Benarkah Syi’ah Mencela Malaikat? Kedustaan Terhadap Syi’ah

Benarkah Syi’ah Mencela Malaikat? Kedustaan Terhadap Syi’ah

Penulis yang satu ini memang terlalu bersemangat dalam mencela Syi’ah sampai-sampai ia tidak menghiraukan kaidah ilmiah dalam tulisannya. Sebagaimana para pembaca dapat melihat tulisannya disini, ia menuduh mazhab Syi’ah telah mencela Malaikat dengan menyandarkan pada riwayat yang ia nukil dari Kitab Bihar Al Anwar. Langsung saja dibahas riwayat dalam kitab Bihar Al Anwar yang dijadikan hujjah penulis tersebut.

بصائر الدرجات: أحمد بن موسى عن محمد بن أحمد مولى حرب عن أبي جعفر الحمامي الكوفي عن الأزهر البطيخي عن أبي عبد الله (عليه السلام) قال: إن الله عرض ولاية أمير المؤمنين (عليه السلام) فقبلها الملائكة وأباها ملك يقال له: فطرس، فكسر الله جناحه

[Kitab] Bashaa’ir Ad Darajaat : Ahmad bin Muusa dari Muhammad bin Ahmad maula Harb dari Abu Ja’far Al Hamaamiy Al Kuufiy dari Al ‘Azhar Al Bathiikhiy dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] yang berkata “sesungguhnya Allah menyampaikan wilayah Amirul Mukminin [‘alaihis salaam] maka para malaikat menerimanya dan seorang Malaikat menolaknya, dia adalah Fithris, maka Allah mematahkan sayapnya…[Bihar Al Anwar 26/340-341]

.

Riwayat di atas disebutkan Muhammad bin Hasan Ash Shaffaar dalam kitabnya Bashaa’ir Ad Darajaat bab 6 hal 88 hadis no 7. Riwayat ini kedudukannya dhaif dalam standar ilmu Rijal Syi’ah karena tidak ada satupun dari perawinya yang dikenal kredibilitasnya kecuali Ahmad bin Muusa.

  1. Muhammad bin Ahmad maula Harb tidak ditemukan biografinya dalam kitab Rijal Syi’ah
  2. Abu Ja’far Al Hamaamiy Al Kuufiy tidak ditemukan biografinya dalam kitab Rijal Syi’ah
  3. Al ‘Azhar Al Batiikhiy disebutkan Al Mamaqaniy dalam kitabnya Tanqih Al Maqaal Fii Ilm Rijal tanpa keterangan tautsiq [Tanqiih Al Maqaal Fii Ilm Rijal 8/396]

Ahmad bin Muusa dalam sanad tersebut adalah salah satu guru Muhammad bin Hasan Ash Shaffaar, dia sebenarnya adalah Ahmad bin Abi Zaahir Al Asy’ariy Al Qummiy. Buktinya ada pada riwayat dengan sanad berikut

أحمد بن موسى عن جعفر بن محمد بن مالك الكوفي عن يوسف الابزاري عن المفضل قال قال لي أبو عبد الله عليه السلام

Ahmad bin Muusa dari Ja’far bin Muhammad bin Malik Al Kuufiy dari Yuusuf Al Abzaariy dari Al Mufadhdhal yang berkata Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] berkata kepadaku…[Bashaa’ir Ad Darajaat hal 150 bab 8 hadis no 1]

Muhammad bin Hasan Ash Shaffaar meriwayatkan hadis tersebut dalam kitabnya dengan sanad di atas dan hadis yang sama diriwayatkan Al Kulainiy dengan sanad berikut

محمد بن يحيى، عن أحمد بن أبي زاهر، عن جعفر بن محمد الكوفي، عن يوسف الابزاري، عن المفضل قال: قال لي أبو عبد الله عليه السلام

Muhammad bin Yahya dari Ahmad bin Abi Zaahir dari Ja’far bin Muhammad Al Kuufiy dari Yuusuf Al Abzaariy dari Al Mufadhdhaal yang berkata Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] berkata kepadaku…[Al Kafiy Al Kulainiy 1/254]

Ahmad bin Abi Zaahir telah disebutkan biografinya oleh An Najasyiy dan Ath Thuusiy dalam kitab mereka.

أحمد بن أبي زاهر واسم أبي زاهر موسى أبو جعفر الأشعري القمي، مولى، كان وجها بقم، و حديثه ليس بذلك النقي

Ahmad bin Abi Zaahir dan nama Abi Zaahir adalah Muusa, Abu Ja’far Al ‘Asy’ariy Al Qummiy seorang maula, ia terkemuka di quum dan hadis-hadisnya tidak bersih [Rijal An Najasyiy hal 88 no 215]

Hal yang sama juga disebutkan Ath Thuusiy bahwa ia terkemuka di quum tetapi hadis-hadisnya tidak bersih [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 69]. Allamah Al Hilliy memasukkan namanya dalam bagian kedua kitabnya yang memuat daftar perawi yang dhaif dalam pandangannya atau ia bertawaqquf dengannya [Khulashah Al Aqwaal Allamah Al Hilliy hal 321]. Kedudukan perawi seperti ini hadisnya tidak bisa dijadikan hujjah jika tafarrud dan ditolak jika hadisnya bertentangan dengan hadis shahih.

.

.

Bagaimana kedudukan Malaikat dalam hadis shahih di sisi mazhab Syi’ah. Berikut keterangannya

أبى رحمه الله قال: حدثنا سعد بن عبد الله عن أحمد بن محمد بن عيسى عن علي ابن الحكم عن عبد الله بن سنان قال: سألت أبا عبد الله جعفر بن محمد الصادق عليهما السلام فقلت الملائكة أفضل أم بنو آدم؟ فقال: قال أمير المؤمنين علي ابن أبي طالب ” ع “: ان الله عز وجل ركب في الملائكة عقلا بلا شهوة، وركب في البهائم شهوة بلا عقل. وركب في بني آدم كليهما، فمن غلب عقله شهوته فهو خير من الملائكة، ومن غلبت شهوته عقله فهو شر من البهائم

Ayahku [rahimahullah] berkata telah menceritakan kepada kami Sa’d bin ‘Abdullah dari Ahmad bin Muhammad bin Iisa dari Aliy bin Al Hakam dari ‘Abdullah bin Sinaan yang berkata aku bertanya kepada Abu ‘Abdullah Ja’far bin Muhammad Ash Shaadiq [‘alaihimas salaam], mak aku berkata “apakah Malaikat lebih utama atau anak adam?”. Beliau berkata Amirul Mukminin ‘Aliy bin Abi Thalib [‘alaihis salaam] berkata “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla menjadikan dalam Malaikat akal tanpa syahwat dan menjadikan dalam binatang syahwat tanpa akal dan menjadikan dalam anak adam dengan keduanya maka barang siapa yang akalnya menguasai syahwatnya maka ia lebih baik dari Malaikat dan barang siapa syahwatnya menguasai akalnya maka ia lebih buruk dari binatang” [Ilal Asy Syaraa’i’ Syaikh Shaduuq 1/4-5]

Riwayat Syaikh Ash Shaduuq di atas sanadnya shahih berdasarkan standar Ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan para perawinya

  1. Ayah Syaikh Shaduq adalah ‘Aliy bin Husain bin Musa bin Babawaih Al Qummiy disebutkan oleh An Najasyiy Syaikh yang faqih dan tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 261 no 684]
  2. Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 135]
  3. Ahmad bin Muhammad bin Iisa Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 351]
  4. Aliy bin Al Hakam Al Kuufiy seorang yang tsiqat jaliil qadr [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 151]
  5. ‘Abdullah bin Sinaan seorang yang tsiqat jaliil tidak ada celaan sedikitpun terhadapnya, ia meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] [Rijal An Najasyiy hal 214 no 558]

Dan kualitas akal diketahui sebagai makhluk yang taat kepada Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam riwayat berikut

عنه، عن علي بن الحكم، عن هشام قال قال أبو عبد الله عليه السلام لما خلق الله العقل قال له أقبل  فأقبل، ثم قال له، أدبر فأدبر، ثم قال له وعزتي وجلالي ما خلقت خلقا هو أحب إلي منك، بك آخذ وبك أعطى وعليك أثيب

Darinya [Al Barqiy] dari ‘Aliy bin Al Hakam dari Hisyaam yang berkata Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] berkata “ketika Allah menciptakan akal, Allah berkata kepadanya datanglah maka ia datang, kemudian Allah berkata kepadanya mundurlah maka ia mundur, kemudian Allah berkata kepadanya “demi kebesaranKu dan kemuliaanKu, tidak pernah Aku menciptakan makhluk yang lebih Aku cintai daripada engkau, denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi dan atasmu Aku memberi pahala [Al Mahasin Ahmad bin Muhammad Al Barqiy 1/192 no 7]

Riwayat Ahmad bin Muhammad Al Barqiy di atas sanadnya shahih berdasarkan standar Ilmu Rijal Syi’ah. Berikut keterangan para perawinya

  1. Ahmad bin Muhammad bin Khalid Al Barqiy seorang yang pada dasarnya tsiqat, meriwayatkan dari para perawi dhaif dan berpegang dengan riwayat mursal [Rijal An Najasyiy hal 76 no 182]
  2. Aliy bin Al Hakam Al Kuufiy seorang yang tsiqat jaliil qadr [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 151]
  3. Hisyaam bin Saalim meriwayatkan dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] ia tsiqat tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 434 no 1165]

Maka bagaimana bisa Malaikat sebagai makhluk yang Allah jadikan akal tanpa syahwat di dalam diri mereka, akan menolak perintah Allah SWT. Itu mustahil, apalagi Allah SWT telah berfirman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Diatasnya terdapat para malaikat yang kasar dan keras, mereka tidak pernah bermaksiat kepada Allah akan apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka senantiasa melakukan apa yang diperintahkan [QS At Tahrim : 6] 

Para ulama Syi’ah telah berdalil dengan ayat Al Qur’an di atas dalam menetapkan kema’shuman malaikat dalam arti mereka selalu melaksanakan perintah Allah SWT.

الملائكة معصومون، لقوله تعالى: لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون

Para Malaikat adalah ma’shum dengan firman Allah “mereka tidak pernah bermaksiat kepada Allah akan apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka senantiasa melakukan apa yang diperintahkan” [Al Masalik Fii Ushul Ad Diin Muhaqqiq Al Hilliy hal 285]

والملائكة روحانيون، معصومون، لا يعصون الله ما أمرهم، ويفعلون مايؤمرون

Dan Malaikat adalah makhluk ruh [tidak berjasad], mereka ma’shum mereka tidak pernah bermaksiat kepada Allah akan apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka senantiasa melakukan apa yang diperintahkan [Al I’tiqaadaat Fii Diin Al Imamiyah Syaikh Ash Shaduuq hal 90]

Al Majlisiy berkata dalam Bihar Al Anwar bahwa keyakinan ishmah Malaikat ini sudah menjadi ijma’ di sisi mazhab Syi’ah

علم أنه أجمعت الفرقة المحقة وأكثر المخالفين على عصمة الملائكة صلوات الله عليهم أجمعين من صغائر الذنوب وكبائرها

Diketahui bahwa telah menjadi ijma’ dalam firqah yang benar [Syi’ah] dan banyak dari kalangan penyelisih [ahlus sunnah] atas ishmah [keterjagaan] para malaikat shalawat Allah atas mereka seluruhnya dari dosa-dosa kecil dan besar [Al Bihar Al Anwar Al Majlisiy 11/124]

Kesimpulannya riwayat Bihar Al Anwar yang dibahas di atas kedudukannya dhaif dan bertentangan dengan Al Qur’an dan hadis shahih dalam mazhab Syi’ah. Dan yang menjadi keyakinan dalam mazhab Syi’ah adalah para malaikat selalu mentaati perintah Allah SWT.

.

.

Kembali pada penulis rendah tersebut. Ia berdalil dengan Al Qur’an At Tahrim ayat 6 untuk memojokkan Syi’ah padahal para ulama Syi’ah justru berdalil dengan ayat tersebut untuk menegakkan keyakinan mereka tentang ishmah Malaikat. Kemudian apakah ada dalam tulisannya ia bicara soal keshahihan riwayat Bihar Al Anwar yang ia kutip tersebut di sisi mazhab Syi’ah?. Tidak ada

Saya sedang mengkhayalkan ada penulis yang berwatak sama dalam mazhab Syi’ah kemudian ia menukil hadis kisah Al Gharaniq dalam kitab Ahlus Sunnah maka orang itu akan berkata bahwa Ahlus Sunnah telah mencela Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Atau orang itu menukil hadis [bathil] Allah SWT datang dalam bentuk pemuda amrad yang ada dalam kitab Ahlus Sunnah kemudian berkata bahwa Ahlus Sunnah telah mencela Allah SWT. Menyedihkan

Begitulah jika seseorang mempelajari sesuatu secara serampangan, menukil sana menukil sini meloncat dan menuduh sana sini tanpa berpegang pada metode yang benar. Biasanya mereka yang sok ilmiah paling pintar menukil kitab ini kitab itu, ulama ini ulama itu kemudian mencampuradukkan asumsinya beserta nukilan-nukilan tersebut maka lahirlah kedustaan yang bermula dari kebodohan.

Siapa yang mengatakan setiap hadis pasti benar maka ia dusta dan siapa yang mengatakan setiap ulama pasti benar maka ia juga dusta. Setiap hadis dan perkataan ulama harus ditimbang dengan kaidah ilmu dalam mazhab dimana hadis dan ulama itu berdiri. Itulah kaidah ilmiah, dan maaf kaidah ini bukan milik santri, da’i, ustadz dan orang terhormat lainnya tetapi milik siapapun yang mau menggunakan akalnya dengan baik dan benar. Akhir kata kami mengingatkan diri sendiri, penulis tersebut dan para pembaca akan firman Allah SWT

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan [kebenaran] karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan [QS Al Ma’idah : 8]