Kitab Sampah Syiah : Irsyadul Qulub Atau Kitab Sampah Sunni : Tarikh Ibnu Asakir?
Judul ini sifatnya satir, disesuaikan dengan tulisan para pencela. Karena mereka sudah terbiasa menggunakan bahasa racun maka ada baiknya mereka diobati dengan racun pula. Tulisan ini berusaha menindaklanjuti tulisan salah seorang pencela yang menuduh Syiah sebagai agama yang busuk, dungu dan sarat penipuan. Kami heran dengan orang satu ini, ia berhujjah dengan hujjah yang lemah tetapi bahasanya malah terlalu hina. Alangkah baiknya ia segera sadar diri dan menjaga lisannya.
Banyak para pengkritik Syiah, rata-rata mereka cuma tukang fitnah dan kaum jahil, biasanya bahasa mereka memang hina tetapi ada juga kami temukan pengkritik Syiah dengan hujjah yang layak dengan bahasa yang tidak menyakitkan, yang model begini masuk dalam referensi kami sebagai para pencari kebenaran [secara kami masih meneliti kebenaran dari ahlus sunnah dan juga syiah]. Kami tidak butuh bahasa busuk, kami butuh kebenaran dengan hujjah yang kuat.
.
.
Pencela [dengan lisan hina] yang kami maksud membuat tulisan yang menghina salah satu kitab ulama Syiah yaitu kitab Irsyadul Qulub oleh Hasan bin Abi Hasan Ad Dailamiy, dimana dalam kitabnya disebutkan lafaz
وذكره المجلسي رحمه الله في المجلّد التاسع من كتاب بحار الأنوار، والسيد البحراني في كتاب مدينة المعاجز
Dan disebutkan oleh Al Majlisi [rahimahullah] dalam jilid kesembilan kitab Bihar Al Anwar dan Sayyid Al Bahraniy dalam kitab Madiinatul Ma’ajiz…[Irsyadul Qulub 2/265 Ad Dailamiy, terbitan Mu’assasah Al A’lami Li Al Mathbu’ah Beirut Libanon]
Pencela itu mengatakan Ad Dailamiy wafat pada tahun 841 H sedangkan Al Majlisi lahir tahun 1037 H dan wafat 1111 H kemudian Sayyid Al Bahraniy wafat tahun 1107 H. Bagaimana bisa Ad Dailamiy menukil dari mereka berdua padahal ketika ia wafat mereka berdua saja belum lahir?. Selanjutnya pencela itu menyatakan itulah agama Syiah penuh kebathilan dan kepalsuan, tidaklah recehannya kecuali kotoran di dalam kotoran.
.
.
.
Kami meneliti perkara ini dan ternyata hasilnya menunjukkan kalau pencela itu memang jahil dan kejahilan ini muncul karena terburu-buru dalam mencela. Perkara ini ternyata telah diteliti oleh salah seorang ulama Syiah yaitu Sayyid Haasyim Al Miilaaniy, ia adalah pentahqiq kitab Irsyadul Qulub Ad Dailamiy
Sayyid Haasyim Al Miilaniy dalam muqaddimah tahqiq-nya menyebutkan bahwa nukilan yang menyebutkan Al Majlisi dan Sayyid Al Bahraniy hanya ada dalam naskah kitab yang dicetak oleh Mansyurat Ar Radhiy
.
.
وأيضاً فقد ذُكر في الجزء الثاني في النسخة المطبوعة في منشورات الرضي بعد ذكر حديث يرفعه إلى الشيخ المفيد وذكره المجلسي رحمه الله في المجلّد التاسع من كتاب بحار الأنوار ، والسيد البحراني في كتاب مدينة المعاجز
Dan telah disebutkan dalam juz kedua dalam naskah yang dicetak oleh Mansyuurat Ar Radhiy, setelah menyebutkan hadis yang dirafa’kan oleh Syaikh Mufiid “dan disebutkannya oleh Al Majlisi [rahimahullah] dalam jilid kesembilan kitab Bihar Al Anwar dan Sayyid Al Bahraniy dalam kitab Madiinatul Ma’aajiz [Irsyadul Qulub Ad Dailamiy 1/16 tahqiq Sayyid Haasyim Al Milaaniy]
Kemudian Sayyid Haasyim Al Miilaaniy menyatakan bahwa nukilan ini tidak terdapat dalam naskah yang dijadikan pegangannya dalam tahqiq kitab sehingga ia menyatakan dengan jelas bahwa nukilan ini adalah tambahan dari ushul kitab Irsyadul Qulub [intinya bukanlah perkataan Ad Dailamiy].
وكذلك الحال بالنسبة إلى قوله : ( وذكره المجلسي رحمه الله في المجلّد التاسع من كتاب بحار الأنوار ، والسيد البحراني في كتاب مدينة المعاجز . . . ) فنحن نجزم بعدم كون هذه الجملة من أصل الكتاب ؛ لعدم ورودها في النسخ التي اعتمدنا عليها في تحقيق الكتاب
Dan begitu pula keadannya dengan perkataan (dan disebutkannya oleh Al Majlisi [rahimahullah] dalam jilid kesembilan kitab Bihar Al Anwar dan Sayyid Al Bahraniy dalam kitab Madiinatul Ma’aajiz…). Maka kami menegaskan bahwa ini adalah penambahan dari ushul kitab karena tidak ada dalam naskah yang kami jadikan pegangan dalam tahqiq kitab [Irsyadul Qulub Ad Dailamiy 1/16 tahqiq Sayyid Haasyim Al Milaaniy]
Ada beberapa naskah Irsyadul Qulub Ad Dailamiy berdasarkan tahqiq dari Sayyid Haasyim Al Milaaniy yaitu
- Naskah yang disimpan dalam perpustakaan Imam Ridha di Masyhad no 14372
- Naskah yang disimpan di Madrasah Syahiid Muthahhariy di Teheran no 5286
- Naskah yang disimpan dalam perpustakaan Ayatulah Uzhma Sayyid Mar’asyiy An Najafiy no 577
- Naskah yang dicetak oleh Mansyuurat Syarif Radhiy
Hanya Naskah yang keempat inilah yang memuat nukilan Majlisi dan Sayyid Al Bahraniy dan naskah ini dikatakan oleh Sayyid Haasyim Al Milaaniy
.
.
وهي نسخة كثيرة الأخطاء والأغلاط
Dan naskah ini memiliki banyak kesalahan dan kekeliruan [Irsyadul Qulub Ad Dailamiy 1/19 tahqiq Sayyid Haasyim Al Milaaniy]
Intinya pada kitab Irsyadul Qulub Ad Dailamiy yang ditahqiq Sayyid Haasyim Al Milaaniy, nukilan Al Majlisiy dan Sayyid Al Bahraniy itu tidak dimasukkan karena bukan bagian dari kitab aslinya. Bisa dilihat berikut kitab Irsyadul Qulub Ad Dailamiy 2/147 tahqiq Sayyid Haasyim Al Milaaniy
.
.
.
Maka kesimpulannya nukilan Al Majlisi dan Sayyid Al Bahraniy tersebut tidak tsabit oleh karena itu dalam kitab Irsyadul Qulub Ad Dailamiy tahqiq Sayyid Haasyim Al Milaaniy [perhatikan di atas] tidak ada nukilan tersebut karena bersumber dari naskah yang mengandung banyak kesalahan dan tidak ada dalam naskah yang dijadikan pegangan serta bertentangan dengan fakta sejarah.
.
.
.
Fenomena seperti ini ternyata juga ditemukan dalam kitab ulama ahlus sunnah, diantaranya kitab Tarikh Ibnu Asakir. Ibnu Asakir memasukkan dalam kitabnya Tarikh Dimasyiq 58/13 no 7381 biografi Mas’ud bin Muhammad bin Mas’ud Abu Ma’aaliy An Naisabury seorang faqih mazhab syafi’iy yang dikenal sebagai Al Quthb, dimana tertulis
وسمع الحديث بنيسابور من شيخنا أبي محمد هبة الله بن سهل السيدي وغيره
Ia mendengar hadis di Naisabur dari Syaikh [guru] kami Abu Muhammad Hibbatullah bin Sahl As Sayyidiy dan selainnya
Abu Muhammad Hibbatullah bin Sahl memang dikenal sebagai guru Ibnu Asakir sebagaimana disebutkan Adz Dzahabiy [As Siyaar 20/14]. Maka tidak diragukan bahwa lafaz tersebut adalah perkataan Ibnu Asakir dan pada akhir biografi Mas’ud bin Muhammad disebutkan
مات رحمه الله آخر يوم من شهر رمضان سنة ثمان وسبعين وخمسمائة
Ia wafat [rahimahullah] pada akhir bulan Ramadhan tahun 578 H
Apa masalahnya?. Ibnu Asakir disebutkan oleh Ibnu ‘Imaad Al Hanbaliy bahwa ia wafat pada tahun 571 H [Syadzrat Adz Dzahab 7/395]. Adz Dzahabiy juga menyebutkan demikian dalam biografi Ibnu Asakir
توفي في رجب سنة إحدى وسبعين وخمسمائة ليلة الاثنين حادي عشر الشهر ، وصلى عليه القطب النيسابوري
[Ibnu Asakir] wafat pada bulan Rajab tahun 571 H pada malam senin tanggal 11, dan ia dishalatkan oleh Al Quthb An Naisaburiy [As Siyaar Adz Dzahabiy 20/571]
Bagaimana mungkin orang yang wafat tahun 571 H bisa menulis biografi seseorang dimana ia menyebutkan bahwa orang tersebut wafat tahun 578 H?. Bisa saja dikatakan bahwa hal ini termasuk kesalahan naskah atau tambahan dari ushul kitab, kami tidak ada masalah dengan itu. Sebenarnya yang justru bermasalah adalah pencela jahil yang seenaknya menyatakan kitab ulama mazhab lain sampah padahal kitab ulama mazhab-nya ternyata sama saja dengan kitab yang ia katakan sampah. Manakah yang sampah dalam perkara ini, kitab Irsyadul Qulub Ad Dailamiy atau kitab Tarikh Ibnu Asakir?. Jawabannya yang sampah itu ya perkataan pencela tersebut.
.
Note : Kitab Irsyadul Qulub di atas ada dua macam, yang pertama diambil dari situs pencela tersebut dan yang kedua versi tahqiq Sayyid Haasyim Al Milaaniy yang kami punya.
.
Filed under: Kritik Salafy, Kritik Syiahphobia |
Allah SWT memberikan petunjuk kepada mereka yang dikehendakiNya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan karuniaNya selalu amin
Ada komentar sampah dari sang pencela yang hanya membuktikan kedangkalan akal pikirannya. Mari kita lihat komentarnya
Jaga lisan anda wahi pencela, saya penulis blog ini bukan syiah dan jika anda tidak berhenti menuduh orang lain maka coba lihat diri anda jika anda dituduh sebagai nashibi atau dituduh sebagai anak zina. Jika anda tidak suka dengan tuduhan tersebut maka jangan menuduh orang lain. Silakan berdiskusi dengan baik dan gunakan bahasa yang baik. Buktikan bahwa tulisan anda bukan tulisan sampah
Mengenai ucapan anda tersebut, tidak ada disini yang meludahi kitab Irsyadul Qulub atau kitab Al Kafi, saya hanya menyampaikan bahwa sudah ada ulama Syi’ah yang membahas masalah tersebut dan tentu saja hujjahnya sudah saya sampaikan di atas. Silakan sampaikan bantahan anda bukannya ngeyel
Ini tandanya anda tidak paham dimana letak kesamaannya. Kesamaannya adalah Ibnu Asakir menulis tahun wafatnya Mas’ud padahal justru ia yang lebih dahulu wafat. Apa anda mau mengatakan Ibnu Asakir menulis dari dalam kuburnya?. Orang lain terutama Syi’ah bisa saja menuruti cara kerja akal anda menyatakan bahwa kitab Ibnu Asakir itu kitab sampah karena sang penulis menulis dari dalam kuburnya. Perhatikan itu wahai pencela
Dan apakah wajar juga jika Ibnu Asakir menyebutkan tahun wafatnya padahal justru Ibnu Asakir lebih dahulu wafat daripada Mas’ud
Satu hal yang pasti, Ad Dailamiy tidak menuliskan nukilan yang anda permasalahkan, hal itu sudah dibuktikan oleh pentahqiq kitab Irsyadul Qulub berdasarkan naskah kitab yang mu’tabar dan dijadikan pegangan bukan naskah kitab yang keliru dan anda jadikan hujjah. Soal kemungkinan tashif yang anda bilang maka silakan buktikan kalau itu tashif dan siapa yang mengatakan bahwa itu tashif kalau cuma sekedar pembelaan kemungkinan maka Syi’ah pun bisa melakukan pembelaan macam-macam hanya berdasarkan kemungkinan
Lho yang bilang itu keliru kan bukan saya, tetapi ulama syiah pentahqiq kitab tersebut dan itu berdasarkan penelitiannya, bandingkan dengan Ibnu Asakir sangat ajaib jika ada ulama yang menulis dari dalam kuburnya dan kalau dikatakan keliru maka bisa juga tuh dikatakan dengan bahasa anda sebagai kekeliruan keajaiban dunia ke-8. Orang-orang seperti anda hanya mencemarkan nama mazhab ahlus sunnah, orang-orang seperti anda hanya nampak sebagai orang yang miskin ilmu tetapi terlalu nafsu dalam mencela. Buktikan kebenaran hujjah anda dan bantah dengan ilmiah bukan dengan cacian dan hinaan
Sang pencela ini apa tidak sadar2 bahwa SP tidak akan melakukan kesalahan/kelalaian seperti yang dia kira. Susah kalau komentar hal2 yang dia sendiri tidak paham.
Karena ternyata yang baca tulisan blog SP bukan hanya mereka yang berakal, coba SP pikirkan untuk menulisnya dengan bahasa yang lebih sederhana supaya sang pencela ini tidak salah cela melulu.
Salut SP masih tetap sabar dan istiqomah untuk meladeni mereka (semua jalan kebaikan pasti ada dikirim pengganggunya sebagai ujian).
Bisa paham gak ya si pencela dengan penjelasan yang sangat jelas ini.
Pohon untuk tumbuh besar membutuhkan kotoran sebagai pupuk, manusia menjadi besar karena mulut2 kotor musuhnya.
SP harus ridho dengan jalan ini.
Salam.
Pas banget dg kalimat terakhir TS 08, “Pohon untuk tumbuh besar membutuhkan kotoran sebagai pupuk, manusia menjadi besar karena mulut2 kotor musuhnya.”…..
Tak bisa kita melihat terang cahaya tanpa adanya gelap. Bersyukurlah orang yang tidak memilih kegelapan sebagai penghias jiwanya.
pencela ini sudat tabiatnya “ngeyel dan ngawur” asal membantah saja
Kami akan sedikit memperjelas masalah di atas, si pencela mengatakan bahwa kasus Dailamiy dan Ibnu Asakir berbeda karena Ibnu Asakir semasa dengan Mas’ud sehingga wajar ia menyebutkannya dalam kitabnya sedangkan Ad Dailamiy tidak semasa dengan Majlisi dan Sayyid Al Bahraniy maka tidak mungkin menyebutkannya. Ucapan ini seperti kami katakan hanya menunjukkan kerendahan kualitas akal pencela tersebut. Tentu saja bukan itu sisi yang harusnya ia lihat. Kasus Dailamiy dan kasus Ibnu Asakir serupa karena keduanya mengandung lafaz yang tidak mungkin berasal dari Dailamiy dan Ibnu Asakir. Artinya kedua kitab tersebut mengandung lafaz yang ditambahkan dari kitab aslinya.
Kasus Ibnu Asakir, mustahil Ibnu Asakir menuliskan kapan wafatnya Mas’ud karena justru Ibnu Asakir yang lebih dahulu wafat, jadi lafaz wafatnya Mas’ud pada tahun 578 adalah tambahan dari ushul kitab bukan Ibnu Asakir yang menuliskannya. Mengenai darimana tambahan itu berasal kami tidak memiliki qarinah yang menjelaskannya
Kasus Ad Dailamiy, mustahil Ad Dailamiy menuliskan lafaz bukilan Al Majlisiy dan Sayyid Al Bahraniy karena keduanya baru lahir setelah Ad Dailamiy wafat dan telah disebutkan qarinah kuatnya bahwa itu adalah tambahan dari kitab asli-nya seperti yang dijelaskan pentahqiq kitab Irsyadul Qulub Ad Dailamiy. Jadi Ad Dailamiy tidaklah menuliskan lafaz tersebut.
Kasus Ad Dailamiy jelas lebih kuat qarinah-nya dibanding kasus Ibnu Asakir karena telah diteliti dan dibahas oleh pentahqiq kitab Irsyadul Qulub sedangkan kasus Ibnu Asakir kami tidak mebgetahuinya tetapi kami berprasangka baik bahwa hakikat permasalahannya adalah sama dengan kasus Ad Dailamiy di atas
Maka silakan bandingkan wahai pembaca, cara berpikir rendah yang ditunjukkan si pencela tersebut. Setelah ditunjukkan kebathilan tulisannya ia berdalil berbusa-busa membuat pembelaan yang tetap ingin menyatakan kitab Syi’ah sampah sedangkan kitab pegangannya tidak. Padahal siapapun yang punya akal pikiran waras akan memahami bahwa hakikat kasus keduanya [Ad Dailamiy dan Ibnu Asakir] adalah sama
wahhh..sampai separah itu tohh kebangkrutan nalarnya?
Bung SP,
Sudah jelas sekali. Terang benderang, kalo hujjah anda kuat dalam hal ini.
Bravo SP, Long Live SP!
Bersikap adil itu tidak mudah, lantas makna dari sholat yang kita kerjakan apa?