Apakah Ada Sahabat Badar Yang Dinyatakan Munafik?

Apakah Ada Sahabat Badar Yang Dinyatakan Munafik?

Perhatikan baik-baik, judul di atas adalah pertanyaan dan tulisan kali ini akan menunjukkan berbagai qarinah yang menunjukkan ada salah seorang yang ikut menyaksikan perang Badar ternyata setelah itu ia dinyatakan munafik. Penegasan kemunafikan itu turun dari langit dengan salah satu ayat Al Qur’an yang turun untuknya

حدثنا يوسف بن حماد حدثنا عبد الأعلى بن عبد الأعلى عن سعيد عن قتادة عن أنس أن أبا طلحة قال غشينا ونحن في مصافنا يوم أحد حدث أنه كان فيمن غشيه النعاس يومئذ قال فجعل سيفي يسقط من يدي وآخذه ويسقط من يدي وآخذه والطائفة الأخرى المنافقون ليس لهم هم إلا أنفسهم أجبن قوم وأرغبه وأخذله للحق

Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Hamaad yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdul A’laa bin ‘Abdul A’laa dari Sa’id dari Qatadah dari Anas bahwa Abu Thalhah berkata kami diliputi rasa kantuk pada pasukan perang uhud, ia menceritakan terjadi serangan rasa kantuk pada hari itu. Dia berkata “pedangku terjatuh dari tanganku dan aku mengambilnya kembali, kemudian kembali terjatuh lagi dan aku ambil kembali. Sedangkan golongan yang lain yaitu orang-orang munafik tidak ada yang mereka cemaskan selain diri mereka sendiri, mereka adalah orang-orang pengecut dan tidak peduli pada kebenaran [Sunan Tirmidzi 5/229 no 3008]

Imam Tirmidzi berkata “ini hadis hasan shahih”. Hadis riwayat Tirmidzi ini shahih, Sa’id adalah Sa’id bin Abi Arubah, ia dimasukkan oleh Ibnu Hajar dalam mudallis martabat kedua [Thabaqat Al Mudallisin no 50]. Tetapi hal ini tidak membahayakan hadisnya karena mudallis martabat kedua dijadikan hujjah ‘an anahnya dalam kitab shahih apalagi diketahui kalau Sa’id bin Abi Arubah termasuk diantara orang yang paling tsabit riwayatnya dari Qatadah. Sa’id bin Abi Arubah juga dikatakan mengalami ikhtilath, tetapi disini yang meriwayatkan darinya adalah ‘Abdul A’la bin ‘Abdul A’la dimana ia termasuk yang meriwayatkan dari Sa’id sebelum ia mengalamai ikhtilath [Al Mukhtalithin Abu Sa’id Al Ala’iy no 18]. Periwayatan Abdul A’la dari Sa’id telah dimasukkan Bukhari dan Muslim dalam Shahih-nya.

Sa’id bin Abi Arubah memiliki mutaba’ah yaitu dari Syaiban bin ‘Abdurrahman sebagaimana disebutkan Abu Nu’aim dalam Shifatu Nifaq no 133 dan Ibnu Hibban dalam Shahih Ibnu Hibban 16/145 no 7180 [dimana Syu’aib Al Arnauth berkata “sanadnya shahih sesuai syarat Bukhari”]. Kemudian Qatadah dalam periwayatan dari Anas memiliki mutaba’ah dari Rabi’ bin Anas sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ath Thabari 7/318 no 8078.

حَدَّثَنَا مُحَمَّد بْن إسماعيل الصائغ، قَالَ حَدَّثَنَا يوسف بْن البهلول قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ إدريس، عَنْ ابْن إِسْحَاقَ، قَالَ حدثني يحيى بْن عباد بْن عَبْدِ اللهِ بْن الزبير، عَنْ أبيه، عَنْ عَبْد اللهِ بْن الزبير، قَالَ قَالَ الزبير  أرسل الله علينا النوم يعني يوم أحد فوالله إني لأسمع كالحلم قول معتب بْن قشير {لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا هَهُنَا} فحفظتها منه، وفي ذَلِكَ أنزل الله جَلَّ وَعَزَّ  {ثُمَّ أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُعَاسًا} إِلَى قوله  {مَا قُتِلْنَا هَهُنَا} ، لقول معتب بْن قشير

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismail Ash Shaa’igh yang berkata telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Buhlul yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris dari Ibnu Ishaq yang berkata telah menceritakan kepadaku Yahya bin ‘Abbad bin ‘Abdullah bin Zubair dari ayahnya dari Abdullah bin Zubair yang berkata Zubair berkata Allah SWT mengirimkan rasa kantuk kepada kami yaitu pada perang Uhud maka demi Allah aku mendengar seolah seperti mimpi Mu’attib bin Qusyair berkata “sekiranya ada bagi kita sesuatu dalam urusan ini maka niscaya kita tidak akan dibunuh disini” Aku pun menghafalkan perkataan itu, dan untuk hal itulah turun firman Allah [kemudian setelah kamu berduka cita Allah menurunkan keamanan berupa kantuk] hingga perkataannya [niscaya kita tidak akan dibunuh disini] yaitu perkataan Mu’attib bin Qusyair [Tafsir Al Qur’an Ibnu Mundzir 2/457 no 1091]

Hadis di atas sanadnya hasan telah diriwayatkan oleh perawi tsiqat dan shaduq. Juga disebutkan riwayat ini dalam Tafsir Ibnu Abi Hatim 3/795 no 4373 dengan sanad yang serupa. Berikut perawi dalam sanad di atas

  • Muhammad bin Isma’il Ash Sha’igh adalah perawi Abu Dawud. Ibnu Abi Hatim berkata “shaduq”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 9 no 57]. Ibnu Hajar berkata “shaduq” [At Taqrib 2/55]. Adz Dzahabi berkata “imam muhaddis tsiqat” [As Siyar 13/161 no 95]
  • Yusuf bin Buhlul At Tamimiy mendengar Syarik bin ‘Abdullah, Yahya bin Zakaria bin Abi Za’idah, Abdullah bin Idris dan Abu Khalid Al Ahmar. Telah meriwayatkan darinya Bukhari, Yaqub bin Syaibah dan Abu Zur’ah. Al Khatib berkata “tsiqat”. Muhammad bin Abdullah Al Hadhramiy berkata “tsiqat” [Tarikh Baghdad 16/437 no 7561]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat” [At Taqrib 2/343]
  • ‘Abdullah bin Idris adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Ma’in menyatakan tsiqat. Yaqub bin Syaibah berkata “ahli ibadah yang memiliki keutamaan”. Ibnu ‘Ammaar berkata “termasuk hamba Allah yang shalih dan zuhud”. Abu Hatim menyatakan ia hujjah imam kaum muslimin yang tsiqat. Nasa’i berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat ma’mun banyak meriwayatkan hadis, hujjah”. Ibnu Hibban memasukkan dalam Ats Tsiqat. Ibnu Khirasy berkata ‘tsiqat”. Al Ijli berkata “tsiqat tsabit”. Ali bin Madini menyatakan ia termasuk tsiqat. Al Khalili berkata “tsiqat muttafaq ‘alaih” [At Tahdzib juz 5 no 248]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat faqih ahli ibadah” [At Taqrib 1/477]
  • Muhammad bin Ishaq bin Yasar adalah penulis kitab sirah yang terkenal. Ibnu Hajar mengatakan ia seorang yang imam dalam sejarah, shaduq melakukan tadlis dan bertasyayyu’ [At Taqrib 2/54]. Tetapi dalam hadis ini Muhammad bin Ishaq menyebutkan lafal “haddatsani” maka hadisnya shahih.
  • Yahya bin ‘Abbad bin ‘Abdullah bin Zubair termasuk perawi Ashabus Sunan. Ibnu Ma’in, Nasa’i dan Daruquthni menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat banyak meriwayatkan hadis” [At Tahdzib juz 11 no 382]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat” [At Taqrib 2/306]
  • ‘Abbad bin ‘Abdullah bin Zubair adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Nasa’i berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat banyak meriwayatkan hadis”. Al Ijli berkata “tabiin madinah yang tsiqat” [At Tahdzib juz 5 no 164]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat” [At Taqrib 1/467]

Jadi hadis Abdullah bin Zubair dari ayahnya di atas adalah sanadnya jayyid dan menjelaskan tentang turunnya Al Qur’an Ali Imran ayat 154 dimana salah satunya tertuju untuk Mu’attib bin Qusyair seperti yang disebutkan di atas

ثُمَّ أَنزَلَ عَلَيْكُم مِّن بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُّعَاساً يَغْشَى طَآئِفَةً مِّنكُمْ وَطَآئِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَل لَّنَا مِنَ الأَمْرِ مِن شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ يُخْفُونَ فِي أَنفُسِهِم مَّا لاَ يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ مَّا قُتِلْنَا هَاهُنَا قُل لَّوْ كُنتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحَّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”. Katakanlah “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu, mereka berkata “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati [QS Ali Imran : 154]

Ayat di atas menjelaskan bahwa pada saat perang Uhud Allah SWT menurunkan rasa kantuk kepada orang-orang yang beriman sebagai rasa aman bagi mereka sedangkan golongan lain yang dicemaskan oleh dirinya sendiri mereka adalah orang-orang munafik yang ikut dalam barisan kaum mukminin [seperti yang ditegaskan dalam riwayat Abu Thalhah di atas]. Mereka menyangka yang tidak benar kepada Allah seperti sangkaan jahiliyah dan diantara mereka ada yang berkata “sekiranya ada bagi kita sesuatu [hak campur tangan] dalam urusan ini maka kita tidak akan terbunuh”. Disebutkan dalam riwayat shahih di atas kalau yang berucap ini adalah Mu’attib bin Qusyair. Jadi Mu’attib bin Qusyair tergolong ke dalam orang-orang munafik saat perang uhud.

Lantas siapakah Mu’attib bin Qusyair ini?. Sebagian ulama memasukkannya ke dalam daftar sahabat Nabi. Ibnu Hajar menyebutkan biografinya dalam Al Ishabah dan menyatakan ia Ashabul Aqabah, dikatakan ia munafik dan Ibnu Ishaq menyebutkan kalau ia termasuk yang ikut dalam perang Badar [Al Ishabah 6/175 no 8125]. Ibnu Abdil Barr berkata “ia ikut menyaksikan perang Badar dan uhud” [Al Isti’ab 3/1429]. Ibnu Atsir menyebutkan bahwa ia termasuk orang Anshar menyaksikan perang Badar dan perang Uhud [Asad Al Ghabah 5/237]. Ibnu Sa’ad berkata “ia menyaksikan perang Badar dan Uhud” [Thabaqat Ibnu Sa’ad 3/463]. Abu Nu’aim Al Ashbahaniy memasukkan Mu’attib bin Qusyair kedalam kitabnya Ma’rifat Ash Shahabah dan berkata ia menyaksikan perang Badar [Ma’rifat Ash Shahabah Abu Nu’aim 18/118]. Ibnu Makula menyebutkan ia menyaksikan perang Badar dan termasuk Ashabul Aqabah [Ikmal Al Kamal 7/280]

Apa yang kita dapat sejauh ini?. Mu’attib bin Qusyair termasuk sahabat yang ikut dalam perang Badar tetapi ketika perang Uhud ia masuk dalam golongan orang munafik walaupun ia ikut di barisan kaum mukminin. Jadi adakah sahabat Nabi yang munafik? Uups atau bahasanya adakah sahabat Nabi yang menjadi munafik?. Apa jawabannya silakan direnungkan.

121 Tanggapan

  1. @SP

    Ana sih justru menunggu kira-kira “takwil batil” apa lagi ya yang akan disuguhkan oleh orang-orang seperti sdr @ilham othmany terkait kisah sahabat perang Uhud diatas ?! He….he….he

  2. Kalau Anda mau membaca sedikit sejarah perang Uhud, maka Anda akan menemukan ada orang-orang munafik yang di depan Nabi mengaku Islam tetapi dibelakang Nabi ia membangkang seperti tokoh munafik yang ikut perang Uhud yaitu abdullah bin Ubay bin Salul. Ketika terjadi perang Uhud terjadi si Abdullah bin Ubay bin Salul membelot dengan pasukannya lebih dari 300 orang. Maka pada perang tersebut Kaum Muslimin mengalami kekalahannya. Apalagi waktu kejadian tersebut pada tahun ke 3 hijriah dimana para sahabat masih pada fase awal pendidikan dibawah asuhan nabi.

  3. @SP

    (( مَنْ أهانَ السُّلطَانَ أَهَانَهُ الله )) رواه الترمذي ، وقال : (( حديث حسن ))

    “Siapa saja yang merendahkan (menghina) penguasa (pemerintah), maka Allah akan menghinakannya”. (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, “Hadits hasan”)

    Keterangan:

    Syaikh Al Albani berkata, Hadits tersebut hasan. Hadits tersebut mempunyai sanad dengan perawi yang tsiqah (terpercaya), kecuali orang yang bernama Ziyad bin Kusaib (dia tidak dipercaya). Di dalam kitab At-Taqrib dijelaskan tentang keadaannya, “Dia orang yang haditsnya dapat diterima”. Aku katakan (Al Albani, -Penerj): Dia dapat diterima haditsnya manakala haditsnya mutaba’ah (hadits yang sanadnya menguatkan sanad lain dari hadits itu juga). Hadits ini mempunyai mutaba’ah, seperti yang diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abi Bakrah, dan ia mendapat kabar dari bapaknya. Hadits tersebut adalah: “Siapa yang memuliakan seorang sultan (penguasa) Allah, maka ia akan dimuliakan oleh Allah dihari Kiamat”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Asim di dalam As-Sunnah). Lihat Silsilah Al Ahadits Ash-Shahihah hadits no.2297.

    Syaikh Salim bin Id Al Hilali berkata: Hadits tersebut Dha’if, karena ada perawi yang bernama Ziyad bin Kusaib, yang periwayatan haditsnya dapat diterima bila ada mutaba’ah, tetapi bila tidak ada mutaba’ah maka ia orang yang lemah periwayatannya. Hadits tersebut mempunyai mutaba’ah dari jalur Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ashim. Tetapi saya berpendapat bahwa sanad hadits ini (lewat jalur sanad Abdurrahman) sangat dha’if sekali, karena ada dua cacat. Pertama, dalam sanad itu juga ada perawi yang bernama Ibnu Luhai’ah, orang yang buruk hafalannya. Kedua, ada perawi lain yang tidak jelas identitasnya. Jadi bagi saya, mutaba’ah tersebut tidak dipakai sebagai bahan pertimbangan. Wallahu ‘alam. Lihat Bahjatun-Nazhirin hadits no. 673.

    Kepada mas @SP, manakah dari dua takhrij hadis diatas yg lebih mendekati kebenaran menurut antum ? Afwan… kalau agak menyimpang dari tema di atas.

  4. Telah disanggah dan dibincang disini

    http://islamic-forum.net/index.php?showtopic=14970

  5. @Ahmad

    silakan anda sampaikan pada salafy nashibi yang berbincang disana. Mereka tidak paham cara menarik kesimpulan yang benar, kalau cuma menyebarkan syubhat tanpa hujjah maka semua orang juga bisa.

    Pertama ada diantara mereka yang mengatakan Mu’attib bin Qusyair munafik berdasarkan pernyataan Abu Thalhah. Pernyataan ini keliru, hadis Abu Thalhah hanya penguat saja, bukti nyata adalah Ali Imran ayat 154 dimana ayat itu menyebutkan bahwa mereka yang dimaksud “dicemaskan oleh diri mereka sendiri” adalah kaum munafik seperti nampak dalam lafaz “mereka menyangka kepada Allah seperti sangkaan jahiliyah” dan lafaz “mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu”. Silakan tuh lihat pernyataan para ahli tafsir seperti Ibnu Katsir, Al Qurtubhi, Al Baghawi dan yang lainnya kalau itu tertuju untuk orang munafik

    Kedua ada yang melemahkan hadis Abu Thalhah dengan pernyataan Syaikh Al Albani, lha ini juga percuma saya telah bawakan hadisnya kalau mau membantah ya silakan membantah hadis tersebut dengan bukti ulumul hadis bukan dengan taklid.Alhamdulillah saya telah merevisi kembali hadis Abu Thalhah riwayat Tirmidzi, sebelumnya saya katakan sanad Tirmidzi itu dhaif tetapi setelah saya teliti kembali maka sanad tersebut shahih. Sa’id yang dimaksud adalah Sa’id bin Abi Arubah [terimakasih atas koreksinya]

    Ketiga si effendi itu membawakan riwayat Abu Thalhah tanpa perkataan “munafik”. Saya jawab itu tidak menafikan bahwa dalam riwayat lain tambahan itu ada. Tambahan itu jelas ziyadatus tsiqat

    Keempat si effendi itu berusaha meragukan kalau Mu’aattib termasuk ahlul badar, ia berkata hanya disebutkan oleh Ibnu Ishaq. Silakan lihat saya bawakan ada banyak yang menyatakan demikian. Jadi ucapan ini cuma ocehan tanpa dalil

    Terakhir si effendi itu membawakan hadis keutamaan ahlul badar bahwa mereka bebas berbuat sekehendaknya dan mereka telah diampuni. Jawabannya ya simpel saja ahlul badar yang munafik jelas tidak termasuk dalam keutamaan hadis itu. Perkara ini sama seperti Abu Ghadiyah yang dikatakan termasuk sahabat yang menyaksikan Hudaibiyah dimana terdapat hadis bahwa yang menyaksikan Hudaibiyah tidak akan masuk neraka. Faktanya Abu Ghadiyah adalah pembunuh ‘Ammar dan berdasarkan hadis shahih maka pembunuh ‘Ammar berada dalam neraka. Jadi Abu Ghadiyah adalah pengecualian begitu pula dengan Mu’attib. Dalil khusus bisa mengecualikan dalil umum, hal ini ma’ruf dalam ilmu ushul

  6. Gini lho!Semasa menyertai badar Muattib itu adalah orang yang beriman.Dia belum jadi munafik lagi.Jadi kalau ada yang mengatakan terdapat orang munafik yang menyertai perang badar itu jelas salah.Nampak benarlah syiah ini dangkal.Dari segala seginya dangkal.

  7. si ilham othmany ini gelarnya bisa ditambah selain penghayal nashibi juga berotak udang…!
    bukan kah muattib hadir juga dibadar n uhud?,berarti diotak udang anda kan mereka termasuk sahabat,krn mebela rosul dlm perang tsb.
    artinya sahabat ada yg munafik kan?
    siapa yg tahu sahabat2 yg lain juga ada yg munafik terutama setelah wafatnya rosul.
    muattib ikut hadir dlm peperangan tsb,tapi ada ko sahabat yg lari dr perang tsb.bahkan ada sahabt yg menolak perintah rosul ituk pergi berperang,masuk dalam katagori apa mereka2 ini?

  8. @ aldj
    Menentukan seseorang itu munafik atau bukan munafik harus ada nasnya.Dalam kasus Muattib itu jelas ada nasnya.Nas itu turun berhubung peperangan uhud.Bukan pada masa perang badar.Indikasinya kemunafikkan Muattib baru berlaku hanya selepas perang badar.Semasa perang badar dia masih seorang beriman.
    Ramai ahli-ahli badar yang melakukan kekhilafan.Tapi kekhilafan mereka tidak ada sangkutnya dalam perkara iman.Jadi mereka bukan munafik.Ucapan yang paling keras utk mereka hanyalah kita dapat mengatakan mereka telah terkhilaf dan sesungguhnya kekhilafan mereka itu telah mendapat keampunan Allah berdasarkan kepada nas hadis yang secara khusus menyebut ahli-ahli badar itu mendapat keampunan Allah..Beda muattib kesalahannya menyangkut akidah.Dia meragukan kebenaran RasululLah dan agama Islam.Kesalahan seperti itu tidak bisa diampun dengan nas Al Quran.

  9. @ilham othmany

    Kalau begitu setujukah antum akan ungkapan bahasa yg mengatakan : Ada sahabat Nabi yang menjadi munafik?

  10. Kasus kemunafikan seseorang dari sahabat yang menjadi munafik hanya melibatkan seorang berdua saja dan tidaklah dengan kasus itu kita dapat menarik kesimpulan bahawa semua atau sebagian besar sahabat bisa jadi munafik.
    1)Tidak ada nas kemunafikan lain-lain sahabat.Yang ada nas-nas yang memperakukan keimanan mereka.
    2)RasuluLlah adalah Rasul yang terakhir dimana Tuhan telah memberi tugas dakwah kepada umat yang belum pernah diberikan kepada umat-umat terdahulu.(kuntum khaira ummatin ukhrijat linnaas…ilaa aakhiril aayat)Jadi gak mungkinlah sahabat-sahabat baginda akan ramai yang munafik atau sesat samda ketika baginda masih hidup atau sesudah baginda wafat.Beda nabi zaman dahulu umat mereka adalah umat abid(yang hanya ditugaskan dengan tugas ibadat dan tidak ditugaskan dengan tugas dakwah).Jadi kalau ada nabi zaman dahulu yang ditolak oleh seluruh umat dizaman mereka tidak menjadi masalah karena mereka bukan umat dakwah(khaira ummatin)

  11. (Sambungan)…Mungkinkah Tuhan akan memilih satu umat yang yang akan menyambung kerja kenabian ke seluruh alam padahal 99 persennya jadi murtad keselepas kewafatan Rasul.Akal yang sihat tidak dapat menerima ini.

  12. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang maruf dan mencegah kepada yang munkar, dan beriman kepadaAllah SWT”. (QS. Ali Imran, ayat: 110)

    Ayat diatas sih untuk sahabat yg beriman seperti: Ammar, Abu Dzar, Miqdad, dll ! dan bukan untuk sahabat seperti Umar, Abu Bakar, Ustman, Muawiyah, Yazid, Khalid bin Walid, Muattib, dll, hehehe

  13. @ ilham othmany, on Agustus 28, 2011 at 1:05 pm said:

    (Sambungan)…Mungkinkah Tuhan akan memilih satu umat yang yang akan menyambung kerja kenabian ke seluruh alam padahal 99 persennya jadi murtad keselepas kewafatan Rasul.Akal yang sihat tidak dapat menerima ini.

    Komentar saya:
    Sahabat yg murtad janganlah kau katakan 99%, yaah kurang lebih 80% lah….
    tetapi walaupun sahabat nabi 100% semuanya beriman sayangnya yg menyambung kerja dan meneruskan tugas kenabian adalah AHLULBAIT RASULULLAH SAW YG DISUCIKAN (12 IMAM) BUKAN PARA SAHABAT!!!, WKWKWKW…. KASIHAN DECH PARA NASHIBI….

  14. @Sp

    igauan anda di atas sangat lucu sekali. memang kenapa kalau muattib munafik?

  15. Siapa yang mengharungi peperangan melawan Rum?Siapa yang berhempas pulas menentang Persia?Siapakah yang 2/3 mereka dikebumikan ditanah asing bukan tanah haram mekah dan madinah?Mereka ialah para sahabat radhiyaLlahu ‘anhum.Ya tentunya termasuk ahlul bait juga.Tapi utk menafikan peranan para sahabat dalam menegakkan agama adalah jelas salah besar.Kalau tidak kerana Abu bakr dengan segala keluasan-keluasan pandangannya agama Islam mungkin tidak berkembang seperti hari ini.Tapi dengan berkat kepimpinan Bagindalah masalah orang-orang murtad dapat ditangan.Itu di India, sekurang-kurangnya dua kali arus pemurtadan melanda umat Islam secara besar-besaran tapi kedua-duanya diselamatkan oleh keturunan Sayidina Umar yaitu Sheikh Ahmad Sirr Hindi dan Syeikh WaliyuLlah Al Dahlawi.Lagi-lagi Keturunan sahabat.Hurmatilah mereka yang telah dimuliakan Allah menjadi pembantu nabinya.Jangan kita bersikap meremehkan mereka karena itu artinya kita meremehkan Allah dan RasulNya.Syiah gak boleh diikut karena mereka itu seperti peribahasa mengatakan “cerdiknya tidak boleh diikut,bodohnya tidak boleh diajar”

  16. @Jack
    Jangan katakan 80 persen,kalau ada 50 persen sahabat yang murtad sahaja pun agama Allah akan menjadi samar dan gak jelas lagi.Sekaligus akan menafikan ayat kuntum khaira ummatin tadi.Bagaimana yang 20 persen boleh jadi khaira ummatin padahal 80 persen pengikut RasuluLlah telah meriwayatkan ajaran yang berlainan dari yang mereka bawa.Dari segi ratio memang gak ada kelogisannya tentang kemurtadan para sahabat nabi jika dipandang dari sudut ayat kuntum khaira umatin.

  17. @ilham othmany,

    Anda harus memahami bahwa sikap Syiah terhadap para sahabat adalah sikap yang proporsional. Syiah menghormati sahabat yang memang pantas dihormati dan membenci sahabat yang memang secara faktual menyakiti Nabi saw atau menyakiti Ahlul Bait Nabi atau mengkhianati Islam. Syiah juga menilai kesetiaan sahabat tidak hanya pada saat Nabi hidup tetapi juga sesudah Nabi wafat dan tidak menyamaratakan begitu saja sebagaimana dilakukan Sunni secara membuta tuli.

    Bagaimana sikap terhadap Abu Bakar dan Umar ? Syiah pada dasarnya menghormati keduanya khususnya ketika mereka ikut berjuang di Mekkah dan Madinah, walaupun dalam berbagai riwayat dikatakan sering menyakiti hati Nabi saw.

    Benarkah tersebarnya dan berkembangnya Islam berkat Abu Bakar dan Umar ? Menurut saya tidak seluruhnya benar.
    Abu Bakar dan Umar mampu menjalankan roda pemerintahan karena secara legowo Imam Ali mau mengalah dan bersikap kooperatif dg pemerintah. Bayangkan kalau Imam Ali dan Bani Hasyim tidak mau terima dan menuntut haknya sbg khalifah yang sah dan memilih berperang ?

    Anda juga jangan lupa bahwa yang menyebarkan ajaran Islam ke negeri2 tetangga sekitar Saudi Arabia sebagian adalah keturunan atau pengikut Ahlul Bait. Jangan pula lupa bahwa dakwah yang dilakukan Ahlul Bait dan para pengikutnya adalah dakwah dg cara damai, sementara dakwah yang dilakukan para khalifah adalah dg cara penaklukan, shg menimbulkan dendam Catat itu.

    Kemudian salah satu “karya besar” para penguasa Sunni adalah terpecahnya Islam ASWAJA menjadi 4 mazhab.

  18. Ha ha ha..Sejak bila Abu Bakr dan Umar menyakiti Nabi?Dan adakah telah turun ayat Al Quran yang menerangkan kemunafikan Abu Bakr dan Umar?Cara-cara syiah berhujjah memang menggelikan hati.Kadang mereka kata mereka menghurmati sahabt.Kemudian mereka bilang sahabat ada yang menyakiti nabi.Terus semua sahabat pada murtad kecuali bilangan yang tidak sampai 10 orang.Kalau Abu Bakr murtad kekhalfahannya otomatis terbatal dan Ali bertanggungjawab menyelesaikan masalah tersebut terlebih dahulu daripada dia bersekongkol dengan pemerintahan yang telah murtad kononnya utk menjaga perpaduan ummah.Tidak ada perpaduan ummah dengan golongan murtad.Ngerti?

  19. Abu Bakarlah yang telah menyebabkab Sayidah Fatimah ra. sakit hati dan di bawa sampai wafatnya
    Umar pun seperti itu, setail 3 uang, dia telah mengancam membakar rumah Sy.Fatimah karena ingin memksakan baiat kepada Abu bakar. (kok Islam maen paksa)

    aduhai Ilham Othman wahai salafy nashiby itulah yg telah membuat Nabi Saw sakit hati dan marah!

  20. @othmany

    Menentukan seseorang itu munafik atau bukan munafik harus ada nasnya.

    banyak ko dalil sekelompok sahabat ada yg munafik,tp ada jg dalil yg menyatakan seseorang yg munafik contohnya riwayat ttg kemunafikan muawiyah.tp anda masih membela muawiyah

    Nas itu turun berhubung peperangan uhud.Bukan pada masa perang badar.Indikasinya kemunafikkan Muattib baru berlaku hanya selepas perang badar.

    ahh..tetap sj kan waktu itu muattib masih dalam katagori sahabat?

    Ramai ahli-ahli badar yang melakukan kekhilafan.Tapi kekhilafan mereka tidak ada sangkutnya dalam perkara iman.

    Oooo..ramai ya? tolong anda berikan ke sy riwayatnya?,

    Ucapan yang paling keras utk mereka hanyalah kita dapat mengatakan mereka telah terkhilaf dan sesungguhnya kekhilafan mereka itu telah mendapat keampunan Allah berdasarkan kepada nas hadis yang secara khusus menyebut ahli-ahli badar itu mendapat keampunan Allah..Beda muattib kesalahannya menyangkut akidah.Dia meragukan kebenaran RasululLah dan agama Islam.Kesalahan seperti itu tidak bisa diampun dengan nas Al Quran..

    bagaimana dgn dalil sariyyah usamah bin zaid?
    sampai menjelang wafat rosul banyak sahabat masih menentang perintah rosul,yaitu dikala rosul membentuk sariyyah yg dipimpin oleh seorang pemuda usamah bin zaid utk berperang melawan romawi.
    Padahal rosul dgn tegas mengutuk mereka yg tdk berangkat.
    siapa yg dikutuk? siapa lg klu bukan sahabat yg menentang perintah rosul…
    Alasan apalg buat nashibi dlm fanatik butanya terhadap sahabat?

  21. @SP
    klarifikasi
    tulisan chany adalah tulisan sy

  22. @ilham othmany :
    Ha ha ha..Sejak bila Abu Bakr dan Umar menyakiti Nabi?

    Wah ternyata anda ini kurang baca hadis tapi sok tahu banyak.Apa anda belum pernah baca perihal Tragedi Hari Kamis (umpamanya) dlm kitab hadis Bukhori yang melibatkan Umar dimana kata2 Umar telah membuat Nabi sangat marah ? Atau dalam satu riwayat Muslim di ceritakan ketika Nabi meminta pendapat para sahabat termasuk Abu Bakar tentang kafilah dagang Quraisy dimana Nabi bermaksud mencegatnya, maka Abu Bakar mengatakan sesuatu yang membuat tidak senang Nabi saw.

    Perlu anda ketahui bhw Syiah dalam menyampaikan pendapat terkait issue 2 Sunni selalu didukung dg riwayat2 yg berasal kitab2 Sunni sendiri.

    Sekali lagi banyak2lah baca kitab mazhab anda sendiri.

  23. “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan..” (QS Al-An’aam :112)

    Perkataan ‘musuh’ pada ayat diatas termasuk SAHABAT gak ya???

  24. Syiah ini serba serbinya tolol dan aneh.Mereka jadikan nabi sampai tidak boleh marah samasekali.Dikit-dikit marah orang itu binasa.Dikit-dikit marah orang ini terlaknat.Dikit-dikit marah orang itu nanti disumpahin jadi katak.He he he lucu…Nabi marah karena hendak membetulkan kesilapan wahai syiah!.Utk membetulkan kesilapan memang perlu marah supaya dianggap serius pihak yang dimarahi.Tapi marah nabi itu marah sayang namanya.Jadi kalau ada sahabat nabi yang dimarahi itu bukan bermakna sahabat itu dilaknati tapi itulah tandanya sahabat itu disayangi!!!!!

  25. @ ilham othmany

    HEHHE MAKIN LAMA KOMEN ANDA MAKIN NGAWUR DAN KELUAR DARI TOPIK! EMANG SYIAH BERFIKIR SEPERTI ITU?. HEHEHE, COBA CONTOIN DALAM KASUS APA? HHEHE

    @ GHOZAL

    Perkataan ‘musuh’ pada ayat diatas termasuk SAHABAT gak ya???

    Jawab: IYA LAH! POKOKNYA SIAPA SAJA YG DILUAR DIRI NABI SENDIRI! KECUALI AHLULBAIT!!!

  26. Sahabat Nabi saw terbagi menjadi 3 golongan besar.

    – Kelompok pertama adalah sahabat-sahabat Nabi yang terdiri dari pibadi-pribadi yang baik yang hidup di zaman Nabi saww seperti Salman dan Abu Dzar. Yang kemudian sepeninggal Nabi mereka tetap istiqamah di jalan yang telah digariskan Nabi saww.”

    – Kelompok yang kedua adalah sahabat-sahabat Nabi yang meskipun bersama Nabi namun pada dasarnya merupakan orang-orang munafik. Kelompok inilah yang disinggung oleh Allah pada ayat-ayat awal surah Al-Baqarah.

    “Kaum munafikin di zaman Nabi saw sebagaimana penjelasan Al_qur’an sangat keterlaluan dalam kemunafikan mereka. Mereka sangat bersungguh-sungguh menampakkan diri sebagai bagian dari umat Islam. Mereka juga turut shalat di belakang Nabi, mereka juga duduk di setiap majelis-majelis Nabi bahkan mereka juga turut meriwayatkan hadits-hadits Nabi saw.”

    – Kelompok yang ketiga adalah sahabat-sahabat Nabi yang terdiri dari pribadi-pribadi yang baik semasa nabi masih hidup namun kemudian sepeninggal Nabi menjadi orang-orang yang menyimpang dan mengubah-ubah sunnah-sunnah Nabi saww.

    Silahkan dikaji sendiri!

  27. @ ilham othmany

    Anda lebih tolol lagi. Nabi itu orangnya tidak mudah marah. Akhlak Nabi adalah AlQuran. Ketika ada orang Arab Badui kencing di mesjid beliau tidak marah, padahal Umar saking marahnya mau membunuh orang Badui itu. Intinya boleh dibilang marahnya Nabi adalah marahnya Allah juga dan bukan marah pribadi. Jadi kalau sampai seorang sahabat membuat beliau marah artinya pasti menyinggung atau yg berhubungan dengan pelanggaran syariat atau agama.

    Kalau memang perkataan sahabat tsb tidak ada hubungannya dengan pelanggaran agama yang fatal, kenapa dalam riwayat2 tertentu perkataan sahabat tsb dihilangkan dan diganti dengan kalimat :”….si fulan mengatakan sesuatu……”. Artinya kalau diungkapkan yang sebenarnya maka akan mencoreng “kemuliaan” si sahabat tsb. ! Contohnya apa yang ditulis oleh Thabari dan Ibnu Katsir adalah suatu usaha manipulasi untuk menjaga “kemuliaan sahabat”.

    Jadi kalau mau nulis dipikir dulu dan banyak membaca ya ?

  28. Kalau semata membuat kesilapan menjadikan seseorang itu munafik tidak ada seorang pun yang tidak melakukan kesilapan.Hatta nabi sendiri pernah ditegur Allah ” ‘abasa wa tawalla an jaa ahul a’maa”
    Syiah menjadikan agama itu sempit karena menidakkan ijtihad.Akhirnya mereka sendiri terjebak dengan konsep walayatul faqih.Inilah sebesar-besar bid’ah dan kemunafikan dalam agama.Seseorang faqih berlagak seperti Tuhan menghalalkan dan mengharamkan sesuatu berdasarkan hawa nafsu.

  29. @ilham othmany,

    Dari kemarin anda ternyata belum mengerti apa yg sdh saya jelaskan. Seseorang yg berbuat kesalahan tdk secara otomatis menjadi munafik. Tergantung apa dulu tingkat kesalahannya. Sahabat tertentu (Umar) dinilai berbuat kesalahan besar manakala ia secara berani mengecam kebijakan Nabinya sendiri (syariah) spt pada kasus perjanjian Hudaibiyah. Padahal dalam Al-Quran dikatakan bhw tidak layak bagi seorang mukmin untuk tidak menerima sesuatu keputusan yang telah ditetapkan oleh Nabi saw. Atau pada kesempatan lain Umar telah menggagalkan wasiat terakhir Nabi kpd umat (tragedi hari kamis).

    Anda juga telah melakukan kesalahan besar ketika anda mengatakan bhw yg ditegur oleh Allah dlm ayat “abasa wa tawala” adalah Nabi saw. Saya tahu anda mengekor pendirian Ahlu Sunnah yg menganggap Nabi bisa berbuat salah. Pendirian spt ini merupakan suatu kesalahan yg sangat serius manakala seorang nabi/rasul adalah wakil atau representasi Allah di muka bumi. Kalau dikatakan dalam Al-Quran Nabi Muhammad memiliki akhlak yang agung dan pernyataan Aisyah bhw akhlak Muhammad = akhlak Al-Quran maka dapat dikatakan bahwa kalau ingin melihat akhlak Allah in actual lihatlah akhlak Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu kalau anda katakan bhw Nabi saw berbuat salah dalam syariat maka akan dipertanyakan kesucian agama Islam itu sendiri !

    Tuduhan anda bhw Syiah meniadakan ijtihad juga suatu kesalahan besar dan memutar balikan fakta dan menunjukkan anda tidak tahu sejarah. Kalau anda baca sejarah Sunni maka anda akan mendapati kenyataan bahwa justeru Sunni sendiri yg telah menutup pintu ijtihad setelah wafatnya empat Imam Mazhab dg didukung para penguasa Sunni. Sementara di Syiah pintu ijtihad senantiasa terbuka sampai saat ini !

    Justru anda harus prihatin dengan pendirian Sunni dimana umat dalam persoalan kehidupan sehari-hari baik ibdah maupun muamalah ketika timbul permasalahan harus mengacu kpd hasil ijtihad 4 mazhab dimana sebenarnya sudah tidak sesuai lagi dg perkembangan zaman. Kesulitan yg lain ketika hendak langsung bertanya para imamnya sudah almarhum. Berbeda dg Syiah yg menganggap bhw setiap zaman harus ada imam/mujtahid yg hidup yg setiap saat merespon permasalahan kontemporer yg diajukan umatnya.

    Namun di Syiah tidak sebarang orang menjadi mujtahid. Ia harus memenuhi persyaratan tertentu yg cukup berat. Berbeda di Sunni yg sangat longgar shg hampir setiap ulama atau ustadz bisa menjadi mujtahid shg membuat bingung umat.

    Pandangan anda terhadap konsep wilayah al faqih ternyata sok tahu, sangat dangkal dan typical pandangan Sunni yg sejak era kekhalifahan Abu Bakar sudah mulai meletakan dasar2 yg memisahkan antara negara dan agama. Anda kelihatannya lebih mendukung konsep negara Islam sekuler spt Saudi Arabia yg cuma mengurus masalah agama tetapi tidak dalam masalah politik atau Irak pada era Sadam Husein dimana yg berkuasa adalah Partai Bath yg sekuler dan juga negara2 Arab lainnya di Timur Tengah. Makanya tidak heran kalau sikap anda terhadap konsep wilayah al faqih mirip orientalis atau juga merasa asing. Padahal konsep wilayah al faqih adalah konsep negara Islam yg utuh dimana negara dikendalikan oleh fuqoha yg memang menguasai ilmu syariat.

    Diantara negara2 timur tengah yg sdh mempraktekkan konsep wilayah al faqih adalah Iran. Hasilnya Iran selama 30 tahun telah berhasil membangun negaranya dg kekuatan sendiri, secara bertahap menerapkan syariat Islam baik kedalam maupun keluar dan berhasil mempertahankan keutuhan negaranya ditengah-tengah blokade ekonomi yg dilakukan musuh2 Islam spt Amerika dan sekutunya. Kalau tidak engga usah 30 tahun. Mungkin baru 2, 3 tahun saja Iran sudah hancur !

    Kalau anda mengatakan bahwa konsep wilayah al faqih ini adalah bid’ah ya sekali lagi tidak aneh, karena memang Sunni tidak pernah mengenal konsep ini. Bagi Sunni tidak masalah yg memimpin negara itu pemimpin zalim atau bukan, org yg menguasai ilmu agama atau tidak. Ya hasilnya spt negara2 Arab spt Saudi yg menjadi sekutu Zionis Amerika dan Israel.

    Ketika kita memilih seorang presiden/pemimpin pasti kita memlih yg terbaik baik darii intelektualitas maupun akhlaknya. Begitu juga dalam memilih seorang yg akan menduduki jabatan Rahbar di Iran melalui mekanisme yg ketat pula. Tapi berbeda dg pemilihan presiden, calon2nya diseleksi secara ketat oleh para ulama terkemuka. Ketika seseorang Rahbar terpilih dia tdk kerja sendirian, tetapi dipantau oleh semacam dewan pengawas. Jadi sangat ngawur kalau anda mengatakan bahwa seorang rahbar dalam menentukan haram halalnya sesuatu berdasarkan hawa nafsunya ! Memangnya Muawiyah atau Yazid ?

    Nagawur ngawur !

  30. yaa,,,ngawuur,,,mending kita ngawuwuritt..

  31. PERTANYAANNYA ADALAH : “KENAPA DAN MENGAPA UMMAT ISLAM PECAH TERBAGI MENJADI BANYAK KELOMPOK DAN GOLONGAN PADAHAL AL-QURAN MENGECAM KEADAAN YG DEMIKIAN?”

    JAWABNYA ADALAH : ITU SEMUA KARENA ULAH SEBAGIAN PARA SAHABAT NABI SAW YG TERLAKNAT !!!

  32. AKHLAK SEBAGIAN SAHABAT NABI SAW MEMANG HARUS DIKAJI DAN DITELITI ULANG! TERUTAMA ABU BAKAR, UMAR, UTSMAN !!! AGAR KITA MENGETAHUI APAKAH MEREKA ITU LAYAK DAN PANTAS MENYANDANG GELAR KHULA’URROSYIDIN !!! ATAU JANGAN2 MEREKALAH BEGIAN DARI SAHABAT NABI SAW YG MUNAFIK ITU !!!

  33. @iwanoel,
    “Anda lebih tolol lagi. Nabi itu orangnya tidak mudah marah. Akhlak Nabi adalah AlQuran. Ketika ada orang Arab Badui kencing di mesjid beliau tidak marah, padahal Umar saking marahnya mau membunuh orang Badui itu. Intinya boleh dibilang marahnya Nabi adalah marahnya Allah juga dan bukan marah pribadi. Jadi kalau sampai seorang sahabat membuat beliau marah artinya pasti menyinggung atau yg berhubungan dengan pelanggaran syariat atau agama.”

    Kamu ini kenapa bro? berbicara akhlak dan mati-matian membela Akhlak nabi, tapi ironisnya penggunaan bahasa anda menjauh dari akhlak. Apakah anda sudah benar-benar memahami “akhlak” itu sendiri?
    Sebenarnya tujuan anda apa?Mengajak orang lain tunduk pada kebenaran?atau mengajak pada perpecahan umat?
    Kepada yang memiliki blog ini, saya akui anda pandai dalam mengangkat masalah dan berargumen, tapi sayangnya anda banyak melukai orang lain yang memiliki “keyakinan” berbeda. Dan memang benar “keyakinan” sebagian orang lebih bertaqlik buta dan perlu diusik dengan “kebenaran” yang anda sajikan. Tapi sayangnya anda kurang bertanggung jawab atas efek tema yang anda sajikan.
    Makian-makian orang-orang ‘di atas atas bukan tanpa sebab, semua ini karena tema yang anda angkat. Sebab anda orang terusik ingin memaki, sebab anda hati orang gundah, sebab anda pikiran orang kacau balau, sebab anda emosi orang mencuat dan sebab anda kedamaian hati orang terganggu.

  34. @joe

    Kepada yang memiliki blog ini, saya akui anda pandai dalam mengangkat masalah dan berargumen, tapi sayangnya anda banyak melukai orang lain yang memiliki “keyakinan” berbeda. Dan memang benar “keyakinan” sebagian orang lebih bertaqlik buta dan perlu diusik dengan “kebenaran” yang anda sajikan. Tapi sayangnya anda kurang bertanggung jawab atas efek tema yang anda sajikan.

    maaf anda ini kenapa. Keyakinan berbeda adalah hal yang lumrah di dunia manapun anda hidup. Yang perlu diperhatikan seharusnya seberbeda apapun keyakinan hendaknya disikapi dengan cara yang baik. Masalahnya bukan pada saya yang berbeda keyakinan dengan anda atau dengan yang lainnya tetapi yang jadi masalah itu adalah bagaimana anda dan yang lainnya bersikap atas perbedaan yang ada

    Makian-makian orang-orang ‘di atas atas bukan tanpa sebab, semua ini karena tema yang anda angkat. Sebab anda orang terusik ingin memaki, sebab anda hati orang gundah, sebab anda pikiran orang kacau balau, sebab anda emosi orang mencuat dan sebab anda kedamaian hati orang terganggu.

    Silakan berpikir dahulu sebelum berbicara, pada dasarnya apapun tema suatu tulisan kalau memang orang berniat mau caci maki atau emosian ya bisa saja, begitu pula sebaliknya apapun temanya kalau memang orang berniat berdiskusi dengan bahasa yang santun ya bisa -bisa saja. Jadi pada intinya kembali kepada pribadi masing-masing.

  35. @joe

    saya cuma mengimbangi bahasa lawan bicara saya yg asal bunyi

  36. @SP
    “maaf anda ini kenapa. Keyakinan berbeda adalah hal yang lumrah di dunia manapun anda hidup. Yang perlu diperhatikan seharusnya seberbeda apapun keyakinan hendaknya disikapi dengan cara yang baik. Masalahnya bukan pada saya yang berbeda keyakinan dengan anda atau dengan yang lainnya tetapi yang jadi masalah itu adalah bagaimana anda dan yang lainnya bersikap atas perbedaan yang ada”

    Apa yang dikatakan anda memang benar menurut anda tapi masalahnya apakah semua orang bisa menyikapi dengan baik seperti yang telah anda katakan tadi?itu semua tergantung dari Ilmu yang mereka miliki baik secara emosional dan intelektual.jika ilmu yang dimiliki seperti anda mungkin mereka bisa bersikap baik,tapi bagaimana jika mereka jauh dibawah anda???apakah anda berpikir semua orang tingkat intelektualnya seperti anda sehingga bisa menyikapi dengan baik pada masalah yang anda angkat??????
    perbedaan keyakinan itu lumrah????Pertikaiaan , kekerasan dan permusuhan yang terjadi anda juga anggap lumrah???bukankah itu semua terjadi karena semata-mata beda keyakinan??

    “Silakan berpikir dahulu sebelum berbicara, pada dasarnya apapun tema suatu tulisan kalau memang orang berniat mau caci maki atau emosian ya bisa saja, begitu pula sebaliknya apapun temanya kalau memang orang berniat berdiskusi dengan bahasa yang santun ya bisa -bisa saja. Jadi pada intinya kembali kepada pribadi masing-masing.”

    Itulah ANDA menyarankan oranglain berpikir dahulu sebelum berbicara, sama halnya anda menyarankan seperti” hai anda jangan menggunakan bahasa indonesia disini!!”

  37. @joe
    sabar bang. istighfar. kalau qt g boleh brpikir dulu sblm berbicara, lalu untuk apa Allah menganugerahi qt otak?

  38. @iwanoel

    “saya cuma mengimbangi bahasa lawan bicara saya yg asal bunyi”

    Anda mengimbangi?apakah mengimbangi yang anda maksud adalah dengan “bersikap yang sama baiknya atau sama buruknya”?

    Maksud anda lawan bicara anda itu asal bunyi dan anda serius berbunyi?Semoga anda jauh dari sifat meremehkan dan enggan menghargai orang lain. Anda pasti tahu bahwa bunyi tangisan bayi sekalipun memiliki arti jika anda hendak ingin mengerti, tapi jika anda tidak ingin mengerti maka tangisan bayi tidak ada artinya bagi anda.

    Tapi saya yakin anda memang tidak asal bunyi,karena itu anda pasti tahu bahwa anda dan lawan bicara anda adalah “sama”.

  39. @ Joss, on September 3, 2011 at 11:59 am said:

    AKHLAK SEBAGIAN SAHABAT NABI SAW MEMANG HARUS DIKAJI DAN DITELITI ULANG! TERUTAMA ABU BAKAR, UMAR, UTSMAN !!! AGAR KITA MENGETAHUI APAKAH MEREKA ITU LAYAK DAN PANTAS MENYANDANG GELAR KHULA’URROSYIDIN !!! ATAU JANGAN2 MEREKALAH BEGIAN DARI SAHABAT NABI SAW YG MUNAFIK ITU !!!

    Hehehe… setuju….. setuju…..

  40. @ Joss

    “AKHLAK SEBAGIAN SAHABAT NABI SAW MEMANG HARUS DIKAJI DAN DITELITI ULANG! TERUTAMA ABU BAKAR, UMAR, UTSMAN !!! AGAR KITA MENGETAHUI APAKAH MEREKA ITU LAYAK DAN PANTAS MENYANDANG GELAR KHULA’URROSYIDIN !!! ATAU JANGAN2 MEREKALAH BEGIAN DARI SAHABAT NABI SAW YG MUNAFIK ITU !!!”

    Mengapa anda menyarankan hanya sebagian sahabat saja yang diteliti?mengapa tidak semuanya diteliti??ironis memang, anda hanya berusaha mencari ketidakadilan sahabat dengan meneliti sebagian sahabat saja..bukankah cara anda ini juga tidak adil???

  41. @Joe

    Apa yang dikatakan anda memang benar menurut anda tapi masalahnya apakah semua orang bisa menyikapi dengan baik seperti yang telah anda katakan tadi?itu semua tergantung dari Ilmu yang mereka miliki baik secara emosional dan intelektual.

    maaf saya tidak mengerti “ilmu yang mereka miliki secara emosional”. Berdiskusi dengan baik dan santun itu perkara akhlak baik orang berilmu tinggi ataupun rendah bisa saja melakukannya. Tidak semua orang tingkat ilmunya sama tetapi kalau kita bicara harus menunggu tingkat intelektual semua orang sama maka kapan kita bisa bicara?.

    jika ilmu yang dimiliki seperti anda mungkin mereka bisa bersikap baik,tapi bagaimana jika mereka jauh dibawah anda???

    Ya belajar, kalau anda menganggap itu suatu kekurangan maka jangan dibiarkan

    apakah anda berpikir semua orang tingkat intelektualnya seperti anda sehingga bisa menyikapi dengan baik pada masalah yang anda angkat??????

    Yang gak ngerti boleh bertanya atau jika mereka mau mereka boleh pergi. Yang mau menerima silakan dan yang menolak juga silakan. Semua itu bisa dilakukan tanpa mencela atau memakai kekerasan. Ini bukan masalah intelektual bung tapi ini masalah akhlak

    perbedaan keyakinan itu lumrah????Pertikaiaan , kekerasan dan permusuhan yang terjadi anda juga anggap lumrah???bukankah itu semua terjadi karena semata-mata beda keyakinan??

    Jangan menambah-nambah apa yang tidak saya katakan, perbedaan itu adalah fakta yang tidak bisa seenaknya anda paksakan sama. Yang kita bisa lakukan adalah bagaimana cara menyikapi perbedaan yang ada. Pertikaian permusuhan dan kekerasan adalah cara yang buruk dalam bersikap. Ada cara yang lebih baik dalam bersikap, berbeda silakan dan tidak perlu mencela, memusuhi apalagi memakai kekerasan

    Kita ambil contoh sederhana bukankah baru2 ini umat islam berbeda dalam perayaan hari raya id, apakah karena perbedaan ini maka anda melarang jika ada salah seorang membahas dan menguatkan salah satu pendapat.

    Perbedaan agama adalah fakta maka apakah anda akan melarang jika ada orang islam membahas suatu tulisan yang mengkritik keyakinan agama lain. Anehnya ada banyak tuh mereka yang mengaku “berdakwah” dengan alasan membendung “kristenisasi” dan yang mereka bahas adalah doktrin agama lain

    Perbedaan fiqih adalah fakta dan saya rasa anda tahu sendiri ada sebagian orang awam yang menjadikan perbedaan ini sebagai alasan untuk mencela. Lantas apakah karena itu maka tidak boleh membicarakan perbedaan itu atau tidak boleh membahas tulisan yang bertemakan fiqih

    Itulah ANDA menyarankan oranglain berpikir dahulu sebelum berbicara, sama halnya anda menyarankan seperti” hai anda jangan menggunakan bahasa indonesia disini!!”

    Maaf bung, arah komentar anda itu mau kemana?. Kalau anda tidak mau menerima saran saya “agar berpikir dahulu” ya tidak apa-apa. Saya hanya akan menyampaikan pada mereka yang mau menerimanya, perkara apapun yang disampaikan memiliki potensi penerimaan dan penolakan dari mereka yang mendengarnya. Apakah karena akhlak buruk sebagian orang yang mendengar maka orang yang menyampaikan perkara itu yang disalahkan. Maaf bagi saya itu terkesan “pandangan yang tidak dewasa”. Sudah dari dulu saya mengajak siapapun untuk berdiskusi dengan santun terlepas apapun keyakinan mereka

  42. @ joe

    Dari semua komentar anda, anda itu bisanya cuma bilang adil dan tidak adil, baik dan tidak baik, maksud anda itu apa sih? Apakah anda dengan berkomentar seperti diatas itu benar dan adil?

    Kalau anda mau berkomentar, komentarlah!!! Jangan ngomong yg tidak sesuai dengan topik yg dibicarakan!!!.

  43. INILAH WARISAN SAHABAT

    Paska Rasulullah, islam dipimpin oleh khalifah yg semuanya mati dibunuh oleh ketidakpuasan sesama islam. Hal ini disebabkan karena islam tidak memiliki kejelasan system demokrasi dlm memilih khalifah. Khalifah Umayyah dan Abbasiyah yang menjadi penguasa umat Islam malah mengambil keputusan otoriter menjadi pemerintahan/Negara kerajaan (monarki) islam. Merubah kekuasaan dakwah agama menjadi Negara tidak pernah diajarkan oleh Rasullullah. Dakwah islam sebagai agama menjadi tidak murni. Misi dakwah agama berubah melenceng menjadi alat politik membuat rejim Negara monarki dg kekerasan menggunakan pasukan balatentara (paderi) jihad. Ini adalah awal musibah bencana dakwah diboncengi oleh politik negara islam otoriter menjadi tren imperialism menguasai negara2 lain selama 14 abad telah menimbulkan korban hancurnya budaya bangsa lain dan nyawa yg luar biasa dimukabumi. Bagaimana imperialis kerajaan islam otoriter tsb mempertanggungjawabkan sepak terjangnya kepada umat beragama islam murni, bangsa lain yg menjadi korban, dan Rasullullah yg menjadi dampak fitnah yg luar biasa pada saat ini dan diakherat nanti?

  44. @sp
    “berilmu tinggi ataupun rendah bisa saja melakukannya.

    “disinilah ketidakpastian anda tentang menerima fakta bahwa tidak semua orang baik dan santun dalam berdiskusi seperti yang anda bicarakan”. Dan anda mengembalikannya ke pribadi masing2 dalam menyikapinya. Dan disinilah anda yang tidak bisa bertanggung jawab.
    Tema yang anda sajikan didepan umum sama halnya membagikan uang yang bayak didepan orang dewasa dan anak2 kecil kemudian anda berlalu begitu saja berlagak sang dermawan yang wahh.., Mungkin orang dewasa bisa menggunakan uang itu dengan bijak,mungkin..tapi bagaimana dengan anak kecil?dia ingin membeli baju,rokok,atau minuman keras pun anda tidak ingin tahu. Anda lalu mengatakan dengan kembalikan kepada pribadi anak itu sendiri.
    Begitupun dengan tema yang anda angkat didepan umum yang anda sendiri tidak mahu tahu bahwa beberapa orang ada yang belum bisa berpikir dengan benar dan menyikapinya dengan benar. Sehingga tema yang anda angkat bisa membangkitkan permusuhan entah kepada orang lain atau kepada keluarganya. Dan sekali lagi anda akan mengatakan kembali kepada pribadi orang masing2.

    “Tidak semua orang tingkat ilmunya sama tetapi kalau kita bicara harus menunggu tingkat intelektual semua orang sama maka kapan kita bisa bicara?”

    Jadi alasannya karena ingin dan hanya ingin berbicara??parahnya anda berbicara tanpa mau bertanggung jawab atas “efek” yang anda sendiri bicarakan.

    “Yang gak ngerti boleh bertanya atau jika mereka mau mereka boleh pergi. Ini bukan masalah intelektual bung tapi ini akhmasalah AKHLAK”

    Akhlak katamu??anda berbicara akhlak tapi faktanya anda fokus kefiqih yang penuh perbedaan..

    “Kita ambil contoh sederhana bukankah baru2 ini umat islam berbeda dalam perayaan hari raya id, apakah karena perbedaan ini maka anda melarang jika ada salah seorang membahas dan menguatkan salah satu pendapat.”

    Saya tidak melarang tapi sayangkan anda yang lebih fokus pada perbedaan tanpa mencari titik temu.

    “Maaf bagi saya itu terkesan “pandangan yang tidak dewasa”. Sudah dari dulu saya mengajak siapapun untuk berdiskusi dengan santun
    terlepas apapun keyakinan mereka”

    kepada SP yang dewasa dengan menganggap pandangan orang lain tidak dewasa dan mengatakan bahwa pandangannyalah yang dewasa. Terimakasih SP kerena menegur saya, saya coba belajar kedewasaan yang anda sajikan ini..Dan kalau boleh bertanya bagaimana definisi anda tentang pandangan yang dewasa itu?
    BIar kita kaji bersama dewasa yang anda maksud.

  45. HAHAHA… KALAU SEMUA ORANG BERFIKIR SPT SI ‘JOE’ INI MAKA TIDAK ADA LAGI ORANG YG MENULIS, BERDIALOG, MENGKRITISI, DLL.. DLL… YA JADI HEWAN AJA HABIS MENCARI MAKAN LALU DIAM LALU NGANTUK LALU TIDUR LALU BERSETUBUH LALU TIDUR LAGI LALU BANGUN LAGI LALU MAKAN, DST..DST, ATAU SEPERTI LAGUNYA MBAH SURIP, HAHAHA … BEGO!!!

  46. @ SP

    JANGAN HIRAUKAN KOMENTAR JOE, PERCUMA ! TERUS AJA MENGKAJI PARA SAHABAT NABI AGAR DAPAT DIKETAHUI MANA SAHABAT NABI YG SEJATI DAN MANA SAHABAT NABI YG DURHAKA, TERUTAMA 3 KHALIFAH ITU!!!

  47. @ joe, on September 4, 2011 at 1:18 pm said:

    Tema yang anda sajikan didepan umum sama halnya membagikan uang yang bayak didepan orang dewasa dan anak2 kecil kemudian anda berlalu begitu saja berlagak sang dermawan yang wahh.., Mungkin orang dewasa bisa menggunakan uang itu dengan bijak,mungkin..tapi bagaimana dengan anak kecil?dia ingin membeli baju,rokok,atau minuman keras pun anda tidak ingin tahu. Anda lalu mengatakan dengan kembalikan kepada pribadi anak itu sendiri.

    Komentar saya: Analogi yg anda gambarkan tsb sangat mengada-ada!
    Karena bisa saja orang dewasapun salah dalam menggunakan uang bagian tsb dan itu tergantung tingkat ilmu dan keimanan ybs!
    Begitu juga thdp anak kecil yg mendapatkan uang bagian tsb itu tergantung dari didikan masyarakat sekitar spt. orng tua, teman, guru, dll. tentang bagaimana cara menggunakan uang dengan baik dan benar.

    Jadi anda tidak bisa mengatakan bahwa ‘si pembagi uang tsb tidak bertanggung jawab!’

    Dan itu pandangan saya dan jangan anda komentari pendapat saya! cukup anda analisa saja, salah dan benarnya terserah anda! karena saya amati anda hanya mencari pembenaran dan pemaksaan pandangan anda saja!

  48. Dan sebagai tambahan:

    Mempelajari sejarah apapun itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan ‘adil’ dan ‘tidak adil’! melainkan hanya kepada ‘benar’ dan ‘tidak benar’ saja, tetntunya dengan disertai bukti serta dalil yg telah disepakati oleh para ahli peneliti dan pengkaji sejarah tsb.! sehingga dapat disimpulkan ‘oh itu benar’ dan ‘oh itu tidak benar’.

    Dan menurut saya sdr. SP ini hanya mengajak kepada para pembaca utk mengkaji atau minimal mengetahui kembali sejarah, khususnya sejarah para sahabat Nabi saw dan hal itu adalah sangat positif!

  49. @ SP

    MENURUT QUR’AN DAN HADITS YG SUDAH DIKAJI DAN DITELITI OLEH PARA PAKAR ‘LAYAKKAH’ SAHABAT NABI TERUTAMA UMAR, ABU BAKAR DAN UTSMAN, MENJADI KHALIFAH?

    HEHEHE….. TOLONG DONG DI KUPAS

  50. @Joe

    Melihat cara kerja dari berfikir antum maka tampaknya Allah pun dapat antum persalahkan tatkala menurunkan Surah Al Maidah : 44 mengakibatkan kaum Khawarij melakukan pemberontakan dan pengkafiran dgn sebab buruknya pemahaman mereka mengenai ayat tersebut yg mengakibatkan tertumpahnya darah sesama kaum Muslimin. Inilah akibat dari tergesa-gesa untuk berbicara sebelum berfikir dengan benar dan jernih.

  51. @Joe

    “disinilah ketidakpastian anda tentang menerima fakta bahwa tidak semua orang baik dan santun dalam berdiskusi seperti yang anda bicarakan”. Dan anda mengembalikannya ke pribadi masing2 dalam menyikapinya. Dan disinilah anda yang tidak bisa bertanggung jawab.

    Dari dulu dan dimana saja tidak ada kepastian jika seseorang berbicara maka semua orang akan sepakat menerimanya tanpa ada yang menolak. Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] saja ketika menyampaikan mendapatkan respon penolakan dan penerimaan dari yang mendengarnya. Apakah Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] mau anda salahkan karena apa yang Beliau sampaikan menimbulkan penolakan dan permusuhan dari sebagian orang yang mendengarnya?. Penolakan dan penerimaan adalah respon yang wajar dari orang-orang yang mendengar. Apa masalahnya kalau tidak semua orang itu “baik”. Kalau anda berharap semua orang adalah “baik” maka silakan anda dengan harapan anda itu tetapi faktanya di dunia ini tidak begitu. Keragaman akan selalu ada, yang penting cara menyikapi keragaman itu yang perlu diperhatikan. Ada cara bersikap yang baik dan ada yang tidak

    Tema yang anda sajikan didepan umum sama halnya membagikan uang yang bayak didepan orang dewasa dan anak2 kecil kemudian anda berlalu begitu saja berlagak sang dermawan yang wahh..,

    Maaf bung tolong bangun, itu berlaku tidak hanya untuk saya tetapi untuk semua tulisan yang pernah atau belum pernah anda baca. Semua tema tulisan siapapun pembuatnya dapat dikenakan dengan analogi yang anda nyatakan

    Mungkin orang dewasa bisa menggunakan uang itu dengan bijak,mungkin..tapi bagaimana dengan anak kecil?dia ingin membeli baju,rokok,atau minuman keras pun anda tidak ingin tahu.Anda lalu mengatakan dengan kembalikan kepada pribadi anak itu sendiri.

    btw yah pikiran anda memang lain, mungkin anak kecil dalam pikiran anda adalah yang suka rokok dan minuman keras. itu menjelaskan cara anda dalam memandang sesuatu.

    Begitupun dengan tema yang anda angkat didepan umum yang anda sendiri tidak mahu tahu bahwa beberapa orang ada yang belum bisa berpikir dengan benar dan menyikapinya dengan benar. Sehingga tema yang anda angkat bisa membangkitkan permusuhan entah kepada orang lain atau kepada keluarganya. Dan sekali lagi anda akan mengatakan kembali kepada pribadi orang masing2.

    wah sekali lagi itu berlaku buat tulisan-tulisan lain yang bertemakan agama. Masalah fiqih saja bisa tuh dijadikan pembangkit permusuhan entah kepada orang lain atau keluarganya. Dan anda mau mengatakan itu salah da’i atau ustadz yang menyampaikan. Silakan itu pandangan anda dan terimalah untuk diri anda sendiri

    Jadi alasannya karena ingin dan hanya ingin berbicara??parahnya anda berbicara tanpa mau bertanggung jawab atas “efek” yang anda sendiri bicarakan.

    Memangnya anda sendiri apa tidak bertanggungjawab atas apa yang anda bicarakan, lihat saja disini komentar anda ditanggpi negatif oleh “peserta lain”. Dan mungkin menuruti apa yang anda katakan, komentar anda bisa jadi pembangkit permusuhan bagi entah kepada orang lain atau keluarganya.

    Akhlak katamu??anda berbicara akhlak tapi faktanya anda fokus kefiqih yang penuh perbedaan..

    Jangan asal bantah ah. akhlak yang saya bicarakan dari awal adalah bagaimana bersikap atas perbedaan yang ada baik itu perbedaan fiqih, pemikiran, keyakinan, pandangan dan lain-lain. Bersikap santun, berbicara yang baik sambil mengkritik sesuai kaedah keilmuan adalah akhlak. Sedangkan topiknya sendiri mungkin bisa jadi seperti apa yang anda bilang “fiqih yang penuh perbedaan”

    Saya tidak melarang tapi sayangkan anda yang lebih fokus pada perbedaan tanpa mencari titik temu.

    Maaf anda sedang berbicara tetapi tidak mengena pada apa yang anda tanggapi.Sekarang anda malah bicara “mencari titik temu”. Coba tuh anda sikapi perbedaan hari raya itu dan silakan sampaikan apa yang anda maksud mencari titik temu. Mencari titik temu tentu saja baik tetapi kalau tidak dapat titik temunya ya jangan dipaksakan dan ada tidaknya titik temu tidak berkaitan langsung akhlak dalam menyikapi perbedaan. Apa karena ada titik temu maka kita saling menghargai sedangkan kalau tidak ada titik temu maka kita saling memusuhi?.

    kepada SP yang dewasa dengan menganggap pandangan orang lain tidak dewasa dan mengatakan bahwa pandangannyalah yang dewasa. Terimakasih SP kerena menegur saya, saya coba belajar kedewasaan yang anda sajikan ini..Dan kalau boleh bertanya bagaimana definisi anda tentang pandangan yang dewasa itu?
    BIar kita kaji bersama dewasa yang anda maksud.

    Kalau anda memperhatikan dan tidak sibuk membantah maka anda akan paham bahwa yang saya maksud “dewasa” dalam hal ini adalah apapun perbedaan dan keragaman yang ada hendaknya disikapi dengan akhlak yang baik. Itu saya serukan kepada setiap orang tidak hanya anda. Tidak perlu fobia dengan “pandangan orang lain” karena yang namanya kebenaran akan selalu berharga dimanapun ia berasal. Kalau setuju ya diterima kalau tidak setuju ya ditinggalkan. Kalau benar diambil dan kalau salah silakan dikoreksi. Tidak perlu menyudutkan orang lain yang mengutarakan pandangannya, adalah hak setiap orang untuk berpendapat [tentu dengan cara yang baik] dan hak setiap orang pula untuk menanggapinya [tentu dengan cara yang baik pula]. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh umat islam bukannya bersikap “memusuhi” atau “mencela” saudaranya sesama muslim.

    Maaf kalau anda tersinggung dengan pernyataan saya bahwa pandangan yang anda kemukakan “tidak dewasa” tetapi walaupun begitu saya tidak akan memaksakan pandangan saya kepada anda. Silakan anda dengan pandangan anda dan saya dengan pandangan saya.Kita sudah sama-sama menyampaikan semuanya kembali pada pribadi masing-masing

  52. met Idul fitri @ SP taqoballallahu minna waminkum…

  53. @rian
    Selamat Idul Fitri mohon maaf atas salah dan khilaf saya 🙂

  54. @blackguard
    “sabar bang. istighfar” lalu untuk apa Allah menganugerahi qt otak?”

    Maksud anda apa de nyarankan saya istighfar,apakah ade berpikir saya ini lagi mengamuk atau apa?

    “kalau qt g boleh brpikir dulu sblm berbicara lalu untuk apa Allah menganugerahi qt otak?”

    Hehe ade ini menyarankan saya untuk berpikir dulu sebelum berbicara, sementara ade sendiri tidak melakukannya, Ade ini korban SP sama halnya mengatakan “hai kamu jangan pake bahasa indonesia disini!!” melarang orang pake bahasa indonesia sementara dia menggunakan bahasa indonesia sama saja menjatuhkan diri sendiri.
    Dan apakah ade berpikir bahwa otak manusialah yg berpikir, klu memang benar begitu, berdasarkan kesimpulan ade berarti sapi tetangga ade jauh lebih pintar dari pada ade karena sapi tetangga ade memiliki otak jauh lebih besar daripada ade sendiri. hehehe

    @Jack

    HAHAHA… KALAU SEMUA ORANG BERFIKIR SPT SI ‘JOE’ INI MAKA TIDAK ADA LAGI ORANG YG MENULIS, BERDIALOG, MENGKRITISI, DLL.. DLL… YA JADI HEWAN AJA HABIS MENCARI MAKAN LALU DIAM LALU NGANTUK LALU TIDUR LALU BERSETUBUH LALU TIDUR LAGI LALU BANGUN LAGI LALU MAKAN, DST..DST, ATAU SEPERTI LAGUNYA MBAH SURIP, HAHAHA … BEGO!!!

    Jack yang pintar..kepada anda terlalu pede seakan mengerti cara kerja pikiran saya?hebatnya anda menyimpulakan demikian.
    polisi yang belajar cara berpikir maling bukan berarti dia maling, tapi dari bahasa anda di atas anda pasti berteriak kepada polisi yang belajar tersebut bahwa dia MALING.hehehe..sekarang kata “BEGO” itu harusnya kembali dan setia kepada tuannya yaitu anda yg telah melepaskannya, tolong dipelihara baik2 yo, jangan dibiarkan lepas!!

    Dan sebenar-benarnya andalah yang memiliki pikiran demikian kalu tidak mengapa anda mendapatkan kesimpulan seperti itu..itukan tandanya andalah berpikir bukan saya. sekali lagi kata bego itu harusnya anda pelihara dan ajari baik2 sepuya setia kepada anda.

    Tambahan lagi..berdasarkan definisi SP yang bijak bahwa “dewasa dalam hal ini adalah apapun perbedaan dan keragaman yang ada hendaknya disikapi dengan akhlak yang baik. Itu saya serukan kepada setiap orang tidak hanya anda. Tidak perlu fobia dengan “pandangan orang lain” karena yang namanya kebenaran akan selalu berharga dimanapun ia berasal. Kalau setuju ya diterima kalau tidak setuju ya ditinggalkan. Kalau benar diambil dan kalau salah silakan dikoreksi. Tidak perlu menyudutkan orang lain yang mengutarakan pandangannya, adalah hak setiap orang untuk berpendapat [tentu dengan cara yang baik] dan hak setiap orang pula untuk menanggapinya [tentu dengan cara yang baik pula]. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh umat islam bukannya bersikap “memusuhi” atau “mencela” saudaranya sesama muslim.”

    Tadi anda telah mencela saya dengan mengatakan “bego” kemudian berdasarkan definisi SP tersebut di atas bahwa ANDA TIDAK DEWASA!!!!!!!!!!, karena terbukti anda mencela saya. jangan salahkan saya yo, karena yang secara nyata mendefinisikan demikian adalah SP sang bijaksana.

  55. @ joe, on September 5, 2011 at 5:31 pm said:

    Jack yang pintar..kepada anda terlalu pede seakan mengerti cara kerja pikiran saya?hebatnya anda menyimpulakan demikian.
    polisi yang belajar cara berpikir maling bukan berarti dia maling, tapi dari bahasa anda di atas anda pasti berteriak kepada polisi yang belajar tersebut bahwa dia MALING.hehehe..sekarang kata “BEGO” itu harusnya kembali dan setia kepada tuannya yaitu anda yg telah melepaskannya, tolong dipelihara baik2 yo, jangan dibiarkan lepas!!

    Heheheh berarti anda DETEKTIP YG BEGO dong kok sampe ke polisi segala!

    Udalah anda ini lebih baik diam itu lebih baik, jangan ngeyel soalnya kalau anda ngeyel malah ngrusak suasana aja, hehehe

    minal aidin wal faizin

  56. @SP
    “Dari dulu dan dimana saja TIDAK ADA KEPASTIAN jika seseorang berbicara maka semua orang akan sepakat menerimanya tanpa ada yang menolak”

    Benarkah?mari kita buktikan…
    Semua orang akan sepakat bahwa ‘SP=SP pada saat yang sama’. TIDAK MUNGKIN ‘SP=ORANG YANG MUNAFIK pada saat yang sama’. Kalau ada yang mengatakan bahwa mungkin saja SP=ORANG YANG MUNAFIK pada saat yang sama,tentu dia sudah “ngawur” setahu saya dan juga para penyanjungnya bahwa SP itu orang yang jujur, sekarang saya tanya kepada para pembaca khususnya kepada penyanjung SP semuanya tanpa terkecuali, adakah yangTIDAK SEPAKAT bahwa TIDAK MUNGKIN SP=ORANG YANG MUNAFIK pada saat yang sama????
    jika ada yang tidak sepakat tolong buktikan!!!

    Tapi sayangnya SP sendirilah yang mengatakan bahwa “Dari dulu dan dimana saja TIDAK ADA KEPASTIAN jika seseorang berbicara maka SEMUA ORANG AKAN SEPAKAT menerimanya TANPA ADA yang MENOLAK.” Dari argumen SP tersebut maka telah terbukti SP sendirilah yang mengakui TIDAK ADA KEPASTIAN bahwa ‘TIDAK MUNGKIN SP=ORANG MUNAFIK pada saat yang sama’ SEMUA ORANG AKAN SEPAKAT TANPA ADANYA PENOLAKAN. Artinya dia mengakui secara tidak langsung bahwa SP=ORANG MUNAFIK pada saat yang sama.

    Dia mengatakan “Mencari titik temu tentu saja baik tetapi kalau tidak dapat titik temunya ya jangan dipaksakan dan ada tidaknya titik temu tidak berkaitan langsung akhlak dalam menyikapi perbedaan”
    Nah kalau Si SP ini konsisten dengan kata-katanya maka dia juga mengatakan janganlah dipaksakan kalau tidak menemukan titik temu ada tidaknya titik temu tidak berkaitan langsung akhlak dalam menyikapi perbedaan antara kita yang sepakat bahwa ‘SP=SP’ dan dia TIDAK SEPAKAT BAHWA TIDAK MUNGKIN ‘SP=ORANG YANG MUNAFIK pada saat yang sama’. Tapi apakah anda semua yakin si SP konsisten dengan kata-katanya?padahal kita sama-sama tahu dia sendirilah yang mengakui secara tidak langsung dia itu MUNAFIK.

    Kepada anda korban SP, jangan anda sampai terjerumus semakin dalam karena anda sebenarnya belajar kepada orang yang mengaku secara tidak langsung bahwa dia MUNAFIK..itulah keNapa dia lebih tertarik mencari SAHABAT yang MUNAFIK karena ia sendiri juga MUNAFIK. Ia hanya mencari teman..sebagaimana orang cenderung berkumpul pada orang yang berminat sama, contoh orang yang senang minum-minuman keras lebih senang berkumpul pada orang yang juga suka minum-minuman keras. Jadi sekali lagi ia hanya mencari teman yang sama-sama MUNAFIK.

  57. @Joe

    Perkataan antum : Benarkah?mari kita buktikan…
    Semua orang akan sepakat bahwa ‘SP=SP pada saat yang sama’. TIDAK MUNGKIN ‘SP=ORANG YANG MUNAFIK pada saat yang sama’. Kalau ada yang mengatakan bahwa mungkin saja SP=ORANG YANG MUNAFIK pada saat yang sama,tentu dia sudah “ngawur” setahu saya dan juga para penyanjungnya bahwa SP itu orang yang jujur, sekarang saya tanya kepada para pembaca khususnya kepada penyanjung SP semuanya tanpa terkecuali, adakah yangTIDAK SEPAKAT bahwa TIDAK MUNGKIN SP=ORANG YANG MUNAFIK pada saat yang sama????
    jika ada yang tidak sepakat tolong buktikan!!!

    Ana merasa geli sendiri melihat cara antum membuat pernyataan sebagaimana tercantum diatas. Pernyataan antum yg menyebutkan bahwa ‘SP=SP pada saat yang sama’ tampaknya tak mengandung masalah dan itu adalah logis. Tapi yg menggelikan adalah pernyataan antum berikutnya : TIDAK MUNGKIN ‘SP=ORANG YANG MUNAFIK dan mungkin saja SP=ORANG YANG MUNAFIK pada saat yang sama lantas kemudian antum iringi dengan pertanyaan : adakah yangTIDAK SEPAKAT bahwa TIDAK MUNGKIN SP=ORANG YANG MUNAFIK pada saat yang sama????
    Dua pernyata antum yg menggunakan kata “mungkin” dan “tidak mungkin” saja menurut ana janggal rasanya jika disandingkan dengan kata “sepakat atau tidak sepakat”, sebab kemunafikan apakah ada pada diri seseorang ataukah tidak,maka hal itu lebih mengacu kepada “bukti” yg dapat dikemukakan oleh orang yg menuduhnya dan tidak tergantung pada seberapa banyak orang yg sepakat atau tidak sepakat dengan tuduhan tersebut.

    Perkataan antum selanjutnya :

    itulah keNapa dia lebih tertarik mencari SAHABAT yang MUNAFIK karena ia sendiri juga MUNAFIK. Ia hanya mencari teman..sebagaimana orang cenderung berkumpul pada orang yang berminat sama, contoh orang yang senang minum-minuman keras lebih senang berkumpul pada orang yang juga suka minum-minuman keras. Jadi sekali lagi ia hanya mencari teman yang sama-sama MUNAFIK.

    Pernyataan antum yg satu ini lebih menggelikan lagi sebab kalaulah “ketertarikan” seseorang akan sesuatu menjadi dasar “diasosiasikan” orang tersebut pada sesuatu yg menjadi ketertarikannya maka mengapa antum tidak sekalian saja mengatakan bahwa : PARA AHLI DAN PENELITI HEWAN-HEWAN LANGKA YANG MENGHABISKAN WAKTU DAN UMUR MEREKA GUNA MENELITI DAN MEMBUKTIKAN AKAN MASIH ADANYA HEWAN-HEWAN LANGKA TERSEBUT PADA HAKEKATNYA MEREKA ADALAH BUKAN MANUSIA MELAINKAN SEJENIS HEWAN LANGKA PULA DENGAN SEBAB KETERTARIKAN MEREKA DALAM MENELITINYA !!!

  58. Menyimak ….sambil menunggu tanggapan balik dari mas @SP atas pencantuman link diatas.

  59. Bukti terbesar kebangkrutan seseorang dalam diskusi ilmiah adalah ketika ia lari dari tema inti dan berbelok kepada masalah lain dan berbanga diri menggunakan bahasa2 ngawur kepada lawan diskusinya sehingga memecah kefokusan kajian!

    Kalau bicara DOSA, MUNAFIK, TIDAK ADIL, DLL, seluruh manusia di dunia ini MAU ULAMA’, SAHABAT NABI atau siapapun itu pasti memiliknya kecuali terhadap Rasulullah saw dan Ahlulbait beliau!

  60. Mbah saleh QQ Anti Shia, mau nanya
    Bukhari No. 212/2785.
    1. Tidaklah aku melakukan ini karena kufur dan tidak juga irtidad (berbalik meninggalkan Islam) dan juga bukan karena ridha dengan kekafiran setelah aku menerima Islam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Dia sudah berkata benar kepada kalian.Lalu ‘Umar berkata: Wahai Rasulullah, biarkan aku untuk memenggal batang leher munafiq ini.
    Penggalan Kalimat / paragraph tsb apakah berarti Umar tidak mau menerima penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Dia sudah berkata benar.. ????
    Sehingga umar berkata ; Wahai Rasulullah, biarkan aku untuk memenggal batang leher munafiq ini.
    2. Beliau berkata: Sungguh dia adalah termasuk orang yang ikut perang badar. Tahukah kamu, bahwa Allah sudah membebaskan para pejuang perang badar, dimana Dia berfirman: Berbuatlah sesuka kalian, sungguh Aku telah mengampuni kalian. Sufyan berkata: Dari mana sanad-sanad ini? (Sufyan kagum dengan urutan sanad dan orang-orangnya yang sangat gamblang disebutkan).
    Apa Maksud penggalan kalimat : Berbuatlah sesuka kalian, sungguh Aku telah mengampuni kalian
    Apakah artinya boleh melanggar hukum-hukum Allah yang berat dengan seenaknya …. Atau ada batasan, sampai dimana… bagaimana yang sesukanya itu…
    Apakah riwayat tsb tdk ada lanjutannnya ceritanya…?

  61. NAH INI BARU SESUAI TOPIK BAHASAN, AKU NYIMAK, HEHEHE

  62. @arys

    Rasanya pemilik blog. ini lebih pantas untuk menjawab pertanyaan tersebut dan mari kita nantikan saja bersama-sama, apa kira-kira jawabannya….OK

  63. Ngomong-ngomong sepertinya ada kabar terbaru dari blog. sebelah. Berita terakhir yg ana dapatkan telah terjadi “sesuatu” pada si pemilik blog tsb ….sesuatu yg tentu saja kita mohonkan kepada Allah agar kita dihindarkan darinya. Yang berminat silahkan mambaca kolom komentar pada blog tersebut tepatnya : http://secondprincee.wordpress.com/2011/08/18/sekilas-info-riwayat-aisyah-ummul-mukminin-melaknat-%E2%80%98amru-bin-ash/#comment-415

  64. EE..TERNYATA ‘BLOG SEBELAH’ MENGAKUI KALAU PARA ULAMA’ (ULAMA’ SUNNI) SEPAKAT UNTUK ‘MENUTUP-TUTUPI DAN MENGHAPUS SEJARAH KELAM (KESALAHAN2) SEBAGIAN SAHABAT NABI SAW’ AGAR TIDAK DIKETAHUI OLEH UMMAT!!!

    WAH, WAH, WAH SUNGGUH SUATU PERBUATAN YG MENYESATKAN UMMAT!!!

    PANTESAN DARI SAYA KECIL SMPAI SEKARANG INI SEBAGIAN BESAR TEMAN2 SAYA MENGANGGAP BAHWA SEMUA SAHABAT NABI SAW WAJIB DIIKUTI KALAU TIDAK BERDOSA!!! WALAUPUN SEBAGIAN SAHABAT NABI ITU MENYIMPANG!!! KARENA KALAU MEREKA SALAH DAPAT SATU PAHALA DAN KALAU BENAR DAPAT DUA PAHALA

    MEREKA JANGAN DIHINA, DIKRITIK, DICELAH, DIJELEKKAN APALAGI DILAKNAT WALAUPUN MEREKA BERBUAT DOSA, BAGI YG BERBUAT SEPERTI ITU MAKA AKAN DICAP SEBAGAI ORANG KAFIR DAN HALAL DARAHNYA, HEHEHE PEMAHAMAN YG SESAT SAYA KIRA

    TETAPI……..

    SERAPI-RAPINYA BANGKAI DIBUNGKUS DAN DISEMPROT MINYAK WANGI TETAP AKAN TERCIUM JUGA, HEHEHE

    ALLOHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMAD WA AALI MUHAMMAD

  65. makasich atas infonya msaleh ^^,

  66. @anti-shia

    maaf nih untuk saat ini, saya lagi males menanggapi orang yang suka “basa-basi” itu, tapi untuk anda mungkin link salafy berikut bisa jadi jawaban http://almanhaj.or.id/content/2953/slash/0

    saya kutip bagian yang menjadi hujjah

    Salah satu di antara sekian banyak penyimpangan yang dilakukan oleh lisan adalah mengatakan “seandainya” yang digunakan untuk menggugat taqdir atau syariat, atau untuk mengungkapkan kerugian (rasa sial) dan penyesalan terhadap apa yang sudah terjadi. Allah Azza wa Jalla berfirman :


    يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَّا قُتِلْنَا هَاهُنَا

    … Mereka (orang-orang munafik) berkata: “Seandainya kita memiliki (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”… [Ali Imran : 154].

    Ungkapan orang-orang munafik dalam firman Allah ini, adalah ungkapan “seandainya”, yang bermaksud untuk menggugat syari’at.

    Asbabun nuzul ayat ini adalah, peristiwa yang diceritakan oleh ‘Abdullah bin Zubair pada waktu perang Uhud, dia berkata : Zubair mengatakan : “Aku melihat diriku bersama-sama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kami ditimpa rasa takut yang amat sangat, lalu Allah memberi rasa ngantuk kepada kami. Tak ada seorangpun di antara kami, kecuali merasakan ketakutan ini pada hati mereka,” Zubair berkata lagi : “Lalu, demi Allah, aku mendengar ucapan Muattib bin Qusyair. Aku tidak mendengarnya, kecuali seperti mimpi. Muattib mengatakan,’Seandainya kita memiliki hak campur tangan dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan terbunuh disini’.”

  67. @msaleh

    Msaleh yang baik dan saya hormati salaam untuk anda..
    sebelum saya tanggapi komentar anda secara panjang lebar saya ingin bertanya dahulu:
    1. Apakah anda sepakat bahwa ‘PADA SAAT YANG SAMA TIDAK MUNGKIN/MUSTAHIL SP=ORANG YANG MUNAFIK???????

    @ABU BAKAR
    “Bukti terbesar kebangkrutan seseorang dalam diskusi ilmiah adalah ketika ia lari dari tema inti dan berbelok kepada masalah lain dan berbanga diri menggunakan bahasa2 ngawur kepada lawan diskusinya sehingga memecah kefokusan kajian!”

    Abu Bakar yang bijak dan baik salaam untuk anda…
    saya ingin bertanya anda sedang berbicara kepada siapa?SP,msalaeh,si pengamat,si jack atau sijoos atau mungkin kepada saya??
    jika anda berbicara kepada saya..okelah saya coba menanggapinya dengan ilmu saya yang sedikit ini:
    anda berkata: ‘Bukti terbesar kebangkrutan seseorang dalam diskusi ilmiah adalah ketika ia lari dari tema inti dan berbelok kepada masalah lain dan berbanga diri menggunakan bahasa2 ngawur kepada lawan diskusinya sehingga memecah kefokusan kajian!”

    wow…dibaca sekilas sangat bijak antum ini (mudah-mudahan anda benar2 jadi orang bijak)..
    Hanya saja anda tidak menyadari bahwa anda sendiri dalam berkomentar di atas sangat jelas juga bahwa anda lari dan berbelok dari tema inti
    jikalah saya seperti yang anda anggap berbangga diri dan menggunakan bahasa2 ngawur tolonglah tunjukkan dimana saya bersikap seperti itu?
    dan janganlah antum hanya dan hanya menggunakan prasangka antum untuk memvonis saya tanpa bukti yang kuat dan akurat karena kalau tidak, kata2 antum yang terkesan “negatif” kepada saya itu akan “menampar” kembali kepada antum dengan TELAK. Apakah anda mau saya buktikan?
    Dan perlu anda ketahui juga bahwa SP sendiri dan beberapa teman lain juga telah lari dari tema inti, itupun jika anda menyadarinya juga.

    Tapi saya Anggap Anda hanya BERCANDA saja…..

  68. @Joe

    semakin saya perhatikan komentar anda maka semakin jelas anda itu tidak punya itikad baik dalam diskusi ini, yang anda inginkan hanyalah membantah dan pada akhirnya anda membuat syubhat yang buruk

    Perkataan saya yang sederhana “Dari dulu dan dimana saja TIDAK ADA KEPASTIAN jika seseorang berbicara maka semua orang akan sepakat menerimanya tanpa ada yang menolak” mau anda jadikan syubhat untuk menuduh saya. Mari kita lihat pembuktian anda

    Benarkah?mari kita buktikan…
    Semua orang akan sepakat bahwa ‘SP=SP pada saat yang sama’. TIDAK MUNGKIN ‘SP=ORANG YANG MUNAFIK pada saat yang sama’.

    Pernyataan ‘SP=SP itu apa maskudnya, secara huruf saja antara ‘S dan S itu tidak sama :mrgreen:

    Kalau ada yang mengatakan bahwa mungkin saja SP=ORANG YANG MUNAFIK pada saat yang sama,tentu dia sudah “ngawur”

    Mungkin akan ada saja orang yang ngawur, seperti yang jelas-jelas saya lihat. Pernyataan sederhana yang umum kebenarannya saja anda buat-buat jadi bahasan ngawur. Siapa yang bisa memastikan tidak ada orang aneh yang ngawur

    setahu saya dan juga para penyanjungnya bahwa SP itu orang yang jujur, sekarang saya tanya kepada para pembaca khususnya kepada penyanjung SP semuanya tanpa terkecuali, adakah yangTIDAK SEPAKAT bahwa TIDAK MUNGKIN SP=ORANG YANG MUNAFIK pada saat yang sama????

    Lha mungkin itu menurut anda dan maaf juga menurut “penyanjung SP” yang anda katakan itu. Tetapi di dunia ini tidak hanya dipenuhi oleh anda dan “penyanjung SP”. Ada tuh salafy nashibi yang membenci saya dan menyebarkan tuduhan aneh kepada saya. Itu membuktikan premis yang saya katakan “Tidak ada kepastian jika seseorang berbicara maka semua orang akan sepakat menerimanya”

    jika ada yang tidak sepakat tolong buktikan!!!

    Ngapain pakai kata “buktikan”. Kalau ada orang ngawur mungkin seperti “nyalap” atau “spe” atau “alfanarku” yang menuduh SP munafik maka itu sudah membuktikan premis saya bahwa “tidak ada kepastian jika seseorang berbicara maka semua orang akan sepakat menerimanya. Orang yang menyukai SP mungkin tidak sepakat kalau SP itu munafik dan Orang yang membenci SP mungkin akan sepakat kalau SP itu munafik.

    Tapi sayangnya SP sendirilah yang mengatakan bahwa “Dari dulu dan dimana saja TIDAK ADA KEPASTIAN jika seseorang berbicara maka SEMUA ORANG AKAN SEPAKAT menerimanya TANPA ADA yang MENOLAK.” Dari argumen SP tersebut maka telah terbukti SP sendirilah yang mengakui TIDAK ADA KEPASTIAN bahwa ‘TIDAK MUNGKIN SP=ORANG MUNAFIK pada saat yang sama’ SEMUA ORANG AKAN SEPAKAT TANPA ADANYA PENOLAKAN. Artinya dia mengakui secara tidak langsung bahwa SP=ORANG MUNAFIK pada saat yang sama.

    Kalau tidak bisa berlogika ya gak usah dipaksa bung. Pernyataan yang benar adalah Tidak ada kepastian jika anda menyatakan ‘TIDAK MUNGKIN SP=ORANG MUNAFIK maka semua orang akan sepakat menerimanya tanpa ada yang menolak. Mengapa begitu? karena mungkin ada saja yang membenci SP menuduh SP munafik seperti tuh si nyalap bin spe. Itu kan sama saja dengan pernyataan Tidak ada kepastian jika saya menyatakan tidak mungkin Joe = munafik maka semua orang akan sepakat menerimanya tanpa ada yang menolak.

    Inti dari premis yang saya katakan adalah di dunia ini “penerimaan” dan “penolakan” itu tetap ada terlepas dari benar atau salah. Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] sendiri ketika menyampaikan risalah maka ada sebagian yang mendengarnya menolak dan menyatakan permusuhan, bahkan risalah ini menjadikan keluarga dan saudara kaum kafir terpecah belah, sebagian memihak Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan sebagian memusuhi Beliau. Hal yang dari awal anda permasalahkan adalah ini, ketika orang menyampaikan sesuatu dan ternyata yang mendengarnya menjadi risau hatinya, mencela atau memusuhi maka itu menjadi kesalahan dari yang menyampaikan. Maka secara tidak langsung anda sedang menyalahkan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Coba jawab itu bung, jangan kerjanya cuma membantah dengan syubhat murahan

    Dia mengatakan “Mencari titik temu tentu saja baik tetapi kalau tidak dapat titik temunya ya jangan dipaksakan dan ada tidaknya titik temu tidak berkaitan langsung akhlak dalam menyikapi perbedaan
    Nah kalau Si SP ini konsisten dengan kata-katanya maka dia juga mengatakan janganlah dipaksakan kalau tidak menemukan titik temu ada tidaknya titik temu tidak berkaitan langsung akhlak dalam menyikapi perbedaan antara kita yang sepakat bahwa ‘SP=SP’ dan dia TIDAK SEPAKAT BAHWA TIDAK MUNGKIN ‘SP=ORANG YANG MUNAFIK pada saat yang sama’. Tapi apakah anda semua yakin si SP konsisten dengan kata-katanya?padahal kita sama-sama tahu dia sendirilah yang mengakui secara tidak langsung dia itu MUNAFIK.

    Saya tanya anda ini munafik bukan?. siapa yang sepakat menyatakan anda munafik dan siapa yang sepakat menyatakan anda bukan munafik?. Kalau ada yang menyatakan SP= munafik, btw maka si SP mah simpel saja berkata “saya bukan orang munafik”. Nah bagaimana respon orang lain itu ya tergantung masing-masing orangnya. Yang benci sama SP mungkin sepakat kalau SP= munafik dan sebaliknya yang suka sama SP ya tidak sepakat. Yah mungkin sih, secara memang SP tidak tahu bagaimana pandangan semua orang terhadap SP.

    Kepada anda korban SP, jangan anda sampai terjerumus semakin dalam karena anda sebenarnya belajar kepada orang yang mengaku secara tidak langsung bahwa dia MUNAFIK..

    Silakan belajar bahasa indonesia dengan baik dan benar, uups sekalian belajar logika dasar biar gak asal bicara 🙂

    itulah keNapa dia lebih tertarik mencari SAHABAT yang MUNAFIK karena ia sendiri juga MUNAFIK. Ia hanya mencari teman..sebagaimana orang cenderung berkumpul pada orang yang berminat sama, contoh orang yang senang minum-minuman keras lebih senang berkumpul pada orang yang juga suka minum-minuman keras. Jadi sekali lagi ia hanya mencari teman yang sama-sama MUNAFIK.

    Syubhat murahan ah, sekarang anda menyatakan SP itu munafik padahal sebelumnya anda berkata setahu saya dan juga para penyanjungnya bahwa SP itu orang yang jujur. Ada apa dengan anda? bukankah salah satu ciri munafik adalah berkata dusta. Lagipula bagaimana mungkin dikatakan tujuan SP menulis tentang sahabat Badar yang tertuduh munafik yaitu Mu’attib bin Qusyair di atas SP mencari teman yang munafik yaitu Mu’attib. Lha SP hidup di zaman apa dan Mu’attib hidup di zaman apa. Apa menurut anda SP bisa berteman dengan orang yang hidup di zaman 1400 tahun lalu, see see see cara kerja logika anda jelas sangat menyedihkan, sungguh kasihan 🙂

  69. @ joe

    Ana mau nanya, Bagaimana pendapat antum tentang Umar, Abu Bakar, Utsman cs layakkah mereka dilaknat? atau layakkah mereka menjadi khalifah?

  70. 1.diantara domba2 ada 12 ekor serigala,gampang utk kita mebedakan 12 ekor tsb.dan tentunya srigala bukanlah domba
    bgmn dgn
    2.diantara domba2 ada 12 ekor yg tdk bertanduk.klu sprt ini gampang utk membedakannya,tetapi semuanya juga adalah domba.
    3.diantara anak ayam(umur sehari) ada 12 ekor yg betina.dgn sprt ini akan susah kita mengetahuinya mana yg betina mana yg jantan.
    perihal diantara sahabat ku ada 12 orang yg munafik.maka paling tdk analogi kedua bisa dipakai utk muattib krn muattib kebetulan lg sial krn ketahuan munafiknya.
    permasalahannya apakah cuma muattib saja yg munafik,bisa iya bisa tdk.
    tapi melihat kalimat dr ayat quran maka bentuk kalimat tsb adalah jamak (golongan yg lain)maka bisa dipastikan bhw ada lebih dari 1 (satu) orang yg munafik.
    maka kondisi ini masuk dalam analogi ke 3.maka selama ini ternyata mereka yg disebut sahabat ternyata ada yg munafik,bahkan sahabat dlm perang badar.
    apa boleh buat….

  71. @jack
    pertanyaan yg aneh…

  72. Rasanya, diskusi ini sudah agak aneh. Suasananya sudah seperti dulu lg. Dari segi kekacauan logika dan tingkat ke OOT an yg terbaca, jd teringat pd tokoh2 masa lalu yg telah datang dan pergi, walau nama yg muncul berbeda. Tp, semoga selanjutnya bisa fokus kembali pd topik awal

  73. @SP

    Semua komentar anda kepada saya di atas memang saya harus akui ada benarnya dan ada baik..Terimakasih SP..
    dengan kerendahan hati saya MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN..

  74. @joe
    saluuuT…!!

  75. @Mbah saleh, saya nanya ke sampean ko, malah dialihkan ke SP, bagi saya SP menjelaskan artikelnya udah cukup membentuk pemahaman,,,, sedakkan link yg mbah bawakan masih banyak menyisakan pertanyaan bagi saya.. karena itu alangkah baiknya jika mbah menanggapinya dgn menjelaskannya, tks

  76. @arsy

    Pertanyaan antum agak sedikit membingungkan bagi ana, sebab tanggapan ana sebelumnya ana tujukan pada sdr @arys dan bukan kepada antum yaitu @arsy. Coba lihat lagi deh penulisan dua nama yg tampak serupa tapi tidak sama itu….afwan sedikit mengklarifikasi.

    Adapun perkataan antum : “..sedakkan link yg mbah bawakan masih banyak menyisakan pertanyaan bagi saya.. “, menurut ana tidak terdapat kisah tentang sahabat Hathib bin Abi Balta’ah yg ditanyakan oleh sdr @arys diatas…dan ini tentunya membingungkan bagi ana. Sekian…wassalam

  77. @Jack
    “Ana mau nanya, Bagaimana pendapat antum tentang Umar, Abu Bakar, Utsman cs layakkah mereka dilaknat? atau layakkah mereka menjadi khalifah?”

    Bagi saya pertanyaan antum ini kental subjektifnya.
    Sebelum saya menjawab pertanyaan antum, saya ingin bertanya kembali,
    Menurut antum:
    1. apa definisi khalifah??
    2. Apa syarat2 menjadi khalifah??
    3. Bagaimana Konsep Laknat menurut antum?

  78. @joe

    Wah…ana terpaksa angkat jempol untuk coment antum yg terakhir itu.Salam damai…

  79. @joe, on September 7, 2011 at 11:05 am said:

    1. apa definisi khalifah??
    2. Apa syarat2 menjadi khalifah??
    3. Bagaimana Konsep Laknat menurut antum?

    Menurut antum sendiri apa?

  80. @jack n joe

    Ana mau nanya, Bagaimana pendapat antum tentang Umar, Abu Bakar, Utsman cs layakkah mereka dilaknat? atau layakkah mereka menjadi khalifah?

    pertanyaan yg tdk pantas n tdk pantas juga utk dijawab

  81. @ aldj, on September 6, 2011 at 9:33 pm said:

    pertanyaan yg aneh…

    hehehe Justru pertanyaan itulah yg seharusnya saya tanyakan kepada para guru agama saya ketika saya masih berusia 12 tahun

  82. Definisi khalifah saya rasa sudah tahu semuanya baik secara etimologi maupun istilah.

    Kalau syarat2 khalifah mari kita diskusikan ditinjau dari segi syariat, akal dan sejarah. Rasulullah mempunyai sifat fathonah masa hal2 yg kecil diajarkan oleh beliau seperti mau masuk wc, mau berkendara dll, kenapa hal yang besar tentang kepemimpinan beliau luput mengajarkannya… Benarkah ?

  83. Hehehe… oke satu2 aja dulu ya?

    @ joe, on September 7, 2011 at 11:05 am said:

    1. apa definisi khalifah??

    SEKALI LAGI JOE, BGMN MENURUT ANTUM?

  84. mbok ya bahas sesuai topik….jgn baru baca satu toipk ditempat lain mau mentas di therad yg bukan topiknya….cilakanya kalo diterusin isinya kosong….mending

    kembali ke laptop…..

  85. @jack
    ini alasan saya tak mau jawab..:

    “pertanyaan yg aneh…”

    “Rasanya, diskusi ini sudah agak aneh. Suasananya sudah seperti dulu lg. Dari segi kekacauan logika dan tingkat ke OOT an yg terbaca, jd teringat pd tokoh2 masa lalu yg telah datang dan pergi, walau nama yg muncul berbeda. Tp,semoga selanjutnya bisa fokus kembali pd topik awal”

    “pertanyaan yg tdk pantas n tdk pantas juga utk dijawab”

    kenapa komentar teman di atas seperti itu?ya pikirlah sendiri..

  86. Hehehe…. sebetulnya topik dan pertanyaan yg saya ajukan walaupun melenceng toh tetap menyangkut para sahabat Nabi saw juga, bahkan ‘DEDENGKOTNYA SAHABAT LHO?’

    Mengenai topik dan pertanyaan ana yg saya ajukan….Kalo melenceng sih ya…. kalau tidak pantas sih… ah nggak sih pantas aja, kan saya hidup bukan dijaman NAbi saw, jadi wajarkan saya bertanya spt itu?…. kalau aneh, dimana anehnya ya? hehehe

    Salam damai

  87. @Jack,
    santai jack kita sambil minum kopi dulu:)
    emm.. pada dasarnya teman-teman kita di atas kagak berani mengkritik SP. Kenapa? yah itu tadi kata SP taqliq buta..:mrgreen:

  88. @joe

    Yang penting jangan taqlid seperti salafy nashib bener2 dicocok tuh hidungnya dari syaikh2nya,

    Bukti saya tidak taqlid, saya ex salafy nashibi dan teman2 sy dari NII, JT,LDII semua masuk mazhab AB, Bagaimana dg anda..?

    Adapun dg mas Sp karena kita sejalan jika terdapat keganjilan pada tulisan Sp, kenapa kita ga berani mengkritik..!!

    Intinya jika kita dari kecil menganut mazhab sunny kemudian sampai mati msh tetap pd mazhabnya di pastikan org seperti ini taqlid.

  89. Tanggapan alfanarku

    terdapat bukti dari Al-Qur’an bahwa kaum munafik tidak ikut serta dalam perang uhud, sehingga yang ikut dalam perang uhud tinggal kaum Muslimin, silahkan dibaca kembali.

    Mengenai artikel Al-Manhaj, kita bisa kompromikan, bahwa memang apa yang diucapkan oleh Mu’attib adalah merupakan keyakinan jahiliyyah dan mirip dengan perkataan kaum munafik tetapi Mu’attib ataupun yang lainnya yang ikut dalam perang Uhud tersebut adalah bukan golongan kaum munafik karena kaum munafik tidak ikut serta dalam perang Uhud, mereka lebih tepatnya adalah orang-orang yang di hatinya masih melekat sangkaan-sangkaan jahiliyyah dan keraguan. Tetapi Allah langsung mentarbiyah mereka dengan mnurunkan ayat-ayat-Nya yang mulia.

    Silahkan bandingkan bagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran : 154 dengan Ali Imran : 167-168. Allah menggunakan kata-kata lebih lembut ketika berbicara dengan kaum muslimin, walaupun mereka melakukan kesalahan, tetapi jika anda baca ayat 168, Allah menolak perkataan kaum munafik dengan keras

    ayat 154 :
    Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.”

    ayat 168 :
    Katakanlah: “Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar.”

  90. @jack n joe
    diatas kebenaran ada yg namanya bijak,imam marja di syiah sprt imama khomenei n imam ali khamenei sj melarang pengikutnya utk masuk dlm perkara ini,krn mudharatnya lebih banyak

  91. @Ahmad

    terdapat bukti dari Al-Qur’an bahwa kaum munafik tidak ikut serta dalam perang uhud, sehingga yang ikut dalam perang uhud tinggal kaum Muslimin, silahkan dibaca kembali.

    Maaf, yang dikatakan alfanarku itu bukan bukti tapi cuma akal-akalan basa-basinya terhadap ayat Al Qur’an. Contoh Bukti itu seperti yang saya tunjukkan terdapat riwayat shahih dari Abu Thalhah bahwa kaum munafik ikut dalam perang Uhud. Alfanarku itu kagak ngerti ilmu hadis, ia mencacatkan hadis dengan akal-akalannya. Hadis riwayat Abdul A’la dari Sa’id dari Qatadah termasuk sanad yang terdapat dalam kitab shahih. Mau mencacatkan Sa’id karena tadlis maka itu berarti mencacatkan banyak hadis shahih dalam Shahih Bukhari Muslim, mau mencacatkan Sa’id karena ikhtilath silakan tengok kitab Rijal, Abdul A’la termasuk yang meriwayatkan sebelum mengalami Ikhtilath. Ditambah lagi Sa’id memiliki mutaba’ah seperti yang disebutkan oleh Abu Nu’aim dan riwayat Baihaqi yang dinukil Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya. Yang begini lebih layak dikatakan bukti.

    Ini riwayat Abu Nu’aim

    حَدَّثَنَا أَبُو عَلِيِّ بْنُ الصَّوَّافِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ الْحَسَنِ الْحَرْبِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا شَيْبَانُ ، عَنْ قَتَادَةَ ، حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ ، أَنَّ أَبَا طَلْحَةَ ، قَالَ ” غَشِيَنَا النُّعَاسُ وَنَحْنُ فِي مَصَافِّنَا يَوْمَ أُحُدٍ ، فَجَعَلَ سَيْفِي يَسْقُطُ مِنْ يَدِي ، وَآخُذُهُ وَيَسْقُطُ وَآخُذُهُ ، قَالَ : وَالطَّائِفَةُ الأُخْرَى الْمُنَافِقُونَ لَيْسَ لَهُمْ هَمٌّ إِلا أَنْفُسَهُمْ ، أَجْبَنَ قَوْمٍ ، وَأَرْعَبَهُمْ ، وَأَخْذَلَهُ لِلْحَقِّ ، يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ سورة آل عمران آية 154 ، كَذَبَةٌ ، إِنَّمَا هُمْ أَهْلُ شَكٍّ وَرَيْبَةٍ فِي أَمْرِ اللَّهِ ”

    dan ini riwayat Baihaqi yang dinukil Ibnu Katsir

    وقال البيهقي : أخبرنا أبو عبد الله الحافظ أخبرني أبو الحسين محمد بن يعقوب ، أخبرنا محمد بن إسحاق الثقفي ، حدثنا محمد بن عبد الله بن المبارك المخزومي ، حدثنا يونس بن محمد ، حدثنا شيبان ، عن قتادة ، حدثنا أنس بن مالك ، أن أبا طلحة قال : غشينا النعاس ونحن في مصافنا يوم أحد ، فجعل سيفي يسقط من يدي وآخذه ، ويسقط وآخذه ، قال : والطائفة الأخرى المنافقون ليس لهم هم إلا أنفسهم ، أجبن قوم وأرعنه ، وأخذله للحق ( يظنون بالله غير الحق ظن الجاهلية ) كذبة ، أهل شك وريب في الله عز وجل

    Riwayat Abu Thalhah jelas shahih. Alfanarku itu memang paling ahli kalau soal menolak hadis pakai akal-akalan alias “basa-basi”. Udah dari dulu kami ingatkan agar ia belajar ilmu hadis eeeh bukannya diperhatikan malah “ngeyelnya” lebih diperparah.

    Mengenai artikel Al-Manhaj, kita bisa kompromikan, bahwa memang apa yang diucapkan oleh Mu’attib adalah merupakan keyakinan jahiliyyah dan mirip dengan perkataan kaum munafik tetapi Mu’attib ataupun yang lainnya yang ikut dalam perang Uhud tersebut adalah bukan golongan kaum munafik karena kaum munafik tidak ikut serta dalam perang Uhud, mereka lebih tepatnya adalah orang-orang yang di hatinya masih melekat sangkaan-sangkaan jahiliyyah dan keraguan. Tetapi Allah langsung mentarbiyah mereka dengan mnurunkan ayat-ayat-Nya yang mulia.

    maaf anda tidak mengerti arti kata “kompromikan”. Apa yang anda lakukan sedang menolak pernyataan artikel manhaj bukannya mengkompromikan. Anda itu sama saja dengan alfanarku lebih mengandalkan akal-akalan dalam berhujjah. btw kalau saya mengandalkan kitab sirah maka Mu’attib ini lebih jelas lagi kemunafikannya karena disebutkan bahwa ia termasuk dalam kelompok yang mendirikan Masjid Dhirar, itu yang disebutkan dalam kitab Sirah. Jadi “tarbiyah” yang anda katakan sekali lagi cuma akal-akalan anda dan alfanarku sahaja.

    Silahkan bandingkan bagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran : 154 dengan Ali Imran : 167-168. Allah menggunakan kata-kata lebih lembut ketika berbicara dengan kaum muslimin, walaupun mereka melakukan kesalahan, tetapi jika anda baca ayat 168, Allah menolak perkataan kaum munafik dengan keras

    apa anda mau bilang kalau Allah menggunakan kata-kata lembut pada Ali Imran 154 terhadap kaum munafik, sungguh aneh. btw silakan tuh anda baca penjelasan para ulama tafsir bukannya taklid pada penjelasan alfanarku yang “ngawur”. Nih contoh ulama tafsir yaitu Al Qurtubi dalam tafsirnya Jami’ Al Ahkam berkata tentang Ali Imran 154

    وطائفة قد أهمتهم أنفسهم والطائفة تطلق على الواحد والجماعة . يعني المنافقين : معتب بن قشير وأصحابه

    Ibnu Jarir dalam Tafsir Ath Thabari

    قال أبو جعفر : يعني بذلك جل ثناؤه : “وطائفة منكم” ، أيها المؤمنون”قد أهمتهم أنفسهم” ، يقول : هم المنافقون لا هم لهم غير أنفسهم ، فهم من حذر القتل على أنفسهم

    Kalau anda lebih suka akal-akalan alfanarku ya silakan tetapi maaf itu gak laku disini sebagai bantahan, tidak ada nilainya

    ayat 154 :
    Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.”

    ayat 168 :
    Katakanlah: “Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar.”

    Yang anda dan alafanarku jadikan hujjah cuma persepsi saja terhadap suatu ayat apakah kata-katanya lembut atau keras. Maaf persepsi anda dan alfanarku tidak menjadi hujjah, silakan anda bangun dari dunia “basa-basi” dan terima kebenaran.

  92. @Msaleh
    Salam juga.
    Mbah saleh padahal sampeyan menuliskan inisial “msaleh”, saya panggil mbah saleh mau tapi ketika saya menulis inisial terbalik dari @arys menjadi @arsy menjadi membingungkan sampeyan, padahal klu sedikit kekeliruan dari inisial saya sampeyan jadi bingung, tapi saya sebut dgn nama yang berbeda sampeyan tidak bingung, saya jadi sedikit aneh melihat logika yang digunakan
    Ya, saya memang tdk bertanya tentang “sahabat Hathib bin Abi Balta’ah”, saya hanya menanyakan yang saya tulis dari penggalan paragraph hadits tsb, karena yg itulah sebagian yg menurut saya tidak jelas, kalau sampeyan emang memahami hadits tsb secara utuh tentu sampeyan bisa menjelaskan, tidak membawa kepermasalahan yang lain,
    Demikian, tks wassalam

  93. @arsy

    “,,, sedakkan link yg mbah bawakan masih banyak menyisakan pertanyaan bagi saya..”

    Tolong jelaskan ke ana pada kata “link” yg antum maksud karena hal ini jelas membingungkan bagi ana. Adapun perkataan antum yg menyebut ana dgn “Mbah saleh” tak ada yg perlu dibingungkan karena itu mutlak hak antum untuk menggelari apa pun lawan diskusi antum…toh tanpa harus bingungpun antum sendiri sudah mengakui bahwa tambahan itu berasal dari antum sendiri…gitu aja kok repot.

  94. @arsy

    “Ya, saya memang tdk bertanya tentang “sahabat Hathib bin Abi Balta’ah”, saya hanya menanyakan yang saya tulis dari penggalan paragraph hadits tsb, karena yg itulah sebagian yg menurut saya tidak jelas, kalau sampeyan emang memahami hadits tsb secara utuh tentu sampeyan bisa menjelaskan, tidak membawa kepermasalahan yang lain…”

    Tolong sebaiknya antum cantumkan hadis yg hendak antum tanyakan tersebut secara utuh disini agar jelas konteks persoalannya dan tidak menambah kebingungan baru buat ana. Kalau ana bisa jawab ana akan jawab dan kalau pun tidak mungkin yg lain akan bisa membantu.

  95. @husainahmad

    “Yang penting jangan taqlid seperti salafy nashib bener2 dicocok tuh hidungnya dari syaikh2nya,”

    joe: Benar bro…dan kebanyakan dari pengikutnya berkata seperti: “Mereka itu sesat, mereka itu munafik,mereka itu bid’ah,mereka itu kafir.
    Ketika dimintai bukti2 Ilmiah mereka cenderung berkata: “itu fatwa MUI,itu kata ulama”,itu ada di dalam hadist.”

    Husain:Bukti saya tidak taqlid, saya ex salafy nashibi dan teman2 sy dari NII, JT,LDII semua masuk mazhab AB, Bagaimana dg anda..?”

    Joe: saya sama seperti anda yang mencari kebenaran bro . Belum bisa saya menetapkan mazab apa, karena masih dalam proses “perbandingan” mazab. Tapi sayangnya, referensi yang saya miliki sangat terbatas, buku-buku karangan dari mereka yang mermazab AB susah sekali mencarinya, terlebih lagi saya tinggal diplosok deso nan jauuh. Jadi maklumlah kalau saya ini banyak tidak tahunya yang datang kesini seperti “preman kampung”.:-)

    btw Saya ini ingin mencari teman di “dunia nyata” tempat saya bertanya yang bisa menjelaskan kepada saya tentang mazab AB itu secara menyeluruh, tapi sampai sekarang kaga ketemu, klu “salafi” mah banyak.

    Husain:Adapun dg mas Sp karena kita sejalan jika terdapat keganjilan pada tulisan Sp, kenapa kita ga berani mengkritik..!!”

    joe: hmm…saya tunggu kritikan anda terhadap SP dan kalu bisa “bantai” bangunan argumen si SP itu. sampai dia mengakui kesalahannya. Karena saya hanya ingin tahu adakah dari mereka yang sejalan dengan SP, benar-benar juga tidak bertaqliq buta. Kalau saya pribadi belum berani mengkritik tema di atas, karena memang saya ini kagak tahu ilmu hadist. jadi maklumlah yang saya komentari jauh dari tema layaknya “preman kampung” yang minta kopi di “rumah” SP ini.:-)

    Btw..teman2 yang lain itu sibuk baget ngurusi orang yang lari dari tema, terkesan serius bangetlah. sangking seriusnya “kopi” yang disuguhin si SP pun kaga diminum.:-)

    Husain:intinya jika kita dari kecil menganut mazhab sunny kemudian sampai mati msh tetap pd mazhabnya di pastikan org seperti ini taqlid.”
    Joe: Bagimana pendapat anda orang sedari kecilnya sudah mermazab AB?

    @aldj
    diatas kebenaran ada yg namanya bijak,imam marja di syiah sprt imama khomenei n imam ali khamenei sj melarang pengikutnya utk masuk dlm perkara ini,krn mudharatnya lebih banyak

    joe: Maaf saya gak tahu dan benar2 gak tahu itu. Karena memang saya ini bukan mazab AB. saya masih dalam kebingungan mas, Masih dalam tahap “banding membandingkan” mazab.
    Anggap saja komentar2 saya adalah diwaktu jam “istirahat”. Dan walaupun si SP hendak mengapus komentar saya yang “di jam istirahat itu” tak mengapalah.

  96. @joe
    selamat mencari kebenaran mas… Saya juga masih awam tentang mazhab AB karena blm genap setahun memasukinya. Mengenai ilmu hadispun sama awam juga makanya koment saya asal2an.

    Untuk literatur mazhab AB saya juga kesulitan mencarinya dan saya juga ingin mencari teman di dunia nyata untuk berdiskusi walaupun sampe ke cirebon dan memang di cirebon sendiri blm begitu banyak mazhab AB yang banyak memang salafi,

    Bagaimana pendapat anda orang yang sedari kecil bermazhab AB.
    Jawab.
    Alhamdulillah aja mas disyukuri… Karena kalau kita kumpulkan dan menganalisa hadis dari sisi syariah, akal dn sejarah maka kebenaran itu akan bermuara kpd Ahlul Bait.
    Dan Nanti setelah dewasa kewajiban dia yang mencari kebenaran…

  97. @SP
    hadis di atas tidak shahih, karena terdapat banyak an’anah, yang besar kemungkinan di dalamnya terjadi tadlis dan irsal.
    sekalipun an’anah-nya shahih, mohon anda bisa membuktikan adanya “perjumpaan” (liqa) atau “pendengaran” (sima’) antara perawi yang melakukan an’anah di atas sebagai syarat bahwa sanad di atas memang benar-benar muttasil sehingga bisa ditetapkan sebagai hadis shahih.
    adapun bila belum memenuhi persyaratan ini hadis ini tetap dhaif dan sedikitpun tidak bisa dijadikan hujjah.
    adapun takrij anda yang hanya menyebutkan tadil perawi yang anda copy paste dari beberapa kitab saya pikir itu hanya “ngeles” orang bodoh saja untuk menutupi ketidak shahihan hadis di atas dan untuk mengelabui manusia awam yang tidak mengerti hadis. dan saya sangat tidak ragu bahwa anda ini orang bodoh dan penipu.
    modal copy paste saja tidak cukup tanpa bisa menganalisa dengan cermat.
    kesimpulan saya: Anda tidak mengerti hadis dan cara mendudukan hadis.
    terakhir: Anda adalah orang dungu
    @ pembaca yang mencari kebenaran
    Tinggalkan lah blog ini karena ngga ada isinya bahkan pemilikny adalah orang yang berotak tumpul.

  98. @upin

    orang bodoh itu adalah orang yang tidak bisa mengukur ilmunya sendiri tetapi menuduh orang lain bodoh. Maaf jika anda mengatakan riwayat an anah dhaif karena kemungkinan terjadi tadlis dan irsal maka secara tidak langsung anda mendhaifkan banyak [bahkan ratusan atau lebih] hadis dalam Kitab shahih [shahih Bukhari dan Muslim].

    Dalam ulumul hadis, telah disebutkan dan menjadi ijmak di kalangan muhaddis bahwa riwayat an anah perawi tsiqat yang bukan mudalis dan tidak ada keterangan irsal maka riwayatnya dianggap muttashil. Jika tidak percaya silakan lihat kitab Ulumul hadis. saran saya belajarlah dengan baik 🙂
    Salam

  99. hmmm. jadi shahih bukhari dan shahih muslim mau dijadikan tameng ya…
    he he he he.
    begini saja.
    tolong anda cari satu hadis saja dalam shahih bukhari yang disana an’anahnya tidak menunjukan kemuttasilan seorang perawi, bila anda ingin mengaitkan penilaian saya ke anda dengan berpijak pada dua kitab hadis di atas.

    point yang kedua dari anda saya minta dulu buktinya, di kitab mana? jangan hanya klaim!

    nanti kita lihat siapa yang bodoh di antara kita

    salam

  100. @upin, on September 10, 2011 at 7:52 am said:
    nanti kita lihat siapa yang bodoh di antara kita

    emm…inilah yang saya tunggu-tunggu..

  101. Kalau yg ini maksudnya bagaimana? (mohon penjelasan)

    Apakah Yang Terdapat ‘An’anah Juga Termasuk Hadits Mursal Atau Munqathi’ ?

    Ibnu Shalah berkata:

    وقد حاول بعضهم أن يطلق على الإسناد المعنعن اسم ” الإرسال ” أو ” الإنقطاع “

    “Sebagian ulama hadits ada yang memutlakkan bahwa hadits yang pada sanadnya terdapat ‘an’anah adalah termasuk hadits mursal atau munqathi‘”

    Beliau lalu berkata:

    والصحيح الذي عليه العمل: أنه متصل محمول على السماع، إذا تعاصروا، مع البراءة من وصمة التدليس. وقد ادعى الشيخ أبو عمرو الداني المقريء إجماع أهل النقل على ذلك، وكاد ابن عبد البر أن يدعي ذلك أيضاً

    “Yang benar untuk dipraktekan dalam masalah ini adalah bahwa hadits yang sanadnya terdapat ‘an’anah itu muttashil dan memiliki kemungkinan sima’ dengan syarat:

    Kedua perawi sezaman
    Bukan orang yang sering melakukan tadlis

    Syaikh Abu ‘Amr Ad Dani Al Maqri’i meng-klaim adanya ijma ahli hadits dalam pendapat ini. Demikian juga Ibnu Abdil Barr”.

    Menurut Ibnu Katsir, pendapat inilah yang dipegang oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim. Dalam Muqaddimah Shahih Muslim, beliau telah mengkritisi pendapat yang mensyaratkan dipastikannya kedua perawi bertemu dan tidak cukup hanya sezaman. Ada yang mengatakan itu pendapatnya Imam Al Bukhari. Namun nampaknya, yang benar itu pendapatnya Ali Al Madini, bahwa Ali Al Madini mensyaratkan dipastikannya kedua perawi bertemu untuk menghukumi sebuah hadits itu shahih. Adapun Al Bukhari tidak mensyaratkan demikian, walau memang, di kitab Shahih Bukhari beliau menerapkan syarat tersebut. Abul Muzhaffar As Sam’ani bahkan menambahkan syarat lain yaitu kedua perawi harus sudah lama kenal. Abu ‘Amr Ad Dani menjelaskan: “Jika sudah ma’ruf bahwa perawi A sudah biasa meriwayatkan dari perawi B, maka ‘an’anah tetap diterima”. Al Qabisi memiliki patokan: “Diterima jika antara kedua perawi sudah sangat kenal”

    Pada Imam ahli hadits juga berselisih pendapat tentang lafadz ” أن فلاناً قال ” (Fulan telah berkata…), apakah lafadz ini sama dengan lafadz ” عن فلان ” (Dari Fulan…) sehingga dianggap muttashil sampai ada kabar shahih yang menyelisihinya? Ataukah dua lafadz tersebut berbeda hukumnya? Imam Ahmad bin Hambal, Ya’qub bin Abi Syaibah, Abu Bakr Al Bardiji menyatakan bahwa dua lafadz tersebut berbeda hukumnya. Mereka menyatakan bahwa lafadz ” عن ” hukumnya muttashil, sedangkan lafadz “ أن فلاناً قال كذا” hukumnya munqathi’ sampai ada kabar shahih yang menyelisihinya. Namun, mayoritas ulama ahli hadits berpendapat keduanya sama-sama muttashil. Ini juga pendapat Ibnu Abdil Barr dan Imam Malik bin Anas.

    Ibnu ‘Abdil Barr juga menuturkan adanya ijma tentang lafadz-lafadz sanad dari sahabat semisal berikut dihukumi sama yaitu muttashil, baik berupa lafaz:

    ” عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ” (Dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam), atau
    ” قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ” (Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda), atau
    ” سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم ” (Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam)

    Syaikh Abu ‘Amr Ad Dani juga membahas tentang kasus, jika seorang rawi meriwayatkan secara musnad, padahal perawi yang lain meriwayatkan secara mursal. Sebagian ulama ada yang memberikan poin negatif pada sisi ‘adalah perawi pertama tersebut, jika perawi yang memursalkan lebih kuat dhabt-nya dan lebih banyak jumlahnya. Ada pula yang menerimanya jika perawi yang memusnadkan lebih kuat dhabt-nya dan lebih banyak jumlahnya. Sebagian lagi ada yang menerima perawi yang memusnadkan secara mutlak, jika ia ‘adil dan dhabit. Pendapat terakhir ini disetujui oleh Al Khatib, Ibnu Shalah dan mereka menyandarkan pendapat ini kepada para ulama fuqaha dan ulama ahli ushul, dan mereka menuturkan pendapat Imam Al Bukhari yang menyatakan:

    الزيادة من الثقة مقبولة

    “Tambahan lafadz dari orang yang tsiqah itu diterima”

    [Diterjemahkan dari Al Ba’its Al Hatsits, karya Al Imam Abul Fida’ Ibnu Katsir]

  102. SAYA HANYA BERPENDAPAT BAHWA ‘AN ANAH DALAM SUATU HADIS TIDAK BERARTI HADIS TSB DHAIF ATAU TIDAK SAHIH

    Seperti kasus yg menarik untuk diperhatikan di bawah ini tentang

    ALLAH SWT BERBICARA DENGAN IMAM ‘ALI AS.

    Imam Ali AS memiliki kedudukan khusus di sisi Allah SWT dan RasulNya. Kedudukan yang tidak dimiliki oleh para sahabat Nabi SAW yang lain termasuk Abu Bakar, Umar dan Utsman. Ada sebuah riwayat yang menunjukkan salah satu keistimewaan Imam Ali

    Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi 5/639 no 3726

    حدثنا علي بن المنذر الكوفي حدثنا محمد بن فضيل عن الأجلح عن أبي الزبير عن جابر قال دعا رسول الله صلى الله عليه و سلم عليا يوم الطائف فأنتجاه فقال الناس لقد طال نجواه مع ابن عمه فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم وما انتجيته ولكن الله أنتجاه

    Telah menceritakan kepada kami Ali bin Mundzir Al Kufi yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail dari Al Ajlah dari Abi Zubair dari Jabir yang berkata “Rasulullah SAW memanggil Ali pada hari Thaif , kemudian berbicara berdua saja. Maka orang-orang berkata “Lama sekali pembicaraan Beliau dengan anak pamannya”. Maka Rasulullah SAW berkata “Bukan Aku yang berbicara berdua dengannya akan tetapi Allah lah yang berbicara berdua dengannya”.

    Tirmidzi berkata tentang hadis ini “hadis hasan gharib tidak diketahui kecuali dari hadis Al Ajlah dan telah diriwayatkan oleh selain Ibnu Fudhail dari Al Ajlah”.

    Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam Musnad Abu Ya’la 4/118 no 2163

    حدثنا أبوهشام حدثنا ابن فضيل حدثنا الاجلح عن أبي الزبير عن جابر قال لما كان يوم الطائف ناجى رسول الله صلى الله عليه و سلم عليا فأطال نجواه فقال بعض أصحابه لقد أطال نجوى ابن عمه ! فبلغه ذ لك فقال ما أنا انجيته بل الله أنتجاه

    Telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudhail yang berkata telah menceritakan kepada kami Al Ajlah dari Abi Zubair dari Jabir yang berkata “pada hari Thaif Rasulullah SAW berbicara berdua saja dengan Ali, maka sebagian sahabat berkata “Lama sekali pembicaraan Beliau dengan anak pamannya”. Ketika disampaikan pada Rasul, Beliau SAW berkata “bukan Aku yang berbicara dengannya tetapi Allah yang berbicara dengannya”.

    Syaikh Husain Salim Asad dalam Tahqiqnya terhadap Musnad Abu Ya’la no 2163 berkata tentang hadis ini

    رجاله رجال الصحيح غير أجلح

    Para perawinya adalah perawi shahih kecuali Ajlah.

    Hadis riwayat Tirmidzi dan Abu Ya’la tersebut adalah hadis yang shahih karena telah diriwayatkan oleh para perawi tsiqat. Al Ajlah adalah seorang yang dinilai tsiqah dan shaduq, terdapat sebagian orang yang mencacatnya tanpa menyebutkan alasan atau sebab cacatnya oleh karena itu pendapat yang benar adalah dia seorang yang tsiqah minimal shaduq. Berikut keterangan mengenai perawi hadis Tirmidzi

    * Ali bin Mundzir Al Kufi, biografinya disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 7 no 627 dan ia telah dinyatakan tsiqat oleh Abu Hatim, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Ibnu Numair. Dalam At Taqrib 1/703 Ibnu Hajar menyatakan ia shaduq tasyayyu.

    * Muhammad bin Fudhail bin Ghazwan, biografinya disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 9 no 660 dan ia telah dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in, Ibnu Hibban, Al Ajli, Ibnu Syahin, Ali bin Madini, Ibnu Sa’ad dan Yaqub bin Sufyan. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 2/124 menyatakan ia shaduq dan tasyayyu.

    * Al Ajlah bin Abdullah Al Kindi, biografinya disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 1 no 353 dan ia telah dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in, Al Ajli dan Yaqub bin Sufyan. Amr bin Ali dan Ibnu Ady menyatakan bahwa Al Ajlah hadisnya lurus dan shaduq. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/72 menyatakan bahwa Al Ajlah seorang syiah yang shaduq.

    * Abu Zubair Al Makki, dia adalah Muhammad bin Muslim bin Tadrus Al Makki. Biografinya disebutkan Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 9 no 729. Abu Zubair telah dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in, Nasa’i, Ibnu Hibban, Yaqub bin Syaibah, Ali bin Madini dan Ibnu Sa’ad. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 2/132 menyatakan bahwa ia shaduq tetapi mudallis. Abu Zubair memang disebutkan sebagian orang sebagai mudallis tetapi hal itu tidak merusak hadisnya karena Imam Muslim dalam Shahih Muslim telah berhujjah dengan hadis ‘an ‘an ah Abu Zubair.

    Kredibilitas Ajlah bin Abdullah Al Kindi

    Ajlah bin Abdullah adalah perawi Bukhari dalam Adab Al Mufrad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah. Beliau telah dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in dan Al Ajli. Dalam Tarikh Ibnu Ma’in no 1276 dari Ad Dawri disebutkan

    وسمعت يحيى يقول الأجلح ثقة

    Aku mendengar Ibnu Ma’in mengatakan bahwa Al Ajlah tsiqah.

    Disebutkan dalam At Tahdzib juz 1 no 353 biografi Al Ajlah

    وقال بن معين صالح وقال مرة ثقة وقال مرة ليس به بأس وقال العجلي كوفي ثقة

    Ibnu Ma’in berkata “shalih” terkadang ia berkata “tsiqah” terkadang ia berkata “tidak ada masalah dengannya” dan Al Ajli berkata “orang kufah yang tsiqat”.

    Ibnu Ady berkata tentang Al Ajlah

    وهو عندي مستقيم الحديث صدوق

    Di sisiku ia seorang yang lurus hadisnya dan shaduq (jujur)

    Selain Ibnu Ady, Amr bin Ali juga mengatakan hal yang sama bahwa Al Ajlah hadisnya lurus dan shaduq. Disebutkan pula dalam At Tahdzib bahwa Syu’bah telah meriwayatkan darinya, hal ini menunjukkan bahwa Al Ajlah seorang yang tsiqah karena Syu’bah tidak meriwayatkan kecuali dari orang yang tsiqah. Al Bukhari telah berhujjah dengannya dalam Adab Al Mufrad selain itu Bukhari juga menyebutkan biografi Al Ajlah dalam Tarikh Al Kabir juz 2 no 1711 tanpa sedikitpun menyebutkan cacatnya, hal ini cukup untuk menguatkan ta’dil terhadap Al Ajlah.

    Disebutkan dalam At Tahdzib bahwa Al Ajlah telah dilemahkan oleh Abu Hatim, Nasa’I, Ibnu Sa’ad dan Uqaili

    وقال أبو حاتم ليس بالقوي يكتب حديثه ولا يحتج به وقال النسائي ضعيف

    Abu Hatim berkata “tidak kuat, ditulis hadisnya tetapi tidak dapat dijadikan hujjah, Nasa’i berkata “dhaif”.

    وقال بن سعد كان ضعيفا جدا وقال العقيلي روى عن الشعبي أحاديث مضطربة لا يتابع عليها وقال يعقوب بن سفيان ثقة حديثه لين

    Ibnu Sa’ad berkata “ia sangat dhaif” dan berkata Al Uqaili “ia meriwayatkan dari Sya’bi hadis yang idhtirab dan tidak diikuti siapapun”. Yaqub bin Sufyan berkata “tsiqat tetapi ada kelemahan pada hadisnya”.

    Dalam Ulumul Hadis jika didapatkan keterangan ta’dil dan jarh terhadap seorang perawi maka jarh yang dikemukakan hendaklah bersifat mufassar atau bersifat dijelaskan sebabnya, jika tidak dijelaskan maka jarh tersebut tidaklah diterima dan ta’dilnya lah yang diterima. Mereka yang melemahkan Al Ajlah seperti Abu Hatim, Nasa’i, dan Ibnu Sa’ad tidak satupun yang menyebutkan alasan yang jelas. Bagi kami Al Ajlah adalah tsiqah seperti yang juga dinyatakan oleh Yaqub bin Sufyan sedangkan kelemahan yang ada pada hadis Al Ajlah baru bertaraf dugaan seperti yang dikemukakan Al Uqaili yaitu soal hadis Al Ajlah dari As Sya’bi (itupun kalau memang hadis tersebut idhtirab). Sedangkan hadis Tirmidzi di atas bukan riwayat Al Ajlah dari Asy Sya’bi.

    Adz Dzahabi memasukkan Al Ajlah dalam kitabnya Man Tukullima Fihi Wa Huwa Muwatstsaq no 13 dan menyebutkan

    أجلح بن عبدالله أبو حجية الكندي الكوفي على شيعي مشهور صدوق روى عن الشعبي وثقه ابن معين وغيره وقال النسائي ضعيف

    Ajlah bin Abdullah Abu Hujayyah Al Kindi Al Kufi seorang yang syiah yang dikenal shaduq meriwayatkan dari Asy Sya’bi, dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in dan yang lainnya. An Nasa’i berkata “dhaif”.

    Penukilan bahwa An Nasa’i menyatakan dhaif pada Al Ajlah patut diberikan catatan, karena dalam kitabnya Al Amali Yaum Wal Lailah no 616 An Nasa’i justru memberikan predikat (laisa bi qawy) tidak kuat dan tasyayyu. Sehingga dalam hal ini jarh atau cacat yang dinyatakan Nasa’i bukanlah cacat yang menjatuhkan bahkan kami cenderung bahwa alasan pendhaifan Nasa’i justru dikarenakan Al Ajlah bertasyayyu atau seorang syiah dan tentu saja alasan seperti ini tidak diterima.

    Pendapat yang benar mengenai Al Ajlah adalah ia seorang perawi yang tsiqah dan shaduq sedangkan cacat terhadapnya tidak beralasan. Syaikh Ahmad Syakir memandang Al Ajlah sebagai perawi yang tsiqah dan menshahihkan hadisnya dalam Syarh Musnad Ahmad hadis no 1840, 1964 dan 2561.

    Tadlis Abu Zubair Al Makki Dari Jabir

    Syaikh Al Albani telah mendhaifkan hadis ini. Beliau memasukkan hadis ini dalam Dhaif Sunan Tirmidzi no 3726, Dhaif Jami’ As Shaghir no 5022, Silsilah Ahadis Ad Dhaifah no 3084, dan beliau juga mendhaifkan hadis tersebut dalam Takhrij Misykat Al Mashabih no 6088. Satu-satunya alasan pendhaifan beliau adalah ‘an ‘anah Abu Zubair dimana dia seorang mudallis. Syaikh Al Albani berkata dalam Misykat Al Mashabih no 6088

    ورجاله ثقات إلاّ أن فيه عنعنة أبي الزبير

    Para perawinya tsiqat hanya saja di dalamnya terdapat ‘an ‘an ah Abu Zubair.

    Ibnu Hajar menyebutkan Abu Zubair dalam Thabaqat Al Mudallisin no 101 yaitu pada martabat ketiga. Hal ini merupakan kekeliruan dari Ibnu Hajar, seharusnya Abu Zubair dimasukkan dalam martabat kedua karena Abu Zubair seorang tabiin yang dikenal tsiqah dan sebagaimana dikenal dalam Ulumul hadis bahwa seorang tabiin tsiqah hanya melakukan tadlis dari para perawi tsiqah. Selain itu hadis an’anah Abu Zubair dari Jabir telah dijadikan hujjah dalam kitab Shahih yaitu Shahih Muslim. Jadi jika memang Abu Zubair seorang mudallis maka lebih tepat kalau ia ditempatkan dalam martabat kedua dimana hadis-hadisnya bisa diterima dan dijadikan hujjah. Cukuplah sebagai bukti bahwa ‘an ‘anah Abu Zubair dari Jabir dapat dijadikan hujjah yaitu Bukhari dan Muslim telah menjadikan hadis tersebut sebagai hujjah.

    * Bukhari dalam Raf’ul Yadain 1/83 no 82 telah berhujjah dengan hadis ‘an ‘anah Abu Zubair dari Jabir

    * Muslim dalam Shahih Muslim telah berhujjah dengan lebih dari seratus hadis dengan an’anah Abu Zubair dari Jabir.

    Berikut akan diberikan contoh hadis-hadis an’anah Abu Zubair dari Jabir dalam kitab Shahih Muslim, yang kami ambil dari kitab Shahih Muslim tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi

    – Shahih Muslim 1/44 no 18 (15)
    – Shahih Muslim 1/108 no 184 (116)
    – Shahih Muslim 1/153 no 271 (167)
    – Shahih Muslim 1/215 no 31 (243)
    – Shahih Muslim 1/233 no 88 (278)
    – Shahih Muslim 1/235 no 94 (281)
    – Shahih Muslim 1/272 no 89 (350)
    – Shahih Muslim 1/309 no 85 (413)
    – Shahih Muslim 1/369 no 281 (518)
    – Shahih Muslim 1/383 no 37 (540)

    Masih banyak lagi dan cukuplah kami menyebutkan sejumlah hadis dari lebih 100 hadis dengan ‘an ‘anah Abu Zubair dari Jabir dalam Shahih Muslim. Fakta bahwa Imam Muslim telah menjadikan ‘an ‘anah Abu Zubair dari Jabir sebagai hujjah menunjukkan bahwa ‘an ‘anah Abu Zubair tersebut bukanlah cacat bagi suatu hadis. Tentu saja metode Syaikh Al Albani yang mendhaifkan suatu hadis hanya karena ‘an ‘anah Abu Zubair merupakan serangan telak yang akan menjatuhkan kitab Shahih Muslim, bagaimana tidak jatuh kalau ada lebih dari seratus hadis dengan ‘an ‘anah Abu Zubair dan kalau mau menuruti metode Syaikh Al Albani maka sanad hadis-hadis tersebut dhaif. Oleh karena itu pernyataan dhaif syaikh Al Albani dengan dasar ‘an ‘anah Abu Zubair tidak layak untuk diterima.

    Syarh Hadis Thaif At Tirmidzi

    Setelah kita membahas sanad hadis tersebut yang merupakan hadis shahih maka berikut adalah pembahasan terhadap matan hadis tersebut. Hadis tersebut menjelaskan bahwa pada hari Thaif Rasulullah SAW memanggil Imam Ali secara terpisah dari sahabat-sahabat yang lain kemudian berbicara berdua saja. Hal inilah yang dilihat oleh para sahabat, mereka para sahabat menyaksikan bahwa pembicaraan itu berlangsung cukup lama sehingga sebagian mereka tidak tahan dan mengeluh betapa lamanya Rasul SAW dan Imam Ali berbicara berdua. Ketika kata-kata itu terdengar oleh Rasulullah SAW maka Beliau menyatakan bahwa bukan beliau yang berbicara dengan Imam Ali tetapi Allah SWT. Pernyataan Rasul SAW ini mengandung dua kemungkinan

    1. Allah SWT berbicara langsung kepada Imam Ali dan ditemani oleh Rasulullah SAW

    2. Allah SWT berbicara kepada Imam Ali melalui perantara Nabi SAW

    Apa sebenarnya yang dibicarakan?. Tentu hal ini sangat penting karena mana mungkin Allah SWT berbicara kepada seorang manusia jika hal itu bukan perkara penting. Apalagi pembicaraan tersebut khusus untuk Ali dan tidak diizinkan sahabat yang lain untuk mendengarnya. Ditambah lagi pembicaraan itu cukup lama yang menunjukkan bahwa ada cukup banyak pembicaraan. Al Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Tirmidzi no 3879 ketika menjelaskan hadis ini, ia mengutip pernyataan At Thibi

    قال الطيبي كان ذلك أسراراً إلهية وأموراً غيبية جعله من خرانتها انتهى

    At Thibi berkata “Yang disampaikan adalah rahasia-rahasia ilahiah (ketuhanan) dan perkara-perkara ghaib yang Ali dijadikan tempat penyimpanannya”.

    Peristiwa ini menunjukkan keistimewaan khusus di sisi Allah SWT dan RasulNya SAW yang dimiliki Imam Ali dan tidak dimiliki oleh sahabat Nabi yang lain termasuk Abu Bakar, Umar dan Utsman. Mengenai apa pastinya isi pembicaraan itu kami pribadi tidak bisa memastikan karena kami memang belum menemukan keterangan yang pasti tentang itu.

  103. @Msaleh, link nya dan dikomen ini..

    anti-shia, on September 6, 2011 at 9:43 am said:

    Sudah ditanggapi disini

    Apakah Ada Sahabat Badar Yang Dinyatakan Munafik?


    #
    msaleh, on September 6, 2011 at 10:27 am said:

    Menyimak ….sambil menunggu tanggapan balik dari mas @SP atas pencantuman link diatas.

  104. semakin menarik diskusinya, nunggu komen upin dan ipin, ijin menyimak mas SP sambil belajar AB

  105. Berdasarkan pemaparan sdr. @GHOZAL dan sdr. @MAS AWAM, tampak nya para ulama hadis pun berbeda pendapat akan masalah ini. Bahkan sekaliber Syaikh Al Albani pun berani mengambil langkah untuk berbeda pendapat dengan ulama2 yg sebelumnya. Lantas dari mana datangnya celaan dari para peserta diskusi yg ada pada blog. ini dengan ungkapan saling membodoh-bodohkan lawan diskusinya kalau toh para ulama pun ternyata berbeda sikap akan hal ini? Teruslah berdiskusi dengan kerendahan hati semoga kebenaran akan tampak bagi siapapun yg mendambakannya.

  106. @arsy

    Tanggapan mas @SP kepada sdr. @Ahmad atas link alfanarku diatas ana rasa cukup memadai sebagai tanggapan pembanding atas masalah ini. Adapun mana yg benar maka dikembalikan pada kecenderungan serta kecondongan masing-masing hati diantara kita dan itu tentunya mutlak sepenuhnya merupakan hak prerogatif Allah yg maha kuasa membolak-balikkan hati manusia. Demikian….wassalam.

  107. Upin ipin kemana nih lantang omongannya saja, di tunggu2 kagak datang2..

  108. @salafi irja’i

    Sama tuh keadaannya dgn penghuni Blog. sebelah yg muter-muter kayak gangsing dan omongannya ngelantur kemana-mana yg terpaksa deh ana keluarin kata-kata yg mungkin ana berpikir 1000x untuk mengucapkan nya di Blog ini.

  109. Dagelan apa lagi ini?

  110. ????

  111. @ SP atau siapa saja, bagaimana kedudukan hadis di bawah ini? mohon penjelasan

    ‘Sesungguhnya Yahudi berpecah menjadi 71 golongan, dan Nasrani menjadi 72 golongan, dan umat ini akan berpecah menjadi 73 golongan, semua keneraka kecuali satu golongan’, mereka bertanya ‘Siapa mereka ya Rasulullah?’, rasulullah menjawab, ‘Apa-apa yang aku dan sahabatku ada di atasnya’. Diriwayatkan Al Hakim dalam Mustadraknya dengan tambahan ini.” ( Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Juz 4, hal. 361-362. Cet. 2, 1999M/1240H. Dar At Thayyibah lin Nasyr wat Tauzi’. Al Maktabah Asy Syamilah)

    Syukron

  112. @ SP

    Syukron Katsiron

  113. @ SP

    Bagaimana dengan yg ini, mohon penjelasan

    Sebagaimana Ali rodiallohu ‘anhu juga telah memuji sejarah hidup Abu Bakar rodiallohu ‘anhu dengan mengatakan: “Maka umat Islam memilih -setelah Nabinya- seorang laki-laki dari mereka. Dia mendekatkan dan meluruskan berdasarkan kemampuannya yang didasarkan kepada rasa takut dan khusyu’ (kepada Allah SWT)”Syarah Nahj al-Balaghah. Al-Muyats-tsam al-Bahrani. Hal 400

    Syukron

  114. ALQURAN 9:101
    di antara orang2 Arab Badwi yang disekelilingmu dan di antara penduduk Madinah banyak orang yang Munafiq. Mereka berlebihan di dalam kemunafiqkannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka; kami mengetahui mereka; dan mereka akan kami siksa 2X lebih keras dengan siksaan yang pedih

    SHOHIH BUKHARI, Kitab 60 no 428 & 430
    Umar ibn Khattab hendak membunuh para sahabat yang Munafiq (memenggal leher para sahabat yang Munafiq); tetapi Rasulullah melarangnya; karena Rasulullah tidak mau dinamakan sebagai orang yang membunuh para sahabatnya sendiri.

    ALLAH menerangkan tentang orang2 Munafiq di dalam AlQuran; sehingga ada Surah Al Munafiqun. Berdasarkan AlQuran maka kaum Syiah percaya bahwa banyak sahabat yang berpura-pura beriman (Munafiq) dan banyak juga para sahabat yang benar-benar beriman (Muslim & Muk’min)

    Keyakinan Kaum Sunni bahwa tidak ada sahabat yang munafiq bertentangan dengan AlQuran dan Hadith yang tertulis di dalam Kutub Sihah Sittah (Bukhari, Muslim, Tarmdizi, Ibn Majah, Abu Dawud dan Nasaii)

    SYIRIK (dosa terbesar) adalah bagia dari aqidah Kaum Sunni; sehinga Kaum Sunni menyamakan para sahabat dengan ALLAH. Tidak mungkin ALLAH membuat dosa; dan tidak mungkin para sahabat membuat dosa; sehingga para sahabat tidak mungkin ada yang Munafiq.

    Ummat Nasrani rajin memuji Nabi Isa Al Masih; sehingga ummat Nasrani telah lama dikafirkan oleh ALLAH; karena semua pujian hanya dimiliki oleh ALLAH.

    Kaum Sunni rajin memuji para sahabat; sehingga Kaum Sunni akan cepat marah dan akan mudah tersinggung; jika Kaum Syiah mengatakan bahwa para sahabat bukan orang2 yang sempurna seperti Tuhan; sehingga para sahabat bisa melakukan kesalahan2 setelah Rasulullah wafat.

    Kaum Syiah sengaja mempelajari kesalahan2 yang dilakukan oleh para sahabat setelah Rasulullah wafat; supaya Kaum Syiah tidak mengulangi kesalahan2 yang sama; karena Kaum Syiah tidak mau dihukum oleh ALLAH.

    Akibatnya Kaum Sunni menuduh Kaum Syiah sebagai orang2 yang selalu membenci para sahabat atau Kaum Syiah adalah orang2 yang suka menghamun (mencela, menghina) para sahabat.

    Ini adalah bukti kuat bahwa SYIRIK (dosa terbesar) adalah bagian dari keyakinan Kaum Ahlul Sunnah Wal Jamaah; sehingga Madhab Ahlul Sunnah Wal Jamaah melanggar AlQuran dan Hadith; karena madhab Sunni adalah madhab Setan yang terkutuk

  115. ALQURAN 112:1-4
    1. Katakanlah: “ALLAH adalah Tuhan yang maha esa,

    2. semua bergantung kepada ALLAH,

    3. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan

    4. dan tidak ada yang sama dengan ALLAH

    SYIRIK (dosa terbesar) adalah bagian dari Aqidah Kaum Sunni; sehingga Kaum Sunni tidak bisa melihat kesalahan2 yang dilakukan oleh para sahabat setelah Rasulullah wafat; karena Kaum Sunni suka memuji para sahabat; padahal semua pujian hanya dimiliki oleh ALLAH

    Kaum Sunni percaya bahwa para sahabat sama dengan ALLAH. Para sahabat tidak bisa melakukan kesalahan karena para sahabat sama dengan ALLAH. Padahal hanya ALLAH yang tidak bisa melakukan kesalahan apapun juga.

    Kita lihat sendiri di forum ini para pengikut madhab Ahlul Sunnah menyamakan para sahabat dengan ALLAH; padahal para sahabat tidak sama dengan ALLAH; para sahabat bisa melakukan kesalahanan2 dan ALLAH tidak mungkin melakukan kesalahan2

    Agama Sunni berasal dari Setan yang terkutuk; karena SYIRIK (dosa terbesar) adalah bagian dari keyakinan Kau Sunni

  116. @HMA

    Kalau komen itu yang santun dikit. Kelakuan saudara mirip wahabi.

    Salam

  117. @armand
    Kalau komen itu yang santun dikit. Kelakuan saudara mirip wahabi.
    Joe: Sepakat bro

  118. Belum baca semua komen, tapi liat dari komentar joe yang di sampaikan diatas seperti seorang yang baru belajar jadi pengacara, intinya apa yang dikatakan orang harus dibantah, mau nyambung atau g nyambung dengan topik permasalahan yang penting bantah.. bantah… dan bantah.. orang yang kayak gini ga akan menerima kebenaran meski diberi bukti valid apapun. semoga kebiasaan joe mau meninggalkan kebiasaan seperti itu, agar setidaknya pada saat diberi hidayah oleh Allah, hati mau menerima dan tidak membantah.
    Semoga Allah kepada kita semua jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah diberi nikmat bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan yang sesat..
    amiin

  119. ups.. kecuali komen yang 2 oktober 2011, setidaknya ada komen yang bernada sepakat..

Tinggalkan komentar