Sahabat Nabi Yang Rafidhah Ekstrem Dan Percaya Raj’ah?

Sahabat Nabi Yang Rafidhah Ekstrem Dan Percaya Raj’ah

Rafidhah, kata yang sudah cukup dikenal bukan. Sebagian orang menganggap kata itu bermakna buruk sehingga mereka benar-benar Antirafidhah dan sebagian yang lain mungkin tidak bersikap anti terhadap Rafidhah. Anehnya Rafidhah sering dicampuradukkan dengan kata Syiah dan Tasyayyu’. Secara pribadi saya juga mengalami kesulitan untuk menentukan batasannya, yah semoga dalam waktu yang lain kesulitan ini dapat benar-benar teratasi. Tulisan ini bisa dibilang sentilan yang cukup mengganggu bagi mereka para Antirafidhah yang kebanyakan merupakan para wahabi alias salafiyun. Bagi saya pribadi tulisan ini hanyalah wacana untuk memperluas wawasan saja.


.


Amir bin Watsilah Sahabat Nabi SAW

Di antara orang-orang yang disebutkan oleh para Ulama sebagai sahabat Nabi SAW ternyata terdapat sahabat yang dikatakan Rafidhah Ekstrem. Sahabat  yang dimaksud adalah Abu Thufail yang nama aslinya Amr bin Watsilah. Dalam Hady As Sari Muqaddimah Fath Al Bari 1/412 Ibnu Hajar menyebutkan

عامر بن واثلة أبو الطفيل الليثي المكي أثبت مسلم وغيره له الصحبة وقال أبو علي بن السكن روى عنه رؤيته لرسول الله صلى الله عليه وسلم من وجوه ثابتة ولم يرو عنه من وجه ثابت سماعه وروى البخاري في التاريخ الأوسط عنه أنه قال أدركت ثمان سنين من حياة النبي صلى الله عليه وسلم وقال بن عدي له صحبة وكان الخوارج يرمونه باتصاله بعلي وقوله بفضله وفضل أهل بيته وليس بحديثه بأس

Amir bin Watsilah Abu Thufail Al Laitsi Al Makki, Imam Muslim dan yang lainnya mengatakan bahwa dia seorang sahabat Nabi. Abu Ali bin Sakan berkata “diriwayatkan kalau ia melihat Rasulullah SAW dengan sanad-sanad yang kuat walaupun tidak ada riwayat kalau dia mendengar langsung dari Nabi SAW. Bukhari meriwayatkan dalam Tarikh Al Awsath bahwa Amir berkata “Aku menemui delapan tahun dari hidup Nabi SAW”.  Ibnu Adiy berkata “dia seorang sahabat Nabi”. Khawarij mengusirnya karena kedekatannya dengan Ali dan perkataannya yang selalu mengagungkan Ali dan mengagungkan Ahlul Bait. Tidak ada masalah dengan hadisnya.

Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/464 juga mengatakan kalau Abu Thufail seorang sahabat Nabi, dan Ibnu Hajar juga memasukkan biografi Abu Thufail dalam Al Ishabah 7/230 no 10160. Adz Dzahabi dalam Al Kasyf no 2548 juga menyatakan kalau Abu Thufail seorang sahabat Nabi. Jadi tidak diragukan lagi kalau Amir bin Watsilah Abu Thufail seorang sahabat Nabi SAW.

.

.

Amir bin Watsilah Abu Thufail Rafidhah Ekstrem

Kemudian Ibnu Qutaibah Al Dinawari dalam kitabnya Al Ma’arif hal 295 memasukkannya ke dalam nama-nama Rafidhah Ekstrem. Ia berkata

أسماء الغالية من الرافضة

أبو الطفيل صاحب راية المختار، وكان آخر من رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم موتاً. وأبو عبد الله الجدلي. وزرارة بن أعين. وجابر الجعفي

Nama-nama Rafidhah Ekstrem
Abu Thufail pembawa panji Mukhtar, dia orang yang terakhir wafat diantara mereka yang pernah melihat Rasulullah SAW. Abu Abdullah Al Jadali, Zurarah bin A’yan dan Jabir Al Ju’fi.

Pernyataan Ibnu Qutaibah diatas menegaskan bahwa dia mengakui kalau Abu Thufail seorang sahabat Nabi SAW dan beliau tetap memasukkannya ke dalam golongan Rafidhah ekstrem (ghuluw) yang dalam hal ini satu kelompok dengan Jabir Al Ju’fi. Jabir Al Ju’fi adalah perawi yang dinyatakan dhaif oleh cukup banyak ulama dan dikabarkan bahwa  Jabir meyakini Raj’ah. Mungkin alasan ini juga yang membuat Ibnu Qutaibah menyatakan Abu Thufail sebagai Rafidhah ekstrem.

.

.

Amir bin Watsilah Abu Thufail Percaya Raj’ah

Amir bin Watsilah Abu Thufail dikabarkan percaya dengan Raj’ah. Dalam Al Ma’arif hal 152-153, Ibnu Qutaibah sebelumnya menyebutkan

أبو الطفيل رضي الله تعالى عنه

هو أبو الطفيل عامر بن واثلة رأى النبي صلى الله عليه وسلم وكان آخر من رآه موتاً ومات بعد سنة مائة وشهد مع علي المشاهد كلها وكان مع المختار صاحب رايته، وكان يؤمن بالرجعة

Abu Thufail Radiallahuta’ala anhu
Dia Abu Thufail Amir bin Watsilah, melihat Nabi SAW dan dia orang yang terakhir wafat dari mereka yang melihat Nabi SAW, wafat tahun 100 H, ikut berperang bersama Ali, ia pembawa panji Mukhtar dan ia orang yang percaya dengan Raj’ah.

Ibnu Hazm Al Andalusi dalam Al Muhalla 3/174 juga mengatakan hal yang sama, ia berkata

أَنَّ أَبَا الطُّفَيْلِ ” صَاحِبُ رَايَةِ الْمُخْتَارِ ” وَذُكِرَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ بِالرَّجْعَةِ

Abu Thufail, pembawa panji Mukhtar, dikatakan bahwa ia percaya Raj’ah.

Jadi bagaimana ya? Kok bisa seorang Sahabat Nabi SAW dikatakan Rafidhah ekstrem (ghuluw), apalagi juga dikatakan kalau ia percaya dengan Raj’ah. Bukankah bagi salafy wahabi ini kesesatan yang nyata?. Bukankah bagi salafy wahabi, Rafidhah itu adalah pendusta?. Atau justru sebaliknya? Bukankah semua sahabat itu adil dan sangat besar kemuliaannya?, yah saya serahkan semuanya kepada pembaca masing-masing.

Salam Damai

.

.

Catatan :

  • Sebentar lagi saya akan bicara, memangnya sebelumnya tidak bisa :mrgreen:
  • Terimakasih sudah cukup bersabar 🙂

23 Tanggapan

  1. Itulah makanya perlu konsistensi dari salafiyyun. Itulah makanya masih membingungkan mengapa semua sahabat itu mulia. Itulah makanya definisi sahabat masih perlu dikoreksi ulang.

    Salam

  2. Hmm….mari kita nntkan silat lidah dari Wahabiyun2 ttg hal ini.

    Salam Damai

  3. Anda2 semua mungkin lupa atau mengabaikan apa yang di- sebut sahabat.
    Yang disebut adalah TEMAN2 yang kita senangi . Jadi yang musuh dari teman2 yang kita senangi mereka2 itu kafir. Umpanya Idola saya Abubakar, Umar, Utsman, Muawiyah.
    Maka siapa saja yang tidak senang terhadap mereka, saya juga tidak senang pada mereka.
    Dan jangan coba2 anda menyalahkan mereka. Mereka tidak pernah berbuat salah yang berbuat salah adalah mereka2 yang tidak senang pada sahabat. Rasul boleh berbuat salah tapi mereka TIDAK. Wasalam

  4. Wah nickname saya disebut-sebut ya 😆

    Rafidhah dengan tasyayu’ ya jgn disamakan, memang berbeda… dan saya tetep anti sama rafidhah.. sedangkan sahabat itu bukan rafidhah.. kalau diantara mereka ada yg tasyayu’, saya tidak mengingkarinya, karena tasyayu’ di sini muncul saat fitnah peperangan antara Imam Ali dan Mu’awiyah, dimana sahabat2 yg berada di pihak Ali oleh sebagian ulama disebut syi’ah, tetapi walau bagaimanapun mereka bukan rafidhah, karena mereka tetap mengutamakan Abu Bakar dan Umar di atas Ali dan tidak membenci keduanya.. sedangkan rafidhah tidak, mereka sudah melesat dari ajaran Islam…

    Mengenai sahabat yg bernama Amir bin Watsilah Abu Thufail, sebenarnya sudah sangat jelas pembelaan Ulama Jarh wa Ta’dil Sunni thd sahabat ini diantaranya sudah SP sebutkan di atas :

    Dalam Hady As Sari Muqaddimah Fath Al Bari 1/412 Ibnu Hajar menyebutkan

    عامر بن واثلة أبو الطفيل الليثي المكي أثبت مسلم وغيره له الصحبة وقال أبو علي بن السكن روى عنه رؤيته لرسول الله صلى الله عليه وسلم من وجوه ثابتة ولم يرو عنه من وجه ثابت سماعه وروى البخاري في التاريخ الأوسط عنه أنه قال أدركت ثمان سنين من حياة النبي صلى الله عليه وسلم وقال بن عدي له صحبة وكان الخوارج يرمونه باتصاله بعلي وقوله بفضله وفضل أهل بيته وليس بحديثه بأس
    Amir bin Watsilah Abu Thufail Al Laitsi Al Makki, Imam Muslim dan yang lainnya mengatakan bahwa dia seorang sahabat Nabi. Abu Ali bin Sakan berkata “diriwayatkan kalau ia melihat Rasulullah SAW dengan sanad-sanad yang kuat walaupun tidak ada riwayat kalau dia mendengar langsung dari Nabi SAW. Bukhari meriwayatkan dalam Tarikh Al Awsath bahwa Amir berkata “Aku menemui delapan tahun dari hidup Nabi SAW”. Ibnu Adiy berkata “dia seorang sahabat Nabi”. Khawarij mengusirnya karena kedekatannya dengan Ali dan perkataannya yang selalu mengagungkan Ali dan mengagungkan Ahlul Bait. Tidak ada masalah dengan hadisnya.

    Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/464 juga mengatakan kalau Abu Thufail seorang sahabat Nabi, dan Ibnu Hajar juga memasukkan biografi Abu Thufail dalam Al Ishabah 7/230 no 10160. Adz Dzahabi dalam Al Kasyf no 2548 juga menyatakan kalau Abu Thufail seorang sahabat Nabi. Jadi tidak diragukan lagi kalau Amir bin Watsilah Abu Thufail seorang sahabat Nabi SAW.

    Ibn Hajar berkata: “Abu Muhammad ibn Hazm memandang Amir sebagai orang yang jelek, ia mendha’ifkan hadits-haditsnya.” Lebih lanjut Ibn Hajar mengatakan: “Dia memiliki riwayat hadits yang pilihan. Ia seorang sahabat, tak syak lagi. Tidak ada pengaruhnya tuduhan orang atas dirinya, apalagi jika tuduhan itu hanya bersifat emosional semata. Aku tidak melihat di dalam shahih Bukhari riwayat darinya kecuali satu hadits yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan, yang bersumber dari ‘Ali ibn Abi Thalib.” Ma’ruf ibn Kharbud meriwayatkan hadits darinya. Juga ulama ulama hadits yang lain. (Tahdzib at-Tahdzib, 5/82)

    Ringkasnya, para ulama sepakat bahwa Amir adalah seorang sahabat yang adil dan tsiqat. Semua sahabat, menurut ulama Sunni, adalah adil. Ulama hadits tidak menemukan sesuatu pada diri Amir yang dapat merusak sifat adil dan tsiqatnya.

    Adapun tuduhan bahwa ia Syi’ah, itu artinya ia berpendapat bahwa kebenaran ada di pihak ‘Ali, sewaktu dia berselisih dan berperang dengan Mu’awiyah. Sudah saya jelaskan bahwa hal seperti itu banyak terjadi di kalangan sahabat. Karena itu, sebagian dari Ashabus-Sittah meriwayatkan hadits Amir.

    Jadi apa yang dikatakan oleh Ibnu Hazm maupun Ibn Qutaybah adalah tidak kuat dibandingkan dengan apa yg dikatakan oleh sebagian besar Ulama Jarh wa Ta’dil di atas.

    Tulisan ini bisa dibilang sentilan yang cukup mengganggu bagi mereka para Antirafidhah yang kebanyakan merupakan para wahabi alias salafiyun. Bagi saya pribadi tulisan ini hanyalah wacana untuk memperluas wawasan saja.

    Wah saya sebagai orang yg bernickname antirafidhah sama sekali tidak merasa terganggu dengan artikel yg menurut anda adalah “sentilan” . 🙂

  5. @antirafidhah
    Ibnu Hajar membantah tuduhan Ibnu Hazm soal dia orang yang jelek dan mendhaifkan hadisnya, dia gak bilang kok soal Rafidhah. bukankah sangat jelas sekali itu, dari kutipan anda diatas sedikitpun Ibnu Hajar tidak menyinggung soal Rafidhah. boleh-boleh saja anda mengklaim Ibnu Hazm dan Ibnu Qutaibah tidak kuat tetapi apa dasarnya?. lho belum ada satupun yang membantah soal Rafidhah 🙂

    Adapun tuduhan bahwa ia Syi’ah, itu artinya ia berpendapat bahwa kebenaran ada di pihak ‘Ali, sewaktu dia berselisih dan berperang dengan Mu’awiyah.

    ho ho mana buktinya, asumsi lagi

    Rafidhah dengan tasyayu’ ya jgn disamakan, memang berbeda… dan saya tetep anti sama rafidhah.. ,

    asumsi lagi

    sedangkan sahabat itu bukan rafidhah..

    anda vs Ibnu Qutaibah, yah masa’ sih anda merasa lebih pintar dari Ibnu Qutaibah

    kalau diantara mereka ada yg tasyayu’, saya tidak mengingkarinya, karena tasyayu’ di sini muncul saat fitnah peperangan antara Imam Ali dan Mu’awiyah,

    buktinya dong

    dimana sahabat2 yg berada di pihak Ali oleh sebagian ulama disebut syi’ah, tetapi walau bagaimanapun mereka bukan rafidhah, karena mereka tetap mengutamakan Abu Bakar dan Umar di atas Ali dan tidak membenci keduanya..

    lagi-lagi asumsi, gak asyik banget

    sedangkan rafidhah tidak, mereka sudah melesat dari ajaran Islam…

    hati-hati lho Mas, itu Abu Thufail yang dikatakan Rafidhah adalah sahabat lho

  6. Ibnu Hajar membantah tuduhan Ibnu Hazm soal dia orang yang jelek dan mendhaifkan hadisnya, dia gak bilang kok soal Rafidhah. bukankah sangat jelas sekali itu, dari kutipan anda diatas sedikitpun Ibnu Hajar tidak menyinggung soal Rafidhah. boleh-boleh saja anda mengklaim Ibnu Hazm dan Ibnu Qutaibah tidak kuat tetapi apa dasarnya?. lho belum ada satupun yang membantah soal Rafidhah

    Menurut anda Rafidhah itu bukan suatu keyakinan yg jelek ya.. 😆 , menurut anda Ibnu Hazm mendhaifkan hadits Amir itu karena apa?

    Baiklah kita lihat penilaian Ibnu Hajar mengenai Rafidhah:

    Menurut ibn Hajar, Tasyayyu’ adalah sikap mencintai ‘Ali dan memandangnya lebih utama dari para sahabat lain. Dan bila di antara sahabat-sahabat itu termasuk Abu Bakar dan ‘Umar, maka tasyayyu’nya ekstrim, dan biasanya disebut paham Rafidhah. Tetapi jika sikap tadi tidak memandang ‘Ali lebih utama daripada Abu Bakar dan ‘Umar, maka itu hanya disebut Syi’ah. Namun, jika sikap tersebut ditambah rasa benci dan makian terhadap Abu Bakar dan ‘Umar, maka itu menjadi paham rafadh ekstrim. Kalau kemudian dilengkapi dengan kepercayaan bahwa ‘Ali bakal muncul kembali ke dunia, maka rafadh-nya menjadi sangat ekstrim.” (Hadi as-Sari, mukaddimah Fathul Bari, juz 2)

    Ibn Hajar berkata: “Pelaku bid’ah itu ada yang menjadi kafir dan fasiq. Bahwa perbuatan bid’ah ada yang menjadikan pelakunya kafir, ini disepakati oleh para ulama. Misalnya, (bid’ah) pada ajaran Rafidhah ekstrim. Sebagian Rafidhah meyakini bahwa Tuhan telah mengambil tempat pada diri ‘Ali dan lainnya. Menurut mereka, ‘Ali akan kembali ke dunia sebelum hari kiamat.
    Syi’ah Imamiyah juga meyakini kebangkitan kembali Imam Muhammad ibn Hasan al-Askari berikut para pendukung maupun musuhnya, sebelum hari kiamat. Mereka ini tergolong kaum Rafidhah ekstrim yang dipandang kafir lantaran bid’ahnya, dan karenanya, riwayat mereka ditolak.” (Hadi as-Sari, mukaddimah Fathul Bari, juz 2, hal. 143)

    Jelas sekali prinsip Ibnu Hajar di atas terhadap perawi Rafidhah Ekstrim, dengan ta’dil beliau terhadap Abu Thufayl adalah sudah sangat cukup menunjukkan bahwa Abu Thufayl menurut beliau terbebas dari tuduhan Rafidhah ekstrim.

    Imam Bukhari berkata: “Bagi saya sama saja, apakah aku shalat dibelakang Imam beraliran Jahm atau Rafidhah, atau aku shalat dibelakang Imam Yahudi atau Nashrani. Dan (seorang muslim) tidak boleh memberi salam kepada mereka, mengunjungi mereka ketika sakit, kawin dengan mereka, menjadikan mereka sebagai saksi dan memakan sembelihan mereka.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad, hal. 125)

    Jelas sekali sikap Imam Bukhari terhadap Rafidhah, bagaimana mungkin beliau membiarkan seorang rafidhah ekstrim menjadi perawi hadits-nya, dan jelas sebagaimana yg anda kutip sendiri di atas, beliau telah menta’dil Abu Thufayl.

    Ibn Hajar mengaku tidak menemukan perawi bid’ah yang kafir dalam kitab Shahih Bukhari, “Tak satu pun hadits dalam Shahih Bukhari yang berasal dari perawi bid’ah.” (Hadi as-Sari, juz 2, hal. 144)

    Maka perkataan Ibnu Hazm dan Ibnu Quthaibah tidak kuat dibandingkan perkataan sebagian besar ulama hadits mengenai Abu Thufayl ini.

  7. @antirafidhah

    Menurut anda Rafidhah itu bukan suatu keyakinan yg jelek ya.. 😆 , menurut anda Ibnu Hazm mendhaifkan hadits Amir itu karena apa?

    lho kok tanya saya, kalau memang anda baca sendiri ya silakan saja ditunjukkan karena apa, yang sedang berhujjah kan anda, kok tanya saya 🙄

    Jelas sekali prinsip Ibnu Hajar di atas terhadap perawi Rafidhah Ekstrim, dengan ta’dil beliau terhadap Abu Thufayl adalah sudah sangat cukup menunjukkan bahwa Abu Thufayl menurut beliau terbebas dari tuduhan Rafidhah ekstrim.

    maksa banget Mas, dimana ya Ibnu Hajar membuat pernyataan itu. Kayaknya itu pikiran Mas aja deh :mrgreen:
    Coba lihat yang ini dalam Hadi As Sari hal 412 berkata
    عباد بن يعقوب الرواجني الكوفي أبو سعيد رافضي مشهور إلا أنه كان صدوقا
    Abbad bin Ya’qub Ar Rawajini Al Kufi Abu Said seorang Rafidhah yang masyhur tetapi dia seorang yang shaduq.
    Nah Abbad ini juga perawi dalam Shahih Bukhari. Perhatikan baik-baik, Ibnu Hajar mengakui kalau dia seorang Rafidhah yang jujur. jadi bagaimana bisa anda mengatakan ta’dil ibnu Hajar bisa menghapus rafidhahnya seseorang. He he he so gak perlu berpenjang-panjang muter sana-sini cukup buktikan saja penukilan Ibnu Hajar yang menolak Rafidhahnya Abu Thufail. 🙂

    Maka perkataan Ibnu Hazm dan Ibnu Quthaibah tidak kuat dibandingkan perkataan sebagian besar ulama hadits mengenai Abu Thufayl ini.

    Maksa banget, lihat sekali lagi Ibnu Qutaibah sependapat dengan ulama-ulama lain bahwa Abu Thufail itu seorang sahabat. Beliau jelas-jelas menuliskan itu di kitabnya Al Ma’arif. Jadi apanya yang tidak kuat 🙄

  8. Sorry ikutan ye,

    maksa banget Mas, dimana ya Ibnu Hajar membuat pernyataan itu. Kayaknya itu pikiran Mas aja deh
    Coba lihat yang ini dalam Hadi As Sari hal 412 berkata
    عباد بن يعقوب الرواجني الكوفي أبو سعيد رافضي مشهور إلا أنه كان صدوقا
    Abbad bin Ya’qub Ar Rawajini Al Kufi Abu Said seorang Rafidhah yang masyhur tetapi dia seorang yang shaduq.
    Nah Abbad ini juga perawi dalam Shahih Bukhari. Perhatikan baik-baik, Ibnu Hajar mengakui kalau dia seorang Rafidhah yang jujur. jadi bagaimana bisa anda mengatakan ta’dil ibnu Hajar bisa menghapus rafidhahnya seseorang. He he he so gak perlu berpenjang-panjang muter sana-sini cukup buktikan saja penukilan Ibnu Hajar yang menolak Rafidhahnya Abu Thufail.

    Sorry nich SP, saya yg awwam ini bisa menilai andalah yg maksa banget itu, antirafidhah telah memberikan argumentasinya tetapi kyknya anda malah mengatakan dia “maksa banget” itu namanya dlm bhs sansekerta “Addendum ad hominem”.. wuakakakak..

    SP yg dituduhkan oleh Ibnu Hazm dan Ibnu Quthaybah kpd Amir kan “Rafidhah Ekstrim” yg yakin sama akidah Raj’ah iya toh? sedangkan antirafidhah sudah menukilkan di atas mengenai definisi Ibnu hajar mengenai tasyayyu’, rafidhah dan rafidhah ekstrim :

    Menurut ibn Hajar, Tasyayyu’ adalah sikap mencintai ‘Ali dan memandangnya lebih utama dari para sahabat lain. Dan bila di antara sahabat-sahabat itu termasuk Abu Bakar dan ‘Umar, maka tasyayyu’nya ekstrim, dan biasanya disebut paham Rafidhah. Tetapi jika sikap tadi tidak memandang ‘Ali lebih utama daripada Abu Bakar dan ‘Umar, maka itu hanya disebut Syi’ah. Namun, jika sikap tersebut ditambah rasa benci dan makian terhadap Abu Bakar dan ‘Umar, maka itu menjadi paham rafadh ekstrim. Kalau kemudian dilengkapi dengan kepercayaan bahwa ‘Ali bakal muncul kembali ke dunia, maka rafadh-nya menjadi sangat ekstrim.” (Hadi as-Sari, mukaddimah Fathul Bari, juz 2)

    dari definisi Ibnu Hajar di atas dpt disimpulkan rafidhah yg ada pada diri Abbad adalah Tasyayyu’ ekstrim, yaitu sikap mencintai ‘Ali dan memandangnya lebih utama dari para sahabat lain termasuk Abu Bakar dan Umar di dalamnya tetapi dengan tidak disertai kebencian kepada keduanya.., maka jika syarat shaduq terpenuhi, bisa diterima riwayatnya, lagian kan Ibnu Hajar tidak mengatakan bahwa si Abbad ini seorang sahabat. Jadi Abbad ini bukanlah termasuk Rafidhah Ekstrim yg didefinisikan Ibnu Hajar di atas : jika sikap tersebut ditambah rasa benci dan makian terhadap Abu Bakar dan ‘Umar, maka itu menjadi paham rafadh ekstrim. Kalau kemudian dilengkapi dengan kepercayaan bahwa ‘Ali bakal muncul kembali ke dunia, maka rafadh-nya menjadi sangat ekstrim.

    Maka jika Abu Thufail ini benar percaya sama akidah Raj’ah (menurut Ibnu Hazm & Ibnu Quthaibah) maka dia bisa digolongkan Rafidhah sangat ekstrim menurut definisi Ibnu Hajar. Dan hal tersebut tidaklah mungkin karena terbukti Ibnu Hajar menta’dil dia dan membantah Ibnu Hazm.

    Sangat jelas ketegasan Ibnu Hajar terhadap Rafidhah jenis ekstrim ini sbgmana yg dinukil oleh antirafidhah di atas :

    Ibn Hajar berkata: “Pelaku bid’ah itu ada yang menjadi kafir dan fasiq. Bahwa perbuatan bid’ah ada yang menjadikan pelakunya kafir, ini disepakati oleh para ulama. Misalnya, (bid’ah) pada ajaran Rafidhah ekstrim. Sebagian Rafidhah meyakini bahwa Tuhan telah mengambil tempat pada diri ‘Ali dan lainnya. Menurut mereka, ‘Ali akan kembali ke dunia sebelum hari kiamat.
    Syi’ah Imamiyah juga meyakini kebangkitan kembali Imam Muhammad ibn Hasan al-Askari berikut para pendukung maupun musuhnya, sebelum hari kiamat. Mereka ini tergolong kaum Rafidhah ekstrim yang dipandang kafir lantaran bid’ahnya, dan karenanya, riwayat mereka ditolak.” (Hadi as-Sari, mukaddimah Fathul Bari, juz 2, hal. 143)

    Tingkat tasyayyu’nya Abu Thufail tlah diperjelas oleh Ibnu Ady, yg sudah sampean nukil sndri di atas dr kitabnya Ibnu Hajar :

    Ibnu Adiy berkata “dia seorang sahabat Nabi”. Khawarij mengusirnya karena kedekatannya dengan Ali dan perkataannya yang selalu mengagungkan Ali dan mengagungkan Ahlul Bait. Tidak ada masalah dengan hadisnya

    Mengenai si Abbad, Imam Bukhari hanya meriwayatkan satu hadits darinya, itu pun disertai banyak periwayat yg lain, hal ini menunjukkan bahwa hadits dari dia hanyalah sebagai penguat (pendukung) saja, bukan sebagai hujjah, Imam Bukhari mengambil satu hadits saja dari dia, karena tidak ada seorang ulama pun yg menganggap dia dusta, yang dikecam hanya rafadh-nya saja.

    Jelas kan SP? masa kyk gini aja ga jelas sih buat sampean.

    So… Bener kata antirafidhah, perkataan Ibnu Quthaibah dan Ibnu Hazm bahwa Amir adalah seorang rafidhah ekstrim yg percaya Raj’ah itu adalah lemah, kenapa? karena jika memang spt itu, bisa dipastikan ga bakalan lulus seleksi riwayat darinya, apalagi oleh Imam Bukhari. kalo mengenai kedudukannya sebagai sahabat sih emang bener.

    Weleh panjang banget ngalahin postingannya SP, jadi ketularan pinter saya kalo sering berdebat sama SP ini.. wuakakakak…

  9. @imem

    Sorry ikutan ye,

    lho bukannya sampeyan memang udah ikutan :mrgreen:

    Sorry nich SP, saya yg awwam ini bisa menilai andalah yg maksa banget itu

    siapa ya yang maksa, saya mah simple saja, buktikan pernyataan Ibnu Hajar yang membantah rafidhah Abu Thufail.

    antirafidhah telah memberikan argumentasinya tetapi kyknya anda malah mengatakan dia “maksa banget”

    karena argumentasinya muter2 gak jelas dan saya sudah membuktikan kalau ta’dil Ibnu Hajar tidak menggugurkan Rafidhahnya.

    itu namanya dlm bhs sansekerta “Addendum ad hominem”.. wuakakakak..

    hooo ada ya yang begini, baru tahu saya :mrgreen:

    SP yg dituduhkan oleh Ibnu Hazm dan Ibnu Quthaybah kpd Amir kan “Rafidhah Ekstrim” yg yakin sama akidah Raj’ah iya toh?

    dan tidk ada satupun yang membantah mereka. Ibnu Hajar membantah Ibnu Hazm yang mendhaifkan hadisnya lho, cuma itu. sangat jelas dari yang ditulis oleh antirafidhah

    sedangkan antirafidhah sudah menukilkan di atas mengenai definisi Ibnu hajar mengenai tasyayyu’, rafidhah dan rafidhah ekstrim :

    Kita konsisten saja dulu Mas, kalau anda mau membedakan ketiga definisi itu ya udah untuk memudahkan diskusi, saya nurut aja.

    dari definisi Ibnu Hajar di atas dpt disimpulkan rafidhah yg ada pada diri Abbad adalah Tasyayyu’ ekstrim, yaitu sikap mencintai ‘Ali dan memandangnya lebih utama dari para sahabat lain termasuk Abu Bakar dan Umar di dalamnya tetapi dengan tidak disertai kebencian kepada keduanya..,

    Jadi kalau Rafidhah itu tidak menggugurkan ta’dil, sepakat kan.

    Maka jika Abu Thufail ini benar percaya sama akidah Raj’ah (menurut Ibnu Hazm & Ibnu Quthaibah) maka dia bisa digolongkan Rafidhah sangat ekstrim menurut definisi Ibnu Hajar. Dan hal tersebut tidaklah mungkin karena terbukti Ibnu Hajar menta’dil dia dan membantah Ibnu Hazm.

    Nah disini anda keliru, Ibnu Hajar mengatakan dia sahabat itu berdasarkan pendapat ulama seperti Imam Muslim dan yang lainnya serta riwayat kalau ia melihat Nabi, tidak ada jalan bagi Ibnu Hajar kecuali menerima fakta kalau dia sahabat. Ibnu Hajar membantah Ibnu Hazm karena ibnu Hazm mendhaifkan hadis-hadisnya padahal dia seorang sahabat yang menrurut kaidah sunni semuanya adil. Ibnu Hajar sedikitpun tidak menyinggung soal Rafidhah dan Raj’ah. Ini sangat jelas kalau anda membaca sendiri.

    Sangat jelas ketegasan Ibnu Hajar terhadap Rafidhah jenis ekstrim ini sbgmana yg dinukil oleh antirafidhah di atas :

    ho ho dalam penerapannya gimana, silakan buka At Tahdzib jilid 11 no 9 tentang Harun bn Sa’d al Ajli
    Ibnu Hibban berkata كان غاليا في الرفض, dia Rafidhah Ekstrem dan disaat yang sama Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. kemudian tidak hanya Ibnu Hibban, As Saji berkata وقال الساجي كان يغلو في الرفض dia Rafidhah ekstrem. nah Ibnu Hajar mengetahui jelas akan hal ini karena beliau menuliskannya tetapi apa yang ia tulis dalam At Taqrib 2/258, dia shaduq tanpa membantah sedikitpun soal Rafidhah. Kalau memang seperti kata anda Rafidhah ekstrem ditolak riwayatnya kok ibnu Hajar kasih predikat shaduq padahal dia jelas-jelas menulisnya sendiri dalam At Tahdzib.

    Tingkat tasyayyu’nya Abu Thufail tlah diperjelas oleh Ibnu Ady, yg sudah sampean nukil sndri di atas dr kitabnya Ibnu Hajar :

    Ini tidak menafikan dia Riafidhah ekstrem, seorang Rafidhah ekstrem juga akan melakukan hal yang sama.

    Mengenai si Abbad, Imam Bukhari hanya meriwayatkan satu hadits darinya, itu pun disertai banyak periwayat yg lain, hal ini menunjukkan bahwa hadits dari dia hanyalah sebagai penguat (pendukung) saja, bukan sebagai hujjah, Imam Bukhari mengambil satu hadits saja dari dia, karena tidak ada seorang ulama pun yg menganggap dia dusta, yang dikecam hanya rafadh-nya saja.

    siapa yang ngomongin hadisnya ya, ini satu lagi antagonisme dari Mahmud Az Za’by. bukankah banyak para salafyun yang mengatakan kalau Rafidhah itu pendusta, lho kok sekarang berkata hanya dikecam rafadhnya dan tidak ada yang menganggap dusta. Jadi hikayat Rafidhah adalah orang yang paling pendusta hanyalah dongengan belaka, begitukah :mrgreen:

    Jelas kan SP? masa kyk gini aja ga jelas sih buat sampean.

    dari awal semua ini sudah jelas kok buat saya.

    So… Bener kata antirafidhah, perkataan Ibnu Quthaibah dan Ibnu Hazm bahwa Amir adalah seorang rafidhah ekstrim yg percaya Raj’ah itu adalah lemah,

    mana buktinya ya, kok enak saja sampean melemahkan ulama sekelas Ibnu Hazm dan Ibnu Qutaibah tanpa bukti.

    karena jika memang spt itu, bisa dipastikan ga bakalan lulus seleksi riwayat darinya, apalagi oleh Imam Bukhari.

    alasan anda ini maksa, Imam Bukhari sendiri dalam masalah Abbad tidak konsisten. lihat penukilan antirafidhah soal Bukhari Imam Bukhari berkata: “Bagi saya sama saja, apakah aku shalat dibelakang Imam beraliran Jahm atau Rafidhah, atau aku shalat dibelakang Imam Yahudi atau Nashrani. Dan (seorang muslim) tidak boleh memberi salam kepada mereka, mengunjungi mereka ketika sakit, kawin dengan mereka, menjadikan mereka sebagai saksi dan memakan sembelihan mereka.” (. Imam Bukhari tidak membedakan soal Rafidhah dan Rafidhah ekstrem, baginya Rafidhah itu jelek. dan faktanya Abbad itu seorang Rafidhah yang bahkan ditegaskan sendiri oleh Ibnu Hajar, dimana Ibnu Hajar mengikuti Ibnu Hibban yang mengatakan kalau Abbad Rafidhah. Jadi Bukhari menerima ituh riwayat orang Rafidhah, bagaimana anda bisa berhujjah dengan Bukhari soal ini, Beliau tidak konsisten soal Rafidhah ini :mrgreen:

    kalo mengenai kedudukannya sebagai sahabat sih emang bener.

    Bahkan diakui oleh Ibnu Qutaibah yang menyebutnya Rafidhah ekstrem. Jadi bagi Ibnu Qutaibah, Abu Thufail Sahabat Nabi Yang Rafidhah Ekstrem.

    Weleh panjang banget ngalahin postingannya SP, jadi ketularan pinter saya kalo sering berdebat sama SP ini..

    oooh kok gak kelihatan ya :mrgreen:

  10. he he he iya ya kamu bener-bener keliatan pinter muter-muter persoalan.
    kenapa definisi sahabat jadi berubah-berubah ya ???

    salam,

  11. Apapun jawaban wahabi pasti cuma berdalih he he he , kelihatan antirafidhah dan imem cuma muter-muter smpe tebelitbelit 😆

  12. @jhon

    he he he iya ya kamu bener-bener keliatan pinter muter-muter persoalan.
    kenapa definisi sahabat jadi berubah-berubah ya ???

    Wah sampean menghina SP kalo gitu, masak saya dibilang pinter muter2 gara2 banyak berdebat dg SP… wah ga terima saya.. ayo minta ma’af sama SP..

  13. Namun imem sekarang beda dikit dgn imem dulu. Sekarang udah baikan dikit ketawanya.. wuakakakak…

  14. Thx ya bung Imem, anda sdh membantu saya..

    Yang jelas saya dan anda telah menampilkan argumentasi yang jelas, ga perlu kita ulang-ulang lagi, nanti pasti akan melebar kemana-mana.. anda bisa liat kan dia minta bukti trs atas pendapat kita bahwa ta’dil Ibnu Hajar thd Abu Thufail itu sudah cukup menunjukkan bahwa beliau menganggap Abu Thufail terbebas dr keyakinan Rafidhah Ekstrim.. dan kita kan sdh membuktikannya dg cetho welo-welo mengenai hal tsb, bgmn sikap tegas Ibnu Hajar dalam menolak riwayat Rafidhah jenis Ekstrim ini, lalu bagaimana mgkin kemudian beliau menta’dil Abu Thufail jika dia adalah seorang Rafidhah ekstrim yg mempercayai Raj’ah?.

    Anda juga bisa perhatikan, yg kita omongin brdasarkan artikel dia adlah Abu Thufail, tapi dia lari kemana-mana, dan ujung2nya bahasan akan makin kabur & jauh, jauh dari posisi semula (prcaya dech, dah pengalaman saya), biarlah pembaca yg menilainya sendiri.. yang jelas artikel beliau ini tidak terlalu berarti buat kita, yg menurut beliau adlh merupakan sebuah “sentilan” hehehe…

  15. Bismihi Ta’ala,

    Salam,

    @antirafidhah, sekali ini saja tolong bahagiakan kami dengan ilmu, bukan dengan permainan kata-kata, cape akhi ngikutin cara berfikir antum,(bukan di trade ini saja), bolak balik, kesana -kesana kemari, diminta satu rujukan saja antum gak bisa keluarin, ra’yu dan ra’yu, sekarang dengan sedikit bersilat lidah malah mau melarikan diri,..

    Wasslam
    A_Lee

  16. @A_Lee

    Sekali ini juga saya minta tolong bahagiakan kami dengan sebentar saja menyempatkan waktu untuk membuka mata dan membaca komentar antirafidhah, apakah dia tidak pernah mengeluarkan rujukan satu pun? bacalah sebelum bersilat jari di keyboard….

  17. sudah lah mas Imeem dan antirafidhoh…
    panggil saja ustad anda yg lebih mumpuni…biar diskusinya lebih berbobot bukan seperti anda yg muter seperti sekarang ini…
    panggil saja itu ustad sewet atau ustad ibn jauza anda yg dulu…yg kemarin bahas hadist malik adhar….

    saya mau lihat yg mana yg otaknya masih bener dan mana yg yg logikanya kusut/konslet…
    ditunggu yah

  18. aaah maaf klo kata-kata saya menyentuh anda….saya mo muter dulu yahh.

    salam,

  19. @SP
    Anda menulis, “…ini satu lagi antagonisme dari Mahmud Az Za’by.”
    “Satu lagi”?! Frase tsb menyiratkan bhw antagonismenya ada banyak nih 🙂 Nah, itu bisa jadi inspirasi buat Anda utk membuat tulisan tipe2 antagonisme dari Mahmud Al-Za’bi berikut dgn contoh2nya.
    Hihihi, enaknya saya: cuma kasi usul, lalu tinggal mengonsumsi hasil riset Anda. Seperti komentar salah satu pengunjung blog ini, “Belum puas ‘sedot otak’ Anda”. 😀

  20. 1. Abu Thufail seorang sahabat
    2. Abu Thufail percaya raj’ah (rafidhah ekstrim)
    3. Abu Thufail shaduq menurut Ibn Hajar

    Salafiyyun
    1. Rafidhah sesat
    2. Abu Thufail seorang rafidhah
    3. jadi : Abu Thufail sesat,

    1. Semua sahabat Nabi Adil
    2. Abu Thufail seorang sahabat Nabi.
    3. Jadi: Abu Thufail seorang yang adil

    Bingung ya? pantes muter-muter .

  21. @Badari
    wah wah Mas aja deh dan gantian saya yang ngomentari, btw bukunya nggak jadi dikirim yah :mrgreen:

    @yusuf
    anehnya mereka gak nyadar kalau muter-muter :mrgreen:

  22. Karena muter-muter, jadinya saya pusing tujuh keliling :mrgreen:

  23. Jadi diskusinya di tutup yah…. setelah penganut faham muter2 menuduh orang lain muter2.
    besok saya ganti nickname ah … jadi ANTIMUTER.
    menurut saya tulisan SP yang ini :

    alasan anda ini maksa, Imam Bukhari sendiri dalam masalah Abbad tidak konsisten. lihat penukilan antirafidhah soal Bukhari Imam Bukhari berkata: “Bagi saya sama saja, apakah aku shalat dibelakang Imam beraliran Jahm atau Rafidhah, atau aku shalat dibelakang Imam Yahudi atau Nashrani. Dan (seorang muslim) tidak boleh memberi salam kepada mereka, mengunjungi mereka ketika sakit, kawin dengan mereka, menjadikan mereka sebagai saksi dan memakan sembelihan mereka.” (. Imam Bukhari tidak membedakan soal Rafidhah dan Rafidhah ekstrem, baginya Rafidhah itu jelek. dan faktanya Abbad itu seorang Rafidhah yang bahkan ditegaskan sendiri oleh Ibnu Hajar, dimana Ibnu Hajar mengikuti Ibnu Hibban yang mengatakan kalau Abbad Rafidhah. Jadi Bukhari menerima ituh riwayat orang Rafidhah, bagaimana anda bisa berhujjah dengan Bukhari soal ini, Beliau tidak konsisten soal Rafidhah ini

    sebagai penutup yang baik.

Tinggalkan komentar