Apakah Abu Musa Al Asy’ari Seorang Munafik?

Apakah Abu Musa Al Asy’ari Seorang munafik?

Diriwayatkan dengan sanad yang shahih kalau Hudzaifah radiallahu ‘anhu pernah menyatakan salah seorang sahabat Nabi sebagai munafik. Siapakah sahabat “malang” yang dituduh oleh Huzaifah itu?. Mari lihat pembahasan berikut dengan tenang berkepala dingin.

حَدَّثَنِي ابن نمير حدثني أبي عن الأعمش عن شقيق قَال كنا مع حذيفة جلوسًا ، فدخل عبد الله وأبو موسى المسجد فقَال أحدهما منافق ثم قَال إن أشبه الناس هديًا ودلاً وسمتًا برسول الله صلى الله عليه وسلم عبد الله

Telah menceritakan kepadaku Ibnu Numair yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku dari Al A’masy dari Syaqiiq yang berkata kami duduk bersama Hudzaifah kemudian masuklah Abdullah dan Abu Musa kedalam masjid, Hudzaifah berkata “salah satu dari mereka berdua adalah munafik” kemudian ia berkata “orang yang menyerupai Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dalam hal petunjuk, ciri dan gerak geriknya adalah Abdullah” [Ma’rifat Wal Tarikh Yaqub Al Fasawiy 2/771]

Abdullah yang dimaksud dalam hadis di atas adalah Abdullah bin Mas’ud dan Abu Musa yang dimaksud adalah Abu Musa Al Asy’ari. Atsar riwayat Yaqub di atas kedudukannya shahih para perawinya tsiqat perawi Bukhari Muslim.

  • Ibnu Numair adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin Numair perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Junaid berkata “aku belum pernah melihat di Kufah orang yang seperti Ibnu Numair, ia seorang yang mulia dan berkumpul padanya ilmu, kefahaman, sunnah dan zuhud”. Ahmad bin Sinan berkata “aku belum pernah melihat diantara penduduk kufah seorang yang utama sepertinya”. Al Ijli menyatakan tsiqat. Abu Hatim berkata “tsiqat dijadikan hujjah hadisnya”. Abu Dawud berkata “Ibnu Numair lebih tsabit dari ayahnya”. Nasa’i berkata “tsiqat ma’mun”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan berkata “ia termasuk hafizh mutqin dan wara’ dalam agama”. Ibnu Qani’ berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Syahin memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 9 no 465]. Ibnu Hajar berkata “hafizh tsiqat dan memiliki keutamaan” [At Taqrib 2/100]
  • Abdullah bin Numair Al Hamdaniy adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Ma’in menyatakan ia tsiqat. Abu Hatim berkata “seorang yang lurus perkaranya”. Ibnu Ma’in memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Ijli berkata “tsiqat shalih al hadits”. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat banyak meriwayatkan hadis shaduq” [At Tahdzib juz 6 no 110]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/542]
  • Sulaiman bin Mihran Al A’masy perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Al Ijli dan Nasa’i berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 386]. Ibnu Hajar menyebutkannya sebagai mudallis martabat kedua yang ‘an anahnya dijadikan hujjah dalam kitab shahih [Thabaqat Al Mudallisin no 55]. Riwayat ‘an anahnya dari para syaikh-nya seperti Ibrahim, Abu Wail dan Abu Shalih dianggap muttashil [bersambung] seperti yang dikatakan Adz Dzahabi [Mizan Al Itidal 2/224 no 3517].
  • Syaqiq bin Salamah Abu Wa’il Al Kufiy adalah Mukhadhramun yang tsiqat perawi kutubus sittah. Ibnu Ma’in, Waki’, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 619]. Ibnu Hajar menyatakan “tsiqat” [At Taqrib 1/421]

Atsar Hudzaifah riwayat Yaqub Al Fasawi di atas tidak diragukan lagi kedudukannya shahih. Sebagian pengikut salafy berusaha melemahkan hadis ini dengan adanya tadlis [‘an anah] Al A’masy. Hal ini tidaklah benar, periwayatan ‘an anah Al A’masy dari Syaikh-nya diantaranya Syaqiq Abu Wa’il adalah muttashil menurut jumhur ulama hadis. Periwayatan semisal ini banyak dijadikan hujjah dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim.

Perkataan Hudzaifah “salah satu dari keduanya munafik” tertuju pada Abdullah bin Mas’ud dan Abu Musa Al Asy’ari yang saat itu baru saja datang. Setelah itu Hudzaifah melanjutkan perkataannya dengan ucapan yang memuji Abdullah bin Mas’ud bahwa ia adalah orang yang menyerupai Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dalam petunjuk dan gerak geriknya. Maka dapat disimpulkan bahwa perkataan “munafik” itu sebenarnya ditujukan untuk Abu Musa Al Asy’ari. Perkara ini tentu sangat mengherankan bagi siapapun yang mengenal Abu Musa Al Asy’ari, ia adalah salah seorang sahabat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Mengapa Hudzaifah menuduh Abu Musa munafik?. Ada perkara apa sebenarnya?.

Tentu saja mengatakan seseorang sebagai munafik adalah perkara yang berat. Seorang sahabat Nabi seperti Huzaifah seharusnya tidak semudah itu mengatakan sahabat lain sebagai munafik. Pasti Huzaifah memiliki alasan yang menjadi hujjah bagi dirinya?. Untuk mengetahui alasan yang dimaksud mungkin ada baiknya para pembaca memperhatikan hadis berikut

أبو الطفيل قال كان بين حذيفة وبين رجل من أهل العقبة ما يكون بين الناس فقال أنشدك الله كم كان أصحاب العقبة فقال له القوم أخبره إذ سألك قال إن كنا نخبر إنهم أربعة عشر وقال أبو نعيم فقال الرجل كنا نخبر إنهم أربعة عشر قال فان كنت منهم وقال أبو نعيم فيهم فقد كان القوم خمسة عشر واشهد بالله أن أثنى عشر منهم حرب لله ولرسوله في الحياة الدنيا ويوم يقوم الأشهاد قال أبو أحمد الأشهاد وعدنا ثلاثة قالوا ما سمعنا منادى رسول الله صلى الله عليه و سلم وما علمنا ما أراد القوم

Abu Thufail berkata “pernah ada persoalan antara Hudzaifah dengan seorang laki-laki yang termasuk Ahlu ‘Aqabah, yang terjadi di hadapan orang-orang. [Hudzaifah] berkata “aku bersumpah kepadamu dengan nama Allah, berapa jumlah orang dalam peristiwa ‘Aqabah?. Al Qawm [orang-orang itu] berkata “beritahukan padanya [Hudzaifah] jika ia bertanya kepadamu”. Abu Nu’aim [perawi] berkata laki-laki itu berkata “kami diberitahu bahwa mereka berjumlah empat belas orang”. [Hudzaifah] berkata “dan jika kamu termasuk dari mereka [Abu Nu’aim berkata] beserta mereka maka Al Qawm [orang-orang itu] berjumlah lima belas orang dan aku bersaksi dengan nama  Allah SWT bahwa dua belas orang dari mereka adalah musuh Allah dan Rasul-Nya di dunia dan di akhirat. Abu ‘Ahmad [perawi] berkata Hudzaifah berkata “dan yang tiga orang lagi mengatakan kami tidak mendengar seruan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan kami tidak mengetahui apa tujuan Al Qawm [orang-orang itu]” [Musnad Ahmad 5/390 no 23369, Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata “sanadnya kuat berdasarkan syarat Muslim, para perawinya tsiqat perawi Bukhari Muslim kecuali Walid bin ‘Abdullah bin Jumai’ dia shaduq hasanul hadis dan termasuk perawi Muslim”]

Perhatikan lafaz  كان بين حذيفة وبين رجل من أهل العقبة

Menunjukkan bahwa telah terjadi suatu perkara antara Hudzaifah dengan seorang laki-laki yang termasuk Ahlu ‘Aqabah. Ahlu ‘Aqabah disini merujuk pada peristiwa yang terjadi di bukit ‘Aqabah ketika Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] pulang dari perang tabuk, dimana terdapat sekumpulan orang bertutup muka yang berencana menjatuhkan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dari bukit ‘Aqabah. Merekalah yang disebut sebagai Ahlu ‘Aqabah. Kisah di atas diriwayatkan oleh Abu Thufa’il dari Hudzaifah, sehingga perkataan “rijal min ahlil ‘aqabah” sudah pasti berasal dari Hudzaifah karena Hudzaifah yang mengetahui siapa saja mereka ahlil ‘aqabah.

Terjadi dialog antara Hudzaifah dengan laki-laki [ahlil ‘aqabah] tersebut, Hudzaifah menguji orang tersebut dengan pertanyaan “berapa jumlah ahlil ‘aqabah”. Dan dijawab oleh orang tersebut kalau jumlahnya adalah empat belas orang. Peristiwa di bukit Aqabah itu dan berapa jumlah orang yang ada disana hanya diketahui oleh Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] beserta sahabat yang mengiring Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] yaitu ‘Ammar dan Huzaifah kemudian tentu saja kelompok penyerang itu sendiri. Jadi dengan jawaban “empat belas orang” berarti laki-laki tersebut mengetahui jumlah para penyerang di bukit ‘Aqabah. Bukankah ini mengisyaratkan kalau laki-laki itu termasuk dalam ahlil ‘aqabah. Siapa lagi selain Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam], Ammar dan Hudzaifah yang mengetahui?. Tidak lain mereka ahlil ‘aqabah sendiri.

Hudzaifah yang mengalami kejadian di bukit ‘Aqabah mengetahui kalau jumlah para penyerangnya adalah lima belas orang dan ia mengisyaratkan kalau laki-laki yang berdialog dengannya juga termasuk di dalamnya. Jadi jumlah empat belas orang yang disebutkan laki-laki itu ditambah dirinya sendiri adalah lima belas orang. Inilah yang dikatakan oleh Hudzaifah. Dialog antara Hudzaifah dengan laki-laki tersebut menyimpulkan kalau laki-laki itu termasuk ahlil ‘aqabah. Jadi dapat dimengerti mengapa Abu Thufail menyebutkan lafaz “terjadi persoalan antara Hudzaifah dan laki-laki yang termasuk ahlil ‘aqabah”.

Siapakah laki-laki yang diajak bicara oleh Hudzaifah, sang perawi kelihatannya tidak menyebutkan namanya atau berusaha menyembunyikan nama orang tersebut. Sayangnya terdapat riwayat yang menyebutkan nama orang tersebut.

حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ دُكَيْنٍ ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ جُمَيْعٍ ، عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ ، قَالَ : كَانَ بَيْنَ حُذَيْفَةَ وَبَيْنَ رَجُلٍ مِنْهُمْ مِنْ أَهْلِ الْعَقَبَةِ بَعْضُ مَا يَكُونُ بَيْنَ النَّاسِ ، فَقَالَ : أُنْشِدُك بِاللهِ ، كَمْ كَانَ أَصْحَابُ الْعَقَبَةِ ؟ فَقَالَ الْقَوْمُ : فَأَخْبِرْهُ ، فَقَدْ سَأَلَك ، فَقَالَ أَبُو مُوسَى الأَشْعَرِيُّ : قَدْ كُنَّا نُخْبَرُ أَنَّهُمْ أَرْبَعَةَ عَشَرَ ، فَقَالَ حُذَيْفَةُ : وَإِنْ كُنْتُ فِيهِمْ ، فَقَدْ كَانُوا خَمْسَةَ عَشَرَ ، أَشْهَدُ بِاللهِ أَنَّ اثْنَيْ عَشَرَ مِنْهُمْ حَرْبٌ للهِ وَرَسُولِهِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأَشْهَادُ ، وَعُذِرَ ثَلاَثَةٌ ، قَالَوا : مَا سَمِعَنَّا مُنَادِيَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وَلاَ عَلِمْنَا مَا يُرِيدُ الْقَوْمُ

Telah menceritakan kepada kami Fadhl bin Dukain dari Walid bin Jumai’ dari Abi Thufail yang berkata “telah terjadi persoalan antara Hudzaifah dan seorang laki-laki yang termasuk Ahlil ‘aqabah, di hadapan orang-orang. Hudzaifah berkata “aku bersumpah kepadamu dengan nama Allah, berapa jumlah orang dalam peristiwa aqabah?”. Al Qawm [orang-orang itu] berkata “beritahukanlah padanya sungguh ia bertanya kepadamu”. Abu Musa Al Asy’ari berkata “sungguh kami diberitahu bahwa mereka berjumlah empat belas orang”. Hudzaifah berkata “dan jika kamu ada bersama mereka maka jumlahnya adalah lima belas orang, aku bersaksi dengan nama  Allah SWT bahwa dua belas orang dari mereka adalah musuh Allah dan Rasul-Nya di dunia dan di hari berdirinya saksi-saksi [hari kiamat] dan yang tiga orang lagi mengatakan kami tidak mendengar seruan Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan kami tidak mengetahui apa tujuan Al Qawm [orang-orang itu]. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 14/599 no 38259 dengan sanad yang shahih]

Bandingkan antara riwayat Ahmad dan riwayat Ibnu Abi Syaibah terutama pada lafaz yang memuat nama Abu Musa Al Asy ‘ari.

فقال الرجل كنا نخبر إنهم أربعة عشر

Laki-laki itu berkata “kami diberitahu bahwa mereka ada empat belas orang” [riwayat Ahmad]

فَقَالَ أَبُو مُوسَى الأَشْعَرِيُّ : قَدْ كُنَّا نُخْبَرُ أَنَّهُمْ أَرْبَعَةَ عَشَرَ

Abu Musa Al Asy’ari berkata “sungguh kami diberitahu bahwa mereka ada empat belas orang [riwayat Ibnu Abi Syaibah].

Laki-laki yang diajak bicara oleh Hudzaifah adalah laki-laki yang dikatakan termasuk Ahlil ‘Aqabah dan ia ternyata Abu Musa Al Asy’ari. Dialah orang yang dikatakan Hudzaifah kalau dirinya termasuk ahlil ‘aqabah yang lima belas orang itu. Dan mungkin inilah yang menjelaskan mengapa pada riwayat Yaqub Al Fasawi, Hudzaifah mengisyaratkan kalau Abu Musa ini seorang munafik.

Tentu saja hal ini menjadi dilema yang sangat meresahkan. Kalau Abu Musa Al Asy’ari dinyatakan sebagai munafik maka bagaimana nasib hadis-hadis yang diriwayatkannya padahal cukup banyak hadis-hadisnya yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Mungkinkah Huzaifah keliru? atau mungkin lebih aman menolak hadis Huzaifah yang satu ini daripada menolak berbagai hadis Abu Musa yang tersebar dalam kitab Shahih.

19 Tanggapan

  1. Tidak mudah untuk memilih bila ada beberapa riwayat yang kontradiksi.

    Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melihat sanad dan matan riwayat-riwayat dari Abu Musa. Apakah ada matan riwayat tersebut (riwayat yang terdapat sosok Abu Musa di dalamnya) yang “aneh” (dalam arti bertentangan dengan riwayat lain yang kuat) ataukah tidak ada matan riwayat tersebut yang “aneh”. Sisi lain yang dapat dilihat adalah biografi Abu Musa.

    Dalam masalah Abu Musa,
    Saya tidak bisa berkomentar lebih jauh.

    Yang terpenting adalah …
    Kita tidak fanatik dalam menilai karakter berbagai sahabat, dan dapat mengambil contoh terbaik dari sahabat terbaik (Ali bin Abi Thalib).

    Salam,

    Abu Yusuf

  2. Terima ksh postingannya bang SP, artikel ini sedikit banyak melemahkan aqidah sunni. Pantes aja pd perang shifin kelompoknya Imam Ali as kalah dlm tahkim bi Kitabillah, kelompoknya Imam Ali as yg di wakili Abu Musa al ‘asyari dn kelompoknya Muawiyah yg di wakili amr bin al ash. Mungkin ceritanya akan berbeda seandinya kelompok Imam Ali as di wakili oleh Ibnu Abbas Ra utk melawan kelicikan amr bin al ash. Dan aneh juga dari kelompoknya Imam Ali as yaitu Al assy’at yg mencegah agar jangan sampai Ibnu Abbas berhadapan dg Amr Al ash, yang patut di pertanyakan apakah al assy’at juga pengikut Muawiyah.

    Pernah saya tanyakan kpd ust salafi, wkt saya masih faham salafi wahabi mengenai Abu Musa Al ‘asyari yang msh meriwayatkan hadis di shahìh Bukhari dan Muslim. Dan jawaban beliau enteng sekali ‘ada peran yahudi’. Ternyata dlm artikel ini pertanyaan saya terungkap.

    Alhamdulillah sedikit banyak permasalahan Abu Musa mengantarkan perpindahan aqidah saya dari sunni ke syi’i. Belum lg kalau di tambahkan nama2 perawi seperti Marwan bin hakam, Mughirah bin syu’bah, Samurah bin jundub dn msh banyak lg yg patut di pertanyakan.

  3. @SP
    Assalamu’alaikum..
    Lamo tak jumpo..
    Ana cuma tanya,bukankah abu musa itu adalah ahlul yaman yg di doakan oleh Rosulullah “iman ada di yaman, keberkahan ada di yaman di kaum abu musa al asy’ari” ? Rosulullah “iman ada di yaman, keberkahan ada di yaman di kaum abu musa al asy’ari” ?

  4. Abu Musa menurut saya belum sampai ketingkat munafik. Menurut saya Abu Musa licik dan pembohong. Abu Musa dalam tindakan mementingkan dirinya. Dasarnya:
    1.Dia berbohong kepada Hudzibiah
    2.Dia berharap dengan mengikuti kelompok Aqabah dia bisa mendapat sesuatu yang diinginkan.
    3. Dalam perang Shiffin mewakili kelompok Imam Ali.
    4. Kalau dia seorang Munafik maka pertanyaan adalah apakah Imam Ali tdk mengetahui bahwa Abu Musa seorang munafik? (semua yang diketahui Rasul dari Allah diberitahukan pd. Imam Ali apalagi menyangkut keselamatan Imam Ali). Imam Ali tdk akan mengutus sorang MUNAFIK dalam perundingan yang menentukan. Wasalam

  5. Terimakasih. Akhirnya Misteri Tahkim tercerahkan, postingan di atas membuka tirai keluguan Abu Musa al-‘Asy’ari pada peristiwa tsb.

  6. @Abu Yusuf
    Yang penting dalam urusan sahabat ya kita bersikap objektif saja. berbicara sesuai dengan hadis yang shahih 🙂

    @husainahmad
    Saya pribadi tidak memastikan kalau Abu Musa adalah seorang munafik. Atsar Huzaifah tersebut shahih tetapi masih ada beberapa hal yang perlu diteliti lebih lanjut. Nah siapa tahu ada yang berminat menambahkan penjelasan soal ini

    @Alaydrouz
    wa alaikum salam, alhamdulillah. Yah mungkin saja Huzaifah ra keliru

    @chany
    sekedar info, Abu Musa itu namanya Abdullah bin Qais yaitu salah seorang yang didoakan keburukan oleh Imam Ali dalam qunut

    @almuntadzar
    ah rasanya misterinya masih banyak 🙂

  7. Bang SP, bagaimana dalam surat al bara’ah 101 minta tolong mengenai asbabun nuzulnya..? Kaitannya dengan orang2 munafik.
    Nabi kita sendiri mengenai org2 munafik ada yang di beritakan oleh Allah dan juga ada yg tidak di beritakannya, seperti pada pesan Alquran di bawah ini.

    Di antara org2 arab badui yg di sekelilingmu itu, ada org2 munafik, dan juga di antara penduduk madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tdk mengetahui mereka, tetapi Kami-lah yg mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan di kembalikan kpd azab yg besar. (QS at Taubah 9- 101).

  8. @chany….setahu saya Imam Ali as tdk pernah mengutus Abu musa al asy’ari sebagai juru runding, karena beliau sebenarnya menolak perundingan itu, Abu musa ditunjuk oleh kelompok khawarij….

  9. @Chany

    Dalam beberapa riwayat dikisahkan, Imam Ali ketika berhadapan dengan pasukan Muawiyah yang licik, tadinya akan mengutus Ibnu Abbas, tetapi orang-orang keberatan dan minta Abu Musa Al Asyari sbg wakilnya. BENAR, Imam Ali tidak akan mengutus seorang MUNAFIK dalam perundingan yang sangat menentukan. Tapi kalau umat yang menghendaki? Mereka memaksakan perdamaian, mereka pula yang memaksa menentukan wakilnya.

  10. Cukup berat utk menerima vonis atas Abu Musa Al-Asy’ari. Tapi, saya lihat masih ada celah utk memberi udzur pada Abu Musa. Hudzaifah tidak secara eksplisit menyebut Abu Musa sebagai bagian dari 12 orang yg merupakan musuh Allah & Rasul-Nya sehingga masih ada kemungkinan [50%] bhw Abu Musa adalah bagian dari 3 orang yg beralasan “tidak mendengar seruan Nabi SAW & tidak tahu maksud gerombolan 12 orang tsb”. Sikap “berketidaktahuan” Abu Musa itu berlanjut pada masa depan dgn kelemahan dirinya ketika berunding dgn Amr bin Ash [lagi2 dia tidak tahu maksud lawan berundingnya].
    Sejenak saya berusaha melemah-lemahkan vonis Hudzaifah thd Abu Musa [ya, jangan terlalu keraslah thd orang lain], tapi…. gubraaak…. SP menyebut bhw nama dari Abu Musa adalah Abdullah bin Qais yg didoakan keburukan oleh Imam Ali a.s. Oleh Imam Ali a.s., Abu Musa disetarakan dgn Muawiyah yg juga didoakan keburukan olehnya!!!
    Kalau Abu Musa dinilai bermental lemah [ada yg menyebut karena sudah tua], itu biasa disebut dlm apologi penyampaian sejarah. Tapi disetarakan doa keburukannya seperti Muawiyah?! Yah, misteri memang masih banyak. Maaf, saya menyampaikan unek-unek saya.
    Salam.

  11. @Badari
    wah saya suka sekali komentar anda, bisa dibilang apa yang anda tangkap itu sebagiannya sama dengan apa yang saya tangkap. Sepertinya memang masih ada misteri disini makanya saya juga belum berani memastikan. btw kalau bisa sering2 komentar ya :mrgreen:

  12. menarik..
    sdh pasti abu musa adalah seorang yg berkepribadian lemah…krn kelompok muawiyah menginginkan(menyetuji) abu musa sebagai wakil imam ali dlm perundingan tsb.walawpun imam ali tdk pernah menyetujuinya,krn imam ali telah menunjuk ibnu abbas sebagai penggantinya.
    tp cukupkah abu musa hanya sbg orang yg berkepribadian lemah?
    pd perang melawan muawiyah abu musa adlh pendukung imam ali,tp kenapa imam ali menyamakan abu musa dgn muawiyah dlm perkara kunut imam ali?
    kesimpulan sementara yg bisa diambil adalah,bahwasanya abu musa bisa jadi adalah bagian dr pasukan muawiyah,yg masuk dlm barisan imam ali,klu boleh bisa dibilang abu musa adalah spionase (mata2) muawiyah.yg jg berfungsi memecah belah barisan imam ali,sehingga timbul yg namax khawarij.
    ini kesimpulan sementara dr sy…

  13. @SP

    wah kalau nama asli abu musa al asy’ari ana tau..tp kalau atas dasar apa abu musa al asy’ari termasuk dalam orang2 yg d doakan dalam qunutnya imam ali KW ana belum tau nih..
    apakah beliau berada di pihak khawarij sewaktu berperang dengan imam ali KW di nahrawan?? dan gimana juga keadaan abu musa d saat penghujung umurnya??
    setau ana orang2 yaman (yg d pimpin oleh abu musa) itu adalah salah satu kaum yg bersegera dan berbondong2 ke medinah sewaktu mendengar adanya seorang rasul ALLAH yg d utus untuk membawa agama islam,hingga mereka di doakan dan d puji perangai lembutnya oleh Rasulullah..
    maaf mas SP,ana bisa maklum dengan kebingngan antum dalam misteri sejarah ini..cuma saran saya antum lebih objektiflah dengan membawakan hadits2 tentang keutamaan ahlul yaman yg bersangkutan dengan abu musa al asy’ari..itu saja.
    teruslah berkarya..sukron

  14. @SP
    Kalau apa yang mas katakan adalah Shahih. Maka semua yang datang dari Abu Musa tertolak (periwayatan hadits). Dan menurut saya doa Imam Ali bukan karena KEMUNAFIKAN. Tapi atas kebohongan dan untuk kepentingan Pribadinya. Sebab kalau MUNAFIK Allah telah menetapkan tempatnya jadi Imam Ali tdk perlu berdoa untuk keburukanya.
    @ bob
    Anda benar. Hanya saya berpikir bahwa Pemimpin perang Shiffin adalah Imam Ali. Apakah beliau terpaksa atau tdk tetap perginya Abu Musa disetujui Imam Ali. Tapi apabila Abu Musa seorang munafik pasti dengan cara apapun Imam Ali akan menolak.
    Paling tdk senjata pemungkas beliau adalah hadits Rasulullah SAW yang berbunyi al. Tidak ada yang akan memusuhimu terkecuali orang munafik.
    Wasalam

  15. Asalamu’alaikumwr wb

    salamsejahtera untuk Ustda,mohon ijin untuk ikut menyebarkan tulisan ustad di note facebook kami syukran sebelumnya

    wasalam

  16. Terkait dg sepak terjang abu musa al-asyari dl perang shiffin, ustad abul a’la al-maududi dl bukunya ‘Khilafah dan Kerajaan’, berkata “…Sayyidina Ali terpaksa menunjuk Abu Musa al-Asy’ari sebagai hakim meskipun ia sendiri tidak merasa puas dengannya dan tidak pula menaruh kepercayaan kepadanya.” (hl 165) Dari kutipan ini tergambar bahwa abu musa bukanlah sahabat yg memiliki kredibilitas yg tinggi, dia bermasalah! Terbukti imam Ali sendiri tdk percaya kpdnya. Namun tekanan penduduk Irak membuatnya bersikap lain.

  17. jadi menurut kesimpulan saya Abu musa al Asy’ari itu bukan munafik, karena ia tidak memusuhi imam Ali a.s terbukti dia masuk kelompoknya imam ali tapi dia juga tidak terlalu taat dan patuh pada imam ali, dalam artian (saya dengar dan saya patuh pada imam) dalam perang siffin dia lebih cenderung netral meskipun dalam kelompoknya imam ali, makanya saat tahkim dia kalah. coba kalau Ibnu abbas yg berunding pasti laen ceritanya. so posisinya ia hanya berbeda pendapat dengan imam ali dan tidak juga memusuhinya. mungkin setengah munafik kali yaaaa… hehehe

  18. Ikut berperang itu tdk ukuran, Karena Kaum mufaik juga ikut berperang bersama Nabi saaw, begitu juga kaum Khawarij juga ikut berperang. jadi menjadikan alasan ikut berperang utk membatalkan tuduhan Huzaifah ra TDK Relevan

Tinggalkan komentar