Marwan bin Hakam Mencaci Dan Melaknat Ahlul Bait

Marwan bin Hakam Mencaci Dan Melaknat Ahlul Bait

Marwan bin Hakam bin Abi Al ‘Ash bin Umayyah adalah putra dari Hakam bin Abil ‘Ash. Ia dan ayahnya termasuk orang yang mendapat predikat dilaknat oleh Allah dan Rasul-Nya. Hal ini sebagaimana nampak dalam sebagian riwayat shahih yang sudah pernah kami bahas sebelumnya. Kali ini kami hanya akan menyoroti sikap Marwan bin Hakam terhadap Ahlul Bait.

حدثني أبي قال حدثنا إسماعيل قال حدثنا بن عون عن عمير بن إسحاق قال كان مروان أميرا علينا ست سنين فكان يسب عليا كل جمعة ثم عزل ثم استعمل سعيد بن العاص سنتين فكان لا يسبه ثم أعيد مروان فكان يسبه

Telah menceritakan kepadaku ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Ismaiil yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Umair bin Ishaaq yang berkata “Marwan menjadi pemimpin atas kami selama enam tahun dan ia mencaci Ali pada setiap Jum’at kemudian ia digantikan oleh Sa’id bin Ash selama dua tahun dan Sa’id tidak mencacinya [Aliy] kemudian Marwan diangkat kembali dan ia mencacinya [Aliy] lagi [Al Ilal Ma’rifat Ar Rijal Ahmad bin Hanbal juz 3 no 4781]

Riwayat di atas sanadnya shahih. Umair bin Ishaq Al Qurasyiy termasuk tabiin Madinah yang tsiqat, ia meriwayatkan dari Miqdam, ‘Amru bin Ash, Hasan bin Aliy, Abu Hurairah dan Marwan bin Hakam.

  • Ismail bin Ibrahim Al Asdiy atau yang dikenal dengan sebutan Ibnu Ulayyah adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Yunus bin Bukair berkata “pemimpin para Muhaddis”. Abu Dawud berkata “tidak seorangpun diantara para muhaddis kecuali ia pasti melakukan kesalahan selain Ibnu Ulayyah dan Bisyr bin Mufadhdhal”. Ibnu Ma’in menyatakan tsiqat ma’mun. Nasa’i berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat tsabit dalam hadis, hujjah” [At Tahdzib juz 1 no 513]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat hafizh” [At Taqrib 1/90]
  • Abdullah bin ‘Aun Al Muzanniy Al Bashriy termasuk perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Ma’in berkata “tsabit”. Abu Hatim dan Ibnu Sa’ad menyatakan tsiqat. Nasa’i berkata “tsiqat ma’mun”. Utsman bin Abi Syaibah berkata “tsiqat shahihul kitaab”. Al Ijliy berkata “orang Bashrah yang tsiqat, seorang yang shalih” [At Tahdzib juz 5 no 600]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit [At Taqrib 1/520]
  • Umair bin Ishaaq Al Qurasyiy termasuk tabiin Madinah. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Uqailiy memasukkannya dalam Adh Dhu’afa dan Ibnu Adiy mengatakan tidak diketahui yang meriwayatkan darinya selain Ibnu ‘Aun, ia termasuk yang ditulis hadisnya.[At Tahdzib juz 8 no 256]. Pernyataan Ibnu Adiy tidak ada yang meriwayatkan darinya selain Ibnu ‘Aun tidaklah memudharatkan karena Umair telah ditautsiq oleh Ibnu Ma’in, Nasa’i dan Ibnu Hibban. Pernyataan Al Uqailiy yang memasukkannya dalam Adh Dhu’afa sebenarnya bersandar pada riwayatnya bahwa Malik bin Anas tidak mengenal Umair bin Ishaaq. Hal ini tidak bisa dijadikan sandaran untuk mendhaifkan karena yang mengetahui menjadi hujjah bagi yang tidak mengetahui.

Pada masa pemerintahan Muawiyah, Marwan bin Hakam diangkat sebagai gubernur Madinah dan berdasarkan riwayat shahih di atas ternyata Marwan bin Hakam mencaci Imam Ali di setiap Jum’at. Hal itu berlangsung selama enam tahun sampai akhirnya ia digantikan oleh Sa’id bin Al ‘Ash dimana ia tidak melakukan tradisi mencaci Imam Ali dalam mimbar Jum’at. Setelah itu Sa’id digantikan kembali oleh Marwan bin Hakam yang kembali meneruskan tradisi mencaci Imam Ali di atas mimbar Jum’at.

Tidak hanya mencaci Imam Ali, diriwayatkan pula bahwa Marwan bin Hakam pernah melaknat ahlul bait yaitu Imam Hasan dan Imam Husain

حدثنا إبراهيم بن الحجاج السامي حدثنا حماد بن سلمة عن عطاء بن السائب عن أبي يحيى قال كنت بين الحسين و الحسن و مروان يتشاتمان فجعل الحسن يكف الحسين فقال مروان : أهل بيت ملعونون فغضب الحسن فقال : أقلت : أهل بيت ملعونون ؟ فوالله لقد لعنك الله على لسان نبيه صلى الله عليه و سلم وأنت في صلب أبيك

Telah menceritakan kepada kami Ibrahiim bin Hajjaaj As Saamiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Athaa’ bin As Saa’ib dari Abi Yahya yang berkata “aku berada di antara Husain, Hasan dan Marwan dimana mereka saling mencela. Maka Hasan menghentikan Husain, Marwan kemudian berkata “kalian ahlul bait yang terlaknat” maka marahlah Hasan dan berkata “engkau mengatakan ahlul bait terlaknat, Demi Allah sungguh Allah telah melaknatmu melalui lisan Nabi-Nya [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan ketika itu engkau masih di sulbi ayahmu [Musnad Abu Ya’la 12/135 no 6764, Husain Salim Asad berkata “sanadnya shahih”]

Ibrahim bin Hajjaaj dalam periwayatannya dari Hammad bin Salamah memiliki mutaba’ah dari Hajjaaj bin Minhaal Al Anmathiy sebagaimana yang disebutkan Ath Thabraniy dalam Mu’jam Al Kabir 3/144 no 2674. Riwayat di atas sanadnya shahih dan para perawinya tsiqat.

  • Ibrahim bin Hajjaaj As Saamiy termasuk perawi Nasa’i. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Daruquthni berkata “tsiqat”. Ibnu Qaani’ berkata “shalih” [At Tahdzib juz 1 no 200].
  • Hammad bin Salamah bin Diinar termasuk perawi Bukhari dalam At Ta’liq, Muslim dan Ashabus Sunan. Ia adalah orang yang paling tsabit riwayatnya dari Tsabit, Ahmad menyatakan ia tsiqat. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. As Sajiy berkata “hafizh, tsiqat ma’mun”. Al Ijliy berkata “tsiqat seorang yang shalih hasanul hadits”. Nasa’i berkata “tsiqat” [At Tahdzib juz 3 no 14]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat ahli ibadah orang yang paling tsabit dalam riwayat Tsabit, mengalami perubahan hafalan di akhir umurnya” [At Taqrib 1/238]. Memang dikatakan ia mengalami perubahan hafalan di akhir umurnya tetapi Ibrahim bin Hajjaaj memiliki mutaba’ah yaitu Hajjaaj bin Minhal. Riwayat Hajjaaj bin Minhal dari Hammad bin Salamah diambil Muslim dalam kitab Shahih-nya maka disini terdapat qarinah bahwa riwayat Hajjaaj bin Minhal dari Hammad bin Salamah adalah sebelum hafalannya berubah.
  • Atha’ bin As Sa’ib adalah perawi yang shaduq tetapi mengalami ikhtilath [At Taqrib 1/675]. Adz Dzahabiy berkata “ tsiqat buruk hafalannya di akhir umurnya” [Al Kasyf no 3798]. Hammad bin Salamah telah disebutkan termasuk perawi yang mendengar dari Atha’ bin As Sa’ib sebelum ia mengalami ikhtilath. Ibnu Jarud berkata “hadis Sufyan, Syu’bah dan Hammad bin Salamah darinya adalah jayyid”. Yaqub bin Sufyan menyatakan bahwa Hammad bin Salamah termasuk mendengar dari Atha’ sebelum ikhtilath. Begitu pula yang dikatakan Ibnu Ma’in, Abu Dawud, Ath Thahawiy dan Hamzah Al Kattaniy bahwa Hammad bin Salamah mendengar dari Atha’ bin As Sa’ib sebelum ia mengalami ikhtilath. Al Uqailiy menyendiri menyatakan bahwa Hammad bin Salamah mendengar dari Atha’ setelah ia mengalami ikhtilath. Pernyataan Al Uqailiy itu berdasarkan riwayat bahwa Atha’ bin As Sa’ib datang ke Bashrah dan pada saat itu ia sudah mengalami ikhtilath. Hammad bin Salamah termasuk orang Bashrah maka riwayatnya dari Atha’ diambil setelah ikhtilath. Hal ini patut diberikan catatan karena dikatakan oleh Abu Dawud bahwa Atha’ datang ke Bashrah dua kali, pada kali yang pertama ia belum mengalami ikhtilath dan telah meriwayatkan darinya Hammad bin Salamah dan Hammad bin Zaid, kemudian pada kali yang kedua Atha’ datang ke Bashrah dan ia sudah mengalami ikhtilath, yang meriwayatkan darinya pada kali yang kedua adalah Wuhaib, Ibnu Ulayyah dan yang lainnya. [selengkapnya lihat Nihayat Al Ightibath hal 241 no 71]
  • Abu Yahya dalam riwayat di atas adalah Ziyaad Abu Yahya Al Makkiy Al Kufiy atau Abu Yahya Al A’raj. Ia meriwayatkan dari Hasan, Husain, Ibnu Abbas dan Marwan bin Hakam sedangkan yang meriwayatkan darinya adalah Hushain bin ‘Abdurahman dan Athaa’ bin As Saa’ib. Ibnu Ma’in berkata “tidak ada masalah padanya tsiqat”. Abu Dawud menyatakan tsiqat. Abu Zur’ah menyatakan tsiqat dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 3 no 720]. Adz Dzahabiy berkata Abu Yahya disini adalah An Nakha’i dan aku tidak mengenalnya [As Siyaar 3/478]. Pernyataan Adz Dzhabiy keliru karena tidak ada bukti dalam riwayat bahwa Abu Yahya yang dimaksud adalah An Nakha’iy dan telah terbukti dalam kitab biografi perawi bahwa Abu Yahya yang meriwayatkan dari Hasan, Husain dan Marwan kemudian telah meriwayatkan darinya Athaa’ bin As Saa’ib adalah Ziyad Abu Yahya Al Makkiy.

Sebagian nashibi berusaha membela Marwan bin Hakam dengan membuat pembelaan basa basi yang tidak bernilai. Ada yang berusaha melemahkan riwayat-riwayat di atas tanpa dasar ilmu dan ada yang berbasa-basi mengatakan bahwa ucapan Imam Hasan di atas adalah peringatan kepada Marwan bin Hakam padahal zhahir lafaz menunjukkan kalau Imam Hasan menyatakan bahwa Allah telah melaknat Marwan yaitu nampak dalam perkataan “demi Allah, sungguh Allah telah melaknatmu melalui lisan Nabi-Nya”.

Satu hal lagi yang perlu diluruskan adalah nashibi picik yang lemah akalnya yang beranggapan bahwa seolah-olah dalam hadis ini ada yang namanya dosa keturunan. Kami katakan tentu saja hadis ini tidak berbicara tentang dosa keturunan tetapi berbicara tentang kedudukan seseorang di mata Allah. Siapapun orangnya walaupun ia belum lahir ataupun muncul di akhir zaman, Allah SWT jelas lebih tahu tentangnya, apa yang akan ia perbuat dan jadi apa ia nanti. Hadis shahih yang menyatakan Al Hakam dan anaknya Marwan dilaknat oleh Allah SWT menunjukkan bahwa pada hakikatnya mereka berdua adalah orang yang terlaknat walaupun mereka mengaku sebagai Muslim.

Ada pula yang membela Marwan dengan mengutip riwayat bahwa Hasan dan Husain pernah shalat di belakang Marwan dan tidak mengulanginya. Kami katakan ini juga tidak masalah. Shalat di belakang pemimpin yang zalim dan durhaka adalah perkara yang dibolehkan. Telah masyhur bahwa sebagian sahabat dan tabiin shalat di belakang Hajjaaj bin Yusuf, Walid bin Uqbah, dan Mukhtar bin Abi Ubaid, dan mereka dikenal sebagai zalim, pendusta dan fasiq. Selain itu ma’ruf dalam sejarah bahwa terdapat sahabat yang shalat di belakang Khawarij dan ini tidak menafikan hadis-hadis Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tentang keburukan Khawarij. Jadi perkara Imam Hasan dan Husain shalat di belakang Marwan tidaklah menafikan hadis shahih bahwa Marwan dilaknat oleh Allah SWT.

27 Tanggapan

  1. makin jelas biang bobroknya umat saat ini… Gak lain Gak bukan akibat produk dari kurikulum penguasa masa lalu…
    akhirnya generasi islam sekarang mayoritas lahir dan dibesarkan oleh doktrin yang keliru…sangat keliru
    buat sp…lanjutken!!!

  2. membaca blog ini memang mencerahkan,,,, tapi sayang dimana saya bisa bertemu guru seperti penulis2 blog ini

  3. Mmg marwan tengik.

  4. @fjfhnnchcb,

    terasi kalee tengik

  5. dimaana juga ya saya bisa bertemu ustad yang seperti ini di pengajia jarang ustad menyampaikan seperti blog ini makanya saya terus mengikuti pencerahan blog ini

  6. APAKAH ADA KETURUNAN AHLUL BAIT?

    Dlm Al Quran yang menyebut ‘ahlulbait’, rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.

    1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”.

    Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah terdiri dari isteri dari Nabi Ibrahim.

    2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: ‘Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu ‘ahlulbait’ yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?

    Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah meliputi Ibu kandung Nabi Musa As. atau ya Saudara kandung Nabi Musa As.

    3. QS. 33:33: “…Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu ‘ahlulbait’ dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.

    Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28, 30 dan 32, maka makna para ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW.

    Sedangkan ditinjau dari sesudah ayat 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 maka penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW. para isteri dan anak-anak beliau.

    Jika kita kaitkan dengan makna ketiga ayat di atas dan bukan hanya QS. 33:33, maka lingkup ahlul bait tersebut sifatnya menjadi universal terdiri dari:

    1. Kedua orang tua Saidina Muhammad SAW, sayangnya kedua orang tua beliau ini disaat Saidina Muhammad SAW diangkat sbg ‘nabi’ dan rasul sudah meninggal terlebih dahulu.

    2. Saudara kandung Saidina Muhammad SAW, tapi sayangnya saudara kandung beliau ini, tak ada karena beliau ‘anak tunggal’ dari Bapak Abdullah dengan Ibu Aminah.

    3. Isteri-isteri beliau.

    4. Anak-anak beliau baik perempuan maupun laki-laki. Khusus anak lelaki beliau yang berhak menurunkan ‘nasab’-nya, sayangnya tak ada yang hidup sampai anaknya dewasa, sehingga anak lelakinya tak meninggalkan keturunan.

    Bagaimana tentang pewaris tahta ‘ahlul bait’ dari Bunda Fatimah?. Ya jika merujuk pada QS. 33:4-5, jelas bahwa Islam tidaklah mengambil garis nasab dari perempuan kecuali bagi Nabi Isa Al Masih yakni bin Maryam.

    Lalu, apakah anak-anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali boleh kita anggap bernasabkan kepada nasabnya Bunda Fatimah?. ya jika merujuk pada Al Quran maka anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali tidaklah bisa mewariskan nasab Saidina Muhammad SAW.

    Kalaupun kita paksakan, bahwa anak Bunda Fatimah juga ahlul bait, karena kita mau mengambil garis dari perempuannya (Bunda Fatimah), maka untuk selanjutnya yang seharusnya pemegang waris tahta ahlul bait diambil dari anak perempuannya seperti Fatimah dan juga Zainab, bukan Hasan dan Husein sbg penerima warisnya.

    Dengan demikian sistim nasab yang diterapkan itu sistim nasab berzigzag, setelah nasab perempuan lalu lari atau kembali lagi ke nasab laki-laki, kalau mau konsisten seharusnya tetap diambil dari nasab perempuan dan seterusnya.
    Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

    ليس مِن رجلٍ ادَّعى لغير أبيه وهو يَعلَمه إلاَّ كفر بالله، ومَن ادَّعى قوماً ليس له فيهم نسبٌ فليتبوَّأ مقعَدَه من النار ))، رواه البخاريُّ (3508)، ومسلم (112)، واللفظ للبخاري

    “Tidak ada seorangpun yang mengaku (orang lain) sebagai ayahnya, padahal dia tahu (kalau bukan ayahnya), melainkan telah kufur (nikmat) kepada Allah. Orang yang mengaku-ngaku keturunan dari sebuah kaum, padahal bukan, maka siapkanlah tempat duduknya di neraka” (HR. Bukhari dan Muslim).
    Bagaimana Saidina Ali bin Abi Thalib, anak paman Saidina Muhammad SAW, ya jika merujuk pada ayat-ayat ahlul bait pastilah beliau bukan termasuk kelompok ahlul bait. Jadi, anak Saidina Ali bin Abi Thalib baik anak lelakinya mapun perempuan, otomatis tidaklah dapat mewarisi tahta ‘ahlul bait’.

    Kesimpulan dari tulisan di atas, maka pewaris tahta ‘ahlul bait’ yang terakhir hanya tinggal bunda Fatimah. Berarti anaknya Saidina Hasan dan Husein bukanlah pewaris tahta AHLUL BAIT.

  7. Mohon maaf ikut nimbrung comment buat elfan…
    sudah begitu banyak tulisan dari sp yang menjelaskan tentang ahlulbayt rasulullah tapi kok masih ngga jelas juga ya… padahal penjelasannya begitu terang benderang dan mudah di pahami…. atau memaang sdr elfan belum sempat membaca tulisan2 sp sebelumnya kali ya…. ya klo gitu maklum lah…

  8. Elfan mah dasarnya Ingkar sunnah jadi terjemahin kata ahlulbait seenak udelnya sendiri kgk mau pake hadist mis ahlul kissa

  9. elfan…keturunan rasulullah tu berasal dari fathimah as dan imam ali as…baru tau ya???

  10. @elan

    FYI ya.. Ibu khalifah Muawiyah adalah si Hindun. Sebelum Hindun masuk Islam, hindun ini seorang pelacur, dan pernah memakan jantung sayyidina Hamzah as.

    Manusia yg bagian tubuh manusia lainnya disebut KANNIBAL. Penelitian modern menyebutkan kalo kannibal itu suatu penyakit yg disebabkan adanya sistem syaraf yg rusak. Semua kannibal pasti aneh.

    Kenal sumanto si kannibal itu kan? Mukanya aneh, perawakannya aneh, Dan tingkah lakunya aneh.

    Si hindun yg kannibal juga pasti aneh. Mukanya pasti jelek. Perilakunya aneh juga. Karena seperti itulah seorang kannibal.

    Nah, dari rahim si Hindun inilah Muawiyah dilahirkan. Jadi Muawiyah itu dilahirkan seorang pelacur Dan kannibal.

    50% darah si muawiyah, mengalir darahnya si hindun. Sisanya darah siapa? Ya tidak tahu. Namanya saja pelacur. Bapaknya banyak soalnya..

    Secara legal, bapak muawiyah itu abu sufyan. Secara biologis, ya gak tahu bro..

  11. @elfan,

    Peneliatian modern menyebutkan Gen seorang anak itu mendapatkan 50% dari ayahnya dan 50% dari ibunya.

    Konsep anak adalah keturunan dari si ayah saja, adalah konsep legalitas formal. Secara biologis, baik ayah maupun ibu sama2 menyumbang Gen sama besarnya bagi anaknya..

    Menyambung tulisan saya sebelumnya, muawiyah adalah anak abu sufyan. Ini legalitas formal.

    Secara biologis, muawiyah adalah anak hindun seorang. Ayahnya tidak jelas karena hindun seorang pelacur.

    Karena si hindun ini seorang kannibal, maka alangkah baiknya jika gelar muawiyah adalah putera si kannibal.

    Bayangkan skr, si sumanto menikah Dan punya anak. Pasti anda juga takut sama anak sumanto si kannibal. Kenapa? Ya karena anda takut sama si sumanto.

    Saya pun demikian. Saya takut ngeri sama si muawiyah. Habis ibunya kannibal.

    Kalo kamu gimana? Ngeri gak sama si muawiyah putera kannibal?

  12. @abdul hamid

    Khalifah muawiyah, khalifah tercinta kita semua, adalah khalifah putera hindun si kannibal.

    Gimana tuh Mid.

    Ente sama sumanto si kannibal ngeri gak Mid? Mid, waktu sumanto dipenjara, gak Ada yg berani satu sel sama doi tuh Mid…

    Gw juga ngeri tuh Mid sama si sumanto. Makanya gw juga ngeri sama si Hindun sikannibal..

    Nah, Si muawiyah ini anaknya hindun kannibal tuh Mid. Gw jadi ngeri juga sama muawiyah.

    Bapaknya Muawiyah siapa Mid? Gak tahu Mid. Gw berani taruhan Lu pasti gak tahu juga Mid. Wong Hindun ibunya Muawiyah itu pelacur Mid. Wong hindun itu pelacur Mid waktu ngelahirin Muawiyah..

    Jadi bapaknya Muawiyah banyak tuh Mid..

    Jangan2 nenek moyang Lu, Mid, pernah main juga sama si Hindun tuh Mid..

    Selamat mid, ente skr jadi saudara tiri khalifah Muawiya..

  13. Marjak irak Sextani hasil dari zina mut’ah lho, bahkan untuk menemukan siapa ayahnya harus diundi, karna ibuknya Sextani puluhan kali Mut’ah.
    Itulah marja’ kita semua kaum agama syiah
    Ayoo Lakukaan zinah mut’ah agar dunia makin kacau dan dajjal mahdi nya syiah cepat bangun dari bobok siangnya

    Bravo syiahh, go syiah go

  14. @atasku

    Hahaha.. What you say lah..
    Yg penting panutan ente, manusia paling mulia menurut ente, Khalifah Muawiyah bin siapa ya, bapaknya banyak soalnya, adalah anak seorang pelacur dan kannibal..

    Gimana tuh..

    Kalo panutan ane, Imam Ali kw as, mantap coy.. Manusia mulia keturunan orang mulia..

    Widihhhh….

  15. Hi All,

    Tahu film legendaris Indonesia gak, GUNDALA PUTERA PETIR.

    Nah, di dunia Arab Ada manusia legendaris juga nih. Tak tanggung2 julukannya dua lho yaitu

    KHALIFAH MUAWIYAH PUTERA KANNIBAL
    KHALIFAH MUAWIYAH PUTERA PELACUR

    Mantap kan coy..

  16. حدثني أبي قال حدثنا إسماعيل قال حدثنا بن عون عن عمير بن إسحاق قال كان مروان أميرا علينا ست سنين فكان يسب عليا كل جمعة ثم عزل ثم استعمل سعيد بن العاص سنتين فكان لا يسبه ثم أعيد مروان فكان يسبه
    Telah menceritakan kepadaku ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Ismaiil yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Umair bin Ishaaq yang berkata “Marwan menjadi pemimpin atas kami selama enam tahun dan ia mencaci Ali pada setiap Jum’at kemudian ia digantikan oleh Sa’id bin Ash selama dua tahun dan Sa’id tidak mencacinya [Aliy] kemudian Marwan diangkat kembali dan ia mencacinya [Aliy] lagi [Al Ilal Ma’rifat Ar Rijal Ahmad bin Hanbal juz 3 no 4781]

    hadis ini tidak menunjukkan bahwa Umair benar2 mendengar langsung dari Marwan celaannya kepada Ali, karena tidak ada lafaz sima’, dan ini tidak sah dipakai… sorri!

    ***

    حدثنا إبراهيم بن الحجاج السامي حدثنا حماد بن سلمة عن عطاء بن السائب عن أبي يحيى قال كنت بين الحسين و الحسن و مروان يتشاتمان فجعل الحسن يكف الحسين فقال مروان : أهل بيت ملعونون فغضب الحسن فقال : أقلت : أهل بيت ملعونون ؟ فوالله لقد لعنك الله على لسان نبيه صلى الله عليه و سلم وأنت في صلب أبيك
    Telah menceritakan kepada kami Ibrahiim bin Hajjaaj As Saamiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Athaa’ bin As Saa’ib dari Abi Yahya yang berkata “aku berada di antara Husain, Hasan dan Marwan dimana mereka saling mencela. Maka Hasan menghentikan Husain, Marwan kemudian berkata “kalian ahlul bait yang terlaknat” maka marahlah Hasan dan berkata “engkau mengatakan ahlul bait terlaknat, Demi Allah sungguh Allah telah melaknatmu melalui lisan Nabi-Nya [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan ketika itu engkau masih di sulbi ayahmu [Musnad Abu Ya’la 12/135 no 6764, Husain Salim Asad berkata “sanadnya shahih”]

    atha mengalami ikhtilath, hadis ini jelas ketolak. ga ada bukti bahwa hadis ini sebelum ikhtilath…

  17. Puisi protest
    Karya : Salafy is dead
    Duhai dunia!
    Saya protes keras.
    Kenapa kau lahirlan manusia spt Muawiyah?.
    Sudah ibunya pelacur dan kannibal,
    Eh Muawiyah menderita impotensi Dan tititnya kecil.
    Puteranya seorang kannibal gitu lho.
    Paling tidak jadikan Muawiyah seorang yg jantan.
    Tapi kenapa Muawiyah harus impoten?
    Kenapa

  18. sederhana saja.. yang mau jadi pengikut dan pemuja muawiyah ya ikuti saja. Tapi bagi kami lebih mulia mengikuti pintu ilmu Rasulullah saja. Peace all

  19. dan buat pembenci syiah, percuma saja teman2 memberi pencerahan. Barangsiapa dalam hatinya ada kedengkian, maka sekecil apapun kebaikan dan kebenaran tidak akan pernah diterima, karena bukan menggunakan fikiran sehatnya tetapi lebih dominan nafsu dengkinya sebagai penimbang. Jadi, sampaikan hujjah saja. Mau menerima dan mengkaji silahkan. Mau menjadi pencaci dan pemfitnat silahkan. Ingat saja semua kata-kata cacian akan dipertanggungjawabkan kelak dihadapan Allah SWT.

  20. bingung aku……siapa ya sebenarnya suka mencaci dan memfitnah?suni ato siah

  21. tapi kalo saya baca yang mencaci,kanibal,pelacur,impoten kok kayaknya orang syiah,…ndak konsisten ama tulisannya….

  22. Bos, artikelnya mana lagi kok berhenti terus.
    masuk mazhab wahabi ya?

    ditunggu bos artikelnya yang meluciti wahabi.

  23. @Nizar Elroziqie
    Kalau urusan caci caci maki sih urusan akhlak da. Akhlak diajarkan bukan berarti dijalankan toh?.. 🙂
    Agama apa saja, mazhab apa saja ada orang2 yang berakhlak dan ada yang tidak berakhlak.
    Jadi mending jangan terjebak kepada diskusi yang tidak berujung, akhirnya hanya saling tuduh, dan kalau tidak hati2 bisa ikut2an main caci maki.. 😀

    salam damai.

  24. elfan coba perhatikan isyarat dalam pola kata yg digunakan dalam kata “yuthohhir” yg merupakan pola continous passive voice artinya senantiasa disucikan/dijaga kesuciannya yaitu org2 yg sejak kecil terpelihara kesuciannya smp wafat, org2 yg tdk pernah diombang-ambingkan hawa nafsunya, yang berarti pula bukan sembarangan orang bisa mencapai maqom spt ini. Ini adalah maqom para nabi. Makanya mana mungkin para isteri Nabi yg dalam banyak riwayat ada beberapa yg sering membuat Nabi marah, dimasukkan ke sini.? Apalagi dikaitkan dg hadis Kisa.

  25. aku bukan salafy……tapi aku tak setuju kamu semua mencaci orang terdahulu…..cukup la
    jangan berbuat dosa membuat fitnah…….
    jangan memaki keturunan mereka dengan pangilan pelacur …cannibal….

  26. aku adalah pengikut amalan sunni…..aku tau kamu pengikut syiah
    aku sangat menghormati SAIDINA ALI dan ahli keluarganya dan juga AHLI BAIT……

Tinggalkan komentar