Meluruskan Muawiyah

Fenomena Gunung Es

.

Meluruskan Muawiyah

Muawiyah dikenal di kalangan Salafy sebagai Sang Pemberi petunjuk, nah berikut ini mungkin salah satu petunjuk yang diberikan oleh Muawiyah

وحدثني عن مالك عن زيد بن أسلم عن عطاء بن يسار أن معاوية بن أبي سفيان باع سقاية من ذهب أو ورق بأكثر من وزنها فقال أبو الدرداء سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم ينهى عن مثل هذا الا مثلا بمثل فقال له معاوية ما أرى بمثل هذا بأسا فقال أبو الدرداء من يعذرني من معاوية أنا أخبره عن رسول الله صلى الله عليه و سلم ويخبرني عن رأيه لا أساكنك بأرض أنت بها ثم قدم أبو الدرداء على عمر بن الخطاب فذكر ذلك له فكتب عمر بن الخطاب إلى معاوية أن لا تبيع ذلك الا مثلا بمثل وزنا بوزن

Yahya menyampaikan kepadaku hadis dari Malik dari Zaid bin Aslam dari Atha’ bin Yasar bahwa Muawiyah bin Abu Sufyan menjual tempat minum yang terbuat dari emas atau perak dengan harga yang lebih dari beratnya. Abu Darda berkata”Aku mendengar Rasulullah SAW melarang penjualan seperti ini kecuali yang sebanding”. Muawiyah kemudian berkata kepadanya “Aku tidak melihat adanya larangan di dalamnya”. Abu Darda RA berkata “Siapa yang akan memisahkan Muawiyah dari Aku, Aku mengatakan kepadanya sesuatu yang berasal dari Rasulullah SAW dan Ia memberiku pendapatnya sendiri, Aku tidak akan tinggal di tanah yang sama denganmu”. Kemudian Abu Darda RA pergi kepada Umar bin Khattab dan menceritakannya. Oleh karena itu Umar bin Khattab menulis kepada Muawiyah ”Jangan menjualnya kecuali sebanding berat dengan berat”. (Hadis Riwayat Imam Malik dalam Al Muwatta juz 2 hal 634 hadis no 1302 tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi)

.

.

Sepertinya hadis ini akan membuat risih para Penggila Muawiyah. Kalau saya pribadi melihat ada sesuatu yang aneh pada sikap Muawiyah. Ketika ia melakukan kesalahan(kesalahan ini termasuk dalam kategori Riba) dan diperingatkan oleh Abu Darda, ia malah membantah. Padahal jelas-jelas Abu Darda menyampaikan hadis Rasulullah SAW bahwa Rasulullah SAW telah melarang hal itu. Anehnya Muawiyah membantah dengan berkata “Aku tidak melihat adanya larangan di dalamnya”. Ada dua kemungkinan disini

  • Muawiyah tidak percaya kepada Abu Darda
  • Muawiyah tidak peduli dengan larangan Rasulullah SAW

Dua kemungkinan yang tidak baik tapi yang kedua jauh lebih buruk dari yang pertama. Abu Darda sepertinya benar-benar marah dengan sikap Muawiyah sehingga ia berkata Aku tidak akan tinggal di tanah yang sama denganmu. Oleh karena itu Abu Darda pergi dan mengadukan perkara tersebut kepada Umar bin Khattab dan Umar bin Khattab menulis surat untuk kembali melarang Muawiyah melakukannya.

Walaupun begitu, saya tetap membuka tanggapan siapapun soal hadis ini atau tanggapan mereka yang mau membela Muawiyah, silakan, silakan semuanya selalu bisa dibahas.

Salam Damai

17 Tanggapan

  1. Aduh maaf…, sepertinya sejak kejadian “daumatul jandal” aku kok kurang bisa menilai muawiyyah secara objektif yah??!
    jadi…, baca2 dulu deh..

  2. Ada yang mau membela Muawiyyah? Ah mas yang bener aja? 🙂

  3. @armand
    Ada, yaitu keturunan bani umayyah (mungkin masih ada) dan orang2 yang telah terpengaruh buku2 (hadis2) atas kebaikan2 Muawiyah…hehehe…

  4. Kalo saya no comment dech…. Setiap orang kan nggak ada yang sempurna kecuali Rasulullah. Dan saya sangat ngeri kalo sampai membicarakan hal-hal (yang kita anggap sebagai kejelekan) mengenai sahabat maupun keluarga Rasulullah yang memang telah dijamin Allah selamat.

    Atau sebenarnya kita memang telah terperangkap skenario kafir untuk saling baku hantam? 🙄 Wallahu ‘alam. *merenung*

  5. mas Muis permasalahannya bukan pada sempurna atau tidak sempurna. Tapi permasalahannya adalah bahwa ada pihak yang mengatakan semua sahabat adalah adil. Padahal dalam AlQuran cukup banyak informasi2 mengenai para sahabat yang durhaka dan menyakiti Rasul saw sampai pada tingkat murtad (lihat QS Ali Imran 144).

    Salah satu yang mengagungkan Muawiyah adalah kaum Salafi/Wahabi yang memang mengakar dari Ibnu Taimiyah yang ternyata ada hubungan nasab dg Yazid bin Muawiyah. Padahal semua orang muslim yang rajin baca sejarah (kecuali Salafi/Wahabi) mengetahui bahwa dia adalah anak dari musuh besar Islam, yaitu Abu Sufyan yang baru masuk Islam setelah pedang berada diatas kepalanya (ath-Thulaqo), artinya terpaksa. Dia pula yang melakukan tipu daya atas Imam Ali as dalam peristiwa Tahkim. Dia pula yg melaknat Imam Ali as selama 80 tahun. Dia pula yang telah membunuh Imam Hasan as dan para pengikut Imam Ali as yg ketahuan meriwayatkan keutamaan Imam Ali as.

    Pada masa kekuasaannya pula diproduksi hadis2 palsu untuk mengagungkan diri dan para sahabat durhaka lainnya dan sebaliknya mengecilkan bahkan menghina pribadi2 Ahlul Bait.

    Coba anda buka blognya Salafi/Wahabi yaitu “Haulasyiah”, “AlBayyinat” dan “Hidayatullah”. Pasti anda akan banyak menemukan sumpah serapah dan fitnah2 terhadap mazhab lain yg bikin bulu kuduk merinding !

  6. abd.muis
    Allah memberikan akal pd kita untuk berpikir dan mencari yg benar. Kalau semua tdk sempurna maka dari ketidak sempurnanya mereka dgn akal kita memilah mana yg benar. Kalau mas katakan hanya Rasul yg benar lalu apa yg harus kita perbuat sekarang. Rasul sdh tdk ada lagi. Sedangkan utk tempat panutan atau bertanya semua tdk sempurna. Apakah Allah membiarkan umat dlm keragu raguan? Subhanallah maha suci Allah dari mendhalimi hambanya. Pikir yg benar mas. Firman Allah: Kuutus para nabi utk membawa berita dan menjelaskan agar nanti pd hari pembalasan tdk ada yg menjawab: Kami tidak diberi kabar.(kurang lbh demikian bunyinya)
    Jadi pasti ada hamba2nya yg telah Allah persiapkan dan bukan MANUSIA yg menunjuk atau menentukan. Wasalam

  7. Muawwiyah Radhiyallahu ‘Anhu telah didoakan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: Ya Allah jadikanlah iya orang yang memberi petunjuk, orang mendapat petunjuk dan berilah petunjuk manusia dengannya (Hadits Shahih riwayat at Tirmidzi)
    mohon tanggapannya terhadap hadis ini mas??

  8. @abubakar saleh

    Mas SP telah mengupas kepalsuan hadis tersebut. Anda bisa baca artikelnya.

    Salam

  9. siapa itu SP ? dah dibolak -balik kitab kuning kaga ada tuch nama ulama’ hadits bernama SP.. berarti dia itu majhul.. maka ucapannya, artikelnya adalah matruk!

  10. itu status haditsnya apa? shahih, hasan atau dhaif? karena hadits walaupun berasal dari muhaddits umdah, bukan berarti hadits itu mu’tabar. Lagi pula saya tidak pernah baca hadits yang seakan akan mendiskriminasi Muawiyah…

  11. @imem

    Ngga usah ngomong yang ngga jelas dan menyombongkan diri. Adakah argumen anda untuk menyanggah paparan SP di atas?

  12. Salam…

    @armand

    Biarkanlah… Ku perhatikan @Imem takjub dengan akhlaknya sendiri seolah-olah dapat mencontohi akhlak yang dibawakan Para Nabi.

    wasSalam

    @armand… kamu mahu memperhatikan bangsa Melayu rakyatnya Malaysia dalam hal-hal sealiran dengan @Imem. Silalah klik link –> http://tenteradajjal.blogspot.com/

  13. @F@T L
    Susah jg ngejanya 🙂

    Makasih linknya. Sy cuman bisa mengelus dada membacanya.

    Mereka sudah benar-benar terjerumus kepada kedengkian dan rasa benci. Mengilustrasikan gambar Imam Khomenei seperti itu hanya mencerminkan kebencian dan akhlak yang buruk dari mereka. Bagaimana bisa mereka selalu bicara mengenai akhlak?

  14. […] saya pernah menampilkan riwayat  yang menunjukkan hal ini dalam tulisan saya yang berjudul Meluruskan Muawiyah. Kali ini saya akan menampilkan riwayat lain yang menunjukkan hal yang sama. Mengapa Muawiyah […]

  15. kalau membaca sejarah muawiyah, kelihatannya opsi yang kedua paling tepat bahwa muawiyah dengan mental jahiliyahnya tidak pernah respect kepada nabi, muawiyah baik pada masa kekafiran maupun setelah islamnya tidak pernah peduli pada nabi dan keluarganya, bahkan cenderung memusuhinya. maka setelah wafatnya nabi suci saww, beliau melihat ada kesempatan untuk mempraktekkan kembali ajaran agama nenek moyangnya yaitu hedonisme. dalam pemerintahan monarki masalah hedonisme adalah ciri yang sangat menonjol, maka disini terlihat dengan jelas ajaran nabi suci saww yang telah dipraktekkan dengan sangat baik oleh imam ali yaitu hidup zuhud, berbanding terbalik dengan kehidupan muawiyah di istananya yang serba glamour, suka hura2. kehidupan seperti ini seringnya merusak akhlak orang, maka jadilah bani umayah sebagai golongan nashibi karena mereka membenci ajaran nabi suci saww yang kemudian diteruskan oleh ahlul baytnya yang selalu mementingkan akhirat daripada dunia.

  16. […] saya pernah menampilkan riwayat  yang menunjukkan hal ini dalam tulisan saya yang berjudul Meluruskan Muawiyah. Kali ini saya akan menampilkan riwayat lain yang menunjukkan hal yang sama. Mengapa Muawiyah […]

  17. […] saya pernah menampilkan riwayat  yang menunjukkan hal ini dalam tulisan saya yang berjudul Meluruskan Muawiyah. Kali ini saya akan menampilkan riwayat lain yang menunjukkan hal yang sama. Mengapa Muawiyah […]

Tinggalkan komentar