Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam : Bantahan Terhadap Salafy

Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam : Bantahan Terhadap Salafy

Tidak diragukan kalau Muawiyah pernah menjadi sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tetapi hal ini tidak membuatnya menjadi orang suci seperti yang digembar-gemborkan oleh para nashibi. Muawiyah termasuk sahabat yang cukup banyak membuat penyimpangan dalam syari’at. Ini bukan tuduhan atau celaan tetapi fakta yang tertera dalam berbagai kitab hadis yang tidak pernah diungkapkan oleh salafy nashibi dengan dalih “menahan diri dari mencaci sahabat”. Salafy nashibi bisa dibilang cinta mati terhadap sahabat yang suka “memusuhi ahlul bait”. Jika syiah mencela sahabat mereka naik pitam menyesatkan dan teriak sana sini tetapi jika Muawiyah mencela Imam Ali mereka mati-matian membela Muawiyah.

Dan yah mungkin kita sebagai ahlus sunnah harus mengingat kembali tragedy mengerikan karena ulah anaknya Muawiyah yang bernama Yazid yaitu pembantaian terhadap Ahlul Bait Nabi Imam Husain AS beserta keluarganya. Anehnya dengan fakta ini tahukah para pembaca bahwa di bawah kolong langit hanya ada satu kaum yang dengan getol membela Yazid bahkan membuat-buat “keutamaan Yazid bin Muawiyah” yaitu salafy nashibi.

.

.

Keutamaan Muawiyah?

Sebelum membahas lebih rinci hadis ini maka kami katakan terlebih dahulu metode yang benar dalam penilaian adalah tidak hanya bergantung pada satu atau beberapa hadis saja. Apalagi jika membahas kedudukan seorang seperti Muawiyah. Oleh karena itu kami telah banyak membahas berbagai tulisan tentang Muawiyah. Salafy sangat bersemangat dalam membela orang-orang yang menyakiti dan memusuhi Ahlul Bait bahkan dengan dalih-dalih yang naïf terkesan ilmiah bagi orang awam tetapi jika diteliti baik-baik jelas sangat dipaksakan. Dalih pertama yang menggelikan adalah ia mengutip ayat Al Qur’an berikut

لَقَدْ تابَ اللهُ عَلَى النَّبِيِّ والمُهاجِرينَ والأنْصارِ الَّذينَ اتَّبَعُوهُ في سَاعَةِ العُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ ما كادَ يَزِيغُ قُلوبُ فَريقٍ مِنهم ثُمَّ تابَ عَلَيْهِم، إنَّهُ بِهِم رَؤوفٌ رَحيمٌ

“Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka” [QS. At-Taubah : 117].

Kami tidak mengerti dari mana datang pikiran yang menyatakan ayat ini sebagai keutamaan bagi Muawiyah, mengingat Muawiyah bukanlah orang yang ikut berhijrah atau orang dari golongan Muhajirin dan bukan pula orang dari golongan Anshar yang merupakan penduduk Madinah.

Dalihnya yang kedua adalah hadis Ummu Haram dimana salafy nashibi itu ingin menunjukkan keutamaan Muawiyah dan anaknya Yazid. Berikut hadis yang dimaksud

حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ يَزِيدَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ قَالَ حَدَّثَنِي ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ أَنَّ عُمَيْرَ بْنَ الْأَسْوَدِ الْعَنْسِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّهُ أَتَى عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ وَهُوَ نَازِلٌ فِي سَاحَةِ حِمْصَ وَهُوَ فِي بِنَاءٍ لَهُ وَمَعَهُ أُمُّ حَرَامٍ قَالَ عُمَيْرٌ فَحَدَّثَتْنَا أُمُّ حَرَامٍ أَنَّهَا سَمِعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ الْبَحْرَ قَدْ أَوْجَبُوا قَالَتْ أُمُّ حَرَامٍ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا فِيهِمْ قَالَ أَنْتِ فِيهِمْ ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ مَدِينَةَ قَيْصَرَ مَغْفُورٌ لَهُمْ فَقُلْتُ أَنَا فِيهِمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا

Telah menceritakan kepadaku Ishaaq bin Yaziid Ad-Dimasyqiy telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Hamzah, ia berkata telah menceritakan kepadaku Tsaur bin Yaziid, dari Khaalid bin Ma’daan bahwa ‘Umair bin Al-Aswad Al-‘Ansiy telah menceritakan kepadanya bahwa dia pernah menemui ‘Ubaadah bin Ash-Shaamit ketika dia sedang singgah dalam perjalanan menuju Himsh. Saat itu dia sedang berada di rumahnya, dan Ummu Haram ada bersamanya. ‘Umair berkata “Maka Ummu Haram bercerita kepada kami bahwa dia pernah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Pasukan dari umatku yang pertama kali berperang dengan mengarungi lautan, telah diwajibkan padanya [pahala]”. Ummu Haram berkata : Aku katakan : “Wahai Rasulullah, apakah aku termasuk di antara mereka ?”. Beliau bersabda : “Ya, kamu termasuk dari mereka”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bersabda : “Pasukan dari umatku yang pertama kali akan memerangi kota Qaishar [Romawi] akan diberikan ampunan”. Aku katakan : “Apakah aku termasuk di antara mereka, wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab : “Tidak” [Shahih Al-Bukhaariy no. 2924].

Tidak ada pada hadis ini disebutkan bahwa keutamaan itu terkhususkan untuk Muawiyah ataupun Yazid. Mereka salafiyun mengandalkan sejarah bahwa Muawiyah ikut berperang mengarungi lautan dan Yazid orang yang memerangi kota Qaishar. Tetapi tentu saja hujjah seperti ini adalah buntung karena mereka tidak memperhatikan fakta historis lain yang bisa menjungkirbalikkan pendalilan mereka.

Disebutkan dalam sejarah bahwa Yazid bin Muawiyah inilah yang memerintahkan untuk memerangi dan membunuh penduduk Madinah pada peristiwa Al Harrah yang mengerikan padahal terdapat hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا حسين بن علي الجعفي عن زائدة عن سليمان عن أبي صالح عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال المدينة حرم فمن أحدث فيها حدثا أو آوى محدثا فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين لا يقبل منه يوم القيامة عدل ولا صرف

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah yang berkata menceritakan kepada kami Husain bin ‘Ali Al Ja’fi dari Za’idah dari Sulaiman dari ‘Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkata “Madinah adalah tanah haram, barangsiapa yang melakukan perbuatan keji di dalamnya atau mendukung orang yang melakukan perbuatan keji tersebut maka untuknya laknat Allah, malaikat-malaikatnya dan manusia seluruhnya, dan tidak diterima taubat dan tebusan baginya” [Shahih Muslim 2/999 no 469]

Perhatikan baik-baik hadis ini dan silakan pikirkan, bagaimana bisa salafy nashibi itu mengklaim keutamaan Yazid padahal dapat dilihat bahwa ia telah melakukan perbuatan keji kepada penduduk Madinah dan berdasarkan hadis shahih akan mendapat laknat dari Allah SWT dan tidak diterima taubatnya. Dari sisi ini saja kita dapat menyatakan bahwa Yazid bin Muawiyah tidak termasuk kedalam golongan mereka yang mendapatkan keutamaan hadis Ummu Haram. Belum lagi jika dimasukkan kekejian lainnya seperti pembantaian keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Cukuplah kita katakan kalau mereka yang membela Yazid akan mendapat percikan keburukannya.

Begitu pula halnya dengan Muawiyah, banyak fakta historis yang justru menjungkirbalikkan pemahaman salafy terhadap keutamaan Muawiyah. Bukankah dalam sejarah diketahui kalau Muawiyah ini membunuh Hujr bin ‘Ady padahal ia seorang sahabat Nabi dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

Nabi SAW bersabda “Mencaci seorang Muslim adalah kefasiqan dan Membunuhnya adalah kekufuran”. [Shahih Bukhari no 48, no 6044 dan no 7076]

Sejarah membuktikan bahwa Muawiyah telah melakukan keduanya, ia mencela Imam Ali dan memerintahkan orang lain untuk mencela Imam Ali dan ia pula yang memerintahkan membunuh Hujr bin Ady radiallahu ‘anhu. Bukankah fakta sejarah menunjukkan kalau Muawiyah memerangi Imam Ali dalam perang Shiffin tanpa alasan yang haq sehingga membuat terbunuhnya sahabat yang mulia Ammar bin Yasir radiallahu’ anhu

ويقول ويح عمار تقتله الفئة الباغية يدعوهم إلى الجنة ويدعونه إلى النار قال فجعل عمار يقول أعوذ بالرحمن من الفتن

Dan Rasulullah SAW bersabda “kasihan Ammar, ia dibunuh oleh kelompok pembangkang. Ia mengajak mereka ke surga, mereka malah mengajaknya ke neraka. Ammar berkata “Aku berlindung kepada Ar Rahman dari fitnah”. [Musnad Ahmad 3/90 no 11879 shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth]

Dengan melihat hadis ini, coba ingat-ingat wahai pembaca apakah pernah salafy menyebutkan salah satu keutamaan Muawiyah adalah pembangkang yang mengajak ke neraka. Bisa dipastikan mereka tidak pernah dan tidak akan pernah mau mengungkapkannya. Dengan dalih “menahan diri mencela sahabat” mereka bungkam dan lucunya malah menampakkan hal yang sebaliknya berusaha mencari-cari keutamaan Muawiyah.

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا عفان قال ثنا حماد بن سلمة قال انا أبو حفص وكلثوم بن جبر عن أبي غادية قال قتل عمار بن ياسر فأخبر عمرو بن العاص قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول ان قاتله وسالبه في النار فقيل لعمرو فإنك هو ذا تقاتله قال إنما قال قاتله وسالبه

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang menceritakan kepada kami ‘Affan yang berkata menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah yang berkata menceritakan kepada kami Abu Hafsh dan Kultsum bin Jabr dari Abi Ghadiyah yang berkata “Ammar bin Yasar terbunuh kemudian dikabarkan hal ini kepada Amru bin ‘Ash” [Amru] berkata “aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata “yang membunuhnya dan merampas miliknya berada di neraka”. Dikatakan kepada Amru “bukankah kamu membunuhnya” ia berkata “sesungguhnya [Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata yang membunuhnya dan merampas miliknya” [Musnad Ahmad 4/198 no 17811 Syaikh Syu’aib berkata “sanadnya kuat”]

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا عبد الرزاق قال ثنا معمر عن طاوس عن أبي بكر بن محمد بن عمرو بن حزم عن أبيه قال لما قتل عمار بن ياسر دخل عمرو بن حزم على عمرو بن العاص فقال قتل عمار وقد قال رسول الله صلى الله عليه و سلم تقتله الفئة الباغية فقام عمرو بن العاص فزعا يرجع حتى دخل على معاوية فقال له معاوية ما شانك قال قتل عمار فقال معاوية قد قتل عمار فماذا قال عمرو سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول تقتله الفئة الباغية فقال له معاوية دحضت في بولك أو نحن قتلناه إنما قتله علي وأصحابه جاؤوا به حتى القوه بين رماحنا أو قال بين سيوفنا

Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang menceritakan kepadaku ayahku yang menceritakan kepada kami ‘Abdurrazaq yang berkata menceritakan kepada kami Ma’mar dari Ibnu Thawus dari Abu Bakar bin Muhammad bin ‘Amru bin Hazm dari ayahnya yang berkata “ketika Ammar bin Yasar terbunuh maka masuklah ‘Amru bin Hazm kepada Amru bin ‘Ash dan berkata “Ammar terbunuh padahal sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata “Ia dibunuh oleh kelompok pembangkang”. Maka ‘Amru bin ‘Ash berdiri dengan terkejut dan mengucapkan kalimat [Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un] sampai ia mendatangi Muawiyah. Muawiyah berkata kepadanya “apa yang terjadi denganmu”. Ia berkata “Ammar terbunuh”. Muawiyah berkata “Ammar terbunuh, lalu kenapa?”. Amru berkata “aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata “Ia dibunuh oleh kelompok pembangkang”. Muawiyah berkata “Apakah kita yang membunuhnya? Sesungguhnya yang membunuhnya adalah Ali dan sahabatnya, mereka membawanya dan melemparkannya diantara tombak-tombak kita atau ia berkata diantara pedang-pedang kita [Musnad Ahmad 4/199 no 17813 dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth]

Perhatikanlah perkataan Muawiyah dimana ia mengatakan kalau Imam Ali lah yang membunuh Ammar, apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah membunuh sahabat-sahabat yang syahid pada perang badar dan uhud?, naudzubillah cara berpikir macam apa itu. Bukankah sangat jelas ini adalah celaan yang nyata dari Muawiyah kepada Imam Ali. Kita serahkan hal ini kepada Allah SWT. Tidak diragukan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang Ammar “ia dibunuh oleh kelompok pembangkang” dan disebutkan pula bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “bahwa yang membunuh Ammar dan merampas miliknya akan berada di neraka”. Sejarah membuktikan kalau kelompok yang membunuh Ammar bin Yasir adalah kelompok Muawiyah dalam perang Shiffin. Pernahkah salafy membahas ini dalam keutamaan Muawiyah bin Abu Sufyan? Jawabannya tidak pernah, mereka memang punya kebiasaan pilih-pilih hadis dan mendistorsi hadis-hadis shahih yang tidak sesuai keyakinan mereka.

Kalau kita teruskan pembahasan secara historis ini maka terdapat fakta lain yang cukup mengejutkan. Muawiyah yang dikatakan oleh pengikut salafiyun sebagai sahabat yang mulia ternyata juga meminum khamar.

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا زيد بن الحباب حدثني حسين ثنا عبد الله بن بريدة قال دخلت أنا وأبي على معاوية فأجلسنا على الفرش ثم أتينا بالطعام فأكلنا ثم أتينا بالشراب فشرب معاوية ثم ناول أبي ثم قال ما شربته منذ حرمه رسول الله صلى الله عليه و سلم

Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubab yang berkata telah menceritakan kepadaku Husain yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah yang berkata “Aku dan Ayahku datang  ke tempat Muawiyah, ia mempersilakan kami duduk di hamparan . Ia menyajikan makanan dan kami memakannya kemudian ia menyajikan minuman, ia meminumnya dan menawarkan kepada ayahku. Ayahku berkata “Aku tidak meminumnya sejak diharamkan Rasulullah SAW”… [Musnad Ahmad 5/347 no 22991 Syaikh Syu’aib berkata “sanadnya kuat”]

Tentunya sebagai seorang sahabat yang dikatakan mulia oleh sebagian orang sudah pasti mengetahui dengan jelas bahwa meminum khamar itu haram. Sangat jelas dalam Al Qur’an dan hadis.

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا يونس بن محمد ثنا فليح عن سعد بن عبد الرحمن بن وائل الأنصاري عن عبد الله بن عبد الله بن عمر عن أبيه أن النبي صلى الله عليه و سلم قال لعن الله الخمر ولعن شاربها وساقيها وعاصرها ومعتصرها وبائعها ومبتاعها وحاملها والمحمولة إليه وآكل ثمنها

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepadaku ayahku yang menceritakan kepada kami Yunus bin Muhammad yang menceritakan kepada kami Fulaih dari Sa’d bin ‘Abdurrahman bin Wail Al Anshari dari ‘Abdullah bin Abdullah bin Umar dari ayahnya bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Allah melaknat khamar, dan melaknat yang meminumnya, yang menuangkannya, yang membuatnya dan yang meminta dibuatkan, yang menjualnya, yang mengangkutnya dan yang meminta diangkut dan yang memakan keuntungannya [Musnad Ahmad 2/97 no 5716, Syaikh Syu’aib berkata “shahih dengan jalan-jalannya”]

Kita masih dapat meneruskan fakta historis lain tentang Muawiyah. Tahukah para pembaca pemimpin seperti apa Muawiyah. Hadis Shahih membuktikan dengan jelas pemimpin seperti apa Muawiyah.

حدثنا زهير بن حرب وإسحاق بن إبراهيم ( قال إسحاق أخبرنا وقال زهير حدثنا جرير ) عن الأعمش عن زيد بن وهب عن عبدالرحمن بن عبد رب الكعبة قال دخلت المسجد فإذا عبدالله بن عمرو بن العاص جالس في ظل الكعبة والناس مجتمعون عليه فأتيتهم فجلست إليه فقال كنا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم في سفر فنزلنا منزلا فمنا من يصلح خباءه ومنا من ينتضل ومنا من هو في جشره إذ نادى منادي رسول الله صلى الله عليه و سلم الصلاة جامعة فاجتمعنا إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال ( إنه لم يكن نبي قبلي إلا كان حقا عليه أن يدل أمته على خير ما يعلمه لهم وينذرهم شر ما يعلمه لهم وإن أمتكم هذه جعل عافيتها في أولها وسيصيب آخرها بلاء وأمور تنكرونها وتجيء فتنة فيرقق بعضها بعضها وتجيء الفتنة فيقول المؤمن هذه مهلكتي ثم تنكشف وتجيء الفتنة فيقول المؤمن هذه هذه فمن أحب أن يزحزح عن النار ويدخل الجنة فلتأته منيته وهو يؤمن بالله واليوم الآخر وليأت إلى الناس الي يحب أن يؤتى إليه ومن بايع إماما فأعطاه صفقة يده وثمرة قلبه فليطعه إن استطاع فإن جاء آخر ينازعه فاضربوا عنق الآخر ) فدنوت منه فقلت أنشدك الله آنت سمعت هذا من رسول الله صلى الله عليه و سلم ؟ فأهوى إلى أذنيه وقلبه بيديه وقال سمعته أذناي ووعاه قلبي فقلت له هذا ابن عمك معاوية يأمرنا أن نأكل أموالنا بيننا بالباطل ونقتل أنفسنا والله يقول { يا أيها الذين آمنوا لا تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إلا أن تكون تجارة عن تراض منكم ولا تقتلوا أنفسكم إن الله كان بكم رحيما } [ 4 / النساء / 29 ] قال فسكت ساعة ثم قال أطعه في طاعة الله واعصه في معصية الله

Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim (Ishaq berkata telah mengabarkan kepada kami dan Zuhair berkata telah menceritakan kepada kami Jarir) dari ‘Amasy dari Zaid bin Wahb dari Abdurrahman bin Abdi Rabbi Al Ka’bah yang berkata Aku pernah masuk ke sebuah masjid, kulihat Abdullah bin Amr’ bin Ash sedang duduk dalam naungan Ka’bah dan orang-orang berkumpul di sekelilingnya. Lalu aku mendatangi mereka dan duduk disana, dia berkata “Dahulu kami bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan kemudian kami singgah di suatu tempat. Diantara kami ada yang memperbaiki tendanya, menyiapkan panah dan menyiapkan makanan hewan tunggangannya. Ketika itu seorang penyeru yang diperintahkan Rasulullah SAW menyerukan “Marilah shalat berjama’ah”. Kami berkumpul menuju Rasulullah SAW dan Beliau bersabda “Sesungguhnya tidak ada Nabi sebelumKu kecuali menjadi kewajiban baginya untuk menunjukkan umatnya kepada kebaikan yang diketahuinya serta memperingatkan mereka akan keburukan yang diketahuinya bagi mereka. Sesungguhnya UmatKu ini adalah umat yang baik permulaannya akan tetapi setelahnya akan datang banyak bencana dan hal-hal yang diingkari. Akan datang suatu fitnah yang membuat sebagian orang memperbudak yang lain. Akan datang suatu fitnah hingga seorang mukmin berkata “inilah kehancuranku”. Kemudian fitnah tersebut hilang dan datanglah fitnah yang lain hingga seorang mukmin berkata “inilah dia, inilah dia”. Maka barangsiapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga hendaklah ia mati dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir serta memperlakukan manusia sebagaimana yang ia suka untuk dirinya. Barangsiapa yang membai’at seorang Imam dan setuju dengan sepenuh hati maka hendaklah ia mentaatinya semampunya. Lalu jika yang lain hendak merebutnya maka bunuhlah ia”. Aku mendekatinya seraya berkata “Demi Allah apakah engkau mendengar ini dari Rasulullah SAW?. Maka dia (Abdullah bin Amr bin Ash) mengisyaratkan dengan tangan pada kedua telinga dan hatinya sambil berkata “Aku mendengar dengan kedua telingaku dan memahaminya dengan hatiku”. Aku berkata kepadanya “Ini Anak pamanmu Muawiyah dia memerintahkan kami untuk memakan harta diantara kami secara bathil dan saling membunuh diantara kami”. Padahal Allah SWT berfirman “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil kecuali dengan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah Maha Penyayang terhadapmu”{An Nisa ayat 29}. Lalu dia diam sejenak dan berkata “Taatilah dia dalam ketaatan kepada Allah dan langgarlah ia dalam bermaksiat kepada Allah ” [Shahih Muslim 3/1472 no 1844]

Ternyata terbukti dalam hadis shahih bahwa Muawiyah adalah seorang pemimpin yang zalim. Dalam pemerintahannya bermunculan celaan dan cacian terhadap Imam Ali baik darinya ataupun para pejabatnya. Ia pula yang memerintahkan membunuh Hujr bin Adi sahabat Nabi yang mulia, tidak takut meminum khamar, memerintahkan untuk memakan harta secara bathil dan membunuh orang-orang muslim. Jadi sangat bisa dimaklumi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda

حدثني إبراهيم بن العلاف البصري قال سمعت سلاماً أبا المنذر يقول قال عاصم بن بهدلة حدثني زر بن حبيش عن عبد الله بن مسعود قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا رأيتم معاوية بن أبي سفيان يخطب على المنبر فاضربوا عنقه

Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Al Alaf Al Bashri yang berkata aku telah mendengar dari Sallam Abul Mundzir yang berkata telah berkata Ashim bin Bahdalah yang berkata telah menceritakan kepadaku Zirr bin Hubaisy dari Abdullah bin Mas’ud yang berkata Rasulullah SAW bersabda “Jika kamu melihat Muawiyah bin Abi Sufyan berkhutbah di mimbarKu maka tebaslah lehernya” [Ansab Al Asyraf Al Baladzuri 5/130 dengan sanad yang hasan]

Kami katakan kepada pengikut salafy nashibi pecinta Muawiyah, jangan merasa bahwa cuma kalian orang yang tahu sejarah dan ilmu hadis. Di dunia ini ada banyak manusia yang tidak terikat doktrin salafy nashibi yang mampu membahas sejarah secara objektif. Kami pribadi tidak perlu mencela Muawiyah, bagi kami itu tidak perlu. Cukuplah bagi kami memaparkan apa-apa saja yang telah ia lakukan yang terpampang jelas dalam sejarah dan hadis. Terdapat hadis shahih yang menyebutkan kalau Muawiyah mati tidak di atas agama islam. Salafy nashibi berusaha melemahkan hadis tersebut dengan syubhat-syubhat yang tidak ilmiah. Salah satu syubhat yang mereka katakan adalah hadis tersebut bertentangan dengan keutamaan Muawiyah dalam hadis Ummu Haram. Kami jawab

  • Hadis Muawiyah mati tidak dalam agama islam adalah hadis yang jelas membicarakan tentang pribadi Muawiyah, penunjukkannya sangat jelas sedangkan hadis Ummu Haram tidak jelas membicarakan keutamaan Muawiyah. Tidak ada hal yang patut dipertentangkan, hadis Ummu Haram bersifat umum sedangkan hadis Muawiyah mati tidak dalam agama islam bersifat khusus. Jadi kedua hadis ini masih bisa dikompromikan dalam arti Muawiyah tidak termasuk dalam keutamaan hadis Ummu Haram. Ada banyak sekali pasukan yang ikut bertempur di laut, mereka yang dengan ikhlas bertempur karena Allah SWT dan syahid disana maka wajib atas mereka pahala. Sedangkan mereka yang menginginkan harta dan kekuasaan atau setelah peristiwa itu mereka melakukan keburukan atau maksiat atau menentang Allah SWT dan Rasul-Nya maka tidak ada alasan untuk tetap menyatakan keutamaan mereka.
  • Hadis Muawiyah mati tidak dalam agama islam sangat klop dengan berbagai fakta historis dan hadis-hadis shahih tentang penyimpangan yang dilakukan Muawiyah. Memang sezalim apapun seorang yang mengaku muslim bukan hak kita untuk menyatakan ia kafir tetapi pada kasus Muawiyah terdapat hadis shahih yang dengan jelas menyatakan ia mati tidak dalam agama islam.

Syubhat berikutnya dari salafy nashibi adalah mereka menyatakan matan hadis tersebut idhthirab dan sanadnya memiliki illat. Kami akan tunjukkan bahwa pernyataan mereka hanyalah dalih yang dicari-cari.

.

.

.

Pembahasan Matan Hadis Yang Dikatakan Idhthirab

Inti dari syubhat salafy nashibi adalah mereka membawakan hadis lain dimana mereka mengatakan kalau orang yang dimaksud bukanlah Muawiyah tetapi Hakam bin Abil Ash. Berikut hadis yang mereka jadikan hujjah

حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ ذَهَبَ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ يَلْبَسُ ثِيَابَهُ لِيَلْحَقَنِي فَقَالَ وَنَحْنُ عِنْدَهُ لَيَدْخُلَنَّ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ لَعِينٌ فَوَاللَّهِ مَا زِلْتُ وَجِلًا أَتَشَوَّفُ دَاخِلًا وَخَارِجًا حَتَّى دَخَلَ فُلَانٌ يَعْنِي الْحَكَمَ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami ‘Utsmaan bin Hakiim dari Abu Umaamah bin Sahl bin Hunaif dari ‘Abdullah bin ‘Amru, ia berkata : Kami pernah duduk-duduk di sisi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan ketika itu ‘Amru bin Al-‘Aash pergi berjalan dengan mengenakan baju untuk menemuiku. Beliau bersabda [sementara kami berada di sisinya ] “Sungguh akan datang kepada kalian seorang laki-laki yang dilaknat”. Maka demi Allah, semenjak beliau mengatakan itu, aku selalu melihat-lihat ke dalam dan ke luar hingga datanglah si Fulan, yaitu Al Hakam [Musnad Ahmad 2/163 no 6520 dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib]

Sekarang perhatikan matan hadis “Muawiyah tidak mati di dalam agama islam”. Jika diperhatikan dengan baik. Apa yang disematkan kepada Al Hakam dan Muawiyah jelas berbeda, orangnya berbeda, hadis yang diucapkan juga berbeda

عن عبد الله بن عمرو قال كنت جالساً عند النبي صلى الله عليه وسلم فقال يطلع عليكم من هذا الفج رجل يموت يوم يموت على غير ملتي، قال وكنت تركت أبي يلبس ثيابه فخشيت أن يطلع، فطلع معاوية

Dari Abdullah bin Amru yang berkata aku duduk bersama Nabi SAW kemudian Beliau bersabda ”akan datang dari jalan besar ini seorang laki-laki yang mati pada hari kematiannya tidak berada dalam agamaKu”. Aku berkata “Ketika itu, aku telah meninggalkan ayahku yang sedang mengenakan pakaian, aku khawatir kalau ia akan datang dari jalan tersebut, kemudian datanglah Muawiyah dari jalan tersebut” [Ansab Al Asyraf Al Baladzuri 2/120-121]

Pada hadis Ahmad tentang Al Hakam disana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan “Sungguh akan datang kepada kalian seorang laki-laki yang dilaknat” sedangkan pada hadis Al Baladzuri tentang Muawiyah disana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan “akan datang dari jalan besar ini seorang laki-laki yang mati pada hari kematiannya tidak berada dalam agamaKu”. Al Hakam seorang yang dilaknat dan Muawiyah mati tidak dalam agama islam, kedua hadis tersebut benar tidak ada perselisihan matan dan dimana letak idhthirab yang dimaksud?. Kedua hadis tersebut bisa saja merujuk pada dua peristiwa yang berbeda dimana peristiwa yang satu membicarakan Al Hakam dan peristiwa lain membicarakan Muawiyah. Apakah Abdullah bin ‘Amru bin Ash seumur hidupnya bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hanya satu kali saja duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam?. Atau kedua hadis tersebut merujuk peritiwa yang sama dimana pada bagian pertama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membicarakan tentang Al Hakam dan setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membicarakan tentang Muawiyah [atau sebaliknya].

.

.

.

Pembahasan Illat Sanad Hadis

Salafy nashibi berusaha melemahkan hadis ini dengan menunjukkan kelemahan pada ‘Abdurrazaq bin Hammam. Logika salafy itu adalah ia menunjukkan adanya idhthirab dan menjadikan idhthirab ini bagian dari kesalahan Abdurrazaq karena ia berubah hafalannya di usia senja. Kami tekankan kembali tidak ada yang namanya idhthirab pada matan hadis tersebut, itu cuma akal-akalan salafy. Kedua hadis baik menyebutkan Al Hakam dan Muawiyah adalah benar. Pertama-tama mari kita lihat kembali sanad hadis tersebut

حدثني إسحاق وبكر بن الهيثم قالا حدثنا عبد الرزاق بن همام انبأنا معمر عن ابن طاوس عن أبيه عن عبد الله بن عمرو بن العاص

Telah menceritakan kepadaku Ishaq dan Bakr bin Al Haitsam yang keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq bin Hamam yang berkata telah memberitakan kepada kami Ma’mar dari Ibnu Thawus dari ayahnya dari Abdullah bin Amru bin Ash [Ansab Al Asyraf Al Baladzuri 2/120]

Abdurrazaq bin Hammam adalah seorang hafizh yang tsiqat, satu-satunya kelemahan yang dituduhkan padanya adalah soal ia berubah hafalannya pada usia senja ketika matanya telah buta.

و قال أبو زرعة الدمشقى ، عن أبى الحسن بن سميع ، عن أحمد بن صالح المصرى : قلت لأحمد بن حنبل : رأيت أحدا أحسن حديثا من عبد الرزاق ؟ قال : لا . قال أبو زرعة : عبد الرزاق أحد من ثبت حديثه

Abu Zur’ah ad-Dimsayqi berkata dari Abul Hasan bin Sami’, dari Ahmad bin Shalih al-Mishri yang berkata Aku berkata kepada Ahmad bin Hanbal ”Adakah kau lihat orang yang lebih baik haditsnya daripada ’Abdurrazaq?” beliau menjawab ”tidak”. Abu Zur’ah berkata ”Abdurrazaq adalah salah seorang yang kuat haditsnya.” [Tahdzib Al Kamal 18/56 no 3415]

و قال يعقوب بن شيبة ، عن على ابن المدينى ، قال : لى هشام بن يوسف : كان عبد الرزاق أعلمنا و أحفظنا . قال يعقوب : و كلاهما ثقة ثبت .

Ya’qub bin Syaibah berkata, dari ’Ali ibnul Madini yang berkata Hisyam bin Yusuf berkata kepadaku “Abdurrazaq itu orang yang lebih ’alim dan hafizh daripada kami.” Ya’qub berkata  keduanya [Hisyam bin Yusuf dan ’Abdurrazaq] adalah sama-sama tsiqat tsabit [Tahdzib Al Kamal 18/58 no 3415]

و قال أبو بكر بن أبى خيثمة : سمعت يحيى بن معين و قيل له : إن أحمد بن حنبل قال : إن عبيد الله بن موسى يرد حديثه للتشيع ، فقال : كان والله الذى لا إله إلا هو عبد الرزاق أغلى فى ذلك منه مئة ضعف ، و لقد سمعت من عبد الرزاق أضعاف أضعاف ما سمعت من عبيد الله .

Abu Bakr bin Abi Khaitsamah berkata aku mendengar Yahya bin Main ketika ada yang berkata padanya ”Sesungguhnya Ahmad bin Hanbal berkata, bahwa sesungguhnya ’Ubaidillah bin Musa membantah hadits ’Abdurrazaq dikarenakan tasyayu’-nya.” Lantas Ibnu Ma’in membantah ”Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang haq untuk di sembah melainkan Dia, ’Abdurrazaq itu jauh lebih bernilai darinya berkali-kali lipat. Dan sungguh aku telah mendengar dari ’Abdurrazaq berkali-kali lipat daripada aku mendengar dari ’Ubaidillah.” [Tahdzib Al Kamal 18/59 no 3415]

و قال أبو زرعة الدمشقى : قلت لأحمد بن حنبل : كان عبد الرزاق يحفظ حديث معمر ؟ قال : نعم . قيل له : فمن أثبت فى ابن جريج عبد الرزاق أو محمد بن بكر البرسانى ؟ قال : عبد الرزاق قال : و أخبرنى أحمد بن حنبل ، قال : أتينا عبد الرزاق قبل المئتين و هو صحيح البصر و من سمع منه بعدما ذهب بصره ، فهو ضعيف السماع .

Abu Zur’ah Ad Dimasyq berkata Aku bertanya kepada Ahmad bin Hanbal ”Apakah ’Abdurrazaq mengahafal haditsnya Ma’mar?” beliau menjawab : ”iya”. Ada yang bertanya pada beliau ”Mana yang lebih tsabit dari Ibnu Juraij, ’Abdurrazaq atau Muhammad bin Bakr Al Barsaani?” beliau menjawab ”Abdurrazaq”. [Abu Zur’ah berkata] Ahmad bin Hanbal memberitakan kepadaku ”Kami mendatangi ’Abdurrazaq sebelum tahun 200 H dan beliau dalam keadaan sehat matanya. Barangsiapa yang mendengarkan darinya setelah ia buta maka pendengarannya lemah [Tahdzib Al Kamal 18/8 no 3415]

عبد الرزاق بن همام بن نافع الحميري مولاهم أبو بكر الصنعاني ثقة حافظ مصنف شهير عمي في آخر عمره فتغير وكان يتشيع .

’Abdurrazaq bin Hammam bin Nafi’ Al Himyari maula mereka Abu Bakr Ash Shan’ani seorang yang tsiqat hafizh penulis [mushannaf] yang terkenal, buta pada akhir usianya maka hafalannya berubah dan ia bertasyayyu’ [At Taqrib 1/599]

Kesimpulannya ’Abdurrazaq bin Hammam seorang hafiz yang tsiqat dan tsabit dalam hadis, sebelum buta ia seorang yang tsiqat mutlak tetapi setelah buta hafalannya berubah sehingga pendengaran hadis setelah ia buta mengandung kelemahan. Mengenai tasyayyu’ Abdurrazaq bin Hammam itu tidaklah membahayakan hadisnya karena ia sendiri mengutamakan Abu Bakar dan Umar dibanding Imam Ali bahkan dalam Tahrir At Taqrib dinyatakan bahwa penisbatan tasyayyu’ terhadap ‘Abdurrazaq tidaklah tsabit. [Tahrir At Taqrib no 4064]

Yang meriwayatkan hadis ini dari ‘Abdurrazaq bin Hammam adalah Ishaq bin Abi Israil seorang hafizh yang tinggal di Baghdad dan wafat tahun 246 H. sedangkan ‘Abdurrazaq adalah seorang hafizh yang tinggal di Shan’a wafat tahun 211 H. ‘Abdurrazaq buta matanya pada tahun 200 H atau setelahnya, jadi perawi yang mendengar hadis darinya sebelum tahun 200 H jelas shahih. Ishaq bin ‘Abi Israil pergi ke Shan’a dan mendengar hadis dari para hafizh disana sebelum tahun 200 H. Bukti untuk hal ini adalah Abu Dawud telah meriwayatkan hadis dari Ishaq bin ‘Abi Israil [Abu Ya’qub Al Baghdadi] dari Hisyam bin Yusuf As Shan’ani dimana Ishaq bin ‘Abi Israil meriwayatkan hadis dengan lafal “telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Yusuf” [Sunan Abu Dawud 1/607 no 1985]. Hisyam bin Yusuf Ash Shan’ani adalah seorang qadhi di Shan’a yang wafat pada tahun 197 H [At Taqrib 2/268]. Jadi Ishaq bin ‘Abi Israil datang ke Shan’a dan mendengar hadis dari ulama disana seperti Hisyam bin Yusuf dan ‘Abdurrazaq bin Hammam sebelum tahun 197 H. Pada saat itu jelas ‘Abdurrazaq bin Hammam seorang yang hafiz tsiqat tsabit secara mutlak.

Illat [cacat] lain yang ditunjukkan salafy adalah pernyataan Al Khallal yang dikutip oleh Ibnu Qudamah bahwa ‘Abdurrazaq bin Hammam meriwayatkan hadis ini dari Ma’mar dari Ibnu Thawus yang mendengar dari Furkhaasy dari ayahnya Ibnu Thawus dari ‘Abdullah bin ‘Amru

وسألت أحمد، عن حديث شريك، عن ليث، عن طاوس، عن عبدالله بن عمرو، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : “يطلع عليكم رجل من أهل النار”، فطلع معاوية  قال: إنما ابن طاوس، عن أبيه، عن عبد الله بن عمرو أو غيره، شك فيه قال الخلال: رواه عبدالرزاق، عن معمر، عن ابن طاوس، قال: سمعت فرخاش يحدث هذا الحديث عن أبي، عن عبد الله ابن عمرو.

Dan aku pernah bertanya kepada Ahmad tentang hadits Syariik, dari Laits, dari Thaawuus, dari ‘Abdullah bin ‘Amru, ia berkata “Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ‘Akan datang kepada kalian seorang laki-laki dari kalangan penghuni neraka’. Lalu muncullah Mu’aawiyyah”.Ahmad berkata “Hadits itu hanyalah diriwayatkan oleh Ibnu Thawus, dari ayahnya, dari Abdulah bin ‘Amru atau selainnya, ia [Thawus] ragu-ragu dalam penyebutannya. Abdurrazzaq meriwayatkan dari Ma’mar, dari Ibnu Thaawuus. Ia [Ibnu Thawuus] berkata Aku mendengar Furkhaasy menceritakan hadits ini dari ayahku, dari ‘Abdullah bin ‘Amr” [Al Muntakhab minal-‘Ilal lil-Khallaal, hal. 228 no. 136].

Salafy mengatakan bahwa hadis ini mengandung idhthirab pada sanadnya karena Ibnu Thawus meriwayatkan dari ayahnya tanpa perantara dan Ibnu Thawus meriwayatkan dari ayahnya melalui perantara Furkhaasy seorang yang majhul, sehingga nampak adanya idhthirab pada sanad tersebut yang mungkin bersumber dari ‘Abdurrazaq bin Hammam.

Pernyataan salafy ini ma’lul, sangat jelas keliru bagi mereka yang meneliti sanad hadis tersebut dengan baik. Hadis yang tsabit sanadnya adalah riwayat Ishaq bin ‘Abi Israil dari ‘Abdurrazaq dari Ma’mar dari Ibnu Thawus dari Ayahnya dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash. Sedangkan pernyataan Al Khallal bahwa ‘Abdurrazaq meriwayatkan dari Ma’mar dari Ibnu Thawus dari Furkhaasy dari ayah Ibnu Thawus dari ‘Abdullah bin ‘Amru jelas tidak tsabit atau inqitha’. Al Khallal lahir pada tahun 234 H [As Siyar 14/297 no 193] sedangkan ‘Abdurrazaq bin Hammam wafat pada tahun 211 H [At Taqrib 1/599]. Ketika Al Khallal lahir ‘Abdurrazaq bin Hammam sudah lama wafat, sanadnya inqitha’ [terputus] sedangkan Ibnu Abi Israil meriwayatkan langsung dari ‘Abdurrazaq. Jadi periwayatan Ishaq bin Abi Israil dari ‘Abdurrazaq lebih tsabit sedangkan pernyataan Al Khallal inqitha’ atau terputus sanadnya. Bagaimana mungkin dikatakan sanadnya idhthirab kalau yang satu tsabit dan yang satunya inqitha’. Jelas sekali berdasarkan metode ilmu hadis bahwa sanad yang tsabit lebih rajih.

.

.

.

Al Baladzuri termasuk ulama besar, Adz Dzahabi menuliskan keterangan tentang Al Baladzuri dalam kitabnya As Siyar dan Tadzkirah Al Huffazh. Adz Dzahabi menyebut ia seorang penulis Tarikh yang masyhur satu thabaqat dengan Abu Dawud, seorang Hafizh Akhbari Allamah [Tadzkirah Al Huffazh 3/893]. Disebutkan kalau ia seorang yang alim dan mutqin [Al Wafi 3/104]. Tidak ada alasan untuk menolak atau meragukan Al Baladzuri, Ibnu Hajar telah berhujjah dengan riwayat-riwayat Al Baladzuri dalam kitabnya diantaranya dalam Al Ishabah, Ibnu Hajar pernah berkata “dan diriwayatkan oleh Al Baladzuri dengan sanad yang la ba’sa bihi” [Al Ishabah 2/98 no 1767]. Penghukuman sanad la ba’sa bihi oleh Ibnu Hajar berarti ia sendiri berhujjah dan menta’dil Al Baladzuri. Soal kedekatan kepada penguasa itu tidaklah merusak hadisnya karena banyak para ulama yang dikenal dekat dengan penguasa tetapi tetap dijadikan hujjah seperti Az Zuhri dan yang lainnya. Para ulama baik dahulu maupun sekarang tetap menjadikan kitab Al Balazuri sebagai sumber rujukan baik sirah ansab maupun hadis.

Syubhat salafy yang lainnya adalah ia membawakan hadis keutamaan Imam Hasan sebagai Sayyid yang akan mendamaikan dua kelompok kaum muslimin.

حَدَّثَنَا صَدَقَةُ حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى عَنْ الْحَسَنِ سَمِعَ أَبَا بَكْرَةَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَالْحَسَنُ إِلَى جَنْبِهِ يَنْظُرُ إِلَى النَّاسِ مَرَّةً وَإِلَيْهِ مَرَّةً وَيَقُولُ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ

Telah menceritakan kepada kami Shadaqah telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Uyainah telah menceritakan kepada kami Abu Muusaa, dari Al-Hasan bahwasannya ia mendengar Abu Bakrah Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam di atas mimbar bersabda – ketika itu Al-Hasan berada di samping beliau, sesekali beliau melihat ke arah orang banyak dan sesekali melihat kepadanya “Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid [pemimpin] dan semoga dengan perantaraannya Allah akan mendamaikan dua kelompok besar dari kaum Muslimin” [Shahih Bukhaariy no 3746]

Menjadikan hadis ini sebagai penentang hadis Muawiyah mati tidak dalam agama islam jelas tidak tepat. Logika sederhana saja misalnya jika dalam kelompok Muawiyah tersebut terdapat orang munafik atau orang kafir yang ikut-ikutan memecah belah, maka apakah penyebutan “kelompok besar dari kaum muslimin” tidak bisa digunakan. Ya tetap bisa, seandainya ada satu atau dua orang yang kafir di kelompok Muawiyah dan mayoritasnya muslim maka tetap bisa disebut kelompok besar kaum muslimin. Selain itu peristiwa antara Imam Hasan dan Muawiyah terjadi jauh sebelum Muawiyah wafat bahkan sebelum Muawiyah memerintah kaum muslimin, jadi sangat tidak tepat untuk dijadikan penentang hadis yang menjelaskan Muawiyah ketika matinya tidak dalam agama islam. Lagi-lagi logika sederhana kalau awalnya ada seorang muslim yang rajin ibadah kemudian ia mati dalam keadaan kafir maka apakah ada orang yang akan menolak sambil berkata “dia tidak mati kafir karena dulu waktu muda saya tahu dia muslim”. Seorang muslim yang menjadi murtad atau menjadi kafir adalah sesuatu yang bisa saja terjadi.

Ada logika salafy yang lebih parah, ia mengatakan mungkinkah Imam Hasan akan berdamai pada orang yang nantinya mati bukan diatas agama islam. Dari dulu penyakit salafy adalah mereka jadi pura-pura bodoh kalau terkait dengan pembelaan terhadap Muawiyah. Kalau mau diperhatikan dengan baik Muawiyah itu sudah salah dari sisi manapun. Khalifah yang sah pada saat itu sudah jelas Imam Hasan dan apa dasarnya Muawiyah menentang, tidak lain itu disebabkan Muawiyah memang menginginkan kursi kekhalifahan makanya ia tidak mau taat kepada Imam Hasan. Bukannya itu yang dilihat salafy eh malah mereka memuliakan Muawiyah dengan alasan Imam Hasan telah berdamai dengannya. Apa salafy itu buta kalau awalnya Imam Hasan memerangi Muawiyah?. Imam Hasan berdamai dengan Muawiyah untuk menyelamatkan darah kaum muslimin karena Beliau tidak suka melihat lebih banyak lagi darah kaum muslimin yang tertumpah dalam masalah ini. Lagipula pada saat itu Muawiyah menampakkan keislaman dan tentu seseorang itu dinilai berdasarkan apa yang nampak darinya, soal perkara mau jadi apa ia nanti itu urusannya dengan Allah SWT.

Bukankah terdapat hadis Rasulullah SAW yaitu Hadis Al Haudh dimana Rasulullah SAW menjelaskan kalau diantara sahabatnya aka ada yang murtad sepeninggal Beliau sehingga tertolak di Al Haudh. Apakah pernah Rasulullah SAW menghisab atau menghukum sahabat-sahabat tersebut ketika Beliau masih hidup?. Apakah pernah Rasulullah SAW menyebut para sahabat itu dengan kata-kata “kafir” atau “murtad”?. Adakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membedakan perlakuan terhadap mereka?. Jelas tidak, manusia tidak dihukum atas apa yang belum ia lakukan.

Mengapa pula salafy itu mengherankan Imam Hasan yang berdamai dengan kelompok pembangkang yaitu Muawiyah dan pengikutnya. Dengar baik-baik wahai salafy, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saja pernah berdamai dengan orang-orang kafir di Hudaibiyah. Semua itu mengandung hikmah yang diketahui oleh orang-orang yang mengetahuinya. Jadi logika pincang ala skizoprenik seperti itu tidak usah dipamerkan dalam tulisan ilmiah. Sebenarnya tidak ada ruang bagi salafy untuk menolak riwayat Al Baladzuri tersebut dengan syarat mereka melihat rangkaian hadis-hadis tentang Muawiyah, tidak hanya apa yang kami paparkan disini tetapi juga hadis-hadis lain yang menunjukkan apa saja yang telah ia lakukan baik dalam sejarah maupun hadis.

Di kalangan ulama yang terpercaya ternyata ada juga yang mengakui kalau Muawiyah tidak mati di atas agama Islam. Ulama yang dimaksud adalah Ali bin Ja’d Abu Hasan Al Baghdadi

سمعت أبا عبد الله، وقال له دلويه: سمعت علي بن الجعد يقول: مات والله معاوية على غير الإسلام

Aku mendengar Abu ‘Abdullah [Ahmad bin Hanbal] yang berkata Dalluwaih berkata aku mendengar dari ‘Ali bin Ja’d yang berkata “demi Allah, Muawiyah mati bukan dalam agama islam” [Masa’il Ahmad bin Hanbal riwayat Ishaq bin Hani no 1866]

Ahmad bin Hanbal jelas orang yang terpercaya. Dalluwaih adalah Ziyad bin ‘Ayub perawi Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i, Abu Hatim berkata “shaduq” Nasa’i menyatakan tsiqat, Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan Daruquthni berkata “tsiqat ma’mun”. [At Tahdzib juz 3 no 654] Ibnu Hajar berkata “hafizh tsiqat” [At Taqrib 1/317]. Ali bin Ja’d sendiri seorang yang tsiqat, perawi Bukhari dan ‘Abu Dawud, Ibnu Ma’in berkata “tsiqat shaduq”, Abu Zur’ah berkata “shaduq dalam hadis”. Abu Hatim menyatakan ia seorang yang mutqin shaduq. Shalih bin Muhammad menyatakan tsiqat, Nasa’i berkata “shaduq”. Daruquthni berkata “tsiqat ma’mun”. Ibnu Qani’ berkata “tsiqat tsabit” [At Tahdzib juz 7 no 502]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit [At Taqrib 1/689]. Jika Ali bin Ja’d yang dengan jelas menyatakan Muawiyah mati bukan dalam agama islam tetap dinyatakan tsiqat dan dijadikan hujjah hadisnya, maka atas dasar apa pengikut salafiyun itu mencela kami dalam masalah ini. Apakah hanya karena dengki? Atau memang begitu tabiat para pengingkar.

Apakah para pendengki dan pengingkar itu mau menerima kebenaran ini? Sepertinya tidak karena pengalaman membuktikan salafy nashibi tidak akan pernah mau menerima hal-hal yang bertentangan dengan doktrin mahzab mereka. Mereka sok berkata “jangan bertaklid” padahal diri sendiri penuh dengan taklid. Kesimpulannya : Hadis Al Baladzuri bahwa Muawiyah mati tidak dalam agama islam adalah shahih. Akhir kata kami akan mengutip perkataan salafy

Sebagaimana tergambar pada omongan seorang Raafidliy sebelum membawakan riwayat Al Balaadzuriy :
Terdapat hadis yang mungkin akan mengejutkan sebagian orang terutama akan mengejutkan para nashibi pecinta berat Muawiyah yaitu hadis yang menyatakan kalau Muawiyah mati tidak dalam agama Islam. Kami akan mencoba memaparkan hadis ini dan sebelumnya kami ingatkan kami tidak peduli apapun perkataan [baca: cacian] orang yang telah membaca tulisan ini. Apa yang kami tulis adalah hadis yang tertulis dalam kitab. Jadi kami tidak mengada-ada.
Kita katakan : Kami tidak pernah terkejut dengan tulisan Anda – walhamdulillah – , karena memang itulah tabiat Anda dan orang-orang yang sepemahaman dengan Anda semenjak beratus-ratus tahun lalu, tidak ada perubahan – kecuali mereka yang dirahmati oleh Allah ta’ala.

Baguslah kalau anda sekarang mengakui kalau diri anda termasuk “nashibi pecinta berat Muawiyah”. Dan bicara soal tabiat, justru tabiat anda dan orang-orang sepemahaman dengan anda inilah yang melahirkan banyak perpecahan di kalangan kaum muslim. Kelompok seperti anda yang suka merendahkan kelompok muslim lain dengan gelar-gelar ejekan memang sudah ada dari berates-ratus tahun lalu, malah semakin parah di zaman sekarang. Semoga Allah SWT memberikan hidayah kepada anda dan yang lainnya untuk menerima kebenaran. Salam damai

99 Tanggapan

  1. Nashibi lagi, Salafy lagi, Wahhabi lagi. Tidak henti2nya mereka menyesatkat umat, dan yang terpengaruh dengan ajaran mereka biasanya cuma orang2 yang tidak berpendidikan, hati kotor, sifat kasar dan munafiq.
    Bukankah Nabi.saw telah menyatakan bahwa mereka adalah Qarnu Syaithan dari Najed yang mengikuti penyesat dari Bani Mudhar???

  2. buta mata buta hati….para wahabrot..ini.

  3. Bagaimana kita akan mengatakan Muawiyah seorang sahabat dari Rasul. Sedangkan tiap tindakan dan perbuatannya memusuhi (kalau tidak dapat dikatakan membunuh) keluarga Rasul yang sangat dicintai.
    Imam Hasan as berkhotbah ketika Muawiyah mengajak berdamai. Inilah salah satu Khotbah beliau:
    Amma ba’du. Sesungguh Muawiyah telah menyeru kepada suatu urusan yang didalamnya tidak terdapat KEMULIAAN DAN KEADILAN, Jika kalian menginginkan kehidupan kami akan menerimanya dan kami akan memenjamkan mata dari debu halus.
    Jika kalian menginginkan kematian, kami akan berkorban untuk kalian demi zat Allah dan kami akan berhakim kepada Allah.
    Dengan pernyataan beliau ini menunjukan bahwa Imam Hasan akan melawan KEMUNAFIKAN DAN KEDHALIMAN.
    Apakah manusia seperti Muawiyah ini akan diterima taubatnya? Dan Neraka Jahanam tidak mau menyambutnya. Sejarah telah jelas membicarakan apa yang terdapat dalam hatinya. Islam dimanfaatkan oleh Muawiyah sebagai kedok untuk mencapai AMIBISINYA. Waslam

  4. Bagaimana mungkin Muawiyah yang kekafirannya melebihi Firaun bisa dianggap sahabat Nabi, sejak kapan ia bersahabat dengan Nabi.saw? Dia bukan sahabat Nabi.saw tapi hanya seorang yang hidup sejaman dengan Nabi.saw yang ditakdirkan untuk menyelewengkan ajaran Islam.

    Sebenar-benarnya Muawiyah adalah pecundang yang dengan hina kalah perang dengan kaum muslimin yang dipimpin oleh Nabi.saw, tapi karena tidak ada jalan lain maka dia pura-pura masuk Islam agar selamat jiwanya.

    Di kemudian hari dia membuktikan kekafirannya dengan membalas kekalahannya itu dengan menyembelih orang2 dekat Nabi.saw beserta anak cucunya dan menyelewengkan Islam, merampok dan merusak ka’bah.

    Sebagaimana Firaun menyembelih umat Bani Israil begitulah dia menyembelih umat Muhammad.saw bahkan lebih kejam dari Firaun.

    Dan, jaman sekarang masih ada juga manusia sepertinya yaitu sebagian orang yang mengaku dirinya sebagai ulama lalu menunggangi agama demi ambisi pribadi, kepetingan politik, dan kedudukan atau demi mendapat kehormatan dalam masyarakat. Nah, yang model beginian ini juga dapat digolongkan sebagai muawiyah muawiyah versi baru yang kekejianya setara atau melebihi Muawiyah asli.

    Salam

  5. Alhamdulillah msh ada orang2 yg mampu dan meluangkan waktunya utk meluruskan dan menjernihkan riwayat2 dan sejarah Islam dari segerombolan orang yg dgn licik berusaha utk membengkokkannya. Bagaimana pun kebenaran selalu yang terdepan.

    Wahai nashibi, teruskan dan tanamkan saja kecintaan dan puja-puji anda kepada Muawiyyah dan kikislah kecintaan anda kepada ahlulbayt Nabi saw. Sesungguhnya di akhirat setiap orang akan berkumpul dgn siapa yg dicintainya.

    Salam

  6. Ya Allah.. janganlah Engkau haramkan hubunganku dengan Rasulullah SAW dan Ahlul Baytnya.

  7. sadarlah wahai kaum salafi atas yang perbuat selama ini

  8. Salam ‘alaikum.. yah sy jg sedih knp sdr2 kita pd ga mau belajar sejarah Islam, terutama setelah Rasulullah SAW wafat, sehingga kita tahu atau paling tdk bs menilai dgn hati nurani dan logika kita siapa saja sesungguhnya yg benar2 sahabat Rasulullah SAW.. Alhamdulillah msh ada sdr2 kita spt mas secondprince ini yg dpt meluruskan yg bengkok insyaAllah.. semoga mas secondprince selalu dlm bimbinga Allah SWT, amin.. Wassalam

  9. Menunggu komentar dari para salafier/wahabier. Mau melihat jurus apa lagi yang akan mereka keluarkan untuk menghadapi artikel SP di atas. Bukan salafier/wahabier namanya kalau tidak menolak hujjah-huijjah yang terang benderang.

  10. “Ini Anak pamanmu Muawiyah (Mu’awiyah dianggap paman dari Abdullah bin Amr bin Ash) dia memerintahkan kami untuk memakan harta diantara kami secara bathil dan saling membunuh diantara kami”

    Amr bin Ash dan Muawiyah adalah sepantaran, berarti yg dimaksud “anak pamanmu Mu’awiyah” adalah anaknya Mu’awiyah bukan Mu’awiyah atau saudara sepupunya Abdullah bin Amr bin Ash.. Allahu A’lam

  11. حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا زيد بن الحباب حدثني حسين ثنا عبد الله بن بريدة قال دخلت أنا وأبي على معاوية فأجلسنا على الفرش ثم أتينا بالطعام فأكلنا ثم أتينا بالشراب فشرب معاوية ثم ناول أبي ثم قال ما شربته منذ حرمه رسول الله صلى الله عليه و سلم ثم قال معاوية كنت أجمل شباب قريش وأجوده ثغرا وما شيء كنت أجد له لذة كما كنت أجده وأنا شاب غير اللبن أو إنسان حسن الحديث يحدثني

    Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubab yang berkata telah menceritakan kepadaku Husain yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah yang berkata “Aku dan Ayahku datang ke tempat Muawiyah, ia mempersilakan kami duduk di hamparan . Ia menyajikan makanan dan kami memakannya kemudian ia menyajikan minuman, ia meminumnya dan menawarkan kepada ayahku. Ayahku berkata “Aku tidak meminumnya sejak diharamkan Rasulullah SAW”. Muawiyah berkata “aku dahulu adalah pemuda Quraisy yang paling rupawan dan aku dahulu memiliki kenikmatan seperti yang kudapatkan ketika muda selain susu dan orang yang baik perkataannya berbicara kepadaku”.

    di atas adalah riwayat yg lengkap, apakah berarti minuman yg dihidangkan oleh Mu’awiyah adalah susu? tetapi susu kan memang tidak haram.. Allahu A’lam

  12. @PANTOROK
    Abdullah b.Buraidah bahwa Muawiyah menawarkan pada ayahku minuman (menurut wahaby/salafy SUSU) maka ayahku berkata:
    Ayahku berkata “Aku tidak meminumnya sejak diharamkan Rasulullah SAW”.
    Ayahnya Absullah menolak karena Rasulullah SAW telah mengharamkan. Kalau yang ditawarkan adalah susu maka SUSU telah diharamkan Rasul.
    Mungkin ada nashnya. Wasalam

  13. وَإِن طَآٮِٕفَتَانِ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱقۡتَتَلُواْ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَہُمَا‌ۖ فَإِنۢ بَغَتۡ إِحۡدَٮٰهُمَا عَلَى ٱلۡأُخۡرَىٰ فَقَـٰتِلُواْ ٱلَّتِى تَبۡغِى حَتَّىٰ تَفِىٓءَ إِلَىٰٓ أَمۡرِ ٱللَّهِ‌ۚ فَإِن فَآءَتۡ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَہُمَا بِٱلۡعَدۡلِ وَأَقۡسِطُوٓاْ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ

    Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (Al-Hujurat : 9)

    فَإِنۢ بَغَتۡ إِحۡدَٮٰهُمَا

    Baghat = melanggar perjanjian, membangkang, memberontak

    tetapi tetap Allah tidak mengkafirkan golongan yang membangkang tsb dan tetap menyebut mereka golongan yang beriman.

    kemudian firman Allah dalam ayat berikutnya :

    Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (Al-Hujurat:10).

    حَدَّثَنَا صَدَقَةُ حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى عَنْ الْحَسَنِ سَمِعَ أَبَا بَكْرَةَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَالْحَسَنُ إِلَى جَنْبِهِ يَنْظُرُ إِلَى النَّاسِ مَرَّةً وَإِلَيْهِ مَرَّةً وَيَقُولُ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ

    Telah menceritakan kepada kami Shadaqah telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Uyainah telah menceritakan kepada kami Abu Muusaa, dari Al-Hasan bahwasannya ia mendengar Abu Bakrah Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam di atas mimbar bersabda – ketika itu Al-Hasan berada di samping beliau, sesekali beliau melihat ke arah orang banyak dan sesekali melihat kepadanya “Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid [pemimpin] dan semoga dengan perantaraannya Allah akan mendamaikan dua kelompok besar dari kaum Muslimin” [Shahih Bukhaariy no 3746]

    Bukankah Mu’awiyah pemimpin salah satu kelompok yg berselisih tsb, jika sekumpulan itu dikatakan kelompok besar kaum muslimin ya berarti pemimpinnya yg merupakan representatif dari kelompok tersebut ya pastinya adalah seorang muslimin bukan kafir, iya kan?… Allahu A’lam

  14. @pantorok

    Yang ditekankan adalah saat matinya. Bukan semasa hidupnya/masa peperangan. Perhatikan kata-kata:

    Akan datang dari jalan besar ini seorang laki-laki yang mati pada hari kematiannya tidak berada dalam agamaKu

    Bisa saja kan seseorang mengucapkan syahadatain, namun belakangan saat sebelum matinya ingkar. Paling tdk, ingkar atas kenabian Nabi Muhammad saw?

    Salam

  15. @PANTOROK
    Ayat anda sampaikan adalah benar. Begitu pula cara anda menafsirkan orang2 beriman yang membangkang.
    Tapi anda harus ingat Muawiyah bukan saja MEMBANGKANG Tapi juga
    1. membunuh orang2 MUKMIN
    2. Berpesta pora
    3. Minum khamar
    4.Mendhalimi para Mukmin (memenjarakan/membunuh siapa yang menolak mencaci Imam Ali dan Ahlulbait Nabi.
    5.Melanggar Pernjajian (mereka yang mengkhianati perjajian adalah munafik)
    6. Dan masih banyak pebuatan2nya yang harusnya tdk dilaksanakan oleh orang2 beriman.

    JADI APAKAH MUAWIYAH TERMASUK ORANG BERIMAN? Wasalam

  16. @PANTOROK
    baterek ngana pa kita…uhheuheuheeuheuh

  17. @PANTEREK, PANTOROK DAN PANGGODA
    semua suka baterek

  18. Selain Amar, dalam perang Shiffin, dikisahkan juga (Mustadrak Hakim) bahwa saat itu Ali meminta baiat siapa saja yang siap mati syahid dalam perang Shiffin. Maka 99 orang maju dan berbaiat kepada Ali untuk siap mati di perang Shiffin. Ali as kemudian berkata: “Kurang seorang lagi yang dijanjikan Rasulullah saw padaku untuk menolongku dalam perang ini”. Lalu majulah Uwais al-Qarni dan berbaiat siap mati dalam perang Shiffin. Konon, karena kehadiran Uwais al-Qarni yang disabdakan Nabi saw sebagai tabiin terbaik dalam membela Ali as di perang Shiffin tersebut membuat sebagian orang ikut memihak Ali dalam memerangi Muawiyah. Akhirnya dalam perang Shiffin itulah Uwais al-Qarni menemui kesyahidannya.

  19. Ada komentar aneh bin lucu dari blog salafy nashibi itu. Ia berkata

    Pernyataan basi lagi tidak masuk major content kritikan. Siapa bilang bahwa Mu’aawiyyah adalah dalam sisi benar dalam perselisihan tersebut ? Aneh. Orang yang berkata ini lagi mengandai-andai sesuatu yang tidak ada.

    Kalau memang benar salafy nashibi itu mengakui Muawiyah berada di kelompok yang salah dan pembangkang maka apa gunanya ia mempermasalahkan Imam Hasan yang berdamai dan katanya membaiat Muawiyah.

    Yang menjadi ponit adalah : Al-Hasan telah berdamai dan menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan radliyallaahu ‘anhum. Jika memang Mu’aawiyyah kafir, maka haram hukumnya menyerahkan tampuk kekuasaan kepadanya. Apalagi pada waktu itu, Al-Hasan mempunyai pendukung yang banyak dan kuat.

    Siapa bilang Muawiyah kafir pada saat itu, jelas sekali orang yang berkata ini mengandai-andai. Kami berhujjah dengan dalil bukan prasangka seperti dirinya. Pada saat itu Muawiyah jelas kelompok pembangkang dan perdamaian yang dilakukan dengan Imam Hasan tidak ada kaitannya dengan kemuliaan atau keutamaan Muawiyah, perdamaian yang dilakukan Imam Hasan karena Beliau tidak menghendaki adanya pertumpahan darah yang lebih banyak. Kami tidak pernah tuh bergaya pikir ala nashibi “kalau memang muawiyah kafir maka mengapa Imam Hasan berdamai dengannya” atau “kalau memang Muawiyah pembangkang maka mengapa Imam Hasan berdamai dengannya”. Jelas-jelas itu logika yang terbalik. Muawiyah adalah pembangkang ditetapkan dengan dalil shahih dari Rasulullah SAW, Muawiyah matinya nanti tidak dalam agama islam juga ditetapkan dengan dalil shahih dari Rasulullah SAW. Perkara Imam Hasan berdamai dengan Muawiyah telah dijelaskan alasannya.

    Dan ingat, setelah perdamaian dan penyerahan tampuk kekuasaan itu, Al-Hasan memberikan baiatnya kepada Mu’aawiyyah. Nah, lagi-lagi, sejak kapan bai’at itu boleh diberikan kepada orang yang kafir. Bukankah Raafidlah punya keyakinan bahwa Mu’aawiyyah itu memang kafir dengan peperangannya terhadap ‘Aliy ? Atau orang ini sedang buta dengan keyakinannya sendiri. Atau perlu kita tampilkan perkataan ulama mereka yang mengkafirkan Mu’aawiyyah karena perselisihannya dengan ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu ?

    Maaf ya anda sedang membicarakan siapa nih, dimana tuh kami mengatakan Muawiyah kafir dengan peperangannya terhadap Ali. Kami mengatakan Muawiyah matinya nanti tidak di atas agama islam dan itu berdasarkan hadis shahih yang maaf hanya bisa anda lemahkan dengan syubhat-syubhat yang tidak ada nilainya di sisi ilmu hadis, aduhai tidak usah naif ya wahai yang mengaku salafy, kami sudah membawakan ulama tsiqat yang menyatakan seperti apa yang kami tulis yaitu Muawiyah mati tidak dalam agam islam. Jadi tidak usah main gertak sambal, anda mau mengutip ulama sunni, syiah, salafy wahabi, nashibi ya gak ada masalah 🙂

    Sangat menyesatkan pengqiyasan orang ini dengan perbuatan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang melakukan perdamaian dengan orang kafir (misal : perjanjian Hudaibiyyah). Qiyas ma’al faariq ! Ujung-ujungnya bathil – selain juga sudah pasti tidak nyambung.

    Kalau anda yang bilang gak nyambung saya masih bisa maklum, wajar, toh pengalaman saya berdiskusi dengan anda menunjukkan bahwa yang menurut anda nyambung hanyalah yang sesuai dengan keyakinan anda saja. Imam Hasan berdamai dengan Muawiyah ya tidak ada masalah sama halnya Rasulullah SAW berdamai dengan orang-orang kafir. Nah sudah nyambung belum

    Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyerahkan kedaulatan kaum muslimin kepada orang kafir.

    Nah kalau yang ini baru dijawab, Imam Hasan menyerahkan kekhalifahan kepada Muawiyah yang pada saat itu jelas menampakkan keislaman sebab seseorang tidaklah dihukum atas apa yang belum ia lakukan. Jadi kami tidak pernah bilang Imam Hasan menyerahkan kekhalifahan pada orang kafir. Masih gak nyambung ya sudah 🙂

    Atau,….. Al-Hasan bin ‘Aliy tidak pernah mengetahui hadits bahwa Mu’aawiyyah akan mati dalam keadaan kafir ? Bagaimana bisa orang Raafidlah itu mengetahui sesuatu yang tidak diketahui imamnya ?

    Yah kumat deh ngawur bin berandai-andai ala nashibinya 🙂

    Atau keadaannya Al-Hasan bin ‘Aliy mengetahui tentang hadits tersebut. Namun, sehubungan waktu perselisihan (baca : peperangan) dengannya itu Mu’aawiyyah belum kafir, sehingga boleh hukumnya ia berdamai dan menyerahkan kekuasaan dengannya. Toh dia masih muslim. Namun Al-Hasan tahu bahwa Mu’aawiyyah ini kelak akan mati tidak dalam keadaan muslim.

    Terus apa masalahnya, bukankah Rasulullah SAW mengetahui bahwa diantara sahabat Beliau SAW banyak yang akan murtad sepeninggal Beliau SAW. Terus adakah sikap Rasulullah SAW yang berubah seperti menunjukkan kebencian, atau menghukum mati mereka yang akan murtad nantinya?. Sudah jelas tidak ada 🙂

    Logika ini lebih parah dari sebelumnya.

    Silakan saja Pembaca mendalami dan menghayati benar-benar logika Syi’ah yang terlalu memaksakan. Tidak bisa diterima dari sisi manapun.

    Dimana letak parahnya, Imam Hasan berdamai dan menyerahkan kekuasaan demi kaum muslimin bukan demi Muawiyah bukan pula karena kedudukan Muawiyah. Di mata Imam Hasan Muawiyah adalah kelompok pembangkang sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW oleh karena itu dari awal mula Muawiyah memberontak, imam Hasan terus memerangi Muawiyah sampai akhirnya berdamai demi menyelamatkan darah kaum muslimin agar tidak tumpah lebih banyak lagi. Kalau anda tidak bisa memahami hikmahnya ya jangan salahkan orang lain yang bisa, salahkanlah diri anda yang sudah terkontaminasi salafy nashibi. Kami akan sangat memaklumi kalau para pembaca anda yang sama kualitasnya dengan anda tidak bisa menerima logika yang kami tunjukkan, silakan silakan tidak jadi masalah 🙂

  20. ooo berarti saat Imam Hasan menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Mu’awiyah beliau tidak tahu hadits itu ya? atau memang hadits tsb memang belum dibikin saat itu :mrgreen:

    mungkin beliau lebih memahami hadits ini :

    Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Pasukan dari umatku yang pertama kali berperang dengan mengarungi lautan, telah diwajibkan padanya [pahala surga]“.

    karena jika Ummu Haram yg ikut dalam pasukan tsb saja dapat keutamaan, apalagi pemimpin pasukan tsb yaitu Mu’awiyah, tentunya lebih layak

  21. @ sok tau banget

    Rupanya anda suka berfikir dg metode parsial. Itu hak anda. Tapi sayangnya metode anda tetap tidak bisa menolong Muawiyah. Toh berdasarkan hadis shahih di atas, akhirnya gembong nashibi itu mati tidak dalam agama Islam.

  22. @sok tahu banget

    ooo berarti saat Imam Hasan menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Mu’awiyah beliau tidak tahu hadits itu ya? atau memang hadits tsb memang belum dibikin saat itu

    Sebenarnya saya malas menghadapi orang yang tidak bisa memahami tulisan orang lain. Ada tuh hadis shahih bahwa Muawiyah adalah kelompk pembangkang, hadis itu diriwayatkan dalam kitab shahih. Nah apakah lidah anda itu berani berkata oooo berarti saat Imam Hasan menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Muawiyah beliau tidak tahu hadis Muawiyah sebagai kelompok pembangkang? atau memang hadis tsb memang belum dibikin saat itu :mrgreen:

    karena jika Ummu Haram yg ikut dalam pasukan tsb saja dapat keutamaan, apalagi pemimpin pasukan tsb yaitu Mu’awiyah, tentunya lebih layak

    ehem gak pernah baca sejarah ya kalau setelah itu Muawiyah memerangi Imam Ali yang artinya ia menjadi kelompok pembangkang. So gampang saja berarti Muawiyah mendapat pengecualian soal hadis Ummu Haram apalagi ditambah hadis kalau Muawiyah mati tidak dalam agama islam.

  23. Hadits Ummu Haram jelas menetapkan bahwa pasukan pertama yg mengarungi lautan telah diwajibkan baginya pahala syurga, maka ketetapan tsb ga brubah, tidak ada perkecualian. apalagi Mu’awiyah adalah pemimpinnya saat itu

    Sabda Nabi SAW, dua kelompok yg berselisih tsb adalah dua kelompok kaum muslimin, dan salah satu pemimpin kelompok tsb adalah Mu’awiyah. jadi ga ada alasan mengatakan bahwa Mu’awiyah mati dalam keadaan tidak Islam kalau hanya menyandarkan hadits yg bermasalah dan dari kitab yg kurang dikenal.

  24. @sok tau banget

    Iya silakan saja kalau dibilang Muawiyyah pemimpin saat itu. Tapi apakah Muawiyyah turut mengarungi lautan dan turut berperang? Bisakah anda menunjukkan ke sy riwayat Muawiyyah memimpin pasukan perangnya pada saat itu?

    Salam

  25. @sok tahu banget

    Hadits Ummu Haram jelas menetapkan bahwa pasukan pertama yg mengarungi lautan telah diwajibkan baginya pahala syurga, maka ketetapan tsb ga brubah, tidak ada perkecualian. apalagi Mu’awiyah adalah pemimpinnya saat itu

    Ya itu kan kata anda, kalau cuma begitu ya gak usah berhujjah deh. bukankah kebiasaan anda dan yang lainnya hanya sibuk dengan pikiran anda sendiri tetapi tidak mau tahu apa hujjah orang lain. Soal hadis Ummu Haram semua sudah dijawab di tulisan di atas. perbuatan seseorang tidak hanya satu di dunia ini ada banyak perbuatan yang mengandung konsekuensinya sendiri. Apa yang mau anda katakan soal Muawiyah meminum khamar padahal ia tahu itu diharamkan? dan ternyata dalam hadis shahih Allah SWT melaknat orang yang meminum khamar.

    Sabda Nabi SAW, dua kelompok yg berselisih tsb adalah dua kelompok kaum muslimin, dan salah satu pemimpin kelompok tsb adalah Mu’awiyah.

    Lho udah tahu dan udah dibahas di atas. saat itu Muawiyah menampakkan keislaman, jadi gak masalah

    jadi ga ada alasan mengatakan bahwa Mu’awiyah mati dalam keadaan tidak Islam kalau hanya menyandarkan hadits yg bermasalah dan dari kitab yg kurang dikenal.

    Tidak ada tuh hadis yang bermasalah. hadis itu shahih dan anda hanya mengklaim “bermasalah” dan kitab yang anda katakan kurang dikenal, ya itu oleh anda. Faktanya para ulama sering berhujjah dengan kitab tersebut dan tidak mempermasalahkannya 🙂

  26. @armand,

    Iya silakan saja kalau dibilang Muawiyyah pemimpin saat itu. Tapi apakah Muawiyyah turut mengarungi lautan dan turut berperang? Bisakah anda menunjukkan ke sy riwayat Muawiyyah memimpin pasukan perangnya pada saat itu?

    Ya jelaslah Mu’awiyah ikut mengarungi lautan bersama pasukannya, hal ini sebenarnya sudah jelas disampaikan oleh Anas bin Malik dalam beberapa riwayat bahwa peristiwa itu terjadi pada masa Mu’awiyah (memimpin pasukan). untuk lebih jelasnya ini redaksi yg lain oleh Anas ra juga :

    Anas berkata bahwa ummu haram menikah dg ubadah ibn shamit. Dia ikut serta dalam armada laut umat Islam bersama Binti Qardzah (istri Mu’awiyah). Ketika hendak mendarat, ummu haram menaiki tunggannnya. Namun hewan tunggannnya itu berontak hingga ia terjatuh dan meninggal dunia (bukhari muslim)

    Istrinya saja ikut dalam pasukan tsb masa suaminya yg seorang pemimpin pasukan malah gak ikut?? aneh2 aja anda ini :mrgreen:

  27. @sok tahu banget,
    >Istrinya saja ikut dalam pasukan tsb masa suaminya yg seorang pemimpin pasukan malah gak ikut?? aneh2 aja anda ini

    ternyata anda banyak berasumsi. Jika anda boleh dan merasa berhak berasumsi, maka mengapa orang lain tidak boleh? Dalam hadits diatas, hanya dijelaskan bahwa Binti Qardzah yang ikut armada laut, dengan alasan apa anda yakin Muawiyah akan ikut?

    Lihat fakta berikut :
    * Para peminum minuman keras, dilaknat Allah. Dan Muawiyah berdasar atsar para sahabat jelas merupakah peminum minuman keras. Artinya Muawiyah adalah dilaknat Allah. Jika Muawiyah berani untuk dilaknat Allah, maka ada alasan apa bagi Muawiyah untuk tidak berani membiarkan istrinya sendirian turut serta dalam armada laut?

    * Muawiyah adalah kelompok pembangkang yang memerangi Imam Ali. Jika kepada Imam Ali, pemilik segala keutamaan setelah Rasulullah, saja berani, apalagi cuma sekedar membiarkan istrinya sendirian turut serta dalam armada laut? Bahkan seandainya ada riwayat yang menyebutkan bahwa istrinya melacurkan diri sekalipun saya percaya.

    * Muawiyah adalah biang keladi dan perencana dari skandal pembunuhan Imam Hasan. Muawiyah mendustasi istri Imam Hasan untuk meracun Imam Hasan dengan imbalan akan dijadikan istri Yazid laknatullah, putra Muawiyah. Jika Muawiyah berani untuk membunuh Imam Hasan, cucu tercinta Rasulullah, dengan alasan apa bagi Muawiyah untuk tidak berani membiarkan istrinya sendirian turut serta dalam armada laut? Bahkan seandainya ada riwayat Muawiyah memerintahkan istrinya melacurkan diri, maka saya pasti percaya.

    Lagi, sebuah kebiaasaan yang buruk dari salafi seperti anda. Biasa berasumsi tanpa bukti bahwa Muawiyah turut serta dalam armada laut.

    dasar sok tahu lu … jenggot aja dipanjangin, otak lu tuh yang seharusnya dipelihara …

  28. @sok tau benar
    Anda memang hanya sok tau. Tapi tidak mengetahui apa2 mengenai sejarah Islam.
    Tahu tidak anda bahwa Muawiyah BERPERANG bukan untuk Islam. Tapi untuk memperluas KERAIAANnya dan merampok untuk KEKAYAAN Pribadi. Kalau tidak demikian dari mana ia mendapat HARTA untuk menyogok orang2 utk mencaci Imam Ali
    dan membunuh para pengikut Setia Imam Ali as dan AHLUBAITI RASULULLAH SAW?

  29. @sok tau banget

    Istrinya saja ikut dalam pasukan tsb masa suaminya yg seorang pemimpin pasukan malah gak ikut?? aneh2 aja anda ini

    Inikan penarikan kesimpulan yg konyol?
    *geleng-geleng kepala*

    Otak kalian ini entah dipakai buat apa? Semua riwayat yg sdh jelas maksud dan peruntukkannya selalu disamar-samarkan dan ditakwilkan demi mendukung keutuhan sekte kalian.

    Salam

  30. @armand
    cape deh…
    biarin deh si sok tau banget berhujjah dgn fanatisme n nafsunya,
    dia termasuk orang yg rela menjual dirinya utk memenuhi hawa nafsunya dgn mendustakan ayat2 allah.
    sdh jelas keterangan dr allah n rosulnya ttg siapa muawiyah n siapa ahlulbait rosul.tp dgn bodohnya dia ttp membela muawiyah.

  31. muawiyah anak dr abu sufyan manusia yg plg rajin memerangi Rasul hingga akhirnya mengakui Islam krn sdh tdk ad pilihan lain. muawiyah anak dr hindun wanita iblis yg tlh memakan jantung Sayidina Hamzah sang singa padang pasir,pahlawan Islam,pamanda dr Rasul. muawiyah punya anak yg namanya yazid yg kelak membantai Al Husein cucunda kesayangan Rasul beserta 72 org keluarganya Rasul d padang Karbala. Muawiyah pahlawan Islam ???!!! HALAH…!!!!! : (

  32. SALAM BUMI CEPER!

    orang salafy/wahhabi itu paling suka menyakiti Rasulullah dan Ahlul Baitnya. Demi kebencian mereka yang mendalam kepada syiah, mereka lampiaskan kepada Rasulullah dan Ahlul Baitnya. Mereka gencar mempromosikan bahwa ayah dan bunda Rasulullah kafir dan masuk neraka. Mereka sakiti Imam Ali bahwa Abu Thalib itu kafir.

    Tapi anehnya, mereka jarang malah tidak pernah mempromosikan bahwa betapa jahatnya wanita si pelacur Hindun, ibu Muawiyah. Mereka jarang membicarakan dan tidak pernah malah, betapa kejinya Abu Sufyan -bapak Muawiyah- dalam memusuhi Nabi.

    Mereka malah lebih senang mempromosikan bahwa Abu Thalib di neraka sedangkan Abu Sufyan di surga.

    Keluarga yang secara konsisten dari kakek hingga cucu, dalam memusuhi Nabi, mereka (salafy/wahhabi) hormati. Tetapi kepada orang secara konsisten membesarkan dan membela Nabi disaat susah, mereka justru mengkafirkan.

    Kebencian mereka kepada ahlul Bait sedemikian nyata dan kecintaan mereka kepada Bani Umayyah pun sedemikian nyata. Tapi salafy/wahhabi itu tidak sadar-sadar. Salafy/wahhabi seperti orang-orang yang kehilangan cahaya :

    Gelap-gulita di lautan yang dalam, yang diliputi ombak, yang di atasnya ada ombak pula, di atasnya lagi awan; gelap-gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya tiadalah ia dapat melihat, dan barangsiapa yang tiada diberi cahaya petunjuk oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun (QS 2: 183).

  33. blm lg riwayat2 Rasul bermuka masam, mendoakan umur pendek, menggilir 9 istri dlm semlm, tersihir, aduh amsyong dah, giliran d blg muawiyah doyan mnm khamar aj lgsg pd ngamuk, Rasul kalian yg mana seh? Sayidina Muhammad SAWW ap muawiyah? : (

  34. dalam blog haulasyiah, saya pernah membaca riwayat perang uhud. Belum puas mengkerdilkan peran penting Imam Ali, mereka bahkan tidak menyebutkan betapa kejinya peran si pelacur Hindun -ibu Muawiyah- ketika mengunyah jantung Sayyidina Hamzah -paman Nabi.

    Tidak disebutkan pula bagaimana peran Abu Sufyan sebagai pengkordinir pasukan Quraisy ketika melawan pasukan muslim. Yang menjadi korban selalu Abu Jahal. Kasihan sekali Abu Jahal, menjadi pemain tunggal sebagai sutradara pihak Quraiys.

    Begitupun, dalam perang-perang lainnya semisal perang Akhzab dimana Abu Sufyan adalah pemeran utama dari pihak Quraisy. Peran Abu Sufyan seakan-akan menjadi kecil di pihak kaum Quraisy. Salafy/Wahhabi melakukan semua ini demi membuktikan cintanya Bani Umayyah, demi membuktikan cintanya kepada Muawiyyyah.

    Jika salafy/wahhabi dapat menutup-nutupi bahkan membela peran keji Yazid laknatullah ketika membantai Imam Husain, maka merupakan hal yang sangat kecil bagi mereka menutupu-nutupi kejahatan Abu Sufyan dan Hindun -orang tua Muawiyah.

    Logika normal dan sehat mengatakan, mereka yang membela manusia yang berani menggeser tapak kaki orang yang kemarahannya sama dengan kemarahan Tuhan, maka mereka sanggup membela penjahat seperti apapun juga. Jika salafy/wahhabi sanggup membela Yazid laknatullah, maka mereka lebih sanggup lagi membela Muawiyah, Abu Sufyan dan si pelacur Hindun.

    Semoga Allah tidak melepaskan siksaannya yang pedih kepada mereka yang selalu memusuhi Nabi, yang memakan jantung Sayyidina Hasan, yang selalu membuat susah kepada Imam Ali, yang terlibat kepada peracunan Imam Hasan, yang membantai Imam Husain dan membuat terlunta-lunta Ahlul Bait Nabi.

    Huh, betapa keterlaluannya salafy/wahhabi. Mereka mengatakan bidah kepada orang yang mengatakan Sayyidina wa Maulana jika menyebut Rasulullah atau Ahlul Bait Nabi. Mereka beralasan hal tersebut tidak diajarkan oleh Nabi, ghuluw dan mengada-ngada. Tapi lucunya, mereka memberi gelar yang agung-agung kepada syeikh mereka. Huh!

    Mereka meratakan kuburan sahabat2 Nabi, menghancurkan rumah kelahiran Nabi, menghancurkan rumah Khadijah as, dengan alasan takut syirik, tapi mereka justru membaguskan rumah2 syeikh2 mereka. Tidak tahu malu. Huh!

    Mereka mengharamkan penggunaan foto tetapi foto-foto syeikh mereka dicetak secara besar2an. Huh!

    Internet saja -sesuatu yang baru, yang kemudaratannya jauh lebih banyak daripada foto- masih mereka pakai, apa mereka tidak tahu malu? Huh!

    Imam Gozhali, Syeikh Abdul Qodir Jailani ataupun Jalaluddin Rumi mereka sesatkan, tapi mengatakan hanya ulama mereka yang bertauhid. Huh!

    Tanyakan kepada kaum muslim seluruh dunia. Jika dikatakan kepada mereka nama Imam Gozhali, apa yang mereka bayangkan. Sebagian besar dari mereka, kecuali salafy/wahhabi, akan mengatakan bahwa jika disebut nama Imam Gozhali maka yang terbayang dibenak mereka adalah seorang sufi agung, filsuf paripurna sekaligus pakar fikih. Coba, tanyakan kepada mereka, apa yang terlintas, jika disebutkan nama Bin Baz. Maka yang terlintas cuma satu : Bumi itu ceper! hehehehehe ….

    jauh, jauh, jauh sekali …

  35. benar kan dugaan saya, ternyata tidak ada yang bisa menjawab komentar @sok tau banget, yang ada hanya sumpah serapah yg ga jelas untuk menutupi ketidakmampuan 😆

  36. @sok tau banget

    Nah, sok tau banget dimanakah komentar anda yg tdk mampu dijawab? Mari kita bicarakan.

    Salam

  37. @sok tau banget
    hadits n riwayat sdh banyak bercerita siapa sebenarnya muawiyah,
    n anda msh membela muawiyah dgn hawa nafsu anda.
    lalu anda katakan tdk ada yg bisa jwb komentar anda…
    he..3x
    ini lah contoh akal yg di kuasai oleh hawa nafsu

  38. benar kata orang, wahhabi/salafy itu mazhab yang suka mengklaim tapi tanpa menyertakan bukti. Contohnya si “sok tahu banget” ini. Sok tahunya gak ilang-ilang, dan suka mengklaim tapi gak ada bukti .. 🙂

    kayaknya bumi lu yang bentuknya ceper itu lagi miring ke kiri ya “sok tahu banget” ? tumben kalem …

  39. Paling enak tukang FITNAH memfitnah. PEMBOHONG berbohong. Yang SOK TAU ber-kaok2. Karena tidakl ada konsekuensi.
    Paing2 yang membaca komentar mereka hanya geleng2 kepala membaca KEBODOHAN MEREKA.

  40. @channy,

    “sok tahu banget” melakukan itu karena berharap ada pembaca yang malas dalam membaca artikel hingga komentar dari atas ke bawah. Diharapkan, pembaca yang malas ini langsung membaca komentar “sok tahu banget”, dan kemudian mengambil kesimpulan bahwa pendapat salafy/wahhabi-lah yang menang …

    harapan yang sia-sia, karena ternyata selalu ada yang menjawab komentar salafy/wahhabi …:)

  41. @wahabi kampret

    Mereka sengaja mengkopac panjang2 sampai kita tdk bisa membedakan mana yang paling bohong dari seluruh komentar bohomg mereka. Wasalam

  42. he he he bener kan, ga perlu susah-susah untuk membuktikannya 😆

  43. bakso tahu anget he..he..he..
    permisi oon…

  44. @sok tau banget

    Istrinya saja ikut dalam pasukan tsb masa suaminya yg seorang pemimpin pasukan malah gak ikut?? aneh2 aja anda ini

    Tidak ada yg aneh. Muawiyyah jadi pemimpin jg bukan karna kegagahannya, namun lbh pada kelicikan & kedekatannya dgn Utsman. Isteri beriman, suami munafik jg sdh biasa kok. Yang munafik selalu berdalih utk menghindari perang. Di jaman Nabi saw jg begitu yg terjadi pada sebagian sahabat. Tidak ada yg perlu diherankan.

    Bagaimana menurut anda?

    Salam

  45. @sok tau banget
    > Istrinya saja ikut dalam pasukan tsb masa suaminya yg seorang pemimpin pasukan malah gak ikut?? aneh2 aja anda ini

    Elu-nya yang aneh. Tidak mengerti apa yang namanya prioritas. Jika Muawiyah beserta bapak dan anaknya yang bejad saja berani memerangi Nabi, menyaikiti cucu Nabi (Imam Hasan), memberontak kepada saudara/sepupuh Nabi (Imam Ali), membantai cucu tercinta Nabi (Imam Husain), serta menyakiti dan menindas keturunan Nabi maka Muawiyah sekeluarga akan berani melakukan apa saja.

    Jadi, seandainya ada riwayat walaupun lemah, bahwa istri Muawiyah diijinkan jadi pelacur oleh Muawiyah, maka logika yang sehat akan percaya.

    Itu logika sederhana yang anak SD saja pasti mengerti. Tapi saya percaya elu gak ngerti, maklum otak elo kan ceper … hehehee *becanda ya*

  46. muawiyah mati dlm Islam, begitu jg abu sufyan, apalagi yazid yg tlh membantai keluarga Rasul mlh dpt pahala, ijtihad lho, salah dpt 1 bener dpt 2, mau salah se umur2 jg ttp aj dpt pahala, tp ayah & ibunda Rasul mati dlm kekafiran, ayah dr imam Ali pamanda Rasul yg plg gigih membela rasul jg mati dlm kekafiran, aduh amsyong dah logika nyungsep drmn ini : (

  47. Ampun,ampun,ampun,….yazid dan muawiyah memang yg bodoh……

  48. @atasku.

    Ane pikir yazid dan muawiyah itu pintar, tapi pintar menipu. Plus licik, munafik, tidak setia kawan, pengecut dan penakut.

    Hanya pengikut dan pecinta-nya saja-lah yang bodoh dan tolol. Jelas bodoh, karena tidak ada gunanya membela dan mencintai manusia dengan karakter demikian. Tidak ada dosa tidak mencintai manusia seperti itu. Tidak keuntungan mengikuti manusia seperti. Toh keduanya (yazid dan muawiyah) sudah menjadi tulang belulang. Buat apa coba mencintai dan mengikuti kedua manusia laknat tersebut?

    Apakah mengharapkan syafaatnya? Hal yang tidak masuk akal, jika dilihat tingkah lakunya ketika hidup.

    Apakah mengharap hartanya dan keuntungan duniawi darinya? Hal yang tidak mungkin, karena toh keduanya sudah meninggal.

    Apakah mengharap ilmunya? Kalo pun toh keduaunya memiliki ilmu, masih banyak kan yang lebih berilmu dari keduanya.

    Apakah mengharap kebijaksanaannya? Tidak ada kebijaksanaan yang dimiliki keduanya.

    Jadi, alasan apa sehingga kita harus mencintai dan mengikuti keduanya ? Kecuali pengikutnya adalah orang bodoh bin tolol, maka tidak ada alasan yang lain lagi …

  49. @Yazid

    Mencela diri sendiri nih? 🙂

  50. @wahabi kampret
    Benar Muawiyah pintar dalam kelicikan.
    Imam Ali as bersabda: Aku lebih pintar dari Umawiyah dalam kelicikan. Tapi aku tidak mau melakuakan karena dilarang Allah.
    Berarti setiap kelicikan Muawiyah sudah berada dalam SAKU Imam Ali as. Wasalam

  51. apa peran Syiah yang demikian “ikhlas” dalam perkembangan Islam selain memecah belah barisan kaum Muslimin ya?
    mereka ikut perang Qadisiyah?
    Mereka ikut perang Yarmuk?
    Mereka melawan pasukan Tar-tar?
    mereka ikut penaklukan Afrika?
    mereka Mempertahankan Islam dari serangan kristen di perang salib?
    Mereka berjihad di Afghanistan?
    Mereka berjihad di chechya?
    Mereka berjihad di Ambon dan Poso?
    Apakah presiden Iran Ahlul Bayt nabi?(klo yang ini gue bener-bener pengin tahu)
    @ Chany
    Anda rupanya bisa tahu isi hati orang ya sehingga tahu Mu’awiyah berperang karena untuk diri sendiri…
    @ Wahabi-k****** Al Wahhab itu asmaul husna bukan ya? kalau ditambah huruf ya berarti penisbahan kapada sang pemilk nama.
    Rupanya kalian memang orang yang suka berandai -andai…
    untuk memuaskan hawa nafsu kalian dibuai khayalan andai- anda dan andai…
    kamu bikin saja hadist palsu bahwa Mua’wiyah menyuruh istrinya melacur,pasti akan dipercaya oleh orang yang semodel denganmu.baca kitabnya Ibnu Hjar comot nama rawinya terus sampaikan tuh hadist,bilang dikitab A temenmu pasti percaya.
    Komentar lu:Internet aja yang kemudaratannya lebih banyak mereka masih pakai.. Nunjukin ketololan lu dalam istimbat suatu perkara.

    @Sp: ya jangan -jangan hadist Mu’awiyah itu pembangkang emang belum dibuat ya? atau pemahaman Imam Hasan beda ama ente?
    Imam Maksum yang tahu perkara yang belum terjadi gak tahu kalau Mu”awiyah nantinya akan mati dalam keadaan kafir dan pengikutnya tahu?!
    Jadi yang bener mana? Hadist Mu’awiyah mati kafir itu lemah,ato Imam Hasan kagak tahu Hadist itu?

  52. @Kholid

    Saya seorang Sunni, namun apakah anda tahu bhw orang Syi’ah hanya ingin berdamai dgn semua agama dan apabila ketetapan Allah dan Rasul-Nya dinista oleh musuh2 agama, maka mereka siap syahid utk membela Islam sebagai agama yg Rahmatan lil’Alamin.

  53. YA, Syiah pengin damai dengan semua agama….kecuali ahlus sunnah wal Jama’ah,Karena Sunni tidak mengkafirkan shahabat yang dikafirkan syiah,Karena Sunni ridha terhadap kepemimpinan abu Bakar,Umar dan ‘Utsman.
    betapapun Sunni Menyanjung Ali,Al Hasan dan Al Hussain,selagi mereka tak berlepas diri dari ke 3 orang tersebut, maka sunni berarti pangikut thoghut, Nashibi yang terlaknat, Betapapun sunni Proporsional dalam persengkataan Ali dan mu’awiyah dengan mengatakan berdasar dalil Al Qur’an dan Sunnah bahwa Mu’awiyah adalah Bughat,salah dan keliru,akan tetap dimusuhi dan dicaci selama tidak berpendapat kafirnya mu’awiyah…Yah betapapun Sunny mengunggulkan imam Ali,Betapapun sunny mengatakan bahwa Keutamaan Imam Ali tak akan di capai oleh Mu’awiyah walaupun dia beribadah dan berjihad sepanjang umur duniadan berinfak dengan emas sebesar bumi sekalipun selama sunni tidak mengkafirkannya…
    denger mas,kalo anda syiah ngomong terus terang gak usah taqiyyah… anda kalau betul sunni seharusnya tahu bagainana kedudukan para shahabat,termasuk keyakinan sunni tentang keutamaan sabiqunal awwalun termasuk diantaranya Imam Ali, dibandingkan shahabat yang lain… Sebagaimana kita,nggak akan mencapai kedudukan yang dicapai oleh shahabat yang paling akhir sekalipun…
    mas, bukankah Tar-tar menista ajaran islam dan kaum muslimin?
    Bukankah Kristen di perang Salib juga yang mendahului menista dan menyerang negeri-negeri Islam?
    bukankah di ambon dan Poso juga demikian?
    Ingin damai mas…. kata anda, tetapi kenapa selalu bangkitakan kebencian dan provokativ terhadap sunni?
    …. xix…xix ckixkix… Kalian mut’ah terus jadi otak ngeres kagak beres….

  54. Jujur, saya seorang Sunni, namun hujjah yg dipakai Syi’ah berdasar pd nash yg shahih dan masuk akal, serta proporsinal.

  55. @Kholid

    Silahkan anda simak dan pahami penjelasan dari Ulama Syi’ah (mohon ma’af copasnya agak panjang) 🙂

    Benar, Syi’ah memiliki perbedaan dengan Ahlusunnah. Hal itu dikarenakan kami membagi sahabat Rasulullah Saw dan orang-orang yang hidup dengannya dengan mengambil inspirasi dari ayat-ayat al-Qur’an menjadi beberapa bagian:

    1. Kelompok orang-orang terdahulu: “Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (Qs. Al-Taubah [9]:100)

    2. Kelompok yang memberikan baiat di bawah pohon: “Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berbaiat kepadamu di bawah pohon. Allah mengetahui keimanan dan kejujuran yang ada dalam hati mereka. Oleh karena itu, Dia menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (Qs. Al-Fath [48]:18)

    3. Kelompok yang berinfak dan berjihad sebelum kemenangan: “Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang sebelum tercapai kemenangan (dengan orang yang menginfakkannya setelah kemenangan tercapai). Mereka memiliki derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Tapi Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Hadid [57]:10)

    Sebagai kebalikan model-model utama dan pribadi-pribadi atraktif, al-Qur’an menyebutkan kelompok-kelompok lainnya yang sangat berseberangan secara diametral dengan model-model di atas:

    1. Orang-orang munafik.[6]
    2. Orang-orang munafik yang tersembunyi dan Rasulullah Saw tidak mengenal mereka.[7]
    3. Orang-orang yang lemah iman dan sakit hatinya.[8]
    4. Orang-orang (lemah) yang mendengarkan dengan seksama ucapan-ucapan orang yang suka membuat fitnah.[9]
    5. Orang-orang yang di samping mengerjakan kebaikan pada saat yang sama juga mengerjakan keburukan.[10]
    6. Orang-orang yang cenderung murtad.[11]
    7. Orang-orang fasik yang berbeda antara ucapan dan perbuatannya.[12]
    8. Orang-orang yang iman belum lagi masuk ke dalam hati-hati mereka.[13] Dan sifat-sifat tercela lainnya yang disebutkan sebagian dari mereka.

    Di samping itu, di antara para sahabat terdapat orang-orang yang bermaksud membunuh Rasulullah Saw pada sebuah malam yang dilakukan oleh Uqbah.

    Karena itu kita dapat menyimpulkan pandangan Syiah terkait dengan sahabat: Dalam mazhab Ahlulbait As sahabat seperti orang lain artinya di antara mereka terdapat orang yang adil dan tidak adil. Dalam pandangan Syiah tidak semua sahabat itu adil. Sepanjang perilaku dan perbuatan Rasulullah Saw tidak menjelma dalam kehidupan mereka maka status mereka sebagai sahabat tidak memiliki peran dalam keadilannya.

    Dengan demikian, kriteria dan pakemnya adalah perilaku dan perbuatan praktis. Barang siapa yang perbuatan dan perilakunya sejalan dengan kriteria dan pakem agama Islam maka ia adalah seorang yang adil. Selainnya tidak adil. Sebagaimana yang telah kami katakan bahwa pandangan ini selaras dengan ajaran al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.

    Bagaimana dan dengan logika apa kita dapat menyamakan di antara seluruh sahabat dan menyebut keduanya adalah sahabat? Misalnya antara Malik bin Nuwairah dan orang yang membunuhnya dengan keji dan pada malam itu juga seranjang dengan istrinya! Sekali-kali tidak dapat dibenarkan peminum khamar seperti Walid bin Uqbah hanya karena statusnya sebagai sahabat kemudian kita bela. Atau menyokong dan membela yang menjadikan pemerintahan Islam seperti sebuah kekuasaan diktator dan membunuh orang-orang shaleh dalam umat dan mengangkat senjata berperang melawan imam dan khalifah sah (Ali bin Abi Thalib)? Apakah dapat dibenarkan kita memandang sama antara Ammar Yasir dan kepala kelompok pemberontak hanya karena keduanya sahabat padahal Rasulullah Saw bersabda: “Ammar akan dibunuh oleh kelompok tiran dan pemberontak.”[14]

    Apakah ada orang yang berakal akan berbuat demikian? Dengan asumsi kita melaukan hal seperti ini apakah masih ada yang tersisa dari Islam tatkala kita senantiasa berupaya menjustifikasi perbuatan-perbuatan para pejuangnnya dan orang-orang tiran hanya karena mereka sahabat?

    Pada hakikatnya Islam lebih mulia dan agung dari tindakan ingin mencampur aduk dengan kejahatan orang-orang jahat dan menyimpang pada setiap ruang dan waktu!! Inilah keyakinan kami. Kami tidak berbasa-basi dengan siapa pun. Lantaran kebenaran lebih layak untuk dijelaskan dan diikuti.

    Kami ingin bertanya kepada saudara-saudara Sunni apakah kalian memandang sama antara Khalifah Ketiga Utsman dan orang yang membunuhnya?

    Apabila keduanya adalah sama lalu mengapa serangan banyak dilancarkan kepada Ali As dan dengan dalih menuntut darah Utsman api peperangan Jamal dan Shiffin bisa meletus? Dan apabila dua kelompok ini tidak sama, orang-orang yang menentang dan orang-orang yang mendukung dalam pembunuhanya – apatah lagi orang-orang yang membunuhnya – mereka diperkenalkan sebagai orang-orang yang keluar aturan dan syariat maka hal itu adalah tiadanya keadilan pada sahabat! Lantas mengapa ada serangan kepada Syiah sementara pandangan mereka sama dengan pandangan yang lain?

    Karena itu, dalam pandangan Syiah kriterianya adalah keadilan, berpegang teguh kepada sirah Rasulullah Saw dan menjalankan sunnah beliau semasa hidupnya dan pasca wafatnya. Barang siapa yang berada di jalan ini maka, dalam pandangan Syiah, ia harus dihormati dan jalannya diikuti serta didoakan semoga rahmat Tuhan baginya melimpah dan memohon supaya ditinggikan derajatnya. Namun orang-orang yang tidak berada di jalan ini kami tidak memandangnya sebagai orang adil. Sebagai contoh dua orang sahabat mengusung lasykar disertai dengan salah seorang istri Rasulullah Saw lalu berhadap-hadapan dengan khalifah legal Rasulullah Saw Ali bin Abi Thalib As menghunus pedang di hadapannya di perang Jamal. Mereka memulai perang yang menelan ribuan korban jiwa kaum Muslimin. Izinkan kami bertanya apakah angkat senjata dan menumpahkan darah orang-orang tak berdosa ini dapat dibenarkan? Atau orang lain yang disebut sebagai sahabat Rasulullah Saw dan menghunus pedang pada sebuah peperangan yang disebut sebagai Shiffin. Kami berkata perbuatan ini bertentangan dengan syariat dan memberontak kepada imam dan khalifah legal. Perbuatan-perbuatan ini tidak dapat diterima dengan membuat justifikasi bahwa mereka adalah sahabat. Demikianlah poin asasi perbedaan pandangan antara Syiah dan yang lainnya. Jelas bahwa di sini yang mengemuka bukan pembahasan mencela dan melaknat sahabat, namun berdasar pada nash dan riwayat yang shahih.

    Keterangan:

    [6]. “Dan infakkanlah sebagian rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata, “Ya Tuhan-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku barang sekejap sehingga aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang saleh?” (Qs. Al-Munafiqun [63]:10)

    [7]. “Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah ada sekelompok orang yang keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kami-lah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (Qs. Al-Taubah [9]:101)

    [8] . “(Ingatlah) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawah (kota)mu (sehingga mereka mengepung kota Madinah), dan ketika penglihatan(mu) terbelalak (lantaran takut) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang yang beriman dan mereka diguncangkan dengan guncangan yang sangat.” (Qs. Al-Ahzab [32]:10-11)

    [9]. “Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu. Karena itu, mereka selalu bimbang dalam keragu-raguan mereka. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu. Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka. Maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka, “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal (anak-anak kecil, orang-orang tua, dan orang-orang yang sedang menderita penyakit) itu.” Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah bagimu selain kerusakan dan keraguan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu untuk menyulut fitnah (dan kekacauan) di antaramu; sedang di antara kamu ada orang-orang (lemah iman) yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Taubah [9]:45-47)

    [10]. “Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Taubah [9]:102)

    [11]. “Kemudian setelah kamu berduka cita, Allah menurunkan kepadamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan darimu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri (dan tidak mengantuk); mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. Mereka berkata, “Apakah kita memiliki suatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?” Katakanlah, “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya berada di tangan Allah.” Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata, “Sekiranya kita memiliki suatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.” Katakanlah, “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.” Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (Qs. Ali Imran [3]:154

    [12]. “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan, lalu kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Qs. Al-Hujurat [49]:6); “Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik? Mereka tidak sama.” (Qs. Al-Sajdah [32]:18)

    [13]. Orang-orang Arab Badui itu berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk’ karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu. Jika kamu taat kepada Allah dan rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Hujurat [49]:14)

    [14]. Silahkah lihat, Fushul al-Muhimmah, Abdulhusain Syarafuddin, hal. 189.

    Wassalam

  56. [14]. Silahkah lihat, Fushul al-Muhimmah, Abdulhusain Syarafuddin, hal. 189.

    Yach dari si hamba Husain… ga mau ah! kita maunya dari hamba Allah saja 🙂

  57. @stb

    klo dari abdulbakar adbulumar gimana ?

  58. @Dono

    ga mau juga… rujukan cukup dari orang yang mengaku hamba Allah saja 🙂

  59. @ Sand
    Akhirnya anda ngaku juga kalo syiah kan?
    gitu donk nggak usah taqiyyah…
    Anda rupanya tidak bisa mengerti dengan tulisan saya ya mas?
    bukankah sunni juga mengatakan kalo derajat shahabat juga berbeda-beda? siapa yang melegalkan kesalahan shahabat? orang yang salah walaupun dalam ijtihad tetap salah dan gak boleh ditiru,walaupun shahabat hanya saja sunni tidak mencela dan menghinakannya,karena tingginya kedudukan mereka berdasarkan dalil-dalil yang sebagian telah anda bawakan.
    justru syiah lah yang menyamakan seseorang asal dari keturunan rasul pasti suci dan takkan salah,ucapanyya adalah syariat suci..
    Coba kenapa ada syiah yang memilih Imam musa dan menolak keimamahan Ismail? kenapa mas?

  60. @kholid:
    “bukankah sunni juga mengatakan kalo derajat shahabat juga berbeda-beda? siapa yang melegalkan kesalahan shahabat?”

    Anda rupanya belum memahami bhw salah satu pandangan dasar Sunni terhadap sahabat yg mrpkn pilar utama ajaran Sunni adalah bhw SEMUA SAHABAT adalah ADIL. Jadi bgmana mungkin anda bisa membantah bhw Sunni melegalkan kesalahan sahabat ?

    @kholid:
    “..orang yang salah walaupun dalam ijtihad tetap salah dan gak boleh ditiru,walaupun shahabat..”

    Sunni selalu membungkus atau menutupi perbuatan sahabat yg salah dg kata “ijtihad”. Menurut saya ijtihad adalah suatu perbuatan yg dilandasi dg niat baik/suci. Sementara perbuatan Muawiyah yg memberontak trhdp khalifah Ali yg sah dan membunuh Imam Hasan lebih tepat disebut perbuatan maksiat.

    @kholid:
    “hanya saja sunni tidak mencela dan menghinakannya,karena tingginya kedudukan mereka berdasarkan dalil-dalil yang sebagian telah anda bawakan.”

    hemm… selalu menuduh Syiah mencela atau menghina sahabat. Padahal Syiah hanya mengutip riwayat2 dlm kitab2 hadis Sunni.
    Kalau ada sahabat yg tercela, maka keliru kalau anda masukkan dlm ayat2 yg bersifat memuji para sahabat yg telah dikutip sdr Sand.

    @kholid:
    “justru syiah lah yang menyamakan seseorang asal dari keturunan rasul pasti suci dan takkan salah,ucapanyya adalah syariat suci..”

    Hemm.. anda rupanya belum tahu banyak ajaran Syiah. Untuk anda ketahui tidak semua keturunan Rasul saw itu otomatis suci dan maksum. Yang dianggap suci atau maksum hanya 12 org.

    Kenapa hrs 12 org dan harus dari keturunan Rasul ? Karena sesuai dg sabda Rasul spt dpt anda baca dlm hadis2 Sunni sendiri dan dg demikian bukan menurut maunya org2 Syiah.

    @kholid:
    “Coba kenapa ada syiah yang memilih Imam musa dan menolak keimamahan Ismail? kenapa mas?”

    Mas, ini bukan masalah milih Musa atau Ismail. Tapi Ismail memang tidak tercantum dlm nama2 para imam penerus Nabi saw yg disebutkan Nabi saw dlm salah satu hadisnya.

    Coba deh anda pelajari dulu ajaran Syiah Imamiyah seutuhnya, baru mengeluarkan pendapat.

    Mengenai sosok Muawiyah, memang dia seorg figur yg harus dg mati2an dipertahankan oleh Sunni, krn Muawiyah oleh Sunni dianggap sbg salah seorang sahabat Nabi yg adil. Kalau Muawiyah dianggap mati tdk dlm agama Islam maka hancurlah salah satu pilar ajaran Sunni. Apalagi Muawiyah adalah salah satu “founding father” ajaran Ahlu Sunnah wal Jammah.

    Jadi kalau ternyata Muawiyah mati tdk dlm agama Islam spt sdh dibuktikan oleh SP memang sangat menggoncangkan org2 yg mengidolakannya!

  61. assalamu laykum ww. Sungguh saya berterimakasih dengan semua keterangan dan perdebatan Sdr2ku. Saya sangat hormat kepada semua Sdrku yang sangat berilmu dan sangat luar biasa ini. Kita memang perlu belajar dengan sejarah, menggali sejarah dengan jujur dn benar sehingga yang selama ini banyak yang samar2 dan penuh misteri terutama bagi yang awam seperti saya sangat perlu, bahkan bilamana perlu atau memang semestinya adanya penelitian ulang dengan menemukan dan analisa fakta2 kebenaran dan pembelajaran. Tujuan kita bukan untk saling bermusuhan sesama muslim, tetapi mari memurnikan kembali keaslian dan kebenaran serta keluhuran ilmu dan ihsan dalam Islam, ruh Islam dan apinya dan cahayanya Islam yang agung. Mari kita menjadi umat Islam yang sudah terbaharui dengan cahaya Iman dan dan ketulusan yang semoga dalam cahaya hiadayah dan inayah serta maunah dan ma’rifah Allah maha Mulia. Mari kita simak keadaan sekeliling kita. Kita patut melihat ke negeri dan masyarakat non muslim, bai mereka yang memusuhi, menyerang dan menjajah negeri2 muslim, juga mereka yang merampas dan menjadikan umat muslim tak berkutik dan seakan-akan telah menjadi budak2 mereka, tak berdaya melawan, sekalipun untuk haknya,. Sepertinya kita tak ada lagi keberanian untuk saling membantu dan saling menolong karena kita memang sejujurnya ada beban dan rasa takut dan sangat lemah, atau memang kita telah sangat egois dan vested karena kita belum menginsafinya. Semoga Allah membukakan hati dan niat kita dalam jalan yang lurus kepada Allah dan rasulullah SAW. Mengapa????. Krn Juga kita harus belajar dengan bangsa dan umat lain yang terus maju, berjuang dan berjuang sehingga mereka mampu mesejajarkan diri, rakyat dan bangsanya dengan pihak2 yang pada awalnya menjadi musuh dan menindas mereka [spt RRC, India, Jepang dll kini dianggap mempunyai kemampuan dengan lawan2 mereka yang dahulunya menindas mereka]
    Kita harus sadar dan terus memacu diri kita unruk saling berbagi dan belajar dari kesalahan masa lalu yang sangat berdarah-darah dan saling menghancurkan diri kita sendiri. Masa lalu jadilah pelajaran dengan jujur. Mencontoh yang baik dan meninggalkan yang tidak baik. Kuatkan persatuan dan persaudaraan serta solidaritas kita sesama muslim. Kita membuka diri untuk saling belajar dan mencari kebaikan dan untuk menguatkan umat Islam dan kejayaan Islam yang kingkrit.
    Saya mohon Sdrku, mari kita belajar dan belajar, mari kita jujur bahwa kita harus bersatu, apapun perbedaan kita. Kewajiban kita saling berwashiat untuk kebenaran dan dengan saling bershabar diri. Mari kita bergandeg tangan, bersilaturahim dan thalab ilmu dari dan dengan sesama muslim dengan tujuan untuk memperkokoh persatuan dan kemajuan serta kejayaan Islam. Mari kita berlepas diri dari tekanan perbudakan dan penjajahan yang jelas2 bukan muslim. Saya memimpikan duduk berdampinga para pemuka muslim dunia [ dari Magribi hingga Indonesia; disana ada pemimpin dari Tunisia. Libya, Aljazair, Mesir, Turki, Saudi Arabia, Yordania, Sirya, Lebanon, Iraq, Iran, Afghanistan, pakistan, Malaysia, Indonesia dan negara muslim lainnya di Asia Tengah dll] dengan satu tekad membebaskan Palestina dari penjajahan Israel dan tekanan Barat, mengusir AS dan sekutunya dari Iraq dan Afghanistan, membantu Chesnia dan Moro serta Patani dan Kashmir agar benar2 mereka menjadi bangsa terhormat dan tidak dalam belenggu penjajahan dan tekakan bangsa lain. Mereka adalah Sdr2 kita. Maafkan saya sdrku. Jabatlah tangan, ikhlashkan kita bersaudara, dan mari bergandeng tangan untk kebaikan dan kemajuan umat Islam. Saya sangat awam, tetapi saya rindu persaudaraan dgn Sdr2ku semuanya. Belajar mengambil hikmahnya dan apinya Islam. Insya Allah kita akan jaya dan rahmat Allah berlimpah kepada kita. Amin. Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa’ala alihi washabihi wadzuriyatihi ajmain. Amin. wassalam.

  62. @wahyudi
    Anda rupanya juga tidak tahu tentang pokok ajaran sunni ya sunny menganggap bahwa semua shahababat adil berdasarkan nash dari Al Qur’an maupun hadist..tetapi sunny juga tidak berlebihan dengan menganggap mereka maksum.kita menyadari bahwa nereka adalah manusia yang terkadang jatuh dalam kesalahan,tetapi kita menghormati mereka tidak mencela dan mencaci mereka,karena mereka adalah orang -orang yang telah berjihad bersama Rasulullah صلىالله عليه والسلام ,membela beliau dengan harta dan jiwa jiwa mereka.sepeninggal beliau mereka juga menyebarkan Islam dengan cucuran keringat dan darah -darah mereka..meruntuhkan benteng kesyirikan Persia dan romawi.
    Kita juga meyakini bahwa keutamaan mereka berbeda-beda,As sabiqunal Awwalun dimana Imam Ali termasuk didalamnya tentu lebih utama dari selain mereka,Orang yang telah berIslam dan berjihad sebelum fathu Makkah tentu lebih utam dari yang berislam setelah fathu Makkah, tetapi Ingat Allah juga berfirman tentang mereka;’وكلاوعدالله الحسنى
    dalam perselisihan diantara shahabat kita juga berhusnuzhan terhadap mereka bahwa itu adalah hasil ijtihad mereka tapi ada yang keliru dan ada yang benar, apalagi dalam keadaan kacau balau dan sangat membingungkan dan banyaknya kepentingan dari musuh-musuh Islam tuk memecah barisan kaum Muslimin seperti sebelum dan setelah tebunuhnya Khalifah Ustman.anda tahu dari mana kalau dalam peselisihan itu para shahabat tidak ada iktikad baik? anda bisa membaca isi hati orang?Dari mana anda tahu kalau al Hasan di bunuh oleh Muawiyyah?dari roman picisan karya rahbar?Dari mana anda tahu kalau itu shahih? Kalian kan nggak punya kitab hadist yang shahih..apa tujuannya?agar bisa berkelit dengan mudah ketika ada riwayat yang ganjil? begitu?
    Syiah mengutip riwayat Sunni,tetapi tidak memakai kaidah sunni dalam menilai keshahihan nya..kalau dikasih tahu ngeyel dan mbulet.
    memang syiah suka mencela Shahabat.. abu bakar dan Umar pun dicela dan dilaknat..Kalau ditampilkan bukti dari kitab kalian juga pasti akan berkelit, dasar tukang laknat dan pencaci..Tapi kalu dia sendiri yang di omong kasar langsung meradang, sunni kasarlah,Mulut kotorlah dll.
    *Bukan masalah Milih Mas kata ente?tapi karena Ismail kagak tercantum dalam daftar yang disebutkan nabi, Mana hadistnya mas? Kenapa Ismailiyyah yang sama syiahnya menetapkan ismail putra imam Ja’far sebagai Imamnya,dan bukan Musa seperti Imamiyyah?
    Kenapa diantara Imam -Imam Syia

  63. Beberapa orang terjebak pada teks dalil, sehingga kesalahan sahabat menghapuskan kebaikan2/jasa2 sahabat (dengan sangka buruk semua kebaikan/jasa dianggap sebagai bentuk kemunafikan).
    Sebagian yang lain karena membela sahabat secara membabi buta maka terjebak pada menurunkan derajat/kemuliaan dan kekhususan Ahlul Bayt dan mencari2 dalil untuk mengangkat sahabat melebihi semestinya.
    Dalam sejarah telah terjadi tafsir2 kelompok dikarenakan adanya 2 kutub ini.
    Ada yang berusaha mengembalikan kemuliaan Ahlul Bayt dengan cara merendahkan sahabat, ada yang memangkas kemuliaan Ahlul Bayt agar sejajar dengan sahabat.

    Kenbalikan posisi Ahlul Bayt pada posisi “semestinya”, kembalikan posisi sahabat pada posisi “semestinya”.
    Mencaci selalu salah.
    Sangka baik bukanlah membenarkan yang salah.
    Menutup aib bukanlah menghapus sejarah.
    Ceritakanlah yang baik2 atas mereka yang sudah meninggal.

    Salam damai.

  64. Salam semua…
    Saya pun tertanya2… jika (atau memang sungguh2) Muawiyah r.a. yg antara mengumpul Al-Qur’an pun TIDAK SELAMAT, begitu juga Sayyidina Abu Bakar, (termasuk dlm kumpulan terawal masuk Islam) Umar (yg Allah Swt takdirkan berjaya menawan Jerusalam -mungkin ada hujah yg mengatakan bukan beliau r.a.) dan Uthman r.a. (yg Allah takdirkan mengumpul al-Qur’an yg kita pakai semua hingga ke hari ini -namun begitu masih ada pandangan mengatakan kemungkinan ada kesilapan, walaupun telah dijamin oleh Allah Swt) serta Sahabat2 r.a.h yg lain (termasuk juga Ahli Suffah yg tinggal diperkarangan Masjid RasuluLlah saw yg sentiasa berada di saf pertama dlm solat berjama’ah bersama RasuluLlah saw), termasuk juga yg bersama berjuang dlm Perang Badar, Uhud dan lain-lain peperangan (dikatakan ada antara mereka itu tidak ikhlas kononnya merebut harta, pangkat atau pun, semuanya pandangan yg kurang enak)… hatta termasuk juga ISTERI RasuluLlah saw sendiri, juga dikatakan TIDAK SELAMAT (walaupun pernah bersama Beliau saw, dalam tidornya, makan dan minum bersama dgnnya saw dll.) semuanya TIDAK SELAMAT. Usah dikira seluruh Ahlus Sunnah yg di bawah ini tentunya lagi TIDAK SELAMAT, termasuklah al-Hujwiri, al-Junaid, al-Qusyairi, tambahan lagi al-Ghazali, Syaikh Abdul Qadir Jailani, semua yg bertariqah Naqshabandi, Qadiriyah, Rifa’iyah Syattariyah dan seterusnya… lagi pula dari mazhab 4 Ahlus Sunnah iaitu susurjalur semua yg mengikuti fiqh Imam Maliki, Hambali, Hanafi dan Syafi’ie r.h. semua-semua yg disebutkan tadi keseluruhnya berada dalam keadaan TIDAK SELAMAT. Tidak kiralah kesalahan kecil atau besar yg ada pada mereka… kalau ada kecil akan dibesar-beasrkan dan kalau besar tentunya tiada ruang langsung… berjumpa, melihat, mendengar, mendapat ajaran secara langsung, ikut bersama RasuluLlah saw pun TIDAK SELAMAT (seolah-olah seperti dakwah RasuluLlah saw itu tidak mantap, Baginda saw gagal membentuk peribadi Islam pada diri mereka2 para sahabat itu r.a. sebab akhirnya mereka kufur juga, seolah2 Allah Swt mentakdirkan sedemikian, itukah pilihan yg hendak kita pegangkan?) ini kan pula mereka yg tidak berjumpa dgn RasuluLlah saw.!? Saya setuju sekiranya ada yg ingin memakai hujah Abu Lahab (kafir) pun tidak beriman begitu juga Abdullah Saba (munafik)… apa bezanya pula dgn yg lain bukan seperti yg disebutkan tadi (para Sahabat r.a. itu).?

    Saya terfikir-fikir tentang perkara itu…

    Yg SELAMAT hanyasanya Sayyidina Ali k.w. serta seluruh keturunannya (Ahlul Bait – kitapun bersetuju.!!!) berserta beberapa Sahabat r.a. sahaja (kitapun bersetuju -malahan kita berprasangka baik kpd Sahabat yg lain)…

    Terfikir di sini; bayangkan kita yg jauh berada di zaman muktakhir ini… agak gelap.!!! Mustahil hanya dgn mencintai Ahlul Bait sudah memadai, kalau mungkin itu ada pegangannya yg sebegitu…

    Semua system2 keilmuan termasuk yg sedang atau telah kita bersama pelajari dalam bidang2 berkenaan yg telah diberi garis dgn begitu mantap sekalipun oleh ulama2 terdahulu, semuanya jadi tidak mempunyai erti apa2…biarpun sejarah membuktikan kehebatan Salahuddin al-Ayubi, juga beliau TIDAK SELAMAT. Semua-semuanya TIDAK SELAMAT, peliknya… dalam pegangan Ahlus Sunnah semua Sahabat r.a. itu kita harus bersangka baik terhadap mereka, kita tidak boleh gopoh mengkafirkan mereka, walaupun ada kesalahan-kesalahan tertentu yg kita tidak pasti masa dan keadaan ketika itu, ini TERMASUK juga Sayyidina Ali dan Ahlul Bait semuanya malahan HARAM mencerca mereka (kita tidak terkejut ada yg akan bawa hujah2 dari kitab2 itu dan ini… utk mempertikai kewibawaan Sahabat r.a. sana sini tidak bersetuju tentang itu ini… jelasnya dalam hati tetap ada prasangka kononnya yg benar tetap benar…perkara ini harus diberitahu pada semua, kita tidak mahu mengulas tentang ulama2 yg disanjung oleh pihak tertentu sebab kita tidak bersetuju utk debat sesama Islam) soalnya salah ke bersangka baik.?

    Sedih dan kecewa di hati ini melihat saudara2 yg begitu hebat ilmunya, sudahlah Hafiz al-Qur’an seluruhnya, siap tahu pula Asbabunnya, ada pula yg Muhaddith sehingga hafal 100 ribu hadith2 usah dibicara kalau pasal hafalan dgn kitab al-Kafi, tambahan lagi kitab terhebat Najh al-Balaghah (kita baca dan kita hormati) tentunya sudah khatam berkali2 seluruhnya, malahan ada yg sudah sampai ketahap Hujjatul pula dgn ilmu2 hadith ini… pendekata sudah lengkap dan bersedia utk berhujah dgn dalil2 nash samada dari al-Qur’an atau hadith yg smuanya tersedia kuat dan mantap… kononnya..

    Jika sudah sedemikian… tentunya keadaan dirinya (agak lain sedikit, maksudnya sudah memahami makrifatul ke peringkat yg lebih tinggi…) HARUS ada pada diri sekalian keperibadian yg BAIK.! Tanya secara ikhlas, kepada diri sendiri termasuk saya yg kerdil ilmu ini, mari kita Muraqabah, Muhasabah, Mujahadah dan Mu’atabah dgn bersungguh2 apakah mungkin ada kekotoran dicelah-celah qalbu kita itu… kalau anta kata tidak ada, mana tahu mungkin ada.?? dgn kedudukan kalian yg hebat dan tinggi mustahil Iblis dan syaitan akan membiarkan begitu sahaja… termasuk saya sendiri, masih berusaha menghindarinya…

    SOAL: Perlukah kita yg seperti disebutkan tadi beriya-iya membongkar sesuatu yg dahulu pernah didiskusikan oleh mereka yg lebih arif.? Apakah kita lebih arif drpd mereka sebab skrg ini sudah dunia siber, tidak sama spt dulu… kita lebih mengetahui dari mereka sbb semuanya dihujung jari.? Saya tidak ada jawaban kepada apa yg saya katakan (sebentar lagi akan ada yg menghujah itu ini dgn apa yg saya bicarakan tadi,, silakan tiada halangan..) cumanya seperti asal mula tadi saya terfikir-fikir hal yg terjadi ini.???… Saya ingin mengajak kita sama2 berfikir (kalian lebih faham makna “Berfikir lebih baik dari beramal” namun amal harus diteruskan walaupun sedang berfikir (jgn manupulate)… kemudian terserah… mungkin kalian berpegang meneruskan apa yg sudah kalian lakukan ini mendatangkan manafaat (berdasarkan ijtihad kalian -maklumlah skrg semua sudah pandai berijtihad -kalau pintunya sudah ditutup sekalipun siapa perduli)

    Ayuh kita berfikir sebentar…saya dgn rendah diri menjemput malam ini kita sama2 fikir2kan… mudah2an Allah Swt bagi petunjuk, kalau rajin kita solat sunat bagi menentukan apakah pekerjaan ini Allah Swt redhoi.? Kalau sudah ada jawab, silakan… usah perlu dicerca pihak yg lain… termasuk perkara yg ingin dibongkarkan itu, jangan ada cercaan…

    Salam damai semua… mohon maaf kalau ada kesalahan pada diri saya … itu sememangnya kelemahan diri saya yg kerdil ini…

  65. @sidi muhd
    Saya pikir ulasan anda terlalu jauh.
    Siapa mengkafirkan siapa? Setahu saya tidak ada satupun mazhab (bukan oknum) yang mengkafirkan sahabat2 spt yang anda sebutkan diatas.
    Apa yang menyebabkan anda berfikir seperti ini?
    Yang saya pahami adalah bahwa syiah “tidak pukul rata semua sahabat sebagai adil/sama derajatnya. Jika ada oknum syiah yang berlebih2an dalam hal tsb, maka saya yakin itu hanya karena kejahilan dirinya sendiri dan bukan terkait dengan mazhab. Karena saya juga banyak bertemu saudara2 syiah yang menentang oknum2 tsb.
    Komentar saya diatas hanyalah disebabkan saya berprinsip bahwa hormat dan respek saya thd Rasulullah salah satu dengan menjaga akhlak/sikap thd mereka2 yang pernah berjasa kepada beliau SAW. Apakah mereka 2ini pernah berbuat salah atau tidak kepada Beliau SAW, biarkan itu menjadi urusan mereka.
    Rasulullah SAW adalah Nabi yang tidak pernah melupakan budi siapapun tanpa membalasnya dengan berlipat2. Abu Lahab saja yang bergembira dan membebaskan budaknya ketika Rasulullah SAW lahir akan mendapatkan kebebasan hukuman akhirat setiap hari senin.
    Betapa takaburnya kita (menurut saya) ketika berani membuat penilaian thd mereka bahkan mencela mereka, dengan macam2 dalih.
    Masing2 punya peran dan derajatnya masing2. Jika kita sibuk mencari kesalahan mereka yang tidak maksum, ya tentu saja akan ketemu (wong tidak maksum).

    Salam damai.

  66. Assalamu alaykum ww. Kalau kita sesama Sdr mau dgn sungguh2 dan saling ikhlash dan hasrat menyatu, insya Allah jalan yang baik pasti diberikan Allah SWT kepada kita dgn terang benderang, kemudahan pemahaman dan ikhlash hati akan segera diberi dan cahaya ilmu penuh dengan berkah dan maslahah. Kalau niat kita mau bersatu dan solidaritas sesama muslim dikembangkan dgn jujur, insya Allah rizqi dan keberkahan dari semua sisi, termasuk ilmu akan mudah pula datang dan termasuk manfaatnya. Belajar dan menimba ilmu adalah wajib, dan menguatkan persaudaraan sesama muslim adalah utama. Semoga kehalusan budi dan akhlaqul karimah Sdr2 menjadi kekuatan baru dalam membangun umat ini agar tidak menjadi semakin bingung. Semoga saya bisa lebih banyak mendapatkan hikmah ilmu dan kepiawaian Sdr2 semuanya. Segala kebenaran adalah Allah, segala tafsir dan makna adalah tuntunan Rasulullah. Kita ikhlashkan dengan niat ibadah dan pasrah kepada Allah. Insya Allah persatuan kita semakin kuat, ilmu semakin tinggi dan jihad semakin jelas dan nyata dan kongkrit untuk kejayaan Islam dan umat yang menyatu apapun perbedaan ilmu dan cara kita memahami. Semua sudah ada pada jalan hidayah Allah sesuai kekampuan berfikir dan beramal. Semoga saya mendapatkan ketenteraman batin dgn mendapat ilmu yang baik dari Sdr2ku ahlul ilm. Amin. Wassalamu’alaykum ww.

  67. لعنة اللة علي معاوية وابنه يزيد و اعوانهما اجمعين

  68. Inilah di antara kemuliaan para sahabat nabi shallallahu alaihi wa alihi wa sallam… saat manusia biasa meninggal dunia terputus segala amalannya –kecuali tiga hal sebagaimana disebutkan sebuah hadits shahih– adapun mereka, seperti halnya Mua’wiyah radhiyallahu ‘anhu, mendapat tambahan pahala yang terus mengalir dengan celaan, hinaan, dan cacian pemeluk sekte Syi’ah…. Wallahi, saya pun mau seperti Mu’wiyah dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in…

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bertanya kepada para sahabat: “Apakah kalian tahu siapa orang yang ‘muflis’ (bangkrut) itu?” Para hadirin menjawab: “Orang yang bangkrut di kami adalah yang tidak memiliki dirham dan harta kekayaan.”Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah yang di Hari Kiamat datang dengan shalat, shaum, dan zakat tetapi dia sering mencaci maki, bebicara tanpa dasar, dan memakan harta (yang bukan haknya), melakukan pertumpahan darah, dan menabur benih perselisihan. Maka dia akan memberikan pahala dari amal kebaikannya (kepada orang yang menjadi korban kekejiannya tersebut).Jika telah habis semua kebaikannya dan belum memenuhi untuk membayar apa yang telah dia kerjakan, maka kesalahan (orang yang menjadi korban kekejiannya tersebut –pent)akan dilemparkan kepadanya dan kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.” (hadits shahih)

  69. walau Muawiyah melakukan kesalahan yg besar, dzholim…tapi saya blm pernah mendengar dari kibar nya ahlul bait yg ahlus-sunnah wal jama’ah, terlebih yg di Tarim….yg mengkafirkan Muawiyah, sampai menyatakan Muawiyah di luar Islam, mati dalan keadaan bukan Islam.

    Tidak pula dari thoriqoh sufi macam As-Syadzili, dan yg lainnya, terlebih Thoriqoh Al-‘Alawiyah yg mencaci maki dan mengkafirkan Muawiyah.

    Dan akhlak Ahlul Bait sebagaimana diajarkan oleh Habib Munzir, adalah santun, bukan pendendam.

    blog ini seolah mendukung Ahlul Bait, tapi akhlaknya jauh dari Ahlul Bait, terlebih yg Ahlus-Sunnah. Mungkin terbiasa berdendam ria macam yg di Iran…macam Syi’ah yg di Irak.

    jauh sekali dari teladan Habib Jufri, Sayyid M. Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Habib Umar selaku guru dari Habib Munzir, dan lainnya.

    utk masalah Syiah, silahkan rujuk ke Al-Bayyinat, di sana Ahlul Bait membuat penjelasan dan peringatan thd Syiah yg mendompleng label Ahlul Bait.

    last…jangan mendahului penghakiman Allah.
    Muawiyah bersalah, dzholim…namun kalau saja sampai diampuni oleh Allah swt, dan justru kita yg mencaci makinya malah kena siksa Allah…membuat kita makin terperosok dan rendah….karena yg dihina masuk surga, yg menghina masuk neraka.
    lebih baik berdiam diri saja, dan urus diri sendiri, serta teladani Ahlul Bait yg Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, terlebih yg di Tarim sana.

  70. @atmim19
    maaf anda mau berbusa-busa bicara begini begitu juga gak ngaruh, hadis yang kami tulis di atas adalah hadis shahih. jadi ini bukan masalah caci maki tetapi masalah apakah anda sadar diri atau tidak, apakah anda bisa membedakan mana hadis shahih dan mana yang tidak. simple sekali 🙂

  71. utk masalah Syiah, silahkan rujuk ke Al-Bayyinat, di sana Ahlul Bait membuat penjelasan dan peringatan thd Syiah yg mendompleng label Ahlul Bait

    Anda seperti menyarankan seseorang bertanya mengenai Islam ke negeri Yahudi 🙂

    Salam

  72. @atmim19
    Membaca komentar anda saya jadi ragu atas kemampuan anda dalam menilai/membandingkan kedudukan seseorang.
    Anda membandingkan para Habib maupun Ulama seperti yg anda sebut diatas dengan sdr SP.
    Mereka para Habib yg anda sebut khusus ibadah dan si’ar bukan mengupas sejarah Islam. SP berbicara sejarah Islam dengan argument hadits (shahih/dhaif dlsb) Kalau berbicara Sejarah harus diungkap semua bukti.,Kalau ibadah dan si’ar tdk perlu.
    Apakah pernah anda tanya kepada mereka bagaimana sejarah Islam dalam masa kekuasaan Muawiyah? Wasalam

  73. @atmim 19
    albayyinat..????
    organisasi pembawa fitnah,dtg kedaerah2 dgn mengatakan syiah punya alquran sendiri,dan mereka katanya memiliki,
    tp stlh didesak ternyata mereka berbohong…
    tp tetap sd skrg dgn bebalnya mereka ttp mengatakan bhw syiah punya quran sendiri n mereka memegangnya
    apa kata dunia ????
    anda sendiri pst juga mendengar hal itu
    dan banyak lg fitnah2 keji yg mereka bw.
    sadar ga ya habib di albayyinat ini dimanfaatkan wahabi,yg nota bennya mrk pembenci datuk2 nya.

  74. Allah SWT di dalam Al-Quran sering membicarakan perilaku-perilaku baik dan buruk orang-orang terdahulu. Hal tersebut dimaksudkan sebagai pelajaran bagi orang-orang yang mau berfikir.

    Bagaimana mungkin kita disuruh mengimani ajaran-ajaran Islam sebelum kita mengenali siapa pembawanya hingga sampai kepada kita sementara di dalam Al-Quran disebutkan bahwa terdapat orang-orang munafik disekitar Nabi saww bahkan mereka keterlaluan dalam kemunafikannya dan Nabi sendiri tidak mengetahuinya. Bagaimana jika ajaran yang sampai kepada kita berasal dari orang-orang munafik itu?

    Tidakkah anda bertanya kenapa umat Islam bisa memiliki berbagai perbedaan pendapat dalam memahami Islam sehingga terpecah belah menjadi beberapa golongan? Semua itu hanya bisa terjawab dengan mempelajari sejarah Mas Bro.

    Oleh karena itu, anda boleh benci sejarah tetapi hargailah orang yang mencintai sejarah 🙂 Orang yang mempelajari sejarah sahabat bukan berarti dendam/mencaci/menghakimi sahabat. Bagi orang mukmin sudah jelas, cukup Allah saja lah yang menjadi pengadil..

  75. @SP:
    Dalam tulisan di atas, tertulis: [Musnad Ahmad 4/198 no 1711 Syaikh Syu’aib berkata “sanadnya kuat”].
    Kebetulan saya baru saja mengecek hadis itu. Tampaknya ada salah ketik nomor hadis. Nomornya bukan 1711, tetapi nomor 17811.

  76. @Badari
    yup anda benar terimakasih atas koreksinya 🙂

  77. saya mengharap ahli-ahli thariqah yg muktabar boleh scan tengok siapa pembunuh saidina husin. benarkah yazid yg membunuhnya. mengikut pendapat saya pembunuh saidina husin adalah syiah kuffah. sila rujuk guru-guru thariqat muktabar( yang tidak sesat ). begitu juga ulamak-ulamak syiah yg muktabar cuba scan menggunakan kerohanian anda( harap2 tidak ada gangguan syaitan) siapa pembunuh s.husin sebenarnya. berilmu shj tidak cukup kerana dua kemungkinan berlaku. ilmu diambil melalui jalan salah dan ilmu diambil dari jalan betul. Rasulullah saw mengetahui perkara yg akan berlaku melalui perantaraan jibril. kenapa rasulullah saw melantik muawiyah sebagai penulis wahyu . kenapa rasulullah saw berkahwin dengan aisyah . kenapa rasulullah berkawan dengan abu bakar dan hijrah bersama-sama. ketiga-tiga orang ini kafir bagi pandangan syiah. bagaimana mungkin rasulullah saw bersabda tentang perkara yg akan berlaku diakhir zaman, sedangkan manusia yg duduk bersama-sama baginda setiap hari, baginda tidak kenal islam @ kafir. sila rujuk dengan mata kerohanian. bukan nafsu membabi buta, kerohanian rasulullah saw menjangkau seluruh alam semesta, tembus kehadrat allah tanpa halangan, mana mungkin bersahabat dengan si kafir, berkahwin dengan si kafir dan memberi izin si kafir menulis wahyu ( alquran ) . fikirlah wahai syiah . wassalam. from: kedah malaysia.

  78. hey… tikus bodoh sok alim, kalo ingin cari kebenaran buka dunk link ntu….

  79. Imamah syiah putus di imam ke 11, karena imam ke 11 tidak memiliki keturunan.

  80. Bang madi, terlepas dari pendapat anda yg menyatakan Imam Syiah ke 11 tdk punya keturunan, perlu anda ketahui bhw secara aqliah Imamah wajib ada smp Hari Kiamat, krn merupakan kelanjutan dari Nubuwwah

  81. Menurut saya rasulullah itu tahu terhadap kejadian yang akan datang, tujuannya mengawini siti aisyah agar ikatan tali persaudaraan yang disambungnya terus dijaga guna mencegah terjadinya pertumpahan darah yang sudah diketahuinya, demikian juga tujuannya mengangkat mu’awiyah menjadi juru tulis, itu karena berdasarkan rekomendasi (permintaan) khusus dari Abu Sofyan kepada rasulullah saw semasa awal-awal dia (abu sofyan) memeluk Islam setelah penaklukan kota Mekkah, tapi sekali lagi saya katakan bahwa mereka semua selain rasulullah saw dan ahlil baitnya (ahlul kisah = Ali, fathimah, hasan dan husein) adalah manusia biasa yang luput dari dosa, buktinya ali mampu meneladani sosok Rasulullah saw sebagai penengah dan peredam pertikaian, ali tetap tidak melakukan pemberontakan terhadap abubakar, umar maupun Ustman, tapi setelah ali berkuasa, ramai-ramai sahabat yang lain melakukan pemberontakan dengan berbagai alasan. Kita semua tahu bahwa Abu Sofyan dan keluarganya (Bani Umayyah) merupakan sosok paling berpengaruh di Kota Mekkah oleh sebab itulah Rasulullah tidak sanggup (tidak tega) menghadapinya, disamping karena ikatan kekeluargaan tapi juga karena pengaruh bani umayyah yang luar biasa di Kota Mekkah, buktinya dari mulai setelah wafatnya Rasulullah saw sampai sekarang kelompok Ali bin abi thalib tidak terlalu berpengaruh di Kota Mekkah, setelah Rasulullah wafat ali tidak diunggulkan orang banyak untuk menjadi khalifah, bahkan ali sampai berkuasa harus mati terbunuh, bahkan setelah ali terbunuh, Mu’awiyah berhasil mempengaruhi penduduk Madinah dan Mekkah untuk membenci Ali dan para pengikutnya, tapi walaupun begitu saya tidak berkecil hati saya tetap selalu berpikiran positif dan mengambil hikmah yang indah-indah dari semua perstiwa ini, alhamdulillah para keturunan Hasan dan Husein ini dijadikan Allah orang-orang yang selalu menjadi pemimpin agama bahkan pemimpin negara, kita boleh tengok sejarah-sejarah di berbagai penjuru dunia bahwa banyak kerajaan kesultanan di negara-negara yang mayoritas Islam penyebar Islamnya dari keturunan Hasan ataupun Husein bin Ali walaupun hal ini ditolak oleh berbagai pihak dengan alasan itu semua hasil rekayasa Abdullah bin Saba’, menurut saya lagi ini tidak lain dikarenakan keirian serta kedengkian terhadap keturunan ahlul bait nabi yang mendapat kedudukan tinggi di tengah-tengah masyarakat Islam karena jasa-jasanya menyebarkan Islam terlepas dari ada riyak-riyak kecil sekarang yang menerpa isu miring kelakuan buruk para keturunan ahlul bait nabi ini tidak juga mampu mengubah fakta sejarah yang sudah tertoreh, ini semua adalah kehendak Allah Swt atas jawaban (pengkabulan) do’a Rasulullah Saw saat pernikahan Ali bin Abi Thalib dengan Siti Fathimah Az-Zahra bin Muhammad saw

  82. ALLAHUMMA SALLI ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALA ALI MUHAMMAD… Sunni Syiah hanyalah jalur memudahkan untuk orang memahami islam, bukan tugasnya untuk menyatakan salah satu paling benar dan yang lain sesat.. syiah bilang sunni sesat tapi mayoritas habib atau sayyid keturunan al husein ra pun mayoritas ahlussunah sunni bilang syiah sesat tapi ada juga kok keturunan al husein yang memegang teguh paham syiah.. beribadah dan beragama itu untuk mententramkan hati dan jiwa, bukan untuk menimbulkan kebencian di salah satu mazhab atau pun orang yg berbeda dalam memahami islam. wallahu’alam.. salam damai

  83. untuk masalah muawiyah bin abu sufyan dan yazid bin muawiyah biarlah, cukuplah ALLAH SWT yang membalas semua apa yang sudah mereka lakukan, bukan tugas manusia untuk menghakimi, karna ALLAH SWT lah se adil adilnya hakim.. tugas manusia untuk menyembah ALLAH SWT.. ingat tuh tugas dasar manusia BERIBADAH KEPADA ALLAH SWT, makanya.. shalat shalat shalat..

  84. All,

    Abu salafy atau secondprince atau nama blog apapun nanti sebaiknya diurungkan niatnya untuk meluruskan aqidah mana yang dianggap paling benar melalui media seperti ini. Lebih baik kita pribadi memperbaiki ibadah kita masing-masing sesuai apa yang kita masing-masing yakini.

    Terima kasih.

  85. @SP

    kesalahan pertama anda menyamakan riwayat tentang Al Hakam dengan riwayat Muawiyyah, dua riwayat tadi adalah satu peristiwa yang sama, dengan adanya kalimat yang bermakna sama : Amr bin Ash akan datang dengan sedang memakai baju.

    kesalahan kedua anda, lalai akan ta’lil Imam Ahmad yang dilengkapi oleh Al Khallal.

    kesalahan ketiga, anda menilai muqathi’ riwayat yang dibicarakan Al Khallal kepada Imam Ahmad, karena menyangka itu adalah riwayat Al Khallal.

    kesalahan keempat anda, menjadikan periwayatan Ishaaq dari Hisyam sebagai qarinah bertemunya Ishaaq dengan Abdurrazzaq sebelum ikhtilath. Harusnya anda sampaikan keterangan penerimaan sebelum ikhtilath, atau jalur lain yang tidak melalui Abdurrazzaq.

    Akibat dari kesalahan diatas, anda menutup mata bahwa riwayat Muawiyyah idhthirab dan munkar, sehinggan lemah.

  86. @abu azifah

    kesalahan pertama anda menyamakan riwayat tentang Al Hakam dengan riwayat Muawiyyah, dua riwayat tadi adalah satu peristiwa yang sama, dengan adanya kalimat yang bermakna sama : Amr bin Ash akan datang dengan sedang memakai baju.

    Ooh apa dalam pikiran anda, ‘Amru bin Ash itu cuma satu kali itu saja memakai baju. Maaf tidak ada bukti kuat bahwa riwayat tentang Al Hakam itu terjadi pada hari yang sama dengan riwayat tentang Muawiyah. Andaipun itu terjadi pada hari yang sama, sangat masuk akal bahwa riwayat utuhnya sebenarnya membicarakan keduanya baik Al Hakam dan Muawiyah. Pertama yang datang Al Hakam kemudian selanjutnya yang datang Muawiyah. Jadi riwayat tentang Al Hakam dan tentang Muawiyah masih bisa dijamak

    kesalahan kedua anda, lalai akan ta’lil Imam Ahmad yang dilengkapi oleh Al Khallal.

    قال: إنما ابن طاوس، عن أبيه، عن عبد الله بن عمرو أو غيره، شك فيه

    Itulah perkataan Ahmad bin Hanbal yang dinukil Al Khallal, dimana letak ta’lil yang anda maksud. Kalau dikatakan soal “ada keraguan di dalamnya” maka hal itu harus dikembalikan pada bukti riwayat yang ada. Keraguan mana yang dimaksud dalam riwayat tersebut dan ternyata tidak ada. Sanadnya memang tsabit tidak ada keraguan yang dimaksudkan Ahmad bin Hanbal tersebut.

    kesalahan ketiga, anda menilai muqathi’ riwayat yang dibicarakan Al Khallal kepada Imam Ahmad, karena menyangka itu adalah riwayat Al Khallal.

    Tidak usah main khayal khayalan. Ini apa yang dikatakan Al Khallal dalam riwayat tersebut

    قال الخلال: رواه عبدالرزاق، عن معمر، عن ابن طاوس، قال: سمعت فرخاش يحدث هذا الحديث عن أبي، عن عبد الله ابن عمرو

    Sangat jelas itu Al Khallal yang menyebutkan riwayat Abdurrazaaq maka sanadnya munqathi’. Tidak ada nama Ahmad bin Hanbal dalam sanad tersebut. Tidak ada juga keterangan Al Khallal menyebutkan riwayat itu kepada Ahmad bin Hanbal. Maaf anda sedang berdusta atau sedang berkhayal?

    kesalahan keempat anda, menjadikan periwayatan Ishaaq dari Hisyam sebagai qarinah bertemunya Ishaaq dengan Abdurrazzaq sebelum ikhtilath. Harusnya anda sampaikan keterangan penerimaan sebelum ikhtilath, atau jalur lain yang tidak melalui Abdurrazzaq.

    Maaf qarinah itu sudah jelas sekali menunjukkan Ishaaq pergi ke shan’a dan mengambil hadis dari para hafizh di sana sebelum tahun Abdurrazaaq ikhtilath. Kalau tidak punya bantahan ya tidak usah membantah, jadi memalukan diri sendiri

    Akibat dari kesalahan diatas, anda menutup mata bahwa riwayat Muawiyyah idhthirab dan munkar, sehinggan lemah.

    Maaf ya perkataan dari orang yang tidak tahu apa itu makna idhthirab jelas tidak ada nilainya. mana ada idhthirab dalam riwayat ini, kalau hanya bisa kopipaste dari abul-jauzaa mending diam deh, semua hujjah abul-jauzaa sudah saya bahas secara detail di atas.

    Tingkah orang jahil memang lucu sekali, ada riwayat yang seharusnya dikatakan idhthirab [seperti riwayat Abdullah bin Sabu’ yang lalu] eeh malah bersikeras membantah tidak idhthirab dengan dalih yang lemah sekali. Naah sekarang riwayat di atas yang jelas-jelas tidak idhthirab malah seenaknya dikatakan idhthirab. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kami dari kejahilan yang seperti ini

  87. @SP

    Sanggahan atas kesalahan anda yang pertama lucu sekali, jangan diulang lho mas nanti ditertawakan teman-teman anda dan lawan-lawan anda. Maksain banget.

  88. Yang kedua, kalau tidak tahu kebangetan.

    Disitu ada pertanyaan Al Khallal, dan dijawab oleh Imam Ahmad secara mujmal bahwa ada keraguan pada diri Ibnu Thawus, lalu diperinci oleh Al Khallal, bahwa keraguannya terletak pada riwayat Ibnu Thawus dari ayahnya atau dari Farkhsy.

  89. @SP

    Malulah mas, orang seperti anda kok tidak tahu perbedaan ta’lil dengan riwayat munqathi’.

  90. @SP

    Kalau anda tidak bisa membantah jangan katakan orang lain tidak bisa membantah, tunjukkan bahwa Ishaaq menerima riwayat dari Abdurrazzaq, tidak dengan qiyas penerimaan dari Hisyam.

  91. @SP

    Apakah anda jahil terhadap tema idhthirab mas ?

    Baiklah saya terangkan !

    Dalam kasus riwayat Tsa’labah saya tanya dimana letak idhthirabnya anda sampai sekarang belum menjawab (maklum !)

    Anda tidak memasukkan Tsa’labah dalam daftar idhthirab.

    Ketika ditanya anda berkilah dengan perkataan Daraquthni tanpa ada penjelasan dimana letak idhthirabnya.

    Ketika saya sampaikan idhthirab di matan akibat riwayat Adz Dzahabi dan Ibnu Abdil Barr, anda setuju.

  92. @abu azifah

    Sanggahan atas kesalahan anda yang pertama lucu sekali, jangan diulang lho mas nanti ditertawakan teman-teman anda dan lawan-lawan anda. Maksain banget.

    Lha bahkan penjelasan saya itu sudah saya tulis secara detail di atas. Anda saja yang tidak bisa membaca. Dan sampai saat ini tidak ada tuh yang mentertawakan. Anda saja yang buta dan sok pintar bicara.

    Sudah saya jelaskan tidak ada bukti bahwa riwayat tentang Al Hakam itu adalah kisah yang sama dengan riwayat tentang Muawiyah. Bukankah hujjah anda cuma lafaz “Amru memakai baju”. Nah makanya saya tanya apa Amru memakai baju itu cuma sekali seumur hidupnya. Ya jelas tidak jadi jika ‘Amru bisa memakai baju berkali-kali setiap hari maka tidak alasan memaksakan diri bahwa itu sebagai bukti riwayat tentang Al Hakam sama dengan riwayat tentang Muawiyah. Cuma orang jahil saja yang tidak paham penjelasan logika sederhana seperti ini. Dan lebih bertambah kejahilannya jika ia mentertawakan hal yang sederhana padahal hujjahnya itu lebih layak untuk ditertawakan.

    Yang kedua, kalau tidak tahu kebangetan.
    Disitu ada pertanyaan Al Khallal, dan dijawab oleh Imam Ahmad secara mujmal bahwa ada keraguan pada diri Ibnu Thawus, lalu diperinci oleh Al Khallal, bahwa keraguannya terletak pada riwayat Ibnu Thawus dari ayahnya atau dari Farkhsy.

    Yang tidak paham itu justru anda. perincian yang disebutkan Al Khallaal itu tidak ia nisbatkan atas Ahmad bin Hanbal, ia menyebutkan sanadnya sendiri dari Abdurrazaq. Intinya kan yang dipermasalahkan adalah itu. Jadi ta’lil Ahmad bin Hanbal jangan dicampuradukkan dengan perincian Al Khallaal. Makanya saya katakan riwayat yang dikutip Al Khallaal itu tidak tsabit karena terputus antara dirinya dan Abdurrazaaq. Soal riwayat ini ya gak ada kaitannya dengan Ahmad bin Hanbal karena memang Al Khallaal tidak menisbatkan riwayat itu kepada Ahmad bin Hanbal. Anda sendiri yang kebangetan gak paham kok nuduh orang lain. Sudah dari dulu saya katakan sensor nalar anda terhadap kalimat atau teks itu bermasalah. Makanya banyak sekali perkataan ulama yang anda pelintir sesuai dengan khayalan anda maka hasilnya anda banyak berdusta atas nama ulama.

    Kalau anda tidak bisa membantah jangan katakan orang lain tidak bisa membantah, tunjukkan bahwa Ishaaq menerima riwayat dari Abdurrazzaq, tidak dengan qiyas penerimaan dari Hisyam.

    Maaf kalau anda tidak paham cara berhujjah mau ditunjukkan sejelas apapun tidak ada gunanya. Yang bermasalah adalah otak anda bukan pada hujjahnya. Logikanya sederhana Ishaaq menerima riwayat dari Hisyam dan Hisyaam itu orang Shan’a. Jadi kalau Ishaaq berguru kepada Hisyaam ya dia pasti pergi ke Shan’a. Hisyaam wafat sebelum Abdurrazaq ikhtilath jadi Ishaaq memang sudah ke Shan’a sebelum ‘Abdurrazaaq ikhtilath. Hisyaam dan Abdurrazaaq itu ulama yang sangat terkenal di Shan’a jadi wajar kalau Ishaaq ketika pergi ke Shan’a berguru kepada Hisyaam dan Abdurrazaaq. Ini sudah sangat jelas kok.

    Bandingkan qarinah yang saya pakai dengan orang jahil yang dulu mengatakan bahwa Ishaaq sebagai murid Abu Bakar dan menggunakan lafal sami’tu adalah qarinah Ishaaq mendengar Abu Bakar sebelum ikhtilath. Aduhai kalau memang jahil tolonglah jangan berlagak sok pintar.

    Apakah anda jahil terhadap tema idhthirab mas ?
    Baiklah saya terangkan !
    Dalam kasus riwayat Tsa’labah saya tanya dimana letak idhthirabnya anda sampai sekarang belum menjawab (maklum !)

    Jawabannya sudah berulang-ulang masih bilang belum menjawab. Itu bukti otak anda memang bermasalah dalam memahami teks atau kalimat. Maaf penyakit itu tidak ada obatnya. Silakan hidup dengan kekurangan tersebut

    Anda tidak memasukkan Tsa’labah dalam daftar idhthirab.
    Ketika ditanya anda berkilah dengan perkataan Daraquthni tanpa ada penjelasan dimana letak idhthirabnya.

    Tidak usah berdusta atas nama saya. Faktanya anda memang punya masalah dalam membaca kalimat atau teks. Di tulisan saya sangat jelas saya sebutkan itu bagian dari idhthirab A’masy sebagaimana dimasukkan Daruquthniy dalam perselisihan sanad A’masy.

    Ketika saya sampaikan idhthirab di matan akibat riwayat Adz Dzahabi dan Ibnu Abdil Barr, anda setuju.

    Kalau dimasukkan riwayat Adz Dzahabiy dan Ibnu Abdil Barr dan dikatakan idhthirab matan maka saya setuju, memang qarinahnya seperti itu. Maka dapat disimpulkan bahwa riwayat Tsa’labah itu tidak hanya idhthirab pada sanadnya tetapi juga pada matannya. Susah memang diskusi dengan orang yang gagal paham plus suka ngayal.

  93. @SP

    Kami cuma bisa senyum dengan makai baju berkali-kalinya Amr bin Ash mas. Ini aja membukyikan anda terlalu memaksakan diri.

    Idhthirab itu ya mas, goncang baik dalam sanad maupun dalam matan YANG TIDAK DAPAT DIDUDUKKAN POSISINYA.

    Lha kalau riwayat A’masy itu memang goncang sanadnya seperti yang anda tulis, antara Salamah, Salim, Abdullah bin Sabu, dan anda tidak memasukkan riwayat tsa’labah dalam kegoncangan tersebut, ini berarti anda belum tahu letak goncangnya (dalam sanadnya)

    Anda berkeras hanya dengan perkataan Daraquthni, tanpa tahu idhthirab sanad yang bagaimana yang dimaksud beliau. Kalau sekilas 9 sanad Abdullah bin Sabu memang kelihatan goncang, kalau sudah diperpendek antara Salamah dengan riwayat Tsa’labah ya menjadi tidak goncang, kalau anda masih berkeras, ya tolong belajar tentang idhthirab lebih dalam mas, jangan hanya MEMAKI-MAKI saja !!!

    Contoh idhthirab Daraquthni yang lain, sekilas saya katakan tidak goncang, kecuali kalau ada qarinah kegoncangan lain, dan tidak di sini pembahasannya.

    Riwayat kafirnya Muawwiyyah itu ya mas !!! goncang dalam matannya, yang dimaksud Muawwiyyah atau Al Hakam, MASIH GONCANG !!!

    Lalu datang jalur lain yang tidak melalui Abdurrazzaq, yang menyebutkan bahwa yang dimaksud adalah AL Hakam, jelas kan mas ?!!!

  94. @abu azifah

    Kami cuma bisa senyum dengan makai baju berkali-kalinya Amr bin Ash mas. Ini aja membukyikan anda terlalu memaksakan diri.

    Aah gak penting lah mau anda senyum mau anda jungkir balik, yang jelas orang yang memaksakan diri itu adalah orang yang sudah ditelanjangi kebobrokan argumennya tetapi ia tetap merasa benar sendiri. Ya seperti anda ini. Tinggal dijawab saja, Amru bin Ash itu apa cuma satu kali memakai baju seumur hidupnya?. Jawab saja kalau memang sanggup, saya yakin anda tidak mampu menjawab karena mungkin anda baru sadar begitu bodohnya argumen yang mengatakan bahwa kisah tersebut sudah pasti satu karena qarinah Amru bin Ash memakai baju

    Idhthirab itu ya mas, goncang baik dalam sanad maupun dalam matan YANG TIDAK DAPAT DIDUDUKKAN POSISINYA.
    Lha kalau riwayat A’masy itu memang goncang sanadnya seperti yang anda tulis, antara Salamah, Salim, Abdullah bin Sabu, dan anda tidak memasukkan riwayat tsa’labah dalam kegoncangan tersebut, ini berarti anda belum tahu letak goncangnya (dalam sanadnya)

    Maaf saya heran anda ini pendusta atau kualitas akalnya dibawah rata-rata orang pada umumnya. Jelas-jelas dalam tulisan saya dan bahkan di kolom komentar saya cantumkan bahwa riwayat Tsa’labah masuk ke dalam idhthirab A’masy. Letak goncangnya itu ya pada A’masy, ia yang mengalami idhthirab. Aneh sekali anda ini

    Anda berkeras hanya dengan perkataan Daraquthni, tanpa tahu idhthirab sanad yang bagaimana yang dimaksud beliau. Kalau sekilas 9 sanad Abdullah bin Sabu memang kelihatan goncang, kalau sudah diperpendek antara Salamah dengan riwayat Tsa’labah ya menjadi tidak goncang, kalau anda masih berkeras, ya tolong belajar tentang idhthirab lebih dalam mas, jangan hanya MEMAKI-MAKI saja !!!

    Aduuh lucunya, orang yang jahil ingin mengajari orang lain. Anda sendiri yang tidak paham apa itu idhthirab dan apa itu tadlis kok menyalahkan orang lain. Ucapan anda soal Daruquthniy bahwa saya tidak tahu idhthirab yang dimaksudkan olehnya maka silakan jawab wahai orang sok pintar apa maksud idhthirab Daruquthniy tersebut. Sangat jelas Daruquthniy mengatakan bahwa riwayat itu sanadnya berselisih atas A’masy. Perkataan itu jelas isyarat bahwa idhthirab itu terjadi pada A’masy. Apa susahnya memahami perkataan Daruquthniy tersebut?. Masalahnya memang dalam akal anda semua ucapan ulama yang anda serap berubah jadi khayalan dan bualan dan akhirnya menjadi kedustaan atas nama ulama. Salah satu contohnya ketika anda berkhayal Ibnu Asakir menjelaskan riwayat Muawiyah meminum minuman yang haram

    Riwayat kafirnya Muawwiyyah itu ya mas !!! goncang dalam matannya, yang dimaksud Muawwiyyah atau Al Hakam, MASIH GONCANG !!!
    Lalu datang jalur lain yang tidak melalui Abdurrazzaq, yang menyebutkan bahwa yang dimaksud adalah AL Hakam, jelas kan mas ?!!!

    Maaf komentar anda itu sudah termasuk komentar sampah karena pembahasannya sudah saya tulis secara jelas di atas. Masalahnya anda memang punya penyakit dalam membaca tulisan atau teks kalimat. Cek sendiri bung hadis yang dimaksud dalam riwayat tentang Muawiyah disebutkan dengan lafaz “mati tidak dalam agamaku”. sedangkan dalam riwayat Al Hakam disebut “seorang yang dilaknat”. Jadi apanya yang sama?. apanya yang idhthirab?. Menggabungkannya sangat mudah sekali, salah satu contohnya sudah saya sebutkan adalah pertama diucapkan lafaz “mati tidak dalam agamaku” itu untuk Muawiyah kemudian diucapkan lafaz selanjutnya “seorang yang dilaknat” dan itu tertuju pada Al Hakam atau sebaliknya pertama diucapkan Al Hakam dulu baru kemudian Muawiyah. Contoh penjamakan ini sudah saya sebutkan di atas. Silakan lihat mudah sekali memposisikannnya. Mau membantah apa lagi anda wahai orang sok pintar

  95. @SP

    Hmm, lucu bantahan anda!!!, dua kejadian dengan kejadian yang berulang yang sama pada Amr bin Ash? Maksain…Maksain…!!! ???

  96. […] Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam : Bantahan Syubhat Salafiy […]

  97. Penulisan di atas adalah dari syiah. Mereka mentafsir Quran dgn cara mereka sendiri yang amat keji dan penuh dusta. Malah kitab2 hadis golongan syiah lebih utama berbanding Al Quran. Cerita2 tentang Muawiyah di atas semuanya dusta dan penipuan untuk mengelirukan golongan sunni. Fakta yang sebenar ialah Muawiyah dan Ali berperang kerana ijtihad masing2 yg berlaku pada masa provokasi hebat puak2 berkepentingan sendiri iaitu syiah sendiri yang berfikiran yahudi. Sejarah membuktikan zaman pemerintahan Muawiyah menjadi zaman keemasan Islam tahap kedua selepas zaman Umar al Khattab. Zamannya disebut zaman penyatuan ummah dan Islam tersebar ke seluruh dunia.
    Tahukah anda siapa Muawiyah? Dia salah seorang penulis wahyu nabi. Dia juga adik ipar Nabi saw. Muawiyah dan anaknya Yazid difitnah oleh golongan syiah dgn dongengan2 palsu. Siapa yg bunuh Hussain?? Ramai yg akan kata Yazid. Sila buka kitab2 syiah, anda akan temukan bahawa yg bunuh Hussain ialah puak2 syiah sendiri. Yazid tidak terlibat dalam peristiwa itu. Ia cerita rekaan syiah yg menular masuk ke dalam golongan sunni. Kenapa syiah tidak menyebut 2 orang lagi anak saidina Ali. Seorang ada kuburnya di Syam dan seorang lagi di Madinah bukannya di Kufah, markas syiah. Jawabnya kerana 2 org adik beradik inilah yg menbocorkan rahsia kejahatan syiah kepada pemimpin mereka. Nak bukti lagi? Kaum keluarga dan keturunan Hussain ramai yg berkahwin dgn keluarga Yazid. Membuktikan hubungan Hussain dan Yazid amat rapat. Cerita yg dibuat2 oleh syiah utk menutup kejahatan mereka sendiri.

  98. Kalian dusta. Aku nggak tahu ada kelompok yg lbih bnyak berdusta selaim kalian, rafidhah. Muawiyah adalah seorang sahabat nabi, maka janganlah kalian mencela mereka. Andai kalian bersedekah emas sebesar gunung uhud, itu nggak akan menyamai sedekah mereka satu mud sja. Tntang hadits muawiyah, ini ada ssorang pakar hadis, pnjelasan:

    http://abul-jauzaa.blogspot.co.id/2010/06/hadits-muawiyyah-mati-tidak-dalam-agama.html?m=1

Tinggalkan komentar