Bantahan Terhadap Pengikut Syi’ah Yang Menyatakan Putri Rasulullah Hanya Sayyidah Fathimah

Bantahan Terhadap Pengikut Syi’ah Yang Menyatakan Putri Rasulullah Hanya Sayyidah Fathimah

Tulisan ini berusaha meluruskan syubhat sebagian pengikut Syi’ah terkait dengan putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Mereka menyatakan bahwa putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] hanya Sayyidah Fathimah [‘alaihas salaam]. Padahal ma’ruf dan masyhur bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] memiliki empat orang putri yaitu Fathimah, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Zainab.

Kami tidak akan memukul rata bahwa semua orang Syi’ah berpandangan demikian tetapi memang ada di antara pengikut Syi’ah yang nyeleneh membuat syubhat seolah ingin memuliakan ahlul bait padahal hanya menunjukkan ketidaktahuan yang menyedihkan. Salah satu pengikut Syi’ah yang dimaksud dapat pembaca lihat disini yaitu pemilik blog syiahali.wordpress.com.

.

.

.

Bisa dikatakan Kami tidak begitu suka dengan pemilik blog syiahali.wordpress.com, ia terbiasa mengkopipaste tulisan orang lain [termasuk tulisan di blog ini] kemudian ia tampilkan di situsnya tanpa menyebutkan darimana ia mengambil tulisan tersebut. Seolah ia ingin mengesankan kepada para pembacanya bahwa apa yang ia tampilkan di situsnya adalah tulisannya sendiri. Orang seperti ini bisa dikatakan tidak memiliki adab dalam dunia tulis-menulis.

Akibat kebiasaan kopipaste tersebut maka jangan heran kalau para pembaca melihat dalam tulisan-tulisannya sering terjadi kontradiksi satu sama lain. Karena ia mencampuradukkan keyakinannya dengan keyakinan berbagai macam orang yang ia kopipaste tulisannya. Tidak usah jauh-jauh kok, kami melihat dengan mata kepala kami sendiri berbagai kontradiksi yang muncul dalam tulisannya karena ia mengkopipaste tulisan kami tanpa ia meneliti bahwa pandangan kami jauh berbeda dengan pandangannya [yang nampak dalam tulisannya yang lain].

Dalam tulisan ini kami akan menunjukkan bahwa apa yang ia tampilkan dalam tulisannya tersebut adalah perkara yang berat. Silakan saudara pembaca pikirkan apa jadinya jika seseorang muslim menyatakan bahwa putri-putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] sebenarnya bukanlah putri Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Apa yang akan terjadi jika Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mendengar tuduhan yang demikian?. Aneh apa tidak terpikir olehnya kalau perkara ini adalah perkara yang berat oleh karena itu sebelum membuat tulisan tersebut ia seharusnya meneliti terlebih dahulu kebenarannya. Kalau ia cuma mengandalkan taklid atau hanya mengkopipaste apa yang ditulis orang lain maka kami hanya bisa berkata betapa menyedihkan orang yang seperti itu.

.

.

.

Dalam keyakinan kami dengan berlandaskan Al Qur’an dan hadis shahih [dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah] tidak diragukan bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tidak hanya memiliki satu orang putri.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin “hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [QS Al Ahzab : 59]

Ayat Al Qur’an di atas dengan jelas menyatakan bahwa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] memiliki anak-anak perempuan. Lafaz “banaatika” menunjukkan jumlahnya lebih dari satu. Kalau ada yang ingin berhujjah bahwa lafaz tersebut bisa saja bermakna tunggal maka jawabannya buktikan riwayat shahih yang mengkhususkan lafaz tersebut bermakna tunggal yaitu khusus Sayyidah Fathimah [‘alaihas salaam]. Kalau tidak ada bukti maka lafaz jamak ya tetap diartikan jamak. Apalagi didukung oleh hadis-hadis shahih berikut

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَمْرِو بْنِ سُلَيْمٍ الزُّرَقِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِأَبِي الْعَاصِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuuf yang berkata telah mengabarkan kepada kami Maalik dari ‘Aamir bin ‘Abdullah bin Zubair dari ‘Amru bin Sulaim Az Zuraqiy dari Abi Qatadah Al Anshariy bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] pernah shalat dan Beliau menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], putri Abi ‘Aash bin Rabi’ah bin ‘Abdus Syams, apabila Beliau sujud Beliau meletakkannya dan apabila berdiri Beliau menggendongnya [Shahih Bukhariy 1/109 no 516]

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّهُ رَأَى عَلَى أُمِّ كُلْثُومٍ عَلَيْهَا السَّلَام بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُرْدَ حَرِيرٍ سِيَرَاءَ

Telah menceritakan kepada kami Abul Yamaan yang berkata telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhriy yang berkata telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwasanya ia pernah melihat Ummu Kultsum [‘alaihas salaam] binti Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] memakai kain yang bersulam sutra [Shahih Bukhariy 7/151 no 5842]

حدثنا عبد الله حدثني أبي وأبو خيثمة قالا ثنا معاوية بن عمرو ثنا زائدة عن عاصم عن شقيق قال لقي عبد الرحمن بن عوف الوليد بن عقبة فقال له الوليد مالي أراك قد جفوت أمير المؤمنين عثمان رضي الله عنه قال عبد الرحمن أبلغه فذكر الحديث وأما قوله اني تخلفت يوم بدر فإني كنت أمرض رقية بنت رسول الله صلى الله عليه و سلم حتى ماتت

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku dan Abu Khaitsamah keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah bin ‘Amru yang berkata telah menceritakan kepada kami Za’idah dari ‘Aashim dari Syaqiiq yang berkata Abdurrahman bin ‘Auf bertemu Walid bin Uqbah. Maka Walid berkata kepadanya ada apa denganmu aku melihatmu bersikap kasar kepada Amirul Mukminin Utsman [radiallahu ‘anhu]. Maka ‘Abdurrahman berkata kepadanya “sampaikan kepadanya”. [perawi] menyebutkan hadis, [sampai pada perkataan Utsman] “adapun perkataannya [‘Abdurrahman] bahwa aku tidak ikut dalam perang Badar maka aku telah menemani Ruqayyah binti Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang sedang sakit sampai akhirnya ia wafat …[Musnad Ahmad 1/75 no 556, Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata “sanadnya hasan”]

Hadis-hadis di atas adalah bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ruqayyah [‘alaihas salaam], Ummu Kultsum [‘alaihas salaam] dan Zainab [‘alaihas salaam] adalah putri-putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] selain Sayyidah Fathimah [‘alaihas salaam].

.

.

.

Disini sebagai bantahan terhadap orang Syi’ah tersebut maka kami akan bawakan dalil shahih dalam kitab mazhab Syi’ah bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] memang memiliki empat orang putri yaitu Fathimah, Zainab, Ruqayyah dan Ummu Kultsum.

Terdapat riwayat shahih yang disebutkan oleh Syaikh Ath Thuusiy dalam kitabnya Tahdzib Al Ahkam. Riwayat ini menyebutkan tentang doa-doa bulan Ramadhan yang diajarkan oleh Imam Musa bin Ja’far atau yang dikenal dengan sebutan ‘Abdus Shalih. Riwayat ini sangat panjang sehingga disini hanya akan kami kutip matan yang akan dijadikan hujjah. Imam Musa bin Ja’far mengajarkan doa yang didalamnya Beliau menyebutkan lafaz berikut

اللهم صل على رقية بنت نبيك والعن من آذى نبيك فيها، اللهم صل على أم كلثوم بنت نبيك والعن من آذى نبيك فيه

Ya Allah berikanlah shalawat atas Ruqayyah binti Nabi-Mu dan laknatlah orang yang menyakiti Nabi-Mu tentangnya [Ruqayyah] dan Ya Allah berikanlah shalawat atas Ummu Kultsum binti Nabi-Mu dan laknatlah orang yang menyakiti Nabi-Mu tentangnya [Ummu Kultsum]…[Tahdzib Al Ahkam Syaikh Ath Thuusiy hal 120 no 38]

Syaikh Ath Thuusiy menyebutkan sanadnya dalam kitab Tahdzib Al Ahkam yaitu sanad berikut

محمد بن يعقوب عن علي بن إبراهيم عن أبيه عن ابن محبوب عن علي بن رئاب عن عبد صالح عليه السلام قال

Muhammad bin Ya’quub dari ‘Aliy bin Ibrahiim dari Ayahnya dari Ibnu Mahbuub dari ‘Aliy bin Ri’aab dari ‘Abdus Shalih [‘alaihis salaam] yang berkata…[Tahdzib Al Ahkam Syaikh Ath Thuusiy 3/106 no 38]

Adapun jalan sanad Syaikh Ath Thuusiy sampai Muhammad bin Ya’qub Al Kulainiy juga disebutkan Syaikh Ath Thuusiy dalam kitabnya

فما ذكرناه في هذا الكتاب، عن محمد بن يعقوب الكليني رحمه الله: فقد أخبرنا به الشيخ: أبو عبد الله محمد بن محمد بن النعمان رحمه الله، عن أبي القاسم جعفر بن محمد بن قولويه رحمه الله، عن محمد بن يعقوب رحمه الله

Maka apa yang kami sebutkan dalam kitab ini dari Muhammad bin Ya’qub Al Kulainiy rahimahullah maka sungguh telah mengabarkan kepada kami dengannya Syaikh Abu ‘Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Nu’man rahimahullah dari Abu Qaasim Ja’far bin Muhammad bin Quuluwaih rahimahullah dari Muhammad bin Ya’qub rahimahullah [Syarh Masyaikh Tahdzib Al Ahkam hal 5]

Jadi sanad lengkap riwayat tersebut dari Syaikh Ath Thuusiy adalah dari Syaikh Muhammad bin Muhammad bin Nu’man [Al Mufiid] dari Ibnu Quuluwaih dari Al Kulainiy dari Aliy bin Ibrahim dari Ayahnya dari Ibnu Mahbuub dari ‘Aliy bin Ri’aab dari ‘Abdus Shalih [Imam Musa bin Ja’far]. Sanad ini berdasarkan standar ilmu Rijal Syi’ah kedudukannya shahih, berikut keterangan mengenai para perawinya

  1. Muhammad bin Muhammad adalah Muhammad bin Muhammad bin Nu’man Syaikh Mufid, ia termasuk diantara guru-guru Syi’ah yang mulia dan pemimpin mereka, dan orang yang paling terpercaya di zamannya, dan paling alim diantara mereka [Khulashah Al Aqwaal Allamah Al Hilliy hal 248 no 46]
  2. Abul Qaasim Ja’far bin Muhammad bin Quluwaih Al Qummiy termasuk orang yang tsiqat dan mulia dalam hadis dan faqih [Rijal An Najasyiy hal 123 no 318]
  3. Muhammad bin Ya’qub Al Kulainiy dia adalah orang yang paling tsiqat dalam hadis dan paling tsabit diantara mereka [Rijal An Najasyiy hal 377 no 1026]
  4. Aliy bin Ibrahim bin Haasyim, tsiqat dalam hadis, tsabit, mu’tamad, shahih mazhabnya [Rijal An Najasyiy hal 260 no 680]
  5. Ibrahim bin Haasyim Al Qummiy seorang yang tsiqat jaliil. Ibnu Thawus pernah menyatakan hadis yang dalam sanadnya ada Ibrahim bin Haasyim bahwa para perawinya disepakati tsiqat [Al Mustadrakat Ilm Rijal Al Hadis, Asy Syahruudiy 1/222]
  6. Hasan bin Mahbuub seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 354]
  7. Aliy bin Ri’aab Al Kuufiy seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 151]

Riwayat di atas membuktikan dengan jelas bahwa Imam Musa bin Ja’far [‘alaihis salaam] menyatakan bahwa Ruqayyah [‘alaihas salaam] dan Ummu Kultsum [‘alaihas salaam] keduanya adalah putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

Kemudian Ath Thuusiy juga membawakan riwayat lain dalam kitabnya yang menyebutkan bahwa Zainab juga termasuk putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

أحمد بن محمد عن ابن أبي عمير عن حماد عن الحلبي عن أبي عبد الله عليه السلام ان أباه حدثه ان امامة بنت أبي العاص بن الربيع وأمها زينب بنت رسول الله صلى الله عليه وآله

Ahmad bin Muhammad dari Ibnu Abi ‘Umair dari Hammaad dari Al Halabiy dari Abi ‘Abdullah [‘alaihis salaam] bahwa Ayahnya menceritakan kepadanya sesungguhnya Umamah putri Abil ‘Aash bin Rabii’ dan ibunya adalah Zainab binti Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wa ‘alihi]...[Tahdzib Al Ahkam Syaikh Ath Thuusiy 8/258 no 169]

Ahmad bin Muhammad yang dimaksud adalah Ahmad bin Muhammad bin Iisa. Dan Jalan Ath Thuusiy hingga Ahmad bin Muhammad bin Iisa sanadnya shahih. Sebagaimana disebutkan Syaikh Ath Thuusiy dalam kitabnya

ومن جملة ذكرته عن أحمد بن محمد بن عيسى ما رويته بهذه الأسانيد عن محمد بن يعقوب عن عدة من أصحابنا عن أحمد بن محمد بن عيسى

Dan yang kami sebutkan dari Ahmad bin Muhammad bin Iisa apa-apa yang diriwayatkan disini sanad-sanadnya dari Muhammad bin Ya’qub dari sekelompok sahabat kami dari Ahmad bin Muhammad bin Iisa [Syarh Masyaikh Tahdzib Al Ahkam hal 42-43]

Telah disebutkan sebelumnya jalan Syaikh Ath Thuusiy sampai Muhammad bin Ya’qub Al Kulainiy shahih maka sisa perawi sanad di atas adalah Al Kulainiy dari sekelompok sahabat kami dari Ahmad bin Muhammad bin Iisa dari Ibnu Abi Umair dari Hammaad dari Al Halabiy dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam]. Berikut keterangan para perawinya

  1. Muhammad bin Ya’qub Al Kulainiy dia adalah orang yang paling tsiqat dalam hadis dan paling tsabit diantara mereka [Rijal An Najasyiy hal 377 no 1026]
  2. Muhammad bin Yahya Al Aththaar seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 353 no 946]. Ahmad bin Idris Al Qummiy seorang yang tsiqat faqiih shahih riwayatnya [Rijal An Najasyiy hal 92 no 228]. Aliy bin Ibrahim bin Haasyim, tsiqat dalam hadis, tsabit, mu’tamad, shahih mazhabnya [Rijal An Najasyiy hal 260 no 680]. Telah ma’ruf bahwa jika Al Kulainiy menyebutkan sekelompok sahabat kami dari Ahmad bin Muhammad bin Iisa maka mereka adalah Muhammad bin Yahya, Aliy bin Muusa Al Kumaydzaaniy, Dawud bin Kawrah, Ahmad bin Idris dan Aliy bin Ibrahim bin Haasyim [Rijal An Najasyiy hal 377-378 no 1026]
  3. Ahmad bin Muhammad bin Iisa Al Qummiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal Ath Thuusiy hal 351]
  4. Muhammad bin Abi Umair, ia termasuk orang yang paling terpercaya baik di kalangan khusus [Syi’ah] maupun kalangan umum [Al Fahrasat Ath Thuusiy hal 218]
  5. Hammaad bin Utsman seorang yang tsiqat jaliil qadr [Al Fahrasat Ath Thuusiy hal 115]
  6. Ubaidillah bin Aliy Al Halabiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 230-231 no 612]

Riwayat shahih di atas membuktikan dengan jelas bahwa Imam Abu Ja’far [‘alaihis salaam] menyatakan bahwa Zainab [‘alaihas salaam] adalah salah satu putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].

.

.

.

Riwayat shahih mazhab Syi’ah di atas bersesuaian dengan Al Qur’anul Kariim dan merupakan bantahan yang kuat untuk meluruskan syubhat pengikut Syi’ah yang menyatakan bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] hanya memiliki satu putri yaitu Sayyidah Fathimah [‘alaihas salaam].

Yang paling mengesalkan bagi kami adalah dalam membuat tulisannya tersebut pemilik blog syiahali.wordpress.com juga mengkopipaste tulisan kami mengenai ancaman pembakaran rumah Sayyidah Fathimah [‘alaihas salaam] kemudian ia campurkan dengan kebathilannya bahwa Sayyidah Fathimah adalah putri tunggal Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Sungguh kami berlepas diri dari kebathilan situs tersebut.

Akhir kata, untuk kesekian kalinya kami menegur anda wahai pemilik blog syiahali.wordpress.com jika anda ingin mengkopipaste tulisan orang lain maka lakukanlah dengan beradab, silakan cantumkan sumber asli tulisan tersebut dalam blog anda. Alangkah anehnya kalau anda tidak mengetahui etika tulis-menulis yang sederhana seperti itu dan dalam kasus anda nampaknya hal ini sangat diperlukan agar para pembaca blog anda tidak mencampuradukkan antara keyakinan anda dengan keyakinan orang lain yang anda kopipaste tulisannya. Salam Damai.

46 Tanggapan

  1. Saya juga kesal dengan blog dimaksud. Terima kasih pencerahannya.

  2. @SP

    Kami tidak akan memukul rata bahwa semua orang Syi’ah berpandangan demikian tetapi memang ada di antara pengikut Syi’ah yang nyeleneh membuat syubhat seolah ingin memuliakan ahlul bait padahal hanya menunjukkan ketidaktahuan yang menyedihkan.

    Mohon maaf sebelumnya, komentar saya ini sekedar ingin memverifikasi apakah maksud pernyataan anda itu adalah bahwa setiap pengikut syi’ah yang berpendapat demikian (putri kandung Rasulullah hanya Fathimah) berarti dia termasuk pengikut syi’ah yang nyeleneh dan menunjukkan ketidaktahuan yang menyedihkan? karena saya membaca pada salah satu website syi’ah yang cukup populer dan representatif yaitu (Maktab Al Ab-hadts Al Aqa’idiyyah / Center of Belief Researches), disitu ada sebuah pertanyaan mengenai doa yang anda nukil pada artikel ini,

    اللهم صل على رقية بنت نبيك والعن من آذى نبيك فيها، اللهم صل على أم كلثوم بنت نبيك والعن من آذى نبيك فيه

    pertanyaan itu dijawab dengan menukil perkataan At Tustariy dalam Qamus Ar Rijal yang mana disitu At Tustariy berargumen bahwa yang dimaksud “anak/binti” pada doa tersebut adalah anak angkat;

    فإن المقصود بالبنوة هي الربيبة فإن الربيبة يصح اطلاق البنوة عليها مجازاً

    “Sesungguhnya yang dimaksud anak (pada doa tsb) adalah anak angkat, dan sesungguhnya anak angkat dibenarkan secara mutlak sebagai anak secara majaz”
    Selengkapnya dapat dibaca disini http://www.aqaed.com/faq/5600/

    apakah menurut anda At Tustari yang perkataannya dinukil oleh pengasuh website tersebut termasuk syi’ah yang nyeleneh dan menunjukkan ketidaktahuan yang menyedihkan? atau bahkan pengasuh website itu sendiri justru representasi dari syi’ah yang nyeleneh dan menunjukkan ketidaktahuan yang menyedihkan? karena selain pilihan jawabannya terhadap pertanyaan diatas, pada bagian lain di website itu pengasuhnya juga mempertahankan pendapat yang menyatakan bahwa putri Rasulullah shalallahu`alayhi wasallam selain Fathimah `alayhassalam bukanlah putri kandung beliau, sebagaimana dapat dilihat disini http://www.aqaed.com/faq/1547/

    umumnya pengikut syi’ah yang berpendapat bahwa Fathimah `alayhassalam adalah satu2nya putri kandung Rasulullah shalallahu`alayhi wasallam adalah merujuk pada buku karya Sayyid Ja’far Murtadha Al Amiliy ini بنات النبي أم ربائبه , apakah beliau juga termasuk syi’ah yang nyeleneh dan menunjukkan ketidaktahuan yang menyedihkan?

  3. @Ali Reza

    Hmm apakah anda juga termasuk orang yang dikopipaste tulisannya disana?.

    @Khayrah

    Saya tidak akan berbasa-basi untuk menyatakan yang bathil sebagai bathil, tidak peduli apakah ada ulama atau website Syi’ah yang membenarkan kebathilan tersebut. Saya bisa juga mengutip banyak ulama Syi’ah yang sependapat dengan saya diantaranya Al Kulainiy, Al Mufiid, Al Majlisiy dan yang lainnya. Intinya setiap perkataan ulama mesti ditimbang dengan kaidah ilmu yang ada dalam mazhab tersebut

    Soal argumen bahwa itu adalah anak angkat, maka silakan anda pikirkan apakah itu bernilai hujjah atau cuma hanya sekedar asumsi andai-andai yang tidak ada buktinya. Apakah orang arab terbiasa menyatakan fulanah binti fulan sebagai “anak angkat” atau “anak kandung”?. Kalau bukti yang jelas seperti riwayat di atas bisa diselewengkan seenaknya maka tidak ada lagi bukti yang bisa diberikan. Toh setiap bukti riwayat akan dimentahkan dengan asumsi anak angkat. Saya bersikap objektif saja disini, riwayat shahih ya shahih, lafaz yang jelas ya sudah jelas. Pendapat menyimpang dan nyeleneh ya katakan menyimpang terlepas siapapun yang mengatakannya.

    Kasusnya disini sama seperti sebagian ulama Syi’ah yang menolak pernikahan Ummu Kultsum dengan Umar, tidak adagunanya argumen mereka karena riwayat shahih dalam mazhab Syi’ah sudah menjadi pemutus yang membantah klaim mereka.

  4. Hmmm, artikel menarik tidak pernah terlintas atau terfikirkan.

    Sebenarnya kelakuan tidak jujur blog Syiah tersebut bisa di analogikan dengan blog Sunni ataupun Salafy yang menebarkan “kedustaan” atas Syiah. Tentu secara zahir kita tidak pernah bisa tahu apa motivasi mereka melakukan hal2 yang buruk itu. Yang pasti tentu niat mereka pada mulanya adalah untuk membela agama Allah. Betapa rumit dan kompleksnya sifat manusia itu.

    Tidaklah menghairankan mengapa Allah menegakkan timbangan di hari penghakiman nanti.

  5. @SP
    Semulanya saya tidak pernah untuk membayangkan atau memikirkan tingkah laku atau perbuatan Rasullah terhadap anak2 perempuan beliau. Tapi dengan muncul tulisan ini maka timbul pertanyaan dalam benak saya. Saya bukan menuduh atau mengoreksi Rasulullah. Jauh sekali dari tindakan demikian. Menjadi pertanyaan saya adalah dimana letak keadilan Rasulullah terhadap anak2 beliau. Sebab yang sering saya baca apakah itu buku2 Suni atau Syiah lebih banyak yang ditonjolkan adalah kecintaan terhadap Sayidata Fatimah as. Begitu juga dalam Surah Al-Azhab 33. Dan penyerahan tanah Fadak dan banyak hal lain yang Rasulullah lakukan untuk Sayidata Fatimah as tidak dilakukan pada anak2 yang lain. Saya sangat mengharap penjelasan anda. Dan ada satu hal yang sangat saya tidak sependapat adalah kalimat anda: ” Silakan saudara pembaca pikirkan apa jadinya jika seseorang muslim menyatakan bahwa putri-putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] sebenarnya bukanlah putri Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Apa yang akan terjadi jika Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mendengar tuduhan yang demikian?.” Saya akan bertanya kembali, Bagaimana akibatnya apabila Rasulullah hanya memiliki satu yakni hanya Sayidata Fatimah as saja. Apa yang akan terjadi apabila Rasulullah SAW mendengar tuduhan yang mengatakan beliau mempunyai perempuan lain selain Sayidata Fatimah as? Wasalam

  6. @SP

    Saya bisa juga mengutip banyak ulama Syi’ah yang sependapat dengan saya diantaranya Al Kulainiy, Al Mufiid, Al Majlisiy dan yang lainnya. Intinya setiap perkataan ulama mesti ditimbang dengan kaidah ilmu yang ada dalam mazhab tersebut

    Kalo dibolehkan saya minta kesediaan anda, bisakah anda menyebutkan perkataan ulama syi’ah kontemporer (abad ini) yang anda ketahui men-tarjih pendapat yg menyatakan bahwa Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kultsum juga termasuk putri kandung Rasulullah shalallahu`alayhi wasallam sama seperti Fathimah ?

    Saya bersikap objektif saja disini, riwayat shahih ya shahih, lafaz yang jelas ya sudah jelas. Pendapat menyimpang dan nyeleneh ya katakan menyimpang terlepas siapapun yang mengatakannya.

    Anda telah menunjukkan ketegasan anda dalam bersikap objektif.
    Berarti bisa dikatakan bahwa penulis buku بنات النبي أم ربائبه yaitu Ja’far Murtadha Al Amaliy adalah termasuk yang anda katakan sebagai syi’ah yg nyeleneh dan menunjukkan ketidaktahuan yang menyedihkan meskipun dia ulama syi’ah.

    Kasusnya disini sama seperti sebagian ulama Syi’ah yang menolak pernikahan Ummu Kultsum dengan Umar, tidak ada gunanya argumen mereka karena riwayat shahih dalam mazhab Syi’ah sudah menjadi pemutus yang membantah klaim mereka.

    Apakah anda pernah menulis pembahasan mengenai perkara tersebut (pernikahan umar dgn ummu kultsum binti ali) ? jika belum, saya berharap anda berkenan menulisnya di blog ini. Terimakasih.

  7. @SP

    Kasusnya disini sama seperti sebagian ulama Syi’ah yang menolak pernikahan Ummu Kultsum dengan Umar, tidak adagunanya argumen mereka karena riwayat shahih dalam mazhab Syi’ah sudah menjadi pemutus yang membantah klaim mereka.

    Ini yang dimaksud Ummu Kultsum putri Rasulullah atau putri Imam Ali?

    Terkait pertanyaan saudara naolako tentang tanah fadak yang merupakan warisan Rasulullah SAW, lalu apa yang diwariskan Rasulullah kepada putri2nya yang lain?

  8. Kira2 diskusi ini akan menuju ke mana…

    Mengapa Fatimah AS sepertinya “mendapatkan” perlakuan istimewa dimata Rasulullah SAW. Coba teman2 baca hadis kisa dan Al Quran 33:33. Kecuali teman2 memahami bahwa ahlul bait disitu adalah Istri2 dari Nabi SAW. Sepertinya SP pernah menguraikan hadis Kisa dan juga ayat Quran terkait dengan hadis itu

    Bila SP mempunyai informasi tentang harta apa2 saja yang diwariskan kepada putri2 lainnya sepertinya akan menjadi sangat menarik

  9. @setiadharma

    Menurut saya terkait ayat Al-Quran 33:33 perlakuan Rasulullah kepada Sayyidah Fatimah didasarkan atas perintah dari Allah, dan tidak ada yang salah dalam hal ini.

    Sedangkan terkait apa yang diwariskan Rasulullah, ini adalah penting untuk dibahas, karena jika sejarah mengatakan Rasulullah mewariskan hartanya yang ditujukan kepada keturunannya (putri2nya) hanya kepada Sayyidah Fatimah maka itu artinya Rasulullah menyalahi Al-Quran, dan ini mustahil terjadi.Sampai saat ini saya belum menemukan riwayat Rasulullah mewariskan sesuatu kepada Ummu Kultsum ataupun Ruqayah, barangkali bang SP atau selainnya bisa membantu.

    Menurut saya, kebenaran tidak bersifat mutlak ditentukan oleh hadis shahih. Misalkan saja apabila terdapat dua hadis shahih dimana satu dengan yang lainnya bertentangan maka mustahil keduanya bernilai benar. Maka dari itu, sekedar kritik yang membangun, alangkah baiknya jika penulis tidak dengan mudahnya mengatakan “karena ketidak tahuan” dsb kepada yg berbeda pandangan. Karena saya melihat penulis sendiri dalam tulisannya kali ini hanya menyampaikan hujjahnya dan sama sekali belum membahas dan mengkritisi dalil-dalil orang2 yang berbeda pandangan dengan beliau.

  10. Tema yg menarik!

    Mau tanya sm SP. 3 anak yg lain itu apakah dari ibu yg sama dg Sayyidat Fatimah?

    @naolako

    Boleh dikritisi dan diingatkan dikit?
    Tentunya kita tdk bisa mempertanyakan keadilan perlakuan Rasulullah saw kepada anak2nya. Ini bukan karena “kita tdk akan mengetahui bagaimana keadilannya Rasulullah saw”. Tapi MAS naolako jg tau kan bhw keadilan itu bukan sama rata? Keadilan itu adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya/posisinya/derajatnya. Begitu juga sy kira keadilan perlakuan Rasulullah saw kepada ke-4 anaknya.

    Jenis dan besarnya perbedaan perlakuan sdh tdk penting lagi.

    Ini sama dgn perlakuan Rasulullah saw terhdp Imam Hasan & Imam Husein. Sementara disana msh ada Siti Zaenab.

    Ini sama dgn perlakuan Rasulullah saw terhdp Siti Khadijah. Sementara disana msh ada Siti ‘Aisyah dan isteri2 yg lain.

    Ini sama dgn perlakuan Rasulullah saw terhdp Imam Ali. Sementara disana msh banyak orang2 yg merasa dekat dengan Rasulullah saw.
    .
    Salam

  11. Maaf koreksi terkait waris, informasi yang saya dapat mengatakan putri2 Nabi selain Sayyidah Fatimah meninggal sebelum Nabi wafat. Jadi tidak ada yang salah terkait waris.

  12. @setiadharma

    Dalam pandangan saya, niat baik saja tidak cukup. Membela agama Allah ya harus tetapi caranya juga harus baik.

    @naolako

    Saya pribadi tidak melihat adanya masalah mengenai keadilan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Saya yakin Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] pasti mencintai semua putri-putrinya. Adapun soal Sayyidah Fathimah lebih dimuliakan sebagaimana nampak dalam berbagai riwayat keutamaannya maka itu adalah ketetapan Allah SWT dan Rasul-Nya. Tidak ada masalah soal itu

    Begitu pula soal pewarisan [termasuk tanah Fadak]. Dalam hukum islam anak-anak mewarisi dari ayahnya maka tidak masalah soal ini. Apalagi setahu saya ketiga putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang lain lebih dahulu wafat dari Rasulullah [shallallahu ‘alihi wasallam]

    Saya akan bertanya kembali, Bagaimana akibatnya apabila Rasulullah hanya memiliki satu yakni hanya Sayidata Fatimah as saja. Apa yang akan terjadi apabila Rasulullah SAW mendengar tuduhan yang mengatakan beliau mempunyai perempuan lain selain Sayidata Fatimah as? Wasalam

    Sekarang saya tanya kepada anda, apakah dalam beragama itu kita hanya mengandalkan perasaan subjektif semata. Kalau begitu maka tidak ada yang patut didiskusikan, toh saya dengan perasaan saya, anda dengan perasaan anda dan mereka dengan perasaan mereka. Selesai toh. Lain ceritanya kalau anda ingin mencari kebenaran maka anda harus berjalan pada aturan dan standar kebenaran yang ada. Setelah anda mengetahui yang benar maka tidak masalah bagi anda ingin menerapkan perasaan subjektif anda dengan menyalahkan pendapat yang anda anggap bathil. Begitulah yang saya lakukan di atas. Saya agak heran kalau ada orang-orang malah sibuk mempermasalahkan pilihan kata yang saya gunakan bukannya sibuk mendiskusikan hujjah dalam masalah ini.

    Silakan toh siapa saja yang berseberangan dengan pendapat saya dalam tulisan di atas untuk memaparkan hujjahnya. Silakan bagi mereka yang meyakini kalau putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] hanya Sayyidah Fathimah [‘alaihas salaam] maka bawalah hujjah-hujjahnya.

    @Khayrah

    Kalo dibolehkan saya minta kesediaan anda, bisakah anda menyebutkan perkataan ulama syi’ah kontemporer (abad ini) yang anda ketahui men-tarjih pendapat yg menyatakan bahwa Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kultsum juga termasuk putri kandung Rasulullah shalallahu`alayhi wasallam sama seperti Fathimah ?

    Saya heran apa perlunya hal itu karena bagi saya yang penting itu hujjah berupa bukti shahih bukan hanya qaul ulama. Saya bisa menampilkan nama-nama seperti Syaikh Ja’far Subhaniy, Sayyid Al Khu’iy, Syaikh Aliy Alu Muhsin dan selain mereka. Silakan kalau anda berminat membaca apa yang ditulis Syaikh Ali Alu Muhsin dalam link berikut

    Sekali lagi saya katakan, saya tidak ada masalah sedikitpun untuk menyatakan orang yang bersikeras pada pendapat yang bathil sebagai nyeleneh atau menyimpang. Kalau orang tersebut tidak tahu maka hujjah-hujjah yang ada akan menjadi jawaban bagi ketidaktahuannya tetapi kalau orang tersebut tahu tetapi lebih memakasakan asumsinya dan menundukkan riwayat-riwayat shahih [yang bersebrangan dengan pandangannya] kepada asumsinya padahal asumsinya tersebut tidak memiliki dasar riwayat yang shahih maka tidak diragukan orang tersebut telah menyimpang. Dan ini berlaku bagi siapapun orang awam, penuntut ilmu, da’i, ustadz bahkan ulama sekalipun.

    Soal pernikahan Ummu Kultsum binti Aliy [‘alaihas salaam] dengan Umar [radiallahu ‘anha], Insya Allah kalau saya ada kesempatan saya akan menuliskannya.

    @Ki Joko

    Tentu Ummu Kultsum binti Aliy dan setahu saya ketiga putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang lain lebih dahulu wafat dari Rasulullah [shallallahu ‘alihi wasallam]

    @setiadharma

    Diskusinya tidak akan berjalan kemana-mana. Dalam persepsi saya, Saya tidak melihat sesuatu yang harus atau bisa diperselisihkan selain asumsi-asumsi yang sifatnya subjektif

    @Ki Joko

    Menurut saya, kebenaran tidak bersifat mutlak ditentukan oleh hadis shahih. Misalkan saja apabila terdapat dua hadis shahih dimana satu dengan yang lainnya bertentangan maka mustahil keduanya bernilai benar. Maka dari itu, sekedar kritik yang membangun, alangkah baiknya jika penulis tidak dengan mudahnya mengatakan “karena ketidak tahuan” dsb kepada yg berbeda pandangan. Karena saya melihat penulis sendiri dalam tulisannya kali ini hanya menyampaikan hujjahnya dan sama sekali belum membahas dan mengkritisi dalil-dalil orang2 yang berbeda pandangan dengan beliau.

    Maaf, Tidak perlu berbicara dengan kaidah umum bahwa kebenaran tidak bersifat mutlak dari hadis shahih dan hadis shahih bisa saling bertentangan. Saya tahu akan hal itu tetapi dalam diskusi kita tidak bermain di kaidah umum lebih baik langsung saja fokus pada masalah, kalau memang anda atau siapapun merasa bahwa mereka yang berpandangan putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] hanya Sayyidah Fathimah [‘alaihas salaam] memiliki bukti shahih maka silakan bawakan bukti shahih riwayatnya. Saya pribadi tidak menemukan bukti shahih dari pihak-pihak yang bersikeras pada pandangan tersebut selain asumsi-asumsi mereka. Oleh karena itulah tidak saya bahas, mau berasumsi sebanyak-banyaknya sampai jadi satu buku juga tidak ada gunanya bagi saya karena bukti riwayat di atas shahih dan jelas. Standar kebenaran saya itu sederhana dan sifatnya jelas, mana buktinya jika shahih saya terima jika tidak ada bukti shahih maka mengapa harus bersikeras.

    @Armand

    Yup dari istri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] Khadijah [‘alaihas salaam]

    @Ki Joko

    Sudah disebutkan di atas

  13. @SP

    Saya heran apa perlunya hal itu karena bagi saya yang penting itu hujjah berupa bukti shahih bukan hanya qaul ulama. Saya bisa menampilkan nama-nama seperti Syaikh Ja’far Subhaniy, Sayyid Al Khu’iy, Syaikh Aliy Alu Muhsin dan selain mereka.

    Maaf jika membuat anda heran dan keberatan dengan permintaan saya itu, saya sama sekali tidak bermaksud menganggap hujjah dari riwayat yang shahih tidak penting. Namun saya sekedar berharap bisa menambah wawasan dengan mengetahui mana ulama yang berpendapat seperti yang antum bahas pada artikel ini, itu saja, apakah itu salah? Mohon maaf jika anda tidak berkenan dengan permintaan saya itu.

    Silakan kalau anda berminat membaca apa yang ditulis Syaikh Ali Alu Muhsin dalam link berikut

    Terimakasih atas informasinya. 🙂

    Soal pernikahan Ummu Kultsum binti Aliy [‘alaihas salaam] dengan Umar [radiallahu ‘anha], Insya Allah kalau saya ada kesempatan saya akan menuliskannya.

    Terimakasih, semoga dimudahkan oleh Allah dalam menuliskannya. 🙂

  14. @SP
    Anda berkata:

    ” Saya pribadi tidak melihat adanya masalah mengenai keadilan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].”
    ( Ini perasaan subyektif anda )

    Saya sangat heran anda berkata demikian, karena Rasulullah diutus salah satu adalah penegakan KEADILAN.
    Bagaimana jadinya apabila Rasulullah memberi contoh yang menurut anda tidak ada masaalah. Sedangkan Rasulullah ada USWATHUL HASANAH? Dan Beliau memiliki akhlak yang sangat mulia. Jangan sampai dengan statement anda ini bakal mengurangi kemulian Beliau.
    Kemudian anda mengatakan :

    ” Sekarang saya tanya kepada anda, apakah dalam beragama itu kita hanya mengandalkan perasaan subjektif semata ”

    Mengapa anda harus bertanya pada saya? itu kan kata2 anda sendiri yang saya kopy pasta.
    Kemudian anda berkata:

    “Ayat Al Qur’an di atas dengan jelas menyatakan bahwa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] memiliki anak-anak perempuan. Lafaz “banaatika” menunjukkan jumlahnya lebih dari satu. Kalau ada yang ingin berhujjah bahwa lafaz tersebut bisa saja bermakna tunggal maka jawabannya buktikan riwayat shahih yang mengkhususkan lafaz tersebut bermakna tunggal yaitu khusus Sayyidah Fathimah [‘alaihas salaam]. Kalau tidak ada bukti maka lafaz jamak ya tetap diartikan jamak. Apalagi didukung oleh hadis-hadis shahih berikut.”

    Saya akan buktikan pada anda bahwa kata jamak dalam Firman Allah tidak berarti harus lebih dari satu.
    1.Firman Allah dalam ayat 61 Surah Al Imran : “Siapa yang membantahmu dalam hal ini setelah engkau memperoleh ilmu, maka katakanlah: : Mari kita panggil anak-anak kami dan anak2 kamu, wanita – wanita kami dan wanita-wanita kamu, dan diri-diri kami dan diri-diri kamu, kemudian marilah kita bermuhala agar laknat Allah ditimpakan kepada orang2 yang berdusta”
    Semua Ulama sependapat yang bersama Rasulullah SAW pergi ber Muhala hanya terdiri dari enam orang. Satu anak Rasulullah dan satu wanita,dua cucunya dan satu mantunya.
    Jadi kata2 jamak wanita ternyata hanya tunggal. Kata2 jamak anak teryata tunggal

    2.Firman Allah dalam surah al-Zukhruf ayat 45 : ” Dan tanyalah kepada rasul-rasul Kami yang telah kami utus sebelum engkau….”
    Kata ganti nama Kami disini adalah jamak. Dan Allah adalah Tunggal Esa. Wasalam

  15. @armand
    Anda berkata :
    Tapi MAS naolako jg tau kan bhw keadilan itu bukan sama rata? Keadilan itu adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya/posisinya/derajatnya. Begitu juga sy kira keadilan perlakuan Rasulullah saw kepada ke-4 anaknya.
    Benar keadilan bukan berarti sama rata. Tapi perhatian dan pendidikan harus diberikan juga kepada mereka walaupun tidak sama. Tolong anda berikan pada saya bukti bahwa Rasul pernah menengok mereka (perhatian) dan memberi arahan ( pendidikan ).
    Saya juga setuju pertanyaan pada sdr. SP sebab Rasulullah kawin juga dengan para janda yang kemungkinan membawa anak2 perempuan. Wasalam

  16. Wadow harus ada titilk temu nih secara kejadian yang jadi bahan diskusi dah lewat alias jaman jadul banged. Orang yang idup jaman sekarang cuma bisa baca buku karangan ulama jaman jadul yang jaman idup si ulama ituh masih kalah jadul ama kejadian yang dibahas. okeh sekarang kita adu neeh kitab ulama a ame kitab ulama b, siapa yang punya pandapat kuat…..gitu kali yeee. Eh tapi ulama a ame ulama b bisa jadi ade yang setuju ame kagak setuju laah gimana neeeeehhhh ane pyusiiinggg

  17. Artikel ini selain menarik dari sisi topik, pro kontra, juga menarik untuk diamati cara dan metoda masing2. Sampai sekarang argumen2 SP valid dan tidak terbantahkan, sedangkan yang berseberangan masih menggunakan dalil “perasaan”.
    Kawan2 yang tidak setuju dengan SP harap ajukan argumen yang valid dan metodis supaya bisa agak berimbang.
    Akan sangat menarik ketika yang meyakini Sayyidah Fatimah adalah satu2nya anak perempuan Rasulullah SAW bisa mengajukan hujjah yang valid dan shahih.
    Sekali lagi nih, masih ada yang hujjah2nya hanya berdasarkan asumsi dan perasaan.
    1. Adanya pro kontra diantara ulama tidak bisa digunakan sebagai dalil. Hampir semua isu setelah melalui waktu yang sangat lama akan terjadi pro kontra. Sehingga kita tidak perlu terjebak dalam pro kontra itu. Kemanapun kita lari kita apakah masuk dalam yang kontra atau masuk dalam yang pro. Makanya cocok blog ini bernama “analisa pencari kebenaran”, yang konsekuensinya membutuhkan anda2 untuk mempertajam analisa dengan argumen kita yang tajam dan valid.
    2. Jika Rasulullah melebihkan Sayyidat Fatimah “dirasakan” sebagai tidak adil juga tidak bisa digunakan sebagai dalil. perebedaan itulah keadilan (Allah dan para Nabi meniscayakan perbedaan). Terlalu terburu2 untuk menjudge perbedaan sebagai ketidakadilan.

    Salam damai

    Salam damai

  18. Menarik sekali artikel bung SP. Oh iya mau tanya, untuk Ulama Syiah yang berpendapat ada putri Nabi SAW Selain Sayyidatina Fatimah, apakah mereka juga berpendapat sama tentang nama2 suami dari putri2 Nabi SAW yang lain itu seperti kalangan Ulama Sunni?

  19. Salam Alaikum bung SP
    hanya sebagai pembanding, bagaimana jika hujjah mengenai jamaknya kata “anak-anak perempuan” ini bila dibandingkan dengan ayat mubahala dan prakteknya?

    Jika ayat Mubahalah menggunakan kata jamak, lantas mengapa hanya Fatimah yang diikutsertakan dalam kejadian Mubahala?

    Salam

  20. Hadis-hadis Keutamaan Sayyidah Fathimah Az Zahra, beliau adalah Fatimah az-Zahra bintu Muhammad ibni Abdillah Rasulullah SAW, mempunyai julukan/gelar al-batuul, az-Zakiyyah, Sayyidatun Nisa’il Alamin, at-Thohiroh, al-Ma’shimah, dll.
    Hadis riwayat Bukhari dalam Shahih Bukhari kitab nikah bab Dzabb ar-Rajuli:
    Bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Fathimah adalah sebahagian daripadaku; barangsiapa ragu terhadapnya, berarti ragu terhadapku, dan membohonginya adalah membohongiku”
    Hadis dalam Sahih Bukhari jilid VIII, Sahih Muslim jilid VII, Sunan Ibnu Majah jilid I hlm 518 , Musnad Ahmad bin Hanbal jilid VI hlm 282, Mustadrak Al Hakim jilid III hlm156:
    Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Fatimah, tidakkah anda puas menjadi sayyidah dari wanita sedunia (atau) menjadi wanita tertinggi dari semua wanita dari ummat ini atau wanita mukmin”.
    Hadis shahih riwayat Ahmad,Thabrani,Hakim,Thahawi dalam Shahih Al Jami’As Saghir no 1135 dan Silsilah Al Hadits Al Shahihah no1508:
    Rasulullah SAW bersabda: ” Wanita penghuni surga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Mazahim istri Firaun.”
    Hadis riwayat Bukhari dalam Shahih Bukhari Kitab Bad’ul Khalq bab Manaqib Qarabah Rasululllah SAW:
    Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Fathimah adalah bahagian dariku, barangsiapa yang membuatnya marah, membuatku marah!”
    Hadis riwayat Al Hakim dalam Al Mustadrak dengan sanad hasan:
    Bahwa ada malaikat yang datang menemui Rasulullah SAW dan berkata: “sesungguhnya Fathimah adalah penghulu seluruh wanita di dalam surga”.
    Hadis riwayat Al Bukhari dalam kitab Al Maghazi:
    Rasululah SAW bersabda kepada Fathimah: “Tidakkah Engkau senang jika Engkau menjadi penghulu bagi wanita seluruh alam”.
    Hadis-hadis diatas hanyalah beberapa saja, adapun hadis lain yang menunjukkan keutamaan Sayyidah Fatimah Az-zahra’ sangatlah banyak ditemukan dikitab-kitab hadits, seperti shahih bukhari, shahih muslim, musnad ahmad, at-Tirmidzi dll.
    Keutamaan Fatimah bukanlah hanya karena beliau adalah putri dari Rasulullah SAW semata,  akan tetapi keutamaan dan kemuliaan beliau memang ditunjang beberapa hal penting seperti keutamaan Akhlaq yang mulia, ilmu pengetahuan yang tinggi, kefasihan yang mengungguli kaum pria sekalipun, kesabaran, ketabahan, kesederhanaan, kezuhudan, ketegaran hati dan lainya.
    Selain sifat-sifat yang dimiliki Sayyidah Fatimah as tersebut, terdapat keunikan lain akan keutamaan beliau, yaitu beliau adalah putri dari Rasulullah SAW, Putri dari Khadijah al-Kubra (Pemuka wanita Islam pertama), Istri dari Sayyidina Ali bin abi thalib KW (yang merupakan sahabat terdekat Nabi SAW dan orang pertama kali masuk Islam), beliau adalah Ibu dari Sayyidain al-Hasan wal-Husain, dan beliau merupakan salah satu anggota khusus keluarga Nabi SAW yang disebut sebagai Ahlul Bait Yang Suci.

  21. @hafed

    Sindrom orang awam hehehe. Ngapain pusing mas, sebagai orang awam ya sudah ikut apa kata ulama saja yang penting mas bersih hatinya. mas mau ikut ulama yang berpendapat a, b, c, d,…dst tidak masalah. Dengan syarat mas sudah menimbang, memikirkan, sesuai dengan kemampuan mas sendiri bukan mau cari enaknya saja. Namanya saja orang awam mas, serba terbatas, terbatas waktu buat meneliti, terbatas buku referensinya, belum lagi terbatas ilmu agama dan akal hehehe kalau yang disebutkan terakhir itu (agama dan akal) memang sindrom orang awam yang gak ada obatnya ^_^. Kecuali mas mau jadi faqih dan mujtahid. naah mas harus banyak membaca dan memikirkan hal rumit dalam agama. Peace masbrow

  22. Pro dan kontra terhadap masaalah topik diatas saya sangat prihatin. Ada yang mengatakan agrument SP valid. Tapi bagi saya apakah pendapat subyekyif atau dikatakan perasaan tapi cukup nash yang saya sampaikan sebagai jawaban atas hujah SP dengan ayat 59 Surah Al-Azhab untuk menguatkan pendapatnya. Maka dengan demikian saya anggap hujahnya sangat sangat lemah. Tidak dapat dipakai sebagai hujah.
    Dan masih ada yang menganggap keadilan yang harus ditegakan dipandang remeh. Mereka lupa bahwa Rasulullah adalah se-baik2nya untuk dicontohi (Firman Allah sebagai uswantul hasanah ). Dan Rasulullah diutus salah satunya menegakan keadilan. Saya sangat heran bahwa dengan perbuatan/ yang dicontohkan Rasulullah terhadap anak2nya adalah contoh yang baik. Bagaimana nanti orang2 tua membuat perbedaan terhadap anak2 kita? Dengan alasan sunah Rasul. Sungguh naif berbicara keadilan.
    Saya ucapkan selamat berdiskusi atas topik ini dan saya melepaskan diri dari hujah SP. Karena membicarakan keluarga Rasulullah berdasarkan Ilmu Yakin sangat besar risikonya. Manfaatnya kecil tapi mudharatnya sangat besar. Selamat berdiskusi. Wasalam

  23. @naolako
    Kami disini tidak pernah menafsirkan/menganggap perlakuan Rasulullah yang berbeda terhadap Sayyidah Fatimah adaslah sebagai ketidakadilan (disini ada perbedaan pemahaman tentang keadilan).
    Nabi Yakub as membedakan Yusuf terhadap anak2 yang lain. Nabi Daud as membedakan Sulaiman terhadap anak2 yang lain. Imam Ali as membedakan Imam Hasan & Imam Husein terhadap anak2 yang lain.
    Semua raja membedakan putra mahkotanya terhadap putera2 yang lain. Inilah adalah suatu keniscayaan ketika mereka memang berbeda derajat/taqwa. Bahkan tidak adil ketika anak yang derajat berbeda diperlakukan sama.
    Allah membedakan hamba2nya yang memiliki derajat/taqwa berbeda.
    Rasulullah SAW mengutamakan/memuliakan Sayyidah Fatimah as, karena beliau as berbeda. Bukan karena Rasulullah SAW membedakan sehingga Sayyidah Fatimah menjadi berbeda.

    Salam damai

  24. @TS08
    Saya tidak pernah mengatakan bahwa anda anda menafsirkan/perlakuan Rasulullah membedakan. Cuma saya peringatkan kembali bahwa Rasulullah diutus sebagai RAKHMAT LIL ALAMIN dan menegakan keadilan. Beda dengan para Nabi lain jangan disamakan. Rasulullah ditugaskan untuk hal tersebut diatas maka Beliau pula memberi contoh sebagai pemberi Rakhmat dan berbuat adil. Anda membawa contoh Imam Ali. Apakah anda tidak pernah mendengar Imam Ali mengatakan : Jafar bin Ali adalah kakiku dan Hasan dan Husen adalah kedua mataku. Allah tidak akan memberikan sesuatu atau menugaskan sesuatu kepada hambanya yang dimuliakan untuk ada cela yang akan merusak misinya. Karena anda berbicara soal keadilan maka saya mau memberi komentar. Wasalam

  25. salam alaikum
    Saya rasa topik utamanya bukanlah mengenai kemuliaan Fatimah dibandingkan dengan kemuliaan putri Rasulullah yang lain, melainkan apakah Fatimah as benar-benar putri Rasulullah satu satunya atau tidak.

    Saya baru saja membaca ulang buku dialog Sunnah Syiah mengenai penggunaan kata jamak untuk satu orang, pada ayat patuhilah Allah, Rasulnya dan orang-orang yang ruku, meskipun menggunakan kata jamak, tetapi ayat ini ditujukan untuk satu orang yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib as. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa dalam sastra Arab, penggunaan kata jamak digunakan bukan hanya dalam artian benat-benar jamak, melainkan juga kepada satu orang yang mulia.

    Mohon koreksinya.

  26. @naolako
    ketika Allah memakai kata kami, menurut SAYA Allah melibatkan malaikatnya dalam masalah tsb..
    itu menurut saya..jika salah ya mohon maaf

    salam damai buat semua

  27. @naolako

    Saya sangat heran anda berkata demikian, karena Rasulullah diutus salah satu adalah penegakan KEADILAN.
    Bagaimana jadinya apabila Rasulullah memberi contoh yang menurut anda tidak ada masaalah. Sedangkan Rasulullah ada USWATHUL HASANAH? Dan Beliau memiliki akhlak yang sangat mulia. Jangan sampai dengan statement anda ini bakal mengurangi kemulian Beliau.

    Maaf bukan seperti itu yang saya maksudkan, saya meyakini Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] sebagai penegak keadilan dan Uswathul Hasanah. Yang saya tolak adalah pandangan bahwa ketika Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] memuliakan Sayyidah Fathimah [‘alaihas salaam] dibanding putri-putrinya yang lain hal itu bertentangan dengan keadilan Beliau. Bagi saya ini jelas tidak benar, Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mencintai semua putri-putrinya, mendidik putri-putrinya dan memperhatikan putri-putrinya tetapi Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tetap memuliakan Sayyidah Fathimah dibanding yang lain. Hal itu bagi saya adalah ketetapan Allah yang dijalankan oleh Rasul-Nya

    Hal ini sama seperti sikap Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] kepada istri-istrinya. Beliau mencintai istri-istrinya, memperhatikan istri-istrinya dan mendidik istri-istrinya tetapi tetap saja Beliau menyatakan keutamaan yang besar bagi Khadijah [‘alaihas salaam] yang tidak diberikan pada istri-istrinya yang lain [sebagaimana nampak dalam hadis shahih keutamaan Khadijah]

    Kemudian anda mengatakan :

    ” Sekarang saya tanya kepada anda, apakah dalam beragama itu kita hanya mengandalkan perasaan subjektif semata ”
    Mengapa anda harus bertanya pada saya? itu kan kata2 anda sendiri yang saya kopy pasta.

    Maaf, saya rasa anda tidak mengerti komentar saya sebelumnya. Apa dalam tulisan di atas saya hanya mengandalkan perasaan subjektif saya?. Tidak kok, anda bisa lihat saya membawakan bukti dari Al Qur’an, hadis shahih [dalam kitab ahlus sunnah] dan untuk pengikut Syi’ah saya bawakan hadis shahih dalam kitab mazhab Syi’ah. Bagi saya itu bukti yang objektif dan dengan dasar inilah saya mengeluarkan pernyataan bahwa apa jadinya jika seorang muslim menyatakan putri-putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] sebagai bukan putri Beliau melainkan putri orang lain. Hal ini bagi saya perkara besar dan berat apalagi jika hanya berdasarkan asumsi pribadi. Kemudian anda tidak setuju dengan perkataan saya dan membantah saya dengan mengatakan

    Saya akan bertanya kembali, Bagaimana akibatnya apabila Rasulullah hanya memiliki satu yakni hanya Sayidata Fatimah as saja. Apa yang akan terjadi apabila Rasulullah SAW mendengar tuduhan yang mengatakan beliau mempunyai perempuan lain selain Sayidata Fatimah as?

    Bagi saya kalimat anda di atas hanya sekedar perasaan subjektif anda. Silakan toh jika anda punya perasaan seperti itu tetapi jika perasaan anda itu anda jadikan bantahan kepada kalimat saya sebelumnya maka itu tidak bisa. Mengapa? karena anda belum membawakan bukti apapun yang menjadi dasar perasaan subjektif anda tersebut. Saya pribadi belum mengetahui apa posisi anda disini. Apakah anda termasuk orang yang meyakini putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] hanya Sayyidah Fathimah [‘alaihas salaam] atau bukan?. Jika memang demikian maka silakan disampaikan bukti shahih yang anda punya dan saya akan senang sekali untuk mempelajarinya.

    Kemudian anda berkata:
    “Ayat Al Qur’an di atas dengan jelas menyatakan bahwa Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] memiliki anak-anak perempuan. Lafaz “banaatika” menunjukkan jumlahnya lebih dari satu. Kalau ada yang ingin berhujjah bahwa lafaz tersebut bisa saja bermakna tunggal maka jawabannya buktikan riwayat shahih yang mengkhususkan lafaz tersebut bermakna tunggal yaitu khusus Sayyidah Fathimah [‘alaihas salaam]. Kalau tidak ada bukti maka lafaz jamak ya tetap diartikan jamak. Apalagi didukung oleh hadis-hadis shahih berikut.”
    Saya akan buktikan pada anda bahwa kata jamak dalam Firman Allah tidak berarti harus lebih dari satu.
    1.Firman Allah dalam ayat 61 Surah Al Imran : “Siapa yang membantahmu dalam hal ini setelah engkau memperoleh ilmu, maka katakanlah: : Mari kita panggil anak-anak kami dan anak2 kamu, wanita – wanita kami dan wanita-wanita kamu, dan diri-diri kami dan diri-diri kamu, kemudian marilah kita bermuhala agar laknat Allah ditimpakan kepada orang2 yang berdusta”
    Semua Ulama sependapat yang bersama Rasulullah SAW pergi ber Muhala hanya terdiri dari enam orang. Satu anak Rasulullah dan satu wanita,dua cucunya dan satu mantunya.
    Jadi kata2 jamak wanita ternyata hanya tunggal. Kata2 jamak anak teryata tunggal

    Maafkan kalau saya katakan saya sudah mengetahui contoh yang anda sampaikan. Perbedaan kita disini adalah saya memiliki standar dan aturan dalam menetapkan kebenaran. Dalam perkara ayat Al Qur’an dengan lafaz jamak maka saya akan tetap berpegang pada zhahir lafaz sampai dibuktikan bahwa zhahir lafaz tersebut menunjukkan yang lain [bisa dengan ayat Al Qur’an yang lain atau hadis shahih]

    Contoh anda soal kisah Mubahalah itu memang benar. Tetapi pertanyaannya adalah coba pikirkan bagaimana anda bisa yakin kalau dalam kisah mubahalah yang dibawa adalah lima orang tersebut?. Jawabannya bukan sekedar dari perkataan ulama tetapi hadis-hadis shahih telah menunjukkannya. Lantas apakah dengan contoh ini maka kemudian semua ayat Al Qur’an dengan lafaz jamak anda bisa dengan mudahnya mengatakan itu maksudnya tunggal untuk satu orang tertentu. Itu namanya bukan berhujjah tetapi berandai-andai. Oleh karena itu dalam tulisan di atas saya sudah mengisyaratkan bahwa jika ada orang yang ingin menafsirkan lafaz “banatika” itu bermakna tunggal maka silakan ia bawakan bukti shahih yang menunjukkan demikian. Jika tidak ada maka saya akan tetap berpegang pada zhahir lafaz Al Qur’an

    Begitu pula contoh lain ada ayat dimana menggunakan lafaz “orang-orang beriman” tetapi dalam hadis disebutkan bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah Imam Ali [‘alaihis salaam]. Kemudian dengan contoh ini apakah semua ayat Al Qur’an yang menggunakan lafaz “orang-orang beriman” bisa sesuka hati untuk dikatakan itu bermakna tunggal untuk Imam Aliy saja. Jawabannya jelas tidak, saya tekankan ada standar dan aturan dalam berhujjah karena kalau kita sesuka hati menjadikan lafaz jamak sebagai tunggal hanya akan menunjukkan kekacauan dalam tafsir Al Qur’an.

    @Khayrah

    Maaf jika membuat anda heran dan keberatan dengan permintaan saya itu, saya sama sekali tidak bermaksud menganggap hujjah dari riwayat yang shahih tidak penting. Namun saya sekedar berharap bisa menambah wawasan dengan mengetahui mana ulama yang berpendapat seperti yang antum bahas pada artikel ini, itu saja, apakah itu salah? Mohon maaf jika anda tidak berkenan dengan permintaan saya itu.

    Saya heran karena sebelumnya saya sudah membawakan ulama Syi’ah yang memiliki pandangan bahwa Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] memiliki empat orang putri diantaranya Al Kulainiy, Al Mufiid dan Al Majlisiy. Kemudian anda berkomentar lagi meminta ulama kontemporer abad ini. Tidak ada yang salah dengan itu hanya saja saya heran apa perlunya jika saya sudah membawakan ulama mutaqaddimin Syi’ah kemudian anda meminta ulama kontemporer Syi’ah. Walaupun begitu saya tetap penuhi permintaan anda dengan membawakan nama Ja’far Subhaniy, Sayyid Al Khu’iy dan Syaikh Aliy Alu Muhsin.

    @TS08

    Seperti biasa anda memiliki pandangan yang cermat dalam memahami pokok permasalahan.

    @Ahmad

    Setahu saya sih sama saja, tetapi silakan anda minta masukan dari pengikut Syi’ah lain yang mungkin mengetahui apakah ada pro kontra soal masalah nama suami putri-putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]

    @Yang Berserah Diri

    Kalau soal ayat mubahalah maka itu sudah saya jawab pada komentar saya kepada mas naolako. dan mungkin bisa saya tambahkan, silakan anda perhatikan apakah dalam ayat Mubahalah tersebut disebutkan lafaz menantu Nabi [Imam Aliy] dan cucu-cucu Nabi [Imam Hasan dan Imam Husain]. Mengapa sekalian tidak anda tanyakan kok Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] membawa orang-orang yang tidak disebutkan dalam ayat tersebut. Terlepas dari itu semua, hadis-hadis shahih telah menunjukkan memang Sayyidah Fathimah, Imam Aliy, Imam Hasan dan Imam Husain yang dibawa mubahalah. Dan bagi saya ini bukti shahih yang cukup dalam memahami ayat tersebut tidak dengan zhahir lafaznya.

    Atau saya pernah membaca bahwa ada yang menafsirkan dalam ayat mubahalah yang dimaksud “diri kami” dalam ayat tersebut adalah Imam Aliy dan Rasulullah, kemudian yang dimaksud “wanita [istri] kami” dalam ayat tersebut adalah Sayyidah Fathimah [maksudnya sebagai istri Imam Aliy] dan yang dimaksud “anak-anak kami” adalah Hasan dan Husain [maksudnya sebagai anak-anak Imam Aliy”. Sebagai suatu penafsiran ya bagi saya boleh-boleh saja.

  28. Salam..

    Ulasan yg menarik, jika tidak salah, pernah dengar bahwa teori yg mengatakan putri kandung Rasulullah (saww) dari Sayyidah Khadijah (as) hanya satu berasal dari Ali bin Ahmad al-kufi, dan Ali bin Ahmad sendiri dikatakan ghulat oleh beberapa ulama syiah spt Syaikh Tusi, dll.

    Bahkan Muhadits Nuri jg mengatakan Ali bin Ahmad al-kufi menjadi ghulat pd masa2 akhir kehidupannya. Allamah Hilli pun setelah mengutip syaikh Tusi dll, beliau mengatakan bahwa Ali bin Ahmad memiliki banyak kitab yg sebagian telah berisi bid’ah. Wallahu a’lam

    mungkin Saudara SP bisa menelitinya lbh dalam lagi.

    Wassalam

  29. Terima kasih atas tanggapan dari Anda bung SP.
    Mengenai jawaban Anda pada Saya di paragraf akhir memang benar ada yang menafsirkan seperti itu.

    Sekedar tambahan, mengenai penggunaan kata jamak, memang bisa jadi ditujukan untuk umum atau bisa jadi sebuah keutamaan, tapi bila sekedar ditafsirkan seperti ini akan menjadi standar ganda, maka supaya menghilangkan kerancuan ini, penafsiran harus disandarkan kepada nash yang ada.

    Salah satu contoh penggunaan kata jamak yaitu “orang-orang yang beriman”, pada beberapa ayat memang ditujukan untuk menunjukkan keutamaan Imam Ali, tapi ketika ayat yang lain merupakan suatu teguran, maka ayat itu bukan ditujukan untuk Imam Ali, untuk detailnya seperti yang sudah dituliskan oleh bung SP pada tulisan sebelumnya mengenai pembahasan yang sama, yaitu Imam Ali dan ayat orang-orang yang beriman.

  30. Salam..

    Ulasan yang menarik, jika tidak salah, pernah dengar bahwa teori yang mengatakan putri kandung Rasulullah (saww) dari Sayyidah Khadijah (as) hanya satu berasal dari Ali bin Ahmad al-kufi, dan Ali bin Ahmad sendiri dikatakan ghulat oleh beberapa ulama syiah spt Syaikh Tusi, dll.

    Bahkan Muhadits Nuri juga mengatakan Ali bin Ahmad al-kufi menjadi ghulat pada masa-mas akhir kehidupannya. Allamah Hilli pun setelah mengutip syaikh Tusi dll, beliau mengatakan bahwa Ali bin Ahmad memiliki banyak kitab yang sebagian telah berisi bid’ah. Wallahu a’lam
    Mungkin Saudara SP bisa menelitinya lebih dalam lagi.

    Dan juga dalam surat Al-Ahzab ayat 5 :

    ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِندَ اللَّهِ ۚ فَإِن لَّمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ ۚ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُم بِهِ وَلَٰكِن مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

    Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Ahzab :5]

    Sebagian Mufasirin mengatakan bahwa ayat tersebut turun berkenaan khusus atas Zayd Bin Haritsah, sebagaimana Allamah Kamal Faqih Imani dalam kitabnya Tafsir Nurul Qur’an[14/436] menulis bahwa sebagian ahli tafsir mengatakan Rasulullah saww setelah memerdekakan Zayd, orang-orang memanggilnya Zayd bin Muhammad, hingga ayat tersebut turun Rasulullah saww mengatakan “Kamu adalah Zayd bin Haritsah”.

    Jika memang anak perempuan lainnya bukan anak perempuan Rasulullah (saww), maka anak perempuan lainnya setelah turunnya ayat tersebut (Al-Ahzab:5) apakah tdk lebih adil jika dipanggil dengan nama ayahnya?

    Dan riwayat diatas menyebutkan Imam Kadzim (as) menyebut dengan kalimat :

    رقية بنت نبيك atau ام كلثوم بنت نبيك

    Apakah ini bentuk penghormatan atau bagaimana?

    Sebab, ayat yang berbunyi :

    “…dan jika kamu TIDAK MENGETAHUI bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu..”

    Saya berfikir (apakah ini sekedar asumsi yang tidak ada artinya atau memang saya salah) Imam Kadzim (as) mengetahui persis siapa ayah kandung Zaynab dan Ummi Kultsum.

    Mohon Penjelasan dari Sdr. SP dan ikhwan lainnya jika berkenan.

    Wassalam

    Nb : Saya mohon maaf jika komentar ini dua kali muncul dalam blog ini, karena sebelumnya saya telah memposting komentar namun ketika moderasi seperti hilang, maka saya coba memposting ulang dengan beberapa tambahan, sebelumnya saya mohon maaf kepada pemilik blog jika hal ini mengganggu.

  31. Salam

    Sedikit ralat mengenai :

    “Saya berfikir (apakah ini sekedar asumsi yang tidak ada artinya atau memang saya salah) Imam Kadzim (as) mengetahui persis siapa ayah kandung Zaynab dan Ummi Kultsum.”

    Maksud saya Ruqayyah dan Ummi Kultsum, karena ini berkaitan dengan ucapan Imam Kadzim as secara khusus yang menyebut Ruqayyah dan Ummi kultsum, tidak ada nama Zaynab (walaupun ada riwayat lain tentang sebutan Zaynab binti Nabi)

    wassalam

  32. @SP
    Web syiahali bikin ulah lagi tuh…

  33. Web syiahali adminnya gak ad kerjaan jadi ngisengin blog orang lain yang jadi korban keisengannya ya udah ambil hikmahnya saja dan yang sabar siapa tahu nambah amal. Lagian di bajaknya kan di internet ini bukan komersial sifatnya walaupun secara etika akademis sih gak bener. Doain saja biar sadar adminya

  34. saya kutipkan judul dan sedikit prologue dr web syiahali
    “PUTRI RASULULLAH BUKAN HANYA SAYYIDAH FATHIMAH, MEMBANTAH http://SECONDPRINCE.WORDPRESS.COM
    Putri Rasulullah Bukan Hanya Sayyidah Fathimah, Membantah https://secondprince.wordpress.com

    web secondprince telah menuduh kami secara brutal, link yang dia kutip yang dia katakan berasal dari kami hanyalah link kosong alias tanpa isi ”

    sayang sekali web syiah imamiyah yg mengklaim terlengkap di 3 negara
    masi bersikap kerdil dan tidak profesional
    dalam menyikapi protes/kritik atas tema beruta yg diwartakan nya

    sy sempat membaca isi artikelnya sblm dihapus dan dengan entengnya mengatakan “link kosong alias tanpa isi”

    Etika jurnalistik yg tak dipakai, ketika mengcopas tiap karya tulis web lain
    + bohong dalam membantah/ menyanggah

    What else shoud i do?
    should we trust from ” a person” like that?

  35. buka aja :

    http://syiahali.wordpress.com/2014/05/05/putri-rasulullah-bukan-hanya-sayyidah-fathimah-membantah-httpsecondprince-wordpress-com/

    Web secondprince ngelantur, dia menuduh web syiahali mengcopy paste tulisan dia tanpa menyebut sumber, ada kok kami sebut, memang sebagian “lupa kami sebut” sumber copy paste nya…

    Link yang dia tuduh kan berasal dari web syiahali ternyata udah kosong tuh

    detik ini statistik blog kami sudah mencapai 3,285,333 hits, jadi syiahali adalah web syiah imamiyah yg mengklaim terlengkap di 3 negara

  36. loh ini lagi promo web syiahali atau ngebahas artikel di atas seh.

  37. Saya bisa menampilkan nama-nama seperti Syaikh Ja’far Subhaniy, Sayyid Al Khu’iy

    apa buktinya mereka berpendapat begitu?

  38. @Haydar S

    Memang benar dikatakan bahwa yang pertama menyebarkan syubhat tersebut adalah Abu Qasim Aliy bin Ahmad Al Kuufiy. Dan dia sebagaimana disebutkan oleh An Najasyiy dan Ath Thuusiy seorang ghuluw bahkan Ibnu Ghada’iriy menyatakan ia pendusta ghuluw dan pembuat bid’ah.

    علي بن أحمد أبو القاسم الكوفي المدّعي العلوية، كذّاب، غالٍ، صاحب بدعة ومقالة، رأيت له كتباً كثيرة، لا يلتفت إليه

    [Rijal Ibnu Ghada’iriy hal 82 no 104]

    Dan komentar anda dengan membawakan surat Al Ahzab ayat 5 itu sudah baik sekali dan merupakan bukti kuat sebagai bantahan bagi mereka yang menyebarkan syubhat “anak angkat” karena menunjukkan bahwa lafaz “binti” itu pada hakikatnya adalah anak kandung

    ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِندَ اللَّهِ ۚ فَإِن لَّمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ ۚ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُم بِهِ وَلَٰكِن مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

    Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Ahzab :5]

    @Yang Berserah Diri

    Yup, anda menangkap dengan baik penjelasan saya

    @Manto

    Yah saya sudah mengira kalau reaksi pemilik blog syiahali akan seperti itu. Oleh karena itu sudah dari awal saya menyimpan tulisannya yang saya bantah di atas. Silakan saja kalau ia mau menghapus tulisan tersebut di blog-nya. Saya yakin para pembaca yang dari awal membaca tulisan saya sudah pasti tahu bahwa link tulisan syiahali yang saya cantumkan di atas sebelumnya memang ada.

    @Ryuko

    Saya hanya menunjukkan bahwa blog tersebut memang tidak memiliki adab yang baik dalam dunia tulis-menulis.

    @suzaqieproject

    Terimakasih atas info-nya. Ulah blog syiahali tersebut hanya menunjukkan keburukan dirinya. Padahal yang namanya kritikan atau bantahan adalah sesuatu yang lumrah. Harusnya ia terima saja tanpa perlu menuduh yang bukan-bukan seolah-olah saya yang memfitnah dirinya bahwa link tulisannya yang saya bawakan di atas adalah link kosong. Gampang sekali dia menghapusnya tetapi saya yakin para pembaca yang dari awal membaca tulisan saya akan tahu kebenarannya. Kalau memang pemilik blog tersebut orang Syi’ah maka bagi saya nampak ulah-nya hanya menjadi aib bagi mazhab Syi’ah.

    @syiahali

    Saya kasihan dengan orang seperti anda. Apa gunanya anda mengklaim sebagai web syiah imamiyah terlengkap di 3 negara. Berapa banyak hasil tulisan anda sendiri dalam blog anda tersebut?. Apa anda mengharapkan pujian dari orang-orang awam syi’ah bahwa anda penulis syi’ah yang hebat?. Perbaikilah tabiat anda tersebut, anda harus belajar mengakui kesalahan diri anda bukannya malah menuduh orang lain seenaknya.

    Sebelum saya meminta anda menampilkan sumber tulisan, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bahwa tulisan-tulisan saya, anda kopipaste di blog anda [syiahali.wordpress.com] tanpa menyebutkan sumbernya. Baru setelah saya buat tulisan di atas, anda menampilkan sumber link secondprince.wordpress.com. Eeh kok disini anda malah menuduh saya ngelantur. Dari mana anda belajar tabiat seperti itu. Jujur saja, tabiat anda ini membuat saya menjadi semakin tidak suka dengan blog anda. Silakan saja anda berbangga-bangga dengan blog anda, saya yakin orang-orang yang kritis sudah melihat kualitas diri anda yang sebenarnya

    @umbro

    Kayaknya blog syiahali itu gak perlu promo-promoan deh, dia udah lama berbuat ulah.

    @husein ali

    Berikut saya tampilkan buktinya

    ولقد أنجبت « خديجةُ » لرسول اللّه صلى‌الله‌عليه‌وآله‌وسلم ستة من الأولاد اثنين من الذكور ، أكبرُهما « القاسم » ثم « عبدُ اللّه » اللَّذان كانا يُدعَيان ب‍ : « الطاهر » و « الطيّب » واربعة من الإناث.
    كتب ابن هشام يقول في هذا الصدد : اكبرُ بناته رُقيَّة ثم زيْنَبْ ثم اُمُّ كلثوم ، ثم فاطمة

    [Sayyid Al Mursaliin 1/278 Syaikh Ja’far Subhaaniy]

    وبكي صلى الله عليه وآله أيضا على جعفر بن أبي طالب وزيد بن حارثة ، وكذلك بكت الصديقة عليها السلام على رقية بنت رسول الله صلى الله عليه وآله وعلى أبيها – صلوات الله عليه وآله

    [Kitab Thaharah 9/227, Sayyid Al Khu’iy]

    Atau anda bisa lihat di situs alkhoei.net pertanyaan no 28

    http://www.alkhoei.net/arabic/pages/estefta.php?it=979

    Sekedar info buat anda, banyak ulama syi’ah baik mutaqaddimin maupun muta’akhirin yang menyatakan seperti apa yang saya simpulkan dalam tulisan di atas. Anda bisa membaca pada link berikut dimana ternukil pendapat para ulama Syi’ah tentang perkara ini

    http://al-mustafa.org/index.php/post/235

  39. Salam

    @Sdr. Sp,

    Terimakasih atas tanggapannya.

    Dan dari link yang anda berikan untuk sdr.Husein Ali :

    http://al-mustafa.org/index.php/post/235

    Terdapat juga jawaban dari Husayn bin Ruuh An-Nawbakhtii yang di dalam syiah dipercaya sebagai wakil [safiir] Imam Mahdi saat ghaib sughra ketika Husayn Bin Ruuh ditanya tentang jumlah putri Rasulullah (saw), beliau menjawab 4, dan Sayyidah Fathimah (as) adalah yang terbaik. Dicatat dalam Kitab Al-Ghaibah-nya Syaikh Thusi.

    Wassalam

  40. @syiah ali

    Mengapa tidak anda bersusah susah sedikit menuliskan apa2 dari tangan anda sendiri. Bila anda tidak mampu untuk menulis sesuatu apapun juga hilangkan fantasi menulis itu dalam fikiran anda, saya pikir hal itu jauh lebih baik. Membela agama Allah dapat dilakukan dengan berbagai cara tapi TIDAK melalui cara2 seperti yang anda lakukan. Jawapan anda lupa untuk menuliskan sumbernya tidaklah menjadi sebuah dasar pembenaran atas tindakan anda itu.

    Terkait diskusi diatas, Sepertinya lebih banyak dalil kuat dari sisi Syiah yang menguatkan bahwa Fatima al-Zahra (as) bukanlah satu2nya putri dari Nabi Muhammad SAW

  41. Hadeuh @syiahali loe koq bangga seh klo blog loeh ituh dah nyampe 3 juta hit. Trus apa gueh harus salto sambil bilang WOW gitu. Lagian kaan bukan loeh yang nulis

  42. alhamdulillah

  43. alhamdulillah

  44. Sangat puas membaca diskusi disini.

    Semakin yakin kalo putri Rasulullah saaw adalah 4 instead of 1.

    Salam atas mereka semua..

  45. Saudara SP, atau siapa saja yg tau, mohon jawabannya apakah dulunya Rasulullah SAW memiliki anak laki-laki?

  46. Shalawat dan al Fatihah buat manusia-manusia pencari kebenaran dan memiliki hati yang terbuka dan sabar dalam meneliti dan belajar… Salut untuk Mas-om-bro SP dan saudaraku lainnya… TOP BGT!!!!

Tinggalkan komentar