyah menjadi pemimpin kaum muslimin.

    Kalau menurut anda lebih baik ya silakan, tidak ada yang mau memaksa merubah pandangan anda. Khalifah yang sah pada saat itu adalah Imam Ali dan tidak ada alasan Muawiyah dan pengikutnya mengklaim kekhalifahan begitu pula selepas Imam Ali wafat khalifah yang sah adalah Imam Hasan dan betapa sesatnya mereka yang memerangi Ahlul Bait demi sebuah kekhalifahan.

    Ini dilakukan Imam Hasan karena beliau paham sekali akan syariat islam yg diajarkan oleh kakek beliau dimana Rosululloh melarang perpecahan dan melarang adanya 2 kepemimpinan. Karena apabila terdapat 2 pemimpin, maka hakikatnya kaum muslimin secara keseluruhan tidak memiliki pemimpin yg benar2 sah untuk diikuti. Dan ini merupakan keadaan yg buruk/tidak baik, seperti perkataan Imam Ali dibawah ini:

    Baik Imam Hasan dan Imam Ali adalah manusia yang berada dalam kebenaran. Coba anda lihat kalau memang seperti yang anda katakan maka mengapa Imam Ali di masa beliau tidak menyerahkan kekhalifahan kepada Muawiyah, Beliau malah memerangi Muawiyah. Bukankah menurut anda saat itu ada 2 kekhalifahan. Anda mau bilang apa lagi

    Semoga uraian diatas bisa menjadi bahan renungan bagi anda sekalian yg betul2 mencari KEBENARAN.

    Sungguh kebenaran jika umat islam berpegang teguh pada Ahlul Bait bukan memerangi mereka seperti yang dilakukan Muawiyah dan pengikutnya.

  17. @SP

    Lha apa gak dibaca hadis di atas itu, para sahabat yang tidak mau membunuh orang yang sedang shalat itu termasuk diantaranya Abu Bakar dan Umar apa gak pakai logika atau lebih tepatnya gak pakai Iman sehingga berani melanggar perintah Rasul SAW. Padahal perkataan Rasul SAW sangat jelas.

    Kayaknya anda harus banyak belajar lagi ilmu hadits dan fiqih tdk ketinggalan akhlak pada para ulama! ini ni akibat belajar sendiri, merasa sok pintar sendiri. sehingga gurunya adalah akal dan hawa nafsunya. Sampai berani menghina ulama2 yg justru jauh lbh tinggi ilmunya dan lbh ikhlas drpd anda. Anda tuh blm ada apa2nya dibanding mereka!

    Justru itu mas.. Abu Bakar dan Umar betul2 pake logika dan iman serta ilmu. Tdk seperti anda yg pake logika amburadul plus hawa nafsu.
    Pernyataan Rosululloh dlm hadits tsb tdk menunjukkan perintah. Rosul hanya menawarkan, dan ini bisa saja dimaknai sbg ujian thd para sahabat. Dan Sahabat Abu Bakar dan Umar telah benar krn Rosululloh sendiri melarang untuk membunuh muslim yg telah mengucapkan Lailaha ilalloh apalagi tanpa alasan yg jelas secara syar’i dan bisa dibuktikan secara hukum. Karena waktu itu orang yg sedang sholat tsb belum melakukan kesalahan, walaupun sebetulnya Rosul telah mengetahui apa yg akan dilakukannya dimasa yg akan datang.

    Dan INGAT! Rosululloh tdk mungkin apabila melihat suatu kesalahan akan membiarkannya! Buktinya Rosul diam dan tidak menyalahkan apalagi mencela Abu Bakar dan Umar. Dan diamnya Rosul merupakan persetujuan beliau dan ini sdh mahfum. (Kecuali kalo anda gak ngerti ilmu hadits krn memang ilmunya msh dangkal!)
    Coba bayangkan apabila orang itu jadi dibunuh! Maka Syariat Alloh akan runtuh karena orang2 akan mengira kalo Rosul telah melanggar syariat Alloh karena telah menumpahkan darah seorang muslim yg belum terbukti kesalahannya. Namun Rosul tau dan yakin bahwa sahabat tdk akan melakukannya. Inilah HIKMAH syariat yg dibawa oleh Rosululloh. Membawa keadilan dan uswah yg baik bagi manusia manapun dan di zaman manapun sekaligus sbg mukjizat nubuwah beliau.

    Berbeda dgn Hadits “Jika kamu melihat Muawiyah di mimbarku maka bunuhlah”.
    Ini jelas2 perintah, bagi siapa saja yg melihat, maka kata Rosul: bunuhlah!

    Coba anda pake logika yg bener, kalo gak mampu nanya dong ama yg lebih berilmu! Sono nanya sama para Ulama!

    Mengenai Nabi khidir, beliau tidak membawa syariat dan tidak diketahui memiliki umat. Sehingga tdk bisa disamaratakan dgn nubuwah Rasululloh yg memang terkandung hikmah yg sangat dalam, salahsatunya yaitu penegakan hujah dan keadilan. Mungkin inilah ciri KESEMPURNAAN SYARIAT Beliau.

    Udah dulu ah, cape diskusi sama orang yg emang pengennya cuma ngungkit2 kesalahan sahabat yg seharusnya ditahan lisan untuk membicarakannya. Adaaa aja jawaban buat ngeles.
    Padahal siapa yg akan menolong Rosul dan agama ini setelah pertolongan dari Alloh kalo bukan dari para sahabat yg merupakan manusia terbaik setelah Rosululloh? (apakah anda mampu spt sahabat? minimal dalam hal ibadah sholat aja? wong andaikan anda berinfak EMAS sebesar gunung uhud aja gak akan menyamai satu mud infaq SALAH SEORANG dari sahabat, bahkan tdk pula setengahnya.)

    Saran saya coba anda amalkan dulu perintah2 Rosululloh yg sudah anda anggap shahih sebelum sibuk mencari-cari (versi anda: mengkritik) para sahabat. Dan bandingkan dgn amalan-amalan Kaum Syiah yg mengaku-ngaku mengikuti ahlul bait padahal justru menyelisihi penghulu ahlul bait yaitu Rosululloh shalallohu alaihi wassalam.

    semoga hidayah tercurah kpd kita semua..
    ntar boleh nyambung lg deh…

  18. @pecintaahlulbait
    lu tolol…lu goblog…..sombongnye ente kaya org yahudi. ente andalkan keyakinan ente berdasarkan hawa nafsu…gersang.

    ente banggakan keberhasilan duniawi ente persis spt org2 yahudi. padahal semua itu ente dapatkan dg cara mendzalimi hak2 orang lain…..ngga ade gunanye ente terus2an belain muawiyah la….kecuali ente disogok duit ame tuh Syekh2 Saudi

  19. @Yanghiro

    @pecintaahlulbait
    lu tolol…lu goblog…..sombongnye ente kaya org yahudi. ente andalkan keyakinan ente berdasarkan hawa nafsu…gersang.

    Gini ni org yg udah kehabisan hujjah, bahasanya udah gak dikontrol, bau kayak comberan. Nyang kaya ginian nih contoh pengekor hawa nafsu tu!
    Apa gak salah tuh??!! Kita udah ingatkan melalui hadits Rosul yg shahih ttg larangan mencela sahabat, eee ini malah ngeyel sombongnya minta ampuun.
    Bukannya nt dan orang2 Syiah yg kayak Yahudi??? Mengatasnamakan Ahlul bait untuk menghancurkan islam.
    Jelas2 orang2 semua udah pada tau kalo Agama kalian itu ciptaan YAHUDI!! Nt gak sadar ya kalo nt tuh udah terkena jaring2 syetan yg walaupun menurut kita jaringnya rapuh, serapuh jaring laba-laba.

    ente banggakan keberhasilan duniawi ente persis spt org2 yahudi. padahal semua itu ente dapatkan dg cara mendzalimi hak2 orang lain…..ngga ade gunanye ente terus2an belain muawiyah la….kecuali ente disogok duit ame tuh Syekh2 Saudi

    Jaga ocehan nt ya! Nt udah menuduh dan memfitnah ane! BUKTIKAN KALO HASIL DUNIAWI ANE DIDAPAT DGN CARA MENDZALIMI HAK2 ORG LAIN!! Kalo gak kebukti (dan nt pasti gak bisa, krn ocehan nt ngelantur kaya org gila), ane tuntut ntar diakherat!! Emang nt kenal dan tau kerjaan ane apa??? Ane seorang PEDAGANG MAKANAN yg insya Alloh selalu berusaha mencontoh Rosululloh dgn selalu menjaga hak2 orang lain.
    Tidak seperti nt yg telah menzhalimi hak2 para sahabat dgn cara mencela mereka yg seharusnya ditahan lisan untuk membicarakan perselisihan diantara mereka, seperti yg diperintahkan Rosululloh.
    Nt harusnya introspeksi dulu dan mikir kalo mo nuduh orang lain! ATAU EMANG AKHLAKNYA ORANG2 SYIAH ITU BEJAT SEPERTI NT????

  20. @pecinta ahlulbait
    yaah kalo emamng ente bener2 pecinta ahlulbait, tunjukanlah sikap yg sebenarnya, paling tidak rasa empati thdp Sayidinah Fatimmah azzahra As, yg hak2nya telah dirampas (kasus tanah fadak) oleh para khalifah yg ente banggakan.
    kalo udah di buktiin empatinya pd Sayidinah Fatimah As, baru tuh ente bener2 pembela para mustad’afin yg benar. bukan justru ente cari2 alasan pembenaran atas tindakan Khalifah tsb.

    btw, ane minta maaf udeh keceplosan omong…maklum anekan kagak maksum kaya Nabi SAWW dan Ahlulbaitnya.
    salam kenal…

  21. gimana mas pecinta ahlulbait? terima maaf ane…yaah kalo kaga juga kagak kenap. ntar ente tuntutlah ane, kalo emang ane dzalim ame ente.
    btw..dulu temen ane juga pedagang minyak wangi dan makanan (asal tau aje, ane dulu mantan pengikut mazhab wahabi, sekolah ane di Muhammadiyah, jadi temen2 ane semua pecinta Ibn Taymiyah), tetapi setelah dia tau ane condong ke Ahlulbait, dia suka berbuat dzalim ame ane justru pd saat ane dlm keadaan baru terkena PHK (dlm hak ini hak2 ane dirampas walaupun kagak seberapa, tp bagi saya sgt berharga.). dan itupun juga dilakukan oleh teman ane yg lain (wahabi) yg justru dia kader organisasi islam aktif. dg merasa tdk berdosa, dia merampas hak ane.

    bagi mereka, syiah itu pembohong (karena paham taqiyah) dan berhak utk didzalimi. ini fakta, kejadian yg ane alami ketika ane masih bergaul ame org2 ibn taymiyah…

  22. @SP

    Saya hafal betul tabiat orang seperti anda, orang yang maaf “logikanya rusak”. Dan btw orang seperti andalah yang akhirnya bilang “imam Husain telah salah” atau “membangkang perintah Rasul” karena beliau telah memberontak terhadap khalifah Yazid, karena beliau tidak mau berbaiat. Tidak heran kalau ulama-ulama dengan logika rusak seperti anda berkata “Imam Husain terbunuh karena Syariat kakeknya”. Kalian itu tidak pantas mengaku pecinta Ahlul Bait, karena kalian selalu mencari-cari alasan untuk membela musuh-musuh Ahlul Bait dan tidak segan-segan lisan kalian berbicara buruk tentang Ahlul Bait.

    2. Rosululloh tidak pernah mengatakan seperti hadits diatas. Dan mungkin inilah yg menjadi alasan para Ahli hadits mempermasalahkan matan hadits tsb.

    hadis tersebut sanadnya kuat dan matannya tidak bermasalah seperti yang anda katakan, lihat pembahasan saya di atas matan hadis dimana Rasulullah menyuruh membunuh orang yang sedang shalat bukan matan yang bermasalah.

    Anda gak ngerti ya? Saya TIDAK mengatakan bahwa Imam Husen SALAH. Bahkan saya setuju dan menganggap benar apa yg beliau lakukan.
    Justru Imam Hasan dan bahkan seluruh sahabat akan terkena konsekwensi akan dianggap salah dan bermaksiat apabila tidak melaksanakan apa yg Rosululloh perintahkan dalam hadits yg dianggap hasan lighairihi oleh anda tsb.
    Makannya saya sependapat dgn pandapat sebagian ulama yg mendhaifkan hadits tsb karena apabila perintah tsb tdk dilaksanakan maka akan bertentangan dgn hadits yang mengatakan bahwa Sahabat tidak akan pernah bersepakat dalam kemaksiatan.
    Makannya kalo belajar hadits itu harus pada ahlinya, bukan belajar sendiri seenaknya mau anda. Karena menilai kedudukan hadits itu bukan hanya dari sanadnya saja spt yg anda kira, tapi bertentangan gak matannya dgn hadis shahih maupun fakta yg terjadi?

  23. @Pecinta Ahlulbait,

    Hahaha sungguh lucu penjelasan ente itu. Coba tunjukkan hadits yg dianggap hasan lighairihi oleh SP dan kata ente bertentangan dgn matannya, serta fakta yg terjadi itu apa? Coba jelaskan, ane tunggu !

  24. Bener juga ya… mana ada yang bener, orang bukan sunni kok mempelajari kitab-kitab sunni, jadinya ngambilnya sepotong-sepotong mengikuti prakonsepsinya sendiri .. dia hanya meyakini hadits-hadits yg sesuai prakonsepsinya saja dan mengabaikan hadits-hadits laen yang berbeda dg prakonsepsinya walaupun itu shohih.. jadinya ilmunya adalah ilmu parsial dan laksana jasad tanpa ruh! ilmu yg InsyaAllah tidak ada manfaatnya justru malah merusak.. sehingga apapun yg dia katakan tidak akan merubah apapun…

  25. @Pecinta Ahlul Bait

    Kayaknya anda harus banyak belajar lagi ilmu hadits dan fiqih tdk ketinggalan akhlak pada para ulama! ini ni akibat belajar sendiri, merasa sok pintar sendiri. sehingga gurunya adalah akal dan hawa nafsunya. Sampai berani menghina ulama2 yg justru jauh lbh tinggi ilmunya dan lbh ikhlas drpd anda. Anda tuh blm ada apa2nya dibanding mereka!

    Silakan saja kalau mau menghina saya, perkataan seperti itu tidak bernilai sedikitpun. Saya tidak menghina ulama kok 🙂

    Justru itu mas.. Abu Bakar dan Umar betul2 pake logika dan iman serta ilmu. Tdk seperti anda yg pake logika amburadul plus hawa nafsu.

    Lho kok nyalahin saya, saya mah gak ngapa-ngapain :mrgreen:

    .Pernyataan Rosululloh dlm hadits tsb tdk menunjukkan perintah. Rosul hanya menawarkan, dan ini bisa saja dimaknai sbg ujian thd para sahabat. Dan Sahabat Abu Bakar dan Umar telah benar krn Rosululloh sendiri melarang untuk membunuh muslim yg telah mengucapkan Lailaha ilalloh apalagi tanpa alasan yg jelas secara syar’i dan bisa dibuktikan secara hukum. Karena waktu itu orang yg sedang sholat tsb belum melakukan kesalahan, walaupun sebetulnya Rosul telah mengetahui apa yg akan dilakukannya dimasa yg akan datang.

    Silakan cek tuh sudah saya update, saya memasukkan juga hadis riwayat Abu Sa’id yang menegaskan bahwa Rasul SAW menggunakan lafal perintah “pergi dan bunuhlah”. So percuma dalih-dalih yang anda buat.

    Dan INGAT! Rosululloh tdk mungkin apabila melihat suatu kesalahan akan membiarkannya! Buktinya Rosul diam dan tidak menyalahkan apalagi mencela Abu Bakar dan Umar. Dan diamnya Rosul merupakan persetujuan beliau dan ini sdh mahfum. (Kecuali kalo anda gak ngerti ilmu hadits krn memang ilmunya msh dangkal!)

    Bukannya sudah saya tulis di atas bahwa itu adalah pilihan, Rasulullah SAW memberikan pilihan mau taat ya silakan mau nggak ya silakan dan semuanya ada konsekuensinya. Diamnya Rasulullah SAW menunjukkan bahwa Beliau menyerahkan pilihan itu kepada sahabat2Nya.

    Coba bayangkan apabila orang itu jadi dibunuh! Maka Syariat Alloh akan runtuh karena orang2 akan mengira kalo Rosul telah melanggar syariat Alloh karena telah menumpahkan darah seorang muslim yg belum terbukti kesalahannya.

    Islam itu Taat kepada Allah SWT dan RasulNya kan, atau harus ada embel-embel lain.

    Namun Rosul tau dan yakin bahwa sahabat tdk akan melakukannya.

    Oooh bisa saja kok, bisa saja Rasul SAW tahu bahwa sahabat Abu Bakar dan Umar tidak akan sanggup untuk membunuhnya.

    Inilah HIKMAH syariat yg dibawa oleh Rosululloh. Membawa keadilan dan uswah yg baik bagi manusia manapun dan di zaman manapun sekaligus sbg mukjizat nubuwah beliau.

    Rasulullah SAW adalah uswatun hasanah dan pribadi yang harus kita taati dengan teguh 🙂

    Berbeda dgn Hadits “Jika kamu melihat Muawiyah di mimbarku maka bunuhlah”.
    Ini jelas2 perintah, bagi siapa saja yg melihat, maka kata Rosul: bunuhlah!

    Tuh lihat hadis Abu Sa’id matannya pakai kata “pergi dan bunuhlah”. Malah gak pakai kata “jika” :mrgreen:

    Coba anda pake logika yg bener, kalo gak mampu nanya dong ama yg lebih berilmu! Sono nanya sama para Ulama!

    Ulama mana ya Mas, gak lihat itu para Ulama seperti Ibnu Hajar tidak mengatakan bahwa hadis Abu Sa’id mungkar beliau malah menegaskan bahwa sanadnya jayyid.

    Mengenai Nabi khidir, beliau tidak membawa syariat dan tidak diketahui memiliki umat. Sehingga tdk bisa disamaratakan dgn nubuwah Rasululloh yg memang terkandung hikmah yg sangat dalam, salahsatunya yaitu penegakan hujah dan keadilan. Mungkin inilah ciri KESEMPURNAAN SYARIAT Beliau.

    Coba dipikir terlebih dahulu, anak yang dibunuh Nabi Khidir itu punya orang tua kan, punya keluarga dan kerabat kan. Nah mereka orang tua dan keluarga itu dilindungi hukum Syariat tidak oleh Allah SWT?

    Udah dulu ah, cape diskusi sama orang yg emang pengennya cuma ngungkit2 kesalahan sahabat yg seharusnya ditahan lisan untuk membicarakannya. Adaaa aja jawaban buat ngeles.

    Silakan, bagi saya anda dan orang-orang seperti anda terbiasa mencari dalih untuk membela keburukan sahabat.

    Padahal siapa yg akan menolong Rosul dan agama ini setelah pertolongan dari Alloh kalo bukan dari para sahabat yg merupakan manusia terbaik setelah Rosululloh?

    Tentu para sahabat adalah manusia yang baik tetapi ternyata tidak semua sahabat berperilaku baik, itulah faktanya. Jadi gak perlu generalisasi.

    (apakah anda mampu spt sahabat? minimal dalam hal ibadah sholat aja?

    Apa yang anda tahu tentang ibadah sholat sahabat? apa anda pernah lihat satu-satu para sahabat itu shalat.

    wong andaikan anda berinfak EMAS sebesar gunung uhud aja gak akan menyamai satu mud infaq SALAH SEORANG dari sahabat, bahkan tdk pula setengahnya.)

    Tidak masalah bagi saya, setiap orang punya amal perbuatan masing-masing. Saya tidak menjelekkan siapapun

    Saran saya coba anda amalkan dulu perintah2 Rosululloh yg sudah anda anggap shahih sebelum sibuk mencari-cari (versi anda: mengkritik) para sahabat.

    Apa anda pikir kehidupan saya cuma di blog ini saja? atau apa anda pikir dengan membaca tulisan2 saya tentang sahabat di blog ini maka anda dapat menilai bagaimana saya sebenarnya?. Jangan terlalu naiflah

    Dan bandingkan dgn amalan-amalan Kaum Syiah yg mengaku-ngaku mengikuti ahlul bait padahal justru menyelisihi penghulu ahlul bait yaitu Rosululloh shalallohu alaihi wassalam.

    Mengenai apa dan gimana kaum Syiah, itu urusan mereka.

    semoga hidayah tercurah kpd kita semua..
    ntar boleh nyambung lg deh…

    Amiin, silakan silakan 🙂

  26. @Pecinta Ahlul Bait

    Anda gak ngerti ya? Saya TIDAK mengatakan bahwa Imam Husen SALAH. Bahkan saya setuju dan menganggap benar apa yg beliau lakukan.

    Kalau begitu apa yang akan anda katakan dengan hadis yang pernah anda bawa sebelumnya?
    Dari Hudzaifah ibnul Yaman radliallahu anhu berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Akan datang sesudahku para pemimpin, mereka tidak mengambil petunjukku dan juga tidak melaksanakan sunnahku. Dan kelak akan ada para pemimpin yang hatinya seperti hati syaithon dalam jasad manusia. “Maka aku berkata, “Yaa Rasulullah, apa yang aku perbuat jika aku mendapati hal ini?” Beliau berkata, “Hendaklah engkau mendengar dan taat pada amir/pemimpinmu, walaupun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu” (HSR Muslim)
    Semoga anda tidak mengatakan kalau “Imam Husain tidak mentaati perintah Rasulullah SAW” dalam hadis di atas

    Justru Imam Hasan dan bahkan seluruh sahabat akan terkena konsekwensi akan dianggap salah dan bermaksiat apabila tidak melaksanakan apa yg Rosululloh perintahkan dalam hadits yg dianggap hasan lighairihi oleh anda tsb.

    Nggak kok, anda boleh lihat uraian saya di atas. Itu adalah pilihan bagi umat islam toh mereka akan menerima konsekuensinya. Pada akhirnya sebagian umat islam memilih mengikuti Muawiyah untuk memerangi Ahlul Bait, dan resikonya ya jadilah pemerintahan Muawiyah dimana banyak terjadi penyimpangan agama.

    Makannya saya sependapat dgn pandapat sebagian ulama yg mendhaifkan hadits tsb karena apabila perintah tsb tdk dilaksanakan maka akan bertentangan dgn hadits yang mengatakan bahwa Sahabat tidak akan pernah bersepakat dalam kemaksiatan.

    Oooh silakan, silakan, uuups ada ya hadis bahwa sahabat tidak bersepakat dalam kemaksiatan, bisa disharing ke saya yang bodoh ini?

    Makannya kalo belajar hadits itu harus pada ahlinya, bukan belajar sendiri seenaknya mau anda. Karena menilai kedudukan hadits itu bukan hanya dari sanadnya saja spt yg anda kira, tapi bertentangan gak matannya dgn hadis shahih maupun fakta yg terjadi?

    Ehem maaf ya Mas, apa anda tidak lihat justru karena saya paham bahwa hadis harus dilihat sanad dan matannya makanya saya buat dua pembahasan, satu yang membahas sanadnya dan satu lagi yang membahas matannya yaitu tulisan di atas. Jadi saya gak seenaknya kok 🙂

  27. @antirafidhah

    Bener juga ya… mana ada yang bener, orang bukan sunni kok mempelajari kitab-kitab sunni, jadinya ngambilnya sepotong-sepotong mengikuti prakonsepsinya sendiri ..

    Ngomongi siapa nih,apa anda pernah baca kitab-kitab Sunni? he he he Mas Lahuntermaru itu ngaku bukan sunni lho tapi dia juga ngutip hadis-hadis sunni :mrgreen:

    dia hanya meyakini hadits-hadits yg sesuai prakonsepsinya saja dan mengabaikan hadits-hadits laen yang berbeda dg prakonsepsinya walaupun itu shohih..

    Kok justru saya melihat hal itu pada diri anda.

    jadinya ilmunya adalah ilmu parsial dan laksana jasad tanpa ruh! ilmu yg InsyaAllah tidak ada manfaatnya justru malah merusak.. sehingga apapun yg dia katakan tidak akan merubah apapun…

    Ah anda bisanya menuduh dan menghina orang saja :mrgreen:

  28. @Pencinta Ahlul Bait

    Sungguh aneh, anda menamakan diri pencinta ahlul bait, tapi memperlihatkan ketidaksukaan dan bahkan kebencian kepada mereka-mereka yg menunjukkan kecintaan kepada ahlul bait? Pembelaan anda thd sahabat yg tdk maksum membuat anda terjebak kepada merendahkan pribadi ahlulbait yg suci. Sampai kapan ini akan terus berlangsung?

    Salam

  29. @SP

    Nggak kok, anda boleh lihat uraian saya di atas. Itu adalah pilihan bagi umat islam toh mereka akan menerima konsekuensinya. Pada akhirnya sebagian umat islam memilih mengikuti Muawiyah untuk memerangi Ahlul Bait, dan resikonya ya jadilah pemerintahan Muawiyah dimana banyak terjadi penyimpangan agama.

    Kalo itu memang dianggap PILIHAN, kenapa Imam Hasan memilih yg justru dianggap akan menyebabkan banyak penyimpangan yaitu memilih membiarkan Muawiyah hidup dan memimpin? Padahal mungkin saja waktu itu Imam Hasan mampu membunuhnya.

    Kalo anda jawab beliau lebih memilih menyelamatkan darah kaum muslimin waktu itu (Padahal Rosululloh sendiri beserta para sahabatnya rela berjuang dan tdk takut mati demi membela aqidah dan syariat agar tetap berdiri tegak.), maka saya tanyakan lagi:

    LEBIH BERHARGA mana menyelamatkan aqidah umat yg mungkin lebih banyak akan teraniaya atau terpengaruhi kesesatannya (menurut Syiah) oleh Muawiyah bahkan sampai sekarang yg merupakan MAYORITAS yaitu ahlus sunnah/ suni dibandingkan umat waktu itu yg mungkin siap mempertaruhkan nyawanya dan mungkin pula berpeluang utk menang?

    Anda pasti bingung kan??

    Kalo anda jawab: Pilihan Imam Hasan sudah benar karena beliau maksum dan tdk mungkin salah (pdhl ini keyakinan batil, krn yg maksum hanyalah Rosululloh spt tercantu dlm alquran), maka berarti Imam Hasan tdk menganggap berharga darahnya kaum muslimin yg dibunuh bahkan dirusak aqidahnya oleh Muawiyah beserta turunannya akibat dibiarkannya dia hidup. Termasuk darah saudaranya yaitu Imam Husein.

    Kalo anda katakan:

    Yang harusnya anda salahkan bukan Imam Hasan tetapi salahkan semua umat islam yang berada di pihak Muawiyah, berani-beraninya ikutan memerangi Imam Hasan.

    Maka saya jawab:
    Disini yg kita bahas ttg perintah Rosululloh utk MEMBUNUH Muawiyah.
    Imam Hasan juga pasti tau dan tdk akan salah penilaiannya (kan beliu maksum?) bahwa pengikut Muawiyah pasti tdk akan berani membunuh beliau. Dan itu merupakan KESALAHAN pengikut Muawiyah.
    Dan berikutnya disini pilihan tinggal diarahkan kpd Imam Hasan karena hakekatnya perintah Rosul tsb sebenarnya ditujukan kpd Imam Hasan krn hanya beliau yg mampu utk melakukannya, BERANI gak melaksanakan perintah Rosul utk membunuh Muawiyah ? Kalo gak berani, berarti beliau sama saja dgn pengikut Muawiyah telah SALAH dan membiarkan Muawiyah berkuasa shg menimbulkan kerusakan.

    Kalo anda balik lagi beralasan bahwa Imam Hasan lebih memilih menjaga darah kaum muslimin. Maka saya katakan:
    Tetap saja itu salah karena berarti perintah Rosul tetap tdk dilaksanakan baik oleh seluruh sahabat maupun oleh Imam Hasan sendiri (yg sebenarnya lebih layak dan mampu melaksanakannya).
    Padahal menurut logika dan keyakinan saya, apbila Imam Hasan tau bahwa dgn membiarkan Muawiyah berkuasa maka akan terjadi banyak kerusakan, maka beliau seharusnya melawan. Karena menjaga Aqidah dan menghindari kerusakan yg lebih besar dimasa yg akan datang lebih penting walaupun hrs dibayar dgn nyawa. Dan perlu anda ketahui di pihak Imam Hasan terdapat pula para sahabat yg telah teruji iman dan keberaniannya ketika bersama Rosululloh dalam mempertaruhkan nyawa demi menegakkan aqidah.
    Atau Imam Hasan pengecut? atau kalaupun berani, beliau tau pasukannya tdk akan menang? Padahal lebih baik berusaha melawan dan mati syahid karena justru itulah yg dicari oleh semua kaum muslimin.

    Bagaimana menurut anda?

    Menurut saya sih dgn munculnya konsekwensi yg saling kontradiktif antara keyakinan Ahlus sunnah maupun Syiah, maka saya kira matan hadits tsb memang bermasalah.

    Oooh silakan, silakan, uuups ada ya hadis bahwa sahabat tidak bersepakat dalam kemaksiatan, bisa disharing ke saya yang bodoh ini?

    Nabi bersabda:
    “Sesungguhnya umatku(atau umat Muhammad ) tidak akan bersepakat (ijma’) di atas kesesatan, tangan Allah beserta Al-Jama’ah dan barangsiapa menyingkir (nyleneh dari ijma’) akan disingkirkan ke neraka.” (HR At-Tirmidzi, Al-Hakim)

    Dari Anas bin Malik ra berkata : “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas.” (HR. Ibnu Majah).
    Hadits di atas terdapat dalam Abd bin Humaid dalam Musnad-nya (1220) dan al-Thabarani dalam Musnad al-Syamiyyin (2069). Al-Hafizh al-Suyuthi menilainya shahih dalam al-Jami’ al-Shaghir (I/88).

    Dan ini ayat alquran yg menyiratkan ttg ijma kaum muslimin.

    “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (an-Nisa’: 115)

  30. @Pecinta Ahlul Bait

    Kalo itu memang dianggap PILIHAN, kenapa Imam Hasan memilih yg justru dianggap akan menyebabkan banyak penyimpangan yaitu memilih membiarkan Muawiyah hidup dan memimpin? Padahal mungkin saja waktu itu Imam Hasan mampu membunuhnya.

    Ingat Mas yang pertama-tama dilakukan Imam Hasan adalah memerangi Muawiyah tetapi kemudian pengikut Muawiyah membuat makar dan fitnah di kalangan pasukan Imam Hasan sehingga membuat pasukan tersebut terpecahbelah. Hal ini jelas meminimalkan kemungkinan untuk memenangkan perperangan. Berhadapan dengan situasi ini Imam Hasan lebih memilih untuk mencegah terjadinya pertempuran untuk menyelamatkan darah kaum muslimin. Ini adalah pilihan yang paling baik untuk situasi tersebut. Oleh karena itu saya katakan pilihan Imam Hasan tersebut benar.

    Kalo anda jawab beliau lebih memilih menyelamatkan darah kaum muslimin waktu itu (Padahal Rosululloh sendiri beserta para sahabatnya rela berjuang dan tdk takut mati demi membela aqidah dan syariat agar tetap berdiri tegak.)

    Apakah sahabat yang anda maksud itu termasuk juga Muawiyah?. Begitukah tabiat yang anda maksud membela aqidah dan syariat yaitu memerangi Ahlul Bait. Ingat Mas Rasulullah SAW sendiri pernah melakukan perjanjian dengan orang kafir yang sangat merugikan umat islam padahal saat itu umat islam mampu untuk memerangi orang kafir. Tetapi perbuatan Rasulullah SAW adalah benar walaupun sahabat Umar terheran-heran dengan sikap Rasulullah SAW.

    LEBIH BERHARGA mana menyelamatkan aqidah umat yg mungkin lebih banyak akan teraniaya atau terpengaruhi kesesatannya (menurut Syiah) oleh Muawiyah bahkan sampai sekarang yg merupakan MAYORITAS yaitu ahlus sunnah/ suni dibandingkan umat waktu itu yg mungkin siap mempertaruhkan nyawanya dan mungkin pula berpeluang utk menang?

    Aqidah apa yang anda maksud Mas?. Seharusnya umat islam sepeninggal Rasulullah SAW berpegang teguh kepada Ahlul Bait termasuk Imam Hasan bukannya malah memerangi Beliau. Anehnya sebagian umat islam yang anda maksud malah mengikuti Muawiyah untuk memerangi Imam Hasan.

    Anda pasti bingung kan??

    Saya rasa andalah yang sedang bingung, hingga berbicara sampai ke aqidah

    Kalo anda jawab: Pilihan Imam Hasan sudah benar karena beliau maksum dan tdk mungkin salah (pdhl ini keyakinan batil, krn yg maksum hanyalah Rosululloh spt tercantu dlm alquran)

    Imam Hasan adalah Ahlul Bait sebagai pedoman umat islam agar tidak tersesat. Hal ini telah dinyatakan sendiri oleh Rasulullah SAW dalam hadis Tsaqalain. Mana mungkin sang pedoman agar tidak sesat melakukan kesalahan. Kalau anda bilang hanya Rasulullah SAW yang maksum maka tolong sebutkan ayat Al Qur’an mana yang menyatakan kemaksuman Rasulullah SAW.

    maka berarti Imam Hasan tdk menganggap berharga darahnya kaum muslimin yg dibunuh bahkan dirusak aqidahnya oleh Muawiyah beserta turunannya akibat dibiarkannya dia hidup. Termasuk darah saudaranya yaitu Imam Husein.

    Itulah anda itu tidak bisa menempatkan sebab akibat dengan benar. penyimpangan Muawiyah adalah tanggungjawab Muawiyah dan itu disebabkan perbuatan Muawiyah sendiri bukan karena sebab Imam Hasan.

    Kalo anda katakan:

    Yang harusnya anda salahkan bukan Imam Hasan tetapi salahkan semua umat islam yang berada di pihak Muawiyah, berani-beraninya ikutan memerangi Imam Hasan.

    Maka saya jawab:
    Disini yg kita bahas ttg perintah Rosululloh utk MEMBUNUH Muawiyah.

    Perintah Rasul SAW itu menggunakan kata “Jika kamu melihat Muawiyah berdiri di Mimbarku” Maka bunuhlah Ia. Apa pada saat itu Muawiyah sudah berdiri di Mimbar Nabi

    Imam Hasan juga pasti tau dan tdk akan salah penilaiannya (kan beliu maksum?) bahwa pengikut Muawiyah pasti tdk akan berani membunuh beliau. Dan itu merupakan KESALAHAN pengikut Muawiyah.

    Berdasarkan hadis ini maka umat islam sudah seharusnya tidak berpihak pada Muawiyah dengan memerangi Ahlul bait karena Muawiyah ternyata berperang demi mendapatkan kekhalifahan.

    Dan berikutnya disini pilihan tinggal diarahkan kpd Imam Hasan karena hakekatnya perintah Rosul tsb sebenarnya ditujukan kpd Imam Hasan krn hanya beliau yg mampu utk melakukannya

    Jangan mengada-ada Mas, pada saat itu Imam Hasan adalah Khalifah yang sah, Beliaulah yang sedang berdiri di Mimbar Nabi bukannya Muawiyah.

    BERANI gak melaksanakan perintah Rosul utk membunuh Muawiyah ? Kalo gak berani, berarti beliau sama saja dgn pengikut Muawiyah telah SALAH dan membiarkan Muawiyah berkuasa shg menimbulkan kerusakan.

    Berulang kali anda tidak bisa memahami tindakan Imam Hasan. Apa sebenarnya yang anda inginkan?. Apakah anda menginginkan bahwa Imam Hasan menyerahkan kekhalifahan karena Imam Hasan mengakui keutamaan Muawiyah?. Sungguh mustahil, bagaimana mungkin Imam Hasan mengakui keutamaan Muawiyah padahal Beliau berada di sisi Ayahnya Imam Ali dalam memerangi Muawiyah di perang shiffin. Bagaimana mungkin Imam Hasan mengakui keutamaan Muawiyah padahal Muawiyah adalah pemimpin kelmpok pembangkang yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW dalam hadis terbunuhnya Ammar. Semua dalih yang Mas sebutkan disini hanya untuk membela kemungkaran Muawiyah saja.

    Kalo anda balik lagi beralasan bahwa Imam Hasan lebih memilih menjaga darah kaum muslimin. Maka saya katakan:
    Tetap saja itu salah karena berarti perintah Rosul tetap tdk dilaksanakan baik oleh seluruh sahabat maupun oleh Imam Hasan sendiri (yg sebenarnya lebih layak dan mampu melaksanakannya).

    Makanya pahami dulu hadisnya, sekarang coba saya tanya kita beralih ke hadis Abu Sa’id yang saya kutip di atas menurut anda Abu Bakar dan Umar itu salah tidak ketika tidak mentaati perintah Rasulullah SAW untuk membunuh orang tersebut?. Jadi sebelum anda menyalahkan Imam Hasan anda pikirkan dulu dasar logika anda menyalahkan itu. Imam Hasan lebih memilih menyelamatkan darah kaum muslimin terutama pengikut setianya karena saat itu pilihan tersebut adalah pilihan yang terbaik di sisi Beliau.

    Padahal menurut logika dan keyakinan saya, apbila Imam Hasan tau bahwa dgn membiarkan Muawiyah berkuasa maka akan terjadi banyak kerusakan, maka beliau seharusnya melawan.

    Bahkan menurut saya Rasulullah SAW tahu bahwa Muawiyah dan keturunannya akan menguasai Mimbar Nabi dan melakukan banyak penyimpangan, makanya Nabi SAW tidak menyukai hal itu (lihat hadis Tirmidzi pada tulisan Imam Hasan dan Bani Umayyah di Mimbar Nabi). Nah apakah anda akan mengatakan Nabi SAW salah karena membiarkan Muawiyah hidup. Rasulullah SAW telah memberikan pilihan kepada Umatnya agar tidak mengikuti Muawiyah dengan mengucapkan hadis di atas

    Karena menjaga Aqidah dan menghindari kerusakan yg lebih besar dimasa yg akan datang lebih penting walaupun hrs dibayar dgn nyawa.

    Jika umat islam mengikuti Imam Hasan dengan baik maka aqidah mereka akan terjaga dan tidak akan terjadi kerusakan tetapi ternyata sebagian umat islam lebih memilih kerusakan. Dan untuk meminimalkan kerusakan itu maka Imam Hasan membuat pilihan yang bijak yaitu mendamaikan kaum muslimin.

    Dan perlu anda ketahui di pihak Imam Hasan terdapat pula para sahabat yg telah teruji iman dan keberaniannya ketika bersama Rosululloh dalam mempertaruhkan nyawa demi menegakkan aqidah.

    Terus apakah disisi Muawiyah itu tidak ada sahabat yang anda maksud?. Kalau anda jawab ada, apa artinya anda berhujjah dengan para sahabat itu, toh mereka saling berperang.

    Atau Imam Hasan pengecut? atau kalaupun berani, beliau tau pasukannya tdk akan menang? Padahal lebih baik berusaha melawan dan mati syahid karena justru itulah yg dicari oleh semua kaum muslimin.

    Ooooh jadi menurut anda jika pasukan Imam Hasan mati berperang melawan Muawiyah maka mereka mati syahid. Terus kalau pengikut Muawiyah mati ketika berperang mereka mati syahid juga?. Mengapa lisan anda tidak bisa berdiam diri daripada menyematkan kata-kata yang tidak pantas kepada Imam Hasan. Imam Hasan terus memerangi Muawiyah sejak dari perang Shiffin sampai ketika Beliau menjadi khalifah Beliau pun tetap memerangi Muawiyah.

    Menurut saya sih dgn munculnya konsekwensi yg saling kontradiktif antara keyakinan Ahlus sunnah maupun Syiah, maka saya kira matan hadits tsb memang bermasalah.

    Konsekuensi yang kontradiktif versi anda itu muncul karena anda diam-diam berkeras untuk membela Muawiyah dan pengikutnya. Sehingga dalam perkara ini pembahasan anda hanya terfokus pada Imam Hasan. Anda sedang berusaha membela Muawiyah dengan dalih Imam Hasan menyerahkan kekhalifahan padanya.

    Nabi bersabda:
    “Sesungguhnya umatku(atau umat Muhammad ) tidak akan bersepakat (ijma’) di atas kesesatan, tangan Allah beserta Al-Jama’ah dan barangsiapa menyingkir (nyleneh dari ijma’) akan disingkirkan ke neraka.” (HR At-Tirmidzi, Al-Hakim)

    Dari Anas bin Malik ra berkata : “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas.” (HR. Ibnu Majah).
    Hadits di atas terdapat dalam Abd bin Humaid dalam Musnad-nya (1220) dan al-Thabarani dalam Musnad al-Syamiyyin (2069). Al-Hafizh al-Suyuthi menilainya shahih dalam al-Jami’ al-Shaghir (I/88).

    Oooh jadi sekarang sahabat anda samakan dengan umat islam :mrgreen:

    Dan ini ayat alquran yg menyiratkan ttg ijma kaum muslimin.

    “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (an-Nisa’: 115)

    Siapakah yang menentang Rasul SAW? ya mereka yang ketika Rasul SAW mengatakan berpegang teguhlah pada Ahlul Bait, mereka malah memerangi Ahlul Bait. merekalah Muawiyah dan pengikutnya. btw perhatikan kata-kata “kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu”. Mungkin itu hikmah mengapa Muawiyah dibiarkan jadi khalifah :mrgreen:

  31. @Pecinta Ahlul Bait

    Anda menampilkan hadits ini:

    Nabi bersabda:
    “Sesungguhnya umatku(atau umat Muhammad ) tidak akan bersepakat (ijma’) di atas kesesatan, tangan Allah beserta Al-Jama’ah dan barangsiapa menyingkir (nyleneh dari ijma’) akan disingkirkan ke neraka.” (HR At-Tirmidzi, Al-Hakim)

    Komentar:

    Kata-kata Al-Jama’ah sama dengan ketika penyerahan kekalifahan dari tangan Imam Hasan as kepada Muawiyah yg kemudian disebut dgn tahun Al-Jama’ah oleh Muawiyah dan para pengikutnya.

    Dari Anas bin Malik ra berkata : “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah kelompok mayoritas.” (HR. Ibnu Majah).

    Komentar:

    Karena pada waktu Muawiyah berkuasa hingga kini umat Islam adalah yg mayoritas dan umat Islam pengikut para Imam Ahlulbait Nabi saw dari dulu hingga kini adalah yg minoritas.

    Kesimpulan:

    Jadi kedua hadits tsb adalah hadits palsu ciptaan Muawiyah untuk melanggengkan kekuasaannya. Dia dgn kelicikannya tidak segan-segan membuat hadits2 palsu atas nama Allah dan Rasul-Nya. Banyak sekali hadits2 palsu yg semisal dgn kedua hadits tsb diatas. Kepada umat Islam harus hati2 dan lebih kritis lagi akan hadits2 palsu yg semisal dgn itu.

    Wassalam….

  32. @armand

    @Pencinta Ahlul Bait
    Sungguh aneh, anda menamakan diri pencinta ahlul bait, tapi memperlihatkan ketidaksukaan dan bahkan kebencian kepada mereka-mereka yg menunjukkan kecintaan kepada ahlul bait?

    O ya? pecinta ahlul bait yg seperti anda sih layak untuk dibenci karena orang2 seperti anda justru yg berkhianat terhadap ahlul bait khususnya kpd Rosululloh, dgn mencela para sahabat yg justru dilarang oleh beliau.
    KALO ANDA SADAR COBA AMATI DAN RENUNGKAN!, bahwa agama syiah dibangun berdasarkan kebencian dan celaan kpd sahabat, ditambah kedustaan dan hadits2 maudhu. Yg memang sengaja dibangun oleh pendirinya seorang yahudi Abdullah bin saba dgn tujuan menghancurkan islam. Coba lihat oleh anda situs2 syiah isinya kebanyakan hanya celaan kpd sahabat. APAKAH ITU YG DIAJARKAN ROSULULLOH?

    Pembelaan anda thd sahabat yg tdk maksum membuat anda terjebak kepada merendahkan pribadi ahlulbait yg suci. Sampai kapan ini akan terus berlangsung?

    O ya?? boleh tunjukkan pernyataan saya yg merendahkan ahlul bait? Justru saya menghormati mereka karena itulah wasiat Rosululloh.

    Pembelaan anda thd sahabat yg tdk maksum membuat anda terjebak..

    Sahabat memang tidak maksum.
    Apakah maksud anda bahwa ada sahabat yg MAKSUM? Boleh sebutkan siapa saja mereka? Atau mungkin ada manusia yg maksum selain Rosululloh??
    Kalo boleh saya minta ayat alquran dan hadits yg menyatakan begitu..

    SAYA TUNGGU NIH JAWABANNYA…

  33. @Pecinta Ahlulbait

    Anda keliru mengatakan ajaran Syi’ah adalah yg mendirikannya adalah Abdullah Ibnu Saba’. Yang benar adalah ajaran Syi’ah yg pertama mengatakannya adalah Rasulullah saw kepada Imam Ali as dalam hadits2nya. Justru andalah yg terprovokasi oleh propaganda Yahudi dan kaum Munafik dgn fitnah Abdullah Ibnu Sabanya (fiktif).

    Wassalam…

  34. Apakah sahabat yang anda maksud itu termasuk juga Muawiyah?. Begitukah tabiat yang anda maksud membela aqidah dan syariat yaitu memerangi Ahlul Bait.

    Muawiyah termasuk sahabat yg turut berperang bersama Rosululloh. Kalaupun beliau memang dianggap telah dzalim thd ahlulbait, itu merupakan kesalahan beliau yg mungkin saja dikemudian hari beliau bertaubat.
    Apakah apabila org pernah berbuat salah akan berbuat salah terus dan harus terus diungkit-ungkit kesalahannya?
    Bagaimana kalo menimpa anda atau orang tua anda? Pasti tidak pantas kan? Apalagi ini sahabat yg jelas2 dilarang oleh Rosululloh utk membicarakan perselisihan diantara mereka.

    عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «لاَ تَسُبُّوا اْلأَمْوَاتَ, فَإِنَّّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلىَ مَا قَدَّمُوْا». رَوَاهُ اْلبُخَارِيّ

    “Dari ‘Aisyah radhiallaahu ‘anha, dia berkata: Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘janganlah kalian mencela orang-orang yang sudah mati, karena mereka itu sudah sampai kepada apa yang telah mereka lakukan’ “. (HR: al-Bukhâri)

    Imam Malik berkata ;”Orang-orang yang membenci para Shahabat Rasulullah adalah orang-orang kafir”. [Tafsir Ibnu Katsir V hal. 367-368) atau IV hal. 216 cet. Daarus Salam Riyadh.]

    Al-Qadhi ‘Iyaadh berkata :”Jumhur Ulama berpendapat bahwa orang yang menghina/mencaci maki para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam harus dihukum ta’ziir (yakni harus didera menurut kebijaksanaan hakim Islam -pen)”. [Fathul Bari VII hal. 36].

    Kata Imam Abu Zur’ah Ar-Raazi (wafat th 264H):”Apabila engkau melihat seseorang mencaci maki/menghina seseorang dari shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ketahuilah bahwa orang itu adalah Zindiq (kafir). Yang demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah haq, Al-Qur’an adalah haq dan apa-apa yang dibawa adalah haq dan yang menyampaikan semua itu kepada kita adalah para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka (orang-orang zindiq) itu mencela kesaksian kita agar bisa membatalkan Al-Qur’an dan Sunnah (yakni agar kita tidak percaya kepada Al-Qur’an dan Sunnah -pen). Merekalah yang pantas mendapat celaan”. [22]

    Imam Al–Hafizh Syamsuddin Muhammad ‘Utsman Adz-Dzahabi yang lebih dikenal dengan Imam Adz-Dzahabi (673-747H) berkata :”Barangsiapa yang mencaci mereka (para shahabat) menghina mereka, maka sesungguhnya ia telah keluar dari agama Islam dan telah merusak kaum muslimin. Mereka yang mencaci adalah orang yang dengki dan ingkar kepada pujian Allah yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan juga mengingkari Rasulullah yang memuji mereka dengan keutamaan, tingkatan dan cinta … Memaki mereka berarti memaki pokok pembawa syari’at (yakni Rasulullah). Mencela pembawa Syari’at berarti mencela kepada apa yang dibawanya (yaitu Al-Qur’an dan Sunnah)”. [23]

    Ingat Mas Rasulullah SAW sendiri pernah melakukan perjanjian dengan orang kafir yang sangat merugikan umat islam padahal saat itu umat islam mampu untuk memerangi orang kafir. Tetapi perbuatan Rasulullah SAW adalah benar walaupun sahabat Umar terheran-heran dengan sikap Rasulullah SAW.

    Jadi maksud anda Imam Hasan telah melakukan perjanjian yg merugikan, sama sperti yg Rosululloh buat dgn org kafir (Apakah maksud anda Sulh Hudaibiyyah)?
    Kalo anda baca dan pahami sejarah dan hadits sungguh2, justru sebaliknya, Sulh Hudaibiyyah ini harus dilihat secara utuh sebagai strategi politik Nabi saw. yang brilian, dalam kapasitasnya sebagai kepala negara. Bahkan bisa dikatakan ini merupakan kunci kemenangan terbesar yang diberikan oleh Allah Swt. kepada Nabi saw. Meski secara kasatmata tindakan Nabi saw. ini awalnya dianggap merugikan kepentingan Islam dan kaum Muslim, akhirnya Allah justru membuktikan sebaliknya. Setelah peristiwa ini, Abu Bakar pun berkomentar:

    لَمْ يَجْلِبْ نَصْرٌ لِلإسْلاَمِ مَا جَلَبَ صُلْحُ الْحُدَيْبِيَّةِ

    Belum pernah Islam mendapatkan kemenangan, sebagaimana yang telah didapatkan melalui Sulh Hudaibiyyah.

    Jadi sebenarnya perjanjian itu tdk merugikan. Dan sama halnya dgn yg dilakukan Imam Hasan justru menguntungkan karena terjaganya darah kaum muslimin.

    Justru saya balik bertanya kpd anda, kalo menurut anda Imam Hasan melakukan perjanjian yg merugikan kaum muslimin seperti yg anda anggap juga dilakukan Rosul, berarti Imam Hasan dan Rosul salah strategi dong? Masa Rosululloh salah? Imam Hasan juga (kan kata syiah maksum juga?)

  35. @Pecinta Ahlulbait : Para sahabat ternyata slg menghina, mencaci bahkan membunuh. Contoh terkenal yakni perang Jamal dan Shiffin, berarti mereka telah kafir dong menurut ulama2x Sunni ?

    Ada lg yg mungkin blm banyak yg tahu, saya copas dr blog sebelah:
    فلما توفي رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم قال أبو بكر: أنا وليُّ رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم، فجئتما تطلب ميراثك كن ابن أخيك و يطلب هذا ميراث إمرأته من أبيها فقال أبو بكر: قال رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏قال: ما نورث ما تركنا صدقة! فرأيتماه كاذبا آثما غادرا خائنا والله يعلم أنه فيها صادق بار راشد تابع للحق …..
    “… Dan ketika Rasulullah saw. wafat, Abu Bakar berkata, ‘Aku adalah walinya Rasulullah, lalu kalian berdua (Ali dan Abbas) datang menuntut warisanmu dari anak saudaramu dan yang ini menuntut bagian warisan istrinya dari ayahnya. Maka Abu Bakar berkata, ‘Rasulullah saw. bersabda: “Kami tidak diwarisi, apa- apa yang kami tinggalkan adalah shadaqah.”, lalu kalian berdua memandangnya sebagai pembohong, pendosa, penipu dan pengkhianat. Demi Allah ia adalahseorang yang jujur, bakti, terbimbing dan mengikuti kebenaran. Kemudian Abu Bakar wafat dan aku berkata, ‘Akulah walinya Rasulullah saw. dan walinya Abu Bakar, lalu kalian berdua memandangku sebagai pembohong, pendosa, penipu dan pengkhianat…. “ (HR. Muslim, Kitab al Jihâd wa as Sair, Bab Hukm al Fai’,5/152)

    Dalam hadis shahih di atas jelas sekali ditegaskan bahwa Imam Ali as. dan Abbas ra. paman Nabi saw. telah menuduh Abu Bakar dan Umar yang merampas seluruh harta warisan Nabi saw. dari ahli waris belaiu dengan membawa-bawa hadis palsu atas nama Nabi saw. sebagai:
    1. Pembohong/Kâdziban.
    2. Pendosa/Atsiman.
    3. Penipu/Ghadiran.
    4. Pengkhianat/Khâinan.

    Ya k’lo gitu ‘Ali dan ‘Abbas telah kafir dong menurut ulama2x Sunni yg ente sebutin di atas?

  36. @Pecinta Ahlulbait

    Definisi sahabat adalah orang yg pernah bertemu pada zaman Rasulullah saw. Tentu saja para sahabat dgn variasi keimanannya yg berbeda. Ada yg mutaqin, fasiqin, munafiqin bahkan ada yg munkarot dan murtadin. Apabila ada sahabat yg tersesat dijalan Allah swt seperti Abubakar cs dan Muawiyah, apakah wajib untuk diikuti? dan apabila ada orang tua kita yg tersesat di jalan Allah swt, apakah wajib untuk diikuti? Tentu saja jawabannya adalah tidak. Demikian pula ajaran Islam yg dibawa oleh Rasulullah saw yg mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan bercermin kepada para sahabat yg tersesat dalam agama, tentu saja kita dapat memetik hikmah agar kita sebagai umat Islam tidak terjebak kedalam kesesatannya.

    Wassalam…

  37. @Pecinta Ahlul Bait

    Muawiyah termasuk sahabat yg turut berperang bersama Rosululloh. Kalaupun beliau memang dianggap telah dzalim thd ahlulbait, itu merupakan kesalahan beliau yg mungkin saja dikemudian hari beliau bertaubat.

    perkara Muawiyah bertaubat atau tidak itu adalah perkara yang anda sendiri tidak tahu apakah benar atau tidak?. Jika memang anda yakin coba tolong tunjukkan bukti akan itu. Intinya bukan itu Mas, intinya apa yang telah ia lakukan adalah kemungkaran yang nyata.

    Apakah apabila org pernah berbuat salah akan berbuat salah terus dan harus terus diungkit-ungkit kesalahannya?

    Inilah yang saya maksud bahwa anda ini sedang mencari-cari dalih untuk membela Muawiyah. Saya mengatakan bahwa tindakan Muawiyah memerangi Ahlul Bait adalah kemungkaran yang nyata, mengenai kesalahan-kesalahan Muawiyah yang lain itu urusan lain yang ada pokok bahasannya sendiri. Apa yang anda maksud dengan mengungkit-ungkit?. Perbuatan Muawiyah tercatat dalam sejarah dan siapapun dapat melihat kemungkarannya. Apa gunanya sejarah kalau tidak boleh dibicarakan dan dipelajari?. Apakah perbuatan sahabat tidak boleh dikritik, bukankah sebagian orang menganggap perbuatan sahabat harus diteladani, lantas mengapa mesti berdiam diri terhadap kemungkaran yang dilakukan sahabat?. Apa gunanya wala’ dan bara’ kalau setiap kesalahan sahabat tidak boleh dibicarakan dengan dalih “mereka sahabat Nabi” atau dalih “siapa tahu mereka telah bertobat” atau dalih “jangan mengungkit-ungkit”. Silakan saja kalau begitu

    Bagaimana kalo menimpa anda atau orang tua anda? Pasti tidak pantas kan? Apalagi ini sahabat yg jelas2 dilarang oleh Rosululloh utk membicarakan perselisihan diantara mereka.

    Oooh jadi begitu, jika ada sahabat yang memerangi ahlul bait kita diam saja, jika ada sahabat yang mencaci ahlul bait kita diam saja, jika ada sahabat yang berbuat kemungkaran kita diam saja. Silakan saja kalau begitu

    عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «لاَ تَسُبُّوا اْلأَمْوَاتَ, فَإِنَّّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلىَ مَا قَدَّمُوْا». رَوَاهُ اْلبُخَارِيّ

    “Dari ‘Aisyah radhiallaahu ‘anha, dia berkata: Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘janganlah kalian mencela orang-orang yang sudah mati, karena mereka itu sudah sampai kepada apa yang telah mereka lakukan’ “. (HR: al-Bukhâri)

    Apakah menyatakan bahwa perbuatan sahabat itu salah adalah tindakan yang mencela, saya rasa anda kurang memahami arti kata mencela. Tahukah anda kalau Muawiyah dan Mughirah bin Syu’bah sebenarnya telah mencela Imam Ali bin Abi Thalib, nah apa yang akan anda katakan tentang mereka?

    Imam Malik berkata ;”Orang-orang yang membenci para Shahabat Rasulullah adalah orang-orang kafir”. [Tafsir Ibnu Katsir V hal. 367-368) atau IV hal. 216 cet. Daarus Salam Riyadh.]

    Apakah Mughirah bin Syu’bah yang mencaci Imam Ali itu tidak membenci Imam Ali?. Kafirkah Mughirah bin Syu’bah?. btw saya bisa menunjukkan kepada anda banyak perawi hadis Kutub As Sittah yang Nashibi (membenci Imam Ali), kafirkah mereka? lantas mengapa ulama-ulama mengambil hadis dari mereka?.

    Al-Qadhi ‘Iyaadh berkata :”Jumhur Ulama berpendapat bahwa orang yang menghina/mencaci maki para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam harus dihukum ta’ziir (yakni harus didera menurut kebijaksanaan hakim Islam -pen)”. [Fathul Bari VII hal. 36].

    Pernahkan Muawiyah dan Mughirah bin Syu’bah itu didera menurut hukum islam?. Atau karena mereka penguasa maka mereka bebas dari hukum

    Kata Imam Abu Zur’ah Ar-Raazi (wafat th 264H):”Apabila engkau melihat seseorang mencaci maki/menghina seseorang dari shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ketahuilah bahwa orang itu adalah Zindiq (kafir). Yang demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah haq, Al-Qur’an adalah haq dan apa-apa yang dibawa adalah haq dan yang menyampaikan semua itu kepada kita adalah para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka (orang-orang zindiq) itu mencela kesaksian kita agar bisa membatalkan Al-Qur’an dan Sunnah (yakni agar kita tidak percaya kepada Al-Qur’an dan Sunnah -pen). Merekalah yang pantas mendapat celaan”. [22]

    Imam Ali itu jelas sahabat Nabi, terus apakah Muawiyah dan Mughirah bin Syu’bah yang mencaci beliau akan dikatakan zindiq?

    Imam Al–Hafizh Syamsuddin Muhammad ‘Utsman Adz-Dzahabi yang lebih dikenal dengan Imam Adz-Dzahabi (673-747H) berkata :”Barangsiapa yang mencaci mereka (para shahabat) menghina mereka, maka sesungguhnya ia telah keluar dari agama Islam dan telah merusak kaum muslimin. Mereka yang mencaci adalah orang yang dengki dan ingkar kepada pujian Allah yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan juga mengingkari Rasulullah yang memuji mereka dengan keutamaan, tingkatan dan cinta … Memaki mereka berarti memaki pokok pembawa syari’at (yakni Rasulullah). Mencela pembawa Syari’at berarti mencela kepada apa yang dibawanya (yaitu Al-Qur’an dan Sunnah)”. [23]

    Apakah Muawiyah dan Mughirahbin Syu’bah yang mencela Imam Ali dikatakan keluar dari agama islam?. Apakah mereka orang yang dengki dan ingkar kepada pujian Allah?Apakah mereka mencela pembawa syariat?. coba jawab pertanyaan itu dengan jujur.

    Jadi maksud anda Imam Hasan telah melakukan perjanjian yg merugikan, sama sperti yg Rosululloh buat dgn org kafir (Apakah maksud anda Sulh Hudaibiyyah)?

    Saya tidak berkata begitu, saya menjelaskan itu sebagai pembanding bagi anda bahwa ada kalanya perbuatan yang secara zahir tampak merugikan tetapi dibaliknya menyimpan hikmah yang besar. Itulah yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan Imam Hasan.

    Kalo anda baca dan pahami sejarah dan hadits sungguh2, justru sebaliknya, Sulh Hudaibiyyah ini harus dilihat secara utuh sebagai strategi politik Nabi saw. yang brilian, dalam kapasitasnya sebagai kepala negara. Bahkan bisa dikatakan ini merupakan kunci kemenangan terbesar yang diberikan oleh Allah Swt. kepada Nabi saw. Meski secara kasatmata tindakan Nabi saw. ini awalnya dianggap merugikan kepentingan Islam dan kaum Muslim, akhirnya Allah justru membuktikan sebaliknya. Setelah peristiwa ini, Abu Bakar pun berkomentar:

    لَمْ يَجْلِبْ نَصْرٌ لِلإسْلاَمِ مَا جَلَبَ صُلْحُ الْحُدَيْبِيَّةِ

    Belum pernah Islam mendapatkan kemenangan, sebagaimana yang telah didapatkan melalui Sulh Hudaibiyyah.

    Setuju, oleh karena itu bukan pada tempatnya anda menjadikan akal pikiran anda sendiri untuk menyatakan perbuatan para Imam seperti Rasulullah SAW dan Imam Hasan sebagai perbuatan yang salah hanya karena logika anda tidak bisa memahaminya.

    Jadi sebenarnya perjanjian itu tdk merugikan. Dan sama halnya dgn yg dilakukan Imam Hasan justru menguntungkan karena terjaganya darah kaum muslimin.

    Itulah poin yang saya maksud 🙂

    Justru saya balik bertanya kpd anda, kalo menurut anda Imam Hasan melakukan perjanjian yg merugikan kaum muslimin seperti yg anda anggap juga dilakukan Rosul, berarti Imam Hasan dan Rosul salah strategi dong? Masa Rosululloh salah? Imam Hasan juga (kan kata syiah maksum juga?)

    btw saya tidak bermaksud begitu, dari awal kan saya sudah menekankan bahwa perbuatan Imam Hasan itu benar dan begitu pula perbuatan Rasulullah SAW. 🙂
    Salam

  38. @SP

    Apakah Muawiyah dan Mughirahbin Syu’bah yang mencela Imam Ali dikatakan keluar dari agama islam?. Apakah mereka orang yang dengki dan ingkar kepada pujian Allah?Apakah mereka mencela pembawa syariat?. coba jawab pertanyaan itu dengan jujur.

    Cukup saya jawab dgn mengutip dr thread sebelah:

    soegi, di/pada Januari 14th, 2009 pada 12:10 am Dikatakan:

    Dear All

    Justru pendapat Imam An-Nawawy yg terakhir (mungkin beliau ini salah satu kelompok salafiyun kali ya :mrgreen: ) yang mendekati kebenaran… kita tahu seharusnya dalam memahami suatu hadits, melihat juga hadits2 yg lain yg berhubungan… kita tahu bahwa terjadi perselisihan pendapat antara Mu’awiyah yg didukung oleh penduduk Syam dengan Ali bin Abi Thalib yg didukung oleh penduduk kufah dalam hal darah Utsman, kita pun tahu bahwa namanya orang yg berselisih pasti akan menganggap bahwa pendapatnya-lah yg benar dan akan mempertahankannya, sedangkan pendapat lawannya-lah yg salah, apalgi dua2-nya keukeuh dg pendapatnya masing2 shg sampai terjadi pertempuran, maka mereka-pun akan saling mencela (atau apalah, yg intinya menyalahkan) pendapat lawan-nya, maka jika yg dimaksud mencela (antasabu di sini lebih mendekati diterjemahkan mencela drpd mencaci) adalah spt ini, maka menurut saya tidaklah dikategorikan dengan mencaci terhadap pribadi Imam Ali yg dilarang oleh Rasulullah, buktinya rasulullah sendiri mengatakan bahwa seruan dua kelompok tersebut adalah satu dan mereka adalah masih bagian dari kaum muslimin, walopun sebenarnya pihak Imam Ali-lah yang mendekati kebenaran dalam hal ini. Bandingkan dengan sabda Rasulullah mengenai khawarij, beliau katakan bhwa mereka telah keluar dari Islam bagaikan anak panah lepas dari busurnya…

    Nah untuk hadits di atas, kita bayangkan saja dua kelompok tersebut saling menggalang opini mengenai pendapat mereka, dan hadits di atas adalah yg merekam kubu Mu’awiyah tetapi tidak lengkap, sehingga masih menimbulkan pertanyaan. Dan ternyata ada salah satu sahabat yg tidak sepaham yaitu Sa’ad karena beliau ingat akan hadits2 tentang keutamaan Imam Ali, sayangnya hadits tsb tidak menyebutkan reaksi Mu’awiyah setelah itu…timbul pertanyaan, apakah Mu’awiyah tidak mengakui keutamaan Ali? Jawabannya spt yg telah saya sampaikan di thread sebelah, justru Mu’awiyah mengakui keutamaan Imam Ali dan mengakui bahwa Imam Ali yg lebih berhak dalam urusan pemerintahan, dia hanya menuntut qishas bagi para pembunuh Utsman tetapi Imam Ali berpendapat lain, makanya Mu’awiyah dan pengikutnya merasa pendapat Imam Ali tidak benar dan menyalahkannya (mencelanya)… itu saja…

    Abu Muslim al-Khaulani dan mereka yang bersama dengannya, pernah datang menemui Mu`awiyah dan bertanya: “Engkau memerangi Ali, apakah engkau ini setaraf dengannya?”.
    Jawab Mu`awiyah: “Demi Allah, aku benar-benar tahu bahwa dia lebih baik dan afdhal serta lebih berhak di dalam pemerintahan daripadaku. Namun kamu semua tahu bahwa Utsman dibunuh secara zalim dan aku adalah sepupunya. Aku menuntut darah Utsman. Beritahu Ali, serahkan pembunuh Utsman kepadaku niscaya aku menyerahkan urusan ini kepadanya.” (Ibn Kathir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 8/132).

    Menurut pandangan Mu’awiyah dan pengikutnya seolah-olah Imam Ali melindungi para pembunuh Utsman, padahal Imam Ali sendiri tidak mengetahui siapa pembunuh Utsman tsb, dan para pembunuh Utsman begitu banyak di sekitar beliau, beliaupun dalam keadaan terjepit saat itu, makanya beliau berpendapat agar kaum muslimin bersatu terlebih dahulu.

    Nah sekarang apakah menurut kalian orang-orang yang berpihak kepada Imam Ali tidak mencela Mu’awiyah? Saya yakin iya, apalagi para pembunuh Utsman… jadi jelas menurut saya, jika terdapat saling cela/menyalahkan antar kelompok yg saling berselisih dan berperang saat itu adalah hal yang wajar, dan hal ini perlu dikaji lebih mendalam lagi… jangan asal tembak aza… justru yang saya heran adalah orang2 sekarang ini yg terpisahkan ribuan tahun dengan mereka dan sama sekali tidak terlibat perselisihan diantara mereka saat itu, masih saja terus menghujat dan mencela salah satu diantara dua sahabat tsb, padahal mereka aja sudah saling berdamai dan lebih aneh lagi Rasulullah saja menganggap kelompok yang berselisih adalah kaum muslimin, tetapi orang2 mutaakhirin ini berani mengkafirkan salah satunya, sungguh keberanian yg ruarrr biasa… :mrgreen:
    *heran mode on*

    Allahu A’lam bishowab…

  39. Oooh jadi begitu, jika ada sahabat yang memerangi ahlul bait kita diam saja, jika ada sahabat yang mencaci ahlul bait kita diam saja, jika ada sahabat yang berbuat kemungkaran kita diam saja. Silakan saja kalau begitu

    BETUL SEKALI! Karena itulah yg DIPERINTAHKAN OLEH ROSULULLOH yaitu agar kita menahan lisan dari membicarakan perselisihan diantara sahabat, apalagi sampai keluar kata2 mencela.
    Anda juga pasti paham teori sebab akibat, kenapa Rosululloh memerintahkan seperti itu?
    Sebab Rosululloh mengetahui bahwa akan terjadi perselisihan diantara sahabat yg mana mereka tetap sbg kaum muslimin yg wajib dijaga hak2nya oleh kaum muslimin setelahnya termasuk oleh kita skr ini.
    Kalo anda memang lebih menuruti perintah Rosul, maka laksanakanlah perintah beliau tsb.
    Cukuplah kita mengambil ibroh dari perselisihan yg terjadi. Yang benar kita ikuti dan yg salah jgn kita ikuti dgn tetap memohonkan ampun kpd Alloh atas kesalahan mereka.

    رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
    “Wahai Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului dengan keimanan, dan janganlah Engkau jadikan pada hati kami kedengkian kepada orang-orang yang beriman, wahai Rabb kami sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr: 10)

  40. @pecintaahlulbait
    anda ini getol sekali membela muawiyah.
    anda tau ngga, dalam sejarahnya Muawiyah (ketika Kekhalifahan Usman dia sebagai Gubernur di Syiria) memilih mengabaikan permintaan yg berulang-ulang diajukan Usmanyg meminta dukungan dan pengiriman pasukan. Pada akhirnya Muawiyah mengirim 1200 pasukannya tetapi dengan sengaja Muawiyah menginstrusikan komandannya utk berhenti di suatu tempat (Dzi Khusyub), sampai akhirnya Usman terbunuh.

  41. Wah dia bikin kamus sendiri, mencela dan mencaci itu berbeda toh? K’lo saya sich mengikuti sunnah Rasul SAW yg pernah bersabda “Kasihan Ammar, dia akan dibunuh oleh kaum pembangkang/pendurhaka”. Maka saya akan menyebut Mu’awiyah sbg perndurhaka, termasuk mencaci atw mencelakah itu, atw melaknat, atw apalah?
    Saya jg akan mengikuti sunnah ‘Ali dan ‘Abbas yg menyebut Abu Bakr dan Umar sbg pembohong, pendosa, penipu dan pengkhianat. Saya jg akan mengikuti sunnah “Aisyah yg telah meyebut Utsman dgn sebutan kafir dlm suatu riwayat: “Bunuhlah ‘atsal ini krn ia telah kafir!”. Krn yg namanya Al Qur’an dan Sunnah bukan hanya sbg sejarah saja (hanya cukup tahu k’lo kisah sahabat spt itu) tp jg sbg pedoman dan syari’at. Bukankah selalu digalakkan “mengikuti pemahaman shalafus sholeh”?

    Riwayat perang Siffin menurut versi Salafy dirasakan janggal. Lha iya masa cuman menuntut darah sodara yg terbunuh maka solusinya adl membunuh jg? Apa ga ada solusi yg lebih bijak? Berarti benar sabda Rasul tsb, …pembangkang.

  42. @ Pecinta Ahlulbait, , skenarionya kurang begitu seru ah,…sejarah kok berandai andai, seolah seolah mereka itu sedang berdiskusi kemudian berlari mengitari api sambil nyanyi lagi Kumbaya my lord,…oh mesranya mereka,…

    Mas, mereka saling saling mencaci dan mencela,
    membunuh satu sama lain, pedang ditebaskan, tombak di lemparkan, dan darah bergelimangan dimana mana,

    Tidak ada yang namanya menuntut darah Utsman, karena Utman sendiri dibunuh oleh para “sahabat” dan yang dikejar oleh Muawiyah adalah kekuasaan,

    Skenarionya kok kaya telle tubbies, yang selalu berpelukan
    get real,…mas ah. si Mas ini kebanyakan nonton sinetron

  43. @Pencinta Ahlul Bait

    O ya? pecinta ahlul bait yg seperti anda sih layak untuk dibenci karena orang2 seperti anda justru yg berkhianat terhadap ahlul bait khususnya kpd Rosululloh, dgn mencela para sahabat yg justru dilarang oleh beliau

    Jadi sy dianggap pencinta ahlulbait? Syukurlah. Agar anda tdk ingin dianggap sekedar nuduh, bisakah anda menunjukkan apakah pernah sy mencela sahabat entah siapa pun mereka yg anda maksud? Lagipula berbicara pencelaan thd sahabat, ternyata kan sahabat sendiri saling mencela?

    KALO ANDA SADAR COBA AMATI DAN RENUNGKAN!, bahwa agama syiah dibangun berdasarkan kebencian dan celaan kpd sahabat, ditambah kedustaan dan hadits2 maudhu. Yg memang sengaja dibangun oleh pendirinya seorang yahudi Abdullah bin saba dgn tujuan menghancurkan islam. Coba lihat oleh anda situs2 syiah isinya kebanyakan hanya celaan kpd sahabat. APAKAH ITU YG DIAJARKAN ROSULULLOH?

    Siapa sahabat yg anda maksud? Apakah anda ingin memaksakan siapa-siapa yg digolongkan sahabat ini kepada semua kelompok Islam? Terserah anda jika ingin mengatakan Muawiyyah adalah sahabat Rasul saw, tapi apakah orang lain harus mengikuti kemauan anda? Terutama yg paling penting, apakah Rasul saw menganggap Muawiyyah sebagai sahabat Beliau? Jangan2 anda cuma mengaku-aku tanpa sepengetahuan dan ijin Rasul saw?

    Mengenai Syiah dan Abdullan bin Saba, apa yg anda timpakan tuduhan ini sdh sering dijawab dan sebaiknya anda pelajari secara objektif yg tdk akan anda temukan bila melalui ulama2 Wahabi dan Pembenci Syiah.

    O ya?? boleh tunjukkan pernyataan saya yg merendahkan ahlul bait? Justru saya menghormati mereka karena itulah wasiat Rosululloh.

    Menghormati ahlulbait? Huh!
    Pembelaan anda kepada Muawiyyah atas perselisihannya dgn Imam Hasan saja sdh memperlihatkan hal itu. Mengapa tindakan dan prilaku Imam Hasan yg selalu anda jadikan objek dan tameng utk menutup-nutupi kejahatan Muawiyyah? Anda dengan seenaknya mempermainkan apa yg harus dan tidak seharusnya dilakukan oleh Imam Hasan. Mengapa tdk segera anda melihat ke sisi Muawiyyah? Prilaku buruknya, pembangkangan yg pernah dilakukannya kepada Rasul saw, pembangkangannya kepada Imam Ali, pembangkangannya thd Imam Hasan, dll?
    Siapakah anda sesungguhnya? Pencinta Ahlulbait atau Pencinta Muawiyyah?

    Apakah maksud anda bahwa ada sahabat yg MAKSUM? Boleh sebutkan siapa saja mereka?

    Tidak ada sahabat yg maksum. Yang maksum adalah Rasul saw dan ahlulbait Beliau, sesuai surah 33:33 dan isyarat dari Hadits Tsalaqain.

    Jika anda tertarik utk membahas keduanya, silakan kita berdiskusi dithread yg sdh disediakan oleh pemilik blog ini.

    Salam

  44. Pengepungan selama 40 hari oleh masyarakat Madinah (para sahabat) thdp Usman dikarenakan ulah usman yg di dalam sejarah kekuasaannya dia telah banyak melakukan kekliruan didalam hal Agama Islam dan Hukum Islam, terlebih lagi sikap KKN nya yg banyak menempatkan org2 dari sanak saudaranya di dalam pemerintahannya.

    inilah yg memicu amarah yg kian memuncak, dr para sahabat hingga mereka mengepung Rumahnya hingga terbunuhnya Usman.

    berbeda dg Muawiyah, dia dg sengaja membiarkan Usman Terbunuh (dg tdk memenuhi permintaan pengiriman bantuan pasukan pd saat Majikannya terancam nyawanya ) karena hawanafsu kekuasaan.

    Inilah tipe org yg cerdik, licik dan tdk tahu terimaksih pada org yg telah mengangkatnya jadi Gubernur .

  45. @Nomad

    Saya jg akan mengikuti sunnah ‘Ali dan ‘Abbas yg menyebut Abu Bakr dan Umar sbg pembohong, pendosa, penipu dan pengkhianat. Saya jg akan mengikuti sunnah “Aisyah yg telah meyebut Utsman dgn sebutan kafir dlm suatu riwayat: “Bunuhlah ‘atsal ini krn ia telah kafir!”. Krn yg namanya Al Qur’an dan Sunnah bukan hanya sbg sejarah saja (hanya cukup tahu k’lo kisah sahabat spt itu) tp jg sbg pedoman dan syari’at. Bukankah selalu digalakkan “mengikuti pemahaman shalafus sholeh”?

    Yah itu terserah anda mau ngikuti sunnah Ali, Abbas dan Aisyah r.a. yg memang tidak maksum atau Sunnah Rosululloh yg dijamin maksum yg jelas2 mengatakan Larangan mencela Sahabat.
    Sahabat disini hrs dipahami seluruh sahabat secara umum kecuali ada dalil yg mengkhususkannya.

    K’lo saya sich mengikuti sunnah Rasul SAW yg pernah bersabda “Kasihan Ammar, dia akan dibunuh oleh kaum pembangkang/pendurhaka”. Maka saya akan menyebut Mu’awiyah sbg perndurhaka, termasuk mencaci atw mencelakah itu, atw melaknat, atw apalah?

    Kata2 pembangkang/pendurhaka disini tdk bisa dikatakan mencela atau mencaci! itu hanyalah menunjukan sifat dari orang yg dimaksud. Dari sisi kaidah umum bahasapun jelas beda.
    Apakah kalo anda atau reporter berita misalnya mengatakan ” Telah terjadi pembobolan bank oleh seorang PERAMPOK”, itu dianggap mencela/mencaci si perampok tsb?
    Kata PERAMPOK disini hanya menunjukkan sifat org tsb yg suka merampok.

    Jadi mau ikut mana? Sunnah Ali, Abbas, dan Aisah r.a. atau Sunnah Rosululloh yg maksum yg melarang utk mencaci para sahabat?

  46. @ Pecinta Ahlul Bait: Jd k’lo menurut sabda ulama2x Sunni yg ente utarakan di atas ‘Ali,’Abbas, Aisyah dll telah kafir, ada yg blg zindiq krn telah mencaci sahabat Rasul SAW jg. Bukankah org2x spt anda suka jg meriwayatkan hadis dari Aisyah yg kafir menurut ulama Sunni yg anda sebut itu ? Kalian jg suka blg “mengikuti Qur’an dan Sunnah dgn pemahaman para sahabat”, trus sahabatnya pada kafir krn slg mencaci. Trus mengikuti paham siapa? K’lo anda blg mengikuti paham Rasul SAW, maka sdh tdk ada lg yg namanya mazhab, krn mazhab adl pemahaman thd Qur’an dan Rasul dan siapa generasi terdekat setelah Rasul, sahabat bukan? Trus sahabatnya kafir menurut ulama2x Sunni itu? Dasar sdh pusing…

  47. @Pecinta Ahlul Bait

    Justru pendapat Imam An-Nawawy yg terakhir (mungkin beliau ini salah satu kelompok salafiyun kali ya :mrgreen: ) yang mendekati kebenaran… kita tahu seharusnya dalam memahami suatu hadits, melihat juga hadits2 yg lain yg berhubungan…

    .
    Yah kupipes jawaban Mas soegi, kalau mau lihat hadis-hadis lain yang berhubungan malah situasinya jauh lebih rumit. Jelas-jelas Muawiyah itu dikatakan sebagai kelompok pembangkang oleh Rasulullah SAW dan yah namanya juga pembangkang makanya mudah sekali mencaci sang Imam.

    kita tahu bahwa terjadi perselisihan pendapat antara Mu’awiyah yg didukung oleh penduduk Syam dengan Ali bin Abi Thalib yg didukung oleh penduduk kufah dalam hal darah Utsman, kita pun tahu bahwa namanya orang yg berselisih pasti akan menganggap bahwa pendapatnya-lah yg benar dan akan mempertahankannya, sedangkan pendapat lawannya-lah yg salah, apalgi dua2-nya keukeuh dg pendapatnya masing2 shg sampai terjadi pertempuran, maka mereka-pun akan saling mencela (atau apalah, yg intinya menyalahkan) pendapat lawan-nya,

    Cuma bermain kata-kata saja, apakah menyalahkan pendapat lawan dikatakan sebagai mencela. Jika iya maka wajar saja pengertian mencela versi anda itu benar-benar rusak. Telah diriwayatkan dengan sanad yang shahih bahwa Rasulullah SAW menyalahkan tindakan sebagian sahabatnya. Apakah ini dikatakan mencela?.

    maka jika yg dimaksud mencela (antasabu di sini lebih mendekati diterjemahkan mencela drpd mencaci) adalah spt ini, maka menurut saya tidaklah dikategorikan dengan mencaci terhadap pribadi Imam Ali yg dilarang oleh Rasulullah,

    Komentar yang lucu, maaf ya Mas anda perhatikan tulisan saya, saya menampilkan kedua hadis dimana Muawiyah memerintahkan Sa’ad, pada saat itu Muawiyah sudah menjadi khalifah dan telah berlalu begitu lama kematian Imam Ali, jadi situasinya bukan lagi situasi saat berperang. Makanya komentar anda itu cuma mencari-cari dalih, sudah jelas sekali kalau kata-kata yang digunakan adalah mencaci atau mencela.

    buktinya rasulullah sendiri mengatakan bahwa seruan dua kelompok tersebut adalah satu dan mereka adalah masih bagian dari kaum muslimin,

    Lucu, Rasulullah SAW justru mengatakan kalau kelompok Muawiyah adalah kelompok pembangkang yang menyeru kepada neraka walaupun mereka juga kaum muslim.

    walopun sebenarnya pihak Imam Ali-lah yang mendekati kebenaran dalam hal ini. Bandingkan dengan sabda Rasulullah mengenai khawarij, beliau katakan bhwa mereka telah keluar dari Islam bagaikan anak panah lepas dari busurnya…

    Kalau begitu pernah dengar sabda Nabi SAW “barangsiapa yang mencaci Ali maka ia telah mencaci Aku”. Nah apa hukumnya mencaci Nabi SAW?

    .Nah untuk hadits di atas, kita bayangkan saja dua kelompok tersebut saling menggalang opini mengenai pendapat mereka, dan hadits di atas adalah yg merekam kubu Mu’awiyah tetapi tidak lengkap, sehingga masih menimbulkan pertanyaan.

    Tolong kalau hadis itu dibaca yang benar, kedua hadis yang saya sebutkan sedang menceritakan situasi dimana Muawiyah sudah menjadi khalifah dan ia memerintahkan sa’ad, bukan pada saat perang shiffin. jadi dua kelompok menggalang opini versi anda itu cuma mengada-ada sahaja.

    Dan ternyata ada salah satu sahabat yg tidak sepaham yaitu Sa’ad karena beliau ingat akan hadits2 tentang keutamaan Imam Ali, sayangnya hadits tsb tidak menyebutkan reaksi Mu’awiyah setelah itu…

    Silakan teruskan pembelaan anda kepada Muawiyah, saya sudah terbiasa melihat orang-orang yang membenarkan kesalahan fatal seseorang hanya karena orang tersebut adalah sahabat Nabi.

    timbul pertanyaan, apakah Mu’awiyah tidak mengakui keutamaan Ali?

    Mengakui atau tidak, Muawiyah terbukti mencela atau mencaci Imam Ali

    Jawabannya spt yg telah saya sampaikan di thread sebelah, justru Mu’awiyah mengakui keutamaan Imam Ali dan mengakui bahwa Imam Ali yg lebih berhak dalam urusan pemerintahan,

    Kalau memang mengakui Imam Ali lebih berhak maka yang harus dilakukan Muawiyah adalah berbaiat dan membantu Imam Ali memutuskan masalah-masalah termasuk soal pembunuhan Utsman. Bukannya malah menggalang pasukan untuk memerangi Imam Ali.

    dia hanya menuntut qishas bagi para pembunuh Utsman tetapi Imam Ali berpendapat lain, makanya Mu’awiyah dan pengikutnya merasa pendapat Imam Ali tidak benar dan menyalahkannya (mencelanya)… itu saja…

    Alasan yang basi ah, bagaimna mungkin menuntut qishas kepada Imam Ali, memangnya Imam Ali siapa di mata Muawiyah, apakah Imam Ali yang membunuh Utsman? jelas-jelas bukan. Kalau memang di mata Muawiyah Imam Ali sebagai khalifah yang berwenang menyelesaikan masalah qishas maka sudah seharusnya ia menyerahkan masalah tersebut kepada Imam Ali. Lha ini kok menggalang pasukan untuk memerangi Imam Ali.

    Abu Muslim al-Khaulani dan mereka yang bersama dengannya, pernah datang menemui Mu`awiyah dan bertanya: “Engkau memerangi Ali, apakah engkau ini setaraf dengannya?”.
    Jawab Mu`awiyah: “Demi Allah, aku benar-benar tahu bahwa dia lebih baik dan afdhal serta lebih berhak di dalam pemerintahan daripadaku. Namun kamu semua tahu bahwa Utsman dibunuh secara zalim dan aku adalah sepupunya. Aku menuntut darah Utsman. Beritahu Ali, serahkan pembunuh Utsman kepadaku niscaya aku menyerahkan urusan ini kepadanya.” (Ibn Kathir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 8/132).

    Memangnya siapa pembunuh Utsman yang dimaksud Muawiyah?. Kok dengan gampangnya Muawiyah menuduh Imam Ali melindungi pembunuh Utsman. Jika memang pembunuh Ustman ada diantara pengikut Imam Ali, maka yang harusnya dilakukan Muawiyah adalah membantu dan bekerja sama dengan Imam Ali untuk menghukum sang pembunuh, lha ini kok malah Imam Ali yang diperangi.

    Menurut pandangan Mu’awiyah dan pengikutnya seolah-olah Imam Ali melindungi para pembunuh Utsman,padahal Imam Ali sendiri tidak mengetahui siapa pembunuh Utsman tsb,

    Nah ini Imam Ali yang berada di sana saja tidak mengetahui siapa pembunuh Utsman. Eh Muawiyah yang jauh disana kok bisa-bisanya sok tahu

    dan para pembunuh Utsman begitu banyak di sekitar beliau, beliaupun dalam keadaan terjepit saat itu, makanya beliau berpendapat agar kaum muslimin bersatu terlebih dahulu.

    nah masalahnya yang memecah belah itu kan Muawiyah beserta pengikutnya. btw apa anda belum tahu kalau pembunuh Ustman itu adalah dari kalangan sahabat-sahabat Nabi.

    Nah sekarang apakah menurut kalian orang-orang yang berpihak kepada Imam Ali tidak mencela Mu’awiyah? Saya yakin iya, apalagi para pembunuh Utsman…

    Bicara itu pakai bukti dong, jangan cuma sekedar yakin. Siapapun bisa kalau cuma sekedar yakin. Muawiyah dan Mughirah bin Syu’bah telah terbukti mencela Imam Ali dan tindakan mereka itu dilakukan setelah Imam Ali meninggal bukan pada saat perang shiffin (silakan lihat kedua hadis yang saya tampilkan di sana)

    jadi jelas menurut saya, jika terdapat saling cela/menyalahkan antar kelompok yg saling berselisih dan berperang saat itu adalah hal yang wajar, dan hal ini perlu dikaji lebih mendalam lagi… jangan asal tembak aza…

    Dimana letak mendalamnya kajian anda itu, bagi saya itu cuma kata-kata bersilat lidah yang tidak memiliki bukti apapun selain asumsi-asumsi yang dipaksakan. Sudah jelas bahwa Muawiyah dan Mughirah bin Syu’bah mencaci Imam Ali yang sudah meninggal, jadi msalah perang shiffin itu sudah selesai saat itu tetapi ya mereka tetap saja mencela Imam Ali.

    justru yang saya heran adalah orang2 sekarang ini yg terpisahkan ribuan tahun dengan mereka dan sama sekali tidak terlibat perselisihan diantara mereka saat itu, masih saja terus menghujat dan mencela salah satu diantara dua sahabat tsb,

    Yang patut diherankan itu adalah orang-orang seperti anda yang getol sekali membela para penghina Ahlul Bait dengan dalih-dalih “mereka sahabat Nabi”.

    padahal mereka aja sudah saling berdamai dan lebih aneh lagi Rasulullah saja menganggap kelompok yang berselisih adalah kaum muslimin, tetapi orang2 mutaakhirin ini berani mengkafirkan salah satunya, sungguh keberanian yg ruarrr biasa…

    Jawab dengan jujur mencaci Nabi SAW itu hukumnya apa? mereka memang Muslim tetapi Muawiyah dan Mughirah terbukti mencaci Imam Ali dan mencaci Beliau sama halnya mencaci Nabi SAW.

  48. @SP

    Coba perhatikan dan kita kaji hadits berikut ini:

    عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

    Dari Abu Sa’id Al Khudriy Radhiyallahu’anhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah bersabda: “Janganlah kalian mencela para sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti gunung uhud tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya.”

    Saya ingin mendiskusikan dgn anda ttg hadits diatas.

    Kalo menurut saya yg bodoh ini matan hadits diatas ditujukan kepada selain sahabat atau kpd generasi setelah sahabat, termasuk kita skr ini. Karena beberapa hal:

    1. Kata-kata para sahabatku diatas menunjukkan keumuman bahwa yg dimaksud adalah seluruh sahabat, kecuali terdapat hadits yg semakna yg membatasinya.

    Saya kutip definisi SAHABAT menurut Al Haafidz Ibnu Hajar Rahimahullah yaitu: “Sahabat adalah orang yang berjumpa dengan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam keadaan mukmin (beriman kepadanya) dan meninggal dalam keadaan Islam”

    2. Keutamaan ilmu dan amal serta KHUSUSNYA pahala yg besar para sahabat telah dijelaskan dlm banyak hadits dan tdk akan bisa tertandingi oleh generasi setelahnya. Seperti sabda Rosul “Sebaik-baik generasi adalah generasiku,…”
    Hadits itu bisa kita maknai bahwa generasi Rasul bersama Sahabatnya disebut terbaik karena sahabat berjuang bersama Rasul. Derajatnya di hadapan Allah tinggi sekali. Kita yang tidak berkesempatan hidup dan berjuang bersama Rasul, tidak mempunyai keistimewaan seperti itu. Karenanya, dalam hal itu, merekalah yang terbaik.

    Termasuk dlm masalah ber-infaq. Para sahabat terkenal akan kedermawanannya dan bahkan rela menyerahkan seluruh harta dan jiwanya bagi perjuangan Rosul. Mereka rela melakukan ini tidaklah kecuali karena keyakinan mereka atas kebenaran dakwah Rosululloh dan mengharap syurga Alloh.
    Dan ini secara akal sehatpun jelas akan berbeda pahalanya di sisi Allah dibandingkan selain sahabat yg tdk merasakan beratnya perjuangan bersama Rosul.
    Dimana pada saat itu mereka tdklah banyak kecuali sedikit sekali dibanding masyarakat Quraisy, Arab, apalagi seluruh manusia yg sezaman dan mengetahui dakwah beliau.
    Sehingga digambarkan oleh Rosululloh infaqnya para sahabat yg hanya setengah mud pun tdk akan bisa disamai oleh infaq emas sebesar gunung uhud dari siapa? siapa lagi kalo bukan dari selain generasi sahabat, termasuk kita.

    Apakah sama org yg ber-infaq baik banyak maupun sedikit di masa Rosul yg memang sangat dibutuhkan oleh Rosul utk menegakkan dakwah shg sampai kpd kita skr ini dengan infaq baik banyak maupun sedikit dr orang2 di zaman kita?

    Dengan pemahaman Hadits yg saya utarakan diatas bukan berarti para sahabat boleh saling mencela. Tetapi Rosululloh mewasiatkan kpd selain sahabat -termasuk kita skr ini- agar tidak terbawa kedalam fitnah perselisihan diantara para sahabat (dmn memungkinkan keluar perkataan saling caci atau mencela diantara mereka karena merasa paling benar atau yg terdzalimi) yg memang Rosululloh telah mengetahui itu akan terjadi. Termasuk membicarakannya apalagi mencela salah satu yg dianggap bersalah.

    Nanti insya Alloh mungkin akan saya sambung mengenai konsekwensi yg diakibatkan apabila kita melanggar hadits yg saya bahas diatas. Semoga Alloh memudahkannya.

    Wallohu ‘alam bishowab.

  49. […] Bagi kami hadis tersebut jelas lemah dan tidak bisa dijadikan hujjah. Sanadnya mudhtharib ghairu tsabit dan matannya mungkar [bertentangan dengan riwayat shahih]. Sedangkan hadis “Jika kamu melihat Muawiyah di mimbarKu maka bunuhlah ia” sanadnya hasan dan matannya telah kami bahas panjang lebar dalam tulisan yang khusus : Pembahasan matan hadis “jika kamu melihat Muawiyah di mimbarKu maka bunuhlah Ia”. […]

Tinggalkan komentar