Penghinaan Syiah Terhadap Allah SWT : Aah Termasuk Nama Allah?

Penghinaan Syiah Terhadap Allah : Aah Termasuk Nama Allah?

Adanya riwayat-riwayat aneh yang ternukil dalam kitab suatu mazhab adalah hal biasa. Yang tidak biasa adalah menisbatkan riwayat tersebut seolah-olah itu menjadi keyakinan yang diakui kebenarannya dalam mazhab yang dimaksud. Mereka yang tidak mengerti dan menisbatkan kedustaan dengan berbagai riwayat dhaif dan dusta terhadap suatu mazhab adalah orang-orang jahil. Begitulah yang dilakukan salah seorang pencela berikut terhadap Syiah. Ia menukil riwayat

حدثنا أبو عبد الله الحسين بن أحمد العلوي، قال: حدثنا محمد بن همام، عن علي ابن الحسين، قال: حدثني جعفر بن يحيى الخزاعي، عن أبي إسحاق الخزاعي، عن أبيه، قال: دخلت مع أبي عبد الله عليه السلام على بعض مواليه يعوده فرأيت الرجل يكثر من قول ” آه ” فقلت له: يا أخي أذكر ربك واستغث به فقال أبو عبد الله: إن ” آه ” اسم من أسماء الله عز وجل فمن قال: ” آه ” فقد استغاث بالله تبارك وتعالى

Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Abdullah Husain bin Ahmad Al ‘Alawiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hamaam dari Aliy bin Husain yang berkata telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Yahya Al Khuza’iy dari Abu Ishaq Al Khuza’iy dari Ayahnya yang berkata “aku masuk bersama Abu Abdullah [‘alaihis salam] kepada sebagian mawali-nya dan aku melihat seorang laki-laki seringkali mengatakan aah. Maka aku berkata kepadanya “wahai saudaraku, sebutlah nama Tuhanmu dan mintalah pertolongan-Nya. Maka Abu Abdullah berkata sesungguhnya “aah” adalah nama dari nama-nama Allah maka barang siapa yang mengatakan “aah” maka sungguh ia telah meminta pertolongan Allah tabaraka wata’ala [Ma’aniy Al Akhbar Syaikh Shaduuq hal 354]

Ma'ani Akhbar

Ma'ani Akhbar hal 354

Pencela tersebut mengatakan bahwa riwayat ini adalah salah satu bentuk kekurangajaran Syiah terhadap Allah SWT. Tentu saja ini ucapan yang jahil, riwayat yang dinukil nashibi tersebut kedudukannya dhaif di sisi Syiah karena Abu Ishaq Al Khuza’iy dan Ayahnya tidak ditemukan biografinya dalam kitab Rijal Syiah.

.

.

.

Riwayat yang serupa dengan riwayat Syiah di atas juga ditemukan dalam kitab hadis salah seorang ulama Ahlus Sunah yaitu Abdul Kariim bin Muhammad Ar Rafi’iy dalam kitabnya Tadwiin Fii Akhbar Qazwiin 4/72 biografi Mahmuud Abu Yamiin Al Qazwiiniy

Akhbar Qazwiin

Akhbar Qazwiin juz 4 hal 72

وَسَمِعَ الْقَاضِي أبا عَبْد اللَّه الحسين بْن إبراهيم بْنِ الْحُسَيْنِ بْنِ إبراهيم بْنِ الْحُسَيْنِ الْبُرُوجِرْدِيَّ سَنَةَ خَمْسٍ وخمسين وخمسمائة فِي جُزْءٍ سَمِعَ مِنْهُ بِإِجَازَةِ أبي الفتح عبدوس ابْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدُوسٍ لَهُ أَنْبَأَ أَبُو القاسم سعد بْن علي الزنجاني بِمَكَّةَ أَنْبَأَ هِبَةُ اللَّهِ بْنُ عَلِيٍّ الْمَعَافِرِيُّ أَنْبَأَ أَبُو إِسْحَاقَ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ حِبَّانَ ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إبراهيم الْمِصْرِيُّ ثنا أَحْمَد بْنُ عَلِيٍّ الْقَاضِي بِحِمْصَ ثنا يحي بْنُ مَعِينٍ ثنا إِسْمَاعِيل بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ لَيْثِ بْنِ أَبِي سُلَيْمٍ عَنْ بَهِيَّةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ دَخَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وآله وسلم وعندنا عليل يان فَقُلْنَا لَهُ اسْكُتْ فَقَدْ جَاءَ النبي فقال النبي: “دعوه يان فَإِنَّ الأَنِينَ اسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللَّهِ تَعَالَى يَسْتَرِيحُ إِلَيْهِ الْعَلِيلُ.

Telah mendengar dari Al Qaadhiy Abu ‘Abdullah Husain bin Ibrahiim bin Husain bin Ibrahiim bin Husain Al Burujirdiy pada tahun 555 H dalam juz yang ia dengar darinya dengan ijazah Abu Fath ‘Abduus bin ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abduus yang telah memberitakan kepadanya Abu Qasim Sa’d bin Aliy Al Zanjaaniy di Makkah yang berkata telah memberitakan kepada kami Hibbatullah bin ‘Aliy Al Ma’aafiriy yang berkata telah memberitakan kepada kami Abu Ishaaq ‘Abdul Malik bin Hibbaan yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ibrahim Al Mishriy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Aliy Al Qaadhiy di Himsh yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ma’in yang berkata telah menceritakan kepada kami Isma’iil bin ‘Ayyaasy dari Laits bin Abi Sulaim dari Bahiyyah dari Aisyah [radiallahu ‘anha] yang berkata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] masuk menemui kami dan di sisi kami terdapat orang yang sedang sakit dan merintih. Maka kami katakan padanya “diamlah sungguh Nabi telah datang”. Maka Nabi berkata “biarkanlah dia merintih karena suara rintihan termasuk nama dari nama-nama Allah yang dengannya dapat meredakan sakit” [Tadwiin Fii Akhbar Qazwiin, Ar Rafi’iy 4/72]

Abdul Kariim bin Muhammad Ar Rafi’iy Al Qazwiiniy Abul Qasim termasuk ulama mazhab Syafi’i, seorang imam dalam agama. Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad Ash Shafaar berkata “ia syaikh [guru] kami imam dalam agama, penolong sunnah, seorang yang shaduq” [As Siyaar Adz Dzahabiy 22/253-254]

Riwayat ini juga dhaif kedudukannya di sisi Ahlus Sunnah karena sebagian perawi tidak dikenal kredibilitasnya dan sebagian lainnya dhaif seperti Laits bin Abi Sulaim. Walaupun memang ternukil ada ulama yang menguatkan hadis ini yaitu Al Aliy bin Ahmad Al ‘Aziziy menukil dari Syaikhnya [Muhammad Al Hijaziy Asy Sya’raniy] dalam Siraj Al Munir Syarh Jami’ As Shaghiir 2/287, Al ‘Aziziy berkata “Syaikh berkata hadis hasan lighairihi”

Sebagai tambahan berikut ada ulama ahlus sunnah yaitu Ibrahim Al Baajuriy yang dengan sharih [jelas] menyatakan bahwa “aah” termasuk nama Allah. Tentu saja pendapat ulama ini tidak bisa dijadikan hujjah karena tidak berlandaskan pada hujjah yang shahih

ينبغي للمريض أن يقول “ءاه” لأنه ورد أنه من أسمائه تعالى

Sebaiknya orang yang sakit mengucapkan “aah” karena sesungguhnya itu termasuk dari nama Allah ta’ala [Hasyiyah Imam Al Baijuriy Ala Jauharat Tauhiid hal 259]

Syarh Jauharat Tauhid

 Syarh Jauharat Tauhid hal 259

Menurut pikiran sang pencela adanya riwayat tersebut dalam kitab ulama mazhab Syiah menunjukkan kekurangajaran Syiah terhadap Allah, lantas bagaimana nasibnya dengan adanya riwayat serupa dalam kitab ulama mazhab Sunni, apakah itu berarti kekurangajaran Sunni terhadap Allah?. Sepertinya yang kurang diajar dengan benar adalah lisan dan cara berpikir pencela tersebut.

2 Tanggapan

  1. Ada tanggapan dari pencela tersebut. Ia sok berkomentar seolah dirinya berada dalam kebenaran padahal semakin memperjelas kejahilannya dan perbedaan kontras antara dirinya dengan orang yang berniat mencari kebenaran. Ia berkata

    Ternyata ada rafidhiy sakit hati dan galau membaca tulisan di atas karena agama Syi’ahnya diekspos. Anak mut’ah satu ini berusaha membatalkannya dengan alasan bahwa pada rawinya terdapat rawi yang majhul sehingga riwayat tersebut dha’if di sisi Syi’ah. Tapi dia tidak sadar bahwa riwayat tersebut dijadikan hujjah oleh para ‘Ulama Syi’ah.

    Wahai pencela, jangan samakan kualitas kami dengan dirimu yang rendah akalnya. Kami bukan Syi’ah dan sandainya pun ada ulama Syi’ah yang berhujjah dengan hadis di atas, tidak sedikitpun mempengaruhi apa yang kami sampaikan di atas. Karena yang menjadi hujjah adalah keshahihan riwayat tersebut di sisi Syi’ah. Dan secara ilmu hadis Syi’ah riwayat tersebut memang tidak shahih. Perkara ada ulama Syi’ah yang berhujjah dengan riwayat di atas ya tidak jadi masalah bagi kami. Silakan buktikan wahai pencela kalau riwayat tersebut shahih menurut ilmu hadis Syi’ah.

    Kami melihat orang-orang tipe pencela itu adalah tipe orang-orang yang nampak “munafik” dalam berhujjah. Jika ada Syi’ah yang berhujjah dengan riwayat Sunni dan mengutip penshahihan salah satu ulama [semisal Al Hakim, As Suyuthiy dan lainnya] dan ternyata hadis tersebut dhaif secara keilmuan hadis maka mereka akan mencak-mencak mencela Syi’ah menuduhnya pendusta dan sebagainya. Tetapi anehnya ketika mereka berhujjah terhadap Syi’ah mereka malah melakukan hal yang sama dan bangga dengan hal itu. Sungguh lucu dan nampak jelas kualitas orang yang memang berniat mencela bukannya mencari kebenaran.

    Mengenai riwayat di atas ada juga tuh ulama Syi’ah yang mendhaifkannya. Silakan baca disini

    http://www.almohsin.org/index.php?act=qa&action=view&print=1&id=1427

    Kalau cuma mengutip ulama yang menguatkan riwayat tersebut, maka kami pun sudah mengutip ada ulama yang menguatkan riwayat yang sama di sisi Ahlus Sunnah walaupun kami mengakui bahwa riwayat tersebut kedudukannya dhaif di sisi Ilmu hadis Ahlus sunnah. Tidak sedikitpun kami menjadikan riwayat-riwayat di atas sebagai bahan untuk merendahkan mazhab Ahlus sunnah dan Syi’ah

  2. Bung SP,

    Mantap sekali ulasan anda. Saya masih setia selama 3 tahun ini jadi membaca blog anda. Terus berkarya, dan semoga Allah mengumpulkan anda bersama Rasulullah dan ahlul baitnya.

    Mohon maaf, cuma ini komentar saya..

Tinggalkan komentar