Hadis Nabi SAW Memberi Salam Setelah Wafat

Hadis Nabi SAW Memberi Salam Setelah Wafat

Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam baik ketika hidup maupun wafat tetap bisa memberi kebaikan bagi umatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam setelah wafatnya masih dapat memberikan salam [yang merupakan doa] kepada umatnya.

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا عبد الله بن يزيد ثنا حيوة ثنا أبو صخر أن يزيد بن عبد الله بن قسيط أخبره عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ما من أحد يسلم علي الا رد الله عز و جل إلي روحي حتى أرد عليه السلام

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku ayahku yang berkata menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yazid yang berkata menceritakan kepada kami Haywah yang berkata menceritakan kepada kami Abu Shakhr bahwa Yazid bin ‘Abdullah bin Qusaith mengabarkan kepadanya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Tidaklah seseorang menyampaikan salam kepadaku kecuali Allah ‘Azza wa Jalla mengembalikan ruhku sampai aku menjawab salamnya” [Musnad Ahmad 2/527 no 10827]

Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya 2/527 no 10827, Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud 1/622 no 2041, Baihaqi dalam Sunan Baihaqi 5/245 no 10050, Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Awsath 3/262 no 3092 dan Ishaq bin Rahawaih dalam Musnad-nya no 526 semuanya dengan jalan dari ‘Abdullah bin Yazid dari Haywah dari Abu Shakhr dari Yazid bin ‘Abdullah dari Abu Hurairah secara marfu.

Hadis ini kedudukannya shahih. Diriwayatkan oleh para perawi terpercaya, Abu Shakhr adalah Humaid bin Ziyad seorang perawi yang dikatakan shaduq hasanul hadis tetapi pendapat yang benar ia adalah seorang yang tsiqat.

  • ‘Abdullah bin Yazid Al ‘Adawi Al Muqri adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Abu Hatim berkata “shaduq”. Nasa’i, Al Khalili, Ibnu Sa’ad, Ibnu Qani’ menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 6 no 166]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat [At Taqrib 1/548]
  • Haywah bin Syuraih Al Mishri adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ahmad berkata “tsiqat tsiqat”. Abu Hatim, Ibnu Ma’in, Yaqub bin Sufyan, Al Ijli, Maslamah dan Ibnu Sa’ad menyatakan tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 3 no 135], Ibnu Hajar berkata “tsiqat tsabit” [At Taqrib 1/252]
  • Abu Shakhr Humaid bin Ziyad adalah perawi Bukhari dalam ‘Adabul Mufrad, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah. Ia adalah perawi yang tsiqat. Ahmad berkata “tidak ada masalah padanya”. Telah meriwayatkan darinya Yahya bin Sa’id yang berarti ia menganggap Humaid bin Ziyad tsiqat. Daruquthni berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 3 no 69]. Al Ijli menyatakan ia tsiqat [Ma’rifat Ats Tsiqat no 362]. Ibnu Syahin memasukkannya ke dalam perawi tsiqat [Tarikh Asma Ats Tsiqat no 267]. Terdapat perselisihan mengenai pendapat Ibnu Ma’in, Ibnu Abi Hatim membawakan riwayat dari Ishaq bin Manshur dari Ibnu Ma’in yang menyatakan ia dhaif [Al Jarh Wat Ta’dil juz 3 no 975]. Ibnu Ady membawakan riwayat dari Ahmad bin Sa’d bin Abi Maryam dari Ibnu Ma’in yang menyatakan dhaif [Al Kamil Ibnu Ady 2/236] tetapi disebutkan dari muridnya Ibnu Ma’in yaitu Ibnu Junaid bahwa Yahya bin Ma’in menyatakan Humaid bin Ziyad “tidak ada masalah padanya” [Su’alat Ibnu Junaid no 835] dan disebutkan pula dari Utsman Ad Darimi ketika bertanya kepada Ibnu Ma’in tentang Humaid bin Ziyad, Ibnu Ma’in menjawab “tidak ada masalah dengannya” [Tarikh Ibnu Ma’in riwayat Ad Darimi 1/95 no 260]. Pendapat yang rajih di sisi Ibnu Ma’in adalah ia menganggap Humaid bin Ziyad tsiqat karena riwayat Ibnu Junaid dan riwayat Ad Darimi lebih tinggi sanadnya atau bisa saja diartikan pada awalnya Ibnu Ma’in menganggap ia dhaif tetapi setelah itu ia menganggapnya tsiqat. Nasa’i berkata “tidak kuat” [Ad Dhu’afa no 143]. Pernyataan Nasa’i ini tidak bersifat jarh mutlak karena ia terkenal ketat dalam menjarh sehingga para ulama menyatakan bahwa perkataannya “tidak kuat” bisa berarti seorang yang hadisnya hasan. Ibnu Hajar berkata “shaduq terkadang salah” [At Taqrib 1/244] tetapi dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib kalau ia seorang yang shaduq hasanul hadis [Tahrir At Taqrib no 1546]
  • Yazid bin ‘Abdullah bin Qusaith adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Ma’in berkata “tidak ada masalah padanya” [yang berarti tsiqat]. Nasa’i berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat banyak meriwayatkan hadis”. [At Tahdzib juz 11 no 556]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat [At Taqrib 2/327]

Tidak diragukan lagi kalau para perawi hadis ini adalah tsiqat sehingga pendapat yang benar adalah hadis ini shahih. Hadis ini menjadi bukti yang jelas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tetap memiliki keistimewaan dan keutamaan yang tinggi meskipun Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat. Hadis ini juga membantah anggapan naïf sebagian orang bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah wafat tidak bisa mendoakan bagi umatnya. Hadis di atas jusru menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bisa memberikan salam kepada umatnya dan sudah dikenal bahwa salam adalah salah satu doa. Salam damai

14 Tanggapan

  1. salam,

    “As salamu alaika ayuhan nabiyu warahmatullahi wabarakatuh….” ini kan yang kita ucapkan waktu tasyahud akhir,..gak mungkin kita diperintahkan untuk melakukan hal yang sia sia.

  2. Top dah…..!

    Bengan demikian shalat pun terasa makin bermakna, gak cuma jungkir balik aja.

  3. Dengan hadits tsb diatas menunjukan bahwa Rasulullah tetap HIDUP dan tetap memperhatikan kita.
    Kalau demikian kelompok wahaby/salafyien telah salah kaprah dalam pernyataan mereka. Mereka mengatakan tidak bisa bertawasul kepada Rasulullah lagi karena beliau sudah wafat dan dihukumkan bid’ah.sirik. Wasalam

  4. Lhoooo….???? Memangnya ada yang ada yang tidak percaya tohh..??

    Salam damai

  5. Kenapa saya bertanya sebelumnya, krn setahu saya pendapat Ibnu Qayyim adalah sbb (saya kutip dr bbrp artikel di internet:
    Untuk lebih jelasnya lagi, kita bisa membuka Kitab Ar Ruh karangan Ibnu Qoyyim Al Jauzi (Juz I halaman 5), Pada halaman itu tertulis riwayat Ibnu Abdil Bar yang menyandarkan kepada ketetapan sabda Rasulullah saw:
    ما من مسلم يمر على قبر أخيه كان يعرفه في الدنيافيسلم عليه إلا رد الله عليه روحه حتى يرد عليه السلام

    “Orang-orang muslim yang melewati kuburan saudaranya yang dikenal saat hidupnya kemudian mengucapkan salam, maka Allah mengembalikan ruh saudaranya yang meninggal itu untuk menjawab salam temanya.”

    Bahkan menurut Ulama Salaf mereka telah ijma’ (sepakat) bahwa masalah orang yang mati itu mampu mengenal orang-orang yang masih hidup pada saat berziarah bahkan para ahli kubur merasa gembira atas kedatangan para peziarah. Hal ini, kata Ibnu Qoyyim, merupakan riwayat atsar yang mutawatir. Selengkapnya kata-kata Ibnu Qoyyim itu sebagai berikut:
    والسلف مجمعون على هذاوقد تواترت الآثار عنهم بأن الميت يعرف زيارة الحي له ويستبشر به

    Ibnu Qoyyim mengutip ungkapan Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abid biin Abidunya dalam kitab Kubur pada bab ma’rifatul mauta biziyaratil ahya. Menyebut hadits sebagai berikut:
    عن عائشة رضى الله تعالى عنها قالت قال رسول الله ما من رجل يزور قبر أخيهويجلس عنده إلا استأنس به ورد عليه حتى يقوم

    Arti bebasnya:
    Dari Aisyah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “Siapa saja yang berziarah (berkunjung) ke kuburan saudaranya, kemudian duduk di sisi kuburnya maka menjadi tenanglah si mayit, dan Allah akan mengembalikan ruh saudaranya yang meninggal itu untuk menemaninya sampai selesai berziarah.”

    Menjawab salam siapa saja
    Orang yang meninggal dunia, akan menjawab salam baik yang dikenal maupun yang tidak dikenalnya sebagaimana dalamsebuah riwayat hadits berikut:
    عن أبى هريرة رضى الله تعالى عنه قال إذا مرالرجل بقبر أخيه يعرفه فسلم عليه رد عليه السلام وعرفه وإذا مر بقبر لا يعرفه فسلمعليه رد عليه السلام

    Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: “Apalabila orang yang lewat kuburan saudaranya kemudian memberi salam, maka akan dibalas salam itu, dan dia mengenal siapa yang menyalami. Demikian juga mereka (yang mati) akan menjawab salam orang-orang yang tidak kenal.”

    Dialog
    Satu ketika, Seorang lelaki dari keluarga ‘Ashim Al Jahdari bercerita bahwa dia melihat Ashim al Jahdari dalam mimpinya setelah beliau meninggal dua tahun. Lalu lelaki itu bertanya:

    “Bukankah Anda sudah meninggal?”

    “Betul!”

    “Lalu dimana sekarang?”

    “Demi Tuhan, saya ada di dalam taman Syurga. Saya juga bersama teman-temanku berkumpul setiap malam Jum’at hingga pagi harinya di tempat (kuburan) Bakar bin Abdullah al Muzanni. Kemudian kami saling bercerita.”

    “Apakah yang bertemu itu jasadnya saja atau ruhnya saja?”

    “Kalau jasad kami sudah hancur, jadi kami berkumpul dalam ruh”

    “Apakah Anda sekalian mengenal kalau kami itu berziarah kepada kalian?”

    “Benar!, kami mengetahui setiap sore Jum’at dan hari Sabtu hingga terbit matahari”

    “Kalau hari lainnya?”

    “Itulah fadilahnya hari Jum’at dan kemuliannya”

    (Cerita itu menurut Ibnu Qoyim bersumber dari Muhammad bin Husein dari Yahya bin Bustom Al Ashghor dari Masma’dari Laki-laki keluarga Asyim Al Jahdari)

    Nahh..ini khan suatu yang diyakini oleh Ibnu Qayyim (salah satu ulama besarnya salafy (kalau gak salah).

    Salam damai.

  6. kalau sekarang orang islam sholat diseluruh dunia, maka pada hakekatnya Ruh rasulullah kagak pernah balik lagi tuh alias tetap hidup…..forever and ever….

  7. Sebagian kelompok manusia bingung bagaimana caranya Rasul saw menjawab salam seluruh umat Islam yg shalatnya berbarengan yg entah jumlahnya berapa ratus juta. Sudah wafat pula.

    Padahal mrk tdk bingung ketika mendengar dari ustadz mrk bahwa Allah bertempat di atas arys di langit ketujuh, atau ketika dikatakan Allah swt turun ke bumi layaknya ustadz mrk turun dari kursi yg didudukinya, atau ketika mendengar dari tokoh mrk bahwa mataharilah yg mengelilingi bumi, bukan bumi yg mengelilingi matahari.

    Atau bahkan mrk tdk pernah bingung ketika mendengar Nabi mrk dikatakan pernah berbuat salah dan lupa. Atau mrk jg tdk pernah bingung jika ternyata tokoh-tokoh mrk yg mrk katakan sahabat Nabi saw ternyata setelah diperiksa di berbagai riwayat, tdk pernah melakukan kekeliruan dan kesalahan.

    Ternyata sekedar bingung pun, mrk sdh berbeda dgn kita? 🙂

    Salam

  8. عن أوس بن أوس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه قبض وفيه النفخة وفيه الصعقة فأكثروا علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي قال قالوا يا رسول الله وكيف تعرض صلاتنا عليك وقد أرمت يقولون بليت فقال إن الله عز وجل حرم على الأرض أجساد الأنبياء

    Dari Aus bin Aus ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya hari kamu yang paling utama adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan, dimatikan, dan hari ditiupkan ruh, serta hari terjadinya kiamat. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, karena shalawatmu disampaikan kepadaku”. Mereka (para shahabat) bertanya : “Wahai Rasululah, bagaiman shalawat kami disampaikan kepadamu padahal engkau telah wafat ?”. Beliau pun menjawab : “Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi (untuk merusak) jasad para Nabi” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 1047, Ibnu Majah no. 1636, Ibnu Khuzaimah no. 1733, dan yang lainnya; shahih].

    عن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن لله ملائكة سياحين في الأرض يبلغوني عن أمتي السلام

    Dari ‘Abdullah ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat-malaikat yang bertugas menjelajah di muka bumi untuk menyampaikan salam yang diucapkan oleh umatku” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/441, An-Nasa’i 3/43, Abu Ya’la no. 5213, dan yang lainnya; shahih].

    Saya juga sepakat bahwa khusus dalam masalah shalawat dan salam kepada Nabi SAW memang akan disampaikan kepada beliau dan kita akan mendapatkan pahala dengannya bahkan berlipat (bisa dikatakan bahwa shalawat dan salam kepada Nabi SAW adalah merupakan wasilah), tetapi ini khusus untuk salam dan shalawat, kalau yg lain misalnya bertawasul utk segala hajat kita kepada beliau yg sudah wafat… kayaknya tunggu dalilnya dulu dech..

  9. Menurut sok tau banget Rasul itu PELIT. Mau menerima aja tapi tidak mau membantu.

  10. Yaa robbi bil mushthafaa balligh maqosidanaa waghfir lanaa maa madloo yaa waasi’al karomi.

    Maulaya sholli wa sallim daaiman abadaa
    ‘alaa habiibika khoiril kholqi kullihimi…

  11. @ sok tau banget
    Anda selalu menganggap Rasul sudah mati sehingga tak ada lagi manfaatnya bagi ummat yang hidup setelahnya ….
    padahal yg mati hanya jasadnya tapi jiwanya, kemuliaan serta haknya akan ummatnya tidak akan pernah mati ….
    Dan persoalan tawassul bukanlah berkaitan dengan jasad tapi berkaitan dengan jiwa & kedudukan nabi yang tidak ikut mati ….

    jadi untuk apa dalam shalat kita mengucapkan “assalamualaika ayyuhannabiyyu …………….. ”
    Untuk apa ….? kan Rasul udah mati ….

  12. @ sok tau banget
    apa masih mau ngotot tuk g mau mau menerima ? baca saja sejarah apa yang dialkukan oleh nabi dan keluarganya terhadap ahli kubur sebelum wafat mereka ?

  13. o. alah…..
    umat islam dah lama terpuruk gara gara berseteru masalah ginian. asal berusaha berpegang teguh pada quran dan hadis sesuai kemampuan itu masih saudara kita. klo mau debat mending debat sono sama jil. ahm*diyah dan antek antek barat lainnya. PASTI berpahala apalagi klo bsa menang…..
    maaf ini cuma omongan orang bodoh klo bnar pasti dari tuhan… klo salah stidaknya saya hanya ingin umat islam tetap bersatu. salam sejahtera tuk muslim semua

Tinggalkan komentar