Meluruskan Sikap Muawiyah Terhadap Hadis Nabi SAW

Meluruskan Sikap Muawiyah Terhadap Hadis Nabi SAW

Ada sedikit keanehan jika kita melihat sikap Muawiyah terhadap hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi yang lain. Keanehan tersebut adalah Muawiyah terkesan tidak percaya dengan hadis tersebut. Keanehan ini muncul jika hadis tersebut bertentangan dengan apa yang ia lakukan atau bertentangan dengan kehendaknya. Sebelumnya saya pernah menampilkan riwayat  yang menunjukkan hal ini dalam tulisan saya yang berjudul Meluruskan Muawiyah. Kali ini saya akan menampilkan riwayat lain yang menunjukkan hal yang sama. Mengapa Muawiyah bersikap begitu?. Entahlah, Bisa jadi karena ia membencinya atau menurutkan akal pikirannya sendiri atau mungkin ada sebab lain?.

Diriwayatkan dalam Shahih Muslim 3/1210 hadis no (1587)-80 tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi

حدثنا عبيدالله بن عمر القواريري حدثنا حماد بن زيد عن أيوب عن أبي قلابة قال كنت بالشام في حلقة فيها مسلم بن يسار فجاء أبو الأشعث قال قالوا أبو الأشعث أبو الأشعث فجلس فقلت له حدث أخانا حديث عبادة بن الصامت قال نعم غزونا غزاة وعلى الناس معاوية فغنمنا غنائم كثيرة فكان فيما غنمنا آنية من فضة فأمر معاوية رجلا أن يبيعها في أعطيات الناس فتسارع الناس في ذلك فبلغ عبادة بن الصامت فقام فقال إني سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم ينهى عن بيع الذهب بالذهب والفضة بالفضة والبر بالبر والشعير بالشعير والتمر بالتمر والملح بالملح إلا سواء بسواء عينا بعين فمن زاد أو ازداد فقد أربى فرد الناس ما أخذوا فبلغ ذلك معاوية فقام خطيبا فقال ألا ما بال رجال يتحدثون عن رسول الله صلى الله عليه و سلم أحاديث قد كنا نشهده ونصحبه فلم نسمعها منه فقام عبادة بن الصامت فأعاد القصة ثم قال لنحدثن بما سمعنا من رسول الله صلى الله عليه و سلم وإن كره معاوية ( أو قال وإن رغم ) ما أبالي أن لا أصحبه في جنده ليلة سوداء قال حماد هذا أو نحوه

Telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Umar Al Qawariri yang berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayub dari Abi Qilabah yang berkata “Ketika berada di Syam, saya mengikuti suatu halaqah dan disana ada Muslim bin Yasar, kemudian datanglah Abul Asy’ats. Lalu orang-orang berkata “Abul Asy’ats telah datang, Abul Asy’ats telah datang”. Ketika ia duduk, aku berkata kepadanya “ceritakanlah hadis kepada saudara kami yaitu hadis Ubadah bin Shamit”. Dia menjawab “baiklah, suatu ketika kami mengikuti perperangan dan di dalamnya ada Muawiyah, lalu kami mendapatkan ghanimah yang banyak diantaranya ada wadah yang terbuat dari perak. Muawiyah kemudian menyuruh seseorang untuk menjual wadah tersebut ketika orang-orang menerima bagian harta ghanimah maka orang-orang ramai menawarnya . Hal itu terdengar oleh Ubadah bin Shamit maka ia berdiri dan berkata “Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah SAW melarang jual beli emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, jewawut dengan jewawut, kurma dengan kurma, garam dengan garam kecuali dengan takaran yang sama dan tunai, barangsiapa melebihkan maka ia telah melakukan riba”. Oleh karena itu orang-orang menolak dan tidak jadi mengambil wadah tersebut. Hal itu sampai ke telinga Muawiyah maka dia berdiri dan berkhutbah, dia berkata “Kenapa ada beberapa orang menyampaikan hadis dari Rasulullah SAW padahal kami telah bersama Beliau dan kami tidak pernah mendengar hal itu dari Beliau”. Kemudian Ubadah bin Shamit berdiri dan mengulangi ceritanya dan berkata “Sungguh kami akan selalu meriwayatkan apa yang kami dengar dari Rasulullah SAW meskipun Muawiyah membencinya” atau dia berkata “Saya tidak peduli walaupun akan dipecat dari tentaranya di malam hari yang gelap gulita”. Hammad mengatakan “ini atau itu”.

Perhatikanlah bagaimana sikap Muawiyah ketika ia mendengar hadis Ubadah bin Shamit yang menentang kehendaknya. Muawiyah menunjukkan sikap seolah ia tidak mau menerima hadis tersebut karena beranggapan bahwa ia tidak pernah mendengarnya dari Rasulullah SAW.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Muawiyah hanya menurutkan akal pikirannya sendiri dalam menentang hadis Rasul SAW. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu Majah 1/8 no 18 dan telah dinyatakan Shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah.

عن إسحاق ابن قبيصة عن أبيه أن عبادة بن الصامت الأنصاري النقيب صاحب رسول الله صلى الله عليه و سلم غزا مع معاوية أرض الروم . فنظر إلى الناس وهم يتبايعون كسر الذهب بالدنانير وكسر الفضة بالدراهم . فقال يا أيها الناس إنكم تأكلون الربا  سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول ( لا تبتاعوا الذهب بالذهب إلا مثلا بمثل . لا زيادة بينهما ولا نظرة ) فقال له معاوية يا أبا الوليد لا أرى الربا في هذه إلا من كان نظرة . فقال عبادة أحدثك عن رسول الله صلى الله عليه و سلم وتحدثني عن رأيك لئن أخرجني الله لا أساكنك بأرض لك علي فيها إمرة . فلما قفل لحق بالمدينة . فقال له عمر بن الخطاب ما أقدمك يا أبا الوليد ؟ فقص عليه القصة وما قال من مساكنته . فقال ارجع يا أبا الوليد إلى أرضك . فقبح الله أرضا لست فيها وأمثالك . وكتب إلى معاوية لا إمرة لك عليه . واحمل الناس على ما قال فإنه هو الأمر

Dari Ishaq bin Qabishah dari Ayahnya bahwa Ubadah bin Shamit Al Anshari seorang Utusan Sahabat Rasulullah SAW pergi berperang bersama Muawiyah ke negeri Rum. Suatu saat Ia melihat orang-orang tukar menukar emas dengan menambah beberapa dinar sebagai tambahan dan tukar menukar perak dengan tambahan beberapa dinar. Maka Ubadah bin Shamit berkata “Wahai manusia sesungguhnya kamu melakukan riba karena aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Tidak ada tukar menukar antara emas dengan emas kecuali setara dengan tidak menambah dan tidak menuggu (tunai)”. Muawiyah berkata kepadanya “ Wahai Abu Walid aku tidak melihat itu sebagai riba kecuali jika memang menunggu waktu”. Ubadah berkata “Aku berkata kepadamu hadis Rasulullah SAW sedang kamu berbicara dengan akal pikiranmu sendiri. Semoga Allah SWT mengeluarkan aku, aku tidak mau tinggal di negeri  yang sama denganmu sedang engkau menjadi pemimpinnya”. Ketika Ubadah kembali ke Madinah maka Umar bertanya kepadanya “Apa yang membuatmu kembali wahai Abul Walid?”. Maka dia menceritakan perselisihannya dengan Muawiyah serta janjinya untuk tidak tinggal di tanah yang sama dengan Muawiyah. Umar berkata “kembalilah kamu ke negerimu Abul Walid, semoga Allah menjauhkan kebaikan suatu negri yang tidak memiliki dirimu dan orang-orang sepertimu”. Kemudian Umar menulis surat kepada Muawiyah “kamu tidak berhak memerintahnya dan perintahkan orang-orang untuk mengikuti ucapannya (Abul Walid) karena dialah yang benar”.

Hal ini sungguh musykil dan berkesan Muawiyah meragukan periwayatan hadis Nabi oleh Ubadah bin Shamit. Padahal hadis Ubadah bin Shamit tersebut ternyata juga diriwayatkan oleh para sahabat yang lain seperti Umar bin Khattab, Abu Sa’id Al Khudri dan Abu Hurairah. Jadi tidak ada alasan bagi Muawiyah untuk mengingkari hadis tersebut atau membencinya walaupun ia sendiri tidak pernah mendengar langsung hadis tersebut, apalagi jika hanya menurutkan akal pikirannya sendiri.  Seandainya pun hanya Ubadah bin Shamit saja yang meriwayatkan hadis tersebut tetap saja Muawiyah tidak berhak untuk mengingkarinya seolah-olah ia bersikap bahwa apa yang ia tidak pernah dengar dari Rasulullah SAW (walaupun sahabat lain mendengar) maka itu bukanlah hadis. Sungguh sikap seperti ini sangat keliru dan sangat tidak layak.

6 Tanggapan

  1. Muawiyah yg ada dlm pkrnku berwajah mirip ariel sharon..namun sikapx lebih busuk dari ariel sharon..ariel sharon memusuhi yg beda agama dgn dia,tp muawiyah memusuhi orang2 yg satu agama dgnx..

  2. Banyak perbuatan2 Muawiyah menyalahi Hukum Allah serta sabda Rasul. Pertanyaan adalah MENGAPA.

    Muawiyah bersama ayahnya Abu Sofyan masuk Islam karena terpaksa. Mereka tidak mampu melawan Rasulullah dan kekuatan Islam. Tapi mereka mendendam.

    Dan orang Arab Jahiliyah adalah bangsa dengan KARAKTER
    PENDENDAM. Maka dendam mereka terhadap Islam, Rasul dan Ahlulbait sangat dalam, karena banyak keluarga mereka mati terbunuh dalam peperangan. Dan menurut Sejarah Imam Ali as terbanyak membunuh dalam peperangan melawan Kafir Qurayis. Dan dendam mereka ini tidak mungkin terhapus. Mereka akan menunggu kesempatan untuk membalas DEBDAM. Oleh karena itu Muawiyah dengan menghalalkan segala cara untuk mendapat/menduduki jabatan KHALIFA. Sesudah menduduki jabatan ini, mulailah ia menunjuki GIGInya/ atau KEBENCIANnya. Untuk Rasul dia tidak berani mencaci takut ketahuan kedoknya. Ia hanya berani menentang Hadits Rasul serta Imam Ali as serta Ahlulbait.
    Wasalam

  3. […] Meluruskan Sikap Muawiyah Terhadap Hadis Nabi SAW Meluruskan Sikap Muawiyah Terhadap Hadis Nabi SAW Ada sedikit keanehan jika kita melihat sikap Muawiyah terhadap hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi yang lain. Keanehan tersebut adalah Muawiyah terkesan tidak percaya dengan hadis tersebut. Keanehan ini muncul jika hadis tersebut bertentangan dengan apa yang ia lakukan atau bertentangan dengan kehendaknya. Sebelumnya saya pernah menampilkan riwayat  yang menunjukkan hal ini dalam tulisan saya yang berjudul Meluruskan Muawiyah. Kali ini saya akan menampilkan riwayat lain yang menunjukkan hal yang sama. Mengapa Muawiyah bersikap begitu?. Entahlah, Bisa jadi karena ia membencinya atau menurutkan akal pikirannya sendiri atau mungkin ada sebab lain?.  Diriwayatkan dalam Shahih Muslim 3/1210 hadis no (1587)-80 tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi  […]

  4. Prihatin saya terhadap penyimpangan pemahaman admin situs ini …. cukuplah dikatakan bahwa Mu’awiyah memang salah, tidak usah ditimbang melebihi itu, kesalahan ini sama halnya dengan kesalahan beberapa sikap para sahabat nabi yang lain terhadap perintah nabi pula. Ali ra pun pernah menyelisihi perintah nabi dalam hal shalat tahajud … adakah tuan-tuan mau mencelanya, sebagai bentuk keadilan? Naudzubillah! ..

  5. @prihatin
    saya malah prihatin dengan komentar anda, saya sudah katakan di atas kalau Muawiyah memang salah, dimana letak yang anda maksud “tidak usah ditimbang melebihi itu”. Kapan saya melebih-lebihkan. Justru anda yang keliru menyamakan kesalahan-kesalahan sahabat lain seolah sama dengan kesalahan Muawiyah di atas. Apalagi soal Imam Ali, jauh sekali tuh dengan Muawiyah 🙂

  6. Pada waktu perang Shiffin seorang sahabat Imam Ali as menasehati Imam Ali as. Kata sahabat tsb: Ya Amirul Mukminin Muawiyah itu SANGAT LICIK. Imam Ali as menjawab: Aku bisa lebih licik dari padanya. Tapi aku TIDAK MAU.. Bayangkan betapa tinggi Ilmu Imam Ali as. Sampai2 soal kelicikan manusia Imam Ali as ketahui. Dan betapa TINGGI akhlak beliau, Beliau menolak walaupun beliau sanggup melakukan. Kok bisa2nya ada yang mengatakan bahwa beliau pernah tidak mentaati perintah Rasul. Perlu anda2 yang anti terhadap kemulian dan ketaatan Imam Ali as. TIDAK ADA SATUPUN MAKHLAK ALLAH DIATAS BUMI INI YANG BISA MENYAMAI KEMULIAN DAN KETAATAN IMAM ALI KEPADA ALLAH DAN RASULULLAH SAW. Wasalam

Tinggalkan komentar