Takhrij Hadis Kisa’ Dengan Lafaz “Balaa Insyaa Allah”

Takhrij Hadis Kisa’ Dengan Lafaz “Balaa Insyaa Allah”

Salah satu hadis andalan para nashibi untuk menyelewengkan makna hadis kisa’ adalah hadis yang mengandung lafaz jawaban Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] “Balaa Insyaa Allah” yang artinya “benar insya Allah”. Dalam tulisan kali ini, kami tidak hendak berniat membahas matan hadis tersebut tetapi ingin menilai sejauh mana kekuatan hadis tersebut.

Sebenarnya lahirnya tulisan ini terinspirasi dari ulah para nashibi yang begitu arogan dalam ilmu hadis. Para nashibi selalu membuat syubhat untuk melemahkan hadis-hadis shahih yang menentang hujjah mereka. Tentu saja syubhat tersebut dibungkus dengan sok ilmiah agar pengikut awam mereka menjadi gembira dan tenang karena hujjah lawan sudah terbantahkan. Nah kali ini mari kita nilai sekuat apa hadis yang selalu mereka banggakan sebagai hujjah.

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ غَيْرَ مَرَّةٍ، وَأَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ السُّلَمِيُّ، مِنْ أَصْلِهِ، وَأَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ الْقَاضِي، قَالُوا: ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ مُكْرَمٍ، ثنا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ، ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ شَرِيكِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، قَالَتْ: فِي بَيْتِي أُنْزِلَتْف إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًاق، قَالَتْ: فَأَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى فَاطِمَةَ، وَعَلِيٍّ، وَالْحَسَنِ، وَالْحُسَيْنِ، فَقَالَ: ” هَؤُلاءِ أَهْلُ بَيْتِي ” وَفِي حَدِيثِ الْقَاضِي، وَالسُّلَمِيِّ: هَؤُلاءِ أَهْلِي قَالَتْ: فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمَا أَنَا مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ؟ قَالَ: بَلَى إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى “، قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ: هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ سَنَدُهُ ثِقَاتٌ رُوَاتُهُ

Telah mengabarkan kepada kami ‘Abu ‘Abdullah lebih dari sekali dan Abu Abdurrahman Muhammad bin Husain As Sulamiy dari ‘ashl-nya dan Abu Bakar Ahmad bin Hasan Al Qaadhiy, mereka berkata telah menceritakan kepada kami Abu ‘Abbas Muhammad bin Ya’qub yang berkata telah menceritakan kepada kami Hasan bin Mukram yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Utsman bin ‘Umar yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin Diinar dari Syariik bin Abi Namir dari Atha’ bin Yasar dari Ummu Salamah yang berkata “di rumahku turun ayat [sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai ahlul bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya]. Ummu Salamah berkata maka Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengutus kepada Fathimah, Ali, hasan dan Husain. Beliau berkata “mereka adalah ahlul baitku” [Baihaqi berkata] dalam hadis Al Qaadhiy dan As Sulamiy “mereka adalah ahliku”. Maka Ummu Salamah berkata “wahai Rasulullah apakah aku termasuk ahlul bait?. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “benar, insyaa Allah”. Abu Abdullah berkata “hadis ini shahih sanadnya, para perawinya tsiqat” [Sunan Baihaqi 2/149]

Disebutkan juga oleh Baihaqi dalam Al I’tiqaad hal 454, Al Baghawi dalam Syarh As Sunnah 14/116-117 no 3912 dan dalam Tafsir-nya 1/349, Abu Nu’aim dalam Akhbar Al Ashbahaan 2/222, Ath Thabraniy dalam Mu’jam Al Kabir 23/286 no 627, Ibnu Atsiir dalam Asadul Ghaabah 5/365 dan 5/464, Ibnu Asakir dalam Tarikh-nya 14/137.

Semuanya dengan jalan sanad yang berujung pada Utsman bin Umar dari Abdurrahman bin ‘Abdullah bin Diinar dari Syarik bin Abi Namir dari Atha’ bin Yasar dari Ummu Salamah. Sanad ini lemah karena ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin Diinar.

Yahya bin Ma’in berkata tentangnya “dalam hadisnya disisiku ada kelemahan”. Abu Hatim berkata “lemah ditulis hadisnya tetapi tidak dapat dijadikan hujjah”. Ibnu Adiy menyatakan ia meriwayatkan hadis-hadis mungkar yang tidak memiliki mutaba’ah, termasuk golongan orang dhaif yang ditulis hadisnya. Al Harbiy berkata “yang lain lebih terpercaya darinya”. Al Baghawiy berkata “shalih al hadits”. Ibnu Khalfun menukil dari Ali bin Madini yang berkata “shaduq”. Ia termasuk perawi Bukhari dan telah meriwayatkan darinya Yahya Al Qaththan [At Tahdzib juz 6 no 422]

Ibnu Hibban memasukkannya dalam Adh Dhu’afa dan menyatakan tidak boleh berhujjah dengan khabarnya jika tafarrud [Al Majruhin 2/51]. Al Uqailiy memasukkannya dalam Adh Dhu’afa [Ad Dhu’afa Al Uqailiy 2/339 no 936]. Abu Zur’ah berkata “ laisa bi dzaaka” [Su’alat Al Bardza’iy]. Ibnu Syahin memasukkannya dalam Adh Dhu’afa [Tarikh Asma’ Adh Dhu’afa Ibnu Syahin no 388]

Kedudukan ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin Diinar yang rajih adalah dhaif tetapi hadisnya bisa dijadikan i’tibar dan tidak bisa dijadikan hujjah jika tafarrud. Dalam hadis ini ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin Diinar telah menyelisihi perawi yang tsiqat yaitu Ismaiil bin Ja’far bin Abi Katsiir Al Anshariy

حدثنا علي ، ثنا إسماعيل ، ثنا شريك ، عن عطاء أن هذه الآية ، نزلت في بيت أم سلمة إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا  فقالت أم سلمة من جانب البيت : ألست يا رسول الله صلى الله عليه وسلم من أهل البيت ؟ قال : « بلى إن شاء الله » ثم أخذ ثوبا فطرحه على فاطمة ، وحسن ، وحسين ثم قال : إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا

Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ismaiil yang berkata telah menceritakan kepada kami Syariik dari Atha’ bahwa ayat ini turun di rumah Ummu Salamah [sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai ahlul bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya]. Ummu Salamah berkata dari samping rumah “apakah aku wahai Rasulullah termasuk ahlul bait?”. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “benar insya Allah”. Kemudian Beliau mengambil kain lalu menutupinya kepada Fathimah, Hasan dan Husain kemudian berkata sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu wahai ahlul bait dan menyucikanmu sesuci-sucinya [Hadiits Ismaiil bin Ja’far hal 462 no 403]

Ismaiil bin Ja’far bin Abi Katsiir Al Anshaariy adalah perawi Bukhari Muslim. Ahmad, Abu Zur’ah, Nasa’i, Ibnu Ma’in, Ibnu Sa’ad dan Al Khaliliy menyatakan ia tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 1 no 533]

Dalam hadis di atas Ismaiil bin Ja’far meriwayatkan dari Syarik bin Abi Namiir dari Atha’ bin Yasar secara mursal. Atha’ bin Yasar meriwayatkan peristiwa turunnya ayat tersebut secara langsung. Perhatikan perkataannya “ayat ini turun di rumah Ummu Salamah” kemudian perkataan “Ummu Salamah berkata dari samping rumah”. Ini adalah lafaz Atha’ bin Yasar dimana ia menceritakan dialog antara Ummu Salamah dan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Begitu pula jawaban Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] “balaa insya Allah” adalah lafaz dari Atha’ bin Yasar karena sanad riwayat tersebut berhenti padanya. Pentahqiq kitab Hadiits Ismaiil bin Ja’far berkata “hadis mursal dan sanadnya hasan sampai ke Atha’“.

Jadi ada dua perawi yang meriwayatkan dari Syarik bin Abi Namiir yaitu Ismaiil bin Ja’far dan Abdurrahman bin ‘Abdullah bin Diinar. Ismaiil meriwayatkan secara mursal sedangkan Abdurrahman meriwayatkan secara maushul. Ismaiil bin Ja’far adalah seorang yang tsiqat lagi tsabit sedangkan Abdurrahman adalah perawi yang dhaif dan ia telah menyelisihi perawi yang tsiqat lagi tsabit maka riwayatnya tidak dapat diterima atau khata’.

Riwayat Atha’ bin Yasar yang tsabit adalah riwayat Ismaiil bin Ja’far Al Anshaariy dimana Atha’ bin Yasar meriwayatkan secara mursal. Jadi lafaz perkataan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] “balaa insya Allah” adalah mursal dari Atha’ bin Yasar maka kedudukannya dhaif tidak bisa dijadikan hujjah.

Sebelumnya kami pernah mengkompromikan riwayat Abdurrahman bin Abdullah bin Diinar yang mengandung lafaz “balaa insya Allah” ini dengan riwayat Abdurrahman yang mengandung lafaz bahwa Ummu Salamah bukan ahlul bait yang dimaksud ayat tersebut, tetapi setelah kami teliti kembali maka nampak lafaz-lafaz tersebut tidaklah tsabit sanadnya dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] akibat kesalahan Abdurrahman bin Abdullah bin Diinar sehingga tidak perlu dikompromikan satu sama lain. Akhir kata kesimpulannya hadis yang dijadikan hujjah oleh nashibi itu adalah dhaif . Mari kita katakan kepada para nashibi berhentilah bersikap seperti orang munafik dan jujurlah dalam berhujjah. Salam Damai

6 Tanggapan

  1. yah bantahan gak mutu, orang itu mana paham ilmu hadis dan lafaz jarh wat ta’dil. Bahkan arti hadis mursal saja ia tidak tahu. Tidak ada tuh yang menuduh Atha’ berdusta, cuma khayalan penulis itu saja. Namanya hadis mursal ya dhaif banyak tuh hadis mursal dalam kitab-kitab hadis dan dinyatakan dhaif. Pendhaifan hadis mursal bukan berarti menuduh tabiin yang meriwayatkannya sebagai pendusta. Makanya kalau belajar yang benar 😛

    Ngapain sampean bawa hadis Atha’ dari Ummu Salamah yang lain. Tidak ada yang mengingkari bahwa Atha’ meriwayatkan dari Ummu Salamah tetapi yang namanya berhujjah itu ya pakai ilmu bukannya ngasal. Hadis lafaz “balaa insya Allah” itu memang mursal Atha’ bin Yasar kalau mau membantah ya silakan bawakan hadis dengan lafaz tersebut dari Atha’ dari Ummu Salamah. Bukannya malah bawa bawa hadis lain.

    Ada penyataan Ibnu Hajar yang sengaja tidak disampaikan oleh si cengeng ini. Ibnu Hajar berkata:

    “Bukhari menyelisihi orang-orang dimana ia menganggap bahwa Abdurrahman bin Abdullah ini tidak matruk.” (At Tahdzib juz 6 no 422)

    Dasar pendusta, itu bukan perkataan Ibnu Hajar, itu nukilan Ibnu Hajar dari Daruquthni, lihat saja teks arabnya kan begini

    وقال السلمي عن الدارقطني خالف فيه البخاري الناس وليس بمتروك

    waduh mengerti apa yang dibaca saja tidak bisa lah ini sok mau membantah orang. ck ck ck belajar dulu yang manis ya adik kecil 😀

    Dalam seluruh komentarnya tersebut, Ibnu hajar sedikitpun tidak mengeluarkan pujian dan celaan terhadap Abdurrahman bin Abdullah, Ibnu Hajar dalam hal ini hanya bersikap diam dan sekedar mengutip pendapat para ulama yang pro dan kontra terhadapnya. Jadi dari mana si anak cengeng ini bisa berkesimpulan: yang rajih adalah dhaif.

    Lho yang bilang rajih itu kan saya, gak ada tuh saya mengatakan Ibnu Hajar merajihkan bahwa ia dhaif. lucu sekali anda wahai pendengki. Lagipula kitab At Tahdzib memang ditulis Ibnu Hajar dengan menukil pendapat para ulama sedangkan pendapatnya sendiri ya ia tulis dalam kitabnya yang lain yaitu At Taqrib. Kalau begitu aja tidak tahu, jangan terlalu sok deh. Kesannya komentar anda kebanyakan tidak tahu malunya

    Kemudian biar tambah banyak jarhnya dan meyakinkan ia mengutip ucapan Ibnu Hibban dalam Al Majruhin, Al-Uqaili dalam Dhuafa.

    Ini sesuatu yang lucu, bukankah ucapan Ibnu Hibban ini sudah disampaikan oleh Ibnu Hajar di atas

    Ini sesuatu yang dusta, nih baca yang benar wahai pendengki

    عبد الرحمن بن عبد الله بن دينار العدوي مولى بن عمر روى عن أبيه وزيد بن أسلم وأبي حازم بن دينار ومحمد بن زيد بن المهاجر وعمرو بن يحيى المازني وموسى بن عبيدة الربذي وأسيد بن أبي أسيد البراد ومحمد بن عجلان وعنه أبو النضر وعبد الصمد بن عبد الوارث وابن المبارك وأبو قتيبة والحسن بن موسى وأبو علي الحنفي وقره بن حبيب ومسلم بن إبراهيم وأبو الوليد الطيالسي وعلي بن الجعد وغيرهم قال الدوري عن بن معين في حديثه عندي ضعف وقد حدث عنه يحيى القطان وحسبته أن يحدث عنه يحيى وقال عمرو بن علي لم أسمع عبد الرحمن يحدث عنه بشيء قط وقال أبو حاتم فيه لين يكتب حديثه ولا يحتج به وقال بن عدي وبعض ما يرويه منكر لا يتابع عليه وهو في جملة من يكتب حديثه من الضعفاء قلت وقال السلمي عن الدارقطني خالف فيه البخاري الناس وليس بمتروك وقال الحاكم عن الدارقطني إنما حدث بأحاديث يسيرة وقال أبو القاسم البغوي هو صالح الحديث وقال الحربي غيره أوثق منه وقال بن خلفون سئل عنه علي بن المديني فقال صدوق

    Di bagian mana Ibnu Hajar menyebutkan jarh Ibnu Hibban dalam Al Majruhin. Anda sedang berdusta atau sedang melantur. jangan-jangan usia anda sudah terlalu tua sehingga tidak bisa membaca dengan benar.

  2. :: yang mentajrih abdurrahman:

    ابن معين وابن مهدي وأبو حاتم وابن عدي

    sebagian ulama besar hadis lain berkata berbeda ttg abd. ben dinar, mereka adalah:

    Bukhari, Ahmad, Bhagowi, Madini, Abu zorah.

    paling tidak, dalam kasus d atas Isnadnya hanya turun menjadi Hasan. d sebabkan rewayat itu banyak memiliki syawahid dan mutabaatnya yang saling menguatkan.

    bukan malah dhaif.

    lo belajar lagi yg bener 😛

  3. أخبرنا عبد الله بن محمد بن سلم حدثنا عبد الرحمن بن إبراهيم حدثنا الوليد بن مسلم وعمر بن عبد الواحد قالا حدثنا الأوزاعي عن شداد أبي عمار عن واثلة بن الأسقع قال سألت عن علي في منزله فقيل لي ذهب يأتي برسول الله صلى الله عليه وسلم إذ جاء فدخل رسول الله صلى الله عليه وسلم ودخلت فجلس رسول الله صلى الله عليه وسلم على الفراش وأجلس فاطمة عن يمينه وعليا عن يساره وحسنا وحسينا بين يديه وقال إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا اللهم هؤلاء أهلي قاله واثلة فقلت من ناحية البيت وأنا يا رسول الله من أهلك قال وأنت من أهلي قال واثلة إنها لمن أرجى ما أرتجي

  4. (اخبرنا) أبو عبد الله الحافظ وابو بكر القاضى وابو عبد الله السوسى قالوا ثنا أبو العباس محمد بن يعقوب ثنا العباس ابن الوليد بن مزيد اخبرني ابى قال سمعت الاوزاعي قال حدثنى أبو عمار رجل منا قال حدثنى واثلة بن الاسقع الليثى قال جئت اريد عليا رضى الله عنه فلم اجده فقالت فاطمة رضى الله عنها انطلق إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم يدعوه فاجلس قال فجاء مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فدخلا فدخلت معهما قال فدعا رسول الله صلى الله عليه وسلم حسنا وحسينا فاجلس كل واحد منهما على فخذه وادنى فاطمة من حجره وزوجها ثم لف عليهم ثوبه وانا منتبذ فقال انما يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت ويطهركم تطهيرا اللهم هؤلاء اهلي اللهم اهلي احق قال واثلة قلت يا رسول الله وانا من اهلك قال وانت من اهلي قال واثلة رضى الله عنه انها لمن ارجى ما ارجو

    (واخبرنا) أبو عبد الله السوسى ثنا أبو العباس انبأ الربيع بن سليمان وسيعد بن عثمان قالا ثنا بشر بن بكر عن الاوزاعي قال حدثنى أبو عمار قال حدثنى واثلة بن الاسقع قال اتيت عليا رضى الله عنه فلم اجده فذكر الحديث بنحوه

  5. ما قد حدثنا محمد بن الحجاج الحضرمي ، وسليمان الكيساني قالا : حدثنا بشر بن بكر البجلي ، عن الأوزاعي ، أخبرني أبو عمار ، حدثني واثلة قال : أتيت عليا فلم أجده ، فقالت فاطمة انطلق إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم يدعوه قال : فجاء مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فدخلا ودخلت معهما فدعا رسول الله صلى الله عليه وسلم الحسن ، والحسين فأقعد كل واحد منهما على فخذه ، وأدنى فاطمة من حجره وزوجها ، ثم لف عليهم ثوبا وأنا منتبذ ، ثم قال : إنما يريد الله الآية ، ثم قال : « اللهم هؤلاء أهلي إنهم أهل حق » فقلت : يا رسول الله وأنا من أهلك قال : « وأنت من أهلي » قال : واثلة فإنها من أرجى ما أرجو

Tinggalkan komentar