Mereka Yang Lebih Baik Dari Sahabat Nabi

Mereka Yang Lebih Baik Dari Sahabat Nabi

Judul yang berlebihan? Sepertinya sih, tapi begitulah adanya. Dari dulu kita selalu disuap dengan cerita-cerita, kisah-kisah dan doktrin-doktrin tentang Para Sahabat Nabi SAW. Disuap sedikit demi sedikit dengan diiringi dalil-dalil berupa ayat-ayat dan hadis-hadis. Sampai akhirnya terbentuklah manusia yang tergila-gila dengan sahabat Nabi SAW. Mereka seolah tidak bisa melihat sedikitpun kekurangan para Sahabat, pikiran mereka dipenuhi kecurigaan kepada setiap orang yang berani mengkritik para Sahabat. Tidak jarang dari mereka bahkan menjadikan Sahabat ini sebagai tolak ukur kekafiran. Barang siapa berani mengkritik Sahabat maka diragukan keislamannya.

Sungguh patut disayangkan, Keutamaan para Sahabat tentu tidak bisa dinafikan tetapi sikap Ifrath alias berlebih-lebihan tentu tidaklah benar. Bagaimana mungkin Mereka bisa melupakan bahwa Para Sahabat adalah manusia yang bermacam-macam karakternya?. Atau mengapa mereka tidak memahami kalau para Sahabat Nabi SAW adalah pribadi yang tidak maksum. Tidak ada suatu ketetapan baik dari Allah dan RasulNya bahwa para Sahabat Nabi SAW adalah manusia-manusia yang selalu benar. Mereka para sahabat adalah pribadi-pribadi yang mempelajari Ilmu dari Rasulullah SAW dan apa yang ada pada mereka sesuai dengan yang diusahakan masing-masing Mereka.

Sehingga tidaklah patut diherankan jika diantara mereka para Sahabat terdapat sikap saling kritik-mengkritik terhadap kesalahan yang dibuat oleh sebagian yang lain. Bahkan ada diantara Mereka yang begitu kerasnya mengkritik hingga menggunakan kata-kata kasar. Begitu pula Sejarah telah menjadi saksi nyata bagaimana para Sahabat bisa berpecah-belah. Di antara mereka ada yang entah terpaksa atau tidak terlibat dalam perperangan satu sama lain. Perang tersebut telah begitu banyak memakan korban kaum Muslim.

Menyikapi situasi ini sebagian orang menyatakan bahwa diantara para Sahabat ternyata ada juga orang munafik. Sedangkan Sebagian orang yang tergila-gila pada Sahabat berdalih bahwa perang itu adalah ulah kaum munafik dimana mereka para Sahabat terjebak di dalamnya. Jika dalih itu benar maka tetap saja mereka para Sahabat ternyata bisa dipermainkan oleh kaum Munafik. Bukankah hal ini juga termasuk kekurangan para Sahabat. Dalih apapun tidak bisa memutihkan kembali riwayat hitam yang sudah ada, jadi sikap menerima apa adanya dan bersikap objektif adalah sebuah pilihan yang rasional.

.

.

Cukup pembukaannya, saya curiga jika ini diteruskan maka akan ada yang meragukan keislaman saya. Kembali ke judul di atas, itu bukanlah pendapat saya pribadi. Saya hanya mengulang apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW. Sabda Rasulullah SAW itulah yang menjadi inti tulisan ini.

أبو جمعة قال تغدينا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم ومعنا أبو عبيدة بن الجراح قال فقال يا رسول الله هل أحد خير منا اسلمنا معك وجاهدنا معك قال نعم قوم يكونون من بعدكم يؤمنون بي ولم يروني

Diriwayatkan dari Abu Jum’ah RA yang berkata “Suatu saat kami pernah makan siang bersama Rasulullah SAW dan ketika itu ada Abu Ubaidah bin Jarrah RA yang berkata “Wahai Rasulullah SAW adakah orang yang lebih baik dari kami? Kami memeluk Islam dan berjihad bersama Engkau. Beliau SAW menjawab “Ya, ada yaitu kaum yang akan datang setelah kalian, yang beriman kepadaKu padahal mereka tidak melihat Aku”.

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad juz 4 hal 106 hadis no 17017 tahqiq Syaikh Syu’aib Al Arnauth dimana beliau berkata حديث صحيح hadis ini shahih.

Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid juz 10 hal 52 hadis no 16693 telah membawakan hadis ini dan berkata

رواه أحمد وأبو يعلى والطبراني بأسانيد وأحد أسانيد أحمد رجاله ثقات

Hadis riwayat Ahmad, Abu Ya’la dan Thabrani dengan sanadnya masing-masing dan sanad riwayat Ahmad Perawinya Tsiqat.

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ad Darimi dalam Sunan Ad Darimi juz 2 hal 398 hadis no 2744 dengan sanad yang shahih. Dan diriwayatkan pula oleh Al Hakim dalam kitabnya Mustadrak Ash Shahihain juz 4 hal 85 hadis no 6992 dimana Beliau berkata hadis tersebut shahih dan disepakati oleh Adz Dzahabi dalam Talkhis Al Mustadrak .

Saya tidak akan banyak bercerita soal hadis tersebut karena kata demi kata dalam hadis tersebut sudah sangat jelas. Kata-kata Abu Ubaidah bin Jarrah RA adakah orang yang lebih baik dari kami? Itu merujuk pada para Sahabat Nabi . Rasulullah SAW menjawab bahwa ada yang lebih baik yaitu kaum setelah Sahabat yang beriman kepada Rasulullah SAW walaupun mereka tidak melihat Beliau SAW. Jadi Mereka itulah yang dimaksud dalam judul di atas yaitu Mereka Yang Lebih Baik Dari Para Sahabat Nabi.

Salam Damai

35 Tanggapan

  1. “yang lebih baik dari sahabat nabi ?!”

    emm … bentar, saya inget-inget dulu pelajaran SD saya

    *mikir*

    oh ya … ada tiga kalau nggak salah, yaitu sahabat Allah, sahabat malaikat, dan sahabat kitab :mrgreen:

    *ngakak guling-guling*
    *tapi ini serius lho*

  2. Eid Mubarak!

    Maaf sebelumnya kalau saya sok tau lagi… menurut analisa saya 🙂 setelah ini kyknya bang SP akan membahas orang-orang yg punya sifat kebalikan dari orang yang “tergila-gila” kepada sahabat berganti ke orang-orang yang “terlalu apriori dan antipati” thd sahabat… yang mereka suka menelan mentah-mentah riwayat2 yang memojokkan sahabat tanpa dicek terlebih dahulu kesahihannya dan mengabaikan riwayat2 lain yg berbicara sebaliknya, sehingga pemahaman orang-orang ini masih sepenggal2 dan belum terintegrasi…

    dan pada akhirnya, menurut analisa saya lg nich… setelah beliau (Insya Allah) berhasil melewati “area terlarang” dengan selamat, bang SP akan sampai pada satu kesimpulan… dan beliaupun akhirnya akan membahas orang-orang yang telah menemukan kebenaran (yang berhasil melewati area terlarang dengan selamat) tsb, orang2 yang pemahaman mereka telah terintegrasi dg baik…yg mereka menghargai Rasul sebagai seorang yang telah sukses menanam “pohon Islam”, yg pohon tsb telah tumbuh berkembang dan menghasilkan buahnya…(bukan pohon yg tidak berguna ato merugikan) yaitu mereka yang memuliakan Ahlul Bait dan juga Sahabat2 Nabi Salallahu Alaihi Wassalam berdasarkan nash2 yang Qoth’i dari Al-Qur’an dan Sunnah tanpa sentimen thd salah satu dari mereka, dan mereka telah maklum bahwa orang-orang terdekat Nabi adalah juga manusia yang tidak maksum, shg jika didapati dlm catatan sejarah (mesti diteliti dulu) perselisihan diantara mereka, tidak kmdn sok menjadi hakim, dan menganggapnya adalah perbedaan ijtihad diantara mereka semata, tanpa mengurangi keutamaan mereka yg telah tertulis dalam Al-Qur’an dan Sunnah dan telah terukir dengan tinta emas pada kitab2 sejarah dunia yang tak akan pernah redup oleh orang2 yang berusaha memadamkannya…sehingga hidup orang2 yg menemukan kebenaran tsb terasa tentram… matipun tenang…karena mereka TIDAK MEWARISI kebencian, penyesalan dan dendam kesumat musuh2 generasi Islam awal yang masih eksis turun-temurun selama berabad-abad hingga sekarang…tak ada kedengkian di hati mereka sedikitpun terhadap orang2 yang lebih dahulu beriman, bahkan mereka selalu mendo’akannya…sebagaimana firman Allah :

    Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS 59:10)

    Mudah2an artikel beliau yg spt ini akan segera terbit…kita tunggu saja…

    Salam Damai Selalu…

  3. Analisa atau asumsi ustadz? Baiknya jika ustadz yang pengkajian ini. Sekali-kali saya ingin melihat pemaparan ilmiah dari ustadz soegi.

    Anggap saja mas SP akan tema-tema lanjutan yang nampaknya begitu ingin Anda angkat.

    Kembali seperti komentar saya dipostingan lain. Mengapa tidak ustadz soegi yang membahas. Toh nampaknya ustadz soegi sudah memiliki pengetahuan akan hal itu, setidaknya sedikit.

    Jadi, mari kita simak pemaparan ilmiah dari ustadz soegi. Semoga kita mendapatkan ilmu dan hikmah darinya.

  4. Jangan panjangkan lidah kepada para Sahabat ataupun ulama. Mereka pewaris Nabi, kita ni sapa nak kenen depa, depa tu kekasih Allah, kot nanti Allah istihar perang dengan kita baru nak kalut……berhati-hati di jalan raya…

  5. silakan bertaubat sebelum semuanya terlambat, mas
    Rosulullah bersabda, bahwa ikutlah sunnahku dan sunnah para sahabatku (khulafourrosyidin).

  6. njih, kulo bade tobat.

  7. @watonist
    hmmmm itu ya
    *merenung*

    @soegi
    hmm wah kayaknya saya setuju dengan Mas Ressay, silakan Mas saja yang menampilkandan ntar bisa dibahas sama-sama. Kalau saya ntar keburu nggak sempat 🙂

    @ressay
    semoga beliau berkenan ya 🙂

    @nizar
    Alhamdulillah, gak perlu lidah pakai dipanjang-panjangkan, cukup yang benar katakan benar dan salah katakan salah 🙂

    @anggit
    mari sama-sama bertaubat 🙂
    koreksi nih Rasulullah SAW gak pernah bilang ikuti sunnah sahabat, justru yang benar Sunnah Khulafaur Rasydin. Ada bedanya itu lho 🙂

    @ressay
    ???

  8. Tdk ada sunah sahabat pd jaman Nabi Saw, masa sunah sahabat disunahkan lagi ke sahabat? he he

  9. salam
    @asep
    ya gt deh mas,sunah shbt panjang bgt jdnya. .knpa g sunah ahlulbait aja yg lbh jelas riwayatnya?ma’sum pula 🙂

  10. tolong kalo ada yang tau hadis Nabi saw yang menyebutkan bahwa kita disuruh mengikuti sahabat, itu sahabat yang mana ya? tolong disebutkan nama2nya.

    kemudian konon kita disuruh mengikuti khulafaur- rosyidin? tolong kalo ada yang tau MENURUT RASULULLAH SAW, nama-nama khulafaur-rosyidin itu siapa ya (tolong hadis yang menyebut nama-nama mereka yang dimaksud)?

    trims

  11. Minal aidin walfaidzin……

  12. @Secondprince
    Bukannya Sahabat juga mencakup generasi ke-2 dan 3 setelah Nabi?

  13. @Armand
    Iya bener mas Armand…Yang bisa qta percaya/jadikan pegangan adalah generasi 1,2 dan ke 3 setelah Rasulullah..Karena ada dasarnya dari Hadits, Generasi setelah itu sudah agak membingungkan (bukannya sudah ga bener lho ya…Cuma maksud saya sudah mulai banyak aliran2 lain gt selain Ahlus Sunnah Wal Jama’ah). Yah untuk mudahnya qta milih aja dari 4 Mazhab yang terkenal itu..Insyallah bener smua..Anggaplah perbedaan sebagai rahmat bukan sebagai penghalang dalam qta beribadah..Amien…

  14. @Rio
    Bukannya Syi’ah mazhab yang paling tua (awal)?.. :mrgreen:

    Wassalam

  15. @Syafiin
    Insyallah ini dalil nya mas…

    Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah (orang yang hidup) pada masaku ini (yaitu generasi Sahabat), kemudian yang sesudahnya (generasi Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (generasi Tabi’ut Tabi’in).”

    (HR. Al-Bukhari dan Muslim). (HR. Al-Bukhari no. 2652 dan Muslim no. 2533 (212), dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud r.a.).

  16. @truthseeker08

    Tapi Syi’ah terhitung lahir di luar Arab mas…

  17. Bukannya maksud saya untuk mengatakan bahwa Syi’ah itu tidak benar, tetapi klo untuk saya pribadi agak kurang setuju dengan paham Syi’ah..Saya pernah baca dalam buku Syi’ah yang isinya mengolok2 sahabat Nabi yang lain selain Ali Ra..Tapi smua itu terserah kawan2 bagaimana menfsirkannya..:)

    Wassalam…

  18. @Rio

    Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah (orang yang hidup) pada masaku ini (yaitu generasi Sahabat), kemudian yang sesudahnya (generasi Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (generasi Tabi’ut Tabi’in).

    Saya ga tau apakah hadits dari mas ini benar-benar ada dan ditulis oleh Bukhari dan Muslim atau tidak. Tapi apakah mas ga bertanya-tanya mengenai kondisi generasi pertama dan kedua (?) setelah Nabi saw yang riwayatnya sangat bertentangan dgn hadits tsb?
    Seperti ini mas:
    1. Terjadinya pembunuhan atas khalifah2 Islam.
    2. Terjadinya perang antar sahabat; Perang Shiffin dan Perang Jamal.
    3. Pembunuhan atas Imam Husein as dan Keluarganya Yang suci
    4. Pembunuhan atas Imam Hasan as
    5. Kepemimpinan Bani Umayyah yang penuh dengan keangkaramurkaan (kecuali Umar bin Abul Aziz)
    6. Pengejaran, penganiayaan dan pembunuhan atas keturunan Ahlulbayt Nabi saw dan pengikutnya.
    7. Peperangan perebutan kekuasaan antara Bani Umayyah dan Bani Abbasyiah.

    Apakah Rasul saw akan mengatakan generasi pertama dan kedua setelahnya adalah generasi terbaik sementara Beliau paham tindak kekerasan dan pembunuhan yang akan terjadi dengan Fatimah as, Imam Ali as, Imam Hasan as, Imam Husein as, dan keturunannya?

    Salam

  19. Ass.Wr. Wb.

    @Rio
    Salam kenal

    Mas mengatakan :
    Anggaplah perbedaan sebagai rahmat bukan sebagai penghalang dalam qta beribadah..Amien…

    Janganlah menganggap perbedaan sebagai rakhmat, karena sejarah membuktikan sudah terlalu banyak umat Islam yang tidak berdosa yang menjadi korban, seperti yang mas Armand tuliskan :

    1. Terjadinya pembunuhan atas khalifah2 Islam.
    2. Terjadinya perang antar sahabat; Perang Shiffin dan Perang Jamal.
    3. Pembunuhan atas Imam Husein as dan Keluarganya Yang suci
    4. Pembunuhan atas Imam Hasan as
    5. Kepemimpinan Bani Umayyah yang penuh dengan keangkaramurkaan (kecuali Umar bin Abul Aziz)
    6. Pengejaran, penganiayaan dan pembunuhan atas keturunan Ahlulbayt Nabi saw dan pengikutnya.
    7. Peperangan perebutan kekuasaan antara Bani Umayyah dan Bani Abbasyiah.

    Dan banyak lagi peperangan hingga saat ini , sehingga banyak umat Islam yang tidak berdosa menjadi korban dan mudah diadu dombakan oleh pihak lain, karena adanya perbedaan tsb.

    Jadi pemahaman perbedaan merupakan rakhmat yang benar adalah umat Islam tersebar diseluruh dunia : berbangsa-bangsa, beda bahasa, beda warna kulit dll. Kalo aqidah / ibadah ya harus sama, karena Tuhannya satu, kitabnya satu, Nabinya satu. Kita harus mempunyai satu tujuan yang sesuai dengan Al Qur’an dan Hadist dari Ahlul Bait Nabi Saw.

    Demikian, semoga berkenan.

    Wass. Wr. Wb.

  20. Salam, ikutan ahhh

    @Rio
    “Saya pernah baca dalam buku Syi’ah yang isinya mengolok2 sahabat Nabi yang lain selain Ali”

    Buku yg mana tuh mas, saya rasa buku2 org syiah/yang dikarang org syiah gak pernah mengolok2 apalagi menghina sahabat. Mungkin yang ada buku2 yang mengungkapkan kejelekan/keburukan sahabat yang tidak patut diikuti/dicontoh. Kalo mau tau syiah yaaa harus belajar ma org syiah/bermadzhab Ahlul Bayt, jangan dari org yg benci syiah atau cuma sekedar baca…peace ah

    @armand & asep
    Kayaknya perbedaan memang suatu Rahmat, kalo ada banyak org Islam yg gak bedosa jd korban, pembunuhan atau peperangan, penghianatan, fitnah atau segala macem…yaaa itu efek dari perbedaan itu sendiri. Mungkin saya salah mohon dibimbing…

  21. Syi’ah Berbeda dengan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

    Asal-usul Syiah

    Syiah secara etimologi bahasa berarti pengikut, sekte dan golongan. Sedangkan dalam istilah Syara’, Syi’ah adalah suatu aliran yang timbul sejak pemerintahan Utsman bin Affan yang dikomandoi oleh Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi dari Yaman. Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, lalu Abdullah bin Saba’ mengintrodusir ajarannya secara terang-terangan dan menggalang massa untuk memproklamirkan bahwa kepemimpinan (baca: imamah) sesudah Nabi saw sebenarnya ke tangan Ali bin Abi Thalib karena suatu nash (teks) Nabi saw. Namun, menurut Abdullah bin Saba’, Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman telah mengambil alih kedudukan tersebut.

    Keyakinan itu berkembang sampai kepada menuhankan Ali bin Abi Thalib. Berhubung hal itu suatu kebohongan, maka diambil tindakan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu mereka dibakar, lalu sebagian mereka melarikan diri ke Madain. Aliran Syi’ah pada abad pertama hijriyah belum merupakan aliran yang solid sebagai trend yang mempunyai berbagai macam keyakinan seperti yang berkembang pada abad ke-2 hijriyah dan abad-abad berikutnya.

    Pokok-Pokok Penyimpangan Syiah pada Periode Pertama:

    1. Keyakinan bahwa imam sesudah Rasulullah saw adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib ra.

    2. Keyakinan bahwa imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa)

    3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari Kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.

    4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan Imam.

    5. Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.

    6. Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut

    7. Keyakinan mencaci maki para Sahabat atau sebagian Sahabat seperti Utsman bin Affan (lihat Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql hal. 237)

    8. Pada abad ke-2 hijriyah, perkembangan keyakinan Syi’ah semakin menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti Sofawiyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi Khomaini dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran sejak 1979.

    Pokok-Pokok Penyimpangan Syi’ah Secara Umum:

    1. Pada Rukun Iman:

    Syiah hanya memiliki 5 rukun iman, tanpa menyebut keimanan kepada para Malaikat, Rasul dan Qadha dan Qadar- yaitu: 1. Tauhid (keesaan Allah), 2. Al-’Adl (keadilan Allah) 3. Nubuwwah (kenabian), 4. Imamah (kepemimpinan Imam), 5.Ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan). (Lihat ‘Aqa’idul Imamiyah oleh Muhammad Ridha Mudhoffar dll)

    2. Pada Rukun Islam:

    Syiah tidak mencantumkan Syahadatain dalam rukun Islam, yaitu: 1.Shalat, 2.Zakat, 3.Puasa, 4.Haji, 5.Wilayah (perwalian) (lihat Al-Khafie juz II hal 18)

    3. Syi’ah meyakini bahwa Al-Qur’an sekarang ini telah dirubah, ditambahi atau dikurangi dari yang seharusnya, seperti: “wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna ‘ala ‘abdina FII ‘ALIYYIN fa`tu bi shuratim mim mitslih (Al-Kafie, Kitabul Hujjah: I/417). Ada ta mbahan “fii ‘Aliyyin” dari teks asli Al-Qur’an yang berbunyi: “wa inkuntum fii roibim mimma nazzalna ‘ala ‘abdina fa`tu bi shuratim mim mits lih” (Al-Baqarah:23)

    Karena itu mereka meyakini bahwa: Abu Abdillah a.s (imam Syiah) berkata: “Al-Qur’an yang dibawa oleh Jibril a.s kepada Nabi Muhammad saw adalah 17.000 ayat (Al-Kafi fil Ushul Juz II hal.634). Al-Qur’an mereka yang berjumlah 17.000 ayat itu disebut Mushaf Fatimah (lihat kitab Syi’ah Al-Kafi fil Ushul juz I hal 240-241 dan Fashlul Khithab karangan An-Nuri Ath-Thibrisy)

    1. Syi’ah meyakini bahwa para Sahabat sepeninggal Nabi saw, mereka murtad, kecuali beberapa orang saja, seperti: Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifary dan Salman Al-Farisy (Ar Raudhah minal Kafi juz VIII hal.245, Al-Ushul minal Kafi juz II hal 244)

    2. Syi’ah menggunakan senjata “taqiyyah” yaitu berbohong, dengan cara menampakkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya, untuk mengelabui (Al Kafi fil Ushul Juz II hal.217)

    3. Syi’ah percaya kepada Ar-Raj’ah yaitu kembalinya roh-roh ke jasadnya masing-masing di dunia ini sebelum Qiamat dikala imam Ghaib mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan anak-anaknya untuk balas dendam kepada lawan-lawannya.

    4. Syi’ah percaya kepada Al-Bada’, yakni tampak bagi Allah dalam hal keimaman Ismail (yang telah dinobatkan keimamannya oleh ayahnya, Ja’far As-Shadiq, tetapi kemudian meninggal disaat ayahnya masih hidup) yang tadinya tidak tampak. Jadi bagi mereka, Allah boleh khilaf, tetapi Imam mereka tetap maksum (terjaga).

    5. Syiah membolehkan “nikah mut’ah”, yaitu nikah kontrak dengan jangka waktu tertentu (lihat Tafsir Minhajus Shadiqin Juz II hal.493). Padahal hal itu telah diharamkan oleh Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib sendiri.

    Nikah Mut’ah

    Nikah mut’ah ialah perkawinan antara seorang lelaki dan wanita dengan maskawin tertentu untuk jangka waktu terbatas yang berakhir dengan habisnya masa tersebut, dimana suami tidak berkewajiban memberikan nafkah, dan tempat tinggal kepada istri, serta tidak menimbulkan pewarisan antara keduanya.

    Ada 6 perbedaan prinsip antara nikah mut’ah dan nikah sunni (syar’i):

    1. Nikah mut’ah dibatasi oleh waktu, nikah sunni tidak dibatasi oleh waktu.

    2. Nikah mut’ah berakhir dengan habisnya waktu yang ditentukan dalam akad atau fasakh, sedangkan nikah sunni berakhir dengan talaq atau meninggal dunia

    3. Nikah mut’ah tidak berakibat saling mewarisi antara suami istri, nikah sunni menimbulkan pewarisan antara keduanya.

    4. Nikah mut’ah tidak membatasi jumlah istri, nikah sunni dibatasi dengan jumlah istri hingga maksimal 4 orang.

    5. Nikah mut’ah dapat dilaksanakan tanpa wali dan saksi, nikah sunni harus dilaksanakan dengan wali dan saksi.

    6. Nikah mut’ah tidak mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri, nikah sunni mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri.

    Dalil-Dalil Haramnya Nikah Mut’ah

    Haramnya nikah mut’ah berlandaskan dalil-dalil hadits Nabi saw juga pendapat para ulama dari 4 madzhab. Dalil dari hadits Nabi saw yang diwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya Shahih Muslim menyatakan bahwa dari Sabrah bin Ma’bad Al-Juhaini, ia berkata: “Kami bersama Rasulullah saw dalam suatu perjalanan haji. Pada suatu saat kami berjalan bersama saudara sepupu kami dan bertemu dengan seorang wanita. Jiwa muda kami mengagumi wanita tersebut, sementara dia mengagumi selimut (selendang) yang dipakai oleh saudaraku itu. Kemudian wanita tadi berkata: “Ada selimut seperti selimut”. Akhirnya aku menikahinya dan tidur bersamanya satu malam. Keesokan harinya aku pergi ke Masjidil Haram, dan tiba-tiba aku melihat Rasulullah saw sedang berpidato diantara pintu Ka’bah dan Hijr Ismail. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, aku pernah mengizinkan kepada kalian untuk melakukan nikah mut’ah. Maka sekarang siapa yang memiliki istri dengan cara nikah mut’ah, haruslah ia menceraikannya, dan segala sesuatu yang telah kalian berikan kepadanya, janganlah kalian ambil lagi. Karena Allah azza wa jalla telah mengharamkan nikah mut’ah sampai Hari Kiamat (Shahih Muslim II/1024). Dalil hadits lainnya: Dari Ali bin Abi Thalib ra. ia berkata kepada Ibnu Abbas ra bahwa Nabi Muhammad saw melarang nikah mut’ah dan memakan daging keledai jinak pada waktu perang Khaibar (Fathul Bari IX/71)

    Pendapat Para Ulama

    Berdasarkan hadits-hadits tersebut diatas, para ulama berpendapat sebagai berikut:

    · Dari Madzhab Hanafi, Imam Syamsuddin Al-Sarkhasi (wafat 490 H) dalam kitabnya Al-Mabsuth (V/152) mengatakan: “Nikah mut’ah ini bathil menurut madzhab kami. Demikian pula Imam Ala Al Din Al-Kasani (wafat 587 H) dalam kitabnya Bada’i Al-Sana’i fi Tartib Al-Syara’i (II/272) mengatakan, “Tidak boleh nikah yang bersifat sementara, yaitu nikah mut’ah”

    · Dari Madzhab Maliki, Imam Ibnu Rusyd (wafat 595 H) dalam kitabnya Bidayatul Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtashid (IV/325 s.d 334) mengatakan, “hadits-hadits yang mengharamkan nikah mut’ah mencapai peringkat mutawatir” Sementara itu Imam Malik bin Anas (wafat 179 H) dalam kitabnya Al-Mudawanah Al-Kubra (II/130) mengatakan, “Apabila seorang lelaki menikahi wanita dengan dibatasi waktu, maka nikahnya batil.”

    · Dari Madzhab Syafi’, Imam Syafi’i (wafat 204 H) dalam kitabnya Al-Umm (V/85) mengatakan, “Nikah mut’ah yang dilarang itu adalah semua nikah yang dibatasi dengan waktu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti ucapan seorang lelaki kepada seorang perempuan, aku nikahi kamu selama satu hari, sepuluh hari atau satu bulan.” Sementara itu Imam Nawawi (wafat 676 H) dalam kitabnya Al-Majmu’ (XVII/356) mengatakan, “Nikah mut’ah tidak diperbolehkan, karena pernikahan itu pada dasarnya adalah suatu aqad yang bersifat mutlaq, maka tidak sah apabila dibatasi dengan waktu.”

    · Dari Madzhab Hambali, Imam Ibnu Qudamah (wafat 620 H) dalam kitabnya Al-Mughni (X/46) mengatakan, “Nikah Mut’ah ini adalah nikah yang bathil.” Ibnu Qudamah juga menukil pendapat Imam Ahmad bin Hambal (wafat 242 H) yang menegaskan bahwa nikah mut’ah adalah haram.

    Dan masih banyak lagi kesesatan dan penyimpangan Syi’ah. Kami ingatkan kepada kaum muslimin agar waspada terhadap ajakan para propagandis Syi’ah yang biasanya mereka berkedok dengan nama “Wajib mengikuti madzhab Ahlul Bait”, sementara pada hakikatnya Ahlul Bait berlepas diri dari mereka, itulah manipulasi mereka. Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang lurus berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih. Lebih lanjut bagi yang ingin tahu lebih banyak, silakan membaca buku kami “Mengapa Kita Menolah Syi’ah”.

    Rujukan:

    1. Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, Dirasat fil ahwa wal firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minha

    2. Drs. KH Dawam Anwar dkk, Mengapa Kita menolak Syi’ah

    3. H. Hartono Ahmad Jaiz, Di bawah Bayang-bayang Soekarno-Soeharto

    4. Abdullah bin Sa’id Al-Junaid, Perbandingan antara Sunnah dan Syi’ah.

    5. Kitab-kitab karangan orang Syi’ah

  22. Kewajiban Mengikuti Jejak Salafush Shalih Dan Menetapkan Manhajnya :

    DALIL-DALIL DARI AS-SUNNAH
    ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

    “Artinya : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis dengan tangannya kemudian bersabda: ‘Ini jalan Allah yang lurus.’ Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda: ‘Ini adalah jalan-jalan yang bercerai-berai (sesat) tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat syaitan yang menyeru kepadanya.’ Selanjutnya beliau membaca firman Allah Jalla wa ’Ala: ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.’” [Al-An’aam: 153] [1]

    “Artinya : Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Shahabat), kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya. Setelah itu akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” [2]

    Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan tentang kebaikan mereka, yang merupakan sebaik-baik manusia serta keutamaannya. Sedangkan perkataan ‘sebaik-baik manusia’ yaitu tentang ‘aqidahnya, manhajnya, akhlaqnya, dakwahnya dan lain-lainnya. Oleh karena itu, mereka dikatakan sebaik-baik manusia [3]. Dan dalam riwayat lain disebutkan dengan kata “khaiyrukum” (sebaik-baik kalian) dan dalam riwayat yang lain disebutkan “khaiyru ummatiy” (sebaik-baik ummatku.’)

    Kata Shahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:

    “Artinya : Sesungguhnya Allah melihat hati hamba-hambaNya dan Allah mendapati hati Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik hati manusia, maka Allah pilih Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusanNya. Allah memberikan risalah kepadanya, kemudian Allah melihat dari seluruh hati hambah-hamba-Nya setelah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka didapati bahwa hati para Shahabat merupakan hati yang paling baik sesudahnya, maka Allah jadikan mereka sebagai pendamping NabiNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mereka berperang atas agamaNya. Apa yang dipandang kaum Muslimin (para Shahabat Rasul) itu baik, maka itu baik pula di sisi Allah dan apa yang mereka (para Shahabat Rasul) pandang jelek, maka jelak di sisi Allah” [4]

    Dan dalam hadits lain pun disebutkan tentang kewajiban kita mengikuti manhaj Salafush Shalih (para Shahabat), yaitu hadits yang terkenal dengan hadits ‘Irbadh bin Sariyah, hadits ini terdapat pula dalam al-Arbain an-Nawawiyah no. 28:

    Artinya : “Berkata al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu [5]: ‘Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami dan memberikan nasehat kepada kami dengan nasehat yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati bergetar, maka seseorang berkata: ‘Wahai Rasulullah, nasehat ini seakan-akan nasehat dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah kami wasiat.’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku wasiatkan kepada kalian supaya tetap bertaqwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kamu adalah seorang budak Habasiyyah. Sungguh, orang yang masih hidup di antara kalian setelahku maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah dia dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru, karena sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah adalah sesat.’” [6]

    Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang akan terjadinya perpecahan dan perselisihan pada ummat-nya, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mem-berikan jalan keluar untuk selamat dunia dan akhirat, yaitu dengan mengikuti Sunnahnya dan sunnah para Shahabatnya ridhwanullaahu ‘alaihim jami’an. Hal ini menunjukkan tentang wajibnya mengikuti Sunnahnya (Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan sunnah para Shahabatnya ridhwanullahu ‘alaihim jami’an.

    Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya ummat ini menjadi 73 golongan):

    “Artinya : Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahlul Kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan satu golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah.” [7]

    Dalam riwayat lain disebutkan:

    “Artinya : Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para Shahabatku berjalan di atasnya.” [8]

    Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa ummat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan yaitu yang mengikuti apa yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya ridhwanullahu ‘alaihim jami’an. Jadi jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti al-Qur-an dan as-Sunnah menurut pemahaman Salafus Shalih (para Shahabat).

    Hadits di atas menunjukkan bahwa, setiap orang yang mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya adalah termasuk ke dalam al-Firqatun Najiyah (golongan yang selamat). Sedangkan yang menyelisihi (tidak mengikuti) para Shahabat, maka mereka adalah golongan yang binasa dan akan mendapat ancaman de-ngan masuk ke dalam Neraka.

    [Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]
    _________
    Foote Note
    [1]. Hadits shahih riwayat Ahmad (I/435, 465), ad-Darimy (I/67-68), al-Hakim (II/318), Syarhus Sunnah oleh Imam al-Baghawy (no. 97), di-hasan-kan oleh Syaikh al-Albany dalam as-Sunnah libni Abi ‘Ashim (no. 17), Tafsir an-Nasaa-i (no. 194). Adapun tambahan (mutafarriqatun) diriwayatkan oleh Imam Ahmad (I/435).
    [2]. Muttafaq ‘alaih, al-Bukhari (no. 2652, 3651, 6429, 6658) dan Muslim (no. 2533 (211)) dan lainnya dari Shahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini mutawatir, sebagaimana telah ditegaskan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam al-Ishabah (I/12), al-Munawy dalam Faidhul Qadir (III/478) serta disetujui oleh al-Kattaany dalam kitab Nadhmul Mutanatsir (hal 127). Lihat Limadza Ikhtartu al-Manhajas Salafy (hal. 87).
    [3]. Limadza Ikhtartu al-Manhajas Salafy (hal. 86-87).
    [4]. HR. Ahmad (I/379), dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir (no. 3600). Lihat Majma’-uz Zawaa-id (I/177-178).
    [5]. Perawi hadits adalah Irbadh bin Sariyah Abu Najih as-Salimi, beliau termasuk ahli Suffah, tinggal di Himsha setelah penaklukan Makkah, tentang wafatnya ahli sejarah berbeda pendapat, ada yang mengatakan tatkala peristiwa Ibnu Zubair, adapula yang mengatakan tahun 75 H. Lihat al-Ishabah (II/473 no. 5501).
    [6]. HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud (no. 4607) dan at-Tirmidzi (no. 2676), ad-Darimy (I/44), al-Baghawy dalam kitabnya Syarhus Sunnah (I/205), al-Hakim (I/95), dishahihkan dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi, dan Syaikh al-Albany menshahihkan juga hadits ini
    [7]. HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimy (II/241), al-Aajury dalam asy-Asyari’ah, al-Laalikaa’iy dalam as-Sunnah (I/113 no.150). Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih masyhur. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albany. Lihat Silsilatul Ahaadits Shahihah (no. 203 dan 204).
    [8]. HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dari Shahabat ‘Abdullah bin Amr, dan di-hasan-kan oleh Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jami’ (no. 5343). Lihat Dar-ul Irtiyaab ‘an Hadits Ma Ana ‘Alaihi wa Ash-habii oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaaly, cet. Daarul Raayah, 1410 H

  23. 😉
    siap2 lagi menghadapi laskar copas..

  24. Yup. Sudah copas, serangannya tidak fokus, terlalu menjauh dari sasaran serta sebagian besar darinya sudah sering ditangkis dan dibalas di blog ini.
    Buat mas Rio mendingan tulisan SP di atas yg diserang dulu. Serangan-serangan mas mengenai Syiah sebaiknya satu per satu dialihkan sasarannya ke tulisan-tulisan SP yang mengangkat pembahasan tentang itu.

    “Artinya : Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Shahabat), kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya. Setelah itu akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.”

    Yang ini bukannya sdh mas tulis sebelumnya? Bagaimana mas mempertahankan keyakinan mas atas hadits ini, sementara SP menulisnya berbeda dan saya sendiri memberi komen yang mempertanyakan hadits dari mas ini?

    Salam

  25. @truthseeker08

    Kembali kepada manhaj salafy=kembali kepada manhaj ketidakadilan.

    Itulah mengapa wahaby-salafy sangat berbahaya. Kl sempalan ini semakin berkembang, bisa2 AS dan Israel semakin kuat dan berkuasa.

    Sejatinya Islam adalah agama yg melawan ketidakadilan. Untuk menumbangkan kerajaan Turki Ottoman, Inggris “membeli” suku badui dari keluarga Saud, yg akhirnya menduduki Hijaz yg kini menjadi Arab Saudi.

    Wahaby-Salafy kemudian diambil oleh Inggris untuk dikembangkan di Arab. Kenapa sempalan ini diambil? Ya karena sempalan ini hanya mementingkan ritual tok, tidak keadilan. Ketidakadilan kerajaan Saud dan AS beserta sekutunya tidak bisa dikritisi. Pun pada akhirnya gerakan perlawanan thd ketidakadilan akan mati.

    Setelah cengkeraman Inggris digantikan oleh AS, dominasi AS di Arab Saudi semakin kelihatan. AS juga melebarkan pengaruhnya ke Jazirah Arab. AS leluasa menempatkan beberapa pangkaan militernya di beberpa negara Arab, termasuk Arab Saudi. Dan ulama2 Wabay-Salafy hanya diem aja. Apa sumbangsih mereka terhadap Palestina? Nol. Hanya Iran -yg bermazhab syiah- berani menuliskan di konstitusinya bahwa tujuan didirikannya Negara Iran adalah membebaskan Palestina dari belenggu Israel.

    Lucu ya Syiah dibilang bikinan Abdullah bin Saba seorang Yahudi, padahal justu sekarang syiahdi Iran yang gencar memerangi Zionisme Israel. Lagipula beberapa sejarawan Sunni juga mengatakan Abdullah Saba adalah tokoh fiktif. Pun dari sisi etnografi Arab, keberadaan Abdullah bin Saba sangat tidak masuk akal.

  26. @Rio

    (1) Dimana kita bisa menemukan dalil bahwa wajib mengikuti Bukhari-Muslim? Bukhari-Muslim hanya sekedar pengumpul hadits, bukan penilai hadits, Bung!

    (2) Ente menukil hadits, “Artinya : Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Shahabat), kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya. Setelah itu akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.”

    “(yaitu masa para sahabat)” adalah syarah dari ulama2 ente, bukan Rasulullah SAAW. Tidak mungkin perkataan Rasulullah SAAW bertentangan dengan Quran, sebab di antara sahabat juga ada kaum munafiq menurut Quran.

  27. Ass. Wr. Wb.

    @AbuSyahzanan
    Salam kenal
    Perbedaan merupakan rakhmat maksudnya umat Islam tersebar ke seluruh dunia : beda warna kulit, beda negara, beda bahasa, beda bangsa dll Itu baru rakhmat. Kalo beda dalam beribadah dan pemahaman aqidah ya, seperti tsb diatas kejadiannya. Itu namanya laknat, yang secara sadar maupun tidak sadar membawa efek memecah belah umat. Jadi bisa kualat.
    Begitu mungkin, gimana menurut anda ? mohon petunjuk.

    Wass. Wr. Wb.

  28. @asep
    Kang Asep, itu adalah globalnya.
    Apalagi dalam masalah pemahaman berbeda (dlm pemikiran dsb) menjadi suatu sub. bukankah itu suatu rahmat Allah bahwa kita dikasih akal tuk berpikiiiiir dan lahirlah suatu pendapat/pemahaman/pemikiran, akhirnya ada yg pro/kontra thdp hal tsb.

    Perbedaan ras-bangsa-pemikiran-pemahaman-dll merupakan rahmat Allah.
    Dari perbedaan ras-bangsa-pemikiran-dll jg bisa menjadi peperangan, mungkin itu laknat-kualat atau apalah, disanalah kita harus menemukan hikmah dari perbedaan tsb, itu pendapat saya yg masih belajar. (he..he..lagi ogah mikir yg berat2). Ad yg bs bantu ??? Nuhun kang…

  29. @Rio
    Kalo melihat rujukan mas, sangat sedih referensi yg mas miliki,: Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, Dirasat fil ahwa wal firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minha, Drs. KH Dawam Anwar dkk, Mengapa Kita menolak Syi’ah, H. Hartono Ahmad Jaiz, Di bawah Bayang-bayang Soekarno-Soeharto, Abdullah bin Sa’id Al-Junaid, Perbandingan antara Sunnah dan Syi’ah,
    Kitab-kitab karangan orang Syi’ah.

    “Kitab-kitab karangan orang Syi’ah”, boleh tau karangan siapa ? Mungkin bisa dilengkapi lagi yg bener2 org syiah: Ali Syari’ati, Thabathabai, Muthahari , Kang Jalal atau lainnya.

    Belajar syiah/madzhab ahlul bayt, harus dgn sumbernya langsung (org syiah/buku asli syiah) bukan dgn org yang benci syiah.

  30. Salam

    @AS
    Biar disingkat saja nama anda, agak sulit menuliskannya. Betul apa yang anda katakan ( anda udah mikir yg berat) diperluas lagi pemahamannya.
    Kalo saya mah dilihat dari kacamata ibadah dan aqidah Islam.
    Jadi secara sadar dan tak sadar, membawa efek tsb diatas, sehingga pemahaman perbedaan tsb dapat menjadi senjata oleh pihak non muslim untuk memecah belah umat Islam.
    Mungkin begitu mas ? sama, saya juga sedang belajar, gimana nih SP ?

    Wassalam

  31. @asep
    Yup…
    Islam adalah agama Rahmatan lil Alamin. Terlepas dari itu semua, Allah Maha Mengetahui tentang apa yang ada di alam ini, tentunya Allah mengetahui bahwa Islam yang penuh Rahmat ini didalamnya juga terdapat perbedaan pemahaman/pemikiran dari hamba Nya, pasti tidak akan kontra dgn firman-Nya.

    Thanx kang, atas pembelajarannya….salam

  32. Sahabat itu maksum, dikritik bisa jadi kafir..

    Nabi itu gak maksum, dibilang muka masam..

    *aneeehh..*

  33. @atasku

    Ahh, ternyata anda masih mendahulukan mazhab daripada Islam… yo wis lah…

    Salam damai selalu…

  34. salam sayyid azerila al jufri,gmn kbrnya?

  35. […] SUMBER: Blog Analisis Pencari Kebenaran […]

Tinggalkan komentar