Ahlul Bait Dalam Pandangan Imam Ali?

Ahlul Bait Dalam Pandangan Imam Ali?

Masih di seputar hangat-hangatnya mengenai siapakah Ahlul Bait, kami akan membawakan atsar perkataan Imam Ali soal ahlul bait yang cukup memberikan petunjuk soal siapakah ahlul bait Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]? Apakah ahlul kisa’ [keluarga Ali] ataukah istri-istri Nabi?.

نا أبو رفاعة نا إبراهيم بن سعيد الجوهري نا إبراهيم بن مهدي عن عيسى بن يونس عن إسماعيل عن قيس قال قال علي : ما زال الزبير منا أهل البيت حتى نشأ ابنه عبد الله فغلبه

Telah menceritakan kepada kami Abu Rifaa’ah yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’id Al Jauhariy yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Mahdiy dari Isa bin Yunus dari Ismaiil dari Qais yang berkata Ali berkata “Zubair senantiasa menjadi bagian dari kami Ahlul Bait sampai akhirnya putranya Abdullah tumbuh dewasa dan menguasainya” [Mu’jam Ibnu Arabi 4/431 no 1923]

Atsar Imam Ali di atas diriwayatkan oleh Ibnu Arabi dalam Mu’jam-nya. Ibnu Arabi adalah Ahmad bin Muhammad bin Ziyaad Abu Sa’id bin Al Arabi Al Bashriy seorang Imam muhaddis, qudwah, shaduq, hafizh, Syaikh Al Islam [As Siyar Adz Dzahabiy 15/408 no 229]. Perawi dalam sanad atsar di atas adalah para perawi tsiqat.

  • Abu Rifa’ah yaitu Abdullah bin Muhammad bin Umar bin Habib Al Adawiy Al Bashriy, biografinya disebutkan Al Khatib dalam kitab Tarikh Baghdad dimana Al Khatib menyatakan ia seorang yang tsiqat [Tarikh Baghdad 11/283 no 5150]
  • Ibrahim bin Sa’id Al Jauhariy adalah perawi Muslim dan Ashabus Sunan. Abu Hatim menyebutkan “shaduq”. Nasa’i dan Al Khatib menyatakan ia tsiqat. Ia juga dinyatakan tsiqat oleh Daruquthni, Al Khaliliy dan Ibnu Hibban [At Tahdzib juz 1 no 218]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat hafizh [At Taqrib 1/57]
  • Ibrahim bin Mahdiy adalah perawi Abu Dawud. Abu Hatim menyatakan ia tsiqat. Ibnu Qani’ menyatakan ia tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 1 no 304]. Ibnu Hajar berkata “maqbul” [At Taqrib 1/67]. Pendapat yang rajih ia seorang yang tsiqat.
  • Isa bin Yunus adalah Isa bin Yunus bin Abu Ishaq perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ahmad, Abu Hatim, Yaqub bin Syaibah, Ibnu Khirasy menyatakan tsiqat. Al Ijli menyatakan ia tsiqat dan tsabit dalam hadis. Abu Zur’ah berkata “hafizh”. Ibnu Saad berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 8 no 440]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat ma’mun” [At Taqrib juz 1/776]
  • Ismail bin Abi Khalid adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Mahdi, Ibnu Ma’in dan Nasa’i berkata “tsqiat”. Ibnu ‘Ammar berkata “hujjah”. Al Ijli dan Abu Hatim menyatakan tsiqat. Yaqub bin Abi Syaibah berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan berkata “syaikh shalih”. [At Tahdzib juz 1 no 543]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat tsabit” [At Taqrib 1/93]
  • Qais bin Abi Haazim adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat mukhadhramun. Ibnu Ma’in berkata “ia lebih terpercaya daripada Az Zuhri”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya ke dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 8 no 691]. Al Ijli berkata “termasuk sahabat Abdullah, mendengar dari Abu Bakar Ash Shiddiq dan ia tsiqat” [Ma’rifat Ats Tsiqat no 1529]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat” [At Taqrib 2/32]. Adz Dzahabiy berkata “tsiqat hujjah” [Al Mizan juz 3 no 6908]

Atsar di atas sanadnya shahih sampai kepada Imam Ali. Setelah meneliti keshahihan riwayat tersebut mari kita lanjutkan dengan pembahasan terhadap matannya. Ucapan Imam Ali tentang Zubair di atas diucapkan oleh Beliau saat terjadinya perang jamal dimana saat itu Zubair beserta putranya Abdullah bin Zubair berperang dengan Imam Ali. Dalam sejarah [baik yang ternukil dalam kitab sirah maupun kitab hadis] diketahui kalau Zubair termasuk sahabat yang berpihak kepada Imam Ali pasca wafatnya Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Pada saat itu pihak Abu Bakar [yaitu Umar] mengancam akan membakar rumah Imam Ali yang merupakan tempat berkumpul Ali, Zubair dan sahabat lainnya. Inilah yang dimaksud Imam Ali dengan perkataan “selalu menjadi bagian dari kami Ahlul Bait”. Yaitu maksudnya Zubair bin Awwam selalu berpihak, mendukung dan membela Ahlul Bait. Tetapi sejarah juga membuktikan setelah itu Zubair ternyata ikut berperang melawan Imam Ali dalam perang Jamal.

Padahal dalam perang jamal berdasarkan dalil dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] pihak yang benar adalah Imam Ali sedangkan Zubair adalah pihak yang zalim. Imam Ali mengatakan kalau sikap Zubair itu akibat pengaruh dari putranya Abdullah bin Zubair sehingga Zubair yang awalnya berpihak dan mendukung Ahlul Bait kemudian pada perang jamal malah menentang ahlul bait. Itulah maksud perkataan Imam Ali bahwa Zubair senantiasa menjadi bagian dari ahlul bait sampai akhirnya putranya Abdullah menguasainya. Jadi menurut Imam Ali, pada saat perang Jamal, Zubair telah berpisah dari Ahlul Bait.

Pertanyaannya, dalam perang jamal Zubair dan putranya Abdullah bin Zubair itu berpihak kepada siapa?. Siapakah pemimpin pihak Zubair dalam perang Jamal?. Siapakah yang diikuti dan didukung oleh Zubair dalam perang Jamal?. Kita sama-sama mengetahui, tidak lain ia adalah Ummul mukminin Aisyah radiallahu ‘anha salah satu dari istri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Bukankah Aisyah ra sebagai istri Nabi juga termasuk Ahlul Bait?. Lantas mengapa Imam Ali mengatakan Zubair tidak lagi menjadi bagian dari Ahlul Bait?.

Tentu saja kami tidak akan menyatakan kalau Imam Ali menolak atau menafikan bahwa Aisyah ra adalah istri Nabi yang juga termasuk Ahlul Bait. Dalam tradisi arab sudah jelas kalau istri Nabi termasuk Ahlul Bait dan terdapat dalil yang jelas kalau Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] telah memanggil istri Beliau [shallallahu ‘alaihi wasallam] dengan sebutan Ahlul Bait. Tetapi yang dimaksud Imam Ali dengan “ahlul bait” disini adalah “Ahlul Bait” yang seharusnya menjadi pedoman dan wajib diikuti oleh umat islam [termasuk Zubair] yaitu keluarga Imam Ali yang terdiri dari Sayyidah Fathimah, Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain. Merekalah ahlul bait yang dimaksud dalam perkataan Imam Ali tentang Zubair.

Perang Jamal adalah perselisihan antara Imam Ali dan Aisyah ra, keduanya adalah Ahlul Bait. tetapi ahlul bait yang menjadi pedoman umat [dalam hadis Tsaqalain] dan yang telah disucikan oleh Allah SWT [dalam ayat tathiir] adalah Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husain. Aisyah ra dengan segala kemuliaan yang dimiliki oleh beliau adalah pihak yang keliru, pertentangannya dengan Imam Ali dimana beliau telah keluar dari rumahnya hingga sampai ke medan perang jelas merupakan kesalahan. Kami menghormati dan memuliakan beliau sebagai istri Nabi tetapi kami lebih menjunjung tinggi kebenaran. Imam Ali mengetahui bahwa Aisyah ra istri Nabi adalah Ahlul Bait tetapi beliau tetap mengatakan kalau Zubair tidak lagi berpihak kepada ahlul bait. itu berarti “ahlul bait” yang dimaksud Imam Ali adalah merujuk pada dirinya, Imam Hasan dan Imam Husain yang merupakah ahlul bait yang disucikan oleh Allah SWT. Salam Damai

10 Tanggapan

  1. @SP
    Saya sedang menunggu kira2 apa gerangan tanggapan dari kalangan salafy atas postingan anda kali ini. Saya berharap apapun tanggapan mereka semoga diiringi dengan ungkapan dan pilihan kata yg santun yg membawa kepada saling pengertian akan sudut pandang masing2 pihak peserta diskusi.Salam damai…

  2. Betapa peliknya perjalanan hidup Ahlul Bait yg dimaksud dlm ayat Tathir dan hadits Al Kisa. Mereka diperangi oleh Ahlul Bait juga. Klo begitu sungguh sedikit Sahabat yg selamat dari neraka, krn Ahlul Bait juga ada yg keliru berperang dgn Imam Ali.

    Salam

  3. Mari kita tarjih siapakah ahlul bait yang rajih menurut dalil dan analisis logika.
    Ummul mukminin aisyah jls tdk mencerminkan pesan dari alquran pd srt al ahzab 31, 32 dan 33 sbg ahlul bait karena ahlul bait adalah pedoman umat. Kemudian beliau tdk taat kpd amirul mukminin yang sah. Karena di pemahaman salafy seseorang atau kelompok tdk boleh menetang kpd pememrintah yang sah apapun alasannya.

    Sedangkan imam Ali as adalah jelas amirul mukminin yg sah jadi ada alasan konkrit utk melakukan perang.

    Masalah ini sangat gamblang tergantung kpd ketulusan hati kt menerimanya.

  4. Kalau kita benar2 mau mengakui suatu kebenaran, maka jelas bahwa yang dimaksud dengan Ahlulbait dalam QS 33:33 adalah hanya Ali b. Abitalib as 2. Fatimah binti Rasulullah as. 3. Hasan b. Ali as 4.Husein b. Ali as.
    Karena Aisyah ra sendiri mengakuinya. Atsar pengakuan ini diriwayatkan oleh Muslim dan dikutip oleh Al Hakim an-Nisaburi, dalam Mustadaraknya; Al Hakim al-Hiskani dalam Syawahidnya; Al Baihagi dalam Sunannya. Dan masih banyak ahli tafsir dan Hadits yang memmuat atsar Aisyah ra. Wasalam

  5. hadis tsaqalin adalah bukti nyata tentang kewajipan kita mengikut ahlul bait (as). andai mengikut mereka dikatakan sesat maka tidak ada lagi ahlul bait yg boleh diikut kerana ini satu2nya jalan yang ada dimuka bumi ini. bila dipikirkan, umat islam selepas wafatnya NABI SAW majoritinya bukan berpegang teguh kepada ahlul bait (as) sehinggalah hari ini termasuklah sebagian dari “salafy saleh yg diagungkan”.

    seandainya ditolak suma tajuk2 yg didebatkan antara dua pihak dan anggap saja suma itu x pernah berlaku lalu kita hanya ambil saja hadis tsaqalin ini, boleh jadi keputusannya hanya satu saja. adakah dua pesanan NABI SAW ini boleh ditinggalkan salah satunya? bagi saya maksud NABI SAW jelas, kita akan tersesat selamanya andainya kita hanya berpegang teguh pada salah satunya sahaja.

    andai kita berpegang teguh hanya pada AL QURAN maka akan terjerumus pada akidah tajsim dan tasybih, tauhid 3, mengebom diri membunuh org kafir kononnya untuk syahid dll

    dan andai kita berpegang teguh hanya pada ahlul bait maka akan jadi seperti golongan ghulat dll.

    renung2 lah kita ini bagaimana.

  6. apakah Hindun istri Abu Sufyan termasuk Ahlul Bait Nabi?

  7. @tempe
    Apa yang anda maksudkan Hindun yang membelah dada saydina Hamzah paman Rasul dan kemudian memakan jantungnya. Tapi tdk bisa dikunyah?

  8. @all
    Saya mengajak teman2 aemua menyimak atsar Imam Ali diatas. Menurut saya sabda beliau tersebut sangat mulia dan menjadi pelajaran bagi kita ubtuk mendidik anak2 kita (bagi yang sudah berkeluarga) dan menjadi perhatian bagi mereka yang belum berkeluarga atau masih punya orang tua. Saya mengajak untuk kita sma2 shearing/diskusikan kalau ada perbedaan pendapat karena:

    1.Kenyataan pada jaman sekarang anak2 sudah lebih menentukan/mendominasi atas orang tua diesebabkan:
    a. Mereka sudah merasa lebih pintar dari orang tua
    nya.
    b.Mereka memiliki harta yang jauh lebih banyak
    c. Lebioh banyak koneksi dlsb.
    2.Mereka kurang perhatian/penghormatan pada orang tua ( banyak orang tua yang dikirim ke panti jompo
    3.Mereka lupa bahwa perbuatan mereka akan juga mereka dapatkan dari anak2 mereka (HUKUM KARMA)
    4.Mereka yang memberikan Nasehat serta mengatur hidup orang tua mereka. Dan banyak lagi
    tindakan mereka yang sangatmerendahkan derajat/kedudukan sebagai orang tua.
    Maka benar Firman Allah dalam QS 64 : 14
    Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”
    QS 64 : 15 Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.
    Dan QS 71 : 21 Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka,

    Kemudian Firman Allah dalam QS 63 : 9
    Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.
    Maha benar Allah dengan Firman2nya

  9. @maulana.
    Mengapa anda bs memastikan sdikit sahabat yg selamat dr neraka..Bknya ada jg sahabt yg akhirnya sadar krn ksalahanya tlh memerangi imam ali, trmasuk aisyah ra..

  10. Kita harus tetap Husnudhon pada mereka2 yg telah berbuat khilaf pada Rasulullah saw dan Ahlu Bayt, semoga mereka sebelum mati telah bertobat. Dan apapun dari mereka ya harus di kabarkan dan jangan ditutupi, karena apa yg telah lalu bisa diambil pelajaran. Tetapi dlm bab agama, rujukan kita tetap dan harus pada riwayat2 Ahlu Bayt, karena telah jelas penjelasan Rasulullah saw dalam Hadits Tsaqalain tsb. Dan ehemm.. saya pertama tahu Hadits ini ya dari blognya mr. SP ini, gak sengaja nemuin. Alhamdulillah..
    Dan harusnya kita berani memunculkan Kebenaran ini ke khalayak ramai biar semua pada tahu, karena saya melihat pemahaman di khalayak umum masih campur baur gak karuan. Dan memang jikalau Kebenaran ini dimunculkan dan diamalkan akan nampak asing..
    Ayo mr. SP terus gali dan petakan Kebenaran ini biar yang menginginkannya mudah memahaminya. Wahai sobat2 semua, jadilah penolong2 agama Allah..
    Maaf, bagi yg belum tahu/faham bagusnya cukup diam dulu.

Tinggalkan komentar