Mereka Patut Dikasihani Bukan Disalahkan

Mereka Patut Dikasihani Bukan Disalahkan

Masih ingat dengan berbagai bencana yang terjadi di Bumi Indonesia yang kita cintai ini. Dari Tsunami, Lumpur Lapindo dan gempa yang sering terjadi termasuk yang baru-baru ini terjadi pada awal Ramadhan di Bengkulu. Bencana seperti itu semuanya menimbulkan banyak korban jiwa, puluhan luka-luka, kerugian material dan keguncangan psikis yang kadang sukar disembuhkan. Singkatnya bencana selalu berdampak mengerikan terutama bagi mereka yang mengalaminya. Saya ulangi Mereka yang mengalaminya.

Yang sangat disayangkan adalah adanya sebuah persepsi yang timbul dari orang-orang yang tidak mengalami langsung bencana-bencana itu. Sebuah persepsi yang tidak saya sukai apalagi untuk disampaikan ke muka umum. Persepsi yang diam-diam merasuki beberapa orang. Persepsi yang terwakili oleh kata-kata

• Bencana itu akibat ulah manusia sendiri yang ingkar kepada Tuhan
• Allah memang sedang marah kepada bangsa kita lihat saja bencana dimana-mana
• Wajar terjadi di sana kan banyak maksiat di daerah itu
• Semua itu memang adalah azab Tuhan

Semua kata-kata seperti ini adalah tidak berarti sama sekali bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan sekedar dugaan semata. Siapa yang bisa memastikan itu semua?. Gejala Blame Victim seperti ini terasa menyakitkan kalau dipikir-pikir. Bayangkan jika mereka para korban yang mengalami semua bencana itu mendengar kata-kata ini, sudah jatuh tertimpa tangga disalahkan pula. Ada sesuatu yang tidak manusiawi, mungkin atau saya yang berlebihan.

Apa sebenarnya ulah para korban itu, mereka ingkar bagaimana, maksiat yang bagaimana sehingga mereka mendapat cap layak ditransfer bencana kayak begitu. Apakah banyaknya kasus kejahatan, pencurian, pembunuhan, aborsi, ngedrug, minum-minuman, gemerlap malam, PSK apalagi(terserahlah)?. Kenapa tidak berkaca, coba lihat tempat sendiri ada tidak semua itu, jangan-jangan tidak jauh beda atau malah lebih banyak. Lantas kenapa mereka layak dan tempat sendiri tidak. Situ Fallacy toh. Atau situ mau berkata semua ini sudah kehendak Tuhan. La iya lah semuanya atas izin Tuhan, yang jadi masalah itu kan sok ketahuan yang menyalah-nyalahkan mereka yang sudah menjadi korban.

Tidak jarang sikap yang seperti menggerutu ini disampaikan oleh kaum terkemuka dalam ceramah-ceramah eksklusifnya. Tentu tanpa merendahkan mereka atau niat baik mereka yang ingin mengajak orang kembali kepada Allah SWT, cobalah hendaknya kata-kata seperti itu tidak usah dikumandangkan. Gak enak lah, cukuplah itu hanya menjadi sebuah bisikan-bisikan di dalam hati yang dapat kita persepsi sebagai panggilan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Tetapi sekali lagi tidak perlu dikumandangkan. Biarkan orang merasakan sendiri. Entah mengapa Saya lebih simpati kepada mereka yang dengan enak berkata ”yah bencana itu kan fenomena alam”.

Cukup, semua itu tidak penting, kalau ingin mengingatkan orang banyak cara yang lain. Mereka para korban jelas layak mendapat bantuan, layak dikasihani, layak diperhatikan, layak dipedulikan dan mereka layak untuk tidak disalahkan. Mari kita bantu mereka(dengan apa saja yang dapat meringankan penderitaan mereka), tidak dengan menggerutu tetapi paling tidak dengan doa-doa agar mereka mendapatkan kemudahan setelah semua bencana yang menimpa mereka. Sungguh dalam kesulitan itu ada kemudahan.

11 Tanggapan

  1. PERTAMAX PERTAMINA…. 🙂 :p

    Benar, banyak yang bilang gitu, Mungkin aq kadang melok2 jugo ngomongnyo

    But, kadang kita tidak bisa langsung berkesimpulan, bahwa yang menyebutkan hal itu orang2 yang tidak memiliki rasa kasihan dan simpati atas kejadian tersebut.

    Namun, mereka adalah orang2 awam, orang2 yang telah dididik di lingkungan Negara kita “indonesia” tercinta. Mereka masih mengikuti perasaan, bukan logika dalam berpendapat, apalagi sains.

    Mereka masih mengaitkan peristiwa Alam dengan pola pemikiran mereka yang terkesan dangkal, karena banyaknya faktor yang mempengaruhi pola fikirnya, seperti Perasaan kecewa yang teramat sangat dengan Pemerintah, dengan harga sembako dan minyak tanah yang mahal, Dengan hukum di Indonesia yang tidak berpihak pada kebenaran, dll, dlll (pendapat penulis pribadi loh)

    Kita ambil contoh, pernah saya mendengar tsunami di Aceh karena disana ladangnya maksiat, KArena:
    1. Tempat berbubunuhan2 GAM dan TNI ada di aceh (perang saudara)
    2. Ladang ganja ada di Aceh
    3. dll dan dll

    Jadi dengan alasan singkt seperti ini menimbulkan persepsi bahwa suatu becana alam berhubungan langsung dengan Darah manusia, dan Ganja. Itulah pola pemikiran yang ada dalam diri orang2 di Indonesia.

    Kalo memanng msalahnya aseperti itu tentunya timbul pertanyaan…?

    Gimana dengan yang di TExas nya AS…??? Kok jarang ada bencaana disana..!!

    wawlahua’lam biswhawab.

    “Selamat menunaikan ibadah puasa”
    Maaf lahir bathin untuk semua bloger dimanapun berada.

  2. setuju mas….udah terkena bencana kok malah dihakimi ya…

  3. @ Agus
    iya lah saya nggak berpendapat orang yang bilang begitu itu gak berperasaan maksudnya kata-kata yang seperti itu rasanya gak enak aja kalau disebarkan
    he he he komennya panjang Mas
    thanks masukannya 😀

    @ regsa
    he he 😀 iya Mas kan kasihan

  4. memang tidak baik menyalahkan
    tulisan anda ini bernada kritik sosial
    sedikit menyindir

  5. @ antifaithfreedom
    begitu ya, dan anda sepertinya kesindir Mas

  6. satu hal yg tidak bisa sayah mengerti sampe skarang adalah…
    “ketika membicarakan kemiskinan di dalam kemewahan”
    :mrgreen:

  7. @ almascatie
    hmm wah boy saya gak ngerti
    afa maksutnya 😀

  8. kenapa bisa terjadi seperti itu?
    yaaa…karena…
    ternyata menyalahkan itu JAUH LEBIH MUDAH daripada mengasihani.

    bukan begitu, J?

    😉

    sedih emang, kalo semua disangkutpautkan sama dosa manusia.kalo semua kayak gitu, gak ada lagi deh, penjelasan logis dan ilmiah. lenyapkan saja semua ilmuwan yang ada. mereka ga da gunanya…

  9. hmm mungkin ya
    walah jangan dilenyapkan
    ntar saya gak mau jadi ilmuwan 😀

  10. Huh begitu memang Ulah kaum Ekslusif yang sok tahu tentang Tuhan 😈
    *ngasah celurit*

  11. […] menimbulkan Oversensitisasi. Walaupun saya curiga hal ini sudah berlangsung jauh sebelum Ramadhan(contohnya tulisan saya yang ini) tetapi di bulan ini malah cukup kentara dengan jelas. Dimana-mana terdengar Kata Ustad, Tapi Ustad […]

Tinggalkan komentar