Kisah Abdullah bin Saba’ Selain Riwayat Saif bin Umar

Kisah Abdullah bin Saba’ Selain Riwayat Saif bin Umar

Siapa yang tidak mengenal Abdullah bin Saba’?. Sosoknya sering dijadikan bahan celaan oleh nashibi untuk mengkafirkan Syiah. Menurut khayalan para nashibi, Abdullah bin Saba’ adalah pendiri Syiah, seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk Islam dan menyebarkan keyakinan yang menyimpang dari Islam. Diantara keyakinan yang menyimpang tersebut adalah

  1. Penunjukkan Imam Ali sebagai khalifah setelah Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]
  2. Mencela sahabat Nabi yaitu Abu Bakar [radiallahu ‘anhu], Umar bin Khaththab [radiallahu ‘anhu] dan Utsman bin ‘Affan [radiallahu’anhu]
  3. Upaya pembunuhan Khalifah Utsman bin ‘Affan [radiallahu ‘anhu]
  4. Sikap ghuluw terhadap Ali [radiallahu ‘anhu] dan Ahlul Bait
  5. Mencetuskan aqidah bada’ dan tidak meninggalnya Ali [radiallahu ‘anhu]

Nashibi tersebut melanjutkan fitnahnya dengan menyatakan bahwa Syiah mengambil aqidah-aqidah mereka dari Abdullah bin Saba’ dan sampai sekarang masih meyakini aqidah-aqidah tersebut dan membelanya.

Jika diteliti dengan baik maka sebenarnya nashibi tersebut tidak memiliki landasan kokoh atau dasar yang shahih dalam tuduhan mereka tentang Abdullah bin Saba’. Peran Abdullah bin Saba’ yang luar biasa sebagaimana disebutkan nashibi di atas tidaklah ternukil dalam riwayat yang shahih. Nashibi mengais-ngais riwayat dhaif dalam kitab Sirah yaitu riwayat Saif bin Umar At Tamimiy seorang yang dikatakan matruk, zindiq, pendusta bahkan pemalsu hadis. Dari orang seperti inilah nashibi mengambil aqidah mereka tentang Abdullah bin Saba’. Maka tidak berlebihan kalau nashibi yang ngaku-ngaku salafy tersebut kita katakan sebagai pengikut Saif bin Umar.

Syiah sebagai pihak yang difitnah membawakan pembelaan. Para ulama Syiah telah banyak membuat kajian tentang Abdullah bin Saba’. Secara garis besar pembelaan mereka terbagi menjadi dua golongan

  1. Golongan yang menafikan keberadaan Abdullah bin Saba’, dengan kata lain mereka menyatakan bahwa Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif yang dimunculkan oleh Saif bin Umar
  2. Golongan yang menerima keberadaan Abdullah bin Saba’ tetapi mereka membantah kalau ia adalah pendiri Syiah, bahkan menurut mereka Abdullah bin Saba’ adalah seorang ekstrim ghulat yang dilaknat oleh para Imam Ahlul Bait.

Bukan nashibi namanya kalau diam saja terhadap Syiah. Nashibi tersebut membantah dengan menyatakan bahwa Abdullah bin Saba’ bukan tokoh fiktif dan tidak hanya muncul dalam riwayat Saif bin Umar tetapi juga ada dalam riwayat-riwayat lain yang mereka katakan shahih. Riwayat-riwayat itulah yang akan dibahas dalam tulisan ini.

.

.

.
Riwayat Abdullah bin Sabaa’ Dalam Kitab Sunniy

حَدَّثَنَا عَمْرِو بْنِ مَرْزُوقٍ ، قَالَ : أنا شُعْبَةُ ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ ، عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ ، قَالَ : قَالَ عَلِيٌّ : مَا لِي وَلِهَذَا الْحَمِيتِ الأَسْوَدِ ، يَعْنِي : عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَبَإٍ ، وَكَانَ يَقَعُ فِي أَبِي بَكْرٍ ، وَعُمَرَ

Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Marzuuq yang berkata telah mengabarkan kepada kami Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Zaid bin Wahb yang berkata Ali berkata apa urusanku dengan orang jelek yang hitam ini? Yakni ‘Abdullah bin Saba’ dia mencela Abu Bakar dan Umar [Tarikh Ibnu Abi Khaitsamah 3/177 no 4358]

‘Amru bin Marzuuq terdapat perbincangan atasnya. Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Ma’in berkata “tsiqat ma’mun”. Abu Hatim dan Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat. As Sajiy berkata shaduq. Ali bin Madini meninggalkan hadisnya. Abu Walid membicarakannya. Yahya bin Sa’id tidak meridhai ‘Amru bin Marzuuq. Ibnu ‘Ammar Al Maushulliy berkata “tidak ada apa-apanya”. Al Ijliy berkata “Amru bin Marzuuq dhaif, meriwayatkan hadis dari Syu’bah yang tidak ada apa-apanya”. Daruquthni berkata “shaduq banyak melakukan kesalahan”. Al Hakim berkata “buruk hafalannya”. Ibnu Hibban berkata “melakukan kesalahan” [At Tahdzib juz 8 no 160]

‘Amru bin Marzuuq tafarrud dalam penyebutan lafaz “yakni Abdullah bin Saba’ dia mencela Abu Bakar dan Umar”. Muhammad bin Ja’far Ghundar seorang yang paling tsabit riwayatnya dari Syu’bah tidak menyebutkan lafaz tersebut.

أخبرنا أبو القاسم يحي بن بطريق بن بشرى وأبو محمد عبد الكريم ابن حمزة قالا : أنا أبو الحسين بن مكي ، أنا أبو القاسم المؤمل بن أحمد بن محمد الشيباني ، نا يحيى بن محمد بن صاعد، نا بندار ، نا محمد بن جعفر ، نا شعبة ، عن سلمة ، عن زيد بن وهب عن علي قال : مالي وما لهذا الحميت الأسود ؟ قال: ونا يحي بن محمد ، نا بندار ، نا محمد بن جعفر ، نا شعبة عن سلمة قال: سمعت أبا الزعراء يحدث عن علي عليه السلام قال: مالي وما لهذا الحميت الأسود

Telah mengabarkan kepada kami Abu Qaasim Yahya bin Bitriiq bim Bisyraa dan Abu Muhammad Abdul Kariim bin Hamzah keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Abu Husain bin Makkiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Qaasim Mu’ammal bin Ahmad bin Muhammad Asy Syaibaniy yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya bin Muhammad bin Shaa’idi yang berkata telah menceritakan kepada kami Bundaar yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Salamah dari Zaid bin Wahb dari Aliy yang berkata “apa urusanku dengan orang jelek hitam ini?”. [Mu’ammal] berkata telah menceritakan kepada kami Yahya bin Muhammad yang berkata telah menceritakan kepada kami Bundaar yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Salamah yang berkata aku mendengar Abu Az Za’raa menceritakan hadis dari Ali [‘alaihis salaam] yang berkata “apa urusanku dengan orang jelek yang hitam ini?” [Tarikh Ibnu Asakir 29/7]

Riwayat Ibnu Asakir ini sanadnya shahih. Abu Muhammad Abdul Kariim bin Hamzah disebutkan Adz Dzahabiy bahwa ia syaikh tsiqat musnad dimasyiq [As Siyar 19/600]. Abu Husain bin Makkiy adalah Muhammad bin Makkiy Al Azdiy Al Mishriy muhaddis musnad yang tsiqat [As Siyaar 18/253]. Mu’ammal bin Ahmad Asy Syaibaniy dinyatakan tsiqat oleh Al Khatib [Tarikh Baghdad 13/183]. Yahya bin Muhammad bin Shaa’idi seorang imam hafizh musnad iraaq dinyatakan tsiqat oleh Al Khaliliy [As Siyaar 14/501]. Bundaar adalah Muhammad bin Basyaar perawi kutubus sittah yang tsiqat [At Taqrib 2/58]

Muhammad bin Ja’far Ghundaar adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ia termasuk perawi yang paling tsabit riwayatnya dari Syu’bah. Ibnu Madini berkata “ia lebih aku sukai dari Abdurrahman bin Mahdiy dalam riwayat Syu’bah”. Ibnu Mahdiy sendiri berkata “Ghundaar lebih tsabit dariku dalam riwayat Syu’bah”. Al Ijliy berkata orang Bashrah yang tsiqat, ia termasuk orang yang paling tsabit dalam hadis Syu’bah” [At Tahdzib juz 9 no 129].

Lafaz Abdullah bin Saba’ dalam riwayat Ibnu Abi Khaitsamah mengandung illat [cacat] yaitu tafarrud ‘Amru bin Marzuuq. Ghundaar perawi yang lebih tsabit darinya tidak menyebutkan lafaz ini. ‘Amru bin Marzuuq adalah perawi yang shaduq tetapi bukanlah hujjah jika ia tafarrud sebagaimana telah ternukil jarh terhadapnya dan lafaz “yakni ‘Abdullah bin Saba’ dia mencela Abu Bakar dan Umar” adalah tambahan lafaz dari ‘Amru bin Marzuuq.

.

.

.

Riwayat selanjutnya yang dijadikan hujjah oleh para nashibi adalah riwayat yang menyebutkan bahwa orang hitam jelek itu adalah Ibnu Saudaa’

حدثنا محمد بن عباد ، قال : حدثنا سفيان ، عن عمار الدهني ، قال : سمعت أبا الطفيل يقول : رأيت المسيب بن نجية أتى به ملببه ؛ يعني : ابن السوداء ، وعلي على المنبر ، فقال علي : ما شأنه ؟ فقال : يكذب على الله وعلى رسوله صلى الله عليه وسلم

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abbaad yang berkata telah menceritakan kepada kami Sufyaan dari ‘Ammaar Ad Duhniy yang berkata aku mendengar Abu Thufail mengatakan “aku melihat Musayyab bin Najbah datang menyeretnya yakni Ibnu Saudaa’ sedangkan Ali berada di atas mimbar. Maka Ali berkata “ada apa dengannya?”. Ia berkata “ia berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya” [Tarikh Ibnu Abi Khaitsamah 3/177 no 4360]

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ الْمَكِّيُّ ، نا سُفْيَانُ ، قَالَ : نا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ عَبَّاسٍ الْهَمْدَانِيُّ ، عَنْ سَلَمَةَ ، عَنْ حُجَيَّةَ الْكِنْدِيِّ ، رَأَيْتُ عَلِيًّا عَلَى الْمِنْبَرِ ، وَهُوَ يَقُولُ : مَنْ يَعْذِرُنِي مِنْ هَذَا الْحَمِيتِ الأَسْوَدِ الَّذِي يَكْذِبُ عَلَى اللَّهِ ، يَعْنِي : ابْنَ السَّوْدَاءِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abbaad Al Makkiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Jabbar bin ‘Abbas Al Hamdaniy dari Salamah dari Hujayyah Al Kindiy yang berkata “aku melihat Ali di atas mimbar dan ia berkata “siapa yang dapat membebaskan aku dari orang jelek hitam ini ia berdusta atas nama Allah, yakni Ibnu Saudaa’ [Tarikh Ibnu Abi Khaitsamah 3/177 no 4359]

Kedua riwayat ini bersumber dari Muhammad bin ‘Abbaad Al Makkiy termasuk perawi Bukhari dan Muslim. Ia seorang yang shaduq hasanul hadis, sering salah dalam hadis. Ibnu Ma’in dan Shalih Al Jazarah berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Qani’ berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Tahrir At Taqrib no 5993]. Diantara kesalahannya dalam hadis telah dinukil oleh Ibnu Hajar dalam At Tahdzib yaitu hadis-hadisnya dari Sufyan yang diingkari bahkan ada hadisnya yang dinyatakan batil dan dusta oleh Ali bin Madini [At Tahdzib juz 9 no 394]. Riwayat di atas termasuk riwayatnya dari Sufyan.

Jika kedua riwayat tersebut selamat dari kesalahan Muhammad bin ‘Abbaad Al Makkiy maka kedudukannya hasan. Tetapi riwayat ini bukanlah hujjah bagi nashibi. Siapakah Ibnu Saudaa’ yang dimaksud dalam riwayat tersebut?. Apakah ia adalah Abdullah bin Sabaa’?. Kalau memang begitu mana dalil shahihnya bahwa Abdullah bin Sabaa’ adalah Ibnu Saudaa’. Orang yang pertama kali menyatakan Abdullah bin Sabaa’ disebut juga Ibnu Saudaa’ adalah Saif bin Umar At Tamimiy dan ia seperti yang telah dikenal seorang yang dhaif zindiq, matruk, kadzab dan pemalsu hadis. Ada sebagian ulama yang mengutip Abdullah bin Sabaa’ sebagai Ibnu Saudaa’ tetapi pendapat ini tidak ada dasar riwayat shahih kecuali  mengikuti apa yang dikatakan oleh Saif bin Umar.

Lafaz Ibnu Saudaa’ pada dasarnya bermakna anak budak hitam, dan ini bisa merujuk pada siapa saja yang memang anak dari budak hitam. Kalau para nashibi atau orang yang sok ngaku ulama nyalafus shalih ingin menyatakan bahwa Ibnu Saudaa’ yang dimaksud adalah Abdullah bin Sabaa’ maka silakan bawakan dalil shahihnya. Silakan berhujjah dengan kritis jangan meloncat sana meloncat sini dalam mengambil kesimpulan. Apalagi dengan atsar seadanya di atas ingin menarik kesimpulan Ibnu Sabaa’ sebagai pendiri Syiah. Sungguh jauh sekali

Matan kedua riwayat Muhammad bin ‘Abbad tersebut juga tidak menjadi hujjah bagi nashibi. Perhatikan apa yang disifatkan kepada Ibnu Saudaa’ dalam riwayat tersebut yaitu ia berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada sedikitpun disini qarinah yang menunjukkan kaitan antara Ibnu Saudaa’ dengan Syiah atau aqidah yang ada di sisi Syiah.

.

.

.

أخبرنا أبو البركات الأنماطي أنا أبو طاهر أحمد بن الحسن وأبو الفضل أحمد بن الحسن قالا أنا عبد الملك بن محمد بن عبد الله أنا أبو علي بن الصواف نا محمد بن عثمان بن أبي شيبة نا محمد بن العلاء نا أبو بكر بن عياش عن مجالد عن الشعبي قال أول من كذب عبد الله بن سبأ

Telah mengabarkan kepada kami Abul Barakaat Al Anmaathiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Thaahir Ahmad bin Hasan dan Abu Fadhl Ahmad bin Hasan keduanya berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Malik bin Muhammad bin ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Aliy bin Shawwaaf yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al ‘Alla’ yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin ‘Ayyasy dari Mujalid dari Asy Sya’biy yang berkata “orang pertama yang berbuat kedustaan adalah ‘Abdullah bin Sabaa’ [Tarikh Ibnu Asakir 29/7]

Atsar ini sanadnya dhaif. Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah adalah perawi yang diperbincangkan kedudukannya. Shalih Al Jazarah berkata “tsiqat”. Abdaan berkata “tidak ada masalah padanya”. Abdullah bin ‘Ahmad berkata “kadzab” Ibnu Khirasy berkata “pemalsu hadis” [As Siyaar 14/21]. Tuduhan dusta dan pemalsu hadis sebagaimana dikatakan Abdullah bin Ahmad dan Ibnu Khirasy ternyata bersumber dari Ibnu Uqdah seorang yang tidak bisa dijadikan sandaran perkataannya.

Tetapi sebagian ulama lain telah memperbincangkan Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah. Daruquthni berkata “dhaif” [Su’alat Al Hakim no 172]. Al Khaliliy berkata “mereka para ulama mendhaifkannya” [Al Irsyad 2/576]. Baihaqi berkata “tidak kuat” [Sunan Baihaqi 6/174 no 11757]. Adz Dzahabiy sendiri walaupun memujinya dengan sebutan imam hafizh musnad sebagaimana dinyatakan dalam As Siyaar, di kitabnya yang lain Adz Dzahabiy berkata “dhaif” [Tarikh Al Islam 1/25].

Abu Bakar bin ‘Ayyasy juga termasuk perawi yang diperbincangkan. Ahmad terkadang berkata “tsiqat tetapi melakukan kesalahan” dan terkadang berkata “sangat banyak melakukan kesalahan”, Ibnu Ma’in menyatakan tsiqat, Utsman Ad Darimi berkata “termasuk orang yang jujur tetapi laisa bidzaka dalam hadis”. Muhammad bin Abdullah bin Numair mendhaifkannya, Al Ijli menyatakan ia tsiqat tetapi sering salah. Ibnu Sa’ad juga menyatakan ia tsiqat shaduq tetapi banyak melakukan kesalahan, Al Hakim berkata “bukan seorang yang hafizh di sisi para ulama” Al Bazzar juga mengatakan kalau ia bukan seorang yang hafizh. Yaqub bin Syaibah berkata “hadis-hadisnya idhthirab”. As Saji berkata “shaduq tetapi terkadang salah”. [At Tahdzib juz 12 no 151]. Ibnu Hajar berkata “tsiqah, ahli ibadah, berubah hafalannya di usia tua, dan riwayat dari kitabnya shahih” [At Taqrib 2/366]. Ia dikatakan mengalami ikhtilath di akhir umurnya dan tidak diketahui apakah Muhammad bin Al ‘Alla’ meriwayatkan darinya sebelum atau sesudah mengalami ikhtilath. Maka hal ini menjadi illat [cacat] yang menjatuhkan derajat riwayat tersebut.

Riwayat tersebut juga lemah karena Mujalid bin Sa’id Al Hamdaniy ia seorang yang dhaif tetapi bisa dijadikan i’tibar. Ibnu Ma’in berkata “tidak bisa dijadikan hujjah”. Nasa’i berkata “tidak kuat”. Daruquthni berkata “dhaif”. Yahya bin Sa’id mendhaifkannya [Mizan Al I’tidal juz 3 no 7070]. Al Ijliy menyatakan ia hasanul hadis [Ma’rifat Ats Tsiqat no 1685]. Ibnu Hajar berkata “tidak kuat” [At Taqrib 2/159]. Mujallid tidak memiliki penguat dalam riwayat di atas maka kedudukan riwayat tersebut dhaif.

Matan riwayat Asy Sya’biy tersebut juga mungkar karena bagaimana mungkin dikatakan Ibnu Sabaa’ adalah orang pertama yang berbuat kedustaan padahal sebelumnya sudah ada para pendusta yang mengaku sebagai Nabi seperti Musailamah dan pengikutnya. Mustahil dikatakan Asy Sya’biy tidak mengetahui perkara Musailamah.

.

.

.

حَدَّثَنِي أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاءِ الْهَمْدَانِيُّ ، نا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ الأَسَدِيُّ ، نا هَارُونُ بْنُ صَالِحٍ الْهَمْدَانِيُّ ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ أَبِي الْجُلاسِ ، قَالَ : سَمِعْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، يَقُولُ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَبَأٍ : ” وَيْلَكَ ، مَا أَفْضَى إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا كَتَمَهُ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ وَلَقَدْ سَمِعْتُهُ يَقُولُ : إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ ثَلاثِينَ كَذَّابًا وَإِنَّكَ لأَحَدُهُمْ؟

Telah menceritakan kepadaku Abu Kuraib Muhammad bin Al ‘Allaa’ Al Hamdaaniy yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hasan Al Asadiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Haarun bin Shaalih Al Hamdaaniy dari Al Haarits bin ‘Abdurrahman dari Abul Julaas yang berkata aku mendengar Aliy [radiallahu ‘anhu] berkata kepada ‘Abdullah bin Saba’ “celaka engkau, Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tidak pernah menyampaikan kepadaku sesuatu yang Beliau sembunyikan dari manusia dan sungguh aku telah mendengar Beliau berkata “sesungguhnya sebelum kiamat akan ada tiga puluh pendusta” dan engkau adalah salah satu dari mereka [As Sunnah Abdullah bin Ahmad no 1325]

Abu Ya’la juga membawakan hadis ini dalam Musnad-nya 1/350 no 449 dengan jalan Abu Kuraib di atas. Abu Kuraib memiliki mutaba’ah yaitu Abu Bakar bin Abi Syaibah sebagaimana yang disebutkan Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah no 982 dan Abu Ya’la dalam Musnad-nya 1/350 no 450. Nashibi menyatakan bahwa atsar ini tsabit (kokoh) dan mengutip Al Haitsamiy yang berkata “diriwayatkan Abu Ya’la dan para perawinya tsiqat” [Majma’ Az Zawaid 7/333 no 12486]

Pernyataan nashibi keliru dan menunjukkan kejahilan yang nyata. Atsar ini kedudukannya dhaif jiddan.

  1. Muhammad bin Hasan Al Asadiy ia seorang yang diperbincangkan. Ibnu Hajar berkata “shaduq ada kelemahan padanya” dan dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib bahwa ia seorang yang dhaif tetapi bisa dijadikan i’tibar. Ia telah didhaifkan oleh Ibnu Ma’in, Yaqub bin Sufyan, Al Uqailiy, Ibnu Hibban, Abu Ahmad Al Hakim dan As Sajiy. Abu Hatim berkata “syaikh”. Abu Dawud berkata “shalih ditulis hadisnya”. Al Ijliy, Ibnu Adiy dan Daruquthni berkata “tidak ada masalah padanya”. Ditsiqatkan Al Bazzar dan dinukil dari Abu Walid bahwa Ibnu Numair mentsiqatkannya. [Tahrir At Taqrib no 5816]
  2. Haarun bin Shalih Al Hamdaaniy adalah perawi majhul, yang meriwayatkan darinya hanya Muhammad bin Hasan Al Asadiy [Tahrir At Taqrib no 7233]. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Ats Tsiqat juz 9 no 16198]. Tautsiq Ibnu Hibban tidak memiliki qarinah yang menguatkan.
  3. Harits bin ‘Abdurrahman disebutkan Ibnu Hibban dalam Ats Tsiqat bahwa ia meriwayatkan dari Abu Julaas dan meriwayatkan darinya Harun bin Shalih [Ats Tsiqat Ibnu Hibban juz 6 no 7232]. Tautsiq Ibnu Hibban tidak memiliki qarinah yang menguatkan maka kedudukannya majhul.
  4. Abu Julaas adalah perawi yang majhul sebagaimana disebutkan Ibnu Hajar dan disepakati dalam Tahrir At Taqrib [Tahrir At Taqrib no 8029]

.

.

.

Ibnu Hajar dalam kitab Lisan Al Mizan mengutip salah satu riwayat dari Abu Ishaq Al Fazari, Ibnu Hajar berkata

وقال أبو إسحاق الفزاري عن شعبة عن سلمة بن كهيل عن أبي الزعراء عن زيد بن وهب أن سويد بن غفلة دخل على علي في غمارته فقال إني مررت بنفر يذكرون أبا بكر وعمر يرون أنك تضمر لهما مثل ذلك منهم عبد الله بن سبأ وكان عبد الله أول من أظهر ذلك فقال علي ما لي ولهذا الخبيث الأسود ثم قال معاذ الله أن أضمر لهما إلا الحسن الجميل ثم أرسل إلى عبد الله بن سبأ فسيره إلى المدائن وقال لا يساكنني في بلدة أبدا ثم نهض إلى المنبر حتى اجتمع الناس فذكر القصة في ثنائه عليهما بطوله وفي آخره إلا ولا يبلغني عن أحد يفضلني عليهما إلا جلدته حد المفتري

Abu Ishaaq Al Fazaariy berkata dari Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Abi Az Za’raa dari Zaid bin Wahb bahwa Suwaid bin Ghaffalah masuk menemui ’Ali [radiallahu ‘anhu] di masa kepemimpinannya. Lantas dia berkata,”Aku melewati sekelompok orang menyebut-nyebut Abu Bakar dan ’Umar. Mereka berpandangan bahwa engkau juga menyembunyikan perasaan seperti itu kepada mereka berdua. Diantara mereka adalah ’Abdullah bin Saba’ dan dialah orang pertama yang menampakkan hal itu”. Lantas ’Ali berkata,”Aku berlindung kepada Allah untuk menyembunyikan sesuatu terhadap mereka berdua kecuali kebaikan”. Kemudian beliau mengirim utusan kepada ’Abdullah bin Saba’ dan mengusirnya ke Al-Madaain. Beliau juga berkata,”Jangan sampai engkau tinggal satu negeri bersamaku selamanya”. Kemudian beliau bangkit menuju mimbar sehingga manusia berkumpul. Lantas beliau menyebutkan kisah secara panjang lebar yang padanya terdapat pujian terhadap mereka berdua [Abu Bakar dan ’Umar], dan akhirnya berliau berkata,”Ketahuilah, jangan pernah sampai kepadaku dari seorangpun yang mengutamakan aku dari mereka berdua melainkan aku akan mencambuknya sebagai hukuman untuk orang yang berbuat dusta. [Lisan Al Mizan juz 3 no 1225]

Nashibi berkata tentang riwayat ini bahwa kedudukannya tsabit. Pernyataan ini keliru, bahkan bisa dikatakan riwayat ini khata’ [salah]. Asal mula riwayat ini adalah apa yang disebutkan Abu Ishaaq Al Fazari dalam kitabnya As Siyar dan Al Khatib dalam Al Kifaayah

أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ غَالِبٍ الْخُوَارَزْمِيُّ قَالَ : ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَمْدَانَ النَّيْسَابُورِيُّ بِخُوَارَزْمَ ، قَالَ : أَمْلَى عَلَيْنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْبُوشَنْجِيُّ ، قَالَ : ثنا أَبُو صَالِحٍ الْفَرَّاءُ مَحْبُوبُ بْنُ مُوسَى ، قَالَ : أنا أَبُو إِسْحَاقَ الْفَزَارِيُّ ، قَالَ : ثنا شُعْبَةُ ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ ، عَنْ أَبِي الزَّعْرَاءِ ، أَوْ عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ ، أَنَّ سُوَيْدَ بْنَ غَفَلَةَ الْجُعْفِيَّ ، دَخَلَ عَلَى عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، فِي إِمَارَتِهِ ، فَقَالَ : يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنِّي مَرَرْتُ بِنَفَرٍ يَذْكُرُونَ أَبَا بَكْرٍ ، وَعُمَرَ بِغَيْرِ الَّذِي هُمَا لَهُ أَهْلٌ مِنَ الإِسْلامِ ، لأَنَّهُمْ يَرَوْنَ أَنَّكَ تُضْمِرُ لَهُمَا عَلَى مِثْلِ ذَلِكَ ، وَإِنَّهُمْ لَمْ يَجْتَرِئُوا عَلَى ذَلِكَ إِلا وَهُمْ يَرَوْنَ أَنَّ ذَلِكَ مُوَافِقٌ لَكَ ، وَذَكَرَ حَدِيثَ خُطْبَةِ عَلِيٍّ وَكَلامِهِ فِي أَبِي بَكْرٍ ، وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ ، وَقَوْلِهِ فِي آخِرِهِ ” أَلا : وَلَنْ يَبْلُغَنِي عَنْ أَحَدٍ يُفَضِّلُنِي عَلَيْهِمَا إِلا جَلَدْتُهُ حَدَّ الْمُفْتَرِي

Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Ghaalib Al Khawarizmiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Abbas Muhammad bin Ahmad bin Hamdaan An Naisaburiy di Khawarizm yang berkata imla’ kepada kami Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ibrahiim Al Buusyanjiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Shalih Al Farra Mahbuub bin Muusa yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Ishaaq Al Fazariy yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Abi Az Za’raa’ atau dari Zaid bin Wahb bahwa Suwaid bin Ghafallah Al Ju’fiy menemui Ali bin Abi Thalib [radiallahu ‘anhu] pada masa kepemimpinannya dan berkata “wahai amirul mukminin aku melewati sekelompok orang yang menyebut-nyebut Abu Bakar dan Umar sesuatu dalam islam yang tidak ada pada diri mereka. Mereka berpandangan bahwa engkau juga menyembunyikan perasaan seperti itu kepada mereka berdua dan bahwa mereka tidaklah menyatakan hal itu kecuali mereka berpandangan bahwa hal itu diakui olehmu kemudian disebutkan hadis khutbah Ali yang berbicara tentang Abu Bakar dan Umar akhirnya berkata,”Ketahuilah, jangan pernah sampai kepadaku dari seorangpun yang mengutamakan aku dari mereka berdua melainkan aku akan mencambuknya sebagai hukuman untuk orang yang berbuat dusta [Al Kifaayah Al Khatib 3/333 no 1185]

Riwayat dengan matan yang sama di atas juga disebutkan Abu Ishaaq Al Fazari dalam kitabnya As Siyar hal 327 no 647. Kalau kita membandingkan riwayat Abu Ishaaq Al Fazaariy ini dengan apa yang dinukil oleh Ibnu Hajar maka terdapat kesalahan penukilan yang dilakukan Ibnu Hajar.

  1. Kesalahan pada sanad yaitu Ibnu Hajar menuliskan dari Abu Ishaq dari Syu’bah dari Salamah dari Abu Az Za’raa’ dari Zaid bin Wahb dari Suwaid. Sedangkan riwayat Abu Ishaq sebenarnya adalah dari Syu’bah dari Salamah dari Abu Az Za’raa’ atau dari Zaid bin Wahb dari Suwaid.
  2. Kesalahan pada matan yaitu Ibnu Hajar menuliskan lafaz bahwa diantara mereka ada Ibnu Sabaa’ dan dialah yang pertama kali menampakkan hal itu sehingga Ali [radiallahu ‘anhu] mengusirnya ke Mada’in. Sedangkan riwayat Abu Ishaq sebenarnya tidak ada keterangan tentang Abdullah bin Saba’.

Maka riwayat Abu Ishaaq Al Fazaariy tidak bisa dijadikan hujjah untuk membuktikan khayalan nashibi tentang ‘Abdullah bin Sabaa’. Ada baiknya mereka mengais-ngais riwayat lain karena sepertinya mereka sudah kehabisan hujjah riwayat.

Riwayat Abu Ishaq Al Fazaariy di atas mengandung lafaz syaak [ragu] yaitu Salamah bin Kuhail berkata dari Abi Az Za’raa’ atau dari Zaid bin Wahb. Zaid bin Wahb adalah seorang yang tsiqat dan Abu Az Za’raa’ Abdullah bin Haani’ Al Kuufiy adalah perawi yang dhaif tetapi bisa dijadikan i’tibar. Al Ijli dan Ibnu Sa’ad menyatakan ia tsiqat. Tetapi Al Bukhari berkata “tidak memiliki mutaba’ah dalam hadisnya”. Al Uqailiy memasukkannya dalam Adh Dhu’afa. Dan tidak meriwayatkan darinya kecuali Salamah bin Kuhail [Tahrir At Taqrib no 3677]. Adz Dzahabi memasukkannya dalam Diwan Adh Dhu’afa no 2337.

Jika kedua orang ini adalah perawi yang tsiqat maka lafaz syaak seperti itu tidaklah menjatuhkan kedudukan hadisnya tetapi jika salah satu dari kedua perawi itu dhaif maka ini menjadi illat [cacat] bagi riwayat tersebut. Apakah riwayat tersebut berasal dari perawi yang tsiqat ataukah dari perawi yang dhaif?. Bisa saja riwayat tersebut sebenarnya berasal dari perawi yang dhaif.

.

.

.

Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah riwayat-riwayat tentang Abdullah bin Sabaa’ yang diriwayatkan melalui jalur selain Saif bin Umar ternyata sanadnya juga tidak shahih. Jikapun ada yang hasan riwayatnya maka penunjukkannya tidak jelas sebab yang tertera dalam riwayat tersebut adalah Ibnu Saudaa’ dan tidak ada bukti shahih bahwa Ibnu Saudaa’ yang dimaksud adalah ‘Abdullah bin Saba’. Ibnu Saudaa’ berarti anak budak hitam. Jadi riwayat tersebut hanya menunjukkan bahwa di masa Imam Ali terdapat anak budak hitam yang berdusta atas nama Allah SWT dan Rasul-Nya

Sebagian orang melebih-lebihkan dan mengada-ada tanpa dalil shahih bahwa Ibnu Saudaa’ yang dimaksud adalah ‘Abdullah bin Saba’. Kemudian mereka dengan nafsu kejinya menambah-nambahkan lagi bahwa ‘Abdullah bin Sabaa’ adalah pendiri Syiah menyebarkan keyakinan Imamah Ali bin Abi Thalib, menyebarkan akidah raja’ dan bada’, mencela Abu Bakar dan Umar. Padahal mereka tidak mampu membawakan satu dalil shahihpun yang menguatkan hujjah mereka.

Analogi yang pas untuk dongeng ‘Abdullah bin Sabaa’ seperti kisah berikut ada seorang yang dikenal pendusta di sebuah dusun dalam suatu negri. Kemudian negri tersebut terjatuh dalam kekacauan karena ulah pemimpinnya yang korup. Seiring dengan waktu terdapat orang-orang yang punya kepentingan melindungi aib sang pemimpin sehingga menyebarkan syubhat dengan mencatut nama si pendusta dari dusun kecil sebagai penyebab kekacauan negri tersebut. Kemudian para ahli sejarah yang kritis menelaah dan membuktikan bahwa sebenarnya si pendusta ini adalah tokoh fiktif yang dijadikan tameng untuk melindungi aib sang pemimpin. Para ahli lain yang dibayar oleh pihak yang berkepentingan berhasil membuktikan bahwa pendusta yang dimaksud memang ada dan tinggal di dusun tersebut jadi ia tidaklah fiktif maka kaum bayaran itu berbangga hati berhasil membuktikan bahwa ahli sejarah tersebut keliru.

Padahal orang yang punya akal pikiran dan waras pemahamannya akan berkata membuktikan adanya si pendusta bukan berarti membuktikan bahwa si pendusta itu yang mengacaukan negri tersebut. Itu adalah dua hal berbeda yang masing-masing memerlukan pembuktian. Nah begitulah, membuktikan adanya ‘Abdullah bin Sabaa’ bukan menjadi bukti bahwa ‘Abdullah bin Sabaa’ adalah pendiri Syiah. Itu adalah dua hal berbeda yang masing-masing  membutuhkan pembuktian. Apakah para nashibi itu mengerti? Jawabannya tidak, mereka adalah orang-orang yang lemah akalnya hampir-hampir tidak mengerti pembicaraan dan suka mencela untuk mengacaukan persatuan umat.

.

.

.

Nashibi yang kehabisan akal akhirnya kembali mengandalkan Saif bin Umar At Tamimiy. Hanya saja mereka sedikit melakukan akrobat dengan mengatakan Saif memang dhaif dalam hadis tetapi menjadi pegangan dalam sejarah. Dan riwayat tentang Ibnu Sabaa’ termasuk sejarah bukan hadis. Diantaranya mereka mengutip perkataan Ibnu Hajar tentang Saif “dhaif dalam hadis dan pegangan dalam tarikh” [At Taqrib 1/408].

Pembelaan ini tidak bernilai bahkan bisa dibilang inkonsisten. Kalau memang para ulama menjadikan Saif bin Umar sebagai pegangan dalam tarikh maka mengapa banyak para ulama yang melemahkan riwayat Saif bin Umar tentang tarikh ketika Saif menceritakan aib para sahabat Nabi misalnya Utsman bin ‘Affan. Jika untuk menuduh Syiah, Saif bin Umar dijadikan pegangan tetapi jika Saif menyatakan aib sahabat ia dicela habis-habisan. Bukankah ini gaya berhujjah model hipokrit aka munafik.

Saif bin Umar adalah seorang yang dhaif matruk bahkan dikatakan pemalsu hadis. Hal ini menunjukkan bahwa ia seorang pendusta yang tidak segan-segan untuk memalsukan hadis atas nama Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Kalau untuk hadis saja ia berani berdusta maka apalagi tarikh yang kedudukannya lebih rendah dari hadis.

Maka sangat terlihat betapa rendah akal para nashibi dalam berhujjah. Mereka tidak bisa menggunakan akal mereka dengan benar. Hawa nafsu telah menuntun mereka dalam kontradiksi yang nyata. Demi melancarkan tuduhan terhadap Syiah mereka rela menghalalkan apa saja bahkan rela merendahkan akal mereka sendiri.

.

.

Bukankah para ulama Sunniy telah banyak mengutip biografi ‘Abdullah bin Saba’ dan menyatakan bahwa ia pendiri Syiah?. Memang tetapi perlu diingat bahwa para ulama ketika menuliskan biografi terkadang mencampuradukkan riwayat yang shahih dan dhaif atau bahkan ada yang hanya bersandar pada riwayat dhaif. Jadi apa yang mereka tulis bukanlah hujjah shahih jika ternyata hanya bersandar pada riwayat dhaif atau tidak didukung oleh riwayat yang shahih.

Akibatnya jika kita meneliti dengan baik banyak perkataan para ulama yang bertentangan satu sama lain tentang ‘Abdullah bin Sabaa’. Misalnya ada yang mengatakan bahwa ia dibakar Imam Ali tetapi ada yang menyatakan ia diusir Imam Ali ke Mada’in. Ada yang mengatakan bahwa ia disebut juga Ibn Saudaa’ tetapi ada yang menyatakan ia bukan Ibnu Saudaa’ atau menyatakan ia sebenarnya adalah Abdullah bin Wahb Ar Rasibiy pemimpin khawarij. Jadi tidak ada gunanya kalau berhujjah dengan model “katanya” buktikan hujjah dengan riwayat shahih, itulah kaidah ilmiah.

.

.

.
Tinjauan Riwayat Abdullah bin Sabaa’ Dalam Kitab Syiah

Nashibi dalam menegakkan hujjah tuduhan dan celaan mereka bahwa ‘Abdullah bin Sabaa’ pendiri Syiah, mereka juga mengutip berbagai riwayat Syiah dan nukilan Ulama syiah yang mengakui keberadaan ‘Abdullah bin Sabaa’. Secara pribadi kami tidak memiliki kompetensi untuk meneliti kitab-kitab Syiah jadi pembahasan bagian ini merujuk pada tulisan-tulisan sebagian pengikut Syiah.

Berulang kali kami katakan bahwa kami bukan penganut Syiah dan tulisan ini hanya ingin menunjukkan pada orang awam bahwa syubhat salafy nashibi yang mencela Syiah adalah tidak berdasar dan dusta. Kami pribadi mengakui Syiah sebagai salah satu mazhab dalam Islam. Berbagai perbedaan antara Sunni dan Syiah tidak membuat salah satu layak untuk mengkafirkan yang lainnya. Kami mengajak kepada para pembaca untuk bersikap adil tanpa dipengaruhi mazhab manapun, kami tidak pula mengajak para pembaca agar menjadi penganut Syiah atau penganut Sunni. Apapun mazhab Islam yang dianut, hendaknya kita menjaga persatuan, saling menghormati dan menjaga kerukunan sesama muslim.

Telah kami bahas sepintas sebelumnya bahwa di sisi Syiah terkait dengan ‘Abdullah bin Sabaa’ terbagi menjadi dua pendapat

  1. Pendapat yang menganggap ‘Abdullah bin Sabaa’ sebagai tokoh fiktif. Pendapat ini dipopulerkan oleh ulama syiah kontemporer dan diikuti oleh sebagian yang lain.
  2. Pendapat yang mengakui keberadaan ‘Abdullah bin Sabaa’ dan menyatakan bahwa ia seorang yang ghuluw ekstrim bahkan jatuh dalam kekafiran. Hal ini diakui oleh ulama syiah terdahulu dalam kitab-kitab mereka.

Walaupun begitu kedua pendapat ini sepakat menolak tuduhan nashibi ‘Abdullah bin Sabaa’ sebagai pendiri Syiah. Ada yang menolak dengan memfiktifkan tokoh tersebut dan ada yang menolak dengan membawakan riwayat shahih bahwa ‘Abdullah bin Sabaa’ seorang yang dilaknat oleh Imam Ahlul Bait karena mendakwakan ketuhanan Ali [radiallahu ‘anhu]

عن أبان بن عثمان قال سمعت أبا عبد الله يقول لعن الله عبد الله بن سبإ إنه ادعى الربوبية في أمير المؤمنين و كان و الله أمير المؤمنين عبدا لله طائعا الويل لمن كذب علينا و إن قوما يقولون فينا ما لا نقوله في أنفسنا نبرأ إلى الله منهم نبرأ إلى الله منهم

Dari ‘Aban bin Utsman yang berkata aku mendengar Abu ‘Abdillah mengatakan Allah melaknat ‘Abdullah bin Saba’. Sesungguhnya ia mendakwakan Rububiyyah [ketuhanan] kepada Amiirul Mukminiin [Imam Ali], sedangkan Amiirul Mukminiin demi Allah hanyalah seorang hamba yang mentaati Allah. Neraka Wail adalah balasan bagi siapa saja yang berdusta atas nama kami. Sesungguhnya telah ada satu kaum berkata-kata tentang kami sesuatu yang kami tidak mengatakannya. Kami berlepas diri kepada Allah atas apa yang mereka katakan itu, kami berlepas diri kepada Allah atas apa yang mereka katakan itu [Rijal Al Kasysyiy hal 107 no 172]

Riwayat-riwayat semisal inilah yang dikutip oleh para nashibi dan disisi kelimuan Syiah riwayat Al Kasysyiy di atas shahih. Tetapi shahih-nya riwayat di atas tidak menjadi bukti akan kebenaran tuduhan nashibi bahwa ‘Abdullah bin Sabaa’ pendiri Syiah. Riwayat yang shahih di sisi Syiah menunjukkan bahwa ‘Abdullah bin Sabaa’ adalah seorang kafir yang dilaknat yang mendakwakan ketuhanan Ali [radiallahu ‘anhu]. Tentu saja di sisi Syiah tidak ada sedikitpun ajaran yang menuhankan Imam Ali. Syiah berlepas diri dari ‘Abdullah bin Saba’ dan tidak jarang ulama syiah mensifatkan ‘Abdullah bin Sabaa’ dengan kekafiran dan ghuluw ekstrim.

Dengan berpikir secara rasional sungguh sangat tidak mungkin jika ‘Abdullah bin Sabaa’ dikatakan pendiri Syiah karena di dalam kitab Syiah sendiri ia dikenal sebagai seorang ghuluw ekstrim bahkan kafir. Dan tidak ada satupun riwayat shahih dalam kitab Syiah bahwa ada salah satu ajaran Syiah yang bermula atau diambil dari ‘Abdullah bin Sabaa’. Para pengikut Syiah mengambil ajaran mereka dari para Imam Ahlul Bait dan Imam Ahlul Bait sendiri ternyata melaknat ‘Abdullah bin Sabaa’. Anehnya para nashibi tidak mampu berpikir secara rasional, mereka mengutip sesuka hati melompat-lompat dalam menarik kesimpulan, menegakkan waham di atas waham.

Seperti halnya para ulama sunni, ulama syiah juga mengalami kesimpangsiuran dalam kabar yang terkait Abdullah bin Sabaa’.

  1. At Thuusiy berkata bahwa Abdullah bin Sabaa’ kufur dan ghuluw [Rijal Ath Thuusiy hal 80]
  2. Al Hilliy berkata Abdullah bin Sabaa’ ghuluw terlaknat, ia menganggap Aliy Tuhan dan dirinya adalah Nabi [Rijal Al Hilliy hal 237]
  3. Al Mamqaniy berkata “Abdullah bin Sabaa’ dikembalikan padanya kekafiran dan ghuluw yang nyata” ia juga berkata “Abdullah bin Sabaa’ ghuluw terlaknat, Imam Ali membakarnya dengan api, ia mengatakan Ali adalah Tuhan dan ia sendiri adalah Nabi [Tanqiihul Maqaal Fii Ilm Rijaal 2/183-184]. Kami menukil ini dari situs nashibi dan sebagian pengikut syiah berkata bahwa ini bukan perkataan Al Mamqaniy tetapi perkataan Ath Thuusiy dan Al Hilliy sebelumnya.
  4. Sayyid Ni’matullah Al Jaza’iriy berkata bahwa Abdullah bin Sabaa’ mengatakan Ali adalah Tuhan sehingga Imam Ali mengasingkannya di Mada’in [Anwaar An Nu’maniyah 2/234]
  5. An Naubakhtiy berkata bahwa dihikayatkan oleh sekelompok ahli ilmu bahwa Abdullah bin Sabaa’ adalah yahudi yang masuk islam dan menunjukkan loyalitas pada Imam Ali, dan ia yang pertama kali menyatakan Imamah Ali [radiallahu ‘anhu] [Firaq Asy Syiiah hal 32-44]
  6. Sa’d bin ‘Abdullah Al Qummiy menyatakan bahwa kelompok Saba’iyyah adalah pengikut ‘Abdullah bin Sabaa’ ia adalah Abdullah bin Wahb Ar Raasibiy Al Hamdaniy. Dia adalah orang yang pertama kali menampakkan celaan pada Abu Bakar, Umar, Utsman dan sahabat lainnya serta berlepas diri dari mereka [Al Maqaalaat Wal Firaq hal 20]. Dikenal dalam sejarah bahwa Abdullah bin Wahb Ar Raasibiy adalah pemimpin kaum khawarij dan ia disebutkan terbunuh di Nahrawan

Nampak kabar yang simpang siur jika kita memperhatikan perkataan para ulama syiah tersebut. Ada yang mengatakan ia dibakar dengan api, ada yang mengatakan ia diasingkan ke Mada’in. Ada yang mengatakan ia yahudi yang masuk islam, ada yang mengatakan ia Abdullah bin Wahb pimpinan kaum khawarij. Simpang siur ini terjadi karena ulama syiah kebanyakan hanya menukil dan mencampuradukkan antara riwayat yang shahih dengan riwayat dhaif. [sama seperti ulama Sunniy]

Satu-satunya keterangan yang disampaikan dari riwayat Syiah yang shahih perihal Abdullah bin Sabaa’ adalah bahwa ia ghuluw terlaknat meyakini ketuhanan Imam Ali. Tidak benar jika dikatakan bahwa ‘Abdullah bin Sabaa’ yang pertama kali menyatakan imamah Ali [radiallahu ‘anhu] karena tidak ternukil dalam riwayat yang shahih di sisi Syiah.

Perkataan atau nukilan dari Naubakhtiy bahwa sekelompok ahli ilmu menyatakan Abdullah bin Sabaa’ yang pertama menyatakan Imamah Ali [radiallahu ‘anhu] adalah tidak berdasar dan tidak ada riwayat shahih di sisi Syiah yang mengatakannya bahkan tidak dikenal siapa saja ahli ilmu yang menyatakan demikian. Justru banyak ahli ilmu [di sisi Syiah] yang menyatakan ‘Abdullah bin Sabaa’ ghuluw kafir terlaknat.

.

.

.

Apa yang dapat disimpulkan dari pembahasan sejauh ini tentang ‘Abdullah bin Sabaa’?. Kita akan merincikan hal ini dalam kedua bagian yaitu keberadaan ‘Abdullah bin Sabaa’ dan Peran ‘Abdullah bin Sabaa’

Keberadaan Abdullah bin Sabaa’

  1. Tidak ada riwayat shahih di sisi Sunniy yang menyatakan keberadaan ‘Abdullah bin Sabaa’. Riwayat yang dijadikan hujjah nashibi telah dikemukakan illat [cacatnya]. Ada riwayat yang hasan [jika selamat dari illat] bahwa ada seorang yang dicela Imam Ali karena berdusta atas nama Allah SWT yaitu Ibnu Saudaa’ dan tidak ada bukti shahih bahwa ia adalah ‘Abdullah bin Sabaa’
  2. Ada riwayat shahih di sisi Syiah yang menyatakan keberadaan ‘Abdullah bin Sabaa’ bahwa ia ghuluw jatuh dalam kekafiran dan menyebarkan paham ketuhanan Ali [radiallahu ‘anhu]

Peran Abdullah bin Sabaa’

  1. Tidak ada riwayat shahih di sisi Sunniy dan di sisi Syiah yang menyatakan bahwa Abdullah bin Sabaa’ adalah orang yang pertama kali mengenalkan konsep Imamah Ali [radiallahu ‘anhu], celaan terhadap sahabat Abu Bakar dan Umar, konsep rajaa’ dan bada’, dan perannya dalam pembunuhan khalifah Utsman.
  2. Ternukil riwayat-riwayat dhaif baik di sisi Sunni dan di sisi Syiah yang menyatakan peran ‘Abdullah bin Sabaa’ misalnya riwayat Saif bin Umar bahwa Abdullah bin Sabaa’ mengenalkan konsep Imamah Ali dan perannya dalam pembunuhan khalifah Utsman. Begitu juga ternukil tanpa sanad riwayat syiah seperti yang dinukil An Naubakhtiy dan nukilan ulama yang diklaim menyatakan Abdullah bin Sabaa’ yang pertama mengenalkan konsep Imamah Aliy dan mencela Abu Bakar dan Umar. Nukilan ini tidak valid alias tidak terbukti siapa ahli ilmu di sisi Syiah yang menyatakannya dan riwayat tanpa sanad jelas dhaif kedudukannya.
  3. Sebagian ulama Sunni dan ada juga ulama Syiah yang menukil dalam kitab mereka peran ‘Abdullah bin Sabaa’ misalnya anggapan bahwa ia yahudi, mencela Abu Bakar dan Umar, terlibat pembunuhan Utsman, pertama kali mengenalkan Imamah Ali dan sebagainya. Nukilan mereka tidak bisa dijadikan hujjah karena tidak berlandaskan pada riwayat shahih atau mencampuradukkan antara yang shahih dan dhaif. Dalam perkara ini yang menjadi hujjah adalah bukti riwayat shahih bukan nukilan ulama yang terkadang berasal dari riwayat dhaif.

Penelitian yang baik dan ilmiah tentang Abdullah bin Sabaa’ akan menghasilkan kesimpulan bahwa Nashibi telah berdusta atas tuduhan Abdullah bin Sabaa’ pendiri Syiah. Salam Damai

46 Tanggapan

  1. @abul

    wah maaf ya pembelaannya ma’lul, nama ‘Abdullah bin Sabaa’ hanya muncul dalam periwayatan ‘Amru bin Marzuuq dari Syu’bah dan ia telah diperbincangkan. kalau ada yang mau berhujjah dengan

    pernyataan Abu Hatim bahwa “Tsiqah, termasuk ahli ibadah. Dan kami tidak pernah bertemu dengan ashhaab Syu’bah yang kami tulis riwayat darinya, yang lebih baik haditsnya dari ‘Amru” maka kami katakan Abu Hatim menyendiri dengan pernyataan ini dan ini keliru

    Para ulama lain telah menyatakan bahwa ada ashhaan Syu’bah yang lebih baik hadisnya seperti Ibnu Mahdiy dan Ghundaar

    Ternukil cukup banyak jarh terhadap ‘Amru bin Marzuuq seperti yang telah kami tuliskan Ali bin Madini meninggalkan hadisnya. Abu Walid membicarakannya. Yahya bin Sa’id tidak meridhai ‘Amru bin Marzuuq. Ibnu ‘Ammar Al Maushulliy berkata “tidak ada apa-apanya”. Al Ijliy berkata “Amru bin Marzuuq dhaif, meriwayatkan hadis dari Syu’bah yang tidak ada apa-apanya”. Daruquthni berkata “shaduq banyak melakukan kesalahan”. Al Hakim berkata “buruk hafalannya”. Ibnu Hibban berkata “melakukan kesalahan. Jarh ini cukup untuk menyatakan tafarrud ‘Amru bin Marzuuq tidak bisa dijadikan hujjah.

    Hujjahnya dengan Al Azdiy “penyimakan riwayat Ath Thayalisi dan ‘Amru bin Marzuuq dari Syu’bah adalah selevel” tidak bernilai karena Al Azdiy sendiri seorang yang dikenal dhaif sehingga tidak bisa dijadikan pegangan perkataannya

    Perlu diingatkan yang tkami dhaifkan bukan keseluruhan riwayat ‘Amru bin Marzuuq tetapi tambahan lafaz yang memuat nama Abdullah bin Sabaa’ karena dalam riwayat Ghundaar yang lebih tsabit darinya lafaz ini tidak ada. Maka cukup beralasan untuk dikatakan bahwa tambahan itu berasal dari ‘Amru bin Marzuuq bukan bagian dari perkataan Imam Ali.

    Kalau ada yang mengatakan Abdullah bin Sabaa’ adalah Ibnu Saudaa’ maka seperti yang kami katakan ia harus membawakan riwayat shahih bukan sekedar berandai-andai. Riwayat ‘Amru bin Marzuuq yang memuat lafaz ‘Abdullah bin Sabaa’ mensifatkan dirinya bahwa ia mencela Abu Bakar dan Umar sedangkan dalam riwayat yang menyebut Ibnu Saudaa’ ia disifatkan dengan berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya. Hal ini justru menguatkan kekeliruan lafaz ‘Amru bin Marzuuq

    Dan maaf saudara Abul pembelaan itu bahkan tidak bernilai karena sekiranya ia bisa membuktikan keberadaan ‘Abdullah bin Sabaa’ maka mana buktinya bahwa ia adalah pendiri Syiah. Bisa saja tuh dikatakan Abdullah bin Sabaa’ yang dimaksud adalah Abdullah bin Wahb Ar Raasibiy seorang gembong khawarij. Dan khawarij termasuk yang mecela sahabat bahkan mengkafirkannya.

  2. Kalau Ghuluw-nya syiah seperti ibn saba’ ,keliahatan seperti apa “moderat”nya syiah
    kalau ghuluwnya syiah itu semisal Al-Qur’an itu dirubah, kelihatan seperti apa syiah ‘moderat’ itu

    Syiah sendiri aja sudah ghuluw,
    artinya ibn saba’ adalah Ghuluw nya Ghuluw, super duper ghuluw.
    artinya syiah yg menganggap Al-Qur’an dirubah adalah syiah yg super ghuluw bukan syiah yg benar (yg ghuluw juga, dgn tingkatan lebih rendah.)

    Artinya artikel diatas adalah syiah ghuluw, menolak ibn saba’ yg lebih ghuluw.

    Tentang Mahzab Syiah adalah:
    1. Agama kafir yg mirip dengan islam, agama tersendiri yg dekat dengan batas2 keislaman atau
    2. Termasuk Mahzab dalam Islam yg paling dekat dengan batas2 kekafiran

    benar2 pilihan yg sulit 😀 makanya selalu diperdebatkan 😀

    Salam

  3. He he ketemu lagi mas willi. Begini deh mas saya mau tanya : suatu teori atau konsep atau pernyataan atau riwayat atau ayat apabila tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak didukung dengan faktanya namanya apa mas ? Dongeng kan ? Nah kalau dihubungkan dg topik diatas kalau menurut ente Ibnu Saba itu nyata dan seorang Yahudi pula, tolong jelaskan apa ajaran Ibnu Saba dan apa kemiripannya dengan ajaran Syiah. Dan tolong jelaskan pula kalau memang Iran yg Syiah = Yahudi, kenapa kok tidak diperlakukan spt negara sesama Yahudi atau negara pro Yahudi spt Inggris, Perancis dan konco2nya. Bahkan diembargo selama lebih dari 30 thn? Ada yg bilang semua itu pura2 ? Pura2 embargo, pura2 infiltrasi, pura2 membunuh ilmuwan ? he he he lebih lucu lagi dong mas.
    Tolong jelaskan ya mas…?

  4. Pernyataan bahwa ta’dil Abu Haatim terhadap ‘Amru bin Marzuuq bahwa ia orang yang yang paling baik haditsnya di kalangan ashhaab Syu’bah, kalau dianggap ‘menyendiri’, ya memang dhahirnya seperti itu. Namun itu bukan berarti harus dipertentangkan dengan perkataan Ibnul-Mubaarak dan yang lainnya terhadap Ghundar, sehingga riwayat ‘Amru bin Marzuuq dari Syu’bah tidak shahih atau lemah. Oleh karena itu, perkataan Abu Haatim tersebut merupakan qarinah bahwa riwayat ‘Amru bin Marzuuq dari Syu’bah itu shahih.

    Kami mengutip para ulama yang melebihkan Ghundar karena dalam kasus riwayat ‘Abdullah bin Sabaa’ yang sedang dibahas, ‘Amru bin Marzuuq tafarrud dalam penyebutan lafaz Abdullah bin Sabaa’. Jika ia berkeras dengan apa yang dikatakan Abu Hatim maka apa salahnya juga kalau kami mau berkeras dengan apa yang dikatakan Al Ijliy “dhaif meriwayatkan hadis dari Syu’bah tidak ada apa-apanya”. Pernyataan ini menunjukkan ada kelemahan pada periwayatan ‘Amru bin Marzuuq dari Syu’bah terlepas apakah itu sedikit atau banyak, hal ini cukup menjadi illat [cacat] ketika ia tafarrud. Apalagi hal ini didukung oleh jarh dari ulama lain.

    Ibnu Sa’d pun berkata : “Ia seorang yang tsiqah, banyak haditsnya dari Syu’bah (kaana tsiqah katsiirul-hadiits ‘ann Syu’bah)”. Perkataan Ibnu Sa’d ini tentu beda makna dan konsekuensinya jika ia hanya mengatakan tsiqah, katsiirul-hadiits”, sebagaimana banyak ia katakan dalam kitab Ath-Thabaqah. Perkataan Ibnu Sa’d terhadap ‘Amru bin Marzuuq itu menandakan bahwa ketsiqahannya itu terkait dengan banyaknya periwayatan dari Syu’bah. Atau dengan kata lain, ia tsiqah dalam hadits Syu’bah

    Ini adalah persepsinya sendiri dan ya silakan saja, kami justru memaknai pernyataan Ibnu Sa’ad bahwa ‘Amru bin Marzuuq adalah seorang yang tsiqat dan ia banyak meriwayatkan hadis dari Syu’bah. Justru semakin banyak riwayatnya dari Syu’bah maka semakin besar pula kemungkinan kesalahan riwayatnya dari Syu’bah. Kalau kami memperhatikan apa yang dikatakan Daruquthni bahwa ia shaduq banyak melakukan kesalahan dan Al Hakim yang berkata “hafalannya buruk” maka sangat mungkin bahwa kesalahan dan hafalannya yang buruk ini terkait dengan hadisnya dari Syu’bah. Hal ini bersesuaian dengan apa yang dikatakan Al Ijliy. Jadi pernyataan bahwa ‘Amru bin Marzuuq tsiqat secara mutlak dalam hadis Syu’bah tidaklah benar.

    Mungkin itu pula yang menyebabkan para ulama seperti Ali bin Madiniy meninggalkan hadisnya dan Yahya bin Sa’id tidak meridhainya dalam hadis, karena mereka menemukan kesalahan dalam periwayatan ‘Amru bin Marzuuq dari Syu’bah. Tentu saja jarh mereka pada dasarnya adalah jarh mubham tetapi jarh terhadap ‘Amru bin Marzuuq tidak hanya jarh mubham. jarh Daruquthni, Al Hakim, Al Ijliy adalah jarh mufassar

    Cukuplah kami kembalikan kepada orang yang menyebut dirinya Abul Jauzaa’ itu kaidah yang ia pakai dalam melemahkan hadis dengan alasan tafarrud. Para pembaca bisa melihat dalam tulisannya yang melemahkan tafarrud Zaid bin Hubab. Ia mengatakan bahwa tafarrud dari kalangan atbaaut-taabi’iin diterima dengan syarat ia termasuk kibaar huffadzh yang dikenal dengan ketinggiah hafalannya. Nah silakan pembaca perhatikan ‘Amru bin Marzuuq, ia tidak dikenal sebagai kibaar huffadzh yang dikenal dengan ketinggian hafalannya bahkan sebagian ulama menyatakan jarh terhadapnya, ada yang mempermasalahkan hafalannya dan kesalahannya dalam periwayatan hadis.

    Jadi kami tekankan kembali bahwa illat [cacat] riwayat ‘Amru bin Marzuuq terletak pada tafarrud-nya dan dengan memperhatikan keseluruhan pendapat para ulama tentangnya baik yang bersifat ta’dil maupun jarh maka ‘Amru bin Marzuuq tidak bisa dijadikan hujjah jika tafarrud.

    Kemudian orang yang menyebut dirinya Abul Jauzaa’ itu menuduh metode kami ambigu dan ia mencontohkan kasus Zaid bin Hubab dalam hadis Muawiyah meminum minuman yang diharamkan. ia mengatakan Zaid bin Hubab hanya bertaraf shaduq. Kami katakan itu kan pendapatnya sendiri, kami sudah banyak mengutip para ulama yang menyatakan ia tsiqat bahkan ada yang mengatakan ia imam hafizh tsiqat seperti Adz Dzahabiy dan benar ia memang melakukan kesalahan dan itu tidak bersifat mutlak.

    Kesalahan orang itu adalah ia melemahkan ziyadah dalam riwayat Zaid bin Hubab sebagai tafarrud Zaid bin Hubab. Tentu saja ini keliru dan telah kami bahas kekeliruannya. Hujjahnya menyatakan tafarrud Zaid bin Hubab adalah riwayat Ali bin Husain bin Waqid seorang yang dhaif tetapi bisa dijadikan i’tibar. Jadi hujjah tafarrud itu sendiri mengandung illat [cacat] seharusnya riwayat Ali bin Husain bin Waqid itu yang dilemahkan bukan sebaliknya. Bandingkan dengan kasus ‘Amru bin Marzuuq dan Ghundaar di atas. Ghundaar lebih tsabit periwayatan dari Syu’bah maka hujjah tafarrud itu memang ada.

    Ziyadah dalam riwayat Zaid bin Hubab sebenarnya berasal dari Ahmad bin Hanbal yaitu pada lafaz “aku tidak meminumnya sejak diharamkan Rasulullah”. Lafaz ini tidak ada dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah tetapi ada dalam riwayat Ahmad bin Hanbal maka tafarrud itu berasal dari Ahmad bin Hanbal dan ia seorang hafizh yang dikenal ketinggian hafalannya maka tafarrud itu diterima.

    Tidak ada yang kontradiktif antara riwayat Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah, sudah kami bahas dalam thread khusus. Yang lucu adalah orang yang menjadikan lafaz “aku tidak meminumnya sejak diharamkan Rasulullah” sebagai lafaz Muawiyah. Padahal Muawiyah itu masih kafir ketika khamr diharamkan justru lafaz tersebut adalah lafaz Buraidah karena ia yang menyaksikan turunnya pengharaman khamr. Perkataan Muawiyah bahwa yang dia ambil pada hari itu adalah susu dan perkataan yang baik mengandung makna

    Muawiyah mengakui kalau lafaz tersebut milik Buraidah karena pada hari itu ia juga mengambil perkataan yang baik yaitu perkataan Buraidah. kalau memang lafaz itu milik Muawiyah maka perkataan baik mana yang diambil oleh Muawiyah pada saat itu

    Perkataan Muawiyah bahwa yang dia ambil adalah susu maka ini bisa saja dipahami dengan cara bahwa Muawiyah mencampur susu tersebut dengan khamar atau pada awalnya yang ia minum dan sajikan adalah khamar kemudian setelah mendengar perkataan Buraidah maka ia mengambil susu sebagai minuman agar Buraidah tidak pergi meninggalkannya. Atau seperti yang pernah kami tulis bahwa itu termasuk dalam dalih-dalih atau takwil konyol Muawiyah sama seperti takwilnya bahwa yang membunuh Ammar adalah Imam Aliy

    Jadi tidak ada yang namanya kontradiktif dalam pembahasan kami tentang riwayat Zaid bin Hubab. Justru sebenarnya orang yang menyebut dirinya Abul Jauzaa’ itu yang metodenya ambigu. Para pembaca bisa melihat dalam tulisannya Riwayat Zaid bin Aliy Menyepakati Abu Bakar dalam masalah Fadak, ia melemahkan atau menyatakan gharib hadis Ibnu Syabbah padahal Ibnu Syabbah seorang yang tsiqat karena menurutnya riwayat Daruquthni dkk diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat tsabit.

    Ia mengutip kesalahan yang dinisbatkan pada Ibnu Syabbah dalam kitab At Tahdzib padahal jika diteliti dengan baik maka kesalahan itu tidak terbukti dan kesimpulannya Ibnu Syabbah seorang yang tsiqat mutlak. Mengapa ia melemahkan riwayat Ibnu Syabbah? ya karena riwayat itu tidak sesuai dengan hawa nafsunya. Mengapa ia menguatkan riwayat Daruquthni karena riwayat itu memberikan jalan untuk memuaskan hawa nafsunya.

    Akhir kata seperti yang kami katakan sebelumnya bantahan Abul Jauzaa’ itu tidak bernilai. Ia bahkan tidak mengerti bahwa andaipun riwayat ‘Amru bin Marzuuq shahih [nyatanya tidak shahih] itu hanya membuktikan ada orang bernama Abdullah bin Sabaa’. Dan itu tidak membuktikan kalau Abdullah bin Sabaa’ adalah pendiri Syiah.

  5. @SP
    Tuhh lihat mas SP, tidak akan berhenti di alam ini hadir manusia2 seperti Willy. Sudah tahun 2012, sudah panjang perjalanan perdebatan syi’ah dan sunni, akan tetap ada orang2 sekualitas Willy.. 😀
    PS: ditunggu transformasinya.. 😉

    salam.

  6. Sangat lucu keyakinan bhw Ibnu Saba adalah seorang Yahudi pendiri Syiah dari suatu riwayat yg lemah harus dipaksakan untuk dicocok-cocokkan dg fakta bhw Iran atau kaum Syiah di dunia saat ini nilai2 kehidupannya sangat bertolak belakang dg Israel atau dunia Barat.
    Orang2 spt Willy kok tidak melihat kenyataan bhw negara2 Timur Tengah spt Saudi, Kuwait, Bahrain, Jordania kehidupannya tidak mencerminkan nilai2 Islami bahkan rela menjadi sekutu Barat.

  7. Keputusan/statement bahwa pendiri syi’ah adalah Abdullah b Saba’ adalah keputusan besar yang menyangkut suatu mazhab besar. Rasanya sangat gegabah dan sembrono melandaskan hal tsb hanya pada satu riwayat yang penuh tanda tanya. Saya yakin ulama2 besar Sunni tidak sesembrono itu. Kecuali bahwa kepentingan yang melatar belakangi hal tsb bukan lagi “kebenaran” namun sekedar fanatisme golongan, sehingga untuk cap sesat kepada syi’ah akan selalu dicari2 (baca: diada2kan) “legitimasinya”.
    salam damai.

  8. maaf sodara-sodara sekalian ana anti dengan syiah selain kejam juga sadis, gak jauh bedanya dengan majusi. syiah agamanya tidak orisinil. tambal sana-sini dicari yang cocok dengan wudel-nya orang syiah.

  9. hihihiihi, memang secara fitrah manusia itu malu menerima syiah. second price malu mengaku sbg syiah, ayadollah-ayadollah syiah jg malu mengakui kawin kontrak berapa kali, muslim manapun malu mengakui ritual berdarah2 asyuro sebagai ibadah islam.

    klo tokoh Ghuluwnya syiah spt abdullah bin saba’, maka tokoh syiah ‘moderat’ itu seprti Abu Lulu’ah.

    Btw, cerita Abu lulu’ah sudah dianalisis belum ya? fiktif jg gak ya? jangan2 kuburannya yg diiran itu cuma mitos? silakan second price bikin artikelnya, tunjukkan klo abu lulu’ah itu pahlawan besar syiah..

    Tapi klo komen saya dihapus lagi, pasrah deh. Saya kan mau belajar syiah, siapa tau saya masuk agama syiah.

    salam damai..

  10. he he willy itu2 aja komentarnya…

  11. willy, ente kok bahlul amat sih. Masa ente engga mudeng sih yg setiap hari dibahas sama mas SP itu kan hadis2 dari kitab2 Sunni sendiri. Artinya SP hanya ingin membuktikan ketidak benaran yg ada dlm riwayat2 dalam kitab Sunni melalui riwayat2 yg ada dlm kitab Sunni itu sendiri. Menurut saya hal ini sangat obyektif.
    Apakah setiap orang yg membahas apa yg tercantum dalam kitab2 tsb yg secara langsung atau tdk langsung memojokkan Sunni, otomatis seorang Syiah ? Rasanya engga begitu.

  12. Kenapa orang harus malu menjadi Syiah ? Justeru ane kira org Syiah merasa bersyukur menjadi Syiah karena tercegah menjadi pendukung fanatik Muawiyah.

    Masalah kawin kontrak/nikah mut’ah hal ini juga sdh dibahas/diperdebatkan panjang lebar dg argumentasinya masing2, dimana menurut Sunni nikah mut’ah ini telah dilarang oleh Khalifah Umar (bukan Rasulullah) dan lucunya Umar sempat menikmatinya. Yg lebih lucu lagi bukan para ayatullah yg mempraktekkannya tetapi orang2 Saudi yg datang ke Indonesia.

    Perihal perayaan Syuro rupanya ente tidak bisa memisahkan antara tradisi dg ajaran. Perayaan Syuro yg dilakukan oleh orang Syiah Iran semata-mata hanya tradisi setempatyg tdk ada dlm ajaran Syiah dan ulama Syiah berlepas diri dari tradisi tsb. Coba ente datang ke Bahrain yg 80% penduduknya Syiah niscaya ente engga akan menemukannya.

    Seperti apa sih ghuluwnya Ibnu Saba ? Coba deh ente baca sejarahnya lagi. Bukankah persoalan sebenarnya adalah penyelewengan yg dilakukan khalifah Usman dlm mengurus pemerintahan yg nepotis shg diprotes keras oleh para sahabat, diantaranya paling terkemuka adalah Abu Dsar Al Ghifari. Apakah ente engga memahami bhw pemunculan tokoh fiktif Ibnu Saba pada hakekatnya untuk mengalihkan isyu/masalah yg menimpa Usman sekaligus untuk mencari kambing hitam spy Usman tdk terlalu disalahkan. Untuk sampai pada pandangan spt ini ente engga usah baca tulisan org2 Syiah, dalam buku2 Sunni saja bejibun banget dan begitu jelas. Tapi karena Sunni menganggap seluruh sahabat adil dan kalaupun salah tidak boleh disalahkan/dikritik, maka jadilah Ibnu Saba sbg kambing hitam ! Jadi sebenarnya yg ghuluw itu siapa ?

    Syiah yg ane tau engga pernah dlm dakwahnya menarik-menarik umat dari mashab lain agar masuk dalam kelompoknya. Jadi seribu org spt ente mau masuk khe atau tdk sama sekali tdk ada pengaruhnya, karena agama Islam bukan milik manusia dan manusia tdk berhak mengklaim hanya fahamnya yg paling benar. Anepun engga keberatan kalau ente mengklaim hanya kelompok ente saja yg benar. Dan ente engga usah keberatan kalau ada orang yg menganggap ajaran yg ente anut adalah produk gado2 dari penguasa Bani Umayah dan Bani Abbasiyah yg banyak menyalahi ajaran Muhammad Saw.

  13. Terkait isyu Abd bin Saba sampai saat ini orang-orang yg menganggap Abd bin Saba sbg seorang Yahudi pendiri Syiah belum bisa menjawab pertanyaan: kenapa pemerintahan Khalifah Usman yg begitu kuat dg didukung oleh pembantu-pembantu yg kuat pula kok tidak mampu menangkap/mengamankan Abd bin Saba seorang Yahudi yg minim dukungan rakyat ? Anehnya Usman malah “mampu” menangkap dan membuang seorang sahabat besar (Abu Dar Alghifari) ke suatu tempat yg terpencil karena sangat kritis terhadap Usman. Aneh …..aneh bin ajaib…..

  14. Iyah ane juga bingung kok si Ibnu Saba yg boleh dibilang single fighter bisa bikin kagak berdaya Usman ? Eh bukannya langsung nangkep si Saba malah yg ditangkap seorang sahabat yg kebetulan mendukung Ali. Jadi sebenarnya sih konflik antara pemerintahan Usman versus para sahabat besar berusaha ditutup-tutupi dg dimunculkannya issue tokoh fiktif Ibnu Saba yg dihubung-hubungkan dg Syiah (pengikut Imam Ali) sekaligus untuk memukul kubu Imam Ali dan dijadikannya sbg kambing hitam.
    Dan s/d saat ini dongeng fiktif tsb masih bersambung dengan penerbit salafi. He he he…

  15. Entah mengapa, setiap selesai baca tulisan mas SP saya jd merasa “kesepian”..

  16. hehehe..memang..memang…ibn saba tuh kayak jagoan dlm komik spiderman….jadi yg ngakuin adanya ibn saba ya para penggemar komik itu…

  17. @yoga: nabi saw juga “kesepian”. 23 tahun dakwah, percuma dimata syiah, hanya mendapat pengikut 3 orang atau segelintir. Kang jalal aja bisa punya murid bejibun.. ckckcck
    Kalau nabi saw aja gagal berdakwah bagaimana kalau selain beliau

  18. @iwanol: Bahrain gak ada Ashuro berdarah?? buka youtube ketik; Ashura in bahrain atau muharram in bahrain

  19. @iwanol: Ustman tdk bisa menangkap ibn saba’? bagaimana dgn “nuclear country” yg gak bisa menghentikan bid’ah asyuro berdarah. Katanya semua orang iran sumpah setia sama rahbar? Bagaimana dgn raper iran (Syahin Najafi) yg murtad kata marja’ iran, karna menghina imam ke 10, kok gak ditangkep2? Padahal Cuma raper ‘single fighter’ seperti ibn saba’ ,bukan jendral perang

  20. @iwanol; Orang Saudi ke indo utk mut’ah?? Bagaimana dgn orang2 iran yg sering ketangkep bawa ganja??

  21. Akhir kata, kalaupun benar abd bin saba’ yg yahudi bukanlah pendiri syiah, maka nominasi berikutnya adl abu lulu’ah yg majusi sang pahlawan yg lebih senior. Bagaimana tanggapan berikutnya??
    Salam damai..

  22. kelihatan banget ada yang memaksakan kehendaknya dengan pemahaman dirinya dan menganggap dirinya sudah yg paling bener dgn ilmu pokoknya… tapi steleh pendapatnya di patahkan oleh lawan .. ngacir cari alasan / tokoh yang lain… saya mantau aja deh… tapi kok jadi kesengsem sama tulisan-tulisa mas second ya… kok lebih damai gitu… juga jadi penasaran neh sama syiah di hujat2 tapi bikin saya malah pengin cari info yang lebih lengkap tentang syiah… ehm info di http://www.abna.ir kayaknya lebih menyejukan…
    wassalam

  23. willy : buka youtube ketik; Ashura in bahrain atau muharram in bahrain.
    Ustman tdk bisa menangkap ibn saba’? bagaimana dgn “nuclear country” yg gak bisa menghentikan bid’ah asyuro berdarah. Katanya semua orang iran sumpah setia sama rahbar? Bagaimana dgn raper iran (Syahin Najafi) yg murtad kata marja’ iran, karna menghina imam ke 10, kok gak ditangkep2? Padahal Cuma raper ‘single fighter’ seperti ibn saba’ ,bukan jendral perang

    Ah ente kayak engga tau aja kelompok yg paling jago memanipulasi apapun untuk mendiskreditkan Syiah spt ritual asyuro, Syahin Najafi dst ?.
    Oke intinya adalah ente telah gagal membedakan antara ajaran dengan yg dilakukan umat dlm hal asyuro. Di Indonesiapun sangat banyak spt itu. Trus apa harus secara pakasa dihentikan ala dakwah Wahabi ? Engga bisa begitu dong harus secara pelan2. Jangankan Rahbar, Nabi aja banyak yg ingkar kok !

    Dlm masalah Ibnu Saba makanya ente kudu mikir dikit dong alias pake akal yg telah Allah anugerahkan kpd manusia ! Kenapa Usman engga bisa nangkep Ibnu Saba, karena memang orangnya kagak ade alias fiktif ! Mau nangkep angin ? Hal yg sama spt Syahnin Najafi atau siapa saja kek yg diisyukan murtad gimana mau nangkep wong cuma angin alias engga wujud. Kalaupun orgnya ada ternyata bukan ulama Syiah spt yg terjadi beberapa tahun yg lalu.
    Artinya Ibnu Saba itu cuma dongeng alias tokoh fiktif yg diciptakan untuk melindungi “kemuliaan sahabat”.

    @iwanol; Orang Saudi ke indo utk mut’ah?? Bagaimana dgn orang2 iran yg sering ketangkep bawa ganja??

    He he he lagi ente kayak anak kecil. Situasi dan kondisi Republik Islam Iran (RII) itu mirip dg Indonesia yg multi agama dan multi kultural. Jangan lupa sebelum menjadi RII Iran adalah negara sekuler yg menjadi sekutu Amerika. Ketika RII dibentuk melalui proses referendum, sekitar 20% tdk memilih konstitusi berdasarkan Islam. Jadi wajar saja tdk seluruh penduduknya mendukung RII atau berbuat sesuai ajaran Islam dan itu terjadi dimana saja.
    .
    willy : Akhir kata, kalaupun benar abd bin saba’ yg yahudi bukanlah pendiri syiah, maka nominasi berikutnya adl abu lulu’ah yg majusi sang pahlawan yg lebih senior. Bagaimana tanggapan berikutnya??
    Salam damai..

    He he he ane sebenarnya ngarepin ente menjawab pertanyaan ane dg jawaban yg argumentatif bukannya asal jiplak dari blog2 yg benci Syiah.
    Ane yakin pengetahuan ente ttg Syiah bukan berasal dari sumbernya langsung tp melalui blog2 atau buku2 yg dikarang oleh org2 yg paling tdk mengutip data2 yg tdk obyektif ttg Syiah.. Oleh karena itu sering menyamakan Syiah dg Majusi. Seolah-olah Syiah adalah hasil balas dendam kaum majusi terhdp Islam terutama Arab. Supaya mata ente terbuka coba perhatikan fakta2 sejarah sbb :
    1. Wilayah geografis Syiah sepanjang sejarah Islam klasik adalah di tanah Arab terutama Hijaj (skrg Saudi Arabia), Irak dan Yaman, bukannya Iran ! Pengikut terbanyak Imam Ali sendiri adalah bangsa Arab.
    2. Ketika Umar menaklukan Persia (Iran) ketika itu rakyat Persia mengalami penindasan oleh raja diraja Sasanid. Oleh karena itu Umar dapat menaklukan Iran secara mudah karena Sasanid tidak didukung oleh rakyatnya. Bila tidak demikian maka Umar tdk akan secara mudah menaklukan Persia. Artinya rakyat Persia sangat menyambut kedatangan pasukan Umar karena selain itu rakyat Persia tdk dipaksa untuk masuk Islam.
    3. Syiah berkembang di Iran karena hijrahnya para pengikut Syiah dari tanah2 Arab spt Saudi, Irak dan Yaman dikarenakan penyiksaan yg mereka terima dari para penguasa yg memusuhi Ahlul Bait.

    Oleh karena itu tiga point diatas membuktikan bagaimana mungkin bangsa Persia mendendam kpd Islam/Arab ? Lebih bodoh lagi mengaitkan Syiah dg Persia/Majusi !
    Makanya antum jangan nelen mentah2 begitu aja apa yg disajikan oleh org2 yg tdk suka kpd Syiah.

  24. jaga kesatuan umat islam, jgn saling mencela

  25. Tulisan yang sangat baik dan sangat mencerahkan sistematika pembahasannya….syukron ustadz sp…saya sering mencopas tulisan anda…semoga anda terus aktif berkarya…dan Allah melimpahkan rahmatNya untuk anda…syukron

  26. @SP : sebagai tambahan referensi bisa di sebutkan gak riwayat dari saif tentang para sahabat seperti usman yang dilemahkan oleh ulama ahlusunnah???

  27. bung willy, pernah terpikir ga kl “AGAMA SYI’AH” ini hebatnya bukan main sampe penganut2nya bisa naik haji loh.. negara iran yg mayoritas penduduknya beragama Syi’ah jg bisa pake nama Republik ISLAM Iran loh (knp ga Republik Syiah Iran y..???), Iran bs jd member OKI pula, bs jd tuan rumah MTQ int’l jg tuh Iran… gmn tuh bung willy???

  28. yang mengaku syiah tolong beritahu saya, apa yg membuat anda tertarik pada syiah? dan hukum orang yang berhukum selain syiah? saya mau masuk syiah tapi malu karna ada kawin mut’ahnya. ditunggu jawabannya…

  29. AMAT BAGUS ARTIKEL INI CM SAYANG…ANTUM MASIH BELUM DAPAT HIDAYAH TAUFIQ. ANA SARANKAN PERBANYAK MEMOHON PD ALLAH SWT SUPAYA DPT HIDAYAH TAUFIQNYA

  30. @zaenal
    Wah jadi anda sudah mendapat hidayah dan taufiq, silakan disharingkan hidayah dan taufiknya.
    Terlebih lagi anda sudah masuk daslam maqom orang2 yang mampu menilai seseorang sudah dapat hidayah atau belum.
    btw, hal mana yang membuat anda menyimpulkan bahwa bung SP belum dapat hidayah dan taufiq?

    salam.

  31. Dari baris pertama artikel di atas saja sudah langsung berisikan kesimpulan2 dusta serta tudingan yg sangat jelas sekali kebohongannya. Artikel di atas sangat penuh berciri khas takkiyah, memutar-balikkan fakta dan memplintir fakta sejarah. Muslim2 lugu atau muslim alay akan mudah terkecoh dengan artikel semacam ini, sebab mereka tidak tahu sejarah islam yg hakiki dan tidak tahu gaya memutarbalikkan fakta sehingga dusta kelihatan kebenaran.

  32. kutip syiahprince
    “Analogi yang pas untuk dongeng ‘Abdullah bin Sabaa’ seperti kisah berikut ada seorang yang dikenal pendusta disebuah dusun dalam suatu negri. Kemudian negri tersebut terjatuh dalam kekacauan karena ulah pepmimpinnya yang korup”
    kalo gw baca statement diatas, berarti si pemimpinnye nyang korup ntu si khalifah nyang waktu ntu berkuasa ye boss yaitu ali radhiyallahu ‘anhu
    pegimane tuch boss analogi gw, nyambung ga? mohon petunjuknye dari master syiah nyang gi taqiyyah
    jangan pake apologi ye boss, tapi pake analogi aje

  33. kutip syiahprince
    “Satu-satunya keterangan yang disampaikan dari riwayat Syiah yang shahih perihal Abdullah bin Sabaa’ adalah bahwa ia ghuluw terlaknat menyakini ketuhanan Imam Ali”
    boss elo kan sang penganalisis pencari kebenaran, nyang pastinye dah di cek dong kevalidan suatu hadits, bawain dong riwayatnye nyang lengkap nyang dari syiah. elo kan master syiah nyang dah tau sohehnye hadits syiah walaupun ga dibawain sanadnye. mantabz!!!

    mohon petunjuk dari master syiah ama master mut’ah

    oooo….. i see, kalo pake copas kena moderesasi ye boss, ape trauma ade nyang copas, katanye penganalisis pencari kebenaran tapi belon siap ama kritik dan saran. payah emang para bocah2 syiah

  34. syiah kafir berkedok islm bkti kan ja sdri wahai manusia yg punya otak
    https://www.facebook.com/groups/255165074589834/?ref=ts&fref=ts

  35. Percuma ngebantah syi’ah dgn Al-Qur’an dan hadits, cz mereka menganggap Al-Qur’an skrg dah ga asli, trs klo hadits mereka menganggap para sahabat kafir semua kecuali sahabat tertentu..

  36. Membaca komen teman2 di atas, sbg org awam, sy bisa Menyimpulkan betapa keliatan kalo kubu penyerang Mas second prince ini argumentasinya sangat dangkal, tuduhan2 yg dilemparkan adalah bahasa seragam yg selalu sy baca di blog2 lain pembenci syiah. Kalimat2 yg digunakan untuk menyerang itu2 Aja, kalo nggak kawin mut’ah, Abdullah bin Saba, menghujat sahabat…sy Jd bertanya2, mereka2 ini umur berapa ya?apa nggak bisa pakai argumentasi lain yg lbh berbobot?

  37. yang jelas semua orang Islam walaupun tidak menggembar gemborkan kecintaan kepada ahlul bait tidak diragukan. semua keturunan Ali bin Abi Thalib + Fathimah selalu didoakan setiap jumat dalam khotbah. Justru orang yang mengaku syiah yang aneh. masak iya…imam ke12 nya akan membawa Quran Fathimah 17000 ayat dan tidak satu hurufpun ada dalam Quran orang Islam. Dan imam mahdi akan menegakkan hukum Daud dengan zaburnya…!!! terasa sekali sentuhan yahudinya…..

  38. Kemulyaan Ahlul Bait tetap akan jaya hingga akhir jaman sampai hadirnya Imam Mahdi as berhujjah dgn kitab2 Zabur, Taurat, Injil yg original sehingga kaum kafir dan munafik sadar atas kesalahannya selama ini.

  39. saya islam awam, cuma agak ngeganjel nih di otak saya mengenai Yahudi, yahudi itu apa? ras kah ? atau agama kah? kalau ras , memangnya kenapa orang yahudi ? apa kalau masuk islam akan selalu dicap munafik? terus bagaimana dengan nabi2 yang katanya diakui di islam tapi nabi2 tsb adalah yahudi?? spt nabi Isa,yusuf,musa dsb? mohon penjelasan

  40. Umat Islam kelemahanya banyak yang tidak tau tentang sejarah Islam, dan sejarah Islam itu bukan Hadist, dan Hadistpun bukan sejarah Islam. Perlu saya definisikan ?
    Memang sejak Keperintahan Khalifah Usman bin Affan sangat perih dan pedih umat Islam telah dilanda badai Fitnah yang dilakukan oleh Abdullah bin Saba dan ini bukan tokoh fiktif loo bukti sejarah yang sangat memilukan umat Islam yang saling bertikai ulah dari tokoh tersebut sebagai POLITIKEL GAME, semoga ALLAH membalas amal ibadahnya.

  41. @Raden Gatotkoco, ente baca sejarah yg mana ? Bukannya sejarah membuktikan bhw terbunuhnya Usman akibat ketidakpuasan para sahabat atas tindakan khalifah Usman yg memperkaya diri dan lebih mementingkan keluarganya (nepotis) ketimbang para sahabat dan rakyat banyak ? Kalaupun si Abdullah bin Saba itu nyata, apabila seluruh rakyat termasuk para sahabat mendukung pemerintahan Usman, maka apa yg dilakukan si Saba tdk ada artinya. Jadi pemunculan tokoh fiktif ini hanya untuk menutupi kebobrokan pemerintahan Usman bin Affan !

  42. Kita menunggu datangnya Mushaf Fatimah. Tolong donk jelaskan? mohon pencerahan ustadz SP… Sukron Jaza… Alloh yujazik…

  43. Jika setiap orang mendapatkan setitik hidayah pengetahuan tentang maqom Rasulullah SAW, dan Maqom ahlul bayt Rasulullah SAW, pasti semua orang akan menjadi syiah….saya pernah protes ustaz yang berkata bahwa Nabiyyul ummiy adalah nabi yang tidak bisa baca tulis yang kalau diasumsikan dengan kondisi saat ini adalah sama dengan bodoh… saya protes, maha suci Allah dari mengutus utusannya dengan kriteria tersebut….kecerdasan spiritual dan emosional Rasulullah SAW amat paripurna, karena memang maqom-nya disana…dan tidak bisa baca tulis adalah salahsatu mukjizat Rasulullah (ini menurut saya)…..ada lagi yang menyamakan Rasulullah SAW dengan manusia biasa.. memang Rasulullah SAW adalah manusia, tapi bukan manusia biasa, akan tetapi manusia luar biasa….yang diciptakan dari tanah yang berbeda, begitu juga keturunannya……. merekalah orang-orang yang menjadi nashibi tapi tidak menyadari….

  44. ikhwanul, ente pula baca sejarah yang menyesatkan… yang dikarang oleh musuh2 islam… Sesungguhnya musuh islam melakukan berbagai cara bagi menghina sahabat nabi yang mulia. Telah berlaku banyak fitnah pada zaman selepas kewafatan baginda Rasulullah… Insaflah mereka2 yang terus-menerus menghina para sahabat, kerana tindakan kamu itu telah melukakan hati Rasulullah yang menyayangi dan mengasihani sahabat dan isterinya…. Semoga kita semua dilindungi oleh Allah SWT dari melakukan perkara2 yang boleh mendapat murka dariNya….Amin..

Tinggalkan komentar