Benarkah Syiah Melecehkan Nabi? : Kedustaan Terhadap Syi’ah

Benarkah Syiah Melecehkan Nabi? : Kedustaan Terhadap Syi’ah

Ada dua macam tipe pendusta, pertama pendusta yang memang dari awal berniat dusta dan kedua pendusta yang berdusta karena kebodohannya, mungkin saja ia tidak berniat dusta hanya saja ia tidak tahu bagaimana cara berbicara atau berhujjah dengan benar sehingga dari kebodohannya tersebut lahirlah kedustaan. Tipe seperti ini mungkin dapat dilihat dari obrolan gosip ibu-ibu arisan atau anak-anak muda mudi yang kurang kerjaan [seperti yang ada di sinetron-sinetron].

Ada salah seorang penulis yang tulisannya tentang Syi’ah benar-benar menunjukkan kedustaan. Soal tipe yang mana hakikat penulis tersebut hanya Allah SWT yang tahu. Kami disini akan menunjukkan kedustaan dalam tulisannya yang menyatakan bahwa Syi’ah telah melecehkan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam].

Ada dua riwayat dan satu qaul ulama Syi’ah yang ia jadikan bukti bahwa Syi’ah melecehkan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Ketiga bukti tersebut kedudukannya dhaif dan dusta di sisi mazhab Syi’ah [atau berdasarkan kaidah keilmuan dalam mazhab Syi’ah].

.

.

Bukti Pertama

الباقر والصادق (عليهما السلام) أنه كان النبي (صلى الله عليه وآله) لا ينام حتى يقبل عرض وجه فاطمة، يضع وجهه بين ثديي فاطمة ويدعو لها، وفي رواية حتى يقبل عرض وجنة فاطمة أو بين ثدييها

Al Baaqir dan Ash Shaadiq [‘alaihimas salaam] bahwasanya Nabi [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi] tidaklah tidur sampai mencium wajah Fathimah dan meletakkan wajahnya diantara kedua dadanya Fathimah seraya mendoakannya, dan dalam riwayat [lain] hingga Beliau mencium pipi Fathimah atau diantara dadanya [Bihar Al Anwar Al Majlisiy 43/42]

Dalam kitab Bihar Al Anwar, Al Majlisiy menukil riwayat tersebut tanpa sanad. Riwayat yang dinukil Al Majlisiy di atas kedudukannya dhaif dalam standar Ilmu hadis Syi’ah karena tidak memiliki sanad. Salah seorang ulama Syi’ah yaitu Syaikh Aliy Alu Muhsin telah melemahkan riwayat ini

الروايات المشار إليها روايات ضعيفة مرسلة ، ذكرها المجلسي في البحار من غير أسانيد

Riwayat yang menyebutkan hal itu adalah riwayat dhaif mursal, Al Majlisiy menyebutkannya dalam Al Bihaar tanpa sanad-sanad [Lillaah Walilhaqiiqah, Syaikh Aliy Alu Muhsin 1/172]

Jadi aneh sekali kalau ahlus sunnah menuduh Syi’ah melecehkan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] berdasarkan riwayat dhaif di sisi Syi’ah sendiri. Ada salah satu situs Syi’ah yang membantah masalah ini kemudian ia menukil riwayat dari kitab Ahlus Sunnah berikut

رواه أبو بكر بن أبي شيبة ثنا عفان، ثنا عبد الوارث، ثنا حنظلة، عن أنس رضي اللّه عنه “أن امرأة أتت النبي صلى الله عليه وسلم فقالت يا رسول اللّه، امسح وجهي وادع اللّه لي قالت فمسح وجهها ودعا اللّه لها، قالت يا رسول اللّه، سفل يدك. فسفل يده على صدرها، فقالت يا رسول اللّه، سفل يدك. فأبى وباعدها هذا إسناد صحيح

Abu Bakar bin Abi Syaibah meriwayatkan telah menceritakan kepada kami ‘Affaan yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Waarits yang berkata telah menceritakan kepada kami Hanzhalah dari Anas [radiallahu ‘anhu] bahwa seorang wanita datang kepada Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] maka ia berkata “wahai Rasulullah, usaplah wajahku dan doakanlah aku. Maka Beliau mengusap wajahnya dan mendoakannya. [Wanita itu] berkata “wahai Rasulullah, turunkanlah tanganmu”. Maka Beliau menurunkan tangannya hingga di dada wanita itu. [Wanita itu] berkata “wahai Rasulullah, turunkanlah tanganmu”. Maka Beliau menolak dan pergi darinya. Sanad hadis ini shahih [Ittihaful Khairah Al Bushiriy 6/157 no 6219]

Pernyataan shahih Al Buushiriy diatas perlu dinilai kembali karena Hanzhalah As Saduusiy dikatakan Yahya bin Ma’in hadisnya tidak ada apa-apanya, Ahmad bin Hanbal berkata “ia meriwayatkan dari Anas hadis-hadis mungkar”. Nasa’i berkata “dhaif” [Al Kamil Ibnu Adiy 2/422]. Berdasarkan standar ilmu hadis ahlus sunnah hadis tersebut dhaif tidak bisa dijadikan hujjah. Penshahihan ulama ahlus sunnah juga harus ditimbang dengan kaidah ilmu oleh karena itu pernyataan Al Buushiriy di atas tidak bisa dijadikan hujjah.

Sekarang coba siapapun pikirkan dengan objektif apa bisa hanya dengan riwayat seperti ini lantas dikatakan Ahlus Sunnah melecehkan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Memang dalam riwayat yang dinukil Al Buushiriy disebutkan bahwa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] memegang dada seorang wanita tetapi riwayat tersebut kedudukannya dhaif. Apakah hanya riwayat ahlus sunnah saja yang harus ditimbang dengan kaidah ilmu Ahlus sunnah sedangkan riwayat Syi’ah tidak perlu dan bisa dinukil seenaknya tanpa perlu meneliti shahih tidaknya berdasarkan kaidah ilmu Syi’ah?. Betapa menyedihkan orang yang seolah ingin menunjukkan kebesaran Ahlus sunnah dengan cara merendahkan Syi’ah secara tidak ilmiah. Hakikatnya orang tersebut hanya menunjukkan kedustaan yang lahir dari kebodohan.

Ada juga orang Syi’ah yang menafsirkan bahwa riwayat dalam Bihar Al Anwar itu terjadi pada saat Fathimah [‘alaihis salaam] masih kecil. Sebagaimana terdapat riwayat serupa dalam kitab Ahlus sunnah. As Suyuthiy menukil dalam salah satu kitabnya riwayat bahwa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] menghisap lidah anaknya Fathimah [‘alaihis salaam], As Suyuthiy berkata

فقد جاء في حديث أنه كان يمص لسان فاطمة ولم يرو مثله في غيرها من بناته

Maka sungguh telah datang dalam hadis bahwasanya Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] menghisap lidah Fathimah, dan tidak diriwayatkan seperti ini dari anak-anak Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang lain. [Asy Syama’il Asy Syariifah Jalaludin As Suyuthiy 1/374]

Riwayat ini juga tidak memiliki sanad yang lengkap dalam kitab As Suyuthiy tersebut dan kami juga belum menemukan riwayat tersebut dengan sanad yang lengkap dalam kitab-kitab hadis. Dalam pandangan kami penafsiran apapun yang bertujuan membersihkan tuduhan-tuduhan yang buruk atas diri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan Ahlul Bait adalah perkara yang baik dan sah-sah saja. Walaupun hal pertama yang harus dibuktikan sebelum menafsirkan suatu riwayat adalah keshahihan riwayat tersebut. Riwayat yang sudah jelas kedhaifannya maka tidak perlu repot-repot untuk ditafsirkan begini begitu karena pada dasarnya riwayat tersebut tidak bisa dijadikan hujjah.

.

.

Bukti Kedua

Penulis tersebut menyatakan bahwa Syi’ah meyakini kemaluan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] masuk neraka. Ia berhujjah dengan apa yang ditulis Husain Al Musawiy dalam kitabnya Lillahi Tsumma Lil Taariikh, Husain Musawi berkata

قال السيد علي غروي أحد أكبر العلماء في الحوزة: إن النبي صلى الله عليه وآله لا بد أن يدخل فرجه النار، لأنه وطئ بعض المشركات

Sayyid Aliy Gharawiy salah seorang ulama besar di Hauzah berkata “sesungguhnya Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] seharusnya kemaluannya masuk kedalam neraka karena telah menyetubuhi sebagian wanita musyrikin” [Lillahi Tsumma Lil Taariikh hal 24]

Husain Al Musawiy tidak menyebutkan dalam kitab apa ia menukil perkataan ulama Syi’ah tersebut. Jika Husain Al Musawiy mendengar langsung perkataan ulama Syi’ah Syaikh Aliy Gharawiy tersebut maka itu hanya membuktikan bahwa ia berdusta. Husain Al Musawiy berkata dalam kitab yang sama

في زيارتي للهند التقيت السيد دلدار علي فأهداني نسخة من كتابه (أساس الأصول) جاء في (ص51) (إن الأحاديث المأثورة عن الأئمة مختلفة جداً لا يكاد يوجد حديث إلا وفي مقابله ما ينافيه، ولا يتفق خبر إلا وبإزائه ما يضاده) وهذا الذي دفع الجم الغفير إلى ترك مذهب الشيعة

Dalam kunjungan saya ke india, saya bertemu dengan Sayyid Daldaar Ali, dia memperlihatkan kepada saya naskah dari kitabnya yaitu Asaas Al Ushul. Disebutkan dalam halaman 51 “bahwa hadis-hadis yang diriwayatkan dari para Imam sangat bertentangan. Tidak ada satu hadispun kecuali ada hadis lain yang menafikannya, tidak ada suatu khabar yang sesuai kecuali terdapat kabar yang menantangnya”. Inilah yang menyebabkan sebagian besar manusia meninggalkan mahzab syiah [Lillahi Tsumma Lil-Tarikh hal 134]

Sayyid Daldaar Aliy wafat tahun 1235 H [Adz Dzari’ah 2/4, Syaikh Agha Bazrak Ath Thahraniy] dan Syaikh Mirza Aliy Al Gharawiy lahir tahun 1334 H [Mu’jam Al Matbu’at An Najafiyah hal 130, Syaikh Muhammad Hadiy Al Aminiy]. Setelah Sayyid Daldaar Aliy wafat baru 99 tahun kemudian lahir Syaikh Aliy Al Gharawiy. Apa mungkin orang yang mengaku bertemu Sayyid Daldaar Aliy bisa mendengar langsung dari Syaikh Aliy Al Gharawiy?. Silakan dipikirkan dengan objektif.

Dan kalau dikatakan bahwa Husain Al Musawiy tidak mendengar langsung maka darimana ia menukil perkataan Syaikh Aliy Al Gharawiy. Apalagi jika ternyata Husain Al Musawiy wafat sebelum lahirnya Syaikh Aliy Al Gharawiy maka alangkah dustanya buku tersebut. Jika disebut kesalahan naskah kitab maka itupun membuktikan bahwa nukilan tersebut tidak bisa dijadikan hujjah. Jadi dari sisi manapun nukilan tersebut hanyalah fitnah semata.

Mirzaa Aliy Al Gharawiy adalah seorang yang dikenal dengan sebutan Syaikh bukan seorang Sayyid. Berdasarkan hal ini Syaikh Aliy Alu Muhsin juga mengisyaratkan kedustaan nukilan Husain Al Musawiy tersebut, Ia berkata

وإذا كان الكاتب لا يدري أن الميرزا علي الغروي شيخ أو سيّد فكيف يوثق في نقله ويؤخذ بشهادته؟

Dan jika penulis tersebut [Husain Al Musawiy] tidak mengetahui bahwa Miirza Aliy Al Gharawiy seorang Syaikh atau seorang Sayyid maka bagaimana bisa dipercaya dalam nukilannya dan diambil kesaksiannya? [Lillaah Walilhaqiiqah, Syaikh Aliy Alu Muhsin 1/112]

.

.

Bukti Ketiga

Penulis tersebut membawakan bukti riwayat Syaikh Ash Shaduuq dalam kitab U’yun Akhbar Ar Ridha yaitu riwayat berikut

قال الرضا عليه السلام: ان رسول الله (ص) قصد دار زيد بن حارثه بن شراحيل الكلبي فيأمر اراده فرأى امرأته تغتسل فقال لها: سبحان الذي خلقك

Ar Ridha [‘alaihis salaam] berkata bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihiwasallam] pergi ke rumah Zaid bin Haaritsah bin Syarahiil Al Kalbiy dalam urusan yang Beliau kehendaki, kemudian Beliau melihat istrinya [Zaid] sedang mandi maka Beliau berkata “Maha suci Allah yang telah menciptakanmu”…[U’yun Akhbar Ar Ridha, Syaikh Ash Shaduq 2/180-181]

Riwayat ini secara detail kami sudah pernah membahasnya untuk membuktikan kedustaan salah satu pembenci Syi’ah yang sok ilmiah. Tulisan detail yang kami maksud dapat para pembaca lihat disini.

Adapun kali ini kami cukuplah membawakan perkataan Syaikh Ash Shaduuq sendiri mengenai riwayat tersebut, Syaikh Shaduuq berkata

هذا الحديث غريب من طريق علي بن محمد بن الجهم مع نصبه وبغضه وعداوته لأهل البيت عليه السلام

Hadis ini gharib dari jalan Aliy bin Muhammad bin Jahm bersamaan dengan kenashibiannya, kebenciannya dan permusuhannya kepada ahlul bait [‘alaihis salaam] [U’yun Akhbar Ar Ridha, Syaikh Ash Shaduq 2/182]

Intinya riwayat tersebut dhaif berdasarkan standar keilmuan mazhab Syi’ah bahkan riwayat dengan matan yang hampir sama juga ditemukan dalam kitab mazhab ahlus sunnah dan kedudukannya juga dhaif dengan standar keilmuan Ahlus sunnah.

.

.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka tuduhan Syi’ah melecehkan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah dusta. Bukti-bukti yang diajukan penulis menyedihkan itu tidak bernilai hujjah. Dengan bukti-bukti dusta seperti inilah penulis menyedihkan tersebut merendahkan mazhab Syi’ah dan menyatakan Syi’ah bukan bagian dari Islam. Semoga Allah SWT menjaga kita semua dari kedustaan yang seperti ini.

7 Tanggapan

  1. Suatu kajian atas sebuah tulisan yang sangat menarik.

    Mungkin saja motivasi orang itu menuliskan kedustaan atas Syiah semata2 di motivasi oleh keinginannya dalam membela agama Allah atau bisa juga dilandasi oleh faktor2 lain yang Allah SWT lebih mengetahuinya.

    Saya jadi teringat akan ucapan guru saya..
    Ketika seseorang melakukan kesalahan boleh jadi didorong oleh ketidaktahuannya atau memang hatinya ada penyakit.

    kemudian guru saya melanjutkan..
    Bila faktor ketidaktahuannya sesungguhnya Rahmat dan Kasih sayang Allah amatlah luas. Akan tetapi bila dikarenakan hatinya ada penyakit, guru saya mengatakan..maka janji Allah benar adanya……..

  2. Kalau kebencian sudah menjadi karakter seseorang atau golongan, maka terlalu banyak jalan untuk mendapatkan cara memfitnah. Karena mereka menghalalkan segala cara.

  3. Saya dilahirkan sunni …… tapi setelah banyak membaca dan belajar….. kemudian banyak mendengar khutbah dan pidato2 ustzd2 dimasjid2 xi indonesia… memang kebanyakan menghina muslim syiah…. dan akhirnya sy berfikir muslim syiah lah yang saat ini benar2 membela panji2 islam dalm segala hal (terbukti dengan kemajuan IRAN )… coba anda lihat negara2 arab yg lain… tahunya hanya saling bunuh dan memfitnah… haŕusnya SALAFY DAN WAHHABI atau AHLUS2 SUNNAH beralih MAHZHAB…

    Maka dengan penuh kesadaran saya lebih memilih menjadi MUSLIM SYIAH….. ALLHU AKBAR ….. ALLAHU AKBAR …. ALLAHU AKBAR….
    BÀNGGA MEMBELA AHLUL BAIT

  4. […] Benarkah Syi’ah Melecehkan Nabi : Kedustaan Terhadap Syi’ah […]

Tinggalkan komentar